Sketsa Mahasiswa | Edisi VI, Februari 2018
Peremajaan Sistem Pengajuan
PKM
TIM REDAKSI
Salam Redaksi Salam Pers Mahasiswa!
LPM MATA UNTIDAR
Salam hangat untuk pembaca setia buletin Skema LPM
Pembina Joko Tri Nugraha, S.Sos., M.Si.
MATA UNTIDAR. Akhirnya kami bisa hadir lagi di edisi VI untuk
Pemimpin Umum M. Dian Fery Firmanda Wakil Pemimpin Umum Makruf Dwi Prasetyo Pemimpin Redaksi Filla Adyarti Redaktur Pelaksana Fikha Nada Naililhaq Rizqi Mutiara Ningrum Desain dan Layouter Ahmad Choirul Bondan Prokoso Ilustrator Katrina Mahditia Fotografer Wahyu Desi Y. Editor Putri Yunita Roni Widodo PJ Percetakan Apri Surahman Tegar Wicaksono Meyta Lanjarwati Koordinator Reporter Siti Ngiyatul Gita Setianingsih Reporter Wibianno Putra P. H. Apri Surahman Anggi Anggara Ahmad Choirul Katrina Mahditia Sriajeng Risang Ayu Satiti Dewi Lestari
melunturkan kerinduan dari para pembaca. Buletin yang kami susun kali ini membahas tentang sistem baru dalam pembuatan PKM. Setiap mahasiswa tentu tak asing lagi tentang program keluaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjendikti) tersebut. Sebab sebagian besar mahasiswa pastilah pernah menjamah ajang adu kreativitas ini. Seperti yang diketahui, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan program yang menampung berbagai macam kreativitas mahasiswa di perguruan tinggi di seluruh Indonesia. PKM umumnya terdiri dari 5 bidang diantaranya Kewirausahaan, Penelitian, Pengabdian, Karya Cipta, dan Teknologi. Ada pula PKM 2 bidang yaitu PKM Gagasan Tertulis (GT) dan Artikel Ilmiah (AI). Namun, pada tahun ini ada beberapa perbedaan proses pengunggahan PKM, khususnya di UNTIDAR. Penasaran kan bagaimana sistem baru PKM tahun ini? Simak infonya di buletin skema edisi kali ini. Selamat membaca.
Daftar isi: 3 I FOKUS UTAMA Tilik Siasat UNTIDAR Jumpai Pembagian Gugus Pengunggahan PKM
5 I LAPORAN KHUSUS Gerilya Fakultas dalam Gencarkan PKM
7 I SILANG SELIMPAT Keselarasan Reviewers Hilang, Gelisah Mahasiswa pun Datang
9 I VOX POPULI PKM: Ajang Unjuk Kreativitas atau Formalitas?
11 I OPINI Mengangkat Sepak Terjang PKM UNTIDAR
14 I POJOK KARYA Dikejar PKM
15 I POTRET Tahun Baru Imlek
LPM MATA lpmmata_untidar @lpmmatauntidar Lpm Mata Universitas Tidar
FOKUS UTAMA
3
Tilik Siasat UNTIDAR Jumpai Pembagian Gugus Pengunggahan PKM
WAWANCARA: Xander Salahudin saat diwawancari mengenai PKM dan sistem baru di UNTIDAR.
U
NTIDAR mulai memberlakukan sistem baru untuk pengunggahan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun ini. Sebelum diunggah, mahasiswa harus meloloskan proposalnya terlebih dahulu melalui tahap seleksi, baik fakultas ataupun universitas. Usut punya usut, sistem baru tersebut diterapkan karena adanya perilisan pedoman baru PKM oleh Direktur Belmawa (Pembelajaran dan Kemahasiswaan). Pasalnya, pada aturan yang tertera di sana, tiap-tiap universitas hanya diperbolehkan mengunggah PKM dengan jumlah proposal yang telah ditentukan. Mereka menyebutnya dengan pembagian cluster (baca: gugus). Hal ini menyebabkan jumlah PKM yang diunggah tiap universitas tak sama antara satu dengan yang lainnya. “Sistem baru ini untuk menyeleksi proposal-proposal yang akan diunggah mahasiswa. Kenapa? Agar proposal itu
benar-benar siap untuk diunggah. Apalagi dengan adanya aturan baru, jadi mau tidak mau harus diterapkan sistem semacam ini,� jelas Xander Salahudin, salah satu pengurus sistem baru seleksi PKM di UNTIDAR. Dari pernyataan Bambang Kuncoro, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, dikatakan bahwa UNTIDAR masuk pada cluster 4. Ia menerangkan, awalnya kampus yang hampir empat tahun menyandang status negeri itu hanya diperbolehkan mengunggah 50 PKM 5 Bidang yakni PKM Karsa Cipta, PKM Teknologi, PKM Kewirausahaan, PKM Pengabdian Masyarakat, dan PKM Penelitian serta 20 PKM Karya Tulis yakni PKM Artikel Ilmiah dan PKM Gagasan Tertulis. Namun tiga minggu kemudian, Belmawa memperbolehkan UNTIDAR menggunggah sejumlah 115 PKM 5 Bidang dan 50 PKM Karya Tulis. UNTIDAR memanfaatkan kesempatan itu dengan menggunggah 115 PKM 5 Bidang dari tahap seleksi 279 proposal. Sistematika penyaringan proposal PKM di tingkat universitas diberlakukan dan ditangani langsung oleh tim khusus. Tim ini terdiri dari 9 dosen yang diambil dari masingmasing fakultas. Akan tetapi, sebelum
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
4
FOKUS UTAMA
dilakukan penyaringan di tingkat universitas, terlebih dahulu dilakukan penyaringan di tingkat fakultas. Hal ini dilakukan agar para mahasiswa siap bersaing di tingkat universitas. Tiap fakultas juga melakukan pendampingan berupa sosialisasi, workshop, dan evaluasi tingkat fakultas. Fakultas di UNTIDAR hampir rata kontribusi PKM-nya, namun Fakultas Teknik, FKIP, dan Faperta memiliki kontribusi yang agak menonjol. Kurang optimalnya kontribusi beberapa fakultas disebabkan oleh masalah komunikasi sehingga jumlah proposal belum mencapai target. T i d a k b i s a dipungkiri, jumlah pengunggahan PKM turut mendorong citra universitas itu sendiri. Tetapi jumlah ini pun juga harus sebanding dengan substansi dari proposal yang diunggah. “Universitas dikatakan bergengsi jika jumlah PKM yang didanai itu banyak. Kita ingin mendorong UNTIDAR yang masih baru penegeriannya agar bisa berlari sekencang universitas yang sudah besar,� jelas Rangga Asmara, salah satu dosen pembimbing PKM. Namun, pengembangan citra baik yang berusaha digemborkan UNTIDAR
sebagai PTN baru, tentu sedikit tertutup dengan adanya pembaruan sistem ini. Sistem baru ini tentu mengurangi kesempatan banyaknya PKM yang lolos. Padahal, sebagai PTN yang baru negeri, PKM menjadi salah satu peranan terbesar untuk berlari kencang memburu universitas bergengsi lainnya. Meski sebagai PTN baru, UNTIDAR termasuk salah satu PTN yang berprogres baik. Tahun 2016 lalu, UNTIDAR berhasil meloloskan 18 p r o p o s a l . Ta k t a n g g u n g t a n g g u n g , UNTIDAR juga b e r h a s i l mengantarkan mahasiswanya ke Pekan Ilmiah Mahas i s wa Nasional (Pimnas), sebuah ajang paling prestisius bagi mahasiswa Indonesia pada tahun 2015. “Jika kita bandingkan dengan universitas negeri di Merauke yang dinegerikan tahun 2010, untuk mencari satu proposal saja sangat sulit. Jika kita bandingkan dengan Universitas Negeri Padang yang mengajukan 700 proposal, namun tidak ada satupun yang diterima, sehingga masih banyak universitas yang baru saja dinegerikan berada di bawah
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
LAPORAN KHUSUS UNTIDAR,� jelas Bambang Kuncoro. Lantas, dengan jumlah yang dikurangi apakah PKM milik UNTIDAR masih berpeluang tinggi untuk didanai Dikti? Apalagi sistem seleksi ini masih banyak ditemui kekurangan. Hal ini juga diakui oleh Xander. Ia mengaku bahwa sistem tersebut tentu tidak luput dari yang namanya kesalahan. Ini disebutkannya karena mengingat sistem ini merupakan sistem seleksi PKM perdana di UNTIDAR. Salah satunya pada proses administrasi yang
5
masih manual. Kemudian beberapa mahasiswa juga mengeluhkan para reviewer yang tak jarang berbeda pemikiran. Ini terjadi kala proses perbaikan proposal berlangsung. Hal ini dianggap wajar oleh Xander. Ia mengatakan hal-hal yang menjadi kekurangan akan menjadi perbaikan di masa mendatang. (GIS, Aa)
Gerilya Fakultas dalam
Gencarkan PKM
B
erbicara mengenai wadah berkreativitas atau biasa disebut PKM, pasti tertarik juga membahas perihal strateginya. Setiap fakultas memiliki strategi dalam memotivasi mahasiswanya untuk membuat proposal. Tak terkecuali dengan mewajibkan setiap mahasiswa yang menerima beasiswa untuk membuat PKM. Tak hanya itu, beberapa fakultas seperti Fakultas Pertanian,
Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Teknik pun turut mengadakan workshop untuk melatih mahasiswa dalam membuat PKM. Selain adanya workshop, setiap fakultas memiliki ciri khas tersendiri untuk menarik partisipasi mahasiswa dalam membuat PKM. Agaknya fakultas-fakultas di UNTIDAR tengah berlomba-lomba agar pembuatan proposal PKM sesuai dengan jumlah yang telah tertargetkan.
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
6
LAPORAN KHUSUS
Kredit Poin Salah satu strategi yang digencarkan adalah kredit poin. Sistem ini didalih turut andil dalam membentuk minat mahasiswa dalam membuat PKM. Kredit poin merupakan sistem yang mengharuskan setiap mahasiswa untuk memperoleh poin dari keaktifan mereka dalam berbagai kegiatan kampus, diantaranya dengan aktif berkecimpung di dunia PKM. “Apabila PKM mereka berhasil, maka mereka akan memperoleh sertifikat yang berguna untuk menambah poin. Poin yang diperoleh digunakan sebagai syarat untuk pengajuan skripsi,” ujar Dian Marlina, Gugus Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi. Ia menambahkan sistem ini diterapkan guna mendorong mahasiswa giat dalam membuat PKM. Mengingat betapa pentingnya kredit poin bagi mereka di samping juga menuntut mahasiswa untuk aktif dalam berbagai kegiatan lain di kampus. Apalagi kredit poin ini berperan dalam menentukan kelulusan mahasiswa di Fakultas Ekonomi. Penghargaan dan Hukuman Dewasa ini, penghargaan dan hukuman juga turut diberlakukan. Sistem ini tidak lain menjadi satu di antara banyaknya strategi untuk menunjang kuantitas PKM di tiap fakultas. Fakultas Ekonomi dan Fakultas Pe r t a n i a n m i s a l n y a . S a y a n g n y a , penghargaan yang diterima oleh mahasiswa jika berhasil dalam PKM hanya sebatas menerima sertifikat,
tanpa perlakuan khusus terhadap IPK atau nilai. “Kalau hadiah dan perlakuan khusus sejauh ini saya rasa belum ada,” ujar Adhi Surya Pradana, Sekretaris Jurusan Fakultas Pertanian. Adi melanjutkan ada konsekuensi tersendiri bagi mahasiswa yang tidak berkenan menyusun PKM. Pencabutan biaya hidup bagi penerima beasiswa bidikmisi pun dicanangkan menjadi konsekuensi yang harus diterima. Hal ini guna menjadikan mahasiswa aktif dalam pembuatan PKM. Sementara itu, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) diketahui terdapat beberapa dosen yang tak tanggungtanggung memberi perlakuan khusus terhadap mahasiswa yang PKM-nya berhasil didanai. “Khusus saya nilai otomatis A. Tidak hanya itu. Sebagai apresiasi, kami buatkan spanduk bagi mahasiswa yang PKM atau program kreativitas lain didanai oleh Dikti,” ujar Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Rangga Asmara. Penghargaan tanpa hukuman pastilah tak lengkap rasanya. Menyinggung masalah hukuman, mahasiswa penerima beasiswa yang tidak membuat proposal PKM hingga saat ini rata-rata hanya sebatas teguran. Belum ada kejelasan sanksi terhadap pelanggar peraturan yang dibilang wajib itu.
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
SILANG SELIMPAT “Seharusnya ada hukuman yang jelas dan tertulis bagi mahasiwa penerima beasiswa yang tidak membuat proposal PKM,” ujar Trisma Jaya Saputra, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Teknik. Tentor Demi mencapai target pembuatan PKM yang maksimal, Fakultas Pertanian memberikan fasilitas berupa tentor bagi mahasiswa. “Tentor bertugas mengajarkan bagaimana cara membuat PKM yang baik, termasuk sistem administrasinya,” sambung Adhi. Biasanya dalam hal ini mahasiswa yang membuat PKM mengonsultasikan hasil pekerjaannya kepada tentor. Kemudian jika hasilnya kurang baik, tentor akan mengarahkan mahasiswa untuk
7
merevisi hasil pekerjaannya. “ Te n t o r d i b e r i k a n d a r i mahasiswa yang proposalnya sudah pernah lolos dan mahasiswa yang tentu berkompeten dalam hal itu,” jelasnya. Adhi juga mengungkapkan awalnya, fakultasnya menargetkan sejumlah 100 proposal yang tersusun. Namun, nyatanya hanya 84 proposal yang berhasil dicetak oleh mahasiswa di fakultas yang kini menambah satu prodi baru itu. Walaupun target tidak tercapai, lebih dari 75% target tersebut telah terpenuhi. Dia mengharapkan dengan adanya sistem ini akan turut membantu meningkatkan kualitas PKM yang diajukan oleh mahasiswa, khususnya di Pertanian. (Ajg, AC, Kat)
Keselarasan Reviewers Hilang,
Gelisah Mahasiswa pun Datang
R
eview Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang telah dilaksanakan di Gedung Teknik lantai dua dan tiga pada hari Sabtu, 26 November 2017 membawa persoalan baru kepada mahasiswa. Terdapat beberapa mahasiswa yang mengeluhkan terjadinya perbedaan pendapat antar reviewers dalam merevisi PKM. Perbedaan pendapat terjadi pada ketentuan administrasi hingga substansi penjabaran isi dari PKM tersebut.
REVISI: Mahasiswa sedang merevisi PKM
Siti Kholishotul Ilmiah, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) semester 3 mengeluhkan terjadinya perbedaan pendapat antar reviewers. “Perbedaan pendapatnya kalau dari reviewers pertama itu bilangnya tidak boleh mengubah substansi isinya, maksudnya isi dari proposal kayak gitu doang, yang
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
8
SILANG SELIMPAT
boleh diubah itu paling administrasi seperti lembar pengesahan dan sebagainya. Tapi pada reviewers dua itu kok malah direvisi lagi proposalnya, katanya kurang ini kurang itu,” keluh Siti. Selain Siti, Erics Kharisma Danang Perdana, mahasiswa dari program studi S1 Teknik Mesin Fakultas Teknik semester 3 pun turut mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, mahasiswa mengalami kebingungan karena mereka hanya diberi hasil pembenahan proposalnya saja. “Tidak ditunjukan bagaimana proses review-nya. Itu yang membuat sebagian dari kami bingung,” katanya. Proses pembenahan yang rumit tentu akan mempersulit dan menghambat jalannya pengunggahan. Apalagi keselarasan si pembenah perlu dipertanyakan. Lalu, apakah hal ini sepatutnya dibiarkan? Menanggapi hal itu, salah satu d o s e n Fa k u l t a s Te k n i k , X a n d e r Salahudin menyatakan tiap reviewers
pada dasarnya memiliki standar yang sama. Hal ini karena sebelumnya para peninjau tersebut telah melalui pelatihan terlebih dahulu oleh reviewers nasional asal UNNES. Tomy Kurniawan yang digadang-gadang menjadi salah satu dari sederetan reviewers yang perlu diperhitungkan kiprahnya, ditunjuk untuk berbagi pengalaman dalam pelatihan itu. Melaluinya, reviewers UNTIDAR dibina dan dibimbing untuk membenahi proposal mahasiswa UNTIDAR sebelum diunggah ke Simbelmawa. “Memang ada perbedaan pendapat terkait format. Beberapa hal pasti ada yang sedikit berbeda, tapi pada akhirnya disamakan. Reviewers tentu sudah menyamakan persepsi bagaimana menilai proposal lima bidang, sehingga teman-teman satu visi dalam penilaian,” lanjutnya. Menyinggung terkait beda persepsi dalam membenahi, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik, Trisma Jaya Saputra, turut angkat bicara. “Ada penilaian yang kadang kala menjadi pembeda. Mungkin dosen ini mengatakan ini baik, maka dikatakan cukup. Namun, dalam penilaian tidak lepas dari panduan,” tutur Trisma. Ia juga beranggapan bahwa kunci kualitas sebenarnya ada pada substansi proposal. Hal itu berkaitan langsung dengan pembinaan dari dosen pendamping PKM. “Dosen
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
VOX POPULI pendamping bertanggung jawab atas isi dari proposal tersebut karena dia sudah memberikan tanda tangan,” katanya. Dalam kesempatan yang berbeda, Adhi Surya Perdana, dosen Fakultas Pertanian, mengaku sebenarnya reviewers tersebut memiliki standar masing-masing. Sehingga ditemui perbedaan kala meninjau proposal yang ada. Akan tetapi, reviewers tetap mengacu kepada komponen di dalam pedoman. Dalam merevisi, acap kali ditemukan isi dan judul proposal tak bersinergi. Adhi pun tak menyangkal hal itu. “Banyak dari mereka, judul proposal menyebutkan apa tetapi konteks isinya ke mana-mana,” akunya. Adhi berpesan agar reviewers
9
memiliki kejelian dalam membaca substansi. “Tim reviewers membaca lagi substansi. Tapi dengan catatan hanya mengarahkan, jadi tulisannya harusnya begini begitu. Tidak mengubah konteks materi pokok baru,” tuturnya. Menurut mereka, perbedaan persepsi perevisi ini bisa dibilang wajar sebab konsep yang begitu global dan banyak membuat penilaian berdasarkan suatu pedoman mengalami banyak perbedaan. Namun, pihaknya sudah mempersiapkan solusi untuk hal ini. “Kami sudah mengagendakan pendampingan. Dalam satu minggu setiap hari disediakan waktu konsultasi. Dari asar hingga magrib,” pungkas Xander. (DWS, AS)
Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan. -Tan Malaka-
PKM: Ajang Unjuk Kreativitas atau Formalitas?
A
khir-akhir ini, UNTIDAR menggencarkan penyusunan Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM). Seperti tahun-tahun sebelumnya, mahasiswa penerima beasiswa menjadi sasaran kampus yang dituntut wajib untuk berkontribusi sebagai timbal balik mereka terhadap universitas. Padahal sebenarnya kesadaran semua mahasiswa akan prestasi juga diharapkan untuk mengangkat citra baik universitas. Jika
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
10
VOX POPULI
kesadaran mahasiswa kurang, itu merampungkan ide kreatifnya dalam artinya ajang kreativitas tersebut belum sebentuk proposal PKM. Namun, kala maksimal digerakkan. Padahal, PKM namanya tercantum dalam daftar judul merupakan wadah bagi mahasiswa proposal yang lolos seleksi tingkat untuk menunjukkan kreativitasnya. universitas, agaknya ia sedikit bangga. Sekaligus ikut berpartisipasi dalam “Biarpun baru lolos universitas, aku pengembangan universitas yang sudah bangga. Tadinya aku berpikir sedang berlari menyusul universitas kalau aku tidak bisa apa-apa. Jadi, ngga' mau berpikir seperti itu lagi,” bergengsi lainnya. tambahnya. Kacamata Mahasiswa Jika dipandang sebelah mata, Tidak bijak juga ketika suatu permasalahan hanya ditilik dari satu memang kata “wajib” untuk penerima sudut pandang. Pembahasan awal beasiswa sangat menjadi beban. sudah mengupas tentang kebijakan Menurutnya, ternyata ada banyak sisi positif yang universitas. berhasil dirasakan K a c a m a t a “Biarpun baru lolos universitas, aku sudah bangga. Tadinya aku berpikir mahasiswa. Ada m a h a s i s w a kalau aku tidak bisa apa-apa. Jadi, kebanggaan mengantarkan ngga' mau berpikir seperti itu lagi,” tersendiri ketika banyak persepsi tambahnya. proposalnya terhadap PKM “ t e m b u s ” yang hadir dengan sistem barunya. Sebab, tidak walaupun masih ranah universitas. Lain halnya dengan Novita, semua mahasiswa merasa terbebankan akan kewajiban membuat PKM. Juga m e n u r u t n y a P K M b e n a r - b e n a r tidak semua mahasiswa membuat PKM menguras pikiran. Ia pun mengeluhkan dengan rela. Tentu hal ini perlu diselisik perihal revisi yang menguras tenaga. “Benar-benar merasakan proses lebih dalam. “Sebenarnya kemarin, saat belum perjuangan yang berarti. Ketika sudah lolos universitas, ya cuma buat selesai nyusun, serasa lepas dari beban,” formalitas aja. Karena aku anak tambahnya. Ia juga mengungkapkan bidikmisi, jadi harus membuat PKM,” sebenarnya apa yang dia dapatkan tutur Dini Novia, mahasiswa Fakultas lebih banyak jika dibandingkan dengan Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang ia berikan kepada universitas. Adapula mahasiswa yang program studi Pendidikan Bahasa dan menganggap bahwa akademik bukan Sastra Indonesia (PBSI) semester 3. Dini melanjutkan, awalnya ia tak satu-satunya jalan utama untuk b e r s u n g g u h - s u n g g u h d a l a m menggapai prestasi. Kegiatan non SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
OPINI akademik seperti turut serta dalam organisasi mahasiswa tak jarang menjadi kendala. “Karena wajib aja. Saya aktif di himpunan. Kegiatan yang padat membuat saya sulit membagi waktu,” ungkap salah satu mahasiswa Teknik Mesin S1 yang tidak mau disebutkan namanya. Dia juga menambahkan jika mahasiswa dipaksa, maka ide kreatifnya akan sebatas formalitas, bukan kreativitas. Karena itulah penyusunan PKM agaknya juga dianggap formalitas. Tuntutan wajib kadang kala menjadikan proposal disusun berdasarkan ingin menggugurkan kewajiban. Berbeda dengan Haniatul Isnaeni, mahasiswa nonbeasiswa FKIP semester 5 mengungkapkan bahwa membuat PKM adalah keinginannya untuk menambah pengalaman dan
11
menuangkan inovasi dalam bentuk tulisan. “Biar membawa nama baik U N T I DA R s e k a l i g u s m e m a j u k a n universitas, kan yang lolos PIMNAS sedikit,” tambahnya. Sebagai ketua kelompok, Haniatul mengakui ide tersebut dari kakak tingkat. Namun, semangat menulis mengantarkannya lolos universitas. Sebagai mahasiswa memang selayaknya berkenan memberikan sumbangsih terhadap perguruan tinggi tempat di mana ia mengemban ilmu. (GIS)
“
Anda tidak pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya sampai Andai menyukai apa yang sedang Anda kerjakan. -Dele Carneige-
Mengangkat Sepak Terjang PKM UNTIDAR Oleh: Wibiano Putra Prasadana Herrera
P
KM merupakan program Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) yang mewadahi mahasiswa Indonesia untuk mempersaingkan kreativitasnya. Tujuan utama PKM tidak lain tidak bukan adalah penggalian potensi yang dimiliki mahasiswa serta mengasah mahasiswa sebagai tokoh pengemban masyarakat melalaui ide-ide kreatifnya. Selain itu,
suksesnya mahasiswa yang lolos dikti akan membawanya pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Kebanggaan tersendiri ketika mahasiswa dapat ikut andil dalam ajang paling prestisius tersebut. Kebanggaan tersebut memang layak diakui mengingat PKM dijadikan tolok ukur keberhasilan dan kredibilitas suatu perguruan tinggi. Semakin
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
12
OPINI
banyak proposal dari sebuah perguruan tinggi yang didanai, maka semakin bergengsilah suatu perguruan tinggi. Sebagai perguruan tinggi negeri yang belum lama dinegerikan ini, tentu program kreativitas yang bergengsi ini sangat digembar-gemborkan. Kebijakan-kebijakan tentu diluncurkan beberapa dosen agar mahasiswa berkenan membuat PKM. Seperti yang dilakukan oleh salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Retno Dwi Pramudya A s a n i . Re t n o menjadikan PKM sebagai tugas mata kuliah, hal tersebut ia lakukan agar mahasiswa menjadi lebih a k t i f d a n produktif sehingga tidak hanya sekadar berangkat, kuliah, pulang. Alasan tersebut memang bisa dibilang masuk akal karena sebagai agent of change, mahasiswa dituntut untuk selalu produktif, kreatif, dan inovatif. Ia juga menambahkan, PKM juga membuat mahasiswa berpikir secara lebih rasional karena melalui PKM mahasiswa dituntut untuk bisa mewujudkan secara nyata apa yang ia telah tuangkan dalam proposal. Maka dari itu, reward dan punishment ia siapkan agar mahasiswa
lebih bersemangat membuat PKM. Meskipun demikian, persentase proposal PKM di UNTIDAR dari tahun ke tahun tidak menunjukkan kenaikan secara signifikan. Retno beranggapan, masalah tersebut disebabkan oleh sosialisasi yang tidak merata dan menyeluruh. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan kebijakan ini karena masih banyak sekali pertanyaan dari mahasiswa tentang bagaimana cara pembuatan, sistematika penulisan, serta segala masalah lain. T i d a k hanya itu, kesalahpahaman penyampaian informasi antara rektorat dan mahasiswa serta sistem pengeplotan yang dilakukan UNTIDAR juga berpengaruh terhadap minat mahasiswa dalam penyusunan PKM. Padahal, sosialisasi merupakan hal yang paling penting apalagi untuk para mahasiswa yang baru pertama kali membuat PKM. Berbagai macam kendala tersebut sebenarnya sudah mulai diatasi secara perlahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poilitik, di mana mereka bekerjasama dengan BEM FISIP untuk membuat wadah penampung minat dan bakat dalam PKM dengan nama
Retno menjadikan PKM sebagai tugas mata kuliah, hal tersebut ia lakukan agar mahasiswa menjadi lebih aktif dan produktif sehingga tidak hanya sekadar berangkat, kuliah, pulang.
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
OPINI Creativity Corner. Menurut Retno, tujuan dibentuknya Creativity Corner adalah sebagai alat penyalur minat dan bakat mahsiswa serta melakukan bimbingan terhadap hal-hal yang bersifat kompetitif seperti PKM. Ia menambahkan, jika Creativity Corner saat ini merupakan satu-satunya wadah mahasiswa dalam menyalurkan bakat dan minat mereka dalam PKM. Creativity corner juga menjadi jawaban dari banyaknya masalah kesalahpahaman mengenai sosialisasi PKM yang dilakukan rektorat kepada mahasiswa. Progam Creativity Corner yang dilakukan oleh FISIP merupakan langkah awal yang sangat baik dalam membina para mahasiswa dalam kegiatan PKM. Hal ini juga patut ditiru oleh fakultas lain agar menjadi wadah untuk m em bi na m ahas i s wa dan memudahkan proses penyampaian informasi. Jadi, meskipun mahasiswa merupakan penggerak utama kegiatan PKM, kampus sendiri juga memiliki peranan yang tidak kalah penting dalam meningkatkan antusias mahasiswanya karena segala kebijakan yang d i k e l u a r k a n universitas akan berpengaruh baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap keberhasilan
13
A E
P K M
proposal PKM mahasiswanya. Jika kebijakan universitas sudah tepat, maka mahasiswa akan lebih mudah mengaplikasikan kebijakan tersebut dan akan berpengaruh terhadap kualitas proposal yang akan meningkatkan potensi keberhasilan proposal tersebut didanai oleh Dikti. Namun, jika pihak universitas salah mengambil kebijakan dan tindakan, bukan tidak mungkin akan memberatkan mahasiswa dalam penyusunan PKM. Di sisi lain, m a h a s i s w a j u g a harus selalu meningkatkan dan mengembangkan kreativitas mereka. Sebab, melalui PKM lah mereka bisa menyalurkan ilmu mereka kepada universitas dan masyarakat atau dengan kata lain PKM merupakan kegiatan untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan negara.
SKEMA | FEBRUARI 2018, EDISI VI
14
POJOK KARYA
Dikejar PKM
Selamat Tahun Baru Imlek Tahun 2569
Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya.
-Gus Dur-
Fotografer: Wahyu Desi Y. Anggota LPM MATA Angkatan IX
Tajuni Hijab dan Craft telenan lukis: kado unik untuk berbagai momen harga bersahabat mulai dari 15K
Hijab multi fungsi untuk berbagai macam usia tersedia berbagai warna, bahan nyaman, tidak terawang, anti tembem
COMING SOON APRIL: HIJAB IN OUTER (HIJAB SEKALIGUS OUTER) @tajuni.hijab
085602167681
@tajuni.craft
Ingin bisnis Anda makin dikenal civitas academica UNTIDAR, warga Magelang, bahkan seluruh Indonesia?
Mau dibanjiri pelanggan???
085604777661
Mari bekerjasama dengan LPM MATA dalam bentuk search
iklan media partner advertorial lpmmata_untidar
LPM MATA
Lpm Mata Universitas Tidar
@lpmmatauntidar
085643098556 (Nisrina)