Writing Challenge Compilation (2017)

Page 1

WRITING CHALLENGE Compilation |

I


II

| Ecpose Indie Book


ECPOSE INDIE BOOK WRITING CHALLENGE Compilation | III


Tim Penyusun: Elma Ariella Khoriqul H. Putu Ayu Deasynta P. S. Ilham Faurizal Rahman Niken Kristiana Sari Nanda Ayu Eka Safitri Savira Nurwahyuni Inten Tamimi Siti Khotijah Triana Novitasari Tata Letak dan Desain Cover: Triana Novitasari Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Ekonomi (LPME ECPOSE) Jl. Jawa no. 17 (Kompleks UKM FEB UNEJ) Jember 68121 Email: lpm_ecpose@gmail.com Cetakan I, November 2017 X+111 hlm.; 14,8 x 21 cm

IV

| Ecpose Indie Book


DAFTAR ISI Sekapur Sirih | VII TEMA 1 : Menulis | 1 TEMA 2 : Tahun Baru | 17 TEMA 3 : Buku | 57 TEMA 4 : Perempuan | 93

WRITING CHALLENGE Compilation |

V


VI

| Ecpose Indie Book


SEBUAH AWALAN

S

alam sejahtera. Diadakannya Writing Challenge ini bukan tanpa alasan. Selalu ada sebab dari sebuah akibat. Berawal dari kondisi objektif semi subjektif terkait lembaga yang kita banggakan ini– ECPOSE. Menulis–budaya yang kian lama kami rasa kian terkikis akibat zaman dengan teknologi brengseknya. Kita semua tahu inti utama dari kegiatan pers, utamanya Pers Mahasiswa (Persma) adalah menulis. Di tengah gempuran zaman yang serba praktis pragmatis dan

WRITING CHALLENGE Compilation | VII


terlalu banyak melankolis menjadikan menulis jadi tak keren lagi. Menulis, bagi para generasi Y mendekati Z hanya dipandang sebagai kegiatan membosankan bahkan tak lagi punya nilai tawar di tengah pergaulan kekinian. Nggak Instagramable dan Quotable kata anakanak jaman sekarang. Berkaca dari kondisi itu, sudah tentu menjadi barang langka jika ada mahasiswa yang memilih Persma sebagai media tempat mereka berproses dan bergalau ria jelang angka 20 tahunan. Sejujurnya dari dalam hati, kita harus berbangga bahwa masih ada mahasiswa yang mau berjuang bersama Persma. Maka, kita dan anda juga sebagai para dedengkot persma yang kami rasa sudah khatam ke-persmaan-nya kiranya punya andil untuk merawat api kecil tersebut agar tak padam. Tak usah ndakik-ndakik. Cukup dukung lalu rawat semangat api-api kecil ini, agar nanti jika sudah waktunya, mereka dapat berdiri sendiri dengan api yang mantap dan tegas. Writing Challenge ini diadakan sebagai bentuk nyata dari cara merawat api-api kecil itu. Tentu kami serius dalam menyusun konsep tema apa saja yang menjadi santapan mereka setiap minggunya. Namun, ini tak melulu hanya tentang tema tulisan saja, tapi bagaimana cara meningkatkan skill kepenulisan agar

VIII | Ecpose Indie Book


tak terlihat patah-patah dan kaku seperti tulisan yang sedang anda baca ini. Akhirnya, sudilah kiranya meluangkan sedikit waktu untuk memberikan apresiasi kepada bibit-bibit revolusioner ECPOSE ini. Tabik! Jember, November 2017

Reza Aditya S. P. Pimpinan Litbang LPME ECPOSE periode 2014-2015

WRITING CHALLENGE Compilation | IX


X

| Ecpose Indie Book


TEMA 1 : MENULIS

WRITING CHALLENGE Compilation |

1


Konten: Menulis | 3 Cemburu | 7 Mulai Atau Tidak Sama Sekali | 13

2

| Ecpose Indie Book


Menulis Oleh: Inten Tamimi “Kamu tahu hal ternyaman ketika tak ada yang memahamimu adalah sendiri dalam kesunyian, dan saat sunyi itu tiba, cobalah tuk menulis�

T

ak ada yang menjamin seseorang akan menuruti kata-kataku, hilangkan penatmu dengan menulis. Mana mungkin? Menulis itu buang-buang waktu, menulis itu melelahkan. Tak ada yang benar maupun salah, karena semua berhak berpendapat. Menulis buang-buang waktu, iya memang. Kita dipaksa menerbangkan lamun kita untuk kemudian menuangkannya dalam bentuk aksara. Tapi selanjutnya lihat esensinya, kita akan jauh lebih terobati ketimbang kita tak menuliskan apa-apa, karena segala penat,

WRITING CHALLENGE Compilation |

3


rasa jengah harus dikeluarkan, bukan? Jika tak kau keluarkan, maka seterusnya hatimu gelisah, Jika tak berani mengungkap, maka beranilah menulis‌ Menulis itu melelahkan, sangat benar. Aku benci melarutkan diriku dalam ambang-ambang kesedihan, karena ketika aku harus menulis, maka aka harus mengeruk segala kejadian haru biru yang kulalui. Lelah karena kita harus berpikir, Lelah karena kita harus bermain perasaan, perasaan mengolah kata. Tapi, memang itulah bagian indahnya. Dan aku bukanlah tipe story-teller yang baik, hanya orang tertentu saja aku berani bercerita. Selebihnya aku memilih menulis. Esensinya adalah aku tak pernah hilang arah untuk bercerita, menulis juga bisa menjadi media bercerita. Jika tak berani mengungkap, maka beranilah menulis. Menulis butuh keberanian, berani untuk berbeda, berani untuk berada di kesunyian, berani untuk menulis peliknya kamu tanpa kamu tutuptutupi. Dan ketika kamu mulai hanyut akan menulis, maka keberanian itu sudah melekat dalam dirimu. Berani untuk berbeda, kamu mencoba beda ketika menjadikan menulis adalah bagian dari dirimu. Ketika sunyi datang, tangan-tangan mungilmu mulai memijat tombol-tombol untuk sekedar mengetik sebuah tulisan. Karena memang menulis adalah

4

| Ecpose Indie Book


pekerjaan yang sunyi. Tak ada manusia yang benarbenar bisa menang dari rasa sunyi. Berani menulis peliknya kamu, tak ada yang tahu dirimu dengan sangat jeli, kecuali dirimu sendiri yang tahu persis. Karena kita jualah yang menetralisir segala apa yang menimpa kita. Tentang rumitnya kamu, tentang jengahnya kamu maka marilah menulis untuk sekedar alat perenungan diri. []

WRITING CHALLENGE Compilation |

5


6

| Ecpose Indie Book


Cemburu Oleh: Putu Ayu Deasynta P. S. Warung ‘Bulek’, dua belas-dua belas-dua ribu enam belas. “Kalau aku yang jadi Pimred (Pemimpin Redaksi, red) dari siksakampus.com, baca awal tulisanmu sudah aku tolak. Tulisanmu jelek, dangkal dan terlalu bertele-tele. Ga cocok. Klise. Ciptakan hal lain,” kritik pake nada alus tapi nyelekit. -Sadam ‘Laki-laki kardus’-

P

ertama-tama ijinkanlah saya mengutip kata mutiara dari salah seorang komedian ternama asal Kecamatan Jelbuk, Sarip atau nama bekennya Andi untuk menanggapi kritikan di atas. “Oh mayak. Sempak Mamel,” pisuhku masih dengan muka manis. Teringat betul dalam benakku jauh melampaui kenangan soal mantan yang pergi karena selingkuh. Malam itu, mereka WRITING CHALLENGE Compilation |

7


bertiga sebut saja Sadam, Sarip dan Basit mengajakku ngopi. Tujuannya untuk mengoreksi tulisan yang telah aku kirim ke email siksakampus.com. Aku menyetujui ajakan mereka dan memutuskan untuk bertemu di Warung ‘Bulek’. Ilham, satu-satunya anggota magang di LPME Ecpose mengantarku ke sana. Dalam perjalanan aku mencoba menenangkan diri. Saat seperti ini, jujur aku takut menghadapi mereka bertiga terutama Sadam. Kritik dan ejekkan-ejekkan kecil untuk tulisanku pasti akan mengalir deras dari mulut mereka tanpa ampun. Jadi aku harus melapangkan dada dan legowo menerima itu semua demi proses yang lebih baik. Aku sampai duluan di sana. Selang beberapa menit mereka datang dengan gaya selenge’an lalu menyuruhku duduk dan mengajakku main kartu, poker. Aku pikir mereka lupa soal tulisanku, ternyata tidak. Setelah kekalahanku main kartu poker. Sadam mengajukan tulisanku kepada Sarip untuk di baca. Belum usai dia membaca tulisanku, gelak tawa khas keluar dari mulutnya. Hingga akhir tulisan, ia kembali tertawa. Mukaku merah, aku menunduk dan sedikit menggaruk-garuk meja. “Put, tulisanmu ini nggak cocok buat Siksa Kampus. Coba kamu baca dulu tulisan-tulisan di

8

| Ecpose Indie Book


sana,” ucapnya lalu pergi dan menyuruh Sadam untuk melanjutkan kritikan. Sekarang giliran Sadam. Aku berada tepat didepannya. Aku sangat malu. Usai membaca tulisanku, dia melempar senyum. Bukan senyum manis apalagi tulus, yang aku tahu itu senyuman sedikit mengejek. Dia membuka mulut dan... “Put, tulisanmu ini gak cocok buat Siksa Kampus. Tapi tulisanmu ini sangat cocok kalau dimuat di blog Lembah Melupa,” ucapnya dan kembali tersenyum. Lembah Melupa adalah nama blogku. Hampir semua isinya soal curhatan dan tulisan menyemenye kesenduhan hati. Sedangkan Siksa Kampus merupakan website hitz (mungkin, ini hanya opiniku) di kalangan Persma terutama Jember. Berisi tulisantulisan satire soal kehidupan mahasiswa dan kampus dengan slogannya ‘Mari bercanda dengan serius’. Jika mencari pengertiannya di KBBI satire merupakan gaya bahasa yang sifatnya sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Penyampainya dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi. Selain Siksa Kampus, gaya penulisan seperti ini dipakai Mojok.co dan Voxpop.id. Huft… Yah, satire bukan sendu. Ini kesalahan fatal dalam tulisanku, beda jenis dan gaya bahasa. Tidak itu saja tulisanku juga dikritik karena kedangkalannya

WRITING CHALLENGE Compilation |

9


dan tidak fokus. Mengutip perkataan filsuf tapi penjelasaanya setengah-setengah. Lead juga tidak jelas, tidak menjelaskan isi tulisan. Hmmm, terlalu banyak kesalahan dalam tulisanku. Pada akhirnya, aku disuruh menulis ulang dengan pembahasan yang berbeda. Aku hanya bisa menghela nafas dan mengatai diri-sendiri “Tulisanmu masih saja jelek. Aku cemburu pada mereka. Kapan tulisanku bisa sebagus mereka?� gerutuku dalam hati. Cemburuku akan selalu membuncah, saat membaca beberapa tulisan karya teman terdekat di blog pribadinya. Salah satunya adalah teman yang telah mengkritik tulisanku tadi. Aku masih takut cemburu dengan para penulis ternama misal Afrizal Malna, karena terlalu musykil untuk di capai (yang terdekat saja susah dicapai apalagi yang terkenal). Palingpaling berhenti di rasa kagum lalu, cuk! Tulisanne sadis, khayalanne ga masuk akal. Cemburuku pun tidak seperti Padi. Hingga terbakar apalagi buta. Cuman sedikit nyelekit aja di hati. Sudah sejauh ini, nulis aja masih jelek. Ini baru tulisan santai, belum berita. Boro-boro deh mau pake omongan abang Pram ‘Menulis adalah bekerja untuk keabadian’ apalagi mau jadi perempuan progresif-revolusioner ala Kartini. Sok-sok an mau nulis buat nerbitin terang

10

| Ecpose Indie Book


di tengah kegelapan. Nulis buat diterbitin di media sendiri aja masih ogah-ogahan. Sadar diriku! Puluhan saran kudapat dari internet dan temanteman yang aku anggap sudah cukup baik dalam hal tulis-menulis soal tips dan trik agar tulisan bisa bagus. Misal, harus buat kerangka tulisan dahulu, pilih topik yang renyah dan lagi booming, coba pakai kutipan lagu, puisi atau kata-kata filsuf dalam tulisan. Hingga bagaimana cara mengatasi writer’s block, pakai lead yang bagus, dan juga anjuran membaca Seandainya Saya Wartawan Tempo. Semuanya sudah aku baca dan terima. Tapi tetap saja, kebuntuan melanda dan hasil tulisan masih saja ga karu-karuan. Itu terjadi karena aku jarang menulis dan membaca. Pernah di suatu ketika aku membaca salah satu artikel milik penulis buku Agama Saya Jurnalisme, Andreas Harsono, di website pribadinya. Judulnya ‘Menulis butuh tahu dan berani’. Secara sederhana dia memaparkan bagaimana seharusnya menulis itu. Mengetahui dan berani itu kuncinya, serta kebiasaan dan pengalaman agar tulisan semakin baik. Proses bertahap itu perlu. Jadi aku pikir, tips dan trik itu tidak berguna tanpa adanya praktek secara kontinu dan cemburu akan terus ada. Tapi cukup bermanfaatlah cemburu itu, kalau bukan karena aku cemburu terhadap

WRITING CHALLENGE Compilation | 11


tulisannya. Mungkin aku enggak akan pernah buat blog dan memberanikan diri menulis disana. Meski diawali dari curhatan menye-menye. Yang terpenting cemburuku ini harus naik kelas. Kalau aku sudah selesai cemburu denganmu aku ingin lah cemburu dengan penulis terkenal misal penulis buku Kepada Apakah. Buku yang kamu pinjami beberapa minggu lalu. Hehehe... []

12

| Ecpose Indie Book


Mulai Atau Tidak Sama Sekali Oleh: Nanda Ayu Eka Safitri

P

ernahkah kamu mencurahkan apa yang pernah kamu alami dalam sebuah buku harian? Jika pernah, bagaimana perasaanmu setelah menuliskannya? Jika ditanya demikian, tentunya akan didapatkan jawaban berbeda dari masing-masing orang. Akan ada yang mengatakan, dengan menulis perasaannya lebih lega, dan ada pula yang mengatakan biasa saja, karena menulis hanyalah sekedar hobi dalam menyuratkan sebuah peristiwa dengan menyusun kata demi kata dalam tiap lembarnya. Namun keduanya memiliki kesamaan, sama-sama menulis. Lantas, apa hakikat dari menulis sebenarnya? Menurut para ahli, menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Keduanya WRITING CHALLENGE Compilation | 13


harus saling bekerja sama. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan dua hal mendasar, yaitu ketenangan dan keberanian. Mengapa demikian?. Pertama adalah ketenangan. Pikiran yang tenang akan membuat tulisan yang dihasilkan menjadi lebih maksimal, ideide segar seringkali muncul dalam kondisi demikian. Jangan menempatkan dirimu dalam tekanan, karena menulis adalah sebuah kebebasan. Kebebasan tanpa batas yang dapat dijadikan sebagai media dalam menyuarakan apapun. Poin kedua adalah keberanian. Tulis.. tulis.. dan tulis, jangan sesekali kamu hapus tulisanmu sebelum benar-benar selesai. Kebiasaan mengedit dalam proses penulisan akan mengganggu konsentrasi dan akan meghilangkan fokus awal tulisan yang sudah ditentukan. Banyak orang berasumsi bahwa menulis itu susah,banyak hal yang harus dikuasai, butuh membaca ini dan itu. Bahkan dalam menulis harus diperhatikan berbagai macam teknik, penggunaan bahasa maupun tanda baca yang baik, dan masih banyak lainnya. Benar-benar ruwet. Akan tetapi jika kamu benar-benar ingin belajar menulis, patahkan persepsi tersebut. Pada dasarnya, semua orang bisa menulis. Ibarat pisau yang harus selalu diasah, menulispun juga demikian. Perlu banyak latihan dan latihan. Menulis bisa dimulai dari hal yang paling mendasar, seperti menulis dalam buku 14

| Ecpose Indie Book


harian, menulis cerita pendek, atau bahkan menulis puisi. Tetapi juga jangan salah diartikan, tanpa membaca pun kita bisa menulis. Hal tersebut tidaklah benar. Berdasarkan situs kompasiana.com dikatakan bahwa menulis dan membaca adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Menulis secara tidak langsung akan memaksa kita untuk membaca. Penulis yang hebat akan selalu mencari pembenaran-pembenaran atas apa yang sudah dituliskannya. Dari manakah pembenaran tersebut diperoleh? Tentunya dari kegiatan membaca. Terlalu sempit memang jika kita menganggap bahwa kegiatan menulis hanyalah sebatas tulisan dalam catatan buku harian, untaian kata-kata puitis dalam sebuah puisi, dan rangkaian kalimat-kalimat yang akan tersusun apik menjadi suatu cerita. Namun tulisantulisan ringan inilah yang nantinya akan membawa kita untuk terus belajar, karena sejatinya menulis adalah sebuah proses. Proses tanpa batas jika ingin tahu kebenaran tentang apa yang ada di dalamnya. Lantas jika menulis hanyalah masalah keberanian, masihkah kamu takut untuk menuangkan apa yang kamu punya di dalam sebuah tulisan? []

WRITING CHALLENGE Compilation | 15


16

| Ecpose Indie Book


TEMA 2 : TAHUN BARU

WRITING CHALLENGE Compilation | 17


Konten: Fenomena Pergantian Tahun | 19 Satu Momen Berjuta Asa dan Makna | 21 Pelarangan Perayaan Tahun Baru | 25 Tahun Baru Bukan Berarti Awal yang Baru | 29 Label ‘Halal’ untuk Perayaan Tahun Baru | 33 Tradisi untuk Lebih Baik dari Tahun Sebelumnya | 41 Tak Ada yang Spesial | 45 Malamku di Penghujung Tahun | 49 Tahun Baru | 53

18

| Ecpose Indie Book


Fenomena Pergantian Tahun Oleh: Niken Kristiana Sari

S

udah tak asing lagi di telinga saat mendengar kata pergantian tahun. Tahun baru dapat diartikan sebagai perayaan dimana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Saat detik-detik malam pergantian tahun biasanya seseorang akan menyalakan kembang api dimana sebagai tanda bahwa akan ada tahun yang baru dengan kehidupan yang baru pula. Mulai dari kalangan anak kecil, para remaja, maupun orang tua mereka semua sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut malam pergantian tahun, sungguh begitu antusiasnya mereka. Berkumpul bersama keluarga, teman, serta berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai sudah menjadi hal yang biasa. Perayaan maupun pesta sudah menjadi rutinitas

WRITING CHALLENGE Compilation | 19


saat malam pergantian tahun. Sejatinya, pergantian tahun dimaknai tidak dalam arti pergantian angka pada kalender semata sehingga seolah perayaan tahun baru adalah perayaan pergantian kalender. Sebenarnya, dalam pergantian tahun yang telah terjadi berarti berkurangnya jatah hidup kita di dunia ini. Kalau kita merenung, bukanlah perayaan yang harus dilakukan menjelang pergantian tahun namun justru rasa syukur karena kita telah diberi amanat untuk masih bisa merasakan tahun lalu dan adanya rasa kekhawatiran adalah tahun terakhir kita hidup di dunia ini. Masa lalu bukanlah sesuatu yang harus dirayakan dengan besar-besaran namun justru harus dimaknai sebagai media intropeksi diri. Malam tahun baru selayaknya setiap orang berhenti beraktivitas dan kemudian melakukan evaluasi sejauh mana kita memaknai kehidupan yang telah lalu tersebut. Renungan ini penting agar setiap tahun yang kita lewati memiliki makna dan arti bagi setiap pribadi maupun orang lain. []

20

| Ecpose Indie Book


Satu Momen Berjuta Asa dan Makna Oleh: Nanda Ayu Eka Safitri

B

erapa usiamu sekarang? Anggap saja 20 tahun. Sadar atau tidak kamu sudah melewati 20 kali pergantian tahun dalam hidupmu. Iya kan? Nah, tinggal beberapa hari lagi kamu akan melewati pergantian tahun yang ke-21. Sudahkah kamu memiliki rencana di penghujung tahun nanti? Masih sekadar wacana atau hanya menunggu waktu untuk realisasinya? Kegiatan apa yang akan kamu lakukan? Hak sepenuhnya ada padamu, ingin melewatinya dengan biasa saja, atau membuat rencana meriah dengan sajian-sajian menarik di dalamnya. Sekali lagi, kuasa ada padamu, dan kamu berhak untuk menentukannya. Apa itu tahun baru? Dan mengapa milyaran orang di penjuru dunia merayakannya? Menurut WRITING CHALLENGE Compilation | 21


Wikipedia Bahasa Indonesia, tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Di sana juga dikatakan bahwa, budaya yang mempunyai kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan tahun baru. Lantas, apakah setiap orang akan sama dalam memaknai momen ini? Jawabannya tentu saja berbeda. Jika dikaitkan dengan unsur-unsur kepribadian yang ada dalam diri manusia, sudah barang tentu kemungkinan untuk melakukan halhal berbeda dalam perayaan tahun baru nanti sangatlah besar, karena pada dasarnya kepribadian seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Ada yang suka membuat pesta besar bersama dengan keluarga, ada yang sengaja bepergian ke luar kota untuk mengisi liburan tahun barunya, dan ada yang tetap di rumah, duduk manis sembari menonton hiburan di televisi sambil ditemani secangkir teh hangat dan biskuit pelengkap. Berbeda-beda setiap orangnya. Terlepas dari segala euforianya, tahun baru tidak melulu soal berapa bungkus kembang api yang sudah dinyalakan, seberapa nyaringnya suara

22

| Ecpose Indie Book


terompet yang akan dibunyikan, dan berapa kilogram jagung manis yang akan tersaji melalui kobaran api dalam perayaan nanti. Lebih dari itu, tahun baru dapat dijadikan sebagai momen dalam membunuh sepi. Sepi yang mampu diramaikan dengan banyak hal, seperti obrolan antar kawan tentang sebuah teori, ataupun kegiatan produktif lain seperti halnya diskusi. Manusia selalu membutuhkan orang lain dalam menunjang kehidupannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Aristoteles mengungkapkan bahwa, sosialitas adalah kodrat manusia. Manusia adalah makhluk yang mencari kesempurnaan dirinya dalam tata hidup bersama. Secara kodrati, manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai manusia. Sejalan dengan pandangan tersebut, salah seorang rekan melalui akun sosial media miliknya mengatakan bahwa, kemewahan dalam perayaan tahun baru bukanlah terletak pada suguhannya, melainkan kebersamaan itulah kemewahannya. Mungkin tahun baru hanyalah pergantian kalender, atau memang ada perubahan lebih baik lagi pada hal-hal yang fundamental. Semoga! [] WRITING CHALLENGE Compilation | 23


24

| Ecpose Indie Book


Pelarangan Perayaan Tahun Baru Oleh: Ilham Faurizal Rahman

5

hari yang lalu, Senin 26 Desember 2016, saya membaca berita terkait salah satu Organisasi Masyarakat (Ormas) kita yang menyinggung tentang larangan perayaan tahun baru. Begitu hebatnya pergerakan mereka terutama mengingat catatan sebelumnya yaitu kasus penistaan agama. Saya kira ada korelasi diantara kedua kasus ini. Keduanya sama mengacu pada permasalahan bahasa dan agama. Kala itu dalam pidatonya, Ahok yang dijadikan tersangka berujar, “Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa saja di hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya. Karena dibohongin pakai surat Al-Maidah 51 macem-macem gitu lho. Itu hak bapak ibu ya.� Terkait dengan masalah ini saya senada dengan pendapat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Yeyen Maryani bilasanya ada

WRITING CHALLENGE Compilation | 25


kesalahpahaman dalam mengartikan kata-kata yang diucapkan Ahok, karena sejatinya kata “dibohongi” adalah kalimat yang pasif. Jadi Yeyen menegaskan bahwasanya dari sisi bahasa harus dilihat terlebih dahulu konteksnya mengacu kemana. Permasalahan ketidakmengertian ini juga yang menghadirkan kontroversi akan larangan perayaan tahun baru. Agar tidak gamang, saya mencoba memulai menganalisis kata per kata berdasarkan pada KBBI. Makna dari “perayaan” adalah pesta (keramaian dan sebagainya) untuk merayakan suatu peristiwa. Sedangkan “merayakan” berarti memuliakan (memperingati, memestakan) hari raya (peristiwa penting). Jadi jika diperinci lagi berdasarkan makna dari perayaan tahun baru apabila merayakannya berarti kita telah memuliakan atau memperingati tahun baru masehi. Lalu bagaimana jika kita merayakan tahun baru dengan acara selamatan atau mengadakan pengajian. Apabila saya merayakan tahun baru dengan cara “tumpengan” dengan penuh rasa syukur dan pengharapan kepada Tuhan, apakah saya juga akan dikenai larangan? Saya rasa Ormas kita terlalu menekankan hukum dari perayaan tahun baru, tanpa mempertimbangkan kausal apa yang melatarbelakangi pemikiran mereka.

26

| Ecpose Indie Book


Saya akan lebih mendukung jika aspirasi pelarangan perayaan itu dibenahi dahulu. Cukup tambahkan saja kata “euforia� atau sejenisnya hasilnya pasti akan jauh berbeda. Terlebih juga bagaimana kriteria dari bereuforia merayakan tahun baru? Apa dengan konsumsi minum-minuman keras yang di oplos seperti kasus-kasus di perayaan tahun baru? Sehingga 17 korban meregang nyawa pada tahun 2014 lalu di kota Mojokerto. Hal ini sangat perlu untuk dijelaskan. Pantas saja Ketua DPRD, Kapolres, dan Dandim kabupaten Sragen merespon permintaan larangan perayaan tahun baru dengan penolakan. Memanglah bukan hal yang mudah bagi para pucuk pimpinan itu agar bisa melarang masyarakatnya merayakan tahun baru. Entah hanya saya seorang atau bukan saya saja yang merasakan ketidakwajaran dari cara Ormas kita dalam menyampaikan aspirasinya. Seperti mengumpulkan massa dan beramai-ramai menghadap penguasa, dengan membawa isu sentitif bagi kalangan masyarakat kita. Tak ingatkah bila negeri ini memiliki MUI yang dikenal dari fatwa-fatwa terpercaya sebagai wadah dari semua ormas Islam? Di sanalah tempat yang tepat untuk bermusyawarah terkait hal-hal berbau agama, sebelum pada akhirnya menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat tentang Ormas WRITING CHALLENGE Compilation | 27


kita. Bukan dengan cara-cara kontroversial yang dapat memecah persatuan dan kesatuan antar umat beragama. Pengkritisian masalah-masalah dalam tulisan ini bukan berarti bahwa saya adalah seorang pembenci/ haters dari Ormas kita. Saya banyak belajar dari makna kata “Sapere Aude� yang berarti berani berpikir sendiri, sehingga saya merasa perlu untuk menuangkannya ke dalam tulisan. Tulisan ini juga jauh dari kesempurnaan, moga-moga kita mampu dalam melihat setiap permasalahan sosial dengan jernih tanpa tersulut api amarah. Dan tidak terpengaruh oleh kedok kalimat “siapa yang kontra dan netral adalah salah.� Tabik! []

28

| Ecpose Indie Book


Tahun Baru Bukan Berarti Awal yang Baru Oleh: Siti Khotijah

T

ahun baru selalu saja identik dengan kembang api, perayaan, hingga acara bergadang untuk menanti pergantian tahun. Hal yang menarik bagi sebagian orang ketika menunggu detik terakhir 31 Desember menuju detik pertama 1 Januari (23:59-00:01), awal tahun yang baru. Sebagian orang merayakan momen tahun baru sedang sebagian orang lagi menganggap momen tersebut sama seperti hari-hari biasanya. Perayaan tahun baru memang sudah membudaya dalam masyarakat. Setiap penghujung tahun, dapat dengan mudah kita jumpai pesta kembang api hingga acara berkumpul bersama orang-orang terdekat untuk merayakan momen tersebut. Bahkan jika di daerah kita tidak ditemui acara-acara semacam itu (yang sepertinya hal ini tidak mungkin) kita masih bisa mengetahui WRITING CHALLENGE Compilation | 29


meriahnya acara tahun baru lewat mesin pencari (alias Google). Di sana kita akan menemukan banyak informasi ataupun tontonan yang menayangkan tentang meriahnya perayaan tahun baru dari berbagai daerah untuk satu tahun saja. Perayaan tahun baru dirayakan untuk menyambut sebuah awal yang baru, dengan harapan-harapan bahwa tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga muncullah apa yang disebut sebgai resolusi. Sedikit menyinggung tentang resolusi yang sepertinya selalu menjadi topik yang tak kalah penting selain perayaan dan kembang api untuk di bahas di penghujung tahun, bahkan mungkin kita juga tertarik untuk membuat daftar resolusi juga. Padahal resolusi (target pencapaian) juga dapat dibuat pada hari-hari lain. Tapi terkadang resolusi hanyalah pemanis atau sebatas motivasi normatif yang sering kali di buat namun selalu diabaikan pada akhirnya. Dan lucunya kebiasaan ini terus terulang dari tahun ke tahun. Pada kenyataannya pergantian tahun tidak memberikan efek apa-apa dalam kehidupan (kecuali pengurangan usia tentunya), keadaan tetap tidak berubah, sama saja, kecuali kitalah yang melakukan perubahan. Mungkin tahun baru memanglah suatu momen yang dianggap menjadi awal yang baru setidaknya dalam segi perthitungan kalender, namun 30

| Ecpose Indie Book


sebenarnya sama saja hanya dalam tingkat psikologi manusia saja mengatakan kalau tahun baru dapat menjadi awal yang baru. Tapi bukankan semuanya akan kembali ke masing masing orang, jika memang benar-benar ingin berubah tidak harus menunggu di awal tahun, setiap saat kita bisa memperbaiki hidup dan menyusun beratus-ratus resolusi lain meskipun tidak terlaksana seluruhnya. Sebab, waktu berubah tidak menunggu kita, tapi mengapa kita berubah selalu menunggu waktu. []

WRITING CHALLENGE Compilation | 31


32

| Ecpose Indie Book


Label 'Halal' untuk Perayaan Tahun Baru Oleh: Triana Novitasari

I

su agama sepertinya masih menjadi hal yang sensitif di negara ini. Setelah perdebatan mengenai haramtidaknya umat muslim mengucapkan “Selamat Hari Natal� kepada umat kristiani, beberapa minggu lalu Front Pembela Islam (FPI) di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menyinggung kehalalan perayaan tahun baru 2017. Meski FPI sempat melarang warga Sragen untuk merayakan tahun baru, namun akhirnya larangan tersebut tidak terlaksana karena pertimbangan dari berbagai pihak. Bukan tanpa alasan mengapa organisasi masyarakat yang berdiri di bawah bendera Islam ini melarang perayaan pergantian tahun masehi. Seperti yang banyak diketahui, perayaan tahun baru pada umumnya identik dengan pesta. Mulai dari yang WRITING CHALLENGE Compilation | 33


sederhana seperti sekadar meniup-niup terompet atau berkumpul bersama orang terdekat, hingga yang cukup meriah dengan meluncurkan ragam bentuk kembang api dan mengadakan pergelaran musik yang berlangsung hingga detik-detik menjelang pergantian tahun. Dengan membawa dasar hadis, ayat suci AlQuran, dan sumber hukum Islam lainnya, kegiatankegiatan tersebut dinilai melenceng dari kaidah Islam. Sebut saja begadang, membuang-buang waktu, dan berfoya-foya untuk hal yang tidak perlu. Selain menilai dari kegiatannya, apabila sistem penanggalan tahun masehi ditelusuri garis sejarahnya maka akan bermuara pada nama Paus Gregorius XVIII, seorang pemimpin gereja Katolik di Roma. Ia yang mengesahkan sistem penanggalan ini pada tahun 1582 silam, dan hingga sekarang banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Atas dasar inilah, tahun baru masehi dipandang haram apabila dirayakan, karena penanggalan masehi merupakan ‘produk’ dari nonmuslim. Perkara halal atau haram, biarlah kembali ke niat masing-masing umat dan menjadi urusannya dengan Tuhan. Terlepas dari itu semua, sebenarnya ada beberapa hal yang lebih bisa diperhatikan. Jika melihat dari sudut pandang yang berbeda, setidaknya ada tiga hal positif yang dirasakan oleh semua orang 34

| Ecpose Indie Book


akibat adanya momen pergantian tahun masehi ini. Dirayakan atau tidak, ketiga hal ini pasti akan selalu ada dan bisa dipastikan semua orang menyukainya. Pertama, tahun baru masehi di Indonesia diperingati dengan memasukkannya ke dalam jatah hari libur nasional. Semua orang senang hari libur, terutama untuk yang pekerjaannya terikat hari dan jam kerja, seperti pegawai. Sekalipun hanya satu hari, namun kehadiran hari libur akan selalu dinanti. Apabila kontroversi halal-haram ini berujung pada tidak diperingatinya pergantian tahun masehi, kemungkinan besar tanggal 1 Januari akan dihapuskan dari daftar hari libur nasional. Jika hal ini terjadi, entah bagaimana anggota-anggota FPI nantinya akan menghadapi nyinyiran warga Indonesia yang sebagian besar berprofesi sebagai pegawai. Belum lagi jika ditambah dengan pelajar-pelajar Indonesia yang turut menantikan hari libur dan lihai bersilat lidah di media sosial. Daripada mengurusi tingkat kehalalan perayaan tahun baru, bukankah lebih bermanfaat apabila menyusun agenda untuk hari libur yang hanya sehari itu? Kedua, pada pengujung tahun biasanya sejumlah toko melakukan cuci gudang. Sistemnya, produk lama dijual dengan harga lebih murah agar

WRITING CHALLENGE Compilation | 35


cepat habis, sehingga tahun mendatang gudang bisa diisi dengan stok baru. Sistem ini biasanya ada di pusat perbelanjaan pakaian, peralatan elektronik, maupun showroom sepeda motor atau mobil. Slogan yang diusung pun menggiurkan, “Diskon akhir tahun�. Konsumen mana yang tidak tergoda dengan kata ‘diskon’? Belum lagi periode diskon yang biasanya berlangsung cukup lama, dari menjelang pergantian tahun hingga pasca tahun baru. Ketimbang terlibat dalam perdebatan halal-haram, sepertinya lebih menyenangkan apabila memantau diskon apa yang sedang besar-besaran di awal tahun ini. Ketiga, beberapa stasiun televisi swasta Indonesia yang menyiarkan film-film produksi dalam negeri maupun mancanegara, setiap hari menjelang pergantian tahun. Tidak semua orang merayakan tahun baru di luar rumah dan berkumpul dengan banyak orang. Ada pula yang memilih untuk bersantai di rumah sambil menonton acara televisi. Segmen penonton inilah yang menjadi sasaran stasiun televisi tersebut. Untuk memanjakan penontonnya, dipilih film-film kenamaan yang jarang diputar di stasiun televisi Indonesia, sebut saja Django Unchained, Looper, dan seri film James Bond berurutan dari yang rilis tahun 1962 hingga yang terbaru tahun 2015. Pecinta film tentu menyukai hal ini. Tak peduli riweuh-nya pro dan 36

| Ecpose Indie Book


kontra perayaan tahun baru, terpenting bisa melihat film favorit. Selain ketiga hal tersebut, persoalan perayaan tahun baru sebenarnya juga bisa berkaca pada negara lain. Negara seperti Uni Emirat Arab, yang mayoritas warganya adalah muslim, bahkan merayakan pergantian tahun secara mewah. Dubai sebagai kota terbesar di sana menyambut tahun baru dengan pertunjukan kembang api. Saking mewahnya, bahkan wisatawan harus merogoh kocek sekitar 9 juta rupiah hanya untuk menikmati pertunjukan kembang api beserta konsumsi dan penginapan yang disediakan di sana. Tidak hanya Dubai, Abu Dhabi juga turut merayakan dengan menggelar konser dari grup musik asal Inggris, Coldplay. Cukup menarik melihat negara ini memanfaatkan malam tahun baru sebagai peluang bisnis dan menjadikan budaya barat menjadi sumber pemasukannya. Semua berjalan damai, tidak ada yang berseteru mengenai halal tidaknya negara seperti Uni Emirat Arab merayakan tahun baru. Jika membayangkan apabila FPI membuka cabang hingga Dubai, mungkin hati mereka akan bergolak membayangkan dana 9 juta rupiah dihabiskan hanya dalam waktu semalam.

Dirayakan atau tidak, momen tahun baru akan

WRITING CHALLENGE Compilation | 37


selalu membawa atmosfer yang menyenangkan bagi semua orang. Hanya di malam itu, langit semarak oleh letusan kembang api dan grup percakapan ramai dengan ucapan “Selamat Tahun Baru� disertai emoticon yang lucu nan beragam. Peralihan tahun bagi kebanyakan orang juga dijadikan momen untuk merenungi hal-hal yang telah dilakukan di tahun sebelumnya, serta menjadi ajang untuk mengevaluasi diri sendiri dan memulai segala sesuatunya dari awal. Sebagai negara yang mengakui beberapa agama seperti Indonesia, berat rasanya jika setiap kegiatan didasarkan pada sumber hukum salah satu agama yang menjadi mayoritas, dalam hal ini agama Islam. Sebagai agama yang paling banyak dianut, bukan berarti satu agama dapat melabeli boleh-tidaknya atau haramtidaknya suatu kegiatan. Daripada meributkan dalil ini itu untuk menguatkan argumen masing-masing, bukankah lebih baik melihat segala sesuatu dari sisi positifnya? Biarkan yang bersangkutan mengambil keputusannya sendiri asalkan itu tidak mengganggu kepentingan umum. Yang merasa menjadi mayoritas, tak perlu sibuk turut campur, terlebih membawa-bawa agama untuk membenarkan argumennya. []

38

| Ecpose Indie Book


Tradisi untuk Lebih Baik dari Tahun Sebelumnya Oleh: Elma Ariella Khoriqul H.

T

ahun baru adalah suatu perayaan dimana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang mempunyai kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan tahun baru. Hari tahun baru di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender Gregorian (penanggalan berdasarkan tahun Masehi), sama seperti mayoritas negara-negara di dunia. Terlepas dari pengertian tahun baru di halaman wikipedia.org tersebut, setiap orang pasti memiliki makna tersendiri tentang tahun baru. Beberapa mahasiswa memaknai tahun baru dengan evaluasi diri. Amelinda misalnya, salah satu mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember (FEB UNEJ) WRITING CHALLENGE Compilation | 39


angkatan 2015 ini menganggap tahun baru sebagai hari evaluasi dengan melihat pencapaian target tahun sebelumnya, biasanya di awal tahun ia akan menulis dan membuat lagi target yang akan dicapai tahun ini. Senada dengan Amelinda, M. Aldi Ramadhan mahasiswa Fakultas Hukum UNEJ angkatan 2015 mengungkapkan, “Untuk aku pribadi tiap tahun baru yang dilakukan adalah susun kembali taktik rencana hidup. Introspeksi diri. Menoleh ke belakang sembari bersiap untuk melangkah ke depan.” Selain memaknai tahun baru untuk evaluasi diri, sebagian besar mahasiswa menganggap tahun baru sebagai momen pengharapan. Bahkan kalimat harapan ‘semoga tahun ini menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya’ seperti sudah melekat erat dengan perayaan tahun baru. “Tahun baru itu hanya sekedar pergantian angka, pergantian kalender, tapi bisa jadi muncul harapan-harapan lebih baik dibanding tahun sebelumnya.” jelas Uliya Nurjannah mahasiswa FEB UNEJ angkatan 2015. Begitu juga dengan Monica Salsabina mahasiswa Fakultas Farmasi UNEJ angkatan 2014 yang mengungkapkan jika tahun baru harus lebih baik dari tahun sebelumnya. Namun, di sisi lain pemaknaan tahun baru seperti evaluasi diri dan pengharapan untuk menjadi

40

| Ecpose Indie Book


lebih baik dari tahun sebelumnya menimbulkan sedikit pertanyaan. Pada hakikatnya setiap hari manusia memang harus mengevaluasi diri dan harus lebih baik dari sebelumnya, tidak perlu menunggu tanggal 31 Desember berubah menjadi 1 Januari. Tetapi dewasa ini banyak yang memilih untuk mengungkapkan pengharapan tersebut di tahun baru. “Karena ada momentum ‘wah mumpung ada momen bagus, yuk bikin resolusi baru’, Kalau hari-hari biasa kan ga ada yang diperingati, ga ada momen penting yang patut diingat.” jelas M. Aldi Ramadhan. Sebenarnya setiap harapan untuk menjadi lebih baik tidak harus saat tahun baru karena harapan baru hanya akan menjadi ilusi jika tidak mempersiapkan cara untuk mewujudkannya. Tetapi, ada perbedaan pandangan dari kalimat harapan ‘semoga tahun ini menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya’ untuk beberapa mahasiswa. Maksud dari harapan tersebut tidak hanya untuk diri sendiri tetapi lebih kepada situasi di tahun tersebut. Misalnya tidak ada masalah-masalah seperti bencana alam dan polemik nasional seperti korupsi sehingga dapat menjadi tahun yang berkah untuk semua orang. Bahkan ada yang menganggap jika perbedaan tahun menyebabkan perbedaan berkah dan hoki sehingga perlu ada harapan yang mengiringi pergantian tahun tersebut. “Untuk tahun baru sebenere WRITING CHALLENGE Compilation | 41


dapat ditanggapi dengan banyak doa, banyak harapan, banyak bersyukur karena percaya atau tidak, biasanya beda tahun beda hoki,� ungkap Uliya Nurjannah. []

42

| Ecpose Indie Book


Tak Ada yang Spesial Oleh: Putu Ayu Deasynta P. S.

I

ni cuman pergantian angka. Bagiku tak ada hal spesial yang harus dilakukan untuk menyambut tahun baru. Semisal meniup terompet, membakar kembang api, berkumpul di alun-alun, menghitung mundur detik pergantian tahun, pesta pora di cafe, menghabiskan waktu berdua dengan pacar di malam tahun baru dan hal-hal lainnya yang kental dengan budaya penyambutan tahun baru. Pernah di suatu tahun, seingatku lima tahun yang lalu. Aku, keluarga beserta tetangga kompleks merayakan tahun baru dengan bakar-bakar di depan rumah. Menggelar tikar, bercengkrama soal pengalaman masing-masing dan makan-makan. Kami semua menanti tahun berganti hingga tengah malam. Lalu menyambutnya dengan tiupan terompet dan WRITING CHALLENGE Compilation | 43


ledakan mercon berwarna-warni di langit. Bagiku waktu itu hal yang paling menyenangkan bukan semarak atau ramainya di akhir penghujung tahun tapi momen perbincangan antar keluarga dan tetangga saat menanti pergantian tahun. Yang sebenarnya bisa dilakukan kapan saja. Jujur saat itu, aku harap tahun tak segera berganti. Aku masih ingin menikmati kebersamaan ini, mengobrol hingga pagi dan saling bercanda. Tahun berganti dan terus berganti. Hangatnya kebersamaan tahun baru yang pernah aku rasakan, kini semakin lama hanya sebagai simbolisasi. Kasaranya cuman dijadikan program kerja (proker) RT/RW, setiap warga di target iuran untuk membeli bahanbahan makanan. Tak menampik timbullah suatu keterpaksaan. Keharusan mereka datang bukan lagi karena ingin berkumpul tapi karena terlanjur iuran. Bagiku, hilang sudah makna berkumpul itu sendiri. Usai angka berubah, mereka kembali ke rumah masing-masing, mengambil sisa-sisa makanan kemudian menutup pintu rapat-rapat. Esok paginya berdebatan soal iuran bakar-bakar ramai di kalangan tetangga. Mempersalahkan ada warga yang tidak ikut iuran tapi ikut makan. Akhirnya di awal tahun timbullah permusuhan. Loalah mending yah ga usah ngerayain tahun

44

| Ecpose Indie Book


baruan kalo gitu. Sejak saat itu, setiap tahun baru aku lebih senang berada dalam rumah dan menonton TV hingga subuh. Film Harry Potter dan Spiderman jadi langganan. Setiap tahun hingga pergantian tahun 2015 ke 2016. Namun untuk pergantian tahun ini, ada hal yang sedikit berbeda dikarenakan aku berada di Jember. Tidak lagi menonton TV sendirian di rumah, tapi nonton bareng acara dangdutan dan Cartoon Network di Tegalboto. Sebenarnya hal tersebut sudah sering kami lakukan tak perlu menunggu hingga tahun baru. Sebenarnya, aku sudah merencanakan malam tahun baru untuk bakar-bakar dengan kelompok lainnya, namun karena ruwet. Aku putuskan tidak jadi menghabiskan waktu bersama mereka. Berkumpul, lagi-lagi hanya dijadikan sebuah simbolisasi dan keterpaksaan. Butuh tenaga ekstra untuk hanya sekedar berkumpul. Menyebalkan. Aku dan beberapa teman di Tegalboto menghabiskan malam dengan bermain gitar. Tak terasa liputan di televisi memberitahukan tahun telah berganti. Pikiranku saat itu bukan resolusi tapi makanan. Akhirnya beberapa dari kami memutuskan untuk ke Warung Pawon di Jalan Semeru ikut nimbrung makanmakan gratis. Setelah kenyang, kembali ke Tegalboto.

WRITING CHALLENGE Compilation | 45


Tidur. Aku bangun kesiangan dan kembali ke kosan lalu tidur lagi. Tak ada yang spesial. []

46

| Ecpose Indie Book


Malamku di Penghujung Tahun Oleh: Savira Nurwahyuni

A

ku suka malam, melihat bintang-bintang kecil bertebaran menghias langit. Udara dingin yang menembus kulit dibalik jaket tebal membuat lelahku tuntas sudah. Jika pulang ke kampung halaman, aku biasa menikmati malam di sebuah taman kecil. Taman ini biasa menjadi tempatku berkeluh kesah ditemani suara jangkrik-jangkrik kecil di malam hari. Tak lupa juga si kuning, buku tulis kesayanganku yang lembaran kertasnya mulai kekuningan dan bau apek. Huruf demi huruf, kata demi kata, tersusun rapi membentuk sebuah alur cerita kehidupanku. Setelah cukup puas bercerita pada malam ku putuskan kakiku melangkah pulang. Hari demi hari pun berganti, entah mengapa malam ini aku merindukan si malam di taman kota. WRITING CHALLENGE Compilation | 47


Dengan langkah santai aku berjalan menyusuri trotoar di pinggir taman. Betapa terkejutnya diriku ketika tamanku dipenuhi oleh banyak orang. Mereka asyik berjoget ria dengan musik yang berdentum sangat keras. Tak lupa juga minuman berwarna kecokelatan dengan botol persegi di genggaman mereka. Banyak anak muda ditamanku, mereka membawa kembang api dan terompet. Tangan tangan jahil mereka mulai mencoret coret bangku dengan kalimat “HAPPY NEW YEAR 2017” atau “WELCOME TO 2017”. Ahh aku segera merogoh sakuku dan melihat tanggal di handphone-ku, 31 Desember 2016 pukul 23.02 WIB. Oh, malam tahun baru, gumamku dalam hati. Aku hanya memandangi mereka tertawa, bercanda, bernyanyi dengan suara sumbangnya. Di taman ini ada sebuah lapangan agak luas yang di paving dengan bentuk ubin bunga matahari. Ini merupakan salah satu spot favoritku ketika akan menyaksikan bintang di langit malam. Lagi dan lagi, darahku mendidih melihat salah satu dari mereka menulis “Resolusi in 2017......”. Mereka menulis semua harapan mereka disana, tak lupa juga lengkap dengan tanda tangannya. Aku ingin berteriak memaki, tapi apalah dayaku yang hanya seorang gadis penyendiri yang terlalu mencintai taman ini.

48

| Ecpose Indie Book


Aku tak kuat lagi, air mataku menetes dari pelupuk mataku. Hatiku sakit, melihat si matahari wajahnya penuh coretan dari orang-orang tak bertanggung jawab. Si matahari seakan akan juga menyampaikan kesedihan dan tangisnya padaku. Ia tak berdaya dibawah kaki kaki yang katanya “manusia�. Tak kuat hatiku melihat kesedihan si matahari, kulangkahkan kakiku pada pohon rindang tempatku berteduh di siang hari. Keadaannya pun tak jauh berbeda, tubuhnya disayat-sayat dengan tulisan yang sama. Tiba-tiba salah satu dari mereka ada yang memanggil dan mengumpulkan teman - temannya. Mereka mulai berhitung mundur 10..9...8.. kurogoh saku celanaku lagi dan melihat jam di handphone-ku 31 Desember 2016 pukul 23.59. Ahhh pantas saja. 5..4...3...2...1.... tiba-tiba banyak kembang api bertebaran dan suara terompet yang memekikkan telinga. Si pohon besar sepertinya terbatuk karena asap kembang api mereka yang sangat banyak. Kasihan, wajahnya menampakkan penderitaan yang ia rasakan malam ini. Mereka kembali tertawa dan berteriak tentang harapan mereka di tahun yang akan datang tanpa bisa merasakan sesaknya si pohon besar. Ku dengar mereka meneriakkan dengan suara yang lantang dan agak menantang. Seakan-akan mengancam Tuhan jika tidak WRITING CHALLENGE Compilation | 49


mengabulkan doa mereka. Kutengadahkan tanganku dan memohon pada-Nya agar tamanku kembali seperti sediakala. Beginilah malamku di penghujung tahun. Aku sedih, aku menangis, mengapa hanya demi melampiaskan perasaan bahagia di pergantian tahun tamanku dirusak oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab hingga seperti ini. []

50

| Ecpose Indie Book


Tahun Baru Oleh: Inten Tammi

T

ahun telah berganti, menitip titian harapan pada tahun berikutnya berharap hal-hal yang belum terwujud di tahun kemarin dapat diwujudkan di tahun yang baru dan semoga semesta mampu mendengarnya. Tahun baru, apa-apa serba baru kata banyak orang. Semangat yang baru, hidup yang baru, pribadi baru atau bahkan pacar baru, yang terakhir jangan dianggap serius :D. Mengapa momen tahu baru acapkali dilantunkan dengan harapan-harapan? Toh, setelah itu kita akan lupa dengan apa yang kita ucap (maklumlah manusia seringkali lupa :D). Tapi, memang itulah bentuk dari euforianya, tahun baru dianggap penting dan tak boleh ketinggalan untuk merayakannya. Masyarakat berbondong-bondong memenuhi Alunalun agar bisa melihat kembang api yang begitu cetar-

WRITING CHALLENGE Compilation | 51


nya, yang suaranya mungkin bisa membuat orang jantungan (jika itu memang mengagetkan :D). Tak kalah pula bunyi terompet yang mendayu-dayu yang diperdengarkan di sepanjang jalan raya, yang mungkin suara terompet itu masih kalah tenarnya dengan bunyi klakson bus “om telolet om� dan tentunya harapan kecil yang hanya hati individu yang tahu. Semua orang bebas berkreasi di tahun barunya. Mungkin malam tahun baru diisi nongki-nongki anak muda sembari menunggu denting jam berubah menjadi pukul 00.00, kemudian memenuhi beranda akun sosial media mengabarkan bahwa “Tahun Baru telah tiba :D.� Bisa jadi, diisi dengan diskusi kecil-kecilan dengan tema yang sangat abstrak karena para pendiskusi nya yang tak kalah ajaibnya :D. Sungguh banyak hal-hal anti-mainstream yang bisa kalian lakukan di malam tahun baru, jadi jangan tertidur dulu sebelum sempat melihat kembang api maupun melihat detak jam berganti :D. Dan satu yang tak lupa, ketika kamu berharap tahun baru adalah penempaan dirimu untuk memperbaiki yang lalu dan berkembang maju, maka tetap jagalah semangat itu. Bukankah manusia memang harus memilih, antara berkembang maju atau

52

| Ecpose Indie Book


tidak. Meskipun bukan dalam momen tahun baru pun, semoga setiap hari selalu tercurah doa dan harap itu. Tahun-tahun itu selalu sama hanya berubah angka, tetapi proses di dalamnya lah yang akan mebuatmu berbeda. Jangan menjadi gugur yang berserakan dan tercecer kemana saja, tapi jadilah akar yang memperkuat pohon dan segala awaknya agar tak tumbang. “dan sebenarnya aku adalah salah satu dari sekian milyaran orang yang selalu menuliskan harapan tahun baru di baris buku lusuh, berharap aku tak akan lupa dengan mimpiku” Malam bertabur bintang… Mengiringi suara kicauan terompet… Yang berkumandang sampai waktu tiba… Para insan memenuhi alun-alun taman… Menyambut malam pergantian tahun… Bersuka cita dan bergembira… Berusaha membuka lembaran yang lebih baik… Dan belajar dari kesalahan tahun lalu… Malam ini… Semua insan berharap seraya berdo’a… Akan datangnya tahun dimana semuanya

WRITING CHALLENGE Compilation | 53


kan membaik… Semua berdo’a… Agar pemimpin kita lebih bijak dan jujur… Sebelum sempat waktu berdetak… Mari kita tanamkan pada diri kita… Jadikan tahun esok menjadi pintu keberhasilanmu… Dan jadikan tahun kemarin sebagai cermin… Agar kita tak salah melangkah… Tak ada lagi dendam dan benci… Semuanya membaur menjadi masa depan… Sambutlah malam bertabur harapan esok ini… (tulisan itu dibuat pada malam tahun baru 2014) …^misspuitis^… []

54

| Ecpose Indie Book


TEMA 3 : BUKU

WRITING CHALLENGE Compilation | 55


Konten: Buku Bajakan: Terlarang Namun Sukar Dilarang | 57 Eksistensi Sang Jendela Dunia | 63 Polemik Penggunaan Buku di Kalangan Siswa | 67 Paperback or Ebook?? | 73 Trik dan Tips Membaca | 77 Batu Gunting Kertas | 81 Rendahnya Minat Baca di Jember | 85

56

| Ecpose Indie Book


Buku Bajakan: Terlarang Namun Susah Dilarang Oleh: Triana Novitasari

S

uatu waktu seorang teman pernah mengirimkan pesan siaran di salah satu grup percakapan. Dalam pesannya, ia menyertakan foto setumpuk novel dan sebuah keterangan bahwa ia menjual novel-novel tersebut dengan kisaran harga 35-45 ribu rupiah. Saya sempat heran begitu melihat novel yang saya beli di Gramedia dengan harga 69 ribu, dia jual dengan harga 40 ribu. Setelah saya baca lebih rinci, ternyata novel yang ia jual adalah duplikatnya, namun didesain sedemikian rupa sehingga penampilannya mirip dengan yang asli. Bukan kali pertama saya menjumpai hal tersebut. Ketika saya menempuh salah satu mata kuliah, dosen mereferensikan buku dari seorang penulis. Seminggu kemudian saat kelas berlangsung, dua teman saya membawa buku yang serupa tetapi harganya jauh WRITING CHALLENGE Compilation | 57


berbeda. Setelah diusut rupanya salah satu buku dibeli di pasar loak dan yang satu lagi dibeli di Gramedia. Sekilas keduanya nampak identik, yang membedakan hanya kualitas cetak dan jenis kertasnya. Dengan kertas yang lebih tipis dan cover yang sedikit buram, buku yang dibeli di pasar loak dapat diperoleh dengan harga 2 kali lipat lebih murah daripada yang dibeli di toko buku. Bicara soal buku murah, ada beberapa hal yang menyebabkan harga buku menjadi lebih murah daripada harga di pasaran. Bisa karena pembelinya membeli langsung dari penerbit, bisa karena buku yang dijual merupakan buku bekas, dan bisa juga karena buku tersebut diperbanyak oleh pihak yang bukan penerbit. Berdasarkan yang pernah saya alami, bukubuku murah tersebut sebagian besar ada karena dibuat duplikatnya. Buku-buku ini banyak dikenal sebagai buku bajakan. Dengan keterampilan manipulasi, produsen buku bajakan bisa menghasilkan buku yang serupa dengan buku aslinya dan dijual dengan harga yang lebih “merakyat�. Peredaran buku bajakan tentu membuat penulis geram. Bagaimana tidak, pikiran dan tenaga sudah dicurahkan untuk menghasilkan sebuah buku, ketika sampai di pasar hasil buah pikirannya malah dijiplak

58

| Ecpose Indie Book


dan diperbanyak tanpa izin. Terlebih penulis tidak memperoleh hak royalti dari setiap buku bajakan yang terbit dan terjual di pasar. Tidak hanya penulis, penerbit pun hanya bisa merengut, ketika proses penyuntingan naskah, percetakan, hingga pemasaran dan distribusi buku menjadi sia-sia, saat ada pihak yang menggandakan serta menjual buku tersebut secara ilegal. Negara bukannya menutup mata dengan fenomena ini. Dikeluarkannya perundangan tentang hak cipta diharapkan mampu melindungi penulis, penerbit, maupun pencipta lainnya dari pembajakan karya. Ancaman hukuman yang didengungkan apabila melanggar undang-undang ini pun tidak tanggungtanggung, yakni 7 tahun penjara dan atau denda maksimal 5 miliar rupiah. Nyatanya, hal ini tidak menyurutkan geliat pembajak. Terbukti kios-kios buku bajakan tetap eksis sampai sekarang, bahkan seorang mahasiswa pun bisa menjadi distributornya. Layaknya hukum penawaran dan permintaan, buku bajakan akan terus ada selama konsumen mencari buku ini. Terlebih mahasiswa yang identik dengan hidup pas-pasan. Mereka tentu lebih memilih membeli buku bajakan yang rata-rata lebih murah 2 kali lipat daripada buku aslinya. Kalau bisa mendapatkan 2

WRITING CHALLENGE Compilation | 59


buku dengan uang 100 ribu rupiah, untuk apa bergaya dengan beli buku asli tapi cuma dapat 1 buku? Alih-alih membeli buku bajakan, ada pula yang memfotokopi keseluruhan atau sebagian dari isi buku sesuai dengan yang diperlukan. Jangankan mahasiswa, perpustakaan kampus pun tidak jauh berbeda. Beberapa literatur juga ada yang hasil fotokopi, terutama buku-buku terbitan luar negeri yang harga aslinya selangit. Keberadaan buku bajakan dan aksi fotokopi buku memang tak mudah diberangus dari kehidupan mahasiswa maupun masyarakat lainnya. Pada satu sisi mahasiswa antusias membeli buku untuk memenuhi kebutuhan literasinya. Namun di sisi lain keterbatasan ekonomi harus dihadapkan dengan harga buku yang terlampau mahal. Pembajak buku mungkin telah melanggar hukum karena mengambil keuntungan dengan menjadi parasit di “isi kepala� para penulis, namun mereka tidak bisa dicap bersalah sepenuhnya. Bagaimanapun buku murah yang mereka distribusikan turut mengiringi perjalanan mahasiswa hingga para akademisi ini dapat menjadi sarjana. Hukum telah ditetapkan dan ancaman sudah dilayangkan. Namun setegas apapun tindakan dan hukuman yang dialamatkan kepada para pembajak, tidak akan efektif selama negara tidak mempermudah

60

| Ecpose Indie Book


akses masayarakat dalam memperoleh buku dengan harga yang terjangkau. Subsidi pendidikan tidak melulu harus melalui dana beasiswa, tetapi bisa juga dialirkan ke pengadaan buku, sehingga pelajar maupun mahasiswa dapat memperoleh literatur yang relevan dengan harga yang relatif murah. Undang-undang hak cipta tentunya hanya akan menjadi hitam di atas putih apabila hanya berupa uraian yang mengintimidasi para pembajak, diperlukan pula kepedulian dari negara untuk mengedarkan buku-buku berkualitas yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Jika buku murah benar-benar terwujud, kiranya masyarakat akan lebih banyak membeli buku asli, sehingga para pembajak buku lambat laun akan merasa bahwa membajak buku tidak lagi menjadi ladang yang menguntungkan. []

WRITING CHALLENGE Compilation | 61


62

| Ecpose Indie Book


Eksistensi Sang Jendela Dunia Oleh: Elma Ariella Khoriqul H.

B

uku adalah jendela dunia, dengan buku kita dapat memperluas wawasan dan pengetahuan. Setiap cerita, ide ataupun gagasan yang tertuang dalam buku yang telah kita baca dapat membantu membuka jalan pikiran kita entah untuk memecahkan permasalahan atau hanya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam. Sebagian besar orang menganggap membaca buku mengakibatkan stres dan beban berpikir yang berlebihan, tidak banyak yang menyadari jika dengan buku kita dapat berelaksasi dan berpikir lebih bebas. Membaca buku dapat meningkatkan kualitas memori otak dan melatih keterampilan dalam berfikir juga analisa. Bahkan menurut studi yang dilaporkan National Academy of Science, Amerika Serikat, menemukan bahwa orang yang menggunakan kemampuan kognitif seperti

WRITING CHALLENGE Compilation | 63


membaca buku secara optimal pada usia pertengahan berisiko lebih rendah menderita Alzheimer. Namun, manfaat tersebut seakan tidak membuat masyarakat tergiur untuk lebih banyak membaca buku. Berdasarkan studi Most Littered Nation in the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara terkait minat baca. Kondisi ini mencerminkan bagaimana popularitas buku di Indonesia saat ini. Banyaknya ruang baca, berdirinya perpustakaan dan beroperasinya perpustakaan keliling di Indonesia seakan tidak bisa menjadi tolok ukur popularitas buku dan minat baca di masyarakat. Jendela dunia Indonesia sedang memprihatinkan. Di era yang serba digital ini masyarakat cenderung apatis dan malas membaca buku. Mereka lebih banyak bergelut dengan smartphone yang selalu ada di genggaman, mengakses sosial media dan game online telah menjadi kebiasaan. Persaingan buku dan kecanggihan teknologi seakan tiada henti. Buku yang pernah menjadi primadona karena bentuknya yang mudah dibawa kini mulai tergeser dengan smartphone yang praktis dengan berbagai suguhan informasi. Hanya dengan mengetik beberapa kata kita dapat menemukan informasi yang kita inginkan melalui internet. Bahkan di dunia maya

64

| Ecpose Indie Book


kini telah tersedia literatur online seperti e-book yang lebih simple sehingga sedikit demi sedikit menurunkan minat pembaca buku cetak. Kondisi tersebut menyebabkan perpustakaan terlihat lengang dan surut pengunjung, sedangkan kita dapat menjumpai keramaian yang luar biasa di tempat-tempat yang dipenuhi akses internet. Tidak banyak pengunjung perpustakaan yang datang untuk benar-benar membaca buku, sebagian besar mengunjungi perpustakaan hanya untuk mengerjakan tugas skripsi, mencari buku referensi yang dianjurkan guru ataupun dosen dan hanya memanfaatkan fasilitas pendingin ruang perpustakaan. Eksistensi buku di masa depan memang tidak ada yang tahu. Rendahnya minat baca menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sebaran buku saat ini. Mengakses e-book tidak menjamin masyarakat benar-benar memberi perhatian terhadap minat baca karena jika telah terkoneksi internet tidak menjamin kita akan fokus terhadap satu hal yang kita baca. Semua bergantung pada kesadaran masing-masing, untuk membangun diri menjadi pribadi yang lebih maju dapat dilakukan dengan meningkatkan kemauan untuk membaca sehingga tanpa disadari kita juga turut meningkatkan eksistensi buku. []

WRITING CHALLENGE Compilation | 65


66

| Ecpose Indie Book


Polemik Penggunaan Buku di Kalangan Siswa Oleh: Siti Khotijah “Dont jugde the book by the cover.�

J

angan menilai buku dari sampulnya, tapi jika kita ingin membeli buku tentu saja harus melihat sampulnya terlebih dulu, membaca sinopsis dari sampul belakang juga melihat judul dan nama pengarang di sampul depan, karena ekspektasi kita terhadap buku tersebut tercermin dari sampulnnya. Tapi kita tidak akan membicarakan tentang bagaimana cara menilai buku yang baik lewat sampulnya, karena sepertinya semua orang tahu bagaimana caranya. Bicara tentang buku, sepertinya benda ini tidak lagi asing, semua orang tahu benda ini karena sering kita jumpai disekitar kita, khususnya bagi anak sekolah

WRITING CHALLENGE Compilation | 67


yang menjadikan buku merupakan kebutuhan pokok. Dari taman kanak-kanak hingga ke bangku kuliah buku menjadi kebutuhan pokok sebagai penunjang proses belajar mengajar, terutama pada siswa tingkat menegah yang wajib memiliki buku sebagai penunjang proses pembelajaran. Mungkin sebagian dari kita pernah merasakan sewaktu masih duduk di bangku SMP dan SMA, masamasa dimana harus membawa sekarung buku untuk pelajaran sehari. Untuk satu mata pelajaran saja para siswa membutuhkan buku paket, buku LKS (Lembar Kerja Siswa), buku catatan, dan terakhir buku tugas. Sehingga para siswa SMP dan SMA sudah terbiasa sehari-hari membawa tas punggung sebesar karung yang isinya buku dobel-dobel, khususnya bagi siswa yang bersekolah SMP atau SMA negeri. Para siswa membawa buku dalam jumlah tersebut juga bukan tanpa sebab, karena standar tidak resmi yang akhirnya malah diresmikan oleh sekolah-sekolah (kebanyakan sekolah negeri) memang mengharuskan siswanya untuk membawa buku berlapis-lapis. Pihak sekolah atau lebih tepatnya setiap guru mewajibkan siswanya untuk punya buku paket sekaligus LKS yang tentu saja harus dibeli, sebab bukannya tidak boleh pinjam, namun para siswa tidak bisa meminjam karena setiap tahun buku yang digunakan berbeda jadi tidak bisa 68

| Ecpose Indie Book


meminjamnya dari kakak kelas. Mungkin ada beberapa buku yang masih bisa dipinjam dari kakak kelas namun hanya dua atau tiga buku saja, sedangkan untuk meminjam diperpustakaan tidak ada buku yang sama persis meskipun masih dapat digunakan. Mewajibkan membeli sejumlah buku tidaklah dipermasalahkan ketika tujuannya sudah jelas (tentu saja tujuannya jelas, untuk belajar tentunya). Memang tujuan membeli buku sejatinya untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah, namun apa harus buku yang digunakan berdobel-dobel, disini yang membuat permasalahan adalah, yang pertama para guru terkesan mendesak agar setiap siswa wajib memiliki buku yang lengkap tentu saja hal ini memberatkan sebab buku yang digunakan untuk satu mata pelajaran saja memiliki dua sampai empat jenis (buku paket, LKS, tugas, dan buku catatan) untuk buku tugas dan LKS mungkin tidak terlalu memberatkan, di samping harganya tergolong terjangkau para siswa juga membutuhkan buku ini untuk mengerjakan soal. Namun untuk pembelian buku paket (semacam buku referensi di kala perkuliahan) yang fungsinya untuk memberikan pengetahuan kepada siswa seputar materi yang lebih mendalan, dari pada yang disajikan dalam buku LKS, maka pembelian buku ini tidak terlalu menjadi kebutuhan pokok jika tujuannya hanya untuk digunakan sebagai referensi, WRITING CHALLENGE Compilation | 69


karena guru masih memberikan materi yang nantinya akan dicatat oleh para siswanya, kemudian disekolah tentunya menyediakan sebuah perpustakaan yang tujuannya tentusa untuk menyediakan buku referensi bagi siswanya, kemudian siswa juga masih dapat belajar dengan cara menggunakan buku secara berkelompok misalnya untuk dua atau tiga siswa menggunakan satu buku paket saja. Yang kedua, memang pembelian buku paket juga penting tapi bukankah pembelian buku ini tidak perlu ditekankan kepada setiap siswa yang nantinya malah akan membebani. Harga buku paket yang dijual di sekolah memang berkisar Rp30.000 hingga Rp 50.000 namun apabila setiap mata pelajaran yang jumlahnya 12, kurang lebih jumlah yang harus dikeluarkan untuk membeli buku mencapai Rp500.000, belum lagi buku LKS dan buku tulis (untuk tugas dan catatan) yang masih harus dibeli. Dari pada setiap guru menekankan setiap siswanya untuk membeli buku yang terkesan dipaksakan, mengapa tidak fokus untuk membangun minat baca dikalangan siswanya saja. Apabila minat baca siswanya rendah, maka percuma saja meski mereka mempunyai buku referensi yang banyak nantinya juga tidak akan dibaca. Dengan mewajibkan

70

| Ecpose Indie Book


siswa membeli buku tidak akan menjamin tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi, lebih efektif apabila memantau cara belajar para siswa. []

WRITING CHALLENGE Compilation | 71


72

| Ecpose Indie Book


Paperbook or E-book?? Oleh: Savira Nurwahyuni

S

eiring perkembangan waktu, arti kata buku bukan lagi lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong, kitab (sumber : KBBI). Buku memiliki makna yang sangat luas, bahkan secara fisik buku tidak lagi hanyalah kumpulan kertas. Secara fisik, kita dapat menjumpai dua macam buku yaitu buku yang berupa lembaran-lembaran kertas yang disatukan atau kita sering menyebutnya dengan paperback dan buku elektronik atau e-book. Tentu perbedaan antara paperback dan e-book tidak hanya dari segi fisik saja. Ada beberapa perbedaan diantara keduanya yang berdampak pada selera pembaca. Tidak sedikit pembaca yang memiliki perbedaan selera antara paperback dan e-book menjadi saling serang. Biasanya, pembaca paperback menganggap WRITING CHALLENGE Compilation | 73


bahwa pembaca e-book adalah orang-orang yang tidak mau keluar usaha ekstra dan cenderung pemalas. Sedangkan pembaca e-book beranggapan bahwa pembaca paperback adalah orang-orang yang kuno dan tidak dapat memanfaatkan teknologi secara baik. Sekali lagi, ini hanyalah biasanya bukan semuanya. Sebenarnya, sebelum memperdebatkan lebih baik mana paperback atau e-book terlebih dahulu pembaca harus tahu tentang paperback dan e-book. Buku (paperback) adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu yang berisi tulisan atau gambar. Dijaman yang serba canggih ini, buku masih menjadi referensi yang dinilai lebih terpercaya jika dibandingkan referensi lainnya. Dalam proses pembelajaran sejak di Taman KanakKanak hingga Perguruan Tinggi referensi utama yang digunakan adalah buku (paperback). Hal ini karena isi dari buku benar-benar berasal dari sumber yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bagi sebagian orang, sentuhan saat jari pada kertas pada saat membaca buku membawa sensasi tersendiri sehingga membuat di pembaca mudah larut didalamnya. Tidak sedikit juga mahasiswa yang merasa lebih nyaman mencetak e-book-nya menjadi paperback agar lebih mudah memahami materi. Namun, buku memerlukan perawatan khusus agar tidak mudah rusak seperti 74

| Ecpose Indie Book


disampul, dibersihkan, dan lain-lain. Sehingga perlu mengeluarkan biaya lebih untuk perawatan. Selain itu, buku juga memerlukan tempat penyimpanan yang besar agar terlihat rapi dan tidak mudah rusak, terutama bagi orang-orang yang memiliki banyak koleksi buku. E-book singkatan dari Electronic Book atau buku elektronik. E-book memiliki banyak format seperti .pdf dan HTM. E-book yang berformat .pdf cenderung lebih banyak di internet dan dapat dibuka dengan aplikasi Adobe Reader, Acrobat Reader, dan sebagainya. Sedangkan format HTM dapat digunakan dengan cara browsing atau offline dengan Internet Explorer. E-book sendiri sangat mudah dalam pengaplikasiaanya, cukup download e-book di internet lalu buka dengan software yang telah disebutkan sebelumnya. Harga yang relatif murah dan tidak sedikit e-book yang gratis menjadi daya tarik tersendiri bagi pelajar dan mahasiswa. Selain itu e-book ramah lingkungan, tidak memerlukan tempat penyimpanan yang besar dan juga anti rusak. Namun, membaca e-book terlalu lama di layar monitor membawa dampak yang buruk baggi mata. Harga e-book yang relatif murah bahkan gratis menyebabkan kualitas isinya tidak sebaik di paperback. Selain itu, sumber dan pertanggungjawaban penulis e-book biasanya patut untuk dipelajari lebih lanjut.

WRITING CHALLENGE Compilation | 75


Sebenarnya, memilih e-book atau paperback semuanya kembali diserahkan pada selera dan kebutuhan pembaca. Apabila seorang pembaca ingin mempelajari sesuatu secara garis besar (karena misalnya terburu-buru harus paham materinya) dan ingin praktis, maka e-book menjadi pilihan yang tepat. Namun, jika pembaca akan menulis skripsi, tesis dan karya ilmiah lainnya yang memerlukan referensi terpercaya maka paperback lah referensi yang terbaik. Hakikatnya antara e-book dan paperback tidak pantas untuk dibandingkan, karena keduanya memiliki karakter sendiri yang akan saling melengkapi untuk menghapus dahaga ilmu si kutu buku. []

76

| Ecpose Indie Book


Trik dan Tips Membaca Oleh: Niken Kristiana Sari

B

uku adalah jendela ilmu. Kita bisa memperoleh banyak ilmu dengan membaca buku. Namun, kebiasaan dalam membaca tak akan datang dengan sendirinya. Perlu dilakukan latihan pada diri seseorang agar terbiasa dalam membaca. Jika kita melihat di dunia barat, tak jarang orang-orang memegang bahan bacaan. Bahan bacaan pun beragam, baik itu surat kabar, buku ilmiah, maupun buku fiksi. Di mana pun mereka berada, mereka menyempatkan membaca dan tetap konsentrasi dengan bahan bacaannya walaupun di tempat ramai. Hal tersebut terjadi karena di dunia barat telah terbiasa dengan budaya membaca. Bahkan jika ingin berangkat ke kantor tidak membaca surat kabar terlebih dahulu, mereka tidak bisa. Nah, bagaimana dengan Indonesia? Menurut data UNESCO kenyataan mengatakan bahwa budaya membaca di

WRITING CHALLENGE Compilation | 77


Indonesia sangatlah rendah. Betapa tidak hanya 0,01 persen penduduk yang menyukai membaca. Kalau kita aktualisasikan data tersebut, maka ada 1 orang diantara sepuluh ribu orang yang mempunyai keinginan untuk membaca. Begitu mirisnya hal ini, padahal kita semua sudah mengetahui manfaat membaca itu sendiri. Selain menambah ilmu, membaca dapat meningkatkan wawasan kita. Kalau sudah seperti itu, bagaimana upaya kita untuk membangkitkan semangat membaca. Memang perkara yang tidak mudah untuk dilakukan. Akan tetapi ada beberapa trik dan tips untuk menumbuhkan minat baca kepada generasi muda khususnya anakanak. Langkah pertama dapat dimulai dari sejak usia dini. Kalau anak sudah diperkenalkan dengan buku sesuai dengan usianya maka ketika memasuki usia sekolah tidak akan banyak kesulitan untuk diberikan buku bacaan. Anak akan tertarik untuk membaca buku ketika mereka sudah tahu apa yang mereka dapatkan darinya. Langkah kedua, dengan mengajak anak ke perpustakaan atau toko buku. Memperkenalkan anak ke perpustakaan akan membantu minat baca pada anak. Langkah ketiga dapat menanamkan melalui diskusi. Ragam diskusi, seperti mendiskusikan tokoh di dalam cerita yang baru selesai dibaca dapat memberikan nilai positif dan menumbuhkan rasa penasaran anak akan buku bacaan dan utamanya ilmu pengetahuan. []

78

| Ecpose Indie Book


Batu Gunting Kertas Oleh: Ilham Faurizal Rahman Batu > Gunting Gunting > Kertas Kertas > Batu Permainan kecil itu Mudah dipahami dan dimengerti Kertas lebih mudah dipakai zaman ini Pena dan tinta maka jadilah sudah Karena memahat bukan pekerjaan mudah Apakah kita kalah, tuan? Ya, zaman memang sudah berubah Kita hanya dikenal Raja.

WRITING CHALLENGE Compilation | 79


Presiden sudah mengenal kertas Batu tak bisa mengawasi Raja. Seperti kertas mengontrol pengurus negara Tapi tenanglah, kertas masih kalah dengan gunting Orde baru dulu Pram salah satu korbannya Pembakaran buku di depan umum Rakyat saksi mata tangisnya kala dipenjara Permainan kecil itu ada benarnya Ada juga salahnya Gunting dapat mengalahkan batu 1222 M dulu Dandang Gendis, Raja Srengga yang kalah Titahnya tak pernah ketemu Batunya dirusak penakluk dari Tumapel Singhasari Upayanya mengabadikan diri ikut musnah Karena kekuasannya telah mati

80

| Ecpose Indie Book


Permainan kecil itu harus terbukti ada salahnya Kertas tak harus selalu tunduk pada gunting Biarkan ia menjadi jendela dunia yang sesungguhnya

Biarkan ia menyuburkan cara berpikir rakyat kita Jangan dimandulkan

Lalu batu pula demikian Jaga ia seperti anakmu sendiri Jangan dirusak, jangan dibuang Meski pesannya tak dapat dimengerti Setidaknya bisa dipakai foto selfie

Dan gunting Ia harus tetap menggunting Pada isi kertas yang tak layak Yang cuma berkata hoax Serta pada perusak berkedok politik Atau apokaliptik [] WRITING CHALLENGE Compilation | 81


82

| Ecpose Indie Book


Rendahnya Minat Baca di Jember Oleh: Nanda Ayu Eka Safitri “Cukuplah hanya dengan membaca 1 buku jika anda guru atau murid? Sekalipun sebuah ensiklopedia terlengkap pun pasti mustahil. One book is not enough.�

M

ungkin kalimat ini merupakan salah satu kalimat yang dapat membuka lebar-lebar pikiran sempit kita selama ini. Betapa tidak, kita sering disibukkan dengan keyakinan bahwa dengan membaca dan meahami benar-benar apa isi yang tersurat maupun tersirat dalam sebuah buku, kita akan dapat mengetahui dan memahami berbagai persoalan yang ada. Betapa sempit dan dangkalnya pemikiran kita jika demikian adanya. Salah satu kalimat motivasi juga mengatakan bahwa, “Hidup itu seperti buku. Ada bab-nya sendiri-

WRITING CHALLENGE Compilation | 83


sendiri. Jangan berhenti pada satu bab saja. Jadikan buku kehidupanmu yang akan membawamu pada happy ending.� Membaca merupakan kegiatan yang umum dilakukan. Setiap penduduk tentunya pernah melakukan kegiatan ini semasa hidupnya. Keyakinan ini tidaklah salah. Mereka yang melihat secara sepintas melalui gambaran umum tanpa menggali data dan informasi tentang kondisi dari penduduk secara keseluruhan dapat berkata demikian. Akan tetapi pada kenyataannya, pernyataan tersebut tidaklah benar, belum keseluruhan dari masyarakat Indonesia pernah merasakan yang namanya membaca dalam hidupnya. Buta aksara merupakan salah satu penyebabnya. Di samping itu rendahnya kesadaran masyarakat yang telah melek huruf akan pentingnya budaya membaca juga semakin menambah kompleksitas permasalahan terkait minat baca di Indonesia. Pada era teknologi ini ternyata masih terdapat hampir enam juta warga Indonesia yang buta huruf. Hal ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat tentang kegiatan membaca. Tidak hanya itu, sulitnya akses ke pusat bacaan merupakan faktor lain yang semakin memperparah kondisi buta huruf di Indonesia. Salah satu situs berita okezone.com juga

84

| Ecpose Indie Book


memaparkan bahwa, Indonesia merupakan negara yang memiliki minat baca yang rendah. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki minat baca terendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia. Berdasarkan situs ini, sebab utama yang membuat siswi-siswi tidak memiliki waktu untuk membaca adalah karena padatnya jadwal sekolah yang ada. Dari beberapa data yang ada Jawa Timur merupakan provinsi berpenduduk buta huruf terbanyak. Dari beberapa kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur, Jember merupakan kabupaten yang memiliki angka buta aksara tertinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah warga buta aksara usia produktif (15-59 tahun) yang tersebar di 31 Kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur mencapai 204.000 jiwa pada tahun 2010 dan tahun 2014 jumlahnya masih banyak, sekitar 78.000 orang lebih. Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas Pendidikan Jember, Sudiyono, mengatakan bahwa puluhan ribu warga yang tidak bisa membaca dan menulis tersebut paling banyak berusia 24-59 tahun yang tersebar hampir merata di seluruh kecamatan. “Dari sebaran tersebut, jumlah

WRITING CHALLENGE Compilation | 85


warga buta aksara terbanyak berada di Kecamatan Silo, Ledokombo, Bangsalsari, dan Tanggul. Hal itu dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat yang enggan belajar menulis atau membaca,� tuturnya. Berbagai upaya untuk menekan angka buta aksara dengan upaya pencegahan telah dilakukan. Mulai dari pencegahan dengan upaya menekan angka drop out di sekolah dan penanganan warga yang belum bisa membaca atau berhitung sudah dilakukan. Upaya tersebut dilakukan dengna menggandeng sejumlah perguruan tinggi negeri atau swasta yang ada di jember. Faktor mendasar masih rendahnya minat baca masyarakat adalah karena belum adanya kebiasaan. Padahal membaca itu adalah suatu budaya. Membaca merupakan suatu kebutuhan yang dapat digunakan sebagai media dalam membuka jendela informasi. Hal ini mungkin menjadi salah satu pertimbangan bagi Iman Suligi untuk mendirikan Kampoeng Batja miliknya. Keprihatinannya akan minimnya minat baca di kalangan anak serta masih tingginya angka buta aksara di Kabupaten Jember membuatnya terpanggil untuk mendirikan sebuah taman baca yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Kampoeng Batja merupakan perpustakaan yang dulunya dikelola atas nama Yayasan Indonesia Membaca (YIM) dan kini

86

| Ecpose Indie Book


menjadi perpustakaan kebun dengan taman yang asri, gazebo yang teduh, dan arena bermain anak. Banyak dikunjungi siswa sekolah, mahasiswa, guru-guru TK, hingga pegiat seni. Didirikan oleh Iman Suligi dan dibantu oleh istrinya Gigih Rachwartini di lahan seluas 600 m2 yang menyediakan berbagai fasilitas belajar berupa perpustakaan, kebun, dan arena bermain untuk anak-anak. Kampung terletak di Jalan Nusa Indah ini diharpkan akan menjadi pusat media belajar yang juga menyajikan berbagai macam budaya tradisional yang hampir terlupakan. “Saya ingin mengembalikan anak-anak pada akar budaya mereka. Tradisi kita kan pernah mengenal kegiatan permainan tradisional, sementara sekarang kan opo yo.. gadget,� kata beliau. Keinginannya untuk menghidupkan kembali sejarah melalui permainan tradisional merupakan salah satu program yang ia jalankan dalam kegiatan operaional dari Kampung Bajta miliknya. Tidak hanya sebagai pusat literasi, Kampoeng Batja kini telah menjadi rumah bagi semua orang. Lebih jadi 2000 judul buku tersedia. Keinginannya untuk melakukan perubahan sosial kecil-kecilan dimulainya dengan membiasakan orang-orang yang ada di lingkungannya untuk membaca. Karena menurutnya dengan hal tersebut otak seseorang akan diperkaya dengan informasi yang akan merubah cara berfikir dan WRITING CHALLENGE Compilation | 87


perilaku yang nantinya akan berujung pada tindakan “lebih cerdas� sesuai yang terdapat pada gapura ketika akan memasuki Kampung Batja miliknya. []

88

| Ecpose Indie Book


TEMA 4 : PEREMPUAN

WRITING CHALLENGE Compilation | 89


Konten: Hak-hak Wanita dalam Kukungan Patriarkisme | 91 Perempuan dan Sebab Tangisannya | 95 Bayang-bayang Ancaman Problematika Perempuan | 101 Menghapus Jejak Rupiah Melalui Peran Perempuan | 105

90

| Ecpose Indie Book


Hak-hak Wanita dalam Kukungan Patriarkisme Oleh: Siti Khotijah

M

embaca novel-novel karya Pram bagaikan belajar sejarah, tentunya dengan cara yang tidak membosankan. Begitulah yang saya rasakan ketika membaca salah satu novelnya yang berjudul gadis pantai. Dimana secara eksplisit mampu menggambarkan bagaimana patriarki berkembang dalam tatanan masyarakat jawa pada masa itu, lewat alur ceritanya. Patriarki sendiri telah mengakar dalam masyarakat kita dan masih berkembang hingga saat ini. Tidak hanya berkembang di masyarakat Jawa atau masyarakat Indonesia saja, namun subordinasi terhadap perempuan tersebut juga berkembang di negara-negara lain contohnya seperti Pakistan dengan budaya patriarkinya yang masih kental.

Konsep yang tengah berkembang dalam WRITING CHALLENGE Compilation | 91


masyarakat bahwa wanita hanya berlaku sebagai peran pendukung yang tidak penting, sehingga hak-haknya masih dipertanyakan dalam kehidupan sosial. Sehingga dalam menjalankan kehidupan banyak pakem-pakem yang membatasi wanita dalam menyuarakan hak-haknya sebagai manusia. Patriarki sendiri selalu membawa wanita kedalam keadaan yang terpojok sebab dari sanalah lahir diskriminasi terhadap kaum perempuan dalam mengembangkan diri dalam bermasyarakat. Diskriminasi yang paling umum ditemui ialah dibatasinya hak pendidikan bagi kaum perempuan. Tidak hanya di Indonesia, patriarki juga berkembang di negara lain, bahkan melahirkan tindakan yang ekstrem seperti di Pakistan contohnya. Di Pakistan ada praktek honour killing, dimana keluarga perempuan akan membunuh putrinya yang diangap menghina kehormatan keluarga, dikarenakan membangkang atau menolak keputusan dari keluarganya. Dalam masyarakat kita sendiri, masih ada anggapan bahwa seorang perempuan harus bekerja di dapur saja dan mengurus segala keperluan rumah tangga. Sehingga ketika ada seorang perempuan yang berkarir di luar rumah atau menempuh pendidikan tinggi maka akan dipandang sebelah mata bahkan mendapat cibiran, mungkin sebagian dari kita pernah mengalami hal seperti ini.

92

| Ecpose Indie Book


Subordinasi terhadap perempuan atau patriarki sendiri juga telah memberikan kekangan bagi kaum perempuan untuk mengekspresikan diri dalam masyarakat. sehingga dari rasa terkekang tersebut maka lahirlah emansipasi yang digagas kaum perempuan untuk dapat berperan dan mendapatkan keadilan dalam bermasyarakat dalam hal pendidikan, politik, ekonomi, hukum, juga hak-hak sosial. Jika berbicara tentang emansipasi menurut pandangan agama, dalam islam contohnya (karena saya tidak tahu pandangan agama lain tentang emansipasi), konsep mengenai hakhak perempuan dalam masyarakat juga diperhitungkan misalkan dalam perkara pernikahan, pendidikan, hak berpolitik, hak ekonomi, dan hak hukum diakui haknya seperti hak laki-laki. Juga membebaskan perempuan untuk berkarya asalkan masih dalam batasan halal dan haram. Namun belakangan ini selain teriakan emansipasi juga muncul teriakan mengenai kesetaraan gender. Jika emansipasi menuntut agar diakuinya hakhak perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan menghapus diskriminasi terhadap kaum perempuan, maka lain lagi dengan menuntut kesetaraan gender. Yang namanya “setara� berarti tidak boleh dibedakan, padahal laki-laki dan perempuan adalah mahluk yang berbeda secara genetis dan psikologis. Dari dua hal WRITING CHALLENGE Compilation | 93


tersebut maka laki-laki dan perempuan tidak akan bisa disetarakan mengingat kebutuhan dan peranannya masing-masing juga berbeda, sehingga mustahil untuk diseragamkan atau disetarakan. Jika dalam hal gender diberlakukan adanya kesetaraan, maka tidak akan ada gerbong kereta khusus wanita, tidak ada yang namanya cuti melahirkan atau cuti menstruasi bagi kaum wanita juga tidak ada toilet khusus wanita atau pria, sebab sudah setara lalu untuk apa di bedakan. Yang dibutuhkan kaum perempuan adalah keadilan, sedangkan belum tentu kesetaraan akan menghasilkan keadilan. Keadilan disini adalah mendapatkan hak yang sama dalam masyarakat tanpa merusak kewajiban masing-masing. []

94

| Ecpose Indie Book


Perempuan dan Sebab Tangisannya Oleh: Nanda Ayu Eka Safitri “Jangan menangis, menangis tidak akan pernah menyelesaikan apapun...“

M

ungkin kata-kata ini sudah tidak asing lagi bagi kita, kaum perempuan. Entah mendengarnya dari sahabat, teman, atau kakak, mereka sering berkata demikian ketika kita dihadapkan dalam masalah yang terkadang memuat kita ingin menyerah. Pada kondisi ini, menangis seperti jalan terakhir dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Namun anehnya, tidak hanya saat sedih, momen bahagia pun kadang perempuan lukiskan dalam bentuk tangisan, aneh bukan? Lantas, kenapa perempuan mudah sekali meneteskan air mata?

Hasil riset yang dilakukan psikolog di University

WRITING CHALLENGE Compilation | 95


of Tilburg, Belanda, menunjukkan jika perempuan dan laki-laki sebenarnya sama-sama mudah menangis. Bedanya, laki-laki cenderung menangis pada saat positif, misalnya saat menikah dan menjadi seorang ayah. Sedangkan perempuan cenderung menangisi hal yang negatif, misalnya saat galau dan putus asa. Hanya ada satu momentum yang membuat perempuan dan laki-laki kompak saat menangis, yaitu saat merasa berduka dan kehilangan. Contohnya saja ketika seorang perempuan mengalami putus cinta, dan si perempuan berada pada kondisi masih mengharapkan laki-laki yang dicintainya untuk kembali bersamanya. Menurutnya, putus bukanlah keputusan yang tepat, terlampau banyak kenangan yang sudah diukir saat bersama. Benar-benar tidak dapat diterima. Mungkin pada kondisi demikian, banyak dari kita para perempuan meluapkannya dengan menangis.Berharap setelahnya, segala macam beban dan kenangan hilang terbawa dengan air mata yang sudah menetes. Selain contoh di atas, terdapat contoh lain. Misalnya, ketika perempuan melihat drama sedih yang ditayangkan di televisi, perempuan lebih mudah terharu, mencoba menempatkan dirinya pada keadaan demikian, dan lagi-lagi, akhirnya mereka menangis. Perempuan lebih mudah menangis ketika daripada laki-laki, apalagi jika terdapat suatu hal yang 96

| Ecpose Indie Book


menyentuh perasaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Vengerhoest, psikolog klinis, diketahui perempuan menangis 30-64 kali dalam setahun. Sedangkan lakilaki jauh lebih sedikit, hanya 6-17 kali. Ia melakukan penelitian survei terhadap lebih dari 5000 orang dewasa di belasan negara mengenai hal ini. Sungguh perbandingan yang sangat jauh berbeda. Kecenderungan perempuan untuk lebih mudah menangis dibanding dengan laki-laki memang bukan tanpa sebab. Ternyata terdapat faktor biologis yang membuat perempuan lebih mudah untuk menangis. Penelitian di tahun 1960 mengungkapkan, perempuan memiliki saluran air mata yang lebih pendek dan dangkal. Penelitian itu dilakukan dengan mengukur tengkorak perempuan dan laki-laki. Beberapa penelitian jangka panjang juga menunjukkan bahwa laki-laki memiliki saluran air mata yang lebih panjang di mata mereka. Sehingga kecil kemungkinan untuk membuat air mata ke titik tumpah dari kelopak mata ke pipi, ungkap Geoffrey Goodfellow, seorang profesor di Illinois College of Optometry di Chicago. Selain faktor diatas, kondisi hormonal terutama testosteron juga akan menghambat keluarnya air mata. Seperti diketahu kadar testosteron dalam tubuh laki-laki jauh lebih banyak dibanding perempuan.

WRITING CHALLENGE Compilation | 97


Pada pasien laki-laki yang mengidap kanker prostat misalnya, mereka akan cenderung lebih emosional ketika diobati dengan obat yang menurunkan kadar testosteron mereka. Tetapi bukan hanya tentang testosteron. Kembali lagi pada tahun 1980-an, ahli biokimia, William Frey H. Dan timnya menganalisis susunan kimiawi air mata emosional dan membandingkannya dengan air mata yang disebabkan oleh iritasi pada mata. Ternyata, air mata emosional mengandung prolaktin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang berhubungan dengan emosi. Perempuan yang telah dewasa memiliki kadar prolaktin serum hampir 60 persen di atas rata-rata laki-laki dewasa. Perbedaan ini secara keseluruhan menjelaskan mengapa perempuan lebih sering ketimbang laki-laki dewasa. Sebelum pubertas, kadar serum prolaktin pada perempuan dan laki-laki sama, mungkin ini sebabnya tingkat menangis anak laki-laki dan perempuan tak banyak berbeda. Nah, setelah membaca beberapa uraian di atas, bagaimana? Masih akan bertanya-tanya jika ada teman perempuanmu yang mudah menangis secara tiba-tiba? Sudah sedikit paham kan kenapa perempuan lebih mudah untuk menitihkan air mata dibanding laki-laki.

98

| Ecpose Indie Book


Semoga setelah membaca tulisan di atas, khusus anda para kaum laki-laki harap sebisa mungkin menjauhkan kekasih maupun teman perempuan anda dari hal-hal yang mampu membuat mereka menangis tanpa sebab. Misalnya, drama korea yang memiliki cerita mellow di dalamnya. Akhir kata, selamat membaca. Semoga bermanfaat. []

WRITING CHALLENGE Compilation | 99


100 | Ecpose Indie Book


Bayang-bayang Ancaman Problematika Perempuan Oleh: Ilham Faurizal Rahman

B

agaimana anda mendefinisikan seorang perempuan yang berparas cantik? Apakah ia menawan layaknya bintang iklan? Bagaimanapun juga cantik adalah predikat yang dimiliki oleh perempuan, bukan laki-laki. Dalam ilmu psikologi ada 3 elemen untuk mengukur tingkat kecantikan yaitu mind, body, dan soul. Konsep mind menjelaskan bahwa di dalam pikirannya, seorang perempuan memiliki paradigma berpikir bahwa dia cantik. Untuk body, seorang perempuan akan melakukan berbagai perawatan untuk membuat cantiknya lebih terpancar. Tak lupa juga berperilaku santun dan bertutur kata yang ramah. Sebagai penyeimbangnya yaitu soul. Setelah menyadari dan merawat diri, maka perempuan harus mensyukuri dan menemukan the meaning of life dari potensi yang

WRITING CHALLENGE Compilation | 101


dimiliki. Sadar atau tidak konsep ini sangat dekat dengan kehidupan perempuan. Perempuan memiliki banyak problema yang dihadapi seperti masalah hati, masalah kesehatan, namun benang merahnya adalah self-esteem atau harga diri. Meski penampilan seorang perempuan terlihat sempurna, terkadang mereka punya selfesteem yang rendah. Vera Itabiliana, seorang psikolog anak dan remaja menyebutkan bahwa pada tahun 2013 sebanyak 33% perempuan di dunia mengaku tidak bahagia dengan bentuk fisiknya. Persentase ini cenderung naik dari tahun ke tahun. Angka self esteem mencapai titik terendah pada usia 13 tahun. Ketidakpuasan akan diri sendiri dapat berakibat buruk bagi perempuan. Dorongan agar tampil cantik dapat membuat perempuan mengeksplor keindahan mereka. Sedangkan cara berpakaian yang terbuka adalah salah satu faktor kesekian yang dapat mengundang pelecehan seksual dibawah faktor umur anak, pendidikan serta hubungan sosial lingkungannya. Riset dari Moor (2010) menyatakan bahwasanya ada fenomena di masyarakat yang disebut “Victim Blamming�. Masyarakat mengkontruksi perempuan sebagai objek untuk dipandang dan dinikmati sehingga menjadi pemicu nafsu seksual laki-laki dan cenderung

102 | Ecpose Indie Book


disalahkan apabila berpakaian yang “mengundang�. Berdasarkan lembar catatan tahunan (catahu) Komnas Perempuan pada tahun 2016 terdapat perbedaan dimana kekerasan seksual yang menempati peringkat ketiga, di tahun ini naik menjadi peringkat kedua. Bentuk kekerasan seksual tertinggi adalah pemerkosaan 72% atau 2.399 kasus, pencabulan 18% atau 601 kasus, dan pelecehan seksual 5% atau 166 kasus. Jadi, ibarat sedia payung sebelum hujan mungkin itulah maksud dari pernyataan Fauzi Bowo pada 2011 lalu. Dalam himbauannya ia berujar agar perempuan tidak memakai rok mini didalam angkutan umum karena banyaknya pemerkosaan di angkutan umum kala itu. Banyak orang mengkritik himbauan tersebut karena dianggap menyalahkan perempuan. Tapi logikanya, apa salahnya jika menyediakan payung sebelum hujan? Sejatinya 3 elemen psikologis (mind, body, dan soul), jika sedikit dimodifikasi dapat menghindarkan perempuan dari kejahatan seksual. Konsep mind dapat dirumuskan sebagai perubahan pemikiran melalui pendidikan seperti yang dinyatakan oleh Notoatmodjo (2005) bahwa pendidikan mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Konsep body dapat dilakukan dengan merawat dan menjaga keindahan tubuh.

WRITING CHALLENGE Compilation | 103


Namun, menjaga tubuh dari pandangan nafsu liar laki-laki yang seringkali perempuan lupakan. Mawar berduri yang melambangkan keindahan dan proteksi diri saja masih sering dipetik sembarangan oleh tangan yang tak bertanggung jawab. Lalu bagaimana dengan mawar yang tak berduri? Sebagai penyeimbangnya, soul berperan dalam melatih mental serta kemantapan hati untuk percaya bahwasanya perempuan cantik bukanlah mereka para pengumbar tubuh, melainkan kebaikan hati yang digambarkan oleh perilaku bak bidadari. Tabik! []

104 | Ecpose Indie Book


Menghapus Jejak Rupiah Melalui Peran Perempuan Oleh: Triana Novitasari

A

nggita memilih untuk bungkam usai menjalani pemeriksaan di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (27/1/2017) dini hari. Kehadirannya berkaitan dengan ditangkapnya Patrialis Akbar, hakim Mahkamah Konstitusi, terduga kasus suap judicial review Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pasalnya, saat tertangkap tangan di Grand Indonesia, Anggita turut ada di sana bersama Patrialis. Hal ini diutarakan oleh wakil ketua KPK, Basariah Panjaitan, pada Kompas saat jumpa pers di kantornya, Kamis (26/1/2017). Meski penangkapan Patrialis Akbar turut menyeret nama wanita, Laode Muhammad Syarif, wakil ketua KPK, menepis isu miring yang beredar WRITING CHALLENGE Compilation | 105


di awak media. Ia menegaskan bahwa keberadaan Anggita tidak perlu dijelaskan lebih lanjut karena tidak ada kaitannya dengan materi kasus. “Ini kasus yang terkait Tipikor bukan kesusilaan,� tegasnya. Tidak heran apabila keberadaan Anggita menimbulkan berbagai isu miring di kalangan media. Sebab menurut seorang penegak hukum, Anggita akan dibelikan aparteman seharga Rp 2 miliar oleh Patrialis. “Bagian dari uang suap itu diduga untuk beli apartemen,� ujarnya dikutip dari Tempo. Atas dasar inilah penyidik memiliki alasan kuat untuk turut mengamankan Anggita, meski pada akhirnya ia dinyatakan tidak bersalah dan hanya berstatus sebagai saksi. Perempuan-perempuan Pencuci Uang Pada beberapa kasus korupsi, tak jarang KPK mengungkapkan beberapa nama perempuan yang menerima atau menikmati aliran dana dari hasil korupsi para pelaku. Patrialis Akbar yang masih sekedar rencana memberikan apartemen ke satu perempuan, tentu belum sebanding dengan para pendahulunya. Djoko Susilo, Ahmad Fathanah, dan Tubagus Chaeri Wardana adalah contoh dari terdakwa kasus korupsi yang sempat mewarnai pemberitaan di Indonesia 106 | Ecpose Indie Book


karena terbukti mengalirakan dana hasil korupsi ke beberapa perempuan. Bulan Desember 2012 dibuka dengan pemberitaan tertangkapnya Irjen Polisi Djoko Susilo, sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan alat ujian simulator Surat Ijin Mengemudi (SIM) di Kepolisian indonesia. Hal ini diungkapkan Johan Budi, juru bicara KPK periode 2011–2015, pada Senin (3/12/2012) sebagaimana dikutip dari Voa Indonesia. KPK dalam situs resminya menuliskan bahwa Djoko juga terbukti melakukan pencucian uang sepanjang tahun 2003 sampai 2010, dengan hartanya yang mencapai Rp 54,6 miliar dan 60 ribu dolar AS. Oleh karena uang sebesar itu dinilai hakim anggota tidak sesuai dengan penghasilan terdakwa sebagai anggota Polri, maka pantas apabila harta kekayaan tersebut diduga dari tindak pidana korupsi. Mengenai bagaimana cara Djoko menyamarkan asetnya, Tempo menuliskan bahwa terdakwa kerap kali menggunakan sejumlah nama saat membeli aset. Dalam penyidikannya, KPK menemukan bahwa harta kekayaan Djoko dibeli dengan atas nama istri-istrinya serta keluarga. Sebagaimana telah dikuak oleh media, tersangka memiliki empat orang isti dan para istri inilah yang mengelola harta kekayaan Djoko Susilo.

WRITING CHALLENGE Compilation | 107


Memasuki tahun 2013, KPK kembali melakukan operasi tangkap tangan dengan target Ahmad Fathanah, terduga penerima suap dari PT Indroguna Utama terkait perizinan impor daging sapi. Dilansir dari Tempo, Fathanah tertangkap bersama teman wanitanya di kamar Hotel Le Meridien pada Selasa (29/1/2013). Persidangan Fathanah pada Rabu (6/11/2013), memutuskan bahwa Fathanah terbukti menerima suap dan melakukan tindak pidana pencucian uang, dengan membelanjankan dan menyalurkan uang hasil korupsi sebesar Rp 38,709 miliar dalam rentang tahun 20112013 kepada beberapa perempuan. Dalam liputannya, Kompas menjabarkan beberapa nama yang menerima aliran dana dari Fathanah. Nama Ayu Azhari mencuat sebagai pihak yang pernah menerima uang sebesar Rp 20 juta dan 1.800 dolar AS, yang diakuinya sebagai uang muka untuk melaksanakan kerja sama, meski nyatanya pekerjaan itu tidak pernah terwujud. Penyanyi dangdut seperti Sefti Sanustika dan Tri Kurnia Rahayu, serta model Vitalia Shesya juga diketahui pernah dibelikan mobil dan benda mewah lainnya. Semua barang tersebut kemudian disita oleh KPK sebagai barang bukti tindak pidana pencucian uang.

108 | Ecpose Indie Book


Masih di tahun yang sama, Tubagus Chaery Wardana alias Wawan, menjadi target KPK selanjutnya. Wawan tertangkap di rumahnya pada Kamis (3/10/2013) dengan dugaan kasus suap yang menyeret nama Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi, sebagaimana diberitakan pada Kompas. Seperti kasus sebelumnya, penelusuran aliran dana Wawan juga bermuara ke sejumlah perempuan yang berprofesi sebagai artis. Hal ini terungkap melalui Wakil Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Agus Santoso, yang menemukan transaksi mencurigakan Wawan ke beberapa artis. Jennifer Dunn, adalah salah satu yang diketahui pernah mendapatkan mobil dari Wawan. Dikutip dari Tempo, pemberian mobil itu diakuinya terkait kerja sama mereka di suatu Production House (PH). Meski demikian, KPK tetap menyita mobil tersebut sebagai barang bukti. Menyusul Jennifer, Catherine Wilson dan Cynthiara Alona juga terungkap pernah dibelikan apartemen dan mobil Porsche seharga Rp 4,5 miliar. Pada persidangan terakhir, Wawan didakwa terbukti melakukan suap dan dan terkena pidana pencucian uang karena mengalirkan uangnya menjadi beberapa aset kepada para artis-artis tersebut.

WRITING CHALLENGE Compilation | 109


Penerima Dana Korupsi Bisa Turut Terjerat Siapapun yang menerima dana hasil korupsi dapat terjerat kasus hukum, termasuk apabila dana tersebut telah diubah dalam bentuk aset yang lain. Hal ini dipertegas dalam pasal 5 Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Nomor 8 Tahun 2010, yang menyebutkan bahwa siapa pun yang menerima, dititipkan, hingga mengubah bentuk harta kekayaan dari hasil tindak pidana maka bisa dikenakan pidana. Oleh karena itu pemberian dan penyaluran dana dari para terdakwa korupsi kepada pihak lain, dapat dikatakan tindakan pencucian uang karena terdakwa berusaha untuk menyamarkan dan menghapus jejak uang hasil korupsi yang ia peroleh. Atas dasar ini, Pakar Hukum Pidana, Asep Iwan Iriawan, sebagaimana dikutip dari Kompas, mendesak agar KPK tidak ragu menerapkan UndangUndang TPPU kepada para penerima suap, sekalipun itu adalah perempuan. “Ini pembelajaran bagi KPK. Cewek, artis, penyanyi dangdut, sepanjang menerima hasil dari tindak pidana pencucian uang, harus kena. Biar masyarakat bisa lebih waspada� ujar Asep dalam suatu diskusi di Jakarta, Sabtu (11/5/2013). Asep menambahkan, masyarakat seharusnya lebih waspada ketika menerima hadiah yang nilainya

110 | Ecpose Indie Book


fantastis. Terlebih dahulu, mereka harus melihat profil si pemberi hadiah apakah sesuai dengan harta kekayaan yang dimilikinya. Baginya, alasan ketidaktahuan tidak bisa diterima. “Sejak undang-undang ini disahkan, tidak ada alasan lagi masyarakat tidak tahu. Semua dianggap sudah tahu apa dampaknya kalau mau menerima begitu saja harta dari koruptor,” imbuh Asep. Senada dengan Asep, Pakar TPPU Yenti Garnasih juga mengatakan bahwa pemberian barang yang didasarkan atas alasan pekerjaan juga harus diukur terlebih dahulu wajar–tidaknya. Seperti yang diutarakan Jennifer Dunn, seharusnya ia mengukur apakah barang yang ia terima nilainya wajar atau tidak. Jika dirasa berlebihan, maka sudah sepatutnya curiga kalau itu adalah pencucian uang. “Benar tidak tarif dia sampai sebesar itu? Itu juga harus dipikirkan, jangan asal diterima saja,” lanjutnya. []

WRITING CHALLENGE Compilation | 111


112 | Ecpose Indie Book


WRITING CHALLENGE Compilation | 113


114 | Ecpose Indie Book


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.