Pro Kontra Pembentukan DPM Unpas
PELMA
EDISI XLIX/Mei/2013
DARI KAMI UNTUK MAHASISWA
Merintis Kampus Bebas asap Rokok Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Pasundan Bandung
2
EDITORIAL
Unpas, Kampus (Bebas) Asap Rokok
M
erokok menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu seolah sudah menjadi rutinitas bagi orang yang sudah kecanduan. Meskipun banyak dijelaskan mengenai dampak yang akan ditimbulkan akibat merokok, namun masih saja banyak orang yang sulit melepaskan kebiasaan merokok tersebut. Rokok yang murah serta mudah didapat menjadi pemacu untuk tidak berhenti merokok. Berbeda dengan negara lain, dilansir dari Kompas harga rokok di New York, Amerika Serikat misalnya, pemerintah menjual sebungkus rokok dengan harga 11 dollar bahkan di sana penjual rokok tidak boleh berdekatan dengan area sekolah. Hal ini tentu sangat kontras dengan Indonesia. Perokok memberikan dampak buruk bagi diri sendiri dan lingkungannya. Apalagi perokok tersebut merokok sembarangan bukan di area khusus merokok. Asap rokok yang ditimbulkan tentu saja akan terhirup oleh orang di dekatnya sehingga asap rokok itu ikut meracuni tubuh yang bukan perokok. Hal tersebut begitu sangat lumrah di Kampus Unpas. Tata tertib yang sudah dibuat Pemda Kota Bandung seperti tidak digubrisnya, padahal sudah sangat jelas tertulis bahwa area tempat belajar merupakan area larangan merokok. Hal ini pun disebabkan tidak adanya keseriusan dari pihak rektorat untuk menciptakan kampus bebas rokok. Permasalahan merokok seperti hal sepele. Berbeda dengan kampus lain seperti Unikom, dan STIE Ekuitas sudah sangat ketat membuat peraturan dilarang merokok. Bagi para perokok sembarangan sudah menerapkan sistem sangsi berupa uang. Hal ini berbeda dengan kondisi Unpas, pihak rektorat belum serius menindaklanjuti permasalahan tertib rokok. Pamflet larangan merokok belum tersebar merata di seluruh kampus, sanksi yang diberikan bagi yang tidak tertib rokok juga belum jelas. Hal tersebut tentunya tidak memberikan efek jera bagi para perokok yang merokok sembarangan. Sudah semestinya, kampus yang menjadi tempat pendidikan memberikan pengaruh yang baik bagi semua orang yang berada di bawah naungannya. Untuk menciptakan kampus yang bebas asap rokok perlu adanya solusi yang tepat, seperti menyediakan area khusus merokok, penertiban larangan merokok di tempat-tempat tertentu seperti ruang kelas dan laboratorium sehingga memberikan kenyamanan bagi semua pihak. Redaksi Pelma menerima tulisan berupa : Surat Pembaca, Artikel, Opini, Renungan, Laporan Perjalanan, Ilustrasi, Foto, dll. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi. Tulisan dikirim dalam bentuk hard copy atau soft copy.
SALAM REDAKSI
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam Mahasiswa !
S
emoga salam para Agent of Change tersebut senantiasa menggugah semangat kita untuk terus berkarya. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah meberikan rahmat serta kekuatan sehingga Buletin Pelma edisi XLIX ini bisa hadir ke hadapan pembaca sekalian. Buletin yang ada di tangan Anda ini, mengangkat tema mengenai ‘Bahaya Asap Rokok’ yang selama ini mungkin dianggap sepele namun memiliki dampak yang besar bagi sebagian besar civitas akademika Universitas Pasundan. Semoga Pelma edisi kali ini dapat membawa angin perubahan ke arah yang lebih baik bagi lingkungan kampus Unpas yang kita cintai. Dalam penggarapan Pelma kali ini, kami mendapatkan kekuatan baru dari Anggota Muda LPM Jumpa yang semangatnya masih menggebu-gebu untuk mengabarkan kebenaran. Semoga kita senantiasa diberi kemudahan dalam setiap langkah kebaikan. Selamat Membaca ! Wassalamu’alaikum Wr. Wb
SURAT PEMBACA
Fasilitas, Akademik, dan Perkuliahan Basementnya kumuh, gelap, kotor dan bau tak sedap, apalagi WC-nya kotor, bau dan tidak ada kacanya. AC juga tidak menyala, hanya dipajang saja tapi tidak berguna untuk mahasiswa. Faradiva Evrillia Hanyan, FKIP Ekonomi Akuntansi 2012 Kenapa nomor ruangan kelas untuk UTS dan UAS baru diumumkan ketika hari H? Sebaiknya pengumuman nomor ruangan kelas tempat ujian sudah diumumkan jauh-jauh hari, agar tidak mengganggu konsentrasi mahasiswa pada saat hari ujian. Akmal, FISIP Ilmu Komunikasi 2011 Khusus di Teknologi Pangan (TP) angkatan 2012, mahasiswanya terlalu banyak sehingga saya dan kawan-kawan merasa kurang efekitif dalam belajar. Bagaimana tidak? Mahasiswa di TP sekitar 400 lebih dan ada 7 kelas, di setiap kelasnya itu ada 57-an mahasiswa, seharusnya di dalam kelas itu ada 20-24 mahasiswa agar efektif dalam belajar. Dwi Putra, FT Teknologi Pangan 2012 Kantinnya terlalu sempit, wifi perlu ditambah, parkiran berantakan, setiap ruangan harus ada AC, toilet harus dipisah. Akita Septyani S., FISIP Hubungan Internasional 2012 Mohon diperhatikan untuk pihak terkait dalam hal fasilitas perkuliahan. Pernah terjadi tatkala proses perkuliahan berlangsung kemudian hujan turun dengan lebatnya. Sekonyongkonyong seisi kelas gaduh karena kebocoran dari atap dan ventilasi kelas yang sudah rusak dan tidak terawat. Harap segera diperbaiki. Reza Ardiansyah, FKIP Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia & Daerah 2012
Tanggapan Pembaca Tema Buletin Pelma bulan kemarin sudah bagus, tapi sayangnya saya tidak kebagian. Tolong distribusinya diperbanyak dan lebih diratakan lagi. Rizki, FISIP Ilmu Komunikasi 2010 Saya ingin tema Pelma untuk ke depannya lebih menjurus ke kesenian dan kebudayaan tradisional di Indonesia mulai dari tariannya sampai lagu-lagu daerahnya. Biann Lugina S. FISIP Hubungan Internasional 2010 Tanggapan Redaksi: Terima kasih atas sarannya. Untuk distribusi kami sudah menyebarkan ke seluruh kampus, jika belum mendapatkan Pelma silakan datang ke sekretariat kami. Untuk tema Pelma edisi selanjutnya akan menjadi pertimbangan redaksi. Buletin Pelita Mahasiswa (Pelma)
Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Pasundan Bandung sejak Oktober 1996
Pelindung Rektor Universitas Pasundan Bandung, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf, Sp, M.Kom, M.Si,. Penasihat Wakil Rektor III, Dr. Deden Ramdan, M.Si Pemimpin Umum Agung Gunawan Sutrisna Pemimpin Redaksi Mutia Nurfitriana Sekretaris Elia Nurindah Sari Editor Ai Chintia, Elva Artistik Tegar, Fariz Perusahaan & Iklan Dwi, Eriel Fauzi Staf Redaksi Laila,Taruna Alamat Redaksi Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116 Telepon (022) 4261259 Email jumpaunpas@yahoo.com Facebook Lpm Jumpa Unpas Twitter @lpmjumpa Website www.jumpaonline.com
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
PELITA OPINI
Masalah Pemerintahan
3
Indri Azka Nabalah*
B
egitu banyak permasalahan pada para petinggi negeri kita dari yang kurang penting tapi begitu dipenting-pentingkan. Dari hal itu masyarakat mulai menggantungkan harapan indah mereka tinggi-tinggi, namun harapan mereka layaknya pohon yang sudah lama dirawat kemudian ditebang dengan semena-mena. Hidup kita tidak sendiri dan memang benar kita semua saling membutuhkan. Bahkan banyak orang yang bergantung dan berharap kepada para petinggi negara, namun pada dasarnya harapan masyarakat dapat dikatakan ‘harkos’ alias harapan kosong. Banyak masyarakat yang mengharapkan pemerintahan yang adil dan tertib serta tertata rapi sampai bawah atau bisa dikatakan ke tingkat Desa, RT, RW. Sampai pada akhirnya beberapa waktu lalu para petinggi kita melakukan Studi Banding keluar negeri untuk melihat dan mempelajari bagaimana pengaturan pengurus desa di negeri yang mereka kunjungi. Kalau dipikirpikir, memang ada ya di film-film luar negeri yang berperan sebagai Bapak Desa? RT? RW? Bagi saya Studi Banding itu sama sekali tidak ada efeknya, toh sudah jelas bahwa pemerintahan di luar negeri sana tidak sampai dekat ke lapisan masyarakat. Para petinggi yang melakukan Studi Banding ingin meninjau lebih dalam dan mempelajarinya untuk membaharui pemerintahan di Indonesia agar lebih baik, adil, dan makmur. Namun setelah melangsungkan Studi Banding itu masih belum terasa hasilnya, yang ada malah masalah yang muncul baru-baru ini dari mulai etika tidak baik yang mungkin bisa dikatakan tidak sengaja ditunjukan oleh Bupati Garut dengan menikah selama empat hari dengan seorang anak perempuan kemarin sore, bahkan tindakan para petinggi yang berada di atas Bupati Garut tampak kurang menindak tegas. Sebenarnya memang iya ditindak dengan cepat, tetapi berbelitbelit. Bahkan untuk memberikan keputusan diberhentikannya beliau sebagai Bupati Garut saja begitu banyak meninjau ini dan itu, padahal sudah jelas-jelas itu merupakan hal yang tidak patut dicontoh, apalagi beliau bisa dikatakan sebagai panutan masyarakat. Nah loh? Terus kalau orang yang menjadi panutannya saja seperti itu bagaimana masyarakatnya? Seharusnya langsung saja berhentikan beliau dari kursi Bupati Garut.
Selain itu, masalah lain mengenai orang yang memang seharusnya menjadi panutan masyarakat malah tidak baik, yaitu para kepala desa yang demo. Apa dikata? Masa iya seorang kepala desa yang jelas-jelas biasanya memiliki etika dan moral baik malah menjadi brutal? Mereka bukannya ingin mengabdi kepada negara ini kan? Mereka berdemonstrasi untuk memperjuangkan jabatan mereka sebagai kepala desa agar dijadikan sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Zaman sekarang sulit ya? Untuk ikhlas saja sulit, sebenarnya memang enak menjadi PNS yang katanya terjamin, tapi kalo rezeki kan sudah ada yang mengatur, nah tinggal kita saja sebagai manusia dan makhluk Tuhan harus berusaha. Dengan tidak menjadi PNS juga kita bisa tetap mendapat rezeki. Sekarang kalau dipikir baik-baik katanya mereka yang jauh-jauh dari desanya pergi untuk demonstrasi dan ingin menjadi PNS, malah tidak sengaja merusak pagar, tidak senagaja mencopot tiang lampu merah, tidak sengaja menutup akses jalan raya, bahkan tidak sengaja membuat orang-orang terlambat untuk pergi ke bandara. Apa pantas hal-hal barusan dilakukan oleh orang yang katanya ingin menjadi PNS? Pastinya tentu tidak, dengan hal yang mungkin saja tidak sengaja mereka lakukan sudah tampak jelas bahwa tidak usah dan tidak perlu para kepala desa dijadikan PNS, nantinya malah makin muluk-muluk. Saya sungguh tidak setuju dengan hal-hal yang dilakukan para petinggi kita mulai yang berdasar demi kepentingan perkembangan desa di Indonesia. Kepentingan pribadi yang berdasarkan pada hawa nafsu semata dan bisa dikatakan aji mumpung. Sebenarnya kalau perlu disadari begitu banyak uang masyarakat yang terbuang percuma untuk hal-hal yang sebenarnya masih bisa dikaji oleh negara kita sendiri tanpa perlu ada yang namanya Studi Banding segala. Ingat jangan jadikan sebuah kepercayaan masyarakat menjadi sebuah kesempatan emas yang merugikan masyarakat dan menguntungkan diri sendiri. Para petinggi tidaklah perlu Studi Banding membuangbuang uang untuk hal yang sekiranya bisa dikaji sendiri, para petinggi harus bisa memberi contoh yang baik kepada rakyatnya. Berilah masyarakat ‘harta’ (harapan nyata) bukan ‘harkos’ (Harapan Kosong). *Penulis, Mahasiswa FKIP Pend. Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah 2009
Tuhan, Sang Sutradara Terbaik
RENUNGAN
Fahmi Yusup*
“Ketika tangan kanan memberi, maka tangan kiri tidak perlu tahu”
M
ungkin perkataan itu yang sering kita dengar untuk menjadi tolak ukur untuk ikhlas dalam memberi. Tetapi tidak dengan kisah berikut ini. Pada masa tabi’in, hiduplah seseorang yang sederhana, giat beribadah dan sering bersedekah pada fakir miskin. Hingga pada suatu malam, selesai melaksanakan shalat isya dilanjutkan dengan sunat witir dan tahajudnya, ia berpikir sejenak. Dalam pikirannya, ia ingin sekali memberikan harta yang banyak kepada fakir miskin, tetapi tak ingin ada seorang pun yang tahu. Kemudian ia mendapatkan ide untuk memberikan harta tersebut saat malam hari ketika jalanan sepi karena di jalanan ia sering menemukan fakir miskin yang terlelap tidur. Setelah rencananya matang, ia langsung mengumpulkan harta selama bertahun-tahun. Setiap pagi hingga malam, ia terus bekerja keras demi mendapatkan harta yang banyak untuk diberikan pada fakir miskin Hingga tiba saatnya ketika harta yang dikumpulkan selama bertahun-tahun itu cukup banyak. Pada suatu malam ia membungkusnya dengan karung yang cukup besar, lalu membawanya di tengah malam
yang gelap nan dingin. Dalam perjalanannya, ia menemukan gelandangan sedang tertidur. Tanpa berpikir panjang, karung yang berisi harta itu ia simpan di sampingnya. Kemudian ia pergi dan mengintip ke belakang. Tak disangka, gelandangan itu adalah seorang pelacur yang tertidur di jalanan. Ia kecewa karena harta yang bertahun-tahun dikumpulkannya hanya untuk seorang pelacur. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, kejadian itu dapat ia lupakan Hingga suatu saat, di kampungnya ada dua ulama yang cerdas dalam memberikan nasihat. Kemudian ia menemui dua ulama itu untuk sekadar bersilaturahmi. Setelah lama berbicara, kedua ulama itu bercerita tentang kehidupannya dari masa kecil hingga menjadi orang yang terpandang. Ternyata ibu dari kedua ulama tersebut dahulunya adalah seorang pelacur yang membiayai hidup serta pendidikan dari harta temuannya di suatu malam. Setelah mengaku bahwa ia yang memberiwww.universetoday.com kan harta itu, tanpa diketahui oleh ibunya, dengan takzim kedua ulama itu tertunduk dan menghormatinya. Begitulah kiranya kisah yang bisa membuat kita berkaca dan introspeksi diri bahwa perbuatan yang baik itu tidak memandang apa, siapa, dan dimana dilakukannya. Semoga kita termasuk golongan hamba-Nya yang istiqamah dalam menjalankan kebajikan. *Penulis, Mahasiswa FKIP Pend. Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah 2012
4
PELITA UTAMA
Dilematik Rokok di Lingkungan Kampus
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
Fariz Rizky Wibowo
S
aat ini di mana-mana kita dapat melihat dengan jelas banyak orang dari berbagai kalangan usia, termasuk mahasiswa yang merokok di tempat umum atau area publik. Padahal, berbagai penelitian dan kajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rokok sangat membahayakan kesehatan. Bukan hanya membahayakan para perokok, asap rokok juga sangat berbahaya apabila dihirup oleh orangorang yang berada di sekitarnya (perokok pasif). Dalam permasalahan rokok pemerintah masih belum mengeluarkan peraturan yang ketat, dilansir dari Kompas pada tahun 2009 Presiden Barack Obama berani mengeluarkan Undang-undang pencegahan merokok dan rancangannya telah disetujui. Bahkan di Amerika Serikat rokok tidak boleh dijual di kios atau toko yang berdekatan dengan sekolah. Para pembeli rokok dibatasi dengan kewajiban menyerahkan identitas sebelum membeli rokok. Rokok hanya boleh dibeli oleh mereka yang telah berusia 18 tahun ke atas. Keadaan miris terjadi di Universitas Pasundan (Unpas) Bandung. Para perokok bebas mengisap tembakaunya tersebut di mana saja dengan alasan bahawa rokok barang yang tak bisa dilepaskan. Seperti halnya Ferdian, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi yang menyatakan bahwa merasa belum lengkap kalau tidak merokok. “Sudah ketergantungan, ga lengkap kalau belum ngerokok,” ujar Ferdian kepada Pelma. Tidak hanya mahasiswa, ada pula dosen yang mengajar sambil merokok di kelas. Padahal asapnya akan membahayakan mahasiswa di kelas yang notabene adalah anak didiknya. “Dosen seperti gak sadar akan bahaya asap rokok apabila terhisap oleh anak didiknya di kelas,” kata Sutrisno, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi. Contohnya saja Aswan Haryadi, Dosen Ilmu Komunikasi yang mengaku kerap merokok ketika sedang mengajar di kelas. Ia menyatakan bahwa telah ada komitmen terlebih dahulu dengan para mahasiswa apabila dirinya hendak merokok saat mengajar. “Ada komitmen dahulu dengan mahasiswa,” ujar Aswan saat ditemui di koridor kampus. Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 03 tahun 2005 tentang penyelenggaraan ketertiban, kebersihan, dan keindahan Pasal 49 ayat 1 (V) yang menyebutkan bahwa setiap orang atau badan hukum yang melakukan merokok di tempat umum, sarana kesehatan, tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum akan dikenakan denda pembebanan biaya paksaan penegakan hukum sebesar Rp. 5.000.000,00
(lima juta rupiah), dan/atau sanksi administrasi berupa penahanan untuk sementara waktu Kartu Tanda Penduduk, atau Kartu Identitas. Di Unpas memang belum ada peraturan yang jelas tentang larangan merokok di lingkungan kampus dan ruangan khusus untuk para perokok itu sendiri. Tapi jika kita melihat sekeliling kampus sudah ada selebaran-selebaran ataupun tulisan yang berisikan tentang larangan merokok. Sutrisno mengatakan akan memulai sosialisasi larangan merokok dari bagian Program Studi Ilmu Komunikasi. “Larangan sudah ada, sementara ini sudah ada sosialisasi di koridor-koridor tapi belum serius tuh,” ujarnya. Sutrisno juga menambahkan bahwa akan ada himbauan kepada dosen dan karyawan agar tidak merokok selama berada di lingkungan kampus. “Nantinya akan ada himbauan untuk dosen dan karyawan juga,” tambahnya kepada Pelma. Kurangnya kesadaran dan penyadaran dari berbagai lapisan masyarakat kampus membuat sulitnya menciptakan kampus yang bebas asap rokok. Sebagian mahasiswa tidak menyadari bahwa merokok di tempat umum sangat mengganggu kenya-Aswan Haryadi, manan orang baDosen Ilmu Komunikasi nyak, akan tetapi budaya untuk saling menyadarkan belum bisa dilakukan sepenuhnya. Seperti yang diungkapkan Banuraspati yang tidak berani menegur apabila ada mahasiswa lain yang merokok di seputar kampus. “Gak enak negurnya, jadi dibiarin aja,” kata mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknologi Pangan 2012 ini. Larangan tegas dari pihak kampus dinilai akan jauh lebih efektif untuk menertibkan para perokok ketimbang dengan proses penyadaran perorangan.
“Kalau sudah ada kesepakatan, dosen itu punya hak. Kita kan lembaga pendidikan jadi harus demokratis”
[Reporter : Fariz]
UPT Perpustakaan Universitas Pasundan Bandung
Alamat Jl. Dr. Setiabudi No. 193, lt. Dasar Gedung Rusunawa Unpas Telepon (022) 2021440 Email perpusunpas@yahoo.co.id Website Digital Unpas http://elearn.unpas.ac.id Perpustakaan Digital http://digilib.unpas.ac.id E-library Unpas http://elibrary.unpas.ac.id
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
PELITA UTAMA
Kampus Bebas Asap Rokok, Mungkinkah?
5
Elva Dwi Varana
S
iang hari, pekan lalu, di salah satu koridor kampus IV Universitas Pasundan (Unpas) Bandung terlihat beberapa mahasiswa mengerjakan tugas ditemani sebatang rokok di tangannya. Hal yang seakan lumrah terjadi di kalangan mahasiswa, meskipun sudah tersebar pamflet yang berisi larangan No Smoking di berbagai area kampus. Mungkinkah suatu saat kampus Unpas bebas dari asap rokok? Rokok menimbulkan banyak kerugian bagi kesehatan. Bahkan di bungkusnya sendiri sudah tertera, rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Kanker yang ditimbulkan antara lain adalah kanker paru-paru, kanker kandung kemih, kanker mulut, kanker tenggorokan, kanker serviks, kanker kerongkongan, kanker pencernaan, dan lainlain. Selain kanker, rokok juga dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi, dan gangguan medis lainnya. Bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan pada orang yang merokok, namun juga kepada orang yang di sekitarnya. Larangan merokok ini sudah ada di hampir semua kampus Unpas, kecuali di kampus II Unpas Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung. Sepriyadi, mahasiswa Program Studi Manajemen 2012, mengatakan bahwa ia merokok karena tidak ada larangan. “Di sini gak ada tulisan yang menjelaskan dilarang merokok,” ujarnya kepada Pelma, Jum’at (17/05). Meskipun di kampus Setiabudhi sudah ada larangan merokok, namun masih ada mahasiswa yang merokok di sembarang tempat. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan tentang hal ini, salah satunya adalah Banuraspati. Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan 2012 tersebut mengaku terganggu dengan adanya perokok di lingkungan kampus. “Agak sedikit terganggu karena asapnya menyebar kemana-mana,” ucap Banuraspati, ketika ditemui di koridor kampus Unpas. Hal yang sama dikeluhkan oleh Dini Lailatul Khasanah, mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan 2012. “Tidak suka karena asapnya mengganggu,” keluhnya. Meskipun banyaknya keluhan, tetap saja tak dapat membuat perokok jera. Seperti Iktiarif Sigit Saputro, mahasiswa Program Studi Seni Musik 2012, ia menuturkan bahwa merokok sudah menjadi kebiasaannya. “Karena udah kebiasaan, kebiasaan itu sulit untuk ditinggalkan,” ungkapnya kepada Pelma beberapa waktu lalu. Yonik Meillawati, Ketua Program Studi Teknik Lingkungan, memaparkan bahwa merokok di sembarang tempat dapat mengganggu kenyamanan. Ia juga mengimbau, tidak boleh ada yang merokok di ruangan tertutup, terutama di ruangan-ruangan dekat laboratorium. “Kalau lab-nya sudah mengandung banyak zat kimia yang mudah terbakar dan mudah meledak, nah itu bahaya,” kata Yonik. Untuk mengurangi jumlah perokok yang ada di lingkungan kampus, perlu ada kebijakan yang diambil oleh pihak kampus itu sendiri. “Seharusnya ada ruangan khusus untuk merokok karena merokok itu memang hak asasi, tapi jangan mengganggu kesehatan orang lain,” ujar Deflyana, Dokter Klinik Unpas. Jika mengacu pada Perda Kota Bandung Pasal 23 ayat 2, disebutkan bahwa “Pimpinan atau penanggung jawab harus menyediakan tempat khusus tempat merokok serta
Tegar Eko Saputra/Pelma
MAHASISWA Unpas mengisi waktu di sela-sela kegiatan perkuliahannya dengan berkumpul dan merokok di salah satu koridor kampus. Namun jika merokok di area yang seharusnya steril dari asap rokok, tentunya akan mengganggu kenyamanan kampus. menyediakan alat penghisap udara sehingga tidak menggangu kesehatan bagi yang tidak merokok”. Namun menurut Deflyana, untuk mengambil langkah tersebut perlu ada kerjasama dari pihak kampus mengenai peraturan. “Jadi peraturannya itu contohnya apabila mereka merokok di luar area merokok dikenakan denda. Entah itu sanksi, pemberitahuan, atau denda biaya yang dikenakan,” tambah Deflyana. Hal senada pun diungkapkan oleh Yonik. “Kalau merokok ada satu tempat yang disediakan, tapi hanya sementara, apabila sudah selesai dia kembali lagi ke tempatnya bekerja, jadi tidak menyediakan tempat bekerja yang boleh merokok,” tuturYonik. Namun sementara itu, Subiyantoro, Kasubbag Pengadaan dan Pencatatan Barang, mengatakan bahwa pihaknya tak dapat membuat ruangan khusus perokok karena terkendala perizinan dari pihak rektor. “Sebenarnya rencana sudah ada, tapi belum ada izin dari pimpinan,” katanya ketika ditemui Pelma. Ia menambahkan, apabila sudah ada izin dari rektor pihaknya ingin membuat ruangan khusus perokok di tempat-tempat yang jauh dari mahasiswa. “Kalau di kampus Setiabudhi misalnya di depan, di dekat gardu,” tambahnya. Eddy Jusuf, Rektor Unpas, mengungkapkan bahwa ia tidak setuju jika ada smoking area di kampus Unpas. “Tidak setuju karena itu sama saja mengizinkan mahasiswa untuk merokok,” ungkapnya kepada Pelma di ruangannya. Yonik memberikan alternatif pilihan kepada mereka yang tidak bisa berhenti merokok. Ia mengusulkan jika ingin merokok, merokoklah di tempat yang tidak mengganggu orang lain. “Ya kalau bisa berhenti, berhentilah,” tutup Yonik di akhir pembicaraan. [Reporter: Elva]
@lpmjumpa
Penerimaan Anggota Baru Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Pasundan Bandung
6 April 1995 - 6 April 2013
SEGERA . . .
6
PELITA UTAMA
Merintis Kampus Bebas Asap Rokok, Tanggung Jawab Semua Pihak
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
Mutia Nurfitriana
L
arangan merokok di area publik diatur dalam Peraturan Daerah No 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dalam pasal 13 disebutkan bahwa tempat-tempat umum yang dianggap area bebas asap rokok, tersebut meliputi tempat kerja, sarana pendidikan, perkantoran, dan rumah ibadah. Dalam isi pasal tersebut sudah jelas disebutkan bahwa sarana pendidikan merupakan area bebas asap rokok. Namun, yang terlihat pada kenyataannya di lingkungan Kampus Universitas Pasundan (Unpas), aktivitas merokok sudah lumrah bahkan telah membudaya dan tidak bisa dipisahkan dengan orang yang mengonsumsinya. Aswan Haryadi, salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unpas mengungkapkan bahwa ia kesulitan melepaskan diri dari rokok. “Buat saya merokok itu sudah mendarah daging, susah kalau harus lepas dari rokok,” ujar Aswan kepada Pelma. Semua elemen kampus mulai dari kalangan mahasiswa, dosen ataupun karyawan bisa dengan leluasa menghisap rokok tanpa memikirkan efek yang ditimbulkan bagi orang lain. Secara tidak sadar, perokok sudah meracuni orang-orang yang berada di sekitarnya yang tidak terbiasa merokok. Padahal perokok pasif itu lebih besar risikonya daripada perokok aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rektor Unpas, Edy Jusuf. “Perokok pasif itu jauh lebih berbahaya daripada perokok aktif”, ujarnya saat ditemui Pelma beberapa waktu lalu. Akan tetapi, pernyataan tersebut tidak diimbangi dengan kebijakan penertiban rokok di area kampus. Pihak rektorat hanya memberikan himbauan larangan merokok dengan cara memberikan penyadaran dalam bentuk teguran. “Dalam menyikapi masalah rokok di lingkungan kampus Unpas, yang menjadi sasaran awalnya adalah pihak dosen dan karyawan yakni dengan cara menegur dan memberikan penyadaran bahwa merokok di tempat umum itu tidak baik,” tuturnya. Senada dengan Edy, Ketua Program Studi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unpas, Sutrisno menyatakan bahwa dalam menyikapi permasalah rokok ini pihak jurusan berencana akan mengawalinya dengan penyadaran para perokok. Hal tersebut akan dilakukan dengan cara menempel aturan larangan merokok di area-area tertentu. Selain itu, sosialisasi larangan merokok juga akan dilakukan di kelas-kelas perkuliahan. “Sebenarnya merokok itu boleh-boleh saja, tapi pada tempatnya. Ketika tempat itu menjadi tempat umum, ya jangan dipaksakan untuk merokok di situ,” tutur Sutrisno. Ketika Unpas baru merencanakan untuk menertibkan perokok di kampus, ada beberapa kampus swasta yang kini sedang giat menciptakan kampusnya menjadi kampus yang bebas dari asap rokok, misalnya saja Universitas Komputer Indonesia (Unikom) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekuitas yang terang-terangan memasang spanduk la-
rangan merokok berukuran besar yang terpasang di seputar kampusnya. Hal tersebut efektif menjadikan kampus mereka bebas asap rokok karena selain larangan yang terpampang dengan ukuran besar, di kedua kampus tersebut diterapkan sanksi yang jelas bagi para warga kampus yang melanggar. “Kalau di Unikom itu, ada spanduk yang besar buat himbauan dilarang merokok, sanksinya juga denda. Jadi malu sama sayang uang kalau misalnya ngelanggar,” ujar Derry Fajar Lesmana Mahasiswa Unikom Jurusan Jurnalistik 2010 kepada Pelma. Dokter dari klinik Unpas, Deflyana turut berpendapat bahwa idealnya di lingkungan kampus ada kerja sama dengan semua pihak mengenai peraturan larangan merokok. “Apabila mereka merokok di luar area merokok akan dikenakan denda. Entah itu sanksi, pemberitahuan atau denda biaya yang dikenakan,” ujarnya. Tidak tersedianya tempat khusus atau area khusus merokok menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan tercemarnya udara di lingkungan kampus. Selain itu, kurangnya sosialisasi dan kesadaran dari tiap-tiap perokok juga menjadi hal yang cukup berpengaruh dalam timbulnya permasalahan ini. Ketua Prodi Teknik Lingkungan, Yonik Meillawati menyatakan bahwa untuk menghentikan orang yang merokok itu sulit, apalagi kalau sudah menjadi kebiasaan. “Kita harus pelan-pelan dalam mengendalikan perokok ini dengan menyediakan tempat untuk perokok di tempat yang memang tidak menimbulkan gangguan bagi orang lain, misalnya di dekat taman,” kata Yonik. Namun kenyataannya Unpas memiliki ruang terbuka hijau yang kurang memadai sehingga tidak adanya keseimbangan antara karbon monoksida (Co) yang diproduksi dengan kadar oksigen yang dihasilkan. Jadi, mahasiswa yang bukan perokok merasa terganggu dengan adanya mahasiswa yang merokok sembarangan. Seperti halnya Gilang Mahasiswa Hubungan Internasional yang mengeluhkan mahasiswa yang merokok sembarangan. “Pertama disayangkan buat teman-teman yang merokok sembarangan di lingkungan kampus, apabila melihat dampak yang ditimbulkan, mungkin kalau yang kita kenal bukan hanya dampak untuk diri sendiri tetapi juga buat teman-teman yang lain, yang tidak merokok,” ujarnya kepada Pelma. Gilang juga menambahkan apabila akan menciptakan kampus yang bebas asap rokok, sebaiknya pihak kampus tidak sepihak menentukan sebuah aturan. “Adanya kesepakatan dari kebijakan yang sama-sama menguntungkan. Jadi walaupun tidak secara keseluruhan kampus ini bebas dari asap rokok, minimal di lingkungan umum itu tidak ada perokok, tapi dengan disediakannya tempat untuk perokok,”tambahnya.
105 Tahun Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 - 20 Mei 2013
[Reporter: Elva, Fariz]
7
PELITA UTAMA
Kebijakan Larangan Merokok di Unpas
Bagaimanakah Kampus Universitas Pasundan (Unpas) Bandung menyikapi kebijakan ihwal aturan bagi perokok di lingkungannya. Pelma berhasil mewawancari Rektor Unpas, Eddy Jusuf beberapa waktu lalu, berikut petikan wawancara selengkapnya. Apakah Anda tahu adanya UU tentang larangan merokok di tempat umum, termasuk di area belajar mengajar? Belum tahu, tapi saya tahu ada peraturan tidak boleh merokok di tempat umum. Apa tanggapan Anda mengenai dosen yang merokok di kelas? Itu sangat tidak baik karena seharusnya dosen memberikan contoh yang baik kepada mahasiswa. Apakah sebelumnya sudah ada langkah yang diambil? Sudah ada sosialisasi manfaat dan mudarat dari merokok, saya setuju ada pelarangan merokok di tempat umum. Apa kebijakan yang akan diambil? Orang yang sedang merokok harus ditegur dan diberi penyadaran bahwa merokok di tempat umum itu tidak baik. Lebih baik lagi apabila diberikan surat ke tiap fakultas yang menyatakan bahwa selama proses
belajar mengajar dilarang merokok. Apakah pihak kampus akan menyediakan smooking area? Saya tidak setuju dengan adanya smooking area karena itu sama saja memperbolehkan untuk merokok di lingkungan kampus. Apa harapan Anda untuk ke depannya? Saya pikir ada atau tidaknya Perda, merokok itu kembali ke diri sendiri. Mereka harus menyadari bahwa perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif.
www.unpas.ac.id
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
“Saya tidak setuju dengan adanya smooking area karena itu sama saja memperbolehkan untuk merokok di lingkungan kampus” (Eddy Jusuf - Rektor Unpas)
[Reporter : Elva, Mutia]
Dok. Pribadi
Solusi Perokok di Kampus dari Tinjauan Medis
Dari tinjauan medis, asap rokok bukan hanya berbahaya bagi pengisapnya, tapi juga bagi orang di sekitarnya (perokok pasif). Di lingkungan kampus, itu bisa menjadi ancaman bagi kesehatan mahasiswa. Deflyana, Dokter Klinik Unpas beranggapan perlu adanya peraturan ketat bagi perokok. Simak hasil wawancara selengkapnya berikut ini.
“Jadi harus dikenakan sangsi. Sangsinya bebas apa saja, mulai dari peringatan, sampai beratnya dia dikeluarkan”
Bagaimana pendapatnya tenbisa mengganggu sirkulasi udara tang mahasiswa yang merokok di yang masuk ke dalam paru-paru. kampus? Udara panas tersebut bisa mengMerokok itu memang hak asasi gangu jaringan epitel jika terus tersetiap individu, tapi tidak mengpapar, jaringan itu bisa bermutasi ganggu kesehatan orang lain. menjadi bentuk lain. Maksud Anda, mereka harusApa yang harus dilakukan nya merokok di smoking area? untuk menertibkan para peroDeflyana- Dokter Klinik Unpas Iya, Smoking Area itu harus ada. kok? Terserah mau khusus dalam satu gedung atau bagaimanapun. Yang Pihak kampus harus mengeluarkan peraturan yang jelas. Contohnya penting ada, jadi tidak sembarang orang merokok di tempat umum. apabila mereka merokok di luar area merokok dikenakan denda. Entah Apabila untuk mengganggu kesehatan dirinya sendiri ya tidak apa-apa, itu sanksi, pemberitahuan, atau denda biaya yang dikenakan. menurut saya sih itu masalah pribadi. Kenapa harus demikian? Dampak apa saja yang disebabkan oleh rokok? Para perokok itu meracuni perokok pasif juga. Apakah para peroBanyak zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Zat tersebut kok aktif itu mau menanggung biaya untuk perokok pasif jika sakit akisangat membahayakan paru-paru. Contohnya Tar, jika sudah menem- bat asap rokok? Jadi harus dikenakan sangsi. Sangsinya bebas apa saja, pel di paru-paru maka oksigen yang masuk akan berkurang sehingga mulai dari peringatan, sampai beratnya dia dikeluarkan. tubuh serta otak akan kekurangan oksigen. Tidak hanya itu, di dalam Pesan apa yang akan anda sampaikan untuk para perokok? rokok terdapat zat Karsinogen yang memicu timbulnya kanker. Jika merokok jangan menggangu kesehatan orang lain. Dia boleh Kanker apa saja yang bisa disebabkan oleh rokok? mengganggu kesehatan dirinya sendiri karena itu pilihan dia, tapi janParu-paru sudah pasti, selain itu bagian mulut dan tenggorokan gan mengganggu kesehatan orang lain. pun bisa terkena. Yang dihirup si perokok itu udara panas, sehingga [Reporter : Elva]
nycsocialist.org
May Day 2013
“Capital is dead labor, which, vampire-like, lives only by sucking living labor, and lives the more, the more labor it sucks” (Karl Marx)
8
PELITA KHUSUS
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
Pro Kontra Pembentukan DPM Unpas Ai Chintia
S
panduk pernyataan tuntutan mengesahkan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) terpampang di dua kampus yaitu di kampus Unpas Tamansari dan Lengkong. Spanduk tersebut berbunyi “Kami dari Seluruh Lembaga Kemahasiswaan Unpas Mendesak Rektorat untuk mengesahkan DPM”. Ungkapan dalam Spanduk tersebut diperkuat dengan terpampangnya logo-logo kelembagaan tingkat fakultas . Desas-desus akan didirikannya DPM memang sudah terdengar belakangan ini, namun sampai saat ini keputusan akan terbentuk atau penolakan belum terdengar secara pasti. Apakah semua mahasiswa setuju didirikannya DPM tingkat universitas ini? Dilansir dari www.jumpaonline.com pada tanggal 19 April lalu, Bani Yogaswara, mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi angkatan 2010, menanyakan untuk apa didirikan lembaga baru jika belum terdengar fungsi pentingnya. Hal yang sama diungkapkan oleh Eka Melinda, mahasiswa FKIP jurusan Akuntansi ini mengatakan dia tidak setuju dengan dibentuknya DPM. “Gak setuju, DPM tingkat fakultas aja gak kerasa kinerjanya,”ungkapnya kepada Pelma. Tambahnya lagi, sampai saat ini kinerja DPM di tingkat fakultas belum terasa perubahan yang berarti bagi mahasiswa. “Aku malah merasa DPM itu gak ada dan gak jelas,” katanya. Tidak hanya mahasiswa biasa, hal itu pun ditanyakan oleh Ari Umar Sidik, Sekretaris Jenderal Forum Koordinasi Unit Kegiatan Mahasiswa (Sekjen FK UKM). Menurutnya seberapa mendesaknya sehingga harus didirikan DPM. “Kita harus tahu dulu apa fungsi kelembagaan tersebut,” katanya. Pernyataan itu dijawab oleh Galih, sebagai Ketua Badan Pembentuk Lembaga Legislatif Universitas Pasundan (BPLLU). Menurutnya, pendirian DPM ini permintaan sepenuhnya dari Ketua BEM dari Fakultas-Fakultas yang ada di Unpas dan bukan keinginan dari BEM UP walaupun ini merupakan amanat Kongres. Menurutnya lembaga ini akan mengawasi, dan menampung semua aspirasi yang ada di mahasiswa. Menurut Galih, dia berkomunikasi intens juga dengan Sekjen FK UKM, dan ada masalah dan dia mencium Sekjen FK UKM sepakat untuk didirikannya kelembagaan baru ini. “Saya komunikasi intens dengan Ari, dia tidak keberatan,” kata Galih. Alasan Galih tidak langsung berbicara pada Ketua UKM karena dirinya takut disebut mendahului Sekjen FK UKM. Jika telah bicara dengan Ari, maka dia akan berdiskusi langsung dengan para Ketua UKM. Namun saat dikonfirmasi kepada Ari, ia tidak merasa menyatakan hal demikian. Jika hanya bentuk pemberitahuan, ya, bagi dia tidak masalah. Dan menurut Ari, para Ketua UKM harus bergerak dengan cepat agar tidak kecolongan terbentuknya lembaga baru yang fungsi dan manfaatnya tidak jelas. Sebab fungsinya sebagai Sekjen FK UKM hanya mengkoordinasi, semua keputusan ada di tangan para Ketua UKM. “Jangan sampai UKM kecolongan, harus bisa bergerak cepat,” katanya. Tidak hanya Sekjen FK UKM, Dudi Permana, Ketua Koordinator Olahraga Mahahasiswa (KOM) pun mempertanyakan fungsi dari rencana pembentuan DPM ini. Ia meminta kejelasan dampak positif dan negatif dibentuknya lembaga baru ini. “Kalau berdampak baik kepada mahasiswa, ya silakan saja,” katanya. Hal yang sama diungkapkan oleh Akbar Gumelar Syahputra, Ketua Umum Lingkung Seni Mahasiswa (Lisma). Menurutnya pembentukan DPM ini boleh asal melalui mekanisme yang jelas. Tambahnya lagi jangan sampai pembentukan DPM ini hanya menghabiskan anggaran dari mahasisiwa tapi tidak ada kejelasan kinerja. “Kinerja BEM saja masih belum jelas, harusnya menanyakan dulu kepada mahasiswa apakah DPM ini butuh?” katanya kepada Pelma.
Hingga saat ini pernyataan tersebut memang belum tersampaikan secara terbuka kepada BPLLU karena memang belum terdengar adanya duduk bersama dari semua kelembagaan untuk membahas hal ini, namun Galih mengaku jika obrolan non formal sering ia lakukan. “Kita menunggu undangan diskusi dari para ketua, jika perlu, ya ayo kita duduk bareng komunikasikan,” ujar Galih. Hal yang berbeda justru datang dari para Ketua UKM, menurut mereka justru pihak UKM yang menunggu undangan dari Ketua BPLLU. Hal tersebut diungkapkan oleh Ari yang mewakili para Ketua UKM. Galih pun sangat yakin jika DPM ini memang sangat mendesak dan ia siap menanggapi semua selentingan miring dari pihak-pihak yang tidak menyetujui dibentuknya DPM ini. “Harus jelas, kenapa tidak setujunya?” kata Galih. Alih-alih Rektor sepakat dengan adanya lembaga baru ini, persiapan BPLLU hingga saat ini mengaku telah sampai hingga 20 persen, dan mereka merasa yakin jika lembaga ini akan terbentuk dan akan mendukung mahasiswa. Anggota BPLLU ini terdiri dari perwakilan fakultas yang dari setiap fakultasnya diwakili oleh empat orang. Wakil Rektor III, Deden Ramdan mengatakan pemasangan spanduk tersebut sah-sah saja karena sudah diatur dalam undang-undang dan hal tersebut merupakan perwujudan dari demokrasi. Jika menanggapi akan segera disahkan atau tidaknya dia masih berkomunikasi dengan Rektor Unpas. Hingga saat ini masih belum ada konfirmasi mengenai hal tersebut dari Rektor Unpas. Dan saat dikonfirmasi kepada Ketua BEM Fakultas Pendirian DPM ini memang sudah mulai tercium ketika Januariadi menjabat sebagai Presiden mahasiswa tahun lalu, saat diwawancara untuk Pelma, ia pernah mengungkapkan jika ia tengah mengajukan pembentukan lembaga baru untuk mengawasi kinerja BEM dengan tidak menambah alokasi dana dari kemahasiswaan. Niatnya agar kinerja BEM bisa bekerja sesuai dengan fungsinya sebagai Badan Eksekutif. Namun yang saat ini diucapkan oleh Galih berbeda, menurutnya anggaran DPM tidak akan mengurangi anggaran BEM. Serta mekanisme pemilihan DPM pun akan Pemilihan Raya (Pemira), berbeda dengan pemilihan Presiden Mahasiswa yang hingga saat ini masih mengandalkan kongres. Padahal salah satu amanat kongres BEM UP yang sampai saat ini masih belum terpenuhi salah satunya adalah Pemira untuk memilih Presiden Mahasiswa. Firli Herdiana, Ketua Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) mengatakan bahwa pembentukan DPM ini harus segera disahkan. “Ini amanat kongres dari dua tahum yang lalu, dan mandat yang harus dikerjakan,” katanya kepada Pelma. Tambahnya lagi, tujuan dibentuk DPM ini jelas, dan diharapkan kinerja BEM bisa lebih baik lagi. “Jika ada yang mengawasi, saya yakin BEM UP akan lebih baik,” katanya. Asep Ramdan, Ketua Himpunan Mahasiswa Biologi mengatakan dirinya merasa tidak keberatan jika dibentuk DPM asal orang-orang yang akan duduk di DPM harus melalui pola rekrutmen yang jelas dan fungsi yang jelas. “Perlu saja, untuk mengawasi keuangan BEM,” katanya saat dikonfirmasi oleh Pelma. Hal yang berbeda diungkapkan oleh Hemawan, Ketua Himaksi ini mengatakan jika untuk saat ini tidak mendesak didirikannya DPM. Menurutnya kinerja DPM ditingkat Fakultas saja masih harus dibenahi sehingga dia merasa pesimis fungsi DPM di tingkat Universitas akan berfungsi dengan sesuai. [Reporter : Agung, Ai Chintia, Tegar, Taruna]
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
PELITA ARTIKEL
Peran Pemuda Muslim
9
Arif Gunawan*
P
emuda adalah sosok yang berada di antara dua kelemahan. Pertama ketika masih kecil atau anak-anak yang tidak bisa berbuat banyak dan sangat membutuhkan bimbingan kedua orang tuanya. Kedua adalah ketika sudah melewati fase mudanya yang akhirnya datang kepada fase tuanya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan. Definisi pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Mahasiswa merupakan salah satu golongan pemuda yang memiliki tingkat intelektual yang lebih dibandingkan pemuda lainnya. Setidaknya bisa dilihat dari jumlahnya sekitar 4,8 juta jiwa. Dan hanya 2 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Mahasiswa sering disebut agen of change, director of change, creative minority, dan calon pemimpin bangsa. Peran pemuda dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia sangat penting. Beban moral sebagai kaum intelektual yang di-sandang oleh mahasiswa, mengharuskan mereka untuk berkontribusi dalam permasalahan yang dihadapi bangsa ini. Setidaknya, penulis beranggapan bahwa pemuda/ mahasiswa memiliki empat karakteristik atau potensi yang dimilikinya. Pertama, potensi spiritual. Bagaimana seorang pemuda/mahasiswa apabila telah mempercayai atau meyakini sesuatu, dia akan rela me-ngorbankan apapun demi sesuatu yang diyakini kebenarannya. Seperti halnya seorang muslim yang rela mengorbankan harta dan jiwanya demi berjihad di jalan Allah. Mereka berjuang dengan sepenuh hati dan jiwa. Kedua, potensi intelektual. Seorang mahasiswa merupakan kaum intelektual yang mengalami proses penyempurnaan ilmu pengetahuannya. Oleh sebab itu respon mahasiswa dalam menanggapi sesuatu permasalahan akan berbeda dengan orang lain pada umumnya. Contohnya, ketika menghadapi permasalahan bangsa dan negara Indonesia yang sangat kompleks, mereka akan berangkat dari pemahaman keilmuan yang mereka miliki. Begitupun ketika mahasiswa menyuarakan kebenaran khususnya kepada penguasa yang dzalim, mereka tidak akan sembarangan memberikan respon akan kedzaliman yang ada di depan mereka tanpa pemahaman yang mumpuni. Daya analisis yang kuat didukung dengan spesialisasi keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan mereka berbasis intelektual karena didukung pisau analisis yang tajam. Ketiga, potensi emosional. Seorang mahasiswa berada dalam kondisi emosi yang belum sempurna. Terkadang respon mahasiswa terlihat berlebihan dalam menghadapi permasalahan. Itu hal yang biasa. Bahkan itu merupakan pembeda dari seorang mahasiswa/pemuda dengan orang tua dan anak-anak. Khususnya ketika seorang mahasiswa mengetahui ada sesuatu penyimpangan atau bahasa pergerakan mahasiswa muslim disebutnya kedzoliman, respon emosi mahasiswa cenderung akan cepat naik. Keberanian dan semangat yang senantiasa bertalu-talu dalam dada berjumpa dengan jiwa muda sang mahasiswa. Dengan kemauan yang keras dan semangat yang membara mereka akan mampu menentang arus zaman dan mampu membelokan arah sejarah sesuai dengan kebenaran yang mereka yakini. Sifat semangat dan kemauan yang keras dari mahasiswa dalam memperjuangkan sesuatu yang mereka yakini kebenarannya akan dapat menular ke dalam jiwa bangsa yang sudah cukup lama tertidur dari sifat asli bangsa. Keempat, potensi fisikal. Bagaimana seorang pemuda/mahasiswa memiliki kekuatan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak dan orang tua. Maka seharusnya mahasiswa sebagai kaum intelektual yang berada dalam fase terkuat dalam hidupnya dapat berkontribusi maksimal dalam pembangunan bangsa dan negara ini dan juga ikut menyelesaikan permasalahannya. Penulis di sini akan membahas peran atau fungsi pemuda dalam
hal ini mahasiswa dalam membangun dan menyelesaikan persoalan bangsa dan negara yang cukup kompleks ini.
Intelektual Akademisi Mahasiswa dihadapkan dengan proses pendidikan juga memiliki beban moral sebagai kaum intelektual akademisi. Peran mahasiswa sebagai kaum intelektual akademisi adalah bagaimana dia harus menyiapkan diri agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan keilmuan yang dimiliki saat di perguruan tinggi. Selain itu, mahasiswa dicetak menjadi orang yang mempunyai wawasan lebih dibandingkan manusia pada umunya. Dituntut untuk bisa menanggulangi permasalahan bangsa dengan kepakaran ilmu yang dimiliki. Contohnya, seorang mahasiswa jurusan Pendidikan yang direncanakan akan menjadi seorang guru, nantinya harus bisa mengatasi persoalan terutama dalam bidang pendidikan. Bagaimana pendidikan saat ini hanya mengedepankan aspek pemahaman materi ajar, sedangkan aspek moral tingkah laku kurang menjadi perhatian dalam pendidikan di negeri ini. Terbukti bisa dilihat dari masih diberlakukannya Ujian Nasional. Hanya penilaian secara akademis yang dilihat, tetapi keimanan, moral tingkah laku anak didik tidak mendapat perhatian. Salah satu tugas dari mahasiswa pendidikan contohnya adalah dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Mereka beraktivitas dalam universitas yang merupakan simbol keilmuan. Kampus sendiri sampai saat ini masih bisa dianggap sebagai benteng moral bangsa yang masih objektif dan ilmiah. Cadangan Masa Depan Mahasiswa nantinya akan menjadi pemimpin di masa akan datang. Mereka adalah kepompong yang harus dirawat dan dijaga agar kelak menjadi kupu-kupu yang indah. Salah satu tugas dari organisasi yang di dalamnya terdapat mahasiswa adalah untuk mendidik dan membina mahasiswa agar bisa menjadi pemimpin yang tangguh. Sehingga pada saat masa depan memanggil, maka sosok muda mahasiswa sudah siap untuk menjadi pemimpin dengan pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni. Baik buruknya sebuah bangsa tergantung kepada baik buruknya pemuda dan mahasiswa saat ini.
Agen Perubah Mahasiswa dengan berbagai potensi yang dimiliki seringkali menjadi pemicu dan pemacu perubahan dalam masyarakat. Tidak jarang pergerakan mahasiswa akan mampu mempengaruhi kebijakan politik dalam negara. Maka sangat pantas jika mahasiswa disebut juga agen perubah (agent of change). Dunia kampus yang kini kian pragmatis, materialis, dan hedonis merupakan tantangan bagi seorang mahasiswa yang ingin memaksimalkan potensinya sebagai mahasiswa dalam memainkan perannya. Gerakan mahasiswa identik dengan gerakan moral. Di mana gerakan ini menyuarakan tentang suara hati yang senantiasa merefleksikan kebenaran universal, menolak segala bentuk pelanggaran HAM, penindasan, kesewenang-wenangan, kedzaliman dan otoriterianisme kekuasaan. Suara hati nurani inilah yang memberi energi konstan dan kontinyu bagi pergerakan mahasiswa. Kekuatan moral adalah kekuatan abadi yang takkan pernah mati selama ada manusia yang jujur dengan nuraninya. Gerakan mahasiswa juga erat kaitannya dengan politik. Gerakan politik merupakan istilah idealis yang disematkan pada gerakan mahasiswa. Idealis karena gerakan yang dibangun bukan berorientasi kekuasaan yang dipraktikan oleh banyak partai politik di negeri ini. Gerakan politik nilai berorientasi pada terciptanya nilai-nilai ideal kebenaran, keadilan, kemanusiaan, profesionalitas dan intelektualitas dalam seluruh aspek. *Penulis, Mantan Ketua KAMMI Unpas 2011-2012
10 RESENSI Hatta dan Pemikiran Demokrasinya
D
Dwi Reinjani
emokrasi yang tercipta dan berkembang di kehidupan bangsa Indonesia tidak luput dari peranan Mohammad Hatta. Tentunya tanpa mengesampingkan tokoh-tokoh lain yang juga menjunjung tinggi asas demokrasi. Hatta juga dapat dikatakan sebagai peletak dasar tentang pemikiran demokrasi di Indonesa dalam arti nyata. Dalam pemikirannya tentang sebuah demokrasi, Hatta tidak terpengaruh pada pola demokrasi ala barat, sebagaimana tokoh lain kerap menjadikan hal tersebut dasar untuk sebuah demokrasi bangsa Indonesia. Hatta berpikir, bahwa demokrasi yang mengacu pada landasan barat tidak cocok dengan bangsa Indonesia yang kultur kehidupannya lebih ‘hidup’, lebih bertetangga, dan sistem kehidupannya lebih berlangsung pada kehidupan pedesaan. Bisa kita lihat dengan jelas, konsep demokrasi yang Hatta usung selalu berbenturan dengan tokoh-tokoh lainnya. Yang paling menonjol adalah benturan pemikiran Hatta dengan Sukarno. Benturan pemikiran tersebut telah berlangsung pada saat Indonesia be- itu sendiri. Dan membuka pandangan tentang lum merdeka, saat mereka masih melakukan bentuk nyata Indonesia yang masih terkesan pergerakan bersama. Namun setelah Indone- absurd hingga saat ini. Dalam buku ini juga sia merdeka, polemik benturan yang terjadi terdapat ulasan yang cukup mendalam perihal semakin terasa. Sukarno ingin maju bersama kata Demokrasi Kita dan demokrasi menurut demokrasi terpimpinnya, sementara Hatta pandangan barat. Sehingga membuat kita beringin Indonesia maju dengan demokrasi par- pikir akan demokrasi yang sesungguhnya dan lemennya karena tepat untuk bangsa yang demokrasi yang memang harus bercokol di heterogen seperti Indonesia. Lebih luas lagi Indonesia sebagai bangsa yang heterogen dan perbedaan yang terjadi pada mereka saat pa- tidak homogen. ham ‘persatuan’ memiliki dua mata berbeda. Secara sederhana, pemikiran Mohammad Hatta menyebut persatuan adalah alat, se- Hatta tentang demokrasi adalah bahwa sedangkan Sukarno menyebut persatuan adalah bagian bangsa yang merdeka, harus mengisi tujuan hidup. Dan saat voting menurut Su- kekosongan pengertian dari kemerdekaan itu karno adalah tirani mayoritas, menurut Hatta sendiri, sehingga bangsa kita dapat memaknai voting jalan menuju mufakat. arti dari demokrasi maupun kemerdekaan Namun di luar seitu sendiri. Tentu saja mua perbedaan itu, dasar pemikiran yang Judul buku Demokrasi Kita, Hatta adalah seorang Hatta tuangkan dalam Pikiran-pikiran tentang pelopor demokrasi buku ini menjadi bahDemokrasi yang paling konsisten an pengembangan undan Kedaulatan Rakyat. dengan gagasan dan tuk para mahasiswa Penulis pemikirannya. Konumumnya dan mahaMohammad Hatta sistensinya terbukti siswa politik pada khuPenerbit pada saat Hatta hasusnya. Supaya tercipSega Arsy Bandung 2009 rus berani mengamta awak-awak politik bil keputusan lengser yang mengerti, paham dari jabatannya sebagai Wakil Presiden In- dan mempunyai ideologi tinggi pada negara donesia, demi menghindari logika demokrasi yang ia tinggali, pelajari dan bela. Sehingga terpimpin yang dianut oleh Sukarno sebagai nantinya akan tercipta sebuah Demokrasi Kita rekannya. Pada saat itulah Hatta menulis se- yang mengikuti perkembangan zaman dan buah buku yang berjudul Demokrasi Kita, kultur yang ada di dalam badan bangsa heteyang tidak lain adalah buku dengan semua rogen seperti Indonesia. bentuk pemikirannya akan sebuah demokrasi Buku yang tidak terlalu tebal ini memiliki yang sesuai untuk bangsa yang heterogen. Se- isi yang sangat spesifik, mendalam dengan lain itu, Hatta juga masih melakukan koreksi bahasa yang cukup rumit dan pemikiran yang atau pemantauan tentang perkembangan ne- terkadang berbelit dengan nalar kebanyakan gara termasuk mengkritik Sukarno dengan orang. Untuk para mahasiswa politik mungkin kebijakannya dalam demokrasi terpimpin mudah mencernanya dan langsung mengerti tersebut. pada maksud setiap prakata dalam buku ini. Pemikiran Hatta ini cocok untuk dibaca Namun untuk mahasiswa yang tidak memiliki oleh para awak politik maupun calon-calon dasar ilmu politik sepertinya harus sedikit muda yang akan berkecimpung di bidang membolak-balik buku lainnya untuk menyinpolitik agar membuka wacana mandiri ter- kronkan dengan maksud yang ada dalam buku kait politisasi negara dan arti dari demokrasi ini.
CELOTEH
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
Sistem pembayaran DPP, memberatkan atau tidak?
Ya, merasa diberatkan karena ekonomi dari keluarga yang kurang mampu sangat diberatkan. Intan Fitria Pend. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah 2012 Ya, jika hanya fasilitas yang dilebihkan oleh pihak kampus hanya AC kita sebagai mahasiswa diberatkan, apabila jika ada praktikum mahasiswa harus membayar lagi. Chintya Bayu Lestari Pend. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah 2012 Mengenai sistem pembayaran merasa tidak diberatkan karena dicicil dan jeda waktunya lumayan lama. Dini Lailatul Khasanah FT Teknologi Pangan 2012 Memberatkan karena persentase pembayaran pertahun harus persemester. Noviana Pend. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah 2010 Ya karena setiap mahasiswa orang tuanya memiliki keuangan yang berbeda. Jadi, jangan cuma meminta kewajiban dari mahasiswa untuk membayar, sementara fasilitas untuk mahasiswanya kurang. Abdul Majid FKIP Pend. PKNH 2012 Sistem pembayaran DPP tidak sesuai dengan fasilitas yang dijanjikan oleh pihak kampus. Elva Florenza Audria Pend. Bahasa Sastra Indoensia dan Daerah 2012 Memberatkan karena saya sebagai mahasiswa belum merasa nyaman dengan fasilitas yang ada, pembayaran DPP terbilang cukup besar dan tidak sesuai. Rika Oktavia FKIP Pend. PKNH 2012 Sistem pembayaran DPP tidak sesuai dengan fasilitas yang didapatkan karena tidak semua fasilitas berfungsi dengan baik. Tri Purnama Sari FT Teknologi Pangan 2012 Sistem pembayaran DPP terlalu mahal, fasilitas tidak sesuai. Wifi juga masih susah di akses. Trisna Megawati FT Teknologi Pangan 2012 Ya, karena kalau dilihat dari fasilitas lab.bahasa, lab komputer, dan sanggar sastra mahasiswa harus bergantian untuk mengikuti praktik. Bahkan satu kelas saja di bagi ke dalam dua jadwal. Suci Rahmawati Pend. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah 2012
11
LENSA MAHASISWA
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
Lomba Panjat Tebing Mapak Alam Tingkat Nasional Elia Nurindah Sari
H
ww
w.m
a
k pa
ala
org m.
alaman kampus Universitas Pasundan (Unpas) Tamansari terlihat berbeda kali ini, tenda serta deretan kursi menghiasi halaman yang biasanya dipakai untuk parkir mobil. Tidak hanya itu, riuh serta tepuk tangan terdengar begitu ramai. Ada apa gerangan? Pasalnya pada hari itu sedang diadakan Lomba Panjat Tebing Tingkat Nasional oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam (Mapak Alam). Tidak hanya itu, mata yang berada di lingkungan itu hampir tertuju pada papan panjat tebing. Sesekali wajah itu memperlihatkan kekecewaan dari para penonton jika salah satu peserta terjatuh dan gagal bahkan ada yang berteriak, “Aaargh!” Mohammad Teguh Aji salah satu peserta mewakili Himpunan Mahasiswa Akuntansi mengatakan dirinya senang bisa menjadi salah satu peserta. “Bahagia, dan kompetitif,” ujarnya singkat kepada Pelma. Mapak Alam Sport Climbing Competition ini dilaksanakan dari tanggal 22 hingga 24 April dan diikuti oleh 148 peserta dari seluruh Indonesia. Rektor Unpas, Eddy Jusuf membuka langsung acara ini. Dari 148 peserta tersebut dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu Pelajar dan Umum. Kategori pelajar bisa diikuti oleh mereka yang berusia 12 hingga 19 tahun. Peserta pelajar ini dibagi lagi menjadi dua lead yaitu putra dan putri. Begitupun dengan peserta kategori umum. Rangkaian acara yang berlangsung selama tiga hari ini, dibuka pada hari Senin 22 April dengan isi rangkaian acara yaitu pembukaan, sambutan dari Rektor Unpas, Wakil Rektor III, dan Biro Kemahasiswaan. Setelah pembukaan acara dilanjutkan dengan babak kualifikasi. Tidak hanya panjat tebing, hari pertama diwarnai dengan aksi donor darah. “Untuk Donor darah kita bekerjasama langsung dengan Palang Merah Indonesia (PMI) kota Bandung,” ujar Mohammad Zakaria yang akrab disapa Moza, Ketua Pelaksana acara. Moza menambahkan, banyak yang mendonorkan darahnya pada acara tersebut hingga pihak PMI menambah kantung darah. Acara tambah meriah lagi dengan hadirnya live music dari Mahasiswa Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Menurut penuturan Moza, acara ini bertujuan untuk mengeratkan silaturahmi antar federasi-federasi para pecinta alam se-Indonesia. “Agar hubungannya bertambah erat lagi,” katanya. Selama 3 bulan, para panitia yang terdiri dari anggota mapak alam berusaha keras mempersiapkan acara ini. Untuk publikasi, selain mengirim undangan ke universitas-universitas di Bandung dan federasi-federasi panjat tebing se-Indonesia, mereka memanfaatkan media so-sial facebook dan twitter. Hadiah yang ditawarkan untuk para pemenang ini mencapai 14 juta rupia h . Juara pertama umum putra dan p u t r i masing-masingnya mendapatkan uang senilai Rp. 1.500.000. Sedangkan untuk juara kedua mendapatkan hadiah Rp.1.300.000, juara ketiga Rp. 1.200.000. Dan untuk juara kategori pelajar Putra dan Putri juara pertama masing-masing mendapat hadiah Rp.1.150.000, juara kedua Rp.1.000.000,
juara
ketiga Rp. 800.000.
Sempat Terhenti Karena Hujan Hari pertama dan kedua ketika acara dimulai cuaca mendukung sehingga acara sesuai dengan rencana. Namun berbeda pada hari ketiga, sekitar pukul 13.00 WIB hujan turun lebat sehingga menghentikan perlombaan panjat tebing babak semifinal yang saat itu para peserta putri tengah siap-siap bertarung menaklukan ketinggian. Walaupun hujan, para panitia serta peserta cukup terhibur oleh penampilan live music. “Acara kami sempat terhenti karena hujan, namun akhirnya setelah hujan berhenti acara kami lanjutkan kembali,” kata Moza. Acara ini sempat mengganggu akses bagi mahasiwa pejalan kaki karena tempatnya yang berada tepat di tengah-tengah halaman yang biasa digunakan mahasiswa lewat. Namun untuk hari kedua dan ketiga acara tetap berlangsung dan mahasiswa pun tetap masih bisa melewati halaman kampus tanpa terganggu seperti biasanya. Lokasi ini dipilih karena atas banyak pertimbangan. Moza mengaku, selain karena kampus Unpas Tamansari satu-satunya kampus Unpas yang memiliki papan panjat tebing dan tempat kesekretariatan dari UKM Mapak Alam pun berada di kampus Unpas Tamansari agar segala sesuatunya bisa berjalan mudah.
Hijau Ruang Kreasi
Jl. Dipatiukur No 68C Lt.2 (Depan Pom Bensin) Bandung, Indonesia
* ID Card * Booklet * Sticker * T-Shirt * and many more
hijauruangkreasi@gmail.com
12
GADO - GADO
Pelita Mahasiswa Edisi XLIX, Mei 2013
Komunitas Silver, Komunitas Sosial Kita Elia Nurindah Sari
K
omunitas Silver Peduli merupakan kumpulan remaja yang berjiwa seni dan sosial tinggi. Komunitas ini dibentuk pada Maret 2012. Nama silver sendiri merupakan sebuah lambang kepedulian. Seperti yang diungkapkan Deni (30), seorang anggota Komunitas Silver kepada Pelma beberapa waktu lalu. “Komunitas Silver, sebuah nama yang diusung karena sesuai dengan lambang hati nurani saja,” ujarnya. Komunitas Silver biasa beraksi di tempat keramaian di Bandung. Komunitas yang sebagian besar anggotanya berasal dari mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung ini, memiliki sekretariat di daerah Buah Batu, Bandung. Aksi sosial yang mereka lakukan adalah dengan cara berpantomim di setiap sudut perempatan jalan. “Kita ini bukan hanya minta-minta Mbak, tapi di sini kita menjual seni untuk kepentingan orang-orang yang membutuhkan,” ungkap Andri (21), seorang anggota Komunitas Silver. Prosedur dari penggalangan dana yang dilakukan yaitu dengan menjaring anak-anak yatim piatu atau jalanan yang tidak sekolah, namun masih memiliki keinginan melanjutkan. Apabila sudah terdata, maka komunitas ini akan membiayai sekolah mereka. Sejauh ini, sudah ada sekitar sepuluh anak yang berhasil mereka sekolahkan. “Yang berhasil kami sekolahkan itu biasanya mengambil paket setara dengan sekolah mereka yang sebelumnya tertinggal,” tambah Andri.
Elia Nurindah Sari/Pelma
Seorang anggota Komunitas Silver saat beraksi di salah satu ruas jalan di Kota Bandung beberapa waktu lalu. Dana yang dihimpun oleh komunitas ini digunakan untuk anak-anak kurang mampu dalam membiayai sekolah mereka. Komunitas yang hampir seluruhnya beranggotakan laki-laki ini, sebenarnya sangat membuka pintu seluas-luasnya untuk siapapun yang ingin ikut bergabung dengan mereka. Tidak hanya dari mahasiswa STSI saja karena komunitas ini adalah komunitas independen yang bisa diikuti siapa saja baik itu laki-laki maupun perempuan. Penghasilan yang diperoleh dari aksi yang
mereka lakukan setiap harinya mencapai 40 atau 60 ribu rupiah. Hal yang sangat miris ini patutnya menggugah pemikiran kita untuk menyadari betapa banyaknya orang-orang di luar sana yang berjiwa sosial dan membutuhkan uluran tangan kita. Namun, banyak sebagian kita yang bergaya hidup hedonis dan tidak memikirkan kepentingan orang lain. [Reporter : Elia, Laila]
“Pasundan Mart Hadir di Kampus Unpas”
S
ejak awal tahun 2013 ada yang baru dan berbeda di asrama mahasiswa (Rusunawa) Unpas di Jl. Dr. Setiabudhi Bandung, di mana di lantai 1 gedung asrama tersebut telah hadir minimart dengan nama ‘Pasundan Mart’. Kehadiran minimart ini tentu menambah kelengkapan fasilitas dan juga keceriaan bukan hanya bagi penghuni asrama mahasiswa namun juga bagi seluruh mahasiswa Unpas Setiabudhi pada umumnya. Dengan hadirnya Pasundan Mart kini mereka memiliki kemudahan apabila hendak berbelanja produk-produk makanan ringan (snack) dan juga beragam minuman baik dingin maupun panas. Meskipun berada di dalam lingkungan gedung asrama mahasiswa, namun keberadaan Pasundan Mart diperuntukkan bagi seluruh mahasiswa dan karyawan Unpas kampus Setiabudhi. Sehingga pada saat jam-jam istirahat ataupun break perkuliahaan
tidak heran apabila Pasundan Mart banyak mendapat kunjungan dari mahasiswa di luar asrama, baik mereka datang sendiri maupun bersama teman mahasiswa lainnya. Dengan adanya fasilitas meja-kursi di area depan minimart maka Pasundan Mart menjadi aternatif pilihan tempat yang nyaman untuk sekadar melepas lelah sembari menikmati makanan ringan ataupun beragam jenis minuman, atau sekadar untuk hang out bersama teman. Bahkan beberapa di antaranya memanfaatkan fasilitas ini
sebagai lokasi untuk berdiskusi dan belajar kelompok. Fasilitas wi-fi yang tersedia di lingkungan asrama juga semakin menambah kenyamanan pengunjung yang hendak berselancar di dunia maya sembari menikmati aneka minuman panas dengan harga yang tentunya jauh lebih terjangkau daripada harus pergi ke café. Akhir Maret 2013 ini, Pasundan Mart direncanakan akan hadir di kampus Unpas di jalan Lengkong, sehingga diharapkan mahasiswa UnpasLengkong dapat menikmati kemudahan-kemudahan yang telah dirasakan oleh warga Unpas Setiabudhi sebelumnya. Diharapkan dalam waktu dekat seluruh kampus Unpas dilengkapi dengan adanya Pasundan Mart, sehingga keberadaan Pasundan Mart semakin dirasakan oleh seluruh warga Unpas dan semakin melekat di hati sebagai “minimart-nya warga Unpas”.