1 minute read

TEMPO DOELOE

Next Article
CATATAN KAKI

CATATAN KAKI

DANGDUT: NAIK KELAS ATAU SUDAH BERKELAS?

Ada fenomena yang sedikit ‘nyentrik’ pada perayaan HUT RI Ke-77 yang diselenggarakan di Istana Negara Rabu (17/08) lalu. Biasanya hiburan musik setelah prosesi khidmat upacara membawakan lagu bercorak perjuangan atau lagu daerah, tapi kali ini tampak- nya Istana sedang FOMO (fear of missing out). Kemunculan Farel Prayoga membawakan lagu dangdut “Ojo Dibandingke” yang sedang viral menghadirkan suasana baru. Tak pelak, semua kalangan yang menghadiri upacara peringatan HUT RI Ke-77 ikut berjoget ria, mengikuti irama dangdut yang sedang tenar-tenarnya. Di balik euforia ‘dangdut masuk istana’ dan pemberitaan tentang apresiasi bentuk hiburan baru tersebut, banyak juga kalangan kontra menyebutkan bahwa kurang tepat jika dalam suasana peringatan kemerdekaan diisi dengan lagu koplo yang sama sekali tidak relate dengan tema di hari itu. Sampai ada komentar yang mengarah ke rasisme, seperti “Jawa lagi, Jawa lagi.” Padahal, alasan si penyanyi cilik diundang juga karena masyarakat–atau netizen yang memviralkan dirinya. Di antara itu semua, yang paling disorot adalah pertanyaan, “Kenapa lagu dangdut bisa masuk istana?” Masyarakat menganggap masuknya dangdut ke ranah politik atau peme- rintahan tidak pada tempatnya. Masih banyak asumsi bahwa dangdut adalah musik pinggiran, tidak cocok untuk hiburan kalangan atas. Padahal, dangdut sebagai hiburan dengan acara politik sejak lama sudah memiliki hubungan erat. Entahlah, yang berkoar-koar itu asal ngomong atau bagaimana, yang jelas, permasalahan ini pernah disinggung dalam Majalah Kentingan edisi 17 tahun 2010. Hasilnya, dangdut memang menghiasi dunia perpolitikan, entah saat kampanye terang-terangan, kampanye berkedok pesta rakyat, hingga masa reses anggota dewan. Semua tidak lepas dari dangdut sebagai hiburan utamanya. Strategi ini berhasil menarik massa, membuat kesan pejabat pemerintahan dekat dengan rakyat lewat pendekatan musik yang mereka bilang ‘merakyat’ juga. Terlepas dari pro-kontra di atas, faktanya dangdut adalah musik yang lebih disukai oleh masyarakat Indonesia dibandingkan jenis musik lain. Masa depan dangdut juga tidak akan surut. Selain dilestarikan di dalam negeri dengan perbaikan kualitas para musisinya, pengaruh media elektronik terutama media sosial, dangdut sudah go international, bahkan ada panggungnya sendiri. Bagaimanapun stigmanya, tetap saja musik dangdut berkontribusi bagi belantika musik Indonesia dan kebudayaan Indonesia.

Advertisement

This article is from: