2 minute read

SOSOK

Next Article
CATATAN KAKI

CATATAN KAKI

Gambar: Medcom.id

TEMPAT ASING DI NEGARA SENDIRI

Advertisement

oleh: Nurlaila Djamal

“Satu mesin dapat melakukan pekerjaan lima puluh orang biasa. Tidak ada mesin yang dapat melakukan pekerjaan satu orang yang luar biasa.” - Elbert Hubbard

Dr. Warsito Purwo Taruno adalah seorang ilmuwan dan peneliti yang menemukan teknologi 3D Electro-Capacitive Volume Tomography (ECVT). Beliau lahir di Karanganyar 15 Mei 1967. Kesukaan Warsito terhadap fisika dan matematika menjadi alasan dasar mengapa beliau memilih profesi sebagai seorang ilmuwan. Selain itu, niat baik yang dari awal ia pegang juga menjadi landasan mengapa memilih profesi tersebut. Warsito berpikir setidaknya alat yang ia ciptakan memberikan manfaat bagi orang lain. Warsito yang merupakan anak keenam dari delapan bersaudara ini awalnya melanjutkan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan jurusan Teknik Kimia, tetapi ia akhirnya memutuskan untuk menyambung studinya di program studi Chemical Engineering, Shizuoka University dengan beasiswa yang diperoleh sebelum menginjak semester dua di UGM. Warsito kemudian kembali ke Indonesia setelah mendapatkan gelar M.Eng dan Ph.D di Shizuoka University. Sekembalinya di Indonesia inilah ia mendirikan Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology yang berlokasi di Tangerang, Banten. Penemuan Electro-Capacitive Volume Tomography (ECVT) kemudian lahir di lab yang ia rintis. Dari alat ECVT ini lahirlah empat perangkat lainnya yang dikembangkan untuk membe- rantas kanker payudara dan tumor otak. Keempat perangkat tersebut terdiri dari pemindai aktivitas otak, pemindai aktivitas payudara, terapi kanker otak elektro kapasitif, dan terapi kanker payudara elektro kapasitif. Pemindai aktivitas otak Warsito telah

beroperasi sejak Juni 2010. Alat ini membantu untuk mempelajari aktivitas otak manusia dalam tiga dimensi. Bentuk alat ini menyerupai helm dengan banyak lubang sambungan yang menghubungkan ke stasiun pendataan yang terhubung dengan komputer. Sementara itu, pemindai aktivitas payudara yang dikembangkan sejak tiga bulan dikembangkannya perangkat pemindai otak memiliki satu kesamaan: mendeteksi keberadaan sel kanker dalam tubuh. Tidak berhenti di situ Warsito melengkapinya dengan mengembangkan terapi elektro kapasitif untuk tumor otak dan terapi elektro kapasitif untuk kanker payudara. Dua alat tersebut berbasis gelombang elektrostatik dengan menggunakan tenaga baterai. Kedua alat ini telah terbukti membunuh sel kanker secara tuntas hanya dalam hitungan dua bulan. Warsito membuktikan keampuhan perangkat ciptaannya kepada sang kakak, Suwarni, yang menderita kanker payudara stadium IV. Sukses! Dalam satu bulan pengajuan, tes la- boratorium menunjukkan hasil negatif dari kanker yang diderita.

Gambar: Liputan 6 Perjalanan karier Warsito nyatanya tidak semulus otak yang dimilikinya. Seperti halnya peneliti Indonesia pada umumnya, kendala yang ia alami adalah kurangnya dukungan pemerintah. Hal ini ia tunjukkan secara terang-terangan melalui surat terbuka yang dipublikasikan melalui laman resmi Facebook miliknya. Di akhir surat, ia menjelaskan bahwa ada sebuah agensi yang memintanya untuk menghentikan semua pekerjaannya.

“12 tahun kemudian sejak pertama kali ECVT ditemukan, hari ini di tempat yang sama saya mendapat surat dari sebuah lembaga agar saya menghentikan semua kegiatan pengembangan riset saya di Indonesia. Haruskah pertanyaan 12 tahun yang lalu perlu diulang: “Tak ada tempat buat saya di Indonesia?”.

Warsito P. Taruno Tangerang, 30 November 2015

Hal ini kemudian membuat Warsito le- bih memilih untuk bekerja secara swasta karena dinilai lebih bebas dalam berpikir dan berkreasi meski tanpa uang negara sepeser pun.

This article is from: