1 minute read

Maraknya Formalitas Mengejar Poin Softskill

Next Article
Tak Kunjung Datang

Tak Kunjung Datang

Fenomena mahasiswa yang tidak lagi tertarik untuk menjadi aktivis kampus maupun kegiatan organisasi mahasiswa (ormawa) bukanlah hal baru di kampus kita. Adanya pandemi Covid-19 beberapa saat lalumemiliki pengaruhdalamperubahan kultur mahasiswa. Saat segala kegiatan diupayakan dalam jaringan (daring) membuat kegiatan tersebut kehilangan 'rasa'nya. Mahasiswa hari ini terbiasa dengan segala yang instan, cepat,danterlihathasilnya.

Kegiatan organisasi tidak lagi dilakukan untuk benar-benar mendalami dan mengembangkan softskill dalam arti sebenarnya yang dapat dimiliki mahasiswa. Para mahasiswa lebih berorientasi untuk mendapatkan nilai softskill melalui serifikat-sertifikat kecakapan hidup yang lazimnya diperoleh dari berbagai kegiatan dan organisasi. Hal ini menyebabkan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan hanya dilakukan sekadarnya, sebagai formalitas untuk mendapatkan sertifikat hasil kegiatannya.

Advertisement

Jika demikian, tentunya dapat berdampak buruk terutama bagi karakter mahasiswa itu sendiri. Sertifikat hasil kegiatan difungsikan sebagai tanda bahwa mahasiswa telah melaksanakan kegiatan tersebut. Adapun softskill yang sebenarnya merupakan pengalaman tersendiri yang seharusnya dapat diperoleh oleh mahasiswa.

Mahasiswa yang melakukan kegiatan organisasi hanya sekadarnya, tanpa benar-benar mengembangkan diri, tidak akan memperoleh manfaat yang sebenarnya dari softskill tersebut. Padahal softskill sendiri akan sangat berguna dalam membangun identitas diri dan membuat mahasiswa dapat belajar menguasai keadaan (beradaptasi). Softskill juga dapat dikatakan sebagai keterampilan, komunikasi, dan kecerdasan sosial yang seharusnya dimilikiolehsetiapmahasiswa.

Ada berbagai softskill yang dapat menunjang kebutuhan mahasiswa dimasa yang akan datang, diantaranya problem solving atau penyelesaian masa-

Oleh

Rindu (Nama Pena)

Mahasiswa UMS lah, public speaking atau keterampilan berbicara, leadership atau kepemimpinan, manajemen waktu, dan berpikir kritis. Semua keterampilan atau softskill tersebut bisa didapatkan jika mahasiswa tekun untuk melatihnya dengan benar-benar berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaandanorganisasi.

Hal ini tentunya juga menjadi pekerjaan rumah (pr) bagi para pengurus ormawa dalam menyediakan 'lahan yang subur' untuk para mahasiswa berkegiatan dan mengolah diri. Perlu adanya inovasi dan kreativitas yang menarik untuk mengupayakan kegiatankegiatan yang memiliki manfaat dan menarik bagi para mahasiswa. Tak ketinggalan pihak kam- pus dan kemahasiswaan memiliki andil dan kontrol dalam menjaga koridor kreativitas mahasiswa untuktetapberadapadaalurnya. Mahasiswa seharusnya diberi kebebasan penuh untuk berkreasi dan berinovasi. Meski begitu, pihak kampus tetap harus menjalankan fungsinya sebagai pengawas atas setiap kebijakankebijakan yang telah ditetapkannya. Jangan sampai kegiatan kemahasiswaan ini mati atau malah diisi dengan kegiatan-kegiatan ekstrem yang melenceng dari tujuan utamanya untuk memperkaya softskill para mahasiswanya.

This article is from: