Majalah suaka 2015

Page 1

Edisi Tahun 2015

KALAH SIASAT HADAPI MEA


JADILAH ORANG YANG PERTAMA TAHU klik

IKLA N klik

klik klik

klik

klik

enjoy your

information

klik


SELASAR

DARI REDAKSI Assalamualaikum

M

e m e r s i a p k a n d i r i menghadapi era Masyarakat E k o n o m i A S E A N ( M E A ) menjadi hal yang mesti dilakukan siapapun, termasuk mahasiswa dan juga si Kampus Hijau. MEA ibarat dua sisi mata uang, bisa menguntungkan bisa merugikan. Ke h a d i r a n M E A t i d a k h a nya berpengaruh terhadap ekonomi, namun juga sektor pendidikan. Tidak hanya persoalan kesiapan masyarakat kampus dalam menghadapi MEA, beberapa jurusan di UIN SGD Bandung pun rentan ditinggalkan karena d i a n g g a p l u l u s a n n y a k u r a n g menjanjikan dalam persaingan MEA. Jurusan-jurusan tersebut di antaranya jurusan yang konsen soal keagamaan. Sebagai Lembaga Pers Mahasiswa, kami menyajikan informasi mendalam untuk menghilangkan tanda tanya pembaca yang belum sempat terjawab. Salah satunya persoalan MEA yang ternyata masih banyak tidak dipahami oleh mahasiswa UIN SGD Bandung. Tidak hanya memunculkan persoalan, k a m i j u g a m e n a w a r k a n s o l u s i berdasarkan data serta narasumber yang terpercaya. Seluk beluk MEA dan pendidikan, segalanya kami sajikan dalam Laporan Utama. Selain itu kami pun menyajikan

beragam informasi dalam maupun luar kampus. Rubrik Laporan Khusus, kami isi dengan fenomena Go-jek yang s e m p a t m e w a r n a i h a r u b i r u transportasi di Indonesia. Semuanya dikupas dari berbagai sisi, seperti dampak ekonomi, dampak sosial, serta penyebab kon lik antara Go-jek dan ojek pangkalan yang kerap terjadi. Selain itu, Bandung Teknopolis yang menjadi program Pemerintah Kota Bandung pun kami bahas dalam rubrik Sorot dengan pembahasan utama dampak Bandung Teknopolis bagi kalangan masyarakat bawah. Kami juga menghadirkan sosoksosok inspiratif dari dalam kampus, bahkan luar kampus. Lalu keberadaan media sosial yang turut digunakan sebagai media dakwah syiar-syiar Islam. Polemik Kampung 200 yang tidak selesai hingga kini menjadi pembahasan di rubrik Sisi Kota. Di dunia per ilman, Suaka mengangkat soal film- ilm bertemakan LGBT. Seperti apa ilm- ilm LGBT? Simak ulasan lengkapnya di rubrik Proyekor Permainan tradisional Sunda yang kian menyusut disajikan pada rubrik Mozaik. Masih soal kesundaan, Suaka juga menghadirkan perkembangan pers Sunda dari waktu ke waktu, beserta tantangannya di zaman

sekarang. Tidak lupa, Anda bisa membaca referensi ilm yang kami kupas melalui Resensi. Informasi terhangat mengenai gaya hidup kami sajikan melalui rubrik Fresh, ringan namun tetap berisi, seperti seluk beluk mengenai online shop, Teknofresh yang mengangkat D o s e n U I N S G D B a n d u n g y a n g membuat sekolah robotik di Bandung Timur, serta hidup sehat ala vegetarian. Majalah Suaka tetap mengapresiasi pembaca yang turut menyalurkan pendapatnya melalui rubrik Opini dan Surat Pembaca. Serta karya lain yakni Vakansi dan Karikatur. Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bersedia terlibat dalam penggarapan majalah ini. Harapan sudah tentu ada. Kami berharap majalah ini mampu membuka cakrawala pembaca serta memicu khazanah keilmuan khususnya di UIN SGD Bandung. L e wa t m a j a l a h i n i p u l a k i t a mencoba untuk membuka literasi. Bahwasanya masih ada yang kritis di antara kaum-kaum urban yang hedonis dan pragmatis. Wassalamualaikum. Salam Pers Mahasiswa! Redaksi LPM SUAKA

Pemimpin Umum Muhammad Faisal Al’ansori Sekretaris Umum Anjar Martiana Bendahara Umum Ayu Pratiwi Ulfah Pemimpin Redaksi Adi Permana Redaktur Tabloid Adam Rahadian Ashari, Dede Lukman Hakim Redaktur Fresh Desti Nopianti Priatna Redaktur Online Robby Darmawan, Isthiqonita Redaktur Artistik Reina Nurjanah Layouter Ricky Priangga Subastiyan Staf Redaksi Ibnu Fauzi, Edi Prasetyo,

Fitriani Utami Dewi, Ulfah Choirun Nisa, Kelvin, Ima Khotimah.

Pemimpin Perusahaan Siti Nuraeni Agustia Sekertaris Perusahaan Fani Nabilah Iklan Purna Irawan, Fitri Pebriani, Nida Fikriyatul Janna, Ridwan Alawi Distributor Ari Gunawan, Firly Yunanda Produksi/Cetak Siti Nuraeni Agustia.

Ketua Penelitian dan Pengembangan Ahmad Rijal Hadiyan Riset dan Informasi Data Restia Aidila Joneva, Nuru Fitry, Dinda Ahlul Latifah, Annisa Dewi Anggri Aeni, Nizar Alfadilah Pengembangan Sumber Daya Manusia Muhammad Iqbal, Isma Dwi Ardiyanti, Fantyana Huwaida’a *** TIM MAJALAH SUAKA 2015 Pemimpin Redaksi : Adi Permana Redaktur Pelaksana : Dede Lukman Hakim, Robby Darmawan, Isthiqonita, Adam Rahadian Ashari, Desti Nopianti Priatna, Anjar Martiana Reporter : Ibnu Fauzi, Muhammad Iqbal, Ridwan Alawi, Fitriani Utami Dewi, Fani Nabilah, Edi Prasetyo, Ari Gunawan, Fantyana Huwaida’a, Annisa Dewi Anggri Aeni, Isma Dwi Ardiyanti, Ima Khotimah, Firly Yunanda, Restia Aidila Joneva, Nuru Fitry, Ulfah Choirun Nisa, Kelvin, Nida Fikriatul Jannah, Ahmad Rijal Hadiyan, Isthiqonita, Anjar Martiana, Robby Darmawan, Desti Nopianti Priatna Layouter : Ricky Priangga Subastiyan Ilustrator: Reina Nurjanah, Ahmad Rijal Hadiyan Rancang Sampul: Ahmad Rijal Hadiyan *** Alamat : Gedung Student Center, Lt. 3 No. 15, Kampus UIN SGD Bandung, Jl. AH Nasution No. 105, Cibiru-Bandung. Email: redaksi.suaka@gmail.com Web: suakaonline.com Facebook: LPM Suaka Twitter: @lpmsuaka Instagram: @lpmsuaka_

MAJALAH SUAKA 2015

1


INDEX

MENGGaungkan Kembali Permainan Tradisional

MENYAMBUT MEA, MEMANTASKAN PENDIDIKAN

10

#

6#6

34

#

PUTRI KEEN, Sukses Berkarir DIInstagram

MODE TRANSPORTASI layar Sentuh ANTON SOLIHIN:MEMELIHARA BATU DAN API

53

#

23

#

DARI REDAKSI#1 INDEX#2 TAJUK#3 SURAT PEMBACA#4 KARIKATUR#5 LAPORAN UTAMA#8 OPINI#18 SOSOK#23 KAMPUSIANA#28 LAPORAN KHUSUS#32 SOROT#40 vAKANSI#43 RANA#44 CERPEN#46 RESENSI FILM#50 STETOSKOP#52 TEKNOFRESH#54 BOTRAM#56 PROYEKTOR#58 PAGUYUBAN#60 mIMBAR#62 MOZAIK#66 MATA MEDIA#70 SISI KOTA#72

62

#

DAKWAH NYATA DUNIA MAYA 2

MAJALAH SUAKA 2015

54

#

belajar robot di bolabot


TAJUK

MAJALAH 2015

Punya Apa Menghadapi MEA?

T

ahun 2016 menjadi babak baru bagi Indonesia dalam menghadapi gempuran pasar bebas. Pasalnya, belum lama ini keran Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah dibuka. Kehadiran MEA sudah tak bisa dibendung lagi. Mau tidak mau, siap tidak siap, kita mesti pasang badan melawan era persaingan baru. Lantas sebuah pertanyaan pun muncul, bagaimana dengan Kampus Hijau dalam menghadapi kondisi itu? Sudahkah kampus ini memasang kuda-kuda kokoh menerima serangan MEA? Pertanyaan semacam itu layak untuk dilontarkan pada kampus bernapaskan Islam ini. Mengingat selain di bidang ekonomi, MEA pun akan berdampak pada sektor pendidikan, yang pengaruhnya tidak lain bisa menghasilkan orientasi pendidikan berbeda: menciptakan lulusan untuk menjadi pekerja atau membentuk jiwa-jiwa kreatif yang mampu menghasilkan lapangan pekerjaan baru. Sayangnya sejauh ini, secara eksplisit Kampus Hijau belum terasa terobosan-terobosan yang serius untuk menghadapi MEA. Jangankan ke arah sana, persoalan tetek bengek seperti kesemrawutan lahan parkir dan minimnya sarana-prasarana menunjang perkuliahan pun masih belum terpecahkan jalan keluarnya. Akreditasi kampus pun masih tertatih-tatih untuk mengejar standar nasional. Sekitar 16 jurusan baru akan mengejar ketertinggalan dengan mengajukan peningkatan akreditasi ke Lembaga Penjamin Mutu (LPM) UIN SGD Bandung. Sementara bila kita berkaca pada kampus tetangga misalnya, mereka justru tengah gencar-gencarnya mengejar standar internasional. Selain itu, dari data yang diberikan LPM, jumlah profesor di kampus ini baru 32 orang dari 771 dosen yang ada. Dari jumlah dosen itu pun baru 35% yang bergelar doktor. Data itu semakin memperkuat pernyataan bahwa, kualitas tenaga pengajar UIN SGD Bandung masih harus benar-benar ditingkatkan. Sebab dosen menjadi elemen krusial sebagai katalisator lulusan yang progresif dan inovatif. Itu semua harusnya menjadi tamparan keras bagi para pemangku kebijakan di kampus ini, bahwasanya tidak ada waktu leha-leha kalau tak mau terus tertinggal. Apalagi jika para birokrat kampus dalam menghadapi MEA, tak punya kebijakan visioner, Kampus Hijau akan semakin tertinggal. Tentu tidak etis jika yang disoroti hanya para pemangku kebijakan atau para dosen. Dalam menghadapi MEA,

mahasiswa pun harus berperan aktif mengembangkan potensi dan aktualisasi diri. Bisa dengan cara berorganisasi, sering-sering diskusi, atau mengikuti kegiatan lain yang bisa mengikis budaya tak produktif. Apalagi jika ingin “menang� melawan gempuran MEA. Ada sebuah ironi dari hasil riset Litbang Suaka kepada 160 mahasiswa di UIN SGD Bandung, 39,37% di antaranya tidak memahami dan mengerti apa itu MEA, hanya 12,5% yang mengerti, sisanya raguragu. Ditambah lagi dengan kondisi itu, kampus kurang sigap memberikan sosialisasi dan edukasi akan MEA. Sebetulnya jika berbicara MEA, UIN SGD Bandung punya kans yang besar. Pasalnya kampus ini memiliki kekhasan dibanding kampus lain: keislaman. Apalagi jika melihat penduduk di Jawa Barat yang 95% mayoritas adalah beragama Islam. Melihat fakta tersebut lulusan-lulusan UIN SGD Bandung, terutama dari jurusan keagamaan, amat sangat dibutuhkan kontribusinya. Namun yang menjadi keheranan, justru jurusan-jurusan keagamaan kalah pamor dengan jurusan umum. Entah di mana yang salah, apakah calon mahasiswa memang sudah pragmatis pola pikirnya atau jurusan keagamaan yang tak cermat melihat peluang yang ada. Untuk menanggulangi hal tersebut, Jurusan Tasawuf Psikoterapi misalnya, banyak memberikan program-program beasiswa kepada calon mahasiswanya, tujuannya tidak lain menjaga peminat tetap ada. Langkah itu perlu diapresiasi, akan tetapi masih kurang tepat, sebab tidak mungkin mahasiswa harus terus diimingimingi beasiswa agar mau kuliah di jurusan keagamaan, sementara kualitas lulusan tidak jadi jaminan. MEA memang baru dimulai. Tapi tidak salah, jika kita dan kampus ini sudah mempunyai strategi yang matang dalam menghadapi MEA. Yang amat terasa bagi mahasiswa misalnya, kampus memperbaharui kurikulum yang ada agar sesuai dengan perkembangan zaman. Bukankah sebuah hasil itu bergantung pada proses dan perencanaan yang baik? Yang jelas, kampus ini sudah bukan waktunya untuk tetap jalan di tempat. Melangkahlah ke depan! Jangan sampai seperti bayi yang masih meraba-raba bola dunia. Sudah saatnya untuk berani mengambil risiko yang ada. Tentunya dengan inovasi dan semangat kemajuan, atau kita akan kalah saing (lagi) dengan kampus lain di era MEA. [Redaksi]

MAJALAH SUAKA 2015

3


FOTO: SUAKA/RICKY PRIANGGA

SURAT PEMBACA

ILUSTRASI PEMBAGIAN ALMAMATER

TANDA TANYA ALMAMATER

S

aya Mahasiswa UIN Bandung semester tiga tapi masih belum dapat jas almamater. Padahal almamater itu salah satu syarat wajib UA S . T i d a k j a r a n g k e t i k a UA S berlangsung, saya harus meminta surat izin dari fakultas dulu karena tidak menggunakan almamater. Setelah dapat surat izin baru saya diperbolehkan masuk ke dalam kelas. P e m b o r o s a n w a k t u p u n t a k t e r e l a k k a n , k o n s e n t r a s i s a y a terganggu saat mengerjakan soal UAS karena waktu yang terkuras untuk mengambil surat izin dari fakultas. Saya meminta kepada pihak yang bertanggung jawab untuk segera merampungkan masalah almamater ini !

Elya Rhafsanzani Mahasiswa KPI semester 3

MINIM RUANG KELAS

K

etika kita dituntut untuk b e l a j a r m a k a p a s t i k i t a m e m e r l u k a n w a k t u d a n fasilitas yang baik untuk menunjang kelangsungan belajar mengajar. Namun masalah itu terjadi di kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung terutama di Fakultas Tarbiyah dan K e g u r u a n P r o d i P e n d i d i k a n Matematika. Contoh nyata ketika mata kuliah Geometri yang harusnya kita mendapatkan 3 SKS terpaksa harus terpangkas menjadi 2 SKS karena keterbatasan ruangan kelas untuk mahasiswa. Imbasnya terhadap waktu belajar m a h a s i s w a y a n g d i p a n g k a s . Diangkatan 2015 ada penambahan kelas sementara di tahun 2014 itu hanya terdapat 2 kelas. Karena untuk tahun ini ada 3 kelas maka imbasnya terhadap ilmu yang kita dapat. Ada beberapa bab yang terpaksa kita tinggalkan karena keterbatasan waktu dan ruangan tersebut. Yang lebih anehnya lagi sistem penilaian sks, kita hanya dapat 2 SKS dalam semester ini tapi di buku KRS itu tertulis 3 SKS. Saya meminta kerjasama pihak kampus khususnya fakultas jika kelas tidak memadai jangan dipaksakan, karena itu berdampak pada ilmu yang didapat oleh mahasiswa. Muhammad Faisal Izzuddin Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

4

MAJALAH SUAKA 2015

KURANG MERATANYA INFORMASI DI UIN

S

ebuah kampus sejatinya harus memiliki hubungan yang baik dengan kampus lain, layaknya manusia yang tidak bisa hidup sendiri. K a m p u s U I N s e n d i r i s u d a h membangun hubungan baik dengan k a m p u s l a i n d e n g a n p r o g r a m pertukaran pelajar dan lain – lain. Tetapi kerjasama kampus UIN tidak dibarengi dengan meratanya informasi tentang program – program yang dilaksanakan oleh kampus. Salahsatunya soal pertukaran pelajar. Jika ada program pertukaran pelajar, informasinya harus merata ke setiap jurusan. Agar jika ada mahasiswa yang ingin mengikuti program tersebut bisa mendaftar. Apalagi untuk program pertukaran pelajar ke luar negeri, jika kegiatan ini berlangsung dengan baik maka hubungan UIN Bandung dengan universitas di dalam maupun luar negeri akan baik pula. Jadi saya meminta kepada pihak kampus jika a d a s e b u a h p r o g r a m u n t u k mahasiswa, informasinya harus menyebar ke semua mahasiswa.

Nunung Nurjanah Mahasiswa BSI Semester 5


R U T A K I R KA

BEBAN MAHASISWA Karya Risman Ginarwan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab Semester 8



LAPORAN UTAMA

mea datang, apa kabar kampus hijau? SELAIN DI BIDANG EKONOMI, MASYARAKAT EKONOMI ASEAN JUGA AKAN BERDAMPAK PADA RANAH AKADEMIK. JIKA DUNIA PENDIDIKAN TAK PANDAI MERACIK STRATEGI, KEHADIRAN MEA AKAN MENAMBAH LESU WAJAH PENDIDIKAN KITA FOTO: SUAKA/DEDE LUKMAN HAKIM


LAPORAN UTAMA

MENYAMBUT MEA, MEMANTASKAN PENDIDIKAN

Oleh Ibnu Fauzi

SUAKA/DEDE LUKMAN HAKIM

M

emiliki sumber daya alam dan potensi ekonomi yang kuat, Indonesia seharusnya siap menghadapi tantangan baru di depan mata. Interaksi ekonomi antar negara yang kian terbuka membuat Indonesia tak bisa hanya berdiam diri. Di satu sisi, kongsi dagang dengan negara-negara tetangga akan menjadi peluang. Di sisi lain, jika tak pintar lakukan persiapan, terpaan ekonomi yang deras akan jadi ancaman. ASEAN Economy Community (AEC), atau yang dalam bahasa I n d o n e s i a d i s e b u t M a s ya ra k a t Ekonomi ASEAN (MEA), merupakan pengintegrasian untuk berdaya saing dan berperan aktif dalam ekonomi di kawasan ASEAN. Dalam buku panduan M E A y a n g d i k e l u a r k a n o l e h Departemen Perdagangan Indonesia, negara-negara di ASEAN memiliki kewajiban untuk berkomitmen. Salah satu komitmennya yaitu ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik, dan aliran modal bebas. P e n g a m a t p e n d i d i k a n Darmaningtyas mengatakan, dampak terhadap pembentukan MEA memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri. Menurutnya, keuntungan yang bisa diserap seperti tersedianya stok barang yang terbilang cukup, karena produk dari negara ASEAN akan 8

MAJALAH SUAKA 2015

mengalir deras. Selain itu, adanya MEA juga akan menciptakan harga barang yang relatif murah karena banyaknya produk ASEAN, serta memperbanyak opsi konsumen dalam memilih barang dan jasa. Hal yang tidak kalah penting, menurut Darmaningtyas, adalah kesempatan memperluas pengenalan b u d a y a d a n p r o d u k u n g g u l a n I n d o n e s i a d i k a n c a h e k o n o m i mancanegara. S e l a n j u t nya , ke m u n g k i n a n adanya kerugian dari MEA menurut Darmaningtyas, pertama, barangbarang lokal menjadi tidak laku karena kualitas dan harga yang kurang kompetitif. Kedua, sektor-sektor industri, pertanian dan perikanan menjadi mati karena dihadapi produk dari luar. Ketiga, layanan jasa akan didominasi oleh negara-negara lain. Keempat, sektor-sektor yang strategis akan dikuasai tenaga profesional oleh luar. Kelima, pengangguran akan meningkat dan devisa akan lebih banyak mengalir ke negara lain. Dari beberapa peluang dan tantangan diselenggarakannya MEA, ada strategi khusus yang dipersiapkan Indonesia agar benar-benar siap dan tidak terkesan ikut-ikutan. Menurut pemerhati pendidikan Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Udin Syaefudin Sa'ud, salah satu sektor yang penting dipersiapkan Indonesia untuk menghadapi MEA adalah pendidikan. Menurutnya,

peran pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. “Semua produk dan jasa kan diproduksi oleh manusia, nah manusia itu sebaiknya yang bagus pendidikannya,� kata dia s a a t d i t e m u i S u a k a d i g e d u n g perkuliahan Pascasarjana UPI, Rabu (3/12/2015). M e s k i h u j a n d a n g u r u h merundung perbincangan Suaka dengan Udin pada saat itu, namun dia t e t a p m e n e r a n g k a n k e s i a p a n m a s y a r a k a t I n d o n e s i a d a l a m m e n g h a d a p i M E A . D e n g a n t e r b e n t u k nya M E A , k a t a U d i n , masyarakat mau tidak mau dituntut untuk berpendidikan lebih tinggi agar menjadi insan yang berkualitas. Menurutnya, para lulusan perguruan t i n g g i h a r u s s u d a h d a p a t memperhitungkan saat mengabdi dan berkarya di masyarakat kelak. Namun, pendapat Udin yang menaruh harapan besar terhadap MEA dari sektor pendidikan berbeda d e n g a n s u d u t p a n d a n g B e t t y Tr e s n a wa t i , ya n g m e n g a n g g a p Indonesia belum saatnya mengikuti M E A . D o s e n d i j u r u s a n I l m u Komunikasi UIN SGD Bandung itu menilai persiapan yang dilakukan I n d o n e s i a , te r u t a m a d i b i d a n g pendidikan, belum begitu mumpuni. Saat ini, kata Betty, pengangguran terdidik di Indonesia pun masih terbilang banyak. “Sekarang saja


LAPORAN UTAMA belum saingan (dalam MEA) masih banyak pengangguran, apalagi nanti,” ungkapnya saat ditemui di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung, Jumat (13/11/2015). S a l a h s a t u h a l y a n g p e r l u dibenahi dalam segi pendidikan untuk menghadapi MEA, menurut Betty adalah peningkatan kualitas para pengajar. Menurutnya, seorang pengajar, terutama dosen, harus bisa memberikan motivasi lebih terkait persiapan MEA. Hal tersebut menjadi modal yang penting agar MEA bisa dihadapi dengan persiapan yang baik. “Kadang-kadang ada yang cerdas tapi tidak bisa menyampaikan,” katanya. Dia menyarankan agar dosen dapat m e m o t iva s i m a h a s i swa nya d a n m e n d o ro n g u n t u k m a j u d a l a m berbagai bidang. S e l a r a s d e n g a n B e t t y , Darmaningtyas yang juga aktivis pendidikan, mengingatkan bahwa dalam menghadapi tantangan MEA, masyarakat harus mengingat kembali fungsi pendidikan itu sendiri. Fungsi pendidikan, pertama, menumbuhkan kepercayaan diri sebagai individu maupun bangsa dan berpegang teguh p a d a j a t i d i r i b a n g s a . K e d u a , menumbuhkan daya kritis terhadap arus globalisasi agar tidak menjadi a g e n g l o b a l i s a s i . K e t i g a , menumbuhkan sensitivitas dan solidaritas kemanusiaan. Keempat, menumbuhkan sikap rajin, disiplin, d a n t a n g g u n g j a w a b . K e l i m a , menumbuhkan sikap kreativitas, inovatif, dan produktif. N a m u n , d i a m e nyaya n gka n kondisi pendidikan di Indonesia yang belum bisa dikatakan baik secara keseluruhan. “Kehilangan arah, t e r o m b a n g a m b i n g o l e h a r u s kapitalisme global. Tidak membumi, terjebak pada liberalistik, pragmatis itulah kondisi pendidikan kita,” ujar pria kelahiran 1962 itu. Inovasi Sektor pendidikan, seperti uraian Betty Tresnawati dan Darmaningtyas, menjadi hal yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi MEA. Karenanya, saat ini banyak upaya yang dilakukan o l e h p a r a a k a d e m i s i u n t u k m e m p e r b a i k i k u a l i t a s j e l a n g bergulirnya MEA. Salah satu persiapan

di ranah kampus sudah dilakukan oleh Fo r u m S t u d i E k o n o m i Sya r i a h (Fordes) UIN SGD Bandung. Ketua Fordes Risman Maulana menyatakan pihaknya sudah mempersiapkan l a n gka h - l a n gka h s t ra te g i s . D i a berencana melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar, dalam hal ini memberikan informasi MEA itu s e n d i r i . D i a m e n a m b a h k a n , m e m p e l a j a r i b a h a s a a s i n g p u n m e n j a d i p r i o r i t a s y a n g h a r u s diupayakan. “Kita harus melek terhadap bahasa asing,” kata Risman, Jumat (13/11/2015). Pendapat Risman diperkuat oleh pernyataan Ketua BEM-J Sejarah Peradaban Islam Mukhlis Faruqi Furqon. Menurutnya, yang harus disiapkan mahasiswa adalah kualitas diri dan kemampuan berbahasa. Dia bercerita sedikit pengalaman di luar negeri saat mengikuti konferensi A S E A N y a n g m e n g u s u n g t e m a bagaimana progres pemuda-pemudi Indonesia untuk menyongsong MEA. Kata Mukhlis, sebenarnya cukup satu untuk mempersiapkan MEA, selain kemampuan bahasa, adalah mencintai produk lokal yang ada di Indonesia. “Saya rasa itu mampu memberikan p r o g r e s y a n g t i n g g i u n t u k menyongsong MEA,” jelas Mukhlis, Jumat (13/11/2015). M e n a n g g a p i h a l i t u , U d i n Syaefudin Sa'ud menganggap bahwa ini adalah kesempatan para pelajar dan pemuda untuk berkreasi. Udin menilai para pemuda yang seharusnya menjadi pemain inti dalam MEA. “Sekali lagi, ini senang tidak senang akan terjadi. Begitu diperkenalkan, kalau pemuda punya sense better life in t h e f u t u r e , d i a p a s t i a k a n mempersiapkan diri,” ungkap pria berkaca mata itu. D i a m e n a m b a h k a n , b a h w a tuntutan lulusan pendidikan tinggi di Indonesia pada tahun ini setidaknya memiliki keunggulan yang meliputi ke m a m p u a n d a l a m p e m e c a h a n masalah, kemampuan teknologi, kemampuan komunikasi, kemampuan b e r p i k i r k r i t i s d a n k r e a t i f , k e m a m p u a n m e l e k t e r h a d a p i n f o r m a s i , k e m a m p u a n b e r a r g u m e n t a s i , k e m a m p u a n membangun relasi, dan kemampuan melek terhadap berbagai bahasa serta

budaya. Selain itu, Udin menyebut ada beberapa tantangan yang dihadapi lulusan perguruan tinggi di Indonesia. Pertama, secara umum standar kualitas kompetensi lulusannya b e r b e d a d e n g a n s t a n d a r y a n g digunakan negara-negara ASEAN lainnya. Kedua, penggunaan bahasa Inggris kurang memadai. Ketiga, budaya seperti “lebih baik bekerja di kampung sendiri” secara tidak langsung menghambat penyebaran lulusan perguruan tinggi di Indonesia. “ Ya n g k e e m p a t a t a u t e r a k h i r, keberanian adventure to be survive and self con ident lulusan kita masih rendah,” keluhnya. Dalam merebut peluang MEA, p ro g ra m s t u d i a t a u j u r u s a n d i perguruan tinggi Indonesia harus s e g e r a m e n g g u n a k a n s t a n d a r kompetensi ASEAN Standards atau Worldwide Standards. Kemampuan dalam menggunakan bahasa Inggris p u n p e r l u d i t i n g k a t k a n s e c a ra komprehensif dan kemampuan ilmu teknologi harus mampu dimiliki agar dapat bersaing dengan negara lainnya. Hal tersebut juga diamini oleh Darmaningtyas. Dia menilai bahwa perlu adanya upaya pembenahan pendidikan. Di antaranya wajib belajar 12 tahun, pembenahan infrastruktur, pembenahan perguruan tinggi dan p e m b e n a h a n k u r i k u l u m . “Pembenahan kurikulum perlu untuk m e n j a w a b k e b u t u h a n t e n a g a profesional seperti yang disyaratkan oleh MEA, tanpa harus megorbankan j a t i d i r i d a n ka ra k te r b a n g s a ,” pungkasnya. Kualitas pendidikan di Indonesia bukan tanpa kemajuan. Telah banyak para pelajar, mulai dari tingkat dasar h i n g g a p e r g u r u a n t i n g g i , ya n g mengharumkan nama Indonesia di kancah mancanegara, seperti dengan diraihnya berbagai penghargaan dalam olimpiade sains dan teknologi. Hal tersebut menjadi modal yang baik untuk menambah kepercayaan diri Indonesia dalam menghadapi MEA. Namun, persiapan MEA akan banyak ditentukan oleh seberapa besar upaya pemerintah dan masyarakat untuk sama-sama berkarya bagi Indonesia yang siap bersaing dengan negara lainnya. MAJALAH SUAKA 2015

9


LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA SUAKA/DEDE LUKMAN HAKIM

MENYIAPKAN AMUNISI

DI RANAH AKADEMISI Oleh Muhammad Iqbal

B

eberapa pihak menyambut baik hadirnya MEA, di sisi lain banyak pula yang menganggap MEA datang tak tepat waktu. Kondisi Indonesia yang belum siap secara mental dan material seringkali menjadi dalih dalam menilai MEA hadir terburu-buru. S a l a h s a t u b a g i a n ya n g a ka n berperan dan berkontribusi terhadap MEA adalah sektor universitas. Masyarakat kampus mau tidak mau harus lebih kreatif dan produktif agar t i d a k t e r g e r u s o l e h d i n a m i k a persaingan dalam MEA. Namun, kondisi telat panas begitu kentara di beberapa kampus di Indonesia, t e r m a s u k U I N S G D B a n d u n g . Persiapan kampus Islam itu terlihat kurang menggembirakan jelang digelarnya MEA. Pasalnya, Kampus H i j a u m a s i h m e n g e j a r s t a n d a r nasional, berbeda dengan kampus tetangga seperti ITB dan Unpad, yang s u d a h m e n d a p a t s t a n d a r internasional di beberapa program studinya. Menelisik lebih dalam, bukan hanya s t a t u s u n i v e r s i t a s s e b a g a i representasi kualitas kampus yang masih kurang, namun pemahaman mahasiswa di UIN SGD Bandung terhadap MEA pun belum begitu merata. Masih banyak mahasiswa yang kebingungan tentang MEA itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian Suaka tentang seberapa jauh mahasiswa UIN S G D B a n d u n g m e m a h a m i M EA , 10

MAJALAH SUAKA 2015

menunjukkan banyak dari responden hanya memahami sebatas pasar bebas yang akan berpengaruh terhadap sektor ekonomi negeri. Survei dilakukan di delapan fakultas dan melibatkan 160 responden di lapangan. Hasil survei menyatakan, sebanyak 70,62 persen responden mahasiswa mengetahui penerapan MEA 2015. Namun, dari jumlah responden yang mengetahui MEA tadi hanya 12,50 persen yang memahami konsep MEA. Responden mengaku s e d i k i t s e k a l i m e n d a p a t k a n penjelasan tentang MEA dari kampus. Mereka lebih banyak mendapat informasi tentang MEA dari media elektronik. Saat ini UIN SGD Bandung sedang mengejar ketertinggalannya. Salah satu upaya yang ditempuh, selain memodi ikasi kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan sekarang, juga s e r i u s m e n g e j a r t i t e l k a m p u s berstandar nasional. Terlihat dari sekitar 16 program studi (prodi) yang mengajukan peningkatan akreditasi ke Lembaga Penjamin Mutu (LPM). Ke p a l a L P M D i n d i n J a m a l u d i n mengimbau untuk setiap prodi segera m e l e n g k a p i p e r s y a r a t a n pengajuannya. “LPM mendampingi m e re k a u n t u k m e m p e r s i a p k a n p e n g u m p u l a n d a t a u n t u k mempersiapkan borang dan evaluasi diri,” jelasnya kepada Suaka, Senin (7/12/2015). Akreditasi prodi memiliki pengaruh

ya n g b e s a r te rh a d a p p e n i l a i a n akreditasi institusi. Dengan kondisi saat ini, dia mengaku cukup rasional jika UIN SGD Bandung terakreditasi dengan nilai Baik. “Dari tujuh standar dari BAN-PT, secara umum kita sudah memenuhi standar,” jelasnya. BAN-PT telah mengembangkan separangkat instrumen dan pedoman akreditasi institusi perguruan tinggi, salah satunya standar Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT). AIPT terdiri atas tujuh standar yag mencakup komitmen perguruan tinggi terhadap institusi dan keefektifan pendidikan. Penilaian akreditasi di antaranya memusatkan pada kemampuan tenaga pengajar. Secara umum, jumlah dosen dinilai sudah proporsional dengan perbandingan 1:24. Tetapi, jumlah dosen bila dihitung dari masingmasing prodi, dinilai jomplang. Menurut Dindin, terjadi masalah di p r o d i b a r u , i t u m e m b u a t kejomplangan karena melonjaknya jumlah penerimaan mahasiswa. “Tetapi sejauh ini prodi lama sudah nyaman sebenarnya,” ungkapnya. Peningkatan kualitas dan status universitas, diharapkan mampu menghadapi tantangan zaman yang lebih kompleks. Karena, dengan adanya MEA, kampus bukan lagi sebagai lembaga pendidikan semata, namun menjadi ladang semai ide-ide kreatif dan menciptakan suasana produktif agar bisa bertahan dengan pesaing lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari LPM, UIN SGD Bandung saat ini memiliki 32 profesor dari 771 dosen yang ada. Sekitar 35% sudah bergelar doktor dan sebagian lainnya sedang melanjutkan studi untuk memperoleh gelar doktor. Meski demikian, peran para doktor dan professor itu belum bisa memberikan pengetahuan secara merata bagi mahasiswa di berbagai fakultas. Termasuk fakultas baru seperti FISIP, Saintek dan Psikologi. Pengaruh profesor dirasakan kurang bagi beberapa fakultas yang minim jumlah profesor yang ada. Fakultas baru seperti FISIP, belum memiliki profesor yang berlatar belakang ilmu sosial dan ilmu politik. Tahun 2014, FISIP berjalan dengan bantuan Profesor Endang Soetari, yang juga pernah menjabat sebagai


LAPORAN UTAMA Rektor UIN SGD Bandung, tetapi saat ini dia sudah pensiun. Tak jauh berbeda dengan kondisi Fakultas Saintek yang baru memiliki satu profesor, yaitu Profesor Muhammad Ali Ramdhani yang disokong dengan 13 doktor. Meski demikian, Dindin lebih menyayangkan antusias mahasiswa terhadap kegiatan diskusi yang masih kurang. Seharusnya, walau tanpa profesor dan guru besar, mahasiswa harus bisa mengembangkan potensi diri yang ada. Hal itulah yang bisa membantu UIN SGD Bandung untuk bisa meraih titel kampus berstandar nasional. Buah dari produktivitas mahasiswa yang penuh dengan karya. Tantangan S e d i a p ay u n g s e b e l u m h u j a n merudung, siapkan kuda-kuda saat MEA berkunjung. Itulah yang tengah dipersiapkan oleh segenap sivitas UIN SGD Bandung, mulai dari jajaran birokrat di gedung AL-Jamiah, hingga para mahasiswa di bangku-bangku kuliah. Siang itu, terlihat sekeliling ruang dekanat Fakultas Tarbiyah dan Kuguruan (FTK) cukup ramai. Orang nomor satu FTK, Tedy Priatna nampak sedang melayani beberapa tamu yang b e r k u n j u n g . D e k a n y a n g m e n g g a n t i k a n p o s i s i M a h m u d , sekarang menjadi rektor, adalah pemegang kebijakan strategis di salah satu fakultas terbaik di UIN SGD Bandung itu. Suaka mencoba meminta pandangan Dekan FTK terkait MEA dan persiapan fakultas “senior” dalam menghadapi pasar bebas tersebut. T e d y t e r n y a t a m e m i l i k i kekhawatiran terhadap persiapan yang ada jelang datangnya MEA. M e n u r u t n ya , k o n d i s i U I N S G D B a n d u n g s a a t i n i b e l u m s i a p menghadapi persaingan berskala n a s i o n a l , a p a l a g i d i k a n c a h mancanegara. “Seberapa banyak l u l u s a n k i t a y a n g d i t e r i m a d i perusahaan asing? Itu bisa jadi indikator sederhana dari kualitas daya saing,” kata dia, Senin (16/11/2015). Think global and act local, bagi Tedy k a t a - k a t a i t u l a h y a n g m e s t i ditanamkan kepada segenap sivitas akademika UIN SGD Bandung. Dengan memulai menggunakan bahasa asing,

menjadi suatu hal yang layak sebagai persiapan untuk menunjang MEA. Akreditasi pun menjadi kewajiban baginya. “Terus akreditasi institusi dan akreditasi program studi,” sarannya. Bukan hanya itu, dia pun mengkritik budaya intelektual mahasiswa yang dinilai minim partisipasi. Salah satunya dengan menyebutkan bahwa minat partisipasi mahasiswa UIN SGD B a n d u n g u n t u k m e n j a d i k a n perpustakaan sebagai pusat kegiatan masih minim. Berdasarkan data yang didapat dari Kepala Perpustakaan Ija Suntana, mahasiswa yang berkunjung ke perpustakaan hanya sekitar seribu orang setiap harinya, dari total belasan ribu mahasiswa yang terdaftar di UIN SGD Bandung. Tedy pun menambahkan, meski UIN memiliki nama Islam di tengahnya, dia t i d a k p u a s b i l a h a nya s e b a g a i pembeda saja. Baginya para pemimpin kampus mesti memikirkan cara untuk beberapa tahun ke depan agar UIN bisa bersanding dengan perguruan tinggi lainnya. Hal itu bertujuan menciptakan lulusan UIN yang unggul, bukan hanya berbeda. “Tapi sekarang masih sama saja menurut saya,” kata dia. “Lalu mau bicara MEA bagaimana, kalau internalnya saja seperti itu. Itu yang menurut saya tantangan, bukan halangan,” tambahnya. UIN SGD Bandung masih belum terlambat untuk membenahi semuanya. Dia pun sering mengungkapkan itu kepada para rekan kerjanya, yang kebanyakan profesor. Baginya ini merupakan sebuah titik balik di mana masa depan UIN SGD Bandung masih ada di tangan o r a n g - o r a n g y a n g t i d a k m a l u bermimpi. Mental Kewirausahaan Suaka mencoba mendatangi Prof. Sanusi Uwes, di gedung Pascasarjana U I N S G D B a n d u n g , S e l a s a (8/12/2015). Setumpuk buku sedang dirapikan agar mendapat sedikit ruang nyaman. Dia pun memulai p e r b i n c a n g a n d e n g a n s e n y u m ramahnya. Dia menjelaskan hal penting yang mesti dimiliki oleh mahasiswa dalam mengahadapi MEA, yaitu mental b e r w i ra u s a h a . B a g i nya m e n t a l

berwirausaha mesti tumbuh dalam d i r i s e t i a p m a h a s i s wa . M e n t a l berwirausahaan baginya bukan menyoal tentang cara berdagang, melainkan harus tertanan dalam sikap yang kreatif dan responsif terhadap lingkungan. Ia mengingatkan bahwa dengan kondisi global saat ini, jangan melupakan juga dengan ilmu yang sedang diemban. Misalnya dengan perkembangan saat ini bahwa ilmu yang dipelajari harus sesuai dengan kebutuhan ekonomi, dalam hal ini MEA. Dengan jumlah masyarakat Jawa Barat yang hampir 95% beragama Islam, seharusnya UIN SGD Bandung mampu mengambil peran. Namun, dia p u n m e n y a y a n g k a n m e m a n g masyarakat kini lebih terpaku pada universitas lain, yang memiliki nama besar dan pamor yang lebih dari UIN SGD Bandung. Te t a p i d i a p u n t i d a k m e ra s a khawatir, meskipun UIN belum sebanding dengan kampus lainnya, U I N m e m i l i k i p e m b e d a . I s l a m memiliki sosok Muhammad SAW, yang sejak umur belia sudah dibawa untuk berdagang dan setelah dewasa sudah mandiri hingga bisa mengembara ke beberapa negeri. Langkah itulah yang dia harapkan menjadi contoh untuk l u l u s a n U I N m e m i l i k i m e n t a l berwirausahaa ditambah dengan nilai islaminya. Menurut pandangannya, sejauh ini UIN SGD Bandung sudah ke arah membangun mental wirausaha ke m a h a s i s w a , m e s k i d a l a m pelaksanaannya belum maksimal. “Seharusnya bukan hanya mahasiswa yang memiliki mental berwirausaha, dosen pun diharuskan memiliki itu. Karena dosen mesti menyalurkan pengalaman dan pengetahuannya k e p a d a m a h a s i s w a y a n g p a d a d a s a r n y a s e b a g a i c o n t o h b a g i mahasiswa,” ucapnya. Hakekatnya ilmu pengetahuan membebaskan masyarakat dari k e b o d o h a n . U I N S G D B a n d u n g memiliki itu dengan nilai tambah islaminya. Kelebihan ini mesti diuji, sejauh mana alumni UIN SGD Bandung m a m p u m e n j a d i p e m b e b a s masyarakat dari pembodohan dengan jiwa islami yang kreatif dan produktif.

MAJALAH SUAKA 2015

11


LAPORAN UTAMA

SUAKA/DEDE LUKMAN HAKIM

HARAP-HARAP CEMAS di era PASAR BEBAS Oleh Ridwan Alawi UIN SGD Bandung, sebagai ladang semai prodi keislaman, terus menyuburkan potensi di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berbagai macam cara dilakukan agar Kampus Hijau tidak tergerus persaingan dengan kompetitor di pasar bebas. Digitalisasi proses pembelajaran, penggunaan bahasa asing di ruang-ruang kelas dan pembaruan fasilitas adalah sederet pemanasan yang dilakukan untuk menghadapi arus globalisasi yang kian pesat.

S

ebagai kampus yang digadangg a d a n g m e m i l i k i k u a l i t a s standar nasional, UIN SGD Bandung tentu tak ingin ketinggalan. Salah satu cara yang ditempuh adalah mengasah sumber daya manusia yang ahli di bidang agama. Adanya program studi (prodi) umum yang muncul pun bertujuan memperkuat karakter UIN SGD Bandung sebagai kampus Islam yang siap bersaing dalam bidang apapun. Namun, tujuan UIN SGD Bandung y a n g i n g i n b e r s a i n g d e n g a n mengandalkan prodi keislaman sebagai identitas utamanya menjadi tantangan besar. Pasalnya, sejak berganti status dari IAIN menjadi UIN, peminat prodi umum lebih banyak daripada prodi keislaman. Contohnya, prodi umum seperti Ilmu Komunikasi, Manajemen, Sastra Inggris menjadi prodi yang banyak diminati, terbukti dengan jumlah mahasiswa baru yang selalu banyak setiap tahunnya. 12

MAJALAH SUAKA 2015

Berbeda dengan prodi keislaman seperti Tasawuf Psikoterapi, Aqidah Filsafat, Tafsir Hadits, dan jurusan l a i n n y a , t e r u t a m a d i Fa k u l t a s Ushuluddin, mendapat respon yang t i d a k t e r l a l u b e s a r d a r i c a l o n mahasiswa. Sebagai perbandingan, pada tahun 2009 silam, prodi keislaman di UIN SGD Bandung mendapat respon yang tidak terlalu menggemberikan dari masyarakat, khususnya calon mahasiswa. Saat itu, di Fakultas Ushuluddin saja, terdapat banyak jumlah kursi kosong : 16 kursi di di A q i d a h F i l s a f a t , 2 4 k u r s i d i Perbandingan Agama dan 18 kursi di Tasawuf Psikoterapi. Sementara di prodi lainnya di Fakultas Syariah dan Hukum, terdapat 25 kursi kosong di Siyasah, 13 kursi di Perbandingan Mazhab dan Hukum dan 18 kursi di Hukum Pidana Islam. Jumlah yang c u k u p b e s a r m e n g i n g a t j a t a h mahasiswa adalah rata-rata 40 orang

perkelas. Pada tahun 2015, hal serupa kembali terjadi. Masih banyak kursi kosong yang tersisa pada prodi-prodi keagamaan terutama di Fakultas Ushuluddin. Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung periode 2010-2015 Mulyana, membenarkan bahwa peminat jurusan keagamaan merosot, khususnya di Fakultas U s h u l u d d i n . Pa d a h a l , m e n u r u t M u l y a n a F a k u l t a s U s h u l u d i n merupakan embrio dari UIN SGD Bandung. Jumlah peminat di Fakultas U s h u l u d d i n s e t i a p t a h u n n y a mengalami pasang surut. Contohnya, Jurusan Tafsir Hadits dan Tasawuf Psikoterapi lebih banyak diminati daripada jurusan Perbandingan Agama dan Filsafat Agama masih kurang peminat. Menurut Mulyana, merosotnya peminat jurusan di Fakultas Ushuluddin, diawali ketika m u n c u l n ya Fa k u l t a s Ta r b iya h . Kemudian muncul jurusan-jurusan umum lain, serta pindahnya jurusan Sosiologi ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Imbas MEA Hadirnya MEA menuntut setiap orang untuk menjadi lebih kreatif dan produktif. Namun, seringkali MEA d i o r i e n t a s i k a n s e b a g a i l a d a n g persaingan di bidang ekonomi semata. Faktor itulah yang menjadi salah satu alasan banyak mahasiswa memilih jurusan yang dianggap memiliki relevansi langsung dengan MEA, seperti ekonomi dan bisnis. Keadaan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi UIN SGD Bandung yang memiliki


LAPORAN UTAMA identitas kampus Islam. Kemungkinan sepi peminat di prodi keagamaan UIN SGD Bandung setelah bergulirnya MEA ditanggapi oleh Dekan Fakultas Ushuludin Rosihon Anwar. Dia menyadari lambat laun MEA akan terasa dampaknya pada prodi-prodi keagamaan dan keislaman, meski MEA tak ada kaitan langsung dengan Fakultas Ushuluddin. Rosihon sendiri menyadari bahwa salah satu faktor dari pasang surutnya peminat di Fakultas Ushuluddin adalah sikap pragmatis dari calon mahasiswa yang melihat prospek kerja dari fakultas tersebut. Meski demikian, Rosihon yakin bahwa p e m i n a t p r o d i k e i s l a m a n d a n keagamaan terutama Ushuluddin tidak akan sepi meski MEA sudah datang. “Mahasiswa yang masuk Ushuluddin adalah mereka yang ingin belajar keilmuan Islam,” katanya. Meski sepi peminat, menurut Rosihon, kans Fakultas Ushuluddin cukup besar mengingat letak geogra is yang dimiliki. Di Jawa Barat terdapat b a nya k p o n d o k p e s a n t re n d a n Madrasah Aliyah yang mempelajari ilmu keislaman dan keagamaan. “Mereka yang ingin melanjutkannya (belajar ilmu agama) bisa ke UIN, itu peluang kita. Pasti ada mahasiswa yang ingin menjadi kiai, ulama, pasti dia akan melanjutkan kuliahnya di prodi agama,” kata dia. UIN dan PTAIN lainnya adalah lembaga ilmu keagamaan pemerintah. Atas dasar ini pula yang meyakinkan Rosihon, bahwa eksistensi prodi keislaman dan keagamaan akan tetap ada meski besar kemungkinan akan s e p i p e m i n a t s e k a l i p u n . “ J a d i pemerintah tidak akan membiarkan prodi Islam ini bubar, mengingat UIN adalah lembaga ilmu keagamaan pemerintah,” paparnya. Sejauh ini upaya pemerintah menjaga jumlah peminat prodi keislaman di antaranya dengan pemberian beasiswa pada prodi-prodi yang sepi peminat. Sosialisasi pembentukan citra dan publikasi pun gencar dilakukan Fakultas Ushuluddin. Bahkan Rosihon menekankan kepada setiap dosen Ushuluddin untuk menulis artikel dan opininya untuk dikirimkan ke media massa dan mencantumkan jabatannya di Ushuluddin. “Kita juga kerjasama

dengan TVRI. Ushuluddin mengisi program keislaman di sana, ada beberapa dosen Ushuluddin dan membawa nama Ushuluddin,” terang Rosihon. Pendapat Guru Besar Fakultas Ushuluddin yang saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor III Muchtar Solihin, juga sejalan dengan Rosihon. Menurut Muchtar, sepinya peminat Fakultas Ushuluddin bukan berarti kualitas fakultas itu kurang kompeten, melainkan terkait mood masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. “Mungkin selama ini konteks kita yang s e l a m a i n i b e l u m m e m b e r i k a n pemahaman yang kurang terpublikasi bahwa Ushuluddin itu sebetulnya adalah ruhnya UIN,” tegasnya. Meski demikian, langkah-langkah sosialisasi y a n g d i l a k u k a n o l e h Fa k u l t a s Ushuluddin diakui Muchtar sebagai langkah yang baik. Dengan demikian, maka sepi peminat karena berbagai alasan, termasuk gencarnya MEA, akan dapat diminimalisir. Peluang Emas S e t i a p j u r u s a n d i Fa ku l t a s Ushuluddin memiliki peluang masingmasing yang strategis dan masih b e ra d a p a d a ko r i d o r ke i l m u a n Ushuluddin. Menurut pemaparan Rosihon, peluang Ushuluddin semakin luas, tak hanya sebatas regional atau nasional, namun hingga level ASEAN atau Asia Tenggara. Bahkan Rosihon berharap mahasiswa dan alumni F a k u l t a s U s h u l u d d i n m a m p u membentangkan sayapnya bersaing di kancah mancanegara. A l u m n i j u r u s a n Ta s a w u f Psikoterapi itu mencontohkan, bisa menjadi konsultan psikologi di tengah persaingan MEA yang cenderung membuat pengusaha-pengusaha stres. Kemudian alumni jurusan Tafsir Hadits menjadi peneliti sekaligus ahli hadis. Secara umum Rosihon yakin pada era MEA akan banyak orang yang membutuhkan pemuka agama. “Pasti akan banyak yang membutuhkan pemuka-pemuka agama, di sana peluang mereka,” ujarnya. Muchtar pun memandang MEA s e b a g a i p e l u a n g e m a s b a g i Ushuluddin. Di mana penyuluhan agama akan sangat bermanfaat pada era pasar bebas ini. “Ushuluddin

memberikan tawaran dan jawaban. Misalkan di Thailand terjadi kon lik keagamaan, Ushuluddin bisa punya peran dengan kearifan untuk bisa m e m b e r i k a n k o m p r o m i d a n kedamaian untuk beragama,” ujarnya dengan yakin. Lebih jauh lagi, Muchtar memprediksi nantinya Ushuluddin bisa menjadi destinasi keagamaan yang signi ikan di tengah masyarakat Asia Tenggara. Hal ini berdasarkan keilmuan Ushuluddin yang berbasis agama. “Ushuluddin itu kan punya landasan iloso i dan keilmuan yang kuat,” tambahnya. B e r b a g a i u p a y a u n t u k memantapkan persiapan Ushuluddin jelang MEA pun sudah dilakukan. Sebagai representasi prodi Islam di U I N S G D B a n d u n g , F a k u l t a s Ushuluddin tidak mau datangnya MEA memberikan dampak negatif terhadap perkembangan ilmu keagamaan. Karenanya, Fakultas Usuluddin pun akan bersaing untuk terciptanya nuansa ilmu keagamaan yang lebih baik di era globalisasi. Beberapa program yang sudah dilakukan yaitu menggencarkan penggunaan bahasa asing dalam perkuliahan, memberikan pendidikan b a h a s a b a g i m a h a s i swa s e c a ra intensif, pembekalan basic life skill d e n g a n b e r b a g a i s e m i n a r , memperbanyak dosen lulusan luar negeri serta pemaksimalan akreditasi prodi yang diakui baik di skala nasional maupun internasional. Jalinan kerjasama dengan pihak luar pun banyak digiatkan oleh pemangku regulasi, baik di ranah rektorat maupun dekanat. Fakultas Ushuluddin berani membuktikan bahwa, meski seringkali dilanda sepi peminat, namun tak ada halangan yang bisa menghentikan pengabdiannya untuk menghidupkan prodi-prodi keagamaan, termasuk tantangan yang diberikan oleh MEA. Dengan adanya MEA tersebut, UIN SGD Bandung sebagai lumbung prodi a g a m a t e l a h s i a p , d a n a k a n menyesuaikan terhadap kebutuhan masyarakat di era pasar bebas, agar menciptakan lulusan yang berkualitas secara agama dan kreatif serta produktif dengan berbagai hasil karyanya.

MAJALAH SUAKA 2015

13


T

ahun 2016 Indonesia sudah mendeklarasikan diri sebagai salah satu negara yang siap dengan hadirnya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Iklan layanan masyarakat dari kementerian juga dinas-dinas terkait soal MEA bisa kita temukan di berbagai media. Harapannya tentu agar mampu membangun kesadaran masyarakat. Namun sebenarnya, kampus sebagai ins tusi pendidikan ter nggi juga memiliki peran pen ng untuk mensosialisasikan MEA terhadap mahasiswa, dak hanya mensosialisasikan, bahkan kampus harus bisa memberikan pemahaman dan bekal yang nyata untuk memersiapkan manusia-manusia yang siap bersaing di industri. Berangkat dari hal tersebut, maka Suaka melakukan sebuah survei sederhana dengan menyebarkan 160 angket ke delapan mahasiswa di delapan fakultas di UIN Sunan Gunung Dja Bandung. Tujuannya adalah untuk mengetahui pemahaman mahasiswa menyoal MEA dan sejauh mana

peran kampus dalam membangun kesadaran serta p e m a h a m a n m a h a s i s w a a ka n M E A . H a s i l s u r v e i menunjukkan, bahwa 12,5 % responden mengaku memahami dan menger tentang MEA, sementara 44,37% mengaku ragu, dan sebanyak 39,37% dak memahami dan menger apa itu MEA. Hal ini berbanding lurus dengan minimnya sosialisasi dan edukasi yang diberikan oleh pihak kampus kepada mahasiswa prihal MEA, karena 76,87% responden merasa bahwa kampus kurang memberikan sosialisasi dan edukasi akan MEA. Ke ka ditanya tentang pendapat mereka mengenai kesiapan Indonesia dalam menyambut MEA, maka 58,12% responden mengatakan bahwa Indonesia belum siap menghadapi MEA dan seharusnya edukasi tentang MEA lebih gencar dilakukan terhadap mahasiswa. Terutama, dalam bentuk pela han dan seminar. []Tim Riset dan Informasi Litbang LPM Suaka


Pergerakan barang, jasa, investasi, dan buruh terampil di ASEAN akan dibuka dan diliberalisasi sepenuhnya ketika MEA berlangsung, sementara aliran modal akan dikurangi hambatannya.

-ASEAN juga terlibat dalam 7 kesepakatan perdagangan bebas lainnya, yaitu: * Kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) – sebuah Program Panen Awal(Early Harvest Program), suatu program untuk mengatur perdagangan buah-buahan dan sayuran. Saat ini program tersebut sedang dilaksanakan di Filipina, Indonesia, dan Thailand; sementara perundingan-perundingan di negara lainnya sedang dalam tahap penyelesaian. * ASEAN-Korea (AKFTA) – perjanjian ini sudah ditandatangani, kecuali oleh Thailand * ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) (Kemitraan Ekonomi Menyeluruh ASEAN-Jepang) -- perundingan-perundingan telah diselesaikan dan kesepakatannya diharapkan akan ditandatangani awal 2008. * ASEAN-India Regional Trade and Investment Area – perundingan-perundingan dalam hal barang diharapkan selesai sebelum Mei 2008 * ASEAN- Australia and New Zealand FTA – perundingan-perundingan ini masih berjalan * ASEAN – European Union FTA – sebuah deklarasi bersama telah ditandatangani pada November 2007 tetapi perundingan-perundingannya belum dimulai * East Asia Free Trade Area (EAFTA) – masih dalam konsultasi dan studi/penelitian


OPINI

Perbincangan FOTO + JUDUL W

e live in an age of addictive s e l f - p o r t r a i t u r e , increasingly known as the 'age of the sel ie,'” tulis pengelola situs Artrepublic.com ketika mengulas sejarah self-portraiture (potret diri), p e r t e n g a h a n M e i 2 0 1 4 l a l u . Pernyataan tersebut barangkali ada benarnya jika menengok ke tahun sebelumnya, 2013, ketika kata 'sel ie' menjadi word of the year versi situs Oxford Dictionaries. Pernyataan itu juga tampak tidak berlebihan jika secara sukarela dan sadar, kita menyimak beranda Facebook dan Instagram, linimasa Twitter, atau recent updates BBM. Seakan menjadi semangat zaman, di media sosial fotofoto sel ie mengalir tiada henti bagai air di saluran irigasi saat musim penghujan. Seperti biasa, industri menjadi pihak yang paling cepat tanggap m e n a n g k a p ( d a n m e n d o r o n g ) derasnya hasrat banyak orang dalam memroduksi sel ie. Hal ihwal yang bisa d i s a n g ku t - p a u t k a n d e n g a n nya , beredar di pasaran. Contohnya, sel ies t i c k a t a u t o n g k a t n a r s i s (tongsing)—yang memudahkan p e n g g u n a m e m i l i h a n g l e s a a t memotret—dan aplikasi foto yang mengandung berbagai itur pengatur efek foto. Selain tentunya produsen ponsel pintar itu sendiri. Belakangan, sel ie tidak luput jadi bahan studi dunia akademik. Untuk menyebut beberapa, Mehita Iqani dan J o n a t h a n E . S c h r o e d e r ( d a l a m artikelnya di jurnal Consumption Market and Culture, 2015) menulis bahwa dunia yang keranjingan sel ie ini telah mendorong lahirnya jaringan r i s e t S e l i e Re s e a rc h N e t wo rk ;

16

MAJALAH SUAKA 2015

I n t e r n a t i o n a l J o u r n a l o f Communication menerbitkan edisi khusus tentang sel ie; dan konon, tahun 2016 akan diselenggarakan “Kern Conference of Sel ie, SelfPortraiture, and Social Media” di Rochester, New York. Sel ie pun m e n j a d i b a h a n p e r d e b a t a n d i kalangan aktivis gender dan seniman: apakah sel ie mengangkat martabat p e r e m p u a n a t a u m a l a h merendahkannya; apakah sel ie dapat digolongkan sebagai seni atau bukan. Sebagaimana dapat kita lihat, isi dari foto sel ie sangat bervariasi. Ada ya n g m u n f a r i d , a d a p u l a ya n g berjamaah (minimal berdua). Ada yang dipotret sambil berdiri bertolak pinggang, menyilang tangan, duduk, jongkok, tidur, bahkan telentang. Ekspresi wajah pun tampil beraneka rupa: menyunggingkan senyum, manyun, muram, melamun, menatap kosong, menggigit jari, sampai menangis. Pakaian yang dikenakan tentu berbeda juga, bergantung pada selera dan kepercayaan masingmasing: ada yang terbungkus penuh, ada juga yang nyaris telanjang bulat; ada yang glamour, ada yang biasabiasa saja, dan lain sebagainya. Perkara tempat juga menjadi bagian penting dalam ber-sel ie. Secara umum, dapat kita bagi menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah di dalam ruangan (indoor). Misalnya, restoran atau café yang sedang hip, bioskop, dalam mobil, ruang kelas, kamar kos, depan cermin toilet, dan ruang lainnya. Kategori kedua, di luar ruangan (outdoor): seperti di taman kota, tempat wisata, pinggir mobil orang lain, depan rumah, sampai pemakaman sekalipun.

Bahkan, ada yang berfoto di tempat-tempat ekstrim hingga nyawa m e n j a d i t a r u h a n h a n y a d e m i mendapat sel ie yang 'ultimate.' Misalnya, di atas atap kereta api seperti yang dilakukan Anna Ursu, yang kemudian tewas dengan kondisi sebagian tubuh hangus setelah menyentuh kabel listrik 2700 volt (Dailymail.co.uk, 12/05/2015); atau d i j e m b a t a n r e l k e r e t a a p i , sebagaimana dipraktikan remaja R u s i a b e r u s i a 1 4 t a h u n , y a n g ke m u d i a n te r j u n b e b a s ka re n a k e h i l a n g a n k e s e i m b a n g a n d a n menyentuh kabel listrik (Detik|Net, 23/03/2015). Foto sel ie yang dibayar nyawa tidak hanya terjadi di luar negeri. Sempat ramai di media massa Indonesia, ada mahasiswa yang terjatuh setelah berfoto di tebing air terjun Cuban Sewu, Malang; jatuh ke kawah Merapi dari Puncak Garuda; dan jatuh dari bus Bandros karena terangkut kabel telepon. Te r k a d a n g , m i l i t a n s i d e m i mendapat sel ie yang unik, keren, dan layak dibanggakan di media sosial, t i d a k h a n y a m e m e r t a r u h k a n keselamatan diri sendiri, tapi juga pongah terhadap lingkungan sekitar. Menjelang berakhirnya tahun 2015, banyak netizen yang mencemooh dan menghujat sejumlah pengunjung taman bunga amarilis di Gunung Kidul, Yogyakarta, karena banyak bunga yang rusak terinjak-injak dan luluh lantak oleh beberapa pengunjung yang berfoto sambil telentang di atas bunga meniru Syahrini. Selain itu, ada juga pihak yang ber-sel ie dengan tidak menghiraukan etika profesi yang tengah diembannya. Itu terjadi pada kasus Fadli Zon dan Setya Novanto


OPINI

Ihwal Selfie

ARSIP PRIBADI

Oleh Zul i Saeful*

yang berfoto dengan Donald Trump, di acara kampanye Trump sebagai calon presiden negeri Paman Sam. Sel ie sebagai Narsisme? Sebagaimana disebut di atas, f e n o m e n a s e l i e y a n g t e l a h mengglobal, telah menarik perhatian berbagai kajian akademik. Sebagian besar telaah dilakukan berujung pada simpulan bahwa, sel ie merupakan gejala yang dipicu sikap narsisme. Beberapa yang berpendapat demikian adalah Alise Tifentale (2014), Jesse Fox dan Margaret Rooney (2015), serta Peter Conrad (2014). Namun, tampaknya fenomena sel ie tidak bisa disandarkan (atau direduksi?) pada narsisme semata. Terlebih jika kita mengacu pada de inisi yang disajikan situs Oxford Dictionaries: sel ie sebagai “sebuah f o t o y a n g d i p o t r e t s e s e o r a n g — b i a s a n y a — m e n g g u n a k a n smartphone atau webcam dan/lalu dibagikan lewat media sosial.” Ada variabel 'media sosial' yang menjadi a r e n a b e r e d a r n y a f o t o s e l i e . Bukankah tujuan kita memotret diri kita untuk kemudian diunggah ke media sosial adalah demi mendapat reaksi sosial? Entah itu berupa like, favorite, comment, share, retweet, dan lain sebagainya, bergantung pada platform media sosialnya. Sehingga d a p a t d i k a t a k a n , b a hwa s e l i e merupakan fenomena sosial yang m a n a d i d a l a m n y a t e r a d a p a t sederetan tindakan sosial. Sebagai fenomena sosial, sel ie dapat dilihat sebagai bagian dari proses interaksi sosial. Kita bisa mendekatinya dengan dramaturgi Erving Goffman, yang memandang

kehidupan sosial sebagai serangkaian p e r t u n j u k a n d ra m a t i s , s e p e r t i d i p e r t o n t o n k a n p a r a a k t o r d i panggung teater (Ritzer, 2003). Di panggung sandiwara itu, terjadi pertaruhan identitas dan peran sosial. Goffman memang membedakan dua jenis identitas sosial. Pertama, identitas sosial virtual atau identitas yang mesti tampil sesuai dengan ekspektasi, norma, dan nilai yang berlaku dalam suatu kondisi sosial. Sedangkan yang kedua, identitas sosial aktual atau yakni identitas asli dari individu. Untuk menjaga identitas sosial virtual, seseorang atau sang aktor harus mampu menjaga kesan-kesan tertentu di atas panggung, di hadapan a u d i e n s . B e r b a g a i u p a y a p u n dilakukan agar kesan yang tampak dapat diterima audiens. Selain degan mengatur latar (setting) dan kostum atau atribut yang melengkapinya, sang a k t o r j u g a m e s t i m e l a k u k a n serangkaian teknik unntuk menjaga kesan yang hendak ditampilkan. Hal terakhir itu biasa disebut impression management. Salah satu metode yang b e r k e n a a n d e n g a n i m p r e s s i o n m a n a g e m e n t a d a l a h d i s i p l i n d r a m a t u r g i . C o n t o h n y a , berkonsentrasi dalam setiap adegan, pengendalian diri, serta mengatur ekspresi wajah dan ucapan yang dituturkan (Ritzer, 2003). Semua dilakukan agar kesan dan identitas yang hendak dibangun tercapai. Dalam foto-foto sel ie, kita lihat bagaimana hal-hal di atas, seperti tempat yang jadi latar foto, baju dan aksesoris yang dikenakan, pose atau gaya tubuh, ekspresi wajah, bahkan caption yang menyertainya, menjadi

bagian penting. Itu diupayakan untuk menjaga kesan tertentu—keren, pemberani, lucu, cantik, seksi, macho, dan seterusnya—di hadapan audiens atau, meminjam istilah Roy Thaniago, 'warga digital,' dalam proses interaksi sosial. Kehadiran dan merebaknya sel ie, termasuk perilaku agen sel ie yang berlebihan dan terlampau militan, tidak bisa dilepaskan dari aspek struktural yang melingkupi dan melahirkannya. Semisal kondisi ekonomi, sosial, politik, budaya, dan teknologi yang (medorong dan) memudahkan orang membuat sel ie dan membagikannya di media sosial. Kemudian, peran yang dimainkan produsen smartphone, lembaga pemasaran, industri fashion, pemilik media sosial, dan lain sebagainya pun patut mendapat perhatian. Kalau belum cukup sampai sana, kita masih bisa bertanya: Siapa yang memacu kita hingga merasa harus menampilkan kesan atau identitas kita lewat sel ie, kita atau produsen smartphone? Siapa yang sebenarnya merayakan 'the age of sel ie'? Terakhir, ada yang menarik dari contoh pertama penggunaan kata 'sel ie' dari Oxford Dictionaries. R e d a k s i n y a s e b a g a i b e r i k u t , “Occasional sel ies are acceptable, but posting a new picture of yourself every day isn't necessary.”

*Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Bergiat di UKM LPIK dan Eksposisia.

MAJALAH SUAKA 2015

17


Membangun Industri Berbasis Inovasi

AR

SIP

BAD PRI

I

OPINI

Oleh Herry Sutanto*

P

e r i n g a t a n u s a h a d i i k l i m Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dipastikan semakin ketat. Sejalan dengan itu, industri-industri di J awa B a ra t ( J a b a r ) h a r u s te r u s didorong melakukan berbagai inovasi sehingga mampu memenangkan persaingan tersebut. Inovasi bisnis untuk memenangkan persaingan usaha bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, baik sifatnya inovasi di rantai produksi maupun inovasi di rantai pemasaran (distribusi). Untuk memunculkan adanya inovasi-inovasi yang bisa dilakukan, sektor-sektor usaha harus banyak melihat/mencermati peta persaingan komoditas yang ada di pasar. Kepentingan membangun industri y a n g d i n a m i s d a l a m i n o v a s i merupakan bagian dari strategi transformasi ekonomi yang berdaya saing global. Meski kapasitas untuk melakukan inovasi yang simultan dilakukan oleh unit-unit usaha bisnis di Jabar maupun di Indonesia sudah jauh lebih baik, namun upaya untuk terus melakukan inovasi harus dilakukan. Posisi hasil survei daya saing internasional (World Competitiveness Report 2015) atas sejumlah faktorf a k t o r y a n g m e n g h a m b a t perkembangan usaha di Indonesia, m e n e m p a t k a n i n d i k a t o r ketidakcukupan kapasitas inovasi di Indonesia sebagai faktor yang paling bontot (bawah). Artinya iklim inovasi di kita sudah relatif lebih baik, bisa dikatakan peluang melakukan inovasi sudah terbuka sangat lebar. Secara kasat mata kita bisa melihat itu dari komodit a s-komodit a s ya n g k it a produksi (produk TPT, alas kaki, kuliner, animasi, dan lain-lain), bahkan beberapa kota di Jabar menyebut kota mereka sebagai kota kreatif (creative city). Pentingnya kreativitas (inovasi) dilakukan sejalan dengan adanya p e r g e s e r a n - p e r g e s a r a n y a n g memengaruhi pola/pilihan konsumsi masyarakat. Pola konsumsi domestik saat ini mungkin saja hanya melihat manfaat

18

MAJALAH SUAKA 2015

primer dari sebuah komoditas yang dikonsumsi, tanpa melihat kadar inovasi yang melekat dalam suatu komoditas. Namun, sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat dan banyak faktor lainnya yang memengaruhi permintaan, itu bisa saja m e n g a l a m i p e r g e s e r a n . K a l a u sebelumnya dominasi konsumen domestik hanya melek harga dalam m e n e n t u k a n p i l i h a n k o n s u m s i komoditasnya, ke depan sangat yakin akan lebih banyak konsumen yang mulai akan menambahkan faktor kreativitas (inovasi) dalam pilihan konsumsi komoditasnya. Alhasil konsumen melihat sepatu bukan hanya harganya berapa, tetapi akan melihat bahannya, asesorisnya, modelnya, dan sebagainya, di mana pilihan-pilihan plus semacam itu sangat tergantung pada kadar inovasi. Adapun Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum-WEF, 2014) memaknai penilaian daya saing inovasi berdasarkan tujuh (7) katagori, yakni: kapasitas inovasi, kualitas institusi penelitian, besarnya anggaran untuk penelitian dan pengembangan, tingkat kolaborasi industri dan perguruan tinggi dalam melakukan penelitian dan pengembangan, pengadaan teknologi produk, ketersedian ilmuan, dan persentase jumlah paten. Melihat ke-7 indikator tersebut dalam publikasi World Competitiveness Report 2015 untuk Indonesia, 5 indikator sudah baik pencapaiannya. Untuk pengadaan teknologi produk, kita bahkan berada di peringkat 13 dari 144 negara. Adapun dua indikator inovasi yang masih harus mendapat perhatian serius adalah kualitas institusi yang melakukan penelitian (ranking 41 dari 144 negara) serta persentase jumlah paten. Menurut hasil survei WEF, persentase jumlah paten Indonesia berada di posisi 106, dari 144 negara yang diteliti oleh WEF. Melihat kondisi tersebut upaya memperbaiki atau meningkatkan kualitas institusi penelitian masih harus menjadi prioritas, di samping masalah utama

kesadaran kita untuk memperbanyak hasil-hasil penelitian yang dipatenkan. D i l i h a t d a r i k e b u t u h a n pengembangan inovasi (kreativitas), b e b e ra p a h a l j u ga m a s i h h a r u s dilakukan. Upaya-upaya tersebut m e l i p u t i p e r h a t i a n m e n d a l a m terhadap tingkat kreativitas industriindustri kita pada setiap rantai produksinya. Peningkatan kreativitas tidak hanya di tingkat produksi, namun juga harus dilakukan di tingkat rantai pemasaran komoditas yang kita produksi. Perubahan-perubahan yang d i l a k u k a n o l e h s e k t o r b i s n i s diharapkan dapat sejalan dengan langkah-langkah yang ditempuh pemerintah. Dukungan pemerintah bisa sangat komprehensif, di antaranya menyangkut kebijakan makro strategi d a n k e b i j a k a n t a t a r u a n g pengembangan kawasan industri kreatif. Hal-hal lain yang lebih bersifat mikro sektor juga dapat dilakukan pemerintah sebagai bentuk stimulasi atau insentif bagi pengembangan i n d u s t r i k r e a t i f , d i a n t a r a n y a menyiapkan rencana struktur dan pola pengembangan kawasan industri kreatif; rencana pengembangan pemasaran produk industri kreatif; rencana pengembangan teknologi dan desain produk industri kreatif; rencana pengembangan investasi (modal) dan daya dukung infrastruktur pendukung; rencana pengembangan industri kreatif berbasis e isiensi pemanfaatan s u m b e r d a y a p e n d u k u n g , d a n sebagainya. Pa d a p r i n s i p nya , ko l a b o ra s i pemerintah dengan sektor bisnis dalam mendorong daya saing ekonomi berbasis kreativitas adalah kebutuhan saat ini dan ke depan. Untuk itu, usaha pengembangan industri kreatif di Jabar d a n ka b u p a te n / ko t a k h u s u s nya diharapkan dapat lebih terintegrasi. Dukungan kebijakan kabupaten/kota bagi pengembangan industri kreatif dalam hal ini diharapkan sejalan dengan kebutuhan sektor-sektor usaha kreatif, sehingga perspektif kebutuhan pengembangan industri kreatif dengan upaya optimalisasinya dapat sejalan.

* Dosen Manajemen UIN SGD Bandung, Pembina Komunitas Rumah Kita, Fordes UIN SGD Bandung, dan IMEBS UIN SGD Bandung


sosok

ANTON SOLIHIN : MEMELIHARA BATU DAN API FOTO: SUAKA/ ADAM RAHADIAN ASHARI


SOSOK

ANTON SOLIHIN:

MEMELIHARA

BATU DAN API

Oleh A.Rijal Hadiyan

L

antunan musik blues sayupsayup terdengar dari pelantang suara kecil yang terhubung ke laptop Anton Solihin (47). Sesekali matanya berputar melihat sudutsudut ruangan yang disesaki oleh tumpukan buku yang menjulang dari lantai hingga langit-langit ruangan. Buku-buku sastra, politik, hingga komik-komik Eropa lama berdesakan dirak-rak buku yang didominasi bukubuku lama itu. Sore itu ia tengah sibuk melayani beberapa muda-mudi yang h e n d a k m e m i n j a m b u k u d a r i perpust a ka a n mininya di Ja la n Pramoedya Ananta Toer 142 A, Jatinangor. Selain koleksi bukunya, koleksi musik dan ilm miliknya juga bebas untuk diakses oleh pengunjung. Sebelumnya, tidak pernah terbayang di benak Anton jika koleksi-koleksinya tersebut bisa dinikmati semua orang. Dari anak-anak hingga dewasa, dari mahasiswa hingga tokoh-tokoh kaliber nasional. Tidak ada motivasi yang mulukm u l u k k e t i k a A n t o n m e m u l a i Perpustakaan Batu Api pada 1 April 1999 silam. Ia hanya ingin koleksi miliknya bisa dinikmati orang banyak. “Saya punya rumah di sini, kanan-kiri kampus, kenapa tidak saya buka saja perpustakaan pribadi saya ini untuk umum,” ujarnya. Selain kegiatan m e m b a c a , p e r p u s t a k a a n k e c i l tersebut juga kerap menggelar diskusi. “Dulu saat mulai mengoleksi, tidak pernah terbayang. Tapi seiring 20

MAJALAH SUAKA 2015

SUAKA/ ADAM RAHADIAN ASHARI

berjalannya waktu, muncul pikiran untuk membuat perpustakaan,” ungkap pemilik perpustakaan bertitel Batu Api tersebut saat ditemui Suaka di perpustakaannya pertengahan N ove m b e r 2 0 1 5 l a l u . Te r s e d i a puluhan ribu buku, musik, dan ilm di perpustakaan berukuran kurang lebih 5x7 meter itu. Semuanya adalah koleksi Anton sejak masuk kuliah hingga sekarang. Buku-buku tersebut, kebanyakan didapatkan dari toko-toko loak. Setiap minggu Anton rutin berbelanja buku untuk menambah koleksinya. “Kalau ada buku bagus saya langsung ambil. Tidak peduli dibaca atau tidak, saya ambil,” kata pria yang doyan memakai pakaian casual itu. Baginya, buku baru bukanlah buku yang baru dicetak penerbit, ataupun buku yang mulus terbungkus segel. Buku baru adalah buku yang membawa gagasan baru bagi pembacanya. “Buku yang baru saya baca adalah buku baru, musik yang baru saya dengar, itu adalah baru. Walaupun produk abad 18 misalnya, bagi saya itu baru, yang penting itu gagasannya,” ujarnya. Untuk menikmati koleksi buku, ilm, dan musik di Batu Api, anggota

perpustakaan cukup merogoh kocek tiga ribu rupiah per buku dengan waktu sewa sepekan. Harga arsip ilm dan musik, Anton bandrol tergantung kualitas dan kelangkaan arsipnya. “Kalau mau daftar tinggal isi formulir dan bayar biaya registrasi, Rp 15 ribu saja,” jelas pria berperawakan tambun itu. Selain pada buku, kecintaannya pada musik dan ilm menghasilkan belasan ribu koleksi. Mulai dari ilmilm Hollywood populer hingga ilmilm bisu dari dekade 30-an. Koleksi musiknya mencakup berbagai jenis genre musik populer hingga musikmusik dari tradisional. “Saya punya koleksi musik-musik tradisional p e n d u d u k p e d a l a m a n h u t a n Kalimantan. Musik-musik orang Eskimo juga ada,” papar Anton. Bagi Anton, hobinya mengarsipkan d o k u m e n b e r s e j a r a h d a n mengumpulkan buku-buku lama adalah pekerjaan serius. Pernah suatu hari Ia mengumpulkan dokumendokumen Rusia, mulai dari buku hingga ilm juga kliping yang berkaitan dengan kebudayaan Rusia. Alhasil, koleksinya sering dijadikan referensi oleh mahasiswa, dosen, bahkan orang Rusia sendiri. “Waktu itu ada tamu dari


SOSOK Untuk mewujudkan keinginannya itu, Anton melayangkan surat kepada keluarga Pramoediya Ananta Toer hingga ke Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang kala itu agar usulannya diterima. Namun, gayung tak jua bersambut, surat-surat yang ia layangkan tak jua menuai jawaban. “Belum ada jawaban. Tapi saya anggap itu sebagai jawaban 'Ya',” ujarnya sambil tertawa.

Rusia datang ke Fakultas Ilmu Sejarah Unpad. Sama orang fakultas, orang Rusianya malah dirujuk ke sini,” ujarnya. Selain dokumen-dokumen Rusia lulusan Ilmu Sejarah Unpad itu juga sempat mengumpulkan arsip-arsip tua tentang Jerman, Belanda dan beberapa kitab-kitab Arab Klasik. Koleksinya yang paling tua adalah buku dari Belanda terbitan tahun 1800-an. “Ini kerja kecil sebetulnya, tapi berharga, dan sedikit yang melakukan,” ungkapnya. Apresiasi Perpustakaan garapan Anton dan istrinya itu sudah punya tempat di hati sejumlah mahasiswa di Bandung dan Jatinangor. Salah satunya Sulton, mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah Unpad ini mengaku sangat terbantu dengan adanya Batu Api. “Batu Api itu menurut saya merupakan sebuah oase di tengah kegersangan Jatinangor,” ungkapnya saat dihubungi lewat surel (22/12/2015). Tak hanya meminjam buku ia juga biasa berdiskusi bersama Anton dan istrinya. “Bang Anton dan teh Arum sudah saya anggap sebagai guru,” ungkapnya yang telah menjadi anggota perpustakaan sejak awal

kuliah. Koleksi buku Anton sering kali membantu mereka dalam berdiskusi atau sekedar untuk memenuhi tugas kuliah. “Kebanyakan hanya untuk tugas kuliah, realitanya begitu dari tahun ke tahun,” tersirat rasa kecewa d a r i w a j a h A n t o n . N a m u n , menurutnya yang terpenting sekarang adalah menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap buku, ilm, dan musik. “Orang-orang bisa menikmati buku bagus saja sudah syukur,” ungkapnya. Apresiasi bagi Anton bukanlah hal sepele. Buku, musik, dan ilm yang ia sewakan adalah harapan agar muncul gairah apresiasi dari masyarakat. Baginya, apresiasi bisa dilakukan dengan banyak cara, misalnya, diskusi buku atau karya seni, pementasan seni, bahkan mengganti nama jalan. Alamat rumahnya, Jalan Pramoedya Ananta Toer 142 A, Jatinangor, ia buat sendiri sebagai apresiasi bagi penulis Tetralogi Pulau Buru tersebut. Ia gusar dengan penamaan jalan di Indonesia. “Enak saja rezim. Semuanya pakai nama militer,” katanya. Padahal, menurutnya, mereka yang berjuang lewat pena dan pemikirannya juga harus diketahui dan dihargai.

Frankfurt Oktober 2015 lalu Anton terpilih jadi salah satu dari 70 kontingen Indonesia untuk menghadiri Frankfurt Book Fair 2015 di Jerman. Ia tidak pernah menyangka akan terpilih karena kebanyakan yang menjadi kontingen adalah para penulis buku. “Saya sendiri bukan penulis,” ungkap Anton. Menurut panitia, kata Anton, ia dipilih sebagai aktivis literasi. Padahal ia sendiri tidak menganggap dirinya sebagai aktivis literasi. Namun, pergumulannya dengan buku, musik, ilm di apresiasi publik sebagai k e g i a t a n l i t e r a s i y a n g s a n g a t bermanfaat. Anton sendiri merasa tidak cocok dengan titel aktivis literasi yang tersemat pada dirinya. Dia merasa apa yang dilakukannya bersama Batu Api belum memberi perubahan yang besar. “Jangan kira saya ada di kajian intelektual atau aktivis buku. Toh saya begini-beginian bertahun-tahun juga orang-orang tidak banyak berubah,” ungkap pengagum Pramoedya Ananta Toer itu. Walapun kerap menggelar diskusi, b e d a h b u k u d a n i l m , h i n g g a pementasan musik, kata Anton, minat masyarakat masih minim. “Bahkan di kampus sekalipun,” tambahnya. Kini, y a n g p e n t i n g b a g i n y a a d a l a h m e n u m b u h ka n te rl e b i h d a h u l u apresiasi masyarakat terhadap buku, ilm, dan musik. Seperti batu, perpustakaan kecil A n t o n t i d a k t u m b u h m e n j a d i perpustakaan megah dan mewah walau belasan tahun dipelihara. Namun yang pasti, semangat Anton untuk berbagi buku, ilm, dan musik koleksinya masih menyala. Anton dan perpustakaannya bagaikan batu dan api.

MAJALAH SUAKA 2015

21


SOSOK

ADE YETI,

Fisika DAN BULAN

Desember Oleh Ayu Pratiwi Ulfah

Kecintaannya terhadap dunia fisika membuat perempuan kelahiran Ciamis 43 tahun ini berhasil dianugerahi sebagai Dosen Teladan Nasional 2015. Ia juga konsisten dalam hal menulis, mempublikasikan, dan mematenkan karyakarya tulis ilmiahnya di bidang ď€ sika.

D

ARSIP PRIBADI

22

MAJALAH SUAKA 2015

esember 2015 menjadi bulan yang spesial bagi Ade Yeti N u r y a t i n i , D o s e n P r o d i Pendidikan Fisika UIN SGD Bandung. Ya, selain Desember adalah bulan kelahirannya, Desember juga menjadi momentum terpilihnya ia sebagai Dosen Teladan Nasional 2015 dari Direktorat Jendaral Pendidikan Islam K e m e n t e r i a n A g a m a R e p u I i k Indonesia (RI) pada 11 Desember lalu. Kesempatan yang datang di d e p a n m a t a , u n t u k i ku t d a l a m pemilihan Dosen Teladan Nasional bagi seluruh dosen di Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) 2015 i n i , t i d a k i a s i a - s i a k a n . I a mengumpulkan seluruh data kinerja dan karyanya selama lima tahun terakhir sebagai salah satu syarat mengikuti acara tersebut. Ibu dari tiga orang anak ini mengikuti tahap demi tahap seleksi dengan antusias. Dimulai dari seleksi awal, ia harus mengunggah seluruh b e rka s - b e rka s ke a l a m a t s u ra t e l e k t r o n i k p a n i t i a y a n g t e l a h ditentukan. Di dalam berkas tersebut, ia mencantumkan 29 karya tulis ilmiahnya yang telah dipublikasikan. Sebagian besar dari karya tulis ilmiah itu, ditulis bersama rekan-rekannya dan telah dipublikasikan baik skala nasional maupun internasional. Setelah dinyatakan lolos pada tahap penyeleksian berkas, ia lanjut pada tahap kedua yaitu presentasi s e k a l i g u s wa wa n c a ra . L u l u s a n cumlaude program Doktor Fisika ITB 2015 ini, mempresentasikan karya tulis ilmiahnya di hadapan tim independen dari ITB, UI dan Kemenag pada 10 Desember 2015 lalu.


SOSOK Tidak lama berselang setelah presentasi, mantan Ketua Prodi Pendidikan Fisika UIN SGD Bandung ini, diwawancara seputar Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ia ditanya mengenai p r e s t a s i y a n g d i c a p a i s e l a m a pendidikannya, pengabdian mengajar di kampus UIN SGD Bandung selama 1 5 t a h u n , h i n g ga d iwawa n c a ra mengenai hasil karya ilmiah yang telah dipublikasikannya. Perjuangan yang menguras pikiran, tenaga dan waktu memang tidak mengkhianati hasil. Akhirnya, Ade menyabet posisi kedua di bidang sains dan teknologi, sekaligus diganjar penghargaan sebagi Dosen Teladan Nasional 2015 oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim. Selain penghargaan tersebut, ia juga mendapatkan piala, serti ikat dan dana pengembangan diri sebesar Rp 35 juta. Ade merasa senang dengan kegiatan yang diselenggarakan untuk p e r t a m a k a l i n y a i n i . I a j u g a menghargai usaha Kemenag yang memberikan kesempatan bagi para dosen PTKI yang berkiprah dalam disiplin ilmu Islamic Studies, Science Tech dan Humaniora. Menurut Ade, kegiatan tersebut bertujuan untuk mengapresiasi prestasi dosen yang selama ini masih belum terakomodir secara proporsional. Konsistensi Berkarya Kecintaannya pada dunia isika muncul saat ia menuntut pendidikan

jenjang strata satu di Universitas Pendidikan Indonesia. Menurut pengagum sosok Rasulullah SAW ini, ia bisa jatuh hati pada isika, karena salah satu cabang ilmu eksak tersebut memiliki banyak tantangan saat dipelajari. Sehingga tidak aneh, ketika i a t e r u s m e l a n j u t k a n t i n g k a t pendidikan magister dan doktornya tetap pada prodi isika. Selain menyukai seluk beluk bidang isika, ia mengambil banyak pelajaran dari sosok-sosok ilmuwan isika. Menurutnya, bukan hanya teoriteori saja yang ia pelajari, namun perjuangan para isikawan tersebut juga ia cermati. “Saya mempelajari karakter para ilmuwan seperti kegigihan, kerja keras, pantang menyerah, teliti, dan banyak lainnya,” ujar Ade kepada Suaka melalui pesan elektronik, Kamis (31/12/ 2015). Ade merasa sangat bersyukur atas perjuangan awal yang dirintisnya itu, serta dukungan dari rekanr e k a n n y a d i k a m p u s . S e t e l a h mendapatkan penghargaan dari Ke m e n a g , a p r e s i a s i p u n t e r u s m e n g a l i r d a r i s e m u a s i v i t a s akademika UIN SGD Bandung. Ade menyadari, bahwa gelar Dosen Teladan Nasional 2015 yang didapatnya ini tidaklah ringan. Dirinya berharap banyak dosen lain yang akan diapresiasi lagi akan kinerja, karya dan p e n g a b d i a n n y a . S a a t d i t a n y a m e n g e n a i k i a t - k i a t b a g a i m a n a m e n j a d i d o s e n t e l a d a n y a n g

sesungguhnya, Ade menjawab singkat. Menurutnya, para dosen bisa melihat esensi Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai patokan ruang lingkup kerjanya. Selain itu, ia menekankan bahwa bagi seorang dosen, sangat p e n t i n g m e m b u a t k a r y a y a n g dipublikasikan atau dipatenkan. Setelah menerima penghargaan sebagai Dosen Teladan Nasioanl 2015, Ade yang selama delapan tahun terakhir ini gemar membaca jurnal s e p u t a r s e r a t n a n o d a n elektrospinning, mengatakan bahwa tidak ada tuntutan apa-apa yang diminta dari Kemenag setelah acara t e r s e b u t . N a m u n , m e n u r u t nya Kemenag menyampaikan pesan untuk tetap berkarya dengan melakukam p u b l i k a s i k a r ya - k a r ya nya b a i k nasional maupun internasional. Ad e ya n g t i n g ga l d i C i b i r u bersama keluarganya ini, berharap semoga acara pemilihan Dosen Teladan 2015 yang diadakan Kemenag bisa menjadi motivator sekaligus apresiator bagi dosen-dosen PTKI lain di Indonesia. “Semoga acara tersebut dapat memberikan motivasi untuk kami, para dosen agar tetap berkarya,” harap Ade. Bagi Ade, penghargaan semacam itu harus bisa mendorong harkat dan martabat dosen sebagai penggali dan pengembang ilmu, teknologi, seni, dan budaya serta sosok peneliti dan pengabdi pada masyarakat.

BIODATA Nama Lengkap Tempat dan Tanggal Lahir Jabatan

Perguruan Tinggi Riwayat Pendidikan

Anak

: Dr. Hj. Ade Yeti Nuryantini, S.Pd, M.M.Pd, M.Si : Ciamis, 12 Desember 1972 : Dosen Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan : UIN Sunan Gunung Djati Bandung : SD Negeri Bebedilan 1 Ciamis (lulus 1987) SMP Negeri 1 Ciamis (lulus 1989) SMA Negeri 2 Tasikmalaya (lulus 1991) S1 IKIP Bandung Pendidikan Fisika (1991) S2 UNINUS Magister Manajemen Pendidikan (2000) S2 ITB Fisika (2007) S3 ITB Fisika (2010) : Muhammad Ari Ariauida (SMP kelas 2) Muhammad Farhan Nurwahudi (SD kelas 6) Muhammad Yanuar Faeza (TK) MAJALAH SUAKA 2015

23


KAMPUSIANA

Jurus Ampuh Sang Pemandu Acara Oleh Fani Nabilah Farsi

ARSIP PRIBADI

S

aat suara khasnya menggema di balik microphone, saat itu pula h a d i r i n f o k u s m e n d e n g a r instruksi si pemandu acara. Tak jarang dari mereka dibuat kagum dan terhibur dengan canda di sela sesinya bahkan banyak orang yang merasa puas dengan acara yang ia bawakan. Itulah yang membuat Purna Aditya Irawan dikenal sebagai pembawa acara kawakan di kampus UIN SGD Bandung. Karena kemampuannya itu pula ia sering diminta menjadi MC di dalam maupun di luar kampus di Kota Bandung. K e b i a s a a n m e m a n d u a c a r a menjadi kesempatan emas bagi m a h a s i s w a J u r u s a n H u b u n g a n M a s y a r a k a t i t u u n t u k m e n g e m b a n g k a n p o t e n s i n y a . Bersuara khas, wawasan luas dan percaya diri menjadi “jurus” bagi Purna untuk berkecimpung di dunia public speaking, sehingga ia berhasil memboyong gelar runner up Anchor H u n t K o m p a s T V y a n g diselenggarakan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada September 2015 lalu. Acara tersebut merupakan ajang 24

MAJALAH SUAKA 2015

pencarian bakat di bidang news presenting. Sebelumnya pada awal Juli 2015 di Universitas Indonesia ia pun meraih gelar runner up di ajang yang sama menyisihkan ribuan mahasiswa dari berbagai kampus se-Indonesia. Prestasinya layak diapresiasi karena baginya bukan hal mudah untuk meraih itu semua. Tak sampai di sana, sederet prestasi lain pun pernah diraih mahasiswa kelahiran Sukabumi itu. Di antaranya menjadi Brand Ambassador UIN SGD Bandung 2014, delegasi Indonesia untuk Asian African Youth Conference 2015 yang diadakan sehari sebelum perayaan KAA ke-60 di Hotel S avoy H o m a n n , B a n d u n g . Pa d a perhelatan akbar itu ia tak hanya terpilih sebagai delegasi tetapi juga mendapatkan kesempatan sebagai p e m a n d u a c a r a d a l a m s e t i a p rangkaian kegiatan tersebut. “Saya b e r s y u k u r k a r e n a i t u a d a l a h pengalaman pertama saya memandu acara berskala internasional yang d i h a d i r i o l e h p e m u d a t e r b a i k perwakilan dari sekitar 24 negara asing,” ungkapnya ketika ditemui

Suaka pada pertengahan November 2015 lalu. Keberaniannya terjun langsung di dunia public speaking berawal dari tawaran temannya untuk menjadi MC di setiap acara jurusan dan Unit Ke g i a t a n M a h a s i s wa ( U K M ) d i kampus. “Waktu itu pertama saya ngemsi semester tiga, awalnya nggak yakin tapi alhamdulillah lancar,” u n g k a p n y a . P a d a 2 0 1 4 , s e j a k dinobatkan menjadi jajaka UIN SGD Bandung ia banyak mendapatkan tawaran menjadi pemandu acara, baik acara musik, diskusi, seminar hingga acara berskala nasional. Karena kepiawaiannya itu ia dipercaya m e n j a d i M C a c a r a O r i e n t a s i Pengenalan Akademik (OPAK) UIN SGD Bandung selama dua tahun berturut-turut. Selain kuliah, ia bekerja sebagai MC pernikahan, seminar, dan acara lainnya. Bahkan kini ia bekerja sebagai News Presenter di TVRI Jawa Barat s e j a k l i m a b u l a n y a n g l a l u . Keberhasilan atas prestasi yang diraihnya bukan tanpa hambatan, malah ia pernah mengalami berbagai


KAMPUSIANA kegagalan, yakni dua kali gagal meraih juara dalam ajang pencarian bakat. Seperti prinsipnya bahwa tidak ada pemenang yang tak pernah gagal, ia tetap berusaha meskipun kegagalan terkadang memutuskan harapan. “Setiap orang itu punya jatah untuk gagal, tugas saya harus menghabiskan jatah gagal itu sebelum akhirnya berhasil,” tambah Purna. Purna mengaku sempat kesulitan dalam mengatur waktu antara kuliah, b e k e r j a , d a n o r g a n i s a s i . Ta p i nampaknya ia siap dengan segala risiko yang akan terjadi. “Hidup itu kan pilihan, saya harus siap dengan risiko atas apa yang saya pilih,” ungkapnya. Tetapi dengan aktif di berbagai organisasi dan kegiatan di luar kampus, ia mengaku mendapat banyak hal dan pengalaman baru dibandingkan dengan hanya duduk manis di bangku kuliah. Mahasiswa yang memiliki hobi menyanyi tersebut meyakini bahwa apa yang ia dapatkan saat ini tidak terlepas dari doa dan dukungan keluarga. Dalam meraih mimpi-mimpi yang ingin diwujudkannya, Purna mengatakan harus keras pada diri sendiri, impiannya membuka kelas public speaking pun lambat laun mulai terealisasi. Bermula dari permintaan temantemannya yang ingin belajar public speaking, saat itu ia merasa tertantang. Ditambah lagi keresahan yang acap kali dirasakannya bila melihat sebuah

acara yang dipandu dengan biasa saja. Sejak itu Purna mengajak para mahasiswa untuk berani berbicara di muka umum dan menyampaikan pendapatnya dengan baik. Rencananya, kelas tersebut akan dibuka pada awal Februari 2016. Purna berharap agar kelas yang akan dibangunnya bisa berdampak positif bagi mahasiswa lain. “Kelas tersebut tidak hanya belajar tetapi juga sharing satu sama lain,” ungkapnya. Tak luput dari sebuah proses ia pun mengaku sering melakukan kesalahan semasa belajar. Bahkan tak jarang banyak kritikan yang ia terima. M e n u r u t n y a j i k a s e s e o r a n g m e l a k u k a n s e s u a t u d e n g a n m e l i b a t k a n p a s s i o n , a p a p u n tantangannya akan terus dihadapi. Meskipun sudah memiliki banyak pengalaman, ia mengaku bahwa kemampuannya masih harus terus d i a s a h a g a r m e n j a d i s e m a k i n m a k s i m a l . T a k j a r a n g i a menyempatkan diri secara rutin m e l a ku ka n a k t iv i t a s ya n g b i s a m e n i n g k a t k a n k e m a m p u a n n ya tersebut . Salah satunya adalah membaca koran dan menonton berita. Menurut Purna hal tersebut sangat p e n t i n g u n t u k m e n a m b a h wawasannya setiap hari. Selain itu banyak energi positif yang bisa diambil dari mereka yang berada di layar kaca. Bahkan banyak di antara mereka yang menginspirasinya di dunia public speaking, diantaranya

SUAKA/DEDE LUKMAN HAKIM

host kondang Choky Sitohang, Prabu Revolusi, Najwa Shihab, dan Frisca Clarissa. “Mereka itu keren, punya karakter kuat dan ciri khas yang anti mainstream,” ungkapnya sambil tersenyum. Di tengah kesibukannya saat ini ia s e d a n g m e m p e r s i a p k a n d i r i mengikuti Pasanggiri Mojang dan Jajaka Jawa Barat 2016 mewakili Kabupaten Sukabumi dan bersaing d e n g a n p e r w a k i l a n k o t a d a n kabupaten lainnya se-Jawa Barat. “Mohon doa dan dukungannya saja jika dipercaya mewakili, insya Allah saya akan melakukan yang terbaik,” harapnya. Dari Sang Ayah B u a h j a t u h t i d a k j a u h d a r i p o h o n n y a . p e p a t a h i t u c u k u p menggambarkan hubungan Purna dengan sang ayah, Daman Huri. Bakat dan kepedulian sosialnya diwariskan dari sang ayah. Mereka memiliki hobi yang sama. Banyak pelajaran yang ia dapatkan dari sosok ayah itu. Sejak kecil, Purna sering ikut ayahnya memandu acara di berbagai hajatan dari desa ke desa. Profesi sang ayah selain sebagai pegawai desa juga sudah dikenal betul oleh masyarakat s e k i t a r s e b a g a i M C d i a c a r a pernikahan dan sunatan. Daman Huri menceritakan tentang masa kecil Purna yang memiliki hobi berbicara di muka umum, berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. “Memang sudah dari kecil bakatnya terlihat, senang ngikut bapak menjadi MC. Saudara-saudaranya yang lain pendiam, hanya Purna yang mengikuti jejak bapak,” ungkap Apih sapaan akrabnya belum lama ini. D a m a n s a n g a t b a n g g a a t a s prestasi-prestasi yang diraih Purna. “Di sini Bapak hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Purna, apapun keinginannya bapak selalu beri dukungan, yang penting tidak keluar dari koridor agama,” katanya. Walau sudah sepuh, hingga kini Daman masih dipercaya sebagai MC di berbagai acara. Selain itu, ia merupakan tokoh yang dituakan dan aktif di berbagai kelembagaan masyarakat. Daman berharap agar karir Purna semakin sukses dan apa yang ia cita-citakan bisa terwujud. MAJALAH SUAKA 2015

25


ARSIP PRIBADI

KAMPUSIANA

Pemuda Bermental Wirausaha

Oleh Fitriani Utami Dewi

S

yahril Maulana Fazrin merasa tertarik pada pam let beasiswa enterpreneur di mading gedung Student Center UIN SGD Bandung. Ia m e m b a c a n y a h i n g g a d a p a t memutuskan akan mendaftarkan diri pada April 2015 lalu. Percaya diri menjadi modal utama Syahril untuk mengungguli 300 pendaftar di Kota Bandung karena hanya 12 orang yang disaring menjadi kandidat penerima beasiswa. Pada September 2015 Syahril terperangah melihat namanya masuk ke dalam 12 kandidat yang lolos. Baginya ini adalah jalan baru untuk mendalami bidang kewirausahaan yang sudah digelutinya sejak masih Sekolah Dasar (SD). “Enterpreneurship itu mental,” ucap mahasiswa Jurusan B a h a s a d a n S a s t r a I n g g r i s . I a mengatakan jiwa enterpreneur adalah sebuah mental untuk mandiri. Karena mental itu pula ia mendapatkan beasiswa Enterpreneur Development Schoolarship for Youth (Envoy) dari Yayasan Mien R. Uno Foundation (MRUF Foundation). Baginya beasiswa ini penting didapatkan, karena dalam pelatihan peserta tidak difokuskan secara akademik dibentuk untuk menjadi tenaga kerja. Tetapi sebaliknya, p ro g ra m i t u a k a n fo ku s p a d a menghasilkan wirausahawan muda yang siap menjadi penampung tenaga kerja. Beasiswa senilai Rp 200 juta untuk setiap tim, diberikan dalam 26

MAJALAH SUAKA 2015

bentuk pembelajaran dan pelatihan, fasilitas pameran produk serta uang saku Rp 600 ribu perorang setiap bulan. Jumlah penerima setiap tahunnya berbeda, pada 2015 ini penerima beasiswa Envoy sebanyak 4 8 m a h a s i s w a d a r i B a n d u n g , Semarang, Yogyakarta dan Surabaya yang dibagi ke dalam tujuh tim. Bermental Wirausaha Sebelum mengenyam pendidikan tinggi di Kampus Hijau, Syahril sudah paham dalam urusan berjualan. M e n t a l m a n d i r i n ya t e l a h j a u h tertanam sejak SD. Syahril merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Pria kelahiran Bandung itu bertempat tinggal di Cibodas, Desa Nagrog, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Bila sekolah, Syahril kecil tak lupa membawa kartu bergambar tokoh animasi dan kelereng untuk dijual kepada teman-temannya. Kebiasaan berjualan tak berhenti ketika menginjak bangku SMK. Pisang coklat yang saban hari ia jajakan di lebih dari lima warung membuatnya tak kekurangan uang saku. Mental mandiri telah membentuk Syahril bekerja untuk dirinya, bukan bekerja di bawah perintah orang lain. Sempat di akhir masa SMK-nya ia bekerja di kantin sekolah di Bandung, ia hanya bertahan dua minggu, kemudian bekerja di pabrik sekitar Kecamatan Rancaekek dan hanya bertahan satu bulan karena upah tidak sebanding dengan pekerjaan. “Kalau

kata Robert Kiyosaki, mental saya itu self employee. Artinya menjadi pekerja untuk dirinya,” tutur Syahril Sabtu (19/12/2015). Kini, ketika menjadi mahasiswa, minat Syahril akan dunia usaha tak lantas pudar. Jiwa usaha yang ia miliki justru semakin kuat. Di samping tekad untuk meringankan beban orang tua, berwirausaha memang sudah menjadi bakat yang terus ia kembangkan. Saat awal semester, Syahril mencoba memulai bisnis mainan anak di SDN Cipadung 2. Modal usaha ia peroleh dari uang sakunya sendiri. “Masih ingat betul kala itu modal pertamanya Rp 50 ribu,” katanya. Hanya saja, usaha ini bertahan sebulan karena persoalan lapak dagang, Syahril diusir oleh pedagang lain. Memasuki semester genap, S y a h r i l k e m b a l i m e n c o b a peruntungan baru dengan berjualan jagung keju campur susu di taman kanak-kanak dekat rumahnya. Tanpa ingin kuliahnya terganggu, lantas ia memanfaatkan hari libur untuk khusyuk berjualan. “Tidak ada kata berleha-leha, selama kita pintar melihat peluang dan situasi, di situlah kita harus bertindak,” katanya. Merasa urusan perkuliahannya hampir terbengkalai, pada tingkat II ia memutuskan untuk vakum berjualan. Namun kegiatan yang ia jalani tidak sebatas kuliah saja. Masih berkaitan dengan kewirausahaan, ia memilih bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Inkubasi Kewirausahaan Mahasiswa (LIKM). Di lembaga ini Syahril mendapatkan ilmu tentang manajemen kewirausahaan. Di organisasi, ia bisa lebih mengembangkan dirinya. Sayhril beberapa kali mengikuti pelatihan soal ketenagakerjaan. Pengalaman yang ia kantongi soal kewirausahaan cukup banyak. Mulai dari pelatihan service handphone dari Dinas Tenaga Kerja Jawa Barat dan dari Kementerian Perindustrian. Kemudian pelatihan kewirausahaan, soft skill, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Jawa Barat. S y a h r i l b e r k e i n g i n a n menyampaikan satu ungkapan terima kasih. Di tengah dunia bisnis yang ia tekuni, tak dipungkiri peran orango r a n g d i s e k i t a r n y a s a n g a t


KAMPUSIANA berpengaruh. Orang tua, keluarga, g u r u , t e m a n - t e m a n d a n M RU F Foundation adalah segelintir orangorang di balik kokohnya mental wirausahanya. Wirausaha memang akrab bagi Syahril, ia semakin disibukan dengan usaha yang tengah ia tekuni. Meskipun dunia bisnis tidak menjurus pada ilmu yang ia emban di bangku perkuliahan, Syahril semakin memantapkan dirinya untuk menjadi pengusaha muda. Saat ini ia sedang menjalani b i s n i s p e rc e t a k a n , I b i d D e s i g n Advertising namanya. Meski terbilang baru, usaha tersebut berkembang cukup baik. Progres dari usaha rintisannya muncul ketika setelah tiga bulan menerima beberapa pesanan kartu undangan dengan jumlah sekira d u a r i b u b u a h . B a g i nya b i s n i s percetakan merupakan ruang untuk merangkul tenaga kerja cukup banyak. Sejalan dengan targetnya yakni menciptakan lapangan kerja. Rencananya pada 2016, Syahril a k a n m e m b u k a t e m p a t k h u s u s percetakan kartu undangan. Ia yakin u s a h a n y a d a p a t b e r k e m b a n g meskipun tanpa modal pinjaman dari bank, koperasi atau semacamnya. “Saya mempertahankan untuk tidak memasukan unsur riba. Saya ingin, usaha yang saya rintis benar-benar dari modal sendiri,” pungkasnya. Selain Syahril, ada pula Dian E k a w a t i y a n g b e r n a s i b m u j u r menerima beasiswa ini. Awalnya M a h a s i s w i I l m u K o m u n i k a s i Jurnalistik semester VII ini mendapat informasi beasiswa Envoy dari grup Whatsapp “Pengusaha Kampus”. Alasan ingin menjadi pengusaha m e m b u a t D i a n b e r g e g a s mendaftarkan diri. Serangkaian proses seleksi pun dilalui hingga akhirnya ia lolos bersama Syahril. “Dapet ilmu kewirausahaan m e l a l u i t r a i n i n g s e p e r t i i l m u marketing dan inance. Selain itu juga kita punya coach untuk konsultasi tentang bisnis kita,” kata Dian kepada Suaka. Saat ini, mahasiswa yang akrab disapa Tedi itu memiliki bisnis di bidang makanan. Berawal dari melihat teman-temannya yang gemar cemilan pangsit pedas di kantin kampus. Tetapi, karena jarak dari kelas ke

kantin cukup jauh dan sering kehabisan ketika membeli, akhirnya Dian m e m i l i k i i d e u n t u k menjual sendiri cemilan i t u . “ S a y a m e l i h a t p e l u a n g t e r s e b u t ,” ungkap Dian. I d e n y a t i d a k s a m p a i d i s i t u , i a memodi ikasi kemasaan pangsit supaya lebih menarik. Kemudian, k e t i k a i a m e n c o b a menjualnya di kelas, teman-temannya pun memberikan respon b a i k , m e n d u k u n g p ro d u k nya . Pa n g s i t pedas kreasi Dian laris terjual. Akhirnya dia memutuskan untuk memulai bisnis cemilan pedas itu. Kemudian ia menamai prodaknya P a d a d u n g ( P a n g s i t L a d a A s l i Bandung). B e a s i s w a E n v o y m e n j a d i k e s e m p a t a n b a g i D i a n u n t u k m e n g o n s u l t a s i k a n c a r a mengembangkan bisnis yang sudah ia rintis selama setahun. Ia mengaku semua yang didapat dari Envoy bermanfaat untuk usahanya. Selain itu, melalui pelatihan dari beasiswa ini, ia memperoleh arahan dan solusi dalam menyelesaikan hambatanhambatan dalam berbisnis. Seperti halnya hambatan yang Dian alami dalam merintis Padadung. Dian mengatakan, hambatan dalam usaha ini ada pada produksi. Jika ia sedang sibuk dengan urusan lain, maka Padadung tidak diproduksi. Artinya segala kendali produksi ada pada Dian. “Belum bisa dialihkan ke o r a n g l a i n a t a u c a r i p a r t n e r,” u n g k a p n y a . S e l a i n p r o d u k s i , h a m b a t a n l a i n t e r j a d i p a d a pendistribusian. Pasalnya ketika barang sudah siap, tidak ada orang lain s e l a i n d i a s e n d i r i y a n g mendistribusikan Padadung. Dalam mengatasi hambatan itu ada beberapa solusi yang ditawarkan melalui program coatcing dari Envoy. Salah satunya harus mencari rekan bisnis, mencari orang yang bisa bertukar dan menyatukan pikiran m e n j a d i p e m e c a h m a s a l a h nya . Meskipun sulit, Dian yakin pasti akan

ARSIP PRIBADI

mendapatkan rekan bisnis seperti itu. Konsultasi Dian mengenai cara untuk mengembangkan bisnisnya pun didapatkan. Karena sebelumnya Padadung ini dijual secara manual, maka cara untuk mengembangkan bisnisnya ialah menjual produk tersebut secara online dan akan dilakukan tahun 2016. Ia berharap, usaha yang dirintis dari nol itu bisa berkembang dan dapat menciptakan lapangan kerja. Berwirausaha telah menjadi minat dan cita-cita Dian. Melalui beasiswa ini, Dian mendapatkan pencerahan dalam mengembangkan minatnya. “Program Envoy dari MRUF bagus buat anak muda yang punya cita-cita jadi pengusaha. Karena melalui Envoy, kita benar-benar difasilitasi untuk diciptakan menjadi pengusaha pencipta lapangan kerja mulai dari training, coatcing, company visit, dan fasilitas pameran,” tutur Dian. Untuk pameran yang merupakan salah satu program beasiswa Envoy, Dian mengaku pada tahun ini belum mengikuti satu pameran pun. Ia baru akan menggunakan program pameran itu pada 2016 mendatang. Rencananya Dian ingin mengikuti pameran di tingkat regional dan juga nasional. Khusus untuk pameran utama yakni p a m e r a n n a s i o n a l , D i a n a k a n mengikutinya di Jakarta Convention Center (JCC) yang akan dilaksanakan pada 2016.

MAJALAH SUAKA 2015

27


LAPORAN KHUSUS

T

RANSFORMASI RANSPORTASI

ERA BARU MODE TRANSPORTASI TAK BISA DIBENDUNG LAGI. SEJALAN DENGAN ITU, INSTITUSI NEGERI INI DIHARAPKAN SEGERA MENGELUARKAN REGULASI UNTUK TRANSPORTASI BERBASIS APLIKASI ONLINE. FOTO: SUAKA/DEDE LUKMAN HAKIM



LAPORAN KHUSUS

MODE TRANSPORTASI

layar sentuh Oleh Edi Prasetyo dan Dede Lukman Hakim

SUAKA/ADI PERMANA

Transportasi berbasis aplikasi online dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya di Bandung. Mereka dapat dicirikan lewat atributnya masingmasing. Walaupun berbeda founder tetapi sama-sama menyediakan layanan jasa transportasi berbasis aplikasi yang dapat dipesan dengan sentuhan jari.

M

o d e t r a n s p o r t a s i y a n g d i p e n g a r u h i o l e h perkembangan teknologi tersebut telah membantu masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya pengguna transportasi angkutan umum berbasis online. Tra n s p o r t a s i o n l i n e j u ga te l a h mengubah kebiasaan masyarakat dalam memilih mode transportasi. A p l i k a s i o n l i n e m e m b e r i k a n kemudahan yang tidak diberikan transportasi konvensional kepada k o n s u m e n . D i a n t a r a n y a , m e n g e i s i e n s i w a k t u d a n mendapatkan kepastian harga. Dari segi pelayanan pun jauh berbeda dengan transportasi konvensional. 30

MAJALAH SUAKA 2015

Ke u n g g u l a n te r s e b u t m e m b u a t aplikasi online itu selalu dinantikan oleh kalangan tertentu. Seiring berkembangnya teknologi, transportasi berbasis aplikasi online menjadi primadona bagi kalangan masyarakat modern. Go-jek misalnya, sistem ojek berbasis aplikasi online itu hadir dengan berbagai pelayanan yang memanjakan. Kehadiran Go-jek bak oase di tengah hiruk-pikuk mode transportasi umum. Go-jek tak hanya menyediakan jasa antar-jemput penumpang, tetapi juga menyediakan jasa layanan kurir barang, makanan dan belanja, bahkan menyediakan jaminan asuransi bagi p e n g e m u d i d a n p e n u m p a n g . Semuanya disediakan dalam bentuk aplikasi. Calon penumpang yang akan memesan Go-jek cukup dengan membuka aplikasi di smartphone dan mulai memesan, kemudian pesanan tersebut akan diterima oleh driver Gojek terdekat dan menjemput si pemesan. Sangat memudahkan bagi calon penumpang karena tanpa perlu datang ke pangkalan. Keunggulan itu dirasakan oleh mahasiswi Jurusan Agroteknologi UIN SGD Bandung Duyi Apriliani. Ia mengaku sangat diuntungkan dengan m e m i l i h G o - j e k s e b a g a i m o d e t r a n s p o r t a s i k a r e n a d a p a t menge isiensi waktu walaupun tempat yang ditujunya jauh. Lain

halnya dengan Fitria Aulia Gustiani. Mahasiswi di kampus yang sama itu menyatakan Go-jek tak sekadar menjamin e isiensi waktu, melainkan mengutamakan hak penumpang untuk secara maksimal dilayani. Itulah yang menjadi alasan Fitria terpesona pada pelayanan yang diberikan Go-jek sampai-sampai tak mau beralih ke transportasi lain. Keunggulan lainnya, pengguna aplikasi Go-jek dapat mengisi saldo pada akun mereka dengan maksimal Rp 1 juta. Saldo tersebut digunakan ketika akan memesan jasa belanja, otomatis pemesan tinggal menerima b a r a n g b e l a n j a t a n p a h a r u s membayarnya. Keunggulankeunggulan tersebut tidak dimiliki ojek pangkalan. Perusahaan startup yang kini telah memiliki 10 ribu pengendara yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya dan Bali itu menjadi salah s a t u b i s n i s i n s p i r a t i f y a n g dipromosikan Presiden Joko Widodo saat kunjungan ke Negeri Paman Sam. G o - j e k m u n c u l u n t u k memaksimalkan fungsi ojek dengan mengembangkan berbagai multy service seperti Go-Food dan Go-Mart. Pakar Transportasi Institut Teknologi Bandung Sony Sulaksono Wibowo m e n g a t a k a n h a l i n i l a h y a n g sebenarnya cocok untuk angkutan roda dua atau ojek. “Selama ojek tidak mengangkut manusia, maka layanan


ojek tidak masalah walaupun ilegal,” katanya. Selain Go-jek, ada sembilan jenis transportasi berbasis aplikasi lainnya. Untuk jenis motor ada Grabbike, Bang jek, Ojek Syar'i, Blue-jek, Wheel line termasuk Go-jek. Sementara Grab Taxi, Uber, Bajaj App dan Transjek termasuk jenis mobil. Dari kesembilan jenis transportasi berbasis aplikasi itu m e m b u a t p e n u m p a n g d a n p e n g e n d a r a n y a s a m a - s a m a diuntungkan. Legalitas Transportasi Online P e r k e m b a n g a n t e k n o l o g i memengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat. Dari perkembangan teknologi pula masyarakat modern dihasilkan. Transportasi berbasis a p l i k a s i o n l i n e i n i m e r u p a k a n terobosan mode transportasi yang s a n g a t m u d a h d i t e r i m a o l e h masyarakat dewasa ini. Mereka m e m i l i h n y a k a r e n a m e m i l i k i pelayanan yang maksimal dan sesuai dengan mobilisasi masyarakat. Sony memberikan pandangannya bahwa transportasi berbasis aplikasi online itu hadir karena kebutuhan. “Masyarakat membutuhkan sarana untuk bergerak, namun sarana yang ada tidak memenuhi kebutuhan tersebut sehingga timbul alternatifalternatif sarana lain, seperti aplikasi G o - j e k ,” k a t a n y a p e r t e n g a h a n Desember 2015 lalu. J i ka m e n ga c u p a d a U n d a n g undang nomor 22 Tahun 2009, jenis k e n d a r a a n b e r m o t o r y a n g dikelompokan berdasarkan fungsi kendaraan perseorangan dan fungsi k e n d a r a a n u m u m i a l a h m o b i l penumpang, mobil bus, dan mobil barang. Artinya jenis transportasi roda dua bukan bagian dari transportasi u m u m . M a k a , k e b e r a d a a n n y a dianggap ilegal, termasuk yang berbasis aplikasi online. Begitupun dengan transportasi beroda empat. Aturan dalam undangundang tersebut harus berplat kuning. Sementara transportasi roda empat yang berbasis aplikasi online tidak b e r p l a t k u n i n g , s e h i n g g a j u g a tergolong ilegal. Mengacu pada peraturan itu, baik kendaraan roda dua atau empat yang berbasis aplikasi online tergolong

Selama ojek tidak mengangkut manusia, maka layanan ojek tidak masalah walau ilegal

SONY SULAKSONO WIBOWO

ilegal. Namun, yang menjadi sorotan publik dalam hal ini yakni soal izin resmi usaha. Apakah jasa transportasi berbasis online itu harus memiliki izin usaha atau tidak? Hal itu dikarenakan pemerintah di beberapa kota besar, Bandung salah satunya, mengecam keberadaan Uber dan Grabtaxi. Pasalnya transportasi berbasis aplikasi online itu tidak memiliki surat izin usaha. Dalam artikel yang ditulis oleh B i m o P r a s e t y o p a d a s i t u s s t r a t e g i h u k u m . n e t , s i t u s y a n g d i ke m b a n gka n o l e h B P L aw ye r menjelaskan bahwa soal izin resmi usaha yang berbasis aplikasi seperti transportasi online, itu tergantung pada model bisnis dan regulasi dalam industri tersebut. Bila pelaku usaha transportasi online menghendakinya sebagai perusahaan teknologi, maka tidak perlu memiliki surat izin usaha. Kecuali bila pelaku usaha tersebut menghendakinya sebagai usaha transportasi, maka harus memiliki surat izin usaha dan berbadan hukum sesuai Undang-undang nomor 22 Tahun 2009 dan PP nomor 74 Tahun 2014. Selain itu, karena transportasi berbasis aplikasi online merupakan jual-beli jasa, maka Bimo Prasetyo membagi dua jalur. Pertama, transaksi langsung, yakni konsumen langsung memesan barang dan jasa kepada pelaku usaha penyedia melalui t e k n o l o g i a p l i k a s i . M i s a l n y a p e m e s a n a n t i k e t i l m B i o s k o p Cineplex 21 langsung memesan ke Cineplex 21. K e d u a , t r a n s a k s i m e l a l u i penghubung, artinya konsumen memesan barang dan jasa tidak langsung ke pelaku usaha yang dituju, tapi melalui pihak penghubung.

LAPORAN KHUSUS S e l a n j u t nya , d a r i p e n g h u b u n g memesan barang dan jasa yang dipesan konsumen kepada pelaku usaha dan pelaku usaha tersebut mengirim barang pesanan langsung ke konsumen. Seperti pemesanan taxi Express melalui aplikasi Grabtaxi. Aplikasi Grabtaxi adalah pihak penghubung antara konsumen dengan perusahaan Express Trasindo Utama Tbk. “Contohnya pada perusahaan Gojek, melalui situs go-jek.com dapat d i s i m p u l k a n b a h w a G o - j e k merupakan perusahaan teknologi yang menyediakan aplikasi online bernama “Go-jek”. Aplikasi itu sebagai penghubung antara pengguna dan driver Go-jek untuk mengirimkan barang dan jasa. Karena itu Go-jek bukanlah perusahaan transportasi karena hubungan antara Go-jek dan driver sebatas mitra bisnis,” kata Bimo. Pengamat sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN SGD Bandung Dede Syarif, berpandangan lain soal legalitas transportasi b e r b a s i s a p l i k a s i o n l i n e . I a mengatakan untuk legalitas memang belum ada undang-undang yang mengatur. “Selama itu bisa diterima oleh masyarakat, dia (transportasi online) masih bisa dianggap legal dengan hukum tak tertulis,” katanya. Adapun menurut Bimo, bila dilihat dari sudut pandang Go-jek sebagai p erusa ha a n tek nolog i, ia t ida k diharuskan memiliki izin usaha. Begitupun dengan mode transportasi berbasis aplikasi online lainnya. Kecuali dari sudut pandang driver Gojek, tentu itu merupakan transportasi ilegal karena sepeda motor tidak termasuk transportasi umum dan tak berplat kuning. Terlepas dari persoalan izin resmi usaha, baik Go-jek maupun mode transportasi beroda dua lainnya telah menjadi transportasi alternatif selama pelayanan transportasi umum yang legal secara Undang-undang belum m a k s i m a l . K a r e n a i t u , y a n g sebenarnya dibutuhkan oleh mode transportasi tersebut yakni soal keberadaannya yang diakui secara konstitusional. Karena transportasi tersebut kini menjadi bagian dari masyarakat dan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. MAJALAH SUAKA 2015

31


LAPORAN KHUSUS

SUAKA/ADI PERMANA

Spanduk penolakan terhadap Go-jek terpasang di pangkalan ojek Cilengkrang, Desa Cisurupan, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung.

TRANSPORTASI ONLINE

dalam Konflik dan Budaya Oleh :

Ari Gunawan, Edi Prasetyo, dan Fantyana Huwaida’a

Transportasi berbasis aplikasi online menjadi salah satu bukti perkembangan teknologi. Sayangnya, keunggulankeunggulan yang diberikan menjadi antitesis bagi ojek pangkalan. Kehadirannya justru membuat murka karena merasa tersaingi dan dianggap mengganggu penghasilan mereka. Akibatnya konik di beberapa wilayah, misalnya di Bandung, tak terhindarkan.

S

iang itu Agus Peloy dibuat gentar melihat ratusan pengendara berseragam hijau merayap di sela kemacetan Jalan Soekarno-Hatta, Bandung. “Mungkin mereka mau nyerang,” kata pengurus keamanan ojek pangkalan Jalan Manisi, Cibiru, Kota Bandung itu. Rombongan pengendara Go-jek semakin mendekat, Agus dan rekanrekan segera menuju persimpangan jalan yang tak jauh dari tempat mereka mangkal. Ia heran, para pengendara Go-jek itu hanya melewatinya. Padahal sebelumnya ojek pangkalan di Manisi telah merampas KTP dan ponsel milik salah seorang pengendara Go-jek. A g u s m e nya n g k a m e re k a a k a n menyerang ojek pangkalan Manisi karena perampasan itu. Tak lama berselang, rombongan 32

MAJALAH SUAKA 2015

Go-jek itu lewat, Agus mendapatkan kabar yang membuatnya geram. Katanya seorang pengemudi Go-jek melapor ke Polsek Panyileukan dengan pengaduan mendapat pukulan dari sopir ojek pangkalan Manisi. “Ngadu katanya dipukulin oleh kami,” k a t a A g u s ke p a d a Su a ka a k h i r Desember 2015 lalu. Mendengar kabar itu, ia bersama rekan-rekannya sesama ojek pangkalan berencana akan menghadang rombongan Go-jek s e k e m b a l i n y a d a r i P o l s e k Panyileukan. Saat rombongan Go-jek kembali dari Polsek, dari kejauhan ojek pangkalan siap menghadang. Karena takut akan terjadi kerusuhan, seorang pengendara Go-Jek, Tau iq, berniat bersembunyi di salah satu mobil angkot Cicadas-Cibiru. Namun nahas,

s e ke t i ka i t u p u l a s o p i r a n gko t memukul kepala bagian belakang Tau iq menggunakan gelas. Korban pun dilarikan ke RSUD Ujungberung. Sebelum kejadian itu, pagi harinya, pukul 07.00 WIB seorang pengendara sepeda motor memasuki trayek ojek pangkalan di Jalan Manisi dengan membawa penumpang. Meski dia tidak mengenakan atribut, para ojek pangkalan curiga bahwa pengendara itu seorang Go-jek. Spontan mereka menghadang dan menginterogasinya. ”Memang benar dia pengendara Go-jek. Iman namanya,” kata Agus. Mereka menghadang Iman untuk meminta KTP dan ponsel. Hal itu dilakukan sesuai perjanjian tertulis bila pengendara Go-jek memasuki t raye k o j e k p a n g k a l a n M a n i s i . Perjanjian itu telah disepakati di atas materai antara ojek pangkalan dan Gojek pada Rabu (14/10/2015) di Polsek Panyileukan. Lantas Iman melaporkan kejadian itu ke Polsek Panyileukan. Namun, dalam laporannya dia mengaku tidak hanya diambil KTP dan ponselnya saja, tetapi dipukuli oleh ojek pangkalan Manisi. Tak lama kemudian kabar bohong itu diterima Agus. Sore harinya, kekerasan lain pun terjadi antara pengemudi Go-jek dengan ojek pangkalan Manisi. Kali ini menimpa Andreansyah (38) saat berkendara memasuki Jalan Manisi. Ia menerima pukulan dari sekelompok orang hingga terjatuh. Beruntung petugas kepolisian Polsek Panyileukan segera datang dan melerai kerusuhan


LAPORAN KHUSUS itu. Hingga berita ini ditulis, pihak perusahaan Go-jek di Bandung belum bisa dimintai keterangan karena mereka diimbau untuk tidak melayani wartawan mengenai hal tersebut. Beberapa pengemudi Go-jek pun enggan memberi keterangan soal kon lik yang terjadi sebelumnya. Para pengemudi Go-jek lebih memilih diam dan mencari aman dengan alasan tidak mau berkomentar. Kon lik Budaya Menjadi ojek pangkalan biasanya merupakan jalan terakhir untuk m e m e n u h i k e b u t u h a n h i d u p . S a y a n g n y a k i n i m i n a t masyarakat terhadap ojek pangkalan sudah berkurang. Sementara itu, untuk menjadi anggota ojek pangkalan d i p e r l u k a n b i a y a j u t a a n g u n a membayar trayek. “10 juta harus dibayar,” kata Pengurus Angkutan Roda Dua (Arda) Bandung Timur, Bayu. Menurutnya, biaya tersebut kemudian dibagikan kepada seluruh anggota ojek di pangkalan. “Itu sudah perjanjian. Uang itu dikembalikan lagi kepada anggota untuk kesejahteraan mereka juga. Antara lain untuk jaminan kesehatan dan keamanan mereka,” tambahnya saat ditemui di pangkalan ojek Jalan Manisi, Minggu (15/11/2015). Selama ini ojek pangkalan enggan bergabung dengan Go-jek karena belum ada sosialisasi. Baru ada sosialisasi melalui Paguyuban Arda Bandung (PAB) ketika pasca insiden pemukulan yang terjadi beberapa waktu lalu. “Pihak ojek pangkalan menyayangkan karena sebelumnya sosialisasi justru lebih kepada khalayak umum,” ucap Bayu. Menanggapi kon lik antara Go-jek dan ojek pangkalan, Antropolog UIN S G D B a n d u n g A e p S a e p u l l o h mengatakan, kon lik itu terjadi karena o j e k p a n g k a l a n d e n g a n s i s t e m konvensional tradisionalnya merasa t e r a n c a m d a l a m m e n g a h a d a p i ko m p e t i t o r b a r u . M e n u r u t nya , persaingan antara ojek dan Go-jek bukan hanya persaingan bisnis semata, tetapi juga persaingan budaya. Budaya yang selama ini dianggap mapan dengan budaya baru sebagai akibat dari kemajuan teknologi.

“Komunitas ojek yang selama ini merasa nyaman dengan kebiasaannya belum bisa menerima budaya baru y a n g m o d e r n d e n g a n b a n t u a n t e k n o l o g i . S e h i n g g a m u n c u l a h penolakan dari para ojek pangkalan. Selain itu para ojek pangkalan pun dianggap tidak menjadi bagian dari perkembangan sistem yang baru tersebut,” kata Aep. Ia memandang ada kepentingan g l o b a l i s m e y a n g m e m b o n c e n g kapitalisme global. Mode transportasi dengan menggunakan aplikasi bukan hanya Go-jek, tapi ada juga yang lainnya dengan pemodal dari asing. O j e k p a n g k a l a n s e d a r i d u l u menerapkan sistem antre, berbagi re z e k i , d a n s a l i n g m e n g h a r g a i sehingga lebih terorganisir. Dalam hal ini, kata Bayu, calon penumpang harus mendatangi pangkalan ojek bila ingin menggunakan jasa tersebut. “Di sini (wilayah ojek pangkalan) ada aturanaturan tak tertulis yang berlaku, seperti ada antrean, ada bagi-bagi rezeki dan ada penumpangpenumpang lokal,” katanya. Berbeda dengan Go-jek, sistem berbasis aplikasi smartphone yang notabene digunakan oleh banyak kalangan membuat masyarakat mudah mengaksesnya. Sayangnya tak ada sistem antre dan berbagi rezeki, penumpang tinggal memesan melalui aplikasi tersebut kemudian Go-jek akan datang ke lokasi penumpang. Prinsipnya siapa cepat dia dapat walaupun harus menyerobot trayek ojek pangkalan. Budaya antre di lingkungan ojek pangkalan secara natural telah menanamkan kesadaran untuk saling menghargai. Sehingga ojek pangkalan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Pemerintah pun tidak melarang ojek pangkalan untuk beroperasi.Walaupun ojek tidak diatur dalam Undang-undang nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Organisir Ojek Pangkalan Aep Saepulloh mengatakan sebagai u p a y a m e r e d a k a n k e t e g a n g a n diperlukan aturan yang jelas dan penegakannya yang tegas. Namun aturan pembagian wilayah akan sulit di te ra p ka n se p e n u h nya ka re n a

kelebihan sistem Go-jek yang justru bergerak tidak berdasarkan wilayah. Dalam teknis pengawasannya juga akan mengalami kesulitan. I a m e n y a r a n k a n s u p a y a p e m e r i n t a h d a p a t m e l a k u k a n pembinaan terhadap ojek pangkalan dan Go-jek agar bisa bersinergi dalam melayani masyarakat . “Mindset mereka harus sama bahwa bersinergi akan mendatangkan penghasilan yang lebih baik, disertai pelayanan yang prima akan mendatangkan rezeki yang lebih barokah,” tuturnya. Pe n g a m a t Ke b i j a k a n P u b l i k Institut Teknologi Bandung Andi Bathara menilai bahwa pada dasarnya struktur kerja ojek pangkalan lebih rapi dibandingkan dengan struktur kerja Go-jek. “Di pangkalan ojek sudah ditentukan siapa yang akan menarik penumpang dan siapa yang menunggu antrean selanjutnya. Seandainya ada yang melanggar aturan tersebut akan d i k e n a i s a n k s i , ” k a t a n y a , Selasa(15/12/2015). Lain halnya dengan Go-jek, dia tidak ditentukan dengan antrean. Andi mengatakan mungkin ada sepuluh Gojek mengelilingi satu konsumen. Sesama driver pun saling berkompetisi u n t u k m e n d a p a t k a n k o s u m e n , sehingga dapat memicu kon lik sesama pengemudi. “Bahkan sesama Go-jek pun ada kon lik,” tukas Andi ketika ditemui Suaka di kantornya. Andi menyarankan supaya para ojek pangkalan segera diorganisir. Kecuali Go-jek, ia mengatakan bahwa Go-jek tidak mungkin diorganisir karena kepemilikan Go-jek dipegang swasta. Selain itu, ia menyarankan s u p aya d i b e n t u k nya ko p e ra s i koperasi masyarakat atau koperasi pangkalan agar ojek mampu bersaing dengan Go-jek. Sehingga mampu menyelamatkan orang-orang yang s e c a r a t i d a k l a n g s u n g d i d u g a tertindas, akibat keberadaan Go-jek. Ia mengatakan bahwa tidak perlu m e n u n g g u p e m e r i n t a h u n t u k membuat regulasi atau kebijakan. Para aktivis, pakar-pakar, peneliti-peneliti, serta mahasiswa diharapkan mampu kritis dan peduli terhadap nasib para ojek pangkalan. “Karena pemerintah tidak bisa diandalkan,” pungkasnya. []Kru liput : Ridwan Alawi

MAJALAH SUAKA 2015

33


LAPORAN KHUSUS

KETIKA Ojek ‘Digilas’ Go-jek J Oleh Fantyana Huwaida'a dan Muhammad Iqbal alan Manisi menanjak tak curam. U n t u n g n y a t a k a d a l u b a n g menganga di sana-sini sehingga kendaraan dapat melaju dengan mulus. Bila hujan turun, selain air di parit pinggir jalan meluber membawa sampah, badan jalan pun menjadi kotor dan licin. Tapi, bagi tukang ojek p a n g k a l a n i t u b u k a n h a l ya n g mengerikan, malah menjadi ladang penghasilan ketika penumpang tak mau berbecek-becek menuju tempat yang ditujunya. Dekade 80-an, desa ini tidak m e n g e n a l o j e k . D o k a r s e b a g a i kendaraan tradisional yang hits kala itu tidak beroperasi di desa dekat perbatasan kota ini. Dari Jalan Manisi orang-orang menempuhnya dengan b e r j a l a n ka k i . B e r t a n a h m e ra h d i p ay u n g i p e p o h o n a n l e b a t d i sepanjang jalannya. Tak diketahui siapa yang pertama mengenalkan ojek. Yang pasti ojek pada waktu itu ikut andil dalam proses pertumbuhan ekonomi masyaratkat Kecamatan C i b i r u . M i s a l n y a m e r e k a menggunakan ojek sebagai alat transportasi untuk membeli barang dagangan ke pasar. “Sekitar tahun 80-an, ojek belum ada di sini, apalagi delman, karena dulu kan tanjakan di Manisi begitu curam tidak seperti sekarang,” kata tokoh masyarakat Desa Pasirbiru Ujang Sayuti. Pagi itu, tepat di tengah-tengah tanjakan Jalan Manisi, Desa Pasirbiru, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, lima sepeda motor telah mangkal di depan kantor kecamatan, tepatnya di depan bangunan tak berpintu yang tiangtiangnya dari kayu. Untuk hiburan, mereka sengaja memasang televisi di pojok atas bangunan itu, sebut saja pos ojek Manisi. Di sana mereka siap mengantarkan penumpang yang hendak ke pasar, kampus, atau ke pelosok-pelosok desa. Tiga di antara mereka duduk di

34

MAJALAH SUAKA 2015

dalam pos sekadar merebahkan diri usai mengantar penumpang. Sambil tengok sana-sini, barangkali ada calon penumpang yang memesan ojek. Belasan bahkan ada yang sudah p u l u h a n t a h u n , m e r e k a m e n g g a n t u n g k a n k e b u t u h a n hidupnya sebagai ojek. Didi Sugandi misalnya, ia mengaku sudah 12 tahun menjadi tukang ojeg pangkalan. Saat ini Didi tinggal di sebuah kontrakan di Desa Cipadung yang memang cukup untuk seorang diri dan motornya. Saban pagi mulai pukul 06.00 WIB, pria kelahiran asli Cibiru itu bergegas menuju pos tempat biasa ia mangkal. Baginya pos itu adalah ‘kantor’ di mana ia bisa memperoleh penghasilan secara mandiri dan bersosialisasi dengan kerabat sejawat walau sekadar mengadu canda. Minggu pagi di akhir Desember 2015, Didi baru saja mengantarkan penumpang. Sembari duduk di kursi depan pos dan menonton televisi, dia mengutarakan kondisi ekonominya yang mulai kritis. Ia mengatakan, sebelum Go-jek muncul, pendapatan perharinya bisa mencapai Rp. 75 ribu hingga Rp 80 ribu, cukup untuk biaya k e b u t u h a n k e l u a r g a . N a m u n , kehadiran Go-jek telah memberikan dampak buruk bagi Didi. Pendapatan yang diperolehnya hanya Rp 50 ribu perhari. Besaran nominal yang kurang bila dibandingkan dengan kebutuhan hidup di era serba mahal seperti sekarang. Penghasilan seperti itu ia dapatkan dengan mengangkut sekitar tujuh s a m p a i d e l a p a n p e n u m p a n g p e r h a r i n y a , b e r b e d a d e n g a n sebelumnya yang bisa mengangkut hingga 15 penumpang dalam sehari. Kondisi seperti ini memaksa Didi memutar otak untuk mengatur keuangan agar dapur tetap mengepul. I a j u g a h a r u s m e m b aya r s e wa kontrakan Rp 200 ribu perbulan dan b i a y a o p e r a s i o n a l m o t o r n y a .

SUAKA/ADI PERMANA

“Penghasilan segitu ya cukup gak cukup, tapi kalau dihitung ya gak cukup,” katanya. Kini, istri dan tiga anaknya tinggal di Subang bersama mertua Didi. Dahulu biaya kebutuhan hidup keluarga dapat terpenuhi karena Didi bekerja sebagai buruh pabrik tekstil. Sayangnya pada 2003 nasib tidak berpihak padanya. Ia keluar dari pabrik itu karena ingin bekerja di salah satu perusahaan air minum ternama di Indonesia. Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, ia malah tidak bisa bekerja di sana karena untuk daftar saja dibutuhkan biaya tiga juta tanpa jaminan diterima kerja. Lantas menjadi tukang ojek pangkalan adalah jalan terakhir Didi untuk menopang kebutuhan keluarga sampai sekarang. Nampaknya Didi bisa bernapas sedikit lega karena anak sulungnya telah menikah. Setidaknya biaya tanggungan Didi berkurang. Dua anak lainya, yang kedua baru menginjak pendidikan menengah pertama (SMP), sementara yang bungsu baru berusia


LAPORAN KHUSUS

dua tahun enam bulan. Setiap dua minggu sekali, sekadar mengobati p e n a t i a m e n y a b a k e S u b a n g , menyempatkan diri untuk melepas rindu pada anak dan istri. Pria kelahiran 1969 itu merupakan warga asli di Kecamatan Cibiru. Pekerjaannya sebagai tukang ojek pangkalan tak lantas membuat malu kelarga. Meskipun kini sulit mencari kerja dengan umur yang sudah digerogoti zaman, ia sempat berpikir ingin menjadi pedagang namun ketiadaan modal membuat Didi mengurungkan niatnya. “Paling bapak mah dagang, cuma belum punya modal,” katanya. Ia mengaku latar belakang pendidikan yang hanya lulusan SMP membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan yang layak. Senasib dengan Didi, Dadang yang baru empat tahun mejadi tukang ojek pangkalan merasa kurang dengan b i a y a y a n g d i p e r o l e h n y a d a r i mengojek. Menjadi tukang ojek pangkalan ini adalah pekerjaan pokoknya. Dengan pendapatan sekitar Rp 50 ribu tidak cukup untuk biaya kontrakan rumah dan kebutuhan

keluarga lainnya. Dia mengaku pendapatan Rp 50 ribu itu bukan p e n d a p a t a n b e r s i h . I t u m a s i h dikurangi dengan biaya bensin Rp 10 r i b u p e r h a r i . D a d a n g s e m p a t menganggur selama 4 tahun setelah di PHK dari tempat kerjanya pada 2006 dan memilih menjadi tukang ojek untuk sekadar memenuhi kebutuhan hidup dia bersama keluarganya. B e rb e d a d e n ga n I S , s e o ra n g mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Bandung yang juga bekerja sebagai pengemudi Go-jek. Alasan utamanya menjadi pengemudi Go-jek k a r e n a i s e n g d a n m e n g e t a h u i p e n g h a s i l a n n y a c u k u p b e s a r, sementara jam kerja diatur sendiri. Jalan Merdeka, Kota Bandung menjadi te m p a t m a n gka l p r i a s e m e s te r sembilan itu. Meski dengan jadwal ke r j a s e e n a k nya , d i a m e n g a ku mendapat keuntungan lebih dari cukup dengan menjadi pengemudi Gojek. Sekitar Rp 35 ribu sampai Rp. 75 ribu ia dapatkan setiap harinya. Perbedaan yang amat jelas dengan ojek pangkalan yang berpenghasilan

Rp 50 ribu dengan jam kerja dari pukul enam pagi hingga enam petang. “Paling kecil 35 ribu itu saya dapatkan kalau jarang narik,” katanya belum lama ini. Penghasilan sebesar itu cukup baginya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk biaya operasional kendaraan. Bahkan rekan IS bisa mendapatkan lebih dari itu, antara Rp. 100 ribu sampai Rp. 150 ribu perhari. Penghasilan yang sama sekali tak sebanding dengan Didi dan Dadang. Jika dibandingkan, mereka butuh waktu dua sampai tiga hari untuk mendapatkan penghasilan seperti itu dengan jam kerja dari pagi hingga sore. Belum lagi biaya tanggungan yang berbeda. Pengamat Kebijakan Publik dari Institut Teknologi Bandung Andi Bhatara mengatakan, salah satu yang menjadi alasan munculnya ojek adalah cara masyarakat kelas menengah ke bawah dalam mempertahankan hidupnya. Jika mereka hanya memiliki ijazah SMA maka pilihan terakhir adalah ojek. Sayangnya, dengan kemunculan Go-jek yang memberikan pekerjaan bagi seluruh lapisan m a s y a r a k a t , m e n j a d i k a n o j e k pangkalan tersingkir bahkan nyaris tinggal sejarah. “Masalah tersebut bukan tentang siapa yang salah dan disalahkan, m e l a i n k a n s i a p a y a n g a k a n diuntungkan, siapa yang dirugikan dan siapa yang bertanggungjawab,” tegasnya. Keberadaan Go-jek memang tidak untuk menyaingi ojek pangkalan karena mereka sama-sama mencari na kah. Begitupun dengan tujuan Founder dan CEO Go-jek Nadiem Makariem, yang ingin mempermudah a k s e s m a s y a r a k a t d e n g a n mengutamakan pelayanan. Namun, dengan berkurangnya penghasilan ojek pangkalan karena keberadaan Go-jek, merupakan s e b u a h k o n s e k u e n s i k e t i k a masyarakat mendapatkan pelayanan transportasi yang lebih baik. Lantas diperlukan peningkatan pelayanan dari ojek pangkalan serta peran masyarakat dalam memilih mode transportasi. Kerena itu yang menjadi penentu atas kestabilan penghasilan antara kedua usaha tersebut.

MAJALAH SUAKA 2015

35


SOROT

Bandung Teknopolis, Marginalisasi Masyarakat Kelas Bawah Oleh Isthiqonita ARSIP SUAKA

A

mbisi Wali Kota Bandung R i d w a n K a m i l u n t u k m e w u j u d k a n B a n d u n g Teknopolis dengan konsep smart city menjadi perbincangan hangat akhirakhir ini. Padahal istilah teknopolis m e r u p a k a n p e m b a h a r u a n d a r i rencana pembangunan Kawasan Pertumbuhan Primer di Gedebage yang sempat dicetuskan Wali Kota Bandung sebelumnya, Dada Rosada Rencananya kawasan Gedebage a k a n d i g u n a k a n s e b a g a i p u s a t pemerintah Kota Bandung. Konsep utama Bandung Teknopolis adalah membangun kota berbasis IT. Seperti dilansir dari www.Bandung.go.id, Wali Kota Bandung menerangkan kepada tokoh masyarakat Gedebage bahwa Bandung Teknopolis adalah sebuah kota yang di dalamnya ada aktivitas pekerjaan. Secara rinci, ia juga m e n j e l a s k a n b a h w a B a n d u n g Teknopolis adalah kawasan di mana orang-orangnya bekerja dalam bidang teknologi. Dalam dialog terbatas itu juga, masyarakat dan tokoh-tokoh dari Gedebage menyatakan deklarasi yang intinya kesiapan menyongsong dan m e n d u ku n g a t a s p e m b a n g u n a n B a n d u n g T e k n o p o l i s g u n a m e n c i p t a k a n p e m b a n g u n a n keberlanjutan dan demi terciptanya lapangan kerja yang luas. Selain itu j u g a m e r e k a m e n g h a r a p k a n Kecamatan Gedebage akan menjadi kota baru yang merupakan peralihan aktivitas kegiatan perekonomian dari pusat kota ke Gedebage. Anggota Bandung City Watch (BCW) Andy Bhatara menilai, diamnya m a s y a r a k a t t e r h a d a p r e n c a n a pembangunan Bandung Teknopolis disebabkan oleh ketidaktahuan akan efek jangka panjang yang akan menimpa masyarakat yang berada di kawasan tersebut. Pemerintah hanya menyajikan janji jaminan infrastruktur yang lebih baik, sehingga masyarakat

36

MAJALAH SUAKA 2015

m e n ga n g ga p p ro g ra m B a n d u n g Teknopolis akan berdampak baik bagi mereka. Padahal, Andy melanjutkan, smart city tidak melulu membahas infrastruktur dan perkembangan teknologi yang semakin canggih. “Kita harus bisa ngebedain mana yang smart city mana yang digital city,” ujar Andy. Terdapat sepuluh unsur yang menjadi syarat diberlakukannya konsep smart city, yaitu: bangunan atau gedung, rumah, pabrik, transportasi, sekolah dan perguruan tinggi, mall, papan reklame, navigasi, masyarakat, dan media. Jika salah satu dari unsur te r s e b u t m a s i h d i a n g ga p t i d a k menyejahterakan masyarakatnya, maka kecil kemungkinan smart city akan berjalan dengan baik. “Smart city itu memiliki sepuluh t u r u n a n y a n g h a r u s d i p e n u h i , sedangkan Kota Bandung masih jauh dari syarat tersebut,” tambah Andy. Hal utama yang harus diperhatikan smart c i t y a d a l a h s m a r t g o v e r n a n c . Membicarakan smart governanc bukan hanya menyoroti Ridwan Kamil, seluruh kecamatan, kelurahan, rukun warga, rukun tetangga hingga kepala keluarganya harus smart dalam menjalankan kebijakan-kebijakan. “ K o t a t e k n o l o g i i t u b u k a n disediakan aplikasi buat kita melapor, apakah hal itu adalah indikator bahwa kita smart? Tidak kan. Smart itu adalah ketika pemerintah menyediakan w a d a h - w a d a h p a r t i s i p a t i f i t u dibangun karena masyarakat yang smart.” Dampak Jangka Panjang Berbicara kota tidak hanya berbicara soal pembangunan, tetapi banyak elemen yang terkait di dalam kota tersebut. Jika Bandung Teknopolis b e n a r - b e n a r d i l a k s a n a k a n , dampaknya tidak hanya menyangkut gedung yang bertambah megah dan mewah. Secara geogra is, akan terjadi

perubahan pada air dan tanah, apalagi Gedebage merupakan daerah resapan air. Menurut Andy, rencana pembuatan danau seluas 25-30 hektar yang sering digembar-gemborkan Pemerintah Kota Bandung hanyalah cara untuk m e n u t u p i p e r t a n y a a n s e r u p a . “ S e b a g a i m a n a p u n m a n u s i a menciptakan teknologi, pada dasarnya manusia tidak bisa melawan alam,” terang pria dengan rambut ikal sepinggang tersebut. Sedangkan persoalan banjir di beberapa titik di Kota Bandung, terutama di Gedebage hingga kini belum ada solusi yang pasti. Bukan hanya persoalan banjir, teknopolis akan sulit menyediakan sarana yang sifatnya organik karena s e m u a nya a k a n d i p e r u n t u k k a n terutama kepada investor. Salah satu solusi paling mudah ditebak adalah membuat taman. “Sekalian buat nongkrong,” seloroh Andy. Sayangnya pemerintah tidak melihat bahwa yang masyarakat butuhkan bukan itu. S e l a i n d a m p a k g e o g r a i s , persoalan ekonomi akan menjadi b a g i a n y a n g t e r k e n a a k i b a t pembangunan Bandung Teknopolis. Y a n g p a l i n g d i r u g i k a n i a l a h masyarakat menengah ke bawah. Mereka hanya akan digunakan sebagai penopang pendapatan per kapita di Kota Bandung, atau menjadi buruhburuh berikutnya. “Gedebage pasti akan menjadi kawasan industri. L a p a n g a n p e k e r j a a n m u n g k i n bertambah dan beberapa masalah dianggap selesai,” ujarnya. Namun, Andy meyakini bahwa dampak lebih besar akan dirasakan oleh masyarakat yang termarjinalkan. Solusi tersebut bukan solusi tepat dan hanya dapat digunakan untuk solusi jangka pendek. Selain mengkritisi Bandung Teknopolis, Andy juga mengkritisi pembangunan taman-taman di Kota Bandung. Program Pemkot kali ini s e m a k i n m e m b u a t m a s ya r a k a t menengah ke bawah termarjinalkan.


SOROT “Pembangunan taman hanyalah menyediakan tempat hiburan untuk o r a n g d e n g a n k e l a s e k o n o m i menengah ke atas. Sedangkan yang d i p i k i r k a n m a s ya ra k a t d e n g a n ekonomi rendah ialah persoalan pokok, seperti makan atau paling tinggi pendidikan,” ucapnya. Sepakat dalam Ketidaktahuan A d a n y a p r o g r a m B a n d u n g Teknopolis sudah dirasakan oleh masyarakat Gedebage. Terdapat perubahan-perubahan mencolok dari program yang tengah digarap itu. Salah satu warga Gedebage, Entin Maryatin mengatakan perubahan tersebut salah s a t u nya d a r i h a rga t a n a h ya n g merangkak naik. Awalnya harga tanah di Gedebage berkisar Rp. 5 juta per meter persegi. Harga paling tinggi mencapai Rp. 8 juta per meter persegi. “Kemungkinan pasti bakal lebih dari harga umum, karena warga mana mau kalau harga umum. Kan tadinya warga yang bisa bikin rumah sendiri, usaha sendiri. Kalau harus pindah ya kemungkinan bisa dua kali lipat dari harga biasa,” terang Entin, Jumat (20/10/2015). E n t i n m e n c e r i t a ka n b a hwa sekitar enam bulan lalu ia dan beberapa warga lainnya diminta fotokopi serti ikat oleh pengurus Ru ku n Wa rga ( RW ) . S aya n g nya pengusaha warung nasi tersebut tidak tahu pasti tujuan pendataan tersebut. “ K a t a n y a t e h b u a t p e n d a t a a n bangunan. Gak tahu bangunan apa. Kita mah warga kadang-kadang bodo, gak tahu apa-apa,” tambah Entin. Kini, Entin hanya menunggu keputusan birokrasi terkait Bandung Teknopolis akan berdampak pada rumahnya atau tidak. Atas dasar k e p e n t i n g a n d a n k e n y a m a n a n bersama, Entin setuju program tersebut terlaksana, meskipun ia tahu harus meninggalkan kawasan tempat ia lahir hingga menekuni usaha. “Aslinya sedih sih pasti sedih, sudah enak-enak tinggal, usaha, tapi malah ada perubahan. Tapi kalau membuat rakyat sejahtera mah kenapa nggak,” tutur Entin pasrah. Selain itu, Entin ketakutan untuk melawan, karena tidak memiliki argumentasi kuat untuk m e n o l a k . E n t i n m e n y e r a h k a n sepenuhnya kepercayaannya kepada pemerintah.

Lain halnya dengan Entin, salah satu pemilik toko di Gedebage, Asep Djaenudin dibuat pusing dengan informasi yang pasang surut seputar program Bandung Teknopolis. Oktober 2014 lalu, Asep dan beberapa warga lainnya diberi pengarahan mengenai program Bandung Teknolpolis oleh Pe m e r i n t a h P rov i n s i d i K a n to r Kecamatan Gedebage. “Katanya nanti Januari (2015) akan ada pelebaran, ini udah diukur-ukur gitu, tapi gak ada lagi sampai sekarang ini,” ujar Asep. Menurut Asep pemerintah semestinya tegas dan tidak membingungkan masyarakat setempat yang akan t e r ke n a d a m p a k p e m b a n g u n a n Bandung Teknopolis. Sejak 1977, Asep tinggal di Gedebage bersama keluarganya dan membangun usaha. Ia merasa gundah t a t k a l a t a n a h t e m p a t a n a k n y a mendirikan usaha juga terkena wilayah pembangunan jalan layang. Menurut informasi yang beredar, tempat tinggal Asep pun akan terkena dampak pembangunan Bandung Teknopolis. Padahal lingkungan di mana ia tinggal sudah kondusif dan m e r u p a k a n p u s a t a g a m a s e r t a berdirinya pesantren. “Terus kita lingkungannya udah enak, paguyuban, g a m p a n g k o m u n i k a s i , s a l i n g pengertian dan juga dalam hal amal ibadah kita sama-sama.” Jika masih bisa memilih, Asep menolak untuk pindah. Asep bukan menolak pembangunan, hanya saja program pemerintah semestinya tidak menggangu kehidupan masyarakat. “ To l o n g j a n g a n m e n g u s i k- u s i k perkampungan yang sudah ada. Kalau mau bikin, di pesawahan yang masih kosong. Itu kan semua bisa diborong,” pungkas Asep. Pengakuan Entin maupun Asep ditanggapi Andy sebagai kegagalan p e m e r i n t a h p e r i h a l s o s i a l i s a s i m e n g e n a i B a n d u n g Te k n o p o li s . Pemerintah tidak memberi akses informasi mengenai pembangunan serta transparansi dana. “Memangnya Wali Kota Bandung pernah memberi tahu secara besar-besaran tentang teknopolis? Engga kan, dan tidak akan pernah. Sampai sekarang saja bukti p e m b a n g u n a n n ya t i d a k ke l u a r, bilangnya lagi proses, lagi proses.”

Kritisi Program Pemerintah P e m e r i n t a h K o t a B a n d u n g memanfaatkan media massa sebagai j a l a n m e m b a n g u n ke p e rc aya a n m a s y a r a k a t . M a k a , u n t u k mengimbangi kepercayaan dan sikap kritis, masyarakat perlu dididik literasi media. Andy mengakui hal tersebut tidak mudah dan perlu waktu yang panjang. Namun, jalan tersebut harus tetap diperjuangkan. Melalui media massa Ridwan Kamil menciptakan hegemoni bahwa apa yang ia lakukan s e l a l u d i a n g g a p b e n a r o l e h masyarakat. “Lewat literasi kita bisa merubah paradigma orang serta lebih j e r n i h m e l i h a t p e r m a s a l a h a n , ” katanya. L a n g k a h l a i n y a n g t e n g a h dilakukan oleh Andy dan koleganya di Bandung City Watch lebih meneliti setiap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Bandung, serta mengkritisi kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan kepentingan publik. “Karena bagian kerja otak, ya kerjanya meneliti dan mengkritisi,” ungkapnya. Sedangkan untuk di lapangan, terdapat beberapa komunitas yang memiliki pandangan sama dengan Bandung City Watch yang melakukan aksi. Semisal Komune Rakapare yang telah menggelar Diskusi Publik “Bandung Lautan Gimmick: Bandung Under It's Grand Illusion, What We Don't Talk About When We Talk About Bandung". Ada 10 komunitas yang turut menjadi bagian digelarnya Bandung Lautan Gimmick, yakni Komune Rakapare sebagai inisiator, Indonesia Pintar Jatinangor, Save S t r e e t C h i l d B a n d u n g ( S S C B ) , Pe r p u s t a ka a n J a l a n a n , Yaya s a n P e n g e m b a n g a n B i o s a i n s d a n B i o t e k n o l o g i ( Y P B B ) , Wa h a n a Lingkungan Hidup (Walhi), Samahita, Suku Badot, New Urban Review, dan Komunitas Aleut. Komune Rekapare juga tengah membina Pedagang Kaki Lima (PKL) supaya mereka berkembang, lalu m e n d i r i ka n ka m p u n g - ka m p u n g mandiri dengan harapan warga memiliki partisispasi yang tinggi dalam pembangunan kota tanpa diburu-buru. “Jadi mendingan bikin smart RT dulu daripada langsung smart city,” pungkas Andy. []Kru Liput: Fitriani Utami Dewi

MAJALAH SUAKA 2015

37


BARAKU

Laundry terbaik dengan limbah yang ramah lingkungan..

Japanese Food HANYA Rp. 5.000,-/kg

Come and taste...

Harga promo, waktu terbatas

www.daunlaundry.com Bento

Shabu-Shabu

Open at

Nasution No.481 RT.01 RW.05 Siap Jln. A.H. Cipadung, Cibiru, Bandung antar (UIN Sunan Gunung Djati) jemput* Info: 0813 1762 1988

1 Daun tumbuh = 1 Anak tersenyum Sebagian dari keuntungan, kami gunakan untuk membantu biaya pendidikan anak yatim duafa yang membutuhkan di seluruh Indonesia.

10 am - 9 pm Lisensi Jepang

Ramen

Jln. A.H. Nasution No.481 RT.01 RW.05 Cipadung, Cibiru, Bandung (UIN Sunan Gunung Djati)


VAKANSI

KOMUNITAS TRAIL

Susur Gunung di Bandung Timur Oleh Wisma Putra*

M

enjelajah hutan atau susur g u n u n g d e n g a n menggunakan motor trail, salah satu hobi baru saya. Siang menjelang sore. Teriknya matahari yang membakar kulit, meski panas, tidak menyurutkan saya dan temanteman untuk terus menyalurkan hobi menjelajah hutan di pegunungan bagian Bandung Timur. Pemberangkatan kami mulai ba'da dzuhur dari titik kumpul, tepatnya di Jalan Anyar Majalaya, tempat di mana komunitas kami berkumpul menunggu teman-teman lainnya. Ya, komunitas ini kami namakan Komunitas Trail Kabupaten Bandung. Musim hujan merupakan musim yang sangat ditunggu-tunggu oleh kami. Jalan berbatu, berair, berlumpur, dan licin bukan menjadi halangan, tetapi menjadi sebuah tantangan. Puluhan motor trail dengan suara m e s i n y a n g m e n d e r u s o r e i t u meramaikan seisi hutan yang biasanya sepi tanpa penghuni. Asap knalpot beradu dengan rintik hujan. Sementara warga sekitar yang kediamannya dilintasi para c r o s s e r t e t a p s i b u k d e n g a n aktivitasnya masing-masing. Ada yang sibuk dengan kebunnya, mencari kayu bakar, mencari rumput, dan ada yang membenarkan saluran irigasi untuk mengairi sawahnya. Di wilayah Bandung Timur sudah banyak trek motor trail yang biasa dilalui. Ada di Gunung Manglayang, Gunung Batu Nagreg, Hutan Pinus Cijapati, Trek Karang Gantungan dan Trek Loa. Semua trek tersebut saling berhubungan dan bisa keluar masuk di trek mana saja. K a l i i n i k a m i m e l a k u k a n perjalanan dengan trek masuk di Gunung Batu Nagreg, Hutan Pinus Cijapati, dan keluar di Trek Karang Gantungan. Perjalanan dari Gunung Batu menuju Hutan Pinus sekitar dua jam perjalanan dan dilanjutkan ke trek Karang Gantungan sekitar satu jam

perjalanan. Ketika motor mogok, bergotong royong mendorong motor teman dan membongkar motornya merupakan hal biasa. Walaupun medan yang d i t e m p u h c u k u p s u l i t d e n g a n lincahnya kami melewati semua tantangan yang ada di trek tersebut. Sebrotan lumpur dari ban motor yang ada di depannya tidak membuat kapok. Semangat kami terus terpacu, pantang pulang sebelum menaklukan seluruh medan. Waktu salat ashar telah tiba. Para crosser, lantas mengambil wudhu di aliran sungai yang masih jernih airnya. Salah satu crosser melihat ke kompas yang dipakai di tangannya untuk melihat arah kiblat, dilanjutkan adzan dan salat berjamaah bersama di bawah rimbunan pepohonan hutan pinus. Rehat salat ashar, kami tidak l a n g s u n g p u l a n g , a k a n t e t a p i memanfaatkan momen tersebut untuk berfoto di atas gunung, tepatnya di situs batu purba yang tersembunyi di Pegunungan Bandung Timur. Tidak banyak yang tahu tempat ini, padahal di tempat ini ada batu purba yang berumur ratusan tahun. Namanya Karang Gantungan. Jika dalam Bahasa I n d o n e s i a b e r a r t i b a t u y a n g menggantung, batu purba yang dililit dan dikelilingi oleh akar pohon di atasnya. Saat ini Karang Gantungan telah menjadi obyek wisata karena banyak yang mengunjungi. Obyek wisata ini terletak di Desa Karang Tunggal, K e c a m a t a n P a s e h , K a b u p a t e n Bandung. Jika Anda tertarik ke Karang G a n t u n g a n d a p a t d i t e m p u h perjalanan sekitar 60-80 menit dari Alun-alun Majalaya dan dapat diakses dari Desa Tangsi Mekar atau Desa Cigentur. Untuk menuju ke tempat ini bisa menggunakan jenis motor trail atau mobil oroad, sampai mulut Hutan Lindung Selasih. Dari mulut hutan, untuk sampai ke batu purba itu dapat

ARSIP PRIBADI

ditempuh sekitar satu kilometer dengan berjalan kaki dengan kondisi jalan menanjak. Keunikan dari obyek wisata ini dapat dilihat dari awal mulut Hutan Selasih. Naik beberapa meter, akan t a m p a k u n d a k a n s a w a h y a n g m e n g h a m p a r s e p a n j a n g b a ra t , selatan, sampai ke timur. Sedangkan tepat di arah utara, jalan setapak menyambut kita dengan deret pinus yang mengeluarkan bau khas. Tak hanya hamparan hijaunya sawah dan p o h o n p i n u s ya n g m e nya m b u t kedatangan kita. Melangkah beberapa meter dari s a n a , A n d a j a n g a n h e r a n b i l a s e k a w a n a n m o n y e t t i b a - t i b a menyongsong kedatangan Anda. Monyet-monyet ini dikepalai seekor m o n y e t b e s a r d e n g a n s a t u d i antaranya monyet betina yang selalu membawa anaknya. Kalau Anda tidak mau diganggu, jangan sekali-kali mengeluarkan makanan apa pun tanpa izin kuncen setempat, karena m o nye t - m o nye t i n i a k a n t e r u s mengikuti Anda. Susur Gunung ini kami lakukan sebagai bentuk kecintaan kami kepada alam, karena tidak hanya sebagai hobi semata. Melalui hobi ini kami dapat menjaga hutan. Memang sebagian orang menyebutkan bahwa tidak sedikit kawasan hutan khususnya di Indonesia rusak karena dirambah manusia. Akan tetapi kami tidak s e p e r t i i t u . K o m u n i t a s T r a i l Kabupaten Bandung, akan selalu menjaga hutan dan seisinya karena i t u l a h p r i n s i p k a m i d a l a m menyalurkan hobi. Banyak kegiatan yang telah kami lakukan, penghijauan di daerah Bandung Selatan, menjadi tim relawan longsor Pangalengan dan relawan banjir di Baleendah serta Dayeuh Kolot.

*Mahasiswa Aktif Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung MAJALAH SUAKA 2015

39


RANA

MEA,

T

Peluang Ekspansi Seni Foto dan teks Dede Lukman Hakim

40

MAJALAH SUAKA 2015

eater tidak sekadar seni pertunjukan orang. Jauh dari itu menyangkut sebuah identitas kemasyarakatan karena terdapat unsur kebudayaan, kedaerahan, dan kenegaraan. Aktor dengan tokoh yang diperankan mampu menciptakan sebuah atmosfer estetis di panggung pentas. Walau membuat hanyut penonton dalam keberpura-puraan, itulah sebuah pencapaian yang kini banyak diapresiasi kaum akademisi, khususnya di bidang seni. Keberadaan teater merupakan wujud penghormatan luhur terhadap kebudayaan karena ada beragam nilai budaya masyarakat yang terkandung dalam cerita yang disajikan. Setiap masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan berbeda. Perbedaan tersebut menjadi pertanda keberagaman seni teater tradisional di tanah air. Apalagi kini telah diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang membuka kesempatan selain ekspansi barang dan jasa juga menyebarluaskan kebudayaannya ke luar negeri. Tak masalah bila diberlakukannya MEA, seni teater itu mengalami akulturasi, misalnya antara teater tradisional dan modern. Namun, yang dikhawatirkan ialah dilupakannya sebuah kebudayaan. Bagi teater di Indonesia sepantasnya MEA menjadi peluang untuk dapat dimanfaatkan sebagai media ekspansi kesenian Indonesia, mengenalkan budaya Indonesia di kancah Asia bahkan mancanegara. Dalam mewujudkannya diperlukan upaya dari setiap kalangan untuk lebih vokal mengapresiasi seni teater dan mensosialisasikannya. Terutama bagi para seniman lokal dalam mempertunjukan teater tanah air.


*Pertunjukan teater di UIN SGD Bandung dan ISBI MAJALAH SUAKA 2015

41


CERPEN

Bebegig Oleh Venny Siti M*

A

ku duduk di dipan selepas sore. Memandangi anak-anak kecil yang saling berkejaran mencari tawa. Sore adalah waktu menunggu. Menunggu abah yang selalu membawa banyak dongeng dan cerita berharga, menunggu abah yang memberitahuku hal baru. Sawah memang selalu menjadwal abah pulang selarut sore ini, tepat ketika burung walet harus pulang ke sarangnya. Abah datang dengan cangkul dipundak kanan bersama d e n g a n k a k a k s u l u n g k u . A k u m e l a m b a i k a n t a n g a n , a b a h m e n g e m b a n g k a n s e n y u m . Menenggelamkan sedalam-dalamnya air wajah lelah. “Abah baru pulang? Apakah abah membawa cerita lagi?” Abah mengusap-usap rambutku. “Iya” Aku melengkungkan bibir selebarlebarnya, bersorak. Menampakkan manisnya anak bungsu perempuan satu-satunya abah. Ini yang selalu aku nanti. Abah duduk di sampingku, m e nya n d a r k a n p u n g g u n g nya ke dinding. “Mau diceritakan apa, anak cantik?” Abah membuka jadwal cerita membuat a k u h a r u s m e r o n a k a r e n a pengakuannya, aku anak cantiknya abah. Aku nyengir. “Aisyah bosan cerita Kabayan, abah.” Aku mengembungkan pipi. “Baiklah. Tapi ada satu syarat.” Aku menoleh, mengernyitkan dahi, “Apa?” “Abah mau mencoba kopi buatan Aisyah.” Aku mendengus sebal. Baiklah, syarat yang mudah. Umi sudah mengajarkanku takaran tepat membuat kopi seenak buatannya. Aku bergegas ke dapur, menuangkan bubuk kopi dan air panas dengan hati-hati hingga kuhitung berapa kali aku mengaduknya. Selesai. Aroma itu sudah harum. Aku menyodorkannya pada abah. Ia menikmati asap harumnya.

42

MAJALAH SUAKA 2015

“Abah akan bercerita teman abah di s a w a h .” A k u m e m a s a n g w a j a h penasaran. “Teman abah? Kak Abdul?” “Bukan, bukan manusia” Aku melipat dahi, memandang wajah abah dengan tanda tanya. “Namanya bebegig.” “Apa itu bebegig, abah? Apa itu hantu?” Abah tertawa renyah melihat aku sama sekali tak pernah tau apa itu wujud temannya. “Ia terbuat dari bambu. Membantu abah mengusir burung pipit dan binatang liar lainnya yang hendak merusak padi.” “Apakah punya wajah? Apakah punya tangan dan kaki?” Abah merekahkan senyum. “Bebegig itu orang-orangan sawah seperti manusia.” Aku segera mengangguk. “Seperti itulah bentuknya, lebih berukuran besar dan tidak menyeramkan. Jelas takdir patung dan bebegig itu berbeda, Aisyah.” Aku memang anak petani, tetapi aku jarang diperbolehkan ikut abah ke sawah. Apalagi untuk bermain lumpur atau sekadar menyaksikan kerbau membajak. Sesekali hanya ketika sawah sudah seperti rumput kecil yang menghampar hijau segar di pematang. Tak pernah abah membawaku ke sawah ketika menjelang panen. Abah bilang, bebegig ditanam setelah padi mulai merunduk. Maka pantas saja aku tak pernah melihat wujud bebegig seperti apa, bahkan namanya asing untukku. “Kali-kali akan abah bawa kamu ke s a w a h m e n j e l a n g p a n e n .” A b a h berdeham. “Itu berjasa buat abah dan petani lainnya untuk menjaga padi yang berisi, Aisyah.” “Apakah bebegig itu berbaju?” “Iya, abah pakaikan baju. Mirip s e p e r t i o r a n g - o r a n g a n , a b a h sambungkan tali rapia dan kaleng bekas ke s a u n g . A g a r g e m e r i n c i n g nya membuat binatang itu pergi atau lari kocar-kacir.” Aku menggarukkan kepala

tidak gatal. Malam ini, aku habiskan mimpi dengan khayalan seperti apa bebegig itu? Hari kedua, aku selalu melakukan yang sama. Sore adalah menunggu kelelahan sembuh, menunggu abah pulang dan menunggu cerita baru dari abah. Tetapi, aku sudah menyiapkan pertanyaan yang kubuat karena Ibu K h a d i j a h g u r u k u m e n e r a n g k a n pelajaran PKN. Aku menunggu sambil merapikan ujung baju, memerhatikan lalu lalang tetangga pulang dari ladang. Sampai aku melihat abah berjalan dari ujung jalan. Aku segera memasang senyum, menyambut abah. “Abah, ada lagi cerita baru?” “Kerjakan saja dulu PR-mu, Aisyah.” Aku mendengus sebal. Abah sedang menyulut rokok, mengapitnya di tengah ruas kedua jarinya. Duduk di teras rumah. Malam sedang asyik bercengkrama dengan derik jangkrik dan lenguh sempai. Aku menghampirinya dengan membawa buku tulis dan pensil. Belum aku sapa, abah menoleh kepadaku. “Ada PR? Cepat kerjakan dengan umi, Aisyah.” Aku menggeleng, segera ambil posisi duduk di sampingnya. “Tidak ada abah. Tapi aku punya tugas bertanya pada abah dari Ibu Khadijah.” Abah menjatuhkan sekar rokok ke dalam asbak. Memainkan asapnya dari api yang semakin membuat batangnya habis. “Abah kenal presiden?” “Semua pasti kenal presiden.” “Presiden kenal abah dong?” A b a h m e n g u s a p k e p a l a k u , menyimpan batang rokoknya di ujung dinding asbak. “Ya, abah dikenal atas nama petani. Bukan nama abah.” Aku mencerna jawaban abah yang terbilang sederhana. “Abah mau jadi presiden?” Abah mengangkat alisnya, bergumam dalam pikirannya.


CERPEN “ I t u c i t a - c i t a a b a h k e t i k a seumuranmu.” “Tapi kenapa abah mau jadi petani?” Abah mengapit lagi batang rokok, m e n g h i r u p n y a . K e m u d i a n m e n g e m b a n g k a n s e n y u m n y a , memudarkan sedikit lukis wajah yang menua. “Sejumput padi sudah banyak memberi makan orang, kalau bukan kita sebagai petani, siapa lagi? Jika semua bersikeras ingin jadi presiden, siapa yang mau jadi petani, Aisyah? Sekarang, petani bukan cita-cita.” “Tapi bukannya enak jadi pejabat dan orang kaya, bah?” “ S e d e r h a n a t a p i b a h a g i a d a n berguna bagi banyak orang lebih enak. Percuma jika jadi orang kaya tetapi tak bisa merasakan hasil padi tanam sendiri.” M a s i h p u k u l t i g a , t a p i a k u terbangunkan oleh suara umi dan abah berbincang di ruang tengah juga derit pintu yang terbuka. Aku mengucek mata dan setengah sadar dari tidur. Sempat melirik jam dinding yang berkali-kali aku pastikan tidak salah. Belum banyak sahutan ayam berkokok. Ini masih terlalu subuh. Suara pintu depan ditutup lagi. Aku gontai keluar kamar menemukan umi sedang mengupas singkong. “Abah kemana, umi?” Umi tersenyum melihat aku kebingungan bangun tidur. Rambut berantakan dengan mata yang masih sedikit terpejam. Ia kembali menekuni singkong-singkong itu. “Sudah berangkat ke sawah, nak!” Umi menjelaskan. Sepagi ini abah sudah berangkat ke sawah. Lebih awal sekali dari biasanya. Abah memang selalu terlihat sibuk menjelang panen. Salat subuh dan sarapan di saung. Padahal, jelas membosankan jika seharian penuh hanya duduk di saung menjaga sawah dan memastikan tak ada binatang pengganggu dibantu oleh teman abah, si bebegig itu. Sore yang masih sebagai waktu aku menunggu. Kali ini menunggu ingin cepat-cepat esok dan menyampaikan kabar pentingku buat abah. Aku duduk di dipan teras rumah. Menghelakan napas bosan berkali-kali, menengok ke ujung jalan. Belum juga ada abah dan k a k a k d i s a n a . S a m p a i s e n j a meninggalkan siluet merah, abah belum juga datang. Aku mendengus sebal. Tak lama, aku

melihat kakak di ujung jalan. Aku nyengir dan melambaikan tangan. Tapi u r u n g , a k u t a k m e l i h a t a b a h bersamanya. “Kak, abah mana?” “Sibuk di sawah sampai larut malam. Kau tak perlu menunggu, dik. Abah berpesan ceritanya gantian dengan umi.” Aku tak mendapati apa-apa di waktu menunggu senja ini. Tak kutoleh sama sekali kakakku. Hingga larut malam, aku benarbenar akan menunggu abah pulang, menyampaikan berita yang cukup baik dan sangat penting. Tapi tetap tidak ada. Abah benar-benar tak datang. “Belum tidur, Aisyah? Nanti besok kan harus b e r a n g k a t p a g i .” U m i d u d u k d i sampingku. “Aisyah nunggu abah, umi.” Umi membenarkan letak tudung kepalanya lalu melempar senyum. “Abah bermalam di sawah, kenapa?” Aku menggeleng. “Abah belum tahu aku besok akan ada lomba nari antar kelas di sekolah, umi?” “Sudah umi beritahu.” “Abah tidak akan menonton?” Umi mengelusku dengan lembut dan wajah yang selalu teduh. “Bentar lagi panen, biar umi saja yang menonton.” Sudah kulupakan marahku pada abah kemarin. Abah memang pandai membujukku. “Sebagai tanda minta maaf, abah mau kenalkan kamu ke teman abah itu, bagaimana?” Aku melupakan kesal pada abah. “Bebegig, bah? Sungguh?” Abah mengiyakan, umi tersenyum sambil mengacungkan jempol. Aku m e m u t a r b e r p i k i r d a n a k h i r nya sepakat. Aku takjub, berlarian riang sambil menikmati angin sehampar sawah yang harum siap panen. Berjalan di tengah padi setinggi pahaku. Orang-orangan sawah itu disamarkan seperti manusia. Sawah warna-warni dengan baju yang bebegig pakai kedodoran, seperti jemuran umi yang kena kelebat angin. Matahari sudah meneguk banyak keringat manusia. Melalui teriknya, si p e m a t a n g g e m e r l a p k u n i n g menggiurkan untuk lekas panen. Bebegig itu berdiri di tengah sawah lebih tinggi dari ukuran padi. Tergoyang angin. Ada yang berbambu kurus atau berbambu besar. Burung-burung itu masih mengitari

pematang. Matanya mengincar sesuatu. Sedangkan paruhnya sudah gatal ingin mematuk biji isi padi yang sejenak lagi menguning. Kalau saja ada ilmuan yang menerjemahi bincangan burung. Ia menyumpah serapahi angin yang berhembus sepoi-sepoi. Tapi, bukan karena angin mereka takut. Karena seolah anginlah yang mengiring nyawa masuk ke teman abah itu. ”Klontang! klontang!” Suara kaleng yang ikut menjuntai terdengar gemerincing nyaring, memarahi burung-burung nakal. Mirip dengan manusia. Bambu yang sengaja dibuat seperti badan dan tangan yang sekurus bambu. Tangannya dibiarkan seperti manusia sedang menelentangkan tangan, tanpa jari. Bergoyang seolah nyawa ada di rongga bambunya. Di lehernya tersambung urat rapia yang menjuntaikan kaleng-kaleng bekas hingga ke saung. Jika angin ditiup Mikail gemerincing nyaring yang membuat burung pipit menahan laparnya, buru-buru mengepakkan sayapnya jauh-jauh. Bahkan sama, nasib babi hutan dan ayam sekalipun. Ya, kata abah fungsi bebegig menipu daya itu tak mempan menipu para tikus. Tapi, aku melihat ada bebegig yang berbeda dari apa yang diceritakan abah. Bebegig yang aku saksikan sendiri. Bebegig yang bukan bertulang bambu, bebegig yang terbungkus oleh daging, memiliki wajah dan mata, bahkan bebegig yang memiliki jari dan kaki sempurna. Ia sama tertanamnya pada lumpur pematang. Bergoyang oleh angin, menunggu padi dari benih hingga menguning. Abah tak bercerita tentang ini, tetapi kali ini aku yang bercerita pada siapa saja yang membaca cerita ini. Abah hanya bercerita ia menikmati hidup meski sulit untuk memperbaiki rumah kami yang sering umi keluhkan, bahkan untuk mengayomi rengekanku ingin sepeda baru. Aku baru tahu, ada akar yang tumbuh menjadi kehidupan. Kakinya sudah tertanam di lumpur sawah, tertantang hitam lebih legam. Sangat aku kenali. Ya, kaki abahku. Aku paham kali ini, ternyata bebegig itu adalah abah. Abah semacam bebegig, hanya tetap menjadi bebegig. Di sawah dan tetap menekuni padi.

*Penulis adalah mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab semester III. MAJALAH SUAKA 2015

43


ANDAI MEREKA BISA BICARA N

amaku “Bon-Bon”. Kurang l e b i h s e p e r t i i t u y a n g kudengar setiap harinya. Meski sungguh itu bukan nama pemberian dari kedua orang tuaku. Jadi aku tak patut senang, meski aku juga tak tahu nama apa yang ayah dan ibuku berikan kepadaku dulu. Aku sudah lupa. Dunia ini rasa-rasanya b e n a r - b e n a r d i m u l a i k e t i k a goncangan demi goncangan terjadi. D i b a w a k e s a n a d a n k e m a r i . D i p e r t e m u k a n d e n g a n b a n y a k m a k h l u k y a n g b e r n a s i b s a m a denganku. Tiba-tiba perjalanan yang cukup lama mendaratkanku di tempat itu. Bukan di pengunungan Altay atau di provinsi Heilungkiang atau Hebei di Tiongkok Timur Laut, sebagaimana nenek moyangku dahulu berasal. Tapi itu adalah, Indonesia. Di negeri yang orang bilang menanam batu tumbuh tanaman. Alih-alih aku bakal menghirup udara segar dengan kemilau bebatuan yang bertunas tanaman-tanaman indah, malam itu aku sadari, ternyata aku hanya pindah dari satu nasib buruk ke nasib lebih buruk berikutnya. Pengap, sempit, tak lebih baik dari tempatku semula di pasar hewan itu. Ternyata ini Indonesia, pikirku. Mulai detik itu aku jadi sebal dan suka mengeluh. Persis seperti peribahasa “di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung”. Negeri ini memaksaku untuk selalu mengeluh, karena mereka para manusianya saban hari selalu mengajarkanku untuk mengeluh. Contohnya aku sering mendengar ka l i m a t , “ a d u h , t u ga s n u m p u k , dosennya kurang ajar!” Lambat laun aku paham, mereka ternyata orangorang yang digelari terma “Maha”. Bayangkan, bukankah diksi itu hanya untuk Sang pencipta Alam? Belum lagi 44

MAJALAH SUAKA 2015

Oleh Anggi Nugraha*

keluhan seperti ini, “Ahhhh, pusing nggak punya duit!” Lambat laun aku tahu, orang-orang itu berasal dari ka l a n ga n p e n ga n g g u ra n . L e b i h parahnya kalimat seperti ini, “Aduuhh, pusing! Tugas numpuk, belum makan, nggak punya rokok, mau mandi nggak ada air.” Yang seperti ini sudah pasti dia mahasiswa malas, tidak bekerja, tidak punya uang, cocok diibaratkan seperti “sudah jatuh tertimpa tangga, digigit monyet pulak. Monyetnya ternyata rabiesan pulak” Seperti itu keadaannya, aku memang tinggal di sebuah indekost. Hidup bersama para mahasiswa. Bedanya mereka punya kamar yang luas, tapi aku hanya tinggal di sebuah kotak kaca bekas aquarium, di luar kamar tentunya. Ukuran lebar dan tinggi tidak masuk di akal, sehingga aku mustahil bisa memanjatnya. Aku paham, itu agar aku tak kabur seperti s i B o n i . I ya , n a m a nya B o n i , i a kekasihku, lebih tepatnya calon mantan kekasihku. Malam itu Boni berhasil kabur. Nampaknya majikan kami lupa bahwa makhluk pengerat seperti kami jago menggigit, juga membuat lubang. Triplek penutup rumah si Boni berhasil ia gerogoti, dan malam itu ia mengucapkan salam perpisahan yang menjengkelkan terhadapku. Ia bilang begini, “sorry ya, kayaknya kita nggak jodoh tuh,” sembari melenggang menari, tralalatrilili, puas sekali. B o n i d i d a t a n g k a n s p e s i a l untukku. Ia sama sepertiku, dari jenis Campbell. Aku senang karena memang pada saat itu birahi sudah waktunya

Ilustrasi Ahmad Rijal Hadiyan

CERPEN

menjadi-jadi. Dan tak ada pelampiasan selain berhubungan dengan lawan jenis. Berbeda tentunya dengan manusia yang punya banyak cara, kami p a r a H a m s t e r m e m a n g h a r u s berhubungan. Tentu 2-3 hari terlebih dahulu kami harus dipisah, sebelum nantinya kami dinikahkan. Tapi konyol, Boni berhasil kabur entah ke m a n a d i m a l a m p e r t a m a k e b e r a d a a n n y a d i t e m p a t i t u . Meninggalkan duka dan keresahan yang berkepanjangan bagiku. Sial. Meski begitu setiap orang di indekost, suka padaku. Mereka selalu memanjakanku, mengelus-elus juga memberikan makanan beragam padaku. Meski terkadang yang mereka b e r i k a n t a k s e l a l u b a i k u n t u k kesehatanku. Ini sungguh penting, di luar sana, di habitat kami, kami bisa mendapatkan makanan yang baik dengan memilih apa yang Tuhan sudah janjikan sebagai rezeki. Belum lagi jika kami sakit, ibu juga para teman-teman kami tahu bagaimana cara merawat kami. Tentu kami bukan manusia yang bisa datang ke dokter untuk check up bila diterjang sakit, tapi Tuhan Maha baik, selalu punya cara terbaik untuk menjaga kami. Tak seperti para mahasiswa pemalas itu, pernah sekali waktu aku diberi makan daun bawang. Kurang ajar. Pikirku, apa apaan ini? Kami memang omnivore, tapi tak tahukah mereka bahwa beberapa makanan, seperti daun beracun dari tomat, bawang putih m e n j a d i m a k a n a n ya n g p a l i n g


CERPEN berbahaya untuk kesehatan Hamster. Ta p i s u d a h l a h , a k u s u d a h melupakannya. Tapi masalahnya, aku ini Hamster yang jomblo. Oh kawan, betapa kau tak pernah bisa merasakan b a g a i m a n a r a s a n y a m e n j a d i jomblowan yang dikerangkeng. Sekuat apapun aku, aku hanya bisa menunggu Tuhan berbaik hati kembali dengan caranya. Mungkin saja majikanku itu kembali terketuk hatinya untuk membeli seekor Hamster betina untukku. Tapi kapan? Setiap detik aku berdo'a, sekonyong-konyong yang hadir malah berbagai jenis burung. Hmmm..sedari dulu belum ada cerita Hamster menikah dengan burung toh? Oh betapa malangnya aku, Hamster yang jomblo. Tapi, lambat laun aku sedikit terhibur dengan kehadirannya. Itu k a r e n a k a m i s a m a - s a m a dikerangkeng. Saling mengejek adalah salah satu cara tercanggih untuk menghibur duka lara. Cobalah tengok bagaimana si Jalak itu muak tinggal di kandangnya. Belum lagi Kutilang gaek itu, jauh-jauh menyeberangi Selat Sunda, hanya untuk berdampingan dengan seekor Jalak yang galak, yang kerjanya menyalak-nyalak. Sungguh Kutilang itu bagai hidup segan mati tak mau. Ia menyesal telah hinggap di sebuah dahan yang telah dilumuri oleh getah pulut, di mana tersajikan berbagai makanan kesenangannya. Ternyata lengketnya membuat ia hanya bisa pasrah. Sadar-sadar ia sudah di Pulau Jawa, meninggalkan anak istrinya nun jauh di sana. Memilukan. Jika kami harus iri, tentu kepada lovebird lah itu tertuju. Bagaimana tidak? Mereka selalu berpasangan. Tak ada istilah lovebird jomblo dalam kamus ornitologi. Dan itu juga yang dirasakan oleh si Jalak dan Kutilang gaek. Mereka tak pernah punya jodoh. Merana hidupnya. Andai di alam bebas mungkin saat itu mereka sedang bergenit ria dengan kekasihnya. Sayangnya di negeri itu hanya ada HAM, tak pernah ada HAH (Hak Azazi Hewan). Kami hanya membatin. Namun, lagi-lagi bahwa jeritan-jeritan kami adalah keindahan bagi manusia. Bulu-bulu kami yang menggemaskan adalah berlian murahan. Tingkah polah kami adalah, sirkus suka-cita.

Begitulah, mau tidak mau kami harus mau. Seandainya Nabi Sulaiman masih hidup kami akan melapor padanya untuk hal ini, agar para manusia itu gantian dikerangkeng. Meski, sungguh lambat laun benar bila waktu yang menjawab semuanya. Tahukah kau kawan satu-satunya manusia di indekost itu yang tidak kusuka? Ia adalah lelaki berjanggut itu. B a g a i m a n a t i d a k ? Ta k p e r n a h sekalipun ia mau membelaiku. Alihalih membelai, menengokpun tak maulah kiranya ia. Ah macam mana pulak kesalnya aku. Akhirnya aku berkeras hati untuk mengeluarkan keganasanku sebagai jenis Campbell padanya. Lihatlah jika suatu saat ia tergoda padaku, mendekati, bahkan membelaiku, akan kugigit ia sejadij a d i n y a . B i a r b e r d a r a h - d a r a h tangannya. Tapi kutunggu-tunggu waktu itu, t a k j u g a i a b e r m i n a t p a d a kecantikanku. Maaf maksudnya ketampananku. Makin frustasi aku padanya. Belum lagi rasa frustasi itu b e r t a m b a h k e t i k a k e s u l i t a n k u m e m a k n a i k a t a “ a n j i n g ” t a k terjabarkan. Aku sering mendengar kata itu, keluar dari mulut orang-orang di tempat itu. Hmm, mungkin otakku terlalu kecil untuk mencerna, boleh jadi terlalu sulit membedakan anjing dengan manusia di tempat itu. Bagaimana tidak, setahuku anjing a d a l a h h e w a n y a n g s u k a menggonggong, makan kotoran, juga kawin sa'enake udele dewe di tengah jalan. Tenang kawan, kau tak perlu risau aku tahu ini dari mana, tentu si J a l a k d a n K u t i l a n g y a n g menceritakannya padaku. Suatu ketika seekor hewan yang akhirnya mereka bilang “anjing” itu masuk ke indekost. Aku kaget bukan kepalang, karena sungguh aku baru sekali berjumpa dengan makhluk tersebut. Dulu semasa di pasar hewan, aku tak mengenalnya karena aku ditempatkan di bagian dalam toko. Semenjak itu aku berpikir, betapa banyaknya anjing di tempat itu, seperti ini contohnya, “Anjiiiiiing siah!” atau “Anjiiiiiiiiiing teu goooaal euy!” Syahdan, mungkin itulah akhir manis dari sebuah penantian panjang. S e t e l a h l a m a m e n u n g g u u n t u k m e n g g i g i t p r i a b e r j e n g g o t i t u ,

akhirnya tiba juga waktunya. Kami bangsa pengerat, memang lebih aktif di malam hari, bisa dibilang nocturnal. Dan di malam itu, di mana semua orang sudah tertidur, ia keluar dari kamarnya. Kupikir ia akan menuju k a m a r m a n d i , t a p i i a m a l a h mendekatiku. Aku gugup luar biasa, nervous, takut bercampur senang, inilah saatnya. Pikirku. Celingakcelinguk, ia pun perlahan membuka bagian atap kandangku yang bekas aquarium itu. Tapi tiba-tiba ia m e m b e r i i s y a r a t p a d a k u . I a m e n e g a k k a n j a r i t e l u n j u k n y a menempel di bibirnya. Sebuah tanda bahwa kurang lebih artinya “jangan berisik”. Akupun menjadi galau karenanya, maka kuurungkan niatku tuk menggigitnya. Lalu ia genggam aku perlahan, ia belai kepalaku, lalu membisikkan sesuatu “pergilah kau, kejar mimpimu sampai ke Negeri C i n a ! ” I a m e l e t a k ka n p e rl a h a n tubuhku di luar kotak dan memberi sebuah farewell yang manis padaku. Kutengok kembali ia, wajahnya tersenyum manis sekali, dan seketika dengan girang aku pun berseluncur. Malam itu aku menari ke sana ke mari. Berdansa dengan kecoak, cicak, cucurut, juga tikus got. Aku senang bisa bebas. Lantas kutekadkan membuat lorong bawah tanah sepanjang-panjangnya sampai ke Altay atau di provinsi Heilungkiang atau Hebei di Tiongkok Timur Laut. Di mana di sana kami bisa menikmati hidup dengan paripurna. Lantas k u t u l i s s e b u a h k i s a h t e n t a n g perjalananku, sebagai sebuah kritik pedas terhadap anggapan sebagian orang di Indonesia yang mengatakan bahwa “hewan tak butuh buku, terlebih buku sastra”. Selebihnya akan kucari sebanyak-banyaknya pria berjanggut tuk jadi sahabatku sebagai tanda terimakasihku pada pria berjanggut di indekost itu, sebagai b e n t u k p r o t e s k u a k a n i t n a h terorisme, juga radikalisme. Akulah sang pengerat, bukan lovebird atau pun kucing Persia. Aku si Bon-Bon, Hamster yang kini berbini LIMA. Ohh, senangnya dalam hati…..!!

*Penulis adalah mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris semester VII. MAJALAH SUAKA 2015

45


DOK. NET

RESENSI FILM

Resensi Film Judul: Ayah Menyayangi Tanpa Akhir Genre : Kisah Nyata Sutradara : Hanny R. Saputra Pemeran : Fedi Nuril, Naufal Azhar, Kelly Tadiono, Amanda Rawles, Niken Anjani, Ade Firman Hakim, Niniek L.Karim Durasi : 95 menit

DOK NET

Kisah Kasih dari Seorang Ayah Oleh Restia Aidila Joneva

F

ilm ini mengisahkan kehidupan ayah dan anak yang penuh kasih sayang. Jika biasanya kita melihat cerita tentang ibu dan anak, ilm ini justru memperlihatkan bahwa kasih sayang ayah juga bisa seperti seorang ibu, bahkan lebih, meskipun berbeda cara. Diangkat dari cerita novel terbaik Kirana Kejora, ilm ini merupakan salah satu ilm kisah nyata pada tahun 2000, dari seorang ayah yaitu Arjuna Dewangga (Fedi Nuril), dengan seorang anak laki-laki Rajendra Mada Prawira (Naufal Azhar). Kehidupan 46 MAJALAH SUAKA 2015

ayah dan anak ini diceritakan secara apik oleh sang sutradara Hanny R. Saputra. Diawali dengan Juna, seorang laki-laki keturunan Jawa yang jatuh cinta pada seorang perempuan keturunan Jepang, Keisha Mizuki (Kelly Tadiono). Mereka bertemu di kampus yang sama. Saat itu, Juna sedang menuntut ilmu menjadi seorang Apoteker, sedangkan Keisha sedang mendalami ilmu sebagai seorang Arkeolog. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengikat kisah cinta mereka dalam hubungan yang

lebih serius. P a d a s u a t u w a k t u , J u n a membawa Keisha datang ke rumahnya di Solo. Juna menghadap sang ibu yang merupakan pemegang adat Jawa tulen. Mengetahui bahwa Keisha adalah keturunan Jepang, ibu Juna pun tidak merestui pernikahan mereka, begitu pun dengan kedua orang tua Keisha di Jepang. Di sinilah, tidak hanya cinta, namun perbedaan tanah kelahiran p u n m e n j a d i h a m b a t a n d a l a m kehidupan Juna. Juna sebagai laki-laki tidak ingin kehilangan cintanya. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Keisha tanpa restu orang tua mereka. Juna dan Keisha resmi menikah, mereka membangun kehidupan yang baru, dengan menyewa rumah, sementara itu Juna bekerja sebagai Apoteker di salah satu apotek. B e b e ra p a b u l a n ke m u d i a n , Keisha mengandung. Kehidupan mereka sebagai sepasang suami istri dijalani dengan penuh keromantisan n a n s e d e r h a n a . K e i s h a t e t a p berpegang teguh pada keinginannya untuk terus menggali sejarah yang ada di Indonesia, sementara Juna terus ingin menemukan dan meracik obat lewat ilmunya sebagai seorang Apoteker. Di suatu malam, saat Keisha dan Juna sedang asik menikmati waktu istirahat, tiba-tiba Keisha mengalami pendarahan hebat . Juna segera membawa Keisha ke rumah sakit. Malang tak dapat ditolak, kuasa hanya Tuhan yang miliki. Dalam sekejap, Keisha dipanggil Tuhan, dan Juna dititipkan seorang anak laki-laki keturunan Jepang, yang kelak ia beri nama Rajendra Mada Prawira (Naufal Azhar). Waktu berlalu, seiring dengan kepergian Keisha dari sisi Juna, serta


RESENSI FILM DOK. NET

perkembangan Mada yang terus bertambah. Didampingi sang sahabat, Dean yang berprofesi sebagai dokter, Juna mengurusi Mada kecil dengan sepenuh hati dan segenap jiwa, tanpa memikirkan hal lain. Merasa masih butuh perempuan untuk membantu mengurusi seorang bayinya, Juna a k h i r n y a m e m i n t a m b o k J u m , pembantunya di Solo untuk datang membantunya merawat Mada. Lima belas tahun berlalu, Mada kecil akhirnya tumbuh menjadi remaja t a m p a n s e p e r t i aya h nya , J u n a . Tumbuh dan dibesarkan dalam kasih sayang seorang ayah, Mada punya cara tersendiri menyayangi ayahnya, begitu pun Juna. Meskipun di antara ayahanak itu sama-sama egois dan keras kepala. Juna selalu mengajarkan tentang hal baik kepada Mada, juga memenuhi segala apa yang diinginkan dan dibutuhkan Mada. Kehidupan ayah-anak, Juna dan Mada semakin romantis, di mana setiap waktu libur Juna menemani Mada bermain gokart. Namun, di suatu hari yang cerah, mendung mengusik kehidupan Juna. Mada divonis terkena kanker otak oleh Dean. Juna tidak terima anaknya divonis penyakit yang mematikan. Ia pun memilih jalan sendiri untuk merawat Mada dengan segala macam obat-obatan yang diraciknya. Juna pun dilema, antara sebagai ayah dan sebagai seorang

Apoteker. J u n a m e m p e r l i h a t k a n kemampuannya meracik obat untuk menyembuhkan putranya Mada. Segala upaya dan buku-buku obat digunakan Juna, berharap anak semata wayangnya bisa sembuh. S e m e n t a r a i t u , M a d a m e r a s a kehidupannya akan segera berakhir. Itu artinya, ia akan segera bertemu dengan ibu yang selama ini dicarinya. Mada pun mempersiapkan segala sesuatunya, sampai pada suatu hari, ia pun meminta Diva (Amanda Rawles) untuk menggambarnya di atas Gokart. Film ini memperlihatkan betapa kerasnya usaha seorang Juna sebagai ayah untuk menyembuhkan anaknya. Ia rela tidak tidur, berjaga untuk Mada, manakala Mada merasakan sakit yang luar biasa. Juna selalu ada ketika Mada membutuhkan ini dan itu. Dan setelah Mada selesai menjalankan operasi, Juna bersusah payah mengajarkan Mada kembali berbicara, menulis, dan berjalan. Setitik kemenangan diraih Juna atas upayanya, Mada sembuh dengan segala usahanya. Pada saat merayakan ulang tahun ke-16 Mada, Juna menatap anaknya dengan penuh kasih sayang dan memeluknya. Mada menyatakan keinginannya untuk pergi ke Solo, bertemu dengan keluarga ayahnya. Perdebatan batin Juna pun dimulai. Di s a t u s i s i i a t e l a h m e l u p a k a n

keluarganya. Tapi kini, buah hatinya yang meminta untuk bertemu dengan keluarganya sendiri. J u n a a k h i r n y a m e n u r u t i ke i n g i n a n M a d a ke S o l o . M a d a dipertemukan dengan keluarga di sana, namun keluarga Juna masih bersikap acuh, meskipun Mada sangat ingin bertemu dengan mereka. Juna pun tak mampu menahan sedihnya yang ia simpan dalam dirinya, tanpa ingin diketahui Mada. Dilema sebagai seorang ayah terus melanda Juna, sampai akhirnya Mada memeluknya untuk terakhir kali. Setelah menyiapkan kejutan makan malam untuk sang ayah bersama guru sejarahnya, Bu Jeti (Niken Anjani), Mada memeluk a y a h n y a e r a t , k e m u d i a n m e m p e r s i l a h k a n k e d u a n y a menikmati hidangan makan malam ala Jepang yang sudah dipersiapkan Mada. Makan malam itu merupakan perjodohan dari Mada untuk ayahnya. Beberapa menit kemudian, Juna menghampiri Mada di kamarnya. Juna perhatikan anaknya itu dengan penuh kasih sayang, cinta, dan tidak ingin kehilangan. Juna menyelimuti Mada dengan lembut, ia elus rambut Mada sembari mencium keningnya. Mada bangun, dan ia menatap Juna sembari t e r s e n y u m . B e b e r a p a m e n i t kemudian, Mada mengatakan bahwa ia bangga mempunyai ayah seperti Juna, kemudian dengan tenang Mada menghembuskan napas terakhirnya dalam pelukan sang ayah, Juna. Film ini menyajikan unsur cerita y a n g m e n a r i k , e m o s i o n a l d a n menyentuh. Nilai positifnya, ilm ini tidak hanya sebagai hiburan, namun juga memberikan nilai tentang orang tua kepada setiap anak. Bahwa kasih sayang seutuhnya tidak hanya dari seorang ibu, tapi seorang ayah juga memiliki rasa kasih sayang, meskipun dengan cara yang berbeda. Tapi di balik kerasnya seorang ayah, itu adalah salah satu cara ia menyayangi anak-anaknya. Kemudian, ilm ini juga menyampaikan pesan moral bahwa seperti apapun dua orang manusia saling mencintai, restu orangtua harus tetap ada. Ada pun kekurangan dari ilm ini yaitu alur cerita dan waktunya yang terlalu cepat dan kurang runut.

MAJALAH SUAKA 2015

47


STETOSKOP

m

Cermat Berbelanja Online Oleh Nuru Fitry

M

enjamurnya situs belanja o n l i n e t e r n y a t a memengaruhi minat belanja masyarakat Indonesia. Dengan sistem belanja online yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja di mana saja dan kapan saja, membuat belanja online ini semakin digemari. Tak hanya berbelanja saja, berjualan secara online juga mulai digemari banyak kalangan. Online shop pada awal kemunculannya hanya alternatif karena tak memiliki toko. Kini, para pemilik toko pun ikut merambat bisnis dunia maya. Bisnis jenis ini digemari bukan hanya oleh para pebisnis yang sudah memiliki nama besar. Namun, dari kalangan pelajar, pengangguran, dan ibu rumah tangga pun bisa ikut andil dalam bisnis di dalam jaringan ini. Te r m a s u k u n t u k m e r e k a y a n g mempunyai modal besar maupun yang hanya memiliki modal akses internet saja. Para penjual menggemari bisnis online karena banyaknya biaya yang hilang, yakni sewa toko dan bayar listrik. Hilangnya biaya tersebut membuat harga barang yang dijual 48

MAJALAH SUAKA 2015

menjadi lebih murah. Harga yang lebih murah inilah yang akhirnya menjadi pilihan favorit para pembeli. Berdasarkan hasil survei dari Google Indonesia bersama Gesellschaft für Konsumforschung atau Society for Consumer Research, menyatakan b a h w a 7 8 p e r s e n d a r i 2 . 5 0 0 responden melakukan belanja online. Riset yang diprakarsai Asosiasi Ecommerce Indonesia (idea), Google Indonesia dan Taylor Nelson Sofres (TNS) pun mengungkapkan bahwa nilai pasar e-commerce Indonesia mencapai Rp 94,5 triliun pada tahun 2013. Diprediksi nilainya meningkat tiga kali lipat menjadi Rp 295 triliun p a d a 2 0 1 6 . D a t a t e r s e b u t menunjukkan bahwa perputaran uang di pasar online amat menjanjikan. Kesibukan dan kemacetan sering m e n j a d i p e n g h a m b a t ke g i a t a n berbelanja. Online shop hadir dan memudahkan para penikmatnya untuk tetap berbelanja. Mereka mengakui online shop memudahkan mereka untuk tetap memiliki barang yang diinginkan tanpa perlu repot keluar rumah dan terjebak kemacetan. Kini, bukan hanya pakaian dan aksesoris saja yang bisa kita temui di online shop. Berbagai jenis makanan hingga bumbu dapur, bisa kita jumpai d i s a n a . S e p e r t i d i u n g k a p k a n Budayawan Rocky Gerung, belanja online memang lebih e isien. Namun, penikmatnya tak dapat merasakan sensasi window shopping. “Tetapi buat mereka yang memang sudah tahu target belanjanya, tentu telah memilih secara tepat melalui katalog,” katanya, Sabtu (12/12/2015). Bujukan untuk belanja berlebih bisa juga terjadi, karena konsumen akan digiring melalui sejumlah katalog tambahan dalam sistem online. Tentu itu disengaja oleh ahli pemasaran untuk melayani kecenderungan k o n s u m e n d a l a m p e r i l a k u "conspicuous consumption". Yaitu, d o r o n g a n e l i t i s u n t u k t u j u a n "memamerkan" ketimbang sebagai kebutuhan dasar. Sayangnya, tingkat belanja online yang tinggi, belum diimbangi dengan p e n g e t a h u a n y a n g l u a s d a r i masyarakat. Masih banyak pembeli

yang merasa dirugikan karena merasa tertipu oleh toko online tempatnya berbelanja. “Terkadang kita terjebak dengan diri kita sendiri. Lihat, murah, dibeli, lalu begitu barang sampai, merasa kecewa,” ucap Owner Mosta Consulting Fajar Mosta, saat dihubungi perihal b a g a i m a n a c a r a n y a m e n j a d i konsumen cerdas, Rabu (2/12/2015). Fajar menyarankan, agar pembeli membandingkan toko yang satu dengan toko lainnya. Lihatlah toko mana yang menghasilkan transaksi a t a u t o k o y a n g p a l i n g b a n y a k direkomendasikan. Lalu, belanjalah dengan logika, jangan hanya melihat harga murah. “Kita akan selalu mendapatkan apa yang kita bayar. Kalau mau harga murah tapi menurut kita itu gak wajar dengan barang tersebut, itu pasti ada yang salah,” jelasnya. Ternyata, kurangnya pengetahuan bukan hanya ada pada pembeli. Penjual pun terkadang asal menjual barangnya t a n p a m e l i h a t k e p u a s a n d a n k e p e r c a y a a n p e m b e l i . I a t a k memikirkan sampai pada efek yang akan muncul ke depannya. “Kalau penjual yang ngerti, dia akan berinvestasi pada nama atau brand-nya. Dia akan jaga kualitas produknya agar menjadi toko yang terbaik,” papar lelaki yang juga Owner Daun Laundry ini. “Dengan menjaga kualitas produk, namanya akan terus baik dan banyak direkomendasikan,” tambah Fajar. B r a n d A m b a s s a d o r Z a l o r a , N u r h a l i m a h R a m a d a n i B a r u s menjelaskan, untuk berbelanja di online shop, sebaiknya dilakukan di tanggal tertentu, seperti saat ada perayaan. “Misalnya tahun baru atau menjelang lebaran gitu. Di tanggal tertentu itu biasanya harga di online shop benar-benar murah,” katanya k e t i k a d i t e m u i S u a k a , R a b u (16/12/2015). B a r u s , p a n g g i l a n a k r a b perempuan ini, juga menyarankan agar berbelanja barang yang sudah kita tahu kualitas mereknya. “Jangan asal belanja, belum tahu merek, terus beli, eh pas datangnya kecewa, jadi nyesel,” ungkapnya. Cermatlah dalam berbelanja online! Jadilah konsumen yang cerdas!


STETOSKOP

PUTRI KEEN,

X

Sukses Berkarir DI Instagram Oleh Desti Nopianti Priatna

K

ehadiran media sosial, kini dapat mendatangkan rezeki yang menguntungkan bagi mereka yang cerdas memanfaatkanya. Seperti salah satunya, Kenasti Arninta Putri, selebriti Instagram (selebgram) yang cukup dikenali oleh masyarakat Indonesia. Bahkan jumlah followersnya sudah mencapai 77.1 K. Pemilik akun dari @putriknst ini tidak pernah menyangka bahwa hobi berbelanja online-nya itu dapat menjadikan peluang rezeki bagi anak muda seperti dirinya. “Sekitaran 4 tahun lebih aku pake Instagram. Dulu sebelum online shoop booming, aku udah rajin beli di online shop. Mereka minta fotoin barangnya ke aku, kata mereka bagus dan suka. Akhirnya dikasih gratisan buat difotoin dan dipromosiin,” ujar Putri Keen, sapaan akrabnya , Senin (23/11/ 2015). Meskipun setiap harinya ia dibanjiri barang-barang oleh para p e n g - e n d o r s e , h a l i n i t i d a k mengurungkan niatnya untuk tidak berbelanja lagi. Menurutnya, ada beberapa barang yang harus ia beli diluar barang endorse. “Aku beli barang yang benar-benar butuh aja. Misalnya baju tuttle neck shirt, atau celana jeans dan yang paling engga bisa nahan itu kalau aku beli tas sama sepatu,” lanjutnya antusias. Mengemban status selebgram merupakan kebanggan tersendiri. Namun, menjadi pusat perhatian di dunia maya memang tidak semudah o ra n g l a i n p i k i rka n . Pa d a s a a t kebanjiran endorsment ia harus p a n d a i - p a n d a i m e m b a g i wa k t u deadline dari olshop dengan jadwal lainnya. Keen juga tidak pernah pilihpilih olshop. “Emang dari awal niatanku ingin membantu, bukan malakin mereka. Walaupun aku pakai

ARSIP PRIBADI

fee tapi masih kejangkau kok,” ujarnya. D a r a ya n g t i n g g a l d i Ko t a S u ra b aya i n i m e n g a k u d e n g a n m e m a n f a a t k a n d u n i a m a y a memudahkanya untuk membangun sebuah relasi. Ia dapat berteman dengan selebgram lainya. Bahkan, pekerjaan yang tak terduga sering datang menghampirinya. “Menjadi selebgram itu harus benar-benar terkonsep. Mulai dari mix and match pakaian, meluangkan waktu untuk h u n t i n g f o t o d a n e n g g a b i s a s e m b a r a n g a n f o t o . R a t a - r a t a background foto-foto aku tempatnya luas terus hijau-hijau gitu. Kayaknya menggambarkan aku banget,” kata mahasiswi lulusan Hukum Perdata Universitas Surabaya ini. Ia juga menyarankan bagi orangorang yang ingin mengikuti jejak k a r i r n y a h a r u s l a h p a n d a i memprioritaskan pekerjaan yang harus didahulukan, konsisten dengan apa yang telah dipilih. Lalu jangan pernah sombong dan jangan lupa

untuk mengingat orang-orang yang s e n a n t i a s a m e n d u k u n g d a l a m berkarya.

MAJALAH SUAKA 2015

49


TEKNOFRESH

belajar robot di bolabot Oleh Ulfah Choirun Nissa

B

anyak orang berpikir bahwa m e m b u a t r o b o t h a n y a dilakukan oleh seorang ilmuan isika yang ahli di bidangnya. Nyatanya, sekarang kegiatan tersebut bisa dilakukan mulai dari siswa SD sampai mahasiswa di Perguruan Tinggi. Bolabot, merupakan sekolah robot pertama yang ada di wilayah Bandung Timur. Di Bolabot, setiap orang akan dikenalkan pada dunia robotik. Bolabot didirikan pada 2012 oleh Mada Sanjaya, salah satu dosen di Jurusan Fisika UIN SGD Bandung. Mada merasa bahwa budaya riset para dosen dan mahasiswa sangatlah kurang, ditambah laboratorium dan perlengkapan untuk menunjang praktikum pun tidak ada. Saat itulah ia m u l a i b e r p i k i r u n t u k mengembangkan budaya riset lalu membuat alat praktikum untuk proses pembelajaran. Ia mulai melatih para mahasiswa F i s i k a a n g k a t a n 2 0 0 8 u n t u k melakukan kegiatan praktikum, agar selanjutnya mereka bisa menjadi asisten di angkatan selanjutnya. Saat membuat alat praktikum Fisika Dasar, terbesitlah ide untuk menciptakan t e k n o l o g i d i g i t a l y a n g s u d a h terorganisir dengan komputer. Dari situlah, Mada memiliki keinginan untuk menekuni bidang Robotik. Selain pembelajarannya menarik, ilmu dasar untuk membuat robot pun sudah dipelajari oleh 50

MAJALAH SUAKA 2015

mahasiswa Jurusan Fisika, Teknik Elektro, dan Teknik Informatika. Respon dari mahasiswa pun begitu kuat, sehingga Mada berkeinginan u n t u k m e m b u a t l e m b a g a ya n g menaungi perkembangan teknologi di bidang robot. “ B o l a b o t m u l a i m u n c u l dipermukaan sekitar Mei 2012. Aw a l n y a o r g a n i s a s i i n i b e l u m berorientasi pada bisnis, tetapi setelah banyak melakukan riset dan tidak sedikit dana yang diperlukan, Bolabot pun mulai merambah ke ranah bisnis di bidang jasa pendidikan,” ujarnya saat ditemui di Lab Fisika Senin (9/11/2015). Selain itu, produksi robot dan pembuatan alat praktikum juga menjadi kegiatan rutin di Bolabot. Pada awalnya Bolabot memiliki tempat yang cukup luas. “Tetapi di tahun kedua Bolabot mulai mengganti segmen pasar. Pembelajaran yang awalnya dilakukan di kantor Bolabot, kini lebih memilih masuk ke sekolah – sekolah sebagai ekstrakulikuler pembuatan robot,” ucap laki-laki berkacamata itu. Menurut Mada, lebih dari 12 sekolah di Bandung Timur telah bekerjasama dengan Bolabot. Namun, saat ini hanya lima sekolah yang masih bekerjasama dengan Bolabot. Dalam metode pelajaran sendiri, dilakukan rutin semingu sekali. Ada d u a k e l a s y a n g m e n g i k u t i ekstrakulikuler pembuatan robot

Robot Hexapad dan robot control wireless, karya komunitas Bolabot.

dalam setiap sekolah. Setiap kelas diisi lebih dari 20 orang siswa. “Sistem pembelajaran di Bolabot sama halnya dengan penyelenggaraan kursus. Ada iuran yang dibayar oleh siswa atau ditangani langsung oleh pihak sekolah. Semua peralatan untuk p r o s e s p e m b e l a j a r a n s u d a h dipersiapkan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikannya,” ujar Mada. Sampai saat ini Bolabot memiliki t u j u h o r a n g t e n a g a p e n g a j a r, bekerjasama dengan Komunitas Pecinta Robot (Kotaro) sebagai tenaga pengajar. Seperti yang dilakukan oleh Ikhsan Purnama Santika, semenjak semester tiga ia membantu Bolabot dalam mengajar. Ikhsan juga merasa terbantu dengan adanya Bolabot dalam mengenal dunia robotik. “Selain membantu dalam bidang


SUAKA/ADI PERMANA

j a s a p e n d i d i k a n , B o l a b o t j u g a merupakan tempat bagi mahasiswa UIN SGD Bandung untuk melakukan riset, tugas akhir dan pengembangan kecerdasan buatan,” ujar mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Minggu (6/11/2015). Tiga tahun terakhir, Bolabot selalu menyelenggarakan event, di antaranya ada Robokop (kompetisi robot) untuk siswa SD sampai SMA. Lalu seminar d a n w o r k s h o p m e n g e n a i perkembangan robot dan terakhir pameran robot yang telah diproduksi. Karya-karya Bolabot A d a d u a j e n i s r o b o t y a n g diproduksi oleh Bolabot. Pertama robot yang berbasis sensor atau yang otomatis bergerak sendiri, seperti Robot Line Follower dan Robot Light

Fo l l owe r. Ro b o t te r s e b u t b i s a bergerak mengikuti garis atau cahaya. Selain itu ada Robot Up Rider yang dapat bergerak bebas dan bisa berbelok arah ketika ada penghalang menggunakan sensor otomatis. Kedua, adalah jenis robot yang sudah menggunakan kecerdasan b u a t a n . R o b o t t e r s e b u t s u d a h menggunakan microprosesor dan kamera, seperti Robot Vision atau robot pemindah barang dengan mengklasi ikasikan warna beda. Yang t e r b a r u B o l a b o t s e d a n g mengembangkan kursi roda yang dapat digerakan oleh retina mata dan yang dapat dikontrol oleh pikiran. “Awalnya kursi roda tersebut berhasil dikembangkan dengan sensor suara dan sempat dipamerkan,” ucap Mada. Adapun bentuk robot yang telah

dikembangkan Bolabot yakni robot berbentuk mobil, robot berkaki, juga robot yang memiliki banyak lengan. Empat tahun sudah Bolabot berada di Kota Bandung. Kini, Bolabot ingin memperluas cabang di berbagai Kota di Indonesia. Dimulai dari dua sampai tiga tahun ke depan, Bolabot akan bergerak di wilayah Jabodetabek, lalu bergerak di kota – kota lainya seperti Tasikmalaya, Garut , Sumedang, Cianjur, Sukabumi, Cirebon, Kuningan, dan Indramayu. “Mengembangkan teknologi robot di Indonesia merupakan impian dari Mada. Karena ia merasa teknologi robot di Indonesia masih kurang. Sehingga Indonesia hanya sebagai negara konsumtif,” pungkasnya.

MAJALAH SUAKA 2015

51


BOTRAM

Kehidupan Tidak Pernah Berakhir di Rumah Vegan Oleh Nizar Alfadilah

R

estoran itu terlihat ramai. Interiornya yang didominasi oleh hiasan bunga matahari membuat suasana terasa sejuk dan asri. Pengunjung seperti dibawa ke dalam nuansa taman yang penuh kenyamanan. Membuat siapa saja yang berkunjung ke restoran itu betah untuk berlama-lama. Setiap menu yang dijual di restoran yang beralamatkan di jalan Padjajaran No. 63 itu relatif terjangkau. Dengan harga delapan ribu rupiah saja pengunjung sudah bisa mencicipi menu makanan yang dibakar, direbus dan ditumis. Satu yang pasti, semua menu makanan di sini berbahan dasar sama yaitu sayuran. “ K e h i d u p a n T i d a k P e r n a h Berakhir” begitu restoran itu diberi nama. Memang terlalu panjang untuk sebuah nama, namun itu menjadi brand image sendiri untuk para pengunjung. “Nama restoran ini memiliki makna spiritual yang sangat dalam. Maknanya sangat berarti luas, namun ini bisa diibaratkan seperti jiwa manusia, yang tidak akan pernah mati dan akan selalu abadi,” papar Wakil Manajer Restoran, Andrea Suwandi s a a t d i t e m u i S u a k a , R a b u (9/12/2015). S e l a i n n a m a n y a y a n g u n i k , re s to ra n i n i j u ga m e nye d i a ka n tayangan yang menginformasikan seputar pola hidup sehat dan manfaat memakan sayuran. Tak lupa, para tokoh vegan (sebutan bagi vegetarian) beserta kata mutiara terpampang di dinding restoran. Salah satu tujuan berdirinya Restoran Kehidupan Tidak Pernah B e r a k h i r i n i , s e l a i n u n t u k 52

MAJALAH SUAKA 2015

memperkaya khazanah hidangan di Kota Kembang, mereka juga memiliki visi agar para pengunjung menjadi vegetarian. Sebab, menjadi vegan akan membuat tubuh kita sehat, kuat, dan memiliki pikiran yang positif. Khasiat Sayuran Menurut Ahli Gizi Endah Mustika, s ay u ra n s a n g a t p e n t i n g u n t u k d i ko n s u m s i . S e b a b , ka n d u n ga n vitamin dan mineral yang terdapat pada sayuran sangat bermanfaat bagi tubuh. Selain itu, sayuran juga berperan penting dalam pencernaan. “Salah satu fungsi dari vitamin dan m i n e r a l i t u u n t u k m e n g a t u r metabolisme dalam tubuh. Sayuran juga merupakan sumber serat pangan yang dibutuhkan untuk pencernaan,” ucap Endah, Senin (9/11/2015).

J i k a s e s e o r a n g e n g g a n mengkonsumsi sayuran, cobalah untuk mengkonsumsinya secara bertahap dengan tidak mengkonsumi daging satu minggu sekali, dua minggu sekali, tiga minggu sekali, dan a k h i r n y a s e t i a p h a r i t i d a k mengkonsumsi daging. Jika tidak dibiasakan sejak dini, hal tersebut akan menimbulkan beberapa penyakit yang dapat membahayakan tubuh kita. P ra k t i s i ve g e t a r i a n , A n d re a S u w a n d i y a n g t e l a h m e n j a d i vegetarian sejak 1998 ini mengatakan bahwa seorang vegan akan bersikap lebih santai, rileks, dan sabar dalam menjalani keseharianya. Berbeda d e n g a n o r a n g y a n g s e r i n g mengkonsumsi makanan hewani yang sifatnya terlihat lebih keras dan kurang tenang. Itu disebabkan, proses


BOTRAM

DOK. NET

p e n c e r n a a n m a k a n a n h e w a n i membutuhkan waktu cerna yang lebih lama dibandingkan sayuran. “ M e r e k a y a n g s e r i n g mengkonsumsi sayuran itu emosinya mudah dikendalikan. Ditambah lagi mereka badannya sehat-sehat, lebih b e r t e n a g a , d a n j a ra n g t e r ke n a penyakit yang aneh-aneh,” ujar Andrea. I a j u g a m e n j e l a s k a n , s a a t seseorang menjadi vegan, ia turut andil dalam menjaga lingkungan. “Industri peternakan dewasa kini tidak memperhatikan lingkungan. Mereka dengan entengnya membuka lahan peternakan dengan menebang pohon demi mendapatkan lahan. Selain itu, peternakan menyumbang angka cukup besar dalam pemanasan global,” terangnya.

Akan tetapi, di balik segudang khasiat yang terdapat pada sayuran, a d a b e b e r a p a h a l y a n g p e r l u diperhatikan. Jika terdapat kesalahan dalam pengolahannya akan membuat kandungan vitamin dan mineralnya hilang. Oleh karena itu, Endah menyarankan untuk berhati-hati dalam pengolahan sayuran. “Sayuran i t u t i d a k b o l e h s e r i n g - s e r i n g dihangatkan atau dipasak berulangulang kali. Nanti zat-zat vitaminnya akan habis,” lanjut alumnus STIKES MH Thamrin Jakarta ini. Misalnya saja, sayuran yang banyak mengandung zat besi seperti bayam dan kangkung, jika dibiarkan 6-7 jam dapat membahayakan tubuh kita. “Pada saat kita memakan bayam yang telah lama dimasak bukan antioksidan yang kita dapat, justru hasil oksidasi

dari zat besi yang telah berubah menjadi oksidan. Itu artinya sama dengan memasukkan racun ke dalam tubuh kita,” papar wanita berkacamata itu. Selain itu, bagi orang-orang yang m e n g i d a p p e nya k i t a s a m u ra t , beberapa jenis sayuran seperti daun singkong, nangka muda, dan kol haruslah dibatasi. Sayuran tersebut mengandung banyak purin yang dapat menyebabkan pengidap asam urat menjadi terasa lebih sakit. Alasan seseorang menjadi vegan sangatlah beragam. Pola makan seperti ini juga memiliki manfaat yang begitu banyak. Akan tetapi, jika tidak diiringi dengan pemahaman yang baik, b i s a m e nye b a b ka n ke ku ra n ga n asupan nutrisi penting bagi tubuh kita. Jadi, tertarik untuk menjadi vegan? MAJALAH SUAKA 2015

53


PROYEKTOR DOK. NET

Ketika Minoritas Pentas di Layar Kaca Oleh Isthiqonita

T

i d a k l e b i h d a r i 1 5 o ra n g menghadiri Lalajo Babarengan (nonton bareng) yang digelar o l e h S i n e s o i a U n i v e r s i t a s Parahyangan (Unpar) di Ruang Sineso ia Gedung Filsafat Unpar Lantai dua, Sabtu (14/11/2015). Film 'The Sun The Moon and The Hurricane' garapan Andri Cung merupakan ilm yang akan diputar. Film tersebut a d a l a h i l m a l t e r n a t i f y a n g mengangkat tema Lesbi, Gay, Bisek, dan Transgender (LGBT), yang hanya diputar di lokasi-lokasi tertentu d e n g a n t i n g k a t k e t e r b u k a a n masyarakat yang tinggi. Film Arisan! garapan Nia Dinata yang membahas hubungan sesama jenis, dalam konteks ini gay, masih dapat ditayangkan di layar lebar sinema Indonesia. Bahkan Arisan! meraih banyak penghargaan. Di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2004, Arisan! berhasil meraih lima Piala Citra dari 12 nominasi. Lima Piala Citra itu diraih di kategori ilm cerita bioskop terbaik; pemeran utama pria terbaik (Tora Sudiro); pemeran p e m b a n t u p r i a t e r b a i k ( S u r ya Saputra); pemeran pembantu wanita t e r b a i k ( R a c h e l M a r ya m ) ; d a n penyunting gambar terbaik. Penghargaan juga diraih di ajang Festival Film Bandung lewat kategori ilm terpuji, sutradara terpuji, dan skenario terpuji. Lalu dua piala diraih di ajang MTV Movie Awards 2004 untuk kategori ilm terbaik dan sutradara terbaik. Meskipun tidak mendominasi layar kaca sinema Indonesia, ilm- ilm yang mengangkat isu LGBT kerap m e w a r n a i i n d u s t r i p e r i l m a n Indonesia, bahkan diproduksi sejak lama. Katakan saja Istana Kecantikan (Wahyu Sihombing, 1988), Tentang Dia (Rudy Soedjarwo, 2005), Berbagi Suami (Nia Dinata, 2006), Madam X (Lucky Kuswandi, 2010), Arisan! 2 (Nia 54 MAJALAH SUAKA 2015

Daniati, 2011), Lovely Man (Teddy Soeriaatmadja, 2012), Parts of the Hearts (Paul Agusta, 2013), Selamat Pagi Malam (Lucky Kuswandi), serta ilm yang paling anyar ialah 3 Dara (Usmar Ismail, 2015) M e n u r u t A n d r i Cu n g , p a d a mulanya ilm 'The Sun The Moon and The Hurricane' akan ditayangkan di l aya r l e b a r. N a m u n , k a wa n nya memperingati bahwa mayoritas masyarakat Indonesia tidak akan menerima ilm tersebut. Dibilang kontroversi, tentu saja, karena ilm itu mengangkat hubungan sesama jenis dengan porsi cerita lebih banyak tentang kehidupan gay. Film yang diperankan oleh William Tjokro, Cornelius Sunny, Natalius Chendana, dan Gesata Stella itu secara gamblang memperlihatkan adegan-adegan yang cukup provokatif, dengan catatan hubungan sesama jenis. F i l m l a y a r l e b a r y a n g mengangkat tema LGBT di Indonesia masih sangat di permukaan. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu pemain ilm 'The Sun The Moon and

The Hurriacane', Gesata Stella. Gesata mengaku bahwa persoalan LGBT tidak h a nya m e l u l u m e n g e n a i d u n i a hiburan, sex, hedonisme, dan hurahura, seperti yang biasa tertera dalam layar kaca. “Kesadaran itu saya dapatkan setelah saya bekerjasama dengan Andri,” ujar Gesata, Sabtu (14/10/2015). Gesata menambahkan bahwa sebenarnya banyak yang perlu dipahami dari kaum LGBT yang d i s e t a r a k a n d e n g a n k a u m heteroseksual. ''Mereka (LGBT) itu berkarya, j a t u h c i n t a , k e h i l a n g a n , d a n mengalami kehampaan,” tambah Gesata. Film yang ia bintangi mengajak p e n o n t o n u n t u k m e n i l a i d a n memaknai kelompok LGBT dari sudut pandang lain. Pernyataan Gesata diamini oleh Andri Cung, namun Andri Cung menilai ilm- ilm yang mengangkat tema LGBT secara 'permukaan' harus tetap dibuat oleh para ilm maker di Indonesia. “Buat pembanding, kalau t i d a k a d a i l m - i l m s e p e r t i i t u (permukaan), mungkin ilm LGBT


PROYEKTOR

ya n g l e b i h d a l a m a k a n s a n g a t ditentang,” papar pria asli Jakarta tersebut, saat ditemui Suaka usai bedah ilm, Sabtu (14/10/2015). Andri Cung menyadari para pembuat ilm masih kesulitan untuk membuat ilm dengan tema LGBT lebih mendalam. Pasalnya masih banyak yang berpihak bahwa ia dan para ilm maker lainnya tengah menggalakan dan mengamini gaya hidup kaum gay. Padahal, bagi Andri menulis serta memproduksi ilm ialah cara murni menceritakan ulang apa yang ingin ia sampaikan melalui seni. S e p e r t i d i l a n s i r d a r i cnnindonesia.com, beberapa karya Nia Dinata memang sering mengandung kritik sosial, terutama yang berkaitan mengenai kaum yang termarjinalkan. Keberanian Nia terus mengangkat kisah ataupun ilm berkenaan tema tersebut didasarkan keinginannya dalam menyampaikan suatu cerita. Baginya, yang terpenting adalah kebutuhan orang untuk mengetahui kisah yang ingin ia sampaikan. Jika akan memancing sebagian kalangan, ia

tidak akan membalasnya dengan emosi juga. Namun, yang dihadapi oleh para pembuat ilm bukan hanya penonton, tetapi juga lembaga seperti censorship. “Film yang bermain di ranah komersil, mereka ( ilm maker) punya batasan censorship dan batasan lainnya. Maka terkesan hanya permukaannya saja yang ditampilkan,” tambah Andri Cung. Dia pun merasa prihatin ketika pesan yang tersampaikan kepada p e n o n to n i a l a h m i n d s e t b a hwa kelompok LGBT merupakan objek bahan tertawaan atau lucu-lucu, seperti yang ditampilkan ilm- ilm pada umumnya. Andri enggan berbicara secara general perihal pemilihan peran untuk kaum LGBT yang dijadikan sebagai pemanis bahkan bahan tertawaan. Menurut Andri, para pembuat ilm mestinya memiliki tanggung jawab untuk memandang seluruh manusia secara setara. Dirinya juga enggan menilai bahwa ilm yang dibuat itu mengandung unsur kesengajaan untuk menampilkan kelompok LGBT

sebagai pemanis ilm. “Mungkin engga ada niat untuk menjadikan kelompok LGBT sebagai bumbu ilm. Tapi impactnya masyarakat melihat dan menilai sebagai komedi.” S u t r a d a r a d i t u n t u t u n t u k membuat ilm laku di pasaran, sehingga mereka harus rela membagi idealisme dalam membuat ilm dengan tuntutan produser. Salah satu aktivis gender, Pradewi Tri Chatami menilai tuntutan tersebut yang m e n y e b a b k a n s u t r a d a r a t i d a k sepenuhnya menyalurkan idealisme. Menurut Pradewi, dibanding ilm maker lainnya, Nia Dinata cukup bernyali untuk membuat ilm yang mengangkat kaum-kaum minoritas khususnya kelompok gay. “Arisan! Engga sepenuhnya hiburan juga. Beda ketika Dahsyat, memperlakukan Olga misalnya,” ujar Pradewi. Film- ilm yang mengangkat isu LGBT cukup memberi informasi kepada publik bahwa gender tidak hanya meliputi waria dan banci yang biasanya menjadi bahan tertawaan. Salah seorang kritikus ilm, Mega Wulandari menilai bahwa pesan yang disampaikan dalam ilm layar lebar Indonesia yang bertemakan LGBT masih menunjukkan kekuasaan m ayo r i t a s . D a l a m a r t i a n k a u m minoritas tidak mendapatkan porsi yang sama. “Mereka (kelompok LGBT) hanya dijadikan sebagai ornamen dan pemanis untuk lucu-lucuan,” ujar mahasiswa Universitas Pendidikan I n d o n e s i a t e r s e b u t , S e n i n (2/11/2015). Sehingga, Mega menambahkan, apa yang tersaji di layar kaca hanya d i p e r u n t u k k a n b a g i k e l o m p o k mayoritas, meskipun yang menjadi p e m b a h a s a n a d a l a h k e l o m p o k minoritas. “Harusnya mengandung unsur humanis, yang nonton bukan hanya mayoritas, tapi juga minoritas, k h u s u s nya ke l o m p o k LG B T i t u s e n d i r i ,” t u t u r M e g a . B a g i nya , mewacanakan isu LGBT bukan berarti setuju atau tidak terhadap LGBT. Tetapi, mewacanakan isu LGBT merupakan wujud tindakan bahwa LGBT dan kelompok minoritas lainnya berhak mendapatkan kesempatan yang sama dan setara.

MAJALAH SUAKA 2015

55


PAGUYUBAN

menembus batas aksesbilitas,

mENGINSPIRASI LEWAT MODIFIKASI Oleh Annisa Dewi Anggri Aeni dan Restia Aidila Joneva

Penyandang disabilitas seringkali dianggap sebelah mata. Keterbatasan sik membuat mereka selalu jadi bahan untuk dikasihani bahkan menjadi lelucon. Namun, pandangan negatif itu tidak terlihat pada komunitas yang satu ini. Lewat modikasi sepeda motor, status keterbatasan mereka dimodikasi menjadi semangat saling membantu.

A

dalah komunitas Motor Difabel Federation atau biasa disebut M o d i f . S e k i l a s , k e t i k a mendengar istilah modif, hal yang biasa tergambar adalah tentang mengubah sesuatu menjadi bentuk lain. Ya, di tangan Djanwar Nugraha dan teman-teman di komunitasnya, motor biasa atau yang kondisi rusak dimodi ikasi sesuai dengan kebutuhan bagi penyandang disabilitas. Berlokasi di Jalan A.H. Nasution, Cibiru, Kota Bandung, komunitas Modif sudah berdiri sejak April 2000 silam. Artinya kegiatan memodi ikasi motor untuk penyandang disabilitas di komunitas itu sudah berlangsung selama 15 tahun. Ditemui awal November 2015 lalu, Ketua Koordinator Komunitas Modif Djanwar Nugraha mengatakan, komunitas itu lahir atas kebutuhan penyandang disabilitas yang selalu d i a n g g a p m i n o r i t a s d i a n t a r a masyarakat normal. Menurutnya, kehadiran komunitas ini sangat membantu mobilitas penyandang disabilitas dalam beraktivitas. Saat masuk ke dalam bengkelnya, terlihat beberapa foto berjejer menghiasi dinding. Djawar menunjuk salah satu foto. Di dalam foto itu, beragam motor beroda tiga berjajar rapi. Djanwar menjelaskan foto yang dia tunjukkan yakni saat kegiatan Jambore di Yogyakarta yang diikuti oleh 760 motor beroda tiga, di antaranya motor yang dibuat oleh Komunitas Modif. Foto tersebut menandakan Modif t a k h a n y a s e k a d a r k o m u n i t a s m o d i i k a s i k e n d a r a a n u n t u k 56

MAJALAH SUAKA 2015

penyandang disabilitas. Lebih dari itu, komunitas Modif juga mengikuti beberapa kegiatan seperti Exhibition motor beroda tiga di Sirkuit Sentul b e r s a m a B r o t h e r h o o d , S i r k u i t Gerimang, Subang, serta Solo di tahun 2012. Pada 2014 akhir, Djanwar b e r s a m a te m a n - te m a n nya j u ga mengadakan perjalanan sepanjang 3.600 kilometer ke Bali dalam rangka Honda Birthday dan Brotherhood Anniversarry. ”Difabel itu kaum minoritas. L e w a t k o m u n i t a s i n i l a h k i t a memenuhi kebutuhan sehari-hari, kita ingin memperlihatkan juga meski minoritas tapi bisa beraktivitas,” ujarnya. Menurut pria berusia 51 tahun itu, selayaknya komunitas motor lain, Modif j u ga m em ilik i log o ya n g m e m i l i k i m a k n a d a r i l a h i r nya komunitas penyandang disabilitas tersebut. Beberapa simbol logo diperlihatkan Djanwar yaitu rambut tidak botak yang menandakan semar. Warna putih menandakan kesucian. Hitam menandakan kehidupan tidak b o l e h e g o i s , d a n g a m b a r ya n g menyerupai badut diartikan sebagai icon dari penyandang disabilitas yang sering dianggap lucu. D j a n w a r m e n g a t a k a n , d i ko m u n i t a s M o d i f s e n d i r i t i d a k mengenal adanya struktur anggota. Sistem keterkaitan, kebersamaan, berbagi, dan persaudaraan menjadi pegangan setiap anggotanya. Dalam h a l m e m o d i i k a s i k e n d a r a a n , komunitas yang berada di bawah naungan Yayasan Bhakti Husada ini t i d a k m e m i l i k i s t a n d a r i s a s i

kendaraan. Hal itu dikarenakan k e b u t u h a n s e t i a p p e nya n d a n g disabilitas berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan isik. “Pengendara disabilitas kan beda-beda. Ada yang tidak punya kaki, t a n g a n , i t u b e r b e d a j e n i s kendaraannya. Jadi, kalau pun dibuat s t a n d a r i s a s i t i d a k b i s a ka re n a k e b u t u h a n k e n d a r a a n n y a menyesuaikan kondisi penggunanya,” jelas bapak dua anak itu. Komunitas Modif tidak hanya bergerak untuk wilayah Jawa Barat saja, namun berada di seluruh Indonesia. Khusus di daerah Cibiru, kata Djanwar, komunitas Modif mulai dikenal ketika Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung mengadakan kegiatan s o s i a l y a n g d i s e r t a i d e n g a n pengenalan Surat Izin Mengemudi (SIM) untuk penyandang disabilitas.


SUAKA/DEDE LUKMAN HAKIM

Menjadi Motivator Malam semakin larut di antara redup sinar rembulan. Djanwar mengingat sejenak, laki-laki yang juga p e gawa i d i s a l a h s a t u i n s t a n s i pemerintahan ini menceritakan k e m b a l i p e n g a l a m a n n y a s a a t m e l a k u k a n p e r j a l a n a n k e B a l i m e n g g u n a k a n ke n d a ra a n h a s i l kreasinya. Perjalanan sepanjang 3.600 kilometer itu ditempuh selama lima hari dari Bandung yang menghabiskan dana mencapai 160 juta dengan p em b eka la n safe t y r i d i n g ya n g dilakukan dengan baik oleh anggota Modif. M e m b e n t u k k o m u n i t a s p e n ya n d a n g d i s a b i l i t a s p u n ya tantangan tersendiri. Tidak semua anggota mampu mengendarai motor. Harus ada penyesuaian dan melatih percaya diri. Untuk itu, baik Djanwar a t a u p u n t e m a n ko m u n i t a s nya

mengadakan pendidikan secara langsung bagi disabilitas yang ingin mengendarai motor dengan baik dan benar. Di sisi lain, istri Djanwar, Lilis Agustini menilai komunitas ini sangat m e m b a n t u p a r a p e n y a n d a n g disabilitas. Meskipun tidak banyak ambil bagian dalam kegiatan sang suami, Lilis tetap memberikan saran mengenai modi ikasi motor yang dilakukan oleh suaminya. Juga tak lupa sebagai pemberi semangat atas usahausaha yang dilakukan Djanwar. “Saya paling mendukung dan ngasih saran ini itu buat modi ikasi motor,� ucap Lilis. Lahirnya komunitas Modif ini, b a i k D j a nwa r d a n p e nya n d a n g disabilitas lainnya memperlihatkan kepada masyarakat bahwa mereka bisa beraktivitas layaknya manusia normal. Juga bisa melakukan kegiatan-

kegiatan yang bermanfaat seperti kegiatan sosial kepada sesama penyandang disabilitas, seperti yang dilakukan Modif pada September 2015 lalu di seluruh Jawa Barat dan menuai prestasi di berbagai area sirkuit. Djanwar menegaskan bahwa komunitas ini ada untuk memenuhi kebutuhan mereka yang dianggap minoritas dalam masyarakatnya, tapi faktanya saat ini justru minoritaslah y a n g m e n j a d i m o t i v a t o r b a g i masyarakat normal tersebut. “ P e n y a n d a n g d i s a b i l i t a s kebutuhannya khusus, tapi masih bisa beraktivitas. Sekarang faktanya malah yang disabilitas atau minoritas seperti ini yang mampu menjadi motivator d a n p e n o l o n g b a g i m a sya ra ka t normal,� kata Djanwar mengakhiri.

MAJALAH SUAKA 2015

57



MIMBAR

DAKWAH NYATA DUNIA MAYA FOTO: SUAKA/ ADI PERMANA


MIMBAR

DAKWAH NYATA dunia maya Oleh Ima Khotimah

Dewasa ini, keberadaan media sosial tidak hanya difungsikan sebagai sarana komunikasi belaka, melainkan bisa digunakan untuk berbagai aktivitas lain. Semisal menyampaikan informasi, belanja online, blogger, bahkan digunakan pula sebagai sarana dakwah.

M

edia sosial itu seperti pisau. Pisau akan bermanfaat bagi u s i a t e r t e n t u d a n kepentingan tertentu. Media sosial yang ada akan bermanfaat bagi mereka yang punya kedewasaan intelektual, kedewasaan emosional, dan kedewasaan spiritual,” ujar salah satu dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Tata Sukayat ketika ditanya pendapatnya perihal dakwah melalui media sosial, Rabu (4/11/2015). Dalam konteks dakwah terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi y a k n i , d a ' i a t a u o r a n g y a n g menyampaikan dakwah, mad'u atau orang yang menerima dakwah, dan media atau wasillatuddakwah sebagai sarana penunjang penyampaian pesan dari da'i kepada mad'u. Menurut Tata, media sosial bisa menjadi media untuk berdakwah. Bagi Tata, media sosial bisa m e n j a d i a l a t a l t e r n a t i f u n t u k menyampaikan pesan-pesan dakwah di tengah kondisi masyarakat yang sangat heterogen, tersebar di berbagai te m p a t , d a n m e m i li k i b e ra ga m kegiatan. Maka, untuk kepentingan berjalannya dakwah dibutuhkan media guna menjangkau perbedaan tersebut. Di situlah media sosial diperlukan. Nilai plus lainnya dakwah via media sosial adalah lebih e isien dari sisi waktu, biaya, dan risiko-risiko yang harus dilakukan.

60

MAJALAH SUAKA 2015

“Beberapa video ceramah saya di-posting di media sosial. Saya sering menulis di facebook juga. Saya niatkan itu sebagai pesan-pesan keagamaan melalui media sosial,” akunya. Namun, fungsi kontrol sosial dakwah via media sosial tidak sebesar dakwah secara langsung. Tata menilai hal tersebut disebabkan tidak adanya kedekatan antara da'i dan mad'u. Media sosial tidak menyajikan secara langsung sosok da'i tersebut. “Posisi da'i akan selalu merasa terkontrol dihadapan mad'u-nya sehingga ia tertuntut. Bukan hanya ngomong A tetapi melakukan A,” tambah Tata. Selain itu, kelemahan dakwah via media sosial adalah materi yang disampaikan di media sosial tidak mendalam. Malah cenderung di p e r m u k a a n . A p a l a g i y a n g menyampaikannya ialah da'i yang belum cukup menguasai materi. Kekurangan lain dakwah via media sosial adalah tidak hadirnya g u r u s e b a g a i k o n s u l t a n y a n g meluruskan pesan-pesan dakwah ketika informasi atau ajaran-ajaran Islam menyimpang dari materi yang harus disampaikan. Ko n t e k s ke a g a m a a n d a l a m dakwah tidak bisa dimodernisasi seutuhnya, seperti khotbah Jumat yang tidak bisa disampaikan dalam media sosial karena terikat syarat dan rukun. Hal itu diyakini Tata bahwa dakwah secara langsung akan terus berlangsung. Fenomena dakwah secara langsung dan via media sosial saling melengkapi. Dia pun memberi catatan, bagi yang berdakwah melalui media sosial harus menguasai ilmuilmu keislaman, sebagai pesan dakwah yang akan disampaikan. Karakter media sosial yang massif, menjadi peluang tesendiri untuk bisa diakses oleh siapapun dengan cepat. Sayangnya, dakwah melalui media sosial akan bersifat laiknya media sosial itu sendiri.

“Medsos menjadi sesuatu yang trend, dakwah menjadi trend. Medsos menjadi media populer dan menjadi bagian dari budaya pop, maka dakwah menjadi pop,” ujar dosen pengampu mata kuliah Retorika di FDK, Aang Ridwan. Kondisi tersebut dikhawatirkan t e r j a d i n y a b a n a l i s a s i a t a u penangkalan agama. Tidak seperti dakwah secara langsung, media sosial tidak membuka ruang untuk dialog secara luas yang menyebabkan pesan dakwah berjalan tidak seimbang. Terjadinya pembencian terhadap kelompok Syiah dipandang Aang sebagai akibat dari tidak seimbangnya pesan dakwah yang disampaikan melalui media sosial. Belakangan ini, m e d i a s o s i a l ke ra p m e n g h u j a t kelompok Syiah, padahal kelompok Syiah merupakan bagian dari Islam. Aang juga menilai bahwa orang Indonesia saat ini ada yang belum melek teknologi. Jadi media sosial hanya untuk kalangan tertentu saja. Dia juga mengatakan keberadaan dakwah melalui media sosial hadir bersamaan dengan munculnya media sosial itu sendiri. Saat media sosial itu ada di tangan orang yang mempunyai kepekaan dalam berdakwah, saat itu juga sudah digunakan. Bagi Aang, yang menjadi masalah bukanlah media sosialnya, tapi bagaimana para penggunanya mampu memanfaatkan sebaik-baiknya. Pesan ke i s l a m a n s e r i n g ka l i d a n gka l , kon liktual, dan banyak hasutan daripada rahmatnya. Pada intinya, pesan keislaman yang disampaikan harus berupa nilai-nilai keislaman yang baik, bukan provokatif, bukan pesan keislaman yang rasis. Harus menggunakan pesan keislaman yang rahmat, tentram, dan hormat terhadap budaya. “Jadi sekarang PR kita bukan medsosnya tapi ada orang yang memegang medsos itu dengan baik.” Dosen pengampu Ilmu Tafsir di


Fakultas Syariah dan Hukum, Abdul Hamid mengatakan dakwah secara l a n g s u n g l e b i h m u d a h penyampaiannya. Selain itu, da'i yang aktif menyampaikan dakwah secara langsung akan lebih mudah dikenal oleh masyarakat. “Media sosial itu ada batas dalam p e n g e t i k a n p e s a n . S e d a n g k a n p e n g a j i a n k a n e n a k , k i t a b i s a menyampaikan materi yang bobotnya sangat dalam dan masyarakat pun yang melihat dan mendengarkan bisa lepas melakukan tanya jawab,” ujarnya saat ditemui Suaka di kediamannya Jalan Manisi, Cibiru, Bandung, Rabu (2/12/2015). Salah satu pengguna media sosial yang aktif menyampaikan pesan dakwah di media sosialnya , Iwan Maulana, mengakui keberadaan dakwah via media sosial merupakan alternatif. Ia menilai hal itu tidak akan menggusur eksistensi dakwah secara l a n g s u n g . B a h k a n , m a h a s i s w a Jurnalistik semester lima tersebut mengatakan keduanya akan saling mendukung. “Saat kita berdakwah secara langsung, lalu kita rekam, bentuk videonya di-upload di media sosial, b i s a m e n j a d i p e n u n j a n g d a n mendukung, bukan menjadi sesuatu penghambat,” papar Iwan, Sabtu (7/11/2015). Faktor yang melatarbelakangi Iwan untuk menyampaikan dakwah melalui media sosial karena ia miris melihat perilaku remaja yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk hura-hura. Iwan mencoba saling mengingatkan melalui akun media sosial yang ia miliki karena media sosial sering dan pasti digunakan oleh anak muda kebanyakan. Pesan dakwah yang biasanya d i s a m p a i ka n I wa n d i s e s u a i ka n dengan karakter media sosial itu sendiri. Facebook digunakan Iwan dengan menuliskan puisi mengenai a g a m a , s e d a n g k a n i n s t a g r a m dikuatkan dengan gambar. “Menurut saya, dakwah dalam media sosial itu dakwah-dakwah ringan jangan yang berat sekaligus karena pasti materinya tidak sampai,” pungkas Iwan. Porsi Dakwah M e n y i k a p i k e t e r b a t a s a n

MIMBAR

Kalau media sosial berpeluang untuk dakwah lalu bisa dimanfaatkan untuk dakwah, berdosa hukumnya kalau kita tidak dakwah di media itu. Karena dakwah itu fardu ain, harus dilakukan oleh semua, tidak bisa diwakilkan.” Aang Ridwan komunikasi antara da'i dan mad'u pada dakwah via media sosial, menurut Aang, ada beberapa syarat khusus yang harus dipenuhi. Pertama, pesan harus bersifat universal, artinya pesan-pesan yang disampaikan bukan pesan kon liktual seperti pesan-pesan iqih yang lebar. Apalagi bersifat rasis menghina orang lain, sebab media sosial dengan mudah sampai ke banyak orang. Kedua, media sosial menjadi efektif digunakan dengan catatan pelaku dakwah harus orang yang mengerti dakwah. Aang juga berpendapat materi dakwah melalui media sosial terbatas. Artinya wawasan keislaman yang apa adanya seringkali mewarnai dakwah di media sosial bagi segelintir orang. “Tapi kalau media sosialnya dipegang oleh lembaga yang baik saya kira sangat bagus. Misalnya twitter dan facebook ustadz Ari in Ilham, saya kira itu bagus dan perlu dikembangkan.” Namun, dakwah merupakan kewajiban bagi umat muslim, jika media sosial lebih berpeluang untuk menyampaikan pesan, bagi Aang hal tersebut bukan jadi persoalan. “Kalau media sosial berpeluang untuk dakwah lalu bisa dimanfaatkan untuk dakwah, berdosa hukumnya kalau kita tidak dakwah di media itu. Karena dakwah itu fardu’ain, harus dilakukan oleh semua, tidak bisa diwakilkan,” katanya. Cara mengimbangi dakwah via media sosial dengan dakwah cara konvensional, Tata berharap tiga pendekatan dakwah dapat dilakukan. Pertama, pendekatan kultural tetap berjalan, dan budaya-budaya ceramah keagamaan secara konvensional itu

tetap berjalan. Kedua, pendekatan fungsional lembaga keagamaan itu harus digunakan sebagai media d a k w a h y a n g m e m i l i k i b e b a n menyampaikan dakwah kepada umat, dakwah harus menjadi alat untuk memperjuangkan ayat-ayat Allah. K e t i g a , d a k w a h d e n g a n pendekatan struktural maksudnya yaitu bagaimana negara ini bisa membuat kebijakan-kebijakan yang b e r p i h a k u n t u k r a k y a t u n t u k membumikan nilai keagamaan, yang bisa diterima oleh publik di Indonesia, tidak menjadi negara sekuler dan juga tidak menjadi negara agama. Sementara itu, Abdul Hamid tetap mengharuskan da'i faham ilmu dakwah, meskipun penyampaian pesan dakwah melalui media sosial. Ia p r i h a t i n k e p a d a o r a n g y a n g menyampaikan pesan hukum dalam Alquran yang tidak tepat, karena tidak menguasai ilmunya. “Menerangkan ilmu hadis tidak pernah belajar ilmu hadis, menerangkan iqih tidak pernah belajar iqih, kan jadi salah karena ilmunya masih kurang,” tuturnya. Terlepas dari cara atau media m e n y a m p a i k a n d a k w a h , A a n g berharap da'i dapat menyampaikan pesan dengan menyentuh pada substansi. Substansi dalam artian perubahan umum dari tidak baik menjadi baik. Aang juga berharap pelaku dakwah merupakan orangorang yang profesional dan ahli di bidangnya. “Jadilah para mubaligh yang ahli pada bidangnya jangan karbitan, lalu dakwah dijadikan media untuk memperkaya diri, itu sesuatu yang salah kaprah,” pungkas Aang. MAJALAH SUAKA 2015

61


MOZAIK

MENGGaungkan Kembali

Permainan Tradisional Oleh Anjar Martiana

S

emilir angin, riuh dedaunan, dan terik mentari menjadi teman sejati keceriaan masa kecil. Sepetak tanah luas di perkampungan acap kali dijadikan lahan bermain anak-anak. Sepulang sekolah, biasanya a n a k- a n a k b e rku m p u l b e rs a m a teman-temannya. Di tanah itu, mereka memainkan dua buah bambu dengan tinggi sekitar dua meter menjulang ke atas, lalu kaki mereka naik di kedua pijakannya. Mereka berlomba-lomba untuk sampai inish. Permainan ini egrang namanya. Ada juga yang memainkan kapur dengan sepotong pecahan genteng atau batu pipih. Mereka membuat p e t a k k o t a k - k o t a k b e r p a l a n g memanjang dengan menggunakan kapur. Sepotong pecahan genteng atau batu pipih itu dilemparkan ke dalam kotak permainan yang telah dibuat. Lalu pemain melompat-lompat di dalam kotak itu, kadang satu kaki, kadang kedua kakinya. Permainan ini biasa disebut sondah atau engklek. Ke d u a p e r m a i n a n te r s e b u t adalah sebagian kecil dari khazanah permainan tradisional bangsa ini, terutama permainan tradisional Sunda. Selain itu adapula permainan lain seperti petak umpet, balap karung, panjat pinang, bakiak, gatrik, congklak, galah, sorodot gaplok, perepet jengkol, paciwit-ciwit lutung, oray orayan, bebedilan dan lain-lain. Di zaman serba siber dan praktis, permainan anak-anak pun perlahan m u l a i d i t i n g g a l k a n , t e r g e r u s permainan serba digital dan instan. Adalah Zaidan, anak laki-laki berusia enam tahun ini mengaku lebih senang dan sering memainkan game online dibanding permainan tradisional. Alasannya game online dinilainya lebih menarik. Ia tak memungkiri sering j u g a m e m a i n k a n p e r m a i n a n 62

tradisional, walaupun ia lebih sering memainkan permainan modern. Kenyataan ini dikeluhkan oleh Pengamat Seni dan Budaya Idad Idul Adha. Menurutnya, zaman sekarang, anak-anak banyak dikenalkan dengan permainan modern. “Di televisi saja kita dikenalkan dengan hal-hal m o d e r n , h a n y a s e d i k i t y a n g m e n g e n a l ka n ke t ra d i s i a n . Pa g i disuguhi modern, siang modern, malam modern,� katanya, Rabu (2/12/2015). Ia mengatakan, anak muda saat ini lebih cenderung pada yang instan

MAJALAH SUAKA 2015 ARSIP SUAKA

dan praktis. “Yang penting mudah dibeli,� ujarnya. Sehingga, dalam memilih permainan pun begitu, lebih memilih permainan modern yang hanya tinggal duduk manis di depan layar monitor. K a ra k t e r m a s ya ra k a t ya n g semakin individualis, membuat permainan anak secara berkelompok ini kian memudar. Bukan hanya itu, k u r a n g n y a p e n g e t a h u a n d a n bimbingan dari orang tua dan tidak adanya ketersediaan fasilitas yang mendukung, seperti lahan bermain m e n j a d i f a k t o r l a i n p u d a r n y a permainan tradisional. Idad mengatakan, absennya permainan tradisional kini adalah tanggung jawab semua pihak. Sebab, permainan tradisional merupakan salah satu ciri khas, karakter, dan bagian budaya masyarakat yang menggambarkan kehidupan sosial dan kearifan sosial masyarakat suatu daerah. “Permainan tradisional ini bagian dari masyarakat. Kalau ini sudah


hilang, ya kedaerahannya akan hilang,” ungkapnya yang juga Ketua Yayasan Seni Sunda Gentra Muda Harapan. O l e h k a r e n a i t u , k i t a m e s t i mengenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi muda sekarang dan yang akan datang. Mencoba Bangkit Kini, keberadaan permainan tradisional mulai menjadi perhatian beberapa pihak. Banyak komunitaskomunitas yang bergerak di bidang pelestarian permainan tradisional. S a l a h s a t u n ya a d a l a h S a n g g a r Pakarangan Ulin Komunitas Hong, yang terletak di Jalan Bukit Pakar Utara Nomor 26, Bandung. Komunitas yang didirikan tahun 2003 itu berusaha mengenalkan m a i n a n r a k y a t d e n g a n t u j u a n menanamkan sebuah pola pendidikan masyarakat buhun agar seorang anak mengenal dirinya dan lingkungannya. Komunitas Hong menjadi pusat kajian mainan dan permainan rakyat. Sebab, m e r e k a t e l a h b e r h a s i l

mendokumentasikan 250 permainan tradisional Sunda, 213 permainan tradisional dari Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta ada sekitar 50 jenis permainan asal Lampung. Selain itu, komunitas mainan rakyat ini mendirikan pula Kampung Kolecer, tempat melatih permainan rakyat yang ada di Kampung Bolang, Kabupaten Subang. Kegiatannya yakni, menyelenggarakan festival kolecer, mendirikan Museum Mainan Rakyat di Bandung, serta kegiatan lainnya yang bertujuan melestarikan permainan tradisional dan kebudayaan daerah. Saat ditemui Suaka akhir tahun l a l u , p e n d i r i s e k a l i g u s K e t u a K o m u n i t a s H o n g Z a i n i A l i f m e n g a t a k a n t i d a k a d a m e d i a pembelajaran nilai-nilai terbaik bagi anak-anak selain melalui permainan. “Mainan itu digunakan untuk media p e m b e l a j a r a n a n a k , u n t u k membentuk kepribadian mereka, dan bagaimana permainan itu menjadi pola alih transmisi nilai-nilai budaya ke anak-anak,” paparnya.

MOZAIK

Permainan tradisional ini bagian dari masyarakat, kalau ini sudah hilang, ya kedaerahannya akan hilang,” Idad Banyak manfaat yang diperoleh dari permainan tradisional. Beberapa di antaranya terdapat perpaduan antara olahan isik, olahan mental, dan pemikiran di dalamnya. Menurutnya, dalam permainan tradisional terdapat pembelajaran nilai-nilai sosial, moral, j u g a k e t a n g k a s a n . P e r m a i n a n tradisional pun memiliki sifat komunal yang akan melatih kemampuan dalam interaksi sosial anak. Permainan modern cenderung bersifat individualis dan menjadikan kemenangan sebagai tujuan utama. Sedangkan, permainan tradisional bertujuan untuk kesenangan. Tidak jadi masalah menang atau kalah, yang penting adalah bagaimana tiap anak m e n i k m a t i p e r a n n y a d a l a m permainan. Zaini Alif dan Komunitas Hong tersebut sedang melakukan pengembangan dan pelestarian permainan tradisional ke sekolahsekolah. Salah satu cara yang dapat kita l a k u k a n u n t u k m e l e s t a r i k a n ke b u d aya a n i n i a d a l a h d e n ga n menyosialisasikannya. Banyak orang tahu, tapi tidak memberi tahu yang lainnya. “Bagikan pengetahuannya! Seni tradisi, kaulinan lembur, karyakarya bangsa kembangkan kembali, kenalkan, dan amalkan,” pesan Idad. Mari gaungkan kembali permainan tradisional kita! []Kru Liput: Ahmad Rijal Hadyan

MAJALAH SUAKA 2015

63


IKLA N



MATA MEDIA

Pers Sunda, Hirup teu Neut

Paeh teu Hos Oleh Robby Darmawan

SUAKA/DEDE LUKMAN HAKIM

P

e r k e m b a n g a n p e r s t e r u s menggeliat dari waktu ke waktu. Dalam jangka waktu yang relatif pendek, di awal 1920, telah tercatat sebanyak 400 penerbitan dalam berbagai corak di banyak kota di Indonesia. Semangat mendirikan m e d i a i n i j u g a t e r l i h a t p a d a m a s y a r a k a t S u n d a , t e r m a s u k mendirikan pers berbahasa Sunda. Pers Sunda yang pertama terbit dan dianggap tertua yaitu Tjahya Pasoendan (1911). Majalah setebal 60 halaman berisi antara lain tentang pendidikan, kesehatan, peternakan, adat istiadat, lelucon, dan babad. Saat i t u p e r s S u n d a m e n j a d i m e d i a unggulan dan pusat informasi utama. Terhitung sudah lebih dari 36 pers berbahasa Sunda mewarnai khazanah kejurnalistikan Indonesia. Namun, kejayaan pers berbahasa Sunda kini tak lagi nampak beberapa tahun terakhir. Banyak penerbitan pers Sunda yang terseok-seok dan karam dalam mengarungi derasnya persaingan media. Salah satu contoh media Sunda yang tak bisa bertahan adalah Harian Koran Sunda yang didirikan oleh Uu Rukmana pada 31 Maret 2006. Harian Koran Sunda terbit pada s a a t Ko t a B a n d u n g d i r u n d u n g berbagai persoalan yang sukar untuk dituntaskan. Koran itu berusaha menempatkan diri pada posisi netral dan selalu bersikap kritis terhadap pemerintah dengan mengangkat isuisu terhangat. Harian Koran Sunda juga secara konsisten menggunakan pananggalan Sunda. Uraian mengenai kebudayaan Sunda selalu hadir setiap 66

MAJALAH SUAKA 2015

hari di Harian Koran Sunda. Selaras dengan penggunaan bahasa Sunda, maka pemuatan masalah kebudayaan Sunda pun, baik berupa berita, feature, kajian, opini, laporan mendalam (deep news), maupun bahasan memiliki prioritas utama. Harian Koran Sunda sempat terbit sebanyak 3.000 eksemplar, dengan harga Rp 1.500 per eksemplar. Tetapi, sejak 17 April 2007, Koran Sunda hanya terbit tiga kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Pada edisi ke-307, Koran S u n d a m e m u a t b e w a r a (pengumuman) mengenai perubahan frekuensi penerbitan dari harian menjadi tiga kali dalam seminggu. Beberapa bulan kemudian, Koran Sunda pun akhirnya berhenti terbit. Menurut dosen pengampu mata kuliah Jurnalistik Sunda Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD B a n d u n g , E n j a n g M u h a e m i n , banyaknya pers Sunda yang gulung tikar disebabkan oleh beberapa faktor yakni, masih sibuk mengurusi dapur sendiri. “Bagaimana membenahi keredaksian, Sumber Daya Manusia (SDM), memperbaiki manajemen dan memikirkan hidupnya agar tidak hirup teu neut paeh teu hos (Hidup segan mati tak mau),” ujar Enjang kepada S u a k a , J u m a t ( 4 / 1 2 / 2 0 1 5 ) . Sementara pers nasional dan dunia berpacu dalam kecepatan, ketepatan d a n ke a ku ra t a n b e r i t a d e n g a n memanfaatkan teknologi komunikasi. Enjang menambahkan pers Sunda masih berjalan dengan tertatih menemui para pembacanya dengan lesu. Berjuang di tengah persaingan

pers nasional yang semakin menjamur dan menarik simpati pembacanya dengan strategi pasar pembaca yang kreatif. “Pers Sunda saat ini belum punya pegangan yang kuat,” kata wartawan Majalah Mangle itu. Pers Sunda yang masih eksis sampai sekarang seperti Majalah Mangle dan Tabloid Galura hanya bertahan dari penjualan berbasis langganan, baik perorangan maupun distribusi ke kantor pemerintahan serta sekolah-sekolah di Jawa Barat. Jika dibandingkan dengan tahun 1970an, kejayaan Mangle dan beberapa tabloid berbahasa Sunda sekarang memang bisa dibilang redup. Perilaku pembaca yang berubah-ubah serta lambatnya inovasi yang dilakukan pihak redaksi memengaruhi jumlah pembaca dan oplah yang diproduksi. Berbenah Sambil duduk tenang, Enjang melanjutkan analisisnya kepada Suaka mengenai pers Sunda. Pers Sunda seharusnya bisa bersaing dengan pers nasional maupun regional. Dari segi k e r e d a k s i a n , p e r s S u n d a b i s a mengambil perspektif dan angle berita tertentu dari perspektif kesundaan. “Saya pikir itu menjadi solusi bagi masyarakat yang ada untuk melihat sebuah fenomena atau peristiwa dari perspektif lain,” ujarnya. Tapi hal itu tidak dilakukan. Ia melihat pers Sunda saat ini belum mewujudkan dirinya s e b a ga i p e r s ya n g s e h a r u s nya . Jurnalisme pers Sunda seharusnya bersifat khusus, memperjuangkan dan melestarikan kesundaan baik dari segi bahasa maupun budaya, namun tidak


MATA MEDIA mengenyampingkan nilai-nilai berita seperti aktualitas. Dilihat dari segi pemilihan isu, kata Enjang, pers Sunda seringkali blunder. Isu yang diangkat hanya berkutat pada sosok dan cerita Sunda. “Isunya muter aja ke sana jadi mau berminat di mana kalau seperti itu,” ujarnya. Seharusnya, pers Sunda mampu mengembangkan isu, namun t i d a k m e n g h i l a n g k a n c i r i kesundaannya. “Misalnya saat terjadi isu korupsi itu coba menggali isu kesundaan yang berkaitan dengan anti korupsi. Bagaimana isu-isu kesundaan yang berkaitan dengan solusi ketika terjadinya korupsi kan gitu, jadi selalu ada aktualitas di sana tetapi dari perspektif kesundaan,” kata pria yang telah 17 tahun aktif menjadi wartawan itu. Dengan populasi warga Jawa B a r a t s e b a n y a k 4 8 j u t a j i w a , seharusnya bisa menjadi peluang p a s a r y a n g s a n g a t s t r a t e g i s . Persoalannya pasar itu tidak tergarap dengan baik, dari sisi pemasaran m e n y a n g k u t m a s a l a h p r o m o s i distribusi, sirkulasi dan advertising.

M e n g e n a i b e r b a g a i permasalahan yang ada, sudah s e m e s t i n y a p e r s S u n d a m u l a i berbenah diri. Ada tiga yang harus dibenahi menurut Enjang. Pertama, d a l a m p e m a s a r a n t a k h a n y a mengandalkan sisi emosional warga Jawa Barat saja, dibutuhkan pula riset pasar untuk bisa mengukur apa saja keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap media Sunda. “Kebutuhan itu usahakan dicukupi, dilengkapi oleh media Sunda. Apa sih yang diinginkan oleh masyarakat? Jadi harus berbasis riset,” kata dia. Kedua, dari sisi managerial skill, diperlukan kesesuaian yang harmonis antara manajemen keredaksian dan p e m a s a r a n . Te r a k h i r, e d u k a s i terhadap masyarakat bahwa media Sunda perlu didukung sebagai upaya pelestarian budaya daerah. Dukungan pemerintah dan universitas juga p e n t i n g . S a a t i n i , k a t a E n j a n g kehadiran mata kuliah bahasa Sunda dan jurnalistik Sunda di beberapa j u r u s a n d i U I N S G D B a n d u n g merupakan hal yang patut diapresiasi. “Nantinya mereka yang meneruskan

keberlangsungan pers Sunda.” Tak hanya itu diperlukan pula p e ra n a k t i f p e m e r i n t a h d a l a m m e n y o k o n g d a n m e n d u k u n g keberadaan pers Sunda. Secara i n a n s i a l p e m e r i n t a h b a i k n y a memberikan suntikan dana agar para insan pers bisa bergairah dalam menata dan mengelola pers Sunda. “Pegiat pers Sunda konsentrasi dengan menggali kearifan lokal untuk pemberitaaan, maka para pemangku kebijakan di Jawa Barat punya kewajiban memberikan partisipasinya baik secara moril ataupun materil,” kata dosen UIN SGD Bandung tersebut. Pers Sunda sebagai pers lokal p u n y a k e w a j i b a n u n t u k menyampaikan informasi kearifan lokal atau segala informasi mengenai budaya daerah. Enjang berharap sinergi semua pihak. “Media Sunda harus melakukan evaluasi dan riset secara mendalam untuk pers Sunda, harus objektif apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Sunda terhadap media Sunda itu sendiri,” tutupnya. []Kru Liput : Ima Khotimah

Majalah Mangle (1956-sekarang)

Majalah Mingguan Padjajaran (1915-1920) diterbitkan oleh Pagoeyoeban Padjajaran dengan pemimpin redaksi Darnakoesoema dan redaktur Moeh. Sanoesi. Mingguan Tabloid Galura (1972-sekarang) Galura

Gelora Rakjat, Neratja, Perdjoangan, Sinar Priangan, Perdjoangan Rakjat, Toedjoean Rakjat dan Patjoel,Harian Koran Sunda dan Cupumanik.

Mangle

Mingguan Siliwangi (19211922) diterbitkan oleh Pagoeyoeban Siliwangi, Bandung.

Siliwang i

Papaes Nonoman (1914-1919), yang diterbitkan oleh pagoeyoeban di Batavia.

Papes Nonoman

Padjajaran MAJALAH SUAKA 2015

67


SISI KOTA

Persoalan tak Kunjung Reda di Kampung 200 Oleh

Isma Dwi Ardiyanti

R

umah-rumah menempel tak a d a j a r a k . G e l a p s e a k a n menyergap. Udara terasa pengap karena minimnya sirkulasi. Sejumlah ibu rumah tangga memasak dan mencuci di gang sempit di antara rumah-rumah mereka. Pengendara motor pun sulit bergerak di gang sempit itu. Bangunan tiga lantai b e r i m p i t a n , k a b e l m e n j u n t a i menggantung tidak teratur, jamban pun dibangun di sela rumah warga untuk digunakan bersama. Suasana itulah yang lumrah terlihat di Kampung 200, Coblong, Kota Bandung. Kepadatan pemukiman di sana nyaris tidak menyisakan ruang bagi sinar matahari untuk menerangi jalan. Tak ada jalan lengang di sana, y a n g a d a h a n y a g a n g s e m p i t berukuran 1 meter hingga 1,5 meter. M e n e l u s u r i K a m p u n g 2 0 0 membutuhkan energi yang tidak sedikit. Ratusan anak tangga berjejer menghubungkan satu rumah dengan rumah lainnya. Ketinggian setiap anak tangga membuat napas terengahengah dengan cepat. Kampung 200 dibangun di lereng dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Tersusun bagai gunung yang dihiasi hutan rumah. Pemukiman kumuh, padat, dan g e l a p m e s k i p a d a s i a n g h a r i , merupakan fenomena di sejumlah pemukiman padat penduduk di Kota Bandung. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, di Kecamatan Coblong tempat Kampung 2 0 0 b e r a d a , a n g k a k e p a d a t a n penduduk tahun 2014 mencapai 17.882 jiwa/hektar, dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0,5 persen. Jauh di atas angka ideal sebuah hunian yang maksimal 300 jiwa per kilometer persegi. Kelurahan Dago menempati posisi dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu dengan 68

MAJALAH SUAKA 2015

jumlah penduduk 39.565 jiwa atau sekitar 30,1 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Coblong. Menurut ketua Rukun Tetangga (RT) 11 Kampung 200, Rasimun, Kampung 200 mulai didiami sejak 1998 lalu. Saat Jakarta riuh oleh suara mahasiswa yang menuntut Soeharto untuk turun dari jabatannya di tahun 1998, warga yang mendiami lahan tidur di Tamansari, Bandung—yang kini menjadi asrama Institut Teknologi Bandung (ITB)—juga diriuhkan dengan penggusuran pemukiman. Rasimun mengenang, saat itu 70 K e p a l a K e l u a r g a ( K K ) k o r b a n penggusuran dipindahkan ke lahan di kawasan Cisitu Lama dan mendapat kompensasi dari pihak ITB sebesar Rp 200 ribu per-KK. Sejak itulah lahir nama Kampung 200. “Dari pembongkaran kami diberi uang cuma Rp. 200 ribu. Jadi namanya sekarang Kampung 200. Itupun tidak t a h u s i a p a y a n g n g a s i h n a m a pertamanya,” jelas Rasimun kepada Suaka di rumahnya awal November tahun lalu. Saat itu, warga diberi waktu selama satu bulan untuk pindah. Pembagian lahan dilakukan dengan sistem arisan dan terbagi atas kaveling-kaveling seluas 5 hektar. D i u n d i s e s u a i u r u t a n . B e g i t u menemukan lokasi sesuai dengan nomor yang didapat, warga yang m e m i l i k i m o d a l a ka n l a n g s u n g membangun rumahnya masingmasing. “Tapi yang belum memiliki m o d a l , k e b a n y a k a n w a r g a m e m a n f a a t k a n t e r p a l u n t u k menandakan tanah tersebut sudah ada yang memiliki,” kata dia. Namun, tanah tersebut tetap menjadi tanah milik ITB yang ditempati sementara oleh warga Kampung 200.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Bagian Sarana dan Prasarana ITB Slamet Riyadi. Menurutnya tanah tersebut masih milik ITB dan sewaktuw a k t u b i s a d i g u n a k a n u n t u k k e p e n t i n g a n k a m p u s . S l a m e t menjelaskan, sebenarnya pihaknya tidak pernah menerbitkan perizinan secara formal. Warga Kampung 200, kata dia, menempati tanah ITB tanpa i z i n . “ I T B t i d a k m e n g i z i n k a n sebenarnya. Tapi mungkin trand masyarakat karena butuh, langsung bikin-bikin aja,” jelas Slamet kepada Suaka di Lab Doping Lt. 3 ITB, Kamis (12/11/2015). Slamet mengira, dulu pernah ada komitmen yang sifatnya lisan dari pejabat ITB dahulu. Namun, ia mengaku saat ini ITB tidak memiliki data tersebut. Penggunaan tanah negara oleh w a r g a K a m p u n g 2 0 0 d a p a t menimbulkan masalah, karena rawan akan penggusuran. Menurut Slamet, saat ini pihaknya sudah membentuk t i m a d h o c u n t u k p e n g k a j i a n penyelesaian tanah negara yang digunakan pihak ketiga. Selain itu, survei inventarisasi yang dilakukan di p u s a t s t u d i a g r a r i a s u d a h menghimpun apa yang diinginkan oleh warga Kampung 200, jika saja penggusuran akan dilakukan. “Pihak mereka (Kampung 200) meminta dipindahkan di dalam kota yang memiliki akses yang mudah. Namun, baik ITB maupun Pemkot t i d a k p u n y a a r e a u n t u k mengakomodir itu semua, bisa dilihat sekarang tanah mana yang kosong? Tidak ada,” keluh Slamet. Di luar itu, pihak ITB menegaskan, cepat atau lambat, lahan Kampung 200 akan dimanfaatkan. Digunakan untuk apa, kapan waktunya, dan bagaimana nasib warga Kampung 200 sendiri, masih menunggu perencanaan yang sedang


SISI KOTA

SUAKA/ISMA DWI ARDIYANTI

disusun tim ad hoc. Selain masalah perizinan tanah, Rasimun mengaku warga Kampung 200 harus menerima kenyataan tidak mendapatkan beberapa program pemerintah seperti pembagian Raskin (beras miskin) dan perbaikan jalan. Namun, Lurah Dago, Slamet S u p r i y a n t o m e m b a n t a h w a r g a Kampung 200 tidak mendapatkan program pemerintah. “Selama ada p r o g r a m , d i s i t u p a s t i a d a p e n g u r u s nya . M u l a i d a r i k a m i (kelurahan), dilanjut ke RW dan terakhir ke RT,” ujar Supriyanto ketika Suaka menemui di ruang kerjanya, Senin (9/11/2015). Bom Waktu Dosen Sosiologi Perkotaan UIN S G D B a n d u n g , A d o n N a s r u l l o h Jamaludin mangatakan keberadaan perkampungan padat penduduk merupakan hal lumrah yang terjadi di kota-kota besar termasuk Bandung. Salah satu faktornya adalah tingginya arus urbanisasi. “Nah yang menetap itu gak mungkin di tengah-tengah kota, namun di sisi-sisi atau di pinggir

kota itu. Mengapa? Karena kalau di tengah-tengah kota mahal, ada sewa kontrak. Sedangkan yang di pinggirpinggir itu tidak. Jadi urban tadi itu terkonsentrasi di pinggir-pinggir,” jelas Adon, Jum'at (11/12/2015). M e n u r u t n y a , k e p a d a t a n p e n d u d u k a d a l a h p r o s e s ya n g panjang. Diawali dari beberapa warga yang menetap, setelah bertahuntahun terjadilah kepadatan penduduk. Adon juga mengungkapkan adanya permainan dari oknum-oknum di desa atau daerah yang memanfaatkan lahan t i d u r m i l i k p e m e r i n t a h u n t u k dijadikan pemukiman warga. Mereka mengajak kerabat dan warga lain untuk menggunakannya secara ilegal dengan imbalan sejumlah uang. “Akhirnya banyak yang mengklaim tanah tersebut dan dibuat surat-surat dan yang lainnya, itu pun dibuat oleh oknum tertentu, minimal pejabat desa yang bermain di sana,” ujarnya. Keberadaan pemukiman kumuh dan padat dapat menimbulkan banyak ekses negatif. Bagaikan bom waktu y a n g s i a p m e l e d a k , a n c a m a n p e n g g u s u r a n , p e n g a n g g u r a n ,

kriminalitas, dan penyakit akibat sanitasi yang buruk merupakan masalah yang tak bisa dina ikan. “Karena kalau padat penduduk gitu mau apa coba. Pekerjaan sulit, makan harus ada setiap hari. Akhirnya yang timbul kriminalitas,” ujar Adon. M e n a n g g a p i p e r s o a l a n perkampungan padat penduduk yang menggunakan tanah milik negara, menurut Adon adalah tanggung jawab pemerintah. Alangkah baiknya, kata d i a , j i k a p e n g g u s u r a n t e r j a d i , pemerintah memberikan opsi kepada masyarakat. Pertama, mengembalikan mereka ke kampung halamannya dengan memberi kompensasi. Kedua, d e n g a n m e m b e r i r u m a h s u s u n s e d e r h a n a y a n g d i s e d i a k a n pemerintah. Penggusuran tanpa solusi konkret akan menimbulkan masalah baru. “Mereka lebih sederhana dari kita. Tidak akan meminta tempat mewah, hanya meminta kenyamanan dan keamanan. Meminta tempat yang layak agar tenang mencari pekerjaan,” kata Adon menutup pembicaraan. []Kru liput: Restia Aidila Joneva MAJALAH SUAKA 2015

69


KOLOM

panggung Pers Mahasiswa Oleh Muhamad Faisal Al'ansori*

D

i penghujung tahun lalu, mahasiswi sebuah fakultas di kampus ini yang juga reporter Suaka dipanggil seorang dosen ke ruang dekan. Alasannya yaitu karib dosen yang juga atasannya –baca: dekan- tidak terima dengan pemberitaan di tabloid LPM Suaka. Konten tabloid tersebut berisi laporan khusus mengenai dekan baru beserta program kerjanya. Reporter tersebut menulis berita mengenai wacana pemisahan dan pembentukan sebuah fakultas baru. Di dalamnya terdapat narasumber ya n g i d e n t i t a s nya t i d a k d i s e b u t ka n a t a s permintaan narasumber yang bersangkutan. Sebenarnya, wacana pemisahan fakultas ini sudah santer terdengar sejak beberapa tahun lalu. Nampaknya, isu ini membuat dekan terusik. Tiga kali dosen memanggil reporter ini. Ia m e m i n t a L P M Su a ka m e m i n t a m a a f a t a s pemberitaan tersebut. Ini merupakan sebuah fakta menggelikan saat seorang terdidik menyikapi persoalan ini dengan cara intimidatif. Walaupun sampai saat ini keberadaan pers mahasiswa belum diakui oleh Dewan Pers, namun pers mahasiswa selalu berupaya menjaga ruh idealisme dan berupaya memegang Kode Etik Jurnalistik dalam berkarya. Jadi, jika ada pihak yang keberatan dengan karya jurnalistik pers mahasiswa, cara etis untuk menyikapinya yaitu d e n g a n m e l a y a n g k a n h a k j a w a b , b u k a n mengintimidasi lembaga pers atau reporter nya ! M e m i n j a m p e r n y a t a a n H i l l d a l a m pengantarnya di buku Indonesia Raya Dibredel! bahwa kita harus maklum kalau orang yang berwenang selalu berusaha membungkam p e n g k r i t i k n y a g u n a m e m p e r t a h a n k a n kewibawaannya (Haryanto, 2006). Mungkin rasanya masih jauh jika harus mencap dosen yang bersangkutan sebagai pembungkam kritik. Namun, kita harus waspada. Hal ini mengindikasikan bahwa di UIN Sunan Gunung Djati terdapat benih pembungkam kritik. Tidak hanya bereaksi secara kasat mata, kadang berkamu lase melalui sebuah aturan. Naluri kritis harus diasah agar mereka tidak berkembang biak menjadi monster pembungkam.

Hak Berekspresi Kebebasan pers tidak terlepaskan dari paham kebebasan berpikir, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berbicara (Oetama, 2004). UUD 1945 menjamin setiap warga negara memiliki kebebasan untuk berekspresi dan mengemukakan pendapat. UU Pendidikan Tinggi nomor 12 Tahun 2012 pasal 8 pun menjamin bahwa pimpinan perguruan tinggi wajib memfasilitasi kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan. Jadi, hal ini bisa dijadikan dasar secara yuridis bagi pers mahasiswa dalam berkarya. Kejadian semacam ini bukanlah kali pertama yang dialami LPM Suaka. Dua tahun lalu sempat terjadi pemanggilan terhadap Pemimpin Umum dan pimpinan-pimpinan LPM Suaka oleh rektor beserta para wakilnya terkait konten majalah yang membuat rektor naik pitam. LPM Suaka mungkin masih sedikit beruntung dibandingkan dengan kawan-kawan pers mahasiswa Lentera Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah. Majalah Lentera yang mengangkat isu 1965 dengan judul Salatiga Kota Merah dilarang beredar dan dibakar. Tidak berhenti sampai di situ, pimpinannya diinterogasi oleh kepolisian setempat. Kembali lagi ke dalam kampus. Sudah saatnya petinggi-petinggi di kampus ini berteman dengan kritik. Pemimpin-pemimpin yang alergi dengan kritik cenderung memiliki tabiat represif dan bertindak sewenang-wenang. Masa-masa gelap pengekangan kebebasan berpendapat sudah berlalu. Pembungkaman terhadap kritik para aktivis sudah tidak relevan lagi dengan konteks saat ini. Indonesia kini telah memasuki gerbang reformasi. Pers pun memiliki peran yang strategis dalam napas demokrasi. Begitupun dengan kebebasan di ruang akademik. Panggung pers mahasiswa yaitu berupa kebebasan bereskpresi, kebebasan akademik, dan kebebasan mimbar akademik yang dijamin sepenuhnya oleh pimpinan kampus ini. Semoga ke depannya, benih-benih individu pengekang kebebasan ini yang bersembunyi di balik jas dan dasi dijauhkan sejauh-jauhnya dari kehidupan pers mahasiswa. Salam pers mahasiswa ! *Pemimpin Umum LPM Suaka

70

MAJALAH SUAKA 2015


Masih bingung untuk memilih kosmetik aman dan berkualitas yang cocok untuk kulitmu?

Lucky Olshop Company menjual berbagai produk toko serba ada.

Unik, murah, dan berkualitas. Memberikan solusi jitu untuk dapatkan kulit cantik, putih dan sehat . Silahkan hubungi contact kami :

“Good Price, Good Quality N www.pusatkosmetikonline.net & Good Service"

X @luckyols_company 5BEB295E LINE

lucky_olshop2 08572736667

COD FREE ONGKIR Khusus daerah Cibiru

Jadi tunggu apa lagi ? Segera order sekarang juga ! Lucky Olshop Company-Love your self Š2016


IKLAN AZZHAR


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.