Tabloid suaka edisi 14 tahun 2014

Page 1

ISSN : 1420-3117

No.14/Tahun XXVII/Edisi Februari 2014

Tabloid Bulanan

Lembaga Pers Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

24 HALAMAN + FRESH E-mail : redaksi.suaka@gmail.com

www.suakaonline.com Pemasangan Iklan : 085723660443 (Nirra) Sirkulasi : 085795538570 (Sri M)

Cita, Cipta, Cinta dan Karsa

lpm suaka @lpmsuaka

Dikejar Waktu

Pemodal Memburu

report.

Jajal Budaya ala Film Korea

12

Laporan Utama Molornya Pembangunan Si Kampus Hijau 4

Sosok

15

Cik Hasan Bisri iklan


2 Assalamu’alaikum

Editorial

Dari Redaksi

T

abloid edisi Februari menjadi tabloid pertama yang digarap oleh segenap kru LPM Suaka pada tahun 2014, juga merupakan edisi perdana untuk kepengurusan Lembaga Pers Mahasiswa Suaka teranyar. Pada Rubrik Liputan Utama kali ini, kami belum bosan untuk membahas pembangunan UIN SGD Bandung yang belum rampung. Gedung-gedung yang sudah mulai kokoh berdiri serta fasilitas pendukung seperti jalan penghubung antar gedung masih belum selesai dibenahi. Lantas apa faktor sebenarnya yang menghambat aktivitas pembangunan sehingga terkesan lambat? Suaka mengupas lengkap dengan alur pendanaan dan mekanisme pencairan dananya Tak luput, Suaka membahas hubungan warga dan pihak kontraktor yang sempat menuai membuat PP merogoh kocek ratusan juta. Di edisi Februari ini pula, Suaka menambah jumlah Laporan Utama agar liputan yang disampaikan lebih mendalam dan menyeluruh. Lewat Liputan Utama 2, pembaca akan disodorkan dampak lambannya pembangunan dan pihak-pihak yang berani angkat bicara. Korupsi di sektor pendidikan menarik untuk diketahui sebab musababnya, padahal sektor pendidikan merupakan ladang pencetak generasi. Inilah seharusnya menjadi perhatian bersama, yang kemudian kami tuangkan dalam Rubrik Liputan Khusus. Di Rubrik Jejak, Suaka mengajak untuk lebih menjelajah Bandung tempo dulu lewat monumen-monumen yang seringkali dilupakan. Beranjak ke rubrik lainnya, Selisik, Vakansi, Jejak, Sorot, serta Lensa Suaka tetap kami suguhkan untuk para pembaca. Tidak lupa juga Rubrik Opini, Tanggap, Kolom, dan Surat Pembaca tersedia untuk ruang keluh kesah serta berinteraksi langsung dengan para civitas akademika UIN SGD Bandung. Untuk Fresh sebagai suplemen yang menyegarkan, Rubrik Fresh Report siap membawa Fresh Reader menjajal budaya Korea lewat filmnya. Penasaran tentang makanan Korea apa yang serupa tapi tak sama dengan makanan khas Indonesia, Fresh Reader boleh mampir ke Rubrik Fresh Free. Akhir kata, segenap anggota Lembaga Pers Mahasiswa Suaka megucapkan selamat bergabung kepada para anggota magang LPM Suaka 2014. Mari berlatih menghidangkan informasi terbaik untuk para penghuni Kampus Hijau.

Setengah Windu Masih Bersabar Pembangunan UIN SGD Bandung yang bertenggat 31 Desember 2013 belum rampung juga, padahal 2014 sudah menginjakan kaki pada bulan kedua. Betul memang, gedung-gedung Kampus Hijau ini sudah menampakan kegagahannya, namun sudahkah siap huni? Pertanyaan ini menuntut jawaban, alasan mengapa pembangunan Kampus Hijau masih terseok jalannya. Pihak PT Pembangunan Perumahan (PP), sebagai kontraktor selepas Gelora Insan Reksa, tentu tak mau jadi pihak yang dianggap paling bersalah. Tak ayal, manajernya meluncurkan alasan-alasan molornya pembangunan. Selain cuaca yang membuat proses pengecoran terhambat, ada pula masalah pencairan dana yang makan banyak waktu. Alasan administratif dan birokratif memang tak pernah absen meluncur dari pihak-pihak berkepentingan. Soal proses yang berbelit, perijinan yang tak kunjung datang dan masih banyak lainnya. Hal ini tentu menimbulkan tanda tanya, tak adakah antisipasi dalam tubuh pihak kampus dan kontraktor hingga masa pembangunan harus merangsek masa pemeliharaan? Entah sudah berapa edisi kebelakang, Suaka berela hati membahas pembangunan yang tak jadi-jadi. Entah sudah berapa edisi kebelakang, Suaka mengemukakan alasan-alasan untuk membuat civitas akademika memahami, ada apa di balik tersendatnya pembangunan yang hampir setengah windu ini. Seperti yang Fisher ungkapkan di Tabloid Suaka Juli 2012, mahasiswa diharapkan selalu optimis dan sabar menanti. Jadi, kalaupun masa pemeliharaan oleh PP habis di Juni mendatang, pembangunan masih dalam tahap penyelesaian, harapan Fisher tentu harus diulang. Mahasiswa harus optimis, harus sabar. Pun bagi pihak kampus, jangan pernah bosan dan tetaplah bersabar jika mahasiswa tak henti-hentinya menggelar demo dan orasi. Pun dengan PP, tetaplah bersabar ketika dikenai sanksi penalti karena tak rampung menyelesaikan pembangunan Juni nanti. Sebaliknya jika Juni nanti gedung-gedung telah siap ditempati, tanggung jawab besar bukan hanya milik pihak kampus. Melainkan milik kita, milik civitas akademika. Bagaimana menjaga, merawat dan memelihara kampus tetap nyaman dihuni.

Koboi dan Kunyuk

Koboi Donto

bicara UKT!

@kepala_merica

Pemimpin Umum Iqbal Tawakal Lazuardi Siregar Sekretaris Umum

Hilda Kholida Manajer Keuangan

Produksi/Cetak Redaktur Online

Pemimpin Redaksi

Ahmad Rijal Hadiyan

Ayu Pratiwi Ulfah

A. Rijal Hadiyan /SUAKA

Dinda Ahlul Latifah, Ari Wahyuni, Siti Nuraeni Agustia

Wisma Putra, Adi Permana

Ratu Tresna Ning Gusti

Gambar mentah dan penata warna :

Sirkulasi

Firda Firdianti Iskandar, Fadhila Humaira

Putri Galih Ning Gusti

Sekretaris Redaksi

Keterangan kulit muka:

Redaktur Fresh

Redaktur Artistik Layouter

Ahmad Rijal Hadiyan Redaktur Foto

Riska Amelia

Ahmad Rijal Hadiyan, Dede Lukman Hakim

Redaktur Tabloid

Pemimpin Perusahaan

Editor

Muhammad Faisal A, Ratu Arti Wulan Ramadhan Setia Nugraha Iklan Sari Lia Wulan Safitri

Ramadhan Setia Nugraha

Ketua Penelitian dan Pengembangan Anggara Adhe Putra Sekretaris Penelitian dan Pegembangan

Anisyah Al Faqir

Alamat : Gedung Student Center, Lt. 3 No. 15 Kampus UIN SGD Bandung Jl. AH Nasution No. 105, Cibiru-Bandung Email : redaksi.suaka@gmail.com Web : suakaonline.com Facebook : LPM Suaka Twitter : @lpmsuaka

Riset dan Informasi Data

Hengky Sulaksono Pengembangan Aparatur Organisasi

Irfan M. Zainuddin

Wartawan LPM Suaka dibekali kartu identitas dan tidak diperkenankan menerima dan meminta imbalan apapun dari narasumber.


3

Tanggap Komentar Mereka Tentang Perpustakaan UIN SGD Bandung 1

Ya!

Komentar Mereka Tentang Perpustakaan Fakultas

3

Ya!

3

Tidak!

Tidak!

Tidak!

Tidak! 74,8%

25,16%

Tahukah anda keberadaan Perpustakan UIN SGD Bandung?

48,5%

59,6%

5,3%

Apakah buku-buku di perpustakaan universitas sudah cukup menunjang?

25,17%

8,6%

Tidak!

2

Ya!

66,23%

Apakah buku-buku di perpustakaan fakultas sudah cukup menunjang?

Tidak!

2

Ya!

1

Ya!

Ya!

Abstain

Tidak!

Abstain 6,6%

87,4%

5,9%

11,25%

Apakah fasilitas perpustakaan universitas sudah memadai?

75,5%

Apakah fasilitas perpustakaan fakultas sudah memadai?

Perpustakaan Universitas dan Fakultas, Antara Ada dan Tiada

P

erpustakaan merupakan fasilitas utama yang paling penting dalam menunjang proses pembelajaran di dunia pendidikan. Selayaknya kampus lain, UIN SGD Bandung pun memiliki satu perpustakaan tingkat universitas dan delapan perpustakaan di setiap fakultasnya. Namun, selama proses pembangunan, perpustakaan universitas dipindahkan ke Cibiru Hilir untuk sementara waktu. Hasilnya, 25,16 % dari 151 responden tidak mengetahui keberadaan perpustakaan universitas. Sementara itu, 74.83% dari 151 responden yang mengetahui keberadaan perpustakaan univeritas menyatakan bahwa kondisi perpustakaan cukup memprihatinkan. Kehadiran perpustakaan tingkat fakultas yang berperan sebagai penunjang perpustakaan universitas rupanya tidak begitu dikenal di kalangan mahasiswa. Hanya 50,3% dari total responden yang mengetahui. Sisanya tidak mengetahui dan abstain. 75,5 % dari responden berpendapat fasilitas yang ada di perpustakaan fakultas tidak memadai. 64,9% mengeluhkan pelayanan dari pustakawan yang ada di perpustakaan fakultas. Dari 151 responden berpendapat agar perpustakaan universitas dan fakultas menambah buku-buku yang baru, karena koleksi buku-buku yang ada dinilai tidak sesuai dengan perkembangan zaman (lebih banyak buku yang sudah usang). Selain itu, penambahan fasilitas penunjang seperti komputer yang menyajikan data base buku untuk memudahkan pencarian buku, penambahan kursi dan meja baca, pemasangan tata tertib, e-book dan sebagainya. Sebagian besar responden juga menginginkan fasilitas pelengkap seperti wifi dan pendingin ruangan agar mempermudah dalam pencarian referensi serta memberikan kenyamanan.

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari

50,3%

5,97%

50,3%

Tahukah anda keberadaan Perpustakan di tiap fakultas?

Apa kata mereka tentang Perpustakaan Kampus? Sebetulnya terlihat sudah bagus, dari bangunannya baru, tapi di dalamnya masih kurang lengkap. Buku-bukunya masih keluaran lama, referensi-referensi untuk jurusan saya itu masih yang jadul-jadul, sedangkan sekarang dosen memerintahkan minimal untuk daftar pustaka aja dari tahun buku keluaran tahun 2010 ke atas, sedangkan yang ada di perpustakaan kampus itu tahun lama. ~Eko Aprianto, Mahasiswa Jurusan Biologi, semester 4. Fasiltas pokoknya banyak yang kurang. Hanya sekedar ada buku tersedia untuk mahasiswa aja, sudah. Harapanya fasilitasnya lebih baik, perpustakaan nya bisa tertata, kalau dibandingin perpustakaan fakultas lebih enak perpustakaan fakultas. ~Sayidah Iklimah, Mahasiswa Jurusan Psikologi, semester 4 Perpustakaan UIN kedepan, mudah-mudahan akan semakin baik semakin lengkap. Baik perpustakaan manual atau yang digital sehingga kebutuhan mahasiswa untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan baik untuk tugas sehari-hari maupun skripsi itu bisa dimanfaatkan dengan baik. ~ Rosihon Anwar, Dekan Fakultas Usluhuddin


4 Laporan Utama

Molornya Pembangunan Si Kampus Hijau Oleh Muhamad Faisal Al’ansori

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari


Laporan Utama 5



Laporan Utama 7

Fisher Zulkarnaen :

Pembangunan Tak Semudah yang Dibayangkan

G

edung-gedung baru telah berdiri tegak di dalam kampus UIN SGD Bandung. Akhir bulan ini, pembangunan d i h a r a p k a n a k a n r a m p u n g. I s l a m i c Development Bank (IDB) merupakan salah satu penyokong dana dalam pembangunan tersebut. Perjuangan yang ditempuh untuk meyakinkan pihak IDB tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Tidak hanya bermodalkan proposal saja. Kemampuan bahasa, usaha dalam menjalin relasi dengan kampus lain, tidak malu untuk belajar dengan kampus lain, kesabaran dan kerja keras merupakan bentuk usaha lainnya yang ditempuh oleh Project Management Unit (PMU) dalam upaya meyakinkan pihak IDB. Di saat UIN SGD Bandung mendapat bantuan dari pihak IDB, Fisher Zulkarnaen, selaku Manajer Proyek PMU tidak pelit untuk membagi ilmu dengan kampus lain yang menginginkan bantuan dari IDB. PMU merupakan fasilitator antara IDB dengan pihak kampus. PMU juga membantu memfasilitasi dalam hal pemilihan konsultan dan kontraktor. Fisher Zulkarnaen dan rekan sejawatya lah yang menjadi 'aktor' di belakang layar atas keberhasilannya meyakinkan pihak IDB sehingga pihak IDB mau memberikan pinjaman dana guna pembangunan sarana dan prasarana di kampus UIN SGD Bandung. Berikut adalah petikan wawancara kru Suaka Muhamad Faisal Al'Ansori dan Dede Lukman Hakim dengan Fisher Zulkarnaen selaku manajer proyek PMU di ruangannya. Seperti apa mekanisme pengajuan dana ke IDB? UIN mengajukan proposal ke Kemenag, kemudian dari Kemenag meneruskan proposal itu ke Bappenas dan dimasukan ke bluebook. Kemudian Bappenas dengan Kementerian Keuangan melobi ke IDB. Nah dari IDB kemudian melakukan appraisal (penilaian) ke UIN. Kemudian PMU mempresentasikan atau meyakinkan appraisal tersebut kepada delegasi IDB. Setelah disepakati, maka dibuatlah MOU. Selanjutnya bagaimana setelah dibuatkan MOU? Proposal di proses lagi dibawa ke Jeddah dan prosesnya lama. Jadi bangunan ini milik IDB selama 15 tahun terhitung dari setelah beres pembangunan. Selama itu pula IDB melakukan

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari

post evaluation (mengecek kondisi bangunan). Jika ada kerusakan, langsung meminta diperbaiki oleh pihak kampus. Bagaimana jika bangunan rusak sebelum habis dalam kurun waktu 15 tahun tersebut? Ya kita perbaiki, maintenance. Nanti ada dari pihak IDB ke sini. Kan ada namanya post evaluation. Jika ada kerusakan, langsung merekomendasikan untuk diperbaiki, apakah pemanfaatannya maksimal atau tidak, dijaga atau tidak. Maksudnya bangunan milik IDB selama 15 tahun? Ya. Bangunan ini kan milik IDB semua selama 15 thn Kalau lewat 15 tahun? Ya, milik Indonesia. Emang sistemnya seperti itu? Memang kayak gitu Bagaimana jika bangunan ini tidak dijaga dan rusak? Tentu mereka akan kecewa dan kasihan universitas lain di Indonesia yang akan mengajukan dana ke IDB. Jadi tambah susah. Kita tinggal memelihara pemberian orang, sebab dengan berhasilnya kita dalam mengajukan dana ke IDB, maka diikuti oleh kampus lainnya. Ya mudah-mudahan kalau udah jadi, bisa meningkatkan kepercayaan diri kita. Mahasiswa juga mungkin merasa bangga. Dulu mah perpustakaan tuh adanya di Cibiru Hilir, sekarang mah disini. 4 tingkat lagi. Itu kan gede. Langkah-langkah apa saja yang ditempuh ke pihak IDB ? Dengan proposal dan meyakinkan mereka. Kita juga bekerjasama dengan Bappenas, kementerian Agama, Kementerian Keuangan, kemudian dengan IDB yang di Jeddah, panjang itu prosesnya. Dan berkali-kali kita melakukan expose, propose. Terkadang delegasi dari IDB nya ada datang kesini. Sehingga kita dapat meyakinkan mereka. Dengan adanya gedung baru diharapkan mahasiswa yang masuk juga bisa lebih banyak lagi. Tapi kualitasnya juga harus lebih baik. Percuma kan jika mahasiswanya banyak, tapi kualitasnya tidak baik. Nanti IDB nya bakal sedih juga. Dengan adanya bangunan baru ini, yang di

Bandung ini seharusnya memberikan dampak poisitf, kalo ga ada kan percuma juga. Bagaimana bentuk lobi yang dilakukan pihak PMU itu sendiri ? Kita sempat melakukan pertemuan dengan pihak IDB berkali-kali. Pertemuan sempat dilakukan di rektorat dan turun ke lapangan sampai dia yakin. Kalau udah yakin baru dia mau bantu. Kita mencoba meyakinkan mereka berkali-kali. Kan ga semudah itu juga untuk meyakinkan orang asing itu. Kita juga sekarang sedang berusaha minta bantuan ke IDB untuk pengadaan barangbarang guna kerperluan praktikum. Ya mudahmudahan saja kita dapat. Kita kebetulan dapet pembangunan dengan laboratorium bahasa dan Faculty Of Integrated & Computer Center. Setiap fakultas juga dikasih laboratorium. Tapi labnya itu tergantung keperluannya. Mungkin kita nanti akan memasukan sekitar 500 item peralatan untuk laboratorium. Apakah ada persaingan dengan kampus lain saat pengajuan proposal ke IDB ? Kita itu dengan kampus lain melakukan kerjasama. Kita itu tidak saling menjatuhkan, kita saling mendukung. Contohnya UNPAD. Mereka belajar dengan kita, ya kita dukung. Untuk UIN sendiri, saya dulunya minta ilmunya dari UPI. Kita enggak mau maju sendiri, kita juga mau yang lainnya dikasih. . Bagaimana dengan rencana pembangunan kampus di samping Polda Jabar ? Ya itu tanyanya ke rektor lah, jangan ke saya. Mereka dulu pernah merintah ke saya, tapi saya pikir fokus di sini dulu aja. Adakah pesan untuk mahasiswa ? Nikmati bangunan ini, pelihara bangunan ini, m a n f a a t k a n wa k t u u n t u k b e l a j a r d i perpustakaan, jagalah alat-alat yang nanti d i s e d i a k a n universitas. Belajar yang benar!

Fisher Zulkarnaen

(Manajer Proyek PMU)


8 Laporan Khusus

Melemahnya Akhlak, Biang Korupsi di Sektor Pendidikan Oleh Anisyah Al Faqir

L

ebih dari tiga setengah abad, Indonesia sibuk melawan penjajah yang dilakukan bangsa barat. Mereka datang ke nusantara dengan berbagai alasan. Salah satu alasan tersebut karena tergiur akan kekayaan alam yang terdapat di tanah 'zamrud khatulistiwa' ini. Penduduk nusantara berperang dengan penjajah, sekalipun nyawa menjadi tar uhannya. Namun, 68 tahun pasca kemerdekaan, kini Indonesia justru harus berperang melawan korupsi yang dilakukan oleh bangsanya sendiri. Maraknya kasus korupsi yang ditangani KPK dalam sepuluh tahun terakhir seolah menjadi bukti melemahnya moral bangsa. Kasus korupsi tidak hanya terjadi di ranah politik saja. Kasus perampokan uang rakyat yang dilakukan oleh kaum intelektual ini merambah hingga sektor pendidikan.

yang menjadi lahan subur praktek korupsi. Meski jumlah kasus korupsi yang terjadi di Kemendikbud dan PT tidak begitu banyak secara kuantitas, namun menyebabkan kerugian uang negara sebanyak Rp. 397,1 miliar. Di sektor ini, Jawa Barat merupakan provinsi yang paling banyak melahirkan praktek korupsi dengan 33 kasus. Namun, indikasi keuangan negara yang dirugikan hanya Rp. 22,7 miliar. Banten lah provinsi yang paling banyak merugikan keuangan dari sektor tersebut dengan nominal Rp. 209 miliar . “Masih maraknya korupsi sektor pendidikan adalah masih minimnya penerapan perbaikan tata kelola, yaitu transparansi, partisipasi dan akuntabilitas”, ujar pihak ICW yang diwakilkan Tari, selaku divisi monitoring pelayanan publik.

Catatan Satu Dasawarsa ICW Dikutip dari situs www.antikorupsi.org , berdasarkan hasil pemantauan Indonesia Corruption Wacth (ICW), diketahui dalam kurun waktu 2003-2013, penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan dan KPK berhasil mengungkap kasus korupsi di sektor pendidikan sebanyak 296 kasus. Dari jumlah tersebut, ditetapkan 479 orang sebagai tersangka dan indikasi kerugian uang negara mencapai Rp. 690 miliar. Dilihat dari objek korupsi, DAK (Dana Alokasi Khusus) merupakan dana pendidikan yang banyak dikorupsi. Jumlahnya mencapai 84 kasus dan merugikan uang negara terbesar dengan jumlah 265,1 miliar. BOS (Bantuan Operasional Sekolah) menjadi kasus terbanyak kedua dengan jumlah 48 kasus. Korupsi terkait sarpars Perguruan Tinggi (PT) jumlahnya 9, namun merugikan keuangan negara hingga Rp. 57,7 miliar. Dari 282 kasus korupsi, modus yang paling banyak digunakan adalah penggelapan dengan 106 kasus. Hampir 50 % nya terjadi pada dana DAK dan BOS. Hal tersebut dilakukan karena mudahnya mencari celah untuk melakukan penyelewengan. Dinas Pendidikan merupakan sarang korupsi lainnya di sektor pendidikan dengan 151 kasus. Dari sektor ini, indikasi kerugian uang negara mencapai Rp. 365,5 miliar. Selanjutnya disusul oleh lembaga seperti Kemendikbud dan PT

...Kalau Indonesia mau maju, ubahlah pasal tiga itu, bahwa fokus pendidikan Indonesia itu adalah akhlak...

Pendapat Pakar Sebagian besar orang terbiasa mendengar kasus korupsi yang dilakukan para politikus. Sementara itu, media jarang mewartakan kasus korupsi di dunia pendidikan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, korupsi di dunia pendidikan tidak sebanyak kasus korupsi yang dilakukan elit politik. Namun negara mengalami kerugian yang tidak sedikit di sektor pendidikan ini. Pakar Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Mahi Hikmat mengatakan, ”Anggaran negara yang dialokasikan oleh pemerintah pusat mencapai 20% dari total APBN yang dikeluarkan pemerintah dalam berbagai sektor. Hal tersebut secara tidak langsung ikut memperbesar kesempatan bagi para oknum yang tak bertanggung jawab, untuk melakukan tindakan penyelewengan (korupsi)” saat ditemui Suaka pada 16 Januari lalu. Menanggapi hasil pantauan ICW, dosen di Fakultas Adab dan Humaniora ini mengatakan bahwa ada banyak faktor yang melandasi terjadinya korupsi di berbagai sektor, terutama di bidang pendidikan. Faktor-faktor tersebut diantaranya kualitas suprastruktur yang belum memadai, moralitas pejabat lembaga pendidikan, SDM yang belum mampu meng elola administrasi dan pelaksanaan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Selain itu, peran serta masyarakat dalam mengawasi lembaga publik harus lebih ditingkatkan. Kemudian, penanaman kultur transparansi yang masih minim dilakukan badan publik seperti badan legislatif, eksekutif maupun yudikatif hingga lembaga atau perusahaan milik negara maupun swasta. Apabila UU KIP ini dimaksimalkan oleh seluruh elemen masyarakat, secara tidak langsung masyarakat turut serta dalam pengawasan program-program yang dicanangkan oleh lembaga publik. Di sisi lain, masyarakat berhak meminta transparansi dari setiap kebijakan yang dibuat, khususnya dalam pengalokasian anggaran. Hal ini tentu saja bertujuan untuk meminimalisir terjadinya penyelewengan yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggungjawab. Di Indonesia, hal-hal yang menyangkut transparansi belumlah menjadi budaya di lingkungan lembaga publik maupun masyarakat sipil. Walaupun UU tentang transparansi sudah lama diundangkan, namun tampaknya masalah transparansi belum bisa diselesaikan dengan baik. Lembaga publik tertentu justru terkesan antipati dengan transparansi, terlebih jika berhubungan dengan masalah anggaran. Korupsi tidak hanya menyebabkan kerugian dalam bentuk materi. Secara tidak disadari, korupsi bisa mempengaruhi mental seseorang. Seperti yang dikatakan guru besar pendidikan UIN SGD Bandung, Prof. Ahmad Tafsir, ”Sebetulnya sifat korupsi itu yang berdampak membuat orang malas, kerja kurang loyal. Dalam

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari


Laporan Khusus 9 pembangunan, seandainya APBN itu dikorup tiga puluh persen, pembangunan masih jalan! Sifat korupnya ini yang membuat loyalitas seseorang itu mundur” tuturnya. Kasus korupsi yang terjadi di dunia pendidikan memang tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap proses pembelajaran yang ada di sekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya. Namun, hal ini bisa menyebabkan rusaknya mental atau moral seseorang terhadap pola pikirnya. Rusaknya moral berawal dari pemahaman agama yang masih minim. Andai saja setiap orang memiliki pemahaman agama yang baik serta mau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sebesar apapun godaannya, kecil kemungkinan orang tersebut masuk dalam lingkaran setan tersebut. Sayangnya, pemahaman tentang agama yang lemah, akhlak pun menjadi tergadaikan. “Kesalahan pendidikan di kita dari dulu, awalnya dalam UU pasal 2 dan 3 tidak disebut akhlak sebagai fokus pendidikan, melainkan kecerdasan sebagai fokus pendidikan. Kalau Indonesia mau maju, ubahlah pasal 3 itu, bahwa fokus pendidikan Indonesia itu adalah akhlak. Jadi akhlak ini pondasinya”, ujar dosen di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SGD Bandung. Pendidikan setinggi apapun tidak akan berguna jika akhlaknya tidak baik. Sudah terbukti, justru banyak koruptor yang pada kenyataannya pernah mengenyam pendidikan tinggi. Pada dasarnya, pendidikan formal belumlah cukup membentuk kepribadian seseorang menjadi lebih baik. Korupsi merupakan gejala mental sejak usia dini yang melibatkan aspek kognisi. “Pendidikan tinggi bukanlah jaminan seseorang untuk tidak melakukan tindak korupsi”, ujar salah dosen di Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung, Ulfiah. Ia menambahkan, dalam hal ini, korupsi dipengaruhi oleh perasaan ingin menguasai dengan menghalalkan segala cara tanpa ada super ego yang kuat. Korupsi merupakan gejala mental yang tidak sehat yang pada akhirnya dapat membentuk kebiasaan-kebiasaan tidak baik. Apa yang harus dilakukan ? Nasi memang sudah menjadi bubur dan bubur tidak mungkin kembali menjadi nasi. Menjadikan bubur yang enak adalah solusi terbaik daripada terus mencari kambing hitam. Begitupun dengan maraknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Perlawanan terhadap tindak pidana korupsi sudah pasti, namun bagaimana kita harus memulai ? Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menanggulangi dan mencegah berkembangnya praktek keji ini. Jika faktor permasalahan korupsi dilihat dari kaca mata transparansi, maka pemerintah harus meningkatkan kualitas SDM yang mengelola lembaga publik diberbagai sektor. Selain itu, UU No. 14 tahun 2008 tentang KIP juga harus diaplikasikan oleh setiap badan publik yang dibiayai sepenuhnya maupun

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari

sebagian oleh dan dari APBN maupun APBD. “Masyarakat juga harus dilibatkan sebagai pihak yang ikut mengawasi kebijakan yang dijalankan suatu lembaga publik,”, ujar Mahi Hikmat yang mengambil gelar doktor komunikasi politiknya di Unpad. Hal tersebut diamini oleh Tari, “Jika anggaran pendidikan tidak dikelola dengan tata kelola yang baik, maka korupsi di sektor pendidikan masih akan terjadi,”. Pengelolaan anggaran pendidikan harus disertai dengan peningkatan pengawasan dan partisipasi publik. Hal ini harus berbanding lurus dengan lembaga publik yang juga menerapkan asas transparansi, mulai dari membuka perencanaan kebijakan publik dan anggarannya pada masyarakat. Selain mendapat pengawasan dari masyarakat, BPK harus lebih aktif dalam melakukan audit terhadap dana yang dikucurkan pemerintah untuk sektor pendidikan. Karena hal ini mampu meningkatkan pengawasan terhadap dana tersebut.

Sementara itu, dilihat dari perspektif pendidikan, ada dua hal yang harus dilakukan dalam mengatasi krisis moral ini. Pertama, sistem pendidikan harus diperbaiki. Bukan hanya pendidikan di sekolah, tapi pendidikan di lingkungan masyarakat pun harus diperbaiki. Mulai dari mengubah paradigma hingga tingkah laku. Selain itu, fokus pendidikan harus diubah dari kecerdasan menjadi akhlak. “Akhlak tidak banyak dibentuk dari pemikiran, tapi lewat keteladanan, motivasi dan penegakkan aturan. Inti dari permasalahan di Indonesia adalah kemerosotan akhlak.”, pungkas Ahmad Tafsir yang ditemui Suaka pada 22 Januari silam di Gedung Pascasar jana UIN SGD Bandung.[]Kru liput : Hengky Sulaksono, Dede Lukman Hakim, Ratu Arti Wulan Sari/Suaka


10 Sorot

Titik Terang Perjuangan PKL Oleh Ari Wahyuni

B

eberapa waktu lalu, Pedagang Kaki Lima di kampus sekitaran UIN SGD Bandung mengeluhkan tidak enak makan dan tidak enak tidur. Hal itu dikarenakan ketidakjelasan nasib mereka terkait lapak berjualan. Kini mereka dapat bernafas lega. Pasalnya, persoalan ini sedikit demi sedikit telah menemukan titik terang. Rabu (05/02) lalu, semua PKL dikumpulkan di gedung sekretariat Dema untuk membahas

#7

Peraturan PKL yang Berjualan di Koperasi

1. Wajib menjadi anggota koperasi. 2. Wajib menjaga k3. 3. Menyediakan makanan dan minuman berkualitas. 4. Penempatan disesuaikan dengan jenis pedagang. Tidak ada perbedaan untuk pedagang semuanya sama. 5. Tidak diperbolehkan berjualan menggunakan roda, Koperasi menyediakan meja untuk berdagang. 6. Selama minggu pertama, PKL tidak dikenakan biaya. Biaya baru akan ditentukan seminggu setelah PKL mulai berjualan. 7. Ada dua cara pembayaran: bayar tiap hari, ada kasir operator nanti bagi hasil, nanti jika ada aturan baru kita bicarakan lagi. yang penting targetan kita adalah kita satu keluarga, maju bersama.

kelanjutan nasib mereka yang kini akan ditempatkan di gedung tersebut untuk sementara waktu, sembari menung gu pembangunan gedung yang baru selesai. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para PKL dan pihak LPM Cipadung yang diwakili oleh Asep sebagai ketua, Syarief dan Dedi sebagai perwakilan dari koperasi. Dalam pertemuan tersebut, koperasi ditunjuk untuk mengur us manajemen pengelolaan PKL yang mana nantinya akan dibantu pihak IKOPIN. Setelah dilakukan pendataan, ada 41 PKL yang akan menempati lantai 1 dan 2 gedung koperasi UIN SGD Bandung. Selain itu, tahapan musyawarah ini sebagai ajang silaturahmi antara pengurus koperasi kampus dengan PKL, sekaligus penyerahan PKL secara simbolis dari pihak LPM sebagai penanggung jawab kepada pihak koperasi. Sementara itu, pihak koperasi yang diwakili oleh Syarif pun secara resmi siap menerima. Pihaknya mengatakan bahwa antara Koperasi d a n P K L a d a l a h ke l u a r g a , m a k a i a mengharapkan terciptanya kemajuan bersama. Syariefpun tak lupa berharap jika suatu hari nanti koperasi bisa menyokong kesejahteraan PKL setelah mereka menjadi anggota. Ia juga menambahkan bahwa ada satu visi yang sama bahwa PKL yang ada di kampus harus maju. Jika Didi, Koordinator PKL UIN SGD Bandung memperjuangkan tempat, justru pihaknya berjuang untuk meningkatkan pendapatan. Untuk gedung baru yang akan ditempati PKL, peletakan batu pertamanya akan dilakukan sebelum Maret 2014. Gedung baru itu nantinya akan disediakan panggung mini untuk keperluan acara-acara tertentu. Meskipun hanya gedung sementara, pihak koperasi akan mendesain kantin senyaman mungkin sembari menunggu bangunan baru yang diperkirakan akan selesai dalam waktu maksimal 2 bulan.

Pihak Koperasi menegaskan bahwa koperasi dan pedagang tidak bisa dipisahkan dikarenakan kepentingan pedagang adalah kepentingan koperasi. Meski demikian, aturan main penempatan lapak untuk PKL tetap berlaku. Maka7 aturan bagi PKLpun rampung dibuat dan disetujui kedua belah pihak. Asep sebagai ketua LPM Cipadung pun mengucapkan terimakasih kepada pihak Kampus karena telah memfasilitasi PKL yang kini telah berada di bawah naungan koperasi. Mereka diharapkan memegang prinsip K3 (Kebersihan, Kerapihan, Keindahan) gedung sementara yang disewa koperasi dari pihak kampus. Urusan perijinan menggelar lapak di Gedung Koperasi UIN SGD Bandung, harusnya sudah dikantongi PKL pada Kamis (06/02), namun karena alasan ketidaksiapan pihak kampus, mereka memutuskan untuk mulai berjualan pada Senin (10/02). Asep berharap agar semua PKL masuk ke dalam wadah koperasi. Menurutnya, akan banyak keuntungan yang akan di dapat oleh PKL, salah satunya ialah keamanan dan kesejahteraan saat berjualan. Peraturan lebih lanjut akan disesuaikan dengan AD/ART Koperasi UIN. “Kalau kemarin saya tidak enak makan, tidak enak tidur sekarang udah ada titik terang,� pungkasnya lega. Pernyataan tersebut kontan membuat Didi, koordinator PKL merasa bangga dan terharu. Bagaimana tidak, Ia dan PKL lainnya yang tadinya berjualan tidak tenang sekarang sudah bisa menghela nafas lega. “Saya mengucapkan terima kasih terutama ke pihak lembaga yang kalau diukur sekarang ini tidak terukur lah atas fasilitasnya untuk pedagang di UIN ini,� ungkapnya. Ia bersyukur karena perjuangannya selama ini telah mendapatkan jawaban dari pihak kampus. Untuk itu ia berpesan pada PKL lainnya untuk memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan dengan tetap menjaga prinsip K3.[]Kru liput : Dinda Ahlul Latifah, Ratu Tresna/Suaka

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari


Kampusiana 11

Umrohkan Orang Tua ; Buah Manis Mempelajari Al- Quran Oleh Adi Permana

B

anyak prestasi yang ia raih dalam lomba Fahmil Qur'an atau yang akrab disebut lomba cerdas cermat Al-Qur'an. Barubaru ini, ia pun dapat prestasi di Pekan Tilawatil Qur'an (PTQ) yang diselenggarakan oleh Radio Republik Indonesia (RRI). Dalam lomba tersebut ia berhasil menyabet juara pertama. Sehingga ia berhasil pula membawa hadiah utama yaitu Umroh ke Tanah Suci.

mengikuti lomba, saya bisa tahu sejauh mana kemampuan saya dibanding orang lain. Dan kita juga tahu kelemahannya. Terlepas dari segi materi,” kata pemuda kelahiran Cianjur Selatan yang sudah hapal 10 Juz Al-Qur'an itu, pada Suaka Kamis (16/01). Sebelumnya, ia pun sudah banyak meraih prestasi di bidang Fahmil Qur'an. Seperti Juara 3 Fahmil Qur'an se-Jawa Barat, juara Fahmil Qur'an se-Banten dan yang lainnya. Hatinya begitu mulia. Hadiah Umroh lomba cerdas cer mat yang diseleng g arakan RRI di pertengahan tahun 2013 yang diselenggarakan di Ternate, Maluku Utara, ia berikan kepada Ibunya.

Adalah Faiz Jalaludin, mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, semester delapan. Ia berhasil mengharumkan nama Jawa Barat, bahkan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung di tingkat nasional. Prestasi itu tak mudah ia raih, karena harus bersaing dengan peserta lain se-Indonesia. Kerja keras, ketekunan dan motivasi yang tinggi adalah kunci keberhasilannya.

“Hadiah umroh rencananya akan saya kasih ke Ibu. Jadi orangtua yang akan berangkat, karena hadiah tersebut bisa dikasih ke siapa saja,” paparnya

“Saya mengikuti lomba karena dengan lomba itulah yang memotivasi diri. Jadi ketika

Faiz mengaku sangat bersyukur atas prestasinya itu. Meski ia tergolong dari daerah

terpelosok, tapi prestasinya bisa tembus sampai skala nasional. Ia punya kepercayaan yang ting gi. Menurutnya, dengan kita mempelajari Al-Qur'an maka mempelajari hal yang lainnya pun akan menjadi mudah. Asalkan dengan hati yang ikhlas karena Allah SWT. Kalau pun sekarang mendapatkan materi (berupa hadiah umroh), itu adalah buah manis dari mempelajari Al-Qur'an. “Di mana pun kita berada, jurusan apapun kita, tentunya jangan melupakan tugas untuk mempelajari Al-Qur'an. Minimal untuk kita sendiri, karena dengan mempelajari Al-Qur'an otomatis akan memudahkan kita dalam mempelajari hal lain,” pungkasnya. Rasulullah SAW, bersabda “sebaik – baiknya manusia di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya” (Riwayat Bukhari). []

Nabi Muhammad SAW : Tokoh Inspiratif, Pemberi Inspirasi di Hari Maulid Oleh Hilda Kholida

P

eringatan kelahiran Nabi Muhamad S AW, m a s i h d a l a m a m b a n g perdebatan. Perlukah untuk dilaksanakan atau sesuatu yang bid'ah kah? Semua umat muslim pasti punya jawaban masing-masing dan tak perlu untuk diperdebatkan disini. K arena titik permasalahan bukan pada peringatan di hari H-nya, namun bagaimana kita mengamalkan sifat-sifat Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari. Kiranya itulah yang ingin diungkapkan Karnadi, mahasiswa Sains Matematika yang juga aktif di Lembaga Dakwah Mahasiswa ( LDM). “Hari itu kan hanya sebuah momentum ya, buat kita mengingatkan lagi. Tinggal bagaimana aplikasi kita ketika kita memperingati jangan menjadi euforia. Ini menjadi titik balik kita untuk terus mencontoh akhlak-akhlak terpuji dari Rasul,” katanya saat di temui di teras Masjid Iqamah UIN SGD Bandung, Kamis(16/1).

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari

Karnadi ingat betul kisah ketika Nabi Muhammad dijemput ajalnya, beliau begitu khawatir akan kehidupan semua umat setelah sepeninggalannya. Maka patut baginya meneladani Rosul, salah satunya dengan memegang amanah sebagai ketua umum LDM sekarang ini. Berbeda dengan Yogi Darwis mahasiswa Jurnalistik semester empat. Tanggal merah yang jatuh pada kelahiran Rosul telah memberinya inspirasi untuk pergi mengunjungi kota Yogyakarta yang masih kental dengan adat budaya. Ia bersama lima orang temannya hadir di acara Sekaten peringatan maulid nabi Muhammad untuk mengasah hobinya di bidang Fotografi. “Kebetulan kita lagi ngumpulin foto-foto tentang budaya sama anak-anak, yaudah deh sekalian kesana aja,” saat di temui di Gedung FIDKOM, Rabu (22/1). Sekaten sendiri merupakan upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

yang diadakan pada tiap tanggal lima di bulan Jawa Mulud. Pada jaman dahulu acara ini

untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam. Dengan menciptakan sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buahbuahan ser ta sayur-sayuan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram dan kemudian dibagikan kepada masyarakat. Dengan harapan bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Tak hanya mendapatkan hasil foto saja, Yogi mahasiswa asal Kota Cianjur ini sesaat setelah mengikuti acara Sekaten menjadi sadar akan pentingnya menghargai dan melestarikan alam sekitarnya. Baginya peringatan maulid kali ini tak hanya menjadi pengingat kelahiran nabi Muhammad SAW saja, melainkan mengingatkan dia akan pentingnya menjaga hasil alam yang melimpah pemberian Allah SWT.


Editofresh.

fresh.report.

Jajal Budaya ala Film Korea Oleh: Ayu Pratiwi Ulfah

H

alo, Fresh Reader! Semester baru semangat baru dong? Siapa nih yang selama liburan kemarin gak lepas nonton film dan drama Korea? Hayo..

Fresh Reader tentu tahu dong, Korea bukan hanya terkenal dengan boys dan girls bandnya saja, tapi juga dengan filmnya. Tak hanya dibuat terkesan dengan alur ceritanya, aktor dan aktrisnyapun menjadi salah satu daya tarik Film Korea. Walaupun faktanya banyak dari mereka yang wajah dan tubuhnya tidak 100% orisinil, alias melakukan operasi plastik. Do you really wanna know why K-Pop can be that famous ? Satu hal yang pasti, dampak merebaknya K-Pop di Indonesia terjadi karena persiapan yang dilakukan Pemerintah Korea. "Kekayaan Negara Korea sendiri sudah tidak ada. Nah akhirnya, mereka terpikir untuk menjual produk budaya mereka berjenis 'Budaya Pop' melalui K-Pop, drama Korea dan film-filmnya," ujar Tobing Jr, pengamat film dari Komunitas Layar Kita (22/01). Kesadaran akan tidak adanya hal yang bisa diproduksi beberapa puluh tahun kedepan, membuat Pemerintah Korea waswas. Akhirnya, kebudayaan yang dikemas dengan bentuk film dan musiklah yang mereka jual. Cara ini sudah mereka rencanakan sejak 30 tahun terakhir. Wow! Persiapan yang sangat matang bukan? Lelaki yang akrab disapa Bang Tobing ini menambahkan bahwa bentuk genre film-film dan serial Korea yang dibuat sebenarnya tidak lebih bagus dari film-film negara lain. Jepang, Iran dan Amerika contohnya. Jika ditanya mengapa sekarang ini K-Pop lebih terkenal di Indonesia, itu tidak lain pengaruh dari selera anak-anak Indonesia. Umumnya, mereka masih menyukai film-film atau serial drama romantis yang ringan. Tobing berpendapat bahwa Semua ini berawal dari pemikiran Indonesia yang merasa sama-sama dari Asia sehingga pemerintah kita kurang disiplin untuk menyeleksi film-film yang masuk ke Indonesia. Akhirnya seperti ini, guys. Kita kebanjiran film-film Korea dan ini berdampak banyak terhadap gaya hidup anak muda Indonesia. Indonesia Tak Punyai Identitas Film Menurut Tobing, perfilman Indonesia tidak punya identitas. "Contoh simplenya kamu bawa kemana-mana film Nenek Gayung. Kamu gak akan bangga, bahkan bisa saja malu. Beda ketika kamu akhirnya bawa film ya, katakan lah film Korea tersebut, ada perasaan keren ketika kamu membawa film itu," ujarnya. Nah, identitas yang mereka tidak miliki dan perasaan keren ini juga yang akhirnya anak-anak muda sekarang pikir bisa untuk ditiru. Sampai sekarang, konsumen khususnya di Indonesia menjadi ikut-ikutan mengadaptasi lifestyle mereka. Coba deh sekarang tengok anak muda Indonesia lebih gemar menggunakan kosakata Korea dibanding bahasa daerahnya. Mereka juga gemar berganti-ganti gadget hanya karena ingin memiliki semua hal yang sama dengan yang ada di Film Korea. Alhasil, konsumerisme di negeri ini meningkat drastis. Hayo, gimana tuh Fresh Reader pecinta drama Korea, kalian kah salah satu anak muda itu? Hihi. Eits, tapi jangan negative thinking dulu ya. Teni, mahasiswi Stikes Dustira justru punya anggapan lain. Menurutnya, meski film Korea punya cerita tak jauh berbeda dengan kebanyakan film Indonesia, tapi pemainnya lebih berkualitas. “Contohnya kalau filmnya tentang penyanyi atau penari, castnya pasti beneran bisa nyanyi atau nari, jadi gak lips-sinc gitu.�

Bicara soal kualitas film, Cucu Nur Jamilah, yang menggemari Film Korea tak ingin buta mata. “Kalau action tetep bagus yang Barat,� ujar mahasiswi jurusan Bahasa Sastra Inggris ini (27/01). Well, tidak tuntas rasanya jika kita tidak membahas sisi lain dari film terutama mengenai penghargaannya. Sesuai pengamatan Fresh memang sulit mencari film Korea yang pernah mendapatkan penghargaan di mata dunia. Bukan berarti filmnya tidak baik, tapi mungkin film mereka belum memenuhi kriteria yang diinginkan. Hal ini juga diiyakan oleh Bang Tobing. Menurutnya, beliau sulit menemukan nilai lebih, dalam artian sebenarnya film-film korea ini baru menonjolkan wajah aktor-aktor mereka dan kalaupun ada film-film mereka baru sampai level nominasi saja. Pada akhirnya itu semua kembali sama persepsi dan selera kita. Toh, gak salah juga kok kalau kita suka dengan film-film bergenre ringan. Tapi mungkin, mulai sekarang kita harus pandai memilih, tontonan mana yang benar-benar worth watching. Jangan sampai kita cuma kebawa arus selera mainstream. Got it, Fresh Reader? []Kru Liput: Fadhila Humaira, Ayu Pratiwi/Suaka.

resensi.

Oleh Fadhilla Humaira

Judul Buku : Televisi Penulis : Raymond Williams Penerbit : Resist Book Halaman : 217

B

osen baca novel? Mungkin saatnya kalian beralih sedikit untuk membaca buku-buku non fiksi yang sedikit serius di sela waktu senggang. Don't stop to one book! Fresh reader bisa memilih satu buku berjudul 'Televisi' sebagai menu bacaan harian kalian nih. Buku ini menuliskan mengenai asal-usul televisi dan pengaruhnya dari awal hadir hingga menjadi barang wajib yang harus dimiliki hampir seluruh rumah di kehidupan kita. Buku yang ditulis pada tahun 1974 tersebut menularkan pemikiran-pemikiran kritis mengenai televisi. We guess kalian akan merubah mindset kalian mengenai televisi selama ini setelah membaca buku ini. You know guys? Sebelum mengenal televisi, masyarakat pada umumnya hanya mau mengetaui segala jenis informasi berdasarkan apa yang mereka inginkan saja. Mereka membaca berita, pamflet dan informasi dengan memilahnya terlebih dahulu untuk mengetahui mana yang penting, selebihnya mereka tak hiraukan. Berbeda ketika manusia mengenal televisi, secara tidak sadar antusias masyarakat meningkat untuk mau menyaksikan program yang bahkan mungkin mereka tidak membutuhkan menonton tayangan tersebut. Gak sabar untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai televisi? fresh setuju untuk memilih buku ini sebagai salah satu rujukan bacaan minggu ini. Gak hanya menikmati tontonannya saja ya fresh reader, kalian juga harus tahu sejarah peradaban televisi hingga dampak-dampak dari televisi itu sendiri mempengaruhi kehidupan kita. . Last but not least, have a great time reading


fresh-free.

Indonesia terdapat makanan yang serupa dengan kimchi, tidak lain adalah asinan. Dari komposisi dan rasa yang dihasilkan dari asinan hampir serupa dengan kimchi. Perbedaanya menurut salah satu owner Korean Fan Café di Bandung, Yuli, terletak pada minyak ikan yang dipakai. Biasanya kimchi menggunakan minyak ikan sehingga rasanya agak amis.

Cita Rasa Otentik Namun Identik

Oleh Firda Firdianti Iskandar resh Reader, kali ini kita mau memberikan informasi lagi mengenai korea tapi dari segi makanannya yang tentu saja akhir-akhir ini sedang diminati oleh anak muda Indonesia.

F

Usaha Negara Korea untuk memperlihatkan makanan khasnya ke dunia memang patut diacungi jempol ya, fresh reader. Hampir semua variety show ataupun serial drama nya pasti terdapat adegan makan. Tanpa sadar, setiap penonton disihir dengan kenikmatan yang terlihat dari scene tersebut. Hal ini juga diakui oleh Nikita Fatah, salah satu mahasiswi UIN jurusan Fisika Sains yang menggemari makanan Korea. “Sukanya pertama kali sama drama dan keterusan addict sampe sekarang, awal suka makanannya juga dari drama.” Jelas anggota KPopers UIN Bandung ini (24/01). Nah, dengan ketenaran makanan khas Korea ini, menjadikan ladang usaha baru di Negara lain, yaitu membuka restoran masakan Korea. Hal serupa juga sedang menjamur di Negara kita, lho. Sebagai contoh, salah satu restoran Korea di Bandung yaitu Chingu Café, yang bertempat di Jl. prof eyckman no 28. Pada umumnya, makanan yang dijual di cafe ini sama dengan cafe Korea lainnya. Mereka menyediakan Kimchi, Bulgogi, Taekbokki sebagai menu utama mereka. Tahukah kalian, kalau sebenarnya menu-menu Korea favorit kalian itu hampir mirip dengan masakan asli Indonesia sendiri? The top of the list yang akan Fresh bahas adalah Kimchi. Pastinya tahu dong makanan pendamping yang satu ini? Kimchi adalah sayuran fermentasi yang dibumbui dengan bawang putih, dan bahan lainnya. Makanan ini ternyata termasuk di dalam 5 besar 'Makanan Tersehat di Dunia' versi majalah Health. Tentunya karena komposisi makanan pelengkap ini adalah sayuran yang kaya akan serat. Nah, ternyata di

“Taste nya jadi beda juga, karena bumbu Korea biasanya lebih strong, kalau di Indonesia jadi mirip acar juga sih.” Terang pemilik Cingu Café ini. (24/01) Ada lagi makanan indonesia yang rasanya mirip dengan dish korea. Ok, let us compare semur dan bulgogi. Bulgogi ternyata bertengger di list 23 dari 50 makanan terlezat di dunia versi CNN Go tahun 2011. Wow! Nah, Semur dan Bulgogi ini pada dasarnya sama-sama berbahan dasar daging sapi yang diberi bumbu berkuah. Bedanya, semur berasa manis yang mendominasi, sedangkan bulgogi biasanya lebih asin dan sedikit pedas. Ketika makanan Korea masuk ke negara kita sebenarnya gak 100% otentik. Ada pula santapan yang diubah bahan dasarnya. Adalah Jajjangmyeon atau makanan yang berupa mie diberi kuah hitam manis dengan taburan daging. Nah, di negeri aslinya, daging yang dipakai biasanya daging babi loh, makanya ketika menu ini masuk ke restoran Indonesia biasanya komposisi makanan tersebut diganti dengan daging sapi. Kalau diperhatikan dari segi komposisi dan tampilan, makanan ini mirip dengan mie ayam atau mie yamin di Indonesia. Setuju kan? Walaupun dirasa identik, namun rasa yang dihasilkan biasanya berbeda. Diantara 2 negara ini tentunya memiliki cita rasa masing-masing. Makanya gak heran kalau banyak orang Indonesia yang tetap memilih makanan lokalnya sendiri seperti yang dirasakan Nikita. “Makanan Korea itu bikin tertariknya karena penampilannya yang warnawarni. Kalau rasa mah masakan Indonesia tetep the best.” Lanjut Nikkita. Untuk Fresh Reader yang ingin banget merasakan masakan Korea di drama favoritnya tapi belum sempat mendapatkannya, kalian bisa coba dulu masakan Indonesia diatas yang identik. Selain lebih mudah didapetin, harganya pun lebih bersahabat di kantong. Tapi kalau memang penasaran banget sama makanan yang dimakan aktor serial drama kalian, silakan cari café Korea terdekat karena sekarang sudah menjamur dimana-mana. Well, Selamat mencoba![]Kru liput: Fadhilla Humaira, Hilda Kholida

Fresh Style. Oleh Fadhilla Humaira

FRESH OUT LOOK

Fresh Timeline. Ini dia fashion inspiration yang tepat dipakai saat cuaca dingin atau musim hujan. These are the winter daily look a la fresh! Tentunya outfit di samping ini sangat sederhana jadi bisa dipakai sehari-hari terutama di kampus kita tercinta yang tidak memungkinkan kita memakai outfit yang ribet ya, Fresh Reader :D Boy: perfect to mix coat dan sepatu aksen. Girl: gak perlu takut terlihat monoton menggunakan sweater. Mix dengan rok lurus dan sepatu vintage. So edgy! Note: selamat untuk Farida Fasya (BSI/VI) dan Ikmalul Miftah Z ( Manajemen/II), kalian berhak mendapatkan hadiah menarik dari Fresh. Silakan menghubungi twitter @suakafresh ya! Bagi yang mau fotonya dipajang di Rubrik Fresh Style, follow Twitter @suakafresh dan kirim foto head to toe Fresh Reader ke suakafresh@gmail.com.

Oleh Firda Firdianti I.

Ants never sleep.

Rain contains vitamin B12.

Onion is actually tasteless, it is just smelly.

Over a year, your hair has grown about 12 cm and your nails have grown about 4 cm


14 Selisik ibadah tersebut. Selang lima hari dari kejadian tersebut, pihak warga Desa Mekar Galih dan Gereja Pantekosta melakukan rapat bersama. Bambang Rianto selaku Camat Jatinangor menjadi moderator. Pertemuan ini dipimpin oleh Asep Sudrajat yang mendapat mandat untuk menggantikan wakil Bupati Sumedang, selaku Kesatuan Bangsa (Kesbang) dari Pemkab Sumedang.

Perijinan Rumah Ibadah, bak Jarum dalam Tumpukan Jerami Oleh Wisma putra

I

ndonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku, bangsa dan agama. Dengan kemajemukan ini, negara berkewajiban dan bertanggungjawab untuk melindungi dan menghormati setiap unsurunsur pembentuk kemajemukan. Kebebasan beragama dan berkeyakinan sebagai Hak Asasi Manusia (HAM) yang bersifat pokok, merupakan unsur yang termasuk di dalamnya. Tetapi pada kenyataannya, negara ini menunjukkan ketidak konsistenan dalam memberikan perlindungan dan penghormatan terhadap hak atas kebebasan beragama serta berkeyakinan bagi warganya. Hal ini dapat dilihat dari eskalasi penutupan, penyegelan dan penyerangan bahkan pembongkaran terhadap rumah ibadah. Masalah perizinan rumah ibadah Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) Jatinangor merupakan salah satu contohnya. Rumah ibadah ini beralamatkan di Jalan Rancaekek, No. 219, Desa Mekar Galih, Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang. Masalah keberadaaan rumah ibadah tersebut menuai kontoversi sejak 2011 lalu d e n g a n w a r g a s e t e m p a t . Wa r g a mempermasalahkan izin pendirian bangunan. Warga menganggap rumah ibadah tersebut merupakan rumah tinggal yang dijadikan sebagai rumah ibadah. Bernard Maukar, pendeta GPDI Jatinangor mengatakan bahwa proses perizinan sudah ditempuhnya sejak dulu. Namun hasilnya tetap nihil. Saat Suaka mendatangi kediamannya, Rabu (22/01), Bernard berujar, “Cukup sulit untuk mendapatkan perizinan dari pemerintah terkait,” Seperti diceritakan Bernard, rumah ibadah tersebut didirikan tahun 1987. Proses peribadatan pun berjalan dengan baik. Tahun 1994, pihaknya telah mendapat surat izin operasional gereja dari Bimas Kristen Kanwil Kemenag Jawa Barat untuk pelayanan kerohanian. Surat izin tersebut juga telah ditembuskan kepada Pemda Kabupaten Sumedang. Memasuki tahun 2002, permohonan izin disertai dengan tanda tangan persetujuan warga sudah diserahkan kepada aparat Desa Mekargalih. Selang 2 tahun, permohonan ulang

izin kepada aparat desa tidak direspon sama sekali. Seiring berjalannya waktu, pihak GPDI kembali menanyakan proses perizinan tersebut. Akhirnya, Don Mardono, yang waktu itu menjabat sebagai bupati, menyatakan bahwa berkas yang diserahkan pihak GPDI telah hilang. Serangan Pertama 17 Juli 2011, saat melakukan kebaktian, tibatiba Bernard mendapat kabar mengejutkan. Kapolsek Jatinangor melalui telepon selularnya, mengabarkan akan datangnya sebuah kelompok yang meminta penghentian aktivitas di rumah ibadah tersebut. Kelompok tersebut datang dengan berteriak dan membawa spanduk bertulisan “usut gereja liar !”. Puluhan jemaat mengamankan diri dengan mengunci diri di dalam rumah ibadah. Kelompok tersebut merusak fasilitas rumah ibadah sambil mengacung-acungkan senjata tajam. GPDI mendapatkan penyerangan yang kedua kalinya pada tanggal 30 September 2011. Semenjak kejadian itu, Bernard diajukan ke Pengadilan Negeri Sumedang dengan dakwaan melanggar tindak pidana ringan terhadap pasal 4 ayat (1) huruf a Perda Kab. Sumedang No. 2 tahun 2000 Jo pasal 2 ayat (1) Perda Kab. Sumedang No. 4 Tahun 2000 Jo pasal 3 Perda Kab. Sumedang No. 9 tahun 2009. Tanggal 13 Oktober 2011, Bernard divonis bersalah karena tidak memiliki IMB Gereja Pantekosta. Penyerangan untuk yang ketiga kalinya terjadi pada tanggal 15 juli 2012. Kelompok tersebut masuk ke gedung gereja. Mereka merusak serta menghancurkan peralatan-peralatan yang ada di gedung gereja. Para pelaku pengrusakan juga mencorat-coret pintu gerbang gereja. Akhirnya, Bernard Maukar menandatangani surat penahanan tersebut dan langsung dibawa ke Lapas Sumedang. Bernard dikurung selama tiga bulan dari tanggal 30 Januari – 29 April 2013. Tanggal 24 November 2013, warga Desa Mekargalih kembali mendatangi rumah ibadah tersebut. Belasan warga menuntut pihak gereja untuk mengosongkan tempat ibadah tersebut. Warga merasa geram bukan karena larangan untuk beribadah, melainkan mempermasalahkan izin pendirian rumah

Tanggal 31 Desember 2013, rumah ibadah tersebut kembali didatangi oleh warga setempat. Kini jumlahnya lebih banyak dari kejadian sebelumnya. Permasalahan yang berlarut-larut ini menjadi sorotan Kaplolres Sumedang, AKBP Hadianur. Hadianur menyiagakan anggotanya untuk melakukan pengamanan dan koordinasi dengan Polsek Jatinangor dan Koramil Jatinangor. Permasalahan ini belum menemukan titik terang. Asep Sudrajat selaku Kesbang dari Pemkab Sumedang saat dihubungi Suaka, kamis (23/01) mengatakan, “Tim verifikasi yang kemarin tidak berjalan dengan baik, yang dimana pihak gereja hanya mengandalkan KTP sebagai syarat perijinan,”. Asep menambahkan, “Bupati Sumedang baru-baru ini selesai dilantik. Kami dan tim langsung akan membentuk tim verifikasi untuk tindak lanjut. Insyaallah tim kali ini tidak akan merugikan kedua belah pihak. Bupati akan mengurus sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku,” pungkasnya kepada Suaka. Bernard Maukar Berjuang Lewat HAM Semua ini harus menjadi tanggung jawab bersama pihak terkait. Salah satu solusinya adalah dengan membuat aturan hukum dan kebijakan yang menciptakan rasa aman bagi warga negara dalam melaksanakan ibadah, agama dan keyakinannya. Ini merupakan amanat hukum dan HAM, bahwa negara mempunyai kewajiban pokok terhadap hak asasi warga negara yaitu: melindungi (to protect), memenuhi (to fulfill) dan menghormati (to respect) hak asasi warga negara. Hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan turut di dalamnya. Pujian layak diberikan kepada Bernard Maukar, pendeta GPDI. Bernard dapat dikatakan sebagai korban pelanggaran dan sekaligus pejuang HAM. Niatnya tidak pernah surut, apalagi lari dalam menghadapi ancaman dan intimindasi dari massa yang menolak pendirian/perizinan rumah ibadah. “Kami akan terus berusaha, walaupun perizinan yang ditempuh sulit. Kegiatan kami sementara dihentikan. Cukup menyayangkan, ini bukan negara komunis. Ini adalah NKRI yang demokrasi. Tak ada yang berkuasa, kalo memang berkuasa keluarlah dari NKRI ini,” ucap Bernard dengan semangat. Dalam akhir pembicaraannya, Bernard mengatakan jika dirinya tidak akan menyerah. “Ibadah itu bukan kegiatan tercela. Ibadah tidak melaanggar hukum. Justru orang yang melarang orang beribadah itulah yang seharusnya melanggar hukum” pungkasnya.[]

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari


Sosok 15

Separuh Masa Hidup Tanpa Lencana Oleh Anggara Adhe Putra

M

emberi itu lebih baik dari pada menerima, apa lagi meminta”. Kalimat itu terucap dari Cik Hasan Bisri, pria yang menghabiskan setengah dari hidupnya untuk mengabdikan diri pada UIN SGD Bandung. Sosok inilah yang menjadi rujukan banyak dosen di kampus yang akan melakukan penelitian ilmiah. Tak banyak yang ia kerjakan setelah pensiun dari dunia kampus, namun diruangan berukuran 4x3 meter yang disesaki oleh tumpukan buku yang tersusun rapih ia habiskan waktunya sehari-hari dengan menulis buku. Tiap Selasa malam ia dan beberapa dosen senior yang ada di kampus UIN SGD Bandung rutin mengadakan diskusi di dalam ruangan yang biasa ia sebut sebagai kantor. Baginya, perubahan yang terjadi pada kampus UIN SGD Bandung, harus lah diimbangi dengan perubahan akademik. Tidak cukup hanya organisasi saja yang berubah, apabila dulunya lembaga pendidikan berbentuk Institut hanya satu bidang ilmu yakni agama saja, setelah berubah menjadi Univeritas ada berbagai macam rumpun ilmu yang dipelajari. Ia merasakan perubahan di kampus hijau UIN SGD Bandung telah terjadi pergeseran tujuan kearah orientasi perubahan yang pragmatis. “Sekarang ini orientasinya lebih pragmatis, sedangkan akademik adalah ruh nya, nah oleh karena itu kalau itu ruh nya maka yang harus dibangun adalah budaya akademik” ujarnya saat ditemui Suaka, di kediamannya Senin (21/01). Baginya inti dari kampus adalah akademik. khusus di UIN SGD Bandung saat ini yang harus dibangun adalah budaya akademik. “Inti kampus adalah akedemik, bukan administratif bukan organisasi, bukan keuangan. Lainnya adalah penunjang jadi wadahnya itu akademik. Nah, sekarang perguruan tinggi yang harus dibangun adalah budaya akademiknya” terang Cik Hasan Bisri. Ia sudah mengabdikan diri untuk UIN SGD Bandung sejak tahun 1977. Sembilan tahun setelah kampus ini berdiri yang sebelumnya memiliki nama Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Lima priode kepemimpinan rektor berganti, ia tetap setia mengabdikan dirinya untuk kampus ini. Selama mengabdikan diri untuk kampus sudah banyak karya-karya yang dibuat untuk kemajuan kampus UIN SGD Bandung. Tak terhitung berapa buku yang sudah ia tulis, Panduan-panduan terutama panduan penelitian , penjamin mutu , bahkan panduan penelitian yang

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari

ia buat pernah digunakan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Republik Indonesia. Namun, tak banyak perngahargaan yang pernah ia terima dari UIN SGD Bandung sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya. Tigapuluh tujuh tahun ia bekerja dan mengabdikan dirinya untuk kampus. Ada beberapa penghargaan yang ia dapat seperti, penghargaan sebagai dosen teladan dari fakultas Syariah dan Hukum di tahun 2005, Pengahargaan dari Kementrian Agama atas pengajuan dari kampus sebagai dosen teladan tahun 2006. “Didaulat sebagai dosen teladan, tetapi saya sendiri gak dapet suratnya, cuma dapat hadiah laptop waktu itu” ujarnya sambil tertawa kecil. Prinsip teguh yang ia pegang, baginya penghargaan bukan sesuatu yang dicari oleh seorang akademis. Memberi itu lebih baik dari pada menerima, apalagi meminta penghargaan. “Saya tidak pernah meminta. Lebih baik orang mengakui sesuatu kemudian memberikan” katanya. Ia pernah mundur dari jabatan sebagai Kepala Bagian Kemahasiswaan, Ia pun pernah menolak saat ditawari menjabat sebagai Kepala Bagian Pendidikan, bahkan pernah ada yang menawari ia menjadi Rektor UIN SGD Bandung pun ia tolak. “Ya ada juga yang meminta saya menjadi rektor, tapi saya tanya. Masih ada gak yang mau menjadi rektor? Ya saya berikan kepada orang lain” katanya. Sudah banyak yang ia lakukan untuk kampus, salah satu yang pernah ia lakukan dan berpengaruh terhadap perkembangan kemajuan kampus, ketika melakukan “pengkaderan” pada 180 dosen-dosen muda pada tahun 2001 sampai 2006. Pengkaderan itu berupa pelatihan, dosen muda diberikan pelatihan ketat melalui proses seleksi. Kemudian dilatih wacana, yang terpeting adalah keterampilan dalam penelitian keterampilan menulis hasil penelitian. Serta keterampilan mempresentasikan hasil penelitian. Tak terhitung berapa banyak yang ia berikan untuk kampus terutama dalam bidang akademik Cik Hasan Bisri berpegang taguh bahwasannya seseorang yang menjadi ilmuan atau akademisi bukan semata penghargaan yang dicari. Bagi dirinya sebuah penghargaan walaupun diberi, belum tentu ia akan menerima. Apabila penghargaan tersebut tidak cocok dengan hati nuraninya. “Penghargaan itu bukan hanya dari pimpinan, bisa jadi dari mahasiswa yang penah jadi murid. Seperti apa yang saya tulis bisa bermanfaat menjadi rujukan. Itu juga merupakan sebuah penghargaan” ucapnya sumringah.

menulis. “Yang namanya perdaban tinggi itu disebut great tradition (tradisi besar). Salah satu ciri peradaban tinggi itu adalah berkomunkasi melalui tulisan,” ujarnya dengan penuh semangat. Baginya, jika cara mengajar hanya berbicara saja, tentu tidak akan berbekas. Namun apabila dituliskan walau hanya dua dan tiga halaman. Tentu akan dibaca dan terus ada. Jadi yang kita tulis hari ini, belum tentu disenangi dan dipahami oleh orang lain di masa yang kan datang, sepuluh atau duapuluh tahun mendatang,” jelasnyanya. Ia tidak pernah berhenti memberikan kontribusi terutama dibidang ilmu agama, ia m e r a s a k a n b a h wa i l mu t e n t u h a r u s dikembangkan. Namun realitasnya ilmu agama itu ada pada level yang lemah. “Kita belajar dimanapun sehar unya gunakan untuk merevitalisasi ilmu agama, agar tidak tertinggal jauh dengan ilmu lain. Di kampus ini masih bercampur aduk antara ilmu dan agama. Ilmu adalah alat, sedangkan agama adalah nilai. Suatu nilai semestinya menjadi pedoman hidup. Ilmu hanya untuk memudahkan saja” ujar pria yang menjabat secara fungsional sebagai Lektor Kepala UIN SGD Bandung. Pesannya kepada seluruh kalangan civitas akademika kampus, baik dosen mau pun mahasiswa agar mampu mengamalkan ilmu yang dimiliki. “Ilmu itu amaliyah, ilmu itu harus diamalkan. Menyebarkan, menyampaikan, mengajarkan pada orang lain. Dan beramal itu harus menggunakan ilmu” ucapnya. Apa pun itu, yang ia lakukan untuk kemajuan kampus pantaslah mendapat apresiasi dan pengahargaan. Atas dedikasi, kontribusi, jasa dan pengorbanannya patut menjadi teladan bagi semua civitas akedemika. Prinsip teguh yang yang selalu ia pegang, baginya penghargaan bukan sesuatu yang dicari oleh seorang akademis. Memberi itu lebih baik dari pada menerima, apalagi meminta penghargaan. “Kita harus mencintai kampus ini” pungkasnya menutu p perbincangan hangat dengan Suaka.

Lebih dari apa pun, ia sangat mencintai kampus. Sebuah tempat dimana ia habiskan , selama separuh waktu dari umurnya. Tawaran menjadi politisi dan hakim ia tolak , saat diberikan pilihan untuk meng ambil administrasi, politik atau ilmu. Teguh ia memilih ilmu sebagai bagian dari hidupnya. Peradaban yang tinggi adalah peradaban

Cik Hasan Bisri


16 Opini

Yang Laten Dibalik Derma (Semacam refleksi atau semisal fiksi?)

Oleh Acuz*

S

uatu pagi, matahari terbit terlalu dini. Teriknya menyengat tiba-tiba, tak ada ritual pagi, kokok ayam nyaris bungkam, tanpa tetesan embun. Sementara di lelubang pohonan mahoni itu, sepasukan semut pekerja, mengira dirinya bangun kesiangan. Berselimut duka, bersiaplah melahap raut muka ratu semut yang murka. Sejumput putri malu di pekarangan dengan enggan menggeliatkan dedaunnya, enggan atau nyaris mengering, dilumat moncong mentari yang membakar terlalu dini. Entah apa yang membuatnya terbit sesilau ini, laiknya waktu yang dirangkum, sebuah fragmen pagi yang dilipat, mendadak lesap, lenyap, kacaui kodrat dan alur hayat. Laiknya mukjizat ataukah laknat? Ketika itu, aku tidak terlalu ingin terganggu, dengan menyaksi apapun, mendengar kabar apapun, aku, seperti bebal dengan segala, kecuali dengan kabar konyol berikut ini: Di bawah rindangnya pohon itu, dua mahasiswa tengah masyuk berhadap-hadap muka, tak geming dengan rerupa. Lalu lalang mahasiswa-mahasiswi, datang-pergi entah mau kemana. Satu-dua deru kendaraan melintas, di dalamnya entah berisi dosen atau badut, tangannya melambai, bibir tebalnya menyeringai dan bergumam “Dasar mahasiswa malas, lihat saja nanti di dalam kelas..!” Sementara sederet warung jajanan itu saling berjibaku, salah satu empunya mengusap peluh seraya berseru “Ayo kemari, cairkan dialog alot kalian dengan segelas kopi dan roti, atau dengan satu-dua batang rokok mild favorit para banci barangkali!”. Tapi dua mahasiswa itu tetap dalam posisi, hanya sesekali tergoda oleh satudua raut licin mahasiswi, lantas kembali pada fosenya, saling berhadap-hadap muka. Aku perlahan mendekat, satu-dua meter jaraknya, sekedar ingin menguping perihal apa yang dengan menggebu digunjingkannya itu. Dengan agak parau, suara mahasiswa berkaos merah itu memulai, “Hari ini ada kabar bahwa beasisiwa telah dicairkan, Bung. Apa sudah kamu cek ke ATM?” “Oh ya, belum, baiklah satu-dua jam dari sekarang segera akan kukonfirmasi ke mesin ATM. Siapa tahu sudah cair, nanti sore kita bisa makan besar, Bung, kita borong semua, haha…” tukas mahasiswa berkemeja kotak-kotak itu, gelegar tawanya seperti buta kala sehabis menyantap babi gemuk bulat-bulat.

Sementara, dalam lima-enam menit kemudian, aku tak lagi tergiur ocehan mereka. Rasa penasaran ini sirna seketika, terganti perasaan getir yang tiba-tiba, lantas pergi menjauh dengan raut yang tolol seraya bibir kian tak henti meracau, gusar, sesal. Mentari sungguh terlalu dini menjemur reranting dan genting kelas, di dalamnya, Aku tengah larut dalam tegun. Di benakku berkelebat kalimat orang bijak “Berhati-hatilah dengan pemberian, ia bisa membunuh sisi liar dan perlahan mengikis daya kritis”. Aku seperti baru saja diberi satu ilustrasi yang mencolok mata dari fragmen dua mahasiswa tadi, seperti berupa afirmasi dari kalimat bijak yang berkelebat itu. Derma adalah diksi yang lumrah diumbar dalam lanskap moralitas manusia. Diksi ini dengan mafhum dipakai sebagai wujud lain dari hadiah atau “pemberian” sehingga konotasi derma lebih kentara dengan nuansa spiritual, setali tiga uang dengan “tulus” dan “ikhlas” se per ti ter tera dalam kalimat bagus, "berdermalah dengan niat yang tulus dan hati yang ikhlas". Tapi, dapatkah dimaklumi jika pemberian secara cuma-cuma laiknya yang diterima banyak mahasiswa macam dua lelaki muda itu sebagai wujud derma? Sebab derma, sejatinya menukik ke sisi spiritual manusia, yang berderma atau yang menerima, sama-sama saling menjunjung tinggi keluhuran budi umat manusia, bukan sebaliknya. Ia hanya dijadikan topeng atau temali, demi mengecoh atau mengekang hal paling sublim sisi lain manusia, atau sebagai wajah lain dari selubung perbudakan? Bukankah derma, seyogyanya menjadi bagian ritus pengangkatan martabat, memanusiakan manusia, dimana kita saling kasih-mengasihi, khidmat dalam ektase mencumbu ritme Tuhan Yang Maha Kasih. Apa boleh buat, kematian eksistensial macam begini, sisi liar berikut daya kritisnya kini kadung terjadi, di vbawah langit senja yang jingga dengan khusyuk dan arif, sesiapa tengah menyaksi tragedi holocaust ini berlangsung di lembaga bernama perguruan tinggi. Di sini atau dimanapun. Jika, beasiswa adalah bentuk lain dari derma, maka ia yang dengan lugu menggali kuburnya sendiri atau paling tidak bersiaplah untuk dikebiri. Ya, rupanya derma punya daya bungkam yang ampuh, membuat sesiapa sudi

melarung dalam lautan sistem tanpa terbersit tanda tanya, rela menjadi instrumen bukan "to be human" pada gilirannya. Pekik suara kami hanya menjadi sekedar bebunyian burung peliharaan yang nyaris bungkam sehabis disumpal segenggam pakan, bukan lagi "suara bebas manusia-mahasiswa yang berdaya". Sebagaimana kita ketahui, pembunuhan fisik adalah bentuk paling tidak beradab di negeri yang konon menjunjung tinggi hak asasi manusia, bukan? Namun, ada yang paling laten dari itu, yakni pembantaian dalam bentuk paling halus, laiknya pencerabutan massal eksistensi tunas muda calon anak bangsa, yang tumbuh subur di daging masing-masing kita. Dimana daya kritik, beribu karakter dan uniqualitas-nya dilumpuhkan dengan derma yang mewujud satu-dua juta rupiah saja. *** Sementara, di balik daun jendela yang menganga, di lantai paling atas gedung itu, si dermawan tengah berongkang kaki di kursi kerjanya, satu-dua kali tembakau itu dihisapnya, senyum sinisnya getir, dan bergumam "Terimalah pemberian kami sebagai derma, dalam wujud beasiswa atau Bidik Misi, atau tak apa dengan satu-dua bungkus nasi, sebab ini bagian dari prosesi inisiasi bahwa kalian diterima untuk masuk dalam jejaring kami. Jadilah anak yang baik dan jinak, gak mesti banyak tanya, cukup fokus pada nilai akademikmu saja, laiknya sebait harmoni merdu tanpa ada satu-dua nada sumbang pemberontakan" Ya, prosesi tabur bunga di atas pusara ini, dalam satu-dua menit lagi akan segera usai, tentu tanpa derai air mata. Aku hanya mengenang dan tak lebih dari sekedar racau. Lantas adakah di antara sesiapa, yang dari mulutnya tiba-tiba bersuara laiknya Chairil Anwar, berseru dalam puisinya yang dengan hapal kita eja, "sekali berarti, setelah itu mati" Semoga.

*Acuz, mahasiswa semester dua belas Aqidah Filsafat UIN SGD Bandung. Giat nongkrong, ngopi dan berdiskusi, tidak suka kerja tapi bekerja, tidak suka sesama jenis. Bila kebetulan sedang nongkrong di sekre LPIK atau di SOPHIA, rokoknya paling banyak, yaitu banyak yang minta, suka shalat karena diingatkan teman dan membayar spp bagi yang mampu. Kalo tidur merem, tapi mata terbuka kalo membaca.

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari


Opini 17

Tetap Istiqomah Pada Perilaku yang Akhlakul Karimah Oleh Dr. Hj. Ulfiah, M.Si.

*Penulis adalah dosen di Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung

P

Kami Civitas akademika Fakultas Psikologienulis teringat pada tahun 1988, saat itu pun menyambut baik adanya ide pak rektor yang bulan agustus, resmi menjadi mahasiswa mensyaratkan mahasiswa hafal satu bahkan dua IAIN Sunan Gunung Djati, betapa juz, terbukti dari september 2012 Fakultas bangganya dan tetap bersyukur kala itu bisa Psikologi sudah menjalankan program itu. Saya menjadi seorang mahasiswa yang pastinya tidak yakin semua komponen UIN pun setuju dengan semua orang bisa lulus. Orang tua dan guru-guru hal ini. saya selalu bilang bahwa, jika kita mensyukuri Bahkan, saya pernah mengatakan dalam apa yang kita terima dari nikmat Allah insya rapat evaluasi program takhfidz, bahwa kita tak Allah akan senantiasa ditambah nikmat tersebut. cukup dengan hafal Al-Qur'an, tapi pemahaman Lalu komitmen itu tetap saya lakukan, sehingga dan pengamalan juga sangat penting. apa yang menjadi tanggung jawabku Bukannya Al-Qur'an juga harus sebagai mahasiswa tetap dijalani menjadi akhlak bagi setiap umat karena ekspektasiku menjadi Islam? Hal ini wujud dari seorang sarjana yang keberhasilan proses ber manfaat, sehing ga “...Itu wajar, karena pendidikan yang tidak banyak upaya dan aktivitas memang zaman sekedar pada tataran dilakukan guna mencapai senantiasa berubah, kognisi, namun cita-cita itu. Saya juga tapi bukan berarti terintegrasi pada ranah banyak melihat kekhasan IAIN nya afeksi dan psikomotorik. mahasiswa lain yang tetap Hal yang terurai di berpegang dan yang harus atas, saya yakin adalah menjunjung amanah berubah kan?...� sebuah amanah, maka identitas keislaman dalam Fakultas Psikologi melalui berperilaku. kurikulum 2013 ini muatan "Perilaku nyantri" itu yang yang dilakukan bukan sekedar saya lihat di lingkungan kampus, mempelajari psikologi barat saja, seperti; ta'dzim pada dosen, disiplin, namun bagaimana kajian Islam terkait dengan tanggung jawab, sampai pada berpakaianpun psikologi yang saya yakin akan lebih luas dan jauh berbeda dengan kondisi mahasiswa saat ini. kuat. Misalnya, Mata kuliah yang diampu saya Terkadang saya berpikir setelah saya menjadi adalah psikologi konseling, psikologi dosen, apa yag harus saya lakukan? Ibda binafsik pendidikan, psikologi keluarga bahkan insya allah itu penting. psikoterapi Islam. Isi materinya dikembangkan Setelah IAIN berubah menjadi UIN, tentu dalam pendekatan yang tidak sekedar saja tidak hanya fakultas agama yang ada, ada pendekatan psikologi umum, namun bagaimana juga Fakultas umum tak terkecuali Fakultas Islam memandang hal tersebut, agar hal itu bisa Psikologi. Terlihat ada perubahan kultur, menjadi kontrol kita. bahkan terasa beda dengan beberapa tahun yang Penulis berharap mahasiswa semua bisa lalu. Itu wajar, karena memang zaman senantiasa memahami apa yang dipelajari di kampusnya, berubah, tapi bukan berarti kekhasan IAIN nya tidak sekedar mencari nilai atau ijazah, namun yang harus berubah kan? makanya, di Fakultas bagaimana hasil belajar itu betul-betul Psikologipun kita berusaha melalui berbagai memperoleh perubahan, terutama perubahan pendekatan baik pada proses pembelajaran di perilaku. Azam saya adalah bagaimana jika kita kelas maupun luar kelas. Hal ini dalam upaya mempunyai ilmu apapun, kita tidak merasa itu menjaga kultur yang baik, juga bagaimana yang paling benar, yang benar milik Allah dan perilaku nyantri itu tetap diinternalisasikan pada kita harus tetap "Tawadhu". Wallahu A'lam setiap mahasiswa walau banyak di antara Bissowaab. mahasiswa fakultas umum dari SMA. Redaksi LPM Suaka menerima tulisan berupa artikel atau esai untuk rubrik Opini. Syarat dan ketentuan : tema bebas (selama tidak mendiskreditkan suatu pihak), panjang tulisan minimal 5000 karakter dengan spasi maksimal 20.000 dengan spasi. Suaka berhak mempublikasikan Opini yang telah dikirimkan dalam berbagai produk Suaka. Pihak Redaksi Suaka berhak mengedit naskah tanpa sepengetahuan pengirim. Kirim tulisan anda ke e-mail : redaksi.suaka@gmail.com, dengan subjek Opini.

Anggota Magang LPM Suaka 2014 Adam Rahadian, Adim Mugni, Ahmad Fauzi Maulana, Amalia Widyasari, Anjar Martiana, Anne MD, Desti Nopianti, Fanny Shefira K, Fatia R. Irfani, Firda Nur Azizah, Fitri Andani, Fitri Febriani , Ida Rodiah, Imas Eka N, Indah Putri Sari, Iqbal Reza Saria, Ira Anggraeni Safitri, Isthiqonita, Lubi Nurzaman, Marisa Setiawan, Masjenar Wahyuningsih, Mega Octaviani, Muhammad Fadlli Robbi R, Muhammad Ilham H, Muhammad Yusuf, Nita Juniati, Nuru Fitry, Nur Qoniah, Purna Irawan, Restia Adila J, Reza Kharisma Ramadhan, Risman Ginarwan, Rizki Restu Permana, Robby Darmawan, R. Fikran, Saepul Guntara , Sri Abri Pertiwi

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari


18 Sastra CERPEN

SUNAT Oleh Riyadhus Shalihin*

A

dimas merasa bahwa dirinya belum juga dewasa, sebab sampai umur 15 tahun, dirinya belum juga disunat, Adimas malu, dia memilih berdiam di bale daripada keluar pendopo. Lah, kalau keluar, Adimas mengkerut, apalagi kalau papasan sama gadisgadis pengajian, bisa-bisa Adimas lari terbiritbirit menembus hutan, nah khawatirnya itu, akhir-akhir ini terkadang terdengar suara Adimas meringis kalau lagi di kamar mandi, biasanya diakhiri lolongan panjang yang miris. Sudah sebulan Adimas melamun, ngimpi-ngimpi, ingin seperti bapanya yang perkasa, Raden Joko Marwoto, pamong keraton kasunanan. Ya, tapi apa mau dikata, Soyo Boyo, tukang jagal titit desa baru saja meninggal 4 hari yang lalu. Semenjak hari kematian Soyo Boyo, Adimas sering ngigau jadi golok, nabrak kentongan mushalla. Suatu ketika bapaknya bercerita, “Adimas, bapa menjadi lelaki terpandang, sebab bapa sudah disunat pada umur 1 tahun”, Adimas yang belum mengerti bahasa, memilin-milin kemaluannya, seperti memilin pakaian basah, beberapa gadis yang sedang bermain congklak terpingkal melihat tingkahnya, bapanya pun menyentil kemaluan Adimas, Aw, Raden Joko Marwoto kembali dalam posisi teguh, tegar seperti Bhisma, bercerita kembali, “Adimas, semenjak disunat, bapak seperti tercerahkan, bapak dapat menjadi lelaki yang sopan, lelaki yang bergairah, lelaki yang punya tujuan hidup, dan yang paling membanggakan bapak diakui sebagai lelaki dewasa”, Adimas ter menung, lalu kembali memperhatikan kemaluannya yang serupa kuncup melati, tidak lama kemudian, Adimas berlari ke arah para gadis, kemaluannya terlempar-lempar, para gadis menjerit, berlari, hingga berhamburanlah bola-bola congklak, “Aku mau dewasa”, teriak Adimas sambil mengejar para gadis. *** “Haduh, Pa Marwoto. Susah banget nih ya anakmu ini, aku udah ndak sanggup lagim Masa sudah umur 8 tahun, mengeja abjad saja ga bisa sih, Pak?”, Pak Hadiyat, Guru Bahasa Indonesia, terlihat frustrasi, namun Raden Joko Marwoto tetap teguh dan tegar seperti Bhisma, “Pak Hadiyat, janganlah menyerah, kita sebagai pria-pria yang sudah

disunat, haruslah tabah menghadapi situasi seperti ini, malu sama Pak Soyo Boyo, Pak”, Pak Hadiyat seakan teringat sesuatu“ Haduh, Pak Marwoto, ngomongin sunat, aku jadi lupa belum nyunat anakku yang kedua, lah bentar lagi muharam toh ”, Raden terpandang itu bingung, “Oalah, anakmu itu berapa tahun to, Pak?”, Pak Hadiyat malah tertawa “Alah baru saja 2 tahun, eh tapi sudah bisa ngomong loh. Lah itu lanangmu itu sudah 8 tahun ko belum juga disunat to, Pak?”, mendengar jawaban temannya, Raden Joko kini mulai terlihat tidak tegar, “Pa Hadiyat, jujur ni ya, aku itu bingung, lah dia itu nda mau disunat sunat juga”, Raden gagah itu mulai merajuk, membanting vas di meja, “Loh-loh kenapa to, Pak?”, Raden itu meleleh di lantai, “Dia itu maunya lari-lari terus, ke sana kemari, susah diatur, kaya gak tau moral, dan sopan santun saja, padahal sudah 8 tahun”, Guru Bahasa Indonesia yang sederhana itu tidak kuasa melihat Bhisma meringis ” Oalah, toh Pak. Sabar, Pak, sabar”, Raden gagah itu tidak menggubris perkataan Pa Hadiyat, dia terus sesenggukan memikirkan anaknya yang mungkin kini masih di jalanan memainkan kemaluannya. Raden yang tegar itu teringat bagaimana santunnya dirinya, bagaimana dia hormat kepada ayahnya, pada eyang kakung, pada Pa'le Towo, pada Mbah Jilan, suster yang merawatnya dari kecil. Dia teringat bahwa setiap penduduk Cakil Bondo mengenangnya sebagai lelaki yang patuh aturan. Setelah dirinya disunat, seluruh warga RT 03 berbaris di depan pintu rumahnya masingmasing, Marwoto kecil berjalan tegap menantang, dia angkat sarungnya tinggi-tinggi, seluruh warga membungkukan badan dan mengucap haru, “Marwoto telah tercerahkan, marwoto siap menjadi dewasa”, Marwoto kecil tidak mengerti, karena dia belum bisa bahasa, namun dirinya tetap bangga, dan kini dia menyesali kenapa tidak menyunat anaknya sejak kecil saja. Dirinya menyesal, namun tangisnya tidak sanggup mengiris daging kecil di selangkangan Adimas. *** Pemerintah mencanangkan program berantas buta aksara, desa Cakil Bondo tidak lepas dari sasaran program, di mana-mana tampak papan kayu besar-besar, di sana

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari


Sastra 19 dituliskan “Bahasa akan menuntunmu menjadi manusia”, atau seperti yang dituliskan di depan rumah cantrik desa, “Bahasa akan membuatmu masa depanmu cerah”. Melihat semua geliat itu, Raden Marwoto semakin gelisah, tapi bagaimanapun juga Raden Marwoto tetap harus membiayai hidupnya dan hidup anaknya, malam itu dia bergegas naik andong menuju keraton. Nyi Ratu akan melahirkan anaknya yang ke 2, maka sudah tugas pamong untuk menjaga dan mengantarkan keselamatan Nyi Ratu. Sementara itu Adimas masih tertidur di dalam kamar. Mendengkur di dalam kelambu putih, nguyek-nguyek, sudah seminggu ini Adimas bermimpi menjadi golok, dia menabrak-nabrakan dirinya ke tiang rumah, ke kentongan mushalla. Dan malam itu, Adimas kembali terbangun, mimpinya menuntun Adimas keluar kamar, menabrak-nabrak kayu pendopo, lalu terhuyung-huyung di jalan. Adimas meliukliuk di jalan, hingga terantuk di sebuah papan besar, samar-samar Adimas membuka mata, malam baru saja membuka dirinya, tiba-tiba terdengar suara-suara orang menjerit, merintih, Adimas semakin senang, segala yang aneh membuat dia senang, maka dia pun masuk ke pekarangan rumah itu, perlahan-lahan terdengar suara macapatan, suara gamelan yang mengalun, dan diakhiri suara gong yang menggema, terdengar juga suara sinden yang melantunkan kawih. Begitu dia membuka pintu yang ke 5, bau menyan menyelusup ke dalam rongga hidung Adimas, lalu dia berjalan pelan-pelan menyusuri tangga yang menuju ke bawah, lalu Adimas melewati sebuah lorong, terlihat huruf-huruf alphabet, dicoret-coretkan dengan asal. Adimas semakin penasaran, meski suara dalang mulai membuat bulu romanya bergidik. Lalu dia berhenti di sebuah pintu jati besar, suara orang menjerit kembali terdengar, suara merintih menahan sakit, suara gamelan yang mendengung, bayang-bayang orang yang memantul di dinding lorong, membuat Adimas ingin melihat apa yang terjadi di balik pintu tersebut, tak disangka pintu jati bergerak, ada yang hendak keluar dari dalam. Adimas bersembunyi di salah satu meja, terlihat seorang pria dewasa yang kesakitan, itu kan cak hanung, Adimas ingin memanggil tetangganya yang tukang soto itu, tapi dia tidak kuasa karena cak hanung menjerit-jerit kesakitan, dia memegangi kemaluannya, darah menetes dari pahanya, Adimas tertegun, matanya menyorot dengan tajam, jantungnya berdegup kencang, dia ingin berlari, tapi cahaya lorong kembali gelap, pintu jati itu kembali menutup diri. Adimas pun segera mencari-cari lubang di sekitar tembok lorong, satu celah kecil terlihat menyempit. Adimas menempelkan mata kirinya ke celah itu, bola matanya melolong, dan dari balik lubang tersebut Adimas menyaksikan proses pendewasaan manusia, ranjang-ranjang putih dibariskan, para pemain gamelan khusyu bermain, Sinden terlihat sedang merapikan make up wajahnya, para lelaki dewasa menjerit menunggu giliran disunat, sembari disayat, mereka mengucapkan, A, B, C, D, E, F, G, H, I, J

hingga Z, di sisi kiri dan kanan, terlihat beberapa orang yang memakai jas, duduk santun di balik meja dengan susunan buku-buku tebal, mereka semua berkulit merah, dengan mata yang biru, tiba-tiba dari kanan dan kiri datang seorang lelaki memakai lurik dan kain kebat, membawa piring-piring besar, dan botol-botol minuman, Adimas menerobos keterbatasan matanya, lalu dia melihat kulitan-kulitan daging yang tersayat di atas piring tersebut, di antara orang-orang itu terlihat Pa Soyo Boyo sedang mengasah pisau sunatnya, Adimas merasa pusing, lorong ruangan tiba-tiba memlintir kepalanya, samarsamar terdengar suara “Aku siap tercerahkan”, “Aku tercerahkan”, bau masam darah menusuk hidungnya, Adimas mencoba keluar dari lorong itu, dia menapaki satu persatu pintu, hingga terdengar suara bapaknya yang memanggilmanggil, suara itu menggaung, Adimas merasa malam serasa runtuh di kepalanya. *** Program berantas buta aksara benar-benar berhasil, seluruh penduduk desa Cakil Bondo kini bisa berbahasa yang baik dan benar, desa Cakil Bondo menjadi desa teladan, contoh kesopanan. Lalu tahun ajaran ketiga pun berlalu, para murid SMA Santo Carolus berhamburan dari dalam kelas, mengambil raportnya masingmasing. Wajah mereka sumringah dan penuh ambisi, jalan mereka tegap, membusung tanpa ragu. Mereka memegang bundel merah di tangannya masing-masing, mereka saling bercakap-cakap, tentang masa depan, tentang peperangan, tentang wanita, tentang wine dan steak. Jalan-jalan dipenuhi dengan sorak sorai kegembiraan, di mana-mana kaum muda merayakan hari mereka, soda dan pesta tidak pernah berhenti, harapan dan impian menguap di udara, namun dari ujung jalan tiba-tiba terlihat seorang lelaki yang berlari-lari, melambung dan meloncat, melesat, menabrak-nabrak orangorang yang sedang berjalan, dia mengucapucapkan kalimat yang tidak jelas, terkadang mengaduh, berteriak lalu kejang-kejang, setiap bertemu dengan lelaki, segera dia pegang kemaluan lelaki tersebut, lalu tiba-tiba dia menjerit, begitu seterusnya hingga dia berlalu, melesat ke arah jalan utama. Beberapa orang terheran, namun mereka tetap tenang, mereka bercakap dengan tegar seperti Bhisma, “Maaf menggangu. Apakah kamu tahu siapa manusia yang baru saja berlari tersebut, Wahai Temanku?”, dengan tegap seorang pria lain menjawab penuh dengan

“Menurut informasi yang saya terima, dirinya adalah manusia yang menolak untuk berbahasa, menolak untuk dicerahkan seperti kita, Wahai Temanku” . kewibawaan

*Penulis adalah aktivis di Lembaga Pers Mahasiswa Daun Djati, STSI Bandung.

by.nodoka1231


20 Vakansi

Menyapa Batu, Sungai Berundak, dan Bukit Matahari Oleh Anisa Andini*


Jejak ‘

1

21 Mer upakan sebuah tanda bahwa telah berlangsungnya sebuah pertempuran besar dalam mempertahankan kemerdekaan.

2

Pada akhir 1945, tepatnya pada 2 Desember, para pejuang bertempur melawan Inggris dan Gurkha yang berpadu dalam NICA ( Nederlandsch Indie Civil Administrstie). Pertempuran terjadi di sekitar Jalan Merdeka, Lembong, Lengkong Besar dan Ciateul. Kegigihan pejuang Bandung dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tercermin dalam ketidakgentaran melawan Inggris dan Gurkha yang memiliki persenjataan lengkap. Pertempuran sengit ini berlangsung selama enam jam seperti dilansir dari buku Peranan Desa dalam Perjuangan Kemerdekaan. 1. Monumen Tentara Pelajar, Persimpangan Jl. Viaduct

3

4

2. Monumen Laswi (Laskar Wanita), Persimpangan Jl. Viaduct 3. Monumen Perjuangan TKR, Jl. Kepatihan 4. Monumen Pahlawan Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, Jl. Lengkong Besar

Halo halo Bandung ibukota periangan... Halo halo Bandung kota kenang – kenangan Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau... Sekarang telah menjadi lautan api Mari Bung, rebut kembali! Oleh Ratu Arti Wulan Sari

H

Misalnya beberapa monumen bersejarah di Bandung. Monumen tersebut dapat kita temukan di beberapa titik di Kota Bandung. Berdiri kokoh dan gagah, menggambarkan kegigihan para pejuang bumi periangan.

Selain lagu perjuangan yang menggambarkan suasana mempertahankan kemerdekaan, ada juga hal lain yang mengingatkan kita pada masa perjuangan.

Sebuah monumen di Jalan Lengkong Besar, salah satunya. Berbentuk senapan mesin, dengan didampingi oleh bendera merah putih. Berdiri di sebuah tugu berkeramik setinggi sekitar dua meter. Pada bagian depannya ada sebuah batu hitam bertuliskan; Pengorbanan Kami demi Nusa Bangsa dan Agama. Monumen ini berada di pertigaan Jalan Lengkong dan Cikawao.

alo – halo Bandung' adalah salah satu lagu perjuangan Indonesia. Ia menggambarkan semangat perjuangan rakyat Bandung dalam mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1946. Ia tercipta setelah kobaran api besar pada 29 Maret 1946 yang kemudian dikenal dengan nama Bandung Lautan Api.

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari

Selain di Lengkong Besar, monumen perjuangan juga terdapat di Jalan Kepatihan. Sekarang menjadi pusat perbelanjaan di Kota Bandung, dekat pintu masuk Departement Store di jalan Kepatihan. Delapan belas bambu runcing berwarna kuning tertancap di antara delapan batu – batu besar dengan dikelilingi empat puluh lima lingkaran rantai. Monumen bambu runcing ini merupakan tonggak penanda bahwa pada tahun 1945, di tempat yang sama merupakan sebuah tempat berkumpul dan bermusyawarah antar sesama pejuang – pejuang Bandung. Serta memutuskan api perjuangan bagi kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian tempat ini menjadi Markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Divisi III yang dipimpin oleh A.H Nasution. Untuk itulah monumen bambu runcing ini lebih dikenal dengan monumen perjuangan TKR Divisi III. Ketika melewati persimpangan Jalan Viaduct, Suaka melihat sebuah monumen perempuan berkepang dua sedang membawa senjata. Patung itu didedikasikan untuk Laskar Wanita (Laswi) yang membantu pejuang Bandung merebut kemerdekaan. Tak jauh dari patung Laswi, berdiri pula dengan gagah sebuah patung Tentara Pelajar dengan tangan kanannya memegang sebuah buku. Komunitas Aleut merupakan sebuah komunitas peduli aset wisata dan sejarah Bandung. Muhammad Rizki Wiryawan sebagai pegiatnya, mengatakan bahwa, sebetulnya tidak terjadi peristiwa khusus di Jalan Viaduct. Adanya kedua monumen ini untuk menggambarkan bahwa dahulu ada berbagai laskar yang berdiri setelah revolusi digaungkan. Pada saat itu kelompok pelajar, pegawai kereta api, bahkan pekerja pos membuat laskar masing-masing. Beromantisme dengan sejarah tentunya mengajak kita untuk terbuka dan berorientasi pada konteks kekinian dan masa depan. “Intinya kita mengambil yang baik dari sejarah yang sudah tertorehkan dan memperbaiki yang buruk agar tidak terulang kembali,” pungkas Ayan, sebutan akrab Muhammad Rizki Wiryawan kepada Suaka, pada Jum'at (17/1) .[] Kru liput : A.Rijal Hadiyan, Dede Lukman Hakim, Irfan M. Zain/Suaka


22

Aspirasi Kolom

Wahyu Memandu Ilmu

imbingan

Skripsi

Karikartun

Oleh Adi Permana

P

ernahkah kalian mendengar istilah itu? Ya, itulah visi UIN SGD Bandung. Sebuah visi penuh esensi yang sarat akan makna dan tujuan luhur. Mungkin sebagian dari mahasiswa UIN SGD Bandung akrab dengan istilah itu. Tapi tak menutup kemungkinan ada juga yang tak kenal sama sekali. Sungguh ironis. Ketika saya pertama kali mendengar istilah itu, saya langsung takjub. Kenapa? Karena saya beranggapan bahwa ilmu yang akan disajikan kampus ini adalah ilmu yang tak terlepas dari moral dan nilai-nilai agama. Kita patut apresiasi visi itu. Karena visi itulah yang menjadi identitas penting bagi sebuah lembaga pendidikan bernapaskan Islam. Tapi di sisi lain, kita juga patut mengkritisi fenomena yang terjadi di lingkungan kampus. Apakah visi itu sudah terlaksana? Apakah visi itu sudah digaungkan oleh seluruh civitas akademik? Apakah visi itu hanya sebatas slogan semata? Jawabannya masih abu-abu! Sebab masih banyak praktik-praktik yang tak sesuai dengan visi yang digencarkan itu. Misalnya di kehidupan mahasiswa. Nyatanya justru tak sejalan dengan prinsip visi kampus yang begitu luhur. Ada semacam degradasi nilai-nilai agama yang terlihat. Di suatu kesempatan, saya pernah mendengar dari selentingan masyarakat sekitar kampus yang murka dengan kelakuan mahasiswa lakilaki yang bertamu ke indekos perempuan sampai larut malam. Dua contoh itu menggambarkan bahwa kelakuan mahasiswa tak sejalan prinsip kampus ini. Imbasnya tak terelakan: mahasiswa dan kampus yang mendapat stigma. Citra kampus akan tercoreng walaupun pelakunya adalah oknum yang tak tahu diri dan tak tahu status sebagai seorang mahasiswa di perguruan tinggi bernapaskan Islam. Itu menunjukan bahwa visi kampus ini masih di luar kenyataan. Oleh karenanya perlu kerjasama antara kampus dan mahasiswa. Seperti kebijakan guna menyikapi fenomena yang terjadi supaya nama kampus tidak lagi tercoreng. Padahal ketika belum menjadi mahasiswa di kampus ini, saya begitu ketakutan dengan label Islamnya yang melekat. Pasti banyak hafalan AlQur'an dan materi-materi tentang Islam yang berat. Tapi nyatanya tidak seperti yang dikhawatirkan. Sekarang itu semua bukanlah sebuah ketakutan, melainkan sebuah pertanyaan besar. Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan kampus ini? Apakah karena transformasinya menjadi universitas yang menjadikannya kampus yang liberal? Entahlah.

Surat Pembaca Entah disengaja atau tidak, yang jelas UIN SGD Bandung tidak terdaftar di website resmi Kota Bandung. Padahal jelas-jelas UIN SGD Bandung merupakan perguruan tinggi negeri yang ada di wilayah Kota Bandung karena Kecamatan Cibiru jelas jelas berada dalam teritorialnya. Yang ada di laman website tersebut untuk perguruan tinggi negeri hanyalah ITB, Unpad, dan UPI. Menurut saya hal ini merupakan penghinaan terhadap UIN SGD Bandung, seolah-olah UIN SGD Bandung tidak diakui keberadaannya di lingkup Kota Bandung. Padahal jelas-jelas UIN SGD Bandung yang begitu nampak dengan jelas ngajeblag berada di Jalan AH. Nasution No. 105 Kota Bandung. Lebih mengherankan karena selain perguruan tinggi negeri, di website tersebut juga menampilkan perguruan tinggi swasta yang kurang familiar namanya. Tapi ada di website tersebut. Sedangkan untuk universitas sekaliber Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati itu tidak dicantumkan di situs ini. Padahal di laman website SBMPTN 2013 nyata adanya, bahwa PTN yang ada di Kota Bandung adalah ITB, Unpad, UPI dan UIN SGD Bandung. Tapi mengapa nama UIN SGD Bandung tidak terdaftar di website resmi Kota Kembang yang sedang dipimpin oleh Kang Emil ini. Yasser Burhani/ Psikologi IV IKLAN

Semoga visi “Wahyu Memandu Ilmu� bukan sebatas slogan yang memenuhi brosur pada saat musim penerimaan mahasiswa baru. Tapi visi itu menjadi nilai yang bisa membangun kampus yang berlabelkan Islam ini kearah aplikasi nyata yang tidak pragmatis. Dan mahasiswanya sadar akan kedudukannya sedang kuliah di mana. Semoga. []

No.14/Tahun XXVI/Edisi Februari


Advertaria ...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah diri mereka sendiri...

-QS.Ar-Ra’d:11-

Iklan Layanan Masyarakat ini dipersembahkan oleh LPM Suaka


GKRAK

Spesialis PENDON

Testimoni dari Alumni :

PeracNagyoamoDngiri

! Bis ld Never O to Study... Bahasa Inggris

BERGARANSI

CARA MUDAH SUPER CEPAT

Menaklukan & Menguasai

Bahasa Inggris

Kursus Bahasa Inggris dari Kampung Inggris

Pare Kediri Jawa Timur

Study English Fun & Happy METODE

KEC

ISA erasa BeluASmnyB S Bila Anda Mda a GRATI ri Awal Se PU

TERBUKTI dan TERUJI

Silahkan Belajar Ulang “Ilmunya dapet, Kekeluargaannya dapet. Tutor - tutornya BAIK dan PENGERTIAN. Suasana Belajarnya NYAMAN. Thank You So Much KEC.” Afina Jamilatul Azhar The Best Student angkatan 1 Semester 4, Sastra Inggris UNPAD jatinangor “Thank’s.. Makasih Buat Tutor KEC yang BERHASIL membuat Saya SUKA Bahasa inggris Sekarang.” Ahmad Arif. M semester 4 Geofisika UNPAD jatinangor “Pengajar KEC kocak, Ramah, Balalageur. Hatur nuhun. Berkat KEC, Hasil TOEFL Saya NAIK. KEC seperti Keluarga Saya Sendiri.”

Cocok Untuk : Mahasiswa, Dosen, Karyawan, Pelajar SMA/MA/SMK/SMP/MTs/SD/MI Umum

Durasi Belajar

2 Jam Setiap Pertemuan

Kami Datang Dari Kampung Inggris Pare Kediri Jawa Timur Hanya Untuk Anda

Start Belajar Program Reguler 24 Februari dan 03 Maret 2014

# Syifa Khoirunnisa Semester 8, Fakultas Keperawatan UNPAD

“KEC makes me CONFIDENT to Speak English.” Muhammad Faisyal Semester 6, Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD jatinangor

aftaran Gratis Biaya Pend nas Lu n Da r fta Bila Da 2014 ari bru Fe 23 Sebelum

Facebook : Kampoong English Course

- Jl. A.H. Nasution No. 14 Cibiru 022 6111 3911 - Jl. Raya Jatinangor No. 245 Sumedang 022 7227 0077

Call Center : 0853 1429 5000 0856 2400 0805

METODE BELAJAR KAMPUNG INGGRIS PARE KEDIRI JAWA TIMUR, TERBUKTI & TERUJI

1.600.000 1.600.000

Facebook : Kampoong English Course

500.000

475.000


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.