ISSN : 1420-3117 Tabloid Bulanan
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014 Lembaga Pers Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
24 HALAMAN + FRESH E-mail : redaksi.suaka@gmail.com
www.suakaonline.com Pemasangan Iklan : 085795282891 (Rama) Sirkulasi : 083821324361 (Dinda)
Cita, Cipta, Cinta dan Karsa
lpm suaka
@lpmsuaka
-LPM SUAKA-
MENYAMBUNG NOKTAH Mengukir Sejarah Kantor Pos Makin Keropos
12
LAPORAN Permendikbud 49/2014 KHUSUS Batas Masa Studi Lima Tahun
iklan
BINTORO BAROKAH grosir & eceran
Jl. A. H Nasution No. 8 Cipadung, Bandung (depan kampus UIN SGD Bandung) Balubur Town Square, Lt. Dasar D2 - Jl. Banteng Kecil 45B Bursa Buku Cabang Palasari, Bandung Jl. Palasari, Blk No. 28-29, Pusat Bursa Buku Bandung
SOSOK Abdul Hamid
15
2
Assalamu’alaikum
Dari Redaksi Lima Tahun Editorial
S
alam Pers Mahasiswa! Perjalan Suaka menghantarkan informasi serta pelbagai aspirasi dari sivitas akademika UIN SGD Bandung bukanlah waktu yang sebentar. Dimulai sejak 9 September 1986 hingga saat ini Suaka masih setia menggoreskan tintanya tentu dengan cita, cipta, cinta dan karsa. Tabloid edisi spesial memperingati hari terbentuknya Lembaga Pers Mahasiswa di lingkungan kampus UIN SGD Bandung, kami awali dengan flashback peristiwa-peristiwa yang terjadi selama beberapa tahun ke belakang, serta bagaimana Suaka di mata berbagai sivitas akademika UIN SGD Bandung, semuanya dapat ditemukan dalam Liputan Utama. Sementara itu Liputan Khusus membahas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang memiliki aturan baru tentang masa studi mahasiswa dalam menempuh sarjana yakni lima tahun. Peraturan tersebut menimbulkan berbagai pendapat yang dilontarkan oleh sivitas akademika. Dalam Rubrik Sorot, terdapat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang mendapatkan pengakuan manajemen mutu internasional dengan sertifikat International Standard Organization (ISO) 9001:2008 dari Global Group. Serta Big Dado yang melejit melalui dunia broadcast serta Fahadil Amin Al Hasan mahasiswa Jurusan Muamalah yang mendapatkan beasiswa ke King Fahd University, Saudi Arabia. Keduanya akan dibahas dalam Kampusiana. Ruang sastra dalam tabloid Suaka menjadi ajang kesusastraan yang hidup, hal ini bisa terlihat dengan adanya dua kritik sastra yang menggugah wawasan kesusastraan kita. Dalam sosok Suaka mengajak lebih dekat dengan Abdul Hamid salah satu Dosen di Fakultas Syariah dan Hukum juga sebagai mubaligh. Fenomena Jilboobs yang akhir-akhir ini santer menjadi perbincangan ternyata bisa kita lucuti dan lihat dari berbagai perspektif dan latar belakang lahirnya istilah 'Jilboobs'. Untuk semakin menyemarakan edisi spesial ini Rifki Abdul Fahmi mengajak kita ke Pulau Dewata bersama sepedah kesanyangannya dalam rubrik Vakansi. Suplemen Fresh juga tetap hadir menemani kalian dan mengangkat tentang hal-hal terkecil yang kita sering lupakan, jadi jangan terlewat untuk membacanya. Selain Tabloid Suaka dan Suplemen Fresh, dapatkan berita terbaru kami melalui portal daring di suakaonline.com, memberikan informasi juga apresiasi yang cepat, akurat dan interaktif. Just click, you will know! [REDAKSI]
Pemimpin Umum Iqbal Tawakal Lazuardi Siregar Sekretaris Umum
Hilda Kholida Manajer Keuangan
Putri Galih Ning Gusti
Pemimpin Redaksi Ratu Tresna Ning Gusti Sekretaris Redaksi
Ayu Pratiwi Ulfah Editor
Riska Amelia Redaktur Tabloid
Muhamad Faisal A, Ratu Arti Wulan Sari Keterangan kulit muka : Gambar mentah dan penata warna :
A Rijal Hadiyan/SUAKA
T
itel “Mahasiswa Abadi” bersiap lengser dari kamus mahasiswa. Pasalnya, peraturan mengenai masa studi kini sudah dibatasi maksimal 5 tahun. Lewat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2014, 2 tahun mendatang Kampus Hijau tidak bisa tidak melayangkan surat Drop Out. Selalu ada pro dan kontra. Pun soal pembatasan masa kuliah. Pihak yang pro, tentu mengartikannya sebagai tantangan bagi mahasiswa. Bahwa mahasiswa harus lulus tepat waktu, bahwa yang melewati waktu 8 semester adalah yang tak ideal dan berleha-leha. Yang perlu menjadi pertanyaan kini: betulkah penghakiman kita pada “Mahasiswa Abadi” tepat kondisi dan situasi? Betulkah mereka berleha-leha hingga kuliahnya tak rampung-rampung juga? Melalui riset sebab keterlambatan kelulusan mahasiswa, 64% responden justru mengatakan sebabnya bukan leha-leha. Melainkan berkarya di luar bidang akademik, bekerja serta memulai rumah tangga. Pihak pro boleh berpendapat bahwa hal-hal tersebut hanya alibi, tapi melihat kenyataan yang terjadi, tak sedikit mahasiswa yang mesti membiayai kuliahnya sendiri. Tak sedikit mahasiswa yang berjuang mengharumkan nama kampus lewat organisasi yang ia tekuni selama ini. Lain lubuk, lain ikannya. Pepatah itu yang mestinya dijadikan acuan para birokrat dalam membuat peraturan. Pihak birokrat, yang membuat aturan dan merengkuh mahasiswa dengan segala aturan-aturan itu, mestinya tak menutup mata dan lebih peka pada keadaan mahasiswa Kampus Hijau. Mereka tak boleh lupa soal lokalitas. Apa yang diterapkan pada mahasiswa mestinya berdasar pada keadaan mahasiswa. Ironis memang, pihak yang dulunya mahasiswa malah tak bisa mengerti mahasiswa. Alih-alih memberi empati, simpatipun rasanya minim. Memang tak mudah mengubah aturan yang sudah disahkan. Kini mahasiswa dengan embel-embel “abadi” di belakangnya, hanya punya 2 pilihan: berlari kencang atau berhenti untuk menepi. Namun selalu ada harapan di setiap lorong yang sempit, ada cahaya sesudah gelap yang meraja. Semoga kita tetap berlari dan berdoa. Pun semoga tumbuh kesadaran di benak birokrat, untuk lebih bijak dalam berbuat.
Redaktur Fresh
Sirkulasi
Firda Firdianti Iskandar, Fadhila Humaira
Dinda Ahlul Latifah, Ari Wahyuni, Siti Nuraeni Agustia Produksi/Cetak
Redaktur Online
Adi Permana Redaktur Artistik
Ahmad Rijal Hadiyan Layouter
Ahmad Rijal Hadiyan Redaktur Foto
Ahmad Rijal Hadiyan, Dede Lukman Hakim Kru Redaksi Robby Darmawan, Nita Juniati, Desti Nopianti, Muhamad Yusup, Muhamad Ilham H, Indah Putri Sari, Adam Rahardian, Anne Maulidiani Della, Fitri Andani, Imas Eka N, Isthiqonita, Restia Adila Joneva
Pemimpin Perusahaan
Ramadhan Setia Nugraha Kru Perusahaan Purna Irawan, Fitri Febriani, Masjenar Wahyuningsih, Ira Anggraeni Safitri
Ketua Penelitian dan Pengembangan
Alamat : Gedung Student Center, Lt. 3 No. 15 Kampus UIN SGD Bandung Jl. AH Nasution No. 105, Cibiru-Bandung Email : redaksi.suaka@gmail.com Web : suakaonline.com Facebook : LPM Suaka Twitter : @lpmsuaka
Wisma Putra Sekretaris Penelitian dan Pegembangan
Anisyah Al Faqir Riset dan Informasi Data
Hengky Sulaksono Pengembangan Aparatur Organisasi
Irfan M. Zainuddin Kru Litbang Fatia R. Irfani, Nuru Fitry, Muhammad Fadlli Robby R, Anjar Martiana
Ramadhan Setia Nugraha Iklan
Dinda Ahlul Latifah
Wartawan LPM Suaka dibekali kartu identitas dan tidak diperkenankan menerima dan meminta imbalan apapun dari narasumber.
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
Tanggap
Lahan Parkir Menurut Mahasiswa
84,12%
Data berikut diambil dari 250 responden yang terdiri dari 25 responden di delapan fakultas dan 50 responden dari Aktivis Ormawa dan Dosen UIN SGD Bandung.
responden mengaku terganggu dengan tata kelola parkir di kampus.
78,96% responden menilai, mahasiswa yang membawa mobil ke kampus tidak keren.
87,12% responden tidak setuju jika ruang publik di kampus seperti DPR (Di bawah Pohon Rindang) dijadikan lahan parkir Pon Supardi (Kepala Keamanan UIN)
Parkiran masih direhab, kalau semerawut harap maklum. Kami minta kepada mahasiswa untuk tertib agar bisa menambah kenyamanan.
Ujang (Kordinator Keamanan Polda Jabar)
Sekarang di UIN, motor ada sekitar 3000 dan mobil 100 terparkir, dalam menangani meningkatnya kebutuhan lahan parkir saya selaku kordinator keamanan dari Polda Jabar mengajukan basement melingkar kepada pihak AlJamiah. Meti Maryati (Mahasiswa MKS 5 B)
Kampus berantakan, lahan parkir dan lahan untuk pejalan kaki tidak beraturan. Macet dan akibatnya menimbulkan suara bising sehingga mengganggu proses belajar.
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
Ayu Ditya (Mahasiswa BKI 1 A)
Terlalu banyak kendaraan beroda dua, harusnya ada parkiran khusus untuk mobil agar tidak berantakan.
3
1995
[13 Juli] Endang Soetari dilantik menjadi Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) SGD Bandung. Dilantik oleh Mentri Agama Tarmidzi Taher di Jakarta. (IAIN SGD Bandung dalam berita 1995/2003) [12 Juni] Wisuda di IAIN SGD Bandung secara berturut-turut berlangsung sepekan. Wisuda diselenggarakan dari tanggal 12 sampai 21 Juni 1995. (IAIN SGD Bandung dalam berita 1995/1997. Humas IAIN SGD Bandung)
1997
[24 Februari] IAIN SGD Bandung mengikuti Pimda (Pekan Ilmiah Mahasiswa Daerah. Memamerkan komputerisasi ilmu falak, metode belajar AlQuran "Lu'bah" dan lain-lain. (IAIN SGD Bandung dalam berita 1996-1997. Humas IAIN SGD Bandung)
DEMA
1996
REKAM
[8 April] IAIN SGD Bandung tak jadi pilot project proyek UIN. IAIN SGD Bandung tidak termasuk perguruan tinggi IAIN yang dijadikan pilot project, dalam rangka perubahan IAIN menjadi UIN. (IAIN SGD Bandung dalam berita 1996-1997. Humas IAIN SGD Bandung)
UIN S
1995-20
1998
[5 Maret] Aktivis IAIN Dipenjara 1 Bulan.Yusup Umar Isu, mahasiswa asal Timtim ditangkap polisi setelah berteriak "bunuh saja polisi" saat berunjuk rasa di depan kampus. (Pikiran Rakyat, Senin 6 April 1998)
1998
D e w a n M a h a s i s w a
[23 April] Mahasiswa empat perguruan tinggi gelar aksi mimbar bebas tuntut reformasi. IAIN, ITB, A2B dan Unpas gelar aksi mimbar bebas tuntut reformasi. (Gala, Jumat 24 April 1998)
1998
[25 Mei] IAIN tidak naikkan SPP. Meski diterpa krisis moneter, IAIN tidak menaikkan SPP. (Bandung Pos, Senin 25 Mei 1998)
1999
[19-20 April] Kongres DEMA perdana digelar. Senat Mahasiswa Institut bertransformasi menjadi DEMA. (Momentum April 1999)
2000
[1 Desember] Forum Kritik Mahasiswa. DLM (Dewan Legislatif Mahasiswa) memfasilitasi kegiatan Forum Kritik Mahasiswa untuk menampung kritik, pendapat, apresiasi dll. (Surat Kabar Suaka Edisi 51/oktober 2000)
ccc
2001
[5 September] Pameran Program Alumni. Pameran Pengusaha Kecil diselenggarakan oleh IKA (Ikatan Keluarga Alumni). Merupakan pameran kedua setelah tahun 1997. Pameran diselenggarakan di depan Gedung Rektorat UIN SGD Bandung. (Surat Kabar Suaka Edisi 52/oktober 2001)
2002
[April] Keluarga Besar Mahasiswa IAIN (KBMI) menyelenggarakan Pemilu Raya Mahasiswa (PRM) tahun 2002-2003. Di antara agendanya adalah memilih presiden mahasiswa KBMI. (Majalah Suaka edisi khusus Juli 2002)
2002
Kuliah super cepat. Abdul Muta'ali Mahasiswa Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH) menyelesaikan kuliah S1 hanya dalam waktu 2 tahun 8 bulan. (Majalah Suaka edisi khusus Juli 2002)
2006
Program Rektorat IAIN SGD Bandung, Takhassus Dakwah dan Qira'ah berganti nama menjadi Takhassus Al Lughah. (Suaka News Edisi 26/V/2006)
2005
2008
[10 Oktoberl] IAIN SGD Bandung resmi menjadi UIN SGD Bandung. Ditetapkan berdasarkan SK Presiden No 57 Tahun 2005. (Pengantar rektor dalam buku Pandangan Keilmuan UIN Wahyu Memandu Ilmu:2006)
M JEJAK
SGD
5-2014
[10 Juni] Musema UIN SGD Bandung untuk pertama kali gunakan POK sesuai SK Dikti No: Dj.1/253/2007. Penggunaan POK didasari telah disahkannya SK DIKTI No: Dj.1/253/2007. (Majalah Suaka edisi Juli 2008)
2004
[8 April] IAIN SGD Bandung menggagas Research University, disampaikan pada diesnatalis ke36. Orasi ilmiah disampaikan oleh Herman Suwardi. Pembicara yang lain di antaranya Rektor IAIN SGD Bandung Nanat Fatah Natsir, Nu'man Abdul Hakim dan lain-lain. (Suaka News edisi 11/IV/2004)
2003
[Desember] Nanat Fatah Nasir jadi Rektor IAIN SGD Bandung. (Suaka News edisi 9/III/2004)
2007
[15 Juni] Pemilihan Rektor. Nanat Fatah Natsir kembali terpilih sebagai Rektor UIN SGD Bandung untuk periode 2007-2011. (Suaka edisi 28/VI/2007)
2009
[2 Maret] UIN SGD Bandung menganugerahkan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada Drs. H.M Shalahudin (mantan rektor IAIN SGD Bandung tahun 1973-1977). (UIN SGD Bandung dalam Berita)
2011
2010
[22 September] UIN SGD Bandung membuka iklan lelang proyek pembangunan di media regional dan nasional. Pembangunan bernilai lebih dari 100 juta rupiah. (Suaka News edisi 31/Th. V/2010. Hal. 25)
[17 September] Penerapan logo baru UIN SGD Bandung. Sosialisasi dilakukan pada saat pelaksanaan wisuda ke 54. (Suaka edisi No.1/Tahun XXV/Edisi Oktober 2005. Hal. 8)
2012
2011
[23November] Deddy Ismatullah diangkat menjadi Rektor UIN SGD Bandung periode 2011-2015. Deddy menempati kursi rektor ke-8, setelah Nanat Fatah Natsir menjabat selama dua periode. (Bagian Kepegawaian UIN SGD Bandung)
2013
[Juli] Fakhru Roji Ishak terpilih sebagai ketua Dema UIN SGD Bandung periode 2013-2014.Fakhru Roji Ishak terpilih melalui Musyawarah Senat Mahasiswa (Musema), setelah dua tahun Dema vakum (Suaka edisi No.17/Tahun XXVI/Agustus/September 2014)
[29 Maret] Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) secara resmi berdiri. Sahya Anggara diangkat sebagai Dekan FISIP waktu itu. (Majalah Suaka edisi 2012)
2014
2014
[3 Februari] Pembentukan dan pengangkatan Kelompok Jabatan Fungsional Analisis Informasi dan Komputer. (Bagian Kepegawaian UIN SGD Bandung)
[7 Agustus] Pelantikan Dewan Mahasiswa (Dema) UIN SGD Bandung periode 2014-2015 Kamis (7/8/2014). Syarif Saefulloh terpilih sebagai ketua.
6
Edisi Khusus
Suaka di Mata Mereka Reza ‘Nois’ Jurusan Manajemen Keuangan Syariah
UKM Teater Awal Kontribusi LPM Suaka di kampus UIN SGD Bandung adalah membuat atau pembuat beritaberita khususnya di lingkungan kampus UIN SGD Bandung sendiri maupun di luar kampus yang bertujuan sebagai penyampai seluruh kegiatan ataupun isu-isu yang sedang hangat atau berjalan kepada mahasiswa lainnya. Seharusnya LPM Suaka mengangkat isu berita tentang seluruh kegiatan mahasiswa serta isu-isu birokrasi kampus yang teng ah hang at diperbincangkan supaya seluruh civitas akademika yang tadinya belum tahu bisa jadi tahu dan mengerti Untuk kedepannya, LPM Suaka harus jadi media partner seluruh kegiatan mahasiswa mulai dari HMJ, Senat atau UKM.
Muh. Ihsan Jurusan Administrasi Negara Semester 7
Masukan mahasiswa yang berprestasi, kalau bisa liput juga mahasiswa yang berkarya di luar seperti aktif di Mesjid, DKM, dan lain-lain.
Zulfi Saeful Jurusan Sejarah Peradaban Islam
UKM Lembaga Pengkajian Ilmu Ke-Islaman Kontribusi LPM Suaka di kampus ini adalah sebagai wadah pengembangan potensi mahasiswa UIN SGD Bandung di bidang kejurnalistikan/pers. Check and balance kebijakan dan kegiatan kampus. Penyalur informasi yang Riyan Rizki Nugraha tidak hanya melulu soal kampus, tetapi juga luar Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam kampus. Kedepannya, LPM Suaka harus Senat Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi membekali anggotanya dengan pisau analisa, Menurut saya, kontribusi LPM Suaka di kampus ini daya kritis dan kepekaan akan realitas. sangat bagus sekali dengan adanya terbitan majalah Meluaskan segmentasi produk informasi kepada yang mengungkap di kampus. LPM Suaka mahasiswa yang minat membacanya kurang. harusmengangkat isu berita tentang kekampusan. Tetap menjadi checkand balance kebijakan Dan sedikitnya ada tentang ke-Indonesiaan dan kebirokrasi kampus. meningkatkan kemampuan Islaman juga kalau bisa. Ke depannya, LPM Suaka manajemen isu dan framing. harus eksis dan membawa nama UIN lebih baik.
Dede ‘Orok’ Samsudin Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
UKM Mahapeka Menurut saya, kontribusi LPM Suaka di kampus ini adalah mengangkat isu-isu ataupun fakta-fakta yang memang sulit atau mungkin tidak sama sekali terungkap oleh mahasiswa biasa (rada jadi intel neangan borokna kampus Iah). LPM Suaka harus mengangkat isu berita tentang kebijakan kampus dari hal-hal kecil sampai birokrasi kampus, kegiatan-kegiatan mehasiswa intra kampus, segala kebijakan kampus yang seharusnya melibatkan mahasiswa. Kedepannya LPM Suaka harus terus berkarya, lebih 'edan' kan lagi berita-beritanya.
Edisi Khusus
Affifudin Wakil Rektor 1 UIN SGD Bandung
Kontribusi Suaka bagi UIN SGD Bandung menurut saya adalah dapat mempublikasikan berbagai hal positif dari kegiatan kemahasiswaan dan lainnya. Kesan saya terhadap Suaka positif dan perlu dikembangkan terus pada hal-hal positif, sehingga Suaka menjadi media yang memberitakan kemajuan UIN SGD Bandung. Suaka harus memuat hal-hal positif yang dapat membesarkan UIN SGD Bandung dalam masyarakat dan membuat UIN SGD Bandung mendapatkan image yang baik. Suaka harus banyak meliput tentang berbagai kegiatan UIN SGD Bandung, baik yang berhubungan dengan kegiatan kemahasiswaan atau masalah akademik serta kegiatan lainnya yang positif.
Ali Ramdani Wakil Rektor 3 UIN SGD Bandung
Saya apresiatif dengan apa yang dilakukan Suaka agar tetap dipertahankan dengan ciri khasnya independen, lugas, berani. Maju terus Suaka.
Deden Efendi Kepala Pusat Penelitian, P2M UIN SGD Bandung
Andika Akbar Firmansyah Jurusan Teknik Elektro
UKK Koperasi Mahasiswa Menurut saya, kontribusi LPM Suaka di kampus ini adalah sebagai media kampus yang dapat memberikan informasi tentang keadaan teraktual di UIN SGD Bandung. kontribusinya sangat baik. LPM harusnya lebih mengangkat isu berita tentang transparansi dana atau keuangan yang masuk dan keluar (di wilayah rektorat) dan membahas tentang ORMAWA yang jelas kontribusinya dan tidak jelas kontribusinya di UIN SGD Bandung. Kedepannya LPM Suaka harus lebih aktual dan tepat waktu dalam penerbitan tabloid. Untuk Suakaonline agar lebih update setiap saat bahkan detik.
Ujang Saefullah Wakil Dekan 3 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Menurut saya, Suaka sangat Kreatif memberi kontribusi pemikiran dan melakukan kritik yang konstruktif bagi UIN SGD Bandung. Kesan saya terhadap Suaka cukup berarti. Suaka harus mengembangkan profesi sekaligus meningkatkan kualitas pemberitaannya. Suaka harus banyak meliput tentang dunia pendidikan, pelatihan dan aktivitas kegiatan mahasiswa intrakulikuler dan ekstrakulikuler.
Menurut saya, kontribusi Suaka bagi UIN SGD Bandung adalah sebagai sarana media untuk mendiseminasikan apresiasi mahasiswa UIN SGD Bandung. Suaka merupakan 'social capital' (modal sosial) bagi sivitas akademika UIN SGD Bandung. Untuk kedepannya, Suaka harus lebih mematuhi norma-norma/kode etik sebagai pers mahasiswa, meningkatkan trust di kalangan audiensnya dan memperluas networking. Dalam pemberitaan, Suaka harus banyak meliput secara berimabng, adil dan proporsional.
7
8
Laporan Khusus
Permendikbud 49/2014 Batas Masa Studi Lima Tahun Oleh Ratu Arti Wulan Sari
M
asa kuliah yang dibatasi hanya 5 tahun, bak koin yang memiliki dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Di satu sisi, mahasiswa dituntut untuk cerdas memanfaatkan waktu dalam menuntaskan perkuliahan. Di sisi lainnya, bagi jurusan tertentu yang mengedepankan kegiatan praktikum, jatah 5 tahun belum tentu menjadi waktu yang ideal dalam meraih gelar sarjana. Pembatasan masa studi dalam peraturan sebelumnya yang ditolerir mencapai tujuh tahun atau 14 semester, kini diperbaharui melalui peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 49 Tahun 2014. Mahasiswa diploma empat atau sarjana yang biasanya memiliki masa studi 8 semester atau 4 tahun diberi waktu tambahan 2 semester. Artinya maksimal masa studi sarjana hingga 10 semester atau 5 tahun. Aturan pembatasan waktu kuliah selama 5 tahun dapat dijadikan alat untuk memicu mahasiswa agar lebih menghargai waktu, juga dalam segi ekonomi tidak memakan biaya kuliah terlalu banyak. Hal itu dikemukakan oleh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung Solihin. “Efisiensi waktu agar segera beranjak dari
dunia kampus dan menempuh dunia kerja. Tentu dengan adanya peraturan ini mahasiswa tidak lehaleha karena sudah dikasih peringatan sebelumnya bahwa masa kuliah hanya sampai lima tahun,� papar Solihin, Jumat (12/9). Permendikbud No. 49/2014 yang mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi telah disahkan pada 9 Juni 2014 lalu. Peraturan ini menekankan upaya pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan tinggi yang berperan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Kriteria minimal sebagai standar pembelajaran pendidikan tinggi, penelitian serta pengabdian terhadap masyarakat atau sesuai dengan Tridarma Perguruan Tinggi menjadi beberapa pembahasan penting dalam Permendikbud No. 49/2014. Dalam peraturan tersebut terdapat 37 pasal yang membahas standar pembelajaran pendidikan dari total 65 pasal secara keseluruhan. Pembahasan meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, proses, penilaian pembelajaran, standar dosen dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana
pembelajaran, serta standar pengelolaan dan pembiayaan pembelajaran. Peraturan ini menghendaki adanya upaya dalam pencapaian mutu dari kriteria yang ditetapkan. Selain peningkatan kualitas pembelajaran juga telah ditetapkan beban belajar serta masa studi. Dalam pasal 17 ayat 2 memaparkan jumlah satuan kredit semester (sks) yang ditempuh untuk program diploma empat dan sarjana sebanyak 144 sks. Selanjutnya dalam ayat 3 dijelaskan tentang masa studi yakni 4 sampai 5 tahun. Perlu Adaptasi Wakil Rektor 1 Bidang Akademik UIN SGD Bandung Afifuddin mengatakan pemberlakuan Permendikbud 49/2014 selambat-lambatnya akan diberlakukan dalam kurun waktu dua tahun. Pemberlakuan Permendikbud 49/2014 sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berlaku untuk seluruh Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. “Dengan diberlakukannya peraturan tersebut saya rasa dapat mendorong mahasiswa agar segera menyelesaikan studi dan segera mengabdi kepada masyarakat,� ujar Afif saat ditemui Suaka, Jumat (26/9). Tiap kampus, lanjut Afif diberi masa transisi dan diberi ruang untuk menerapkan
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
Laporan Khusus peraturan ini maksimal 2 tahun setelah peraturan disahkan. A f i f j u g a mengatakan bahwa jika sebelumnya masa studi kuliah mencapai 7 tahun, dapat dipastikan mahasiswa mengalami kurikulum berbeda dalam porsi yang hampir sama. Hal itu dikarenakan setiap 4 tahun sekali ada perubahan kurikulum. Sedangkan saat kuliah dibatasi hanya sampai 5 tahun, ketimpangan kurikulum tidak akan terjadi secara signifikan. P e n e r a p a n Pe r m e n d i k b u d N o. 49/2014 memang meminimalisir ketimpangan kurikulum, namun di sisi lain peraturan itu memunculkan kendala. Hal tersebut diutarakan S o l i h i n . “A d a p t a s i mental dan kesiapan tersebut yang seharusnya sudah dibangun untuk mahasiswa-mahasiswa ajaran baru,” ujarnya. Adaptasi mahasiswa terhadap peraturan tersebut, menur ut Solihin, menekan waktu toleransi penyelesaian kuliah dari 3 tahun hingga hanya 1 tahun, atau masa studi yang sebelumnya bisa mencapai 7 tahun kini hanya 5 tahun. Tak tinggal diam, Mahasiswi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Yeyis Oktaviani, angkat bicara soal peraturan yang memberikan batasan masa studi. “Kalau untuk jurusan eksak peraturan menteri seperti ini cukup menekan mahasiswa, karena waktu lima tahun dirasa kurang. Penelitiannya saja membutuhkan waktu. Idealnya saya rasa enam tahun masa studi yang dibutuhkan untuk mahasiswa menyelesaikan kuliahnya,” ungkapnya, Jumat (10/10). Senada dengan Yeyis, Iday Sugiharto mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
peraturan ini. ”Saya tidak setuju dengan aturan itu. Adanya aturan itu, menurut analisis saya karena dampak pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN,” ucapnya dengan nada tegas saat ditemui di Sekretariat UKM Teater Awal, Selasa (22/10) malam. Mau tidak mau, kata Saba begitu sapaan akrabnya, kita belum siap dengan pasar bebas itu. Adapun mereka yang siap adalah mereka kalangan menengah ke atas. Mahasiswa juga menurut saya belum tentu bisa bersaing. Karena mahasiswa juga banyak yang belum mengetahui
“Dengan diberlakukannya peraturan tersebut saya rasa dapat mendorong mahasiswa agar segera menyelesaikan
tentang pasar bebas. Mahasiswa Jurusan Psikologi, Omar Osama Ali Omar memiliki pendapat tersendiri tentang Permendikbud 49/2014. “Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mencoba mengupayakan pendidikan untuk lebih maju, tapi pasti ada resiko dan pertimbangannya. Secara positif ini dapat memajukan pendidikan di Indonesia. Tentu dengan lamanya masa kuliah maka akan menghambat mahasiswa untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya,” kata Omar, Kamis (11/9). Ditanya tentang kemungkinan adanya dampak terhadap mahasiswa yang memiliki kesibukan selain
9
kuliah, seperti berorganisasi atau kerja, Solihin mengatakan bahwa batas 5 tahun bukanlah masalah. Menurutnya, hal itu merupakan suatu tantangan yang harus mahasiswa taklukan. Membagi waktu dengan baik antara kuliah, organisasi atau bekerja merupakan sebuah prestasi yang luar biasa tentu dapat dilihat dari ketepatan waktu mahasiswa dalam menyelesaikan studi. Namun, hal berbeda kembali diungkapkan Saba. “Oh tidak bisa seperti itu,” sergahnya. Menurutnya ada yang bisa seperti itu, paling satu atau dua. Kebanyakan, aktivis di organ ekstra, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)/Unit Kegiatan Khusus (UKK) maupun di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) sebetulnya bukan masalah keilmuan. Mau tidak mau dampaknya adalah waktu. Waktu di UKM misalnya. Sebagai pegiat teater, aktivitas Saba banyak dihabiskan pada malam hari. Itu juga masih dibatasi dengan waktu operasional gedung Student Center yang hanya berlaku hingga jam 11 malam. Saba mengkritisi Permendikbud yang membatasi masa kuliah hanya 5 tahun. Dia menjelaskan bahwa Permendikbud harus dikaji ulang, harus dikaji bersama, karena pemerintah juga banyak pertimbangan tentang hasil kurikulum. Tapi, lanjut Saba, yang jadi pertanyaannya yaitu ada di posisi mana pendidikan di UIN SGD Bandung. “Kalaupun dalam jangka waktu 5 tahun harus lulus, tolonglah diperjelas lulusan UIN. Minimal setelah mahasiswa beres kuliah seharusnya pihak kampus memberikan jalan kepada mahasiswa saat mencari pekerjaan. Kalau belum sanggup seperti itu, ya biarlah UKM dan UKK yang akan mengembangkan diri kita,” harap mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits itu. Sementara Lukman menganggap bahwa penilaian peraturan tersebut tergantung dari cara memandang peraturan ini. Mahasiswa tidak hanya memiliki kegiatan kuliah saja, tetapi juga berorganisasi. Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam itu menganggap bahwa harusnya peraturan ini tidak menambah paradigma buruk mahasiswa UIN SGD Bandung yang menganggap dengan selesainya masa studi, selesailah proses belajar, kemudian menjadi pekerja. “Paradigma mahasiswa yang seharusnya diubah, tidak melulu soal setelah kuliah bekerja dimana, tetapi persoalannya mampukah mahasiswa memiliki gerak sosial yang nyata, berguna untuk masyarakat, hingga bukan masa studi yang menjadi perhitungan tetapi kontribusi dalam masyarakat,” pungkasnya, Rabu (8/10). Kru Liput : Anne, Masjenar Wahyuningsih, M. Faisal A.
10
Sorot
FTK Berbenah demi Pengakuan Internasional Oleh Fatia R.Irfany Shofiatul Fathin
F
akultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN SGD Bandung terus melakukan pembenahan secara menyeluruh. Hal itu dilakukan agar dapat menerapkan sistem manajemen mutu yang mempunyai kredibilitas. Tak sia-sia, atas usahanya itu, pada 18 Agustus lalu FTK mendapat ganjaran berupa pengakuan manajemen mutu internasional dengan sertifikat International Standard Organization (ISO) 9001:2008 dari Global Group. Keberhasilan tersebut tidak didapatkan dalam waktu semalam. Demi mendapat pengakuan itu, sejak tahun 2012 para staf dan pimpinan FTK mulai menandatangani komitmen untuk menjalankan program sesuai standar ISO. Tidak hanya itu, mereka juga menyosialisasikan standarisasi tersebut melalui website, banner dan rapat-rapat internal. Awal Agustus lalu, Wakil Dekan I Bagian Akademik FTK, Supiana, menjelaskan kepada Suaka bahwa sejak tahun 2012 sampai 2013, pihaknya mulai menerapkan standar ISO. Dia mencanangkan target yang harus dicapai dalam kurun waktu empat tahun ke depan seperti target penambahan dosen yang naik pangkat dan meningkatkan mahasiswa yang bisa mendapatkan nilai cum laude. Pengakuan yang didapatkan FTK tersebut bukan berarti mereka selesai berbenah diri. Masih banyak 'PR' yang harus segera diselesaikan. Lusi Nuryanti misalnya. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab itu menganggap bahwa pemberian serifikat ISO dirasa belum tepat. Dia menilai jika dalam sarana penunjang pembelajaran, FTK sudah oke seperti adanya AC, proyektor, dan lain-lain. Namun, dalam hal pembelajaran, FTK belum memenuhinya, belum optimal. “Belum lagi kalau dosen tidak ada. Belum ada kesadaran dari mahasiswa untuk menggunakan waktu sebaikbaiknya” ucapnya, Senin (15/9). Mahasiswi semester 7 itu berharap pihak jurusan menunjang
SUAKA/Dede Lukman
penerapan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Berbeda dengan Lusi, Muhammad Arijar berbangga hati saat mengetahui fakultasnya mendapatkan serifikat ISO. “Kita sudah seharusnya memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab mempertahankan kualitas FTK yang sudah terakui standar level internasional,” ujar mahasiswa Jurusan Manajemen Kependidikan Islam itu. Masih Menyisakan 'PR' Fasilitas yang dianggap masih kurang optimal, menjadi catatan tersendiri bagi FTK. Selain itu, kurikulum, prosedur pembelanjaan, sarana dan prasarana menjadi sorotan juga. ISO sendiri memberikan tenggat waktu selama sepuluh bulan kepada FTK untuk membenahi kekurangan yang ada. Ditanya soal 'PR' dari ISO tersebut, Supiana mengiyakannya. “Ya, masih ada yang harus diperbaiki. Nanti sepuluh bulan kemudian, ISO akan meninjau kembali, diaudit lagi, apakah yang disarankan tersebut terlaksana dan diperbaiki. Namun, untuk kekurangan gedung perkuliahan mendapatkan toleransi dari pihak ISO,” ujar Supiana. Sarana dan prasaran yang dimaksud yaitu seperti toilet yang diharuskan memiliki tempat sabun dan pengharum ruangan yang terjadwal setiap minggu atau setiap bulannya. “Kurikulum harus ada sejarahnya. Proses evaluasi terhadap kurikulum lama, serta harus ada daftar hadir, notulen, undangan, diajukan ke dekan, dekan ke universitas, dari universitas dibahas lagi dan diperbaiki. Setelah diperbaiki, disepakati. Inilah kurikulum untuk kita. Nah, data-data melahirkan kurikulum itu harus ada,” Supiana menjelaskan. Supiana menambahkan juga bahwa dalam prosedur pembelanjaan, standar yang diterapkan ISO berbeda dengan yang lazim dilakukan. Biasanya, saat hendak membeli sesuatu, tinggal minta ke bendahara, lalu ada kwitansi, maka beres. Tapi standar ISO harus ada prosedur pengajuan ke
Kabag Umum untuk menyetujuinya. Barulah bisa membeli barang tersebut. Sementara itu, Dekan FTK, Mahmud, menanggapi fasilitas FTK yang masih belum memenuhi standar ISO. Menurutnya, bukan berarti dengan adanya ISO ini FTK tidak memiliki kekurangan. Bahkan dia masih merasa adanya kekurangan. Pihaknya akan terus melakukan perbaikan-perbaikan ke depannya. Untuk mengubah sistem atau jenis pelayanan yang baik, lanjut Mahmud, hal itu bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Terlebih hanya mengandalkan power dari dekan, tapi semua pihak harus mendukung. “Jika sebelumnya ada kebiasaan kerja santai atau dianggap tidak penting, perlu adanya perubahan yang signifikan. Tidak bisa dengan waktu yang cepat, nah baru bisa mencapai standar,” jelas Dekan FTK saat ditemui di ruangannya, Jumat (12/9). Dengan Sertifikat ISO itu, FTK ditasbihkan sebagai fakultas dengan pelayanan terbaik se-UIN SGD Bandung. Sertifikat ISO hanya berlaku tiga tahun. Setiap sepuluh bulan sekali akan dilakukan peninjauan dan ada pengauditan secara berkala dari pihak ISO. Standar auditnya yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah disepakati. Mahmud mengungkapkan kemungkinan akan adanya penarikan apabila selama delapan atau sepuluh bulan ke depan 'PR' dari ISO tidak dapat diperbaiki dan tidak memenuhi standar yang berlaku. Menurutnya, dalam setiap perjalanan pasti ada pasang surut prestasi. Pihaknya tidak melihat penurunan sebagai hal yang negatif, melainkan suatu hal yang diperlukan untuk bangkit. “Dan kita kedepannya akan selalu melakukan perbaikanperbaikan. Yang jelas ketika ada kekurangan, kita akan langsung memperbaikinya,” pungkasnya. []Kru liput : Istiqonita, M.Fadli Robbi
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
Kampusiana
Big Dado dan Dunia Oleh Nuru Fitry
D
unia broadcasting adalah dunia yang sangat dicintai oleh Big Dado, staf pengajar Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FIDKOM). Pria yang merintis radio sekolah di SMU Ciledug Al-Musaddadiyah Garut ini mulai berkarir dalam dunia penyiaran sejak tahun 2001. Bermula dengan menjadi seorang mahasiswa di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), UIN SGD Bandung tahun 2002. Lalu berkecimpung selama tujuh semester di Radio Mandala, sebuah radio kampus fakultas tersebut. Dado, sapaan dari Mochammad Ichsan Firmansyah, mulai merambah karirnya ke dunia penyiaran komersil pada tahun 2005. Berkat ajakan dari seorang dosen yang pada saat itu merupakan Program Director di radio Antassalam Bandung. “Saat itu beliau merupakan dosen mata kuliah radio. Jadi kalau ada praktikum mata kuliah tersebut, saya yang bantu beliau untuk operating studio-nya. Mungkin beliau tertarik dengan kinerja saya,” jelas Dado. Karirnya bermula menjadi seorang operator dan kemudian di angkat menjadi seorang penyiar. Pada 2006, Dado mengikuti casting untuk program acara “Wisata Hikmah” di MQTV dan menjadi seorang presenter. Saat kontrak berakhir, Dado melanjutkan karirnya di radio Rama FM Bandung dan menunda kuliahnya. “Ayah saya sering bertanya, kapan saya lulus.
Sampai 2008 ayah saya meninggal dunia dan saya memutuskan untuk secepat mungkin menyelesaikan studi, karena itu adalah hutang saya kepada Ayah,” akunya. Saat merintis karirnya, Dado mengaku memiliki beberapa harapan dan tahapan yang harus ia wujudkan. “Saya mau terkenal di kampus, itu sudah terwujud. Saya mau terkenal di Bandung, itu sudah saya wujudkan dengan menjadi penyiar dan presenter,” ungkapnya saat ditemui di ruangan laboratorium Fakultas Dakwah dan Komunikasi (Labdak) (19/9). Dado melanjutkan karirnya di radio MGT FM Bandung selama tiga bulan. Dan kembali ke Radio Antassalam pada tahun 2008. Lalu memutuskan resign akhir tahun 2010 karena mulai merasa jenuh. Tahapan ketiga Dado mewujudkan harapan untuk terkenal di Jawa Barat. Ia bergabung dan menjadi news anchor Lembaga Produksi Siaran Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (LPS PRSSNI) Jawa Barat. Usahanya berhasil, ia merampungkan harapannya dengan suaranya yang mengudara di seluruh radio Jawa Barat dan dikenal oleh para pendengar. Tak hanya itu, Dado juga sempat menjadi aktor dalam beberapa film indie, pementasan teater dan
11
menjadi MC dalam berbagai acara. Salah satunya acara tahunan UIN SGD Bandung, Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK), sejak tahun 20062014 kecuali pada 2010. Tiga bulan di LPS PRSSNI, Dado memutuskan resign. Saat ia mulai menganggur, datanglah tawaran dari FIDKOM untuk mengajar mata kuliah radio. Sempat ragu karena hanya lulusan S1, Dado diyakinkan karena ia seorang praktisi. “Memang sejak saya berkecimpung di dunia broadcast, sudah ada keinginan untuk kembali lagi kesini. Buat menularkan apa yang saya punya, apa yang saya dapat dari luar. Feel-nya akan beda ketika orang yang nularinnya adalah orang yang pernah disini, dengan orang yang gak tau dari mana. Tapi kalau orang yang emang dari sini, tentu akan tahu kulturnya, balik lagi kesini dan ngasih ilmu disini akan beda rasanya. Maka saya mau kasih bukti ke temen-temen bahwa alumni UIN ini bisa loh di luar, bisa kepake sama orang,” tutur pria yang bercita-cita menjadi entertainer muslim ini. Lama mencintai apa yang ia kerjakan, Dado mulai rindu pada pekerjaan yang ia cintai. Awal 2014, Dado bergabung dengan PR FM Bandung hingga kini. Walaupun penghasilan yang didapat dari mengajar, sama dengan penghasilannya untuk satu kali menjadi MC. Dado tetap melakukan kewajibannya dan keinginannya untuk menularkan ilmu kepada adik-adiknya di kampus. “Saya terlanjur cinta sama dunia yang saya jalani, dunia broadcast. Cuma kemudian saya merasa punya tanggung jawab. Saya lulus dari sini, saya dapat ilmu dan pengalaman dari sini. Guruguru saya pun ada disini. Alangkah lebih baiknya saya kembali lagi kesini dan menularkan apa yang saya punya dari luar kepada adik-adik saya,”ujarnya. Perlunya kesadaran ini supaya mereka membekali diri mereka dengan kemampuan, ketika sampai di luar nanti tidak kaget dan bisa bersaing di dunia broadcast.
Di Balik Cerita SoulFive Oleh Purna Irawan
M
embentuk vocal group yang solid bukanlah p e r k a r a mu d a h , m e m b u t u h k a n komitmen yang kuat dan bisa menyatukan emosi. Itulah prinsip yang selalu dijaga oleh SoulFive, vocal group yang bergenre Pop Religi ini terdiri dari lima personil yaitu Dedin, Tubagus, Umar, Feri dan Darda. ”Pada awalnya kami terbentuk secara tidak sengaja pas tampil bareng di acara Resital Paduan Suara Mahasiswa (PSM)
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
angkatan-27,” ujar Dedin yang pernah menjuarai Pasanggiri Pupuh se-Kota Bandung, 2011 l a l u . S e m e n t a r a i t u Fe r i menjelaskan bahwa SoulFive mengalami proses yang cukup panjang bahkan sempat tiga kali berganti nama hingga harus menambah satu personil. Berkat kerja kerasnya mereka berhasil meraih prestasi antara lain: Juara 1 Nasyid se-Bandung Timur, Juara 1 Festival Nasyid Wali Kota Cup se-Kota/Kab. Sukabumi, Juara 5 Festival Nuansa Islami se-DKI Jakarta dan Juara Harapan 3 Pasanggiri Nasyid 2014 mewakili Bandung di tingkat Jawa Barat. “Kami selalu berusaha menampilkan yang terbaik dalam setiap penampilan,” ujar Darda yang berada di posisi bass dalam grup accapela tersebut. Perjalanan SoulFive dalam berkarya tidak selalu mulus. Misalnya, dalam menyatukan pandangan ketika latihan. “Kami memiliki karakter yang berbeda, jadi kadang-kadang suka agak cekcok dalam menentukan aransemen atau pembagian suara,” ungkap Dedin.
Sementara itu, Umar menjelaskan bahwa dirinya sempat ingin keluar dari group tersebut. Namun karena banyak pengalaman berharga dan dukungan dari personil lainnya akhirnya niat tersebut diurungkan. “Kami biasanya latihan setelah maghrib, bahkan sampai larut malam agar latihannya maksimal,” ujar Tubagus. Lelaki yang akrab dipanggil Tebe ini menambahkan bahwa seusai latihan mereka sering menyempatkan diri untuk nongkrong bareng demi mempererat ikatan emosional antar personil. Di sela-sela latihan pada Sabtu (4/10), mereka menyampaikan berbagai harapan dan ucapan terima kasih atas dukungan dari semua pihak. “Kami berharap ke depannya SoulFive bisa lebih kompak dan berkualitas,” ujar Darda. Sementara itu Dedin menyampaikan harapannya agar SoulFive bisa segera membuat album dan bisa mengharumkan nama UIN SGD Bandung. Sedangkan Tebe berharap agar SoulFive lebih bisa dikenal dan musik Nasyid lebih dicintai terutama di kalangan Mahasiswa UIN SGD Bandung. “Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Paduan Suara Mahasiswa,” kata Feri. “Berkat PSM kami bisa dipertemukan hingga saat ini” tutup Umar kepada Suaka.
freshreport
EditoFresh
F
resh kali ini bakalan diwarnai oleh hal-hal yang mungkin hampir aja Fresh R e a d e r l u p a a k a n keberadaannya. Dimulai dari masalah kepopuleran Kantor Pos yang makin menurun bakalan dibahas di FreshReport. Ada juga tempat nongkrong Museum yang udah jarang didatengin sama anak muda zaman sekarang. Sampe ada resensi tentang Musik Folk yang udah gak booming, dan satu lagi, kalian yang gemar mengkonsumsi jus wajib baca FreshFree agar pengetahuanmu seputar minuman kaya serat tersebut bertambah. Semoga dengan suguhan Fresh edisi ini, kalian bisa teringat lagi akan hal-hal yang hampir kalian tinggalkan. Forgetable things remains worth it sometimes. So, don't leave it up!
Fresh TimeLine Sekitar 70% perokok mengalami pengurangan pendengaran.
Resiko kanker meningkat seiring dengan seringnya orang di dalam rumah menghirup asap rokok dari salah seorang anggota keluarga yang merokok.
Dalam sejarah modern, Hitler adalah orang yang pertama kali melakukan kampanye anti rokok. sumber ; Info Sehat Wanita, soktau.com
Kantor Pos Makin Keropos S Oleh : Fitri Pebriani & Siti Nuraeni Agustia
iapa diantara Fresh Reader yang pernah punya sahabat pena? Itu loh temen yang saling tukeran surat dengan kita walaupun kita belum pernah ketemu secara personal. Apa ada sekarang yang masih kirmkiriman surat kayak gitu? Atau lebih pilih buat tukeran alamat facebook dan twitter ya buat kenalan sama orang? Di zaman sekarang ini, surat menyurat memang semakin ditinggalkan oleh penggemarnya. Kita mungkin masih ingat waktu dulu, sebelum menjamurnya surat elektronik, mengirim surat adalah hal yang menyenangkan untuk mengungkapkan kerinduan kepada sahabat atau saudara di kampung halaman. Padahal nih ya, Fresh Reader, banyak manfaat kalau kita getol surat menyurat seperti beberapa tahun lalu. Selain kita bisa menyalurkan hobi menulis, kita juga bisa sambil mengoleksi perangko, hobi yang pada saat itu sangat booming. Mahasiswa Jurusan KPI semester 3, Tika Prihatiningsing saat di temui Suaka(19/9/2014) di Pos Indonesia cabang Ujung Berung yang sedang mengirim berkas sedikit bercerita tentang pengalamannya dulu, tepatnya ketika dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar sering menggunakan jasa Pos Indonesia untuk mengirim tulisan untuk perlombaan di majalah Bobo. Seiring dengan turunnya pamor surat menyurat sebagai med ia k omunik asi, kepopuleran KantorPos pun perlahan makin redup. Gimana nggak, semua orang kini cukup duduk di depan komputer mereka dan ngirim kabar melalui surat elektronik atau e-mail. Selain lebih praktis, surat elektronik juga terhitung free, ga ada biaya pengiriman segala, kayak kalau kita kirim surat di Kantor Pos. Merebaknya gadget yang memuat banyak aplikasi media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Blackberry Messenger, Path dan masih banyak lagi juga seolah makin mengikis pamor Kantor Pos sebagai media untuk surat menyurat antar pribadi. Namun hal itu di bantah oleh ketua cabang Pos Indonesia Jln. Jawa, Suryana Abdil Mahardika, menurutnya sampai saat ini surat menyurat antar pribadi masih banyak yang memakai jasa Pos Indonesia, bahkan sampai ke pelosok-pelosok kampung. “Masih berjalan pengiriman surat ke pelosok-pelosok” jawabnya (27/09). Menurutnya, seiring makin canggihnya teknologi, Pos Indonesia juga semakin luas jaringannya. Jadi masalah pamor Pos Indonesia menghilang dan di tinggalkan oleh peminatnnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan lagi. Namun Pengelola Museum Pos Indonesia,
Tetet, mengakui turunnya pamor Kantor Pos sebagai distributor komunikasi. Karenanya untuk menanggulanginya, kiniPos Indonesia bergerak juga di bidang wesel serta menjual perangko. “Kami coba menyediakan fasilitas wesel dan juga jual perangko, karena memang untuk urusan surat menyurat antar pribadi sudah sangat jarang,”terangnya (3/9). Memang perlu diakui bahwa Kantor Pos sekarang sudah tak sepopuler dulu. Namun, bukan berarti fungsinya dilupakan begitu saja oleh masyarakat. Setidaknnya masih banyak masyarakat Indonesia yang memakai jasa Kantor Pos untuk sekadar megirim surat penting kepada perusahaan, berkas-berkas untuk instansi, kartu undian berhadiah, membuat kartu ucapan khususnya untuk kerabat mancanegara dan paket-paket di era modern. Seperti yang bisa kita lihat, kursi-kursi penunggu diKantor Pos baik di Pos Indonesia cabang kampus UIN, cabang Ujung Berung, Jalan Jakarta hingga Jalan Asia Afrika, sampai sekarang masih terlihat terisi dan tak pernah kosong melompong. Ya, bagaimanapun kita memang masih membutuhkan Kantor Pos walaupun tidak seintens dulu. Jangan sampai kita benar-benar meninggalkan jasa Pak Pos berseragam jingga yang selalu berkeliaran mengantar kiriman kita ya, Fresh Reader!!
freshfree
Jus Nikmat, Sehatkah? Oleh Fitri Pebriani
M
akanlah sesuatu yang sehat, selagi anda masih sehat” nampaknya pepatah tersebut sudah mulai diingat oleh masyarakat zaman sekarang ya, Fresh Reader. Banyak cara yang dilakukan masyarakat zaman sekarang ini agar dapat memiliki badan yang fit dan bugar. Salah satu cara yang paling praktis dilakukan salah satunya mungkin dengan rutin mengkonsumsi jus setiap hari. Yup! Cara ini dinilai paling ampuh karena tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga, kecuali kalau kalian males bikinnya ya, hehe. But nowadays, seiring perkembangan zaman, mengolah jus pun semakin bervariasi. Jika dulu orang tua k ita be rte man d e ngan b len d er untuk mendapatkan sari buah, kini orang-orang akan lebih memilih juicer sebagai benda paling mujarab untuk menyaring sari buah. Konon,juicer lebih bagus digunakan dibanding blender karena mampu menyaring segala serat yang tidak dibutuhkan. Seperti yang ditulis oleh Sophie Navita, artis dan juga presenter Indonesia, melalui akun instagramnya yang diunggah 22 minggu yang lalu mengatakan bahwa jus yang baik yaitu menggunakan juicer bukan blender, namun untuk minuman jenis lain seperti smoothie (Jus yang seratnya tidak disaring sama sekali) tetap harus menggunakan blender agar seratnya bisa terbawa maksimal. Sophie yang kini terkenal sebagai raw vegan (sebutan untuk orang yang tidak mengkonsumsi daging dan cenderung memakan sayuran mentah) kini sedang sibuk berkampanye mengenai “Indonesia Makan Sayur” dengan memberikan info mengenai jus sayur melalui akun sosial medianya.
resensi
Andrew Jackson Jihad Knife Man Album Label Rilis Genre
: Asian Man Records : 20 September 2011 : Punk, Folk Punk
Oleh A. Rijal Hadiyan nife Man adalah album ke empat dari sebuah band folkpunk asal America, Andrew Jackson Jihad (AJJ). Masih seperti album sebelumnya, band ini tetap asik bereksperimen dengan unsur folk dan lusinan gairah punk. Fresh Reader masih akan menemukan perkawinan terlarang folk, country, dan punk. Sesuatu yang asing buat kuping orang Indonesia. Terdiri dari 16 track, album ini menyuguhkan curhatan mereka tentang kehidupan juga kritik sosial lewat lirik di setiap tracknya. Misalnya dalam “People II: Still Peoplin” AJJ bercerita tentang kesenjangan sosial dan sindiran buat pemerintah. “Hope is for President and dream are for people who are sleeping,”begitu katanya. Meski nampaknya membosankan, fresh reader bisa jadi tetap enjoy mendengarkan karena ada nuansa lain yang berbeda di beberapa lagu, seperti dalam “If You Have Love In Your Heart”. Dalam lagu tersebut Fresh Reader bakal menemukan nuansa love and peace yang sering dibawakan Lennon ketika jadi solois. Dari segi sound, album ini memang belum pantas dapat nilai 100. Masih banyak sound kasar di beberapa track, sebagian lagi mungkin memang sengaja tidak melalui proses mixing yang serius. Tapi secara keseluruhan album ini mengingatkan kita tentang sesuatu yang absen dari musik-musik populer di Indonesia saat ini, lirik yang berkualitas.
K
Berbicara mengenai jus sayur, fresh jadi kepikiran, sebenernya jus yang bener tuh yang bagaimana sih? Kalau kita masih sering mengkonsumsi buah-buahan sebagai bahan pokok membuat jus baik tidak ya? Melalui twitternya @SophieNavita, wanita yang kini juga aktif sebagai chef raw vegan menginformasikan juga bahwa fruktosa (kandungan pemanis alami) yang terkandung dalam buah-buahan ternyata tidak baik dikonsumsi oleh manusia dalam jangka panjang. Fruktosa yang dulu sering disangka tidak memiliki efek samping bagi tubuh karena kandungan manis yang alami nyatanya dapat memicu infalamasi dalam tubuh dan ini berarti kandungan gula dalam darah kita bisa meningkat dan menyebabkan diabetes. Maka dari itu lebih baik mulai mengkonsumsi green juice/ green smoothie (jus/ smothie dari sayuran hijau) dan mengurangi jus buah. Selain itu, menurut studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Dietic Association, ditemukan bahwa mereka yang meminum jus buah lebih dari tiga gelas sehari sangat memungkinkan terkena penyakit kanker anal, salah satu bentuk kanker usus. Wah bahaya juga! Maksud hati ingin sehat apa daya malah jadi penyakitan? Wih serem!Lalu bagaimana pemilihan sayur yang tepat? Dalam buku yang berjudul “Green for Life” Victoria Boutanko, seorang guru, peneliti, dan juga seorang raw vegan menulis pemilihan sayur haruslah tepat jika kita ingin mengkombinasi buah-buahan dan sayuran dalam satu minuman langsung. Menurutnya, jenis sayur berdaun adalah jenis yang paling tepat untuk dikombinasikan dengan buah. Bagaimana sayur jenis umbi seperti wortel misalnya? Berdasarkan hasil penelitan Victoria, sayur jenis umbi malah bisa menyebabkan fermentasi zat pati yang ada dalam sayuran tersebut. “placing greens in the same category as vegetables has caused people to mistakenly apply the combining rules of starchy vegetables to greens”(menempatkan jenis sayuran hijau dengan kategori sayuran lain telah mengakibatkan masyarakatsalah menggunakan aturan kombinasi sayuran umbi dengan sayuran hijau) Terpikir untuk membuat jus hari ini? Satu tips dari seorang alumni jurusan gizi di IPB, menurutnya lebih bak membuat smoothie dibanding jus karena tidak menyaring serat sama sekali “baiknya membuat jus tidak disaring (smoothie-RED) nanti seratnya gak masuk padahal kan tubuh juga butuh serat” jelasnya kepada suaka (15/09) Bagaimana fresh reader, jus buatan kalian sudah baik untuk kesehatan atau belum? Tapi ingat! Konsumsilah menu kalian dengan takaran yang tepat. Karena Islam tidak menganjurkan kalian untuk bertindak berlebih-lebihan. Salam sehat fresh reader! []Kru Liput ; Nuru Fitry
destinasi
Lima
Museum
Asik
Bandung
Oleh Desti Nopianti Museum Geologi Jl Dipenogoro No. 57 Kota Bandung Museum ini sebelumnya dijadikan sebagai laboraturium yang telah beralih fungsi jadi tempat berisi informasi mengenai ilmu geologi atau kebumian. Di sini kalian bakalan dapat berbagaima camin formasi yang disajikan secara menarik mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bumi, salah satunya adalah tentang fenomena alam kayak Tsunami, Gempa bumi, longsor dan letusan gunung merapi, selain itu juga di sini kalian bisa lihat sejarah kehidupan dan juga miniature sumber Geologi. Wah, keren kan? Museum Pos Jl Cilaki 73 Bandung 40115 Dari namanya Fresh Reader pasti sudah bisa menebak apa saja isi di dalamnya, ya kan? Ya! Museum ini berisi tentang sejarah pos di Indonesia. Selain itu mereka juga memiliki 3 jenis koleksi diantaranya mengenai peralatan yang berhubungan dengan layanan pos, koleksi prangko dari berbagai macam negara, serta sejarah tentang perpostan dan telekomunikasi. Masuk kedalam museum ini akan membuat kalian seolah masuk ke zaman dahulu kala. Di sini mata kalian akan dimanjakan oleh patung-patung yang menggambarkan bagaimana proses pengiriman surat-menyurat pada zaman dahulu, bahkan di sini kalian akan melihat kendaraan apa saja yang digunakan oleh pak pos untuk menyampaikan surat kepada penerimanya. Museum Mandala Wangsit Jl Lembong No. 38 Museum yang menyimpan bukti perjuangan KODAM Siliwangi beserta para pejuang yang berasal dari Jawa Barat ini memamerkan berbagai peninggalan barang yang tersisa dari para pejuang khususnya Jawa Barat, misalnya pakaian yang dipakai oleh pejuang ketika berperang melawan para penjajah, senjata-senjata yang mereka gunakan, serta berbagai macam foto para pejuang yang gugur di medan perang. Di dalam museum ini kalian akan melihat berbagai lukisan yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Jawa Barat. Museum KAA (Konperensi Asia-Afrika) Jl Asia Afrika No. 65 Kesan pertama ketika masuk dalam Museum ini pengunjung akan merasakan suasana saat konperensi internasional berlangsung. Yep! Museum ini awalnya merupakan tempat dimana berlangsungnya Konperensi Asia-Afrika pada tahun 1955. Konperensi ini merupakan wujud keberhasilan dari perjuangan diplomasi bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Di dalam ruangan itu terdapat patung proklamator, mesin tik yang digunakan, serta galeri foto saat berlangsungnya konperensi, bahkan di salah satu ruangan diputar dokumentasi saat diadakanya Konferensi Asia-Afrika. Musium Sri baduga Jl BKR No. 185 Museum ini sering juga disebut sebagai museum Negeri Jawa Barat karena memiliki koleksi yang berhubungan dengan kebudayaan Jawa Barat. Di sini Fresh Reader bisa melihat berbagai macam barang peninggalan berupa benda-benda prasejarah seperti mata uang, naskah kuno, rangka manusia, dll. []Kru Liput : Siti Nuraeni Agustia
14 Selisik
Pembelajaran dari Fenomena Jilboobs Oleh Robby Darmawan
P
ertengahan 2014, fenomena Jilboobs sempat menjadi trending topic di dunia maya. Fenomena tersebut kemudian menjadi buah bibir di restoran sampai warung pinggir jalan. Mulai dari masyarakat awam, pemuka agama, hingga sivitas akademika UIN SGD Bandung tak luput membicarakannya. Fenomena ini ditanggapi beragam oleh masyarakat. Berbagai definisi jilboobs lahir dari mereka. Sebagian besar mengatakan bahwa jilboobs merupakan para perempuan yang berkerudung namun masih memperlihatkan lekuk tubuhnya. Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi ikut mengomentari fenomena jilboobs. Dia mengatakan bahwa jilboobs mer upakan penampilan perempuan yang berkerudung, namun cenderung memperlihatkan lekuk tubuhnya. “Jadi ya percuma aja pakai kerudungnya,” ujar Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Humas Sri Haryani, Kamis (11/9). Pegawai swasta di Kota Bandung Hani Haerani, memaparkan bahwa dengan adanya fenomena jilboobs, hal tersebut membuktikan bahwa muslimah Indonesia tidak memahami penggunaan hijab yang dianjurkan oleh agama. Seharusnya, penggunaan hijab itu harus longgar dan tidak memperlihatkan bentuk tubuh. Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Muh. Abdul Khak saat ditemui Suaka awal Agustus lalu menjelaskan secara umum bahwa suatu istilah tak terkecuali jilboobs muncul karena adanya kepentingan dalam suatu masyarakat. Hal itu bertujuan untuk memberikan ciri khas bagi suatu kelompok masyarakat sebagai identitas diri yang berbeda dengan kelompok lain. Namun, menurut Abdul, bisa juga bertujuan untuk mencari sensasi belaka atau sebagai identitas yang bisa dianggap di luar batas. Perkembangan Jilboobs tak lepas dari orangorang yang mempunyai kuasa dan pengaruh besar di tengah masyarakat seperti politisi, tokoh mayarakat, sartis artis atau publik figur yang disebarkan melalui media. Selain itu, menurut Abdul, jilboobs juga berkembang cepat karena mengandung dua faktor yang sensitif yaitu agama dan perempuan. “Saya lihat sekarang di kalangan pendakwah, terutama pendakwah gaul sering menyindir fenomena jilboobs. Selanjutnya karena faktor objeknya yaitu perempuan, pada dasarnya perempuan itu indah. Maka sesuatu yang berhubungan dengan perempuan akan lebih cepat menyebar karena semua orang membicarakannya,” ujar pria berkacamata itu saat ditemui di kantornya di Jalan Sumbawa, Bandung. Sementara itu, Ketua Program Religious Study Pascasarjana UIN SGD Bandung, Bambang
...selanjutnya yaitu penggunaan hijab seringkali didasari atas relasi dengan budaya populer,
Qamaruzzaman, memandang jilboobs sebagai gambaran muslim Indonesia yang di satu sisi ia ingin mematuhi ajaran Islam. Namun, di sisi lainnya ia tidak yakin dengan cara yang ditawarkan Tuhan yaitu dengan menutup aurat. Tapi Jilboobs bisa kita ambil positifnya, bahwa ajaran Islam bisa masuk ke kalangan gaul seperti itu. Sebenarnya fenomena jilboobs berkembang karena masyarakat Indonesia merupakan masyarakat norma susila dan masyarakat gosip.
Masyarakat menaruh perhatian lebih terhadap isuisu yang berhubungan dengan kesusilaan. Di media, sesuatu yang berhubungan dengan kesusilaan dengan mudah akan menjadi booming. “Ini juga bisa kita lihat dari bagaimana Soeharto yang sudah korupsi, dan kasus-kasus lainnya, bisa dengan mudah di maafkan masyarakat. Tapi tidak dengan masalah susila, gimana Aa Gym poligami, kasus Syekh Puji atau Aceng Fikri masih dipandang negatif,” Bambang menjelaskan, Selasa (9/9). Kurangnya kesadaran dan pemahaman terhadap penggunaan hijab menjadi salah satu faktor yang mendorong lahirnya fenomena jilboobs. Hal itu diutarakan oleh Editor Komunitas Payung, M. Rasyid Ridha Saragih. Menurutnya, hal inilah yang menyebabkan absennya pikiran dan makna dalam sebuah tindakan. Faktor selanjutnya yaitu penggunaan hijab seringkali didasari atas relasi dengan budaya populer, budaya yang lahir dari proses industrialisasi, kapitalisme, dan konsumerisme masa kini. “Apa yang sedang berkembang dan ngetren di masyarakat, diikuti oleh konsumen-konsumen di sana tanpa berusaha merefleksikannya secara kritis,” ucap editor komunitas yang bergerak di bidang pengkajian keilmuan itu, Kamis (4/9). Menurut Ketua Jurusan Perbandingan Mahzab dan Hukum, Dudang Ghozali, fenomena jilboobs adalah sesuatu yang menyimpang dan mengganggu di saat sekarang ini. Ia menilai, itu semua hanya kreasi manusia saja dalam berpakaian. Sebenarnya hijab bukan untuk menutup aurat fisik saja, tapi juga hati. Jika hati belum terjaga meski sudah berhijab itu sama saja tidak. “Dalam islam itu harus dilihat apa tujuan kita berpakaian, setidaknya menjaga dari gangguan orang lain. Hal itulah sesungguhnya yang diminta dalam agama. Jadi jilbobs itu menyimpang dari ajaran agama,” ucapnya saat ditemui di ruangannya, Kamis (11/9). Abdul Khak memandang fenomena jilboobs jangan dinilai sebagai sesuatu yang hitam dan putih tanpa berfikiran positif. Dalam setiap perkembangan pasti ada gradasi yang memiliki dasar nilai dimana setiap penilaian orang tidak bisa kompromi. Lebih lanjut Abdul Khak juga menghimbau masyarakat tidak perlu khawatir dengan fenomena jilboobs yang berkembang saat ini, karena hanya bersifat kontemporer yang akan hilang dengan sendirinya. “Secara umum fenomena ini sebagai pembelajaran bagi masyarakat sebagai moral agama, setidaknya s e b a g a i s e n t i l a n b a g i m a s y a r a k a t ,” pungkasnya.[]Kru Liput : Ahmad Rijal Hadiyan, Restia Aidila Joneva
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
Sosok
15
Merealisasikan Antara Iman dan Ilmu Oleh Anjar Martiana
Jadi da'i kondang tak membuat Abdul Hamid besar kepala. Kemegahan mesjid yang ia sambangi untuk berdakwah, tak membuatnya lupa akan surau yang hanya berukuran 4x4
“
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, 'Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,' maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, 'Berdirilah kamu,' maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. Qur'an surah Al-Mujadalah ayat 11 ini, diungkapkan Abdul Hamid dan ia menjadikan ayat tersebut sebagai landasan hidupnya. Menurutnya, manusia itu berharga karena iman dan ilmu. Iman bukan hanya dalam hati saja, tapi realisasinya juga. Iman itu diucapkan dalam lisan, direalisasikan dalam akhlaq dan ibadah. Ia wujudkan kedua hal tersebut dalam profesinya saat inisebagai Mubaligh dandosen di Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) jugadi Pascasarjana UIN SGD Bandung. Sudah sekitar 35 tahun, ia memilih untuk tetap 'mewakafkan' diri pada almamaternya ini. Mengajarkan dan mengamalkan ilmu-ilmu agama yang telah didapat semasa di pesantren dan masa kuliahnya dulu. Tentu, ia tahu betul seluk beluk kampus, dari yang sebelumnya memiliki nama Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Hamid, begitu sapaan akrabnya menilai, setelah berganti nama menjadi Universitas Islam Negeri banyak perubahan yang dirasakan.“Perkembangan saat ini bangunan-bangunan bertambah bagus, tapi akhlaq menurun dan kekuatan ilmunya kurang,” ungkapnya saat ditemui Suaka di ruang dosen FSH UIN SGD Bandung, Kamis (11/9). Ia memaparkan, dulu mahasiswa UIN banyak yang berasal dari pesantren. Sekarang justru kebalikannya, yang umum mendominasi sekitar 80%. Masih banyak yang belum bisa membaca kitab. “Gaya saja didahulukan, sedangkan keilmuan sebagai kaum intelektual merosot. Untuk ke depan, UIN harus dibina akhlaknya,” ujar laki-laki asal Garut itu. Pendidikan tidak hanya sebagai proses mentransfer ilmu, melainkan sebagai kecerdasan ibadah dan akhlaqul karimah juga. Hamid selalu No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
berusaha menjadikan mahasiswanya memiliki akhlaq yang baik dengan cara merangkul dan menasehatinya secara lemah lembut. Hal tersebut didasarkan pada tujuan Islam yaitu menjadikan orang-orang shaleh dan menjadi pribadi yang Agung. Sejak mahasiswa, ia sudah mulai terbiasa berdakwah. Perjalanan dakwahnya sudah menyinggahi Pulau Bali. Di daerah Jawa Barat sendiri, ia telah mempunyai nama dan dikenal masyarakat luas. Melihat fenomena dakwah saat ini, ia nampak sedikit kecewa. Pasalnya, dakwah oleh segelintir orang sudah dijadikan lahan untuk meraup rupiah. “Kalau berdakwah, saya tidak ditarget, jika ada yang memberi ya saya terima, jika tidak ya tidak apa-apa,”Hamid mengaku. Anak-anak muda yang sudah mulai berdakwah, sangat disayangkan banyak yang tidak menggunakan ilmunya. Banyak yang tidak pas menjelaskan dalil atau pun ayat. Seharusnya kuasai dulu ilmunya, baru berdakwah. Menurutnya salah satu kehancuran dunia adalah apabila seseorang yang bodoh ditanya oleh orang bodoh pula lalu orang tersebut menjawab tanpa ilmu, maka ia sesat dan menyesatkan. Di tengah kesibukannya, ia selalu menyempatkan waktu untuk menengok surau yang berada di depan rumahnya. Surau itu berukuran 4x5 meter dan berjarak 3 meter dari rumah Hamid. Minimal satu minggu sekali ia selalu shalat berjamaah dan mengisi ceramah di surau tersebut. Menurutnya, ceramah itu jangan bangga dengan banyak orang, jangan kecewa dengan sedikit. Walaupun hanya 10 orang ya tidak apa-apa. Berdasarkan pengalamannya, ia pernah mengisi sebuah pengajian dan belum ada satu pun jamaahnya yang datang. Tapi ia tetap menunggunya. Ia berharap dakwah tidak dijadikan lagi sebagai profesi yang hanya mencari keuntungan sebanyakbanyaknya. Jika ada patokan harga itu tidak baik, seperti artis saja. Berdakwahlah sesuai kebutuhan masyarakat dan kemashlahatan umat. Jadikan kualitas kehidupan masyarakat lebih baik. Sederhana dan humoris Hingga saat ini, sudah sekitar 200 penghargaan yang ia raih. Dengan pencapaiannya itu, menjadi dosen dan mubaligh kondang tidak membuatnya angkat dagu. Ia dikenal sebagai seorang pribadi yang
sederhana dan humoris. Terlihat dari setiap ia akan berbagi ilmu kepada mahasiswa. Ia berangkat dari rumah hanya bermodalkan langkah kaki, tanpa pernah membawa kendaraan. “Sekalian olahraga, karena keharusan. Setiap pagi dan sore saya berjalan ke kampus menggunakan sepatu sport, tapi kalau mengajar ya saya pakai pentopel,” jelasnya. Ia memakai kendaraan hanya untuk acara tertentu saja, seperti acara keluarga atau pun kondangan, dan acara lainnya. Selalu merasa cukup dengan apa yang telah ia dapat, Hamid tak pernah ingin sesuatu yang berlebih, apalagi pamer dan sombong. Hamid mengatakan, jaman sekarang memperlihatkan harta yang dimiliki itu karena prestise. Baginya, harga diri itu bukan kekayaan, tetapi bersama orang-orang shaleh. “Saya sering dilecehkan karena mobil saya jelek, baju saya jelek, ya biarkan. Di hadapan Tuhan nanti, gelar, jabatan, kendaraan, harta ditinggalkan, hanya kain putih, dan yang ditanya itu aib serta amal kita,” kenangnya. Menurut Hamid, di Indonesia, sudah banyak pemimpin yang masuk penjara gara-gara korupsi. Itulah hawa nafsu yang menghamba kepada setan. Padahal sudah banyak kekayaan, tetapi tidak dimanfaatkan. Orang yang terjerumus ke dalam kejahatan mau pun maksiat itu otaknya tinggi, namun imannnya lemah. “Sesungguhnya dunia ini hanya sementara, nikmat yang menipu,” ungkap Hamid. Ia menjelaskan, pergeseran kehidupan manusia ini makin sulit bagi orang-orang yang lemah iman, jiwanya resah, sikap mental yang membeku, mengejar harta, sampai rela berbuat dosa. Padahal nikmat di dunia ini hanya 1%, sedangkan di akhirat 99% yang dijanjikan untuk orang-orang taqwa. Menutup perbincangan hangat pada Kamis pagi lalu, ayah dari 6 orang anak itu berpesan, “Kuatkanlah iman! Jadilah anak-anak muda yang berkualitas imannya, sesungguhnya setan tidak mau mengganggu orang-orang yang kuat iman.” Tutup Hamid, menggelora.
16
Opini Syiria, yang pada dasarnya memang diskenariokan sebagai pre-text intervensi militer langsung AS dan sekutunya ke negeri itu yang kini tengah dipersiapkan.
Seksinya Isu Sektarian Oleh Restu Nugraha Sauqi*
“Kesanggupan untuk terbuka terhadap kritik dan perbedaan adalah kunci menuju sebuah kedewasaan, kearifan dan kebijaksanaan”
S
ektarian, dalam wikipedia diartikan diskriminasi atau kebencian yang muncul akibat perbedaan di antara suatu kelompok, seperti perbedaan denominasi agama atau fraksi politik. Sektarian seakan isu yang paling ditunggu khalayak dalam sebuah pemberitaan media massa, maka tak ayal sebuah media massa saling bersaing dalam pemburuan isu tersebut. Tak jarang mereka membesar-besarkan pemberitaannya untuk sekedar menambah rating dan popularitas media tersebut. Dengan adanya keadaan tersebut maka publik sebagai konsumen media massa yang otomatis akan mendapat dampaknya, dan tentu dampak yang cenderung negatif. Perbedaan sejatinya merupakan hal yang lazim terjadi dalam tataran kehidupan sosial, kita tahu sejarah mencatat terjadinya pergolakan antara Protestan dan Katolik, Sunni dan Syiah serta konflik-konflik lain di setiap belahan dunia. Tapi di sisi lain sektarian juga sengaja dijadikan alat untuk memecah belah pihak tertentu oleh pemangku kepentingan, entah itu kepentingan politik, ekonomi, dan kepentingan lainnya. Satu tahun setelah invasi AS atas Irak (2003), RAND Corporation, sebuah lembaga think tank di bawah Militer AS pada tahun 2004 merilis sebuah laporan bertajuk “US Strategy in The Muslim World After 9/11,” yang merekomendasikan kepada pemerintah AS untuk memanfaatkan perbedaan ideologis serta pengelompokan yang ada di Dunia Muslim untuk kepentingan dan strategi Amerika Serikat, diantaranya dengan memanfaatkan perbedaan di antara kelompok mayoritas Sunni dengan minoritas Syiah. Tentu saja, perbedaan antara kelompok Sunni dan Syiah merupakan bagian dari sejarah yang tidak bisa dipungkiri, yang usianya mungkin hampir sama dengan umur umat Islam ini sendiri, dan sudah berlangsung sekitar 14 abad lamanya. Karena itu pula, perbedaan di dalam tubuh umat ini sudah semestinya sama-sama dipahami tanpa harus lagi dipersengketakan dan diperselisihkan. Dok. Pribadi
Ironisnya, beberapa tahun terakhir kita menyaksikan bagaimana perbedaan dan perselisihan tadi kembali mengemuka tidak hanya di negeri-negeri yang secara geografis berdekatan dan berbatasan dengan Israel seperti Irak dan Syiria, yang tentunya menjadi sasaran utama politik 'devide et impera' Amerika Serikat, tetapi juga di negeri kita sebagaimana kita saksikan dari begitu gencarnya berita dan propaganda saat ini. Pada dasarnya lebih merupakan apa yang diungkapkan oleh Timothy R. Furnish (2009), seorang konsultan bagi US Special Operations Command and Intelligence Community (Komunitas Komando Operasi Khusus dan Intelejen AS) sebagai sebuah 'Strategic Ideological-based PSYOP' (Operasi Psikologis Berbasis Ideologi Strategis). Dua tahun berselang setelah rekomendasi tadi diajukan, krisis di Syiria pada akhirnya memang terjadi. Konflik terbuka yang semula berawal dari clash antara kelompok yang loyal terhadap pemerintahan Baath dengan para demonstran yang menuntut reformasi demokratis dan ekonomi di tahun 2011 (seiring gejolak gerakan protes di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah lainnya), secara hampir mengejutkan ditampilkan di media—dan mungkin juga memang kemudian benar-benar ber mutasi—menjadi konflik bernuansa sektarian antara kelompok Sunni dan Syiah, yang sebagaimana komplikasi dari penggulingan rezim Baath dan penggantiannya dengan rezim boneka yang didominasi kelompok Syiah di Irak, capaiannya sedikit-banyak sesuai, atau setidaknya, mendekati target AS di kawasan tersebut. Perkembangan terakhir dari krisis Syiria yang ditandai dengan semakin melemahnya rezim Baath dan konflik internal diantara faksi-faksi perlawanan baik antara FSA dan milisi-milisi lainnya yang dikategorikan sekuler dan secara terbuka pro-Amerika Serikat dan Israel dengan milisi-milisi Islamis, maupun konflik internal diantara kalangan Islamis itu sendiri (terutama konflik antara faksi ISIS dengan Jabhah Nushrah dan milisi-milisi lainnya) dapat menjadi sedikit gambaran bagi kita mengenai situasi terakhir di
Rekomendasi RAND dan Furnish (juga mungkin banyak kelompok konsultan serta think tank AS lainnya) sebagaimana kita lihat telah dimanifestasikan oleh pemerintah AS beserta corong media-nya secara hampir sempurna, mereka dengan cermat melihat perbedaan serta perselisihan Sunni-Syiah sebagai isu yang “seksi”, dan terbukti dapat membangun sentimen umat Islam, tidak hanya di kawasan yang menjadi target utama seperti Irak dan Syiria, tetapi juga sampai ke negeri yang berada di kawasan timur jauh seperti Indonesia, yang dalam konteks tertentu, memang menjadi wilayah perebutan kepentingan antara Amerika Serikat dan negara-negara pesaingnya. Mengenai konflik Sunni-Syiah di Sampang misalnya, seorang p e n g a m a t i n t e l e j e n AC . M a nu l a n g , mengungkapkan bahwa konflik tersebut tidak terlepas dari persaingan Amerika Serikat dan Cina dalam memperebutkan sektor gas di Madura. Sebagaimana telah disinggung di awal tulisan ini dan kemudian dipertegas lagi dengan buktibukti dokumen serta skenario yang dipersiapkan Amerika Serikat terhadap Dunia Muslim, serangan PSYOP yang berupaya memperuncing kembali sentimen antara kelompok telah berhasil diekspor ke negara kita, kita disibukkan dengan desas-desus mengenai “ancaman” Syiah dan isu-isu sampingan lainnya, lobi Zionis di negeri ini melaju tanpa hambatan. Tergadainya kedaulatan pangan dan sektor lainnya negeri ini kepada korporasikorporasi raksasa internasional yang terutama dikuasai oleh jaringan Yahudi dalam forum APEC di Bali Oktober tahun lalu (2013) atas nama globalisasi (liberalisasi) berlangsung bahkan tanpa sekedar keberatan. Berbagai kekayaan alam negeri ini yang habis dikuras berbagai korporasi asing terutama Amerika terus terjadi tanpa koreksi. Semakin terseretnya negeri ini ke dalam hutang luar negeri demi keuntungan para bankir Yahudi, sementara kehidupan umat terus terjepit. Akal dicekal, mata hati dikebiri. Tidak heran, jika menurut sebuah kabel yang dibocorkan oleh Wikileaks, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta menyatakan jika mereka “tengah memenangkan perang pemikiran” di Indonesia. Sejatinya banyak sisi dalam kehidupan kita yang meniscayakan adanya ruang ijtihad. Namun sayang diakui atau tidak kita masih sering belum siap menerimanya serta cenderung ingin selalu seragam dan homogen dalam segala hal. Jika berbeda berarti musuh hal ini acap kali terjadi dalam konteks kita hidup beragama dan berbangsa bahkan dalam ranah yang lebih sempit seperti organisasi lembaga pendidikan dan rumah yang aku tinggali. Kesanggupan untuk terbuka terhadap kritik dan perbedaan adalah kunci menuju sebuah kedewasaan, kearifan dan kebijaksanaan. *Penulis adalah mahasiswa Jurusan Jurnalistik, UIN SGD Bandung
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
Opini
17
Di Mana Dosenku Berada Oleh Dian Ekawati
S
emua itu memang buah dari keikhlasan guru yang membentuk karakter saya untuk berani bermimpi, berani berpikir out of the box, berpikir yang orang lain tak memikirkan. Saya rasa itulah esensi pendidikan. Esensi dari mendidik adalah mengangkat harkat dan martabat anak murid dan membuatnya berani bermimpi dan melakukan hal besar.” Sungguh sangat beruntung seorang Andrea Hirata bisa di didik oleh guru luar biasa seperti Bu Muslimah. Itulah pendapat saya ketika membaca buku Laskar Pelangi The Phenomenon yang mengungkapkan rahasia di balik suksesnya karya tetralogi Andrea Hirata. Kutipan kalimat di atas adalah perkataan Andrea Hirata yang ditujukan kepada Bu Muslimah gurunya. Berawal dari situlah saya berpikir bahwa peranan seorang guru sangat luar biasa manfaatnya. Begitupun peranan seorang dosen kepada mahasiswa yang sudah selayaknya memberikan fighting spirit kepada mahasiswa untuk bisa menjadi orang yang besar. Ya, itulah peranan seorang dosen. Tapi sayang, peranan itu belum saya rasakan. Ketika niat berangkat dari rumah ingin mendapatkan ilmu baru, sesampainya di kampus apa yang saya dapatkan? “Dosennya nggak ada.” “Si bapak A berhalangan masuk, karena ini....itu...”, “Ibu dosennya masih di luar kota, bla,,,, bla,,,, bla,,,” “Aihhh,,, tau dosennya nggak masuk ngapain ke kampus, jauh-jauh berangkat dari rumah?.” Itulah perkataan spontan dari sebagian besar temanteman, termasuk saya. Ya... sesuatu yang sangat wajar ketika mahasiswa berkata seperti itu, karena tujuan kita untuk berkuliah adalah mendapatkan ilmu yang belum kita ketahui sebelumnya, karena kuliah itu untuk menjadikan pemuda Indonesia menjadi agen perubahan bangsa yang sangat diharapkan keberadaannya. Berkontribusi untuk menanggulangi berbagai permasalahan yang terjadi di republik ini.
Di semester ini, banyak sekali dosen yang tidak masuk kelas dengan berbagai alasan. Entah kenapa spirit belajar saya di semester ini kurang maksimal. Yaaaa,,, salah satunya memang karena banyaknya dosen yang absen tanpa alasan. Bukankah kita sudah membayar uang SPP untuk mendapatkan ilmu ini? bukankah mereka para dosen mendapatkan upah dari uang kita juga? Kenapa malah se-enaknya absen tanpa alasan yang jelas? Bagaimana bisa menghasilkan mahasiswa yang cerdas dan berkualitas kalau anak didiknya pun tidak dibina dan diberikan spirit untuk menjadi the real agent of change? Di sisi lain, saya menyadari bahwa menjadi seorang mahasiswa itu berbeda dengan menjadi seorang murid SMP ataupun SMA. Mahasiswa itu mandiri dan giat mencari referensi. Tapi sayangnya, saya belum termasuk ke dalam kategori itu. Yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah tolong bapak dan ibu dosen yang saya hormati, jangan lunturkan semangat kami untuk mencari ilmu karena seringnya bapak dan ibu dosen tidak masuk kelas tanpa alasan yang jelas. Kami berasal dari daerah yang berbeda, jauh dari hingar bingar kota Bandung hanya ingin untuk mendengarkan bapak dan ibu dosen memberikan sesuatu yang kelak akan bermanfaat untuk kami. Semoga semua dosen kita mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap profesinya, layaknya tokoh bu Muslimah dalam buku Laskar Pelangi yang mempunyai keikhlasan dalam mengajar. Harapan saya semoga semua dosen UIN memperhatikan jadwal mengajarnya, jangan menuntut kami untuk tidak bolos dalam setiap mata kuliah. Kamipun ingin menuntut dosen agar tidak bolos mengajar, mendidik dan membina kami, sehingga tidak ada lagi mahasiswa yang berkata, “Di mana dosenku berada?.”
Redaksi LPM Suaka menerima tulisan berupa artikel atau esai untuk Rubrik Opini. Syarat dan ketentuan: tema bebas (selama tidak mendiskreditkan suatu pihak), panjang tulisan minimal 5000 karakter dengan spasi dan maksimal 9.000 dengan spasi. Suaka berhak mempublikasikan Opini yang telah dikirimkan dalam berbagai produk Suaka dan mengedit naskah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kirim tulisan anda ke e-mail: redaksi.suaka@gmail.com, dengan subjek Opini.
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
18 Kritik Sastra
Psikoanalisis: Menilai Kualitas Karya Sastra Dalam Cerpen Matinya Mpus Oleh Risman Ginarwan*
S
ebenarnya tulisan ini terinspirasi ketika penulis membaca cerpen yang terdapat di halaman Sastra tabloid Suaka N0.17/Tahun XXVI/EdisiAgustus/September 2014 di halaman 18-19. Naskah cerpen yang ditulis oleh Nurul Maria Sisilia (selanjutnya: Sisilia) ini adalah salah satu naskah yang mendapatkan Peringkat Terbaik Ketiga pada lomba cerpen Milangkala LPIK (Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman) ke- XVIII 2014. Hal yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengkaji cerpen Sisilia ini adalah isi cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Juga 4 unsur yang menjadi titik pengkajian Psikoanalisis yang digagas oleh Sigmund Freud. Lebih lanjut 4 unsur ini dijelaskan oleh Terry Eagleton sebagai berikut; (1)Pengarangkarya, (2)Isi Karya, (3)Konstruksi Formal dan (4)Pembaca. Maka, pada “Isi Karya” lah penulis akan lebih memfokuskan pengkajian. Karena Sisilia sangat cerdik memainkan mitologi konflik dalam cerpen ini. Diceritakan dalam cerpen ini adalah kehidupan Haji Mpud bersama 4 orang anaknya yang sudah lama semuanya mempunyai kucing peliharaan. Sebut saja si Sulung yang memberikan nama kepada kucingnya dengan Ciko. Putra kedua menamai kucingnya dengan Jabrig. Putra ketiga menamai kucingnya dengan Maceuh. Lalusi Bungsu menamai kucingnya dengan Manis. Sedangkan Haji Mpud sendiri mempunyai kucing kesayangan mendiang istrinya, kucingnya bernama Mpus. Bukan hanya alasan biasa mereka memelihara kucing di rumahnya. Melainkan melihat kepada sikap Nabi Muhammad yang juga sebagai penyayang kucing. Ketika putra-putrinya sudah tidak seatap lagi bersama ayahnya, Haji Mpud hidup bersama kucing-kucing peliharaannya. Sehingga pada satu kesempatan, si Bungsu Rahma, berkunjung kerumah ayahnya untuk menceritakan bahwa dirinya meminta supaya semua kucing yang terdapat di rumahnya dibuang. Karena seringkali Rahma bertengkar dengan suaminya dikarenakan sampai saat ini mereka berdua belum dianugerahi keturunan. Maka Rahma beranggapan bahwa kejadian ini akibat dari ayahnya yang memelihara kucing. Namun Haji Mpud menjelaskan dengan berbagai alasan kepadanya bahwa semua kejadian itu bukanlah musabab dari memelihara kucing. Melainkan semua itu merupakan kehendak Yang Maha Kuasa. Tapi pada akhirnya Haji Mpud mengamini keinginan putri bungsunya itu dengan mengalih tangankan 4 ekor kucing kepada tetangganya, Mang
Karta. Kecuali Mpus tidak diberikannya. Karena Mpus adalah salah satu kucing kesayangan mendiang istrinya. Setelah beberapa lama perbincanganantara Haji Mpud dan Rahma berlangsung, Riza, suami Rahma, datang kerumah itu dengan mobil merahnya yang mewah untuk menjemput istrinya. Bertepatan dengan kedatangan itu pun Haji Mpud memberikan petuah kepada mereka tentang permasalahan yang sedang dihadapainya. Sehingga pada akhirnya Rahma dan Riza menyadari bahwa semua permasalahan itu adalah kehendak Yang Maha Kuasa. Pada akhirnya mereka kembali meninggalkan Haji Mpud yang hanya ditemani oleh seekor kucingnya yang setia, Mpus. Namun tidak lama setelah mereka pergi darirumah ayahnya, terdengar kabar duka oleh Haji Mpud dari seorang bocah yang melihat Mpus terlindas mobil mewah yang berwarna merah. Pikiran Haji Mpud langsung terlempar kepada mobil yang dikendarai oleh Rahma dan Riza waktu berkunjung kerumahnya. Sehingga Haji Mpud merasakan sesak di dadanya. Psikoanalisis: Pandangan Terhadap Kualitas Karya Sastra M. Atar Semi menjelaskan beberapa prinsip yang menitik beratkan terhadap kualitas karya sastra melalui perspektif Psikoanalisis. Bagi Semi, kualitas karya sastra dapat terlihat jika dalam karya sastra tersebut mampu menyajikan simbol-simbol, wawasan, perlambangan yang bersifat universal yang mempunyai kaitan dengan mitologi, kepercayaan, tradisi, moral, budaya dan sebagainya. Sisilia dalam cerpen Matinya Mpus juga mampu memberikan salah satu yang dijelaskan oleh Semi. Konflik yang ditampilkan oleh Sisilia ketika Rahma datang menghadap ayahnya dengan mengutuk bahwa memelihara kucing adalah musabab keretakan rumah tangganya. Sehingga hal itu menjadi alasan utama yang ditampilkan Sisilia melalui tokoh Rahma. Namun pada satu sisi lain, Sisilia menampilkan sebuah kepercayaan yang disampaikannya melalui tokoh Haji Mpud. Bahwa permasalahan yang dialami oleh Rahma bukanlah akibat dari memelihara kucing. Melainkan itu semua merupakan kehendak Yang Maha Kuasa. Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut. Maka malam itu, Rahma sudah tiba di rumah Haji Mpud dengan berlinang air mata. Ia menceritakan kesedihan nya kepada sang ayah. Ia sering cek-cok dengan suaminya. Selidik punya selidik, hal ini terjadi karena
mereka belum dianugerahi keturunan. Konon, Rahma terjangkit toxoplasma. Malam itu, Rahma berkali-kali mengutuk orang tuanya yang memelihara kucing. Menurutnya itulah penyebab keretakan rumah tangga Rahma (Sisilia, Matinya Mpus). Kepercayaan itu juga disampaikan oleh Sisilia lewat sosok Haji Mpud ketika memberikan petuah kepada Rahma dan Riza pada salah satu dialognya. “Setiap penyakit, ada obatnya. Yang Bapak tahu, penyakit susah hamil semacam itu ada obatnya. Bisa disembuhkan” tutur Haji Mpud di awal pembicaraan. “Artinya, kalian yang tidak sabar dalam ikhtiar. Tidak lekas percaya dengan penyembuhan Allah.” Lanjutnya. Pada dialognya yang lain Haji Mpud mempertegas kembali. “Istigfar, Nak. Kalian sedang menuhankan pandangan manusia, bukan Gusti Allah!” Rahma dan Riza terhentak. Keduanya lama terdiam lalu saling berpandangan. “Mengapa kalian tidak meneladani ketabahan Ibrahim? Berapa puluh tahun ia menantikan kelahiran Ismail?” pungkas Haji Mpud. Artinya dari beberapa dialog tersebut dapat kita simpulkan bahwa ungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh Haji Mpud kepada Rahma dan Riza merupakan sebuah penyampaian kepercayaan. Maka berhubungan dengan kualitas karya sastra yang disampaikan oleh Semi, salah satunya karya sastra yang memuat kepercayaan di dalamnya. Cerpen ini memuat kepercayaan itu. Terdapat ketika Haji Mpud membantah mitos yang diungkapkan oleh Rahma dengan penjelasan kepercayaannya bahwa semua hal itu adalah kekuasaan-Nya. Maka Haji Mpud meyakinkan Rahma dan Riza untuk tetap sabar dan berikhtiar sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Maka semua penjelasan kepercayaan di dalam cerpen tesebut adalah salah satu bukti kualitas karya sastra yang dijelaskan oleh Semi. Sebagai cerpen yang mendapatkan peringkat terbaik ketiga ini, Sisilia berhasil memberikan kualitas sebuah karya sastra melalui unsur kepercayaannya dengan tanpa menggurui pembaca.
*Risman Ginarwan, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Juga sebagai kuncen blog RUANG KAMPUS (http://garisman.blogspot.com).
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
Kritik Sastra 19
Tamengku, Dandanku dan Sikap Sosial Seorang Penyair Oleh Ilavy Shohavy*
S
aya tertarik saat membaca puisi karya Galah Denawa dengan judul Tamengku, Dandanku yang diterbitkan oleh Tabloid Suaka beberapa bulan yang lalu. Dalam puisinya terdapat pesan yang syarat akan memanusiakan manusia dengan sentuhan puitik seorang penyair. Memposisikan penyair seolah memiliki tanggung jawab sosial yang terpikul di bahunya. Bukan saja sebagai warga masyarakat yang kepentinganya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena seorang penyair memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan bermasyarakat. Bagaimanapun sering disinggung bahwa puisi itu bersifat netral dan terbebas dari nilai-nilai yang terkandung di masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh F.R Leavis: Kita sepenuhnya sadar berada dalam jaringan perasaan dan persepsi. Maka hadirlah puisi yang menumbuh dan memiliki dunia sendiri. Namun dalam puisi Tamengku, Dandanku kita dapat melihat sudut pandang pengarang terhadap kondisi sosial masyarakat dimana puisinya bukan hanya pengungkapan perasaan biasa untuk sekedar menyenang-nyenangkan hati pembacanya. Lebih pada itu mengajak pembaca untuk mengambil sikap dalam tuntunan norma-norma yang benar. Seiring dengan penekanannya terhadap individualitas maka tema pencarian diri mendapat perhatian utama pula, yang dimaksudkan untuk meningkatkan jiwa seseorang secara moral melalui latihan-latihan praktis tertentu, dengan menitik beratkan kepada pengalaman pribadi pengarang. Dengan diksi konvensional di dalamnya jelas puisi ini menghadirkan resonansi yang khas yang membebaskan pembaca dari bahasa yang rumit dan sulit dicerna. Walaupun seperti itu terkadang penilaian estetika terdapat pula pada kerumitan bahasa yang digunakan. Seperti yang pernah dikemukakan Teeuw: “Penyair sering memakai bahasa yang aneh, gelap bahkan menyimpang dari pemakaian bahasa yang wajar dalam kehidupan sehari-hari.” Namun dalam visi estetika Jan Mukarovsky, “nilai estetika adalah sesuatu yang lahir dari tegangan antara pembaca dan karya.” Visi inilah yang dapat menjelaskan mengapa sebuah karya seni terus-menerus dapat penikmat, mengapa
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
karya sastra yang baik dapat dinikmati kembali cinta-cinta yang pada hakekatnya dimiliki oleh walaupun dibaca untuk kesepuluh kali. seluruh manusia namun disembunyikan oleh beberapa hal seperti norma-norma maupun agama. Aku harus dandan, aku harus cantik Kedua, kita mungkin akan berharap dengan Dengan begitu, kau tak akan mampu memperindah diri tidak akan ada seseorang yang akan berani untuk menggoda keyakinan kita. Pada Membuka pintuku realitasnya, akan selalu datang seseorang dengan Membangunkan cinta fantasi-fantasi di kepalanya yang terus menyibukan diri untuk mengikuti nafsu Yang mendengkur dalam diriku berahinya. “Bunga-bunga dalam tubuhku” memperjelas kita akan kesia-siaan yang akan Aku harus dandan, aku harus cantik mereka dapatkan jika berniat merenggut kesucian kita karena hanya bagian kecil sajalah yang mereka Dengan begitu, kau akan sibuk dapatkan yaitu pesona yang terpancar dalam Menghirup bunga-bunga di halaman tubuhku balutan keyakinan terhadap norma-norma dan agama. Ketika aku cantik Kau akan berlarian menangkap kupu-kupu yang berhamburan Dari jendela wajahku dan kau, telah mabuk Kau terus sibuk melayani dirimu Kau lupa Dengan cantik Dengan dandan Cintaku tetap mendengkur di dalam Pintuku tetap utuh, pintu keperawananku Tak pernah robek meski kau gergaji berkali-kali Bergelayutan di sangkar pinggulku Dari puisi di atas setidak-tidaknya kita mendapatkan pesan secara implisit yaitu; pertama, keharusan berdandan menjadi manifestasi dari sikap cinta kepada diri sendiri. Pesan itu jelas disampaikan pada baris pertama puisi agar pembaca mengerti betapa tidak akan ada penghargaan atau rasa hormat yang akan diberikan oleh seseorang di luar dirinya, tanpa dia melakukannya terlebih dahulu. Dengan “Kau” sebagai objek yang memiliki cinta erotis kepada lawan jenis yang akan selalu mencoba membangunkan
Ketiga, dengan mencintai diri sendiri membawa kita pada kesimpulan yang sangat masuk akal: Jika Tuhan mencintai ciptaan-Nya, kita pun wajib mencintai ciptaan itu termasuk kepada sesama dan diri sendiri. Atau janganjangan bisa saja kita bersikap baik menurut norma-norma agama dan altruistis hanya karena menutupi keinginan yang sebenarnya yaitu egoisme agar terlihat menarik di hadapan lawan jenis kita. Seperti yang dikatakan oleh Filusuf Rusia Alexander Iwanowitch: “Hari ini saya didatangi pikiran bahwa cinta paling altruistis sebenarnya cuma egoisme paling kuat, bahwa kerendahan hati, kelembutan dan manis budi pada dasarnya Cuma kesombongan yang hina dan kekurangajaran yang tersembunyi.” Keempat, kebulatan tekad kita untuk menjaga keyakinan terhadap norma-norma agama yang telah kita pegang teguh. Karena pada hakekatnya cinta kepada ilahi adalah cinta yang paling tinggi sedangkan cinta erotis adalah cinta yang paling rendah karena terdapat banyak pamrih di dalamnya. “Pintu keperawanan” secara paradigmatis dapat diartikan menjadi sesuatu yang menjadi tempat datang dan tempat keluarnya keyakinan itu sendiri yaitu hati. “Tak pernah robek meski kau gergaji berkali-kali” keyakinan yang aku dalam puisi tetap utuh meski sesuatu di luar dirinya datang membangkitkan cinta erotis dalam *Ilavy Shohavy (Korek Forum Sastra Lilin Malam)
20
Vakansi
Mengayuh 1362 Kilometer, untuk Kesadaran Sederhana Oleh Rifki Abdul Fahmi*
B
ali, Pulau kecil di timur Pulau Jawa ini, terkenal dengan julukan Pulau Dewata atau pulaunya para dewa. Setiap orang tentu memiliki keinginan untuk mengunjungi Bali karena keindahan panorama alamnya. Baik laut, pantai maupun pegunungan menjadi daya tarik tersendiri bagi pulau yang banyak dikunjungi pelancong dari dalam dan luar negeri ini. Nah, saya berkesempatan mengunjungi Bali pada Agustus-September kemarin. Jarak BandungBali yang mencapai 1270 KM, membuat banyak orang melancong kesana menaiki bis atau pesawat terbang yang memudahkan perjalanan dan mengefisienkan waktu. Namun apakah pernah kamu berniat bersepeda ke Bali? Itulah niat yang saya miliki jauh hari saat mengenal istilah touring dalam kegiatan bersepeda. Banyak orang yang beranggapan bahwa bersepeda ke Bali itu adalah hal yang menyiksa diri. Namun, bagi penggila bersepeda seperti saya dan delapan teman yang lain, hal tersebut merupakan kebanggaan dan kenikmatan tersendiri. Bersepeda ke Bali, tentu memakan banyak biaya. Untungnya, perjalanan ini disponsori oleh salah satu media daring yang fokus dalam isu lingkungan hidup, Greeners.co. Saat itu Greeners berulang tahun pada bulan Juli. Greeners mengajak saya dan empat teman dari Komunitas Bike to Campus Bandung serta tiga teman dari Bike to Work untuk melancong ke Bali menggunakan sepeda dengan titik start dari Jakarta, dimana Greeners berkantor. Menurut beberapa teman pesepeda yang telah melakukan perjalanan, Jakarta-Bali bisa ditempuh dalam waktu 10-11 hari. Namun kami melakukan perjalanan selama 14 hari dari tanggal 23 September sampai 5 September. Lebih lama dari biasanya, hal ini terjadi karena menyinggahi beberapa kota yang kami lalui untuk misi lingkungan yang kami bawa selama perjalanan. Kota-kota yang kami singgahi seperti Bogor, tepatnya dikawasan Puncak, kami mencari tau tentang kelestarian sungai Ciliwung, disana kami berjumpa dengan komunitas hulu Ciliwung yang dengan gamblang menjelaskan kondisi sungai.
Selanjutnya Bandung menjadi persinggahan kami. Isu mengenai sampah dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) serta kelestarian sungai Citarum kami diskusikan bersama beberapa komunitas di Kota Kembang ini. Lalu, kami melanjutkan perjalanan melalui Tasikmalaya, Wangon, Pertanahan hingga akhirnya sampai di Kota gudeg, Yogyakarta. Sepanjang perjalanan yang melelahkan dari Jakarta hingga Yogyakarta merupakan rest point kami, antrian kendaraan di SPBU yang panjangnya sampai 2 kilometer menjadi pemandangan biasa, saat itu bertepatan dengan pembatasan BBM. Kondisi alam di kawasan Jawa Barat yang berbukit, membuat kami kewalahan untuk menaklukan setiap tanjakan yang membuat kaki kami lemas. Menanjak di daerah puncak, Cipatat, Nagrek, Malangbong, hingga Lumbir di Banyumas, membuat kami mengerahkan tenaga ekstra. Hingga akhirnya kami beristirahat satu hari penuh tanpa kayuhan pedal di kota Yogyakarta. Kami sempat bertemu dengan beberapa komunitas sepeda dan aktifis lingkungan untuk membicarakan masalah lingkungan yang sedang dialami di Yogyakarta. Selepas Yogya, Kami mulai bergerak ke daerah Jawa Timur. Di Provinsi paling timur Pulau Jawa, kami singgah di beberapa kota sebelum menyebrang di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Kota-kota tersebut yaitu Ngawi, Jombang, Probolinggo dan Situbondo. Semua tempat di Jawa Timur yang kami lalui, memiliki jalan yang datar. Namun, suhu cuaca bisa menyentuh angka 350 celsius dan mampu membuat kepala kami pusing. Untungnya, disepanjang jalan yang kami lalui dapat dengan mudah menemukan es tebu yang segar. Saat akan ke Probolinggo dari Jombang, kami melintasi lokasi lumpur Lapindo di Sidoarjo. Luapan lumpur panas akibat keserakahan pengusaha itu, sangat menyentuh hati kami. Bau tak sedap yang menyengat serta panasnya lumpur yang terus saja keluar, membuat kami terperanga melihat nasib warga sekitar yang harus berpikr keras menyambung hidup di tengah keterbatasan akibat adanya luapan lumpur panas. Lain dengan
saat memasuki daerah Situbondo, kami disuguhi pemandangan alam yang menakjubkan, yakni di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton dan Taman Nasional Baluran. Di kawasan PLTU Paiton, kami disuguhi pemandangan hamparan laut yang indah dari ketinggian, serta pemandangan unik dari bangunan PLTU yang memasok listrik untuk kawasan Jawa. Dan di TN.Baluran, kami disuguhi panorama alam yang indah, berupa gugusan pohon kering yang menjadikan kami serasa bersepeda di Afrika. Selepas Menikmati Jawa Timur, akhirnya kami menyebrang ke pulau Dewata mengunakan kapal feri di Pelabuhan penyebrangan KetapangGilimanuk dengan ongkos Rp.8000 per satu sepeda. Lamanya menyebrang kurang lebih selama dua jam. Di atas kapal kami melihat pemandangan yang indah berupa dua pulau yang saling berhadapan yang telah dan akan kami lalui, yakni Pulau Jawa dan Bali. Kota Denpasar yang berada di jantung Pulau Bali, adalah titik akhir perjalanan bersepeda. Dari Gilimanuk ke Denpasar, jalan yang harus ditempuh merupakan jalan berbukit dengan tanjakan ekstrim, namun panorama alam berupa laut, pantai dan pegunungan yang indah, membuat kami sangat menikmati perjalanan meskipun tenaga semakin terkuras karena harus bersepeda sepanjang 1362 Kilometer dari Jakarta hingga Denpasar. Kami sempat berbincang dengan beberapa komunitas dan aktifis lingkungan yang kini sedang gencar menolak reklamasi Tanjung Benoa. Dan kami ikut serta mendukung penolakan tersebut demi kelestarian lingkungan. Misi yang kami bawa dari Jakarta hingga Bali ialah, Jika 1362 kilometer bisa ditempuh dengan sepeda, mengapa jarak dekat seperti dari rumah ke kampus atau kantor tidak menggunakan sepeda? Ini sengaja kami gaungkan sepanjang perjalanan, demi kesadaran sederhana, demi mengurangi jumlah pemakaian BBM dan sebagai solusi pilihan mengurai kemacetan yang menjadi masalah klasik di beberapa kota besar. *Penulis adalah mahasiswa Jurnalistik dan Penggerak Bike to Campus No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
Jejak
21
Di Bawah Pohon Rindang Kini dan Nanti Oleh Fitri Andani
SUAKA/Dede Lukman
S
egala sesuatu pasti memiliki sejarah. Belajar dari sejarah suatu hal yang akan menjadi anugerah. Betapa pentingnya sejarah yang menjadikan kehidupan lebih terarah. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” atau Jasmerah! Begitulah tutur Bung Karno untuk meningkatkan semangat bangsa Indonesia kala itu, yang setelah sekian lama terjajah oleh kolonialis dimana rasa percaya diri bangsa yang sudah terbelah-belah. Gedung-gedung kuliah kini yang megah, merupakan hasil dari sejarah. Dalam perjalanannya, kampus UIN kala itu dengan nama IAIN yang kini sudah berusia 47 tahun, tercatat berdasarkan surat keputusan Menteri Agama RI dengan SK-MA No. 128 tahun 1967, awalnya hanya membuka empat fakultas, yaitu Fakultas Usuhuludin yang menjadi fakultas tertua, kemudian Syariah, Tarbiyah yang berada di dua tempat, Bandung dan Garut. Sedikitnya keberadaan fakultas tersebut membuat wilayah UIN SGD Bandung kala itu terhampar luas dengan lahan-lahan kosong berwarna tanah merah yang subur, dan juga dilengkapi dengan rindangnya pohon-pohon besar. Dari hal itu lah banyak manfaat yang terasa. Seperti ada sebuah konektivitas antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Itulah yang dirasakan salah seorang sesepuh Cipadung, Dodi (55) yang sudah puluhan tahun tinggal di sekitar lingkungan kampus UIN SGD Bandung, dan sudah hafal betul evolusi yang terjadi pada kampus. “Dulu itu warga dan mahasiswanya deket banget, sering bermain sepakbola bersama dilahan yang masih kosong dan banyak pohon rindang. Sekarang sudah tidak ada lagi,” ujarnya saat diwawancara oleh Suaka di kediamannya, Kamis (17/7). Sejarah itu hampir punah. Munculannya gedung-gedung kuliah menjadikan pohon-pohon rindang sebagai korban yang terpecah belah. Selain itu, kerenggangan antara warga dan mahasiswa mulai goyah. Untunglah, masih ada yang menjadi saksi sulitnya bertahan diterpa zaman, yaitu dua pohon beringin besar yang kini berada tak jauh dari Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin, jalan kecil menuju Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Sivitas akademika UIN memanggilnya dengan No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
sebutan “di bawah pohon rindang” atau biasa disingkat dengan DPR (menjadi sebutan lokasi atau tempat). Menurut dosen yang turut menjadi saksi sejarah DPR, Dang Eif mengatakan, pohon di DPR itu tidak berdiri begitu saja. Hal itu terkait dengan pendirian Mahapeka (Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam) yang menimbang keprihatinan. Misalnya saja, kala itu di kampus ada pemandian masyarakat atau pemandian umum dekat Masjid, jika mahasiswa sedang mengadakan perkuliahan yang kala itu gedung kuliahnya di gedung perpustakaan baru sekarang, mereka bisa melihat ke area pemandian masyarakat tersebut. Beberapa orang pendiri Mahapeka yaitu Asep Saepul Muhtadi, tergerak membenahi keadaan kampus. Berdasarkan keprihatinan itu kemudian mahasiswa mendirikan Mahapeka, dengan maksud menata lingkungan Kampus UIN menjadi lebih baik. Setelah Mahapeka didirikan, selanjutnya mereka mengadakan kegiatan penanaman pohon yang bekerja sama dengan Perhutani, hingga sekarang ini menjadi agenda rutin setiap tahun, untuk membenahi lingkungan kampus menjadi lebih baik. “Perhutani memberi bibit pohon kemudian Mahapeka menanam pohon tersebut ke area-area yang tidak terganggu, termasuk pohon besar yang sekarang menjadi penghuni DPR” ujar Dang Eif pada Suaka, Kamis (17/7). Ketika Mahapeka mengadakan kegiatan, seperti ulang tahun berdirinya Mahapeka. Kegiatan penghijauan tak luput dari list agenda mereka. “Dari banyaknya pohon yang ditanam, tidak semua pohon tumbuh menjulang seperti di DPR, ada pohon yang mati setelah beberapa bulan ditanam ada juga orangorang yang tidak sadar terhadap pentingnya pohon, kemudian mereka mencabut ada juga orang yang membakarnya.” ungkapnya. Selain itu, Berkurangnya jumlah pohon-pohon rindang di UIN dikarenakan, adanya pembangunan gedung-gedung UIN, pihak kampus menebangnya begitu saja tanpa mempertimbangkan bagaimana pentingnya sebatang pohon bagi kehidupan manusia. Pihak Mahapeka kemudian memasang kain putih di badan pohon yang masih berdiri sebagai tanda
disayangkannya penebangan pohon-pohon di area kampus ini. “Saya masih ingat jelas akan hal itu, tetapi apalah daya mereka, pembangunan harus berjalan sebagai mana mestinya, hingga terpaksa pohon-pohon tersebut di tebang.” Semua hal itu dibenarkan oleh Abdhe Rukmana salah satu anggota Mahapeka yang menjadi saksi awal mula keberadaan pohon beringin besar yang kini sudah berusia 25 tahun. “Awalnya kami menanam ke dua pohon itu dari rasa kepedulian kami terhadap lingkungan, kami yakin kelak nanti bibit pohon kecil ini akan bermanfaat,” kata Abdhe, Rabu (16/7). Abdhe juga menuturkan, hampir saja pohon beringin yang ada di DPR itu akan di tebang. Sehingga sempat terjadi perdebatan. Pihak kampus menginginkan DPR untuk diratakan menjadi lahan parkir namun mahasiswa menolak keinginan kampus. Hingga Mahapeka melakukan demonstrasi ke pihak kampus, dan akhirnya pohon beringin di DPR itu bisa terselamatkan. DPR tetap ada sebagaimana fungsinya. Pohon yang ditanam sejak tahun 1989-an itu, menjadikan DPR digunakan sebagai tempattempat acara dan diskusi ringan mahasiswa. Bahkan sekedar istirahat untuk merasakan sentuhan angin dari keteduhan pohon beringin besar. Sebelum adanya renovasi banyak pedagang kaki lima berjualan makanan, dan buku-buku matakuliah, terjadilah interaksi antar sesama sivitas akademika dan masyarakat. Melihat sejarah dari DPR tersebut, keberadaan pohon merupakan unsur yang penting dan memberikan kontribusi dalam kehidupan. Sejarah telah mencatat berbagai manfaat dari keberadaan pohon-pohon rindang di sekitar kampus. Sebagai bangsa yang baik adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. Sebagai kampus yang baik adalah kampus yang tidak melupakan sejarahnya, pohon rindang yang tersisa untuk kini dan nanti. []Kru Liput : Muhamad Yusup/Suaka
22
Aspirasi
Kolom
Agen Perubahan Oleh Irfan M Zainuddin
Sebuah refleksi terhadap kekerasan simbolis dalam pendidikan
T
uhan menciptakan akal bagi manusia, maka fitrah manusia adalah berfikir. Selain akal, Tuhan pun menciptakan hati sebagai instrumen kebijaksanaan, maka selain kebenaran manusia memiliki fitrah untuk membumikan kebaikan. Kebenaran dan kebaikan yang dihasilkan dari kedua fitrah tersebut tentunya tidak terbatas pada hubungan rabbaniyah secara langsung saja namun membumi dalam realita sosial (ijtima'iyah). Manusia tidak hanya dituntut memikirkan dan merasakan fenomena di sekitarnya (baca: kontemplasi) saja, lebih dari itu manusia dituntut untuk menghadapi sekelumit fenomena deng an mengaktualisasikan nilai-nilai. Selanjutnya, satu-satunya media interaksi antara realitas sosial dan nilai-nilai adalah pendidikan. Hafidz Hasyim (2012:173) menegaskan bahwa output pendidikan memberikan input bagi pengembangan masyarakat, dan output masyarakat memberikan input bagi pengembangan pendidikan. Pendidikan merupakan media interaksi antara realitas sosial dan optimalisasi akal serta hati dalam mengaktualisasikan kebenaran dan kebaikan. Sederhananya, dengan pendidikan kita bisa mengharmoniskan antara “seharusnya� dan realita. Mengerucut pada pendidikan sebagai institusi, jika menelaah signifikansi pendidikan di atas lembaga pendidikan tidak bisa diartikan sebagai panggung sandiwara atau simulasi belaka yang tidak ada efeknya dalam realitas sosial. Ketika mahasiswa di kelasnya disajikan pembicaraan tentang Freire, berarti dosen setidaknya harus siap untuk bijaksana saat terdapat mahasiswa yang mengkampanyekan kebebasan. Jika sikap kritis mahasiswa dijegal, dikebiri, maka untuk apa seabreg teori dipelajari? Memang ironi, di tingkat perguruan tinggi pendidikan menamai produknya “agen perubahan� namun jika melakukan perubahan mereka malah diperlakukan seperti pelaku tindak kejahatan. Padahal, merupakan hal yang wajar jika dalam lembaga pendidikan diwarnai dengan silang pendapat di kalangan peserta didik maupun pendidik dalam memahami dan mengaktualisasikan suatu hal. Hal tersebut dipandang wajar dikarenakan sekurangkurangnya oleh dua faktor; Pertama, realitas sosial yang menjadi objek pendidikan, kebenarannya bersifat relatif, bahkan –dalam dunia pendidikan- teori yang telah mapan juga seringkali menuai perdebatan. Kedua, akal dan hati setiap manusia dalam memandang suatu hal kerap berbeda. Apalagi jika perbedaan pandangan tersebut terjadi di lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi, itu merupakan tantangan yang harus dimaklumi. Namun dewasa ini kekerasan simbolis dengan sistem birokrasi sebagai pisaunya telah mengebiri kedua anugerah manusia (akal dan hati) yang dimiliki mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki pandangan berbeda dengan dosennya seringkali dijadikan tersangka tanpa ada dialog sebelumnya. Ibnu Khaldun jelas tidak merestui hal tersebut, dalam Muqaddimah ia berpandangan bahwa manusia berhak menentukan sejarah, budaya, aturan-aturan sosial dan prilakunya. Freire pun mengamini itu. Ketika mahasiswa kehilangan potensi akal dan hatinya oleh kekerasan sistem pendidikan, maka mahasiswa tak ubahnya hewan. Ketika itu pula pendidikan mengalami degradasi fungsi, dari memanusiakan manusia menjadi menghewankan manusia.
Surat Pembaca
Segera Bangun Lahan Parkir
K
epada pengelola kampus yang terhormat. Saya mendesak dengan sangat untuk mengadakan lahan parkiran untuk mobil. Karena menurut saya mobil-mobil yang terparkir di badan jalan cukup mengganggu dan membahayakan keselamatan pengguna jalan. Saya juga melihat dengan mata kepala sendiri kecelakaan yang diakibatkan oleh pengguna mobil di kampus, saat itu pengguna mobil membuka pintu dan pengendara motor melewat, sontak saja yang mengendarai motor tersandung pintu mobil tersebut. Haekal M Husain, Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Semester 3
No.18/Tahun XXVI/Edisi Oktober/November 2014
AdvertoriaL Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat mengucapkan selamat kepada pemenang KPID Award 2014 dan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan acara Indonesia Broadcasting Expo (IBX) 2014. Seluruh LP se-Jabar, BJB, Garuda Indonesia, Pos Indonesia, Ardan Radio, seluruh perguruan tinggi dan dinas pendidikan serta mahasiswa UIN SGD Bandung yang menjadi pengunjung terbanyak di acara Neng Athiatul Faiziyah IBX 2014. Ketua KPID Jawa Barat
KPID AWARD 2014. Salah satu kegiatan KPID dalam mengapresiasi pegiat media penyiaran yang berprestasi. [Foto oleh Ihsan Burhanudin]
OPEN RECRUITMENT Gender Studies Center
Pernahkah anda melihat/ mendengar kekerasan seksual ? Apakah menurut anda laki-laki lebih tinggi derajatnya dibandingkan perempuan ? Bolehkah perempuan menjadi seorang pemimpin ? Jika pertanyaan itu ada dalam benak anda. Apakah anda cukup berani menjadi bagian dari kami ?
Mari kita kaji bersama dalam berbagai perspektif. CP 085624846356 Purna Irawan 089656257945 Yasser Burhani 085962626692 Melly PIN 7CC241AF
Nurman
JS Corporation didirikan di Garut dan dimulai pada tahun 2014. JS yang didirikan oleh 6 orang mahasiswa (Asri, Ridwan, Ami, Nurman, Yuli dan Fandru) dari jurusan yang berbeda-beda bertekad dan mempunyai mimpi yang sama untuk mengembangkan JS menjadi suatu perusahaan yang bergerak dibidang produk-produk UKM. JS sebagai wadah untuk memasarkan produk - produk unggulan UKM yang produknya ingin dikembangkan dan dipasarkan oleh JS. Hingga Saat ini kami mempunyai 2 produk “Coklat Seru dan Dorokdok DADU” Coklat Seru, olahan cokelat dengan beberapa varian rasa seperti keju, mix, fruit, dan kacang. Dengan tagline “Serukan Harimu Dengan Semangat Baru”. Dorokdok Dadu, olahan dari kulit sapi dan domba dengan beberapa varian rasa original, lada, lada pisan dan masih ada beberapa rasa lainnya yang belum dimunculkan. Nama DADU karena berasal dari bentuknya yang kecil-kecil seperti dadu. JS Corporation memiliki kantor yang dinamai “Rumah Kreasi” yang beralamat di Graha Galery Centre (GGC) Blok J.6 Jl.Ahmad Yani, Bunderan Suci – Garut. Bagi teman-teman yang berminat untuk mengembangkan produknya bias bergabung bersama kami dengan menghubungin contac person atau dating ke Rumah Kreasi. JS CORP Fly with Us