2 minute read
WIRAUSAHA
Saat merintis bisnis, tim Heartland menggunakan modal yang berasal dari iuran tiap pendiri yang dapat bersumber dari uang tabungan pribadi maupun bantuan dari orang tua. Peran orang tua tak hanya berupa bantuan modal saja, melainkan juga bantuan secara moral dan strategi. Pada awal ia merintis bisnis Heartland ini, ia mengalami sedikit kesulitan dalam time management antara bisnis dan kuliah. Namun seiring berkembangnya Heartland, ia belajar untuk mengembangkan kualitas SDM dan pentingnya pembagian job desc untuk produktivitas bisnis yang tidak mengganggu waktu kuliahnya. Founder dari Heartland ini pun memberikan tips dalam mengatur waktu antar kuliah, organisasi dan kepanitiaan, serta bisnisnya yaitu dengan sistem pembagian tugas yang rata dan adil, harus adanya tim yang kuat, membuat target tiap minggu atau bulannya, serta membuat SOP pendukung kerja. Keberhasilan dari Heartland dapat dilihat dari pemasaran hasil produksinya yang sudah sampai ke Sumatera, Kalimantan, Bali, dan yang paling banyak yaitu di Pulau Jawa. Adapun suka dirasakan selama merintis bisnis adalah perasaan excited dengan perkembangan bisnis. Namun tentu tidak luput dari perasaan sedih seperti adanya rasa demotivasi saat sedang jenuh atau saat perkembangan Heartland dirasa stuck.
Saat pandemi berlangsung, Heartland juga merasakan dampak dari pandemi, dampak yang dirasakan oleh Heartland yaitu tidak bisa mengikuti booth, festival, ataupun pameran fashion. Namun, karena Heartland dibangun sejak Juli 2020 maka Heartland tidak mengalami penurunan penjualan, melainkan mengalami peningkatan dalam penjualan karena memanfaatkan digital marketing. Kalaupun di masa pandemi Heartland mengalami penurunan dalam penjualan maka hal yang bisa dilakukan yaitu evaluasi tim dan intropeksi kerja dan kualitas produk secara komperhensif, objektif, dan dengan pemikiran yang terbuka.
Advertisement