3 minute read
EKONOMI
EKSPLORASI TITIK LEMAH DIBALIK DATA-DATA KEBERHASILAN PROGRAM MERDEKA EKSPOR
10
Advertisement
TECHNO
EKONOMI
Sumber : Republika.co.id
Menurut Menteri Pertanian Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.Si., M.H., Merdeka Ekspor merupakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas ekspor komoditas pertanian, sebagai tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo, yaitu untuk mendorong investasi dan ekspor sebagai faktor kunci dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya menghadapi masa pandemi Covid-19. Tujuan dari Merdeka Ekspor ini adalah mempercepat ekspor produk pertanian, menggerakkan provinsi, kabupaten, dan kota untuk melakukan ekspor, dan mendorong pencapaian program Gerakan Tiga Kali Ekspor (GRATIEKS.red) pertanian yang ada di seluruh daerah. Program kerja Merdeka Ekspor dilatar belakangi oleh adanya pandemi Covid 19, selama pandemi mayoritas sektor perekonomian di Indonesia mengalami dampak kemerosotan yang signifikan, namun sektor pertanian mampu bertahan dan tetap menyumbangkan angka GDP yang tinggi bagi negara. Hal ini mendorong kementrian pertanian untuk lebih mengembangkan sektor pertanian dalam hal investasi, peningkatan ekspor dan peningkatan komoditas unggul yang dinilai mampu menjadi faktor kunci dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Sehingga ditetapkanlah program merdeka ekspor ini sebagai pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun ini ekspor yang dilepas dalam program merdeka ekspor ini mencapai 627,4 juta ton (senilai Rp 7,29 triliun), meliputi komoditas perkebunan (564, 6 juta ton), tanaman pangan (4,3 juta ton), hortikultura (7,2 juta ton), peternakan (4,0 juta ton), dan beberapa komoditas lainnya yang akan di ekspor ke 61 negara yang menjadi tujuan ekspor dari 17 pintu laut dan darat yang telah dibuka, diantaranya Tiongkok, Amerika Serikat, India, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Inggris, Jerman, Rusia, Pakistan, dan deretan negara lainnya. Jika dilihat berdasarkan data, menteri pertanian mengatakan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan sepanjang tahun 2019 hingga kuartal II 2021. Nilai ekspor pertanian pada Januari hingga Desember 2020 adalah sekitar Rp 451,77 triliun atau meningkat 15,79% dibanding periode yang sama pada 2019.
Pada Januari-Juni 2021, nilai ekspor pertanian mencapai Rp 277,95 triliun atau meningkat 40,29% dari posisi 2020 yang sebesar Rp198,13 triliun. Untuk kesuksesan program kerja Merdeka Ekspor ini, pemerintah melakukan berbagai upaya seperti mendorong kementrian pertanian untuk membuka keran investasi sebagai pembiayaan bagi petani dalam melakukan usaha tani. Selain itu, pemerintah juga meningkatkan monitoring terhadap kualitas hasil pertanian, dan yang terakhir pemerintah melakukan hubungan bilateral dengan beberapa negara untuk menjalin kerjasama ekspor. Akan tetapi, data ini belum secara jelas menjadi titik optimisme dalam pembangunan negara. Hal ini didasarkan atas nilai jual yang dihasilkan belum mencapai potensi maksimalnya karena jika komoditas mentah yang diekspor dapat diolah menjadi bahan olahan, maka nilai jual ekspor tersebut akan jauh lebih prospektif dalam memakmurkan pertanian Indonesia sehingga data ini hanya mengisyaratkan bahwa Indonesia hanya menjadi penyedia bahan baku bagi industri di berbagai negara dibalik tingginya impor bahan olahan yang dilakukan Indonesia. “Menurut saya program kerja Merdeka Ekspor tidak terlalu efektif karena sebagaimana track record ekspor di Indonesia, negara kita seringkali mengekspor barang mentah yang harga jualnya tidak bisa tinggi.” Ujar Annisa Vira Widyanti, mahasiswa magister manajemen agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Annisa juga menambahkan bahwa program kerja Merdeka Ekspor tidak mengartikan bahwa Indonesia telah merdeka pangan, karena indonesia masih tetap melakukan impor dan bergantung dengan negara lain di berbagai komoditas lainnya. Hal tersebut berdampak pada lemahnya aspek ketahanan pangan dan kedaulatan pangan karena berdasarkan data BPS, untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, Indonesia masih melakukan impor pangan dan hewan hidup dengan nilai yang cukup besar, yaitu US$ 15,44 miliar atau sekitar Rp 219,65 triliun pada tahun 2020. Problematika tersebut menjadi penegasan bahwa masih ada beberapa kekurangan di balik data-data nilai ekspor yang menjanjikan dari hasil program merdeka ekspor. Untuk mampu memaksimalkan program ini agar dapat memberi dampak yang nyata maka solusi utama yang harus dibenahi oleh para pemangku kebijakan adalah memprioritaskan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kedaulatan pangan untuk meminimalisasi ketergantungan pada negara lain dan bukan semata meningkatkan perekonomian berdasarkan data sehingga gaung ekspor menjadi langkah berikutnya untuk meningkatkan percepatan perekonomian. “Jangan sampai kita sibuk dengan program ekspor tapi membiarkan masyarakat kita sendiri kelaparan.” merupakan kalimat penting dari Annisa terhadap program merdeka ekspor dan sekaligus menutup eksplorasi kali ini yang menjadi awalan untuk membenahi realita agar lebih selaras dengan sila kelima melalui merdeka ekspor.