Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

Page 1

JEJARING KERJA PENYULUH AGAMA KATOLIK Lusius Sinurat, S.S., M.Hum


Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

2


Pentingnya Jejaring

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

3


SISTEMATIKA

1. Latarbelakang 2. Deskripsi Topik 3. Manfaat Topik Bagi Peserta 4.Tujuan Pembelajaran 5. Materi Pokok Dan Sub-Materi Pokok

a. Materi Pokok

b. Sub-Materi pokok

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

4


1. LATARBELAKANG

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

5


2. DESKRIPSI TOPIK

Kemampuan menata ulang jejaring kerja personal dan organisasi demi efektivitas pengelolaan program penyuluhan

melalui:

Konsep dasar jejaring kerja (metaphoric)

Konsep jejaring sosial (analitic)

Penataan ulang jejaring kerja strategis (Social network analysis tools)

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

6


3. MANFAAT TOPIK BAGI PESERTA

Mengembangkan kegiatan jejaring kerja (partnership)

Demi meningkatkan kemampuan kepemimpinannya dalam tugas penyuluhan

Kemampuan peserta

Sehingga diharapkan dapat mewujudkan arah dan tujuan penyuluhan dengan tepat.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

7


4. TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta diharapkan mampu menata ulang jejaring kerja personal dan organisasi untuk efektivitas pengelolaan program.

Indikator Hasil Belajar setelah mengikuti pembelajaran ini: • Peserta mampu Menjelaskan berbagai konsep jejaring kerja dan implikasi strategis lingkungan kerja berbasis jejaring; • Peserta mampu Menggunakan social network analysis untuk mengungkap dan memetakan jejaring kerja; • Peserta mampu Menata ulang jejaring kerja personal dan organisasi secara strategis Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

8


5. MATERI POKOK DAN SUB-MATERI POKOK

Dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang diharapkan, isi bahan ajar ini diuraikan ke dalam beberapa bagian pembahasan yang satu dengan lainnya saling terkait dan mendukung.

Penguraian ke dalam beberapa pokok bahasan tersebut juga dalam rangka proses pengkajian dapat dilakukan secara bertahap (gradual) sehingga dapat lebih membantu dalam proses belajar-mengajar.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

9


FOKUS PEMBAHASAN

Konsep Jejaring kerja Konsep Dasar Jejaring Kerja (Metaphoric)

Konsep Jejaring Sosial (Analitic)

Lingkungan Kerja Strategis Social Network Analysis tools

Penataan Ulang Jejaring Kerja

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

10


Catatan Peserta Diklat disarankan melakukan curah pendapat dengan sesama peserta Diklat, karena metode pembelajaran tersebut dapat mempercepat pemahaman tentang isi bahan ajar. Supaya dapat memahami seluruh isi bahan ajar ini dengan baik, peserta Diklat daharapkan dapat membacanya secara bertahap. Hal tersebut untuk mengurangi kesenjangan terhadap substansi dalam bahan ajar ini.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

11


Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

12


Jejaring Kerja adalah

Konsep Dasar Jejaring Kerja (Metaphoric)

Kegiatan penting dalam berorganisasi

yang memudahkan setiap individu di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien

melalui koordinasi dan kolaborasi antar bagian dalam satu organisasi atau dengan organisasi lain

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

13


Secara etimologis....

berasal dari kata partner: pasangan, jodoh, sekutu, company.

Sedangkan partnership berarti persekutuan atau perkongsian

Kemitraan = suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

14


Membangun jejaring kerja (kemitraan) pada hakekatnya adalah sebuah proses:

 Membangun komunikasi atau hubungan,  Berbagi ide, informasi dan sumber daya...

 Atas dasar saling percaya (trust) dan saling menguntungkan diantara pihakpihak yang bermitra...

 yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau kesepakatan  guna mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

15


Jadi, membangun Jejaring Kerja (kemitraan) dapat dilakukan jika pihak-pihak yang bermitra memenuhi persyaratan berikut:

Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Saling percaya & membutuhkan

Ada kesepakatan/ kesepahaman Punya kesamaan visi dalam mencapai tujuan lembaga/ organisasi Ada 2 atau lebih pihak lembaga/ organisasi Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

16


KEMITRAAN

Tujuan Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam membangun Jejaring Kerja (kemitraan), yakni:

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat 2. Peningkatan mutu dan relevansi

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

17


1. MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap eksistensi organisasi tersebut, menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan oranisasi itu. Masyarakat bukan saja anggota binaan, tetapi juga dinas/ departemen terkait, ormas, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha dan industri, tokoh masyarakat dan stake holder lainnya.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

18


2. PENINGKATAN MUTU DAN RELEVANSI Dinamika perubahan/perkembangan masyarakat sangat tinggi. Komunitas penyuluh, jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan kompetitor lain. Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi, peningkatan mutu dan relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan pasar.

Membangun Jejaring Kerja sangat penting guna merancang program yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan relevansi program dengan kebutuhan pasar.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

19


kemitraan

Prinsip dalam Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)

1. Kesamaan visimisi; 2. Kepercayaan (trust); 3. Saling menguntungkan;

4. Efisiensi dan efektivitas; 5. Komunikasi timbal balik; 6. Komitmen yang kuat;

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

20


1. KESAMAAN VISI – MISI 

Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi dan tujuan organisasi.

Kesamaan dalam visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola kemitraan. Kenyataannya, dua atau lebih lembaga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

21


2. KEPERCAYAAN (TRUST) ď ą

ď ą

Kepercayaan adalah modal dasar membangun jejaring dan kemitraan.

Untuk dapat dipercaya maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi itikad/niat yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

22


3. SALING MENGUNTUNGKAN ď ą

ď ą

ď ą

Asas saling menguntungkan merupakan fondasi yang kuat dalam membangun kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan, merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan menggangu keharmonisan dalam bekerja sama. Antara pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai peran masing-masing dan merasa diuntungkan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

23


4. EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ď ą

ď ą

Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tanaga. Efisiensi tersebut akan meningkatkan kualitas proses dan produk yang dicapai. Tingkat efektifitas pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan mitra kerja. Dengan kemitraan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang bermitra tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan menjadi lebih efektif.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

24


5. KOMUNIKASI TIMBAL BALIK ď ą

ď ą

Komunikasi timbal balik atas dasar saling menghargai satu sama lain merupakan fondamen dalam membangun kerjasama. Tanpa komunikasi timbal balik maka akan terjadi dominasi satu terhadap yang lainnya yang dapat merusak hubungan yang sudah dibangun.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

25


6. KOMITMEN YANG KUAT ď ą

Jejaring kerja akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen satu sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

26


Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

27


A. STRATEGI Pendengar Yang Baik Masuk Ke Lingkungan Organisasi Profesi

72 Jam Menjalin Komunikasi

Membangun Citra Diri

Sabar, Aktif Dan Proaktif

Tak Sekedar Bertukar Kartu Nama Dan Berkenalan

Peduli Lingkungan

Lebih Cerdas Dan

Menjadi Anggota Komunitas Tertentu

Komunikasi Yang Sinambung

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

28


1. MEMBANGUN JEJARING KERJA BUKAN SEKEDAR BERTUKAR KARTU NAMA DAN BERKENALAN





Jika sebagian besar orang merasa kurang berhasil membangun Jejaring Kerja (networking) itu disebabkan karena mereka hanya berkenalan atau bertukar kartu nama. Sedangkan membangun kekuatan networking hanya bisa dikerjakan dengan cara yang terorganisasi.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

29


2. MENJADI PENDENGAR YANG BAIK





Pada umumnya, orang-orang lebih senang membicarakan tentang diri mereka sendiri, tetapi bila kita mampu menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang mereka pikirkan/katakan secara tulus maka kita akan mendapatkan banyak keuntungan. Keuntungan menjadi pendengar yang baik adalah: 1)

mendapatkan informasi sebanyak- banyaknya dalam kesempatan pertemuan singkat tersebut. Informasi lebih banyak tentang diri pribadi mereka sangat penting guna memberikan perlakuan yang paling tepat, di sisi lain mereka juga pasti terkesan pada diri kita.

2)

menciptakan tujuan - dengan menjadi pendengar yang baik kita akan mampu memvisualisasikan siapa saja yang harus kita dekati. Sehingga tak perlu membuang waktu dengan mengikuti perkumpulan yang tidak berhubungan dengan target yang ingin kita capai. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

30


3. MENGUPAYAKAN DALAM 72 JAM MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN CALON BINAAN







Langkah yang bisa kita lakukan adalah mengirimkan e-mail, medsos, menelpon seraya mengungkapkan kebahagiaan kita mendapatkan kesempatan bertemu mereka, atau menanyakan kabar anak-anak, usaha, maupun hobi yang sedang mereka kerjakan. Cara lain adalah mengirimkan sesuatu dan menyampaikan kesan mendalam sekaligus keinginan untuk bertemu mereka suatu saat nanti, dan lain sebagainya. Ciptakan berbagai langkah menciptakan jalinan komunikasi, karena hal itu akan membuat mereka lebih mengingat kita. Sehingga apabila suatu ketika kita menghubungi atau bertemu lagi, mereka akan dengan mudah mengingat dan menjalin keakraban de.ngan kita Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

31


4. BERSIKAP SABAR TETAPI AKTIF DAN PROAKTIF DALAM MEMBERI PENYULUHAN





Memberi Penyuluhan bisa dilakukan dalam berbagai cara, entah dalam bentuk pelayanan maupun dalam bentuk kontribusi kepada perorangan maupun kelompok. Milikilah nilai tersendiri bagi orang lain, dengan menciptakan kerjasama yang memberikan kemudahan dan berbagai nilai yang menguntungkan mereka.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

32


5. BERSIKAP LEBIH CERDAS DAN SELALU MENYAMPAIKAN INFORMASI YANG AKURAT DAN APA ADANYA

Caranya adalah dengan terus belajar banyak hal setiap ada kesempatan: banyak membaca, mengikuti seminar, worksop, kompetisi, expo, dsb) Kita akan lebih dikenal dibandingkan orang lain karena kelebihan ilmu pengetahuan yang kita miliki.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

33


6. KESINAMBUNGAN KOMUNIKAS

Kita harus selalu meluangkan waktu untuk melakukan komunikasi guna mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang sudah terbangun. Salah satu alasannya karena tak ada jalan pintas dalam mengembangkan dan mempertahankan networking kecuali kesinambungan komunikasi.

Kesinambungan komunikasi sudah dapat memperluas networking. Tak heran bila orang biasapun memiliki sekurang-kurangnya 250 orang yang cukup dekat dalam kehidupannya. Berdasarkan sebuah penelitian, sebagian besar orang tidak akan pernah menyadari sedang memerlukan orang lain sebelum berkomunikasi dengan orang yang bersangkutan selama 8-10 kali. Jangan pula berkeinginan untuk menunda menjalin komunikasi dengan orang lain, karena selain tak mendapatkan hubungan baru kita juga akan kehilangan semangat baru. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

34


7. MENJADI ANGGOTA KOMUNITAS TERTENTU

Silahkan bergabung dengan anggota Legio Maria, Paduan Suara, WKRI, Pria Roh Kudus, dst. Tujuannya tak lain adalah untuk menambah relasi dan memperlus wawasan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

35


8. PEDULI LINGKUNGAN





Perlu memiliki rasa tanggung jawab (peduli) terhadap kehidupan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Ada banyak cara untuk mewujudkannya seperti donor darah, menjaga kebersihan dan kesehatan leingkungan melalui kerja bakti dan penghijauan, pemberi beasiswa bagi masyarakat sekitar yang tidak mampu, ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

36


9. MEMBANGUN CITRA DIRI SEBAGAI WIRAUSAHA Membangun citra diri sebagai wirausaha dapat dilakukan dengan cara:  meningkatkan kemampuan berkomunikasi,  komitmen atas prinsip dan janji,  professional,  peduli terhadap karyawan, dan  menjaga penampilan. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

37


10. MASUK KE LINGKUNGAN ORGANISASI PROFESI





Masuk menjadi anggota komunitas organisasi profesi tertentu dapat menambah teman bisnis, menambah wawasan dan pengalaman, misalnya komunitas guru-guru agama katolik, katekis katolik, PGRI, dst. Dalam pengelolaan lembaga kursus perlu diciptakan jejaring mitra yang fokus dan benar-benar mendukung efektifitas program.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

38


B. Langkah2 Membangun Jejaring Kerja MENGGALI DAN MENGUMPULKAN INFORMASI PERENCANAAN SELANJUTNYA

MENGANALISIS INFORMASI

PENJAJAGAN KERJASAMA

PERBAIKAN

PEMETAAN PENYUSUNAN RENCANA KERJASAMA

MONITORING DAN EVALUASI

PELAKSANAAN KEGIATAN

PENANDATANGA NAN AKAD KERJASAMA (MOU)

MEMBUAT KESEPAKATAN

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

39


1. PEMETAAN

Setiap organisasi perlu melakukan pemetaan tentang organisasi, terutama di lingkungan:  Pemerintah  Gereja  Tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda  Termasuk Organisasi kemasyarakatan dan sosial yang memiliki kesamaan visi, misi dan tujuan.  dll.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

40


2. MENGGALI DAN MENGUMPULKAN INFORMASI

 Setelah dilakukan pemetaan maka langkah selanjutnya adalah menggali informasi tentang tujuan organisasi, ruang lingkup pekerjaan (bidang garapan), visi misi dsb.  Informasi ini berguna untuk menjajagi kemungkinan membangun jaringan dan kemitraan.

 Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan pendekatan personal, informal dan formal.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

41


3. MENGANALISIS INFORMASI

ď‚™ Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya kita menganalisis dan menetapkan mana pihak-pihak yang perlu ditindaklanjuti untuk penjajagan kerjasama yang relevan dengan permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

42


4. PENJAJAGAN KERJASAMA

ď‚™ Menindak lanjuti hasil analisis data dan informasi, perlu dilakukanpenjajagan lebih mendalam dan intens dengan pihak-pihak yang memungkinkan diajak kerjasama. ď‚™ Penjajagan dapat dilakukan dengan cara melakukan audiensi atau presentasi tentang profil perusahaan/ organisasi dan penawaran program-program yang bisa dikerjasamakan baik secara formal maupun non formal

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

43


5. PENYUSUNAN RENCANA KERJASAMA

ď‚™ Jika beberapa pihak sepakat untuk bekerjasama maka langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana kerja sama. ď‚™ Dalam perencanaan harus melibatkan pihak-pihak yang akan bermitra sehingga semua aspirasi dan kepentingan setiap pihak dapat terwakili.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

44


6. MEMBUAT KESEPAKATAN

ď‚™ Pihak-pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan bersama, dan ď‚™ Dituangkan dalam nota kesepahaman atau sering disebut memorandum of understanding (MOU).

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

45


7. PENANDATANGANAN AKAD KERJASAMA (MOU)

ď‚™ Nota kesepahaman yang sudah dirumuskan selanjutnya ditandatangani oleh pihak-pihak yang bermitra. ď‚™ Nota ini biasa disebut MOU (Memorandum Of Understanding).

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

46


8. PELAKSANAAN KEGIATAN

ď‚™ Tahap ini merupakan tahap implementasi dari rencana kerjasama yang sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. ď‚™ Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan peran masing-masing pihak yang bermitra.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

47


9. MONITORING DAN EVALUASI ď‚™ Selama pelaksanaan kerjasama perlu dilakukan monitoring dan evaluasi. ď‚™ Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan (deviasi) dari tujuan yang ingin dicapai. Disamping itu juga segala permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan dapat dicarikan solusinya. ď‚™ Hasil monitoring dapat dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi. Perlu dilakukan evaluasi bersama antar pihak yang bermitra untuk mengetahui kegiatan mana yang belum bisa berjalan sesuai rencana dan mana yang sudah, tujuan mana yang sudah tercapai dan mana yang belum, masalah/ kelemahan apa yang menghambat pencapaian tujuan dan penyebabnya.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

48


10. PERBAIKAN

ď‚™ Hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan dipakai sebagai dasar dalam melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan selanjutnya: apakah kerjasama akan dilanjutkan pada tahun berikutnya atau tidak.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

49


11. PERENCANAAN SELANJUTNYA.

ď‚™ Jika pihak-pihak yang bermitra memandang penting untuk melanjutkan kerjasama, maka mereka perlu merencanakan kembali kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahu berikutnya. ď‚™ Perencanaan selanjutnya perlu mempertimbangkan hasil evaluasi dan refleksi sebelumnya. ď‚™ Disamping itu, mungkin dipandang perlu untuk memperpanjang akad kerjasama dengan atau tanpa perubahan nota kesepahaman.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

50


LATIHAN KELOMPOK

SOAL

PETUNJUK: Jawablah soal di bawah ini menurut pendapat kelompok Anda, secara jelas dan singkat! 1) Apa yang Kelompok Anda ketahui tentang Jejaring Kerja? Jelaskan berdasarkan pengalaman Anda! 2) Jelaskan mengapa Penyuluh perlu membangun Jejaring Kerja dengan berbagai pihak ! Jelaskan tujuan membangun Jejaring Kerja bagi Penyuluh Agama Katolik! 3) Jelaskan prinsip, strategi dan pendekatan dalam membangun Jejaring Kerja ! 4) Jelaskan Jejaring Kerja yang sudah Anda lakukan sebagai Penyuluh Agama Katolik di Kabupaten/Kota: nama Penyuluh, Program/Topik Penyuluhan, Dengan siapa bermitra, bagaimana bentuk/pola kemitraannya dan apa peran masing-masing pihak yang bermitra !

5) Jelaskan bagaimana langkah-langkah yang Anda lakukan dalam membangun jaringan kemitraan ! Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

51


Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

52


Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

53


Analisa jaringan kerja merupakan suatu perpaduan pemikiran yang logis, digambarkan dengan suatu jaringan yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan memungkinkan pengolahan secara analitis. 





Analisa jaringan kerja memungkinkan suatu perencanaan yang efektif dari suatu rangkaian yang mempunyai interaktivitas. Metode manajemen banyak bermanfaat terutama dalam hal perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan pembangunan proyek, bermanfaat dalam pengambilan keputusan (decision making) serta kegiatan- kegiatan operasional lainnya. Penerapan metode manajemen di segala bidang kegiatan pada kenyataannya prosedurnya tidaklah begitu kompleks, hal mana dapat dianalisa secara sistematis dan sederhana dengan menggunakan analisa jaringan kerja. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

54


A. Hakekat Analisis Jaringan Kerja Analisa Jaringan Kerja (AJK) ialah suatu sistem kontrol proyek dengan cara menguraikan pekerjaan menjadi komponen-komponen bernama kegiatan (activity).

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

55


AJK disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan proyek dapat dilaksanakan dan diselesaikan secara ekonomis, dalam waktu yang singkat, serta jumlah tenaga kerja yang minim.

AJK dengan demikian adalah suatu teknik manajemen yang bermanfaat dalam mendisain, merencanakan, dan menganalisis suatu sistem.

AJK membantu para ahli analisis dalam mengetahui dan mengidentifikasi keterkaitan yang terdapat pada sub sistem yang ada.

Agar dalam menganalisis jaringan kerja tersebut dapat berjalan dengan baik dan terencana hingga menghasilkan suatu teknik manajemen yang bermanfaat memerlukan pendekatan sistem.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

56


AJK berhubungan dengan pendekatan sistem 

ANALISIS JARINGAN KERJA

 PENDEKATAN SISTEM

Sistem

Pendekatan sistem menggunakan cara berpikir dengan mempergunakan konsep sistem. Konsep sistem adalah sekelompok unit yang bekerja sama secara keseluruhan berdasarkan suatu tujuan bersama atau seperangkat unit yang terorganisir.

KONSEP SISTEM

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

57


Pendekatan Sistem





Pendekatan sistem akan sangat berguna bagi pembuatan rancangan penyuluhan, terutama saat si penyuluh merencakan proses penyuluhan yang logis dan sistematis. Dengan pendekatan sistem ini, AJK akan memiliki: a. Tujuan yang jelas

b. Persyaratan yang jelas dan c. Tahapan yang jelas. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

58


Berikut adalah persyaratan yang harus dipenuhi saat penerapan AJK: MODEL HARUS LENGKAP. •Analisis jaringan kerja merupakan model yang kompleks yaitu mencakup informasi kegiatan, informasi sumber daya yang dibangun dalam diagram jaringan kerja (network diagram). MODEL HARUS COCOK. •Tentunya diagram jaringan kerja proyek penyuluhan berlaku untuk proyek itu sendiri, tidak untuk proyek pembangunan jembatan. ASUMSI YANG DIPAKAI TEPAT. •Analisis jaringan kerja harus menggunakan asumsi, karena ketepatan asumsi sangat mempengaruhi keberhasilan analisis jaringan kerja. SIKAP PELAKSANAAN. •Sikap pelaksanaan proyek diharapkan dan tentunya dianggap menjadi pendukung penyelenggaraan proyek Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

59


AJK Memiliki Tahapan Penerapan sbb : 1. Pembuatan ď‚™ Dimana tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model yang dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan proyek. ď‚™ Di dalam pembuatan ini juga masih memiliki tahapan-tahapan lagi yaitu : inventarisasi kegiatan, hubungan antar kegiatan, menyusun diagram jaringan kerja, data kegiatan, analisa waktu dan sumber daya, batasan dan leveling. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

60


2. Pemakaian ď‚™ Bila pembuatan telah selesai maka model yang telah jadi tersebut dipakai pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan yang ada dalam diagram jaringan kerja. ď‚™ Terdapat beberapa alternatif cara pelaporan berdasarkan kuantitas dalam bentuk satuan pekerjaan/kegiatan atau dalam bentuk relatif atau persentase; dan berdasarkan jangka waktunya serta kumulatif atau periodik.

3. Perbaikan ď‚™ Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada saat pembuatan. ď‚™ Tahap perbaikan dibatasi pada kegiatan yang tidak sesuai dengan usaha pencapaian keberhasilan proyek. Dan selanjutnya pada tahap dilakukan revisi. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

61


B. Teknik-teknik Jaringan Kerja Salah satu prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan jaringan kerja untuk mengatasi permasalahan pengelolaan suatu proyek adalah PERT (Program Evaluation & Review Technigue) dan CPM (Critical Path Method)

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

62


1. Program Evaluation & Review Technigue

PERT

Teknik ini adalah suatu metode yang bertujuan untuk semaksimal mungkin 1. mengurangi adanya penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan teknik) maupun rintangan dan perbedaan-perbedaan; 2. mengkoordinasikan dan menyelaraskan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan mempercepat seleksinya proyek-proyek. Tujuan dari PERT adalah pencapaian suatu taraf tertentu dimana waktu merupakan dasar penting dari PERT dalam penyelesaian kegiatan- kegiatan bagi suatu proyek. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

63


2. Critical Path Method

CPM

Suatu metode perencanaan dan pengendalian proyek-proyek yang merupakan sistem yang paling banyak digunakan di antara semua sistem yang memakai prinsip pembentukan jaringan. 



Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Jadi, CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

64


3. Hubungan PERT dan CPM 

PERT adalah suatu metode analisis yang dirancang untuk membantu dalam penjadwalan dan pengendalian proyekproyek yang kompleks, yang menuntut bahwa masalah utama yang dibahas yaitu masalah teknik untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya sehingga dapat diselesaikan secara tepat waktu dan biaya,

Sedangkan... 

CPM adalah suatu metode yang dirancang untuk mengoptimalkan biaya proyek di mana dapat ditentukan kapan pertukaran biaya dan waktu harus dilakukan untuk memenuhi jadwal penyelesaian proyek dengan biaya seminimal mungkin� . Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

65


C. Persamaan dan Perbedaan PERT dan CPM PERSAMAAN- Keduanya sama-sama: |1. Digunakan untuk menangani proyek-proyek. | 2. Memerlukan prasyarat di dalam melaksanakan kegiatan. | 3. Melakukan pendataan waktu setiap operasi sehingga dapat menggunakan waktu semaksimum mungkin dan pembiayaan. | 4. Sama-sama membentuk lintasan dari kegiatan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

66


Perbedaan Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai berikut : 1.

PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator.

2.

Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama serta terlayak, sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek.

3.

Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya.

4.

Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

67


D. Tujuan Teknik Analisis Jaringan Kerja 1. Untuk mengkoordinir semua unsur (element) proyek kedalam suatu rencana utama (master plan) dengan menciptakan suatu model kerja untuk melengkapi proyek sehingga diperoleh data: 1. Waktu terbaik untuk pelaksanaan kegiatan, 2. Pengurangan/ penekanan ongkos/biaya, 3. Pengurangan resiko. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

68


2. Mempelajari alternatif-alternatif yang terdapat didalam dan diluar proyek. 3. Untuk mendapatkan atau mengembangkan jadwal yang optimum.

4. Penggunaan sumber-sumber secara efektif dan efisien. 5. Alat komunikasi antar pimpinan. 6. Pengawasan pembangunan proyek. 7. Memudahkan revisi atau perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

69


E. Manfaat Analisis Jaringan Kerja 1.

Melengkapi rancangan,

2.

Memperbaiki metode perencanaan dan pengawasan,

3.

Memperbaiki komunikasi dan pengambilan keputusan,

4.

Mempertinggi effektivitas manajemen dalam menyelesaikan proyek,

5.

Untuk penghematan biaya, waktu dan mempertinggi daya guna (effisiensi) kerja - baik manusia maupun peralatan, dan

6.

Menjamin ketepatan selesainya suatu proyek. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

70


F. Menggambar Jaringan Kerja Panduan Dalam Menggambar Jaringan Kerja : 1. Buatlah anak panah dengan garis penuh dari kiri ke kanan, & garis putus-putus untuk Dummy. 2. Keterangan kegiatan ditulis diatas anak panah, sedangkan kurun waktu dibawahnya. 3. Hindarkan sejauh mungkin garis menyilang. 4. Peristiwa dilukiskan sebagai lingkaran, dengan nomor bersangkutan jika mungkin berada didalamnya. 5. Nomor peristiwa sebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

71


G. Penentuan Waktu Setelah jaringan kerja dapat digambarkan, kemudian diestimasikan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu terjadinya masing-masing event.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

72


Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan terdapat satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada jaringan kerja tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis (critical path). ď ą Jalur kritis adalah jalur yang memiliki rangkaian komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian yang tercepat. ď ą Pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan Selain lintasan kritis, terdapat lintasanlintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis. ď ą Dengan demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini mempunyai jangka waktu untuk bisa terlambat, yang disebut float/slack. ď ą Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah jaringan kerja, dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek, atau digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

73


Float terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

Total float/slack

Free float/slack

• Jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan

• Jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat terjadinya event lain pada network.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

74


Latihan Kelompok

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

75


Tugas Kelompok 1.

Pilih dan tentukan jenis topik penyuluhan agama katolik dan silahkan kembangkan topik tsb dalam hubungannya analisa Jaringan Kerja.

2.

Untuk mengembangkan kemitraan antara pemerintah dan gereja, silahkan Anda jelaskan hubungan antar keduanya dan siapa saja yang memiliki kewajiban dan peran di dalamnya?

3.

Sebutkan cara dan langkah-langkah yang menurut kelompok Anda paling tepat untuk mengembangkan tekni penyuluh agama katolik ! Apakah cara/model yang anda pilih (lih. No. 3) dapat diterapkan di Kabupaten /Kota tempat Anda menyuluh? Jelaskan !

* Masing-masing kelompok menulis hasil diskusinya dan selanjutnya akan diplenokan. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

76


JEJARING KERJA PENYULUH AGAMA KATOLIK Lusius Sinurat, S.S., M.Hum Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

77


Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

78


LATIHAN KELOMPOK

SOAL

PETUNJUK: Jawablah soal di bawah ini menurut pendapat saudara secara jelas dan singkat! 1) Apa yang Anda ketahui tentang Jejaring Kerja? Jelaskan pendapat Anda! 2) Jelaskan mengapa Penyuluh perlu membangun Jejaring Kerja dengan berbagai pihak ! 3) Jelaskan tujuan membangun Jejaring Kerja bagi Penyuluh ! 4) Jelaskan prinsip-prinsip dalam membangun Jejaring Kerja ! 5) Jelaskan strategi atau pendekatan dalam membangun Jejaring Kerja menurut pendapat Anda. 6) Jelaskan Jejaring Kerja yang sudah Anda lakukan sebagai Penyuluh Agama Katolik di Kabupaten/Kota: nama Penyuluh, Program/Topik Penyuluhan, Dengan siapa bermitra, bagaimana bentuk/pola kemitraannya dan apa peran masing-masing pihak yang bermitra ! 7) Jelaskan bagaimana langkah-langkah yang Anda lakukan dalam membangun jaringan kemitraan ! Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

79


Mengapa membangun Jejaring Kerja menjadi sangat penting bagi seorang penyuluh, baik secara individu maupun organisasi?

Kenyataannya penyuluh tak akan eksis tanpa membangun Jejaring Kerja. Hal ini disebabkan oleh......


1. SUMBER DAYA PENYULUH TERBATAS

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

81


Masih banyak Penyuluh yang memiliki keterbatasan sumber daya: kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, fasilitas atau saranaprasarana dan keuangan (permodalan).

Keterbatasan ini mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan Penyuluh.

Untuk itu, Penyuluh perlu menjalin kemitraan (sharing) sumber daya dengan berbagai pihak untuk meningkatkan mutu layanan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

82


2. TERSEDIANYA BERBAGAI POTENSI MASYARAKAT YANG DAPAT DISINERGIKAN Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik DENGAN PENYULUH

83


Di masyarakat tersedia berbagai sumber daya yang cukup potensial tetapi belum diberdayakan secara optimal oleh Penyuluh.

Kedepan Penyuluh diarahkan menjadi sebuah lembaga yang dikelola secara professional.

• Penyuluh tidak bisa melulu mengandalkan campur tangan pemerintah, • Tetapi ia juga harus mampu mengakses semua sumber-sumber di masyarakat sesuai dengan spirit/jiwa penyuluh itu sendiri yakni keswadayaan/ kemandirian.

• Penyuluh bisa memiliki tingkat kemandirian (independency) yang tinggi apabila mampu memberdayakan segenap sumber daya di masyarakat melalui pola kemitraan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

84


3. TINGGINYA KESENJANGAN KOMPETENSI PENYULUH DENGAN KEBUTUHAN PASAR KEBUTUHAN

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

85


Sebagian besar penyuluh adalah lulusan STP yang sepanjang masa pendidikan kurang memiliki akses yang luas dengan bidang lain diluar bidang agama. Sementara sebagian kecil adalah lulusan universitas umum (non-agama).

Kenyataan ini menyebabkan kesenjangan kompetensi yang semakin lebar antara Sarjana Agama dan Sarjana Umum.

Di sisi lain, ada juga lulusan STFT yang justru merebut pangsa kerja alumni STP, sehingga banyak alumni STP yang kalah bersaing dengan alumni STFT, alias pasukkan ekkes.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

86


4. ADANYA TREND KEBUTUHAN PASAR YANG SELALU MENGIKUTI PERUBAHAN MASYARAKAT

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

87


Kebutuhan pasar kerja dari waktu-kewaktu terus berkembang mengikuti perkembangan masyarakat.

Informasi kecenderungan (trend) kebutuhan pasar kerja menjadi sangat berharga bagi Penyuluh dalam rangka pengembangan program penyuluhan yang inovatif dan “diminati� di pasar.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

88


5. MASIH BANYAK PENYULUH YANG JUMLAH PESERTA DIDIKNYA TERUS MENURUN Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik DARI WAKTU KE WAKTU

89


Tingkat persaingan antar Penyuluh Agama Katolik dan berbagai kegiatan keagamaan lain yang sangat menarik (di mall atau hotel) menggiring keduanya pada “perebutan� anggota.

Untuk meningkatkan jumlah peserta binaan Penyuluh pun harus mampu membangun jaringan dengan struktur hirarki di atasnya, Gereja-gereja Paroki, sekolahsekolah, perkantoran , perusahaan, dst.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

90


Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

91


Siklus Jejaring Kerja Pemda

Lembaga Sertifikasi

Legislatif

Dinas Agama

Penyeleng gara Program Kursus

Meningka tnya Dukungan

PENYULUH

Image Positif bagi Penyuluh

Perbaikan Mutu

Pelayanan Memuask an

Kepolisian

Organisasi

Dinas instansi Terkait

Akademisi

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

92


Penjelasan Bagan: 1. Penyuluh sebagai penyelenggara kursus / pelatihan / kelas penyuluhan memiliki kekuatan sekaligus juga kelemahan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

93


Kekuatan dan kelemahan Penyuluh ditentukan oleh empat hal pokok yaitu: SDM

SARANA

1. 2.

3. OUTPUT

PROGRAM

4.

Sumber daya manusia (SDM), Fasilitas atau sarana -prasarana yang dimiliki, Program penyuluhan yang diselenggarakan dan Lulusan (out put) yang dihasilkan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

94


Penyuluh harus mampu memetakan dimana letak kekuatan dan kelemahan terkait dengan empat hal tersebut diatas. 





Setelah mengetahui peta kekuatan dan kelemahan internal kelembagaannya Penyuluh dapat menentukan langkah atau strategi untuk peningkatan kinerja Penyuluh, salah satunya dengan pendekatan PLC (Program Life Cycle).

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

95


2. Peningkatan mutu internal Penyuluh dengan pendekatan PLC terdiri dari 5 langkah utama yang pada hakekatnya merupakan suatu tahapan kegiatan/aktivitas yang terus berkelanjutan sebagai sebuah siklus. 1)

Penyuluh menyelenggarakan sebuah kursus Penyuluhan.

2)

Terhadap sistem pengelolaan Penyuluh perlu dilakukan perbaikan mutu secara berkelanjutan yang didasarkan pada hasil monitoring dan evaluasi. Jika perbaikan mutu terus dilakukan maka akan tercipta pelayanan kursus yang memuaskan bagi masyarakat binaan.

3)

Kepuasan pelanggan dengan sendirinya akan membangun image positif di masyarakat terhadap eksistensi Penyuluh.

4)

Image positif yang sudah terbentuk akan meningkatkan minat masyarakat untuk mengikuti penyuluhan.

5)

Jumlah peserta binaan yang semakin meningkat menunjukkan daya dukung masyarakat juga semakin meningkat, begitu seterusnya.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

96


3. Peningkatan mutu Penyuluh secara eksternal Hal ini dapat dilakukan dengan strategi kemitraan yaitu membangun Jejaring Kerja dengan pihak-pihak eksternal atas dasar saling percaya dan saling membutuhkan. 



Di satu sisi, Penyuluh secara internal memiliki keterbatasan-keterbatasan yang menjadi tantangan baginya: bagaimana penyuluh mengatasinya? Di sisi lain, begitu banyak sumber daya potensial di masyarakat yang belum diberdayakan secara optimal untuk pengembangan Penyuluh kedepan dan menjadi tantangan: bagaimana penyuluh memberdayakannya? Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

97


Adapun Pihak-pihak eksternal yang memungkinkan untuk dijadikan mitra kerja antara lain: Semakin banyak program Penyuluh yang terkoneksi dengan sumbersumber eksternal berarti semakit kuat Jejaring Kerja Penyuluh. Semakin kuat Jejaring Kerja berarti semakin kuat pula eksistensi dan kredibilitas Penyuluh di masyarakat.

1. Pemda, Legislatif, etc, 2. Dinas pendidikan, Dinas/instansi terkait lainnya (disnakertrans, dinkes, dinas pariwisata dan budaya, dinas pertanian dan peternakan, dinas perindustrian dan perdagangan, etc), 3. Dunia usaha dan industri, 4. Lembaga keuangan seperti Perbankan, Koperasi, 5. Organisasi kemasyarakatan (termasuk asosiasi profesi, lembaga persekolah (Seminari) , Akademisi, Lembaga Sertifikasi (LSK dan LSP), Dst. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

98


Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

99


1. Meningkatkan partisipasi masyarakat

Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja (kemitraan) adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap eksistensi Penyuluh, menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan Penyuluh.

Masyarakat di sini memiliki arti luas, tidak hanya pelanggan (peserta binaan) tetapi juga masyarakat secara umum. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

100


2. Peningkatan Mutu Dan Relevansi

Dinamika perubahan/ perkembangan masyarakat sangat tinggi. Lembaga kursus jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan kompetitor lain. Untuk itu, Penyuluh dituntut untuk terus melakukan inovasi, peningkatan mutu dan relevansi program kursus sesuai kebutuhan pasar.

Untuk itu, membangun Jejaring Kerja (kemitraan) diperlukan guna merancang program kursus yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan relevansi program dengan kebutuhan pasar.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

101


3. Mensinergikan Program

Aberbagai program dari berbagai pihak yang sebetulnya bisa disinergikan dengan program kerja Penyuluh, jika terbangun komunikasi dua arah yang baik satu sama lain. a. Setiap perusahaan besar baik milik pemerintah atau swasta sudah pasti memiliki program corporate Social Responcibility (CSR) yang bisa disnergikan. b. Sekolah-sekolah yang belum memiliki guru agama Katolik bisa bermitra dengan Penyuluh. c. Disnakertrans menyediakan bursa kerja khusus yang bisa diakases Penyuluh untuk binaannya yang membutuhkan pekerjaan. d. Pemerintah melalui dinas pendidikan dan P2PNFI dan BPPNFI memiliki anggaran bantuan sosial untuk masyarakat tidak mampu yang bisa diakses Penyuluh.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

102


4. Meningkatkan Daya Serap Lulusan STP Sebagai Penyuluhan Agama Katolik Banyak penyuluh yang masih beranggapan bahwa setelah binaannya lulus (katekumen, mislnya), maka selesailah sudah tanggungjawabnya. Paradigma ini perlu dirubah, sebab tanggung jawab penyuluh juga mencakup penanganan pasca penyuluhan.

Untuk itu, salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja adalah peningkatan kualitas pengentahuan daniman kekatolikan dari setiap binaan yang telah ia luluskan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

103


5. Sosialisasi, Promosi Dan Publikasi

Membangun Jejaring Kerja (kemitraan) dilakukan dalam upaya sosialisasi, promosi dan publikasi program Penyuluhan, sehingga Penyuluh semakin dikenal oleh masyarakat luas, terutama di kalangan masyarakat Katolik.

Dengan semakin dikenal secara luas, diharapkan si Penyuluh akan semakin diminati sebagai penyuluh agama katolik di gereja dan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

104


6. Peningkatan Akses

Melalui Jejaring Kerjasama yang semakin baik dan meluas, maka secara otomotatis akan memperluas akses lembaga (akses informasi, teknologi, modal, pasar, praktek kerja industri/magang).

Kemitraan dengan berbagai pihak terus dibangun baik dengan pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dengan masyarakat selaku konsumen/pelanggan maupun dengan dudi selaku pengguna lulusan.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

105


7. Pencitraan Publik

Membangun image positif adalah salah satu tujuan kemitraan. Image yang positif (seperti professional, unggul, kompeten) biar bagaimanapun dapat dibangun melalui program kemitraan.

Sebab, image positif pun menyangkut kredibilitas lembaga kursus dimata masyarakat dan mitra kerja. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

106


8. Penguatan Kapasitas & Kapabilitas Lembaga

Membangun jaringan kemitraan juga sangat penting dalam upaya peningkatan kapasitas dan kapabilitas Penyuluh. KAPASITAS menyangkut optimalisasi pelaksanaan fungsi penyuluh; KAPABILITAS menyangkut kemampuan penyuluh itu sendiri untuk memproses input menjadi output yang siap pakai.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

107


TUGAS KELOMPOK Menurut kelompok Anda, pihak mana saja yang berpotensi menjadi jaringan kerja (mitra) Penyuluh Agama Katolik, dan bagaimana pola kemitraan yang paling tepat menurut kelompokmu?

Clue:  Ada 3 unsur penting yang harus diperhatikan untuk menjawab pertanyaan di atas, yakni: (1) Pola Kemitraan Lembaga, (2) Organisasi yang Relevan, dan (3) Peran Lembaga Contoh Jawaban:  Pola Kemitraan Lembaga : Pengembangan organisasi  Organisasi yang Relevan : Asosiasi profesi  Peran Lembaga : Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui pembinaan organisasi mitra. Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

108


DAFTAR PUSTAKA Andrew H, Kekuatan Networking, http://pembelajar.com Tanggal 27 januari 2009. Asep ST. Sujana. (2005). Paradigma Baru dalam Manajemen Ritel Modern.Yogyakarta Graha Ilmu Mastuhu. (2003). Menata Ulang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Safira Insania

Sudjatmoko. Agung. (2009). Pandua Lengkap Wirausaha. Cara Cerdas Mejadi Pengusaha. Jakarta: Visimedia Wahyudi. Hari. (2010). Beauty Preneurship. Entrepreneur Muda dalam Industtri Beauty, Fashion & Lifestyle, Jakarta: PPM Aminah, S., dan Husni. (2007). “Kajian Pengembangan Kerangka Kerja Kolaborasi Evaluasi dengan Pendekatan Collaborative Business Process Management.� http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1712/1493 (diakses 26 Oktober 2011) Dijk, J.A.G.M.. van (2003). Outline of a Multilevel Theory of the Network Society, In press.

Lusius Sinurat | Jejaring Kerja Penyuluh Agama Katolik

109


Email Facebook Fanpage Twitter Instagram

: : : : :

luciusinurat@gmail.com Lusius Sinurat https://web.facebook.com/lusius.sinurat @luciusinurat @lusiussinurat


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.