Diklat Teknis Substantif Guru PAK B i m a s K a t o l i k K a nwi l K e m e n a g Sumut, 21-27 Mei 2018
Lusius Sinurat, SS, M.Hum
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
2
Banggakah Anda Menjadi Katolik?
REFLEKSI Jelaskan apa yang Anda pahami tentang Gereja Katolik!
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
3
Diskusi 1
2 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu� (Mat 11:28). Pesan iman apa yang
Mengapa kita sebagai anggota Gereja harus ikut terlibat dalam ambil bagian tri tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja? Uraikanlah dari masing-masing tugas tersebut dalam kaitannya dengan dunia profesi Anda sebagai guru!
3 Mengapa semangat kerendahan hati demikian penting dalam karya Anda sebagai guru Pendidik Agama Katolik?
Anda tangkap dan bagaimana Anda memaknainya dalam kehidupan di Indonesia yang plural?
4 Apakah yang dimaksud dengan perbuatan iman itu? Berilah beberapa contohnya !
LANTAS, APA ARTINYA MENJADI KATOLIK? KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
4
1 KONSEP GEREJA JEMAAT ALLAH YANG DIKUDUSKAN DALAM KRISTUS YESUS (1KOR 1:2)
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
5
PART 01
ARTI GEREJA Keywords:
Umat Allah, Persekutuan Para Kudus, Communio, Misteri dan Sakramen, Bait Roh Kudus, dan Tubuh Kristus
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
6
KeyWords
01
Tubuh Kristus
03 Misteri dan Sakramen
GEREJA 04
.
Bait Roh Kudus
Umat Allah
Persekutuan Para Kudus
Communio
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
7
Gereja Sebagai Umat Allah
01
03
Gereja = ECCLESIA (Yun.) = perkumpulan (orang-orang) yang dipanggil keluar. Kata “Gereja” tidak terkait dengan gedung, tetapi orang (1Kor 11:17-22, 1Kor 10:32; 11:22; 15:9; dst.; cf. Ul 23:1.2; Hak 20:2; dst.) dalam sejarah keselamatan (GS 1).
Hubungan Allah & manusia dirumuskan secara singkat: (1) oleh para nabi Yer 7:23; 11:4; 24:7; 30:22; 31:1.33; 32:38; cf. Yes 51:15-16; Yeh 37:27; Bar 2:35), dan (2) oleh para rasul (2Kor 6:16; lih. Ibr 8:10; Why 21:3).
UMAT ALLAH
02
Kata UMAT ALLAH (PL) merujuk pada karya Allah secara konkret (LG 9) bagi bangsa Yahudi maupun kaum kafir yang bersatu-padu dalam Roh (LG 9), dan sungguh-sungguh mendengarkan Firman dan perjanjian Allah (Kel 9:15). Relasi intim antara Allah dan manusia itu terlaksana dalam Yesus Kristus, sang Imanuel, yang berarti Allah beserta kita (Mat 1:23): Sejarah keselamatan sejak Abraham berjalan terus dan mencapai puncaknya dalam wafat dan kebangkitan Kristus serta pengutusan Roh Kudus (bdk. 1Kor 15:28): (a) Di dalam Dia-lah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an” (Kol 2:9); (b) “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita di dalam Allah dan Allah di dalam kita: kita telah diperbolehkan mengambil bagian dalam Roh-Nya” (1Yoh 4:13).
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
04
8
Gereja Sebagai Tubuh Kristus
“Sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak – segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh – demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1Kor 12:12-13). Dengan gambaran “tubuh”, Paulus hendak mengungkapkan kesatuan jemaat: “mata tidak dapat berkata kepada tangan (1Kor 12:21). Tubuh terdiri dari banyak anggota (1Kor 12:14). Kita semua adalah tubuh Kristus dan masing-masing adalah anggotanya” (1Kor 12:27; cf. Rm 12:4-5, Ef 1:22; 4:15; 5:23; Kol 1:18)
Kristus adalah Kepala Gerea: Dari pada-Nyalah seluruh tubuh50% menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih (Ef 4:16). Kesatuan dalam jemaat “diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya” dan “menerima pertumbuhannya” dari Kristus, yang adalah Kepala (cf. Kol 2:10). Proses pembentukan Tubuh baru mulai dengan peninggian Yesus, yakni dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Tetapi itu tidak berarti bahwa sabda dan karya Yesus sebelumnya tidak ada sangkutpautnya dengan pembentukan Gereja. Itu sebabnya tidak dapat ditentukan hari atau tanggal tertentu Yesus mendirikan Gereja. Tak ada “Hari Proklamasi Gereja”.
Gereja berakar dalam seluruh sejarah keselamatan Tuhan, dan terbentuk secara bertahap.
Dalam proses pembentukan itu wafat dan kebangkitan Kristus, beserta pengutusan Roh Kudus, merupakan peristiwa-peristiwa yang paling menentukan. Tidak ada satu peristiwa atau kisah pun yang secara khusus menceriterakan bagaimana Yesus mendirikan Gereja. Gereja berkembang dalam sejarah keselamatan Allah. Oleh karena itu Gereja sekarang masih tetap pada perjalanan menuju kepenuhan rencana Allah itu. Gereja bukan tujuan, melainkan sarana dan jalan yang mengarah kepada tujuan itu.
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
9
Gereja Sebagai Bait Roh Kudus Bait Allah berarti tempat pertemuan dengan Roh Allah (1Kor 3:16; cf. 2Kor 6:16; Ef 2:21; Yoh 2:21; Rm 3:25), sebab oleh Dia, dalam satu Roh, kita beroleh jalan masuk kepada Bapa (Ef 2:18; lih. 3:12).
Gereja itu Bait Allah yang hidup dan berkembang. Gereja “dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi Bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan (Ef 2:20-22, LG 6).
01
03
02
04
Gereja itu Bait Allah bukan secara statis, melainkan dengan berpartisipasi dalam dinamika kehidupan Allah sendiri: membangun diri menjadi bait suci dalam Tuhan, menjadi kediaman Allah dalam Roh, sampai mencapai kedewasaan penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus (SC 2).
Gereja tidak hanya memakai gambaran yang diambil dari Kitab Suci. Usaha memahami makna Gereja yang terdalam dijalankan terus. Khususnya oleh Konsili Vatikan II Gereja dimengerti dengan gambaran yang lain, yakni sebagai misteri, sakramen, dan communion.
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
10
Gereja Sebagai Misteri dan Sakramen
Sejak Konsili Vatikan I hingga munculnya ensiklik Paus Pius XII, Mystici Corporis (1943), Gereja dipahami terutama sebagai organisasi dan lembaga yang didirikan oleh Kristus: diberikan tempat yang amat penting pada hierarki, paus, uskup dan imam sebagai pengganti Kristus yang harus meneruskan tugasNya di dunia ini.
Konsili Vatikan II tidak terlalu menonjolkan sisi institusional Gereja, kendatipun juga tidak menyangkalnya. Konstitusi Lumen Gentium menonjolkan misteri Gereja sebagai tempat pertemuan antara Allah dan manusia. Kata “misteri” tak terlepas dari kata “sakramen”. Inti-pokok kata “misteri” dalam Kitab Suci ialah rencana Allah yang diwahyukan kepada manusia.
Gereja disebut “misteri” karena hidup ilahinya, yang masih tersembunyi dan hanya dimengerti dalam iman; Gereja disebut “misteri” karena hidup ilahinya, yang masih tersembunyi dan hanya dimengerti dalam iman; tetapi juga disebut “sakramen”, karena misteri Allah itu justru menjadi tampak di dalam Gereja.
Dalam Kristus, Gereja itu bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia” (LG 1). KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
11
Gereja Sebagai Communio
01
02 03
Kata “communio” (persekutuan) berasal dari Bahasa Yun (koinonia) yang berarti “hubungan atau persekutuan dengan Allah melalui Yesus Kristus dalam sakramen-sakramen”. Paham communio tidak dapat dimengerti secara organisasi saja, tetapi juga mendasari “komunikasi” di antara para anggota Gereja sendiri.
Gereja sebagai communio menujuk pada keanekaragaman para anggotanya dan keanekaragaman dalam cara berkomunikasi, sebab “Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu. Dialah yang membagi-bagikan aneka rahmat dan pelayanan, serta memperkaya Gereja Yesus Kristus dengan pelbagai anugerah” (UR 2).
Dalam arti yang sesungguhnya communio atau persekutuan Gereja adalah hasil karya Roh di dalam umat beriman (lih. LG 4). Ada dua hal yang perlu diperhatikan secara khusus: (1) komunikasi di dalam Gereja Katolik antara Gereja setempat dan Gereja sedunia; dan (2) komunikasi keluar Gereja Katolik, dalam hubungan dengan Gereja-Gereja Kristen yang lain.
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
12
Gereja Sebagai Persekutuan Para Kudus Dalam syahadat pendek Gereja juga disebut “persekutuan para kudus atau communio sanctorum” (ditambahkan pada akhir abad ke-4). Communio sanctorum tidak hanya dapat berarti “persekutuan-para kudus”, tetapi juga sebagai “partisipasi dalam hal-hal yang kudus”. Kedua arti ini tidak bertentangan satu sama lain, sebab partisipasi bersama dalam harta keselamatan (yang disebut “hal-hal yang kudus”), terutama dalam Ekaristi (lih. 1Kor 10:16), merupakan akar persekutuan antara orang beriman (yaitu “para kudus” menurut istilah yang lazim dalam Kitab Suci) yang juga dinyatakan dalam perhatian untuk saudara dalam iman (lih. Rm 15:26; 2Kor 8:4; Ibr 13:16). Gereja pertama-tama suatu “persekutuan dalam iman” (Flm 6), “persekutuan dengan Yesus Kristus” (1Kor 1:9; lih. 1Yoh 1:3), “persekutuan Roh” (Flp 2:1; lih. 2Kor 13:13). Komunikasi iman mengakibatkan suatu persekutuan rohani antara orang beriman sebagai anggota satu Tubuh Kristus dan membuat mereka menjadi sehati-sejiwa (lih. 1Yoh 1:7). Dengan demikian, “persekutuan para kudus” dapat berarti Gereja dari segala zaman. Sumber kesatuan Gereja yang sesungguhnya ialah Roh Kudus, yang mempersatukan semua oleh rahmatNya.“Persekutuan para kudus” akhirnya tidak lain daripada rumusan lain bagi Gereja sebagai Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus. “Dengan berpegang teguh kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala” (Ef 4:15).
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
13
PART 02
SIFAT GEREJA Keywords: Satu, kudus, Apostolik, Katolik,
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
14
4 Sifat Gereja
01 SATU
02
03
KUDUS
APOSTOLIK
04 KATOLIK
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
15
Keempat sifat di atas tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain, melukiskan ciri-ciri hakikat Gereja dan perutusannya. Gereja tidak memilikinya dari dirinya sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan Gereja-Nya itu satu, kudus, katolik, dan apostolik. Ia memanggilnya supaya melaksanakan setiap sifat itu. (KGK 811)
“Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi Umat Allah (lih 1Ptr 2:5-10)”, dan membuat mereka menjadi satu Tubuh (lih. 1Kor 12:12).
“Itulah satu-satunya Gereja Kristus, yang dalam syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik” (LG 8).
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
16
01
GEREJA ITU SATU MENURUT JIWANYA.
SATU GEREJA ITU SATU MENURUT PENDIRINYA.
GEREJA ITU SATU MENURUT ASALNYA.
“Pola dan prinsip terluhur misteri itu ialah kesatuan Allah tunggal dalam tiga Pribadi, Bapa, Putera, dan Roh Kudus” (UR 2 §5).
“Sebab Putea sendiri yang menjelma … telah mendamaikan semua orang dengan Allah, dan mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan sate tubuh” (GS 78,3).
“Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu, dan sedemikian erat menghimpun mereka sekalian dalam Kristus, sehingga menjadi prinsip kesatuan Gereja” (UR 2 $2).
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
17
02
DI ANTARA ANGGOTA-ANGGOTA GEREJA ADA KEANEKARAGAMAN ANUGERAH, TUGAS, SYARAT-SYARAT HIDUP DAN CARA HIDUP
KUDUS SEJAK AWAL GEREJA YANG SATU INI MEMILIKI KEMAJEMUKAN YANG LUAR BIASA. KESATUAN DALAM HAKIKAT GEREJA ITU “SUNGGUH KEAJAIBAN YANG PENUH RAHASIA!
Satu Bapa, satu Logos, dan satu Roh Kudus; bahkan hanya ada satu Bunda Perawan (St. Klemens dari Aleksandria, Pæd. 1,6,42:PG 8,300). (KGK 813)
Di satu pihak kemajemukan itu disebabkan oleh perbedaan anugerahanugerah Allah, di lain pihak oleh keanekaan orang yang menerimanya. Dalam kesatuan Umat Allah berhimpunlah perbedaan bangsa dan budaya.
Di antara anggota-anggota Gereja ada keanekaragaman anugerah, tugas, syarat-syarat hidup dan cara hidup; “maka dalam persekutuan Gereja selayaknya pula terdapat Gereja-gereja khusus, yang memiliki tradisi mereka sendiri” (LG 13). Perbedaan ini tidak menghalangi kesatuan Gereja, tetapi dosa dan akibatnya akan membebani dan mengancam anugerah kesatuan ini secara terusmenerus. Karena itu Santo Paulus harus menyampaikan nasihatnya, “supaya memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Ef 4:3). (KGK 814) KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
18
Ikatan-ikatan kesatuan Terutama cinta, “Ikatan kesempurnaan” (Kol 3:14). Tetapi kesatuan Gereja peziarah juga diamankan oleh ikatan persekutuan yang tampak sbb.: (1) pengakuan iman yang satu dan sama, yang diwariskan oleh para Rasul; (2) Perayaan ibadat bersama, terutama Sakramen-sakramen; (3) Suksesi apostolik, yang oleh Sakramen Tahbisan menegakkan kesepakatan sebagai saudarasaudari dalam keluarga Allah. (KGK 815)
“inilah satu-satunya Gereja Kristus … Sesudah kebangkitan-Nya, Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan. Ia mempercayakannya kepada Petrus_dan para Rasul lainnya untuk diperluaskan dan dibimbing… Gereja itu, yang di dunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam [subsistit in] Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya” (LG 8).
Dekrit Konsili Vatikan II mengenai Ekumene menyatakan: “Hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upayaupaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petrus-lah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh Kristus di dunia. Dalam Tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk Umat Allah” (UR 3). (KGK 816).
“Didunia ini gereja sudah ditandai oleh kesucian yang sungguhnya, meskipun tidak sempurna” (LG 48). Ketidaksempurnaan ini menyangkut pelaksanaan insani, sama seperti kesatuannya. Dalam hal kesucian pun yang pokok bukanlah bentuk pelaksanaannya, melainkan sikap dasarnya. “Suci” sebetulnya berarti yang dikhususkan bagi Tuhan. Jadi yang pertamatama menyangkut seluruh bidang sakral atau keagamaan. Yang suci bukan hanya tempat, waktu, barang yang dikhususkan bagi Tuhan, atau orang. Malahan sebenarnya harus dikatakan bahwa “yang kudus ” adalah Tuhan sendiri. Semua yang lain, barang maupun orang, disebut “kudus” karena termasuk lingkup kehidupan Tuhan.
Kudus pertama-tama bukanlah termasuk kategori moral yang menyangkut kelakukan manusia, melainkan kategori teologal (ilahi), yang menentukan hubungan dengan Allah. Ini bukan berarti kelakuan moral tidak penting. karena apa yang di khususkan bagi Tuhan, harus “sempurna” (Im 1:3, Rm 6:19, 22). “Gereja itu suci dan sekaligus harus dibersihkan, serta terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaruan “(LG 8), di mana kesucian Gereja adalah kesucian perjuangan, terus menerus.
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
19
03
SELURUH GEREJA BERSIFAT APOSTOLIK, MAKA SELURUH GEREJA DAN SETIAP ANGGOTANYA, PERLU MENGETAHUI APA YANG MENJADI DASAR HIDUPNYA.
APOSTOLIK SIFAT APOSTOLIK BERARTI BAHWA GEREJA SEKARANG MENGAKU DIRI SAMA DENGAN GEREJA PERDANA, YAKNI GEREJA PARA RASUL.
“APOSTOLIK” ATAU RASULI BERARTI : GEREJA BERASAL DARI PARA RASUL DAN TETAP BERPEGANG TEGUH PADA KESAKSIAN IMAN MEREKA. Kesadaran bahwa Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan pra nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru”, sudah ada sejak zaman Gereja perdana sendiri (bdk Ef 2:20, cf. Why 21:14). Tetapi sebagai sifat khusus keapostolikan baru disebut akhir abad ke-4. Dalam KSPB, kata “rasul” tidak hanya dipakai untuk ke-12 rasul yang namanya disebut dalam Injil (Mat 10:14). Yang disebut “Apostolik” bukanlah para uskup, melainkan Gereja.
Hubungan historis ini jangan dilihat sebagai pergantian orang, melainkan sebagai kelangsungan iman dan pengakuan. Sifat apostolik tidak berarti bahwa Gereja hanya mengulang-ulangi apa yang sejak dulu kala sudah diajarkan dan dilakukan di dalam gereja, keapostolikan berarti bahwa dalam perkembangan hidup, tergerak Roh Kudus, Gereja senantiasa berpegang pada Gereja para rasul sebagai norma imannya.
Sifat Apostolik (yang betul-betul dihayati secara nyata) harus mencegah Gereja dari segala rutinisme yang bersifat ikutikutan. Keapostolikan berarti bahwa seluruh Gereja dan setiap anggotanya tidak hanya bertanggungjawab atas ajaran gereja, tetapi juga atas pelayanannya. Sifat keapostolikan Gereja tidak pernah “selesai”, tetapi selalu merupakan tuntutan dan tantangan. Gereja, yang oleh Kristus dikehendaki satu, kudus, Katolik, apostolik, senantiasa harus mengembangkan dan menemukan kembali kesatuan, kekatolikan, kaeapostolikan, dan terutama kekudusannya. Sifat-sifat Gereja ini harus diimani dan dihayati oleh Gereja seluruhnya dan oleh masing-masing anggotanya.
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
20
04 KATOLIK
“DIMANA ADA USKUP, DISITU ADA JEMAAT, SEPERTI DIMANA ADA KRISTUS DISITU ADA GEREJA KATOLIK” (ST. IGNATIUS DARI ANTHIOKIA). Yang di maksud ialah dalam perayaan Ekaristi, yang dipimpin oleh uskup, hadir bukanlah jemaat setempat tetapi seluruh Gereja. “Gereja katolik yang satu dan tunggal berada dalam gereja-gereja setempat dan terhimpun daripadanya (LG 23)”. Gereja selalu “lengkap”, penuh. Tidak ada Gereja setengah-setengah atau sebagian. Gereja setempat, baik keuskupan maupun paroki bukanlah “cabang” Gereja Universal. Setiap Gereja setempat, bahkan setiap perkumpulan orang beriman yang sah, merupakan seluruh Gereja. Gereja tidak dapat dipotong-potong menjadi “Gereja-Gereja bagian”.
KATA “KATOLIK” SELANJUTNYA JUGA DIPAKAI UNTUK MENYEBUT GEREJA YANG BENAR, GEREJA UNIVERSAL YANG DILAWANKAN DENGAN SEKTE-SEKTE. Kata “katolik” mendapat arti yang lain :”gereja disebut Katolik, karena tersebar diseluruh muka buni dan juga karena mengajrkan secara menyeluruh dan lengkap segala ajaran iman tertuju kepada sesama manusia, yang mau disembuhkan secara menyeluruh pula” (St. Sirilius dari Yerusalem).Sejak itu kata “Katolik” tidak hanya mempunyai arti geografis, tersebar keseluruh dunia, tetapi juga “menyeluruh”, dalam arti “lengkap”, berkaitan dengan ajarannya, serta “terbuka” dalam arti tertuju kepada siapa saja. Pada abad ke 5 masih ditambahkan bahwa gereja tidak hanya untuk segala bangsa, tetapi juga untuk segala Zaman. Gereja Kristus itu sungguh hadir dalam semua jemaat beriman setempat yang sah, yang mematuhi para gembala mereka, dan dalam Perjanjian Baru disebut Gereja(Lih. Kis 8:1; 14:22-23; 20:17). Gereja-Gereja itu ditempatnya masingmasing merupakan umat baru yang dipanggil oleh Allah, dalam Roh Kudus dan dengan sepenuh-penuhnya (lih 1Tes 1:5). Di jemaat-jemaat itu, meskipun sering hanya kecil dan miskin, atau tinggal tersebar, hiduplah Kristus; dan berkat kekuatan-Nya terhimpunlah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
PADA ZAMAN REFORMASI KATA “KATOLIK” MUNCUL LAGI UNTUK MENUNJUK PADA GEREJA YANG TERSEBAR DIMANA-MANA, DIBEDAKAN DENGAN GEREJA-GEREJA PROTESTAN.
Sejak itu pula kata “Katolik” secara khusus dimaksudkan umat kristen yang mengakui Paus sebagai pemimpin Gereja Universal, tetapi dalam syahadt kata “Katolik” masih mempunyai arti asli “universal” atau “umum”. Ternyata universal pun mempunyai dua arti, yang kuantitatif dan kualitatif. Dalam Konsili vatikan II tidak lagi memusatkan Gereja sebagai kelompok manusia yang terbatas, melainkan kepada Gereja sebagai sakramen Roh Kristus. “Kekatolikan” Gereja berarti bahwa pengaruh dan daya pengudus Roh tidak terbatas pada para anggota Gereha saja, mealinkan juga terarah kepada seluruh dunia. dengan sifat “katolik” dimaksudkan bahwa Gereja mampu mengatasi keterbatasannya sendiri akrena Roh yang berkarya di dalamnya. Oleh karena itu yang “katolik” bukanlah hanya Gereja universal, melainkan juga setiap anggotanya sebab di dalam jemaat hadirlah seluruh Gereja.
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
21
2 GEREJA & PERUTUSANNYA JEMAAT ALLAH YANG DIKUDUSKAN DALAM KRISTUS YESUS (1KOR 1:2)
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
22
Istimewanya menjadi seorang KATOLIK
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
23
Kis 2:41-47
“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (Kerygma) dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Liturgia). Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu (Koinonia), dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya (diakonia)kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang (Martyria). Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan�.
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
24
PANCA TUGAS GEREJA Kehidupan menggereja jemaat perdana telah mengungkapkan lima tugas Gereja ini (Kis 2:41-47):
Doa dan Misa Paguyuban
KOINONIA menghadirkan dan membangun persekutuan
LITURGIA menghidupkan peribadatan yang menguduskan
Bakti Sosial Pendalaman KS
DIAKONIA
KERIGMA
memajukan karya cinta kasih/pelayanan
mengembangkan pewartaan Kabar Gembira
Kemasyarakatan
MARTIRIA memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan Yesus Kristus
Abstraksi
01 02 03 04
Gereja adalah “himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh kristus, menjadi Tubuh Kristus� (KGK 777).
Keberadaan himpunan Umat Allah ini diwujudkan (secara lokal dan kontekstual ) dalam hidup berParoki. Di dalam paroki inilah himpunan Umat Allah mengambil bagian dan terlibat dalam Liturgia, Kerygma, Koinonia, Diakonia, dan Martyria).
Add your words here,according to your need to draw the text box size.
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
26
PANCA TUGAS GEREJA (Penjelasan)
Persekutuan berarti ikut serta dalam persekutuan atau persaudaraan sebagai anak-anak Bapa dengan pengantaraan Kristus dalam kuasa Roh KudusNya. Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, PuteraNya, dalam kuasa Roh Kudus. Ikut serta membawa Kabar Gembira Kelamatkan melalui Yesus Kristus, Putera-Nya: mendalami kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injili, dan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani.
Ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam GerejaNya kepada Allah Bapa. Merayakan liturgi = mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan Raja. Itu sebabnya dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup beriman.
02
03 KOINONIA
KERYGMA
04
DIAKONIA
01
05
LITURGIA
l
MARTYRIA
Pelayanan berarti ikut serta dalam melaksanakan karya karitatif / cinta kasih melalui aneka kegiatan amal kasih Kristiani, khususnya kepada mereka yang miskin, telantar dan tersingkir. Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggungjawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Kesaksian (Martyria) berarti ikut serta dalam menjadi saksi Kristus bagi dunia, yang diwujudkan dalam menghayati hidup sehari-hari sebagai orang beriman di tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat.
Simpulan
Gereja yang didirikan oleh Kristus memiliki sifat satu, kudus, katolik dan apostolik, serta memiliki tugas untuk mewartakan kabar baik Kerajaan Allah/keselamatan, menguduskan dan mengembalakan umat Allah. Hakikat tugas perutusan Gereja adalah melanjutkan dan mengambil bagian dalam Kristus sebagai imam, nabi, dan raja hal ini merupakan sebuah konsekuensi dari babtisan setiap orang kristiani (Katolik). 1. Tugas imami adalah tugas pengudusan, 2. Tugas kenabian adalah tugas pewartaan, dan 3. Tugas rajawi adalah tugas melayani.
KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
28
THANK YOU FOR ATTENTION
HORAS SDN 094103 Bahtonang | SMP Karya Bhakti Bahtonang | Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar | S1 Filsafat FF Universitas Parahyangan Bandung | S2 Program Magister Teologi Universitas Parahyangan Bandung KONSEP GEREJA DAN PERUTUSANNYA
29