Lineamenta

Page 1

LINEAMENTA KELUARGA KATOLIK SEBAGAI GEREJA KECIL


Designed by:

Lusius Sinurat, M.Hum

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

2


Daftar isi

PENDAHULUAN I. KELUARGA KATOLIK SEBAGAI GEREJA KECIL II. KEADAAN KELUARGA KATOLIK DI KAM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

9. 10. 11. 12.

13.

Iman Katolik dalam Keluarga: Pengetahuan dan Penghayatan Pendidikan Nilai-nilai dalam Keluarga Perkawinan Katolik: Pemahaman dan Penghayatan Keluarga Katolik dalam Masyarakat Sekitarnya Kebersamaan dan Komunikasi dalam Keluarga Keluarga dalam Tantangan Perubahan Zaman Peran Orangtua dalam Keluarga konomi Keluarga Keluarga Katolik dengan Budaya/Adat, dan Agama Pendampingan Anak dan Remaja Seksualitas dan Keluarga Keluarga Inti dan Keluarga Besar Keluarga: Sekolah Perdana bagi Panggilan Imam dan LHB

III. PROPOSAL SEMENTARA SOLUSI ATAS MASALAH-MASALAH KELUARGA Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

3


PENDAHULUAN

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

4


Tiga bagian utama LINEAMENTA LINEAMENTA Bagian I tema Sinode VI KAM “Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil yang dicita-citakan oleh Gereja

Bagian II Situasi Konkret Keluarga Katolik kini di KAM.

Bagian III Refleksi dan Usulan Konkret dan Operasional Bagi Pastoral Keluarga di KAM. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

5


I

KELUARGA KATOLIK SEBAGAI GEREJA KECIL Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

6


USKUP AGUNG MEDAN telah menetapkan tema SINODE VI, yakni

“Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil”


Penjelasan Tema Tema ini menunjukkan betapa eratnya pertalian antara Gereja dan keluarga (Kis 10:1-8; 16:15; 1 Kor 16:19).

Topik ini juga terdapat dalam 

ECCLESIA DOMESTICA (Gereja Rumahtangga) yang telah digunakan oleh St. Yohanes Chrisostomus  St. Agustinus  Dan semakin terkenal setelah Konsili Vatikan II. 

FAMILIARIS CONSORTIO oleh Paus Yohanes Paulus II

USKUP AGUNG MEDAN MENGAMBIL ISTILAH INI UNTUK DIREFLEKSIKAN ULANG DALAM KONTEKS GEREJA KAM MELALUI SINODE VI. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

8


LATARBELAKANG Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

9


01 

Perhatian dan kepedulian Keuskupan Agung Medan terhadap pastoral keluarga dari waktu ke waktu meningkat.

Pada tahun 1993, Uskup Agung Medan Mgr. A G Pius Datubara OFMCap menerbitkan Surat Gembala bertema Meningkatkan Mutu Hidup Keluarga Kita.

Sesudah itu, tahun 1994 ditetapkan sebagai “Tahun Keluarga di KAM”. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

10


02 

Untuk mengadakan refleksi dan pendalaman atas masalah-masalah mendasar sehubungan dengan hidup keluarga, Mgr. Pius memanggil Sinode IV (sampai saat itu disebut Rapat Diosesan) pada 24-27 Oktober 1996 dengan tema Keluarga Katolik Menyongsong Tahun 2000.

Dalam Sinode ini para anggota mendalami secara khusus dokumen Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang “Peranan Keluarga dalam Dunia Modern”.

Salah satu tindaklanjut Sinode itu adalah pendirian Komisi Keluarga KAM. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

11


03

ďƒ˜

Dua belas tahun kemudian, Mgr. Pius kembali memanggil Sinode V, dilangsungkan pada 15 Desember 2008, yang salah satu topiknya adalah Pembinaan Keluarga Katolik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

12


04 

Upaya-upaya pengembangan pastoral keluarga yang telah ditempuh selama 15 tahun oleh Mgr. Pius, dilanjutkan oleh Mgr. Anicetus B Sinaga OFMCap, selaku penerus penggembalaan di KAM sejak 22 Februari 2009.

Dengan memperhatikan hasil-buah Sinode V, Mgr. Anicetus menetapkan Minggu Keluarga KAM, yakni setiap pekan kedua Oktober, yang pencanangannya untuk 2009 ditandai dengan diterbitkannya Surat Gembala tentang “Keluarga sebagai Persemaian Nilainilai Kehidupan”. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

13


05 

Anggaran Dasar Paroki yang disahkan pada 15 Agustus 2009, delapan bulan sesudah Sinode V, menggariskan sejumlah butir tentang keluarga.

Dari 6 misi khusus KAM, salah satu adalah keluarga atau “Kiprah pada bina keluarga bahagia, manusiawi, akrab dan sejahtera, demi kesejahteraan bangsa, Gereja, dan dunia”.

Dari 8 seksi yang wajib didirikan di setiap paroki, salah satu adalah “Seksi keluarga yang sangat digarisbawahi oleh Sinode V KAM”.

Anggaran Dasar Paroki pasal 29, bagian yang cukup panjang, seluruhnya berbicara tentang Seksi Keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

14


06 

Upaya lain adalah diadakannya “KAM Youth Day” dan program megabina kaum muda untuk seluruh keuskupan.

Selain itu pendidikan asrama digalakkan baik yang dikelola oleh paroki maupun tarekat religius, peduli terhadap pencegahan dan penanggulangan korban narkoba.

Dalam berbagai kesempatan Mgr. Anicetus menghimbau semua kalangan agar sekuat tenaga membina anak-anak, kaum muda, dan keluarga sambil mengingatkan bahaya kuat yang sedang mengancam seperti HIV, pergaulan bebas, lunturnya kesetiaan.

Setelah mencermati semua ini, KAM mengadakan Sinode VI tentang keluarga yang dapat dipandang sebagai mahkota perjuangan dan perhatian keuskupan ini tentang pastoral keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

15


07 

Ketika Sinode VI dirancang, Gereja universal juga menunjukkan perhatian khusus tentang keluarga.

Tahun 2014 diadakan Sinode Luar Biasa para Uskup tentang keluarga. Karena topik ini sedemikian penting, maka Sinode Biasa XIV para Uskup sedunia, 4-25 Oktober 2015, meneruskan pembahasan tentang keluarga bertema: Panggilan dan Perutusan Keluarga dalam Gereja dan Dunia Zaman ini.

Topik keluarga juga dijadikan bahasan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia, 2-6 November 2015, dengan tema: Keluarga Katolik: Sukacita Injil, Panggilan dan Perutusan Keluarga Katolik dalam Gereja dan Masyarakat yang Majemuk.

Sambil memperhatikan semua ini, Gereja KAM menetapkan tema Sinode VI Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil, dalam bingkai visi dan misinya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil 16


TEMA Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

17


08 

Uskup Agung Medan telah menetapkan tema Sinode VI yakni “Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil”.

Ungkapan ini menunjukkan betapa eratnya pertalian antara Gereja dan keluarga, sebagaimana juga terungkap dalam Kis 10:1-8; 16:15; 1Kor 16:19.

Paham ini pun tampak dalam istilah Ecclesia Domestica (Gereja Rumahtangga) yang telah digunakan oleh St. Yohanes Chrisostomus pada abad IV, dan demikian juga oleh St. Agustinus.

Ecclesia Domestica semakin terkenal setelah Konsili Vatikan II. Selanjutnya Paus Yohanes Paulus II dalam Familiaris Consortio menyebutnya sebagai Ecclesiola (Gereja Kecil).

Uskup Agung Medan mengambil istilah ini untuk direfleksikan ulang dalam konteks Gereja KAM melalui Sinode VI. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

18


09 

Dengan tema “Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil” hendak ditegaskan fungsi keluarga sebagai bentuk terkecil dari Gereja.

Dengan caranya yang khas keluarga ikut mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja, yaitu mewartakan karya keselamatan Allah.

Juga hendak dinyatakan ulang bahwa dalam setiap keluarga Katolik terdapat kelima tiang hidup menggereja, yakni koinonia, kerygma, diakonia, liturgia, dan martyria yang dihayati dalam lingkup kecil.

Keluarga juga menghadirkan secara konkret Gereja di tengah masyarakat melalui kesaksian hidup sebagai pengikut Kristus. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

19


10 ďƒ˜

Sinode VI KAM menekankan tri-darma orangtua Katolik yang diterima dari Kristus melalui Gereja yaitu guru, imam, dan gembala.

ďƒ˜

Berkat Sakramen Baptis dan Krisma yang diteguhkan oleh Sakramen Perkawinan, orangtua diangkat menjadi guru pendidik, imam pengudus, dan gembala pemimpin bagi anak-anak. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

20


11 

Penekanan lain, Sinode ini mengetengahkan medan kiprah keluarga Katolik, mencakup dimensi relasional, sosial, dan spiritual.

Dimensi relasional menunjuk pada keluarga yang memiliki kebersamaan dan hubungan yang hangat di dalam keluarganya.

Dimensi sosial menunjuk pada keluarga sebagai sel masyarakat yang berperan dan berkon-tribusi bagi kesejahteraan mayarakat sekitar.

Sedangkan dimensi spiritual menunjuk pada penghayatan hidup beriman dalam keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

21


12

ďƒ˜

Penekanan pada tri-darma orangtua dan tri-dimensi keluarga, merupakan ciri khas Sinode VI yang berbeda dengan Sinode Uskup atau Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2015 yang berbicara juga tentang keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

22


13

ďƒ˜

Tema ini dibahas dan didalami oleh anggota Sinode VI dalam pertemuanpertemuan yang dilaksanakan di empat tempat secara terpisah, dipandu oleh PPS. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

23


II

KEADAAN KELUARGA KATOLIK DI KAM Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

24


14 

Berikut ini dipaparkan keadaan keluarga Katolik di KAM berdasarkan buku Keadaan Keluarga Katolik di Keuskupan Agung Medan, Hasil Penelitian dan Jajak Pendapat (April 2016), yang diterbitkan dalam rangka Sinode VI KAM.

Masalah-masalah yang termuat di dalamnya terdiri dari 6 topik hasil penelitian ilmiah, dan 9 topik hasil jajak pendapat anggota Sinode.

Hasil kedua penelitian itu dipadukan menjadi 12 topik oleh PPS. Semua ini kemudian dipresentasikan kepada Uskup Keuskupan Agung Medan.

Setelah mengapresiasi kerja Tim Peneliti dan PPS, Mgr. Anicetus menyatakan persetujuan bahwa seluruh temuan yang ada, dijadikan sebagai bahan dasar dalam penyusunan garis-garis besar atau topik-topik bahasan Sinode VI atau yang biasa disebut Lineamenta. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

25


15 

Dalam proses sosialisasi ke-12 topik ini kepada para anggota Sinode, PPS menerima usul penambahan 1 (satu) topik yaitu “Keluarga: Sekolah Perdana bagi Panggilan Imam dan LHB”.

Topik ini ditimbang baik oleh PPS menjadi topik ke-13 Sinode VI KAM. Selanjutnya disetujui oleh Uskup pada 23 Mei 2016 di Kuria Keuskupan Agung Medan, Jl. Imam Bonjol 39 Medan.

Dengan demikian, di bawah ini dipaparkan 13 topik masalah yang menjadi bahan refleksi dan pendalaman para anggota Sinode VI. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

26


1

IMAN KATOLIK DALAM KELUARGA: PENGETAHUAN DAN PENGHAYATAN

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

27


16 

Umat Katolik masih banyak yang kurang memahami ajaran iman Katolik.

Hidup menggereja lemah. Banyak dari umat lebih tertarik dan disibukkan oleh hal-hal duniawi. Pekerjaan harian, adat istiadat, arisan, dan sekian banyak aktivitas lainnya dipisahkan dari hidup beriman.

Keberhasilan di bidang ekonomi atau material dianggap sebagai paling utama dalam hidup. Beriman hanya sekadar pergi ke gereja pada hari Minggu.

Peran Gereja dalam hidup mereka hanya terbatas ketika membutuhkan pelayanan tertentu. Karena itu banyak orang bersikap acuh-tak acuh terhadap Gereja.

Beragama dipandang hanya sebagai kewajiban, belum sebagai kebutuhan, sekadar melengkapi data pada kartu penduduk, memberi kolekte atau derma untuk Gereja dianggap sebagai beban. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

28


17

ďƒ˜

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran umat Katolik di gereja pada setiap hari Minggu termasuk rendah, hanya sekitar 30%.

ďƒ˜

Anggota Sinode juga melihat kelemahan lain, seperti kurangnya keterlibatan umat dalam kegiatan doa lingkungan dan pendalaman iman. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

29


18 ďƒ˜

Lemahnya pemahaman dan penghayatan iman ini, antara lain, disebabkan oleh kurangnya pengenalan akan tradisi Katolik.

ďƒ˜

Pembekalan akan ajaran iman Katolik sejak dini sungguh minim. Kehadiran anak-anak dalam pertemuan Sekolah Minggu belum menggembirakan, karena sekitar 38% anak-anak tidak ambil bagian dalam pembinaan ini.

ďƒ˜

Padahal wadah ini merupakan salah satu upaya penanaman nilai-nilai kekatolikan yang diselenggarakan oleh Gereja. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

30


19 

PEMBINAAN ATAU KATEKESE DALAM KELUARGA SANGAT KURANG.

Di paroki-paroki para Pengurus Gereja memang mendapat pembinaan, namun masih kurang memadai. Keluargakeluarga sendiri banyak yang tidak berminat dengan pembinaan, mungkin karena motivasi menjadi Katolik dangkal.

Mereka dibaptis dengan atau tanpa persiapan (masa katekumenat) yang cukup; atau diterima resmi menjadi Katolik tetapi kurang diberi pembinaan yang berkelanjutan.

Bagi banyak petugas pastoral kuantitas lebih penting dan diutamakan daripada kualitas. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

31


20 ďƒ˜

Di pihak lain, tenaga pastoral atau katekis sangat kurang dari segi jumlah, dibandingkan dengan luasnya medan tugas pelayanan; juga dari segi mutunya karena kurang dipersiapkan dengan baik, khususnya tenaga kaum awam.

ďƒ˜

Selain pendidikan agama bagi anak-anak Katolik di sekolah dan di dalam keluarga lemah, kunjungan pastoral keluarga dan pembekalan khusus untuk keluarga hampir tidak ada. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

32


ďƒ˜

Ini membuat dangkalnya dasar kekatolikan dalam diri umat. Karena itu secara umum, kehidupan doa di dalam keluarga-keluarga umat memprihatinkan.

ďƒ˜

Banyak umat tidak mampu menjelaskan arti dan makna doa-doa Katolik yang mendasar, seperti Tanda Salib, Kemuliaan, dan Bapa Kami.

ďƒ˜

Doa bersama dalam keluarga sangat kurang. Kehidupan devosi juga lemah. Doa Rosario yang paling dikenal oleh umat, ternyata tidak dipraktekkan dengan teratur baik secara pribadi maupun bersama di dalam keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

33


21 

Militansi beriman dan rasa bangga sebagai Katolik semakin langka. Umat semakin kurang merasakan “kebaikan” Gereja.

Ada orang berpendapat bahwa Gereja Katolik belum tangguh melawan praktek-praktek buruk yang bagi masya-rakat dianggap biasa.

Banyak sekolah Katolik ditinggalkan oleh orang Katolik. Pendidikan nilai/karakter yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan Katolik tidak lagi cukup dirasakan sebagai keunggulan sekolah Katolik.

Banyak umat Katolik yang semakin gampang dipengaruhi oleh perubahan zaman bahkan dengan mudah menanggalkan imannya.

Juga masih ada orang Katolik yang dengan mudah mengikuti kebiasaan dan ajaran agama lain, dan mengang-gapnya sama saja dengan ajaran Katolik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

34


22 ďƒ˜

Di sana-sini ada pembinaan iman yang dilakukan oleh Gereja namun kurang menyentuh hidup umat khususnya di bidang sosial.

ďƒ˜

Para pengurus yang mendapat pembinaan ternyata kurang mampu mengimplementasikan hasil pembi-naan yang mereka terima, dan di antara mereka masih ada yang sulit memberi diri, kurang memiliki semangat pengabdian.

ďƒ˜

Sementara itu masih ada sejumlah tokoh umat yang belum dapat memberi teladan akan hidup menggereja.

ďƒ˜

Dalam hal ini imam dan anggota LHB diharapkan menjadi pelopor dalam hal keteladanan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

35


23

ďƒ˜

Selain itu patut dikemukakan bahwa lemahnya penghayatan iman umat disebabkan oleh pengetahuan tentang paham Gereja, Kitab Suci, dan Sakramen sangat minim.

ďƒ˜

Padahal sumber-sumber ini sesungguhnya menjadi dasar hidup beriman, pengaturan moral, dan penentu hidup menggereja. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

36


2

PENDIDIKAN NILAINILAI DALAM KELUARGA

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

37


24 

Konsili Vatikan II dalam dokumen tentang pendidikan, Gravissimum Educationis (GE) menandaskan bahwa keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Pada GE no. 3, dinyatakan, “Di situlah anak-anak menemukan penga-laman pertama masyarakat manusia yang sehat serta Gereja.”

Jadi, keluarga merupakan lembaga yang menyiapkan pribadi manusia lebih baik, memperkayanya dengan nilai-nilai keramahan, ketabahan, kebaikan hati, sikap tanpa pamrih, pengorbanan diri, solidaritas, kejujuran, keadilan, penghor-matan kepada sesama, dan sebagainya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

38


25 ďƒ˜

Akan tetapi, dewasa ini banyak keluarga yang tidak atau kurang menganggap penting pendidikan nilainilai dan keutamaan tersebut.

ďƒ˜

Waktu dan perhatian untuk komunikasi yang sejati, seperti pembicaraan bersama dari hati ke hati, disita oleh kesibukan untuk mengejar kesejahteraan lahiriah.

ďƒ˜

Pendidikan iman dan budi pekerti diabaikan atau diserahkan sebagai tanggung jawab pihak pendidik dan pengasuh anak-anak di luar keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

39


26 ďƒ˜

Lemahnya pendidikan iman membuat dangkalnya dasar kekatolikan dalam diri anak.

ďƒ˜

Banyak orangtua (bapak dan ibu) dalam keluarga Katolik kurang mampu memberi keteladanan untuk mewariskan nilai-nilai iman Katolik dan budaya yang baik (etika) kepada anak-anaknya.

ďƒ˜

Sementara pewarisan nilai-nilai tersebut sangat kurang, katekese keluarga pun sangat minim. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

40


27 ďƒ˜

Orangtua yang semestinya menjadi guru pertama dan utama untuk pendidikan nilai-nilai, kurang peduli dengan tugas panggilan luhur ini.

ďƒ˜

Sering bapak dan ibu saling menyalahkan dan melemparkan tanggung jawab mengenai masalah sikap dan perilaku anak mereka.

ďƒ˜

Padahal tugas luhur ini seharusnya diemban mereka bersama. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

41


28 ďƒ˜

Penelitian menunjukkan bahwa peran mendidik di dalam keluarga lebih banyak dilakoni oleh ibu.

ďƒ˜

Hal ini nyata juga dari pengalaman di sejumlah keluarga bahwa kaum ibu lebih sering bersama dengan anak-anak, dibandingkan dengan bapak yang hanya sekali-sekali memberi nasihat kepada anaknya bila ada kesalahan tertentu.

ďƒ˜

Banyak bapak kurang memberi waktu bersama anaknya.

ďƒ˜

Apakah situasi ini mengungkapkan telah terjadi pergeseran peran mendidik dalam keluarga dari bapak kepada ibu? Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

42


3

PERKAWINAN KATOLIK: PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

43


29 

Kurangnya pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai Perkawinan Katolik bersumber dari kurangnya pembekalan ajaran Katolik sejak usia dini di dalam keluarga.

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil belum sungguh dihayati oleh keluarga-keluarga.

Identitas sebagai umat Katolik meluntur. Karena itu banyak keluarga tidak memahami nilai-nilai Sakramen Perkawinan serta konse-kuensinya untuk hidup berumahtangga.

Janji perkawinan yang diungkapkan pada saat pernikahan kurang dihayati. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

44


30 ďƒ˜

Mutu Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) kurang mendapat perhatian.

ďƒ˜

Hakikat dan tujuan perkawinan Katolik kurang ditekankan atau ditandaskan dalam persiapan yang singkat ini.

ďƒ˜

Masih ada umat yang memandang pernikahan di Gereja hanya sekadar pencatatan resmi agar mendapat surat nikah.

ďƒ˜

Materi KPP hendaknya juga memuat penyadaran mengenai keselarasan kebutuhan jasmani dan rohani di dalam hidup keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

45


31 ďƒ˜

Pembinaan lanjut pasca-pernikahan sangat kurang atau hampir tidak ada.

ďƒ˜

Padahal banyak orang menikah dalam usia yang terlalu muda, atau karena dijodohkan oleh orangtua, serta banyaknya perkawinan Katolik beda agama atau Gereja.

ďƒ˜

Wadah yang mempersatukan keluarga-keluarga muda untuk pengembangan diri dalam hidup keluarga Katolik belum ada, atau kurang berfungsi. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

46


33

ďƒ˜

Dewasa ini, di tengah masyarakat, ada fenomena semakin meningkatnya perceraian, perselingkuhan, KDRT, termasuk dalam keluarga-keluarga Katolik.

ďƒ˜

Fenomena ini merupakan indikasi kurangnya penerimaan dan penghargaan satu sama lain di dalam keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

47


4

KELUARGA KATOLIK DALAM MASYARAKAT

SEKITARNYA

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

48


34 ďƒ˜

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan keluarga Katolik tinggal di lingkungan yang baik (48,3%) yang memungkinkan mereka menghayati dan menyaksikan imannya.

ďƒ˜

Kemudian mereka yang lain tinggal di lingkungan yang bervariasi dari lingkungan yang sangat baik sampai pada lingkungan yang tidak baik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

49


ďƒ˜

Lingkungan yang baik ini lebih banyak terdapat di desa daripada di kota. Jenis suku dimana keluarga Katolik tinggal juga bervariasi dari satu sampai empat atau lebih.

ďƒ˜

Kebanyakan keluarga Katolik tinggal di lingkungan yang sukunya majemuk. Semakin besar kotanya semakin juga majemuk sukusuku yang berdomisili di dalamnya.

ďƒ˜

Lalu kerja sama suku di lingkungan keluarga Katolik cukup sering. Artinya ada kerja sama yang baik di antara warga di mana keluarga Katolik berdomisili. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

50


35 ďƒ˜

Sementara di lingkungan lain, keluarga Katolik juga ikut tertular penyakit masyarakat seperti perjudian, pesta minuman keras, penyalahgunaan narkoba, perselingkuhan, dan tindakan kekerasan.

ďƒ˜

Dalam kaitan dengan agama yang berbeda, kerja sama ekumene tidak banyak, hanya terbatas pada perayaan Natal dan Paskah bersama. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

51


ďƒ˜

Kesulitan utama yang dihadapi umat Katolik berhadapan dengan agama lain adalah ketidakmampuan orang Katolik berdebat mengenai agamanya.

ďƒ˜

Mereka tidak dapat menjelaskan apa yang diimaninya dalam Gereja Katolik. Bagaimana orang Katolik menyaksikan imannya?

ďƒ˜

Penelitian menunjukkan bahwa keluargakeluarga Katolik melakukannya dengan menolong orang lain yang mengalami kesulitan, memakai simbol-simbol kekatolikan, dan berusaha menghidupi kekatolikan dalam hidup sehari-hari. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

52


36

ďƒ˜

Masalah lain dalam kehidupan beragama di tengah masyarakat adalah pandangan yang salah dari sejumlah umat Katolik yang beranggapan bahwa semua agama sama.

ďƒ˜

Pandangan yang salah ini turut membuat mereka tidak bertahan pada keyakinan imannya, kemudian mengikuti saja ajaran dan kebiasaan agama lain. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

53


ďƒ˜

Kebiasaan salah yang hidup di tengah masyarakat pun mudah diikuti oleh keluarga Katolik tanpa sikap kritis.

ďƒ˜

Sikap-sikap ini mengakibatkan ciri kekatolikan tidak tampak dalam hidup keluarga-keluarga Katolik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

54


5

KEBERSAMAAN DAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

55


37 

Banyak keluarga Katolik dilanda oleh sekularisasi.

Mereka larut dalam kesibukan zaman ini karena alasan cari nafkah, tugas, sekolah, hobi, dan sebagainya. Akibatnya komunikasi dan relasi serta kebersamaan keluarga dikorbankan.

Doa bersama, rekreasi keluarga, dan makan bersama semakin langka dalam keluarga.

Kebersamaan seperti ini menurut banyak keluarga tidak penting. Akibatnya individualisme semakin kuat, kerja sama dan pembicaraan bersama antara ibu dan bapak hilang.

Keadaan semakin rumit karena tidak baik penataan waktu untuk pekerjaan atau tugas. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

56


38

ďƒ˜

Kehangatan hubungan dan kasih-sayang antara satu sama lain yang membuat suasana at home, semakin kurang dirasakan oleh anggota keluarga.

ďƒ˜

Orangtua kerap kurang responsif terhadap persoalanpersoalan anak. Anak merasa takut dan enggan bercerita kepada orangtua tentang masalahnya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

57


39 ďƒ˜

Lemahnya kebersamaan dan komunikasi mengakibatkan rumah tidak lagi dipandang sebagai tempat berkumpul untuk belajar dan mengajar, berdoa, mewartakan Injil, memadu kasih, dan sebagai pangkalan penyebaran kasih.

ďƒ˜

Lebih jauh hal ini telah mengakibatkan keluarga tidak lagi merasakan rahmat Tuhan dalam hidupnya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

58


40

ďƒ˜

Tiadanya kebersamaan dalam keluarga menumbuhkan sikap tertutup antara satu sama lain; melahirkan kekerasan dalam rumah-tangga (KDRT), amarah, ketidakjujuran, dan ketidaksetiaan.

ďƒ˜

Perselingkuhan yang semakin marak mengakibatkan keretakan dan bahkan perceraian yang cenderung meningkat. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

59


ďƒ˜

Para anggota keluarga mencari pelarian dengan semakin melekatkan diri pada minat dan kesenangan masing-masing.

ďƒ˜

Rumah tidak lagi dirindukan; tinggal dan berada di luar rumah lebih menyenangkan daripada menikmati kebersamaan dalam keluarga. Kedai atau warung lebih menarik minat daripada rekreasi bersama keluarga.

ďƒ˜

Dan orang sering melupakan bahwa kebersamaan dalam keluarga membangun perkembangan mental dan kepribadian anak. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

60


41

ďƒ˜

Tradisi doa bersama tidak dikenal pada usia muda, dan tidak menjadi pengalaman dalam hidup sesudah berumah-tangga.

ďƒ˜

Padahal keluarga adalah sekolah pertama dan utama untuk doa. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

61


42

ďƒ˜

Sikap egois, dominasi atas satu sama lain, cemburu buta, menjadi hambatan lain untuk komunikasi yang terbuka dalam keluarga.

ďƒ˜

Perbedaan pendidikan yang senjang antara suami-istri yang tidak diterima dengan hati terbuka juga mengakibatkan macetnya komunikasi. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

62


6

KELUARGA DALAM TANTANGAN PERUBAHAN ZAMAN

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

63


43 ďƒ˜

Keluarga Katolik menghadapi perubahan pesat zaman ini.

ďƒ˜

Berbagai nilai turut serta dibawa oleh perubahan itu.

ďƒ˜

Nilai-nilai tradisional (seperti saling menghormati, berbagi makanan, menolong, kegigihan untuk berjuang, mendukung dalam peristiwa suka-duka dengan interaksi yang dilandasi kearifan lokal) beralih ke nilai-nilai hidup modern yang dilandasi liberalisme dan individualisme.

ďƒ˜

Budaya instan merajalela dalam kehidupan. Banyak hal dalam hidup menjadi relatif. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

64


44 ďƒ˜

Keluarga mengalami dampak besar perubahan zaman yang dibawa oleh kemajuan teknologi dan komunikasi.

ďƒ˜

Banyak anggota keluarga kecanduan dengan alat-alat komunikasi yang membuatnya kurang peduli dengan orangorang di sekitarnya.

ďƒ˜

Alat-alat komunikasi disalahgunakan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

65


45 ďƒ˜

Banyak orang memandang bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tanda sukses dalam kehidupan.

ďƒ˜

Dunia hiburan yang menggiurkan melanda banyak keluarga.

ďƒ˜

Media sosial, internet, televisi, budaya asing menjadi tren yang terus meningkat di semua lapisan masyarakat, mena-warkan sekian banyak nilai baru yang dihadapi atau ditanggapi tanpa sikap kritis oleh keluarga-keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

66


ďƒ˜

Hal itu, antara lain, tampak dalam maraknya komersialisasi - termasuk di dunia pendidikan, perilaku transaksional dan sikap pragmatis, hedonisme, konsumerisme, perselingkuhan, penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya.

ďƒ˜

Situasi ini berdampak juga pada munculnya fenomena di mana banyak keluarga mengidealkan jumlah anak cukup 1-2 orang saja.

ďƒ˜

Tentu ini mencemaskan untuk masa depan Gereja. Semakin banyak keluarga tidak lagi peduli terhadap Gereja. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

67


46 ďƒ˜

Berdasarkan penelitian, keluarga Katolik melindungi dan mengarahkan anak-anak mereka berhadapan dengan tantangan zaman terutama dengan membatasi pergaulan anak-anak mereka (36,3%); dan membiarkan anak-anak bergaul dengan tetangga (24,7%).

ďƒ˜

Dalam hal menjauhkan anak-anak dari narkoba, keluarga Katolik berusaha terutama dengan menerangkan akibat buruk narkoba (44,1%) dan memberi kesibukan yang berguna (18,2%).

ďƒ˜

Artinya ada usaha umat Katolik untuk melindungi anak-anak mereka terhadap bahaya-bahaya yang ada dalam masyarakat. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

68


47 

Kebanyakan bapak pernah melakukan perjudian.

Dari antara mereka, banyak yang sudah berhenti berjudi tetapi banyak juga yang masih melanjutkannya.

Alasan berhenti berjudi bermacam-macam, seperti sadar sendiri, atau terlalu banyak utang.

Yang jelas, baik pelaku sendiri maupun anggota keluarga mengatakan bahwa judi itu tidak baik dan hanya menyengsarakan keluarga.

Tidak jarang terjadi pertengkaran antara suami dengan istri karena judi. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

69


48 ďƒ˜

Globalisasi dan sekularisasi dihadapi oleh sebagian umat (sekitar 40%) dengan mempelajari terlebih dahulu unsur-unsur baik dan buruk yang dibawanya.

ďƒ˜

Sementara yang lain (25,6%) merasa tidak mampu membendungnya, karena itu membiarkan saja pengaruh itu masuk ke dalam kehidupan-nya.

ďƒ˜

Ada juga umat memperkuat hidup rohani untuk mem-bentengi diri terhadap pengaruh buruk perubahan zaman ini. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

70


49 ďƒ˜

Kalau terjadi konflik dalam keluarga, kebanyakan mereka menghadapi bersama konflik yang ada (31,9%).

ďƒ˜

Namun, tidak jarang juga suami istri saling mengelak dengan menjauhkan diri (16,9%) atau selalu mempersalahkan yang lain (16,7%).

ďƒ˜

Karena itu, dalam keluarga Katolik sering terjadi konflik yang tidak terselesaikan dengan baik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

71


50 

Banyak keluarga beranggapan bahwa pergaulan kaum muda mencemaskan.

Kaum muda bergaul secara bebas, sulit diatur oleh orangtua, dan banyak menjadi korban narkoba.

Juga banyak kaum muda yang sudah di luar kendali orangtua.

Mereka ini sudah tidak bisa diatur lagi oleh orangtuanya, berbuat sesuka hati di dalam keluarga.

Syukurlah masih ada responden penelitian keluarga yang mengatakan bahwa anak-anak mereka masih baik (32,5%). Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

72


7

PERAN ORANGTUA DALAM KELUARGA

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

73


51 ďƒ˜

Orangtua dalam kehidupan keluarga Katolik memiliki fungsi dan tanggung jawab yang luhur sebagai guru, imam, dan gembala, berkat sakramen Baptis dan Krisma yang diteguhkan dalam sakramen Perkawinan.

ďƒ˜

Sebagai guru, orangtua mendidik, mengajar, melatih, dan menjadi guru iman pertama bagi anak-anaknya.

ďƒ˜

Orangtua juga adalah imam yang menanamkan nilai-nilai, pemandu kesucian atau kekudusan lewat pengajaran dan praktek hidup menggereja.

ďƒ˜

Sebagai gembala, orangtua memimpin dan mengarahkan keluarga, menjadi teladan, dan penyedia kebutuhan keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

74


52 

Namun banyak orangtua kurang atau tidak menyadari fungsi itu.

Mereka lalai atau kurang bertanggung jawab sebagai orangtua dalam keluarga.

Peran dan fungsi orangtua kristiani semakin luntur.

Sikap ego dan superioritas yang tinggi, saling mendominasi di antara ayah dan ibu menciptakan krisis keteladanan di rumahtangga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

75


53 

Orangtua kehilangan wibawa di hadapan anak-anaknya.

Kepemimpinannya sebagai “kepala rumahtangga” lemah.

Anak-anak menyaksikan dalam diri orangtuanya ketidaksesuaian antara perkataan dan perbuatan.

Orangtua tidak mampu lagi melakukan kontrol dan pendampingan atas hidup anak-anaknya.

Ada orangtua yang tidak memahami cara yang baik mendidik anaknya, cenderung memanjakan atau terlalu mengekang.

Juga masih banyak orangtua yang kurang mau mengapresiasi dan mendukung anaknya, tetapi lebih cenderung mempersalahkan dan menghukum. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

76


54

ďƒ˜

Terjadi gap atau kesenjangan pemahaman nilai-nilai di antara orangtua dan anak akibat perubahan pesat tata nilai yang dipicu oleh kemajuan teknologi informasi.

ďƒ˜

Antara orangtua dan anak kerap tidak lagi saling mengerti, konflik mudah terjadi. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

77


55 ďƒ˜

Minimnya perhatian akan pembinaan terhadap anak juga disebabkan oleh tidak mampunya orangtua menata waktu yang disita oleh kesibukan dalam pekerjaannya.

ďƒ˜

Selain itu, banyak orangtua yang sangat terikat pada hobi dan minatnya (kedai bagi para bapak, ngerumpi sambil makan sirih bagi para ibu) menjadikan perhatian terhadap anak diabaikan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

78


56 ďƒ˜

Terdapat juga pemahaman yang salah, khususnya di kalangan para bapak, bahwa tugasnya hanya pencari nafkah bagi keluarga.

ďƒ˜

Pembinaan atau pendampingan anak dipandang melulu sebagai tugas kaum ibu atau menjadi urusan sekolah dan Gereja.

ďƒ˜

Kebersamaan dalam keluarga, khusus-nya hadir, menemani, dan menyapa anakanaknya dianggap tidak penting oleh banyak bapak. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

79


57 ďƒ˜

Banyak orangtua tidak dapat berbuat banyak untuk pendidikan anak di rumah, karena hampir seluruh waktu disita untuk kegiatan sekolah, seperti PR, kegiatan ekstra-kurikuler, latihan-latihan, diskusi kelompok siswa, dan sebagainya.

ďƒ˜

Para orangtua tidak dapat lagi mewariskan nilai-nilai luhur dari budaya dan kebiasaan baik bagi anak-anaknya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

80


ďƒ˜

Sekolah, seolah mengambil alih peran orangtua di bidang pendidikan budi pekerti dan akhlak mulia.

ďƒ˜

Padahal dalam prakteknya, bidang intelektual yang lebih diutamakan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

81


58 ďƒ˜

Kenyataan lain, banyak orangtua pada dasarnya tidak mampu membina iman kekatolikan di dalam keluarganya karena mereka sendiri kurang memiliki modal iman Katolik.

ďƒ˜

Mereka juga tampaknya tidak memiliki spiritualitas sebagai orangtua, pembina iman dan kesucian di dalam keluarga.

ďƒ˜

Banyak dari orangtua kurang terbuka mengikuti pembekalan untuk pengembangan dirinya.

ďƒ˜

Mereka kurang memiliki dan menghayati nilai-nilai perkawinan yang sudah mereka terima melalui Sakramen Perkawinan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

82


59

ďƒ˜

Juga banyak keluarga tua kurang mampu memahami masalah-masalah yang dialami oleh keluargakeluarga muda, sehingga pewarisan nilai-nilai luhur perkawinan dari keluarga orangtua kepada keluarga anaknya (keluarga baru) tidak berjalan semestinya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

83


8

EKONOMI KELUARGA

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

84


60 

Banyak keluarga Katolik yang berstatus ekonomi lemah atau tingkat ekonomi rendah.

Status atau posisinya dalam pekerjaan memberinya penghasilan rendah atau pendapatan tidak tetap.

Rendahnya tingkat ekonomi ini juga disebabkan, antara lain, kurang kreatif dan rendahnya daya saing keluarga-keluarga mencari dan menemukan alternatif yang baik dan benar untuk menambah penghasilan.

Keluarga-keluarga Katolik masih perlu meningkatkan sumber daya manusia anggotanya.

Di sana-sini juga terjadi salah investasi yang menimbulkan kerugian besar. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

85


61 ďƒ˜

Banyak keluarga yang tidak membekali diri dengan dan menjalankan manajemen atau tata kelola keuangan keluarga secara terbuka bagi suami-istri.

ďƒ˜

Tiadanya manajemen keuangan ini membuat keluarga tidak dapat merencanakan dan menentukan prioritas di bidang keuangan; keluarga belum dengan tajam membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

ďƒ˜

Juga terjadi bahwa keuangan keluarga tidak dikelola secara bersama oleh suami-istri. Seakan-akan mereka bukan satu kas.

ďƒ˜

Pengelolaan keuangan seperti ini sangat membuka peluang untuk tidak jujur dan yang serentak merusak kebersamaan sebagai satu keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

86


62

ďƒ˜

Motivasi dan etos kerja yang lemah menjadikan banyak keluarga tidak bisa keluar dari masalah ekonomi yang dialaminya.

ďƒ˜

Masih banyak keluarga yang bekerja seadanya, bukan pekerja keras yang bersemangat.

ďƒ˜

Selain itu ada keluarga-keluarga terjangkiti penyakit judi, minuman keras, dan narkoba, yang membuat hidup ekonominya semakin susah. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

87


63 ďƒ˜

Kemiskinan keluarga-keluarga Katolik juga disebabkan oleh sistem perekonomian, pertanian, dan alam yang tidak mendukung bagi pengembangan dan peningkatan hidup ekonomi petani.

ďƒ˜

Para petani tidak dapat menentukan harga produksi pertanian mereka; monopoli harga masih kuat.

ďƒ˜

Penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi seolah menjadi keharusan dalam dunia pertanian. Pertanian organik semakin dijauhi dan ditinggalkan.

ďƒ˜

Infrastruktur dan transportasi yang mendukung usaha pertanian kurang memadai. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

88


Perubahan cuaca yang semakin tidak bisa diperkirakan (tidak menentu), memengaruhi pola pertanian, juga membuat para petani sulit merencanakan pekerjaannya.

Kerusakan alam dan lingkungan mengakibatkan penghasilan petani menurun. Sementara itu, penyuluhan di bidang pertanian semakin kurang.

Banyak petani tidak berani mengganti usahanya dengan usaha baru yang lebih menguntungkan.

Kurangnya modal usaha juga menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat ekonomi keluarga Katolik.

Fasilitas dari pemerintah kerap tidak dapat dijangkau oleh umat Katolik karena ketidakmampuan atau ketidakmauan memenuhi regulasi yang berlaku, seperti melengkapi akte catatan sipil sebagai syarat untuk mendapatkan jaminan dan pelayanan sosial. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

89


64 

Di lain pihak ada juga keluarga-keluarga Katolik yang menjadikan kekayaan secara ekonomis sebagai satusatunya tujuan.

Uang menjadi orientasi hidupnya karena kecemasan yang besar akan hari esok. Gereja dan kegiatankegiatannya tidak dianggap penting dibandingkan berjualan atau bekerja di ladang.

Setiap hari kesibukannya melulu dalam hal nafkah jasmani.

Ada keluarga-keluarga Katolik yang terpaksa pergi mencari nafkah jauh dari tempat tinggalnya, yang tentu saja menuntut berbagai penyesuaian di tempat baru. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

90


9

KELUARGA KATOLIK DENGAN BUDAYA/ ADAT, DAN AGAMA

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

91


65 ďƒ˜

Budaya dan adat seyogianya memberi dampak positif bagi hidup keluarga karena nilai-nilai dan kearifan luhur yang terkandung di dalamnya.

ďƒ˜

Namun dalam kehidupan keluarga dewasa ini justru dampak negatif budaya-adat itu yang banyak memengaruhi.

ďƒ˜

Tuntutan dan kegiatan adat lebih diutamakan daripada kegiatan Gereja.

ďƒ˜

Banyak keluarga, terutama kaum bapak, sibuk dengan urusan adat, tetapi kurang peduli dengan Gereja dan keluarganya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

92


66 ďƒ˜

Peran besar kaum laki-laki dalam budaya-adat berdampak pada hidup keluarga.

ďƒ˜

Posisi sosial laki-laki dipandang lebih tinggi dari perempuan; bapak sebagai raja di dalam keluarga; laki-laki mendominasi perempuan; pendapat perempuan kurang diakui.

ďƒ˜

Budaya paternalisme menjadi sesuatu yang dipandang sangat wajar di dalam hidup masyarakat di sini. Kaum bapak boleh dengan bebas berlama-lama di warung untuk kesenangan atau menyalurkan hobinya, sementara ibu harus tinggal di rumah mengurus rumahtangga dan mendidik anak.

ďƒ˜

Uang mahar yang diberikan oleh pihak laki-laki pada saat adat perkawinan sering membuat suami menganggap bahwa posisi sosial istri lebih rendah. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

93


67 

Pengaruh budaya-adat juga lebih besar daripada Gereja.

Nilai yang ditawarkan oleh budaya-adat pada umumnya lebih menyentuh kebutuhan daripada kegiatan gerejawi.

Untuk keperluan adat, keluarga gampang meninggalkan kegiatan Gereja.

Penghayatan tradisional (mistik, gaib) masih lebih kuat dibandingkan iman yang diajarkan oleh Gereja.

Ada perasaan tertekan di hati umat bila tidak mengikuti kegiatan adat.

Bagi banyak orang dicap sebagai orang “tak beradat” lebih menyakitkan daripada “tak beragama”. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

94


68 ďƒ˜

Hal-hal tersebut di atas juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang menyimpulkan, kebanyakan responden berpendapat bahwa umat Katolik masih lebih kuat meyakini adat daripada agama.

ďƒ˜

Kalau ada urusan adat pada hari Minggu, maka dengan segera mereka mengutamakan pergi ke pesta adat daripada ke gereja.

ďƒ˜

Memenuhi kewajiban adat dirasa lebih perlu daripada kewajiban agama. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

95


ďƒ˜

Pengaruh adat ini mungkin tetap kuat mengingat bahwa praktek upacara tradisi lama masih tetap banyak dilaksanakan (76,5%).

ďƒ˜

Salah satu contoh, hingga saat ini orang masih banyak takut akan hantu (begu, santet).

ďƒ˜

Alasannya adalah rasa takut akan hantu ini sudah tertanam sejak usia dini; dan ada keyakinan bahwa hantu dapat mematikan orang, sementara umat Katolik belum memiliki iman yang kuat. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

96


69

ďƒ˜

Karena itu, Gereja Katolik KAM kiranya perlu memperkuat pengajaran akan kekatolikan dan memurnikan budaya-adat dari unsurunsur yang bertentanga Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

97


10

PENDAMPINGAN ANAK DAN REMAJA

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

98


70

ďƒ˜

Pendampingan anak dan remaja di banyak keluarga dilalaikan.

ďƒ˜

Akibat besar dari kelalaian ini banyak anak dan remaja menjadi nakal, tak teratur, menyusahkan keluarga dan lingkungan, kurang peduli dengan agama dan hal-hal rohani. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

99


71 ďƒ˜

Pendidikan di sekolah, di luar sekolah, dan di dalam keluarga, tidak dilihat lagi sebagai satu keterkaitan.

ďƒ˜

Kerja sama antara guru dengan orangtua dalam upaya pendampingan ini tidak cukup kuat.

ďƒ˜

Terdapat saling mengandaikan antara orangtua dan pendidik mengenai pendampingan anak dan remaja.

ďƒ˜

Orangtua mengandaikan bahwa pendidikan itu cukup di sekolah; guru mengandaikan bahwa tugas pendampingan anak bukan tanggung jawabnya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

100


72 ďƒ˜

Muatan pendidikan formal di sekolah pada umumnya terlalu menekankan segi intelektual yang membuat peserta didik tertekan, bagaikan robot yang patuh.

ďƒ˜

Ada bahaya, pendidikan seperti ini tidak memanusiakan anak didik dan membuat hilangnya keceriaan masa anak-anak dan remaja mereka.

ďƒ˜

Ironisnya, pendidikan seperti ini justru diminati oleh banyak orangtua.

ďƒ˜

Akibat lebih lanjut, pendidikan agama dan budi pekerti dianggap kurang penting. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

101


73 ďƒ˜

Di dalam keluarga banyak orangtua terlalu memanjakan atau sebaliknya terlalu mengekang kebebasan anak-anaknya, sehingga anak tidak berkembang baik menjadi pribadi yang mandiri.

ďƒ˜

Orangtua juga cenderung melepaskan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah atau pihak lain. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

102


74 ďƒ˜

Ada juga sejumlah keluarga di mana suami dan istri tinggal di tempat yang saling berjauhan karena alasan tertentu.

ďƒ˜

Situasi ini mengurangi perhatian orangtua terhadap anak.

ďƒ˜

Akibatnya perkembangan anak tidak dapat dipantau bersama.

ďƒ˜

Dalam kondisi seperti ini, seringkali pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain, yang mengakibatkan relasi interpersonal anak-ibu-bapak sangat minim. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

103


75 ďƒ˜

Kondisi yang semakin kompleks terjadi karena minimnya pengawasan orangtua terhadap anak dan diperparah oleh lemahnya kontrol sosial, menjadikan anak dan remaja merasa seakan boleh melakukan apa saja.

ďƒ˜

Karena itu penyalahgunaan narkoba terjadi juga di kalangan anak dan remaja.

ďƒ˜

Akibat lain seperti seks bebas, hamil di luar nikah, merupakan masalah yang sering terjumpai di tengah masyarakat. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

104


76 

Merajalelanya pemakaian alat-alat komunikasi tanpa kendali dan tidak tepatguna semakin membuat anak dan remaja kehilangan arah, menjadi budak alat-alat modern itu.

Alat-alat komunikasi modern ini bukan membuat mereka menjadi orang-orang yang komunikatif melainkan menjadi sangat individualistik.

Perilaku seperti ini merusak mentalitas, “mengotori otak”, melemahkan daya juang anak dan remaja.

Selanjutnya mereka bersikap serba gampang dalam hidup, ingin hasil besar dengan usaha minim (misalnya mencontek) dan mengutamakan hasil daripada proses. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

105


77 ďƒ˜

Dalam kondisi seperti tersebut di atas dibutuhkan, antara lain, pendidikan agama yang bermutu bagi anak dan remaja.

ďƒ˜

Sayangnya di sekolah-sekolah Katolik sendiri pendidikan agama bukan lagi prioritas.

ďƒ˜

Syukurlah bahwa akhir-akhir ini di sekolah-sekolah non-Katolik pendidikan agama semakin mendapat perhatian dengan tersedianya guru-guru agama Katolik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

106


78 ďƒ˜

Masalah-masalah yang tersebut di atas juga mendapat perhatian dari Mgr. Anicetus B Sinaga, Uskup Agung Medan, sebagaimana dikemukakan dalam berbagai kesempatan, agar pendidikan nilainilai kehidupan mendapat perhatian khusus.

ďƒ˜

Uskup mendorong semua pihak untuk, antara lain, mengembangkan kerasulan pendidikan melalui asrama-asrama, pendampingan orang muda melalui program megabina generasi muda, pengadaan pusat rehabilitasi korban narkoba. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

107


11 SEKSUALITAS DAN KELUARGA

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

108


79 

Seksualitas mencakup seluruh keberadaan manusia sebagai laki-laki dan sebagai perempuan.

Cara berada laki-laki dan cara berada perempuan berdampak pada hubungan mereka dalam seluruh hidup yang saling melengkapi dalam hidup bersama.

Oleh sebab itu, seksualitas bukan sebatas pada hubungan seks (persetubuhan).

Seksualitas itu mengungkapkan seluruh keberadaan manusia yang amat penting dalam hidup keluarga, merupakan pemberian Tuhan yang pantas disyukuri. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

109


80 ďƒ˜

Persetubuhan dalam perkawinan Katolik merupakan tindakan yang luhur, sebagai ungkapan kerja sama Allah dengan suami-istri dalam penciptaan manusia baru.

ďƒ˜

Persetubuhan suami-istri sejatinya didasari oleh cinta kasih dan untuk kesejahteraan suami-istri, dan yang terbuka akan kelahiran manusia baru (prokreasi).

ďƒ˜

Persetubuhan tanpa dasar dan tujuan ini adalah tindakan perendahan martabat manusia itu sendiri. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

110


81 ďƒ˜

Orang-orang Katolik perlu tetap diingatkan bahwa anakanak yang dilahirkan dalam keluarga merupakan rahmat Allah dan pantas disyukuri.

ďƒ˜

Selanjutnya Allah menitipkan anak-anak ini untuk dididik seturut kehendak-Nya.

ďƒ˜

Tindakan-tindakan manusia yang dapat membatasi rahmat ini tidak sesuai dengan ajaran Katolik.

ďƒ˜

Sayangnya sejumlah orang menganggap pembatasan rahmat ini sebagai tindakan biasa yang tidak lagi bertentangan dengan kehendak Allah.

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

111


82 

Pemahaman yang minim akan hal-hal yang disebut di atas, turut menyebabkan kurang harmonisnya hubungan suami-istri.

Pembicaraan mendalam tentang seksualitas hampir tidak terjadi dalam keluarga.

Bahkan ada yang menganggap tabu membicarakannya.

Di banyak keluarga pendidikan seksualitas sangat kurang. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

112


83 ďƒ˜

Ekses negatif dalam hubungan suamiistri terjadi juga karena kurangnya komunikasi di antara mereka pada saat akan dan sesudah berhubungan seks.

ďƒ˜

Ekses itu sampai meretakkan atau merusak hubungan suami dan istri. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

113


84 ďƒ˜

Masalah seksualitas juga menyangkut pandangan yang salah tentang kesetaraan lakilaki dan perempuan.

ďƒ˜

Banyak keluarga kurang mendapat pembinaan dan penyadaran akan kesetaraan ini sehingga kerap yang satu merasa martabatnya lebih tinggi dari yang lain; atau yang satu menganggap bahwa kesetaraan itu berarti kesamaan dalam segala hal. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

114


12

KELUARGA INTI DAN KELUARGA BESAR

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

115


85 ďƒ˜

Salah satu hal yang juga menjadi persoalan di dalam keluarga adalah campur tangan orangtua, mertua, saudara, ipar atau pihak keluarga besar dari pasangan suami-istri itu.

ďƒ˜

Ikut campurnya keluarga besar dalam hidup keluarga inti (suami-istri dan anak) banyak dijumpai di masyarakat kita. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

116


86 ďƒ˜

Orangtua atau mertua itu terlalu ingin mengetahui apa yang terjadi dengan anak-anak mereka yang sudah berkeluarga.

ďƒ˜

Kerap mereka terlalu jauh mencampuri urusan keluarga anaknya, atau memberi nasihat yang tidak diperlukan. Orangtua pasangan seolah kurang mendukung putra atau putrinya menjadi dewasa di dalam keluarganya sebagai suami-istri atau sebagai orangtua baru. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

117


87 ďƒ˜

Bantuan kepada mertua, ipar, saudara, kerap bukan atas kesepakatan atau persetujuan bersama.

ďƒ˜

Suami atau istri memberi uang kepada keluarga asalnya tanpa pembicaraan sebelumnya di antara mereka, atau tidak diberitahu kepada istri atau suaminya.

ďƒ˜

Suami dan istri belum mampu memberi perhatian dan perlakuan yang sama kepada orangtua dan mertuanya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

118


88 ďƒ˜

Banyak suami-istri kurang terbuka membicarakan apa yang diharapkan dan tidak diharapkan oleh mereka dari pihak keluarga besar.

ďƒ˜

Padahal, pembicaraan yang baik mengenai itu akan dapat membantu suami-istri melihat baik-buruknya campur tangan keluarga besar (pihak orangtua-mertua).

ďƒ˜

Untuk adanya pengertian bersama di antara suami-istri, sebaiknya ditentukan bersama batas campur-tangan pihak keluarga besar bagi rumahtangga mereka.

ďƒ˜

Pengertian bersama di antara suami-istri tentang hal ini, membuat mereka dapat bersatu mencegah dan menghadapi konflik dengan keluarga besar. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

119


89 ďƒ˜

Pantas juga diingat bahwa keluarga besar dapat menolong keluarga inti untuk semakin menghidupi imannya dalam keluarga.

ďƒ˜

Nilai-nilai luhur budaya dan kebiasaan baik keluarga besar dapat juga diwariskan kepada keluarga inti. Sekalipun demikian, hendaknya diupayakan agar keluarga muda hidup mandiri. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

120


13

KELUARGA: SEKOLAH PERDANA BAGI PANGGILAN IMAM DAN LHB

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

121


90 

Gereja membutuhkan imam dan anggota Lembaga Hidup Bakti (LHB) yang baik.

Karena itu Gereja membutuhkan keluarga yang merupakan tempat bertumbuhnya benih panggilan dan sekolah perdana bagi calon-calon imam dan anggota LHB.

Keluarga Katolik yang biasa dengan suasana religius, berpotensi menumbuhkan panggilan itu.

Sebaliknya keluarga yang tidak biasa dengan suasana seperti itu, kurang berpotensi melahirkan calon-calon imam dan anggota LHB, atau umumnya akan mengalami kesulitan menghayati panggilan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

122


91 

Pembicaraan mengenai panggilan imam dan religius (Hidup Bakti) di dalam keluarga-keluarga dewasa ini kurang diminati dibandingkan dengan pilihan hidup atau cita-cita lainnya.

Selain itu ada fenomena banyak keluarga yang menghendaki satu-dua orang anak saja.

Kondisi ini sungguh menjadi ancaman serius bagi kelanjutan panggilan imam dan religius.

Apakah ancaman ini disadari dan ditanggapi oleh LHB, paroki, dan keluarga-keluarga? Apa yang telah dibuat oleh Gereja? Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

123


92 ďƒ˜

Sementara itu umat kurang merasakan peranan imam dan anggota LHB bagi keluarga, khususnya di dalam pendalaman iman, dalam memberi teladan dan kesaksian hidup.

ďƒ˜

Kehadiran mereka di tengah-tengah umat pun belum cukup memberi pengaruh bagi keluarga Katolik.

ďƒ˜

Ada harapan yang kuat agar para imam dan LHB berperan sebagai motivator, magister (guru), dan pemberi arah, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam hidup menggereja. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

124


93 

Sehubungan dengan itu, sangat baik diperhatikan pesan Tahun Hidup Bakti 2015, yang ditujukan tidak hanya untuk anggota LHB, melainkan juga untuk keluarga dan pimpinan Gereja.

Ketika itu Paus Fransiskus mengajak semua keluarga bersyukur atas keberadaan LHB, dan mengajak keluarga kristiani bersukacita bersama pelaku Hidup Bakti.

Kerja sama antarkeluarga Hidup Bakti dan keluarga kristiani makin penting. Paus melanjutkan, “Hidup keluarga dan Hidup Bakti keduanya merupakan panggilan yang membawa kekayaan dan berkat bagi semua. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

125


Mereka adalah tempat-tempat di mana kemanusiaan bertumbuh melalui relasi, mereka juga adalah tempat-tempat bagi evangelisasi. Satu dengan yang lain saling menolong.”

Maka itu, para imam dan anggota religius (LHB) harus memberi kontribusi bagi berkembangnya mutu hidup keluarga-keluarga Katolik.

Demikian juga keluarga-keluarga Katolik memberi kontribusi untuk tumbuh dan berkembangnya panggilan imam dan religius.

Keluarga, imam, dan anggota LHB saling terkait untuk pengembangan Gereja. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

126


III PROPOSAL SEMENTARA SOLUSI ATAS MASALAH-MASALAH KELUARGA Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

127


94 ďƒ˜

Proposal sementara solusi atas masalah-masalah keluarga ini merupakan hasil temuan anggota Sinode dalam pertemuan April 2016 yang kemudian dirangkumkan oleh PPS.

ďƒ˜

Proposal ini diharapkan dibahas dan didalami oleh semua pihak dan hasilnya akan diproses menjadi bagian dari Instrumentum Laboris Sinode. Usul-usul melengkapi proposal sementara ini hendaknya disampaikan kepada PPS pada bulan Juli 2016. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

128


95

ďƒ˜

Khusus untuk topik ke-13 hendaknya para anggota mendalaminya, lalu menyampaikan usul program konkret solusi atas masalah, sebagaimana pada topik-topik lain. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

129


96 IMAN KATOLIK DALAM KELUARGA: PENGETAHUAN DAN PENGHAYATAN (TOPIK 1)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

130


ďƒ˜

Oleh Gereja:

Meningkatkan pembinaan iman anak-anak dengan: 1.

Rekrutmen tenaga pendamping Asmika yang kapabel.

2.

Pembekalan intensif para pembina/pendamping Asmika dan guru agama/katekis.

3.

Klerus, LHB, awam terlibat aktif dalam pembi-naan iman anak.

4.

Mengupayakan adanya pendampingan berjenjang (pengelompokan usia anak).

5.

Memberi pendampingan kepada anak sesudah penerimaan Komuni I.

6.

Melibatkan anak-anak dalam kegiatan Doa Lingkungan (misalnya menyampaikan doa permo-honan) dan dalam pesta gerejawi. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

131


Menyediakan panduan (katekese dan doa) pembi-naan iman yang akan digunakan keluarga dan Sekolah Minggu. 8. Menyediakan buku “Tanda Mengikuti Kebaktian� untuk anak-anak usia sekolah. 9. Pengajaran agama harus dimulai dari kecil dalam keluarga dengan memasukkan unsur adat-istiadat 10. Meningkatkan pembinaan iman remaja dan orang muda Katolik dengan pendampingan sebelum dan sesudah penerimaan Sakramen Krisma dan Sakramen Perkawinan secara berkelanjutan 11. Meningkatkan pembinaan katekis dan pengurus Gereja, dengan Pembekalan berkelanjutan dan terprogram. 7.

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

132


12. Meningkatkan

perayaan-perayaan liturgis di

ling-kungan. 13. Mengadakan secara periodik pembaruan janji nikah bagi keluarga umat di lingkungan 14. Menyediakan bahan-bahan pendalaman iman di ling-kungan, buku katekismus kecil untuk setiap keluarga. 15. Menyediakan Kitab Suci untuk setiap keluarga. 16. Melibatkan anggota LHB dalam kegiatan pastoral praktis dan kategorial di paroki, stasi, dan lingkungan. 17. Kunjungan dan pendampingan keluarga yang terprogram oleh Pastor dan Seksi Keluarga Paroki 18. Pastor memperhatikan katekese sebagai salah satu unsur setiap homili. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

133


Oleh Keluarga: 1. Membiasakan diri untuk selalu berdoa secara rutin dalam keluarga (doa pagi dan doa malam) serta devosi-devosi. 2.

Membiasakan diri membaca Kitab Suci di dalam keluarga.

3.

Membiasakan “budaya cerita” tentang tokoh-tokoh dan ajaran Kitab Suci, kebiasaan-kebiasaan dan ajaran resmi Gereja, serta moral kepada anak-anak.

4.

Pergi ke gereja bersama, makan bersama di dalam keluarga.

5.

Memberi perhatian atas “Buku Tanda Kebaktian” milik anak-anaknya.

6.

Mendorong anak-anaknya ambil bagian aktif dalam pembinaan gerejawi.

7.

Mengadakan kunjungan antar-keluarga Katolik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

134


97 PENDIDIKAN NILAI DALAM KELUARGA (TOPIK 2)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

135


ďƒ˜

Oleh Gereja:

Meningkatkan dan menguatkan katekese keluarga dengan nilai-nilai katolisitas dan etika. 2. Membangun dan mendayagunakan sarana pembinaan nilai-nilai bagi anak-anak. 3. Memberi penjelasan tentang nilai-nilai kehidupan dalam terang iman Katolik. 4. Melengkapi bahan KPP dengan materi tentang nilai-nilai kehidupan menyangkut pekerjaan, kesehatan, sosial dan adat, keluhuran perkawinan, dan kesiapan mengemban martabat selaku orangtua. 1.

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

136


5.

6.

ďƒ˜

Mengadakan penyadaran tentang lima segi hidup Gereja yang dimiliki oleh setiap keluarga Katolik, ketiga darma orangtua, dan ketiga dimensi keluarga Katolik. Menyediakan bahan-bahan drama yang mengandung nilai-nilai pendidikan Katolik.

Oleh Keluarga: 1. Orangtua menjadi teladan dan pendorong dalam penghayatan nilai-nilai kehidupan dalam keluarganya. 2. Orangtua mendorong anak-anaknya ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan gerejawi sesuai usianya. 3. Semakin membiasakan diri mengetengahkan hidup rohani dalam upaya memenuhi kebutuhan jasmani Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

137


98 PERKAWINAN KATOLIK: PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN (TOPIK 3)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

138


ďƒ˜

Oleh Gereja: Sebelum pernikahan 1.

Komisi Keluarga menyediakan buku pedoman perkawinan yang wajib dibaca pasangan yang mau menikah.

2.

Pembinaan persiapan perkawinan jangka panjang (remaja s/d dewasa).

3.

Perlu katekese tentang hidup perkawinan Katolik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

139


Menjelang pernikahan

ďƒ˜

Mengadakan Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) yang wajib diikuti oleh pasangan yang hendak menikah, dan dipantau oleh pihak keuskupan.

ďƒ˜

Menyiapkan bahan KPP yang sesuai dengan ajaran Katolik, dan disampaikan dalam waktu yang memadai. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

140


Sesudah pernikahan 1.

Mengadakan pembinaan/pendampingan berkelanjut-an sesudah perkawinan, antara lain, rekoleksi/retret keluarga, pembaruan janji nikah.

2.

Komisi Keluarga KAM menyediakan buku tuntunan sebagai bantuan untuk mengatasi masalah-masalah perkawinan.

3.

Mendirikan konseling keluarga di paroki.

4.

Seksi Keluarga Paroki menganimasi keluarga-keluarga melalui kunjungan keluarga, dan mendampingi keluargakeluarga bermasalah.

5.

Komisi Keluarga menyediakan buku pedoman perkawinan yang wajib dibaca pasangan yang baru menikah.

6.

Mengadakan penyegaran tentang hakekat hidup perkawinan setiap 5 tahun.

7.

Mengadakan pebinaan lanjut bagi keluarga usia perkawinan balita. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

141


ďƒ˜

Oleh Keluarga: 1.

Orangtua memberi teladan dan pemahaman tentang hidup berkeluarga kepada anaknya.

2.

Menanggapi/mengikuti pembinaan yang diselengga-rakan oleh Gereja, misalnya kegiatan pasutri, Choice.

3.

Membiasakan berdoa bersama secara teratur dalam keluarga.

4.

Membiasakan budaya makan bersama dalam keluarga.

5.

Mengadakan rekreasi bersama anggota keluarga Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

142


99 KELUARGA KATOLIK DAN MASYARAKAT SEKITARNYA (TOPIK 4)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

143


Oleh Gereja:

ďƒ˜ 1.

Menerbitkan buku pegangan mengenai:

2.

Inti iman Katolik (bdk. Sungkun-sungkun 100)

3.

Simbol-simbol yang umum dalam Gereja Katolik

4.

Menyediakan buku doa yang dapat digunakan dalam keluarga, seperti syukuran, Natal, menyambut tahun baru.

5.

Mengadakan seminar tentang kemasyarakatan.

6.

Memupuk kehidupan doa bagi keluarga.

7.

Memberi kotbah/homili yang membekali keluarga dalam hidup bermasyarakat.

8.

Terlibat aktif dalam kegiatan ekumene, seraya menghormati pemeluk agama lain.

9.

Membekali umat agar terlibat aktif dalam penang-gulangan penyakit masyarakat (seperti judi, narkoba).

10.

Menggagasi dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan bersama pada masyarakat yang sifatnya demi kepentingan bersama, misalnya sosialisasi bahaya narkoba.

11.

Mendorong OMK untuk terbuka bekerja sama dengan kelompok lain di tengah masyarakat.

12.

Membekali umat dengan ajaran Gereja agar memiliki militansi kekatolikan sehingga teguh berhadapan dengan ajaran Gereja lain.

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

144


ďƒ˜

Oleh Keluarga: 1.

Secara tepat menggunakan simbol atau lambang khas Katolik (seperti Rosario, patung Maria, patung Keluarga Kudus, gambar Uskup, air suci, Kitab Suci).

2.

Berdoa dan mencipta suasana rumah selaras dengan perjalanan Tahun Liturgi.

3.

Membiasakan budaya makan bersama dalam keluarga.

4.

Membiasakan doa bersama dalam keluarga.

5.

Rekreasi bersama anggota keluarga.

6.

Menciptakan suasana akrab dalam rumah. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

145


100 KOMUNIKASI DAN KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA (TOPIK 5)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

146


ďƒ˜

Oleh Gereja:

1.

Menganimasi keluarga-keluarga agar membuat doa bersama di dalam keluarga.

2.

Memasukkan bahan “komunikasi� sebagai salah satu materi KPP.

3.

Meningkatkan kemampuan berkomunikasi di dalam keluarga dengan pembinaan/ pendampingan berjen-jang.

4.

Memberdayakan Seksi Keluarga Paroki untuk mendampingi keluarga-keluarga bermasalah.

5.

Pada masa Prapaska, paroki membuat rekoleksi/retret keluarga di lingkungan-lingkungan.

6.

Membuka pelayanan pengakuan dosa secara teratur kepada keluarga-keluarga.

7.

Setiap bulan mendoakan pasangan-pasangan suami-istri yang berulangtahun perkawinan pada bulan yang sama.

8.

Bina iman keluarga secara rutin sekali setahun pada Minggu Keluarga KAM. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

147


ďƒ˜ Oleh

Keluarga:

1.

Membuat jadwal kebersamaan keluarga dan setia pada jadwal tersebut.

2.

Orangtua memberi berkat kepada anak-anak sebelum tidur.

3.

Membiasakan budaya “permisi� di antara anggota keluarga setiap kali meninggalkan rumah.

4.

Mengapresiasi keberhasilan anggota keluarga dengan perayaan yang sesuai sambil digunakan untuk berkomunikasi.

5.

Keluarga merayakan Pesta Keluarga Kudus Nasaret.

6.

Keluarga merayakan hari ulang tahun perkawinan.

7.

Mengadakan rekreasi keluarga secara rutin.

8.

Menanamkan doa bersama sebagai keluarga.

9.

Sebelum atau sesudah makan bersama dibacakan ayat/kutipan Kitab Suci. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

148


101 KELUARGA DALAM TANTANGAN PERUBAHAN ZAMAN (TOPIK 6)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

149


ďƒ˜ Oleh

Gereja:

1.

Mengadakan pembinaan-pembinaan keluarga agar siap menghadapi perubahan zaman dalam terang iman.

2.

Menanamkan nilai-nilai tradisional yang positif ke dalam keluarga.

3.

Menyiapkan keluarga-keluarga agar tanggap terhadap lingkungan.

4.

Memberdayakan Seksi Keluarga Paroki agar mampu mendampingi keluarga-keluarga menghadapi dampak globalisasi.

5.

Seksi Keluarga Paroki mendampingi keluarga-keluarga bermasalah, dan keluarga kawin muda, melalui aneka pertemuan.

6.

Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) diagendakan di parokiparoki untuk keluarga Katolik.

7.

Memberi informasi akurat tentang seluk-beluk teknologi informasi sehingga umat menggunakannya untuk kebaikan keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

150


ďƒ˜ Oleh

Keluarga:

1.

Mengembangkan nilai-nilai hidup bersama (misalnya saling menolong, menghormati, mendukung).

2.

Orangtua menggunakan sarana komunikasi dengan tepat untuk kebaikan keluarga.

3.

Pola hidup orangtua, khususnya bapak, menjadi anutan bagi anak-anak menghadapi tantangan peru-bahan zaman.

4.

Meningkatkan pertemuan keluarga untuk berbagi informasi dan membentengi diri dari sekularisasi serta berbagai ekses negatif perubahan zaman.

5.

Sehari dalam sepekan tidak menggunakan alat komunikasi, kecuali dalam keadaan darurat.

6.

Membuat grup keluarga di WA (WhatsApp).

7.

Saat makan bersama, keluarga tidak menggunakan alat komunikasi.

8.

Mengikuti pembinaan-pembinanan, misalnya dengan retret pria sejati; retret wanita bijak. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

151


102 PERAN ORANGTUA DALAM KELUARGA (TOPIK 7)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

152


Oleh Gereja: 1.

“Peranan Orangtua sebagai Guru, Imam, dan Gembala dalam Keluarga” dimasukkan menjadi salah satu materi KPP.

2.

Pastoral Keluarga dijadikan sebagai salah satu prioritas pastoral di KAM.

3.

Menyelenggarakan diklat, baik untuk para orangtua maupun katekis dan pengurus lingkungan/stasi, mengenai peran orangtua sebagai guru, imam, dan gembala.

4.

Membekali Seksi Keluarga Stasi agar proaktif mengidentifikasi keluarga Katolik yang bermasalah.

5.

Memotivasi para pembina pastoral keluarga untuk “terjun” ke lingkungan memberikan penjelasan yang dapat menjelaskan peran luhur orangtua dalam keluarga Katolik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

153


ďƒ˜

Oleh Keluarga: Orangtua mengintensifkan komunikasi personal di antara mereka untuk mendidik anak dalam keluarga. 2. Orangtua menampilkan diri sebagai pribadi teladan yang berintegritas. 3. Orangtua aktif dan membuka diri untuk kegiatan Gereja. 4. Menjadwalkan kunjungan ke tempattempat wisata rohani sekaligus sebagai rekreasi keluarga. 5. Merayakan bersama ulang tahun kelahiran setiap anggota keluarga. 1.

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

154


103 EKONOMI KELUARGA (TOPIK 8)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

155


ďƒ˜

Oleh Gereja: 1. Memberdayakan Seksi PSE setiap paroki dengan program yang jelas, bekerja sama dengan PSE KAM. 2. Seksi PSE mencari jalan agar dapat turut menentukan harga hasil pertanian umat. 3. Seksi PSE Paroki mendirikan CU dengan modal yang memadai sehingga dapat: 4. menampung hasil pertanian umat; 5. melakukan pelatihan/kursus berkelanjutan; 6. mengembangkan usaha-usaha kreatif keluarga (home industry), budidaya kopi, durian dan kemiri. 7. Seksi Keluarga melakukan pembinaan tentang penataan keuangan keluarga. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

156


Memasukkan topik “Penataan Keuangan Keluarga� sebagai salah satu materi KPP. 9. Gereja menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk penertiban berbagai penyakit masyarakat. 10. Yayasan Caritas PSE KAM membangun jejaring pasar hasil pertanian umat, bekerja sama dengan seksiseksi PSE Paroki. 11. Seksi PSE Paroki mengelola dana APP untuk kesejahteraan umat. 12. Mengoptimalkan gerakan PSE, seperti meningkatkan penyuluhan pertanian. 13. Menggerakkan kesadaran keluarga terhadap cinta lingkungan. 14. Menggerakkan kursus-kursus kewirausahaan keluarga. 8.

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

157


ďƒ˜

Oleh Keluarga: 1. 2. 3.

4. 5. 6.

Menumbuhkan budaya menabung dalam keluarga. Keluarga menjadi anggota CU. Membuka diri untuk ikut dalam pembinaan/ penyulu-han yang dilaksanakan oleh paroki, dan pemerintah. Menumbuhkan ekonomi kreatif di tengah keluarga, home industry. Berpartisipasi dalam merawat lingkungan hidup seturut keadaan. Dengan pengetahuan baru, berani memulai dan bertekun pada usaha baru yang menguntungkan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

158


104 KELUARGA KATOLIK DENGAN BUDAYA-ADAT, DAN AGAMA (TOPIK 9)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

159


ďƒ˜ Oleh 1.

2. 3.

4. 5.

Gereja:

Menciptakan bahan katekese tentang iman Katolik berhadapan dengan budaya dan agama lain. Membentuk tim katekese yang trampil membawakan bahan katekese yang tersedia. Mengupayakan penyadaran akan adanya nilai-nilai budaya-adat yang bersesuaian dan yang bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik. Melakukan kegiatan-kegiatan gerejawi yang menjawab kebutuhan dasariah umat. Membekali keluarga-keluarga umat dengan paham tentang kelima tugas Gereja dan melihat kaitannya dengan budaya-adat. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

160


ďƒ˜

6.

Pendidikan iman sejak usia dini yang menjadikan anak militan berdasar pada tradisi sejati katolik.

7.

Melakukan dialog yang dinamis dengan budayaadat, agama lain, berdasarkan iman Katolik.

Oleh Keluarga: 1.

Orangtua mendukung program tentang pendidikan iman anak sejak usia dini dalam upayanya menanamkan ajaran-ajaran kekatolikan.

2.

Keberanian semua pihak keluar dari mentalitas paternalistik dan menghayati keluarga sebagai satu tim dalam semangat pelayanan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

161


105 PENDAMPINGAN ANAK DAN REMAJA (TOPIK 10)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

162


ďƒ˜

Oleh Gereja: 1.

Meningkatkan kegiatan para pelayan altar, khususnya laki-laki.

2.

Setiap paroki mengkondisikan pastoran sebagai tempat berkumpul para remaja dengan aneka kegiatan yang diminati dan sesuai dengan mereka.

3.

Meningkatkan komitmen pembinaan iman terhadap anak-anak dan remaja.

4.

Memperhatikan anak-anak yang sekolah di sekolah negeri (lewat kehadiran pastor/petugas pastoral minimal sekali sebulan). Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

163


ďƒ˜

Oleh Keluarga: 1.

Orangtua memposisikan diri sebagai idola (panutan) dalam keluarga.

2.

Orangtua bersedia meng-update diri.

3.

Orangtua mendukung pelaksanaan kegiatan orang muda di parokinya.

4.

Membuat/menyepakati hari tertentu setiap pekan sebagai hari bekerja bersama/gotong royong semua anggota keluarga.

5.

Orangtua berani menghargai (dalam bentuk hadiah) anak yang menonjol dalam etika, (misalnya kepedulian, kesabaran, sikap mencinta).

6.

Memberi tugas bagi setiap anak sesuai usia dan kemampuannya.

7.

Orangtua mendampingi dan mengarahkan anak, menjadi “teman� bagi anak, meluangkan waktu yang cukup bersama anak. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

164


106 SEKSUALITAS DALAM KELUARGA (TOPIK 11)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

165


Oleh Gereja: 1.

Topik “Seksualitas” secara luas dijadikan sebagai salah satu materi KPP dalam kaitan dengan perkawinan Katolik.

2.

Menjelaskan keluhuran seksualitas seturut paham Gereja.

3.

Menyediakan buku tentang pendidikan Seksualitas.

4.

Memiliki tenaga ahli sehubungan dengan materi Seksualitas dalam keluarga.

5.

Menyediakan “Ruang Konsultasi” di paroki khusus tentang Seksualitas dan Perkawinan.

6.

Menyelenggarakan pembinaan tentang Seksualitas dan Perkawinan kepada keluarga muda, OMK dan remaja.

7.

Memberdayakan Komisi Keluarga KAM dalam hal infrastruktur dan personalia agar tepat guna dalam menyajikan materi-materi sehubungan dengan Seksualitas dan Keluarga Katolik. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

166


Oleh Keluarga: 1.

Orangtua memberikan pendidikan seksualitas yang baik dan benar kepada anak-anakya dengan cara yang tepat.

2.

Orangtua menekankan bahwa seksualitas itu adalah anugerah Allah yang pantas disyukuri.

3.

Keluarga menyediakan waktu untuk kebersamaan yang saling menghargai sebagi laki-laki dan perempuan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

167


107 KELUARGA INTI DENGAN KELUARGA BESAR (TOPIK 12)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

168


ďƒ˜ Oleh 1.

2. 3.

4. 5.

Gereja:

Pokok “Membangun Relasi Keluarga Intidan Keluarga Besar� dimasukkan menjadi salah satu materi KPP. Membiasakan adanya Misa bagi seluruh keluarga besar. Membuat buku panduan keluarga Katolik yang salah satu isinya memuat hal-hal mengenai hubungan kekerabatan dalam keluarga besar. Memfasilitasi sharing antar-pasutri tetang hubungan dengan keluarga besar. Membina keluarga-keluarga yang berusia lanjut (punya cucu) agar tidak mengintervensi keluarga anaknya. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

169


ďƒ˜ Oleh

Keluarga: 1. Berbicara dengan keluarga besar agar mengakui otonomi keluarga inti. 2. Keluarga inti berbicara bersama tentang keuangan dalam hubungan dengan keluarga besar. 3. Menanamkan rasa hormat terhadap orangtua. 4. Menyelengarakan arisan keluarga besar. 5. Membangun kehangatan hubungan di dalam keluarga inti, misalnya saling memberi apresiasi antara suami-istri, orangtua-anak. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

170


108 KELUARGA: SEKOLAH PERDANA BAGI PANGGILAN IMAM DAN LHB (TOPIK 13)

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

171


Anggota Sinode belum sempat memproposalkan program untuk topik ini dalam pertemuan terakhir karena merupakan topik yang datang kemudian dari sejumlah anggota.

Oleh karena itu, PPS mengajukan proposal dalam bentuk beberapa pertanyaan yang dapat juga dikembangkan. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

172


Oleh Gereja/Tarekat: 1.

Bagaimana membantu agar tercipta suasana religius di dalam keluarga-keluarga Katolik?

2.

Bagaimana diupayakan agar keluarga-keluarga semakin tertarik dan berminat membicarakan panggilan imam dan religius?

3.

Bagaimana diupayakan agar keluarga-keluarga Katolik menghayati dirinya sebagai rahim kehidupan?

4.

Apa peran yang dapat dilakukan oleh imam dan anggota LHB, sesuai dengan karismanya, untuk terlibat dalam kehidupan keluarga? Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

173


Oleh Keluarga: 1.

Apa upaya keluarga menciptakan suasana religius di rumahnya?

2.

Apa yang perlu dibuat oleh keluarga agar sungguh menjadi rahim kehidupan?

3.

Apa yang dapat dilakukan keluargakeluarga sebagai kontribusi mendukung panggilan imam dan religius? Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

174


PENUTUP Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

175


109 Masalah-masalah keluarga dan refleksi atasnya yang dirangkum dan diketengahkan dalam Lineamenta ini, merupakan hasil buah perjalanan bersama yang saling mendengarkan di antara para anggota Sinode dalam panduan PPS.

Hasil buah ini belum dimaksud sebagai usulan kepada Uskup Agung Medan,

melainkan masih akan didalami lebih lanjut oleh semua kalangan di KAM, khususnya oleh para anggota Sinode.

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

176


110 ďƒ˜

Perhatian mendalam yang melahirkan buah-buah pikiran dan permenungan baru, kiranya akan dapat mematangkan proposal-proposal sementara yang terdapat di dalam Lineamenta ini.

ďƒ˜

Semua ini akan berguna bagi pencarian jalan-jalan yang efektif untuk pastoral keluarga di KAM.

ďƒ˜

Dengan itulah realitas faktual keluarga Katolik dimungkinkan semakin mendekati idealisme Gereja untuk upaya perwujudan keluarga-keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil di keuskupan ini. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

177


TANGGAPAN KONSTRUKTIF DARI SEMUA PIHAK DI KAM DISAMPAIKAN KE SEKRETARIAT SINODE VI KAM PADA JULI 2016. SEMUA ITU AKAN MENGAYAKAN PERSIAPAN UNTUK MENYUSUN INSTRUMENTUM LABORIS, BAHAN KERJA UTAMA SINODE VI KAM.

Sekretariat Sinode VI KAM Pusat Pembinaan Umat Keuskupan Agung Medan Jl. Medan, Simpang Karangsari RT 1/RW 01 Desa Tambun Nabolon, Pematangsiantar

PANITIA PERSIAPAN SINODE VI KAM RP Emmanuel J Sembiring OFMCap (Ketua) | RD Sebastianus Eka BS (Wakil Ketua), Wilopo Hutapea (Sekretaris) | Sr. Henrika Gultom KSSY (Bendahara) Anggota: RP Yoseph LS Pandia OFMConv. RP Harold Harianja OFMCap, RP Michael Manurung OFMCap, Yosafat N Sitepu, Albert Sinaga, Kosmen Sitanggang, Sinta Mauly Agnes Tamba, Sr. Yosephine Purba KYM, RP Octavianus Situngkir OFMCap, RP Kosman P Sianturi OSC, RP Herman Nainggolan OFMCap. Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

178


TERIMAKASIH Mejuah-juah | Diateitupa | Njuah-juah | Ya’ahowu

Keluarga Katolik sebagai Gereja Kecil

179


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.