%(5%$*, .(08/,$$1 +,'83
.HPEDOL 0HVUD GL 5DQMDQJ
0HQJJDGDLNDQ 'LUL .HSDGD $OODK GHQJDQ 6HNRODK *HUDWLV
5DKDVLD 6XNVHV +DÀG] 7HUNHFLO GL 'XQLD
’ºËîÌĹ
08/,$ _%(*,1, 3$5(17,1* <$1* %(1$5 _ $35,/ 5$-$%
:TÄ©Â&#x2019;îĻÃ&#x2039;î» <$1*
Â&#x2019;îTÄ©
ZZZ EPK RU LG
(7903 9(1()
SALAM
D
DIALOG DENGAN ANAK
i antara bukti kesempurnaan Islam adalah mengatur bagaimana interaksi ideal antara orang tua dengan anak, terkhusus pihak ayah dalam mendidik anak. Nabi Ibrahim adalah sosok ayah yang mampu berdialog dengan putranya Ismail dengan sangat dekat. Bahkan, komunikasi di antara keduanya, bukan lagi sebatas pada hal teknis dan cita-cita. Tetapi sangat luar biasa, yakni ketaatan kepada Allah. Demikian pula dengan Nabi Yaâ&#x20AC;&#x2122;kub dengan putranya Yusuf. Beliau sangat dekat, bahkan begitu dekatnya. Dialog di antara keduanya sudah menyangkut hal-hal mendasar tentang bagaimana mampu menjaga diri untuk tetap istiqomah di
dalam menjalankan perintah Allah Taâ&#x20AC;&#x2122;ala, kala dalam sulit maupun bahagia. Sedangkan melalui Luqman Al-Hakim, Islam menunjukkan hal-hal mendasar yang harus diajarkan orang tua, terutama ayah, kepada putra-putrinya dengan statusnya sebagai hamba dan khalifah Allah. Bukan saja sebatas disiplin shalat, tetapi juga siap sabar dan melakukan amar maâ&#x20AC;&#x2122;ruf nahi munkar. Realitas sejarah di atas memberikan satu pemahaman bahwa idealnya orang tua, terutama ayah, harus dekat dengan buah hatinya. Logikanya sederhana, bagaimana
anak akan bisa diajak dialog tanpa ada kedekatan secara emosi dengan orang tuanya? Dengan demikian, mendidik anak bukan sebatas pada kemana kita menyekolahkan anak dan apa yang kita berikan kepada mereka dalam bentuk materi. Tetapi adalah kedekatan batin dengan orang tua agar mulai sekarang mereka sadar bahwa dalam hidup ini urusan yang paling utama dan pertama adalah iman dan takwa kepada-Nya. Tentu saja semua itu bermula dari tradisi dialog yang ideal antara orang tua dengan sang buah hati.*/Imam Nawawi
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
3
DAFTAR ISI
24
3
SALAM
6
SURAT PEMBACA
EDUKASI Anak Mencintai Sesuatu yang Paling Sering Dilihat
28
JENDELA Saat Parenting Menjadi Industri
15
SOSOK Miftahul Khoiriah, Menggadaikan Diri Kepada Allah dengan Sekolah Geratis
18
KELAMBU Menjalin Kemesraan dengan Posisi Tidur
20
KOMIK
22
CERITA Menjaga Kebun dengan Syukur dan Sedekah
4 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
ADAB Memanggil
26
MAJELIS KELUARGA Jadilah Ulul Albab
8
50
KOLOM IBU Hikmah Pendidikan “Keras” Karena Allah
32
SAKINAH Jangan Remehkan Kebutuhan Jiwa dan Biologis Istri
36
RUANG UTAMA Tak Menyayangi Maka Tidak Disayangi
46
SERBA-SERBI Wanita-wanita Pejuang Palestina
48
FIQIH Zakat Penjualan Rumah dan Barang berharga
52
RIHLAH Menjadikan Wisata Sejarah Terasa Lebih Nyata
55
ISLAM PESONA Ibn Khaldun, Ahli Kemasyarakatan Dunia
62
MUTIARA Mengagungkan Allah dengan Benar
64
QUOTE
66
FIGURA
DAFTAR ISI
68
KHAZANAH Menganal Asal Mula Kubah Masjid
70
DUNIA ISLAM Saudi Hadirkan Institut Bahasa Arab di Tiga Kota
73
TAHFIDZUL QURAN Rahasia Tabarok Al Termuda Dunia
80
SINERGI Membangun Kemandirian Yatim Dhuafa Melalui Bibit kambing
82
AKSI Paket Sembako dan Layanan Pengobatan Thibbun Nabawi Korban Banjir NTB
84
KIPRAH Kembangkan Program Literasi , Bantu Buku Untuk Santri
86
DEDIKASI Serikandi Syariah Serahkan Armada
88
LIPUTAN Jambore Nasional Pandu Hidayatullah
90
PROGRAM BMH Beri Beasiswa 31.682 Siswa
92
MUZAKKI
93 DOA
94
INSPIRASI Mendahulukan Ibu Memudahkan Segala Urusan
96
KREASI Hiasan Dinding
SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab : Supendi S. Pengarah : Rama Wijaya, Pemred : Imam Nawawi Sidang Redaksi : Bambang S. Khairul Hibri, Cholis A. Imam N. Kontributor : Siraj, Abd. Syakur, Sahlah, Ibnu Sumari, Abu Falah, Desain : Mustain Al Haq. Iklan : Yanto Percetakan : Lentera Jaya Madina Alamat Redaksi : Jakarta : Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax. 021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh. or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail. com SMS/WA. +62 822-3057-5647
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
5
SURAT PEMBACA
MUSLIM SEJATI PANTANG SEBAR HOAX
S
eiring dengan kencangnya laju arus tekhnologi dan informasi seperti saat ini, bersamaan dengan itu, penyebaran berita-berita hoax (palsu) kian gencar. Berbagai ragam motif melatarbelakanginya, terutama isu politik dan agama. Sebagai orang beriman, seyogianya tidak terbawa arus nan demikian. Sebab, Islam memiliki aturan main dalam menyebarkan sebuah berita. Dilarang keras kaum muslimin untuk gegabah menyebar berita yang didapat. Bahkan mengecap pelakunya sebagai pendusta, sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim; â&#x20AC;&#x153;Cukuplah seseorang dikatakan berdusta bila menceritakan segala hal yang didengar,â&#x20AC;? Setidaknya, terdapat dua patokan bagi seorang muslim untuk menyebarkan berita; Pertama; memastikan bahwa berita itu bukan hoax. Untuk itu, melakukan cek dan ricek akan akurasi kebenaran berita (tabayyun) menjadi keniscayaan. Yang kedua; diperkirakan, sejauh mana berita tersebut akan memberi kemaslahatan bagi ummat. Kalau dipandang sebuah berita yang kita dapat berpotensi membuat caos/kegaduhan di masyarakat, maka abaikan saja, meski keakurasiannya sangat kuat. Abu Sayyidah | Tuban, Jawa Timur
PENTINGNYA BERINVESTASI UNTUK ANAK
A
nak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan diarahkan perkembangannya, demi masa depannya dan masa depan bangsa yang lebih baik. Bagi sebuah bangsa, anak adalah generasi penerus. Itu artinya, nasib baikburuk suatu bangsa ditentukan oleh kualitas mereka. Atas dasar itu, hendaknya pemerintah dan orangtua harus berinvestasi pada anak anak semaksimal mungkin. Salah satu bidang yang harus menjadi garapan utama ialah pendidikan. Tekhnisnya, misal dengan memberikan beasiswa pendidikan gratis untuk anak-anak sebanyak mungkin, sehingga mereka bisa mengenyam pendidikan tanpa harus memikirkan kendala biaya. Dan yang labih urgen dari itu, membekali mereka dengan ilmu agama yang kuat agar anak anak di masa depan menjadi manusia yang berakhlak, berpendidikan dan berguna bagi nusa dan bangsa yang membawa pada masa depan bangsa yang cerah. Semoga anak-anak Indonesia mendapatkan Pendidikan yang layak dan tidak ada lagi yang putus sekolah, demi masa depan Indonesia lebih maju dan bermartabat. Amiin... Abdul Aziz Duwe | Situbondo, Jawa Timur
6 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
JENDELA UTAMA
SAAT PARENTING MENJADI INDUSTRI
S
ekarang ilmu parenting sudah menjadi industri. Dulu, saat para ulama menjadi tuntunan hidup, bila keluargakeluarga Muslim datang meminta nasihat tidak membutuhkan uang. Maka orangtua tidak harus bersusah payah mengumpulkan biaya besar.
8 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
Sekarang, bila orangtua cemas karena prestasi anak disekolah jelek, mereka harus mengumpulkan uang agar bisa ikut kursus parenting. Dalam banyak kasus, kursus-kursus seperti itu adalah komoditi berbagai orang atau lembaga
yang memahami betul kecemasan orangtua kalau-kalau anak mereka tidak “tumbuh maksimal” dan karenanya mau membayar mahal demi mendapatkan expertise mereka. Bahkan, para parenting experts seringkali menjadi “dewa” pemberi solusi yang jasanya harus dibayar mahal.
JENDELA UTAMA
Begini Parenting yang Benar Melindungi Fitrah Anak Allah membekali setiap anak yang lahir dengan fitrah untuk tidak menyekutukan Allah dan menjadi seorang Muslim. Bukan itu saja. Allah juga menyediakan semua perangkat keras dan lunak untuk memastikan selamatnya anak kita dari api neraka dengan tuntunan al Quran dan as Sunnah, dengan mekanisme perlindungan melalui shalat dan ibadah lainnya. Bila kursus parenting yang hendak kita pilih itu membantu kita mendidik anak menjadi hamba Allah yang ikhlas, maka mari kita pilih kursus itu. Hindari kursus parenting yang mengajarkan anak, misalnya, menjadi pede sehingga berani ikut dalam berbagai lomba modeling atau talent scout penyanyi. Jangan memilih kursus parenting yang menjadi
anak begitu pede berani tampil dalam lombalomba selfie tanpa jilbab.
Menjadikan Allah sebagai Satusatunya Sumber Kekuatan dan Pertolongan Jangan dekati kursus atau nasihat parenting yang menjadikan orangtua sebagai â&#x20AC;&#x153;dewaâ&#x20AC;? yang penuh kekuasaan dan kekuatan. Jauhi kursus yang menjadikan kita merasa bahwa nasib dan keberhasilan anak ada di tangan kita. Sebaliknya, pilihlah nasihat dan kursus parenting yang menjadikan kita menyadari betapa sangat lemah dan bodohnya kita sebagai ayah dan ibu â&#x20AC;&#x201C;kalau tidak dengan pertolongan dan kekuatan dari Allah. Pilihlah nasihat dan kursus parenting yang mengingatkan kita bahwa si kecil tidak tumbuh besar, pandai berjalan, bicara, dan
belajar, kalau bukan karena izin Allah. Dengan demikian, kita harus selalu meminta dan berdoa kepada Allah agar memberikan semua itu kepada anak kita. Memang benar Rasulullah SAW bersabda, setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan berpulang kepada orangtuanya untuk menjadikannya hamba yang taat atau pembangkang kepada Allah. Namun, itu tidak sama dengan teori tabula rasa dari John Locke yang menjadikan orangtua sebagai satusatunya pemegang pena yang menulis di atas kertas putih, yaitu si anak. Allah melengkapi seorang anak dengan potensi menjadi seorang penguasa dan pengendali bumiNya â&#x20AC;&#x201C;menjadi Khalifatullah fil ardh. Tugas orangtua adalah menjaga agar anak tumbuh sesuai dengan keinginan dan keridhaan Allah, |MULIA
April 2017/Rajab 1438
9
JENDELA UTAMA seraya terus berdoa dan meminta kekuatan dan pertolongan hanya dari Allah.
Al Quran sebagai Rujukan Utama dan Rasulullah sebagai Teladan Utama Tradisi pendidikan dalam Islam menjadikan al Quran, Asma’ul Husna, serta as Sunnah seagai fondasi pengasuhan anak. Di masa Rasulullah SAW, lalu di masa sahabat kemudian diikuti dengan masa tabi’in dan tabi’at-tabi’in seorang anak yang baru lahir disambut dengan tuntunan. Mereka ditahnikan, diaqiqahkan, disusui, dibiasakan mendengarkan dan menghafalkan Asma’ul Husna diikuti dengan al Quran.
Bila ada pengajar kursus parenting tidak menjadikan al Quran dan an Sunnah sebagai rujukan utama materi kursusnya, maka untuk apa diikuti? Misalnya, kalau seorang guru kursus tidak menganggap penting mendidik anak dalam hal makan, minum, belajar, bermain sesuai dengan tuntunan Rasulullah, maka apakah masih bisa kita jadikan panutan? Ada pakar parenting yang menyuruh kita “terima anak apa adanya karena kita mencintai anak tanpa syarat,” termasuk bila anak makan dengan tangan kiri karena kecenderungannya kidal atau bila anak lakilaki senang mencoba pakaian wanita. Begitukah tuntunan
SUMBER: PIXABAY
10 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
agama kita?
Tidak Mengurangi Kualitas Anak sebagai Khalifah di Muka Bumi Tidak sedikit kursus parenting yang dibuat sangat sempit cakupannya, mungkin maksudnya baik, karena ingin orangtua memusatkan perhatian pada salah satu materi saja. Namun, yang kerap terjadi, focus itu lalu menjadi satusatunya tujuan kursus parenting. Contoh, kursus yang memfokuskan pada bagaimana agar sejak kecil anak pandai berbisnis sehingga menghasilkan banyak uang. Atau kursus yang menjadikan salah satu elemen dalam diri anak, misalnya, kemampuan matematika atau
JENDELA UTAMA apa yang disebut tingkat kecerdasan alias hitungan IQ – sebagai satu-satunya fokus pendidikan“Bagaimana Agar IQ Anak Melesat 20 Point?” Padahal, Allah Yang Mahabijaksana menurunkan seorang anak ke muka bumi tanpa kesalahan sama sekali. Allah berikan kepadanya fitrah dan kemampuan untuk hidup di suatu alam yang sesuai dengan rencana-Nya. Seorang anak yang Allah izinkan lahir di kawasan yang banyak hutan, akan Allah lengkapi dengan kemampuan adaptasi terhadap alamnya. Seorang anak yang Allah izinkan lahir di daerah pantai, akan Allah jadikan terampil dan cerdas membaca kehidupan di tepi pantai pula. Semua jenis potensi dalam diri anak ada sesuai dengan rencana terbaik Allah. Semua merupakan karunia Allah, sekaligus ujian bagi orangtua untuk memberi pendidikan terbaik. Berhati-hati Menggunakan Berbagai Alat Interaksi Antarmanusia Sebagai contoh Hipnosis. Sekarang ini banyak sekali
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
kursus yang diberi nama hypno parenting. Orangtua dilatih untuk menghipnotis anak agar taat melakukan ini dan itu sesuai dengan keinginan orangtua. Begitu mendengar kita “hipnotis”, kita langsung teringat dengan acara-acara televise dimana seseorang dihilangkan keasarannya sehingga melakukan apa saja yang diperintahkan si penghipnotis, termasuk mengakui bahwa misalnya, dia berzina atau pernah mencuri. Apakah ini bisa diterima oleh Islam, sebuah jalan hidup sempurna yang menjadikan kesadaran dan berfungsinya akal sebagai suatu hal yang mulia dan dituntunkan oleh Allah? Kita tahu, Allah mencabut kewajiban agama terhadap seseorang yang tak memiliki kesadaran sempurna, misalnya karena pingsan, koma,
tidur atau sakit jiwa. Seorang yang pingsan atau sakit sehingga koma bahkan tak wajib shalat! Lalu mengapa kita ingin anak kita menurun kesadarannya sehingga menjadi seperti bebek yang menurut apa saja perintah kita? Yang kita inginkan adalah seorang anak yang dengan kesadaran penuh mentaati Allah dan orangtuanya serta meninggalkan dosa dan maksiat. Yang kita inginkan bukan Zombie, tapi seorang anak yang karena takut kepada Allah lalu tidak mau menerima dan berpacaran, menonton film porno atau mencuri. Kita semua orangtua yang penuh dengan keterbasan dan kebodohan. Kita mohonkan terus kepada Allah untuk selalu menolong kita saat melaksanakan perintahNya, yaitu menyelamatkan diri kita dan keluarga kita dari api nerakah.* April 2017/Rajab 1438
|MULIA
11
JENDELA UTAMA
MENDIDIK ANAK CARA NABI
S
ebuah iklan terpampang di jejaring sosial. Bunyinya begini: “Anak Anda susah diatur? Anak anda malas makan dan belajar? Dan segudang masalah terhadap perilaku anak Anda, ikutilah cara mudah ‘menaklukkan’ anak dengan metode Hypno Parenting.” Bagi orangtua, iklan seperti itu pasti menggiurkan. Secara naluri orangtua pasti menginginkan anaknya mudah diarahkan, rajin, penurut, pintar, saleh dan sebagainya. Menjadi umat Islam sesungguhnya amat beruntung dan merupakan karunia terbesar dari Allah. Lewat al Quran dan Sunnah, Allah memberikan panduan lengkap bagi hidup
12 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
manusia. Dari hal besar sampai sesuatu yang dianggap remeh, seperti buang air kecil. Itu semua ada tuntunannya. Tak terkecuali dalam urusan menanamkan akhlaq yang baik pada anak. Jadi, jangan keburu putus asa dengan tergesa-gesa mendaftar kursus parenting macam-macam, apalagi yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Kita kembali saja kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Berikutnya ini beberapa contoh tuntunan mendidik anak berdasarkan al Quran dan as Sunnah yang bisa dijadikan panduan bagi orangtua. MENGAJARKAN BERBAKTI KEPADA
ORANGTUA Mengharapkan anak berbakti kepada orangtua harus diawali dari diri sendiri. Muhammad
Suwaid dalam bukunya Prophetic Parenting, menyebutkan, banyak hadis yang menjelaskan bahwa sikap berbakti orangtua memberikan dampak yang besar terhadap sikap berbakti anak. Karena itu, jika ingin anak-anak berbakti kepada kita, maka kita dituntut (baik ketika masih bujang atau pun sudah menikah) untuk berbakti kepada orangtua. Diriwayatkan al Hakim, Rasulullah bersabda, “Jagalah kehormatan istri orang lain, niscaya istri kalian terjaga kehormatannya.
JENDELA UTAMA Berbaktilah kepada orangtua kalian, niscaya anak-anak kalian berbakti kepada kalian….” Memotivasi Cinta Ilmu Masa kanak-kanak adalah masa belajar. Masa paling subur untuk pembentukan ilmu dan pemikiran. Hal ini sepatutnya mendorong orangtua untuk menganjurkan anak-anak mereka menuntut ilmu dan mencintai para ulama. Diriwayatkan ole ath Thabrani, “Permisalan orang yang menuntut ilmu di masa kecil, seperti pahatan di atas batu dan permisalan orang yang menuntut ilmu di masa tuanya, seperti orang yang menulis di atas air.” Menanamkan Kejujuran Rasulullah memberikan perhatian khusus tentang penanaman perilaku ini kepada diri anak. Beliau menetapkan satu kaedah umum bahwa anak juga manusia yang memiliki hakhak dalam hubungan social sesama manusia. Sehingga orangtua tidak boleh menipu atau membohonginya dengan media dan sarana apapun. Diriwayatkan oleh Abu Dawud,
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
dari Abdullah bin Amir. “Suatu hari ibuku memanggilku, sementara Rasulullah duduk di rumah kami. Dia berkata, ‘Ke marilah aku beri sesuatu.’ Rasulullah bertanya kepadanya, ‘Apa yang ingin kau berikan kepadanya?’ Dia menjawab, ‘Aku akan memberikan buah kurma.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya apabila kau tidak memberikan apa pun itu akan dicatat sebagai suatu dusta.’ Menanamkan Sikap Aman Bersihnya hati dari sifat iri dan dengki merealisasikan keseimbangan jiwa manusia dan membiasakannya mencintai kebaikan. Rasulullah SAW menyeru seorang anak, Anas bin Malik, untuk selalu membersihkan kotoran jiwanya siang dan malam, memaafkan orang yang menyakitinya,
mengosongkan hati dari bisikan setan dan tiupannya di kepala dan jiwa. At Tirmidzi dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Wahai anakku, jika engkau mampu melalui pagi dan sore tanpa ada rasa ingin merugikan orang lain di hatimu, maka lakukanlah. Wahai anakku, itu adalah sunnahku. Barangsiap menghidupkan sunnahku berarti telah mencintaiku. Dan barangsiapa mencintaiku, dia akan bersamaku di surge.” Mengajarkan Salat Memerintahkan anak untuk salat akan lebih mudah dipatuhi jika telah lama ia dibiasakan untuk melakukannya. Dari Ath Tirmidzi Rasulullah bersabda, “Jagalah salat anak-anak kalian dan biasakanlah mereka melakukan kebaikan. Karena kebaikan adalah kebiasaan.” April 2017/Rajab 1438
|MULIA
13
SOSOK
FOTO : ROBIANSYAH/MULIA
Miftahul Khoiriah
‘Menggadaikan Diri’ pada Allah dengan Sekolah Gratis
P
erempuan berseragam dan berkerudung cokelat itu berjalan menelusuri teras sekolah. Jalannya tak normal. Maklum, kaki kirinya harus diamputasi persis 10 cm di bawah lutut, akibat kecelakaan beberapa tahun silam. Peristiwa nahas itu bermula saat ia hendak pergi ke sekolah. Saat itu ia tengah duduk di bangku kelas III SMA. Di perjalanan, temannya yang mengemudi secara mendadak mengambil jalur kanan, untuk menghindari sepeda
motor yang membawa rombong. Tak diduga, di posisi berlawanan ada truk tronton. ‘Bruuaakk!’ Terjadilah tabrakan. Miftahul Khoiriah, nama perempuan itu, terjatuh terlungkup. Kaki kirinya tertindas ban truk. Daging dan pembuluh darahnya rusak. Tersisa sekitar 5%-an saja. “Rekomendasi dokter harus diamputasi. Resikonya bisa membusuk dan menjalar kemana-mana,” terang dokter padanya. Mulanya Miftah, panggilan akrabnya,
menolak. Bayang-bayang masa depan suram menghantuinya. Tapi setelah dibujuk kedua orangtuanya, ia pun menyetujui. Dalam kondisi demikian, yang sangat disyukuri perempuan kelahiran 1989 ini, memiliki keluarga, saudara, teman, dan guru-guru yang baik hati. Mereka senantiasa mendukungnya. Tidak ada yang berubah dari sikap mereka. “Itu menjadi satu faktor peneguh menghadapi musibah,“ akunya dengan wajah |MULIA
April 2017/Rajab 1438
15
SOSOK berseri. Memburu Mimpi Menjadi guru adalah cita-cita utama Miftah. Ia kepincut dengan hadits Nabi yang menyatakan; ada tiga amalan yang pahalanya terus mengalir, meski pelakunya telah tiada, salah satunya ilmu yang bermanfaat. Karenanya, putri pasangan Ruhan dan Sriani, terus bersemangat belajar, meski berstatus tunadaksa. Sang bunda dengan setia menjadi ‘ojek pribadi’ antarjemput ke sekolah yang berjarak kurang lebih 5 KM. Selepas lulus SMA, ia melanjutkan studinya ke perguruan tinggi di Kota Malang. Karena waktu itu masih dibuka program jarak jauh, ia cukup sekali dalam sebulan tandang ke Malang. Selebihnya, pelaksanaan kuliah dilakukan di kota Mojokerto. Aktivitas lainnya, sore hari ia mengajar al-Qur’an di TPQ milik ayahnya. Selain itu, juga membuka bimbingan belajar. Kedua aktivitas ini masih berlanjut sampai sekarang. “Untuk bimbingan belajar, anak-anak membayar semampunya. Ada yang Rp. 5000/ bulan, ada juga yang tidak sama sekali,” ujar sulung tiga bersaudara ini. Ketika Miftah telah duduk kuliah di semester enam, barulah ia
16 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
mencoba mendaftarkan diri mengajar di sekolah, guna mengamalkan ilmu yang sudah didapat. Surat lamaran diantar kemana-mana. Namun status sebagai penderita disabilitas menjadi batu sandungan. Tak satu pun lembaga yang berkenan menerima. Alasan yang dikemukakan nyaris sama; karena belum lulus kuliah, atau belum ada lowongan. Miftah tak patah arang. Ia terus berusaha menemukan lembaga yang siap menerima dirinya sebagai guru. Bahkan secara terangterangan, kepada pengelola ia katakan; siap untuk tidak digaji. Proses pencarian itu masih berlanjut, ketika perempuan asal Dusun Beloh, Trowulan, Mojokerto, telah lulus kuliah dan menikah dengan Djit Hendra. Apa mau dikata, hasilnya sama, nihil. Suatu hari, Miftah berujar kepada sang suami tercinta, “Mas, pokoknya saya ingin mengajar. Saya ingin mengamalkan ilmu saya,” ucap ibu Alexandrria Azzahrah ini. “Kalau begitu, serahkan ijazah S1-nya ke mas,” timpal sang suami. “Buat apa? Mau digadaikan, ya?” selidiknya setengah bercanda. “Iya, mau digadaikan. Tapi kepada Allah,” jawab Djit, yang
justru menambah ketidakmengertian Miftah. Laki-laki berkulit sawo matang itu kemudian meneruskan penjelasannya, kalau memang niat mengajar ikhlas ingin mengamalkan ilmu, tapi terkendala dengan tempat, mengapa tidak mendirikan lembaga sendiri saja. “Kita gratiskan. Niatkan untuk membantu anak-anak yang kurang mampu. Minta pertolongan Allah,” paparnya menirukan perkataan sang suami. Mendengar usul itu, Miftah kaget. Benar-benar tidak ada dalam benaknya ide itu. Ditambah lagi, mereka tidak memiliki modal apapun guna mewujudkannya. Tapi menangkap kuatnya tekat suami, ia pun sepakat dengan gagasan itu. Diputuskanlah mendirikan SMP Islam, menimbang jenjang ini belum ada di sekitar. Langkah-langkah strategis pun disusun, mulai dari mengurusi administrasi hingga menghubungi sahabatsahabat yang siap berjuang bersama-sama. Untuk ruang kelas, meminjam gedung TPQ milik sang ayah. Tak ada harga murah untuk sebuah kesuksesan. Itu pula yang dirasakan pasangan suami-istri ini. Niat tulus dan usaha keras
SOSOK keduanya justru berbuah cibiran dan olok-olok dari beberapa oknum masyarakat. Hal itu mereka dapatkan, ketika tengah mencari murid dengan sistem door to door, keliling kampung. “Paling tahun pertama buka, tahun kedua sudah bubar sekolahnya,” sindir mereka. “Jangan mau menyekolahkan anak di situ. Wong sekolah gak resmi, kok,” provokasi yang lain. Laksana kata pepatah; anjing menggogong kafilah berlalu, perempuan penghobi baca ini tak terpengaruh. Terus bersemangat. Alhamdulillah untuk tahun pertama, mereka bisa mendapatkan murid berjumlah 23 anak. Masuk tahun kedua, terjadi kemasghulan. Pasalnya sekolah belum punya ruangan untuk menampung murid tambahan. Akhirnya, ruang tamu rumah Miftah yang berada di sisi timur gedung TPQ dijadikan ‘kelas darurat.’ Syukur tak lama berselang, pertolongan Allah datang. Berkat ikhtiar dengan mengirim berbagai proposal bantuan ke berbagai institusi negeri dan swasta, ada yang diterima. Akhirnya gedung dua tingkat bisa didirikan di atas tanah wakaf yang diterima dari sang ayah.
Sekarang muridnya telah mencapai 78 siswa/i. Telah meluluskan satu angkatan. Semua mendapat beasiswa yang diambilkan dari dana BOS dan donatur. Sisi lain yang menarik dari sekolah ini; soal mutu. Ditambahkan Djit Hendra, selaku Kepala Sekolah, agar alumninya berdaya, selain mengutamakan pembinaan akhlak, lembaganya telah membangun jaringan dengan berbagai pihak luar, untuk kelanjutan masa depan alumni mereka. “Alhamdulillah, kami telah menjalin kerja sama dengan beberapa sekolah menengah atas, perguruan tinggi, dan perusahaan-perusahaan untuk siap menampung alumni-alumni sekolah kita. Tinggal pengelompokkan sesuai dengan kemampuan,” urai Djit.
Menuai Hikmah “Musibah bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan, boleh jadi musibah adalah anugerah untuk seseorang menjadi lebih hebat,” demikian simpul Miftah terkait dengan apa yang dialaminya. Karena itu pula, sosok yang baru mendapatkan penghargaan dari salah satu acara ‘Talk Show’ TV swasta ini, sangat tidak setuju dan ikut prihatin terhadap sekelompok orang, yang justru ‘memanfaatkan’ kekurangan dirinya untuk dikasihani orang lain, dengan meminta-minta. Padahal kalau mau, ungkapnya, dengan kondisi itu, mereka bisa lebih survive. “Kuncinya ada pada ikhlas dan punya tekat untuk bangkit. Pemahaman terhadap agama yang benar, bisa menjadi penunjang,” tutup alumnus Universitas Wisnu Wardana, Malang ini.*/ Robinsah
FOTO : ROBIANSYAH/MULIA
April 2017/Rajab 1438
|MULIA
17
KELAMBU
MENJALIN KEMESRAAN DENGAN POSISI TIDUR Oleh: Endang Abdurrahman
Ust. Endang Abdurrahman
Pengasuh PP Hidayatullah Bandung-Jabar
Assalamu’alaikum Warahmatullah wabarakatuhu Saya Hasanah (37 tahun), seorang istri dan sudah 10 tahun menjalani masa pernikahan. Anak saya 2 dan suami berusia 40 tahun, bekerja di sebuah kantor swasta. Ustadz, saya memiliki masalah keluarga. Di awal-awal pernikahan, hubungan kami— maaf saya sebut—di ranjang begitu baik
18 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
dan selalu membuat saya merindukannya. Setiap malam adalah waktu yang paling saya nantikan. Kemesraan yang ditunjukkan suami, membuat saya merasa menjadi wanita paling beruntung karena sangat dikagumi suami. Namun seiring kesibukan suami, waktu kami pun banyak tersita untuk pekerjaan. Satu tahun terakhir ini suami sering pulang sampai larut malam. Tidak ada kemesraan yang biasa ditunjukkannya kepada saya. Alasannya selalu lelah dan capek. Saya merasa kesepian dan sering pura-pura tidur, padahal saya menangis. Dampaknya saya sering murung dan tidak karuan. Bagaimana sikap saya agar suami bisa kembali seperti sebelumnya, suami yang penuh gairah, mesra,
dan memanjakan saya. Sekian saja pertanyaan saya, mohon bantuannya. Terima kasih. Hasanah | Purbalingga Wa’alaikum salam Warahmatullah wabarakatuhu Ibu Hasanah yang dirahmati Allah, masa 10 tahun pernikahan adalah waktu yang cukup untuk menjadi dewasa, tidak terkecuali Anda dan suami. Sikap saling mengerti dan saling merawat seharusnya sudah mampu diwujudkan. Anda yang seharihari di rumah bersama anak-anak dengan berbagai aktivitas kesibukan, tentu sudah harus memahami suami yang sehari-harinya berada di kantor untuk bekerja sebagai bentuk tanggung jawab kepala
KELAMBU rumah tangga. Ibu, di bawah ini ada 4 tips â&#x20AC;&#x201C;barangkaliâ&#x20AC;&#x201D; bisa membantu mengembalikan Anda mendapat kehidupan rumah tangga yang pernah ada, dimulai dari tempat tidur. Kehadiran suami yang larut karena seharian bekerja, yang paling dibutuhkannya adalah istirahat. Istirahat yang paling baik adalah tidur. Dan salah satu fungsi dari tidur adalah untuk mengembalikan tenaga. Nah, di sinilah kita sebaiknya bisa mengelola kemesraan melalui posisi tidur, sehingga kualitas istirahat dapat membangkitkan semangat dan gairah kembali yang terpendam sekian lama. Mengapa memperhatikan posisi tidur? Posisi tidur yang baik tidak hanya nyaman, tetapi juga bisa menguatkan ikatan Anda dan suami. Bukankah Anda menginginkan suami kembali bergairah seperti sebelumnya? Maka berazamlah untuk memulainya dari aktivitas sebelum tidur dengan memperhatikan posisi tidur. Pertama, peluklah suami dari belakang, buatlah senyaman mungkin. Posisi ini membawa Anda menunjukkan kepada suami bahwa Anda sangat menginginkan dan mencintainya.
Selain itu, posisi yang seperti ini juga akan membuat Anda lebih puas memeluknya dan sebagai pembuktian bahwa Anda sepenuhnya memiliki suami Anda. Berdoalah agar suami selalu dijaga kesehatannya sehingga dapat bekerja dengan semangat sehingga masalah pekerjaan selalu dapat bisa diselesaikan dengan baik. Kedua, jika Anda ingin merasa nyaman, dicintai, dan terlindungi, Anda bisa meminta kepada suami pada malam selanjutnya untuk melakukan posisi tidur dengan pelukan suami dari belakang Anda. Anda berdua tidur menyamping dan suami Anda memeluk dari belakang. Posisi tidur seperti ini akan membuat suami merasa bahwa dia memiliki Anda, di samping Anda merasa terlindungi. Posisi ini, selain bisa menjaga kemesraan, juga bisa menjaga gairah suami Anda karena saat itu, jemarinya bisa dengan leluasa menyentuh seluruh bagian dari tubuh Anda. Ketiga, buatlah kepala suami bersandar di bahu Anda. Ini merupakan posisi yang dianggap paling nyaman bagi suami. Posisi tubuh Anda terlentang dan
kepala suami berada di bahu Anda. Posisi ini memungkinkan Anda untuk memeluknya dan sekaligus memberikan rasa nyaman dan membuatnya merasa lebih dekat. Cara ini pun sangat efektif untuk memberinya rasa nyaman saat suami sedang kelelahan, bermasalah dan merasa sedih. Yakinlah bahwa suami menganggap kalau tubuh Anda lebih nyaman dari bantal mana pun. Dan biasanya, kesempatan ini sangat efektif untuk bercerita atau berkeluh kesah di antara Anda dan suami. Empat, posisi terakhir adalah Anda dan suami saling berhadapan, saling menatap. Sebab, kontak mata dapat menciptakan kedekatan batin. Selain itu, saling menatap, dengan posisi tidur saling berhadapan, bisa membuat Anda dan suami saling tertarik dan timbul keinginan untuk lebih mesrah dan memberikan keleluasaan untuk mengungkapkan kasih sayang, seperti membelai rambut hingga memberi kecupan selamat tidur dalam doa yang dipanjatkan. Semoga tips ini dapat mengembalikan gairah suami. Sehingga kemesraaan Anda berdua dapat terbangun seperti sebelumnya, bahkan lebih baik lagi. Aamiin. Wallahu aâ&#x20AC;&#x2122;lam.* |MULIA
April 2017/Rajab 1438
19
EDUKASI
September 2016
|MULIA
23
CERITA
SUMBER : NIGHTCHARGES
Menjaga Kebun DENGAN SYUKUR DAN SEDEKAH
A
llah menguji kaum musyrikin Mekah sebagaimana Allah telah menguji pemilik-pemilik kebun zaman dulu. Sang pemberi Rezeki menguji penduduk Mereka dengan menganugerahi mereka nikmat yang banyak untuk mengetahui apakah mereka bersyukur atau tidak. Juga, menguji kita sebagaimana Allah telah menguji para pemilik kebun yang luas dan buah panennya melimpah ruah. Suatu hari pemilik kebun itu bersumpah. Mereka akan memetik hasil kebunnya di pagi hari. Tatkala hari
22 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
masih remang-remang, mereka berupaya agar orang-orang miskin itu tidak mengerumuni hasil panen dan berdiri menanti pembagian sebagian hasil panen sebagaimana dulu mereka terima dari bapak pemilik kebun itu. Ya, dulu bapak pemilik kebun ini adalah seorang kaya yang dermawan. Setiap panen, selalu saja menyisihkan sebagian hasil panen untuk diberikan kepada fakir miskin. Sebagai tanda syukur kepada Allah atas limpahan rezeki. Bersedekah. Orang kaya
dermawan itu telah tiada. Kebunnya diwariskan kepada anak-anaknya. Tetapi kedermawanannya tidak turut terwariskan. Anak-anaknya itu besok akan berpanen. Dan mereka tidak menyisihkan hak fakir miskin sebgaimana kebiasaan ayahnya dulu. Esok hari mereka akan mengendap-endap menuju kebunnya agar orang miskin tidak tahu. Malam itu mereka tidur lelap. Mereka tidur lebih dini dari biasanya. Persiapan badan. Agar tidak bangun kesiangan. Besok panen. Mereka tidur membawa angan, besok akan dapat hasil
CERITA
lebih banyak. Lebih utuh. Tidak terkurangi oleh kerumunan orang-orang miskin itu. Enak saja terima hasilnya padahal tidak turut berkeringat menanamnya. Namun, datanglah ketentuan Allah. Kebun itu diliputi malapetaka ketika mereka sedang tidur terlelap. Jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. Kebun itu terbakar dan tinggallah arang-arangnya yang hitam seperti malam. Di pagi hari mereka panggil-memanggil. “Pergilah di pagi ini kekebunmu jika kamu ingin memetik buahnya” Maka pergilah mereka sambil saling berbisikbisik. “Pada hari ini jangan ada orang miskin masuk kedalam kebunmu.” Maka, berangkatlah mereka pagi itu dengan niat yang bulat: tidak akan memberi bagian kepada orang miskin, meski mereka mampu. Tatkala mereka telah sampai dan melihat kebun itu, mereka berkata: “Aduhai. Kita telah keliru jalan! ini bukan kebun kita. Kebun itu banyak buahnya, kebun ini kok hangus dan hitam legam?” Semuanya terpaku
terdiam. Mereka semua memikirkan apa yang dihadapinya. Lalu muncullah kesadaran mereka. Salah satunya bergumam, “Tidak. Sungguh, kita tidak tersesat. Ini kebun kita. Masya Allah! Kita dicegah Allah untuk panen. Bahkan kita sama sekali tidak mendapat bagian sedikit pun!” Lantas berkatalah orang yang paling baik pikirannya, “Bukankah aku telah katakan, kenapa kalian tidak mau bertasbih? Memahasucikan pemberi rezeki kita? Bersyukur padanya. Inilah yang kita dapat. Habis, habislah bagian kita. Makan kita tak dapat, bersedekahpun tidak kita lakukan,” ucapan ini amat memukul hati.
Mereka mengucapkan, “Subhana Rabbina, sungguh kita adalah orang-orang yang zalim.” Lantas amereka saling mencela. Mereka berkata, “ Aduhai celakalah kita. Kita termasuk oaring-orang yang melampaui batas. Mudah-mudahan Rabb kita memberi ganti lebih baik dari ini semua. Kepada-Nya kita berharap ampunan dan belas kasih.” Seperti itulah azab didunia. Azab yang ditimpakan oleh Allah kepada para pemilik dan pengelola kebun yang serakah. Sementara azab akhirat, sungguh lebih besar lagi andai mereka mengetahui. (Lihat AlQur’an surat al-Qalam ayat 17-33).*
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
23
EDUKASI
Anak Mencintai Sesuatu yang Paling Sering Dilihat Pada anak yang mengalami kecanduan, maka jaringan-jaringan otak akan mengalami gangguan hingga kerusakan
A
da infografis menarik beredar di instagram yang di dalamnya memuat gambar stick play station, smartphone, laptop, dan headset yang bergotong-royong memegang sebuah buku di pundak masingmasing, kemudian di depan mereka telah tersedia sebuah galian mirip kuburan. Bisa ditebak maksudnya, semua perangkat komunikasi dan informasi modern
24 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
telah mengubur buku dari kehidupan umat manusia modern. Dalam kata lain, kini tidak sedikit manusia, termasuk anak-anak kecanduan gadget. Secara ilmiah disebutkan bahwa yang namanya kecanduan adalah sebuah penyakit kronis pada jaringan sistem syaraf otak yang berhubungan dengan penghargaan (reward), motivasi, dan daya ingat (memori). Menurut pakar
neuropsikologi, Ihsan Gumilar, reward adalah sesuatu yang dapat menyebabkan sebuah perilaku terulang lagi di masa depan. Hal ini karena reward menyentuh hal-hal yang bersifat alamiah di dalam tubuh manusia. Sebab reward yang dimaksud dalam hal ini adalah hal yang biasanya bersifat natural untuk memuaskan kebutuhan alamiah manusia. Sebagai contoh, anak
EDUKASI kita lapar dan minta makan. Jika dalam tiga jam kemudian lapar lagi, maka makan adalah rewardnya. Sama halnya dengan kecanduan menggunakan gadget. Bila diri merasa jenuh atau tidak ada yang penting dikerjakan, seseorang akan segera meraih gadgetnya kembali, entah dalam tempo 1 jam, 10 menit, atau bahkan setiap menit. Pada anak atau orang yang mengalami kecanduan, maka jaringan-jaringan pada otak akan mengalami gangguan hingga kerusakan, sehingga otak akan sangat mudah terangsang untuk terus memegang gadget. Bila kecanduan pornografi, maka akan segera masuk ke laman-laman atau apa saja yang berkonten pornografi. Pada akhirnya bisa kita simpulkan, apa yang paling sering dilihat, dipegang, dan dijadikan media interaksi di sekitar orang tua dan anak, akan menjadi penanaman karakter di dalam tumbuh kembang kehidupan, yang mewujud dalam kebiasaan seharihari. Oleh karena itu, sebelum semua terlambat, mari lakukan upaya nyata untuk membentuk keluarga yang cinta ilmu agar
buku tidak dikubur dalam kehidupan.
Meneladani Ulama Kita tentu bertanya di dalam hati, bagaimana Imam AsSuyuthi (991 H) mampu menulis lebih dari 600 karya tulis. Selain itu beliau juga menguasai berbagai disiplin ilmu dan memiliki hafalan lebih dari 200 ribu hadits. Dan, karya terpopulernya di negeri ini adalah Tafsir AlJalalain. Ternyata, jauh sebelum prestasi itu terukir di dalam diri Imam As-Suyuthi, sang ayah telah menyiapkan perpustakaan lengkap dengan berbagai macam kitab untuk buah hatinya itu. Oleh karena itu, sejak kecil Imam AsSuyuthi telah digelari Ibnul Kutub (anak buku), sebab sejak kecil terbiasa bermain dan berinteraksi dengan tumpukan buku. Bahkan kita perlu meneladani sikap Syaikh Badru Al-Alim, ahli hadits di India. Sekalipun sudah renta dan tak mampu lagi membaca, beliau tetap mencarikan kitab untuk anak-anaknya. Beliau berkata, â&#x20AC;&#x153;(Kitabkitab) Itu lebih baik bagi mereka daripada warisan yang berupa harta.â&#x20AC;? Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa apa yang hendak kita inginkan terhadap buah hati kita, tergantung pada apa yang diberikan kepada buah hati. Jika ilmu, anak akan mencintai ilmu. Jika yang lain, maka yang lain itulah kehidupan anakanaknya kelak. Dan, ulama terdahulu tak sekedar berjuang menjadi orang tua bagi putra-putrinya, tetapi sekaligus guru pertama dan utama bagi buah hatinya. Ahli hadits Kamal Al-Ambari memperoleh hadits dari ayahnya. Tajuddin As-Subki mempelajari hadits dari kakeknya, kemudian Taqiyuddin As-Subki juga mengambil hadits dari ayah, kakek, dan seterusnya. Bahkan, di Indonesia ada sosok Buya Hamka yang banyak menyerap ilmu dari sang ayah, Abdul Karim Amrullah, jauh sebelum menimba ilmu dari guru yang lain. Dengan demikian, jadilah orang tua yang siaga. Jangan sekedar nyaman melihat anak tenang dengan gadget di tangan mereka. Berjuanglah agar kita bisa memberikan teladan positif kepada mereka dengan mendekatkan dalam kehidupan mereka, apa yang agama ini perintahkan dan para ulama teladankan.*/ Imam Nawawi |MULIA
April 2017/Rajab 1438
25
MAJELIS KELUARGA
Ulul Albab bukan professor, bukan pengusaha ataau pejabat. Dia yang mengajak anak dan istrinya menapaki Jalan Surga
Jadilah Ulul Albab Oleh: KH. Bahtiar Nasir
pula mendapat seruan masuk surga bersamasama. Sambutan itu adalah buah dari kesabaran setelah mengekang hawa nafsu dan menaklukkan ganasnya fitnah dunia.
Ust. Bachtiar Nasir Direktur Ar Rahman Quranic Learning Center
a
da sebuah golongan yang mendapat sambutan di akhirat untuk merasakan nikmatnya Surga “Adn. Jika sekeluarga masuk dalam golongan ini, maka satu keluarga itu
26 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
َسالَ ٌم َعلَ ْي ُكم بِ َما صبَرْ تُ ْم فَنِ ْع َم ُع ْقبَى َ ار ِ ال َّد
“Selamat sejahtera atas kalian karena kesabaran kalian.Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 24). Selamat bagi kita semua yang istiqamah
menjalani kehidupan ini berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Golongan ini disematkan kepadanya gelar Ulul Albab dalam Al-Qur’an. Ibnu Katsir dalam menafsirkan makna Ulul Albab yaitu mereka yang mengambil nasehat, mengambil suri tauladan, dan memikirkannya sebagai orang yang memiliki akal. Sembilan elemen Ulul Albab dijamin masuk Surga ‘Adn yaitu; orang-orang
MAJELIS KELUARGA
yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian (QS. Ar-Ra’ad [13]:20); orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, mereka takut pada Rabbnya, dan takut pada hisab yang buruk (QS. Ar-Ra’ad [13]: 21); orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabb-nya, mendirikan salat,
hartanya yang Kami berikan pada mereka, secara sembunyisembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, mereka itulah mendapat kesudahan yang baik, (QS. ArRa’ad [13]: 22). Mereka yang memenuhi sembilan kriteria di atas diberikan tempat kesudahan yang baik. Menurut Ibn Katsir, adalah balasan kemenangan di dunia dan akhirat atas kesabaran orang-orang yang beriman.
“Yaitu Surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasanganpasangannya, dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari berbagai pintu”. QS. Ar-Ra’d [13]: 23). Allah memberikan kemuliaan bagi keluarga muslim yang istiqamah di jalan-Nya dengan menyambungkan keluarga mereka di dunia dalam kehidupan yang abadi di akhirat. Mereka diberi fasilitas tinggal di Surga ‘Adn bersama anak, cucu, dan pasangan masingmasing. Karena di dunia mereka tergolong Ulul Albab, yaitu orang yang tidak diperdaya akalnya untuk menjual diri kepada dunia. Ulul Albab bukan profesor yang menjual ilmunya untuk mendapatkan dunia. Bukan pebisnis yang membenarkan perniagaan ribawi untuk mengeruk keuntungan besar. Bukan pejabat atau abdi negara yang suka bermain-main dengan anggaran
demi uang agar bisa membangun rumah atau villa, beli mobil atau mengoleksinya, tetapi dia adalah hamba yang bekerja dan berjuang untuk agamanya.Bukan pula orang kaya raya yang bisa membeli segalanya dengan uang, tetapi mereka yang berniaga dengan Allah Subhanahu Wata’ala melalui jiwa dan hartanya. Lalu mengajak anak dan istrinya menapaki jalan-jalan menuju Surga sesuai ajaran dan tuntunan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.* Penulis pendiri Ar-Rahman Qur’anic Learning Center (AQL)
“
Selamat sejahtera atas kalian karena kesabaran kalian. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 24)
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
27
KOLOM IBU
SUMBER: PublicDomainArchive
Hikmah Pendidikan “Keras” karena Allah
K
ejadian beberapa tahun lalu, rasanya masih berada di depan mata. Waktu yang telah berlalu terasa begitu singkat. Saat itu saya merasakan kegalauan hebat ketika anak gadisku telah memasuki usia baligh, dan akan menamatkan pendidikannya di sekolah menengah pertama. Sebagai seorang ibu saya galau dengan lingkungan tempat tinggal. Pergaulan sebagian anak remaja begitu bebas. Pacaran menjadi hal yang biasabiasa saja, bahkan sering terjadi tindakan perzinaan hingga hamil di luar nikah.
28 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
Oleh: Ummu Rifky
Naudzubillahi mindzalik. Saya mendidik anak perempuan yang boleh dikata begitu keras. Pengawasan dalam hal pergaulannya merupakan hal prinsip. Untuk itu saya harus menjemputnya jika mengerjakan tugas ke rumah temannya atau saat ikut kegiatan ekstra. Sebab, ia harus tetap berada di rumah di malam hari. Sampai salah satu gurunya pernah menyampaikan, anak saya tidak akan berkembang kalau saya memiliki aturan super ketat. Agar pergaulannya tetap terjaga, usai SMU saya pilihkan dia salah satu pondok pesantren
Tahfidzul Qur’an yang berada di Balikpapan. Sebenarnya harapan ke pesantren sudah saya sampaikan menjelang tamat SD. Tapi ia menolak. Kini tawaran itu kembali saya sampaikan. Dia sepakat, tetapi cukup di wilayah Makassar. Saya memberikan pilihan, jika ingin tetap sekolah, maka harus lanjut ke pesantren di Balikpapan – di mana batasan antara laki-laki dan perempuan—jelas terjaga. Meskipun awalnya sedikit ragu, akan tetapi kemudian ia setuju. Dengan niat karena Allah Subhanahu Wata’ala, saya pun
KOLOM IBU mengantarkan putri saya ke pondok pesantren di Balikpapan. Sebelum meninggalkannya di Balikpapan, saya meminta padanya untuk tetap semangat belajar dan menghafalkan al-Qurâ&#x20AC;&#x2122;an, saling mendoakan, dan ia harus menjadi contoh kebaikan bagi adikadiknya. Namun setelah beberapa waktu di pondok dan saat menghadapi liburan, anak saya mengalami kebimbangan. Kali ini ia memiliki keinginan kuat melanjutkan belajar ke pondok Wadi Mubarok di Bogor. Sayapun setuju, namun untuk masuk ke pondok itu ternyata terkendala ketentuan yang tidak bisa terpenuhi. Dalam kondisi seperti itu, anak saya nampak sedikit stres. Sebagai orang tua saya senantiasa mendoakan dan tetap menyemangati semoga ada jalan terbaik untuknya jika bersungguhsungguh di jalan ilmu. Akhirnya ia pun kembali bersemangat dan mengutarakan kalau nantinya sangat berharap bisa belajar ke Madinah. Saya dan suami lantas meyakinkannya untuk tetap menjaga niat baiknya, sambil berdoa agar kami dimudahkan
dalam rezeki agar bisa menyekolahkannya, bahkan hingga S2 sekalipun jika Allah mengizinkan. Suatu ketika saya pernah menanyakan pendapatnya, apakah ada rasa sakit hati dengan cara didikan saya padanya. Ia menjawab, kalau dulu ia sangat sakit hati diperlakukan seperti itu, tetapi sekarang malah bersyukur karena mama telah menjaganya sehingga bisa tetap dalam kebaikan. Memasuki tahun kedua di pesantren Balikpapan, saat semester genap, ia terpilih sebagai salah satu peserta yang akan mengikuti pembelajaran Tahfidz al-Qurâ&#x20AC;&#x2122;an Usia Dini Metode at-Tibyan selama tiga bulan di Pondok Wadi MubarokBogor. Setelah melalui evaluasi, Alhamdulillah ia meraih peringkat ketiga. Namun, memasuki tahun ketiga di pesantren, ternyata jodohpun bersambut. Sebagai orang tua yang memiliki pemahaman bahwa agama menjadi tolak ukur dalam memilih jodoh, dan kami tahu bahwa orangorang yang hidup dalam lingkungan pesantren adalah orang-orang baik, kami sebagai orang tua akhirnya memilih untuk menikahkannya.
Ia pun sepakat untuk mengikuti pernikahan di pesantren pada tahun 2016. Siapapun jodoh yang dipilihkan oleh Allah, maka itulah yang terbaik, meskipun beberapa keluarga menentang keputusan kami, sebab prosesi pernikahan yang sangat jauh berbeda dengan tradisi kehidupan saat ini. Namun, saya dan suami saling menguatkan bahwa ini adalah jalan terbaik yang kita pilih untuk anak kami. Melalui ikhtiar untuk memantapkan keyakinan bahwa jodoh tidak akan pernah tertukar, serta diiringi istikharah, ternyata Allah menjodohkan putri kami dengan seorang pemuda yang sedang menempuh pendidikan di kota Madinah. Alhamdulillah lima bulan pernikahan anak kami, atas izin Allah ia pun berangkat bersama suaminya sebagai thalabul â&#x20AC;&#x2DC;ilm ke Kota Nabi, yaitu Madinatul Munawwaroh. Masya Allah, saya sebagai ibu hanya bisa menangis bahagia ketika mengantarkannya sampai Bandara Jakarta. Sungguh Allah mengabulkan impian putri kami untuk belajar di tempat sebaik-baik tempat belajar, yaitu tempat belajar para shahabiyyah.* |MULIA
April 2017/Rajab 1438S
29
SAKINAH
Jangan Remehkan Kebutuhan Jiwa dan Biologis Istri Istri perlu perhatian, belaian, pujian, senda gurau, jalan-jalan, atau apresiasi positif. Tapi banyak suami yang mengabaikannya
K
ehidupan suami istri diikat oleh sebuah akad atau perjanjian yang kuat (mitsaqan ghalizha). Perjanjian ini tentu mengandung konsekuensi yang tidak ringan bagi kedua pihak. Sebab, akad tersebut berdimensi dunia dan akhirat. Bukan sekadar kontrak sosial yang bersifat duniawi, sebagaimana dipahami orang Barat tentang pernikahan. Kedudukan suami dan istri dalam keluarga adalah subyek sekaligus obyek. Satu sisi seorang suami adalah subyek dengan kewajiban memenuhi hak istri. Na-
32 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
Oleh : Abdul Ghofar Hadi* mun pada sisi lain, suami adalah obyek yang wajib mendapatkan hak yang harus ditunaikan oleh istri. “...Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma’ruf…” (Al-Baqarah [2]: 228). Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jami’ li ahkam al-Qur’an mengatakan, maksud ayat tersebut istri memiliki hak terhadap suaminya, sebagaimana suami juga memiliki hak terhadap istrinya. Jika suami tak maksimal menjalankan kewajibannya, berarti ada hak istri yang tak
terpenuhi. Sebaliknya, ketika istri tidak menunaikan kewajibannya dengan baik, maka suami merasa tidak nyaman dalam berkeluarga lantaran haknya dianggap berkurang. Dalam kehidupan ini, banyak kasus menunjukkan bahwa suami lebih sering mengabaikan hak-hak istri atau tidak menunaikan kewajibannya dengan baik. Inilah sebenarnya pemicu perselisihan yang berujung pada perceraian karena ada hak-hak istri terabaikan. Kebutuhan Lahiriah
SAKINAH Hak istri dikelompokkan menjadi dua jenis, bersifat lahiriah dan batiniah. Lahiriah berwujud materi, seperti pangan, sandang, dan papan. Keperluan ini biasa dikenal sebagai kebutuhan primer atau asasi. Perlu diingat, standar kebahagiaan seseorang bukan dari pencapaian materi yang telah didapatkan semata. Pasalnya, ia hanyalah satu sisi dari kebutuhan manusia dalam keluarga. Dalam hal ini standarnya bukan pada keinginan istri, tapi kemampuan suami. Suami yang baik tentu memberikan yang terbaik kepada istrinya. Sedang istri yang bijak tak akan menuntut pemberian di luar kemampuan suaminya. Sebab mereka berdua tahu, kecukupan materi atau kekayaan itu berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan atau nafsu yang tak terbatas tersebut. Kebutuhan Batiniah Kebutuhan ini terbagi menjadi beberapa bagian: kebutuhan relijius, psikologis, dan biologis. Berbeda dengan materi di atas, ketiga kebutuhan ini tak tampak secara kasat mata. Meski demikian, seyogyanya ia tetap harus diperhatikan. Se-
bab jika tidak dipenuhi, maka kehidupan keluarga akan timpang dan berubah menjadi kurang harmonis. Kebutuhan relijius yaitu kebutuhan spritual. Suami wajib memberikan jalan, fasilitas, dan kondisi yang memungkinan peningkatan keimanan, pemahaman, dan pengamalan keagamaan istri. Pengkondisian suasana rumah sebagai tempat ibadah dan tarbiyah harus menjadi program utama dalam sebuah keluarga Muslim. Jika suami tidak mampu memberikan nasihat dan tausyiah yang baik, ia bisa memfasilitasi istri untuk mengikuti pengajian atau majelis taklim. Kebutuhan psikologis sangat terkait dengan kebutuhan rasa bagi seorang istri. Istri juga memerlukan perhatian, belaian, pujian, senda gurau, jalan-jalan, atau apresiasi-apresiasi positif. Boleh jadi tampak sepele mengikuti acara-acara keluarga yang bersifat non-formal, tapi itu dampaknya sangat luar biasa bagi sang istri. Atau sekadar mengajak ngobrol meskipun tanpa tema yang jelas. Itu semua dapat mendekatkan istri kepada suaminya. Bagi sebagian orang,
kebutuhan biologis menjadi kebutuhan utama yang paling diidamkan dalam berkeluarga. Namun rupanya tak semua istri bisa menikmati keindahan hubungan biologis ini. Karena istri justru hanya ditempatkan sebagai obyek seks saja, padahal sejatinya masing-masing harus merasakan kepuasan biologis yang sama. Tersebutlah dalam sebuah kisah, ada seorang ibu muda beranak dua, telah 10 tahun menikah. Tiba-tiba, tanpa ada sebab dia nekat menggugat cerai suaminya. Suami yang tak tahu masalah, tentu saja jadi bingung. Terlebih selama ini ia merasa sudah memenuhi segala kebutuhan dalam keluarganya. Usai curhat kepada seorang ustadz, ternyata sang istri kecewa berat. Meski punya dua anak dan menjalani sepuluh tahun pernikahan, ia rupanya belum pernah merasakan nikmatnya hubungan suami istri. Inilah perlunya ruang dialog dan keterbukaan, jangan pernah ragu menyampaikan masalah kepada pasangan. * Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan, Kalimantan Timur |MULIA
April 2017/Rajab 1438
33
RUANG UTAMA
Tak MENYAYANGI,
Maka Tidak
DISAYANGI “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (AnNisa’ [4]: 39) Allah Subhanahu Wata’ala telah memberi perintah kepada manusia agar saling menyayangi. Perintah ini bahkan disandingkan dengan sewajib-wajibnya kewajiban, yakni menyembah hanya kepada Allah, dan seharam-haramnya pelanggaran, yaitu perbuatan syirik. Sayangnya, saat ini perintah Allah Subhanahu Wata’ala tersebut banyak terabaikan. Jangankan berkasih sayang kepada pepohonan dan hewan, kepada sesama Muslim pun kerap terjadi permusuhan.
36 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
Perbedaan kelompok, partai, madzhab, dan ikhtilaf dalam masalah saja kita sudah saling membenci, bahkan menyakiti. Padahal, hilangnya sikap kasih sayang hanya lantaran perbedaan-perbedaan tersebut bisa menyebabkan hilangnya rahmat Allah. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia, maka dia tidak disayangi Allah.” (Riwayat Bukhari). Pada kesempatan lain Rasulullah juga bersabda, “Tidak dicabut rahmat kecuali dari (hati) seorang pendurhaka.” (Riwayat Abu Dawud). Tak terbayangkan bila rahmat dan kasih sayang Allah Subhanahu Wata’ala sudah dicabut. Kehancuranlah kesudahannya. Wallahu a’lam. · Seluruh materi Ruang Utama ini dikutip dari majalah Suara Hidayatullah
RUANG UTAMA
NIKMAT ALLAH BUKTI KASIH SAYANG-NYA Kasih saying Rasulullah ditunjukkan pada orang yang beriman maupun yang
M
anusia lahir, hidup, dan berkembang karena kasih sayang Allah Subhanahu Wata’ala. Kesehatan, harta benda, pasangan, anak-anak yang baik, ilmu yang bermanfaat, pengetahuan yang luas, dan jiwa yang lapang, semua merupakan wujud kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya bernama manusia. TAK PANDANG BULU Hebatnya, kasih sayang Allah tidak hanya diberikan kepada orang yang taat saja, tapi diberikan kepada manusia tanpa pandang bulu. Betapa banyak orang jahat tetap diberi rahmat. Betapa banyak orang
kasih sayang-Nya. Contohnya rahmat siang dan malam, semua yang hidup di muka bumi mendapatkan hal sama. “Dan di antara
rahmat Tuhan, dijadikannya untukmu malam dan siang, supaya kamu dapat beristirahat pada malam itu dan supaya kamu dapat mencari karunia Tuhan (pada siang hari). Mudah-mudahan kamu berterima kasih.” (AlQashash [28]: 73) Hanya saja, bagi mereka yang taat, Allah Subhanahu Wata’ala memberikan rahmat yang tidak putus, di dunia sampai akhirat. Sedangkan orangmendapatkan rahmat sebatas di dunia saja. Rahmat ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh saja. Mereka mendapatkan kehidupan yang kekal di surga dengan mendapatkan ridhaNya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanahu Wataa’ala memiliki seratus rahmat. Satu rahmat diturunkan
dan dibagi-bagi di antara jin, manusia, hewan-hewan besar dan kecil. Dengan rahmat yang satu ini, semua makhluk tersebut saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi. Dengan rahmat yang satu ini seekor keledai yang liar menyayangi anaknya. Ada pun rahmat yang sembilan puluh sembilan lagi disimpan bagi kehidupan di akhirat. Dengan rahmat yang itulah Allah akan mengasihi hamba-Nya pada hari kiamat.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). KASIH SAYANG RASULULLAH Sebagai salah satu wujud kasih sayangNya, Allah Subhanahu Wata’ala juga mengutus Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai Rasul, Nabi, dan uswatun hasanah (teladan yang baik), terutama dalam menyebarkan kasih sayang kepada sesama makhluk Allah di muka |MULIA
April 2017/Rajab 1438
37
RUANG UTAMA
SUMBER : PIXABAY
bumi. Kehadirannya semata-mata untuk berbagi rahmat kepada manusia. Tidak ada orang yang kasih sayangnya sesempurna, sebaik dan seistimewa kasih sayang yang pernah ditunjukkan Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wassallam. Saat masih hidup, beliau membawa rahmat. Saat wafat, beliau juga tetap menjadi rahmat. “Muhammad adalah utusan Allah. Orangorang yang bersamanya bersikap teguh dan kuat terhadap orang-orang sayang (ruhama) di antara mereka.” (Al-Fath [48]: 29) RUHAMA KEPADA SEMUA Sifat berkasih sayang ditunjukkan
38 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wassallam dan para pengikutnya tidak saja kepada sesama manusia, tapi juga kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Tak jarang Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menyapa pohonpohonan dengan sapaan penuh kasih sayang. Beliau berkata, “Engkau adalah makhluk Allah dan aku juga makhlukNya.” Jika kepada pohon tak bernyawa saja, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berlaku sayang, apalagi terhadap binatang. Dan sifat penyayang itulah yang merasuk juga ke dalam kepribadian para sahabat, salah satunya Abdullah bin Ja’far. Ia sahabat yang memiliki kebun kurma
amat luas di luar kota Madinah. Ketika suatu hari ia mengontrol kebunnya, tiba-tiba pandangannya tertuju kepada seorang budak hitam yang tengah memberikan sepotong roti kepada seekor anjing yang berada di luar pagar kebun. Roti itu diberikannya sampai habis. Lalu Abdullah mendekati sang budak dan bertanya, “Berapa banyak persediaan makananmu setiap hari?” “Sebanyak yang kamu lihat ini,” jawab sang budak. “Jika cuma sekadar itu, lalu mengapa kamu lebih mengutamakan anjing dari pada dirimu sendiri?” tanya Abdullah penasaran. “Anjing itu bukanlah
RUANG UTAMA dari kampung ini. Dia datang dari kampung lain dalam keadaan lapar. Aku tidak tega membiarkannya,” jawab sang budak lagi. “Lalu apa yang akan kamu makan hari ini?” tanya Abdullah. “Aku akan menahan lapar sehari ini,” jawab sang budak. Tergugah mendengar jawaban itu, sahabat Rasulullah ini langsung memerdekaan budak tersebut dengan mengganti tebusannya, lalu diberikan pula kepadanya kebun kurma sebagai apresiasi atas sikap penyayangnya kepada binatang. Kisah ini diceritakan dalam tafsir Al-Manar. Kisah-kisah sejenisnya dapat dijumpai pula
dalam beberapa kitab klasik dan kontemporer. Meski Muslimin memang dihalalkan menyembelih dan memakan daging binatang. Islam masih mengajarkan tata cara menyembelih dan memakannya dengan ma’ruf dan penuh kasih sayang.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mengasihi (dalam menyembelih), kendati pun kepada seekor burung kecil, niscaya Allah mengasihinya pada hari kiamat.” (Riwayat Bukhari) Rasulullah Shalallahu ‘Alaaihi Wassallam sangat murka pada orang yang berlaku kasar kepada
binatang.
Ciri Marhamah Di dalam Surah Al-Furqan ayat 63 s/d 76, Allah Subhanahu Wata’ala menyifati orang-orang yang mendapat rahmat dan hidup dalam komunitas marhamah sebagai ibadurrahman. Ciricirinya: rendah hati, menjauhi orang bodoh, tekun beribadah, rajin berdoa, bersikap seimbang (tawazun), bertauhid, tidak membunuh, tidak berzina, senantiasa bertaubat, tidak bersumpah palsu, serius dan tak suka mainmain, tidak menutup telinga dan mata, serta menjadi pemimpin yang efektif. Wallahu a’lam bish shawab*
April 2017/Rajab 1438
|MULIA
39
RUANG UTAMA
BILA HILANG rASA sAYANG Banyak, fenomena mencengangkan akibat hilangnya rasa sayang
S
ekarang ini peradaban material telah menguasai kehidupan manusia. Harta menjadi tujuan. Aspek-aspek kehidupan yang tidak memberikan keuntungan material disingkirkan. Sisi-sisi kehidupan yang bisa dikapitalisasi akan dinomorsatukan.
Egois Versus Peduli Di antara bom waktu peradaban material yang berbahaya adalah semakin suburnya sikap egois, mementingkan diri sendiri, dan merasa diri selalu benar. Selama kepentingan sendiri sudah terpenuhi maka urusan selesai. Sementara orang lain biar menjalani nasibnya sendiri. Baru-baru ini, misalnya, seorang ibu di Yogyakarta tega membunuh bayi merahnya dan menaruhnya di dalam kardus. Sedang di Makassar, bayi ditelantarkan hingga dikerumuni semut. Inilah sebagian bukti sikap egois dan biadab manusia
40 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
korban kapitalisme dan materialisme. Masih banyak fenomena mencengangkan lainnya akibat hilangnya salah satu cabang iman, yakni rahmah, pada diri manusia. Kepedulian telah tergantikan sikap egois. Bom waktu egoisme yang lebih parah adalah eksploitasi negara-negara berkembang oleh negara-negara maju. Ledakannya bukan sekadar melahirkan kerusakan lingkungan yang parah, tapi juga meruntuhkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, sehingga menjadi pintu malapetaka berikutnya bagi umat manusia. Bandingkan dengan indahnya peradaban yang dibangun atas dasar iman yang menyuburkan fitrah rahmah dan mewujud dalam sikap peduli, bahkan itsar (mendahulukan orang lain). Salah satu teladan kasih sayang yang terwujud dalam sikap itsar itu adalah apa yang dialami seorang
Sahabat Rasulullah SAW, sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah. Seorang laki-laki, cerita Abu Hurairah, pada suatu hari mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, ”Wahai Rasulullah, sungguh, aku sedang dalam kesulitan (mendapatkan makanan).” Maka Rasulullah SAW pun mengutus seseorang kepada istri-istrinya. Ternyata sang utusan itu tidak mendapatkan (sesuatu makanan pun) dari rumah beliau. Maka Rasulullah SAW bersabda, ”Tidakkah ada seseorang yang mau menjamunya untuk malam hari ini? Semoga Allah merahmatinya.” Kemudian berdirilah seorang laki-laki dari kalangan Anshar seraya berkata, ”Saya wahai Rasulullah SAW.” Lalu laki-laki itu pun pulang dan berkata kepada istrinya, ”Ini ada tamu Rasulullah SAW. Janganlah kamu menyimpan sesuatu sedikit pun (untuk tidak
RUANG UTAMA diberikan kepada tamu itu).” Sang istri pun menjawab, ”Demi Allah, aku tidak lagi memiliki apa-apa kecuali sedikit makanan untuk anakanak kita.” Laki-laki itu berkata, ”Jika anak-anak ingin makan malam, maka tidurkanlah mereka, matikanlah lampu, lalu kita berpura-pura menyantap makanan.” Akhirnya sang istri pun melakukannya. Pada keesokan harinya, laki-laki itu menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ”Sungguh, Allah SWT merasa takjub lantaran apa yang dilakukan si fulan dan si fulanah.”
(Riwayat Bukhari) Atas dasar itulah Allah SWT mengabadikan sikap mulia itu dalam firmanNya yang artinya: …Dan mereka mengutamakan (orang lain) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orangorang yang beruntung. (Al-Hasyr [59]: 9) Pintu munculnya bom waktu egoisme juga ditutup rapat oleh syariat dalam sektor muamalah. Transaksi riba, menimbun barang, menipu orang, dan berjudi, semuanya diharamkan. Alangkah
indahnya kehidupan ini bila perintah Allah SWT dalam muamalah ini konsisten diterapkan.
Peduli Tanpa Batas Dalam Islam, sikap peduli tak sekadar ditujukan kepada orang yang mempunyai hubungan kekerabatan saja. Kasih sayang dan kepedulian, sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam al-Qur`an Surat AnNisa’ [4] ayat 39, juga ditujukan kepada pihak yang tersambung oleh pertemanan, ketetanggaan, baik jauh maupun dekat, bahkan juga kepada orang yang tak dikenal sama sekali, seperti orang yang sedang dalam
SUMBER : UNPLASH
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
41
RUANG UTAMA perjalanan, dan orang yang kekurangan. Pengejawantahan rahmah dalam konsep Islam juga tak terbatas pada manusia saja, tetapi kepada hewan dan lingkungan. Dalam riwayat al-Bukhari, Nabi SAW mewajibkan kepada pemilik hewan untuk menunaikan hak hewan dalam penyembelihan. Misalnya, tidak menyembelih seekor hewan di depan hewan yang lain. Kepedulian kepada hewan ini bahkan memiliki keutamaan dapat menghapus dosa besar berupa zina, sebagaimana diceritakan Nabi SAW (dalam riwayat Bukhari) tentang seorang wanita tuna susila yang memberi minum anjing kehausan. Itulah sebabnya Rasulullah SAW bersabda, â&#x20AC;&#x153;Berbuat baik pada setiap yang hidup ada pahala.â&#x20AC;? (Riwayat Bukhari). Khalid bin Walid, sang panglima perang, memberi keteladanan tanah produktifnya untuk perawatan dan pembiakan kuda. Begitu pula Khalifah Umar bin Abdul Aziz membuat peraturan pemanfaatan kuda dan aturan beban maksimal untuk unta dan lainnya
42 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
demi menghindarkan mereka dari kezaliman manusia (Muhammad bin Abdillah bin Abd alHakam, Sirah Umar ibn Abd al-Aziz, I/141).
RAKUS VERSUS DERMAWAN Nilai-nilai iman sebagamana dicontohkan pada cerita di atas jauh dari realitas manusia modern sekarang ini. Kebencian dan permusuhan menggejala di manamana. Persaingan, intrik, dan sikap saling sikut semakin merebak. Alih-alih tumbuh budaya peduli, yang terjadi malah suburnya mental egoisme. Hanya
tersebut. Rupanya Utsman hanya mau menyambut tawaran Allah SWT yang telah berjanji melipatgandakan balasannya 10 kali dan 700 kali, bahkan tak terbatas. Akhirnya ia menyedekahkan semua barang dagangannya kepada seluruh penduduk Madinah. Demikianlah indahnya jika konsep rahmah hadir dan mengejawantah dalam kehidupan manusia. Wallahu aâ&#x20AC;&#x2122;lam bishShawab.*
â&#x20AC;&#x153;
terawat dengan baik mampu memuaskan dahaga kemanusiaan. Kedermawanan Nabi SAW dan para sahabat adalah contoh paripurna dan sangat populer. Salah satu kisah kepedulian amat memukau diperlihatkan oleh Utsman bin Affan, sahabat sekaligus menantu Rasulullah SAW. Bagaimana dagangnya datang ke Madinah, dengan 1.000 unta lengkap membawa barang kebutuhan pokok, ditawar dengan harga sangat tinggi oleh para saudagar Yahudi. Ia menolak tawaran
Dan mereka mengutamakan (orang lain) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (AlHasyr [59]: 9)
RUANG UTAMA
J
Resep Qur`an Merawat Rahmat
ika kita mencermati kehidupan ini dengan bashirah (mata hati), seringkali kita melihat manusia tidak pandai memelihara rahmat yang diberikan Allah SWT. Buktinya, di mana-mana semakin tinggi angka kriminalitas, tindakan anarkis, pembunuhan, pemerkosaan, pertentangan antar-etnis dan elit politik, serta praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Efek Virus Takatsur Dr Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an mengatakan, hilangnya sifat rahmat (kasih sayang) pada diri manusia disebabkan karena mereka telah terjangkiti penyakit ruhani (mental) bernama takatsur (usaha menumpuk-numpuk harta, mengejar jabatan, memperbanyak pengaruh, berebut massa, dan sebagainya). Menurut Imam Al-Ghazali, jika virus takatsur hinggap pada diri seseorang, maka akan lahirlah beberapa penyakit jiwa pemicu pelanggaran. Penyakit-penyakit ini sudah menjangkiti manusia sejak zaman Nabi Adam AS. Inilah penyakitpenyakit tersebut. 1. Serakah Ingatkah kita pada kisah Nabi Adam AS yang dihukum oleh Allah SWT, turun dari surga
ke muka bumi? Itulah akibat pelanggaran yang didorong oleh hawa nafsu untuk mendapatkan sesuatu yang lebih banyak (takatsur). Allah SWT merekam peristiwa ini dalam al-Qur’an surat Thoha [20] ayat 120 dan 121. Dalam ayat-ayat tersebut diceritakan bahwa Nabi Adam AS dan istrinya berhasil disesatkan oleh iblis. Mereka tergoda melakukan tindakan durhaka. Mereka memakan buah khuldi yang dilarang oleh Allah SWT. 2. Dengki Dengki adalah sifat yang senantiasa berharap hilangnya nikmat pada diri orang lain. Dalam sejarah umat manusia, sifat buruk inilah penyebab terjadinya pembunuhan pertama di dunia. Yakni, pembunuhan yang dilakukan oleh putra Nabi Adam AS bernama Qabil terhadap Habil. Habil wafat di tangan kakak kandungnya hanya karena persoalan wanita. Peristiwa penting ini diabadikan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an surat Al-Maidah [5] ayat 27. Rasulullah SAW juga tak ingin umatnya tergelincir oleh sifat yang satu ini. Beliau mengajarkan sebuah
doa khusus, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (kaum Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa, “Ya Rabb Kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr [59]: 10) 3. Sombong Takabbur adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Sifat warisan iblis ini menjadikan anak manusia tidak pandai melihat kekurangan dirinya sendiri (introspeksi) dan lebih senang melihat kekurangan orang lain. Allah SWT sangat membenci sikap sombong. Sebab, sekalipun manusia memiliki potensi yang baik, tetapi mereka tetap saja dibatasi oleh berbagai kekurangan. Apalagi manusia juga merupakan tempatnya salah dan lupa. Maka tak pantas bila manusia bersikap sombong, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Itulah sebabnya Allah SWT tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga |MULIA
Rajab 1438/April 2017
43
RUANG UTAMA jika dalam dirinya masih tersimpan sifat sombong walau hanya seberat atom. Tak heran juga bila Imam Al-Ghazali berpendapat, puncak runtuhnya iman adalah syirik, dan puncak kerusakan akhlak adalah takabbur. 4. Dendam Sifat ini sangat berbahaya, baik secara individu maupun kelompok/sosial. Sebab, sifat ini mendorong seseorang menjatuhkan orang lain yang berbeda dengannya. Ia ingin melihat orang yang menjadi lawannya celaka. Ia akan berusaha agar tidak ada orang lain menyainginya, baik dalam jabatan, kekayaan, pengaruh, maupun ilmu. Ia juga bergembira jika melihat orang lain bernasib buruk, menderita, dan jatuh, agar posisinya tetap eksis. Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita agar senantiasa waspada terhadap keempat penyakit jiwa tersebut. Sebab penyakit-penyakit ini mudah merusak kehidupan. Obat manjur untuk menyembuhkan penyakitpenyakit tersebut ada tiga. Pertama, maafkanlah orang yang pernah berbuat zalim kepada kita. Kedua, berilah kepada orang yang pernah menghalangi pemberian kepadamu. Ketiga, sambunglah orang yang pernah memutuskan hubungan kepadamu. Jika sikap senantiasa memberi, menjalin silaturahim, dan membuka
44 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
pintu maaf selalu disuburkan, maka rahmat Allah SWT akan senantiasa meliputi kehidupan kita.
Kiat Memelihara Rahmat Dalam al-Qur`an Surat at-Takatsur [102], Allah SWT memberikan resep sangat jitu untuk merawat titipan rahmatNya dengan meredam penyakit takatsur. Pertama, ziarah kubur Dengan ziarah kubur, seseorang diingatkan tentang hakikat kesementaraan hidup. Apa saja yang menjadi kebanggaan kita di dunia: kekuasaan, harta, wanita, pengaruh, ilmu, semua akan berakhir. Saudara yang menjadi kepercayaan kita bisa saja akan berkhianat. Sahabat karib yang kemarin menjadi mitra bergaul dan berdialog, ternyata menjadi seonggok mayat yang dibungkus kain kafan. Kedua, pelajarilah ilmu syariat Hendaknya kita jangan salah memahami syariat. Dalam Islam, syariat adalah ketentuan dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Di dalamnya terkandung ibadah, akidah, dan akhlak. Ketiganya adalah esensi. Jadi, tidak ada dikotomi antara syariat dan hakikat sebagaimana yang dipahami oleh kaum sufi. Ilmu syariat, di samping dapat mencerdaskan pikiran,
juga dapat menata batin. Kecerdasan ruhaniah mengantarkan seseorang menjadi terampil dalam menarik hikmah di balik peristiwa kehidupan, sehingga bisa bersikap arif dan bijaksana. Allah SWT berfirman: “Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.” (At-Takatsur [102]: 3-5) Ketiga, tingkatkan rasa tanggung jawab Apapun yang dilakukan seseorang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT kelak di kemudian hari. Apakah masa muda yang dimiliki dimanfaatkan untuk ketaatan? Ilmu yang dimiliki, sudahkah disumbangkan untuk kemanfaatan? Harta yang dinikmati, dari mana diperoleh dan untuk apa digunakan? Semua pertanyaanpertanyaan ini akan kita jawab di akhirat kelak. Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menjawab berbagai pertanyaan di atas dengan jujur dan tanggung jawab? Allah SWT berfirman: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (At-Takatsur [102]: 8) Wallahu a’lam bish shawab
SERBA-SERBI
WANITA-WANITA PEJUANG PALESTINA Mereka rela meledakan dirinya demi kemerdekaan Palestina
B
umi Palestina telah melahirkan ribuan Syuhada, termasuk di dalamnya mujahid-mujahid wanita. Berikut ini di antara para pejuang wanita Palestina yang dicatat oleh Muhammad Sa’id Mursi, dalam kitabnya Uzhama alIslam ‘Ibara Arba’ata ‘Asyara Qarnan min alZamani, yaitu: SA’ADAH JUDALLAH Lahir pada 1956 di Sanburah Nablas. Ia berasal dari keluarga yang dikenal sangat gigih menjalankan perintah agama. Ia dikenal sangat cerdas. Pada 1978, Sa’adah menikah dengan Sayyid Mahmud Khalil dan dikaruniai lima orang anak. Ia mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik, dan menjadikan mereka anak-anak yang senantiasa mencintai masjid. Sa’adah dan putranya, Ahmad, selalu menyediakan makanan untuk para
46 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
mujahid. Dia pun menyemangati mereka agar tidak putus berdoa agar cita-cita mereka mengusir penjajahan zionis dikabulkan olehNya. Ia tidak pernah merasa tenang sebelum melihat pejuangpejuang itu mendapat syahid. Karena itulah, ia dijuluki sebagai ibu para Syuhada. Ahmad termasuk pejuang yang sangat pemberani dan cerdik. Sa’adah selalu merestui perjuangan anaknya, memotivasi dengan mengatakan pada mereka, ”Aku telah memasrahkanmu kepada Allah, dan mati dalam keadaan terhormat. Aku ingin mendengar kalian mati di saat berjuang menghadapi para penjajah.” Perkataan Sa’adah memberikan semangat luar biasa pada diri anak-anaknya, terutama Ahmad. Dan akhirnya ia pun syahid atas penyiksaan yang dilakukan musuhmusuhnya.
Tak berapa lama Sa’adah pun syahid terbunuh ketika sekelompok penjajah melepaskan tembakan ke arahnya. Ia syahid bersama anaknya Abdullah, dan al-Qasami teman Ahmad, saat mencoba mengintip kekuatan penjajah yang sedang berada di pintu masuk kota Nablas. Syaikh Mahir alKharas mengenang jasa Sa’adah, sehingga menjulukinya sebagai “Bintang kejora rakyat Palestina dan titisan para pejuang dan shahabiyaat Nabi, semisal Nasibah binti Ka’ab al-Mazniah.”
Rayim lahir pada 1982. Berprestasi dalam bidang pendidikan dan sangat gemar membaca. Tak heran saat lulus dari SMA, ia meraih nilai tertinggi di kota Basyir Ar-Rys. Rayim anak ketiga dari empat wanita dan enam laki-laki. Rayim menikah dan dikaruniai dua orang anak
SERBA-SERBI bernama Dhuha’ dan Muhammad. Ia wanita pertama yang bergabung dalam barisan brigade seorang syahid bernama Izzuddin Al-Qasam, seorang motor gerakan Hamas.. Akibat aksinya, empat tentara Israel tewas, sepuluh terluka. Ia syahid hari Jum’at, Januari 2004
Ayat lahir pada 1985. Ia dikenal sebagai pelajar sangat berprestasi. Ia mendapatkan nilai tertinggi (mumtaz) di kelas satu pada semester terakhir. Ia memang bercita-cita sebagai pelaku bom syahid. Ia telah hafal fotofoto para Syuhada ketika masih duduk di bangku sekolah. Para Syuhada tersebut ditulis oleh para sastrawan untuk menjelaskan keutamaan mati syahid pada masa-masa kerusuhan di Palestina. Pada 29 Maret 2002, Ayat melakukan aksi syahadah di salah satu pasar yang ada di Baitul Maqoddas menewaskan dua orang Israel dan melukai puluhan tentara lainnya. Sebelum melakukan aksinya, Ayat berpesan kepada ibunya agar merelakan kepergiannya dengan penuh kesabaran.
Sebab, hari tersebut merupakan hari paling berarti baginya. Sebelum meledakkan diri, Ayat sempat membaca beberapa ayat al-Qur’an. DARIN ABU AISYAH Darin lahir di desa Bait Wazn kota Nablas, selatan Dhaffah alGharibah. Ia merupakan
Universitas An-Najah. Ia sangat berpegang teguh pada ajaranajaran Islam, sehingga mempunyai perilaku sangat baik. Usianya pun masih muda, 22 tahun. Ia pernah menghadap kepada Jamal Mansur, seorang pemimpin Hamas. Ayat meminta kepadanya untuk dimasukkan ke dalam jajaran tentara Hamas demi perjuangan Islam. Pada sore hari 27 Februari 2002, Ayat melakukan aksi syahadah di depan tapal
batas militer Zionis di Dhaffah al Gharbiah. Aksinya berhasil melukai para tentara Zionis. Ia menjelaskan sebelum aksi, yang dilakukannya untuk membalas darah para Syuhada dan membela kehormatan Masjidil Aqsa. Ayat senantiasa melakukan shalat malam, berpuasa, dan membaca al-Qur’an sebelum melakukan aksi bom syahid. Bahkan pada waktu menjalankan aksinya ia dalam keadaan berpuasa.
Itulah beberapa Syuhada wanita di Palestina. Mereka tidak hanya menangisi anak, saudara laki-lakinya, dan suaminya yang telah syahid, tetapi juga memerankan dirinya sebagai syahid. Wallahu’alam bishshawab. (Dikutip dari majalah Suara Hidayatullah)
SUMBER:KEILAARIADNE
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
47
FIQIH
ZAKAT PENJUALAN RUMAH DAN BARANG BERHARGA rumah dan barang berharga yang saya lakukan juga terkena hukum zakat? Terima kasih Hendro | Berau, Kaltim Ust. Abdul Kholiq Anggota Dewan Syariah LAZNAS BMH
Assalamualaikum Warahmaatullah Wabarakatuh Saya baru saja menjual rumah dan barang berharga. Ini kami lakukan karena ingin bebas dari jeratan riba. Sekarang kami tinggal di rumah kontrakan. Dalam hal yang saya alami ini, apakah hasil penjualan
48 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
Waalaikumsalam Warahmatullaah Upaya yang Anda lakukan sungguh langka, sebuah langkah yang insya Allah diberkahi Allah, karena hijrah dari larangan Allah menuju ketaatan kepada-Nya, walaupun ada resiko duniawi yang harus Anda rasakan. Tentu keberhasilan hijrah dari wilayah neraka menuju surga adalah kesuksesan luar biasa, betapa pun ada resikonya yang bersifat amat sementara, di
antaranya keharusan menjual rumah dan barang berharga, yang di situ berarti terjadi perubahan bentuk dari barang menjadi uang. Yang menjadi masalah Anda adalah terkait dengan kewajiban zakat. Ditinjau dari perspektif zakat, harta itu terbagi menjadi dua macam, mal zakawi (harta benda yang potensial wajib dizakati) dan sebaliknya ghair zakawi. Untuk yang pertama ada beberapa syarat yang harus dipenuhi hingga berstatus demikian. Bila tidak, maka akan menjadi kategori yang kedua. Beberapa syarat harta masuk dalam kategori yang pertama adalah: a. Dimiliki secara
FIQIH penuh b. Termasuk harta berkembang (seperti emas, perak, dagangan, ternak dan pertanian) c. Melebihi dari kebutuhan pokok (misalnya; sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan) d. Memenuhi nisab sesuai dengan jenis harta e. Berlalu satu tahun (haul, kecuali pertanian dan barang temuan). Ditinjau dari syaratsyarat tersebut maka rumah Anda tadinya tidak termasuk harta yang berkembang, karena sejak dibeli diniatkan untuk penggunaan pribadi (qunyah), namun berubah setatus menjadi mal zakawi
ketika rumah tersebut berganti uang, hingga hukumnya sama dengan emas. Walaupun demikian belum tentu otomatis harus langsung wajib bayar zakat, sebab harus memenuhi tiga syarat yang lainnya, yaitu melebihi dari kebutuhan pokok, memenuhi nishab, dan berlalu satu tahun. Mudahnya, kondisi bapak mempunyai dua kemungkinan. Pertama, sudah biasa mengeluarkan zakat harta (mal) yang memenuhi syarat dengan tanggal tertentu. Kedua, belum mempunyai kebiasaan tersebut. Jika kondisi bapak adalah seperti yang pertama, maka tinggal memperhatikan saja,
apakah nanti saat jatuh tanggal tersebut masih memiliki harta yang memenuhi syarat harta wajib zakat di atas. Bila memilikinya, maka tinggal mengeluarkan zakatnya 2,5%. Namun bila keadaan bapak adalah kemungkinan yang kedua –yaitu belum memiliki jadwal rutin menunaikan zakat-, maka jika saldo penjualan harta bapak –tidak dicampur dengan milik istri- memenuhi nishab (yaitu setara dengan 85 gr emas), kemudian berlalu satu tahun hijriyah masih bertahan tidak kurang dari nishab tersebut, baru wajib menunaikan zakatnya 2,5%. Tetapi jika tidak demikian, berarti bapak tidak berkewajiban untuk berzakat. Wallahu a’lam.*
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
49
ADABUNA
BERSEDEKAH
Seorang Muslim yang diberi kelebihan rezeki dituntut berbagi kepada sesamanya yang tidak mampu. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keharmonisan dan keseimbangan hidup di antara manusia. Berkaitan dengan hal ini, Islam membuat aturan kepada orang kaya saat memberikan hartanya kepada orang miskin. Tujuannya, agar orang yang membutuhkan harta dapat menikmatinya dengan tenang, sementara yang bersedekah juga mendapatkan pahala yang maksimal. Berikut beberapa adab bersedekah yang perlu diperhatikan:
3
50 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
ADABUNA
Demikianlah beberapa adab sedekah yang diajarkan Islam. Semoga kita selalu diberi kemampuan oleh Allah untuk senantiasa bersedekah. Amiiin.*/Bahrul Ulum/Suara Hidayatullah |MULIA
April 2017/Rajab 1438
51
RIHLAH
FOTO:ROBINSAH/MULIA
Indonesia Islamic Art Museum, Lamongan
MENJADIKAN WISATA SEJARAH TERASA LEBIH NYATA “Mohon maaf, apa sudah men-download aplikasi AR museum?” sapa Yulianto, Kepala Managing ‘Indonesia Islamic Art Museum’ (IIAM) ramah, ketika berpapasan dengan sekelompok pengunjung yang nampak asyik mengamati posterposter khazanah peninggalan Islam. “Belum! Itu aplikasi apa, ya?” selidik salah seorang dari mereka, diiringi raut wajah yang nampak penasaran. Tak menunggu lama, langsung saja Ian, panggilan akrabnya,
52 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
mengambil Android. Kepada seorang dari mereka diminta berpose di salah satu poster pilihannya. ‘Jepret’, gambar pun selesai diambil. Ketika ‘model dadakan’ itu melihat hasil gambar, ia pun tak kuasa menyembunyikan ketakjubannya. “Wah, keren ya, hasilnya. Gambarnya jadi seperti nyata gitu,” komentarnya yang diamini kawan-kawan lain. AR (Augmented Reality) merupakan sebuah sistem teknologi
yang bisa memberikan realitas baru terhadap realitas yang disaksikan, menjadi lebih kaya/ nyata dan interaktif dari objek sebelumnya. Objek jadi nampak wujud aslinya dan bisa dilihat dari berbagai sudut. Bukan hanya bagian yang ditampakkan oleh realita (gambar) yang terpampang di poster. Kata Ian, dengan menggunakan aplikasi ini, ia berharap pengunjung nyaman dan asyik berwisata sejarah, karena mereka bisa langsung
RIHLAH berinteraksi dengan koleksi benda sejarah yang tengah diamati. Belum genap dua bulan dibuka, museum telah digeruduk ribuan pengunjung. Bahkan, ada institusi yang sampai tiga kali berturut-turut datang berkunjung. â&#x20AC;&#x153;Masuk museum ini saya merasa hidup di zaman dulu, terutama ketika menikmati film dokumenter dan aplikasi AR-nya,â&#x20AC;? kata Arjad, pengunjung asal Sulawesi kepada Mulia. Harga karcis untuk masuk museum ini terbagi menjadi dua; untuk weekday (SeninKamis) Rp. 20.000, sedangkan weekend Rp. 30.000. â&#x20AC;&#x153;Sejauh ini kita juga masih memberikan diskon 50% untuk tiket terusan dari WBL atau Gua Maharani,â&#x20AC;? tambah Ian promosi. Empat Zona IIAM terletak satu lokasi dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang berlokasi di Jl. Paciran, Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Berjarak 2-3 kilometer ke arah barat dari makam Sunan Drajat, Paciran, Lamongan. Baru beroperasi pertengahan Desember 2016 silam. Museum ini terdiri dari empat zona. Koleksi benda-benda
peninggalan sejarahnya lemari kaca berukuran berasal dari empat besar tersusun lurus kekuasaan Islam memanjang, berisi berbeda; dari Turki benda-benda pusaka. (Ottoman), India, Deretan pertama China, dan Indonesia. kumpulan benda Mayoritas asli, bersertifikasi. Memasuki zona pertama, ruang audio visual. Ruangan bercorak merah ini berkapasitas 60 orang. Di sini, pengunjung akan diberi tontonan film FOTO:ROBINSAH/MULIA dokumenter yang menceritakan peninggalan, yang kondisi Timur Tengah diperkirakan pada masa pra-kedatangan Islam, Ottoman, Turki. Lanjut terbitnya Islam, hingga pada baris lemari akhirnya menyebar selanjutnya, koleksi ke berbagai benua, benda kerajaan Islam di termasuk Eropa, India, China, kemudian khususnya Andalusia, baru Nusantara, dimulai Spanyol. dengan kerajaan Islam Selain menikmati di Samudra Pasai, Aceh. film berdurasi 15 menit Benda-benda itu, di ruangan ini koleksi didominasi pula pengunjung bisa oleh perabotan rumah menyaksikan indahnya tangga, seperti nampan, seni arsitektur Islam. mangkok, gelas, dan Aneka ragam poster sebagainya. Ada juga atau foto bangunan/ alat-alat pertanian dan masjid yang memiliki mata uang, baik logam nuansa seni bernilai maupun kepingan tinggi, semisal Taj emas. Mahal di India, berjejer Hampir semua menghiasi sekeliling benda mencerminkan dinding. identitas keislaman Memasuki zona dua yang kuat, dengan adalah ruang galeri adanya tulisan-tulisan yang berisi koleksi Arab, atau simbol benda bersejarah. bintang dan bulan sabit. Terdapat deretan Di tengah-tengah |MULIA
April 2017/Rajab 1438
53
RIHLAH ruangan ini pula, terdapat replika panglima legendaris umat Islam, Muhammad al-Fatih, duduk gagah menunggang kuda. Keberadaan replika tokoh ini sekaligus menjadi ikon museum. Al-Fatih adalah panglima perang kaum muslimin yang mampu mewujudkan sabda Nabi sebagai penakluk Romawi Timur, Konstantinopel (kini Turki). â&#x20AC;&#x153;Besar harapan, dengan adanya ikon sosok hebat ini, para pengunjung terinspirasi tampil mengikuti jejak al-Fatih, setelah mereka mengetahui sejarah kehebatannya, terutama bagi generasi muda muslim,â&#x20AC;? terang Achul Karim, seorang staf museum, yang menyertai Mulia berkeliling museum. Selain bendabenda tersebut di atas, terdapat juga hasil karya ilmiah para ulama, seperti kitab tafsir, fiqih, termasuk
54 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
mushaf bertuliskan tinta emas, yang diperkirakan ada sejak abad ke-13. Dan ini, langsung didatangkan dari Turki. Ketika hendak meninggalkan ruangan galeri ini dan masuk lorong menuju zona tiga, terdapat bendabenda peninggalan VOC-Belanda, seperti teropong dan pistol. Kata Karim, bendabenda itu memang keluar dari tema utama musium. Keberadaannya untuk membuktikan kepada pengunjung bahwa Belanda di negeri ini bukanlah lelucon. Tapi nyata. Dan pernah bergesekan langsung dengan umat Islam pada masanya. Memasuki zona tiga adalah ruang diorama. Di sini pengunjung diajak merasakan secara langsung suasana kehidupan pada masa kekuasaan kerajaan Islam dahulu, khususnya China. Terdapat miniatur
pasar tradisonal yang menjual sayur-sayuran dan kebutuhan rumah tangga. Posisi pasar itu diilustrasikan berada di bibir pantai. Dan di bibir pantai itu, ada replika kapal Laksamana Cheng Hoo yang tengah menepi. Memasuki zona akhir, berisi miniatur kehidupan sosial masyarakat dan bangunan. Bedanya, kali ini bernuansa Nusantara. Ada replika Masjid Cheng Hoo, transaksi antara tentara VOC dan masyarakat, pasar tradisional, pedepokan, serta menara masjid yang dilengkapi dengan lantunan suara ngaji dan adzan. Sepanjang pengamatan Mulia, banyak pengunjung menjadikan dua zona terakhir ini sebagai tempat ajang pengambilan gambar, terutama di atas replika kapal layar Laksamana Cheng Hoo.*/Robinsah
ISLAM PESONA
Ibn Khaldun
Ahli Kemasyarakatan Dunia Muqaddimah Ibn Khaldun dicetak, kemudian diedit oleh Etienne Marc Quatremere di Paris pada 1858 M
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
55
ISLAM PESONA
S
ejak peradaban Barat menghegemoni dunia Islam, publik dikenalkan dengan beragam nama dari kalangan Barat terkait beragam gelar dan keahlian mereka. Tidak terkecuali di bidang kemasyarakatan, atau yang kini dikenal dengan istilah sosiologi. Dalam pelajaran sosiologi misalnya, anak-anak bangsa hanya mengenal bahwa bapak sosiologi dunia adalah Auguste Comte yang terkenal dengan gagasannya tentang positivisme. Padahal, jauh sebelum Comte
56 MULIA
lahir, bahasan tentang sosiologi telah matang di tangan seorang Ibn Khaldun (732 – 808 H/ 1332 - 1406 M). Semua itu berangkat dari tradisi ulamaulama Islam yang dalam mengajarkan ilmu, tidak sebatas penekanan pada aspek teori, tetapi juga pada masalah adab dan pengamalan, sehingga semua itu mendorong Ibn Khaldun mampu menguasai beragam disiplin ilmu dalam rentang usia 76 tahun. Lisanuddin Ibn AlKhatib berkata, “Ibn Khaldun adalah orang baik, memiliki banyak
kebajikan, terhormat, agung sejati, terpuji dalam pertemuan, berkemauan keras, tabah, unggul dalam bidang intelektual dan nash, banyak keistimewaan, peneliti yang cermat, banyak hafalan, jujur dalam pandanganpandangannya, terampil dalam seni menulis, dan pandai bergaul. Pendek kata, ia adalah salah seorang teladan sempurna di daerah Maghrib.” Tidak heran jika kemudian karya monumentalnya yang berjudul “Muqaddimah” membuat penasaran banyak kaum terpelajar Barat. Pada 1858 M, Muqaddimah Ibn Khaldun diedit oleh Etienne Marc Quatremere, kemudian dicetak di Paris. Sepuluh tahun kemudian, Muqaddimah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh W.M. de Slane dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldun (1862 - 1868). Sedangkan penerjemahan Muqaddimah ke dalam bahasa Inggris baru terjadi pada tahun 1958 yang dilakukan oleh Franz Rosenthal, seorang linguis dan format tiga jilid setebal
|Rajab 1438/April 2017
ISLAM PESONA 1.425 halaman, di luar kata pengantar, indeks, dan lain-lain. Sampai sekarang, pemikiran Ibn Khaldun tentang
“
kemasyarakatan ramai dibahas di dunia Barat tanpa henti. Mereka mengakui, keahlian Ibn Khaldun dalam beragam disiplin ilmu, mulai
SUMBER:.TARBIYAHJIHADIYAH DIYAH
Dalam pelajaran sosiologi misalnya, anak-anak bangsa hanya mengenal bahwa bapak sosiologi dunia adalah Auguste Comte yang terkenal dengan gagasannya tentang positivisme. Padahal, jauh sebelum Comte lahir, bahasan tentang sosiologi telah matang di tangan seorang Ibn Khaldun (732 – 808 H/ 1332 - 1406 M).
sejarah, sejarawan, bapak sosiologi dunia, geografer, ekonom, ilmuwan politik, dan beragam keahlian lainnya. Sejarawan Inggris, AJ. Toynbee memuji Muqaddimah Ibn Khaldun, “... the greatest Khaldun work of its kind that has ever been created by any mind ini any time or place” (“…karya terbesar dari jenisnya yang pernah hadir diciptakan oleh sebuah pemikiran – yang tetap hidup – di setiap ruang dan waktu.”) Bahkan Pitirim A. Sorookin menempatkan Ibn Khaldun sejajar dengan Plato, Aristoteles, Giambatista, Vico, St. Thomas Aquinas sebagai pemikir-pemikir idealis. Meskipun dalam konteks keimanan, penyetaraan tersebut sama sekali tidak berarti, sebab bagi kita kaum Muslimin, jelas Ibn Khaldun lebih unggul karena ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun, dari sini kita bisa melihat, bahwa Ibn Khaldun adalah bapak banyak bidang ilmu dan yang termasyhur adalah sebagai Bapak Sosiologi Dunia.*/Imam Nawawi
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
57
ISLAM PESONA
Sumbangan Ibn Khaldun untuk Kemasyarakatan Sebuah negara, menurut Ibn Khaldun, seharusnya mengikuti ketentuan agama, sehingga pelaksanaan syariat bisa memberikan maslahat
A
hmad Suhelmi dalam bukunya “Pemikiran Politik Barat” menegaskan, sumbangan intelektual Ibn Khaldun bagi pengembangan tradisi pemikiran Barat sangatlah berarti. Melalui Muqadddimah, Ibn Khaldun telah menyumbang Barat berupa metodologi ilmiah berupa kajian teoritis empiris di bidang ilmu-ilmu sosial. Mereka yang menyetujui Ibn Khaldun diakui sebagai ahli ilmu sosial modern di antaranya ada A.J. Toynbee, Fuad Baali, Berndard Lewis, dan Mahmoud Dhaouadi. Hal ini tidak lepas dari kontribusi Ibn Khaldun tentang kemasyarakatan yang terus relevan dan senantiasa menjadi perhatian sarjana sosial untuk terus mengembangkannya. Aziz Al-Azmeh yang menulis disertasi tentang Ibn Khaldun
58 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
dalam Pandangan Orientalis mencatat bahwa sampai akhir 1970-an tidak kurang dari 854 buku, artikel, disertasi, dan lainlain publikasi yang telah ditulis mengenai Ibn Khaldun dan sumbangan-sumbangan pemikirannya bagi kemasyarakatan. Dengan kata lain, Ibn Khaldun telah menjadi milik dunia dengan beragam kontribusi keilmuan yang dimilikinya. Syamsuddin Arif dalam bukunya “Orientalis dan
SUMBER: HEDISASRAWAN
Diabolisme Pemikiran” menuliskan bahwa beberapa pandangan Ibn Khaldun yang patut kita renungkan, terkait kriteria masyarakat dan negara yang kuat. Pertama, solidaritas kebangsaan yang kokoh, di mana sikap dan perilaku menzalimi, membenci, dan menjatuhkan satu sama lain bertukar menjadi saling memberi, saling menghargai, dan saling melindungi. Kedua, kuantitas dan kualitas sumberdaya manusianya. Rakyat yang setia kepada negara akan bertambah makna strategis maupun dampak positifnya secara ekonomi dan sebagainya, jika setiap individu unggul dan mumpuni. Sebaliknya, keunggulan sumberdaya manusia semata tidak akan banyak berarti jika suatu negara dilanda krisis demografis yang mengantarkannya kepada kepunahan. Ketiga, kebangkitan
ISLAM PESONA suatu bangsa dan kejayaan negara berawal dari dan hanya akan langgeng apabila orang-orangnya selalu optimis dan mau terusmenerus bekerja keras. Kesuksesan tidak dicapai sekonyongkonyong. Pantas jika kemudian, Ibn Khaldun mengatakan bahwa manusia tidak akan bisa hidup kecuali dalam persatuan. Jika dia hidup dalam persatuan,maka dia harus hidup bersama dengan masyarakat. Jika dia hidup bersama masyarakat, dia harus hidup di muka bumi, untuk menaungi hubungan nilai-nilai antar-sesama manusia. Di sini, kehadiran seorang hakim
dalam negara mutlak dibutuhkan, untuk memastikan hukum tegak berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Lebih dari itu, sebuah negara, menurut Ibn Khaldun, seharusnya mengikuti ketentuan agama, sehingga pelaksanaan syariat benar-benar memberikan maslahat. Dalam konteks ini, negara hanya mengambil zakat-zakat, pajak bumi (khajar) dan pajak kepala (jizyah). Sangat tidak ditekankan sebuah pemerintahan menetapkan kebijakankebijakan yang menyusahkan rakyat. Apabila rakyat terbebani hidupnya dengan beragam pungutan pemerintah yang kian banyak ragam
dan tinggi nilainya, maka kezaliman akan terjadi dan pembangunan akan mengalami kehancuran. â&#x20AC;&#x153;Tindakan kesewenang-wenangan atas harta manusia akan menghilangkan semangat mereka dalam berusaha mendapatkan dan mencari penghasilan. Ketika mereka memandang bahwa akhirnya semua itu akan dirampas dari tangan mereka, dan ketika angan-angan untuk mencari dan menghasilkannya telah hilang, maka mereka pun merasa enggan dan bermalas-malasan serta tidak melakukan usaha apa pun,â&#x20AC;? tulis Ibn Khaldun dalam Muqaddimah Pasal ke â&#x20AC;&#x201C; 43.*/Imam Nawawi
SUMBER: GERALT
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
59
ISLAM PESONA
RESEP IBN KHALDUN DALAM PENGAJARAN ILMU Ibn Khaldun memberikan pijakan penting generasi umat Islam menjadi generasi
B
ernama lengkap Waliudin Abdurrahmah bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Khaldun AlHadrami. Ia ulama dan cendekiawan Muslim yang memberikan perhatian dalam bidang pendidikan, terutama terkait cara yang benar dalam mengajarkan ilmu pengetahuan dan metode penerapannya. Pertama, mendiktekan atau menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para penuntut ilmu sangat bermanfaat jika dilakukan secara bertahap, berangsurangsur, dan sedikit demi sedikit, dengan memulai mengajarkan masalahmasalah mendasar dalam setiap bab dari ilmu pengetahuan. Dari pokok-pokok pembahasan, mendekatkan pemahaman, dan menjelaskan secara
60 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
global. Semua itu, menurutnya diulang sebanyak tiga kali, untuk memastikan pelajar benar-benar telah memahaminya dengan utuh. Kedua, seorang pengajar hendaknya memahami perihal kesiapan pelajar dalam menerima suatu penjelasan ilmu pengetahuan. “Seorang pengajar tidak seharusnya memberikan tambahan pemahaman pada buku yang ditekuninya berdasarkan kemampuannya sendiri dan kemampuan belajarnya, baik bagi pemula maupun bagi yang sudah senior,” tulis Ibn Khaldun menerangkan. Seorang pengajar juga tidak boleh mencampuradukkan masalah yang satu dengan yang lain hingga pelajar memahaminya mulai dari awal
hingga akhir, mencapai tujuan-tujuannya, dan menguasai nalurinya. Jika sudah dikuasai, barulah diberikan permasalahan yang lain. Sebab apabila seorang pelajar telah memperoleh naluri dalam suatu bidang ilmu pengetahuan, maka ia akan siap menerima sisa pengajaran yang ada. Dengan begitu ia akan tekun dan giat untuk menambah pemahamannya hingga mendalam dan menguasai tujuan inti ilmu tersebut.” PEMIKIRAN MANUSIA Menurut Ibn Khaldun, pemikiran manusia merupakan karakter spesial yang dititipkan oleh Allah Ta’ala kepadanya, sebagaimana Dia menciptakan semua makhluk. Pemikiran manusia merupakan gerakan emosional jiwa di bagian tengah
ISLAM PESONA
otak, yang terkadang berfungsi sebagai pijakan dasar bagi semua aktivitasnya dengan penuh keteraturan dan sistematik. Kadang pula berfungsi sebagai pijakan dasar ilmu pengetahuan untuk mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Ibn Khaldun juga berwasiat secara khusus mengenai bagaimana menyingkap tabir-tabir penutup menuju pemikiran yang seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar. â&#x20AC;&#x153;Wahai pelajar, hendaklah Anda dapat melampaui tabir-tabir penutup ini menuju pemikiran Anda sehingga Anda dapat mencapai tujuan Anda,â&#x20AC;?
tulisnya. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah memahami bentuk tulisan yang menunjukkan kata-kata yang dapat diucapkan. Ini merupakan langkah yang paling ringan. Selanjutnya memahami katakata yang terucap, yang menunjukkan pengertian-pengertian yang dimaksudkan. Lalu, harus memahami aturan-aturan dalam urutan-urutan pengertian kata untuk mengambil kesimpulan dari premis-premis yang sudah populer dalam ilmu logika. Setelah itu, pengertian tersebut dimurnikan atau diabstraksikan dalam pemikiran dan
menghadapkannya pada rahmat Allah dan anugerahnya.â&#x20AC;? Ibn Khaldun menegaskan bahwa tidak semua orang dapat melewati fase tersebut dengan cepat dan dapat menguasai tabir-tabir penutup ini dalam dunia pengajaran dengan mudah. Dengan demikian, Ibn Khaldun telah memberikan pijakan penting bagaimana generasi umat Islam menjadi generasi yang ulul albab, di mana kajian keilmuan mengantarkan mereka menjadi manusiamanusia yang gemar berpikir untuk senantiasa mengingat Allah dalam segala situasi dan kondisi.*/ Imam Nawawi April 2017/Rajab 1438
|MULIA
61
MUTIARA
Mengagungkan Allah dengan Benar â&#x20AC;&#x153;Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya, pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (az-Zumar [39]: 67)
Makna ayat Allah Azza wa Jalla sebagai al-Khaliq semesta alam tentunya sangat berhak mengatur seluruh ciptaan-Nya. Termasuk ketika Allah mengatur tata cara manusia sebagai hamba berinteraksi dengan Tuhan Penciptanya. Untuk itulah Dia lalu mengutus para nabi dan
62 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
Oleh: Masykur
rasul kepada manusia serta membekali mereka dengan beberapa kitab suci samawi yang diturunkan dari langit. Di dalamnya berisi aturan-aturan yang memberi petunjuk kepada manusia, bagaimana cara menjalani kehidupan ini dengan baik dan benar. Yang nantinya bisa berujung kepada kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak. Pun adanya siksa bagi siapa saja yang mengingkari ketentuan yang menjadi ketetapan-Nya. Bagi seorang Muslim, kandungan al-Qurâ&#x20AC;&#x2122;an yang diturunkan dan sunnah Nabi yang diajarkan, serta penjelasan dari para ulama terdahulu yang salih (salaf shalih),
tentunya sudah cukup untuk mengenali standar kebaikan dan batasan keburukan tersebut. Sebab hal ini terkadang menjadi syubhat (samar) bagi sebagian orang yang suka mengaburkan kebenaran yang ada. Alhasil, tak sedikit manusia yang merasa telah berbuat baik, padahal justru ia tengah melakoni keburukan tanpa ia sadari. Menurut Ibnu Katsir, ayat di atas turun mengingkari pengakuan orang-orang Yahudi yang mengklaim diri telah mengagungkan Allah. Padahal sama sekali perbuatan mereka tidak demikian. Justru sebaliknya orang-orang kafir tersebut telah mengundang murka
MUTIARA Allah disebabkan apa yang mereka kerjakan. Mereka mengaku beribadah dan tentunya berharap ridha dari perbuatan yang dikerjakan, namun hasil yang diperoleh malah terbalik. Ancaman siksa dan kemurkaan menanti sebagai balasan perbuatan mereka. Niat Saja Tidak Cukup Syariat Islam yang sempurna (syamil) adalah karunia terbesar bagi mereka yang mendapatkan hidayah. Sebab Islam mengajari pemeluknya berbuat setelah ia berilmu. Sebagaimana Islam menjadikan amalan itu shalih semata karena didasari dengan pondasi iman yang kokoh dan diliputi oleh ilmu yang benar. Fenomena masyarakat di lingkungan kita hendaknya menyadarkan kita, betapa perbuatan itu tak cukup hanya dengan niatan yang baik. Ayat di atas memerintahkan setiap Muslim â&#x20AC;&#x201C;siapapun diauntuk terus menuntut ilmu. Sama sekali bukan karena ingin dikenal sebagai sosok yang pandai dan berwawasan luas. Namun semata berangkat dari kesadaran dan dorongan yang benar bahwa ibadah dan
seluruh amalan lainnya itu hanya bisa diterima jika telah memenuhi kriteria amal shalih. Amal shalih itu tak cukup dengan niatan yang baik saja.
Pengagungan yang Benar Dalam kaidah ushul at-tafsir, meski ayat di atas turun berkenaan dengan orang-orang musyrik atau Yahudi, namun tentunya ia juga pelajaran berharga bagi seluruh umat Islam. â&#x20AC;&#x153;Al-Ibrah bi umum al-lafdzi, la bi khushush as-sababâ&#x20AC;?; pelajaran (ibrah) itu diambil dari keumuman lafadz, bukan berdasar kepada kekhususan sebab ayat itu turun. Olehnya, menurut Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, hendaknya setiap Muslim selalu berkaca dengan pelajaran di atas. Sebab tak sedikit umat Islam terjebak dalam perbuatan yang bertentangan dengan ayat ini. Lebih lanjut Ibnu alQayyim berkata, tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika seseorang justru bermaksiat terhadapNya atau melanggar larangan-Nya, karena mengganggap ringan semua itu serta menyepelekan-Nya. Lebih mendahulukan hawa nafsu daripada berharap ridha-Nya.
Lebih mementingkan taat kepada makhluk dibanding kepada Allah, menempatkan Allah di sisa-sisa hatinya. Lebih mendahulukan yang selain Allah karena menganggap hal itu lebih penting dan utama. Peran Da kwah Islam Dengan kondisi masyarakat sekarang, di sinilah peran seorang dai atau guru dalam menyampaikan dakwah Islam. Mereka dituntut terus memberikan pencerahan kepada umat dan bukan malah memusuhinya. Menyantuni dan membimbing mereka, bukan langsung memvonis dengan dakwaan mematikan. Sebab selain faktor hidayah yang memang menjadi kuasa Allah semata, tak jarang persoalan yang terjadi hanya karena faktor pemahaman yang minim atau keliru. Mereka juga berharap kebaikan yang sama dengan apa yang kita inginkan. Namun terkadang mereka keliru dalam melaksanakan dan meraih niat yang baik tadi.* Pengajar di STIS Hidayatullah Balikpapan. Artikel ini pernah dimuat di majalah Suara Hidayatullah |MULIA
April 2017/Rajab 1438
63
QUOTE ULAMA
“
“Siapapun yang menginginkan kaya hati, hendaknya menampakkan dalam dirinya keyakinan penuh bahwa Allah SWT Dzat Yang Memberi dan Dzat yang Menahan. Dengan begitu, dia akan rela dengan takdir, mensyukuri nikmat, dan bersegera kepada-Nya untuk mendapatkan jalan keluar ketika dilanda kesusahan”
(Prof. DR. M. Alawi Al-Maliki dalam bukunya yang berjudul ‘Ushulut Tarbiyatun Nabawiyyah’).
64 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
FIGURA
66 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
FIGURA
â&#x20AC;&#x153;Jika malam datang menjelang, atau kalian berada di sore hari, maka tahanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya ketika itu setan sedang bertebaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam, maka lepaskan mereka. Tutuplah pintu dan berzikirlah kepada Allah, karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup. Tutup pula wadah minuman dan makanan kalian dan berzikirlah kepada Allah, walaupun dengan sekedar meletakkan sesuatu di atasnya, matikanlah lampu-lampu kalianâ&#x20AC;? (HR. Bukhari)
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
67
KHAZANAH
Mengenal Asal Mula Kubah Masjid SUMBER: PIXABAY
Kubah bukan berasal dari peninggalan arsitektur Islam. Namun, Islam memperbolehkan akulturasi arsitektur
M
asjid memiliki peran vital dalam Islam. Itu sebabnya, hal pertama yang dilakukan Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassallam ketika hijrah ke Madinah adalah mendirikan masjid. Rasulullah membangun masjid dengan arsitektur sangat sederhana dan lebih bersifat fungsional. Arsitektur awal masjid di Madinah berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas sekelilingnya. Arsitek terkemuka, Prof K. Cresswell dalam Early Muslim Architecture mengungkapkan,
68 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
pada desain awal masjid di Madinah sama sekali belum mengenal kubah. Kubah memang bukan berasal dan berakar dari arsitektur Islam. Ajaran Islam tidak membawa secara langsung tradisi budaya fisik. Islam tidak mengajarkan secara detil dan konkret tata bentuk arsitektur. Namun, Islam memberi kesempatan kepada umatnya untuk menentukan pilihan-pilihan fisik arsitektur dengan mengandalkan akal budi. Sementara itu, hampir semua kebudayaan mengenal dan
membangun kubah. Dari masa ke masa bentuk kubah selalu berubah-ubah. Konon, peradaban pertama yang mengenal dan menggunakan kubah adalah bangsa Mesopotamia sejak 6.000 tahun yang lalu. Pada abad ke-14 SM, di Mycenaean Greeks sudah ditemukan bangunan makam berbentuk kubah (tholos tombs). Ada pula yang menyatakan bahwa kubah mulai muncul pada masa imperium Romawi, sekitar tahun 100 M. Salah satu faktanya adalah bangunan pantheon (kuil) di kota
KHAZANAH Roma yang dibangun Raja Hadria pada 118128 M. Penggunaan kubah tercatat mulai berkembang pesat di periode awal masa Kristen. Struktur dan bentang kubah pada waktu itu tak terlalu besar, seperti terdapat pada bangunan Santa Costanza di Roma. Pada era kekuasaan Bizantium, Kaisar Justinian mulai membangun kubah kuno yang megah. Pada tahun 500 M, dia menggunakan kubah pada bangunan Hagia Spohia di Konstantinopel.
Masjid Berkubah Pertama Melihat kemegahan gedung-gedung Kristen dan Romawi yang menggunakan kubah, maka tergugahlah semangat kekhalifahan Islam untuk membangun masjid dengan kubah yang megah. Saat Khalifah Abdul Malik (685688 M) berkuasa, dibangunlah Dome of the Rock (kubah batu) atau lebih dikenal Masjid Umar di Yerusalem. Masjid ini mempunyai satu kubah di dekat mihrab. Inilah masjid pertama yang menggunakan kubah dalam sejarah arsitektur Islam. Interior kubah batu tersebut dihiasi dengan hiasan berbentuk geometris, tanaman
rambatan, dan ornamen kaligrafi. Unsur hiasan ini menjadi ciri khas arsitektur Islam sejak abad ke-7 M. Sampai sekarang kaligrafi dengan ciri seperti ini masih menghiasi interior bangunan berbagai masjid.
Beragam Bentuk Gaya dan bentuk kubah semakin bervariasi ketika Islam menyebar dan berinteraksi dengan budaya dan peradaban lain. Tak heran, bila bentuk kubah masjid seringkali beradaptasi dengan budaya dan tempat masyarakat Muslim tinggal. Hampir di setiap wilayah berpenduduk mayoritas Muslim ditemukan masjid berkubah dengan arsitektur yang khas. Pada awalnya, kubah relatif sulit ditemukan di tanah Arab, Afrika, Eropa, termasuk Asia. Namun, kini bangunan masjid baru dan modern di kawasan itu sudah menggunakan kubah. Di Indonesia, bentuk kubah masjid terbilang beragam. Ada yang berbentuk bulat dan ada pula yang berbentuk joglo, seperti kubah masjid di Jawa. Di Sumatera Barat banyak ditemukan kubah masjid berbentuk tanduk kerbau. Menurut pakar arsitektur bangunan,
Jeffrey O Hill, profesional builders, satu bangunan yang menggunakan kubah (dome) sebagai bagian dari atap bangunan, jauh lebih baik daripada yang tidak menggunakan bentuk kubah. Alasannya, atap bangunan yang memanfaatkan kubah akan membuat ruangan tampak menjadi lebih luas dan sirkulasi udara semakin baik.
Lambang Bulan Bintang Sementara penambahan lambang bulan bintang sebagai ornamen kubah masjid, diperkirakan baru dilakukan umat Islam pada tahun 1545. Atau setelah Sultan Utsmani, Muhammad Al Fatih, berhasil mengambil alih kota tua Konstantinopel dari kekaisaran Bizantium. Bulan bintang sendiri merupakan lambang khilafah Islamiyah terakhir yang dimiliki umat Islam, yaitu Khilafah Turki Utsmani pimpinan Muhammad Al Fatih. Al Fatih menggunakan bulan sabit untuk menyimbolkan wilayah kekuasaan yang mencakup benua Afrika, Eropa, dan Asia dengan semua peradaban di dalamnya. Bintang di tengah bulan sabit menunjukkan posisi ibu kota Konstantinopel. Kemudian tempat ini diganti namanya menjadi Istanbul yang berarti Kota Islam.*/ Sumber Suara Hidayatullah |MULIA
April 2017/Rajab 1438
69
DUNIA ISLAM
Saudi Hadirkan Institut Bahasa Arab di Tiga Kota
M
enjelang kunjungan bersejarah oleh Raja Salman ke Indonesia tahun ini, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Muhammad Abdullah Al-Shuhaibi mengatakan bahwa negaranya sedang merencanakan pendirian tiga lembaga pendidikan bahasa Arab di tiga kota besar di Indonesia. Al-Shuhaibi mengatakan tujuan dari
70 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
pendirian institut itu adalah untuk membantu meningkatkan ketrampilan berbahasa Arab masyarakat Indonesia. Rencananya, lembaga-lembaga pendidikan bahasa Arab tersebut akan didirikan di Makassar, Medan dan Surabaya. “Mereka hanya akan mengajarkan bahasa Arab. Kami tidak akan membiarkan pihak manapun untuk menggunakan lembaga
itu untuk tujuan atau kepentingan lain,” tegas Al-Shuhaibi, dan menggarisbawahi bahwa lembaga pendidikan itu tidak akan menumbuhkan paham radikal “Ketiga lembaga itu akan segera dibuka dalam waktu dua atau tiga pekan, sebab kami sudah mendapatkan persetujuan Raja Salman,” imbuh Dubes Saudi itu dalam wawancara dengan
DUNIA ISLAM media Saudi, Arab News, menjelang kedatangan rombongan Raja Salman ke Indonesia awal Maret 2017. Saat ini sudah ada Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta, yang merupakan cabang dari Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud yang berpusat di Riyadh. Peserta didik di LIPIA lebih dulu harus mengikuti kelas bahasa Arab selama dua tahun, kemudian mahasiswa bisa mengambil kuliah ilmu-ilmu keislaman dan jika lulus berhak mendapatkan gelar sarjana Baru-baru ini, LIPIA yang berada di kota Medan juga sudah menerima mahasiswa baru. Rektor Universitas Imam Ibnu Su’ud, Prof. Dr. Suleiman bin Abdullah Aba Al-Khail dalam keterangan resminya dikutip Aljazeera tahun 2016 menyampaikan bahwa pembentukan 3 cabang lembaga ini semata-mata untuk memberikan kesempatan kepada pemuda Muslim Indonesia untuk memperdalam ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab. “Dengan dibukanya cabang baru LIPIA di tiga daerah di Indonesia, akan semakin banyak lagi kader-kader ulama
Indonesia yang akan dihasilkan oleh LIPIA,” demikian dilansir dari Aljazeera. Menjelang kedatangan Raja Salman, Kedutaan Besar Arab Saudi untuk Indonesia bekerjasama dengan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) mengirimkan santri asal Nuu Waar Papua sebanyak 63 orang untuk kuliah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta dan Aceh. AFKN diketahui merupakan lembaga dakwah yang fokus dalam pengembangan generasi Muslim Nuu Waar. Ke-63 orang itu terdiri dari 40 putra yang semuanya akan dikuliahkan di LIPIA Jakarta. Selebihnya, 23 putri akan dikuliahkan di LIPIA Banda Aceh. Acara pelepasan santri yang akan belajar di LIPIA tersebut dihadiri tamu kehormatan Dubes Arab Saudi untuk Indonesia, Syeikh Osamah bin Muhammed Al-Shuibi, serta 600-an santri. Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud sendiri telah memiliki pengalaman panjang di empat dekade terakhir di bidang kerjasama
ilmiah dan akademik di banyak negara. Sampai saat ini universitas yang memiliki 11 buah fakultas ini kampus utamanya berada di Riyadh sedangkan sisanya tersebar di beberapa wilayah Saudi Arabia. Universitas Imam Muhammad bin Saud pun memiliki cabang di luar negeri. Salah satu cabangnya itu berada di Indonesia, dengan nama Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) yang didirikan sejak tahun 1400 H (1980 M). Selain itu, ia juga mempunyai cabang di Amerika Serikat, Jepang, Djibouti, Ra’s al-Khaimah, dan Mauritania. Setiap tahunnya LIPIA membuka pendaftaran. Termasuk pendaftaran kursus bahasa Arab untuk umum mulai tingkat dasar, yang kelasnya hanya diselenggarakan pada akhir pekan. Setiap pendaftar kursus harus mengikuti tahap seleksi dan biasanya kelas baru dibuka setiap awal tahun Masehi. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di situs www.lipia. org atau kantor pusat LIPIA yang beralamat di Jalan Buncit Raya No. 5A, Ragunan Jakarta Selatan.*Hadijah |MULIA
April 2017/Rajab 1438
71
TAHFIDZUL QURAN
TABAROK AL LABOUDY
RAHASIA TABAROK AL LABOUDY JADI HAFIDZ L TERMUDA DUNIA
Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Qur’an seperti buah Utrujah (buah jeruk yang manis), baunya harum dan rasa yang enak
B
erjubah biru dengan paduan kopiah berwarna merah di kepalanya, remaja itu melantunkan ayat al-Qur’an dengan suara merdu. Suasana hening. Ratusan jamaah shalat Shubuh masjid Al Madani, Pakuwon City, Surabaya, nampak khusyu’ menyimak. Qari’ nan indah itu tak lain Tabarok termuda dunia, asal Mesir. Ia mampu menghafal kalam ilahi
tahun. Hebatnya lagi, sulung dua bersaudara ini juga telah menguasai 10 macam qiroah pada usia 10 tahun. Sudah mendapatkan pengakuan dan syahadah dari Arab
Saudi. Kini aktivitasnya selain keliling dunia menebarkan al-Qur’an, putra pasangan Dr. Kamil El Laboudy dan Dr. Rasya Abduk Mun’in El-Ghayyar ini juga telah menjadi imam dan khatib tetap di salah satu masjid di negeri Piramid tersebut. Setelah menikmati indahnya suara bacaan remaja tersebut, kembali jamaah dibuat terdecak kagum ketika berlangsung sesi ‘ujian’ melanjutkan ayat dari jamaah. Tak satu pun ‘soal’ yang dikedepankan luput. Semua habis ‘dilahap’. “Kami sangat takjub dengannya. Sangat lancar dan cepat melanjutkan setiap ayat yang kami bacakan,”
sanjung dr. Ismail, salah seorang jamaah. “Subhanallah, luar biasa. Semoga lebih banyak lagi pemuda Islam seperti dia,” tambah dr. Relly, jamaah lain, ketika ditanya Mulia. Pada kesempatan itu pula, Tabarok memberi pesan kepada segenap jamaah untuk mengutamakan pembelajaran al-Qur’an. Dengan mengutip hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim, ia berujar, “Perumpamaan orang mukmin yang membaca alQur’an seperti buah Utrujah (buah jeruk yang manis), yaitu mempunyai bau yang harum dan rasa yang enak. Perumpamaan orang mukmin yang |MULIA
April 2017/Rajab 1438
73
TAHFIDZUL QURAN tidak membaca al-Qur’an seperti buah Tamr (kurma), yaitu tidak berbau meskipun rasanya enak. Perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur’an seperti buah Raihana (daun kemangi) yaitu baunya harum namun rasanya pahit. Perumpamaan orang munafik yang tidak membaca alQur’an seperti buah Hanzalah (buah sejenis labu), yaitu baunya tidak wangi rasanya pun tidak enak,” ulasnya. Peran Ayah Ibarat kata pepatah, “Di balik keberhasilan seseorang pasti ada orang lain di belakangnya”, begitu pula dengan Tabarok. Dan sosok itu tidak lain adalah sang ayah, Dr. Kamil Laboudy. Kamil Laboudy mendidik langsung sang buah hati. Sejak dari buaian, Tabarok terus dibina akhlaknya dan diakrabkan dengan al-Qur’an. Lantunan al-Qur’an senantiasa menjadi ‘teman akrab’ sang putra. Mengenai ‘resep’ suksesnya dalam mengantarkan anak menjadi penghafal alQur’an, Kamil dengan suka rela berbagi pengalaman di depan jamaah. Langkah pertama,
74 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
urainya, ikhlaskan niat mendidik anak sematamata hanya mengharap ridha Allah. Kemudian, jangan pernah alpa memunajatkan doa, agar Allah mempermudah proses hafalan anak. “Utamakan doa di waktu-waktu mustajabah, terutama di sepertiga malam,” terang pria asal kota Tanta, Mesir ini. Langkah berikutnya, hendaknya orang tua menyusun waktu kegiatan harian anak; khususnya waktu mengaji. Dan itu harus istiqomah dilaksanakan dan dipantau sedemikian rupa proses pelaksanaannya. “Kalau perlu, pasang alarm di telepon untuk mengingatkan bahwa jam segini kegiatannya adalah mengaji alQur’an,” jelas suami Dr. Rasya Abduk Mun’in ElGhayyar ini. Yang tidak kalah penting, sambungnya, hendaknya orangtua senantiasa memperdengarkan al-Qur’an pada anak. Temukan lokasi ternyaman bagi anak di rumah, agar mudah berkonsentrasi, kemudian barulah diperdengarkan murattal salah seorang syaikh. “Kalau saya memulai hafalan dari
surat an-Naba’. Ada pun target hafalan, tentunya disesuaikan kemampuan anak. Yang penting adalah istiqomah,” papar laki-laki yang pernah mengajar di Batterjee Medical College ini. Ada satu hal lagi dilakukan Kamil agar semangat anak terus bergelora; menyediakan hadiah. Katanya, di rumah terdapat kotak hadiah yang dibungkus dengan warna yang indah dan bertuliskan ‘Hadiah-hadiah alQur’an’. Di penghujung acara Kamil berpesan kepada segenap hadirin, ”Didiklah putra-putri kita dengan al-Qur’an. Sinarilah terus rumah kita dengan al-Qur’an. Karena kelak di hari akhirat, ia akan datang memberi syafaat.” Tak Terbebani Meski semacam ini proses pendidikan yang diterapkan orangtuanya, Tabarok mengaku sama sekali tidak merasa terbebani. Ia mengaku, masih bisa beraktivitas lazimnya anak-anak seusianya “Saya masih bisa bermain, terutama berenang dan bersepeda, yang menjadi olah raga terfavorit saya,” terangnya.*/Syamsul Alam
TAHFIDZUL QURAN
Agar Tahfidz Tak Berbuah Buntung Manusia yang paling beruntung dengan al-Qur’an ini adalah orang yang mengamalkannya, meskipun tidak hafal
M
enjadi seorang hafidz, adalah karunia Allah Subhanahu Wata’ala yang sangat besar. Berbagai kemuliaan telah dijanjikan bagi mereka, di dunia dan di akhirat. Namun lepas dari itu semua, ada yang patut diperhatikan oleh segenap kaum muslimin, wa bil khusus para hafidz. Terdapat tuntunan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, bagaimana memperoleh kemuliaan dari al-Qur’an. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, bersabda “Akan muncul di antara kalian suatu kaum yang shalat kalian tidak sebanding shalat mereka, puasa kalian tidak sebanding
dengan puasa mereka, dan amal kalian tidak sebanding dengan amal mereka. Mereka membaca al-Qur’an tetapi tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka terlepas dari agama sebagaimana anak panah terlepas dari busur.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud) Tentang hadits ini, Imam Nawawi menjelaskan, “Maknanya akan ada suatu kaum yang tidak memiliki bagian dari al-Qur’an kecuali sekedar lewat lisan; bacaan mereka tidak melampaui kerongkongan sehingga tidak sampai ke hati.” “Padahal bukan itu yang diminta,” lanjut beliau, “tetapi yang diminta adalah merenungi dan
mentadaburinya dengan hati. Mereka dicela karena hanya sibuk dengan lafal-lafal alQur’an dan tidak mau memahami maknanya.” Tulisan ini tersaji tidak dalam upaya memberi vonis bahwa zaman yang disebut Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam dalam hadits di atas, adalah zaman sekarang. Namun lebih ingin mengajak bersamasama melangkah, agar tidak termasuk dalam golongan itu. Susunan ‘Anak Tangga’ Dari ulasan hadits yang disampaikan Imam Nawawi, tersirat beberapa pesan yang bisa ditempuh agar tak tergolong kelompok yang termaktub dalam |MULIA
April 2017/Rajab 1438
75
TAHFIDZUL QURAN hadits di atas. Pertama, pahami arti ayat alQur’an. Sebagai ‘Ajami’ (orang luar Arab) sepatutnyalah kita mengerti arti ayatayat al-Qur’an. Jalur pertama, kalau tidak bisa bahasa Arab, ya dengan membaca terjemahnya. Melalui langkah ini, kita menjadi mendapat nilai tuntunan yang terkandung di dalamnya. Langkah ini pula sedikit banyak akan mampu memberi kekhusyu’an dalam beribadah, terutama shalat,ketimbang membaca begitu saja tanpa tahu arti. Orang-orang terdahulu banyak yang tersedu ketika membaca alQur’an, karena mereka mengerti pesan-pesan di balik ayat yang dibaca. Abdullah bin Urwah bin Zubair menuturkan, “Aku pernah bertanya pada nenekku, Asma binti Abu Bakr, ‘Apa yang dilakukan para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ketika mendengar al-Qur’an?’ Beliau menjawab, ‘Air mata mereka mengucur dan kulit mereka merinding seolah-olah Allah menggertak mereka.” Langkah kedua,
76 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
pelajari disiplin ilmu yang berkaitan dengan al-Qur’an, terutama tafsir. Langkah ini akan membuat kita mampu mengambil pelajaran yang tersirat dari yang tersurat. Karena memang tidak sedikit ayat al-Qur’an yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam dari para pakar, untuk mendapatkan ‘sari’nya yang benar. Suatu hari Umar bin Khathab menghadirkan Ibnu Abbas nan masih muda di dalam majelis bersama para tokoh Islam. Ada yang kurang berkenan. Tapi Umar meyakinkan bahwa Ibnu Abbas pantas hadir, karena kedalaman ilmunya tentang (tafsir) al-Qur’an. Dan itu terbukti, ketika Umar mengajukan pertanyaan dalam majelis itu tentang tafsir surat al-Nasr, ayat 1 yang artinya, “Jika telah datang pertolongan Allah dan penaklukkan”, jawaban Ibnu Abbas-lah yang diambil. “Itu adalah wafatnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Allah memberitahukan kepada beliau, “’Jika telah datang pertolongan Allah dan penaklukkan’, itu adalah tanda dekatnya ajal Nabi. ‘Maka
bertasbihlah dengan pujian kepada Tuhanmu dan mintalah ampun. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun’. (al-Nasr: 3). “Aku tidak mengetahui kecuali apa yang engkau katakan,” puji Umar. Untuk itu, cintailah majelis ilmu yang membahas al-Qur’an. Langkah ketiga yang sekaligus sebagai penutup ulasan singkat ini, ialah mengamalkan setiap pesan yang terkandung dalam ayat al-Qur’an. Sungguh alQur’an ini diturunkan sebagai pedoman hidup kaum mukmin (hudan lil muttaqiin). Akan menjadi disfungsi bila ia hanya dijadikan bacaan ritual semata, bukan tuntunan hidup. Mengamalkannya menjadi keniscayaan. Bahkan, skala ini lebih prioritas, ketimbang ‘hanya’ menghafalnya. Kata Hasan ra, “... Manusia yang paling beruntung dengan alQur’an ini adalah orang yang mengamalkannya, meskipun tidak hafal. Sedangkan manusia yang paling celaka dengan alQur’an ini, adalah orang yang menghafalnya, tetapi tidak mengamalkan kandungannya.” Allahumma irhamnaa bi al-Qur’an (Ya Allah rahmatilah kami dengan al-Qur’an). Amiin. Wallahu ‘Alamu Bish-Shawab.*/ Khairul Hibri
TAHFIDZUL QURAN
FOTO: ROBIANSAH/MULIA
TK Mamba’ul Hisan
Pelopor Pendidikan Baca al-Qur’an Anak-anak Dimulai satu-dua orang, kini membuka cabang di beberapa daerah, bahkan menyebar ke seluruh Indonesia
B
ising suara kelas nampak tidak mengganggu konsentrasi Salwa (6) yang tengah menyetor bacaan alQur’an kepada guru pembimbing. Sorot mata siswa TK besar ini fokus memandang mushaf. Jemari jempol dan telunjuknya yang mengapit alat penunjuk, bergeser dengan lancar dari ayat satu ke ayat lain. Sementara itu mulut mungilnya dengan fasih melafalkan ayat-ayat al-Qur’an, surat al-Waqi’ah, juz ke-27. Sesekali, sang pembimbing memperbaiki bacaannya.
TK Mamba’ul Hisan Sedayu- Gresik dikenal sebagai sekolah yang fokus mengajarkan anak usia dini belajar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar; secara tajwid sekaligus makhraj-nya. Target khatam 30 juz dalam waktu 2 tahun. Kata Hj. Mardhiah, istri Kiai Abdul Muqsith, pimpinan pondok yang menemui Mulia, TK di lembaganya setiap hari masuk jam 07.00, dan pulang pukul 11.00. Mata pelajaran didominasi praktik baca al-Qur’an. Metode pembelajarannya klasikal dan individual. Pada awal pembelajaran anak-anak secara
bersamaan membaca surat-surat pilihan; al-Waqi’ah, al-Mulk, Yasin, dan sebagainya. Selanjutnya, barulah para murid menghadap pembimbing masingmasing, secara bergilir satu per satu, guna mengecek bacaan mereka. “Untuk kelas awal, kita kenalkan dahulu huruf-huruf Hijaiyah, sampai mereka paham betul, dan benar secara pengucapannya. Baru setelah itu, ke harakat panjang/pendek, sampai akhirnya penggabungan huruf, hingga akhirnya mereka pindah ke Mushaf,” jelas muslimah kelahiran 67 tahun silam ini. |MULIA
April 2017/Rajab 1438
77
TAHFIDZUL QURAN Pihak pengurus menetapkan beberapa syarat; usia anak yang mendaftar tidak kurang dari 5 tahun. Dan setiap pembimbing, dibatasi maksimal 15 anak. Selain membaca, anak-anak juga diantarkan bisa menulis al-Qur’an. Di samping itu, menu pelajaran sekolah umum, seperti tulis menulis huruf latin, fiqih dasar, dan matematika, juga disuguhkan. Yang menarik, selain tidak dipungut biaya, ketika lulusan TK ini melanjutkan sekolah ke SD/sederajat, tidak sedikit dari mereka yang langsung masuk kelas dua. “al-Hamdulillah, karena anak-anak sudah bisa membaca al-Qur’an dengan lancar, begitu juga tulis-menulis latin dan berhitungnya, jadi mereka langsung duduk di kelas dua,” ulas ibu enam anak ini. Menyebar ke Nusantara Perintis pertama TK Mamba’ul Hasan adalah Kiai Muhammad bin Shofwan, pada kurun waktu tahun 1940-an. Cikal bakal pendiriannya, bermula dari keresahannya yang mendapati si buah hati, yang saat itu menginjak usia lima tahun, enggan mengaji. Keumuman anak-
78 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
anak pada masa itu, mereka belajar alQur’an di rumah guru masing-masing. Namun sang putra enggan. Tak ayal ini menjadi bahan pikiran Kiai Sofwan. Beliau yang lulusan Makkah dan menjadi guru ngaji orangorang tua di masjid, tak berkenan jika anaknya sendiri enggan mendalami kitab suci. “Akhirnya, beliau berinisiatif mengajar sendiri di rumah dengan metode yang beliau temukan,” kisah Mardhiah. Kepiawaian Kiai Sofwan dalam mengajar dan ketegasan yang diterapkan, berbuah manis. Sang buah hati mampu menguasai bacaan al-Qur’an. Tak disangka, ‘buah harum’ ini tercium oleh sanak keluarga lainnya. Mereka pun berbondong-bondong menitipkan anak. Lambat laun, semerbak aroma harum ini semakin menjalar, bahkan sampai ke luar negeri, khususnya negara-negara tetangga, Malaysia dan Brunai. Mereka pun mempercayakan putraputri mereka untuk dididik di kediaman sang kiai, di Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Karena begitu besarnya kepercayaan, jumlah santri sampai menembus angka
3000-an. Tempat tidak mencukupi, akhirnya dititipkanlah ke rumah-rumah warga. “Di masing-masing rumah itulah, mereka dibina dan belajar membaca al-Qur’an, dengan pembimbing masing-masing,” jelas alumni Master Hukum Universitas Narotama. Sepeninggal Kiai Sofwan (1994), pucuk kepemimpinan lembaga ini berpindah tangan ke anak sulung; Kiai Muqsith Muhammad (sampai sekarang). Beberapa tahun berselang, sebuah keputusan besar diambil sang kiai. Ia mempersilakan para santrinya yang telah menguasai teknik pembelajaran al-Qur’an, untuk membuka cabang di daerah-daerah. “al-Hamdulillah cabang pondok ini sudah menyebar ke seluruh Indonesia,” ujar Mardhiah. Untuk saat ini, murid TK Mamba’ul Hasan di Sidayu tinggal 150-an siswa/i, yang kebanyakan berasal dari warga sekitar. Perubahan lainnya, lembaga ini juga telah membuka jenjang pendidikan formal, mulai dari Madin (Madrasah Diniyah), MI (Madrasah Ibtidaiyah), dan MA (Madrasah Aliah).*/Robinsah
SINERGI
FOTO: iMAM NAWAWI/MULIA
Membangun Kemandirian Yatim Dhuafa melalui Bibit Kambing
M
enjadi yatim dan piatu bukan pilihan, melainkan takdir yang telah ditentukan Allah Subhanahu Wataâ&#x20AC;&#x2122;ala. Banyak ayat di dalam Al Qurâ&#x20AC;&#x2122;an yang menyebutkan berbagai hal menyangkut kehidupan anak yatim, dimana mereka memiliki kedudukan yang khusus. Al-Quran perlakuan manusia kepada anak yatim dijadikan sebagai indikator penting, apakah seseorang itu betul-betul sebagai pembangun atau perusak bahkan dianggap sebagai
80 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
pendusta agama. Guna mencegah ancaman al-Quran ini, hari Rabu, 25 Januari 2017, Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH) Perwakilan Sulawesi Barat, menyalurkan bantuak donatur berupa amanah 8 ekor bibit kambing untuk proram Yatim-Dhuafa Berdaya. Sebanyak 6 ekor bibit kambing diamanahkan kepada dhuafa Binaan BMH di Desa Mahahe, Tobadak 2, Mamuju Tengah, dan 2 ekor lagi diamanahkan kepada Yatim Binaan BMH di
LKSA Qurrotaâ&#x20AC;&#x2122;ayuun, Desa Tadui, Mamuju. Syamsuddin selaku Kepala BMH Perwakilan Sulawesi Barat menjelaskan, di samping sebagai media pembelajaran, kambing-kambing yang digembalakan ini diharapkan menjadi tabungan anak-anak ketika akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Muzakkir, salah satu anak yang menerima amanah bibit kambing ini merasa sangat bahagia. Bersama beberapa temannya, ia telah menanam beberapa pohon
SINERGI lamtoro dan gamal (pakan kambing) di sisi asrama LKSA Qurrota’ayuun di Desa Tadui. Tak hanya itu, kandang kambingpun telah dibuatnya secara gotong-royong bersama teman-temannya. Anakanak belasan tahun ini mengumpulkan balok dan papan bekas di sekitar asrama, merancang model, menggergaji, dan merangkai balok demi balok menjadi sebuah kandang kambing layak huni. Untuk aktivitas menggembala kambing bukan hal baru bagi anak-anak asuh LKSA Qurrota’ayuun binaan
ketika ada kebutuhan mendesak. Lebih seringnya, ketika anakanak akan melanjutkan sekolah pada jenjang berikutnya. Hanya saja kali ini mereka memelihara kambing milik sendiri. Dan inilah yang menjadikan mereka bersemangat, karena menggembala kali ini tidak sekedar merawat dan menyiapkan pakan untuk ternaknya. Akan tetapi lebih dari itu, menggembala adalah cara menyiapkan masa depan lebih baik. Kepala Cabang Bank Sulselbar Syariah cabang Mamuju, Taufan Riestanto, merasa sangat
BMH ini. Di tengah keluarga mereka memelihara kambing dimaknai sebagai cara lain untuk menabung, kemudian dijual
berbahagia lembaga yang dipimpinnya bisa turut berkontribusi mendukung program Yatim-Dhuafa Berdaya. “Ini benar-benar hal
yang sangat berkesan dalam momentum Hari Jadi Bank Sulselbar Syariah tahun ini,” jelas Taufan, ditemani rombongan keluarga besar Bank Sulselbar Syariah yang turut hadir menyerahkan amanah bibit kambing tersebut. “Dua ekor bibit kambing ini, semoga menginspirasi pihak lain untuk turut terlibat, apalagi 2 ekor bibit kambing ini masingmasing adalah betina, belum ada jantannya,” seloroh Taufan dengan senyum ramah dikerumuni anak-anak. Selain di LKSA Qurrota’ayuun Mamuju, sebelumnya program yang sama telah berjalan di Dusun Tengkosituru, Desa Mahahe, Tobadak 2, Mamuju Tengah. Sebanyak 6 ekor amanah bibit kambing (5 kambing jantan dan 1 kambing betina) diserahkan kepada dhuafa binaan BMH di TPQ Al Aqsha. Enam ekor bibit kambing ini amanah dari Sahabat Al Aqsha. Mari dukung semangat para yatim dhuafa untuk tetap bersekolah dengan memberikan beasiswa 1 ekor kambing untuk 1 orang yatim-dhuafa, dengan donasi Rp. 1.500.000/ekor kambing.* |MULIA
April 2017/Rajab 1438
81
AKSI
FOTO: DIRROM/MULIA
Paket Sembako dan Layanan Pengobatan Thibbun Nabawi Korban Banjir NTB
H
ujan deras yang berlangsung selama lima hari berturut-turut (sejak Senin, 6 Februari hingga Sabtu 11 Februari 2017) menyebabkan sungai-sungai meluap di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Musibah ini membuat tujuh kecamatan terendam banjir.
82 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Labuan Badas, Empang, Terano, Sumbawa, Unter Iwes, Moyo Utara, dan Moyo Hilir. â&#x20AC;&#x153;Alhmadulillah kehidupan masyarakat sudah kembali normal, namun masih banyak PR bagi kita, yaitu kerusakan sekolah, rumah, dan
perlengkapan sekolah anak-anak,â&#x20AC;? kata Abdul Kholiq, Ketua BMH Perwakilan NTB. Pasca banjir BMH sudah menyalurkan pakaian layak pakai, makanan siap saji, dan pengobatan dengan metode thibbun nabawi. Pada tanggal 22 Februari 2017 BMH kembali memberikan
AKSI
paket sembako kepada 150 KK korban banjir di 3 lokasi, yaitu Kampung Cemes, Brang Bara, dan Kampung Bima. “Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik dan BMH semakin dipercaya oleh masyarakat,” kata Ustadz Alwan, tokoh masyarakat setempat. “Harapannya anak-anak kami yang masih sekolah segera mendapatkan seragam karena seragam hanyut banjir,” imbuhnya. Penyaluran ini didukung oleh Dewan Kerja Cabang Gerakan Pramuka Lombok Barat dan SMK Negeri Model 1 Selong Lombok Timur. Kemudian pada Jumat, 24 Februari
Laznas BMH memberikan layanan kesehatan berupa Pengobatan Thibbun Nabawi untuk para korban banjir. “Alhamdulillah Jumat pagi berbagi berkah dalam bentuk pengobatan Thibbun Nabawi alias bekam bersama Masyarakat Kampung Bun Mas, Batu Beleq, dan Remajun Desa Pengembur Kecamatan Pujut Lombok Tengah,” sebut Abdul Kholiq. Hadir sebagai thabib Ustadz Said Al Farisi, MTn dan tim. Dalam kesempatan tersebut Ustadz Dirajab Kiswanto mewakili masyarakat mengucapkan terima kasih kepada BMH atas kepeduliannya kepada masyarakat. “Semoga BMH
semakin maju dan sukses,” ucapnya dalam sambutannya, yang diamini masyarakat penerima manfaat program.*/ Dirrom
“
Alhmadulillah kehidupan masyarakat sudah kembali normal, namun masih banyak PR bagi kita, yaitu kerusakan sekolah, rumah, dan perlengkapan sekolah anak-anak
FOTO: DIRROM/MULIA
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
83
KIPRAH
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Kembangkan Program Literasi, Bantu Buku untuk Santri
U
dara sejuk menyergap ke seluruh tubuh saat tim Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH) Perwakilan Sulawesi Selatan menyusuri perbukitan Puncak Maros. Lokasi yang begitu asri, jauh dari bising dan polusi perkotaan, suasana tenang di antara bukit dan pepohonan membawa kesan nyaman tersendiri. Terlebih
84 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
kehadiran Pesantren Penghafal Al-Qur’an Ummul Qura di ujung Desa Arra’ Kecamatan Tompobulu Puncak Maros. Dalam kunjungan tersebut BMH menyerahkan bantuan buku bacaan kepada Pesantren Ummul Qura Puncak Maros. Penyerahan bantuan tersebut merupakan bagian dari komitmen untuk mendorong budaya baca dan menulis di kalangan santri.
Sumber bacaan dan rak buku senilai Rp 5 juta itu disambut gembira oleh para santri dengan langsung mengerumuni dan meminjam untuk bisa segera membacanya. Ustadz Harun selaku pimpinan pesantren menerangkan, santrinya yang saat ini berjumlah 50 orang mengkhususkan diri pada program menghafal Al-Qur’an. “Buku bacaan favorit para santri di sini bukubuku sejarah,” terang
KIPRAH Harun. Ketua BMH Perwakilan Sulsel, Kadir, menerangkan, program bantuan buku ini diharapkan bukan sekedar bahan bacaan semata, namun bisa mendorong lahirnya keinginan dan dorongan kuat di kalangan santri untuk menjadi seorang penulis. â&#x20AC;&#x153;BMH membuka kesempatan kepada masyarakat untuk menyumbangkan buku bacaan, baik berupa donasi atau buku, untuk disalurkan pada program literasi pondok pesantren. Siapa tahu kelak ada di antara mereka yang menjadi penulis sekelas Hamka dan M. Natsir,â&#x20AC;? katanya bersemangat. Kegemaran membaca dan menulis adalah dua sisi mata
uang yang tidak dapat dipisahkan, maka dengan itu santri yang didorong memiliki budaya baca, pada akhirnya mau menggerakkan pena untuk memulai belajar menulis dan menjadi seorang penulis. Pengadaan buku yang digalang oleh BMH difokuskan untuk menambah jumlah buku yang ada dan disalurkan secara rutin sebulan sekali untuk perpustakaan di pesantren tersebut. Ponpes Penghafal al-Qurâ&#x20AC;&#x2122;an Ummul Qura selama ini telah menjadi mitra BMH dalam pendidikan anakanak yang memiliki keinginan menjadi penghafal Al-Qurâ&#x20AC;&#x2122;an. Di pesantren ini juga tidak meninggalkan pendidikan formal.
Sebab, sekolah yang ada disetarakan dengan tingkat SMP dan SMA. Beberapa program bantuan untuk meningkatkan fasilitas pendidikan juga dilakukan, seperti pembangunan masjid di tengah-tengah pondok pesantren. Direncanakan di tahun 2017 ini bersama dengan pengurus pesantren, BMH Sulsel akan membangun asrama santri yang respresentatif. Dalam menjalani kehidupan berasrama, para santri juga diajarkan kemandirian melalui kegiatan pertanian holtikultura, ternak ikan, dan ternak lebah. Untuk menjaga kondisi dan keterampilan fisik para santri aktif melakukan kegiatan sepak bola, memanah, dan sepak takrow.*/Bas
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
85
DEDIKASI
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Srikandi Syariah Serahkan Armada Tahfidz
L
embaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH ) Jawa Timur Gerai Banyuwangi bulan lalu menggelar Lauching Armada Tahfidz, yang merupakan kontribusi dari jamaah ibu-ibu Srikandi Syariah. Launching ditandai penyerahan serta peresmian mobil tahfidz dan pemotongan pita oleh juru bicara Srikandi Syariah, Andi Miko. Dalam sambutannya, Andi mengharapkan, armada tahfidz ini mempermudah layanan dakwah BMH kepada umat hingga ke pelosok-
86 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
pelosok. “Armada tahfidz ini digunakan untuk layanan dakwah keliling, sehingga ke depannya diharapkan di Banyuwangi akan ada perkampungan tahfidz,” harap ayah dari dua anak tersebut. Andi menyampaikan bahwa penggalangan dana untuk mewujudkan sebuah mobil dakwah tersebut hanya dilakukan selama 3 bulan sejak Manager Gerai BMH Banyuwangi, Ahmad Sumedi, melakukan presentasi pada anggota Srikandi Syariah tentang tujuan penggunaan armada itu.
“Teman-teman langsung bersemangat setelah Mas Ahmad berdialog pada kami seputar keinginan BMH memiliki armada tahfidz,” imbuhnya. Suami dari Febrya Ayu itu mengaku bangga dapat memberikan sedikit sumbangsih bagi kemaslahatan umat di Banyuwangi. “Senang dapat bekerja sama dengan BMH, yang merupakan lembaga zakat teramanah,” jelasnya. Sementara itu, Ahmad Sumedi, Manager BMH Jatim Gerai Banyuwangi, mengatakan,
DEDIKASI penyerahan mobil dakwah bantuan Srikandi Syariah ini akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan umat. Srikandi Syariah merupakan komunitas perkumpulan member salah satu perusahaan nutrisi asal Jepang. “Alhamdulillah kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya pada BMH Jatim,” tegasnya. Ahmad menambahkan, fungsi dan manfaat mobil tahfidz ini untuk mendukung program BMH Jatim dalam memberdayakan Pondok Pesantren Tahfidz Hidayatullah Banyuwangi, seperti program tahfidz on the road, tahfidz on the school, dan nguliner tahfidz. Febrya Ayu Pratitis selaku Ketua Srikandi Syariah menuturkan, pihaknya sangat berbahagia bisa ikut serta dalam program dakwah yang dilakukan BMH. “Kami tentu sangat bahagia ada BMH, sehingga kami bisa ikut mendukung programprogram pendidikan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh BMH, terutama di daerah Banyuwangi,” ucapnya. Lebih jauh Ahmad menjelaskan bahwa BMH dan Srikandi
Syariah telah intens berkomunikasi dan bersinergi. “Untuk kesekian kalinya Srikandi Syariah turut andil dalam program sosial yang digagas BMH Banyuwangi, kali ini menandatangani kerja sama pengadaan armada mobil dakwah. Mobil juga akan digunakan sebagai sarana pendukung aktivitas dakwah para dai Pesantren Hidayatullah Banyuwangi hingga ke desa-desa pelosok,” paparnya. Armada tahfidz tersebut diserahkan oleh Srikandi Syariah kepada BMH Jawa Timur Gerai Banyuwangi di selasela acara Seminar dan Bedah Buku “Ditolong Allah” di aula STIKOM PGRI Banyuwangi. Sontak saja penyerahan tersebut memantik perhatian
banyak pihak, terutama mereka yang ingin mendapat inspirasi dari forum seminar dan bedah buku tersebut. Pada saat yang sama pimpinan Pesantren Tahfidz Hidayatullah Banyuwangi, Ustadz Agus Feri, menambahkan, keberadaan armada tahifdz itu sangat membantu perjuangan dakwah pesantren dalam mentahfidzkan Banyuwangi. “Cita-cita kami mencetak para hafidz yang mumpuni,” tegas ustadz asli Sumenep tersebut. Ustadz Agus sangat mengapresiasi beberapa program BMH Banyuwangi, terutama upaya mewujudkan mobil dakwah tersebut. Hal tersebut selaras dengan program pesantren untuk lebih memasyarakatkan program tahfidz di tengah-tengah masyarakat.* |MULIA
April 2017/Rajab 1438
87
LIPUTAN
FOTO:RAHMATULLAH/MULIA
Jambore Nasional Pandu Hidayatullah
K
etua Kwartir Pramuka Daerah Jawa Timur, Tukiyar mengatakan, dalam kepramukaan terdapat tiga pokok penting yang harus dicapai, yakni peningkatan rasa patriotisme, pembentukkan karakter, dan kecakapan hidup. “Akhir-akhir ini, tayangan televisi jauh dari sesuatu yang bersifat mendidik anak-anak. Tampak sekali kualitas generasi kita menurun drastis,
88 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
sikap kebangsaan tak melekat di hati mereka, dan ini menjadi perhatian khusus dari orang tua,” katanya, saat menyampaikan sambutan menggantikan Wakil Gubernur Jawa Timur Drs H Saifullah Yusuf saat acara “Jambore Nasional I Pandu Hidayatullah” di Bumi Perkemahan Coban Rondo, Malang, Jawa Timur, Selasa (14/02/2017) sampai Sabtu (18/02/2017). “Saya yakin dan
percaya, adik-adik peserta Jambore, insya Allah menjadi generasi yang handal,” ucapnya. Jambore Nasional I Pandu Hidayatullah mengangkat tema “Sukses Kaderisasi Melalui Pandu Hidayatullah”, dihadiri seribu lebih peserta dari pelajar Hidayatullah seluruh Indonesia, mulai dari tingkat SD hingga SMA. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hidayatullah, Nashirul Haq mengatakan,
LIPUTAN seluruh peserta Jambore Nasional Pandu Hidayatullah mesti memiliki karakter spiritual yang baik, kemandirian, ketangguhan, dan keterampilan, serta rasa persaudaraan yang tinggi. “Dalam Pandu Hidayatullah I ini, seluruh peserta harus memiliki kualitas ketakwaan, ketaatan, dan kesabaran yang tinggi dalam upaya menumbuhkan semangat juang dalam diri,” tegasnya. Menurut Ketua Dewan Pendidikan Dasar dan Menengah DPP Hidayatullah, Amun Rowie, Jambore Nasional I ini menjadi cikal bakal untuk menjadi kegiatan yang diadakan secara rutin. “Kami mengumpul kan elemen lembaga pendidikan di Hidayatullah secara
nasional, mulai SD, SMP, dan SMA. Dan, berharap kegiatan ini bisa berkelanjutan dan diselenggarakan setiap tahunnya,” tuturnya. Acara tersebut diisi dengan beragam kegiatan, seperti Pandu Challenge, Pandu Edutrip, serta Pandu Bela Negara. “Khusus Pandu Bela Negara kami mengundang dari TNI sebagai instruktur,” ujarnya. Meskipun kegiatan diadakan di alam terbuka, lanjut Amun, kegiatan spiritual menjadi kegiatan unggulan dalam kegiatan ini. “Shalat lima waktu wajib dijaga, termasuk shalat sunnah lainnya. Hal itu sesuai dengan ruh perjuangan Nabi seharihari yang menjadi spirit Hidayatullah dalam membina para kadernya,” urainya. Kegiatan ini
berlangsung berkat kerjasama banyak pihak, di antaranya didukung oleh Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH) seluruh Indonesia. Marwan Mujahidin selaku Ketua Umum Laznas BMH menegaskan, program pembinaan generasi muda merupakan program inti dari Laznas BMH. “Setiap program yang mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama di bidang pendidikan, termasuk program inti dari Laznas BMH, yang merupakan mitra umat dalam upaya konkret ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi, kami dari BMH seIndonesia sepenuhnya berupaya mendukung program penting ini,” pungkasnya.*/ Rahmatullah
FOTO:RAHMATULLAH/MULIA
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
89
PROGRAM
FOTO: HERIM/MULIA
bmh beri beasiswa 31.682 siswa
B
agi yang hidup berkecukupan, bisa sekolah adalah hal biasa. Dan bagi sebagian lainnya, mungkin belajar di luar negeri tidak masalah. Tetapi, bagi sebagian besar anak bangsa, sekolah masih menjadi sesuatu yang sangat istimewa. Bagi mereka, bisa sekolah seperti mewujudkan impian. Kesenjangan bidang pendidikan ini masih membutuhkan kepedulian kita semua. Setidaknya umat Islam juga harus menyisihkan kelebihan rezekinya
90 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
membantu sesama, bahkan mewujudkan impian mereka untuk memperoleh pendidikan yang layak. Melalui zakat dan sedekah, siapa pun bisa mewujudkan kemuliaan diri, keluarga, bahkan hingga bangsa dan negara. Oleh karena itu, sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH) membuka Program Senyum Anak Indonesia sebagai wadah kita bersama ikut mengangkat harkat dan martabat bangsa
melalui program pendidikan. Bekerjasama dengan Ormas Hidayatullah, BMH telah merealisasikan program pendidikan berupa beasiswa sekolah untuk 31.682 siswa tingkat SD sampai SMA di seluruh Indonesia. â&#x20AC;&#x153;Tentu jika dibandingkan dengan jumlah total di negeri ini yang harus dibantu, apa yang BMH lakukan masih sangat kecil,â&#x20AC;? jelas Dede Heri Bachtiar selaku Direktur Program Pemberdayaan BMH Pusat.
PROGRAM Dan, rasanya hati sangat terenyuh jika melihat kebahagiaan mereka yang menerima manfaat dari program ini. Seperti yang disampaikan oleh Ardan Nurdiansyah, siswa kelahiran Manokwari pada 2510-2003 , merasa sangat bersyukur bisa mendapatkan beasiswa sekolah dari BMH. “Suatu kesyukuran bagi saya dan kedua orangtua saya, karena bisa bersekolah di Hidayatullah dengan gratis (beasiswa, red) dan bisa meringankan beban dan biaya orangtua. Dan belum tentu ada sekolah gratis, kalau ada pun itu sangat jarang. Jujur saya sangat bersyukur dan terima kasih kepada BMH,” katanya di Pesantren Hidayatullah Manokwari Papua Barat. “Dan harapan saya, BMH bisa mengajarkan banyak hal yang belum bisa saya ketahui dan juga semoga BMH bisa berkembang di seluruh pelosok, terutama di kampung saya di Kabupaten Tambrau Papua Barat. Saya ingin mendapat beasiswa dari BMH sampai lulus dan juga bisa menjadi bagian dari BMH. Keinginan saya suatu saat, saya bisa mengajarkan keluarga saya dan masyarakat di
FOTO: HERIM/MULIA
desa saya yang belum mendapatkan hidayah,” imbuhnya penuh semangat. Demikian pula halnya dengan Nasirun Haq (9 tahun), yang merupakan salah satu santri Panti Asuhan Uswatun Hasanah Hidayatullah Pontianak, Kalimantan Barat. Anak yang mempunyai citacita sebagai tentara dan Qur’an ini sangat bahagia bisa merasakan bangku pendidikan. “Saya sangat senang, Alhamdulillah dapat beasiswa sekolah, bahkan kebutuhan saya dapat terpenuhi. Tidak saja bisa sekolah, tapi juga bisa jajan juga,” ucapnya disertai senyum. Demikian sekedar contoh kebahagiaan mereka yang tak punya biaya, namun bisa sekolah melalui beasiswa sekolah yang diinisiasi BMH. Untuk itu, bersama Laznas BMH mari wujudkan kecerdasan bangsa melalui
Program Senyum Anak Indonesia. Sungguh kepedulian Anda adalah wujud komitmen diri terhadap bangsa, negara dan agama. Jadi mari bersama wujudkan anak-anak Indonesia bisa sekolah.*/Herim
“
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
91
MUZAKKI
Dr. Khairul Anam, M. Si Sekjen Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang
BMH dapat menjadi mitra pilihan bagi perguruan tinggi dalam membangun bangsa melalui program Tridharma Perguruan Tinggi
92 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
DOA
Meminta Dimudahkan Urusan
اَللَّ ُه َّم ال َس ْه َل إِالَّ َما َج َع ْل َت ُه َس ْهالً َو ًت َس ْهال َ ت َتجْ َع ُل ْال َح ْز َن إِ َذا ِش ْئ َ أَ ْن “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Dan apabila Engkau berkehendak, Engkau akan menjadikan kesusahan menjadi kemudahan”
NB: Dalam kehidupan ini, tak jarang kita terbentur dengan persoalan yang sulit dilerai. Sebagai seorang beriman, Allah adalah sebaik-baik sandaran untuk meminta pertolongan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Termasuk mempermudah permasalahan yang tengah dihadapi. Tak ada yang sulit bagi Allah, bila Dia berkehendak mempermudah. Untuk itu, senantiasalah bermunajat kepada-Nya. Doa di atas bisa menjadi rujukan. (Khairul Hibri) |MULIA
April 2017/Rajab 1438
93
INSPIRASI
SUMBER: yagmurkokusu
Mendahulukan Ibu, Memudahkan Segala Urusan Yang cukup menyentakku, cara Allah mengingatkan atas niatku mengirim ibuku uang yang terus tertunda
M
emiliki banyak uang tentu harapan manusiawi setiap orang. Tapi diberi amanah menjadi bendahara adalah hal yang sangat berat, sebab harus memegang uang yang bukan milik kita. Demikianlah yang harus aku hadapi, meskipun hanya sebatas bendahara dalam kegiatan internal sekolah. Sebenarnya aku tak ingin turut andil mengambil peran. Aku tahu pasti bahwa aku tak punya bakat mengelola keuangan, dan yang lebih mengkhawatirkan,
94 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
aku bukan sosok yang telaten. Berangkat dari kesadaran itulah ketika harus menjadi bendahara dalam sebuah kegiatan selama seminggu, aku sangat berhati-hati dan berupaya mencatat dengan rinci setiap uang yang masuk dan keluar. Menyatukan berkas-berkas nota dan kwitansi yang diberikan setiap divisi, dengan harapan ketika membuat lembar pertanggungjawaban aku tidak kelimpungan dengan jumlah uang yang tidak sesuai dengan pencatatanku.
Beberapa hari kegiatan berjalan, semua masih baikbaik saja. Namun tepat dua hari sebelum penutupan, ketika jam menunjukkan pukul 23.30 aku mencoba mengecek kembali jumlah uang yang ada dan mencocokkan dengan pencatatanku... Innalillahi, uang tersebut kurang tujuh ratus ribu rupiah. Tubuhku sekonyong-konyong lemas. Malam itu aku sedang menginap di tempat kegiatan, maka hal pertama yang aku lakukan adalah mengecek loker
INSPIRASI tempatku menyimpan barang-barang. Hasilnya nihil. Kukeluarkan semua isi tasku, hasilnya sama nihilnya… Seingatku, aku terakhir membawa uang satu juta rupiah untuk kuserahkan kepada salah satu divisi yang membutuhkan. Tapi, ternyata orang yang aku cari berhalangan hadir, dan entah selanjutnya aku lupa meletakkannya di mana. Satu-satunya harapanku adalah ‘rumah’. Semoga uang itu tertinggal di kantong baju yang terakhir kali aku gunakan. Segera kutelepon suamiku meminta tolong agar ia memeriksa semua kantong baju, yang menurutku mungkin uang itu ada di sana. Ternyata nihil. Uang belum juga kutemukan. Ya Allah, engkau sebaik-baik penolong. Maka, aku memutuskan mengganti uang tersebut. Tapi, uang tunai yang sedang aku pegang adalah uang yang harusnya kukirimkan kepada orang tuaku. Apakah harus kutunda niat itu? Malam itu aku lantas memilih mengambil air wudhu dan shalat. Tidak ada permohonan lain yang aku panjatkan selain memohon petunjuk atas keberadaan uang itu dan memohon petunjuk
terbaik apakah menunda mengirim uang untuk ibuku. Tepat pukul 07.30, aku mendapat pesan WA dari salah satu divisi yang menyampaikan bahwa ia telah menerima tambahan dana 500.000 rupiah dariku saat usai makan malam. Alhamdulillah. Menjelang dzuhur, salah seorang peserta mengatakan bahwa ia tidak jadi menyerahkan uang kontribusi sebesar 200.000 rupiah karena batal mengikuti kegiatan. Allahu Akbar. Semua memang murni kelalaianku dalam pencatatan keuangan. Tetapi satu hal yang cukup menyentakku adalah cara Allah mengingatkan atas niatku untuk mengirim ibuku uang yang terus tertunda. Setelah urusan selesai, aku segera mengirimkan uang itu kepada beliau. Bahkan sebelum aku mengkonfirmasi, beliau langsung menelepon dan mengucapkan terima kasih, pernyataan yang menunjukkan bahwa beliau memang sudah menantikan uang itu. Satu doa yang beliau panjatkan, “Semoga rezekimu terus bertambah dan urusanmu dimudahkan Allah.”
Sejak kejadian itu, aku merasakan betapa Allah memudahkan semua urusanku. Kini aku lebih mendahulukan untuk mengirimkan beliau uang sebelum memenuhi kebutuhanku. Terasa betapa Allah semakin menambah rezekiku. Memang tidak berlebihan tapi sudah sangat jauh dari cukup. Ridha Allah terdapat dalam keridhaan seorang ibu. Jika merasa bahwa memenuhi kebutuhan ibu kelak mengurangi kebutuhanmu, ingatlah, berapa tahun ibu menahan banyak keinginannya hanya untuk memenuhi kebutuhan kita sejak kecil hingga dewasa. Allahummaghfirly waliwaalidaiyya.*/ Ummu Fakhita, pengajar di Jawa Timur
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
95
KREASI
HIASAN DINDING OLEH: RUBIAR
CARA PEMBUATAN
1. Potong kertas ukuran 3 x 3 cm
2. Kerucutkan kertas dengan jari
3. Lem kertanya
4. Buat lebih dari satu
9. Tempelkan kerucut sebagai susunan ke 3
10. Tempelkan kerucut berikutnya sebagai penutup
11. Siapkan kertas ukuran 10 x 15 cm
12. Lipat kertas
96 MULIA
|Rajab 1438/April 2017
KREASI
BAHAN DAN ALAT: t Kertas majalah / kalender t Gunting t Lem 17. Potong kertas membentuk tangkai, susun dan tempel beserta bunga dan daunnya, lalu tempelkan pada dinding
6
5. Tempel kerucut dengan kerucut
13. Potong kertas seperti contoh
7
8
6. Tempelkan kerucut hingga membentuk lingkaran/ bundar
7.Tempelkan beberapa kerucut di atasnya
14. Lipat bolak balik kertas dengan arah serong
15. Selesaikan lipatan bolak balik
8. Tempelkan kerucut susunan kedua hingga penuh
16. Bukan lipatan sehingga menjadi daun
|MULIA
April 2017/Rajab 1438
97
ÊęĎÊħǝŨÊħāǝĦëħāőÊŇĜÊħǝęĎŝÊ
Àpĺ ª pĺ{p|pĺ ĺ7p p£p ĺ" pÚpÆÊ££p
ǘ #N ĺ J1 8 8 8 e!_ _ Dǝ ! !] Ǚ
#PDMDODKKLGD\DWXOODK