Majalah Mulia Edisi Mei 2017

Page 1



SALAM

Momentum

Perubahan

M

enjadi Muslim itu sangat menguntungkan, sebab momentum perubahan senantiasa Allah sediakan. Mulai dari harian, pekanan, bulanan hingga tahunan. Dalam konteks tahunan, tidak lama lagi, kita akan kedatangan Bulan Ramadhan. Sudah jamak dipahami, intensitas dan mujahadah Nabi, sahabat, ulama, dalam menyambut dan mengisi Ramadhan dengan ibadah dan kepedulian sangat luar biasa. Tetapi, tidak, atau belum dengan diri dan keluarga kita. Mengapa? Boleh jadi, diri ini yang memang harus melihat lebih tajam ke dalam. Apakah ada niat untuk membuat perubahan, terutama saat Ramadhan akan tiba?

Pertanyaan ini penting agar mental, mindset, dan kesigapan diri memakmurkan Ramadhan benar-benar siap. Sebab perubahan diri mustahil terjadi, tanpa ada upaya nyata dari diri sendiri untuk mewujudkannya. Perubahan harus diperjuangkan, bukan semata didiskusikan dan di-training-kan. Terlebih, kalau bicara momentum, Ramadhan akan segera tiba. Sudah berapa kali dalam hidup kita melewati Ramadhan demi Ramadhan, dan apa yang kita dapatkan selama ini? Kalau usia kita 40 tahun berarti kita sudah menjalani puasa sebulan penuh kira-kira 25 kali dalam 25 tahun terakhir sejak kita baligh. Perubahan apa yang telah kita dapatkan?

Sekarang mari cek, bila perlu didata, bagaimana perbuatan diri sehari-hari, apakah penuh manfaat atau justru begitu nikmat berjam-jam lamanya melihat tayangantayangan minim faedah? Apakah diri ada rasa rindu kepada akhirat atau semata-mata hidup ingin berlimpah nikmat dunia? Jika ini tidak diubah, maka waktu istimewa mana lagi yang masih dinantikan untuk mewujudkan perubahan menjemput rahmat Allah? Jadi, inilah momentum terbaik untuk melakukan perubahan diri yang tak semata pada aspek kebiasaan, perilaku serta mindset semata, tetapi juga orientasi hidup. Wallahu a’lam.*/Imam Nawawi

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

3


DAFTAR ISI

24

3 6

SALAM SURAT PEMBACA

EDUKASI Memupuk Percaya Diri Anak

26

ANISA Menikah Dini, Siapa Takut

8

JENDELA Bulan Ramadhan Pembinaan Keluarga

SOSOK Masykur Abdul Mu’id, Berjibaku Dirikan Pesantren

18

52

32

55

KOLOM IBU Puasa, Tak Buat Mati, kan? Ada Bonusnya Pula

36

RUANG UTAMA Puasamu Perisaimu

KELAMBU Mengembalikan Indahnya Tidur

46

SAKINAH Berhias Untuk Menggairahkan Suami

48

20

22

CERITA Duta Yang Beriman dengan Benar

4 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

ADAB Cium Tangan

28

SAKINAH Suku Hui, Kokoh Pertahankan Islam di Cina

15

50

SERBA-SERBI Ulama-Ulama Ahli Ilmu Falak FIQIH Zakat untuk Sekolah, Masjid dan Rumah Sakit

RIHLAH Safari Ke negeri Lion City

ISLAM PESONA Prof. Dr. Hamka, Membersamai Umat Sepanjang Masa

62

MUTIARA Bencana Melalaikan Al Qur’an

64

QUOTE

66

FIGURA


DAFTAR ISI

68

MARHABAN RAMADHAN Jelang Ramadhan, Tantangan TV dan Gadget

73

TAHFIDZUL QURAN Rizki Mendung Ariefianto, Mahasiswa Berprestasi ITS Ini Hafidz 30 Juz

80

PROLOG Marwan Mujahidin Membuat Nyata Potensi Zakat

83

PROGRAM RAMADHAN

87

KIPRAH Semua Karena Zakat

90

SINERGI Duet Komunitas Hijraheart dan Safa BMH, Memadukan Bisnis dengan Ibadah

93 DOA

94

INSPIRASI Memberi Makan Menjadi Penolak Bala

96

KREASI Figura Foto

SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab : Supendi S. Pengarah : Rama Wijaya, Pemred : Imam Nawawi Sidang Redaksi : Bambang S. Khairul Hibri, Cholis A. Imam N. Kontributor : Siraj, Abd. Syakur, Sahlah, Ibnu Sumari, Abu Falah, Desain : Mustain Al Haq. Iklan : Yanto Percetakan : Lentera Jaya Madina Alamat Redaksi : Jakarta : Jl. Kalibata Office Park, Jl. Raya Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax. 021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh. or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail. com SMS/WA. +62 822-3057-5647

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

5


SURAT PEMBACA Cara Berlangganan Majalah Mulia Assalamu’alaikum... Tim redaksi majalah Mulia yang semoga senantiasa dirahmati Allah. Beberapa waktu lalu, saya dikirimi oleh seorang teman salah satu artikel dari majalah Mulia via WA, yang diambil menggunakan foto kamera. Saya tertarik dengan artikel tersebut, sehingga menanyakan ke teman bersangkutan, bagaimana mendapatkan majalahnya. Namun si teman, tidak memberikan jawaban jelas. Karena itu akhirnya, saya berinisiatif bertanya langsung ke pihak redaksi, untuk mengetahui prosedur menjadi pelanggan majalah Mulia. Sekian, terima kasih. Anto | Gresik

Jawab : Wa’alaikumsalam wr wb Anda bisa berlangganan Mulia dengan menjadin don­ atur BMH di Gresik. apa redaksi MeneriMa naskah dari luar? Assalamu’alaikum.... Sebelumnya, saya

6 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

ucapkan selamat atas perubahan demi perubahan yang dilakukan oleh redaksi majalah Mulia, khususnya beberapa bulan belakangan. Bukan saja ‘menu’ hidangannya saja yang semakin variatif dan penuh ‘gizi’, namun juga penampilan disainnya juga semakin ‘kece’. Berkenaan dengan itu, ada yang ingin saya tanyakan; Apakah pihak redaksi juga menerima naskah-naskah dari pihak luar/pembaca dan sebagainya? Kalau memang ‘iya,’ bagaimana teknis pengiriman naskah ke pihak redaksi?

ruBrik untuk anak ditaMBah Assalamu’alaikum Salut untuk Mulia, isinya makin baik. Rubriknya juga makin beragam. Cuma sayang, rubrik untuk anak-anak hanya 2 halaman. Jika boleh usul, halaman untuk anak-anak ditambah. Syukursyukur juga ada rubrik remaja Ahmad Muhammad 08121783....

Roni | WA: 085205826***

Jawab : Wa’alaikumsalam wr wb Mohon maaf, sementara ini belum bisa. Mulia Makin Baik Assalamu’alaikum Program-program langsung menyentuh kebutuhan umat, isi majalahnya makin oke. Apalagi dengan tampilan baru sekarang ini, tambah siiip. Tingkatkan terus kualitasnya. Henik I | Sidoarjo

penguMuMan

Mulai edisi sekarang, demi peningkatan kualitas, redaksi Mulia menerima masukan baik tentang BMH maupun Mulia. Masukan bisa dikirim melalui SMS dan WA ke nomor 085731158404



JENDELA UTAMA

Bulan Ramadhan Pembinaan Keluarga

B

8 MULIA

ahagia dan gembira. Itulah yang akan dirasakan umat Islam, tak hanya di Indonesia tapi seluruh dunia, ketika bisa menyambut dan menjumpai satu bulan suci Ramadhan. Ramadhan ialah bulan spesial yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala hadirkan bagi hamba-Nya yang beriman. Tentu amat disayangkan kalau melewati Ramadhan begitu saja tanpa ada persiapan untuk menyandang status ketakwaan. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” Selain keberkahan, Allah juga menurunkan ampunan. Bahkan melipatgandakan setiap amal kebaikan di bulan suci Ramadhan. Sehingga, tak khayal dari zaman Rasulullah, sahabat, khalifah, tabi’in, tabi’ut tabi’in sampai mujaddid abad sekarang, saling berlomba-lomba melakukan amal kebaikan. Karena itu, tak berlebihan jika setiap Mukmin mempersiapkan segala sesuatunya guna menyambut Ramadhan. Edisi Mulia kali ini menyajikan gambaran bagaimana publik figur dari keluarga Muslim mempersiapkan keluarga dalam menyambut Ramadhan. Berikut adalah laporannya. Selamat membaca.*Fazeri

|Sya’ban 1438/Mei 2017


JENDELA UTAMA

Para ToKoh Siapkan Keluarga SambuT ramadhan Mempersiapkan rumah agar nyaman ibadah, siapkan ruhani agar berkah

‘Marhaban yaa Ramadhan’. Inilah ungkapan yang seringkali diucapkan saat menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan. Menurut konsultan masalah keluarga Bendri Jaisyurrahman, penyambutan tidak hanya bisa dilakukan melalui ucapan verbal dengan mengatakan ‘Marhaban yaa Ramadhan’, tapi juga dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan fisik. “Ada yang mengatakan Marhaban, tapi rumahnya berantakan, akhirnya nggak nyaman untuk ibadah,” katanya saat berbincang dengan Mulia akhir Maret lalu. Bendri mencontohkan penyambutan Ramadhan dalam bentuk fisik, dapat dilakukan dengan mengatur tata letak perabot rumah, mengecat ulang dinding

rumah, atau bisa juga membuat hiasan tulisan motivasi pada dinding ruangan. “Ini semata kita lakukan untuk menghadirkan suasana rumah yang nyaman, serta memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa Ramadhan itu menyenangkan,” jelas Bendri.

SOSIALISASI Selain itu, menurut Bendri, ada beberapa persiapan yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk menyambut Ramadhan. Pertama,

Bendri Jaisyurrahman

melakukan sosialisasi, terutama kepada anakanak. Pasalnya, selama Ramadhan akan ada perubahan baik dari segi psikologis anak, pola makan dan lainnya. Anak-anak kadang tidak siap puasa karena orangtua lupa mensosialisasikan sebelumnya. “Sebab itu, sejak awal orangtua perlu memberitahukan kepada anak bahwa beberapa minggu lagi Ramadhan,” kata Bendri. Kedua, adaptasi. Prosesnya dengan melakukan latihanlatihan puasa sunnah seperti puasa Senin dan Kamis. “Itu bisa dilakukan pada bulan Rajab, supaya ketika sudah tiba Ramadhan anak-anak sudah terbiasa dengan mengerjakan puasa,” jelasnya. Ketiga, merumuskan target, yakni anak-anak |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

9


JENDELA UTAMA membuat target ibadah selama Ramadhan, mulai shadaqah, tarawih, bacaan atau hafalan al-Qur’an, seperti apa puasanya dan seterusnya. “Ini khusus bagi anak-anak yang belum baligh. Melatih mereka melampaui target yang dibuat sendiri. Orangtua ikut memotivasi, mendampingi dan mengevaluasi,” terangnya. RUHIYAH Beda orang, pastilah berbeda karakternya. Terkadang berbeda juga persiapannya dalam menyambut Ramadhan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DKI Jakarta, Fahmi Salim. Persiapan yang

SUMBER: SaifUlMUlia/PiXaBaY

10 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

biasa ia lakukan untuk menyambut Ramadhan, pertama mengenalkan kepada anak-anak bahwa puasa Ramadhan itu penting serta merupakan sebuah kewajiban bagi umat Islam. “Kebetulan anak saya masih kecil. Anak pertama masih usia 6 tahun, anak kedua usia 4 tahun. Tapi, alhamdulillah mulai tahun kemarin sudah puasa meski baru puasa setengah hari. Anakanak terkadang juga ikut sahur bersama,” jelas Fahmi saat berbincang dengan Mulia awal April lalu. Kedua, persiapan ruhiyah. Selain ibadah, juga budgeting untuk program sedekah harian, misalnya dengan menyediakan makanan untuk berbuka puasa

Fahmi Salim di masjid atau mushola meski makanan atau minuman ringan. Orangtua Fahmi dulu membiasakan dan mencontohkan kepada anak-anaknya sedekah harian setiap Ramadhan. Salah satunya ya seperti itu. “Alhamdulillah, apa yang dicontohkan orangtua, juga saya lakukan sekarang untuk menyambut berkah,” ungkapnya. Selain berpuasa dan meningkatkan ibadah


JENDELA UTAMA

fOTO: MaRTY13126/PiXaBaY

Qiyamul Lail, ketika Ramadhan, masih kata Fahmi, Rasulullah juga menggencarkan sedekah. Menurutnya, kedermawanan Rasulullah jauh lebih besar dibanding dengan yang lain. Budget, lanjut Fahmi, walaupun tidak terlalu banyak, disesuaikan dengan kondisi ekonomi, “Kita juga siapkan sembako untuk para fuqara di sekitar rumah,” tutupnya menambahkan. PINTU MASUK SURGA Lalu bagaimana untuk persiapan seorang istri? Tugas suami, mengingatkan istri agar memperbaiki kualitas diri dengan memahami hakikat dari makna Ramadhan bagi perempuan. Ia mengutip hadist riwayat Ibnu Hibban dan Imam Ahmad, Rasulullah bersabda, jika seorang wanita shalat lima waktu,

puasa pada Ramadhan, menjaga kemaluannya serta patuh kepada suaminya, katakan padanya masuklah surga dari pintu manapun yang disuka. “Dari hadist ini artinya wanita punya 4 amalan unggulan, yakni shalat lima waktu, puasa Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan patuh kepada suami.” Menurut Bendri, 4 amalan ini harus menjadi prioritas, sebab menentukan kualitas seorang istri. Jika istri menyepelekan puasa Ramadhan, artinya ia keluar dari tujuan atau hakikat kewanitaan. “Ini yang biasa saya ingatkan kepada istri, berikan puasa yang terbaik di bulan Ramadhan sebab itu salah satu pintu masuk surga,” ucapnya. Berikutnya, masih kata Bendri, mengingatkan istri untuk tidak bersifat konsumtif. “Banyak

ibu-ibu pada Ramadhan naluri belanjanya justru semakin kuat. Setiap Ramadhan ada keinginan mengisi waktunya dengan shopping. Berarti ia lupa hakikat puasa.” Menurut Bendri, hakikat puasa Ramadhan salah satunya untuk menahan nafsu, termasuk perilaku konsumtif. Dengan puasa ini justru dapat melatih diri ibu-ibu untuk membedakan mana yang kebutuhan atau keinginan. Bendri berpesan kepada para orangtua, jadikanlah Ramadhan sebagai momentum untuk mengembalikan fungsi keluarga yakni; meraih kebahagiaan hidup kekal di akhirat. Allah mengingatkan dalam Surat al-Qashash ayat 77, “Carilah apaapa yang membawamu kepada kejayaan akhirat, dan jangan lupakan urusanmu di dunia.” Ramadhan ini mengingatkan bahwa akhirat lebih utama dan baik dibandingkan dunia. Jadi, fokus menggapai kejayaan akhirat tanpa harus melupakan urusan dunia. “Inilah fungsi keluarga yang harus terus menerus kita upgrade atau perbarui,” tandasnya. (Ibnu Sumari/Suara Hidayatullah) Mei 2017/ Sya’ban 1438

|MULIA

11


JENDELA UTAMA

SUMBER: PIXABAY

MenanaMkan

Kecintaan Terhadap Masjid

S

elama Ramadhan, menurut Pakar Parenting dan Keayahan, Bendri Jaisyurrahman, orangtua bisa membuat berbagai program kegiatan. Pertama, program sahur dan shalat Subuh berjamaah di masjid. “Ini dapat melatih anak-anak disiplin serta komitmen terhadap waktu,” ujarnya kepada Mulia, akhir Maret lalu. Menurut Bendri, irama hidup terbaik manusia justru di bulan Ramadhan. Sehingga, manusia harus taat waktu, khususnya

12 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

dalam hal ibadah seperti shalat dan sebagainya. “Saya sering sampaikan dalam berbagai forum, mencari berkah dalam keluarga salah satunya dengan bangun subuh. Beberapa kali saya menangani anak bermasalah, itu cirinya mereka bangun kesiangan. Boro-boro ngaji, shalat Subuh saja lewat, ” bebernya. Kedua, program membaca atau menghafal al-Qur’an. Hal yang bisa dilakukan orangtua, yakni membuat target untuk

anak-anak. Misalnya dengan program one day one juz untuk bacaan, one day one untuk hafalan atau lainnya. “Ini juga penting dilakukan agar anak-anak selalu dekat dengan al-Qur’an,” imbuhnya. Ketiga, program berbuka bersama sekeluarga. Ini bisa dimulai dengan seorang bunda mengajak anaknya menyiapkan hidangan berbuka puasa atau aktifitas lainnya. “Katakan saja membuat menu masakan kesukaan


JENDELA UTAMA anak, selama halalan thayyiban dan tidak berlebih-lebihan nggak masalah,” ujarnya. Keempat, program anak cinta masjid. Orangtua harus mampu membuat anak-anaknya cinta masjid sehingga anak-anak terbiasa beribadah ke masjid. “Jangan hanya waktu iktikaf sepuluh hari terakhir. Sejak awal Ramadhan harus kita tanamkan kecintaan anak kepada masjid,” pungkasnya. Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda

Indonesia (MIUMI) DKI Jakarta, Fahmi Salim mengabulkan, kegiatannya bersama keluarga saat Ramadhan di antaranya sahur dan buka bersama. Selain itu juga, kesibukan dalam kegiatan dakwah yang tak bisa ditinggalkan sebab sudah menjadi sebuah prioritas. Dalam kondisi dakwah seperti ini, biasanya ia meminta istrinya untuk mengawal dan membimbing anakanak, mengenalkan apa itu puasa Ramadhan, mengajak anak-anak

untuk membaca buku tentang kisah-kisah Islami dan sebagainya. Kendati demikian, jika Fahmi sedang tidak ada tugas dakwah keluar, ia selalu mengajak serta membiasakan anak-anak shalat Tarawih di masjid supaya menanamkan kecintaan anak terhadap masjid. “Meski mereka belum aqil baligh atau belum sah melaksanakan shalat, tapi kita harus tetap membiasakan. Alhamdulillah, mereka senang saat diajak pergi ke masjid,” kata Fahmi.

Tips Bangunkan sahur anak Bagaimana tips membangunkan anakanak yang sulit bangun buat sahur? Menurut Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Fahmi Salim, anak cenderung mengikuti pola kebiasaan orangtua. Kalau orangtua biasa bangun subuh untuk beraktifitas, biasanya anak-anak juga akan mengikutinya. “Kalau lampu rumah semua sudah menyala, dan ibunya sudah repot di dapur, biasanya anak-anak terbangun. Tanpa harus kita bangunkan kadang mereka bangun sendiri,” kata Fahmi. Menurut Fahmi, peran orangtua untuk mendidik anak-anak ini sangat penting, baik sebagai teladan, guru serta panutan. “Saya mengajak para ayah dan bunda untuk memberikan perhatian yang sangat besar bagi perkembangan fisik, psikologis,

maupun spiritual anak-anak kita. Sebab, anak-anak kita adalah amanah.” Menurut Fahmi, tantangan orangtua dalam mendidik anak di era modern seperti ini lebih berat ketimbang zaman sebelumnya. Diperlukan upaya ekstra, kesabaran ekstra dan perhatian ekstra, serta stimulus-stimulus dalam artian penghargaan kepada anak. “Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Mari jadikan Ramadhan sebagai bulan pembinaan keluarga, membahagiakan keluarga, baik secara ritual maupun material. Mudah-mudahan Ramadhan kali ini kita bisa menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga kita,” tutup Fahmi.* Mei 2017/ Sya’ban 1438

|MULIA

13



SOSOK Masykur abdul Mu’id

FOTO : iMaduddin/MuLia

BerjiBaku dirikan Pesantren

S

iang itu hujan turun lebat diiringi angin kencang. Seperti biasa, selepas shalat Zhuhur, ustadz Masykur Abdul Mu’id, pimpinan Pesantren Baitul Arqom, Balung, Jember, berebahan di atas tempat tidur rumahnya untuk istirahat. Belum lama memejamkan mata, sayup-sayup ia mendengar pintu rumahnya diketuk seseorang seraya memanggil namanya. “Ustadz, maaf mengganggu, ruang kelas kita hancur semua. Terkena angin

puting beliung,” ucap si pengetuk pintu. Duugg! Masykur kaget. Bergegas ia pergi ke lokasi untuk mengecek kondisi. Sampai di sana, ia dapati lima ruang sekolah berdinding gedek (anyaman bambu) yang belum genap setahun berdiri itu, rata dengan tanah. Untung tidak ada korban. Mendapati musibah itu, putra pasangan KH. Abdul Mu’id Sulaiman dan Hj. Zubaidah ini berupaya menegarkan diri, rekan-rekan seperjuangan, dan para santrinya yang ada.

Karena tidak ada ruang kelas, proses belajar kembali ke masjid dan teras asrama. Dan ini berjalan sampai beberapa lama, hingga akhirnya muncul gagasan dari seorang pengurus mencari dana bantuan di masyarakat sekitar. Niatnya ingin mendatangkan KH. Zainuddin MZ, (ALM) dengan harapan bisa mengumpulkan dana cukup untuk pembangunan pesantren. Ibarat kata pepatah ‘untung tak bisa diraih, malang tak dapat ditolak’, upaya ini justru mengundang |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

15


SOSOK sentimen masyarakat. Lebih dari itu, kisah Masykur, ketika acara pengajian telah terlaksana, ternyata dana yang dihasilkan tak seberapa. Hanya berselisih 500 ribu dari modal semula Rp 6 juta. “Sejak itu saya bertekad, tidak akan menempuh lagi jalur demikian untuk pembangunan pesantren,” urai Masykur. Lalu, langkah apa yang diambil? Anak pertama dari tujuh bersaudara ini mengatakan, untuk bisa membangun ruang kelas, ia menyicil sedikit demi sedikit. Seberapa pun uang yang ada, langsung dibelanjakan bahan-bahan bangunan yang kiranya bisa tahan lama. Ia juga berselancar mencari penjual bahan bangunan yang bersedia diutangi terlebih dahulu. Syukur, berkat pertolongan Allah, ada saja pedagang yang bersedia. Dengan pola pembangunan demikian, tak ayal proses penyelesaian satu proyek cukup lama. Meski begitu tertatih, keyakinan bisa memajukan pesantren di masa mendatang tak pernah luntur. “Di depan warga pesantren saya kerap bilang, ‘Bismillah,

16 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

saya yakin pesantren ini akan bangkit ke depannya. Kita akan bangun bangunan berlantaikan tegel (saat itu belum dikenal keramik)’,” ucap Masykur, yang tak jarang dibalas dengan tawa ledekan yang mendengarkannya. Alhamdulillah, Allah mengijabah harapan itu. Lambat laun, pelan namun pasti, pesantren mengalami perkembangan. Beberapa tanah di areal sekitar pondok mampu dibeli. Pun demikian pula bangunannya telah berdiri tegak di sana-sini. Murid-murid semakin membludak.

AmAnAh AyAh Awal mula keterlibatan Masykur merintis pesantren, tak lepas dari cita-cita sang ayah ingin mendirikan pesantren ala Gontor. Semasa hidup, sang ayah sejatinya sudah merintis sekolah, namun bukan berkurikulum pesantren. Takdir Allah berkata lain. Sang ayah terlebih dahulu terserang sakit parah, yang akhirnya mengantarkan menghadap Sang Khaliq. Peristiwa itu terjadi tahun 1976, tidak lama sepulang Masykur dari studinya di Madinah. Suami Hj. Shofiah

Mardiah ini kemudian bertindak sebagai pelanjut perjuangan sang ayah. Dan itu tak lepas dari wasiat yang disampaikan padanya. Suatu sore, kisah Masykur, ia dipanggil sang ayah dan diberi tiga pesan. Pesan pertama, ia diminta menikah dengan anak kiai. Yang kedua, diminta pindah tempat tinggal ke lokasi Madrasah rintisan sang ayah, daerah Balung. Mulanya, ia tinggal di tempat kediaman orangtuanya yang berjarak beberapa kilo meter. Dan yang ketiga, ia diamanahi untuk membeli tanah bila Allah memberi kelapangan rezeki. “Atas izin Allah, ketiga wasiat bapak bisa saya laksanakan semua,” jelas kelahiran 1947 silam ini. Perintisan pesantren sendiri baru bisa dimulai pada tahun 1986. Jalan yang ditempuh pun cukup berkelok. Pasalnya, tidak ada bangunan yang bisa ditempati sebagai asrama. “Akhirnya, ya kita menumpang di salah satu ruang kelas milik madrasah. Bertepatan ada yang kosong,” terangnya. Ada pun untuk santri, selain mencari di warga sekitar, alumnus Universitas


SOSOK Islam Madinah ini bersama teman-teman juga bertandang ke Gontor untuk mendapat limpahan santri yang tidak diterima. Dari sana dapat 30an santri. Namun dalam perjalanannya, jumlah santri ini semakin mengerut. Bahkan, ada satu kelas yang hanya dihuni 3 santri, lantaran pada undur diri dan indisipliner, sehingga terpaksa harus dikeluarkan. Pengorbanan Masykur dan kawankawan tidak cukup di situ. Dalam menjalankan amanah di pesantren, seluruh komponen yang terlibat tidak menerima gaji sedikit pun. Bukan tidak mau memberi, tapi dana memang tidak ada. Hanya cukup untuk operasional. Delapan tahun kondisi ini berjalan. Untuk meneguhkan semangat juang, bapak lima anak ini kerap menyuntikkan semangat dengan mengupas kemuliaan hidup di jalur perjuangan menegakkan kalimat Allah. “Saya tanamkan kepada para guru, untuk mencari keuntungan di kampung akhirat. Dan ini tujuan utama hidup di dunia. Dalam shalat, selalu kita ucapkan, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku untuk Allah’,” tegas Masykur.

Ada pun soal kecukupan rezeki, imbuhnya, kalau ikhlas menolong agama Allah, insya Allah, Allah akan menurunkan pertolongan-Nya. Tidak akan kekurangan rezeki, karena berjuang di jalan Allah. “Syukur, para guru saat itu benarbenar ikhlas dalam perjuangan. Mereka tekun mengemban amanah. Tidak ada yang protes soal gaji,” akunya. Sejak memutuskan merintis pesantren, Masykur benarbenar totalitas. Segala aktivitas yang dipandang bisa mengganggu konsentrasi ditepis. Termasuk, ketika datang kepadanya tawaran berdakwah ke luar negeri dari Arab Saudi. Secara materi tawaran itu cukup menggiurkan. Namun karena ingin fokus mengabdikan diri di pesantren, ia enggan menerima. “Itulah bedanya mengurus pesantren dengan perusahaan,” ungkap pengidola KH. Imam

Zarkasyi ini. Pengurus pesantren, tambahnya, haruslah tinggal 24 jam di pesantren. Sebab, selain harus memantau kegiatan setiap saat, ia merupakan rujukan masyarakat sekitar. Tidak bisa disamakan dengan mengurus perusahaan, yang bisa ditinggal ke sana ke mari, atau diwakilkan. Karena itu, meski usianya telah menginjak kepala tujuh, Masykur sampai saat ini masih aktif terlibat dalam pengelolaan dan pengajaran, meski dua putranya yang lain sudah ikut dilibatkan. Aktivitas lainnya, ia kerap dipercaya sebagai penceramah berbagai acara, semisal walimahan, dan memiliki majelis taklim di masyarakat tempat kelahirannya. “Di masyarakat saya mengisi majelis taklim. Seminggu sekali jadwalnya. Ada juga manasik haji. Itu bentuk dakwah saya di masyarakat,” pungkas sosok yang telah berambut dan berewok putih ini. (Robinsah) Mei 2017/ Sya’ban 1438

|MULIA

17


KELAMBU

MengeMbalikan Indahnya “Kamar TIdur” Oleh: Endang Abdurrahman

Ust. Endang Abdurrahman

Pengasuh PP Hidayatullah Bandung-Jabar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh Saya Mishka, seorang istri 48 tahun dengan 4 orang anak. Suami saya pekerja keras berusia 50 tahun. Usia pernikahan kami sudah 25 tahun jalan. Kondisi ekonomi rumah tangga kami, alhamdulillah selalu kondusif, tidak kurang

18 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

satu apa pun. Anakanak tumbuh kembang dengan baik. Semua itu adalah anugerah yang kami syukuri. Kondisi tersebut sangat bertolak belakang dengan hubungan kami sebagai suami dan istri. Akhirakhir ini rasa rindu dan cinta semakin hambar. Kami memang sama-sama pekerja di luar rumah, dan samasama pekerja keras. Sehingga pertemuan kami di rumahpun dibilang singkat. Hal itupun hanya malam hari, yang tinggal hanya rasa lelah. Kami sudah berusaha untuk memperbaiki kondisi, terutama di hari libur. Kami manfaatkan untuk berduaan dengan suami. Sepanjang ini belum berhasil. Kami bingung harus

memulai dari mana untuk memperbaiki kualitas cinta yang hilang dari kami. Ingin kami kembali untuk saling merasa rindu, kangen, dicintai, dimanja, disanjung, dirayu, dan yang lainnya, layaknya sepasang suami istri yang baru menikmati indahnya aktivitas ‘kamar tidur’ di awal-awal pernikahan. Ustadz, mungkinkah hal itu bisa diwujudkan? Mohon bimbingan dan arahan untuk kami. Terima kasih. Mishka | Bogor

Wa’alaikum salam Warahmatullahi wabarakatuh Bismillah wal hamdulillah. Siapa bilang jika


KELAMBU

‘kesenangan’ suami istri hanya untuk mereka yang masih di awalawal pernikahan. Seusia Anda sangat mungkin meraihnya. Masalahnya, kita semua tahu, masa menopause dan hormon testosteron yang menurun selalu menjadi hambatan untuk pasutri di usia 50 tahun ke atas. Sekarang mari kita bahas tentang upaya dan ikhtiar mencari solusi terbaik. Pertama, memperbaiki komunikasi. Biasakan untuk meluangkan waktu berdua dan hindari sibuk sendiri, seperti menjawab ponsel, termasuk urusan anak-anak, atau TV. Biasakan juga untuk mengomunikasikan semua urusan rumah tangga. Jadilah masingmasing sebagai pendengar yang baik ketika Anda berdua sedang berbicara. Kedua, tingkatkan sikap saling percaya, ini adalah bagian terpenting dari hubungan suami istri. Pada dasarnya, membangun kepercayaan tidak sulit, namun dibutuhkan komitmen. Agar rasa saling percaya tetap terpelihara, dapat melakukan beberapa hal terkait. Misalnya saling memberitahu ketika akan pulang

terlambat, tepat waktu, konsisten, tidak berbohong, menjadi pendengar yang baik, dan tidak terlalu pencemburu. Ketiga, buatlah jadwal untuk aktivitas ‘kamar tidur’ dan komitmen menepatinya. Dan untuk menghindari kebosanan, di lain waktu bisa juga melakukannya secara spontan sebagai kejutan-kejutan kecil di pagi hari sebelum bekerja, misalnya. Keempat, menghabiskan malam bersama suami dan mencoba hal baru yang inovatif, misalnya buatlah semacam janji berdua untuk berjalan ke pengajian berdua, makan malam di luar rumah dengan ditemani cahaya lilin dapat menjadi pilihan dalam mengembalikan suasana rumah tangga harmonis, menikmati indahnya pemandangan, menata ulang kamar tidur sehingga terasa ada hal baru yang mengingatkan dan suami pada saat terindah, dan yang tidak kalah romantisnya adalah shalat malam dan shalat shubuh bersama di masjid tertentu. Kelima, hal-hal yang perlu menjadi catatan penting, di antaranya, jadilah istri yang pandai

menumbuhkan cinta, bangun komunikasi efektif, jujurlah terhadap apa pun yang menjadi harapan dan sampaikan kepada suami, kemudian saling menghargai dan saling percaya. Lalu jadikan suami sebagai teman saat suka dan duka, sebab cinta yang awet membutuhkan persahabatan, bukan sekadar emosi sehingga akan terbentuk sebuah tim di mana bukan tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, melainkan tentang pemecahan masalah secara bersama-sama. Jika menginginkan lebih banyak perhatian suami, maka cobalah mencurahkannya lebih banyak terhadapnya. Lakukan hal-hal sederhana, misalnya pelukan, ciuman, tidur berdampingan, berdandan yang khusus untuk menjaga gairah suami. Dan yang juga tidak boleh diabaikan adalah, jadikan anakanak sebagai jembatan mempererat hubungan dengan suami. Serta yang tidak kalah pentingnya adalah doa. Mohonlah berkah dan kemurahan rahmatNya agar cinta dan perkawinan Anda selalu berjalan mulus dan langgeng di atas ridhoNya. Aamiin.....Wallahu a’lam. |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

19


SAKINAH

Berhias Untuk Menggairahkan suaMi Sesekali istri memperlihatkan anggota tubuh yang merangsang suami. Sedang di lain waktu, ia bisa menutup rapat tubuhnya agar suami penasaran.

S

uatu ketika Farhan, seorang aktivis dakwah, mengeluh tentang istrinya. Padahal, selama 15 tahun hidup berumah tangga, sang istri dikenal baik. Bahkan ia sangat menjaga diri dengan memakai cadar sebagai kesempurnaan hijabnya. Beberapa teman Farhan justru iri melihat keharmonisan yang tampak dari keluarga Farhan. “Mestinya saat di rumah dia berhias dan menampakkan kecantikannya untuk suami. Selama ini, jika di luar rumah tidak tampak kecantikannya karena aturan berhijab. Tapi di rumah

20 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Oleh : Abdul Ghofar Hadi* sekalipun, kecantikan itu juga tak terlihat karena istri jarang berhias,” kata Farhan berkisah. “Jadi kapan saya bisa menikmati kecantikan seorang istri?” gugat Farhan.

PeremPuan Suka BerhiaS Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini adalah perhiasan (kesenangan) dan sebaik-baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah wanita yang salehah.” (Riwayat Muslim) Perempuan adalah perhiasan yang paling indah, baik di bumi

maupun di surga nanti. Demikian Nabi SAW menjelaskan. Sehingga wajar jika perempuan suka berhias sebab diri perempuan adalah perhiasan itu sendiri. Layaknya sebuah perhiasan, agar terlihat indah berkilau dan memukau, ia perlu selalu dibersihkan dan dipelihara agar tidak rusak dan lusuh. Perempuan adalah perhiasan yang sempurna. Selain indah dari kelembutannya, ia juga indah dari fisiknya. Tak heran, setiap perempuan selalu berusaha tampil indah dan cantik sepanjang hari. Sayang, tak


SAKINAH sedikit di antara kaum perempuan yang keliru dalam mempersepsikan keindahan tubuh. Mereka menafsirkan kecantikan dengan memperlihatkan aurat dan lekukan keindahan bentuk tubuh. Terlebih di zaman modern ini, para perempuan seolah berlomba mempercantik diri di depan umum. Akibatnya, istri-istri menuntut berbagai macam perhiasan yang mencolok, aksesoris serba mewah, serta sejumlah pakaian mewah kepada sang suami. Mereka terjebak dengan propaganda iklan yang selalu menonjolkan tubuh perempuan di berbagai media. Penyakit Pengantin Lama Kisah Farhan di atas merupakan hal yang kerap terjadi pada pasangan suami istri yang telah menikah lama. Di ruang kamar lebih akrab dan kental dengan bau minyak angin atau minyak oles, bukan lagi parfum atau minyak wangi-wangian. Ketika tidur agak dekat dengan pasangan, ia merasa risih dan panas. Kayak naik angkot aja, katanya. Padahal saat pengantin baru, maunya ia dipeluk dan didekap terus oleh pasangannya. Suatu ketika Nabi

SAW ditanya, “Siapakah perempuan yang paling baik?” Nabi menjawab, “Sebaikbaik perempuan adalah yang menyenangkan jika suami melihatnya, taat jika suami memerintahnya, dan ia tidak menyelisihi dalam hal yang dibenci suami pada dirinya dan harta suaminya.” (Riwayat Ahmad) Salah satu cara menyenangkan suami adalah dengan berhias. Di sinilah berlaku tuntunan Nabi bagi kaum wanita berhias, yaitu berhias di dalam rumah untuk sang suami. Laki-laki siapa yang tidak tertarik dengan istri yang punya tubuh harum mewangi, berpakaian indah dan menarik? Tentunya semua itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi suami di rumah. Sesekali, tidak mengapa istri memperlihatkan anggota tubuh yang merangsang suami. Sedang di lain waktu, ia bisa menutup rapat tubuhnya agar suami penasaran. Saat di luar rumah hendaknya sang istri berhijab dan menjaga diri serta pandangan. Sedang saat dalam rumah, istri dianjurkan memakai baju-baju indah agar menyenangkan dan menggairahkan

suaminya. Tidak melulu memakai baju gamis panjang dan berjilbab besar atau malah pakai baju tidur. Pemilihan warna baju juga berbeda untuk keseharian dalam rumah, yaitu dengan warna yang dominan cerah. Selain itu, harum-haruman dan make up juga menjadi penunjang penampilan yang romantis. Niatkan semua itu untuk ibadah karena perintah Allah SWT memberi pelayanan terbaik kepada suami. Olehnya, tidak perlu kecewa, marah, atau tersinggung, hanya gara-gara suami tidak memuji penampilan dandanan istri. Sebaliknya, istri tetap meyakini dengan perantara mujahadah menjaga penampilan di rumah, Allah SWT berkenan menjadikan suami semakin mencintai istrinya. Sebab, ada beberapa tipe suami yang tak biasa memuji istrinya secara langsung dengan bahasa verbal. Namun dalam diam dan senyumnya, suami senantiasa bersyukur memiliki istri yang menjaga penampilannya di rumah.*/Penulis buku ‘Belajar dari Masalah’ (dikutip dari majalah Suara Hidayatullah) |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

21


CERITA

SUMBER : MiSfitBlUE

Duta yang

Beriman dengan Benar

P

ada suatu hari Bani Sa’d bin Bakr mengirim Dhamam bin Tsa’labah sebagai duta kepada Rasulullah SAW. Laki-laki berambut lebat dan dijalin dua ikatan itu menjadi kepercayaan kaumnya untuk mencari berita. Rupa-rupanya, semerbak wangi angin dakwah Rasulullah telah menyapu pula kampung Bani Sa’d bin Bakr. Mereka ingin memastikan ajaran baru itu. Setelah tiba, dia menderumkan untanya di dekat masjid dan mengikatkan tali untanya di pintu

22 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

masjid. Kakinya melangkah masuk masjid membawa hati yang penuh pertanyaan. Dhamam belum tahu manakah laki-laki yang disebut utusan Allah itu. Di dalam masjid, ditemuinya sekelompok orang yang saat itu sedang duduk bersama. Mereka adalah Rasulullah dan para sahabat. Dia pun mendekat seraya bertanya, “Mana cucu Abdul Muthalib?” “Akulah cucu Abdul Muthalib,” jawab Rasulullah. “Kaulah yang bernama Muhammad?” tanya Dhamam penuh selidik.

“Benar,” jawab beliau. “Wahai cucu Abdul Muthalib, aku akan mengajukan pertanyaan yang mungkin nadanya terlalu keras bagimu. Maka, janganlah ada sesuatu yang mengganjal dalam hatimu.” “Tidak ada sesuatu pun yang mengganjal dalam hatiku. Tanyalah sesukamu.” “Aku bersumpah demi sesembahanmu, sesembahan orangorang sebelum, dan siapa pun sesudahmu, Allahkah yang mengutusmu sebagai Rasul kepada kami?” tanya Dhamam.


CERITA

“Demi Allah, benar,” jawab beliau benar. “Aku bersumpah demi sesembahanmu, Allahkah yang menyuruhmu agar kami menyembahNya semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun dan kita harus melepaskan sesembahansesembahan saingan yang disembah nenek moyang kita?” “Demi Allah, benar!” “Aku bersumpah demi sesembahanmu, Allahkah yang menyuruhmu agar kami mendirikan shalat lima waktu?” “Benar.” Kemudian Dhamam menanyakan kewajibankewajiban Islam yang lain, seperti zakat, puasa, haji, dan syariat Islam, satu demi satu. Ketika sudah selesai penjelasan Rasulullah yang sangat memuaskan hatinya itu, Dhamam berkata: “Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Aku akan melaksanakan semua kewajiban ini dan aku akan menjauhi semua yang engkau larang. Aku tidak akan mengurangi dan tidak akan

menambahi.” Dengan mantap Dhamam mengikrarkan syahadat. Tiada sedikit pun keraguan yang menyusupi hatinya. Dan hatinya demikian puas. Ia telah menemukan keyakinan yang benar dan mengimaninya sepenuh hati. Kemudian Dhamam menuju untanya bersiap-siap untuk pulang. Saat itu Rasulullah bersabda, “Jika orang yang memiliki dua jalinan rambut itu benar dengan perkataannya, maka dia akan masuk surga.” Dhamam melepas tali kekang untanya lalu beranjak pulang. Ketika ia sudah tiba di kampungnya, kaumnya mengerumuninya. Dhamam berkata, “Celakalah Lata dan Uzza!?” Mereka berkata, “Wahai Dhamam, bisa-bisa engkau nanti terkena kusta atau jadi gila.” “Celakalah kalian!”

Dhamam menukas. “Demi Allah! Lata dan Uzza tidak bisa mendatangkan manfaat dan mudharat sedikit pun. Sesungguhnya Allah telah mengutus seorang Rasul dan menurunkan sebuah kitab kepadanya, yang akan menyelamatkan kalian dari kesalahan yang telah lalu. Sungguh, aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku datang dari sisinya untuk menemui kalian dengan membawa perintah dan larangannya yang juga ditujukan kepada kalian.” Pada sore itu pula Dhamam tidak berpapasan dengan seorang pun dari kaumnya melainkan mereka sudah menjadi Muslim atau Muslimah. Seluruhnya menerima seruan iman.*

Sesungguhnya Allah telah mengutus seorang Rasul dan menurunkan sebuah kitab kepadanya, yang akan menyelamatkan kalian dari kesalahan yang telah lalu.

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

23


EDUKASI

Mulanya dari mau menerima dan menghargai, lalu berlanjut pada membangkitkan mimpi

Memupuk

Percaya Diri anak

S

ejarah Islam tidak pernah mencatat orangorang yang “besar maknanya” disebabkan oleh kekayaannya. Bahkan mereka yang kaya pun tidak lantas menjadi orang yang dicintai Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya disebabkan oleh hartanya. Mereka justru menemukan kepercayaan diri dan kebanggaan ketika dapat melepaskan diri dari kungkungan harta. Tengoklah catatan sejarah seorang anak muda bernama Mush’ab bin Umair, pemuda Quraisy yang besar dalam limpahan harta. Setiap pemuda Makkah bermimpi untuk dapat

24 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Oleh: Kartika Trimarti* hidup sepertinya. Dialah pemuda yang menjadi buah bibir semua orang karena kecerdasannya, kemuliaan di mata kaumnya, ketampanan, dan keanggunannya. Namun, demi iman pada Allah SWT dan RasulNya, Mush’ab dengan mudah meninggalkan semua itu dan memilih berhijrah ke Habasyah. Saat kembali dari Habasyah dan berkumpul kembali dengan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wassalam, para sahabat tak kuasa menahan tangis karena haru. Anak muda yang sebelumnya dikenal sebagai pujaan kota Makkah, yang selalu tampil necis dan

mempesona, sekarang hanya mengenakan kain kasar. Namun, dia tetaplah Mush’ab yang cerdas dan menawan. Dengan jiwa yang telah bertambah matang dan langkahnya yang semakin tegap karena iman, ia pun tampil sebagai duta Rasulullah SAW untuk menyampaikan Islam kepada penduduk Yatsrib dan menghadapi para pembesar Yatsrib. Meski banyak di antara para sahabat yang lebih senior dan berasal dari keluarga Rasulullah SAW, Mush’ab tetaplah terpilih menjadi duta Rasulullah SAW di negeri yang diprospek


EDUKASI sebagai tempat tumbuh suburnya Islam. Dengan penampilan yang sangat bersahaja, Mush’ab justru menjelma menjadi orang besar dalam sejarah manusia. Kenali Fungsi OrangTua Sekarang tugas kitalah untuk mempersiapkan generasi semenawan Mush’ab bin Umair. Langkah pertama adalah mengenali diri kita sendiri sebagai orangtua. Anak lahir dengan berjuta keajaiban yang dibekalkan Allah SWT kepada mereka. Mereka sangat antusias, percaya diri, dan tak kenal lelah untuk belajar. Hati mereka penuh dengan cita-cita, keinginan, dan kegembiraan. Hanya saja terkadang, kitalah yang tak mengenali keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada mereka. Sebagai orang yang paling memahami anak kita dan – sebenarnya – sebagai orang yang paling mau menerima anak-anak kita apa adanya, namun karena mendengar kata orang, maka kita pun berubah menjadi orangtua yang ingin anak kita menjadi “mereka”. Maka kenalilah diri kita saat ini sebagai orangtua. Anak-anak kita pun akan tumbuh mengenali diri mereka sebagai ciptaan terbaik-

Nya dengan berbagai kelebihan. Kenalilah diri kita sebagai orangtua Muslim yang harus mencukupkan diri dengan kebanggaan mendidik mereka dengan cara-cara Islam. Maka, anak-anak kita pun akan tumbuh menjadi pemudapemuda yang dadanya penuh dengan ruh kebanggaan menjadi Muslim. Tidak hanya pemuda yang kepalanya tegak dengan rencanarencana besar demi membaktikan potensinya bagi kemaslahatan. Tetapi juga, pemuda yang kepala dan jiwanya tunduk kepada kehendak Pencipta-Nya. Karena itu, cukupkanlah diri kita sebagai orangtua Muslim yang menjadikan Islam saja sebagai barometer kehidupan. Dengan izin-Nya, Allah SWT akan cukupkan segala kebutuhan kita dan mengganti apa-apa yang kita korbankan dengan yang lebih baik, yang tak pernah kita sangkasangka. Wasiat Rasulullah Ingatlah wasiat Rasulullah SAW yang mulia, bahwa menjadi Muslim atau tidak anak-anak kita kelak, di tangan kitalah awalnya. “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan

fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” (Riwayat Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, dan Imam Malik). Selanjutnya, bangunlah kepercayaan diri mereka dengan mimpi-mimpi karena Ilahi, layaknya seorang Muhammad Al-Fatih II yang semenjak dini telah bermimpi untuk menguasai Konstantinopel. Kakeknyalah yang telah melakukan itu semenjak Al-Fatih masih dalam gendongannya. Setiap hari, kakeknya membisikkan bahwa suatu hari kelak AlFatih-lah yang akan menghancurkan benteng ibukota imperium Romawi tersebut. Impian itu kelak terwujud di kemudian hari dengan strategi yang belum pernah terpikirkan oleh siapa pun. Hanya orang-orang dengan iman penuh dan kepercayaan diri luar biasalah yang dapat menemukan cara brilian untuk mewujukan mimpinya. *Ibu rumah tangga, tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Dikutip dari Suara Hidayatullah |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

25


ANISA

Menikah Dini, Siapa TakuT! Bukan masalah berapa usia, tetapi pada seberapa dewasa untuk menjadikan pernikahan sebagai sarana mendekatkan pada tujuan meraih ridha-Nya

M

enikah di usia berapa pun seorang perempuan, membawa konsekuensi yang sama. Konsekuensi menjadi seorang istri yang harus pandai menjaga kehormatan suami, berdasarkan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Kemudian, menjadi manajer yang harus pandai memutuskan masalah, sekaligus melaksanakan dengan baik segala urusan dalam rumah tangga. Ditambah dengan perjuangan menjadi seorang ibu, yang tak pernah berkurang nilai dan konsekuensinya. Karena itu, yang terpenting sebenarnya dalam kehidupan seorang Muslimah adalah persiapan.

26 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Persiapan tahap demi tahap dalam kehidupan, untuk kemudian memasuki gerbang pernikahan dan “lulus” menapaki jalan penuh rintangan di dalamnya. Persiapan ini sejatinya berawal dari seorang muslimah ketika di usia dini. Tugas seorang ibu untuk mengarahkan mereka menjadi “perempuan tangguh”, yakni perempuan yang sadar betul untuk apa mereka hidup, kemana mereka melangkah, dan bagaimana cara menjalani kehidupan agar tiba di tujuan. Tugas sebagai ibu yang memiliki anak perempuan tentu lebih berat. Karena, Muslimah di zaman apa pun memiliki tugas ganda. Pertama, tugas

utama menjadi ibu. Namun, tugas kedua yang tak kalah penting adalah menjadi daiyah, pandai mencari uang untuk bersedekah, dan menjadi tangan kiri yang tak jarang menjadi tangan kanan dalam menjamin kesejahteraan keluarga. Maka hal seperti inilah yang sebaiknya juga kita persiapkan pada anakanak perempuan kita. Alangkah bijaksananya bila hal ini dimulai dari pendidikan. Sangat disayangkan tentu, bila umur dan energi anak-anak yang kita sayangi, terbuang begitu saja untuk mempelajari banyak hal yang membuat mereka tidak fokus pada satu tujuan. Anakanak yang telah dilatih


ANISA

untuk memperdalam satu bidang sesuai dengan minat dan kecenderungan mereka, tentu akan menjadi ahli di usia yang belia. Fokus pada satu bidang ini sangat penting untuk mengasah keahlian anak yang dapat dimanfaatkannya sejak dini. Maka membekali anak-anak perempuan dengan pendidikan terbaik untuk menunjang tugastugasnya ketika menjadi seorang ibu, yang akan menentukan peradaban umat, sangatlah penting. Karena itulah, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mengasuh dengan baik kedua anak perempuannya, dia akan berada dekat dengan saya di surga seperti (dekatnya) kedua jari ini (sambil mengacungkan keduanya). (HR. Tirmidzi) Dengan demikian, salah besar bila anakanak perempuan kita justru di sekolahkan dengan tidak sama kualitasnya dengan anak-anak lelaki. Karena justru menyekolahkan anak perempuan dengan kualitas yang tinggi,

akan membuatnya semakin siap menjadi seorang ibu.

Fokus pada Tujuan Hal lain yang tak kalah penting adalah mempersiapkan mental. Menikah di usia muda sebenarnya bukanlah masalah. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kesiapan mental seorang untuk menjadi istri dan ibu. Masalah mental pulalah yang akan menjadi modal kesadaran seorang Muslimah yang bersekolah tinggi untuk membaktikan diri dan ilmunya pada mega proyek peradaban umat dan kegemilangan Islam, dengan menjadikan dirinya sebagai ibu terbaik. Diperlukan kesiapan mental untuk menjadi ibu yang selalu bertahan dan bersabar dalam menghadapi kondisi sesulit apa pun. Sebab, kehidupan memang selalu sarat dengan ujian. Apalagi memasuki kehidupan pernikahan yang sarat dengan perbedaan. Perbedaan dari apa yang semula dibayangkan atau digambarkan oleh teori, menjadi kenyataan yang

harus digeluti, bahkan ditaklukkan. Karena itu, memasuki pernikahan sebagai salah satu babak dalam kehidupan, setiap Muslimah harus mempersiapkan diri untuk bertahan dengan keyakinan bahwa kehidupan memang berat, tetapi akan menjadi ringan karena keyakinan pada tujuan. Ya, tujuan bahwa apa pun yang dijalani dalam kehidupan, termasuk pernikahan, adalah sarana untuk mendekat pada ridhaNya agar perjuangan dan kesabaran berbuah menjadi keindahan, sebagaimana firmanNya, “Dan sesungguhnya Kami akan memberikan balasan kepada orangorang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.� Sekali lagi, nikah dini bagi seorang Muslimah bukanlah masalah. Hanya saja memang diperlukan persiapan sebaik mungkin, terutama keyakinan bahwa mereka telah dewasa untuk menikah dan siap menjadi ibu di usia muda. *ummu arina, ibu rumah tangga tinggal di Bekasi, Jawa Barat

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

27


KOLOM IBU

Puasa, tak Buat Mati, kan? AdA BonusnyA PulA!

“Puase tuh, tak buat mati, kan?” ucap Adnan menirukan celotehan si kembar Upin-Ipin kala dia mulai berpuasa penuh di usia 6 tahun. Kalimat itu menjadi motivasi bagi dirinya. Dan, nyatanya puasa memang tak sampai membuatnya lemas tak berdaya.

28 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Awal mula dia puasa memang penuh perjuangan. Namun, Alhamdulillah semangatnya untuk menuntaskan puasa penuh tak pernah melemah. Akhirnya sebuah kemenangan dapat dirasakannya di hari nan fitri, meski pecah 4 hari.

“Bunda, kalau mbak puasa penuh satu bulan, nanti dapat hadiah dari Ayah-Bunda dan Allah, kan?” Ini pertanyaan si sulung Abidah kala dia memulai debut puasanya di usia 5 tahun. Berbeda dengan si abang, si mbak memang lebih awal usianya ketika


KOLOM IBU memulai puasa. Tapi Alhamdulillah, si mbak cukup kuat dan berhasil menuntaskan puasanya selama 29 hari, artinya dia hanya pecah satu hari saja karena sakit perut. Pada awalnya mereka berpuasa setengah hari. Tidak langsung penuh. Kala itu usia mereka masih empat tahunan. Puasa adalah ibadah yang melibatkan kekuatan fisik. Menahan lapar, dahaga, sekaligus mengendalikan emosi bukanlah hal yang mudah. Apalagi bagi anak-anak yang masih dalam tahap belajar. Namun demikian, kita tetap perlu melatih anak-anak berpuasa sejak dini. Saya mulai mengenalkan makna puasa pada anak-anak sejak usia mereka tiga tahun. Jadi tidak serta merta langsung menyuruh mereka berpuasa penuh. Ibarat memulai sebuah tulisan atau apa pun, harus ada salam dan muqaddimahnya. Harus ada pengantar dan petunjuknya, sehingga anak tidak merasa dipaksa tanpa tahu aturannya. Saya mengenalkan puasa dengan beberapa media, salah satunya bercerita. Anak-anak sangat menyukai cerita, karena mereka

memiliki daya imajinasi yang sangat kuat. Saya menceritakan kisah-kisah Islami penuh hikmah yang berhubungan dengan puasa, dan ternyata berpengaruh positif pada mereka. Sebuah reward juga saya siapkan untuk mereka jika target dan kemajuan terbaik bisa mereka capai. Sehingga secara tak langsung mereka akan termotivasi untuk maksimal dalam beribadah. Tentunya kita tekankan bahwa hadiah dari Ayah-Bunda hanyalah bonus, pahala Allah-lah yang utama. Namanya anak-anak, terkadang tak sanggup melawan dahaga. Apalagi jika cuaca sedang panas dan gerah. Nah, trik saya untuk menjaga semangat mereka adalah dengan memberi aktivitas menyenangkan. Biasanya, sebelum bulan Ramadhan tiba, saya membuat konsep permainan bertema

puasa. Salah satu contohnya membuat “Pohon Ibadah”. Setiap anak saya buatkan gambar pohon lengkap dengan cabang dan ranting yang saya tempel di dinding. Cabang dan rantingnya berjumlah sama pada tiap pohon. Saya juga membuat gambar aneka buahbuahan kegemaran mereka. Misal, buah anggur untuk shalat wajib, strawbery untuk shalat sunnah, apel untuk puasa penuh, jeruk untuk mengaji, dan sebagainya. Bagi anak yang sudah mengerjakan suatu ibadah maka gambar buah ditempel di ranting pohon miliknya. Nanti, di akhir Ramadhan baru dihitung totalnya. Dan mereka akan mendapat bonus hadiah sesuai dengan amalan shalehnya.*/Asri Wulantini, penulis buku “Amazing!!! Cerita-cerita Menakjubkan tentang Keajaiban Bumi”

Awal mula dia puasa memang penuh perjuangan. Namun, Alhamdulillah semangatnya untuk menuntaskan puasa penuh tak pernah melemah. |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

29




KHAZANAH

SUMBER : SgiMagE.dEtik.nE

Suku Hui, kokoH Pertahankan iSlam di Cina

S

ebagai salah satu etnis minoritas yang cukup besar di Cina, suku Hui memiliki peran penting di negeri tersebut. Suku yang berjumlah total sekitar 10 juta ini beragama Islam dan tersebar di hampir seluruh provinsi di Tiongkok, khususnya di Ningxia, Hainan, Gansu, Yunnan, dan Qinghai. Bahkan Ningxia menjadi daerah otonomi bagi suku Muslim tersebut. Islam sendiri pertama kali tiba di Cina pada 615 M, 19 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah

32 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Sa’ad bin Abi Waqqas untuk membawa Islam ke daratan Cina. Utusan Utsman itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau Masjid Memorial di Canton --masjid pertama yang berdiri di daratan Cina. Sejak itu, walau sebagian besar merupakan orang Arab, ada juga sejumlah kecil pedagang Persia yang bermukim di pesisir tenggara Cina. Konon, Sa’ad meninggal dunia

di Cina pada tahun 635 M. Kuburannya dikenal sebagai Geys’ Mazars. Suku Hui adalah hasil asimilasi dari suku Han (suku asli Cina) dengan bangsa Arab, Persia, Asia Tengah, dan Mongol, yang tiba di Cina dalam beberapa gelombang. Pada 758, Kaisar Cina, Tang, mengajukan permohonan pada Khalifah Abbasiyyah di Baghdad untuk mengirimkan 20.000 bala tentara guna membantu memadamkan pemberontakan An Lushan. Para serdadu Arab dan Persia ini


KHAZANAH menetap di Cina setelahnya, bermukim di wilayah-wilayah barat laut Ningzia dan Gansu. Kemudian, pada 801 bangsa Tibet melibatkan 20 ribu tentara bayaran Arab dan Sogdiana untuk membantu mereka dalam perang melawan Kerajaan Nanzhao di Yunan, sebelah barat daya Cina. Walaupun Tibet mengalami kekalahan, para prajurit ini tetap tinggal di daerah itu. Gelombang kedatangan bangsa Arab terjadi lagi saat 15 ribu prajurit Arab tiba pada 1070 dan 1080 atas undangan Kaisar Shenzong dari Dinasti Song untuk membangun sebuah kawasan penyangga di Cina sebelah timur laut. Akan tetapi, bagian terbesar dari masyarakat Hui berasal dari Muslim Asia tengah yang dibawa oleh penguasa Mongol, Khubilai (Kublai) Khan ke Cina pada 1270-an sebagai pasukan tempur cadangan. Sejak zaman dulu, suku Hui sudah banyak berkontribusi kepada Cina. Laksamana Cheng Ho, yang merupakan Muslim dari suku Hui adalah salah satu bukti sejarah tak terbantahkan. Menurut penelitian terakhir

dari Gavin Menzies, benua Amerika bukan ditemukan oleh Columbus, tapi oleh Laksamana Cheng Ho. Di tiap era, dari satu dinasti ke dinasti lain di Cina, selalu ada saja seorang atau lebih suku Hui yang menonjol prestasi dan pencapaiannya. Misalkan pada Dinasti Yuan, ada seorang astronomis bernama Jamaluddin, yang hasil karyanya dalam bidang astronomi sampai sekarang diakui dan dipakai.

KoKoh MeMegang ajaran IslaM Secara fisik, suku Hui tidak berbeda dengan suku Han. Yang membedakan cara hidup mereka yang beragama Islam dan menjalankan syariah Islam, namun bergaya Konfusianis. Itu yang membedakan mereka dari suku Uygur, samasama memeluk agama Islam namun lebih bernafaskan Islam Asia Tengah. Suku Hui dapat dikenali dari penampilan dan penampakan mereka yang khas Muslim: lelakinya berkopiah putih serta sebagian berjenggot, dan wanitanya kebanyakan berjilbab. Mata pencaharian mereka kebanyakan

berjualan makanan atau membuka usaha warung dan restoran. Suku Hui merupakan pengembara tangguh. Di daratan Cina, mereka dikenal sebagai pebisnis. Karena itu, di kota mana pun, orang Hui dikenal lebih kaya dibanding rata-rata penduduk setempat. Mereka juga hidup mengelompok sesama orang Hui yang Islam. Begitu jaringan usaha mereka berkembang, lalu datang yang lainlain sehingga jumlah mereka meningkat. Setelah itu, otomatis mereka membangun masjid. Karena itu, di mana pun ada masjid, di situlah kelompok orang Hui bermukim. Hal paling menonjol adalah perhatian khusus suku Hui terhadap daging yang mereka konsumsi. Mulai dari tata cara penyembelihan, pembersihan, sampai dengan penyajian harus sesuai tatanan Islam. Mereka juga antidaging babi dan anjing yang diharamkan oleh Islam. Hal ini tentu bukan hal yang mudah di negeri yang justru mayoritas penduduknya mengkonsumsi daging babi. Mereka juga tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.* Sumber: Suara Hidayatullah |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

33




RUANG UTAMA

Puasamu,

Perisaimu!

S

emua orang perlu pertahanan. Semakin kuat pertahanan itu, semakin ia merasa aman. Ada yang merasa aman dengan membangun rumah dari bahan yang kuat dan dengan jendela berteralis besi. Ada juga yang merasa aman dengan membangun pagar kokoh,tinggi, dan tertutup di sekeliling rumahnya. Bahkan, ada pula yang merasa itu semua belum cukup membuat ia merasa aman. Masih perlu satpam untuk menjaga gerbang rumahnya agar tak semua tamu bisa masuk dengan mudah. Itu semua rupanya belum membuat mereka sepenuhnya merasa aman. Sebab, kuman penyakit masih bisa dengan mudah menghampiri mereka. Karena itu mereka mengonsumsi suplemen agar daya tahan tubuh meningkat. Ada juga yang meluangkan banyak waktu untuk pergi ke tempat-tempat kebugaran atau penyedia jasa

36 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

terapi kesehatan. Sudah merasa amankah mereka? Belum! Meski mereka memiliki rumah yang kokoh, tubuh yang sehat, harta yang banyak, namun serangan musuh sejati manusia masih sangat mudah menembus semua pertahanan itu. Celakanya, banyak di antara manusia menganggap musuh sejati ini bukan ancaman, melainkan teman. Padahal, akibat yang mereka timbulkan sangat menyengsarakan. Manusia akan menyesal seumur hidup bila tak segera membangun perisai untuk membendung musuh yang satu ini. Apakah perisai itu? Bukan baja penyanggah, atau raga yang perkasa, apalagi harta yang berlimpah, melainkan puasa! Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam beberapa riwayat Hadits, mengatakan, “Puasamu (adalah) perisaimu!� Wallahu a’lam.


RUANG UTAMA

Saatnya

memPerkuat Perisai Diri

S

iapa musuh sejati manusia? Pertanyaan ini perlu kita jawab agar kita tidak salah dalam membangun perisai diri. Kita menyangka musuh jasmani lebih perlu diberangus ketimbang musuh rohani. Padahal itu salah besar! Berdasarkan keterangan yang telah sampai kepada kita, ada dua musuh besar dan nyata yang senantiasa mengintai kita. Mereka adalah iblis dan hawa nafsu.

Bara KedengKian iBlis Iblis adalah makhluk gaib yang ingkar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia diciptakan dari bahan baku api, sedang manusia diciptakan dari bahan baku tanah. Karena merasa bahan bakunya lebih unggul dari manusia, ia pun sombong dan tidak mau taat ketika diperintah oleh Allah Ta’ala untuk sujud (memberi hormat) kepada manusia. Allah

Ta’ala kemudian murka dan menghukumnya sebagai makhluk yang ingkar. Karena kecewa atas hukuman tersebut, dan dengki kepada manusia, maka iblis melakukan perlawanan dengan mengajukan dispensasi kepada Allah Ta’ala agar ia dan keturunannya dapat menggoda dan menyesatkan manusia di muka bumi. Iblis berkata, sebagaimana diceritakan dalam al-Qur`an surat AlA’raf [7] ayat 16 dan 17, “(Ya Tuhanku), karena Engkau telah menghukum aku tersesat, maka aku benar-benar akan menghalangi mereka (manusia) dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” Jadi sangat jelas bahwa pekerjaan utama iblis adalah menggoda, menyesatkan, dan

menggelincirkan manusia dari jalan yang lurus dengan berbagai cara. Tujuannya mengubah cara pandang manusia agar yang baik terlihat menjadi buruk, sedang yang buruk seolah-olah terlihat baik. Di samping itu, iblis juga senantiasa membangkitkan angan-angan kosong, sebagaimana firman Allah Ta’ala: ”Iblis memberikan janji-janji dan membangkitkan anganangan kosong kepada mereka (manusia), padahal iblis itu tidak menjanjikan kepada mereka (manusia) melainkan tipuan belaka. (An-Nisa [4]: 120)

gelora Hawa nafsu Dalam usaha menggoda dan menjerumuskan manusia, iblis menggunakan cara yang canggih dan teknik yang halus. Namun, secanggih apa pun godaannya, iblis sebenarnya tak akan pernah |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

37


RUANG UTAMA

SUMBER : thEa;aRMco

mampu mengalahkan manusia kecuali bila manusia sendiri yang membukakan pintu masuk kepadanya, yaitu syahwat atau nafsu. Karena itu, jika manusia mampu menahan hawa nafsunya, maka iblis tak akan bisa berbuat apaapa. Inilah musuh manusia yang kedua, yaitu syahwat atau hawa nafsu. Keberadaannya tidak di luar, tapi menyatu dengan diri kita sendiri. Jadi, musuh kita yang sebenarnya bukan orang lain, bukan dari luar, tapi diri kita sendiri. Dalam diri setiap manusia terdapat syahwat yang tak terpisahkan dari dirinya. ”Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang

38 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

diingini, yaitu wanitawanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran [3]: 14) Allah Ta’ala telah mengingatkan kita agar waspada terhadap bahaya hawa nafsu. Ia merupakan musuh dalam selimut. Jika manusia tidak hati-hati, mereka akan tersesat dan terjerumus ke dalam kebinasaan, sebagaimana dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam surat al-Qashash [28] ayat 50. Alangkah banyaknya manusia yang telah tertipu oleh obsesi hawa nafsunya. Bahkan mereka telah menjadikan hawa

nafsunya sebagai tuhannya. Mereka itu, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur`an surat AlJatsiyah [45] ayat 23, telah dibiarkan oleh Allah Ta’ala dalam keadaan tersesat. Allah Ta’ala telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta menutup penglihatannya.

Perisai ramadHan Berbahagialah orang-orang yang telah memiliki perisai pertahanan yang kuat untuk menahan gempuran hawa nafsu yang dahsyat ini. Orangorang yang memiliki perisai diri itu pantas mendapat balasan surga di sisi Allah Ta’ala sebagaimana FirmanNya: ”Dan adapun orangorang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan


RUANG UTAMA diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhya surgalah tempat tinggal(nya).” (An-Naziat [79]: 40) Tapi surga itu bukan barang murahan. Untuk mendapatkannya perlu perjuangan yang tidak ringan. Tantangannya sangat besar. Bahkan, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam (SAW) bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa surga itu dikepung oleh perkara yang tidak menyenangkan, sedangkan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang menggairahkan syahwat. Perjuangan melawan hawa nafsu merupakan pertempuran terbesar dan abadi bagi setiap orang yang beriman. Tiada hari kecuali kita terus berperang dan

bertempur dengan hawa nafsu. Karena sifatnya yang laten, maka kewaspadaan kita menghadapi hawa nafsu ini harus 24 jam, terus menerus. Tiada hari tanpa penjagaan. Agar kita tidak celaka dan mengalami kehancuran, maka tidak boleh tidak kita harus memiliki seperangkat perisai yang mampu mempertahankan diri dari serangan iblis dan hawa nafsu. Perisai itu harus berfungsi aktif dan dinamis sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu menghadapi badai syahwat sebesar apa pun. Itulah sebabnya orang yang kuat, menurut Rasulullah SAW, bukanlah mereka yang kuat bertinju, akan tetapi orang yang kuat

mengendalikan hawa nafsunya. Ketika emosi ia dapat menahan diri. Saat berkuasa ia tidak korupsi. Saat berada di atas ia tidak menginjak. Dan saat berjaya, ia tidak sok jago. Begitu pula saat kalah, ia tidak menyerah. Saat di bawah, ia tidak putus asa. Saat miskin, ia tetap bersyukur kepada Allah Ta’ala. Puasa Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap orang beriman untuk menguatkan perisainya masing-masing supaya tetap tahan godaan, tahan ancaman, tahan uji, dan tahan emosi. Rasulullah SAW berkata, ”Puasa itu perisai. Maka pada hari berpuasa, janganlah kamu mengumbar perkataan kotor, dan jangan menjerit-jerit. Jika dicaci atau diganggu orang hendaklah kamu mengucapkan, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (Riwayat Bukhari dan Muslim) Dalam Hadits lain, Rasulullah juga berkata, ”Puasa itu perisai selama ia tidak merusaknya dengan dusta dan membicarakan aib orang lain,” (Riwayat Thabrani). Wallahu a’lam bish shawab.*

SUMBER : cLKR/PIXaBaY Mei 2017/ Sya’ban 1438

|MULIA

39


RUANG UTAMA

Waspadai Virus perusak JiWa!

A

llah Subhanahu wa Ta’ala membekali manusia dengan akal. Dengan akal inilah manusia mampu melindungi dirinya, bahkan bisa mengalahkan hewan yang telah dibekali organ khusus tadi. Namun, karena akal ini pula, eksistensi manusia tidak ditentukan hanya dari fisik (raga) saja. Manusia memiliki aspek lain yang justru lebih vital ketimbang fisik. Itulah aspek ruhiyah (jiwa). Kualitas aspek

SUMBER : hdfREEwallpapER

40 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

ini ditentukan oleh iman dan amal. Bila iman dan amalnya rusak maka rusak pula jiwanya. Bahkan, dalam banyak kasus, fisik pun ikut rusak. Agar aspek ruhiyah ini tetap terjaga maka kita harus mewaspadai ancaman virus perusak jiwa. Inilah virus-virus tersebut: VIRUS PERUSAK IMAN Anugerah tak ternilai yang diberikan Allah Ta’ala kepada manusia adalah iman. Fisik yang lengkap dan harta yang banyak tak sebanding dengan

anugerah yang satu ini. Betapa tidak, imanlah yang menentukan apakah amal seseorang diterima atau ditolak oleh Allah Ta’ala. Bila iman sirna maka tebusan emas sepenuh bumi pun tidak akan diterima. ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak)


RUANG UTAMA itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” (Ali Imran [3]:91) Anugerah iman, walaupun sangat mahal harganya, bisa rusak, bahkan lenyap, bila kita dijangkiti oleh dua jenis virus, yaitu syirik dan ilhad (ateisme). Jika itu terjadi, tak dapat dibayangkan betapa besar kerugian yang kita derita, dan betapa abadi akibat buruknya. VIRUS PERUSAK AMAL Bagi hamba Allah Ta’ala, karya yang paling bernilai adalah amal saleh yang ditunaikan secara ikhlas karena Allah Ta’ala dan mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam (SAW). Karya inilah yang menjadi penentu nasib kita di akhirat kelak. Bayangkan, betapa sedihnya orang yang tiba-tiba mendapati semua amalnya lenyap, padahal sudah tidak ada kesempatan lagi untuk beramal dan tidak mungkin lagi ada orang yang mau berbagi amal walaupun seberat biji dzarrah. Memang, amal saleh tidak tampak

wujud fisiknya. Namun, bukan berarti ia bebas dari virus perusak yang ternyata banyak variannya. Syirik dan kekafiran menempati posisi pertama sebagai perusak amal. Begitu keduanya merasuk, otomatis semua amal manusia langsung terhapus tiada tersisa. ”Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.” (AlA’raf [7]:147) Selain virusvirus yang telah dikemukakan tadi, masih ada beberapa virus yang mesti diwasapadai, yaitu: 1. Riya Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bercerita tentang pelaku ibadah yang memiliki motivasi mencari popularitas. Sesungguhnya, kata Rasulullah SAW sebagaimana dikutip dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, orang yang paling pertama diadili pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid dan telah diberi banyak nikmat. Pada saat itu, kata

Rasulullah lagi, Allah Ta’ala akan bertanya, ”Apakah yang kamu amalkan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab, ”Saya berperang di jalan-Mu sampai mati syahid.” Allah Ta’ala lalu menjawab, ”Kamu berdusta, tetapi kamu berperang agar dikatakan sebagai pemberani dan itu telah dikatakan.” Kemudian orang itu diperintahkan untuk diseret dengan tertelungkup, lalu dilemparkan ke dalam api neraka. Orang kedua, kata Rasulullah SAW, adalah orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta selalu membaca alQur`an. Allah Ta’ala bertanya kepada orang itu, ”Apakah yang kamu amalkan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab, ”Saya mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan saya membaca alQur`an karena-Mu.” Allah Ta’ala kemudian menjawab, ”Kamu berdusta, sebaliknya kamu mempelajari ilmu agar dikatakan pandai dan kamu membaca alQur`an agar dikatakan sebagai qari’. Dan itu semua telah diucapkan.” Orang itu lalu diperintahkan untuk diseret dengan |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

41


RUANG UTAMA tertelungkup dan dilemparkan ke dalam api neraka. Dan, orang ketiga, kata Rasulullah SAW, adalah orang yang diberi kelapangan oleh Allah Ta’ala, diberi pula semua macam kekayaan. Allah Ta’ala bertanya kepada orang itu, ”Apakah yang kamu amalkan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab, ”Saya tidak meninggalkan satu pun jalan yang Engkau sukai untuk berinfak kecuali saya berinfak karena-Mu.” Allah Ta’ala kemudian menjawab, ”Kamu berdusta, tetapi kamu melakukan agar dikatakan dermawan. Dan itu telah dikatakan.” Orang itu lalu diperintahkan untuk diseret dengan tertelungkup dan dilemparkan ke dalam api neraka. Al-‘Alim al-Zahid Sufyan al-Tsauri menceritakan pengalaman pribadinya ketika melawan riya’. ”Betapa sering aku berusaha sekuat tenaga membersihkan hatiku dari riya’. Tetapi, setiap kali berhasil aku atasi pada satu sisi, dia muncul dari sisi yang lain,” katanya. 2. ‘Ujub Ibn al-Mubarak mendefinisikan virus penghapus amal ini

42 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

SUMBER : RichaRdtaittingER

dengan mengatakan, ”Ujub adalah engkau merasa pada dirimu terdapat sesuatu kelebihan yang tidak dipunyai orang lain.” Masya Allah, betapa mudahnya virus ini merasuk pada manusia. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah SAW bercerita bahwa ada seorang laki-laki berkata, ”Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.” Maka Allah Ta’ala langsung berkata, ”Siapakah yang lancang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni Fulan? Sungguh Aku telah mengampuninya dan menghapus amalmu!” 3. Berani Bermaksiat Pada suatu ketika, Rasulullah SAW bercerita kepada sahabat-sahabatnya tentang peristiwa yang sangat mengerikan. “Sungguh aku tahu,”

katanya, ”ada beberapa kaum dari umatku yang datang di hari kiamat nanti dengan membawa banyak kebaikan bagaikan gunung kota Tihamah yang berwarna putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang beterbangan.” Mendengar ini, Tsauban bertanya, ”Wahai Rasulullah, beritahukanlah ciri-ciri mereka kepada kami dan jelaskanlah agar kami tidak termasuk mereka sementara kami tidak sadar.” Rasulullah SAW menjawab, ”Mereka adalah saudarasaudara kalian dan dari bangsa kalian. Mereka melakukan ibadah malam sebagaimana yang kalian lakukan, tetapi mereka adalah kaum yang bila berada dalam kondisi sepi, mereka melanggar larangan-larangan Allah.” (Riwayat Ibn Majah dan dishahihkan al-Albani) Wallahu a’lam bish shawab.*


RUANG UTAMA

Kiat MeMperkuat perisai Diri

S

alah satu fungsi puasa Ramadhan adalah junnah (perisai). Karena itu, pelaku puasa idealnya terpagari dari tekanan dua kekuatan syahwat yang menghantui manusia sepanjang zaman. Keduanya adalah syahwat perut (syahwatul bathn) dan syahwat kemaluan (syahwatul farj). Puasa Ramadhan adalah riyadhah (latihan) untuk mengelola kedua syahwat tersebut agar terkendali. Karena itu, puasa Ramadhan memiliki posisi strategis. Dalam sebuah Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim, Allah

Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ”Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya. Ia tinggalkan nafsu syahwat dan makannya semata-mata karena Aku.” KeKuatan Sabar Puasa menggembleng kita untuk mengalahkan kecenderungan hati yang ingin menodai syariat Allah Ta’ala.

Di dalamnya terdapat pendidikan dua bentuk kesabaran, yakni sabar menjalankan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan sabar dalam menjauhi maksiat lahir dan batin. Karenanya tepat sekali jika Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam (SAW) menyebut Ramadhan sebagai bulan kesabaran (syahrush shabr). Ahli sastra Arab mengatakan, sabar itu awalnya pahit, melebihi pahitnya empedu. Tetapi akan berakhir manis melebihi manisnya madu. Seseorang tidak akan terhindar dari neraka, yang dikelilingi oleh sesuatu yang disenangi |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

43


RUANG UTAMA

SUMBER : UNPLASH

nafsu syahwat, dan tidak akan masuk surga, yang dipagari oleh sesuatu yang dibenci oleh nafsu, kecuali dengan modal sabar. Kesabaran itulah yang harus terbangun dalam diri setiap Muslim di Bulan Ramadhan. Bukan hanya untuk menghadapi gelora syahwat, tapi juga dalam menghadapi seluruh musuh permanennya. Rasulullah SAW bersabda, �Orang beriman selalu berada di antara lima ancaman berat, yaitu mukmin yang mendengkinya, munafik yang membencinya, kafir yang memeranginya, setan yang menyesatkannya, dan nafsu yang melawannya (Hadist ini dikeluarkan oleh Abu Bakar bin Lai dari Hadits Anas di dalam Makarimul Akhlaq)

44 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

LangKah Perubahan Al-Ghazali dalam karya spektakulernya Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa untuk mengubah Muslim secara fundamental harus dimulai dengan meneliti secara radikal berbagai kelemahan umat. Salah satunya adalah lemahnya mental untuk dijajah. Ini disebabkan rusaknya pikiran dan hati, serta lalai dari tujuan dirinya hadir di muka bumi ini. Langkah berikutnya adalah mempersiapkan generasi baru yang independen dan steril dari kontaminasi penyakit internal dan eksternal. Kemudian mereka dididik dengan ta’wid (kulturisasi ajaran Islam), tafhim (pemahaman) dan taklif (siap diberi tugas). Selanjutnya, mereka diterapi dari penyakit syubhat, syahwat, dan lalai. Syubhat diterapi

dengan memahami kebenaran Islam, syahwat diterapi dengan memperbanyak ibadah dan lalai diterapi dengan ihsan. Khusus terapi ihsan, terdiri atas tiga pilar, yaitu musyahadatullah (menyaksikan kebesaran Allah), muraqabatullah (merasa dimonitor oleh Allah), dan ihsanullah (selalu mengingat kebaikan Allah kepada semua makhluknya). Manusia beriman memiliki tiga potensi untuk memerangi musuh yang mengancam eksistensinya, baik secara internal maupun eksternal. Ketiga potensi diri tersebut adalah ijtihad (pemberdayaan intelektual), mujahadah (pemberdayaan hati), dan jihad (pemberdayaan fisik). Berikut langkah kongkrit untuk memberdayakan ketiga potensi tersebut. MeLawan MuSuh InternaL Musuh internal, sebagaimana disebutkan dalam Hadits di atas, adalah mukmin yang mendengki, setan yang menyesatkan, serta hawa nafsu yang melawan. Pertama, membuat standar dalam


RUANG UTAMA mengelola siklus spiritual. Bentuknya muhasabah yaumiyyah (intropeksi harian). Ini sangat penting agar kita memperoleh perlindungan, penjagaan, dan pembentengan dariNya. Berikut langkahlangkah kongkritnya. 1. Melakukan shalat fardhu di masjid secara rutin dan berjamaah untuk membangun kedekatan hubungan dengan-Nya (taqarrub ilallah) serta agar selalu dekat dengan rahmat, maghfirah, karunia, perlindungan, penjagaan, dan pertolongan-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa yang melakukan shalat jamaah selama 40 hari selalu pada awal takbiratul ihram akan ditulis dengan dua pembebasan, pembebasan dari api neraka dan pembebasan dari penyakit kemunafikan.” (Riwayat Dawud) 2. Melakukan shalat sunnah rawatib secara berkesinambungan untuk memperoleh kecintaan secara timbal balik dari Allah Ta’ala (mahabbah). 3. Selalu membaca al-Qur`an minimal satu juz setiap ba’da shalat fardhu. 4. Melakukan wirid pagi, sore, dan zikir sebelum tidur. Allah

Ta’ala berfirman: ” Maka sekiranya dia (Yunus) tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari berbangkit. ” (AshShaffat [37]: 143-144) 5. Melakukan tafakkur dan memperbanyak istighfar serta berdialog dengan diri sendiri sebelum tidur. Jika banyak amal saleh yang dilakukan maka pujilah Allah Ta’ala. Sebaliknya, jika banyak melakukan dosa, segera bertaubat dan minta ampun. 6. Melakukan shalat lail setiap malam sekalipun hanya dua rakaat. 7. Melakukan puasa Dawud seperti yang dilakukan oleh Nabiyullah Dawud AS. 8. Selalu berzikir dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Kedua, melakukan muhasabah usbu’iyyah (introspeksi pekanan), dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Berpuasa Senin dan Kamis. 2. Mengadakan Khatmul Qur`an dengan lingkup yang kecil, yaitu bersama anggota keluarga dengan mengedepankan muatan muhasabahnya. 3. Berinfaq secara rutin. 4. Silaturrahim

dengan saudara seperjuangan. 5. Mengadakan rihlah (rekreasi) ruhiyyah.

MenghadaPI MuSuh eKSternaL Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut 1. Tafaqquh fiddin (mempelajari Islam) 2. Menghidupkan majlis taklim 3. Menggencarkan dakwah Islamiyah 4. Dialog Terbuka 5. Mujadalah dengan pihak lain yang berbeda pandangan dengan kita 6. Istisyarah, istifsyarah, musyawarah. Untuk menerapkan langkah-langkah tersebut dibutuhkan kekuatan yang signifikan. Maka, madrasah Ramadhan menjadi sarana yang paling efektif, karena dimonitor langsung oleh Allah Ta’ala. Jika kita konsisten dan komitmen untuk menjadi peserta didik-Nya pada bulan Ramadhan, akan terjadi perubahan spektakuler pada struktur kepribadian kita, baik dari sisi pola pikir, karakter, atau perilaku kehidupan sehari-hari. Semoga kita termasuk lulusan madrasah Ramadhan yang unggul. Wallahu a’lam bish shawab.*

Mei 2017/ Sya’ban 1438

|MULIA

45


SERBA-SERBI

Ulama-Ulama

Ahli ilmu FAlAk

I

lmu falak mempunyai peranan yang penting bagi umat Islam. Tanpa ilmu tersebut kaum Muslimin tidak bisa mengetahui apakah hari ini sudah masuk waktu shalat atau belum? Atau ketika shalat apakah sudah menghadap kiblat atau belum? Dari masa ke masa, Indonesia tidak putusputusnya melahirkan ulama ahli ilmu falak. Berikut nama-nama yang masyhur. MuhaMMad Manshur bin abdul haMid Ia dikenal dengan sebutan Guru Manshur. Lahir di Jakarta pada 1878 dan wafat pada Jum`at, 2 Shafar tahun 1387 H, bertepatan dengan 12 Mei 1967. Guru pertamanya dalam menuntut ilmu adalah bapaknya sendiri, KH Abdul Hamid. Beranjak dewasa, ia pergi ke Makkah, Arab Saudi dan belajar ilmu falak kepada Abdurrahman Misri, ulama asal Mesir dan Ulugh Bek, ulama asal Samarkand.

46 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

setelah empat tahun di Makkah, Guru Manshur kembali ke Indonesia. Ia membuka majelis taklim, yang utama diajarkannya adalah pelajaran ilmu falak. Murid-muridnya yang kemudian menjadi ulama terkemuka di Betawi adalah KH Abdullah Syafi`i (AsSyafi`iyyah) dan KH Abdul Rasyid Ramli (ArRasyidiyyah). Kini, yang meneruskan keahlian falaknya adalah KH Fatahillah Ahmadi yang merupakan salah seorang buyutnya. Sedangkan buyutnya yang lain, yang kini dikenal oleh masyarakat sebagai dai kondang, adalah Ustadz Yusuf Mansur. Kalender hisab Al-Manshuriyah masih tetap eksis dan digunakan, baik oleh murid-muridnya, maupun umat Islam lainnya di sekitar Jabotabek, Pandegelang, Tasikmalaya, bahkan sampai ke Malaysia. Kh ahMad dahlan Ia dilahirkan di

Kampung Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1868 Masehi bertepatan dengan tahun 1285 Hijriyah dan wafat pada 23 Februari 1923 M/ 7 Rajab 1342 H. Dalam ilmu falak, KH Ahmad Dahlan merupakan salah satu pembaharu, yang meluruskan arah kiblat Masjid Agung Yogyakarta pada tahun 1897 M/1315 H. Berdasarkan pengetahuan ilmu falak dan hisab yang dikuasainya, Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah, menentukan awal puasa (Ramadhan) dan Syawal dengan hisab (perhitungan). Kh Turaichan Adjhuri Asy-syArofi Lahir di Kudus, 10 Maret 1915. Ia adalah buah hati dari Kiai Adjhuri dan Nyai Sukainah. Ia dikenal dengan sebutan Mbah Turaichan. Mbah Turaichan hanya mengenyam pendidikan formal selama dua tahun saja, yakni ketika


SERBA-SERBI berusia 13 hingga 15 tahun. Tepatnya di Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus pada tahun 1928. Namun karena kemampuannya yang melebihi ratarata, beliau justru diperbantukan untuk membantu pelaksanaan belajar mengajar. Sumbangan beliau yang paling besar bagi umat Islam adalah penerbitan Almanak Menara Kudus. Kalender Mbah Turaichan diterbitkan pertama kali oleh Percetakan Masykuri Kudus pada 1942 dan kemudian, sejak 1950 hingga kini, diterbitkan oleh Percetakan Kitab Menara Kudus. Meskipun telah wafat, Turaichan masih disebut dalam kalender itu sebagai

SUMBER:StEfan-StEfancik

penyusunnya.

Kh MuhaMMad Muhadjirin aMsar Ad-dAry Lahir di Kampung Baru, sebuah daerah di pinggir kota Jakarta, 10 November 1924. Di tempat kelahirannya ia menghabiskan masa kecilnya dengan belajar mengenal huruf Arab sampai dengan membaca al-Qur`an. Sumbangan pemikirannya yang paling berharga adalah dalam hal ilmu falak. Ia membuat teknologi dan tempat rukyatul hilal sendiri untuk melihat penampakan hilal (bulan sabit pertama) untuk menentukan awal Ramadhan, Syawal, atau pun Idul Adha. Pelaksanaan rukyatul hilal dengan alat buatannya dilakukan

selama bertahun-tahun bertempat di Menara Masjid Al-Husna, Cakung, Jakarta Timur. Hasil pengamatannya lambat laun menjadi rujukan banyak pihak, terutama umat Islam yang berada di sekitar Cakung dan Bekasi. Kh ahMad badawi Lahir pada 5 Februari 1902 M/ 1320 H di Kampung Kauman Yogyakarta. Semasa kecil, ia belajar di Madrasah Ibtidaiyah Diniyyah Islamiyyah yang didirikan dan diasuh langsung oleh KH Ahmad Dahlan. Setelah itu ia melanjutkan belajar di berbagai pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karena ketekunan dalam belajar, KH Ahmad Badawi menguasai berbagai bidang keilmuan, seperti Fikih, Hadist, dan Falak. Semua karyanya ditulis dengan tangan dalam huruf Arab maupun latin dengan rapi. Karyanya yang berkaitan dengan ilmu falak adalah Djadwal Waktu Sholat se-lama2nja, Tjara Menghitoeng Hisab Haqiqi Tahoen 1361 H, Hisab Haqiqi, dan Gerhana Bulan.*/ Sumber: Suara Hidayatullah |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

47


FIQIH

Zakat untuk Masjid, sekolah, dan RuMah sakit SUMBER: zakat

Suhrianto | Jayapura

Ust. Abdul Kholiq Anggota Dewan Syariah LAZNAS BMH

Assalamu’alaikum wrwb. Ustadz yang terhormat, saya ingin bertanya tentang pemanfaatan dana zakat fitrah maupun mal. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa zakat itu untuk delapan asnaf. Nah bagaimana hukumnya zakat digunakan untuk membangun masjid, sekolah, atau rumah sakit. Mohon penjelasannya.

48 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Wa’alaikum Salam Warahmatullah Wabarakatuh. Saudaraku seiman yang dirahmati Allah, zakat adalah suatu bentuk kepedulian sosial yang Allah wajibkan atas kaum muslimin yang memenuhi syarat. Sektor-sektor sosial yang hendak dientaskan oleh zakat juga telah Allah tentukan, sebagaimana firmanNya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, penguruspengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 60) Tampak jelas bahwa secara langsung Allah tidak menyebut masjid/tempat ibadah, sekolah, dan rumah sakit, termasuk dalam bagian sektor yang dapat dibiayai oleh zakat. Dalam hadist pun tidak didapati adanya riwayat bahwa Nabi menyatakan, melakukan, maupun menyetujui adanya pendistribusian ke sektor itu. Namun, masalahnya, apakah ketiganya dapat termasuk dalam salah satu di antara asnaf (golongan/sektor) yang delapan itu? Terkait dengan pembangunan masjid, setelah diketahui bahwa hal tersebut tidak ada dasar definitif


FIQIH tekstualnya dalam al-Qur’an, hadis, dan perilaku sahabat, maka mesti pula dihadapkan pada pertanyaan: ”Dapatkan ia termasuk dalam salah satu di antara delapan asnaf utamanya, “fi sabilillah”? Di sini terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Jumhur ulama berpendapat, makna “fi sabilillah” hanya terbatas pada jihad, sehingga bentuk-bentuk pendistribusian untuk membangun masjid, jembatan, jalan, dan beasiswa pendidikan –misalnya- tidak dapat dibiayai dari jatah golongan ini. Sementara al-Kasani dari madzhab Hanafi memaknai “fi sabilillah” dengan segala bentuk sektor kebaikan. Tetapi di samping itu ulama madzhab Hanafi bersepakat bahwa zakat harus diserahkan sebagai hak milik seseorang. Maka dari itu, pembangunan masjid dan contoh lain di atas yang termasuk dalam sektor kebaikan, tetap saja –menurut Hanafiah- tidak dapat dibiayai, sebab masjid tidak dapat dimiliki oleh seseorang, baik pribadi maupun kolektif (Wahbah al-zuhaili, alFiqhal-Islami, II/875). Dalam menengahi perbedaan ini alQardhawi memperkuat

pendapat jumhur ulama bahwa “fi sabilillah” adalah jihad (perjuangan), tetapi dengan pengertian lebih luas yang meliputi perjuangan bersenjata (inilah yang lebih cepat ditangkap oleh pikiran), jihad ideologi (pemikiran), jihad tarbawi (pendidikan), jihad da’wi (dakwah), jihad dien (perjuangan agama), dan lainlainnya. Sebab kesemuanya untuk memelihara eksistensi Islam, dan menjaga serta melindungi kepribadian Islam dari serangan musuh (Fiqhal-Zakah : 638). Dengan keluasan makna jihad ini, begitu pula makna asnaf yang lain, mengenai pembangunan masjid ini dapat dipilah sebagai berikut: Untuk komunitas miskin yang belum ada masjid bagi mereka dan tidak mempunyai potensi dana sosial non-zakat untuk membangunnya, maka boleh bagi mereka menggunakan dana zakat atas nama/dari bagian fakir dan miskin. Sebab, bagi komunitas muslim, masjid adalah termasuk dalam kebutuhan primer. Pada komunitas yang potensial mempunyai cadangan dana untuk membangun masjid dari dana non-

zakat, maka tidak dapat menggunakan dana zakat untuk membangun. Adapun komunitas yang dalam bahaya perang ideologi, bila memang dalam rangka membentengi mereka atau merehabilitasi akidah mereka sehingga diperlukan adanya masjid –baik sebelumnya sudah ada atau belum-, maka dapat pula menggunakan dana zakat atas nama fi sabilillah. Ada pun terkait dengan penggunaan zakat untuk sekolah atau rumah sakit, maka dapat dibedakan menjadi dua. Jika memang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan fakir dan miskin, maka otomatis masuk dalam golongan fakir miskin. Sangat mungkin juga mereka termasuk dalam golongan fisabillah pula, jika sekolah atau rumah sakit tersebut berada di daerah korban perang untuk membantu mereka. Hal ini menjadi berbeda jika tujuannya sejak awal bersifat profit oriented, maka jelas pembangun tidak dapat dibiayai dari zakat. Semoga penjelasan ini dapat memenuhi harapkan. Wallahu a’lam. |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

49


ADABUNA

Cium

Tangan Mencium tangan adalah salah satu adat orang Melayu yang sudah lazim berlaku di masyarakat. Berkaitan masalah ini sebagian orang masih mempertanyakan status hukumnya. Ada yang membolehkan dengan alasan itu kebiasaan (‘urf) yang dibolehkan karena tidak bertentangan dengan syariah.

Pertama Mencium tangan diniatkan untuk menghormati, terutama kepada orangtua atau guru yang mempunyai keutamaan. Ini didasarkan pada sebuah riwayat dari Abu Nashr At-Tammaar, ia berkata, “Aku berbaiat kepada Rasulullah dengan tanganku ini, lalu kami menciumnya. Beliau tidak mengingkari hal itu.” (Riwayat Abu Bakr bin Al-Muqri’ dalam Ar-Rukhshah fii TaqbiililYadd no. 12; hasan). Riwayat lain, “Kami pernah melewati daerah Rabadzah. Lalu dikatakan kepada kami, ‘Itu dia Salamah bin Al-Akwa’”. Maka kami mendatanginya dan mengucapkan salam kepadanya. Lalu ia mengeluarkan kedua tangannya dan berkata: “Aku berbaiat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan kedua tanganku ini.” Ia mengeluarkan kedua telapak tangannya yang besar yang seperti tapak onta. Kami pun berdiri, lalu menciumnya (tangan Salamah).” (Riwayat Bukhari dalam AlAdabul-Mufrad).

50 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Kedua Bukan karena ada kepentingan dunia. Mencium tangan seseorang agar ia mendapatkan sesuatu dari orang yang dicium tangannya, sebaiknya dihindari. Sebab perbuatan tersebut termasuk tidak ikhlas dan memiliki tujuan yang sifatnya duniawi. Imam Nawawi berkata dalam kitab Raudhoh bahwa mencium tangan karena dunianya, kekayaan, kepangkatan, dan sebagainya, hukumnya tidak diperbolehkan.


ADABUNA

Keempat Orang yang tangannya dicium tidak boleh merasa sombong. Terkadang orang yang tangannya dicium timbul rasa sombong dalam dirinya. Orang yang mencium tangannya hendaknya segera menghentikan jika tahu ternyata hal tersebut membuat orang yang dicium tangannya muncul keangkuhannya.

Keempat Bukan karena rendah diri dan mengagungkan orang lain. Para ulama sepakat bahwa mencium tangan dengan niat mengagungkan orang yang dicium tangannya hukumnya haram. Ini didasarkan pada Hadits Rasulullah Rasulullah SAW dari Umar Bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, “Janganlah kalian memujiku sebagaimana orang nasrani memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah, ‘Hamba Allah dan RasulNya” (Riwayat Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW tidak mau diagungkan atau dipujiW secara berlebihan. Pujian hanya layak ditujukan kepada Allah Ta’ala.

Demikian beberapa adab berkaitan dengan cium tangan. Semoga bermanfaat. (Sumber Suara Hidayatullah). |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

51


RIHLAH

Safari Ke NEGERI LION CITY

J

ika menyebut nama negara Singapura, maka yang terlintas di benak adalah sebuah negeri yang maju, lingkungannya bersih, dan tatanan kotanya yang rapi. Singkat kata, negeri yang sudah berperadaban maju. Atas dasar itu pula kami rombongan dari sekolah Luqman Al Hakim Hidayatullah Surabaya, melakukan studi banding ke berbagai sekolah Islam di negeri berlambang singa tersebut. Berangkat dari Bandara Juanda

52 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Surabaya pada Senin, 27 Februari, dan sampai pada hari itu pula langsung menuju ke hotel tempat kami menginap. Tidak berselang lama, kami memulai penjelajahan menyisir perkampungan, pasar, serta tempat keramaian lainnya di negeri berpenduduk lebih kurang 5 juta itu. Budaya TaaT SiSTem Sistem, yah... nampak sekali bila sistem menjadi salah satu kunci keberhasilan negeri Lion City mewujudkan negerinya

seperti sekarang ini. Apa yang dikatakan orang tentang Negeri Seribu Satu Larangan ini seperti kebersihan dan tatanan kotanya yang apik, tidaklah berdusta alias memang benar adanya. Bahwa negeri tersebut ditata dengan tata kelola yang sudah tingkat tinggi. Singkat kata, perjalanan malam itu dan juga siang harinya memberi kesan bahwa salah satu cara mengubah kondisi menjadi baik sangat bergantung hebat dari peran pemerintahnya. Aturan di negeri ini


RIHLAH benar-benar tegas dan wajib dijalankan bila ingin aman dan selamat. Sebagai contoh, masyarakat Singapura sangat takut melanggar rambu-rambu lalu lintas. Menurut Pak Ridwan selaku guide kami selama di sana, ada penilaian berupa point apabila melanggar. Semakin sering melanggar maka semakin berkurang. “Di sini kami takut melanggar, karena point-nya akan berkurang. Semakin sering maka semakin berkurang. Apabila kedapatan melanggar maka surat izin mengemudi (SIM) kami akan disita, dan pengambilannya tidak mudah, harus menunggu selama satu tahun,” ujarnya. Begitu halnya dengan kebersihan, apabila membuang sampah sembarangan dan terdeteksi oleh CCTV, maka orang yang membuang sampah sembarangan tersebut akan dikenai denda. Hal ini terjadi karena pemasangan CCTV atau adanya pemantauan atas segala aktivitas masyarakat. Sehingga ada lelucon, CCTV di Singapura jumlahnya lebih banyak daripada jumlah malaikat pencatat amal. Begitu pula soal parkir

FOTO: SYAMSUL ALAM JAGA/MULIA

memarkir, tidak boleh sembarang tempat dan harus mematuhi aturan parkir yang sudah diberlakukan pemerintah. Apabila melanggar, maka ada ‘surat cinta’ dari kepolisian.

ekSiSTenSi TradiSi melayu Di tengah kemajuan Singapura yang sangat pesat, tidak serta merta memudarkan tradisi masyarakat Melayu. Masih ada beberapa tradisi yang dijaga dan dilestarikan hingga saat ini. Misal, tradisi makan bersama nasi Ambeng. Nasi Ambeng adalah nasi putih yang diletakkan di wadah yang luas, semacam nampan besar, dikelilingi lauk yang terdiri dari ikan kering, gurita, daging

sapi, daging ayam, hati sapi, sarunding, sambel tempe, dan sambel terasi. Lauk kemudian dicampur dengan nasi putih, lantas dimakan bareng-bareng tanpa menggunakan sendok. Menurut penuturan Mohammad Khoir, CEO, Chief Consultant & Master Trainer, yang juga menemani kami selama kunjungan, tradisi ini sudah lama dan sampai sekarang masih terpelihara. “Tradisi makan nasi Ambeng masih terpelihara, terutama kalau waktu Ramadhan, atau acara-acara kegiatan keislaman,” tuturnya. “Tidak hanya nasi Ambeng yang masih terjaga,” sambungnya, “Pakaian melayu seperti pakaian Kelantan-Malaysia, |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

53


RIHLAH masih kita pakai pada saat acara Ied. Bahkan perayaan hari Ied di sini berlangsung selama satu bulan,� terangnya. lemBaga Pendidikan iSlam Meski tergolong minoritas, geliat pendidikan Islam cukup mengundang decak kagum. Pasalnya, beberapa lembaga pendidikan Islam di sana telah menjadi rujukan lembaga pendidikan Islam di berbagai negara. Misal, Al Irsyad Islamic School, Al Ishlah Islamic School, dan Radin Mas School. Untuk nama lembaga yang disebut pada urutan pertama (Al Irsyad Islamic School), telah mendapat kunjungan dari berbagai negara, untuk studi banding. Begitu pula dengan kedatangan kami, bertujuan menjalin kerja sama guna memajukan masingmasing lembaga, agar lebih baik lagi ke depannya. Setelah beraudiensi dengan beberapa pengurus, maka, terungkaplah beberapa kelebihan lembaga tersebut. Salah satu keunggulan sekolah tersebut adalah pengintegrasian antara kurikulum diniyah

54 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

dan umum. Namun menu pelajaran diniyah tetap menjadi prioritas utama. Selain itu, pelajaran sains, teknologi, dan bahasa merupakan pelajaran yang mutlak dikuasai pula. Untuk sistem pembelajaran materi sains, menerapkan metode pembelajaran terkini dengan didukung fasilitas teknologi yang lengkap dan canggih. Hal ini menjadikan pembelajaran semakin menarik. Penerapan bahasa Inggris dalam proses pembelajaran, menjadikan sekolah ini layak dicontoh oleh sekolah-sekolah atau lembaga Islam yang ingin berkompetisi di tingkat global. Intinya perpaduan antara spiritual dan intelektual sangat berkaitan erat dalam proses pembelajarannya.

SilaTurrahim ke muiS Selain bertandang ke berbagai lembaga pendidikan, penulis beserta rombongan bersyukur bisa berkunjung ke Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). Hadir perwakilan dari MUIS untuk menemui rombongan

kami, Suriari Abdullah, MSc. Sosok yang juga merupakan Managing Director & Principal Consultant ini mengungkapkan bahwa MUIS memiliki peranan penting dalam perkembangan Islam di Singapura. Bahkan, imbuhnya, perkembangan keislaman secara keseluruhan, termasuk sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid, tak lepas dari perjuangan MUIS. Segala aktivitas keislaman ditangani MUIS, seperti urusan pernikahan, zakat, dan sebagainya. Yang juga menarik adalah adanya pajak yang dikenakan kepada setiap warga muslim sebanyak 3 persen dari gaji setiap bulannya. Dana yang dikelola dari masyarakat muslim yang jumlahnya berkisar 17% atau 700.000 jiwa dari total penduduk Singapura, semua ditangani oleh MUIS. Lembaga MUIS inilah yang menyalurkan dananya ke masyarakat muslim, termasuk lembaga-lembaga di bawah naungannya. “Selain itu, MUIS berperan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dengan masyarakat muslim,� paparnya. (Syamsul alam Jaga).


ISLAM PESONA

Prof. Dr. Hamka

Membersamai umat Sepanjang Masa

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

55


ISLAM PESONA

P

rof. Dr. Hamka atau lebih populer dikenal dengan sebutan Buya Hamka adalah sosok luar biasa yang pernah lahir dan memberi warna positif di negeri ini. Sekalipun tidak tamat SD, seratus lebih buku lahir dari gagasan-gagasannya. Keilmuannya tidak saja diakui di dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Universitas Al-Azhar Mesir memberikan gelar Doktor Honoris Causa kepada HAMKA pada 1958, gelar yang sama diberikan Universitas

56 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Kebangsaan Malaysia pada 1974. Oleh karena itu, pria bernama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah alias Hamka itu seakan senantiasa hidup membersamai dinamika kehidupan kaum Muslimin. Bukan saja di Indonesia, tetapi juga di Malaysia. Buah karyanya berupa Tafsir Al-Azhar berulang kali naik cetak di Malaysia Singapura dan Indonesia. Saat beragam kajian dan majelis taklim membahas tentang bagaimana hidup sebagai seorang Muslim

misalnya, karya Hamka berjudul “Falsafah Hidup” kerap menjadi rujukan utama. Terlebih, seorang Muslim adalah sosok yang memiliki keberanian terdepan dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Seorang Muslim idealnya memiliki sifat berani. Dalam paparan Buya Hamka dalam bukunya Falsafah Hidup, orang yang patut diberi gelar berani adalah orang yang tiada merasa gentar menghadapi bahaya karena menghindarkan bahaya yang lebih besar. Kemudian maju menghadapi kesulitan, karena yakin di balik kesulitan itu akan tercapai suatu kebahagiaan jiwa. Tidak undur walaupun ada bahaya di hadapannya. (halaman 245 – 246). Menurut Buya Hamka, keberanian yang dalam bahasa Arab disebut “Syaja’ah” itu terbagi dalam dua kategori, yaitu keberanian semangat dan keberanian budi. Keberanian semangat ini ada pada diri serdadu menghadapi musuh di medan perang. “Walau bagaimana pun hebatnya granat, bom, meriam, bedil, peluru,


ISLAM PESONA

Prof. Dr. Hamka

gas beracun yang ada di hadapannya, dia akan terus maju, dan maju terus, tidak kenal mundur,” tulisnya (halaman 246). Sedangkan keberanian budi ialah keberanian menyatakan suatu perkara yang diyakini sendiri kebenarannya, walaupun akan dibenci orang. Menurut Buya Hamka, inilah yang dalam Islam dikenal dengan “amar bil ma’ruf, nahyi anil munkar,” menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat jahat. Buya Hamka pun menegaskan, “Tidaklah suatu bangsa akan tegak, dan suatu paham dapat berdiri, kalau di antara bangsa itu sendiri tidak ada yang berani menyatakan kebenaran.”

Dalam situasi kekinian misalnya, umat dan ulama yang sedang menghadapi cobaan dan kezaliman, maka tulisan-tulisan Hamka di atas seakan memberikan dorongan untuk umat dan ulama maju terus, pantang mundur dalam menghadapi ketidakadilan. Bahkan, dalam konteks yang lebih mendasar dari akar masalah yang dihadapi umat Islam mengenai Al-Maidah 51, Buya Hamka juga hadir karena beliau juga memiliki karya berupa Tafsir Al-Azhar. Terhadap ayat yang membuat heboh bangsa Indonesia itu, Hamka juga telah menegaskan maknanya. “Maka orang yang telah mengambil

Yahudi atau Nasrani menjadi pemimpinnya itu nyatalah sudah zalim. Sudah aniaya, sebagaimana kita maklum kata-kata zalim itu berasal dari zhulm, artinya gelap. Mereka telah memilih jalan hidup yang gelap, sehingga terang dicabut Allah dari dalam jiwa mereka. Mereka telah memilih musuh kepercayaan, meskipun bukan musuh pribadi. Padahal di dalam surah al-Baqarah ayat 120 telah diperingatkan Allah bahwa Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha, selama-lamanya tidaklah mereka ridha, sebelum umat Islam menuruti jalan agama mereka. Mereka itu bisa senang pada lahir, kaya dalam benda, tetapi umat mereka jadi melarat karena kezaliman mereka. Lantaran itu selamanya tidak akan terjadi kedamaian.” Subhanalloh, sungguh agung kehidupan Buya Hamka, saat beliau telah lama tiada, melalui karyakaryanya, beliau seakan terus hidup dan membersamai ulama penerus perjuangan bangsa Indonesia bersama umat Islam di negeri ini.*/Imam Nawawi |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

57


ISLAM PESONA

Pahlawan nasional yang Selalu MeMbakar seMangat

J

ika sebagai pribadi Hamka mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari dua universitas luar negeri, pemerintah Indonesia menganugerahi Hamka sebagai Pahlawan Nasional pada 8 November 2011. Gelar tersebut semakin memastikan bahwa sosok Buya Hamka adalah sosok yang patut diteladani oleh seluruh putra-putri bangsa. Riwayat hidupnya telah menggambarkan bagaimana semestinya putra dan putri Indonesia mengisi kehidupannya. Hamka yang lahir di Maninjau pada 17 Februari 1908, sejak usia 10 tahun telah banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca bukubuku. Kegemarannya membaca menjadikannya pandai menulis. Pada tahun 1930an, Hamka memimpin majalah Pedoman Masyarakat yang terbit

58 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

setiap pekan. Rubrik Tasawuf Modern yang diasuhnya memikat para pembaca, baik yang awam maupun terpelajar. Hal itu membuat Hamka terkoneksi dengan intelektual lainnya, seperti dengan M. Natsir, Agus Salim, Muhammad Isa Anshari, dan Bung Hatta. Menariknya, untuk sampai ke posisi mampu menulis dengan sangat baik, Hamka menjalani hidupnya tanpa dengan sekolah, tidak sebagaimana umumnya orang di negeri ini, sebab beliau memang tak tamat sekolah dasar. Tetapi, tidak sama memang antara tidak sekolah dengan tidak belajar. Hamka memacu diri dalam belajar secara otodidak, terutama untuk bidang ilmu filsafat, sastra, sejarah, sosiologi, dan politik. Selain itu, kegemarannya belajar membuatnya mahir berbahasa Arab, yang membuatnya mampu

mengkaji berbagai karya intelektual besar, baik dari Timur dan Barat. Dan, akhirnya, Hamka mampu menjadi seorang putra bangsa yang menekuni banyak bidang, mulai dari seorang aktivis, penulis, ulama, dan politisi. Bahkan, dengan buah semangatnya dalam menempa diri, lebih dari 100 buku lahir dari gagasan-gagasannya untuk negeri ini. Jadi, sangat tepat jika kemudian hari Hamka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Sebab, karyakaryanya begitu terasa bagi perjalanan bangsa Indonesia, dan sejarah hidupnya jika terus dikaji akan membakar semangat putra dan putri Indonesia. TermoTivasi dari sang ayah Jika keluarga Indonesia ingin melihat sosok keluarga yang sukses dalam membina anak, maka antara Hamka dan ayahnya,


ISLAM PESONA Abdul Karim Amrullah, termasuk yang relevan untuk dijadikan rujukan. Bagaimana tidak? Setelah diurut, ternyata motivasi belajar Hamka lahir karena termotivasi sang ayah yang sejak muda memang sangat gemar belajar. Abdul Karim Amrullah alias ayah Buya Hamka, sejak kecil memang sangat gemar belajar. Pada usia 15 tahun, ayah Buya Hamka itu berangkat ke Mekkah untuk haji dan tinggal di sana selama 7 tahun untuk menimba ilmu, di antaranya kepada Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang kala itu adalah sosok guru dan Imam di

Masjidil Haram. Seusai belajar ia kembali ke Sumatera Barat dan mendirikan lembaga pendidikan, hingga akhirnya bisa bertemu dan bertukar gagasan dengan HOS Tjokroaminoto dan KH. Ahmad Dahlan. Kemudian, Abdul Karim Amrullah mulai dikenal sebagai penulis buku-buku agama yang produktif, dan sangat kritis terhadap kesewenang-wenangan penjajah Belanda hingga akhirnya ditahan di Bukittinggi dan tidak lama kemudian dipindahkan ke Sukabumi. Dari uraian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa mengapa Hamka mampu menjadi sosok

yang terus hadir dan memberi semangat putra-putri bangsa, satu di antara jawabannya adalah karena faktor pengaruh sang ayah yang tidak saja mampu mendidik, tetapi juga memberikan inspirasi kepada Hamka, sehingga ayah dan anak sama-sama luar biasa. Dengan demikian, benarlah ungkapan yang mengatakan bahwa “Jika ingin mengubah dunia, maka ubahlah dirimu sendiri.� Ayah dan anak yang bernama Hamka benarbenar telah memberi bukti, dan karena itu selalu mampu membakar semangat keluarga Indonesia.*/ Imam Nawawi

SUMBER: SALAMSTOCK

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

59


ISLAM PESONA

Cinta islam dengan Menulis Tafsir hingga sejarah

B

uya Hamka benarbenar sosok luar biasa. Kepribadian mulia yang diperjuangkan membuatnya mampu memberikan warisan sangat berharga bagi bangsa dan negara. Beragam buku berhasil ditulisnya, dari tafsir hingga sejarah. Kalau kita bertanya, darimana seorang Hamka memiliki etos berkarya sedemikian hebat. Mungkin kita bisa kutip dari ungkapan beliau yang cukup viral di media sosial, “Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.” Bahkan, yang luar biasa Tafsir Al-Azhar itu mampu dirampungkan olehnya justru kala berada di dalam penjara di daerah pinggiran Sukabumi. Buya Hamka

60 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

berkata, “Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa semua itu anugerah dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Al Quran 30 Juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan itu.” Ungkapan Hamka ini seakan meruntuhkan berkali-kali dinding alasan yang kerap menjadi pijakan generasi muda yang enggan membuat karya karena soal kesibukan, waktu, dan energi. Buya Hamka telah meruntuhkan dinding alasan itu, seperti Jerman Barat dan Jerman Timur kembali bersatu dengan diruntuhkannya Tembok Berlin, dengan bukti karyanya berupa Tafsir Al-Azhar. Dan, seperti jamak

dipahami, menulis tafsir amatlah luar biasa syarat dan beratnya. Belum banyak sarjana negeri ini yang mampu melakukannya. Namun, Hamka mampu melakukannya. Dan, itu berarti beliau ingin hidup benar-benar hidup. Bukan saja saat masih bernafas, namun saat telah menuju keharibaan-Nya. Selain itu, karya Hamka yang terus dicetak ulang hingga kini di antaranya adalah “Sejarah Umat Islam Prakenabian hingga Islam di Nusantara.” Dalam pengantar pengarang I, Hamka menceritakan bahwa buku Sejarah Umat Islam telah disusun sejak tahun 1939. Hal itu dilakukan, “Karena citacita hendak menerbitan buah tangan yang lumayan besar,” tulisnya. Pada tahun 1941, sudah ada maksud dari penerbit majalah


ISLAM PESONA

Pedoman Masyarakat hendak menerbitkan. “Namun, karena harga kertas kian hari kian naik, akibat perang, penerbitannya terkendala sampai sekarang, telah sepuluh tahun naskahnya tersimpan di dalam peti. “Berkali-kali saya telah pindah, mulai dari Medan, Padang Panjang, sampai Maninjau, dengan istri dan tujuh anak. Terkadang, barang-barang kecil dan kitab-kitab berceceran, tetapi naskah buku Sejarah Umat Islam

senantiasa terpelihara baik dan rapi sehingga selamat tidak kurang sehelai naskah pun,” catatnya mengenang. Kata bijak mengungkapkan, “Hasil tidak membohongi proses.” Usaha Hamka yang sangat luar biasa itu Allah jaga hingga saat ini. Buku Sejarah Umat Islam itu telah diterbitkan ulang oleh Gema Insani Press pada 2016, dan menurut Prof. KH. Didin Hafidhuddin, buku Hamka itu adalah sebuah buku yang sangat luar biasa,

ditulis oleh Buya Hamka, Ketua MUI pertama di Indonesia. “Saya yakin dalam buku ini ada dinamika pergerakan di sini, ada dinamika perjuangan umat Islam sampai ke Indonesia,” tegasnya di video youtube. Dengan membaca buku sejarah karya Hamka tersebut, umat Islam akan terus terdorong untuk memurnikan akidah, memperjuangkan Islam, membangun peradaban, dan menegakkan nilainilai Islam. Dalam pengantar pengarang IV, Hamka menulis, “Semoga buku ini dapat memberikan pertolongan pada mereka yang sedang mencari jalan menuju agama Islam, dan merasakan juga nikmatnya dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, sebab pengarang buku ini adalah orang Islam dan mencintai Islam.”*/ Imam Nawawi

Mei 2017/ Sya’ban 1438

|MULIA

61


MUTIARA

SUMBER : FIQIH-MENJAWAB

Bencana

Melalaikan al-Qur`an Oleh: Masykur

‫آن َم ْهجُورً ا‬ َ ْ‫َو َقا َل الرَّ سُو ُل َيا َربِّ إِنَّ َق ْومِي ا َّت َخ ُذوا َه َذا ْالقُر‬ Berkatalah Rasul (Muhammad): “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Qur`an itu sesuatu yang diabaikan.” (Al-Furqan [25]: 30)

A

yat ini menceritakan curahan hati Nabi Muhammad SAW ketika melihat sikap sebagian umatnya terhadap al-Qur`an. Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan, ayat ini turun berkenaan dengan sikap orang-orang musyrik Makkah yang secara terang-terangan menolak dakwah yang disampaikan Nabi SAW ketika itu. Muhammad alAmin asy-Syinqiti menjelaskan, curahan

62 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

hati Nabi SAW ini hendaknya dipahami sebagai warning. Ini perkara besar yang tidak boleh disepelekan. Penyampaian kepada Allah SWT ini bukanlah sekadar laporan pengaduan, apalagi keluhan dalam menjalani dakwah. Tapi ini bentuk kasih sayang dan perhatian Rasulullah SAW akan nasib umatnya. Sebab, sebagai utusan Allah SWT tahu persis apa akibat dari perbuatan mengabaikan ajaran alQur`an.

Mengabaikan alQur`an Ibnu Katsir menjelaskan, mengabaikan al-Qur`an bukanlah semata-mata mengingkari isi alQur`an sebagaimana orang-orang kafir Quraisy menolak dakwah yang disampaikan Nabi SAW. Ini menegaskan, boleh jadi seseorang mengaku beriman tapi dia tergolong dalam kelompok orangorang yang diadukan kelakuannya oleh Nabi SAW tersebut.


MUTIARA Dalam kaidah ilmu tafsir, perkara ini biasa dikenal dengan kaidah al-ibratu bi umum allafdzi la bi khushush as-sabab (pelajaran itu diambil dari makna ayat secara umum, tidak dikhususkan pada sebab turun ayat). Dalam syariat Islam, pengingkaran terhadap al-Qur`an termasuk perbuatan dosa besar. Bahkan jika hal itu terjadi pada seorang Muslim, orang itu terindikasi sebagai pelaku perbuatan kufur. Simpul iman yang selama ini terjalin kokoh bisa berurai garagara sikap mengabaikan al-Qur`an. Tak heran jika Nabi SAW sampai mengadu kepada Allah SWT. Sebab dampak perbuatan itu sangat berbahaya. Tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga mengancam hubungan penghambaan seseorang dengan Allah SWT, Sang Pencipta. Lebih jauh Ibnu Katsir menjelaskan, seorang Muslim yang enggan memperbaiki bacaan al-Qur`an (tahsin tilawah), tidak berusaha menghafalnya (tahfidz al-Qur`an), atau tidak mau mempelajari (tadabbur al-Qur`an) termasuk dalam kategori tidak acuh terhadap al-Qur`an. Juga orang yang mengabaikan perintah

dan melanggar aturanNya sebagai wujud dari sikap meninggalkan al-Qur`an. Mereka condong kepada selain al-Qur`an, seperti lebih menggandrungi nyanyian serta apa saja yang memalingkan dari bacaan al-Qur`an, termasuk dalam perbuatan menjadikan al-Qur`an sebagai mahjuran (sesuatu yang ditinggal).

Sebab KeMunduran uMat Sebagai pemuncak peradaban terbaik, orang-orang saleh terdahulu benar-benar berhasil menjadi suri teladan sepanjang masa. Tak heran, para sahabat didaulat secara mutlak sebagai generasi terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu menyiratkan, tidak ada resep rahasia dalam keseharian para sahabat. Kecuali “hanya” mengamalkan alQur`an setelah mereka pelajari dan hafalkan sebelumnya. Ibnu Mas’ud menceritakan, para sahabat tidaklah melangkah ke ayat-ayat selanjutnya, kecuali mereka telah menghafal ayat yang dipelajari itu dan langsung mengamalkannya. Mukjizat al-Qur`an dan janji pertolongan

Allah SWT tak pernah berubah hingga hari kiamat kelak. Tapi kita semua patut miris dengan kondisi umat Islam saat ini. Ibarat buih di tengah lautan, umat Islam begitu mudah dipermainkan oleh musuh-musuh Islam. Bukan karena jumlah umat Islam yang minoritas. Bukan pula sebab tiadanya orangorang yang menghafal al-Qur`an atau orang yang paham agama. Justru setiap tahun, ribuan sarjana Muslim lahir dari ratusan perguruan tinggi Islam yang tersebar di berbagai daerah. Lalu apa yang menyebabkan umat Islam begitu terpuruk? Tak lain jawabannya adalah perbedaan pola interaksi dengan alQur`an. Jujur, hari ini kita lebih asyik dengan fitur-fitur menarik handphone daripada membuka lembaran mushaf al-Qur`an. Jujur, kalaupun kita membacanya, maka bacaan tersebut belum mampu menghunjam ke dalam jiwa, layaknya seorang Bilal yang bangkit dari keterpurukan hidup sebelumnya. Allahu al-musta’an.*/ Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan.

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

63


QUOTE ULAMA

Tidak bangun pagi-pagi seorang pun dari manusia melainkan ia itu tamu dan hartanya itu pinjaman. Tamu itu berangkat dan pinjaman itu dikembalikan

(Ibn Mas’ud dalam Ihya’ Ulumuddin Bab Dunia dan Godaannya)

64 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017



FIGURA

Ibu, kasihmu terhadap anakanakmu sungguh tak terkira. Sungguh tak ada amal kebaikan apapun seorang anak yang dapat membayar kasih sayang ibu. Bahkan ketika seorang anak berbakti dengan menggendong ibunya untuk thowaf di Ka’bah, Umar bin Khaththab tetap mengatakan, “Engkau belum membalas budi (ibumu), walaupun setarik nafas yang ia keluarkan kala melahirkanmu” (Adabul Mufrad).

66 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017


FIGURA

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

67


MARHABAN RAMADHAN

Jelang Ramadhan, TanTangan TV dan gadgeT

S

etelah TV, gadget menjadi daftar benda hasil produksi teknologi kekinian yang begitu sukar dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Keduanya laksana candu. Terlebih nama benda yang disebut terakhir. Ke mana-mana ia terus dibawa. Dengan berbagai ragam aplikasi yang ada di dalamnya, seakan menjadi sihir bagi pemakai untuk terus mengoperasikan layanannya. Waktu pun terbuang begitu saja. Lebih dari itu, bahkan memberi dampak sosial dengan renggangnya hubungan antara sesama, tak terkecuali dalam lingkup keluarga. Kita belum berbicara mengenai aplikasi negatif yang terdapat dalam dua benda tersebut. Padahal, semua maklum adanya. Dan bukan mustahil

68 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

bisa menjerumuskan kepada perilaku amoral, khususnya bagi anakanak. Menyaksikan realitas sosial demikian berkenaan dengan TV dan gadget, di sinilah letak perlunya keluarga mengontrol penggunaannya. Terlebih, menghadapi bulan suci Ramadhan yang telah berada di ambang pintu ini. Merugilah kita, bila bulan yang notabena penuh keberkahan, pengampunan, dan rahmat ini, berlalu begitu saja, hanya karena tidak bisa mengondisikan TV dan gadget. Teguran dini Rasulullah ,�... Celaka seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni...� (HR. Bukhari)

Optimalisasi ibadah Untuk menghindari warning keras Rasulullah di atas, tidak ada pilihan bagi setiap muslim, kecuali memaksimalkan Ramadhan untuk beribadah. Mengisi hari-hari dengan aktivitas positif, seperti penegakkan shalat sunnah, membaca al-Qur’an, berdzikir, menghadiri majelis ilmu, dan sebagainya. Di sisi lain, harus berupaya menghindari perilaku-perilaku yang kurang bermanfaat, apa lagi justru mengundang mudharat, termasuk terus melototi layar TV atau pun gadget. Karena itu tadi, selain berpotensi membuangbuang waktu, juga rawan menggiring kemaksiatan, yang justru bisa menggerus nilai pahala puasa. Sebab, penilaian sukses ibadah puasa bukan semata dilihat


MARHABAN RAMADHAN

dari kesuksesannya menahan lapar dan dahaga, namun juga mampu membersihkan diri dari hal-hal negatif, karena itu berpeluang menggugurkan puasa secara makna. Sabda Rasulullah , ”Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. AthThabrani) Inilah yang kita takutkan. Peran masingmasing orangtua sangat dibutuhkan dalam hal ini. Maka di antara rekomendasinya; perlu mengondisian keluarga saat pra-Ramadhan bahwa penggunaan TV dan gadget kudu diatur. Pahamkan maksud dan tujuannya. Dengan demikian, para anggota keluarga, khususnya anak-anak, tidak langsung kaget, tibatiba dicekal begitu saja. Proses pengondisian diri sebelum berjumpa Ramadhan seperti ini, sebenarnya juga telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan orang-orang saleh terdahulu. Misal dengan memperbanyak puasa sunnah, khususnya bulan Sya’ban (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam konteks pemanfaatan teknologi, perlu kiranya sosialisasi

SUMBER:pixaBay

dan pengurangan jam penggunaannya. Kemudian, ‘desain’ rumah selaksa pesantren. Maksudnya apa? Buatlah jadwal kegiatan keluarga, terutama menyangkut ibadah dan penggunaan aplikasi teknologi. Umpama, disepakati ada tadarus al-Qur’an bersama selepas shalat Subuh, sampai pada jam yang disepakati. Begitu juga soal penggunaan teknologi. Kalau kiranya penonaktifan total sukar dilakukan, maka sepakatilah, jam berapa bisa menggunakannya, dan aplikasi/tontonan apa saja bisa dinikmati. Ambil contoh, soal acara TV. Biasanya di Ramadhan ada acara Musabaqoh Tahfidz Cilik. Maka jam ini boleh menonton, karena ada nilai edukasi di dalamnya. Selesai,

maka matikan. Tidak ada lagi acara nonton TV lainnya. Begitu pula dengan gadget. Dalam hal ini, orangtua juga dituntut piawai mencarikan kegiatan alternatif anak, sehingga larinya tidak ke TV atau gadget. Mengajak mereka menghadiri majelis taklim, bersilaturrahim ke sanak keluarga, mengikutsertakan mereka ke acara pesantren kilat, bisa menjadi pilihan. Di atas itu semua, teladan orangtua tentu menjadi faktor nomor satu kesuksesan merengkuh keberkahan Ramadhan. Semoga puasa kita di bulan ini akan jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga memperoleh gelar ‘Al-Muttaquun’ (Orangorang bertakwa). Amiin. (Khairul hibri) |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

69


AKSI MARHABAN RAMADHAN

Khutbah Rasulullah

Sambut Ramadhan “Wahai manusia sungguh telah dekat kepada kalian. Bulan yang agung lagi penuh berkah. bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Bulan yang Allah telah menjadikan puasa di dalamnya sebagai fardlu dan bangun malam sebagai sunnah. Barang siapa yang mendekatkan diri di dalamnya dengan melakukan amalan sunnah, maka seperti orang yang melakukan amalan fardlu pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan amalan fardlu di dalamnya, maka seperti orang yang melakukan tujuh puluh amalan fardlu. Ia merupakan bulan kesabaran, sedangkan pahalanya sabar adalah surga. Ia adalah bulan kasih sayang. Dan bulan saat rezeki orang mukmin ditambahkan. Barang siapa pada

70 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

bulan tersebut memberi makanan/minuman untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, pembebasan bagi dirinya dari api neraka, dan baginya pahala yang sama dengan pahala orang yang diberi makanan/minuman tersebut, dengan tanpa mengurangi pahala orang itu sedikitpun.� Wahai Rasulullah! Tidaklah setiap orang dari kami mempunyai makanan buka untuk diberikan kepada orang yang berpuasa. Beliau menjawab: Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi buka puasa meski dengan sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu. Ia adalah bulan yang awalnya penuh rahmat, tengahnya penuh ampunan, dan akhirnya penuh kebebasan dari api neraka. Barangsiapa meringankan beban hamba sahayanya pada bulan itu, Allah akan

mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah pada bulan itu melakukan empat hal; dua di antaranya dapat membuat ridlo Tuhan kalian, dan dua hal lainnya kalian sangat membutuhkannya. Adapun dua hal yang bisa membuat ridlo Tuhan kalian adalah: bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan memohon ampunan pada-Nya. Adapun dua hal yang sangat kalian butuhkan adalah: memohon surga kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dari api neraka. Barangsiapa memberi minum orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya minum seteguk dari telagaku, dimana ia tidak akan merasakan haus sampai ia masuk surga.� * Dikutip dari hadis riwayat Ibnu Khuzaimah dari salah seorang sahabat. Salman al Farisi ra.


EDUKASI MARHABAN RAMADHAN

SUMBER: kidS.nationalgEogRaphic.

SIAPKAN KELUARGA SAMBUT RAMADHAN

T

iada terasa, tidak genap sebulan di bulan Mei 2017 ini, kaum Muslimin akan kedatangan tamu agung, yakni bulan suci Ramadhan. Tentu, rasa gembira dan harapan untuk bisa bertemu dengan waktu yang memiliki keutamaan 1.000 bulan itu sangat luar biasa bergemuruh di dalam hati. Rasulullah

dan para ulama terdahulu meluapkan kegembiraan dan kerinduan tersebut dengan menata diri sedemikian rupa, mulai dari memperbanyak interaksi dengan AlQur’an, bersedekah, membersihkan hati dari iri dengki, hingga bagaimana efektif ibadah selama Ramadhan. Untuk itu penting sekali setiap keluarga

meneladani kebaikan tersebut, dan tentu saja akan kian terasa tantangannya dengan melibatkan anak-anak di rumah untuk bisa melakukan persiapan menyambut bulan kemenangan.

Tahap memasuki gerbang ramadhan, orang tua sangat baik jika melakukan hal-hal berikut. |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

71


EDUKASI AKSI MARHABAN RAMADHAN

Pertama, menanamkan pemahaman kepada anak bahwa Ramadhan adalah bulan yang dinantikan oleh seluruh umat Islam di dunia, dari dahulu hingga saat ini. Kedua, kenalkan kepada anak adanya puasa di bulan Sya’ban, kemudian ajak mereka untuk sama-sama melakukannya, sehingga kala Ramadhan, anak-anak sudah siap menjalani puasa setiap hari. Ketiga, menceritakan keutamaan-keutamaan Ramadhan kepada anak. Tentu saja dengan metodologi yang variatif agar anak tidak bosan dan kurang memperhatikan. Keempat, libatkan anak dalam mengatur suasana baru di rumah dalam menyambut Ramadhan, termasuk jadwal hidup mereka sendiri, yang tentu saja harus dikawal oleh orang tua. Kelima, mengurangi interaksi dengan gadget dan televisi, sehingga di bulan Ramadhan anak benar-benar produktif untuk berlatih ibadah dan hal-hal positif. Tahap ramadhan Pertama, mengingatkan niat

72 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

puasa. Setiap kali anak bangun dan sesaat sebelum sahur, jangan lupa untuk membimbing mereka melafalkan niat puasa. Bahkan lebih bagus jika sebelum tidur, orang tua sudah mendorong anak untuk niat puasa, sehingga bangun sahur tidak berat bagi mereka. Kedua, buat kesepakatan untuk tidur lebih awal, sehingga bisa istirahat cukup, bisa qiyamul lail, sahur dan shubuh berjama’ah di masjid. Ketiga, mengajak mereka dialog, kira-kira dalam sepekan sekali selama Ramadhan apa yang bisa disedekahkan kepada sesama. Mulai dari mushaf Qur’an, makanan buka puasa hingga baju layak pakai. Keempat, mengajak anak shalat tarawih di masjid. Supaya tidak mengganggu kekhusyukan, pastikan anak yang dibawa ke masjid memang sudah bisa bekerjasama sehingga bisa benarbenar belajar shalat. Kelima, libatkan anak untuk memberikan pendapat terkait menu buka puasa, dan bagaimana jika sebagian disedekahkan kepada yang lain. Keenam, ikutkan

anak dalam beragam program Ramadhan, baik yang ada di masjid, sekolah maupun yang lain, terutama kegiatan pesantren Ramadhan dan menghafal AlQur’an.

Tahap akhir ramadhan Pertama, anak laki-laki diajak untuk bermalam di masjid (i’tikaf). Libatkan anak perempuan untuk membantu urusan rumah tangga bersama ibu. Kedua, ajak anak ikut menghitung zakat fitrah, sehingga ia tahu berapa zakat fitrah yang mesti ditunaikan. Ketiga, berikan kisah-kisah Rasulullah dan sahabat bagaimana sikap mereka kala tiba masa akan berpisah dengan Ramadhan, sehingga anak bisa mengenal apa makna keistimewan waktu, terutama Ramadhan. Tentu saja masih ada tips lain yang bisa diterapkan untuk buah hati kita merasakan keutamaan Ramadhan. Semoga Allah mudahkan langkah kita dalam mendidik anak gemar beribadah di bulan Ramadhan. Wallahu a’lam.*/Imam Nawawi


TAHFIDZUL QURAN

rizki MeNduNg ariefiaNto

Mahasiswa Berprestasi its iNi Hafidz 30 Juz

A

wal Maret lalu ‘kado’ manis diterima Rizki Mendung Ariefianto dari kampus tempatnya mengenyam ilmu; Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Ia dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi ITS tahun 2017. Kata pemuda yang akrab disapa Mendung ini, proses penetapan itu dilakukan oleh pihak kampus, setelah dirinya dan 50-an peserta lain mengikuti berbagai ujian yang diselenggarakan pihak panitia. “Ujiannya macammacam. Di antaranya ada tes potensi akademik, karya ilmiah, dan wawancara menggunakan bahasa Inggris,”paparnya, ketika ditemui Mulia di beranda masjid Manarul Ilmi, kampus ITS, akhir Maret lalu. Tindak lanjut dari penetapan ini, Mendung akan didaulat sebagai

perwakilan ITS untuk memperebutkan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional. “Saat ini dalam proses persiapan, terutama karya ilmiah dan percakapan bahasa Inggris,” ucapnya. Mendung adalah mahasiswa semester delapan Departemen Teknik Elektro. Ia mengaku berasal dari pedalaman; lereng Gunung Semeru. Tepatnya; Gunung Sawur, Dusun Kajar Kuning, Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang. Meski berasal dari desa, soal prestasi ia tak bisa diremehkan. Selain kemampuan akademiknya yang memperoleh nilai cumlaude, pemuda kelahiran 1995 ini sudah beberapa kali memperoleh juara nasional, bahkan internasional, khususnya berkenaan dengan bidang yang didalaminya;

elektro. Di antara prestasi yang pernah direngkuh; Juara 1 Energy Paper Competition Universitas Tadulako (2015). Juara 3 2nd EJAVEC (2015) Universitas Airlangga (2015). Juara 3 LKTI IMAC 2015, IMAE (2015), dan Semifinalis SNOW Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2016). Yang membuat prestasi putra pasangan Sucipto dan Arbaatun ini terasa lebih sepesial, ia merupakan seorang hafidz al-Qur’an 30 juz. Hebatnya lagi, gelar itu ia dapatkan di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa dan aktivis di keorganisasian Islam kampus. Lalu bagaimana ia bisa mencapai itu semua? Tips sukses Ibarat kata pepatah, ‘Siapa yang menanam ia akan menuainya,’ begitu pula kisah perjalanan sukses Mendung. |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

73


TAHFIDZUL QURAN Untuk bisa merengkuh kesuksesan di bidang akademik sekaligus tahfidz al-Qur’an, ia telah melakukan perjuangan dan pengorbanan tidak ringan. Niat serius belajar, ungkap alumnus Pondok Miftahul Ulum, Lumajang ini, menjadi pondasi utama. Ia mengisahkan, sejak keberangkatannya meninggalkan rumah menuju kota, guna melanjutkan studi sekolah menengah atas (SMU/sederajat), ia telah menancapkan itikad untuk serius belajar, demi kesuksesan di masa depan dan membahagiakan orangtua. Dan itu benar-benar dilakukan. Tak ayal, karena terus berprestasi, ia pun acap mendapatkan beasiswa pendidikan, termasuk kuliahnya di ITS. Setali tiga uang, hal ini pula yang menjadi pelecutnya untuk terus semangat belajar agar terhindar dari cap ‘pengkhianat amanah’. “Saya kuliah ini melalui jalur beasiswa prestasi. Itu pemberian negara. Dan pendapatan negara diperoleh dari pajak rakyat. Dengan demikian, kalau saya tidak bersungguhsungguh belajar, berarti saya telah mengkhianati masyarakat Indonesia yang telah membiayai saya kuliah,” tuturnya. Tips selanjutnya adalah disiplin.

74 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Kata Mendung, agar kewajibannya sebagai mahasiswa, hafidz, sekaligus aktivis kampus, tidak terjadi tumpang tindih, ia telah membagi waktu sedemikian rupa. Untuk program tahfidz/murajaah, rinci sosok yang saat ini menyantri di Pesantren Muhyiddin, Gebang Kidul, Surabaya ini, ia lebih memilih pagi hari, bakda shalat Shubuh. Kemudian, siang hari untuk kegiatan kuliah dan aktivitas kampus lainnya, sedangkan malam hari ia gunakan untuk membuat karya ilmiah. Demi menjaga komitmen terhadap waktu, Mendung juga tidak ragu-ragu menerapkan hukuman terhadap dirinya sendiri bila sampai menyelisih jadwal kegiatan yang telah dirancangnya. “Umpama, pada suatu pagi saya tidak bisa menambah hafalan atau memurajaah sesuai dengan target, maka ia harus berinfak ke masjid sebesar Rp. 20 ribu. Atau kalau tidak, di hari berikutnya, harus mampu menghafal/memurajaah dua kali lipat sebagai gantinya,” jelas Mendung. Selain itu, tambahnya, doa menjadi hal yang tak pernah lupa dimunajatkan sebagai penyempurna segala ikhtiar yang dilakukan. Ia meyakini bahwa hanya berkat karunia Allah sematalah, apa yang

diperolehnya ini bisa terwujud.

DiDikan OrangTua “Semua ini hasil didikan orangtua,” demikian simpul Mendung, ketika Mulia mencoba mengorek sosok di balik kesuksesannya. Asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik ini mengaku, dalam hal ini orangtuanya sangat ketat, terutama yang berkaitan dengan agama. Umpama, bila didapati Mendung kecil mengabaikan shalat/ mengaji, pukulan bisa mendarat di tubuhnya. Hal ini pula yang dipesankan orangtuanya, ketika ia merantau untuk menuntut ilmu; agar jangan meninggalkan urusan agama, meski mengambil sekolah umum. “Akhirnya jatuhlah saya di pondok tahfidz. Itu tanpa disengaja. Tapi ternyata, akhirnya justru tertarik menghafalkan alQur’an,” ujarnya. Satu hal lagi yang ditanamkan orangtua pada diri yang juga pernah meraih prestasi di kejuaraan tahfidz al-Qur’an ini; menjadi pribadi sederhana. Meski berstatus anak tunggal, ia tak pernah dimanja. “Alhamdulillah, sampai sekarang prinsip-prinsip itu masih saya pegang, sehingga tidak terjerumus ke hal-hal negatif, khususnya pergaulan bebas generasi muda,” tutupnya. (robinsah)


TAHFIDZUL QURAN

MenuMbuhkan Rasa Butuh pada al-QuR’an

D

alam keseharian, kita dapati tidak sedikit orang mati-matian dalam bekerja. Siang malam banting tulang. Bahkan terkadang tidak sempat pulang. Mengapa bisa demikian? Jawabnya, karena ada rasa butuh; butuh uang untuk mencukupi sandang, pangan, dan papan. Pemahaman inilah yang kemudian menjadi pelecut para pekerja semangat bekerja. Dari sini benang merah bisa ditarik; betapa ‘rasa butuh’ mampu mempengaruhi respon seseorang dalam memandang sesuatu. Dengannya antusiasme membumbung tinggi. Perjuangan siap dikobarkan, dan pengorbanan akan dicurahkan sedemikian rupa. Itulah kedahsyatan rasa butuh. Kini kita tarik ilustrasi di atas dalam

konteks ‘butuh’ terhadap al-Qur’an. Sudahkah rasa butuh terhadap al-Qur’an itu bersemi dalam diri, laksana butuh terhadap pekerjaan? Kita kesampingkan ulasan bagi mereka yang sudah memiliki rasa itu. Kita coba fokuskan kupasan kepada mereka yang belum merasakannya. Indikasinya mudah; kurang bergairah mempelajari al-Qur’an. Mengapa ini bisa terjadi? Banyak hal yang melatarinya. Di antaranya; (boleh jadi), pertama, menganggap al-Qur’an hanya sekedar bacaan ritual semata. Kedua; bacaan alQur’an tidak memberi tambahan keuntungan secara materi. Yang ada, menghabis-habiskan waktu dan tenaga. Ketiga; ruang lingkup al-Qur’an hanyalah di masjid, bukan di tempat kerja. Kalau demikian

pandangan terhadap al-Qur’an, menjadi maklumlah kalau kemudian nyala api semangat mempelajari (apa lagi mendalami) al-Qur’an sangat redup, bahkan mati. Karena tidak ada unsur kebutuhan/kepentingan di sana. Bahkan cenderung memandang rugi, karena yang menjadi ukuran sukses 100% materi belaka. Akhirnya, alasan-alasan pun dikedepankan untuk menghindari taklim al-Qur’an; Ya sibuklah. Ya ngelemburlah, dan sebagainya. Persis dengan peribahasa Melayu yang menyatakan; ‘Ada nak kerahkan seribu daya. Tak ada nak kerahkan seribu alasan.’ Ayo, BenAhi! Tidak ada pilihan untuk diri yang belum memiliki rasa butuh terhadap al-Qur’an, |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

75


TAHFIDZUL QURAN kecuali mengubahnya. Sebab, keadaan itu akan sangat membahayakan bagi keselamatan hidup di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak. Langkah yang bisa ditempuh, pertama; membenahi konsep hidup. Memandang dunia sebagai tujuan kehidupan merupakan pangkal lalainya diri terhadap urusan agama (baca: al-Qur’an). Setali tiga uang, pola pikir ini pula memancing seseorang untuk mewujudkan ambisinya dengan segala cara, tak terkecuali menyelisihi tuntunan al-Qur’an. Padahal, melalui firman dan sabda Nabi-Nya, berkalikali dijelaskan, dunia hanyalah hidup sementara. Akhiratlah yang kekal. Layaknya seorang musafir yang singgah sebentar di bawah pohon rindang untuk menghilangkan kepenatan/mengambil bekal, itulah makna dari hidup ini. Untuk itu, berburu akhirat harus menjadi prioritas. Karena inilah kampung keabadian itu. Dalam al-Qur’an Allah mengatakan; “Sesungguhnya kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Al-An’am: 32)

76 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

Berlanjut ke langkah kedua; mengubah pandangan terhadap al-Qur’an. Al-Qur’an sejatinya bukan bacaan ritual ibadah semata. Tapi ia adalah pedoman hidup orang beriman untuk bisa sukses di dunia dan akhirat (hudan lil muttaqien). Ia mengatur semua aspek kehidupan di dunia; mulai dari ibadah ritual, perekonomian, politik, sosial, dan sebagainya. Kita ambil contoh bidang yang tersebut terakhir, sosial: Allah mengatur bagaimana agar tidak terjadi kesenjangan sosial di masyarakat, maka di al-Qur’an tertera tuntunan zakat, infak, sedekah, dan sebagainya. Dengan menerapkan konsep hidup sosial berbasis al-Qur’an ini, maka sudah pasti akan bisa mencapai kesejahteraan antarsesama. Karena dalam Islam tidak mengenal istilah memonopoli, tapi berbagi. Sampai di sini, terasa sangat pentingnya alQur’an untuk didalami. Bagaimana tidak? Tanpanya kita akan buta tentang tuntunan hidup yang benar. Apa lagi di masa seperti sekarang ini, di mana percampuradukkan yang hak dengan yang batil begitu masif dan transparan. Celakalah jika kita mengabaikan alQur’an. Sabda Nabi, “Aku

telah tinggalkan padamu dua perkara. Kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang kepadanya, (yaitu) kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik; al-Baihaqi) Langkah ketiga; memahami dan meyakini bahwa al-Qur’an akan datang memberi syafaat bagi orang yang mempelajari, mendalami, dan mempraktikkan kandungan di dalamnya. Sungguh di akhirat kelak, tidak ada pertolongan datang kecuali amalan kita. Dan bila kita rajin membaca al-Qur’an, kelak di hari itu ia akan menghampiri kita, memberi syafaat. Adakah dari kita yang berlumur dosa ini tidak mengharapkan hal demikian? Jelas Rasulullah; “Bacalah al-Qur’an, kelak ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada para pembacanya.” (HR. Muslim) Sebagai kata undur diri; mudahmudahan perubahan pola pikir yang hendak kita lakukan ini bisa mengubah pandangan kita terhadap al-Qur’an, sehingga tumbuhlah rasa butuh kita membaca, mendalami, dan mengamalkannya. “Labbaika yaa syahral qur’an’ (Selamat datang wahai bulan al-Qur’an). Wallahu ‘alamu BishShawab. (Khairul hibri)


TAHFIDZUL QURAN

FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA

B

angunan empat lantai bercorak putih yang terletak di Jl. Keputih Tambak 110 Surabaya itu, nampak paling kokoh dan megah dibanding bangunan-bangunan di sekitarnya. Siang itu, suasana nampak lengang. Hanya terdapat pengurus dan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat) yang baru saja usai melakukan long march, dengan jarak tempuh berkisar 60 KM. “Lembaga kita punya visi melahirkan pemimpin yang hafidz al-Qur’an dan As-Sunnah,” terang Hariadi Marsa, seorang pengurus yang menemui Mulia pada akhir Maret lalu.

Lahirkan PemimPin HAFAL Qur’An

Pembinaan fisik, lanjut Hariadi, menjadi salah satu komponen yang sangat diperhatikan oleh pihak pengurus. Bentuknya, para santri diwajibkan mengikuti program ekstrakurikuler, seperti Tifan, Pandu, dan sebagainya. “Karena programprogram itu bersifat wajib, satu di antara syarat agar diterima menjadi santri di pesantren harus memiliki kesehatan fisik. Fisik harus sempurna,” jelas alumnus STISBalikpapan ini. Pembekalan lain, agar jiwa kepemimpinan ini tumbuh kembang dalam diri para santri, mereka diwadahi

organisasi kesiswaan. Di sinilah mereka belajar berorganisasi dengan baik. Melalui jalur ini, kedewasaan mereka pun diasah, dengan melibatkan mereka ikut andil secara langsung dalam menyukseskan program-program pesantren. Kata Hariadi, selama ini terdapat banyak kegiatan pesantren yang berjalan baik dengan cukup melibatkan para siswa sebagai penanggung jawabnya. “Termasuk kebersihan pesantren, kita tidak melibatkan OB. Cukup anak-anak yang kita beri tanggung jawab. Tujuannya, agar sikap kemandirian mereka tumbuh,” jelasnya. Ada pun untuk olah ilmu agama, selain |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

77


TAHFIDZUL QURAN tahfidz yang memang menjadi branding pesantren, juga diberikan ilmu-ilmu agama yang berkaitan erat dengan al-Qur’an, seperti bahasa Arab dan tafsir. Bahkan, kesehariannya para santri bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Arab. “Harapan kita, dengan pedalaman bahasa Arab ini, para santri tidak hanya menghafal begitu saja. Namun faham kandungan al-Qur’an, sehingga membekaslah di hati mereka,” terang pria asal Bone, Sulawesi Selatan ini. Untuk bidang tahfidz sendiri, imbuhnya, pihak pengurus menetapkan target pencapaian 30 juz selama enam tahun masa sekolah (SMP dan SMA). Rinciannya, 13 juz selama jenjang SMP. Sisanya diselesaikan ketika memasuki jenjang SMA. Hariadi mengungkapkan, teknis hafalan alQur’an yang diterapkan oleh Pesantren Darul Hijrah itu terbagi menjadi tiga. Pertama, setoran bacaan yang hendak dihafal. Ini dilakukan bakda shalat Maghrib. Kedua, menyetorkan hafalan. Ini dilaksanakan setelah shalat Shubuh. Dan memurajaah setelah

78 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

shalat Ashar. Lalu bagaimana dengan hasilnya? Dipaparkan alumnus Ma’had Tahfidz Darul Hufadz ini, secara umum hasil yang diperoleh cukup menggembirakan, pasalnya para santri bisa mencapai target yang ditetapkan. Demikian pula dengan kualitas hafalan mereka. Terbukti beberapa kejuaraan tahfidz bisa direngkuh. Setali tiga uang, demikian pula dengan prestasi akademik dan kegiatan ekstrakurikulernya. “Untuk tahfidz, pesantren kita pernah menyandang Juara 3 Tahfidz Se-Jatim. Sedangkan bidang akademik, Juara Harapan III Olimpiade MTK Internasional, dan Juara 1 Speech English Se-Indonesia,” paparnya.

Prioritas Yatim dan dhu’afa Darul Hijrah awal mula berdiri pada tahun 2012, dilatari keprihatinan pengurus Pimpinan Wilayah (PW) Hidayatullah Jawa Timur saat itu yang melihat kurangnya lembaga pembinaan terhadap anak-anak yatim dan dhu’afa’. Di lain sisi, biaya pendidikan di lembaga pendidikan Islam yang ada cukup besar,

sehingga menjadi beban tersendiri bagi keluarga yang bersangkutan. Untuk mengatasi persoalan ini, berinisiatiflah beberapa ustadz mendirikan pesantren, khusus bagi para yatim dan dhu’afa’. Kata suami Mustafidah ini, setiap tahunnya pihak pengurus telah menetapkan kuota penerimaan santri baru. Karena masih terbatasnya fasilitas, setiap tahunnya pesantren hanya bisa menerima 25-26 murid saja, dengan rincian; 50% untuk anak yatim, selanjutnya anak dhu’afa’, dan 1-2 anak yang mendapatkan beasiswa prestasi. Seluruh santri mendapat beasiswa penuh, mulai dari asrama, pendidikan, dan makan. Semua pembiayaan hingga saat ini ditanggung oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH), yang berasal dari donasi para donatur. “Harapan besar pengurus, para alumni pesantren ini bisa menjadi penyambung estafet perjuangan dakwah Islam hingga pelosok-pelosok desa, khususnya di cabangcabang Hidayatullah se-Indonesia,” tutup bapak dua putri ini. (robinsah)



PROLOG

Semua

Karena Zakat

Oleh: Marwan Mujahidin Ketua Umum Laznas BMH

S

aat ide besar umat Islam ingin maju dan mempengaruhi peradaban dunia, maka zakat sebagai bagian dari rukun Islam tidak bisa tidak, harus tegak sebagaimana kokohnya umat Islam mendirikan shalat dan ibadahibadah lainnya. Zakat dalam sejarahnya menjadi perhatian khusus dari para pemimpin umat. Hal ini tidak lain karena fungsi strategis zakat yang mampu mendorong terciptanya maslahat di segenap sisi kehidupan umat itu sendiri. Bahkan kini, dengan potensi ratusan

80 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

triliun rupiah, zakat di negeri ini benarbenar mendongkrak semangat berbagai pihak untuk kembali dimanage sesuai ketentuan syariah, agar keberadaan zakat tidak saja menanggulangi kemiskinan tetapi juga memajukan indeks pembangunan sumber daya manusia, yang itu berarti berdampak langsung terhadap kemajuan dan kejayaan bangsa dan negara. Sebagai Laznas dengan jaringan terluas di Nusantara, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) senantiasa berupaya dengan penuh kesungguhan

untuk terlibat aktif mendorong terwujudnya kedahsyatan zakat bagi perubahan dalam kehidupan nyata umat Islam di negeri ini. Untuk itu, kesadaran bersama dalam memajukan umat melalui zakat sudah seharusnya menjadi agenda penting seluruh umat saat ini. Terlebih di dalam Al-Qur’an terdapat 27 ayat yang menyejajarkan kewajiban shalat dengan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata. Artinya, sinergi membangun kesadaran zakat adalah tugas kita bersama.


PROLOG

Apalagi, zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima’iyyah, yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Selama 15 tahun berkiprah, oleh BMH beragam hal berhasil dibangun dan terus dikembangkan, mulai dari jaringan dai tangguh yang tersebar dari Aceh hingga Merauke, lima perguruan tinggi, ratusan sekolah Islam, pesantren tahfidz, ambulance. Dan yang terbaru dalam catur wulan pertama tahun 2017 ini, telah tercipta 21 program cluster pemberdayaan di beberapa provinsi di Indonesia. Oleh karena itu, menyambut bulan penuh berkah, kami mengajak Anda semua untuk aktif terlibat menunaikan perintah

Allah berupa zakat guna menguatkan program dakwah, pendidikan dan ekonomi produktif umat yang telah dijalankan dan dikembangkan oleh Laznas BMH. Berkat zakat, anakanak putus sekolah bisa melanjutkan perjuangannya menuntut ilmu. Mereka yang jauh dari agama kian mengenal kebutuhan dirinya akan dekat kepada Allah, dan sekolahsekolah yang tadinya amat dirindukan di

sebuah daerah, hadir menjadi tumpuan harapan banyak orang tua untuk masa depan putra-putrinya. Kini telah dimulai gerakan pemberdayaan melalui ekonomi produktif. Semua bisa diwujudkan karena zakat Anda dikelola secara kelembagaan, sehingga dijamin transparansi dan kredibiltasnya. Inilah kekuatan zakat, sehingga bisa kita katakan, “Semua (perubahan) karena zakat.”*

Untuk itu, kesadaran bersama dalam memajukan umat melalui zakat sudah seharusnya menjadi agenda penting seluruh umat saat ini |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

81



PROGRAM RAMADHAN

PROFIL BMH

B

erkiprah selama 15 tahun sebagai LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional) dengan SK. KEMENAG No. 425 Tahun 2015, saat ini dengan kantor perwakilan di 30 provinsi, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) telah menerima berbagai bentuk apresiasi seperti dari MURI (2005, 2013 dan 2014), LAZNAS dengan tingkat Pertumbuhan Terbaik versi IMZ Award (2010), Pendamping Masyarakat Terbaik versi Carrefour Foundation (2012), di bidang manajemen telah dilakukan Standarisasi Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan Audit Keuangan oleh Akuntan Publik dengan opini Wajar Tanpa Pengeculian serta Audit Syariah oleh KEMENAG RI, merupakan wujud komitmen dalam ikhtiar memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

PROGRAM RAMADHAN 1438 H Sebar DAI RAMADHAN

Sebar Dai Ramadhan adalah salah satu program rutin BMH di bulan Ramadhan berupa mengirimkan Dai Tangguh ke daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) dan pinggiran kota di seluruh pelosok Nusantara untuk menghidupkan aktivitas ibadah di mushalla dan masjid, khususnya selama bulan Ramadhan. Oleh karenanya, sangat diperlukan dukungan untuk biaya operasional para dai tersebut dalam mengemban tugasnya selama Ramadhan. Target Penerima Manfaat : 1.500 Dai Tangguh. Paket Donasi : Rp. 3.000.000,- / per Dai.

belanja BERKAH berSama YATIM-DHUAFA Belanja Berkah Bersama Yatim-Dhuafa adalah pemberian kesempatan untuk berbelanja kepada sejumlah anak Yatim dan Dhuafa secara bersama-sama di bulan Ramadhan yang bertujuan untuk memberikan keceriaan, kebahagiaan, serta kesempatan mereka untuk membeli barang kebutuhan dalam rangka merayakan hari Lebaran. Target Penerima Manfaat : 10.000 Anak Yatim-Dhu’afa. Paket Donasi : Rp. 300.000,- / per anak.

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

83


PROGRAM RAMADHAN

PaKet LEBARAN DAI & GURU NGAJI Paket Lebaran Dai & Guru Ngaji adalah salah satu bentuk apresiasi kepada para da’i dan guru ngaji yang telah sekian lama berdakwah khususnya di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) dan pinggiran kota, berupa pemberian Paket Lebaran sehingga bisa dimanfaatkan oleh mereka saat Idul Fitri. Target Penerima Manfaat : 10.000 Dai dan Guru Ngaji Paket Donasi : Rp. 500.000,- / per Dai dan Guru Ngaji

SeDeKaH PESANTREN YATIM-DHUAFA Sedekah Pesantren Yatim-Dhuafa adalah donasi untuk mendukung keberlanjutan program 380 Pesantren Yatim-Dhu’afa di seluruh Nusantara. Proses pembangunan, perawatan, dan pengembangannya diperlukan biaya yang tidak sedikit, seiring dengan waktu dan bertambahnya kapasitas anak-anak Yatim-Dhuafa yang ditampung di Pesantren tersebut. Target Penerima Manfaat : 380 Pesantren Yatim-Dhu’afa Paket Donasi : Rp. 300.000,-/ per paket

SeKOlaH RAMADHAN Sekolah Ramadhan adalah kegiatan sejenis “Pesantren Kilat” di bulan Ramadhan yang dikemas dengan rangkaian kegiatan edukasi menarik lainnya yang ditujukan bagi Sekolah atau Pesantren Yatim-Dhu’afa di seluruh Pelosok Nusantara. Target Penerima Manfaat : 300 Sekolah/ Pesantren Yatim-Dhu’afa Paket Donasi : Rp. 3.000.000,- / per lokasi

84 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017


PROGRAM RAMADHAN

SEDEKAH QUR’AN NUSANTARA Sedekah Qur’an Nusantara adalah donasi untuk pengadaan Al-Qur’an, karena masih banyaknya kebutuhan Al-Qur’an bagi masyarakat muslim yang terus meningkat, terutama di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) dan masjid atau mushalla yang minim ketersediaan Al-Qur’an. Di samping itu merupakan realisasi dari hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah, bahwa “satu dari tujuh amal jariyah adalah wakaf mushaf al-Quran”. Harapannya saat Ramadhan sudah banyak yang didistribusikan. Pastikan kita semua bagian dari proyek mulia ini agar mendapatkan pahala dari setiap huruf Al-Qur’an yang mereka baca dan amalkan, terlebih di bulan Ramadhan yang berlipat ganda pahala. Target : 100.000 Exp (selama Ramadhan) Paket Donasi : Rp. 150.000,- / per 2 exemplar Al-Qur’an (sudah termasuk biaya distribusi)

WARUNG BERKAH RAMADHAN Warung Berkah Ramadhan adalah salah satu aktivitas pemberdayaan masyarakat sekaligus berbagi keberkahan di bulan Ramadhan, dalam bentuk memborong/membeli makanan dari para PKL (Pedagang Kaki Lima) atau Warung Kecil dengan kriteria dan proses tertentu, yang kemudian diperuntukan untuk menu buka puasa bagi masyarakat. Target Penerima Manfaat : 1.000 Gerobak PKL atau Warung Kecil Paket Donasi : Rp. 1.000.000,- / per paket

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

85


PROGRAM RAMADHAN

BUKA PUASA BERKAH Buka Puasa Berkah, adalah salah satu program Ramadhan, dalam rangka melaksanakan anjuran Rasulullah SAW, “Barangsiapa memberikan hidangan berbuka puasa bagi yang berpuasa, maka baginya seperti pahala yang berpuasa tanpa mengurangi sedikit pun pahala yang berpuasa”. (HR. At-Tirmidzi). Oleh karenanya, melalui program ini, BMH memfasilitasi kedermawanan masyarakat dalam berbagi dalam bentuk donasi untuk pengadaan makan buka puasa. Target Penerima Manfaat : 150.000 Orang Paket Donasi : Rp. 25.000,- / per paket

BERKAH FITRAH (ZAKAT FITRAH) Berkah Fitrah (Zakat Fitrah), adalah salah satu upaya memfasilitasi masyarakat, khususnya kaum Aghnia dalam menunaikan kewajiban Zakat Fitrah, baik secara individu maupun dikoordinasi secara kolektif dari para karyawan instansi/perusahaan, jamaah majelis ta’lim, siswa sekolah, dan sejenisnya, sehingga amanah Zakat Fitrah tersebut dapat dikelola dan didistribusikan secara tepat guna, agar kaum dhu’afa (fakir-miskin) merasakan kebahagiaan saat Idul Fitri, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Rasulullah telah mewajibkan Zakat Fitrah sebagai penyuci orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan ucapan kotor, dan sebagai pemberian kepada fakir miskin.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah). Target Penerima Manfaat : 100.000 fakir-miskin Paket Donasi : Rp.30.000,- / per jiwa (disesuaikan dengan ketentuan setempat).

PENUTUP

CARA PARTISIPASI PROGRAM : Hubungi BMH terdekat di kota Anda

Demikian program ini, dalam upaya bersama-sama memuliakan dan membahagiakan sesama di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Mari bersamasama kita bersihkan hati, ikhlaskan niat, mohon pertolongan Allah SWT semoga seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dimudahkan, diberkahi, dan diridhai Allah SWT serta menjadikan diri dan keluarga kita sebagai pemenang sejati di bulan suci Ramadhan, Aamiin.

86 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017


KIPRAH

Semua

Karena ZaKat

O

rang yang rajin shalat, gemar bersedekah, bahkan sudah haji dan umrah, jika tidak menunaikan zakat, akan kehilangan hak mutlaknya sebagai Muslim. Dalam sejarah, Abu Bakar Ash-Shiddiq langsung memerangi siapa pun dari kalangan umat Islam yang enggan membayar zakat. Mengapa sedemikian rupa sikap tegas khalifah pertama umat Islam tersebut? Tentu tidak lain karena zakat bukan saja sematamata perintah yang wajib dilaksanakan, secara langsung zakat menjamin stabilitas pembangunan sumber daya manusia dan kesejahteraan umat dalam mengisi kehidupan. Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan manfaat demikian besar dan mulia, baik berkaitan dengan yang berzakat

(muzakki), penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Hal ini karena zakat merupakan wujud keimanan kepada Allah, kemudian memberikan hak orang-orang lemah. Zakat berfungsi juga sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah. Zakat juga merupakan sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi. Sekaligus sebagai sarana meningkatkan kualitas sumber daya manusia Muslim. Zakat juga dapat menyosialisasikan

etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukan hanya membersihkan jiwa dan harta, akan tetapi pada esensinya adalah mengeluarkan bagian hak orang lain dari harta yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah. Sebab Rasulullah bersabda, “Allah Ta’ala tidak akan menerima sedekah (zakat) dari harta yang didapat secara tidak sah.” (HR. Muslim). Jadi, semakin kuat kesadaran umat akan zakat, berarti semakin baik praktik bisnis dan ekonomi umat di negeri ini, sehingga bukan saja mustahik yang tertolong, kemajuan moral, akhlak dan komitmen umat juga akan terbangun kokoh, sehingga umat Islam bisa berkontribusi nyata dan menjadi teladan dalam gerak pembangunan bangsa dan negara. |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

87


KIPRAH

Dai tangguh

Lima Perguruan tinggi

Sejak didirikan hingga 15 tahun berkiprah, Laznas BMH kini telah memiliki jaringan dakwah dengan dai sebanyak 4.990 orang. Angka ini akan terus meningkat seiring dengan semakin meluasnya teritori dakwah para dai, sehingga zakat Anda benar-benar mengokohkan dakwah, mengantar hidayah di tengah-tengah masyarakat untuk sempurnanya akhlak sebagai insan beriman.

Di antara kategori penyaluran dana zakat yang sangat strategis bagi pembangunan sumber daya manusia adalah pendidikan. Untuk itu, selama 15 tahun berkiprah, Laznas BMH telah memiliki lima perguruan tinggi dengan variasi program studi yang disesuaikan untuk mendukung kian kokohnya core program Laznas BMH di Nusantara ini, yakni dakwah, pendidikan dan ekonomi produktif.

270 SeKoLah iSLam

287 PeSantren tahfiDZ

Selain telah mendirikan 5 perguruan tinggi, Laznas BMH juga mendedikasikan eksistensinya dalam menjalankan amanah sebagai mitra umat dalam penyaluran zakat dengan berdirinya 270 sekolah Islam yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Alhamdulillah, mereka yang dibina di sekolah-sekolah tersebut, sebagian ada yang menjadi kader dakwah dan berdedikasi dalam kelanjutan perjuangan dakwah dan pendidikan di berbagai daerah pedalaman, kepulauan, dan perbatasan.

Pada masa Khalifah Umar, di antara program utama beliau dalam mencerdaskan umat adalah mencetak generasi yang hafal dan memahami Al-Qur’an. Untuk itu, sebagai wujud komitmen dalam memajukan umat melalui zakat, Laznas BMH telah berhasil mendirikan 287 pesantren tahfidz yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Bersama BMH, zakat Anda akan terus melahirkan generasi cinta Al-Qur’an.

88 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017


KIPRAH

100 ambuLance

Masalah yang sangat pelik di negeri ini adalah kesehatan. Bukan saja mahalnya harga obat dan rumah sakit, sekedar transportasi untuk segera bisa diantar ke rumah sakit pun banyak warga dhuafa kesulitan. Untuk itu, Laznas BMH membuat program ambulance dan kini telah tersedia 100 ambulance di beberapa wilayah di negeri ini.

241 PuSat PenDiDiKan anaK SaLeh

Sekalipun pendidikan formal perlu dan menjadi cita-cita banyak orang tua dan anak, tetapi tidak semua anak Indonesia siap dengan pola pendidikan sebagaimana lazimnya. Atas dasar itu, guna menampung, membina dan memberdayakan anak-anak jalanan dan remaja tuna wisma (terlantar), Laznas BMH membuat wadah bernama Pusat Pendidikan Anak Sholeh (PPAS), yang kini telah hadir di 241 kabupaten/kota di Indonesia.

21 cLuSter PemberDayaan

Sebagaimana hasil Rakernas BMH XIII akhir 2016 lalu, core program BMH yang tadinya meliputi dakwah dan tarbiyah, ditambah satu lagi, yakni ekonomi produktif. Maka sejak 2017 BMH terus bergerak mewujudkan program kemandirian ini dengan mendirikan cluster-cluster pemberdayaan. Ada ternak kambing di Cirebon, ternak bebek potong di Kepahiang-Bengkulu, pesantren agrobisnis di Padalarang Jawa Barat, pembibitan ikan tawar di Balikpapan, dan budidaya ikan bandeng di Jayapura, serta lumbung pertanian padi di Merauke. Semua bergerak dan berjalan karena zakat Anda.*

|MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

89


SINERGI

FOTO: HERIM/MULIA

DUET KOMUNITAS HIJRAHEART DAN SAFA BMH

MEMADUKAN BISNIS DENGAN IBADAH

K

omunitas HijraHeart Indonesia dan SaFa BMH Indonesia adalah komunitas muslimah yang berfokus pada program-program bisnis dan sosial. Seluruh muslimah dapat bergabung, baik secara individu, komunitas, maupun merek bisnis. Tidak ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi, seperti sudah berhijab, berusia tertentu, ataupun sudah memiliki usaha. Keterbukaan

90 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

serta semangat untuk bersinergi secara positif dan membangun adalah ciri khas komunitas ini. Jadi, setiap muslimah yang berkeinginan belajar mengenai Islam dengan rujukan pada al-Quran dan sunnah, memiliki ketertarikan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial dan bisnis, serta berkegiatan bersama dengan semangat hijrah, dapat bergabung di sini. Pada Sabtu, 25 Maret 2017 lalu, bertempat

di markas komunitas ini, yaitu di Ayla House of Hijab, RMM Building Lantai 2, Jalan Suryo No.8, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, HijraHeart kembali mengadakan acara gathering dan charity. Tentu, aspek bisnis serta amal menjadi fokus pada setiap acara komunitas ini. Khusus untuk mengakomodasi para pengusaha dan calon pengusaha muslimah, topik Bincang-bincang Bersama Pembicara mengangkat cara


SINERGI memasarkan produk atau jasa bisnis terkait, baik online maupun offline. Pembicara yang dihadirkan para pengusaha muda di bidang fashion, yaitu Lia Firdausy dari brand Paradise Gallery yang berbagi mengenai e-commerce serta marketplace dan Dhiah Rully dari brand Shalira Syari yang bercerita mengenai semangatnya berdakwah melalui bisnis pakaian, serta sistem keagenan, dan reseller yang diterapkannya. Setelah sesi sharing berakhir, acara dilanjutkan dengan mengadakan aksi sosial, berupa sesi belanja dengan alokasi 15% untuk sociopreneurship serta kesempatan melakukan pembelanjaan yang akan dihadiahkan kepada adik-adik panti/ yayasan rekanan HijraHeart. Tentunya, HijraHeart menyediakan beragam diskon khusus bagi para peserta yang hadir dan berpartisipasi dalam charity session tersebut. Amaliah Begum, Manajer PR HijraHeart mengatakan bahwa komunitas ini akan selalu berikhtiar untuk konsisten menyeimbangkan aspek bisnis dan sosial, serta terbuka bagi muslimah. “Insyaa Allah, siapa pun dapat bergabung.

Kami tidak suka mengotak-kotakkan atau memberi label, tetapi tentunya HijraHeart dikhususkan untuk muslimah. Amat penting untuk menyediakan wadah yang mengindahkan kaidah Islam mengenai pergaulan,” tegasnya. Sesi sharing dan belanja sambil bersedekah dilanjutkan dengan kegiatan yang juga menjadi ciri komunitas ini, yaitu ‘Write Your Thought’ (WYT). Sesi ini memfasilitasi para peserta untuk menuliskan kesan, pesan, saran, serta masukan untuk ditempel di papan dan menjadi media untuk berkomunikasi dua arah antara peserta dan juga komunitasnya. Kemudian, acara dilanjutkan dengan sesi tahsin untuk melatih

bacaan al-Quran para peserta. Sesi ini dilaksanakan dengan santai, tetapi tetap berbobot dan serius dalam melafalkan makhroj surat-surat yang menjadi fokus pada hari tersebut, yaitu Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas. Diharapkan, semua hadirin gathering dan charity HijraHeart dapat banyak belajar tentang bisnis, terlibat dalam aksi sosial, serta meningkatkan kualitas keagamaan pula. Perwakilan SAFA (SAkinah FAmily) dari Laznas BMH pun berkesempatan untuk turut serta dan merasakan banyak manfaat dari kegiatan ini. Mereka berniat untuk melanjutkan sinergi bersama HijraHeart dalam kebaikan di masa depan, in syaa Allah.*/ AB |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

91



DOA

MeMinta Perlindungan dari KeburuKan MaKhluK

ُ ‫ ِمن ُك ِّل‬، ‫هللا التا َّم ِة‬ ِ ‫أعوذ بكلما‬ ِ ‫ت‬ ‫ْن ال َّم ٍة‬ ٍ ‫ و ِمن ُك ِّل َعي‬، ‫شيطان وها َّم ٍة‬ ٍ “Aku berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari segala setan,binatang yang berbisa dan pandangan mata yang jahat” (HR. Bukhari)

NB: Keselamatan diri dan keluarga dari mara bahaya yang datang dari luar menjadi harapan kita semua; baik itu yang datang dari makhluk halus (setan/jin), binatang buas, ataupun manusia itu sendiri. Allah adalah sebaik-baik pelindung. Maka, dengan asma-Nya yang Maha Agung, kita bersimpuh meminta perlindungan itu. Doa yang diriwayatkan Imam Bukhari di atas, adalah munajat sang Nabi Muhammad kepada Allah untuk keselamatan kedua cucu beliau; Hasan dan Husain. Maka, mari kita meneladaninya. (Khairul Hibri) |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

93


INSPIRASI

MeMberi Makan Menjadi Penolak Bala Oleh: Ummu Acha

S

urat keputusan tugas ke daerah diterima ketika pernikahan telah berlangsung pada tahun 1997. Kami diamanahkan untuk berdakwah menuju pessantren rintisan, yaitu daerah Trans. Tepatnya di kota Sampit, Kalimantan Tengah. Ketika mengawali langkah dakwah, kami membangun muamalah yang baik dengan masyarakat setempat. Muamalah pun terjalin baik dengan beberapa keluarga. Akhirnya sedikit demi sedikit menjadikan pemahaman mereka tentang Islam lebih terbuka. Anak-anak mereka pun belajar mengaji ke pesantren. Maka setiap sore pesantren kami selalu ramai karena sekitar 80 anak dan remaja desa Bagendang menuntut ilmu. Awal bergabung ke daerah tersebut

94 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

sungguh membutuhkan perjuangan tidak mudah. Suatu ketika masyarakat Bagendang begitu heboh. Salah seorang tokoh berpengaruh di tempat itu dihakimi masyarakat. Pasalnya telah ditemukan berduaan dengan seorang wanita di kamar pribadinya dengan alasan pengobatan. Siang hari datanglah seorang pemuda menghadap kepada suami. Ia menceritakan kronologi kejadian yang menghebohkan masyarakat kampung. Dia pun mengaku bahwa suatu ketika diperintahkan ke Parebok untuk mengambil bungkusan pada seseorang yang dianggap pintar, kemudian diperintahkan meletakkannya di bawah jembatan pesantren yang tengah kami rintis. Tetapi ketika ingin meletakkan

bungkusan tersebut tiba-tiba ia teringat kalau suami sering mengundangnya makan ke rumah. Akhirnya ia pun meletakkan bungkusan tersebut di bawah jembatan rumah orang yang telah memerintahkannya. Kami menyadari, ada orang yang menginginkan hilangnya kepercayaan masyarakat akan dakwah kami. Sosok itu menentang pendirian pesantren di Bagendang. Hal itu sangat beralasan, sebab sebelum kedatangan kami ke daerah tersebut, beliau menjadi tempat masyarakat berguru, walau ajarannya sedikit bercampur dengan halhal berbau syirik dan klenik Jawa yang amat kental. “Astaghfirullah, Allahu Akbar.� Pekikan itu tidak tertahankan mengingat betapa besar penjagaan Allah pada keluarga kami, hanya


INSPIRASI

SUMBER: ROMAN-KRAFT

karena memberi makan pada orang lain. Ya Allah ya Rabb, semakin mantap keyakinan kami akan pertolongan Allah jika kami menolong menyebarkan kemurnian agamaNya. Intanshurullah... yanshurukum. Masya Allah, seperti itulah pembuktian dari keutamaan sedekah (memberi makan), meskipun terlihat biasa-biasa saja. Tetapi menjadi wasilah terhindarnya kami dari mara bahaya. Apa yang dikabarkan oleh Rasulullah saw selalu benar adanya, sebagaimana dalam sebuah hadits,“Sedekah secara sembunyisembunyi dapat menolak murka Allah swt.” (H.R. Tirdmidzi). Dalam riwayat lain disebutkan, “Harta tidak akan berkurang dengan sedekah.” (H.R. Bukhari). Semoga hal ini menjadi motivasi terbaik dalam

berlomba-lomba memberi makan pada orang lain. Sejak kejadian itu, Allah semakin memantapkan hati kami sehingga memberikan keleluasaan untuk berdakwah di Bagendang. Setiap ada kegiatan pengajian di dusun-dusun kerap kali kami diminta mengisi kajiannya. Semua kegiatan, baik interen pesantren maupun dakwah kepada masyarakat, kami lakukan bersama suami. Mulai dari mengajar, memasak untuk santri, mengajar mengaji TPA pada sore hari untuk anak-anak dan remaja, kemudian dilanjutkan les privat pada beberapa anak-anak pejabat, hingga istri dan keluarga Bupati saat itu, yang jaraknya 30 km dari desa Bagendang. Hal ini mengharuskan kami menempuh jarak 60 km PP setiap harinya.

Suami begitu setia mengantar untuk berbagai keperluan yang akan menopang dakwah kami. Dan tanpa terasa keberadaan kami di Sampit sudah memasuki tahun ketujuh tanpa teman tugas, menangani 30 santri putra, dan aktif berdakwah di masyarakat serta menangani kajian rutin pada ummahat PKS. Namun semua berjalan dengan lancar atas izin Allah . Aktifis lain enggan ditempatkan ke Sampit dengan alasan seringnya terjadi kerusuhan antaretnis Dayak-Madura. Namun, menjadi salah satu kesyukuran bahwa Allah telah mentarbiyah kami, dengan terbatasnya tenaga akan tetapi memberikan kemampuan kepada kami untuk tetap bertahan sehingga hubungan kekeluargaan dan ikatan emosional dengan masyarakat setempat semakin erat.* |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

95


KREASI

FIGURA FOTO oleh: rubiar

CARA PEMBUATAN

1

2

3

4

9

10

11

12

1. Siapkan satu lembar kertas majalahl, letakkan lidi di atasnya sebagaimana contoh.

2. Lipat kertas menutupi lidi yang ada. 3. Letakkan lidi berikutnya, himpitkan pada lidi sebelumnya

4. Gulung dan padatkan kertas pada dua lidi yang ada 5. Tambahkan/selipkan kertas berikutnya sesuai dengan besar/diameter

96 MULIA

|Sya’ban 1438/Mei 2017

gulungan kertas yang akan diingingkan. Bila kurang besar bisa ditambahkan kertas selanjutnya dengan cara yang sama 6. Gulung hingga selesai dan oleskan lem untuk menutup gulungan

7. Lepaskan/tarik kedua lidi dari gulungan kertas 8. Potong posisi serong 45 derajat ujung gulungan/lintingan kertas dengan cutter

9. Potong sterofoam sebagai ukuran/mal sesuai dengan ukuran figura yang hendak dibuat. Potong lintingan kertas menyesuaikan panjang sterofoam.

10. Potong 3 lintingan kertas berikutnya sesuai ukuran sterofoam dan tempelkan pada sisisisinya. Dan berilah lem pada masing-masing pertemuan sudut guntingan kertas dengan lem G 11. Siapkan empat


KREASI

BAhAN dAN AlAT:

18. Figura yang telah dibuat siap untuk dipanjang pada ruangan yang dikehendaki.

5

6

6

13

• • • • • • •

Kertas majalah/kalender/brosur. Karton Kaca lem kayu lem G Gunting lidi

Cutter

7

7

14

17

lintingan berikutnya, potong sesuai ukuran dan tempelkan pada lintingan yang telah tertempel sebelumnya 12. Tempelkan lintingan-lintingan lainnya hingga empat

8 8

15

lapis. Dan lepaskan sterofoam dari tengah rangkaian lingtingan kertas

13. Balik rangkaian lintingan koran, potong kertas tempelkan pada sudut untuk menguatkan rangkaian 14. Potong empat lintingan kertas, dan tempelkan pada belakang rangkaian/ figura (sebagaimana contoh), untuk tempat kaca dan foto

16

15. Potong kertas karton sebagai penutup belakang. Potong kaca sesuai ukuran, pasang pada figura. Masukkan foto dan tutup dengan karton yang telah dipotong. Tempelkan pita kertas untuk menghubungkan karton dengan figura. 16. Buatlah panggantung figura dengan memotong karton seperti contoh 17. Tempelkan pada belakang figura |MULIA

Mei 2017/ Sya’ban 1438

97




Sajian yang menguatkan jiwa

Bisa Anda baca di Majalah Hidayatullah

“BISA BERLANGGANAN MELALUI TERDEKAT” 0821.4040.4051

@majalahhidayatullah


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.