Majalah Mulia Edisi Maret 2017

Page 1

BERBAGI KEMULIAAN HIDUP MULIA |PENDIDIKAN DALAM KELUARGA LEBIH UTAMA | MARET 2017 / JUMADIL AKHIR 1438

Makna Desahan Istri

Usia 60 Tahun Hafal Al Qur’an

Indahnya Bersabar

PENDIDIKAN DALAM

KELUARGA Lebih Utama

www.bmh.or.id

MARET 2017 / JUMADIL AKHIR 1438



SALAM

Masalah Pendidikan dalam Keluarga

A

dien seorang wanita cerdas nan cantik. Kecerdasaannya membawanya masuk ke jurusan kedokteran hewan di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya. Setelah beberapa tahun menempuh studi, ia pun lulus dengan baik. Tapi anehnya, setelah menyandang gelar dokter ia memilih menjadi ibu rumah tangga, terutama sesudah dikaruniai momongan. Ia tak mau meniti karir di luar rumah seperti wanitawanita berpendidikan umumnya. Tentu ini sebuah pilihan yang sulit dipahami. Jika pada akhirnya memilih di rumah, untuk apa sekolah tinggi-tinggi. Menghabis-habiskan dana dan waktu saja. Rupanya ia punya pertimbangan sendiri. Ia tak mau kehilangan momen-momen penting tumbuh kembang buah hatinya.

Masa-masa awal anak adalah pondasi untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Ibarat membangun rumah, jika pondasinya kuat tentu tak akan mudah goyah. Sebaliknya, sebagus apapun bangunan itu bila pondasinya rapuh, sedikit saja mendapat goyangan bakal roboh.

Wanita seperti Adien sekarang ini tak banyak. Wanita sekarang ramai-ramai keluar rumah mengejar karir. Memang, di luar lebih gemerlap dan karena itu lebih menarik, ketimbang berkutat di rumah. Dalam keadaan seperti itu, anak lantas diserahkan kepada orang lain. Bisa pembantu atau orangorang terdekatnya, misalnya kakek neneknya. Pilihannya adalah menyerahkan kepada lembaga pendidikan.

Tentu saja pilihan itu boleh-boleh saja, asal tetap proposional. Maksudnya, mesti dicamkan betul bahwa pendidikan anak tetap menjadi tanggung jawab orangtua. Sekolah hanya membantu. Fakta yang terjadi di masyarakat, orangtua menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anak kepada sekolah. Padahal pendidikan anak lebih utama di dalam keluarga. Alasannya, disamping waktu anak lebih banyak di rumah, kasih sayang orangtua lebih tulus. Bukan berarti guru-guru di sekolah tidak tulus, tetapi secara naluri pastilah kasih sayang orangtua lebih besar. Persoalannya, apakah orangtua masih punya cukup waktu untuk mencurahkan kasih sayang itu. Sebab, pulang ke rumah mereka sudah lelah setelah seharian bekerja.

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

3


DAFTAR ISI

24

3

SALAM

6

SURAT PEMBACA

EDUKASI Pentingnya Skill Demi Iman Anak

26

MAJELIS KELUARGA Visi Keluarga Muslim Sejati

8

JENDELA Pendidikan Anak Dalam Keluarga

18

KELAMBU Memaknai Desahan Istri

20

KOMIK

22

CERITA Kisah Asshabus Sabtu

4 MULIA

ADAB Memanggil

28

52

32

55

KOLOM IBU Inovasi Kesabaran Menghadapi Anak Remaja

SAKINAH Dekat di Sisi Jauh di Hati

RIHLAH Geliat Pembebasan Baitul Maqdis di Istanbul

ISLAM PESONA Abdullah Bin Mas’ud, Ahlul Qur’an Sepanjang Zaman

62

16

KHAZANAH Geolog Islam, Peletak Geologi Modern

50

36

RUANG UTAMA Indahnya Sabar

46

SERBA-SERBI Neraka dan Penghuninya

48

FIQIH Profesi Ganda Bagaimana Bayar Zakatnya

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

MUTIARA Berkata Baik Atau Diam

64

QUOTE

66

FIGURA


DAFTAR ISI

68

86

70

88

DUNIA ISLAM Restorasi Hagia Sophia Sebagai Masjid SOSOK Sarono, Pemecah Batu Santuni 70 Anak Yatim

73

TAHFIDZUL QURAN Usia 60 Mampu Menghafal 30 Juz

80

SINERGI Bersama LPAI Kuatkan Program Layanan dan Perlindungan Anak Indonesia

82

PROGRAM Aksi Solidaritas Pelajar SMPN 5 Ponorogo untuk Aleppo

84

KIPRAH Kemenag Jatim Dorong BMH Terus Sosialisasi Zakat

DAKWAH Kuatkan Dakwah dengan Nikah Barokah

LIPUTAN Merumuskan Pendidikan Berakhlaq dan Beradab

92

MUZAKKI

93 DOA

94

INSPIRASI Indahnya Skenario Allah di Medan Dakwah

96

KREASI Tempat Permin

Susunan Redaksi Penanggung Jawab : Supendi S. Pengarah : Rama Wijaya, Pemred : Imam Nawawi Sidang Redaksi : Bambang S. Khairul Hibri, Cholis A. Imam N. Kontributor : Siraj, Abd. Syakur, Sahlah, Ibnu Sumari, Abu Falah, Desain : Mustain Al Haq. Iklan : Yanto Percetakan : Lentera Jaya Madina Alamat Redaksi : Jakarta : Jl. Kalibata Office Park, Jl. Raya Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax. 021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh. or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail. com SMS/WA. +62 822-3057-5647

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

5


SURAT PEMBACA

Prihatin Jumlah Perceraian di Indonesia

K

etika membaca rubrik ‘Jendela Utama’ majalah Mulia, edisi Desember 2016 silam, saya dikagetkan dengan data perceraian di Indonesia (baik cerai gugat mau pun cerai talak), yang jumlahnya mencapai 200 ribuan kasus lebih. Angka yang tidak bisa dibilang sedikit. Ironis peristiwa ini terjadi di Indonesia, negara yang notabene jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Padahal, bila ditilik lebih mendalam, sungguh agama ini sangat menyakralkan tali pernikahan. Ikatan tali pernikahan adalah suci yang tidak boleh dimain-mainkan. Karenanya, seharusnya setiap muslim memiliki prinsip demikian dalam membangun mahligai rumah tangga. Niatnya untuk ibadah. Menjaga kesucian diri. Bukan sekedar menjadi wahana pelampiasan nafsu syahwat semata. Untuk itu, seyogianya setiap pasangan suami-istri saling menguatkan dalam menjaga keutuhan rumah tangga, baik di waktu suka, lebih-lebih pada masa duka. Jangan terpengaruh gaya pernikahan oknum selebriti, nikah-cerai, yang selalu ditayangkan di televisi itu. Kalaupun memang harus jalur terpahit itu yang harus ditempuh, maka jadikanlah perceraian alternatif paling terakhir, setelah sekian banyak jalur ditempuh untuk menyatukan, tapi tak kujung ketemu solusinya. Semoga Allah senantiasa memberkahi rumah tangga kita. Amiin. Abu Sayyidah | Tuban

Pentingnya Menjaga Wibawa Ulama

U

lama adalah pewarits Nabi. Kepada mereka urusan agama ini diamanahkan. Tuntunan Nabi, kita diperintahkan untuk menghormati mereka, dan dianjurkan mengambil sebanyak-banyaknya ilmu sebagai bekal kehidupan. Berakrab-akrab dengan ulama adalah keselamatan di dunia dan akhirat. Karena, di pangkuan mereka sajalah, urusan agama ini (hak dan batil) menjadi terang benderang. Ali bin Abi Thalib ra berkata, “Kecintaan kepada ulama adalah agama.” Sejalan dengan itu, Syaikhul Ilsam Ibnu Taimiyah berkata, “Wajib atas kaum muslimin memberikan al-walaa’ (loyalitas) kepada orang-orang yang beriman –setelah loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya- khususnya para ulama yang merupakan pewaris para Nabi, yang Allah jadikan mereka di dalam umat ini seperti bintang-bntang yang dijadikan sebagai petunjuk arah di kegelapan daratan dan lautan.” Sampai di sini, sangatlah tidak pantas bila ada seseorang meremehkan ulama. Apa lagi kalau itu dilakukan oleh penguasa. Junjung tinggilah harkat martabat ulama. Taatilah wasiat mereka. Insya Allah negeri ini akan dilimpahi keberkahan. Amiin.

Yusuf setiawan | Mahasiswa pasca sarjana jurusan pendidikan UIKA, Bogor.Jakarta

6 MULIA

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017



JENDELA UTAMA

Pendidikan Anak dalam Keluarga

SUMBER: PIXABAY

K

etika disebut pendidikan anak, yang terbayang di benak orangtua adalah sekolah, madrasah, ataupun pesantren. Tiga lembaga formal inilah yang kerap dijadikan sebagai pilihan utama pendidikan anak. Terlebih, di saat orangtua sangat sibuk dengan urusan pekerjaan—mencari nafkah untuk keluarga. Orangtua terkadang tidak mau repot

8 MULIA

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

ikut terlibat dalam pendidikan anakanaknya. Yang penting mereka sanggup memenuhi semua administrasi dan kewajiban lainnya kepada sekolah. Maka anak-anak akan dididik menjadi orang yang baik dan berprestasi. Lantas, apakah pendidikan anak yang paling utama didapat di sekolah, madrasah atau pesantren?

Benarkah demikian? Jendela edisi kali ini akan mengupasnya. Dari mana pendidikan utama bagi anak dapat diperoleh? Siapa paling berperan sepenuhnya dalam pendidikan anak? Apa yang harus diajarkan kepada anak? Dan metode apa yang paling efektif diterapkan dalam pendidikan anak? Mari simak laporan berikut. Selamat membaca!


JENDELA UTAMA

Orangtua, Pendidik Paling Utama Orangtua yang menentukan visi dan misi pendidikan bagi anaknya. Sekolah hanya membantu mewujudkannya dengan melibatkan orangtua

P

engelola SDIT Imam Syafi’i, Yayasan Kampung Santri Cilembu, Sumedang, tidak mau menerima murid baru yang orangtuanya belum bisa membaca alQur’an. “Lha, bagaimana mau menyimak bacaan anaknya, kalau ayah ibunya belum bisa membaca al-Qur’an?” tanya Pembina Yayasan Kampung Santri Cilembu, Rofiq Musta’in saat berbincang dengan Mulia, pertengahan Januari lalu. Kecuali, jelas pria yang akrab disapa Rofiq ini, mereka (orangtua) punya kemauan dan semangat untuk belajar bersama-sama membaca al-Qur’an dan mempelajari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan ajaran Islam. “Kita juga menyediakan sarana belajar bagi orangtua murid berupa halaqah ilmu di masjid. Setiap Kamis dan Sabtu. Di luar (waktu) itu, ada halaqah di rumah

warga. Tempatnya bergiliran setiap pekan,” terang Rofiq. Kepala Sekolah SDIT Imam Syafi’i, Tohir Hermawan mengatakan, pihak sekolah juga menyediakan sebuah buku kuning. Buku ini berisi kolom untuk mengontrol shalat fardhu berjamaah, setor bacaan sebanyak 1 juz, dan apa yang dipelajari murid selama di rumah. Di halaman berikutnya ada kolom berisi catatan guru kepada orangtua. “Semua hal yang dikerjakan murid di rumah, bisa kita kontrol dari buku ini,” jelas pria yang akrab disapa Totok. Rofiq menegaskan, jika murid tidak mengerjakan apa yang menjadi kewajiban pada buku kuning tersebut, pihak sekolah akan melayangkan teguran. Hal itu ditulis dalam kolom catatan. Jika sudah tiga kali melanggar, baru kemudian pihak sekolah memanggil orangtua

murid. “Kami tanya kenapa anaknya tidak mau shalat berjamaah, misalnya. Jika orangtua tak sanggup mengarahkan, berarti mereka harus siap jika anaknya dikeluarkan dari sekolah,” tegas Rofiq.

BUKAN ‘BENGKEL’ Konsultan Parenting (Keayahan) Bendri Jaisyurrahman mengatakan, sekolah atau lembaga pendidikan lainnya hanya berperan sebagai pembantu orangtua dalam urusan mengarahkan dan membimbing anak-anaknya. Cuma terkadang orangtua memiliki keterbatasan waktu dan ilmu. “Dari keterbatasan inilah orangtua berhak mencarikan siapa yang bisa mendidik anakanaknya. Peran ini bisa dilakukan sekolah dengan menjalankan visi dan misi dari orangtua,” jelas Bendri saat berbincang dengan |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 143

9


JENDELA UTAMA

SUMBER: PIXABAY

Mulia, akhir Januari lalu. Maka, yang harus diperhatikan orangtua ketika menyerahkan anaknya ke sekolah bukan seperti menyerahkan mobil ke bengkel begitu saja. Pokoknya tahunya beres. Jika terjadi hal seperti ini, sejatinya orangtua sudah berlepas tangan dari tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya. Padahal, seharusnya tatkala orangtua menyerahkan anak ke sekolah untuk dididik, mesti ada evaluasi. Jika ternyata anak tidak sesuai dengan apa yang

10 MULIA

diharapkan, orangtua bisa bertanya kepada gurunya. Bendri mencontohkan kisah seorang khulafurrasyidin. Ketika Umar bin Abdul Aziz masih menjadi gubernur tidak sempat mengajari dan mendidik anak-anaknya, maka ia mencari seorang guru supaya bisa mengajari dan mendidik anakanaknya dua hal: berbahasa Arab dengan baik dan shalat tepat waktu. Ia juga meminta sang guru agar selalu mengirimkan surat untuk melaporkan

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

perkembangan anaknya. “Inilah contoh orangtua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Bukan lepas tangan begitu saja, seperti menyerahkan barang ke bengkel,� selorohnya. Bendri melanjutkan, pernah suatu ketika Umar bin Abdul Aziz mendapat laporan kalau anaknya tidak mengerjakan shalat tepat waktu. Umar langsung memanggil sang guru untuk mencari solusi bersama, bukan memarahi. Setelah ditanya kenapa


JENDELA UTAMA anaknya terlambat shalat. Ternyata, karena anaknya kelamaan menyisir rambut yang gondrong. Akhirnya, Umar menyurati anaknya supaya mencukur rambutnya. “Dalam sejarah Islam juga dikisahkan seorang ayah meskipun sibuk tapi tetap bertanggung jawab dan perhatian terhadap pendidikan anak. Sekalipun dididik orang lain, mereka tetap memantau dan mengevaluasi perkembangan anaknya.” Sekjen Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia Nurul Hidayati menegaskan, pendidikan anak sepenuhnya merupakan tanggung jawab orangtua. Maka, orangtua tidak bisa lepas sama sekali terhadap pendidikan anaknya “Nanti yang dimintai pertanggungjawaban sama Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah orangtua. Bukan sekolah atau pesantren. Bukan guru atau ustadz,” kata Nurul kepada Mulia, akhir Januari lalu. Menurut Nurul, memang banyak orangtua yang awalnya mencari sekolah terbaik untuk pendidikan anaknya. Tetapi, setelah itu orangtua menyerahkan semua

urusan pendidikan anaknya kepada sekolah tanpa mau terlibat. Bahkan, saat anak bermasalah, orangtua dengan mudahnya menyalahkan pihak sekolah. “Saya tidak setuju dengan orangtua yang seperti ini. Sekolah itu hanya membantu orangtua mencapai visi dan misi orangtua, sekalipun pesantren yang boarding school,” tegasnya.

PENDIDIKAN IMAN Bendri Jaisyurrahman mengatakan, dalam ayat al-Qur’an atau hadits Rasulullah banyak disebutkan bahwa pendidikan anak yang paling utama merupakan tanggung jawab orangtua. Pertama, sebagaimana dalam firman-Nya, “Hai orangorang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” Dalam sebuah tafsir, Ali bin Abi Thalib menjelaskan, jagalah dirimu dan keluargamu supaya terbebas dari api neraka, artinya tugas orangtua mendidik anak-anaknya supaya terhindar dari api neraka. Kedua, dalam sebuah hadist Rasulullah disebutkan, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin

akan dimintai pertanggungjawaban. Kemudian dilanjutkan hadits berikutnya yang menjelaskan pemimpin dalam hal ini adalah seorang ayah bertanggung jawab atas keluarganya (anak dan istri), serta ia akan ditanya mengenai tanggung jawab. “Pertanggung jawaban yang paling utama dalam hal ini adalah pendidikan tentang iman,” jelas Bendri. Ketiga, dalam hadits lain juga disebutkan, pada bayi yang lahir kecuali dalam keadaan baik atau fitrah. Kalaupun ada anak yang menjadi Yahudi atau Nasrani, sejatinya orangtua yang menjadikan seperti itu. Rasulullah tidak menyebutkan sekolah atau guru, melainkan orangtua. “Sejatinya orangtua yang diamanahi oleh Allah untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya,” ujar Bendri. Dalam sebuah hadits lain disebutkan, anak dan harta adalah milik orangtua. Dengan kata lain anak adalah milik orangtua, sehingga apapun yang terjadi pada anak adalah tanggung jawab orangtua. (Ibnu Sumari/ Mulia) |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 143

11


JENDELA UTAMA

Pendidikan dengan Keteladanan

Ada banyak metode yang bisa diterapkan dalam pendidikan anak. Paling utama adalah memberikan keteladanan.

D

alam mendidik anak, harus ada kesepakatan antara ayah dan ibu sebagai orangtua. Apakah akan dididik dengan pendidikan yang otoriter, demokratis atau bahkan liberal? Sebab, orangtua merupakan penentu kebijakan dalam sebuah keluarga. Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya “Tarbiyatul Aulad fil-Islam� (Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam) menjelaskan beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan anak di antaranya: Keteladanan Anak adalah peniru ulung. Segala informasi yang masuk, baik melalui penglihatan

12 MULIA

dan pendengaran dari orang-orang di sekitarnya, termasuk orangtua, akan membentuk karakter anak. Apalagi yang baru berumur sekitar 3-6 tahun, senantiasa melakukan imitasi (peniruan) terhadap orang yang dikagumi yakni ayah dan ibu. Orangtua harus ekstra hati-hati dalam bertingkah laku, apalagi di hadapan anak-anaknya. Sekali orangtua ketahuan berbuat salah di depan anak, jangan harap anak akan menurut apa yang diperintahkan. Karena itu, sudah sepantasnya orangtua mampu memberikan teladan yang baik kepada putra putrinya dalam kehidupan berkeluarga.

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Dalam mengajarkan keteladanan harus sesuai dengan perkembangan sehingga anak mudah mencerna dan mengerjakan apa yang disampaikan orangtua. Sebagai contoh, supaya anak membiasakan diri dengan ucapan salam, maka senantiasa orangtua harus memberikan ajaran tersebut setiap hari, misalnya ketika hendak pergi dan pulang ke rumah. Yang penting bagi orangtua tampil dihadapan anak sesuai dengan ajaranajaran Islam, niscaya semua keteladan akan ditirunya. Kebiasaan yang Baik Setelah anak


JENDELA UTAMA diberikan masalah pengajaran agama sebagai sarana teoritis, maka faktor lingkungan juga harus menunjang terhadap pengajaran tersebut. Yakni, orangtua senantiasa harus memberikan aplikasi pembiasaan ajaran agama dalam lingkungan keluarga. Apabila anak berada dalam lingkungan keluarga yang baik, memperoleh bimbingan, arahan, dan adanya saling menyayangi antar-anggota keluarga, niscaya anak juga akan menjadi baik. Sebab, akan terpengaruh oleh informasi yang dilihat dan didengar dari perilaku baik dari orang di sekitarnya. Pengawasan orangtua juga sangat diperlukan sebagai kontrol atas kekeliruan dari perilaku anak yang tak sesuai dengan ajaran Islam.

Nasihat Setiap anak membutuhkan nasihat, sebab dalam jiwanya terdapat pembawaan yang biasanya tidak tetap. Karena itu nasihat harus diulang–ulang. Nasihat akan berhasil atau mempengaruhi jiwa anak, tatkala orangtua mampu memberikan nasihat dalam keadaan yang baik. Perhatian

Di antara kebutuhan anak yang bersifat rohani adalah anak ingin diperhatikan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Ibu biasanya lebih besar persentasenya sebagai pembentuk pribadi putra putrinya, dibanding seorang ayah. Ibu biasanya banyak menghabiskan waktunya bersama anak, sehingga wajar bila kecenderungan anak lebih dekat dengan ibunya. Untuk itu, seorang ibu diharapkan mampu berkiprah dalam mempersiapkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Dalam memberi perhatian ini, hendaknya orang tua bersikap selayak mungkin. Tidak terlalu berlebihan, juga tidak terlalu kurang. Namun, perhatian orang tua disesuaikan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak.

Hukuman Hukuman diberikan apabila metode-metode yang lain sudah tidak dapat mengubah tingkah laku anak. Atau dengan kata lain cara hukuman merupakan jalan terakhir yang ditempuh orangtua, apabila ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sebab, hukuman merupakan

tindakan tegas untuk mengembalikan persoalan di tempat yang benar. Jadi salah satu fungsi dari hukuman ini adalah mendidik. Dalam memberikan hukuman, diharapkan orangtua melihat ruang, waktu, serta tempat. Di antara metode memberikan hukuman kepada anak adalah menghukum anak dengan lemah lembut dan kasih sayang, menjaga tabiat anak yang salah, hukuman diberikan sebagai upaya perbaikan terhadap diri anak dengan tahapan yang paling akhir dari metode-metode yang lain. Hal yang harus diperhatikan, sebisa mungkin orangtua menahan emosi untuk tidak memberi hukuman berbentuk badaniah. Kalau hukuman yang berbentuk psikologis sudah mampu mengubah sikap anak, tentu tidak dibutuhkan lagi hukuman yang bersifat badaniah. Bentuk hukuman yang bersifat psikologis adalah menunjukkan kesalahan dengan mengarahkan, menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat, atau menunjukkan kesalahan dengan kecaman. (Ibnu Sumari/Mulia)* |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 143

13




KHAZANAH

Geolog Islam, Peletak Geologi Modern SUMBER: PIXABAY

Studi geologi yang dikembangkan para saintis Islam sangat membantu menemukan zat mineral di dalam bumi yang memiliki nilai ekonomi

P

ara sejarawan mengakui bahwa para ilmuwan Muslim telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Salah satu ilmu yang pendapat perhatian khusus dari umat Islam adalah geologi. Ilmu ini merupakan cabang ilmu alam yang mempelajari bumi, komposisi, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses asal mula terbentuknya bumi serta sejarah perkembangannya. Para ilmuwan Islam memandang ilmu ini penting, karena ia dapat membantu manusia menemukan dan mengatur sumber daya alam yang ada di bumi, seperti minyak

16 MULIA

bumi, batu bara, dan juga metal seperti besi, tembaga, emas, dan uranium. Pada awal era kekhalifahan Islam, umat Islam telah mampu menemukan ladang minyak, besi, emas, dan lainnya. Ilmuwan Barat, Fielding H Garisson, mengakui bahwa studi geologi modern dimulai pada era kekhalifahan. Dalam bukunya yang berjudul History of Medicine, Garisson mengatakan bahwa umat Islam di abad pertengahan tak hanya mengawali berkembangnya aljabar, kimia, dan geologi, tapi juga telah meningkatkan dan memuliakan peradaban. Karena alasan itulah banyak

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

ilmuwan Muslim yang mengkaji studi geologi, utamanya menyangkut tema-tema khusus, seperti mineral, batubatuan, serta permata. Sayangnya, kebanyakan risalah itu banyak yang hilang dan tak eksis lagi. Abdus Salam (1984) dalam Islam and Science menyatakan, al-Biruni merupakan geolog Muslim yang berjasa mendirikan studi geologi modern. Secara mendalam, ilmuwan Muslim abad ke-11 M itu menulis tentang geologi India. Ia melontarkan sebuah hipotesis bahwa anak benua India awalnya adalah sebuah lautan. “Jika Anda melihat tanah India dengan mata sendiri dan mengamati alamnya,


KHAZANAH sebenarnya daratan India awalnya adalah laut,� papar AlBiruni dalam Book of Coordinates. Ia juga menuturkan, keberadaan kerang dan fosil di wilayah negeri Hindustan menunjukkan kawasan itu adalah lautan, yang kemudian meningkat menjadi daratan kering. Berdasarkan penemuannya itu, menurut Al-Biruni, bumi itu secara konstan mengembang. Temuannya itu memperkuat pandangan Islam bahwa bumi tak kekal. Teori bumi tak kekal yang dilontarkan Al-Biruni itu, berlawanan dengan keyakinan ilmuwan Yunani Kuno yang berpendapat bumi itu kekal. Al-Biruni pun lalu menegaskan bahwa bumi juga memiliki usia. Pendapat sang ilmuwan Muslim di era kekhalifahan itu terbukti. Para geolog modern akhirnya membuktikan pendapat itu dengan menyatakan bahwa usia bumi diperkirakan sekitar 4,5 miliar (4,5x109) tahun. Ilmuwan Muslim legendaris, Ibnu Sina (981-1037 M), juga turut memberi kontribusi yang amat penting bagi studi geologi. Avicenna-begitu masyarakat Barat biasa menyebutnya-

-menamakan geologi sebagai attabieyat. Dalam bab lima ensiklopedia berjudul Kitab Al-Shifa, Ibnu Sina menjelaskan mineralogi dan meteorologi. Selain itu, bab keenam kitab yang sama juga mengupas berbagai hal tentang bumi dan proses pembentukannya. Secara rinci dan lugas, Ibnu Sina membahas pembentukan gunung, manfaat gunung dalam pembentukan awan, sumber-sumber air, asal muasal gempa bumi, pembentukan mineral-mineral, serta keanekaragamaan lahan tanah di bumi. Pemikiran Ibnu Sina tentang geologi ternyata sangat berpengaruh terhadap peradaban Barat. Berkat jasa Ibnu Sinalah masyarakat Barat kemudian mengenal hukum superposisi, konsep katastropisme (bencana besar), serta doktrin uniformitarianism. Buah pikir Ibnu Sina juga banyak mempengaruhi ilmuwan Barat bernama James Hutton dalam mencetuskan Teori Bumi pada abad ke-18 M. Secara terangterangan, dua akademisi Barat bernama Toulmin dan Goodfield (1965) menjelaskan sumbangsih yang diberikan Ibnu Sina bagi studi geologi modern.

Keduanya mengakui bahwa pada abad ke10 M, Ibnu Sina telah melontarkan hipotesis tentang asal muasal bentangan gunung. Padahal, 800 tahun kemudian, pemikiran seperti itu masih dianggap radikal di dunia Kristen. Tak cuma itu, metodologi ilmiah serta observasi lapangan yang dikembangkan Ibnu Sina hingga kini masih tetap menjadi bagian penting dalam investigasi geologi modern. Sumbangan lainnya yang didedikasikan ilmuwan Muslim untuk studi geologi adalah penemuan kristalisasi dalam proses pemurnian. Terobosan penting ini, menurut Bapak Sejarah Sains, George Sarton, dilakukan Jabir Ibnu Hayyan, saintis Muslim pada abad ke-8 M. Pada masa ini, para ilmuwan Islam sudah mampu menjelaskan komposisi kimia dan struktur kristal. Batu permata dan batu mulia dinilai para ilmuwan Muslim sebagai jenis mineral yang khusus. Intan, batu nilam, jamrud, serta yang lainnya digolongkan ke dalam mineral. Itulah kontribusi umat Islam dalam ilmu geologi yang tidak mungkin dinafikan.*/ Dikutip dari Suara Hidayatullah |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 143

17


KELAMBU

memaknai desahan istri Oleh: Endang Abdurrahman

Ust. Endang Abdurrahman

Pengasuh PP Hidayatullah Bandung-Jabar

Assalamu’alaikum Warahmatullah wabarakatuh Saya Ukhti, 23 tahun. Usia pernikahan baru satu bulan. Izinkan saya mengajukan pertanyaan yang sangat pribadi (mohon nama saya disamarkan) mengenai perilaku kami sebagai suami dan istri. Ada peristiwa yang membuat saya sangat malu. Saat kami sedang melakukan hubungan suami istri, seringkali saya mengeluarkan suarasuara yang cukup berisik. Terus terang saya tidak menampik,

18 MULIA

keluarnya suara itu spontan dan tidak dapat saya kendalikan. Namun hasilnya, suami tidak dapat bertahan. Sedangkan saya sendiri belum. Hingga usai melakukan ‘itu’ saya tidak dapat memaafkan perbuatan saya di hadapan suami. Apa saya bersalah? Dan bagaimana menghilangkan kebiasaan tersebut sehingga saya dapat melayani suami dengan baik. Mohon maaf sebelumnya atas pertanyaan saya ini dan terima kasih atas jawabannya. Ukhti | Palangkaraya

Wassalamu’alaikum Warahmatullah wabarakatuh Bismillah walhamdulillah. Baarakallah, semoga Allah melimpahkan berkah dan kesejateraan atas pernikahan Anda dan suami. Ukhti yang dirahmati Allah, saya membutuhkan waktu cukup lama

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

untuk memahami dan merenungkan peristiwa yang Anda tuturkan, sehingga saya perlu merevisi surat Anda seperti yang tertera di atas. Saya membagi permasalahan yang sedang Anda hadapi menjadi 3 bagian; pertama, mengenai keluarnya suara berisik—maaf, saya mengartikan dengan suara desahan—saat Anda melayani suami (jima’). Kedua, mengenai tidak tercapainya kepuasan secara bersama-sama, dan ketiga mengenai perasaan bersalah yang Anda alami. Mengenai per­mas­ alah­an pertama, saya sampaikan bahwa des­ ahan atau suara-suara yang keluar dari suami atau istri saat merasakan kenikmatan jima’ adalah wajar—insyaa Allah juga termasuk anugerah— dan diperbolehkan. Asalkan saja suara atau kata-kata tersebut tidak terdengar oleh orang lain, melainkan hanya didengar Anda berdua dan tidak merendahkan atau menghinakannya.


KELAMBU Ukhti, banyak sekali referensi menjelaskan tentang dahsyatnya jima’ yang disertai dengan suara-suara dan katakata. Salah satunya men­ jelaskan bahwa istri adalah pihak yang paling banyak mengeluarkan suara dan lebih hebat dibandingkan suami. Jadi peristiwa yang Anda alami adalah hal wajar dan memang spontanitas. Anda tidak perlu menahannya, lepaskan saja sebagaimana Anda menginginkannya. Bahkan desahan tersebut mengandung banyak manfaat yang dapat mendukung kualitas jima’, di antaranya; saat itu adalah saat Anda atau seorang istri melepaskan stres yang dialami, sehingga pada akhirnya—seharusnya— Anda merasakan rileks dan tenang. Dan bila ternyata yang Anda alami justru membuat suami Anda tidak bertahan lama, saya menganggap itu juga hal wajar, karena suami dan Anda sama-sama masih dalam tahap ‘latihan dan belajar sebagai pemula’ untuk saling mengenal satu sama lain insyaa Allah. Di samping itu, ada manfaat lainnya bahwa desahan ternyata memberikan kegairahan tersendiri kepada suami secara khusus. Ketika Anda mengeluarkan suara saat menikmati jima’, suami merasakan puncak kebanggaan karena dapat memberikan pelayanan terbaik bagi istrinya. Selain itu suara Anda—sekali lagi, seharusnya—menambah kepercayaan diri suami.

Maka, saran saya, nikmati kebersamaan Anda dengan suami, dan lepaskan segala kekakuan dan rasa bersalah Anda. Insyaa Allah, seiring dengan waktu, dan komunikasi Anda yang baik dengan suami, kesulitan saat ini akan menjadi kebahagiaan di masa mendatang. Karena Anda dan suami—sebagaimana Allah firmankan dalam QS. Al-Baqarah 187— adalah pakaian satu dengan yang lainnya; “... mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka...” Hal kedua yang perlu saya sampaikan mengenai tidak tercapainya kepuasan jima’ secara bersama adalah; bersabar. Nikmati saja apa yang Anda capai dari satu tahapan ke tahapan lainnya. Jangan biarkan sikap menyesal dan kecewa menguasai Anda. Ucapkan bahwa masih ada waktu berikutnya untuk bisa mencapainya secara bersama, dan perbanyaklah bersyukur. Selain sikap sabar, Anda juga membutuhkan waktu dan pengalaman. Yakinlah, semakin Anda dan suami saling terbuka dalam komunikasi akan kebutuhan masingmasing, maka akan semakin dekat Anda mencapai kesuksesan bersama. Intinya adalah, nikmati kebersamaan dengan suami dan tersenyumlah. Insyaa Allah berkah.

Hal ketiga mengenai perasaan bersalah yang Anda alami, sebenarnya dampak psikis dari rasa kecewa Anda karena tidak tercapainya tujuan yang sesungguhnya tinggal sedikit Anda raih. Ini terkesan dari cerita Anda. Spontanitas keluarnya suara desahan menunjukkan bahwa Anda sudah sedemikian menikmati kegiatan itu, namun kenikmatan tanpa penyelesaian. Itulah hal negatif yang Anda alami di bulan pertama pernikahan Anda. Namun tidak usah bersedih dan berkecil hati karena masih terbentang luas kesempatan untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Teruslah berlatih dan menikmati setiap momen pertemuan dengan suami. Lakukan hal lain dalam kehidupan sebagai suami istri. Tunjukkan kesetiaan dan kasih sayang yang tulus karena Allah. Tanamkan dalam jiwa, bahwa jima’ bukanlah tujuan akhir pernikahan. Masih banyak fungsi dan tujuan pernikahan yang hakiki yang harus Anda raih. Berdoalah agar pernikahan Anda dapat terwujud dalam keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah di bawah naungan ridha Allah SWT. Demikian jawaban, dan mohon maaf atas segala kekhilafan. Selamat berjuang dalam mencapai berkah dan ridha Allah SWT. Wallahul musta’aan wa a’lam.

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

19



EDUKASI

September 2016

|MULIA

23


CERITA

Kisah Ashhabus Sabtu

S

ebuah desa di tepi laut. Dihuni orang-orang keturunan Nabai israil atau Bani Israil. Mata pencaharian penduduk itu menangkap ikan di lautan. Setiap hari mereka bersiap diri dengan jaring, dan perahu untuk menangkap ikan sebanyak mungkin. Kala mereka pulang membawa ikan yang banyak, wajahwajah istri dan anak mereka ceria bukan main. Gembira ria atas keberuntungan itu. Beda sekali dibandingkan ketika mereka pulang dengan tangan hampir hampa. Ketika hanya beberapa ekor ikan yang masuk di jaring mereka. Raut muka kuyu tersirat di wajah mereka. Kecuali Sabtu, hari yang lain mereka

22 MULIA

boleh mencari ikan. Hari Sabtu khusus untuk beribadah, haram bekerja. Barang siapa nekat bekerja, maka ia berdosa

dan diancam akan mendapat sikssa. Allah menguji keimanan mereka. Pada Sabtu ikanikan bermunculan di permukaan. Ikan-ikan itu terapung-apung seolah menari-nari. Sekan-akan ikan-ikan itu menggoda agar ditangkap. Pada selain Sabtu ikan-ikan jarang bermunculan. Seolah-

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

olah ikan-ikan sengaja bersembunyi. Iman sebagian penduduk desa goyah. Ada yang tetap menaati perintah Allah untuk tidak nangkap ikan di hari Sabtu. Ada yang berusaha mencari agar bisa menangkap ikan yang bermunculan di hari Sabtu itu. Setan berusaha membisiki sebagian penduduk desa itu agar tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ikan yang banyak. Namun, sebetulnya dalam hati sebagian penduduk itu juga merasa takut melanggar perintah Allah. Mereka berfikir. Mencari akal. Bagaimana caranya agar tetap dapat ikan tapi tidak bisa disalahkan? Pikiran yang culas ditambah bisikan setan menghasilkan cara


CERITA

itu. Mereka pasang jerat di hari Jumat, untuk mereka ambil hasil tangkapannya di hari Ahad. Hari Sabtu mereka tetap tidak melaut. Seolah tidak bekerja dant etap mengkhususkan hari untuk beribadah. Dengan cara itu mereka menyangka tidak akan termasuk orang yang melanggar pantangan Allah. Ya mereka merasa aman. Rupanya penduduk kampung itu terbagi dalam tiga golongan. Satu golongan yang melampaui batas dan durhaka, yang berani menangkap ikan di hari Sabtu. Golongan kedua orang saleh yang mau menasihati saudaranya yang bermaksiat. Golongan ketiga orang yang berdiam diri melihat kemungkaran, mereka ini justru mencela orang saleh yang memberi nasihat dan tidak mencela orangorang yang berbuat mungkar. Orang-orang saleh itu berharap dengan memberi nasihat itu orang yang berbuat mungkar akan takut pada Allah dan menghentikan perbuata n durhakanya. Ternyata orangorang yang durhaka itu tetap pada

pendiriannya. Mereka enggan menyadari kesalahannya. Bahkan merasa benar dengan yang ditempuhnya. Nasihat itu tidak mampu menghentikan keinginan yang kuat untuk mendapatkan ikan yang menari-nari itu. Nasihat itu justru terasa jadi pengganggu. Mereka merasa rugi jika kehilangan kesempatan mendapat rezeki yang berlimah di hadapannya. Padahal sesungguhnya mereka telah melanggar syariat Allah. Hari kebenaran itu datang. Allah mengutuk orang-orang yang durhaka itu. Mereka diubah jadi monyet yang hina. Hewan yang menggambarkan kerakusan mereka. Tidak ada yang dapat

menolak akan titah-Nya. Jika Allah berkehendak, maka terjadilah. Wujud mereka berubah menjadi monyet. Anak-anak camkan nasihat ini: Allah akan marah dan tidak akan memaafkan satu dosa kesalahan, yaitu syirik. Setelah dosa syirik, dosa yang membuat Allah jengkel adalah apabila melihat ada seorang anak durhaka kepada ayah dan ibunya. Jika kita takut pada harimau maka menjauhlah dari harimau. Tetapi jika engkau takut pada Allah, justru kita harus mendekat pada Allah, pasti Allah sayang sekali dan banyak hadiah untuk kita. (dikutip dari buku Mahir Mendongeng karya Kak Bima)

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

23


EDUKASI

SUMBER: OLA

PENTINGNYA SKILL DEMI IMAN ANAK

M

enanamkan iman, tauhid, aqidah kepada anak jelas hal yang sangat utama. Sampaisampai, Allah Ta’ala membimbing kita dengan apa yang disampaikan oleh Luqman Al-Hakim kepada anaknya agar jangan sampai mempersekutukan Allah Ta’ala. Namun, hendaknya para orangtua tidak lupa memotivasi anak agar memiliki skill yang dapat menjadikan aqidah, iman dan tauhid mereka tidak tergoyahkan oleh apa

24 MULIA

dan siapapun. Bahkan lebih jauh, juga mampu menjaga aqidah, iman dan tauhid saudara seiman lainnya. Abdullah Nashih ‘Ulwan dalam bukunya “Tarbiyatul fil Islam” menjelaskan, tanggung jawab orang tua dan pendidik yang tidak kalah penting adalah bagaimana anakanak kita memiliki kemampuan bekerja atau berwirausaha. Orangtua harus memotivasi putraputrinya bekerja secara wirausaha, baik di bidang industri, pertanian maupun

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

perdagangan. Nashih ‘Ulwan menjabarkan bahwa para nabi selalu bekerja secara bebas dan memiliki keahlian khusus dalam suatu profesi dan membuat sesuatu. Nabi Nuh misalnya, beliau adalah ahli perkapalan (QS. Hud [11]: 37 – 38). Sementara itu, Nabi Daud adalah ahli besi. Beliau mampu membuat senjata dan pakaian perang dari besi (QS. Al-Anbiya [21]: 80). Sedangkan Nabi Musa dan Nabi Muhammad adalah


EDUKASI sosok nabi yang ahli dalam menggembalakan kambing. Rasulullah bersabda, “Aku pernah menggembala kambing dengan bayaran beberapa daniq dari penduduk Makkah” (HR. Bukhari). Dengan demikian, mendidik anak memiliki skill agar mampu bekerja baik secara wirausaha maupun profesi sangat penting untuk menunjang mereka teguh dalam aqidah, iman dan tauhid, sehingga apa yang kelak mereka hasilkan sebagai nafkah bersumber dari keringat dan perjuangannya sendiri. Bukan dengan meminta-minta apalagi berbuat tidak patut (mencuri, korupsi dan menipu). Karena itu Rasulullah memotivasi umatnya untuk bekerja dengan gigih dan dapat diandalkan. “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang di antara kamu yang melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti)” (HR. AlBaihaqi). Dari sini, para orang tua bisa mengenalkan bagaimana keuletan Rasulullah dalam menekuni dunia dagang. Kejujurannya sangat luar biasa, sehingga tidak ada yang dijual oleh beliau, melainkan pasti laris manis.

SUMBER: FOUNDRY

Sebab, orang percaya, apa yang dijual oleh beliau adalah barang yang bisa diandalkan sesuai kebutuhan. Dengan kata lain, tidak ada rasa kecewa bila bertransaksi dengan Rasulullah Muhammad. Demikian pula halnya dengan Abdurrahman bin Auf. Kenalkan kepada buah hati kita, bahwa sahabat Nabi ini sangat luar biasa. Beliau berani meninggalkan kekayaan yang dimiliki demi iman dengan berhijrah dari Makkah ke Madinah. Keberanian tersebut di antaranya karena didukung faktor skill dalam berbisnis, sehingga kala mendapatkan tawaran harta dari sahabat Anshar, beliau menolak dengan halus dan memulai bisnis di Madinah dari nol hingga akhirnya menjadi pebisnis yang luar biasa inspriatif.

Demikianlah sejarah memberikan bukti betapa generasi Muslim terdahulu tidak saja kokoh secara iman, aqidah dan tauhid, tetapi juga handal dalam skill dan profesi. Termasuk generasi emas dalam hal keilmuan, dimana para ulama terdahulu juga seorang expert di berbagai bidang. Sebut saja Ibn Sina, seorang dokter yang juga mufassir, Fakhruddin Ar-Razi, seorang matematikawan yang juga ahli hadits. Sedemikian pentingya skill dan atau keprofesian ini, Allah juga menjabarkan secara lengkap kisah Nabi Yusuf, dimana akhirnya beliau mampu menyelamatkan sebuah negara dengan kemampuannya dalam bidang tafsir mimpi dan pengelolaan keuangan makro. Wallahu a’lam.*/ Imam Nawawi |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

25


MAJELIS KELUARGA

Visi Keluarga Muslim Sejati Oleh: KH. Bahtiar Nasir

Ust. Bachtiar Nasir Direktur Ar Rahman Quranic Learning Center

M

enjadi orangtua masa kini dibutuhkan ilmu dan perhatian ekstra super. Mengapa demikian? Tak bisa dipungkiri, di zaman seperti ini, dimana media sosial menjaga di gaya hidup (life style), gadget justru menjadi ‘sahabat sejati’ yang menemani setiap orang –terutama anakanak kita—melebihi kedekatan dengan orangtua nya sendiri. Karena itu, di era seperti ini, diantara pendidikan penting orangtua kepada anak kita adalah memperkuat akidah, tauhid dan adabnya lebih dahulu,

26 MULIA

ketimbang mencegah mereka menjahui teknologi. Sebagaimana dikutip dalam Surat At-Tahrim: ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6). Upaya tazkiyatun nafs (penyucian jiwa, red) bukan sekadar visi pribadi, namun ia harus menjadi keharusan visi setiap keluarga untuk mengarahkan keluarganya masuk surga. Caranya ialah dengan sungguhsungguh dan konsisten menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai jalan hidup yang diamalkan dalam

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

rangka mendukung tegaknya syariat Islam.

ُ ‫أَ ْم ُك ْن ُت ْم‬ ‫ض َر‬ َ ‫ش َهدَ ا َء إِ ْذ َح‬ ُ ‫وب ْال َم ْو‬ ‫ت إِ ْذ َقا َل‬ َ ُ‫َيعْ ق‬ ْ‫ون ِمن‬ َ ‫لِ َبنِي ِه َما َتعْ ُب ُد‬ ‫َبعْ دِي َقالُوا َنعْ ُب ُد إِ َل َه َك‬ ‫ِك إِب َْراهِي َم‬ َ ‫َوإِ َل َه آ َبائ‬ َ ‫َوإِسْ مَاعِ ي َل َوإِسْ َح‬ ‫اق‬ ‫إِ َلهًا َوا ِح ًدا َو َنحْ نُ َل ُه‬ ‫ُون‬ َ ‫مُسْ لِم‬

“Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anakanaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” Begitulah perhatiannya seorang ayah yang men­g­­­­­khawatirkan anakana­k­­nya nanti atas apa yang akan mereka sembah. Nabi Yakub tidak meng­


MAJELIS KELUARGA khawatirkan jatah wa­r­isan, lapangan pekerjaan, dan usaha dunia kepada anaknya. Tetapi yang sangat ditekankan adalah bekal mereka menuju akhirat nanti. Begitu juga dengan kisah muwwahid Ibrahim ‘alaihissalaam yang memberikan keteladanan berpegang teguh kepada tauhid dan menghapuskan bentuk bentuk kesyirikan. Hal itu merupakan wasiat agung dari ayah kepada anakanaknya. Hari ini jarang sekali seorang ayah mewasiatkan anaknya untuk selalu mengingat akhirat. Hamba Materi Di zaman serba boleh, adalah hal sangat mahal mempertahankan iman. Sebab tak segan-segan iman terkikis secara halus, moralitas mudah rapuh yang ujungnya akan menciptakan abnaud dunya (anakanak penghamba materi dunia). Sementara kita (para orangtua) justru terus takut terhadap para buah hati akan nasib dunianya kelak. Sehingga, potongan ayat kisah Nabi Yakub tadi berobah, bukan “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” tetapi “Apa yang kamu makan

sepeninggalku?” atau “Kerja apa kamu setelah aku mati nanti?”. Dalam Surat AthThur 25-26, Allah membocorkan rahasia penghuni surga, bagaimana mereka bisa lolos seleksi masuk surga.

   

     

     

“Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanyamenanya. (25) Mereka berkata: “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut [akan diazab]”. (26) Lolosnya mereka masuk Surga karena dulu saling mengingatkan satu sama lain. Itulah diantara visi rumah tangga orang beriman adalah memelihara diri dan keluarga kita dari siksa neraka. (QS At Tahrim; 6) Jangan biarkan anggota keluarga kita yang sedang khilaf untuk tidak berbuat dosa atau melalaikan perintah Allah. Teruslah mengajak berjalan

sesuai Al-Quran dan hadist. Serta terus berdoa. Nabi Nuh tak pernah bosan me­ ngingatkan anaknya yang tersesat. Nabi Luth tak pernah berhenti memperingatkan istrinya yang membangkang, sampai akhirnya Allah binasakan isterinya bersama Kaum Sodom. (Al Hijr: 61-66) Asiah binti Muzahim, tertatih-tatih peringatkan suaminya Fir’aun, konsisten mendidik Masyithah & Musa as, akhirnya Asiah yang dibunuh Fir’aun. Ingatkan suami agar bekerja ditempat yang halal, jangan bawa pulang penghasilan yang haram. Ingatkan istri agar memperhatikan pola konsumsi halal untuk keluarga. Anak-anak akan susah diajak taat dan ibadah jika mengonsumsi yang haram. (Al Maidah: 88, Al Baqarah: 168) Ingatkan anak-anak bahwa bahan bakar neraka adalah batu dan manusia, jangan sampai salah seorang dari kita jadi bahan bakarnya neraka. (At Tahrim : 6) Semoga bermanfaat buat kita dan keluarga kita masing-masing.*

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

27


KOLOM IBU

SUMBER: PublicDomainArchive

INOVASI KESABARAN MENGHADAPI ANAK REMAJA Oleh: EL Kinanti (Mahasiswi Tarbiyah Prodi PAI, STIT Al-Aziziyah, Lombok Barat)

M

asih ingat kisah Nabi Nuh yang membujuk Kan’an menaiki bahtera? Sayangnya, meski anak Nabiyullah, Allah SWT belum melimpahkan hidayah padanya. Kan’an tenggelam bersama kaum Nabi Nuh lainnya yang ingkar menentang rasul

28 MULIA

dan Rabb mereka. Naudzubillah min dzalik! Itulah sekelumit kisah para nabi yang ditentang anakanaknya sendiri, seperti Kan’an yang berbohong atas keimanannya. Berkaca dari kisah tersebut, problema menghadapi anak

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

remaja bukan hanya ada saat ini. Seorang nabi seperti Nuh juga menghadapinya, apalagi manusia biasa seperti kita. Bakal memiliki empat orang anak, dulunya tak terbayangkan. Nyatanya Allah SWT menyayangi saya dengan anugerah


KOLOM IBU

empat orang putraputri sehat dan membahagiakan hati. Mereka terpaut usia cukup jauh satu sama lain. Jelas saya harus pintarpintar menghadapi semua anak dengan kebutuhan dan problema yang berbeda.

Fase Tumbuh Kembang Anak Tentunya, ada masa yang lebih intens mengontrol anak-anak tersebut saat memasuki masa remaja. Selain tanggung jawab selaku orangtua sesuai teoriteori psikologi tentang remaja, dan yang utama jelas karena tuntunan agama. Islam menuntun secara jelas mem­ perlakukan anak sesuai usia. Saat baru lahir hingga dua tahun, lalu mumayiz (4-6 tahun), hingga baligh (13 tahun), dan remaja (17 tahun); terdapat perbedaan perlakuan atas perkembangan perilaku. Fase usia baligh hingga remaja (13-17 tahun) adalah masa rawan penuh dengan penolakan, pemberontakan, dan penentangan. Dalam ilmu psikologi, usia pada fase-fase tersebut bukan hal mutlak.

Kejadiannya bisa berbeda pada setiap anak.

Remaja Pencari Jati Diri Usia remaja anak pertama dilalui di pondok pesantren. Meski perkembangan pubertasnya tidak intens terlihat, tapi tetap saya kontrol melalui komunikasi jarak jauh. Sesudah lulus dari MTS pondok pesantren barulah ia bercerita. Nyatanya, istilah bully, berkelahi, dan persaingan, yang saya pikir tidak mungkin ada pada sebuah lembaga pendidikan Islam, ternyata masih mereka alami. Alhamdulillah, anak mampu melam­ paui masa sulit ter­ sebut. Kini anak kedua tengah melewati masa baligh menuju remaja. Sebagai seorang Ibu, kita harus memiliki banyak stock kesabaran. Jangan terlalu kaget, ketika merasa kehilangan sikap-sikap manis anak. Yang dulu rajin membantu orang tua, kini sangat super sibuk dengan temantemannya. Dulu menurut, sekarang banyak excuse yang diajukan. Dulu terbuka, kini sulit didekati.

Biasanya saya berusaha bersabar dan tetap mendo’akan anak-anak. Sesekali mengajak bergurau dan bertanya tentang teman-temannya, bagaimana di sekolah, tentang guru-gurunya, dan sebagainya? Menjadi teman bagi mereka ternyata lebih efektif daripada complain atas perubahan sikap. Anak lebih terbuka atas permasalahan yang dihadapi, dan tak mendorong menjadi berbohong karena takut. Kecuali pada satu hal yang kita tetap tegas, yakni masalah shalat! No excuse! Sebagai orang tua memang harus lebih inovatif melakukan kesabaran menghadapi problema remaja. Sekalipun mereka anak manis dulunya, pasti akan melewati masa rawan pencarian jati diri. “Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak shaleh shalehah, orangorang yang hafal AlQur’an, dan sunnah, orang-orang yang faham dalam agama, dibarokahi kehidupan mereka di dunia dan di akhirat. Amin.” (Sandik – Lobar, 20 Desember 2016) |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

29




SAKINAH

Dekat di Sisi Jauh di Hati Berbicara dan menyatakan cinta akan melegakan prasangka

M

erupakan pemandangan yang biasa, jika tak lama sepulang dari kantor, Ramdhan kembali membuka laptop kerjanya lantas tenggelam dalam kesibukannya. Telepon genggamnya juga tak pernah sepi, silih-berganti dering panggilan dan pesan terdengar. Tak jauh berbeda dengan sang suami, Laras pun senantiasa sibuk dengan smartphonenya. Jari-jemarinya lincah mengetik pesan, terkadang diselingi dengan senyum bahkan tawa kecilnya. Keluarga Ramdhan mungkin hanyalah satu dari banyak keluarga yang kehilangan alasan untuk berbicara. Sebab, pembicaraanpembicaraan yang menarik untuk dilontarkan di tengah

32 MULIA

Oleh : Kartika Trimarti*

kehangatan keluarga, telah habis dibahas dengan orang lain di luar sana. Melalui fasilitas jejaring sosial, BBM, WA, dan yang lainnya; sehingga yang tersisa untuk keluarga hanyalah mata yang lelah, jemari yang pegal mengetik, dan kegembiraan yang telah menguap. Keadaan seperti ini tentu sangat meresahkan. Kedekatan fisik yang tak disertai dengan kedekatan hati, justru akan lebih banyak memicu konflik. Mungkin karena ini pulalah, seseorang bahkan lebih sering merasa diterima dan diperlakukan seperti saudara oleh sahabat atau orang yang berada di luar rumah. Nyatakan Lebih Dulu Belajar dari

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Rasulullah, seharusnya kita menyikapi pasangan agar pernikahan selalu terisi oleh kehangatan dan kedekatan. Hal terpenting yang harus kita teladani adalah Rasulullah tak pernah jaga imej alias “jaim� pada istri-istrinya. Rasulullah tak segan untuk lebih romantis dan menyatakan cinta terlebih dahulu, meski beliau adalah seorang suami. Beliau bahkan pernah melakukan hal yang sangat romantis untuk menyatakan cintanya kepada Aisyah. Ketika itu Rasulullah berangkat berperang ke Khaibar, beliau membuat bendera dari kerudung Aisyah. Ibnu Sa’ad menerangkan, bendera besar tidak pernah diadakan kecuali pada perang Khaibar. Yang


SAKINAH biasanya ada, hanyalah bendera-bendera kecil kepunyaan kabilahkabilah. Pada perang Khaibar, Rasulullah membuat bendera besar berwarna hitam dari kerudung Aisyah dan diberi nama AlUqab. Sedangkan bendera yang lebih kecil berwarna putih diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib. Al-Uqab itulah yang menyatakan betap besarnya arti seorang Aisyah di sisi Rasulullah meski beliau hendak pergi berperang. Alangkah indahnya bila kita dan pasangan dapat saling meminta dan menguatkan layaknya Rasulullah dan istri-istrinya. Keterbukaan dan kedekatan ini tentu tidak akan hadir bila masing-masing pribadi masih sibuk dengan ego-nya sendirisendiri. Padahal begitu banyak alasan yang membuat kita sangat membutuhkan perhatian dan berbicara pada pasangan. Membuka Hati Maka, kembalillah pada saat-saat awal ketika kita sama-sama saling “takjub� dengan keberadaan pasangan yang hadir dengan indahnya di sisi kita. Apalagi bila dia adalah orang yang sejak awal sudah kita idamkan.

Tentu akan menjadi lebih indah manakala ia selamanya tetap menjadi yang terindah dan terbaik. Syaratnya hanya satu: membuka hati. Pernikahan yang telah berjalan dalam bilangan tahun pasti akan menemui titiktitik jenuh. Kita telah saling mengenal perilaku pasangan, termasuk kekurangankekurangannya yang begitu menggelisahkan. Mungkin kita juga termasuk orangorang yang sudah memasang bendera “menerima apa adanya� di dalam hati. Namun, tanpa sadar, kita juga menjauh dan berusaha mengabaikan hal-hal yang meresahkan itu dengan merasa terlalu lelah untuk menyelesaikannya. Hingga yang terjadi adalah hati yang semakin berjarak, meski keberadaannya begitu dekat di sisi. Saat ini, hiburlah diri kita dengan kenyataan bahwa Allah telah begitu baik memilihkannya untuk kita. Mungkin dengan segala kekurangan yang ada pada diri kita, bila bukan dia orangnya, maka belum tentu ada orang lain yang sanggup bertahan menemani kita hingga saat ini. Bukalah hati, mungkin ia pun sama gelisahnya

akibat kekurangan kita bahkan tuntutantuntutan yang kita utarakan. Bukalah hati dan mulailah terlebih dahulu untuk mendekatkan hati kepadanya. Tersenyumlah kepadanya dan jadikanlah senyum sebagai gerbang pembuka kasih sayang dan perhatian yang tulus. Jadikanlah pula senyum sebagai pembuka kata-kata yang akan membuatnya merasa diundang untuk kembali mendekat. Juga, jadikanlah senyum sebagai pendamai saat kita berhadapan dengan hal-hal yang harus dikompromikan bersama. Yakinlah, bahwa kedekatan hati dalam perkawinan akan membawa kelegaan dalam batin sebagai buah dari canda tawa dan semangat yang timbul dari kehangatan. Kelegaan itulah yang selanjutnya menjadi pemacu meningkatnya semangat untuk lebih mendekat kepada Allah dan bekerja keras mencari ridha-Nya. *Kartika Trimarti, ibu rumah tangga tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Dikutip dari majalah Suara Hidayatullah

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

33




RUANG UTAMA

Indahnya

Sabar

Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang indah. (Al-Ma’arij [70]: 5)

M

asalah di dalam hidup yang terus mendera terkadang menyebabkan kita bertanya-tanya, ”Sampai kapan kami harus bersabar?” Sebagian orang memang menganggap sabar sebagai beban. Mereka tak ingin berlama-lama didera masalah karena tak sanggup lagi bersabar. Padahal, sabar itu indah di mata Allah Subhanahu Wata’ala. Dan, sebagaimana keindahan, manusia seharusnya

36 MULIA

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

menyukainya. Bukankah manusia sering berlama-lama berhias sekadar ingin tampil indah di mata orang lain? Lalu mengapa kita tak suka tampil indah di hadapan Allah? Keindahan sabar hanya akan dirasakan oleh orang-orang yang beriman. Karena itu, bagi seorang mukmin, sabar itu bukan sekadar masalah akhlak, tapi masalah aqidah. Wallahu a’lam bish shawab.* *Kajian ini dikutip dari Majalah Suara Hidayatullah


RUANG UTAMA

Tanpa Sabar Bagai Tubuh Tak Berkepala Selain menyehatkan, Allah memberi orang-orang yang bersabarlah berupa ‘dicukupkan pahala’ tanpa batas

S

abar, menurut bahasa, berarti menahan atau bertahan. Ada pun menurut istilah, sabar berarti kemampuan menahan diri dari rasa gelisah, cemas, dan amarah. Orang yang sabar memiliki kemampuan untuk menahan lidahnya dari keluh kesah dan anggota tubuhnya dari segala jenis kekacauan. Wajib Hukumnya Menurut Imam Ahmad, kata sabar disebutkan dalam alQur`an di 70 tempat dan dalam 16 versi. Perintah bersabar dalam al-Qur`an sudah sangat jelas, sebagaimana jelasnya perintah shalat, puasa, zakat, dan haji. Bedanya, perintah shalat, puasa, zakat, dan haji ada ketentuan batasan waktu, bilangan, dan tempatnya. Sedang perintah bersabar bersifat umum dan berlaku sepanjang waktu. Tak ada

batasannya.

‫للا‬ َ ّ َّ‫َواصْ ِبرُو ْا إِن‬ ‫ين‬ َ ‫َّاب ِر‬ ِ ‫ َع الص‬ ‫َم‬

...Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Anfal [8]: 46) Kesabaran merupakan separuh dari iman. Jika seseorang kehilangan kesabarannya maka ia tidak sempurna. Imannya menjadi cacat, bahkan tercela. Seonggok tubuh bila tanpa kepala, apalah artinya. Begitulah kedudukan iman dan sabar. Tak ada artinya iman tanpa sabar. Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassallam pernah menggambarkan ketakjubannya kepada mukmin yang mampu bersabar. Beliau bersabda, ”Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya merupakan

kebaikan baginya, dan yang demikian itu tidak dimiliki kecuali orang mukmin saja. Jika mendapatkan kesenangan, mereka bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya. Jika ditimpa penderitaan, mereka bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” (Riwayat Muslim) Bagaimana tidak menakjubkan, dalam segala situasi sinar kebahagiaan selalu tampak, baik di waktu sedih maupun senang, ditimpa kemalangan maupun keberuntungan, di waktu sempit maupun lapang. Kesabaran telah menjaga jiwa mereka agar selalu stabil dalam segala situasi. Tahan menghadapi cobaan, godaan, dan rayuan. Tahan menghadapi goncangan, hambatan, dan segala macam rintangan.

Bebas Derita

Kesabaran tidak |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

37


RUANG UTAMA saja mendatangkan kebaikan. Lebih dari itu, kesabaran akan menghilangkan atau setidaknya mengurangi penderitaan. Sakit itu melelahkan, memberatkan, bahkan dapat menimbulkan frustrasi. Tetapi semua itu akan menjadi ringan dengan kesabaran. Musibah yang menimpa seseorang bisa jadi sama, tapi rasa dan dampaknya berbeda. Orang yang hatinya luas dan dipenuhi kesabaran, maka musibah tersebut dianggap sebagai cobaan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Sebaliknya orang yang hatinya sempit dan tidak bersabar, musibah sekecil apa pun dianggap kutukan atau azab. Mereka tidak menerima kenyataan tersebut dan ingkar

terhadap takdir Allah. Kesabaran juga dapat mendatangkan ketenteraman hati, kebahagiaan hidup, kesejahteraan lahir batin, serta dapat melipatgandakan pahala. Itulah sebabnya Allah Subhanahu Wata’ala memberi kabar gembira kepada mereka yang sabar.

Dan, berikanlah kabar gembira kepada orangorang yang sabar.” (AlBaqarah [2]: 155) Kabar gembira di dunia bisa berupa kemenangan, kejayaan, dan kemerdekaan. Sedangkan di akhirat dapat berupa pahala serta balasan yang tiada batas.

kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.

”Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar [39]: 10)

‫َو َل َن ْبلُ َو َّن ُك ْم ِب َشيْ ٍء‬ ‫ِين‬ َ ‫قُ ْل َيا عِ َبا ِد الَّذ‬ ْ ْ َ ‫ُوع‬ ِ ‫م َِّن الخوفْ َوالج‬ ‫آ َم ُنوا ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم‬ َ ْ َ ‫ال‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫األ‬ ‫ِّن‬ ‫م‬ ‫ص‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫و‬ ٍ َ َ ِ َ​َ ‫ِين أَحْ َس ُنوا فِي َه ِذ ِه‬ َ ‫لِلَّذ‬ َّ ُ ‫ت‬ ‫ف‬ ‫األن‬ ‫و‬ ِ ‫س َوالث َم َرا‬ َ ِ ُ‫ال ُّد ْن َيا َح َس َن ٌة َوأَرْ ض‬ ِّ ‫ين‬ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫ر‬ ‫ش‬ ‫ب‬ ‫و‬ َ ‫َّاب ِر‬ َ َ ِ ِ ‫للا َواسِ َع ٌة إِ َّن َما ي َُو َّفى‬ ِ َّ ”Dan sungguh akan ‫ُون أَجْ َرهُم‬ َ ‫َّابر‬ ِ ‫الص‬ Kami berikan cobaan kepada kalian dengan ٍ ‫ِب َغي ِْر ح َِسا‬ ‫ب‬ sedikit ketakutan,

SUMBER : AUSTIN NEILL

38 MULIA

Allah berfirman:

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Sumber Pertolongan Tak kalah hebatnya, kepada orang-orang yang bersabar Allah Subhanahu Wata’ala telah menjanjikan pertolongan, sebagaimana ditegaskan-Nya dalam al-Qur`an surat Ali Imran [3] ayat 125. Pertolongan


RUANG UTAMA

SUMBER : vision webagency

siapakah yang paling diharapkan melebihi pertolongan Allah? Pertolongan Allah dapat berupa kemenangan di saat berperang, serta kejayaan dan kesejahteraan di saat damai. Allah Subhanahu Wata’ala juga menyerahkan kepemimpinan kepada orang-orang yang beriman dan bersabar. Hal ini dijelaskan Allah dalam al-Qur`an surat As-Sajdah [32] ayat 24 bahwa Dia akan menjadikan orangorang yang sabar serta meyakini ayat-ayatNya sebagai pemimpin yang memberikan petujuk. Puncak dari segala karunia Allah yang diberikan kepada orang yang sabar adalah surga. Tiada lagi karunia melebihinya. Inilah puncak pencarian

semua manusia.

ُ ‫َج َّن‬ ‫ات َع ْد ٍن‬ ‫ص َل َح‬ َ ْ‫َي ْد ُخلُو َن َها َو َمن‬ ‫ِمنْ آ َبائ ِ​ِه ْم َوأَ ْز َوا ِج ِه ْم‬ ‫َو ُذرِّ يَّات ِ​ِه ْم َوال َمالَ ِئ َك ُة‬ ‫ون َع َلي ِْهم مِّن‬ َ ُ‫َي ْد ُخل‬ ٍ ‫ُك ِّل َبا‬ ‫ب‬ ‫َسالَ ٌم َع َل ْي ُكم ِب َما‬ ‫ص َبرْ ُت ْم َف ِنعْ َم ُع ْق َبى‬ َ ‫ار‬ ِ ‫ال َّد‬

(Yaitu) Surga ’Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersamasama dengan orangorang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempattempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan) “Keselamatan bagi kalian berkat kesabaran

kalian”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar-Ra’d [13]: 23-24) Allah Subhanahu Wata’ala telah melatih orang yang beriman untuk berpuasa dengan tujuan menjadikan mereka bertakwa. Salah satu indikasi ketakwaan yang utama adalah sabar. Tak hanya sabar secara pasif, tapi juga sabar secara aktif. Di sini kita dilatih untuk menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan seksual di siang hari. Padahal, minuman, makanan, dan menggauli istri adalah halal. Kemampuan menahan diri (sabar) terhadap nafsu merupakan kesabaran yang sangat dianjurkan. Nilainya sangat tinggi dan mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Wallahu a’lam bish-shawab.* |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

39


RUANG UTAMA

Hidup Paling Baik Bila Bersabar Abu Bakar mengakui bisa bersabar saat diuji dengan kekurangan. Justru hampir tidak sabar di saat diberi keberlimpahan ”Ibaratnya dunia, itu sepertilah roda, berputar putarlah jalannya.” Demikian penyanyi asal Solo Gesang menggambarkan kehidupan dunia. Ya, hidup ini tidak selalu mudah. Kadang ada kesulitan yang tidak kita harapkan. Sebaliknya juga ada kegembiraan. Tak perlu kaget, menyesali diri, apalagi putus asa. Itulah ujian kehidupan. Sudah banyak orang sebelum kita yang menghadapi hal serupa. Bukankah Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassallam, manusia paling dicintai oleh Allah Subhanahu Wata’ala, juga mendapat tantangan yang berat? Beliau telah berbuat baik dengan akhlak yang agung, tapi masih juga diejek, dicaci maki, dilempari kotoran, diusir, dan mau dibunuh. Menghadapi Musibah

40 MULIA

Semua orang tentu tidak berharap mendapat musibah. Berbagai upaya antisipasi dilakukan agar jangan sampai terkena sesuatu yang tidak diharapkan. Namun terkadang tanpa diharap dan disangkasangka, musibah datang tanpa diundang. Misalnya, ketika kita sudah menghentikan kendaraan saat lampu merah menyala, eh malah diseruduk mobil dari belakang. Atau, ketika anak satusatunya diharapkan jadi kebanggaan, tiba-tiba Allah mengambilnya dalam usia muda. Semua itu tentu menimbulkan duka sangat mendalam. Allah mengajarkan kita bersabar sambil membaca istirja’ (ucapan ’Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’). Kalimat istirja’ ini menyadarkan kita bahwa semua yang kita miliki adalah milik Allah Subhanahu Wata’ala. Bahkan, kita sendiri pun akan kembali kepada-

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Nya. Sebab tidak ada kejadian sekecil apa pun yang menimpa kita tanpa kehendak dan izin Allah Subhanahu Wata’ala. Karena itu, ingatlah Allah Maha Besar, sedangkan kita dihadapan-Nya hanyalah makhluk sangat kecil dan lemah. Sikap inilah yang pernah ditunjukkan oleh Ummu Sulaim. Saat anak tercintanya wafat, dia tidak larut dalam kesedihan. Bahkan, ketika suaminya pulang, ia sambut dengan pelayanan yang sangat mesra tanpa memberi tahu kematian sang buah hati. Setelah itu, dengan hati yang lapang, ia menyampaikan berita itu kepada sang suami. “Menurutmu, bagaimana kalau yang meminjamkan sesuatu kepada kita telah datang untuk mengambilnya kembali? Apakah kita akan marah dan menolaknya?” tanya wanita salehah ini lembut. “Tentu saja tidak,”


RUANG UTAMA

SUMBER : CommanderClive

jawab suaminya. “Anak kita telah diambil kembali oleh Allah Yang Maha Memiliki,” jelas Ummu Sulaim tenang. Subhanallah! Kesedihan sang suami jadi lebih terkendali dengan sikap bijak sang istri. Saat sikap ini disampaikan kepada Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassallam, beliau memuji kesabaran Ummu Sulaim. Beliau kemudian mendoakan keberkahan hidup Ummu Sulaim dan keluarganya karena kesabarannya itu. Allah Subhanahu Wata’ala menjanjikan keberkahan, rahmat, dan hidayah kepada orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah.

‫صا َب ْتهُم‬ َ َ‫ِين إِ َذا أ‬ َ ‫الَّذ‬ ‫ل‬ ِ ّ ِ ‫مُّصِ ي َب ٌة َقالُو ْا إِ َّنا‬ ‫عون‬ َ ‫َوإِ َّنـا إِ َل ْي ِه َرا ِج‬ ‫ِك َع َلي ِْه ْم‬ َ ‫أُو َلـئ‬ ٌ ‫ص َل َو‬ ‫ات مِّن رَّ ب ِ​ِّه ْم‬ َ ُ ‫ِك ُه ُم‬ َ ‫َو َرحْ َم ٌة َوأو َلـئ‬ ‫ون‬ َ ‫ْال ُم ْه َت ُد‬

”Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orangorang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, ”Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orangorang yang mendapat

petunjuk.” (Al Baqarah [2]: 155-157) Sabar dalam Ketaatan Sabar bukan berarti selalu bersikap pasif dan menerima saja segala situasi. Adakalanya kita justru perlu melawan situasi tersebut. Perjuangan dakwah Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassallam dan para sahabat dipenuhi kesabaran dalam ketaatan. Mereka menghadapi berbagai tantangan dari orang-orang kafir yang berusaha memusnahkan Islam. Jumlah mereka yang masih sedikit harus menghadapi musuh yang jauh lebih banyak. Mereka melawan |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

41


RUANG UTAMA sebagai bentuk kesabaran dalam ketaatan. Inilah yang akan mengundang pertolongan Allah Subhanahu Wata’ala.

‫للا َو َرسُو َل ُه‬ َ ّ ‫َوأَطِ يعُو ْا‬ َ ‫َوالَ َت َن‬ ‫ازعُو ْا َف َت ْف َشلُو ْا‬ ‫ب ِري ُح ُك ْم‬ َ ‫َو َت ْذ َه‬ ‫للا َم َع‬ َ ّ َّ‫َواصْ ِبرُو ْا إِن‬ ‫ين‬ َ ‫َّاب ِر‬ ِ ‫الص‬

”Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Anfal [8]: 46) Bersabar dari Kedurhakaan Kesabaran bukan hanya dibutuhkan

saat sempit, tetapi juga saat lapang dan berkelimpahan. Seorang yang naik jabatan dan mendapatkan penghasilan berlipat dari sebelumnya, juga harus memiliki kesabaran, yakni bersabar dari kedurhakaan dan sifat tamak. Kenikmatan di dunia terkadang melenakan. Ketika pintu-pintu kesenangan terbuka, berbagai godaan datang menghampiri. Tanpa kesabaran, seorang akan tergelincir dalam berbagai kenikmatan yang berlimpah itu. Mereka pun mendurhakai Allah Subhanahu Wata’ala. Sahabat Abu Bakar berkata, “Diuji dengan kekurangan, kami dapat bersabar. Namun saat diuji dengan keberlimpahan, hampirhampir kami tidak sabar.”

SUMBER : pexels

42 MULIA

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Kesabaran dari kedurhakaan pernah dialami Nabi Yusuf AS. Beliau yang berwajah sangat tampan digoda dan dipaksa berzina oleh seorang wanita kaya dan cantik. Namun beliau bisa menghindar. Kesabaran memang dibutuhkan dalam segala keadaan. Saat lapang maupun sempit. Sebagaimana kata Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab berkata, “Hidup paling baik adalah bila dilalui dengan kesabaran.” Menurut Ibnul Qayyim, sabar menghadapi kedurhakaan, yakni perasaan malu kepada Allah Subhanaahu Wata’ala. Bukankah nikmat ini dari Allah? Kenapa justru digunakan untuk durhaka kepada-Nya? Semogia kita semua bisa menjadi hamba yang sabar.*


RUANG UTAMA

Belajar Sabar dari Para Juara Nabi Zakaria diuji oleh Allah dengan tanpa dikaruniai anak hingga usianya beranjak senja. Namun bersabar dan tetap meminta rahmat Allah

A

l-Quran banyak menceritakan kisah kesabaran. Contohnya adalah Nabi Ayyub AS. Beliau adalah manusia yang diuji oleh Allah Subhanahu Wata’ala dengan penyakit yang sukar diobati. Makin ia berdoa kepada Allah dan mengharapkan kesembuhan, makin menjalar penyakit itu ke seluruh tubuhnya. Tanpa mengeluh, Nabi Ayyub nikmati penyakit yang menggerogotinya dengan memuji dan mengagungkan Allah tanpa pernah berputus asa. Maryam AS juga diuji oleh Allah Subhanahu Wata’ala dengan ujian yang amat berat. Ia hamil tanpa seorang suami. Ia sempat bingung mendengar tuduhan keji masyarakat sekitarnya. Hampir-hampir ia berputus asa, namun dengan kesabaran dan senantiasa bermunajat kepada Allah SWT, ia

hadapi ujian itu dengan lapang dada. Sebaliknya, Nabi Zakaria AS, diuji oleh Allah dengan tanpa dikaruniai anak hingga usianya beranjak senja. Padahal Nabi Zakaria amat dekat dengan Allah. Meskipun rambutnya sudah memutih, tulangtulangnya telah lemah, dan istrinya mandul, ia tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.

Beberapa tips menjaga kesabaran: 1. Ikhlas mengembalikan seluruh permasalahan kepada Allah Ikhlas merupakan salah satu pondasi kesabaran. Keikhlasan ini diungkapkan dengan doa Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, Allahumma’jurnii fii mushiibatii wa akhlif lii khairan minhaa (”sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kami pasti akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berikanlah ganjaran pahala atas musibah hamba dan gantilah ia dengan sesuatu yang lebih baik darinya”). (Riwayat Muslim, 2/632)

2. Ridha dengan semua ketentuan Allah Syeikh Shalih Alu Syaikh menjelaskan, ”Ridha de­ngan adanya musibah ada­ lah mustahab (sunnah). Se­d­angkan bersabar menghadapi mu­sibah |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

43


RUANG UTAMA hukumnya wajib. Hal itu karena dalam sabar kita diminta meninggalkan amarah dan menerima takdir Allah. Kita ridha atas takdir dan puas dengan pemberian yang diperoleh dari Allah. Ridha ini termasuk kewajiban, sedangkan ridha terhadap musibah, seperti datangnya penyakit, hilangnya anak dan harta, adalah sunnah. Inilah salah satu ciri keimanan.” (AtTamhiid, h. 392-393) 3. Bersyukur agar tidak mengingkari nikmat Allah Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinaan RA, Rasulullah Shalallahu

44 MULIA

’Alaihi Wassallam bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman. Semua urusannya adalah baik. Tidaklah hal itu didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila dia tertimpa kesenangan maka ia bersyukur dan itu baik baginya. Apabila tertimpa kesulitan dia pun bersabar, dan itu pun baik baginya.” (Riwayat Muslim) 4. Memaafkan hal-hal yang menyakitkan Bentu kesabaran lain adalah tidak membalas dendam atas gangguan manusia, baik perbuatan maupun

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

ucapan. Al-Qur`an Surat Ali-Imran [3] ayat 134 Allah tidak menyukai orang-orang yang mampu menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. 5. Tidak meminta disegerakan azab dari Allah Firman Allah:

‫ص َب َر‬ َ ‫َفاصْ ِبرْ َك َما‬ ‫أ ُ ْولُوا ْال َع ْز ِم م َِن‬ ‫الرُّ س ُِل‬

”Maka bersabarlah kamu seperti orangorang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka... ”(QS: Al-Ahqaf [46]: 35) 7. Mengharapkan Surga Allah Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassallam bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, apabila Aku menguji hambaKu dengan kedua matanya, kemudian dia bersabar, maka Aku gantikan Surga baginya.” (Riwayat Bukhari). Wallahu a’lam bish-shawab.*



SERBA-SERBI

Neraka dan Penghuninya Neraka Huthamah disediakan bagi orang yang senang mengumpat dan mencela. Neraka Jahannam untuk pengikut Setan

N

eraka disebut juga naar, yang berarti api yang menyala. Secara istilah, berarti tempat balasan berupa siksaan bagi orang yang berbuat dosa dan kesalahan. Berikut nama-nama neraka dalam al-Qur’an: Pertama, Neraka Hawiyah Ini tempat siksaan bagi orang-orang yang ringan timbangan amalnya. Mereka selama hidup di dunia mengerjakan kebaikan bercampur dengan keburukan. Mereka adalah orang-orang munafik. “Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah Neraka Hamiyah? (Yaitu) api yang sangat panas. (AlQaari’ah [101]: 8 - 11) Kedua, Neraka Jahim Tempat ini diperuntukkan bagi

46 MULIA

orang-orang musyrik atau orang yang menyekutukan Allah Subhanahu Wata’ala. Mereka akan disiksa oleh para sesembahan mereka. Dalam ajaran Islam, syirik sebagai salah satu dosa paling besar karena menganggap ada makhluk yang lebih hebat dan berkuasa sehebat Allah. Syirik juga berarti menganggap bahwa ada Tuhan selain Allah Subhanahu Wata’ala. Hal ini disebutkan dalam surah Asy-Syu’ara’ (26): 91. Disamping itu, selain orang kafir, nereka ini ju­ga diper­untuk­ kan bagi orang-orang Islam yang me­n­­ dustakan ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’ala. “Dan orangorang yang kafir dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, mereka inilah penghuni Neraka Jahim.” (Al-Maidah [5]: 86) Ketiga, Neraka Saqar Disediakan untuk

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

orang-orang munafik, yaitu orang yang mendustakan perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul. Mereka mengetahui bahwa Allah Subhanahu Wata’ala sudah menentukan hukum Islam melalui lisan Muhammad, tetapi mereka meremehkan syariat Islam. Termasuk di dalamnya yaitu orang yang tidak melaksanakan shalat, tidak mau memberi makan orang miskin, dan lain-lain. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-Muddassir (74): 4247. Keempat, Neraka Ladhaa Neraka ini disediakan untuk orang yang suka mengumpulkan harta, serakah, dan menghina orang miskin. Juga bagi mereka yang tidak mau bersedekah, membayar zakat, atau bahkan memasang muka masam apabila ada orang miskin datang meminta bantuan. Ini


SERBA-SERBI dijelaskan dalam surah Al-Ma’arij (70):15-18.

Kelima, Neraka Huthamah Neraka ini disediakan untuk orang yang senang mengumpat dan mencela orang lain. Mereka senang menilai kesalahan orang lain dibanding kesalahan diri sendiri. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Humazah (104): 1-4. Orang yang masuk neraka ini dibakar dengan api yang menyala hingga hatinya. Api itu ditutup rapat di atas diri mereka, sedang mereka diikat pada tiang yang panjang.” (Al Humazah [104]: 6-8)

sangat mengerikan sehingga membuat merinding siapa saja yang mendengarnya, sekalipun dia adalah malaikat. Suara menggelegar dan mengerikan dapat didengar 500 tahun perjalanan. Para penghuni Neraka Jahanam akan menangis sampai air matanya habis. Kalau air mata sudah habis, maka yang keluar adalah darah, bukan air mata lagi. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Wahai manusia sekalian, menangislah. Jika tidak dapat menangis, maka

paksakan dirimu untuk menangis. Karena sesungguhnya ahli neraka itu akan terus menangis hingga air matanya mengalir seperti air yang mengalir di sungai, sampai air mata itu habis dan matanya pun pecah-pecah. Seandainya ada perahu yang diletakkan di situ, niscaya berlayarlah ia.” (Riwayat Ibnu Majah). Demikianlah namanama neraka dan ke­ beradaannya. Semoga kita terhindar dari perbuatan yang akan menjerumuskan kita ke dalam neraka.* (dikutip dari majalah Suara Hidayatullah)

Keenam, Neraka Sa’ir Neraka ini diisi oleh orang-orang kafir dan orang yang memakan harta anak yatim. Juga disediakan untuk orangorang yang senang bila mendapat rezeki dan marah ketika susah memperoleh rezeki. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Insyiqaqa, surah Al-Ahzab, surah An-Nisa’, surah Al-Fath, dan Surah Luqman. Ketujuh, Neraka Jahanam Disediakan untuk para pengikut setan, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Hijir (15):43. Neraka Jahanam begitu

SUMBER:XUSENRU

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

47


FIQIH

Profesi Ganda, Bagaimana Bayar Zakatnya? profesi. Bagaimana mengaturnya dalam Islam. Demikian ustadz terima kasih. Dhira | Jakarta Ust. Abdul Kholiq Anggota Dewan Syariah LAZNAS BMH

Assalamu’alaikum wr.wb. Kami seorang trainer sekaligus dosen. Nah, bagaimanakah cara menghitung zakat profesi kami, apakah cukup dari satu penghasilan sebagai dosen atau juga profesi tambahan kami sebagai trainer terkena hukum zakat

48 MULIA

Wassalamu’alaikum wr.wb Berkaitan dengan dua penghasilan yang Allah limpahkan kepada Anda, secara umum termasuk dalam perolehan yang diperintahkan Allah untuk dizakati. Secara tegas Allah memerintahkan:

‫َياأَ ُّي َهاالَّذِي َنآ َم ُنواأَ ْنف ُِق‬ ‫وا ِم ْن َط ِّي َبا ِت َما َك َس ْب ُتم َْو ِم َّم‬ ‫ض‬ ِ ْ‫اأَ ْخ َرجْ َنا َل ُك ْم ِم َن ْالَر‬

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

“Hai orangorang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu.” (QS. AlBaqarah:267) Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hasil usaha tersebut adalah semua harta yang baik (halal) yang diperoleh orang beriman (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al‘Adzim: I/697). Artinya mencakup seluruh jenis hasil usaha, tidak terikat dengan jenis penghasilan tertentu. Walaupun ada pendapat mufassir – Mujahid- misalnya yang menyempitkan makna “hasil usahamu yang


FIQIH baik-baik’ itu khusus pada perdagangan, pendapat Ibnu Abbas lebih sesuai dengan realitas terkini. Tentu –dengan demikian- apa yang Anda dapatkan dari profesi sebagai dosen maupun trainer adalah harta yang halal dan thayyib hingga tidak diragukan atas adanya kewajiban zakat pada keduanya jika memenuhi syarat, yaitu mencapai nishab, merupakan kelebihan dari kebutuhan primer, bebas hutang jatuh tempo, dan berlalu satu tahun (haul). Walaupun khusus yang terakhir untuk hasil profesi alQardhawi merajihkan tanpa adanya syarat berlalu satu tahun (Yusuf al-Qardhawi, Fiqh al-Zakah,I/437). Artinya dizakati setiap kali memperoleh jika memenuhi syarat yang lain. Mengenai adanya dua sumber penghasilan sebagaimana yang Anda dapatkan, jika sudah mempunyai harta pokok yang telah biasa Anda zakati, maka harta yang Anda peroleh tiap bulan secara fiqih disebut sebagai al-mal al-mustafad. Maksudnya harta yang diperoleh dalam rentang waktu antara dua tempo zakat. Jika masih belum memiliki harta pokok sebagaimana di atas,

berarti penghasilan tersebut adalah modal awal harta pokok zakat. Hasil dari kedua sumber tersebut digabung menjadi satu, dan jika kemudian terkumpul sejumlah satu nishab yaitu setara dengan nilai 85 gr emas, maka sejak saat itulah Anda menjadi calon muzakki. Bila hingga satu tahun kemudian harta tersebut bertahan bahkan bertambah, maka pada akhir tahun tersebut Anda berkewajiban mengeluarkan zakatnya sebanyak 2,5%. Namun jika suatu saat sebelum satu tahun harta tersebut berkurang hingga kurang dari nishab –baik karena untuk membeli perabot, hadiah, dan sebagainya-

dan beberapa waktu kemudian mencapai satu nishab lagi, menurut jumhur (Malik, al-Syafi’I dan Ahmad) hitungan haulnya berubah, yaitu sejak memenuhi nishab yang kedua itu. Tetapi menurut Abu Hanifah tidak berubah, sebab kewajiban menentukan haul tiap harta dan mengecek jumlahnya setiap hari sepanjang tahun itu adalah menyulitkan. Padahal kesulitan adalah hal yang dihindari secara syariat (Wahbah alZuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh: III/ 1804). Semoga dengan demikian mempermudah upaya Anda untuk melaksanakan kewajiban zakat. Wallahu a’lam.*

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

49


ADABUNA

MEMANGGIL Panggilan adalah aktivitas yang tidak pernah ditinggalkan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Dan Islam telah mengajarkan adab-adab dalam menjalankan aktivitas ini. Panggilan, baik yang diperbolehkan maupun yang tidak, telah dijelaskan dalam Islam. Seperti apa detailnya? Mari kita simak di bawah ini.

1

2

Sunnah Memberi Nama Baik

Tidak Memanggil dengan Julukan yang Dibenci

Nama merupakan sebutan atau panggilan yang lebih banyak dipakai untuk memanggil, disamping laqab (julukan) atau lainnya. Agar seorang memperoleh sebutan yang baik, maka namanya pun harus baik. Karena itu, memberi nama yang baik disunnahkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Sesungguhnya kalian dipanggil di hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka perindahlah nama-nama kalian.” (Riwayat Abu Dawud).

Allah Ta’ala telah berfirman, yang maknanya,”…Dan janganlah kalian panggilmemanggil dengan gelargelar buruk.” (Al Hujurat [49]: 11). Imam An Nawawi menyebutkan, para ulama telah sepakat melarang memberi julukan buruk kepada pihak lain. Julukan “si buta”, “si pincang” atau julukan lainnya yang tidak disukai, tidak boleh disematkan kapada pihak lain.

50 MULIA

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017


ADABUNA

3 Tidak Memanggil Orangtua atau Guru Hanya dengan Nama Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni, Rasulullah pernah bertanya kepada seorang anak laki-laki, ”Siapa ini?” Dia menjawab,”Ayah saya.” Beliau bersabda, ”Janganlah engkau berjalan di depannya. Jangan pula melakukan perbuatan yang bisa membuat ia mencelamu. Dan jangan pula duduk sebelum ia duduk terlebih dahulu. Serta jangan pula memanggilnya dengan namanya (saja).” Dari hadits di atas, Imam An Nawawi menyimpulkan bahwa anak atau murid, tidak boleh memanggil orangtuanya atau gurunya hanya dengan nama mereka.

4

5

Memanggil Orang Tak Dikenal dengan Panggilan yang Baik

Boleh Memanggil dengan Nama Buruk untuk Mendidik

Walau tidak mengenal nama asli pihak lain, seeorang masih dibolehkan memanggil dengan panggilan selain namanya. Tentu, ini boleh dilakukan dengan syarat bahwa panggilan yang digunakan adalah panggilan yang baik. Ibnu Sunni meriwayatkan, tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak kenal dengan seseorang, maka beliau memanggilnya dengan sebutan “Wahai Ibnu Abdillah.” Maknanya, ”Wahai anak hamba Allah.”.

Tidak semua panggilan buruk dilarang. Boleh memanggil dengan panggilan buruk dengan tujuan mendidik. Disebutkan oleh Imam Al Bukhari dalam Shahih, suatu saat Abu Bakar As Shiddiq memanggil putra beliau Abdurrahman, dengan sebutan “anak jahat”. Hal ini dilakukan oleh Abu Bakar, karena Abdurrahman tidak menyediakan makan malam untuk para tamu. Padahal mereka sudah lama berada di rumah, menunggu kedatangan Abu Bakar. Imam An Nawawi menyimpulkan dari hadits di atas bahwa dibolehkan memanggil dengan panggilan buruk, dengan tujuan mendidik.*/ dikutip dari majalah Suara Hidayatullah

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

51


RIHLAH

C

uaca dingin langsung menyergap sekujur tubuh hingga terasa merasuk ke tulang, saat menginjak Kota Istanbul. Semua rombongan diarahkan menuju Hotel Fetih Emniyet, yang berlokasi tak jauh dari Masjid Sultan Mehmed al-Fatih, pahlawan legendaris Muslim, penakluk Kota Konstantinopel. Atas rekomendasi Institute al-Aqsha (ISA), lembaga riset dan kajian ilmiah tentang Baitul Maqdisdi Indonesia, saya bersama beberapa perwakilan dari Indonesia diundangan dalam forum “The Third International Forum for IslamicJerusalem Studies”, di Istanbul Turki. Acara ini sendiri diinisiasi oleh Islamic Jerussalem Research Academy (ISRA). Dalam forum ilmiah selama empat hari, lebih tepat penulis rasakan sebagai rihlah ilmiyah. Sebab lebih banyak pengetahuan dan spirit yang layak diserap dari pertemuan ini.

52 MULIA

SUMBER: Wikimedia Commons

Geliat Pembebasan Baitul Maqdis di Istanbul

Istanbul Buyuksehir Belediyisi

Banyak cendekiawan Muslim pembela Masjidil Aqsha hadir di sini. Di acara pembukaan, peserta seolah ‘distrum’ oleh Prof. Abd. Fattah, untuk terlibat dalam pembebasan Baitul Maqdis. Beliau menuturkan, pencapaian Zionis Israel pada hari ini, tak lain karena dimulai dari pengkajian dan riset ilmiah terhadap Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha). Acara yang diselenggarakan di gedung pertemuan

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

milik Munisipalitas Distrik Istanbul (Istanbul Buyuksehir Belediyisi) ini selain diisi Prof. Abd. ElFattah El-Awaisi, yang menyajikan materi warisan sejarah Daulah Khilafah Ustmani, dan peran warga Turki dalam upaya melindungi Baitul Maqdis juga dihadiri Dr. Haithem F. AlRatrout dari Palestina, Dr. Khaleed El-Awaisi, Dr. Ziya Polat, dan terakhir, El-Hamy dari Mesir. Mereka yang mengungkap formasi pengaruh


RIHLAH anasir-anasir asing di Baitul Maqdis selama periode pemerintahan Muhammad Ali Pasha di Mesir. Hari kedua, Dr. Feyza Betul Kose, menguak fakta tentang aktifitas lembagalembaga pendidikan Islam di Baitul Maqdis selama pemerintahan Daulah Khilafah Turki Ustmani. Termasuk mengungkap aktivitas pendidikan asing non-Muslim di distrik Kota Jerusalem, sebagaimana tercatat dalam Kementerian Pendidikan Daulah Khilafah Ustmani tahun 1899. Pakar lain yang ikut menyampaikan adalah Abdelhammid Rolami dari Algeria yang membahas tentang bagaimana mengatur persoalan zakat, infaq dan wakaf, tentang

kebijakan manajemen dan karyawan lembaga wakaf, hingga teknis membiayai para ulama, sarjana, ilmuan, dan orang-orang miskin selama pemerintahan Daulah Ustmani.

Wisata Sejarah Turki memiliki wisata sejarah Islam yang sangat melimpah. Maklum saja, Islam pernah menjadi pusat peradaban Islam. Perjalanan lain kami adalah mengunjungi gedung Panorama 1453, terletak di seberang Benteng bersejarah Topkapi-Edirnekapi. Museum bersejarah yang di bagian paling atasnya terdapat lukisan diarama ukuran raksasa yang menggambarkan heroisme tentara Muslim Turki Ustmani di bawah kepemimpinan Sultan

Mehmed al-Fatih dalam menaklukkan Kota Konstantinopel (Istanbul). Masuk keruangan ini, para pengunjung terbawa suasana heroik di saat tentara Ustmani menjebol dinding Kota Konstantinopel dengan meriam-meriam berukuran raksasa. Perjalanan kami berlanjut ke dinding benteng Kota Konstantinopel, yang sisa-sisa keruntuhannya masih dijaga dengan baik. Saat ditaklukkan, Konstantinopel berjarak 20 kilometer dari dinding benteng. Perjalanan berlanjut ke Masjid Sultan Ahmed (Sultanahmed Camii). Untuk mencapai daerah tersebut, kami menaiki trem yang jalurnya sudah ada sejak jaman Daulah Ustmani. Masjid ini juga

FOTO: aBDURROHIM SYAMSU/MULIA

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

53


RIHLAH dinamakan Masjid Biru (blue mosque) karena pada masa lalu desain interiornya berwarna biru. Namun saat kami tiba di sana, desain interior masjid tak lagi terlihat berwarna biru. Masjid yang dibangun antara tahun 1609 dan 1616 atas perintah Sultan Ahmad 1 ini tampak kokoh. Di tempat ini pula makam peristirahatan terakhir beliau. Tapak tilas sejarah kami berlanjut ke Hagia Sophia atau Aya Sophia yang merupakan Basilika atau katedral monumental peninggalan Kekaisaran Romawi yang saat ini telah beralih fungsi menjadi museum. Yang tak banyak diketahui para

54 MULIA

Blue Mosque |Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

pelancong, di bangu­ n­an Haqia Sophia ini tersimpan 10.000 sampel surat yang dikeluarkan oleh Khalifah atau yang ditujukan kepada Khalifah. Di antaranya, surat sertifikat tanah untuk para pengungsi Yahudi pada tahun 1519 yang lari dari Inkuisisi Spanyol, pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Andalusia. Terlepas dari ketajuban menikmati sajian materi dan wisata sejarah, ada fenomena cukup menyayat hati di Turki, yaitu keberadaan pegungsi asal Suriah. Di beberapa tempat, khususnya area Sultan Ahmed, kami menyaksikan anakanak pengungsi Suriah

yang menjajakan tisu, pulpen dan barang sederhana lainnya untuk mengganjal perut dan bertahan hidup di tengah kerasnya Kota Istanbul. Semoga Allah segera melepaskan nestapa yang tengah mereka hadapi. Amiin.*/ Abdurrohim Syamsu

“

Terlepas dari ketajuban menikmati sajian materi dan wisata sejarah, ada fenomena cukup menyayat hati di Turki, yaitu keberadaan pegungsi asal Suriah. Di beberapa tempat, khususnya area Sultan Ahmed, kami menyaksikan anakanak pengungsi Suriah yang menjajakan tisu, pulpen dan barang sederhana lainnya untuk mengganjal perut dan bertahan hidup di tengah kerasnya Kota Istanbul.


ISLAM PESONA

Abdullah bin Mas’ud

Ahlul Qur’an Sepanjang Zaman Rasulullah Shalllahu ‘Alaihi Wassalam menjuluki Abdullah bin Mas’ud adalah ‘Ahlul Qur’an’ sepanjang zaman. Apa rahasianya?

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

55


ISLAM PESONA

S

uatu waktu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam memanggil Abdullah bin Mas’ud atau juga dikenal dengan Ibnu Mas’ud, sembari berseru, “Bacakanlah aku alQur’an.” Mendengar itu, Ibnu Mas’ud terkejut dan selanjutnya berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku pantas membacakanmu al-Qur’an. Padahal al-Qur’an ini nyatanyata diwahyukan kepadamu?” Rasulullah pun bersabda, “Sesungguhnya aku senang mendengarkan bacaan al-Qur’an dari mulut orang lain.” (HR. Bukhari). Riwayat tersebut menunjukkan betapa Allah dan Rasul-Nya sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang memahami alQur’an dengan baik, yang sekaligus memiliki komitmen tinggi dalam mengamalkannya. Abdullah bin Mas’ud adalah orang pertama dalam sejarah Islam yang diakui ketajamannya dalam pemahaman al-Qur’an. Namun demikian, sungguh beliau juga

56 MULIA

seorang yang sangat tawadhu’. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku membaca tujuh puluh sekian surah di hadapan Rasulullah. Para sahabat Rasulullah pun mengetahui bahwa aku yang paling mengetahui Kitab Allah di antara mereka. Andai aku mengetahui seseorang yang

lebih tahu daripada aku, tentu aku pergi menemuinya.” Ungkapan Abdullah bin Mas’ud itu tidak berlebihan, mengingat Rasulullah pernah merekomendasikan para sahabat untuk belajar al-Qur’an, salah satunya kepada Abdullah bin Mas’ud. “Belajarlah al-

Aku membaca tujuh puluh sekian surah di hadapan Rasulullah. Para sahabat Rasulullah pun mengetahui bahwa aku yang paling mengetahui Kitab Allah di antara mereka

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017


ISLAM PESONA

SUMBER:SALAMSTOCK

Qur’an dari empat orang; dari Abdullah bin Mas’ud, Salim pesuruh Abi Hudzaifah, Ubai bin Ka’ab, dan Muadz bin Jabal.” (HR. Bukhari). Riwayat lain menyebutkan, suatu malam Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Rasulullah melihat seseorang sedang shalat di masjid. Rasulullah berdiri mendengarkan bacaan orang itu. Kemudian beliau berpaling dan berkata, “Siapa yang ingin membaca Qur’an dengan baik seperti yang diturunkan Allah, bacalah seperti bacaan Abdullah bin Mas’ud.” Kemampuan yang Allah anugerahkan dalam memahami al-

Qur’an, menjadikan Abdullah bin Mas’ud beserta ibunya sangat sering keluar masuk dari rumah Rasulullah. Sampai-sampai, beberapa sahabat menduga Abdullah bin Mas’ud sebagai ahlul bait. Artinya, al-Qur’an telah menjadikan Abdullah bin Mas’ud sebagai sosok yang sangat spesial di mata Allah dan Rasul-Nya, sampai-sampai beliau menjadi perhatian Rasulullah kepada para sahabat dan siapa pun yang ingin baik bacaan al-Qur’annya. Oleh karena itu, sangat pantas jika kemudian disebutkan bahwa Abdullah bin Mas’ud

adalah Ahlul Qur’an sepanjang zaman.*/ Imam Nawawi

“Belajarlah al-Qur’an dari empat orang; dari Abdullah bin Mas’ud, Salim pesuruh Abi Hudzaifah, Ubai bin Ka’ab, dan Muadz bin Jabal.” (HR. Bukhari).

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

57


ISLAM PESONA

Kakinya Lebih Berat Timbangannya dari Bukit Uhud “Demi Allah, kaki Abdullah bin Mas’ud (betis) ini dalam timbangan Allah lebih berat daripada Bukit Uhud,” kata Nabi

N

o body perfect, demikian fakta kehidupan ini berlaku juga pada diri seorang Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud menurut sebagian riwayat sangat kurus. Bahkan, sahabatsahabatnya di Madinah pernah tertawa kala melihat betis Abdullah bin Mas’ud yang sangat kecil. Namun, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda kepada mereka yang menertawakan betis

Abdullah bin Mas’ud. “Wahai sahabatsahabatku, adakah kalian menertawakan kurusnya betis Abdullah bin Mas’ud? Demi Allah, kakinya dia bin Mas’ud ini dalam timbangan Allah lebih berat daripada Bukit Uhud.” Abdullah bin Mas’ud memang sangat kuat dalam keimanan. Sekalipun termasuk strata rendah dalam tatanan masyarakat jahiliyah, keberaniannya dalam masalah iman sangat luar biasa.

Suatu waktu, ia pergi ke Ka’bah dan membacakan Surah Ar-Rahman dengan suara nyaring. Orangorang Mekah yang belum memeluk Islam mendatangi dan memukulinya. Tetapi, ia terus membacakan Surah Ar-Rahman. Mendengar apa yang dilakukan dan dialami oleh Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah bertanya, “Wahai Abdullah bin Mas’ud, apa yang kamu lakukan?”

Wahai sahabat-sahabatku, adakah kalian menertawakan kurusnya betis Abdullah bin Mas’ud? Demi Allah, kaki Abdullah bin Mas’ud ini dalam timbangan Allah lebih berat daripada Bukit Uhud

58 MULIA

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017


ISLAM PESONA

SUMBER: PEXELS

Dengan tenang ia menjawab, “Kalau engkau menghendaki ya Rasulullah, aku akan ulangi hal ini esok hari.” Rasulullah langsung menjawab, “Cukup.” Bara kekuatan iman itu terus menyala di dalam dadanya, hingga akhir hayat. Sebuah riwayat menyebutkan, kala Abdullah bin Mas’ud terbaring sakit sebelum meninggal, Utsman bin Mazh’un menjenguk dan bertanya, “Apa sakit yang engkau rasakan?” Spontan ia men­ jawab, “Dosa-dosaku!” “Apa yang engkau inginkan?” Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Aku menginginkan rahmat Rabb-ku.” “Maukah

kuperintahkan dokter untuk memeriksamu?” ucap Utsman. “Dokter justru membuatku sakit,” “Maukah kuperintahkan seseorang memberikan sesuatu kepadamu?” “Aku tidak butuh bantuan,” “Lantas, untuk putriputrimu sepeninggalmu nanti?” tanya Utsman. “Apakah engkau mengkhawatirkan kemiskinan pada putri-putriku? Aku memerintahkan putriputriku membaca Surah Al-Waqi’ah setiap malam, karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Siapa yang membaca Surah Al-Waqi’ah setiap malam, maka ia tidak tertimpa kemiskinan

untuk selamanya,” tegas Abdullah bin Mas’ud. Dengan kata lain, Abdullah bin Mas’ud tidak saja Ahli Qur’an, tetapi juga tangguh dalam hal keimanan, sehingga membuktikan kebenaran al-Qur’an kepada siapa pun. Sekalipun fisiknya tidak sempurna, namun kekuatan jiwanya sangat luar biasa. Pantas, jika kemudian Rasulullah memberikan pembelaan luar biasa kepada Abdullah bin Mas’ud terhadap mereka yang tidak mengenalnya dengan kedudukannya yang sangat istimewa, sampai-sampai betisnya lebih berat timbangannya daripada Bukit Uhud.*/Imam Nawawi |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

59


ISLAM PESONA

HIDUP BERSAMA KELUARGA RASULULLAH Abdullah bin Mas’ud, hidup di tengah-tengah keluarga Nabi, keluarga uswatun hasanah. Di mana karakter Quran menjadi ucapan, jargon dan perbuatan

S

ecara Ilahiyah, apa yang dimiliki oleh Abdullah bin Mas’ud, terutama dalam hal keahlian al-Qur’an, merupakan anugerah dari Allah. Tetapi, secara empiris ada sebab yang menjadi latar belakang, mengapa pria kurus, kecil lagi tidak tinggi itu mendapatkan keutamaan luar biasa dari Allah dan RasulNya. Pertama adalah sifat jujurnya Abdullah bin Mas’ud bertutur, “Kala remaja, aku menggembalakan kambing milik ‘Uqbah bin Mu’aith. Tibatiba datang Nabi Muhammad bersama Abu Bakar. Selanjutnya bertanya, “Hai Nak, punya susu yang bisa kami minum?” Aku menjawab, “Aku hanya seorang yang dipercaya menggembalakan kambing orang. Aku tidak bisa memberi kalian berdua susu.” Kemudian Rasulullah Shalallahu

60 MULIA

‘Alaihi Wassallam bertanya, “Apakah kamu memiliki kambing betina mandul yang belum dikawini oleh yang jantan?” Aku menjawab, “Ada!” Kala kudekatkan kambing itu kepada Nabi, beliau mengikat kakinya dan menyapu susu kambing sembari berdoa. Tiba-tiba keluarlah susu dari kambing betina itu. Begitu selesai minum, Nabi berkata, “Kempislah!” Susu kambing itu pun kempis. Setelah peristiwa itu, aku berusaha menemui Nabi dan berkata, “Ajari aku wahai Nabi Allah.” Beliau pun menjawab, “Suatu saat engkau akan menjadi seorang terpelajar.” Benar kata kaum bijak, bahwa kejujuran adalah modal terbesar untuk seseorang meraih keberhasilan luar biasa. Dan, Abdullah bin Mas’ud adalah sosok yang membuat Nabi langsung menerimanya sebagai murid untuk

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

dididik beragam ilmu pengetahuan, terutama al-Qur’an. Oleh karena itu pendidikan akan kejujuran harus ditanamkan kepada setiap anak, sedini mungkin.

Kedua, kedekatannya dengan keluarga Nabi Teori modern menjabarkan bahwa keluarga adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Di mana anakanak sampai usia 18 tahun menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga. Sampai usia 18 tahun, mereka masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang anak tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga.” Kita bisa bayangkan dengan apa yang dialami oleh Abdullah bin Mas’ud, beliau hidup di tengah-tengah keluarga Nabi, keluarga


ISLAM PESONA

uswatun hasanah. Di mana karakter bukan lagi semangat, ucapan dan jargon, tetapi perbuatan. Pria bernama lengkap Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib al-Hudzali ini putra  Ummu Abd binti Abdu Wuddi bin Suwi dari Bani Zuhroh. Ia amat dekat dengan keluarga Rasulullah. Tidak heran, jika kemudian ia tumbuh menjadi pria yang berkepribadian lembut, cerdas, serta rapi dalam berpakaian, dan memiliki aroma tubuh yang wangi. Hal itu mungkin karena pendidikan yang diperolehnya dengan melayani Rasulullah. bertugas menyiapkan

barang-barang pribadi Nabi ketika melakukan perjalanan, seperti bantal, siwak, sandal, dan air untuk bersuci. Fakta sejarah ini memberikan panduan kepada orang tua, agar anak-anak mendapatkan haknya berupa kebaikan akhlak di dalam rumah (keluarga), sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat di tengahtengah masyarakat. Bahkan, terhadap anak yang menuntut ilmu, tidak saja dipilihkan guru yang cerdas, namun juga memiliki keluarga yang sakinah, sehingga anakanak juga mendapatkan pengalaman tentang pendidikan hidup

sesungguhnya dari keluarga sendiri dan keluarga sang guru.*/ Imam Nawawi

“

Fakta sejarah ini memberikan panduan kepada orang tua, agar anak-anak mendapatkan haknya berupa kebaikan akhlak di dalam rumah (keluarga), sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat di tengahtengah masyarakat.

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

61


MUTIARA

Berkata Baik Atau Diam

D

ari Abu Hurairah, Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam (SAW) bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah dia berkata baik atau diam.” (Muttafaqun’alaihi) Hadits tersebut menjelaskan bahwa ada sebuah konsekuensi yang melekat erat antara keimanan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan Hari Akhir dengan aktivitas lisan. Sebagaimana hal ini diuraikan oleh Ibnu

62 MULIA

Oleh: Swasto Imam TP

Daqiq al-‘Ied dalam kitab Syarh Arba’in an-Nawawiyyah, siapa saja yang beriman dengan keimanan yang sempurna, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Imam asy-Syafi’i telah memeras intisari hadits ini dengan mengucapkan, “Jika seseorang hendak berbicara, maka seharusnya dipikirkan terlebih dahulu. Apabila ucapannya tidak mengandung unsur mudharat (keburukan),

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

maka boleh ia berkatakata. Namun apabila kata-katanya ini masih mengandung kemungkinan mudharat atau tidak, hendaknya ia tahan lisannya.” Sementara Imam Abu al-Qasim alQusyairi menyatakan, diam adalah pangkal keselamatan. Selain itu, diam merupakan karakteristik para tokoh. Ibnu Taimiyyah dalam kitab al-Imān mengatakan, kata iman apabila disandingkan dengan sebuah amal


MUTIARA saleh yang sifatnya wajib, konsekuensinya bila ia meninggalkan amal tersebut akan berdampak buruk bagi kesempurnaan imannya. Inilah keyakinan yang telah mapan di kalangan para ulama ahlu sunnah, bahwa amal saleh mempengaruhi kesempurnaan iman. Adapun makna iman yang disepakati oleh para ulama adalah tashdiq (pembenaran jiwa), qaul (ikrar keimanan), dan ‘amal (implementasi penghambaan kepadaNya). Imam asy-Syafi’i menyatakan, definisi ini adalah ijma’ (konsensus) para sahabat dan tabi’in. Jadi iman sangat berkaitan dengan perasaan hati, reaksi jiwa, dan ketundukan sanubari kepada Allah. Sehingga dengannya terucaplah ikrar keimanan yang tulus, dan dengannya pula terwujud amal saleh yang ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam). Imām an-Nawawi menjelaskan, seorang yang beriman hendaknya mampu memilah susunan dan esensi sebuah kata atau kalimat yang dituturkannya. Sehingga dengan perkataannya dia mampu meraih

pahala, baik yang sifatnya wajib ataupun sunnah. Namun apabila kata-katanya hampa dari unsur kebajikan, hendaknya ia menahan ucapannya, baik yang sifatnya haram, makruh, ataupun mubah. Dalam penjelasan ini sebuah perkataan atau kalimat yang dihukumi mubah hendaknya ditinggalkan. Bahkan disunnahkan untuk ditinggalkan, dengan tujuan agar tidak terjerumus dalam katakata yang diharamkan atau dimakruhkan. Seorang mukmin adalah insan yang tak hanya bijak dalam memilih kata atau kalimat, tetapi juga harus pandai mengolah kata dan kalimat. Kalimat tersebut sebisa mungkin memberikan kesan renyah di nalar para pendengar dan memberikan aroma rempah dalam keceriaan. Salah satu contohnya adalah kisah yang diceritakan oleh Prof. Dr. Syarif bin Hatim al-‘Auni, tentang salah seorang murid Muhammad Amin ash-Shinqithi. Saat itu, para ulama di sekitarnya sedang membahas tentang haram atau makruh jika sebuah sobekan kata yang terdapat dalam al-Qur’an tercecer jatuh dan dapat terinjak-

injak, atau terbawa ke toilet. Ia berpendapat melawan arus. Ia berkata, “Tidak mengapa.” Spontan hal ini membuat terkejut seluruh forum yang dihadiri ulama ini. Ada di antara mereka yang meminta klarifikasi atas perkataannya itu. Lalu ia menjawab dengan wajah yang ditaburi senyum, “Bagaimana kalau sobekan kata itu tertulis hanya ‫( إبليس‬iblis)? –Raghib al-Asfahani menyatakan, kata iblis dalam al-Qur’an diulang sebanyak 11 kali. Maka serentak para hadirin tersenyum dengan senyum pencerahan. Apabila seorang hamba tidak menemukan kata yang bermakna dan mendatangkan kebaikan, diam merupakan perkara mulia bagi dirinya. Namun apabila ia diam saat kebenaran dinistakan, keburukan dipublikasikan dan dipasarkan, maka ia adalah setan yang bisu. Seorang mukmin sejati adalah orang yang paling mengerti kapan ia harus berbicara dan kapan harus diam. Allahu a’lam.* *Dai dan praktisi pendidikan, dikutip dari majalah Suara Hidayatullah |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

63


QUOTE ULAMA

“Sesungguhnya orang yang bertawakkal adalah yang memelihara harta bendanya agar ia dapat meminta pertolongan dengan harta benda itu untuk agamanya”

(Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin Bab Kondisi Orang yang Bertawakkal)

64 MULIA

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017



FIGURA

“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air� (HR. Abu Dawud)

66 MULIA

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017


FIGURA

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

67


DUNIA ISLAM

Restorasi Hagia Sophia Sebagai Masjid

Pemerintahan Erdogan memberikan izin penggunaan Hagia Sophia (Aya Sofia) sebagai masjid setelah lebih dari 82 tahun ditutup untuk peribadatan

H

agia Sophia yang berada di Provinsi Trabzon, Turki, akan menjalani restorasi sebagai masjid setelah puluhan tahun difungsikan sebagai museum. Menurut laporan kantor berita pemerintah Turki, Anadolu, pemugaran tempat ibadah itu diperkirakan menelan biaya 2 juta lira (kirakira setara 7,1 miliar rupiah). Prosesnya akan dimulai di tahun ini. Ismet Calik, direktur lembaga di provinsi setempat yang menangani urusan berbagai yayasan, mengatakan bangunan

68 MULIA

itu akan dipugar sesuai dengan bentuk aslinya. Sistem yang selama ini digunakan untuk menutupi lukisan-lukisan yang ada di dinding akan diganti dengan sistem elektronik. Sehingga ketika waktu shalat tiba, lukisan-lukisan era Kristen Bizantium di sana itu tidak terlihat. Bangunan lawas bersejarah itu merupakan salah satu tempat daya tarik wisata di turki. Belajar dari pengalaman restorasi situs bersejarah lainnya, selama pemugaran bangunan itu tidak akan ditutup sepenuhnya.

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Tempat itu sebagian akan, difungsikan sebagai masjid dan orang masih bisa berkunjung, sehingga tidak menimbulkan kekecewaan publik.

Peran Sultan Al Fatih Hagia Sophia di kota Trabzon (dulu bernama Trebizond, sekarang kota itu menjadi ibukota provinsi yang bernama sama) didirikan pada masa kekuasaan Manuel I antara tahun 1238 dan 1263. Bangunan tersebut merupakan sebuah gereja Orthodoks Yunani. Setelah Sultan Mehmed II


DUNIA ISLAM menaklukkan daerah itu di tahun 1461, bagunan dialihfungsikan menjadi masjid dan fresco (gambar di dinding dan langit-langit) khas Kristiani-nya ditutup dengan semacam cat putih. Di era Turki modern, Hagia Sophia difungsikan sebagai museum sampai tahun 2013, ketika dibuat keputusan bahwa tempat tersebut difungsikan kembali sebagai masjid. Tempat itu kemudian diberi nama baru Trabzon Center Mosque. Hagia Sophia atau lebih tepatnya Aghia Sophia, dalam bahasa Turki disebut Ayasofya atau Saint Sophia dalam bahasa Inggris. “Aghia”, “Saint” (santa, orang kudus) adalah gelar untuk orang Kristen yang disucikan. Sophia yang dikuduskan itu, dan mendapatkan julukan “Saint Sophia the Martyr”, adalah seorang wanita kelahiran Italia, yang memiliki tiga putri yang masingmasing diberi nama tiga kebajikan Kristiani; Faith, Hope dan Charity (keyakinan, harapan dan kedermawanan). Alkisah, ketiga putrinya itu disiksa satu persatu hingga menemui ajal oleh tentara penguasa saat itu, Kaisar Roma

Hadrian (117-138 M), agar Sophia mau melepaskan keyakinannya pada ajaran Kristen. Setelah ketiga putrinya meninggal, dia menguburkan mereka dan bertahan di makam anak-anaknya itu selama 3 hari, sampai ajalnya sendiri tiba. Kisahnya kemudian dimasukkan dalam kitab yang sekarang menjadi pegangan utama umat Kristen, dan Sophia mendapat gelar kehormatan sebagai “Saint Sophia”. Gereja Hagia Sophia yang paling terkenal dan paling besar adalah yang berada di Kota Istanbul, Turki. Ayasofya atau Aya Sofia di Istanbul tersebut dulunya adalah pusat kekuasaan Gereja Orthodoks Yunani dari Masa Kekaisaran Byzantium. Lokasinya berseberangan dengan Masjid Sultan Ahmed, yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Biru atau Blue Mosque, yang didirikan antara tahun 1609 dan 1616. Seiring dengan kekalahan Byzantium dan jatuhnya Konstantinopel (Ibukota kekaisaran itu) ke tangan pasukan Islam pada Jum,at 23 Maret 1453 maka saat itu pula menjadi titik awal berubahnya gereja tersebut menjadi

masjid. Muhammad Al Fatih (Sultan Mehmed II) saat itu turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, setelah itu memerintahkan tentaranya mengubahnya menjadi masjid dan dilangsungkan shalat Jumat untuk pertama kali di tempat itu. Tak hanya itu, Sultan Al Fatih juga mengganti nama Kota Konstantinopel menjadi Kota Istambul. Salama hampir lima ratus tahun lamanya bangunan tersebut berfungsi sebagai masjid. Sayangnya masjid ini dijadikan museum oleh Musthafa Kemal Attaturk pasca jatuhnya Kekhilafahan Ustmaniyah melalui kudeta yang menjadikan pemerintahan Islam ini beralih menjadi Republik Turki yang sekuler sejak tahun 1935. dan berlangsung hampir selama 80 tahun. Kini pemerintah Turki dibawah kepemimpinan Presiden Erdogan, ahirnya memberikan izin penggunaan Hagia Sophia (Aya Sofia) sebagai masjid setelah lebih dari 82 tahun bangunan itu ditutup untuk semua kegiatan peribadatan dan dijadikan museum.*/ Hadijah |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

69


SOSOK

FOTO: fazeri/mulia

Sarono

Pemecah Batu Santuni 70 Anak Yatim Seorang penyandang tunanetra, bekerja sebagai pemecah batu, tapi mampu menyantuni anak yatim. Bagaimana kisahnya?

S

arono muda nekat merantau ke Jakarta, lantaran tertarik melihat temantemannya sukses meraup rezeki di sana. Ditambah, keinginan kuat untuk membantu perekonomian keluarga. Anak kedua dari delapan bersaudara ini iba melihat orangtua banting tulang mencari nafkah untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Tahun 1973, pria yang akrab disapa Rono ini, mendapat tawaran kerja sebagai pembantu rumah tangga dari

70 MULIA

seorang pengusaha toko bangunan di Rawamangun. Karena ingin meringankan beban orangtua, ia langsung mengiyakannya. “Yang penting saya bisa sampai Jakarta. Gratis lagi!” kenang Rono saat berbincang dengan Mulia di kediamannya—berupa sepetak rumah berukuran 3x10 meter—Jalan Cipinang Jaya IIB, Nomor 46, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur, akhir Januari lalu.

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Tahun 1977 Rono menikah dengan seorang wanita yang tak lain teman kerjanya. Usia pernikahan tak bertahan lama. Sebab, Allah mengujinya. “Saat itu, istri sedang hamil 7 bulan. Sakit darah tinggi. Saya sudah ajak berobat ke manamana. Tapi, ternyata Allah lebih sayang..,” Rono terdiam sejenak, wajahnya tertunduk mengingat kematian orang yang dicintainya. Beberapa tahun sepeninggal istri dan calon bayinya, ia pun kembali diuji oleh


SOSOK Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sekitar 1994 penglihatannya mulai berkurang. Bahkan, ia tak bisa melihat apaapa memasuki periode 2005. Seiring waktu terus berjalan, keinginan kuat memiliki keturunan akhirnya membuat Rono memutuskan untuk menikah lagi. Namun, apa boleh dikata, hingga sekarang ia belum juga dikarunia keturunan. “Tapi Alhamdulillah, sejak akhir tahun 2005 saya punya anak asuh. Meski awalnya cuma 2 anak yatim. Terus bertambah, 3 anak, 5 anak dan seterusnya. Sekarang sudah ada sekitar 70 anak yatim. Itu untuk wilayah Cipinang Jaya saja,” ungkap Rono.

GETOKIN BATU Keterbatasan dalam melihat, membuat suami dari Sriningsih ini memutuskan resign dari tempat kerjanya. Sempat terbelesit di benaknya untuk menjadi pengemis di lampu merah Ibukota. Tapi, semangatnya dalam berikhtiar terus menerus menahannya. “Tahun 2005, saya coba jualan telur asin keliling. Cuma nggak laku. Saya ganti jual pisang. Ternyata nggak laku juga,” kenang Rono. Suatu ketika, saat

hendak pulang jualan pisang, ia tersandung batu. Lalu terjatuh, kakinya berdarah. Maklum, saat itu ia sudah tidak bisa melihat total. Rono tak langsung bangkit. Ia justru merenung, mencoba mencari hikmah dari kejadian itu. “Tiba-tiba muncul ide untuk getokin itu batako. Saya pikir jika digetokin terus sampai seperti pasir, pasti ada saja orang yang membutuhkan,” Rono sangat optimis. Ternyata benar, ada salah seorang warga komplek perumahan dekat rumahnya yang tertarik. Ia membeli satu karung pecahan batako yang sudah berbentuk pasir dengan harga sepuluh ribu rupiah. Sejak dari situlah, Rono resmi ganti profesi. Dari aktifitasnya getokin batu batako di depan toko bangunan Jalan Cipinang Jaya AA, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur itu, membuat orang-orang yang melintas merasa simpati. Bahkan, ada pelanggan toko yang menginfakkan sebagian rezekinya kepada Rono. Meski dengan dalih ingin membeli pasir hasil getokannya. “Para dermawan banyak yang memberi uang lebih. Apalagi,

setelah mereka tahu kalau saya mengasuh banyak anak yatim,” ungkap Rono. Bahkan, sekarang ada juga yang menjadi donatur tetap. Baik dalam maupun luar negeri. Donasi dari para donatur inilah yang dipakai Rono untuk menyantuni anak-anak yatim di sekitar Cipinang Jaya. Meski hidup serba kekuarangan, tatkala mendapat rezeki ia tak pernah lupa untuk selalu berbagi dengan mereka yang membutuhkan. “Saya nggak mau anak-anak yatim ini putus sekolah. Mereka harus tetap sekolah sekalipun nggak punya biaya. Saya siap untuk mencarikannya. Allah itu Maha Pemberi rezeki,” tegasnya. Kunci Rono bisa terus berbagi di tengah kehidupannya yang serba kekurangan cuma satu. “Kalau saya menerima rezeki, maka saya juga harus memberi. Entah itu rezeki dari mana datangnya, yang penting halal,” urainya panjang.

PESAN USTADZ Bukan perkara mudah, sebagai seorang penyandang tunanetra bisa mengumpulkan 70 anak yatim untuk disantuni setiap sebulan sekali. Bagaimana |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

71


SOSOK kisahnya Rono bisa mendapatkan anak yatim sebanyak itu? Sepenggal siang di penghujung akhir 2005, Rono hendak pulang selepas membeli pakan burung dari pasar Gembrong, Jatinegara. Saat menunggu mikrolet—angkutan umum—tiba-tiba datang seorang ibu dan bertanya “Bapak mau pergi ke mana?” “Saya mau pulang ke Cipinang Jaya II, Bu?” jawab Rono singkat. “Oh, kalau begitu mari saya antarkan. Kebetulan saya juga arah ke sana,” dengan wajah kasihan, sang ibu mencoba membujuk Rono agar bersedia diantarnya. “Alhamdulillah, terimakasih banyak Bu,” balas Rono. Dalam perjalanan, ternyata anak yang digendong sang ibu menangis. Dari situ, Rono baru sadar kalau wanita yang sedari tadi diajaknya bicara ternyata membawa anak kecil. Namanya orang ingin sekali punya anak tapi belum kesampaian, mendengar anak kecil menangis Rono merasa kasihan. “Ini ada sedikit uang buat jajan,” Rono menyodorkan selembar uang kepada anak kecil yang menangis itu. “Alhamdulillah, terimakasih banyak Pak.

72 MULIA

Kebetulan anak saya ini yatim,” kata sang ibu. Tanpa diminta pun, di sepanjang perjalanan sang ibu banyak bercerita. Suaminya ternyata meninggal pada pertengahan 2005. Perjumpaan inilah yang menjadi jalan pembuka hati Rono sehingga peduli terhadap anak-anak yatim di sekelilingnya. Ia pun berusaha mencari alamat wanita itu. Akhirnya ketemu, ia pun mengangkat 3 anak ibu itu menjadi anak asuhnya. Sejak itu, Rono mulai membuat program orangtua asuh untuk anak-anak yatim di sekitar Cipinang Jaya. “Saya biasa dengerin ceramah di masjid, Suatu ketika ustadz menjelaskan sebuah ayat yang menyatakan bahwa anak yatim adalah tanggung jawab bersama,” ujar Rono menjelaskan motivasinya dalam menyantuni anak-anak

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

FOTO: robinsah/mulia

yatim di sekelilingnya. Selain itu, masih ujar Rono, apa yang dilakukannya juga sebagai bentuk penyesalan kenapa disaat masih muda dan gagah tidak peduli dengan anak-anak yatim? “Ternyata Allah baru memberikan hidayah dan membuka hati sehingga perhatian sama anak-anak yatim setelah saya buta begini. Alhamdulillah, semua ada hikmahnya,” paparnya. Setelah menetapkan hati untuk membuat program orangtua asuh independen, Rono mengaku banyak berdoa supaya dilapangkan rezekinya sehingga bisa selalu menyantuni anak-anak yatim. Ternyata doanya dikabulkan oleh Allah. Setiap mendapatkan rezeki ia senantiasa mengucapkan hamdalah dan terimakasih. (Fazeri/Mulia)


TAHFIDZUL QURAN

Masruchin

M

asruchin sempat dirundung keraguan ingin menjadi seorang hafidz (penghafl Al qur’an). Faktor usia menjadi pertimbangan. Maklum saja telah berumur senja. 60 tahun. Ia sempet terus mengulur waktu menghadap sang guru guna menyampaikan hajatnya. Tak lama berselang, ia tepis keraguan itu. Kepada sang guru ia ungkapkan keinginannya. Tak butuh waktu lama, ia langsung diminta mendaftarkan diri ke bagian administrasi dan diberi buku setoran bacaan. Resmilah menjadi santri tahfidz. Madasatul Qur’an Peristiwa itu terjadi pada tahun 2011 silam. Masruchin sempat minder. Maklum perbedaan usia yang mencolok dengan peserta lain (yang rata-

Usia 60, Mampu Menghafal 30 Juz rata masih berstatus siswa menengah pertama/atas) tak membuatnya canggung. Ia melebur dengan mereka. Tak ada sekat. Sebagai pemula, pensiunan militer ini terlebih dahulu masuk kelas tahsin. Kelas ini punya target menyelesaikan tiga juz bacaan dengan baik dan benar, mulai dari makhrajul huruf hingga hukum tajwid. Barulah setelah itu, masuk ke proses menghafal pada juz yang sama. “Saya ikut program tak ubahnya peserta tahfidz lain. Ikut antri setor, kalau memang waktunya setoran bacaan maupun hafalan,” jelasnya menggambarkan aktivitas yang dilaluinya. Konsentrasi al-Qur’an Sejak resmi terdaftar sebagai peserta

program tahfidz, Masruchin mengaku, waktunya lebih banyak diluangkan membaca al-Qur’an. Selain aktif mengikuti program wajib, ia senantiasa memanfaatkan waktu luang membaca alQur’an, terutama ketika tengah menjaga pos keamanan pesantren. Seperti siang itu. Ketika Mulia menyambangi tempat tugasnya yang berada di ‘bibir’ gerbang depan pesantren, Masruchin baru saja menyudahi bacaan al-Qur’annya. “Nanti aja ya mas wawancaranya. Shalat Dzuhur dulu aja. Itu lebih utama,” ucapnya ketika Mulia menyampaikan hajat peliputan. Suami Sulistyowati ini mengaku tidak hanya di kawasan pesantren berusaha menjaga keistikomahan. Tapi di luar itu juga. |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 14387

73


TAHFIDZUL QURAN Misal, ketika tengah bepergian, ia tak lupa membawa mushaf. Di tengah perjalanan itu, ia isi waktu dengan membaca al-Qur’an atau mengulang hafalan yang telah didapat. Untuk kebiasaannya yang selalu menenteng al-Qur’an setiap bepergian ini, Masruchin mengaku, ada saja yang mencemoohnya. Namun ia tak mempersoalkan. Baginya, selama itu kebaikan dan diyakini mendapat keridhaan Allah, maka pantang menyerah. “Yakin benar, jalani saja. Tidak usah memperhatikan apa kata orang,” ujar Masruchin. Ada satu hal lagi yang sangat ditekankan oleh sosok yang juga ‘berprofesi’ sebagai takmir masjid ini; penggunaan media sosial. Ia berujar sangat membatasi diri. Langkah itu diambil, demi menjaga kefokusan dalam menghafal alQur’an. “Bukan menghindari penggunaannya, tapi diminimalisir. Fokusnya al-Qur’an. Ini yang paling utama,” ujarnya. Dari kesungguhannya ini, Allah pun akhirnya mewujudkan harapan Masruchin. Pada pertengahn bulan Desember 2016 silam, secara resmi ia dinobatkan sebagai

74 MULIA

hafidz 30 juz, setelah kurang lebih lima tahun lamanya berjibaku menghafal al-Qur’an. “Alhamdulillah, ini karunia Allah semata. Bahkan, istri dan anak saya tak kuasa menahan haru, ketika menyaksikan saya naik podium waktu wisuda tahfidz waktu lalu,” ujarnya mengisahkan. Kebahagiaan lakilaki asal Jombang ini berlipat. Pasalnya, di waktu prosesi acara wisuda, pihak pesantren mengumumkan akan mengumrahkan dirinya, sebagai apresiasi atas prestasi dan keteladanan yang telah dicontohkannya, khususnya bagi para santri. “Hadiah umrah itu sama sekali tidak ada dalam pikiran saya. Alhamdulillah diberi kesempatan Allah. Doakan semoga lancar,” doanya. Menuai Berkah Sejak terjun di dunia tahfidz al-Qur’an, Masruchin mengaku, ada perbedaan mencolok dengan aktivitas dan suasana hatinya. Ia mengungkapkan, sebelum itu, pasca pensiun dari TNI, ia kesulitan mencari aktivitas. Tak ayal, banyak waktu berlalu terbuang begitu saja. Namun kondisi

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

bertolak belakang tatkala telah nimbrung di kegiatan tahfidz. Ia mengaku tidak kebingungan lagi mencari aktivitas. Tinggal baca al-Qur’an saja. Aktivitas ini ternyata mempengaruhi kerohaniannya. Ia merasakan ketenangan hati ketika berakrabakrab dengan al-Qur’an. Keuntungan lain yang dirasakan, dengan menghafal al-Qur’an ini, Masruchin mengaku lebih bisa menjaga diri menghindari kemaksiatan. “Saya sulit untuk membahasakan. Pokoknya, hati itu terasa tenang. Pikiran juga tidak terasa ruwet, kalau membaca al-Qur’an,” ungkap anak pasangan Kasti (alm) dan Zainah ini, sembari mengeluselus dadanya. Ada lagi kebahagian Masruchin setelah dinobatkan sebagai penghafal al-Qur’an; mampu menginspirasi sang anak. Katanya, anaknya yang paling bungsu bercita-cita mengikuti jejaknya, menghafal al-Qur’an. “Saya mau menghafal al-Qur’an seperti bapak dulu, sebelum lanjut ke jenjang berikutnya,” terang bapak empat anak ini, menirukan jawaban si bungsu, ketika tengah mengobrol santai.*/Robinsah


TAHFIDZUL QURAN

Merajut Hikmah dari Kisah Nurul Fahmi

S

ecara tiba-tiba, nama Nurul Fahmi (NF) menjadi ‘buah bibir’ se-antero Indonesia. Pemberitaannya berhari-hari menghiasi media massa, baik online, cetak, maupun elektronik. Para tokoh nasional sekelas pakar hukum tata negara; Prof. Yusril Ihza Mahendra, juga angkat bicara. ‘Ketenaran’ NF tak lepas dari keputusan pihak kepolisisan yang menetapkannya sebagai tersangka dugaan pencemaran simbol-simbol negara. Terkait hal ini adalah bendera merah putih, yang terdapat tulisan kalimat tauhid, serta buah bilah pedang yang membentuk silang di bawahnya. Ya, NF

memang kerap membawa bendera ‘kebanggaannya’ itu setiap kali mengikuti serentetan ‘aksi bela Islam.’ Hal inilah yang kemudian disoal oleh pihak keamanan, yang kemudian menyiduk dan memenjarakannya. Pada per­kemban­ g­annya, NF banyak menerima simpati dari segenap masyarakat. Tidak hanya moril, namun juga materil. Lebih dari itu, berkat pengorbanan seorang dai kondang yang rela menjadi jaminan, NF pun dilepaskan. Ia kembali bisa menghirup udara segar, setelah beberapa hari lamanya mendekam di balik jeruji besi. Hal menarik lainnya, ternyata pemuda yang baru saja dikarunia seorang bayi ini,

seorang hafidz. Lebih spesial, gelar hafidznya itu didapat dari Masjid Qiblatain, Arab Saudi.

Ekspresi Cinta Tak berlebih kiranya bila kita menyimpulkan NF merupakan sosok pecinta al-Qur’an. Pertama; ia seorang ­. Ini satu indikasi bahwa ia sangat mencintai al-Qur’an. Logikanya mudah saja, kalau ia memang bersikap sebaliknya, mustahil ia berkenan berkorban waktu, tenaga, biaya, pikiran, dan sebagainya, demi mengentaskan hafalannya? Bukankah karena kecintaannya itu segala jenis pengorbanan terasa ringan. Jauhnya jarak, besarnya biaya, penatnya pikirian, sama sekali tak menjadi soal. Yang kedua, |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 14387

75


TAHFIDZUL QURAN pembelaannya terhadap Islam --al-Qur’an. Siapa pun mafhum bahwa setiap orang yang mencintai sesuatu, maka ia akan menjaga kesucian sesuatu itu. Ia tidak akan terima bila ada seseorang rela membuat luka, apalagi hina terhadap sesuatu yang dicintainya. Apa lagi urusan agama. Ancamannya tidak hanya penjara, semisal yang diterima NF. Tapi juga bisa nyawa melayang. Di sinilah dibutuhkan keyakinan dan kesabaran. Kehilangan keduanya akan menjadi bencana besar, sebab akan menghanyutkan diri ke arus yang diciptakan lawan. Dan inilah terjadi saat ini. Bayangkan, soal penodaan agama, kaum muslimin terpecah mencadi dua kubu; pro dan kontra. Padahal, ulama baik secara individu maupun kelembagaan resmi (MUI), sebagai pihak yang memiliki wewenang mengeluarkan pendapat terkait urusan agama, sudah menentukan sikap jelas akan adanya unsur pelecehan. Tapi yang terjadi di lapangan, itu tadi. Atas dasar khawatir dikatakan kurang nasionalis, tidak menjaga kebhinekaan, anti-toleransi, para

76 MULIA

ulama justru dihujat. Inilah pentingnya memiliki sikap keteguhan diri dalam ber-qur’an. Soal prinsip satu ini, mari kita meneladani Imam Ahmad. Pada masanya, beliau merupakan sosok sangat vokal dalam menyelisihi pendapat penguasa, yang menyatakan bahwa alQur’an adalah makhluk Allah. Di lain sisi, Imam Ahmad berkeyakinan bahwa al-Qur’an adalah kalam (firman)-Nya, dan bukan makhlukNya. Atas perselisihan pandangan ini, Imam mazhab ini pun harus didera berbagai hukuman, baik berupa penjara maupun cambukan. Bukan main-main lamanya. Hingga beberapa tahun. Tapi beliau bersabar dan teguh dengan kebenaran yang diyakini.

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Apa Kabar Kita? Saat ini al-Qur’an dalam rongrongan. Berbagai bentuk pelecehan mencuat begitu saja oleh oknumoknum. Tidak hanya di medsos yang sifatnya bias, di perguruan tinggi Islam pun mengalami serupa di beberapa tempat. Lebih dari itu, ada sekelompok akademisi berusaha melahirkan tafsir-tafsir baru, yang jauh dari tuntunan agama ini. Nah, di sinilah kita dituntut berperan aktif menjaga kesucian al-Qur’an. Sejauh mana pembelaan kita, merupakan cermin kecintaan kita padanya. Menghafal al-Qur’an, menelaah kandungannya, serta beristikomah dalam menjalankan pedoman di dalamnya, adalah bentuk kongkrit dari pembelaan itu. Sudahkah kita melaksanakan?*/ Khairul Hibri


TAHFIDZUL QURAN

FOTO: ROBIANSAH/MULIA

pONDOK PESANTREN MADRASATUL QUR’AN, TEBUIRENG JOMBANG

Penyuplai Imam Masjid Masjid

S

ejak duduk di bangku kelas satu menengah pertama, Luthfi, remaja asal Manokwari, Papua Barat, memiliki keinginan menjadi seorang hafidz (penghafal al-Quran). Namun, cita-cita itu harus dipendam beberapa lama. Pasalnya ia terkendala ketiadaan guru dan jaringan yang bisa membimbingnya. Suatu hari, ia bertemu dengan seorang teman, santri tahfidz di Pulau Jawa. Mendengar kisah temannya, ia tertarik bergabung. Setelah

mendapat restu orang tua, berangkatlah Luthfi menuju pesantren, yang tak lain Pesantren Tahfidz ‘Madrasatul Qur’an’, Jombang. Luthfi merupakan satu dari ribuan santri yang mendalami tahfidz al-Qur’an di pondok yang berlokasi di, sebelah timur P.P. Tebuireng, Jombang. Saat ini, ia telah mewujudkan citacitanya menjadi seorang hafidz 30 juz, setelah 4 tahun menyantri di sana. Kata Ari Ardila, Sekretaris Pondok, awal mula perintisan Madrasatul Qur’an, tak

bisa dilepaskan dari keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng. Bermuara dari cita-cita pimpinan saat itu yang menginginkan adanya pesantren tahfidz , maka pada 1971 beberapa kiai berjibaku merintis. “Mulanya numpang di Pesantren Tebuireng. Ada beberapa lokal asrama yang digunakan. Tapi seiring bertambahnya murid, dan ada lokasi di sebelah timur ini, maka dipindahlah pesantren ke sini (lokasi sekarang),” terang Ari. Mahasiswa Pascasarjana Universitas |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 14387

77


TAHFIDZUL QURAN Tebuireng ini juga mengungkapkan, pesantren ini mulanya hanya fokus dalam hafalan al-Qur’an, tapi berkembang dengan membuka sekolah formal. Hal itu tak lepas dari hasil musyawarah para kiai, yang menimbang pentingnya sekolah formal bagi keberlangsungan masa depan pendidikan para santri. Selain menghafalkan al-Quran para santri diajarkan memahami makna yang terkandung di dalamnya, serta mempraktikkan ajaranajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk hafalan, pesantren telah memiliki kurikulum tersendiri. Misalnya, sebelum memasuki tahap menghafal, bacaan para santri harus distandarkan dulu, mulai dari pelafalan huruf secara benar (makhruju alhuruf) hingga tuntunan cara bacaan (tajwid). Minimal memakan waktu setahun. Indikasi keberhasilannya, para santri bisa membaca baik dan benar bacaan al-Qur’annya, dan hafal tiga juz yang dipelajari. Karena memandang pentingnya program ini, pihak pesantren mengambil sikap tegas. Bagi para santri sekolah menengah

78 MULIA

pertama yang belum lulus program tahsin, maka mereka tidak diperkenankan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas, sebab bisa disimpulkan akan bermasalah pada proses tahfidz nya. “Selain yang sudah hafal 30 juz, kita juga mewisuda para santri yang dinyatakan lulus program tahsin,” terang pemuda asal Sidoarjo ini. Sedangkan sebagai upaya mengantarkan para santri memiliki pemahaman mendalam tentang kandungan isi al-Qur’an, para santri mendapatkan uraian pelajaran sekolah formal dan diniyah. Di sana dikaji kitabkitab yang memiliki hubungan al-Qur’an, seperti tafsir dan sebagainya. Ada pun untuk mengontrol perilaku para santri agar senantiasa berakhlak al-Qur’an, kata putra pasangan Supardi dan Sumiatun ini, selain menetapkan seorang ustadz untuk membimbing dan memperhatikan setiap aktivitas anggota, terutama mengenai shalat jamaah lima waktu, juga dilakukan pemanggilanpemanggilan bagi mereka yang dianggap kurang menaati peraturan untuk

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

dilakukan pembinaan. Imam Ramadhan Ada kesyukuran mendalam bagi segenap pengurus pesantren, kata Ari, yakni saat men­dapat kepercayaan masyarakat untuk membina anak-anak mereka. Terbukti, seribu lebih murid saat ini mengenyam pendidikan di pesantren. Dan mereka datang dari berbagai tempat di Indonesia. Bentuk kepercayaan lainnya, hingga sek­ arang ini Pesantren ‘Madrasul Qur’an’ masih menjadi Rujukan primadona berbagai lembaga dan masjid di Nusantara, untuk diminta tenaganya menjadi imam shalat, ketika telah memasuki bulan puasa Ramadhan. Permintaan itu datang dari lintas pulau, tidak hanya di Jawa. Ketika disinggung soal prestasi lembaga, Ari mengungkapkan, pesantren pernah menjuarai berbagai perlombaan MTQ, baik tingkat nasional dan internasional. “Yang paling mutakhir, kita mampu keluar sebagai juara tahfidz 30 juz se-Asia Pasifik, yang diwakili oleh seorang ustadz, alumni pondok sini,” sebutnya.*/Robinsah Yusuf Masyar



SINERGI

FOTO: ISMAIL/MULIA

Bersama LPAI Kuatkan Program Layanan dan Perlindungan Anak Indonesia Program LUKMAN menjadi penguat program Senyum Anak Indonesia yang diinisiasi Laznas BMH

S

atu di antara problem mendasar yang dihadapi bangsa ini adalah soal ketahanan keluarga, yang berdampak pada timbulnya masalah pada sisi layanan dan perlindungan anak. Keluarga Indonesia masih banyak yang terseret pada beragam bentuk pelemahan, seperti kasus perceraian, disharmoni keluarga, keluarga miskin, perilaku ayah atau ibu yang salah, dan berbagai permasalahan lainnya menjadi salah satu pemicu terabaikannya hak-hak anak dalam keluarga. Lebih ironis,

80 MULIA

ternyata sekolah atau panti juga belum memahami dengan baik bagaimana memberikan hak anak dalam hal perlindungan, sehingga bisa kita dapati beragam kasus yang merugikan anak juga terjadi di sekolah atau pun panti asuhan. Atas dasar itulah Lembaga Perlindungan Anak Indonesia yang dinahkodai Seto Mulyadi atau dikenal Kak Seto terus melakukan beragam upaya secara konkret untuk meningkatkan layanan dan perlindungan terhadap anak. Di antaranya dengan sinergi bersama

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Bertempat di Kantor LPAI di Gedung Aneka Bakti Kementerian Sosial Jalan Salemba Jakarta (25/01/2017), MoU antara BMH dengan LPAI dilaksanakan dan disaksikan langsung oleh pengurus inti LPAI, seperti Henny Rusmiati sebagai Ketua Harian, kemudian Reza Indragiri Amriel selaku Koordinator Pemenuhan Hak Anak, dan BMH Perwakilan Megapolitan yang dipimpin oleh Ade Syariful Allam selaku


SINERGI General Manager.

Ruang Lingkup Sinergi Tahap awal sinergi ini dimulai dari wilayah Jabodebek, di mana masing-masing pihak, baik LPAI maupun BMH memiliki kewenangan melakukan kesepahaman dan mufakat secara sukarela untuk bersinergi dalam program Perlindungan Hak Anak untuk Masa Depan (LUKMAN), khususnya di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek). Kak Seto selaku Ketua Umum LPAI berharap sinergi ini bisa berjalan dengan baik, sehingga ke depannya bisa berlanjut dan bisa bersinergi di seluruh Indonesia. “Saya berharap sinergi ini berlangsung dengan baik dan semakin intens, apalagi BMH memiliki perwakilan di berbagai provinsi. Jadi kami berharap ini bisa ditingkatkan menjadi sinergi di seluruh Indonesia,” ucapnya. Hal senada juga disampaikan Henny Rusmiati yang biasa disapa Kak Henny. “Ini merupakan awal tahun yang baik bagi kerjasama LPAI dengan BMH. Kami berharap hal ini bisa juga dilangsungkan bersama LPAI di wilayah-wilayah seluruh Indonesia,” tegasnya. Sementara itu, Ade Syariful Allam menegaskan

bahwa sinergi ini merupakan bagian dari implementasi program Senyum Anak Indonesia, yang saat ini semakin dikuatkan dengan adanya subprogram Perlindungan

FOTO: ISMAIL/MULIA

Hak Anak untuk Masa Depan. “Program LUKMAN ini menjadi penguat payung program Senyum Anak Indonesia yang diinisiasi BMH, sekaligus semakin memberikan bukti nyata manfaat dahsyatnya pengelolaan dana zakat, infaq, sedekah, dan wakaf, yang di antaranya juga bisa dimanfaatkan untuk pemberdayaan anak dalam hal layanan dan perlindungan, yang ternyata di negeri ini kasus-kasusnya sangat memprihatinkan,” katanya. Dengan adanya sinergi Program

LUKMAN antara Laznas BMH dengan LPAI, tentu akan semakin membuka lebar pintu manfaat dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf di tanah air.*/Ismail

Satu di antara problem mendasar yang dihadapi bangsa ini adalah soal ketahanan keluarga, yang berdampak pada timbulnya masalah pada sisi layanan dan perlindungan anak.

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

81


AKSI

FOTO: TEGUH SANTOSO/MULIA

Aksi Solidaritas Pelajar SMPN 5 Ponorogo untuk Aleppo dan Rohingya Aksi peduli Aleppo dan Rohingya ini diselenggarakan sebagai salah satu realisasi program OSIS, menanamkan rasa solidaritas dari warga sekolah

S

etiap peristiwa mengandung sejuta hikmah. Ungkapan ini benar-benar nyata. Tragedi kemanusiaan yang menimpa sebagian saudara seiman di berbagai belahan dunia telah mengundang kepekaan hati kaum Muslimin di tanah air. Tak terkecuali para pelajar sekolah. Bulan lalu, pelajar SMPN 5 Ponorogo

82 MULIA

menggelar aksi kemanusiaan dan tragedi kemanusiaan terhadap etnis Rohingya, dan Aleppo. Kegiatan terlaksana berkat kerjasama dengan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Ratusan siswa-siswi SMPN 5 menyambut antusias penggalangan dana untuk saudara

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

muslim di Aleppo dan Rohingya. Dan, situasi itu semakin menyadarkan kala Ustadz Juweni, Dai Tangguh BMH, memaparkan beragam keutamaan dalam membantu kesulitan sesama. “Aksi ini memang kami persiapkan dari awal dengan memberikan imbauan agar semua bisa


AKSI memberikan infak terbaik untuk saudara kita di Aleppo dan Rohingya,” ucap Iqbal Satria W selaku Ketua OSIS. Lebih jauh, Iqbal mengatakan bahwa aksi tersebut merupakan bagian dari realisasi program OSIS. “Aksi peduli Aleppo dan Rohingya ini diselenggarakan sebagai salah satu realisasi program OSIS untuk lebih menanamkan rasa solidaritas dari warga sekolah. Alhamdulillah ada BMH, sehingga dana yang terkumpul bisa langsung diserahkan ke BMH Ponorogo,” ucapnya. Sementara Hj. Nunuk Sri Murni Karyati, Kepala Sekolah SMPN 5 Ponorogo, menjelaskan bahwa siswa sekolah juga

harus mengetahui dan peduli dengan persoalan sosial di belahan dunia lain. “Ini cara kami mengajak anak-anak melihat dunia dan peduli, serta langsung melakukan tindakan apa pun yang bisa dimulai. Seperti kita ketahui bersama saat ini di Rohingya dan Aleppo warga Muslim tertindas dan diintimidasi sehingga mereka sangat butuh bantuan untuk meringankan deritanya,” ulasnya. “Rasa solidaritas dan peduli sosial ini yang diharapkan bisa terus tertanam kepada mereka untuk bekal hidup di masyarakat,“ imbuhnya. Sementara itu Nur Kholis, Manajer BMH Jawa Timur, Gerai

Ponorogo mengatakan, “Kami sangat bangga bahwa adik-adik SMPN 5 Ponorogo pun punya rasa kepedulian. Suatu sifat kemuliaan, dalam usia masih remaja mereka mau membela saudara muslim kita yang mengalami penindasan kemanusiaan,” katanya. Secara spesifik BMH Gerai Ponorogo senantiasa berupaya konsisten bergerak di bidang pengelolaan ZISWAF atau dana sosial untuk dakwah. Selain program peduli Aleppo, BMH juga telah melaksanakan program sosial lain, di antaranya Baksos Peduli Janda Miskin dan Anak Yatim, Sunatan Massal, serta Pengobatan Gratis bagi kaum dhuafa.*/Teguh Santoso

FOTO: TEGUH SANTOSO/MULIA

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

83


KIPRAH

FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA

Kemenag Jatim Dorong BMH Terus Sosialisasi Zakat Tahun 2017 ini BMH Jatim berupaya memberikan kualitas layanan terbaik untuk umat

K

epala Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Waqaf Kementerian Agama RI Wilayah Jatim, Chusnul Marom, mendorong Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH) terus mensosialisasikan gerakan sadar zakat di masyarakat. “Negeri ini masih kalah (perhimpunan zakatnya) dengan negara berpenduduk

84 MULIA

Muslim lainnya, terutama Timur Tengah, padahal bila dilihat dari kuantitas, Indonesia merupakan negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia hingga saat ini,� kata Chusnul Marom, saat menyampaikan sambutan dalam acara Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) BMH Jawa Timur di Pusdiklat Hidayatullah Batu, Kota Malang, Selasa (10/01/2017). Menurutnya, untuk

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

meralisasikan potensi zakat yang besar perlu kiprah elemen masyarakat, salah satunya sosialisasi oleh BMH. Tak lupa Chusnul Marom menyampaikan terima kasih kepada BMH Jatim yang telah berperan aktif memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya warga Jatim. Ia juga menitipkan harapan agar kerja BMH ke depan lebih aktif lagi, berupa sosialisasi


KIPRAH gerakan sadar zakat. “Potensi zakat di Indonesia sangatlah besar. Namun di lapangan pencapaiannya masih jauh dari potensi yang ada,” kata Chusnul. Rapat kerja dengan tema “Meningkatkan Kualitas Layanan dan Pemberdayaan untuk Optimalisasi Perhimpunan ZISWAF Menjadi LAZNAS yang Unggul” diharapankan memacu adrenalin terus berinovasi dan bersungguh-sungguh dalam melayani umat. Rakerwil kali ini menetapkan 5 Gerai BMH Jawa Timur yang mendapatkan penghargaan atas prestasinnya. Prestasi The Best Fundraising (diberikan kepada BMH Malang). The Best Accounting (BMH Sidoarjo), The Best Empowerment (BMH Pamekasan), The Best Event and Publication (BMH Ponorogo), The Best Managerial (BMH Trenggalek).

Kiprah BMH BMH Jatim, alhamdulillah senantiasa menjadi mitra banyak pihak, terutama masyarakat umum. Catatan 2016, terkhusus Ramadhan, telah melakukan banyak hal. Di antaranya membersihkan 116 masjid. Penyaluran

Wakaf Al-Qur’an sebanyak 1.930 buah. Kemudian Prima Ramadhan dengan total 2.395, disusul Paket Sekolah sebanyak 2.035 paket, selanjutnya program Belanja Ceria bersama 1.420 anak yatim dhuafa, serta 526 bingkisan untuk guru ngaji, dilanjutkan dengan 893 paket untuk dai, Berkah Fitrah sebanyak 8.299 jiwa, dan Bingkisan Yatim Dhuafa kepada 1.815 jiwa. “Jika ditotal seluruh penerima manfaat selama 2016 sejumlah 85 ribu jiwa,” ungkap Muh. Gani Irwansyah, S.H, General Manager BMH Perwakilan Jawa Timur. Meski demikian, Gani mengaku masih banyak masyarakat belum tersentuh dan butuh sinergi semua pihak bersama BMH. “Atas segala pencapaian BMH Jatim di 2016, kami bersyukur kepada Allah dan juga berterima

kasih atas kepercayaan dan dukungan yang diberikan oleh semua pihak, khususnya mitra dan donatur. Tetapi, sungguh masih banyak masyarakat yang perlu kita bantu, kita dorong untuk cerdas, mandiri dan semakin bertaqwa kepada Allah Ta’ala,” papar Gani. “Komitmen kami di tahun 2017 ini berupaya semaksimal mungkin memberikan kualitas layanan terbaik yang bersifat inovatif dan berbasis teknologi yang akan menghasilkan kepuasan bagi muzakki (customer satisfaction) yang telah berdonasi. Kemudian di sisi pemberdayaan kami akan berupaya meningkatkan kualitas pengelolaan zakat berupa program yang berkelanjutan (sustainability empowerment), sebagaimana core BMH yakni dakwah, pendidikan, ekonomi, dan sosial kemanusiaan,” pungkas Gani.*/RAS

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

85


DAKWAH

FOTO: RIZKI/MULIA

Kuatkan Dakwah dengan Nikah Barokah Delapan dai dan daiyah melangsungkan pernikahan di kampus Pesantren Hidayatullah Towuti

S

alah satu ciri khas paling kuat dari dai Hidayatullah saat menuju berumah tangga, bahwa dalam prosesnya tidak diawali dengan saling kenal, apalagi pacaran. Sabtu, 21 Januari 2017 program “Nikah Barokah� kembali digelar di Towuti, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Sebanyak delapan dai dan daiyah BMH melangsungkan pernikahan di kampus Pesantren Hidayatullah Towuti. Delapan dai itu berasal dari beberapa daerah tugas, seperti Lampung, Makassar,

86 MULIA

Palopo, Lambara, Enrekang, Bontang, Nunukan, dan Towuti sendiri. Acara istimewa tersebut dihadiri 1000 orang, antara lain Camat Towuti, anggoda DPDMPR RI Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, M.Si, Ketua Komisi III DPRD Luwu Timur, Andi Badaruddin, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Luwu Timur, KUA, kepala desa, dan lain lain. Prosesi ijab qabul dilangsungkan dari pukul 08.10 sampai pukul 09.00. Peserta dibagi menjadi tiga meja; meja pertama dinikahkan oleh Ustadz

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Ir. H. Abdul Majid, meja kedua dinikahkan oleh KUA Towuti, dan meja ketiga oleh Ustadz Muslimin.

Sederhana Ustadz Najamuddin selaku panitia pelaksana mengatakan, bahwa Nikah Barokah ini digelar sebagai sarana menguatkan dakwah. Para dai yang telah menyelesaikan masa studi S1 dan menjalankan amanah dakwah di berbagai daerah, dapat semakin mantab dalam menjalankan amanah dakwah, berkiprah di tengah-tengah


DAKWAH masyarakat. “Selain itu upaya syiar kepada umat, agar masyarakat memahami bahwa menikah dalam Islam itu mudah dan berkah dengan landasan syariat agama. Jadi, tidak ada lagi kerisauan dengan istilah uang panai, sebagaimana umum di masyarakat,” paparnya. “Nikah Barokah” ini terbilang sangat sederhana. Mempelai pria menggunakan baju putih sampai lutut, memakai sarung, serta peci hitan. Mempelai wanita memakai baju yang dijahit khusus oleh alumni santri Hidayatullah Towuti dengan pilihan warna pink. Alhamdulillah respon masyarakat sangat baik dalam menyambut acara ini. Mereka bersinergi memberikan sumbangsih moral demi suksesnya gelaran acara ini. Bahkan masyarakat berharap acara seperti ini rutin diadakan di pesantren.

Menguatkan Cinta Hadir memberikan hikmah nikah dai tangguh BMH yang juga pengisi rubrik Kelambu Majalah Mulia, Ustadz Endang Abdurrahman. Pria asal Tasik­ malaya itu memberikan wejangan, di antaranya bagaimana membina rumah tangga sesuai

tuntunan Islam. Jika urusan rumah tangga beres, maka segala urusan yang lain juga akan dimudahkan Allah. “Jangan lupa rayuanrayuan kepada istri harus tetap dilakukan, disegar-segarkan. Istriku tercinta, suamiku tersayang, harus terus dilestarikan dalam interaksi suami istri,” paparnya yang bikin hadirin tersenyum malu. “Jangan sampai melupakan tuntunan Islam, seperti suami memaksa istri, apalagi sampai meniru gaya dalam peradaban lain yang jauh dari nilai-nilai Islam, seperti sikap kasar yang disertai dengan kekerasan, dan lain sebagainya,” imbuhnya. Salah satu peserta “Nikah Barokah”, Amal Sholeh, mengatakan dirinya memilih ikut program ini untuk mendapatkan istri yang benar-benar meneduhkan hati. “Saya yakin, pilihan

para ustadz adalah yang terbaik. Saya yakin, wanita salehah akan meneguhkan saya dalam dakwah,” ucapnya. Sementara itu, Nurhalia binti Kuasa mengatakan, dirinya ingin mendapatkan imam yang bisa membimbing dalam iman dan Islam, apalagi bisa mengajak hidup dalam dakwah. “Saya ingin menikah dengan cara Islami, karena hanya dengan cara itu saya dapat menjadi lebih kuat dalam menyusuri medan dakwah,” katanya.

Usai acara, kedelapan pasangan dai-daiyah tersebut langsung meninggalkan Towuti Wawondula untuk selanjutnya berkiprah nyata di tengah-tengah masyarakat membawa panji dakwah. Semoga menjadi keluarga yang Mawaddah wa Rahmah menuju Sakinah.*/Rizki

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

87


LIPUTAN

FOTO:DIRMAN/MULIA

MERumuskan Pendidikan Berakhlak dan Beradab

P

endidikan di Indonesia masih belum menyentuh semua lapisan masyarakat. Selain itu, minat generasi muda menerjuni dunia pendidikan masih sangat minim, sehingga profesi sebagai guru belum dianggap sebagai bagian ‘jihad ilmu’. Dengan berbagai tantangan yang ada, Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) pada 16 Januari 2017 lalu mendukung dilangsungkannya

88 MULIA

Rapat Kerja Nasional Pendidikan Hidayatullah. Raker bertempat di Islamic Center Hubbul Wathan, Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan dibuka Sekretaris Daerah Prov. NTB Dr H Rosiady Sayuti mewakili Gubernur NTB Dr TGH M Zainul Majdi yang berhalangan hadir karena sakit. “Dulu, kita di Nahdhatul Wathan (NW) di masa-masa awal, juga menugaskan para alumninya ke

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

berbagai pelosok seIndonesia, mereka merintis Pesantren juga. Tetapi kini, Hidayatullah menerapkan pola tersebut dengan lebih modern. Ini yang harus kita pelajari,” ujar pria yang juga menjabat Ketua PW NW NTB ini dalam sambutannya menyampaikan aspirasinya kepada 33 utusan penggerak pendidikan Hidayatullah seIndonesia yang hadir. Sebelumnya, Kepala Departemen


LIPUTAN

Pendidikan Dasar dan Menengah DPP Hidayatullah Amun Rowie, M.Pd menyampaikan bahwa dipilihnya NTB sebagai tuan rumah Rakernas Pendidikan Hidayatullah ke-2 ini sebagai bentuk apresiasi atas banyaknya pengelola pendidikan di Hidayatullah yang berasal dari NTB. “Kita memfasilitasi agar sekalian jenguk kampung,” canda Ustadz Amun. “Yang dari Aceh orang Lombok Tengah, yang di Papua orang Sumbawa. Jadi dari Sabang sampai Merauke orang NTB, “ kata Ustadz Amun, disambut tawa para peserta. Rakernas

Pendidikan Hidayatullah yang bertemakan “Sukses Kaderisasi Melalui Standardisasi Pendidikan” ini berlangsung selama tiga hari (16 – 19 Januari 2017), bertempat di Narmada, Lombok Barat, dan dibuka di Islamic Center Hubbul Wathan. Para peserta Rakernas ini bermusyawarah untuk memutuskan berbagai kebijakan, khususnya di bidang pendidikan yang standar di setiap sekolah Hidayatullah se-Indonesia sebagai wujud nyata ikut serta mencerdaskan bangsa dan memajukan pendidikan di tanah air. “Laznas BMH

sebagai mitra strategis Departemen Pendidikan Dasar dan Menengah DPP Hidayatullah menitikberatkan pendidikan pada program beasiswa yatim-dhuafa di berbagai propinsi di tanah air, sekaligus mendorong beragam event-event pendidikan untuk membentuk karakter peserta didik di luar ruang formal di dalam kelas, sehingga pendidikan yang dilangsungkan bukan sebatas kognisi, tetapi juga karakter, akhlak dan adab,” ucap Abdul Kholiq, S.Pd.I selaku General Manager BMH Perwakilan NTB yang juga menjadi ketua panitia pelaksanaan acara tersebut.*/ Dirman

FOTO:DIRMAN/MULIA

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

89


LIPUTAN

FOTO: HERIM/MULIA

Launching Buku “Ditolong Allah” di Negeri Ginseng

S

ejak ditanda­ tangainnya MoU antara Laznas BMH dengan Penerbit Mimbar Plus pada Rapat Kerja Nasional Laznas BMH XIII di Hotel Bumi Wiyata Depok (21/12/2016) rangkaian implementasi dari MoU tersebut diawali dengan Grand Launching Buku “Ditolong Allah” di Korea Selatan (27/1/17). Setiba di Korea Selatan, Ketua Umum Laznas BMH, Marwan Mujahidin yang

90 MULIA

didampingi oleh Kepala Departemen Marketing, Fachrurrozi langsung disambut oleh Imam Masjid Itaewon, Ustadz Syamsul Arifin, pria asli Indonesia. “Saya sangat bersyukur dengan adanya lembaga Islam yang atang ke Korea Selatan ini, seperti BMH yang turut andil melihat perkembangan dan peduli terhadap kondisi dakwah di sini. Tentu, ini sangat membantu dan menjadi spirit untuk menyampaikan risalah Islam di Korea

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

Selatan,” ucapnya. Menurut Ustadz yang akrab disapa Arifin ini dakwah di Korea Selatan memiliki keunikan tersendiri. “Pribumi Korea Selatan, seperti jamak diketahui, bisa dikatakan belum mengenal agama. Inilah tugas yang berat, belum lagi bahasa pengantar di Korea Selatan bisa dikatakan tidak ada. Bahasa Inggris hanya kalangan tertentu. Jadi, kami butuh dai yang mampu berbahasa Korea dengan baik,” paparnya.


LIPUTAN Namun demikian, komunitas Muslim di Korea Selatan cukup banyak. “Ada Komunitas Muslim Indonesia (KMI), kemudian Ikatan Keluarga Muslim Indonesia (IKMI) Korea Selatan, serta beberapa komunitas lainnya,” ungkap Ismyah selaku penulis buku “Ditolong Allah.” Dalam kesempatan berbahagia itu, BMH hadir bersama Penulis Buku “Ditolong Allah adalah dalam rangka mengikuti gelaran “Silaturrahim Akbar 2016” di Gimhae Korea Selatan. Kegiatan ini memang rutin dilakukan sekali dalam setahun. Buku “Ditolong Allah” pun dilaunching dalam acara tersebut dimana seluruh hasil penjualannya diserahkan seluruhnya kepada BMH untuk mendukung programprogram dakwah para dai di seluruh Nusantara dan luar negeri. “Alhamdulillah, dalam acara tersebut, Buku “Ditolong Allah” ludes terjual. Antusiasme umat Islam di sini terhadap ukhuwah sangat tinggi, sangat terasa. Padahal acara ini juga dilangsungkan saat negeri ini masuk musim dingin yang suhurnya minus 15 derajat

FOTO: HERIM/MULIA

celcius. Tapi semua semangat di forum ini,” ungkap Fachrurrozi. Usai acara Grand Launching Buku “Ditolong Allah” Marwan Mujahidin menyatakan pihaknya akan berupaya untuk ikut serta menguatkan dakwah di negeri Ginseng tersebut. “Insya Allah dalam rangka menguatkan dan mendukung dakwah di Korea Selatan, kami akan siapkan langkahlangkah dan program konkret ke depannya di sini, agar sinergi dakwah di negeri Ginseng ini bisa kian

mengibarkan bendera Islam. Insya Allah, kami juga akan berupaya membuka jaringan perwakilan khusus ke luar negeri. Semoga Allah memudahkan langkah ini,” tegasnya. Kerjasama BMH dengan Penerbit Mimbar Plus di Korea Selatan ini adalah yang pertama dan akan berlanjut sepanjang 2017 ini dengan beragam event, seperti bedah buku dan talk show di beberapa daerah di dalam negeri dan beberapa kota di luar negeri.*/Herim

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

91


MUZAKKI

Usman Maulana Pengusaha Kayu Hutan Lestari, Anggota Legislatif Daerah Banten dan Ketua DKM Masjid Al-Muhajirin

BMH adalah Laznas yang memiliki program-program yang bagus, sangat bermanfaat buat masyarakat yang berhak menerima. Bersyukurlah kala kita berbagi dengan sesama, karena itu adalah kebutuhan. Harta kita hakikatnya tidak berkurang karena gemar berbagi, sebab yang kita bagikan adalah yang sejatinya milik kita dunia-akhirat. Demikian Allah mengingatkan kita sebagai manusia

92 MULIA

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017


DOA

Doa Menolak Firasat Buruk/Sial

‫ َﻭ َﻟ‬،‫ﺍﻟﻠَّ ُﻬﻢَّ َﻟ ﻃَﻴْﺮَ ﺇِ َّﻟ ﻃَﻴْﺮ َُﻙ‬ ‫ َﻭ َﻟ ﺇِ َﻟ َﻪ َﻏﻴْﺮُﻙ‬،‫َﺧﻴْﺮَ ﺇِ َّﻟ َﺧﻴْﺮ َُﻙ‬ “Ya, Allah tidak ada keburukan kecuali apa yang telah Engkau tentukan, dan tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, serta tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau”

Firasat buruk kerap kali membuat seseorang gamang. Takut. Diliputi kekhawatiran. Penuh kegundahan. Menetralisir rasa waswas ini menjadi keniscayaan agar hidup bisa kembali tentram dan penuh optimisme. Untuk itu, mintalah pertolongan kepada Allah, agar melepaskan diri dari segala firasat yang menjerat diri. tancapkan juga keyakinan, bahwa segala sesuatu itu terjadi hanya atas kehendak Allah semata. Dia lah Sang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Doa hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di atas, bisa diamalkan. . (Khairul Hibri/Mulia) |MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

93


INSPIRASI

SUMBER:huffingtonpost

Indahnya Skenario Allah di Medan Dakwah Sungguh indah skenario Allah mengantarkanku sebagai hamba berbalut kesyukuran akan karunianya dalam menapaktilasi medan dakwah

P

ada tahun 1962 saya menikah dengan pemuda pilihan Allah Subhanallahu Wata’ala. Tahun 1971 suami membawa saya merantau ke Pulau Kalimantan, di wilayah yang masih hutan karena sudah menjadi tekad bagiku untuk senantiasa ikut dan taat kepada suami. Selain itu, ajakan ini adalah salah satu wasilah untuk meraih ridha Allah Subhanahu Wata’ala, berjuang bersama di medan dakwah melalui salah satu lembaga, yang saat itu masih dalam perintisan awal. Tempatnya masih hutan penuh semak belukar.

94 MULIA

Kegoncangan seorang istri pun hadir ketika lima bulan berlalu hidup tanpa bersama suami. Kala itu saya ditinggal suami yang bergi bertugas membuka wilayah di Berau. Seorang diri, menghidupi sekitar 30 santri. Sementara kabar dari suami tidak kunjung datang. Bahkan kabar keselamatan atau kematiannyapun tidak ada. Saya mulai resah dan khawatir ketika anak-anak semakin sering menanyakan keberadaan bapaknya. Keresahan ini akhirnya sampai ke telinga pimpinan. Beliau akhirnya mengizinkan saya pergi mencari

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

suami di Berau.

Kuli Penggiling Kopi Saya berangkat dengan bertawakkal pada Allah. Saya bersiap untuk dapat menemukannya, baik hidup atau pun mati. Padahal, kala itu tidak ada sama sekali biaya. Jangankan biaya, alamat detail keberadaan suami pun tidak ada. Saya berangkat bersama seorang putra, sedangkan kedua putra lainnya dititipkan di rumah mertua. Perjalanan panjang dengan kapal laut selama 3 hari 3 malam. Lelah menyatu, namun tidak menyurutkan langkah saya.


INSPIRASI Dengan tubuh ringkih dan uang seadanya, saya bertanya ke setiap pemilik kapal yang hendak berlayar, “Apakah saya boleh ikut ke Berau?� Mereka memberikan solusi, hanya bisa menumpang kapal barang jika tak memiliki uang. Merasa ada harapan, sembari menunggu datangnya kapal barang, saya mencari pekerjaan agar bisa bertahan hidup. Menumpang di rumah orang sambil menjadi kuli menumbuk kopi dan mencuci baju. Setiap hari, ketika menumbuk kopi, saya terus menatap lautan menanti munculnya kapal barang. Itu saya lakukan dari pagi sampai malam. Begitulah hari-hari berlalu, menanti dan terus menanti. Setelah beberapa bulan berlau, akhirnya datang kabar tentang keberadaan suami. Dengan izin Allah, akhirnya selama satu hari satu malam saya bisa berlayar menuju ke Berau. Di tengah jalan, cobaan perih menimpa. Anakku muntah darah saat terombang ambing di atas kapal. Di saatsaat seperti ini, saya berharap kekuatan oleh Allah untuk segera menemukan bapaknya. Akhirnya kapal tiba di pelabuhan Berau.

Saya beristirahat di rumah pemilik kapal. Melihat kondisi saya yang memprihatinkan, pemilik kapal menanyakan tujuan saya. Alhamdulillah, secercah harapan datang ketika bapak tersebut mengatakan akan menanyakan seseorang yang sering membawa atap perahu ke Sukang. Akhirnya, atas kehendak Allah, pemilik kapal ini menemukan saya dengan salah satu murid suami. Alhamdulillah wa syukurilah. Inilah hadiah Allah Subhanahu Wata’ala, begitu bersyukurnya diri ini. Allah akhirnya membantu menemukan suami saya. Kehadiran saya

disambut para santri dan jamaah suami. Sosok yang saya rindukanpun muncul dari balik kerumunan dengan kondisi memprihatinkan, tubuh kurus dan penuh luka, serta koreng. Anak saya pun berlari menuju bapaknya dan memeluknya erat. Suamiku pun berjalan ke arahku, yang sedang dalam perasaan campur aduk serta belum begitu yakin telah bersua dengan sang suami. Sungguh indah skenario Allah saya bersyukur akan karunianya kepada saya dalam menapaktilasi medan dakwah perintisan ketika ekspansi di berbagai daerah.*/Sahlah alGhumaishaa’, disarikan dari wawancara Umi Athiyah

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

95


KREASI

TEMPAT PERMIN oleh: rubiar

CARA PEMBUATAN 1

2

3

4

5

1. Siapkan kertas majalah 2. Lipat pada penggaris dan tepi kertas dilem 3. Lepaskan lipatan kertas dari penggaris. Lipat seperti gambar

96 MULIA

4. Potong lipatan kertas seperti contoh 5. Tempelkan potongan kertas

|Jumadil Akhir 1438/Maret 2017

kedalam lipatan 6. Buat lebih dari satu dan rangkai dengan


KREASI

Bahan dan Alat: • • • •

6

Kertas majalah Lem tembak/lem G Penggaris Gunting

7

8

menempelkannya seperti gambar 7. Rangkai dari 6 lipatan, sehingga menjadi dasar 8. Tempelkan 6 lipatan kertas 9. Tempelkan 6 lagi lipatan kertas sehingga menjadi bentuk seperti gambar

|MULIA

Maret 2017/Jumadil Akhir 1438

97




Tahan dulu berkomentar, kita tunggu

APA KATA

MAJALAH HIDAYATULLAH

“BISA BERLANGGANAN MELALUI TERDEKAT” 0821.4040.4051

@majalahhidayatullah


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.