Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak* Oleh: Manik Sukoco** Kontributor pada Center for e-Accountability System Globalisasi ekonomi telah menjadi mainstream yang memengaruhi perkembangan konsep dan praktik perpajakan dan akuntansi. Paradigma lama yang memandang pajak dan akuntansi sebagai domain yang berbeda dan sulit untuk diharmonisasikan tampaknya akan berubah dalam mainstream globalisasi tersebut. *** Sistem perekonomian antar-bangsa yang semakin terintegrasi merupakan bentuk liberalisasi ekonomi yang berkembang pada saat ini. Salah satu bentuk integrasi ekonomi tersebut adalah integrasi pasar modal dunia dalam sistem ekonomi yang berorientasi pasar. Rupanya, integrasi pasar modal tersebut telah menjadi faktor utama yang mendorong upaya kearah penyeragaman (convergency) standar akuntansi keuangan menuju pada satu standar akuntansi global yang dikenal sebagai International Financial Reporting Standard (IFRS), sebagai produk dari International Accounting Standard Board (IASB).1 Negara maju, dalam hal ini adalah negara-negara Uni Eropa merupakan pihak yang lebih awal mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansinya. Mereka telah mewajibkan semua perusahaan yang go public dan berdomisili di negara-negara Uni Eropa untuk menyusun laporan keuanganya berdasarkan IFRS per 1 Januari 2005. Dikecualikan dari itu, perusahaan-perusahaan tertentu diberi penangguhan hingga 2007.2 Kemudian, negara-negara maju lainya, seperti Amerika Serikat juga telah merencanakan untuk mengadopsi penuh IFRS yang akan berlaku efektif pada 2014 nanti. Di samping harmonisasi akuntansi, negara-negara Uni Eropa juga tengah melakukan upaya harmonisasi disektor perpajakan. Salah satu upaya harmonisasi tersebut adalah inisiatif dari Komisi Eropa (European Commission) pada 2008, yang mengusulkan penggunaan Common Consolidated Corporate Tax Base (CCCTB) bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi di negara-negara Uni Eropa.3 Adapun level minimal harmonisasi pajak yang diharapkan adalah basis pajak (tax base) yang berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi pajak yang menggunakan IFRS. Hal ini mengindikasikan adanya upaya (effort) yang dilakukan oleh negara-negara maju—khususnya Uni Eropa—dalam menyelaraskan akuntansi, perpajakan, dan antara keduanya. Indonesia pun tampaknya tidak dapat menghindar dari mainstream liberalisasi ekonomi dunia. Dalam ASEAN Economic Community Blueprint4, negara-negara ASEAN—termasuk Indonesia— sedang berupaya mewujudkan suatu sistem perekonomian yang dinyatakan sebagai “a single market and production base, a highly competitive economic region, a region of equitable economic development, and a region fully integrated into global economy”.
1
Frederick D.S. Choi dan Gary K. Meek, International Accounting-Six Edition, (USA: Pearson Education, Inc.), 2008, 44. 2
Marisi P. Purba, International Financial Reporting Standards-Konvergensi dan Kendala Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu), 2009, 13. 3
Wolfgang Schon, International Accounting Standards-A Starting Point for a Common European Tax Bas”, Research Paper, (Amsterdam: Internatinonal Bureau of Fiscal Documentation), 2004, 428, tidak diterbitkan. 4
www.aseansec.org/21083.pdf