3 minute read

Funfact

Next Article
Opini

Opini

Fun Fact

Aroma Hujan Sering kali saat kita berada di luar rumah di saat hujan baru, kita mencium aroma udara yang begitu khas. Aroma ini bukan berasal dari air hujan, melainkan berasal dari tanah yang lembap. Seorang ilmuwan Australia menjelaskan proses munculnya aroma khas yang biasa disebut sebagai petrichor (petrikor). Petrikor berasal dari berbagai senyawa kimia yang harum, yang berasal dari tanah dan tanaman yang mengandung Actinobacteria yaitu bakteri-bakteri yang kebanyakan tinggal di dalam tanah. Actinobacteria menghasilkan sebuah senyawa organik yang disebut sebagai geosmin yang memengaruhi munculnya aroma petrikor yang dapat dideteksi oleh hidung manusia bahkan pada konsentrasi yang rendah. Saat tanah kering, aktivitas dekomposisi atau pembusukan oleh Actinobacteria melambat sedangkan sesaat sebelum terjadi hujan, kelembaban udara akan meningkat sehingga tanah mulai lembap dan aktivitas dekomposisi Actinobacteria meningkat sehingga konsentrasi geosmin akan meningkat pula. Lalu, saat hujan menyentuh permukaan tanah, maka hujan akan mendorong gas yang mengandung geosmin dari tanah menuju udara sehingga terciumlah aroma petrikor oleh hidung kita.

Advertisement

Bentuk Tetesan Hujan

Apakah kalian pernah melihat bentuk tetesan air hujan? Bentuk tetesan hujan yang populer digambarkan adalah berbentuk tetesan air seperti tetesan air mata. Namun, ternyata bentuk tetesan hujan tidak seperti itu. Bentuk tetesan hujan tergantung pada ukuran diameter tetesan hujan. Jika diameter kurang dari 2 milimeter, maka tetesan berbentuk hampir bulat sempurna seperti bola. Sementara itu, jika diameter tetesan lebih dari 2 milimeter, maka tetesan hujan akan berbentuk sedikit memanjang, pipih di bagian bawah, dan bulat di atas, seperti jamur atau bahkan roti hamburger. Mengapa hal ini terjadi? Itu karena saat tetesan hujan jatuh, bagian bawah tetesan akan terkena tekanan udara paling besar dibandingkan dengan bagian sisi-sisi tetesan. Sehingga bagian bawah tetesan akan memipih dan sisi-sisinya melebar.

5

Kecepatan Hujan

Kecepatan tetesan hujan sangat bervariasi tergantung pada diameter tetesan hujan dan kondisi tekanan udara. Namun, jika rata-rata diameter hujan adalah sebesar 6 milimeter atau kira-kira sebesar ukuran butir kacang hijau maka rata-rata kecepatan hujan adalah sebesar 10 meter per detik. Jika diasumsikan kecepatan hujan sebesar 10 meter per detik dan jarak awan hujan ke permukaan bumi adalah setinggi 3.000 meter maka butuh waktu kira-kira lima menit tetesan hujan untuk sampai ke permukaan bumi.

Hujan yang Tidak Membasahi Tanah

Tempat Terbasah dan Terkering di Bumi

Hujan selalu turun ke bumi, tetapi ada bagian bumi yang tanahnya selalu kering dan pecah-pecah. Akan tetapi, ini bukan karena permukaan buminya yang anti air. Hal ini terjadi karena hujan yang turun dari awan menguap sebelum sampai ke permukaan karena suhu yang sangat tinggi. Fenomena ini disebut sebagai virga, yang dalam bahasa Latin berarti ranting atau cabang. Fenomena virga banyak terjadi di daerah iklim kering, dengan suhu tinggi dan kelembaban yang rendah.

Dalam dunia meteorologi, suatu tempat biasanya dibagi menjadi beberapa tingkat “kebasahan” yang ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata presipitasi tahunannya. Jumlah presipitasi diukur dalam satuan milimeter atau inci. Tempat terbasah di bumi berlokasi di Mawsynram, India. Rerata curah hujan tahunan di wilayah ini mencapai 11.872 milimeter. Lokasi Mawsynram yang berada di pegunungan memaksa angin monsun hangat bergerak ke utara ke arah pegunungan dari Teluk Benggala untuk menyatu di atas Mawsynram, sehingga menyebabkan hujan dengan frekuensi dan intensitas yang sangat tinggi. Bagaimana dengan Indonesia? Pada November 2018 yang lalu, BMKG membuat sebuah laporan berjudul Tempat Terbasah di Dunia Ada di Indonesia. BMKG menyebutkan wilayah Mile 50 atau MP50 di Kecamatan Tembagapura, Papua, berpotensi menjadi daerah dengan rerata curah hujan tahunan tertinggi di dunia. Berdasarkan data curah hujan selama 21 tahun pada periode 1994-2011 dan 2016-2018, rerata curah hujan tahunan di MP50 mencapai 12.143 milimeter, dengan jumlah hari hujan sebanyak 329 hari. Jumlah curah hujan tersebut melampaui curah hujan di Mawsynram, India. Sementara itu, tempat terkering di bumi berada di Arica, Chili, dengan rerata curah hujan tahunan tidak sampai 1 milimeter per tahun. Sebagai perbandingan, tempat terkering di Indonesia berada di NTT dengan rerata curah hujan tahunan berada di rentang 900-1.200 milimeter per tahun. Sementara itu Jakarta memiliki rerata curah hujan sekitar 3.000-3.500 milimeter per tahun.

6

This article is from: