2
12
55110
20166
0
11016
7
g e l
a
TEKNO
p
o I
MAN
AKAN MEMBEKU JIKA
MATI LAMPU
Mati Lampu dan Pencarian Burung Ega adalah seorang pemburu burung. Suatu hari Ega diajak oleh Mirza untuk berburu burung di hutan wonosari. Mereka berangat pada pagi hari dan sampai di hutan wonsari pada siang hari. Sampainya di hutan, mereka langsung berburu dengan semangat yang membara-bara. Maklum mereka berdua adalah sepasang sahabat yang sudah lama tidak bermain bareng. Sampai sorehari mereka melakukan perburuan, burung yang ingin mereka buru belum kunjung dapat. Jangankan dapat, selama perburuan, burung tersebut tidak menampakkan dirinya kepada mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk menghentikan perburuan dan beristirahat sejenak sebelum pulang ke jogja. Mereka beristirahat dibawah pohon besar yang daunnya sangat lebat. Tampaknya mereka bahagia walaupun gagal mendapatkan burung tersebut. Tetapi apa yang tampak seringkali bukan apa yang terjadi sesungguhnya. Ega, pemburu burung handal, merasa kesal mengapa dia tak dapatburung itu. Didorong oleh rasa kekesalannya, ega bertanya kepada mirza ' kita itu sebenarnya mau memuru burung opo toh mir?' mirza bingung mendengar pertanyaan ega. Dalam pikiran mirza, seharusnya ega sudah tau sejak awal burung apa yang mereka buru. Akhirnya, mirza pun menjawab 'itu loh dus. Burung yang jadi simbol batman. Aku lupa e namanya' ega tersentak mendengar jawaban mirza. Ega tau betul burung yang dimaksudkan mirza dan sebagai pemburu burung yang handal, ega tau betul kalau burung tersebut memang tidak akan beraktivitas pada siang hari apalagi di tempat yang terang. Persoalannya, mengapa mirza mencari burung tersebut pada siang hari? Tak mungkin mirza tak tau kalau kelelawar beraktivitas di malam hari, utamanya di tempat yang gelap, itu lahyang terlintas di pikiran ega. Melihat gelagat ega dan seolah tau apayang sedang dipikirkan oleh sahabatnya tersebut, mirza tiba-tiba berkata kepada ega 'aku mencari burung tersebut pada siang hari, karena kalau kita cari pada malam hari nanti gelap dus, kalau gelap pasti gak kelihatan' Memang gampang menertawakan tokoh mirza pada cerita tersebut. Sambil tertawa, kita akan cepat memberikan argumentasi bahwa memburu kelelawar di tempat yang terang adalah sia-sia. Solusi dari argumentasi tersebut jelas buru lah kelelawar di tempat yang gelap atau saat malam hari. Anggaplah ega dan mirza itu nyata. Mereka melaksanakan solusi yang kita tawarkan. Apakah keadaannya menjadi lebih baik? Ega dan mirza malah mati. Mereka mati karena mereka dehidrasi. Mereka dehidrasi karena tersesat di gurun pasir. Mereka tersesat di gurun pasir karena mereka mencari kelelawar di gurun pasir pada malam hari. Solusi kita tersebut sebenarnya dihasilkan dengan mengasumsikan satu hal terlebih dahulu yaitu gelap mengkondisikan atau menjadi syarat aktivitas kelelawar. Asumsi tersebut dihasilkan karena penampakan kelelawar pada kita selalu berada di tempat yang gelap. Kita gagal untuk menyimpulkan bahwa kondisi fisik kelelawar lah yang menyebabkan aktivitas masyarakat pada situasi gelap atau malam hari, bukan gelap itu sendiri. Dengan penalaran begitu, kita tidak serta merta mengusulkan 'cari lah di tempat yang gelap', yang kita lakukan pertama-tama adalah merumuskan kondisi fisik kelelawar lalu merumuskan situasi gelap bagaiman ayang memungkinkan kelelawar. Kesimpulan kita pun akan berubah menjadi 'cari lah kelelawar di tempat gelap yang memiliki kondisi x1, x2, x3, dst.'
Apa yang masalah dari permasalahan di atas? saya merumuskan ada 2 masalahnya, yaitu: ketidakmauan untuk melampaui penampakan dan ketidakmampuan untuk melampaui penampakan. Entah karena kita tidak mampu sehingga kita tidak mau atau karena kita tidak mau sehingga kita tidak mampu. Secara historis hal tersebut telah menjawab. Bukankah dengan membuktikan bahwa walaupun air dapat memadamkan air (penampakan) tetapi atom penyusun air justru hidrogen dan oksigen? Walaupun bumi tampak seperti dikelilingi oleh matahari tetapi yang terjadi justru sebaliknya: bumi lah yang mengelilingi matahari? Bukankah dengan pembuktian tersebut kita telah membuktikan bahwa sebenarnya kita mampu melampaui penampakan? Dengan begitu, persoalan sebenarnya adalah kita tak mau, sehingga kita tak mampu. Tetapi kita tak boleh berhenti pada titik ini. Apabila berhenti pada titik ini, solusi yang paling mungkin adalah memanggil semua motivator untuk mengubah cara pandang kita. Lalu apa masalahnya jika solusinya demikian? Solusi tersebut sangat spekulatif dan relatif. Maksudnya, solusi tersebut sangat bergantung pada kemampuan si motivator dan komitmen kita untuk tetap bertahan pada cara pandang tersebut. Masalahnya adalah bukankah kita sedang mengkritik dan melampaui suatu cara berpikir yang menghasilkan solusi yang spekulatif dan relatif, seperti solusi yang kita tawarkan kepada ega dan mirza? Dengan tidak berhenti pada titik tersebut, yang mau kita buktikan adalah ada sesuatu yang dengan sadar atau tanpa sadar, membuat kita untuk tidak mau berpikir melampaui penampakan . tetapi apakah sesuatu itu? Apakah sesuatu itu semacam sistem atau ketidaksadaran atau hasrat atau apa? Itu lah yang sedang kita upayakan di dalam majalah ini: menemukan apa persisnya sesuatu tersebut dan bagaimana cara untuk melampauinya. untuk menemukan sesuatu tersebut, kita memerlukan sebuah rekonstruksi terhadap seluruh refeleksi kehidupan kita. Secara ringkas, sebuah refleksi atas refleksi. Maka, apakah kondisi yang memungkinkan kita untuk merefleksikan suatu refleksi? Jawabnya adalah mati lampu. Mati lampu adalah sebuah kondisi dimana kita meragukan segala terang yang sudah dianggap orang-orang kebanyakan sebagai terang. Kita meragukan pijar bahkan meniadakan cahaya itu sendiri. Satu-satunya alat untuk memeriksa segala hal di dalam kondisi dimana semua hal sudah kita ragukan adalah kemampuan nalar itu sendiri. Maka, mati lampu adalah meragukan segala hal sekaligus memaksimalkan nalar untuk melampaui kondisi hari-hari ini. Matikan semua lampu, jangan ada pijar.
TRIBUTE TO SALAH SATU KELUARGA SATPOL PP YANG LAGI NGETREND
M AMTAI TLI ALMA PMUP U A YAAYHAKHUK UT ATHAUH U A KAUK US ESDEADNAGN GB EBREBRUBAUTA T G IGT IUT UG IGT IUTUU U
END