Salam Redaksi Biasanya sebuah perjumpaan yang diawali oleh perpisahan yang lama, pasti akan menimbulkan keterkejutan. Sebuah keterkejutan yang kami harapkan dari para pembaca dengan kehadiran 2 anggota baru dalam edisi kali ini : Ditto dan Mirza. Sebuah keterkejutan yang kami harapkan justru berasal dari pikiran 'mengapa zine seperti ini dapat menambah anggotanya' sebuah keterkejutan yang awalnya adalah sebuah keraguraguan 'ok. Melihat zaman edan ini. Sepertinya kita harus melakukan sesuatu’
kepuasan ataupun penolakan, seperti yang kita contohkan diatas. Dan menyangkut akhirakhir ini, reaksi ideologis itu sedang memuncak pada isu tentang toleransi. Sebuah reaksi ideologis yang memuncak sehingga kenyataan yangideologis hari-hari ini dirayakan sebagai yang-realitas.
Seluruh tulisan di dalam zine ini digerakkan untuk melihat sebuah 'kenyataan toleransi' dengan perbedaan sebagai sebuah prinsip analisisnya: melihat jarak dari idealisasi terhadap toleransi dengan Tanpa ada pretensi untuk kenyataan empirisnya. Mungkin secara tiba-tiba anda mengingat mengatakan 'ini saatnya aksi tulisan karl marx 'Para ahli filsafat bung!' mari kita simak apa yang hanya telah menafsirkan dunia, terjadi akhir-akhir ini. Baru-baru dengan berbagai cara; akan tetapi ini kita dikejutkan dengan soalnya ialah mengubahnya' pernyataan Elon Musk bahwa seraya bertanya 'bukankah yang robot di suatu saat nanti dapat kalian lakukan hanya lebih baik dari manusia. Sebuah menafsirkan?' untuk yang satu itu, pernyataan yang seharusnya kami tidak sepakat dengan Marx tidak mengejutkan jika kita karena manusia sudah terlalu mengingat satu fakta bahwa manusia semakin menjadi robot. banyak merubah dunia tanpa menafsirkannya, maka yang Saya pikir ini tidak perlu untuk terlalu dibesar-besarkan menjadi harus dilakukan sekarang adalah semacam pengagungan terhadap menafsirkan seluruh perubahan 'misteri' 'kebebasan' 'spritualitas' yang dilakukan. Hanya dengan cara itu “pengubahan' yang saya 'pilihan rasional' pertanyaan terpentingnya seharusnya adalah pikir juga akan disetujui oleh Marx akan menjadi kenyataan. Dan 'oke. Kita mirip robot. Tapi robot dengan cara itu, kami yang bagaimana? Dan apa memberikan signifikansi terhadap artinya dengan keputusan kita zine ini. terhadap bentu tatanan masyarakat yang kita hidupi’ Apa yang kami maksud Redaksi adalah tentang reaksi ideologis. Reaksi ideologis itu dapat berupa Chris
BAGIAN I esai
Christiawan Simanjuntak - Toleransi yang Ideologis Satrio Priyo Adi - Cocoran Tentang Rohingya
esai
po ke mon
oleh Episentrum Rizoma
tol e ran si
S
eluruh dunia dihebohkan oleh kejadian di Myanmar. Negara yang terkenal dengan sebutan Burma ini terbuk mendeportasi paksa suatu kelompok etnis. PBB sudah mengetok palunya, berkata bahwa ndakan Myanmar terhadap etnis Rohingya adalah ethnic-cleansing atau pemberantas etnis. Lucu, pemimpin negara de facto Myanmar merupakan pemegang nobel perdamaian, Aung San Suu Ki yang melegenda (beliau adalah mantan idola saya, karena pergerakan sporadisnya dalam menentang idealisme fasis tempo itu). Pengingkar nobel perdamaian, sungguh menarik untuk melihat hal ini melalui proses mentalnya bukan? Topik ini sering saya dengar dari mulutmulut mahasiswa psikologi, bahkan beberapa dosen pun turut memberikan buah pikirnya saat menunaikan ibadah mengajar. Itu adalah respon yang diberikan dari kejadian ini, banyak pula para pegiat aksi yang turun ke ap lampu merah untuk mengumpulkan koin-koin. Tidak kalah, para pegiat “aksi” turun ke jalan untuk melakukan protes besar-besaran, dan rencanya akan memboikot batu-batuan di Borobudur, sayang sungguh sayang polisi dak ingin ada batuan yang lepas. Saya sungguh takjub dengan solidaritas luar biasa yang dimiliki para pegiat “aksi”. Tidak lepas dari hujatan teman-teman kepada mereka, saya ingin memutar kembali hidung kita semua, menghirup udara dari nafas-nafas para pegiat “aksi”. (Pemikiran saya setelah ini adalah subjek vitas dari saya sendiri, silahkan mencaci jika Anda muak dengan tumpukanrongsok yang te ba muncul di angan saya.)
Esai dan Ilustrasi oleh Satrio Priyo Adi
Gutnik, dkk dalam publish-an mereka yang berjudul The role of emo on in decisionmaking: A cogni ve neuroeconomic approach towards understanding sexual risk behaviour, semakin memperkuat argumen saya, berdasar pada peneli an behavioral mereka, terdapat manusiamanusia di bumi ini yang lebih memilih untuk dak berpenghasilan daripada berpenghasilan rendah, yang ar nya lebih memilih rugi daripada untung. Hal tersebut rupanya didorong oleh perasaan marah dan dak terima. Emosi nega f (marah dan perasaan dak terima) mendorong mereka untuk mencapai sesuatu yang dak menguntungkan mereka, dan bahkan dapat berwujud menjadi perilaku yang agresif.
Sebagai rangkuman, di benak saya, para pegiat “aksiâ€? adalah korban emosi dari agama yang dipaksa turun ke jalan karena : 1) terlalu taat sehingga mengesampingkan rasionalitas dan menjunjung nggi emosionalitas; 2) memberikan nilai emosi pada aksi sehingga merasa aksi patut diperjuangkan; 3) didorong oleh emosi nega f sehingga menjadi rela untuk merugi dan berperilaku agresif. Mari bereeksi sesaat, apakah dorongandorongan emosi dari amygdala mereka (yang ikan pun punya), yang membuat m e r e k a b e r p e r i l a k u a g r e s i f, b i s a dipersalahkan? Jika hakikat manusia-nya memang seper itu, apakah layak kita berteriak toleransi? Bukankah dengan kita memaksa mereka untuk bertoleransi
m en g in d ika s ika n b a hwa k ita d a k bertoleransi dengan hakikat mausia-nya mereka?
Sebagai penutup, sampai sekarang saya masih berpikir bahwa toleransi adalah yang hal yang subjek f, sehingga saya anggap nihil, sama seper pemikiran saya, yang saya cocorkan ke tulisan ini, dan And abaca, semuanya : kosong. Ngomongngomong mantan idola saya telah mengizinkan orang-orang Rohingya kembali ke tanah Myanmar, sungguh toleran sekali Rohingya.
cerpen
Satrio Priyo Adi - Romansa Sebatang Rokok Episentrum Rozium - Penting Jangan Dibuang
BAGIAN II Satrio Priyo Adi - Romansa Sebatang Rokok Episentrum Rozium - Penting Jangan Dibuang
cerpen
Romansa Sebatang Rokok oleh Satrio Priyo Adi
Aku masih terngiang oleh celetukan wanita tadi. Mungkin karena ocehan itu terucap sepuluh menit yang lalu. Bayangkan saja, aku hanya : duduk diam, tenang, sambil merokok. Tiba- ba ia menepuk pundakku, perempuan yang mungkin seusiaku, wajahnya can k, dibalut hijab yang membuatnya memiliki nilai plus di mataku. Sebut saja namanya Zubaijah, aku suka menamai orang, entah mengapa itu hiburan kelas nggi untukku. *** “Hey, bisa tolong ma kan rokokmu? Aku terganggu.”. “Mohon maaf sebelumnya, kenapa Anda terganggu?”. “Bau dari rokokmu sangat dak enak.”. Hey, dia dak tahu apa-apa tentang rokok ini. Rokok impor dari Arab, baunya menyerupai buah kurma! Mana mungkin dia dak suka dengan semerbak aroma ini? “Aku ulangi sekali lagi, tolong ma kan rokokmu, bisa?”. “Hmmm tapi aku masih bingung, ini bau buah kurma, apakah kau dak suka kurma?”. “Tidak peduli, rokok tetaplah rokok, ini membuatku sesak.” Suara perempuan itu melirih, tapi tetap saja: alasannya dak masuk akal! Rokok ini rokok mahal, jelas berbeda dengan rokok lain. Apakah sebagian besar masyarakatku seper orang ini? Tidak mau tahu akar permasalahan, lalu memojokkan yang lain yang dak sesuai dengan keinginannya? “Hey, tolong ma kan, tolong.”. “Lebih baik aku menyingkir saja, diantara kita dak ada yang mau mengalah bukan?”. Aku berjalan menjauhi orang itu, dalam ha ku jijik dengan sikapnya. Angkuh sekali dia. Mana mungkin aku mema kan rokokku hanya untuk wanita itu! *** Tiba- ba ia menepuk pundakku, perempuan yang mungkin seusiaku, wajahnya biasa saja, dibalut rok bunga-bunga ala Hawai, dan sepatu boots memiliki nilai minus di mataku. Sebut saja namanya Kara, aku suka menamai orang, entah mengapa kali ini aku dak terhibur dengan itu. “Udah lama nunggunya?”. “Eeh tumben keluarnya lebih cepat, rokokku pun belum habis.”. “Habiskan saja dulu, aku akan menunggumu.”. “Tidak, ayo berangkat.”. Aku berjalan mendeka orang itu, dalam ha ku sumringah karena sikapnya. Penger an sekali dia. Mana mungkin aku tega membiarkannya menunggu hanya untuk rokok ini!
Date:30 Februari 2XXX No:39
Penting,Jangan Dibuang Pernahkah kalian merasa dimana seluruh jalan yang kalian tempuh tidak menyelesaikan masalah yang kalian hadapi?,atau mungkin hanya ada satu cara untuk mengakhirinya tapi itu akan membuat dunia menjadi kacau?.Bila kalian diposisi dimana aku berada,opsi apa yang kalian akan ambil? Sebelumnya,tolong sampaikan pada istriku betapa kumencintaimu istriku,entah di dimensi ini atau di dimensi lain,entah di waktu yang akan datang atau di dunia berikutnya.Percayalah ruh kita sudah ditakdirkan bersama Dia adalah sosok tangguh berwajah cantik dengan dagu yang lancip dan bentuk muka oval,ahh tiga mata berwarna hitam,biru,dan coklat itu bagaikan suatu pemandangan yang lebih indah daripada puncak gunung Idunn mons.Aku hampir lupa dia adalah campuran ras homosapien dan ras martian dengan kulit berwarna kuning dengan bintik bintik biru di tiap ruas kulitnya persis seperti langit malam yang dipenuhi oleh bintang bintang. [Itu adalah ciri ciri dirinya. ingat,perhatikan dan sampaikan.] Aku masih ingat dimana dia menangis sesenggukan sambil memaksa tuk mempertahankan senyumannya saat melepas kepergianku untuk menjalankan misi penyelamatan dimensi CX-26.Di depan hangar kami mulai bernostalgia bagaimana kita berjumpa pertama kali,bercanda mengenai berapa banyak anak yang ingin kita miliki,dan rencana untuk pergi berlibur ke planet Uranus. Janji bahwa kita akan setia menunggu walaupun itu bisa saja jutaan tahun cahaya kami baru dapat bersama adalah penyemangatku untuk menjalakan tugas pada negaraku.
[Aku tahu kau pintar,kau pasti tahu dimana galaksiku berada]
... 3...2...1 Roket yang mulai menerobos gerbang dimensi mulai merubah ubah bentuk tubuhku.Betapa aku sangat menyesal untuk menjalankan misi ini,penyesalan itu selalu berputar putar dalam otakku.Aku tidak ingat berapa jam yang kulewati, benar seperti dugaanmu aku pingsan di tengah perjalanan. Beep,beep,beep Bunyi alarm itu membangunkanku.Syukurlah sepertinya para kutu buku itu benar bahwa di dimensi manapun aku tetap akan kembali ke bentuk asalku. Pintu roketku tiba tiba terbuka secara otomatis,lalu aku langsung keluar sembari mengobservasi daerah sekitar.Aku perhatikan banyak roket dengan bentuk bermacam macam yang tidak ada penghuninya.Kau tahu kan aku bila kita berada di dimensi lain atmosfernya sama saja dengan dimensi asalmu,ayolah anak kecil pun tahu.
... Alat navigasi mengantarkanku ke sebuah altar ditengah padang pasir.Altar itu berbentuk segi 6 berwarna bening sepertinya terbuat dari kristal dengan pintu berbentuk oval,lalu aku pun masuk kedalam.Disitu ada sebuah buku ditengah hall yang luas,benda itu adalah alasan yang membawaku mengarungi dimensi ini.Atasanku tidak memperbolehkan untuk membukanya sedikitpun.Tapi kau tahukan watak seorang manusia? [petunjuk lagi bila kau masih bingung dimana aku berada] Kau mungkin sekarang kebingungan kenapa aku tidak menceritakan mengapa aku tidak menceritakan pertemuanku dengan makhluk dimensi lain.Tahukah bahwa sebenarnya didimensi ini aku menembus alam yang
dimana tidak bisa dihidupi oleh makhluk dari dimensi itu sendiri.Sudahlah,aku sepertinya merendahkanmu bila sedikit demi sedikit menjelaskan hal hal kecil ini. Sampai mana aku tadi,ohh aku pun membuka buku itu dan secara tiba tiba seluruh ilmu,aturan dan tata cara bagaimana buku ini bekerja masuk kedalam otakku secara brutal.Aku akhirnya tahu mengapa atasanku mengirimku untuk mengambil buku ini,di dimensi ini ternyata adalah alam dimana itu kasarnya adalah ruang pengontrol dan produksi seluruh jagat raya serta dimensi dimensi lain.Tiap aturan baru yang ditulis akan menjebak tubuh sang penulis didalam buku itu.
... Istriku maaf bila aku tidak dapat menemuimu,aku menulis ini mungkin aku gagal atau aku sudah ditelan buku itu.Aku tahu kau sangat menderita melihat banyaknya orang yang mencemooh,memburu ras mu dan menjadikan rasmu sebagai peliharan.Seperti kata Kahlil idolamu "Cinta tak memberikan apapun, kecuali keseluruhan dirinya, utuh penuh, dia pun tak mengambil apa - apa, kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tak memiliki ataupun dimiliki. Karena cinta telah cukup untuk cinta"Aku akan memberikan diriku untuk menghapus kesedihanmu.Tapi aku juga tahu kau akan sedih bila kehilangan diriku Aku mulai membuat tulisan ini sebenarnya untuk menenangkan otakku.Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
(epilog) Aku menemukan tulisan ini dan kembali dan mengabaikan misiku. Lebih baik aku meneruskan pesan ini,persetan dengan cemoohan publik.
review
BAGIAN III
review
Dito Buwono
N
gomong2 masalah toleransi, kalian tau ga sih ar dari kata toleransi? Kata tersebut merupakan kata yang akan membuahkan perbedaan persepsi, ada yang mengatakan kalo toleransi itu merupakan bagian dari respek, atau pun toleransi merupakan sebuah semboyan untuk menyatukan sebuah komunitas atau orang, dan ada juga yang dak mempercayai adanya toleransi, ya memang itu pendapat atau persepsi benar-benar ada dan kita harus terima dak boleh mengelak. Kali ini, aku akan mengulas 2 ďŹ lm yang mempunyai makna toleransi tersendiri sekaligus yang menurut saya sangat unik dan sarat akan kontroversi. Film tersebut adalah Jagal: The Act of Killing dan Cin(t)a.
F
ilm yang pertama adalah Jagal: The Act of Killing, dibuat oleh sutradara Amerika yang bernama Joshua Oppenheimer dan release pada tahun 2013, menceritakan mengenai sejarah kelam Indonesia, dimana ilm ini mewawancarai seorang mantan pejagal yang bernama Anwar Congo dan memeragai ulang bagaimana proses pembantaian orang-orang yang dituduh komunis. Ini sangat menarik buat saya, karena ilm ini tidak hanya mewawancarai seorang pejagal yang notabene orang yang membunuh orang-orang yang dituduh komunis, namun memeragai ulang bagaimana mereka melaksanakan tugasnya untuk membunuh. Ini membuat ilm ini sangat kuat dan mencekam dikarenakan sang pejagal tersebut terlihat sangat biasa saja dengan memeragai ulang bagaimana ia membunuh, tidak ada rasa salah atau tidak enak. Kemudian, yang membuat ilm ini makin kontroversi jelas karena memuat sejarah k o m u n i s d i I n d o n e s i a , n a m u n m e m a n g pembunuhan masal tidak benar apa lagi yang dibunuh itu mungkin saja bukan komunis, tetapi di masa itu dimana situasi sangat tegang dan kekuasaan sedang goyah, membuat negara sedang kacau-kacaunya sehingga orang bisa saja dituduh langsung. Tapi, saya hargai usaha sang sutradara Joshua Oppenheimer yang mencoba untuk membuat ilm dengan tema yang sangat sensitif bagi rakyat Indonesia, dalam segi cerita yang sangat kuat dengan sedikit ada sensasi surreal dimana membuat orang merinding menonton ilm ini, saking bagus dan kontroversinya hingga masuk nominasi Oscar sebagai Best Documentary Film, sangat menarik bukan?
F
i l m ke d u a a d a l a h C i n ( t ) a , i l m ya n g
disutradarai oleh Sammaria Simanjuntak dan release pada tahun 2009, menceritakan sebagian besar mengenai agama dan cinta, dimana ada seorang lelaki yang bersuku Tiongkok dan agamanya Kristen menyukai seorang wanita yang merupakan artis yang beragama Islam, mereka berdua adalah mahasiswa arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Ini menjadikan sebuah cerminan dari kehidupan kita khususnya di Indonesia, dimana banyak terjadi pasangan yang akhirnya putus karena terhalangi oleh perbedaan agama, dan itu terjadi kepada teman dekat saya. Menarik sekali untuk m e n g a n a l i s i s d i m a n a c e r i t a n y a s a n g a t menggambarkan situasi sosial di Indonesia, ditambah dengan kepintaran menganalogikan dimana Tuhan merupakan sutradara/arsitek yang terbaik dan terburuk. Di ilm ini, yang paling menggambarkan sebuah keresahan menjadi kaum minoritas adalah saat terjadi pengeboman gereja saat natal, ya itu sangat menggambarkan betapa dengan membawa embel-embel agama bisa membuat onar dan menggangap kalo agamanya adalahnya yang paling benar, padahal semua agama mengajarkan untuk berbuat baik ke sesama manusia. Film ini sangat kuat di scripwritingnya, hingga tidak kaget untuk melihat ilm ini masuk nominasi dan memenangi Best Original Screenplay di Piala Citra pada tahun 2009.
Dalam dua ilm ini kita bisa kaitkan kepada ilmu psikologi, dimana kita harus bisa membedakan antara toleransi dan juga penerimaan. Menurut sebuah artikel dari Psychology Today, toleransi tersendiri merupakan sebuah sikap adil, objektif, dan juga permisif terhadap suku, agama, ras, dan lain-lain. Kalau penerimaan dalam psikologi manusia merupakan persetujuan seseorang terhadap realitas suatu situasi, mengenali sebuah proses atau kondisi (seringkali merupakan situasi yang negatif atau tidak nyaman) tanpa berusaha mengubahnya, melakukan protes, atau keluar. Seseorang tidak hanya bisa toleransi saja karena toleransi hanya bersikap adil dan objektif, namun kadang kita tidak bisa menerima pada situasi tertentu. Sebagai contoh pada kedua ilm tersebut, mungkin pada ilm Jagal, kita bisa lihat bahwa bisa saja sang pejagal mempunyai rasa toleransi dan penerimaan jika dia tidak berada pada situasi genting saat itu, bisa saja dia tidak jadi membunuh orang-orang tersebut, namun karena situasi tersebut sangat genting dan chaos dimana ia pasti disuruh dari atasannya dan dia pasti mematuhinya, karena toleransi dan penerimaan itu merupakan kesadaran diri, tidak dipaksa. Dalam ilm Cin(t)a contohnya, dalam scene dimana gereja di bom, merupakan sebuah cerminan bahwa itu hanya mengaplikasikan toleransi tapi tidak penerimaan. Karena kalo sudah penerimaan kita menerima perbedaan tersebut tanpa harus mengubahnya. Kemajemukan negara ini harus kita syukuri, karena itu adalah harta untuk bangsa ini. Ratings: Jagal: The Act of Killing 8.5/10 Cin(t)a 8/10
Hanindito Buwono
BAGIAN AKHIR ma lampu dan toleransi