SULUT PASOK PSK????1 rangkuman komentar disertai analisis dan refleksi psikososial oleh Pieter G. Manoppo2 Sungguh ironi, jika Bumi Nyiur Melambai yang dikenal sebagai daerah religius telah dikategorikan sebagai daerah pemasok atau pengirim untuk trafficking domestik di Indonesia, terutama pekerja hiburan (jaran) dan Pekerja Seks Komersial (PSK)- (kutipan komentar di milis BoSaMi).
Pengantar Mengacu pada komentar anggota milis BoSaMi terhadap persoalan “Sulut sebagai pemasok PSK”, saya merangkum beberapa catatan yang terasa penting untuk disikapi. Terutama untuk melihat sejauhmana kaitan antara fakta Sulut (a) sebagai daerah religius dan (b) pemasok traficking domestik untuk jaran dan PSK. Dua fakta sosial yang mungkin dapat disebut tidak akan saling mendukung (disonance). Atau justru kini faktor “daerah religius” terlalu bersifat formal dan simbolik sehingga kehilangan daya pengaruh dan pembentuk motif sosial spiritualitas kenabiannya untuk menundukkan perilaku traffiking domestik jaran dan PSK yang merantai “kalangan wewene tertentu” di Sulut. Pertanyaan kritisnya, “mengapa di daerah yang terkenal religius seperti Sulut, justru rentan menjadi pangkalan trafficking domestik jaran dan PSK?” Pertanyaan senada, “mengapa di Aceh yang religius itu (malah dijuluki Serambi Mekah), justru rentan menjadi pemasok ganja secara dahsyat ke seluruh Indonesia?” Artinya, ada dua daerah yang sama-sama memiliki basis religius, kultural, dan peradaban yang kuat, sama-sama pula menjadi pangkalan pemasok sesuatu yang “diharamkan” secara moral-religiusetis. Bila dicermati lebih dalam, para pelaku atau aktor 1
Judul ini diambil apa adanya dari milis Sulut-bosami saat dilontarkan sebagai bahan refleksi bersama. 2 Mengajar Matakuliah Teknik Intervensi Sosial pada Program Pascasarjana Fak.Psikologi UI Jurusan Psikologi Kriminal. Memberikan perhatian terhadap masalah-masalah sosial seperti konflik serta kekerasan sumberdaya alam dan sosial, ketidakadilan sosial dan pelanggaran HAM, pemberdayan dan capacity builiding dll.
1