30 Hari Bercerita

Page 1


PENGANTAR Awal Januari 2018 lalu aku mengikuti program 30 Hari Bercerita yang diadakan oleh akun @30haribercerita di instagram. Semua cerita yang sudah kutulis aku kumpulkan jadi satu. Biar yang belum sempat membaca jadi gampang kalau ingin membaca. Tidak perlu repotrepot membuka satu per satu cerita yang aku posting di instagram dan tidak sengaja tap 2 kali. Biar yang sudah pernah membaca bisa membacanya lagi kalau ingin. Biar aku ada yang dikerjakan. Ini adalah alasan yang sebenarnya.

Kalau kamu ingin mencariku di instagram, ketik saja @_maulanausaid di kolom pencarian. Dan selamat membaca.

Maulana Usaid

24 Jumadil Awwal 1439 H 10 Februari 2018 M

i


#CERITA KESATU

Hingga tahun 2017 berakhir, aku membaca novel 1984 karangan George Orwell hanya sampai halaman 184 dari 392 halaman. Itu berarti aku belum menyelesaikannya. Itu berarti novel 1984 tidak masuk ke dalam daftar buku yang sudah kubaca di tahun 2017.

Pada tahun 2017 jumlah buku yang aku baca tidak lebih banyak daripada tahun 2016. Tahun kemarin aku bisa membaca hanya 15 buku. Sedangkan tahun sebelumnya bisa sampai 20 buku.

Lalu, kenapa di daftar yang ada pada gambar hanya 9 buku? Itu sengaja kulakukan biar kamu penasaran buku apa saja yang ada di urutan 10 sampai dengan 15. Kamu penasaran kan? Maka jawablah iya. Biar tujuanku berhasil.

1


#CERITA KEDUA

Pada suatu malam ini yang besoknya adalah rabu, aku jalan-jalan di atas tanah Mars yang tidak rata. Tentu saja berjalan di atas tanah Mars dengan cara yang khusus. Kukira tidak seperti cara berjalan orang-orang di Bumi atau Saturnus. Aku tidak sedang ingin menceritakan bagaimana aku dan orang-orang lain di Mars berjalan. Tetapi ketika aku berjalan, aku menengadah ke sana, ke langit yang bulannya sedang bagus. Aku sambil berkhayal, mungkin saja ada orang di planet lain yang: jalan-jalan di atas tanah planetnya dengan cara berjalan khas planetnya. Lalu menengadah ke langit yang bulannya sedang bagus sambil berkhayal mungkin saja ada orang di planet lain yang: jalan-jalan di atas tanah planetnya dengan cara berjalan khas planetnya. Lalu menengadah ke langit yang bulannya sedang bagus sambil berkhayal mungkin saja ada orang di planet lain yang: sudah ah, nanti kepanjangan.

2


#CERITA KETIGA

Ajaib sekali manusia. Dia titipkan air kehidupan kepada kekasihnya yang perempuan di suatu tempat yang sunyi dengan cara yang sah lagi baik. Maka perut kekasihnya itu akan membesar. Kemudian dari perempuan itu lahir manusia yang disebut bayi, yang disayangi, dikasihi, dicintai. Manusia pemilik bayi akan disebut orang tua, yang tidak boleh berkata kepadanya walau sekadar 'ah' atau 'cih' sekalipun.

Dia dipanggil mama. Atau ibu. Atau ibuk. Atau emak. Atau ummi. Dalam cerita ini, mari kita sepakati dulu untuk menyebutnya mama.

Manusia macam apa mama? Ia punya kekuatan yang seperti tidak pernah habis. Terbuat dari apa hatinya? Ia punya kesabaran yang berlapis-lapis. Jangan sampai buat ia menangis.

Manusia macam apa aku? Bila ia membutuhkan bantuanku, kuberi ia berbagai macam alasan. Aku lebih memilih memberi waktuku untuk apa dan siapa yang tidak lebih penting darinya.

Manusia macam apa aku? Tidak mendengarkan cerita-ceritanya sehingga televisi atau telepon pintar yang menemaninya.

Manusia macam apa aku? Lupa untuk mengunjungi rumahnya, meski sebentar. Padahal aku tahu yang ia perlukan hanya bertemu denganku. Itu sudah cukup.

3


Manusia macam apa aku? Pandai berkata-kata. Kata-kata akan sia-sia, aku tahu kenapa. Padahal ia, sudah ah. Lapar.

4


#CERITA KEEMPAT

Hari ini adalah hari yang namanya sama dengan 7 hari yang lalu. Begitu juga dengan 7 hari yang akan datang. Kita sama-sama menyebutnya dengan sebutan hari kamis. Hari yang berbeda. Tapi nama yang sama. Dengan tulisan ini, aku hanya ingin memberi tahu bahwa: tidak ada cerita hari ini. Mungkin, kamu?

5


#CERITA KELIMA

Aku tahu sandal jepit. Sandal jepit ialah alas kaki yang memakainya dengan cara menjepit tali sandal ke dalam sela-sela antara jempol dan telunjuk kaki. Sandal jepit membuat kaki tidak kotor bila berjalan di atas tanah. Merk sandal jepit ada banyak sekali. Tapi yang paling dikenal adalah swallow dan nippon. Sandal jepit bagus adalah yang pas di kaki. Tidak kebesaran. Tidak pula kekecilan.

Sungguh, aku ingin mengutarakan sebuah pertanyaan kepada sandal jepit: Duhai sandal jepit, apa kamu menyesal telah diciptakan sebagai sandal jepit yang membuatmu diinjak?

Kukira sandal jepit akan menjawab: Sekali-kali tidak. Karena memang, tujuanku diciptakan untuk diinjak. Diinjak oleh sandal lain sewaktu di halaman masjid aku tidak marah. Bahkan, tidak sengaja terinjak tahi kucing pun aku tidak marah. Justru yang marah adalah tuanku. Mungkin itu kamu?

6


#CERITA KEENAM

Atas dasar keisengan aku cuci motorku di tempat pencucian motor. Selain keisengan, juga karena aku sedang luang. Dan motorku sudah lumayan kotor. Dan ini, aku sedang beruang. Karena aku mencuci motor di tempat pencucian motor dengan cara menyuruh orang yang bekerja di sana.

Bagaimana cara aku menyuruh orang itu akan aku ceritakan setelah tanda titik. Sesampainya di tempat pencucian motor dan memutar kunci kontak ke arah kiri, kuarahkan pandanganku kepada orang berkaos merah dan bercelana pendek. Rambutnya dikuncir kuda. Telunjuk tangan kananku menuju ke motor yang sedang kutunggangi. Kugerakkan turun naik sebanyak 2 kali dengan cepat.

Seperti dugaanku, orang itu langsung memahami maksudku. Dia laki-laki. Semua yang bekerja di sana berjenis kelamin laki-laki, termasuk pemilik tempat pencuciannya. Bertolak belakang dengan pelanggannya. Tidak semuanya laki-laki. Perempuan juga ada.

Aku turun dari motor. Kemudian duduk di kursi plastik yang sudah dari tadi ada di tempatnya. Sebelum duduk, kugantung tote bag dan helmku di paku yang terpancang di tiang. Motorku digiring Si Kuncir menuju sebuah wadah yang terbuat dari kayu. Dinaikkannya motorku ke atasnya. Lalu dia mulai membersihkan motorku tanpa ada ekspresi keterpaksaan.

Si Kuncir melihat ke arahku. Kami saling pandang. Tangan kanannya terangkat. Di situ kulihat bahwa dia mengacungkan jempol yang berarti bahwa motorku sudah selesai dicuci. Aku bangkit dan berjalan ke arah kasir. Kutunjuk motorku lalu menyerahkan selembar 20 7


ribu kepada kasir. Kasir juga menyerahkan uang kepadaku, yaitu 2 ribu, sebagai uang kembalian. Kasir mengacungkan jempol kepadaku sambil tersenyum. Kulakukan juga hal yang sama kepadanya.

Itu adalah tempat pencucian sepeda motor yang semua pekerjanya adalah tuna wicara alias bisu. Tanpa terkecuali pemilik pencuciannya yang bertugas menjadi kasir.

Aku sudah lama mengetahui tempat itu sebelum kawanku yang wartawan memberitakannya. Hari ini, adalah kedua kalinya aku ke sana. Menggunakan jasa orang-orang keren nan oke. Ini:

ď ƒ

8


#CERITA KETUJUH

Barangkali tidak ada cerita yang benar-benar terlambat bila kamu memang ingin mendengarkan dan mau menunggu.

Sungguh, aku ingin pergi ke suatu kota yang hanya ada aku di sana. Tidak ada manusia lain, kecuali aku yang lain yang ada di dalam cermin. Mengasingkan diri. Meninggalkan segala macam persoalan yang rumit untuk dijelaskan. Menanggalkan beban yang bergelayutan di bahu. Dan hal-hal yang membuat sesak dada dan mual perut.

Menelentangkan diri di atas bangku suatu taman. Menyilangkan kedua tangan di atas dada. Udara dingin masuk menyentuh kulit. Lupa membawa jaket dari kota yang ditinggal pergi buru-buru. Mata memandang ke atas sana. Langit yang gelap dan penuh bintang-bintang terang. Tidak ada gangguan dari polusi lampu-lampu, kecuali nyamuk-nyamuk berisik.

Memikirkan perihal sederhana, seperti: Apa kucing pernah berkhayal ingin menjadi cicak dan bisa makan nyamuk? Atau kenapa orang yang tampak menawan akan menjadi biasa setelah mengenalnya? Ternyata dia juga bisa mengeluarkan kentut bau dan pergi ke toilet bila sakit perut. Tapi anehnya, dia selalu punya cara sakti untuk membuat dirinya tampak mempesona.

Aku kira sampai di sini saja ceritaku. Aku tidak terlalu pandai membuat paragraf-paragraf panjang. Apa, kamu mau ikut? Asalkan tidak cerewet, boleh saja. Maka, satu dua tiga: ayo pejamkan mata. Dan jangan lupa baca do'a. 9


#CERITA KEDELAPAN

Akan tiba saatnya. Kawan yang ada menghilang. Meninggal atau bertemu orang-orang baru. Sulit atau bahkan tidak bisa lagi bertemu. Yang bisa dilakukan ialah memandangi foto-foto dan video-video lama. Dan mengingat-ingat kenangan yang masih tersisa. Ketika sadar, tahu-tahu sudah berada di saat itu.

Asyik sekali berkumpul bersama kawan-kawan. Membicarakan apa saja sampai lupa waktu. Tidak perlu mempersiapkan apa yang perlu diucapkan, seperti 2 muda mudi yang baru pertama kali membuat janji untuk bertemu di kafe gaul.

Terbahak-bahak menetawakan sesuatu yang sama-sama dianggap lucu. Kemudian tak segan-segan membeberkan suatu rahasia yang orang lain tak boleh tahu.

Semua ada masanya. Hal yang pada awalnya adalah biasa saja ketika bersama kawan pada akhirnya akan menjadi suatu kemewahan. Semua sudah sibuk bersama urusan masing-masing.

Aku rasa tidak perlu kata-kata bagus untuk menjelaskan bagaimana kawan yang baik. Kawan yang baik adalah ketika aku tak bawa duit dan melihat pentol enak di pinggir jalan, dia bilang: Sudah, sini aku traktir!

10


#CERITA KESEMBILAN

"Apa ceritamu apa hari ini?" tanyamu.

"Ayolah," pintamu ketika kubilang tidak ada.

Baiklah, ucapku kemudian. Pada suatu hari, yaitu hari ini, malam ini, 2 orang sedang duduk mengobrol. Salah satunya menagih sebuah cerita kepada yang lainnya. Kemudian mendapat jawaban bahwa tidak ada cerita. Tetapi ia tidak peduli, cerita tetap ia tagih. Dengan malas, Si Tukang Cerita akhirnya mulai bercerita dan bertanya: Di bumi fana ini, apa tiap-tiap manusia memiliki lubang menganga di hatinya? Dengan ukuran lubang yang berbeda-beda dan sebab yang berbeda-beda pula.

Setelah hening yang cukup lama, Si Tukang Cerita memperoleh jawaban atas pertanyaannya: Barangkali, sunyi juga adalah cerita.

"Aku tidak mengerti ceritamu," katamu.

Aku juga, kataku. Aku cuma menceracau.

11


#CERITA KESEPULUH

Sekali-sekali aku juga ingin jadi pendengar cerita. Tidak perlu memilih-milih kata untuk bercerita. Hanya tinggal duduk mendengarkan dan sekali-sekali berkomentar. Aku, hingga pagi ini menunggu-nunggu cerita yang akan keluar dari mulutmu. Tapi yang kudapat apa, hanya satu kata: Diamlah.

12


#CERITA KESEBELAS

Kita duduk bersisian. Ada suara pohon yang menggerisik. Ada suara jarum detik arloji. Ada suara cokelat panas yang diteguk sekali-sekali. Ada suara nyamuk yang berseliweran. Ada suara kentut yang dilepas malu-malu: pstt.

Aku diam. Kamu diam. Hanya dengus nafas kita yang bersahutan. Kita tenggelam dalam pikiran masing-masing.

13


#CERITA KEDUA BELAS

"Saya tidak tahu ada orang itu." Aku berkata kepada Om Rudi. Waktu itu kami sedang duduk santai di ruang tamu wisma teratai. Kami yang kumaksud adalah Aku, Gusti, Hifni, Om Rudi dan kawannya. Nama mereka bukan nama samaran.

Tahun 2014 adalah pertama kali aku mendatangi Palangkaraya. Pergi bersama Gusti dan Hifni yang juga belum pernah ke sana. Gambaran tentang kota itu yang kami punya hanya dari cerita orang-orang yang pernah ke sana.

Aku, Gusti dan Hifni memutuskan untuk bekerja di Palangkaraya sejak menyanggupi tawaran dari manager perusahaan yang kami lamar. Status outsourching tidak terlalu kami pedulikan, yang penting dapat kerjaan dan pengalaman. Itu alasan yang klise. Alasan yang benar adalah karena dapat duit.

Kami menginap di wisma teratai. Seharian kerja di jalanan. Panas, kepanasan. Hujan, ya berteduh. Pergi pagi, kadang sampai terdengar azan magrib baru pulang. Malamnya bikin laporan. Besoknya begitu lagi. Hari-hari yang melelahkan.

Sekarang sudah hampir 4 tahun sejak kami pulang ke Banjarmasin. Meski cuma sebentar di sana, lebih kurang 2 bulan, bisa membuat rindu juga. Pengalaman dikejar anjing. Makan nasi pakai gorengan. Kehilangan helm di warung. Hal yang getir sekalipun, kadang terkenang jua. 14


#CERITA KETIGA BELAS

"Jangan hubungi aku lagi," katamu waktu itu kepadaku.

Hari-hari berganti. Dari Sabtu sampai 7 hari kemudian akan menjadi Sabtu lagi. Begitu terus berulang sampai berakhir di hari Jum'at. Namun ada yang tidak sama, cerita yang ada di tiap-tiap hari. Begitu juga denganmu. Dengan alasan yang tidak aku tahu kamu datang lagi.

Pada akhirnya, ketika kutawarkan pelukan kamu malah menjauh lagi. Sialnya, kamu membawa serta huruf p, e dan n. Meninggalkan 4 huruf tersisa padaku, yaitu: luka.

15


#CERITA KEEMPAT BELAS

Aku bertanya kepadamu, "kenapa kamu menganggap sunyi juga adalah cerita?"

Kamu lalu menjawab. Aku tidak benar-benar yakin. Itulah kenapa kubilang barangkali. Tapi lihatlah, betapa sepinya kita di bumi ini sehingga kita membutuhkan cerita setiap hari. Bila tidak ada yang mengabarkan cerita kepada kita, kita mencari-carinya sendiri. Dari buku, film sampai internet. Bahkan ke kedalaman pikiran sendiri. Dalam diam. Dalam sunyi.

16


#CERITA KELIMA BELAS

Aku masuk ke dalam sebuah kamar yang di bagian atasnya tertulis angka 12. Itu adalah kamarku sendiri. Di salah satu dindingnya ada 2 jendela. Di antara 2 jendela itu ada cermin lumayan besar terpasang. Aku sudah berdiri di depan cermin dan mulai berbicara kepada aku yang sedang ada di hadapanku.

Aku dan dia memiliki sifat yang sama. Aku pemalu. Dia juga. Maka kupelankan saja suaraku biar kamu tidak dapat mendengarnya. Kalau kamu sampai tahu apa yang kami obrolkan, aku tidak mampu membayangkan seperti apa akibatnya nanti. Aku tidak mau ditimpakan rasa malu itu kepada kami hanya karena kecerobohanku yang menyaringkan suara.

Aku kira kami memiliki banyak kesamaan. Persamaan-persamaan itu cukup kami saja yang mengetahuinya. Yang perlu kamu ketahui ialah kami memiliki perbedaan yang paling mendasar. Ia tidak punya kehendak atas dirinya sendiri. Sedangkan aku tidak. Aku mempunyai kehendak atas diriku sendiri. Eh tunggu sebentar, apa benar begitu?

Tapi ternyata aku salah. Sepelan apapun aku bersuara, bahkan di dalam hati sekalipun kamu tetap akan mendengarnya. Aku baru ingat bahwa kamu adalah aku yang ada di dalam pikiranku sendiri.

17


#CERITA KEENAM BELAS

Pada suatu hari. Hari yang sudah malam. Malam ini. Malam rabu. Udara yang dingin. Jam sepuluh kurang lima belas menit. Aku baru bangun tidur sejak habis magrib.

Sulit sekali buka mata. Sulit sekali untuk bangkit. Tapi harus, untuk salat isya. Lalu lapar. Belum makan. Tapi nasi sudah habis. Hal itu menjadikanku keluar untuk makan mie goreng di warung yang masih buka.

Maka tiba-tiba saja datang sekelompok orang berisik. Mereka duduk di depan meja panjang yang sama denganku. 2 orang duduk sejajar denganku. 2 yang lainnya duduk berlawanan arah. Begini saja. Kusudahi sampai di sini saja ceritaku. Mie goreng dan teh hangatku sudah habis. Kubayar lunas seharga 13 ribu. Aku pulang dulu.

Untuk kamu, jangan tidur terlalu malam. Dan jangan lupa baca do'a. Mudah-mudahan besok, perih tidak bertambah parah.

18


#CERITA KETUJUH BELAS

Ada banyak cerita. Setiap hari. Pada tiap-tiap orang. Setiap hari akan selalu ada cerita pada tiap-tiap orang. Beraneka macam cerita. Yang itu-itu saja maupun yang baru. Tiap-tiap orang menempati jalur ceritanya sendiri. Di hari yang ketujuh belas aku memilih untuk tidak ada yang perlu diceritakan. Tapi ada satu pertanyaan sederhana: Di sepanjang jalur ceritamu, adakah yang beririsan dengan jalur ceritaku? Tolong kamu periksa.

19


#CERITA KEDELAPAN BELAS

Pada suatu ketika yang aku rasa itu hari yang tepat untuk aku menghubungimu. Tidak kusangka kamu mengiyakan sewaktu kupinta menemaniku pergi ke toko pakaian muslim. Namun, hari ini sudah berbeda dengan hari semalam. Kata-kata yang keluar dari mulut kita hanya sesederhana: Iya, hmm dan tidak—namun rumit untuk dijelaskan. Kita terlibat ke dalam keadaan kikuk. Dan kemudian pulang ke arah yang berbeda. Sendiri-sendiri.

20


#CERITA KESEMBILAN BELAS

Aku sedang di pasar pagi. Mataku tertuju ke benang-benang dan buku-buku yang berada dalam satu lapak. Aku segera berjalan ke arah lapak yang pemiliknya pantas disebut kakek.

"Ini lucu banget," seru Kakek. Dia menunjukkan kepadaku buku berjudul Dosen Nyentrik. Aku memilih-milih buku. Kuambil satu, lalu kukembalikan, lalu kuambil lagi yang lainnya. "Lucu banget deh." Katanya lagi. "4 ribu 1 buku. Kalau 3 buku 10 ribu."

Buku-buku yang dijual Kakek cuma sedikit. Komik dan novel roman. Buku lama, karena sepertinya aku sulit untuk memberi istilah buku bekas. Dari semua buku yang dia punya tidak ada satupun yang membuatku tertarik untuk membeli.

Sekarang aku dirundung rasa sesal. Aku terlalu egois, sehingga lupa untuk memikirkan dari sudut pandang lain, yaitu Si Kakek. Apa manusia memang seharusnya egois?

Minggu depan, aku mau ke sana lagi. Mudah-mudahan bertemu. Dan ada waktu.

21


#CERITA KEDUA PULUH

Aku sedang di pasar pagi. Aku melihat orang-orang berkerumun di depan lapak seorang bapak. Di lapaknya ada tumpukan jam-jam rusak.

Aku tak habis pikir kenapa bapak ini menjual jam-jam rusak. Kondisinya memprihatinkan. Ada yang karatan. Ada juga yang talinya sudah tidak ada. Aku lebih heran lagi ada saja yang membelinya. Sesudah pembeli memilih jam yang diinginkannya, bapak penjual jam mengutak atik sedemikian rupa mesin jam sehingga jarumnya bisa bergerak.

Harga satu jam 10 ribu. Tapi tergantung merk dan kondisinya, ada juga yang harganya 40 ribu.

Aku curiga jangan-jangan bapak ini adalah John Titor. Dia menyamar sebagai penjual jam di pasar pagi untuk mempelajari perilaku manusia di tahun 2018 masehi. Tapi kan kita semua memang penjelajah waktu. Kita sedang berada di hari ini yang di hari semalam kita masih menyebutnya hari esok. Kita bisa berpindah ke hari esok meski harus menunggu sebanyak 24 jam.

Aku mau bertanya kepadamu. Kita adalah penjelajah waktu, jadi, maukah kamu berbagi waktu denganku?

22


#CERITA KEDUA PULUH SATU

Minggu pagi ini aku bangun di atas kasur lipat yang bau keringat. Padahal sekarang sudah senin malam dan akan menjadi selasa. Ini adalah cerita yang telat. Seperti penyesalan yang datang di kemudian. Aku menanyakan ini kepada diriku sendiri: Apa untungnya aku memeluk tiang listrik, sedangkan tubuhmu yang lebih pantas? Ukurannya juga pas dengan panjang tanganku. Aku masih mengenangmu, asalkan diiringi musik dangdut.

23


#CERITA KEDUA PULUH DUA

Perutku sakit sekali. Asam lambung naik lagi. Udara subuh masih dingin. Meringkuk di dalam selimut tipis adalah cara yang bagus untuk menikmati sakit. Tapi aku tidak, aku bangun dengan sedikit dipaksakan. Melakukan rutinitas yang sama dari senin sampai jum'at.

Hari masih pagi. Mungkin ini akibat aku makan mandai*) pada malam semalam. Perutku masih saja mual. Padahal nasi lauk masak habang**) sudah kuhabiskan. Obat juga sudah kuminum 2 jam yang lalu. Ini membuatku meminum obat lagi untuk yang kedua kalinya dengan merk yang berbeda.

Sudah kutahan-tahan semampuku, akhirnya terjadi juga. Kumuntahkan berkali-kali apa yang sudah dimakan. Kalau memang mesti dilepaskan, biarpun ditahan akan lepas juga akhirnya.

Sampai di kalimat ini kamu sadar, bahwa cerita ini tidak seru sama sekali. Tolong maklum. Kamu telah membuang-buang waktu berhargamu dengan membaca cerita ini. Tapi aku tidak menyesal karena telah ikut andil dalam membuang-buang waktu berhargamu. Kamu kan memang suka membuang-buang waktu. Iya, kan?

*)mandai: masakan dari kulit cempedak **)masak habang: masakan khas banjar

24


#CERITA KEDUA PULUH TIGA

Biar kuberi tahu di awal bahwa cerita ini hanya perkara remeh. Akan lebih baik bila kamu melewatkannya saja. Tidak perlu tahu. Bila kamu tetap memaksa ingin membacanya apa boleh buat. Tapi jangan salahkan aku bila ternyata kamu kecewa. Aku sudah memperingatkan.

Empat hari yang lalu aku pergi jogging di car free day bersama kekasihku. Hari itu adalah hari minggu. Sebenarnya tujuanku tidak benar-benar ingin olahraga. Aku cuma ingin bertemu kekasihku yang kebetulan sedang memakai celana panjang hitam dan jaket merah muda. Tudung jaket ia kenakan di kepalanya. Dengan begitu, maka bertambahlah rasa senangku padanya.

Kami singgah ke Wisata Pasar Terapung Sungai Martapura yang tidak jauh dari lokasi jogging. Ada beraneka macam buah yang dijual di sana. Ada sawo, rambutan, sirsak, pisang, jeruk dan lainnya yang aku lupa apa. Ada juga yang berjualan makanan seperti soto dan mie habang. Rasa lapar membuat kekasihku berkata: Makan yuk!

Aku makan soto berlesehan, kekasihku juga. Ia melihat haliling*) di dagangan Si Acil**), kemudian memesan semangkuk. Ia belum pernah makan haliling, aku juga. "Cara makannya dihisap, Mbak," kata lelaki berjanggut tipis yang duduk di seberang kami. Kekasihku menanggapi dengan sikap ramah. Lalu teman Si janggut Tipis yang duduk di sebelahnya menimpali, "dikasih kuah dulu baru dihisap." 25


Tahu tidak, aku merasa menjadi seperti laki-laki yang tidak berguna. Aku risih dan kurasa itu wajar. Sialnya lagi, pengalamanku hari itu diceritakan Si Janggut Tipis di sini dengan berpura-pura menjadi aku.

*)haliling: sejenis keong kecil yang hidup di air, berwarna kehitam-hitaman, kebiasaan hidupnya pada sawah-sawah pertanian. **)acil: bibi

26


#CERITA KEDUA PULUH EMPAT

Ada orang-orang yang kelihatan baik-baik saja. Oke-oke saja. Namun jauh di dalam ia menyimpan luka. Menyimpan duka. Pandai sekali orang-orang itu hingga tak nampak bahwa ia sedang menyembunyikan luka dan duka dibalik wajah berseri-seri. Untuk hal yang demikian, apakah bisa disebut kebohongan?

27


#CERITA KEDUA PULUH LIMA

Ada orang-orang yang menyebalkan sekali. Senang menyusahkan orang lain. Berbuat sekehendak hati. Rasa malu tak ada lagi.

Ada juga yang senang bertengkar di media sosial. Saling berang. Saling menyerang. Melihat itu membuat kepalaku pusing. Kenapa tidak berteman dan saling sayang saja?

Aku bingung, aku heran, padahal ia lucu dan menggemaskan pada waktu masih bayi dulu. Kenapa jadi begini?

28


#CERITA KEDUA PULUH ENAM

Aku mencari-cari potongan-potongan kenangan tentang masa kecilku yang masih tersisa di kotak ingatan. Ini adalah pekerjaan yang tidak mudah. Ingatan-ingatan lama tertimpa oleh datangnya ingatan-ingatan baru. Terselip di bawah timbunan ingatan-ingatan lainnya.

Aku ingat bahwa waktu kecil aku seorang pemalu. Aku menghormati aku yang di masa itu. Karena itu, aku tidak akan membeberkan ceritanya di sini. Aku tidak mau bila nanti dia dirundung malu akibat ulahku. Maka dari itu, biar kusimpan lagi potongan kenangan masa kecilku. Kutaruh di pojok sebelah sana supaya nanti gampang mencarinya jika aku sedang ingin mengenangnya. Sendirian. Atau dengan kamu mungkin?

29


#CERITA KEDUA PULUH TUJUH

Ada orang yang bila diceritakan sesuatu ia asyik dengan telepon pintarnya. Itu menyebalkan sekali. Rasanya seperti sedang mengobrol dengan tembok saja.

Ada yang lebih menyebalkan dari itu. Yaitu, bila bertemu dengan orang yang menyampaikan cerita yang sangat tidak menarik. Apalagi cerita itu tentang keakuan. Ingin rasanya diculik alien saja agar terselamatkan dari orang semacam itu.

Dan yang paling menyebalkan adalah ketika sedang asyik makan es krim durian sambil mengobrol dengan penjualnya, tahu-tahu sudah tinggal suapan terakhir. Menyebalkan sekali. Karena aku mesti bertanya, “berapa, Paman?�

30


#CERITA KEDUA PULUH DELAPAN

Kadang aku merasa waktu berjalan cepat. Kadang juga aku merasa waktu berjalan lambat. Kadang aku ingin waktu berjalan lambat. Kadang juga aku ingin waktu berjalan cepat. Dengan kondisi yang tidak menentu seperti itu, kenapa waktu bisa dihitung?

Betapa dunia berubah-ubah. Hari ini ayam berjalan, esok jadi kemoceng. Hari ini ular melata, esok jadi ikat pinggang. Hari ini ahad, esok jadi senin. Meski tidak diingatkan, kita tahu bahwa esok adalah senin. Karena apa? Karena sudah ribuan, jutaan kali diulang-ulang. Bahkan sebelum kita lahir di bumi, sejak pertama kali nama-nama hari dalam bahasa Indonesia ditemukan. Tetapi kenapa meski sudah ribuan kali mengulang, tetap saja kadang gagal. Kadang takut menghadapi esok yang belum tentu sebagaimana apa yang dipikirkan dan dibayangkan. Pikiran-pikiran tentang kekhawatiran memenuhi kepala, terbawa ke tidur, hingga esoknya bangun dengan kepala yang sakit.

Seperti perumpamaan bola karet, semakin keras jatuh maka semakin tinggi akan melambung. Tapi kemudian akan kembali ke bawah bila sudah mencapai titik tertinggi. Itu bila jatuhnya di permukaan yang keras. Bagaimana bila jatuh di lumpur? Hmm.

Bagaimana pun kesedihan dan kemurungan tidak selalu. Begitu juga kesenangan dan kegembiraan. Berbagai macam perasaan datang silih berganti. Hidup tidak melulu bahagia seperti di dongeng-dongeng. Ada kalanya juga sedih.

31


Kadang-kadang hal yang menyedihkan muncul tiba-tiba. Bertebaran di sosial media yang semakin liar. Ada video bocah kecil yang meregang nyawa karena terjatuh dari entah lantai berapa, sementara yang lain hanya melihat lalu merekam dengan ponselnya lalu menyebarkannya ke sosial media. Ada juga bayi yang kakinya diseret oleh pengasuhnya di atas lantai kamar mandi, lalu tangannya diinjak. Sementara si bayi berontak tak berdaya. Bukankah demikian sangat mengusik perasaan? Hmm.

Dan bayangkan, di suatu malam dingin kamu singgah di depan apotek untuk membeli sesuatu yang sudah direncanakan di rumah. Kamu melihat seorang laki-laki dewasa berjaket parasut sedang tidur di emperan ruko yang tutup di sebelah apotek. Ia peluk erat ransel yang ada di atasnya.

Oh, orang-orang saling membenci. Menyerang kepada yang lainnya dengan gambargambar dan kata-kata. Sementara mungkin saja siapa di sana sedang tersenyum tertawa menyaksikan itu semua. Bukankah damai dan tenteram lebih nyaman? Hmm.

Kita ada di bumi bersama manusia-manusia lainnya untuk saling menjaga perasaan. Agak sulit memang untuk menyesuaikan dengan apa yang ada di luar diri kita. Mempertahankan adab dan akhlak tetap terjaga baik, sementara emosi yang sedang menguasai adalah kemarahan. Bahkan, seorang saleh bernama Ibnul Mubarak perlu waktu 30 tahun untuk belajar adab.

Waktu terus bergerak. Mudah-mudahan kita mendapatkan lebih banyak kebijaksanaan dan kebaikan untuk menghadapi ahad versi yang baru.

NB: Cerita ini aku ambil dari blogku yang berjudul Hari Ini Rabu. Karena hari ini ahad jadi aku sesuaikan.

32


#CERITA KEDUA PULUH SEMBILAN

Pada suatu malam yang sebelumnya adalah siang. Beraneka macam aktivitas manusia menurut keperluan dan kehendaknya masing-masing. Dan itu adalah ketika kira-kira 15 menit sebelum jam 7. Di dalam musala, di saf paling depan, berdiri seorang lelaki yang belum terlalu tua. Di badannya terpasang baju polo warna oranye, celana panjang cokelat, dan kepalanya tertutup kopiah. Dia salat bersama orang-orang yang salat.

Setelah salat dia berwirid dan berdo'a dengan meminta apa saja yang dimauinya. Kemudian dilanjutkan dengan salat sunat 2 rakaat. Kamu tahu, sunat itu bukan yang dikerjakan berpahala dan ditinggalkan tidak apa-apa. Tapi sunat itu ialah yang dikerjakan berpahala dan ditinggalkan maka merugi.

Di luar, di pelataran musala, beberapa anak-anak sudah menunggunya. Berharap dibuatkan kue putu dengan membayar seribu rupiah untuk 1 kue putu. Gerobak yang diparkir di seberang musala mengeluarkan suara yang khas lagi: tutttt.

Malam menjadi basah dan berisik. Bumi diguyur hujan. Ini adalah bagus untuk menutup diri di dalam selimut.

33


#CERITA KETIGA PULUH

Telah sampaikah kepadamu cerita tentang orang-orang yang bercerita selama 30 hari? Tahu-tahu sudah berada di hari ini. Hari yang ketiga puluh di bulan Januari pada penanggalan masehi. Beraneka macam perasaan bergantian datang dan pergi. Kadang sedih, kadang senang. Kadang marah, kadang tenang.

Setiap hari selalu ada cerita. Bahkan ketika tidur. Cerita-cerita bermunculan. Cerita yang berbeda, atau cerita yang sama dengan pelaku yang berbeda. Begitu terus. Sebelum waktuku, waktumu habis.

Kita yang terus bergerak bersama waktu, meninggalkan Januari menuju Februari. Januari bergerak ke mana? Atau menunggu kita, yang mungkin akan habis sebelum bertemu lagi. Maka pada waktu itu kata-kata sudah menjadi titik.

34


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.