Pada Suatu Hari yang Biasa
Maulana Usaid
Pada hari-hari yang sangat biasa sekalipun, kita bisa menyimpannya dan mengingatnya kembali pada suatu hari yang bagus.
Pada Suatu Hari
PADA suatu hari. Hari yang biasa. Sunyi subuh diramaikan oleh suara muazin dari pengeras suara suatu masjid. Lalu masjid lain, langgar, musala mengikuti.
Ada yang masih sulit keluar dari selimut. Ada yang keluar menuju suara azan. Ada yang sudah menggelar dagangan di pasar. Ada yang belum tidur sejak hari semalam.
Matahari pucat. Berbagai kendaraan menuju tempat tujuan masing-masing. Sebagian terburu-buru. Menembus kabut yang masih saja. Mengganggu proses pernapasan, memaksa memakai masker.
Dua anak perempuan memakai seragam pramuka bergandengan tangan berjalan menuju sekolah mereka. Mulut mereka mengeluarkan senandung. Para pekerja kebersihan menyekop tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah ke atas truk kuning sejak subuh. Hidung mereka sudah kebal dengan bau menyengat. Seorang perempuan menuang 2 botol bensin ke dalam tangki motor orang lain.
Bersekolah di tempat sekolah. Bekerja di tempat kerja. Bersantai di tempat santai. Membuat julukan kepada guru atau atasan atau tetangga yang menyebalkan. Memberi julukan kepada kawan dan kepada kekasih yang disayangi.
Berkomunikasi dengan sesama manusia. Secara langsung atau dengan bantuan alatalat canggih masa kini.
Seorang mama meninggal karena stroke. Orang-orang terdekat mengekspresikan emosi dengan menangis. Saling bercerita pengalaman bersama si mayat semasa hidup hingga ke hari-hari esok. Di tempat lain di hari yang sama, seorang bayi laki-laki lahir ke bumi. Kakek dan neneknya sangat gembira. Orang-orang mengucapkan selamat
kepada orang tua si bayi sembari memberi hadiah berupa sesuatu yang ditutup bungkus kado.
Sore hari. Burung-burung terbang di atas kepala. Berbaris ke arah timur, utara, lalu ke barat. Angin meniup pohon nyiur, jemuran, rambut dan kelalatu. Anak-anak menghentikan pertandingan sepak bola di lapangan dengan skor 15 - 3. Anak-anak yang lain pulang dari taman pendidikan Al Qur'an. Orang dewasa pulang dari tempat bekerja. Suara orang mengaji muncul dari pengeras suara masjid.
Lampu-lampu jalanan mulai menyala. Namun ada sebagian yang rusak. Lampu-lampu di atas flyover berjejer menyerupai 'ular naga panjangnya bukan kepalang'. Lampulampu kendaraan berhamburan macam kelereng di lapangan bermain.
Kemudian mata tertutup. Atau tetap terjaga oleh sebab lembur mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Atau terbangun lagi karena pengin kencing. Atau terbangun lagi karena mau salat malam. Atau terbangun oleh tangisan bayi. Atau alasan-alasan lainnya. Hingga bertemu pada suatu hari yang lain. Hari dengan beraneka macam persoalan, tabiat, kegiatan dan kejadian.
ďƒš
Pada Suatu Hari #2
PADA suatu hari. Hari yang biasa. Air berjatuhan dari langit ke bumi. Itu adalah dia yang dinamakan hujan. Membuat orang-orang menghentikan motornya di pinggir jalan untuk suatu hal yang dirasanya bagus, yaitu berteduh.
Kecuali bagi mereka yang memiliki jas hujan. Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.
Kecuali juga bagi mereka yang berselimut. Adalah suatu nikmat untuk tetap meringkuk sementara hujan deras di luar rumah.
Kecuali juga bagi mereka yang duduk di dalam mobil. Air hujan tidak membuat resah dan basah.
Kecuali juga bagi mereka yang senang berhujan sampai gigi bermeletuk. Sampai kulit telapak tangan keriput. Sampai demam besok harinya. Tapi mudah-mudahan lekas sehat kembali. Biar bisa makan es krim lagi.
Hari sudah siang. Sejak pagi, mesti tidak lebat, hujan masih saja ingin membasahi bumi beserta penghuninya. Penjual cendol memandangi air hujan yang jatuh ke atas genangan di depan gerobaknya, menimbulkan riak di sekitar jatuhnya air. Bibirnya membuat senyum.
Seorang pemuda mengeluhkan motornya yang kotor lagi karena baru saja dicuci dan jemurannya yang tidak kunjung kering sehingga menimbulkan bau tidak enak. Para burung dara berkumpul di halaman depan klenteng. Paruh mereka mematuk-matuk sesuatu yang ada di bawah mereka.
Hujan lama mengingatkaku pada sebuah cerita pendek di fiksilotus.com. Hujan Berkepanjangan karya Ray Bradbury. Cobalah baca, siapa tahu akan suka juga.
Malam semakin sunyi, rasa-rasa berkumpul menjadi sepi. Ketika sunyi, apa yang kamu lakukan, pikirkan dan rasakan?
ďƒš
Pada Suatu Hari #3
PADA suatu hari. Hari yang biasa. Kota mulai memperlihatkan kehidupannya lagi sejak subuh. "Subuh! Subuh!" Kata pengeras suara dari musala. Ayam jantan berkokok panjang. Pengantin baru menyelesaikan do’anya setelah masing-masing mendirikan salat malam. Si istri pergi ke dapur menjerang air. Si suami keluar rumah menuju musala setelah mengatakan “Assalamualaikum� kepada istrinya. Di jalanan, ia bertemu dengan tetangga, sama-sama menuju musala, kemudian saling senyum dan bersalaman tepat ketika azan dikumandangkan.
Dari arah berlawanan sepasang suami istri berboncengan naik motor menuju pasar untuk berjualan ikan kering. Bulan terang sekali, tapi tidak membuat mata silau.
Matahari mulai menampakkan diri. Orang-orang mematikan lampu di depan rumah. Suara-suara burung pipit bersahutan di atas pohon jambu. Jalanan mulai ramai oleh kendaraan dan manusia. Memulai kembali aktifitas yang sama dengan hari semalam. Pergi ke tempat sekolah, tempat kerja, dengan terburu-buru. Atau lari pagi kemudian mampir di warung nasi kuning langganan di atas trotoar. Mencuri-curi pandang kepada penjualnya yang manis. Atau masih asyik dengan mimpi yang menyenangkan.
Pagi yang beraneka macam dan sejuk. Hingga sampai kepada siang yang menjadi panas Sebagian orang bilang, "Aduh, panas sekali." Karena memang, manusia diciptakan bersifat keluh kesah. Itu yang diinformasikan di dalam Al qur'an Surah Al Ma'arij ayat 19.
Ketika sore, hujan turun.
-
Hujan turun, kecil-kecil, tapi deras.
Aku pulang ke rumah tanpa perlindungan jas hujan maupun jaket. Kemudian singgah ketika melihat gerobak pentol di sebelah kiri. Kuhabiskan duit lima ribu rupiah untuk memuaskan nafsu. Di seberang, di depan minimarket waralaba, ada gerobak bertulisan Kebab Kings. Aku ke sana, memarkir motor, memerhatikan menu di depan gerobak, lalu kudekati si penjual.
"Beli kebab sosis satu."
"Saosnya apa?"
"Apa?"
"Saosnya apa?"
"Pedas."
"Boleh kan aku numpang makan di sini? Hujannya masih deras."
"Silakan."
-
"Berapa harga sewanya jualan di muka sini?"
Itu adalah kalimat pertama yang aku keluarkan hingga akhirnya ia membeberkan beberapa rahasianya kepadaku. Ia mengaku bahwa itu adalah urusan bosnya, ia hanya menjualkan saja.
Umurnya 26 tahun, hanya lulusan SMP. Kawan-kawannya di kampung pernah meremehkan, "Kau akan sulit mencari kerja." Tapi sekarang ia sedang bekerja. Kawankawannya yang pernah meremehkan masih minta uang sama orang tua. Uangnya buat mabuk. Padahal lulusan SMA dan sarjana.
Ia dulu juga senang minum sampai ketika ia melihat gerobak pentol yang laris. Kalau begini terus, tidak ada masa depan, pikirnya. "Alhamdulillah sekarang sudah dapat istri yang baik."
Sebelum aku pulang, ia sempat bilang, "Kenapa kerja enggak mau kaya ya?"
"Mungkin belum."
-
Suara muazin bersahutan mengumandangkan azan dari pengeras suara masjid, musala dan langgar. Sebagian orang berjalan dengan baju rapi, sarung dan kopiah untuk mendirikan salat maghrib. Tangan kanan menutupi kepala dari serbuan hujan dengan payung. Ada yang berwarna merah polos, ada juga bermotif bunga, ada juga pelangi, dan ada yang lain lagi bertulisan Segar Sari berwarna biru tua. Sebagian lagi ada yang baru sampai rumah dengan tubuh menggigil karena ketinggalan jas hujan. Sebagian lagi asyik berbalas pesan dengan pujaan hati sambil tiduran di atas kasur yang kapuknya sudah keras.
Jadi, ada berapa rintik hujan yang sampai ke bumi hari ini?
ďƒš
Pada Suatu Hari #4
Pada suatu hari. Hari yang biasa. Di akhir malam sebelum subuh, seorang lelaki sedang duduk di ruang tunggu IGD rumah sakit pemerintah, merapal do'a-do'a apa saja yang diingatnya dan dihafalnya. Sedangkan isterinya sedang berjuang melahirkan bayi dari tubuhnya dengan dibantu dokter dan perawat-perawat.
Di tempat lain, seorang lelaki yang baru menjadi ayah sedang mengipasi bayi lakilakinya yang terbangun kemudian menangis karena lapar. Sedangkan isterinya menyapih bayi laki-lakinya di payudara sebelah kiri yang penuh air susu.
Di tempat lain, seorang lelaki sedang bermalam di rumah ibunya yang sakit dan sudah tidak berdaya. Sedangkan ibunya tidak mau diajak tinggal bersama di rumah anaknya. Tidak mau mengganggu dan merepotkan, mungkin.
Di tempat lain, seorang lelaki mendirikan salat tahajjud sebagai ibadah tambahan baginya. Kemudian membaca ayat-ayat Al Qur'an sambil menunggu azan subuh. Sedangkan juga ada seorang perempuan melakukan hal demikian, di tempat lain.
ďƒš
Penulis
Bisa dipantau di instagram: @_maulanausaid atau blog: maulanausaid.blogspot.co.id.