Pesan Singkat Bapak Presiden /1/ "Budi, tolong bilang sama rakyat. Bapak lagi di luar negeri, beli baju baru buat Ibu Budi. Kalau ada pesan, tulis saja surat. nanti Bapak baca, oke Budi?." /2/ "Maaf Bapak, tadi Budi sedang di pasar. pesan Bapak tidak Budi sampaikan, bukankah Bapak bisa bilang sendiri?"
Pariaman, Maret 2014
Pantun Sakit Hati ke Madrid Buyung ke Madrid, tiba di Madrid menonton bola hati yang sakit biarlah sakit, walaupun sakit tetap tertawa ke Paris caleg ke Paris, tiba di Paris beli semangka apa kabar, hai dedek manis. Babang di sini dirundung duka jalan-jalang ke bukittingi, tampaklah gunung tinggi sekali sudah lama babang menanti, hati yang bingung dibawa lari.
Pariaman, 26 Maret 2014
Sajak 5 Menit dari 3: 58 AM menuju 3: 59 AM, ada namamu yang selalu kusebut-sebut, kira-kira hampir sejuta. dari 3: 59 AM ke 4:00 AM, ada namamu yang kutulis-tulis, meski belum sempat kau baca. dari 4: 00 AM ke 4: 01 AM, ada rindu yang kusebut dan kutulis lalu kumulai untuk tidur, di 4:02 aku tersentak bangun; ada kamu rupanya Pariaman, Maret 2014
Aku Jatuh Cinta ; Bunda Belgis aku tengah jatuh cinta, benar-benar cinta wahai langit, kekasihku bernama rembulan. ia lukisan paling indah, sinarnya kilaukan lupa, terangnya menusuk sukma, ia adalah berjuta cahaya. aku tengah jatuh cinta, benar-benar cinta wahai langit, ini kedua kalinya kumemanggilmu. mari, dengarlah kuberbisik. kekasihku bernama rembulan, sabitnya segenap doa, purnamanya pelengkap segala. ia adalah bulat-kuncup syahdu, ngilu-rindu bila tak ada. aku tengah jatuh cinta, benar-benar cinta wahai segenap pemenuh Bumi, kumeminta Aamin-Nya meyerulah, bahagiakan aku Pariaman, 25 Maret 2014
Cinta Aku mencintaimu, cinta ya, itu saja TTd Maulidan
Pariaman, 19 Maret 2014
Aku Menyebutnya, Ibu Ketahuilah wahai penggorengan, aku menyebutnya Ibu ;bawang putih wangi dalam tumisan, makanan lezat dalam hidangan Ketahulah wahai minyak tanah, aku menyebutnya Ibu ;air sirup di tengah lautan, tengadah doa dalam kehidupan Ketahuilah wahai api, aku menyebutnya Ibu ;cuka masam saat marah, saat ia benar-benar resah Aku menyebutnya, Ibu Lengkapnya; Ibuku
Pariaman, 17/3/2014
Dialog Sepasang Kekasih /1/ kasih, bacakanlah sebaitduabait puisi untukku. puisi yang indah, yang membuatku kangen selalu padamu, yang menjadi doa sebelum kutidur, dan menjadi penyemangat hidup. juga sebagai bukti bahwa kau mencintaiku. kumohon /2/ Nggak ah ! malas. nanti kalau puisinya kubaca, aku harus hidup denganmu. mengantarmu ke pasar, menemanimu arisan, dan menyemangatimu bersalin. maaf aku belum ingin menikah, belum ada modal untuk melunasi hutang Ibumu, dan membiayai adikmu sekolah. Pariaman, 9/3/2014 M
MARTINA NOFRA PANAI Masih dalam ingatanku, Ada ketika itu, kau Rayu aku, untuk sama sekali Tidak galau lagi, tidak gila lagi. Iya kan? Nah, aku sudah tidak begitu, kini. Adakah kau lihat, Mar? Nyamanlah, kau. Obatilah luka yang selama ini kau eram sendiri Facebook dan Twitter kau peliharalah selalu Rawatlah laptop dan alat-alat elektronikmu Aku rasa, kau harus memang begitu, Mar! Puisi yang kau minta, yang katamu harus bagus itu. Aku bikin sendiri, lho. Namun mungkin takkan bagus buatmu. Aku rasa begitu. Iya kan?
Pariaman, 3/9/2014 M
Ketika Cinta Mengigil ;Ti bulan sabit itu kau bintang terang itu kau langit hitam itu kau pohon kelapa itu kau jalan raya itu kau tiang listrik itu kau bola lampu itu kau asbak dan puntung rokok, kepulan asap, gelas plastic, kopi dingin, malam sunyi, angin lembut, laptop bisu, buku-buku berserakan, kursi dan meja tamu, itu kau. iya, kau semuanya!
Pariaman, 8 Maret 2014 1:38 AM
1m di Pojok Laptop kau nan hijau, kadang redup; pucat hanya sisakan namamu dan pura-pura sembunyi, lalu pergi sisakan sebait dua bait kenangan untuk kutelan pagi ini kau hendak kuliah kau hendak cuci baju kau hendak ke pasar, bersama Mamak "katamu 1m di Pojok Laptop yang tiba-tiba muncul setelah kau pamit akan menjadi kenang-kenangan indah; kusemai dan kupupuk didokumen-dokumen hidup baik resmi dan tidak resmi Pariaman, 3/5/2014 7:02 AM
Tentang Anak Bang Thoyib Bu, ajari aku menulis luka di tubuhmu, luka tentang Ayah yang entah kemana entah, hingga hari-harimu selalu dalam selimut resah. ya, aku mendapatinya saat kau melipat sajadah, yang masih dalam sebentuk resah. Bu, kalau bisa sih tulisanku dalam bentuk puisi karena di cerpen, akan terlalu panjang untuk menulis lukamu, Bu. ajari aku ya, Bu. Pariaman, 27 Februari 2014
Rindu, Apa Kabar? /1/ selamat pagi, Ndu. rasa ini masih saja menggebu-gebu, menusuk-nusuk persendian tulang, hadirkan ngilu maha Dahsyat, yang subhanallah rasanya bila kuceritakan lebih jauh. rasa ini pun menghilangkan fungsi akal, membuai-buaikan aku dalam lamunanlamunan, bergelut nafsu-nafsu yang merintih, penuh nikmat, menggetarkan seluruh raga,hati, dan jiwa. "adakah di sana kau juga merasakannya, Ndu?" kuharap iya, sih.
/2/ selamat siang, Ndu. "sudah makankah kau?" shalat, mandi, gosok gigi, dan ganti baju ku lalui sendiri; tanpamu. "masih sanggup kah kau?" "aku, hampir tidak." "hehehe, Ndu." siang ini seperangkat rasa yang kujelaskan tadi pagi, masih saja bergejolak, mendenyut-denyut, hadirkan perih. o ya, Ndu. dari tadi pagi aku bertanya, "kenapa kau diam saja?" Pariaman, 4/3/2014
Bisa Jadi Kamu Adalah "tomat?" "ndak!" "seledri?" "tidak!" "lobak?" "tidak!" "lengkuas?" "tidak-tidak!" "cabai" "tidak-tidak!" "lada" "tidak-tidak-tidak!" "kunyit" "tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!" "ada di rumah?" "bisa jadi!" "ada di kamar?" "bisa jadi!" "ada di toilet?" "bisa jadi!" "eek?" "tidak!" "daki?" "tidak-tidak!" "bakteri" "tidak-tidak!" "kuman?" "tidak-tidak-tidak!"
"ada di hati?" "ya!" "ada rindu?" "ya ya ya" "ada cinta?" "ya ya ya" "ada kasih sayang" "ya ya, itu!" "ada i love u ?" "yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" “Perempuan Cantik yang Aku Cinta?” ya/ya/ya.
Pariaman, 27 Februari 2014 Masehi
Kamu ;Ti tersebutlah kau malam ini, dalam pojok komentar 1 kali, dalam Ibu jari 12 kali, dalam emoticon unyu 1 kali, dalam rindu yang barangkali bisajadi adalah mungkin. ini tanyaku untukmu: "????????????????????" yap, 20 buah.
Pariaman, 26 Februari
Tidak Hanya Kau yang Ingin ke Mekkah, Bu Bu, bawa aku ke Mekkah aku mau menuliskan namanya di Ka'bah di Indonesia, doaku tak kunjung diijabah Bu, sudah. segini aja dulu, nanti kalau terlalu lama aku makin resah babai, Bu. assalamu'alaikum Pariaman, 26 Februari Masehi
.jpg gambarmu, itu sudah cukup untuk menuntaskan perih-perih menahun, perih itu berjudul rindu. rindu buatmu Pariaman, 26 Februari 2014
(masih) Tetap Galau pagi datang sendiri, sembunyi. lalu entah kenapa tiba-tiba ingin bertemu siang, seraya berkata, "wahai, Ang. kenapa masih ada aku, sudah panas begini hari ini" siang bingung, namun sempat menjawab: "mungkin gara-gara globalisasi, Gi." pagi berlalu. siang pamit dari pagi, dan kebetulan ada janji hari ini dengan sore dan senja, namun tak sempat bertemu sore, hanya bertemu senja. lantas menegur senja, dan bertanya, "Hai, Nja. ada apa hari ini? kenapa mentari begitu merah, apa Tuhan marah?" senja diam, dan hampir berlalu lalu ketika hendak pamit. senja berdiskusi pada malam, lantas bertanya: "kenapa kau gelap sekali hari ini, Lam?" malam menjawab, "entah" malam muncul Aku yang melewati pagi, siang, sore, senja, malam; sendiri. lalu hendak bertanya pada Aku. "masih belum puaskah kau bicara sendiri, wahai diri?" "belum" jawabku.
Pariaman, 2 Maret 2014
Kangen Bu, assalamu'alaikum wr wb... ada sekelebat rindu yang belum sempat terjawab senja ini rindu yang perih, genang air mata yang tak sempat jatuh, dan isak-isak harap yang tak kunjung penuh adakah kau mendengarnya, Bu? Pariaman, 1 Maret 2014
Bunyi Hujan di Atas Genteng kamu; yang bersemayam di hati. deras sekali, mengalir sampai jauh, menyejukkan raga bagai bunyi hujan di atas genteng, di kemarau ini.
Pariaman, 2 Maret 2014
Kau Part 97 aku rindu padamu sejak salah seorang murid bertanya, "siapakah gerangan Dia, seonggok perempuan berhijab Pink, di samping shortcut Modzila Firefox, berwujud senyum syahdu paling teduh ini wahai Bapak Guruku yang nyaris tampan?" "Dia isteriku yang jauh, Nak." kataku "Isteriku yang dekat, ada di sini!" sambil mengarahkan tangannya ke dadaku.
Pariaman, 21 Februari 2014
Kau Part 98 kuning-kuning bahagia tak cemberut tak pernah dengki tak butuh kaya kau lah Spongebob kau lah kau yang kau nikmati itu-itu melulu di televisi sore-sore sejak kecil sejak kau lahir bahkan sejak kau dalam rahim Pariaman, 26 Januari 2014
Kau Part 99 kau, sajakku bunyian huruf yang kupetik tanpa gitar dikirim lewat BBM dikasih gambar hati kau, puisiku email-email yang tak layak media tak sempat terbit-terbit, tak sempat dikonsumsi publik kau, apalah cuma alasan untukku menggenapi detik ke menit, menit ke pukul, pukul ke hari; dari sibuk hingga libur
Pariaman, 26 Januari 2014
Kau Part 100 mulai saat ini, aku telah belajar menulis dan takkan berhenti menulis, kau. Titik! Pariaman, 1 Maret 2014
Kau Part 101 sesabit doa bersemayam di pelupuk matamu nan teduh terangnya hinggap menyapa hati merasuk pelan, membelai lembut, menawarkan rasa nyaman. iya, kau lah tuan nya. pemilik segenap rindu yang sesak di hati
Pariaman, 1 Maret 2014
Kau Part 101, 5 sehari tanpamu, bagai paragraf tanpa tanda baca, bagai puisi tanpa judul, bagai pantun tak berima, bagai band tanpa vocalis, bagai dangdut tanpa gendang
Pariaman, 8 Maret 2013
Kau Part 102 waktu, hidup, teka-teki, jauh, rindu, hujan, pelangi, mentari, badai, hilang, tiba-tiba, surga, kembali, misteri, mati, remuk, esok, kenangan, sembunyi, shubuh, perjalanan, ketika, sendiri, tunduk, misteri, jarak, sajadah, doa, Tuhan, sibuk, sunyi, bahagia, kehilangan, gemuruh, luka, saat, cerita, indah, habis, hati, nadi, jiwa, raga, aku; di sampingmu. kau; di sebelahku.
Pariaman, 8/3/2014 M
Kau Part 103 terangmu tiba-tiba redup, muncullah sepi sisakan hanya aku yang sendiri, dan berdua dengan sunyi "kau kah yang memintaku kembali mengingat kepergianmu?" ya, bisa jadi begitu Pariaman, 8/3/2014 M
sebentuk nada perih aku api panas membara yang membumihanguskan satudua ruko abah Ahong, di komplek Tionghoa itu. kau air sejuk yang dicari sumbernya oleh Dinas Kebakaran Kota Jakarta, dibantu alaram-alaram pekik, yang pekakkan raga, "kau kah yang membuatku mati perlahan dalam rindu" yap, kurasa memang begitu
Pariaman, 7 Maret 2013
12:37 AM bangun sayang, bangun! rindu ini entah kenapa masih saja memanggil namamu. aku kan sudah tidur 12: 39 AM
Doa Masuk Mesjid Raqib, apa kabar? maaf baru datang Pariaman, 8/3/2014
Puici Babang Buat Dedek Dedek, hai. Assalamu’alaikum. babang masih saja beranggapan bahwa Tuhan yang kau sebut-sebut usai kau melipat sajadah; rakaat yang babang pimpin itu. adalah Tuhan yang sama, Tuhan yang Maha Kasih yang menitipkan Dedek dalam rindu-rindu berkepanjangan yang babang rasa. rindu-rindu itu pun telah jadi puici, puici, dan puici. indah, syahdu, dan akan membuat bulu kudukmu merinding ketika kau membacanya, Dek. kamu bisa melihatnya di status “efbe� babang dan di blog pribadi, Babang. "iya, kan Dedek?" "Enelan, kan?" 6/3/2014
Puici Babang Buat Dedek Part 2 /"/ "i love u". Dedek, "barangkali tiga kata berbahasa Inggris itu, adalah puici terakhir Babang buat Dedek, dan Babang akan menuliskannya di pangkal senyummu, Dek." /"/ "tulicyin lah Babang, tulicyin lah!" "tuyis yang bagus, biar Dedek punya alasan untuk kangen sama Babang teyusteyusan"
Pariaman, 9 Maret 2014
Puici Babang Buat Dedek Part III eTapi, Dek. cinta dan rindu ini hanyalah buat Dedek, Ibu Bapakmu, dan satu adikmu itu yang tak kujumpai di social media manapun. Tentu setelah Babang mencintai Allah, Ibu Bapakku, dan adik-adik yang kumiliki akun facbooknya. Maaf bila cinta Babang begitu, Dek. Maaf. 9/3/2014
Pray For Gunung Kelud segala duka tentang negeri ini telah kami tulis di dinding Facebook, ditulis dengan doa penuh harap dibalut isak-isak tangis dalam hati yang nyeri oleh perih nan bertubi mana jempolmu, Tuhan? Pariaman, 12 Februari 2014 pukul 12:09 wib
Sejak Kematianmu, Kasih sejak kematianmu, kasih tak ada yang seru di Facebook apalagi di Twitter sejak kematianmu, kasih tayangan televesi dipenuhi artis seksi, doraemon habis episode dan spongebob menjelma menjadi putri yang ditukar bapaknya karena butuh kaya sejak kematianmu, kasih dunia maya milik mereka dalam cinta, dalam harinya sementara, kau terkubur di Blogspot nan sepi pengunjung sajakmu nan syahdu dulu masih tersimpan rapi di database google berformat .doc mati dalam link yang tak layak dikonsumsi publik Pariaman, 28 Januari 2014 Masehi pukul 02:53 wib
Aku Buat Chairil Anwar “kosong lapan sembilan sembilan kosong lapan lima empat empat enam lapan” atau “kosong lapan satu dua enam dua empat empat satu dua tiga lima” ini aku, ril kau mana bisa jadi aku Pariaman, 5 Februari 2014 dimuat di http://theoneredaxi.com
Jomblo Buat Buya Hamka Pinjam syair cintamu, Buya Di negeri ini, tak ada wanita lagi yang memilihku Pemilu kemarin, yang memilihku lelaki semua; tepat setelah amplopku sampai di rumahnya Matilah aku bila lama begini, Buya Pariaman, 5 Februari 2014 dimuat di http://theoneredaxi.com
Pak, suraumu tak roboh lagi! Buat AA. Navis Pak, suraumu tak roboh lagi Gambarnya kami unggah di facebook Kami bagikan pada ribuan kawan Semua pada komentar, bilang suraumu bagus Kami foto dari luar Lagi duduk di lapau, menunggu jamaah kelar Sambil diskusi, bagaimana bisa agar suraumu bagus, suraumu ramai Di lapau, ada kopi, rokok, secarik kertas, dan pulpen bahan diskusi Suraumu dibantu ayah kami, Ayah kami yang pejabat, pengusaha sukses, dewan politik, dan calon gubernur Ayah kami baik Peduli sama suraumu, biar bagus, biar ramai Keramik-keramik cantik Kubah-kubah megah Dibantu ayah kami, Di gotong bersama Garin adzan kami pulang Garin punya acara kami datang Pariaman, 20 Januari Masehi 2014 pukul 07: 39 wib dimuat di http://theoneredaxi.com
Lelaki Pecemburu "Bu, bolehkah aku cemburu pada rembulan terang yang sedang digelut bintang, dijamah cahayanya satu per satu hingga ia redup?" "Bu, bolehkah aku cemburu pada setangkai kelopak bunga nan harum semerbak, yang membujuk kumbang-kumbang genit untuk datang hinggap, hingga ia layu?" "Bu, bolehkah aku cemburu pada titik awal hujan di awal kemarau?" "jangan, Nak!" kata Ibu 01/03/2014 Dimuat di http://albratva.blogspot.com
Pulang Bu, kami pulang dari bulan nyatanya selama ini kami salah jauh-jauh memanjat langit; dari Bumi yang kami semai hanya resah iya, Bu. kami mengaku salah nyatanya, terang itu ada padamu, Bu. kami temui di harimu yang kau anggap tanggal merah 17/02/2014
Dimuat di http://albratva.blogspot.com
Pulang II aku merantau ke Jawa biar kau senang, biar kau bahagia nanti, ku bawa banyak uang nyatanya, tidak. pagi petang ku dililit hutang. ya, Ibu Kota tak pernah seteduh kau, Bu. esok, aku pulang. 17/02/2014
Dimuat di http://albratva.blogspot.com
Salam dari Bumi selamat pagi dunia titip salam sama akhirat, ya. salam rindu buat Jibril hingga Malik "selamat menunaikan tugas" dan spesial buat Raqib Atid "catatlah pahala kami, satu persatu hari ini, dosanya jangan" "nanti kami taubat, Tuhan pasti ampuni" Padang, 2/2/2014 Dimuat di http://albratva.blogspot.com
Marapi Lapor, Tuhan! kami belum siap untuk menangis lagi, laporan selesai. Pariaman, 27/2/2014, 4:36 PM dimuat di http://theoneredaxi.com
Marapi Part 2 mentari, memerah kala sore dengan seperangkat asap yang entah; lantas hadirkan ribuan pasang mata dalam gelisah; kalau-kalau tangis hadir untuk mengisi isi rumah Kau kah yang meyuruhku untuk selalu bersyukur atas semua musibah, Tuhan? yap, kurasa iya. Pariaman, 27/2/2014 05:31 PM dimuat di http://theoneredaxi.com
Marapi Part 3 sajadah kami basah, air mata kami tumpah; rakaat kami gelisah; kami goyah wahai Kau yang merajai langit wahai Kau yang mengisi seluruh Bumi wahai Kau pemilik setiap Doa kami memanggilmu dalam tangis yang tak sudah-sudah. "Ampunilah kami karena terlalu banyak meminta." Aamin ya Rabb Pariaman, 27/2/2014, 7.02 PM dimuat di http://theoneredaxi.com
Marapi Part 4 /1/ "Bu, kenapa langit biru itu seperti kodok?" /2/ Nak, bukalah masker yang menutupi matamu. lalu lihatlah ke langit Tuhan tengah ingin menitipkan kita musibah, kita harus benar-benar siap kali ini, Nak. Nak, jangan lupa beritahu teman facebookmu, ya. bilang kalau negeri kita sedang sakit parah; banyak rakyat yang gelisah. Nak, bergegeslah! siapa tahu, masih ada info di kantor lurah Pariaman, 10/3/2014 4:53 PM
Keluarga Dekat "Bu, bolehkah aku masuk dunia politik?" "Tidak" "Yah, bolehkah aku minta isteri cantik?" "Boleh" "Nek, bolehkah aku melupakan sejarah yang sudah-sudah?" "Tidak" "Kek, bolehkah aku meminta resep merebus air pada Ibu?" "Boleh" "Dek, bolehkah aku ikut ke sekolah" "Bisa jadi, Bang" "Hehehe, Dedek" "Hehehe, jua Babang" Padang, 5/3/2014
Ke Langit Bu, aku ke langit. meminjam awan pada Tuhan untukmu berteduh resah memesan hujan pada Mikail untukmu berpayung gelisah sebentar kok, Bu. oke ya, Bu. izinkan aku ke langit dengannya, Bu. jika restumu tuntas; kami balik, dan memberikan langit untukmu iya, Bu. langit ketujuh.
17/02/2014
Yatim Piatu dalam Rindu rinduku mengabad, menahun-nahun tanpa kau larut dalam telaga-telaga sunyi terperosok dalam ruang kosong berhantu terjebak di bawah batang wajah nan cemberut, dahi dahi nan mengkerut rinduku padamu tak berayah dan tak beribu aku yatim, aku piatu dalam rindu
16/02/2014
o o, itu bulan o, itu kamu o, itu terang o, itu hilang o, itu bintang o, itu kamu lagi o, itu kilau o, itu hilang lagi o, itu langit o, itu kamu lagi lagi o, itu gelap o, baiklah o, itu motor o, baiklah, aku pergi Pariaman, Maret 2014
Pegawai Bank Syariah kau yang menungguku dalam senyum nan elok tutur bahasa mengucap salam tak pernah lupa dibungkus akhlak dalam busana sedang sibuk di meja di atas kursi bersama pena dalam senyum yang entah oleh sebab apa hari ini, kubawa uang sejuta kita ke rumah makan sederhana terserah kau mau pesan apa uangku sejuta
Padang, 2014
Sebagian dari Mereka Mencari Surga biarkanlah aku menjadi aku, Bu. aku adalah yang bukan mereka, yang mereka adalah tidak ada aku nya sedikitpun. mereka adalah Dia dan teman-teman nya yang lantang menyebutkan mereka dengan sebutan "We Are Family, We are The Champion" yang menertawakanku dengan pekak, sekuat-kuatnya. menyebut-nyebut aku gila, menyebut-nyebut aku mana mungkin punya kerja, menyebut-nyebut aku belum pantas beranak, beternak kambing, dan mengeram biji-biji padi. barangkali mereka adalah, Bu. yang cemburu bila aku menuliskanmu melulu, melukiskan bahagia yang datang terus menerus, melayangkanmu dalam doa-doa yang masuk dalam list ijabah Tuhan, yang syukur-syukur kalau makbul maka Syurga mendaratlah di matamu, Bu. di sinar terang teduh seindah Bulan sabit di atas salju itu. Tapi, Bu. "mana mungkin mereka muat semua di Syurga yang hanya lebih kecil dari telur bebek itu kan, Bu?" sebagian dari mereka saja, Bu. iya, mereka-mereka yang tidak kutuliskan di atas Bu. sepertinya masih muat deh, kalau-kalau syurga yang mendarat di matamu itu adalah doaku. aku sih menuliskannya teman, Bu. iya! temanku
Pariaman, 28/2/2014 9:26 PM
(masih) galau ketika kau bersembunyi dariku; "doa seperti apa yang harus ku tengadah pada Tuhan yang merajai langit, untuk memintamu pulang, menemuiku dalam perih pekat segelap ini?" ketika kau bersembunyi dariku; "oleh-oleh seperti apa yang harus ku bungkus pada Ibu yang merajai kompor, untuk merayumu pulang, menemuiku dalam malam pahit yang sepagi ini?" ketika kau bersembunyi dariku; "dongeng seperti apa yang harus ku dendangkan pada tuyul yang merajai aku, untuk membujukmu pulang, menemuiku dalam senyum-senyumku sendiri?" "Jawab!"
Padang, 1 Maret 2014 4:44 PM
Mantra Pengusir Kamu "Hidup pak Karno!" "Hidup pak Harto!" "Hidup prof Habibie!" "Hidup Gus Dur!" "Hidup Bu Mega!" "Hidup Es Be Ye!" "kamu, mati saja!"
Pariaman, 28/2/2014
Mantra Pengusir Rindu matilah kau kasih, ditelan doa-doamu sendiri, diterkam isak tangismu. yang sudah tak ada aku nya; lagi. meninggallah kau dalam sakit, yang kau cipta sendiri di hati; mu
Pariaman, 28/2/2014
Istriku http://surgaallah.restu.com/ayah/ibu/mertua/read/2089/03/02/mywife/html. Pariaman, 27 Februari 2014
Galau jika aku adalah aku, maka kamu bukanlah aku, lalu kamu adalah sejenis kalimat yang tersebut dirimu, yang mana mungkin ada aku nya. iya, aku kira begitu. dulu lantas, tiba-tiba aku hendak menjadi kamu, berubah mencari yang baik-baik saja pada aku, merayumu untuk mau jadi aku hingga aku adalah yang tersebut "dirimu", yang kira-kira begitulah yang aku mau, saat ini. namun, secara teoritis sepertinya kamu tak begitu, tak suka dirayu tak setuju bila aku menuliskan "dirimu" pada aku, lalu pergi entah kemana entah, tak dapat tersentuh lagi; kamu. jadi kesimpulannya kira-kira begini, Laila. oh, wahai kuntilanak tengah malam; yang selalu meresahkan malamku. "masih bolehkah aku merindu, dan meminta pada Tuhan agar dirimu adalah diriku?"
Pariaman, 28/2/2014 pukul 12:40 AM
Puisi Satpam Hai Pak Presiden Hai Pak Menteri Hai Pak Gubernur Hai Pak Bupati akulah Dia nya yang menjaga malammu, dari ngantuk-ngantuk yang lelah dalam sibukmu, yang tak kunjung sudah-sudah oh ya bapak-bapak sekalian, "aku boleh minta naik gaji juga, nggak?" Pariaman, 25 Februari 2014
Buat Kau yang Sempat Mendunia di dunia maya kita bertemu di dunia nyata kita berpisah di dunia lain dan di dunia ghaib, kau tak kutemukan lagi doa-doa yang sempat ku titipkan pada Tuhan dulu, kutarik kembali kau batal jadi bidadari dan gentayangan di Bumi Aamin
Pariaman, Februari 2014 Masehi
Seribu dalam puisiku kali ini, ku menulis kau seribu kali kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau.
kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau.
kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau.
kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau, kau. sekian, sayang. Pariaman, 10 Februari 2014 pukul 10:40 wib
Cinta Terpendam ku menulis ratusan ribu sajak tentangmu di toilet kampus ku tulis di dindingnya, dengan gambar yang menyerupai hati dibungkus frame bunga-bunga indah, bertinta merah bertuliskan nama kita, berdua kau kah orangnya yang menulisku di toilet wanita? aduhai, semoga. Cinta!
Pariaman, 2 Februari 2014 Masehi pukul 15:40 wib
Baik, Cantik, Lembut, Shalihah, Teduh, Penyayang, Setia, Perhatian, Menarik, Lucu, Ceria, Imut, Menyenangkan, Murah Senyum. kamu ya, sederhana saja.
Pariaman, 22 Februari 2014 Masehi, pukul 04: 15 wib
Syair Kematian puasa puisi
Pariaman, 12 Februari 2014
Puisi Marah Kau yang membunuh Ibuku, bukan Tuhan?
Pariaman, 5 Februari 2014
Puisi Religi Ya Allah. selain Kau, kekasihku siapa sih? habis, segitu dulu Allah. Assalamu'alaikum aku
Pariaman, 5 Februari 2014
Sekretaris Hati sek, malam ini aku serius. ku tunggu emoticon mu dalam tanyaku yang tak kau dengar selama 8000 tahun 2000 tahun sebelum kau genap 10 abad aku benar-benar serius, sek! sangat-sangat malah, kalau kau tak percaya, belahlah dada Ibu di sana ada restu, untukmu
Pariaman, 4 Februari 2014
engkaulah, kau ;Nur engkaulah, kau cahaya malam, penerang malam, bagi anakmu dalam hari engkaulah, kau singa padang pasir versi perempuan pahlawan pencegah sorga dari kemalingan engkaulah, kau dalam sebentuk handphone bersinyal rendah, dibalut gelisah, rasa takut yang kalut, suamimu suamimu diambil sibuk, suami diambil orang, suamimu belum datang "katamu. engkaulah, kau yang menjelma jadi setoples kacang, dalam akun facebook cang-kacang-kacang-cang
Maghrib, 4 Februari 2014 Masehi
Kau kau, 1 huruf yang ketinggalan dalam skripsi kau, catatan kaki yang tak rapi kau, janji-janji manis dosen pembimbing saat mengajak bertemu menyebalkan namun sulit untuk tak dikenang
Pariaman, 4 Februari 2014, malam
Mas Jibril wahai Jibril! pinjam sayapmu aku ingin ke kamarnya mengintipnya dari balik jendela ketika dia tengah sibuk mengenakan jilbab
Pariaman, 4 Februari 2014 Masalah
Kau Lagi kau, di hidden smadav dalam laptop dalam sajak berjudul cinta berformat microsoft word dan pdf rasain, kau tak kelihatan
Pariaman dan Padang, 3 Februari 2014, tengah malam lewat
Ibu Pertama ; Ibuku dia, bulan yang menggendongku dalam tangis bintang yang memapahku dalam doa mentari yang menyilaukanku dalam kalimat khawatir dia, dalam sembilan bulan tak pernah keluh dalam 2 tahun tak sempat letih membawaku ke mana-mana, dalam doa-doa syahdu sepanjang masa dia, satu-satu nya wanita yang menuntutku shaleh, menuntutku hadirkan sorga di rumah, di hari-hari nya yang selalu bahagia dia dan senyumnya satu-satunya alasan ku betah di Indonesia. satu-satunya alasan ku untuk tidak terjun dunia politik satu-satunya alasan ku benci korupsi dia, Ibuku mana mungkin Ibumu juga begitu padaku
Pariaman, 3 Februari 2014
Ke Laut Saja Loe I aku ke laut siang ini, biarlah panas biarlah jalan kaki asal dengan kau, isteriku II aku ke laut lagi, di darat sudah tak asyik banyak asap, banyak sampah, banyak banjir. di laut asyik, ada kau isteriku III kali ini aku tak lagi ke laut istriku di sungai cuci baju sekolah Ibu aku mengintipnya,Tet. kau sih, tak terlihat lagi IV sekarang. aku telah di darat di dekat Mesjid, aku dan isteri menunggu kau usai shalat "kata Ibumu, kau halangan" bangsat!
BYE (Caps Lock Mode On) kau tinggalkan aku dalam sajak terakhir alfatihah berjamaah dalam lupa yang insya allah tidak dalam seminggu katamu kau tinggalkan aku dalam detik-detik lebih sedikit pada 22:50 wib dalam titik-titik rinai beraroma gelap dalam pagi yang aku tunggu sendiri kau tinggalkan aku dalam bahagia yang bisa jadi dalam ceria yang semoga nanti dalam senang yang sampai mati kau tinggalkan aku kau tinggalkan aku kau tinggalkan aku sengaja aku menulisnya 3 kali, : karena memang belum ingin kau tinggalkan
Pariaman yang Galau, 31 Januari 2014
Ibu Kedua ; Ibuku Ibu kau selalu indah dinikmati dalam lagu kau selalu cantik ditulis dalam sajak pantas Ayah suka dan tak menceraikanmu
Pariaman, 31 Januari 2014
Toilet Laut I aih, malam Minggu mana mungkin ku temukan kau di darat aku dilaut, bersama ikan-ikan yang nantinya digoreng Ibumu II aku ke laut saja, ya. setelah tak menemukanmu lagi di toilet wanita, selokan, dan sungai
Pariaman, 31 Januari 2014
HUNTING Bu, aku ke laut sebentar menangguk duyung menobatkannya sebagai isteri dalam 5 hari
Pariaman, 31 Januari 2014
Mama Minta Handphone pun, rindu nan berjumlah sejuta untuk kau telah tersimpan rapi pagi ini namun tak jua sampai, karena mama kehabisan pulsa
Pariaman, 30 Januari 2014
Pamit aku pamit meninggalkanmu... menitipkanmu pada butiran batu, limbah laut dan oli kapal aku ke darat sebentar
Pariaman, 29 Januari 2014
Lagi-lagi Kau Kau bagai nyamuk di atas kepala sekali tepuk mati dua 800 kali tepuk, tak kena-kena ya, nyamuk waria tentunya. nyamuk wanita dikepalanya, kan?
Pariaman, 28 Bulan Pertama Masehi
I LOVE U Inilah cintaku Lebih kilau dari mentari Orbit maha dahsyat Venus dan Bumi bisa runtuh dibuatnya Energinya bisa padamkan bencana dan menunda kiamat Untukmu, hanya untukmu sayang.
Padang, 30 Maret 2014
BIODATA PENULIS Maulidan Rahman Siregar, lahir di Padang, Sumatera Barat, 03 Februari 1991. Menyelesaikan pendidikannya di IAIN Imam Bonjol Padang. Kini tinggal dan bekerja di Padang Pariaman. Puisinya disiarkan Singgalang, DinamikaNews, Metro Riau, Harian Rakyat Sumbar, Mata Banua, DetakPekanbaru dan tarbijahislamijah.com. No Handphone No Rekening
: 081267546514 : 1013.0213.00867-7 a/n Maulidan Rahman Siregar Bank Nagari Cabang Pembantu Lubuk Buaya Padang