MIND
MEI 2015
GRATIS
MENTAL IN DEPTH
Hot Issue
Gadget: Friend or Foe? Nice to Know
Body Dysmorphic Disorder: Penyakit Keranjingan Dandan
Tips & Tricks
Insomnia? Coba Analisis Penyebabnya!
Amalia Aljufri
Pemimpin Redaksi
Veronika Renny Kurniawati
Anggota Redaksi
Ujang Khoerur Rizqi
Anggota Redaksi
Clara Gunawan
Anggota Redaksi
Farah Vidiast
Pemimpin Direksi
Syarif Hidayatullah Al Bahri
Anggota Direksi
Salma Suka Kyana N.
Anggota Direksi
Felix Kurniawan
Salam sejahtera pembaca MIND! Puji syukur kepada Tuhan atas kesempatan untuk menerbitkan majalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada para narasumber yang bersedia membagikan pengalaman dan ilmunya. Inilah pertama kalinya majalah MIND terbit. Melalui tema “kejiwaan”, MIND akan menyajikan informasi-informasi menarik seputar gangguan kejiwaan. Saat ini, dunia semakin maju dan membawa perubahan besar bagi manusia. Perubahan ini telah memberikan tuntutan yang banyak sehingga manusia memiliki tekanan yang lebih besar daripada di masa lalu untuk menampilkan kemampuannya secara memuaskan bagi orang lain. Tidak mengherankan bila manusia sering mengalami gangguan kesehatan mental. Padahal kesehatan mental merupakan salah satu kriteria untuk menentukan kualitas kesehatan manusia menurut World Health Organization (WHO). Kesehatan mental juga penting karena dapat memengaruhi kesehatan fisik, seperti yang diungkapkan dalam pernyataan “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Manusia dengan jiwa dan raga yang sehat akan mampu beraktivitas secara maksimal untuk mendapat hasil yang memuaskan. Melalui MIND, kami ingin mengajak para pembaca untuk menyadari rentannya manusia mengalami gangguan kejiwaan. Gangguan ini bukanlah untuk ditakuti dan disembunyikan, melainkan untuk disembuhkan melalui kerja sama berbagai pihak.
Anggota Direksi
Teuku Abdi Zil Ikram
Selamat membaca! Veronika Renny Kurniawati
Pemimpin Produksi Meutia Naflah Gozali
Anggota Produksi
Arlinda E. Hemasari
Anggota Produksi
Bagus Radityo Amien
Dari Redaksi
Pemimpin Umum
Daftar Isi 3 Gadget: Friend or Foe? HOT ISSUE
6
INGIN TAHU Yakin Merasa normal?
8
PROFIL
11
NICE TO KNOW Body Dysmorphic Disorder: Penyakit Keranjingan Dandan?
dr. Petrin Redayani Lukman, Sp.KJ(K), MPd. Ked
Mengintip Dunia Psikiatri
13
KACAMATA MEREKA Bipolar Disorder
18
KATA AHLI Mengenal Seluk Beluk Bunuh Diri
RESENSI 20 Halusinasi yang Menginspirasi
22
NICE TO KNOW Anorexia Nervosa: Diet Akibat Sakit Jiwa
24
TRUE STORY Surviving Anxiety
26
TIPS & TRICKS Insomnia? Coba Analisis Penyebabnya!
INFOGRAFIS 28 Awas Begal! KUIS 30 Teka-Teki Silang
Hot Issue
pixshark.com
Gadget: Friend or Foe? Gadget, siapa yang tak tahu barang yang smartphone selama satu jam. Itu menunsatu ini. Saat ini siapa yang tidak punya jukkan bahwa kita sudah sangat bergantung terhadap gadget kita. gadget?
M
enurut data yang didapat dari penelitian yang dilakukan oleh “The Nielsen Company�, sebagian besar penduduk Indonesia merupakan pengguna gadget terutama di kalangan remaja yang mencapai lebih dari 70%. Bahkan, saat ini banyak orang yang memiliki gadget lebih dari satu. Fakta ini menyadarkan kita betapa gadget sudah menjadi ketergantungan tersendiri bagi kita. Tak bisa dielakkan bahwa ketergantungan pada gadget sudah sangat mengkhawatirkan. Gadget ibarat sudah menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Setiap hari kita menggunakannya seper-ti kita tidak bisa hidup tanpanya. Coba tengok diri sendiri, seberapa sering sih menengok smartphone kita dalam sehari? Bahkan kita masih sulit untuk tidak melihat
Semakin canggih teknologi informasi, semakin kita tidak bisa lepas dari smartphone kita. Coba saja jika satu hari saja kita terpisahkan dari gadget, kita pasti akan merasa kehilangan dan merasa melewatkan banyak informasi penting. Jika Anda merasakan hal seperti itu, Anda patut waspada terhadap gangguan yang dinamakan nomophobia. Nomophobia merupakan ketakutan seseorang akan ketidakmampuan berkomunikasi atau mengakses internet menggunakan mobile phone. Nomophobia sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu “No Mobile Phobia�, yaitu sebuah fobia (ketakutan) yang terjadi karena tidak adanya mobile phone. Penderita nomophobia selalu khawatir dan waswas dalam meletakkan ponselnya. Dia tidak bisa lepas dari ponselnya.
3
Hot Issue
Orang nomophobia ini bahkan dapat memeriksa ponselnya sebanyak 34 kali dalam sehari dan selalu membawanya ke mana saja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan SecurEnvoy, ditemukan bahwa sekitar 66% pengguna ponsel adalah nomophobia. Nomophobia ternyata juga terkait dengan gangguan jiwa jenis lain yang disebut anxiety (kecemasan) sebab penderita nomophobia biasanya akan merasa cemas akan hal-hal yang belum tentu terjadi. Kecemasan ini berkurang ketika penderita memiliki gadget yang siap sedia di dekatnya. Mereka merasa aman jika memiliki alat yang dalam hal ini adalah gadget untuk melarikan diri atau mencari pertolongan saat tiba-tiba berada dalam keadaan darurat. Ketergantungan seorang penderita kecemasan terhadap gadget sangat jelas terlihat sebab orang sehat biasanya akan menggunakan gadget sesuai keperluan dan tidak akan terlalu cemas saat mendapati tidak mampu terkoneksi dengan internet. Penderita dapat merasa kesepian, terasing, dan terancam jika tidak melihat panggilan masuk pada gadget. Pada kenyataannya, penderita ini memang memiliki jumlah panggilan lebih sedikit daripada orang sehat.
4
Jika Anda ragu apakah Anda juga menderita nomophobia, ada beberapa ciri dari nomophobia. Jika Anda memiliki empat sifat dari tujuh di bawah ini, kemungkinan besar Anda menderita nomophobia. 1. Anda beberapa kali bermimpi kehilangan ponsel. 2. Ketika tidur, ponsel Anda ikut dibawa tidur bersama. 3. Bila kehilangan ponsel, timbul rasa panik yang berlebihan sampai timbul keringat dingin. 4. Membawa ponsel ke mana saja, termasuk ke dalam kamar mandi. 5. Memiliki lebih dari satu ponsel karena khawatir jika ponsel yang
satu tidak bisa dihubungi sehingga ada ponsel cadangan. 6. Mood berubah menjadi jelek seperti merasa depresi dan kesal karena panik ketika baterai ponsel akan habis. 7. Setelah berada dalam kondisi tidak dapat menyalakan ponsel, seperti dalam pesawat (flight mode), Anda langsung menyalakan ponsel karena tidak senang tidak terhubung dengan ponsel. Untuk lebih meyakinkan diri Anda, terdapat pemeriksaan untuk ketergantungan ini yang dilakukan berdasarkan kriteria yang terdapat pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). DSM-5 merupakan kriteria diagnosis yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association’s (APA). Komponen yang ada dalam DSM-5 adalah excessive use (penggunaan secara berlebih), withdrawal (perasaan tertekan akibat ketiadaan jaringan telepon atau internet), tolerance (kebutuhan akan instrumen dan software yang lebih baru), dan negative repercussions (kebiasaan berpura-pura menerima telepon untuk menghindari interaksi). Apa sih solusi untuk penderita nomophobia? Yang pasti, kurangilah pemakaian handphone. Gunakan ponsel sewajarnya saja dan bila dibutuhkan. Di bawah ini ada beberapa kiat untuk mengatasi nomophobia itu, antara lain yaitu: 1. Jika Anda biasa membawa ponsel
http://3.imimg.com/
2.
3.
4.
5.
tidur, cobalah untuk mematikan ponsel selama tidur. Selain tidak mengubah kebiasaan membawa ponsel saat tidur yang biasanya sulit diubah, mematikan ponsel berguna untuk mengurangi radiasi teknologi dari sinyal yang menyala dan juga menghemat baterai pastinya. Cobalah untuk tidak mengawali hari dengan membuka ponsel. Segera lakukan aktivitas-aktivitas bermanfaat lain dibanding hanya sekedar memeriksa notification dan timeline di media sosial. Saat berkumpul bersama temanteman, biasakan untuk mematikan ponsel terlebih dahulu sehingga komunikasi dengan orang di sekitar akan lebih intens dan tidak terus-menerus komunikasi di dunia yang tidak nyata. Jika Anda memiliki lebih dari satu gadget dan dipisahkan antara gadget untuk urusan pribadi dan pekerjaan, simpan dan matikan terlebih dahulu gadget yang digunakan untuk kebutuhan pribadi ketika bekerja. Saat waktu luang, sibukkan diri
6.
Anda dengan aktivitas yang tidak berkaitan dengan ponsel. Cobalah untuk lebih sering berbaur dan bersosialisasi dengan orangorang di sekitar. Tips terakhir ini sangat patut dicoba, yaitu “Mobile Phone Free Day�. Coba untuk tidak menggunakan ponsel selama sehari saja dalam satu atau dua bulan sekali.
Tips-tips di atas ternyata memang sangat sulit dilakukan oleh para penderita nomophobia. Karena bagaimana pun, me reka harus selalu memegang handphone bahkan sampai saat tidur. Oleh karena itu, saat ini terdapat ponsel tiruan yang terbuat dari plastik untuk para penderita nomophobia. Alat ini bisa digunakan ketika Anda tidur sehingga Anda akan tetap merasa bersama ponsel Anda dan tidur Anda tidak terganggu oleh notifikasi di tengah malam. (Ujang, Veronika)
5
galleryhip.com
C
oba ingat kembali kasus seorang artis beberapa bulan yang lalu, Marshanda. Dalam sebuah wawancara, Marshanda mengaku bahwa dia mengonsumsi obat penenang Xanax yang merupakan obat untuk salah satu gangguan jiwa yaitu bipolar tipe II.
6
Orang yang terlihat normal saja ternyata terkena gangguan kejiwaan, nah sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan gangguan kejiwaan itu? Gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah suatu penyakit atau kondisi yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan/atau berperilaku yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.
Memang pandangan masyarakat umum mengenai gangguan kejiwaan pasti mengarah pada kegilaan. Orang yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa artinya gila, itulah yang masih menjadi anggapan banyak orang. Sebaliknya, orang yang tidak gila artinya tidak mengalami gangguan jiwa. Padahal, gangguan jiwa bukan selalu berarti gila, hilang kewarasannya, atau berlaku aneh. Orang yang tidak berpakaian dan berkeliaran di jalanan sambil mengigau tidak jelas, atau biasa kita sebut sebagai orang gila ternyata hanya satu dari banyak gangguan jiwa. Beberapa jenis gangguan jiwa yaitu antara lain skizofrenia, psikopat, anorexia, dan bipolar.
Yakinkah Anda merasa normal dan terhindar dari gangguan kejiwaan? Mungkin sebagian besar dari kita akan mengatakan YA. Namun, tahukah Anda bahwa orang yang terlihat sangat normal bisa jadi memiliki gangguan kejiwaan?
Ingin Tahu
Yakin Merasa Normal?
yang bisa dibilang cukup aneh dan mungkin baru didengar pertama kali. Beberapa gangguan jiwa psikologis itu antara lain sebagai berikut.
Gamomania as
Gangguan berupa obsesi untuk melakukan perkawinan sehingga orang itu bisa meminang beberapa orang sekaligus dan bisa berujung pada poligami.
Onomatomania Gangguan kejiwaan berupa obsesi untuk mengulang kata-kata khusus yang biasanya mengganggu penderita.
Climomania Penderita ini bisa dikatakan cinta pada kasur, selimut, dan bantal atau keinginan untuk berada di tempat tidur terlalu berlebihan, bisa sampai seharian.
as
Enosimania
Gangguan yang membuat penderitanya terus-menerus menyalahkan diri sendiri atau perasaan bersalah tingkat kronik (berkepanjangan).
Lalu, kapan sih seseorang itu bisa dianggap mengalami gangguan jiwa? Penderita anorexia misalnya. Salah satu ciri anorexia yaitu ketakutan bahwa berat badan akan naik. Apakah semua orang yang takut berat badannya naik bisa dikatakan menderita anorexia? Ternyata tidak juga. Orang baru dikatakan anorexia bila ketakutannya akan berat badan naik sudah sangat intens dan mengganggu pola makan serta kehidupannya. Dengan kata lain, pikiran orang itu sudah dikuasai kekhawatiran yang berlebih sehingga susah mengendalikannya dalam waktu yang lama. Selain beberapa penyakit yang tadi sudah disebut, ada juga beberapa gangguan jiwa
Ada tiga cara pengobatan yang biasanya dilakukan oleh psikiater untuk mengatasi gangguan kejiwaan. Pertama adalah terapi kognitif-perilaku yang merupakan cara mengubah perilaku melalui perbaikan pikiran. Terapi ini mengubah pola pikir yang tidak rasional sehingga berdampak pada perubahan perilaku. Selanjutnya, ada terapi suportif yang dilakukan saat konseling dan terfokus pada sikap perhatian yang tepat sehingga pasien merasa terdukung dalam menghadapi masalahnya. Selain itu, juga pemberian obat minum juga bisa dilakukan dengan tujuan memperbaiki kerusakan pada bagian tubuh yang terlibat dengan keadaan mental, yaitu otak. (Ujang)
7
dr. Petrin Redayani Lukman,Sp.KJ(K), MPd.Ked.:
Mengintip Dunia Psikiatri Jika mendengar kata ‘psikiatri’, apa yang ada di benak Anda? Apakah Anda berpikir tentang dokter yang mengobati pasien gangguan jiwa berat? Dalam perbincangan selama satu jam, dr. Petrin Redayani Lukman, SpKJ(K), MPd.Ked. menceritakan tentang pengalaman dan tugas psikiater.
merasakan kesukaan. Selain itu, bukan duka yang saya rasakan melainkan tantangan yang selalu dijadikan bahan pembelajaran oleh saya. Dalam melaksanakan pelayanan yang melibatkan interaksi dengan pasien, tantangan yang utama adalah gangguan perilaku, pikiran, dan perasaan pasien. Selain dari pasien, psikiater juga mendapat tantangan dari sejawat berupa stigma bahwa psikiatri selalu berhubungan dengan gangguan jiwa berat.Â
Q: Selama menjadi psikiatri, momen apa yang paling berkesan? A: Saya berada di divisi psikoterapi geriatri
(pasien lanjut usia) yang proses tata-laksananya tidak mudah. Pasien saya menganggap saya sebagai anak yang lebih muda sehingga mereka segan untuk berbicara dengan saya. Karena saya selalu menemani mereka, mereka mulai berani untuk bercerita bahkan mulai memberikan perhatian kepada saya.Â
Q: Bagaimana prinsip tugas psikiater? A: Psikiater tidak hanya bertugas mengo-
bati gangguan jiwa melainkan juga mencegahnya serta meningkatkan kesehatan jiwa. Selain itu, psikiater harus memiliki kepekaan untuk memahami bahasa nonverbal untuk memahami pasien secara menyeluruh dari segi biopsikososial.Â
Q: Adakah batasan-batasan yang perlu dibuat dalam berinteraksi dengan pasien? A: Hubungan harus dipertahankan tetap
berada dalam relasi dokter-pasien. Beberapa pasien akan berusaha untuk melampaui hubungan tersebut dan ingin menjalin pertemanan sehingga psikiater harus membuat batasan sendiri agar tidak melebihi konteks terapi. Psikiater dapat memberikan nomor telepon bagi pasien berisiko. Jika ada pasien yang menghubungi dalam kondisi gawat, psikiater akan memberikan sedikit jawaban dan meminta pasien untuk bertemu di sesi terapi.Â
Q: Hal menarik apa yang dimiliki oleh profesi psikiatri? A: Psikiatri merupakan integral dari selu-
Profil
Q: Apa saja suka duka yang dirasakan selama menjadi psikiater? A: Karena saya mencintai profesi ini, saya
ruh cabang ilmu kedokteran. Untuk setiap gangguan kesehatan yang dialami pasien, aspek psikososial harus diperhatikan untuk dapat mencapai tujuan akhir secara lebih baik. Kita harus mengakui bahwa kecanggihan teknologi dan kemajuan obat saja tidak mampu menyelesaikan masalah pasien. Pemahaman aspek psikososial pasien mampu membawa pasien pada kondisi kesehatan yang optimal dan berkualitas.
Q: Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap ilmu kejiwaan? A: Masih ada masyarakat yang mengang-
gap bahwa psikiatri hanya menangani kasus gangguan jiwa berat. Akan tetapi, sebagian masyarakat sudah memahami bahwa melakukan konsultasi ke psikiater dibutuhkan apabila sehat jiwa sudah mengalami gangguan. Sehat jiwa menurut WHO adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, mampu menerima orang lain apa adanya, dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Jika individu tidak memiliki salah satu dari empat hal di atas, ia akan mengalami kecemasan, kesulitan beradaptasi, kesulitan tidur, dan penurunan prestasi.
Q: Apa saja masalah kejiwaan yang umum dialami oleh mahasiswa? A: Permasalahan dalam beradaptasi
merupakan masalah umum di kalangan mahasiswa baru. Cara belajar yang berbeda dengan SMA membuatnya cemas, tidak bisa tidur, dan tidak konsentrasi sehingga prestasinya menurun. Akan tetapi, ada mahasiswa yang justru dengan perubahan cara belajar ia menjadi termotivasi dan menyesuaikan dirinya sehingga ia dapat berkembang. Hal ini disebut eustress. Selain itu, masalah umum lainnya adalah masalah percintaan, kesibukan organisasi, dan kepribadian.
9
Profil
Nama
Profil
Petrin Redayani Lukman
Tanggal Lahir Q: Pernahkah ada mahasiswa yang berencana untuk bunuh diri? A: Ada mahasiswa non-FKUI yang memiliki
ide ini kemudian saya mengajaknya untuk berdiskusi dan mengeksplorasi kehendak dan kebutuhan dia yang sebenarnya. Akhirnya, ia menyadari bunuh diri bukanlah pilihan untuk memenuhi kebutuhannya.Â
Q: Hal apa yang perlu kami lakukan untuk menghindari gangguan kejiwaan? A: Cobalah bersikap terbuka untuk meminta
bantuan dan berdiskusi dengan orang lain. Stres merupakan hal yang sering dihadapi saat menghadapi situasi baru atau berubah karena kita tidak dapat memastikan hal yang akan terjadi nanti. Akhir kata, berpikirlah terbuka dan fleksibel untuk menghindari gangguan kejiwaan dan memenuhi kriteria sehat jiwa serta berikanlah perhatian kepada teman Anda yang memiliki gangguan kejiwaan. (Clara)
18 Maret 1969
Jabatan
- Staf Divisi Psikiatri, Departemen Psikoterapi FKUI/RSCM. - Koordinator S1, Departemen Psikiatri, FKUI/RSCM. - Wakil Ketua Seksi Psikoterapi, Asosiasi Psikiatri Indonesia - Staf Pengajar FKUI - Staf Medis Departemen Psikiatri, FKUI/RSCM - Koordinator Tim Konselor Student Support FKUI - Koordinator Seksi Pelatihan dan Pendidikan Staf Medis RSCM
Riwayat Pendidikan
- 2013. Konsultan Psikoterapi; Indonesian College of Psychiatry - 2012. Lisensi Psikoterapi; kolaborasi Fakultas Psikologi UNPAD dengan Nederlandse Vereeniging voor Psychotherapie, Bandung. - 2011. Magister Pendidikan Kedokteran; Program Studi Ilmu Pendidikan Kedokteran FKUI. - 2006. Spesialis Ilmu Kesehatan Jiwa; Departemen Psikiatri FKUI/ RSCM. - 1993. Dokter Umum; FKUI.
Pengalaman Organisasi
http://pixshark.com/ psychiatrist.htm
10
- 2012-sekarang. Anggota Komisi Kurikulum, Indonesian College of Psychiatry. - 2010-sekarang. Wakil Ketua Seksi Psikoterapi, Asosiasi Psikiatri Indonesia - 2009-sekarang. Bendahara Umum, Asosiasi Psikiatri Indonesia - 2008-2014. Komite Konferensi Nasional Psikoterapi, Jakarta, Indonesia
Nice to Know
Body Dysmorphic Disorder:
Penyakit Keranjingan Dandan? Semua orang tentu menginginkan penampilan tubuh yang semenarik mungkin. Termasuk Anda bukan? Untuk mencapai hal itu, beragam hal akan dilakukan untuk menghilangkan kekurangan yang ada pada tubuh. Mulai dari konsumsi obat-obatan, menggunakan make up, menjalani program diet, hingga menjalani operasi plastik. pixshark.com
T
ahukah Anda, bahwa ada penyakit kejiwaan yang memiliki gejala mirip seperti di atas?
Body Dysmorphic Disorder (BDD) merupakan gangguan kejiwaan yang penderitanya selalu merasa tidak puas dengan penampilannya. BDD ditandai dengan timbulnya preokupasi mengenai penampilan diri sehingga menyebabkan perasaan yang tidak nyaman (distress). Preokupasi adalah kondisi dimana pikiran hanya berfokus pada suatu hal. Pada penderita BDD, preokupasi yang muncul adalah tentang penampilan fisik. “Penderita BDD itu cenderung membesarbesarkan masalah kecil yang ada pada tubuhnya. Banyak juga dari mereka yang mengganggap dirinya cacat hanya karena hidung yang kurang mancung misalnya. Padahal sebenarnya hidungnya itu masih normal” ujar dr. Azhari C. Nurdin, SpKJ saat
ditanya tentang ciri-ciri penderita BDD. Selain itu, dr. Azhari juga mengatakan bahwa penderita BDD sering bercermin berulangulang, membanding-bandingkan fisiknya dengan orang lain, dan berkali-kali meminta reassurance pada orang di sekitarnya mengenai penampilan fisiknya. “Kayaknya hidung saya terlalu kecil ya?” atau “Muka saya ini terlalu bulat ya?” dan sebagainya. Statistik menunjukkan bahwa umumnya gangguan ini mulai muncul pada usia 15— 17 tahun. Alasannya, usia tersebut adalah tahap klimaks dari proses pencarian identitas diri seseorang. Selain itu, penderita BDD kebanyakan adalah perempuan dengan alasan yang masih belum diketahui. Pada penderita pria, mayoritas preokupasinya mengarah ke bentuk tubuh yang berotot. Penyebab spesifik BDD belum diketahui hingga saat ini. Namun, faktor genetik,
11
Nice to Know
sultasikan ke psikiater. Lantas, penanganan apa yang diberikan kepada pasien BDD? Dokter akan memberikan dua penanganan sekaligus, yaitu obatobatan dan psikoterapi. Psikoterapi yang dilakukan biasanya meliputi perbaikan pola pikir dan pengobatan luka masa lalu. Pasien akan dituntun untuk berpikir bahwa anggota tubuhnya baik-baik saja. Pengobatan luka masa lalu dilakukan melalui dialog yang interaktif dengan psikiater/psikolog untuk menemukan trauma masa lalunya.
www.lookfordiagnosis.com
lingkungan, dan intrapersonal dianggap memengaruhi kemunculannya. Kebanyakan penderita BDD memiliki anggota keluarga yang menggalami gangguan mood seperti depresi dan bipolar. Pola asuh di masa kecil juga memiliki pengaruh. Perlakuan kasar pada anak dapat membentuk konflik intrapersonal yang menyebabkan krisis kepercayaan diri sehingga cenderung merasa penampilannya kurang. Selain itu, faktor lingkungan juga berpengaruh dalam membentuk mindset penampilan yang ideal bagi seseorang. Sama seperti gangguan kejiwaan lainnya, sangat jarang penderita BDD yang menyadari bahwa terjadi gangguan pada dirinya. Ketidaksadaran ini mengakibatkan mayoritas penderita BDD malah mendatangi dokter ahli bedah plastik ketimbang dokter spesialis kejiwaan. Penderita yang datang ke dokter spesialis kejiwaan rata-rata karena dibawa oleh keluarga atau dirujuk oleh dokter bedah plastik yang telah didatangi berulang kali.
12
Secara biologis, BDD tidak fatal sehingga bisa menyebabkan kematian. Namun, kerugian yang dialami oleh penderita juga tidak bisa diremehkan. Mulai dari materi yang terkuras akibat berlebihan menjalani perawatan tubuh/operasi plastik hingga kualitas kerja seseorang yang menurun akibat pikirannya yang terfokus pada penampilan. Apabila sudah memiliki kecurigaan terhadap gangguan ini, sebaiknya penderita segera dikon-
Kesimpulannya, BDD tidak dapat disamakan dengan perilaku memperindah penampilan yang secara alami dimiliki semua orang. Sebagian orang menjalani treatment untuk tubuhnya karena tuntutan profesi. Contohnya adalah seorang binaragawan profesional yang berusaha menambah masa ototnya dengan melakukan latihan fisik dengan intensitas yang tinggi. Hal itu ia lakukan untuk memenuhi standar proporsi tubuh binaragawan, bukan karena preokupasi tentang penampilan fisiknya. Setelah mengetahui gambarannya, perhatikan orang-orang terdekatmu. Apabila ada yang menunjukkan gejala-gejala seperti yang sudah dijelaskan, segeralah ajak untuk berkonsultasi ke psikiater. (Farah)
dr. Azhari C. Nurdin, SpKJ
Staff Medis Departemen Psikiatri FKUI, RSCM
Kacamata Mereka
Bipolar Disorder
“Bagaimana pandangan mahasiswa UI terhadap kondisi bipolar pada seseorang?�
Muthia Khansa, FKG UI 2013 Bipolar itu penyakit kejiwaan yang dialami seseorang. Yang menderita bipolar biasanya sering tenggelam dalam khayalannya. Selain itu, sering juga timbul halusinasi ketika ia sedang beraktivitas. Saya tidak terlalu yakin juga tentang hal ini.
Dimas Hardijanto, FF UI 2013 Setahu saya, orang yang bipolar adalah orang yang memiliki kepribadian ganda. Di situasi tertentu, orang tersebut bisa saja bersikap baik dan biasa-biasa saja. Namun, di kondisi berbeda, orang tersebut bisa jadi mengeluarkan sikap yang jauh berbeda seratus delapan puluh derajat dengan sikapnya sebelumnya. Saya tidak terlalu paham tentang penyebabnya, namun sepertinya ada kaitannya dengan trauma masa lalu. Misalnya terhadap peristiwa/hal apapun yang terjadi di masa kecilnya.
Ria Duta, FKM UI 2013 Menurut saya, bipolar adalah kelainan dimana seseorang dapat tiba-tiba berubah dari baik-baik saja menjadi tidak baik. Memang agak mengerikan. Asalkan orang itu tidak sampai mengalami perubahan sikap yang sangat ekstrim, seperti membunuh atau melukai orang lain, mereka yang ada di sekitarnya tidak akan merasa terancam. Saya pribadi juga tidak menginginkan ada bahaya seperti itu dan lebih memilih menghadapi penderita dengan perubahan mood tanpa ada tindakan kekerasan pada orang di sekitarnya. Namun, saya akan tetap sabar dan memberikan dukungan serta perhatian seandainya mempunyai teman yang seperti itu
13
Bipolar Patient: in Their Shoes
Bayangkan Anda mengalami gangguan bipolar secara pribadi. Bagaimanakah perasaan Anda atau apakah yang akan Anda lakukan? Mari kita baca bagaimana seorang penderita bipolar berikut bertahan menghadapi keadaannya.
P
enyakit bipolar adalah gangguan berupa adanya perubahan mood (suasana hati) secara drastis dalam waktu singkat jika dipicu oleh suatu hal tertentu, bahkan pada beberapa kasus tanpa adanya pemicu. Penyakit bipolar yang saya derita ini telah memasuki tahap yang parah. Selama ini, saya memang mengenali adanya perubahan mood yang drastis pada waktuwaktu tertentu. Biasanya hal ini dipicu saat saya mengalami ketidakcocokan dengan seorang teman. Padahal jika dilihat dari sudut pandang yang objektif, sebenarnya sayalah yang tidak rasional. Perubahan mood ini semakin lama semakin parah. Sekitar bulan Oktober 2014, saya merasa semakin kacau. Saya menjadi kurang mampu memfokuskan pikiran pada pelajaran dan kegiatan kampus lainnya. Saya juga sering kesal sekaligus depresi dan pelampiasan yang saya pilih saat itu adalah memukul dinding atau bantal. Beberapa kali saya juga menangis tanpa alasan yang jelas. Saya merasakan adanya beban yang memenuhi dada dan harus segera saya tumpahkan. Seperti itulah kira-kira rasanya menjadi seorang bipolar.
14
Pada saat itu, kebetulan saya memiliki teman dari universitas lain yang lebih dulu terdiagnosis sebagai bipolar. Saya mempunyai banyak kesamaan dengannya, mulai dari sikap hingga hal-hal yang disukai sehingga saya mulai curiga bahwa jangan-jangan saya menderita penyakit yang sama. Setelah itu, saya menanyakan kontak dokter-dokter spesialis kejiwaan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan segera berkonsultasi. Saya
diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan sebagai tes apakah saya bipolar atau tidak. Hasilnya memang benar bahwa saya menderita bipolar dan sudah cukup parah. Oleh karena itu, saya harus menjalani pengobatan yang panjang. Pengobatan seorang bipolar dilakukan selama beberapa tahun. Setiap hari saya minum obat untuk menstabilkan perubahan mood yang terjadi. Perlu Anda ketahui bahwa seorang penderita bipolar memiliki dua aspek, yaitu aspek manik (seorang bipolar menjadi hiperaktif dan merasa sangat bertenaga) dan depresi (seorang bipolar merasakan kesedihan yang amat mendalam). Pada awal pengobatan, obat yang diberikan ternyata bekerja lebih dulu untuk menghambat terjadinya manik, tetapi tidak menghambat depresi. Akibatnya, depresi yang parah akan dirasakan. Dalam suatu penelitian, ternyata pengobatan awal ini justru dapat meningkatkan risiko bunuh diri. Setelah mengonsumsi obat selama seminggu, saya merasa tidak tahan dengan depresi tersebut. Akhirnya, saya menuju ke lantai 4 karena berniat menjatuhkan diri. Kejadian hampir bunuh diri tersebut dapat dihindari sebab saya masih memiliki sedikit kesadaran pada saat itu. Untungnya pada saat saya hendak melompat dari lantai 4 salah satu gedung di kampus, saya sempat tersadar dan meninggalkan pesan di media sosial. Pesan ini dibaca oleh beberapa teman yang kemudian langsung datang dan menenangkan saya. Mereka mengajak saya ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Wajarnya, seseorang seperti saya akan menganggap kejadian tersebut atau kejadi-
Kacamata Mereka getty images
an lain, seperti hendak melukai diri dengan pisau atau obat, sebagai hal yang rasional sehingga cenderung tidak merasa takut saat melakukannya. Menurut saya, faktor yang paling penting pada keadaan seperti saya adalah bantuan dari ahli. Sebelumnya, saya menyebut bahwa saya mengidap penyakit jiwa. Mengapa? Karena bipolar atau gangguan jiwa lainnya memang merupakan penyakit seperti halnya kita melihat terjadinya penyakit malaria atau tuberkulosis pada orang lain. Saya mengatakan ini karena masih sering adanya pandangan negatif mengenai seseorang yang menjalani perawatan di rumah sakit jiwa atau konsultasi ke psikiater. Padahal, penyakit jiwa, seperti halnya penyakit lain, harus diobati agar sembuh dan tidak membahayakan diri penderitanya. Pengobatan tersebut harus dilaksanakan oleh ahlinya sehingga dapat berjalan secara tepat. Faktor yang juga penting adalah peran teman-teman dan keluarga. Mereka memang bukan ahli di bidang kejiwaan, namun, dukungan yang mereka berikan akan membantu penderita gangguan jiwa menjadi tenang, diperhatikan, dan merasa diterima. Seperti
yang saya alami tadi, pada saat saya membutuhkan bantuan, teman-temanlah yang paling dekat jaraknya dari saya dan mereka langsung datang menolong saya. Maka dari itu, penderita gangguan bipolar tidak seharusnya merasa rendah diri setelah mengetahui kepastian dari penyakitnya. Walaupun terdapat rasa takut akan penolakan dari orang di sekitar, kenyataannya masih banyak orang yang ingin membantu penyembuhan seorang bipolar asalkan ia berani meminta pertolongan pada orang di sekitar. Saya berharap penjelasan ini dapat mengubah cara pandang orang yang masih menganggap penderita penyakit jiwa biasanya akan diasingkan oleh masyarakat. Hal seperti ini justru akan menghambat diri sendiri untuk mencari bantuan pada keadaan darurat karena ternyata masih banyak orang yang mau menerima, bahkan memperhatikan seorang bipolar. Maka, tidak ada masalah jika kita mengakui bahwa kita mengidap penyakit jiwa dan mencari bantuan. Penyakit jiwa bukanlah penyakit yang harus ditakuti dan dibawa sampai akhir hidup kita, melainkan dapat diobati dan disembuhkan. (Veronika, Ujang)
15
Fakta Medis Bipolar Disorder
Apa yang terjadi pada tubuh penderita bipolar? Bagaimana kita harus memperlakukan penderita bipolar? Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K) yang mengambil spesialisasi psikiatri anak akan memberikan penjelasan mengenai gangguan jiwa yang belum memiliki angka prevalensi pasti ini. DeďŹ nisi gangguan bipolar Gangguan yang menimbulkan suatu penderitaan dan keterbatasan pada individu yang mengalaminya ini memiliki onset (kemunculan pertama kali) pada usia remaja akhir yaitu sekitar enam belas hingga tujuh belas tahun. Dalam setiap bulannya, terdapat satu hingga dua kasus yang ditangani oleh Tjhin.
16
Secara harafiah, bipolar berarti dua kutub yang dikenal sebagai kutub manik dan depresif. Namun, DSM IV menyebutkan bahwa seseorang sudah dapat didiagnosis mengalami bipolar apabila ia mengalami dua kali episode (peristiwa yang memiliki awal dan akhir) manik, episode manikdepresif, atau episode depresif-depresif-hipomanik. Episode manik-manik dan manikdepresif digolongkan sebagai bipolar fase
satu, se-dangkan episode depresif-depresifhipomanik digolongkan sebagai bipolar fase dua. Episode manik terjadi ketika penderita mengalami elevasi mood yaitu suasana perasaan yang meningkat dan disertai dengan jumlah jam tidur yang berkurang karena semangat untuk melakukan pekerjaan, pikiran yang berlomba-lomba, dan perilaku impulsif yaitu perilaku yang nekat untuk melakukan perbuatan tertentu seperti menyakiti diri sendiri, melakukan balapan, menghamburkan uang, bahkan keluar tanpa busana. Episode depresif terjadi ketika suasana hati sedih dan murung hampir setiap hari.
Episode gangguan bipolar Satu episode manik, menurut kriteria diagnostik, terjadi minimal satu minggu atau satu hingga dua hari apabila kasusnya sudah berat. Disebut sebagai kasus berat apabila pen-
Penyebab gangguan bipolar Tjhin mengatakan bahwa penyebab penyakit kejiwaan termasuk bipolar belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, semua manusia memiliki risiko untuk terkena bipolar. Penyebab bipolar berkaitan dengan aspek biopsikososial individu seperti genetik, hormonal, dan tekanan psikososial seperti tekanan di lingkungan pekerjaan.
Pengobatan gangguan bipolar Bipolar mengenai sistem limbik di dalam otak yang mengatur emosi seseorang. Selain itu, terjadi ketidakseimbangan neu-
rotransmitter (zat kimia yang mengirimkan sinyal dari sel saraf ke sel saraf lainnya) seperti dopamin, serotonin, dan norepinefrin. Penderita biasanya diberikan obat berupa mood stabilizer seperti litium dan karbonat yang berfungsi sebagai peredam mood. Obat ini diminum secara rutin dalam suatu episode. Apabila mood sudah stabil, dosis diturunkan perlahan sehingga terjadi remisi (hilangnya gejala sebagai respon terhadap pengobatan yang tidak sama dengan kesembuhan) yang dipertahankan selama setahun.
Menghadapi pasien bipolar Sebagai kerabat, kita tidak dapat menangani bipolar sendiri karena bipolar yang disertai dengan timbulnya kendala tidak hanya membutuhkan dukungan moril, tetapi juga penanganan spesifik karena keterlibatan otak dan neurotransmitter. Apabila penderita sudah mengancam dirinya sendiri dan lingkungan sosial, penderita memerlukan proses pe-rawatan karena dapat menimbulkan dampak yang berbahaya. (Clara)
Kacamata Mereka
derita nekat melakukan tindakan berbahaya dan membutuhkan pengobatan. Sedangkan, satu episode depresif terjadi minimal dua minggu. Selain gejala berupa episode manik dan depresif, terdapat gejala minor seperti konsentrasi dan semangat yang menurun, unhedonia, jam tidur yang bertambah atau berkurang, serta napsu makan dan kebutuhan seks yang berkurang.
Mengenal Seluk Beluk Bunuh Diri dengan Dini Rahma Bintari, S.Psi., M.Psi.
Tahukah Anda bahwa dalam tiga bulan terakhir sudah ada beberapa pemberitaan mengenai bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa? Di penghujung bulan Februari, seorang mahasiswa Universitas Negeri Malang menggantung dirinya di dapur rumahnya. Di akhir bulan Maret kemarin seorang mahasiswa Universitas Andalas Padang ditemukan tewas tergantung tali di kamar kosnya. Tidak lama kemudian, pada awal bulan April, seorang mahasiswa Universitas Internasional Batam juga menggantung dirinya di dapur.
18
Ada apa sebenarnya dengan mereka? Berikut adalah paparan dari seorang psikolog yang juga merupakan dosen pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dini Rahma Bintari, S.Psi., M.Psi.
Q: Seberapa sering menemukan kasus/menangani mahasiswa yang diketahui hendak bunuh diri? A: Saat ini saya sedang menangani beberapa kasus. Namun, mahasiswa-mahasiswa tersebut baru sampai pada tahap munculnya ide untuk bunuh diri. Mereka belum sampai melakukan percobaan. Biasanya, yang secara sukarela mau berkonsultasi kecenderungan melakukan bunuh dirinya akan berkurang dan bisa dicegah.
18
Kata Ahli
Q: Secara psikologis, apakah ada tahapan-tahapan hingga akhirnya seseorang melakukan aksi bunuh diri? Apa ciri-ciri yang biasa ditunjukkan? A: Ya, pertama-tama tentu ada stressor yang cukup besar sehingga muncul ide seperti itu. Namun, cirinya bisa terlihat, bisa juga tidak. Sebab, ada saja mahasiswa yang justru terlihat ceria di depan orang. Akan tetapi, kalau sudah menghindar bertemu orang lain, sering tidak kuliah, tidak bisa dihubungi selama beberapa hari tanpa kejelasan, sebaiknya segera ditemani dan diajak bica`ra.
Q: Untuk keluarga/teman-teman di sekitarnya, perlakuan apa yang harus dan bisa dilakukan untuk membantu pemulihan mahasiswa yang hendak bunuh diri tersebut? A: Reach out: hampiri teman yang sendirian, temani ia, dan ajak berbicara. Bila bersedia, ajaklah ke Badan Konseling Mahasiswa di fakultas maupun universitas.
Apakah dengan menjalani mahasiswa dapat langsung pulih Q:Q:Secara psikologis , apakah konseling ada tahapan-tahapan hingga akhirnya total? Jika tidak, apa yang bis a dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya s�eorang melakukan aksi bunuh diri? Apa ciri-ciri yang biasa ditunsupaya tidak terulang lagi? jukkan? Tiap kasus bisa berbeda. Tergantung tingkat stres dan pola kepribadian mahasiswa A:A:Ya, pertama-tama tentu ada stresor yang cukup besar sehingga muncul ide yang bersangkutan. Orang yang tertutup, tidak banyak teman, perlu lebih sering diteseperti itu. Namun, cirinya bisa terlihat, bisa juga tidak. Sebab, ada saja mahamani dan diajak bicara. Bisa juga bergantung pada stressor-nya. Apakah masalah perkusiswa yang justruatau terlihat ceria depan orang. tetapi, kalau sudah mengliahan, keluarga, pertemanan. Supaya tidakAkan terulang, tentu sumber stresnya yang hindar bertemu sembari orang lain, sering tidak kuliah, tidak bisa dihubungi selama perlu dikurangi meningkatkan kemampuan mahasiswa tersebut dalam mengatasi stres. hari tanpa kejelasan, sebaiknya segera ditemani dan diajak bicara. beberapa
Q: Yang terakhir, apa p�an Ibu kepada mahasiswa supaya terhindar dari kemungkinan buruk: aksi bunuh diri? A: Kalau ada masalah, bicarakanlah dengan orang yang dapat dipercaya di lingkungan, entah teman, keluarga, atau dosen. Bila tidak ada, datanglah ke Badan Konseling Mahasiswa di fakultas maupun universitas. Saya dan konselor lain BKM UI stand by setiap hari kerja pukul 08.00—16.00 di PKM UI lantai 2 di Depok. Yakinlah bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Jadilah konsumen hiburan yang cerdas dengan menghindari obsesi pada online games atau tontonan yang menimbulkan ide kekerasan/bunuh diri. Perbanyaklah kegiatan yang bermanfaat bersama teman di kampus untuk menyeimbangkan tuntutan perkuliahan yang tinggi. (Farah,
19
R�ensi
Halusinasi yang Menginspirasi Judul Genre Tahun rilis Sutradara Pemain
: A Beautiful Mind : Drama, Biografi : 2001 : Ron Howard : Russel Crowe Ed Harris Jennifer Connelly http://feelgrafix.com/
A
Beautiful Mind adalah film adaptasi dari novel berjudul sama karya jurnalis Sylvia Nasar yang memenangkan hadiah Pulitzer untuk kategori biografi. Film pemenang Best Picture pada Academy Awards tahun 2002 ini bercerita tentang matematikawan jenius yang mengidap penyakit skizofrenia, John Forbes Nash Jr. A Beautiful Mind mengikuti perjalanan hidup John Nash semenjak ia pertama memulai perkuliahan di Universitas Princeton, dimana ia menemukan teori tentang pengambilan keputusan yang hingga kini diterapkan di berbagai disiplin ilmu. John adalah seorang penyendiri, ia tidak lihai bersosialisasi dengan teman sebanyanya. Gerak-geriknya yang canggung dan kemampuannya berinteraksi serta membaca situasi yang minim membuat John menjadi bahan candaan teman-temannya.
20
Setelah lulus dari Princeton, John Nash bekerja sebagai peneliti di departemen matematika Massachusetts Institute of Technology (MIT) sembari mengajar. Saat mengajar ia bertemu Alicia, muridnya yang di kemudian hari akan menjadi istrinya. Selama masa kerjanya di MIT, John mulai mengalami panaroia dan halusinasi. Ketika John tibatiba meninggalkan ruangan ditengah kuliah umum yang dihadiri petinggi-petinggi universitas, barulah rekan-rekan kerjanya me-
nyadari ada yang salah dengan John. Ia kemudian didiagnosa mengalami skizofrenia paranoid yang menyebabkannya bertindak delusional. John Nash kemudian dirawat di Rumah Sakit Jiwa McLean. A Beautiful Mind menunjukkan perjuangan John dan istrinya, Alicia, melawan skizofrenia. Film ini menggambarkan dengan sangat baik seberapa besar penyakit jiwa yang terlambat disadari dapat memengaruhi kehidupan si pengidap dan orang-orang yang dekat dengannya. Russel Crowe berhasil membawakan karakter John Nash dengan fenomenal, perannya di film ini menghasilkan penghargaan aktor terbaik ajang Golden Globe tahun 2002. Kekuatan peran Crowe didukung oleh Jennifer Connelly sebagai Alicia Nash dengan performa yang tidak kalah memikat, membawa Connelly ke panggung Academy Awards tahun 2002 dengan penghargaan aktris terbaik. Bersama, Crowe dan Connelly membawa penonton dalam lika-liku emosi dan konflik. Arahan sutradara Ron Howard bersama sinematografer Roger Deakins menghasilkan tampilan yang memukau. Skrip karangan Akiva Goldsman memberikan dialog-dialog yang cerdas dan menarik serta humoris, menjadikan film ini sebuah paket lengkap: menghibur, menginspirasi, dan menggelitik pikiran. (Amalia)
http://flowwwer.deviantart.com
Anor�ia Nervosa Diet Akibat Sakit Jiwa
Tahukah Anda tentang anorexia nervosa? Benarkah anorexia nervosa merupakan salah satu gangguan jiwa?
B
enar, anorexia nervosa adalah salah satu gangguan jiwa yang memengaruhi keadaan mental sekaligus fisik penderitanya. Gangguan ini memang jarang terdengar di masyarakat awam. Padahal, anorexia nervosa telah ditemukan sejak dua abad yang lalu. Penderita dapat berjenis kelamin laki-laki atau perempuan dari berbagai kelompok umur. Penderita anorexia nervosa memiliki tubuh yang kurus. Mereka menjadi sangat kurus akibat diet yang terlalu ekstrim. Meskipun merasa lapar, penderita cenderung tidak peduli dan justru melakukan olahraga yang berlebihan. Tindakan tersebut mereka anggap sebagai cara untuk mempertahankan tubuh tetap ideal yang sesungguhnya justru terlalu kurus bagi orang normal.
22
Anorexia nervosa dianggap sebagai kelainan jiwa karena tindakan yang dilakukan penderita sangat tidak umum dan berlebihan. Tindakan ini mengakibatkan tubuh kekurangan nutrisi sehingga timbullah gangguan-gangguan kesehatan. Selain itu, penderita memiliki ketakutan berlebih
bahwa dirinya akan terlihat jelek di depan orang lain. Ketakutan ini mengubah cara pandang dan standarnya mengenai penampilan yang ideal. Pada beberapa kasus, penderita anorexia nervosa yang tidak tertolong akhirnya meninggal. Penderita ini mengalami sakit akibat tidak adanya suplai nutrisi yang cukup. Penderita juga mengalami berbagai penyakit, seperti penyakit jantung. Akibat lain dari anorexia nervosa adalah turunnya kesuburan (kemampuan menghasilkan keturunan di masa depan), hormon yang dihasilkan tidak bekerja secara normal, anemia, tulang menjadi kurang kuat, dan adanya masalah dengan kerja otak. Selain itu, gangguan mental yang parah dapat memicu keinginan bunuh diri. Mereka yang melakukan bunuh diri telah sampai pada tahap depresi yang parah sehingga tidak mampu menahan segala bentuk tekanan. Mengapa seseorang tiba-tiba dapat mengalami anorexia nervosa? Ada beberapa kemungkinan yang dapat memicu. Yang pertama, penderita tersebut dituntut oleh keluarga dan teman-temannya untuk selalu tampil sempurna. Misalnya, karena sang pacar menyukai sosok yang bertubuh langsing, seorang wanita berusaha melaku-
Para ahli kesehatan juga menyimpulkan bahwa anorexia nervosa berhubungan dengan karakter yang sangat perfeksionis. Kesimpulan ini bukan hanya asumsi semata, melainkan didasarkan pada suatu penelitian. Pada penelitian tersebut, ternyata derajat perfeksionis penderita anorexia nervosa lebih tinggi daripada orang normal. Semakin tinggi tingkat perfeksionis seorang penderita, semakin parah gejala dan tuntutan terhadap dirinya. Ada penelitian lain yang menunjukkan bahwa anorexia nervosa biasanya disertai dengan sikap cemas yang terus-menerus. Sikap cemas yang terus-menerus ini juga merupakan salah satu gangguan jiwa. Pada umumnya, sikap cemas ini muncul terlebih dahulu. Kemudian, sikap cemas ini akan membuat penderita mencari cara untuk mengatasi sesuatu yang dicemaskan. Salah satu caranya adalah melakukan diet, namun sayangnya diet ini terlalu ekstrim. Akibat-
nya, penderita malah mengalami gangguan jiwa lain yang disebut anorexia nervosa. Cukup menakutkan bukan? Apa yang terjadi jika gangguan ini tidak disembuhkan? Pertanyaan tersebut mungkin jarang ditanyakan oleh penderita anorexia nervosa sebab terkadang mereka bahkan tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami gangguan. Penderita dapat mengalami gangguan jiwa yang lebih serius, susah makan (dikarenakan kebiasaan untuk menekan nafsu makan secara berlebihan), atau terganggunya hubungan sosial (dikarenakan orang lain merasa tidak nyaman dengan kebiasaan penderita).
Nice to know
kan diet berlebihan. Yang kedua, penderita tersebut memang memiliki karakter bawaan yang perfeksionis (menganggap segala sesuatu yang dilakukannya harus sempurna) dan ternyata karakter ini memang menurun dalam keluarganya. Jadi, selain dipengaruhi diri sendiri atau sifat bawaan, gangguan ini juga dipengaruhi lingkungan dan perlakuan orang-orang di sekitar penderita.
Jadi, manakah yang lebih menakutkan, berusaha mendapat pujian dari orang lain atau hidup tanpa gangguan jiwa? Tidakkah Anda prihatin jika ternyata ada teman atau saudara Anda yang mengalami gangguan ini? Oleh karena itu, mari kita membuka mata dan lebih peka terhadap orang-orang di sekitar kita, terutama mereka yang dekat dengan kita. Jika telah mengamati tandatanda seperti di atas, sebaiknya Anda menyarankan teman Anda untuk berkonsultasi pada psikiater. Dengan demikian, penderita anorexia nervosa dapat segera ditolong. (Veronika)
Pada beberapa kasus, penderita anorexia nervosa yang tidak tertolong akhirnya meninggal. Penderita ini mengalami sakit akibat tidak adanya suplai nutrisi yang cukup. Tidakkah Anda prihatin jika ternyata ada teman atau saudara Anda yang mengalami gangguan ini?
23 http://lynndoodles.deviantart.com
Surviving Anxiety Halo sahabat, perkenalkan namaku A. Aku mengalami suatu kondisi kecemasan yang menyusahkan diriku. Sekarang, melalui diary yang kutulis, aku ingin membagikan kisahku untuk menjadi bahan pembelajaran yang baik bagi kalian sahabatku. .Kronologis Kecemasanku Kejadiannya bermula saat aku duduk di bangku kuliah yang menurutku memiliki beban yang jauh lebih berat dibandingkan saat SMA. Aku menuntut diriku sendiri untuk dapat melakukan segala hal dengan baik seperti saat aku duduk di bangku SMA. Keinginan untuk menjadi cemerlang di dalam aspek akademis membuatku mengorbankan kenyamanan dan kepuasan diriku sendiri. Pada awalnya aku membuat tugas-tugas kampus yang salah satunya disebut lembar tugas mandiri secara santai. Aku membuatnya dini hari sebelum diskusi diadakan. Setiap kali aku mempresentasikannya di depan teman-temanku, mereka memberikan pujian betapa lengkapnya materi yang aku bawakan. Hal ini membuatku berpikir untuk selalu mengerjakan tugas sebaik mungkin demi mereka. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak waktu di akhir minggu yang aku habiskan untuk membaca referensi-referensi. Kelengkapan tugas yang aku kerjakan membuatku mendapatkan pujian dari teman-temanku. Akibatnya? Tentu saja kalian semua tahu. Aku semakin gigih untuk memberikan yang terbaik bagi mereka sehingga aku mulai mengorbankan waktuku. Sebelumnya, setiap akhir pekan aku menghabiskan waktu untuk berbagai acara keluarga, namun kemudian berganti hanya untuk diriku sendiri. Di awal semester empat, pujian semakin banyak kepadaku. Keadaan ini membuatku semakin bingung referensi seperti apa yang harus aku ambil agar kualitas tugasku dapat mengimbangi pujian mereka.
24
Presentasiku di awal semester empat merupakan presentasi yang buruk. Aku menjelaskan kepada teman-temanku secara terbatabata. Beban pikiranku semakin bertambah karena keburukan ini. Apa yang terjadi kemudian? Setiap kali aku mendengar kata “diskusi kelas�, aku selalu merasa berdebardebar. Aku semakin tidak memiliki waktu untuk diriku sendiri karena aku selalu berpikir bahwa waktu yang ada menjadi sia-sia jika digunakan untuk mencari hiburan. Rasa dilema yang aku alami semakin kuat. Untuk keluar rumah saja, aku merasa waktuku akan terbuang sia-sia. Untuk tetap berada di dalam rumah, aku bingung harus membaca sumber seperti apa untuk tugasku. Hal ini membuatku semakin stres dan sering menangis. Hingga tibalah waktu dimana aku memutuskan untuk berhenti membuat lembar tugas mandiri itu. Pujian dari temanteman yang diberikan kepadaku tidak aku pedulikan karena aku merasa tugas yang kubuat buruk. Semakin hari, kecemasanku semakin bertambah. Aku semakin sering membayangkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Aku sadar, aku telah menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk diriku sendiri dan tidak percaya akan perkataan teman-temanku. Ditambah lagi banyak dosen yang mempertanyakan permasalahan apa yang sebenarnya sedang aku hadapi. Hal in membuatku semakin tidak nyaman. Selain itu, awalnya aku merasa tidak memiliki teman-teman dekat disini untuk menceritakan masalahku. Aku juga tidak menceritakan keadaanku pada orang tua karena aku tidak ingin membebani mereka. Syukurlah, akhirnya aku mendapatkan teman dekat tempat aku menceritakan keluh kesahku, walaupun aku
penyakit seperti ini, mengapa kalian tidak? Memang susah proses yang harus dijalani, tetapi tetap saja terpuruk bukanlah pilihan yang lebih baik.
True Story
masih merasa aneh pada mulanya. Aku pun memutuskan untuk menceritakan semuanya ke dokter dan pembimbing akademisku. Motivasi yang Membuatku Bangkit Kini aku tahu bahwa aku bukanlah satusatunya orang yang mengalami hal seperti ini. Seorang senior mengatakan bahwa penyakit seperti ini umum terjadi, bahkan temannya pun mengalami hal yang sama. Artinya, aku tidak berjuang sendiri dan aku mulai bisa menerima keadaan. Aku sadar kecemasan ini akan terus mengikutiku jika aku tidak mampu mengendalikannya. Akibatnya, segala kegiatanku berantakan. Maka, aku berusaha mencari cara untuk mengatasinya setiap kali penyakit ini muncul. Sering kali aku mencari quotes yang menginspirasi. Hasilnya, aku mampu bangkit dari rasa terpuruk. Rasanya, ada seseorang yang menyemangatiku. Walau hanya melalui tulisan, aku merasa ada seseorang yang mengerti kesulitanku tanpa harus kukatakan seberapa tertekannya diriku. Di saat yang sulit, aku juga bercerita pada satu atau dua orang teman terdekatku. Aku bersyukur karena akhirnya aku berani bercerita. Apa yang kulakukan ini benar-benar melegakan sebagian besar penderitaanku. Maka, aku juga hendak mengatakan ini pada orang di luar sana yang mengalami kecemasan sepertiku. Jangan ragu untuk menumpahkan pikiran kalian dan jangan takut membebani teman yang menjadi tempat curhat kalian. Pasti ada seseorang yang bersedia dengan tulus mendengarkan cerita kalian. Menghindari diri untuk bercerita hanya akan memperparah keadaan karena kita akan merasa benar-benar gila oleh pikiran-pikiran yang menghantui itu. Sebagai mahasiswa, aku sering mencari pertolongan pada pembimbing akademisku.
Mari dimulai dengan quotes “Don’t be so hard on yourself�. Semua orang ingin melakukan segala sesuatu dengan sempurna, tetapi kita memang tidak mampu selalu sempurna dalam segala hal. Kegagalan tidak untuk ditakuti, tetapi untuk dipelajari. Umpan balik dari teman akan membantu kita untuk memperbaiki kegagalan itu. Tenanglah dan jangan takut untuk mengistirahatkan pikiran dan tubuh sejenak karena kesehatan jauh lebih penting daripada tugas yang belum selesai. Mari membuang anggapan bahwa semua orang membenci kita. Meskipun mereka membenci kita, mereka tidak mungkin dapat memutuskan nasib kita. Manusia bukanlah Tuhan sehingga dunia tidak mungkin runtuh saat mereka mengatakan hal yang jelek pada kita. Kita justru seharusnya bangga dengan hasil kerja keras kita. Anggapan ini akan membuat kita lebih nyaman berinteraksi dengan orang lain. (Clara, Veronika)
Pesan Untuk Sahabatku Apa yang kualami ini mungkin dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Aku telah mencoba bangkit dan bersikap positif terhadap
25
Insomnia?
Coba Analisis Penyebabnya!
S
ebagai mahasiswa, kita tentu tahu apa itu insomnia. Sebagian besar masyarakat akan mengatakan bahwa insomnia ialah gangguan berupa kesulitan untuk tidur. Pernyataan tersebut memang benar, namun, ternyata ada persepsi yang belum banyak diketahui khalayak umum. Insomnia bisa berupa kesulitan untuk tidur dan juga bisa berupa buruknya kualitas tidur seseorang. Orang yang mudah tertidur bukan berarti tidak mengalami insomnia sebab yang menentukan seseorang mengalami insomnia atau tidak adalah perasaan yang dialaminya sewaktu bangun tidur. Normalnya, setelah bangun dari tidur, yang dirasakan adalah keadaan yang lebih segar dan berenergi. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, kemungkinan besar orang tersebut mengalami insomnia.
26
Sudah semakin luas ‘kan pandangan kita mengenai insomnia? Nah, apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang bisa mengalami insomnia? Ternyata, sebagian besar orang yang mengalami insomia disebabkan kondisi psikologis yang tidak baik. Kondisi psikologis itu berupa stres, depresi, pengaruh efek samping obat, kelainan-kelainan kronis, efek kafein, nikotin, dan alkohol, juga bisa karena kurang olahraga. Selain dikarenakan kondisi psikologis seseorang,
insomnia juga bisa diakibatkan usia lanjut, faktor keturunan, atau kehamilan. Ternyata, aktivitas-aktivitas keseharian kita juga bisa berpengaruh pada kondisi tidur kita, seperti seringnya bekerja di malam hari dan bepergian terutama yang arahnya dari timur ke barat. Setelah mengetahui berbagai penyebab insomnia, sekarang kita masuk ke tips-tips mengurangi insomnia supaya secara perlahan tapi pasti bisa sembuh.
1. Catatan tidur sederhana Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah menelusuri apa penyebab insomnia yang kita alami: apakah karena aktivitas yang berlebihan, kurang asupan makanan, masalah-masalah yang menimbulkan stres, dan lain sebagainya yang terjadi di hari ketika kita kesulitan tidur. Setelah mencoba mencatat, mungkin akan ditemukan beberapa penyebab yang berbeda-beda. Selanjutnya, coba kurangi satu persatu penyebab-penyebab tersebut di setiap harinya. Pada akhirnya, kita dapat menyimpulkan apa penyebab utama insomnia yang kita alami.
�ps & Tricks 4. Kontraskan waktu siang dan malam
2. Buat siklus baru Untuk teman-teman yang sudah mengalami insomnia kronis (berkepanjangan), buatlah sirkulasi tidur yang baru, misalnya dengan memperbarui jam mulai tidur dan jam bangun tidur. Waktu tidur yang baru itu harus dibiasakan selama beberapa hari. Tujuannya adalah membiasakan aktivitas internal tubuh untuk tahu kapan saatnya rileks dan kapan saatnya bekerja keras. Dengan begitu, ketika tidur, tubuh kita akan mengurangi aktivitas internalnya sehingga kualitas tidur pun bertambah.
3. Hindari makan sebelum tidur Teman-teman, terutama bagi yang aktif di kampus pasti sering menunda-nunda waktu makan, bukan? Yang berpengaruh langsung pada kualitas tidur adalah makan malam. Hindari kebiasaan makan malam yang mendekati waktu tidur. Asupan makan malam tersebut akan mengaktifkan organ-organ pencernaan sehingga kualitas tidur akan berkurang. Usahakan selesai makan malam 2-3 jam sebelum beranjak tidur.
Kondisi mengantuk diregulasi oleh hormon melatonin yang dihasilkan oleh suatu bagian di otak kita. Ketika mata menangkap tampilan terang, otak akan menerjemahkan hal itu sebagai “saatnya untuk terjaga”. Oleh karena itu, di siang hari, produksi hormon melatonin akan terhenti. Sebaliknya, produksi hormon ini akan terjadi pada malam hari, yaitu saat suasana dominan dengan kegelapan. Produksi hormon tersebut dapat ditingkatkan dengan memperjelas kontras antara “siang” dan “malam”. Banyak beraktivitas di luar ruangan di pagi dan siang hari akan menegaskan keadaan siang hari pada otak kita. Kemudian, saat tidur, padamkan lampu sehingga suasana gelap lebih kentara dan menyebabkan produksi hormon melatonin dapat ditingkatkan.
5. Relaksasi Melakukan relaksasi dapat menurunkan ketegangan baik pada otak maupun pada otot-otot tubuh. Untuk relaksasi otak, lakukan tarikan napas yang dalam lalu hembuskan secara perlahan hingga melibatkan pergerakan dada. Lakukan berulang kali dengan tenang. Agar bertambah kondusif, pejamkan mata dan bayangkan memori indah bersama keluarga atau sahabat. Relaksasi otot dilakukan dengan cara menegangkan otot lalu menahannya selama ±10 detik. Selanjutnya, secara perlahan kendurkan kembali dan ulangi hingga beberapa kali. Tidak perlu melakukan cara ini pada semua otot, cukup pada otot-otot yang dominan digunakan pada siang hari, misalnya, otot kaki dan otot pergelangan tangan. (Ujang, Farah)
27
Awďż˝
Dewasa ini, marak terjadi pembegalan di Indonesia, termasuk di Universitas Indonesia. Kasus-kasus ini sangat mempengaruhi masyarakat, khususnya pola pikir mereka.
n
28
Infografis
Begal! Menurut Indonesia Police Watch, dari Januari-Maret 2015, terdapat 20 pelaku yang dihakimi masyarakat 12
10
8
6
4
2
0
Tewas
Luka Berat
Berdasarkan Umur
(Veronika, Meutia)
29
Kuis
Teka-Teki Silang 2
1
3
4
5
6
7
8 9 10
11
12
13 14 15
16
17
18
Mendatar 1
Contoh mood stabilizer
10 Masalah umum yang dihadapi mahasiswa
2
Memperbaiki ... sebagai salah satu bentuk terapi
11 Berulang kali menanyakan kondisi fisik
3
Ketidakpercayaan diri terhadap tubuh
13 Obsesi melakukan perkawinan
4
Onset BDD
15 Karakter bawaan penderita anorexia nervosa
5
Bagian otak yang terkena pada bipolar
16 Penyebab insomnia paling umum
6
Stres yang membuat seseorang termotivasi
17 Memikirkan hal yang belum tentu terjadi
8
Stress yang membuat seseorang termotivasi
18 Penggunaan mood stabilizer hingga terjadi ...
9
Prinsip pemahaman pasien melibatkan aspek ...
7
Penggunaan mood stabilizer di awal terapi berisiko
Menurun
12 Menyalahkan diri sendiri terus menerus 14 Mengurangi ketegangan otot paling umum