TENANAN ZINE VOL. 02, EMPAT PANDANGAN MENGENAI FILM

Page 1

R. KUNCORO JATI

M. ALIF PRIHAMBODO

M. FAATHIR FACHROZI

GRAPHIC ZINE VOL. 02

‘’Empat pandangan mengenai film’’

TAZKI ADI P.



GRAPHIC ZINE VOL. 02 ‘’Empat Pandangan mengenai film’’

R. KUNCORO JATI ILLUSTRATOR 02 M. ALIF PRIHAMBODO FAATHIR FACHROZI COPYWRITER TAZKI ADI P. , M. FAATHIR FACHROZI EDITOR M. ALIF PRIHAMBODO LOGO DESIGNER M. FAATHIR FACHROZI INTERVIEWEES ROUFI NASUTION EACH OTHER YOAN DIARA YURIZKA ILLUSTRATOR 01

EDITORIAL GRAPHIC DESIGNER M.


TENANAN ‘’Empat pandangan mengenai film’’

Tenanan hadir kembali sebagai salah satu zine grafis indie. yang insya Allah nyaman untuk dibaca, dan disugguhi dengan visual yang insya Allah menarik. Pada zine vol. 02_ jauh berbeda dari isu yang diangkat sebelumnya. Tidak ada keterkaitan pada isu sebelumnya. Kami mencoba keluar dari background kami yaitu mantan mahasiswa desain grafis dengan basic ilustrasi, tipografi. Kami mencoba menuju ranah lain yaitu film, walaupun masih cangkupan DKV (Desain Komunikasi Visual). Ide ini berawal dari voting di line karena terlalu banyak ide abstrak untuk zine selanjutnya. Tetapi kami melihat film sekarang lagi naik daunnya (film indie), sering sekali pemutaran film, pameran film, festival film, dan sebagainya serta makin maraknya media sosial (instagram) beberapa film menjadi trend tersendiri untuk update dimedia sosial sebelum menontonnya. Tidak terelakkan pula ada yang meposting di insta story saat film diputar, yang sebenarnya itu termasuk suatu hal yang tidak diperbolehkan, termasuk prilaku ilegal, dan juga sangat norak (kampungan).

Dibalik hal tadi sebenarnya film itu apa sih ? ya kami sendiri juga dari masa kecil menonton film di bioskop, tv, DVD dll akan tetapi belum paham benar apa sebanarnya film serta seluk beluknya. Oleh karena itu kami mencoba mencari tau dan ingin berbagi pada pembaca. Ini mungkin dapat dikatakan basic hanya jika kalian sadar dimanapun, ranah apapun, lebih banyak orang yang lupa, meninggalkan, dan tidak mengerti basic, yang sebenarnya adalah hal yang terpenting sebagai pondasi untuk melangkah ketahap berikutnya sehingga mengetahui benar detail-detail yang ada. BTW kami tidak perlu basa basi lagi selamat membaca dan menikmati visual yang disajikan hehehe.



Pg 01_


TENANAN VOL. 02_

FILM 01

ZINE KOLEKTIF

Film memiliki perjalanan cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film seperti sekarang. Film adalah alat komunikasi masa paling dinamis dewasa ini. (ismail : 1983 : 47) Karya seni yang bermula dari sebuah cerita yang ditampilkan dalam bentuk video, yang terjadi dari perpaduan banyak unsur, seperti suara, gambar, gerak, dll. Video adalah kumpulan banyak gambar/foto yang berbeda-beda, akan tetapi ditampilkan satu-per-satu dengan cepat dan terus menerus sehingga terlihat seperti gambar yang bergerak. Menurut David Parkinson (1996), Film adalah seni yang paling modern yang muncul secara spektakuler, gabungan banyak unsur seni lain yaitu seni sastra, teater, rupa, suara, musik, dan arsitektur, selain unsur-unsur seni tersebut, di dalam film juga terkandung unsur teknologi dan industri. Seni yang paling sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus maju. Film juga dikatakan seni pertama yang hanya mengandalkan ilusi kejiwaan yang dihasilkan oleh sebuah mesin, fenomena ini sering disebut fenomena phi. Fenomena phi adalah konsep video itu sendiri, sebuah ilusi ketika mata mengaggap suatu gambar diam yang terlihat seolah-olah bergerak, karena gerakan yang cepat atau berkelanjutan (terus menerus). Prinsip ilmiah yang utama di mana banyak dari penemuan ini didasarkan banyak asumsi palsu, menjadi lakon atau gambar hidup. Namun, sejak itu telah ditunjukkan bahwa film terlihat bergerak karena otak, dan bukan semata-mata karena mata, menerima rangsangan yang tidak dapat dirasakannya sebagai sesuatu yang terpisah. Dikatakan juga film merupakan cabang seni yang jauh lebih muda jika dibandingkan dengan kebayakan cabang seni lainnya. Mempunyai impact yang sangat luas, yang dalam waktu relatif singkat berhasil merebut daerah pengaruh yang tidak terbatas, jika dibandingkan dengan salah satunya contohnya sastra. Film yang belum berumur satu abad telah sangat baik menyusup ke segala lapisan masyarakat. Semua masyarakat dengan mudah dapat menikmati film di berbagai tempat, waktu dengan caranya masing-masing. (Siagian : 2006 : 1-2) Film menggunakan pandangan mata dan pendengaran telinga dan terlebih lagi ada film 4D yang menggunakan indra lainnya. Sehingga film lebih cepat dan mudah masuk ke akal dari pada apa yang hanya dapat dibaca dan lihat. Tidak perlu berfikir panjang untuk memecahkan dalam otak karena semua sudah diatur bagiannya, hanya tinggal menerima saja apa yang disuguhkan di hadapan kita lalu mencernanya dan memberi pendapat, pemikiran sendiri atau juga asumsi yang baru. (Ismail : 1983 : 17)

Pg 02_

Pict : www.wikipedia.org/wiki/Slide_projector, www.furiamag.com.


TENANAN VOL. 02_

Film termasuk salah satu kategori entertainment (hiburan). Film sering memberikan kesenangan, kenikmatan, dan canda tawa yang menjadi penghibur atau pelipur hati yang sedang susah, sedih atau penat dengan rutinitas yang ada. Terlebih lagi, di masa kini banyak sekali film yang kaya dengan efek, sehingga sangat mudah didapatkan sebagai media hiburan. Pada waktu atau konteks tertentu, ada juga film yang tujuan tambahan yang lebih serius, contohnya seperti dijadikan sebagi alat propaganda, alat politik, dan ada juga sebagai cara mengintensifkan. Secara keseluruhan, yang membedakan film dengan seni atau hiburan lain adalah memberikan pengalaman dan sensasi baru yang belum pernah dirasakan, tertutama saat menyaksikan film di bioskop. Menonton film di bioskop tidak pernah murni soal film, layar lebar, kursi empuk, ruang dingin, dan popcorn serta minuman soda di tangan. Film bagaikan pabrik mimpi, sama halnya saat waktu tidur, film sering berkesan dalam sanubari seseorang sehingga apa yang dilihat dan juga dengar dapat mempengaruhi jiwanya dengan serius. (Ismail : 1983 : 17) Contohnya Lagu dari ‘’Benjamin S.’’, menonton film di bioskop merupakan persoalan gaya hidup, tersangkut persoalan ekonomi, dan dapat juga menegaskan jelas perbedaan kelas. Lagu tersebut sangat baik sekali mengambarkan keadaan itu pada masa lampau. ‘’kayak tuan dan nyonya di gedongan’’ yang mengisyaratkan betapa lokasi sosial para tuan dan nyonya itu ada di bangunan-bangunan modern besar yang menegas pemisah atara dua kelas tersebut. Tokoh yang dinyanyikan benyamin dapat mengakses secercah kenikmatan istimewa para kaum ‘’gedongan’’, bioskop menjadi jembatan, walaupun separuh khayali, tetapi sangat berkesan bagi rakyat jelata untuk menyebrang sejenak ke dunia mewah para tuan dan nyonya. (Sasono : 2011 : 10-11) '' Mungkin bioskop lama sudah mati, saya percaya pada yang baru '', pada kata penandatangan manifesto manifester hsb pada musim semi 1862. Menggambarkan jelas bahwa film akan terus maju dan berkembang seperti masa sekarang, walaupun beberapa hal sudah tergantikan. DIbalik itu semua, walau dengan segala popularitasnya, film tidak luput dari kecaman-kecaman dan ada pula yang menamakannya sebagai ‘’penemuan setan yang dapat menjerumuskan orang-orang ke dalam neraka’’. Pendapat lain yang juga dapat dikatakan lebih ekstrem ‘’ film adalah karunia Tuhan’’. Pada pendapat-pendapat ekstrem pasti akan menemukan jalan tengahnya, hakekat film sebenarnya benar adanya berada di antara dua buah kutub ekstrem yaitu neraka dan surga. Memiliki sebuah dualitas seperti hakekat karya seni pada umumnya, seniman dan karya, didalam karya terdapat visual dan makna, dan lain seterusnya. Pg 03_


ZINE KOLEKTIF

OPSI 01

Balik kembali film adalah sebuah hiburan sehingga bersifat subjektif, tidak dapat dikatakan baik atau buruk tergantung penikmatnya/penontonya, seperti halnya hiburan lain. Contohnya musik, genre musik sangat beragam seperti film, bagi sebagian orang musik ‘’noise’’ sangat menggangu, tidak nyaman di pendengaran, membingungkan dan membuat pusing, akan tetapi bagi pencita musik ‘’noise’’ mungkin dapat membuat dirinya lebih damai dan relax. Oleh karena itu yang terpenting adalah mengambil hal-hal postifnya saja dari film, jauhin hal negatifnya, mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dengan megeksploitir segi-segi yang positif dan juga mengabaikan segi-segi negatifnya yang ada. (Siagian : 2006 : 2) Sebelum kita membicarakan film sebagai seni dengan sendirinya memakai ukuran-ukuran estetika yg umumnya dapat diterima banyak kalangan. Dalam hal ini kita melihat film secara keseluruhannya sebagai ‘’finished product’’. Film terlihat lebih terpengaruh teknik dan penemuan baru, yang sendiirinya mempengaruhi penilaiannya. Film mempunyai multy purpose, jika film menerima film sebagai barang dagang, kosekuensinya kita hanya melihat film dengan sudut pandang seorang pedagang saja.

Pg 04_

Pict : www.media.newyorker.com


TENANAN VOL. 02_

Pedagang hanya akan menjual barang yang disukai pembeli, yaitu film dengan genre yang banyak disukai publik dapat dikatakan mengambil subjektor terbesar di suatu tempat. Jadi bila suatu ketika selera publik berubah, seorang produser yang tidak mau rugi harus membuat film yang disukai oleh publik pada masa itu, hal ini mungkin dapat dikatakan jauh dari seni rupa. Sebaliknya jika film itu gagal, maka tidak akan meneruskannya. Penonton belum bosan dengan genre lama, maka harus menunggu sampai adanya tanda-tanda kebosananan. Tetapi pengekecualian selalu ada, tidak dapat menentukan secara mutlak. Film publik tidak dapat bertemu seni atau film seni tidak dapat mengandung unsur-unsur yang publik suka, satunya tidak dengan sendirinya menutup pintu bagi lainnya, Di suatu momen/keadaan keduanya dapat menyatu tanpa halang-menghalangi satu sama lainnya, akan tetapi ini jarang sekali. Karena keaslian gagasan memang harus diakui dan dipuji, akan tetapi jumlah orang yang dapat memahaminya tidak banyak. (Siagian : 2006 : 6, 9-12)

Pg 05_

Pict : www.wallpapercave.com


ZINE KOLEKTIF

OPSI 01

Jika membahas industri perfilman, dapat diuraikan ada tiga buah sub sektor industri perfilman yaitu produksi, distribusi, dan eksebisi. Ketiganya merupakan bagian dari ‘’supply chain manager’’ atau dapat dikatakan pengelola rantai pasukan. Pengelola rantai pasukan ini merupakan keterhubungan antara dua atau lebih perusahaan yang dapat mengubah bahan baku menjadi barang saji yang siap dikosumsi publik. Terkhusus untuk subsektor distribusi dan eksebisi akan terlihat dari spektrum sejarah dikarenakan ketimpangan struktur yang terjadi saat ini. Keputusan-keputusan dalam kedua sub sektor ini tertututup oleh wajah publik dikarenakan di kuasain oleh segelintir orang saja. Kedua sub sektor tersebut dimasa sekarang merupakan sebuah hasil dari berbagai kekuatan ekonomi dan politik yang membentuknya, tidak dilihat hanya semata-mata sebagai bisnis saja, melainkan jika diteliti dalam konteks lebih besar ketiga sektor ini adalah konteks nasional dan konteks global yang ada. Kedua sub sektor ini penting untuk memperlihatkan dengan jelas bahwa industri film tidak mungkin terlepas dari konteks ekonomi dan politik yang ada disekitarnya. (Sasono : 2011 : 10) Menurut Mikhail Bakunin (2017), Hampir semua sejarah apapun adalah bagian dari sub sejarah (sebagian) dari sejarah perekonomian. Industi film diluar terbesar yaitu Amerika Serikat. Industri film Amerika berpusat di ‘’Hollywood’’ yang dapat dikatakan bersifat ekspansif. Sifat ini dampak nyata dalam berbagai langkah aktif dilakukan oleh asosiasi distributor film Amerika yang kerap saja diberi bantuan oleh pemerintahnya dalam membuka pasar luar negeri. Tidak ada negara yang dapat tebebas dari langkah-langkah ekspansif Amerika dalam membuka pasar domestik bagi film-film mereka termasuk Indonesia. Beberapa negara telah membuat pilihan untuk mengedepankan film-film domestik terasa menjadi sebuah pilihan yang ketinggalan jaman dan tidak relevan. Gambaran sekilas industri film negara lain, di India dan juga Nigeria dapat memperlihatkan bagaimana model resistensi industri domestik mereka terhadap ekspansi film-film Amerika. Dalam konteks nasional, kebijakan dalam dua bidang yaitu kebijakan yang berkaitan dengan perdagangan internasional, serta kebijakan dalam bidang kebudayaan. Dalam perdagangan internasional dapat dikatakan semacam respons dari perdagangan dalam sektor film. Kebijakan budaya yang berkaitan dengan perfilman tertentu memiliki pengaruh sub sektor produksi, distribusi, dan eksebisi. (Sasono : 2011 : 11)

Pg 06_


TENANAN VOL. 02_

Lain hal jika membicarakan perfilman Asia Tenggara. Di China, industri perfilman lebih sulit. Dikutip dari ‘’americanfilmmarket.com’’, ada sepuluh hal yang perlu diketahui sebelum berkecimpung di industri perfilman China, mencangkup lembaga pemerintah, peraturan yang ketat dan tegas, kendala pencarian talent, box office, kekayaan intelektual di China. Pada intinya, China sebagai negara ‘’comunist-socialist’’ juga menerapkan prinsip socialist pada keseluruhan bidang industri filmnya, termasuk produksi, talent, serta hak cipta dan kekayaan intelektual. Di Korea Selatan, sensor film diatur oleh Pemerintah Korea Selatan. Salah satu film Korea yang terkena sensorship adalah ‘’The Ownerless Ferry Boat’’ (1932), yang disutradarai oleh ‘’Lee Gyu-hwan’’. Film tersebut diluncurkan era sensor Perang Dunia II. Pada saat itu film yang bersifat menjatuhkan Pemerintahan Jepang atau menampakkan citra baik Amerika dilarang ditayangkan di Korea Selatan. Namun film ini dengan baik berhasil menyampaikan pesan warga Korea kala itu, saat puluhan ribu wanita Korea Selatan dijadikan budak seks oleh tentara Jepang. Kejadian ini turut mendorong terbentuknya Lembaga ‘’Rating Media Korea’’ serta penambahan sistem rating R pada perfilman Korea. Jika kita membicarakan negara sendiri perfilman Indonesia dimulai pada era penjajahan Belanda. Pada masa itu indonesia belum memiliki perusahaan film sendiri yang bisa menghasilkan film secara mandiri. Film pertama Indonesia diproduksi oleh ‘’NV Java Film Co’’ pada 1926 adalah ‘’Loeteng Kasaroeg’’ yang disutradarai oleh ‘’Heuveldorp’’. Di kemas sebagai film bisu dengan warna hitam putih. Adapula film Indonesia pertama yang diproduksi oleh perusahaan asli Indonesia adalah film ‘’Darah dan Doa’’, produksi ‘’Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perlini)’’ pada tahun 1950. Film berdurasi 2 jam yang disutradarai oleh ‘’Usmar Ismail’’, menceritakan kisah cinta antara pejuang revolusi dan gadis Jerman. Pada 30 Maret 1950 sebagai hari syuting pertama film Darah dan Doa, hingga kini diperingati menjadi ‘’Hari Film Indonesia’’.

OBJEK Pg 07_


ZINE KOLEKTIF

OPSI 01

Secara garis besar, dunia perfilman Indonesia berkembang mengikuti situasi politik dan ekonomi di Indonesia. Berawal dari penjajahan Belanda, Jepang, sebagai awal perfilman Indonesia. Lalu sempat terpengaruh oleh dampak ‘’Imperialisme’’ Amerika Serikat, sekitar 1962 - 1965, ‘’G30S/PKI’’, Sanering, hingga krisis Orde Baru. Kebangkitan kembali perfilman Indonesia dimulai dari 1998 hingga sekarang. Bermula dari ‘’Cinta dalam Sepotong Roti‘’ besutan ‘’Garin Nugroho’’, diikuti ‘’Petualangan Sherina’’ karya ‘’Mira Lesmana’’, ‘’Ada Apa Dengan Cinta’’, dan juga berbagai film-film baru Indonesia lainnya serta tentunya film-film indie yang lumayan baik apresiasinya sekarang. Dari uraian mengenai film yang dijelaskan sebelumnya. Film adalah seni yang merangkap menjadi hiburan yang sudah sangat lekat dengan kita, bisa dibilang sudah menjadi budaya, kebiasaan untuk menonton film. Apapun ceritanya, film ada untuk dinikmati bagi target pasar film itu sendiri (penikmatnya). Film membuat suasana hati kita lebih baik dan juga tenang dari permasalahan-permasalahan yang ada diluar sana. Sejelek-jeleknya film, berprilaku buruk yang merugikan orang lain dan bahkan mengancam nyawa jauh lebih berbahaya. Apa yang uraikan dimaksud agar pembaca lebih mengetahui dan mengerti mengenai film itu sendiri, bukan sekedar mengkonsumsinya (menonton) saja. Kami mengajak untuk lebih peduli atas apa yang kita konsumsi sehari-hari, seperti halnya cabang seni dan hiburan lainnya, mungkin contonya musik karena paling mudah untuk dijadikan analogi atau perumpamaan. Jika kita suka musik ‘’punk’’, kita harus tau genre punk itu dari mana, culturenya seperti apa, musiknya seperti apa, apa pembeda dari genre musik rock lainnya, dan seterusnya. Bukan hanya film apapun yang kita pakai, gemari, gunakan, kita harus mengetahui cerita dibalik itu semua.

KTIF. Pg 08_


TENANAN VOL. 02_

FANART FANART FANART FANART FANART FANART FANART

Pg 09_


ZINE KOLEKTIF

Pg 10_

Fanart Rian Kuncoro Jati


TENANAN VOL. 02_

Pg 11_


ZINE KOLEKTIF

Pg 12_

Fanart Rian Kuncoro Jati


TENANAN VOL. 02_

Pg 13_


ZINE KOLEKTIF

Pg 14_

Fanart Rian Kuncoro Jati


TENANAN VOL. 02_

Pg 15_

ZINE KOLEKTIF


Fanart Rian Kuncoro Jati & M. Alif Prihambodo

Pg 16_


TENANAN VOL. 02_

Pg 17_


ZINE KOLEKTIF

Pg 18_

Fanart M. Alif Prihambodo


TENANAN VOL. 02_

Pg 19_


ZINE KOLEKTIF

Pg 20_

Fanart M. Alif Prihambodo


TENANAN VOL. 02_

Pg 21_


ZINE KOLEKTIF

Fanart M. Alif Prihambodo

Tenanan zine pastinya tidak jauh-jauh dari menyuguhkan ilustrasi-ilustrasi fresh di dalamnya. Menyuguhkan fanart menjadikan halaman penjedah ringan untuk ketenangan sesaat setelah pembacaan serius di halaman sebelum dan halaman berikutnya. Fanart sendiri adalah re-draw bisa itu sama persis, bisa juga modifikasi yang dibuat oleh fans atau penggemar, bukan author atau pencipta aslinya. Yang namanya penggemar pasti bukan seseorang yang membuat sesuatu dengan keterpaksaan tetapi karena ada rasa suka atau ketertarikan lebih pada hal tersebut. Tidak dipungkiri perkataan di atas benar adanya. Fanart dapat mewakili sedikit atau mungkin banyak kehidupan keseharian illustrator Tenanan zine, Alif dan Jati. Mungkin kalau dari Faathir lebih menyukai film-film 90an bergenre ‘’crime’’ dan Tazki lebih general, apapun yang dapat memberi kesan baik. Mereka tidak bisa mengatakan secara langsung dasar membuat fanart tersebut. Bisa dikatakan ada kemiripan dengan kehidupan nyatanya, momen menonton bersama seseorang yang sulit dilupakan, cerita yang terlalu berkesan, soundtrack yang sangat berkesan, memotivasinya untuk bersemangat membuat hal lebih baik, menyadarkan diri, menyisipkan ilmu yang bisa dipraktikan di kehidupan nyata dan masih banyak lagi tidak ada habisnya jika harus di kemukakan satu persatu. Fanart ini juga dijadikan pengingat untuk bernostalgia jika memang beberapa film ini berkesan bagi pembaca, sebagai referensi menonton pembaca jika belum menontonnya, belum mengetahui, atau terlebih lagi belum pernah mendengar beberapa film tersebut dan jika tidak ingin, tidak masalah juga. Benar adanya jika subjektifitas dalam sebuah film sangat diwajarkan. Maka dari itu balik kembali ke pilihan pembaca untuk mau tau atau tidak, mau mengingat atau tidak, mau menonton atau tidak. Apa yang kami sajikan diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca. Bukan semena-mena tanpa alasan yang tidak jelas. Kami ingin menjauhkan zine ini dari hal-hal absurd, dan hanya sebatas keegoisan semata. Selamat membaca dan menikmati halaman berikutnya, tetap santai.

Pg 22_


GRAPHIC ZINE VOL. 02

@rianjati @alifprihambodo @mfaathirf #tazki


TENANAN VOL. 02_

FILM 02

ZINE KOLEKTIF

Film secara subjektif Tenanan, kami merasa film adalah salah satu hiburan yang sangat menarik dari hiburan lainnya, karena sangat banyak variannya bisa dilihat dari genrenya dan banyak film yang terdiri dari banyak genre (lebih dari 1 genre) di dalamnya sehingga film dapat dinikmati sesuai selera masing-masing seperti layaknya musik, akan tertapi ada sensasi lebih yang tidak didapat di musik. Sensasi ‘’visual’’ dan ‘’audio visual’’ serta ‘’storytelling’’ yang membawa kita menuju dunia lain, ada bentuk kenangan yang melekat pada memori ingatan kita. Memainkan penglihatan, pendengar lalu menuju pikiran dan hati. Merangsang jiwa lewat raga. Film juga sebagai penghibur lara saat merasa gundah atau ingin bersenang-senang bersama teman, keluarga, pacar atau gebetan untuk menikmati momen kebersamaan. Dengan pembeli CD/Kaset, streaming film dibeberapa web, pemutaran film lama di siaran TV swasta atau kabel, siapapun dapat menikmati film dimanapun dan kapanpun, Kita dapat menyaksikan film yang tidak sempat ditonton di bioskop, atau film lama yang sudah ditonton untuk sekedar bernostalgia atau penasaran, ada uang atau tidak, tidak masalah selama legal. Dengan perkembangan teknologi di masa sekarang kita sangat dimudahkan untuk menikmati film. Maka dari itu film termasuk hiburan yang praktis dan murah, menonton bioskop juga tidak semahal mebeli pakaian atau barang lain, kecuali nonton di bioskop luar negeri hehehe. Akan tetapi dibalik itu semua akhir-akhir ini (dimasa sekarang) film menjadi suatu trend, beberapa film menjadi sebuah keharusan untuk menontonnya di bioskop, untuk beberapa film yang dapat dikatakan lagi ‘’ngetrend’’. Beberapa film yang menjadi trend menjadi sumber pamer banyak kalangan di media sosial bukan karena film tersebut bagus saja tetapi karena jika menonton film tersebut dapat dikatakan keren menjadi patokan kekerenan masa sekarang dan tidak ketinggaln jaman/up to date. Sungguh sangat menjengkelkan saat membuka media sosial disuatu momen penuh dengan euforia kampung para pengguna media sosial yang berisikan update-an film-film trend tersebut. Contohnya film ‘’Avenger Infinity Wars’’ lalu, terlepas dari bagusnya film tersebut, apa tidak ada film lain selain ini ?.

Pg 24_


TENANAN VOL. 02_

Sering pertanyaan datang dari teman sekitar, teman SMA dulu, kampus dulu, dan juga teman kantor. Salah satu pertanyaanya adalah ini ‘’ lo udah nonton film Black Panther belum ?’’ ‘’belum haha’’ ’’ kenapa belum ?’’ ‘’gw lagi males aja haha lagi seneng beli buku sm koleksi CD band’’ dan 1 minggu kemudian pertanyaan itu datang lagi ‘’masih belum nonton film Black Panther ?’’. Ini menjadi sebuah pertanyaan yang terus orang-orang ujarkan kepada kami dibeberapa momen berbeda. Kami memang tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang sedang trending atau hits, bahkan kami suka hal-hal yang tidak disukai oleh orang lain. Jika yang kami tonton adalah trend biasa adalah hal yang tidak sengaja karena kami tidak tau. Contohnya saya suka ‘’Arctic Monkeys’’ sudah lama sekali dan tiba-tiba beberapa tahun lalu menjadi trend dikalangan anak kuliahan, semua orang menggunakan baju dan totebag ‘’Do I Wanna Know ?’’. Kami mendengar itu sebelum menjadi trend, malah kami menyukai ‘’Teddy Picker, Fluorescent Adolescent, I Bet You Look Good On The Dancefloor’’, dan banyak lagi yang rata-rata lagu lama, bukan lagu terbaru. Jika saja kami sudah tau itu trend biasanya akan nonton setelah trend terbut memudar, saat hal tersebut telah memudar (tidak euforia lagi), salah satunya kami menonton serial Netflix ‘’Stranger Thing’’ saat season 2 selesai dan saat orang-orang tidak meposting itu lagi di Internet. Dari urai dihalaman sebelumnya, film dapat dikatakan subjektif karena sebuah hiburan tetapi kenapa jadi sebuah keharusan atau menjadi tolak ukur kegaulan. Dan apa keuntungan dari kami jika menonton sebuah trend ? yap menurut kami sebuah film harus ditonton dari kehendak sendiri kecuali gebetan ngajak nonton film ya itu bakal dilakuin hahaha. Menonton film muncul ya karena ketertarikan tersendiri mungkin dari judul film, cover, poster, soundtrack, dan lain sebagainya. Ada beberapa orang dewasa yang menonton film yang tidak ditonton orang-orang seumurannya, itu muncul karena subjektifitasnya dan rasa ketertarikan lebih dibandingkan orang lain. Walaupun terkadang orang lain melihatnya berbeda.

Pg 25_


ZINE KOLEKTIF

Pg 26_

Pict : www.revistahsm.com

OPSI 02


TENANAN VOL. 02_

Banyak beratus-ratus bahkan jutaan film yang sudah dihasilkan kenapa harus menjurus ke beberapa film saja. Banyak film yang dapat membuat sudut pandang kita lebih terbuka, memperilhatkan hal-hal baru yang belum kita ketahui, banyak juga yang memperlihatkan realita nyata yang tidak disadari lalu membuat hati terketuk dan juga beberapa film membuat lebih ingin berkarya atau menghasilkan sesuatu, walaupun yang dibuat adalah hal lain (bukan film). Menurut kami trend bisa hilang kapan saja, tidak long time atau all time, hanya sesaat dan kesan nostalgia atau rindu akan film tersebut di masa yang akan datang kurang, tidak seperti beberapa film bagus yang tidak trendy. Sebuah trend bisa saja kembali, tetapi bagi kami film yang bagus bisa dinikmati di masa, jaman, tahun kapan saja, bukan hanya bagus diefek canggih seperti film-film masa sekarang tetapi ya begitu saja hanya trend saja. Bukan hanya film tetapi hal lainnya juga. Liat saja beberapa band musik seperti Oasis, Radiohead, Nirvana, Kansas, dan lain sebagainya apakah Katy Perry, Ed sheeran, Bruno Mars masih enak didengarkan beberapa puluh tahun yang akan datang ? hehehe. Dari perkataan kami kembali kepilihan kalian pembaca. Sudah beberapa kali dikatakan film mempunyai subjektifitas dan ini adalah subjektifitas kami. Mungkin bagi beberapa orang atau kaum pendapat kami ini tidak sesuai, tidak relevan, salah, dan beberapa orang lain mengangap benar adanya. Kami hanya berusaha memberikan pilihan lain atau alternatif baru untuk pembaca mengembangkan opini miliknya sendiri. Berikut alternatif ke-3 Tenanan Zine Vol. 02 akan kami sajikan, selamat membaca.

Pg 27_


ZINE KOLEKTIF

Pg 28_

TEAM LLUSTRATION


TEAM LLUSTRATION

Pg 29_

TENANAN VOL. 02_


TENANAN VOL. 02_

ROUFY

OPSI 04

Roufy Nasution biasa dipanggil Roufy, seorang ‘’Filem Director’’ dan ‘’Writer’’. Beliau lahir di kota Jakarta, 12 Desember 1994. Dibesarkan di kota Medan, dan merantau ke kota Bandung untuk meluluskan kuliah DKV (Desain Komunikasi Visual) di Telkom University. Bercita-cita menjadi seorang desainer kaos sepak bola, lalu banting stir ke ranah perfilman hingga sekarang. Roufy jatuh cinta membuat film sejak tahun 2014 silam. Ia telah membuat beberapa film pendek, dan berpartisipasi di beberapa Festival Film Nasional maupun Internasional, seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2016, Chennai International Short Film Festival 2017, Special Mention Jury Award Reel Ozlnd Australia Indonesia Film Festival 2017, dan masih banyak lagi jika harus disebutkan satu persatu. Salah satu film Roufy adalah ‘’Luna : A Women Who Bring A Seahorse’’, ‘’Its Not Your Home Anymore’’, ‘’Dara Puspita Dianti’’, ‘’Thanks Freedom’’, ‘’Jeni Lova’’, ‘’Elise and Unseen Foot’’, ‘’The Hotel Water’’, ‘’Swaying Lullaby a Dance’’, ‘’Sleep for The Big Shadow’’, ‘’Under The Tree She’s Disaster’’, ‘’Roufy Sleep Chair’’, dan baru-baru ini membuat web series berjudul ‘’The Substitute Women’’ yang berjumlah 4 episode yang sudah rilis dan selesai, yang dapat dinikmati di youtube. Senang sekali karena jarang sekali film Roufy diunggah di youtube, karena untuk dapat menikati film-filmnya harus mendatangin beberapa screening film diberbagai kota, kita harus selalu update untuk mengetahui informasinya, dan juga menyisisihkan waktu lebih. Walaupun dengan segala popularitas film indienya yang sekarang, Roufy Nasution tetap terus berusaha belajar untuk membuat film dan beberapa audio visual lainnya.

Pg 30_


TENANAN VOL. 02_

Gambar-gambar Ini adalah sedikit dari poster pemutaran film Roufy yang diadakan diberbagai kota, bahkan ada yang di bioskop yaitu film ‘’Remigrasi’’, terkecuali film ‘’The Substitute Woman’’ web series yang pertama kali dibuat Roufy untuk ditayangkan di youtube.

Pg 31_


ZINE KOLEKTIF

ROUFY NASUTION

Link : https://www.instagram.com/roufynasution https://www.youtube.com/channel/UCwllCtICiJq1sRqf2yPuPzA https://www.youtube.com/channel/UCQZWZZpKncr9oer0ATVkj1Q

Pg 32_


TENANAN VOL. 02_

FILM 03

Apa yang dimaksud dengan film ? Mungkin sedikit cerita terlebih dahulu. Beberapa waktu yang lalu aku pernah datang, nonton di namanya itu ‘’Forum Indonesia Art Director Club’’. Saat itu sedang berlangsung diskusi, lalu ada yang bertanya ‘’apa itu film ?’’ baru ada anak filsafat pembuat film juga, namanya mas ‘’Bim Purbanegara’’, dia yang menjawabnya. Mas Bim berkata, ‘’film itu adalah feel dan lem’’, maksudnya adalah film itu sebenarnya tentang perekat rasa. Kalau secara pandangan aku sendiri sih, film itu lebih seperti membuat kehidupan kedua, dimana sutradara itu menjadi tuan yang membuat suatu dunia yang baru kemudian disajikan ke penonton. Entah apa yang diceritakannya, mungkin dari segi kegelisahannya atau pandangannya terhadap situasi atau apapun disekitar. Oleh karena itu film merupakan tentang story telling. Walaupun basicnya sebenarnya audio visual tetapi intinya tetap menyampaikan sebuah cerita, Sebuah cerita dalam dunia yang berbeda. Film bisu juga tetap story telling, tetap bercerita. Walaupun film itu audio visual, cuma masalah dialog sama standart film masa sekarang saja.

Apa fungsi dari sebuah film ? Wah kalau bicara fungsi film pasti banyak sekali. Mungkin salah satu fungsinya untuk hiburan. Contohnya seperti film-film dibioskop, ada juga fungsinya sebagai ‘’promosi pelestari budaya’’, yang ada dibeberapa film-film yang membahas budaya tertentu, dengan film mereka dapat mempromosikan sesuatu dengan cara yang berbeda, sembari bercerita tetapi ada hal lain yang bisa dibawakannya sehingga dapat lebih menarik. Ada juga sebagai ‘’alat politik’’, baru mungkin ‘’media edukasi’’. Film dengan latar belakang edukasi biasanya dibawakan oleh film-film indie, yang menceritakan suatu hal karena kegelisahan, film yang dapat dikatakan lebih jujurlah dari pada yang lain. Kurang lebih begitu.

Apakah benar film adalah seni yang paling modern ? Kalau menurut aku benar adanya, karena siapa sih yang gak nonton film ? Hahaha. Intinya dari 10 orang pasti 9 orang pernah/suka bahkan sering nonton film, beda mungkin dengan seni lainnya. Tidak tau sekarang ya, soalnya film sudah ada di bioskop dan hanya orang-orang itulah yang bisa nonton. Tetapi sebenarnya lebih gampanglah sekarang.

Apakah benar film sudah menjadi gaya hidup ? Yaudah pasti sih. Film adalah bagian dari gaya hidup. Karena pasti dalam keluarga paling tidak seminggu sekali adalah nonton film bareng atau apa, anak mahasiswa juga hehe

Pg 29_ 33_


ZINE KOLEKTIF

OPSI 03

Apakah benar film adalah sebuah barang dagang ? Sudah pasti. Tetapi ada dua sih, kalau film komersil emang menjadi ‘’barang dagang’’. Film komersil memang dibuat untuk mecari uang atau keuntungan. Beda jika disamakan dengan film-film indie atau artistik, film indie terkadang juga untuk mencari uang, tapi kalo film-film artistik itu lebih kayak murni wacana, wacana dari pembuatnya, termasuk film-film yang jujur, tidak tersegmentif lah. Ya mau bikin apa sesuka hatinya saja, lebih ke seni rupa jadinya. Mungkin sebenarnya juga barang dagang hanya barang dagangnya yang tidak tersegmentif, karena mereka lebih mementingkan estetika bukan masalah audience. Tetapi apapun jenis filmnya pasti tetap jadi barang dagang, Kalau tidak, ntar tidak ada lagi film yang diproduksi, nanti tidak keliatan lagi kami kami ini (filem maker) hahaha.

Apa hal yang terpenting dalam film untuk disajikan ke publik ? Apa ya, yang pasti pertama adalah hiburan. Mungkin menurut aku pribadi yang paling penting dalam film untuk disajikan ke publik adalah ‘’sebuah pengalaman’’. Bagaimana film memberikan sebuah pengalaman yang tidak pernah dirasakan penonton sebelumnya, dan penonton rasakan saat menonton film tersebut. Contohnya mungkin seperti film balap, bagaimana kita memberikan sensasi pada orang-orang supaya mereka seperti masuk kedalam film tersebut. Merasakan sensasi menjadi pembalap dalam kurun waktu beberapa jam. Intinya memberikan pengalaman baru pada penonton.

Apa impact besar yang ditimbulkan oleh film ? Wah pasti banyak sih. Ya mungkin simplenya sih, orang jatuh cinta terus nonton film bisa semakin jatuh cinta. Seperti film jomblo juga pasti ada dampaknya. Mungkin film religi dapat membuat seorang yang dulu kafir menjadi taubat (lebih baik), bisa saja kan hahaha. Yang jelas film itu dapat mempengaruhi psikologi seseorang, pastinya. Terlebih lagi jika penonton merasakan sensasi film tersebut. Jadi seperti film smackdown kan, film itu mempengaruhi orang-orang terlebih anak kecil untuk berantem, bergulat dan sampai ada yang babak belur, patah tulang, dan bahkan kehilangan nyawa. Jadi memang benar adanya film itu impactnya besar sekali karena mereka melihat jelas pola hidup seseorang disitu jadi seperti referensi. Soalnya seperti sekarang ini sehabis nonton dilan semua orang berpakaian, berkata-kata, berfoto, menggambar seperti ‘’Dilan’’, dan masih banyak lagi. Jadi dapat mempengaruhi bukan dari kesan film itu sendiri saja, tetapi juga apa yang ada di film itu. Contohnya juga tiba-tiba banyak cewe suka bikin quote-qoute dari film dan juga tiba-tiba bergaya seperti orang yang ada di film, seperti film ‘’Dilan’’ tadi. Mungkin gitu sih kurang lebih impact film, memang sangat besar sekali sih. Pg 34_


NARASUMBER.

TENANAN VOL. 02_

Apa ketertarikan lebih pada film dibandingkan hiburan lainnya ? Sebenarnya jika dibandingkan dengan hiburan lainnya tergantung kepada orangnya lagi sih, kadang-kadang mungkin kalo disandingkan film (ranah indie) dengan musik, orang-orang lebih milih nonton musik, tidak tau kenapa ya. Mungkin musik apa ya, lebih gampang dijamah oleh orang-orang. Kalau film apa ya, emang seatnya yang terbatas (daripada musik), walupun ada banyak kesamaan seperti banyak genre dan pilihannya. Intinya balik lagi tergantung orangnya lagi, sangat subjektif.

Adakah hal atau konteks yang tidak dapat dipisahkan dari film ? Mungkin konteks itu lebih ke apa ya, mungkin kebanyakan orang kalau berfikir film itu gambar bergerak, mungkin orang awam mengira film itu yang hanya di bioskop, mungkin yang ada di TV atau di internet orang-orang nganggapnya bukan film, mereka nganggapnya video saja. Jadi konteks film itu sendiri sih tetap tentang ‘’story telling’’, seperti sebuah pertanyaan ‘’Apa sih perbedaan film dokumenter sama film dokumentasi ?’’. Film dokumenter emang ada storyt ellingnya, kalau film dokumentasi belum tentu. Film dokumenter terlihat bukan asal-asalan ngambil saja. Ya sebenarnya konteks yang tidak dapat dipisahkan dari film adalah bertutur ceritanya. Bertutur ceritanya membuat itu keliatan seperti film, sinetron, FTV, video klip, dll. Satu hal lagi yang seepertinya tidak bisa dipisahakan oleh film yaitu ‘’sinematografi’’nya. Sehingga kita dapat membedakan bagaimana pengambilan gambar yang benar keliatan film sama yang enggak, FTV, sinetron atau apapun, Itu sih yang melekat di sebuah film. Film bukan soal lamanya waktu bukan seperti satu setengah jam baru itu dapat disebut film. Banyak sekali film sangat pendek juga ada yang hanya beberapa menit saja. Sinetron juga film, hanya saja film yang disiarkan di TV. Ya balik lagi yang membedakannya sinematografinya (seperti harga mati).

Kenapa seseorang harus menonton film ? Simple sih kita cari hiburan atau gak ada yang suka experimental mencari hal baru yang gak jelas atau belum pernah dicoba hehe. Tetapi intinya orang-orang nonton film untuk mencari hiburan, tidak ada yang lain. Mungkin dapat diambil contoh, kritikus nonton film untuk mengerjakan kerjaan dia lah ya, untuk mengkaji film tersebut untuk mendapatkan pundi-pundi uang, plus dari kajian itu dia bisa dishare ke orang-orang bagaimana ngepress atau meyakinkan masyarakat luas untuk menonton film tersebut. sehingga benar tujuan utamanya untuk hiburan, baru selanjutnya riset, atau bisa apapun.

Pg 35_


ZINE KOLEKTIF

ROUFY NASUTION

Jika dari film Roufy sendiri, apa yang terpenting dan ingin ditunjukkan ? (secara visual atau cerita) Sebenarnya aku sendiri gak tau apa yang paling pasti. Film merupakan bentuk seni gabungan, gabungan dari bemacam-macam seni. Mungkin yang sebenarnya ingin aku tunjukkan di film adalah bagimana selera aku terhadap seni itu sendiri. Maksudnya selera aku terhadap visual, grafis, musik, gerakan, dialog dan banyak hal lainnya. Jadi belum tau sisi apa yang paling ingin aku tunjukkan tetapi intinya untuk menunjukkan selera dan rasa terhadap cara beserta proses berkarya. Kalau cerita itu mengalir saja sendiri selebihnya adalah ‘’pertunjukkan selera atau rasa’’ diri sendiri.

Siapa referensi/idola yaang menjadi inspirasi Roufy dalam membuat film ? apa ide cerita datang dari mereka ? Untuk referensi pastinya aku gonta-ganti terus. Kalau dulu mungkin ‘’Wes Anderson’’, karena aku pikir ‘’Wes Anderson’’ itu sesuai dengan latar belakang aku sebagai anak desain, ia punya film yang terdesain. Ketika menonton film dia, siapapun orangnya pasti akan suka. Lalu setelah itu ada ‘’Yorgos Lanthimos’’ sutradara dari Yunani, aku terinspirasi dari dia karena dia memiliki cerita-cerita sederhana tetapi bisa dibentuk dengan sangat unik. Dan aku suka dengan dialog-dialog dan gesture-gesture yang ada di filmnya. Ada juga ‘’Aki Kaurismaki’’ mungkin aku suka sama dia karena membuat karakter ‘’deadpan’’ yang bisa membuat menangis dan tertawa ketika menontonnya. Kalau sekarang aku lagi terinspirasi oleh ‘’Ruben Oslund’’ salah satu filmnya yaitu ‘’The Square’’, aku terinspirasi Oslund karena dia adalah sutradara yang selalu menciptakan bahasa visual baru dan sangat handal dalam memainkan sound art di filmnya sehingga ada hal-hal yang banal (tidak elok,biasa saja) di situ. Dan aku pernah nonton film pendek ‘’Ruben Ostlund’’ yaitu ‘’Incident by a Bank‘’, setelah nonton film itu menurut aku sebagai sutradara sepertinya memang harus membuat suatu karya, satu ataupun dua karya film, yang didalamnya bahasa visualnya belum pernah diciptakan atau dipakai oleh sutradara-sutradara lainnya. Itu yang aku lakukan di video klip ‘’drupadi - melantun’’, bahasa visual yang ku gunakan adalah membagi ruang dengan seni memutar. Kalo cerita bukan datang dari mereka (referensi/idola), datang dari hal- hal yang ada sekitar dan kegelisahan yang dialami sendiri.

Pg 36_


TENANAN VOL. 02_

Kalo kata ‘’Wes Anderson’’ ada dua cara dalam membuat film. Yang pertama adalah ‘’Apa ceritanya?’’, maksudnya ya kita harus peka mengenai apa yang ada di sekitar kita, apa yang kita gelisahkan, apa yang kita suka, dan lainnya. Jadi menjawab juga dari pertanyaan cerita datang dari mana. Lalu kedua adalah ‘‘bagaimana cara menceritakannya?’’ kalau ini berarti tergantung dengan experience kita dalam berkarya. Maksudnya disini, banyak cara bercerita tetapi bagaimana kita mencari cara yang unik (berbeda). Misalnya bagaimana membuat orang menangis tanpa harus menampilkan kesedihan, jadi banyak pilihan dalam bercerita. Jadi intinya cerita datang dari mana, ya jawabannya dari hal-hal di sekitar, kegelisahan, Karena cerita yang unik adalah cerita yang paling dekat dengan kita, dan itu memang pernah kita rasakan, dan bagaimana kita membuatnya jadi sesuatu yang lebih baru, menarik, tidak perlu terlalu berat-berat hehehe.

Dalam membuat film, Roufy pernah tidak mengambil unsur lain dari genre yang tidak pernah dibuat (horror, action, sci-fi, dll) ? atau bahkan apakah pernah dari ranah lain selain film (senirupa, sastra, game, dan lainnya) ? Mungkin kalo genre horror enggak, aku takut film horror hahaha. kalau dari genre action dan sci-fi sedikit susah, (banyak kendala) dan makan waktu untuk pembuatannya, tidak sempat pastinya. Sebenarnya kalau film pendek action kurang cocok, karena mungkin film pendek lebih cocok untuk membahas hal yang lebih bermakna tetapi menghibur. Kalau film action dan sc-ifi sesuai untuk film panjang karena pasti bakal lebih seru saja. Kalau sci-fi pengen juga sih sebenarnya karena pasti akan asik buat robot-robotan gitu hehehe. Kalau senirupa aku selalu pakai, kalau sastra aku belum pernah mengadaptasi sebuah karya sastra (puisi, novel, cerpen dll), tetapi waktu itu pernah aku adaptasi musik yaitu ‘’Fur Elise’’ menjadi film judulnya “Elise and Unseen Foot”. Kalau seni rupa mungkin dalam film aku hanya mengambil konteksnya saja, yaitu senirupa lebih ke lukisan. Jadi mungkin orang banyak bertanya kenapa aku sering buat gambar still, karena dari beberapa film aku kayaknya 80% gambar itu still dan 20% nya explore hal baru. Dan kenapa aku memilih still ya karena aku terinspirasi dari lukisan. Lukisan kan diam tapi di dalamnya bergerak (visual yang bercerita), oleh karena itu pengambilan gambar still, dimaksud ingin memfokuskan ke suatu ruang dimana ada cerita didalam ruang tersebut

Pg 37_


ZINE KOLEKTIF

ROUFY NASUTION

Apa yang membuat Roufy ingin selalu membuat film ? Yang membuat aku selalu ingin bikin film adalah ada kegelisahan yang ingin diceritakan atau hal-hal lucu yang ingin diceritakan, jadi film seperti curhat saja gitu. Dan pengen kasih tontonan saja ke orang-orang, karena menghibur orang kan dapat pahala gitu hehehe. Jadi igin memberikan experience baru ke penonton untuk membuatnya terhibur, karena sepertinya aku mempunyai jiwa entertaint sehingga harus membuat suatu karya yang bisa menghibur atau apapun itu. Dan hal yang lainnya karena ingin eksplorasi ke hal yang lain, mungkin karena aku suka dengan visual pasti dalam mebuat film ada hal yang ingin aku coba dari referensi visual yang aku dapat. Dan ketika satu film selesai dan mendapat referensi baru lagi pasti ada keinginan dan hasrat untuk membuat film baru lagi

Sebutkan 5 film Favorit Roufy ? apa ya, kadang aku suka lupa-lupa.hmmm Dogtooth – Yorgos Lanthimos Lobster- Yorgos Lanthimos The other side of hope- Aki Kaurismaki The Square- Ruben Ostlund Kejarlah Daku Kau kutangkap - Chaerul Umam mungkin itu saja ya.

Adakah projek yang Roufy sedang digarap ? Project lagi jalan, ada satu video klip dari ‘’Garhana’’ judulnya ‘’A Long Short Dream’’ nanti akan rilis di minggu kedua bulan Mei insya Allah. Lalu ada project film pendek pesanan, film ini diinisiasi oleh musisi Bandung, ‘’Ditra Prasista’’. Dia membuat soundscape durasi 15 menit lalu nge-hire aku dan teman-teman di bawah ‘’cinemora’’. Jadi di sini kami mencoba men-translate soundscape tersebut ke dalam bentuk visual yang bercerita dalam sebuah film. Kemungkinan shooting film akan dimulai tanggal 8 Mei, film yang berjudul ‘’Uncertain Way’’.

Pg 38_


TENANAN VOL. 02_

Dari pernyataan ‘’Roufy Nasution’’ sebelum ingin sedikit menambahkan pernyataan untuk memperjelasnya. Film terdiri dari banyak genre, salah satunya mungkin film artistik, yaitu film yg lebih menekan estetika dan bahasa visual dari pada hal lainnya yang mungkin sangat penting di film lain pada umumnya. Gak semua orang dapat tertarik dan menikmatinya, maka dari itu tidak tersegmented. Salah satu contoh filmnya yaitu film ‘’The Square Ruben Oslund’’ atau film-film dari ‘’Alejandro Jodorowsky’’. Film tidak dapat dipisahkan dari sinematografi. Kamera merupakan salah satu aspek penting dalam suatu pembuatan film, fungsi kamera yaitu mengambil/merekam adegan-adegan yang diarahkan oleh sang sutradara kemudian divisualisasikan oleh pemain-pemain yang melakukan adegan-adegan. Menurut Brown Blain (2012), sebenarnya cinematographer mirip dengan director (sutradara). Keduanya harus paham teknik perfilman dan paham cara menggunakan artis/talent yang tersedia. Perbedaan antar keduanya adalah cinematographer atau biasa disebut DOP/ DP (Director of Photography), mengatasi bagian teknis pengambilan gambar. Sedangkan tugas direktor lebih kepada cerita dan naskah film. Tetap keduanya memiliki tugas dasar untuk story telling melalui film. Story telling, atau penyampaian cerita, dalam dunia perfilman biasa dilakukan dengan komponen visual seperti gambar, lighting/pencahayaan, bayangan, atau komponen visual lainnya. Karena itu muncullah istilah ‘’visual story telling’’. Salah satu cara visual story telling adalah ‘’visual metaphor’’. Brown mendefinisikan visual metaphor sebagai kemampuan suatu gambar untuk memberikan suatu simbol/makna tambahan (metafora) dan makna tersebut mudah dipahami secara nyata. Intinya, unsur visual story telling mencangkup objek dan pencahayaan. Objek dan pencahayaan tersebut disusun sedemikian rupa dalam suatu frame dengan memperhatikan focus of interest, kontras, komposisi, ritme/alur, untuk menyampaikan suatu pesan. Tiap frame layaknya sebuah karya desain. Setiap detail yang terdapat di dalamnya punya kegunaan dalam menyampaikan pesan tertentu.

Pg 39_


ZINE KOLEKTIF

OPSI 04

FILM 04

Hidup adalah sebuah film, apa yang kita jalani sekarang baru sebagian kecil dari potongan awal film. Kita tidak dapat menduga apa yang akan terjadi didepan dan diakhir dari film ini, apakah - atau tidak.

Yoan Diara Yurizka, 2015, Kos Rumah Biru.

34_ Pg 40_


TENANAN VOL. 02_

‘’Yoan Diara Yurizka’’ yang biasa dipanggil Yoan, lelaki seram, kalem, dan disegani dengan nama yang cantik sekali. Yoan adalah temen akrab Faathir (Tenanan zine). Yoan adalah orang yang sangat berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya, termasuk sangat berbeda dari Faathir juga. Faathir baru menemukan teman seperti Yoan. Dari banyak perbedaan yang ada, ternyata ada sedikit kemiripan pada kami, yaitu mempunyai kemiripan pada cara pandang kehidupan sehingga timbul lah kecocokan dan keakraban. Yoan gemar bercerita, berkomentar tentang kehidupan atau lingkungannya. Bercerita dengan beberapa teman salah satunya Faathir, banyak sekali yang ia katakan mungkin bisa dijadikan buku. Perkataan di halaman sebelumnya adalah satu dari banyak perkataan Yoan yang mungkin teringat dan tidak jauh dari konteks pembahasan zine ini, oleh karena itu kami coba angkat. Yoan berkata film itu bagaikan rekaman atau riwayat hidup seseorang, yang diputar di film adalah sebagian kecil dari potongan pentingnya yang mempunyai nilai lebih dari orang lain yang di dalamnya terdapat tokoh utama yang menjadi fokusnya yaitu diri kita sendiri. Yoan berkata apa yang terjadi pada dirinya dan orang lain sekarang adalah sebagian, setengah, atau bahkan 15 menit dari panjangnya film dengan durasi 1 jam 30 menit sampai 2 jam setengah. Kita tidak tau apa yang akan terjadi ke depan, apa yang harus dihadapinya masa yang akan datang, kapan kita mati (akhir cerita), endingnya apa, happy ending atau tidak, ini adalah sebuah film yang mengagumkan atau malah yang film buruk /sampah semua pertanyaan itu diri sendirlah yang bisa menentukannya. Yap kita hanya dapat berusaha sebaik mungkin pada apa yang kebanyakan orang menilai orang lain hanya pada apa yang di alamai atau terlihat sekarang sehingga sering meremehkan orang lain layaknya menilai film dari cover, pemainnya, efek, atau hype atau tidak. Banyak esensi-esensi lain yang bisa kita nilai. Dibalik itu semua hanya Tuhan yang dapat membaca masa depan kita dan juga mengambil alih dalam film ini juga. Kita harus dapat menjadikan film ini film yang terbaik apapun endingnya. Tidak semua film dengan akhir happy ending baik atau layak ditonton dan sebaliknya juga.

Pg 41_


ZINE KOLEKTIF

YOAN DIARA YURIZKA

Dari perkatan Yoan sebelumnya, beberapa tahun setelahnya Faathir datang ke sebuah sharing di sebuah galeri. setelah sharing tersebut Faathir mendapat sesuatu hal. Manusia terlalu mendewakan satu panca indera yaitu mata sampai melupa atau bahkan tidak menggunakan dengan baik panca indera yang lain, sehingga menilai sesuatu dari apa yang terlihat saja sehingga meluapakan nilai lain yang bisa ditangkap oleh beberapa pancaindra lainnya. Jika memberikan analogi lain. Menurut Saini KM (1996), dalam teater ada yang dinamakan ‘’realita ambang’’. Ambang adalah sesuatu yang memberi kita peluang kepada kita untuk sekaligus melihat kedua arah, memberikan peluang melihat ke dalam ruangan dan luar ruangan. Pertama, realita yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Realita panca indra itu tersaji di pentas agar kita dapat melihat ke arah realita yang lain, yaitu realitas nilai (arah kedua) yaitu gagasan, sikap, perasaan, pesan, pandangan hidup, dan suasana hati seniman khususnya penulis naskah atau sutradaranya. Suatu hal harus dinilai dari beberapa sudut pandang. Sebenarnya banyak hal saling berhubungan satu sama lain seperti pemikiran Yoan lalu dilanjutkan ke pemikrian Faathir beberapa tahun kemudian, mengaikatkan hal satu dengan lainnya. Setiap orang harus terbuka pada banyak hal, kalau bisa memberikan opsi lain dari opsi yang sudah ada. Seperti halnya zine ini sebenarnya apa yang dibahas hanya satu yaitu film saja akan tetapi kami memberikan banyak opsi untuk disajikan ke pembaca untuk dicerna. Apapun yang dipiih pembaca terserah dan jika pembaca mempunyai opsi lain dan berbeda dengan apa yang kami sampaikan kami sangat apresiasi dan menerimanya. Singkat cerita ini adalah halaman akhir dari zine ini, semoga dapat berguna dan bermanfaat. Penulisan zine ini banyak mengambil dari kutipan-kutipan di beberapa buku. Maaf atas banyak kekurangan terutama penulisan. Pembuat copywrting utama Tenanan zine yaitu Faathir adalah seorang ‘’dyslexia’’. Kami tidak ingin sebuah keterbatasan membatasi atau bahkan menghalangi kami untuk berkarya. Ini juga adalah experiment kami untuk sekalian belajar utnuk menuju lebih baik. Semoga kita dapat bertemu lagi di zine berikutnya, jika berkenan untuk terealisasikan, doakan saja haha. Sampai jumpa hehehe.

Pg 42_


MANIPULATION FRENDRICK WISEMAN

Pg 43_

BEST QUOTE


DAFTAR_ Indonesia Wikipedia. ‘’Perkembangan Film’’. 20 Maret 2018, pukul 06.21. ://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film

Siagioan, Gayus. 2006. Menilai Film. Jakarta : Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

Indonesia Wikipedia. ‘’Film’’. 24 September 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Film

Effendy, Onong Uchjana. 1986. Televisi Siaran, Teori dan Praktek. Bandung : Alumni.

Sanjaya Ade. ‘’Pengertian Film Definisi Fungsi, Jenis, Sejarah Menurut Para Ahli’’. 2015. http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-film-definisi-menurut-para.html

Ismail, Usman. 1986. Mengupas Film. Jakarta : PT. Pustaka Sinar Harapan.

I Wayan Widharma. ‘’Apa Itu Film’’. April 18, 2018, pukul 8:37. http://csinema.com/apa-itu-film/ Pendidikan Sekolah. ‘’Pengertian Film, Sejarah, Fungsi, Unsur, dan Jenis Film Terlengkap’’. 2017. https://www.sekolahpendidikan.com/2017/10/pengertian-film-sejarah-fungsi-unsur.html Matanasi Petrik. ‘’Sejarah Film Indonesia’’. 2018. https://tirto.id/sejarah-film-indonesia-8Wh Indonesia Wikipedia. ‘Darah dan Doa’’. 10 Maret 2016, pukul 09.56.https://id.wikipedia.org/wiki/Darah_dan_Doa Encyclopedia Wikipedia. ‘Film Censorship in South Korea’’. 10 Maret 2016, pukul 09.56. https://en.wikipedia.org/wiki/Film_censorship_in_South_Korea Sookyeong. ‘’Actress Park Jinhee, 40 of Actors Have Considered Suicide’’. April 14, 2010. https://sookyeong.wordpress.com/2010/04/14/actress-park-jinhee-40-of-actors-have-considered-suicide/ Inside Film China, ‘’ Ten Things to Know about Working in Film in China’’. 2016.http://americanfilmmarket.com/working-in-film-in-china/

Sasono, Eric. 2011. Menjegal Film Indonesia. Jakarta : Rumah Film. Parkinson, David. 1996. History of Film. UK : Thames & Hudson. Bakuni, Mikhail. 2017. God an The State. Yogyakarta : Second Hope. KM, Saini. 1996. Peristiwa Teater. Bandung : ITB. Prakosa, Gatot. 2008. Film Pinggiran. Bintaro : Yayasan Seni Visual Indonesia (YSVI). Blain Brown. 2012. Cinematography Theory and Practice. UK : Focal Press.


GRAPHIC ZINE VOL. 02

ILLUTRATION R. Kuncoro Jati & M. Alif Prihambodo

COPYWRITING Tazki Adi P. & M. Faathir Fachrozi

EDITING M. Alif Prihambodo

LAYOUTING M. Faathir Fachrozi



GRAPHIC ZINE VOL. 02

‘’Tenanan’’ berasal dari Bahasa Jawa yang berarti ‘’sungguh-sungguh’’ yang memiliki arti ‘’menjalanin hidup atau untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan itu harus sungguh-sungguh serius’’. Dan juga jika dikaji dari sisi agama islam yang kami anut selama ini ‘’manjadda wajadda siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil’’. Zine ini juga menjadi metode yang lebih fresh untuk penyemangat diri kami sendiri dan menyemangati orang lain yang membacanya (pembaca), untuk terus semangat kedepannya menjalani hidup atau apapun dengan baik walalu penuh cobaan dan tantangan yang selalu terus-menerus mendatangi kita.

R. KUNCORO JATI ILLUSTRATOR 02 M. ALIF PRIHAMBODO FAATHIR FACHROZI COPYWRITER TAZKI ADI P. , M. FAATHIR FACHROZI EDITOR M. ALIF PRIHAMBODO LOGO DESIGNER M. FAATHIR FACHROZI INTERVIEWEES ROUFI NASUTION EACH OTHER YOAN DIARA YURIZKA ILLUSTRATOR 01

EDITORIAL GRAPHIC DESIGNER M.

Movie Title © 2018 Company Name. All rights reserved. Movie Title TM and © Company name & Supplementary Material Compilation © 2018 Company Name. This copyrighted product is authorized for sale or rental for private home use in the USA and Canada ONLY. Federal law provides severe civil and criminal penalties for the unauthorized distribution, reproduction, exhibition or retransmission of copyrighted motion pictures, videotapes or vid eo discs. Blu-ray DiscTM, Blu-ray, and the logos are trademarks of the Blu-ray Disc Association.

*Levels of video resolution and audio standards, and (if applicable) Special Features performance, require audio-visual equipment capability. Playback requires Blu-ray DiscTM Player.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.