APARTEMEN SRIWIJAYA JAKABARING DI KOTA PALEMBANG DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL ARCHITECTURE Mikhael Budi Setyono Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 44, Yogyakarta Email : mbudisetyono20@gmail.com
Kota Palembang adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cukup pesat. Dampak dari pertumbuhan pembangunan di Kota Palembang adalah meningkatnya penggunaan lahan karena bertambahnya kebutuhan ruang. Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kota Palembang membuat kebijakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang untuk mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di sekeliling kota sehingga pembangunan menjadi lebih menyebar dan merata di Kota Palembang. Kecamatan Seberang Ulu I menjadi salah satu kecamatan yang terpilih karena telah mengalami perkembangan pesat yang didukung oleh berbagai fasilitas yang telah terbangun sehingga dapat dikembangkan sebagai lokasi hunian di Kota Palembang. Diketahui bahwa masih dibutuhkan sebanyak 67.517 unit hunian bagi keluarga kelas menengah dan menengah atas di Kota Palembang. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Apartemen Sriwijaya Jakabaring yang berada di Kecamatan Seberang Ulu I di Kota Palembang layak dibangun karena masih kurang dari jumlah unit hunian yang dibutuhkan. Apartemen sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan hunian memunculkan permasalahan tinggal di hunian vertikal bagi penghuninya seperti kecenderungan bersikap individualis, perubahan pola perilaku sosial, minim interaksi sosial, lingkungan yang kurang kondusif hingga kesehatan yang menurun. Untuk menghasilkan desain yang memperhatikan aspek perilaku manusia, digunakan pendekatan Behavioral Architecture. Oleh sebab itu, rumusan masalah yang digunakan adalah Bagaimana wujud Apartemen Sriwijaya Jakabaring di Kota Palembang sebagai bagian dari solusi pemenuhan kebutuhan hunian bagi masyarakat kalangan menengah dan menengah atas di perkotaan yang mampu menghadirkan ruang bersama yang bersifat interaktif khususnya bagi penghuni apartemen melalui penataan ruang luar dan dalam dengan pendekatan Behavioral Architecture. Apartemen Sriwijaya Jakabaring diharapkan dapat menjadi solusi pemenuhan kebutuhan hunian bagi masyarakat kelas menengah dan menengah atas di Kota Palembang. Konsep Liveability adalah konsep hunian yang dapat menjadi solusi terhadap permasalahan tinggal di hunian vertikal. Permasalahan tersebut akan dianalisis menggunakan elemen fisik dan sosial yang berkaitan dengan pola perilaku manusia, sehingga dapat menghasilkan yang memperhatikan aspek manusia dan desain ruang bersama yang interaktif pada apartemen. Kata Kunci: apartemen, interaksi sosial, behavioral architecture, ruang bersama, liveability
PENDAHULUAN
fokus
Latar Belakang Proyek
kawasan:
Kota Palembang adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia yang memiliki yang
pertumbuhan
cukup
pembangunan
pesat.
Dampak
pertumbuhan
pembangunan
Palembang
adalah
di
dari Kota
meningkatnya
utama
ruang.
Peningkatan
penggunaan lahan membuat lahan di pusat kota semakin terbatas, sedangkan disisi lain pemenuhan kebutuhan ruang
b. Kawasan perkantoran c. Kawasan perumahan d. Kawasan perdagangan dan jasa e. Kawasan pariwisata f. Kawasan pendidikan Oleh sebab itu, berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah
Menanggapi
hal
tersebut,
kebijakan dalam Rencana Tata Ruang Palembang
mengembangkan
untuk
pusat-pusat
pertumbuhan baru di sekeliling kota dan memfokuskan berbagai
Kawasan tinggi
pembangunan
aspek,
pengembangan
Palembang,
wilayah di Kecamatan Seberang Ulu I dapat dikembangkan sebagai lokasi hunian di Kota Palembang. Apartemen dapat menjadi pilihan
kelas menengah atas di Kota Palembang. Berdasarkan
Pemerintah Kota Palembang membuat
Kota
Kota
pengembangan hunian bagi masyarakat
juga harus dipenuhi.
Wilayah
pengembangan
a. Kawasan sport centre
penggunaan lahan karena bertambahnya kebutuhan
dalam
salah
pada satunya
kawasan perumahan.
perumahan
berkepadatan
direncanakan
agar
dapat
menampung lebih dari 200 jiwa/Ha. Berdasarkan
sebelas
Kesejahteraan
data
Rakyat
dari
Kota
Statistik
Palembang
tahun 2017, masih terdapat sekitar 39,98% penduduk Kota Palembang yang belum memiliki
hunian
sendiri
dan
jumlah
kebutuhan hunian di Kota Palembang masih sebanyak 67.517 unit. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Apartemen Sriwijaya Jakabaring
di
Kota
Palembang
layak
dibangun karena maih kurang dari jumlah unit yang dibutuhkan. Latar Belakang Permasalahan
kecamatan yang direncanakan menjadi Kawasan
perumahan
Apartemen merupakan jenis hunian
berkepadatan
penduduk tinggi, Kecamatan Seberang
vertikal
Ulu I menjadi salah satu kecamatan yang
masyarakat golongan menengah hingga
terpilih
menengah atas saat ini, baik untuk digunakan
karena
perkembangan
telah pesat
mengalami
yang
memiliki
yang
mulai
banyak
diminati
sebagai hunian maupun sebagai investasi. Kemunculan apartemen merupakan bagian
dari solusi keterbatasan lahan karena dapat
adanya ruang bersama yang memungkinkan
menampung orang dalam jumlah yang lebih
mereka untuk saling berkomunikasi. Pada
banyak dengan luas lahan yang lebih sedikit.
desain
Akan tetapi, keberadaan apartemen juga
pendekatan
memunculkan masalah sosial baru dimana
(arsitektur perilaku) sebagai aspek utama
penghuni
dalam mendesain.
yang
tinggal
di
apartemen
mengharapkan suasana yang privat sehingga perilaku
penghuni
menjadi
cenderung
individualistis.
apartemen
ini,
akan
Behavioral
digunakan Architecture
Dengan demikian, desain apartemen dapat menjadi solusi yang nyata untuk memenuhi kebutuhan hunian masyarakat
Perubahan
tersebut
pada
ditengah keterbatasan lahan. Apartemen juga
perilaku penghuni yang tidak terbiasa untuk
diharapkan dapat menciptakan lingkungan
berinteraksi ketika tinggal di hunian vertikal.
sosial yang baik antar penghuni dengan
Pada lingkungan perumahan yang bersifat
adanya ruang-ruang interaksi yang dapat
horizontal,
akan
digunakan antar sesama penghuni sehingga
berinteraksi dengan orang yang tinggal
kehidupan sosial antar penghuni dapat
sekitarnya bahkan pada lokasi yang cukup
terjaga dengan baik dan memiliki rasa empati
jauh dari tempat tinggalnya. Hal ini sulit terjadi
yang tinggi antar sesama penghuni.
masyarakat
terjadi
umumnya
ketika tinggal di hunian vertikal. Manusia
sebagai
Rumusan Permasalahan
makhluk
sosial
merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam
Bagaimana
mendesain
Desain
Jakabaring di Kota Palembang sebagai
aspek
bagian dari solusi pemenuhan kebutuhan
manusia sebagai makhluk sosial yang akan
hunian bagi masyarakat kalangan menengah
tinggal didalamnya. Hal ini menjadi faktor
dan menengah atas di perkotaan yang
utama yang perlu dipertimbangkan dalam
mampu menghadirkan ruang bersama yang
pemilihan
bersifat interaktif khususnya bagi penghuni
apartemen
sebuah perlu
fasilitas
hunian.
memperhatikan
bersama
yang
akan
merupakan
bersama
hasil
respon
Apartemen
Sriwijaya
apartemen melalui penataan ruang luar dan
disediakan di apartemen. Ruang
wujud
yang dari
interaktif
dalam
perilaku
Architecture.
manusia sebagai makhluk sosial. Ruang
dengan
pendekatan
Behavioral
Tujuan
bersama yang interaktif dapat menjadi wadah tumbuhnya relasi yang baik antar sesama penghuni apartemen. Perilaku manusia yang butuh berkomunikasi dapat terwadahi dengan
Mewujudkan desain Apartemen Sriwijaya Jakabaring di Kota Palembang sebagai bagian dari solusi pemenuhan kebutuhan
hunian bagi masyarakat kalangan menengah
a. Ventilasi alami
dan menengah atas di perkotaan yang
Ventilasi alami pada apartemen diperlukan
mampu menghadirkan ruang bersama yang
untuk memasukkan udara segar ke dalam
bersifat interaktif khususnya bagi penghuni
apartemen untuk mencapai kenyamanan
apartemen melalui penataan ruang luar dan
termal pada ruang di apartemen bagi
dalam
pegnhuni.
dengan
pendekatan
Behavioral
Architecture
b. Pencahayaan Alami Berikut
Sasaran a. Mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan hunian bagi masyarakat menengah dan menengah atas Kota Palembang b. Mengidentifikasi
tentang
bagaimana
penataan ruang bersama yang interaktif bagi penghuni apartemen c. Menganalisis
pencahayaan
beberapa
alami
aspek
yang
perlu
diperhatikan pada apartemen (Satwiko, 2008):  Bukaan
(jendela)
sebaiknya
menghadap ke utara atau ke selatan untuk memperkecil kemungkinan sinar langsung matahari masuk ke dalam
pemenuhan
kebutuhan hunian bagi
adalah
masyarakat
menengah dan menengah atas di Kota
ruangan.  Jendela yang berada pada sisi timur dan barat perlu dilindungi tirai (di sisi
Palembang d. Menganalisis penataan ruang bersama yang interaktif bagi penghuni apartemen e. Menghasilkan sintesis desain terhadap Apartemen Sriwijaya Jakabaring di Kota
luar) agar panas dan sinar matahari pagi dan sore hari yang tajam tidak mengganggu. c. Ketinggian Plafon Ketinggian
Palembang.
minimum
plafon
untuk
habitable rooms apartemen adalah 2,7 m dan non-habitable rooms adalah 2,4
TINJAUAN UMUM APARTEMEN
meter.
Pengertian
d. Ukuran dan Penataan Apartemen
Apartemen adalah tempat tinggal yang
Penataan
terbagi dalam beberapa unit dalam satu lantai
ditetapkan berdasarkan berbagai ruang
yang disusun secara vertical dan dilengkapi
yang memiliki fungsi berbeda ditata dan
berbagai
diletakkan, ukuran ruang, sirkulasi antar
fasilitas
sesuai
standar
ditentukan. Standar Perancangan Apartemen
yang
ruang
pada
apartemen
ruang dan kebutuhan privasi setiap ruang. e. Ruang Terbuka Pribadi dan Balkon Ruang terbuka pribadi adalah ruang luar
dari sebuah apartemen, termasuk balkon,
kebisingan dan polusi
halaman dan teras. TINJAUAN UMUM KOTA PALEMBANG
f. Ruang Sirkulasi Umum Ruang sirkulasi umum dalam bangunan adalah ruang bersama yang digunakan oleh sesama penghuni. Ruang tersebut meliputi lobby, koridor dalam dan luar apartemen, sirkulasi vertical seperti lift dan tangga
dan
termasuk
juga
ruang
Pembangunan Apartemen Sriwijaya Jakabaring berada pada pengembangan kawasan
perumahan,
perkantoran,
perdagangan dan jasa, pariwisata dan pendidikan. Peraturan Bangunan Peraturan tentang Koefisien Lantai
berkumpul
Bangunan (KLB) diatur pada Pasal 90
g. Privasi Akustik Privasi akustik adalah bagaimana cara untu melindungi transmisi suara antara ruang diluar dan dalam, apartemen dan
tentang ketentuan umum zona kawasan perkantoran yang didalamnya meliputi kegiatan
perumahan.
Berikut
adlah
ruang komunal serta antara apartemen
ketentuan umum zonasi perkantoran:
dan bangunan lain.
a. KDB paling tinggi sebesar 80 (delapan puluh) persen.
h. Kebisingan dan Polusi Memberikan penutup pada balkon dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi penetrasi
bising
yang
masuk
ke
b. KLB paling tinggi sebesar 24 (dua puluh empat). c. KDH paling rendah sebesar 30 (tiga puluh) persen
apartemen Menyediakan podium pada lantai bawah apartemen yang dapat berfungsi
sebagai
tameng
untuk
mengurangi kebisingan yang sampai ke area residensial i. Mixed Use Perbedaan fungsi ruang secara vertical atau vertical mix uses dapat meningkatkan
Gambar 1. Lokasi Tapak Sumber: Google Earth, 2018
aktivitas di apartemen. Penggunaan area
Berikut adalah batas-batas lahan tapak:
non-residensial
pada bagian bawah dari apartemen yang
a. Utara : Lahan kosong dan Jl. Gub. H. Bastari
kurang cocok jika dijadikan area hunian,
b. Timur
: Jl. Gub. H. Bastari
seperti karena berdekatan dengan jalan
c. Selatan
: OPI Mall Jakabaring
utama atau rel kereta yang menimbulkan
d. Barat
: Lahan kosong
seharusnya
diletakkan
TINJAUAN PENDEKATAN BEHAVIORAL ARCHITECTURE
yang ada di ruang tersebut d. Warna
Pengertian
Warna memiliki peranan penting dalam
Behavioral architecture adalah bahwa
mewujudkan suasana ruang, pengaruh
manusia dan perilakunya adalah bagian dari
warna tidak hanya menimbulkan suasana
system
dan
panas atau dingin, tetapi warna juga
lingkungan tidak dapat dipisahkan secara
dapat mempengaruhi keualitas ruang
empiris. Karena itu perilaku manusia selalu
tersebut.
terjadi
yang
pada
dievaluasi
menempati
suatu
secara
pertimbangan
tempat
tempat
dan
keseluruhan
faktor-faktor
dapat tanpa
lingkungan
(Duerk, 1993). Faktor
yang
e. Suara, Temperatur dan Pencahayaan Suara
diukur
dengan
desibel,
akan
berpengaruh buruk bila terlalu keras. Demikian pula dengan temperatur dan
Mempengaruhi
Perilaku
pencahayaan yang dapat mempengaruhi psikologis seseorang.
Manusia berpengaruh
Perencanaan dan Perancangan Ruang
terhadap perilaku manusia (Setiawan, 1995)
Terbuka yang Liveability pada Apartemen
Variabel-variabel
yang
adalah:
Untuk meningkatkan mutu hidup pada
a. Ruang Hal terpenting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi dan
pemakaian
Perancangan
ruang
fisik
tersebut.
ruang
memiliki
variabel yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya.
dan
bentuk
ruang
harus
disesuaikan dengan fungsi yang akan diwadahi, ukuran yang terlalu besar atau kecil akan mempengaruhi psikologis pemakainya.
penataan
diperhatikan beberapa
aspek ketika merancang ruang terbuka pada apartemen. Aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaa ruang terbuka pada apartemen adalah (Kaur & Narayan, 2017):
perabot
Keberadaan anak di rumah, pendapatan seseorang dan status sosial ekonomi seseorang
harus
disesuaikan dengan sifat dari kegiatan
adalah
mempengaruhi
elemen
interaksi
yang social.
Kesetaraan antara penghuni apartemen dapat
c. Perabot dan Penataannya Bentuk
perlu
a. Social elements (Elemen sosial)
b. Ukuran dan Bentuk Ukuran
apartemen,
membuat
penghuni
apartemen
memiliki ikatan yang kuat. Ruang komunal terbuka
seharusnya
memperhatikan
didesain
aspek
dengan
kesetaraan
sehingga setiap individu dapat menikmati
ANALISIS
kehidupan
PERANCANGAN
sosial
dan
menggunakan
fasilitas yang setara dengan penghuni lainnya.
PERENCANAAN
Permasalahan pembahasan
b. Physical elements (Elemen fisik)
Apartemen
 Pola penataan (layout pattern)
DAN
yang
utama Sriwijaya
menjadi
pada
bangunan
Jakabaring
adalah
tentang bagaimana meningkatkan interaksi
Pola penataan lebih mengarah pada penataan blok ruang pada tapak. Rencana penataan blok ruang dapat
sosial bagi penghuni apartemen dengan menghadirkan ruang bersama yang interaktif bagi penghuni apartemen.
berkontribusi banyaknya penghuni yang menggunakan ruang tersebut untuk berinteraksi.  Rencana tapak (site plan) Jika ruang terbuka terbagi menjadi beberapa
bagian
kecil
dan
terdistribusi pada sekeliling tapak, maka akan menstimulasi orang yang beraktivitas secara spontan.  Objek fisik (Physical features) Objek fisik adalah elemen desain yang efisien pada ruang luar.
Gambar 3. Permasalahan Hunian Vertikal Sumber: Analisis Penulis (2018)
Penyelesaian masalah tersebut akan menggunakan Architecture. masalah
pendekatan Solusi
akan
dari
Behavioral penyelesaian
menggunakan
analisis
Liveability yang terbagi menjadi dua, yaitu elemen sosial (social elements) dan elemen fisik. (physics elements).
Gambar 2. Beragam Kegiatan Pada Ruang Terbuka dapat Meningkatkan Interaksi Sosial Sumber: https://www.dallasnews.com (2018)
Gambar 4. Analisis Liveability Sumber: Analisis Penulis (2018)
Objek fisik dapat membuat orang untuk tetap berada di ruang terbuka pada waktu yang lebih lama dan lebih menikmati untuk berinteraksi
Analisis Elemen Sosial Elemen
sosial
ditujukan
untuk
meningkatkan interaksi antar penghuni pada
apartemen. Cara yang dapat dilakukan untuk
ANALISIS ELEMEN FISIK
tetap dapat menjaga interaksi antar penghuni
Terdapat
tiga
aspek
yang
di hunian vertikal adalah dengan membuat
diperhatikan dalam analisis elemen fisik,
ruang komunal pada setiap lantai zona
yaitu:
hunian
a. Pola penataan (layout pattern)
yang
dapat
digunakan
untuk
berinteraksi.
Rencana penataan blok ruang dapat berkontribusi banyaknya penghuni yang menggunakan
ruang
tersebut
untuk
berinteraksi. b. Rencana tapak (site plan) Perencanaan ruang terbuka akan terbagi menjadi beberapa bagian kecil dan
Gambar 5. Letak Ruang Bersama pada Apartemen Sriwijaya Jakabaring Sumber: Analisis Penulis (2018)
Aspek
lain
yang
terdistribusi secara pada lantai 2. Cara ini dapat
mempengaruhi
adalah penggunaan warna pada area duduk. Warna pada area duduk akan menggunakan warna-warna cerah yang memiliki sifat terbuka dan ramah sehingga dapat membuat pengguna berlama-lama menggunakan ruang tersebut.
menstimulasi
melakukan
berbagai
orang
untuk
kegiatan
pada
kurun waktu yang bersamaan. c. Objek fisik (Physical features) Objek fisk dapat membuat orang untuk tetap berada di ruang terbuka pada waktu yang lebih lama dan lebih menikmati untuk berinteraksi.
Gambar 6. Warna Pastel pada Ruang Bersama Sumber: https://blog.jelanieshop.com (2018)
Ruang
komunal
terbuka
seharusnya
didesain dengan memperhatikan aspek kesetaraan sehingga setiap individu dapat menikmati
kehidupan sosial
dan
menggunakan fasilitas yang setara dengan penghuni lainnya.
Gambar 7. Objek Fisik pada Ruang Terbuka Sumber: www.archdaily.com (2018)
Analisis Perancangan Tapak
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu zona komersial (lantai dasar), zona fasilitas (lantai
Berdasarkan hasil dari respon tapak yang telah dibuat, dapat dilakukan zoning untuk menentukan tata massa bangunan secara horizontal dan vertikal.
satu), dan zona hunian (lantai dua sampai empat belas). Area ruang bersama pada apartemen juga menjadi pembatas secara vertikal antara zona yang bersifat publik dan semi publik pada lantai dasar dan zona privat hunian
yang
dimulai
pada
lantai
dua
apartemen. KONSEP
PERENCANAAN
DAN
PERANCANGAN Penyelesaian masalah pada hunian vertikal,
di
lantai
diperuntukkan untuk zona
dasar
komersial
lobby apartemen. Zona komersial
akan
dari dua elemen, yaitu elemen social dan
Secara horizontal, pembagian zoning apartemen
apartemen
menggunakan konsep Liveability yang terdiri
Gambar 8. Zoning Horizontal Sumber: Analisis Penulis (2018)
pada
khususnya
akan
elemen fisik. Social Elements
dan akan
digunakan sebagai area ritel, apotek, laundry,
a. Menempatkan area-area komunal pada satu lantai
dan supermarket. Selain itu pada lantai dasar juga akan dimanfaatkan sebagai area taman dan zona parkir bagi pengunjung apartemen.
Gambar 10. Letak Ruang Bersama pada Apartemen Sriwijaya Jakabaring Sumber: Analisis Penulis (2018)
Menempatkan beberapa area komunal dapat
memunculkan
keberagaman
aktivitas pada satu lantai yang sama Gambar 9. Zoning Vertikal Sumber: Analisis Penulis (2018)
Secara vertikal, dapat diketahui zona-zona
sehingga dapat meningkatkan interaksi social antar penghuni apartemen.
b. Pemanfaatan material dengan warna
Letak ruang-ruang komunal akan lebih baik jika berdekatan sehingga dapat
terang pada ruang komunal
meningkatkan
interaksi
social
antar
penghuni apartemen. b. Site Plan
Gambar 11. Warna Material yang Terang pada Ruang Komunal Sumber: Analisis Penulis (2018)
Menempatkan beberapa area komunal dapat
memunculkan
keberagaman
aktivitas pada satu lantai yang sama sehingga dapat meningkatkan itneraksi
Gambar 13. Site Plan Sumber: Analisis Penulis (2018)
social antar penghuni apartemen.
c. Kesetaraan penggunaan fasilitas bersama
Letak ruang-ruang komunal akan lebih baik jika terdistribusi secara merata pada site. c. Physical Object
Gambar 12. Kesetaraan Penggunaan Fasilitas bagi Penghuni Sumber: Analisis Penulis (2018)
Fasilitas yang dapat digunakan secara bersama antar sesama penghuni. Physical Elements a. Layout Pattern
Gambar 13. Physical Object Sumber: Analisis Penulis (2018)
Objek fisik yang tersedia seperti pohonpohon, kolam dan area duduk dapat meningkatkan penggunaan area komunal. DAFTAR PUSTAKA Akmal, I. (2002). Menata Rumah Dengan Warna. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gambar 12. Layout Pattern Sumber: Analisis Penulis (2018)
Akmal,
I.
(2007).
Menata
Apartemen.
Duerk,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
D.
(1993).
Architectural
Programming:
Information
Management for Design. Better
Apartments
Design
Standards.
(2016). Victoria: The State of Victoria
Environment, N. D. (2015). Apartment
Department of Environment, Land,
Design
Guide.
Water & Planning.
Department
of
Sydney:
NSW
Planning
and
Environment. Broady,
M.
(1996). Social Theory in
Architectural Design. Journal of the
Ernst. (1996). Data Arsitek Jilid 1. Jakarta:
Architectural Association, Vol. 81,
Erlangga.
149-154. Heimsath, C. (1988). Arsitektur Perilaku. Brown, G., & Dekay, M. (1985). Sun, Wind
New York: Mc Graw-Hill.
and Light. Tennessee: Wiley. Isaac.
(1986).
Pendekatan
Kepada
Chiara, J. D., & Callender, J. (1983). Time
Perancangan Arsitektur (terj.). (A. K.
Saver Standards for Building Types
Onggodiputro, Penerj.) Bandung:
2nd Edition. Mc-Graw Hill.
Intermatra.
Chiara, J. D., Panero, J., & Zelnik, M. (1995). Time-saver Standards for Housing
and
Juwana,
J.
(2005).
Panduan
Sistem
Bangunan Tinggi. Jakarta.
Residential Kamus Besar Bahasa Indonesia. (t.thn.).
Development. McGraw-Hill.
Diambil kembali dari Kamus Besar Ching, F. D. (2007). Bentuk, Ruang dan Tatanan. New Jersey: John Wiley &
Bahasa
Indonesia:
https://kbbi.web.id/apartemen
Sons. Kaur, J., & Narayan, A. (2017). Liveability Dina, R. R. (2015). Makna dan Nilai Filosofis Masyarakat Terkandung
Palembang dalam
Bentuk
Arsitektur Rumah Limas. Ekspresi Seni, 275-282.
yang dan Jurnal
in High Rise Apartments Through Open
Spaces.
International
Journal of Civil Engineering and Technology (IJCIET), 4-6.
Kecamatan Seberang Ulu I Dalam Angka 2017. (2017). Palembang.
Peraturan
Daerah
Kota
Palembang
Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No 10/KPTS/2000 tentang
(RTRW) Kota Palembang Tahun 2012-2032. (2012). Palembang.
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
pada
Bangunan
Peraturan
Pemerintah
Republik
Gedung dan LIngkungan. (2000).
Indonesia Nomor 4 Tahun 1988
Kementrian
Tentang Rumah Susun. (1988).
Negara
Pekerjaan
Umum. Prabawasari, V. W., & Suparman, A. Kota Palembang Dalam Angka 2015. (2015). Palembang.
(t.thn.). Tata Ruang Luar 01. Jakarta: Gunadarma.
Kota Palembang Dalam Angka 2016. (t.thn.).
Putri, C. G. (2015). Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Bangunan Apartemen di Kota
Kota Palembang Dalam Angka 2017.
Palembang. Semarang.
(2017). Palembang. (2009). Rencana Tata Ruang Wilayah Lang, J., Burnette, C., Moleski, W., &
Kota Palembang. Palembang.
Vachon, D. (1974). Design for Human Behavior. Pennsylvania: Dowden, Hutchingon & Ross, Inc.
(2012). Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2032.
Mangunwijaya, Y. (1988). Wastu Citra. Gramedia
Pustaka
Palembang:
2012-
Pemerintah
Kota Palembang.
Utama:
Jakarta.
Samuel, P. (1967). Apartment Their Design and Development. New
Nielson, K. J., & Taylor, D. A. (2010). Interiors: An Introduction. New
York: New York, Reinhold Pub. Co.
York: McGraw-Hill. Satwiko, P. (2008). Fisika Bangunan. Yogyakarta: ANDI.
Schueller,
W.
(1934).
The
Vertical
Building Structure. New York: Van Nostrand Reinhold. Shueller, W. (1989). Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi. Bandung: PT. ERESCO. Snyder, J. C., & Catanese, A. J. (1984). Pengantar
Arsitektur.
Jakarta:
Erlangga. T., G., & Golledge, R. G. (1989). Enviromental
Perception
and
Cognition. In: Zube E., Moore, G. (Eds.), Advances in Environment, Behavior, and Design, vol. 2. New York: Plenum Press. Tangoro, D. (1999). Utilitas Bangunan. Jakarta: Universitas Indonesia. White, E. T. (1986). Tata Atur. Bandung: ITB. DAFTAR REFERENSI http://alvara-strategic.com https://blog.jelanieshop.com
https://id.pinterest.com https://ny.curbed.com http://travel.tribunnews.com https://www.dallasnews.com https://www.indonesiakaya.com http://www.rumahminimalispro.com www.businesstravel.fr www.designboom.com