E catalogue urban behaviour

Page 1


Donny Paul, Enrico Soekarno, Hadi Soesanto, Jazz Pasay, M. Febriandy, Ojite Budi Sutarno, Robi Fathoni, Sugihartono, Sumartono, Wibowo Adi Utomo Curated by Tommy F Awuy


Daftar Isi

Kuratorial Tommy F. Awuy

[3]

Esai Bagus Takwin

[4]

Plates/Artworks

2

Donny Paul

[7]

Enrico Soekarno

[9]

Hadi Soesanto

[10]

Jazz pasay

[11]

M. Febriandy

[12]

Ojite Budi Sutarno

[13]

Robi Fathoni

[15]

Sugihartono

[16]

Sumartono

[18]

Wibowo Adi Utomo

[20]

List of Artworks

[22]

Curriculum vitae

[23]

Colophon

[28]


Merebaknya Identitas Tommy F Awuy Kurator Ruang urban diketahui merupakan bentukan dari berbagai kepentingan, sebagai ruang plural, ruang di mana setiap orang, setiap gagasan, pemikiran, dan perilaku memungkinkan untuk eksis. Ruang plural sudah tentu menangkal segala upaya penekanan dari sebuah norma yang bersifat dominatifhegemonistik.

Masyarakat urban karena aneka ragam seyogyanya menjadi sangat permisif untuk perilaku seperti di atas sekalipun bukan berarti tanpa sama sekali adanya perlawanan dari pihak-pihak tertentu. Namun menariknya, sebuah perlawanan pun dengan sendirinya akan begitu cepat berhadapan dengan sebuah perlawanan pula sebagai riak pluralitas.

Dalam hal perilaku manusia, apakah individual ataupun sosial, sudah menjadi lazim apabila muncul berbagai macam perilaku sebagai kreasi yang kemungkinan menjadi sebuah life style. Berbagai macam perilaku itu memiliki karakteristiknya masingmasing, betapapun itu secara estetik bertolak belakang atau tak sedap dipandang dari kacamata tertentu. Apakah sebuah kreasi perilaku sengaja dibuat untuk berkompetisi atau sekedar menunjukkan identitas diri dan kultur, tidak ada yang demikian peduli. Dalam ruang urban berlaku slogan anything goes, sehingga dari sini menjadi sangat sulit bagi kita luntuk membedakan secara universal mana perilaku normal dan mana perilaku menyimpang. Tentu saja setiap pihak mempunyai hak untuk memberi penilaian tertentu dan pihak lain pun berhak untuk menyanggah atau menyangkalnya.

Dalam pameran Philo Art Space kali ini, kami bermaksud menunjukkan sebagian kecil saja dari penampilan visual dari beberapa seniman (pelukis) yang terpilih, seperti Enrico Soekarno, Donny Paul, M. Febriandy, Hadi Soesanto, Ojite Budi Sutarno, Jazz Pasay, Sugihartono, Sumartono, Robi Fathoni, dan Wibowo Adi Utomo. Para peserta ini dari catatan perjalanan kreatifitas mereka tidak lagi asing dengan dunia life style kaum menengah urban. Untuk lebih memahami tentang perilaku kelas menengah urban, kita mendapat kesempatan mengikuti ulasan singkat dari Dr. Bagus Takwin, dosen filsafat dan psikologi sosial UI. Terima kasih.

Munculnya berbagai macam perilaku di ruang urban pada akhirnya memang diterima sebagai fenomena yang tak terelakkan. Munculnya perilaku model punk, ekstrim tattoo, perilaku hyper consumerism, praktek seksual seperti one night stand, gonta-ganti pasangan, orgy, dll, hanyalah sebagian kecil dari sejumlah perilaku urban.

3


Pasang-Surut Kesadaran Urban Bagus Takwin*

Himpunan perilaku urban adalah cermin ambivalensi manusia. Di dalamnya ada kesadaran tentang cara hidup yang lebih tertib, lebih peka, dan antisipatif. Tetapi di situ ada juga ungkapan-ungkapan dari hasrat mendobrak rutinitas dan keteraturan, keinginan untuk menampilkan diri dengan cara yang tak biasa, identitas yang tak lazim.

Ketakpuasan pada dunia bisa dipahami sebagai cerminan dari ketidakpuasan terhadap diri sendiri: ketidakpuasan terhadap tubuh, identitas, dan masa lalu yang bikin trauma. Di kota yang berusaha tertib tetapi juga menekan orang untuk selalu mencari jalan pintas, juga cara baru, ketidakpuasan itu makin tumbuh subur. Kota, sebagai bagian dari dunia, sejak awalnya terlalu menuntut dan melarang: harus ini, harus itu; jangan ini, jangan itu. Diri yang tak mampu memenuhi Ada retakan-retakan pada medan kesadaran orang kota. Bahkan tak tuntutan dan larangan itu merasa tak punya efek dan makna yang sedikit yang mengalami keterbelahan diri. Kompleksitas kehidupan memadai bagi dunia. kota sering tak dapat diserap dan ditata utuh sehingga menghasilkan bangunan psikis yang terpilah-pilah pada diri orang kota. Representasi Tapi diri juga tetap ingin mempertahankan keberhargaannya, mental yang tak terintegrasi oleh pikiran dari waktu ke waktu tak tahan terus-menerus menanggung rasa salah. Lalu proyeksi semakin porak-poranda oleh hasrat mengejar citra-citra yang terus ketakpuasan terhadap diri menjadi ketakpuasan terhadap dunia menggempur. Gemerlap kota, juga kerusuhan dan kekisruhannya, pun jadi mekanisme untuk mengurangi rasa tak nyaman. Lalu kota seringkali tak terbendung oleh ego yang memang retak sejak awalnya. menjadi sasaran terdekat bagi orang-orang kelas menengah kota. Di Tarik-menarik antara keinginan untuk menata hidup dan hasrat untuk kota, orang-orang ingin berbeda dengan dunia, berbeda dengan kota mewujudkan fantasi pun tak terhindarkan. Dari situlah ambivalensi tempat mereka tinggal. Lalu mereka mengubah diri melalui berbagai dalam himpunan perilaku urban berakar. cara: tubuh yang dihias dengan tattoo dan asesoris, gaya pakaian tak sesuai konvensi, aktivitas ekslusif, dan ungkapan tak lazim. Banyak Kita saksikan orang-orang kota yang asyik tenggelam dalam orang kota lalu bersibuk untuk menegaskan perbedaan antara diri kesenangannya, berusaha memberi makna pada keberadaannya di mereka dan orang lain. dunia, sambil memaki dan mengutuk dunia: “Fuck you!” Dunia yang ditempati dan dijadikan lahan menemukan makna sekaligus adalah “Hasta La Victoria Siempre” yang digambar Enrico Soekarno dan dunia yang dihinakan, dunia yang hendak ditolak dan diabaikan. “Black and White” dari Sugihartono memaparkan ikhtiar menjadikan “Makin apatis makin eksis”, begitu lukisan Wibowo Adi Utama diri sendiri berbeda dari yang lain. Tubuh yang dihias dari kaki hingga menggambarkan kehidupan kota yang ambilen. Apatisme dan kepala adalah hasil ikhtiar menampilkan keunikan. Kita temukan juga kebencian terhadap dunia jadi gaya hidup yang sekaligus merupakan gambaran ikhtiar untuk mengungkapkan diri secara berbeda pada ikhtiar memaknai keberadan diri di dunia. “Dating Style” karya Jazz Pasay. Di kota yang sibuk dengan jutaan 4


urusan dan gemerlap yang menenggelamkan manusia, orang harus Dunia ternyata tetap menarik betapa pun banyak orang kota menampilkan diri seberbeda mungkin dengan yang lain, menegaskan membencinya. Dan hidup di dunia, terutama di kota, harus ditata makna yang tak larut oleh rutinitas, tuntutan, dan keharusan. sedemikian rupa agar kehidupan tetap berjalan dan tertanggungkan. Ibu-ibu, misalnya, harus gesit dan lihai mengelola keseharian rumah Di kota, kita temukan gaya hidup jadi satu strategi untuk menunjukkan tangga. Mereka tidak hanya harus mahir mengerjakan tugas-tugas diri yang berbeda dari diri kebanyakan orang. Orang menegaskan rumah tangga, melainkan juga harus tetap kenes memikat sekaligus siapa dirinya dengan gaya hidup yang dianggap sesuai dengan hasrat tampak berbeda, juga harus mampu mensiasati usaha pemenuhan mereka. “Metrosexual” adalah salah satu gejala gaya hidup itu. Robi kebutuhan rumah tangga yang bejibun oleh hasrat menyerap gemerlap Fathoni mengambarkannya dengan lukisan pensil akrilik: Tubuh yang kota. Donny Paul dengan “Yummiest Mummy” memancarkan kesan dibalut dengan bungkus-bungkus yang menggugah indra, kepala yang ini. Seorang ibu urban haruslah perempuan yang tetap “kinky” meski terpotong terabaikan. Gaya hidup, ternyata, justru menenggelamkan ditumpuki oleh hiruk-pikuk tugas mengurus rumah dan anak-anak. keunikan orang yang menjalaninya. Seringkali orang justru jatuh dalam kendali fungsi gaya hidup. Diri hanyalah variabel terikat yang Kita bisa paham dari dinamika kota tentang situasi psikologis orangditentukan oleh gaya hidup. Dalam pusaran gaya hidup, orang-orang orangnya. Kesadaran mereka, terutama kelas menengahnya, dalam justru kehilangan wajahnya, kehilangan kekhasannya. Sugihartono beberapa hal menunjukkan derajat yang sangat tinggi dan kompleks. menampakkan gejala itu dalam “Metropolis Life Style”-nya. Kita tidak Beragam aspek kehidupan diakses dan hendak diatur di sana: hakmenemukan wajah di sana. Yang ada hanyalah centang-perenang gaya, hak minoritas, kelestarian lingkungan, kesehatan, kecantikan tubuh, tak ada substansi, tak ada subyek. Dalam karya dengan mixed media pendidikan anak, bahaya rokok, efisiensi kerja, keindahan, seni, itu, yang ada hanya gerak-gerik yang seolah tak bertuan. keamanan, dan banyak lagi. Kelas menengah kota menjadikan hampir semua hal sebagai obyek kesadarannya. Diri dan hidup dicermati Tetapi, seberapa pun terasingnya, orang-orang kota tak mudah secara bertingkat: aku yang menjalani keseharian dicermati dengan menyerah pada ketakbermaknaan. Mereka berikhtiar lebih keras lagi kategori aku yang hidup teratur; aku yang hidup teratur dicermati dengan mencari kelompok-kelompok yang punya kesamaan dengan dengan kategori aku yang menganut ideologi tertentu; aku yang mereka. Mereka pun ingin keluarga mereka menjalani gaya hidup menganut ideologi tertentu dicermati dengan kategori aku yang ingin yang sama dengan mereka. Lalu anak mereka dibikin serupa dengan mereguk kenikmatan sebanyak-banyaknya. Kesadaran mereka terus bapaknya, seperti yang dipaparkan oleh Donny Paul dalam “Like bekerja melampaui dan melampaui lagi setiap kesadaran yang sudah Father Like Son”. Gaya hidup tak bermakna jika tak ada kelompok yang dibangun. menghargainya. Komunitas itu perlu dibangun, dibina, dan dirawat. Orang-orang kota kembali membutuhkan kebersamaan dalam dunia. Dengan kesadaran yang sangat tinggi derajatnya itu, tak jarang kita Mereka membutuhkan keberadaan orang lain yang bisa memberi temukan perilaku orang kota yang menyerupai gejala paranoid dan penghargaan kepada mereka; butuh dunia untuk mengindahkan waham. SuSumartono dengan lukisan “In The City” membingkai kehadiran mereka. Kembali, ambivalensi diperkuat: menghindari dunia gejala itu dengan menampilkan seorang lelaki yang tampak berusaha dengan cara menggugah dunia untuk mengindahkan mereka. melindungi diri dari polusi kota menggunakan masker yang sangat serius 5


menutupi hidung dan mulutnya. Sepertinya, udara kota dipersepsi sebagai medan aktivitas racun-racun yang mengancam tubuh. Dalam karya yang lain, “Project Q 1”, Sumartono juga menampilkan lelaki yang serupa yang tampak mencurigai udara sebagai ruang tak aman tetapi menggugah untuk dijelajahi. Sayap dan masker penutup hidung dan mulut menjadi paduan alat yang dianggap ampuh menangani ketakutan akan racun-racun yang beredar pekat di udara. Tetapi di waktu lain kesadaran orang kota juga tak jarang primitif, mengikuti hukum rimba, dan diatur oleh prinsip survival of the fittest. Diri yang harus bertarung keras dengan diri-diri yang lain, kehidupan yang terancam oleh kehadiran manusia lain, menjadi dasar dari perilaku. Dalam keadaan seperti itu, orang-orang kelas menengah kota pun menegaskan batas mereka dari orang lain, menjaga kuatkuat kepentingan agar tak didahului orang lain. Kesadaran di sini bekerja sebagai fungsi reaktif terhadap pasang-surut dunia dan bahaya-bahaya yang dipersepsi mengepung. Orang-orang melindungi diri dari interaksi dengan orang lain, menjaga diri dengan kerangkakerangka besi ketika bergerak ke sana-sini. Interaksi terjadi setelah benturan besi-besi itu terjadi. Di kota, orang-orang saling menyapa atau memaki setelah terjadinya tabrakan. Ketakutan akan bahaya di dunia tak hanya menghasilkan reaksi terhadap bahaya nyata yang datang. Lebih jauh dari itu, orang juga bisa lebih proaktif mengatasi bahaya sehingga punya keyakinan: sebelum orang lain menyerang kita, terlebih dahulu kita harus menyerang mereka. Lalu, dunia yang dipersepsi sebagai wilayah tempat kejahatan berhimpun mewajarkan kejahatan. Dan orang-orang pun mempersenjatai diri mereka untuk berjaga-jaga terhadap serangan atau kalau perlu untuk mendahului menyerang. Dalam “Coboy Who Never Dies” karya Ojite, kesadaran akan dunia yang jahat tampak dipertahankan: dunia selamanya berisi orang yang mengancam kita, oleh karena itu kita harus terus waspada sepanjang hayat. 6

Hasrat manusia yang terus menggelegak selama orang masih hidup akan terus menggerakkan orang, baik untuk menghindari rasa sakit maupun memperoleh rasa nyaman. “Hasrat Dari Kegelapan” yang juga buah kerja Ojite mengesankan gerak-gerik hasrat yang hendak mendominasi terus menerus. Sumbernya yang tersembunyi dan seringkali tak disadari adalah wilayah gelap yang menakutkan banyak orang sekaligus membuat orang mudah menyerah padanya. Di sisi lain, hasrat juga sering tampil menyambut mesra wajah manis dan tubuh cantik seperti yang ditawarkan oleh Hadi Soesanto dalam “Lucky Dice”. Orang-orang juga tak jarang membuat paket-paket hasrat, kecil atau besar, untuk membuatnya mudah diakses dan dinikmati dalam waktu cepat. “Sebungkus Hasrat” dari Febriandy mengedepankan satu bentuk dari paket itu. Potensi ambivalensi manusia, seperti juga potensi-potensi manusia untuk mengembangkan hidup, lebih cepat dan mudah teraktualisasi dalam kehidupan kota. Kelas menengah kota dengan perilakunya adalah agen-agen efektif bagi pemekaran dan penyebaran ambivalensi itu. Dan kita temukan saat ini, kota yang awalnya adalah tempat orang berhimpun demi kejujuran dan harkat martabat yang baik, ternyata juga secara menonjol menunjukkan gejala-gejala yang merendahkan manusia. Kota yang dulunya menjadi tempat orang tinggal setelah menarik dirinya dari kehidupan liar dan buas untuk hidup secara halus, teratur dan beradab, serta mengembangkan kemanusiaan dan keadilan, justru kini tak jarang juga menampilkan pemandangan yang sebaliknya. Sejarah menunjukkan pasang-surutnya kesadaran masyarakat urban. Di sana juga tercatat: di kota, kesadaran manusia bergerak maju-mundur dan perilaku orang-orangnya menunjukkan itu kepada kita.*** *Penulis, dosen filsafat dan psikologi UI


Donny Paul ‘Yummiest Mummy’ 180 x 150 cm Acrylic on Canvas 2009 7


Donny Paul Like Father like Son 160 x 140 cm Acrylic on Canvas 2009 8


Enrico Soekarno Hasta La Victoria Siempre 160 x 160 cm Acrylic on Canvas 2009 9


Hadi Soesanto Lucky Dice 150 x 120 cm Acrylic on Canvas 2009 10


Jazz Pasay Dating Style 100 x 150 cm Acrylic and Charcoal on Canvas 2009 11


M. Febriandy 12

Sebungkus Hasrat, 110 x 90 cm, Oil on Canvas, 2009


Ojite Budi Sutarno Hasrat dari kegelapan 210 x 150 cm Acrylic on Canvas 2008 13


14

Ojite Budi Sutarno

Cowboy Who Never Dies (Diptych), 100 x 55 cm, 75 x 60 cm, Acrylic on Mdfboard, 2009


Robi Fathoni Metroseksual 140 x 110 cm Pencil, Acrylic on Canvas 2009 15


Robi Fathoni RBT (Robot Back Tone) 180 x 150 cm Pencil, Acrylic on Canvas 2009


Sugihartono 16

Metropolis Life Style, 190 x 150 cm, Mixed Media, 2009


Sugihartono Black and Withe 125 x 125 cm Mixed Media on Canvas 2009 17


18

Sumartono

In The City, 200 x 180 cm, Acrylic on Canvas, 2009


Sumartono

Project q, 200 x 150 cm, Acrylic on Canvas, 2009 19


Wibowo Adi Utama Makin Apatis Makin Eksis#1 150 x 150 cm Mixed Media on Canvas 2009 20


Wibowo Adi Utama Makin Apatis Makin Eksis#2 200 x 120 cm Mixed Media on Canvas 2009 21


List of Artworks Donny Paul ‘Yummiest Mummy’, 180 x 150 cm, Acrylic on Canvas, 2009 Like Father like son, 160 x 140 cm, Acrylic on Canvas, 2009 Enrico Soekarno Hasta La Victoria Siempre, 160 x 160 cm, Acrylic on Canvas, 2009 Hadi Soesanto Lucky Dice, 150 x 120 cm, Acrylic on Canvas, 2009 Jazz pasay Dating Style, 100 x 150 cm, Acrylic and Charcoal on Canvas, 2009 M. Febriandy Sebungkus Hasrat, 110 x 90 cm, Oil on Canvas, 2009 Ojite Budi Sutarno Hasrat dari kegelapan, 210 x 150 cm, Acrylic on Canvas, 2008 Cowboy Who Never Dies (Diptych), 100 x 55 cm, 75 x 60 cm, Acrylic on Mdfboard, 2009 Robi Fathoni Metroseksual, 140 x 110 cm, Pencil, Acrylic on Canvas, 2009 Sugihartono Metropolis Life Style, 190 x 150 cm, Mixed Media, 2009 Black and Withe, 125 x 125 cm, Mixed Media on Canvas, 2009 Sumartono In The City, 200 x 180 cm, Acrylic on Canvas, 2009 Project q, 200 x 150 cm, Acrylic on Canvas, 2009 Wibowo Adi Utomo Makin Apatis Makin Eksis#1, 150 x 150 cm, Mixed Media on Canvas, 2009 Makin Apatis Makin Eksis#2, 200 x 120 cm, Mixed Media on Canvas, 2009 22


Curriculum Vitae Donny Paul

Central Borneo (Palangkaraya), 1979. Education : Indonesian Art Institute, Yogyakarta Group Exhibition(s) : 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. Pameran ‘REBORN” grand opening H2 art gallery, semarang. 2008 : Pameran ‘Dasawarsa Gugus Beber 20072008‘ Taman Budaya Yogyakarta. Pameran ‘’Ini Baru Ini”, grand opening Vivi Yip Art Room, Jakarta. Pameran bersama Fantastic 4‘’ Galeri Biasa Yogyakarta. 2007 : Pameran bersama di Pogun Ijo,Yogyakarta. Pameran Pesta Seni dan Budaya Dayak V SeKalimantan, Purna Budaya Yogyakarta. 2006 : Pameran Amal Peduli Gempa Jogja 27 mei 2006, Taman Budaya,Yogyakarta. 2005 : Pameran Seni Rupa ‘Dinamika Ekspresi Perupa Kalimantan’ Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Pameran Pesta Seni dan Budaya Dayak IV SeKalimantan, Taman Budaya Yogyakarta. Pameran Lukisan “ Peduli Tsunami “ Pawaka Yogyakarta. Pameran Seni Rupa “Seni Kebangkitan Rakyat #6 “ Kepatihan Danurejan, Yogyakarta. EXHIBITION ART “Merayakan Sungai“ Mata Air Community, Yogyakarta. 2004 : Pameran Kel Puser 01, “I M A TERORRIST“ Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Pameran Pesta Seni dan Budaya Dayak III SeKalimantan, Purna Budaya, Yogyakarta. Pameran Kel Jamur 01, “Apa Kabar Magelang“ Magelang. Pameran Lukisan “ Art For Love “ Borobudur, Magelang. 2003 : Pameran Seni dan Budaya Dayak II SeKalimantan, Purna Budaya, Yogyakarta. Pameran Borobudur International Festival (BIF) magelang. 2002 : Pameran Kel Puser 01, Galeri ISI, Yogyakarta. Pameran Pesta Seni dan Budaya Dayak I SeKalimantan, Purna Budaya, Yogyakarta.

Enrico Soekarno

Was born in Bandung, Indonesia, June 6, 1966. He spent his primary school years in Jakarta, and completed his secondary schooling in Sydney, Australia. Selected Solo Exhibition(s) 2008 : Out Of Tibet. Langgeng Icon Gallery, Jakarta. 2005 : Journeys To The East.

Batula, Jakarta. 2004 : Little Journeys. Boka Buka, Jakarta. 2000 : East / West. QB World Bookstore, Jakarta. 1999 : Burung Hitam. Bistro Garden, Jakarta. 1998 : Bahasa Kalbu. Galeri TC, Jakarta. 1998: Gelar Tinta. Hotel Mulia, Jakarta. 1997 : Hitam atau Putih. Galeri Cemara 6, Jakarta. 1990 : For How Much Longer Do We Tolerate Mass Murder? Griffin Theatre, Sydney Selected Group Exhibition(s) 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. Heaven In Exile, GFJ Antara, Jakarta. 2006 : Life, Space, Silence, Kemang Icon, Jakarta. 2005: Bangkit Aceh! Galeri Nasional, Jakarta. The Last Frontier, Rumah Pertanian, Jakarta. Tibet di Otak, Taksu Gallery, Jakarta. 2004 : rahAsia ARTinesia, JICC, Jakarta. 2003 : Refleksi 5th Reformasi, Galeri Cipta TIM, Jakarta. 3 Strokes, FeMale Radio, Jakarta. 2002 : Drawing In The Wind, Pasar Seni Jaya Ancol, Jakarta. 2000 : The Scream, QB World Bookstore, Jakarta. 2000 : Mirror Of The East: Song Of Arini, Mandarin Oriental, Jakarta. 2000 : Perupa Tokoh, Galeri Cemara 6, Jakarta. 1999 : Pekan Seni dan Mode, Hotel Mulia, Jakarta. 1998 : Kalimantan On Fire And The Colours Of Death, The Regent Hotel, Jakarta. The Kalimantan Fires: In Focus, ASEAN Secretariat, Jakarta. Anggrek Kasih Untuk Sesama, World Trade Centre, Jakarta. Burning Borneo, Mandarin Oriental, Jakarta. Kalimantan Dan Api, Sahid Jaya Hotel, Jakarta. Burning Borneo, ADB Headquarters, Manila. ASEAN Countdown 2000. Taman Anggrek Mall, Jakarta. 1991 : Cycles, The Calico Thing-PACT Theatre, Sydney. 1989 : The Politics Of Power, Dobell House, Sydney. Profil Pelukis Indonesia Menjelang Tahun 2000, ASEAN Secretariat, Jakarta. Centennary Celebration, The Rocks Information Centre, Sydney. 1988 : Dua Bersama, Galeri Mitra Budaya, Jakarta. 1985 : Inchiostro e Pastello, Galeria La Luna, Perugia.

23


Hadi Soesanto

Jember 25 Mei 1968. Selected Group Exhibition(s) 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. “Reborn” H2 Gallery, Semarang. “Guru Oemar Bakrie” Jogja Gallery, Yogyakarta. “Rai Gedheg” Bentara Budaya, Yogyakarta. “Illustrasi Cerpen” Bentara Budaya, Jakarta. “Ruang Publik” Bank Indonesia, Yogyakarta. “Hyperlinks” Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta. “Jogja Art Fair” Taman Budaya, Yogyakarta. “Up&Hope” D’peak Art Space, Jakarta. “Top of The World” Taipei 101 Observatory, Taiwan. “Hanoi Welcome” Vietnam Fine Art Museum. 2008 : “Wong Liya”, Bentara Budaya, Yogyakarta. “Seksi Nian”, Jogja Gallery, Yogyakarta. “Pada Sebuah Pesta” V-Art Gallery, Yogyakarta. “Looking Inward” Elegance Art Space Gallery, Jakarta. “Manifesto” Galeri Nasional, Jakarta. “Freedom” Taman Budaya, Yogyakarta. “Daya Perempuan” Art To Art Gallery, Jakarta. “Jogja Art Fair” Taman Budaya, Yogyakarta. “Wangkingan Kebo Hijo” Bentara Budaya Yogyakarta. “Akili Museum Art Award 2008” Jakarta. “TVIM” Jogja Gallery, Yogyakarta. “Heroes” Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta. “Sasaran International Work Shop” Soka Gakkai, Malaysia. “Hoping Siang Ho” Galeri Biasa, Yogyakarta. 2007 : “A Beautiful Death”, Yogyakarta, Surabaya, Malang. “Eksisten”, Jogja Gallery, Yogyakarta. “Domestic Art Objects”, Jogja Gallery, Yogyakarta. “Gendhakan”, Bentara Budaya, Yogyakarta. “International Literary Biennale”, Langgeng Gallery, Magelang. “Buzer”, Taman Budaya, Yogyakarta. 2006 : “Behind The Realism”, V-Gallery, Yogyakarta. “Scene Of Woman”, One Gallery, Jakarta. “Art For Jogja”, Taman Budaya, Yogyakarta. “Jakarta Art Award”, Jakarta. “Lindu”, Bentara Budaya, Yogyakarta, Jakarta. “People Need The Lord”, Gramedia Building, Jakarta. 2005 : “Art For Aceh”, Taman Budaya, Yogyakarta. “Realis(me) Banal”, Gracia Art Gallery, Surabaya. “The Realistage”, Bandung, Malang, Magelang. “Transdition”, One Gallery, Jakarta. “Still Life Extended”, Vanessa Art Gallery, Jakarta. “Nuansa Eksotika”, 24

Balikpapan, Kalimantan. 2004 : “Perjalanan Seni Lukis Indonesia”, Bentara Budaya, Jakarta. “Di Sini Akan Dibangun Mall”,Yogyakarta. 2003 : “Beauty +”, Magelang, Malang. 2002 : “4 Town”, Kanada & Amerika. “Jula Juli Jogja”, Bentara Budaya, Yogyakarta. 2001 : “Tanda Mata II”, Bentara Budaya, Yogyakarta, Jakarta. “Keras Kepala”, Galeri Cemeti, Yogyakarta. 2000 : Indonesia Art Award VII, Galeri Nasional, Jakarta. “Aku Ingin Hamil”, Bentara Budaya, Yogyakarta. World Trade Center, Jakarta. 1999 : Indonesia Art Award VI, Galeri Nasional, Jakarta. ASEAN Art Award VI, Kuala Lumpur, Malaysia. 1996 : FKY VIII, Yogyakarta. 1994: “Kelompok 87”, Bentara Budaya, Yogyakarta. 1993 : FKY V, Yogyakarta. 1992 : FKY IV, Yogyakarta. 1991 : Dwi Windu TMII, Jakarta. Dewan Seniman Muda Indonesia, Yogyakarta. 1990 : HUT XV Pasar Seni Ancol, Jakarta. Seniman ASRI & KSSS, Semarang. “Kelompok Enam” DKS Gallery, Surabaya. 1989 : “Tiga Nama”, Galeri DKS, Surabaya. Penghargaan : 2008 Finalis Akili Museum Art Award 2006 Finalis Jakarta Art Award 2000 Finalis Indonesia Art Award VII 1999 Top Five Indonesia Art Award VI

Jazz Pasay

Born on November 14, 1961. Studies : New York Academy of Art, New York, USA. School of Visual Arts, New York, USA. Teguh Ostenrik, Jakarta, Indonesia Selected Group Exhibition(s): 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. “Geneve Art Fair”, Geneve, Switzerland. “Kotaku, Jiwaku”, Essence on Darmawangsa , Jakarta. 2008 : “Friendship II”, Gandaria City, Jakarta. 2007 : Pourles Enfants de la Rue II, Jakarta. Group Exhibition, Pesona Melonia, Crowne Plaza hotel, Jakarta. Simply bodies II, WTC, Jakarta. Group Exhibition, Orientales II, Taneem Gallery, Barcelona. 2006 : Simply bodies, Alila hotel, Jakarta. Student’s Arts, School of Visual Arts, New York. Group Exhibition, Fashion Paintings, Philo Art Space, Jakarta. 2005 : Pourles Enfants de la Rue, French Embassy, Jakarta. Orientals, Tasneem Gallery, Barcelona. Christ for All, Hadiprana Gallery, Jakarta. Mother & Child for WHO, Crowne Plaza hotel, Jakarta. Aceh’s Aid, French Ambassador’s residence, Jakarta. Aceh’s Aid, National Gallery, Jakarta. 2004 : Passion, Crowne Plaza hotel,


Jakarta. Group Exhibition, Methamorph, Galeri 678, Jakarta. Life is still Beautiful, D Gallerie, Jakarta. 2002 : Bahasa Tubuh, Café Tik Tok, Jakarta. 2000 : Group Exhibition, Golden Pacific Gallery, San Diego. Solo Exhibition: 2008 : “Kejawen”, Tasneem Gallery, Barcelona, Spain. Solo Exhibition, 100 Coret & Ciprat, Grand Indonesia, Jakarta. 2007 : Solo Exhibition, Isyarat Tubuh, Tembi gallery, Jakarta. Solo Exhibition, Orang Orang Wayang, KOI Kemang, Jakarta. Solo Exhibition, Dancing for the Gods, KOI Kemang, Jakarta. “Ancient Constellations” Phillo Art Space, Jakarta. 2005 : Solo Exhibition, Sketch & Draw, KOI Kemang, Jakarta. 2004 : Bunga & Tubuh, KOI Mahakam, Jakarta. Bodies, KOI Kemang. 2002 : Blur, Café Tik Tok, Jakarta.

Ojite Budi Sutarno 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. Pameran seni rupa tontonan-bersama legiun kaki bergambar di perpustakaan umum Malang. Mall art, Bazaar art Jakarta. 2008 : Manifesto, Galery Nasional Jakarta. Blink-pameran tunggal di Puri Art Gallery, Surabaya. 2007 : Biennale Jogja IX, Jogja Nasional Museum, Yogyakarta. 2006 : Biennale Bali, Ubud, Bali

M. FEBRIANDY

Palu, 15 Februari 1986. FSR ISI Yogyakarta. Selected Group Exhibition(s) 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. 2008 : Pameran Seni rupa “METAMORFOSART” di Galeri Biasa Yogyakarta. Pameran lukisan Academic Art Award # 2 “Dedication To The Future” di Jogja Gallery, Yogyakarta. 2007 : Pameran lukisan Kado Gado di Hotel Benakutai Balikpapan Kalimantan Timur. Pameran seni rupa “Have Fun” di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran lukisan “10 Kotarupa dalam seni rupa” di Mall Tatura Palu, Sulawesi Tengah. 2006 : Pameran sketsa Skhedios Extempore di Taman Budaya Surakarta. Pameran kelompok Garis’05 Tanpa Batas di Benteng Vredeburg Yogyakarta. Pameran seni lukis potret Cermin Diri di Galeri Katamsi ISI Yogyakarta. 2004 : Pameran lukisan Kalimantan Art Exhibition di Hotel Dusit, Balikpapan, Kalimantan Timur. Pameran lukisan Folangga Forum Vula Dongga di Taman Budaya, Palu Sulawesi Tengah. Solo Exhibition(s) 2001 : Pameran lukisan tunggal di Taman Budaya Palu, Sulawesi Tengah. Award(s) : 2004 : Juara satu lomba kalikatur dalam rangka peringatan AIDS SEDUNIA “Perempuan, remaja putri dan HIV/AIDS” diselenggarakan oleh Persatuan Keluarga Berencana Indonesia. 2000 : Juara satu lomba melukis dalam rangka HARDIKNAS 2000. Lomba melukis internasional diselenggarakan oleh duta besar Mesir/Egipt .

Robi Fathoni

Palembang/ 26 September 1973. Education : Indonesian Art Institute, Yogyakarta Selected Group Exhibition(s) 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. Pameran FRESH 4 YOU, Jogja Galery, Jogjakarta. Pameran RE-KONTRUKSI, Taman Budaya Jogjakarta. Pameran Ilustrasi KOMPAS, Bentara Budaya Jakarta. Pameran New wave, New Power LINDA Gallery, Jakarta. Pameran Up and Hope, D’peak Art Space, Jakarta. 2008 : Pameran kelompok MEMO Galery MON DECOR Jakarta. Pameran BEAUTYFUL WORD, V. Art Galery Jogjakarta. Pameran EMOTIONAL HOME, Bentara Budaya Jogjakarta. Pameran FREEDOM, Mon Decor Festival, Taman Budaya Jogjakarta. PORTO FOLIO, Jogja Galeri, Jogjakarta. Pameran IBUMI, MON DECOR Galeri, Jakarta. Pameran BIENNALE JOGJA NEO-NATION Jogja Nasional Museum. Pameran FREEDOM, Mon Decor Festival, Galery Nasional, Jakarta. Pameran BIASA GILA, Galery BIASA, Jogjakarta. Pameran WONG LIYA (THE OTHER) Bentara Budaya, Jogjakarta. Pameran FRAGMEN, PHILO Art Space, Jakarta. Pameran Exponding Contemporary Realism, 25


AKILI Museum, Jakarta. 2007 : Pameran EKSISTEN, Jogja Galeri Jogjakarta. Pameran SHOT OUT FKY, Taman Budaya Jogjakarta. Pameran BOENG AJO BOENG, 100 Tahun Affandi, Bentara Budaya Jogjakarta. Pameran Tribute to Young Artis, Sangkring Art Space, Jogjakarta. Pameran PORTO FOLIO, Jogja Galeri, Jogjakarta. Pameran IBUMI, MON DECOR Galeri, Jakarta. Pameran BIENNALE JOGJA NEO-NATION Jogja Nasional Museum. 2006 : Pameran Peduli Jogja, Taman Budaya Jogjakarta. Pameran VICEVERSA, Taman Budaya Jogjakarta. 2005 : Pameran ART for Aceh, Taman Budaya, Jogjakarta. Pameran “Melihat Jogja” Melia Purosani, Jogjakarta. Pameran bersama, Museum Ulen Sentalu, Jogjakarta. Pameran Seni Rupa Mahasiswa Indonesia, Galery Nasional Jakarta. Pameran “AYO NGGUYU” Bentara Budaya, Jogjakarta. 2004 : Pameran Pratisara Afandi Adi Karya, Galery ISI Jogjakarta. Pameran Drawing dan Puisi Rumah Seni MUARA, Jogjakarta. Pameran Post HUMMANS di Galery Semarang, Semarang. 2003 : Pameran Kelompok 8 Sanggar Bidar Jogjakarta. Pameran Grand Opening Rumah Seni MUARA, Jogjakarta. Pameran Drawing Plus, Rumah Seni MUARA Jogjakarta. Pameran bersama Sanggar Suwung, Jogjakarta. 2002 : Pameran Kelompok Detik 1996 Purna Budaya Jogjakarta. Pameran Kelompok FATHOMLES Mien Galery Jogjakarta. Pameran 5 Seniman Muda Galery Proklamasi Jakarta. 2001 : Pameran Kelompok 8 di Benteng Vredeburg Jogjakarta. Pameran Dies Natalis ISI Galery ISI Jogjakarta. Pameran Philip Morris IAAI, Galery Nasional Jakarta. Pameran Dialog Multi Rupa II Sanggar Bidar di Palembang. 2000 : Pameran GESPER 2000 di Galeri ISI Jogjakarta. Pameran di lingkungan kampus FSR ISI, Jogjakarta. Pameran Kartun ISI di Benteng Vredeburg Jogjakarta. Pameran “Art Festifal” di Bizzete Galeri Jakarta. 1999 : Sepekan Seni Rupa 1999, Benteng Vredeburg Jogjakarta. Pameran Dialog Multi Rupa, Sanggar Bidar, Purna Budaya Jogjakarta. Pameran Kelompok Detik 1996, Purna Budaya Jogjakarta. Pameran Pratisara Afandi Adikarya, Galeri ISI Jogjakarta. Pameran Jelang Milenium, Hotel Garuda Jogjakarta. 1997- 1998 : Pameran Sketsa Dies Natalis ISI di Galeri ISI Jogjakarta. Pameran di lingkungan Kampus FSR ISI Jogjakarta. Pameran “Bercermin” sanggar Suwung, Jogjakarta. Pameran Refleksi Zaman, Benteng Vredeburg Jogjakarta. Awards : Juara II Lomba Sketsa Telaga Reja Juara III Lomba Mural AMTA Juara III Lomba Desain Kaos Dadung Lukis Kaca Terbaik FSR ISI 1996 Lukis Cat Air Terbaik ISI 1996 Philip Moris Indonesian Art Award Finalis 26

Nominasi Karya Terbaik Pratisara Afandi Adikarya Karya Terbaik Dies Natalis ISI Yogyakarta

Sugihartono

Gresik 21 Oktober 1967. Education : Akademi Seni Rupa Ikip Surabaya. Selected Group Exhibition(s) 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. Menjadi Indonesia, bersama Studio Kayan, gedung Arsip Nasional. Fantasy Object, Gallery Millenium. Hari Air, Taman Kota Bumi Serpong Damai Tangerang. 2008 : Setelah 20 Mei, Jogja Gallery, Yogyakarta. Jakarta Art World, Galeri Pasar Seni Ancol, Jakarta. The Silence of City, Denindo Art House, Jakarta. Indonesia Today, Linda Gallery, Singapore. 2007 : Seni Rupa Nusantara, Demi Ma(sa), Galeri Nasional, Jakarta. Serabut “Keseimbangan”, Rumah Seni Gudeg Citra Raya, Tangerang. 2006 : Bursa Seni Lukis, Pasar Festival Kuningan, Jakarta. Tangerang Art Festival, PEMKOT, Tangerang. Dari Cela Pabrik, Rumah Seni Gudeg Citra Raya, Tangerang. 2005 : Pameran Ragam Hias Banten, Serang. Pameran Menggalang Dana Bantuan Alam Aceh, Galeri Nasional, Jakarta. Tangerang Art Festival, PEMKOT, Tangerang. 3 + 3 = ?, Rumah Budaya Titik Hijau Gading Serpong. Dari Negeri Pabrik, Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. 2004 : Tangerang Art Festival, Mall Metropolis, Tangerang. Kembalikan Pada Warna, Balai Budaya Tangerang. Exhibition in Memory, Germany School BSD, Tangerang. Sanggar Kuas, Lipo, Karawaci. 2003 : Goresanku Tangerangku, PEMKOT Tangerang. 2002 : Jambore Seni Lukis Ancol, Jakarta. 2000 : Pameran Bersama, Delta Plaza, Surabaya. 1998 : Pameran Bersama, Bebas Bicara, DKS. Pameran Bersama dan Pasar Seni 1, 2, dan 3, DKS. Warna-Warna, Hotel Westin, Surabaya.

Sumartono

Education : ISI Yogyakarta [2000] Selected Group Exhibition : 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. COMPOSING IMAGE, Pure Art Space Jakarta. Up & Hope, D’Peak Art Space Jakarta. JAF # 2 [Jogja Art


Fair] di Jogjakarta. 2008 : Pameran Bersama * 10 # , Taman Budaya Yogyakarta. 2007 : “ Kepala Berisi “, Rumah Budaya, Tembi, Yogyakarta. THE TOWER, Hotel Aris, Yogyakarta. 2005 – 2006 : Pameran Bertiga “JAGO” di Erasmus Huis Jakarta. Pameran Bersama, Green Art space Western Australia. 2004 : Pameran Bersama, Purna Budaya “The Door” Jogjakarta. 2003 : Nuansa Seribu Warna, Gedung Nalendra, Ungaran. Menata Ulang, Plasa Simpang 4, Semarang. 2002 : “Membuka”, Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Pameran Bersama di Apartemen & Family Yogyakarta. 2001 : Pameran Sketsa, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Vredeburg, Yogyakarta. “Barcode”, FKY XVI, Taman Budaya, Yogyakarta. “Lustrum V”, ISI Gallery, Yogyakarta. “Pesepsi Dalam Vibrasi”, Edwin Gallery, Jakarta. 2003 : “Pratisara Affandi Adhi Karya”, ISI Gallery, Yogyakarta. “Reply”, FKY XV, Taman Budaya”, Yogyakarta. “PJKA, Kereta 2000”, Benteng Vredeburg, Yogyakarta. 2002 : “Kata Rupa Rupa Kata”, Gelaran Budaya, Yogyakarta. “Sepiring Indonesia”, Gelaran Budaya, Yogyakarta. “FKY XIV”, Taman Budaya, Yogyakarta. “Kamar Kecil”, Akseri Gallery, Yogyakarta. “Peksiminas”, Akseri Gallery, Yogyakarta. 2001 : “Dies Natalis ISI XVII”, ISI Gallery, Yogyakarta. “FKY XIII”, Benteng Vredeburg, Yogyakarta.

Performance Art [ Dilakukan bersama dalam kelompok BOCOR ALUS urban performa] 2007 : “Djojo Ndoenjo”, Perfurbance #3, Gemblangan Bantul, Yogyakarta. 2006 : “Melepas Burung Gapura #2”, Jogja National Museum, Yogyakarta. “I Want Candy”, Perfurbance #2, DPRD Yogyakarta. “Lesteringgo”, Galeri Biasa, Yogyakarta. 2005 : “Sound Performance”, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta. “Anak Pecahan Kondom #3”, Malioboro, Yogyakarta. 2004 : “Anak Pecahan Kondom #2”, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta. 2003 : “Broken White #2”, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta. “Broken White #1”, Rumah Seni Muara, Yogyakarta. “Satu Jam Bersama WIKI”, FSR ISI, Yogyakarta. “Melepas Burung Gapura #1”, FSR ISI, Yogyakarta. 2002 : “Blue Wibowo Adi Utama Dinner”, Purna Budaya, Yogyakarta. “Kebetulan Kelamin”, FSR ISI, Yogyakarta. Pemalang, Jawa Tengah. April 5, 1980. Education: 2000 – 2007 FSR, Institut Seni “Anak Pecahan Kondom #1”, Benteng Vredeburg, Yogyakarta. “Tertawa Itu Tidak Indonesia Yogyakarta Univarsal”, Benteng Vredeburg, Yogyakarta. 2001 : “Monumen Kutu Air”, Griya KR, Yogyakarta Selected Group Exhibitions 2009 : Urban Behaviour, Philo Art Space, Jakarta. “The Dream” (The Power of Award Dream), Tujuh Bintang Art Award, Jogja Nasional Museum. “Borderless World”, 2009 : 54 Nominator Karya Terbaik Tujuh Bintang Art Award 2009 Second Anniversary Sri Sasanti Gallery, Taman Budaya Yogyakarta. “How Art 2005 : Best (3) Three Painting of Pratisara Affandi Adhi Karya 2005 Lives”, FKY XXI, Benteng Vredeburg Yogyakarta. “I Report, I Decide”, Tujuh 2003 : 7 Top Finalist Pratisara Affandi Adhi Karya 2003 Bintang Art Space, Yogyakarta. 2008 : “5 + 4 = nine”, Roemah Roepa, Jakarta. 2002 : Nominated for 23 Top Finalist of Peksiminas “Art Between Us”, A Geneng Art Project, Tembi Art Contemporary, Yogyakarta. 2001 : Winner of Total Fina ELF E&P Painting Competition “Jogja Art Fair #1”, Taman Budaya Yogyakarta. “Daya Per-empu-an”, Art2Art Gallery, Jakarta. “Banalitas Urban”, BYAR Creative Industry, Semarang. “Komedi Putar”, Jogja Gallery, Yogyakarta. “A Beautiful Word”, V Art Gallery, Yogyakarta. “Harlequin”, Langgeng Gallery, Magelang. 2007 : “Here We Come”, Sangkring Art Space, Yogyakarta. “Porthofolio”, Jogja Gallery, Yogyakarta. “Test Space”, Sangkring Art Space, Yogyakarta. “Soulmate”, Philo Art Space, Jakarta. 2006 : “Young Arrows”, Jogja Gallery, Yogyakarta. “Homage 2 Homesite”, Jogja National Museum, Yogyakarta. “Scene of (Wo) Man”, One Gallery, Jakarta. 2005 : “Pratisara Affandi Adhi Karya”, ISI Gallery, Yogyakarta. “Pratisara Affandi Adhi Karya”, Soka Gallery, Jakarta. “Aku Bermain Maka Aku Ada”, National Gallery, Jakarta. “Refresh”, Lana Gallery, Yogyakarta. 2004 : “Hono(u)rable Obsession”, Benteng 27


This catalogue is published in conjunction with a Group Painting Exhibition of Donny Paul I Enrico Soekarno I Hadi Soesanto I Jazz Pasay I M. Febriandy Robi Fathoni I Sugihartono I Sumartono I Wibowo Adi Utomo

Colophon

I

Ojite Budi Sutarno

I

October 23 – November 8, 2009 @ Philo Art Space Jl Kemang Timur 90 C South Jakarta 12730 Indonesia t/f: (62 21) 719 84 48 m: +62 811 10 60 47 e: philoartspace99@gmail.com Curator: Tommy F Awuy Special thanks : Bagus Takwin, Donny Paul, Enrico Soekarno, Hadi Soesanto, Jazz Pasay, M. Febriandy, Ojite Budi Sutarno, Robi Fathoni, Sugihartono, Sumartono, Wibowo Adi Utomo Photography of Artworks: Doc. Philo Illustration, Graphic Design: Trizno Published by Philo Art Space 021/2009

Copy Rights Š Philo Art Space All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photography, recording or otherwise, without the written permission from Philo Art Space

28


Jl. Kemang Timur 90 C South Jakarta 12730 Indonesia t/f: (62 21) 719 84 48 m: +62 811 10 60 47 e: philoartspace99@gmail.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.