PRA-EKSPEDISI PENELUSURAN GUA PALAWA UNPAD
1
KRONIK SURVEI Senin, 12 Mei 2014 Pagi itu sekretariat sudah ramai dengan lalu lalang para anggota muda yang baru saja selesai melakukan bina jasmani. Senin pagi ini merupakan hari keberangkatan tim survei ekspedisi World Gigantic Cave Expedition II (WGCE II). Tim tersebut terdiri dari Polin dan Stefanus. Sekitar pukul 07.30 sebenarnya tim sudah siap untuk berangkat, namun keberangkatan terhambat karena kebutuhan proposal masih dalam perjalanan bersama Axel.
Sesampainya Axel di sekretariat, tim langsung bergegas mem-packing kembali seluruh peralatan dan menuju ke halaman sekretariat. Pukul 08.10 tim akhirnya berangkat sebelum dilepas oleh doa dan teriakan semangat ala perhimpunan. Sebelum menuju travel Damri, kami terlebih dahulu membeli kebutuhan snack dan bekal makan pagi untuk dibandara. Pukul 08.45 tim berangkat menuju Bandung menggunakan travel Damri, kondisi didalam bus sangat kosong dan hanya terisi oleh tim. Pukul 09.50 kami sampai diperempatan istana plaza dan langsung menyambung dengan angkot sebelum sampai di bandara Hussein Sastranegara. Pukul 10.15 tim langsung cek in dan membayar airport tax. Sambil menunggu keberangkatan, tim membuka bungkusan bekal makan pagi lalu menyantapnya. Pukul 11.40 pesawat take off dan baru sampai pukul 14.40 (WITA) di bandara Changi, Singapore. Setibanya di Singapore, tim mengelilingi negara tersebut dengan menggunakan MRT sambil menghabiskan waktu transit yang cukup lama, kurang lebih 17 jam. Setelah mengeliling tempattempat tertentu, kami balik ke bandara pukul 23.00 kemudian dilanjutkan istirahat dan makan malam.
Selasa, 13 Mei 2014 Tim terbangun dikursi tidurnya, pukul 05.00 tim bergegas menuju kamar mandi, dan langsung ke counter tiger air untuk menukar tiket dengan boarding pass. Pukul 07.05 tim take off menuju bandara Tan Son Nhat dan sampai pada pukul 08.15, waktu di Vietnam sama dengan Waktu Indonesia bagian Barat (WIB). Tim langsung menuju ke counter money exchange dan menu-
kar US$ dengan Dong (VND). Mata uang Vietnam lebih rendah dari Indonesia, 2000 dong sama dengan 1.100,- rupiah. Kemudian tim melanjutkan perjalanan ke stasiun Saigon menggunakan bus n o 152 tujuan Tan Son Nhat – Ben Than. Pukul 10.00 tim sampai di Ben-Than dan menghabiskan waktu selama 40 menit untuk adaptasi dan orientasi medan. Ben-Than merupakan pusat keramaian di Saigon, disana terdapat taman yang luas dan banyaknya pasar dan toko-toko yang sering dikunjungi turis asing. Suhu di kota Saigon sangat panas, mencapai 38° C. Tim kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan becak, dan sialnya tim tertipu, tim harus membayar sebanyak 400.000 VND untuk dua orang, berbeda dengan kesepakatan diawal. sSesampainya di stasiun Saigon, tim langsung membeli tiket menuju Dong Hoi, stasiun terdekat dengan Taman Nasional Phong Nha-Ke Bang. Di Vietnam stasiun artinya “GA�, contoh: GA SAI GON, GA HA NOI dan seterusnya. Tim mendapatkan tiket pukul 19.00. Setelah membeli tiket, tim lalu keluar stasiun untuk makan. Karena merasa masih punya waktu banyak, tim lalu berinisiatif menuju kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI). Tim berjalan mulai pukul 13.10 dari depan stasiun, dan baru sampai pukul 13.50 di depan kantor KJRI. Disana tim menunggu selama sepuluh menit, karena kantor baru dibuka setelah istirahat siang pukul 14.00. Tim dijamu dengan ramah oleh Bu Dewi dan Bu Susan selaku Pensosbud di KJRI Ho Chi Minh. Disana tim menyampaikan rencana dan maksud kegiatan, pihak KJRI banyak memberikan masukan dan komentar mengenai birokrasi di negara Vietnam. Sekitar pukul 15.10 setelah selesai berbincang dan mengakhirinya dengan foto bersama, tim keluar dari kantor KJRI dan menuju taman kota untuk beristirahat. Tim 2
Pho adalah sejenis mie putih yang terbuat dari beras. Makanan ini banyak ditemukan dan digunakan sebagai sumber karbohidrat.
menghabiskan waktu selama 2 jam untuk menyantap snack dan rebahan di kursi taman. Pukul 17.00 tim begegas menuju stasiun Saigon dan membeli perbekalan ditengah perjalanan untuk persiapan selama di kereta. Pukul 18.30 tim sudah cek in ke kereta, di Vietnam penumpang tidak bisa seenaknya menunggu diperon stasiun. Penumpang dikehendaki masuk ke area stasiun ketika kereta yang dituju sudah datang. Kondisi kereta yang ditumpangi tim lumayan nyaman, kebetulan tim mendapatkan kelas soft seat, kalau disandingkan dengan kereta di Indonesia, sama halnya dengan kelas bisnis. Ada beberapa kelas penumpang yang ditawarkan, yaitu; hard seat, hard seat w/ air conditioner, soft seat, dan soft sleeper. Perbedaan harga tiap kelas lumayan jauh. Sesuai dengan jam keberangkatannya, pukul 19.00, kereta pun melaju dari stasiun Saigon dengan tujuan akhir stasiun Hanoi. Kelebihan dari kelas soft seat yaitu kursi busa, AC dan terdapat televisi yang menjadi hiburan para penumpng kereta. Kegiatan didalam kereta dihabiskan tim dengan menyantap makan malam, membaca buku, menonton televisi dan diakhiri dengan tidur.
3
Rabu, 14 Mei 2014 Hari ketiga tim masih menghabiskan waktu dikereta, tim hanya mengisi perut dengan snack bekal dan es krim yang dibeli didalam kereta. Selama perjalanan, tim memandangi pemandangaan nan indah sepanjang perjalanan. Kebetulan jalur kereta melaju di pinggir timur Vietnam, sehingga pemandangan pantai dan laut Cina Selatan terpampang indah. Sesampainya di stasiun Dong Hoi pukul 17.30, tim beradaptasi terlebih dahulu. Suasana kota Dong Hoi sangat sepi, Cuacanya panas. Kota Dong Hoi terletak di tengah-tengah Hanoi dan Saigon, semakin ke utara, semakin sulit menemukan orang yang bisa berbahasa Inggris. Pada setiap tempat yang penuh keramaian seperti stasiun contohnya, sering ditemukan wi-fi sehingga tidak sulit untuk berkomunikasi. Tidak lama setelah mendapat akses wi-fi dan memberi kabar ke sekretariat, tim langsung keluar stasiun dan berkeliling kota Dong Hoi untuk mencari hotel. Tim keliling sekitar stasiun dan merasa sudah semakin jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota, tim kembali berjalan kearah stasiun dan menginap di hotel terdekat. Tim memutuskan untuk memilih hotel Hoanghai setelah mempertimbangkannya dengan hotel-hotel yang sebelumnya dikunjungi. Tarif hotel termasuk murah, hanya 200.000 dong untuk satu kamar, sudah dilengkapi AC, kamar mandi dalam, dua buah kasur dan kipas angin. Setelah mandi dan beres – beres pukul 20.05 tim keluar hotel untuk mencari makan. Tim memilih untuk makan pho, yaitu sejenis mie putih yang terbuat dari beras. Makanan ini banyak ditemukan dan digunakan sebagai sumber karbohidrat, lauknya adalah ayam yang yang sudah disisir, disebagian tempat dilengkapi dengan pilihan lauk yang lebih bervariatif. Setelah makan, tim
langsung kembali ke hotel, dan melanjutkan kegiatan dengan briefing singkat sebelum tidur.
Kamis, 15 Mei 2014 Tim bangun pukul 08.15 dan baru check out dari hotel pukul 10.00. Tim berencana meminjam motor di hotel tersebut untuk menuju TN PNKB, namun karena tidak berani meninggalkan paspor sebagai jaminan, tim melanjutkan perjalanan ke terminal Ben Xe Namly sekitar 30 menit berjalan dari stasiun Dong Hoi. Sesampainya di terminal Ben Xe Namly tim harus menghadapi kenyataan kalau bis baru berangkat pukul 13.30. Tim lalu memutuskan untuk kembali ke hotel, dan meminjam motor dengan meninggalkan paspor. Tim menempuh jarak sepanjang 68 km dengan membutuhkan waktu selama 40 menit. Jalan menuju TN PNKB sangat lengang dan tidak terlalu banyak belokan. Sesampainya di TN PNKB pukul 12.08 tim makan di warung makan sekitar kantor taman nasional. Harga makanan tidak jauh berbeda dengan tempat makan yang lokasinya bukan ditempat wisata. Sehabis makan, tim langsung menuju kantor taman nasional dan melakukan pemaparan kegiatan yang tim rencanakan. Tim melakukan negoisasi dengan Mr. Nguyen Lee Chieu. Namun hasil yang didapat sangat mengecawakan, apa yang beliau paparkan sama dengan data yang tim ketahui sebelum berangkat ke Vietnam. Tarif 3000 US$ tidak bisa dipangkas lagi, selain itu gua Han Son Doong sudah full booked sampai tahun 2015. Tim dianjurkan oleh beliau untuk menuju ke kantor Oxalis Adventure untuk mengetahui lebih jelas mengenai gua tersebut. Kemudian tim langsung bertolak menuju Oxalis Adventure yang jaraknya hanya sekitar 5 menit meng4
gunakan motor. Awalnya tim disambut dengan pegawai yang berkewarganegaraan lokal, sebelum Mr. Luke Ford yang menjabat sebagai manager datang. Senada dengan apa yang diucapkan oleh Mr. Nguyen Lee Cieu, Mr Luke Ford pun tidak bisa memperbantukan apa-apa, mereka mamaparkan harga 3000 US$ tersebut sangat besar karena memang membutuhkan banyak perbekalan dan membutuhkan sekitar 30 orang untuk kepanitiaan. Mereka harus membayar ke pemerintahan, taman nasional, warga setempat, keamanan dan lain-lain.
Jumat, 16 Mei 2014 Jumat pagi yang cerah dengan suasana dingin pagi yang belum lekas hilang, tim telah tiba di Hanoi. Hanoi merupakan ibukota Vietnam dan layaknya seperti kebanyakan ibukota pada umumnya, tempat yang padat dan ramai. Cuaca di Hanoi tidak begitu panas dan gerah dibandingkan daerah-daerah yang ke arah selatan, seperti Dong Hoi dan Ho Chi Min City. Setibanya tim di Stasiun Hanoi, tim beristirahat sambil memikirkan tindak lanjut berikutnya. Awalnya tim ingin melanjutkan perjalanan hingga ke kota paling utara Vietnam, Lao Cai dan Sapa. Namun ti-
Setelah puas mendapat penjelasan dari pihak taman nasional dan Oxalis AdGALLERY 1.1 Ga Ha Noi vanture, kami istirahat sejenak untuk memikirkan langkah berikutnya setelah survei perjinan tidak sesuai dengan harapan. Tim akhirnya pulang kembali ke penginapan yang berdekatan di stasiun. Setelah mengembalikan motor, tim kembali ke stasiun untuk menentukan langkah berikutnya. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Ibukota, harapanya dapat mengunjungi kota paling utara Vietnam, Lao Cai dan Sapa. Tim berangkat menggunakan kereta pukul 20.30, kereta terlambat 1 jam 15 menit dari jadwal yang Hanoi merupakan ibukota Vietnam dan layaknya seperti seharusnya. Sepanjang perjalakebanyakan ibukota pada umumnya, tempat yang padat dan nan, tim manfaatkan hanya unramai. tuk istirahat, mencari aksesbilitas dan destinasi menarik ketika tiba di Hanoi. dak sempat karena kereta pagi telah berangkat ketika tim tiba di Hanoi dan kereta selanjutnya pada malam hari. Jika tetap berangkat, maka ti-
5
dak akan sempat pulang ke Ho Chi Min City tepat sesuai dengan waktu yang tersedia. Sambil memikirkan rencana selanjutnya untuk jalan-jalan seputar Hanoi, tim berkeliling sekitar stasiun dan singgah ke kedai kopi untuk menikmati kopi di pagi hari. Hiruk pikuk ibukota sudah terlihat sejak pagi. Kendaraan yang lalu lalang begitu banyak dengan lebih dominan kendaraan bermotor dua, gerai toko-toko satu persatu telah dibuka, masyarakat yang sudah keluar berhamburan mencari sarapan sebelum bekerja, dan bis-bis yang penuh dengan penumpang. Akhrinya tim memutuskan hanya jalan-jalan sekitaran stasiun dan tempat yang terdekat seperti Ho Kiem Lake dan Hanoi Old Quarter. Selesai menikmati kopi pagi, tim menukar kembali dolar AS, untuk membeli tiket kereta pulang karena di stasiun hanya menerima mata uang setempat. Setelah membeli membeli tiket pulang ke Ho Chi Minh, tim melanjutkan perjalanan menuju Ho Kiem Lake dan Hanoi Old Quarter. Perjalanan menuju lokasi kurang lebih membutuhkan waktu 40 menit. Ho Kiem Lake merupakan sebuah danau yang dikelilingi taman. Disekitar taman tersebut ada beberapa pedagang kaki lima yang berjualan. Diutara danau tersebut ada sebuah kuil, namun tim tidak sempat untuk mengunjunginya. Tim lebih memilih mengelilingi Hanoi Old Quarter yang tidak jauh dari Ho Kiem Lake, kurang lebih 10 menit. Hanoi Old Quarter merupakan daerah perbelanjaan, mulai dari tas, baju, pernak-pernik, cindera mata, tempat makan, hotel dan lainnnya. Jam 11.00 tim makan siang di sekitar daerah Hanoi Old Quarter, dan setelah itu baru melanjutkan perjalanan balik ke stasiun untuk mengejar keberangkatan pukul 13.00. Sebelum masuk kereta,
sebelumnya tim telah membeli bekal di luar stasiun untuk di makan ketikadi kereta, agar lebih menghemat biaya. Kereta yang tim naik ini, kereta kelas ekonomi dan mendapat gerbong ekonomi pula dengan tempat duduk kayu tanpa AC (Hard Seat). Tim memilih ini untuk mencoba suasana kelas ekonomi dan gerbong ekonomi juga yang memiliki hard seat non AC sekaligus sedikit menghemat anggaran. Tepat pukul 13.00 kereta berangkat sesuai jadwal, semua kursi yang tersedia di gerbong yang tim duduki, terisi penuh namun tidak ada yang berdiri. Suasana kereta tidak berbeda jauh seperti di Indonesia, tapi di Indonesia semuanya sudah ber-AC walaupun kelas ekonomi. Sepanjang perjalanan, banyak penumpang naik turun silih berganti dan tidak sedikit pedagang luar yang curi-curi masuk untuk menjajakan dagangannya kepada penumpang. Tidak banyak aktivitas yang kami lakukan, hanya ngobrol, melihat pemandangan, dengerin musik, baca dan tidur.
Sabtu, 17 Mei 2014 Hari sabtu, harusnya dinikmati dengan perjalanan yang indah dan menyenangkan, tim habiskan hanya dalam perjalanan di dalam kereta. Pemandangan yang selalu hadir yaitu hamparan sawah yang luas. Bisa jadi sepanjang utara hingga selatan terdapat persawahan pada tiap daerahnya. Walaupun tidak banyak aktifitas, hari itu hari yang melelahkan, karena tidak bisa tidur nyaman di dalam kereta yang berkursikan bangku keras belum lagi dengan gerahnya cuaca. Tidak ada aktivitas menarik yang dapat diceritakan, mau berbicara dengan penumpang lain pun terkendala dengan bahasa karena 6
mereka hanya bisa bahasa setempat.Minggu, 18 Mei 2014
oleh yang akan diberikan pada saudara-saudara yang ada disekretariat. Setelah itu packing seluruh perlengkapan, kemudian check out hotel. Selesai makan siang, tim beristirahat di lobby hotel dan menunggu taksi yang akan membawa kami ke bandara.
Tiba kembali di Ho Chi Min pukul 04.30 setelah melewati perjalanan kereta selama hampir 40 jam. Keluar dari stasiun, tim langsung menuju penginapan yang sudah direncanakan sebelumnya ketika di Bandung sekaligus tempat Pukul lima sore tim sudah tiba di bandara, dan pertemuan dengan kang Bobby dan kang Bais. bersiap keberangkatan menuju singapura pukul Kurang lebih 30 menit perjalanan munuju pen09.00. Kami tiba di Singapura, pukul 00.00 waktu ginapan, dan tim sempat mampir dulu membeli setempat. Setelah tiba di bandara, tim langsung mie instan gelas untuk sarapan sebelum check-in penginapan. GALLERY 1.2 Tim bertemu dengan Kang Bobby Pukul 06.00 tim sudah checkin, langsung menuju kamar dan istirahat. Setelah istirahat 4 jam, tim berkumpul bersama alumni yang sudah janjian untuk bertemu di Ho Chi Minh. Setelah ngobrol bersama kang Bobby dan kang Bais, hari minggu kami jalan-jalan sekitar District 1 yang merupakan kawasan perbelanjaan dan destinasi para turis. Setelah mengelilingi sekitar District 1 yang ramai akan turis, kami makan malam dan kembali beristirahat ke penginapan.
Setelah ngobrol bersama kang Bobby dan kang Bais, hari minggu kami jalan-jalan sekitar District 1
Senin, 19 Mei 2014 Pagi pukul 07.00 tim sudah bangun, mandi dan sarapan. Awalnya tim mengira kang Bobby dan kang Bais belum bangun, jadi tim memutuskan untuk sarapan duluan. Ternyata kang Bobby dan kang Bais sudah bangun lebih pagi dan berangkat mencari kebutuhan untuk pekerjaannya. Pagi itu, tim jalan-jalan kembali untuk mencari oleh-
menuju Lounge E untuk mengurus tiket transit dan setelah itu istirahat sambil menunggu waktu keberangkatan menuju Bandung. Selasa, 20 Mei 2014 Setelah istirahat yang cukup di sofa-sofa yang tersedia di bandara, tim langsung check in keberangkatan di Terminal 2, hanggar 59. Tim ber7
angkat pukul 09.30 waktu setempat dan tiba di bandara Hussein Sastranegara, Bandung, pukul 13.00 WIB. Setibanya di Bandung, tim dijemput oleh Kang Bayu Bharuna dan Kang Dudung. Selesai mengurus administrasi imigrasi, tim pun langsung meluncur ke toko District One milik kang Bayu dkk. Setelah sampai, kami makan siang dan ngobrol tentang perjalanan tim selama di Vietnam. Tim pun sempat ketemu Doni dan Najib, dan menginformasikan juga ada kabar duka yaitu ibunda Rizki Mulia meninggal dunia. Tim ingin langsung ke sana bersama saudara-saudara lain yang ada di sekretariat untuk janjian ketemu di sekitar jalan Soekarno-Hatta, namun ternyata mereka baru berangkat jam 5 sore. Akhirnya tim pulang menuju sekretariat menggunakan anggkot dan tiba di sekretariat sekitar pukul 17.30.
PENUTUP Pelaksanaan kegiatan survei lapangan ini, memberikan informasi jelas mengenai kegiatan ekpedisi yang telah direncakan oleh kami. Sebuah kepastian dari pihak terkait, terutama pihak taman nasional Phong Nha Ke Bang dan Oxalis Advanture, memberikan gambaran pasti kepada kami bahwa ekspedisi yang semula direncanakan tahun ini akan sulit dilaksanakan. Gua Han Son Doong yang akan menjadi target ekspedisi kami, tidak bisa diakses untuk tahun ini maupun tahun depan karena sudah penuh booking (kuota 250 orang per tahun). Alternatif yang diberikan hanya pada tahun 2016 ataupun jika ada ditahun 2015, hanya menunggu yang membatalkan proses booking dari orang lain. Selain itu, dari proses negosiasi dengan pihak taman nasional maupun Oxalis Adventure, san-
gat sulit untuk menurunkan biaya administrasi yang diperlukan. Mereka tetap berpatok pada harga 3000 dolar US per orang walaupun kita sudah menegosiasi untuk beberapa kategori yang bisa disiasati untuk dipangkas biayanya. Seperti biaya peralatan, medis, porter, dan penginapan. Bukan sebuah ekspedisi yang murah untuk dilaksanakan, karena pengelolaan gua tersebut sangat ekslusif dan yang memiliki izin pengelolaan tersebut yaitu pihak swasta, hanya Oxalis Advanture bukan pihak taman nasional yang dikelola pemerintah setempat. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan jika kita ingin melakukan ekspedisi ke Gua Han Son Dong. Tahun 2016 masih memiliki peluang untuk dieksplorasi karena kuota booking masih belum penuh, dan ada kemungkinan gua tersebut akan dikelola secara terbuka oleh pihak taman nasional seperti layaknya gua lain yang ada disekitar taman nasional tersebut sehingga bisa lebih menekan biaya dan tidak terlalu ekslusif. Informasi ini didapat berdasarkan pembicaraan dengan manager Oxalis Adventure-nya, Mr. Luke. Selain itu, dari hasil survei lapangan ini, kita juga mendapat beberapa data tambahan mengenai informasi seputar penginapan di daerah yang disinggahi, biaya konsumsi, biaya transportasi dan aksesbilitas yang diperlukan. Kemudian korespondensi dengan pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Ho Chi Min City, juga memberikan kita peluang kerjasama yang baik dikemudian hari. Pihak KJRI responsif dan memberikan informasi juga bantuan untuk rencana yang semula kita ingin jalankan. Seperti tanggap ketika kita komunikasi sejak masih di sekretariat. Kemudian bersedia ditemui dan menjelaskan kondisi birokrasi pemerintahan Vietnam yang di8
katakan cukup sulit karena pemerintah disana cukup keras dan teliti (strict). Selain itu memberikan informasi peluang kerjasama dengan kementrian luar negeri, melalui direktorat kerjasama fungsional ASEAN untuk sponsorship. GALLERY 1.3 Berpose bersama....
Walaupun awalnya tim berharap dari survei perijinan ini dapat diberikan lampu hijau oleh pihak pengelola dengan kedatangan tim melalui penjelasan maksud dan tujuan, sehingga tim dapat melakukan survei lanjutan yang mencakup secara keseluruhan seperti administrasi lanjutan, angkutan ekspedisi, logistik yang perlu beli di daerah sana dan lainnya. Namun sangat disayangkan tim tidak mendapat lampu hijau, sehingga dengan berakhirnya survei perijinan, maka tim tidak melanjutkan survei lainnya.
Namun sangat disayangkan tim tidak mendapat lampu hijau, sehingga dengan berakhirnya survei perijinan
Dengan demikian, kegiatan yang kita laksanakan ini dalam mengumpulkan data untuk kebutuhan ekspedisi gua terbesar di dunia, Han Son Dong - Vietnam, terlaksana dengan baik walaupun peluang keberangakatan untuk tahun ini maupun tahun depan tidak ada. Tetapi data yang dikumpulkan ini, maupun data kebutuhan lainnnya yang dikumpulkan berdasarkan data sekunder tidak menjadi siasia dan memupus harapan kita untuk melaksanakan ekspedisi. Namun ini menjadi data praktis yang dapat dipergunakan dikemudian hari seperti tahun 2016, jika ingin melaksanakan program besar yaitu penyusuran gua-gua istimewa di Dunia dalam kerangka “World’s Gigantic Cave Expedition�.
Andreas Polin Situmorang
9