Edisi JANUARI 2015 Rp29.900,00
Mitra Investor
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
Strategi
Penguatan Brand Image Bank Syariah
Ekonomi Syariah Poros Tengah Perekonomian Modern
Patrick S. Walujo Partnership Investor Asing
Toraja: Tanah Seribu Pesona Wisata
Meredupnya
investasi syariah Mitra Investor
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
1
2
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
EDITORIAL
Sumber Daya Melimpah Penanganan Parah Ekspektasi publik begitu besar mengingat Pertamina kerap dikaitkan dengan bad practices dalam bisnis migas, melalui apa yang di sebut mafia migas. Apalagi posisi Pertamina dianggap ironis dengan kekayaan sumberdaya migas yang dimiliki Indonesia, sehingga kerap diperbandingkan dengan perusahaan minyak negara-negara lain, termasuk dari negeri jiran, Petronas. Padahal, Indonesia memiliki banyak ahli migas, dan geolog yang ahli di bidang energi tersebut. Sayangnya, para geolog Indonesia ini justru kurang berminat memberi kontribusi membesarkan industri migas Indonesia karena berbagai sebab. Para ahli Indonesia akhirnya lebih banyak berkarir di perusahaan migas tetangga, seperti Petronas, dan banyak perusahaan minyak dunia lainnya. Akibatnya, Pertamina kehilangan banyak sumberdaya terbaik, dan gagal mengembangkan industri migas Indonesia menjadi lebih efisien. Hal itu terlihat pula dari produksi minyak (lifting) yang terus menurun dari tahun ke tahun. Dari total kebutuhan minyak Indonesia sekitar 1,6 juta barel per hari, produksi Indonesia termasuk dari Pertamina hanya mampu memenuhi sekitar 900.000 hingga 1 juta barel per hari. Ujung-ujungnya, Indonesia harus memenuhi kebutuhan minyak dari impor, yang sangat rentan terhadap fluktuasi harga internasional, sekaligus rawan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Belum lagi kapasitas dan kondisi kilang minyak yang dimiliki Pertamina di dalam negeri juga sudah uzur, sehingga tidak efisien. Ini mengakibatkan biaya produksi BBM di Indonesia menjadi mahal dan tidak kompetitif, yang berujung pula pada kerawanan fiskal, karena APBN harus menanggung subsidi yang besar. Itu mengapa, di tengah pertumbuhan ekonomi APBN harus menanggung subsidi yang besar.
Itu mengapa, di tengah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, yang membutuhkan suplai bahan bakar yang kian besar, perekonomian Indonesia selalu menghadapi kerawanan, termasuk defisit transaksi berjalan yang menggerus fundamental ekonomi, sekaligus meruntuhkan kepercayaan pasar. Tugas pemerintah juga tidak mudah mengingat, pergantian pucuk pimpinan Pertamina ini terjadi hanya beberapa pekan setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak, menyusul kebijakan realokasi subsidi BBM yang tambun. Kita tahu, subsidi BBM mendekati angka Rp300 triliun setiap tahun, sehingga pemerintah mengambil kebijakan tidak populer, mengalihkan subsidi BBM ke subsidi di sektor sektor yang lebih produktif dan lebih tepat sasaran. Dalam situasi itulah, Pertamina diharapkan dapat berperan lebih besar, untuk menjadi penghela bagi proses membangun ketahanan energi nasional. Karenanya kita berharap, Dwi Soetjipto dan jajaran manajemen baru Pertamina mampu menghela perusahaan pelat merah itu sebagai bagian inti dari transformasi industri dan bisnis migas di Indonesia, sejalan dengan semangat untuk menjadi lebih efisien, kompetitif, dan transparan. Pertamina seyogianya tidak lagi akomodatif terhadap kepentingan kepentingan politik maupun praktik bisnis yang diwarnai benturan kepentingan. Dengan demikian, industri migas Indonesia mampu menggenjot produktivitas, sekaligus mampu swasembada minyak. Jika itu terjadi, perekonomian akan terhindar dari kerawanan fundamental. Lebih dari itu, negara akan memiliki ruang fiskal yang jauh lebih besar dalam membiayai peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat.
Mitra Investor
@mitrainvestor
Pemimpin Umum ADI PAMUNGKAS, ST Pemimpin Redaksi SURIYA EFFENDI Editorial SURIYA EFFENDI AKMAL BASHORI.SHI Reporter / Penulis AKMAL BASHORI.SHI BERLIANA WIDI SCARVANOVI, S.Psi. RARI NIRWESTI RUPINI, S.H, M.H RIDHA RIKI PANCAHWATI.SE Desainer kreatif HIMAWAN INTRADA, SE Fotografer HIMAWAN INTRADA, SE AKMAL BASHORI.SHI Distribusi PURWANTO Produksi HIMAWAN INTRADA.SE PURWANTO Humas SURIYA EFFENDI RIDHA RIKI PANCHAWATI.SE Promosi dan iklan HIMAWAN INTRADA.SE ADI PAMUNGKAS, ST WIDIATMIKO ARI SAPUTRO, ST Keuangan DESI MAYASARI, SE Sekretaris AYU LESTARI Alamat Redaksi / Usaha JL. MT. Haryono No 970 Ruko Metro Plaza 21 SEMARANG TELP : 024 – 7069 4444 0853 2669 4444 Web : www.mitrainvestor.com Email : support@mitrainvestor.com Kritik dan saran : kritik@mitrainvestor.com Periklana : iklan@mitrainvestor.com Twitter : @mitrainvestor Facebook : mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
3
KILASAN Infrastuktur Dorong Bisnis Tahun 2015 hal... 6
PROFIL Patrick S. Walujo Partnership Investor Asing hal... 18
Pemerintah siapkan saving sukuk di 2016 hal... 7 OJK Ubah Ketentuan Modal Sekuritas hal... 8 Berikut sekuritas yang disuspen sepanjang 2014 hal... 9 Gejolak China dan Yunani Tekan bursa Asia hal... 10 Produk Reksadana Keluaran Baru Ramai di Pasaran hal... 11 Investor Harapkan Pasar Saham Tahun Depan Cerah hal... 12 Pelambatan Ekonomi Tak Surutkan Astra Berekspansi hal...13 Kecanduan Likuiditas Pasar Global Tahun Depan Suram hal... 14 Tahun Depan Pasar Mobil Nasional Masih Lesu hal... 15 4
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
HEAD LINE Strategi Penguatan Brand Image Bank Syari’ah hal... 22
OPINI Pencapaian Target
Ekonomi Syari’ah Poros Tengah Perekonomian Modern hal... 44
Investasi Syariah Meredup
hal... 28
Produk Gemilang Respons Investor Syariah Bimbang
hal... 34
LIFE STYLE Toraja: Tanah Seribu Pesona Wisata hal... 42
ANALISA MENENTUKAN TREN DENGAN Bollinger Bands hal... 48
NEW EVENT MES Roadshow Pasarkan Asuransi Syariah hal... 50
Mitra Investor
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
5
KILASAN Niat pemerintah menggenjot infrastruktur di tahun depan bakal berimbas positif terhadap emiten kawasan industri. Tak heran, emiten sektor ini berani menargetkan penjualan lebih tinggi. Seperti diketahui, tahun ini, penjualan lahan industri melambat, seiring perlambatan industri properti. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) salah satu yang optimistis pada kinerja tahun depan. Perusahaan membidik penjualan lahan industri seluas 60-65 hektare (ha). Sonny Satia Negara, Head of Investor Relation and Corporate Finance SSIA mengatakan, tahun ini perusahaan diperkirakan hanya mampu menjual 22,8 ha lahan. Artinya, target tahun depan meningkat 185% dibandingkan tahun ini. Di awal 2014, SSIA sebenarnya mematok penjualan lahan industri sebesar 65 ha. Lalu, target dipangkas menjadi 40 ha. Pasalnya, lahan industri milik perusahaan terus menciut tanpa ada penambahan lahan. Hingga kuartal III-2014, perseroan hanya mampu menjual 22 ha lahan industri. Pencapaian ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni seluas 73,7 ha. Mengacu pencapaian kuartal III yang masih jauh dari target, Sonny memperkirakan, penjualan sampai akhir tahun ini hanya 22 ha. “Di kuartal IV belum ada penjualan baru. Jadi stagnan,” ujarnya, Jumat (5/12). Untungnya, SSIA masih sanggup meraup tambahan cuan dari kenaikan harga lahan industi. Catatan saja, harga jual lahan industri SSIA di kuartal I-2014 berkisar US$ 110 per meter persegi (m²). Harganya terus naik hingga mencapai US$ 134 per m² di kuartal tiga tahun ini. Tahun depan lahan SSIA sudah lebih siap. Perusahaan sudah mengantongi izin lokasi lahan industri baru di kawasan Subang, Jawa Barat seluas 2.000 ha. Saat ini, SSIA tengah melakukan pembebasan lahan. Ia berharap, dengan kondisi ekonomi domestik mulai stabil bisa mendorong minat investor berinvestasi di lahan
6
Infrastuktur Dorong Bisnis Tahun 2015 industri. Demand akan semakin besar karena lahan sudah siap. Wiliam Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities. mengatakan, perlambatan penjualan lahan industri tahun ini lebih akibat banyak investor wait and see karena kondisi politik. Belum lagi, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan suku bunga acuan turut memperlambat penjualan di akhir tahun. Selain itu ada pengetatan likuiditas di sektor properti. Nah tahun depan, prospek emiten kawasan industri lebih cerah karena terbantu target pertumbuhan infrastruktur. Optimistis suku bunga bisa diturunkan jadi membuat investor lebih siap. Dari sejumlah emiten kawasan industri, William menyukai PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) dan SSIA, karena diversifi kasi bisnis mereka. SSIA bisa menggenjot penjualan dari bisnis
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
konstruksi. Sementara, KIJA diversifikasi bisnis, termasuk pembangkit listrik. Namun, Liliana S. Bambang, dalam riset 22 Oktober 2014, lebih merekomendasikan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) ketimbang BEST dan SSIA. Menurutnya, SSIA dan BEST tidak memiliki suplai lahan yang cukup untuk calon pembeli yang menginginkan lahan di atas 5 ha. “Meski cadangan lahan BEST masih cukup, sebagian besar lokasi lahan tersebut tersebar,” ujarnya. Menurutnya, BEST dan SSIA bisa menjadi pilihan untuk trading, tetapi proyeksi laba perseroan bisa berlanjut turun tahun depan. Maka, ia merekomendasikan buy LPCK dengan target Rp 9.850 per saham. Tahun depan, William merekomendasikan buy SSIA dengan target Rp 1.150 per saham. Lalu, KIJA, BEST, dan LPCK direkomendasikan hold dengan target masing-masing Rp 360, Rp 880, dan Rp 12.600 per saham.
Pemerintah
siapkan saving sukuk di 2016 Sesuai namanya, saving sukuk ritel adalah surat utang syariah jenis ritel yang sifatnya tidak berbeda jauh dengan saving bond. Asal tahu saja, saving bond merupakan surat utang pemerintah jenis ritel yang terbit perdana pada tahun ini. Minimal investasi senilai Rp 5 juta dan harus dipegang hingga masa jatuh tempo selama dua tahun. Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kemenkeu Suminto mengatakan, penerbitan saving sukuk ritel merupakan konsistensi pemerintah mendalami pasar investor surat utang domestik. Menurutnya, nilai emisi surat utang ini diperkirakan sekitar Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun, dengan tenor dua tahun. “Rencananya, kami membuka peluang untuk agen penjual baru, selain bank dan sekuritas,” ujar Suminto. Menurutnya, selama ini, penikmat efek
obligasi ritel merupakan nasabah prioritas dengan kekuatan modal tinggi. Suminto mencontohkan, pembeli Obligasi Negara Ritel (ORI) nominalnya bisa mencapai Rp 500 juta per orang. Meskipun secara aturan memang diperbolehkan. Nah, untuk mengatasi kondisi tersebut, saving sukuk direncanakan bisa dijual di Pegadaian maupun kantor pos. Suminto berharap, dengan perluasan agen penjual tersebut, saving sukuk benarbenar bisa dinikmati oleh investor ritel. “Sehingga benar ada pembeli yang beli saving sukuk cuma sebesar Rp 5 juta sesuai aturan,” ujar Suminto. Namun, rencana penerbitan ini masih terkendala aturan pengadaan agen penjual obligasi negara ritel. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 42/ PMK.08/2014 menyatakan, agen penjual obligasi negara ritel ada-
Mitra Investor
@mitrainvestor
lah perusahaan efek atau bank. “Karena harus membuat aturan baru, maka kami rencanakan, saving sukuk ini baru bisa terbit pada tahun 2016,” ungkap Suminto. Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia Anup Kumar menilai, rencana perluasan agen penjual saving sukuk harus dibarengi dengan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di Pegadaian maupun kantor pos. “Itu sulit. Sekarang karyawan bank di Indonesia Timur saja sulit menjelaskan obligasi. Padahal mereka agen penjual resmi obligasi ritel,” ujarnya. Menurut Kumar, ketimbang memperluas agen penjual, sebaiknya pemerintah fokus pada perluasan edukasi masyarakat. Bisa saja pemerintah memaksa agen penjual berupa bank dan sekuritas melakukan sosialisasi di wilayah yang masyarakatnya belum mengenal instrumen obligasi.
support@mitrainvestor.com
7
KILASAN
Ubah Ketentuan Modal Sekuritas
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan membuat ketentuan baru terkait modal kerja bersih disesaikan (MKBD) yang harus dipenuhi oleh perusahaan efek. Wasit pasar keuangan ini akan membedakan ketentuan MKBD perusahaan efek yang merupakan anggota bursa (AB) dengan sekuritas non-AB dan hanya yang menjadi anggota kliring (AK). Saat ini, OJK masih menyusun kajian mengenai hal tersebut.
Nurhaida, Kepala Ekesekutif bidang Pasar Modal OJK menuturkan “Kami akan mengenalkan general clearing member (GCM) atau anggota kliring. Ketentuan modal akan berbeda,� ujarnya. Jadi, ketentuan MKBD perusahaan sekuritas yang hanya menjadi anggota kliring (AK) namun bukan AB lebih kecil dari perusahaan efek dengan status
8
AB. Ia belum mau membeberkan mengenai besaran MKBD untuk masingmasing jenis perusahaan efek tersebut. Namun, hal ini merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas perusahaan efek, khususnya yang memiliki izin melakukan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun, fungsi lain dari perusahaan efek non-AB ini, kata Nurhaida, bisa sebagai unit pemasaran dari AB guna meningkatkan jumlah investor. OJK menargetkan, aturan ini sudah bisa rilis pada 2016 mendatang. Permodalan memang menjadi isu penting bagi AB. Khususnya, dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Jika ingin bersaing dengan pemain asing di tingkat regional, maka MKBD harus kokoh. Nurhaida juga bilang, ada wacana untuk menaikkan batas minimal MKBD bagi AB. Tetapi, ia belum melakukan pembahasan secara formal mengenai hal ini. Asal tahu saja, berdasakan data BEI, dari 10 broker teraktif berdasarkan nilai transaksi di bursa pada periode Januari-Oktober 2014, sembi-
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
lan diantaranya merupakan broker asing. Mereka adalah Credit Suisse Securities Indonesia, CIMB Securities Indonesia, UBS Securities Indonesia, Deutsche Securities Indonesia, Mayabank Kim Eng Securities, dan CLSA Indonesia. Selain itu ada Morgan Stanley Asia Indonesia, Macquarie Capital Securities Indonesia, dan Merrill Lynch Indonesia. Hanya Mandiri Sekuritas yang mampu bersaing dengan borker-broker asing tersebut. Beberapa sekuritas lokal bahkan ada yang terkena suspen akibat tidak mampu memenuhi batas minimum MKBD. Beberapa diantaranya belum dibuka suspensinya. Berdasarkan Peraturan OJK nomor V.D.5 tentang Pemeliharaan dan Pelaporan MKBD batas minimum MKBD adalah Rp 25 miliar atau 6,25% dari total kewajiban tanpa utang sub ordinasi dan utang dalam rangka penawaran umum atau penawaran terbatas ditambah ranking liabilities.
Berikut sekuritas yang disuspen sepanjang 2014 1. PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas (AAA SEkuritas) Penghentian smentara
5. PT Masindo Artha Securities
2. PT Harita Kencana Securities
6. PT Brent Securities,
kegiatan usaha sebagai perantara pedagang efek dari OJK akibat MKBD tidak memenuhi syarat. Disuspen sejak sesi II perdgangan 3 Desember 2014.
Berdasarkan sistem pusat pelaporan MKBD per 1 Desember 2014 tidak memenuhi ketentuan nilai minimum yang disyaratkan. Harita disuspen sejak sesi I perdagangan 2 Desember 2014.
Per 10 Oktober 2014 MKBD tidak memenuhi syarat dan disuspen sejak perdagangan sesi I 13 Oktobe 2014
Disuspen berdasarkan surat dari OJK mulai sesi perdagangan 22 September 2014
7. PT Majapahit Securities Tbk
3. PT Danatama Makmur
Tidak sesuai aturan OJK No V.D.5 tenatng Pemeliharaan MKBD, posisi 30 Oktober 2014 tidak memenuhi ketentuan. Suspen dilakukan sejak sesi I perdagangan 31 Oktober (suspensi sudah dibuka pada 3 November 2014)
Perusahaan disuspen sebagai perusahaan efek sejak 4 Julli 3014
8. PT Madani Securities 4. PT HSBC Securities Indonesia
Disuspen terkait tidak dipenuhinya Peraturan Bursa Nomor III-A tentang Keanggotaan Bursa terkait persyaratan dan kewajiban perusahaan sebagai Anggota Bursa Efek. Penghentian aktivitas perdagangan dimulai sejak 20 Okt 2014 sesi I.
Mitra Investor
Disuspen sebagai Perantara Pedagang Efek (PPE) sejak 27 Juni 2014
9. PT Amantara Securities
Disuspen pada 21 April 2014, MKBD. Sudah dibuka pada 24 April 2014.
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
9
KILASAN
Gejolak China dan Yunani Tekan bursa Asia
Bursa Asia tertekan pada transaksi perdagangan Bulan kemaren. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.16 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,9% ke level terendah sejak 24 Oktober lalu. Sementara itu, indeks Topix Jepang dan indeks S&P/ASX 200 Australia melorot lebih dari 0,8%. Bursa Asia menurun seiring adanya kecemasan akan pertumbuhan ekonomi China dan outlook politik Yunani. Dua faktor itu menyebabkan permintaan pasar saham global melorot. Faktor lainnya adalah penguatan yen Jepang. Asal tahu saja, pagi ini yen menguat 0,2% menjadi 119,47 per dollar AS setelah perkasa lebih dari 2,2% pada akhir sesi sebelumnya. Sebaliknya, won Korea Selatan malah melemah sebesar 0,3%. Sementara, harga minyak mentah WTI kembali turun untuk hari keempat.
10
Stan Shamu, market strategist IG Ltd di Melbourne menuturkan “Faktor global kembali menjadi pemberat bursa Asia. Yunani menjadi isu utamanya. Sedangkan indeks harga China sepertinya akan menjadi faktor bearish bagi pasar saham hari ini, dan akan menentukan apakah pasar saham China akan bisa pulih dari penurunan kemarin,� jelasnya., Sekadar informasi, Shanghai Composite Index anjlok 5,4% kemarin dari posisi tertingginya dalam 3,5 tahun. Sedangkan Hang Seng Enterprises Index melorot 4,6%.
1. Yunani Tak Ganggu Tren Bullish IHSG Krisis politik pendek yang terjadi di Yunani akibat pemilu nampaknya tidak akan mengganggu tren bullish di IHSG. IHSG terkoreksi minor dalam tren bullish besar dan akan segera kembali
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
menguat pada 15-16 Desember 2014 dengan support pada area 5.090-5.115. Indonesia tidak berada dalam krisis ekonomi demikian juga dengan Amerika sebagai market leader pasar modal dunia yang semakin membaik ekonominya. Oleh karena itu, dampak krisis politik Yunani tidak akan berpengaruh besar dan mungkin hanya bersifat sementara untuk pasar saham Indonesia.
2. Arah IHSG dan Tanggal Pembalikan Planetary Cycle Projection: IHSG akan mengalami koreksi seperti terlihat pada garis hijau namun setelah itu akan dilanjutkan dengan bullish rally kembali menuju all time high yang berpeluang terjadi pada April-Mei 2015. Artinya, koreksi yang terjadi saat ini adalah kesempatan untuk melakukan buy on weakness.
Produk Reksadana Keluaran Baru Ramai di Pasaran
Prospek pasar modal tahun depan diperkirakan lebih cerah. Hal itu yang mendorong manajer investasi getol menyiapkan produk baru. Bahkan, sebagian sudah mencuri start dengan meluncurkan reksadana anyar di pengujung tahun ini. Lihat saja, PT Pratama Capital Assets Management, meluncurkan dua reksadana sekaligus, yakni Pratama Syariah dan Pratama Syariah Imbang pada Rabu (10/12). Pratama Syariah adalah reksadana saham yang berinvestasi pada saham-saham dalam daftar efek syariah. Iwan Margana, Presiden Direktur Pratama Capital Assets Management, mengatakan, produk ini membidik investor yang mencari pertumbuhan investasi maksimal di jangka menengah dan panjang, tapi tetap menerapkan prinsip syariah. Kebijakan investasi produk ini, mengalokasikan minimal 80% aset pada saham syariah di berbagai kondisi pasar. Sisanya, pada pasar uang syariah, seperti deposito syariah dan sukuk syariah bertenor di bawah 1 tahun. Sementara, Pratama Syariah Imbang merupakan jenis campuran yang berinvestasi si efek saham syariah, obligasi syariah, dan pasar uang syariah. Produk ini menyasar investor yang menginginkan potensi pertumbuhan optimal dalam jangka menengah. Di kedua produk tersebut, pemilihan aset saham fokus
pada 30 saham yang termasuk daftar efek syariah dan memiliki potensi pertumbuhan tinggi di jangka menengah atau panjang, valuasi rendah, keunggulan kompetitif serta kualitas bisnis sehat. Adapun, pemilihan obligasi syariah dan pasar uang syariah, memperhatikan tingkat likuiditas dan imbal hasil. “Tujuannya mengurangi volatilitas pada portofolio saham,� jelasnya. Setahun pertama, Pratama Syariah mengincar dana kelolaan Rp 500 miliar, sementata Pratama Syariah Imbang senilai Rp 250 miliar. Pemain lain yang bersiap meluncurkan produk anyar yaitu CIMB Principal Asset Management, yang akan menawarkan reksadana saham CIMB Principal SMART Equity Fund mulai 18 Desember mendatang. Perusahaan telah mengantongi persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 18 November lalu. Presiden Direktur CIMB Principal Asset Management Fajar R Hidajat bilang, reksadana ini mengusung strategi merotasi sektor saham yang alokasinya disesuaikan antara sektor siklikal dan defensif sesuai perubahan siklus pasar. Sektor siklikal adalah sektor yang berkorelasi dan bergerak searah siklus ekonomi. Misalnya, otomotif, keuangan, komoditas, logam, properti, dan semen. “Performa sektor ini cenderung lebih tinggi dibanding sektor defen-
Mitra Investor
@mitrainvestor
sif ketika ekonomi sedang ekspansi,� kata Fajar, Kamis (11/12). Sedangkan, sektor defensif tidak berkorelasi dengan siklus ekonomi, seperti consumer, staples, ritel, utilitas, telekomunikasi, dan jalan tol. Ketika perekonomian menurun, sektor ini lebih stabil. Chief Investment Officer CIMB Principal Asset Management Cholis Baidowi bilang, saat ini pihaknya menetapkan 60% aset di sektor siklikal dan 40% di defensif. Ia mengklaim, dengan sistem rotasi, produk ini akan mampu menghasilkan kinerja positif dalam segala kondisi. Buktinya, kata Cholis, mengacu backtest, secara year to date hingga September 2014, produk ini mencatatkan return 25%. Pencapaian tersebut unggul dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya naik 19%. Ia optimistis, kinerja reksadana ini akan cemerlang, apalagi IHSG diperkirakan mencapai level 6.200 pada tahun depan. Produk ini ditargetkan meraup dana kelolaan sekitar Rp 300 miliar. Saat ini, komitmen yang masuk antara Rp 50 miliar hingga Rp 75 miliar. PT Ciptadana Asset Management juga tengah menyiapkan produk anyar. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, Ciptadana akan menerbitkan dua reksadana saham, yaitu Cipta Beta Equity dan Cipta Alpha Equity.
support@mitrainvestor.com
11
KILASAN
$
Harapkan
Pasar Saham Tahun Depan Cerah Hanya tinggal menghitung hari, para pelaku pasar modal untuk memasuki perdagangan baru di tahun 2015. Sebagian besar analis saham menaruh harapan positif untuk pasar saham tahun depan karena diperkirakan banyak sentimen positif penggerak pasar saham serta gejolak tahun politik sudah memasuki masa stabil. Di sisi lain, janji-janji pemerintahan baru secara perlahan mulai teralisasi pada 2015. Berbekal sentimen ini, diharapkan para analis mampu mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun depan menembus hingga 6000, bahkan targetnya sampai 6300 di pengujung tahun. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan. “Pasca dikeluarkannya kebijakan fiskal maupun moneter yang dikeluarkan pemerintah dan Bank Indonesia, diyakini akan memperbaiki fundamental ekonomi yang lebih menyeluruh,” tutur Haryajid Ramelan, di Jakarta,baru-baru ini. Diketahui, IHSG pada penutupan perdagangan Selasa (16/12) melemah terhempas 82,404 poin (1,61 persen) ke level 5.026, sementara Indeks LQ45 tersungkur 17,049 poin (1,94 persen) ke level 862,083, sedangkan level terendah yang pernah diduduki indeks pada posisi 5.005. Sementara itu, transaksi investor asing sampai akhir perdagangan tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai 1,245 triliun rupiah. Perdagangan hari kedua, pekan ini, berjalan ramai dengan frekuensi transaksi sebanyak 347.762 kali dengan vol-
12
ume 8,345 miliar unit saham senilai 7,502 triliun rupiah. Tercatat sebanyak 67 saham mengalami kenaikan, dan 262 saham turun harganya, serta 56 saham stagnan. Haryajid Ramelan mengatakan pergerakan positif pasar ditopang seluruh sentimen positif dari indikator makro ekonomi di tahun 2015. Hal ini bakal mendorong laju IHSG untuk menembus level 6.300 di pengujung tahun depan. Sejauh ini, pasar sudah merespons positif kebijakan fiskal berupa kenaikan harga BBM, maupun kebijakan BI yang menaikkan suku bunga acuan ke level 7,75 persen. Kendati, di lain sisi mendekati akhir tahun ini inflasi bakal naik, pasca kenaikan harga BBM. “Potensi kenaikan inflasi akibat kenaikan harga BBM mendapat apresiasi pasar meski kebijakan fiskal ini berpotensi melemahkan laju pertumbuhan ekonomi. Dan rupiah juga mengapresiasi positif kebijakan fiskal itu,” ujarnya. Kendati dua kebijakan ini direspons positif, menurutnya kondisi ini justru sedikit mengganggu kinerja sektor properti jangka pendek. Sektor properti akan melemah, tetapi pelemahannya mungkin tidak berlangsung lama, sekitar 3-4 bulan saja. Dari itu, sekitar 20 persen dari total 502 emiten di pasar modal domestik yang memiliki prospek menjanjikan. Sementara itu, Managing Partner PT Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, mengatakan IHSG diperkirakan di tahun depan akan berada di level 6.000. “IHSG akan rebound pasca adanya laporan keuangan. Kenai-
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
kan IHSG biasanya akan terjadi di bulan Januari sampai April dan di bulan Mei akan turun, dan naik kembali di bulan Juni,” katanya. Di sisi lain, inflasi di tahun 2015 year on year (yoy) akan berada di level 5,5 persen. Menurutnya, angka tersebut bisa diperoleh selama pemerintah dapat mengendalikan hargaharga yang ada di pasar. “Dan di awal tahun pada bulan Januari, inflasi akan melandai sekitar 1,5–1,7 persen. Dan di bulan Februari akan turun dan ini akan terjadi deflasi,” imbuhnya. Chief Investment Officer CIMB Principal Asset Management (CPAM), Cholis Baidowi, memprediksi pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar AS masih terus berlanjut. Pelemahan nilai tukar ini, Cholis berkilah, tidak terlalu memengaruhi kinerja pasar modal Indonesia. Dia berpandangan fundamental ekonomi Indonesia yang masih positif ke depannya. “Dampak negatifnya tidak terlalu memengaruhi pasar modal. Jangan khawatir dengan pelemahan rupiah karena memang biasanya rupiah mengalami pelemahan di akhir tahun, dan akan kembali menguat di minggu kedua tahun depan,” tuturnya. Cholis juga menambahkan pelemahan mata uang rupiah juga seiring dengan depresiasi pada nilai tukar di negara kawasan Asia, seperti ringgit Malaysia, yuan Tiongkok, won Korea, dan rupee India. “Mata uang rupiah termasuk yang tidak terlalu dalam tekanannya dan masih cukup stabil, yang melemah paling dalam itu mata uang India,” katanya.
$
Pelambatan Ekonomi Tak Surutkan
Perlambatan sektor otomotif tak membuat PT Astra Intenational Tbk (ASII) berhenti berekspansi. Melalui anak usahanya, PT Astra Honda Motor (AHM) ASII mengoperasikan pabrik keempat di Karawang, Jawa Barat. Pabrik baru ini bakal memproduksi 1,1 juta unit sepeda motor setahun. Pabrik ini akan memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor di ASEAN. Pabrik tersebut dibangun di lahan seluas 84 hektare dengan nilai investasi Rp 3,3 triliun dan akan memproduksi sepeda motor Honda tipe skutik (skuter). AHM juga tengah membangun pabrik kelima di areal yang sama dengan estimasi kapasitas produksi mencapai 500.000 unit per tahun dan diharapkan selesai Agustus 2015. Sehingga total kapasitas pabrik AHM pada 2015 mencapai 5,8 juta unit dari total kapasitas tahun ini. Nilai investasinya Rp 1,9 triliun. Chandra Pasaribu, Analis Indo Premier Securities dalam riset 12 Desember 2014 mengatakan, pabrik baru tahun depan akan memproduksi motor sports seperti CBR250, CBR 150 dan CB150R. Menurut dia, pasar motor sport tengah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir didorong daya beli masyarakat. Hingga September 2014, penjualan motor mencapai 6,1 juta unit atau naik 4,6% year on year (yoy). Motor sport tumbuh 7,4% yoy dan skuter tumbuh 9% yoy. Menurut Chandra, paling tidak, pabrik baru yang akan dibangun ASII tahun depan ini akan memenuhi kebutuhan konsumen dan bisa meraih tambahan pangsa pasar. Chandra bilang, saat ini pasar sepeda motor memang sudah jenuh dan hanya mampu tumbuh single digit. Sebelumnya, Honda memang berhasil menguasai pang-
sa pasar dengan menggenjot segmen skuter. “Pasar memang sudah beralih ke skuter dan mungkin akan beralih lagi ke segmen motor sport,” ujar dia. Meski gencar ekspansi, Leonardo Henry Gavaza, Analis Bahana Securities menilai penambahan kapasitas yang dilakukan ASII belum banyak menopang pertumbuhan pendapatan di tahun depan. Leonardo melihat, pasar otomotif baik roda empat maupun roda dua masih diliputi sentimen negatif seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Tak pelak, pertumbuhan pendapatan ASII dari segmen ini masih akan terbatas. Persaingan yang ketat di pasar juga akan memberikan dampak yang besar bagi margin di sektor otomotif. Leonardo memperkirakan, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih ASII di tahun depan tak akan jauh berbeda dari tahun ini, yakni tumbuh 4%. “Dari segmen roda dua, motor skuter lebih banyak mendorong pendapatan ASII,” ujar dia. Leonardo memperkirakan, pangsa pasar sepeda motor ASII hanya bertahan di 62%. Pelemahan margin dari sektor otomotif juga tak tertolong dari segmen lainnya, seperti komoditas dan alat berat. “Semua lini usaha ASII masih terpuruk,” kata dia Analis Ciptadana Securities Arief Budiman memperkirakan, pendapatan ASII tahun depan hanya akan naik tipis dari Rp 200,7 triliun di 2014 menjadi Rp 208,2 triliun. Sementara laba naik dari Rp 19,9 triliun jadi Rp 20,5 triliun. Karena itu, Arief masih merekomendasikan hold di Rp 7.500. Leonardo merekomendasikan, reduce di Rp 6.600. Namun, Chandra menyarankan, buy di Rp 9.100. Saham ASII naik 1% ke Rp 7.075.
Mitra Investor
@mitrainvestor
Astra
Berekspansi
support@mitrainvestor.com
13
KILASAN
Kecanduan Likuiditas
Pasar Global Tahun Depan Suram Kondisi pasar global di tahun depan diperkirakan bakal tidak menentu, dimana banyak negara kecanduan likuiditas dan terputus dari ekonomi riil. Ini juga menyusul berbagai langkah kebijakan moneter yang berbeda dari bank sentral negara-negara besar, sedangkan harga minyak global terus terjun. “Kondisi 2015 akan seperti tujuh tahun terakhir, dimana intervensi bank sentral akan memiliki pengaruh terhadap pasar,” kata Romain Boscher, seorang manajer portofolio saham di Amundi. Selama beberapa tahun terakhir bank sentral seperti dari Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed), Tiongkok (PBOC), Eropa (PBOC) telah mencoba untuk merangsang perekonomian lambat dengan langkah campuran seperti menyuntikkan sejumlah besar likuiditas ke pasar, menurunkan suku bunga ke level ultra rendah dan mengguncang aset. Seiring dengan mengalirnya likuiditas ini, pasar saham bergerak dengan baik dan tingkat pinjaman pemerintah telah jatuh, tetapi kondisi ekonomi riil tidak cukup cerah dan berbeda. Dengan demikian pada 2015 kebijakan moneter tidak akan lagi seragam, kata Mathieu L Hoir, seorang ahli strategi ekuitas dari AXA Investasi Manager. “Perbedaan antara bank sentral, akan memiliki konsekuensi untuk memperlihatkan lebih jauh volatilitas di pasar,” tambahnya. AS dan Inggris, merupakan dua nega-
14
ra yang bank sentralnya meluncurkan program belanja aset agresif di awal, dengan menikmati pemulihan dan suku bunga diperkirakan akan mulai meningkat pada 2015. Pembelian Aset Sementara itu, Jepang baru saja meluncurkan program pembelian aset atau stimulus yang lebih dalam, karena ekonomi telah tersandung dan terjun ke dalam resesi, sedangkan Tiongkok menurunkan suku bunga dan menyuntikkan likuiditas untuk memastikan tidak ada pendaratan keras dari dampak pertumbuhan ekonomi negara yang melambat. Untuk Bank Sentral Eropa (ECB), tekanan untuk kawasan melakukan program serupa adalah sebagai upaya untuk menghindari risiko deflasi dan resesi, khususunya di blok 18 negara pengguna mata uang euro. “ECB memiliki tangan dan kaki terikat dan harus memenuhi targetnya,” kata L Hoir. “Dibutuhkan tindakan yang cepat untuk memberikan evolusi inflasi di Benua Biru tersebut.” Namun penurunan harga minyak dan melemahnya permintaan, semakin memperumit situasi. Harga minyak mentah telah merosot hampir setengahnya dari level atas pada Juni ke tingkat terendah sejak 2009, ketika dunia masih terkunci dalam krisis keuangan. “Harga minyak, bakal memberikan dorongan terhadap ang-
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
garan global secara besar-besaran, terutama bagi negara-negara yang mensubsidi energi,” kata L Hoir mengacu pada India dan Asia Tenggara. Tapi untuk Eropa, yang tengah memerangi risiko deflasi, minyak mentah lebih murah membuat ECB semakin sulit untuk mencapai misinya dalam menjaga harga konsumen tetap stabil. Penurunan harga mungkin terdengar baik untuk konsumen, tetapi tidak diterima dari titik bank sentral pandang karena mereka dapat memicu lingkaran setan di mana usaha dan rumah tangga menunda pembelian, throttling permintaan dan menyebabkan perusahaan untuk memberhentikan pekerja. Namun demikian, jika berhasil menghindari deflasi saat harga minyak murah, Eropa mungkin dapat mengharapkan harga minyak mentah lebih murah untuk membantu memberikan konsumen kemampuan membeli lebih. “Kekalahan harga minyak bisa merubah arah “permainan” bagi perekonomian dunia,” kata analis Berenberg, Holger Schmieding. “Untuk pengguna energi, itu setara dengan pemotongan pajak besar, bahkan itu lebih baik dari itu. Pemotongan tidak akan muncul dalam defisit fiskal yang lebih besar dan kewajiban pengguna energi di masa depan. Namun sebaliknya, Rusia dan produsen energi lainnya harus membayar tagihan.
Tahun Depan Pasar Mobil Nasional Masih Lesu Mendapatkan hasil buruk tahun ini membuat pebisnis otomotif agak konservatif menatap 2015 yang tinggal menghitung hari. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan, kondisi pasar mobil nasional tetap “puasa” tumbuh alias stagnan tahun depan, menyusul kondisi perekonomian yang belum stabil. “Kami memprediksi tahun depan kondisi pasar akan sama seperti tahun ini. Berharap dengan pertumbuhan ekonomi pasar bisa kembali tumbuh setahun kemudian di 2016,” jelas Sudirman Maman Rusdi, Ketua Umum Gaikindo di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (17/12). Sudirman menjelaskan, faktor pertama menyangkut pelemahan daya beli konsumen seiring kenaikan harga BBM bersubsidi. Sepanjang 2007 hingga 2013, pertumbuhan pasar mobil nasional Indonesia tumbuh 24,3%. Hasil itu diperoleh dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional 6%. “Tahun depan, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional 5,8%, sedangkan Bank Dunia memprekirakan hanya 5,2%. Coba kita ambil tengahnya saja, 5,5 persen tumbuh tahun depan, tapi pengaruh ke pasar mobil baru akan terasa di 2016 nantinya,” beber Sudirman. Jika estimasi pasar mobil nasional tahun depan 1,2 juta unit, maka Gaikindo optimis pasar bisa
Mitra Investor
@mitrainvestor
mencapai setidaknya 1,3 juta unit di 2016. Faktor kedua, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang sempat menyentuh level terendah sepanjang masa, yakni Rp 12.900 pada 16/12/2014 lalu. Situasi ini tentu akan menekan sejumlah agan tunggal pemegang merek (ATPM) terbebani ongkos produksi yang terkerek. Pengaruh logis yang biasa terjadi adalah kenaikan harga jual mobil di pasar sebagai kompensasi pelemahan rupiah. “Sekarang saja cost kalkulasi kita masih di bawah Rp 12.300 per dollar AS. Tapi, kalau daya beli masih rendah bagaimana mau menaikan harga, yang ada malah kasih diskon. Pastinya, setiap merek akan berhitung ulang dengan kejadian ini tahun depan,” lanjut Sudirman. Ketiga, faktor kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang juga dinaikan sehari setelah BBM subsidi diumumkan, naik 25 basis poin menjadi 7,75 persen. Keputusan ini otomatis akan mengerek langsung bunga kredit pembelian mobil di lapangan. Biasanya, dampak kenaikan baru terjadi dua sampai tiga bulan ke depan, artinya awal 2015. “JK (Wapres Jusuf Kalla) mengatakan seharusnya tidak dinaikkan lagi, mudah-mudahan seperti itu. Tapi, kita harus menunggu, BI Rate nanti mau di angka berapa, ini yang dikhawatirkan,” ungkap Sudirman.
support@mitrainvestor.com
15
PROFIL
16
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Mitra Investor
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
17
PROFIL
Patrick S. Walujo
Partnership
Investor Asing 18
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Patrick Mr. Patrick adalah lulusan Cornell University, New York, jurusan teknik industri. Kariernya di bidang investasi dimulainya dengan bekerja sebagai investment banker associate di Goldman Sachs, salah satu bank investasi terbesar di AS, sebelum kemudian pindah ke Pacific Century Group (PCG) di Tokyo, Jepang, sebagai manajer M&A (merger and acquisition). Disela-sela pekerjaannya, Mr. Patrick mendirikan fund dengan nama Northstar di tahun 2003, dengan fokus investasi pada perusahaanperusahaan di kampung halamannya: Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi dalam jangka panjang mengingat Indone-
menjadi Rp3.6 trilyun, atau sekitar US$ 391 juta. Itu berarti gain lebih dari 100 persen! Jika dihitung dari sisi market value, maka nilai saham TPG di BTPN adalah US$ 1.4 milyar pada harga saham 3,575, atau telah mencetak gain 600%. Diawal-awal perintisan usahanya, Northstar lebih banyak menjadi penasihat investasi daripada mengelola dana. Barulah pada tahun 2006, Northstar memperoleh kepercayaan dari fund besar asal AS, TPG, untuk mengelola sejumlah dana untuk diinvestasikan. Dan perusahaan yang kemudian menjadi target untuk diakuisisi adalah Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), pemilik jaringan minimarket Alfamart.
bisnis ini selalu menarik untuk dimasuki. 2. Bisnis pembiyaan pensiunan. Setiap tahun, akan selalu ada pegawai perusahaan, baik swasta maupun BUMN, yang harus pensiun. Ini adalah prospek pasar yang tidak akan pernah ada habisnya. Sementara BTPN sendiri sejak awal memang merupakan bank untuk pensiunan. 3. Bisnis pembiayaan segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sejak awal tahun 2000-an, UMKM di Indonesia mulai booming dengan semakin meningkatnya kesadaran akan kewirausaha-an. Kedepannya akan ada banyak calon pengusaha yang hendak mengembangkan usaha kecilnya, dan ini bisa menjadi peluang pembiayaan bagi BTPN. 4. Bisnis syariah. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia adalah pasar yang menjanjikan untuk layanan keuangan syariah. Hingga Kuartal I 2012, Northstar sukses membawa BTPN mencetak NIM 12.5% dan ROE 31.3%, yang praktis membuat BTPN bisa dikatakan sebagai salah satu emiten perbankan terbaik di bursa. Pertumbuhan BTPN juga masih terjaga, dengan mencatat kenaikan laba bersih komprehensif 62.6% menjadi Rp440 milyar pada 1Q12.
S. Walujo sia adalah negara besar dengan sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar, sehingga terdapat peluang investasi yang menjanjikan keuntungan besar disana. Patrick Sugito Walujo, 35 tahun, yang juga merupakan pendiri dan direktur di Northstar Equity Partners (Northstar), sebuah fund yang menjadi mitra bagi para investor asing yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satu investasinya yang paling sukses mungkin Bank BTPN (BTPN). Pada Maret 2008, Northstar menjadi partner bagi Texas Pacific Group (TPG), sebuah fund asal Amerika Serikat (AS), untuk membeli 71.6% saham BTPN senilai US$ 195 juta. Sekarang setelah lewat empat tahun, nilai book value kepemilikan TPG atas saham BTPN telah meningkat
Mr. Patrick memilih Alfamart karena melihat bahwa jaringan minimarket ini berpotensi untuk terus tumbuh seiring dengan meningkatnya konsumsi di Indonesia. Pilihannya tidak keliru. AMRT kemudian sukses berkembang sebagai salah satu jaringan minimarket terbesar di Indonesia. Pada tahun 2008, atau dua tahun setelah investasi pertamanya di AMRT, Northstar mengakuisisi BTPN untuk masuk ke industri finansial. Mr. Patrick memilih BTPN ini karena dia melihat bahwa melalui BTPN ini, dia bisa mengerjakan empat bisnis keuangan sekaligus: 1. Bisnis perbankan umum. Industri perbankan di Indonesia dikenal sebagai salah satu yang paling menguntungkan di dunia, dengan bunga kredit yang bisa mencapai 20% per tahun, sehingga
Mitra Investor
@mitrainvestor
Networking and Jaringan Luas
Selain BTPN, Northstar juga menempatkan investasi pada beberapa perusahaan lainnya, baik secara langsung maupun melalui anak usahanya, baik dalam bentuk penyertaan ataupun menjadi pemegang saham pengendali. Berikut sebagian diantaranya: 1. Blitz Megaplex, jaringan bioskop yang sukses menyaingi monopoli bioskop XXI. 2. Bukit Makmur Mandiri Utama, perusahaan kontraktor tambang
support@mitrainvestor.com
19
PROFIL batubara yang kemudian di-backdoor listing-kan ke bursa melalui Delta Dunia Makmur (DOID).
bekerja keras untuk memberikan gain maksimal bagi kliennya tersebut. Menurut David Bonderman, founding partner TPG, Mr. Patrick berhasil meyakinkannya bahwa Indonesia adalah emerging market yang sangat menarik untuk investasi, dan bahwa dia dan rekanrekannya di Northstar adalah yang terbaik di bidang tersebut. Kedua, Mr. Patrick berinvestasi dengan cara konservatif, termasuk dengan menghindari pengambilan utang dengan struktur yang rumit, dan ini disukai investor. Mr. Patrick juga selalu mengincar keuntungan dalam jangka panjang, sama seperti yang dilakukan investor kawakan Warren Buffett. Namun jika ada peluang investasi yang tampak lebih menjanjikan, maka Mr. Patrick tidak segan-segan melepas sebagian asetnya untuk kemudian masuk ke peluang tersebut. Ketiga, Mr. Patrick fokus pada pekerjaannya dan satu-satunya perusahaannya, dan itu menghasilkan kinerja yang mumpuni. Sama seperti Buffett yang hanya memiliki satu perusahaan, yaitu Berkshire Hathaway, maka perusahaan yang dia miliki juga hanya satu: Northstar. Lalu tidak seperti banyak pesaingnya sesama fund manager yang ikut berpolitik dan menjadi pejabat Pemerintah, Mr. Patrick memilih tetap fokus sebagai investor dan pengusaha. Hasilnya? Well, Northstar kini sukses sebagai salah satu fund terbesar di tanah air. Padahal Mr. Patrick baru berusia 35 tahun, masih sangat muda dibandingkan sesama fund manager besar lainnya. Keempat, Mr. Patrick memiliki role model yang memotivasinya untuk sukses. Suatu waktu, beliau pernah ngomong, ‘Dua puluh tahun lagi, saya akan jadi the next Sukanto Tanoto!’. Sekedar info, Sukanto Tanoto adalah pengusaha Indonesia yang, oleh sebagian orang, dipercaya sebagai orang terkaya di Indonesia, dengan kepemilikan aset mencapai US$ 10 milyar. Namun Sukanto jarang masuk lima besar Forbes, karena dari sekian banyak perusahaannya, hanya sebagian kecil dianta-
ranya yang listing di bursa saham. Mr. Patrick juga merupakan pengidola mantan Presiden Gus Dur, yang disebutnya sebagai pembela kaum minoritas. Kelima, Mr. Patrick menjadi yang terbaik di bidangnya sebagai fund manager, karena dia bekerja dengan mitra-mitra kerja terbaik. Di Northstar, dia memilih manajer investasi yang sudah berpengalaman, dan memperlakukan mereka sebagai mitra yang sama-sama memiliki Northstar, bukan bawahan. Sehebat apapun dirinya, Mr. Patrick tetap tidak bisa bekerja sendirian. Salah satu kunci suksesnya adalah kemampuannya dalam memotivasi dan menjalin hubungan akrab dengan para rekan kerjanya, sehingga mereka mampu bekerja dengan baik dan saling mendukung dan terakhir keenam, Mr. Patrick tidak pernah melihat adanya rintangan atau hambatan dalam bisnisnya. Yang ada hanyalah tantangan untuk diatasi. Pernah seseorang bertanya kepadanya, ‘Bagaimana cara menarik minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, mengingat biaya birokrasi disini sangat tinggi?’ Mr. Patrick menjawabnya dengan santai, ‘Masalah seperti itu tidak hanya terjadi disini, tapi juga di negara-negara lainnya di Asia Pasifik, kecuali mungkin Singapura dan Hong Kong. Bagi saya, itulah tantangannya. Saya tidak akan bisa sukses jika tidak mampu mengatasi tantangan tersebut. Let just say, Indonesia is a journey.’ Wow! Anyway, satu hal yang penulis tertarik untuk cermati dari katakata Mr. Patrick adalah, Indonesia memiliki dan masih memiliki peluang investasi. Indonesia adalah negara terbesar ketiga di Asia, setelah Tiongkok dan India, dan juga berstatus sebagai emerging market, sehingga memiliki potensi yang besar untuk menjadi sama majunya seperti dua negara tersebut. Sekarang tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya dan ikut serta didalamnya. Yang namanya hambatan, atau sebut saja tantangan, itu akan selalu ada dalam berbagai macam bentuknya, namun itu adalah tugas kita sendiri untuk mengatasinya.[]
Patrick S. Walujo 3. Samudra Energy, perusahaan kontraktor tambang migas. 4. Equator Securities, perusahaan sekuritas. 5. Persib Bandung, klub sepakbola terbesar di Jawa Barat.
6. Multistrada Arah Sarana (MASA), perusahaan ban.
7. Surya Esa Perkasa (ESSA), perusahaan gas elpiji. 8. Trikomsel Oke (TRIO), perusahaan ritel telepon selular. Diluar perusahaan-perusahaan diatas, Northstar juga memiliki atau pernah memiliki saham di Bumi Resources (BUMI), Adaro Energy (ADRO), dan BFI Finance (BFIN). Sementara untuk AMRT, Northstar sudah menjualnya pada tahun 2010 lalu untuk meraup capital gain sekitar 200%. Hingga pertengahan tahun 2010, Northstar bertanggung jawab atas dana kelolaan tidak kurang dari US$ 1.3 milyar, dan bukan tidak mungkin meningkat menjadi US$ 2 milyar pada saat ini, sehingga menjadikannya sebagai salah satu private fund terbesar di Indonesia. Lalu apa yang menyebabkan Mr. Patrick begitu sukses dengan Northstar-nya? Tentunya ada banyak hal, tapi mari coba kita telaah satu per satu. Pertama, menurut Mr. Patrick, terdapat tiga hal yang menjadi kunci kesuksesannya di Northstar, yaitu kepercayaan, kepercayaan, dan sekali lagi, kepercayaan! Jika anda ingin sukses, maka tidak bisa tidak, anda harus menjaga kepercayaan para klien dan mitra bisnis anda. Tidak mudah bagi Northstar dalam meyakinkan TPG untuk mempercayakan pengelolaan investasinya di Indonesia, meski itu hanya satu Dollar. Alhasil begitu TPG mempercayakan dananya untuk dikelola Northstar, maka Mr. Patrick tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dan segera
20
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
w w w . m i t r a i n v e s t o r. c o m
Mitra Investor
JL. MT. Haryono No 970 Ruko Metro Plaza 21 SEMARANG TELP : 024 – 7069 4444 0853 2669 4444 Web : www.mitrainvestor.com Email : support@mitrainvestor. com Kritik dan saran : kritik@mitrainvestor.com Periklana : iklan@mitrainvestor.com Twitter : @mitrainvestor Facebook : mitrainvestor @mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
21
HEADLINE
Strategi
Penguatan Brand Image
Bank Syari’ah
Perbankan Syari’ah di Indonesia, yang masih muda umurnya, dituntut untuk bersaing dengan perbankan konvensional. Lebih jauh dari itu, sebagai lembaga intermediasi keuangan, Perbankan Syari’ah juga dituntut untuk memainkan peranan yang sangat vital dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa sebagaimana perbankan yang berbasis sistem bunga. Namun demikian, problema yang muncul adalah sedikitnya umat yang berminat menanamkan modalnya pada Bank Syari’ah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya dikarenakan Bank Syari’ah belum besar dan belum mempunyai brand image yang kuat, sehingga masyarakat kurang yakin dan percaya terhadap
22
eksistensi Bank Syari’ah. Akibatnya masyarakat masih lebih suka pada lembaga konvensional yang menawarkan sistem bunga dan imingiming undian yang mengiurkan. Pola dan sistem pemasaran Bank Syari’ah selama ini masih belum mampu membuahkan pertumbuhan secara cepat atau loncatan pertumbuhan (quantum g rowing) yang memuaskan, sehingga perlu adanya akselerasi yang dapat mempercepat perkembangan Perbankan Syari’ah. Hal ini disebabkan karena kebanyakan Bank Syari’ah saat ini beraggapan bahwa permasalahan utama yang ada dalam Bank Syari’ah adalah kurangnya sosialisasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan umat tentang
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
sistem Perbankan Syari’ah atau karena minimnya promosi. Pemasaran Bank Syari’ah saat ini belum berpikir dalam poros strategi. Bank Syari’ah saat ini lebih senang memikirkan promosi yang bagus, cantik dan menarik guna memikat nasabah, meski promosi tersebut kurang efektif dan efisien untuk meningkatkan pangsa pasar dan daya saing. Akibatnya, pemasaran hanya sekedar menjadi cost center atau BOM (Buang oeang melulu). Seharusnya eksekutif Bank Syari’ah berpikir, bahwa pemasaran itu bukan sekedar soal kreatifitas semata, tetapi juga soal strategi, sehingga setiap rupiah yang diinvestasikan pada sebuah program pemasaran mampu menghasilkan output yang optimal. Sosialisasi dan edukasi memang merupakan salah satu
permasalahan yang esensial dalam upaya pengembangan Perbankkan Syari’ah di Indonesia. Sosialisasi dan edukasi diharapkan mampu meningkatkan market share Perbankkan Syari’ah, mendorong kekuatan Bank Syari’ah lokal untuk menjadi pemain pasar global dan berdaya saing international, serta memperkuat peranan Perbankkan Syari’ah dalam memberikan solusi terbaik bagi perekonomian nasional. Namun demikian, yang lebih penting dari itu adalah bagaimana membangun image masyarakat, sehingga mereka mempunyai kesamaan pandangan terhadap banyaknya Bank Syari’ah yang mempunyai kebijakan berbeda antara Bank Syari’ah yang satu dengan yang lainnya. Dalam memasarkan produk dan memantapkan posisi Bank Syari’ah, diperlukan adanya kiat-kiat khusus sehingga Bank Syari’ah mampu berkembang dan bertahan di tengah-tengah persaingan dengan lembaga keuangan lainnya. Bank Syari’ah harus mampu menciptakan strategi yang dapat mengejutkan serta menjadi stamina awal bagi daya tarik nasabah. Karena itu diperlukan adanya strategi yang baru dalam hal perubahan citra Bank Syari’ah yang diharapkan mampu meningkatkan pangsa pasar. Terkait dengan upaya meningkatkan citra Bank Syari’ah, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah menguatkan image masyarakat dengan membuat seolah-olah Bank Syari’ah itu sedang menjadi gaya hidup masyarakat karena kepopulerannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai teknik, diantaranya : Pertama, Semua Bank Syari’ah melakukan gerakan bersatu padu secara bersama-sama dalam skala besar untuk membumikan dan mempromosikan keunggulan Bank Syari’ah dibandingkan bank konvensional. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara sosialisasi
maupun edukasi baik melalui media cetak, elektronik maupun mediamedia lainnya dalam jangka waktu tertentu secara kolektif, sehingga membuat seolah-olah Bank Syari’ah sedang populer dan digandrungi. Sosialisasi yang baik mampu melanjutkan pencerahan dan pencerdasan mengenai ekonomi Islam dan meluruskan fitrah Bank Syari’ah dalam persepsi masyarakat selama ini secara continue. Dalam hal ini, Bank Syari’ah tidak harus dipusingkan dengan bujet kecil yang dimiliki, namun yang diutamakan adalah bagaimana Bank Syari’ah mampu membuat komunikasi yang efektif berdasarkan kredibilitas yang mampu menarik perhatian terbanyak masyarakat. Kedua, Mempunyai satu slogan untuk semua Bank Syari’ah yang mampu menjadi senjata ampuh dan alat komunikasi dahsyat yang tak mudah dilupakan serta membantu posisi Bank Syari’ah secara umum. Dalam hal ini, meskipun biaya promosinya rendah, namun kalau Bank Syari’ah mampu menciptakan slogan yang isinya emosional dan menarik, maka masyarakat tetap mampu mengingatnya. Slogan harus benar-benar mengedepankan isi dan pesan, sehingga mampu meningkatkan perasaan takut umat, takut akan neraka dan takut akan murka Allah yang pedih karena dengan tegas Allah telah mengaramkan riba dalam kitab Al-Quran hingga 4 tahab berturut-turut, yaitu dalam QS. Ar-Ruum : 39, QS. An-Nisa : 160-161, QS Ali Imran : 130 dan .terakhir QS Al-Baqarah : 278-279. Dalam hal ini takut adalah motivasi dasar bagi umat untuk tidak lagi berhubungan dengan sistem ribawi. Jangan sampai membuat slogan yang hanya tong kosong nyaring bunyinya. Ketiga, Kolektif mengadakan lomba, baik itu lomba karya tulis, lomba membuat slogan maupun lomba-lomba lainnya yang ditujukan
Mitra Investor
@mitrainvestor
kepada mahasiswa, pelajar, maupun masyarakat umum. Adapun biaya dapat dikoordinir antar sesama Bank Syariah. Mungkin awalnya masyarakat akan tertarik pada nilai prestisius dari lomba yang diadakan, namun secara langsung maupun tidak, lama kelamaan mereka akan mencari tau dan akhirnya mendapatkan pengetahuan tentang keunggulan Bank Syari’ah dibanding Bank Konvensional terutama dari produk yang ditawarkan seperti sistem mudharabah, musyarakah, murabahah, hawalah, ijarah, rahn, salam, istishna, kafalah, qard al hasan dan lainnya. Produk Bank Syari’ah mengedepankan prinsip keadilan, anti spekulasi, transparansi, investasi dana ke sektor riil dan fungsi sosial. Hal ini merupakan salah satu ajang bagi Bank Syari’ah untuk melakukan promosi terhadap masyarakat. Selain itu, Bank Syariah juga akan mendapat gagasangagasan baru yang inovatif dan segar dari masyarakat, yang mana sangat memungkinkan untuk diterapkan dalam upaya peningkatan daya saing Bank Syari’ah ke depan. Pada dasarnya penguatan brand image ini telah diterapkan oleh Bank Syari’ah, terlihat dari kesamaan simbol yang ada dalam setiap Bank Syari’ah, yaitu tulisan IB. Namun simbol tersebut terlalu kecil dan belum mampu menjadi penguat brand image Bank Syari’ah terhadap masyarakat. Eksekutif pemasaran Bank Syari’ah seringkali menyalahkan kegagalan pemasarannya hanya karena bujet promosinya yang terlalu kecil atau iklan yang jelek. Padahal sebenarnya, pemasaran bukan semata soal iklan atau promosi, namun pemasaran adalah soal starategi. Dengan menerapkan strategi ini, maka Bank Syari’ah akan mempunyai biaya iklan yang kompetitif dibandingkan bank konvensional. Bank Syari’ah juga tidak akan dipusingkan dengan bujet promosi yang
support@mitrainvestor.com
23
HEADLINE terlalu kecil. Hal ini sebagai relevansi, mengingat dana yang ada pada Bank Syari’ah belum cukup besar sehingga untuk beriklan di TV secara besar-besaran seperti yang dilakukan oleh Bank konvensional juga belum mampu. Jika dana yang dimiliki seluruh Bank Syari’ah dikumpulkan secara kolektif, maka secara otomatis akan menaikkan buget, sehingga pemasaran dapat lebih efektiv dan efisien. Strategi ini juga akan membuat calon nasabah tidak sadar sama sekali bahwa ia telah diperdaya pemasaran. Setelah brand image Bank Syari’ah cukup kuat untuk berkompetisi dengan bank konvensional, maka sudah saatnya Bank Syari’ah mengembangkan dan menunjukkan reputasi yang baik kepada masyarakat. Hal ini diperlukan agar pasar yang terdiri dari nasabah dan calon konsumen potensial, yang merupakan asset akan selalu loyal dan tertarik kepada Bank Syari’ah dan juga sebagai motivasi bagi internal Bank Syari’ah untuk selalu memperbaiki kinerja dan operasional Bank Syari’ah. Reputasi penting, karena merupakan mekanisme sel inti yang membentuk kredibilitas. Sedangkan status dan citra memerlukan pilar kredibilitas untuk menyangganya. Apabila brand image Bank Syari’ah sudah kuat, reputasi dan kredibilitas sudah diakui, maka sudah saatnya Bank Syari’ah memperluas jangkauan pasarnya dengan meningkatkan jumlah jaringan atau outlet. Hal ini dilakukan agar memudahkan dan mendekatkan nasabah dalam menjalankan fungsi intermediasi. Memang seolah-olah strategi ini merupakan strategi yang sepele, karena hanya berkutat pada tataran imajinatif yang sulit dibuktikan secara rasional. Namun demikian, perlu kita cermati bahwa sebenarnya imajinasi merupakan langkah awal yang penting sebelum
24
Bank Syari’ah melakukan inovasi dan membentuk reputasi sehingga mampu meningkatkan daya saing dalam mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Hal lain yang juga perlu kita perhatikan adalah, seringkali keberhasilan itu bukan ditentukan oleh produk semata, melainkan juga pemasaran imajinatif yang tidak sulit, berteori dan njelimet. Dalam menghadapi era kompetisi dunia perbankan di Indonesia, di samping menerapkan strategi ini, Bank Syari’ah tetap harus menjadikan nasabah sebagai raja, yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada para nasabah, baik muslim maupun non muslim. Hal ini dapat dilakukan dengan cara selalu siap menerima masukanmasukan dari nasabah yang kreatif, inovatif serta imajinatif sehingga mampu menciptakan produk-produk baru yang dibutuhkan nasabah dan tidak melanggar batas-batas Syari’ah. Sistem Perbankan Syariah juga tidak boleh hanya memfokuskan diri untuk menghindari praktik bunga, tetapi harus pula mengimplementasikan semua prinsip Syariah dalam kegiatan ekonomi Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak untuk menyambut dan mendukung ide ini sebagai gagasan yang harus direalisasikan, bukan hanya dari BI, Asbisindo, tetapi juga pemerintah.
Fokus Daya Saing Bank Syariah Sering kita mendengar bahwa selama ini bank syariah jauh lebih mampu menjalankan fungsi intermediasi yang baik dibanding dengan bank konvensional. Terlebih dengan besarnya porsi pembiayaan yang disalurkan ke sektor UMKM memberikan bukti komitmen bank syariah terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat. Oleh sebab itu, kinerja bank syariah tersebut dapat dijadikan sebagi Sustain-
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
able Competitive Advantage dalam menghadapi persaingan industri perbankan yang semakin ketat. Namun demikian, sumber keunggulan strategis bank syariah di atas belum dapat berperan secara signifikan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Kesenjangan ini dikarenakan masih kecilnya share bank syariah di dalam dunia usaha perbankan nasional. Untuk itu diperlukan strategi yang mampu mendongkrak aset bank syariah secara nasional. Dengan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka tulisan ini mencoba memberikan masukan bagi industri perbankan syariah nasional untuk meningkatkan kualitas daya saing terkait dengan masih minimnya pangsa pasar. Mengamati realita perkembangan bank syariah di Indonesia hingga saat ini, maka peningkatan daya saing bank syariah merupakan hal yang sangat mendesak untuk dilaksanakan. Secara objektif harus diakui bahwa bank syariah masih kalah bersaing dibandingkan dengan bank konvensional, sehingga diperlukan strategi bersaing yang tepat untuk meraih keunggulan kompetitif dalam industri perbankan nasional. Dalam hal ini, kekuatan daya saing sangat menentukan bagi keberhasilan atau kegagalan sebuah perusahaan dalam suatu industri tertentu. Alih-alih mendukung pembangunan ekonomi bangsa, jika terus beroperasi dengan daya saing yang rendah maka eksistensi bank syariah akan terancam oleh peta persaingan perbankan yang semakin ketat. Perkembangan dan kondisi persaingan saat ini mengisyaratkan perlunya program akselerasi agar bank syariah mampu mengejar ketertinggalannya atas bank konvensional. Ada tiga faktor fundamental dari segi infrastruktur paling berpengaruh yang harus dibenahi, yaitu: Pertama, Jaringan kantor terbatas
yang menghambat akses perbankan syariah terhadap nasabahnya. Jaringan pelayanan yang dimiliki sistem perbankan syariah masih terbatas, minimnya jangkauan operasional ini pada gilirannya akan menjadi kendala yang cukup signifikan bagi para pengguna jasa perbankan syariah dan mengurangi tingkat kenyamanan serta kepuasan penggunaan jasa perbankan syariah. Perluasan jaringan kantor harus dilakukan agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga alasan dhorurot bagi wilayah yang belum ada bank syariahnya bisa diminimalisir. Terutama bila fokus utama bank syariah adalah penyaluran modal ke sektor UMKM yang notabene membutuhkan akses yang luas untuk menjangkau mereka. Perluasan jaringan bank syariah tersebut tidak harus dengan membuka kantor-kantor cabang baru, karena membutuhkan modal besar. Bank Syariah harus kreatif dan inovatif dalam membuat terobosan-terobosan baru agar layanannya menjangkau masyarakat luas sampai ke pelosok-pelosok. Pilihan cara yang dipakai oleh bank syariah untuk memperluas jaringannya tergantung dari kebutuhan dan kemampuan bank itu sendiri. Beberapa alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan bank syariah misalnya: optimalisasi penerapan layanan office channeling, dengan contoh BNI yang jangkauannya luas atau BRI Unit yang tersebar sampai ke wilayah pedesaan; sinergi sesama bank syariah melalui produk tabungan dan ATM bersama khusus bank-bank syariah; aliansi strategis dengan perusahaan lain, misalnya asuransi dengan pegadaian, seperti halnya yang dilakukan oleh BMI (kartu Shar-e) dengan PT. Pos Indonesia; simbiosis mutualisme dengan instansi lain, contohnya dengan pihak PTAIN atau PTAIS se-Indonesia dalam pembuatan KTM dan membuka gerai
di kampusnya; mempertimbangkan kebijakan merger atau akuisisi antar bank sebagai salah satu strategi efisiensi dan efektifitas memperluas jaringan bank syariah. Kedua, Sumber Daya Insani. Berdasarkan data rekomendasi dari DSN-MUI telah terdapat ratusan lembaga keuangan dan bisnis syariah dengan ribuan kantor pelayanan syariah di Indonesia. Namun menjadi pengetahuan bersama, bahwa kecepatan pertumbuhan bisnis syariah tidak diikuti dengan penyediaan SDM yang mencukupi. Situasi yang tidak imbang ini tentu membuat bank syariah mengalami kesulitan untuk melakukan profesionalisme dalam melayani nasabah. Berdasarkan data terakhir, karakteristik keilmuan SDM bank syariah didominasi ilmu konvensional yang berasal dari ex karyawan bank konvensional. Hal ini membuat kecenderungan konvensional yang kuat dalam perkembangan bank syariah. Untuk mengatasi gap ini, harus ditekankan kepada bank syariah untuk membangun komitmen secara serius terhadap permasalahan SDM. Perekrutan atau manajemen SDM di Unit Usaha Syariah seringkali terhambat dengan kebijakan bank induk, dimana pelaksanaan perekrutan atau manajemen SDM dilakukan secara sentralisasi oleh bank induk, terlebih banyak kejadian pada bank dual banking yang melakukan rotasi SDM dari konvensional ke syariah. Rotasi yang dilakukan oleh manajemen bank tidak disertai dengan pembekalan yang cukup, sehingga memunculkan kesan bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional. Sebagai pelaku bank syariah, sudah merupakan tanggung jawab bankir dalam mengembangkan sistem perbankan syariah yang benar-benar sesuai dengan konsep syariah muamalah. Pengembangan SDM di bidang perbankan syariah sangat urgen ka-
Mitra Investor
@mitrainvestor
rena keberhasilan pengembangan bank syariah pada level mikro sangat ditentukan oleh kualitas manajemen dan tingkat pengetahuan serta keterampilan pengelola bank. Bank Syariah harus dipenuhi SDM yang memiliki pengetahuan yang luas di bidang perbankan, memahami implementasi prinsip-prinsip syariah dalam praktik perbankan, serta mempunyai komitmen kuat untuk menerapkannya. Hambatan yang ada harus segera dihilangkan melalui rekrutmen dan seleksi SDM sesuai syarat kompetensi bank syariah, dengan cara: Training dan Pengembangan SDM menyesuaikan dengan kebutuhan pemenuhan SDM yang ideal bagi Bank Syariah; Evaluasi dan Job Design; Kompensasi, Jenjang Karir, Perencanaan Suksesi, dan sebagainya. Idealnya, Profil SDM Perbankan Syariah dapat dicontohkan sebagai berikut: Pendidikan formal S1 atau S2 ekonomi dan keuangan Islam Universitas dalam negeri atau luar negeri; Menguasai soft and hard competency Bankir Syariah; Paradigma Syariah. Kualifikasi ini sangat penting karena dengan kompetensi input yang jelas maka profesionalisme pelayanan kantor bank syariah akan membaik dan dilakukan tidak dengan setengah hati serta tidak hanya menjadi ‘kosmetik’ belaka. Untuk lebih memudahkan usaha peningkatan standar kompetensi SDM, bank syariah dapat menjalin kerjasama dengan pihak perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Ekonomi Islam. Sinergi ini sekaligus juga untuk memberikan solusi kendala penyusunan kurikulum yang implementatif dan menjawab tantangan link and match akademisi ke industri bank syariah. Selanjutnya, BI dan DSN-MUI sebagai otoritas tertinggi dapat bekerjasama menetapkan sertifikasi bagi SDM bank syariah. Standarisasi ini sangat penting guna menghindari terjadinya perbedaan
support@mitrainvestor.com
25
HEADLINE pelayanan, sekaligus meningkatkan aset sehingga dapat berkompetisi dengan SDM perbankan konvensional. Disamping itu juga ditambahkan Spesial Training bagi Account Officer (Pembiayaan) dan Customer Service Officer untuk mencapai service excellent. Ketiga, Dukungan Teknologi Informasi yang memadai mutlak diperlukan oleh bank syariah untuk melayani dan memberikan kemudahan bagi nasabahnya. Tanpa bantuan IT (Information Technology) yang canggih, bank syariah akan ketinggalan zaman dan ditinggalkan nasabahnya. Kecenderungan nasabah bank saat ini adalah memilih bank yang sudah online dan mempunyai ATM yang jaringannya luas dan fiturnya lengkap. Di era telekomunikasi canggih ini, bank yang menguasai IT akan memenangkan persaingan dalam menjaring nasabah. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem IT yang up to date sesuai dengan kehendak nasabah dan karakteristik bank syariah. Namun masalahnya, teknologi perbankan sangat rumit, mahal dan hampir seluruhnya dipengaruhi pihak di luar bank, termasuk vendor dari luar negeri. Hal itu sangat memberatkan bank-bank syariah yang mempunyai belanja IT relatif minim. Ujung-ujungnya dengan kondisi seperti ini, layanan bank syariah akan menjadi mahal dan nasabah yang akan terkena imbasnya. Oleh karena itu, BI diharapkan dapat mengesahkan usulan dari tim Perbankan Nasional (Perbanas) yang telah menyusun sebuah skema bernama Arsitektur Teknologi Perbankan Indonesia (ATPI). ATPI dianggap dapat meningkatkan posisi tawar bank terhadap vendor karena memungkinkan bank saling berbagi sumber daya teknologi. Dalam ATPI, bank bisa saling berkolaborasi memanfaatkan sumber daya teknologi informasi untuk mencapai kebutuhan kepatuhan (compliance). Pada saat yang sama, mereka
26
tetap saling berkompetisi melalui beragam produk dan jasa. Salah satu implikasi dari ATPI ini adalah terbentuknya model kerja sama dengan pola “shared-services� dimana beberapa bank besar dapat berbagi sumber daya teknologi yang dimilikinya untuk ikut melayani kebutuhan bank-bank lainnya. Dengan demikian suatu bank termasuk BPR dapat memberikan suatu jasa layanan perbankan berbasis teknologi kepada nasabahnya dengan menggunakan sumber daya dari bank lain atau vendor penyedia solusi teknologi informasi. Kerja sama berbagi jaringan ATM seperti ATM BCA, ATM Prima atau pun ATM Bersama dapat menjadi contohnya. Bank-bank syariah juga semestinya dapat memanfaatkan kemudahan yang disediakan oleh ATPI yaitu dengan rela berbagi dengan bank konvensional yang teknologinya relatif lebih canggih atau dengan mempersatukan seluruh bank syariah untuk kemudian ‘patungan’ menggunakan layanan IT secara bersama-sama. IT yang dipakai oleh bank syariah sendiri harus memenuhi kriteria yang terstandar, compatible dan sesuai dengan produkproduk bank syariah (bebas dari perhitungan bunga) sekaligus sesuai dengan regulasi Bank Indonesia dan MUI. Bila ketiga faktor fundamental yang paling berpengaruh terhadap pengembangan infrastruktur perbankan syariah tersebut telah terpenuhi dan terlaksana secara optimal, maka diharapkan mampu membantu bank syariah dalam menjalankan fungsi intermediasinya.
Perbankan Syariah Perlu Evaluasi Pada akhir tahun 1990-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Bank Muamalat, bank syariah pertama di Indonesia yang beroperasi tahun 1992, pun terimbas dampak
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
krisis. Pada tahun 1998, pembiayaan bermasalah Bank Muamalat, yang biasa diukur dengan rasio Non Performing Financing (NPF) mencapai lebih dari 60% (bandingkan dengan batas maksimal NPF adalah 5%). Saat itu, Bank Muamalat, sebagai satu-satunya bank syariah di Indonesia, juga rugi Rp.105 miliar, dengan ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar (kurang dari sepertiga modal setor awal). Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB (Islamic Development Bank) secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Sejak saat itu, perlahan namun pasti, Bank Muamalat mulai memperoleh laba kembali. Lahirnya UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, telah memungkinkan bank syariah beroperasi sepenuhnya sebagai Bank Umum Syariah (BUS) atau dengan membuka Unit Usaha Syariah (UUS). Maka, lahirlah Bank Syariah Mandiri (konversi dari Bank Susila Bakti) serta UUS Bank IFI. Pada akhir tahun 1999 tersebut, total aset bank syariah di Indonesia baru mencapai Rp 1,12 triliun atau sekitar 0,11% dibandingkan dengan aset bank konvensional. Kemudian lahirlah beberapa bank syariah yang lain, sehingga pada Desember 2002 terdapat 2 BUS dan 6 UUS, dengan total aset mencapai Rp.4,05 triliun. Pada 16 Desember 2003, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa tentang haramnya bunga bank yang menyebabkan terjadinya unorganic growth. Hingga Desember 2004, total bank syariah mencapai 3 BUS dan 15 UUS dengan total aset Rp 15,33 triliun. Dukungan terhadap perbankan syariah semakin kuat dengan disahkannya Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Sehingga saat ini (data
Oktober 2009), telah ada 6 BUS dan 25 UUS dengan total aset sebesar Rp.59,68 triliun (2,4% dibandingkan dengan aset bank konvensional) dan berhasil menyerap lebih dari 17 ribu pekerja. Data ini belum termasuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Kinerja Bank Syariah Data Oktober 2009 menyebutkan bahwa dana yang berhasil dihimpun oleh bank syariah mencapai Rp.46,5 triliun. Dana ini berasal dari Giro Wadiah sebesar Rp.5,36 triliun, Tabungan Wadiah Rp.1,27 triliun, Tabungan Mudharabah Rp.14,76 tirliun, dan Deposito Mudharabah Rp.26,39 triliun. Jumlah rekening Dana Pihak Ketiga ini adalah 4.353.109 rekening. Sementara dana yang telah disalurkan oleh bank syariah (pembiayaan) mencapai Rp.45,2 triliun, sehingga Financing to Deposit Ratio (FDR) bank syariah adalah 97%. Primadona pembiayaan bank syariah adalah dengan akad Murabahah (jual beli) yang mencapai Rp.25,5 triliun, diikuti dengan akad Mudharabah Rp.10,18 triliun, Musyarakah Rp.6,44 triliun, Qardh Rp.1,49 triliun, Ijarah Rp.1,2 triliun, dan Istishna’ Rp.0,4 triliun. Belum ada laporan bank syariah yang menerapkan akad Salam. Jumlah rekening dana pembiayaan adalah 660.790 rekening. Dari segi penggunaan pembiayaan, 51,3% dana bank syariah disalurkan untuk dunia usaha, disusul 27,4% untuk kebutuhan konsumsi dan 21,3% untuk investasi. Keberpihakan bank syariah pada sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dibuktikan dengan alokasi 74% pembiayaan diberikan untuk UKM, sedangkan sisanya (26%) diberikan untuk non UKM. Tampaknya fungsi manajemen risiko bank syariah kurang optimal. Ini terlihat dari NPF bank syariah yang mencapai Rp.2,49 triliun, setara dengan
5,51%. Persentase NPF terbesar adalah untuk pembiayaan modal kerja yang mencapai Rp.1,24 triliun (49,9%), disusul pembiayaan investasi sebesar Rp.0,64 triliun (25,7%) dan pembiayaan konsumsi sebesar Rp.0,61 triliun (24,4%). Sedangkan NPF dilihat dari golongan pembiayaan adalah Rp.1,63 triliun untuk UKM, dan Rp.0,86 triliun untuk non UKM.
Prospek Bank Syariah Fatwa DSN MUI, Undangundang, Peraturan Bank Indonesia dan berbagai regulasi terkait perbankan syariah merupakan dukungan luar biasa dari pemerintah. Belum lagi permisivitas pemerintah terhadap pajak murabahah dan sukuk. Namun, Bank Syariah tak boleh larut dengan suka cita karena dukungan ini bisa menjadi bumerang bagi industri perbankan syariah jika tidak diimbangi dengan penyediaan produk/jasa/ layanan yang memihak kepada kebutuhan masyarakat berupa jaringan luas, return menarik, akses mudah, teknologi canggih dan layanan prima. Faktor psiko sosio kultural masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini, menyebabkan Bank Syariah juga harus mampu menggerakkan segenap ormas Islam, partai Islam, dan berbagai komponen panutan masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat memiliki teladan sehingga tidak semakin ragu dengan bank syariah. Sementara itu, menurut Muliaman D. Hadad, Deputi Gubernur BI dan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dalam 5 tahun ke depan bank syariah masih memerlukan 42 ribu pekerja sebagai pra syarat untuk bisa ikut memenangkan pasar perbankan. Potensi sebenarnya cukup besar karena saat ini sudah ada lebih dari 100 perguruan tinggi yang membuka jurusan/studi ekonomi syariah, belum termasuk pesantren dan
Mitra Investor
@mitrainvestor
madrasah. Adalah tugas segenap penggiat bank syariah untuk melakukan langkah tepat agar pekerja yang tersedia benar-benar paham konsep, paham praktek dan sekaligus taat aturan syariah. Teknologi Informasi (TI) juga merupakan kebutuhan utama bank syariah dalam bersaing merebut pasar perbankan. Saat ini juga sudah tersedia aplikasi Core Banking System (CBS) bank syariah, baik PC based, platform AS/400, maupun web based yang bisa mengakomodir semua kebutuhan transaksi perbankan syariah dalam jumlah jaringan yang banyak, askes mudah, proses cepat, teknologi canggih, user friendly, serta kemudahan-kemudahan yang lain. Kurangnya dana masih menjadi kendala utama bank syariah dalam menyediakan infrastruktur TI yang canggih. Kendala dana juga menyebabkan promosi dan publikasi bank syariah seakan tidak ada aktivitas. Seluruh bank syariah hanya mampu menyediakan dana promosi sebesar Rp.106 miliar untuk periode Januari – Oktober 2009. Dana ini masih jauh dari cukup untuk biaya promosi terutama di televisi. Padahal televisi masih menjadi media paling efektif untuk promosi, karena masyarakat telah menganggap televisi sebagai “teman hidup� untuk memperoleh informasi maupun hiburan dan bisa menjangkau ruang pribadi maupun publik sekaligus. Dalam kondisi dana terbatas, bank syariah bisa secara cerdas dan kreatif melakukan gerilya marketing public relations dengan memanfaatkan setiap peluang atau momen yang bisa menjadi konsumsi kamera televisi maupun media lain, seperti kegiatan yang melibatkan public figure, hot issue, serta trend. Publikasi yang gencar dan efektif akan menimbulkan awareness serta minat masyarakat. Selanjutnya, bank syariah harus melakukan aktivasi untuk merebut hati masyarakat. []
support@mitrainvestor.com
27
HEADLINE
Pencapaian Target
Investasi Syariah
Meredup Otoritas pasar modal mengklaim pasar modal syariah Tanah Air telah mengalami perkembangan signifikan dalam 2 tahun terakhir. Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia per Oktober 2013, sejak 2011 terdapat penambahan
28
sebanyak 764 investor syariah, 22 reksa dana syariah reksa dana baru dengan rata-rata pertumbuhan nilai aktiva bersih (NAB) sebesar 30%, dan peluncuran exchange trade fund (ETF) berbasis syariah pertama di Indonesia. Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
mengatakan meskipun mengalami pertumbuhan signifikan tetapi masih di bawah potensi yang ada. “Terutama jika dibandingkan dengan Malaysia. Oleh karena itu ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya besar kita dalam memajukan pasar modal,� katanya dalam acara Workshop Wartawan Pasar Modal.
Dalam upaya memperkuat pasar modal syariah, jelasnya, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa No. tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Fatwa tersebut menegaskan bahwa penyelenggaraan perdagangan efek syariah di BEI telah memiliki dasar atau hukum fiqih yang kuat bahwa mekanisme lelang berkelanjutan yang digunakan dalam transaksi efek bersifat ekuitas di pasar reguler telah sesuai dengan prinsip syariah. “Dengan adanya fatwa tersebut, masyarakat, khususnya calon investor dan investor pasar modal yang memperhatikan prinsip syariah, diharapkan tidak lagi mengalami keraguan dan semakin berminat untuk berinvestasi di pasar modal,” jelasnya. Perkembangan pasar modal syariah, tambahnya, diharapkan dapat memback up perkembangan pasar modal secara umum. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat industri keuangan syariah di Indonesia masih relatif kecil dengan pangsa pasar 5%-7%, namun memiliki potensi bertumbuh dan kemanfaatan yang masih besar. Industri keuangan syariah, perlu terus didorong untuk bertumbuh, meningkatkan daya saing, ketahanan, dan kemanfaatannya bagi perekonomian nasional. Demikian berdasarkan tinjauan perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia pada kuartal I-2014. OJK sebagai lembaga pengatur dan pengawas di keuangan syariah juga memiliki fungsi dan kewenangan yang memungkinkannya dilakukan integrasi arah kebijakan, strategi dan tahapan pengembangan industri keuangan syariah. Salah satunya dengan mengembangkan hubungan kerjasama yang saling mendukung
dengan lembaga domestik dan internasional. Keanggotaan OJK di Islamic Financial Sevice Board pun diharapkan bisa meningkatkan perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia. Kegiatan edukasi dan pengembangan pasar keuangan syariah juga masih menjadi prioritas dalam pengembangan sektor jasa keuangan syariah. OJK, masih perlu memberikan dorongan untuk menciptakan akselerasi pertumbuhan pasar melalui edukasi, karena efisiensi, daya saing dan kemanfaatan industri keuangan syariah bagi perekonomian juga dipengaruhi oleh volume usaha di industri keuangan syariah. Arah Kebijakan Perbankan Syariah di 2014 pun diharapkan sesuai dengan Misi OJK untuk ‘Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil’. Untuk melihat perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia.
Nasabah Modal Berharga Investasi Syariah Ketua Umum Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) Yuslam Fauzi mengemukakan, 2015 sebagai awal masuknya era MEA bagi produk dan barang akan memberi dampak positif bagi perbankan khususnya di sektor syariah. “Perbankan syariah pun akan terdampak oleh pemberlakuan MEA bagi produk dan barang di 2015. Karenanya, kita harus mencermatinya dari sekarang,” katanya. Selama periode 2000-2013, pertumbuhan perbankan syariah terus positif pada kisaran 40%46%. Namun demikian, terjadi perlambatan pertumbuhan pada 2013-2014. “Kondisi perbankan syariah saat ini harus menjadi perhatian untuk menentukan strategi bagi perbankan syariah ke depannya,” jelasnya.
Mitra Investor
@mitrainvestor
Sementara itu, Kepala Departemen Perbanyak Syariah OJK Edi Setiadi menyebutkan ada tantangan tersendiri dalam peran pengawasan antarnegara terutama terkait potensi risiko MEA terharap perbankan syariah nasional. “Terkait MEA, permasalahan-permasalahan pengawasan antar negara dan konglomerasi di ASEAN akan jadi perhatian tersendiri,” pungkasnya. MESKI Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk perbankan mulai berlaku pada 2020, namun industri perbankan syariah mesti mempersiapkan diri. Perbankan syariah di Indonesia dinilai mampu bersaing karena memiliki jumlah nasabah terbesar di dunia. Kepala Ekekutif Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Kartika Wirjpatmodjo mengatakan, jumlah nasabah perbankan syariah di Indonesia menyentuh 17,3 juta. Hal ini menjadi modal berharga untuk meningkatan daya saing. “Indonesia telah menjadi kiblat baru keuangan syariah dunia. Jumlah nasabah yang sangat besar harus bisa dimanfaatkan dengan baik,” katanya kepada wartawan di sela-sela seminar “Mendorong Pertumbungan Industri Perbankan Syariah” di Trans Hotel Bandung, Selasa (2/12). Pihaknya bekerja sama dengan Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) mendorong pertumbuhan bank syariah. LPS memiliki tanggung jawab menjaga stabilitas industri perbankan syariah di Indonesia. Menurut dia, perbankan syariah perlu mendapat dukungan karena instabilitas pada sektor ini dapat mengganggu perekonomian nasional. Saat MEA bergulir, lanjutnya, pelaku bisnis termasuk industri perbankan syariah akan menghadapi persaingan yang sangat ketat. Perbankan syariah asing akan bebas masuk ke
support@mitrainvestor.com
29
HEADLINE Indonesia. “Penerapan ekonomi yang terintegrasi melewati batas antarnegara membuat persaingan bisnis semakin ketat,” bebernya. Pada akhir 2013, perbankan syariah memiliki jaringan 2.990 kantor bank, 1.267 layanan syariah yang didukung oleh 43 ribu karyawan. Bank syariah di Indonesia memiliki pangsa bagi hasil terbesar di dunia yakni sebesar 30,1% pada pertengahan 2014. Data Bank Indonesia menunjukkan, Indonesia menjadi lembaga keuangan mikro syariah terbesar di dunia dengan layanan yang bervariasi. Jumlah keuangan mikro syariah terbanyak adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan memiliki program akad syariah satu-satunya di dunia. Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan total aset perbankan syariah per Mei 2014 telah mencapai Rp250,55 triliun. Saat ini, OJK sedang intensif menyusun masterplan pengembangan sektor jasa keuangan syariah yang akan menjadi roadmap dan strategi pengembangan dan mempercepat penyempurnaan berbagai regulasi dan sistem pengawasan untuk industri jasa keuangan syariah. Roadmap ini akan mendorong pengembang infrastruktur dan jasa pendukung, serta secara bertahap melakukan program edukasi untuk meningkatkan pemahaman dan literasi masyarakat jasa keuangan syariah. “Untuk menumbuhkembangkan industri jasa keuangan syariah harus memiliki ketahanan optimal dan memerlukan koordinasi yang efektif antar berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah terkait,” bebernya. Menurut dia, penetrasi industri jasa keuangan syariah Indonesia yang saat ini baru mencapai kisaran 5-8%. Angka ini menunjukan terdapat ruang luas untuk tumbuh
30
berkembang industri keuangan syariah. Potensi juga terlihat dari masih banyak masyarakat lapisan bawah yang belum terjamah layanan jasa keuangan formal. Terlebih, jumlah middle class yang memiliki income relatif besar membutuhkan instrumen investasi dan layanan jasa keuangan yang beragam. OJK secara periodik melakukan review dan analisis kondisi pasar dan kegiatan usaha lembaga-lembaga keuangan syariah agar dapat ditetapkan kebijakan dan regulasi yang efektif dapat mendorong perkembangan sektor jasa keuangan syariah. Investasi Syariah Memuaskan? Islamic Development Bank (IDB) yang menjadi pemilik modal terbesar di PT Bank Muamalat Indonesia Tbk belum berniat menambah modal perseroan. Direktur Keuangan Bank Muamalat Hendiarto mengakui pada tahun ini, IDB sempat datang ke Indonesia. “Tapi itu untuk mengunjungi beberapa proyek di Indonesia, tidak ada pembahasan penambahan modal di Bank Muamalat,” ujar Hendiarto, Selasa (26/8/2014). Adapun dalam laporan keuangan, modal inti bank syariah pertama ini tercatat senilai Rp1,1 triliun. Hendiarto mengatakan saat ini perseroan belum memikirkan untuk mengejar pertumbuhan aset agar menjadi bank syariah terbesar. Menurutnya, yang terpenting pertumbuhan bisnis Bank Muamalat mencatatkan kinerja positif. “Yang penting kualitasnya bagus,” kata dia. IDB mengantongi 32,74% saham Bank Muamalat. Disusul Boubyan Bank Kuwait 22%, Atwill Holdings Limited 17,91%, National Bank of Kuwait 8,45%, IDF Foundation 3,48%, dan BMF Holdings Limited 2,84%. Sementara itu Abdul Rohim, Rizal Ismael, KOPKAPINDO, dan
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
publik memiliki saham di bank ini masing-masing 2,69%, 2,34%, 1,39%, dan 6,16%. Perkembangan perbankan syariah masuk kategori memuaskan. Pada Desember 2012 total aset perbankan tersebut mencapai Rp3,29 triliun. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo Doni P Joewono, mengatakan “Itu berarti mengalami pertumbuhan sebesar 32,81 pwersen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (year on year/yoy),” kata Kamis (31/1). Menurutnya, pertumbuhan tersebut sebagian besar berasal dari penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), yakni Rp2,23 triliun atau tumbuh 26,28% (yoy). Hal itu mencerminkan bahwa produk perbankan syariah semakin diminati oleh masyarakat. Dengan meningkatnya DPK, ujarnya, perbankan syariah menjadi lebih leluasa menyalurkan kredit. Doni menyatakan oustanding kredit perbankan syariah pada Desember 2012 tercatat sebesar Rp2,79 triliun atau tumbuh 38,86 % (yoy). “Fungsi intermediasi mereka telah berjalan dengan baik, tercermin dari indikator Financing to Deposit Rasio (FDR) pada Desember 2012 sebesar 125,30 persen. Kualitas pembiayaan juga tetap terjaga baik yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) Gross sebesar 1,59 persen,” jelas Doni. Dengan kondisi itu, Doni optimistis ke depan pertumbuhan perbankan syariah di Solo raya bisa lebih pesat lagi. Sebab, pangsa total aset mereka yang masih di bawah 10% dari total aset perbankan. “Upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produkproduk perbankan syariah masih perlu ditingkatkan,” ujarnya. Perkembangan menggembirakan juga diperlihatkan perbankan umum yang meliputi 66 kantor
cabang bank umum dan 85 kantor pusat bank perkreditan raykat. Hal itu tercermin dari indikator utama sektor perbankan, seperti total aset, kredit/pembiayaan dan DPK yang mengalami peningkatan jika dibandigkan dengan tahun lalu. Total aset perbankan umum pada Desember tahun lalu mencapai Rp47,57 triliun atau tumbuh 25,78% (yoy). Pertumbuhan total aset perbankan terutama berasal dari meningkatnya DPK atau simpanan masyarakat yang mencapai Rp35,63 triliun atau tumbuh 16,17% (yoy). Outstanding kredit perbankan umum pada Desember mencapai Rp39,27 triliun atau tumbuh 29,42% (yoy). “Perkembangan DPK dan kredit yang cukup baik menunjukkan bahwa perbankan di wilayah eks Karesidenan Surakarta sudah menjalankan fungsi intermediasi perbankan dengan baik, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Doni
Perbandingan Laba Tahun 2013-2014 PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (Bank Muamalat) membukukan laba sebelum pajak (earning before taxes) sebesar Rp 285,39 miliar, turun 23,32 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 372,20 miliar. Penurunan disebabkan biaya dana (cost of fund) perseroan semester I ini mencapai 6,75 persen. Direktur Keuangan dan Operasional Bank Muamalat Hendiarto menjelaskan, cost of fund pihaknya pada semester I-2013 sebesar 4,9 persen dan pada periode sama tahun 2013 sebesar 6,53 persen. Posisi cost of fund saat ini memberikan dampak pengurangan laba sebesar Rp 300 miliar. “Untuk itu, kami akan menurunkan bagi hasil (dividen) secara bertahap,” kata dia di Jakarta baru-baru ini. Hendiarto juga menjelaskan, pembiayaan perseroan hingga
semester I-2014 mencapai Rp 44,35 triliun, tumbuh 16,37 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 38,11 triliun. Sementara pihaknya mencatatkan aset hingga semester I ini sebesar Rp 58,49 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 46,04 triliun. DPK tersebut antara lain terdiri dari giro sebesar Rp 4,46 triliun, tabungan Rp 12,13 triliun, dan deposito Rp 29,45 triliun. Dia juga memaparkan, kantor cabang Bank Muamalat di Kuala Lumpur berhasil membukukan laba sebelum pajak (earning before text) sebesar Rp 28,839 miliar pada semester I-2014, tumbuh 175,69 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 10,460 miliar. Kemudian pembiayaan semester I ini mencapai Rp 389,106 miliar atau tumbuh 75,12 persen disbanding periode sama pada tahun 2013 yang sebesar Rp 222,191 miliar. Sementara dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun hingga semester I-2014 mencapai Rp 1,857 triliun, tumbuh signifikan sebesar 109,49 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 886,918 miliar. Aset kantor cabang Bank Muamalat sekarang sebesar Rp 2,058 triliun, tumbuh 94,61 persen dibandingkan periode sama pada semester I-2013 yang sebesar Rp 1,057 triliun. “Rasio profitabilitas (return of assets/ROA) kantor cabang kami sebesar 2,4 persen per Juni 2014,” kata dia. Hendiarto mengakui, bisnis perseroan di Malaysia tumbuh signifikan. Tetapi, aset kantor cabang di luar negeri terkendala dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 2/22/ PBI/2000 tentang Kewajiban Pelaporan Utang Luar Negeri. Oleh sebab itu, aset kantor cabang di luar negeri dikategorikan pinjaman komersial luar negeri (PKLN) dan batasnya 30 persen dari modal. “Kami berharap, agar BI mengec-
Mitra Investor
@mitrainvestor
ualikan peraturan tersebut untuk kantor cabang di luar,” ujar dia. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan penurunan laba karena tergerus biaya dana. Adapun dalam laporan keuangan, laba bersih perseroan turun 24% dari Rp282 miliar pada Juni 2013 menjadi Rp214 miliar di bulan yang sama tahun ini. Direktur Keuangan Bank Muamalat Hendiarto mengatakan penurunan laba tersebut disebabkan kenaikan biaya dana atau cost of fund. “Cost of fund kami naik dari 4,9% tahun lalu menjadi 6,75% tahun ini atau sekitar Rp300 miliar,” kata Hendiarto, Selasa (26/8/2014). Melihat penurunan perolehan laba tersebut, Hendiarto tak mematok target tinggi di tahun ini. “Ya kurang lebih sama dengan tahun lalu, atau mungkin naik sedikit,” ujarnya, Selasa (26/8/2014). Bank Muamalat mencatat laba sebesar Rp 372,2 miliar (Juni 2013), naik signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 246,05 miliar (Juni 2012). “Pada periode tersebut pula, aset tercatat sebesar Rp 47,92 triliun atau meningkat 46,6 persen secara tahunan dari posisi semester I 2012 Rp 32,69 triliun,” kata Direktur Utama Bank Muamalat Arviyan Arifin dalam berita tertulis yang diterima merdeka. com, Sabtu (24/8). Dari sisi pembiayaan yang disalurkan, mencapai Rp 38,11 triliun atau tumbuh 47,9 persen dari Rp 25,77 triliun dalam periode setahun. Tingkat pembiayaan bermasalah (NPF-nett) terjaga pada level 1,86 persen (nett) atau berkurang dari periode yang sama tahun lalu yaitu 1,94 persen (nett). Dari aspek penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat mencapai Rp 35,61 triliun atau naik 38,85 persen dari Rp 25,65 triliun (yoy). Pertumbuhan DPK diikuti dengan pertumbuhan dana
support@mitrainvestor.com
31
HEADLINE ritel dari produk-produk Tabungan (Saving Accounts) yang mencapai 31,8 persen menjadi Rp 9,47 triliun. “Produk Tabungan Muamalat Prima memiliki kontribusi terbesar dalam peningkatan DPK ritel,” kata Arviyan. Total dana yang dihimpun dari produk tabungan premium ini meningkat sangat signifikan menjadi Rp 1,43 triliun, dari posisi semester I 2012 yang hanya Rp 4,1 miliar. Tingginya pertumbuhan tabungan tidak lepas dari kontribusi perluasan jaringan dan e-channel Bank Muamalat. Sepanjang semester I 2013, Bank Muamalat menambah 23 kantor kas berjalan (mobile branch) sehingga jumlahnya menjadi 53 unit dan rencananya akan ditambah hingga sekitar 64 unit hingga akhir tahun. Mobile branch ditebar dengan distribusi merata, termasuk di Kawasan Indonesia Timur (KTI) seperti Manado, Gorontalo, Makassar, Jayapura, Timika dan Kupang guna meningkatkan akuisisi nasabah. Mobile branch melengkapi 453 kantor layanan di penjuru Indonesia serta 1113 unit ATM Muamalat yang tersebar di seluruh Indonesia. Sepanjang semester I, Bank Muamalat mengakui banyak menjalankan persiapan untuk melantai di bursa. Aksi korporasi yang dilakukan dalam bentuk right issue dan secondary public offering ini ditargetkan dapat menghimpun dana senilai Rp 1,5 triliun. Kedua agenda tersebut melengkapi aksi korporasi sebelumnya dalam rangka memperkuat struktur permodalan, diantaranya penerbitan Sukuk Subordinasi Berkelanjutan sebesar Rp 1,5 triliun yang tahun 2012 dan Semester I 2013. “Kami optimis right issue dan secondary public offering akan terealisasi setidaknya pada kuartal terakhir tahun 2013,” tutup Arviyan.
32
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 42,3 persen sepanjang tahun 2012 menjadi sebesar Rp389,4 miliar, dari sebelumnya Rp273,6 pada 2011. “Laba bersih Bank Muamalat tercatat meningkat 42,3 persen pada 2012. Sedangkan pencapaian laba sebelum pajak tercatat Rp521,8 miliar atau meningkat 40,4 persen dari Rp371,7 miliar 2011,” kata Direktur Utama Bank Muamalat Arviyan Arifin, saat paparan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Tahun 2012, di Jakarta, Senin. Dia mengatakan pencapaian laba bersih ditopang juga oleh pertumbuhan aset 38,1 persen (belum diaudit) dari Rp32,5 triliun 2011 menjadi Rp44,9 triliun 2012. “Pertumbuhan aset ini membawa `market share` Bank Muamalat meningkat dari 22,3 persen pada 2011 menjadi 23,0 persen pada 2012 terhadap industri perbankan syariah,” papar Arviyan. Di sisi lain pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat berjumlah Rp32,9 triliun sepanjang 2012, atau tumbuh 46,3 persen dari Rp22,5 triliun pada 2011, dengan “Financing to Deposit Ratio” (FDR/ rasio dana terhadap pembiayaan) 94,2 persen. “Penyaluran pembiayaan terutama dikontribusikan akad Murabahah yang mencapai 49,68 persen dari total portfolio, dan diikuti akad bagi hasil Mudharabah dan Musyarakah yang porsinya mencapai 45,79 persen,” tuturnya. Dia mengatakan pertumbuhan pembiayaan Bank Muamalat cukup ekspansif dengan indikator FDR meningkat dari 85,2 persen pada 2011 menjadi 94,2 persen di 2012. “Meskipun ekspansif, tingkat pembiayaan bermasalah atau `Non Performing Financing` rendah yaitu 1,81 persen,” ujarnya. Lebih jauh dia mengatakan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Muamalat hingga
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
akhir 2012 sebesar Rp34,9 triliun atau meningkat 30,4 persen dari Rp26,8 triliun 2011. Pertumbuhan DPK, kata dia, dikuti pertumbuhan dana ritel dari produk tabungan yang mencapai 35,3 persen, dan rasio kecukupan modal 11,57 persen. “Pertumbuhan DPK tabungan dihasilkan dari rekening baru, dan meningkatnya saldo rekening nasabah,” ucapnya. Sementara itu sepanjang 2012 Bank Muamalat telah menjalankan aksi korporasi dalam rangka penguatan struktur permodalan melalui penerbitan Sukuk Sobordinasi Berkelanjutan Tahap I sebesar Rp800 miliar. “Sukuk berakad Mudharabah ini sangat diminati sehingga mengalami `oversubscribe` dengan permintaan mencapai Rp1,13 triliun,” kata dia.
Peran Public Kembangkan Investasi Syariah Meskipun masyarakat Indonesia mayoritas Muslim, tidak mudah bagi perbankan syariah merebut hati nasabah. Pasalnya, masyarakat sudah terlalu lama bersentuhan dengan perbankan konvensional, sehingga banyak yang mempertanyakan / meragukan perbankan syariah. Ahmad Ifham, Business Development Executive Karim Business Consulting (2006) mengungkapkan, perlu strategi dan langkah yang sistematis, sosialisasi, dan kampanye yang kontinyu untuk merebut hati nasabah. Salah satu upaya akseleratif yang bisa dilakukan menurut Ifham (2007) yaitu dengan mengoptimalkan strategi public relations bank syariah. Tidak dapat dipungkiri bahwa upaya edukasi, menancapkan brand awareness dan brand loyalty pada publik dengan menggunakan iklan dan promosi di media massa membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan pada kenyataannya memang belum terjangkau oleh bank syariah. Hal
ini terlihat dari minimnya informasi tentang bank syariah yang diperoleh dari media massa, khususnya televisi. Di sisi lain, kewenangan PR Officer di bank syariah juga masih sedikit dan terbatas. Apalagi sebagian besar bank syariah di Indonesia masih berbentuk Unit Usaha Syariah, sehingga kewenangan dan kebijakan yang terkait dengan program dan anggaran biaya promosi dan publikasi juga terbatas. Bahkan terkesan dilakukan secara insidental, tidak menggunakan perencanaan yang matang. Terkadang kegiatan promosi dan publikasi juga dilakukan hanya jika memang ada penawaran dari pihak luar. Sebagai salah satu strategi sosialisasi bank syariah, strategi public relations, dibuat sedemikian rupa dengan memanfaatkan pihak ketiga yang kredibel (pihak yang bisa dipercaya oleh bank syariah maupun publik) agar mau menyampaikan kepada pihak kedua (publik) untuk memanfaatkan produk dan layanan yang dimiliki oleh pihak pertama (bank syariah). Sebelum strategi ini dijalankan, harus dipahami terlebih dahulu persepsi publik tentang bank syariah. Setelah itu, peta persepsi publik tersebut disesuaikan dengan visi manajemen bank syariah. Selanjutnya, PR Officer secara kreatif mengolah berbagai informasi yang ada untuk dijadikan bahan penentuan strategi public relations yang akan dijalankan secara konsisten dan terfokus. PR Officer harus benarbenar memahami publik, serta memiliki hubungan baik dengan pihak yang bisa membantu proses pengambilan keputusan publik, yaitu media massa. Peran media massa menjadi sangat penting karena memiliki jangkauan yang sangat luas dan efektif dalam upaya penyampaian opini publik dan mempengaruhi pengambilan keputusan publik terhadap produk/ jasa yang ditawarkan. Namun
demikian, media hanyalah tujuan antara dari public relations. Tujuan utama public relations adalah perubahan sikap publik (target pasar) sampai mereka benar-benar menggunakan dan loyal pada produk dan layanan bank syariah. Sedini mungkin PR Officer harus bisa membina hubungan baik dengan pihak media massa (wartawan), stakeholder termasuk karyawan internal, pembentuk opini publik, regulator (pemerintah, parlemen, Bank Indonesia), lembaga terkait seperti Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Asbisindo, konsultan bank syariah serta berbagai komunitas perbankan syariah. Sejak dini, hubungan baik dengan public figure seperti tokoh dari berbagai kalangan masyarakat, pejabat, pemimpin informal, artis, olahragawan, dan yang lain juga perlu dibina. Diharapkan public figure yang terlibat juga bukan hanya mereka yang memang identik dengan Islam. Bahkan public figure non-Muslim pun bisa dilibatkan untuk memberikan testimoni terhadap produk dan layanan bank syariah yang telah dia pakai. Sementara itu, wartawan dan pembentuk opini publik bisa dibuatkan program atau kegiatan sedemikian rupa sehingga dampaknya tanpa diminta oleh perusahaan, mereka menyampaikan berita atau tulisan yang pada intinya bisa menyampaikan pesan perusahaan kepada publik. Strategi seperti ini dinamakan pseudo event. Program-program yang dibuat tentu harus mencerminkan fakta dan realitas bank syariah yang ada, serta bisa memberikan impresi positif bagi berbagai pihak tersebut. Mereka inilah yang diharapkan menjadi pihak ketiga yang kredibel
Mitra Investor
@mitrainvestor
untuk bisa menyampaikan pesan kepada publik tanpa harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal jika dibandingkan dengan iklan. Bahkan iklan cenderung kurang kredibel karena isinya seringkali memuji diri sendiri. Meskipun demikian, iklan dan promosi tetap harus ada untuk tetap membangkitkan awareness dan permintaan calon nasabah. Selain itu, CEO (Chief Executive Officer) dan top management bank syariah juga harus mampu berperan sebagai PR Officer yang efektif, agar informasi yang sampai pada pihak ketiga maupun pihak pertama merupakan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Hal ini dilakukan untuk menghindari sumber informasi yang tidak akurat dari pihak luar bank syariah yang terkadang bisa memperburuk citra bank syariah. Berbagai strategi ini perlu dibarengi dengan strategi marketing public relations, seperti edukasi dan membangun kesadaran masyarakat tentang bank syariah, peluncuran produk, pengembangkan layanan publik, dan berbagai program promosi dengan memberi kesempatan experiential kepada publik untuk berinteraksi langsung dengan produk dan layanan bank syariah. Namun, perlu diperhatikan bahwa suksesnya semua aktivitas public relations ini bukan diukur dari diperolehnya liputan media massa yang luas atau even yang sukses dengan banyaknya pengunjung, tetapi ditentukan oleh perubahan perilaku publik sesuai dengan tujuan yang diinginkan yaitu perubahan sikap target pasar sehingga benar-benar menggunakan produk dan layanan bank syariah. Perubahan sikap dan perilaku masyarakat ini bisa dilihat dengan riset pengunjung even atau riset persepsi dan perilaku pembaca media massa yang bisa dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.[]
support@mitrainvestor.com
33
HEADLINE
o r P
k u d
m e G
R
n a
In imb
Meski telah satu dekade investasi syariah berkembang di Indonesia, nyatanya masih banyak orang yang masih ragu menanamkan pundi-pundi investasinya di jalur ini. Konsep syariah yang tidak mengenal riba (bunga) yang mengadopsi sistem bagi hasil antara nasabah dan bank, masih dipandang tidak mampu memberikan tingkat penghasilan yang pasti. “Dari segi laba, produk investasi belum bisa bersaing dengan investasi konvensional. Alias, cenderung jauh lebih rendah,” ujar Amelia (27), saat mengungkap keengganannya untuk mencoba jalur investasi ini. Benarkah demikian? “Tergantung jenis produknya. Secara teoretis memang demikian. Terutama, untuk produk investasi tertentu yang terkait dengan saham, seperti reksa dana saham atau campuran,” ungkapTeguh. Hal ini menyangkut terbatasnya pilihan saham yang tersedia bagi para investor syariah.
34
r o
h ia
r a y S
g n a
t s g
e v
B
il
p s e
s n o
Dari sekitar 400 jenis saham yang dijual di Bursa Efek Indonesia, hanya sekitar 270-an saham yang oleh hasil penyaringan Bapepam dinyatakan tidak bertentangan dengan syariah Islam. Nama-nama dari perusahaan yang masuk dalam kriteria syariah bisa dibaca dalam Daftar Efek Syariah (DES). Investor syariah hanya dibenarkan untuk menaruh dana mereka pada perusahaan yang terdaftar dalam DES. Implikasinya, ketika semua saham yang terdapat dalam DES mengalami penurunan nilai, maka investor nonsyariah masih dapat melakukan switch dengan menjual saham tersebut, dan mengalihkan dananya untuk membeli saham (dari manajer investasi yang sama) di luar DES yang lebih menguntungkan. “Langkah yang sama tidak bisa dilakukan oleh investor syariah, yang mau tidak mau harus terima ‘nasib’,” jelas Teguh. Namun, teori ini pun baru-baru ini telah terbantahkan! “Sejak Maret,
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Mei, bahkan hingga Juni 2012, reksa dana syariah saham dan campuran memberikan return yang lebih besar daripada reksa dana sejenis dari produk konvensional. Bahkan, riset mengungkapkan bahwa untuk produk investasi nonsaham, seperti reksa dana pendapatan tetap (sukuk, obligasi), produk keluaran syariah lebih unggul dari konvensionalnya,” papar Teguh, tentang beragam produk di pasar modal syariah. Tentang konsep bagi hasil dalam investasi syariah dan ketakutan terhadap ketidakpastian hasil, juga merupakan salah satu imbas kurangnya pemahaman masyarakat. Teguh menerangkan bahwa bentuk bagi hasil ini biasanya dipakai pada produk investasi yang dikeluarkan oleh bank, seperti tabungan, deposito, giro, pinjaman, serta asuransi. Bagi hasil ini akan diwakili dengan nisbah, yang besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan awal antara nasabah dan pihak bank,
misalnya 60 : 40 (60 untuk Anda, dan 40 untuk bank). ”Keuntungannya bisa naikturun, sesuai dengan performa bank dalam memutarkan modal nasabah. Kalau usaha yang didanai bank performanya bagus, maka keuntungan tinggi, demikian sebaliknya,” ujar Teguh. Ketidakpastian yang bagi beberapa orang dianggap menakutkan ini sebenarnya justru bisa menjadi sistem peringatan dini. Ketika bank krisis, maka pendapatan menurun. Sebagai deposan, kita wajib waspada. Apabila turun terus, padahal kondisi pasar sedang bagus, dan SBI (suku bunga bank Indonesia) juga naik, berarti kemungkinan besar banyak kredit yang macet di bank tersebut. Sehingga, kita bisa mengalihkan dana ke bentuk investasi lain, atau ke bank syariah yang lain,” jelas Teguh. Sistem peringatan dini seperti ini sulit ditangkap saat Anda
menabung di bank konvensional. Sebab, menurut Teguh, di kondisi krisis, bank konvensional justru cenderung meningkatkan suku bunganya. ”Tujuannya, agar nasabah tidak lari,” tambahnya. Hal inilah yang terjadi saat krisis tahun 1997/1998, di mana suku bunga bank pernah naik hingga 60%! Padahal, banyak kredit yang macet. Tahu-tahu bank ambruk, dan nasabah kebingungan karena tidak bisa menarik dananya. Tidak kalah dengan produk konvensionalnya, perbankan syariah juga memiliki banyak koleksi pilihan investasi. Mulai dari yang paling sederhana, seperti tabungan dan deposito, sampai ke reksa dana, saham, gadai emas, dan bisnis properti. “Sekarang ini gadai emas dan investasi yang menawarkan harga lebih menarik, investasi properti juga menjadi primadona baru di dunia syariah,” ungkap Achmad. Untuk kredit pemilikan rumah (KPR), perbankan syariah mena-
Mitra Investor
@mitrainvestor
warkan fitur pembiayaan yang menarik, yaitu melalui konsep sewabeli, atau yang dikenal dengan program Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT). Skema pembiayaan ini memudahkan mereka yang ingin berinvestasi di bidang properti. Ketika ingin membeli rumah ke-2 atau ke-3, yang memang ditujukan untuk kepentingan investasi, nasabah tidak perlu memakai atas nama sendiri. Sebagai gantinya, mereka bisa memakai atas nama bank. ”Ketika di tengah jalan properti tersebut akan dijual, pihak bank yang akan melakukan transaksi penjualan. Nasabah juga tidak perlu repot mengurus sertifikat ganti nama,” jelas Achmad. Anda juga bisa membeli rumah dengan cara jual beli (murabahah). Dengan cara ini, nasabah syariah tidak perlu khawatir terhadap melonjaknya suku bunga KPR sebagai akibat fluktuasi harga pasar, seperti yang terjadi pada sistem pembiayaan konvensional. Kewa-
support@mitrainvestor.com
35
HEADLINE jiban nasabah adalah melakukan angsuran tetap hingga jatuh tempo pembiayaan dengan bunga fix. Namun, ada yang perlu Anda perhatikan saat ingin mengajukan KPR dengan sistem murabahah. Harap dimengerti, bahwa kredit yang diterapkan merupakan gabungan dari harga rumah plus biaya ‘bunga’ selama tahun pengajuan KPR (5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan seterusnya). Maka, jika akan melakukan pelunasan sebelum jangka waktu kredit, si debitur harus membayar total nilai kredit yang tersisa (berarti termasuk biaya bunga 5 tahun)
Prosentase Minat Investor Syariah Akhir-akhir ini topik Syariah merupakan topik yang cukup banyak dibahas di pasar modal. Selain karena timing menjelang bulan puasa, juga karena tekad dari pemerintah Indonesia untuk memajukan pasar modal Syariah. Penjelasan tentang investasi pasar modal terkait syariah sebelumnya sudah pernah saya jelaskan di Macam-macam Investasi Syariah. Dalam kesempatan kali ini, saya ingin membuktikan apakah mitos yang selama ini menye-
butkan bahwa investasi syariah, khususnya saham dan reksa dana syariah identik dengan sektor komoditas (pertanian, perkebunan, dan pertambangan). Sebab, sesuai dengan prinsip syariah, perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, asuransi, dan sekuritas yang mengandung unsur bunga dan ketidakpastian dalam bisnisnya tidak dapat masuk dalam kategori tersebut. Di luar sektor tersebut, tentunya yang tersisa, logikanya adalah sektor komoditas. Apalagi Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keragaman sumber daya kekayaan alamnya.
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar di atas, mayoritas investor individu menyatakan bahwa mereka tidak berminat untuk berinvestasi pada efek syariah. Terdapat beberapa faktor yang mungkin berpengaruh terhadap keputusan tersebut, antara lain investor tidak yakin bahwa efek syariah tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah, kinerja return/imbal hasil efek syariah lebih rendah dari efek konvensional, kemudian keterbatasan pengetahuan investor individu mengenai efek syariah, dan masih terbatasnya jumlah (supply) efek syariah di pasar modal. Faktor lainnya adalah kurangnya informasi tentang efek syariah yang didapat oleh investor individu dari media massa, regulasi yang belum memadai, kurangnya pengetahuan keSyariahan yang dimiliki oleh tenaga pemasar pada saat menawarkan efek syariah, dan kurangnya edukasi dan sosialisasi mengenai efek syariah. Gambar. 1.1 Faktor yang Mempengaruhi Investor Individu Tidak Berminat pada Efek Syariah
36
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Gambar 1.1. menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi investor individu yang tidak berminat pada efek syariah adalah kurangnya edukasi dan sosialisasi mengenai efek syariah di pasar modal (77,8%). Faktor signifikan yang mempengaruhi berikutnya adalah keterbatasan pengetahuan investor individu mengenai efek syariah (76,9%) dan kurangnya informasi tentang efek syariah di media massa (70,4%). Gambar 1.2
Investor individu yang tidak berminat untuk berinvestasi pada efek syariah adalah investor yang tidak mengenal efek syariah. Gambar 1.2. menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat pengetahuan terhadap efek syariah, mayoritas atau 58,3% dari investor individu yang tidak berminat tersebut menyatakan bahwa mereka hanya pernah mendengar tentang efek syariah, serta tidak mengetahui dan mempunyai pemahaman tentang efek syariah. Selain itu, kurangnya pemahaman investor yang tidak berminat pada efek syariah tersebut juga didukung dengan hasil kuesioner, di mana mayoritas investor tersebut memandang bahwa menjual kembali efek syariah tidak semudah efek konvensional, padahal sebenarnya mudah-tidaknya penjualan kembali efek tidak dipengaruhi dari jenis efeknya berupa efek syariah atau bukan.
Hal ini sejalan dengan profil investor individu bahwa investor akan mengambil keputusan investasinya berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya tentang investasi. Dengan demikian, karena tidak mempunyai pengetahuan tentang efek syariah, maka investor tersebut tidak akan berminat pada efek syariah. Oleh karena itu, perlu ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman investor terhadap efek syariah. Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai investor individu tersebut di atas, secara umum dapat digambarkan bahwa mayoritas investor individu tidak berminat terhadap efek syariah. Faktor yang paling menentukan adalah kurangnya edukasi dan sosialisasi mengenai efek syariah di pasar modal. Namun demikian, kajian ini tidak membahas sisisisi yang kurang dari edukasi dan sosialisasi tersebut, seperti kuan-
Mitra Investor
@mitrainvestor
titas/kualitas penyelenggaraan, target/sasaran audiance, serta materi atau media informasi. Oleh karena itu, perlu pendalaman lebih lanjut mengenai hal tersebut di masa yang akan datang. Pada sisi lain, untuk investor individu yang berminat pada efek syariah, faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi minat pada efek syariah tersebut adalah adanya kesan positif terhadap efek syariah sebagai investasi yang beretika dan bermoral serta kondisi ekonomi, di mana efek Syariah dianggap lebih bisa bertahan pada saat krisis.
Daftar Produk Syariah terbaik 2014 Baru-baru ini, Majalah Investor bersama Tim Juri Investor Best Syariah Awards 2014 juga memberikan penghargaan kepada Tokoh Syariah. Tiga tokoh yang mendapatkan penghar-
support@mitrainvestor.com
37
HEADLINE gaan atas peran mereka dalam pengembangan industri keuangan syariah di Tanah Air tahun ini adalah Prof. Dr. Amiur Nuruddin, MA, Guru Besar Ilmu Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam (FEBI) IAIN Sumatera Utara Medan (Akademisi), Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag, Guru Besar Hukum Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Bandung (Ulama) dan Friderica Widyasari Dewi, Direktur PT Bursa Efek Indonesia (Praktisi). Menurut Direktur Berita Satu Media Holdings, Primus Dorimulu, pemeringkatan institusi dan instrumen syariah ini merupakan upaya mendukung pengembangan institusi keuangan syariah di Indonesia. Tahun ini adalah penyelenggaraan Investor Best Syariah Award yang ke-9 kali diadakan Majalah Investor. Dan tahun ini untuk yang ke-6 kalinya memberikan penghargaan kepada Tokoh Syariah. “Pemeringkatan bisnis dan produk syariah ini melengkapi pemeringkatan yang secara berkala dibuat Litbang Majalah Investor, seperti pemeringkatan emiten, bank, hingga asuransi. Tujuannya, untuk membedakan penghargaan buat perusahaan konvensional dan khusus bisnis syariah,� ujar Primus Dorimulu pada Penganugerahan Investor Best Syariah Award 2014 di Ballroom, Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (12/8). Penilaian kinerja keuangan institusi syariah sebagian besar mengacu pada penilaian institusi konvensional, namun beberapa kriteria disesuaikan dengan parameter syariah. Pemeringkatan bank syariah, asuransi syariah dan multifinance syariah hanya menggunakan penilaian kuantitatif berdasarkan kinerja finansial. Dalam penilaian kuantitatif, ada sejumlah parameter yang
38
digunakan untuk penilaian. Pada bank syariah, misalnya, digunakan 17 indikator, termasuk CAR (capital adequacy ratio), NPF (non performance financing), ROA (return on asset), ROE (return on equity), NIM (net interest margin), BOPO, cash provision, pertumbuhan pembiayaan, return mudarabah, return ijarah. Tim Juri memberi perhatian cukup besar pada tingkat risiko usaha syariah. Ini tercermin dari pemberian bobot penilaian tertinggi pada risiko (30 persen). Menyusul penilaian efisiensi & profitabilitas (25 persen), pertumbuhan (20 persen), prudentiality (20 persen), dan corporate social responsibility (5 persen). Pada pemeringkatan sukuk, penilaian menggunakan perhitungan bagi hasil dan Altman Score. Pengolahan data menggunakan harga sukuk mingguan dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan, pada pemeringkatan reksa dana syariah dihitung RAR (risk adjusted return), dengan menggunakan metode Modified Sharp Ratio. Tahun ini, tim juri Investor Syariah Award terdiri atas Adiwarman Karim (Presdir Karim Business Consulting), Dr Josep Ginting (Akademisi), Iggi Achsien (Pengamat Pasar Modal Syariah), dan Adi Pramana (Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia). Pada pemeringkatan institusi syariah tahun ini, menurut Adiwarman Karim, ketua juri sebenarnya agak sulit melakukan pemeringkatan, karena secara umum perekonomian Indonesia sedang slow down, terutama di industri perbankan. Pemeringkatan tahun ini menjadi lebih menantang, karena mencari pemenang di tengah situasi yang menurun, dan mencaritahu institusi mana yang bisa mempertahamkan kinerja lebih baik dari pesaingnya. []
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Mitra Investor
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
39
40
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Mitra Investor
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
41
LIFESTYLE
Toraja Tanah Seribu Pesona Wisata
Pernahkah Anda mendengar sebuah daerah bernama Batutumonga? Inilah salah satu pilihan wisata alam terbaik yang dimiliki Indonesia. Mengunjungi Tana Toraja di Sulawesi Selatan, Anda bisa langsung melaju hingga ke Batutumonga. Salah satu pilihan destinasi wisata alam yang sayang jika Anda lewatkan. Batutumonga terletak di lereng Gunung Sesean yang merupakan gunung tertinggi di Toraja. Tak heran jika banyak orang menjadikan gunung ini tempat terbaik menyaksikan keindahan Tana Toraja dari ketinggian, termasuk panorama Kota Rantepao. Jika anda, Penat dengan rutinitas di kota yang penuh polusi, Anda dapat melepaskannya di sini dengan menghirup segarnya udara pegunungan sambil menikmati panorama alam yang membentang di bawahnya. Batu-batu makam yang tersebar, rumah-rumah tradisional, serta sawah yang meng-
42
hampar menjadi pemandangan yang spektakuler. Tak hanya Tana Toraja, di kejauhan tampak pula Bentang Kota Rantepao, Ibu Kota Kabupaten Toraja Utara yang juga merupakan pintu masuk ke negeri yang subur dan makmur ini. Rantepao berjarak sekira 20 km atau sekira 1–1,5 jam perjalanan berkendara. Saat pagi hari di Batutumonga, kabut dan sekumpulan awan putih bersih membalut langit Tana Toraja. Anda akan merasa bagaikan sedang berdiri di negeri awan. Batutumonga adalah kawasan yang terbilang sepi dan lengang aktivitas. Tak banyak yang dapat Anda lakukan selain menikmati keindahan alam dan mencari ketenangan. Sangat cocok bagi Anda yang ingin menghilangkan penat. Untuk menuju Batutumonga, ada dua pilihan cara transportasi. Pertama, menumpang minibus atau bemo dari Pasar Bolu.
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Kedua, menyewa mobil yang akan membawa Anda hingga ke lokasi. Siapkan kondisi mobil sebaik mungkin karena perjalanan akan cukup berkelok. Bagi Anda yang ingin menikmati pemandangan alam berupa bentang persawahan yang hijau disarankan untuk berkunjung pada Maret dan April. Apabila tidak ingin melewatkan hamparan sawah dengan padi yang mulai menguning, maka datanglah ke Batutumonga pada Juli atau Agustus. Keunikan dan keindahan Toraja di Sulawesi Selatan tak kalah dengan Bali. Sampai-sampai mantan Presiden Soeharto pada tahun 1970-an menyebut Toraja sebagai destinasi wisata populer setelah Bali. Sebelum krisis moneter melanda Indonesia, nama Toraja begitu dikenal wisatawan, khususnya wisatawan Eropa sehingga kunjungan turis selalu bertambah ke wilayah ini. Ini diakui oleh Bupati Tana Toraja Theofilus Allorerung saat
menerima rombongan Famtrip Destination Management Organization (DMO) Toraja, di Makale, Selasa (18/11/2014) sore. Menurut Theofilus, selain wisata budaya juga ada wisata alam dan wisata religi. Pemkab Tana Toraja juga berencana membangun patung Yesus Kristus tertinggi di dunia. Patung raksasa itu akan dibangun setinggi 40 meter di Bukit Burake. Nantinya tinggi patung bakal mengalahkan patung Christ the Redeemer di Rio de Janeiro, Brasil Namun jarak Makassar-Toraja yang cukup jauh, sekitar 8 jam perjalanan lewat darat membuat Toraja hanya benar-benar dikunjungi oleh wisatawan yang berminat mengetahui lebih mendalam budaya dan adat istiadat Toraja Sebenarnya, lanjut Theofilus, Kabupaten Tana Toraja memiliki bandara perintis yang diberi nama Pongtiku dengan landasan sepanjang 900 meter. Namun
penerbangan hanya berlangsung setiap Senin dengan sekali penerbangan dari dan ke Makassar. “Saat ini kami sedang merencanakan membangun bandara baru dengan landasan sepanjang 1.900 meter. Sekarang dalam tahap pembebasan lahan,� katanya Oleh karena itu Pemkab Tana Toraja tetap gencar mengundang investor untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan sarana akomodasi di wilayah ini. Bupati juga menyadari, Tana Toraja tidak hanya fokus pada wisata budaya dengan mengandalkan keunikan tradisi Toraja dengan rumah adat dan acara budaya namun juga mulai mengembangkan wisata lainnya seperti wisata agro. Cara-
Mitra Investor
@mitrainvestor
nya dengan mengajak wisatawan memasuki kebun kopi saat mereka menuju Pango-pango, lokasi sejuk di pegunungan. Dari puncak bukit ini, wisatawan akan melihat pemandangan Kota Makale. untuk mensejahterakan warga Toraja dari sektor pariwisata. Pemerintah kejar pembangunan infrastuktur. Pertama-tama dibuka dengan melebarkan jalan dan menambah jumlah restoran. Tahun 2016 targetkan jalan-jalan tersebut sudah lebar semua. banyak suvenir khas Toraja dan kuliner, tahun 2015 ini akan dibangun gedung suvenir sehingga memudahkan wisatawan mencari produk dan makanan khas Toraja.[]
support@mitrainvestor.com
43
OPINI
Ekonomi Syari’ah Poros Tengah Perekonomian Modern
Krisis ekonomi Indonesia sampai saat ini masih berlangsung dan belum menunjukkan tanda-tanda untuk segera pulih. APBN kita masih dikuras dalam jumlah besar untuk pengeluaran membayar bunga hutang baik hutang luar negeri maupun bunga hutang dalam negeri dalam bentuk bunga obligasi rekap bank konvensional. Seharusnya dana APBN ratusan triliun digunakan untuk pemberdayaan rakyat miskin, tetapi justru untuk mensubsisi bank-bank ribawi melalui bunga rekap BLBI dan SBI. Ini terjadi karena pemerintah telah terperangkap kepada sistem riba yang merusak perekonomian bangsa. Menaiknya harga BBM semakin memperparah penderitaan rakyat Indonesia dan semakin membengkakkan angka kemiskinan. Inflasi meningkat secara tajam. Semua para ekonom hebat di negeri ini meprediski infasi hanya 8,7 %, tetapi kenyataannya melejit di luar dugaan, lebih dari 18 %. Ekonom hebat tersebut keliru besar dalam memprediksi. Angka inflasi 18 % merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir. Sebagai indikator penting bagi perekonomian negara, maka inflasi wajib dipandang secara kritis. Sebab, inflasi yang melonjak tinggi bermakna gong marabahaya bagi ekonomi rakyat Pada saat ini, tercatat jika sejak Maret 2005, jumlah utang Indonesia mencapai Rp1,282 triliun. Angka fantastis nan bombastis tersebut, setara dengan 52 % dari produk domestik bruto. Komposisi utang itu ialah 49% persen utang luar negeri. Sementara 51 persen utang dalam negeri. Selain problem hutang Indonesia yang amat besar, ancaman terhadap kesinambungan fiskal dan pembiayaan pembangunan juga menjadi problem besar. Demikian pula buruknya infrastruktur, rendahnya investasi dan pertumbuhan ekonomi, terpuruknya sektor riel, menurunnya daya saing, serta akan masih meningkatnya angka pengangguran akibat kenaikan BBM yang lalu. Keterpurukan ekonomi Indoiensias juga ditandai oleh masih belum bergairahnya sektor riil akibat lumpuhnya fungsi intermediasi perbankan konvensional. LDR Bank konvensional masih belum optimal bahkan masih jauh, yaitu berkisar di angka 50an %. Lain lagi NPL 2 bank konvensional raksasa yang semakin meningkat . Peningkatan NPL (kredirt macet) tersebut telah berada pada titik yang membahayakan, yaitu 24 & dan 20 %. Inilah kondisi bankbank ribawi, LDR rendah sementara NPL tinggi. Realitas ini berbeda dengan bank syariah, FDR tingi, NPF rendah. Sehingga mendorong pertumbuhan sektor riil. Sementara bank konvensional sebaliknya. Kesimpulannya, ekonomi Indonesia benar-benar terpuruk dan terburuk di bawah sistem ekonomi kapitalisme. Indonesia hanya unggul atas negara-negara Afrika seperti Malawi, Uganda, Kenya, Zambia, Mozambik, Zimbabwe,Mali, Angola dan Chad. Peringkat daya saing pertumbuhan (growth competitiveness index) Indonesia, nyaris sama dengan Ethiopia yang pernah hancur-lebur
44
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
oleh perang serta wabah kelaparan.
Reksadana Syariah, Alternatif Produk Investasi Reksadana bisa dibilang investasi terbaik di tahun 2014 ini. Reksadana sebagai produk pasar modal yang murah meriah tetapi berpotensi memberi keuntungan tinggi patut diperhitungkan. Cara terbaik untuk berinvestasi reksadana adalah memilih produk dimana nilai investasi yang Anda tanamkan bisa memberi hasil memuaskan, tetapi dengan resiko yang dapat diantisipasi pula. Untuk berinvestasi di reksa dana syariah, dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu membeli melalui Manajer Investasi langsung atau melalui Bank Agen Penjual yang menawarkan produk reksa dana syariah. Umumnya produk ini lebih banyak dijumpai di Bank Syariah, namun beberapa tahun belakangan juga sudah mulai dijual di Bank Konvensional. Minimum investasi untuk instrumen ini biasanya dimulai dari Rp 250.000. Terbatasnya instrument pasar modal syariah menjadikan instrument ini lebih diperuntukkan untuk investor dengan karakteristik moderat atau agresif. Instrumen yang lebih konservatif seperti pendapatan tetap masih memerlukan waktu agar bisa lebih berkembang.
Mitra Investor
Reksa Dana Syariah sendiri tidak dikhususkan untuk umat muslim. Begitu pula dengan saham dan sukuk syariah. Investasi pasar modal syariah menawarkan alternatif investasi bagi investor serta secara teoritis lebih aman karena melarang investor / Manajer Investasi melakukan tindakan spekulatif seperti short selling, transaksi margin, atau membeli perusahaan yang rasio hutangnya sudah tinggi. Hal ini secara tidak langsung, membuat investor lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan investasinya. Setelah memahami investasi reksadana, tidak ada salahnya melihat beberapa reksadana berkinerja terbaik dalam 3 tahun terakhir. 4 macam reksadana yaitu reksadana saham, reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap dan reksadana syariah, dan diurutkan masingmasing dari yang memberi keuntungan terbesar dalam 3 tahun belakangan ini. Angka yang terletak di ujung kanan tabel menunjukkan persentase kenaikan nilai investasi. Jadi angka 54 (misalnya) menunjukkan bahwa investasi pada produk reksadana tersebut telah meningkat sebesar 54% dalam 3 tahun ini. Dari sekitar lebih 700an produk reksadana yang ada saat ini, inilah produk reksadana dengan kenaikan nilai paling tajam dalam periode 3 tahun:
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
45
OPINI
Dalam daftar tabel di atas, terlihat bahwa masing-masing jenis reksadana juga memiliki produk unggulan. Dana kelolaan reksadana syariah turun tipis dari Rp 10,27
46
triliun pada Oktober 2014 ini menjadi Rp 10,198 triliun hingga akhir November 2014. Padahal, pada periode yang sama, kelolaan reksa dana konvensional tercatat masih tumbuh 4,35%
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
menjadi Rp 223,31 triliun. Walhasil, berdasarkan keterangan resmi yang dilansir situs Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penetrasi secara nilai dana kelolaan reksa dana syariah
pun menciut, yakni dari 4,58% menjadi hanya 4,37%. Meskipun, secara jumlah produknya mengalami peningkatan dari 8,10% menjadi 8,11%. Adapun, jenis reksadana syariah saham mendominasi dana kelolaan hingga Rp 6,13 triliun. Diikuti oleh reksadana berjenis campuran sebesar Rp 1,64 triliun, reksadana terproteksi Rp 1,1 triliun, reksadana pendapatan tetap Rp 394 miliar, reksa danapasar uang Rp 361 miliar, dan sisanya diparkir di reksadana indeks dan ETF. Jumlah reksadana syariah sendiri mencapai 70 produk, meningkat dari bulan sebelumnya yang hanya 68 produk. Pada akhir tahun lalu, jumlah reksadana syariah hanya sebanyak 65 produk dengan total dana kelolaan sebesar Rp 9,43 triliun.
Sistem Syari’ah Sebagai Solusi Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam merecovery ekonomi Indonesia adalah penerapan ekonomi syari’ah. Ekonomi syari’ah memiliki komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan spekulasi mata uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian. Ekonomi syari’ah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul dalam menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Fakta ini telah diakui oleh banyak pakar ekonomi global, seperti Rodney Shakespeare (United Kingdom), Volker Nienhaus (Jerman), dsb. Ke depan pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi Islam yang telah terbukti ampuh dan lebih resisten di masa krisis. Sis-
tem ekonomi Islam yang diwakili lembaga perbankan syari’ah telah menunjukkan ketangguhannya bisa bertahan karena ia menggunakan sistemi hasil sehingga tidak mengalami negative spread sebagaimana bank-bank konvensional. Bahkan perbankan syariah semakin berkembang di masa-masa yang sangat sulit tersebut. Sementara bank-bank raksasa mengalami keterpurukan hebat yang berakhir pada likuidasi, sebagian bank konvensional lainnya terpaksa direkap oleh pemerintah dalam jumlah besar Rp 650 triliun. Setiap tahun APBN kita dikuras lagi oleh keperluan membayar bunga obligasi rekap tersebut. Dana APBN yang seharusnya diutamakan untuk pengentasan kemiskinan rakyat, tetapi justru digunakan untuk membantu bankbank konvensional. Inilah faktanya, kalau kita masih mempertahakan sistem ekonomi kapitalisme yang ribawi. Selama ini, sistem ekonomi dan keuangan syari’ah kurang mendapat tempat yang memungkinkannya untuk berkembang. Ekonomi Islam belum menjadi perhatian pemerintah. Sistem ini mempunyai banyak keunggulan untuk diterapkan, Ekonomi Islam bagaikan pohon tumbuhan yang bagus dan potensial, tapi dibiarkan saja, tidak dipupuk dan disiram. Akibatnya, pertumbuhannya sangat lambat, karena kurang mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan pihak-pihak yang berkompeten, seperti Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Industri, BAPENAS, DPR dan Menteri yang terkait lainnya. Keberhasilan Malaysia mengembangkan ekonomi Islam secara signifikan dan menjadi teladan dunia internasional, adalah disebabkan karena kebijakan
Mitra Investor
@mitrainvestor
Mahathir yang secara serius mengembangkan ekonomi Islam. Mereka tampil sebagai pelopor kebangkitan ekonomi Islam, dengan kebijakan yang sungguhsungguh membangun kekuatan ekonomi berdasarkan prinsip syari’ah. Indonesia yang jauh lebih dulu merdeka dan menentukan nasibnya sendiri, kini tertinggal jauh dari Malaysia. Kebijakan-kebijakan Mahathir dan juga Anwar Ibrahim ketika itu dengan sistem syari’ah, telah mampu mengangkat ekonomi Malaysia setara dengan Singapura. Tanpa kebijakan mereka, tentu tidak mungkin ekonomi Islam terangkat seperti sekarang, tanpa kebijakan mereka tidak mungkin terjadi perubahan pendapatan masyarakat Islam secara signifikan. Mereka bukan saja berhasil membangun perbankan, asuransi, pasar modal, tabungan haji dan lembaga keuagan lainnya secara sistem syari’ah, tetapi juga telah mampu membangun peradaban ekonomi baik mikro maupun makro dengan didasari prinsip nilai-nilai Islami. Aplikasi ekonomi Islam bukanlah untuk kepentingan ummat Islam saja. Penilaian sektarianisme bagi penerapan ekonomi Islam seperti itu sangat keliru, sebab ekonomi Islam yang konsen pada penegakan prinsip keadilan dan membawa rahmat untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi ummat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam bersifat inklusif.[]
support@mitrainvestor.com
47
ANALISA
MENENTUKAN TREN DENGAN Bollinger Bands Bollinger band digunakan untuk mengukur volatilitas suatu pasar. Pada dasarnya, alat ini memberitahu kita apakah pasar tenang atau apakah pasar ramai ! Ketika pasar yang tenang. Perhatikan pada grafik di bawah ini bahwa ketika harga tenang, pita berdekatan.Ketika harga bergerak naik, pita melebar.
Bagaimana cara menghitung dengan rumus matematika di belakangnya, dan seterusnya dan sebagainya, tapi kami benar-benar tidak merasa harus mengetik semuanya. Sejujurnya, Anda tidak perlu tahu apapun itu. Kami pikir, lebih penting kami menunjukkan beberapa cara agar Anda dapat menerapkan band Bollinger untuk trading anda.
48
Bollinger Bounce Satu hal yang perlu anda ketahui tentang band Bollinger adalah bahwa harga cenderung untuk kembali ke tengah band. Itulah gagasan di balik bouncing Bollinger. Dengan melihat chart di bawah ini, bisa anda beritahu kami di mana harga bisa pergi berikutnya?
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Jika Anda mengatakan bawah, maka Anda benar! Seperti yang Anda lihat, harga duduk kembali turun menuju daerah tengah band.
Apa yang baru saja Anda lihat adalah Bollinger bounce klasik. Alasan bounce ini terjadi adalah karena Bollinger band bertindak seperti support resistance dinamis.Semakin lama jangka waktu Anda berada, cenderung semakin kuat band-band ini. Banyak trader telah mengembangkan sistem yang berkembang pada bouncing tersebut dan strategi ini paling baik digunakan ketika pasar mulai dan tidak ada tren yang jelas. Sekarang mari kita lihat cara untuk menggunakan Bollinger band ketika tren pasar tidak jelas.
Melihat grafik di atas, Anda dapat melihat band squeeze bersama-sama. Harga baru saja mulai untuk keluar dari band top. Berdasarkan informasi ini, kemana menurut anda harga akan pergi?
Bollinger Squeeze Ketika band squeeze, biasanya berarti bahwa breakout bersiap-siap akan terjadi. Jika lilin mulai pecah di atas band atas, biasanya akan terus naik. Jika lilin mulai pecah di bawah band yang lebih rendah, maka harga biasanya akan terus turun.
Ini adalah bagaimana Bollinger squeez khas bekerja. Strategi ini dirancang bagi Anda untuk menangkap trend sedini mungkin. Setup seperti ini tidak terjadi setiap hari, tapi Anda mungkin bisa melihat mereka beberapa kali seminggu jika Anda melihat grafik 15 menit. Ada banyak hal lain yang dapat Anda lakukan dengan band Bollinger, tetapi ini adalah 2 strategi yang paling umum yang terkait dengan mereka. Saatnya untuk menempatkan nya di kotak peralatan trader anda sebelum kita beralih ke indikator berikutnya.[]
Mitra Investor
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
49
NEWS EVENT
Roadshow Pasarkan Asuransi Syariah
Tahun 2014 diprediksikan oleh sebagian kalangan ahli bahwa perekonomain global dan Indonesia akan mengalami pelambatan. Namun industri asuransi dan reasuransi syariah di Indonesia berpeluang untuk mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Target pertumbuhan industri asuransi syariah per tahun adalah sebesar 35%. Pada tahun 2013 pertumbuhan premi asuransi syariah mencapai 43%. Angka tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan asuransi konvensional yang berada diangka 20%.
50
Dari sisi kontribusi (premi) bruto, market share industri asuransi syariah terhadap industri asuransi nasional adalah sebesar 4.41% dimana market share asuransi jiwa syariah adalah sebesar 4.65% dan market share asuransi umum syariah adalah sebesar 3.81%. jika dibandingkan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia tahun 2012, maka penetrasi industri asuransi syariah masih relatif kecil, yaitu sebesar 0.8%. Disisi lain, penetrasi industri asuransi nasional juga masih berada pada tingkat yang paling rendah.
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Selain itu, Indeks Literasi Perasuransian yang dibuat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia yang Well Literateterhadap industri perasuransian relatif masih sedikit, yaitu sebesar 17,84% yang berarti bahwa dari setiap 100 orang penduduk Indonesia hanya 18 orang yang memahami asuransi. Sehingga hal ini menyebabkan kurangnya pemanfaatan produk dan jasa perasuransian oleh masyarakat yang saat ini hanya mencapai 11,81% atau dapat diartikan setiap 100 penduduk Indonesia, hanya terdapat 12 orang
asuransi syariah di Indonesia. MES bekerjasama dengan industri asuransi syariah berkomitmen untuk bersama-sama menyelenggarakan roadshow Seminar Asuransi Syariah di empat kampus ternama di wilayah JABODETABEK pada tahun 2012 dan dilaksanakan di enam kampus di enam Kota pada tahun 2013. Melihat kesuksesan penyelenggaraan roadshow seminar asuransi syariah dalam dua tahun terakhir yang mendapat respon dan antusiasme besar dari masyarakat, tahun 2014 ini MES kembali menyelenggarakan roadshow seminar asuransi syariah di 15 kota seluruh Indonesia.
Asuransi Syariah Konsep Saling Menolong
yang memanfaatkan produk dan jasa asuransi. Namun demikian, berdasarkan survei mengenai tingkat pengenalan masyarakat Indonesia terhadap lembaga jasa keuangan yang dilakukan oleh OJK, Asuransi menempati posisi kedua (22,52%) setelah Perbankan (37,22%) sebagai Lembaga Jasa Keuangan yang mudah dikenal oleh masyarakat. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) telah turut berpartisipasi aktif dalam melakukan sosialisasi dan edukasi publik khususnya
Pada tanggal 9 Desember 2014 telah dilaksanakan Seminar Nasional Asuransi Syariah bertema “Ayo!!! Berasuransi Syariah!” di Graha Cendekia Gd. E 2 Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang para peserta berasal dari praktisi, akademisi, dan mahasiswa. Acara ini merupakan program kerja dari pengurus Wilayah MES Jawa Tengah bekerjasama dengan Asuransi Syariah Allianz Perluas Ilmu dan KSEI FE Unnes-lah yang diberi kesempatan untuk turut membantu agar Seminar Nasional ini dapat terselenggara. Pada pukul 08.00 WIB acara dimulai. Beberapa tamu undangan turut serta datang dalam acara tersebut, seperti Pak Martono selaku Dekan Fakultas Ekonomi beserta jajarannya, Bu Karsinah selaku Pembina KSEI FE UNNES. Acara dibuka oleh Pak Martono, dilanjut dengan sambutan-sambutan. Usai pembukaan, seminar nasional dimulai, seminar nasional ini diisi oleh beberapa pembicara yaitu: Agus Haryadi (Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah), Abdul Chalik, (AAAIJ., AAIS, Representative Asuransi Allianz), Moch. Muchlasin (Representatif Direktorat IKNB Syariah-OJK). Ketertarikan masyarakat dalam berbagai produk non konvensional memberikan peluang besar bagi pengembangan usaha berbasis syariah. Salah satunya asuransi syariah. Namun, sebagian Mitra Investor
@mitrainvestor
masyarakat belum sepenuhnya memahami konsep asuransi syariah. Bahkan tak sedikit anggapan miring mengenai asuransi yang dinilai melawan takdir. Muhammad Syakir Sula, Sekjen Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) tak menampik adanya anggapan masyarakat bahwa asuransi melawan takdir. “Tapi kita sebagai umat Islam juga diperintahkan untuk memperhatikan apa yang dibuat untuk hari esok atau masa depan. Bisa dengan cara menabung di bank ataupun cara lainnya. Kendati tidak terjadi apa-apa, namun kita sudah siap menghadapi resiko tersebut,” katanya., Syakir mengakui masih ada silang pendapat mengenai asuransi di kalangan ulama. Kendati demikian, Syakir mengatakan, asuransi syariah yang berlaku di tanah air mengusung konsep saling membantu, saling menjamin dan bekerjasama antara satu dengan lainnya, melalui dana tabarru’. Abdul Cholik, Head Of Sharia PT Asuransi Allianz Life Indonesia mengatakan, asuransi syariah mengusung konsep saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang dalam bentuk tabarru atau dana kebajikan. “Asuransi syariah mesti memiliki karakteristik bebas dari maghrib atau sesuatu yang remang-remang. Harus ada dana tabarru’ dan pemisahan antara kekayaan perusahaan dan kekayaan para peserta,” kata Cholik. Penggunaan dana tabarru, selain untuk pembayaran santunan kepada peserta yang mengalami musibah, juga untuk pembayaran reasuransi hingga pengembalian kepada peserta akibat pembatalan polis dalam periode yang diperkenankan. “Asuransi syariah memang memiliki tantangan tersendiri, karena banyak anggapan mengenai asuransi. Namun sampai saat ini, belum ada saya menemui orang yang memiliki asuransi dan menyatakan siap meninggal atau kecelakaan. Justru orang-orang yang memiliki asuransi berharap agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.[]
support@mitrainvestor.com
51
NEWS EVENTS
52
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015
Mitra Investor
@mitrainvestor
support@mitrainvestor.com
53
www.mitrainvestor.com
54
MITRA INVESTOR EDISI JANUARI 2015