Abdi Desa Budaya Pameran DKV Visual Branding ISI Yogyakarta
01 - 03 Desember 2017 Lippo Plaza Jogja
2
Colophon Pameran DKV Visual Branding oleh Anomali DKV ISI Yogyakarta 2015 Institut Seni Indonesia Yogyakarta
ADIDAYA 2017 “Abdi Desa Budaya”
01-03 Desember 2017 Lippo Plaza Jogja Jl. Laksda Adisucipto No. 32-34, Demangan, Gondokusuman, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55221
Penulis Wibowo Tamsir Sumbo Tinarbuko Muhammad Rojihan Alfi Choir Desemy Kristanto Illustrasi Sampul Danu Fitra Nugraha Illustrasi Portrait Inas Fathiya Fidini Dokumentasi Karya Peserta Pameran Desain & Tata Letak Muh. Asmaullah Al Husni Penerbit Al-Fath Offset Pengok, Jl.Munggur 7 Yogyakarta 55221 Telp. (0274)585374 Produksi 500 exp Yogyakarta Copyright © 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang (All Right Reserved). Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi katalog tanpa izin tertulis dari penerbit.
3
abdi desa budaya Adidaya merupakan singkatan dari abdi desa budaya. Abdi diartikan sebagai kegiatan melayani sesuatu dengan segenap hati. Pelayanan dengan hati, menggali insight, proses empati, mencoba berganti posisi menjadi orang lain, hingga kemudian menangkap pola permasalahan, dan menemukan solusi merupakan proses kami mengabdi dalam mengolah citra desa budaya. Proses ini kami lakukan karena kami sadar bahwa siapa saja berhak atas pelayanan desain komunikasi visual.
4
Menghadirkan Kesenyapan Ditengah Hingar Bingar Metropolitan Oleh: Drs. Wibowo, M.Sn Dosen Pembimbing DKV Visual Branding
tirai bambu, lampu teplok, tikar pandan, dan lain lain. Bayangkan, benda benda seperti itu digelar dalam gedung megah Lippo Plaza, yang saat ini lagi gencar melambungkan “Meikarta”, mega proyek dengan investasi lebih dari 278 trilyun!!! Sungguh ironis.
Ini adalah kali ke dua mahasiswa DKV VB
mengadakan pameran disana. Tahun lalu, tema yang diusung adalah UKM. Stand mahasiswa berbaur dengan stand permanen Lippo. Namun menjadi menarik tatkala produk UKM yang unik pilihan mahasiswa seperti batik kayu, tas eceng gondok, abon kepiting, jam kayu, radio magno, dan lain-lain berhadapan langsung dengan produk mewah dan eklusif. Namun cara berpromosi yang unik, kemasan yang kreatif, media promosi yang inovatif dan media planning yang memiliki differensiasi yang tinggi dibanding media lain, menjadi andalan pameran
Selalu saja ada yang unik, atau surprise dalam pameran anak-anak DKV. Tidak terkecuali pameran DKV VB “ADIDAYA” kali ini.
visual branding ala mahasiswa ini. Desain komunikasi visual terbukti mampu mengangkat produk UKM itu sejajar dengan produk komersial yang telah established dan maturity. Bagaimana dengan Desa wisata atau desa budaya? Tentu saja berbeda strategi dan model perencanaannya. UKM adalah produk atau jasa komersial yang bisa dijual dengan direct
Desa identik dengan kesunyian, kesenyapan
selling, sales promotion, dan personal selling. Ukuran
dan ketenangan. Sebaliknya, suasana kota identik
keberhasilannya adalah : barang terjual habis. Dan
dengan keramaian, hiruk pikuk, dan hingar bingar.
karakter produknya teridentifikasi dengan baik oleh
Bagaimana kira kira situasinya jika ada desa ditengah
konsumen.
kota atau sebaliknya?
Tanggal 1-3 Desember 2017 nanti,
bertempat di Lippo Plaza Yogyakarta, mahasiswa
Visual Branding Desa Budaya
program studi Desain Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta, yang tergabung dalam mata kuliah
DKV 4 atau DKV Visual Branding akan mengadakan
antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung
pameran desain yang bertajuk “ADIDAYA” (sepintas
yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan
lalu mirip negara super power), padahal istilah
masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
keren itu adalah akronim dari “Abdi Desa Budaya”.
tradisi yang berlaku. Terdapat dua konsep yang utama
(Pameran visual branding desa budaya). Supaya bisa
dalam komponen desa budaya yaitu akomodasi dan
merepresentasikan situasi desa, peserta pameran
atraksi. Akomodasi merupakan sebagian dari tempat
biasanya menggunakan property khas desa seperti
tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit
Desa budaya adalah suatu bentuk integrasi
5
yang berkembang atas konsep tempat tinggal
online. Ini pelajaran kedua. Karena akan ditonton
penduduk. Sedangkan atraksi, adalah seluruh
oleh ribuan pasang mata di internet, mahasiswa akan
kehidupan keseharian penduduk setempat beserta
berusaha keras mengerjakan karya sebaik-baiknya.
setting fisik lokasi desa yang memungkinkan
Malu kalau jelek.
berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi
aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang
Budaya atau desa wisata. Ciri khas branding adalah
spesifik.
mengekspose kelebihan atau positioning Desa
tersebut hingga menancap kuat dibenak konsumen
menjadi kekuatan baru di masing-masing dusun.
(remainding). Namun potensi desa budaya ini rata rata
Kepala desa dan lurah bertugas menginventarisir
sama (paritas). Di bidang seni tradisi, pada umumnya
potensi yang ada. Tidak hanya potensi untuk
memiliki tradisi budaya yang sama. Kuliner tradisional
ekonomi sosial kemasyarakatan, tetapi juga harus
juga sama. Seni Kerajinan juga mirip mirip, bahkan
berpikir mengembangkan potensi desa dalam
arsitektur tradisional, atraksi wisata, wisata alam juga
membangun peradaban, integritas pola pikir dan
tidak jauh berbeda. Lantas apa yang bisa dilakukan
perilaku.
untuk upaya visual branding terhadap desa budaya
6
Desa budaya akan tumbuh berkembang
Tidak mudah melakukan branding Desa
Visual branding Desa budaya tidak
itu?
menggunakan strategi periklanan atau direct
selling, tetapi menggunakan public relation, brand
dari mahasiswa peserta pameran ini. Bagaimana
Disinilah dibutuhkan kreativitas tinggi
awareness, brand image, brand activation, atau
mereka bisa menemukan unconvensional media, atau
brand knowledge. Pameran visual branding ini
media yang tidak mainstream, bagaimana mereka
adalah puncak dari sejumlah agenda kegiatan
bisa menemukan USP, positioning, diferensiasi, dan
dalam perkuliahan. Langkah awalnya adalah :
mengangkatnya dalam perencanaan visual branding.
pembagian kelompok. Setiap kelompok memilih
Bagaimana membuat sesuatu yang biasa menjadi luar
satu dari 56 desa budaya yang ada di DIY. Setelah
biasa!!!
itu dicari permasalahan melalui Mind mapping.
Langkah ini juga sekaligus menemukan big idea,
dalam pameran anak-anak DKV. Tidak terkecuali
dan positioning desa budaya yang dipilih. Proses
pameran DKV VB “ADIDAYA� kali ini.
Selalu saja ada yang unik, atau surprise
selanjutnya adalah: membidik target audience dan point of contactnya, melalui mekanisme Consumer Journey. Setelah profil audience, media utama dan media diketemukan, baru bisa dilakukan media planning yang meliputi penentuan tujuan, strategi, program dan budget media. Setelah mendapat masukan dalam presentasi, hasil akhirnya adalah artwork, yang kemudian dieksekusi dalam berbagai media. Salah satu media wajibnya adalah media
Yogyakarta, 19 November 2017
Urun Rembug Visual Branding Desa Budaya Oleh: Dr. Sumbo Tinarbuko, M.Sn Pemerhati Budaya Visual dan Dosen Desain Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta
mendekonstruksi brand bukan kembaran dari merek. Sebab brand adalah merek plus plus. Keberadaannya
Brand harus dijaga dalam posisi sebagai kata kerja. Bukan kembali pada sang asal, yakni tetap menjadi kata benda.
meliputi segenap jiwa raga dari sang manusia itu sendiri. Brand harus dijaga dalam posisi sebagai kata kerja. Bukan kembali pada sang asal, yakni tetap menjadi kata benda. Berdasarkan realitas sosial tersebut di atas, Pameran DKV Visual Branding ADIDAYA yang digelar
Branding wilayah atau branding destinasi wisata,
mahasiswa angkatan 2015, Prodi Desain Komunikasi
belakangan menjadi trend di seluruh kabupaten, kota
Visual, FSR ISI Yogyakarta, mencoba mendekonstruksi
dan provinsi di Indonesia. Semua menyadari, di era
sekaligus urun rembug. Mereka menyumbangkan
bisnis modern yang dijual adalah merek, brand dan
konsep verbal dan konsep visual bagaimana sebaiknya
bukan produk. Apalagi produk yang dijual, semuanya
melakukan proses penciptaan dan perancangan visual
hampir sama.
branding desa budaya yang ada di Kabupaten Sleman,
Berhasilkah program tersebut? Tentu ada yang berhasil. Tapi banyak juga yang gagal. Pasalnya?
Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul. Konsep urun rembug tersebut didedikasikan
Euforia program branding hanya didedikasikan atas
guna membangun citra positif desa budaya yang
nama proyek. Bahkan program branding dalam
ada di Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo dan
pelaksanaannya diyakini mampu menyerap anggaran
Gunungkidul, melalui pendekatan DKV visual branding.
APBD yang besar. Pada titik ini, program tersebut
Hasilnya dipamerkan di Lippo Plaza Mall Jogja, dari 1 – 3
mengingkari konsep branding yang sudah disepakati
Desember 2017.
bersama. Untuk itu perlu dibuat kesepakatan baru antar
Urun rembug penciptaan dan perancangan visual branding desa budaya ini juga merupakan bentuk
para pihak. Sebab pada dasarnya, sebuah brand, dalam
pertanggungjawaban sosial dosen pengampu mata
konteks branding wilayah, kota atau destinasi desa
kuliah DKV Visual Branding kepada masyarakat luas atas
wisata dan desa budaya, tidak sekadar membuat serta
proses belajar mengajar yang dilaksanakannya selama
merancang nama merek. Kemudian diparafrasekan
satu semester.
dan divisualkan dengan pendekatan desain komunikasi visual menjadi sebuah logo. Gampangnya, brand tidak sama dengan merek.
Selain itu, dosen dan mahasiswa yang terlibat menjalankan proses belajar mengajar mata kuliah DKV Visual Branding dengan rendah hati mohon
Ibarat raga manusia, merek sekadar nama pribadi
saran, masukan dan sumbangan ide gagasan
manusia. Ketika pendapat umum masih menganggap
demi terwujudnya proses belajar mengajar DKV
brand identik dengan merek. Realitas sosial yang
Visual Branding yang membumi dan memberikan
muncul, nama tersebut (baca: merek) senantiasa
kebermanfaatan bagi seluruh umat manusia.
berjarak dengan objek yang diberi nama. Atas dasar itulah disodorkan konsep baru yang
Slamat pameran, salam #merdekave.
7
DeKaVe Memahami & Memberi Pemahaman Oleh: Muhammad Rojihan Alfi Choir Ketua 1 Pameran DKV Visual Branding Adidaya 2017
Sebagai desainer komunikasi visual harusnya sadar dan peka terhadap esensi budaya kita sendiri. Assalamu’alaikum Wr. Wb.
atau fragmen-fragmen budaya lokal sebagai aktivitas
Memahami berbeda dengan mengetahui,
aktualisasi diri.
orang yang mengetahui belum tentu sampai pada
8
Melalui desain komunikasi visual dapat
memahami. Memahami butuh lebih dari sekedar
menciptakan simbol-simbol, tanda-tanda visual,
interpretasi atas data, memahami butuh merasakan dan
dan representasi visual yang khas dan unik sehingga
penghayatan. Melalui pendekatan empati, berinteraksi
menimbulkan kesan dan makna tertentu dibenak
dengan masyarakat, tak hanya mencari data namun
audience. Mestinya kita juga harus paham melalui
juga menemukan nilai dan makna. Itulah proses
DeKaVe pula kita dapat merubah aspek kehidupan
yang coba dibangun oleh “Anomali” mahasiswa DKV
sosial masyarakat. Yang kita tahu, hari ini DeKaVe banyak
ISI Yogyakarta angkatan 2015 dalam membranding
merubah kehidupan masyarakat, mendorong perilaku
desa budaya di empat kabupaten yang ada di Daerah
konsumsi budaya asing lewat rayuan desain yang “manis”
Istimewa Yogyakarta, Sleman, Kulonprogo, Bantul,
dan “aduhai”. Menyumpali pikiran dengan gagasan-
dan Gunungkidul. Kami Anomali, nyemplung atau
gagasan produk budaya asing yang menjauhkan kita dari
terjun langsung ke lapisan masyarakat, menyingkap
budaya sendiri.
potensi-potensi budaya yang ada di dalamnya,
Memang hal tersebut hampir mustahil untuk
kesenian, permainan tradisional, bahasa, sastra, aksara,
dihindari, namun sebagai desainer DeKaVe kita dapat
kerajinan, kuliner, pengobatan tradisional, upacara adat,
memagari diri dengan memperkuat identitas diri (personal
penataan ruang, dan warisan budaya atau heritage.
branding). Kita harus dengan tegas mengendalikan proses
Pengembaraan yang kami lakukan demi mendapatkan
berkarya sebagai aktualisasi diri, sehingga kita tidak
“wangsit” berupa Insight permasalahan hingga
kehilangan esensi dalam berkreasi. Disinilah pentingnya
menangkap nilai dan makna dibalik keistimewaan
proses empati, dengan memahami secara mendalam
budaya-budaya tersebut.
tentang masyarakat dan kebudayaan lokal maka kita
Kekayaan budaya Indonesia termasuk di desa-desa budaya yang ada di Yogyakarta sebagai
tahu dimana dan bagaimana harus memperlakukan budaya lokal sebagai identitas. Tidak cukup hanya
tambang ide, inspirasi, referensi dan sumber daya
menempel unsur-unsur budaya sebagai hiasan desain
kreativitas yang takkan pernah habis jika digali. Sebagai
semata, kita mesti berfikir tentang tujuan dan akibat yang
desainer komunikasi visual harusnya sadar dan peka
dihasilkan dengan karya yang kita buat. Dapatkah kita
terhadap esensi budaya kita sendiri. Bagaimana
memberi pengaruh dan perubahan yang positif terhadap
memperlakukan budaya lokal sebagai identitas, dan
masyarakat yang mengkonsumsi desain tersebut.
bagaimana berkolase, berkreasi menggali artefak-artefak
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Auto vs Manual Oleh: Desemy Kristanto Ketua 2 Pameran DKV Visual Branding Adidaya 2017
Budaya lokal mengajarkan kita nilai-nilai luhur yang kelak akan berguna dalam srawung ditengah masyarakat.
Sebagai bagian dari penekun dunia Desain
berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar.
Komunikasi Visual yang juga sebagai generasi
Bangga ketika mendapat poin tinggi dalam MOBA
milenial, saya termasuk satu dari banyak pemuda
analog, berkumpul dengan beberapa teman, namun
yang mendewakan gadget dan juga bangga ketika
senyap tanpa ada pembicaraan menarik selain
mendatangi tempat-tempat hiburan yang memiliki
tentang game yang itu-itu saja.
prestige “tempat nongkrong anak gaul�, seperti
bioskop, mall, cafe, serta restoran-restoran yang
menyalahkan perkembangan teknologi. Karena
menyajikan menu-menu ala barat seperti pizza,
pada kenyataanya, teknologi dan budaya sudah
spaghetti, hamburger, hot dog.
berjalan beriringan sejak zaman nenek moyang
kita. Setiap generasi memiliki teknologinya masing-
Hingga kemudian, selama proses empati
Namun, kita tidak dapat sepenuhnya
guna re-branding desa budaya ini benar-benar
masing. Disini, tugas kami sebagai insan DKV adalah
membuka sudut pandang saya. Melihat perbedaan
menyelaraskan keduanya. Dengan mengangkat
gaya hidup dari orang kota dengan orang desa
nilai-nilai budaya yang terdapat di 9 desa budaya
memunculkan beberapa perbandingan di pikiran
yang tersebar di 4 kabupaten di Yogyakarta meliputi
saya sebagai generasi milenial. Dari segi kuliner,
Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Kulonprogo dan
banyak sekali olahan-olahan unik dari setiap desa
mengangkatnya melalui media-media yang sudah
budaya yang tidak kalah dari kuliner barat. Selain itu,
sangat akrab bagi generasi milenial, kami berharap
kuliner yang terdapat pada beberapa desa budaya
agar Pameran Adidaya ini dapat meningkatkan
ini sudah menjadi identitas lokal karena memiliki
kepedulian akan budaya lokal bagi seluruh lapisan
keunikan tersendiri. Dari segi permainan tradisional
masyarakat, memperkenalkan kepada khalayak
di desa budaya yang memang padat akan filosofi
potensi-potensi yang terdapat di 9 desa budaya yang
kehidupan, tak lupa juga mengajarkan anak-anak
terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan terakhir
bagaimana cara untuk berinteraksi dalam masyarakat,
menumbuhkan rasa kebanggan akan budaya-
terhadap teman sebaya, kepada orang tua, ataupun
budaya lokal yang kaya akan nilai-nilai luhur.
terhadap raja. Selain itu, terdapat juga kesenian tradisional baik itu pertujukan maupun upacara adat yang mengajarkan nilai-nilai luhur. Namun, di sisi lain, saya sebagai generasi milenial terlalu terbuai dengan perkembangan teknologi yang pesat. Bangga ketika memiliki gadget canggih, namun jarang sekali
9
10
Desa Pandowoharjo merupakan Desa
Berdasarkan hasil empati, maka kami
Budaya yang terletak di Kab. Sleman. Unik, damai,
memutuskan untuk memilih guru sebagai target
kaya, dan mandiri adalah beberapa kata yang tepat
audiens dan muridnya sebagai target market.
untuk menggambarkan Pandowoharjo. Potensi
Konsep perancangan kami adalah bagaimana
yang ada di Pandowoharjo pun beragam, mulai
mengemas desa budaya agar menyenangkan dan
dari kuliner, kerajinan, permainan tradisional,
menarik, sehingga masyarkat akhirnya sadar dan
kesenian, upacara, dan tempat-tempat bersejarah.
memiliki keinginan untuk belajar budaya dari usia
Menariknya masyarakat di Pandowoharjo
dini. Sehingga pada akhirnya, eksekusi perancangan
sadar betul akan potensi tersebut dan memiliki
dibuat sangat menyenangkan dan menarik, namun
kesadaran untuk merawatnya.
tidak meninggalkan kesan budaya dan sejarah.
11
Fajar Eka S
Qowiyul Amin
Maura Handaru
Hanifati Husna
Aenun Dafiq
Agustina Elda
Nanda Setyaka
@halopandowoharjo
Melinda Iryanto
Ratu Aulia
Alfadin Yanuar
Fikri Arief
12
Sendangmulyo adalah sebuah Desa Budaya
berbudaya dari masyarakat yang arif secara personal.
yang berada di daerah Minggir, Sleman. Desa ini
Pengunjung akan merasa belajar dari seorang teman,
berada di sisi barat-selatan sehingga berbatasan
bukan seorang guru yang terkesan formal dan kaku.
dengan Kabupaten Kulon Progo dan Kecamatan
Branding desa budaya Sendangmulyo bertujuan
Moyudan. Desa Sendangmulyo memiliki beberapa
untuk membingkai perspektif Desa Sendangmulyo
potensi budaya, yang paling menonjol adalah
tidak hanya sebagai desa budaya biasa tetapi sebagai
potensi di bidang kesenian dan industri kerajinan.
tempat untuk nyinau kabudayan. Dalam usaha
Peninggalan budaya lainnya adalah sendang yang
mencapai tujuan tersebut diusahakan penyampaian
menjadi latar belakang dari nama Desa Sendangmulyo
pesan bernuansa santai, ramah, dan terbuka.
itu sendiri. Di Desa Sendangmulyo, orang-orang
Digunakannya tone warna yang santai, berkesan
dengan senang hati menerima siapa saja yang ingin
ramah, dan terbuka sesuai dengan pribadi masyarakat
mempelajari budayanya. Setelah mengenal desa
Sendangmulyo. Pesan disampaikan melalui beberapa
tersebut lebih lanjut, muncul rasa rindu terhadap
media seperti infografis, logo, video promosi, katalog,
budaya-budaya tersebut dan juga rasa penyesalan
dan lain-lain. Secara keseluruhan, gaya visual yang
karena kurang nya kepedulian untuk melestarikan
digunakan untuk merancang adalah ilustrasi, karena
nya. Desa Sendangmulyo adalah tempat yang bisa
ilustrasi dapat menampakkan detail-detail kecil.
membuat pengunjung belajar kebudayaan dan belajar
@desa_sendangmulyo
sendangmulyo.info@gmail.com
13
14
P
AREA PARKIR
P
Desa Budaya Pagerharjo terletah di
Desa budaya Pagerharjo adalah kelurahan di
kecamatan Samigaluh, kabupaten Kulonprogo,
kecamatan samigaluh, kabupaten kulon progo ,Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada mulanya
istimewa yogyakarta .dengan keanekaragaman
Pagerharjo merupakan penggabungan dari tiga
potensi yang ada baik aspek kesenian, kuliner, wisata,
kelurahan yang telah ada sebelumnya yaitu
upacara, adat dan kerajinan. Melalui proses mind
kelurahan Plono, kelurahan Gegerbajing dan
mapping kita menghasilkan BIG IDEA yaitu “Desa
kelurahan Kalirejo. Pagerharjo sendiri memiliki
Budaya yang memiliki semagat gotong royong dalam
makna yaitu desa yang ramai dan kaya. Wilayah
berkarya “
Pagerharjo berbatasan langsung dengan kabupaten
Mengenalkan kepada masyarakat luas bahwa
Purworejo dan kabupaten Magelang di provinsi
Desa pagerharjo sebagai sebuah desa yang memiliki
Jawa Tengah. Sebagaimana tercantum dalam
semangat berkarya melalui ragam potensi yang
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
di milikinya. serta menumbuhkan semangat bagi
Nomer 36 Tahun 2014 tentang Desa/Kelurahan/
generasi penerus akan pentingnya pelestarian budaya
Budaya , Desa Pagerharjo termasuk dalam Desa
desa pagerharjo. Menggunakan landasan teori konsep
Budaya. Desa Budaya Pagerharjo terdiri atas 20
desain thingking, aaker on branding, konsep AISAS
pedukuhan yang masing-masing memiliki potensi
serta matriks SWOT. Menghasilkan rancangan media
yang beragam. Aspek potensi yang beragam
berupa target market pelajar, dan target audience
tersebut meliputi aspek kesenian, kuliner, wisata,
pengajar serta strategi media berupa interactive
upacara adat, dan kerajinan.
media, ambient media, sosial media, serta infografis.
Blasius F. Abi
Ayu Latifa
Erin Dwi Azmi
Florentina P. C
Dewi P. Megawati
Rafdi Maulana M
Sinta Maharani K
Atika Fauzia
Ni Putu Yeusia C
Zenti Daning P A
@askklorovil #klorovilvibi
askklorovil@gmail.com
15
16
Desa Sendangsari yang berada di Kecamatan
Kelompok Hayyun mengangkat Big idea yaitu
Pengasih, Kabupaten Kulonprogo ini merupakan
“Memunculkan romantisme nuansa lokal desa
gabungan dari 2 (dua) Kelurahan yaitu Kelurahan
budaya Sendangsari yang kreatif dan produktif
Serang dan Kelurahan Pereng. Salah satu yang
dengan sentuhan modern�. Tujuan dari big idea
menjadikan desa budaya ini unik ialah berbagai
ini untuk memperkenalkan dan mengembangkan
macam potensi yang ada di dalamnya. Salah satu
potensi desa dengan konsep modern nuansa lokal.
makanan khas yang ada di Sendangsari ialah Tempe
Kelompok Hayyun membranding desa sendangsari,
Geblek, yang terbuat dari kacang koro benguk dan
dengan perancangan identitas visual yang dekoratif
geblek dengan bentuknya yang khas (seperti angka
namun sederhana. Berdasarkan pada potensi budaya
8 yang mencirikan kulonprogo). Selain itu, potensi
di desa antara lain kesenian, kuliner, kerajinan,
lainnya yang menonjol di Sendangsari ialah Olahan
upacara adat dan cagar alam/wisata. Perancangan
Panganan lokal ubi-ubian, Kesenian Jathilan, Kesenian
visual ini terdiri dari Logo, maskot, ikon-ikon, sign
Ketoprak, Wiwitan, Kolam Pemandian Clereng,
system, infografis, buku pop-up interaktif, audio
Kerajinan Serabut Kelapa, Kerajinan Wayang, Gejhog
visual, packaging kemasan, kreasi serabut kelapa,
Lesung, serta Goa Lawe.
dan merchandise.
Berdasarkan pada survey Kelompok Hayyun di desa sendangsari, Pengasih, Kulonprogo dengan berbagai potensi budaya yang ada di dalamnya,
Seina Hijria R
Friza Dianah R F
Annisa Puspasari
Falentin Mariani
Rut Natalia P
Yuli Kaidaroh
Dea Yunia P
@sari.hayyun #sari_hayyun
Aulita Githa F
hayyunvibi@gmail.com
17
18
GUDEG MANGGAR
TIM
Konsep & Strategi Kreatif
Desa Bangunjiwo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kasihan. Luas wilayah Desa Bangunjiwo hampir separuh dari luas wilayah
Ide Besar, “Semangat perlawanan untuk
Kecamatan Kasihan. Bangunjiwo memiliki luas
mengembalikan identitas budaya asli Desa
wilayah 1.543,4320 Ha. Desa ini berada ketinggian
Bangunjiwo yang maju dalam bingkai nilai tradisi.”
81 meter di atas permukaan laut. Sebagai salah
Isi Pesan, Memperkenalkan dan menginformasikan
satu desa budaya di Yogyakarta, Bangunjiwo
desa budaya Bangunjiwo.
memiliki kurang lebih 88 kelompok kesenian mulai
Bentuk Pesan Visual branding Desa Bangunjiwo
dari kethoprak, jathilan, langen mondro wanoro,
yang representatif dan integratif.
sholawat jawa, wayang kulit dsb. Selain itu terdapat
Program Kreatif, Pembuatan logo Desa Bangunjiwo
berbagai potensi kebudayaan antara lain: kerajinan
kemudian membuat media lain berdasarkan visual
gerabah, kerajinan pisau batik, kuliner gudeg
logo. Didalamnya akan ada proses seperti sketch,
manggar, situs sendang semanggi, upacara merti
draft, hingga final design.
umbul dan sendang pengilon. Tingkat kemajauan
Pendekatan Visual, Gaya visual flat desain yang
desa yang semakin dinamis diharapkan tidak
sederhana, edukatif, dan rasional ditambah dengan
akan menghilangkan nilai-nilai tradisi budaya
fotografi.
masyarakat Bangunjiwo, sehingga tetap dalam
Pendekatan Verbal, Menggunakan bahasa
kerangka alur pencapaian visi sebagai “Desa Maju
Indonesia dengan gaya jurnalistik yang berbahan
Dalam Bingkai Nilai-Nilai Tradisi yang Kuat”.
baku fakta yang padat dan informatif dan persuasif.
M. Rojihan A C
Andri Tridadi
Syahri R
M. A. Al Husni
Nanda Wahyu I
Moch Reza E
Dova Febriyanti S
Nurmala Putri
Maria Di Livia
Yogie Adam I P
@bangunjiwodesa #barokah_tim #branding_bangunjiwo
19
20
DLINGO
gemah ripah loh jinawi
Desa budaya Dlingo terletak di kecamatan
dan akan terus timbul aktifitas kebudayaan yang
Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,
berkelanjutan. Konsep perancangan branding Desa
Indonesia. Secara geologis wilayah Desa Dlingo
Budaya ini adalah membuat aktivitas kebudayaan
ini memiliki kondisi tanah berupa perbukitan/
(yang merupakan sebuah hal yang dianggap
pegunungan karst, terletak pada ketinggian 200-285
kekunoan) menjadi sebuah tren di masyarakat
meter di atas permukaan air laut. Desa Dlingo dahulu
(kekinian). Kami juga merespon konsep ini dengan
merupakan desa kekuasaan keraton Surakarta dengan
memanfaatkan media-media yang berselaras dengan
dibuktikannya petilasan Gunung pasar, sehingga
kencangnya arus globalisasi.
secara kehidupan sosial budaya masih memegang
Poin yang akan kami tekankan pada
teguh adat tradisi peninggalan leluhur. Seperti upacara
rancangan ini adalah menjadi media edukasi kepada
adat, rumah adat, dan seni budaya. Dengan demikian
penduduk khususnya usia muda. Dimana kami akan
sangatlah layak Desa Dlingo disebut Desa Budaya
memfokuskan bagaimana membuat bibit-bibit SDM
sesuai dengan SK Gubernur DIY NO: 325/KPTS/1995The
di Desa Dlingo mempunyai pondasi yang kuat untuk
Smart Culture Village adalah konsep besar yang kami
meneruskan adat-istiadat kebudayaan Jawa. Dengan
usung dalam proses Visual Branding Desa Budaya
adanya aktifitas kebudayaan yang berkelanjutan dan
Dlingo. Dengan mengedepankan visi terciptanya
menyeluruh, maka sektor pariwisata dari Desa ini akan
ekosistem berbudaya, kami memfokuskan rancangan
ikut menguat dan akan membawa keuntungan bagi
branding desa ini pada sektor internalnya. Bagaimana
Desa Budaya Dlingo sendiri.
membangun sebuah Desa Budaya yang beridentitas
M. Nasrullah
Bachtiar Andi P
Ricardo P. Putro
Bayu Aji
Intan Nurjanah
Dean Hermansya
Anastasia Ananda
@dongadlingo #dongadlingo
Raden Digas P
Sarah Hanifah
Bagas Rahmanto
Rantique Talenta
dongadlingo@gmail.com
21
22
Desa Panggungharjo membentuk kepengurusan
Dalam konsep perancangan ini kami memilih
tersendiri mengenai Desa Budaya yang diberi nama
media informasi yang bersifat mempersuasif audience
“Bumi Panggung”. Nama ini merupakan akronim
dengan membuat media utama dan juga media
dari kalimat “Budhaya Minangka Paugeran Kang
pendukung. Media utamanya yaitu, peta potensi
Adiluhung” yang memiliki arti “Budaya Sebagai Tata
budaya, infografis, maskot, font khas, video profil
Nilai yang Luhur. Kalimat ini sekaligus menjadi salah
desa, dan berbagai macam packaging. Pada media
satu prinsip Desa Budaya Panggungharjo.
utama akan diberikan informasi seputar potensi desa budaya yang diangkat agar nantinya audience dapat
Selain itu, Bumi Panggung juga memegang teguh prinsip ”Memayu Hayuning Bawana” yang
mengerti dan mengenali desa budaya Panggungharjo.
berarti menjaga dan melestarikan bumi. Desa
Sedangkan media pendukungnya yaitu dengan
Panggungharjo melalui Bumi Panggung berupaya
membuat poster, layout social media instagram dan
untuk mengembalikan metode pertanian yang ramah
lain - lainnya yang nantinya akan dirancang dengan
lingkungan dan berupaya menjaga keseimbangan
konten yang menarik dan juga informatif. Dengan
ekosistem agar terciptanya jati diri budaya desa
perancangan konsep kreatif ini diharapkan masyarakat
Panggungharjo yang agraris, serta nantinya agar dapat
khususnya generasi muda dapat mengenali, mengerti,
menjadikan kebanggaan tersendiri bagi warga desa
serta dapat mengapresiasi desa budaya khususnya
Panggungharjo.
desa budaya Panggungharjo, agar nantinya dengan potensi budaya yang ada dapat tetap lestari dan berkembang menjadi lebih baik lagi.
Mutiara Ale
Apriliana Tri K
Ahmad S. Sabiq
Regina Surbakti
Fatsari Hayina L
Kartiko Bagaskoro
Sandat Wangi
@anglo.project #pejuanganglo
Kresna Girindra
Dio Putra H
23
24
Desa budaya Sitimulyo berlokasi di kecamatan
fun dan menyenangkan, mengingat yang menjadi
Piyungan, kabupaten Bantul, Yogyakarta. Desa ini
target utama adalah anak muda. Akan sangat
sendiri sudah menjadi desa budaya sejak tahun
memungkinkan dan memiliki peluang yang lebih
1995, hanya saja baru diangkat kembali pada tahun
besar untuk menarik perhatian anak muda dengan
2015. Secara umum desa ini merupakan kawasan
sebuah informasi yang dikemas dengan desain-
perindustrian dan pertanian. Desa ini terdiri dari 21
desain yang bersifat menyenangkan. Maka untuk
pedukuhan, dimana desa ini juga memiliki banyak
penggunaan unsur-unsur visual seperti tipografi yang
potensi, baik dari segi kuliner, kerajinan, kesenian,
akan menggunakan jenis-jenis font script sehingga
budaya, wisata alam serta cagar budaya.
menimbulkan kesan dinamis dan tidak kaku. Serta
Konsep dalam perancangan desain untuk
ilustrasi yang digunakan akan lebih bersifat kartun
branding desa budaya Sitimulyo adalah sebuah
(tidak terlalu realis). Tujuannya agar menimbulkan
informasi dengan kemasan desain yang bersifat
kesan yang lebih santai dan menyenangkan.
Aisyah Tsurroya
Asyera Ratna C
Bhagas Baskara
Danu Fitra N
Deni Candra H
Irna Audina
Novan Khoiruman
Novi Octavia
Desemy Kristanto
Yasmin Filistin
@yo_sitimulyo #yo_situmulyo
sitimulyo01@gmail.com
25
26
Desa Putat adalah desa yang berletak di
Tradisi Rasulan, Batoer Hills, dan Kerajinan Topeng
Kecamatan Patuk, Wonosari, Gunung Kidul. Kalai
Bobung.
di-tarik dari pusat Kota Yogyakarta jaraknya sekitar
Kita ingin memperkenalkan, menginformasikan
25 kilometer, atau kurang lebihnya memakan waktu
dan mengekspos kepada masyarakat luar (domestik
sekitar satu jam untuk menempuh perjalananmenuju
maupun mancanegara) bahwa Desa Putat memiliki
desa ini. Di Desa Putat terbagi menjadi 9 padukuhan
kekayaan alam yang melimpah dan perlu dilestarikan.
yang masing-masing memiliki potensi beragam.
Perlu adanya pembenahan dengan cara merancang
Potensi ini tidak hanya dilihat dari aspek alamnya
identitas visual branding Desa Putat yang menarik,
saja, melainkan dari aspek masyarakatnya yang
interaktif, mudah dicerna dan tepat sasaran, serta
memiliki kebudayaan yang menakjubkan. Jika anda
dapat membangun diferensiasi dengan desa yang lain.
berkunjung menuju Desa Putat anda akan disambut
Perancangan di mulai dengan membangun brand yang
dengan masyarakat yang ramah dan menghormati
kuat untuk Desa Putat dengan cara membuat brand
orang-orang yang mengunjungi desa ini. Dikarenakan
proposition, brand statement dan brand personality
tata krama dan sopan santun dijunjung tinggi oleh
yang nantinya akan menjadi core value dari brand
masyarakat Desa Putat dalam menjalani kehidupan
ini. Setelah itu merancang brand identity dari Desa
sehari-harinya.
Putat, hal ini berkaitan dengan beberapa elemen yang
Desa Putat sendiri mempunyai banyak destinasi
merepresentasikan dari desa tersebut, seperti Logo, Sign System, InfograďŹ s, Web Design dsb.
dan potensi. Namun ada 5 yang unggul dari Desa Putat, yaitu Air Terjun Banyunibo, Kampung Emas,
Andro Art Sandy
Rakhmad Bawono
Awang Kurniawan
Yeremias Nata J
Defa Fisagety
@kazihku
Witantra Hariastama
Yosep Anggit S
27
Kepanitiaan Pameran ADIDAYA 2017
Pelindung Indiria Maharsi, M. Sn. Penanggung jawab Dr. Sumbo Tinarbuko, M. Sn. Drs. Wibowo, M. Sn. Ketua 1 Muhammad Rojihan Alfi Choir
Ketua 2 Desemy Kristanto
Sekretaris 1 Friza Dianah Riyanti Fadil
Sekretaris 2 Salsabiilaa Maura Handaru
Bendahara 1 Dova Febriyanti Susanti
Bendahara 2 Ratu Aulia Shofia Khairunnisa
28 Sponsorship Maria Di Livia K (Koor) Nurmala Putri Mardianti Irna Audina Maghfira Nurul Aina
Acara Agustina Elda Jacinda G (Koor) Raden Digas Paranggeni Florentina Pramasti C. Rafdi Maulana
Publikasi Andro Art Sandy Octo (Koor) Fajar Ekka Setyawan Rantique Talenta Estetika Erin Dwi Azmi
Tim Kreatif Danu Fitra Nugraha (Koor) Annisa Puspasari Zanuar Nuril Mubin Muhammad Asmaullah Al Husni
Dispay & Artistik Bagas Rahmanto (Koor) Intan Nurjanah Luh Pande Sandat Wangi Jonggi Jonathan Andrew S.
Dokumentasi Ahmad Sayid Sabiq (Koor) Dio Putra Hartama Alfadin Yanuar Ahmad Arief
Keamanan Nanda Setyaka Saputra (Koor) Kresna Girindra Awang Kurniawan Yeremias Nata Jayasentika
Perlengkapan Deni Candra Halim (Koor) Ricardo Ponco Putro Rakhmad Bawono Fahriza Muhamad Badzilin
Konsumsi Aisyah Tsuroyya Jinan (Koor) Zenti Daning Puspito Arum Falentine Mariani Lamere Inas Fathiya Fidini
Transportasi Bhagas Bhaskara
Blasius Vebiyona Abi
Support by :
Ucapan Terimakasih TUHAN YANG MAHA ESA Institut Seni Indonesia Yogyakarta ANOMALI DKV ISI 2015 Studio Diskom ISI Yogyakarta Lippo Plaza Jogja Indiria Maharsi, M.Sn Drs. Wibowo, M.Sn Dr. Sumbo Tinarbuko, M.Sn Hesti Rayahu, S.Sn., MA Kadek Primayudi, S.Sn, M.Sn Mas Tok & Bengkel Hijau Pak Diman Segenap panitia Adidaya 2017 Masyarakat Desa Budaya Yogyakarta Pihak sponsorship Teman-teman Etnomusikologi Seluruh pihak yang turut membantu terselenggarakannya pameran ini