TA N G G E N A R STUDIO PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA - LAPORAN AKHIR -
Made by B1 angkatan 2016
B1
OUTLINE PENDAHULUAN PROFIL TANGGENAR DAN PERKOTAAN KONSEP PERENCANAAN TANGGENAR DAN PERKOTAAN RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH SKENARIO PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGENAR RENCANA PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGEANAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan proposal teknis ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Proposal teknis ini sendiri disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Studio Proses Perencanaan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan proposal teknis ini tidak mungkin terwujud apabila tidak terdapat bantuan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan proposal teknis, yaitu : 1.
Seluruh tim dosen Mata Kuliah Studio Perencanaan yang dalam penyusunan laporan ini banyak memberikan ilmu, saran, dorongan, serta bimbingan yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi
2.
Dr.-Ing. Wiwandari Handayani dan Novia Sari Ristanti, ST, MT sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga penyusunan laporan akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
3.
Orang tua yang tidak henti senantiasa mendukung dan mendoakan untuk kelancaran proposal teknis ini.
4.
Angkatan 2016 yang berjuang bersama dalam menjalani Studio Perencanaan, untuk selalu memberikan saran, kritik, dan dukungan dalam penyusunan laporan akhir
5.
Serta masih banyak lagi pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan akhir yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Kami juga menyadari bahwa penulisan proposal teknis ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna dalam penyusunannya, baik dilihat dari segi teknis maupun dari segi substansi. Dengan demikian, kami menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dalam memperbaiki proposal teknis kami. Akhir kata, kami berharap semoga proposal teknis kami dapat memberikan kebermanfaatan bagi para pembaca.
Semarang, 14 Desember 2018
Tim Penyusun Kelompok Studio Perencanaan B1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1
Tujuan dan Sasaran
2
Ruang Lingkup
2
Kerangka Pikir Perencanaan
4
Sistematika Penulisan
6
BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH TANGGENAR Skenario Pengembangan Wilayah
77
Rencana Sistem Pusat Sub Pusat Permukiman
98
Strategi dan Program
102
BAB V SKENARIO PERENCANAA DAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN BAB II PROFIL WILAYAH DAN PERKOTAAN TANGGENAR Profil Wilayah
7
Potensi, Permasalahan, Isu Wilayah Tanggenar
43
Profil Perkotaan
47
Potensi, Permasalahan, Isu Perkotaan Tanggenar
57
Fungsi dan Kawasan Perkotaan
105
Proyeksi Penduduk Perkotaan
106
Analisis Kemampuan Lahan
107
Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan
109
Analisis Kelengkapan Fasilitas
111
Analisis Kebutuhan Ruang Perkotaan
112
Skenario Perencanaan Kebutuhan Infrastruktur
114
BAB III KONSEP PERENCANAAN WILAYAH DAN PERKOTAAN
BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGENAR
TANGGENAR
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang
127
Tujuan dan Sasaran Wilayah
61
Rencana Struktur Ruang
128
Konsep Perencanaan Wilayah
62
Rencana Pengembangan Pergerakan
129
Tujuan dan Sasaran Perkotaan
68
Rencana Infastruktur
134
Konsep Perencanaan Perkotaan
70
Strategi dan Program
144
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Tanggenar
3
Gambar 2. 1 Peta Kelerengan Wilayah Kabupaten Sragen
8
Gambar 2. 2 Peta Hidrologi Wilayah Kabupaten Sragen
8
Gambar 2,3 Peta Hidrogeologi Wilayah Kabupaten Sragen
9
Gambar 2.4 Grafik Perkembangan PDRB Solo Raya Tahun 2012-2015
10
Gambar 2.5 Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Solo Raya Tahun 2012-2015
10
Gambar 2.6 Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Kabupaten Sragen Tahun 2012-2015
11
Gambar 2. 7 Peta Komoditas Sektor Pertanian di Solo Raya
12
Gambar 2.8 Grafik Produksi Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2016
13
Gambar 2. 9 Peta Alur Ekspor Impor Wilayah Tanggenar dan Sekitarnya
14
Gambar 2. 10 Peta Hierarki Kabupaten Sragen
15
Gambar 2. 11 Peta Perkembangan Desa Kota Kabupaten Sragen
16
Gambar 2. 12 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Sragen
17
Gambar 2. 13 Peta Perkembangan Lahan Terbangun
18
Gambar 2. 14 Peta Perkembangan Kota Tanggenar
19
Gambar 2. 15 Peta Kelerengan Wilayah Tanggenar
20
Gambar 2. 16 Peta Kelerengan Wilayah Perancanaan Tanggenar
21
Gambar 2. 17 Peta Hidrogeologi Wilayah Perancanaan Tanggenar
22
Gambar 2. 18 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar
22
Gambar 2. 19 Piramida Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar
23
Gambar 2. 20 Jumlah Keluarga Pra-Sejahtera Wilayah Perencanaan Tanggenar
23
Gambar 2. 21 Presentaae Tingkat Pendidikan Wilayah Perencanaan Tanggenar
24
Gambar 2. 22 Proyeksi Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar Pada Tahun Sensus
25
Gambar 2. 23 Peta Jaringan Jalan Wilayah Tanggenar
25
Gambar 2. 24 Peta Kondisi Jaringan Jalan Wilayah Tanggenar
26
Gambar 2. 25 Pelayanan Pamsimas
27
Gambar 2. 26 Peta PDAM Kabupaten Sragen
27
Gambar 2. 27 Peta Jaringan Listrik Wilayah Tanggenar
28
Gambar 2. 28 Peta Persebaran Sarana Wilayah Tanggenar
29
Gambar 2. 29 Peta Jangkauan Fasilitas Pendidikan Wilayah Tanggenar
31
Gambar 2. 30 Diagram Presentase menuju sarana Pendidikan
32
Gambar 2. 31 Peta Jangkauan Fasilitas Puskesmas Wilayah Tanggenar
32
Gambar 2. 32 Diagram Presentase menuju Jangkauan Puskesmas
33
Gambar 2. 33 Diagram Presentase menuju Jangkauan Fasilitas Pasar
34
Gambar 2. 34 Jangkauan Pelayanan Pasar Wilayah Tanggenar
34
Gambar 2. 35 Peta Pusat Pemerintahan dan Pelayanan Umum
36
Gambar 2. 36 Peta Persebaran Komoditas
37
Gambar 2. 37 Peta Hubungan Desa – Kegiatan Ekonomi
37
Gambar 2. 38 Peta Perkembangan Kota Tanggenar
38
Gambar 2. 34 Peta Rencana Struktur Ruang Tanggenar
42
Gambar 2. 40 Peta Kebijakan Pembangunan Tanggenar
42
Gambar 2. 41 Peta Skema Penentuan Isu Utama Wilayah Tanggenar
46
Gambar 2. 42 Jumlah Ketenagakerjaan Kawasan Perkotaan per Desa Tahun 2016
49
Gambar 2. 43 Peta Administrasi Kawasan Perkotaan Tanggenar
50
Gambar 2. 44 Peta Perkembangan Wilayah Tanggenar
51
Gambar 2. 45 Peta Bangunan Persil Perkotaan Tanggenar
52
Gambar 2. 46 Grafik Jumlah Tenaga Kerja di Kawasan Perkotaan Tanggenar
53
Gambar 2. 47 Peta Kawasan Perkotaan Tanggenar
53
Gambar 2. 48 Peta Lokasi Wisata Perkotaan Tanggenar
54
Gambar 2. 49 Peta Jaringan Jalan Perkotaan Tanggenar
55
Gambar 2. 50 Peta Fasilitas Perkotaan Tanggenar
55
Gambar 2. 51 Peta Orde Perkotaan Tanggenar
56
Gambar 2. 52 Peta Potensi dan Masalah Perkotaan Tanggenar
57
Gambar 2. 53 Wisata Gunung Banyak, Desa Srawung
77
Gambar 2. 54 Peta Jaringan Jalan Perkotaan Tanggenar
58
Gambar 2. 55 Peta Persebaran Fasilitas Kawasan Perkotaan Tanggenar
59
Gambar 3. 1 Skema Agropolitan
63
Gambar 3. 2 Struktur dan Pola Pengembangan Kota Terpadu Mandiri pada Wilayah Pengembangan Transmigran
71
Gambar 3. 3 Skema Fungsi Kota Terpadu Mandiri Perkotaan Tanggenar
73
Gambar 4. 1 Produksi Jagung Tanggenar (2012-2017)
78
Gambar 4. 2 Produktivitas Jagung Tanggenar (2012-2017)
78
Gambar 4. 3 Diagram Tenaga Kerja Wilayah Tanggenar
83
Gambar 4. 4 Skenario Pengembangan Tenaga Kerja
85
Gambar 4. 5 Peta Rencana Jaringan Jalan
86
Gambar 4. 6 Peta Rencana Pengembangan Jalan Lingkar Utara Sragen
86
Gambar 4. 7 Peta Wetness Index Bulan Basah Gambar 4. 8 Peta Wetness Index Bulan Kering
88
Gambar 4. 9 Peta Laju Infiltrasi Wilayah Tanggenar
90
Gambar 4. 10 Peta Rencana Pembangunan Embung di Wilayah Tanggenar
91
Gambar 4. 11 Peta Rekomendasi Sawah Tadah Hujan
91
Gambar 4. 12 Skema Pergerakan
95
Gambar 4. 13 Skema Agropolitan Tebu Wilayah Tanggenar
96
Gambar 4. 14 Skema Agropoliyan Jagung Wilayah Tanggenar
97
Gambar 4. 15 Rencana Sistem Pusat Permukiman di Wilayah Tanggenar
98
Gambar 5. 1 Skema Fungsi Perkotaan
105
Gambar 5. 2 Grafik Proyeksi Penduduk
107
Gambar 5. 3 Peta Kemampuan Lahan
107
Gambar 5. 4 Peta Greenfield dan Brownfield Wilayah Perkotaan
109
Gambar 5. 5 Peta Daya Tampung Permukiman Wilayah Perkotaan Tanggenar
110
Gambar 5. 6 Persentase Jalan Beraspal Perkkotaan Tanggenar
114
Gambar 5. 7 Peta Rencana Pengembangan Jalur Usaha Tani dan Perbaikan Jalan Perkotaan
116
Gambar 5. 8 Peta Rencana Pengembangan Prasarana Listrik
118
Gambar 5. 9 Tangki Septik yang Disedot oleh Truk
122
Gambar 5. 10 Peta Persebaran Drainase Eksisting
125
Gambar 6. 1 Rencana Pola Ruang Wilayah Perkotaan Tanggenar
127
Gambar 6. 2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Perkotaan Tanggenar
128
Gambar 6. 3 Peta Persebaran Pusat Permukiman Perkotaan Tanggenar
131
Gambar 6. 4 Peta Pergerakan Hasil Pertanian Perkotaan Tanggenar
132
Gambar 6. 5 Peta Pergerakan Penduduk Perkotaan Tanggenar
133
Gambar 6. 6 Skema Pergerakan Penunjang Agropolitan (Tebu)
133
Gambar 6. 7 Skema Pergerakan Penunjang Agropolitan (Jagung)
135
Gambar 6. 8 Peta Pusat Permukiman Ruang Perkotaan
135
Gambar 6. 9 Peta Rencana Pengembangan Sarana Permukiman Perkotaan Tanggenar
137
Gambar 6. 10 Lokasi Potensial Pembangunan Embung di Wilayah Perkotaan
137
Gambar 6. 11 Rencana Pembangunan IPAL Perkotaan Tanggenar
138
Gambar 6. 12 Rencana Pengembangan Jaringan Listrik Perkotaan Tanggenar
139
Gambar 6. 13 Persentase Jalan Beraspal Perkotaan Tanggenar
140
Gambar 6. 14 Peta Rencana Perbaikan Jalan Perkotaan Tanggenar
140
Gambar 6. 15 Peta Rencana Pengambangan Drainase Perkotaan Tanggenar
141
Gambar 6. 16 Peta Rencana Pengembangan TPS Perkotaan Tanggenar
142
Gambar 6. 17 Rencana Persebaran Fasilitas di Wilayah Perkotaan Tanggenar
143
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Luasan Kelerengan di Wilayah Perencanaan Tanggenar
20
Tabel II. 2 Luasan Hidrogeologi di Wilayah Perencanaan Tanggenar
21
Tabel II. 3 Jumlah data untuk Perhitungan Level of Service Tahun 2016
30
Tabel II. 4 Jumlah Penduduk Pendukung pada Tiap Fasilitas
30
Tabel II. 5 Hasil Perhitungan Level of Service Tahun 2016 di Wilayah Tanggenar
30
Tabel II. 6 Lokasi Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
35
Tabel II. 7 Potensi dan Masalah Tanggenar
43
Tabel II. 8 Sub isu wilayah Tanggenar
44
Tabel II. 9 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Kawasan Perkotaan Tanggenar
48
Tabel II. 10 Jumlah Luas Lahan Tebangun dan Non-Terbangun Kawsan Perkotaan
48
Tabel III. 1 Tujuan dan Sasaran Wilayah Tanggenar
61
Tabel III. 2 Nilai Ekonomis Pengolahan Gula Merah
65
Tabel III. 3 Nilai EKonomis Pengolahan Jagung
66
Tabel III. 4 Indikator Agropolitan
67
Tabel III. 5 Karakteristik KTM
72
Tabel III. 6 Indikator Kota Terpadu Mandiri
72
Tabel IV. 1 Target Produksi Tebu Kecamatan Gesi Tahun 2040
77
Tabel IV. 2 Target Produksi Tebu Kecamatan Tangen Tahun 2040
77
Tabel IV. 3 Target Produksi Tebu Kecamatan Jenar Tahun 2040
77
Tabel IV. 4 Target Populasi Unggas Tahun 2040
78
Tabel IV. 5 Target Peningkatan Produktivitas dan Produksi Jagung Tanggenar
79
Tabel IV. 6 Target Penjualan Tebu Mentah (Eksisting dan Rencana) Tahun 2040
81
Tabel IV. 7 Target Penjualan Gula Merah Tahun 2040
81
Tabel IV. 8 Proyeksi Jumlah Unggas di Wilayah Tanggenar Tahun 2040
82
Tabel IV. 9 Target Penjualan Pakan Ternak ke Luar Tanggenar Tahun 2040
82
Tabel IV. 10 Tenaga Kerja Kecamatan Taggenar Dirinci Per Sektor
83
Tabel IV. 11 Persentase Tenaga Kerja di Wilayah Tanggenar
84
Tabel IV. 12 Jumlah Kebutuhan Air Penduduk Tahun 2040
89
Tabel IV. 13 Jumlah Kebutuhan Air Tebu Tahun 2040
89
Tabel IV. 14 Jumlah Kebutuhan Air Jagung Tahun 2040
89
Tabel IV. 15 Faktor Penentuan Lokasi Industri Tebu
93
Tabel IV. 16 Faktor Penentuan Lokasi Industri Jagung
93
Tabel IV. 17 Analisis Pengembangan Pergerakan
94
Tabel IV. 18 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan Tanggenar Tahun 2040
100
Tabel IV. 19 Indikator Program untuk Sasaran 1 Wilayah Tanggenar
100
Tabel IV. 20 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 2 Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Tabel IV. 21 Indikator Program untuk Sasaran 2 Wilayah Tanggenar
101 101
Tabel IV. 22 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran Tabel V. 1 Rencana Fungsi dan Aktivitas Kawasan Perkotaan Tanggenar
106
Tabel V. 2 Proyeksi Jumlah Penduduk Perkotaan
107
Tabel V. 3 Jumlah Luas dan Persentase Kemampuan Kawasan Perkotaan Tanggenar
108
Tabel V. 4 Perhitungan Daya Taampung Perkotaan Tanggenar
110
Tabel V. 5 Jenis Fasilitas Rencana Wilayah Perkotaan Tanggenar
111
Tabel V. 6 Perhitungan Skalogram
111
Tabel V. 7 Perhitungan Skalogram Wilayah Perkotaan Tanggenar
111
Tabel V. 8 Kebutuhan Ruang Perkotaaan
113
Tabel V. 9 Volume Kapasitas Jalan Kolektor Perkotaan Tanggenar
115
Tabel V. 10 Kapasitas Jalan Kolektor Perkotaan Tanggenar
115
Tabel V. 11 Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Wilayah Perkotaan Tanggenar
118
Tabel V. 12 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih di Wilayah Perkotaan Tahun 2018
119
Tabel V. 13 Jumlah Aksess Jamban Menurut Desa di Wilayah Perkotaan Tahun 2018
120
Tabel V. 14 Perhitungan Grey Water
121
Tabel V. 15 Perhitungan Produksi Limbah Wilayah Perkotaan Tahun 2010-2040
121
Tabel V. 16 Kebutuhan Truk Tinja Wilayah Perkotaan Tahun 2010-2040
122
Tabel V. 17 Kebutuhan Jumlah IPAL Wilayah Perkotaan
122
Tabel V. 18 Proyeksi Produksi Sampah dan Kebutuhan Fasilitas Persampahan Perkotaan
123
Tabel Vi. 1 Rencana dan Realisasi Kebutuhan Perumahan di Perkotaan Tanggenar
129
Tabel VI.2 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 1 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040
144
Tabel VI.3 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 2 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040
144
Tabel VI.4 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 3 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040
145
Tabel VI.5 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 4 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040
145
Tabel VI.6 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 5 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040
146
Tabel VI.7 Indikator Program untuk Sasaran 1 Wilayah Tanggenar
146
Tabel VI.8 Indikator Program untuk Sasaran 2 Wilayah Tanggenar
148
Tabel VI.9 Indikator Program untuk Sasaran 3 Wilayah Tanggenar
149
Tabel VI.10 Indikator Program untuk Sasaran 4 Wilayah Tanggenar
150
Tabel VI.11 ndikator Program untuk Sasaran 5Wilayah Tanggenar
151
Isu tersebut didapatkan dari peninjauan
LATAR
potensi dan masalah dari berbagai aspek baik aspek fisik maupun non fisik. Wilayah Tanggenar memiliki
BELAKANG
dominasi sektor pertanian dengan komoditas unggulan
Perencanaan merupakan proses yang Perencanaan merupakan proses yang bersifat kontinu menyangkut pengambilan bersifat kontinu menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan mengenai cara keputusan atau pilihan mengenai cara memanfaatkan sumber daya yang ada memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal semaksimal mungkin, guna mencapai tujuan mungkin, guna mencapai tujuan tertentu di masa tertentu di masa depan (Conyer & Hill, 1984). depan (Conyer & Hill, 1984). Perencanaan Perencanaan memegang peran penting dalam memegang peran penting dalam pembangunan pembangunan suatu wilayah karena berkaitan suatu wilayah karena berkaitan dengan dengan pemanfaatan sumber daya yang terbatas pemanfaatan sumber daya yang terbatas secara secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. Selain efektif, efisien, dan berkelanjutan. Selain itu, itu, perencanaan yang dilakukan perlu peninjauan perencanaan yang dilakukan perlu peninjauan dari dari berbagai aspek guna menentukan berbagai aspek guna menentukan perencanaan perencanaan yang tepat dengan wilayah yang tepat dengan wilayah tersebut. Oleh karena tersebut. Oleh karena itu, perencanaan harus itu, perencanaan harus bersifat implementatif dan bersifat implementatif dan mampu mampu mengakomodasi kebutuhan wilayah mengakomodasi kebutuhan wilayah tersebut di tersebut di masa depan. masa depan.
pencaharian utama sebagai petani. Ditinjau dari
Wilayah perencanaan yang digunakan
tentang Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang merupakan
menjadi objek analisis perencanaan adalah wilayah
konsep pendukung Wilayah Tanggenar maupun
regional
perkotaan
perkotaan yang berfungsi sebagai pusat distribusi dan
Tanggenar. Perencanaan wilayah dan perkotaan
kolektif produk pertanian, pusat pemasaran, pusat
memiliki perbedaan dalam segi administratif dan
permukiman, dan memiliki integrasi sarana prasarana
substansi. Wilayah regional terdiri dari tiga
yang mendukung. Diproyeksikan, Tanggenar dapat
kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan
mampu mengolah komoditas unggulan tsb menjadi
Tangen, Kecamatan Gesi, dan Kecamatan Jenar
produk olahan dengan nilai tambah, menghasilkan
(Tanggenar).
lapangan pekerjaan baru, serta memiliki dukungan
Tanggenar
dan
Sedangkan,
berupa komoditas tebu dan jagung dan memiliki mata
wilayah
wilayah
perkotaan
terdiri dari Desa Katelan, Desa Dukuh, Desa
potensinya, Wilayah Tanggenar unggul sebagai produsen tebu tertinggi dan produsen jagung kedua di Sragen. Namun, Tanggenar juga memiliki masalah utama seperti kekeringan karena air tanah langka dan berkapur, jaringan jalan rusak, dan PDRB yang rendah. Oleh
karena
itu,
Tanggenar
perlu
direncanakan dengan konsep yang sesuai. Konsep perencanaan yang digunakan di Wilayah Tanggenar dan wilayah perkotaan berbeda, namun memiliki keterkaitan
fungsi
dimana
adanya
hubungan
fungsional yang saling mendukung. Konsep Wilayah Tanggenar merupakan Agropolitan yang merupakan konsep dengan dasar sektor pertanian eksisting sehingga memiliki sistem integrasi yang baik dalam segi sarana prasarana, alur produksi distribusi, dan nilai ekonomis. Sedangkan, konsep perkotaan mengusung
saprotan yang baik. Konsep perencanaan wilayah Tanggenar dan
Srawung, dan Desa Gesi. Berdasarkan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data potensi dan
perkotaan
masalah Tanggenar, diketahui bahwa wilayah
dengan
Tanggenar memiliki isu utama sebagai wilayah
Grobogan, Ngawi, perkotaan Sragen, Surakarta, dan
terbelakang dengan sub isu infrastruktur yang
Sukoharjo. Selain itu, integrasi wilayah Tanggenar
kurang
dengan sekitarnya mampu memberikan peluang
memadai,
stagnasi
ekonomi,
rendahnya kualitas sumber daya manusia.
dan
juga
wilayah
mempertimbangkan
keterkaitan
sekitarnya,
Kabupaten
seperti
terkait adanya rencana pembukaan jalan tol dan rencana pembangunan jalan lingkar utara Sragen.
1
Sehingga, implementasi konsep Agropolitan dan KTM perlu mempertimbangkan kondisi intra dan agregat
jalan tol dan rencana pembangunan jalan lingkar utara Sragen. Sehingga, implementasi konsep
Agropolitan
dan
KTM
perlu
mempertimbangkan kondisi intra dan agregat wilayahnya. Konsep tersebut diharapkan
RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Wilayah
dapat meminimalkan masalah yang ada
Ruang lingkup wilayah pada laporan ini terbagi
sehingga menghasilkan kehidupan wilayah
atas dua wilayah, yaitu wilayah Tanggenar dan wilayah
perencanaan yang lebih baik.
perkotaan Tanggenar. Wilayah perencanaan Tanggenar merupakan deliniasi dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan
TUJUAN DAN SASARAN
Tangen, Kecamatan Gesi dan Kecamatan Jenar. Wilayah Tanggenar ini merupakan 3 Kecamatan yang terletak di bagian utara Kabupaten Sragen. Kecamatan Gesi memiliki luas wilayah 3.958.04 Ha yang terdiri dari 7 desa 85 dukuh.
Tujuan Perumusan
Jumlah penduduk Kecamatan Gesi adalah 19.856 jiwa di rencana
pengembangan Tanggenar
dan
pembangunan
wilayah
dan
Perencanaan
kawasan
Perkotaan
Tanggenar sebagai Kawasan Agropolitan
tahun 2016. Kecamatan Tangen memiliki luas wilayah 5.512,54 Ha dengan 7 desa dan 80 dukuh. Berdasarkan data BPS tahun 2016, jumlah penduduk di Kecamatan Tangen adalah 13.220 jiwa. Kemudian Kecamatan Jenar memiliki luas wilayah sebesar 6.397 Ha dengan 7 desan dan 82 dukuh,
dalam jangka waktu 20 tahun.
serta memilii jumlah penduduk 26.825 di Tahun 2016.
Sasaran
Wilayah Tanggenar ini secara geografis berbatasan
Sasaran-sasaran
yang
dibutuhkan
untuk
langsung dengan Kabupaten Grobogan di sebeah utara,
mencapai tujuan tersebut adalah sebagai
Kabupaten Ngawi di sebelah timur, Kecmatan Ngrampal
berikut :
dan Sambungmacan di sebelah selatan dan Kecamatan
a.
Sukodono di sebelah barat.
Evaluasi data primer hasil survei lapangan dan hasil Focus Group Discussion
b.
c.
d.
Penyusunan
profil
wilayah
Wilayah perkotaan Tanggenar merupakan bagian serta
yang lebih kecil dari wilayah Tanggenar. Wilayah perkotaan
identifikasi potensi, masalah dan isu
ini terdiri dari 4 desa, yaitu Desa Gesi, Desa Srawung, Desa
Perencanaan Tanggenar dan Kawasan
Katelan dan Desa Dukuh. Keempat desa ini memiliki peran
Perkotaan
dan fungsi sebagai pusat pelayanan dan aktivitas di wilayah
Penyuunan tujuan dan sasaran serta
Tanggenar. Secara geografis, wilayah perkotaan ini
perumusan konsep wilayah Tanggenar
berbatasan langsung dengan Desa Poleng, Sigit dan
dan Kawasan Perkotaan
Ngrombo di sebelah utara, Desa Ngepringan dan Japoh di
Penyusunan analisis, scenario perencnaan
sebelah timur, Sungai Bengawan Solo di sebelah selatan
dan rencana pengembangan wilayah
serta Desa Tanggan dan Blangu di sebelah barat.
Tanggenar dan Kawasan Perkotaan e.
Penyusunan wilayah Perkotaan
strategi
Tanggenar
Desa Desa Katelan memiliki luas wilayah 7,3 km²
dan
Program
dengan jumlah penduduk 5.252 jiwa dan dengan kepadatan
dan
Kawasan
719 jiwa/km². Desa Katelan merupakan desa dengan kepadatan paling tinggi di Kecamatan Tangen. Desa Dukuh memiliki luas 6,61 km²
2
Desa Dukuh memiliki luas 6,61 km² dengan jumlah penduduk 4.303 jiwa dan dengan kepadatan 699 jiwa/km². Secara administratif, Desa Katelan dan Desa Dukuh masing-masing memiliki 23 dukuh dengan 24 RT dan 12 Dukuh dengan 33 RT. Kawasan perkotaan yang terdapat di Kecamatan Gesi adalah Desa Gesi dan Desa Srawung. Desa Gesi secara administratif terdiri dari 10 dukuh dan 24 RT dengan luas wilayah sebesar 4,61 km² dan jumlah penduduk 2849 jiwa. Kepadatan penduduk di Desa Gesi sebanyak 618 jiwa/ km². Desa Srawung memiliki luas wilayah sebesar 4,09 km2 dengan jumlah penduduk total sebanyak 1.724 jiwa. Kepadatan penduduk Desa Srawung sebesar 422 jiwa/ km².
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar Peta Administrasi Wilayah Tanggenar dan Kawasan Perkotaan Tanggenar
Ruang Lingkup Materi Ruang
lingkup
materi
terhadap Tanggenar laporan
b.
Fisik Alam dan Penggunaan Lahan
perencanaan ini membahas beberapa materi
Aspek ini membahas tentang kesesuaian lahan, daya
seperti :
dukung
a.
Konstelasi Wilayah
penggunaan lahan di Tanggenar. Dari analisis tersebut
Pada analisis ini membahas konstelasi
akan menghasilkan peta kawasan potensial dan
wilayah Tanggenar dengan wilayah di
limitasi.
sekitarnya serta pengaruh dari kebijakankebijakan yang ada dan implementasinya
c.
lahan,
rawan
bencana
serta
Kependudukan dan Sosial Aspek ini membahas tentang komposisi penduduk, ………………
3
daerah
pertumbuhan penduduk hingga proyeksi jumlah penduduk di Tahun 2040 sehingga dapat disesuaikan dengan perencanaan yang akan dilakukan kedepannya. d.
Ekonomi dan Sistem Kegiatan Wilayah Aspek ini membahas tentang sektor-sektor kegiatan utama dan unggulan di Tanggenar serta produktivitas penduduknya sehingga dapat dijadikan sebagai acuan perencanaan pengembangan perekonomian di Tahun 2040.
e.
Sarana dan Prasarana Membahas tentang sarana dan prasarana eksisting di Tanggenar serta kebutuhan yang harus dipenuhi di Tahun 2040.
f.
Kebijakan Wilayah Membahas terkait kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam skala kabupaten maupun skala desa.
g.
Strategi dan Program Membahas terkait strategi dan program yang sesuai bagi wilayah perencanaan berdasarkan analisis potensi masalah serta konsep dan skenario yang ditetapkan.
h.
Struktur Ruang Membahas tetntang gagasan terkait pusat dan sub pusat kegiatan permukiman yang akan menghasilkan pola tertentu.
i.
Pola Ruang Membahas tentang pola keruangan yang akan terbenttuk di masa mendatang.
j.
Kebutuhan Ruang Merupakan perhitungan terhadap kebutuhan ruang di masa mendatang berdasarkan analisis-analisis yang dilakukan.
TAHAPAN PERENCANAAN
4
5
SISTEMATIKA
BAB III KONSEP PERENCANAAN WILAYAH DAN PERKOTAAN TANGGENAR Berisi
PENULISAN
tentang
hasil
perumusan
konsep
berdasarkan isu, potensi dan masalah dan penerapannya pada wilayah perencanaan dan
Sistematika
dalam
laporan
perkotaan
perencanaan ini adalah sebagai berikut:
BAB
BAB I PENDAHULUAN
WILAYAH TANGGENAR
Berisi tentang latar belakang, tujuan
Berisi tentang rencana lanjutan dari perumusan konsep untuk pengembangan wilayah perencanan BAB V ANALISIS PERENCANAAN DAN
dan sasaran, ruang lingkup, kerangka piker perencanaan dan sistematika penulisan BAB II PROFIL WILAYAH TANGGENAR DAN PERKOTAAN TANGGENAR Berisi tentang profil wilayah perencanaan dan perkotaan dan hasil analisis aspek fisik dan non-fisik yang mendukung analisis lanjutan Selain itu, juga berisi hasil perumusan isu dan identifikasi masalah
IV
RENCANA
PENGEMBANGAN
PENGEMBANGAN
PERKOTAAN
TANGGENAR Berisi tentang analisis
perencanaan
dan
pengembangan lanjutan wilayah perkotaan BAB
VI
RENCANA
PENGEMBANGAN
PERKOTAAN TANGGENAR Berisi tentang rencana lanjutan pengembangan kawasan perkotaan Tanggenar
wilayah perencanaan dan perkotaan
6
PROFIL WILAYAH TANGGENAR & PERKOTAAN PROFIL WILAYAH Profil Agregat Profil Intrawilayah
POTENSI,MASALAH, ISU WILAYAH PROFIL PERKOTAAN TANGGENAR Justifikasi dan delineasi perkotaan Peran & fungsi kota Arah Perkembangan kota Elemen Pembentuk Ruang Struktur dan Pola Ruang Kota
POTENSI, MASALAH, ISU PERKOTAAN
jagung, kacang tanah, ubi jalar, dan ubi kayu. Dengan
PROFIL
luasan lahan pertanian yang besar, Kabupaten Sragen memiliki produksi komoditas padi tertinggi, yaitu 25,98%
WILAYAH
dari keseluruhan produksi padi di Solo Raya. Berdasarkan sektor industri pengolahan, Kabupaten Sragen menempati posisi ke-4 dalam peringkat nilai PDRB sektor industri
PROFIL AGREGAT A.
pengolahan se-Solo Raya. Berdasarkan sektor peternakan,
Kedudukan Wilayah
Kabupaten Sragen memiliki populasi domba dan sapi
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
potong tertinggi di wilayah Solo Raya.
Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata
Wilayah perencanaan Tanggenar memiliki sektor
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009
unggulan pertanian dengan kontribusi yang tinggi ke
– 2029 menyebutkan bahwa wilayah Solo Raya
Kabupaten Sragen. Wilayah Tenggenar memiliki produksi
merupakan rencana pengembangan kawasan
komoditas pertanian utama padi, pisang, jagung, dan tebu
strategis
dengan
provinsi
dari
sudut
kepentingan
pertumbuhan ekonomi. Kota
5,04%,
55,05%, 25,42%, dan 53,4% dari keseluruhan produksi di pusat
Kabupaten Sragen. Produksi tebu wilayah Tanggenar
pengembangan yang dijadikan sebagai titik
merupakan tertinggi di Kabupaten Sragen. Secara spasial,
transit
antarpusat
wilayah Tanggenar dilalui oleh jalan kolektor sekunder
pertumbuhan
yang menghubungkan wilayah Sragen dengan kabupaten
ekonomi di wilayah Solo Raya. Kabupaten Sragen
di sekitarnya seperti Kabupaten Grobogan dan Kabupaten
memiliki peran strategis bagi pengembangan
Ngawi, Jawa Timur. Letak Tanggenar yang berbatasan
ekonomi Solo Raya karena terletak pada titik
dengan
persimpangan jalur transportasi regional. Secara
pergerakan dari dan ke Kabupaten Sragen, baik
spasial, Kabupaten Sragen terletak pada jalur
pergerakan manusia maupun barang berupa komoditas
utama penghubung Kabupaten Sragen dengan
pertanian. Keterkaitan antarwilayah Kabupaten Sragen
kabupaten di sekitarnya, seperti Kabupaten
dan kabupaten di sekitarnya mendorong terjadinya
Boyolali,
perkembangan yang pesat.
kegiatan
Surakarta
persentase masing-masing sebesar
yang untuk
merupakan
menghubungkan mendorong
Kabupaten
Grobogan,
Kabupaten
kabupaten
Karanganyar, dan Kabupaten Ngawi, Provinsi
B.
Fisik Alam
Jawa Timur.
1.
Topografi
lain
memicu
adanya
aktivitas
Kabupaten Sragen ditetapkan sebagai PKL
Kabupaten Sragen memiliki kondisi kemiringan
(Pusat Kegiatan Lokal) Provinsi Jawa Tengah
lereng yang terbagi menjadi empat klasifikasi yaitu 0-8 %
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
yang dikategorikan datar, 8-15% yang dikategorikan
kabupaten/kota
kecamatan.
landai, 25%- 40% dikategorikan agak curam, dan lebih dari
Dalam konstelasi Solo Raya, Kabupaten Sragen
40% dikategorikan curam. Didominasi oleh kelerengan
memiliki fungsi pelayanan ekonomi pada sektor
datar dan landai yang berpotensi untuk kawasan
pertanian, industri pengolahan, serta peternakan.
pemukiman,
Berdasarkan sektor pertanian, Kabupaten Sragen
Pembangunan di kawasan dengan kelerengan datar
memiliki beberapa komoditas unggulan yaitu
cenderung lebih cepat dibandingkan pada bagian Utara
padi, jagung, kacang tanah, ubi jalar, dan ubi
Sragen. Peta kelerengan wilayah Kabupaten Sragen dapat
kayu. Dengan luasan lahan pertanian yang besar,
dilihat pada gambar berikut.
atau
beberapa
Kabupaten Sragen memiliki produksi komoditas
7
padi tertinggi, yaitu 25,98% dari keseluruhan
pusat
perkotaan
dan
persawahan.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen, 2011
Gambar 2.1 Peta Kelerengan Wilayah Kabupaten Sragen
2.
Hidrologi Terdapat tiga kategori hidrologi, yaitu kadang-kadang tergenang, tergenang periodik setelah hujan dan
tidak tergenang. Daerah yang tergolong tergenang setelah hujan adalah daerah yang dilewati oleh Sungai Bengawan Solo, sedangkan daerah yang tergolong kadang-kadang tergenang juga terletak di sepanjang Sungai Bengawan Solo. Daerah yang tidak tergenang lebih luas dibandingkan daerah yang tergenang.
Sumber : Bappeda Kabupaten Sragen, 2011
Gambar 2.2 Peta Hidrologi Wilayah Kabupaten Sragen
8
3.
Hidrogeologi Terdapat empat kategori hidrogeologi, yaitu daerah air tanah langka, akuifer kecil setempat, akuifer
produktifitas sedang, dan akuifer produktif dengan penyebaran sedang. Daerah air tanah langka terdapat di bagian Utara (Kecamatan Sumberlawang, Mondokan, Sukodono, Gesi, Tangen, dan Jenar). Akuifer produktifitas sedang terdapat di bagian Tenggara. (KecamatanSragen, Gondang, Karangmalang, Kedawung, Masaran, Sidoharjo). Akuifer kecil setempat terdapat di bagian Selatan. (Kecamatan Tanon, Plupuh, dan Gemolong).
Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen, 2011
Gambar 2.3 Peta Hidrogeologi Wilayah Kabupaten Sragen
c.
Ekonomi Wilayah Agregat
kabupaten dan kota di Solo Raya sangat berbeda dan
1.
Ekonomi
antardaerah memiliki ketimpangan yang tinggi.
Kondisi perekonomian di Solo Raya
Selain berdasarkan PDRB, kondisi perekonomian suatu
selalu mengalami peningkatan sejak tahun
wilayah juga dilihat dari profil ketenagakerjaannya. Wilayah
2013 hingga tahun 2016. Wilayah yang
Solo Raya memiliki dominasi tenaga kerja di sektor pertanian
memiliki persentase PDRB terbesar di Solo
serta sebagian di sektor perdagangan dan industri. Jumlah
Raya adalah Kota Surakarta dengan 29,966
tenaga kerja sektor perdagangan, industri, dan jasa pada
miliar rupiah pada tahun 2016. Sebaliknya,
setiap tahunnya cenderung fluktuatif. Pada tahun 2015,
wilayah dengan persentase PDRB terkecil di
kabupaten atau kota yang memiliki dominasi tenaga kerja
Solo Raya adalah Kabupaten Wonogiri dengan
pertanian adalah Kabupaten Wonogiri, Sragen, Boyolali,
17,863 miliar rupiah pada tahun 2016.
Klaten, dan Karanganyar. Kota Surakarta memiliki dominasi
Berdasarkan PDRB per kapita, nilai Indeks
tenaga kerja di sektor perdagangan sedangkan Kabupaten
Williamson antarkabupaten dan kota di
Sukoharjo memiliki dominasi tenaga kerja di sektor industri.
wilayah Solo Raya cukup tinggi yaitu sebesar
Dominasi tenaga kerja pada grafik di atas juga dapat
0,87. Artinya, pertumbuhan ekonomi di setiap
merepresentasikan sektor yang memiliki kontribusi terbesar
kabupaten dan kota di Solo Raya sangat
terhadap struktur perekonomian di kabupaten atau kota di
berbeda
Solo Raya. Kota Surakarta memiliki kontribusi terbesar di
dan
antardaerah
memiliki
sektor konstruksi dan perdagangan. Kabupaten dengan sektor
ketimpangan yang tinggi. 9 Selain
berdasarkan
PDRB,
kondisi
industri pengolahan sebagai kontributor terbesar dalam
terhadap struktur perekonomian di kabupaten atau kota di Solo Raya. Kota Surakarta memiliki kontribusi terbesar di sektor konstruksi dan perdagangan. Kabupaten dengan sektor industri pengolahan sebagai kontributor terbesar dalam struktur perekonomian adalah Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen. Sedangkan struktur perekonomian di Kabupaten Wonogiri masih didominasi oleh sektor pertanian. Berikut merupakan grafik perkembangan PDRB Solo Raya tahun 2013 hingga tahun 2016 dalam miliar rupiah serta diagram perkembangan jumlah tenaga kerja per sektor di Solo Raya tahun 2012 - 2015.
PDRB (Miliar Rupiah)
35.000 30.000
25.632
25.000
19.402
20.000
19.257
16.267
19.102
20.241
15.303
15.000 10.000 5.000 -
Surakarta
Boyolali
Sukoharjo
Karanganyar
Wonogiri
Sragen
Klaten
Tahun 2013
25.632
16.267
19.402
19.257
15.303
19.102
20.241
Tahun 2014
26.984
17.148
20.449
20.262
16.108
20.170
21.425
Tahun 2015
28.453
18.161
21.612
21.268
16.977
21.391
22.559
Tahun 2016
29.966
19.119
22.837
22.429
17.863
22.615
23.718
Sumber: DPRB Jawa Tengah
Tenaga kerja (jiwa)
Gambar 2.4 Grafik Perkembangan PDRB Solo Raya Tahun 2013-2016 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0
Pertanian
Perdagangan
Industri
Jasa
Lainnya
Tahun 2012
869.655
710.616
659.020
482.417
426.146
Tahun 2013
863.218
764.853
677.373
570.418
420.023
Tahun 2014
868.409
731.869
698.057
475.627
438.741
Tahun 2015
925.248
757.254
658.095
438.192
474.483
Sumber: Profil Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.5 Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Solo Raya Tahun 2012-2015 merupakan
Sragen pada tahun 2016 telah didominasi oleh sektor Industri
penyumbang PDRB terbesar ke-4 di Solo
Pengolahan sebesar 10.479,87 miliar rupiah pada Tahun 2016
Raya. Perekonomian di Kabupaten Sragen
(34% dari total PDRB Kabupaten Sragen). Berdasarkan hal
terus mengalami perkembangan dalan 4
tersebut, Industri Pengolahan Kabupaten Sragen menempati
tahun
pertumbuhan
posisi ke-4 dalam peringkat nilai PDRB sektor Industri
ekonomi di Kabupaten Sragen dalam 4 tahun
Pengolahan se-Solo Raya. Sektor lain yang juga menjadi
terakhir adalah 5,76%. Pada tahun 2016, nilai
penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Sragen adalah
PDRB Kabupaten Sragen sebesar 22,615 miliar
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
rupiah yang berkontribusi sebesar 14% dari
motor serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
total PDRB di wilayah Solo Raya.
dengan masing masing sebesar 21% dan 16% dari total PDRB
Kabupaten
terakhir.
Sragen
Rata-rata
Kondisi perekonomian di Kabupaten
di Kabupaten Sragen.
Sragen pada tahun 2017
10
Pada tahun 2013 hingga tahun 2016, sektor industri pengolahan memiliki perkembangan yang sangat signifikan dengan kenaikan rata-rata sebesar 9,1% setiap tahun. Sektor perdagangan dan konstruksi pada tahun yang sama juga mengalami kenaikan namun tidak signifikan. Sedangkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam 4 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Meskipun sektor industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Sragen, jumlah tenaga kerja di sektor tersebut hanya berjumlah 84.972 orang (18% dari total tenaga kerja Kabupaten Sragen). Jumlah tersebut lebih kecil dari jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang mencapai 158.489 orang (34% dari total tenaga kerja Kabupaten Sragen). Sedangkan pada sektor perdagangan, eceran, rumah makan dan hotel, sektor jasa kemasyarakatan, dan sektor lainnya memiliki persentase tenaga kerja sebesar 23%, 12%, dan 13%.
Tenaga kerja (jiwa)
Perkembangan tenaga kerja di Kabupaten Sragen tahun 2012 – 2015 disajikan pada grafik berikut. 200.000 180.000 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0
Pertanian
Perdagangan
Industri
Jasa
Lainnya
Tahun 2012
166.822
110.641
66.636
60.316
60.223
Tahun 2013
175.573
120.828
70.305
57.307
50.381
Tahun 2014
166.233
98.866
71.558
58.220
55.741
Tahun 2015
158.484
105.904
84.984
56.532
59.042
Sumber: Profil Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.6 Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Kabupaten Sragen Tahun 2012-2015 Jumlah tenaga kerja yang tinggi pada
dengan 19 industri besar dan 18.866 industri kecil. Beberapa
sektor pertanian, dapat disebabkan oleh
jenis industri yang dimiliki adalah Industri Hasil Pertanian dan
luasnya lahan pertanian yang tersedia di
Kehutanan (IHPK), Aneka Industri (AI), Industri Logam, Mesin
Kabupaten
(ILM), serta Industri Kimia (INKIM).
Sragen.
Namun
dalam
perkembangannya, tenaga kerja di bidang
Pada sektor Perdagangan Eceran, Rumah Makan dan
pertanian cenderung menurun sejak tahun
Hotel sebagai pemberi kontribusi terbesar kedua dalam PDRB
2013 hingga tahun 2015. Hal ini dapat
Kabupaten Sragen, bila ditinjau dari nilai kegiatan ekspor,
disebabkan
jumlah
diketahui yang paling mendominasi adalah ekspor meubel dan
penduduk yang besar serta bertambahnya
furnitur. Sedangkan nilai ekspor berupa tekstil hanya sekitar
kawasan terbangun di Solo Raya.
30% dari ekspor meubel dan furnitur. Selain itu, kontribusi
oleh
peningkatan
Berbeda halnya dengan sektor industri pengolahan yang setiap tahun tenaga kerja di
sektor ini juga didapatkan dari adanya fasilitas pasar umum dan pasar hewan.
sektor ini selalu mengalami peningkatan.
Analisis LQ menghasilkan informasi berupa sektor basis
Peningkatan tenaga kerja di bidang industri
dan non-basis. Sedangkan analisis Shift Share menghasilkan
tidak lain juga didorong oleh maraknya
sektor yang mengalami kemajuan dan kemunduran serta
pembangunan industri di Kabupaten Sragen.
berdaya saing dan tidak berdaya saing. Berdasarkan
Apabila ditinjau dari data BPS pada tahun 2016
perhitungan dengan menggunakan data PDRB tahun 2016
diketahui jumlah industri yang terdapat di
yang mana membandingkan antara kedudukan Kabupaten
Kabupaten Sragen mencapai 18.885 industri
Sragen terhadap Solo Raya, diketahui bahwa terdapat 5 sektor
dengan 19 industri besar dan 18.866 industri
basis. Kelima sektor basis ini antara lain yaitu sektor
kecil. Beberapa jenis industri yang dimiliki
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,
11
basis. Kelima sektor basis ini antara lain yaitu
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang,
sektor pertambangan dan penggalian, sektor
serta administrasi pemerintahan. Kombinasi antara analisis
industri pengolahan, sektor pengadaan listrik
LQ dan Shift share menghasilkan 3 sektor unggulan yaitu
dan gas, sektor perdagangan besar dan
sektor basis dan berdaya saing di Kabupaten Sragen terhadap
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, serta
Solo Raya. Sektor unggulan di Kabupaten Sragen sendiri
sektor jasa lainnya. Sektor pertanian pada
adalah sektor pengadaan listrik dan gas, sektor perdagangan
tahun 2012 merupakan sektor basis namun di
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, serta
tahun 2016 tidak lagi menjadi sektor basis. Hal
sektor jasa lainnya.
ini menunjukkan bahwa laju perkembangan
Selain menggunakan data PDRB, perhitungan LQ Shift
pertanian Kabupaten Sragen tidak lebih pesat
Share dapat menggunaka data jumlah tenaga kerja. Pada
dari perkembangan pertanian Solo Raya.
perhitungan ini data yang digunakan merupakan jumlah
Apabila
dilihat
perkembangannya
tenaga kerja tahun 2012 dan 2015 Yang merupakan sektor
melalui analisis Shift share antara PDRB
basis adalah sektor pertanian dan perdagangan. Sedangkan
Kabupaten Sragen dengan PDRB Solo Raya
hasil Shift share menunjukkan sektor jasa yang mengalami
tahun 2012 dan 2016 diketahui bahwa terdapat
kemajuan serta sektor pertanian dan jasa yang berdaya saing.
12
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat sektor unggulan.
sektor
perekonomian
yang
perkembangannya cenderung maju. Sektor-
2.
Sistem Kegiatan Wilayah
sektor ini antara lain berupa pengadaan listrik
a.
Sektor Pertanian
dan gas, konstruksi, perdagangan besar dan eceran,
transportasi
dan
Analisis agregat sistem kegiatan wilayah mencakup
pergudangan,
ruang lingkup Sragen dan Solo Raya. Kegiatan utama di
akomodasi, informasi dan komunikasi, jasa
Sragen meliputi kegiatan pertanian, peternakan, industri kecil,
keuangan, real estate, jasa perusahaan, jasa
dan industri rumah tangga. Berdasarkan sektor pertaniannya,
pendidikan, jasa kesehatan, dan jasa lainnya.
Kabupaten Sragen memiliki beberapa komoditas yaitu padi,
Sedangkan sektor yang perkembangannya
jagung, kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu terhadap Solo
cenderung mundur yaitu sektor pertanian,
Raya. Sedangkan, sektor industri di Kabupaten Sragen
kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan
didominasi oleh kecil dan rumah tangga. Berikut merupakan
penggalian, industri pengolahan, pengadaan
peta komoditas sektor pertanian di Solo Raya.
air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, serta administrasi pemerintahan. Kombinasi antara analisis LQ dan Shift share menghasilkan 3 sektor unggulan yaitu sektor basis dan berdaya saing di Kabupaten Sragen terhadap Solo Raya. Sektor unggulan di Kabupaten Sragen sendiri adalah sektor pengadaan listrik dan gas, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, serta sektor jasa lainnya. Selain perhitungan
menggunakan LQ
Shift
data
PDRB,
Share
dapat
menggunaka data jumlah tenaga kerja. Pada Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.7 Peta Komoditas Sektor Pertanian di Solo Raya
12
Sektor pertanian di Kabupaten Sragen
Komoditas kacang tanah didominasi oleh Kabupaten
memiliki komoditas berupa padi, jagung, ubi
Wonogiri dengan 54.9%, sedangkan Kabupaten Sragen
kayu, ubi jakar, pisang, kacang tanah, dsb.
berkontribusi terbesar kedua dengan 15.1%. Selain itu,
Diketahui bahwa Kabupaten Sragen memiliki
Kabupaten Boyolali memiliki produksi pisang tertinggi yaitu
hasil produksi tertinggi pada komoditas padi,
43,46%.
yaitu 661,710 ton dari 2,354,781 ton (25,98%).
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa
Kabupaten Wonogiri merupakan kabupaten
Kabupaten Wonogiri memiliki kontribusi yang cukup tinggi di
dengan penghasil ubi kayu, kacang tanah, dan
sektor pertanian Kabupaten Wonogiri mampu berkontribusi
jagung tertinggi di Solo Raya. Kabupaten
signifikan pada beberapa komoditas (ubi kayu, jagung, dan
Wonogiri memliki presentase hasil produksi
kacang tanah) di Solo Raya. Hal tersebut menjelaskan adanya
ubi kayu tinggi yaitu sebanyak 70,76%
keterkaitan dan peluang rantai pasokan dari Kabupaten
sedangkan kabupaten lainnya tidak mencapai
Wonogiri di Solo Raya. Sedangkan, Kabupaten Sragen hanya
10% kecuali Kabupaten Karanganyar (10.6%).
unggul pada komoditas padi. Hal tersebut didukung oleh
Selain itu, diketahui bahwa komoditas jagung
tenaga kerja masyarakat Sragen yang didominasi sebagai
Kabupaten Wonogiri memiliki persentase
petani. Selain itu, lahan di Kabupaten Sragen sebagai besar
produksi sebesar 45.3% (327,710 ton dari
digunakan sebagai lahan pertanian. Berdasarkan, hal tersebut
722,932 ton). Kabupaten Sragen memiliki
didapatkan bahwa Kabupaten
kontribusi terbesar kedua setelah Kabupaten
komoditas padi sebanyak 25,98% yang berpotensi menjadi
Wonogiri pada komoditas jagung yaitu sebesar
kontribusi komoditas utama di Solo Raya.
Sragen unggul dalam
18% (130,322 ton). Komoditas kacang tanah
Wilayah Tanggenar memiliki sektor unggulan pertanian.
didominasi oleh Kabupaten Wonogiri dengan
Kontribusi sektor pertanian di wilayah Tanggenar cukup
54.9%,
Sragen
tinggi, baik untuk wilayahnya sendiri maupun untuk wilayah
berkontribusi terbesar kedua dengan 15.1%.
yang lebih luas yaitu Kabupaten Sragen, dengan komoditas
Selain itu, Kabupaten Boyolali memiliki
unggulan berupa tebu dan jagung. Berikut merupakan grafik
produksi pisang tertinggi yaitu 43,46%.
produksi sektor pertanian Kabupaten Sragen tahun 2016.
sedangkan
Berdasarkan diketahui
Kabupaten
hal
tersebut,
dapat
Sawah (ton) Wonogiri Pisang (ton) bahwaPadiKabupaten
Tebu Tegalan (ton)
Jagung (Ton)
memiliki140.000 kontribusi yang cukup tinggi di sektor 120.000 pertanian. Kabupaten
Wonogiri
mampu
100.000 signifikan pada beberapa berkontribusi 80.000 komoditas (ubi kayu, jagung, dan kacang 60.000 tanah) di Solo Raya. Hal tersebut menjelaskan 40.000 adanya keterkaitan dan peluang rantai 20.000 pasokan dari Kabupaten Wonogiri di Solo 0 Raya. Sedangkan, Kabupaten Sragen hanya unggul pada komoditas padi. Hal tersebut didukung oleh tenaga kerja masyarakat Sragen yang didominasi sebagai petani. Selain Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
itu, lahan di Kabupaten Sragen sebagai besar Gambar 2.8 Grafik Produksi Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2016 digunakan sebagai lahan pertanian. Berdasarkan, hal tersebut didapatkan bahwa Kabupaten Sragen unggul dalam komoditas
13
padi sebanyak 25,98% yang berpotensi
Berdasarkan produksinya, Wilayah Tanggenar berkontribusi tinggi pada perkebunan tebu. Produksi tebu di Wilayah Tanggenar adalah 259,253 ton dari 485.463 ton (53.4%) di Kabupaten Sragen. Namun, ditinjau dari segi produktivitasnya, Wilayah Tanggenar memiliki produktivitas rendah dibandingkan kecamatan lainnya. Wilayah Tanggenar juga memiliki produksi jagung sebanyak 25,41% (33,125 ton) di Kabupaten Sragen. Berdasarkan hal tersebut, didapatkan bahwa Wilayah Tanggenar memiliki keunggulan dalam kontribusi tebu dan jagung ke Kabupaten Sragen. Sehingga, diketahui bahwa Wilayah Tanggenar memiliki potensi pertanian sebagai dasar pengembangan wilayah. b.
Sektor Industri
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.9 Peta Ekspor Impor Industri Wilayah Tanggenar Impor Kabupaten Ngawi Garut, Kayu, Benguk, Kabupaten Grobogan Pisang, Garut, Bibit Tebu Kabupaten Sragen Garut, Kain
Ekspor Kabupaten Ngawi Pakaian, Tas Dameisstar, Emping Garut, Emping mlinjo, Mebel, Kripik SIngkong,Tebu Tempe Benguk, Kabupaten Grobogan Tebu Kabupaten Sragen Emping Garut, Tebu
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Wilayah Tanggenar juga memiliki sektor industri industri pengolahan bihun, tempe benguk, geplak jahe, mebel, bantal guling, konveksi pakaian, emping mlinjo, kripik, anyaman, dan tas Dameisstar. Cakupan penjualan industri tersebut juga beragam,
anyaman, dan tas Dameisstar. Cakupan penjualan industri tersebut juga beragam, seperti Kabupaten Sragen, Jawa Timur, Solo, Klaten, Sukoharjo, dan Ngawi. Industri yang menonjol di Kecamatan Gesi adalah tas Dameisstar dan emping garut. Kecamatan Tangen memiliki industri yang menonjol berupa industri mebel. Sedangkan, Kecamatan Jenar memiliki industri pengolahan yang menonjol berupa geplak jahe. Berdasarkan persebaran dan jumlahnya, industri pengolahan
di
Wilayah
Tanggenar
didominasi
oleh
pengolahan umbi-umbian dan hasil pengolahan Dominasi ekspor dan impor dilakukan terhadap Jawa Timur (Ngawi), Grobogan (Purwodadi), dan Kabupaten Sragen. Kegiatan ekspor impor dilakukan oleh Wilayah Tanggenar dengan tujuan memenuhi bahan baku pertanian dan industri pengolahan serta menjual hasil pertanian.
14
tujuan memenuhi bahan baku pertanian dan industri pengolahan serta menjual hasil pertanian. Berdasarkan hal tersebut, didapatkan bahwa kegiatan di Wilayah Tanggenar didominasi oleh kegiatan pertanian diikuti oleh kegiatan industri pengolahan. Kegiatan pertanian didominasi oleh produksi panen tebu yang didukung oleh luasnya lahan panen tebu dan dominasi mata pencaharian sebagai petani. Pertanian tebu di Wilayah Tanggenar merupakan produsen tertinggi pertama di Kabupaten Sragen. Selain itu, pertanian jagung di Tanggenar juga merupakan kegiatan dominan setelah tebu karena merupakan komoditas terbesar kedua setelah Sumberlawang. Jagung di Tanggenar memiliki potensi karena adanya laju peningkatan produksi yang lebih besar dibandingkan Sragen (22.77% dari 12.15%). Di lain sisi, sektor pertanian di Wilayah Tanggenar berkontribusi cukup tinggi di Kabupaten Sragen, yaitu 12,3% tahun 2016. Namun, hasil produksi komoditas jagung tebuTanggenar memiliki rantai penjualan yang pendek karena dijual dalam bentuk mentah sehingga tidak menghasilkan nilai ekonomis tinggi. Wilayah Tanggenar memiliki banyak industri pengolahan rumah tangga. Namun, industri pengolahan Wilayah Tanggenar memiliki kontribusi rendah bagi PDRB Kabupaten Sragen, yaitu 2,3% tahun 2016. Industri pengolahan di Wilayah Tanggenar didominasi oleh hasil pengolahan pertanian seperti geplak jahe, emping minjo, dan emping garut. Hal tersebut menunjukkan belum adanya pemanfaatan pengolahan industri pengolahan dengan menggunakan bahan baku pertanian lokal untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.. Hal tersebut menunjukan bahwa sektor pertanian dan industri pengolahanWilayah Tanggenar merupakan sektor unggulan tidak berdaya saing, namun dapat dikembangan dengan bahan baku komoditas unggulan dengan tujuan menambah nilai ekonomis, peningkatan pendapatan, dan peningkatan penyerapan tenaga kerja. d.
Keterkaitan Sistem Aktivitas dengan Pusat Pelayanan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.10 Peta Hierarki Kabupaten Sragen
15
Hirarki/orde kota di Kabupaten Sragen
peribadatan. Dapat diketahui bahwa pusat-pusat pelayanan
dianalisis dengan menggunakan alat analisis
Kabupaten Sragen berada di bagian Selatan kabupaten,
skalogram. Analisis hirarki/orde kota dilakukan
meliputi Kecamatan Masaran, Kecamatan Sragen, dan
untuk menentukan pusat pelayanan dengan
Kecamatan Sidoharjo. Ketiga kecamatan tersebut merupakan
pertimbangan
fasilitas.
kawasan pusat pemerintahan dan jasa di Kabupaten Sragen.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh enam
Pusat perkotaan Kabupaten Sragen berfungsi sebagai pusat
hirarki/orde, yaitu orde I, III, V, VI, VIII, serta IV.
pemasaran hasil industri wilayah perencanaan Tanggenar dan
Terdapat 10 desa pada orde I, 67 desa pada
Kabupaten Sragen secara keseluruhan. Sedangkan aktivitas di
orde III, 52 desa pada orde V, 33 desa pada orde
pusat-pusat perkotaan lainnya sebagai pendukung pusat
VI, 32 desa pada orde VIII, serta 14 desa pada
perkotaan Kabupaten Sragen pada sektor pelayanan-
orde IX. Orde I merupakan desa yang memiliki
pelayanan seperti kesehatan, perdagangan dan jasa, serta
fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap dari
pemerintahan. Wilayah Tanggenar dengan aktivitas dominan
wilayah lain, sehingga orde I berkedudukan
pertanian dapat mendukung kebutuhan Kabupaten Sragen.
sebagai pusat pelayanan. Orde III dan
e. Sistem Pusat Permukiman
kelengkapan
seterusnya merupakan sub-pusat pelayanan yang
melayani
kawasan
dalam
Penentuan pusat permukiman di Kabupaten Sragen
skala
didasarkan pada beberapa hal, yaitu dengan meninjau
pelayanan yang lebih kecil. Berikut merupakan
peraturan Kepala Badan Pusat Statistik tahun 1990, 2000, dan
peta hirarki pusat pelayanan di Kabupaten
2010 mengenai klasifikasi perkotaan dan perdesaan di
Sragen.
Kabupaten
Orde I memiliki fasilitas yang lebih lengkap dari wilayah lain, meliputi fasilitas
Sragen,
kelengkapan
fasilitas
dengan
menggunakan alat analisis skalogram, kepadatan penduduk, serta perkembangan lahan terbangun.
kesehatan, pendidikan, perdagangan, dan peribadatan. Dapat diketahui bahwa pusatpusat pelayanan Kabupaten Sragen berada di bagian
Selatan
kabupaten,
meliputi
Kecamatan Masaran, Kecamatan Sragen, dan Kecamatan Sidoharjo. Ketiga kecamatan tersebut
merupakan
kawasan
pusat
pemerintahan dan jasa di Kabupaten Sragen. Pusat perkotaan Kabupaten Sragen berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil industri wilayah perencanaan Sragen
Tanggenar
secara
dan
Kabupaten
keseluruhan.
Sedangkan
aktivitas di pusat-pusat perkotaan lainnya sebagai
pendukung
pusat
perkotaan
Kabupaten Sragen pada sektor pelayananpelayanan seperti kesehatan, perdagangan dan
jasa,
Tanggenar
serta
pemerintahan.
dengan
aktivitas
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
pertanian
dapat
mendukung
Wilayah dominan
kebutuhan
Gambar 2.11 Peta Perkembangan Desa Kota Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen.
16
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sragen. Pada wilayah perencanaan Tanggenar,
tahun 1990, 2000, dan 2010 mengenai
desa dengan status perkotaan hanya terdapat di Desa Gesi,
klasifikasi
di
yang ditetapkan pada tahun 2000. Hingga pada tahun 2010,
Indonesia, menetapkan beberapa desa berciri
tidak terdapat perkembangan status desa perkotaan di
perkotaan di wialyah Kabupaten Sragen. Pada
wilayah Tanggenar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
tahun 1990 Desa Masaran, Desa Gondang,
Desa Gesi belum mampu mendorong perkembangan wilayah
Desa Kroyo, Desa Sragen Kulon, Desa Sragen
di sekitarnya.
perkotaan
dan
perdesaan
Tengah, Desa Sragen Wetan, Desa Gemolong.
Suatu kawasan pusat permukiman dapat dilihat dari
Pada tahun 2010 Desa Banaran, Samberembe,
kepadatan
Plupuh, Sambirejo, Dari, Karangmalang, Jati,
memungkinkan terjadinya perkembangan dan percepatan
Wonorejo, Glonggong, Gringging, Banaran,
pembangunan
Sambungmacan,
kemampuan
Ngrampal,
Pilangsari,
penduduknya.
di
suatu
untuk
Kepadatan
wilayah,
merangsang
penduduk
sehingga dan
tinggi
memiliki
mendorong
Kebonromo, Bandung, Puro, Plumbungan,
pertumbuhan pada wilayah di sekitarnya. Berdasarkan analisis
Sine, Nglorok, Karang Tengah, Tangkil,
kepadatan penduduk di Kabupaten Sragen, dapat diketahui
Purwosuman, Duyungan, Jetak, Sidoharjo,
bahwa Desa Sragen Kulon memiliki kepadatan tertinggi di
Karangasem, Ngembatpadas,
Gabugan,
Kalikobok,
Kabupaten Sragen, dengan kepadatan penduduk sebesar
Kragilan,
Tegaldowo,
7.263 jiwa/Ha. Kepadatan penduduk yang tinggi berada di
Kewangen, Mojopuro, Ngandul, Gesi. Desa
kawasan
dengan
di
Kecamatan Karang Malang, dan Kecamatan Sidoharjo.
dan
Berikut merupakan peta hasil analisis kepadatan penduduk di
status
Kecamatan
kota
Sragen
terkonsentrasi
dan
sekitarnya
cenderung berkembang di bagian Selatan
Kecamatan
Sragen,
Kabupaten Sragen.
Kabupaten Sragen. Pada wilayah perencanaan Tanggenar, desa dengan status perkotaan hanya terdapat di Desa Gesi, yang ditetapkan pada tahun 2000. Hingga pada tahun 2010, tidak terdapat perkembangan status desa perkotaan di wilayah Tanggenar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Desa Gesi belum mampu mendorong perkembangan wilayah di sekitarnya. Suatu kawasan pusat permukiman dapat dilihat
dari
kepadatan
penduduknya.
Kepadatan penduduk tinggi memungkinkan terjadinya perkembangan dan percepatan pembangunan di suatu wilayah, sehingga memiliki kemampuan untuk merangsang dan mendorong pertumbuhan pada wilayah di sekitarnya. Berdasarkan analisis kepadatan penduduk
di
Kabupaten
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Sragen,
dapat
Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Sragen diketahui bahwa Desa SragenGambar Kulon 2.12 memiliki
kepadatan tertinggi di Kabupaten Sragen, dengan kepadatan penduduk sebesar 7.263
17
jiwa/Ha. Kepadatan penduduk yang tinggi
Kecamatan
Masaran,
Berdasarkan peta di atas, dapat diketahui bahwa kepadatan
Lahan terbangun pada tahun 2000
penduduk terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Sragen dengan
terkonsentrasi di Kecamatan Sragen dan
Klasifikasi 400 jiwa/km2. Klasifikasi didasarkan pada SNI 03—
sekitarnya serta cenderung sporadis di
1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
beberapa wilayah. Pada tahun 2011,
Perumahan di Perkotaan. Penduduk terkonsentrasi di bagian
lahan terbangun berkembang secara
Selatan dan mulai menyebar ke beberapa desa di bagian Utara
sporadis di seluruh wilayah Kabupaten
Kabupaten
pusat
Sragen dengan perkembangan yang
konsentrasi penduduk karena adanya pusat-pusat permukiman
tidak terlalu signifikan. Perkembangan
serta perkembangan aktivitas yang pesat di wilayah tersebut.
lahan terbangun yang sporadis tersebut
Selain itu, Kecamatan Sragen dilalui jalan arteri penghubung
disebabkan karena akses jalan yang
Kabupaten Sragen dengan wilayah di sekitarnya sehingga
buruk di beberapa wilayah sehingga
terjadi pergerakan yang tinggi dari dan ke Kabupaten Sragen
muncul permukiman-permukiman serta
yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan penduduk di
pusat pertumbuhan baru di wilayah yang
Kecamatan Sragen dan sekitarnya. Semakin tinggi kepadatan
lebih mudah dijangkau. Perkembangan
penduduk maka persentase kawasan terbangun akan semakin
kawasan terbangun di Kabupaten Sragen
tinggi dan penggunaan lahan akan lebih heterogen.
dapat dilihat pada gambar berikut.
Sragen.
Kecamatan
Sragen
menjadi
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.13 Peta Perkembangan lahan terbangun
18
Berdasarkan analisis beberapa aspek yang telah dilakukan didapatkan peta hasil overlay perkembangan kota Kabupaten Sragen. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan dan pembangunan cenderung ke arah Selatan Kabupaten Sragen. Pusat-pusat permukiman terletak di Kecamatan Sragen, Masaran, Karangmalang, dan Kecamatan Sidoharjo yang berada di bagian Selatan Kabupaten Sragen. Wilayah bagian Utara Kabupaten Sragen, termasuk wilayah perencanaan Tanggenar, cenderung mengalami perkembangan yang lambat apabila ditinjau dari dari perkembangan lahan terbangun, kelengkapan fasilitas umum, dan kepadatan penduduknya. Peta hasil overlay dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.14 Peta Perkembangan Kota Tanggenar
Analisis Intrawilayah A. Fisik Alam 1. Topografi Wilayah Tanggenar merupakan kecamatan yang berada di bagian Utara Bengawan Solo. Tiga kecamatan ini memiliki struktur perbukitan yang terbantang di sepanjang bagian Utara Kecamatan Gesi hingga bagian tengah Kecamatan Tangen dan Kecamatan Jenar. Kecamatan Gesi memiliki kelerengan datar (0 – 8%) pada bagian Utara dan tengah, serta kelerengan landai (8 – 15%) pada bagian Barat dan Selatan.
19
Sementara Kecamatan Tangen memiliki kelerengan dengan tingkat kelerengan landai (8 – 15%) hampir pada semua wilayahnya, tingkat kelerengan curam pada bagian Timur Laut (25 – 40 %) hal tersebut dikarenakan wilayah ini termasuk bagian dari sistem pegunungan kendang. Selain itu, Kecamatan Jenar ini memiliki tingkat kelerengan curam (25 – 40%) yang tersebar di bagian Utara serta kelerengan landai (8 – 15%) pada wilayah lainnya. Kelerengan di Wilayah Tanggenar masih sesuai untuk pembangunan karena masih berada pada kelerengan yang landai, pada wilayah Timur Laut tidak sesuai untuk dilakukan pembangunan, karena daerah ini memiliki kelerengan yang curam
Tabel II.1 Luas Kelerengan Wilayah Tanggenar Kelerengan Klasifikasi
Luasan (Ha)
0% - 8% 8% - 15% 25% - 40% Total
15099 161 1638 16898
% 89,35 0,95 9,69 100 %
Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen, 2011
Dapat dilihat dari tabel di atas, pada wilayah perencanaan Tanggenar untuk luasan kelerengan didominasi oleh klasifikasi lereng datar (0% – 8%) dengan jumlah luasan 15099 Ha (89,35%) dari total luas wilayah perencanaan Tanggenar.
Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011
Gambar 2.15 Peta Kelerengan Wilayah Tanggenar
2.
Hidrologi Wilayah perencanaan Tanggenar secara hidrologi termasuk ke dalam DAS Bengawan Solo. Hal
tersebut diketahui melalui data sekunder berupa shapefile dari Bappeda dan RTRW Kabupaten Sragen Tahun 2011-2031. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang sungai, ukuran atau lebar garis sempadan untuk sungai besar di luar wilayah perkotaan seperti Bengawan Solo adalah 50 meter sampai dengan 250 meter. Garis sempadan sungai ini membentang di sepanjang bagian Selatan wilayah Tanggenar meliputi Desa Tanggan, Desa Srawung, Desa Katelan, Desa Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung, dan Desa Kandangsapi. Selain itu, garis sempadan sungai ini juga membentang menuju ke arah Utara seperti Desa Japoh, Desa Ngepringan hingga Desa Jekawal.
20
Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011
Gambar 2.16 Peta Hidrologi Wilayah Tanggenar
3.
HIdrogeologi Hidrogeologi merupakan ilmu yang mempelajari air yang berada di dalam tanah (ground water
/ air tanah). Air tanah adalah air yang berasal dari air hujan yang tersimpan pada rongga-rongga batuan atau tanah yang bergerak. Pada wilayah perencanaan aspek hidrogeologi terbagi menjadi akuifer kecil setempat, akuifer produktivitas sedang, dan daerah air tanah langka. Secara umum aspek hidrogeologi yang mendominasi adalah daerah air tanah langka yang meliputi sebagian besar tiga wilayah kecamatan. Akuifer produktivitas sedang dan akuifer sebaran kecil berada di bagian Selatan wilayah perencanaan tepatnya di Kecamatan Gesi dan Kecamatan Jenar. Tabel II.1 Luas Luasan Hidrogeologi di Wilayah Perencanaan Tanggenar Hidrogeologi Jenis Daerah Air Tanah Langka Akuifer Kecil Setempat Akuifer Produktifitas Sedang Total
Luasan (Ha) 16265 170 463 16898
% 96,25 1,01 2,74 100
Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen, 2011
Dapat dilihat pada tabel di atas, dapat diketahui pada wilayah perencanaan Tanggenar luasan untuk hidrogeologi didominasi oleh jenis daerah air tanah langka dengan luas 16265 Ha (96,25%) dari total luasan pada wilayah perencanaan Tanggenar
21
Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011
Gambar 2.17 Peta Hidrogeologi Wilayah Tanggenar
B. Demografi 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Wilayah Tanggenar
Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011
Gambar 2.18 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar
22
2. Piramida Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar
Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011
Gambar 2.19 Piramida Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar
Berdasarkan piramida di atas, dapat diketahui bahwa struktur penduduk wilayah perencanaan Tanggenar adalah ekspansif. Ekspansif adalah struktur penduduk yang memiliki angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah. Wilayah perencanaan Tanggenar mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat. Dapat dilihat pada piramida sebagian besar penduduk masuk dalam kelompok umur muda. Usia yang paling dominan adalah usia 5-9 tahun dengan komposisi laki-laki sebesar 3.627 jiwa dan perempuan sebesar 3381 jiwa.
3. Keluarga Pra-Sejahtera Wilayah Perencanaan Tanggenar
Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011
Gambar 2.20 Jumlah Keluarga Pra-Sejahtera Wilayah Perencanaan Tanggenar
23
Keluarga prasejahtera di wilayah perencanaan Tanggenar masih tergolong tinggi dengan angka 48% atau sebanyak 7530 keluarga. Hal ini menunjukkan masih banyak penduduk yang masih tergolong miskin dengan ditandai angka keluarga prasejahtera yang hampir mendekati setengah dari total jumlah keluarga di wilayah perencanaan Tanggenar. 4. Tingkat Pendidikan Wilayah Perencanaan Tanggenar
Sumber: BPS Kabupaten Sragen,2016
Gambar 2.21 Presentaae Tingkat Pendidikan Wilayah Perencanaan Tanggenar
Berdasarkan pie chart di atas, dapat disimpulkan tingkat pendidikan di wilayah perencanaan masih tergolong rendah. Komposisi pendidikan didominasi oleh penduduk Tamat SD dengan angka 40% dari penduduk total dan 27% Tidak Tamat SD. Hal ini disebabkan oleh dominasi pekerjaan penduduk yaitu petani, kebanyakan penduduk memilih bekerja di bidang pertanian dibanding melanjutkan pendidikan. Penduduk dengan kompetensi Akademi/Perguruan Tinggi hanya sebesar 2% dari total penduduk.
5. Proyeksi Penduduk Wilayah Tanggenar Pada Tahun Sensus Hasil proyeksi menunjukkan penurunan jumlah penduduk sampai tahun sensus 2040. Hasil proyeksi menurun signifikan dikarenakan pertumbuhan penduduk yang cenderung lambat dan adanya tren penurunan penduduk pada tahun 2001 dan 2010 yang menyebabkan pertumbuhan penduduk berada di angka negatif. Hasil proyeksi pada tahun sensus 2020, 2030 dan 2040 masing-masing sebesar, 69.362 jiwa, 65.468 jiwa dan 59.956 jiwa.
24
Sumber: BPS Kabupaten Sragen,2016
Gambar 2.22 Proyeksi Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar Pada Tahun Sensus
C. Struktur Jaringan Wilayah Tanggenar memiliki 21 desa yang sudah saling terhubung satu dengan lainnya baik melalui jalan kolektor, lokal maupun lingkungan. Adanya jaringan jalan kolektor mempermudah aksesiblitas masyarakat wilayah Tanggenar menuju ke perkotaan Sragen dan Kabupaten Grobogan.. Berikut merupakan jaringan jalan di wilayah Tanggenar :
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.23 Peta Jaringan Jalan Wilayah Tanggenar
25
untuk
Mayoritas jalan di wilayah Tanggenar ialah jalan
mempermudah aksesibilitas distribusi hasil industri
rabat beton dengan lebar sekitar 1 hingga 1.5
wilayah Tanggenar ke perkotaan Sragen. Salah
meter. Jaringan jalan yang sudah di aspal hanya
satu contohnya ialah industri tempe benguk dan
sekitar 24.47% sedangkan sisanya yaitu 75.53%
emping garut dimana kedua industri ini akan
belum di aspal. Wilayah Tanggenar yang sector
didistribusikan
dan
basisnya ialah pertanian membutuhkan akses
Kabupaten Ngawi. Namun, untuk distribusi ke
jalan yang baik. Namun, kondisi jalan yang ada
Kabupaten Ngawi jaringan jalannya kurang
tidak mendukung proses distribusi hasil pertanian.
memadai dimana tidak ada jalan kolektor yang
Berikut merupakan kondisi jalan yang ada di
menghubungkan antara wilayah Tanggenar dan
wilayah Tanggenar :
Fungsi
jaringan
jalan
ke
kolektor
perkotaan
di
Sragen
Kabupaten Ngawi.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.24 Peta Kondisi Jaringan Jalan Wilayah Tanggenar
Dapat dilihat pada peta di atas bahwa terdapat 50 titik ruas jalan yang termasuk dalam kondisi rusak. Kondisi jalan tersebut ialah bergelombang, berlubang, masih berbatu dan tanah. Pada umumnya kondisi jaringan jalan yang rusak disebabkan oleh rawan bencana patahan. Rawan bencana patahan terdapat di bagian utara wilayah Tanggenar sehingga banyak jaringan jalan yang dibagian utara yang rusak dibandingkan dengan kondisi jalan di bagian selatan wilayah Tanggenar. Kondisi jalan yang rusak tersebut dapat menghambat aktivitas masyarakat terutama dalam proses distribusi hasil industry dan komoditas pertanian.
26
Dalam rangka mendukung kehidupan masyarakat, maka dibutuhkan jaringan air bersih. Masyarakat membutuhkan sumber air bersih yang layak. Namun, di wilayah Tanggenar itu sendiri sering terjadi kekeringan. Kekeringan ini disebabkan oleh jenis akuifernya dimana wilayah Tanggenar memiliki tiga jenis akuifer yaitu akuifer kecil setempat, akuifer produktivitas sedang dan daerah air tanah langka. Secara umum air tanah yang mendominasi adalah air tanah langka yang meliputi sebagian besar tiga wilayah kecamatan. Jenis akuifer air tanah langka ini menyebabkan wilayah Tanggenar menjadi kekeringan air terutama saat musim kemarau dan membuat air tanahnya mengandung kapur. Selain itu, permasalahan air bersih di wilayah Tanggenar ialah pelayanan pamsimas dan PDAM yang belum optimal. 30000 25000
27658 22062
20000 15000
27436
16278
14729
14232
10000 5000 0 Gesi
Tangen
Jumlah Penduduk
Jenar
Jumlah Penduduk Terlayani Pamsimas
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2. 25 Grafik Pelayanan Pamsimas
Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa hanya sekitar 50% penduduk yang terlayani pamsimas. Persentase pelayanan pamsimas paling kecil berada di Kecamatan Jenar dengan angka persentase sebesar 53%. Pelayanan pamsima di wilayah Tanggenar juga kurang optimal dimana pada musim kemarau airnya sulit keluar. PDAM pun hanya melayani sebagain kecil di wilayah Tanggenar seperti Desa Pilangsari, Blangu, dan Gesi. Sumber :
Sumber: PDAM Kabupaten Sragen, 2016
Gambar 2.26 Peta PDAM Kabupaten Sragen
27
Pelayanan PDAM dan Pamsimas yang belum melayani seluruh masyarakat di wilayah Tanggenar menyebabkan masyarakat nya masih banyak yang menggunakan sumur pribadi. Selain itu, beberapa masyarakat juga harus membeli air bersih ke luar wilayah Tanggenar seperti ke Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Sragen.Namun, seringkali terdapat bantuan air bersih dari pemerintah maupun ikatan alumni masyarakat wilayah Tanggenar. Jaringan listrik juga merupakan salah satu aspek penting yang mendukung kehidupan masyarakat. Pelayanan listrik di wilayah Tanggenar sudah terlayani dengan baik dimana semua masyarakat dapat mengaskses jaringan listrik. Berikut merupakan peta jaringan listrik di wilayah Tanggenar.
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.7 6Peta Jaringan Listrik Wilayah Tanggenar
Peta di atas menunjukkan bahwa
Ketiga prasarana di atas merupakan aspek penting
jaringan listrik sudah menjangkau seluruh
dalam mendukung kehidupan masyarakat di
wilayah Tanggenar. Namun, di beberapa rumah
wilayah Tanggenar. Salah satu contohnya ialah
masih menyalurkan listrik dari tetangganya
dengan
sehingga tidak terdaftar oleh pemerintah.. Hal
mempermudah aksesibilitas masyarakat untuk
ini dikarenakan banyak rumah tangga yang
menuju ke sarana. Sarana di wilayah Tanggenar
belum mampu untuk memasang alat kilo watt
terdiri
(kwh) sendiri. Penyaluran listrik dari rumah satu
perdagangan,
ke
mengakibatkan
pelayanan umum. Persebaran sarana di wilayah
korsleting listrik jika beban pemakaiannya
Tanggenar sudah cukup merata. Berikut merupakan
melebih kapasitas yang seharusnya.
peta persebaran sarana di wilayah Tanggenar :
rumah
lainnya
akan
adanya
dari
jaringan
sarana
jalan
kesehatan
peribadatan,
maka
akan
pendidikan,
transportasi,
dan
28
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.28 Peta Persebaran Sarana Wilayah Tanggenar
Sarana di wilayah Tanggenar memiliki persebaran
persen
tersebut
akan
yang telah cukup merata di setiap kecamatannya.
merepresentasikan kemampuan sebuah
Persebaran ini diikuti dengan jangkauan fasilitas yang
fasilitas yang ada di wilayah Tanggenar
berbeda-beda pada setiap fasilitasnya. Metode yang
dalam mencakup penduduk yang dapat
dapat mengukur tingkat pelayanan diantaranya
dilayani sesuai standar. Dimana, apabila
meliputi perhitungan Level of Service (LoS) dan
hasil perhitungan LoS diatas 100% maka,
jangkauan pelayanan yang dikaitkan dengan kondisi
ketersediaan fasilitas tersebut telah dapat
jalan. Sehingga, diharapkan akan menggambarkan
menampung
kondisi pelayanan fasilitas di wilayah Tanggenar
Tanggenar
kepada masyarakat.
Sehingga,
penduduk untuk
di
dapat
dibutuhkan
data
wilayah dilayani. jumlah
Level of Service (LoS) pada hal ini akan
ketersediaan fasilitas, jumlah penduduk
menggambarkan tentang seberapa besar sebuah
wilayah Tanggenar, dan jumlah penduduk
fasilitas umum dapat melayani masyarakat wilayah
pendukung sesuai SNI 03-1733-2004 untuk
Tanggenar berdasarkan jumlah penduduk. Pada
dapat
metode ini dibutuhkan beberapa data yang akan
merupakan rincian data yang dibutuhkan.
dirumuskan untuk menghasilkan jumlah dalam persen.
29
Hasil
merumuskan
LoS.
Berikut
Tabel II 3 Jumlah data untuk Perhitungan Level of Service Tahun 2016 Kecamata n
Jumlah Pendudu k
Pendudu k Usia SD
Pendudu k Usia SMP
Pendudu k Usia SMA
Jumla h SD
Jumla h SMP
Jumla h SMA
Jumlah Puskesma s
Jumla h Pasar
Tangen
25985
3077
1477
1536
23
2
1
2
2
Gesi
19856
2165
1117
1132
18
3
2
1
4
1500
19
4
1
1
1
Jenar 26811 3076 1516 Sumber: BPS Kabupaten Sragen dalam Angka 2017
Selain data dari BPS, diperlukan juga data pendukung dari SNI sebagai acuan tingkat pelayanan dan ketersediaan sarana. Menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Penataan Lingkungan Perumahan di Pekotaan, terdapat standarisasi jumlah penduduk pendukung sebagia berikut: Tabel II 4 Jumlah Penduduk Pendukung pada Tiap Fasilitas Fasilitas SD SMP SMA Puskesmas Pasar
Penduduk Pendukung 1.600 Jiwa 4.800 Jiwa 4.800 Jiwa 120.000 Jiwa 30.000 Jiwa
Sumber: BPS Kabupaten Sragen dalam Angka 2017
Rumus perhitungan LoS sebagai berikut: LoS =
1 đ?‘ƒđ?‘’đ?‘›đ?‘‘đ?‘˘đ?‘‘đ?‘˘đ?‘˜ ( ) đ?‘ đ?‘Žđ?‘&#x;đ?‘Žđ?‘›đ?‘Ž đ?‘?đ?‘’đ?‘›đ?‘‘đ?‘˘đ?‘‘đ?‘˘đ?‘˜ đ?‘?đ?‘’đ?‘›đ?‘‘đ?‘˘đ?‘˜đ?‘˘đ?‘›đ?‘”
Tabel II 5 Hasil Perhitungan Level of Service Tahun 2016 di Wilayah Tanggenar Kec./Fasilitas
SD
SMP
SMA
Puskesmas
Pasar
Tangen
142%
641%
312%
923%
230%
Gesi
145%
1289%
848%
604%
604%
Jenar
113%
1266%
320%%
447%
111%
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Menurut hasil analisis, dapat diketahui bahwa fasilitas-fasilitas di Tanggenar sudah dapat melayani masyarakat di Tanggenar. Melihat dari sarana pendidikan, dapat terlihat adanya tingkat pelayanan yang sangat berlebih dikarenakan jumlah penduduk SMP dan SMA yang hanya mencapai Âą1.100-1.500 jiwa, namun jumlah SMP dan SMA mecapai 1 atau lebih dimana jumlah daya tampung SMP dan SMA mencapai 4.800 jiwa.
30
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.29 Peta Jangkauan Fasilitas Pendidikan Wilayah Tanggenar Tabel II 6 Jarak tempuh menuju sarana pendidikan Berdasarkan ketersediaanya, sarana
Pada hasil tersebut sarana pendidikan dapat
Jarakditempuh Waktu Tempuh pendidikan wilayah Tanggenar telah memiliki
dijangkau dengan waktu tempuh dan jarak tempuh
(Kecepatan 30 kelengkapan fasilitas sarana pendidikan diantaranya km/jam) telah terdiri500 dari TK, SD, SMP, dan SMA. Namun, meter 3-4 menit 1000 meter 6 menit ketersediaan fasilitas ini belum dapat sepenuhnya 3000 meter 20 menit
menjangkau Menggunakan
penduduk
untuk
metode
network
dapat analyst
dilayani. dapat
seperti data tabel diatas. Namun, waktu tempuh tersebut akan dapat dijangkau apabila menggunakan kendaraan dengan kecepatan 30 km/jam dan kondisi jalan yang baik. Sehingga, apabila menempuh perjalanan
menuju
sarana
pendidikan
tidak
teranalisis wilayah yang terlayani dan yang belum
menggunakan kendaraan, waktu yang ditempuh akan
melalui jaringan jalan. Berikut merupakan hasil analisis
lebih dari waktu tempuh yang berada pada tabel diatas
jarak dan waktu tempuh yang terhitung dari kawasan
sesuai dengan jarak yang ditempuh dan jalan yang
permukiman menuju sarana pendidikan:
dilalui. Adapun jalan pada wilayah Tanggenar memiliki dominasi jalan rusak. Dimana, titik jalan rusak banyak terdapat pada jalan lokal dan setapak. Hal ini menjadikan terdapatnya pemukiman yang belum terlayani oleh sarana pendidikan. Berikut merupakan presentase pemukiman terlayani dan tidak terlayani
31
16%
84%
Terlayani
Tidak Terlayani
Sumber: Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.30 Diagram Presentase menuju sarana Pendidikan
Jumlah pemukiman di wilayah Tanggenar yang terlayani adalah sebesar 2183 Ha dan luas pemukiman yang tidak terjangkau adalah seluas 451 Ha. Sehingga dapat disimpulkan, sarana pendidikan masih belum memadai. Meskipun jumlah sarana pendidikan memenuhi standart kebutuhan, namun belum semua masyarakat dapat menjangkau fasilitas tersebut yang dikarenakan oleh rusaknya kondisi jalan secara dominan pada jalan kolektor, lokal, dan setapak.
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.31 Peta Jangkauan Fasilitas Puskesmas Wilayah Tanggenar
32
Menurut hasil perhitungan Level of Service (LoS) tingkat pelayanan Puskesmas di wilayah Tanggenar lebih dari 100% yaitu diantaranya Kecamatan Tangen (923%), Kecamatan Gesi (627%), dan Kecamatan Jenar (111%). Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan Puskesmas di wilayah Tanggenar berdasarkan ketersediaannya melebihi cukup. Namun, ketersediaan yang melebihi cukup tersebut belum diikuti dengan kemudahan aksesibilitas yang cukup untuk menjangkau sarana puskesmas. Penduduk belum memiliki jalan dengan kondisi yang baik untuk dapat menuju puskesmas dengan titik jalan rusak yang tersebar pada jalan kolektor, lokal, dan setapak. Berikut presentase keterjangkauan menuju fasilitas puskesmas di Tanggenar:
24%
76%
Terjangkau
Tidak Terjangkau
Sumber: Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.32 Diagram Presentase menuju Jangkauan Puskesmas
Menurut hasil analisis, pemukiman yang dapat terlayani adalah 645 Ha sedangkan pemukiman seluas 1989 Ha belum dapat menjangkau puskesmas dikarenakan jarak tempuh yang jauh melebihi 3000 meter dan prasarana jalan yang kurang mendukung. Sehingga walaupun jarak antara pemukiman dan Puskesmas berada dibawah 3000 meter, Puskesmas belum dapat melayani karena adanya hambatan pada kondisi jalan yang rusak. Hal ini menyebabkan masyarakat yang sakit dapat terlambat untuk ditangani. Untuk itu perlu adanya penambahan fasilitas pada sarana kesehatan yang ditunjang dengan prasarana jalan yang baik
Sehingga,
masyarakat
mengakses
sarana
kesehatan dengan mudah dan terlayani oleh sarana kesehatan.
Adapun
meningkatkan
kualitas
upaya
pemerintah
kesehatan
melalui
dalam sarana
kesehatan yaitu berdasarkan RKPD Kabupaten Sragen peningkatan kualitas kesehatan melalui pendirian rumah sakit tipe D sebagai program pengembangan puskesmas di
Kecamatan
Tangen
dan
peningkatan
fasilitas
posyandu, puskemas pembantu, dan puskemas di wilayah kecamatan. Sehingga, dengan adanya penambahan rumah sakit di wilayah Tanggenar akan memudahkan masyarakat untuk berobat dan tidak harus menempuh perjalanan jauh menuju RSUD dr. Soehadi Prijonegoro di Kecamatan Sragen yang merupakan rumah sakit terdekat dari wilayah Tanggenar.
33
dapat
Masyarakat Desa Japoh dan Jekawal memenuhi kebutuhan hidupnya dari Pasar Tangen yang terletak di Desa Katelan, Kecamatan Tangen. Selain Desa Japoh, Desa Ngepringan juga memenuhi kebutuhan pokok dari Pasar Tangen. Adapun, masyarakat di Desa Jenar memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan berbelanja di Pasar Banyuurip dan Pasar tangen. Berikut merupakan presentase pemukiman terlayani dan tidak terlayani menuju fasilitas pasar:
12%
88%
Terjangkau
Tidak Terjangkau
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.33 Diagram Presentase menuju Jangkauan Fasilitas Pasar
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 34 Jangkauan Pelayanan Pasar Wilayah Tanggenar
34
Menurut hasil analisis, pemukiman warga
Sehingga, dalam hal ini kondisi jalan yang buruk sangat
yang dapat dilayani oleh pasar adalah seluas 2319 Ha
berpengaruh bagi kelangsungan aktivitas pasar sebagai
dan
dapat
salah satu sarana perdagangan dan jasa yang utama.
dengan
Karena selain tidak dapat melayani masayrakat dalam
pemukiman
menjangkau
seluas
pasar.
315
Apabila
Ha
belum
ditempuh
kecepatan 30 km/jam, pasar di setiap kecamatan dapat
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari
juga
dapat
dijangkau dengan waktu 66 menit dari wilayah terjauh
mengahambat alur distribusi produksi untuk dapat
capaian radius menuju pasar. Namun, waktu minimal
diperjualbelikan di pasar yang berada pada wilayah
tempuh tersebut akan tercapai apabila ditempuh
Tanggenar
menggunakan kendaraan dan melewati jalan dengan kondisi yang baik. Sedangkan, kondisi prasarana jalan
4. Hubungan Desa-Kota
menuju pasar di wilayah Tanggenar masih didominasi
Desa-desa yang ada di wilayah Tanggenar memiliki
oleh titik persebaran jalanan yang rusak yang berada
hubungan dengan daerah perkotaanya. Hal ini
pada jalan kolektor, lokal, maupun setapak. Adanya
dikarenakan daerah perkotaan Tanggenar memiliki
kerusakan pada kondisi jalan ini akan menyebabkan
sarana dasar dan pendukung yang cukup lengkap.
distribusi menuju dan keluar pasar terhambat dan
Maka itu, perkotaan Tanggenar dijadikan sebagai pusat
menciptakan peningkatan waktu tempuh. Apabila
pelayanan yang akan melayani seluruh masyarakat di
terjadi peningkatan waktu tempuh dapat terjadi pula
wilayah Tanggenar. Dapat dilihat pada tabel di bawah
peningkatan ongkos kirim dan kenaikan harga di pasar.
ini dimana pada umumnya sarana-sarana tingkat
Serta, apabila aksesibilitas menuju pasar telah sulit
kecamatan pada umumnya berada di perkotaan
maka, penduduk setempat akan mencari pasar atau
Tanggenar.
tempat-tempat yang menyediakan kebutuhan seharihari di luar wilayah. Tabel II 6 Lokasi Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Jenis Sarana Kantor Kecamatan Kantor Polisi Kantor Pos Pembantu Balai Nikah/KUA Sarana Pendidikan
SMP
SMA Puskesmas Sarana Perdagangan dan Jasa
PPK PPL Status Desa-Kota Sumber: Analisis Kelompok, 2018
35
Pasar Bank
Gesi
Tangen
Jenar
Gesi Gesi Gesi Gesi Pilangsari, tanggan, Blangu
Katelan Katelan Dukuh Katelan Ngrombo
Dawung Dawung Dawung Dawung, Mlale,Banyuurip
Blangu Gesi Gesi Gesi
Katelan Dukuh Katelan Katelan, Dukuh
Dawung Dawung Banyuurip Jenar
Tanggan
Katelan Dukuh Gesi
Banyuurip
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.35 Peta Pusat Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Pusat kegiatan untuk di Kecamatan Tangen sebagian besar ada di Desa Katelan terkait dengan pelayanan pemerintahan, kantor pos, pendidikan tingkat SMA, dan sarana perdagangan dan Jasa, selanjutnya untuk aktivitas kesehatan ada di Desa Dukuh. Selanjutnya untuk Sistem Kegiatan Wilayah di Kecamatan Gesi terpusat di Desa Gesi, sisanya hanya untuk sarana pendidikan yang tersebar di Desa Blangu, Tanggan dan Pilangsari. Sistem Kegiatan Wilayah terkait dengan pemerintahan dan pelayanan umum di Kecamatan Jenar diantaranya terpusat di Desa Dawung , untuk perdagangan dan jasa berada di Desa Banyuurip, untuk pendidikan ada di Dawung , Mlale dan Banyuurip.
Selain terdapat hubungan pusat kegiatan antara desa-desa di wilayah Tanggenar dengan perkotaannya, terdapat pula hubungan mengenai kegiatan yang ada di tiap desa baik pada segi pertanian, pertambanga maupun industrinya. Hasil kegiatan perekonomian pada tiap desa di wilayah Tanggenar akan dipasarkan dan di distribusikan melalui pasar. Hanya terdapat tiga pasar yang ada di wilayah Tanggenar dan keduanya berada di perkotaan Tanggenar. Maka itu, antara desa dan kota memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Berikut ialah peta kegiatan wilayah Tanggenar .
36
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.36 Peta Persebaran Komoditas
Peta di atas merupakan peta sistem kegiatan wilayah terkait dengan perekonomian yang berisikan sektor pertanian,pertambangan dan industri. Bisa dilhat bahwa dalam sektor industri paling dominan ada pada Desa Blangu dengan industri tempe benguk, emping garut. Dan tas daimestar. Untuk pertanian didominasi oleh Jenar dan Banyuurip dilihat dari luas lahan, jumlah pertanian dan komoditasnya.
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.37 Peta Hubungan Desa – Kegiatan Ekonomi
37
Peta diatas merupakan peta sistem
Gesi, Pilngsari dan Desa Srawung , tempe
kegiatan wilayah terkait dengan hubungan Desa
benguk dari Desa Blangu dan Galeh, emping
dan Pusat Kegiatan ekonomi yang dicirikan oleh
Mlinjo dari Dukuh, hasil Geplak jahe dari Desa
pasar. Pasar di wilayah Perencanaan Tanggenar
Japoh, dan kripik pisang dan jenang gendul dari
berada di Desa Banyuurip, Desa Gesi dan Desa
Desa Ngepringan. Selain itu beberapa industri di
Katelan. Pasar di Desa Katelan melayani
wilayah perencanaan mendapatkan bahan baku
penduduk dari Kecamatan Tangen dan daerah-
dari Pasar Tangen, seperti pisang untuk industri
daerah yang bebatasan dengan Desa Katelan.
kripik pisang di Desa Ngepringan, Bahan bahan
Pasar di Desa Gesi melayani penduduk di
untuk membuat jenang gendul dan benguk
Kecamatan Gesi, dan Pasar di Banyuurip
untuk membuat tempe benguk.
melayani masyarakat di Jenar dan desa-desa
5. Struktur Ruang Sistem
yang berbatasan dengan Desa Jenar. Hubungan antara masyarakat ke
Tanggenar
pusat-pusat
ditentukan
di
wilayah
dengan
melihat
pusat ekonomi ditunjukan oleh garis berwarna
kelengkapan fasilitas, lahan terbangun dan juga
coklat.
merah
kepadatan penduduk. Kelengkapan fasilitas
menunjukan kebutuhan untuk bahan baku
dapat dilihat melalui analisis skalogram. Analisis
industri ke pasar
skalogram
Kemudian
garis
warna
dan garis warna biru
merupakan
analisis
untuk
menunjukan pasar tempat pemasaran hasil
menentukan hirarki/orde kota berdasarkan
industri. Bisa dilihat dari peta diatas terdapat
kelengkapan
hubungan antara desa-desa menuju pusat
mempertimbangkan ada atau tidaknya fasilitas.
kegiatan perdagangan
Berikut merupakan peta perkembangan kota
terkait dengan hasil
industri, dari Desa Slendro hasil dari produksi
fasilitas
dengan
Tanggenar:
bihun, hasil produksi emping garut dari Desa
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.38 Peta Perkembangan Kota Tanggenar
38
Berdasarkan peta di atas diketahui bahwa
Hal ini juga mengakibatkan banyak
terdapat empat orde yang ada di wilayah
wilayah yang belum terjangkau oleh sarana
Tanggenar, yaitu orde I, orde III, orde IV dan orde
dengan baik, salah satu contohnya ialah banyak
V. Orde I memiliki kedudukan yang tinggi di mana
masyarakat
orde
pelayanan puskesmas.
I
merupakan
wilayah
yang
memiliki
yang
belum
terjangkau
oleh
kelengkapan fasilitas yang tinggi yaitu di Desa
Berdasarkan ketiga indikator di atas
Katelan. Hal ini membuat Desa Katelan menjadi
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat sistem
desa yang mampu melayani kebutuhan di wilayah
pusat yang mengindikasikan wilayah perkotaan
Tanggenar. Desa Katelan juga telah ditetapkan
Tanggenar yaitu Desa Gesi, Srawung, Katelan
sebagai PPL yaitu pusat pelayanan lingkungan.
dan Dukuh. Dilihat dari kelengkapan fasilitas,
Selain
melihat
kelengkapan
lahan terbangun, kepadatan penduduk serta
fasilitasnya, dalam menentukan pusat-pusat juga
status desa kota menurut BPS maka keempat
dilihat dari kepadatan penduduk dan lahan
desa tersebut memiliki perkembangan wilayah
terbangun. Kepadatan penduduk yang paling
yang lebih maju dibandingkan dengan desa
tinggi terkonsentrasi di sekitar daerah Desa Gesi
lainnya. Sistem pusat ini bertujuan untuk
dengan
mendukung wilayah Tanggenar dalan pelayanan
kepadatan
dari
penduduk
88
jiwa/km2
sedangkan kepadatan penduduk terendah berada
sarananya.
di bagian utara wilayah Tanggenar yaitu 19
6.
jiwa/km2.
Kepadatan
penduduk
Kebijakan Pembangunan Kebijakan
yang
pembangunan
wilayah
terkonsentrasi di bagian selatan salah satunya
Perencanaan Tanggenar ditinjau dalam berbagai
dikarenakan oleh kelengkapan sarana yang ada,
dokumen pembangunan dan dikelompokkan ke
dimana Desa Katelan dan Gesi memiliki sarana
dalam beberapa aspek yaitu:
yang cukup lengkap sehingga mempermudah
1.
masyarakat
untuk
pemenuhan
kebutuhan
hidupnya.
Aspek Fisik Alam dan Guna Lahan Kebijakan pembangunan pada aspek
guna lahan yaitu: Kawasan lindung yaitu:
Sistem pusat-pusat juga dilihat dari lahan
kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar
terbangun. Berdasarkan peta di atas juga dapat
embung (RTRW Kab. Sragen) dan penetapan
diketahui bahwa terjadi perkembangan lahan
batas kawasan waduk dan embung serta
terbangun di tahun 2011. Perkembangan lahan
sempadannya (RPJMD Kab. Sragen) Kawasan
terbangun ini bersifat menyebar (sporadis) dimana
rawan bencana berupa rawan banjir, kekeringan,
pada tahun 2006 lahan terbangun lebih banyak di
dan angin topan Kawasan budidaya berupa
bagian selatan wilayah Tanggenar. Namun, terjadi
kawasan hutan produksi tetap dan hutan rakyat,
perkembangan lahan terbangun pada tahun 2011
kawasan peruntukan pertanian lahan kering dan
di bagian utara wilayah Tanggenar tetapi tidak
holtikultura,
signifikan. Perkembangan lahan yang bersifat
peternakan unggas di Kec. Gesi dan Jenar,
sporadis mengakibatkan kebutuhan sarana untuk
kawasan peruntukan pertambangan mineral
pemenuhan hidup masyarakat menjadi lebih
batuan di Kec. Tangen dan Jenar, pertambangan
banyak.
mineral non logam di Kec. Gesi, serta kawasan
kawasan
pengembangan
peruntukan industri di Kec. Jenar.
39
2.
Aspek Sarana dan Prasarana
limbah industri menengah-besar di Kecamatan
Kebijakan pembangunan untuk aspek
Gesi (RTRW Kab. Sragen).
sarana dan prasarana adalah: a.
Peningkatana kualitas kesehatan melalui
3.
sarana yang mendukung dengan cara: (Renstra Kab.
Aspek Sosial Kependudukan Kebijakan yang ada untuk aspek sosial
Sragen) Didirikan rumah sakit tipe D sebagai
kependudukan
program pengembangan puskesmas di Kecamatan
budaya, seni, dan kearifan lokal (RPJMD Kab.
Tangen Peningkatan sarana Posyandu, Puskemas
Sragen) dengan cara pembinaan budaya lokal
Pembantu, dan Puskemas di wilayah Kecamatan.
dan pelestarian budaya daerah (RKPD Kab.
b.
Sragen).
Peningkatan
kualitas
dan
kuantitas
infrastruktur yang ada yaitu: Jembatan:
berupa:
Melestarikan
Meningkatkan
cagar
kualitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
pengembangan
jembatan
publik melalui penyelenggaraan pemerintahan
Ganefo di Kecamatan Tangen, jembatan Sapen di
yang bersih dari KKN, menyelenggarakan
Kecamatan Gesi, jembatan Dawung & Japoh di
pelayanan
publik
Kecamatan
akuntabel,
dan
Jenar
(RTRW
Kab.
Sragen),
meningkatkan kualitas jalan dan jembatan, saluran
secara
mudah,
transparan
cepat,
(Renstra
Kab.
Sragen).
irigasi, dan drainase melalui perbaikan (RPJMD Kab.
Peningkatan kualitas Lembaga melalui
Sragen) serta pembangunan dan rehabilitasi jalan
pengembangan
dan jembatan (RKPD Kab. Sragen).
kepemudaan yang berwawasan kebangsaan
Jaringan jalan: rencana sistem jaringan jalan
kabupaten
ruas
Ngrampal-TangenGesi-
Sukodono-Mondokan-Sumberlawang,
Lembaga-lembaga
(Renstra Kab. Sragen) dan pemberdayaan kelembagaan
desa
(RKPD
Kab.
Sragen).
ruas
Menangani masalah putus sekolah dengan
Sumberlawang – Mondokan – Sukodono – Gesi –
mengikutsertakan pemuda pada pendidikan
Tangen - Jenar ke Mantingan dan ruas Sragen-Gesi
keterampilan pada technopark dan pendidikan
(RTRW Kab. Sragen) Terminal: rencana terminal
lainnya bagi pemuda putus sekolah (Renstra
penumpang tipe C di Kecamatan Jenar dan Tangen
Kab. Sragen).
(RTRW Kab. Sragen). Prasarana
Fasilitasi minum:
beragama
melalui
rencana
pembinaan dan jaminan keamanan, iklim yang
pengembangan prasarana air minum (RTRW Kab.
kondusif, kerukunan dan toleransi bagi umat
Sragen) melalui peningkatan akses air minum
beragama untuk beribadah (Renstra Kab.
melalui peningkatan jangkauan PAMSIMAS dan
Sragen) dan bantuan pembangunan tempat
pembuatan jaringan perpipaan air minum (RPJMD
ibadah dan kegiatan keagamaan (RKPD Kab.
Kab. Sragen) Persampahan: rencana lokasi TPA di
Sragen). Bantuan rehabilitasi sosial (RKPD Kab.
Desa Tanggan, Kecamatan Gesi (RTRW Kab.
Sragen).
Sragen)
pendidikan
dan
air
umat
pengelolaan
sampah
melalui
Meningkatkan (RPJMD
mutu
Kab.
dan
akses
Sragen)
yang
pembangunan TPS dan TPA (RPJMD Kab. Sragen)
kemudian diwujudkan dengan memantapkan
Prasarana limbah: rencana pengembangan IPLT
gerakan wajib belajar 12 tahun pada usia
(Instalasi
produktif (Renstra Kab. Sragen) dan wajib
Pengolahan
pengembangan prasarana
Limbah
Tinja
dan
belajar pendidikan dasar 9 tahun (RKPD Kab. Sragen).
40
Meningkatkan pelayanan keluarga berencana
kemiskinan dengan cara peningkatan kapasitas
melalui peningkatan prasarana dan sarana
calon tenaga kerja (RTRW Kab. Sragen),
pelayana KB (RPJMD Kab. Sragen) yang
memberi kemudahan akses modal khusus untuk
kemudian diwujudkan dengan pembentukan
pengentasan kemiskinan (Renstra Kab. Sragen),
kader
diklat tenaga kerja siap pakai dan
sehat
dan
pengembangan
model
untuk
penguatan KB Mandiri oleh masyarakat (Renstra
masyarakat kurang mampu (RKPD Kab. Sragen)
Kab. Sragen) dan peningkatan pelayanan KB
Kawasan pertambangan mineral batuan di Kec.
(RKPD Kab. Sragen).
Tangen dan Kec. Jenar berupa pertambangan mineral non logam diatome, pertambangan batu
4.
Aspek Ekonomi dan Sistem Kegiatan
Wilayah
pasir. Pertambangan mineral non logam di Kec. Gesi (RTRW Kab. Sragen) berupa pertambangan
Kebijakan pembangunan pada aspek ekonomi dan sistem kegiatan wilayah yaitu:
mineral betonic dan pertambangan mineral non logam talk
Kawasan agropolitan berupa sentra budidaya tanaman
tebu
(Kebijakan
Kawasan strategis sebagai kawasan
Pengembangan
perbatasan kabupaten (Kecamatan Tangen
Wilayah KSCT) Potensi pengembangan wilayah
dengan Kabupaten Grobogan (RTRW Kab.
yaitu kawasan SINGENSUMONAR (RPJMD):
Sragen) Kawasan peruntukan industri menengah
a.
di Kecamatan Jenar (RTRW Kab. Sragen)
Kawasan pertanian lahan kering dan
holtikultura
(RTRW
Kab.
Sragen)
melalui
Peningkatan perekonomian masyarakat dengan
wilayah
berupa
pusat
Penguatan dan pengembangan pasar-pasar
perkebunan tebu (RPJMD Kab. Sragen) dan
tradisional di setiap desa, pendirian Badan Usaha
perluasan penanaman dan pengolahan tebu
Milik Desa (BUMDes) di setiap desa, menjadikan
serta tanaman produktif lainnya sebagai bahan
kota-kota di setiap kecamatan sebagai pusat
baku (Renstra Kab. Sragen)
(Renstra Kab. Sragen) .
pengembangan
b.
Pemanfaatan dan pengolahan sumber
daya lokal dengan cara penetapan sebagai
5.
kawasan agropolitan sentra produksi buah dan
Kebijakan pembangunan terkait struktur ruang
sayuran di Kecamatan Gesi, sentra produksi
yaitu:
tanaman pangan di Kecamatan Jenar (RTRW
a.
Aspek Struktur Ruang
Kab. Sragen) dan didukung dengan penetapan sebagai
kawasan
peruntukan
industri
Pengembngan
PPK
di
Kecamatan
Tangen (RTRW Kab. Sragen) b.
Pengembangan PPL di Desa Dukuh Kec.
pengolahan hasil perkebunan (RPJMD Kab.
Tangen, Desa Tanggan, Kec. Gesi, dan
Sragen) dan pembuatan & penyediaan sentra
Desa Banyuurip, Kec, Jenar (RTRW Kab.
penampung/pengelolaan & pemasaran hasil
Sragen)
produksi lokal (Renstra Kab. Sragen)
c.
Rencana pengembangan peternakan
Sragen)
pengangguran dan
41
penanganan
masalah
kurang
berkembang
di
Kecamatan Jenar dan Gesi (RTRW Kab.
unggas di Kecamatan Gesi dan Jenar (RTRW Kab.
Kawasan
Sragen) d.
Berikut merupakan peta struktur ruang wilayah Tanggenar:
Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen
Gambar 2.39 Peta Rencana Struktur Ruang Tanggenar
Kebijakan pembangunan wilayah Tanggenar kemudian dirangkum ke dalam peta kebijakan pembangunan Tanggenar:
Sumber: Berbagai Dokumen Kebijakan
Gambar 2.40 Peta Kebijakan Pembangunan Tanggenar
42
POTENSI, PERMASALAHAN, ISU WILAYAH TANGGENAR Potensi dan Permasalahan Wilayah Tanggenar Berdasarkan hasil survei lapangan dan data instansi terkait, didapatkan beberapa hal yang potensial dan masalah di Tanggenar yang menjadi pendukung serta hambatan untuk mengembangkan Tanggenar. Kedua hal tersebut saling berkaitan yang kemudian akan menjadi acuan dalam merumuskan isu dan konsep. Potensi dan masalah di Tanggenar dapat digeneralisasi dalam 3 aspek yaitu perekonomian ketenagakerjaan dan sistem kegiatan wilayah, fisik alam dan penggunaan lahan, dan sarana prasarana yang akan dijabarkan sebagai berikut: Tabel II 7Potensi Dan Masalah Wilayah Tanggenar Aspek
Perekonomian Ketenagakerajaan dan Sistem Kegiatan Wilayah
Fisik Alam Dan Penggunaan Lahan
Sarana dan Prasarana
Potensi
Masalah
Wilayah Tanggenar berkontribusi dalam pertanian tebu sebanyak 53,4% (259,253 dari 485,463 ton) terhadap Kabupaten Sragen.
Luas panen lahan tebu Wilayah Tanggenar merupakan lahan terluas di Kabupaten Sragen yaitu 4,797 Ha, namun memiliki produktivitas rendah yaitu 52,98 ton/ha. Hal tersebut mengindikasikan adanya pemanfataan lahan yang kurang optimal. Tanggenar merupakan 3 Kecamatan dengan PDRB terendah se-Sragen.
Tanggenar menyumbang 23% PDRB sektor pertambangan dan penggalian dari total PDRB pertambangan dan penggalian Kabupaten Sragen.
Lahan Produktivitas Tanggenar dalam pertanian tebu terbesar dengan menyumbang sebanyak 53,4% (4797 ha) terhadap Kabupaten Sragen.
Adanya jalan kolektor yang menghubungkan Tanggenar, seperti Desa Katelan, Dukuh, Sigit, Ngerombo dengan Kabupaten Grobogan.
Jumlah Sarana sudah memadahi. Terdapat sarana rekreasi sebagai daya tarik wisatawan luar daerah.
43
Meskipun memiliki komoditas unggulan dalam pertanian, PDRB pertanian Tanggenar merupakan yang terendah se-Sragen. PDRB per kapita Tanggenar berada di bawah Kabupaten Sragen. Kecamatan Tangen dan Jenar tergolong dalam kawasan tertinggal. Adanya rawan bencana berupa patahan karena gerakan tanah . Wilayah Tanggenar merupakan wilayah dengan limitasi air tanah langka. Perkembangan lahan terbangun di wilayah Tanggenar sangat lambat dan tidak berkembang. Jaringan jalan di Wilayah Tanggenar sebagian memiliki kondisi yang kurang baik pada jalan lingkungan. Jaringan jalan kolektor rusak seluas 18%. Pelayanan air bersih belum merata karena air tanah mengandung kapur sehingga tidak layak di konsumsi yang terjadi di Desa Japoh, Mlale, Dawung, Ngepringan, Jekawal, Galeh dan Banyuurip.
Jangkauan Pelayanan belum menjangkau semua.
Isu Wilayah Bedasarkan potensi dan masalah yang ada di Tanggenar, dapat disimpulkan terdapat 3 sub isu yang menjadi hambatan utama dalam mengembangkan wilayah Tanggenar. Adanya potensi di wilayah Tanggenar yang dapat dikembangkan, terhambat dengan beberapa permasalahan yang saling berkaitan. Sub isu yang didapatkan adalah infrastruktur yang kurang memadai, kualitas SDM kurang memadai, dan Stagnasi ekonomi. Keterkaitan potensi masalah yang menimbulkan sub isu di wilayah Tanggenar dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel II 8 Sub Isu Wilayah Tanggenar Aspek
Potensi
Perekonomian Ketenagakerajaan dan Sistem Kegiatan Wilayah
E.1 Wilayah Tanggenar berkontribusi dalam pertanian tebu sebanyak 53,4% (259,253 dari 485,463 ton) terhadap Kabupaten Sragen
Fisik Alam Dan Penggunaan Lahan
A.1 Lahan Produktivitas Tanggenar dalam pertanian tebu terbesar dengan menyumbang sebanyak 53,4% (4797 ha) terhadap Kabupaten Sragen
P.1.
Sarana dan Prasarana
Adanya jalan kolektor yang menghubungkan wilayah Tanggenar, seperti Desa Katelan, Dukuh, Sigit, Ngerombo dengan Kabupaten Grobogan.
P.2 Jumlah Sarana sudah memadahi
Perekonomian Ketenagakerajaan dan Sistem Kegiatan Wilayah
P.3 Terdapat sarana rekreasi sebagai daya tarik wisatawan luar daerah E.2 Tanggenar menyumbang 23% PDRB sektor pertambangan dan penggalian dari total PDRB pertambangan dan penggalian Kabupaten Sragen
Masalah E.1.1. Luas panen lahan tebu Wilayah Tanggenar adalah terluas di Kabupaten Sragen yaitu 4,797 Ha, namun memiliki produktivitas rendah yaitu 52,98 ton/ha. Hal tersebut mengindikasikan adanya pemanfataan lahan yang kurang optimal. A.1.1. Adanya Rawan Bencana berupa patahan karena gerakan tanah A. 1.2. Wilayah Tanggenar merupakan wilayah dengan limitasi Air Tanah Langka P.1.1. jaringan jalan di Wilayah Tanggenar sebagian memiliki kondisi yang kurang baik pada jalan lingkungan, Hal tersebut karena jalan yang rusak terdapat patahan di wilayah Tanggenar dengan kelerengan antara 8%-15% dan kelerengan antara 25%-40%. P.1.2. Pelayanan air bersih belum merata karena air tanah mengandung kapur sehingga tidak layak di konsumsi yang terjadi di Desa Japoh, Mlale, Dawung, Ngepringan, Jekawal, Galeh dan Banyuurip
Sub Isu
Infrastruktur Kurang Memadai (E.1, E.1.1; A.1, A.1.1, A.1.2.; P.1, P.1.1, P.1.2, P.1.3, P.2, P.3)
P.1.3. Jangkauan Pelayanan belum menjangkau semua
E.1.2. Tanggenar merupakan 3 Kecamatan dengan PDRB terendah se-Sragen
Kualitas SDM Kurang Memadai (E.2, E.1.2)
44
Aspek
Potensi
Masalah
Perekonomian Ketenagakerajaan dan Sistem Kegiatan Wilayah
E.2 Tanggenar menyumbang 23% PDRB sektor pertambangan dan penggalian dari total PDRB pertambangan dan penggalian Kabupaten Sragen
E.1.3. Meskipun memiliki komoditas unggulan dalam pertanian, PDRB pertanian Tanggenar merupakan yang terendah seSragen E.1.4 PDRB per Kapita Tanggenar berada di bawah Kabupaten Sragen E.1.5 Kecamatan Tangen dan Jenar tergolong dalam kawasan tertinggal
Fisik Alam Dan Penggunaan Lahan
A.1. Persentase penggunaan lahan terbangun lebih sedikit dibanding lahan tidak terbangun sehingga dapat di kembangkan
A. 1.3. Perkembangan Lahan terbangun di Wilayah tanggenar sangat lambat dan tidak berkembang
Sub Isu
Stagnasi Ekonomi (E.2, E.1.3, E.1.4, E.1.5; A.1.; A.1.3)
Sumber: Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Berdasarkan ketiga sub-isu tersebut, dapat disimpulkan menjadi satu isu utama yaitu wilayah Tanggenar sebagai wilayah yang kurang berkembang. Hal tersebut dapat disimpulkan karena infrastruktur kurang memadai, hal tersebut disebabkan oleh tidak terdapat dukungan kondisi fisik alam dan banyaknya kawasan rawan bencana patahan yang menyebabkan kondisi jaringan jalan kurang baik dan adanya limitasi air langka yang menyebabkan kurangnya ketersediaan air bersih. Lalu terjadi juga pemanfaatan lahan tebu yang kurang optimal yang ditunjukkan dengan rendahnya produktivitas tebu. Selain infrastruktur, sumberdaya manusia di Tanggenar juga belum memadai yang ditunjukkan dengan Wilayah Tanggenar merupakan wilayah dengan PDRB paling rendah di Kabupaten Sragen. Stagnasi ekonomi juga menjadi salah satu faktor pendukung isu utama wilayah Tanggenar karena selain PDRB paling rendah di Kabupaten Sragen, Kecamatan Tangen dan Jenar merupakan kawasan tertinggal yang didukung dengan pertumbuhan lahan terbangun yang lambat dan cenderung tidak berkembang dari tahun 1990. Berikut merupakan diagram isu utama wilayah Tanggenar.
45
Sumber: Analisis Kelompok Studio B1
Gambar 2.41 Peta Kebijakan Pembangunan Tanggenar
46
PROFIL PERKOTAAN
Desa
srawung
turut
bergabung
menjadi kawasan perkotaan karena sebagai wilayah yang dilalui jalan kolektor yang menghubungkan
WILAYAH
Kabupaten
Sragen
-
Kecamatan Sukodono - Kecamatan Tangen Kecamatan Jenar - hingga Kabupaten Ngawi.
TANGGENAR
Karena dilalui jalan tersebut desa srawung menjadi penghubung antara perkotaan Katelan dengan fasilitas yang memadai. Selain itu Desa
Justifikasi dan Deliniasi Perkotaan
Srawung memiliki kepadatan tertinggi di
Penentuan kawasan desa dan kota pada wilayah
Tanggenar yaitu . Jika suatu kawasan memiliki
perencanaan Tanggenar didasarkan pada Peraturan Kepala
penduduk tinggi maka dapat dikatakan bahwa
Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 Pasal 2 Ayat (1)
kawasan
tentang kriteria wilayah perkotaan. Kriteria wilayah perkotaan
perkotaan.
adalah persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk,
memungkinkan terjadinya perkembangan dan
persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan akses
percepatan pembangunan di suatu wilayah,
pada fasilitas perkotaan, yang dimiliki suatu desa atau
sehingga
kelurahan
merangsang dan mendorong pertumbuhan
untuk
menentukan
status
perkotaan
suatu
tersebut
memiliki
Kepadatan
memiliki
wilayah
kawasan
penduduk
kemampuan
untuk
pada
wilayah perencanaan dilakukan melalui analisis kelengkapan
dihasilkan peta deliniasi wilayah perkotaan
fasilitas (analisis skalogram), data lahan terbangun dan non-
sebagai berikut. Selain
Kabupaten Sragen Tahun 2011 – 2031.
perkembangan
sekitarnya.
tinggi
desa/kelurahan. Selain itu, penentuan kawasan perkotaan pada
terbangun, serta pertimbangan lain melalui peninjauan RTRW
di
ciri
didasari
Sehingga,
oleh
desa-kota
di
tren wilayah
Berdasarkan perkembangan wilayah tanggenar dengan
Tanggenar, penentuan deliniasi turut didasari
ciri perkotaan terkait dengan luas lahan terbangun dan
oleh keadaan dan kondisi fisik pada wilayah
kepadatan penduduk yang tinggi mengarah kepada Desa Gesi.
yang mencirikan perkotaan. Hal tersebut dapat
Desa gesi merupakan desa satu-satunya yang ditetapkan oleh
berupa
BPS sebagai kota pada tahun 2000. Namun, kelengkapan
kondisi fisik alam terkait lahan limitasi,
sarana dan prasarana yang dihitung dengan metode skalogram,
kenadala,
orde tertinggi dimiliki oleh Desa Katelan dan Desa Dukuh
penduduk dan struktur ruang. Adapun faktor
dimana, kedua desa ini memiliki orde 1 dan orde 3. Desa Katelan
ekonomi yang dapat menunjang kawasan
dan Desa Dukuh jika dilihat secara infrastruktur jalan memiliki
perkotaan ini yaitu, telah mendominasinya
jalan penghubungantara Kabupaten Sragen dan Kabupaten
sektor perdagangan dan jasa pada wilayah
Grobogan serta jalan yang menghubungkan kecamatan-
deliniasi
kecamatan yang berada di ujung utara Kabupaten Sragen.
menunjukkan ciri perkotaan pada wilayah deliniasi.
47
perkembangan
dan
potensi,
sehingga,
hal
lahan
serta
terbangun,
kepadatan
tersebut
dapat
A.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tabel II 9 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Kawasan Perkotaan Tanggenar
Kec
Jumlah
Kepadatan
Penduduk (2016)
Penduduk (2016)
Slendro
2676
302
Poleng
2758
346
Gesi
2849
588
Blangu
3204
580
Pilangsari
2749
654
Tanggan
3894
451
Srawung
1726
702
Denanyar
3275
385
Sigit
2896
318
Ngrombo
3506
339
Galeh
3592
304
Jekawal
3.161
279
Dukuh
4.303
434
Katelan
5.252
367
Banyuurip
4.975
231
Jenar
3.673
654
Ngepringan
3.672
411
Japoh
2.435
419
Mlale
3.285
276
Dawung
4.102
184
Kandangsapi
4.683
240
72.666
8.465
Desa
Gesi
Katelan
Jenar
Total Sumber: Kabupaten Sragen dalam Angka 2017
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa deliniasi memilih perkotaan memilih wilayah deliniasi Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa deliniasi perkotaan wilayah deliniasi dengan dengan jumlahpenduduk dan kepadatan tinggi yang namun, bukan yang tertinggi di wilayahHal Tanggenar. jumlah dan kepadatan tinggi penduduk namun, bukan tertinggi di wilayah Tanggenar. tersebut Hal tersebut adanya pertimbangan lokasideliniasi dimana, memilih wilayah deliniasi wilayahjumlah yang memiliki dikarenakan adanyadikarenakan pertimbangan lokasi dimana, wilayah wilayah memilih yang memiliki dan jumlah danyang berkepadatan tinggi lokasi yang disertai dengan dan lokasi yang strategis dan memiliki aksesibilitas berkepadatan tinggi disertai dengan yang strategis memiliki aksesibilitas yang sudah baik padayang sudah baik pada wilayahdidapatkan atau desanya. Sehingga, didapatkandijumlah total penduduk di wilayahsebesar perkotaan wilayah atau desanya. Sehingga, jumlah total penduduk wilayah perkotaan Tanggenar sebesar 14.130penduduk Jiwa dengan total kepadatan penduduk perkotaan sebesar 2.091 Jiwa/km. 14.130 JiwaTanggenar dengan total kepadatan perkotaan sebesar 2.091 Jiwa/km. B.
Luas Lahan Terbangun dan Non-Terbangun Tabel II 10 Jumlah Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun di Kawasan Perkotaan Keterangan Kawasan Terbangun Kawasan Terbangun Luas Lahan
Non-
Tahun 2006 (Ha)
Tahun 2011 (Ha)
1.633
2.640
15.320
14.313
16.953
16.953
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
48
Terjadi peningkatan pada jumlah area
C.
Ekonomi
lahan terbangun sebesar 23,5% dari tahun 2006
Mengacu kepada Peraturan Pemerintah
hingga tahun 2011. Meskipun lahan tidak
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008
terbangun
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
masih
mendominasi
kawasan
perkotaan akan tetapi peningkatan lahan
kawasan
terbangun
mengindikasikan
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
bertambahnya penduduk dan kegiatan yang
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
terjadi di masyarakat. Kawasan perkotaan
permukiman
merupakan kawasan yang memiliki lahan
distribusi
terbangun sebagai dominasi. Saat ini kawasan
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pada
non terbangun berupa sawah dan perkebunan
wilayah deliniasi, Desa Gesi, Desa Srawung, Desa
masih
Dukuh, dan Desa Katelan telah memiliki jumlah
dapat
mendominasi,
namun
dilihat
dari
perkotaan
adalah
perkotaan,
pelayanan
wilayah
pemusatan
jasa
pertumbuhan area lahan terbangun kawasan
aktivitas
perkotaan cukup besar sehinnga kedepannya
melalui data sebagai berikut.
non-pertanian
yang
dan
pemerintahan,
yang
ditunjukkan
terdapat kemungkinan lahan terbangun akan Sumber: Kecamatan Tangen, Gesi, dan Jenar dalam Angka 2017 terus berkembang.
Pilangsari
Tanggan
Srawung
Gesi
Blangu
Slendro
Poleng
Katelan
Dukuh
Jekawal
Galeh
Ngrombo
Sigit
Denanyar
Jasa Sosial dan Lainnya
Keuangan dan Real Estate
Angkutan dan Komunikasi
Perdagangan dan Akomodasi
Konstruksi
Listrik, Gas, dan Air Minum
Industri Pengolnaha
Pertanian
Pertambangan
Gambar 2.37 Jumlah Ketenagakerjaan Kawasan Perkotaan per Desa Tahun 2016
2500 2000 1500 1000 500 0
Sumber: Kecamatan Tangen, Gesi, dan Jenar dalam Angka 2017 Gambar 2.42 Jumlah Ketenagakerjaan Kawasan Perkotaan per Desa Tahun 2016
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa Desa Gesi, Desa Katelan, Desa Srawung, dan Desa Dukuh telah memliki jumlah kontribusi tenaga kerja pada sektor lain selain pada sektor pertanian diantaranya yaitu sektor perdagangan dan akomodasi, pertambangan, konstruksi, industri pengolahan, serta sektor jasa dan lainnya. Demikian menurut data yang diperoleh dari jumlah penduduk, kepadatan penduduk, jumlah lahan terbangun, dan data dari ekonomi deperoleh bahwa kawasan perkotaan Tanggenar berada di Desa Gesi, Desa Katelan, Desa Srawung, dan Desa Dukuh. Batas wilayah kawasan perkotaan diambil dari batas adminstratif desa yang telah ada. Kawasan perkotaan ini berbatasan dengan Desa Tanggan dan Desaa Sambungmacan pada bagian selatan, berbatasan dengan Desa Ngepringan dan Desa Japoh si bagian Timur, kemudian, berbatasan dengan Desa Sigit, Desa Poleng, dan Desa Slendro di bagian Utara, dan berbatasan dengan Desa Blangu di sebelah Barat.
49
Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.43 Peta Administrasi Kawasan Perkotaan Tanggenar
Peran dan fungsi perkotaan adalah sebagai pusat permukiman dan pendukung agropolitan. Sebagai pusat permukiman yaitu permukiman, pelayanan, dan rekreasi. Sebagai penunjang agropolitan yaitu pengolahan, distribusi dan pemasaran, penunjang kegiatan pertanian, pendidikan dan
sudah terlayani dalam hal pelayanan umum. Kemudian untuk menunjang itu semua, saat ini wilayah perkotaan sudah terdapat sarana penunjang berupa adanya kantor pemerintahan, kantor pos, rumah sakit, puskesmas, dan sekolah. Wilayah perkotaan selain itu juga berfungsi
pelatihan. Peran
dan jasa. Saat ini di wilayah perkotaan, penduduk sekitar
dan
fungsi
perkotaan
sebagai
pusat
permukiman terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai tempat bermukim, sebagai pusat pelayanan, dan sebagai tempat rekreasi. Fungsi kota sebagai tempat hidup atau tempat
sebagai pusat pelayanan agropolitan. Pusat pelayanan ini berfungsi untuk menunjang kegiatan pertanian wilayah yang ada disekitarnya. Sehingga dapat mempermudah petani dalam melakukan kegiatannya bercocok tanam. Fungsi kota sebagai pusat rekreasi dapat dilihat
bermukim yaitu dapat dilihat dari berbagai rutinitas yang dilakukan oleh penduduk kota melaui kehidupan di sekitar rumah, sekolah, perkantoran, dan aktifitas bebas lainnya. Kota merupakan salah satu mesin untuk hidup, oleh sebab itu, kota harus efektif dan efisien untuk melayani manusia. Dalam wilayah perkotaan tanggenar, aktivitas kehidupannya sangat beraneka ragam jika dilihat dari aktifitas-aktifitas sekitar rumah dan aktifitas bebas lainnya, terutama dalam mendukung wilayah sebagai kawasan agropolitan. Wilayah perkotaan selain itu juga berfungsi sebagai pusat sarana pelayanan umum. Dalam hal ini wilayah perkotaan harus mampu melayani wilayah perkotaan dan wilayah di sekitarnya. Pelayanan tersebut berupa pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan pelayanan perdagangan
dari kegiatan sehari-hari seperti kegiatan sosial dan bermain. Dalam wilayah perkotaan Tanggenar hanya memiliki satu ruang terbuka yaitu lapangan olahraga yang biasanya digunakan anak anak untuk bermain. Lapangan ini belum mampu menampung kegiatan lainnya seperti kegiatan
sosial
dan
budaya
maka
perlu
adanya
penambahan fasilitas yang dapat menampung kegiatan lainnya untuk masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar perkotaan mendukung
sulit
sekali
kegiatan
mendapatkan rekreasi,
sarana
dikarenakan
yang belum
terdapat sarana yang menunjang kegiatan tersebut. Lapangan olahraga yang terdapat di wilayah perkotaan tidak nyaman digunakan karena dekat dengan jalan utama.
50
Arah Perkembangan Kota
Hal yang sama juga berlaku di
Arah perkembangan eksisting dari wilayah
wilayah perkotaan dimana lahan terbangun di
perkotaan dilihat berdasarkan lahan terbangun, jumlah
wilayah
penduduk, kepadatan penduduk, serta kelengkapan
mengalami peningkatan dan cukup padat di
fasilitas yang tersedia. Apabila ditinjau berdasarkan
Desa Gesi. Berdasarkan peta persebaran lahan
perkembangan
wilayah
terbangun persil di wilayah perkotaan,
Tanggenar berkembang ke arah barat dan selatan. Hal ini
persebaran lahan terbangun yang kompak
dibuktikan dengan penambahan lahan terbangun pada
banyak terdapat di Desa Gesi. Sedangkan
tahun 2011 yang cukup besar di Kecamatan Gesi dan
desa-desa yang lainnya persebaran lahan
Tangen, sedangkan di Kecamatan Jenar perkembangan
terbangun
lahan terbangun hanya di bagian selatan wilayah.
jaringan jalan.
lahan
terbangunnya,
di
perkotaan
bersifat
pada
tahun
sporadis
2011
mengikuti
Gambar 2.45 Peta Perkembangan Wilayah Tanggenar Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.44 Peta Perkembangan Wilayah Tanggenar
Elemen Pembentuk Ruang Kota Elemen pembentuk ruang kota menurut Kus Hadinoto (1970) antara lain adalah wisma, karya, suka, marga, dan penyempurna. A.
Wisma
Wisma merupakan bangunan untuk tempat tinggal, kumpulan komplek perumahan, atau permukiman. Wisma diartikan juga sebagai unsur pembentuk kota yang menjadi wadah atau tempat belindung bagi manusia terhadap pengaruh alam yaitu berupa tempat tinggal atau permukiman. Pada wilayah perkotaan Tanggenar, elemen wisma sendiri ditandai dengan kumpulan permukiman yang bersifat sporadis atau menyebar di setiap desa. Persebaran lokasi permukiman di wilayah perkotaan Tanggenar ditunjukkan pada peta di bawah ini.
51
Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 2.45 Peta Bangunan Persil Perkotaan Tanggenar
Unsur
wisma
yang
membentuk
kawasan
perkotaan Tanggenar terdiri dari kumpulan permukiman
B.
Karya Karya merupakan salah satu unsur
yang menyebar di seluruh wilayah. Berdasarkan kondisi berupa
pembentuk ruang kota sebagai penyedia
permukiman di wilayah perkotaan Tanggenar adalah
lapangan pekerjaan dan menjadi wadah untuk
sebesar 3,61 km2 dari total luas wilayah sebesar 22,61
tempat
km2 atau dengan kata lain hanya 16% lahan terbangun
perkotaan.
dari total luas wilayah perkotaan Tanggenar. Luas lahan
banyak digeluti oleh masyarakat kawasan
terbangun ini sudah bisa menampung jumlah penduduk di
perkotaan
wilayah perkotaan yaitu sebesar 14.146 jiwa penduduk.
pertanian. Selain pertanian, sektor tenaga
eksistingnya,
jumlah
lahan
terbangun
bekerja
bagi
Karakteristik
Tanggenar
para
penduduk
pekerjaan
adalah
yang
kegiatan
Persebaran permukiman di Desa Gesi cenderung
kerja yang banyak digeluti oleh masyarakat
lebih besar dan lebih kompak dibandingkan desa lain di
wilayah perkotaan Tanggenar adalah sektor
wilayah perkotaan Tanggenar. Berdasarkan peta di atas,
jasa sosial dan lainnya. Berikut merupakan
diketahui bahwa jumlah permukiman di Desa Gesi
grafik jumlah tenaga kerja di wilayah
enderung lebih padat berbeda dengan Desa Srawung dan
perkotaan Tanggenar.
Desa Dukuh yang sebagian besar wilayahnya masih berupa lahan non terbangun.
w
52
1600 1354
1400 1200
1004
1000 800
668 610
746
695 536
600
426
400 200
50 92 9 0
123 55 3036
209 102 8 5
170 89 0 0
270
186 0 0
24313132
0 5 2121
0
Srawung
Gesi
Katelan
Dukuh
Sumber:BPS KABUPATEN SRAGEN 2017 Gambar 2.46 Grafik Jumlah Tenaga Kerja di Kawasan Perkotaan Tanggenar
Berdasarkan kondisi eksistingnya, ruang yang terdapat di kawasan perkotaan Tanggenar untuk mewadahi kegiatan bekerja di wilayah ini antara lain adalah sawah dan perkebunan, fasilitas sosial seperti pasar, terminal, puskesmas, klinik, kantor pemerintahan, pertokoan, koperasi, dan perbankan, serta lokasi-lokasi pertambangan pasir dan tanah urug. Beberapa sektor pekerjaan belum diwadahi di kawasa perkotaan Tanggenar seperti halnya industri pengolahan dan jasa konstruksi sehingga tidak sedikit masayarakat perkotaan yang memilih untuk bekerja di wilayah lain. Persebaran penggunaan lahan dan ruang-ruang bekerja masyarakat kawasan perkotaan ditunjukkan pada peta di bawah ini.
Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.47 Peta Kawasan Perkotaan Tanggenar Tanggenar
53
C.
Suka Suka merupakan unsur pembentuk kota yang dijadikan sebagai areal untuk memenuhi
kebtuhan penduduk akan tempat berkumpul, berekreasi, olahraga, serta hiburan bagi para penduduk perkotaan. Pada wilayah perkotaan Tanggenar, unsur suka ditandai dengan adanya kawasan wisata berupa wisata Gunung Banyak di Desa Srawung dan wisata embung di Desa Gesi. Selain ruang untuk wisata, di kawasan perkotaan juga terdapat ruang untuk berkumpul dan berolahraga berupa Lapangan Tangen yang terletak di Desa Katelan. Persebaran ruang rekreasi di wilayah perkotaan Tanggenar ditunjukkan pada peta di bawah.
Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.48 Peta Lokasi Wisata Perkotaan Tanggenar Gambar 2.48 Peta Perkotaan Tangg
D.
Marga Marga merupakan ruag perkotaan yang berfungsi sebagai penghibing antar suatu tempat
dengan tempat lainnya di dalam kota, serta hubungan antara suatu kota dengan kota lainnya atau daerah lainnya. Dengan kata lain marga merupakan bagian sirkulasi yang terdapat pada suatu wilayah perkotaan. Unsur marga dalam wilayah perkotaan dapat berupa jalan utama, gang dan pedestrian. Pada wilayah perkotaan Tanggenar, unsur marga ditandai dengan adanya jalan kolektor yang mengubungkan antara wilayah perkotaan dengan Kota Sragen dan Kabupaten Grobogan.
54
Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen 2011
Gambar 2.49 Peta Jaringan Jalan Perkotaan Tanggenar
E.
Penyempurna
Penyempurna adalah pelengkap dalam menunjang aktivitas perkotaan seperti sarana-prasarana berupa fasilitas kesehatan, pendidikan, keagamaan dan lainnya. Unsur penyempurna pada perkotaan memiliki peran sebagai sarana pelengkap perkotaan yang akan membuat kawasan tersebut memiliki kualitas yang baik. Pada wilayah perkotaan Tanggenar, unsur penyempurna ditandai dengan adanya fasilitas kesehatan, pasar, pendidikan dan terminal.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen 2011
Gambar 2.50 Peta Fasilitas Perkotaan Tanggenar
55
Struktur Ruang Eksisting Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik mengenai penetapan perkotaan, diperoleh informasi bahwa wilayah perencanaan Tanggenar hanya memiliki satu kawasan perkotaan yaitu Desa Gesi di Kecamatan Gesi. Namun berdasarkan hasil analisis skalogram, Desa Katelan berada pada hirarki I yang berarti bahwa Desa Katelan memiliki potensi sebagai kawasan perkotaan Tanggenar. Kemudian, untuk mengetahui tingkat pelayanan berdasarkan kelengkapan dan ketersediaan fasilitas perkotaan, maka dihasilkan peta orde perkotaan di kawasan Tanggenar sebagai berikut.
Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.51Peta Orde Perkotaan Tanggenar
Peta di atas menunjukkan hierarki perkotaan yang terbagi atas tiga tingkatan. Berdasarkan peta diatas didapati bahwa Desa Katelan merupakan desa dengan orde I dimana, Desa Katelan telah memiliki ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Kemudian, diikuti oleh Desa Dukuh dengan dimilikinya orde II dan Desa Srawung dan Desa Gesi yang memiliki kesejajaran orde yaitu orde III. Dalam hal ini, Desa Gesi dan Desa Srawung sebagai desa yang memiliki kepadatan tinggi namun, belum diikuti dengan adanya kelengkapan fasilitas yang ditunjukkan oleh didapatinya orde III pada kedua desa ini. Hal tersebut dikarenakan oleh Desa Gesi dan Desa Srawung didominasi oleh kawasan permukiman sehinggga, banyak lahan yang digunakan untuk menjadi tempat tinggal, bukan untuk sarana publik. Kebutuhan penduduk Desa Gesi dan Desa Srawung akan fasilitas publik dapat terlayani oleh kawasan sekitarnya.
56
POTENSI DAN PERMASALAHAN, ISU PERKOTAAN TANGGENAR POTENSI Pada kawasan perkotaan Tanggenar terdapat beberapa potensi yang dimiliki antara lain adalah sebagai berikut:
Sumber:hasil analisis kelompok 2018
Gambar 2.52Peta Potensi dan Masalah Perkotaan Tanggenar
a.
Potensi Wisata Gunung Banyak di Desa Srawung Pariwista merupakan salah satu potensi alam yang dimiliki oleh perkotaan Tanggenar. Wisata Gunung Banyak merupakan potensi pariwisata alam yang terletak di Desa Srawung, Kecamatan Gesi, Kabupaten
Gunung Banyak ini belum mulai dibangun seperti halnya jalan menuju kawasan wisata, ruang-ruang wisata, parkir, sarana peribadatan, warung dan pertokoan.
Sragen. Wisata alam ini menyuguhkan pemandangan yang menarik yaitu berupa perkotaan Sragen dari sebuah tebing dan perbukitan Srawung. Karena banyaknya perbukitan maka masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Gunung Banyak. Wisata Gunung Banyak masih terbilang baru untuk sebuah kawasan wisata. Gunung Banyak baru mulai direncanakan menjadi bibit kawasan wisata desa pada tahun 2018. Rencananya, wisata Gunung Banyak ini akan dikelola oleh Bumdes Srawung. Berdasarkan kondisi eksistingnya, pariwisata
57
sarana
dan
prasarana
pendukung
Sumber: Dokumentasi B1 2018 Gambar 2.53 Wisata Gunung Banyak, Desa Srawung Kecamatan Gesi
b. Jalan Kolektor sebagai jalan utama yang menghubungkan perkotaan dengan Kawasan Kota Sragen Jaringan jalan merupakan komponen utilitas sebuah wilayah perkotaan. Jaringan jalan selain berfungsi sebagai jaringan transportasi juga berungsi sebagai penghubung dan wadah pergerakan antar wilayah. Jaringan jalan yang terdapat di kawasan perkotaan Tanggenar berupa Jalan Kolektor Sekunder. Jalan kolektor sekunder tersebut merupakan penghubung antara Perkotaan Sragen – Kecamatan Tangen – hingga Kabupaten Grobogan. Keberadaan jalan kolektor ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pusat permukiman dan dapat menjadi jalur distribusi komoditas pertanian unggulan dari kawasan produksi menuju kawasan perkotaan. Berikut merupakan peta jaringan jalan di kawasan perkotaan Tanggenar.
Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen 2011
Gambar 2.54 Peta Jaringan Jalan Perkotaan Tanggenar
c. Kelengkapan fasilitas pelayanan umum seperti SPBU, fasilitas kesehatan, pendidikan, perdagangan dan jasa tingkat pelayanan kecamatan di Desa Katelan. Wilayah perkotaan, khususnya Desa Katelan dan Desa Gesi merupakan pusat dari aktivitas perdagangan dan jasa di Kecamatan Tangen dan Kecamatan Gesi. Selain itu, kedua desa ini juga difungsikan sebagai pusat pelayanan administrasi dan perekonomian bagi wilayah-wilayah di sekitarnya. Pusat pelayanan dalam hal ini berupa pasar induk pemasaran hasil komoditas pertanian dan pusat pelayanan administrasi, serta koperasi dan perbankan bagi kelompok tani. Pentingnya peran wilayah perkotaan bagi wilayah-wilayah di sekitarnya menyebabkan banyak aset-aset perkotaan terpusat di wilayah peerkotaan. Aset-aset perkotaan yang dimiliki oleh wilayah perkotaan antara lain berupa Kantor Kecamatan, SPBU, pasar, lapangan, pertokoan, jasa pelayanan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan serta terminal. Aset aset perkotaan inilah yang kemudian mendukung wilayah perkotaan Tanggenar sebagai simpul perekonomian, distribusi, dan pelayanan yang mendukung wilayah perencanaan Tanggenar. Berikut merupakan peta persebaran fasilitas di kawasan perkotaan Tanggenar.
58
Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.55 Peta Persebaran Fasilitas Kawasan Perkotaan Tanggenar
Permasalahan Permasalahan yang ada di perkotaan yaitu kekeringan dan kekurangan air di bagian utara, adanya pabrik gula mangkrak di Desa Gesi, belum optimalnya terminal Tangen, serta terbatasnya infrastruktur jalan untuk distribusi gula semut. Berikut peta permasalahan di kawasan perkotaan: c. Terminal tipe C yang belum optimal a. Kekeringan dan kekurangan air bersih Kondisi geografis berupa air tanah langka menyebabkan
Terdapat sub-terminal tipe C yang ada di
kekeringan di seluruh kawasan perkotaan. Kekeringan
wilayah Perkotaan Tanggenar, yaitu di desa
menjadi masalah dan tantangan karena industri pengolahan
Katelan. Akan tetapi pada kenyataannya, pada
membutuhkan air dalam prosesnya. Kekeringan juga
saat ini terminal tersebut belum optimal. Pada
mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat karena
terminal tipe C ini hanya melayani angkutan
kurangnya air dan air yang ada berkapur.
penumpang rute sragen-tangen-galeh atau
a. Terdapat pabrik gula pasir yang belum beroprasi di Desa
hanya melayani desa yang dilalui jalan kolektor.
Gesi
Seharusnya
Pabrik gula yang akan didirikan di Desa Gesi tersebut memiliki
dimanfaatkan
skala industri menengah dengan kapasitas tebu yang bisa
menghubungkan antara pusat koleksi hasil
diolah cukup banyak yaitu 1/5 dari kapasitas pabrik gula Mojo.
distribusi dan desa-desa sebagai produsen baik
Sehingga keberadaan pabrik gula ini sangat dibutuhkan
dari hasil komoditas pertanian maupun hasil
terutama untuk meningkatkan perekonomian wilayah
dari produksi industri pengolahan masyarakat.
Tanggenar karena memiliki pengolahan di dalam wilayah.
Oleh karena itu, saat ini terminal ini sering
Namun kendala pembiayaan menjadikan pabrik gula tersebut
dijadikan tempat berjualan pedagang kali lima
terhenti pembangunannya dan akan dilanjutkan ketika sudah
dan pedagang pasar.
ada biaya.
59
Sub
Terminal sebagai
ini titik
dapat yang
d.
Jalur menuju pabrik produksi gula semut tidak maksimal karena keterbatasan infrastruktur jalan Jalur dari lahan pertanian menuju tempat produksi tidak maksimal, karena keterbatasan infrastruktur jalan. Infrastruktur jalan yang ada saat ini belum mendukung untuk jalur usaha tani yang baik. Jalan yang rusak sepanjang 2km dari jalan kolektor yaitu pada jalur distribusi. Oleh karena itu, perlu diadakannya perbaikan dan pengoptimalan jalan/jalur usaha tani dari sentra produksi/penghasil bahan baku ke industri pengolahan dan selanjutnya ke pasar. Jalan/jalur usaha tani itu buat memudahkan distribusi dari barang mentah, setengah jadi, sampai ke barang jadi. Jalur usaha tani ditujukan buat meminimalkan biaya transportasi.
e.
Belum ada sarana pendukung pertanian Pada saat ini kawasan perkotaan tanggenar belum memiliki sarana pendukung pertanian. Sarana pendukung saat ini harus di beli petani dari perkotaan sragen, atau memesan ke pabriknya langsung. Diharapkan dengan adanya sarana pendukung pertanian diwilayah perkotaan dapat menghemat biaya transportasi petani untuk mendapatkan sarana pendukung pertanian.
60
KONSEP
PERENCANAAN WILAYAH & PERKOTAAN TANGGENAR TUJUAN DAN SASARAN KONSEP BEST PRACTICE INDIKATOR KONSEP SKEMA KONSEP KTM (perkotaan)
TUJUAN DAN SASARAN WILAYAH
Ketiga hal tersebut dibutuhkan sebagai persiapan menghadapi tantangan isu Tanggenar sebagai wilayah yang tertinggal. Diharapkan dengan adanya perbaikan infrastruktur dan SDM, Tanggenar dapat memiliki infrastruktur yang maju serta SDM yang handal sehingga dapat meningkatkan
Sebagai wilayah yang tertinggal di Kabupaten
Sragen,
Tanggenar
pada tahun 2039. Dalam mendukung tujuan yang diharapkan
memerlukan adanya upaya untuk membenah
di wilayah Tanggenar, maka perlu adanya sasaran sebagai
isu tersebut. Maka, didapatkan tujuan Wilayah
indikator kondisi yang ingin dicapai. Berikut merupakan
Tanggenar
sasaran yang didasarkan pada tujuan perencanaan wilayah:
yaitu
Wilayah
perekonomian masyarakat menuju Tanggenar yang sejahtera
“Terwujudnya
Wilayah
Tanggenar yang maju dan berdaya saing menuju sejahtera pada tahun 2039”. Tujuan tersebut
dapat
dicapai
dengan
adanya
integrasi antara kualitas infrastruktur, kualitas
Maju :
infrasrtuktur
dan
SDM
kurun waktu 20 tahun.
wilayah
berkualitas Sejahtera: Terciptanya pembangunan ekonomi yang berdaya saing
serta
pembangunan ekonomi berdaya saing dengan
infrastruktur
Berdaya saing: Terciptanya sumber daya manusia yang
Tanggenar yang berorientasi pada perbaikan kualitas
kualitas
Tanggenar yang memadai
SDM, dan pembangunan ekonomi yang berdaya saing. Pembangunan di Wilayah
Terwujudnya
Sasaran tersebut kemudian membentuk indikator yang akan mengacu pada konsep perencanaan wilayah. Berikut merupakan tujuan dan sasaran beserta indikator pendukung:
Tabel III. 1 Tujuan dan Sasaran Wilayah Tanggenar Tujuan wilayah
Indikator Tujuan
Maju
Terwujudnya wilayah Tanggenar yang unggul dan berdaya saing menuju sejahtera tahun 2039
Terwujudnya kualitas infratruktur wilayah Tanggenar yang memadai
Indikator Konsep Agropolitan
Berdaya saing
Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas
Sejahtera
Terciptanya pembangunan ekonomi yang berdaya saing
Sumber: Analisis kelompok, 2018
61
Sasaran
Tersedia prasarana (infrastruktur) dan sarana produksi dasar dan sarana sosial yang memadai. Memiliki suatu lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pelayanan. Terdapat sistem dan usaha pertanian atau kelembagaan dalam skala ekonomi dan jenis usaha tertentu Memiliki potensi kualitas SDM kawasan agropolitan yang kreatif, inovatif, berjiwa wirausaha dan profesional Memiliki komoditas pertanian unggulan Memiliki peningkatan kegiatan produksi, pengolahan,dan pemasaran komoditas unggulan dalam skala industri
Tujuan
dari
dapat
Sasaran yang ketiga adalah terciptanya pembangunan
dijabarkan menjadi tiga sasaran. Sasaran yang
ekonomi yang berdaya saing. Sasaran ini dapat diindikasikan
pertama
kualitas
dengan adanya komoditas unggulan yang mampu menjadi
yang
pendongkrak pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, wilayah
kualitas infrastruktur
Tanggenar juga diharapkan akan mampu meningkatkan
dilakukan guna mendukung kegiatan industri
produksi, pengolahan dan pemasaran pada tahapan industri
pengolaan dan sarana pengembangan skill
pengolahan. Untuk memenuhi sasaran tersebut, diperlukan
bagi masyarakat serta memenuhi kebutuhan
adanya program dan kebijakan yang mendorong proses-
sosial
perbaikan
proses pertumbuhan perekonomian masyarakat secara
kualitas infrastruktur tersebut adalah untuk
menyeluruh. Selain itu pengembangan sektor industri
sarana prasarana pengolahan industri yang
diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi
akan membuka lapangan pekerjaan baru.
baik dari skala mikro, kecil dan menengah di masyarakat.
Selain itu, infrastruktur jalan yang diperbaiki
KONSEP
adalah
infratruktur
perencanaan
Terwujudnya
wilayah
Tanggenar
memadai. Perbaikan
masyarakat.
Orientasi
akan membantu proses distribusi hasil olahan industri dan pertanian. Serta adanya perbaikan kualitas air di Wilayah Tanggenar karena kualitas air yang mengandung kapur, sehingga membantu
kegiatan
industri
maupun
kebutuhan pokok masyarakat.
PERENCANAAN WILAYAH
Sasaran yang kedua adalah Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Karakteristik manusia yang kreatif, inovatif, dan berjiwa wirausaha sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkup masyarakat suatu wilayah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah dan tempat pelatihan skill akan meningkatkan kemampuan
masyarakat
yang
saat
ini
mayoritas masih didominasi oleh aktivitas pertanian.
Selain
kelembagaan
yang
itu
adanya
mampu
sistem
menunjang
aktivitas tersebut, terutama pada sektor usaha pertanian
sehingga
mampu
mendorong
KONSEP AGROPOLITAN Agropolitan berasal dari kata Agro yang berarti pertanian
dan
politan
yang
berarti
kota.
Konsep
pengembangan Agropolitan pertama kali diperkenalkan oleh Friedmann dan Douglass pada tahun 1975 sebagai strategi pengembangan kawasan. Konsep agropolitan pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan perdesaan. Konsep agropolitan merupakan konsep perencanaan berbasis pada pertanian yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam. Sehingga terdapat keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan antara sistem pusat permukiman dan sistem pertanian.
perekonomian di wilayah Tanggenar.
62
.Menurut
Bappenas
(2003),
konsep
Kawasan agropolitan merupakan kesatuan kawasan
agropolitan berprinsip desentralisasi dan
perdesaan yang terdiri dari desa pusat dan desa hinterlandnya
mengikutsertakan sebagian besar penduduk
dengan adanya hubungan fungsional antara kegiatan di desa
wilayah dalam pembangunan. Sedangkan,
pusat
menurut
Pranoto (2007),
agropolitan terdiri atas orde pertama, orde kedua, dan orde
kawasan agropolitan merupakan kawasan
ketiga. Setiap orde memiliki fungsi masing-masing dengan
perdesaan yang secara fungsional merupakan
kesamaan fungsi sebagai simpul jasa koleksi dan distribusi
kawasan dengankegiatan utama adalah
dengan skala tertentu. Orde pertama merupakan kota tani
pertanian. Konsep ini diterapkan dengan
utama atau pasar regional, orde kedua merupakan pusat
tujuan untuk menumbuhkembangkan pusat
pertumbuhan atau kawasan sentra produksi, dan orde ketiga
pertumbuhan
merupakan
Rustiadi dan
ekonomi
baru
berbasis
dan
desa
hinterland.
kawasan
satuan
Berdasarkan
pertanian.
strukturnya,
Setiap
orde
pertanian di perdesaan, membuka lapangan
dihubungkan oleh jaringan transportasi yang dapat dijelaskan
kerja baru bagi masyarakat perdesaan
dalam gambar Skema Konsep Agropolitan sebagai berikut:
melalui kegiatan-kegiatan ekonomi berbasis agribisnis,
mengembangkan
lembaga
ekonomi
di
lembagaperdesaan,
meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mewujudkan tata ruang ideal antara kota dan desa yang saling melengkapi, mendukung, dan memperkuat. Suatu
kawasan
agropolitan
direncanakan untuk mempermudah produksi
Sumber: Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan, Kimpraswil, 2000
dan pemasaran dengan mengintegrasikan
Gambar 3.1 Skema Agropolitan
aktivitas pertanian di kawasan tersebut. Peran agropolitan adalah untuk melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana berlangsung aktivitas pertanian oleh para petani setempat. Namun, pembangunan tidak dapat berjalan dengan lancar jika prasarana tidak baik, setiap aspek kehidupan sosial
maupun
ekonomi
mempunyai
prasarana sendiri, yang merupakan satuan terbesar dan alat utama dalam berbagai kegiatan.
Oleh
mengsukseskan
karena
itu,
penerapan
dalam
agropolitan
setiap lembaga sosial dan sektor kehidupan ekonomi
harus
infrastrukturnya.
63
memperhatikan
Pembagaian sistem hierarki dari strategi pengembangan kawasan agropolitan tersebut menjadi dasar dalam penentuan dan pembagian hierarti konsep agropolitan di Wilayah Tanggenar. Penjabaran orde tersebut dirumuskan sebagai daerah penghasil bahan baku, pengumpul bahan baku, sentra produksi, kota/pusat regional, kota sedang/besar (outlet). Hal tersebut didukung dengan adanya transportasi dan dukungan sarana prasarana lainnya. Sehingga, pengembangan konsep agropolitan di Wilayah Tanggenar didasarkan pada pembagian sistem
tersebut
dengan
adanya
penyesuaian
menurut
pengembangan
konsep
kebutuhan komoditas unggulan. Hal tersebut
mendorong
agropolitan di wilayah Tanggenar. Wilayah Tanggenar diketahui memiliki komoditas unggulan berupa tebu dan jagung. Berdasarkan potensi wilayah Tanggenar, tebu –
dengan
Zona 1: Kawasan dengan faktor-faktor lereng
kontribusi tertinggi di Sragen, sedangkan
lapangan, jenis tanah, curah hujan yang
jagung memiliki produksi tertinggi kedua di
melebihi nilai skor 175 dan/atau kawasan hutan
Sragen. Sementara, pisang memiliki kontribusi
yang mempunyai lereng lapangan 40% atau
yang juga cukup besar di Sragen. Komoditas
lebih dan/atau kawasan hutan yang mempunyai
tersebut
ketinggian 2.000 mdpl atau lebih. Kawasan ini
merupakan
komoditas
utama
merupakan
potensi
dalam
pengembangan yang dapat diolah menjadi
ditujukan untuk kawasan rekreasi
dapat
Zona 2: Kawasan pada zona II ini memiliki keadaan
yang
fisik areal memungkinkan untuk dilakukan
meningkatkan pendapatan dan produktivitas
budidaya secara ekonomis dan lokasinya secara
masyarakat. Selain itu, wilayah Tanggenar
ekonomis
juga didukung oleh potensi atau masalah dari
kawasan penyangga serta tidak merugikan segi-
fisik alam, ekonomi ketenagakerjaan, sosial
segi ekonomi lingkungan. Kawasan
kependudukan, dsb. Sehingga, dipilih konsep
digunakan sebagai kawasan pengembangan
Agropolitan
tanaman holtikultura, sarana
berbagai
hal
meningkatkan
yang
kemudian
kegiatan
yang
industri
diharapkan
memecahkan permasalahan
mampu
di wilayah
mudah
dikembangkan
sebagai
ini
prasarana
penunjang, dan kawasan industri
Tanggenar untuk menghindari masalah yang
Zona 3: Kondisi wilayah pada zona III memiliki
lebih kompleks serta menghadapi tantangan
tingkat kelerengan kurang dari 25% dengan
yang akan datang.
daya dukung lahan yang memiliki topografi bergelombang. Kawasan ini digunakan sebagai kawasan pertanian holtikultura bulanan (sayur-
BEST PRACTICE
sayuran) a.
Step By Step Agropolitan (Kabupaten Malang)
kawasan
pengolahan
hasil
pertanian. Zona 4: Kawasan pada zona IV ini memiliki kondisi
1. Menata hierarki wilayah yaitu pusat kegiatan dan wilayah pendukung. Wilayah dengan hierarki lebih tinggi akan lebih besar jangkauannya dan mempengaruhi hierarki yang lebih rendah.
dan
Setelah
itu
topografi yang cenderung datar sampai dengan bergelombang dengan tingkat kelerengan kurang dari 10%. Kawasan ini digunakan sebagai kawasan pertanian pangan (padi) dan pusat perdagangan dan jasa.
melakukan
penetapan fungsi kawasan menjadi pusat
pertumbuhan
dan
daerah
pendukung. 2.
Membuat zona-zona kawasan: Pada Kabupaten Malang, dibagi menjadi 4 zona sebagai berikut:
Sumber: RTRW Kabupaten Malang 2010-2030
64
4. Selanjutnya membuat proyeksi jumlah
pertanian serta pengembangan masyarakat
dan pertumbuhan penduduk. Setelah itu
dalam mengelola industri kecil agropolitan. 3. Membuat rencana sistem transportasi dan sarana
membuat zonasi komoditas unggulan
prasarana pendukung.
seperti pertanian, tanaman pangan, b.
holtikultura, dan peternakan). 5. Selanjutnya adalah membuat rencana pengembangan
-
-
-
1. Pengolahan Tebu (Kabupaten Kerinci)
sebagai
Tebu merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
berikut:
memiliki potensi ekonomis yang tinggi di Kabupaten
Pra produksi : guna mempermudah
Kerinci. Saat ini luas kebun tebu di Kabupaten Kerinci
aksesibilitas petani agar mendapat benih
sudah mencapai 1.621 ha dengan produksi 12.838 ton
tanaman
mudah,
(BPS Provinsi Jambi, 2016) dan dikelola oleh 1.640
dan
kepala keluarga yang menggantungkan hidupnya dari
dengan
membuatbadan
-
agribisnis
Pengolahan Komoditas
lebih penelitian
pembenihan tanaman
tanaman tebu untuk memproduksi gula merah.
Produksi: membuat teknologi pengelola
Mayoritas petani tebu dalam memelihara tanamannya
tanah, membuat sistem irigasi guna
tanpa teknologi pemupukan, tetapi tebu tetap tumbuh
pengoptimalan fungsi dan meningkatkan
subur dan menghasilkan. Pemupukan dilakukan oleh
kelembagaan Kinerja Himpunan Petani
sebagian kecil petani setempat hanya dari kotoran sapi
Pemakai Air (HIPPA) ditiap desa. Selain
yang diberikan seadanya. Penyiangan dilakukan oleh
itu, adanya sistem pemasaran yang benar
sebagian besar petani hanya pada saat melakukan
seperti adanya pasar agribisnis dengan
panen tebu. Petani menyadari sepenuhnya jika
penentuan
untuk
tanaman tidak disiangi atau dibiarkan rimbun, maka
menghindari turunnya harga komoditas
akan mudah diserang oleh hama tikus. Panen secara
pertanian.
umum dilakukan dengan cara tebang pilih. Pengolahan
Pasca Produksi : Pengembangan industri
dilakukan dengan proses sederhana dan tidak
kecil pengolah hasil pertanian
menggunakan alat yang mahal.
rotasi
tanaman
Sub Sistem Penunjang : hal yang dilakukan
adalah
Tabel III. 2 Nilai Ekonomis Pengolahan Gula Merah
perencanaan
Harga Mentah (per ton) Kualitas rendah = Rp. 180.000 Kualitas Tinggi = Rp. 500.000
pusatinformasi agribisnis dan pariwisata. Lalu membuat kebijkan pemerintah kota seperti rencana makro pengembangan agribisnis dan dukungan pemerintah
Harga setelah dioalah
Rp. 820.000
Nilai tambah (added value) Harga jualharga olahan= Rp. 320.00640.000
Sumber: pabrikgulamerah.com, 2018
mencari investor yang baik berskala nasional. pendidikan
Selian
adanya
pelatihan
badan
2.
Pengolahan Jagung (Kabupaten Madiun)
seperti
Jagung merupakan salah satu komoditas pangan
pelatihan staff perintis, pembimbing dan
penting serta menjadi prioritas oleh Puslitbang/Balai
pengawasan industri kecil pengawasan
Besar yang berada di bawah Badan Litbang Pertanian -
65
dan
itu
selain komoditas padi, kelapa, cengkeh, pisang, jeruk dan hasil ternak, yang memiliki prospek untuk dikembangkan
agroindustrinya.
Kabupaten
Madiun merupakan salah satu penghasil pakan ternak dari bahan dasar jagung. Pengolahan pakan ternak di Kabupaten Madiun menggunakan mesin chopper dengan bahan bakar bensin. Cara pegolahnnya dengan memasukkan jagung kering ke dalam mesin
INDIKATOR AGROPOLITAN Indikator merupakan satuan-satuan yang menjadi tolak ukur yang digunakan untuk menetapkan
suatu
kesimpulan.
Berikut
merupakan tabel indikator konsep Agropolitan yang dilengkapi dengan justifikasi pemilihan konsep berdasarkan kondisi eksisting wilayah perencanaan Tanggenar
chopper dan mesin itu akan menggiling jagung kering tersebut. Kapasitas penggilingan mesin chopper dapat mencapai 1 kwintal per jam. Berikut merupakan prosesnya:
Sumber: Klinik WIrausaha Madiun, 2018
Hasil dari pakan ternak tersebut, di produksikan ke berbagai wilayah dengan nilai keuntungan yang cukup besar. Berikut merupakan nilai ekonomis penhgolahan pakan ternak: Tabel III. 3 Nilai Ekonomis Pengolahan Jagung Harga Mentah
1 kg : Rp. 4.000
Harga setelah diolah 1 kg = Rp. 28.000
Nilai Tambah (added value) Harga MentahHarga Olahan= Rp. 9.600-9.300
Sumber: Klinik wirausaha madiun, 2018
66
Tabel III. 4 Tabel Indikator Agropolitan No.
Indikator
1.
Memiliki komoditas pertanian unggulan. (PU, 2014)
Sub-Indikator
Justifikasi Pemilihan
Lahan didominasi oleh lahan pertanian.
Pertanian sebagai penopang ekonomi (berkontribusi besar dalam perekonomian).
2.
3.
Terdapat usaha pengolahan hasil pertanian dan sistem kelembagaan pertanian. (PU, 2014).
Terdapat usaha pengolahan hasil pertanian.
Terdapat sistem kelembagaan pertanian terintegrasi.
Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadahi untuk mendukung pengembangan agropolitan. (PU, 2014).
Tersedia sarana penunjang agropolitan seperti; jalan, sarana irigasi, sumber air baku, pasar, terminal, fasilitas perbankan, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas pelayanan umum lainnya.
67
Penggunaan lahan didominasi oleh lahan pertanian sebesar 13.432 Ha (85%) dari luas lahan Tanggenar. Kontribusi PDRB sektor pertanian menyumbang 24% dari total PDRB Tanggenar (terbesar). Wilayah Tanggenar memiliki komoditas unggulan berupa tebu dan jagung dengan produksi masing-masing 53,4% dan 27% dari produksi Kabupaten Sragen. Wilayah Tanggenar memiliki komoditas pertanian lainnya, seperti pepaya, kelengkeng, buah naga, dan pisang. Terdapat usaha penggilingan padi, pemipilan jagung, serta industri rumah tangga yang berbasis pada pengolahan hasil pertanian seperti geplak jahe, emping garut, tempe benguk, keripik pisang, gula semut, pakan ternak jagung. Terdapat kelembagaan yang dapat menunjang pertanian seperti Poktan (Kelompok Tani) dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Jaringan jalan menuju pusat regional (Kabupaten Sragen) sudah cukup baik untuk menunjang distribusi hasil produksi pertanian. Sumber air baku mengalami kekeringan saat musim kemarau di seluruh wilayah dan mengandung kapur (Kecamatan Jenar). Terdapat Pasar Tangen, Banyuurip, dan Gesi Terdapat terminal tipe C yang dapat mendukung aktivitas pemasaran produk pertanian. Terdapat KUD (Koperasi Unit Desa). Memiliki fasilitas umum (listrik) dan fasilitas sosial (fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan perdagangan).
TUJUAN DAN SASARAN PERKOTAAN Kawasan Perkotaan Tanggenar yang
dilengkapi
sarana-sarana
pelayanan
tingkat
meliputi Desa Katelan, Desa Dukuh, Desa
kecamatan yang melayani desa-desa di wilayah
Srawung dan Desa Gesi mempunyai tujuan
Perncanaan Tanggenar, dari mulai sarana pendidikan
perencanaan
SMP dan SMA, KUA, Sarana Kesehatan Puskesmas,
Tanggenar
“Terwujudnya tahun
2039
perkotaan
sebagai
simpul
Sub terminal Tipe-C , Kantor Kecamatan, Pasar dan
perekonomian, distribusi, dan pelayanan yang
Perbankan dan sarana-sarana lain yang melayani
mendukung Agropolitan�.
desa-desa di wilayah perencanaan yang dapat
Tujuan Perkotaan Tanggenar tersebut
menunjang pelayanan kegiatan agropolitan.
dimaksudkan agar kawasan perkotaan dapat
Berdasarkan tujuan perkotaan yang disusun
menjadi pusat seperti yang diharapkan pada
berdasarkan sasaran wilayah, dirumuskan sasaran
konsep agropolitan wilayah Tanggenar. Simpul
perkotaan kawasan Tanggenar sebagai berikut:
Perekonomian didalam tujuan ini berupa pusat
a.Optimalisasi fungsi terminal sebagai sarana
dari kegiatan perdagangan dan Jasa yang ada
distribusi
di Wilayah Perencanaan Tanggenar, Selain itu,
Terdapat sub-terminal tipe c yang ada di kawasan
pengoptimalan sarana prasarana seperti sub-
perencanaan Tanggenar.Sub Terminal ini dapat
terminal tipe C, pasar , dan perbankan dapat
dimanfaatkan sebaga titik yang menghubungkan
mempengaruhi
ekonomi
antara pusat koleksi hasil distribusi dan desa-desa
wilayah perencanaan Tanggenar. Selanjutnya,
sebagai produsen baik dari hasil komoditas
simpul distribusi dimaksudkan agar kawasan
pertanian maupun hasil dari produksi industri
perkotaan dapat menjadi pusat distribusi hasil
pengolahan masyarakat.
pertumbuhan
olahan industri dan hasil pertanian dari wilayah perencanaan Tanggenar. Pusat distribusi berguna agar alur distribusi teratur dan memberikan keuntungan yang maksimal kepada produsen. Selanjutnya poin tujuan yang ketiga adalah sebagai Simpul Pelayanan,
pada
kawasan
perkotaan
Tanggenar terdapat pusat permukiman
68
b. Tersedianya Pusat permukiman yang mampu melayani
d. Tersedianya alat dan bahan pemenuh kebutuhan
kawasan perkotaan dan wilayah Tanggenar
agropolitan dan industri pengolahan
Dengan adanya kegiatan pelayanan yang mendukung
Kawasan perkotaan hasus mampu menjadi kawasan
agropolitan, sasaran untuk wilayah perkotaan yaitu harus
yang menyediakan kebutuhan bahan baku dari
mampu menyediakan permukiman yang dapat melayani
industri-industri pengolahan dari desa-desa yang ada
kawasan
perencanaan
di wilayah perencanaan Tanggenar. Di kawasan
Tanggenar. Karena pusat permukiman merupakan salah
perkotaan juga menyediakan alat dan kebutuhan
satu fasilitas pendukung kehidupan warga secara mandiri.
terkait dengan komoditas-komoditas yang ada di
c. Terciptanya sarana pemasaran hasil produksi pertanian
wilayah perencanaan seperti tebu dan jagung. Selain
perkotaan
maupun
wilayah
dan industri pengolahan Wilayah
perencanan
Tanggenar
itu juga menjual pupuk, bibit dan alat alat-alat mempunyai
hasil
pertanian lainnya.
komoditas pertanian yang besar di Kabupaten Sragen,
e. Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja.
seperti tebu yang menyumbang kontribusi yang besar.
Sasaran perkotaan peningkatan kualitas SDM melalui
Pusat pemasaran komoditas di kawasan perkotaan
pelatihan kerja ini dimaksudkan untuk meningkatkan
digunakan agar memutus mata rantai antara produsen
mutu
dan tengkulak, sehingga diharapkan akan memberikan
perencanaan Tanggenar. Pelatihan kerja ini dapat
keuntungan yang lebih kepada masyarakat. Selanjutnya
berupa pelatihan pengolahan lahan pertanian, dalam
juga pusat pemasaran dibuat untuk mewadahi industri-
pengelolaan produksi industri maupun pelatihan-
industri agar terkelola pemasarannya.
pelatihan keterampilan untuk membekali masyarakat
angkatan
kerja
yang
ada
di wilayah perencanaan Tanggenar.
69
di
wilayah
KONSEP PERENCANAAN KOTA KONSEP KOTA TERPADU MANDIRI Kota Terpadu Mandiri memiliki dua
Kota Terpadu Mandiri dirancang menjadi pusat
karakteristik, yaitu Terpadu dan Mandiri.
pertumbuhan yang memiliki fungsi perkotaan dalam
Terpadu diartikan sebagai sebuah kawasan
suatu wilayah. Pusat pertumbuhan yang dimaksud
yang didalamnya terdapat sebuah sistem
adalah sebagai pusat penyedia sarana dan prasarana
yang saling terintegrasi. Sedangkan Mandiri
untuk melayani wilayah di sekitarnya.
dalam konsep KTM, yaitu tersedianya sarana
Pada Rencana Konsep perkotaan Tanggenar,
sosial, ekonomi dan pemerintahan untuk
Kota Terpadu Mandiri akan dirancanakan sebagai
melayani
penduduk
kota yang menjadi pusat kegiatan pemukiman dan
kota/desa sekitar, prasarana dan sarana untuk
kegiatan pertanian. Kegiatan pemukiman berupa
mendukung kegiatan usaha para penduduk
penyediaan prasarana dan saran kegiatan usaha dan
desa sekitar serta terbangunnya sentra-sentra
fasilitas sosial. Sedangkan kegiatan pertanian berupa
kegiatan
pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi
kebutuhan
bisnis
dasar
untuk
menumbuhkan
kegiatan ekonomi. Adanya Konsep KTM di
serta
sebabkan oleh permasalah utama yaitu tidak
agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul,
seluruh kawasan berkembang dengan baik.
pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan di sektor
Permasalahan yang timbul di kawasan
pertanian,
transmigrasi adalah tingkat aksesibilitas yang
perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya
rendah,
pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas
barang
produksi
sulit
untuk
dipasarkan, dan kurangnya sarana prasarana di kawasan tersebut. Permasalahan tersebut
kegiatan
agribisnis,
industri,
dan
pusat
jasa,
pelayanan
serta
pusat
sejenis. Lingkup
SKP
berfungso
sebagai
tempat
yang kemudian menjadi pemicu terbentuknya
kumpulan kegiatan usaha primer pertanian (komoditas
konsep Kota Terpadu Mandiri (KTM). Tujuan
unggulan) dari beberapa desa yang memenuhi skala
pembangunan
untuk
ekonomis (On Farm) dan sebagai tempat kegiatan usaha
meningkatkan kemudahan dalam memenuhi
pasca panen (Off Farm). Pusat SKP disebut Desa Utama
kebutuhan
memungkinkan
sebagai penampung hasil pertanian dan pengolahan
terbukanya kesempatan pertumbuhan siosial
hasil pertanian dan UPT atau Desa yang terletak di
– ekonomi daerah serta menciptakan sentra
daerah belakangnya.
KTM
dasar
yang
adalah
aktifitas bisnis yang menarik para investor sebagai
upaya
menumbuhkan
kegiatan
ekonomi sekitar.
70
Sumber: Hasil anรกlisis kelompok B Gambar 3. 2 Struktur dan Pola Pengembangan Kota Terpadu Mandiri pada Wilayah Pengembangan Transmigran
Fungsi Kota Terpadu Mandiri (KTM) sebagai tempat bermukim, sebagai tempat kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota (On Farm) dan sebagai tempat kegiatan usaha pasca panen dan kegiatan jasa (Off Farm). Pusat WPT disebut Kota Terpadu Mandiri dengan hirarki Kota Orde II merupakan orde yang paling tinggi dalam lingkup WPT. Pengembangan Usaha di wilayah dilakukan dengan pendekatan sistem agribisnis. yaitu pengembangan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi usaha off-farm yaitu pembangunan agribisnis. Dalam pembangunannya melibatkan masyarakat agribisnis tidak hanya di KTM saja, tetapi juga di wilayah belakangnya. Pengembangan usaha yang dikembangkan WPT dan KTM akan meliputi kegiatan: a. Sub-sistem pengadaan dan penyaluran sarana pertanian. b. Sub-sistem budidaya pertanian c. Sub-sistem pengolahan dan pemasaran hasil d. Sub-sistem sarana dan prasarana penunjang.
71
BEST PRACTICE Karakteristik KTM Tabel III. 1 Karakteristik KTM Terpadu o
Mandiri
Memiliki terminal katelan sebagai
sarana distribusi hasil produk
Memiliki industri pengolahan hasil pertanian
pertanian dan produk gula semut o
Memiliki pasar tangen yang terintegrasi dengan terminal tipe c
Memiliki lembaga keuangan pendukung kegiatan pertanian
sebagai sebagai sarana pemasaran o
Rencana pembangunan pergudangan hasil komoditas pertanian dan
gudang hasil produk pertanian di
Memiliki sentra pengembangan bibit pertanian
sekitar terminal katelan
Memiliki pusat penyedia saprotan
Memiliki fasilitas pendidikan dan pelatihan budidaya pertanian dan pasca panen
Sumber: Hasil Análisis Kelompok, 2018
INDIKATOR KONSEP KOTA TERPADU MANDIRI Indikator konsep Kota Terpadu Mandiri merupakan variabel yang digunakan untuk mengindikasikan atau menunjukkan konsep Kota Terpadu Mandiri. Indikator konsep ini didapatkan berdasarkan literatur penelitian Konsep Permukiman Kota Terpadu Mandiri (Kalsum, dkk 2016) dan penelitian dari Pusat Litbang Kementerian Ketransmigrasian (2013). Berikut merupakan indikatorindikator yang harus dimiliki oleh perkotaan Tanggenar untuk mewujudkan konsep perkotaan yang terpadu dan mandiri. Indikator Pusat kegiatan pertanian berupa pengolahan barang pertanian menjadi barang setengah jadi (Pusat Litbang Ketransmigrasian, 2013)
Tabel III. 2 Indikator Kota Terpadu Mandiri Sub-Indikator
Terdapat industri pengolahan komoditas tebu
Justifikasi Pemilihan
Terdapat pabrik gula pasir di Desa Gesi
72
Tabel III. 2 Indikator Kota Terpadu Mandiri Indikator
Sub-Indikator
Justifikasi Pemilihan
Pusat pelayanan agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul (Pusat Litbang Ketransmigrasian, 2013)
Pusat peyedia sarana produksi pertanian Pusat penjualan alat produksi pertanian Sentra pengembangan bibit pertanian Terdapat bank atau lembaga keuangan yang mendukung kegiatan usaha pertanian Pusat informasi bisnis atau promosi pengembangan agribisnis
Belum tersedia sarana penunjang/pendukung produksi pertanian dan sentra pengembangan bibit pertanian Terdapat lembaga keuangan berupa Koperasi Unit Desa (KUD) dan Bank BRI di Desa Katelan dan Gesi Terdapat kantor BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) yang mengurusi bidang pertanian di Desa Gesi
Pusat kegiatan pendkan dan pelatihan di sektor pertanian, industri, dan jasa (Pusat Litbang Ketransmigrasian, 2013)
Fasilitas pendidikan dan pelatihan budidaya pertanian dan pasca panen berupa Balai Latihan Kerja
Belum tersedianya balai latihan kerja yang berfokus pada pendidikan pertanian dan pasca panen
Pasar induk Pasar antar wilayah yang dilengkapi dengan gudang hasil pertanian dan gudang hasil pengolahan
Terdapat pasar Gesi di Desa Gesi dan Pasar Tangen di Desa Katelan Pasar belum dilengkapi gudang penyimpanan hasil produksi pengolahan pertanian
Terdapat terminal sebagai sarana distribusi
Terdapat terminal katelan tipe c di Desa Katelan
Tersedianya jalur distribusi dari pusat produksi menuju industri pengolahan dan dari industri pengolahan menuju gudang pemasaran Tersedianya industri pengolahan barang menjadi produk jadi atau setengah jadi
Saat ini belum tersedia jalur distribusi dari pusat produksi menuju daerah pengolahan dan pemasaran Sudah terdapat bibit industri pengolahan namun belum optimal di kawasan perkotaan
Optimalisasi jaringan prasarana di kawasan perkotaan Kelengkapan fasilitas/sarana di kawasan perkotaan
Jaringan prasarana di kawasan perkotaan belum optimal seperti halnya prasarana drainase, sanitasi, persampahan, dan air bersih Kawasan perkotaan sudah memiliki sarana/fasilitas tingkat kawasan yang lengkap namun ketersediaanya belum dapat menjangkau seluruh masyarakat
Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis (Pusat Litbang Ketransmigrasian, 2013) Terminal koleksi untuk kegiatan distribusi hasil pertanian (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)
Menyediakan prasarana dan sarana kegiatan usaha (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)
Menjamin ketersediaan prasarana dan sarana kebutuhan dasar lingkungan permukiman (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)
73
SKEMA FUNGSI KOTA TERPADU MANDIRI PERKOTAAN TANGGENAR
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 3. 2 Skema Fungsi Kota Terpadu Mandiri Perkotaan Tanggenar Pada konsep terpadu mandiri terdapat dua fungsi
yaitu
agropolitan
sebagai dan
pendukung
sebagai
pusat
permukiman. Pada poin bagian A dapat menjelaskan tentang konsep terpadu sebagai
pendukung
Keterpaduan pendukung
agropolitan.
dalam
fungsi
agropolitan
di
sebagai tunjukkan
melalui adanya Terminal Katelan (A1), Pasar Induk Tangen (A2), dan Pergudangan (A3,
A4,
A5)
yang
terletak
saling
berdekatan. Dimana, hasil produksi jagung dan tebu di Wilayah Tanggenar akan didistribusikan menuju pergudangan di
pemasaran yaitu Pasar Induk Tangen serta pemasaran menuju pasar global keluar wilayah Tanggenar melalui Terminal Tangen. Poin
B
dapat
menjelaskan
bahwa
terdapatnya konsep mandiri pada kawasan perkotaan
sebagai
pendukung
agropolitan.
Konsep kemandirian yang ditunjukkan sebagai pendukung agropolitan yaitu berupa adanya sarana produksi pertanian (B1) dan sentra pembibitan (B2) di kawasan perkotaan. Dalam hal kemandirian ini dapat mendukung produksi komoditas unggulan di wilayah Tanggenar dan mendorong pengembangan sektor perdagangan dan jasa di wilayah perkotaan Tanggenar.
perkotaan untuk dapat diolah di pabrik pakan ternak (E3) dan pabrik gula pasir (A6). Kemudian, hasil pengolahan akan dikumpulkan djijikembali di pergudangan terdekat
untuk
menuju kawasan
dapat
didistribusikan
74
Pada poin C dapat menunjukkan konsep terpadu
dan pabrik pakan ternak yang sebagian
pada pusat permukiman yaitu meliputi permukiman
berada di wilayah perkotaan yaitu Desa
yang telah dilengkapi oleh fasilitas kesehatan (C1),
Srawung dan Desa Dukuh, namun terdapat
pendidikan (C2), pemerintahan (C3), dan rekreasi
juga di luar perkotaan yaitu Desa Japoh
(C4) terdekat. Adapun poin D yang menunjukkan
(E3).
konsep mandiri pada pusat permukiman terletak
Kemudian, pada poin F yaitu
pada adanya hubungan antara berdirinya pusat-
menunjukkan hubungan kawasan Kota
pusat pelayanan tingkat kecamatan keatas dengan
Terpadu Mandiri Perkotaan Tanggenar
pusat permukiman. Pusat pelayanan tersebut terdiri
dengan pasar global. Adanya hubungan
dari adanya kantor pemerintahan kecamatan (D1),
tersebut
bank/ lembaga keuangan (D2), rumah sakit tipe d
produksi pengolahan yang menuju pasar-
(D3), balai latihan kerja (D4), dan fasilitas
pasar
pendidikan SMP dan SMA (D5). Dimana fasilitas
berdasarkan komoditasnya. Dimana hasil
tersebut memiliki pelayanan yang meliputi lingkup
produksi tebu akan dipasarkan menuju
kecamatan dan sekitarnya. Sehingga dengan
pasar tebu (F1) yaitu Kabupaten Sragen,
adanya fasilitas tersebut, wilayah perkotaan
Kabupaten Ngawi, Kabupaten Blora, Kota
Tanggenar dapat memenuhi kebutuhan dasar
Madiun, Kabupaten Karanganyar, dan
dengan mudah dan dekat tanpa harus keluar
Yogyakarta. Pada komoditi jagung, hasil
wilayah perkotaan.
produksi pengolahan akan dipasarkan
Pada
poin
E
menujukkan
kawsan
berbentuk
di
luar
pemasaran
Wilayah
hasil
Tanggenar
menuju pasar jagung (F2) di Kabupaten
agropolitas Wilayah Tanggenar. Hal ini menjelaskan
Grobogan,
bahwa terdapatnya hubungan dengan kawasan
Salatiga, dan Kabupaten Pati. Adapun
produksi. Dimana pada wilayah Tanggenar terdapat
produksi hasil pengoloahan juga akan
Produksi penghasil jagung (E1), produksi penghasil
dipasarkan menuju pasar terdekat yaitu
tebu (E2), UMKM Gula Semut (E4),
pasar Sragen di Sragen (F3).
75
Kabupaten
Ngawi,
Kota
76
RENCANA
PENGEMBANGAN WILAYAH TANGGENAR SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH Analasis Pengambangan AktiямБtas Analisis Pengembangan Keruangan Analisis Pergerakan Penerapan rencana Pengembangan
RENCANA SISTEM PUSAT-SUB PUSAT PERMUKIMAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM
SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH AKTIVITAS PENGEMBANGAN WILAYAH TANGGENAR 1. Peningkatan Produksi Komoditas
Tabel IV. 3 Target Produksi Tebu Kec. Tangen Tahun 2040
Wilayah Tanggenar memiliki komoditas unggulan berupa tebu dan jagung. Komoditas unggulan
Desa
tersebut dapat menurun ataupun meningkat. Dalam merencanakan pengembangan wilayah Tanggenar diperlukan proyeksi jumlah produksi komoditas unggulan. Proyeksi tersebut akan menjadi dasar dalam pengembangan kawasan industri pengolahan di wilayah Tanggenar. A. Komoditas Tebu
terbesar di Kabupaten Sragen. Wilayah Tanggenar didominasi oleh perkebunan tebu. Berikut adalah penjabaran proyeksi target produksi komoditas tebu hingga tahun 2040.
2012-2017 (ton)
(Ton)
9.503 26.695 17.182 17.841 28.430
12842 36018 23228 24110 38427
37.088 20.721
50070 27923
Japoh Ngepringan Mlale Dawung Kandang Sapi Jenar Banyuurip
Jumlah komoditas tebu diskenariokan akan meningkat pada tahun 2040. Target peningkatan produksi dilakukan bedasarkan best practice dari Provinsi Lampung yang memiliki produktivitas tebu
Target produksi tebu terbesar di Kecamatan Gesi
Target Produksi
berada di Desa Slendro yaitu sebesar 24.161 ton.
Tahun 2012-2017 (ton)
2040 (Ton)
Selain itu, pada Kecamatan Tangen target produksi
5.569 6.339 9.023 8.454 5.228 13.826 10.690
9777 11093 15828 14809 9148 24161 18681
Rata-Rata Produksi
Target Produksi
Tahun 2012-2017 (ton)
2040 (Ton)
395,80 224,39 511,54 362,43 145,76 207,72 170,79
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
terbesar terdapat di desa Jekawal sebesar 46.118 ton dan pada Kecamatan Jenar target produksi terbesar berada di Desa Jenar dengan 50.070 ton. B. Populasi Unggas Wilayah Tanggenar memiliki populasi unggas
Tabel IV. 2 Target Produksi Tebu Kec.Tangen Tahun 2040
Katelan Dukuh Jekawal Galeh Ngrombo Sigit Denanyar
Produksi 2040
Rata-Rata Produksi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Desa
Produksi Tahun
mencapai 80-100 ton/ha.
Tabel IV. 1 Target Produksi Tebu Kec. Gesi Tahun 2040
Pilangsari Tanggan Srawung Gesi Blangu Slendro Poleng
Target
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Wilayah Tanggenar merupakan penghasil tebu
Desa
Rata-Rata
35622 20056 46118 32568 12900 18430 15103
yang cukup besar. Pakan ternak di wilayah Tanggenar masih didatangkan dari luar wilayah Tanggenar. Hal ini menjadi potensi yang besar mengingat produksi jagung pakan yang tinggi di Tanggenar. Maka dari itu, perlu adanya target peningkatan jumlah populasi unggas untuk menjadi dasar pembuatan pabrik pakan ternak jagung. Berikut adalah penjabaran proyeksi target ternak ayam hingga tahun 2040.
Tabel IV. 1 Target Populasi Unggas Tahun 2040 Kecamatan
Ayam Kampung
Ayam Ras
Itik
Itik Manila
Angsa
2017
2040
2017
2040
2017
2040
2017
2040
2017
2040
Tangen
18.841
29588
44.292
44.940
581
2293
-
-
52
377
Gesi
17.185
32719
112.849
141.499
1.305
5151
929
1160
59
428
Jenar
26.035
37712
58.403
102.541
368
1453
134
518
-
-
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Jumlah target populasi unggas diperkirakan akan meningkat pada tahun 2040. Target peningkatan dilakukan bedasarkan asumsi perhitungan. Target peningkatan populasi unggas tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah pabrik olahan komoditas jagung yaitu olahan pakan ternak. Peternakan unggas yang di budidayakan di wilayah Tanggenar terdiri dari 5 populasi yaitu ayam kampung, ayam ras, itik, tik manila, dan angsa. Menurut data BPS Kabupaten Sragen, Kecamatan dengan populasi unggas terbesar di wilayah Tanggenar tahun 2017 berada di Kecamatan Gesi, yang mencapai 281.033 ekor. Setelah mengolah data jumlah hasil ternak dari 2012-2017, maka didapatkan target peningkatan jumlah populasi unggas tahun 2040. Jumlah target ayam terbesar di Kecamatan Gesi sejumlah 180.957 ekor. Menurut asumsi jumlah target populasi unggas di wilayah Tanggenar didapatkan total populasi unggas sebesar 400.379 ekor, sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan jumlah populasi unggas dari tahun 2017 sampai 2040 sebesar 119.346 ekor. C.
Komoditas Jagung
80000
Komoditas jagung merupakan komoditas unggulan di wilayah Tanggenar. Hal tersebut dikarenakan komoditas Jagung di Tanggenar merupakan penghasil jagung yang terbesar
60000 40000 20000 0
kedua se-Kabupaten Sragen setelah wilayah
2012
Sumberlawang. Jenis jagung yang ditanam di
Tanggenar
2013
2014
2015
Tangen
2016
2017
Gesi
Jenar
wilayah Tanggenar berupa jagung pakan ternak. Produksi Jagung pada wilayah Tanggenar tahun 2012-2017 bersifat fluktuatif (Gambar 4.1). Produksi pada tahun 2013-2014
Namun pada akhirnya secara keseluruhan produksi jagung meningkat lagi sampai tahun mencapai
72.482
ton.
Gambar 4. 1 Produksi Jagung Tanggenar (2012-2017)
mengalami
penurunan dari 28.861 ton hingga 25.680 ton.
2017
Sumber: Kecamatan Gesi, Tangen, Jenar Dalam Angka Tahun 2013-2018
Peningkatan
600,00 400,00 200,00 0,00 2012
2013
2014
2015
2016
2017
tersebut dipengaruhi oleh produktivitas lahan jagung dan cuaca di wilayah Tanggenar. Wilayah
Tanggenar
memiliki
Tanggenar
Tangen
Gesi
Jenar
target
peningkatan produksi jagung pada tahun 2039 (Gambar 4.2). Target tersebut didasari agar
Sumber: Kecamatan Gesi, Tangen, Jenar Dalam Angka Tahun 2013-2018
Gambar 4. 2 Produktivitas Jagung Tanggenar (2012-2017)
78
peternakan di Tanggenar mampu memenuhi
Karakteristik wilayah Kabupaten Lamongan dengan wilayah
kebutuhan pakan ternaknya sendiri dan
Tanggenar dirasa tidak terlalu berbeda. Oleh karena itu,
mampu menciptakan peluang usaha kecil
harapannya wilayah tanggenar dapat menerapkan apa yang
menengah melalui produksi jagung. Pada
dilakukan oleh Kabupaten Lamongan sehingga mampu
Tahun
produktivitas
meningkatkan produksi jagung. Perhitungan peningkatan
jagung Tanggenar mencapai 12 ton per Ha
produksi jagung pada 2040 diharap dapat mampu memenuhi
dari kondisi eksisting 6 ton per Ha
target peningkatan produksi yang telah ditetapkan per ha.
2040
ditargetkan
Justifikasi kondisi eksiting didapatkan
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan hasil yang
bedasarkan rata-rata produksi per hektar di
mencapai target yang telah di tetapkan per ha. Hasil Produksi
wilayah Tanggenar. Selanjutnya, target
Wilayah
peningkatan di ambil dari best practice
peningkatan dari 320.200 ton pada tahun 2012-2017 menjadi
Kabupaten Lamongan. Perubahan yang
496.911 ton di tahun 2039. Hasil produksi yang terbesar di
dilakukan adalah dengan pola pertanian
wilayah tanggenar didapatkan dari hasil perhitungan yaitu
modern dengan menggunakan bibit unggul,
terdapat pada Desa Jekawal Kecamatan Tangen sebesar
penggunaan pupuk kandang sesuai anjuran,
46.118 ton dan Desa Jenar Kecamatan Jenar sebesar 50.070
dan penanaman benih dengan jarah yang
serta Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar sebesar 38.427 ton.
secara spesifik diatur. Kabupaten Lamongan
Ketiga desa tersebut merupakan desa dengan hasil produksi
sebelum
pertanian
tertinggi dibanding desa-desa lain yang berada di wilayah
modern, memiliki hasil jagung 6-7 ton per Ha,
Tanggenar karena juga ditunjang oleh lahan produksi yang
namun dengan menerapkan pola pertanian
lebih besar.
menerapkan
pola
tersebut, ternyata mampu meningkatan hasil panen hingga mencapai 12 ton per Ha.
Tanggenar
secara
keseluruhan
mengalami
Berdasarkan perhitungan juga didapatkan, peningkatan produktivitas tertinggi hingga tahun 2040 terdapat di
Penerapan best practice pada wilayah
Kecamatan Tangen yaitu di Desa Jekawal, Katelan dan Galeh.
Tanggenar sendiri ditentukan oleh sesuai
Peningkatan produktivitas tersebut dipengaruhi oleh beberapa
atau
faktor penunjang selain kondisi tanah yaitu curah hujan dan
tidaknya
karakteristik
wilayah
Tanggenar dengan Kabupaten Lamongan.
Desa
Pilangsari
persediaan airnya.
Tabel IV. 2 Target Peningkatan Produktivitas dan Produksi Jagung Tanggenar Rata-Rata 2012 - 2017 2040 Luas Produksi Produktivitas Target Target Lahan (ton) (ton/Ha) Kenaikan Kenaikan (Ha) Produktivitas Produksi (Ton/Ha) (Ton) 35.00 243 6.9 5 177
Tanggan
37.17
252
6.8
5
Srawung Gesi
22.17
141
6.4
32.33
214
6.6
Blangu
53.17
369
Slendro
67.33
415
Poleng
63.83
393
Total
311.00
2,025
Total Target Produksi (Ton) 421
188
440
6
112
253
5
164
377
6.9
5
270
638
6.1
6
341
756
6.1
6
324
716
1,577
3,602
Rata-Rata 2012 - 2017
2040 Target Kenaikan Produksi (Ton) 1,584
Total Target Produksi (Ton)
Luas Lahan (Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/Ha)
Katelan
289.00
1,956
6.5
Target Kenaikan Produktivitas (Ton/Ha) 5
Dukuh
318.83
1,977
6
6
1,748
3,725
Jekawal
460.00
2,523
5
7
2,521
5,044
Galeh
433.17
2,197
5
7
2,374
4,572
Ngrombo
539.00
2,736
5
7
2,954
5,690
Desa
3,541
Sigit
536.17
2,709
5
7
2,939
5,648
Denanyar
529.00
2,494
5
7
2,900
5,393
Total
3,105.17
16,592
17,020
33,612
Japoh
33.17
189
5.8
6
206
395
224.00
1,455
6.4
6
1,394
2,848
11.75
69
6.0
6
73
142
Ngepringan Mlale Dawung
24.92
141
5.7
6
155
296
Kandang Sapi
64.92
414
6.3
6
404
818
Jenar
283.42
1,920
6.7
5
1,763
3,683
6.7
5
2,716
5,679
6,711
13,862
9,322
51,076
Banyuurip
436.58
2,963
Total
1,078.75
7150.78
Jumlah Total 1,498.31 Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
25,767
6.1
2. Rencana Penjualan dan Alur Distribusi Komoditas
peluang
A. Komoditas Tebu
pengolahan tebu menjadi gula pasir dan gula
Wilayah Tanggenar memiliki komoditas unggulan berupa
pasar,
direncanakan
adanya
semut guna menambah nilai ekonomisnya.
tebu. Tebu di wilayah Tanggenar memberikan kontribusi
Gula
sebesar 53,4% terhadap Kabupaten Sragen. Pada tahun 2040
pengolahannya sesuai dengan ketersediaan
diproyeksikan jumlah tebu di wilayah Tanggenar sebesar
sumber daya manusia, modal, dan teknologi
320.220 ton. Dikarenakan jumlah produksi tebu yang besar,
eksisting.
semut
dipilih
karena
proses
selain didistribusikan langsung dalam bentuk tebu mentah
Sedangkan, gula pasir dipilih karena
maka direncanakan akan terdapat industri pengolahan tebu
adanya potensi berupa pabrik gula pasir di
menjadi gula semut.
Desa Gesi. Gula semut dan gula pasir
Secara eksisting, Wilayah Tanggenar yang didominasi
tersebut akan didistribusikan ke wilayah
oleh perkebunan tebu memiliki potensi nilai ekonomis yang
sekitar Sragen. Selain gula semut dan gula
ditinjau dari fisik alam, pasar, dan kebutuhan Wilayah
pasir, tebu juga dapat diolah sebagai tebu
Tanggenar, Sragen, dan wilayah sekitarnya. Ditinjau dari
mentah dengan target pasar berupa pabrik
rantai produksi dan distribusinya, komoditas tebu Tanggenar
pengolahan tebu di luar Wilayah Tanggenar.
memiliki rantai penjualan yang pendek karena langsung dijual
Pada kondisi eksisting, tebu di wilayah
secara mentah. Berdasarkan waktu penyimpanannya, tebu
Tanggenar didistribusikan dalam bentuk
hanya bisa disimpan dengan lama waktu yaitu kurang lebih 2
tebu mentah ke beberapa pabrik gula di
hari agar tidak merusak kualitas rendemen tebu. Oleh karena
dalam dan luar Sragen, yaitu ke Pabrik Gula
itu, untuk memanfaatkan potensi pertanian eksisting dan
Mojo (Sragen), Soehono (Ngawi), Gendhis
80
` Multi Manis (Blora), Rajawali I (Madiun), Tasik Madu (Karanganyar), Djombang Baru (Jombang), dan Madukismo (Yogyakarta). Pada rencana, akan terdapat penambahan disribusi tebu mentah ke Pabrik Gula Merah Indo Gula Pastika di Kecamatan Sumberlawang dan ke Pabrik Gula Gesi di Desa Gesi. Tebu yang akan dijual mentah adalah sebesar 419.959 ton atau sebesar 85% dari keseluruhan produksi tebu. Kontribusi tebu ke masing-masing pabrik gula ditargetkan sebesar 30% (Tabel IV.6) Kab/Kota
Tabel IV. 3 Target Penjualan Tebu Mentah (Eksisting dan Rencana) Tahun 2040 PG Kebutuhan Tebu (ton) Penjualan Tebu Tanggenar (ton) Mojo 350.000 105.000 PGM Indo Gula Pastika PG Gesi
Sragen
Keterangan Eksisting
240.000
48.000
Rencana
70.000
54.600
Rencana
9.400
940
Eksisting
Ngawi
Soedhono
Blora
GMM
420.000
126.000
Eksisting
Madiun
Rajawali I
760.000
38.000
Eksisting
Karanganyar
Tasik Madu
335.000
16.750
Eksisting
Jombang
Djombang Baru Madukismo
109.500
5.475
Eksisting
503.880
25.194
Eksisting
2.487.780
419.959
Yogyakarta
Jumlah Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2018
Tebu yang akan diolah yaitu sebesar 15% (76.952 ton) dari keseluruhan produksi tebu. Gula semut yang dihasilkan merupakan 10% dari tebu yang diolah, sehingga ditargetkan gula semut yang dihasilkan dalam satu tahun produksi yaitu sebesar 7.695 ton. Pada kondisi eksisting terdapat tebu yang diolah menjadi gula semut dengan hasil produksi sebesar 18 ton dalam satu tahun. Gula semut tersebut didistribusikan ke Pabrik Kecap Lele di Kabupaten Pati. Sehingga, untuk memenuhi target pemasaran gula semut, direncakan adanya perluasan pasar dari gula semut ke beberapa pabrik kecap, di antaranya Pabrik Kecap Cap Udang dan Kuda Terbang (Grobogan), Kuda Kaloka (Salatiga), dan Kecap Bawang (Ngawi) (Tabel IV. 7)
Kab/Kota
Grobogan
Tabel IV. 4 Target Penjualan Gula Merah Tahun 2040 Nama Pabrik Kebutuhan Gula Semut per Kontribusi Tahun (ton) Cap Udang 576 30% Kuda Terbang
Target Penjualan (ton) 172,8
90
30%
27
24.000
30%
7.440
Pati
Kecap Lele
Salatiga
Kuda Kaloka
113
30%
33,8
Ngawi
Kecap Bawang
72
30%
21,6
30%
7.695
Jumlah Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Industri pengolahan tebu memiliki kapasitas produksi 20
Industri pengolahan pakan ternak ini juga
ton/hari dengan hari kerja 240 hari dalam setahun. Sehingga
direncanakan berdasarkan adanya potensi
dapat diketahui bahwa kapasitas produksi dalam satu tahun
peternakan ayam di wilayah Tanggenar yang
yaitu 4.800 ton. Dari perhitungan kapasitas produksi per tahun
cukup
maka dapat diperoleh jumlah industri pengolahan yang
kebutuhan
dibutuhkan yaitu sebanyak 16. Setiap industri pengolahan tebu
perencanaan, produk pakan ternak juga akan
ditargetkan mampu menghasilkan 480 ton gula merah dalam
dipasarkan di kawasan perkotaan serta
satu tahun, dengan 12-20 tenaga kerja.
didistribusikan ke peternakan ayam di luar
B. Komoditas Jagung
Wilayah Tanggenar. Wilayah Tanggenar
besar.
Selain
pakan
untuk
ternak
memenuhi di
wilayah
Wilayah Tanggenar memiliki komoditas unggulan berupa
memiliki jumlah ternak yang cukup banyak,
tebu dan jagung. Jagung di wilayah Tanggenar memberikan
dimana terdapat ayam ras, ayam kampung,
kontribusi sebesar 27.8% terhadap Kabupaten Sragen. Pada
itik, itik manila dan angsa yang tersebar di
tahun 2040 diproyeksikan jumlah produksi jagung yang ada di
tiap kecamatan. Berikut merupakan jumlah
wilayah Tanggenar sebesar 51.075,9 ton. Dengan jumlah
ternak dan kebutuhan pakan ternak di
produksi jagung yang besar tersebut maka direncanakan akan
wilayah
terdapat pengolahan komoditas jagung menjadi pakan ternak.
hingga tahun 2040.
Tanggenar
yang
diproyeksikan
Tabel IV. 8 Proyeksi Jumlah Unggas di Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Jenis Unggas
Tangen
Gesi
Jenar
Jumlah
888
982
1.131
3.001
Ayam Ras
615
1.936
1.403
3.953
Itik
124
278
78
480
Ayam Kampung
Itik Manila
-
63
9
72
Angka
38
43
-
81
Total
1.665
3.302
2.621
7.587
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perencanaan B1, 2018
Tabel IV.8 menunjukkan bahwa wilayah Tanggenar membutuhkan pakan ternak sebesar 7.587,1 ton. Dimana kebutuhan pakan ternak tersebut mampu dicukupi oleh pakan ternak jagung yang ada di wilayah Tanggenar. Kebutuhan pakan ternak tersebut hanya mencapai 42.4% dari total hasil pengolahan pakan ternak jagung di wilayah Tanggenar. Sisanya yaitu sekitar 57.6% akan didistribusikan ke Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoaharjo. Kedua kota dan kabupaten tersebut memiliki produksi jagung yang sedikit sehingga kekurangan untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak yang ada. Maka itu, untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak di wilayah tersebut, maka hasil pengolahan pakan ternak yang ada di wilayah Tanggenar akan didistribusikan ke kedua kabupaten/kota tersebut. Tabel IV.9 Target Penjualan Pakan Ternak ke Luar Tanggenar Tahun 2040 Kota/Kabupaten
Kekurangan Pakan Ternak
Target Penjualan Tanggenar
4.818
4.818
Kabupaten Sukoharjo
108.548
5.571,5
Jumlah
113.366
10.289,5
Kota Surakarta
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
82
totalproduksi produksipakan pakanternak ternakdi wilayah Tanggenar adalah 17.877 ton. Dengan jumlah produksi tersebut, Jumlah total di wilayah 17.877 ton. skala menengah. Tiap pabrik skala menegah tersebut direncanakan akan maka akanTanggenar dibutuhkanadalah 3 pabrik dengan Dengan kapasitas jumlah produksi produksisebesar tersebut, memiliki 5.760 ton per tahun. Pabrik pakan ternak skala menengah ini dirasakan cukup maka memiliki akan dibutuhkan 3 pabrikyang dengan lebih nilai ekonomi tinggi jika dibandingkan dengan pembangunan UMKM. Hal ini karena skala menengah. Tiap pabrik tersebut skala pembangunan pabrik menengah mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan juga dapat menegah tersebut direncanakan akandibandingkan dengan hanya pembangunan pakan ternak skala UMKM. melakukan pemasaran yang lebih luas memiliki kapasitas produksi 3. Penyerapan Tenaga Kerja sebesar 5.760 ton per tahun. Pabrik pakan A. Eksisting ternak skala menengah ini dirasakan Berikut merupakan jumlah tenaga kerja di Kecamatan Gesi, Kecamatan Tangen dan Kecamatan Jenar. cukup lebih memiliki nilai ekonomi
Tabel IV. 10 Tenaga Kerja Kecamatan Taggenar Dirinci Per Sektor dari Tahun 2012-2016 2012 2013 2014 2015 1 Pertanian, perkebunan, 28782 28810 28470 28467 pembangunan UMKM. Hal ini karena peternakan, perikanan 2 Pertambangan 481 526 794 818 pembangunan pabrik menengah 3 Industri Pengolahan 960 1053 986 1036 tersebut 4 mampuListrik, menyerap Gas, dantenaga Air Minum 22 22 20 33 5 Konstruksi 689 761 703 738 kerja yang lebih banyak dan juga dapat 6 Perdagangan dan Akomodasi 3177 3307 3181 3313 7 Angkutan dan Komunikasi 631 543 531 556 melakukan pemasaran yang lebih luas 8 Keuangan dan Real Estate 92 119 114 116 dibandingkan dengan hanya 9 Jasa Sosial dan Lainnya 3922 7536 7607 7531 TOTAL 38756 42677 42406 42608
yang tinggi dengan No jika dibandingkanSektor
pembangunan pakan ternak skala
2016 28533 836 1048 34 750 3334 561 116 7552 42764
Sumber : BPS Kabupaten Sragen , 2013 dan 2017
UMKM. 4. Penyerapan Tenaga Kerja B. Eksisting
0,27% 1,35%
Berdasarkan Tabel IV.10 dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di Kecamatan Jenar cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Sektor
Pertanian
perkebunan
1,74%
16,32%
7,80%
0,06% 2,43%
68,38%
1,65%
peternakan perikanan merupakan tenaga kerja tertinggi dibanding sektor-sektor lainnya. Hal tersebut ditunjang dengan adanya potensi
Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan Pertambangan
lahan yang mendukung tenaga
Industri Pengolahan
kerja bekerja pada sektor pertanian
Listrik, Gas, dan Air Minum
perkebunan
Konstruksi
peternakan
dan
perikanan. Sedangkan sektor listrik,
Perdagangan dan Akomodasi
gas dan air minum merupakan
Angkutan dan Komunikasi
tenaga kerja terendah.
Keuangan dan Real Estate
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Jasa Sosial dan Lainnya
Gambar 4. 3 Diagram Tenaga Kerja Wilayah Tanggenar
Berdasarkan diagram piechat dapat diketahui
Kondisi eksisting Tenaga Kerja Sektor Industri
bahwa tenaga kerjanyang mendominasi adalah
hanya terdapat 1017 tenaga kerja. Pada 2040,
sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan
Tanggenar merencanakan 3 pabrik skala menengah
perikanan sejumlah 68,38%. Pada pengembangannya
dan 16 UMKM. Berikut merupakan hasil perhitungan
wilayah
untuk
tenaga kerja setelah di moderate guna menghitung
kerja dari sektor industri
penyerapan tenaga kerja pada sektor industri
tanggenar
mempunyai
menyerap tenaga
potensi
pengolahan.
pengolahan Tabel IV. 11 Persentase Tenaga Kerja di Wilayah Tanggenar
No
Sektor
Moderate
1
Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan
2
Persentase (%)
28612
68,3
Pertambangan
691
1,6
3
Industri Pengolahan
1017
2,4
4
Listrik, Gas, dan Air Minum
26
0,06
5
Konstruksi
728
1,74
6
Perdagangan dan Akomodasi
3262
7,8
7
Angkutan dan Komunikasi
564
1,3
8
Keuangan dan Real Estate
9
Jasa Sosial dan Lainnya TOTAL
111
0,27
6830
16,3
41842
100
Sumber : Kecamatan Tangen Gesi Jenar Dalam Angka Tahun 2013-2017
C. Perhitungan Penyerapan Tenaga Kerja
 Pabrik Pakan Ternak Skala Menengah
Berdasarkan perhitungan lokasi industri, wilayah
Berdasarkan Badan Pusat Statistik / BPS
tanggenar akan mempunyai penyerapan tenaga
Jumlah Tenaga Kerja sesuai Klasifikasi Industrisebagai
kerja dari sektor industri pengolahan, berikut
berikut ini:
perhitungannya
1.
 UMKM Gula Semut Tenaga Kerja yang dibutuhkan menggunakan
100 orang. 2.
asumsi 16 tenaga kerja/ UMKM. Jumlah UMKM = target penjualan gula semut :
= 16 Jumlah Tenaga Kerja yang dibutuhkan
Industri sedang dengan jumlah tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang
3.
produksi gula semut = 7.695 : 480
Industri besar dengan jumlah tenaga kerja lebih dari
Industri kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang
4.
Industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang Tenaga Kerja yang dibutuhkan di Tanggenar
= 16 x 16
tergolong klasifikasi industri sedang, sehingga tenaga
= 256 tenaga kerja
kerja diasumsikan sejumlah 60 tenaga kerja per pabrik.
84
Tenaga Kerja yang dibutuhkan di Tanggenar C. Skenario Pengembangan tergolong klasifikasi industri sedang, sehingga tenaga kerja diasumsikan sejumlah 60 tenaga kerja per pabrik. Jumlah Pabrik = target penjualan pakan ternak produksi pakan ternak = 17877 : 4800 =3 Jumlah Tenaga Kerja yang dibutuhkan = 3 x 60 = 180 Tenaga Kerja Berdasarkan perhitungan penyerapan tenaga kerja dari sektor industri pengolahan, maka didapatkan tambahan pemyerapan 436 tenaga kerja Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perencanaan B1, 2018
di sektor industri pengolahan sehingga jumlah
Gambar 4. 4 Skenario Pengembangan Tenaga Kerja
totalnya menjadi 1453 teanaga kerja di sektor industri pengolahan.
AKTIVITAS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR 1. Pengembangan Infrastruktur
tersebut diperkirakan akan menjadi ruas jalan yang
A. Jalan
padat sehingga pergerakan yang terjadi akan
Jaringan jalan merupakan infarstruktur yang
meningkat sehingga dilakukan pelebaran jalan untuk
sangat penting dalam menunjang pedinstribusian hasil
komoditas.
Dalam
meningkatkan
memperlancar arus transportasi. 
Perbaikan kondisi jalan lokal pada Tanggenar tersebar
produktivitas dan kemudahan distribusi maka
di Desa Ngepringan, sepanjang jalan kolektor, dan
perlu adanya rencana pengembangan jalan
beberapa ruas jalan di Desa Sigit, Dukuh, dan Poleng.
(Gambar 4.5).
Perbaika kondisi jalan tersebut dilakukan agar
Pada rencana jaringan jalan membahas
terciptanya kemudahan bagi masyarakat dalam
rencana perbaikan jalan lokal yang dalam kondisi buruk pelebaran jalan dan pembangunan jalan
mengakse kebutuhan jalan. 
Pembangunan jalan usaha tani, yaitu jalan yang akan
usaha tani. Perbaikan jalan berlubang pelebaran
menghubungkan
jalan dan pembanguunn jalan usaha tani
komoditas ke pasar dan perkotaan Tanggenar.
dilakukan
Dimana
dalam
memenuhi
pelayanan
dari
lahan
perkotaan
pertanian
Tanggenar
penghasil
ini
akan
mayarakat dalam aktivitasnya meliputi :
didistribuskan ke luar Kabupate Sragen. Tujuannya
 Pelebaran
Gesi-Sukodono,
untuk mempermudah masuknya alat teknologi
pelebaran jalan ini dilakukan mengacu pada
modern dalam peningkatan produksi pertanian. Jalan
kebutuhan
ini direncanakan akan memiliki lebar jalan adalah 4
pelayanan
ruas
jalan
pembangunan distribusi
yaitu
pertanian
sarana dan
direncanakan tersebu tdiperkirakan akan menjadi ruas jalan yang padat sehingga pergerakan yang
meter
Selain ketiga rencana pengembangan jaringan jalan di atas, juga dibutuhkan pembangunan Jalan Lingkar Utara Sragen. Aksesibilitas yang masih cukup rendah menuju wilayah Tanggenar merupakan dasar pertimbangan dikembangkannya Jalan Lingkar Utara Sragen. Jalan tersebut akan menghubungkan Tanggenar dengan wilayah di sebelah Barat, yaitu Wilayah Sutasumon yang terdiri dari Kecamatan Sumberlawang, Tanon, Sukodono, dan Kecamatan Mondokan, kemudian wilayah di sebelah Selatan yaitu Kecamatan Sambungmacan dan Kecamatan Ngrampal. Di wilayah Tanggenar, Jalan Lingkar Utara melintas dari Jalan Raya Gesi, Jalan GesiTangen, dan Jalan Tangen-Jenar. Dalam pengembangannya, akan dilakukan pelebaran jalan selebar 8 meter pada Jalan Lingkar Utara Sragen, baik di wilayah Tanggenar maupun Sutasumon.
Gambar 4. 5 Peta Rencana Jaringan Jalan
Gambar 4. 6 Peta Rencana Pengembangan Jalan Lingkar Utara Sragen
86
Adanya keterkaitan antarkawasan agropolitan antara
Sutasumon, perkotaan Sragen, Kecamatan
Tanggenar dan Sutasumon berupa keterkaitan distribusi
Sumberlawang (khususnya Desa Bumiaji),
input produksi komoditas tebu (Âą84.000 ton/tahun), menjadi
Kabupaten
dasar untuk dilakukannya peningkatan akses menuju dan
Nganjuk.
dari wilayah Tanggenar. Hal tersebut dilakukan untuk
b. Air Bersih
mempermudah proses distribusi komoditas tersebut di
Grobogan,
Penggunaan
air
serta
bersih
Kabupaten
di
wilayah
mana komoditas tebu memerlukan waktu yang cepat untuk
Tanggenar digunakan pada beberapa aktivitas
didistribusikan karena memiliki masa simpan yang singkat.
antara lain: domestic seperti rumah tangga
Selain komoditas tebu, diperkirakan akan ada penambahan
dan non domestrik seperti industry, fasilitas
input produksi jagung dari Kabupaten Grobogan yang
umum, dan lainnya. Selain itu, air juga
didistribusikan ke wilayah Tanggenar. Oleh karena itu,
digunakan untuk irigasi terutama untuk
keterkaitan dan hubungan antarkawasan agropolitan
tanaman tebu dan jagung yang merupakan
Tanggenar dengan kawasan agropolitan di sekitarnya yaitu
komoditas utama di wilayah Tanggenar.
Sutasumon dan Grobogan, akan meningkat dengan
Pengembangan wilayah Tanggenar dengan
dikembangkannya Jalan Lingkar Utara Sragen.
konsep agropolitan, akan membutuhkan
Adanya rencana pengembangan pembukaan pintu tol di
jumlah air yang banyak dalam pengembangan
dasar
pertanian, pengolahan, dan juga kebutuhan
dilakukannya peningkatan akses menuju dan dari wilayah
air penduduk. Kebutuhan air di wilayah
Tanggenar ke Kecamatan Sumberlawang. Adanya akses
Tanggenar menjadi permasalahan penting
yang mudah untuk pergerakan manusia maupun barang dari
yang hingga saat ini belum terselesaikan.
Kecamatan
Sumberlawang
juga
merupakan
pintu tol menuju ke Tanggenar akan membuka peluang
Berdasarkan analisis kebasahan pada citra
dalam pengembangan sektor industri di wilayah Tanggenar,
landsat 8, didapatkan bahwa bulan basah
baik industri skala kecil, menengah, maupun skala besar.
terjadi pada bulan april dan bulan kering
Pengembangan Jalan Lingkar Utara Sragen akan
terjadi pada bulan oktober. Kekeringan terjadi
berimplikasi pada struktur ruang wilayah bagian Utara
pada bulan kering dilihat dari menurunnya
Sragen,
Tanon,
kebasahan pada permukaan bumi dari satelit.
Sambungmacan, dan pusat perkotaan Sragen akan menjadi
Kekeringan yang terjadi cukup besar hampir
pusat pendukung wilayah Tanggenar.
mencakup seluruh wilayah perencanaan.
di
mana
perkotaan
Sumberlawang,
Adanya Jalan Lingkar Utara Sragen akan memberi
Kekeringan ini juga didukung dengan curah
peluang perluasan distribusi dan pemasaran baik komoditas
hujan yang sangat ringan. Pada peta titik-titk
pertanian mentah maupun hasil industri pengolahan. Peluang
kebasahan yang tersisa saat kekeringan hanya
perluasan pemasaran tersebut di antaranya yaitu ke wilayah
embung dan sungai bengawan solo.
SKALA 1:50.000 Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Gambar 4.7 Peta Wetness Index Bulan Basah
SKALA 1:50.000 Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Gambar 4.8 Peta Wetness Index Bulan Kering
Pengentasan permasalahan air dalam melakukan perencanaan, maka dibutuhkan prediksi kebutuhan air di wilayah Tanggenar pada tahun 2040.
88
Tabel IV. 12 Jumlah Kebutuhan Air Penduduk Tahun 2040 Tahun
Non Domestik Industri Fasilitas sosum
Jumlah Penduduk (jiwa)
Domestik 80 lt/jiwa
10% domestik
8% domestik
20% domestik
71.916 71.365 69.362 65.468 59.956
5.753.280 5.709.200 5.548.958 5.237.468 4.796.462
575.328 570.920 554.896 523.747 479.646
287.664 285.460 277.448 261.873 239.823
1.150.656 1.141.840 1.109.792 1.047.494 959.292
2000 2010 2020 2030 2040
Kebocoran
Jumlah kebutuhan (lt)
7.766.928 7.707.420 7.491.093 7.070.582 6.475.224
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Jumlah kebutuhan air pada tahun 2040 di wilayah Tanggenar mencapai 6.475.224 liter. Proyeksi selanjutnya adalah kebutuhan untuk produski pertanian. Berikut merupakan proyeksi kebutuhan air petanian: Tabel IV. 13 Jumlah Kebutuhan Air Tebu Tahun 2040
Tabel IV. 14 Jumlah Kebutuhan Air Jagung Tahun 2040
Tahun
Produksi (ton)
Kebutuhan Air (Liter)
Tahun 2017
Produksi 24.552
Kebutuhan Air 28.235
2017
320.200
64.040
2022
37.406
43.017
2022 2027 2032 2037 2040
358.615 397.031 435.447 473.862 496.911
71.723 79.406 87.089 94.772 99.382
2027
41.019
47.172
2032
44.631
51.326
2037
48.224
55.458
2040
50.411
57.973
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Menurut hasil proyeksi kebutuhan air tersebut,
 Kemiringan lereng, dimana dengan kemiringan
dapat diketahui bahwa jumlah kebutuhan air
0-2% memiliki nilai infiltrasi >0,8 sedangkan 8-
penduduk dan pertanian sebesar 6.632.579 Liter.
15% memiliki nilai infiltrasi 0,7-0,8, dan 15-25%
Kebutuhan air setiap tahun di prediksikan akan
memiliki nilai infiltrasi 0,5-0,7.
meningkat.
Maka,
perlu
adanya
program

Variabel lain yang digunakan dalam penentuan
penanganan untuk memcahkan permasalahan air
infiltrasi air tanah adalah curah hujan. Curah
bersih. Penanganan permasalahan air bersih dapat
hujan di wilayah Tanggenar juga sangat rendah
diatasi
dengan nilai 4,0-6,6 mm/hari.
dengan
pembuaan
embung
atau
penampungan air di wilayah dengan infiltrasi tinggi.

Tutupan lahan juga merupakan salah satu aspek
Karakteristik infiltrasi dapat diketahui dengan
fisik alam yang dapat dijadikan acuan dalam
melihat kondisi fisik alam dari wilayah Tanggenar.
penentuan infitrasi air tanah. Hutan memiliki laju
Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam
infiltrasi tinggi, perkebunan dan tegalan memiliki
penentuan ifiltrasi air :
laju infiltrasi sedang, sawah memiliki laju infiltrasi

Jenis tanah di wilayah Tanggenar sebagian besar
rendah, dan permukiman memiliki laju infiltrasi
litosol, namun dibagian selatan memiliki jenis
sangat rendah. Permukiman dan lahan terbangun
tanah litosol dan bagian utara jenis tanah
lainnya memiliki laju infiltrasi yang sangat rendah
regosol.
Tanggenar
karena pada tutupan lahan tersebut tidak ada
cenderung lambat dengan karakteristik tekstur
vegetasi yang mampu untuk menyerap air
tanah lempung pasiran.
dengan cepat.
Infiltrasi
di
wilayah
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Gambar 4. 9 Peta Laju Infiltrasi Wilayah Tanggenar
Berdasarkan Gambar 4.9 diketahui bahwa
non-agrikultur untuk membuat hutan tadah hujan
wilayah Tanggenar pada umumnya memiliki laju
(freshwater flooded-forest). Pada saat musim hujan,
infiltrasi yang sedang. Terdapat daerah dengan laju
air ditampung dibendungan pada hutan tadah hujan.
infiltrasi tinggi yang berada di bagian selatan wilayah
Pengumpulan air hujan juga mengurangi kebutuhan
Tanggenar. Dengan demikian, maka akan diketahui
air tanah. Saat kekeringan, air hujan yang sudah di
lokasi-lokasi yang berpotensi untuk pembangunan
tampung dapat digunakan. Untuk irigasi di tanah
embung ataupun penampungan air lainnya. Dalam
kering
penentuan lokasi embung, daerah laju infiltrasi akan
digunakan
disesuaikan dengan daerah yang memiliki kondisi
menghindari aliran.
seperti
tanggenar,
untuk
perkerasan
menangkap
air
hujan
tanah dan
hidrogeologi air tanah langka. Hal ini bertujuan agar
Pada Gambar 4.11 diketahui bahwa daerah yang
pembangunan embung dapat dilakukan di daerah
direkomendasikan untuk pembangunan rainwater
yang mengalami kekeringan namun memiliki daerah
harvesting ialah di wilayah Kecamatan Jenar. Hal ini
infiltrasi
dikarenakan daerah yang memiliki hutan dan laju
air
yang
tinggi
sehingga
daerah
permasalahan air di wilayah tersebut dapat teratasi. Selain
melakukan
pembangunan
infiltasi yang cukup tinggi sebagian besar berada di
embung
Kecamatan Jenar. Rainwater harvesting ini bertujuan
(Gambar 4.10) , rencana lainnya dalam mengatasi
untuk menampung air yang berasal dari hujan pada
permasalahan air bersih ialah dengan membuat
hutan atau non-agrikultural lalu disalurkan ke tangki
rainwater harvesting. Rainwater harvesting adalah
penampungan air dan pada akhirnya dimuarakan ke
metode yang menggunakan hutan yang ada dan area
permukiman dan juga untuk irigasi pertanian.
non-agrikultur untuk membuat hutan tadah hujan (freshwater flooded-forest). Pada saat musim hujan,
90
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Gambar 4. 10 Peta Rencana Pembangunan Embung di Wilayah Tanggenar
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Gambar 4. 11 Peta Rekomendasi Sawah Tadah Hujan
Pada peta di atas dapat diketahui bahwa daerah yang direkomendasikan untuk pembangunan rainwater harvesting ialah di wilayah Kecamatan Jenar. Hal ini dikarenakan daerah yang memiliki hutan dan laju infiltasi yang cukup tinggi sebagian besar berada di Kecamatan Jenar. Rainwater harvesting ini bertujuan untuk menampung air yang berasal dari hujan pada hutan atau non-agrikultural lalu disalurkan ke tangki penampungan air dan pada akhirnya dimuarakan ke permukiman dan juga untuk irigasi pertanian.
PENGEMBANGAN LOKASI INDUSTRI a. Tebu Pemanfaatan komoditas tebu yang terdapat
Selain itu, terdapat beberapa alasan Pemilihan
pada wilayah perencanaan Tanggenar sebagian
lokasi industri tebu dipilih berdasarkan pertimbangan
besar
bahwa untuk menghemat waktu dan biaya produksi akibat
hanya
Tanggenar
disalurkan
secara
keluar
mentah.
wilayah
Petani
tebu
masa waktu penyimpanan tebu yang hanya +2 hari sejak
menjualnya dalam keadaan tebu utuh/mentah
dipanen maka lokasi industri tidak ditempatkan di
tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.
perkotaan guna meminimalisir waktu dan biaya yang akan
Sementara pelaku usaha untuk gula semut
dikeluarkan, lalu untuk mendukung pertumbuhan wilayah
hanya terdapat 1 yang berada di Desa Katelan
yang merata, maka peletakan pusat industri tidak
sehingga belum dapat dimanfaatkan dengan
diletakkan di perkotaan.
baik untuk kesejahteraan dan pengembangan wilayah Taggenar. Pengembangan dilakukan
dengan
komoditi
tebu
membangun
dapat industri
menengah di wilayah Tanggenar. Industri ini berupa pengolahan dan pembuatan gula semut yang berasal dari hasil panen petani di wilayah Tanggenar. Untuk mewujudkan pengembangan wilayah ini diperlukan penentuan lokasi industri yang berbasis pada komoditi tebu untuk yang layak
untuk
dikembangkan
di
wilayah
Tanggenar.
92
Lahan (Ha)
Tenaga Kerja
63,53 93,33 112,59 117,62 75,56 222,38 171,88 377,80 131,36 566,08 338,27 19,53 60,20 9,95 193,12 495,64 388,46 406,74
124 204 168 170 152 209 190 276 93 189 140 9 21 5 858 2373 1368 1094
Tabel IV. 15 Faktor Penentuan Lokasi Industri Tebu Bahan Baku dan Pasar dan Harga Energi Total ProduktiHarga (Rp/kg) Pendistribusian Produksi vitas (Kw) (Kw/Ha) 58000 - 70000 Melalui tengkulak 3856,54 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 5665,28 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 6834,20 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 7139,51 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 4586,68 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 13498,46 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 10433,16 60,70 20000 - 36000 Melalui tengkulak 23537,14 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 8183,81 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 35266,65 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 21074,07 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 1216,89 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 3750,76 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 620,04 62,30 45000 - 70000 Melalui tengkulak 12031,32 62,30 45000 - 70000 Melalui tengkulak 30878,66 62,30 45000 - 70000 Melalui tengkulak 24201,03 62,30 45000 - 70000 Melalui tengkulak 25339,61 62,30
602,98
1861
45000 - 70000
Melalui tengkulak
37565,78
677,87 157,59
2060 3185
45000 - 70000 45000 - 70000
Melalui tengkulak Melalui tengkulak
42231,02 9818,10
Endowment Desa
Pilangsari Tanggan Srawung Gesi Blangu Slendro Poleng Katelan Dukuh Jekawal Galeh Ngrombo Sigit Denanyar Japoh Ngepringan Mlale Dawung Kandang Sapi Jenar Banyuurip
Transport Jarak (Kondisi)
Angkutan
Kebijakan Pemerintah
27,32 23,18 24,77 19,31 32,11 25,41 10,82 0 1,58 16,89 21,26 10,9 14,31 19,41 1,84 5,04 15,54 18,76
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
RTRW RTRW RTRW RTRW
62,30
24,7
Tidak Ada
RTRW
62,30 62,30
32,2 47,7
Tidak Ada Tidak Ada
RTRW RTRW
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
b.
Jagung
Endowment Desa
Pilangsari Tanggan Srawung Gesi Blangu Slendro Poleng Katelan Dukuh Jekawal Galeh Ngrombo Sigit Denanyar Japoh Ngepringan Mlale Dawung Kandang Sapi Jenar Banyuurip
Lahan (Ha)
Tenaga Kerja
48 53 26 39 84 112 104 415 444 551 551 670 690 690 65 447 24 49 126 544 837
808 970 822 798 1348 650 761 536 556 325 403 533 426 583 142 931 51 84 246 783 2424
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Tabel IV. 16 Faktor Penentuan Lokasi Industri Jagung Bahan Baku dan Pasar dan Harga Transport Energi Total ProduktiHarga Jarak Angkutan Pendistribusian Produksi vitas (Rp/kg) (Kondisi) (Kw) (Kw/Ha) 4000 Melalui tengkulak 355 7,40 27,32 Tidak Ada 376 7,09 23,18 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 173 6,65 24,77 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 268 6,87 19,31 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 615 7,32 32,11 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 735 6,56 25,41 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 681 6,55 10,82 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak Ada Melalui tengkulak 42374 102,11 0 Ada Melalui tengkulak 40307 90,78 1,58 Melalui tengkulak 40824 74,09 16,89 Tidak Ada Melalui tengkulak 33999 61,70 21,26 Tidak Ada Melalui tengkulak 42994 64,17 10,9 Tidak Ada Melalui tengkulak 43391 62,89 14,31 Tidak Ada Melalui tengkulak 39555 57,33 19,41 Tidak Ada 458 7,05 1,84 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 2922 6,54 5,04 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 146 6,08 2,47 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 286 5,84 18,76 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 836 6,63 24,7 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 3871 7,12 32,2 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 5968 7,13 47,7 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak
Kebijakan Pemerintah RTRW RTRW RTRW RTRW RTRW RTRW RTRW
Pemanfaatan
komoditas
jagung
yang
untuk yang layak untuk dikembangkan di wilayah Tanggenar.
terdapat pada wilayah perencanaan Tanggenar
Faktor penentuan lokasi industri menurut Marsudi
sebagian besar hanya untuk pakan ternak. Petani
Djojodipuro tentang Teori Lokasi Penentuan Industri untuk
jagung menjualnya dalam keadaan jagung utuh
pengolahan pakan ternak jagung berdasarkan pada 6 faktor
untuk didistribusikan ke luar wilayah Tanggenar.
yaitu Endowment, Pasar dan Harga, Bahan Baku, Transport
Sementara pelaku usaha untuk komoditi usaha
dan Kebijakan Pemerintah. Pada keenam faktor tersebut
pakan ternak jagung di wilayah Tanggenar belum
diutamakan pada faktor Endowment, Bahan Baku dan
terdapat sama sekali sehingga jagung belum dapat
Transport. Diliat dari ketiga faktor utama tersebut, terdapat
dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan
desa yang lebih menonjol untuk dijadikan sebagai lokasi
dan pengembangan wilayah Taggenar.
industri yaitu terdapat Desa Srawung di Kecamatan Gesi, Desa
Pengembangan komoditi jagung dapat dilakukan dengan membangun industri menengah
Dukuh di Kecamatan Tangen dan Desa Japoh di Kecamatan Jenar.
di wilayah Tanggenar. Industri ini berupa
Selain itu, terdapat beberapa alasan untuk memilih
pengolahan pemipilan dan pembuatan pakan
lokasi industri di ketiga desa tersebut yaitu pemilihan lokasi
ternak yang berasal dari hasil panen petani di
industri jagung dipilih berdasarkan prioritas kedekatan lokasi
wilayah
mewujudkan
dengan pusat perkotaan Tanggenar karena kondisi jagung
pengembangan wilayah ini diperlukan penentuan
tidak terpengaruh oleh masa simpan dalam gudang serta
lokasi industri yang berbasis pada komoditi jagung
dengan mempertimbangkan jarak dan waktu distribusi.
Tanggenar.
Untuk
ANALISIS PENGEMBANGAN PERGERAKAN Tabel IV. 17 Analisis Pengembangan Pergerakan Tipe
Keterkaitan fisik
Elemen- Elemen
Rencana
Jaringan jalan
Perbaikan dan peningkatan kelas jalan ruas Sukodono-Gesi dari jalan lokal menjadi jalan kolektor meningkatkan aksesibilitas dan mendorong pertumbuhan wilayah Tanggenar. Pengoptimalan fungsi Jalan Sragen-Tangen optimalisasi distribusi barang dari dan keluar wilayah Tanggenar.
Sarana transportasi Keterkaitan Ekonomi
Keterkaitan Ekonomi
Keterkaitan berupa mobilitas
Pengoptimalan terminal Tipe C di Desa Katelan sebagai simpul pergerakan serta pusat koleksi dan distribusi komoditas pertanian di wilayah Tanggenar.
Pengoptimalan pasar skala kecamatan (Pasar Tangen, Pasar Gesi) pusat koleksi dan distribusi komoditas pertanian serta pemenuhan kebutuhan masyarakat se-Kecamatan. Fasilitas Pasar Pengoptimalan pasar skala desa di Desa Slendro, Blangu, Ngrombo, dan Banyuurip sub-pusat penyediaan komoditas pertanian dan kebutuhan masyarakat sekitar. Bahan baku dan sarana produksi pertanian diperoleh dari pusat perkotaan Tanggenar di sepanjang Jalan Katelan. Arus bahan baku dan barang antara Industri pengolahan gula semut terletak di Slendro, Jekawal, Jenar. Industri pengolahan pakan ternak terletak di Srawung, Dukuh, Japoh. Hasil produksi industri pengolahan (gula semut, pakan ternak, dan hasil pengolahan Arus hasil produksi UMKM lainnya) didistribusikan ke dalam dan luar Tanggenar (Grobogan, Ngawi, industri pengolahan Surakarta, Blora, Madiun, Jombang, Yogyakarta, Pati, dan Salatiga) melalui Pasar Tangen. Pergerakan penduduk diarahkan menuju pusat perkotaan Tanggenar untuk memenuhi kebutuhan produksi pertanian dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Penduduk Tenaga Kerja industri pengolahan (gula semut dan pakan ternak) merupakan warga sekitar untuk memperkecil modal produksi dan meningkatkan keuntungan hasil produksi, serta memperkecil pengeluaran transportasi. Pergerakan barang berupa komoditas pertanian dan hasil produksi industri pengolahan Barang dikolektifkan melalui pasar selanjutnya didistribusikan ke seluruh Tanggenar dan wilayah lainnya.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perencanaan B1, 2018
94
Letak Tanggenar yang berbatasan dengan kabupaten lain mendorong adanya aktivitas pergerakan dari dan menuju Kabupaten Sragen, baik pergerakan manusia maupun barang (komoditas pertanian). Pergerakan manusia wilayah Tanggenar berupa pergerakan tenaga kerja, sedangkan pergerakan barang berupa pergerakan komoditas pertanian tebu dan jagung, hasil pengolahan gula pasir, gula semut, dan pakan ternak, serta pendapatan (uang). Pergerakan tersebut memiliki keterkaitan antarelemen utama, yaitu kawasan produksi tebu dan jagung; industri pengolahan gula pasir, gula semut, dan pakan ternak; pasar; Terminal Tangen; penduduk; serta wilayah luar Tanggenar. Selain itu, komoditas tersebut juga didistribusikan dalam bentuk tebu mentah. Hasil produksi dan tebu mentah kemudian didistribusikan melalui pasar dan Terminal Tangen sebelum didistribusikan ke luar Tanggenar. Keterkaitan dalam proses produksi dan distribusi tersebut, melibatkan tenaga kerja dan pendapatan dimana penduduk menghasilkan input tenaga kerja bagi produksi tebu dan jagung, industri pengolahan, pasar dan terminal, serta wilayah luar Tanggenar. Di lain sisi, pergerakan barang pendapatan (uang) memiliki hubungan timbal balik dimana input pendapatan (uang) merupakan hasil dari penjualan hasil produksi distribusi dan tenaga kerja. Skema pergerakan manusia dan barang wilayah Tanggenar dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perencanaan B1, 2018 Gambar 4. 12 Skema Pergerakan
PENERAPAN RENCANA PENGEMBANGAN Skema Pegerakan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 4. 13 Skema Agropolitan Tebu Wilayah Tanggenar
Salah satu komoditas unggulan di wilayah
Gula semut diproduksi di 3 desa yang tersebar rata
Tanggenar adalah tebu. Pada skema di atas dapat di setiap kecamatan. UKM gula semut terletak di desa diketahui bakwa tebu diproduksi (lahan tebu) di Slendro, Jekawal dan Jenar. Gula pasir diproduksi di seluruh desa Tanggenar. Tebu Tanggenar dipasarkan desa Gesi yang merupakan kawasan perkotaan. Dari dalam dua bbentuk, yaitu tebu mentah dan produk keempat tempat pengolahan tersebut, produk berupa olahan tebu seperti gula pasir dan gula semut. Tebu gula pasir dan gula semut dikolektifkan di pasar yang dalam bentuk mentah langsung dipasarkan ke kota- terdapat di desa katelan yang merupakan kawasan kota besar dipulau jawa seperti ngawi, karanganyar, perkotaan.
Dari
pasar
tersebut
maka
produk
madiun, blora hingga yogyakarta. Sedangkan tebu pengolahan akan disalurkan ke beberapa daerah baik yang akan diolah lebih lanjut dipasok ke beberapa dalam lingkuo Kota Sragen maupun luar kota yang tempat pengolahan yang terdapat di Tanggenar.
merupakan pasar yang lebih besar.
96
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018
Gambar 4. 14 Skema Agropoliyan Tebu Wilayah Tanggen
Skema agropolitan jagung merupakan skema yang menggambarkan rencana alur produksi dan distribusi komoditas jagung di Wilayah Tanggenar. Alur tersebut meliputi tahap produksi, pengolahan, dan distribusi pemasaran baik dalam Sragen maupun ke luar Sragen. Selain itu, diketahui bahwa alur produksi dan distribusi komoditas jagung juga memiiki keterkaitan dengan wilayah perkotaan Tanggenar dalam distribusinya. Berdasarkan fungsinya, alur produksi distribusi komoditas jagung terdiri jadi wilayah penghasil bahan baku, sentra produksi pengolahan jagung, kota kecil/pusat regional, dan kota besar atau sedang. Penghasil bahan baku merupakan wilayah yang memproduksi atau menghasilkan bahan baku komoditas yaitu komoditas jagung. Wilayah Tanggenar memiliki 21 desa yang seluruhnya menghasilkan bahan baku komoditas jagung. Bahan baku dari tiap desa tersebut kemudian didistribusikan ke wilayah sentra produksi komoditas jagung untuk diolah. Sentra komoditas di Wilayah Tanggenar terdiri dari 3 desa di tiap kecamatan, yaitu Desa Slendro di Kecamatan Gesi, Desa Denanyar di Kecamatan Tangen, dan Desa Banyuurip di Kecamatan Jenar. Sentra produksi merupakan wilayah dengan industri pakan ternak yang berfungsi sebagai pengolahan komoditas jagung menjadi produk lain, yaitu pakan ternak.
Hasil produksi pakan ternak dari tiap industri tersebut kemudian didistribusikan ke kota kecil atau kota regional. Kota kecil atau kota regional berfungsi sebagai pusat kolektif distribusi dan pemasaran hasil pengolahan komoditas. Kota kecil atau kota regional Wilayah Tanggenar merupakan wilayah perkotaan yang terdiri dari Desa Dukuh, Desa Katelan, Desa Srawung, dan Desa Gesi. Wilayah perkotaan atau kota kecil tersebut menerima dan menghimpun seluruh pakan ternak dari ketiga industri pengolahan sebelum dipasarkan kembali. Wilayah perkotaan atau kota kecil memiliki Terminal tipe C Katelan, pertokoan saprotan, dan Pasar Katelan yang mendukung fungsinya sebagai pusat kolektif distribusi dan pemasaran. Pakan ternak yang telah dikolektifkan di Pasar Katelan akan didistribusikan lagi ke Wilayah Tanggenar maupun wilayah yang lebih besar, yaitu kota besar atau sedang. Kota besar atau sedang tersebut merupakan target pasar pakan ternak dari Wilayah Tanggenar. Kota besar tersebut adalah Kabupaten Sragen, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo.
RENCANA SISTEM PUSAT SUB PUSAT PERMUKIMAN Rencana Sistem Pusat Permukiman Wilayah Tanggenar
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Gambar 4. 15 Rencana Sistem Pusat Permukiman di Wilayah Tanggenar
98
99
Rencana sistem pusat permukiman
meningkatkan nilai komoditas tebu di wilayah tersebut
dianalisis berdasarkan pergerakan barang
Selain itu, untuk mendukung adanya industri pengolahan
dan penduduk di wilayah Tanggenar,
gula
kelengkapan fasilitas dan fungsi pelayanan
permukiman dan pelayanan permukiman.
setiap desa di wilayah Tanggenar (melalui alat
analisis
skalogram),
c.
semut,
direncanakan
pengoptimalan
fungsi
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Jekawal dan Jenar
rencana
dikembangkan sebagai kawasan industri pengolahan gula
pengolahan
semut. Desa Jekawal dan Jenar merupakan penghasil tebu
komoditas tebu dan jagung, serta hubungan
yang besar di Tanggenar, sehingga industri pengolahan
desa kota di wilayah Tanggenar. Sehingga,
gula semut dilokasikan mendekati sumber bahan baku
didapatkan
pusat
dengan juga mempertimbangkan waktu dan biaya
permukiman wilayah Tanggenar adalah
transportasi.Hal tersebut disebabkan karena komoditas
sebagai berikut:
tebu memiliki waktu simpan yang singkat. Selain itu,
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Katelan
untuk mendukung adanya industri pengolahan gula
berfungsi sebagai pusat kota dari
semut, direncanakan pengoptimalan fungsi permukiman
wilayah
Tanggenar
dan pelayanan permukiman
eksisting
yaitu
pengembangan
rencana
sistem
dengan
fungsi pusat
d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Dawung dan Japoh
perdagangan dan jasa serta koleksi dan
dikembangkan sebagai industri pengolahan pakan ternak.
distribusi komoditas pertanian dengan
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pengolahan
adanya Pasar dan Terminal Tangen.
pakan
Selain itu, terdapat penambahan fungsi
mempermudah distribusi
sebagai
b.
industri
pusat
sebagai
permukiman
dan
ternak
dilokasikan
mendekati
pasar
untuk
e. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) Srawung
pelayanan pertanian.
akan direncanakan menjadi kawasan pusat permukiman,
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Gesi
penunjang pertanian dengan penyediaan sarana produksi
berfungsi sebagai pusat kota dari
pertanian, pengolahan industri pakan ternak serta
wilayah
Tanggenar
fungsi
pengembangan
eksisting
yaitu
sebagai
pusat
pengembangan
pelayanan,
dan
perkembangan Desa Srawung sebagai kawasan perkotaan
itu,
yang menghubungkan pusat-pusat perkotaan Desa
pengembangan
Katelan dan Gesi. Selain itu, adanya wisata Gunung Banyak
sebagai pusat kegiatan ekonomi lokal
diharapkan mampu mengoptimalkan potensi lokal dan
berupa
mendorong perekonomian Desa Srawung.
permukiman, penunjang terdapat
sebagai
dengan
pertanian. rencana
Selain
pengoptimalan penunjang
Pasar
Gesi
pertanian
dan
f.
wisata
Gunung
diharapkan
Banyak.
mampu
Arahan
mendorong
Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) Dukuh
pengembangan industri pengolahan
karena merupakan pusat pelayanan permukiman berupa
gula pasir Industri pengolahan gula
adanya fasilitas umum dan sosial pada kondisi eksisting.
semut
Desa Dukuh direncanakan sebagai pusat pendidikan dan
diharapkan
………………………
mampu
pelatihan pertanian yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan petani Tanggenar. Selain itu, dikembangkan industri pengolahan pakan ternak untuk meningkatkan nilai komoditas jagung Desa Dukuh.
99
g. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Slendro dikembangkan sebagai kawasan industri pengolahan gula semut.
STRATEGI DAN PROGRAM SASARAN PERTAMA Tabel IV. 18 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 1 Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Sasaran 1 : Terciptanya pembangunan ekonomi yang berdaya saing Permasalahan
Baseline
Target
Strategi
Industri pengolahan belum berbasis sektor unggulan
Terdapat 1 pabrik gula pasir namun belum beroperasi dan 1 UMKM gula semut
Pembenahan pabrik gula pasir dan penambahan 16 UMKM gula semut
Pengembangan dan penambahan kualitas dan kuantitas UMKM gula semut
Pelayanan sarana produksi pertanian belum optimal
Telah tersedianya saprota namun belum berfungsii secara optimal
Kebutuhan pupuk dan bibit petani serta penggunaan alat modern dalam pertanian dapat terpenuhi 100%
Pengoptimalan kelembagaan pertanian gapoktan dalam penyediaan bahan baku
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Tabel IV. 19 Indikator Program untuk Sasaran 1 Wilayah Tanggenar Waktu Pelaksanaan No
Fase 1
Program
2020 2021 2022 PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERDAYA SAING
1 a b c 2 a b
2023
2024
Fase 2 (20252030)
Fase 3 (20312035)
Pengembangan dan peningkatan kualitas dan kuantitas UMKM gula semut Peningkatan mutu SDM pelaku dan penggerak industri gula pasir dan UMKM serta pengadaan modal kerja sama Peningkatan produksi pengolahan tebu melalui UMKM gula semut Penguatan jaringan pasar dan rantai pasokan/supply chain Pengoptimalan kelembagaan pertanian Pelatihan teknis gapoktan dalam pengembangan pertanian Peningkatan peran gapoktan melalui peminjaman Dana Penguatan Modal (DPM)
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
100
SASARAN KEDUA Tabel IV. 20 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 2 Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Sasaran 2 : Terwujudnya kualitas infrastruktur wilayah Tanggenar yang memadai Permasalahan Baseline Target Strategi Produktivitas tebu saat ini adalah 57 Produktivitas tebu mencapai 90 ton/ha ton/ha Pengembangan sarana dan prasarana Produktivitas pertanian rendah produksi pertanian Produktivitas jagung saat ini adalah 6 Produktivitas jagung mencapai 12 ton/ha ton/ha Terdapat beberapa ruas jalan yang Kerusakan jalan lokal sebesar 18% 18% jalan lokal yang rusak diperbaiki rusak Peningkatan aksesibilitas jalan dan tersedianya jalur usaha tani Belum adanya jalan usaha tani Belum terintegrasinya jalur usaha tani Kekeringan saat musim kemarau Peningkatan ketersediaan air bersih Air tanah langka dan mengandung kapur Belum tercukupinya kebutuhan air Terpenuhinya kebutuhan air bersih Pemanfaatan waduk dan embung bersih masyarakat untuk permukiman dan pertanian Peningkatan kualitas air bersih sebagai penyedia air langsung (suplai air ke hilir) belum mampu memenuhi kebutuhan air Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Tabel IV. 21 Indikator Program untuk Sasaran 2 Wilayah Tanggenar
Waktu Pelaksanaan No
Fase 1
Program 2020
1 a b c d 2 a b 101
PENINGKATAN KUALITAS INFRASTRUKTUR Perwujudan sarana dan prasarana penunjang pertanian Pengoptimalan fungsi dan penambahan saprotan Peningkatan kapasitas terminal dan pasar Pengembangan dan pengadaan alat industri gula pasir Peningkatan sarana dan prasarana produksi serta pengolahan Komoditas Tebu Peningkatan aksesibilitas jalan Perbaikan jalan lokal yang rusak di Kecamatan Tangen Pengadaan jalur usaha tani
2021
2022
2023
2024
Fase 2 (20252030)
Fase 3 (20312035)
Fase 4 (20362040)
c 3 a b c 4 a b c d e f g h i
Pengembangan angkutan perdesaan Peningkatan ketersediaan air bersih Penyediaan Sumber Air Baku Pengembangan sistem Pompa PDAM Peningkatan Pelayanan PDAM Peningkatan kualitas air bersih Pengelolaan Wilayah Sungai Pelaksanaan konservasi lingkungan Pengadaan sumur buatan di daerah yang memiliki infiltrasi tinggi dan penyaringan air berkapur Perkerasan tanah Pengintegrasian pipa untuk saluran air Pemanfaatan hutan tadah hujan Peningkatan kualitas Drainase Utama Pengadaan menara air tank di lokasi hutan tadah hujan Pengadaan saluran air untuk permukiman
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
102
SASARAN KETIGA Tabel IV. 22 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 3 Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Sasaran 3 : Terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas (berdaya saing, sejahtera) Permasalahan Baseline Target Strategi Peternakan di Tanggenar membeli pakan Pakan ternak jagung mampu Belum terintegrasinya peternakan dari luar Tanggenar, sedangkan jagung Pengadaan kerjasama antara mendukung peternakan di wilayah dan industri pakan ternak jagung untuk pakan ternak dijual ke luar stakeholder Tanggenar Tanggenar Meningkatnya jumlah keluarga pra Penurunan angka keluarga pra Keluarga pra sejahtera mencapai 49% Penyediaan lapangan kerja sejahtera sejahtera Kurangnya pelatihan keterampilan Produktivitas tebu 57 ton/ha dan jagung Produktivitas tebu mencapai 90 ton/ha Peningkatan keterampilan tenaga tentang pertanian 6 ton/ha dan jagung 12 ton/ha kerja Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Tabel IV. 23 Indikator Program untuk Sasaran 3 Wilayah Tanggenar Waktu Pelaksanaan No
Fase 1
Program 2020
1 a b c d 2 a b 3 a b c d
PENINGKATAN KUALITAS SDM Pengadaan kerjasama antar stakeholder Penjalinan kerja sama permodalan dengan investor Pabrik Pakan Ternak Skala Menengah Pengadaan pabrik pakan ternak dan pengoperasian pabrik Penjalinan Kerjasama dengan Peternakan Surakarta dan Sukoharjo untuk mendistribusikan hasil produksi Pemeliharaan fisik dan evaluasi kinerja produksi distribusi pakan ternak Penyediaan lapangan kerja Penjalinan kerja sama dengan investor UMKM gula semut Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Gula Semut, industri gula pasir dan pakan ternak Peningkatan keterampilan tenaga kerja Penjalinan kerja sama dengan pemerintah untuk membangun balai latihan kerja Pengoptimalan kinerja Pabrik Ternak Skala Menengah Penjalinan Kerja Sama dengan pemerintah untuk melatih tenaga kerja di Tanggenar Pelatihan Tenaga Kerja Secara Rutin 3 bulan sekali guna menunjang industri pengolahan pakan ternak dan gula semut
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
103
2021
2022
2023
2024
Fase 2 (20252030)
Fase 3 (20312035)
Fase 4 (20362040)
104
SKENARIO PERENCANAAN &PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGENAR
GAMBARAN RENCANA PERKOTAAN PROYEKSI PENDUDUK PERKOTAAN ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERKOTAAN SKENARIO PERENCANAAN KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
05
FUNGSI KAWASAN PERKOTAAN TANGGENAR SKEMA FUNGSI PERKOTAAN Secara umum, kota tanggenar akan dikembangkan menjadi Kota Terpadu Mandiri. Yaitu sebuah desa yang akan dikembangkan menjadi kawasan perkotaan dengan kegiatan pertanian sebagai penyokong kegiatan perkotaan.Mulai dari proses inisiasi, panen, hingga pasca panen dan penjualan. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka kawasan perkotaan tanggenar dibagi menjadi 2 fungsi utama, yaitu sebagai pusat permukiman dan pendukung agropolitan. Berikut merupakan bagan fungsi kawasan perkotaan tanggenar :
Sumber : Analaisis Kelompok B1 Gambar 5. 1 Skema Fungsi Perkotaan
RENCANA FUNGSI PERKOTAAN
maka rencana fungsi dan rencana aktivitas
Rencana fungsi perkotaan dibedakan menjadi rencana
desa katelan lebih menekankan sebagai PPK
fungsi perkotaan dan rencana aktivitas kawasan perkotaan.
(Pusat Pelayanan Kecamatan). Hal demikian
Untuk pengaplikasian rencana fungsi dan rencana aktivitas
juga berlaku untuk desa lainnya, seperti desa
akan diterapkan per desa dengan melihat potensi dan masalah
dukuh dan srawung yang lebih ditekankan
yang ada di tiap desa.
untuk dikembangkan sebagai PPL (Pusat
Untuk
masing-masing
desa
memiliki
fungsi
Pelayanan Lingkungan), sehingga rencana
peruntukan tertentu sesuai dengan kondisi fisik dan status /
fungsi
hirarki desa di kawasan perkotaan tanggenar. Seperti desa
perkotaan akan berbeda di tiap desa di
katelan yang akan direncanaan sebagai pusat perkotaan
kawasan perkotaan.
…………….,
105
dan
rencana
aktivitas
kawasan
Tabel V.1 Rencana Fungsi dan Aktivitas Kawasan Perkotaan Tamggemar
U Smber : Analaisis Kelompok B1
PROYEKSI PENDUDUK PERKOTAAN Total jumlah penduduk wilayah perencanaan Tanggenar
 Wilayah perkotaan merupakan simpul kegiatan
yang tinggal di kawasan perkotaan adalah sebanyak 20% dari
ekonomi, distribusi, dan pemasaran dimana
total penduduk wilayah Tanggenar yaitu sebanyak 72.666 jiwa
dalam perencanaannya akan dibangun pabrik
pada tahun 2016. Jumlah penduduk eksisting yang terdapat di
pengolahan industri pertanian berupa pabrik
wilayah perkotaan Tanggenar saat ini pada tahun 2016 adalah
gula pasir dan pabrik pengolahan pakan ternak.
sebesar 14.146 jiwa. Pada tahun 2040, jumlah penduduk di
 Industri pengolahan tersebut tentu akan menarik
wilayah perkotaan Tanggenar diproyeksikan meningkat
jumlah pekerja yang sangat besar dimana setiap
menjadi 16.442 jiwa dengan pertumbuhan penduduk
industri memerlukan 150 pekerja
sebanyak 0,3% per tahun. Proyeksi jumlah penduduk
 Wilayah perkotaan Tanggenar akan difungsikan
perkotaan ini didasarkan pada skenario positif yang akan
juga sebagai pusat-pusat permukiman bagi
dikembangkan kedepannya di wilayah perkotaan yaitu:
wilayah Tanggenar yang dilengkapi dengan
 Pertumbuhan penduduk perkotaan juga didorong oleh
sarana dan prasarana pendukung permukiman
pertumbuhan penduduk Tanggenar yaitu sebesar 0,3% per
sehingga pada tahun 2040 akan meningkatkan
tahun
angka migrasi masuk di kawasan perkotaan
106
Tabel V. 2 Proyeksi jumlah penduduk perkotaan Tahun 2010
15029
Tahun 2015
15256
Tahun 2020
15486
Tahun 2025
15720
Tahun 2030
15957
Tahun 2035
16198
Tahun 2040
16442
17000 16500 16000 15500 15000 14500 14000
Sumber: Analisis Kelompok, 2018 Grafik 5. 2 Proyeksi Penduduk
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN
Sumber : Analisis Kelompok 2018 Gambar 5. 2 Peta Kemampuan Lahan
Peta diatas merupakan hasil dari penggabungan beberapa data yaitu data daya dukung lahan, data hidrogeologi berupa air tanah, data rawan bencana berupa patahan, dan penggunaan lahan di kawasan perkotaan. Data yag digunakan secara keseluruhan berasal dari Bappeda Kabupaten Sragen yang kemudian di overlay. Pertimbangan bobot yang lebih berat pada aspek yang memiliki tingkat pengaruh yang tinggi ke pengaruh yang lebih rendah. Pengaruh yang tinggi dan penting untuk diperhatikan adalah kerawanan bencana patahan sehingga aspek tersebut memiliki bobot yang tinggi. Kemudian adalah daya dukung lahan berupa kawasan budidaya dan kawasan penyangga memiliki bobot tertinggi kedua.
107
Ketiga adalah hidrogeologi yaitu berupa air tanah. Terkhir adalah penggunaan lahan saat ini memiliki bobot paling rendah dikarenakan tingkat kepentingan dan juga pengaruh yang kurang signifikan. Sehingga, berdasarkan peta diatas dapat diketahui bahwa Kawasan Perkotaan Tanggenar memiliki jenis kemampuan lahan berupa kawasan limitasi, kawasan kendala, dan kawasan potensial. Pada wilayah perkotaan terdapat lahan limitasi yaitu kerawanan bencana yang berupa patahan. Hal tersebut menjadikan wilayah perkotaan Tanggenar memiliki lahan yang tidak dapat dikembangkan berdasarkan kerawanan bencana patahan tersebut. Kemudian, wilayah perkotaan Tanggenar juga memiliki kendala yang berupa sumber air tanah langka. Dimana, lahan kendala tersebut dapat dikembangkan dengan syarat-syarat tertentu seperti dengan memodifikasi bangunan maupun kawasan yang akan dibangun. Adapun penggunaan lahan berupa hutanyang dimiliki oleh wilayah perkotaan Tanggenar merupakan kawasan limitasi yang tidak dapat di kembangkan lagi dan harus dipertahankan bentuk aslinya. Tabel V. 3Jumlah Luas dan Persentase Kemampuan Kawasan Perkotaan Tanggenar Luas Kemampuam Persentase No Kawasan Keterangan Lahan (%) (m²) Berada di zona 1 Limitasi 9093859 37,32 patahan dan air tanah langka Berada di 2 Kendala 12810999 52,57 kawasan air tanah langka Kawasan untuk pengembangan 3 Potensi 2462737 10,11 dan pembangunan Total 24367595 100,00 Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lahan kendala mendominasi kemampuan lahan yang dimiliki oleh wilayah perkotaan Tanggenar dengan luas 12.810.999 m2 dari luas lahan total 24.367.595 m2. Hal tersebut menunjukkan bahwa akan lebih banyak lahan yang dapat dibangun dengan syarat-syarat tertentu karena faktor keamanannya. Namun, hal tersebut dapat diimbangi dengan adanya kawasan dengan kemampuan lahan berupa potensi dan kendala yang memiliki tingkat keamanan yang lebih baik daripada lahan limitasi. Berdasarkan tingkat keamanan kawasan potensial dan kendala di wilayah perkotaan Tanggenar dapat digunakan sebagai ruang publik yaitu sebagai penempatan sarana penunjang perkotaan. Sarana-sarana tersebut adalah berupa sarana produksi pertanian (Saprotan), sarana pendidikan berupa balai pelatihan ketrampilan, dan sarana kesehatan berupa rumah sakit tipe D. Sarana yang dibangun di lahan kendala dapat berdiri jika disertai dengan sarana pendukung untuk mengatasi kendala. Kendala yang terjadi di kawasan perkotaan adalah air tanah langka. Sehingga perlunya sarana penunjang untuk mengatasi permasalahan tersebut.
108
ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN Perhitungan Daya tampung permukiman yang
perumahan dengan hunian berimbang selanjutnya
pertama didasarkan pada Kepmen praswil / 403 / Kpts /
adalah Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.
M
10
/
2002
untuk
mengetahui
ambang
ideal
Tahun
2010
tentang
Penyelenggaraan
permukiman, selanjutnya peraturan Undang-Undang
Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan
No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Hunian Berimbang maka luasan kavling untuk
Permukiman,
Pasal
rumah sederhana adalah 60-200 m².
pembangunan
perumahan
34
bahwa wajib
melakukan mewujudkan
……………….
Sumber : Analisis Kelompok 2018
Gambar 5. 3 Peta Greenfield dan Brownfield Wilayah Perkotaan
Dasar luasan yang digunakan dalam analisis ini adalah luasan lahan greenfield (sesuai dengan peta yang ditampilkan didepan) yang sudah dikurangi dengan luasan peruntukan kebutuhan ruang nonpermukiman. Berdasakan perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut.
109
Tabel V. 4 Perhitungan Daya Tampung Perkotaan Tanggenar
Desa
Perumahan (60%)
Daya Tampung Rumah
Daya Tampung Penduduk
332,09
26521
132607
Dukuh
311,15
24848
124242
Srawung
109,91
8777
43886
86,67
6921
34607
839,81
67068
335342
Katelan
Gesi TOTAL
Proyeksi Penduduk 2040
16442
Selisih Jumlah Penduduk 2040 dan daya tampung
318900
Penduduk Tidak Tertampung
Ket
0
MENCUKUPI
Sumber : Analisis Kelompok 2018
Hasil diatas menunjukan bahwa Wilayah Perkotaan dapat menampung 67068 unit rumah dengan 335342 dengan asumsi tiap unit akan diisi 5 orang. Sementara proyeksi penduduk sampai tahun 2040 adalah 16442, sehingga lahan yang tersedia mencukupi untuk permukiman sampai tahun 2040. Berikut merupakan peta daya tampung permukiman yang ada di Wilayah Perkotaan Wilayah Perncanaan Tanggenar.
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 5. 4 Peta Daya Tampung Permukiman Wilayah Perkotaan Tanggenar
110
ANALISIS KELENGKPAN FASILITAS Tahapan pertama dalam analisis ini adalah memilih jenis fasilitas yang digunakan sebagai variabel dalam matriks skalogram, berikut ini adalah tabel jenis fasilitas eksisting di Wilayah Perkotaan Tanggenar : Tabel V. 5 Jenis Fasilitas Eksisting Wilayah Perkotaan Tanggenar Desa
Tk
SD
Puskesmas
SMP
Kantor Kelurahan
Kantor Kecamatan
Bank
Pasar
SMA
Terminal
SPBU
Koperasi
Jumlah
Katelan
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
11
Gesi
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
8
Dukuh
2
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
Srawung
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Jumlah
6
5
3
2
2
2
2
2
1
1
1
0
24
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Sragen
Desa
Tabel V. 6Perhitungan Skalogram Kantor Kantor Puskesmas SMP Kelurahan Kecamatan
Tk
SD
Katelan
1
1
1
1
1
Gesi
1
1
1
1
1
Dukuh
1
1
1
0
Srawung
1
1
0
Jumlah
4
4
3
Bank
Pasar
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
2
2
2
1
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Sragen
111
Tabel V. 7 Perhitungan Skalogram SMA
Desa
Terminal
SPBU
Koperasi
Jumlah
Eror
Persentase
Katelan
1
1
0
11
0
45,8
Orde I
Gesi
0
0
0
8
0
33,3
I
Dukuh
0
0
0
3
0
12,5
II
Srawung
0
0
0
2
0
8,3
III
Jumlah
1
1
0
24
0
100
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
COR =1 −
∑e NxK
=1−
0 4x12
Orde I II III
=1
Jumlah Kelas = 1+ 3,3 log 4 = 3 Batas Kelas =
đ?‘ đ?‘–đ?‘™đ?‘Žđ?‘– đ?‘Ąđ?‘’đ?‘&#x;đ?‘Ąđ?‘–đ?‘›đ?‘”đ?‘”đ?‘–−đ?‘ đ?‘–đ?‘™đ?‘Žđ?‘– đ?‘Ąđ?‘’đ?‘&#x;đ?‘’đ?‘›đ?‘‘đ?‘Žâ„Ž đ??˝đ?‘˘đ?‘šđ?‘™đ?‘Žâ„Ž đ??žđ?‘’đ?‘™đ?‘Žđ?‘
=
11−2 3
=3
Interval >15 9<x>15 5<x>9
Desa Katelan Gesi Dukuh & Srawung
Sumber; Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Orde III= 2+3 = 5 Orde II = 5+3 = 8 Orde I = >8 Berdasarkan analisis skalogram, kelengkapan rencana fasilitas di Wilayah Perkotaan Tanggenar desa yang memiliki ketersediaan fasilitas 17 jenis hanya di Desa Katelan. Sedangkan, desa lainnya masih kurang lengkap fasilitasnya. Hal ini karena rencana pengembangan wilayah perkotaan di bagi berdasarkan fungsi dan aktivitasnya. Pada desa Katelan di fungsikan sebagai wilayah pusat pelayanan. Oleh karena itu Desa Katelan memiliki terminal dan pasar sebagai sarana untuk pendistribusian. Sedangkan Desa Srawung dikhususkan untuk tempat pembibitan dan permukiman.
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERKOTAAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG SEBAGAI PENDUKUNG AGROPOLITAN Kebutuhan ruang perkotaan sebagai pendukung agropolitan dibagi menjadi beberapa karakteristik aktivitas yaitu pertanian, industri, serta perdagangan dan jasa. Aktivitas pertanian membutuhkan ruang berupa perkebunan jagung, padi, dan tebu dan sudah ada (eksisting) sehingga dalam perencanaan tidak direncanakan lagi adanya penambahan. Kemudian aktivitas industri membutuhkan ruang berupa pabrik gula pasir dan sudah ada (eksisting). Kemudian aktivitas perdagangan dan jasa yang telah ada yaitu terminal kemudian akan direncanakan adanya pasar, bank, koperasi, pabrik jagung, saprotan, IPAL industri serta balai latihan kerja yang mana standar kebutuhan ruangnya didasarkan pada berbagai peraturan dan best practice yang ada.
112
Kara kteri stik Akti vitas
perm ukim an
Tabel V. 8 Kebutuhan Ruang Perkotaan A. Fungsi Permukiman B. Fungsi Permukiman Rencana Eksisting Pendudu Fungsi Juml Total Fungsi Juml k Pemanf ah Luas ( Pemanf Standart Sumber ah Penduku aatan Unit Ha ) aatan Unit ng
Permuk iman
Puskes mas Kese hata n
Perd agan gan dan Jasa
Pend idika n
Admi nista si
Rumah Sakit Tipe D
3052
2
1
Klinik Kesehat an
3
Pasar
1
274,68 0
1,654
permuki man
Puskesm as
1,890
Rumah Sakit Tipe D
2,259
Klinik Kesehat an
6,926 Pasar SPBU tangen
SPBU tangen
1
2,940
TK
4
632
TK
SD
4
5,332
SD
SMP
2
18,342
SMP
SMA
1
23,258
SMA
Kantor Kecama tan Kantor Kepala Desa Kantor BPP
1
5,554
4
6,964
1
373
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
113
Kantor Kecamat an Kantor Kepala Desa Kantor BPP
54m2/KK luas tanah:120
PERMEN PERUMA HAN RAKYAT RI NO 7 TAHUN 2013
0,008 m2/ jiwa
SNI 0317332004
36m2/KK luas tanah: 72
2,000 m2 1500 m2/30000 jiwa 36,000 m2 / 120,000 jiwa
Best Practice RS Banyuma nik SNI 0317332004 SNI 0317332004
16442 = 1974 KK
1,97 4
142,128
6577 = 1315 KK
1,31 4
157,800
16,442
2
2,000
16,442
1 unit
2,000
16,442
1 unit
16,442
2,000 m2/ 1,600 jiwa 9,000 m2 /4,800 jiwa 12,500 m2/ 4,800
SNI 0317332004 SNI 0317332004 SNI 0317332004 SNI 0317332004
1,500 72,000
2
Eksisting 500 m2/1250 jiwa
Total Luas ( Ha )
1
2,940
16,442
14
7,000
16,442
13
26,000
16,442
2
18,000
16,442
12,500 1
Eksisting
5,554
Eksisting
6,964
Eksisting
373
SKENARIO PERENCANAAN KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
Menurut kondisi eksisting jaringan jalan perkotaan Tanggenar sebesar 78% masih tidak beraspal pada jalan lingkungan
JARINGAN JALAN Aspal 22%
pemukiman
penduduk,
digunakan
masih
bahan
berupa
yang beton.
Sedangkan jalan yang berasal hanya pada jalan kolektor dan jalan lokal yang menghubungkan
A
antar
kecamatan
Tanggenar sebesar 22%. Berdasarkan data tersebut ditemukan bahwa sebagian besar jalan tidak beraspal
Tidak Aspal 78% Gambar 5. 6 Diagram Kondisi Jalan Perkotaan Tanggenar Aspal Tidak Aspal
dan
beraspal.
Pada
jalan
beraspal
ditemukan sekitar 2% dari keseluruhan kilometer jalan rusak. Sedangkan untuk jalan tidak beraspal hampir keseluruhan jalan rusak. Jalan rusak tersebut berupa jalan rabat
beton
dan
jalan
setapak
di
pemukiman warga Adanya jalan rusak menyulitkan aksesibilitas jalan, terutama dalam aktivitas pertanian.
114
Jalan yang mengalami kerusakan sering dilewati
Pengembangan jalur usaha tani diperlukan guna
kendaraan berat. Hal ini mengindikasikan bahwa
mendukung
kapasitas jalan saat ini tidak sesuai baik dimasa
Tanggenar agar memudahkan pendistribusian hasil
sekarang maupun masa depan Maka, diperlukan
pertanian
peningkatan jalan selain itu juga dapat menambah
perencanaannya
volume kendaraan atau mobilitas yang ada di daerah
Volume lalu lintas dan kapasitas jaringa jalan
perkotaan sehingga dapat mengembangkan dan
eksisting untuk penentuan kebutuhan ruas jalan
meningkatkan wilayah perkotaan khususnya sektor
A. Analisis Kinerja Jalan
pertanian dan perdagangan dan jasa,
konsep
menuju
Analisis
agropolitan
di
Wlayah
tempat
pemasaran.
Dalam
diperlukan
perhitunga
seperti
kinerja
jalan
dilakukan
dengan
Adanya kerusakan yang menyulitkan aksesiblitas
meghitung lalu lintas dan kapasitas jalan. Volume lalu
jalan, maka diperlukan skenario untuk memperbaiki
lintas diperuntukan untuk mengetahui banaknya
jaringan jalan dan pengembangan jalur usaha tani
kendaraan yang melewai suatu titik tertentu pada
untuk memudahkan aktivitas pada sektor pertanian.
jalan kolektor (jalan utama) di perkotaan Tanggenar.
Tabel V. 9 Volume kapasitas Jalan Kolektor Perkotaan Tanggenar Moda LV (Mobil) MC (Motor) HV (>roda 4) Total
Siang Masuk Keluar 69 65 463 335
Pagi Masuk Keluar 21 45 220 405
97
75
10
90
629
475
251
540
Siang Masuk Keluar 17.25 16.25 463 335
emp 0.25 1 1.3
Pagi Masuk Keluar 5.25 11.25 220 405
126.1
97.5
13
117
606.35
448.75
238.25
533.25
V Total
1055.1
771.5
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
B. Perhitungan Volume Lalu Lintas
Tabel V. 10 Kapasitas Jalan Kolektor Perkotaan Tanggenar
Pagi Hari ď&#x192; VCR = Vtotal Pagi / C = 771,4 / 4788,48 = 0,2 Siang Hari ď&#x192; VCR = Vtotal Siang / C = 1055,1 / 4788,48 = 0,2 Total Volume ď&#x192; VCR = Vtotal / C = 1826,6 / 4788,48 = 0.4
Co
FCw
FCsp
2/2 UD (2900x2)
Total dua arah 7 meter
50-50
5800
1
FCsf Lebar bahu jalan 1.00 m 1
0.96
FCcs
C
< 100,000 penduduk 0.86
4788.48
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Berdasarkan hasil perhitungan jalan kolektor perkotaan Tanggenar memiliki tipe A, yang artinya aktivitas di sekitar jalan utama perkotaan masih relatif sepi dan bebas hambatan. Sehingga masih dapat dipertahankan fungsinya.Jalan kolektor di Wilayah Perkotaan merupakan jalan yang menghubungkan antar kecamatan di Wilayah Tanggenar dan Kota Sragen. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalur utama distribusi pertanian menuju tempat pemasaran.
115
C. Arahan Pengembangan Arahan pengembangan untuk jaringan jalan perkotaan adalah perbaikan jalan yang rusak dan penambahan jalan usaha tani. Jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Tanggenar perlu diperbaiki guna memudahkan para pengguna mengendarai di jalan. Jalan usaha tani atau jalan pertanian merupakan prasarana transportasi pada kawasan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternakan) untuk memperlancar mobilitas alat dan mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian, dan mengangkut hasil produk pertanian dari lahan menuju tempat penyimpanan, tempat pengolahan, atau pasar. Sebagian besar jalan usaha tani masih berupa tanah atau berlapis kerikil, namun di beberapa tempat sudah ada jalan usaha tani yang beraspal Menurut Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, untuk lokasi pengembangan jalan usaha tani diperlukan beberapa kriteria dalam pembangunannya, yaitu : ď&#x201A;ˇ
Berada di areal lahan usaha tani dengan luas hamparan minimal 25 ha pada daerah bukaan baru dan kawasan sentra produksi pangan
ď&#x201A;ˇ
Petani mau melepas sebagian lahannya tanpa ganti rugi untuk pembangunan jalan usaha tani
ď&#x201A;ˇ
Petani/kelompok bersedia melakukan perawatan/pemeliharaan jalan setelah di konstruksi
Berdasarkan kriteria tersebut di tetapkan jalan usaha tani sebagai berikut :
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 5. 7 Peta Rencana Pengembangan Jalur Usaha Tani dan Perbaikan Jalan Perkotaan Tanggenar
116
JARINGAN LISTRIK Jaringan listrik merupakan salah satu aspek pendukung penting yang dapat menunjang kehidupan masyarakat. Pelayanan listrik di wilayah Tanggenar pada kondisi eksisting sudah terlayani dengan baik yang
dipenuhi oleh PLN. Dimana semua masyarakat dapat mengaskses jaringan listrik dengan pola jaringan distribusi listrik yang ada di wilayah perkotaan Tanggenar mengikuti pola jaringan jalan yang ada. Serta adanya 3 unit gardu listrik di wilayah perkotaan Tanggenar dengan jarak kawat penghantar dipertimbangkan terhadap unsur-unsur lingkungan seperti bangunan dan pohon.
Pada tahun 2040 memungkinkan terjadinya
A. Analisis Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Standar perhitungan kebutuhan jaringan listrik
peningkatan kebutuhan listrik di wilayah Perkotaan Tanggenar
sehingga
diperlukannya
rencana
penyediaan jaringan listrik di masa mendatang.
dihitung dengan menggunakan ketentuan: -
dengan asumsi bahwa 1 unit/1 rumah tangga dihuni
Arahan penyediaan jaringan listrik di wilayah
oleh 5 orang
perkotaan Tanggenar yaitu peningkatan daya energi listrik berupa pengadaan tambahan gardu listrik.
-
-
-
pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun. -
Penyediaan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar
-
-
Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan
117
Penerangan jalan dibutuhkan 25% dari kebutuhan rumah tangga,
Penyediaan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar
Fasilitas sosial ekonomi membutuhkan 35% dari kebutuhan rumah tangga,
Cara Perencananaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan tahun 2004 sebagai berikut:
Industri membutuhkan 30% dari kebutuhan rumah tangga,
Penyediaan jaringan listrik di wilayah Perkotaan Tanggenar tersebut diarahkan berdasarkan SNI Tata
Rumah tangga memerlukan 900 watt tiap unit,
-
Cadangan diperkirakan 10% dari kebutuhan rumah tangga. Penyebaran jaringan listrik yang dilakukan hingga
Tahun 2040 hanya pada penambahan jaringan sekunder pada daerah-daerah pemukiman baru sebagai fasilitas pendukung
penyebaran
pemukiman.
Pelayanan
jaringan listrik tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik. Untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, industri, pemerintahan, pelayanan perdagangan dan sosial serta penerangan jalan, maka perlu diketahui kebutuhan listrik hingga masa perencanaan (Tabel V.10).
Berdasarkan peta diatas, untuk lokasi pengembangan jalan usaha tani di sesuaikan dengan Pola Ruang perkotaan Tanggenar. Lokasi yang dipilih adalah jalan kolektor perkotaan Tanggenar dan jalan setapak pada daerah Desa Srawung dan Dukuh. Jalan kolektor di peruntukan untuk jalan usaha tani karena pada perhitungan kapasitas sebelumnya jalan kolektor perkotaan masih relatif sepi dan juga penghubung perkotaan Tanggenar menuju pusat kota dan pasar, sedangkan untuk jalan usaha tani di Desa Srawung dan Dukuh di tentukan karena di sana dominan lebih banyak perkebunan tebu dan jagung. Tabel V.11 Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040 Domestik Non Domestik
Tahun
Predik si Pendu duk
Jumlah Unit Rumah Tahun 2040
Tahun 2040
16442
3288
900 VA/Unit Rumah Tangga (KVA) 2959.2
Industri 30% x domesti k (KVA)
Fasilitas Sosial dan Pelayanan Umum 35% x domestic (KVA)
Peneran gan Jalan 25% x domesti c (KVA)
Cadang an 10% x domesti c (KVA)
Total Kebutu han (KVA)
Kebutuhan Sarana Gardu Listrik
887.76
1035.72
739.8
295.92
5918.4
7 Unit
kljlvfjlslfjsdkljflsjdfljsdlfjlsdjflsjdfsjdlfjsdljfsdjf B. Arahan Pengembangan Kebutuhan Energi Listrik Berdasarkan hasil analisis pada tahun 2040 diperkirakan Wilayah Perkotaan Tanggenar akan memiliki peningkatan kebutuhan listrik hingga 5.918 KVA. Sehingga, diperlukannya rencana pengembangan kebutuhan energi listrik di Wilayah Perkotaan Tanggenar yaitu berupa rencana pengadaan tambahan gardu listrik. Berdasarkan jumlah kebutuhan listrik dan jumlah penduduk di tahun 2040 diperlukan sebanyak 7 unit gardu
listrik yang dilengkapi dengan jaringan listrik sekunder yang berada disepanjang jalan kolektor. Pada Wilayah kondisi P
eksisting telah terdapat 3 unit gardu listrik sehingga pada tahun 2040 dibutuhkan sebanyak 4 unit gardu listrik tambahan di Wilayah Perkotaan Tanggenar. Berikut merupakan peta rencana persebaran gardu listrik.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok B1, 2011
n Tanggenar.
Gambar 5. 8 Peta Rencana Pengembangan Prasaran Listrik
118
Pada peta rencana diatas dapat terlihat bahwa adanya titik lokasi gardu ekssiting yang berada di Desa Gesi, Desa Katelan, dan Desa Dukuh. Adapun rencana akan melengkapi kebutuhan gardu listrik dengan dilakukannya penambahan gardu di Desa Gesi, Desa Srawung, Desa Katelan, dan Desa Dukuh. Hal tersebut didasari oleh lokasi yang mempertimbangkan keadaan fisik alam yang tidak berada pada kawasan limitasi, rencana lokasi pusat permukiman yang akan berada di Desa Gesi dan Desa Katelan sehingga memungkinkan terjadinya konsentrasi fasilitas pada kedua desa tersebut yang membutuhkan kekuatan listrik berlebih, serta mempertimbangkan jumlah prediksi kepadatan penduduk perdesa di Wilayah Perkotaan Tanggenar.
AIR BERSIH
Kondisi di wilayah perkotaan Tanggenar untuk air
Kebutuhan air bersih di perkotaan Tanggenar
bersih sendiri masih belum mencukupi di setiap desa.
sebagian besar masih dilayani oleh PAMSIMAS dan
Hal ini dikarenakan saluran PDAM belum bisa
sebagian kecil sumur galian dan PDAM di Desa Gesi.
menjangkau ke seluruh perkotaan, saluran PDAM
Permasalahan yang dihadapi saat musim kemarau
hanya terdapat di Desa Gesi yang menginduk di PDAM
adalah kekeringan dimana sumber air baku sepeti
Kecamatan Sukodono.
Sungai Bengawan Solo dan Embung di pedesaan
Sehingga diperlukan perhitungan proyeksi
tidak bisa digunakan saat musim kemarau. Kondisi
kebutuhan air bersih di perkotaan untuk sekarang dan
kekeringan ini diperparah dengan curah hujan yang
di masa yang akan datang. Kebutuhan air perkotaan
rendah dan akuifer air tanah langka sehingga
dibagi berdasarkan aktivitas, yaitu domestik berupa
menyebabkan perkotaan Tanggenar belum bisa
rumah tangga dan non-domestik berupa industri,
memenuhi
sehari-hari.
fasilitas umum dan lain-lain. Berikut adalah hasil dari
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No.416
perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih untuk
/MENKES/IX/1990
perkotaan Tanggenar.
kebutuhan
air
untuk
Tabel V. 12 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih di Wilayah Perkotaan tahun 2018 Domestik Tahun
Proyeksi Penduduk Perkotaan
Non Domestik Industri
80lt/jiwa
10% x domestik
fasilitas sosum 5% x domestik
Kebocoran 20% x domestik (lt)
Jumlah Kebutuhan air Kebutuhan air 1 hari (lt) 1 tahun (m3)
Tahun 2010
15.029
1.202.320
120.232
60.116
240.464
1.623.132
592.443
Tahun 2015
15.256
1.220.480
122.048
61.024
244.096
1.647.648
601.392
Tahun 2020
15.486
1.238.880
123.888
61.944
247.776
1.672.488
610.458
Tahun 2025
15.720
1.257.600
125.760
62.880
251.520
1.697.760
619.682
Tahun 2030
15.957
1.276.560
127.656
63.828
255.312
1.723.356
629.025
Tahun 2035
16.198
1.295.840
129.584
64.792
259.168
1.749.384
638.525
Tahun 2040
16.442
1.315.360
131.536
65.768
263.072
1.775.736
648.144
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
119
Berdasarkan perhitungan di atas maka diasumsikan bahwa pada tahun 2040 kebutuhan akan air bersih di wilayah perkotaan Tanggenar akan meningkat sebesar 9,4% dari tahun 2010. Peningkatan kebutuhan akan air bersih ini terutama untuk memenuhi kebutuhan di musim kemarau direncanakan akan dipenuhi oleh PDAM khususnya di Desa Gesi dan dengan pembangunan embung geomembran di Desa Katelan, Dukuh, dan Srawung. Pada tahun 2040 direncanakan bahwa PDAM dapat memenuhi kebutuhan akan air bersih masyarakat perkotaan Tanggenar khususnya yang berada di Desa Gesi yaitu sebanyak 31% penduduk perkotaan. Selebihnya, sebanyak 79% penduduk perkotaan akan dilayani dengan PAMSIMAS dan embung geomembran untuk memenuhi kebutuhan air bersih terutama di musim kemarau.
SANITASI Sanitasi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi masyarakat perkotaan maupun perdesaan. Tabel VI. menggambarkan mengenai kondisi penggunaan sanitasi di Wilayah Perkotaan Tanggenar yang sudah merata di seluruh Wilayah Perkotaan. Seluruh wilayah perkotaan sudah terakses 100%. Pada desa Katelan masih banyak penduduk yang sharing (masih menumpang ke jamban sehat) yaitu sebanyak 211 kepala keluarga. Tabel V. 13 Jumlah Akses Jamban Menurut Desa di Wilayah Perkotaan tahun 2018 Jumlah % Akses DESA JSP JSSP SHARING BAB KK Jamban KATELAN DUKUH
1181
341
211
0
711
479
49
0
1733 1239
100% % Akses Jamban 100% 100%
SRAWUNG
405
121
40
0
Jumlah KK 566
GESI
733
79
40
0
852
DESA
JSP
JSSP
SHARING
BAB
DESA
JSP
JSSP
SHARING
BAB
JUMLAH
3030
1020
340
0
100%
Jumlah KK 4390
% Akses Jamban
Sumber: Sekretariat STBM Nasional, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal PP dan PL, 2018
Keterangan : JSP : Akses Jamban Permanen JSSP : Akses Jamban Sehat Semi Permanen Sharing : Masih Menumpang ke Jamban Sehat BAB : Masih Buang Air Besar Sembarangan ck Water (kakus). A. Analisis Kebutuhan Sistem Jaringan Sanitasi Agar mengertahui kebutuhan sistem jaringan sanitasi, diperlukan data-data mengenai limbah buangan yang berupa Grey Water (limbah buangan berupa air bekas cucian, mandi, dll) serta buangan berupa Black Water (kakus).
120
Perhitungan Black Water berdasarkan SPM (sandar pelayanan minimum) dan rata-rata produksi tinja yaitu sebesar 2 liter/ orang/ hari. Sedangkan Grey Water, didapatkan besaran dari perhitungan jumlah konsumsi air bersih di Wilayah Perkotaan Tanggenar dan Jumlah penduduk di Wilayah Perkotaan Tanggenar dengan asumsi bahwa 70% konsumsi air bersih tersebut terbuang menjadi limbah Grey Water. Berikut perhitungan konsumsi air bersih : Tabel V. 14 Perhitungan Grey Water Air bersih liter/hari pada tahun 2010
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Konsumsi (Liter/ orang/hari)
Grey Water (Liter/ orang/hari)
1.623.132
15.029
108
75,6
Sumber: Analisis B1, 2018
Dari perhitungan diatas, didapatkan besaran Grey Water yaitu sebesar 75,6 liter/orang/hari. Besaran Black Water dan Grey Water tersebut kemudian dihitung besaran kebutuhan sanitasi berdasarkan proyeksi jumlah penduduk untuk 20 tahun mendatang. Berikut perhitungan produksi sanitasi: Tabel V. 15 Perhitungan Produksi Limbah Wilayah Perkotaan Tahun 20102040 Limbah (Liter/Hari) Jumlah Domestik Non-Domestik Total Tah Penduduk un Grey Black Grey Black Grey Black (Jiwa) Water Water Water Water Water Water 2010
15.029
2015
15.256
2020
15.486
2025
15.720
2030
15.957
2035
16.198
2040
16.442
908.954
24.046
922.683
24.410
936.593
24.778
950.746
25.152
965.079
25.531
979.655
25.917
994.412
26.307
227.23 8 230.67 1 234.14 8 237.68 6 241.27 0 244.91 4 248.60 3
6.012 6.102 6.194 6.288 6.383 6.479 6.577
1.136.1 92 1.153.3 54 1.170.7 42 1.188.4 32 1.206.3 49 1.224.5 69 1.243.0 15
30.058 30.512 30.972 31.440 31.914 32.396 32.88 4
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa limbah buangan domestik (buangan rumah tangga) total untuk grey water sebesar 994.412 liter dan black water sebesar 26.307 liter pada tahun 2040. Dan untuk limbah buangan non domestik (limbah buangan industi pengolahan tebu dan jagung) grey water sebesar 248.603 liter dan 6.577 liter pada tahun 2040.
121
Tabel V. 162 Kebutuhan Truk Tinja Wilayah
Perkotaan Tahun 2010-2040
A. Kebutuhan Truk Tinja Selain menghitung proyeksi produksi limbah Grey Water dan Black Water hingga tahun 2040, juga
Tahun
Black Water
Kebutuhan Truk (Buah)
2010
30.058
4
dibutuhkan estimasi gambaran kebutuhan truk tinja
2015
30.512
4
guna mengangkut tinja-tinja yang ditampung di septic
2020
30.972
4
tank. 1 truk tinja dapat mengangkut 8.000 liter dalam sekali angkut. Berdasarkan perhitungan Tabel V. 15 kebutuhan truk tinja tiap tahunnya sama yaitu 4 truk.
2025
31.440
4
2030
31.914
4
2035
32.396
4
2040
32.884
4
B. Kebutuhan IPAL Dalam pengolahan air limbah di wilayah Perkotaan melalui pengolahan limbah yaitu dengan cara onsite, pengolahan limbah di tempat tersebut secara langsung. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan umum dan perumahan rakyat no. 04/PRT/M/2017 tentang system pengelolaan air limbah, menyebutkan bahwa standar pelayanan minimum (SPM) untuk sistem sanitasi yaitu sistem onsite lebih diarahkan untuk kota berukuran sedang-kecil dengan kepadatan rata-rata kurang dari 200 jiwa/ ha. Hasil perhitungan kepadatan penduduk wilayah Perkotaan Tanggenar Tabel V. 17 Kebutuhan Jumlah IPAL Wilayah Perkotaan Desa
Kepadatan Penduduk
KATELAN
367
DUKUH
434
SRAWUNG
702
GESI
588
Rata-rata
50% fases yang di keluarkan tidak dapat terurai
Septic tank tidak dialirkan air cucian, air bekas mandi, dll.
Volume truk 3m3 per unit
522,75
Sumber: Hasil Analisis, B1, 2018
Kepadatan penduduk di wilayah Perkotaan Tanggenar pada tahun 2016 telah di atas 200 jiwa/ha, sehingga wilayah perkotaan membutuhkan 1 IPAL untuk pengolahan air limbah. Untuk IPAL ini juga akan direncanakan digabung dengan air limbah hasil buangan dari pabrik gula yang ada di Desa Gesi.
Sumber: Open Learn Create, The Open University 2018 Gambar 5. 9 Tangki septik yang disedot oleh truk vakum
D. Perhitungan Volume Septictank Menghitung volume septictank dengan asumsi : 5 orang per rumah
Beban maksimal septictank 2x dari jumlah penghuni rumah = 10 orang per rumah
Setiap orang membuang fases dua kali sehari
Fases yang dikeluarkan 0,0002 m3 per buang air besar
122
Total Volume Fases per hari
Septic tank akan penuh setelah = 3
10 orang x 2 x 0,0002 = 0,004 m per hari
3đ?&#x2018;&#x161;3 0,002 đ?&#x2018;&#x161;3 đ?&#x2018;?đ?&#x2018;&#x2019;đ?&#x2018;&#x; â&#x201E;&#x17D;đ?&#x2018;&#x17D;đ?&#x2018;&#x;đ?&#x2018;&#x2013;
=
1500 â&#x201E;&#x17D;đ?&#x2018;&#x17D;đ?&#x2018;&#x;đ?&#x2018;&#x2013; / 4 tahun 1 bulan
Fases yang mengendap pada septic tank 50 % x 0,004 = 0,002 m3 per hari
Jumlah rumah yang dapat dilayani oleh 1 truk
Ukuran Septic tank Panjang
= 1,5 meter
Lebar
= 1 meter
Tinggi
= 2 meter
=
đ?&#x2018;&#x2030;đ?&#x2018;&#x153;đ?&#x2018;&#x2122;đ?&#x2018;˘đ?&#x2018;&#x161;đ?&#x2018;&#x2019; đ?&#x2018;&#x2020;đ?&#x2018;&#x2019;đ?&#x2018;?đ?&#x2018;Ąđ?&#x2018;&#x2013;đ?&#x2018;? đ?&#x2018;Ąđ?&#x2018;&#x17D;đ?&#x2018;&#x203A;đ?&#x2018;&#x2DC; đ?&#x2018;&#x2030;đ?&#x2018;&#x153;đ?&#x2018;&#x2122;đ?&#x2018;˘đ?&#x2018;&#x161;đ?&#x2018;&#x2019; đ?&#x2018;&#x2021;đ?&#x2018;&#x;đ?&#x2018;˘đ?&#x2018;&#x2DC;
=
3đ?&#x2018;&#x161;3 3đ?&#x2018;&#x161;3
= 1 đ?&#x2018;Ąđ?&#x2018;&#x;đ?&#x2018;˘đ?&#x2018;&#x2DC;
Jadi, dengan ukuran septictank 1,5 m x 1 m x 2 m akan penuh pada 4 tahun 1 bulan. Oleh karena itu, dibutuhkan 1 truk dalam setiap 1 septictank per 4 tahun 1 bulan.
PERSAMPAHAN Pengelolaan persampahan di perkotaan Tanggenar berdasarkan kondisi eksistingnya dilakukan secara mandiri dengan cara dibakar. Berdasarkan hasil observasi di wilayah perkotaan Tanggenar belum terdapat TPS komunal baik tingkat kelurahan maupun tingkat lingkungan RT maupun RW. Untuk menunjang fungsinya sebagai pusat permukiman perkotaan maka pada tahun 2040 harus direncanakan pengelolaan sampah yang terpadu secara komunal di wilayah perkotaaan. Berikut merupakan perhitungan produksi sampah di wilayah perkotaan Tanggenar hingga tahun 2040. Tabel V. 38 Proyeksi Produksi Sampah dan Kebutuhan Fasilitas Persampahan Perkotaan Tanggenar Produksi Sampah Kebutuhan Fasilitas Persampahan Sampah NonSampah Domestik Jumlah Proyeksi Tempat TPS Domestik (2 (20% dari Produks Jumlah TPS Tahun Pendudu Sampah Keluraha liter/orang/hari sampah i KK RW k Pribadi n ) rumah Sampah tangga) Tahun 15029 2010 30058 6012 36070 3006 3006 6 1 Tahun 15256 2015 30512 6102 36614 3051 3051 6 1 Tahun 15486 2020 30972 6194 37166 3097 3097 6 1 Tahun 2025 Tahun 2030 Tahun 2035 Tahun 2040
15720 15957 16198 16442
31439
6288
37727
3144
3144
6
1
31914
6383
38297
3191
3191
6
1
32395
6479
38874
3240
6
1
32884
6577
39461
3288
7
1
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
123
3240 3288
Jumlah penduduk di perkotaan Tanggenar diproyeksikan meningkat setiap tahunnya dengan total 16.442 jiwa atau 3.288 KK pada tahun 2040. Berdasarkan analisis perhitungan di atas maka produksi sampah di wilayah perkotaan Tanggenar pada tahun 2040 juga akan meningkat sebesar 9,5% dari tahun 2010. Sehingga menurut peraturan SNI No 3 1733 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dibutuhkan 1 unit TPS RW (lingkungan) di setiap 2.500 jiwa berupa bak sampah kecil dan 1 unit TPS Kelurahan di setiap 30.000 jiwa berupa bak sampah besar. Maka berdasarkan analisis di atas diketahui bahwa hingga tahun 2040 di wilayah perkotaan Tanggenar memerlukan adanya 6 unit TPS RW berupa bak sampah kecil dan 1 unit TPS kelurahan berupa bak sampah besar.
Kemudian drainase primer wilayah perkotaan
DRAINASE
adalah Sungai Bengawan Solo yang termasuk
Jaringan drainase di wilayah perkotaan
ke dalam drinase alami.
terdiri dari tiga jenis yaitu dainase tersier, drainase
Drainase primer kawasan perkotaan juga
sekunder, dan drainase primer. Drainase tersier
termasuk drainase primer untuk wilayah
merupakan drainase yang berada di jalan
Tanggenar. Arah aliran limpasan air adalah
lingkungan dan bersinggungan langsung dengan
menuju Sungai Bengawan Solo dikarenakan
permukiman. Saat ini drainase tersier telah
Sungai
terdapat dibeberapa lokasi kawasan permukiman
………………. terendah diantara wilayah disekitarnya. Arah
dengan jenis drainase terbuka. Namun, kondisi
aliran drainase sekunder dan tersier juga
beberapa
buruk
mengarah ke Sungai Bengawan Solo yang
dikarenakan perkerasan drainase telah rusak
berada di bagian selatan disebabkan bagian
………. sepenuhnya. Jenis drainase tersier eksisting adalah
utara memiliki ketinggian yang lebih dibanding
drainase
dengan lainnya. Kondisi saat ini kelengkapan
drainase
terbuka
kemungkinan
tersier
terbilang
sehingga
masyarakat
meningkatkan
untuk
membuang
sampah pada sistem drainase.
Bengawan
Solo
merupakan
titik
system jaringan drainase baru beradi di Desa Katelan, sedangkan Desa Gesi hanya sebagian
Drainase yang selanjutnya adalah drainase
kecil yang terintegrasi dengan jaringan drainase.
sekunder yang terletak disebagian jalan kolektor.
Desa Dukuh dan Desa Srawung hampir tidak
Jalan kolektor yang memiliki drainase sekunder
memiliki jaringan drainase dikarenakan lahan
hanya terdapat di jalan kolektor penghubung
terbuka
dengan Kabupaten Grobogan dan hanya berada di
kemungkinan terjadinya genangan sangat kecil.
masih
sangat
banyak
sehingga
kawasan jasa Desa Katelan. Drainase sekunder memiliki jenis drainase terbuka dan belum mengalami perkerasan. Drainase tersier telah terintegrasi dengan drainase sekunder.
124
Sumber : Analisis Kelompok B1 Gambar 5. 10 Peta Persebaran Drainase Eksisting
125
126
RENCANA PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGENAR
RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG RENCANA STRUKTUR RUANG PERKOTAAN RENCANA PENGEMBANGAN PERGERAKAN PERKOTAAN Rencana pengembangan pergerakan manusia Rencana pengembangan Pergerakan barang
RENCANA INFRASTRUKTUR PERKOTAAN rencana infrastruktur permukiman rencana infrstruktur pendukung agropolitan
STRATEGI, INDIKASI PROGRAM DAN RENCANA PENJADWALAN PROGRA,
06
RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG PERKOTAAN TANGGENAR
Rencana pola ruang wilayah perkotaan Tanggenar terbagi dalam 3 kategori yaitu kawasan lindung, budidaya dan penyangga. Kawasan lindung dalam hal wilayah perkotaan
sebagai
adalah berupa sempadan sungai Bengawan Solo. Sementara
rencana distribusi peruntukan ruang dalam
kawasan budidaya terdiri dari kawasan industri, wisata,
suatu wilayah kota yang meliputi rencana
pertanian, perdagangan dan jasa, serta permukiman.
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
Kawasan penyangga direncanakan pada daerah dengan
rencana peruntukan ruang untuk fungsi
kemampuan lahan limitasi dimana dalam rencana ini akan
budidaya. Pada wilayah perkotaan Tanggenar
digunakan sebagai perkebunan tebu dan perkebunan jagung.
Pola
Ruang
berfungsi
disusun
Penentuan rencana pola ruang didasarkan pada
berdasarkan fungsi perkotaan yaitu sebagai
analisis daya dukung lahan dan analisis daya dukung
pusat permukiman dan sebagai penunjang
lingkungan yang terdapat di wilayah perkotaan Tanggenar.
agropolitan. Peta dibawah merupakan peta
Rencana pola ruang di atas selanjutnya akan digunakan
rencana
sebagai dasar dalam perizinan mendirikan bangunan serta
rencana
pola
pola
ruang
ruang
perkotaan
wilayah
Tanggenar pada tahun 2040.
perkotaan
sebagai acuan dalam alokasi ruang untuk mewadahi aktivitas-aktivitas di wilayah perkotaan Tanggenar.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.1 Peta Rencana Pola Ruang Perkotaan
127
Rencana
struktur
ruang
merupakan kumpulan dari pusat-pusat permukiman dan sarana prasarana yang
RENCANA STRUKTUR RUANG PERKOTAAN TANGGENAR
didapatkan dari beberapa komponen
Peta di bawah merupakan rencana struktur ruang
rencana yaitu rencana sistem transportasi,
perkotaan Tanggenar yang didalamnya memuat hirarki atau
rencana sistem perkotaan, rencana sistem
tingkatan pelayanan perkotaan. Pusat pelayanan sebagai
jaringan energi, rencana sistem sumber
hirarki pertama berada di Desa Katelan dimana fungsi pusat
daya air, rencana sistem telekomunikasi
pelayanan ini selain melayani kebutuhan permukiman juga
dan rencana sarana pusat permukiman
melayani kebutuhan akan pelayanan penunjang agropolitan.
dan penunjang agropolitan. Keseluruhan
Hirarki kedua merupakan sub pusat pelayanan yang berada di
komponen tersebut kemudian disatukan
Desa Gesi dimana sub pusat pelayanan ini berfungsi sebagai
sehingga diperoleh rencana struktur ruang
penyedia fasilitas-fasilitas publik layanan masyarakat. Hirarki
yang terdiri dari pusat pelayanan, sub
ketiga adalah pusat pelayanan lingkungan yang terletak di
pusat
Desa Srawung dan Desa Dukuh, pusat pelayanan lingkungan
pelayanan,
lingkungan. rencana
Berikut
struktur
dan
pelayanan
merupakan ruang
peta
perkotaan
merupakan pusat yang menyediakan fasilitas pendukung di kawasan sekitanya.
Tanggenar.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.2 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Perkotaan Tanggenar
128
RENCANA PENGEMBANGAN PERGERAKAN PERKOTAAN Rencana Pengembangan Pergerakan Manusia Penentuan Kebutuhan Hunian Penentuan kebutuhan akan hunian di perkotaan Tanggenar mengacu pada Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM). Pada peraturan ini diketahui bahwa kriteria dan persyaratan pembentukan KTM membutuhkan lahan minimal 18.000 ha yang diasumsikan berdaya tampung 9.000 KK. Sehingga unit hunian atau rumah yang dibutuhkan dalam sebuah perkotaan terpadu mandiri adalah sebanyak jumlah KK yaitu 9.000 unit. Berdasarkan Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di kawasan transmigrasi diketahui bahwa target pembangunan perumahan pada kawasan KTM Mahalona adalah 9.000 unit rumah dalam kurun waktu 15 tahun. mengalami deviasi setiap tahunnya. Sehingga idealnya setiap tahun di kawasan perkotaanharus terbangun minimal 600 unit rumah. Standar jumlahpermukiman tersebut sulit untuk diterapkan di wilayahperkotaan Tanggenar karena apabila dibandingkandengan target, pada tahun ketiga pembangunan perumahan di perkotaan Tanggenar baru menjapai 1.752 unit rumah dari target minimal 1.800 unit. Sehingga keberjalanannya akan selalu mengalami deviasi tiap tahunnya. Berikut merupakan tabel rencana dan realisasi kebutuhan akan perumahan di perkotaan Tanggenar
Tahun Rencana Realisasi Deviasi
Tabel Vi. 1 Rencana dan Realisasi Kebutuhan Perumahan di Perkotaan Tanggenar 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 … 2023 600 1.200 1.800 2.400 3.000 3.600 4.200 … 8.400 1.677 1.702 1.752 1.852 2.052 2.752 3.052 … 6.125 48 548 948 848 1.148 … 2.275
Sumber: Analisis Kelompok B1
129
2023 9.000 6.325 2.675
PENENTUAN BANGKITAN PERMUKIMAN
Selain Desa Srawung, bangkitan
Penentuan bangkitan permukiman dilakukan dengan melihat
persebaran
pusat
permukiman
di
perkotaan
Tanggenar. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengenai pusat permukiman, diketahui bahwa bangkitan permukiman berada di Desa Srawung. Hal ini terjadi karena kepadatan
penduduk
di
desa
srawung
lebih
tinggi
dibandingkan dengan desa-desa lainnya di wilayah perkotaan Tanggenar, sehingga pada tahun 2040 sangat memungkinkan
permukiman juga diprediksikan terjadi di Desa Dukuh karena desa ini dilalui oleh Jalan Kolektor yang mana merupakan jalur alternatif yang menghubungkan antara Sragen â&#x20AC;&#x201C; Grobogan, dan Sragen â&#x20AC;&#x201C; Ngawi.
Berikut
persebaran
pusat
merupakan
peta
permukiman
di
perkotaan Tanggenar
jika terjadi bangkitan permukiman di Desa Srawung.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.3 Peta Persebaran Pusat Permukiman Perkotaan Tanggenar
130
PERGERAKAN HASIL PERTANIAN Pergerakan hasil pertanian yang terjadi di wilayah
Pergerakan hasil pertanian di perkotaan
perkotaan Tanggenar adalah pendistribusian bahan dan
Tanggenar sangat dibantu dengan kondisi
hasil produksi pertanian. Bahan dan alat pertanian
jalan serta aksesibilitas yang lancar, sehingga
didistribusikan dari sarana produksi pertanian (saprotan)
dapat memperlancar arus pergerakan hasil
dan pusat pembibitan menuju ke desa-desa lain di
produksi pertanian di kawasan perkotaan
wilayah Tanggenar. Sedangkan hasil produk pengolahan
Tanggenar.
berupa gula pasir dan pakan ternak akan didistribusikan
pergerakan hasil pertanian di perkotaan
dari pabrik pengolahan menuju ke pergudangan di
Tanggenar
Berikut
Terminal Tangen.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.4 Peta Pergerakan Hasil Pertanian Perkotaan Tanggenar
131
merupakan
peta
PERGERAKAN PENDUDUK PERKOTAAN Pergerakan penduduk perkotaan yang banyak terdapat di wilayah perkotaan Tanggenar adalah menuju Kecamatan Sukodono dan Perkotaan Sragen.
Pergerakan menuju perkotaan Sragen
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak
Selebihnya, pergerakan menuju Kecamatan Sukodono dilakukan untuk bersekolah, penjualan hasil pertanian, membeli alat pertanian, serta bekerja.
Berikut
merupakan
peta
pergerakan
manusia di perkotaan Tanggenar.
dapat dipenuhi di wilayah perkotaan Tanggenar, seperti bekerja, rekreasi, berbelanja kebutuhan sekunder, dan lain sebagainya.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.5 Peta Pergerakan Penduduk Perkotaan
132
RENCANA PENGEMBANGAN PERGERAKAN BARANG Rencana pengembangan pergerakan perkotaan sebagai penunjang agropolitan berupa distribusi barang hasil produksi di wilayah Tanggenar ke kawasan perkotaan. Hasil produksi pertanian utama di wilayah Tanggenar yang akan didistribusikan yaitu
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
tebu dan jagung. Komoditas tebu hasil
Gambar 6.6 Skema Pergerakan Penunjang Agropolitan
produksi didistribusikan melalui dua cara yaitu
(Tebu)
yang pertama didistribusikan secara mentah ke luar wilayah melalui Terminal Tangen
Berbeda halnya dengan tebu, hasil produksi
dengan trayek Sragen-Tangen-Galeh. Kota
jagung wilayah Tanggenar didistribusikan terlebih
tujuan distribusi tebu mentah Tanggenar
dahulu ke industri pengolahan pakan ternak yang ada
yaitu
di wilayah Tanggenar. Produk hasil industri tersebut
Sragen,
Ngawi,
Blora,
Madiun,
setelahnya didistribusikan ke kawasan perkotaan
Karanganyar, Jombang, dan Yogyakarta. langsung
untuk dipasarkan di Pasar Katelan dan didistribusikan
menuju Terminal Tangen, komoditas tebu
ke luar wilayah melalui terminal Tangen. Sasaran
juga didistribusikan ke pusat pengolahan yang
pemasarannya
berada di perkotaan berupa pabrik gula pasir
Sukoharjo. Skema pergerakan hasil produksi jagung
di Desa Gesi. Kemudian hasil produksi pabrik
ditunjukkan pada gambar di bawah.
Selain
didistribusikan
adalah
Sragen,
Surakarta,
dan
akan dipasarkan di dalam maupun luar wilayah Tanggenar. Hasil produksi dari pabrik yang
akan
dipasarkan
didistribusikan dengan
melalui
trayek
di
luar
wilayah
Terminal
Tangen
Sragen-Tangen-Galeh.
Pemasarannya yaitu ke Sragen, Ngawi, Blora, Madiun,
Karanganyar,
Jombang,
dan
Yogyakarta. Sedangkan hasil produksi yang akan
dipasarkan
di
dalam
wilayah
didistribusikan dari pabrik ke pasar di perkotaan. Skema pergerakan hasil produksi tebu ditunjukkan pada gambar di samping
133
Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.7 Skema Pergerakan Penunjang Agropolitan (Jagung)
RENCANA INFRASTRUKTUR PERKOTAAN RENCANA INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
Seiring
dengan
perkembangan
wilayah
perkotaan Tanggenar dibutuhkan kelengkapan sarana Pada kawasan perkotaan terdapat fungsinya sebagai pusat permukiman yang dilengkapi dengan sarana pendukung. Pada kondisi eksisting
yang
menjadikan
wilayah
perkotaan
memerlukan
penambahan beberapa unit sarana khusus perkotaan berupa fasilitas penunjang permukiman seperti sarana
saat ini sarana di perkotaan telah dapat melayani
kesehatan, sarana pendidikan, dan beberapa sarana
dengan
perdagangan dan jasa pendukung
adanya
pemerintahan,
kelengkapan
sarana
sarana
rekreasi,
sarana
transportasi berupa SPBU, sarana pendidikan, dan sarana
kesehatan.
Namun,
seiring
dengan
pertumbuhan penduduk, maka pelayanan sarana
menunjang pengembangan konsep Kota Terpadu Mandiri sebagai pusat permukiman dan wilayah pendukung pengembangan
prediksi
analisis
kepadatan
kebutuhan
penduduk,
dan
ruang, arah
perkembangan perkotaan, menciptakan adanya kemungkinan konsentrasi fasilitas di beberapa titik kawasan perkotaan Tanggenar. Sehingga,
kawasan
agropolitan
di
wilayah
Tanggenar.
terhadap pusat permukiman perlu disesuaikan. Berdasarkan
yang akan dapat
Pada
pusat
permukiman
akan
tercermin
keterpaduan dengan adanya fasilitas pelayanan berada dekat
dengan
titik-titik
permukiman.
Adapun
kemandirian pada pusat permukiman tercermin pada lokasi fasilitas pelayanan seperti kantor pemerintahan kecamatan, bank/ lembaga keuangan, Rumah Sakit Tipe
dalam menunjang keberlangsungan kehidupan
D, balai latihan kerja, dan fasilitas pendidikan SMP dan
penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan
SMA. Adanya fasilitas tersebut merupakan pelayanan
Tanggenar diperlukan rencana pengembangan pusat permukiman.
yang meliputi lingkup kecamatan dan sekitarnya. Sehingga dengan adanya fasilitas tersebut, wilayah perkotaan Tanggenar dapat memenuhi kebutuhan dasar dengan mudah dan dekat tanpa harus keluar wilayah perkotaan. Berikut merupakan persebaran peta fasilitas permukiman di perkotaan Tanggenar.
134
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.8 Peta Pusat Permukiman Ruang Perkotaan
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.9 Peta Rencana Pengembangan Sarana Permukiman
135
PRASARANA AIR BERSIH Permasalahan yang dihadapi oleh perkotaan Pada sarana pendidikan akan bertambah satu unit Balai Latihan Kerja yang akan menujang
fasilitas
penduduk
dibidang
pendidikan guna menciptakan masyarakat Tanggenar yang memiliki pengetahuan dan keterampilan pengolahan
khususnya produksi
dalam
bidang
pertanian.
Adapun
penambahan 1 unit Rumah Sakit Tipe D yang akan direncanakan berada di Desa Katelan dimana,
fasilitas
rumah
sakit
ini
akan
memudahkan penduduk bukan hanya wilayah perkotaan melaikan wilayah Tanggenar beserta wilayah perbatasan terdekat Tanggenar untuk dapat menggunakan fasilitas Rumah Sakit Tipe D. Sehingga, penduduk bagian utara Kabupaten Sragen tidak lagi harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk dapat ditangani oleh pihak rumah sakit. Karena pada kondisi eksisting penduduk bagian utara Sragen cenderung akan pergi menuju rumah sakit di Kecamatan Sragen yang memiliki jarak tempuh cukup jauh untuk pasien yang harus dapat segera ditangani. Kemudian, penambahan fasilitas perdagangan dan jasa pendukung seperti bank yang akan memudahkan
penduduk
perkotaan
dan
sekitarnya agar dapat memiliki perputaran uang yang efisien serta dapat mendukung pola pengelolaan modal atau hasil terkait produksi pertanian di Wilayah Tanggenar secara efektif dan modern.
Tanggenar adalah kekeringan yang selalu terjadi pada musim kemarau. Sumber-sumber air baku seperti sungai, embung, dan sumur pada musim kemarau selalu mengalami kekeringan. Jenis tanah di wilayah perkotaan yaitu jenis tanah litosol yang tidak bisa mengikat air serta memiliki curahhujan yang rendah yaitu 4-5,4 mm/hari. Kondisi fisik alam ini tidak didukung dengan pelayanan PDAM Kabupaten Sragen yang mana belum optimal hingga ke seluruh wilayah perkotaan
Tanggenar.
Berdasarkan
kondisi
eksistingnya saluran PDAM hanya terdapat di Desa Gesi yang mana menginduk pada saluran PDAM Sukodono. Rencana pengembangan air bersih di wilayah perkotaan Tanggenar salah satunya adalah dengan optimalisasi daerah jangkauan PDAM Sukodono hingga ke Desa Srawung, Desa Katelan, dan Desa Dukuh. Kebutuhan akan air bersih untuk melayani 16.442 jiwa penduduk di wilayah perkotaan pada tahun 2040 adalah sebesar 648.144 m3. Saat ini fungsi pelayanan PDAM hanya sampai ke masyarakat Desa Gesi, sehingga pada tahun 2040 direncanakan bahwa seluruh kebutuhan akan air bersih di Desa Gesi dapat dilayani dengan PDAM Sukodono. Sebanyak 79% masyarakat perkotaan belum terjangkau layanan PDAM yaitu masyarakat Desa Srawung, Katelan, dan Dukuh sehingga perlu adanya optimalisasi
jangkauan
PDAM
Sukodono
dan
pembuatan wadah penampung air hujan seperti halnya embung geomembran. Embung geomembran dipilih karena karakteristiknya yang cocok untuk diaplikasikan pada daerah yang memiliki jenis tanah litosol atau tanah yang mengandung kapur.
136
Air hujan yang ditampung nantinya tidak akan langsung diserap ke dalam tanah melainkan mengumpul di dalam embung.
Lokasi yang paling potensial untuk dibangun embung di
Total luasan embung yang dibutuhkan di
wilayah perkotaan Tanggenar dianalisis berdasarkan jenis
wilayah perkotaan untuk melayani volume air
tanah, kelerengan, hidrogeologi, curah hujan serta tata guna
512.033 m3 pada tahun 2040 adalah 12,8
lahan. Berdasarkan hasil overlay kelima variabel tersebut
hektar dengan kedalaman 4 meter. Untuk
maka dihasilkan peta potensial untuk pembangunan embung
memudahkan
yang mana memiliki laju infltrasi yan tinggi. Lokasi-lokasi
distribusi
pengairan
maka
pembangunan embung disebar menjadi 4 titik
yang
paling
potensial
untuk
dibangunnya
dengan masing-maisng memilki luasan 3
ditunjukkan dengan warna hijau pada peta di bawah.
hektar di Desa Dukuh, Katelan, Gesi, dan Srawung. Pada kondisi eksistingnya sudah terdapat 1 embung di Desa Gesi dengan luasan 1,68 hektar. Embung-embung tersebut nantinya menjadi sumber air bersih di wilayah perkotaan Tanggenar dengan syarat diolah dahulu menjadi sumber air bersih di wilayah perkotaan.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.10 Peta Lokasi Potensial Pembangunan Embung di Kawasan Perkotaan Tanggenar
137
embung
Potensi pengairan yang dimiliki oleh wilayah perkotaan adalah Sungai Bengawan Solo yang memiliki debit air 684 m3/detik. Alternatif rencana lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah perkotaan adalah dengan pengolahan air
Sungai
Bengawan
Solo.
Namun,
permasalahan yang dihadapi pada DAS Bengawan Solo adalah kualitas air sungai yang buruk sehingga pemanfaatan DAS Bengawan Solo sebagai sumber air baku bagi pertanian dan permukiman dapat dilakukan dengan membangun instalasi pengolahan air
Sistem sanitasi on site ini dirasa masih relevan hingga tahun 2040 karena biaya yang murah, teknologi dan pembangunan yang sederhana, serta karakteristik penduduk perkotaan Tanggenar pada tahun 2040 bukan termasuk daerah dengan kepadatan tinggi. Rencana yang selanjutnya harus diterapkan untuk mengelola antara limbah cair buangan rumah tangga dengan air limpasan hujan adalah membuat jalur yang berbeda antara sanitasi dengan drainase. Adanya industri gula pasir di Desa Gesi maka dibutuhkan sebuah IPAL untuk mengolah limbah industri tersebut. Lokasi IPAL untuk industri yang dibutuhkan direncanakan berada di dekat Pabrik Gula Gesi dan dekat
sungai.
dengan aliran air. Faktor penentuan lokasi ini dilakukan agar limbah industri yang dihasilkan dalam proses
Sanitasi Berdasarkan kondisi eksisistingnya di wilayah perkotaan Tanggenar seluruh masyarakat sudah dapat memiliki sarana
pengolahan langsung diolah dan dialirkan melalui saluran air. Berikut merupakan peta rencana lokasi IPAL untuk industri gula pasir di Desa Gesi.
sanitasi MCK. Sistem sanitasi yang telah diterapkan
oleh
seluruh
masyarakat
adalah on site dimana setiap rumah di kawasan perkotaan sudah memiliki septic tank.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.11 Peta Rencana Pembangunan IPAL Perkotaan Tanggenar
138
JARINGAN LISTRIK Berdasarkan kondisi eksisistingnya di wilayah perkotaan Tanggenar seluruh masyarakat sudah
terlayani
jaringan
listrik
yang
bersumber dari PLN Kabupaten Sragen. Jaringan listrik eksisting yang terdapat di
Berdasarkan kondisi eksistingnya, saat ini sudah
wilayah perkotaan Tanggenar adalah jaringan
terdapat 3 unit gardu listrik eksisting di perkotaan Tanggenar.
listrik distribusi sekunder yang mana terdapat
Ketiga gardu ini masing-masing berlokasi di Desa Katelan,
di sepanjang jalan kolektor dan jalan lokal
Desa Dukuh, dan Desa Gesi. Sehingga untuk mencukupi
wilayah
kebutuhan
perkotaan.
Pada
tahun
2040,
energi
listrik
bagi
masyarakat
perkotaan
perkotaan
Tanggenar perlu adanya penambahan 3 unit gardu listrik
Tanggenar
untuk melayani 16.442 jiwa
untuk melayani pusat-pusat permukiman. Persebaran lokasi
penduduk
adalah
gardu listrik ditunjukkan pada peta berikut.
kebutuhan
akan
listrik
sebesar
di
5.918
KVA.
Sehingga untuk memenuhi daya listrik yang dibutuhkan pada tahun 2040 maka perlu disediakan 7 unit gardu listrik di perkotaan Tanggenar.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.12 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Listrik Perkotaan Tanggenar
139
Berdasarkan kondisi eksisting jaringan jalan
JARINGAN JALAN
perkotaan Tanggenar sebesar 78% masih tidak beraspal Aspal 22%
pada jalan lingkungan pemukiman penduduk, bahan yang digunakan masih berupa beton. Sedangkan jalan yang berasal hanya pada jalan kolektor dan jalan lokal yang menghubungkan antar kecamatan Tanggenar sebesar 22%. Sebagian jalan tidak beraspal dan tidak beraspal sebanyak terdapat 2% mengalami kerusakan. Pada rencana pengembangannya, jaringan jalan perkotaan yang dalam kondisi buruk akan dilakukan
Tidak Aspal 78%
perbaikan di setiap jalan yang rusak. Selain pembetulan Aspal
Tidak Aspal
jalan yang rusak, rencana yang akan dilakukan adalah mengembangkan kapasitas Jalan Raya Gesi menjadi jalan
Sumber: Analisis Kelompok, B1 Gambar 6.13 Persentase Jalan Beraspal Perkotaan Tanggenar
kolektor sekunder. Hal ini dilakukan karena Jalan Raya Gesi sendiri merupakan akses utama pergerakan dari pabrik gula di Desa Gesi menuju sarana distribusi dan pemasaran yaitu Terminal Tangen. Berikut merupakan peta
rencana
pengembangan
jalan
di
perkotaan
Tanggenar.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.14 Peta Rencana Perbaikan Jalan Perkotaan Tanggenar
140
DRAINASE Sistem Drainase Perkotaan adalah
Drainase tersier pada perkotaan ada beberapa
satu kesatuan sistem teknis dan non teknis
jaringan yang airnya terserap ke dalam tanah sehingga tidak
dari prasarana dan sarana drainase perkotaan.
mengalir ke drainase sekunder. Jaringan drainase tersier
Penyelenggaraan
agar
lainnya mengalir ke drainase sekunder, tetapi kondisinya
lingkungan permukiman perkotaan menjadi
tidak terawat penuh dengan sampah dan ada yang sudah
sehat
tidak berbentuk.
dan
drainase
bebas
dari
berguna
genangan
serta
meningkatkan konservasi, pendayagunaan dan pengendalaan air.
Pada
rencana
pengembangan
drainase
akan
dilakukan pengkerasan sempadan saluran drainase tersier
Perkotaan Tanggenar berdasarkan
pada permukiman yang tidak terawat agar air limpahan dari
kondisi eksistingnya telah memiliki drainase
rumah penduduk dapat mengalir dengan lancar. Agar DAS
primer
Solo,
Bengawan Solo yang merupakan saluran drainase primer
sekunder, dan tersier. Drainase ini mengalir
tidak tercemar oleh sampah dan polutan lainnya, drainase
mulai dari rumah tangga menuju ke drainase
tersier dan sekunder akan diberikan penyaring yang kuat dan
tersier seperti selokan atau got rumah.
tahan lama untuk mencegah pencemaran pada DAS
berupa
DAS
Bengawan
Bengawan
Solo.
Berikut
merupakan
peta
pengembangan drainase di perkotaan Tanggenar.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6. 15 Peta Pengembangan Drainase Perkotaan Tanggenar
141
rencana
PERSAMPAHAN Sistem
persampahan
di
perkotaan
Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan
Tanggenar masih dilakukan dengan cara
lokasi TPS di perkotaan Tanggenar adalah dengan
dibakar. Setiap desa yang ada di perkotaan
melihat persebaran pusat permukiman. Setiap pusat
Tanggenar tidak memiliki TPS. Rencana yang
permukiman di perkotaan Tanggenar sedikitnya memiliki
akan dikembangkan di perkotaan Tanggenar
1 unit TPS. Berikut merupakan peta persebaran titik-titik
adalah akan dibuat TPS sebagai tempat
lokasi TPS di wilayah perkotaan Tanggenar.
pengumpul sampah dari permukiman warga di setiap rw pada masing-masing desa di perkotaan Tanggenar. Berdasarkan analisis sebelumnya, pada tahun 2040 kebutuhan akan TPS di perkotaan Tanggenar adalah sebanyak 7 TPS kelurahan dan 40 TPS di setiap lingkungan RW. Sampah dari TPS di wilayah perkotaan ini kemudian akan diangkut menuju TPA Tanggan di Kecamatan Gesi.
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.16 Peta Rencana Pengembangan TPS Perkotaan Tanggenar
142
RENCANA INFRASTUKTUR PENDUKUNG AGROPOLITAN Fungsi kawasan perkotaan salah
Dalam rencana 20 tahun kedepan dibutuhkan
satunya yaitu sebagai pendukung agropolitan.
tambahan beberapa unit sarana dikarenakan pertambahan
Fungsi tersebut harus mampu menunjang
jumlah penduduk dan kondisi beberapa sarana eksisting yang
kegiatan pertanian, baik dalam pengolahan,
belum memenuhi standar. Sehingga kedepannya perkotaan
distribusi, pemasaran, maupun pendidikan
tanggenar dapat menjadi simpul perekonomian, distribusi,
dan
pendukung
dan pelayanan yang mendukung agropolitan. Berikut
agropolitan harus memiliki beberapa sarana
merupakan peta persebaran sarana pendukung agropolitan di
dan
wilayah perkotaan Tanggenar.
pelatihan.
prasarana
Kawasan
yang
dapat
menunjang
kegiatan agropolitan tersebut
Sumber : Analisis Kelompok, 2018
Gambar 6.17 Peta Rencana Persebaran Sarana Pendukung Agropolitan Perkotaan Tanggenar
143
STRATEGI, PROGRAM
PROGRAM, DAN RENCANA PENJADWALAN
Pengembangan konsep Kota Terpadu Mandiri menjadi dasar pembentukan strategi dalam pemecahan permasalahan di wilayah perkotaan Tanggenar. Pemecahan permasalahan tersebut diwujudkan melalui pengadaan program yang terinci pada tabel sebagai berikut: Tabel IV.2 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 1 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040 Sasaran 1: Optimalisasi Fungsi Terminal Sebagai Sarana Distribusi Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target
Permasalahan Terminal Tangen Belum berfungsi secara optimal Terminal banyak digunakan pedagang kaki lima Trayek hanya jalur galeh-sragentangen
Adanya terminal koleksi untuk kegiatan distribusi (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)
Terciptanya sarana dan praasarana yang terpadu untuk pemasaran hasil produksi pertanian dan industri pengolahan
Strategi Menciptakan pusat kegiatan pemasaran dan distribusi industri di sekitar Terminal Tangen Pengawasan dan Penataan pada Pasar Tangen Pengoptimalan Terminal Tangen
Hanya angkutan untuk penumpang Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Tabel IV.3 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 2 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040
Sasaran 2: Tersedianya Pusat permukiman yang mampu melayani kawasan perkotaan dan wilayah Tanggenar Permasalahan Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target Strategi Peningkatan kebutuhan listrik yang Pengembangan jaringan listrik dan Seluruh masyarakat kawasan tidak diimbangi dengan penyediaan sarana pendukung perkotaan dapat terlayani listrik ketersesediaan fasilitas jaringan Menjamin ketersediaan prasarana Tidak tersedianya sistem drainase dan sarana kebutuhan dasar Limpasan air di seluruh kawasan Pengoptimalan dan penambahan yang terintegrasi lingkungan permukiman perkotaan dapat terintegrasi saluran drainase yang saling dengan baik terintegrasi Sedimentasi Sungai Bengawan Solo (Kalsum, E., Caesariadi, 2016) Seluruh sampah yang dihasilkan Belum adanya pengolahan sampah Pengembangan sistem pengelolaan oleh kawasan perkotaan dapat terpadu sampah terpadu dikelola dengan sistem terpadu umber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
144
Tabel IV.4 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 3 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040
Sasaran 3: Terciptanya sarana dan prasarana yang terpadu untuk pemasaran hasil produksi pertanian dan industri pengolahan Permasalahan Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target Strategi Adanya pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasarpasar grosir dan pergudangan Pengembangan Kawasan Pasar komoditas sejenis Tangen (Pusat Litbang Ketransmigrasian, Tersedianya sarana yang dapat 2013) Belum optimalnya sarana mendukung kegiatan pemasaran pemasaran pendukung pertanian pertanian Pengawasan dan Penataan pada Menyediakan prasarana dan sarana Pasar Tangen kegiatan usaha (Kalsum, E., Caesariadi, 2016) Pengoptimalan Terminal Tangen Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Tabel VI.5. Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 4 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040
Permasalahan
Sasaran 4: Tersedianya alat dan bahan pemenuh kebutuhan agropolitan dan industri pengolahan Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target
Belum terdapatnya sarana produksi pertanian dalam penyediaan alat dan bahan roduksi pertanian
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
145
Penyediaan pusat pelayanan agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul Menyediakan prasarana dan sarana kegiatan usaha (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)
Tersedianya alat dan bahan pemenuh kebutuhan agropolitan dan industri pengolahan yang dapat di jangkau dengan mudah oleh petani maupun pabrik di Wilayah Tanggenar
Strategi
Pengadaan Sarana produksi pertanian di Desa Katelan Penyediaan dan pengembangan bibit unggul guna menghasilkan panen berkualitas
Tabel IV.6 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 5 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040
Permasalahan Belum terjangkaunya pelayanan TK dan SD Masyarakat belum memiliki ketrampilan khusus
Sasaran 5: Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target Seluruh kawasan perkotaan Penyediaan pusat kegiatan terjangkau layanan TK dan SD pendidikan dan pelatihan di sektor pertanian, industri dan jasa Masyarakat memiliki ketrampilan (Pusat Litbang Ketransmigrasian, khusus guna meningkatkan 2013) perekonomian
Strategi Meningkatkan jangkauan pelayanan pendidikan Pengadaan kagiatan pelatihan dibidang pertanian
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Tabel VI.7 Indikator Program untuk Sasaran 1 Wilayah Tanggenar
Waktu Pelaksanaan No
Program
Fase 1
Fase 2 (2025-2030)
Fase 3 (2031-2035)
Fase 4 (2036-2040)
2020 2021 2022 2023 2024 Sasaran 1: Terciptanya sarana dan prasarana yang terpadu untuk pemasaran hasil produksi pertanian dan industri pengolahan dan Optimalisasi fungsi terminal sebagai sarana distribusi 1 Menciptakan pusat kegiatan pemasaran dan distribusi industri di sekitar Terminal Tangen Tersedianya jalur distribusi dari pusat produksi a pengolahan menuju gudang pemasaran di Kawasan Perkotaan b Peningkatan Skala pasar Tangen Mengoptimalkan fungsi terminal sebagai tempat c menaikkan dan menurunkan penumbang serta barang Tersedianya industri pengolahan barang menjadi produk jadi atau setengah jadi di Desa Gesi (Pabrik d Gula Pasir), Desa Srawung (Pabrik Pakan Ternak), Desa Dukuh (Pabrik Pakan Ternak) Pembangunan gudang di Desa Katelan (Pendukung e pemasaran di Terminal Katelan dan Pasar Tangen), Desa Gesi (Pendukung Pabrik Gula Pasir), Desa
146
Waktu Pelaksanaan No
Program
Fase 1 2020
2 a b 3 a
b c d
Srawung dan Desa Dukuh (Pendukung Pabrik Pakan Ternak) Pengoptimalan kegiatan pemasaran dari pusat kolaktif gudang Pengawasan dan Penataan pada Pasar Tangen Peningkatan Skala pasar Tangen Revitalisasi pasar menjadi pasar modern Optimalisasi pemasaran produk komoditas unggulan Pengoptimalan Terminal Tangen Mengoptimalkan fungsi terminal sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumbang serta barang Menciptakan rute dan moda transportasi yang efisien dan terjangkau dari desa-desa menuju ke Terminal di perkotaan dan dari Terminal perkotaan ke Terminal Tangen Membangun halte angkutan umum di setiap desa Pengintegrasian angkutan umum dari berbagai desa dan pusat kota di Terminal Tangen dan dari Terminal Tangen ke Pusat-pusat kegiatan serta pemeliharaan berkala pada terminal dan halte.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
147
2021
2022
2023
2024
Fase 2 (2025-2030)
Fase 3 (2031-2035)
Fase 4 (2036-2040)
Tabel IV.8 1 Indikator Program untuk Sasaran 2 Wilayah Tanggenar
Waktu Pelaksanaan Fase 1 Fase 2 (20252020 2021 2022 2023 2024 2030) Sasaran 2: Tersedianya Pusat Permukiman Yang Mampu Melayani Kawasan Perkotaan dan Wilayah Tanggenar 1 Pengembangan jaringan listrik dan penyediaan sarana pendukung jaringan Pendataan rumah tangga yang belum memiliki akses a listrik secara mandiri dan industri Penyediaan akses jaringan listrik setiap rumah dan b industry di kawasan perkotaan c Penambahan gardu listrik 5 buah d Pemeliharaan jaringan listrik dan gardu yang ada 2 Pengoptimalan dan penambahan saluran drainase yang saling terintegrasi Pembangunan saluran drainase tersier di kawasan a permukiman yang saling terhubung Perbaikan saliran drainase sekunder dan pengintegrasian b dengan bengawan solo Pengerukan sungai bengawan solo yang mengalami c sedimentasi d Pemeliharaan saluran drainase secara berkala 3 Pengembangan sistem pengelolaan sampah terpadu a Sosialisasi pembangunan sistem pengelolaan sampah b Pembangunan TPS Pembuatan jalur pengangkutan sampah hinggan TPA c Tanggan d Pemeliharaan fasilitas persampahan No
Program
Fase 3 (20312035)
Fase 4 (20362040)
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
148
Tabel IV. 9 Indikator Program untuk Sasaran 3 Wilayah Tanggenar
Waktu Pelaksanaan No
Fase 1
Program 2020
2021
2022
2023
2024
Fase 2 (2025-2030)
Fase 3 (2031-2035)
Sasaran 3: Terciptanya sarana dan prasarana yang terpadu untuk pemasaran hasil produksi pertanian dan industri pengolahan 1 Pengembangan Kawasan Pasar Tangen a Peningkatan Skala pasar Tangen Mengoptimalkan fungsi terminal sebagai tempat b menaikkan dan menurunkan penumbang serta barang Tersedianya industri pengolahan barang menjadi produk jadi atau setengah jadi di Desa Gesi (Pabrik c Gula Pasir), Desa Srawung (Pabrik Pakan Ternak), Desa Dukuh (Pabrik Pakan Ternak) Pembangunan gudang di Desa Katelan (Pendukung pemasaran di Terminal Katelan dan Pasar Tangen), d Desa Gesi (Pendukung Pabrik Gula Pasir), Desa Srawung dan Desa Dukuh (Pendukung Pabrik Pakan Ternak) Pengoptimalan kegiatan pemasaran dari pusat e kolaktif gudang 2 Pengawasan dan Penataan pada Pasar Tangen a Peningkatan Skala pasar Tangen b
Revitalisasi pasar menjadi pasar modern
c 3
Optimalisasi pemasaran produk komoditas unggulan Pengoptimalan Terminal Tangen Mengoptimalkan fungsi terminal sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumbang serta barang
a b
149
Menciptakan rute dan moda transportasi yang efisien dan terjangkau dari desa-desa menuju ke
Fase 4 (2036-2040)
Waktu Pelaksanaan No
Fase 1
Program 2020
2021
2022
2023
2024
Fase 2 (2025-2030)
Fase 3 (2031-2035)
Fase 4 (2036-2040)
Terminal di perkotaan dan dari Terminal perkotaan ke Terminal Tangen c d
Membangun halte angkutan umum di setiap desa Pengintegrasian angkutan umum dari berbagai desa dan pusat kota di Terminal Tangen dan dari Terminal Tangen ke Pusat-pusat kegiatan serta pemeliharaan berkala pada terminal dan halte.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Tabel IV.10 2 Indikator Program untuk Sasaran 4 Wilayah Tanggenar
Waktu Pelaksanaan No
Fase 1
Program 2020
2021
2022
2023
2024
Fase 2 (20252030)
Fase 3 (20312035)
Fase 4 (20362040)
Sasaran 4: Tersedianya alat dan bahan pemenuh kebutuhan agropolitan dan industri pengolahan 1 Pengadaan Sarana produksi pertanian di Desa Katelan Pembangunan kawasan pertokoan khusus sebagai sarana a perdagangan alat dan bahan produksi pertanian Penyediaan kelengkapan alat produksi pertanian b berteknologi modern 2 Penyediaan dan pengembangan bibit unggul guna menghasilkan panen berkualitas a Penyediaan lahan pengembangan bibit unggul b Pengelolaan dan pemasaran hasil produksi Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
150
Tabel IV. Indikator Program untuk Sasaran 5 Wilayah Tanggenar
Waktu Pelaksanaan No
Fase 1
Program 2020
Sasaran 5: Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja 1 Meningkatkan jangkauan pelayanan pendidikan a Pendataan jangkauan pelayanan TK dan SD b c 2 a b c
Pembangunan TK dan SD Penambahan tim pendidik Pengadaan kagiatan pelatihan dibidang pertanian Pembangunan Balai Latihan Kerja Sosialisasi tentang pertanian Pengadaan pelatihan terhadap petani dalam pengelola tanaman
d
Pengadaan pelatihan pengelolaan hasil pertanian
e
Pendampingan dalam pengelolaan hasil pertanian
Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018
151
2021
2022
2023
2024
Fase 2 (20252030)
Fase 3 (20312035)
Fase 4 (20362040)
LINK WEBSITE STUDIO B1 TANGGENAR https://studiokelompokb1.wixsite .com/tanggenar
B1