Master Plan of TANGGENAR

Page 1

TA N G G E N A R STUDIO PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA - LAPORAN AKHIR -

Made by B1 angkatan 2016


B1


OUTLINE PENDAHULUAN PROFIL TANGGENAR DAN PERKOTAAN KONSEP PERENCANAAN TANGGENAR DAN PERKOTAAN RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH SKENARIO PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGENAR RENCANA PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGEANAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan proposal teknis ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Proposal teknis ini sendiri disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Studio Proses Perencanaan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan proposal teknis ini tidak mungkin terwujud apabila tidak terdapat bantuan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan proposal teknis, yaitu : 1.

Seluruh tim dosen Mata Kuliah Studio Perencanaan yang dalam penyusunan laporan ini banyak memberikan ilmu, saran, dorongan, serta bimbingan yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi

2.

Dr.-Ing. Wiwandari Handayani dan Novia Sari Ristanti, ST, MT sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga penyusunan laporan akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

3.

Orang tua yang tidak henti senantiasa mendukung dan mendoakan untuk kelancaran proposal teknis ini.

4.

Angkatan 2016 yang berjuang bersama dalam menjalani Studio Perencanaan, untuk selalu memberikan saran, kritik, dan dukungan dalam penyusunan laporan akhir

5.

Serta masih banyak lagi pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan akhir yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Kami juga menyadari bahwa penulisan proposal teknis ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna dalam penyusunannya, baik dilihat dari segi teknis maupun dari segi substansi. Dengan demikian, kami menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dalam memperbaiki proposal teknis kami. Akhir kata, kami berharap semoga proposal teknis kami dapat memberikan kebermanfaatan bagi para pembaca.

Semarang, 14 Desember 2018

Tim Penyusun Kelompok Studio Perencanaan B1


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1

Tujuan dan Sasaran

2

Ruang Lingkup

2

Kerangka Pikir Perencanaan

4

Sistematika Penulisan

6

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH TANGGENAR Skenario Pengembangan Wilayah

77

Rencana Sistem Pusat Sub Pusat Permukiman

98

Strategi dan Program

102

BAB V SKENARIO PERENCANAA DAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN BAB II PROFIL WILAYAH DAN PERKOTAAN TANGGENAR Profil Wilayah

7

Potensi, Permasalahan, Isu Wilayah Tanggenar

43

Profil Perkotaan

47

Potensi, Permasalahan, Isu Perkotaan Tanggenar

57

Fungsi dan Kawasan Perkotaan

105

Proyeksi Penduduk Perkotaan

106

Analisis Kemampuan Lahan

107

Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan

109

Analisis Kelengkapan Fasilitas

111

Analisis Kebutuhan Ruang Perkotaan

112

Skenario Perencanaan Kebutuhan Infrastruktur

114

BAB III KONSEP PERENCANAAN WILAYAH DAN PERKOTAAN

BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGENAR

TANGGENAR

Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

127

Tujuan dan Sasaran Wilayah

61

Rencana Struktur Ruang

128

Konsep Perencanaan Wilayah

62

Rencana Pengembangan Pergerakan

129

Tujuan dan Sasaran Perkotaan

68

Rencana Infastruktur

134

Konsep Perencanaan Perkotaan

70

Strategi dan Program

144


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Administrasi Tanggenar

3

Gambar 2. 1 Peta Kelerengan Wilayah Kabupaten Sragen

8

Gambar 2. 2 Peta Hidrologi Wilayah Kabupaten Sragen

8

Gambar 2,3 Peta Hidrogeologi Wilayah Kabupaten Sragen

9

Gambar 2.4 Grafik Perkembangan PDRB Solo Raya Tahun 2012-2015

10

Gambar 2.5 Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Solo Raya Tahun 2012-2015

10

Gambar 2.6 Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Kabupaten Sragen Tahun 2012-2015

11

Gambar 2. 7 Peta Komoditas Sektor Pertanian di Solo Raya

12

Gambar 2.8 Grafik Produksi Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2016

13

Gambar 2. 9 Peta Alur Ekspor Impor Wilayah Tanggenar dan Sekitarnya

14

Gambar 2. 10 Peta Hierarki Kabupaten Sragen

15

Gambar 2. 11 Peta Perkembangan Desa Kota Kabupaten Sragen

16

Gambar 2. 12 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Sragen

17

Gambar 2. 13 Peta Perkembangan Lahan Terbangun

18

Gambar 2. 14 Peta Perkembangan Kota Tanggenar

19

Gambar 2. 15 Peta Kelerengan Wilayah Tanggenar

20

Gambar 2. 16 Peta Kelerengan Wilayah Perancanaan Tanggenar

21

Gambar 2. 17 Peta Hidrogeologi Wilayah Perancanaan Tanggenar

22

Gambar 2. 18 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar

22

Gambar 2. 19 Piramida Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar

23

Gambar 2. 20 Jumlah Keluarga Pra-Sejahtera Wilayah Perencanaan Tanggenar

23

Gambar 2. 21 Presentaae Tingkat Pendidikan Wilayah Perencanaan Tanggenar

24

Gambar 2. 22 Proyeksi Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar Pada Tahun Sensus

25

Gambar 2. 23 Peta Jaringan Jalan Wilayah Tanggenar

25

Gambar 2. 24 Peta Kondisi Jaringan Jalan Wilayah Tanggenar

26

Gambar 2. 25 Pelayanan Pamsimas

27

Gambar 2. 26 Peta PDAM Kabupaten Sragen

27

Gambar 2. 27 Peta Jaringan Listrik Wilayah Tanggenar

28

Gambar 2. 28 Peta Persebaran Sarana Wilayah Tanggenar

29

Gambar 2. 29 Peta Jangkauan Fasilitas Pendidikan Wilayah Tanggenar

31

Gambar 2. 30 Diagram Presentase menuju sarana Pendidikan

32

Gambar 2. 31 Peta Jangkauan Fasilitas Puskesmas Wilayah Tanggenar

32

Gambar 2. 32 Diagram Presentase menuju Jangkauan Puskesmas

33

Gambar 2. 33 Diagram Presentase menuju Jangkauan Fasilitas Pasar

34

Gambar 2. 34 Jangkauan Pelayanan Pasar Wilayah Tanggenar

34

Gambar 2. 35 Peta Pusat Pemerintahan dan Pelayanan Umum

36


Gambar 2. 36 Peta Persebaran Komoditas

37

Gambar 2. 37 Peta Hubungan Desa – Kegiatan Ekonomi

37

Gambar 2. 38 Peta Perkembangan Kota Tanggenar

38

Gambar 2. 34 Peta Rencana Struktur Ruang Tanggenar

42

Gambar 2. 40 Peta Kebijakan Pembangunan Tanggenar

42

Gambar 2. 41 Peta Skema Penentuan Isu Utama Wilayah Tanggenar

46

Gambar 2. 42 Jumlah Ketenagakerjaan Kawasan Perkotaan per Desa Tahun 2016

49

Gambar 2. 43 Peta Administrasi Kawasan Perkotaan Tanggenar

50

Gambar 2. 44 Peta Perkembangan Wilayah Tanggenar

51

Gambar 2. 45 Peta Bangunan Persil Perkotaan Tanggenar

52

Gambar 2. 46 Grafik Jumlah Tenaga Kerja di Kawasan Perkotaan Tanggenar

53

Gambar 2. 47 Peta Kawasan Perkotaan Tanggenar

53

Gambar 2. 48 Peta Lokasi Wisata Perkotaan Tanggenar

54

Gambar 2. 49 Peta Jaringan Jalan Perkotaan Tanggenar

55

Gambar 2. 50 Peta Fasilitas Perkotaan Tanggenar

55

Gambar 2. 51 Peta Orde Perkotaan Tanggenar

56

Gambar 2. 52 Peta Potensi dan Masalah Perkotaan Tanggenar

57

Gambar 2. 53 Wisata Gunung Banyak, Desa Srawung

77

Gambar 2. 54 Peta Jaringan Jalan Perkotaan Tanggenar

58

Gambar 2. 55 Peta Persebaran Fasilitas Kawasan Perkotaan Tanggenar

59

Gambar 3. 1 Skema Agropolitan

63

Gambar 3. 2 Struktur dan Pola Pengembangan Kota Terpadu Mandiri pada Wilayah Pengembangan Transmigran

71

Gambar 3. 3 Skema Fungsi Kota Terpadu Mandiri Perkotaan Tanggenar

73

Gambar 4. 1 Produksi Jagung Tanggenar (2012-2017)

78

Gambar 4. 2 Produktivitas Jagung Tanggenar (2012-2017)

78

Gambar 4. 3 Diagram Tenaga Kerja Wilayah Tanggenar

83

Gambar 4. 4 Skenario Pengembangan Tenaga Kerja

85

Gambar 4. 5 Peta Rencana Jaringan Jalan

86

Gambar 4. 6 Peta Rencana Pengembangan Jalan Lingkar Utara Sragen

86

Gambar 4. 7 Peta Wetness Index Bulan Basah Gambar 4. 8 Peta Wetness Index Bulan Kering

88

Gambar 4. 9 Peta Laju Infiltrasi Wilayah Tanggenar

90

Gambar 4. 10 Peta Rencana Pembangunan Embung di Wilayah Tanggenar

91

Gambar 4. 11 Peta Rekomendasi Sawah Tadah Hujan

91

Gambar 4. 12 Skema Pergerakan

95

Gambar 4. 13 Skema Agropolitan Tebu Wilayah Tanggenar

96

Gambar 4. 14 Skema Agropoliyan Jagung Wilayah Tanggenar

97


Gambar 4. 15 Rencana Sistem Pusat Permukiman di Wilayah Tanggenar

98

Gambar 5. 1 Skema Fungsi Perkotaan

105

Gambar 5. 2 Grafik Proyeksi Penduduk

107

Gambar 5. 3 Peta Kemampuan Lahan

107

Gambar 5. 4 Peta Greenfield dan Brownfield Wilayah Perkotaan

109

Gambar 5. 5 Peta Daya Tampung Permukiman Wilayah Perkotaan Tanggenar

110

Gambar 5. 6 Persentase Jalan Beraspal Perkkotaan Tanggenar

114

Gambar 5. 7 Peta Rencana Pengembangan Jalur Usaha Tani dan Perbaikan Jalan Perkotaan

116

Gambar 5. 8 Peta Rencana Pengembangan Prasarana Listrik

118

Gambar 5. 9 Tangki Septik yang Disedot oleh Truk

122

Gambar 5. 10 Peta Persebaran Drainase Eksisting

125

Gambar 6. 1 Rencana Pola Ruang Wilayah Perkotaan Tanggenar

127

Gambar 6. 2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Perkotaan Tanggenar

128

Gambar 6. 3 Peta Persebaran Pusat Permukiman Perkotaan Tanggenar

131

Gambar 6. 4 Peta Pergerakan Hasil Pertanian Perkotaan Tanggenar

132

Gambar 6. 5 Peta Pergerakan Penduduk Perkotaan Tanggenar

133

Gambar 6. 6 Skema Pergerakan Penunjang Agropolitan (Tebu)

133

Gambar 6. 7 Skema Pergerakan Penunjang Agropolitan (Jagung)

135

Gambar 6. 8 Peta Pusat Permukiman Ruang Perkotaan

135

Gambar 6. 9 Peta Rencana Pengembangan Sarana Permukiman Perkotaan Tanggenar

137

Gambar 6. 10 Lokasi Potensial Pembangunan Embung di Wilayah Perkotaan

137

Gambar 6. 11 Rencana Pembangunan IPAL Perkotaan Tanggenar

138

Gambar 6. 12 Rencana Pengembangan Jaringan Listrik Perkotaan Tanggenar

139

Gambar 6. 13 Persentase Jalan Beraspal Perkotaan Tanggenar

140

Gambar 6. 14 Peta Rencana Perbaikan Jalan Perkotaan Tanggenar

140

Gambar 6. 15 Peta Rencana Pengambangan Drainase Perkotaan Tanggenar

141

Gambar 6. 16 Peta Rencana Pengembangan TPS Perkotaan Tanggenar

142

Gambar 6. 17 Rencana Persebaran Fasilitas di Wilayah Perkotaan Tanggenar

143

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Luasan Kelerengan di Wilayah Perencanaan Tanggenar

20

Tabel II. 2 Luasan Hidrogeologi di Wilayah Perencanaan Tanggenar

21

Tabel II. 3 Jumlah data untuk Perhitungan Level of Service Tahun 2016

30

Tabel II. 4 Jumlah Penduduk Pendukung pada Tiap Fasilitas

30


Tabel II. 5 Hasil Perhitungan Level of Service Tahun 2016 di Wilayah Tanggenar

30

Tabel II. 6 Lokasi Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

35

Tabel II. 7 Potensi dan Masalah Tanggenar

43

Tabel II. 8 Sub isu wilayah Tanggenar

44

Tabel II. 9 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Kawasan Perkotaan Tanggenar

48

Tabel II. 10 Jumlah Luas Lahan Tebangun dan Non-Terbangun Kawsan Perkotaan

48

Tabel III. 1 Tujuan dan Sasaran Wilayah Tanggenar

61

Tabel III. 2 Nilai Ekonomis Pengolahan Gula Merah

65

Tabel III. 3 Nilai EKonomis Pengolahan Jagung

66

Tabel III. 4 Indikator Agropolitan

67

Tabel III. 5 Karakteristik KTM

72

Tabel III. 6 Indikator Kota Terpadu Mandiri

72

Tabel IV. 1 Target Produksi Tebu Kecamatan Gesi Tahun 2040

77

Tabel IV. 2 Target Produksi Tebu Kecamatan Tangen Tahun 2040

77

Tabel IV. 3 Target Produksi Tebu Kecamatan Jenar Tahun 2040

77

Tabel IV. 4 Target Populasi Unggas Tahun 2040

78

Tabel IV. 5 Target Peningkatan Produktivitas dan Produksi Jagung Tanggenar

79

Tabel IV. 6 Target Penjualan Tebu Mentah (Eksisting dan Rencana) Tahun 2040

81

Tabel IV. 7 Target Penjualan Gula Merah Tahun 2040

81

Tabel IV. 8 Proyeksi Jumlah Unggas di Wilayah Tanggenar Tahun 2040

82

Tabel IV. 9 Target Penjualan Pakan Ternak ke Luar Tanggenar Tahun 2040

82

Tabel IV. 10 Tenaga Kerja Kecamatan Taggenar Dirinci Per Sektor

83

Tabel IV. 11 Persentase Tenaga Kerja di Wilayah Tanggenar

84

Tabel IV. 12 Jumlah Kebutuhan Air Penduduk Tahun 2040

89

Tabel IV. 13 Jumlah Kebutuhan Air Tebu Tahun 2040

89

Tabel IV. 14 Jumlah Kebutuhan Air Jagung Tahun 2040

89

Tabel IV. 15 Faktor Penentuan Lokasi Industri Tebu

93

Tabel IV. 16 Faktor Penentuan Lokasi Industri Jagung

93

Tabel IV. 17 Analisis Pengembangan Pergerakan

94

Tabel IV. 18 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan Tanggenar Tahun 2040

100

Tabel IV. 19 Indikator Program untuk Sasaran 1 Wilayah Tanggenar

100

Tabel IV. 20 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 2 Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Tabel IV. 21 Indikator Program untuk Sasaran 2 Wilayah Tanggenar

101 101

Tabel IV. 22 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran Tabel V. 1 Rencana Fungsi dan Aktivitas Kawasan Perkotaan Tanggenar

106

Tabel V. 2 Proyeksi Jumlah Penduduk Perkotaan

107

Tabel V. 3 Jumlah Luas dan Persentase Kemampuan Kawasan Perkotaan Tanggenar

108


Tabel V. 4 Perhitungan Daya Taampung Perkotaan Tanggenar

110

Tabel V. 5 Jenis Fasilitas Rencana Wilayah Perkotaan Tanggenar

111

Tabel V. 6 Perhitungan Skalogram

111

Tabel V. 7 Perhitungan Skalogram Wilayah Perkotaan Tanggenar

111

Tabel V. 8 Kebutuhan Ruang Perkotaaan

113

Tabel V. 9 Volume Kapasitas Jalan Kolektor Perkotaan Tanggenar

115

Tabel V. 10 Kapasitas Jalan Kolektor Perkotaan Tanggenar

115

Tabel V. 11 Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Wilayah Perkotaan Tanggenar

118

Tabel V. 12 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih di Wilayah Perkotaan Tahun 2018

119

Tabel V. 13 Jumlah Aksess Jamban Menurut Desa di Wilayah Perkotaan Tahun 2018

120

Tabel V. 14 Perhitungan Grey Water

121

Tabel V. 15 Perhitungan Produksi Limbah Wilayah Perkotaan Tahun 2010-2040

121

Tabel V. 16 Kebutuhan Truk Tinja Wilayah Perkotaan Tahun 2010-2040

122

Tabel V. 17 Kebutuhan Jumlah IPAL Wilayah Perkotaan

122

Tabel V. 18 Proyeksi Produksi Sampah dan Kebutuhan Fasilitas Persampahan Perkotaan

123

Tabel Vi. 1 Rencana dan Realisasi Kebutuhan Perumahan di Perkotaan Tanggenar

129

Tabel VI.2 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 1 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040

144

Tabel VI.3 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 2 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040

144

Tabel VI.4 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 3 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040

145

Tabel VI.5 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 4 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040

145

Tabel VI.6 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 5 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040

146

Tabel VI.7 Indikator Program untuk Sasaran 1 Wilayah Tanggenar

146

Tabel VI.8 Indikator Program untuk Sasaran 2 Wilayah Tanggenar

148

Tabel VI.9 Indikator Program untuk Sasaran 3 Wilayah Tanggenar

149

Tabel VI.10 Indikator Program untuk Sasaran 4 Wilayah Tanggenar

150

Tabel VI.11 ndikator Program untuk Sasaran 5Wilayah Tanggenar

151





Isu tersebut didapatkan dari peninjauan

LATAR

potensi dan masalah dari berbagai aspek baik aspek fisik maupun non fisik. Wilayah Tanggenar memiliki

BELAKANG

dominasi sektor pertanian dengan komoditas unggulan

Perencanaan merupakan proses yang Perencanaan merupakan proses yang bersifat kontinu menyangkut pengambilan bersifat kontinu menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan mengenai cara keputusan atau pilihan mengenai cara memanfaatkan sumber daya yang ada memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal semaksimal mungkin, guna mencapai tujuan mungkin, guna mencapai tujuan tertentu di masa tertentu di masa depan (Conyer & Hill, 1984). depan (Conyer & Hill, 1984). Perencanaan Perencanaan memegang peran penting dalam memegang peran penting dalam pembangunan pembangunan suatu wilayah karena berkaitan suatu wilayah karena berkaitan dengan dengan pemanfaatan sumber daya yang terbatas pemanfaatan sumber daya yang terbatas secara secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. Selain efektif, efisien, dan berkelanjutan. Selain itu, itu, perencanaan yang dilakukan perlu peninjauan perencanaan yang dilakukan perlu peninjauan dari dari berbagai aspek guna menentukan berbagai aspek guna menentukan perencanaan perencanaan yang tepat dengan wilayah yang tepat dengan wilayah tersebut. Oleh karena tersebut. Oleh karena itu, perencanaan harus itu, perencanaan harus bersifat implementatif dan bersifat implementatif dan mampu mampu mengakomodasi kebutuhan wilayah mengakomodasi kebutuhan wilayah tersebut di tersebut di masa depan. masa depan.

pencaharian utama sebagai petani. Ditinjau dari

Wilayah perencanaan yang digunakan

tentang Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang merupakan

menjadi objek analisis perencanaan adalah wilayah

konsep pendukung Wilayah Tanggenar maupun

regional

perkotaan

perkotaan yang berfungsi sebagai pusat distribusi dan

Tanggenar. Perencanaan wilayah dan perkotaan

kolektif produk pertanian, pusat pemasaran, pusat

memiliki perbedaan dalam segi administratif dan

permukiman, dan memiliki integrasi sarana prasarana

substansi. Wilayah regional terdiri dari tiga

yang mendukung. Diproyeksikan, Tanggenar dapat

kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan

mampu mengolah komoditas unggulan tsb menjadi

Tangen, Kecamatan Gesi, dan Kecamatan Jenar

produk olahan dengan nilai tambah, menghasilkan

(Tanggenar).

lapangan pekerjaan baru, serta memiliki dukungan

Tanggenar

dan

Sedangkan,

berupa komoditas tebu dan jagung dan memiliki mata

wilayah

wilayah

perkotaan

terdiri dari Desa Katelan, Desa Dukuh, Desa

potensinya, Wilayah Tanggenar unggul sebagai produsen tebu tertinggi dan produsen jagung kedua di Sragen. Namun, Tanggenar juga memiliki masalah utama seperti kekeringan karena air tanah langka dan berkapur, jaringan jalan rusak, dan PDRB yang rendah. Oleh

karena

itu,

Tanggenar

perlu

direncanakan dengan konsep yang sesuai. Konsep perencanaan yang digunakan di Wilayah Tanggenar dan wilayah perkotaan berbeda, namun memiliki keterkaitan

fungsi

dimana

adanya

hubungan

fungsional yang saling mendukung. Konsep Wilayah Tanggenar merupakan Agropolitan yang merupakan konsep dengan dasar sektor pertanian eksisting sehingga memiliki sistem integrasi yang baik dalam segi sarana prasarana, alur produksi distribusi, dan nilai ekonomis. Sedangkan, konsep perkotaan mengusung

saprotan yang baik. Konsep perencanaan wilayah Tanggenar dan

Srawung, dan Desa Gesi. Berdasarkan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data potensi dan

perkotaan

masalah Tanggenar, diketahui bahwa wilayah

dengan

Tanggenar memiliki isu utama sebagai wilayah

Grobogan, Ngawi, perkotaan Sragen, Surakarta, dan

terbelakang dengan sub isu infrastruktur yang

Sukoharjo. Selain itu, integrasi wilayah Tanggenar

kurang

dengan sekitarnya mampu memberikan peluang

memadai,

stagnasi

ekonomi,

rendahnya kualitas sumber daya manusia.

dan

juga

wilayah

mempertimbangkan

keterkaitan

sekitarnya,

Kabupaten

seperti

terkait adanya rencana pembukaan jalan tol dan rencana pembangunan jalan lingkar utara Sragen.

1

Sehingga, implementasi konsep Agropolitan dan KTM perlu mempertimbangkan kondisi intra dan agregat


jalan tol dan rencana pembangunan jalan lingkar utara Sragen. Sehingga, implementasi konsep

Agropolitan

dan

KTM

perlu

mempertimbangkan kondisi intra dan agregat wilayahnya. Konsep tersebut diharapkan

RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Wilayah

dapat meminimalkan masalah yang ada

Ruang lingkup wilayah pada laporan ini terbagi

sehingga menghasilkan kehidupan wilayah

atas dua wilayah, yaitu wilayah Tanggenar dan wilayah

perencanaan yang lebih baik.

perkotaan Tanggenar. Wilayah perencanaan Tanggenar merupakan deliniasi dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan

TUJUAN DAN SASARAN

Tangen, Kecamatan Gesi dan Kecamatan Jenar. Wilayah Tanggenar ini merupakan 3 Kecamatan yang terletak di bagian utara Kabupaten Sragen. Kecamatan Gesi memiliki luas wilayah 3.958.04 Ha yang terdiri dari 7 desa 85 dukuh.

Tujuan Perumusan

Jumlah penduduk Kecamatan Gesi adalah 19.856 jiwa di rencana

pengembangan Tanggenar

dan

pembangunan

wilayah

dan

Perencanaan

kawasan

Perkotaan

Tanggenar sebagai Kawasan Agropolitan

tahun 2016. Kecamatan Tangen memiliki luas wilayah 5.512,54 Ha dengan 7 desa dan 80 dukuh. Berdasarkan data BPS tahun 2016, jumlah penduduk di Kecamatan Tangen adalah 13.220 jiwa. Kemudian Kecamatan Jenar memiliki luas wilayah sebesar 6.397 Ha dengan 7 desan dan 82 dukuh,

dalam jangka waktu 20 tahun.

serta memilii jumlah penduduk 26.825 di Tahun 2016.

Sasaran

Wilayah Tanggenar ini secara geografis berbatasan

Sasaran-sasaran

yang

dibutuhkan

untuk

langsung dengan Kabupaten Grobogan di sebeah utara,

mencapai tujuan tersebut adalah sebagai

Kabupaten Ngawi di sebelah timur, Kecmatan Ngrampal

berikut :

dan Sambungmacan di sebelah selatan dan Kecamatan

a.

Sukodono di sebelah barat.

Evaluasi data primer hasil survei lapangan dan hasil Focus Group Discussion

b.

c.

d.

Penyusunan

profil

wilayah

Wilayah perkotaan Tanggenar merupakan bagian serta

yang lebih kecil dari wilayah Tanggenar. Wilayah perkotaan

identifikasi potensi, masalah dan isu

ini terdiri dari 4 desa, yaitu Desa Gesi, Desa Srawung, Desa

Perencanaan Tanggenar dan Kawasan

Katelan dan Desa Dukuh. Keempat desa ini memiliki peran

Perkotaan

dan fungsi sebagai pusat pelayanan dan aktivitas di wilayah

Penyuunan tujuan dan sasaran serta

Tanggenar. Secara geografis, wilayah perkotaan ini

perumusan konsep wilayah Tanggenar

berbatasan langsung dengan Desa Poleng, Sigit dan

dan Kawasan Perkotaan

Ngrombo di sebelah utara, Desa Ngepringan dan Japoh di

Penyusunan analisis, scenario perencnaan

sebelah timur, Sungai Bengawan Solo di sebelah selatan

dan rencana pengembangan wilayah

serta Desa Tanggan dan Blangu di sebelah barat.

Tanggenar dan Kawasan Perkotaan e.

Penyusunan wilayah Perkotaan

strategi

Tanggenar

Desa Desa Katelan memiliki luas wilayah 7,3 km²

dan

Program

dengan jumlah penduduk 5.252 jiwa dan dengan kepadatan

dan

Kawasan

719 jiwa/km². Desa Katelan merupakan desa dengan kepadatan paling tinggi di Kecamatan Tangen. Desa Dukuh memiliki luas 6,61 km²

2


Desa Dukuh memiliki luas 6,61 km² dengan jumlah penduduk 4.303 jiwa dan dengan kepadatan 699 jiwa/km². Secara administratif, Desa Katelan dan Desa Dukuh masing-masing memiliki 23 dukuh dengan 24 RT dan 12 Dukuh dengan 33 RT. Kawasan perkotaan yang terdapat di Kecamatan Gesi adalah Desa Gesi dan Desa Srawung. Desa Gesi secara administratif terdiri dari 10 dukuh dan 24 RT dengan luas wilayah sebesar 4,61 km² dan jumlah penduduk 2849 jiwa. Kepadatan penduduk di Desa Gesi sebanyak 618 jiwa/ km². Desa Srawung memiliki luas wilayah sebesar 4,09 km2 dengan jumlah penduduk total sebanyak 1.724 jiwa. Kepadatan penduduk Desa Srawung sebesar 422 jiwa/ km².

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar Peta Administrasi Wilayah Tanggenar dan Kawasan Perkotaan Tanggenar

Ruang Lingkup Materi Ruang

lingkup

materi

terhadap Tanggenar laporan

b.

Fisik Alam dan Penggunaan Lahan

perencanaan ini membahas beberapa materi

Aspek ini membahas tentang kesesuaian lahan, daya

seperti :

dukung

a.

Konstelasi Wilayah

penggunaan lahan di Tanggenar. Dari analisis tersebut

Pada analisis ini membahas konstelasi

akan menghasilkan peta kawasan potensial dan

wilayah Tanggenar dengan wilayah di

limitasi.

sekitarnya serta pengaruh dari kebijakankebijakan yang ada dan implementasinya

c.

lahan,

rawan

bencana

serta

Kependudukan dan Sosial Aspek ini membahas tentang komposisi penduduk, ………………

3

daerah


pertumbuhan penduduk hingga proyeksi jumlah penduduk di Tahun 2040 sehingga dapat disesuaikan dengan perencanaan yang akan dilakukan kedepannya. d.

Ekonomi dan Sistem Kegiatan Wilayah Aspek ini membahas tentang sektor-sektor kegiatan utama dan unggulan di Tanggenar serta produktivitas penduduknya sehingga dapat dijadikan sebagai acuan perencanaan pengembangan perekonomian di Tahun 2040.

e.

Sarana dan Prasarana Membahas tentang sarana dan prasarana eksisting di Tanggenar serta kebutuhan yang harus dipenuhi di Tahun 2040.

f.

Kebijakan Wilayah Membahas terkait kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam skala kabupaten maupun skala desa.

g.

Strategi dan Program Membahas terkait strategi dan program yang sesuai bagi wilayah perencanaan berdasarkan analisis potensi masalah serta konsep dan skenario yang ditetapkan.

h.

Struktur Ruang Membahas tetntang gagasan terkait pusat dan sub pusat kegiatan permukiman yang akan menghasilkan pola tertentu.

i.

Pola Ruang Membahas tentang pola keruangan yang akan terbenttuk di masa mendatang.

j.

Kebutuhan Ruang Merupakan perhitungan terhadap kebutuhan ruang di masa mendatang berdasarkan analisis-analisis yang dilakukan.

TAHAPAN PERENCANAAN

4


5


SISTEMATIKA

BAB III KONSEP PERENCANAAN WILAYAH DAN PERKOTAAN TANGGENAR Berisi

PENULISAN

tentang

hasil

perumusan

konsep

berdasarkan isu, potensi dan masalah dan penerapannya pada wilayah perencanaan dan

Sistematika

dalam

laporan

perkotaan

perencanaan ini adalah sebagai berikut:

BAB

BAB I PENDAHULUAN

WILAYAH TANGGENAR

Berisi tentang latar belakang, tujuan

Berisi tentang rencana lanjutan dari perumusan konsep untuk pengembangan wilayah perencanan BAB V ANALISIS PERENCANAAN DAN

dan sasaran, ruang lingkup, kerangka piker perencanaan dan sistematika penulisan BAB II PROFIL WILAYAH TANGGENAR DAN PERKOTAAN TANGGENAR Berisi tentang profil wilayah perencanaan dan perkotaan dan hasil analisis aspek fisik dan non-fisik yang mendukung analisis lanjutan Selain itu, juga berisi hasil perumusan isu dan identifikasi masalah

IV

RENCANA

PENGEMBANGAN

PENGEMBANGAN

PERKOTAAN

TANGGENAR Berisi tentang analisis

perencanaan

dan

pengembangan lanjutan wilayah perkotaan BAB

VI

RENCANA

PENGEMBANGAN

PERKOTAAN TANGGENAR Berisi tentang rencana lanjutan pengembangan kawasan perkotaan Tanggenar

wilayah perencanaan dan perkotaan

6


PROFIL WILAYAH TANGGENAR & PERKOTAAN PROFIL WILAYAH Profil Agregat Profil Intrawilayah

POTENSI,MASALAH, ISU WILAYAH PROFIL PERKOTAAN TANGGENAR Justifikasi dan delineasi perkotaan Peran & fungsi kota Arah Perkembangan kota Elemen Pembentuk Ruang Struktur dan Pola Ruang Kota

POTENSI, MASALAH, ISU PERKOTAAN



jagung, kacang tanah, ubi jalar, dan ubi kayu. Dengan

PROFIL

luasan lahan pertanian yang besar, Kabupaten Sragen memiliki produksi komoditas padi tertinggi, yaitu 25,98%

WILAYAH

dari keseluruhan produksi padi di Solo Raya. Berdasarkan sektor industri pengolahan, Kabupaten Sragen menempati posisi ke-4 dalam peringkat nilai PDRB sektor industri

PROFIL AGREGAT A.

pengolahan se-Solo Raya. Berdasarkan sektor peternakan,

Kedudukan Wilayah

Kabupaten Sragen memiliki populasi domba dan sapi

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

potong tertinggi di wilayah Solo Raya.

Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata

Wilayah perencanaan Tanggenar memiliki sektor

Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

unggulan pertanian dengan kontribusi yang tinggi ke

– 2029 menyebutkan bahwa wilayah Solo Raya

Kabupaten Sragen. Wilayah Tenggenar memiliki produksi

merupakan rencana pengembangan kawasan

komoditas pertanian utama padi, pisang, jagung, dan tebu

strategis

dengan

provinsi

dari

sudut

kepentingan

pertumbuhan ekonomi. Kota

5,04%,

55,05%, 25,42%, dan 53,4% dari keseluruhan produksi di pusat

Kabupaten Sragen. Produksi tebu wilayah Tanggenar

pengembangan yang dijadikan sebagai titik

merupakan tertinggi di Kabupaten Sragen. Secara spasial,

transit

antarpusat

wilayah Tanggenar dilalui oleh jalan kolektor sekunder

pertumbuhan

yang menghubungkan wilayah Sragen dengan kabupaten

ekonomi di wilayah Solo Raya. Kabupaten Sragen

di sekitarnya seperti Kabupaten Grobogan dan Kabupaten

memiliki peran strategis bagi pengembangan

Ngawi, Jawa Timur. Letak Tanggenar yang berbatasan

ekonomi Solo Raya karena terletak pada titik

dengan

persimpangan jalur transportasi regional. Secara

pergerakan dari dan ke Kabupaten Sragen, baik

spasial, Kabupaten Sragen terletak pada jalur

pergerakan manusia maupun barang berupa komoditas

utama penghubung Kabupaten Sragen dengan

pertanian. Keterkaitan antarwilayah Kabupaten Sragen

kabupaten di sekitarnya, seperti Kabupaten

dan kabupaten di sekitarnya mendorong terjadinya

Boyolali,

perkembangan yang pesat.

kegiatan

Surakarta

persentase masing-masing sebesar

yang untuk

merupakan

menghubungkan mendorong

Kabupaten

Grobogan,

Kabupaten

kabupaten

Karanganyar, dan Kabupaten Ngawi, Provinsi

B.

Fisik Alam

Jawa Timur.

1.

Topografi

lain

memicu

adanya

aktivitas

Kabupaten Sragen ditetapkan sebagai PKL

Kabupaten Sragen memiliki kondisi kemiringan

(Pusat Kegiatan Lokal) Provinsi Jawa Tengah

lereng yang terbagi menjadi empat klasifikasi yaitu 0-8 %

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

yang dikategorikan datar, 8-15% yang dikategorikan

kabupaten/kota

kecamatan.

landai, 25%- 40% dikategorikan agak curam, dan lebih dari

Dalam konstelasi Solo Raya, Kabupaten Sragen

40% dikategorikan curam. Didominasi oleh kelerengan

memiliki fungsi pelayanan ekonomi pada sektor

datar dan landai yang berpotensi untuk kawasan

pertanian, industri pengolahan, serta peternakan.

pemukiman,

Berdasarkan sektor pertanian, Kabupaten Sragen

Pembangunan di kawasan dengan kelerengan datar

memiliki beberapa komoditas unggulan yaitu

cenderung lebih cepat dibandingkan pada bagian Utara

padi, jagung, kacang tanah, ubi jalar, dan ubi

Sragen. Peta kelerengan wilayah Kabupaten Sragen dapat

kayu. Dengan luasan lahan pertanian yang besar,

dilihat pada gambar berikut.

atau

beberapa

Kabupaten Sragen memiliki produksi komoditas

7

padi tertinggi, yaitu 25,98% dari keseluruhan

pusat

perkotaan

dan

persawahan.


Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen, 2011

Gambar 2.1 Peta Kelerengan Wilayah Kabupaten Sragen

2.

Hidrologi Terdapat tiga kategori hidrologi, yaitu kadang-kadang tergenang, tergenang periodik setelah hujan dan

tidak tergenang. Daerah yang tergolong tergenang setelah hujan adalah daerah yang dilewati oleh Sungai Bengawan Solo, sedangkan daerah yang tergolong kadang-kadang tergenang juga terletak di sepanjang Sungai Bengawan Solo. Daerah yang tidak tergenang lebih luas dibandingkan daerah yang tergenang.

Sumber : Bappeda Kabupaten Sragen, 2011

Gambar 2.2 Peta Hidrologi Wilayah Kabupaten Sragen

8


3.

Hidrogeologi Terdapat empat kategori hidrogeologi, yaitu daerah air tanah langka, akuifer kecil setempat, akuifer

produktifitas sedang, dan akuifer produktif dengan penyebaran sedang. Daerah air tanah langka terdapat di bagian Utara (Kecamatan Sumberlawang, Mondokan, Sukodono, Gesi, Tangen, dan Jenar). Akuifer produktifitas sedang terdapat di bagian Tenggara. (KecamatanSragen, Gondang, Karangmalang, Kedawung, Masaran, Sidoharjo). Akuifer kecil setempat terdapat di bagian Selatan. (Kecamatan Tanon, Plupuh, dan Gemolong).

Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen, 2011

Gambar 2.3 Peta Hidrogeologi Wilayah Kabupaten Sragen

c.

Ekonomi Wilayah Agregat

kabupaten dan kota di Solo Raya sangat berbeda dan

1.

Ekonomi

antardaerah memiliki ketimpangan yang tinggi.

Kondisi perekonomian di Solo Raya

Selain berdasarkan PDRB, kondisi perekonomian suatu

selalu mengalami peningkatan sejak tahun

wilayah juga dilihat dari profil ketenagakerjaannya. Wilayah

2013 hingga tahun 2016. Wilayah yang

Solo Raya memiliki dominasi tenaga kerja di sektor pertanian

memiliki persentase PDRB terbesar di Solo

serta sebagian di sektor perdagangan dan industri. Jumlah

Raya adalah Kota Surakarta dengan 29,966

tenaga kerja sektor perdagangan, industri, dan jasa pada

miliar rupiah pada tahun 2016. Sebaliknya,

setiap tahunnya cenderung fluktuatif. Pada tahun 2015,

wilayah dengan persentase PDRB terkecil di

kabupaten atau kota yang memiliki dominasi tenaga kerja

Solo Raya adalah Kabupaten Wonogiri dengan

pertanian adalah Kabupaten Wonogiri, Sragen, Boyolali,

17,863 miliar rupiah pada tahun 2016.

Klaten, dan Karanganyar. Kota Surakarta memiliki dominasi

Berdasarkan PDRB per kapita, nilai Indeks

tenaga kerja di sektor perdagangan sedangkan Kabupaten

Williamson antarkabupaten dan kota di

Sukoharjo memiliki dominasi tenaga kerja di sektor industri.

wilayah Solo Raya cukup tinggi yaitu sebesar

Dominasi tenaga kerja pada grafik di atas juga dapat

0,87. Artinya, pertumbuhan ekonomi di setiap

merepresentasikan sektor yang memiliki kontribusi terbesar

kabupaten dan kota di Solo Raya sangat

terhadap struktur perekonomian di kabupaten atau kota di

berbeda

Solo Raya. Kota Surakarta memiliki kontribusi terbesar di

dan

antardaerah

memiliki

sektor konstruksi dan perdagangan. Kabupaten dengan sektor

ketimpangan yang tinggi. 9 Selain

berdasarkan

PDRB,

kondisi

industri pengolahan sebagai kontributor terbesar dalam


terhadap struktur perekonomian di kabupaten atau kota di Solo Raya. Kota Surakarta memiliki kontribusi terbesar di sektor konstruksi dan perdagangan. Kabupaten dengan sektor industri pengolahan sebagai kontributor terbesar dalam struktur perekonomian adalah Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen. Sedangkan struktur perekonomian di Kabupaten Wonogiri masih didominasi oleh sektor pertanian. Berikut merupakan grafik perkembangan PDRB Solo Raya tahun 2013 hingga tahun 2016 dalam miliar rupiah serta diagram perkembangan jumlah tenaga kerja per sektor di Solo Raya tahun 2012 - 2015.

PDRB (Miliar Rupiah)

35.000 30.000

25.632

25.000

19.402

20.000

19.257

16.267

19.102

20.241

15.303

15.000 10.000 5.000 -

Surakarta

Boyolali

Sukoharjo

Karanganyar

Wonogiri

Sragen

Klaten

Tahun 2013

25.632

16.267

19.402

19.257

15.303

19.102

20.241

Tahun 2014

26.984

17.148

20.449

20.262

16.108

20.170

21.425

Tahun 2015

28.453

18.161

21.612

21.268

16.977

21.391

22.559

Tahun 2016

29.966

19.119

22.837

22.429

17.863

22.615

23.718

Sumber: DPRB Jawa Tengah

Tenaga kerja (jiwa)

Gambar 2.4 Grafik Perkembangan PDRB Solo Raya Tahun 2013-2016 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0

Pertanian

Perdagangan

Industri

Jasa

Lainnya

Tahun 2012

869.655

710.616

659.020

482.417

426.146

Tahun 2013

863.218

764.853

677.373

570.418

420.023

Tahun 2014

868.409

731.869

698.057

475.627

438.741

Tahun 2015

925.248

757.254

658.095

438.192

474.483

Sumber: Profil Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah

Gambar 2.5 Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Solo Raya Tahun 2012-2015 merupakan

Sragen pada tahun 2016 telah didominasi oleh sektor Industri

penyumbang PDRB terbesar ke-4 di Solo

Pengolahan sebesar 10.479,87 miliar rupiah pada Tahun 2016

Raya. Perekonomian di Kabupaten Sragen

(34% dari total PDRB Kabupaten Sragen). Berdasarkan hal

terus mengalami perkembangan dalan 4

tersebut, Industri Pengolahan Kabupaten Sragen menempati

tahun

pertumbuhan

posisi ke-4 dalam peringkat nilai PDRB sektor Industri

ekonomi di Kabupaten Sragen dalam 4 tahun

Pengolahan se-Solo Raya. Sektor lain yang juga menjadi

terakhir adalah 5,76%. Pada tahun 2016, nilai

penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Sragen adalah

PDRB Kabupaten Sragen sebesar 22,615 miliar

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda

rupiah yang berkontribusi sebesar 14% dari

motor serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan

total PDRB di wilayah Solo Raya.

dengan masing masing sebesar 21% dan 16% dari total PDRB

Kabupaten

terakhir.

Sragen

Rata-rata

Kondisi perekonomian di Kabupaten

di Kabupaten Sragen.

Sragen pada tahun 2017

10


Pada tahun 2013 hingga tahun 2016, sektor industri pengolahan memiliki perkembangan yang sangat signifikan dengan kenaikan rata-rata sebesar 9,1% setiap tahun. Sektor perdagangan dan konstruksi pada tahun yang sama juga mengalami kenaikan namun tidak signifikan. Sedangkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam 4 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Meskipun sektor industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Sragen, jumlah tenaga kerja di sektor tersebut hanya berjumlah 84.972 orang (18% dari total tenaga kerja Kabupaten Sragen). Jumlah tersebut lebih kecil dari jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang mencapai 158.489 orang (34% dari total tenaga kerja Kabupaten Sragen). Sedangkan pada sektor perdagangan, eceran, rumah makan dan hotel, sektor jasa kemasyarakatan, dan sektor lainnya memiliki persentase tenaga kerja sebesar 23%, 12%, dan 13%.

Tenaga kerja (jiwa)

Perkembangan tenaga kerja di Kabupaten Sragen tahun 2012 – 2015 disajikan pada grafik berikut. 200.000 180.000 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0

Pertanian

Perdagangan

Industri

Jasa

Lainnya

Tahun 2012

166.822

110.641

66.636

60.316

60.223

Tahun 2013

175.573

120.828

70.305

57.307

50.381

Tahun 2014

166.233

98.866

71.558

58.220

55.741

Tahun 2015

158.484

105.904

84.984

56.532

59.042

Sumber: Profil Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah

Gambar 2.6 Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Kabupaten Sragen Tahun 2012-2015 Jumlah tenaga kerja yang tinggi pada

dengan 19 industri besar dan 18.866 industri kecil. Beberapa

sektor pertanian, dapat disebabkan oleh

jenis industri yang dimiliki adalah Industri Hasil Pertanian dan

luasnya lahan pertanian yang tersedia di

Kehutanan (IHPK), Aneka Industri (AI), Industri Logam, Mesin

Kabupaten

(ILM), serta Industri Kimia (INKIM).

Sragen.

Namun

dalam

perkembangannya, tenaga kerja di bidang

Pada sektor Perdagangan Eceran, Rumah Makan dan

pertanian cenderung menurun sejak tahun

Hotel sebagai pemberi kontribusi terbesar kedua dalam PDRB

2013 hingga tahun 2015. Hal ini dapat

Kabupaten Sragen, bila ditinjau dari nilai kegiatan ekspor,

disebabkan

jumlah

diketahui yang paling mendominasi adalah ekspor meubel dan

penduduk yang besar serta bertambahnya

furnitur. Sedangkan nilai ekspor berupa tekstil hanya sekitar

kawasan terbangun di Solo Raya.

30% dari ekspor meubel dan furnitur. Selain itu, kontribusi

oleh

peningkatan

Berbeda halnya dengan sektor industri pengolahan yang setiap tahun tenaga kerja di

sektor ini juga didapatkan dari adanya fasilitas pasar umum dan pasar hewan.

sektor ini selalu mengalami peningkatan.

Analisis LQ menghasilkan informasi berupa sektor basis

Peningkatan tenaga kerja di bidang industri

dan non-basis. Sedangkan analisis Shift Share menghasilkan

tidak lain juga didorong oleh maraknya

sektor yang mengalami kemajuan dan kemunduran serta

pembangunan industri di Kabupaten Sragen.

berdaya saing dan tidak berdaya saing. Berdasarkan

Apabila ditinjau dari data BPS pada tahun 2016

perhitungan dengan menggunakan data PDRB tahun 2016

diketahui jumlah industri yang terdapat di

yang mana membandingkan antara kedudukan Kabupaten

Kabupaten Sragen mencapai 18.885 industri

Sragen terhadap Solo Raya, diketahui bahwa terdapat 5 sektor

dengan 19 industri besar dan 18.866 industri

basis. Kelima sektor basis ini antara lain yaitu sektor

kecil. Beberapa jenis industri yang dimiliki

pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,

11


basis. Kelima sektor basis ini antara lain yaitu

pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang,

sektor pertambangan dan penggalian, sektor

serta administrasi pemerintahan. Kombinasi antara analisis

industri pengolahan, sektor pengadaan listrik

LQ dan Shift share menghasilkan 3 sektor unggulan yaitu

dan gas, sektor perdagangan besar dan

sektor basis dan berdaya saing di Kabupaten Sragen terhadap

eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, serta

Solo Raya. Sektor unggulan di Kabupaten Sragen sendiri

sektor jasa lainnya. Sektor pertanian pada

adalah sektor pengadaan listrik dan gas, sektor perdagangan

tahun 2012 merupakan sektor basis namun di

besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, serta

tahun 2016 tidak lagi menjadi sektor basis. Hal

sektor jasa lainnya.

ini menunjukkan bahwa laju perkembangan

Selain menggunakan data PDRB, perhitungan LQ Shift

pertanian Kabupaten Sragen tidak lebih pesat

Share dapat menggunaka data jumlah tenaga kerja. Pada

dari perkembangan pertanian Solo Raya.

perhitungan ini data yang digunakan merupakan jumlah

Apabila

dilihat

perkembangannya

tenaga kerja tahun 2012 dan 2015 Yang merupakan sektor

melalui analisis Shift share antara PDRB

basis adalah sektor pertanian dan perdagangan. Sedangkan

Kabupaten Sragen dengan PDRB Solo Raya

hasil Shift share menunjukkan sektor jasa yang mengalami

tahun 2012 dan 2016 diketahui bahwa terdapat

kemajuan serta sektor pertanian dan jasa yang berdaya saing.

12

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat sektor unggulan.

sektor

perekonomian

yang

perkembangannya cenderung maju. Sektor-

2.

Sistem Kegiatan Wilayah

sektor ini antara lain berupa pengadaan listrik

a.

Sektor Pertanian

dan gas, konstruksi, perdagangan besar dan eceran,

transportasi

dan

Analisis agregat sistem kegiatan wilayah mencakup

pergudangan,

ruang lingkup Sragen dan Solo Raya. Kegiatan utama di

akomodasi, informasi dan komunikasi, jasa

Sragen meliputi kegiatan pertanian, peternakan, industri kecil,

keuangan, real estate, jasa perusahaan, jasa

dan industri rumah tangga. Berdasarkan sektor pertaniannya,

pendidikan, jasa kesehatan, dan jasa lainnya.

Kabupaten Sragen memiliki beberapa komoditas yaitu padi,

Sedangkan sektor yang perkembangannya

jagung, kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu terhadap Solo

cenderung mundur yaitu sektor pertanian,

Raya. Sedangkan, sektor industri di Kabupaten Sragen

kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan

didominasi oleh kecil dan rumah tangga. Berikut merupakan

penggalian, industri pengolahan, pengadaan

peta komoditas sektor pertanian di Solo Raya.

air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, serta administrasi pemerintahan. Kombinasi antara analisis LQ dan Shift share menghasilkan 3 sektor unggulan yaitu sektor basis dan berdaya saing di Kabupaten Sragen terhadap Solo Raya. Sektor unggulan di Kabupaten Sragen sendiri adalah sektor pengadaan listrik dan gas, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, serta sektor jasa lainnya. Selain perhitungan

menggunakan LQ

Shift

data

PDRB,

Share

dapat

menggunaka data jumlah tenaga kerja. Pada Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.7 Peta Komoditas Sektor Pertanian di Solo Raya

12


Sektor pertanian di Kabupaten Sragen

Komoditas kacang tanah didominasi oleh Kabupaten

memiliki komoditas berupa padi, jagung, ubi

Wonogiri dengan 54.9%, sedangkan Kabupaten Sragen

kayu, ubi jakar, pisang, kacang tanah, dsb.

berkontribusi terbesar kedua dengan 15.1%. Selain itu,

Diketahui bahwa Kabupaten Sragen memiliki

Kabupaten Boyolali memiliki produksi pisang tertinggi yaitu

hasil produksi tertinggi pada komoditas padi,

43,46%.

yaitu 661,710 ton dari 2,354,781 ton (25,98%).

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa

Kabupaten Wonogiri merupakan kabupaten

Kabupaten Wonogiri memiliki kontribusi yang cukup tinggi di

dengan penghasil ubi kayu, kacang tanah, dan

sektor pertanian Kabupaten Wonogiri mampu berkontribusi

jagung tertinggi di Solo Raya. Kabupaten

signifikan pada beberapa komoditas (ubi kayu, jagung, dan

Wonogiri memliki presentase hasil produksi

kacang tanah) di Solo Raya. Hal tersebut menjelaskan adanya

ubi kayu tinggi yaitu sebanyak 70,76%

keterkaitan dan peluang rantai pasokan dari Kabupaten

sedangkan kabupaten lainnya tidak mencapai

Wonogiri di Solo Raya. Sedangkan, Kabupaten Sragen hanya

10% kecuali Kabupaten Karanganyar (10.6%).

unggul pada komoditas padi. Hal tersebut didukung oleh

Selain itu, diketahui bahwa komoditas jagung

tenaga kerja masyarakat Sragen yang didominasi sebagai

Kabupaten Wonogiri memiliki persentase

petani. Selain itu, lahan di Kabupaten Sragen sebagai besar

produksi sebesar 45.3% (327,710 ton dari

digunakan sebagai lahan pertanian. Berdasarkan, hal tersebut

722,932 ton). Kabupaten Sragen memiliki

didapatkan bahwa Kabupaten

kontribusi terbesar kedua setelah Kabupaten

komoditas padi sebanyak 25,98% yang berpotensi menjadi

Wonogiri pada komoditas jagung yaitu sebesar

kontribusi komoditas utama di Solo Raya.

Sragen unggul dalam

18% (130,322 ton). Komoditas kacang tanah

Wilayah Tanggenar memiliki sektor unggulan pertanian.

didominasi oleh Kabupaten Wonogiri dengan

Kontribusi sektor pertanian di wilayah Tanggenar cukup

54.9%,

Sragen

tinggi, baik untuk wilayahnya sendiri maupun untuk wilayah

berkontribusi terbesar kedua dengan 15.1%.

yang lebih luas yaitu Kabupaten Sragen, dengan komoditas

Selain itu, Kabupaten Boyolali memiliki

unggulan berupa tebu dan jagung. Berikut merupakan grafik

produksi pisang tertinggi yaitu 43,46%.

produksi sektor pertanian Kabupaten Sragen tahun 2016.

sedangkan

Berdasarkan diketahui

Kabupaten

hal

tersebut,

dapat

Sawah (ton) Wonogiri Pisang (ton) bahwaPadiKabupaten

Tebu Tegalan (ton)

Jagung (Ton)

memiliki140.000 kontribusi yang cukup tinggi di sektor 120.000 pertanian. Kabupaten

Wonogiri

mampu

100.000 signifikan pada beberapa berkontribusi 80.000 komoditas (ubi kayu, jagung, dan kacang 60.000 tanah) di Solo Raya. Hal tersebut menjelaskan 40.000 adanya keterkaitan dan peluang rantai 20.000 pasokan dari Kabupaten Wonogiri di Solo 0 Raya. Sedangkan, Kabupaten Sragen hanya unggul pada komoditas padi. Hal tersebut didukung oleh tenaga kerja masyarakat Sragen yang didominasi sebagai petani. Selain Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

itu, lahan di Kabupaten Sragen sebagai besar Gambar 2.8 Grafik Produksi Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2016 digunakan sebagai lahan pertanian. Berdasarkan, hal tersebut didapatkan bahwa Kabupaten Sragen unggul dalam komoditas

13

padi sebanyak 25,98% yang berpotensi


Berdasarkan produksinya, Wilayah Tanggenar berkontribusi tinggi pada perkebunan tebu. Produksi tebu di Wilayah Tanggenar adalah 259,253 ton dari 485.463 ton (53.4%) di Kabupaten Sragen. Namun, ditinjau dari segi produktivitasnya, Wilayah Tanggenar memiliki produktivitas rendah dibandingkan kecamatan lainnya. Wilayah Tanggenar juga memiliki produksi jagung sebanyak 25,41% (33,125 ton) di Kabupaten Sragen. Berdasarkan hal tersebut, didapatkan bahwa Wilayah Tanggenar memiliki keunggulan dalam kontribusi tebu dan jagung ke Kabupaten Sragen. Sehingga, diketahui bahwa Wilayah Tanggenar memiliki potensi pertanian sebagai dasar pengembangan wilayah. b.

Sektor Industri

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.9 Peta Ekspor Impor Industri Wilayah Tanggenar Impor Kabupaten Ngawi Garut, Kayu, Benguk, Kabupaten Grobogan Pisang, Garut, Bibit Tebu Kabupaten Sragen Garut, Kain

Ekspor Kabupaten Ngawi Pakaian, Tas Dameisstar, Emping Garut, Emping mlinjo, Mebel, Kripik SIngkong,Tebu Tempe Benguk, Kabupaten Grobogan Tebu Kabupaten Sragen Emping Garut, Tebu

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Wilayah Tanggenar juga memiliki sektor industri industri pengolahan bihun, tempe benguk, geplak jahe, mebel, bantal guling, konveksi pakaian, emping mlinjo, kripik, anyaman, dan tas Dameisstar. Cakupan penjualan industri tersebut juga beragam,

anyaman, dan tas Dameisstar. Cakupan penjualan industri tersebut juga beragam, seperti Kabupaten Sragen, Jawa Timur, Solo, Klaten, Sukoharjo, dan Ngawi. Industri yang menonjol di Kecamatan Gesi adalah tas Dameisstar dan emping garut. Kecamatan Tangen memiliki industri yang menonjol berupa industri mebel. Sedangkan, Kecamatan Jenar memiliki industri pengolahan yang menonjol berupa geplak jahe. Berdasarkan persebaran dan jumlahnya, industri pengolahan

di

Wilayah

Tanggenar

didominasi

oleh

pengolahan umbi-umbian dan hasil pengolahan Dominasi ekspor dan impor dilakukan terhadap Jawa Timur (Ngawi), Grobogan (Purwodadi), dan Kabupaten Sragen. Kegiatan ekspor impor dilakukan oleh Wilayah Tanggenar dengan tujuan memenuhi bahan baku pertanian dan industri pengolahan serta menjual hasil pertanian.

14


tujuan memenuhi bahan baku pertanian dan industri pengolahan serta menjual hasil pertanian. Berdasarkan hal tersebut, didapatkan bahwa kegiatan di Wilayah Tanggenar didominasi oleh kegiatan pertanian diikuti oleh kegiatan industri pengolahan. Kegiatan pertanian didominasi oleh produksi panen tebu yang didukung oleh luasnya lahan panen tebu dan dominasi mata pencaharian sebagai petani. Pertanian tebu di Wilayah Tanggenar merupakan produsen tertinggi pertama di Kabupaten Sragen. Selain itu, pertanian jagung di Tanggenar juga merupakan kegiatan dominan setelah tebu karena merupakan komoditas terbesar kedua setelah Sumberlawang. Jagung di Tanggenar memiliki potensi karena adanya laju peningkatan produksi yang lebih besar dibandingkan Sragen (22.77% dari 12.15%). Di lain sisi, sektor pertanian di Wilayah Tanggenar berkontribusi cukup tinggi di Kabupaten Sragen, yaitu 12,3% tahun 2016. Namun, hasil produksi komoditas jagung tebuTanggenar memiliki rantai penjualan yang pendek karena dijual dalam bentuk mentah sehingga tidak menghasilkan nilai ekonomis tinggi. Wilayah Tanggenar memiliki banyak industri pengolahan rumah tangga. Namun, industri pengolahan Wilayah Tanggenar memiliki kontribusi rendah bagi PDRB Kabupaten Sragen, yaitu 2,3% tahun 2016. Industri pengolahan di Wilayah Tanggenar didominasi oleh hasil pengolahan pertanian seperti geplak jahe, emping minjo, dan emping garut. Hal tersebut menunjukkan belum adanya pemanfaatan pengolahan industri pengolahan dengan menggunakan bahan baku pertanian lokal untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.. Hal tersebut menunjukan bahwa sektor pertanian dan industri pengolahanWilayah Tanggenar merupakan sektor unggulan tidak berdaya saing, namun dapat dikembangan dengan bahan baku komoditas unggulan dengan tujuan menambah nilai ekonomis, peningkatan pendapatan, dan peningkatan penyerapan tenaga kerja. d.

Keterkaitan Sistem Aktivitas dengan Pusat Pelayanan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.10 Peta Hierarki Kabupaten Sragen

15


Hirarki/orde kota di Kabupaten Sragen

peribadatan. Dapat diketahui bahwa pusat-pusat pelayanan

dianalisis dengan menggunakan alat analisis

Kabupaten Sragen berada di bagian Selatan kabupaten,

skalogram. Analisis hirarki/orde kota dilakukan

meliputi Kecamatan Masaran, Kecamatan Sragen, dan

untuk menentukan pusat pelayanan dengan

Kecamatan Sidoharjo. Ketiga kecamatan tersebut merupakan

pertimbangan

fasilitas.

kawasan pusat pemerintahan dan jasa di Kabupaten Sragen.

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh enam

Pusat perkotaan Kabupaten Sragen berfungsi sebagai pusat

hirarki/orde, yaitu orde I, III, V, VI, VIII, serta IV.

pemasaran hasil industri wilayah perencanaan Tanggenar dan

Terdapat 10 desa pada orde I, 67 desa pada

Kabupaten Sragen secara keseluruhan. Sedangkan aktivitas di

orde III, 52 desa pada orde V, 33 desa pada orde

pusat-pusat perkotaan lainnya sebagai pendukung pusat

VI, 32 desa pada orde VIII, serta 14 desa pada

perkotaan Kabupaten Sragen pada sektor pelayanan-

orde IX. Orde I merupakan desa yang memiliki

pelayanan seperti kesehatan, perdagangan dan jasa, serta

fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap dari

pemerintahan. Wilayah Tanggenar dengan aktivitas dominan

wilayah lain, sehingga orde I berkedudukan

pertanian dapat mendukung kebutuhan Kabupaten Sragen.

sebagai pusat pelayanan. Orde III dan

e. Sistem Pusat Permukiman

kelengkapan

seterusnya merupakan sub-pusat pelayanan yang

melayani

kawasan

dalam

Penentuan pusat permukiman di Kabupaten Sragen

skala

didasarkan pada beberapa hal, yaitu dengan meninjau

pelayanan yang lebih kecil. Berikut merupakan

peraturan Kepala Badan Pusat Statistik tahun 1990, 2000, dan

peta hirarki pusat pelayanan di Kabupaten

2010 mengenai klasifikasi perkotaan dan perdesaan di

Sragen.

Kabupaten

Orde I memiliki fasilitas yang lebih lengkap dari wilayah lain, meliputi fasilitas

Sragen,

kelengkapan

fasilitas

dengan

menggunakan alat analisis skalogram, kepadatan penduduk, serta perkembangan lahan terbangun.

kesehatan, pendidikan, perdagangan, dan peribadatan. Dapat diketahui bahwa pusatpusat pelayanan Kabupaten Sragen berada di bagian

Selatan

kabupaten,

meliputi

Kecamatan Masaran, Kecamatan Sragen, dan Kecamatan Sidoharjo. Ketiga kecamatan tersebut

merupakan

kawasan

pusat

pemerintahan dan jasa di Kabupaten Sragen. Pusat perkotaan Kabupaten Sragen berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil industri wilayah perencanaan Sragen

Tanggenar

secara

dan

Kabupaten

keseluruhan.

Sedangkan

aktivitas di pusat-pusat perkotaan lainnya sebagai

pendukung

pusat

perkotaan

Kabupaten Sragen pada sektor pelayananpelayanan seperti kesehatan, perdagangan dan

jasa,

Tanggenar

serta

pemerintahan.

dengan

aktivitas

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

pertanian

dapat

mendukung

Wilayah dominan

kebutuhan

Gambar 2.11 Peta Perkembangan Desa Kota Kabupaten Sragen

Kabupaten Sragen.

16


Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik

Kabupaten Sragen. Pada wilayah perencanaan Tanggenar,

tahun 1990, 2000, dan 2010 mengenai

desa dengan status perkotaan hanya terdapat di Desa Gesi,

klasifikasi

di

yang ditetapkan pada tahun 2000. Hingga pada tahun 2010,

Indonesia, menetapkan beberapa desa berciri

tidak terdapat perkembangan status desa perkotaan di

perkotaan di wialyah Kabupaten Sragen. Pada

wilayah Tanggenar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

tahun 1990 Desa Masaran, Desa Gondang,

Desa Gesi belum mampu mendorong perkembangan wilayah

Desa Kroyo, Desa Sragen Kulon, Desa Sragen

di sekitarnya.

perkotaan

dan

perdesaan

Tengah, Desa Sragen Wetan, Desa Gemolong.

Suatu kawasan pusat permukiman dapat dilihat dari

Pada tahun 2010 Desa Banaran, Samberembe,

kepadatan

Plupuh, Sambirejo, Dari, Karangmalang, Jati,

memungkinkan terjadinya perkembangan dan percepatan

Wonorejo, Glonggong, Gringging, Banaran,

pembangunan

Sambungmacan,

kemampuan

Ngrampal,

Pilangsari,

penduduknya.

di

suatu

untuk

Kepadatan

wilayah,

merangsang

penduduk

sehingga dan

tinggi

memiliki

mendorong

Kebonromo, Bandung, Puro, Plumbungan,

pertumbuhan pada wilayah di sekitarnya. Berdasarkan analisis

Sine, Nglorok, Karang Tengah, Tangkil,

kepadatan penduduk di Kabupaten Sragen, dapat diketahui

Purwosuman, Duyungan, Jetak, Sidoharjo,

bahwa Desa Sragen Kulon memiliki kepadatan tertinggi di

Karangasem, Ngembatpadas,

Gabugan,

Kalikobok,

Kabupaten Sragen, dengan kepadatan penduduk sebesar

Kragilan,

Tegaldowo,

7.263 jiwa/Ha. Kepadatan penduduk yang tinggi berada di

Kewangen, Mojopuro, Ngandul, Gesi. Desa

kawasan

dengan

di

Kecamatan Karang Malang, dan Kecamatan Sidoharjo.

dan

Berikut merupakan peta hasil analisis kepadatan penduduk di

status

Kecamatan

kota

Sragen

terkonsentrasi

dan

sekitarnya

cenderung berkembang di bagian Selatan

Kecamatan

Sragen,

Kabupaten Sragen.

Kabupaten Sragen. Pada wilayah perencanaan Tanggenar, desa dengan status perkotaan hanya terdapat di Desa Gesi, yang ditetapkan pada tahun 2000. Hingga pada tahun 2010, tidak terdapat perkembangan status desa perkotaan di wilayah Tanggenar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Desa Gesi belum mampu mendorong perkembangan wilayah di sekitarnya. Suatu kawasan pusat permukiman dapat dilihat

dari

kepadatan

penduduknya.

Kepadatan penduduk tinggi memungkinkan terjadinya perkembangan dan percepatan pembangunan di suatu wilayah, sehingga memiliki kemampuan untuk merangsang dan mendorong pertumbuhan pada wilayah di sekitarnya. Berdasarkan analisis kepadatan penduduk

di

Kabupaten

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Sragen,

dapat

Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Sragen diketahui bahwa Desa SragenGambar Kulon 2.12 memiliki

kepadatan tertinggi di Kabupaten Sragen, dengan kepadatan penduduk sebesar 7.263

17

jiwa/Ha. Kepadatan penduduk yang tinggi

Kecamatan

Masaran,


Berdasarkan peta di atas, dapat diketahui bahwa kepadatan

Lahan terbangun pada tahun 2000

penduduk terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Sragen dengan

terkonsentrasi di Kecamatan Sragen dan

Klasifikasi 400 jiwa/km2. Klasifikasi didasarkan pada SNI 03—

sekitarnya serta cenderung sporadis di

1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

beberapa wilayah. Pada tahun 2011,

Perumahan di Perkotaan. Penduduk terkonsentrasi di bagian

lahan terbangun berkembang secara

Selatan dan mulai menyebar ke beberapa desa di bagian Utara

sporadis di seluruh wilayah Kabupaten

Kabupaten

pusat

Sragen dengan perkembangan yang

konsentrasi penduduk karena adanya pusat-pusat permukiman

tidak terlalu signifikan. Perkembangan

serta perkembangan aktivitas yang pesat di wilayah tersebut.

lahan terbangun yang sporadis tersebut

Selain itu, Kecamatan Sragen dilalui jalan arteri penghubung

disebabkan karena akses jalan yang

Kabupaten Sragen dengan wilayah di sekitarnya sehingga

buruk di beberapa wilayah sehingga

terjadi pergerakan yang tinggi dari dan ke Kabupaten Sragen

muncul permukiman-permukiman serta

yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan penduduk di

pusat pertumbuhan baru di wilayah yang

Kecamatan Sragen dan sekitarnya. Semakin tinggi kepadatan

lebih mudah dijangkau. Perkembangan

penduduk maka persentase kawasan terbangun akan semakin

kawasan terbangun di Kabupaten Sragen

tinggi dan penggunaan lahan akan lebih heterogen.

dapat dilihat pada gambar berikut.

Sragen.

Kecamatan

Sragen

menjadi

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.13 Peta Perkembangan lahan terbangun

18


Berdasarkan analisis beberapa aspek yang telah dilakukan didapatkan peta hasil overlay perkembangan kota Kabupaten Sragen. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan dan pembangunan cenderung ke arah Selatan Kabupaten Sragen. Pusat-pusat permukiman terletak di Kecamatan Sragen, Masaran, Karangmalang, dan Kecamatan Sidoharjo yang berada di bagian Selatan Kabupaten Sragen. Wilayah bagian Utara Kabupaten Sragen, termasuk wilayah perencanaan Tanggenar, cenderung mengalami perkembangan yang lambat apabila ditinjau dari dari perkembangan lahan terbangun, kelengkapan fasilitas umum, dan kepadatan penduduknya. Peta hasil overlay dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.14 Peta Perkembangan Kota Tanggenar

Analisis Intrawilayah A. Fisik Alam 1. Topografi Wilayah Tanggenar merupakan kecamatan yang berada di bagian Utara Bengawan Solo. Tiga kecamatan ini memiliki struktur perbukitan yang terbantang di sepanjang bagian Utara Kecamatan Gesi hingga bagian tengah Kecamatan Tangen dan Kecamatan Jenar. Kecamatan Gesi memiliki kelerengan datar (0 – 8%) pada bagian Utara dan tengah, serta kelerengan landai (8 – 15%) pada bagian Barat dan Selatan.

19

Sementara Kecamatan Tangen memiliki kelerengan dengan tingkat kelerengan landai (8 – 15%) hampir pada semua wilayahnya, tingkat kelerengan curam pada bagian Timur Laut (25 – 40 %) hal tersebut dikarenakan wilayah ini termasuk bagian dari sistem pegunungan kendang. Selain itu, Kecamatan Jenar ini memiliki tingkat kelerengan curam (25 – 40%) yang tersebar di bagian Utara serta kelerengan landai (8 – 15%) pada wilayah lainnya. Kelerengan di Wilayah Tanggenar masih sesuai untuk pembangunan karena masih berada pada kelerengan yang landai, pada wilayah Timur Laut tidak sesuai untuk dilakukan pembangunan, karena daerah ini memiliki kelerengan yang curam


Tabel II.1 Luas Kelerengan Wilayah Tanggenar Kelerengan Klasifikasi

Luasan (Ha)

0% - 8% 8% - 15% 25% - 40% Total

15099 161 1638 16898

% 89,35 0,95 9,69 100 %

Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen, 2011

Dapat dilihat dari tabel di atas, pada wilayah perencanaan Tanggenar untuk luasan kelerengan didominasi oleh klasifikasi lereng datar (0% – 8%) dengan jumlah luasan 15099 Ha (89,35%) dari total luas wilayah perencanaan Tanggenar.

Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011

Gambar 2.15 Peta Kelerengan Wilayah Tanggenar

2.

Hidrologi Wilayah perencanaan Tanggenar secara hidrologi termasuk ke dalam DAS Bengawan Solo. Hal

tersebut diketahui melalui data sekunder berupa shapefile dari Bappeda dan RTRW Kabupaten Sragen Tahun 2011-2031. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang sungai, ukuran atau lebar garis sempadan untuk sungai besar di luar wilayah perkotaan seperti Bengawan Solo adalah 50 meter sampai dengan 250 meter. Garis sempadan sungai ini membentang di sepanjang bagian Selatan wilayah Tanggenar meliputi Desa Tanggan, Desa Srawung, Desa Katelan, Desa Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung, dan Desa Kandangsapi. Selain itu, garis sempadan sungai ini juga membentang menuju ke arah Utara seperti Desa Japoh, Desa Ngepringan hingga Desa Jekawal.

20


Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011

Gambar 2.16 Peta Hidrologi Wilayah Tanggenar

3.

HIdrogeologi Hidrogeologi merupakan ilmu yang mempelajari air yang berada di dalam tanah (ground water

/ air tanah). Air tanah adalah air yang berasal dari air hujan yang tersimpan pada rongga-rongga batuan atau tanah yang bergerak. Pada wilayah perencanaan aspek hidrogeologi terbagi menjadi akuifer kecil setempat, akuifer produktivitas sedang, dan daerah air tanah langka. Secara umum aspek hidrogeologi yang mendominasi adalah daerah air tanah langka yang meliputi sebagian besar tiga wilayah kecamatan. Akuifer produktivitas sedang dan akuifer sebaran kecil berada di bagian Selatan wilayah perencanaan tepatnya di Kecamatan Gesi dan Kecamatan Jenar. Tabel II.1 Luas Luasan Hidrogeologi di Wilayah Perencanaan Tanggenar Hidrogeologi Jenis Daerah Air Tanah Langka Akuifer Kecil Setempat Akuifer Produktifitas Sedang Total

Luasan (Ha) 16265 170 463 16898

% 96,25 1,01 2,74 100

Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen, 2011

Dapat dilihat pada tabel di atas, dapat diketahui pada wilayah perencanaan Tanggenar luasan untuk hidrogeologi didominasi oleh jenis daerah air tanah langka dengan luas 16265 Ha (96,25%) dari total luasan pada wilayah perencanaan Tanggenar

21


Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011

Gambar 2.17 Peta Hidrogeologi Wilayah Tanggenar

B. Demografi 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Wilayah Tanggenar

Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011

Gambar 2.18 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar

22


2. Piramida Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar

Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011

Gambar 2.19 Piramida Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar

Berdasarkan piramida di atas, dapat diketahui bahwa struktur penduduk wilayah perencanaan Tanggenar adalah ekspansif. Ekspansif adalah struktur penduduk yang memiliki angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah. Wilayah perencanaan Tanggenar mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat. Dapat dilihat pada piramida sebagian besar penduduk masuk dalam kelompok umur muda. Usia yang paling dominan adalah usia 5-9 tahun dengan komposisi laki-laki sebesar 3.627 jiwa dan perempuan sebesar 3381 jiwa.

3. Keluarga Pra-Sejahtera Wilayah Perencanaan Tanggenar

Sumber: Bappeda Kabupatn Sragen,2011

Gambar 2.20 Jumlah Keluarga Pra-Sejahtera Wilayah Perencanaan Tanggenar

23


Keluarga prasejahtera di wilayah perencanaan Tanggenar masih tergolong tinggi dengan angka 48% atau sebanyak 7530 keluarga. Hal ini menunjukkan masih banyak penduduk yang masih tergolong miskin dengan ditandai angka keluarga prasejahtera yang hampir mendekati setengah dari total jumlah keluarga di wilayah perencanaan Tanggenar. 4. Tingkat Pendidikan Wilayah Perencanaan Tanggenar

Sumber: BPS Kabupaten Sragen,2016

Gambar 2.21 Presentaae Tingkat Pendidikan Wilayah Perencanaan Tanggenar

Berdasarkan pie chart di atas, dapat disimpulkan tingkat pendidikan di wilayah perencanaan masih tergolong rendah. Komposisi pendidikan didominasi oleh penduduk Tamat SD dengan angka 40% dari penduduk total dan 27% Tidak Tamat SD. Hal ini disebabkan oleh dominasi pekerjaan penduduk yaitu petani, kebanyakan penduduk memilih bekerja di bidang pertanian dibanding melanjutkan pendidikan. Penduduk dengan kompetensi Akademi/Perguruan Tinggi hanya sebesar 2% dari total penduduk.

5. Proyeksi Penduduk Wilayah Tanggenar Pada Tahun Sensus Hasil proyeksi menunjukkan penurunan jumlah penduduk sampai tahun sensus 2040. Hasil proyeksi menurun signifikan dikarenakan pertumbuhan penduduk yang cenderung lambat dan adanya tren penurunan penduduk pada tahun 2001 dan 2010 yang menyebabkan pertumbuhan penduduk berada di angka negatif. Hasil proyeksi pada tahun sensus 2020, 2030 dan 2040 masing-masing sebesar, 69.362 jiwa, 65.468 jiwa dan 59.956 jiwa.

24


Sumber: BPS Kabupaten Sragen,2016

Gambar 2.22 Proyeksi Penduduk Wilayah Perencanaan Tanggenar Pada Tahun Sensus

C. Struktur Jaringan Wilayah Tanggenar memiliki 21 desa yang sudah saling terhubung satu dengan lainnya baik melalui jalan kolektor, lokal maupun lingkungan. Adanya jaringan jalan kolektor mempermudah aksesiblitas masyarakat wilayah Tanggenar menuju ke perkotaan Sragen dan Kabupaten Grobogan.. Berikut merupakan jaringan jalan di wilayah Tanggenar :

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.23 Peta Jaringan Jalan Wilayah Tanggenar

25


untuk

Mayoritas jalan di wilayah Tanggenar ialah jalan

mempermudah aksesibilitas distribusi hasil industri

rabat beton dengan lebar sekitar 1 hingga 1.5

wilayah Tanggenar ke perkotaan Sragen. Salah

meter. Jaringan jalan yang sudah di aspal hanya

satu contohnya ialah industri tempe benguk dan

sekitar 24.47% sedangkan sisanya yaitu 75.53%

emping garut dimana kedua industri ini akan

belum di aspal. Wilayah Tanggenar yang sector

didistribusikan

dan

basisnya ialah pertanian membutuhkan akses

Kabupaten Ngawi. Namun, untuk distribusi ke

jalan yang baik. Namun, kondisi jalan yang ada

Kabupaten Ngawi jaringan jalannya kurang

tidak mendukung proses distribusi hasil pertanian.

memadai dimana tidak ada jalan kolektor yang

Berikut merupakan kondisi jalan yang ada di

menghubungkan antara wilayah Tanggenar dan

wilayah Tanggenar :

Fungsi

jaringan

jalan

ke

kolektor

perkotaan

di

Sragen

Kabupaten Ngawi.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.24 Peta Kondisi Jaringan Jalan Wilayah Tanggenar

Dapat dilihat pada peta di atas bahwa terdapat 50 titik ruas jalan yang termasuk dalam kondisi rusak. Kondisi jalan tersebut ialah bergelombang, berlubang, masih berbatu dan tanah. Pada umumnya kondisi jaringan jalan yang rusak disebabkan oleh rawan bencana patahan. Rawan bencana patahan terdapat di bagian utara wilayah Tanggenar sehingga banyak jaringan jalan yang dibagian utara yang rusak dibandingkan dengan kondisi jalan di bagian selatan wilayah Tanggenar. Kondisi jalan yang rusak tersebut dapat menghambat aktivitas masyarakat terutama dalam proses distribusi hasil industry dan komoditas pertanian.

26


Dalam rangka mendukung kehidupan masyarakat, maka dibutuhkan jaringan air bersih. Masyarakat membutuhkan sumber air bersih yang layak. Namun, di wilayah Tanggenar itu sendiri sering terjadi kekeringan. Kekeringan ini disebabkan oleh jenis akuifernya dimana wilayah Tanggenar memiliki tiga jenis akuifer yaitu akuifer kecil setempat, akuifer produktivitas sedang dan daerah air tanah langka. Secara umum air tanah yang mendominasi adalah air tanah langka yang meliputi sebagian besar tiga wilayah kecamatan. Jenis akuifer air tanah langka ini menyebabkan wilayah Tanggenar menjadi kekeringan air terutama saat musim kemarau dan membuat air tanahnya mengandung kapur. Selain itu, permasalahan air bersih di wilayah Tanggenar ialah pelayanan pamsimas dan PDAM yang belum optimal. 30000 25000

27658 22062

20000 15000

27436

16278

14729

14232

10000 5000 0 Gesi

Tangen

Jumlah Penduduk

Jenar

Jumlah Penduduk Terlayani Pamsimas

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2. 25 Grafik Pelayanan Pamsimas

Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa hanya sekitar 50% penduduk yang terlayani pamsimas. Persentase pelayanan pamsimas paling kecil berada di Kecamatan Jenar dengan angka persentase sebesar 53%. Pelayanan pamsima di wilayah Tanggenar juga kurang optimal dimana pada musim kemarau airnya sulit keluar. PDAM pun hanya melayani sebagain kecil di wilayah Tanggenar seperti Desa Pilangsari, Blangu, dan Gesi. Sumber :

Sumber: PDAM Kabupaten Sragen, 2016

Gambar 2.26 Peta PDAM Kabupaten Sragen

27


Pelayanan PDAM dan Pamsimas yang belum melayani seluruh masyarakat di wilayah Tanggenar menyebabkan masyarakat nya masih banyak yang menggunakan sumur pribadi. Selain itu, beberapa masyarakat juga harus membeli air bersih ke luar wilayah Tanggenar seperti ke Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Sragen.Namun, seringkali terdapat bantuan air bersih dari pemerintah maupun ikatan alumni masyarakat wilayah Tanggenar. Jaringan listrik juga merupakan salah satu aspek penting yang mendukung kehidupan masyarakat. Pelayanan listrik di wilayah Tanggenar sudah terlayani dengan baik dimana semua masyarakat dapat mengaskses jaringan listrik. Berikut merupakan peta jaringan listrik di wilayah Tanggenar.

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.7 6Peta Jaringan Listrik Wilayah Tanggenar

Peta di atas menunjukkan bahwa

Ketiga prasarana di atas merupakan aspek penting

jaringan listrik sudah menjangkau seluruh

dalam mendukung kehidupan masyarakat di

wilayah Tanggenar. Namun, di beberapa rumah

wilayah Tanggenar. Salah satu contohnya ialah

masih menyalurkan listrik dari tetangganya

dengan

sehingga tidak terdaftar oleh pemerintah.. Hal

mempermudah aksesibilitas masyarakat untuk

ini dikarenakan banyak rumah tangga yang

menuju ke sarana. Sarana di wilayah Tanggenar

belum mampu untuk memasang alat kilo watt

terdiri

(kwh) sendiri. Penyaluran listrik dari rumah satu

perdagangan,

ke

mengakibatkan

pelayanan umum. Persebaran sarana di wilayah

korsleting listrik jika beban pemakaiannya

Tanggenar sudah cukup merata. Berikut merupakan

melebih kapasitas yang seharusnya.

peta persebaran sarana di wilayah Tanggenar :

rumah

lainnya

akan

adanya

dari

jaringan

sarana

jalan

kesehatan

peribadatan,

maka

akan

pendidikan,

transportasi,

dan

28


Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.28 Peta Persebaran Sarana Wilayah Tanggenar

Sarana di wilayah Tanggenar memiliki persebaran

persen

tersebut

akan

yang telah cukup merata di setiap kecamatannya.

merepresentasikan kemampuan sebuah

Persebaran ini diikuti dengan jangkauan fasilitas yang

fasilitas yang ada di wilayah Tanggenar

berbeda-beda pada setiap fasilitasnya. Metode yang

dalam mencakup penduduk yang dapat

dapat mengukur tingkat pelayanan diantaranya

dilayani sesuai standar. Dimana, apabila

meliputi perhitungan Level of Service (LoS) dan

hasil perhitungan LoS diatas 100% maka,

jangkauan pelayanan yang dikaitkan dengan kondisi

ketersediaan fasilitas tersebut telah dapat

jalan. Sehingga, diharapkan akan menggambarkan

menampung

kondisi pelayanan fasilitas di wilayah Tanggenar

Tanggenar

kepada masyarakat.

Sehingga,

penduduk untuk

di

dapat

dibutuhkan

data

wilayah dilayani. jumlah

Level of Service (LoS) pada hal ini akan

ketersediaan fasilitas, jumlah penduduk

menggambarkan tentang seberapa besar sebuah

wilayah Tanggenar, dan jumlah penduduk

fasilitas umum dapat melayani masyarakat wilayah

pendukung sesuai SNI 03-1733-2004 untuk

Tanggenar berdasarkan jumlah penduduk. Pada

dapat

metode ini dibutuhkan beberapa data yang akan

merupakan rincian data yang dibutuhkan.

dirumuskan untuk menghasilkan jumlah dalam persen.

29

Hasil

merumuskan

LoS.

Berikut


Tabel II 3 Jumlah data untuk Perhitungan Level of Service Tahun 2016 Kecamata n

Jumlah Pendudu k

Pendudu k Usia SD

Pendudu k Usia SMP

Pendudu k Usia SMA

Jumla h SD

Jumla h SMP

Jumla h SMA

Jumlah Puskesma s

Jumla h Pasar

Tangen

25985

3077

1477

1536

23

2

1

2

2

Gesi

19856

2165

1117

1132

18

3

2

1

4

1500

19

4

1

1

1

Jenar 26811 3076 1516 Sumber: BPS Kabupaten Sragen dalam Angka 2017

Selain data dari BPS, diperlukan juga data pendukung dari SNI sebagai acuan tingkat pelayanan dan ketersediaan sarana. Menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Penataan Lingkungan Perumahan di Pekotaan, terdapat standarisasi jumlah penduduk pendukung sebagia berikut: Tabel II 4 Jumlah Penduduk Pendukung pada Tiap Fasilitas Fasilitas SD SMP SMA Puskesmas Pasar

Penduduk Pendukung 1.600 Jiwa 4.800 Jiwa 4.800 Jiwa 120.000 Jiwa 30.000 Jiwa

Sumber: BPS Kabupaten Sragen dalam Angka 2017

Rumus perhitungan LoS sebagai berikut: LoS =

1 đ?‘ƒđ?‘’đ?‘›đ?‘‘đ?‘˘đ?‘‘đ?‘˘đ?‘˜ ( ) đ?‘ đ?‘Žđ?‘&#x;đ?‘Žđ?‘›đ?‘Ž đ?‘?đ?‘’đ?‘›đ?‘‘đ?‘˘đ?‘‘đ?‘˘đ?‘˜ đ?‘?đ?‘’đ?‘›đ?‘‘đ?‘˘đ?‘˜đ?‘˘đ?‘›đ?‘”

Tabel II 5 Hasil Perhitungan Level of Service Tahun 2016 di Wilayah Tanggenar Kec./Fasilitas

SD

SMP

SMA

Puskesmas

Pasar

Tangen

142%

641%

312%

923%

230%

Gesi

145%

1289%

848%

604%

604%

Jenar

113%

1266%

320%%

447%

111%

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Menurut hasil analisis, dapat diketahui bahwa fasilitas-fasilitas di Tanggenar sudah dapat melayani masyarakat di Tanggenar. Melihat dari sarana pendidikan, dapat terlihat adanya tingkat pelayanan yang sangat berlebih dikarenakan jumlah penduduk SMP dan SMA yang hanya mencapai Âą1.100-1.500 jiwa, namun jumlah SMP dan SMA mecapai 1 atau lebih dimana jumlah daya tampung SMP dan SMA mencapai 4.800 jiwa.

30


Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.29 Peta Jangkauan Fasilitas Pendidikan Wilayah Tanggenar Tabel II 6 Jarak tempuh menuju sarana pendidikan Berdasarkan ketersediaanya, sarana

Pada hasil tersebut sarana pendidikan dapat

Jarakditempuh Waktu Tempuh pendidikan wilayah Tanggenar telah memiliki

dijangkau dengan waktu tempuh dan jarak tempuh

(Kecepatan 30 kelengkapan fasilitas sarana pendidikan diantaranya km/jam) telah terdiri500 dari TK, SD, SMP, dan SMA. Namun, meter 3-4 menit 1000 meter 6 menit ketersediaan fasilitas ini belum dapat sepenuhnya 3000 meter 20 menit

menjangkau Menggunakan

penduduk

untuk

metode

network

dapat analyst

dilayani. dapat

seperti data tabel diatas. Namun, waktu tempuh tersebut akan dapat dijangkau apabila menggunakan kendaraan dengan kecepatan 30 km/jam dan kondisi jalan yang baik. Sehingga, apabila menempuh perjalanan

menuju

sarana

pendidikan

tidak

teranalisis wilayah yang terlayani dan yang belum

menggunakan kendaraan, waktu yang ditempuh akan

melalui jaringan jalan. Berikut merupakan hasil analisis

lebih dari waktu tempuh yang berada pada tabel diatas

jarak dan waktu tempuh yang terhitung dari kawasan

sesuai dengan jarak yang ditempuh dan jalan yang

permukiman menuju sarana pendidikan:

dilalui. Adapun jalan pada wilayah Tanggenar memiliki dominasi jalan rusak. Dimana, titik jalan rusak banyak terdapat pada jalan lokal dan setapak. Hal ini menjadikan terdapatnya pemukiman yang belum terlayani oleh sarana pendidikan. Berikut merupakan presentase pemukiman terlayani dan tidak terlayani

31


16%

84%

Terlayani

Tidak Terlayani

Sumber: Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.30 Diagram Presentase menuju sarana Pendidikan

Jumlah pemukiman di wilayah Tanggenar yang terlayani adalah sebesar 2183 Ha dan luas pemukiman yang tidak terjangkau adalah seluas 451 Ha. Sehingga dapat disimpulkan, sarana pendidikan masih belum memadai. Meskipun jumlah sarana pendidikan memenuhi standart kebutuhan, namun belum semua masyarakat dapat menjangkau fasilitas tersebut yang dikarenakan oleh rusaknya kondisi jalan secara dominan pada jalan kolektor, lokal, dan setapak.

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.31 Peta Jangkauan Fasilitas Puskesmas Wilayah Tanggenar

32


Menurut hasil perhitungan Level of Service (LoS) tingkat pelayanan Puskesmas di wilayah Tanggenar lebih dari 100% yaitu diantaranya Kecamatan Tangen (923%), Kecamatan Gesi (627%), dan Kecamatan Jenar (111%). Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan Puskesmas di wilayah Tanggenar berdasarkan ketersediaannya melebihi cukup. Namun, ketersediaan yang melebihi cukup tersebut belum diikuti dengan kemudahan aksesibilitas yang cukup untuk menjangkau sarana puskesmas. Penduduk belum memiliki jalan dengan kondisi yang baik untuk dapat menuju puskesmas dengan titik jalan rusak yang tersebar pada jalan kolektor, lokal, dan setapak. Berikut presentase keterjangkauan menuju fasilitas puskesmas di Tanggenar:

24%

76%

Terjangkau

Tidak Terjangkau

Sumber: Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.32 Diagram Presentase menuju Jangkauan Puskesmas

Menurut hasil analisis, pemukiman yang dapat terlayani adalah 645 Ha sedangkan pemukiman seluas 1989 Ha belum dapat menjangkau puskesmas dikarenakan jarak tempuh yang jauh melebihi 3000 meter dan prasarana jalan yang kurang mendukung. Sehingga walaupun jarak antara pemukiman dan Puskesmas berada dibawah 3000 meter, Puskesmas belum dapat melayani karena adanya hambatan pada kondisi jalan yang rusak. Hal ini menyebabkan masyarakat yang sakit dapat terlambat untuk ditangani. Untuk itu perlu adanya penambahan fasilitas pada sarana kesehatan yang ditunjang dengan prasarana jalan yang baik

Sehingga,

masyarakat

mengakses

sarana

kesehatan dengan mudah dan terlayani oleh sarana kesehatan.

Adapun

meningkatkan

kualitas

upaya

pemerintah

kesehatan

melalui

dalam sarana

kesehatan yaitu berdasarkan RKPD Kabupaten Sragen peningkatan kualitas kesehatan melalui pendirian rumah sakit tipe D sebagai program pengembangan puskesmas di

Kecamatan

Tangen

dan

peningkatan

fasilitas

posyandu, puskemas pembantu, dan puskemas di wilayah kecamatan. Sehingga, dengan adanya penambahan rumah sakit di wilayah Tanggenar akan memudahkan masyarakat untuk berobat dan tidak harus menempuh perjalanan jauh menuju RSUD dr. Soehadi Prijonegoro di Kecamatan Sragen yang merupakan rumah sakit terdekat dari wilayah Tanggenar.

33

dapat


Masyarakat Desa Japoh dan Jekawal memenuhi kebutuhan hidupnya dari Pasar Tangen yang terletak di Desa Katelan, Kecamatan Tangen. Selain Desa Japoh, Desa Ngepringan juga memenuhi kebutuhan pokok dari Pasar Tangen. Adapun, masyarakat di Desa Jenar memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan berbelanja di Pasar Banyuurip dan Pasar tangen. Berikut merupakan presentase pemukiman terlayani dan tidak terlayani menuju fasilitas pasar:

12%

88%

Terjangkau

Tidak Terjangkau

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.33 Diagram Presentase menuju Jangkauan Fasilitas Pasar

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 34 Jangkauan Pelayanan Pasar Wilayah Tanggenar

34


Menurut hasil analisis, pemukiman warga

Sehingga, dalam hal ini kondisi jalan yang buruk sangat

yang dapat dilayani oleh pasar adalah seluas 2319 Ha

berpengaruh bagi kelangsungan aktivitas pasar sebagai

dan

dapat

salah satu sarana perdagangan dan jasa yang utama.

dengan

Karena selain tidak dapat melayani masayrakat dalam

pemukiman

menjangkau

seluas

pasar.

315

Apabila

Ha

belum

ditempuh

kecepatan 30 km/jam, pasar di setiap kecamatan dapat

memenuhi

kebutuhan

sehari-hari

juga

dapat

dijangkau dengan waktu 66 menit dari wilayah terjauh

mengahambat alur distribusi produksi untuk dapat

capaian radius menuju pasar. Namun, waktu minimal

diperjualbelikan di pasar yang berada pada wilayah

tempuh tersebut akan tercapai apabila ditempuh

Tanggenar

menggunakan kendaraan dan melewati jalan dengan kondisi yang baik. Sedangkan, kondisi prasarana jalan

4. Hubungan Desa-Kota

menuju pasar di wilayah Tanggenar masih didominasi

Desa-desa yang ada di wilayah Tanggenar memiliki

oleh titik persebaran jalanan yang rusak yang berada

hubungan dengan daerah perkotaanya. Hal ini

pada jalan kolektor, lokal, maupun setapak. Adanya

dikarenakan daerah perkotaan Tanggenar memiliki

kerusakan pada kondisi jalan ini akan menyebabkan

sarana dasar dan pendukung yang cukup lengkap.

distribusi menuju dan keluar pasar terhambat dan

Maka itu, perkotaan Tanggenar dijadikan sebagai pusat

menciptakan peningkatan waktu tempuh. Apabila

pelayanan yang akan melayani seluruh masyarakat di

terjadi peningkatan waktu tempuh dapat terjadi pula

wilayah Tanggenar. Dapat dilihat pada tabel di bawah

peningkatan ongkos kirim dan kenaikan harga di pasar.

ini dimana pada umumnya sarana-sarana tingkat

Serta, apabila aksesibilitas menuju pasar telah sulit

kecamatan pada umumnya berada di perkotaan

maka, penduduk setempat akan mencari pasar atau

Tanggenar.

tempat-tempat yang menyediakan kebutuhan seharihari di luar wilayah. Tabel II 6 Lokasi Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Jenis Sarana Kantor Kecamatan Kantor Polisi Kantor Pos Pembantu Balai Nikah/KUA Sarana Pendidikan

SMP

SMA Puskesmas Sarana Perdagangan dan Jasa

PPK PPL Status Desa-Kota Sumber: Analisis Kelompok, 2018

35

Pasar Bank

Gesi

Tangen

Jenar

Gesi Gesi Gesi Gesi Pilangsari, tanggan, Blangu

Katelan Katelan Dukuh Katelan Ngrombo

Dawung Dawung Dawung Dawung, Mlale,Banyuurip

Blangu Gesi Gesi Gesi

Katelan Dukuh Katelan Katelan, Dukuh

Dawung Dawung Banyuurip Jenar

Tanggan

Katelan Dukuh Gesi

Banyuurip


Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.35 Peta Pusat Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Pusat kegiatan untuk di Kecamatan Tangen sebagian besar ada di Desa Katelan terkait dengan pelayanan pemerintahan, kantor pos, pendidikan tingkat SMA, dan sarana perdagangan dan Jasa, selanjutnya untuk aktivitas kesehatan ada di Desa Dukuh. Selanjutnya untuk Sistem Kegiatan Wilayah di Kecamatan Gesi terpusat di Desa Gesi, sisanya hanya untuk sarana pendidikan yang tersebar di Desa Blangu, Tanggan dan Pilangsari. Sistem Kegiatan Wilayah terkait dengan pemerintahan dan pelayanan umum di Kecamatan Jenar diantaranya terpusat di Desa Dawung , untuk perdagangan dan jasa berada di Desa Banyuurip, untuk pendidikan ada di Dawung , Mlale dan Banyuurip.

Selain terdapat hubungan pusat kegiatan antara desa-desa di wilayah Tanggenar dengan perkotaannya, terdapat pula hubungan mengenai kegiatan yang ada di tiap desa baik pada segi pertanian, pertambanga maupun industrinya. Hasil kegiatan perekonomian pada tiap desa di wilayah Tanggenar akan dipasarkan dan di distribusikan melalui pasar. Hanya terdapat tiga pasar yang ada di wilayah Tanggenar dan keduanya berada di perkotaan Tanggenar. Maka itu, antara desa dan kota memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Berikut ialah peta kegiatan wilayah Tanggenar .

36


Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.36 Peta Persebaran Komoditas

Peta di atas merupakan peta sistem kegiatan wilayah terkait dengan perekonomian yang berisikan sektor pertanian,pertambangan dan industri. Bisa dilhat bahwa dalam sektor industri paling dominan ada pada Desa Blangu dengan industri tempe benguk, emping garut. Dan tas daimestar. Untuk pertanian didominasi oleh Jenar dan Banyuurip dilihat dari luas lahan, jumlah pertanian dan komoditasnya.

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.37 Peta Hubungan Desa – Kegiatan Ekonomi

37


Peta diatas merupakan peta sistem

Gesi, Pilngsari dan Desa Srawung , tempe

kegiatan wilayah terkait dengan hubungan Desa

benguk dari Desa Blangu dan Galeh, emping

dan Pusat Kegiatan ekonomi yang dicirikan oleh

Mlinjo dari Dukuh, hasil Geplak jahe dari Desa

pasar. Pasar di wilayah Perencanaan Tanggenar

Japoh, dan kripik pisang dan jenang gendul dari

berada di Desa Banyuurip, Desa Gesi dan Desa

Desa Ngepringan. Selain itu beberapa industri di

Katelan. Pasar di Desa Katelan melayani

wilayah perencanaan mendapatkan bahan baku

penduduk dari Kecamatan Tangen dan daerah-

dari Pasar Tangen, seperti pisang untuk industri

daerah yang bebatasan dengan Desa Katelan.

kripik pisang di Desa Ngepringan, Bahan bahan

Pasar di Desa Gesi melayani penduduk di

untuk membuat jenang gendul dan benguk

Kecamatan Gesi, dan Pasar di Banyuurip

untuk membuat tempe benguk.

melayani masyarakat di Jenar dan desa-desa

5. Struktur Ruang Sistem

yang berbatasan dengan Desa Jenar. Hubungan antara masyarakat ke

Tanggenar

pusat-pusat

ditentukan

di

wilayah

dengan

melihat

pusat ekonomi ditunjukan oleh garis berwarna

kelengkapan fasilitas, lahan terbangun dan juga

coklat.

merah

kepadatan penduduk. Kelengkapan fasilitas

menunjukan kebutuhan untuk bahan baku

dapat dilihat melalui analisis skalogram. Analisis

industri ke pasar

skalogram

Kemudian

garis

warna

dan garis warna biru

merupakan

analisis

untuk

menunjukan pasar tempat pemasaran hasil

menentukan hirarki/orde kota berdasarkan

industri. Bisa dilihat dari peta diatas terdapat

kelengkapan

hubungan antara desa-desa menuju pusat

mempertimbangkan ada atau tidaknya fasilitas.

kegiatan perdagangan

Berikut merupakan peta perkembangan kota

terkait dengan hasil

industri, dari Desa Slendro hasil dari produksi

fasilitas

dengan

Tanggenar:

bihun, hasil produksi emping garut dari Desa

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.38 Peta Perkembangan Kota Tanggenar

38


Berdasarkan peta di atas diketahui bahwa

Hal ini juga mengakibatkan banyak

terdapat empat orde yang ada di wilayah

wilayah yang belum terjangkau oleh sarana

Tanggenar, yaitu orde I, orde III, orde IV dan orde

dengan baik, salah satu contohnya ialah banyak

V. Orde I memiliki kedudukan yang tinggi di mana

masyarakat

orde

pelayanan puskesmas.

I

merupakan

wilayah

yang

memiliki

yang

belum

terjangkau

oleh

kelengkapan fasilitas yang tinggi yaitu di Desa

Berdasarkan ketiga indikator di atas

Katelan. Hal ini membuat Desa Katelan menjadi

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat sistem

desa yang mampu melayani kebutuhan di wilayah

pusat yang mengindikasikan wilayah perkotaan

Tanggenar. Desa Katelan juga telah ditetapkan

Tanggenar yaitu Desa Gesi, Srawung, Katelan

sebagai PPL yaitu pusat pelayanan lingkungan.

dan Dukuh. Dilihat dari kelengkapan fasilitas,

Selain

melihat

kelengkapan

lahan terbangun, kepadatan penduduk serta

fasilitasnya, dalam menentukan pusat-pusat juga

status desa kota menurut BPS maka keempat

dilihat dari kepadatan penduduk dan lahan

desa tersebut memiliki perkembangan wilayah

terbangun. Kepadatan penduduk yang paling

yang lebih maju dibandingkan dengan desa

tinggi terkonsentrasi di sekitar daerah Desa Gesi

lainnya. Sistem pusat ini bertujuan untuk

dengan

mendukung wilayah Tanggenar dalan pelayanan

kepadatan

dari

penduduk

88

jiwa/km2

sedangkan kepadatan penduduk terendah berada

sarananya.

di bagian utara wilayah Tanggenar yaitu 19

6.

jiwa/km2.

Kepadatan

penduduk

Kebijakan Pembangunan Kebijakan

yang

pembangunan

wilayah

terkonsentrasi di bagian selatan salah satunya

Perencanaan Tanggenar ditinjau dalam berbagai

dikarenakan oleh kelengkapan sarana yang ada,

dokumen pembangunan dan dikelompokkan ke

dimana Desa Katelan dan Gesi memiliki sarana

dalam beberapa aspek yaitu:

yang cukup lengkap sehingga mempermudah

1.

masyarakat

untuk

pemenuhan

kebutuhan

hidupnya.

Aspek Fisik Alam dan Guna Lahan Kebijakan pembangunan pada aspek

guna lahan yaitu: Kawasan lindung yaitu:

Sistem pusat-pusat juga dilihat dari lahan

kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar

terbangun. Berdasarkan peta di atas juga dapat

embung (RTRW Kab. Sragen) dan penetapan

diketahui bahwa terjadi perkembangan lahan

batas kawasan waduk dan embung serta

terbangun di tahun 2011. Perkembangan lahan

sempadannya (RPJMD Kab. Sragen) Kawasan

terbangun ini bersifat menyebar (sporadis) dimana

rawan bencana berupa rawan banjir, kekeringan,

pada tahun 2006 lahan terbangun lebih banyak di

dan angin topan Kawasan budidaya berupa

bagian selatan wilayah Tanggenar. Namun, terjadi

kawasan hutan produksi tetap dan hutan rakyat,

perkembangan lahan terbangun pada tahun 2011

kawasan peruntukan pertanian lahan kering dan

di bagian utara wilayah Tanggenar tetapi tidak

holtikultura,

signifikan. Perkembangan lahan yang bersifat

peternakan unggas di Kec. Gesi dan Jenar,

sporadis mengakibatkan kebutuhan sarana untuk

kawasan peruntukan pertambangan mineral

pemenuhan hidup masyarakat menjadi lebih

batuan di Kec. Tangen dan Jenar, pertambangan

banyak.

mineral non logam di Kec. Gesi, serta kawasan

kawasan

pengembangan

peruntukan industri di Kec. Jenar.

39


2.

Aspek Sarana dan Prasarana

limbah industri menengah-besar di Kecamatan

Kebijakan pembangunan untuk aspek

Gesi (RTRW Kab. Sragen).

sarana dan prasarana adalah: a.

Peningkatana kualitas kesehatan melalui

3.

sarana yang mendukung dengan cara: (Renstra Kab.

Aspek Sosial Kependudukan Kebijakan yang ada untuk aspek sosial

Sragen) Didirikan rumah sakit tipe D sebagai

kependudukan

program pengembangan puskesmas di Kecamatan

budaya, seni, dan kearifan lokal (RPJMD Kab.

Tangen Peningkatan sarana Posyandu, Puskemas

Sragen) dengan cara pembinaan budaya lokal

Pembantu, dan Puskemas di wilayah Kecamatan.

dan pelestarian budaya daerah (RKPD Kab.

b.

Sragen).

Peningkatan

kualitas

dan

kuantitas

infrastruktur yang ada yaitu: Jembatan:

berupa:

Melestarikan

Meningkatkan

cagar

kualitas

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan

pengembangan

jembatan

publik melalui penyelenggaraan pemerintahan

Ganefo di Kecamatan Tangen, jembatan Sapen di

yang bersih dari KKN, menyelenggarakan

Kecamatan Gesi, jembatan Dawung & Japoh di

pelayanan

publik

Kecamatan

akuntabel,

dan

Jenar

(RTRW

Kab.

Sragen),

meningkatkan kualitas jalan dan jembatan, saluran

secara

mudah,

transparan

cepat,

(Renstra

Kab.

Sragen).

irigasi, dan drainase melalui perbaikan (RPJMD Kab.

Peningkatan kualitas Lembaga melalui

Sragen) serta pembangunan dan rehabilitasi jalan

pengembangan

dan jembatan (RKPD Kab. Sragen).

kepemudaan yang berwawasan kebangsaan

Jaringan jalan: rencana sistem jaringan jalan

kabupaten

ruas

Ngrampal-TangenGesi-

Sukodono-Mondokan-Sumberlawang,

Lembaga-lembaga

(Renstra Kab. Sragen) dan pemberdayaan kelembagaan

desa

(RKPD

Kab.

Sragen).

ruas

Menangani masalah putus sekolah dengan

Sumberlawang – Mondokan – Sukodono – Gesi –

mengikutsertakan pemuda pada pendidikan

Tangen - Jenar ke Mantingan dan ruas Sragen-Gesi

keterampilan pada technopark dan pendidikan

(RTRW Kab. Sragen) Terminal: rencana terminal

lainnya bagi pemuda putus sekolah (Renstra

penumpang tipe C di Kecamatan Jenar dan Tangen

Kab. Sragen).

(RTRW Kab. Sragen). Prasarana

Fasilitasi minum:

beragama

melalui

rencana

pembinaan dan jaminan keamanan, iklim yang

pengembangan prasarana air minum (RTRW Kab.

kondusif, kerukunan dan toleransi bagi umat

Sragen) melalui peningkatan akses air minum

beragama untuk beribadah (Renstra Kab.

melalui peningkatan jangkauan PAMSIMAS dan

Sragen) dan bantuan pembangunan tempat

pembuatan jaringan perpipaan air minum (RPJMD

ibadah dan kegiatan keagamaan (RKPD Kab.

Kab. Sragen) Persampahan: rencana lokasi TPA di

Sragen). Bantuan rehabilitasi sosial (RKPD Kab.

Desa Tanggan, Kecamatan Gesi (RTRW Kab.

Sragen).

Sragen)

pendidikan

dan

air

umat

pengelolaan

sampah

melalui

Meningkatkan (RPJMD

mutu

Kab.

dan

akses

Sragen)

yang

pembangunan TPS dan TPA (RPJMD Kab. Sragen)

kemudian diwujudkan dengan memantapkan

Prasarana limbah: rencana pengembangan IPLT

gerakan wajib belajar 12 tahun pada usia

(Instalasi

produktif (Renstra Kab. Sragen) dan wajib

Pengolahan

pengembangan prasarana

Limbah

Tinja

dan

belajar pendidikan dasar 9 tahun (RKPD Kab. Sragen).

40


Meningkatkan pelayanan keluarga berencana

kemiskinan dengan cara peningkatan kapasitas

melalui peningkatan prasarana dan sarana

calon tenaga kerja (RTRW Kab. Sragen),

pelayana KB (RPJMD Kab. Sragen) yang

memberi kemudahan akses modal khusus untuk

kemudian diwujudkan dengan pembentukan

pengentasan kemiskinan (Renstra Kab. Sragen),

kader

diklat tenaga kerja siap pakai dan

sehat

dan

pengembangan

model

untuk

penguatan KB Mandiri oleh masyarakat (Renstra

masyarakat kurang mampu (RKPD Kab. Sragen)

Kab. Sragen) dan peningkatan pelayanan KB

Kawasan pertambangan mineral batuan di Kec.

(RKPD Kab. Sragen).

Tangen dan Kec. Jenar berupa pertambangan mineral non logam diatome, pertambangan batu

4.

Aspek Ekonomi dan Sistem Kegiatan

Wilayah

pasir. Pertambangan mineral non logam di Kec. Gesi (RTRW Kab. Sragen) berupa pertambangan

Kebijakan pembangunan pada aspek ekonomi dan sistem kegiatan wilayah yaitu:

mineral betonic dan pertambangan mineral non logam talk

Kawasan agropolitan berupa sentra budidaya tanaman

tebu

(Kebijakan

Kawasan strategis sebagai kawasan

Pengembangan

perbatasan kabupaten (Kecamatan Tangen

Wilayah KSCT) Potensi pengembangan wilayah

dengan Kabupaten Grobogan (RTRW Kab.

yaitu kawasan SINGENSUMONAR (RPJMD):

Sragen) Kawasan peruntukan industri menengah

a.

di Kecamatan Jenar (RTRW Kab. Sragen)

Kawasan pertanian lahan kering dan

holtikultura

(RTRW

Kab.

Sragen)

melalui

Peningkatan perekonomian masyarakat dengan

wilayah

berupa

pusat

Penguatan dan pengembangan pasar-pasar

perkebunan tebu (RPJMD Kab. Sragen) dan

tradisional di setiap desa, pendirian Badan Usaha

perluasan penanaman dan pengolahan tebu

Milik Desa (BUMDes) di setiap desa, menjadikan

serta tanaman produktif lainnya sebagai bahan

kota-kota di setiap kecamatan sebagai pusat

baku (Renstra Kab. Sragen)

(Renstra Kab. Sragen) .

pengembangan

b.

Pemanfaatan dan pengolahan sumber

daya lokal dengan cara penetapan sebagai

5.

kawasan agropolitan sentra produksi buah dan

Kebijakan pembangunan terkait struktur ruang

sayuran di Kecamatan Gesi, sentra produksi

yaitu:

tanaman pangan di Kecamatan Jenar (RTRW

a.

Aspek Struktur Ruang

Kab. Sragen) dan didukung dengan penetapan sebagai

kawasan

peruntukan

industri

Pengembngan

PPK

di

Kecamatan

Tangen (RTRW Kab. Sragen) b.

Pengembangan PPL di Desa Dukuh Kec.

pengolahan hasil perkebunan (RPJMD Kab.

Tangen, Desa Tanggan, Kec. Gesi, dan

Sragen) dan pembuatan & penyediaan sentra

Desa Banyuurip, Kec, Jenar (RTRW Kab.

penampung/pengelolaan & pemasaran hasil

Sragen)

produksi lokal (Renstra Kab. Sragen)

c.

Rencana pengembangan peternakan

Sragen)

pengangguran dan

41

penanganan

masalah

kurang

berkembang

di

Kecamatan Jenar dan Gesi (RTRW Kab.

unggas di Kecamatan Gesi dan Jenar (RTRW Kab.

Kawasan

Sragen) d.

Berikut merupakan peta struktur ruang wilayah Tanggenar:


Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen

Gambar 2.39 Peta Rencana Struktur Ruang Tanggenar

Kebijakan pembangunan wilayah Tanggenar kemudian dirangkum ke dalam peta kebijakan pembangunan Tanggenar:

Sumber: Berbagai Dokumen Kebijakan

Gambar 2.40 Peta Kebijakan Pembangunan Tanggenar

42


POTENSI, PERMASALAHAN, ISU WILAYAH TANGGENAR Potensi dan Permasalahan Wilayah Tanggenar Berdasarkan hasil survei lapangan dan data instansi terkait, didapatkan beberapa hal yang potensial dan masalah di Tanggenar yang menjadi pendukung serta hambatan untuk mengembangkan Tanggenar. Kedua hal tersebut saling berkaitan yang kemudian akan menjadi acuan dalam merumuskan isu dan konsep. Potensi dan masalah di Tanggenar dapat digeneralisasi dalam 3 aspek yaitu perekonomian ketenagakerjaan dan sistem kegiatan wilayah, fisik alam dan penggunaan lahan, dan sarana prasarana yang akan dijabarkan sebagai berikut: Tabel II 7Potensi Dan Masalah Wilayah Tanggenar Aspek

Perekonomian Ketenagakerajaan dan Sistem Kegiatan Wilayah

Fisik Alam Dan Penggunaan Lahan

Sarana dan Prasarana

Potensi

Masalah

Wilayah Tanggenar berkontribusi dalam pertanian tebu sebanyak 53,4% (259,253 dari 485,463 ton) terhadap Kabupaten Sragen.

Luas panen lahan tebu Wilayah Tanggenar merupakan lahan terluas di Kabupaten Sragen yaitu 4,797 Ha, namun memiliki produktivitas rendah yaitu 52,98 ton/ha. Hal tersebut mengindikasikan adanya pemanfataan lahan yang kurang optimal. Tanggenar merupakan 3 Kecamatan dengan PDRB terendah se-Sragen.

Tanggenar menyumbang 23% PDRB sektor pertambangan dan penggalian dari total PDRB pertambangan dan penggalian Kabupaten Sragen.

Lahan Produktivitas Tanggenar dalam pertanian tebu terbesar dengan menyumbang sebanyak 53,4% (4797 ha) terhadap Kabupaten Sragen.

Adanya jalan kolektor yang menghubungkan Tanggenar, seperti Desa Katelan, Dukuh, Sigit, Ngerombo dengan Kabupaten Grobogan.

Jumlah Sarana sudah memadahi. Terdapat sarana rekreasi sebagai daya tarik wisatawan luar daerah.

43

Meskipun memiliki komoditas unggulan dalam pertanian, PDRB pertanian Tanggenar merupakan yang terendah se-Sragen. PDRB per kapita Tanggenar berada di bawah Kabupaten Sragen. Kecamatan Tangen dan Jenar tergolong dalam kawasan tertinggal. Adanya rawan bencana berupa patahan karena gerakan tanah . Wilayah Tanggenar merupakan wilayah dengan limitasi air tanah langka. Perkembangan lahan terbangun di wilayah Tanggenar sangat lambat dan tidak berkembang. Jaringan jalan di Wilayah Tanggenar sebagian memiliki kondisi yang kurang baik pada jalan lingkungan. Jaringan jalan kolektor rusak seluas 18%. Pelayanan air bersih belum merata karena air tanah mengandung kapur sehingga tidak layak di konsumsi yang terjadi di Desa Japoh, Mlale, Dawung, Ngepringan, Jekawal, Galeh dan Banyuurip.

Jangkauan Pelayanan belum menjangkau semua.


Isu Wilayah Bedasarkan potensi dan masalah yang ada di Tanggenar, dapat disimpulkan terdapat 3 sub isu yang menjadi hambatan utama dalam mengembangkan wilayah Tanggenar. Adanya potensi di wilayah Tanggenar yang dapat dikembangkan, terhambat dengan beberapa permasalahan yang saling berkaitan. Sub isu yang didapatkan adalah infrastruktur yang kurang memadai, kualitas SDM kurang memadai, dan Stagnasi ekonomi. Keterkaitan potensi masalah yang menimbulkan sub isu di wilayah Tanggenar dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel II 8 Sub Isu Wilayah Tanggenar Aspek

Potensi

Perekonomian Ketenagakerajaan dan Sistem Kegiatan Wilayah

E.1 Wilayah Tanggenar berkontribusi dalam pertanian tebu sebanyak 53,4% (259,253 dari 485,463 ton) terhadap Kabupaten Sragen

Fisik Alam Dan Penggunaan Lahan

A.1 Lahan Produktivitas Tanggenar dalam pertanian tebu terbesar dengan menyumbang sebanyak 53,4% (4797 ha) terhadap Kabupaten Sragen

P.1.

Sarana dan Prasarana

Adanya jalan kolektor yang menghubungkan wilayah Tanggenar, seperti Desa Katelan, Dukuh, Sigit, Ngerombo dengan Kabupaten Grobogan.

P.2 Jumlah Sarana sudah memadahi

Perekonomian Ketenagakerajaan dan Sistem Kegiatan Wilayah

P.3 Terdapat sarana rekreasi sebagai daya tarik wisatawan luar daerah E.2 Tanggenar menyumbang 23% PDRB sektor pertambangan dan penggalian dari total PDRB pertambangan dan penggalian Kabupaten Sragen

Masalah E.1.1. Luas panen lahan tebu Wilayah Tanggenar adalah terluas di Kabupaten Sragen yaitu 4,797 Ha, namun memiliki produktivitas rendah yaitu 52,98 ton/ha. Hal tersebut mengindikasikan adanya pemanfataan lahan yang kurang optimal. A.1.1. Adanya Rawan Bencana berupa patahan karena gerakan tanah A. 1.2. Wilayah Tanggenar merupakan wilayah dengan limitasi Air Tanah Langka P.1.1. jaringan jalan di Wilayah Tanggenar sebagian memiliki kondisi yang kurang baik pada jalan lingkungan, Hal tersebut karena jalan yang rusak terdapat patahan di wilayah Tanggenar dengan kelerengan antara 8%-15% dan kelerengan antara 25%-40%. P.1.2. Pelayanan air bersih belum merata karena air tanah mengandung kapur sehingga tidak layak di konsumsi yang terjadi di Desa Japoh, Mlale, Dawung, Ngepringan, Jekawal, Galeh dan Banyuurip

Sub Isu

Infrastruktur Kurang Memadai (E.1, E.1.1; A.1, A.1.1, A.1.2.; P.1, P.1.1, P.1.2, P.1.3, P.2, P.3)

P.1.3. Jangkauan Pelayanan belum menjangkau semua

E.1.2. Tanggenar merupakan 3 Kecamatan dengan PDRB terendah se-Sragen

Kualitas SDM Kurang Memadai (E.2, E.1.2)

44


Aspek

Potensi

Masalah

Perekonomian Ketenagakerajaan dan Sistem Kegiatan Wilayah

E.2 Tanggenar menyumbang 23% PDRB sektor pertambangan dan penggalian dari total PDRB pertambangan dan penggalian Kabupaten Sragen

E.1.3. Meskipun memiliki komoditas unggulan dalam pertanian, PDRB pertanian Tanggenar merupakan yang terendah seSragen E.1.4 PDRB per Kapita Tanggenar berada di bawah Kabupaten Sragen E.1.5 Kecamatan Tangen dan Jenar tergolong dalam kawasan tertinggal

Fisik Alam Dan Penggunaan Lahan

A.1. Persentase penggunaan lahan terbangun lebih sedikit dibanding lahan tidak terbangun sehingga dapat di kembangkan

A. 1.3. Perkembangan Lahan terbangun di Wilayah tanggenar sangat lambat dan tidak berkembang

Sub Isu

Stagnasi Ekonomi (E.2, E.1.3, E.1.4, E.1.5; A.1.; A.1.3)

Sumber: Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Berdasarkan ketiga sub-isu tersebut, dapat disimpulkan menjadi satu isu utama yaitu wilayah Tanggenar sebagai wilayah yang kurang berkembang. Hal tersebut dapat disimpulkan karena infrastruktur kurang memadai, hal tersebut disebabkan oleh tidak terdapat dukungan kondisi fisik alam dan banyaknya kawasan rawan bencana patahan yang menyebabkan kondisi jaringan jalan kurang baik dan adanya limitasi air langka yang menyebabkan kurangnya ketersediaan air bersih. Lalu terjadi juga pemanfaatan lahan tebu yang kurang optimal yang ditunjukkan dengan rendahnya produktivitas tebu. Selain infrastruktur, sumberdaya manusia di Tanggenar juga belum memadai yang ditunjukkan dengan Wilayah Tanggenar merupakan wilayah dengan PDRB paling rendah di Kabupaten Sragen. Stagnasi ekonomi juga menjadi salah satu faktor pendukung isu utama wilayah Tanggenar karena selain PDRB paling rendah di Kabupaten Sragen, Kecamatan Tangen dan Jenar merupakan kawasan tertinggal yang didukung dengan pertumbuhan lahan terbangun yang lambat dan cenderung tidak berkembang dari tahun 1990. Berikut merupakan diagram isu utama wilayah Tanggenar.

45


Sumber: Analisis Kelompok Studio B1

Gambar 2.41 Peta Kebijakan Pembangunan Tanggenar

46


PROFIL PERKOTAAN

Desa

srawung

turut

bergabung

menjadi kawasan perkotaan karena sebagai wilayah yang dilalui jalan kolektor yang menghubungkan

WILAYAH

Kabupaten

Sragen

-

Kecamatan Sukodono - Kecamatan Tangen Kecamatan Jenar - hingga Kabupaten Ngawi.

TANGGENAR

Karena dilalui jalan tersebut desa srawung menjadi penghubung antara perkotaan Katelan dengan fasilitas yang memadai. Selain itu Desa

Justifikasi dan Deliniasi Perkotaan

Srawung memiliki kepadatan tertinggi di

Penentuan kawasan desa dan kota pada wilayah

Tanggenar yaitu . Jika suatu kawasan memiliki

perencanaan Tanggenar didasarkan pada Peraturan Kepala

penduduk tinggi maka dapat dikatakan bahwa

Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 Pasal 2 Ayat (1)

kawasan

tentang kriteria wilayah perkotaan. Kriteria wilayah perkotaan

perkotaan.

adalah persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk,

memungkinkan terjadinya perkembangan dan

persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan akses

percepatan pembangunan di suatu wilayah,

pada fasilitas perkotaan, yang dimiliki suatu desa atau

sehingga

kelurahan

merangsang dan mendorong pertumbuhan

untuk

menentukan

status

perkotaan

suatu

tersebut

memiliki

Kepadatan

memiliki

wilayah

kawasan

penduduk

kemampuan

untuk

pada

wilayah perencanaan dilakukan melalui analisis kelengkapan

dihasilkan peta deliniasi wilayah perkotaan

fasilitas (analisis skalogram), data lahan terbangun dan non-

sebagai berikut. Selain

Kabupaten Sragen Tahun 2011 – 2031.

perkembangan

sekitarnya.

tinggi

desa/kelurahan. Selain itu, penentuan kawasan perkotaan pada

terbangun, serta pertimbangan lain melalui peninjauan RTRW

di

ciri

didasari

Sehingga,

oleh

desa-kota

di

tren wilayah

Berdasarkan perkembangan wilayah tanggenar dengan

Tanggenar, penentuan deliniasi turut didasari

ciri perkotaan terkait dengan luas lahan terbangun dan

oleh keadaan dan kondisi fisik pada wilayah

kepadatan penduduk yang tinggi mengarah kepada Desa Gesi.

yang mencirikan perkotaan. Hal tersebut dapat

Desa gesi merupakan desa satu-satunya yang ditetapkan oleh

berupa

BPS sebagai kota pada tahun 2000. Namun, kelengkapan

kondisi fisik alam terkait lahan limitasi,

sarana dan prasarana yang dihitung dengan metode skalogram,

kenadala,

orde tertinggi dimiliki oleh Desa Katelan dan Desa Dukuh

penduduk dan struktur ruang. Adapun faktor

dimana, kedua desa ini memiliki orde 1 dan orde 3. Desa Katelan

ekonomi yang dapat menunjang kawasan

dan Desa Dukuh jika dilihat secara infrastruktur jalan memiliki

perkotaan ini yaitu, telah mendominasinya

jalan penghubungantara Kabupaten Sragen dan Kabupaten

sektor perdagangan dan jasa pada wilayah

Grobogan serta jalan yang menghubungkan kecamatan-

deliniasi

kecamatan yang berada di ujung utara Kabupaten Sragen.

menunjukkan ciri perkotaan pada wilayah deliniasi.

47

perkembangan

dan

potensi,

sehingga,

hal

lahan

serta

terbangun,

kepadatan

tersebut

dapat


A.

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tabel II 9 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Kawasan Perkotaan Tanggenar

Kec

Jumlah

Kepadatan

Penduduk (2016)

Penduduk (2016)

Slendro

2676

302

Poleng

2758

346

Gesi

2849

588

Blangu

3204

580

Pilangsari

2749

654

Tanggan

3894

451

Srawung

1726

702

Denanyar

3275

385

Sigit

2896

318

Ngrombo

3506

339

Galeh

3592

304

Jekawal

3.161

279

Dukuh

4.303

434

Katelan

5.252

367

Banyuurip

4.975

231

Jenar

3.673

654

Ngepringan

3.672

411

Japoh

2.435

419

Mlale

3.285

276

Dawung

4.102

184

Kandangsapi

4.683

240

72.666

8.465

Desa

Gesi

Katelan

Jenar

Total Sumber: Kabupaten Sragen dalam Angka 2017

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa deliniasi memilih perkotaan memilih wilayah deliniasi Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa deliniasi perkotaan wilayah deliniasi dengan dengan jumlahpenduduk dan kepadatan tinggi yang namun, bukan yang tertinggi di wilayahHal Tanggenar. jumlah dan kepadatan tinggi penduduk namun, bukan tertinggi di wilayah Tanggenar. tersebut Hal tersebut adanya pertimbangan lokasideliniasi dimana, memilih wilayah deliniasi wilayahjumlah yang memiliki dikarenakan adanyadikarenakan pertimbangan lokasi dimana, wilayah wilayah memilih yang memiliki dan jumlah danyang berkepadatan tinggi lokasi yang disertai dengan dan lokasi yang strategis dan memiliki aksesibilitas berkepadatan tinggi disertai dengan yang strategis memiliki aksesibilitas yang sudah baik padayang sudah baik pada wilayahdidapatkan atau desanya. Sehingga, didapatkandijumlah total penduduk di wilayahsebesar perkotaan wilayah atau desanya. Sehingga, jumlah total penduduk wilayah perkotaan Tanggenar sebesar 14.130penduduk Jiwa dengan total kepadatan penduduk perkotaan sebesar 2.091 Jiwa/km. 14.130 JiwaTanggenar dengan total kepadatan perkotaan sebesar 2.091 Jiwa/km. B.

Luas Lahan Terbangun dan Non-Terbangun Tabel II 10 Jumlah Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun di Kawasan Perkotaan Keterangan Kawasan Terbangun Kawasan Terbangun Luas Lahan

Non-

Tahun 2006 (Ha)

Tahun 2011 (Ha)

1.633

2.640

15.320

14.313

16.953

16.953

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

48


Terjadi peningkatan pada jumlah area

C.

Ekonomi

lahan terbangun sebesar 23,5% dari tahun 2006

Mengacu kepada Peraturan Pemerintah

hingga tahun 2011. Meskipun lahan tidak

Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008

terbangun

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,

masih

mendominasi

kawasan

perkotaan akan tetapi peningkatan lahan

kawasan

terbangun

mengindikasikan

mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

bertambahnya penduduk dan kegiatan yang

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

terjadi di masyarakat. Kawasan perkotaan

permukiman

merupakan kawasan yang memiliki lahan

distribusi

terbangun sebagai dominasi. Saat ini kawasan

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pada

non terbangun berupa sawah dan perkebunan

wilayah deliniasi, Desa Gesi, Desa Srawung, Desa

masih

Dukuh, dan Desa Katelan telah memiliki jumlah

dapat

mendominasi,

namun

dilihat

dari

perkotaan

adalah

perkotaan,

pelayanan

wilayah

pemusatan

jasa

pertumbuhan area lahan terbangun kawasan

aktivitas

perkotaan cukup besar sehinnga kedepannya

melalui data sebagai berikut.

non-pertanian

yang

dan

pemerintahan,

yang

ditunjukkan

terdapat kemungkinan lahan terbangun akan Sumber: Kecamatan Tangen, Gesi, dan Jenar dalam Angka 2017 terus berkembang.

Pilangsari

Tanggan

Srawung

Gesi

Blangu

Slendro

Poleng

Katelan

Dukuh

Jekawal

Galeh

Ngrombo

Sigit

Denanyar

Jasa Sosial dan Lainnya

Keuangan dan Real Estate

Angkutan dan Komunikasi

Perdagangan dan Akomodasi

Konstruksi

Listrik, Gas, dan Air Minum

Industri Pengolnaha

Pertanian

Pertambangan

Gambar 2.37 Jumlah Ketenagakerjaan Kawasan Perkotaan per Desa Tahun 2016

2500 2000 1500 1000 500 0

Sumber: Kecamatan Tangen, Gesi, dan Jenar dalam Angka 2017 Gambar 2.42 Jumlah Ketenagakerjaan Kawasan Perkotaan per Desa Tahun 2016

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa Desa Gesi, Desa Katelan, Desa Srawung, dan Desa Dukuh telah memliki jumlah kontribusi tenaga kerja pada sektor lain selain pada sektor pertanian diantaranya yaitu sektor perdagangan dan akomodasi, pertambangan, konstruksi, industri pengolahan, serta sektor jasa dan lainnya. Demikian menurut data yang diperoleh dari jumlah penduduk, kepadatan penduduk, jumlah lahan terbangun, dan data dari ekonomi deperoleh bahwa kawasan perkotaan Tanggenar berada di Desa Gesi, Desa Katelan, Desa Srawung, dan Desa Dukuh. Batas wilayah kawasan perkotaan diambil dari batas adminstratif desa yang telah ada. Kawasan perkotaan ini berbatasan dengan Desa Tanggan dan Desaa Sambungmacan pada bagian selatan, berbatasan dengan Desa Ngepringan dan Desa Japoh si bagian Timur, kemudian, berbatasan dengan Desa Sigit, Desa Poleng, dan Desa Slendro di bagian Utara, dan berbatasan dengan Desa Blangu di sebelah Barat.

49


Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.43 Peta Administrasi Kawasan Perkotaan Tanggenar

Peran dan fungsi perkotaan adalah sebagai pusat permukiman dan pendukung agropolitan. Sebagai pusat permukiman yaitu permukiman, pelayanan, dan rekreasi. Sebagai penunjang agropolitan yaitu pengolahan, distribusi dan pemasaran, penunjang kegiatan pertanian, pendidikan dan

sudah terlayani dalam hal pelayanan umum. Kemudian untuk menunjang itu semua, saat ini wilayah perkotaan sudah terdapat sarana penunjang berupa adanya kantor pemerintahan, kantor pos, rumah sakit, puskesmas, dan sekolah. Wilayah perkotaan selain itu juga berfungsi

pelatihan. Peran

dan jasa. Saat ini di wilayah perkotaan, penduduk sekitar

dan

fungsi

perkotaan

sebagai

pusat

permukiman terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai tempat bermukim, sebagai pusat pelayanan, dan sebagai tempat rekreasi. Fungsi kota sebagai tempat hidup atau tempat

sebagai pusat pelayanan agropolitan. Pusat pelayanan ini berfungsi untuk menunjang kegiatan pertanian wilayah yang ada disekitarnya. Sehingga dapat mempermudah petani dalam melakukan kegiatannya bercocok tanam. Fungsi kota sebagai pusat rekreasi dapat dilihat

bermukim yaitu dapat dilihat dari berbagai rutinitas yang dilakukan oleh penduduk kota melaui kehidupan di sekitar rumah, sekolah, perkantoran, dan aktifitas bebas lainnya. Kota merupakan salah satu mesin untuk hidup, oleh sebab itu, kota harus efektif dan efisien untuk melayani manusia. Dalam wilayah perkotaan tanggenar, aktivitas kehidupannya sangat beraneka ragam jika dilihat dari aktifitas-aktifitas sekitar rumah dan aktifitas bebas lainnya, terutama dalam mendukung wilayah sebagai kawasan agropolitan. Wilayah perkotaan selain itu juga berfungsi sebagai pusat sarana pelayanan umum. Dalam hal ini wilayah perkotaan harus mampu melayani wilayah perkotaan dan wilayah di sekitarnya. Pelayanan tersebut berupa pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan pelayanan perdagangan

dari kegiatan sehari-hari seperti kegiatan sosial dan bermain. Dalam wilayah perkotaan Tanggenar hanya memiliki satu ruang terbuka yaitu lapangan olahraga yang biasanya digunakan anak anak untuk bermain. Lapangan ini belum mampu menampung kegiatan lainnya seperti kegiatan

sosial

dan

budaya

maka

perlu

adanya

penambahan fasilitas yang dapat menampung kegiatan lainnya untuk masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar perkotaan mendukung

sulit

sekali

kegiatan

mendapatkan rekreasi,

sarana

dikarenakan

yang belum

terdapat sarana yang menunjang kegiatan tersebut. Lapangan olahraga yang terdapat di wilayah perkotaan tidak nyaman digunakan karena dekat dengan jalan utama.

50


Arah Perkembangan Kota

Hal yang sama juga berlaku di

Arah perkembangan eksisting dari wilayah

wilayah perkotaan dimana lahan terbangun di

perkotaan dilihat berdasarkan lahan terbangun, jumlah

wilayah

penduduk, kepadatan penduduk, serta kelengkapan

mengalami peningkatan dan cukup padat di

fasilitas yang tersedia. Apabila ditinjau berdasarkan

Desa Gesi. Berdasarkan peta persebaran lahan

perkembangan

wilayah

terbangun persil di wilayah perkotaan,

Tanggenar berkembang ke arah barat dan selatan. Hal ini

persebaran lahan terbangun yang kompak

dibuktikan dengan penambahan lahan terbangun pada

banyak terdapat di Desa Gesi. Sedangkan

tahun 2011 yang cukup besar di Kecamatan Gesi dan

desa-desa yang lainnya persebaran lahan

Tangen, sedangkan di Kecamatan Jenar perkembangan

terbangun

lahan terbangun hanya di bagian selatan wilayah.

jaringan jalan.

lahan

terbangunnya,

di

perkotaan

bersifat

pada

tahun

sporadis

2011

mengikuti

Gambar 2.45 Peta Perkembangan Wilayah Tanggenar Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.44 Peta Perkembangan Wilayah Tanggenar

Elemen Pembentuk Ruang Kota Elemen pembentuk ruang kota menurut Kus Hadinoto (1970) antara lain adalah wisma, karya, suka, marga, dan penyempurna. A.

Wisma

Wisma merupakan bangunan untuk tempat tinggal, kumpulan komplek perumahan, atau permukiman. Wisma diartikan juga sebagai unsur pembentuk kota yang menjadi wadah atau tempat belindung bagi manusia terhadap pengaruh alam yaitu berupa tempat tinggal atau permukiman. Pada wilayah perkotaan Tanggenar, elemen wisma sendiri ditandai dengan kumpulan permukiman yang bersifat sporadis atau menyebar di setiap desa. Persebaran lokasi permukiman di wilayah perkotaan Tanggenar ditunjukkan pada peta di bawah ini.

51


Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 2.45 Peta Bangunan Persil Perkotaan Tanggenar

Unsur

wisma

yang

membentuk

kawasan

perkotaan Tanggenar terdiri dari kumpulan permukiman

B.

Karya Karya merupakan salah satu unsur

yang menyebar di seluruh wilayah. Berdasarkan kondisi berupa

pembentuk ruang kota sebagai penyedia

permukiman di wilayah perkotaan Tanggenar adalah

lapangan pekerjaan dan menjadi wadah untuk

sebesar 3,61 km2 dari total luas wilayah sebesar 22,61

tempat

km2 atau dengan kata lain hanya 16% lahan terbangun

perkotaan.

dari total luas wilayah perkotaan Tanggenar. Luas lahan

banyak digeluti oleh masyarakat kawasan

terbangun ini sudah bisa menampung jumlah penduduk di

perkotaan

wilayah perkotaan yaitu sebesar 14.146 jiwa penduduk.

pertanian. Selain pertanian, sektor tenaga

eksistingnya,

jumlah

lahan

terbangun

bekerja

bagi

Karakteristik

Tanggenar

para

penduduk

pekerjaan

adalah

yang

kegiatan

Persebaran permukiman di Desa Gesi cenderung

kerja yang banyak digeluti oleh masyarakat

lebih besar dan lebih kompak dibandingkan desa lain di

wilayah perkotaan Tanggenar adalah sektor

wilayah perkotaan Tanggenar. Berdasarkan peta di atas,

jasa sosial dan lainnya. Berikut merupakan

diketahui bahwa jumlah permukiman di Desa Gesi

grafik jumlah tenaga kerja di wilayah

enderung lebih padat berbeda dengan Desa Srawung dan

perkotaan Tanggenar.

Desa Dukuh yang sebagian besar wilayahnya masih berupa lahan non terbangun.

w

52


1600 1354

1400 1200

1004

1000 800

668 610

746

695 536

600

426

400 200

50 92 9 0

123 55 3036

209 102 8 5

170 89 0 0

270

186 0 0

24313132

0 5 2121

0

Srawung

Gesi

Katelan

Dukuh

Sumber:BPS KABUPATEN SRAGEN 2017 Gambar 2.46 Grafik Jumlah Tenaga Kerja di Kawasan Perkotaan Tanggenar

Berdasarkan kondisi eksistingnya, ruang yang terdapat di kawasan perkotaan Tanggenar untuk mewadahi kegiatan bekerja di wilayah ini antara lain adalah sawah dan perkebunan, fasilitas sosial seperti pasar, terminal, puskesmas, klinik, kantor pemerintahan, pertokoan, koperasi, dan perbankan, serta lokasi-lokasi pertambangan pasir dan tanah urug. Beberapa sektor pekerjaan belum diwadahi di kawasa perkotaan Tanggenar seperti halnya industri pengolahan dan jasa konstruksi sehingga tidak sedikit masayarakat perkotaan yang memilih untuk bekerja di wilayah lain. Persebaran penggunaan lahan dan ruang-ruang bekerja masyarakat kawasan perkotaan ditunjukkan pada peta di bawah ini.

Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.47 Peta Kawasan Perkotaan Tanggenar Tanggenar

53


C.

Suka Suka merupakan unsur pembentuk kota yang dijadikan sebagai areal untuk memenuhi

kebtuhan penduduk akan tempat berkumpul, berekreasi, olahraga, serta hiburan bagi para penduduk perkotaan. Pada wilayah perkotaan Tanggenar, unsur suka ditandai dengan adanya kawasan wisata berupa wisata Gunung Banyak di Desa Srawung dan wisata embung di Desa Gesi. Selain ruang untuk wisata, di kawasan perkotaan juga terdapat ruang untuk berkumpul dan berolahraga berupa Lapangan Tangen yang terletak di Desa Katelan. Persebaran ruang rekreasi di wilayah perkotaan Tanggenar ditunjukkan pada peta di bawah.

Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.48 Peta Lokasi Wisata Perkotaan Tanggenar Gambar 2.48 Peta Perkotaan Tangg

D.

Marga Marga merupakan ruag perkotaan yang berfungsi sebagai penghibing antar suatu tempat

dengan tempat lainnya di dalam kota, serta hubungan antara suatu kota dengan kota lainnya atau daerah lainnya. Dengan kata lain marga merupakan bagian sirkulasi yang terdapat pada suatu wilayah perkotaan. Unsur marga dalam wilayah perkotaan dapat berupa jalan utama, gang dan pedestrian. Pada wilayah perkotaan Tanggenar, unsur marga ditandai dengan adanya jalan kolektor yang mengubungkan antara wilayah perkotaan dengan Kota Sragen dan Kabupaten Grobogan.

54


Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen 2011

Gambar 2.49 Peta Jaringan Jalan Perkotaan Tanggenar

E.

Penyempurna

Penyempurna adalah pelengkap dalam menunjang aktivitas perkotaan seperti sarana-prasarana berupa fasilitas kesehatan, pendidikan, keagamaan dan lainnya. Unsur penyempurna pada perkotaan memiliki peran sebagai sarana pelengkap perkotaan yang akan membuat kawasan tersebut memiliki kualitas yang baik. Pada wilayah perkotaan Tanggenar, unsur penyempurna ditandai dengan adanya fasilitas kesehatan, pasar, pendidikan dan terminal.

Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen 2011

Gambar 2.50 Peta Fasilitas Perkotaan Tanggenar

55


Struktur Ruang Eksisting Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik mengenai penetapan perkotaan, diperoleh informasi bahwa wilayah perencanaan Tanggenar hanya memiliki satu kawasan perkotaan yaitu Desa Gesi di Kecamatan Gesi. Namun berdasarkan hasil analisis skalogram, Desa Katelan berada pada hirarki I yang berarti bahwa Desa Katelan memiliki potensi sebagai kawasan perkotaan Tanggenar. Kemudian, untuk mengetahui tingkat pelayanan berdasarkan kelengkapan dan ketersediaan fasilitas perkotaan, maka dihasilkan peta orde perkotaan di kawasan Tanggenar sebagai berikut.

Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.51Peta Orde Perkotaan Tanggenar

Peta di atas menunjukkan hierarki perkotaan yang terbagi atas tiga tingkatan. Berdasarkan peta diatas didapati bahwa Desa Katelan merupakan desa dengan orde I dimana, Desa Katelan telah memiliki ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Kemudian, diikuti oleh Desa Dukuh dengan dimilikinya orde II dan Desa Srawung dan Desa Gesi yang memiliki kesejajaran orde yaitu orde III. Dalam hal ini, Desa Gesi dan Desa Srawung sebagai desa yang memiliki kepadatan tinggi namun, belum diikuti dengan adanya kelengkapan fasilitas yang ditunjukkan oleh didapatinya orde III pada kedua desa ini. Hal tersebut dikarenakan oleh Desa Gesi dan Desa Srawung didominasi oleh kawasan permukiman sehinggga, banyak lahan yang digunakan untuk menjadi tempat tinggal, bukan untuk sarana publik. Kebutuhan penduduk Desa Gesi dan Desa Srawung akan fasilitas publik dapat terlayani oleh kawasan sekitarnya.

56


POTENSI DAN PERMASALAHAN, ISU PERKOTAAN TANGGENAR POTENSI Pada kawasan perkotaan Tanggenar terdapat beberapa potensi yang dimiliki antara lain adalah sebagai berikut:

Sumber:hasil analisis kelompok 2018

Gambar 2.52Peta Potensi dan Masalah Perkotaan Tanggenar

a.

Potensi Wisata Gunung Banyak di Desa Srawung Pariwista merupakan salah satu potensi alam yang dimiliki oleh perkotaan Tanggenar. Wisata Gunung Banyak merupakan potensi pariwisata alam yang terletak di Desa Srawung, Kecamatan Gesi, Kabupaten

Gunung Banyak ini belum mulai dibangun seperti halnya jalan menuju kawasan wisata, ruang-ruang wisata, parkir, sarana peribadatan, warung dan pertokoan.

Sragen. Wisata alam ini menyuguhkan pemandangan yang menarik yaitu berupa perkotaan Sragen dari sebuah tebing dan perbukitan Srawung. Karena banyaknya perbukitan maka masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Gunung Banyak. Wisata Gunung Banyak masih terbilang baru untuk sebuah kawasan wisata. Gunung Banyak baru mulai direncanakan menjadi bibit kawasan wisata desa pada tahun 2018. Rencananya, wisata Gunung Banyak ini akan dikelola oleh Bumdes Srawung. Berdasarkan kondisi eksistingnya, pariwisata

57

sarana

dan

prasarana

pendukung

Sumber: Dokumentasi B1 2018 Gambar 2.53 Wisata Gunung Banyak, Desa Srawung Kecamatan Gesi


b. Jalan Kolektor sebagai jalan utama yang menghubungkan perkotaan dengan Kawasan Kota Sragen Jaringan jalan merupakan komponen utilitas sebuah wilayah perkotaan. Jaringan jalan selain berfungsi sebagai jaringan transportasi juga berungsi sebagai penghubung dan wadah pergerakan antar wilayah. Jaringan jalan yang terdapat di kawasan perkotaan Tanggenar berupa Jalan Kolektor Sekunder. Jalan kolektor sekunder tersebut merupakan penghubung antara Perkotaan Sragen – Kecamatan Tangen – hingga Kabupaten Grobogan. Keberadaan jalan kolektor ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pusat permukiman dan dapat menjadi jalur distribusi komoditas pertanian unggulan dari kawasan produksi menuju kawasan perkotaan. Berikut merupakan peta jaringan jalan di kawasan perkotaan Tanggenar.

Sumber: Bappeda Kabupaten Sragen 2011

Gambar 2.54 Peta Jaringan Jalan Perkotaan Tanggenar

c. Kelengkapan fasilitas pelayanan umum seperti SPBU, fasilitas kesehatan, pendidikan, perdagangan dan jasa tingkat pelayanan kecamatan di Desa Katelan. Wilayah perkotaan, khususnya Desa Katelan dan Desa Gesi merupakan pusat dari aktivitas perdagangan dan jasa di Kecamatan Tangen dan Kecamatan Gesi. Selain itu, kedua desa ini juga difungsikan sebagai pusat pelayanan administrasi dan perekonomian bagi wilayah-wilayah di sekitarnya. Pusat pelayanan dalam hal ini berupa pasar induk pemasaran hasil komoditas pertanian dan pusat pelayanan administrasi, serta koperasi dan perbankan bagi kelompok tani. Pentingnya peran wilayah perkotaan bagi wilayah-wilayah di sekitarnya menyebabkan banyak aset-aset perkotaan terpusat di wilayah peerkotaan. Aset-aset perkotaan yang dimiliki oleh wilayah perkotaan antara lain berupa Kantor Kecamatan, SPBU, pasar, lapangan, pertokoan, jasa pelayanan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan serta terminal. Aset aset perkotaan inilah yang kemudian mendukung wilayah perkotaan Tanggenar sebagai simpul perekonomian, distribusi, dan pelayanan yang mendukung wilayah perencanaan Tanggenar. Berikut merupakan peta persebaran fasilitas di kawasan perkotaan Tanggenar.

58


Sumber:Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 2.55 Peta Persebaran Fasilitas Kawasan Perkotaan Tanggenar

Permasalahan Permasalahan yang ada di perkotaan yaitu kekeringan dan kekurangan air di bagian utara, adanya pabrik gula mangkrak di Desa Gesi, belum optimalnya terminal Tangen, serta terbatasnya infrastruktur jalan untuk distribusi gula semut. Berikut peta permasalahan di kawasan perkotaan: c. Terminal tipe C yang belum optimal a. Kekeringan dan kekurangan air bersih Kondisi geografis berupa air tanah langka menyebabkan

Terdapat sub-terminal tipe C yang ada di

kekeringan di seluruh kawasan perkotaan. Kekeringan

wilayah Perkotaan Tanggenar, yaitu di desa

menjadi masalah dan tantangan karena industri pengolahan

Katelan. Akan tetapi pada kenyataannya, pada

membutuhkan air dalam prosesnya. Kekeringan juga

saat ini terminal tersebut belum optimal. Pada

mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat karena

terminal tipe C ini hanya melayani angkutan

kurangnya air dan air yang ada berkapur.

penumpang rute sragen-tangen-galeh atau

a. Terdapat pabrik gula pasir yang belum beroprasi di Desa

hanya melayani desa yang dilalui jalan kolektor.

Gesi

Seharusnya

Pabrik gula yang akan didirikan di Desa Gesi tersebut memiliki

dimanfaatkan

skala industri menengah dengan kapasitas tebu yang bisa

menghubungkan antara pusat koleksi hasil

diolah cukup banyak yaitu 1/5 dari kapasitas pabrik gula Mojo.

distribusi dan desa-desa sebagai produsen baik

Sehingga keberadaan pabrik gula ini sangat dibutuhkan

dari hasil komoditas pertanian maupun hasil

terutama untuk meningkatkan perekonomian wilayah

dari produksi industri pengolahan masyarakat.

Tanggenar karena memiliki pengolahan di dalam wilayah.

Oleh karena itu, saat ini terminal ini sering

Namun kendala pembiayaan menjadikan pabrik gula tersebut

dijadikan tempat berjualan pedagang kali lima

terhenti pembangunannya dan akan dilanjutkan ketika sudah

dan pedagang pasar.

ada biaya.

59

Sub

Terminal sebagai

ini titik

dapat yang


d.

Jalur menuju pabrik produksi gula semut tidak maksimal karena keterbatasan infrastruktur jalan Jalur dari lahan pertanian menuju tempat produksi tidak maksimal, karena keterbatasan infrastruktur jalan. Infrastruktur jalan yang ada saat ini belum mendukung untuk jalur usaha tani yang baik. Jalan yang rusak sepanjang 2km dari jalan kolektor yaitu pada jalur distribusi. Oleh karena itu, perlu diadakannya perbaikan dan pengoptimalan jalan/jalur usaha tani dari sentra produksi/penghasil bahan baku ke industri pengolahan dan selanjutnya ke pasar. Jalan/jalur usaha tani itu buat memudahkan distribusi dari barang mentah, setengah jadi, sampai ke barang jadi. Jalur usaha tani ditujukan buat meminimalkan biaya transportasi.

e.

Belum ada sarana pendukung pertanian Pada saat ini kawasan perkotaan tanggenar belum memiliki sarana pendukung pertanian. Sarana pendukung saat ini harus di beli petani dari perkotaan sragen, atau memesan ke pabriknya langsung. Diharapkan dengan adanya sarana pendukung pertanian diwilayah perkotaan dapat menghemat biaya transportasi petani untuk mendapatkan sarana pendukung pertanian.

60


KONSEP

PERENCANAAN WILAYAH & PERKOTAAN TANGGENAR TUJUAN DAN SASARAN KONSEP BEST PRACTICE INDIKATOR KONSEP SKEMA KONSEP KTM (perkotaan)



TUJUAN DAN SASARAN WILAYAH

Ketiga hal tersebut dibutuhkan sebagai persiapan menghadapi tantangan isu Tanggenar sebagai wilayah yang tertinggal. Diharapkan dengan adanya perbaikan infrastruktur dan SDM, Tanggenar dapat memiliki infrastruktur yang maju serta SDM yang handal sehingga dapat meningkatkan

Sebagai wilayah yang tertinggal di Kabupaten

Sragen,

Tanggenar

pada tahun 2039. Dalam mendukung tujuan yang diharapkan

memerlukan adanya upaya untuk membenah

di wilayah Tanggenar, maka perlu adanya sasaran sebagai

isu tersebut. Maka, didapatkan tujuan Wilayah

indikator kondisi yang ingin dicapai. Berikut merupakan

Tanggenar

sasaran yang didasarkan pada tujuan perencanaan wilayah:

yaitu

Wilayah

perekonomian masyarakat menuju Tanggenar yang sejahtera

“Terwujudnya

Wilayah

Tanggenar yang maju dan berdaya saing menuju sejahtera pada tahun 2039”. Tujuan tersebut

dapat

dicapai

dengan

adanya

integrasi antara kualitas infrastruktur, kualitas

 Maju :

infrasrtuktur

dan

SDM

kurun waktu 20 tahun.

wilayah

berkualitas  Sejahtera: Terciptanya pembangunan ekonomi yang berdaya saing

serta

pembangunan ekonomi berdaya saing dengan

infrastruktur

 Berdaya saing: Terciptanya sumber daya manusia yang

Tanggenar yang berorientasi pada perbaikan kualitas

kualitas

Tanggenar yang memadai

SDM, dan pembangunan ekonomi yang berdaya saing. Pembangunan di Wilayah

Terwujudnya

Sasaran tersebut kemudian membentuk indikator yang akan mengacu pada konsep perencanaan wilayah. Berikut merupakan tujuan dan sasaran beserta indikator pendukung:

Tabel III. 1 Tujuan dan Sasaran Wilayah Tanggenar Tujuan wilayah

Indikator Tujuan

Maju

Terwujudnya wilayah Tanggenar yang unggul dan berdaya saing menuju sejahtera tahun 2039

Terwujudnya kualitas infratruktur wilayah Tanggenar yang memadai

Indikator Konsep Agropolitan   

Berdaya saing

Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas

Sejahtera

Terciptanya pembangunan ekonomi yang berdaya saing

Sumber: Analisis kelompok, 2018

61

Sasaran

 

Tersedia prasarana (infrastruktur) dan sarana produksi dasar dan sarana sosial yang memadai. Memiliki suatu lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pelayanan. Terdapat sistem dan usaha pertanian atau kelembagaan dalam skala ekonomi dan jenis usaha tertentu Memiliki potensi kualitas SDM kawasan agropolitan yang kreatif, inovatif, berjiwa wirausaha dan profesional Memiliki komoditas pertanian unggulan Memiliki peningkatan kegiatan produksi, pengolahan,dan pemasaran komoditas unggulan dalam skala industri


Tujuan

dari

dapat

Sasaran yang ketiga adalah terciptanya pembangunan

dijabarkan menjadi tiga sasaran. Sasaran yang

ekonomi yang berdaya saing. Sasaran ini dapat diindikasikan

pertama

kualitas

dengan adanya komoditas unggulan yang mampu menjadi

yang

pendongkrak pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, wilayah

kualitas infrastruktur

Tanggenar juga diharapkan akan mampu meningkatkan

dilakukan guna mendukung kegiatan industri

produksi, pengolahan dan pemasaran pada tahapan industri

pengolaan dan sarana pengembangan skill

pengolahan. Untuk memenuhi sasaran tersebut, diperlukan

bagi masyarakat serta memenuhi kebutuhan

adanya program dan kebijakan yang mendorong proses-

sosial

perbaikan

proses pertumbuhan perekonomian masyarakat secara

kualitas infrastruktur tersebut adalah untuk

menyeluruh. Selain itu pengembangan sektor industri

sarana prasarana pengolahan industri yang

diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi

akan membuka lapangan pekerjaan baru.

baik dari skala mikro, kecil dan menengah di masyarakat.

Selain itu, infrastruktur jalan yang diperbaiki

KONSEP

adalah

infratruktur

perencanaan

Terwujudnya

wilayah

Tanggenar

memadai. Perbaikan

masyarakat.

Orientasi

akan membantu proses distribusi hasil olahan industri dan pertanian. Serta adanya perbaikan kualitas air di Wilayah Tanggenar karena kualitas air yang mengandung kapur, sehingga membantu

kegiatan

industri

maupun

kebutuhan pokok masyarakat.

PERENCANAAN WILAYAH

Sasaran yang kedua adalah Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Karakteristik manusia yang kreatif, inovatif, dan berjiwa wirausaha sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkup masyarakat suatu wilayah. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah dan tempat pelatihan skill akan meningkatkan kemampuan

masyarakat

yang

saat

ini

mayoritas masih didominasi oleh aktivitas pertanian.

Selain

kelembagaan

yang

itu

adanya

mampu

sistem

menunjang

aktivitas tersebut, terutama pada sektor usaha pertanian

sehingga

mampu

mendorong

KONSEP AGROPOLITAN Agropolitan berasal dari kata Agro yang berarti pertanian

dan

politan

yang

berarti

kota.

Konsep

pengembangan Agropolitan pertama kali diperkenalkan oleh Friedmann dan Douglass pada tahun 1975 sebagai strategi pengembangan kawasan. Konsep agropolitan pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan perdesaan. Konsep agropolitan merupakan konsep perencanaan berbasis pada pertanian yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam. Sehingga terdapat keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan antara sistem pusat permukiman dan sistem pertanian.

perekonomian di wilayah Tanggenar.

62


.Menurut

Bappenas

(2003),

konsep

Kawasan agropolitan merupakan kesatuan kawasan

agropolitan berprinsip desentralisasi dan

perdesaan yang terdiri dari desa pusat dan desa hinterlandnya

mengikutsertakan sebagian besar penduduk

dengan adanya hubungan fungsional antara kegiatan di desa

wilayah dalam pembangunan. Sedangkan,

pusat

menurut

Pranoto (2007),

agropolitan terdiri atas orde pertama, orde kedua, dan orde

kawasan agropolitan merupakan kawasan

ketiga. Setiap orde memiliki fungsi masing-masing dengan

perdesaan yang secara fungsional merupakan

kesamaan fungsi sebagai simpul jasa koleksi dan distribusi

kawasan dengankegiatan utama adalah

dengan skala tertentu. Orde pertama merupakan kota tani

pertanian. Konsep ini diterapkan dengan

utama atau pasar regional, orde kedua merupakan pusat

tujuan untuk menumbuhkembangkan pusat

pertumbuhan atau kawasan sentra produksi, dan orde ketiga

pertumbuhan

merupakan

Rustiadi dan

ekonomi

baru

berbasis

dan

desa

hinterland.

kawasan

satuan

Berdasarkan

pertanian.

strukturnya,

Setiap

orde

pertanian di perdesaan, membuka lapangan

dihubungkan oleh jaringan transportasi yang dapat dijelaskan

kerja baru bagi masyarakat perdesaan

dalam gambar Skema Konsep Agropolitan sebagai berikut:

melalui kegiatan-kegiatan ekonomi berbasis agribisnis,

mengembangkan

lembaga

ekonomi

di

lembagaperdesaan,

meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mewujudkan tata ruang ideal antara kota dan desa yang saling melengkapi, mendukung, dan memperkuat. Suatu

kawasan

agropolitan

direncanakan untuk mempermudah produksi

Sumber: Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan, Kimpraswil, 2000

dan pemasaran dengan mengintegrasikan

Gambar 3.1 Skema Agropolitan

aktivitas pertanian di kawasan tersebut. Peran agropolitan adalah untuk melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana berlangsung aktivitas pertanian oleh para petani setempat. Namun, pembangunan tidak dapat berjalan dengan lancar jika prasarana tidak baik, setiap aspek kehidupan sosial

maupun

ekonomi

mempunyai

prasarana sendiri, yang merupakan satuan terbesar dan alat utama dalam berbagai kegiatan.

Oleh

mengsukseskan

karena

itu,

penerapan

dalam

agropolitan

setiap lembaga sosial dan sektor kehidupan ekonomi

harus

infrastrukturnya.

63

memperhatikan

Pembagaian sistem hierarki dari strategi pengembangan kawasan agropolitan tersebut menjadi dasar dalam penentuan dan pembagian hierarti konsep agropolitan di Wilayah Tanggenar. Penjabaran orde tersebut dirumuskan sebagai daerah penghasil bahan baku, pengumpul bahan baku, sentra produksi, kota/pusat regional, kota sedang/besar (outlet). Hal tersebut didukung dengan adanya transportasi dan dukungan sarana prasarana lainnya. Sehingga, pengembangan konsep agropolitan di Wilayah Tanggenar didasarkan pada pembagian sistem

tersebut

dengan

adanya

penyesuaian

menurut

pengembangan

konsep

kebutuhan komoditas unggulan. Hal tersebut

mendorong

agropolitan di wilayah Tanggenar. Wilayah Tanggenar diketahui memiliki komoditas unggulan berupa tebu dan jagung. Berdasarkan potensi wilayah Tanggenar, tebu –


dengan

Zona 1: Kawasan dengan faktor-faktor lereng

kontribusi tertinggi di Sragen, sedangkan

lapangan, jenis tanah, curah hujan yang

jagung memiliki produksi tertinggi kedua di

melebihi nilai skor 175 dan/atau kawasan hutan

Sragen. Sementara, pisang memiliki kontribusi

yang mempunyai lereng lapangan 40% atau

yang juga cukup besar di Sragen. Komoditas

lebih dan/atau kawasan hutan yang mempunyai

tersebut

ketinggian 2.000 mdpl atau lebih. Kawasan ini

merupakan

komoditas

utama

merupakan

potensi

dalam

pengembangan yang dapat diolah menjadi

ditujukan untuk kawasan rekreasi

dapat

Zona 2: Kawasan pada zona II ini memiliki keadaan

yang

fisik areal memungkinkan untuk dilakukan

meningkatkan pendapatan dan produktivitas

budidaya secara ekonomis dan lokasinya secara

masyarakat. Selain itu, wilayah Tanggenar

ekonomis

juga didukung oleh potensi atau masalah dari

kawasan penyangga serta tidak merugikan segi-

fisik alam, ekonomi ketenagakerjaan, sosial

segi ekonomi lingkungan. Kawasan

kependudukan, dsb. Sehingga, dipilih konsep

digunakan sebagai kawasan pengembangan

Agropolitan

tanaman holtikultura, sarana

berbagai

hal

meningkatkan

yang

kemudian

kegiatan

yang

industri

diharapkan

memecahkan permasalahan

mampu

di wilayah

mudah

dikembangkan

sebagai

ini

prasarana

penunjang, dan kawasan industri

Tanggenar untuk menghindari masalah yang

Zona 3: Kondisi wilayah pada zona III memiliki

lebih kompleks serta menghadapi tantangan

tingkat kelerengan kurang dari 25% dengan

yang akan datang.

daya dukung lahan yang memiliki topografi bergelombang. Kawasan ini digunakan sebagai kawasan pertanian holtikultura bulanan (sayur-

BEST PRACTICE

sayuran) a.

Step By Step Agropolitan (Kabupaten Malang)

kawasan

pengolahan

hasil

pertanian. Zona 4: Kawasan pada zona IV ini memiliki kondisi

1. Menata hierarki wilayah yaitu pusat kegiatan dan wilayah pendukung. Wilayah dengan hierarki lebih tinggi akan lebih besar jangkauannya dan mempengaruhi hierarki yang lebih rendah.

dan

Setelah

itu

topografi yang cenderung datar sampai dengan bergelombang dengan tingkat kelerengan kurang dari 10%. Kawasan ini digunakan sebagai kawasan pertanian pangan (padi) dan pusat perdagangan dan jasa.

melakukan

penetapan fungsi kawasan menjadi pusat

pertumbuhan

dan

daerah

pendukung. 2.

Membuat zona-zona kawasan: Pada Kabupaten Malang, dibagi menjadi 4 zona sebagai berikut:

Sumber: RTRW Kabupaten Malang 2010-2030

64


4. Selanjutnya membuat proyeksi jumlah

pertanian serta pengembangan masyarakat

dan pertumbuhan penduduk. Setelah itu

dalam mengelola industri kecil agropolitan. 3. Membuat rencana sistem transportasi dan sarana

membuat zonasi komoditas unggulan

prasarana pendukung.

seperti pertanian, tanaman pangan, b.

holtikultura, dan peternakan). 5. Selanjutnya adalah membuat rencana pengembangan

-

-

-

1. Pengolahan Tebu (Kabupaten Kerinci)

sebagai

Tebu merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

berikut:

memiliki potensi ekonomis yang tinggi di Kabupaten

Pra produksi : guna mempermudah

Kerinci. Saat ini luas kebun tebu di Kabupaten Kerinci

aksesibilitas petani agar mendapat benih

sudah mencapai 1.621 ha dengan produksi 12.838 ton

tanaman

mudah,

(BPS Provinsi Jambi, 2016) dan dikelola oleh 1.640

dan

kepala keluarga yang menggantungkan hidupnya dari

dengan

membuatbadan

-

agribisnis

Pengolahan Komoditas

lebih penelitian

pembenihan tanaman

tanaman tebu untuk memproduksi gula merah.

Produksi: membuat teknologi pengelola

Mayoritas petani tebu dalam memelihara tanamannya

tanah, membuat sistem irigasi guna

tanpa teknologi pemupukan, tetapi tebu tetap tumbuh

pengoptimalan fungsi dan meningkatkan

subur dan menghasilkan. Pemupukan dilakukan oleh

kelembagaan Kinerja Himpunan Petani

sebagian kecil petani setempat hanya dari kotoran sapi

Pemakai Air (HIPPA) ditiap desa. Selain

yang diberikan seadanya. Penyiangan dilakukan oleh

itu, adanya sistem pemasaran yang benar

sebagian besar petani hanya pada saat melakukan

seperti adanya pasar agribisnis dengan

panen tebu. Petani menyadari sepenuhnya jika

penentuan

untuk

tanaman tidak disiangi atau dibiarkan rimbun, maka

menghindari turunnya harga komoditas

akan mudah diserang oleh hama tikus. Panen secara

pertanian.

umum dilakukan dengan cara tebang pilih. Pengolahan

Pasca Produksi : Pengembangan industri

dilakukan dengan proses sederhana dan tidak

kecil pengolah hasil pertanian

menggunakan alat yang mahal.

rotasi

tanaman

Sub Sistem Penunjang : hal yang dilakukan

adalah

Tabel III. 2 Nilai Ekonomis Pengolahan Gula Merah

perencanaan

Harga Mentah (per ton) Kualitas rendah = Rp. 180.000 Kualitas Tinggi = Rp. 500.000

pusatinformasi agribisnis dan pariwisata. Lalu membuat kebijkan pemerintah kota seperti rencana makro pengembangan agribisnis dan dukungan pemerintah

Harga setelah dioalah

Rp. 820.000

Nilai tambah (added value) Harga jualharga olahan= Rp. 320.00640.000

Sumber: pabrikgulamerah.com, 2018

mencari investor yang baik berskala nasional. pendidikan

Selian

adanya

pelatihan

badan

2.

Pengolahan Jagung (Kabupaten Madiun)

seperti

Jagung merupakan salah satu komoditas pangan

pelatihan staff perintis, pembimbing dan

penting serta menjadi prioritas oleh Puslitbang/Balai

pengawasan industri kecil pengawasan

Besar yang berada di bawah Badan Litbang Pertanian -

65

dan

itu


selain komoditas padi, kelapa, cengkeh, pisang, jeruk dan hasil ternak, yang memiliki prospek untuk dikembangkan

agroindustrinya.

Kabupaten

Madiun merupakan salah satu penghasil pakan ternak dari bahan dasar jagung. Pengolahan pakan ternak di Kabupaten Madiun menggunakan mesin chopper dengan bahan bakar bensin. Cara pegolahnnya dengan memasukkan jagung kering ke dalam mesin

INDIKATOR AGROPOLITAN Indikator merupakan satuan-satuan yang menjadi tolak ukur yang digunakan untuk menetapkan

suatu

kesimpulan.

Berikut

merupakan tabel indikator konsep Agropolitan yang dilengkapi dengan justifikasi pemilihan konsep berdasarkan kondisi eksisting wilayah perencanaan Tanggenar

chopper dan mesin itu akan menggiling jagung kering tersebut. Kapasitas penggilingan mesin chopper dapat mencapai 1 kwintal per jam. Berikut merupakan prosesnya:

Sumber: Klinik WIrausaha Madiun, 2018

Hasil dari pakan ternak tersebut, di produksikan ke berbagai wilayah dengan nilai keuntungan yang cukup besar. Berikut merupakan nilai ekonomis penhgolahan pakan ternak: Tabel III. 3 Nilai Ekonomis Pengolahan Jagung Harga Mentah

1 kg : Rp. 4.000

Harga setelah diolah 1 kg = Rp. 28.000

Nilai Tambah (added value) Harga MentahHarga Olahan= Rp. 9.600-9.300

Sumber: Klinik wirausaha madiun, 2018

66


Tabel III. 4 Tabel Indikator Agropolitan No.

Indikator

1.

Memiliki komoditas pertanian unggulan. (PU, 2014)

Sub-Indikator

Justifikasi Pemilihan

Lahan didominasi oleh lahan pertanian.

Pertanian sebagai penopang ekonomi (berkontribusi besar dalam perekonomian).

2.

3.

Terdapat usaha pengolahan hasil pertanian dan sistem kelembagaan pertanian. (PU, 2014).

Terdapat usaha pengolahan hasil pertanian.

Terdapat sistem kelembagaan pertanian terintegrasi.

Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadahi untuk mendukung pengembangan agropolitan. (PU, 2014).

Tersedia sarana penunjang agropolitan seperti; jalan, sarana irigasi, sumber air baku, pasar, terminal, fasilitas perbankan, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas pelayanan umum lainnya.

 

 

67

Penggunaan lahan didominasi oleh lahan pertanian sebesar 13.432 Ha (85%) dari luas lahan Tanggenar. Kontribusi PDRB sektor pertanian menyumbang 24% dari total PDRB Tanggenar (terbesar). Wilayah Tanggenar memiliki komoditas unggulan berupa tebu dan jagung dengan produksi masing-masing 53,4% dan 27% dari produksi Kabupaten Sragen. Wilayah Tanggenar memiliki komoditas pertanian lainnya, seperti pepaya, kelengkeng, buah naga, dan pisang. Terdapat usaha penggilingan padi, pemipilan jagung, serta industri rumah tangga yang berbasis pada pengolahan hasil pertanian seperti geplak jahe, emping garut, tempe benguk, keripik pisang, gula semut, pakan ternak jagung. Terdapat kelembagaan yang dapat menunjang pertanian seperti Poktan (Kelompok Tani) dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Jaringan jalan menuju pusat regional (Kabupaten Sragen) sudah cukup baik untuk menunjang distribusi hasil produksi pertanian. Sumber air baku mengalami kekeringan saat musim kemarau di seluruh wilayah dan mengandung kapur (Kecamatan Jenar). Terdapat Pasar Tangen, Banyuurip, dan Gesi Terdapat terminal tipe C yang dapat mendukung aktivitas pemasaran produk pertanian. Terdapat KUD (Koperasi Unit Desa). Memiliki fasilitas umum (listrik) dan fasilitas sosial (fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan perdagangan).


TUJUAN DAN SASARAN PERKOTAAN Kawasan Perkotaan Tanggenar yang

dilengkapi

sarana-sarana

pelayanan

tingkat

meliputi Desa Katelan, Desa Dukuh, Desa

kecamatan yang melayani desa-desa di wilayah

Srawung dan Desa Gesi mempunyai tujuan

Perncanaan Tanggenar, dari mulai sarana pendidikan

perencanaan

SMP dan SMA, KUA, Sarana Kesehatan Puskesmas,

Tanggenar

“Terwujudnya tahun

2039

perkotaan

sebagai

simpul

Sub terminal Tipe-C , Kantor Kecamatan, Pasar dan

perekonomian, distribusi, dan pelayanan yang

Perbankan dan sarana-sarana lain yang melayani

mendukung Agropolitan�.

desa-desa di wilayah perencanaan yang dapat

Tujuan Perkotaan Tanggenar tersebut

menunjang pelayanan kegiatan agropolitan.

dimaksudkan agar kawasan perkotaan dapat

Berdasarkan tujuan perkotaan yang disusun

menjadi pusat seperti yang diharapkan pada

berdasarkan sasaran wilayah, dirumuskan sasaran

konsep agropolitan wilayah Tanggenar. Simpul

perkotaan kawasan Tanggenar sebagai berikut:

Perekonomian didalam tujuan ini berupa pusat

a.Optimalisasi fungsi terminal sebagai sarana

dari kegiatan perdagangan dan Jasa yang ada

distribusi

di Wilayah Perencanaan Tanggenar, Selain itu,

Terdapat sub-terminal tipe c yang ada di kawasan

pengoptimalan sarana prasarana seperti sub-

perencanaan Tanggenar.Sub Terminal ini dapat

terminal tipe C, pasar , dan perbankan dapat

dimanfaatkan sebaga titik yang menghubungkan

mempengaruhi

ekonomi

antara pusat koleksi hasil distribusi dan desa-desa

wilayah perencanaan Tanggenar. Selanjutnya,

sebagai produsen baik dari hasil komoditas

simpul distribusi dimaksudkan agar kawasan

pertanian maupun hasil dari produksi industri

perkotaan dapat menjadi pusat distribusi hasil

pengolahan masyarakat.

pertumbuhan

olahan industri dan hasil pertanian dari wilayah perencanaan Tanggenar. Pusat distribusi berguna agar alur distribusi teratur dan memberikan keuntungan yang maksimal kepada produsen. Selanjutnya poin tujuan yang ketiga adalah sebagai Simpul Pelayanan,

pada

kawasan

perkotaan

Tanggenar terdapat pusat permukiman

68


b. Tersedianya Pusat permukiman yang mampu melayani

d. Tersedianya alat dan bahan pemenuh kebutuhan

kawasan perkotaan dan wilayah Tanggenar

agropolitan dan industri pengolahan

Dengan adanya kegiatan pelayanan yang mendukung

Kawasan perkotaan hasus mampu menjadi kawasan

agropolitan, sasaran untuk wilayah perkotaan yaitu harus

yang menyediakan kebutuhan bahan baku dari

mampu menyediakan permukiman yang dapat melayani

industri-industri pengolahan dari desa-desa yang ada

kawasan

perencanaan

di wilayah perencanaan Tanggenar. Di kawasan

Tanggenar. Karena pusat permukiman merupakan salah

perkotaan juga menyediakan alat dan kebutuhan

satu fasilitas pendukung kehidupan warga secara mandiri.

terkait dengan komoditas-komoditas yang ada di

c. Terciptanya sarana pemasaran hasil produksi pertanian

wilayah perencanaan seperti tebu dan jagung. Selain

perkotaan

maupun

wilayah

dan industri pengolahan Wilayah

perencanan

Tanggenar

itu juga menjual pupuk, bibit dan alat alat-alat mempunyai

hasil

pertanian lainnya.

komoditas pertanian yang besar di Kabupaten Sragen,

e. Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja.

seperti tebu yang menyumbang kontribusi yang besar.

Sasaran perkotaan peningkatan kualitas SDM melalui

Pusat pemasaran komoditas di kawasan perkotaan

pelatihan kerja ini dimaksudkan untuk meningkatkan

digunakan agar memutus mata rantai antara produsen

mutu

dan tengkulak, sehingga diharapkan akan memberikan

perencanaan Tanggenar. Pelatihan kerja ini dapat

keuntungan yang lebih kepada masyarakat. Selanjutnya

berupa pelatihan pengolahan lahan pertanian, dalam

juga pusat pemasaran dibuat untuk mewadahi industri-

pengelolaan produksi industri maupun pelatihan-

industri agar terkelola pemasarannya.

pelatihan keterampilan untuk membekali masyarakat

angkatan

kerja

yang

ada

di wilayah perencanaan Tanggenar.

69

di

wilayah


KONSEP PERENCANAAN KOTA KONSEP KOTA TERPADU MANDIRI Kota Terpadu Mandiri memiliki dua

Kota Terpadu Mandiri dirancang menjadi pusat

karakteristik, yaitu Terpadu dan Mandiri.

pertumbuhan yang memiliki fungsi perkotaan dalam

Terpadu diartikan sebagai sebuah kawasan

suatu wilayah. Pusat pertumbuhan yang dimaksud

yang didalamnya terdapat sebuah sistem

adalah sebagai pusat penyedia sarana dan prasarana

yang saling terintegrasi. Sedangkan Mandiri

untuk melayani wilayah di sekitarnya.

dalam konsep KTM, yaitu tersedianya sarana

Pada Rencana Konsep perkotaan Tanggenar,

sosial, ekonomi dan pemerintahan untuk

Kota Terpadu Mandiri akan dirancanakan sebagai

melayani

penduduk

kota yang menjadi pusat kegiatan pemukiman dan

kota/desa sekitar, prasarana dan sarana untuk

kegiatan pertanian. Kegiatan pemukiman berupa

mendukung kegiatan usaha para penduduk

penyediaan prasarana dan saran kegiatan usaha dan

desa sekitar serta terbangunnya sentra-sentra

fasilitas sosial. Sedangkan kegiatan pertanian berupa

kegiatan

pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi

kebutuhan

bisnis

dasar

untuk

menumbuhkan

kegiatan ekonomi. Adanya Konsep KTM di

serta

sebabkan oleh permasalah utama yaitu tidak

agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul,

seluruh kawasan berkembang dengan baik.

pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan di sektor

Permasalahan yang timbul di kawasan

pertanian,

transmigrasi adalah tingkat aksesibilitas yang

perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya

rendah,

pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas

barang

produksi

sulit

untuk

dipasarkan, dan kurangnya sarana prasarana di kawasan tersebut. Permasalahan tersebut

kegiatan

agribisnis,

industri,

dan

pusat

jasa,

pelayanan

serta

pusat

sejenis. Lingkup

SKP

berfungso

sebagai

tempat

yang kemudian menjadi pemicu terbentuknya

kumpulan kegiatan usaha primer pertanian (komoditas

konsep Kota Terpadu Mandiri (KTM). Tujuan

unggulan) dari beberapa desa yang memenuhi skala

pembangunan

untuk

ekonomis (On Farm) dan sebagai tempat kegiatan usaha

meningkatkan kemudahan dalam memenuhi

pasca panen (Off Farm). Pusat SKP disebut Desa Utama

kebutuhan

memungkinkan

sebagai penampung hasil pertanian dan pengolahan

terbukanya kesempatan pertumbuhan siosial

hasil pertanian dan UPT atau Desa yang terletak di

– ekonomi daerah serta menciptakan sentra

daerah belakangnya.

KTM

dasar

yang

adalah

aktifitas bisnis yang menarik para investor sebagai

upaya

menumbuhkan

kegiatan

ekonomi sekitar.

70


Sumber: Hasil anรกlisis kelompok B Gambar 3. 2 Struktur dan Pola Pengembangan Kota Terpadu Mandiri pada Wilayah Pengembangan Transmigran

Fungsi Kota Terpadu Mandiri (KTM) sebagai tempat bermukim, sebagai tempat kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota (On Farm) dan sebagai tempat kegiatan usaha pasca panen dan kegiatan jasa (Off Farm). Pusat WPT disebut Kota Terpadu Mandiri dengan hirarki Kota Orde II merupakan orde yang paling tinggi dalam lingkup WPT. Pengembangan Usaha di wilayah dilakukan dengan pendekatan sistem agribisnis. yaitu pengembangan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi usaha off-farm yaitu pembangunan agribisnis. Dalam pembangunannya melibatkan masyarakat agribisnis tidak hanya di KTM saja, tetapi juga di wilayah belakangnya. Pengembangan usaha yang dikembangkan WPT dan KTM akan meliputi kegiatan: a. Sub-sistem pengadaan dan penyaluran sarana pertanian. b. Sub-sistem budidaya pertanian c. Sub-sistem pengolahan dan pemasaran hasil d. Sub-sistem sarana dan prasarana penunjang.

71


BEST PRACTICE Karakteristik KTM Tabel III. 1 Karakteristik KTM Terpadu o

Mandiri

Memiliki terminal katelan sebagai

sarana distribusi hasil produk

Memiliki industri pengolahan hasil pertanian

pertanian dan produk gula semut o

Memiliki pasar tangen yang terintegrasi dengan terminal tipe c

Memiliki lembaga keuangan pendukung kegiatan pertanian

sebagai sebagai sarana pemasaran o

Rencana pembangunan pergudangan  hasil komoditas pertanian dan

gudang hasil produk pertanian di

Memiliki sentra pengembangan bibit pertanian

sekitar terminal katelan

Memiliki pusat penyedia saprotan

Memiliki fasilitas pendidikan dan pelatihan budidaya pertanian dan pasca panen

Sumber: Hasil Análisis Kelompok, 2018

INDIKATOR KONSEP KOTA TERPADU MANDIRI Indikator konsep Kota Terpadu Mandiri merupakan variabel yang digunakan untuk mengindikasikan atau menunjukkan konsep Kota Terpadu Mandiri. Indikator konsep ini didapatkan berdasarkan literatur penelitian Konsep Permukiman Kota Terpadu Mandiri (Kalsum, dkk 2016) dan penelitian dari Pusat Litbang Kementerian Ketransmigrasian (2013). Berikut merupakan indikatorindikator yang harus dimiliki oleh perkotaan Tanggenar untuk mewujudkan konsep perkotaan yang terpadu dan mandiri. Indikator Pusat kegiatan pertanian berupa pengolahan barang pertanian menjadi barang setengah jadi (Pusat Litbang Ketransmigrasian, 2013)

Tabel III. 2 Indikator Kota Terpadu Mandiri Sub-Indikator

 Terdapat industri pengolahan komoditas tebu

Justifikasi Pemilihan

 Terdapat pabrik gula pasir di Desa Gesi

72


Tabel III. 2 Indikator Kota Terpadu Mandiri Indikator

Sub-Indikator

Justifikasi Pemilihan

Pusat pelayanan agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul (Pusat Litbang Ketransmigrasian, 2013)

 Pusat peyedia sarana produksi pertanian  Pusat penjualan alat produksi pertanian  Sentra pengembangan bibit pertanian  Terdapat bank atau lembaga keuangan yang mendukung kegiatan usaha pertanian  Pusat informasi bisnis atau promosi pengembangan agribisnis

 Belum tersedia sarana penunjang/pendukung produksi pertanian dan sentra pengembangan bibit pertanian  Terdapat lembaga keuangan berupa Koperasi Unit Desa (KUD) dan Bank BRI di Desa Katelan dan Gesi  Terdapat kantor BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) yang mengurusi bidang pertanian di Desa Gesi

Pusat kegiatan pendkan dan pelatihan di sektor pertanian, industri, dan jasa (Pusat Litbang Ketransmigrasian, 2013)

 Fasilitas pendidikan dan pelatihan budidaya pertanian dan pasca panen berupa Balai Latihan Kerja

 Belum tersedianya balai latihan kerja yang berfokus pada pendidikan pertanian dan pasca panen

 Pasar induk  Pasar antar wilayah yang dilengkapi dengan gudang hasil pertanian dan gudang hasil pengolahan

 Terdapat pasar Gesi di Desa Gesi dan Pasar Tangen di Desa Katelan  Pasar belum dilengkapi gudang penyimpanan hasil produksi pengolahan pertanian

 Terdapat terminal sebagai sarana distribusi

 Terdapat terminal katelan tipe c di Desa Katelan

 Tersedianya jalur distribusi dari pusat produksi menuju industri pengolahan dan dari industri pengolahan menuju gudang pemasaran  Tersedianya industri pengolahan barang menjadi produk jadi atau setengah jadi

 Saat ini belum tersedia jalur distribusi dari pusat produksi menuju daerah pengolahan dan pemasaran  Sudah terdapat bibit industri pengolahan namun belum optimal di kawasan perkotaan

 Optimalisasi jaringan prasarana di kawasan perkotaan  Kelengkapan fasilitas/sarana di kawasan perkotaan

 Jaringan prasarana di kawasan perkotaan belum optimal seperti halnya prasarana drainase, sanitasi, persampahan, dan air bersih  Kawasan perkotaan sudah memiliki sarana/fasilitas tingkat kawasan yang lengkap namun ketersediaanya belum dapat menjangkau seluruh masyarakat

Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis (Pusat Litbang Ketransmigrasian, 2013) Terminal koleksi untuk kegiatan distribusi hasil pertanian (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)

Menyediakan prasarana dan sarana kegiatan usaha (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)

Menjamin ketersediaan prasarana dan sarana kebutuhan dasar lingkungan permukiman (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)

73


SKEMA FUNGSI KOTA TERPADU MANDIRI PERKOTAAN TANGGENAR

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 3. 2 Skema Fungsi Kota Terpadu Mandiri Perkotaan Tanggenar Pada konsep terpadu mandiri terdapat dua fungsi

yaitu

agropolitan

sebagai dan

pendukung

sebagai

pusat

permukiman. Pada poin bagian A dapat menjelaskan tentang konsep terpadu sebagai

pendukung

Keterpaduan pendukung

agropolitan.

dalam

fungsi

agropolitan

di

sebagai tunjukkan

melalui adanya Terminal Katelan (A1), Pasar Induk Tangen (A2), dan Pergudangan (A3,

A4,

A5)

yang

terletak

saling

berdekatan. Dimana, hasil produksi jagung dan tebu di Wilayah Tanggenar akan didistribusikan menuju pergudangan di

pemasaran yaitu Pasar Induk Tangen serta pemasaran menuju pasar global keluar wilayah Tanggenar melalui Terminal Tangen. Poin

B

dapat

menjelaskan

bahwa

terdapatnya konsep mandiri pada kawasan perkotaan

sebagai

pendukung

agropolitan.

Konsep kemandirian yang ditunjukkan sebagai pendukung agropolitan yaitu berupa adanya sarana produksi pertanian (B1) dan sentra pembibitan (B2) di kawasan perkotaan. Dalam hal kemandirian ini dapat mendukung produksi komoditas unggulan di wilayah Tanggenar dan mendorong pengembangan sektor perdagangan dan jasa di wilayah perkotaan Tanggenar.

perkotaan untuk dapat diolah di pabrik pakan ternak (E3) dan pabrik gula pasir (A6). Kemudian, hasil pengolahan akan dikumpulkan djijikembali di pergudangan terdekat

untuk

menuju kawasan

dapat

didistribusikan

74


Pada poin C dapat menunjukkan konsep terpadu

dan pabrik pakan ternak yang sebagian

pada pusat permukiman yaitu meliputi permukiman

berada di wilayah perkotaan yaitu Desa

yang telah dilengkapi oleh fasilitas kesehatan (C1),

Srawung dan Desa Dukuh, namun terdapat

pendidikan (C2), pemerintahan (C3), dan rekreasi

juga di luar perkotaan yaitu Desa Japoh

(C4) terdekat. Adapun poin D yang menunjukkan

(E3).

konsep mandiri pada pusat permukiman terletak

Kemudian, pada poin F yaitu

pada adanya hubungan antara berdirinya pusat-

menunjukkan hubungan kawasan Kota

pusat pelayanan tingkat kecamatan keatas dengan

Terpadu Mandiri Perkotaan Tanggenar

pusat permukiman. Pusat pelayanan tersebut terdiri

dengan pasar global. Adanya hubungan

dari adanya kantor pemerintahan kecamatan (D1),

tersebut

bank/ lembaga keuangan (D2), rumah sakit tipe d

produksi pengolahan yang menuju pasar-

(D3), balai latihan kerja (D4), dan fasilitas

pasar

pendidikan SMP dan SMA (D5). Dimana fasilitas

berdasarkan komoditasnya. Dimana hasil

tersebut memiliki pelayanan yang meliputi lingkup

produksi tebu akan dipasarkan menuju

kecamatan dan sekitarnya. Sehingga dengan

pasar tebu (F1) yaitu Kabupaten Sragen,

adanya fasilitas tersebut, wilayah perkotaan

Kabupaten Ngawi, Kabupaten Blora, Kota

Tanggenar dapat memenuhi kebutuhan dasar

Madiun, Kabupaten Karanganyar, dan

dengan mudah dan dekat tanpa harus keluar

Yogyakarta. Pada komoditi jagung, hasil

wilayah perkotaan.

produksi pengolahan akan dipasarkan

Pada

poin

E

menujukkan

kawsan

berbentuk

di

luar

pemasaran

Wilayah

hasil

Tanggenar

menuju pasar jagung (F2) di Kabupaten

agropolitas Wilayah Tanggenar. Hal ini menjelaskan

Grobogan,

bahwa terdapatnya hubungan dengan kawasan

Salatiga, dan Kabupaten Pati. Adapun

produksi. Dimana pada wilayah Tanggenar terdapat

produksi hasil pengoloahan juga akan

Produksi penghasil jagung (E1), produksi penghasil

dipasarkan menuju pasar terdekat yaitu

tebu (E2), UMKM Gula Semut (E4),

pasar Sragen di Sragen (F3).

75

Kabupaten

Ngawi,

Kota


76


RENCANA

PENGEMBANGAN WILAYAH TANGGENAR SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH Analasis Pengambangan AktiямБtas Analisis Pengembangan Keruangan Analisis Pergerakan Penerapan rencana Pengembangan

RENCANA SISTEM PUSAT-SUB PUSAT PERMUKIMAN STRATEGI INDIKASI PROGRAM



SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH AKTIVITAS PENGEMBANGAN WILAYAH TANGGENAR 1. Peningkatan Produksi Komoditas

Tabel IV. 3 Target Produksi Tebu Kec. Tangen Tahun 2040

Wilayah Tanggenar memiliki komoditas unggulan berupa tebu dan jagung. Komoditas unggulan

Desa

tersebut dapat menurun ataupun meningkat. Dalam merencanakan pengembangan wilayah Tanggenar diperlukan proyeksi jumlah produksi komoditas unggulan. Proyeksi tersebut akan menjadi dasar dalam pengembangan kawasan industri pengolahan di wilayah Tanggenar. A. Komoditas Tebu

terbesar di Kabupaten Sragen. Wilayah Tanggenar didominasi oleh perkebunan tebu. Berikut adalah penjabaran proyeksi target produksi komoditas tebu hingga tahun 2040.

2012-2017 (ton)

(Ton)

9.503 26.695 17.182 17.841 28.430

12842 36018 23228 24110 38427

37.088 20.721

50070 27923

Japoh Ngepringan Mlale Dawung Kandang Sapi Jenar Banyuurip

Jumlah komoditas tebu diskenariokan akan meningkat pada tahun 2040. Target peningkatan produksi dilakukan bedasarkan best practice dari Provinsi Lampung yang memiliki produktivitas tebu

Target produksi tebu terbesar di Kecamatan Gesi

Target Produksi

berada di Desa Slendro yaitu sebesar 24.161 ton.

Tahun 2012-2017 (ton)

2040 (Ton)

Selain itu, pada Kecamatan Tangen target produksi

5.569 6.339 9.023 8.454 5.228 13.826 10.690

9777 11093 15828 14809 9148 24161 18681

Rata-Rata Produksi

Target Produksi

Tahun 2012-2017 (ton)

2040 (Ton)

395,80 224,39 511,54 362,43 145,76 207,72 170,79

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

terbesar terdapat di desa Jekawal sebesar 46.118 ton dan pada Kecamatan Jenar target produksi terbesar berada di Desa Jenar dengan 50.070 ton. B. Populasi Unggas Wilayah Tanggenar memiliki populasi unggas

Tabel IV. 2 Target Produksi Tebu Kec.Tangen Tahun 2040

Katelan Dukuh Jekawal Galeh Ngrombo Sigit Denanyar

Produksi 2040

Rata-Rata Produksi

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Desa

Produksi Tahun

mencapai 80-100 ton/ha.

Tabel IV. 1 Target Produksi Tebu Kec. Gesi Tahun 2040

Pilangsari Tanggan Srawung Gesi Blangu Slendro Poleng

Target

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Wilayah Tanggenar merupakan penghasil tebu

Desa

Rata-Rata

35622 20056 46118 32568 12900 18430 15103

yang cukup besar. Pakan ternak di wilayah Tanggenar masih didatangkan dari luar wilayah Tanggenar. Hal ini menjadi potensi yang besar mengingat produksi jagung pakan yang tinggi di Tanggenar. Maka dari itu, perlu adanya target peningkatan jumlah populasi unggas untuk menjadi dasar pembuatan pabrik pakan ternak jagung. Berikut adalah penjabaran proyeksi target ternak ayam hingga tahun 2040.


Tabel IV. 1 Target Populasi Unggas Tahun 2040 Kecamatan

Ayam Kampung

Ayam Ras

Itik

Itik Manila

Angsa

2017

2040

2017

2040

2017

2040

2017

2040

2017

2040

Tangen

18.841

29588

44.292

44.940

581

2293

-

-

52

377

Gesi

17.185

32719

112.849

141.499

1.305

5151

929

1160

59

428

Jenar

26.035

37712

58.403

102.541

368

1453

134

518

-

-

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Jumlah target populasi unggas diperkirakan akan meningkat pada tahun 2040. Target peningkatan dilakukan bedasarkan asumsi perhitungan. Target peningkatan populasi unggas tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah pabrik olahan komoditas jagung yaitu olahan pakan ternak. Peternakan unggas yang di budidayakan di wilayah Tanggenar terdiri dari 5 populasi yaitu ayam kampung, ayam ras, itik, tik manila, dan angsa. Menurut data BPS Kabupaten Sragen, Kecamatan dengan populasi unggas terbesar di wilayah Tanggenar tahun 2017 berada di Kecamatan Gesi, yang mencapai 281.033 ekor. Setelah mengolah data jumlah hasil ternak dari 2012-2017, maka didapatkan target peningkatan jumlah populasi unggas tahun 2040. Jumlah target ayam terbesar di Kecamatan Gesi sejumlah 180.957 ekor. Menurut asumsi jumlah target populasi unggas di wilayah Tanggenar didapatkan total populasi unggas sebesar 400.379 ekor, sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan jumlah populasi unggas dari tahun 2017 sampai 2040 sebesar 119.346 ekor. C.

Komoditas Jagung

80000

Komoditas jagung merupakan komoditas unggulan di wilayah Tanggenar. Hal tersebut dikarenakan komoditas Jagung di Tanggenar merupakan penghasil jagung yang terbesar

60000 40000 20000 0

kedua se-Kabupaten Sragen setelah wilayah

2012

Sumberlawang. Jenis jagung yang ditanam di

Tanggenar

2013

2014

2015

Tangen

2016

2017

Gesi

Jenar

wilayah Tanggenar berupa jagung pakan ternak. Produksi Jagung pada wilayah Tanggenar tahun 2012-2017 bersifat fluktuatif (Gambar 4.1). Produksi pada tahun 2013-2014

Namun pada akhirnya secara keseluruhan produksi jagung meningkat lagi sampai tahun mencapai

72.482

ton.

Gambar 4. 1 Produksi Jagung Tanggenar (2012-2017)

mengalami

penurunan dari 28.861 ton hingga 25.680 ton.

2017

Sumber: Kecamatan Gesi, Tangen, Jenar Dalam Angka Tahun 2013-2018

Peningkatan

600,00 400,00 200,00 0,00 2012

2013

2014

2015

2016

2017

tersebut dipengaruhi oleh produktivitas lahan jagung dan cuaca di wilayah Tanggenar. Wilayah

Tanggenar

memiliki

Tanggenar

Tangen

Gesi

Jenar

target

peningkatan produksi jagung pada tahun 2039 (Gambar 4.2). Target tersebut didasari agar

Sumber: Kecamatan Gesi, Tangen, Jenar Dalam Angka Tahun 2013-2018

Gambar 4. 2 Produktivitas Jagung Tanggenar (2012-2017)

78


peternakan di Tanggenar mampu memenuhi

Karakteristik wilayah Kabupaten Lamongan dengan wilayah

kebutuhan pakan ternaknya sendiri dan

Tanggenar dirasa tidak terlalu berbeda. Oleh karena itu,

mampu menciptakan peluang usaha kecil

harapannya wilayah tanggenar dapat menerapkan apa yang

menengah melalui produksi jagung. Pada

dilakukan oleh Kabupaten Lamongan sehingga mampu

Tahun

produktivitas

meningkatkan produksi jagung. Perhitungan peningkatan

jagung Tanggenar mencapai 12 ton per Ha

produksi jagung pada 2040 diharap dapat mampu memenuhi

dari kondisi eksisting 6 ton per Ha

target peningkatan produksi yang telah ditetapkan per ha.

2040

ditargetkan

Justifikasi kondisi eksiting didapatkan

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan hasil yang

bedasarkan rata-rata produksi per hektar di

mencapai target yang telah di tetapkan per ha. Hasil Produksi

wilayah Tanggenar. Selanjutnya, target

Wilayah

peningkatan di ambil dari best practice

peningkatan dari 320.200 ton pada tahun 2012-2017 menjadi

Kabupaten Lamongan. Perubahan yang

496.911 ton di tahun 2039. Hasil produksi yang terbesar di

dilakukan adalah dengan pola pertanian

wilayah tanggenar didapatkan dari hasil perhitungan yaitu

modern dengan menggunakan bibit unggul,

terdapat pada Desa Jekawal Kecamatan Tangen sebesar

penggunaan pupuk kandang sesuai anjuran,

46.118 ton dan Desa Jenar Kecamatan Jenar sebesar 50.070

dan penanaman benih dengan jarah yang

serta Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar sebesar 38.427 ton.

secara spesifik diatur. Kabupaten Lamongan

Ketiga desa tersebut merupakan desa dengan hasil produksi

sebelum

pertanian

tertinggi dibanding desa-desa lain yang berada di wilayah

modern, memiliki hasil jagung 6-7 ton per Ha,

Tanggenar karena juga ditunjang oleh lahan produksi yang

namun dengan menerapkan pola pertanian

lebih besar.

menerapkan

pola

tersebut, ternyata mampu meningkatan hasil panen hingga mencapai 12 ton per Ha.

Tanggenar

secara

keseluruhan

mengalami

Berdasarkan perhitungan juga didapatkan, peningkatan produktivitas tertinggi hingga tahun 2040 terdapat di

Penerapan best practice pada wilayah

Kecamatan Tangen yaitu di Desa Jekawal, Katelan dan Galeh.

Tanggenar sendiri ditentukan oleh sesuai

Peningkatan produktivitas tersebut dipengaruhi oleh beberapa

atau

faktor penunjang selain kondisi tanah yaitu curah hujan dan

tidaknya

karakteristik

wilayah

Tanggenar dengan Kabupaten Lamongan.

Desa

Pilangsari

persediaan airnya.

Tabel IV. 2 Target Peningkatan Produktivitas dan Produksi Jagung Tanggenar Rata-Rata 2012 - 2017 2040 Luas Produksi Produktivitas Target Target Lahan (ton) (ton/Ha) Kenaikan Kenaikan (Ha) Produktivitas Produksi (Ton/Ha) (Ton) 35.00 243 6.9 5 177

Tanggan

37.17

252

6.8

5

Srawung Gesi

22.17

141

6.4

32.33

214

6.6

Blangu

53.17

369

Slendro

67.33

415

Poleng

63.83

393

Total

311.00

2,025

Total Target Produksi (Ton) 421

188

440

6

112

253

5

164

377

6.9

5

270

638

6.1

6

341

756

6.1

6

324

716

1,577

3,602


Rata-Rata 2012 - 2017

2040 Target Kenaikan Produksi (Ton) 1,584

Total Target Produksi (Ton)

Luas Lahan (Ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/Ha)

Katelan

289.00

1,956

6.5

Target Kenaikan Produktivitas (Ton/Ha) 5

Dukuh

318.83

1,977

6

6

1,748

3,725

Jekawal

460.00

2,523

5

7

2,521

5,044

Galeh

433.17

2,197

5

7

2,374

4,572

Ngrombo

539.00

2,736

5

7

2,954

5,690

Desa

3,541

Sigit

536.17

2,709

5

7

2,939

5,648

Denanyar

529.00

2,494

5

7

2,900

5,393

Total

3,105.17

16,592

17,020

33,612

Japoh

33.17

189

5.8

6

206

395

224.00

1,455

6.4

6

1,394

2,848

11.75

69

6.0

6

73

142

Ngepringan Mlale Dawung

24.92

141

5.7

6

155

296

Kandang Sapi

64.92

414

6.3

6

404

818

Jenar

283.42

1,920

6.7

5

1,763

3,683

6.7

5

2,716

5,679

6,711

13,862

9,322

51,076

Banyuurip

436.58

2,963

Total

1,078.75

7150.78

Jumlah Total 1,498.31 Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

25,767

6.1

2. Rencana Penjualan dan Alur Distribusi Komoditas

peluang

A. Komoditas Tebu

pengolahan tebu menjadi gula pasir dan gula

Wilayah Tanggenar memiliki komoditas unggulan berupa

pasar,

direncanakan

adanya

semut guna menambah nilai ekonomisnya.

tebu. Tebu di wilayah Tanggenar memberikan kontribusi

Gula

sebesar 53,4% terhadap Kabupaten Sragen. Pada tahun 2040

pengolahannya sesuai dengan ketersediaan

diproyeksikan jumlah tebu di wilayah Tanggenar sebesar

sumber daya manusia, modal, dan teknologi

320.220 ton. Dikarenakan jumlah produksi tebu yang besar,

eksisting.

semut

dipilih

karena

proses

selain didistribusikan langsung dalam bentuk tebu mentah

Sedangkan, gula pasir dipilih karena

maka direncanakan akan terdapat industri pengolahan tebu

adanya potensi berupa pabrik gula pasir di

menjadi gula semut.

Desa Gesi. Gula semut dan gula pasir

Secara eksisting, Wilayah Tanggenar yang didominasi

tersebut akan didistribusikan ke wilayah

oleh perkebunan tebu memiliki potensi nilai ekonomis yang

sekitar Sragen. Selain gula semut dan gula

ditinjau dari fisik alam, pasar, dan kebutuhan Wilayah

pasir, tebu juga dapat diolah sebagai tebu

Tanggenar, Sragen, dan wilayah sekitarnya. Ditinjau dari

mentah dengan target pasar berupa pabrik

rantai produksi dan distribusinya, komoditas tebu Tanggenar

pengolahan tebu di luar Wilayah Tanggenar.

memiliki rantai penjualan yang pendek karena langsung dijual

Pada kondisi eksisting, tebu di wilayah

secara mentah. Berdasarkan waktu penyimpanannya, tebu

Tanggenar didistribusikan dalam bentuk

hanya bisa disimpan dengan lama waktu yaitu kurang lebih 2

tebu mentah ke beberapa pabrik gula di

hari agar tidak merusak kualitas rendemen tebu. Oleh karena

dalam dan luar Sragen, yaitu ke Pabrik Gula

itu, untuk memanfaatkan potensi pertanian eksisting dan

Mojo (Sragen), Soehono (Ngawi), Gendhis

80


` Multi Manis (Blora), Rajawali I (Madiun), Tasik Madu (Karanganyar), Djombang Baru (Jombang), dan Madukismo (Yogyakarta). Pada rencana, akan terdapat penambahan disribusi tebu mentah ke Pabrik Gula Merah Indo Gula Pastika di Kecamatan Sumberlawang dan ke Pabrik Gula Gesi di Desa Gesi. Tebu yang akan dijual mentah adalah sebesar 419.959 ton atau sebesar 85% dari keseluruhan produksi tebu. Kontribusi tebu ke masing-masing pabrik gula ditargetkan sebesar 30% (Tabel IV.6) Kab/Kota

Tabel IV. 3 Target Penjualan Tebu Mentah (Eksisting dan Rencana) Tahun 2040 PG Kebutuhan Tebu (ton) Penjualan Tebu Tanggenar (ton) Mojo 350.000 105.000 PGM Indo Gula Pastika PG Gesi

Sragen

Keterangan Eksisting

240.000

48.000

Rencana

70.000

54.600

Rencana

9.400

940

Eksisting

Ngawi

Soedhono

Blora

GMM

420.000

126.000

Eksisting

Madiun

Rajawali I

760.000

38.000

Eksisting

Karanganyar

Tasik Madu

335.000

16.750

Eksisting

Jombang

Djombang Baru Madukismo

109.500

5.475

Eksisting

503.880

25.194

Eksisting

2.487.780

419.959

Yogyakarta

Jumlah Sumber : Hasil Analisis Kelompok, 2018

Tebu yang akan diolah yaitu sebesar 15% (76.952 ton) dari keseluruhan produksi tebu. Gula semut yang dihasilkan merupakan 10% dari tebu yang diolah, sehingga ditargetkan gula semut yang dihasilkan dalam satu tahun produksi yaitu sebesar 7.695 ton. Pada kondisi eksisting terdapat tebu yang diolah menjadi gula semut dengan hasil produksi sebesar 18 ton dalam satu tahun. Gula semut tersebut didistribusikan ke Pabrik Kecap Lele di Kabupaten Pati. Sehingga, untuk memenuhi target pemasaran gula semut, direncakan adanya perluasan pasar dari gula semut ke beberapa pabrik kecap, di antaranya Pabrik Kecap Cap Udang dan Kuda Terbang (Grobogan), Kuda Kaloka (Salatiga), dan Kecap Bawang (Ngawi) (Tabel IV. 7)

Kab/Kota

Grobogan

Tabel IV. 4 Target Penjualan Gula Merah Tahun 2040 Nama Pabrik Kebutuhan Gula Semut per Kontribusi Tahun (ton) Cap Udang 576 30% Kuda Terbang

Target Penjualan (ton) 172,8

90

30%

27

24.000

30%

7.440

Pati

Kecap Lele

Salatiga

Kuda Kaloka

113

30%

33,8

Ngawi

Kecap Bawang

72

30%

21,6

30%

7.695

Jumlah Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018


Industri pengolahan tebu memiliki kapasitas produksi 20

Industri pengolahan pakan ternak ini juga

ton/hari dengan hari kerja 240 hari dalam setahun. Sehingga

direncanakan berdasarkan adanya potensi

dapat diketahui bahwa kapasitas produksi dalam satu tahun

peternakan ayam di wilayah Tanggenar yang

yaitu 4.800 ton. Dari perhitungan kapasitas produksi per tahun

cukup

maka dapat diperoleh jumlah industri pengolahan yang

kebutuhan

dibutuhkan yaitu sebanyak 16. Setiap industri pengolahan tebu

perencanaan, produk pakan ternak juga akan

ditargetkan mampu menghasilkan 480 ton gula merah dalam

dipasarkan di kawasan perkotaan serta

satu tahun, dengan 12-20 tenaga kerja.

didistribusikan ke peternakan ayam di luar

B. Komoditas Jagung

Wilayah Tanggenar. Wilayah Tanggenar

besar.

Selain

pakan

untuk

ternak

memenuhi di

wilayah

Wilayah Tanggenar memiliki komoditas unggulan berupa

memiliki jumlah ternak yang cukup banyak,

tebu dan jagung. Jagung di wilayah Tanggenar memberikan

dimana terdapat ayam ras, ayam kampung,

kontribusi sebesar 27.8% terhadap Kabupaten Sragen. Pada

itik, itik manila dan angsa yang tersebar di

tahun 2040 diproyeksikan jumlah produksi jagung yang ada di

tiap kecamatan. Berikut merupakan jumlah

wilayah Tanggenar sebesar 51.075,9 ton. Dengan jumlah

ternak dan kebutuhan pakan ternak di

produksi jagung yang besar tersebut maka direncanakan akan

wilayah

terdapat pengolahan komoditas jagung menjadi pakan ternak.

hingga tahun 2040.

Tanggenar

yang

diproyeksikan

Tabel IV. 8 Proyeksi Jumlah Unggas di Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Jenis Unggas

Tangen

Gesi

Jenar

Jumlah

888

982

1.131

3.001

Ayam Ras

615

1.936

1.403

3.953

Itik

124

278

78

480

Ayam Kampung

Itik Manila

-

63

9

72

Angka

38

43

-

81

Total

1.665

3.302

2.621

7.587

Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perencanaan B1, 2018

Tabel IV.8 menunjukkan bahwa wilayah Tanggenar membutuhkan pakan ternak sebesar 7.587,1 ton. Dimana kebutuhan pakan ternak tersebut mampu dicukupi oleh pakan ternak jagung yang ada di wilayah Tanggenar. Kebutuhan pakan ternak tersebut hanya mencapai 42.4% dari total hasil pengolahan pakan ternak jagung di wilayah Tanggenar. Sisanya yaitu sekitar 57.6% akan didistribusikan ke Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoaharjo. Kedua kota dan kabupaten tersebut memiliki produksi jagung yang sedikit sehingga kekurangan untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak yang ada. Maka itu, untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak di wilayah tersebut, maka hasil pengolahan pakan ternak yang ada di wilayah Tanggenar akan didistribusikan ke kedua kabupaten/kota tersebut. Tabel IV.9 Target Penjualan Pakan Ternak ke Luar Tanggenar Tahun 2040 Kota/Kabupaten

Kekurangan Pakan Ternak

Target Penjualan Tanggenar

4.818

4.818

Kabupaten Sukoharjo

108.548

5.571,5

Jumlah

113.366

10.289,5

Kota Surakarta

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

82


totalproduksi produksipakan pakanternak ternakdi wilayah Tanggenar adalah 17.877 ton. Dengan jumlah produksi tersebut, Jumlah total di wilayah 17.877 ton. skala menengah. Tiap pabrik skala menegah tersebut direncanakan akan maka akanTanggenar dibutuhkanadalah 3 pabrik dengan Dengan kapasitas jumlah produksi produksisebesar tersebut, memiliki 5.760 ton per tahun. Pabrik pakan ternak skala menengah ini dirasakan cukup maka memiliki akan dibutuhkan 3 pabrikyang dengan lebih nilai ekonomi tinggi jika dibandingkan dengan pembangunan UMKM. Hal ini karena skala menengah. Tiap pabrik tersebut skala pembangunan pabrik menengah mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan juga dapat menegah tersebut direncanakan akandibandingkan dengan hanya pembangunan pakan ternak skala UMKM. melakukan pemasaran yang lebih luas memiliki kapasitas produksi 3. Penyerapan Tenaga Kerja sebesar 5.760 ton per tahun. Pabrik pakan A. Eksisting ternak skala menengah ini dirasakan Berikut merupakan jumlah tenaga kerja di Kecamatan Gesi, Kecamatan Tangen dan Kecamatan Jenar. cukup lebih memiliki nilai ekonomi

Tabel IV. 10 Tenaga Kerja Kecamatan Taggenar Dirinci Per Sektor dari Tahun 2012-2016 2012 2013 2014 2015 1 Pertanian, perkebunan, 28782 28810 28470 28467 pembangunan UMKM. Hal ini karena peternakan, perikanan 2 Pertambangan 481 526 794 818 pembangunan pabrik menengah 3 Industri Pengolahan 960 1053 986 1036 tersebut 4 mampuListrik, menyerap Gas, dantenaga Air Minum 22 22 20 33 5 Konstruksi 689 761 703 738 kerja yang lebih banyak dan juga dapat 6 Perdagangan dan Akomodasi 3177 3307 3181 3313 7 Angkutan dan Komunikasi 631 543 531 556 melakukan pemasaran yang lebih luas 8 Keuangan dan Real Estate 92 119 114 116 dibandingkan dengan hanya 9 Jasa Sosial dan Lainnya 3922 7536 7607 7531 TOTAL 38756 42677 42406 42608

yang tinggi dengan No jika dibandingkanSektor

pembangunan pakan ternak skala

2016 28533 836 1048 34 750 3334 561 116 7552 42764

Sumber : BPS Kabupaten Sragen , 2013 dan 2017

UMKM. 4. Penyerapan Tenaga Kerja B. Eksisting

0,27% 1,35%

Berdasarkan Tabel IV.10 dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di Kecamatan Jenar cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Sektor

Pertanian

perkebunan

1,74%

16,32%

7,80%

0,06% 2,43%

68,38%

1,65%

peternakan perikanan merupakan tenaga kerja tertinggi dibanding sektor-sektor lainnya. Hal tersebut ditunjang dengan adanya potensi

Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan Pertambangan

lahan yang mendukung tenaga

Industri Pengolahan

kerja bekerja pada sektor pertanian

Listrik, Gas, dan Air Minum

perkebunan

Konstruksi

peternakan

dan

perikanan. Sedangkan sektor listrik,

Perdagangan dan Akomodasi

gas dan air minum merupakan

Angkutan dan Komunikasi

tenaga kerja terendah.

Keuangan dan Real Estate

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Jasa Sosial dan Lainnya

Gambar 4. 3 Diagram Tenaga Kerja Wilayah Tanggenar


Berdasarkan diagram piechat dapat diketahui

Kondisi eksisting Tenaga Kerja Sektor Industri

bahwa tenaga kerjanyang mendominasi adalah

hanya terdapat 1017 tenaga kerja. Pada 2040,

sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan

Tanggenar merencanakan 3 pabrik skala menengah

perikanan sejumlah 68,38%. Pada pengembangannya

dan 16 UMKM. Berikut merupakan hasil perhitungan

wilayah

untuk

tenaga kerja setelah di moderate guna menghitung

kerja dari sektor industri

penyerapan tenaga kerja pada sektor industri

tanggenar

mempunyai

menyerap tenaga

potensi

pengolahan.

pengolahan Tabel IV. 11 Persentase Tenaga Kerja di Wilayah Tanggenar

No

Sektor

Moderate

1

Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan

2

Persentase (%)

28612

68,3

Pertambangan

691

1,6

3

Industri Pengolahan

1017

2,4

4

Listrik, Gas, dan Air Minum

26

0,06

5

Konstruksi

728

1,74

6

Perdagangan dan Akomodasi

3262

7,8

7

Angkutan dan Komunikasi

564

1,3

8

Keuangan dan Real Estate

9

Jasa Sosial dan Lainnya TOTAL

111

0,27

6830

16,3

41842

100

Sumber : Kecamatan Tangen Gesi Jenar Dalam Angka Tahun 2013-2017

C. Perhitungan Penyerapan Tenaga Kerja

 Pabrik Pakan Ternak Skala Menengah

Berdasarkan perhitungan lokasi industri, wilayah

Berdasarkan Badan Pusat Statistik / BPS

tanggenar akan mempunyai penyerapan tenaga

Jumlah Tenaga Kerja sesuai Klasifikasi Industrisebagai

kerja dari sektor industri pengolahan, berikut

berikut ini:

perhitungannya

1.

 UMKM Gula Semut Tenaga Kerja yang dibutuhkan menggunakan

100 orang. 2.

asumsi 16 tenaga kerja/ UMKM. Jumlah UMKM = target penjualan gula semut :

= 16 Jumlah Tenaga Kerja yang dibutuhkan

Industri sedang dengan jumlah tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang

3.

produksi gula semut = 7.695 : 480

Industri besar dengan jumlah tenaga kerja lebih dari

Industri kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang

4.

Industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang Tenaga Kerja yang dibutuhkan di Tanggenar

= 16 x 16

tergolong klasifikasi industri sedang, sehingga tenaga

= 256 tenaga kerja

kerja diasumsikan sejumlah 60 tenaga kerja per pabrik.

84


Tenaga Kerja yang dibutuhkan di Tanggenar C. Skenario Pengembangan tergolong klasifikasi industri sedang, sehingga tenaga kerja diasumsikan sejumlah 60 tenaga kerja per pabrik. Jumlah Pabrik = target penjualan pakan ternak produksi pakan ternak = 17877 : 4800 =3 Jumlah Tenaga Kerja yang dibutuhkan = 3 x 60 = 180 Tenaga Kerja Berdasarkan perhitungan penyerapan tenaga kerja dari sektor industri pengolahan, maka didapatkan tambahan pemyerapan 436 tenaga kerja Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perencanaan B1, 2018

di sektor industri pengolahan sehingga jumlah

Gambar 4. 4 Skenario Pengembangan Tenaga Kerja

totalnya menjadi 1453 teanaga kerja di sektor industri pengolahan.

AKTIVITAS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR 1. Pengembangan Infrastruktur

tersebut diperkirakan akan menjadi ruas jalan yang

A. Jalan

padat sehingga pergerakan yang terjadi akan

Jaringan jalan merupakan infarstruktur yang

meningkat sehingga dilakukan pelebaran jalan untuk

sangat penting dalam menunjang pedinstribusian hasil

komoditas.

Dalam

meningkatkan

memperlancar arus transportasi. 

Perbaikan kondisi jalan lokal pada Tanggenar tersebar

produktivitas dan kemudahan distribusi maka

di Desa Ngepringan, sepanjang jalan kolektor, dan

perlu adanya rencana pengembangan jalan

beberapa ruas jalan di Desa Sigit, Dukuh, dan Poleng.

(Gambar 4.5).

Perbaika kondisi jalan tersebut dilakukan agar

Pada rencana jaringan jalan membahas

terciptanya kemudahan bagi masyarakat dalam

rencana perbaikan jalan lokal yang dalam kondisi buruk pelebaran jalan dan pembangunan jalan

mengakse kebutuhan jalan. 

Pembangunan jalan usaha tani, yaitu jalan yang akan

usaha tani. Perbaikan jalan berlubang pelebaran

menghubungkan

jalan dan pembanguunn jalan usaha tani

komoditas ke pasar dan perkotaan Tanggenar.

dilakukan

Dimana

dalam

memenuhi

pelayanan

dari

lahan

perkotaan

pertanian

Tanggenar

penghasil

ini

akan

mayarakat dalam aktivitasnya meliputi :

didistribuskan ke luar Kabupate Sragen. Tujuannya

 Pelebaran

Gesi-Sukodono,

untuk mempermudah masuknya alat teknologi

pelebaran jalan ini dilakukan mengacu pada

modern dalam peningkatan produksi pertanian. Jalan

kebutuhan

ini direncanakan akan memiliki lebar jalan adalah 4

pelayanan

ruas

jalan

pembangunan distribusi

yaitu

pertanian

sarana dan

direncanakan tersebu tdiperkirakan akan menjadi ruas jalan yang padat sehingga pergerakan yang

meter


Selain ketiga rencana pengembangan jaringan jalan di atas, juga dibutuhkan pembangunan Jalan Lingkar Utara Sragen. Aksesibilitas yang masih cukup rendah menuju wilayah Tanggenar merupakan dasar pertimbangan dikembangkannya Jalan Lingkar Utara Sragen. Jalan tersebut akan menghubungkan Tanggenar dengan wilayah di sebelah Barat, yaitu Wilayah Sutasumon yang terdiri dari Kecamatan Sumberlawang, Tanon, Sukodono, dan Kecamatan Mondokan, kemudian wilayah di sebelah Selatan yaitu Kecamatan Sambungmacan dan Kecamatan Ngrampal. Di wilayah Tanggenar, Jalan Lingkar Utara melintas dari Jalan Raya Gesi, Jalan GesiTangen, dan Jalan Tangen-Jenar. Dalam pengembangannya, akan dilakukan pelebaran jalan selebar 8 meter pada Jalan Lingkar Utara Sragen, baik di wilayah Tanggenar maupun Sutasumon.

Gambar 4. 5 Peta Rencana Jaringan Jalan

Gambar 4. 6 Peta Rencana Pengembangan Jalan Lingkar Utara Sragen

86


Adanya keterkaitan antarkawasan agropolitan antara

Sutasumon, perkotaan Sragen, Kecamatan

Tanggenar dan Sutasumon berupa keterkaitan distribusi

Sumberlawang (khususnya Desa Bumiaji),

input produksi komoditas tebu (Âą84.000 ton/tahun), menjadi

Kabupaten

dasar untuk dilakukannya peningkatan akses menuju dan

Nganjuk.

dari wilayah Tanggenar. Hal tersebut dilakukan untuk

b. Air Bersih

mempermudah proses distribusi komoditas tersebut di

Grobogan,

Penggunaan

air

serta

bersih

Kabupaten

di

wilayah

mana komoditas tebu memerlukan waktu yang cepat untuk

Tanggenar digunakan pada beberapa aktivitas

didistribusikan karena memiliki masa simpan yang singkat.

antara lain: domestic seperti rumah tangga

Selain komoditas tebu, diperkirakan akan ada penambahan

dan non domestrik seperti industry, fasilitas

input produksi jagung dari Kabupaten Grobogan yang

umum, dan lainnya. Selain itu, air juga

didistribusikan ke wilayah Tanggenar. Oleh karena itu,

digunakan untuk irigasi terutama untuk

keterkaitan dan hubungan antarkawasan agropolitan

tanaman tebu dan jagung yang merupakan

Tanggenar dengan kawasan agropolitan di sekitarnya yaitu

komoditas utama di wilayah Tanggenar.

Sutasumon dan Grobogan, akan meningkat dengan

Pengembangan wilayah Tanggenar dengan

dikembangkannya Jalan Lingkar Utara Sragen.

konsep agropolitan, akan membutuhkan

Adanya rencana pengembangan pembukaan pintu tol di

jumlah air yang banyak dalam pengembangan

dasar

pertanian, pengolahan, dan juga kebutuhan

dilakukannya peningkatan akses menuju dan dari wilayah

air penduduk. Kebutuhan air di wilayah

Tanggenar ke Kecamatan Sumberlawang. Adanya akses

Tanggenar menjadi permasalahan penting

yang mudah untuk pergerakan manusia maupun barang dari

yang hingga saat ini belum terselesaikan.

Kecamatan

Sumberlawang

juga

merupakan

pintu tol menuju ke Tanggenar akan membuka peluang

Berdasarkan analisis kebasahan pada citra

dalam pengembangan sektor industri di wilayah Tanggenar,

landsat 8, didapatkan bahwa bulan basah

baik industri skala kecil, menengah, maupun skala besar.

terjadi pada bulan april dan bulan kering

Pengembangan Jalan Lingkar Utara Sragen akan

terjadi pada bulan oktober. Kekeringan terjadi

berimplikasi pada struktur ruang wilayah bagian Utara

pada bulan kering dilihat dari menurunnya

Sragen,

Tanon,

kebasahan pada permukaan bumi dari satelit.

Sambungmacan, dan pusat perkotaan Sragen akan menjadi

Kekeringan yang terjadi cukup besar hampir

pusat pendukung wilayah Tanggenar.

mencakup seluruh wilayah perencanaan.

di

mana

perkotaan

Sumberlawang,

Adanya Jalan Lingkar Utara Sragen akan memberi

Kekeringan ini juga didukung dengan curah

peluang perluasan distribusi dan pemasaran baik komoditas

hujan yang sangat ringan. Pada peta titik-titk

pertanian mentah maupun hasil industri pengolahan. Peluang

kebasahan yang tersisa saat kekeringan hanya

perluasan pemasaran tersebut di antaranya yaitu ke wilayah

embung dan sungai bengawan solo.


SKALA 1:50.000 Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Gambar 4.7 Peta Wetness Index Bulan Basah

SKALA 1:50.000 Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Gambar 4.8 Peta Wetness Index Bulan Kering

Pengentasan permasalahan air dalam melakukan perencanaan, maka dibutuhkan prediksi kebutuhan air di wilayah Tanggenar pada tahun 2040.

88


Tabel IV. 12 Jumlah Kebutuhan Air Penduduk Tahun 2040 Tahun

Non Domestik Industri Fasilitas sosum

Jumlah Penduduk (jiwa)

Domestik 80 lt/jiwa

10% domestik

8% domestik

20% domestik

71.916 71.365 69.362 65.468 59.956

5.753.280 5.709.200 5.548.958 5.237.468 4.796.462

575.328 570.920 554.896 523.747 479.646

287.664 285.460 277.448 261.873 239.823

1.150.656 1.141.840 1.109.792 1.047.494 959.292

2000 2010 2020 2030 2040

Kebocoran

Jumlah kebutuhan (lt)

7.766.928 7.707.420 7.491.093 7.070.582 6.475.224

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Jumlah kebutuhan air pada tahun 2040 di wilayah Tanggenar mencapai 6.475.224 liter. Proyeksi selanjutnya adalah kebutuhan untuk produski pertanian. Berikut merupakan proyeksi kebutuhan air petanian: Tabel IV. 13 Jumlah Kebutuhan Air Tebu Tahun 2040

Tabel IV. 14 Jumlah Kebutuhan Air Jagung Tahun 2040

Tahun

Produksi (ton)

Kebutuhan Air (Liter)

Tahun 2017

Produksi 24.552

Kebutuhan Air 28.235

2017

320.200

64.040

2022

37.406

43.017

2022 2027 2032 2037 2040

358.615 397.031 435.447 473.862 496.911

71.723 79.406 87.089 94.772 99.382

2027

41.019

47.172

2032

44.631

51.326

2037

48.224

55.458

2040

50.411

57.973

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Menurut hasil proyeksi kebutuhan air tersebut,

 Kemiringan lereng, dimana dengan kemiringan

dapat diketahui bahwa jumlah kebutuhan air

0-2% memiliki nilai infiltrasi >0,8 sedangkan 8-

penduduk dan pertanian sebesar 6.632.579 Liter.

15% memiliki nilai infiltrasi 0,7-0,8, dan 15-25%

Kebutuhan air setiap tahun di prediksikan akan

memiliki nilai infiltrasi 0,5-0,7.

meningkat.

Maka,

perlu

adanya

program



Variabel lain yang digunakan dalam penentuan

penanganan untuk memcahkan permasalahan air

infiltrasi air tanah adalah curah hujan. Curah

bersih. Penanganan permasalahan air bersih dapat

hujan di wilayah Tanggenar juga sangat rendah

diatasi

dengan nilai 4,0-6,6 mm/hari.

dengan

pembuaan

embung

atau

penampungan air di wilayah dengan infiltrasi tinggi.



Tutupan lahan juga merupakan salah satu aspek

Karakteristik infiltrasi dapat diketahui dengan

fisik alam yang dapat dijadikan acuan dalam

melihat kondisi fisik alam dari wilayah Tanggenar.

penentuan infitrasi air tanah. Hutan memiliki laju

Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam

infiltrasi tinggi, perkebunan dan tegalan memiliki

penentuan ifiltrasi air :

laju infiltrasi sedang, sawah memiliki laju infiltrasi



Jenis tanah di wilayah Tanggenar sebagian besar

rendah, dan permukiman memiliki laju infiltrasi

litosol, namun dibagian selatan memiliki jenis

sangat rendah. Permukiman dan lahan terbangun

tanah litosol dan bagian utara jenis tanah

lainnya memiliki laju infiltrasi yang sangat rendah

regosol.

Tanggenar

karena pada tutupan lahan tersebut tidak ada

cenderung lambat dengan karakteristik tekstur

vegetasi yang mampu untuk menyerap air

tanah lempung pasiran.

dengan cepat.

Infiltrasi

di

wilayah


Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Gambar 4. 9 Peta Laju Infiltrasi Wilayah Tanggenar

Berdasarkan Gambar 4.9 diketahui bahwa

non-agrikultur untuk membuat hutan tadah hujan

wilayah Tanggenar pada umumnya memiliki laju

(freshwater flooded-forest). Pada saat musim hujan,

infiltrasi yang sedang. Terdapat daerah dengan laju

air ditampung dibendungan pada hutan tadah hujan.

infiltrasi tinggi yang berada di bagian selatan wilayah

Pengumpulan air hujan juga mengurangi kebutuhan

Tanggenar. Dengan demikian, maka akan diketahui

air tanah. Saat kekeringan, air hujan yang sudah di

lokasi-lokasi yang berpotensi untuk pembangunan

tampung dapat digunakan. Untuk irigasi di tanah

embung ataupun penampungan air lainnya. Dalam

kering

penentuan lokasi embung, daerah laju infiltrasi akan

digunakan

disesuaikan dengan daerah yang memiliki kondisi

menghindari aliran.

seperti

tanggenar,

untuk

perkerasan

menangkap

air

hujan

tanah dan

hidrogeologi air tanah langka. Hal ini bertujuan agar

Pada Gambar 4.11 diketahui bahwa daerah yang

pembangunan embung dapat dilakukan di daerah

direkomendasikan untuk pembangunan rainwater

yang mengalami kekeringan namun memiliki daerah

harvesting ialah di wilayah Kecamatan Jenar. Hal ini

infiltrasi

dikarenakan daerah yang memiliki hutan dan laju

air

yang

tinggi

sehingga

daerah

permasalahan air di wilayah tersebut dapat teratasi. Selain

melakukan

pembangunan

infiltasi yang cukup tinggi sebagian besar berada di

embung

Kecamatan Jenar. Rainwater harvesting ini bertujuan

(Gambar 4.10) , rencana lainnya dalam mengatasi

untuk menampung air yang berasal dari hujan pada

permasalahan air bersih ialah dengan membuat

hutan atau non-agrikultural lalu disalurkan ke tangki

rainwater harvesting. Rainwater harvesting adalah

penampungan air dan pada akhirnya dimuarakan ke

metode yang menggunakan hutan yang ada dan area

permukiman dan juga untuk irigasi pertanian.

non-agrikultur untuk membuat hutan tadah hujan (freshwater flooded-forest). Pada saat musim hujan,

90


Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Gambar 4. 10 Peta Rencana Pembangunan Embung di Wilayah Tanggenar

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Gambar 4. 11 Peta Rekomendasi Sawah Tadah Hujan


Pada peta di atas dapat diketahui bahwa daerah yang direkomendasikan untuk pembangunan rainwater harvesting ialah di wilayah Kecamatan Jenar. Hal ini dikarenakan daerah yang memiliki hutan dan laju infiltasi yang cukup tinggi sebagian besar berada di Kecamatan Jenar. Rainwater harvesting ini bertujuan untuk menampung air yang berasal dari hujan pada hutan atau non-agrikultural lalu disalurkan ke tangki penampungan air dan pada akhirnya dimuarakan ke permukiman dan juga untuk irigasi pertanian.

PENGEMBANGAN LOKASI INDUSTRI a. Tebu Pemanfaatan komoditas tebu yang terdapat

Selain itu, terdapat beberapa alasan Pemilihan

pada wilayah perencanaan Tanggenar sebagian

lokasi industri tebu dipilih berdasarkan pertimbangan

besar

bahwa untuk menghemat waktu dan biaya produksi akibat

hanya

Tanggenar

disalurkan

secara

keluar

mentah.

wilayah

Petani

tebu

masa waktu penyimpanan tebu yang hanya +2 hari sejak

menjualnya dalam keadaan tebu utuh/mentah

dipanen maka lokasi industri tidak ditempatkan di

tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.

perkotaan guna meminimalisir waktu dan biaya yang akan

Sementara pelaku usaha untuk gula semut

dikeluarkan, lalu untuk mendukung pertumbuhan wilayah

hanya terdapat 1 yang berada di Desa Katelan

yang merata, maka peletakan pusat industri tidak

sehingga belum dapat dimanfaatkan dengan

diletakkan di perkotaan.

baik untuk kesejahteraan dan pengembangan wilayah Taggenar. Pengembangan dilakukan

dengan

komoditi

tebu

membangun

dapat industri

menengah di wilayah Tanggenar. Industri ini berupa pengolahan dan pembuatan gula semut yang berasal dari hasil panen petani di wilayah Tanggenar. Untuk mewujudkan pengembangan wilayah ini diperlukan penentuan lokasi industri yang berbasis pada komoditi tebu untuk yang layak

untuk

dikembangkan

di

wilayah

Tanggenar.

92


Lahan (Ha)

Tenaga Kerja

63,53 93,33 112,59 117,62 75,56 222,38 171,88 377,80 131,36 566,08 338,27 19,53 60,20 9,95 193,12 495,64 388,46 406,74

124 204 168 170 152 209 190 276 93 189 140 9 21 5 858 2373 1368 1094

Tabel IV. 15 Faktor Penentuan Lokasi Industri Tebu Bahan Baku dan Pasar dan Harga Energi Total ProduktiHarga (Rp/kg) Pendistribusian Produksi vitas (Kw) (Kw/Ha) 58000 - 70000 Melalui tengkulak 3856,54 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 5665,28 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 6834,20 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 7139,51 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 4586,68 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 13498,46 60,70 58000 - 70000 Melalui tengkulak 10433,16 60,70 20000 - 36000 Melalui tengkulak 23537,14 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 8183,81 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 35266,65 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 21074,07 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 1216,89 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 3750,76 62,30 20000 - 36000 Melalui tengkulak 620,04 62,30 45000 - 70000 Melalui tengkulak 12031,32 62,30 45000 - 70000 Melalui tengkulak 30878,66 62,30 45000 - 70000 Melalui tengkulak 24201,03 62,30 45000 - 70000 Melalui tengkulak 25339,61 62,30

602,98

1861

45000 - 70000

Melalui tengkulak

37565,78

677,87 157,59

2060 3185

45000 - 70000 45000 - 70000

Melalui tengkulak Melalui tengkulak

42231,02 9818,10

Endowment Desa

Pilangsari Tanggan Srawung Gesi Blangu Slendro Poleng Katelan Dukuh Jekawal Galeh Ngrombo Sigit Denanyar Japoh Ngepringan Mlale Dawung Kandang Sapi Jenar Banyuurip

Transport Jarak (Kondisi)

Angkutan

Kebijakan Pemerintah

27,32 23,18 24,77 19,31 32,11 25,41 10,82 0 1,58 16,89 21,26 10,9 14,31 19,41 1,84 5,04 15,54 18,76

Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

RTRW RTRW RTRW RTRW

62,30

24,7

Tidak Ada

RTRW

62,30 62,30

32,2 47,7

Tidak Ada Tidak Ada

RTRW RTRW

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

b.

Jagung

Endowment Desa

Pilangsari Tanggan Srawung Gesi Blangu Slendro Poleng Katelan Dukuh Jekawal Galeh Ngrombo Sigit Denanyar Japoh Ngepringan Mlale Dawung Kandang Sapi Jenar Banyuurip

Lahan (Ha)

Tenaga Kerja

48 53 26 39 84 112 104 415 444 551 551 670 690 690 65 447 24 49 126 544 837

808 970 822 798 1348 650 761 536 556 325 403 533 426 583 142 931 51 84 246 783 2424

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Tabel IV. 16 Faktor Penentuan Lokasi Industri Jagung Bahan Baku dan Pasar dan Harga Transport Energi Total ProduktiHarga Jarak Angkutan Pendistribusian Produksi vitas (Rp/kg) (Kondisi) (Kw) (Kw/Ha) 4000 Melalui tengkulak 355 7,40 27,32 Tidak Ada 376 7,09 23,18 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 173 6,65 24,77 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 268 6,87 19,31 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 615 7,32 32,11 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 735 6,56 25,41 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak 681 6,55 10,82 Tidak Ada 4000 Melalui tengkulak Ada Melalui tengkulak 42374 102,11 0 Ada Melalui tengkulak 40307 90,78 1,58 Melalui tengkulak 40824 74,09 16,89 Tidak Ada Melalui tengkulak 33999 61,70 21,26 Tidak Ada Melalui tengkulak 42994 64,17 10,9 Tidak Ada Melalui tengkulak 43391 62,89 14,31 Tidak Ada Melalui tengkulak 39555 57,33 19,41 Tidak Ada 458 7,05 1,84 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 2922 6,54 5,04 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 146 6,08 2,47 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 286 5,84 18,76 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 836 6,63 24,7 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 3871 7,12 32,2 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak 5968 7,13 47,7 Tidak Ada 4700 Melalui tengkulak

Kebijakan Pemerintah RTRW RTRW RTRW RTRW RTRW RTRW RTRW


Pemanfaatan

komoditas

jagung

yang

untuk yang layak untuk dikembangkan di wilayah Tanggenar.

terdapat pada wilayah perencanaan Tanggenar

Faktor penentuan lokasi industri menurut Marsudi

sebagian besar hanya untuk pakan ternak. Petani

Djojodipuro tentang Teori Lokasi Penentuan Industri untuk

jagung menjualnya dalam keadaan jagung utuh

pengolahan pakan ternak jagung berdasarkan pada 6 faktor

untuk didistribusikan ke luar wilayah Tanggenar.

yaitu Endowment, Pasar dan Harga, Bahan Baku, Transport

Sementara pelaku usaha untuk komoditi usaha

dan Kebijakan Pemerintah. Pada keenam faktor tersebut

pakan ternak jagung di wilayah Tanggenar belum

diutamakan pada faktor Endowment, Bahan Baku dan

terdapat sama sekali sehingga jagung belum dapat

Transport. Diliat dari ketiga faktor utama tersebut, terdapat

dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan

desa yang lebih menonjol untuk dijadikan sebagai lokasi

dan pengembangan wilayah Taggenar.

industri yaitu terdapat Desa Srawung di Kecamatan Gesi, Desa

Pengembangan komoditi jagung dapat dilakukan dengan membangun industri menengah

Dukuh di Kecamatan Tangen dan Desa Japoh di Kecamatan Jenar.

di wilayah Tanggenar. Industri ini berupa

Selain itu, terdapat beberapa alasan untuk memilih

pengolahan pemipilan dan pembuatan pakan

lokasi industri di ketiga desa tersebut yaitu pemilihan lokasi

ternak yang berasal dari hasil panen petani di

industri jagung dipilih berdasarkan prioritas kedekatan lokasi

wilayah

mewujudkan

dengan pusat perkotaan Tanggenar karena kondisi jagung

pengembangan wilayah ini diperlukan penentuan

tidak terpengaruh oleh masa simpan dalam gudang serta

lokasi industri yang berbasis pada komoditi jagung

dengan mempertimbangkan jarak dan waktu distribusi.

Tanggenar.

Untuk

ANALISIS PENGEMBANGAN PERGERAKAN Tabel IV. 17 Analisis Pengembangan Pergerakan Tipe

Keterkaitan fisik

Elemen- Elemen

Rencana

Jaringan jalan

 Perbaikan dan peningkatan kelas jalan ruas Sukodono-Gesi dari jalan lokal menjadi jalan kolektor  meningkatkan aksesibilitas dan mendorong pertumbuhan wilayah Tanggenar.  Pengoptimalan fungsi Jalan Sragen-Tangen  optimalisasi distribusi barang dari dan keluar wilayah Tanggenar.

Sarana transportasi Keterkaitan Ekonomi

Keterkaitan Ekonomi

Keterkaitan berupa mobilitas

Pengoptimalan terminal Tipe C di Desa Katelan sebagai simpul pergerakan serta pusat koleksi dan distribusi komoditas pertanian di wilayah Tanggenar.

 Pengoptimalan pasar skala kecamatan (Pasar Tangen, Pasar Gesi)  pusat koleksi dan distribusi komoditas pertanian serta pemenuhan kebutuhan masyarakat se-Kecamatan. Fasilitas Pasar  Pengoptimalan pasar skala desa di Desa Slendro, Blangu, Ngrombo, dan Banyuurip  sub-pusat penyediaan komoditas pertanian dan kebutuhan masyarakat sekitar.  Bahan baku dan sarana produksi pertanian diperoleh dari pusat perkotaan Tanggenar  di sepanjang Jalan Katelan. Arus bahan baku dan barang antara  Industri pengolahan gula semut terletak di Slendro, Jekawal, Jenar.  Industri pengolahan pakan ternak terletak di Srawung, Dukuh, Japoh. Hasil produksi industri pengolahan (gula semut, pakan ternak, dan hasil pengolahan Arus hasil produksi UMKM lainnya) didistribusikan ke dalam dan luar Tanggenar (Grobogan, Ngawi, industri pengolahan Surakarta, Blora, Madiun, Jombang, Yogyakarta, Pati, dan Salatiga) melalui Pasar Tangen.  Pergerakan penduduk diarahkan menuju pusat perkotaan Tanggenar untuk memenuhi kebutuhan produksi pertanian dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Penduduk  Tenaga Kerja industri pengolahan (gula semut dan pakan ternak) merupakan warga sekitar  untuk memperkecil modal produksi dan meningkatkan keuntungan hasil produksi, serta memperkecil pengeluaran transportasi. Pergerakan barang berupa komoditas pertanian dan hasil produksi industri pengolahan Barang dikolektifkan melalui pasar selanjutnya didistribusikan ke seluruh Tanggenar dan wilayah lainnya.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perencanaan B1, 2018

94


Letak Tanggenar yang berbatasan dengan kabupaten lain mendorong adanya aktivitas pergerakan dari dan menuju Kabupaten Sragen, baik pergerakan manusia maupun barang (komoditas pertanian). Pergerakan manusia wilayah Tanggenar berupa pergerakan tenaga kerja, sedangkan pergerakan barang berupa pergerakan komoditas pertanian tebu dan jagung, hasil pengolahan gula pasir, gula semut, dan pakan ternak, serta pendapatan (uang). Pergerakan tersebut memiliki keterkaitan antarelemen utama, yaitu kawasan produksi tebu dan jagung; industri pengolahan gula pasir, gula semut, dan pakan ternak; pasar; Terminal Tangen; penduduk; serta wilayah luar Tanggenar. Selain itu, komoditas tersebut juga didistribusikan dalam bentuk tebu mentah. Hasil produksi dan tebu mentah kemudian didistribusikan melalui pasar dan Terminal Tangen sebelum didistribusikan ke luar Tanggenar. Keterkaitan dalam proses produksi dan distribusi tersebut, melibatkan tenaga kerja dan pendapatan dimana penduduk menghasilkan input tenaga kerja bagi produksi tebu dan jagung, industri pengolahan, pasar dan terminal, serta wilayah luar Tanggenar. Di lain sisi, pergerakan barang pendapatan (uang) memiliki hubungan timbal balik dimana input pendapatan (uang) merupakan hasil dari penjualan hasil produksi distribusi dan tenaga kerja. Skema pergerakan manusia dan barang wilayah Tanggenar dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Perencanaan B1, 2018 Gambar 4. 12 Skema Pergerakan


PENERAPAN RENCANA PENGEMBANGAN Skema Pegerakan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018 Gambar 4. 13 Skema Agropolitan Tebu Wilayah Tanggenar

Salah satu komoditas unggulan di wilayah

Gula semut diproduksi di 3 desa yang tersebar rata

Tanggenar adalah tebu. Pada skema di atas dapat di setiap kecamatan. UKM gula semut terletak di desa diketahui bakwa tebu diproduksi (lahan tebu) di Slendro, Jekawal dan Jenar. Gula pasir diproduksi di seluruh desa Tanggenar. Tebu Tanggenar dipasarkan desa Gesi yang merupakan kawasan perkotaan. Dari dalam dua bbentuk, yaitu tebu mentah dan produk keempat tempat pengolahan tersebut, produk berupa olahan tebu seperti gula pasir dan gula semut. Tebu gula pasir dan gula semut dikolektifkan di pasar yang dalam bentuk mentah langsung dipasarkan ke kota- terdapat di desa katelan yang merupakan kawasan kota besar dipulau jawa seperti ngawi, karanganyar, perkotaan.

Dari

pasar

tersebut

maka

produk

madiun, blora hingga yogyakarta. Sedangkan tebu pengolahan akan disalurkan ke beberapa daerah baik yang akan diolah lebih lanjut dipasok ke beberapa dalam lingkuo Kota Sragen maupun luar kota yang tempat pengolahan yang terdapat di Tanggenar.

merupakan pasar yang lebih besar.

96


Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Gambar 4. 14 Skema Agropoliyan Tebu Wilayah Tanggen

Skema agropolitan jagung merupakan skema yang menggambarkan rencana alur produksi dan distribusi komoditas jagung di Wilayah Tanggenar. Alur tersebut meliputi tahap produksi, pengolahan, dan distribusi pemasaran baik dalam Sragen maupun ke luar Sragen. Selain itu, diketahui bahwa alur produksi dan distribusi komoditas jagung juga memiiki keterkaitan dengan wilayah perkotaan Tanggenar dalam distribusinya. Berdasarkan fungsinya, alur produksi distribusi komoditas jagung terdiri jadi wilayah penghasil bahan baku, sentra produksi pengolahan jagung, kota kecil/pusat regional, dan kota besar atau sedang. Penghasil bahan baku merupakan wilayah yang memproduksi atau menghasilkan bahan baku komoditas yaitu komoditas jagung. Wilayah Tanggenar memiliki 21 desa yang seluruhnya menghasilkan bahan baku komoditas jagung. Bahan baku dari tiap desa tersebut kemudian didistribusikan ke wilayah sentra produksi komoditas jagung untuk diolah. Sentra komoditas di Wilayah Tanggenar terdiri dari 3 desa di tiap kecamatan, yaitu Desa Slendro di Kecamatan Gesi, Desa Denanyar di Kecamatan Tangen, dan Desa Banyuurip di Kecamatan Jenar. Sentra produksi merupakan wilayah dengan industri pakan ternak yang berfungsi sebagai pengolahan komoditas jagung menjadi produk lain, yaitu pakan ternak.


Hasil produksi pakan ternak dari tiap industri tersebut kemudian didistribusikan ke kota kecil atau kota regional. Kota kecil atau kota regional berfungsi sebagai pusat kolektif distribusi dan pemasaran hasil pengolahan komoditas. Kota kecil atau kota regional Wilayah Tanggenar merupakan wilayah perkotaan yang terdiri dari Desa Dukuh, Desa Katelan, Desa Srawung, dan Desa Gesi. Wilayah perkotaan atau kota kecil tersebut menerima dan menghimpun seluruh pakan ternak dari ketiga industri pengolahan sebelum dipasarkan kembali. Wilayah perkotaan atau kota kecil memiliki Terminal tipe C Katelan, pertokoan saprotan, dan Pasar Katelan yang mendukung fungsinya sebagai pusat kolektif distribusi dan pemasaran. Pakan ternak yang telah dikolektifkan di Pasar Katelan akan didistribusikan lagi ke Wilayah Tanggenar maupun wilayah yang lebih besar, yaitu kota besar atau sedang. Kota besar atau sedang tersebut merupakan target pasar pakan ternak dari Wilayah Tanggenar. Kota besar tersebut adalah Kabupaten Sragen, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo.

RENCANA SISTEM PUSAT SUB PUSAT PERMUKIMAN Rencana Sistem Pusat Permukiman Wilayah Tanggenar

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Gambar 4. 15 Rencana Sistem Pusat Permukiman di Wilayah Tanggenar

98


99

Rencana sistem pusat permukiman

meningkatkan nilai komoditas tebu di wilayah tersebut

dianalisis berdasarkan pergerakan barang

Selain itu, untuk mendukung adanya industri pengolahan

dan penduduk di wilayah Tanggenar,

gula

kelengkapan fasilitas dan fungsi pelayanan

permukiman dan pelayanan permukiman.

setiap desa di wilayah Tanggenar (melalui alat

analisis

skalogram),

c.

semut,

direncanakan

pengoptimalan

fungsi

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Jekawal dan Jenar

rencana

dikembangkan sebagai kawasan industri pengolahan gula

pengolahan

semut. Desa Jekawal dan Jenar merupakan penghasil tebu

komoditas tebu dan jagung, serta hubungan

yang besar di Tanggenar, sehingga industri pengolahan

desa kota di wilayah Tanggenar. Sehingga,

gula semut dilokasikan mendekati sumber bahan baku

didapatkan

pusat

dengan juga mempertimbangkan waktu dan biaya

permukiman wilayah Tanggenar adalah

transportasi.Hal tersebut disebabkan karena komoditas

sebagai berikut:

tebu memiliki waktu simpan yang singkat. Selain itu,

a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Katelan

untuk mendukung adanya industri pengolahan gula

berfungsi sebagai pusat kota dari

semut, direncanakan pengoptimalan fungsi permukiman

wilayah

Tanggenar

dan pelayanan permukiman

eksisting

yaitu

pengembangan

rencana

sistem

dengan

fungsi pusat

d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Dawung dan Japoh

perdagangan dan jasa serta koleksi dan

dikembangkan sebagai industri pengolahan pakan ternak.

distribusi komoditas pertanian dengan

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pengolahan

adanya Pasar dan Terminal Tangen.

pakan

Selain itu, terdapat penambahan fungsi

mempermudah distribusi

sebagai

b.

industri

pusat

sebagai

permukiman

dan

ternak

dilokasikan

mendekati

pasar

untuk

e. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) Srawung

pelayanan pertanian.

akan direncanakan menjadi kawasan pusat permukiman,

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Gesi

penunjang pertanian dengan penyediaan sarana produksi

berfungsi sebagai pusat kota dari

pertanian, pengolahan industri pakan ternak serta

wilayah

Tanggenar

fungsi

pengembangan

eksisting

yaitu

sebagai

pusat

pengembangan

pelayanan,

dan

perkembangan Desa Srawung sebagai kawasan perkotaan

itu,

yang menghubungkan pusat-pusat perkotaan Desa

pengembangan

Katelan dan Gesi. Selain itu, adanya wisata Gunung Banyak

sebagai pusat kegiatan ekonomi lokal

diharapkan mampu mengoptimalkan potensi lokal dan

berupa

mendorong perekonomian Desa Srawung.

permukiman, penunjang terdapat

sebagai

dengan

pertanian. rencana

Selain

pengoptimalan penunjang

Pasar

Gesi

pertanian

dan

f.

wisata

Gunung

diharapkan

Banyak.

mampu

Arahan

mendorong

Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) Dukuh

pengembangan industri pengolahan

karena merupakan pusat pelayanan permukiman berupa

gula pasir Industri pengolahan gula

adanya fasilitas umum dan sosial pada kondisi eksisting.

semut

Desa Dukuh direncanakan sebagai pusat pendidikan dan

diharapkan

………………………

mampu

pelatihan pertanian yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan petani Tanggenar. Selain itu, dikembangkan industri pengolahan pakan ternak untuk meningkatkan nilai komoditas jagung Desa Dukuh.

99

g. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Slendro dikembangkan sebagai kawasan industri pengolahan gula semut.


STRATEGI DAN PROGRAM SASARAN PERTAMA Tabel IV. 18 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 1 Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Sasaran 1 : Terciptanya pembangunan ekonomi yang berdaya saing Permasalahan

Baseline

Target

Strategi

Industri pengolahan belum berbasis sektor unggulan

Terdapat 1 pabrik gula pasir namun belum beroperasi dan 1 UMKM gula semut

Pembenahan pabrik gula pasir dan penambahan 16 UMKM gula semut

Pengembangan dan penambahan kualitas dan kuantitas UMKM gula semut

Pelayanan sarana produksi pertanian belum optimal

Telah tersedianya saprota namun belum berfungsii secara optimal

Kebutuhan pupuk dan bibit petani serta penggunaan alat modern dalam pertanian dapat terpenuhi 100%

Pengoptimalan kelembagaan pertanian gapoktan dalam penyediaan bahan baku

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Tabel IV. 19 Indikator Program untuk Sasaran 1 Wilayah Tanggenar Waktu Pelaksanaan No

Fase 1

Program

2020 2021 2022 PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERDAYA SAING

1 a b c 2 a b

2023

2024

Fase 2 (20252030)

Fase 3 (20312035)

Pengembangan dan peningkatan kualitas dan kuantitas UMKM gula semut Peningkatan mutu SDM pelaku dan penggerak industri gula pasir dan UMKM serta pengadaan modal kerja sama Peningkatan produksi pengolahan tebu melalui UMKM gula semut Penguatan jaringan pasar dan rantai pasokan/supply chain Pengoptimalan kelembagaan pertanian Pelatihan teknis gapoktan dalam pengembangan pertanian Peningkatan peran gapoktan melalui peminjaman Dana Penguatan Modal (DPM)

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

100


SASARAN KEDUA Tabel IV. 20 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 2 Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Sasaran 2 : Terwujudnya kualitas infrastruktur wilayah Tanggenar yang memadai Permasalahan Baseline Target Strategi Produktivitas tebu saat ini adalah 57 Produktivitas tebu mencapai 90 ton/ha ton/ha Pengembangan sarana dan prasarana Produktivitas pertanian rendah produksi pertanian Produktivitas jagung saat ini adalah 6 Produktivitas jagung mencapai 12 ton/ha ton/ha Terdapat beberapa ruas jalan yang Kerusakan jalan lokal sebesar 18% 18% jalan lokal yang rusak diperbaiki rusak Peningkatan aksesibilitas jalan dan tersedianya jalur usaha tani Belum adanya jalan usaha tani Belum terintegrasinya jalur usaha tani Kekeringan saat musim kemarau Peningkatan ketersediaan air bersih Air tanah langka dan mengandung kapur Belum tercukupinya kebutuhan air Terpenuhinya kebutuhan air bersih Pemanfaatan waduk dan embung bersih masyarakat untuk permukiman dan pertanian Peningkatan kualitas air bersih sebagai penyedia air langsung (suplai air ke hilir) belum mampu memenuhi kebutuhan air Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Tabel IV. 21 Indikator Program untuk Sasaran 2 Wilayah Tanggenar

Waktu Pelaksanaan No

Fase 1

Program 2020

1 a b c d 2 a b 101

PENINGKATAN KUALITAS INFRASTRUKTUR Perwujudan sarana dan prasarana penunjang pertanian Pengoptimalan fungsi dan penambahan saprotan Peningkatan kapasitas terminal dan pasar Pengembangan dan pengadaan alat industri gula pasir Peningkatan sarana dan prasarana produksi serta pengolahan Komoditas Tebu Peningkatan aksesibilitas jalan Perbaikan jalan lokal yang rusak di Kecamatan Tangen Pengadaan jalur usaha tani

2021

2022

2023

2024

Fase 2 (20252030)

Fase 3 (20312035)

Fase 4 (20362040)


c 3 a b c 4 a b c d e f g h i

Pengembangan angkutan perdesaan Peningkatan ketersediaan air bersih Penyediaan Sumber Air Baku Pengembangan sistem Pompa PDAM Peningkatan Pelayanan PDAM Peningkatan kualitas air bersih Pengelolaan Wilayah Sungai Pelaksanaan konservasi lingkungan Pengadaan sumur buatan di daerah yang memiliki infiltrasi tinggi dan penyaringan air berkapur Perkerasan tanah Pengintegrasian pipa untuk saluran air Pemanfaatan hutan tadah hujan Peningkatan kualitas Drainase Utama Pengadaan menara air tank di lokasi hutan tadah hujan Pengadaan saluran air untuk permukiman

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

102


SASARAN KETIGA Tabel IV. 22 Baseline, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 3 Wilayah Tanggenar Tahun 2040 Sasaran 3 : Terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas (berdaya saing, sejahtera) Permasalahan Baseline Target Strategi Peternakan di Tanggenar membeli pakan Pakan ternak jagung mampu Belum terintegrasinya peternakan dari luar Tanggenar, sedangkan jagung Pengadaan kerjasama antara mendukung peternakan di wilayah dan industri pakan ternak jagung untuk pakan ternak dijual ke luar stakeholder Tanggenar Tanggenar Meningkatnya jumlah keluarga pra Penurunan angka keluarga pra Keluarga pra sejahtera mencapai 49% Penyediaan lapangan kerja sejahtera sejahtera Kurangnya pelatihan keterampilan Produktivitas tebu 57 ton/ha dan jagung Produktivitas tebu mencapai 90 ton/ha Peningkatan keterampilan tenaga tentang pertanian 6 ton/ha dan jagung 12 ton/ha kerja Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Tabel IV. 23 Indikator Program untuk Sasaran 3 Wilayah Tanggenar Waktu Pelaksanaan No

Fase 1

Program 2020

1 a b c d 2 a b 3 a b c d

PENINGKATAN KUALITAS SDM Pengadaan kerjasama antar stakeholder Penjalinan kerja sama permodalan dengan investor Pabrik Pakan Ternak Skala Menengah Pengadaan pabrik pakan ternak dan pengoperasian pabrik Penjalinan Kerjasama dengan Peternakan Surakarta dan Sukoharjo untuk mendistribusikan hasil produksi Pemeliharaan fisik dan evaluasi kinerja produksi distribusi pakan ternak Penyediaan lapangan kerja Penjalinan kerja sama dengan investor UMKM gula semut Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Gula Semut, industri gula pasir dan pakan ternak Peningkatan keterampilan tenaga kerja Penjalinan kerja sama dengan pemerintah untuk membangun balai latihan kerja Pengoptimalan kinerja Pabrik Ternak Skala Menengah Penjalinan Kerja Sama dengan pemerintah untuk melatih tenaga kerja di Tanggenar Pelatihan Tenaga Kerja Secara Rutin 3 bulan sekali guna menunjang industri pengolahan pakan ternak dan gula semut

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

103

2021

2022

2023

2024

Fase 2 (20252030)

Fase 3 (20312035)

Fase 4 (20362040)


104


SKENARIO PERENCANAAN &PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGENAR

GAMBARAN RENCANA PERKOTAAN PROYEKSI PENDUDUK PERKOTAAN ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERKOTAAN SKENARIO PERENCANAAN KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR


05


FUNGSI KAWASAN PERKOTAAN TANGGENAR SKEMA FUNGSI PERKOTAAN Secara umum, kota tanggenar akan dikembangkan menjadi Kota Terpadu Mandiri. Yaitu sebuah desa yang akan dikembangkan menjadi kawasan perkotaan dengan kegiatan pertanian sebagai penyokong kegiatan perkotaan.Mulai dari proses inisiasi, panen, hingga pasca panen dan penjualan. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka kawasan perkotaan tanggenar dibagi menjadi 2 fungsi utama, yaitu sebagai pusat permukiman dan pendukung agropolitan. Berikut merupakan bagan fungsi kawasan perkotaan tanggenar :

Sumber : Analaisis Kelompok B1 Gambar 5. 1 Skema Fungsi Perkotaan

RENCANA FUNGSI PERKOTAAN

maka rencana fungsi dan rencana aktivitas

Rencana fungsi perkotaan dibedakan menjadi rencana

desa katelan lebih menekankan sebagai PPK

fungsi perkotaan dan rencana aktivitas kawasan perkotaan.

(Pusat Pelayanan Kecamatan). Hal demikian

Untuk pengaplikasian rencana fungsi dan rencana aktivitas

juga berlaku untuk desa lainnya, seperti desa

akan diterapkan per desa dengan melihat potensi dan masalah

dukuh dan srawung yang lebih ditekankan

yang ada di tiap desa.

untuk dikembangkan sebagai PPL (Pusat

Untuk

masing-masing

desa

memiliki

fungsi

Pelayanan Lingkungan), sehingga rencana

peruntukan tertentu sesuai dengan kondisi fisik dan status /

fungsi

hirarki desa di kawasan perkotaan tanggenar. Seperti desa

perkotaan akan berbeda di tiap desa di

katelan yang akan direncanaan sebagai pusat perkotaan

kawasan perkotaan.

…………….,

105

dan

rencana

aktivitas

kawasan


Tabel V.1 Rencana Fungsi dan Aktivitas Kawasan Perkotaan Tamggemar

U Smber : Analaisis Kelompok B1

PROYEKSI PENDUDUK PERKOTAAN Total jumlah penduduk wilayah perencanaan Tanggenar

 Wilayah perkotaan merupakan simpul kegiatan

yang tinggal di kawasan perkotaan adalah sebanyak 20% dari

ekonomi, distribusi, dan pemasaran dimana

total penduduk wilayah Tanggenar yaitu sebanyak 72.666 jiwa

dalam perencanaannya akan dibangun pabrik

pada tahun 2016. Jumlah penduduk eksisting yang terdapat di

pengolahan industri pertanian berupa pabrik

wilayah perkotaan Tanggenar saat ini pada tahun 2016 adalah

gula pasir dan pabrik pengolahan pakan ternak.

sebesar 14.146 jiwa. Pada tahun 2040, jumlah penduduk di

 Industri pengolahan tersebut tentu akan menarik

wilayah perkotaan Tanggenar diproyeksikan meningkat

jumlah pekerja yang sangat besar dimana setiap

menjadi 16.442 jiwa dengan pertumbuhan penduduk

industri memerlukan 150 pekerja

sebanyak 0,3% per tahun. Proyeksi jumlah penduduk

 Wilayah perkotaan Tanggenar akan difungsikan

perkotaan ini didasarkan pada skenario positif yang akan

juga sebagai pusat-pusat permukiman bagi

dikembangkan kedepannya di wilayah perkotaan yaitu:

wilayah Tanggenar yang dilengkapi dengan

 Pertumbuhan penduduk perkotaan juga didorong oleh

sarana dan prasarana pendukung permukiman

pertumbuhan penduduk Tanggenar yaitu sebesar 0,3% per

sehingga pada tahun 2040 akan meningkatkan

tahun

angka migrasi masuk di kawasan perkotaan

106


Tabel V. 2 Proyeksi jumlah penduduk perkotaan Tahun 2010

15029

Tahun 2015

15256

Tahun 2020

15486

Tahun 2025

15720

Tahun 2030

15957

Tahun 2035

16198

Tahun 2040

16442

17000 16500 16000 15500 15000 14500 14000

Sumber: Analisis Kelompok, 2018 Grafik 5. 2 Proyeksi Penduduk

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN

Sumber : Analisis Kelompok 2018 Gambar 5. 2 Peta Kemampuan Lahan

Peta diatas merupakan hasil dari penggabungan beberapa data yaitu data daya dukung lahan, data hidrogeologi berupa air tanah, data rawan bencana berupa patahan, dan penggunaan lahan di kawasan perkotaan. Data yag digunakan secara keseluruhan berasal dari Bappeda Kabupaten Sragen yang kemudian di overlay. Pertimbangan bobot yang lebih berat pada aspek yang memiliki tingkat pengaruh yang tinggi ke pengaruh yang lebih rendah. Pengaruh yang tinggi dan penting untuk diperhatikan adalah kerawanan bencana patahan sehingga aspek tersebut memiliki bobot yang tinggi. Kemudian adalah daya dukung lahan berupa kawasan budidaya dan kawasan penyangga memiliki bobot tertinggi kedua.

107


Ketiga adalah hidrogeologi yaitu berupa air tanah. Terkhir adalah penggunaan lahan saat ini memiliki bobot paling rendah dikarenakan tingkat kepentingan dan juga pengaruh yang kurang signifikan. Sehingga, berdasarkan peta diatas dapat diketahui bahwa Kawasan Perkotaan Tanggenar memiliki jenis kemampuan lahan berupa kawasan limitasi, kawasan kendala, dan kawasan potensial. Pada wilayah perkotaan terdapat lahan limitasi yaitu kerawanan bencana yang berupa patahan. Hal tersebut menjadikan wilayah perkotaan Tanggenar memiliki lahan yang tidak dapat dikembangkan berdasarkan kerawanan bencana patahan tersebut. Kemudian, wilayah perkotaan Tanggenar juga memiliki kendala yang berupa sumber air tanah langka. Dimana, lahan kendala tersebut dapat dikembangkan dengan syarat-syarat tertentu seperti dengan memodifikasi bangunan maupun kawasan yang akan dibangun. Adapun penggunaan lahan berupa hutanyang dimiliki oleh wilayah perkotaan Tanggenar merupakan kawasan limitasi yang tidak dapat di kembangkan lagi dan harus dipertahankan bentuk aslinya. Tabel V. 3Jumlah Luas dan Persentase Kemampuan Kawasan Perkotaan Tanggenar Luas Kemampuam Persentase No Kawasan Keterangan Lahan (%) (m²) Berada di zona 1 Limitasi 9093859 37,32 patahan dan air tanah langka Berada di 2 Kendala 12810999 52,57 kawasan air tanah langka Kawasan untuk pengembangan 3 Potensi 2462737 10,11 dan pembangunan Total 24367595 100,00 Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lahan kendala mendominasi kemampuan lahan yang dimiliki oleh wilayah perkotaan Tanggenar dengan luas 12.810.999 m2 dari luas lahan total 24.367.595 m2. Hal tersebut menunjukkan bahwa akan lebih banyak lahan yang dapat dibangun dengan syarat-syarat tertentu karena faktor keamanannya. Namun, hal tersebut dapat diimbangi dengan adanya kawasan dengan kemampuan lahan berupa potensi dan kendala yang memiliki tingkat keamanan yang lebih baik daripada lahan limitasi. Berdasarkan tingkat keamanan kawasan potensial dan kendala di wilayah perkotaan Tanggenar dapat digunakan sebagai ruang publik yaitu sebagai penempatan sarana penunjang perkotaan. Sarana-sarana tersebut adalah berupa sarana produksi pertanian (Saprotan), sarana pendidikan berupa balai pelatihan ketrampilan, dan sarana kesehatan berupa rumah sakit tipe D. Sarana yang dibangun di lahan kendala dapat berdiri jika disertai dengan sarana pendukung untuk mengatasi kendala. Kendala yang terjadi di kawasan perkotaan adalah air tanah langka. Sehingga perlunya sarana penunjang untuk mengatasi permasalahan tersebut.

108


ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN Perhitungan Daya tampung permukiman yang

perumahan dengan hunian berimbang selanjutnya

pertama didasarkan pada Kepmen praswil / 403 / Kpts /

adalah Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.

M

10

/

2002

untuk

mengetahui

ambang

ideal

Tahun

2010

tentang

Penyelenggaraan

permukiman, selanjutnya peraturan Undang-Undang

Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan

No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Hunian Berimbang maka luasan kavling untuk

Permukiman,

Pasal

rumah sederhana adalah 60-200 m².

pembangunan

perumahan

34

bahwa wajib

melakukan mewujudkan

……………….

Sumber : Analisis Kelompok 2018

Gambar 5. 3 Peta Greenfield dan Brownfield Wilayah Perkotaan

Dasar luasan yang digunakan dalam analisis ini adalah luasan lahan greenfield (sesuai dengan peta yang ditampilkan didepan) yang sudah dikurangi dengan luasan peruntukan kebutuhan ruang nonpermukiman. Berdasakan perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut.

109


Tabel V. 4 Perhitungan Daya Tampung Perkotaan Tanggenar

Desa

Perumahan (60%)

Daya Tampung Rumah

Daya Tampung Penduduk

332,09

26521

132607

Dukuh

311,15

24848

124242

Srawung

109,91

8777

43886

86,67

6921

34607

839,81

67068

335342

Katelan

Gesi TOTAL

Proyeksi Penduduk 2040

16442

Selisih Jumlah Penduduk 2040 dan daya tampung

318900

Penduduk Tidak Tertampung

Ket

0

MENCUKUPI

Sumber : Analisis Kelompok 2018

Hasil diatas menunjukan bahwa Wilayah Perkotaan dapat menampung 67068 unit rumah dengan 335342 dengan asumsi tiap unit akan diisi 5 orang. Sementara proyeksi penduduk sampai tahun 2040 adalah 16442, sehingga lahan yang tersedia mencukupi untuk permukiman sampai tahun 2040. Berikut merupakan peta daya tampung permukiman yang ada di Wilayah Perkotaan Wilayah Perncanaan Tanggenar.

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 5. 4 Peta Daya Tampung Permukiman Wilayah Perkotaan Tanggenar

110


ANALISIS KELENGKPAN FASILITAS Tahapan pertama dalam analisis ini adalah memilih jenis fasilitas yang digunakan sebagai variabel dalam matriks skalogram, berikut ini adalah tabel jenis fasilitas eksisting di Wilayah Perkotaan Tanggenar : Tabel V. 5 Jenis Fasilitas Eksisting Wilayah Perkotaan Tanggenar Desa

Tk

SD

Puskesmas

SMP

Kantor Kelurahan

Kantor Kecamatan

Bank

Pasar

SMA

Terminal

SPBU

Koperasi

Jumlah

Katelan

2

2

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

11

Gesi

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

8

Dukuh

2

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

Srawung

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

Jumlah

6

5

3

2

2

2

2

2

1

1

1

0

24

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Sragen

Desa

Tabel V. 6Perhitungan Skalogram Kantor Kantor Puskesmas SMP Kelurahan Kecamatan

Tk

SD

Katelan

1

1

1

1

1

Gesi

1

1

1

1

1

Dukuh

1

1

1

0

Srawung

1

1

0

Jumlah

4

4

3

Bank

Pasar

1

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

2

2

2

2

1

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Sragen

111

Tabel V. 7 Perhitungan Skalogram SMA

Desa

Terminal

SPBU

Koperasi

Jumlah

Eror

Persentase

Katelan

1

1

0

11

0

45,8

Orde I

Gesi

0

0

0

8

0

33,3

I

Dukuh

0

0

0

3

0

12,5

II

Srawung

0

0

0

2

0

8,3

III

Jumlah

1

1

0

24

0

100

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018


COR =1 −

∑e NxK

=1−

0 4x12

Orde I II III

=1

Jumlah Kelas = 1+ 3,3 log 4 = 3 Batas Kelas =

đ?‘ đ?‘–đ?‘™đ?‘Žđ?‘– đ?‘Ąđ?‘’đ?‘&#x;đ?‘Ąđ?‘–đ?‘›đ?‘”đ?‘”đ?‘–−đ?‘ đ?‘–đ?‘™đ?‘Žđ?‘– đ?‘Ąđ?‘’đ?‘&#x;đ?‘’đ?‘›đ?‘‘đ?‘Žâ„Ž đ??˝đ?‘˘đ?‘šđ?‘™đ?‘Žâ„Ž đ??žđ?‘’đ?‘™đ?‘Žđ?‘

=

11−2 3

=3

Interval >15 9<x>15 5<x>9

Desa Katelan Gesi Dukuh & Srawung

Sumber; Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Orde III= 2+3 = 5 Orde II = 5+3 = 8 Orde I = >8 Berdasarkan analisis skalogram, kelengkapan rencana fasilitas di Wilayah Perkotaan Tanggenar desa yang memiliki ketersediaan fasilitas 17 jenis hanya di Desa Katelan. Sedangkan, desa lainnya masih kurang lengkap fasilitasnya. Hal ini karena rencana pengembangan wilayah perkotaan di bagi berdasarkan fungsi dan aktivitasnya. Pada desa Katelan di fungsikan sebagai wilayah pusat pelayanan. Oleh karena itu Desa Katelan memiliki terminal dan pasar sebagai sarana untuk pendistribusian. Sedangkan Desa Srawung dikhususkan untuk tempat pembibitan dan permukiman.

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERKOTAAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG SEBAGAI PENDUKUNG AGROPOLITAN Kebutuhan ruang perkotaan sebagai pendukung agropolitan dibagi menjadi beberapa karakteristik aktivitas yaitu pertanian, industri, serta perdagangan dan jasa. Aktivitas pertanian membutuhkan ruang berupa perkebunan jagung, padi, dan tebu dan sudah ada (eksisting) sehingga dalam perencanaan tidak direncanakan lagi adanya penambahan. Kemudian aktivitas industri membutuhkan ruang berupa pabrik gula pasir dan sudah ada (eksisting). Kemudian aktivitas perdagangan dan jasa yang telah ada yaitu terminal kemudian akan direncanakan adanya pasar, bank, koperasi, pabrik jagung, saprotan, IPAL industri serta balai latihan kerja yang mana standar kebutuhan ruangnya didasarkan pada berbagai peraturan dan best practice yang ada.

112


Kara kteri stik Akti vitas

perm ukim an

Tabel V. 8 Kebutuhan Ruang Perkotaan A. Fungsi Permukiman B. Fungsi Permukiman Rencana Eksisting Pendudu Fungsi Juml Total Fungsi Juml k Pemanf ah Luas ( Pemanf Standart Sumber ah Penduku aatan Unit Ha ) aatan Unit ng

Permuk iman

Puskes mas Kese hata n

Perd agan gan dan Jasa

Pend idika n

Admi nista si

Rumah Sakit Tipe D

3052

2

1

Klinik Kesehat an

3

Pasar

1

274,68 0

1,654

permuki man

Puskesm as

1,890

Rumah Sakit Tipe D

2,259

Klinik Kesehat an

6,926 Pasar SPBU tangen

SPBU tangen

1

2,940

TK

4

632

TK

SD

4

5,332

SD

SMP

2

18,342

SMP

SMA

1

23,258

SMA

Kantor Kecama tan Kantor Kepala Desa Kantor BPP

1

5,554

4

6,964

1

373

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

113

Kantor Kecamat an Kantor Kepala Desa Kantor BPP

54m2/KK luas tanah:120

PERMEN PERUMA HAN RAKYAT RI NO 7 TAHUN 2013

0,008 m2/ jiwa

SNI 0317332004

36m2/KK luas tanah: 72

2,000 m2 1500 m2/30000 jiwa 36,000 m2 / 120,000 jiwa

Best Practice RS Banyuma nik SNI 0317332004 SNI 0317332004

16442 = 1974 KK

1,97 4

142,128

6577 = 1315 KK

1,31 4

157,800

16,442

2

2,000

16,442

1 unit

2,000

16,442

1 unit

16,442

2,000 m2/ 1,600 jiwa 9,000 m2 /4,800 jiwa 12,500 m2/ 4,800

SNI 0317332004 SNI 0317332004 SNI 0317332004 SNI 0317332004

1,500 72,000

2

Eksisting 500 m2/1250 jiwa

Total Luas ( Ha )

1

2,940

16,442

14

7,000

16,442

13

26,000

16,442

2

18,000

16,442

12,500 1

Eksisting

5,554

Eksisting

6,964

Eksisting

373


SKENARIO PERENCANAAN KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR

Menurut kondisi eksisting jaringan jalan perkotaan Tanggenar sebesar 78% masih tidak beraspal pada jalan lingkungan

JARINGAN JALAN Aspal 22%

pemukiman

penduduk,

digunakan

masih

bahan

berupa

yang beton.

Sedangkan jalan yang berasal hanya pada jalan kolektor dan jalan lokal yang menghubungkan

A

antar

kecamatan

Tanggenar sebesar 22%. Berdasarkan data tersebut ditemukan bahwa sebagian besar jalan tidak beraspal

Tidak Aspal 78% Gambar 5. 6 Diagram Kondisi Jalan Perkotaan Tanggenar Aspal Tidak Aspal

dan

beraspal.

Pada

jalan

beraspal

ditemukan sekitar 2% dari keseluruhan kilometer jalan rusak. Sedangkan untuk jalan tidak beraspal hampir keseluruhan jalan rusak. Jalan rusak tersebut berupa jalan rabat

beton

dan

jalan

setapak

di

pemukiman warga Adanya jalan rusak menyulitkan aksesibilitas jalan, terutama dalam aktivitas pertanian.

114


Jalan yang mengalami kerusakan sering dilewati

Pengembangan jalur usaha tani diperlukan guna

kendaraan berat. Hal ini mengindikasikan bahwa

mendukung

kapasitas jalan saat ini tidak sesuai baik dimasa

Tanggenar agar memudahkan pendistribusian hasil

sekarang maupun masa depan Maka, diperlukan

pertanian

peningkatan jalan selain itu juga dapat menambah

perencanaannya

volume kendaraan atau mobilitas yang ada di daerah

Volume lalu lintas dan kapasitas jaringa jalan

perkotaan sehingga dapat mengembangkan dan

eksisting untuk penentuan kebutuhan ruas jalan

meningkatkan wilayah perkotaan khususnya sektor

A. Analisis Kinerja Jalan

pertanian dan perdagangan dan jasa,

konsep

menuju

Analisis

agropolitan

di

Wlayah

tempat

pemasaran.

Dalam

diperlukan

perhitunga

seperti

kinerja

jalan

dilakukan

dengan

Adanya kerusakan yang menyulitkan aksesiblitas

meghitung lalu lintas dan kapasitas jalan. Volume lalu

jalan, maka diperlukan skenario untuk memperbaiki

lintas diperuntukan untuk mengetahui banaknya

jaringan jalan dan pengembangan jalur usaha tani

kendaraan yang melewai suatu titik tertentu pada

untuk memudahkan aktivitas pada sektor pertanian.

jalan kolektor (jalan utama) di perkotaan Tanggenar.

Tabel V. 9 Volume kapasitas Jalan Kolektor Perkotaan Tanggenar Moda LV (Mobil) MC (Motor) HV (>roda 4) Total

Siang Masuk Keluar 69 65 463 335

Pagi Masuk Keluar 21 45 220 405

97

75

10

90

629

475

251

540

Siang Masuk Keluar 17.25 16.25 463 335

emp 0.25 1 1.3

Pagi Masuk Keluar 5.25 11.25 220 405

126.1

97.5

13

117

606.35

448.75

238.25

533.25

V Total

1055.1

771.5

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

B. Perhitungan Volume Lalu Lintas

Tabel V. 10 Kapasitas Jalan Kolektor Perkotaan Tanggenar

Pagi Hari ďƒ VCR = Vtotal Pagi / C = 771,4 / 4788,48 = 0,2 Siang Hari ďƒ VCR = Vtotal Siang / C = 1055,1 / 4788,48 = 0,2 Total Volume ďƒ VCR = Vtotal / C = 1826,6 / 4788,48 = 0.4

Co

FCw

FCsp

2/2 UD (2900x2)

Total dua arah 7 meter

50-50

5800

1

FCsf Lebar bahu jalan 1.00 m 1

0.96

FCcs

C

< 100,000 penduduk 0.86

4788.48

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Berdasarkan hasil perhitungan jalan kolektor perkotaan Tanggenar memiliki tipe A, yang artinya aktivitas di sekitar jalan utama perkotaan masih relatif sepi dan bebas hambatan. Sehingga masih dapat dipertahankan fungsinya.Jalan kolektor di Wilayah Perkotaan merupakan jalan yang menghubungkan antar kecamatan di Wilayah Tanggenar dan Kota Sragen. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalur utama distribusi pertanian menuju tempat pemasaran.

115


C. Arahan Pengembangan Arahan pengembangan untuk jaringan jalan perkotaan adalah perbaikan jalan yang rusak dan penambahan jalan usaha tani. Jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Tanggenar perlu diperbaiki guna memudahkan para pengguna mengendarai di jalan. Jalan usaha tani atau jalan pertanian merupakan prasarana transportasi pada kawasan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternakan) untuk memperlancar mobilitas alat dan mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian, dan mengangkut hasil produk pertanian dari lahan menuju tempat penyimpanan, tempat pengolahan, atau pasar. Sebagian besar jalan usaha tani masih berupa tanah atau berlapis kerikil, namun di beberapa tempat sudah ada jalan usaha tani yang beraspal Menurut Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, untuk lokasi pengembangan jalan usaha tani diperlukan beberapa kriteria dalam pembangunannya, yaitu : 

Berada di areal lahan usaha tani dengan luas hamparan minimal 25 ha pada daerah bukaan baru dan kawasan sentra produksi pangan



Petani mau melepas sebagian lahannya tanpa ganti rugi untuk pembangunan jalan usaha tani



Petani/kelompok bersedia melakukan perawatan/pemeliharaan jalan setelah di konstruksi

Berdasarkan kriteria tersebut di tetapkan jalan usaha tani sebagai berikut :

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 5. 7 Peta Rencana Pengembangan Jalur Usaha Tani dan Perbaikan Jalan Perkotaan Tanggenar

116


JARINGAN LISTRIK Jaringan listrik merupakan salah satu aspek pendukung penting yang dapat menunjang kehidupan masyarakat. Pelayanan listrik di wilayah Tanggenar pada kondisi eksisting sudah terlayani dengan baik yang

dipenuhi oleh PLN. Dimana semua masyarakat dapat mengaskses jaringan listrik dengan pola jaringan distribusi listrik yang ada di wilayah perkotaan Tanggenar mengikuti pola jaringan jalan yang ada. Serta adanya 3 unit gardu listrik di wilayah perkotaan Tanggenar dengan jarak kawat penghantar dipertimbangkan terhadap unsur-unsur lingkungan seperti bangunan dan pohon.

Pada tahun 2040 memungkinkan terjadinya

A. Analisis Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Standar perhitungan kebutuhan jaringan listrik

peningkatan kebutuhan listrik di wilayah Perkotaan Tanggenar

sehingga

diperlukannya

rencana

penyediaan jaringan listrik di masa mendatang.

dihitung dengan menggunakan ketentuan: -

dengan asumsi bahwa 1 unit/1 rumah tangga dihuni

Arahan penyediaan jaringan listrik di wilayah

oleh 5 orang

perkotaan Tanggenar yaitu peningkatan daya energi listrik berupa pengadaan tambahan gardu listrik.

-

-

-

pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun. -

Penyediaan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar

-

-

Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan

117

Penerangan jalan dibutuhkan 25% dari kebutuhan rumah tangga,

Penyediaan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar

Fasilitas sosial ekonomi membutuhkan 35% dari kebutuhan rumah tangga,

Cara Perencananaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan tahun 2004 sebagai berikut:

Industri membutuhkan 30% dari kebutuhan rumah tangga,

Penyediaan jaringan listrik di wilayah Perkotaan Tanggenar tersebut diarahkan berdasarkan SNI Tata

Rumah tangga memerlukan 900 watt tiap unit,

-

Cadangan diperkirakan 10% dari kebutuhan rumah tangga. Penyebaran jaringan listrik yang dilakukan hingga

Tahun 2040 hanya pada penambahan jaringan sekunder pada daerah-daerah pemukiman baru sebagai fasilitas pendukung

penyebaran

pemukiman.

Pelayanan

jaringan listrik tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik. Untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, industri, pemerintahan, pelayanan perdagangan dan sosial serta penerangan jalan, maka perlu diketahui kebutuhan listrik hingga masa perencanaan (Tabel V.10).


Berdasarkan peta diatas, untuk lokasi pengembangan jalan usaha tani di sesuaikan dengan Pola Ruang perkotaan Tanggenar. Lokasi yang dipilih adalah jalan kolektor perkotaan Tanggenar dan jalan setapak pada daerah Desa Srawung dan Dukuh. Jalan kolektor di peruntukan untuk jalan usaha tani karena pada perhitungan kapasitas sebelumnya jalan kolektor perkotaan masih relatif sepi dan juga penghubung perkotaan Tanggenar menuju pusat kota dan pasar, sedangkan untuk jalan usaha tani di Desa Srawung dan Dukuh di tentukan karena di sana dominan lebih banyak perkebunan tebu dan jagung. Tabel V.11 Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040 Domestik Non Domestik

Tahun

Predik si Pendu duk

Jumlah Unit Rumah Tahun 2040

Tahun 2040

16442

3288

900 VA/Unit Rumah Tangga (KVA) 2959.2

Industri 30% x domesti k (KVA)

Fasilitas Sosial dan Pelayanan Umum 35% x domestic (KVA)

Peneran gan Jalan 25% x domesti c (KVA)

Cadang an 10% x domesti c (KVA)

Total Kebutu han (KVA)

Kebutuhan Sarana Gardu Listrik

887.76

1035.72

739.8

295.92

5918.4

7 Unit

kljlvfjlslfjsdkljflsjdfljsdlfjlsdjflsjdfsjdlfjsdljfsdjf B. Arahan Pengembangan Kebutuhan Energi Listrik Berdasarkan hasil analisis pada tahun 2040 diperkirakan Wilayah Perkotaan Tanggenar akan memiliki peningkatan kebutuhan listrik hingga 5.918 KVA. Sehingga, diperlukannya rencana pengembangan kebutuhan energi listrik di Wilayah Perkotaan Tanggenar yaitu berupa rencana pengadaan tambahan gardu listrik. Berdasarkan jumlah kebutuhan listrik dan jumlah penduduk di tahun 2040 diperlukan sebanyak 7 unit gardu

listrik yang dilengkapi dengan jaringan listrik sekunder yang berada disepanjang jalan kolektor. Pada Wilayah kondisi P

eksisting telah terdapat 3 unit gardu listrik sehingga pada tahun 2040 dibutuhkan sebanyak 4 unit gardu listrik tambahan di Wilayah Perkotaan Tanggenar. Berikut merupakan peta rencana persebaran gardu listrik.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok B1, 2011

n Tanggenar.

Gambar 5. 8 Peta Rencana Pengembangan Prasaran Listrik

118


Pada peta rencana diatas dapat terlihat bahwa adanya titik lokasi gardu ekssiting yang berada di Desa Gesi, Desa Katelan, dan Desa Dukuh. Adapun rencana akan melengkapi kebutuhan gardu listrik dengan dilakukannya penambahan gardu di Desa Gesi, Desa Srawung, Desa Katelan, dan Desa Dukuh. Hal tersebut didasari oleh lokasi yang mempertimbangkan keadaan fisik alam yang tidak berada pada kawasan limitasi, rencana lokasi pusat permukiman yang akan berada di Desa Gesi dan Desa Katelan sehingga memungkinkan terjadinya konsentrasi fasilitas pada kedua desa tersebut yang membutuhkan kekuatan listrik berlebih, serta mempertimbangkan jumlah prediksi kepadatan penduduk perdesa di Wilayah Perkotaan Tanggenar.

AIR BERSIH

Kondisi di wilayah perkotaan Tanggenar untuk air

Kebutuhan air bersih di perkotaan Tanggenar

bersih sendiri masih belum mencukupi di setiap desa.

sebagian besar masih dilayani oleh PAMSIMAS dan

Hal ini dikarenakan saluran PDAM belum bisa

sebagian kecil sumur galian dan PDAM di Desa Gesi.

menjangkau ke seluruh perkotaan, saluran PDAM

Permasalahan yang dihadapi saat musim kemarau

hanya terdapat di Desa Gesi yang menginduk di PDAM

adalah kekeringan dimana sumber air baku sepeti

Kecamatan Sukodono.

Sungai Bengawan Solo dan Embung di pedesaan

Sehingga diperlukan perhitungan proyeksi

tidak bisa digunakan saat musim kemarau. Kondisi

kebutuhan air bersih di perkotaan untuk sekarang dan

kekeringan ini diperparah dengan curah hujan yang

di masa yang akan datang. Kebutuhan air perkotaan

rendah dan akuifer air tanah langka sehingga

dibagi berdasarkan aktivitas, yaitu domestik berupa

menyebabkan perkotaan Tanggenar belum bisa

rumah tangga dan non-domestik berupa industri,

memenuhi

sehari-hari.

fasilitas umum dan lain-lain. Berikut adalah hasil dari

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No.416

perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih untuk

/MENKES/IX/1990

perkotaan Tanggenar.

kebutuhan

air

untuk

Tabel V. 12 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih di Wilayah Perkotaan tahun 2018 Domestik Tahun

Proyeksi Penduduk Perkotaan

Non Domestik Industri

80lt/jiwa

10% x domestik

fasilitas sosum 5% x domestik

Kebocoran 20% x domestik (lt)

Jumlah Kebutuhan air Kebutuhan air 1 hari (lt) 1 tahun (m3)

Tahun 2010

15.029

1.202.320

120.232

60.116

240.464

1.623.132

592.443

Tahun 2015

15.256

1.220.480

122.048

61.024

244.096

1.647.648

601.392

Tahun 2020

15.486

1.238.880

123.888

61.944

247.776

1.672.488

610.458

Tahun 2025

15.720

1.257.600

125.760

62.880

251.520

1.697.760

619.682

Tahun 2030

15.957

1.276.560

127.656

63.828

255.312

1.723.356

629.025

Tahun 2035

16.198

1.295.840

129.584

64.792

259.168

1.749.384

638.525

Tahun 2040

16.442

1.315.360

131.536

65.768

263.072

1.775.736

648.144

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

119


Berdasarkan perhitungan di atas maka diasumsikan bahwa pada tahun 2040 kebutuhan akan air bersih di wilayah perkotaan Tanggenar akan meningkat sebesar 9,4% dari tahun 2010. Peningkatan kebutuhan akan air bersih ini terutama untuk memenuhi kebutuhan di musim kemarau direncanakan akan dipenuhi oleh PDAM khususnya di Desa Gesi dan dengan pembangunan embung geomembran di Desa Katelan, Dukuh, dan Srawung. Pada tahun 2040 direncanakan bahwa PDAM dapat memenuhi kebutuhan akan air bersih masyarakat perkotaan Tanggenar khususnya yang berada di Desa Gesi yaitu sebanyak 31% penduduk perkotaan. Selebihnya, sebanyak 79% penduduk perkotaan akan dilayani dengan PAMSIMAS dan embung geomembran untuk memenuhi kebutuhan air bersih terutama di musim kemarau.

SANITASI Sanitasi merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi masyarakat perkotaan maupun perdesaan. Tabel VI. menggambarkan mengenai kondisi penggunaan sanitasi di Wilayah Perkotaan Tanggenar yang sudah merata di seluruh Wilayah Perkotaan. Seluruh wilayah perkotaan sudah terakses 100%. Pada desa Katelan masih banyak penduduk yang sharing (masih menumpang ke jamban sehat) yaitu sebanyak 211 kepala keluarga. Tabel V. 13 Jumlah Akses Jamban Menurut Desa di Wilayah Perkotaan tahun 2018 Jumlah % Akses DESA JSP JSSP SHARING BAB KK Jamban KATELAN DUKUH

1181

341

211

0

711

479

49

0

1733 1239

100% % Akses Jamban 100% 100%

SRAWUNG

405

121

40

0

Jumlah KK 566

GESI

733

79

40

0

852

DESA

JSP

JSSP

SHARING

BAB

DESA

JSP

JSSP

SHARING

BAB

JUMLAH

3030

1020

340

0

100%

Jumlah KK 4390

% Akses Jamban

Sumber: Sekretariat STBM Nasional, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal PP dan PL, 2018

Keterangan : JSP : Akses Jamban Permanen JSSP : Akses Jamban Sehat Semi Permanen Sharing : Masih Menumpang ke Jamban Sehat BAB : Masih Buang Air Besar Sembarangan ck Water (kakus). A. Analisis Kebutuhan Sistem Jaringan Sanitasi Agar mengertahui kebutuhan sistem jaringan sanitasi, diperlukan data-data mengenai limbah buangan yang berupa Grey Water (limbah buangan berupa air bekas cucian, mandi, dll) serta buangan berupa Black Water (kakus).

120


Perhitungan Black Water berdasarkan SPM (sandar pelayanan minimum) dan rata-rata produksi tinja yaitu sebesar 2 liter/ orang/ hari. Sedangkan Grey Water, didapatkan besaran dari perhitungan jumlah konsumsi air bersih di Wilayah Perkotaan Tanggenar dan Jumlah penduduk di Wilayah Perkotaan Tanggenar dengan asumsi bahwa 70% konsumsi air bersih tersebut terbuang menjadi limbah Grey Water. Berikut perhitungan konsumsi air bersih : Tabel V. 14 Perhitungan Grey Water Air bersih liter/hari pada tahun 2010

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Konsumsi (Liter/ orang/hari)

Grey Water (Liter/ orang/hari)

1.623.132

15.029

108

75,6

Sumber: Analisis B1, 2018

Dari perhitungan diatas, didapatkan besaran Grey Water yaitu sebesar 75,6 liter/orang/hari. Besaran Black Water dan Grey Water tersebut kemudian dihitung besaran kebutuhan sanitasi berdasarkan proyeksi jumlah penduduk untuk 20 tahun mendatang. Berikut perhitungan produksi sanitasi: Tabel V. 15 Perhitungan Produksi Limbah Wilayah Perkotaan Tahun 20102040 Limbah (Liter/Hari) Jumlah Domestik Non-Domestik Total Tah Penduduk un Grey Black Grey Black Grey Black (Jiwa) Water Water Water Water Water Water 2010

15.029

2015

15.256

2020

15.486

2025

15.720

2030

15.957

2035

16.198

2040

16.442

908.954

24.046

922.683

24.410

936.593

24.778

950.746

25.152

965.079

25.531

979.655

25.917

994.412

26.307

227.23 8 230.67 1 234.14 8 237.68 6 241.27 0 244.91 4 248.60 3

6.012 6.102 6.194 6.288 6.383 6.479 6.577

1.136.1 92 1.153.3 54 1.170.7 42 1.188.4 32 1.206.3 49 1.224.5 69 1.243.0 15

30.058 30.512 30.972 31.440 31.914 32.396 32.88 4

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa limbah buangan domestik (buangan rumah tangga) total untuk grey water sebesar 994.412 liter dan black water sebesar 26.307 liter pada tahun 2040. Dan untuk limbah buangan non domestik (limbah buangan industi pengolahan tebu dan jagung) grey water sebesar 248.603 liter dan 6.577 liter pada tahun 2040.

121


Tabel V. 162 Kebutuhan Truk Tinja Wilayah

Perkotaan Tahun 2010-2040

A. Kebutuhan Truk Tinja Selain menghitung proyeksi produksi limbah Grey Water dan Black Water hingga tahun 2040, juga

Tahun

Black Water

Kebutuhan Truk (Buah)

2010

30.058

4

dibutuhkan estimasi gambaran kebutuhan truk tinja

2015

30.512

4

guna mengangkut tinja-tinja yang ditampung di septic

2020

30.972

4

tank. 1 truk tinja dapat mengangkut 8.000 liter dalam sekali angkut. Berdasarkan perhitungan Tabel V. 15 kebutuhan truk tinja tiap tahunnya sama yaitu 4 truk.

2025

31.440

4

2030

31.914

4

2035

32.396

4

2040

32.884

4

B. Kebutuhan IPAL Dalam pengolahan air limbah di wilayah Perkotaan melalui pengolahan limbah yaitu dengan cara onsite, pengolahan limbah di tempat tersebut secara langsung. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan umum dan perumahan rakyat no. 04/PRT/M/2017 tentang system pengelolaan air limbah, menyebutkan bahwa standar pelayanan minimum (SPM) untuk sistem sanitasi yaitu sistem onsite lebih diarahkan untuk kota berukuran sedang-kecil dengan kepadatan rata-rata kurang dari 200 jiwa/ ha. Hasil perhitungan kepadatan penduduk wilayah Perkotaan Tanggenar Tabel V. 17 Kebutuhan Jumlah IPAL Wilayah Perkotaan Desa

Kepadatan Penduduk

KATELAN

367

DUKUH

434

SRAWUNG

702

GESI

588

Rata-rata

50% fases yang di keluarkan tidak dapat terurai

Septic tank tidak dialirkan air cucian, air bekas mandi, dll.

Volume truk 3m3 per unit

522,75

Sumber: Hasil Analisis, B1, 2018

Kepadatan penduduk di wilayah Perkotaan Tanggenar pada tahun 2016 telah di atas 200 jiwa/ha, sehingga wilayah perkotaan membutuhkan 1 IPAL untuk pengolahan air limbah. Untuk IPAL ini juga akan direncanakan digabung dengan air limbah hasil buangan dari pabrik gula yang ada di Desa Gesi.

Sumber: Open Learn Create, The Open University 2018 Gambar 5. 9 Tangki septik yang disedot oleh truk vakum

D. Perhitungan Volume Septictank Menghitung volume septictank dengan asumsi :  5 orang per rumah 

Beban maksimal septictank 2x dari jumlah penghuni rumah = 10 orang per rumah

Setiap orang membuang fases dua kali sehari

Fases yang dikeluarkan 0,0002 m3 per buang air besar

122


Total Volume Fases per hari

Septic tank akan penuh setelah = 3

10 orang x 2 x 0,0002 = 0,004 m per hari

3đ?‘š3 0,002 đ?‘š3 đ?‘?đ?‘’đ?‘&#x; â„Žđ?‘Žđ?‘&#x;đ?‘–

=

1500 â„Žđ?‘Žđ?‘&#x;đ?‘– / 4 tahun 1 bulan

Fases yang mengendap pada septic tank 50 % x 0,004 = 0,002 m3 per hari

Jumlah rumah yang dapat dilayani oleh 1 truk

Ukuran Septic tank Panjang

= 1,5 meter

Lebar

= 1 meter

Tinggi

= 2 meter

=

đ?‘‰đ?‘œđ?‘™đ?‘˘đ?‘šđ?‘’ đ?‘†đ?‘’đ?‘?đ?‘Ąđ?‘–đ?‘? đ?‘Ąđ?‘Žđ?‘›đ?‘˜ đ?‘‰đ?‘œđ?‘™đ?‘˘đ?‘šđ?‘’ đ?‘‡đ?‘&#x;đ?‘˘đ?‘˜

=

3đ?‘š3 3đ?‘š3

= 1 đ?‘Ąđ?‘&#x;đ?‘˘đ?‘˜

Jadi, dengan ukuran septictank 1,5 m x 1 m x 2 m akan penuh pada 4 tahun 1 bulan. Oleh karena itu, dibutuhkan 1 truk dalam setiap 1 septictank per 4 tahun 1 bulan.

PERSAMPAHAN Pengelolaan persampahan di perkotaan Tanggenar berdasarkan kondisi eksistingnya dilakukan secara mandiri dengan cara dibakar. Berdasarkan hasil observasi di wilayah perkotaan Tanggenar belum terdapat TPS komunal baik tingkat kelurahan maupun tingkat lingkungan RT maupun RW. Untuk menunjang fungsinya sebagai pusat permukiman perkotaan maka pada tahun 2040 harus direncanakan pengelolaan sampah yang terpadu secara komunal di wilayah perkotaaan. Berikut merupakan perhitungan produksi sampah di wilayah perkotaan Tanggenar hingga tahun 2040. Tabel V. 38 Proyeksi Produksi Sampah dan Kebutuhan Fasilitas Persampahan Perkotaan Tanggenar Produksi Sampah Kebutuhan Fasilitas Persampahan Sampah NonSampah Domestik Jumlah Proyeksi Tempat TPS Domestik (2 (20% dari Produks Jumlah TPS Tahun Pendudu Sampah Keluraha liter/orang/hari sampah i KK RW k Pribadi n ) rumah Sampah tangga) Tahun 15029 2010 30058 6012 36070 3006 3006 6 1 Tahun 15256 2015 30512 6102 36614 3051 3051 6 1 Tahun 15486 2020 30972 6194 37166 3097 3097 6 1 Tahun 2025 Tahun 2030 Tahun 2035 Tahun 2040

15720 15957 16198 16442

31439

6288

37727

3144

3144

6

1

31914

6383

38297

3191

3191

6

1

32395

6479

38874

3240

6

1

32884

6577

39461

3288

7

1

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

123

3240 3288


Jumlah penduduk di perkotaan Tanggenar diproyeksikan meningkat setiap tahunnya dengan total 16.442 jiwa atau 3.288 KK pada tahun 2040. Berdasarkan analisis perhitungan di atas maka produksi sampah di wilayah perkotaan Tanggenar pada tahun 2040 juga akan meningkat sebesar 9,5% dari tahun 2010. Sehingga menurut peraturan SNI No 3 1733 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dibutuhkan 1 unit TPS RW (lingkungan) di setiap 2.500 jiwa berupa bak sampah kecil dan 1 unit TPS Kelurahan di setiap 30.000 jiwa berupa bak sampah besar. Maka berdasarkan analisis di atas diketahui bahwa hingga tahun 2040 di wilayah perkotaan Tanggenar memerlukan adanya 6 unit TPS RW berupa bak sampah kecil dan 1 unit TPS kelurahan berupa bak sampah besar.

Kemudian drainase primer wilayah perkotaan

DRAINASE

adalah Sungai Bengawan Solo yang termasuk

Jaringan drainase di wilayah perkotaan

ke dalam drinase alami.

terdiri dari tiga jenis yaitu dainase tersier, drainase

Drainase primer kawasan perkotaan juga

sekunder, dan drainase primer. Drainase tersier

termasuk drainase primer untuk wilayah

merupakan drainase yang berada di jalan

Tanggenar. Arah aliran limpasan air adalah

lingkungan dan bersinggungan langsung dengan

menuju Sungai Bengawan Solo dikarenakan

permukiman. Saat ini drainase tersier telah

Sungai

terdapat dibeberapa lokasi kawasan permukiman

………………. terendah diantara wilayah disekitarnya. Arah

dengan jenis drainase terbuka. Namun, kondisi

aliran drainase sekunder dan tersier juga

beberapa

buruk

mengarah ke Sungai Bengawan Solo yang

dikarenakan perkerasan drainase telah rusak

berada di bagian selatan disebabkan bagian

………. sepenuhnya. Jenis drainase tersier eksisting adalah

utara memiliki ketinggian yang lebih dibanding

drainase

dengan lainnya. Kondisi saat ini kelengkapan

drainase

terbuka

kemungkinan

tersier

terbilang

sehingga

masyarakat

meningkatkan

untuk

membuang

sampah pada sistem drainase.

Bengawan

Solo

merupakan

titik

system jaringan drainase baru beradi di Desa Katelan, sedangkan Desa Gesi hanya sebagian

Drainase yang selanjutnya adalah drainase

kecil yang terintegrasi dengan jaringan drainase.

sekunder yang terletak disebagian jalan kolektor.

Desa Dukuh dan Desa Srawung hampir tidak

Jalan kolektor yang memiliki drainase sekunder

memiliki jaringan drainase dikarenakan lahan

hanya terdapat di jalan kolektor penghubung

terbuka

dengan Kabupaten Grobogan dan hanya berada di

kemungkinan terjadinya genangan sangat kecil.

masih

sangat

banyak

sehingga

kawasan jasa Desa Katelan. Drainase sekunder memiliki jenis drainase terbuka dan belum mengalami perkerasan. Drainase tersier telah terintegrasi dengan drainase sekunder.

124


Sumber : Analisis Kelompok B1 Gambar 5. 10 Peta Persebaran Drainase Eksisting

125


126


RENCANA PENGEMBANGAN PERKOTAAN TANGGENAR

RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG RENCANA STRUKTUR RUANG PERKOTAAN RENCANA PENGEMBANGAN PERGERAKAN PERKOTAAN Rencana pengembangan pergerakan manusia Rencana pengembangan Pergerakan barang

RENCANA INFRASTRUKTUR PERKOTAAN rencana infrastruktur permukiman rencana infrstruktur pendukung agropolitan

STRATEGI, INDIKASI PROGRAM DAN RENCANA PENJADWALAN PROGRA,


06


RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG PERKOTAAN TANGGENAR

Rencana pola ruang wilayah perkotaan Tanggenar terbagi dalam 3 kategori yaitu kawasan lindung, budidaya dan penyangga. Kawasan lindung dalam hal wilayah perkotaan

sebagai

adalah berupa sempadan sungai Bengawan Solo. Sementara

rencana distribusi peruntukan ruang dalam

kawasan budidaya terdiri dari kawasan industri, wisata,

suatu wilayah kota yang meliputi rencana

pertanian, perdagangan dan jasa, serta permukiman.

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan

Kawasan penyangga direncanakan pada daerah dengan

rencana peruntukan ruang untuk fungsi

kemampuan lahan limitasi dimana dalam rencana ini akan

budidaya. Pada wilayah perkotaan Tanggenar

digunakan sebagai perkebunan tebu dan perkebunan jagung.

Pola

Ruang

berfungsi

disusun

Penentuan rencana pola ruang didasarkan pada

berdasarkan fungsi perkotaan yaitu sebagai

analisis daya dukung lahan dan analisis daya dukung

pusat permukiman dan sebagai penunjang

lingkungan yang terdapat di wilayah perkotaan Tanggenar.

agropolitan. Peta dibawah merupakan peta

Rencana pola ruang di atas selanjutnya akan digunakan

rencana

sebagai dasar dalam perizinan mendirikan bangunan serta

rencana

pola

pola

ruang

ruang

perkotaan

wilayah

Tanggenar pada tahun 2040.

perkotaan

sebagai acuan dalam alokasi ruang untuk mewadahi aktivitas-aktivitas di wilayah perkotaan Tanggenar.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.1 Peta Rencana Pola Ruang Perkotaan

127


Rencana

struktur

ruang

merupakan kumpulan dari pusat-pusat permukiman dan sarana prasarana yang

RENCANA STRUKTUR RUANG PERKOTAAN TANGGENAR

didapatkan dari beberapa komponen

Peta di bawah merupakan rencana struktur ruang

rencana yaitu rencana sistem transportasi,

perkotaan Tanggenar yang didalamnya memuat hirarki atau

rencana sistem perkotaan, rencana sistem

tingkatan pelayanan perkotaan. Pusat pelayanan sebagai

jaringan energi, rencana sistem sumber

hirarki pertama berada di Desa Katelan dimana fungsi pusat

daya air, rencana sistem telekomunikasi

pelayanan ini selain melayani kebutuhan permukiman juga

dan rencana sarana pusat permukiman

melayani kebutuhan akan pelayanan penunjang agropolitan.

dan penunjang agropolitan. Keseluruhan

Hirarki kedua merupakan sub pusat pelayanan yang berada di

komponen tersebut kemudian disatukan

Desa Gesi dimana sub pusat pelayanan ini berfungsi sebagai

sehingga diperoleh rencana struktur ruang

penyedia fasilitas-fasilitas publik layanan masyarakat. Hirarki

yang terdiri dari pusat pelayanan, sub

ketiga adalah pusat pelayanan lingkungan yang terletak di

pusat

Desa Srawung dan Desa Dukuh, pusat pelayanan lingkungan

pelayanan,

lingkungan. rencana

Berikut

struktur

dan

pelayanan

merupakan ruang

peta

perkotaan

merupakan pusat yang menyediakan fasilitas pendukung di kawasan sekitanya.

Tanggenar.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.2 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Perkotaan Tanggenar

128


RENCANA PENGEMBANGAN PERGERAKAN PERKOTAAN Rencana Pengembangan Pergerakan Manusia Penentuan Kebutuhan Hunian Penentuan kebutuhan akan hunian di perkotaan Tanggenar mengacu pada Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM). Pada peraturan ini diketahui bahwa kriteria dan persyaratan pembentukan KTM membutuhkan lahan minimal 18.000 ha yang diasumsikan berdaya tampung 9.000 KK. Sehingga unit hunian atau rumah yang dibutuhkan dalam sebuah perkotaan terpadu mandiri adalah sebanyak jumlah KK yaitu 9.000 unit. Berdasarkan Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di kawasan transmigrasi diketahui bahwa target pembangunan perumahan pada kawasan KTM Mahalona adalah 9.000 unit rumah dalam kurun waktu 15 tahun. mengalami deviasi setiap tahunnya. Sehingga idealnya setiap tahun di kawasan perkotaanharus terbangun minimal 600 unit rumah. Standar jumlahpermukiman tersebut sulit untuk diterapkan di wilayahperkotaan Tanggenar karena apabila dibandingkandengan target, pada tahun ketiga pembangunan perumahan di perkotaan Tanggenar baru menjapai 1.752 unit rumah dari target minimal 1.800 unit. Sehingga keberjalanannya akan selalu mengalami deviasi tiap tahunnya. Berikut merupakan tabel rencana dan realisasi kebutuhan akan perumahan di perkotaan Tanggenar

Tahun Rencana Realisasi Deviasi

Tabel Vi. 1 Rencana dan Realisasi Kebutuhan Perumahan di Perkotaan Tanggenar 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 … 2023 600 1.200 1.800 2.400 3.000 3.600 4.200 … 8.400 1.677 1.702 1.752 1.852 2.052 2.752 3.052 … 6.125 48 548 948 848 1.148 … 2.275

Sumber: Analisis Kelompok B1

129

2023 9.000 6.325 2.675


PENENTUAN BANGKITAN PERMUKIMAN

Selain Desa Srawung, bangkitan

Penentuan bangkitan permukiman dilakukan dengan melihat

persebaran

pusat

permukiman

di

perkotaan

Tanggenar. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengenai pusat permukiman, diketahui bahwa bangkitan permukiman berada di Desa Srawung. Hal ini terjadi karena kepadatan

penduduk

di

desa

srawung

lebih

tinggi

dibandingkan dengan desa-desa lainnya di wilayah perkotaan Tanggenar, sehingga pada tahun 2040 sangat memungkinkan

permukiman juga diprediksikan terjadi di Desa Dukuh karena desa ini dilalui oleh Jalan Kolektor yang mana merupakan jalur alternatif yang menghubungkan antara Sragen – Grobogan, dan Sragen – Ngawi.

Berikut

persebaran

pusat

merupakan

peta

permukiman

di

perkotaan Tanggenar

jika terjadi bangkitan permukiman di Desa Srawung.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.3 Peta Persebaran Pusat Permukiman Perkotaan Tanggenar

130


PERGERAKAN HASIL PERTANIAN Pergerakan hasil pertanian yang terjadi di wilayah

Pergerakan hasil pertanian di perkotaan

perkotaan Tanggenar adalah pendistribusian bahan dan

Tanggenar sangat dibantu dengan kondisi

hasil produksi pertanian. Bahan dan alat pertanian

jalan serta aksesibilitas yang lancar, sehingga

didistribusikan dari sarana produksi pertanian (saprotan)

dapat memperlancar arus pergerakan hasil

dan pusat pembibitan menuju ke desa-desa lain di

produksi pertanian di kawasan perkotaan

wilayah Tanggenar. Sedangkan hasil produk pengolahan

Tanggenar.

berupa gula pasir dan pakan ternak akan didistribusikan

pergerakan hasil pertanian di perkotaan

dari pabrik pengolahan menuju ke pergudangan di

Tanggenar

Berikut

Terminal Tangen.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.4 Peta Pergerakan Hasil Pertanian Perkotaan Tanggenar

131

merupakan

peta


PERGERAKAN PENDUDUK PERKOTAAN Pergerakan penduduk perkotaan yang banyak terdapat di wilayah perkotaan Tanggenar adalah menuju Kecamatan Sukodono dan Perkotaan Sragen.

Pergerakan menuju perkotaan Sragen

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak

Selebihnya, pergerakan menuju Kecamatan Sukodono dilakukan untuk bersekolah, penjualan hasil pertanian, membeli alat pertanian, serta bekerja.

Berikut

merupakan

peta

pergerakan

manusia di perkotaan Tanggenar.

dapat dipenuhi di wilayah perkotaan Tanggenar, seperti bekerja, rekreasi, berbelanja kebutuhan sekunder, dan lain sebagainya.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.5 Peta Pergerakan Penduduk Perkotaan

132


RENCANA PENGEMBANGAN PERGERAKAN BARANG Rencana pengembangan pergerakan perkotaan sebagai penunjang agropolitan berupa distribusi barang hasil produksi di wilayah Tanggenar ke kawasan perkotaan. Hasil produksi pertanian utama di wilayah Tanggenar yang akan didistribusikan yaitu

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

tebu dan jagung. Komoditas tebu hasil

Gambar 6.6 Skema Pergerakan Penunjang Agropolitan

produksi didistribusikan melalui dua cara yaitu

(Tebu)

yang pertama didistribusikan secara mentah ke luar wilayah melalui Terminal Tangen

Berbeda halnya dengan tebu, hasil produksi

dengan trayek Sragen-Tangen-Galeh. Kota

jagung wilayah Tanggenar didistribusikan terlebih

tujuan distribusi tebu mentah Tanggenar

dahulu ke industri pengolahan pakan ternak yang ada

yaitu

di wilayah Tanggenar. Produk hasil industri tersebut

Sragen,

Ngawi,

Blora,

Madiun,

setelahnya didistribusikan ke kawasan perkotaan

Karanganyar, Jombang, dan Yogyakarta. langsung

untuk dipasarkan di Pasar Katelan dan didistribusikan

menuju Terminal Tangen, komoditas tebu

ke luar wilayah melalui terminal Tangen. Sasaran

juga didistribusikan ke pusat pengolahan yang

pemasarannya

berada di perkotaan berupa pabrik gula pasir

Sukoharjo. Skema pergerakan hasil produksi jagung

di Desa Gesi. Kemudian hasil produksi pabrik

ditunjukkan pada gambar di bawah.

Selain

didistribusikan

adalah

Sragen,

Surakarta,

dan

akan dipasarkan di dalam maupun luar wilayah Tanggenar. Hasil produksi dari pabrik yang

akan

dipasarkan

didistribusikan dengan

melalui

trayek

di

luar

wilayah

Terminal

Tangen

Sragen-Tangen-Galeh.

Pemasarannya yaitu ke Sragen, Ngawi, Blora, Madiun,

Karanganyar,

Jombang,

dan

Yogyakarta. Sedangkan hasil produksi yang akan

dipasarkan

di

dalam

wilayah

didistribusikan dari pabrik ke pasar di perkotaan. Skema pergerakan hasil produksi tebu ditunjukkan pada gambar di samping

133

Sumber: Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.7 Skema Pergerakan Penunjang Agropolitan (Jagung)


RENCANA INFRASTRUKTUR PERKOTAAN RENCANA INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

Seiring

dengan

perkembangan

wilayah

perkotaan Tanggenar dibutuhkan kelengkapan sarana Pada kawasan perkotaan terdapat fungsinya sebagai pusat permukiman yang dilengkapi dengan sarana pendukung. Pada kondisi eksisting

yang

menjadikan

wilayah

perkotaan

memerlukan

penambahan beberapa unit sarana khusus perkotaan berupa fasilitas penunjang permukiman seperti sarana

saat ini sarana di perkotaan telah dapat melayani

kesehatan, sarana pendidikan, dan beberapa sarana

dengan

perdagangan dan jasa pendukung

adanya

pemerintahan,

kelengkapan

sarana

sarana

rekreasi,

sarana

transportasi berupa SPBU, sarana pendidikan, dan sarana

kesehatan.

Namun,

seiring

dengan

pertumbuhan penduduk, maka pelayanan sarana

menunjang pengembangan konsep Kota Terpadu Mandiri sebagai pusat permukiman dan wilayah pendukung pengembangan

prediksi

analisis

kepadatan

kebutuhan

penduduk,

dan

ruang, arah

perkembangan perkotaan, menciptakan adanya kemungkinan konsentrasi fasilitas di beberapa titik kawasan perkotaan Tanggenar. Sehingga,

kawasan

agropolitan

di

wilayah

Tanggenar.

terhadap pusat permukiman perlu disesuaikan. Berdasarkan

yang akan dapat

Pada

pusat

permukiman

akan

tercermin

keterpaduan dengan adanya fasilitas pelayanan berada dekat

dengan

titik-titik

permukiman.

Adapun

kemandirian pada pusat permukiman tercermin pada lokasi fasilitas pelayanan seperti kantor pemerintahan kecamatan, bank/ lembaga keuangan, Rumah Sakit Tipe

dalam menunjang keberlangsungan kehidupan

D, balai latihan kerja, dan fasilitas pendidikan SMP dan

penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan

SMA. Adanya fasilitas tersebut merupakan pelayanan

Tanggenar diperlukan rencana pengembangan pusat permukiman.

yang meliputi lingkup kecamatan dan sekitarnya. Sehingga dengan adanya fasilitas tersebut, wilayah perkotaan Tanggenar dapat memenuhi kebutuhan dasar dengan mudah dan dekat tanpa harus keluar wilayah perkotaan. Berikut merupakan persebaran peta fasilitas permukiman di perkotaan Tanggenar.

134


Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.8 Peta Pusat Permukiman Ruang Perkotaan

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.9 Peta Rencana Pengembangan Sarana Permukiman

135


PRASARANA AIR BERSIH Permasalahan yang dihadapi oleh perkotaan Pada sarana pendidikan akan bertambah satu unit Balai Latihan Kerja yang akan menujang

fasilitas

penduduk

dibidang

pendidikan guna menciptakan masyarakat Tanggenar yang memiliki pengetahuan dan keterampilan pengolahan

khususnya produksi

dalam

bidang

pertanian.

Adapun

penambahan 1 unit Rumah Sakit Tipe D yang akan direncanakan berada di Desa Katelan dimana,

fasilitas

rumah

sakit

ini

akan

memudahkan penduduk bukan hanya wilayah perkotaan melaikan wilayah Tanggenar beserta wilayah perbatasan terdekat Tanggenar untuk dapat menggunakan fasilitas Rumah Sakit Tipe D. Sehingga, penduduk bagian utara Kabupaten Sragen tidak lagi harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk dapat ditangani oleh pihak rumah sakit. Karena pada kondisi eksisting penduduk bagian utara Sragen cenderung akan pergi menuju rumah sakit di Kecamatan Sragen yang memiliki jarak tempuh cukup jauh untuk pasien yang harus dapat segera ditangani. Kemudian, penambahan fasilitas perdagangan dan jasa pendukung seperti bank yang akan memudahkan

penduduk

perkotaan

dan

sekitarnya agar dapat memiliki perputaran uang yang efisien serta dapat mendukung pola pengelolaan modal atau hasil terkait produksi pertanian di Wilayah Tanggenar secara efektif dan modern.

Tanggenar adalah kekeringan yang selalu terjadi pada musim kemarau. Sumber-sumber air baku seperti sungai, embung, dan sumur pada musim kemarau selalu mengalami kekeringan. Jenis tanah di wilayah perkotaan yaitu jenis tanah litosol yang tidak bisa mengikat air serta memiliki curahhujan yang rendah yaitu 4-5,4 mm/hari. Kondisi fisik alam ini tidak didukung dengan pelayanan PDAM Kabupaten Sragen yang mana belum optimal hingga ke seluruh wilayah perkotaan

Tanggenar.

Berdasarkan

kondisi

eksistingnya saluran PDAM hanya terdapat di Desa Gesi yang mana menginduk pada saluran PDAM Sukodono. Rencana pengembangan air bersih di wilayah perkotaan Tanggenar salah satunya adalah dengan optimalisasi daerah jangkauan PDAM Sukodono hingga ke Desa Srawung, Desa Katelan, dan Desa Dukuh. Kebutuhan akan air bersih untuk melayani 16.442 jiwa penduduk di wilayah perkotaan pada tahun 2040 adalah sebesar 648.144 m3. Saat ini fungsi pelayanan PDAM hanya sampai ke masyarakat Desa Gesi, sehingga pada tahun 2040 direncanakan bahwa seluruh kebutuhan akan air bersih di Desa Gesi dapat dilayani dengan PDAM Sukodono. Sebanyak 79% masyarakat perkotaan belum terjangkau layanan PDAM yaitu masyarakat Desa Srawung, Katelan, dan Dukuh sehingga perlu adanya optimalisasi

jangkauan

PDAM

Sukodono

dan

pembuatan wadah penampung air hujan seperti halnya embung geomembran. Embung geomembran dipilih karena karakteristiknya yang cocok untuk diaplikasikan pada daerah yang memiliki jenis tanah litosol atau tanah yang mengandung kapur.

136


Air hujan yang ditampung nantinya tidak akan langsung diserap ke dalam tanah melainkan mengumpul di dalam embung.

Lokasi yang paling potensial untuk dibangun embung di

Total luasan embung yang dibutuhkan di

wilayah perkotaan Tanggenar dianalisis berdasarkan jenis

wilayah perkotaan untuk melayani volume air

tanah, kelerengan, hidrogeologi, curah hujan serta tata guna

512.033 m3 pada tahun 2040 adalah 12,8

lahan. Berdasarkan hasil overlay kelima variabel tersebut

hektar dengan kedalaman 4 meter. Untuk

maka dihasilkan peta potensial untuk pembangunan embung

memudahkan

yang mana memiliki laju infltrasi yan tinggi. Lokasi-lokasi

distribusi

pengairan

maka

pembangunan embung disebar menjadi 4 titik

yang

paling

potensial

untuk

dibangunnya

dengan masing-maisng memilki luasan 3

ditunjukkan dengan warna hijau pada peta di bawah.

hektar di Desa Dukuh, Katelan, Gesi, dan Srawung. Pada kondisi eksistingnya sudah terdapat 1 embung di Desa Gesi dengan luasan 1,68 hektar. Embung-embung tersebut nantinya menjadi sumber air bersih di wilayah perkotaan Tanggenar dengan syarat diolah dahulu menjadi sumber air bersih di wilayah perkotaan.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.10 Peta Lokasi Potensial Pembangunan Embung di Kawasan Perkotaan Tanggenar

137

embung


Potensi pengairan yang dimiliki oleh wilayah perkotaan adalah Sungai Bengawan Solo yang memiliki debit air 684 m3/detik. Alternatif rencana lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah perkotaan adalah dengan pengolahan air

Sungai

Bengawan

Solo.

Namun,

permasalahan yang dihadapi pada DAS Bengawan Solo adalah kualitas air sungai yang buruk sehingga pemanfaatan DAS Bengawan Solo sebagai sumber air baku bagi pertanian dan permukiman dapat dilakukan dengan membangun instalasi pengolahan air

Sistem sanitasi on site ini dirasa masih relevan hingga tahun 2040 karena biaya yang murah, teknologi dan pembangunan yang sederhana, serta karakteristik penduduk perkotaan Tanggenar pada tahun 2040 bukan termasuk daerah dengan kepadatan tinggi. Rencana yang selanjutnya harus diterapkan untuk mengelola antara limbah cair buangan rumah tangga dengan air limpasan hujan adalah membuat jalur yang berbeda antara sanitasi dengan drainase. Adanya industri gula pasir di Desa Gesi maka dibutuhkan sebuah IPAL untuk mengolah limbah industri tersebut. Lokasi IPAL untuk industri yang dibutuhkan direncanakan berada di dekat Pabrik Gula Gesi dan dekat

sungai.

dengan aliran air. Faktor penentuan lokasi ini dilakukan agar limbah industri yang dihasilkan dalam proses

Sanitasi Berdasarkan kondisi eksisistingnya di wilayah perkotaan Tanggenar seluruh masyarakat sudah dapat memiliki sarana

pengolahan langsung diolah dan dialirkan melalui saluran air. Berikut merupakan peta rencana lokasi IPAL untuk industri gula pasir di Desa Gesi.

sanitasi MCK. Sistem sanitasi yang telah diterapkan

oleh

seluruh

masyarakat

adalah on site dimana setiap rumah di kawasan perkotaan sudah memiliki septic tank.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.11 Peta Rencana Pembangunan IPAL Perkotaan Tanggenar

138


JARINGAN LISTRIK Berdasarkan kondisi eksisistingnya di wilayah perkotaan Tanggenar seluruh masyarakat sudah

terlayani

jaringan

listrik

yang

bersumber dari PLN Kabupaten Sragen. Jaringan listrik eksisting yang terdapat di

Berdasarkan kondisi eksistingnya, saat ini sudah

wilayah perkotaan Tanggenar adalah jaringan

terdapat 3 unit gardu listrik eksisting di perkotaan Tanggenar.

listrik distribusi sekunder yang mana terdapat

Ketiga gardu ini masing-masing berlokasi di Desa Katelan,

di sepanjang jalan kolektor dan jalan lokal

Desa Dukuh, dan Desa Gesi. Sehingga untuk mencukupi

wilayah

kebutuhan

perkotaan.

Pada

tahun

2040,

energi

listrik

bagi

masyarakat

perkotaan

perkotaan

Tanggenar perlu adanya penambahan 3 unit gardu listrik

Tanggenar

untuk melayani 16.442 jiwa

untuk melayani pusat-pusat permukiman. Persebaran lokasi

penduduk

adalah

gardu listrik ditunjukkan pada peta berikut.

kebutuhan

akan

listrik

sebesar

di

5.918

KVA.

Sehingga untuk memenuhi daya listrik yang dibutuhkan pada tahun 2040 maka perlu disediakan 7 unit gardu listrik di perkotaan Tanggenar.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.12 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Listrik Perkotaan Tanggenar

139


Berdasarkan kondisi eksisting jaringan jalan

JARINGAN JALAN

perkotaan Tanggenar sebesar 78% masih tidak beraspal Aspal 22%

pada jalan lingkungan pemukiman penduduk, bahan yang digunakan masih berupa beton. Sedangkan jalan yang berasal hanya pada jalan kolektor dan jalan lokal yang menghubungkan antar kecamatan Tanggenar sebesar 22%. Sebagian jalan tidak beraspal dan tidak beraspal sebanyak terdapat 2% mengalami kerusakan. Pada rencana pengembangannya, jaringan jalan perkotaan yang dalam kondisi buruk akan dilakukan

Tidak Aspal 78%

perbaikan di setiap jalan yang rusak. Selain pembetulan Aspal

Tidak Aspal

jalan yang rusak, rencana yang akan dilakukan adalah mengembangkan kapasitas Jalan Raya Gesi menjadi jalan

Sumber: Analisis Kelompok, B1 Gambar 6.13 Persentase Jalan Beraspal Perkotaan Tanggenar

kolektor sekunder. Hal ini dilakukan karena Jalan Raya Gesi sendiri merupakan akses utama pergerakan dari pabrik gula di Desa Gesi menuju sarana distribusi dan pemasaran yaitu Terminal Tangen. Berikut merupakan peta

rencana

pengembangan

jalan

di

perkotaan

Tanggenar.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.14 Peta Rencana Perbaikan Jalan Perkotaan Tanggenar

140


DRAINASE Sistem Drainase Perkotaan adalah

Drainase tersier pada perkotaan ada beberapa

satu kesatuan sistem teknis dan non teknis

jaringan yang airnya terserap ke dalam tanah sehingga tidak

dari prasarana dan sarana drainase perkotaan.

mengalir ke drainase sekunder. Jaringan drainase tersier

Penyelenggaraan

agar

lainnya mengalir ke drainase sekunder, tetapi kondisinya

lingkungan permukiman perkotaan menjadi

tidak terawat penuh dengan sampah dan ada yang sudah

sehat

tidak berbentuk.

dan

drainase

bebas

dari

berguna

genangan

serta

meningkatkan konservasi, pendayagunaan dan pengendalaan air.

Pada

rencana

pengembangan

drainase

akan

dilakukan pengkerasan sempadan saluran drainase tersier

Perkotaan Tanggenar berdasarkan

pada permukiman yang tidak terawat agar air limpahan dari

kondisi eksistingnya telah memiliki drainase

rumah penduduk dapat mengalir dengan lancar. Agar DAS

primer

Solo,

Bengawan Solo yang merupakan saluran drainase primer

sekunder, dan tersier. Drainase ini mengalir

tidak tercemar oleh sampah dan polutan lainnya, drainase

mulai dari rumah tangga menuju ke drainase

tersier dan sekunder akan diberikan penyaring yang kuat dan

tersier seperti selokan atau got rumah.

tahan lama untuk mencegah pencemaran pada DAS

berupa

DAS

Bengawan

Bengawan

Solo.

Berikut

merupakan

peta

pengembangan drainase di perkotaan Tanggenar.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6. 15 Peta Pengembangan Drainase Perkotaan Tanggenar

141

rencana


PERSAMPAHAN Sistem

persampahan

di

perkotaan

Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan

Tanggenar masih dilakukan dengan cara

lokasi TPS di perkotaan Tanggenar adalah dengan

dibakar. Setiap desa yang ada di perkotaan

melihat persebaran pusat permukiman. Setiap pusat

Tanggenar tidak memiliki TPS. Rencana yang

permukiman di perkotaan Tanggenar sedikitnya memiliki

akan dikembangkan di perkotaan Tanggenar

1 unit TPS. Berikut merupakan peta persebaran titik-titik

adalah akan dibuat TPS sebagai tempat

lokasi TPS di wilayah perkotaan Tanggenar.

pengumpul sampah dari permukiman warga di setiap rw pada masing-masing desa di perkotaan Tanggenar. Berdasarkan analisis sebelumnya, pada tahun 2040 kebutuhan akan TPS di perkotaan Tanggenar adalah sebanyak 7 TPS kelurahan dan 40 TPS di setiap lingkungan RW. Sampah dari TPS di wilayah perkotaan ini kemudian akan diangkut menuju TPA Tanggan di Kecamatan Gesi.

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.16 Peta Rencana Pengembangan TPS Perkotaan Tanggenar

142


RENCANA INFRASTUKTUR PENDUKUNG AGROPOLITAN Fungsi kawasan perkotaan salah

Dalam rencana 20 tahun kedepan dibutuhkan

satunya yaitu sebagai pendukung agropolitan.

tambahan beberapa unit sarana dikarenakan pertambahan

Fungsi tersebut harus mampu menunjang

jumlah penduduk dan kondisi beberapa sarana eksisting yang

kegiatan pertanian, baik dalam pengolahan,

belum memenuhi standar. Sehingga kedepannya perkotaan

distribusi, pemasaran, maupun pendidikan

tanggenar dapat menjadi simpul perekonomian, distribusi,

dan

pendukung

dan pelayanan yang mendukung agropolitan. Berikut

agropolitan harus memiliki beberapa sarana

merupakan peta persebaran sarana pendukung agropolitan di

dan

wilayah perkotaan Tanggenar.

pelatihan.

prasarana

Kawasan

yang

dapat

menunjang

kegiatan agropolitan tersebut

Sumber : Analisis Kelompok, 2018

Gambar 6.17 Peta Rencana Persebaran Sarana Pendukung Agropolitan Perkotaan Tanggenar

143


STRATEGI, PROGRAM

PROGRAM, DAN RENCANA PENJADWALAN

Pengembangan konsep Kota Terpadu Mandiri menjadi dasar pembentukan strategi dalam pemecahan permasalahan di wilayah perkotaan Tanggenar. Pemecahan permasalahan tersebut diwujudkan melalui pengadaan program yang terinci pada tabel sebagai berikut: Tabel IV.2 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 1 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040 Sasaran 1: Optimalisasi Fungsi Terminal Sebagai Sarana Distribusi Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target

Permasalahan Terminal Tangen Belum berfungsi secara optimal Terminal banyak digunakan pedagang kaki lima Trayek hanya jalur galeh-sragentangen

Adanya terminal koleksi untuk kegiatan distribusi (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)

Terciptanya sarana dan praasarana yang terpadu untuk pemasaran hasil produksi pertanian dan industri pengolahan

Strategi Menciptakan pusat kegiatan pemasaran dan distribusi industri di sekitar Terminal Tangen Pengawasan dan Penataan pada Pasar Tangen Pengoptimalan Terminal Tangen

Hanya angkutan untuk penumpang Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Tabel IV.3 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 2 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040

Sasaran 2: Tersedianya Pusat permukiman yang mampu melayani kawasan perkotaan dan wilayah Tanggenar Permasalahan Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target Strategi Peningkatan kebutuhan listrik yang Pengembangan jaringan listrik dan Seluruh masyarakat kawasan tidak diimbangi dengan penyediaan sarana pendukung perkotaan dapat terlayani listrik ketersesediaan fasilitas jaringan Menjamin ketersediaan prasarana Tidak tersedianya sistem drainase dan sarana kebutuhan dasar Limpasan air di seluruh kawasan Pengoptimalan dan penambahan yang terintegrasi lingkungan permukiman perkotaan dapat terintegrasi saluran drainase yang saling dengan baik terintegrasi Sedimentasi Sungai Bengawan Solo (Kalsum, E., Caesariadi, 2016) Seluruh sampah yang dihasilkan Belum adanya pengolahan sampah Pengembangan sistem pengelolaan oleh kawasan perkotaan dapat terpadu sampah terpadu dikelola dengan sistem terpadu umber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

144


Tabel IV.4 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 3 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040

Sasaran 3: Terciptanya sarana dan prasarana yang terpadu untuk pemasaran hasil produksi pertanian dan industri pengolahan Permasalahan Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target Strategi Adanya pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasarpasar grosir dan pergudangan Pengembangan Kawasan Pasar komoditas sejenis Tangen (Pusat Litbang Ketransmigrasian, Tersedianya sarana yang dapat 2013) Belum optimalnya sarana mendukung kegiatan pemasaran pemasaran pendukung pertanian pertanian Pengawasan dan Penataan pada Menyediakan prasarana dan sarana Pasar Tangen kegiatan usaha (Kalsum, E., Caesariadi, 2016) Pengoptimalan Terminal Tangen Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Tabel VI.5. Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 4 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040

Permasalahan

Sasaran 4: Tersedianya alat dan bahan pemenuh kebutuhan agropolitan dan industri pengolahan Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target

Belum terdapatnya sarana produksi pertanian dalam penyediaan alat dan bahan roduksi pertanian

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

145

Penyediaan pusat pelayanan agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul Menyediakan prasarana dan sarana kegiatan usaha (Kalsum, E., Caesariadi, 2016)

Tersedianya alat dan bahan pemenuh kebutuhan agropolitan dan industri pengolahan yang dapat di jangkau dengan mudah oleh petani maupun pabrik di Wilayah Tanggenar

Strategi

Pengadaan Sarana produksi pertanian di Desa Katelan Penyediaan dan pengembangan bibit unggul guna menghasilkan panen berkualitas


Tabel IV.6 Permasalahan, Target dan Strategi Perencanaan pada Sasaran 5 Wilayah Perkotaan Tanggenar Tahun 2040

Permasalahan Belum terjangkaunya pelayanan TK dan SD Masyarakat belum memiliki ketrampilan khusus

Sasaran 5: Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja Indikator Konsep Terpadu Mandiri Target Seluruh kawasan perkotaan Penyediaan pusat kegiatan terjangkau layanan TK dan SD pendidikan dan pelatihan di sektor pertanian, industri dan jasa Masyarakat memiliki ketrampilan (Pusat Litbang Ketransmigrasian, khusus guna meningkatkan 2013) perekonomian

Strategi Meningkatkan jangkauan pelayanan pendidikan Pengadaan kagiatan pelatihan dibidang pertanian

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Tabel VI.7 Indikator Program untuk Sasaran 1 Wilayah Tanggenar

Waktu Pelaksanaan No

Program

Fase 1

Fase 2 (2025-2030)

Fase 3 (2031-2035)

Fase 4 (2036-2040)

2020 2021 2022 2023 2024 Sasaran 1: Terciptanya sarana dan prasarana yang terpadu untuk pemasaran hasil produksi pertanian dan industri pengolahan dan Optimalisasi fungsi terminal sebagai sarana distribusi 1 Menciptakan pusat kegiatan pemasaran dan distribusi industri di sekitar Terminal Tangen Tersedianya jalur distribusi dari pusat produksi a pengolahan menuju gudang pemasaran di Kawasan Perkotaan b Peningkatan Skala pasar Tangen Mengoptimalkan fungsi terminal sebagai tempat c menaikkan dan menurunkan penumbang serta barang Tersedianya industri pengolahan barang menjadi produk jadi atau setengah jadi di Desa Gesi (Pabrik d Gula Pasir), Desa Srawung (Pabrik Pakan Ternak), Desa Dukuh (Pabrik Pakan Ternak) Pembangunan gudang di Desa Katelan (Pendukung e pemasaran di Terminal Katelan dan Pasar Tangen), Desa Gesi (Pendukung Pabrik Gula Pasir), Desa

146


Waktu Pelaksanaan No

Program

Fase 1 2020

2 a b 3 a

b c d

Srawung dan Desa Dukuh (Pendukung Pabrik Pakan Ternak) Pengoptimalan kegiatan pemasaran dari pusat kolaktif gudang Pengawasan dan Penataan pada Pasar Tangen Peningkatan Skala pasar Tangen Revitalisasi pasar menjadi pasar modern Optimalisasi pemasaran produk komoditas unggulan Pengoptimalan Terminal Tangen Mengoptimalkan fungsi terminal sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumbang serta barang Menciptakan rute dan moda transportasi yang efisien dan terjangkau dari desa-desa menuju ke Terminal di perkotaan dan dari Terminal perkotaan ke Terminal Tangen Membangun halte angkutan umum di setiap desa Pengintegrasian angkutan umum dari berbagai desa dan pusat kota di Terminal Tangen dan dari Terminal Tangen ke Pusat-pusat kegiatan serta pemeliharaan berkala pada terminal dan halte.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

147

2021

2022

2023

2024

Fase 2 (2025-2030)

Fase 3 (2031-2035)

Fase 4 (2036-2040)


Tabel IV.8 1 Indikator Program untuk Sasaran 2 Wilayah Tanggenar

Waktu Pelaksanaan Fase 1 Fase 2 (20252020 2021 2022 2023 2024 2030) Sasaran 2: Tersedianya Pusat Permukiman Yang Mampu Melayani Kawasan Perkotaan dan Wilayah Tanggenar 1 Pengembangan jaringan listrik dan penyediaan sarana pendukung jaringan Pendataan rumah tangga yang belum memiliki akses a listrik secara mandiri dan industri Penyediaan akses jaringan listrik setiap rumah dan b industry di kawasan perkotaan c Penambahan gardu listrik 5 buah d Pemeliharaan jaringan listrik dan gardu yang ada 2 Pengoptimalan dan penambahan saluran drainase yang saling terintegrasi Pembangunan saluran drainase tersier di kawasan a permukiman yang saling terhubung Perbaikan saliran drainase sekunder dan pengintegrasian b dengan bengawan solo Pengerukan sungai bengawan solo yang mengalami c sedimentasi d Pemeliharaan saluran drainase secara berkala 3 Pengembangan sistem pengelolaan sampah terpadu a Sosialisasi pembangunan sistem pengelolaan sampah b Pembangunan TPS Pembuatan jalur pengangkutan sampah hinggan TPA c Tanggan d Pemeliharaan fasilitas persampahan No

Program

Fase 3 (20312035)

Fase 4 (20362040)

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

148


Tabel IV. 9 Indikator Program untuk Sasaran 3 Wilayah Tanggenar

Waktu Pelaksanaan No

Fase 1

Program 2020

2021

2022

2023

2024

Fase 2 (2025-2030)

Fase 3 (2031-2035)

Sasaran 3: Terciptanya sarana dan prasarana yang terpadu untuk pemasaran hasil produksi pertanian dan industri pengolahan 1 Pengembangan Kawasan Pasar Tangen a Peningkatan Skala pasar Tangen Mengoptimalkan fungsi terminal sebagai tempat b menaikkan dan menurunkan penumbang serta barang Tersedianya industri pengolahan barang menjadi produk jadi atau setengah jadi di Desa Gesi (Pabrik c Gula Pasir), Desa Srawung (Pabrik Pakan Ternak), Desa Dukuh (Pabrik Pakan Ternak) Pembangunan gudang di Desa Katelan (Pendukung pemasaran di Terminal Katelan dan Pasar Tangen), d Desa Gesi (Pendukung Pabrik Gula Pasir), Desa Srawung dan Desa Dukuh (Pendukung Pabrik Pakan Ternak) Pengoptimalan kegiatan pemasaran dari pusat e kolaktif gudang 2 Pengawasan dan Penataan pada Pasar Tangen a Peningkatan Skala pasar Tangen b

Revitalisasi pasar menjadi pasar modern

c 3

Optimalisasi pemasaran produk komoditas unggulan Pengoptimalan Terminal Tangen Mengoptimalkan fungsi terminal sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumbang serta barang

a b

149

Menciptakan rute dan moda transportasi yang efisien dan terjangkau dari desa-desa menuju ke

Fase 4 (2036-2040)


Waktu Pelaksanaan No

Fase 1

Program 2020

2021

2022

2023

2024

Fase 2 (2025-2030)

Fase 3 (2031-2035)

Fase 4 (2036-2040)

Terminal di perkotaan dan dari Terminal perkotaan ke Terminal Tangen c d

Membangun halte angkutan umum di setiap desa Pengintegrasian angkutan umum dari berbagai desa dan pusat kota di Terminal Tangen dan dari Terminal Tangen ke Pusat-pusat kegiatan serta pemeliharaan berkala pada terminal dan halte.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018 Tabel IV.10 2 Indikator Program untuk Sasaran 4 Wilayah Tanggenar

Waktu Pelaksanaan No

Fase 1

Program 2020

2021

2022

2023

2024

Fase 2 (20252030)

Fase 3 (20312035)

Fase 4 (20362040)

Sasaran 4: Tersedianya alat dan bahan pemenuh kebutuhan agropolitan dan industri pengolahan 1 Pengadaan Sarana produksi pertanian di Desa Katelan Pembangunan kawasan pertokoan khusus sebagai sarana a perdagangan alat dan bahan produksi pertanian Penyediaan kelengkapan alat produksi pertanian b berteknologi modern 2 Penyediaan dan pengembangan bibit unggul guna menghasilkan panen berkualitas a Penyediaan lahan pengembangan bibit unggul b Pengelolaan dan pemasaran hasil produksi Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

150


Tabel IV. Indikator Program untuk Sasaran 5 Wilayah Tanggenar

Waktu Pelaksanaan No

Fase 1

Program 2020

Sasaran 5: Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja 1 Meningkatkan jangkauan pelayanan pendidikan a Pendataan jangkauan pelayanan TK dan SD b c 2 a b c

Pembangunan TK dan SD Penambahan tim pendidik Pengadaan kagiatan pelatihan dibidang pertanian Pembangunan Balai Latihan Kerja Sosialisasi tentang pertanian Pengadaan pelatihan terhadap petani dalam pengelola tanaman

d

Pengadaan pelatihan pengelolaan hasil pertanian

e

Pendampingan dalam pengelolaan hasil pertanian

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B1, 2018

151

2021

2022

2023

2024

Fase 2 (20252030)

Fase 3 (20312035)

Fase 4 (20362040)


LINK WEBSITE STUDIO B1 TANGGENAR https://studiokelompokb1.wixsite .com/tanggenar


B1


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.