L A J IN G : T U L U M H A D E CASE REPORT B
Y E N D I K N I S T N A L P M I F O E M OUTCO T N E I T A P T N A TRANSPL E V I S S E R P P U S O N U M M I G N I O UNDERG T R O P E R E S A C THERAPY: es .K M ., P o n t e R i t a y ri A . rg d : Pembimbing 19 0 11 0 0 10 0 16 0 19 | a Nabilah Kusum
Abstract Sejak awal adanya bedah implan, perawatan tersebut tidak direkomendasikan untuk pasien dengan masalah kesehatan sistemik dari terapi implan. Banyak penelitian tentang efek penyakit sistemik seperti: diabetes dan osteoporosis pada keberhasilan implan, tetapi tidak ada cukup data tentang efek transplantasi organ dan terapi imunosupresif pada keberhasilan implan dalam literatur.
Abstract Dilaporkan, pasien transplantasi organ yang menjalani terapi imunosupresif mungkin mengalami efek samping pada periodontal seperti: pertumbuhan berlebih pada gingiva dan kegagalan implan. Dalam kasus ini, 10 tahun keberhasilan implant diperiksa pada pasien yang telah transplantasi ginjal 8 tahun lalu dan yang menggunakan terapi kortikosteroid dan imunosupresif.
Introduction: Pasien immunocompromise setelah transplantasi organ --> kontraindikasi untuk implan gigi karena :
Kemungkinan kegagalan dini (gangguan penyembuhan)
Infeksi oral karena sistem imunologi yang rapuh
Gangguan metabolisme tulang
Pada pasien yang sehat secara medis, tingkat keberhasilan implan gigi antara
Penyembuhan luka dan infeksi oral yang tidak terkontrol (dapat merusak organ yang ditransplantasikan dan bahkan berakibat fatal)
90 dan 95% pada 10 tahun.
Introduction: Dalam persiapan prosedur transplantasi, pasien harus menghilangkan semua sumber peradangan yang potensial, dan setelah transplantasi berhasil, mereka perlu memperbaiki sistem mastikasinya.
Penggantian gigi hilang--> implan gigi akan menjadi sangat penting. Namun, hanya beberapa studi tentang topik ini yang telah dilaporkan, dengan semuanya menunjukkan tingkat keberhasilan implan gigi pada pasien transplantasi. Laporan kasus berikut menjelaskan penempatan implan gigi pada pasien transplantasi ginjal.
Laporan Kasus
Case Report Seorang wanita 54 tahun datang dengan keluhan berkurangnya fungsi gigi pasien telah menjalani transplantasi ginjal 8 tahun yang lalu. Pasien mengonsumsi obat imunosupresan sejak transplantasi ginjal tersebut, yaitu siklosporin dan prednisolon. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian cekat (FPD), tetapi tidak ada cukup gigi pendukung . Setelah berkonsultasi dengan ahli nefrologi, dan pemeriksaan radiologi, direncanakan untuk pemasangan implan gigi di regio 22 dan 23.
Case Report Pemeriksaan radiografi menunjukkan bahwa tulang cukup untuk pemasangan dua implan yang pertama pada regio 22 dengan lebar 3,3 mm dan panjang 12 mm yang kedua pada regio 23 dengan lebar 4,1 mm dan panjang 12 mm. Gambar setelah 10 tahun follow-up
Stent bedah dibuat dari resin akrilik self cured untuk memastikan bahwa implan akan masuk pada posisi yang diinginkan
Case Report Satu jam sebelum operasi, diberikan clindamysin 600 mg
Dibuat flap mukoperiosteal untuk memberikan visibilitas yang jelas dan mempertahankan papila gigi 2 implan (ITI Straumann) berhasil dimasukkan 1 mm tulang menutupi sisi bukal dan palatal implan yang secara klinis stabil setelah insersi Tampak pasca operasi setelah 1 bulan pemasangan implan.
Kemudian flap mukoperiosteal dikembalikan dengan hati-hati dan dijahit, antibiotik profilaksis dilanjutkan selama 5 hari, dan CHX 0,2% digunakan sebagai obat kumur selama 10 hari.
Case Report Setelah 5 bulan implantasi langkah restorasi prostetik dimulai, dan satu implan membutuhkan abutment miring. Akhirnya dilakukan tindakan fungsional implan dengan FPD logam-keramik
Case Report Pasien direkomendasikan untuk menggunakan sikat interdental dan benang gigi. Pasien puas dengan hasil estetik dan fungsional
Setelah tindakan implan, dilakukan pemantauan klinis implan setelah pembuatan prostetik setelah 3, 6, 12, 24, dan 36 bulan.
Pemeriksaan klinis meliputi: evaluasi mukosa untuk tanda-tanda inflamasi (kemerahan, bengkak, atau perdarahan saat probing), bersama dengan perkusi dan manipulasi manual untuk memeriksa kegoyangan dan nyeri implan dan gigi tiruan.
Case Report Radiografi panaromik digunakan untuk evaluasi radiolusensi periimplant, radiografi diambil pada waktu yang sama dengan pemeriksaan klinis.
Setelah 2 tahun pemasangan kedua implan: kontak yang baik antara tulang dan permukaan implan yang berarti adanya osseointegrasi yang memadai tanpa radiolusensi peri-implan Gambar setelah 2 tahun pemasangan implan
Case Report Pada pemeriksaan klinis Tidak ada rasa sakit Tidak ada ketidaknyamanan Tidak ada infeksi atau kegoyangan pada implan Level attachment (AL) adalah antara 2,9 dan 3,3 mm dan kedalaman probing sekitar 3 mm.
Case Report
Gingival enlargement karena CsA.
Pembesaran gingiva terlihat di sekitar salah satu implan nilai indeks perdarahan menunjukkan adanya inflamasi
Case Report
Dilakukan pemeriksaan biopsi untuk pemeriksaan histologis yang menunjukkan Peningkatan substansi dasar jaringan ikat Inflamasi pada tingkat yang berbeda, penebalan Epitel memanjang (rete pegs )
Jadi selama 10 tahun masa kontrol, tidak ada implan yang hilang dan tidak ada yang goyang. Pasien tidak ada keluhan tentang implan dan gigi tiruan, dia senang dengan pengunyahannya yang membaik
Diskusi
Discussion PASIEN YANG MENGALAMI TRANSPLANTASI ORGAN MENINGKAT Sebagai hasil dari evolusi transplantasi dan imunologi transplantasi (obat imunosupresif) transplantasi organ vaskularisasi telah menjadi metode yang efektif untuk merawat pasien dengan stadium akhir kegagalan organ
Discussion PERAWATAN GIGI REGULAR DINILAI SANGAT PENTING Kebanyakan dari pasien ini telah melakukan ekstraksi gigi sebelum transplantasi karena gagal ginjal kronis dan hasil dialisis yang dipengaruhi oleh: Indeks karies gigi yang buruk
Periodontitis agresif
Mulut kering, xerostomia
dalam persiapan untuk prosedur transplantasi , pasien harus menhilangkan semua sumber yang berpotensi memunculkan inflamasi
Discussion
Kontraindikasi implan gigi: Penggunaan immunocompromise/immunosuppressive drugs setelah trasplantasi karena:
Mengurangi densitas tulang
Mengganggu penyembuhan vaskularisasi allograft
Mengganggu osseointegrasi implan gigi
Discussion Metabolisme tulang diubah secara signifikan oleh paparan kronis glukokortikoid (penyebab paling umum dari osteoporosis sekunder, terutama mempengaruhi tulang trabekular)
Berlawanan dengan fakta, beberapa penelitian menunjukkan: follow-up dari implan gigi pada pasien transplantasi menunjukkan hasil yang dapat diterima mendekati orang sehat,
Discussion dan menunjukkan bahwa mungkin untuk menempatkan implan gigi pada pasien dengan terapi imunosupresif jangka panjang setelah transplantasi organ
Meskipun mekanisme molekuler untuk imunosupresi disebabkan oleh CsA telah diselidiki, mekanisme kerja yang tepat dari CsA pada tulang tidak jelas
Mc Cauley et al
CsA tidak memiliki efek merugikan pada viabilitas sel
Buchinsky et al
Efek langsung CsA pada faktor-faktor calcitropic yang bersirkulasi atau efek langsungnya pada sel-sel tulang bukanlah penyebab yang cukup untuk pengeroposan tulang
Penggunaan Obat Imunosupresan telah banyak diubah, dan menjadi kurang beracun terhadap tulang . Terapi antibiotik prophylactic dan obat kumur chlorhexidine, dapat berperan penting dalam mencegah komplikasi pada kasus ini dan dalam kasus-kasus yang dipublikasikan sebelumnya.
Hiperplasia Gingiva Paling sering diamati pada pasien yang diobati dengan siklosporin. Mekanisme hipertrofi setelah aplikasi CsA masih belum diketahui. Dipercaya bahwa CsA mempengaruhi fibroblas, meningkatkan proliferasi mereka, serta faktor ekstraseluler lainnya. Maka dari itu, plak gigi berperan penting dalam akumulasi CsA --> harus dieliminasi
Kesimpulan Jadi seperti yang telah ditunjukkan oleh publikasi sebelumnya, mungkin untuk menempatkan implan gigi pada pasien dengan terapi imunosupresif jangka panjang setelah transplantasi organ, tetapi subjek ini membutuhkan penelitian lebih lanjut dan lebih luas.
Terima kasih atas perhatiannya