Neraca Sumber Daya Alam Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pemalang 2020

Page 1

Kabupaten Pemalang | 2020


|NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


DAFTAR ISI 1 2

3 4 6 7

8 9 14 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Tujuan Penulisan 1.4. Ruang Lingkup BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Letak Geografis 2.2. Kondisi Fisik 2.3. Kondisi Sosial EKonomi BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Pengumpulan Data 3.2. Metode Pengolahan Data 3.3. Metode Analisis Keterkaitan NSDA dengan Ekonomi Wilayah 3.4. Kerangka Berpikir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Potensi Ketersediaan dan Pemanfaatan Lahan Pertanian Tanaman Pangan 4.2. Analisis Neraca Sumber Daya 4.3. Analisis Keterkaitan NSDA dengan Perekonomian Wilayah Kabupaten Pemalang

20

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 5.2. Rekomendasi

21

DAFTAR PUSTAKA

NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|


BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap wilayah pada batas administrasi tertentu memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, sumber daya alam sifatnya terbatas, salah satunya sumber daya lahan. Lahan memiliki batas karakteristik-karakteristik lahan yang bisa dimanfaatkan hanya untuk penggunaan tertentu. Setiap penggunaan lahan memiliki tingkat kesesuaian terhadap lahan yang ditempatinya. Dari karakteristik dan kesesuaian lahan tersebut, akan dapat diketahui potensi sumber daya lahan sebuah wilayah. Potensi tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang agar dapat melakukan pemanfaatan lahan yang optimal untuk tujuan pembangunan berkelanjutan. Dalam proses pertimbangannya, dilakukan analisis terhadap nilai lahan yang umumnya diwujudkan dalam valuasi ekonomi sebuah lahan dengan analisis yang dinamakan neraca sumber daya alam. Neraca sumber daya alam dapat digunakan untuk menganalisis berbagai potensi dan cadangan lahan untuk penggunaan lahan yang menghasilkan komoditas tertentu. Kabupaten Pemalang merupakan salah satu wilayah dimana sektor primer termasuk pertanian di dalamnya menjadi penyumbang terbesar terhadap perekonomian wilayahnya. Sektor tersebut berkontribusi rata-rata sebesar 24,41% terhadap PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Pemalang pada tahun 2015 hingga 2019. Pertanian merupakan sektor unggulan yang mana Kabupaten Pemalang memiliki beragam jenis pertanian seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan dan sebagainya. Salah satu komoditas penting pada mayoritas wilayah di Indonesia sebagai negara agraris adalah pertanian tanaman pangan. Hal ini dikarenakan tanaman pangan sangat diperlukan guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat serta menjaga ketahanan pangan nasional. Lalu, pengadaan lahan pertanian tanaman pangan didukung pula dengan adanya kebijakan LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) guna mempertahankan fungsi lahan pertanian yang terancam terkonversi oleh karena faktor nilai ekonomi. Oleh karena itu, pertanian tanaman pangan sangat penting untuk dilakukan analisis neraca sumber daya lahannya guna menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|1


1.2. Landasan Hukum a. UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan b. Peraturan Menteri Pertanian No. 41/Permentan/PY.1409/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian c. Peraturan Menteri Pertanian No.7/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian, Pangan Berkelanjutan d. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pemalang 2018-2038 e. SK Mentan No. 638/KPTS/UM/8/1981 tentang Pedoman Kesesuaian Lahan f. SNI-19-67283-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya Alam Bagian 3 : Sumber Daya Lahan

1.3. Tujuan Penulisan a. Mengidentifikasi potensi ketersediaan dan tingkat pemanfaatan lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Pemalang b. Mengidentifikasi cadangan lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Pemalang c. Mengidentifikasi cadangan hasil produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Pemalang d. Menghitung perkiraan nilai ekonomi hasil produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Pemalang e. Mengidentifikasi keterkaitan potensi pertanian tanaman pangan dengan perekonomian wilayah di Kabupaten Pemalang f. Mengetahui potensi komoditas unggulan pada tanaman pangan di Kabupaten Pemalang g. Membuat rekomendasi arahan kebijakan

1.4. Ruang Lingkup a. Ruang Lingkup Spasial Analisis dilakukan pada wilayah Kabupaten Pemalang yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pemalang memiliki luas sekitar 113.912,58 Ha dan dibatasi oleh Laut Jawa si sebelah utara, Kabupaten Tegal di sebelah barat, Kabupaten Purbalingga di sebelah selatan, dan Kabupaten Pekalongan di sebelah timur. b. Ruang Lingkup Temporal Ruang lingkup temporal pada analisis menggunakan waktu oleh data sekunder yang tersedia. Dalam hal ini, umumnya menggunakan data sekunder tahun 2015 hingga 2019. c. Ruang Lingkup Substansial Analisis dilakukan pada substansi sebagai berikut : 1) Luas lahan potensi, pemanfaatan, dan cadangan 2) Jumlah produksi dan produktivitas komoditas pertanian tanaman pangan 3) Standar harga dan nilai moneter komoditas pertanian tanaman pangan

2 |NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


BAB II

GAMBARAN UMUM 2.1. Letak Geografis Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang secara astronomis terletak pada 109° 7’ 30” – 109° 40’ 30” Bujur Timur dan 8° 5’ 30” – 7° 20’ 11” Lintang Selatan. Kabupaten Pemalang memiliki batas-batas administratif sebagai berikut : • Utara : Laut Jawa • Selatan : Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas • Timur : Kabupaten Pekalongan • Barat : Kabupaten Tegal Peta Administrasi Kecamatan Kabupaten Pemalang

Sumber : Bappeda Kabupaten Pemalang dengan Olah Data

Secara Administratif, Kabupaten Pemalang memiliki 14 kecamatan yang terdiri dari 211 desa, 11 kelurahan, 839 dukuh, 1.299 Rukun Warga, 6.419 Rukun Tetangga, dengan ibukota kabupaten yakni Kota Pemalang. Luas wilayah Kabupaten Pemalang adalah sebesar 113.912,58 Ha. Kecamatan terluas di Kabupaten Pemalang adalah Kecamatan Bantarbolang dengan luas sebesar 12,48% dari luas Kabupaten Pemalang sementara kecamatan terkecil adalah Kecamatan Warungpring dengan luas sebesar 2,36% dari luas Kabupaten Pemalang.

NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|3


2.2. Kondisi Fisik a. Jenis Tanah Peta Jenis Tanah Kabupaten Pemalang

Sumber : Bappeda Kabupaten Pemalang dengan Olah Data

Kabupaten Pemalang memiliki beragam jenis tanah, yaitu jenis aluvial, andosol, gromosol, latosol, podsolik, litosol, serta regosol. Jenis aluvial kelabu kekuningan merupakan jenis tanah yang terluas di Kabupaten Pemalang sebesar 284,94 km2 atau sekitar 25.5% dari luas total.

b. Kelerengan Peta Kelerengan Kabupaten Pemalang

Sumber : Bappeda Kabupaten Pemalang dengan Olah Data

Kabupaten Pemalang memiliki tingkat kelerengan yang bervariasi. Lahan dengan kelerengan 0-8% atau lahan datar berada pada sebagain besar bagian wilayah utara Kabupaten Pemalang. Sedangkan, bagian selatan kabupaten cenderung memiliki keragaman tingkat kelerengan karena berada pada daerah pegunungan dan mendekati kawasan Gunung Slamet di sebelah ujung barat daya. 4 |NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


c. Curah Hujan Peta Curah Hujan Kabupaten Pemalang

Sumber : Bappeda Kabupaten Pemalang dengan Olah Data

Kabupaten Pemalang memiliki iklim tropis dengan dua musim, yakni Musim Kemarau dan Musim Hujan di mana curah hujan di Kabupaten Pemalang berkisar dari 1500 – 5250 mm per tahunnya dengan curah hujan rata-rata dalam setahun adalah 182,31 mm pada 2019 (BPS Kabupaten Pemalang, 2020). Curah hujan tertinggi di Kabupaten Pemalang terjadi pada Bulan Januari – Februari sementara curah hujan terendah terjadi pada Bulan Agustus. Suhu rata-rata di Kabupaten Pemalang berkisar dari 24°C hingga 31°C.

d. Penggunaan Lahan Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Pemalang

Sumber : Bappeda Kabupaten Pemalang dengan Olah Data

Penggunaan lahan sawah irigasi, kebun, dan kawasan hutan produksi tetap merupakan penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Pemalang secara berurutan. Luas sawah irigasi sebesar 30,82% dari total luas wilayah, diikuti luas kebun sebesar 24,5% dan kawasan hutan produksi tetap sebesar 15,2%. Sementara itu, penggunaan lahan permukiman pada Kabupaten Pemalang memiliki luas sebesar 12,1%. NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|5


2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Kabupaten Pemalang memiliki jumlah penduduk sebesar 1.299.432 jiwa pada tahun 2018 dan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Namun, laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,28% dari tahun 2015 hingga 2018 dengan pola fluktuatif cenderung menurun. Dependency Ratio Kabupaten Pemalang adalah sebesar 52,02 yang berarti perbandingan penduduk usia non produktif dan produktif cukup seimbang. Selain itu, Kabupaten Pemalang memiliki struktur penduduk yang menunjukkan piramida ekspansif. Hal ini menggambarkan kependudukan sebuah wilayah berada dalam keadaan tumbuh ditunjukkan dengan jumlah penduduk usia muda lebih banyak. Rata-rata kepadatan penduduk brutto Kabupaten Pemalang adalah sebesar 16 jiwa/hektar. Lalu, kepadatan penduduk netto tertinggi berada di Kecamatan Pemalang sebagai ibu kota sebesar 117 jiwa/hektar. Untuk kepadatan penduduk fisiologis terendah berada di Kecamatan Watukumpul dan Bantarbolang dengan masing-masing kepadatan sebesar 7 jiwa/hektar yang mana berarti dua kecamatan tersebut memiliki lahan pertanian per kapita terluas di Kabupaten Pemalang. Kualitas penduduk dapat dinilai dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan data BPS Kabupaten Pemalang 2020, diketahui bahwa IPM Kabupaten Pemalang dinilai sebesar 65,67 dibawah rata-rata IPM Jawa Tengah sebesar 71,12. Tenaga kerja Kabupaten Pemalang didominasi oleh petani, buruh produksi, dan pedagang. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Pemalang ADHK menurut lapangan usaha tahun 2015-2019, Kabupaten Pemalang memiliki tiga sektor penyumbang terbesar terhadap PDRB total. Sektor dengan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mana merupakan sektor primer.

6 NSDA PERTANIAN PERTANIAN TANAMAN TANAMAN PANGAN PANGAN 6 ||NSDA


BAB III

METODOLOGI 3.1. Metode Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam analisis neraca sumber daya alam merupakan data sekunder yang bersumber dari instansi-instansi terkait serta sumber lainnya. Data berbentuk spasial berupa peta dan nonspasial. Data yang dikumpulkan adalah peta-peta yang terkait lahan pertanian di Kabupaten Pemalang, lalu angka produktivitas pertanian tanaman pangan, serta harga-harga berlaku pada komoditas pertanian dan data-data tambahan lain yang diperlukan.

3.2. Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data untuk analisis kesesuaian lahan dalam hal mencari luas lahan potensi untuk pertanian tanaman pangan adalah menggunakan metode weighted overlay pada perangkat aplikasi software ArcGIS dengan kritetis-kriteria tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Mengumpulkan dan mengidentifikasi data spasial (peta) berdasarkan kriteria-kriteria 2) Klasifikasi berdasarkan nilai-nilai yang tepat untuk karakteristik lahan pertanian (Reclassify) 3) Memproses semua data dengan tools Weighted Overlay Kriteria dibagi menjadi atas faktor pendefinisi dan faktor limitasi. Faktor limitasi dilakukan pada nilai kriteria yang ditetapkan sama sekali tidak sesuai untuk lahan pertanian tanaman pangan dengan melakukan restricted pada scale value di Weighted Overlay Tools untuk value yang bernilai 0. Faktor pendefinisi dilakukan pada nilai kriteria yang dapat ditentukan tingkat kesesuaiannya. Selain itu, terdapat juga kriteria yang menggunakan teknik Euclidian Distance pada tools Reclassify. Untuk melakukan analisis neraca fisik, dilakukan identifikasi luas cadangan yang merupakan selisih antara luas lahan potensi dan luas lahan yang telah dimanfaatkan. Lalu, dilakukan perhitungan pada data luas cadangan dan data produktivitas komoditas sehingga menghasilkan data perkiraan produksi komoditas. Selanjutnya, melakukan analisis neraca moneter dengan melakukan perhitungan pada data produksi komoditas dan data harga yang berlaku. Dalam analisis neraca moneter, dihasilkan output berupa nilai cadangan moneter pada produksi komoditas serta skenario nilai moneter berdasarkan asumsi intensifikasi dan ekstensifikasi lahan. Selanjutnya, nilai moneter dapat dikaitkan dengan perkonomian di Kabupaten Pemalang.

3.3. Metode Analisis Keterkaitan NSDA dengan Ekonomi Wilayah Analisis terlebih dahulu dilakukan pada struktur ekonomi untuk melihat posisi subsektor pada perekonomian wilayah. Struktur ekonomi digambarkan dalam kontribusi eksisting tiap sektor untuk melihat sektor mana yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Pemalang. Selanjutnya, dilakukan analisis LQ untuk mencari komoditas unggulan pada subsektor pertanian tanaman pangan. Hal ini dapat dijadikan rekomendasi arahan pengembangan. Terakhir, dilakukan analisis perkiraan kontribusi subsektor pertanian tanaman pangan terhadap PDRB berdasarkan perhitungan NSDA yang telah dilakukan, baik itu terhadap pendapatan sektor A maupun pada total PDRB. Hal ini dilakukan dengan asumsi cadangan, intensifikasi, dan ekstensifikasi. NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|7


3.4. Kerangka Berpikir

8 |NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Potensi Ketersediaan dan Pemanfaatan Lahan Pertanian Tanaman Pangan a. Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan pertanian dilakukan untuk mencari lahan yang cocok atau yang efektif untuk pertanian. Terdapat banyak kriteria yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan pertanian baik itu berdasarkan kemampuan lahan maupun berdasarkan regulasi. Kriteria-kriteria tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut;

1)

Fungsi Kawasan Dasar Kriteria ini merupakan kriteria dasar yang digunakan sebagai acuan suatu wilayah untuk menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang telah diatur dalam SK Mentan Nomor 837/Kpts/Um/11/80. Kriteria dihasilkan dari hasil analisis skoring data-data spasial fisik dasar seperti jenis tanah, curah hujan, dan kelerengan. Kawasan budidaya merupakan kriteria yang paling sesuai pada lahan peruntukkan pertanian. 2) Kelerengan Lahan pertanian lebih baik berada pada lahan cenderung landai atau kelerengan di bawah 40%. Lahan peruntukkan pertanian tidak akan efektif pada lahan dengan kelerengan lebih dari 40%. 3) Jenis tanah Jenis tanah merupakan faktor yang menentukan kesuburan tanah untuk pertumbuhan tanaman pangan. Jenis tanah yang paling baik untuk pertanian adalah jenis aluvial, latosol, organosol, dan histosol. Namun, jenis tanah yang paling baik yang terdapat di Kabupaten Pemalang adalah hanya aluvial dan latosol. 4) Guna/tutupan lahan tertentu Guna/tutupan lahan tertentu yang tidak diperbolehkan untuk lahan pertanian ditentukan berdasarkan guna lahan eksisting yang sulit diubah serta guna lahan fungsi lindung. Sehingga lahan yang diidentifikasi sesuai untuk lahan pertanian adalah tidak berada pada :

o o o

5) 6) 7)

o o

Lahan terbangun eksisting (Industri; Permukiman; Lapangan); Hutan (Hutan produksi; Hutan Lindung; Hutan Konservasi) Badan Air dan Sempadannya [Sungai; Danau; Sempadan Sungai (100m); Sempadan Danau (50m); Sempadan Pantai(100m)] Kawasan Mangrove Lahan Jaringan Jalan

Jarak ke jalan Untuk meningkatkan efektivitas produksi pertanian, maka dibutuhkan prasarana yang dapat mendukung kegiatan seperti jaringan jalan. Maka semakin dekat dengan jalan, maka semakin baik atau semakin sesuai untuk lahan peruntukkan pertanian. Rawan bencana Kriteria rawan bencana digunakan oleh karena apabila terjadinya bencana, dapat menurunkan efektivitas lahan untuk sebuah kegiatan. Jenis rawan bencana yang digunakan adalah longsor, erosi, genangan, serta potensi ancaman bencana gunungapi. Ketersediaan Air Air sebagai fungsi pengairan untuk kegiatan pertanian merupakan faktor keberhasilan untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Kriteria ketersediaan air dibagi menjadi beberapa faktor yaitu (a)jarak ke sungai, (b)cadangan air tanah, dan (c) karakteristik hidrogeologi.

NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|9


a

10 |NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN

b

c


Tabel Kriteria analisis Kesesuaian Lahan Pertanian

Sumber : Hasil Analisis Penulis

NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|11


Dari hasil olah data spasial menggunakan ArcGIS dengan metode Weighted Overlay, didapatkan hasil peta kesesuaian lahan pertanian sebagai berikut : Peta Kesesuaian Lahan Pertanian Tanaman Pangan (Potensi)

Sumber : Hasil Olah Data

Lahan yang sesuai untuk pertanian selanjutnya disebut sebagai potensi lahan pertanian. Tabel Luas Kesesuaian Lahan Pertanian Tanaman Pangan

Sumber : Hasil Analisis Penulis

12 |NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


b. Identifikasi Pemanfaatan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Eksisting Peta Jenis Guna Lahan Pemanfaatan Pertanian Tanaman Pangan

Pemanfaatan lahan pertanian tanaman pangan eksisting diidentifikasi dari peta penggunaan lahan. Jenis guna lahan yang diasumsikan sebagai lahan pertanian tanaman pangan adalah sawah irigasi, sawah non-irigasi, dan tegalan. Sedangkan, untuk pemanfaatan pertanian eksisting seluruhnya, ditambah pada jenis guna lahan kebun dan tambak. Tabel Luas Pemanfaatan Lahan Pertanian

Sumber : Hasil Analisis Penulis

Sumber : Bappeda Kabupaten Pemalang dengan Olah Data

Setelah melakukan analisis kesesuaian lahan, ditemukan bahwa terdapat pemanfaatan lahan tanaman pangan eksisting dengan kondisi yang tidak sesuai. Kondisi tersebut tergambarkan dalam peta dan tabel berikut : Peta Kesesuaian Pemanfaatan Pertanian Tanaman Pangan

Luas penggunaan lahan pertanian tanaman pangan yang telah dimanfaatkan (pasiva) adalah sebesar 35.954,99 Ha dimana luas tersebut merupakan luas pemanfaatan total. Luas pemanfaatan lahan tersebut meliputi pada lahan yang sesuai dan tidak sesuai untuk tanaman pangan mmenurut hasil analisis kesesuaian lahan. Untuk tujuan menghitung luas lahan cadangan, digunakan data luas pemanfaatan lahan pertanian tanaman pangan yang sesuai. Sumber : Hasil Olah Data Tabel Luas Lahan Pemanfaatan Pertanian Tanaman Pangan

Sumber : Hasil Analisis Penulis

NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|13


4.2. Analisis Neraca Sumber Daya a. Analisis Neraca Fisik

1) Cadangan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Dari hasil analisis kesesuaian lahan pertanian tanaman pangan, didapatkan luas potensi (aktiva) untuk pertanian tanaman pangan pada Kabupaten Pemalang adalah sebesar 50.354,65 Ha. Luas pemanfaatan (pasiva) eksisting yang sesuai adalah sebesar 31.588,77 Ha. Untuk menghitung luas cadangan atau luas lahan yang potensial yang belum termanfaatkan, maka dilakukan eliminasi pada luas potensi dengan luas pemanfaatan, sehingga didapatkan luas cadangan sebesar 18.765,88 Ha.

Potensi (Aktiva) - Pemanfaatan (Pasiva) = Cadangan

31.588 Ha

18.765 Ha Tabel Luas Cadangan Lahan Pertanian Tanaman Pangan

Sumber : Hasil Analisis Penulis

14 |NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


2) Cadangan Produksi Pertanian Tanaman Pangan Untuk penentuan perkiraan jumlah cadangan produksi pada komoditas tanaman pangan, diperlukan data produktivitas dan luas lahan cadangan per komoditas. Lalu, untuk mencari data produktivitas, dilakukan perhitungan pada data produksi dan data luas lahan per komoditas. Luas lahan per komoditas didapatkan melalui asumsi luas panen dibagi dengan jumlah panen komoditas dalam setahun. Untuk data luas cadangan lahan per komoditas, dilakukan perhitungan perkalian pada persentase luas lahan per komoditas dengan luas cadangan lahan yang telah didapatkan dari hasil analisis sebelumnya. Persentase luas lahan per komoditas menggunakan asumsi perbandingan pada luas lahan per komoditas dengan luas lahan komoditas total. Tabel Perhitungan Luas Lahan Cadangan per Komoditas

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pemalang dan Analisis Penulis Tabel Perhitungan Jumlah Cadangan Produksi

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pemalang dan Analisis Penulis

NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|15


b. Analisis Neraca Moneter Neraca moneter merupakan penyajian nilai moneter sumber daya alam atau merupakan analisis untuk menghitung valuasi dari nilai fisik. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui manfaat ekonomi dari aset sumber daya yang dimiliki. Perhitungan menggunakan data perkiraan jumlah produksi dan standar harga komoditas, lalu dihasilkan data nilai moneter ataupun nilai ekonomi aset fisik. Analisis neraca moneter dilakukan pada jumlah cadangan produksi serta pada jumlah produksi dengan dua asumsi, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi lahan.

1) Cadangan Produksi

Perhitungan nilai moneter cadangan produksi dilakukan berdasarkan luas cadangan lahan. Tabel Perhitungan Cadangan Moneter Komoditas Kabupaten Pemalang

Sumber : Sistem Informasi Panel Harga BKP dan Analisis Penulis

2) Intensifikasi Intensifikasi merupakan sebuah usaha untuk mengembangkan ataupun meningkatkan hasil produksi dengan cara mengoptimalkan potensi sumber daya yang sudah ada. Dalam hal ini, potensi sumber daya berupa luas lahan pemanfaatan pertanian eksisting yang sesuai berdasarkan analisis kesesuaian lahan. Luas lahan tersebut memiliki persentase sebesar 62,73% terhadap luas potensi yang sesuai untuk pertanian dan persentase sebesar 27,73% terhadap luas total Kabupaten Pemalang. Perhitungan nilai moneter pada jumlah produksi dengan pendekatan intensifikasi dalam analisis ini adalah perhitungan yang menggunakan luas lahan pemanfaatan yang telah dihitung tersebut. Sehingga, dapat diketahui nilai moneter atau pendapatan maksimal apabila dilakukan peningkatan produksi pertanian tanaman pangan tanpa melakukan perluasan guna lahan. Tabel Perkiraan Pendapatan Hasil Produksi Pendekatan Intensifikasi

Sumber : Hasil Analisis Penulis

16 |NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


3) Ekstensifikasi Ekstensfikasi adalah sebuah usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara melakukan ekstensi atau perluasan guna lahan. Sasaran perluasan tersebut haruslah merupakan lahan yang sesuai untuk pertanian atau yang dapat disebut sebagai lahan potensi pertanian. Luas lahan potensi pertanian di Kabupaten Pemalang memiliki persentase sebesar 44,2% terhadap luas lahan total. Perhitungan nilai moneter pada jumlah produksi dengan pendekatan ekstensifikasi dalam analisis ini adalah perhitungan yang menggunakan luas lahan potensi pertanian berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan. Sehingga, dapat diketahui jumlah pendapatan maksimal yang bisa didapatkan dengan adanya peluasan guna lahan pertanian tanaman pangan pada seluruh lahan potensi. Tabel Perkiraan Pendapatan Hasil Produksi Pendekatan Ekstensifikasi

Sumber : Hasil Analisis Penulis

4.3. Analisis Keterkaitan NSDA dengan Perekonomian Wilayah Kabupaten Pemalang a. Struktur Ekonomi Berdasarkan data PDRB Kabupaten Pemalang ADHK menurut lapangan usaha tahun 20152019, Kabupaten Pemalang memiliki tiga sektor penyumbang terbesar terhadap PDRB total. Sektor dengan kontribusi terbesar pertama adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mana merupakan sektor primer dengan rata-rata persentase kontribusi sebesar 24,41%. Lalu, diikuti oleh sektoi sekunder yaitu sektor industri pengolahan sebesar 20,70% dan sektor tersier berupa sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 16,84%. Ketiga sektor tersebut mendominasi sebesar 61,95% dari total PDRB. Menurut data BPS Kabupaten Pemalang, tenaga kerja Kabupaten Pemalang didominasi oleh sektor pertanian. Sebesar 21% bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Lalu. 20,9% berkeja di sektor perdagangan, dan 18,7% merupakan pekerja di sektor industri pengolahan dimana industri di Kabupaten Pemalang didominasi oleh industri pengolahan hasil pertanian. Dominasi tenaga kerja di sektor pertanian Kabupaten Pemalang ini tentu dipengaruhi oleh keadaaan geografis dimana luas lahan sebesar 58,07% merupakan lahan pertanian dari total luas Kabupaten Pemalang. Namun, dapat dilihat pada grafik bahwa kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan meskipun tidak begitu signifikan. Hal ini diduga dapat terjadi oleh karena adanya alih fungsi lahan pertanian berdasarkan data luas lahan sawah yang menurun dalam rentang tahun 2015-2019.

NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|17


Grafik Persentase Kontribusi PDRB Sektoral terhadap PDRB Total

Sumber : BPS Kabupaten Pemalang dengan Olah Data

Grafik Luas Lahan Sawah Kabupaten Pemalang 2015-2019

Luas Sawah Kabupaten Pemalang 2015-2019 38500

Luas Sawah (Ha)

38000 37500 37000 36500 36000 35500 35000

2015

2016

2017

2018

2019

Tahun

Sumber : BPS Kabupaten Pemalang dengan Olah Data

18 |NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


b. Komoditas Unggulan Komoditas unggulan merupakan komoditas yang dapat bersaing dengan wilayah lain. Komoditas unggulan dapat dijadikan sebagai arah pengembangan wilayah pada suatu sektor, dalam hal ini adalah sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan. Dengan mengetahui komoditas unggulan, dapat ditentukan produk yang akan menghasilkan nilai maksimal apabila dikembangkan sehingga kegiatan pengembangan dapat berjalan secara efektif. Untuk mengetahui komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, digunakan analisis Location Quotient(LQ). Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa Kabupaten Pemalang memiliki satu komoditas unggulan, yakni padi sawah. Hal tersebut disimpulkan dari data bahwa padi sawah memiliki nilai LQ > 1. Tabel Analisis LQ Komoditas Tanaman Pangan

Sumber : Hasil Analisis Penulis

c. Perkiraan Kontribusi Subsektor Pertanian Tanaman Pangan Terhadap PDRB Berdasarkan Perhitungan NSDA Dapat dilihat pada tabel bahwa Kabupaten Pemalang memiliki cadangan moneter dalam subsektor pertanian tanaman pangan sebesar 29,8% dari total Pendapatan Sektor A (Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan) dan 6,9% dari total PDRB Kabupaten Pemalang. Lalu, menurut perhitungan, apabila dilakukan peningkatan produksi dengan mengoptimalkan luas lahan eksisting (intensifikasi), maka kontribusi subsektor pertanian tanaman pangan pada sektor A adalah sebesar 50,1% dan pada total PDRB sebesar 11,5%. Sedangkan, apabila dilakukan perluasan lahan pertanian tanaman pangan pada seluruh potensi lahan pertanian (ekstensifikasi), maka kontribusi subsektor pertanian tanaman pangan pada sektor A adalah sebesar 79,9% dan pada total PDRB sebesar 18,4%. Tabel Perkiraan Kontribusi Subsektor Pertanian Tanaman Pangan Terhadap PDRB

Sumber : Hasil Analisis Penulis

NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|19


BAB V

PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kabupaten Pemalang memiliki potensi luas lahan pertanian sebesar 50.354 Ha atau 44,2% dari total luas lahan. Lahan baru termanfaatkan sebesar 31.588 Ha atau 31,56% untuk pertanian tanaman pangan. Sebagian besar, pemanfaatan lahan pertanian tanaman pangan sudah sesuai berdasarkan analisis kesesuaian lahan dengan persentase 87,86% dari total luas pemanfaatan. Dari luas potensi dan luas pemanfaatan, didapatkan luas cadangan lahan pertanian sebesar 18.765 Ha. Luas tersebut dikonversi terhadap nilai moneter menggunakan data produktivitas pada tiap komoditas. Hasil perhitungan menunjukkan Kabupaten Pemalang memiliki cadangan moneter sebesar Rp. 1.253.555.793.390,91 dalam bentuk cadangan lahan pertanian tanaman pangan. Apabila dilakukan peningkatan produksi dengan pengoptimalan produktivitas lahan yang ada, maka didapatkan pendapatan hasil produksi sebesar Rp. 2.110.121.513.472,81. Sehingga, total perkiraan potensi pendapatan hasil produksi tanaman pangan, apabila dilakukan perluasan pada seluruh lahan potensi pertanian Kabupaten Pemalang, maksimal adalah sebesar Rp. 3.363.677.269.522,67.

5.2. Rekomendasi Kabupaten Pemalang telah memanfaatkan lahan secara optimal dalam memproduksi komoditas tanaman pangan. Hal ini melihat pada data produksi eksisting sejumlah 6.955.259 Kw melebihi jumlah perkiraan produksi pada perhitungan dengan pendekatan intensifikasi, yakni sejumlah 4.297.523 Kw. Oleh karena itu, untuk mengembangkan potensi pertanian pada subsektor tanaman pangan, diperlukan perluasan lahan pada lahan potensial. Selain itu, terdapat beberapa rekomendasi lain yang sekiranya dapat menjadi pertimbangan, yaitu : 1. Perluasan lahan hanya pada lahan yang sesuai untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal serta sebagai pertimbangan terhadap keseimbangan lingkungan. 2. Perluasan lahan tetap memperhatikan kebutuhan sektor lain. 3. Fokus mengembangkan pertanian tanaman pangan pada komoditas unggulan, yakni padi sawah. 4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian serta mengembangkan infrastruktur dan sektor pendukung untuk meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan. 5. Dari hasil analisis berupa data cadangan produksi tanaman pangan, dapat dilakukan kajian lebih lanjut kaitannya dengan proyeksi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.

20 |NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN


DAFTAR PUSTAKA Bachri, Samsul, dkk. 2016. Strategi Sukses Menuju Olimpiade Geografi. Bandung : Penerbit ITB. BPS Kabupaten Pemalang. Database Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pemalang. Dewi, K.A.N.P dan Santoso, E.B. Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Ta naman Pangan di Kabupaten Karangasem Melalui Pendekatan Agribisnis. Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) : Jurnal Teknik Pomits. Laporan Studio Kabupaten Pemalang 2 2020. Panel Harga Pangan BKP Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Kementrian Pertanian : Badan Ketahanan Pangan. Diakses melalui http://panelhargabkp.pertanian.go.id/2016/ pada Oktober 2020. Perda Kabupaten Pemalang No.1 Tahun 2018 Tentang RTRW Kabupaten Pemalang 2018-2038. Permentan No. 7 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan Lah an, dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Permentan No. 41 Tahun 2009 Tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian. PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional 2008-2028. SK Mentan No.837/Kpts/Um/11/80. SNI 6728.3 : 2015 Tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya Alam - Bagian 3 : Sumber daya lahan. Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi.

Terima Kasih

NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN|21


Jurusan Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada | 2020 NSDA PERTANIAN TANAMAN PANGAN 22


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.