3 minute read
latar belakang
from Survey Persepsi Masyarakat Potensi Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Di Provinsi Ace
by nasrulrizal
L ATA R BELAKANG
Akhir tahun 2019 media dunia menyoroti munculnya sebuah wabah virus yang menjangkiti Kota Wuhan, China.
Advertisement
Awalnya virus yang dikenal dengan Covid-19 ini hanya menginfeksi puluhan ribu warga China, perlahan namun pasti akhirnya virus ini kemudian keluar dari habitatnya menyebar ke negara tetangga seperti Korea Selatan, Jepang, dan sekitarnya. Dan benar saja, keadaan semakin diperparah pada awal 2020 ketika wabah virus tersebut mulai tersebar dengan jangkauan lebih jauh ke hampir seluruh negara di belahan dunia seperti Iran, Italia, Spanyol, Turki, Rusia, Amerika Serikat, dan lainnya. Per 27 April 2020 saja sudah tercatat sebanyak 3 juta kasus dengan angka kematian mencapai 19%. Saat ini, Amerika Serikat menjadi Negara terbesar terinfeksi akan virus Corona dengan mencapai 1/3 dari total kasus dunia (worldometers.info, diakses 27 April 2020).
Dikarenakan oleh tingkat penyebarannya yang cukup cepat, World Health Organization (WHO) sebuah organisasi kesehatan dunia dibawah naungan PBB juga telah menyatakan bahwa krisis yang tengah dihadapi ini sebagai darurat kesehatan internasional.
oleh karena itu pemerintah di seluruh dunia diharapkan bisa meningkatkan upaya untuk mencegah penyebaran pandemi ini di dalam perbatasan mereka melalui serangkai kebijakan lokal seperti karantina wilayah (lockdown), penutupan perbatasan, dan penelitian medis yang intensif.
Kasus positif pertama yang terjadi di tanah air menimpa dua warga Depok, Jawa Barat, keduanya diduga tertular virus corona karena kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia.
Hal ini diumumkan langsung Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 di Istana Kepresidenan, Jakarta (kompas.com, diakses 26 April 2020).
Sementara itu di ranah lokal, Aceh melaporkan kasus pertama positif Covid-19 pada 26 Maret 2020, kasus pertama ini merupakan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) asal Lhokseumawe yang meninggal beberapa hari sebelumnya (dialeksis. com, diakses 26 April 2020).
Berdasarkan fakta yang terjadi, virus corona telah menyebar ke seluruh Indonesia, sejumlah daerah telah bergerak mencoba melakukan berbagai kebijakan termasuk mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kepada Kementerian Kesehatan RI. Dasar hukum pengaturan PSBB yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan pelaksanaan PSBB diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) sebagai peraturan turunan UU.
Untuk menangani penyakit Covid-19 akhirnya pemerintah menerbitkan PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Selain itu, pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020 sebagai pedoman untuk menjalankan PSBB. Dalam Permenkes ini dijelaskan bahwa PSBB dilaksanakan selama masa inkubasi terpanjang (14 hari) dan dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti penyebaran.
Sayangnya tidak semua daerah dikabulkan permintaanya, sebanyak 7 pemda pada 19 April lalu ditolak pengajuan PSBB-nya karena dinilai tidak memenuhi sejumlah persyaratan yang terdiri dari data epidemiologis serta alokasi anggaran (kumparan.com, diakses 26 April 2020). Hingga kini tercatat hanya 20 daerah yang diberikan izin untuk menerapkan PSBB oleh pemerintah pusat (tirto.id, diakses 26 April 2020).
Pemerintah Aceh sendiri menyatakan kesiapan untuk menerapkan PSBB untuk menaggulangi wabah corona ini (cnnindonesia.com, diakses 26 April 2020).
Namun apakah masyarakat Aceh siap untuk menghadapi kebijak ekstrem yang satu ini?
Oleh karena itu tim peneliti JSI tertarik untuk membahas tentang perkembangan kebijakan PSBB yang kemungkinan saja bisa diterapkan di Aceh, lalu patut diperhitungkan apakah upaya yang dilakukan tersebut tepat untuk saat ini dan akan berdampak terhadap putusnya rantai penyebaran pandemic corona tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei kuantitatif dengan memanfaatkan kuesioner online melalui platform google form, kuesioner yang telah didesain dengan sejumlah pertanyaan kemudian disebarkan linknya ke grup-grup diskusi masyarakat Aceh, terutama WhatsApp group. Kegiatan ini dilakukan selama satu minggu penuh yaitu dari 20-26 April 2020. METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN
Diagram 1. Alur Survei PSBB di Aceh