Jurus Sukses Menikah

Page 1

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ebook Spesial

Jurus Sukses Menikah

Mempersiapkan Diri Menuju Pernikahan Yang Sakinah, Penuh Berkah Dalam Naungan RidhaNya

Penyususn Ust. Miftahuddin

Direktur Kji Annisa

Sedekah unuk operasional pendidikan, dakwah dan kesejahteraan da’i bisa dengan membelikan pulsa ke no HP 087839494333 atau transfer via bank ke no rek BSM (Bank Syariah Mndiri, kode 451) ; 7017802245 a.n MIFTAHUDIN Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

1


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

PENGANTAR Assalaamu'alaikum...

Alhamdulillah wa syukru lillah, laa haula wa laa quwwata illa billah... Sungguh tiada kata yang lebih indah dari ucapan kesyukuran kita kepadaNya, alhamdulillah atas segala karunia dan hidayahNya sehingga kita terbimbing ke jalan yang diridhaiNya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, uswah kita, Nabiyullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in dan umatnya yang senantiasa memegang teguh sunnah-sunnahNya. Hadirnya ebook ini, berangkat dari keprihatinan minimnya pengetahuan umat Islam tentang pernikahan & bagaimana mengatur rumah tangga sesuai tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Banyaknya masalah rumah tangga, pertengkaran, kenakalan anak sampai perceraian berawal dari minimnya pengetahuan suami maupun istri tentang rumah tangga yang Islami. Bukan cuma orang yang awam agama, bahkan aktivis Islam pun banyak yang tidak faham bagaimana mengatur rumah tangga yang syar'i, mengasuh anak sesuai tuntunan syari'at dan menyelesaikan konflik rumah tangga secara Islami. Fakta membuktikan, banyaknya kasus konflik rumah tangga yang sudah kami tangani, dari orang yang awam sampai aktivis Islam, dari masalah kecil sampai berat bahkan sampai perceraian bermula dari minimnya ilmu tentang rumah tangga yang Islami, mendidik anak sesuai tuntunan syari'at dan menyelesaikan konflik sesuai tuntunan Al-Qur'an dan AsSunnah. Ebook ini, merupakan salah satu usaha kami dalam membekali calon suami istri maupun yang sudah menikah dalam mengatur rumah tangga Islami sehingga rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah bisa terwujud. Alhamdulillah, selain menyebarkan ebook ini kami juga menyelenggarakan programprogram bermanfaat lainnya : ABM (Akademi Beladiri Muslim)

APMAJA (Akademi Panahan Muslim Jogja) FATA-Qu (Faham Tarjamah Al-Qur'an)

FORSIKMA (Forum Silaturrahim & Ukhuwah Muslim Muslimah) Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

2


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

HASTA-Qu (Hafalan Satu Hari Satu Ayat Al-Qur'an) KATA-Qu (Kajian Tadabbur Al-Qur'an) KIBAR (Kuliah Singkat Bahasa Arab)

KILAT-Qu (Kuliah Singkat Tahsin Al-Qur'an) KIPRAH (Kuliah Pra Nikah)

KISAH plus (Kuliah Intensif Al-Qur'an dan Hadits) KISSAH (Kuliah Intensif Islam Kaffah) KITABI (Kajian Intensif Kitab Islami)

KJI Annisa (Kontak Jodoh Islami Annisa) Jihad Pagi (Kajian Ahad Pagi)

KKS (Kuliah Keluarga Sakinah)

KONSTAN (Konsultasi Taaruf, Pernikahan & Keislaman) MKJI (Majelis Kontak Jodoh Islami)

SMST Community (Layanan Tausiyah Islami, Penyejuk Hati Generasi Qur'ani) SUKMA (Silaturahim, Ukhuwah & Kajian Muslimah)

Sedekah unuk operasional pendidikan, dakwah dan kesejahteraan da’i bisa dengan membelikan pulsa ke no HP 087839494333 atau transfer via bank ke no rek BSM (Bank Syariah Mndiri, kode 451) ; 7017802245 a.n MIFTAHUDIN

Hasbunallah wa ni'mal wakiil...

Wassalaamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh.

Direktur KJI Annisa

Ust. Miftahuddin

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

3


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

TIPS SUKSES BERTA'ARUF Oleh : Ust. Miftahuddin

(Direktur Kontak Jodoh Islami Annisa & Komunitas Rindu Menikah) Taaruf... Istilah ini semakin populer saja sekarang. Sebenarnya arti dari taaruf ini adalah perkenalan namun sekarang populer dengan istilah sebuah proses sebelum khitbah / lamaran. Alhamdulillah... Semoga ini baik... InsyaAllah... Taaruf... Sebuah istilah yang sekarang orang awam pun sudah tahu. Kalau dahulu istilah ini hanya beredar di kalangan aktivis Islam, tetapi sekarang sudah tidak asing dikalangan orang awam... Alhamdulilah... Semoga ini baik... InsyaAllah Menurut pengalaman kami dalam mengelola forum taaruf, banyak ikhwan atau akhwat yang ternyata belum mempersiapkan diri secara maksimal & benar, baik sebelum maupun selama proses taaruf sehingga "gagal" dalam bertaaruf. Berikut ini beberapa tips sukses bertaaruf yang kami kami ringkas semoga bermanfaat. 1. Meluruskan Niat Hanya Mengharap Ridha Allah Ta'ala. Dengan niat yang lurus insyaAllah Allah kan memudahkan kita dalam proses taaruf. 2. Mengkondisikan Keluarga

- Memahamkan keluarga tentang proses ta'aruf yang Islami. Ada beberapa kasus, proses taaruf gagal karena keluarga pihak akhwat atau keluarga pihak ikhwan belum di faham kan tentang proses ta'aruf yang Islami. Maka saran kami, mulai dari sekarang ikhwan maupun akhwat sudah mulai mengenal kan keluarga terutama orangtua tentang proses ta'aruf yang Islami sehingga ketika terjadi proses taaruf tidak ada pertentangan dari pihak keluarga. 3. Mencari Calon dgn Cara yg Islami

- Minta tolong perantara ; Ustadz,teman,kakak atau keluarga. Usahakan cari perantara yang faham agama dan adil obyektif dalam menilai. - Mencari sendiri ; Hati2 jebakan syetan, jaga adab2 pergaulan Islami. Banyak kami dapati kasus, ikhwan atau akhwat yang bertaaruf secara 'mandiri' tetapi dalam pergaulan, mereka tidak ada bedanya dengan pacaran. Misal, chatting di fb atau bbm bisa berjam-jam sampai tengah malam, berkomunikasi dalam hal-hal yang tidak penting dll. 4. Proses Pengenalan Sicalon

- Mencari tahu dari sahabat, teman, saudara atau orangtuanya Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

4


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

- Nadhor / bertatap muka langsung ditemani perantara 5. Shalat Istikharah

- Shalat istikharah ini tidak berarti kita lantas menyuruh Allah memilihkan & kita cukup berdoa saja & menunggu petunjuk sembari berpangku tangan. Tetapi setelah melalui analisa, penyelidikan, musyawarah dll agar Allah memberikan kekuatan & tidak salah pilih 6. Mengenalkan Calon Kepada Orangtua

- Memberikan gambaran yang obyektif tentang calon kepada orangtua 7. Khitbah / Lamaran

- Setelah terjadi khitbah, masing-masing pasangan tetap harus menjaga adab2 pergaulan Islami. Allahu A'lam :::Mapan Dulu Baru Menikah atau Menikah agar Mapan?::: Ya, kemapanan seringkali merupakan salah satu pertimbangan para lajang untuk menikah. Tidak sedikit dari mereka yang memilih menunda untuk menikah jika belum mapan dari sisi keuangan. Ada saja ikhwan yang tidak mau melamar akhwat sebelum ia punya rumah sendiri atau memiliki karier yang mapan di perusahaan. Begitu juga akhwat, beberapa dari mereka lebih berharap yang datang melamar adalah ikhwan yang sudah “jadi�, apalagi jika ia sendiri sudah cukup matang dari segi finansial. Jika kita berpikir seperti ini, ketahuilah bahwa menunggu kemapanan ekonomi untuk menikah (atau dinikahi) ibarat seperti naik helikopter dan ingin langsung melihat pemandangan tanpa melalui susah payahnya mendaki gunung. Tentu rasanya berbeda menikmati pemandangan dengan mendaki gunung terlebih dahulu. Ketika kita harus jalan kaki naik gunung dengan susah payah, maka perasaan saat melihat pemandangan tersebut akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan melihatnya langsung dari helikopter. Yang membuatnya berbeda bukan kualitas gambar pemandangan yang dihasilkan mata, melainkan pada proses pencapaiannya. Ada proses yang mesti dijalani terlebih dahulu, yang tentu menambah keindahan yang kita peroleh setelah berusaha. Begitu juga akan berbeda rasanya ketika kita langsung melihat pemandangannya tanpa bersusah payah dahulu untuk mendaki gunung. Pemandangan yang dilihat memang sama, tetapi perasaannya akan berbeda karena prosesnya yang berbeda. Begitu pula dengan proses pernikahan.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

5


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Perasaannya akan jauh berbeda jika kita dan pasangan kita berjuang bersama dari titik nol menuju titik kesuksesan daripada kita mengajak pasangan kita untuk langsung berada di titik kemapanan. Sebagian para ikhwan berpendapat, mereka tidak ingin mengajak pasangannya sengsara. Biarlah mereka saja yang melalui sulitnya menuju kemapanan, dan nantinya mereka akan mengajak calon pasangan hidup mereka untuk berumah tangga setelah mereka sudah mapan agar pasangannya kelak tidak perlu merasakan kesulitan dan susah payahnya mencapai kesuksesan itu. Diakui atau tidak, ini sekadar pembenaran saja dari ketakutan para lajang dalam menghadapi cobaan (berdua). Mereka mungkin hanya tidak ingin terlihat ketika sedang gagal, mereka hanya ingin terlihat sudah berhasil.

Kemapanan adalah alasan yang kerap dikemukakan orangtua atau wali kala menerima atau menolak pinangan seorang laki-laki terhadap putrinya. Mereka berargumen, kemapanan calon suami menjadi kunci utama dari kebahagiaan putrinya. Bagaimana dengan keteladanan salafus shalih dalam hal ini? Abu Hurairah ra mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: َ ‫إِذَا َخ‬ ‫ْض‬ ٌ ‫ض َوفَ َساد ٌ َع ِري‬ ِ ‫ إِﻻﱠ تَ ْفعَلُوا تَ ُك ْن ِفتْنَةٌ فِي ْاﻷ َ ْر‬،ُ‫ض ْونَ ِد ْينَهُ َو ُخلُقَهُ فَزَ ّ ِو ُج ْوه‬ َ ‫ب إِلَ ْي ُك ْم َم ْن ت َْر‬ َ ‫ط‬ “Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi) Abu Hatim Al-Muzani juga menyampaikan hadits yang sama namun dengan lafadz sedikit berbeda: ٌ ‫س اد‬ ِ ‫ض ْونَ ِد ْينَهُ َو ُخلُقَهُ فَأ َ ْن ِك ُح ْوهُ ِإﻻﱠ تَ ْفعَلُوا تَ ُك ْن فِتْنَةٌ فِي ْاﻷ َ ْر‬ َ ‫ِإذَا َجا َء ُك ْم َم ْن ت َْر‬ َ َ‫ض َوف‬ “Apabila datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya (untuk meminang wanita kalian) maka hendaknya kalian menikahkannya dengan wanita kalian. Bila tidak, akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan.” (HR. At-Tirmidzi no. 1085) Ketika para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami tetap menerimanya walaupun pada diri orang tersebut ada sesuatu yang tidak menyenangkan kami?” Rasulullah menjawab pertanyaan ini dengan kembali mengulangi hadits di atas sampai tiga kali. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

6


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

َ ‫إِذَا َخ‬yakni bila Ucapan Rasulullah dalam hadits di atas ditujukan kepada para wali, ‫ب إِ َل ْي ُك ْم‬ َ ‫ط‬ seorang lelaki meminta kepada kalian agar menikahkannya dengan wanita yang merupakan anak atau kerabat kalian, sementara lelaki tersebut kalian pandang baik sisi agama dan pergaulannya, maka nikahkanlah dia dengan wanita kalian. ‫ ِإﻻﱠ تَ ْفعَلُوا‬yakni bila kalian tidak menikahkan orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya tersebut dengan wanita kalian, malah lebih menyukai lelaki yang meminang wanita kalian adalah orang yang punya kedudukan/kalangan ningrat, memiliki ketampanan ataupun kekayaan, niscaya akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar. Karena bila kalian tidak mau menikahkan wanita kalian kecuali dengan lelaki yang berharta atau punya kedudukan, bisa jadi banyak dari wanita kalian menjadi perawan tua dan kalangan lelaki kalian menjadi bujang lapuk (lamarannya selalu ditolak karena tidak berharta dan tidak punya kedudukan). Akibatnya banyak orang terfitnah untuk berbuat zina dan bisa jadi memberi cela kepada para wali, hingga berkobarlah fitnah dan kerusakan. Dampak yang timbul kemudian adalah terputusnya nasab, sedikitnya kebaikan dan sedikit penjagaan terhadap kehormatan dan harga diri. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab An-Nikah, bab Ma Ja’a: Idza Ja’akum Man Tardhauna Dinahu Fa Zawwijuhu) ‫ض ِل ِه‬ ْ َ‫صا ِل ِحينَ ِم ْن ِع َبا ِد ُك ْم َو ِإ َما ِئ ُك ْم ِإن َي ُكونُوا فُ َق َراء يُ ْغ ِن ِه ُم ﱠ ُ ِمن ف‬ ‫َوأَن ِك ُحوا ْاﻷ َ َيا َمى ِمن ُك ْم َوال ﱠ‬ “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An Nur: 32) Banyak kisah nyata, ikhwan yang sebelum menikah belum mapan & setelah menikah rizki berlimpah. Yakinlah terhadap janji Allah bahwa Allah akan memampukan hambaNya yang berniat menikah untuk beribadah kepada-Nya. #Materi Spesial Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online# www.menikah-islami.blogspot.com :::Kata Siapa Pacaran Itu Haram?::: Kita memang tidak lagi hidup di zaman Nabi. Bukan sedang berada di mimbar dakwah / masjid. Bukan sedang bersemayam di lingkungan santri. Namun, apakah aqidah mengenal batas teritorial? Apakah Al-Qur'an mengenal kadaluwarsa?

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

7


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Kawan, mau sejauh manapun zaman berubah. Mau secanggih apapun teknologi berkembang. Mau sepanjang apapun jalan kenangan. Mau semanis apapun rayuan setan. Pedoman kita tetaplah Al-Qur'an. Al-Qur'an yang tanpa revisi, edisi, amandemen atau hasil karya dari sejumlah pengarang. Ketahuilah, kita hanya miliki satu yang sama untuk semua. Lantas, karena ia pedoman, sumber kita ya itu dia. Sampai hadits sebagai tambahannya. Semua yang ada di dalamnya berarti mesti kita jalankan tanpa perlu banyak alasan. Termasuk yang satu ini, Wa laa taqrobuzzinaa innahu kaana faa hisyah, wasyaa’asyabiila “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al – Israa: 32) Kalau begitu, pertanyaan pada judulnya sudah terjawabkah? Ya harusnya begitu… Namun, Lah masih ada yang gak paham atau mungkin pura-pura gak paham. “Lah saya pacaran kan cuma status, gak ngapa-ngapain kok, apalagi berbuat zina.” “Pacaran kan hanya sekedar nama.” Memang benar kok, sebenarnya pacaran itu bukan “nama”nya yang salah. Tapi… ya perbuatannya itu yang jelas menjurus ke hal yang salah. Dalam KBBI, pacar artinya teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih. Kata “yang tetap” penulis garis-bawahi karena rasanya kurang tepat apabila dikaitkan dengan kenyataan yang ada. Pada nyatanya, makhluk yang disebut ‘pacar’ oleh insan yang mengaku kekinian ini hanyalah hal yang fana. Betul begitu? Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

8


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

So far, penulis agak sulit mencari sejarah dari mana asal kata ini muncul. Namun yang pasti, istilah pacaran ini telah berkembang begitu hebat melebihi kapasitas hebat itu sendiri. Bahkan beberapa oknum memperluas namanya menjadi berbagai nama, misalnya: pacaran islami. Tapi apapun namanya, kemaksiatannya tetap terjadi. Memang tidak semua, namun… Ah rasanya semua deh. Meskipun kau katakan “kami tidak ngapa-ngapain“, apa benar kalian bisa menahan untuk tidak smsan, chatingan? Apa benar kalian bisa menahan untuk tidak ketemuan dengan hati yang bergejolak bagai dentuman? Kawan, jika hal itu semua diperbolehkan. Lantas, apa makna dari zina mata, zina lisan, zina pendengaran, dan zina-zina lainnya yang turut beriringan? “Kami tidak pacaran, hanya saling jaga komitmen saja.” Nah… Nah… Ada lagi satu ini yang #maksabanget kayaknya. Menjaga komitmen. Hem boleh juga. (Boleh juga modusnya hehe) Kawan, yakinkah kalian tidak sering saling memikirkan? Tidak pernah berdua-duaan atau boncengan? Tidak pernah saling panggil dengan panggilan sayang? Ini sama saja. Sama-sama dekati zina. Cuma bedanya, yang satu terang-terangan depan orang, dan yang satunya lagi berupaya membungkusnya dengan sesuatu yang tidak terawang. Kawan, aku pernah mendengar bahwa komitmen hanya benar diakui saat khitbah (lamaran) dilaksanakan. Benar kan? Kamu sang bidadari, tidak ada doi berjanji suci sebelum benar ia berjabat tangan dengan ayahmu di hari akad pernikahan nanti.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

9


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dan kamu sang pangeran, tidaklah doi boleh kau pegangi sebelum terucap kata sah dari para saksi di hari akad nanti. “Tapi kak, selama bersama dia aku jadi rajin belajar, semangat sekolah, diingetin shalat, ngaji, dan sebagainya..”

Nah loh. Hati-hati dalam berniat, luruskan niat. Kan qul inna sholatii wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil’alamiin“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan Semesta Alam.” (Q.S. Al An’am: 162). Jangan ada embel – embel tentang dia yang selalu mengingatkanmu menuju ketaatan. Kalau memang niatnya amar ma’ruf nahi mungkar, tak perlu ajak pacaran, kan menjadi “teman” pun cukup bisa untuk tetap saling mengingatkan? “Kalau gak pacaran, saya tersiksa dengan perasaan.” Wih… Dalem beneer.. Kawan, kau bilang katanya tak bisa menyangkal masalah perasaan. Namun bagaimana dengan sangkalanmu terhadap ketaatan? Relakah kau gadaikan ketaatanmu demi memuaskan asa yang semu? Pernah pepatah mengatakan “Jangan terlalu menggunakan perasaan, dahulukanlah ketaatan!” Maknanya tak lain adalah kita mesti selalu dahulukanlah Allah. Allah is the first of our priority list. Yakinlah hadiah atas kesabaran adalah pahala yang tak terkira, bukan sekedar kebahagiaan yang sementara. Bersabarlah… Tiada kata "sayang" selagi akad belum terlaksana Tiada sapa cintaku-sayang selagi mahar belum terbentang Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

10


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Tiada panggil umi-abi selagi kata “sah” belum terbisiki Jadi, kata siapa pacaran itu haram? Ya… Kata pedoman (Al-Qur'an & Al-Hadits) Tapi, sebenarnya.. pacaran boleh kok. Asalkan… Sudah halal alias menikah dan sah secara agama. (Hey… Ini bukan lagi soal tawar-menawar. Ini tuntutan pedoman. Hehe) “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, maka siapa saja yang belum mampu baginya, berpuasalah. Karena sesungguhnya berpuasa itu baginya adalah perisai.” (H.R. Bukhari, Muslim) Wallahu A'lam (dakwatuna.com) #Materi spesial Kuliah Pra Nikah Online :::Syarat Pacaran Itu Ijab Kabul::: Pembahasan cinta begitu cepat ‘naik daun’. Walaupun sebenarnya daun itu tidak bisa dinaiki. Seakan tiada henti, pembahasan tentang cinta selalu menghantui halaman-halaman media sosial.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

11


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Nah, pernahkah Anda merasakan cinta? Cinta itu kasih sayang, loh? So, mengapa bersusah payah mencari cinta sejati, toh, selama ini ada yang mencintaimu dengan setulus hati, siapa lagi kalau bukan kedua orang tuamu sendiri. Cinta itu anugerah?

Iya. Betul sekali! Tetapi cara mencari dan mendapatkannya yang perlu diluruskan. Kenapa? Tentu saja sangat jauh dari ajaran agama Islam. Seperti seseorang mendapatkan cintanya ketika saling PDKT-an. Setelah kenal lama, akhirnya pacaran. Baru menjalani lima bulan, terasa sudah banyak kekurangan bahkan perbedaan. Sering bertengkar, seakan problem rumah tanggaan. Padahal baru pacaran, belum juga halal. Dan akhirnya mereka putus. Coba bayangkan, berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan? Waktu dikorbankan, eh, ternyata tidak sampai ke pernikahan. Sungguh menyedihkan, bukan? Ada lagi kasus lain. Cari cinta di jalanan. Pakai kendaraan, rayu anak kos-an. Setelah jadian– hamil dua bulan. Nanti punya anak, bejatnya nggak karuan. Lha, yang begini cinta apa namanya? Lebih baik tidak usah dibahas! Contohlah baginda Rasulullah. Mencintai seseorang karena Allah. Mempunyai keluarga sakinah, mawaddah dan warrahmah. Hidup terarah. Tegar memegang dan menyampaikan amanah. Surga pun dijanjikan oleh Allah. Pria, apabila mencintai seorang wanita jangan tanggung-tanggung. Jika merasa sudah ‘mapan’ (modal secukupnya, namun kesiapan jiwa aman), maka segerakanlah meng-khitbah (melamar) si wanita. Jangan sampai di lain hari menyesal. Sebab melihat si calon bidadari duluan dipinang oleh seorang yang tak dikenal. Wah, kasihan tuh cintanya dibegal. Wanita juga, jangan terlalu galau jika belum ada pendamping hidup. Masih ada Ibu, Bapak dan adik-adik di rumah. Bersabarlah! Namun terkadang, wanita kudu memerhatikan pula tanda-tanda hari kiamat itu. Salah satunya, bertambah banyak jumlah wanita dan semakin mengurang jumlah pria. Oleh Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

12


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

karenanya, dianjurkan bagi wanita untuk segera menikah. Demi menyempurnakan separuh iman yang telah diberikan oleh Allah. Survei menyatakan, wanita salehah itu lebih nyaman ditemani sama ‘sang mahram’, ketimbang ditemani orang lain. Betul nggak?

Tetapi kekurangan wanita sekarang terlalu umbar aib. Kalau ditanya, “Mau mencari calon imam,” cetusnya. Padahal memilih busana saja belum tepat. Kerudung pendek, berbaju ketat. Dilapisi celana, seharusnya nutupi aurat. Eh … malah menambah dosa maksiat. Yang seperti ini, diharapkan segera bertaubat. Balik kepembahasan di atas, Memang, cinta adalah multivitamin buat diri. Dalam artian, dengan cinta–seseorang bisa tumbuh menjadi kuat atau pribadi yang hebat. Juga dengan cinta–bisa melemahkan hati atau jiwa yang sehat. Coba perhatikan wanita waktu lagi galau, kebanyakan karena cinta. Pria sama. Intinya saling berbenah diri. Generasi Islam anak bangsa bisa hancur cuma gara-gara cinta-cintaan. Orang pacaran bertebaran di mana-mana. Umbar aurat tampak jelas. Suruh beribadah sangat malas. Ini bertanda, Negara kita akan kandas–bablas! Apa belum tahu, syarat buat pacaran hanya dibolehkan setelah melaksanakan ‘ijab kabul’? Bukan seperti yang diinginkan oleh anak zaman modern sekarang. Belum tentu berfaedah, justru yang ada, dosa maksiat bertambah. Mulyadi Selian Islam pos #Materi spesial Kuliah Pra Nikah Online :::Antara Kuliah, Kerja atau Nikah, Manakah yang Lebih Penting?::: Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

13


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ketiganya penting. Menikah merupakan sunnah Rasulullah untuk menjaga hati & melestarikan keturunan. Mencari ilmu merupakan usaha untuk membentuk kematangan berfikir sehingga mampu menjalin kehidupan selanjutnya. Sedangkan bekerja merupakan usaha untuk memperoleh rezeki. Ketiga hal itu saling menopang satu sama lain. Mana di antara ketiganya yang lebih penting? Semuanya kembali kepada keadaan & kondisi masing-masing individu. Bagi orang yang bisa menjalankan ketiganya secara bersamaan, insyaAllah akan mendapat banyak keutamaan, hatinya lebih terjaga dengan menikah serta kebutuhan istri & kuliah dapat dipenuhi dari hasil kerjanya. Tapi, sekali lagi, masing-masing individu memiliki kondisi & kebutuhan yang berbeda. Jangan sampai justru semuanya berantakan karena salah memilih. Banyak orang yang bisa melakukan ketiganya sekaligus walau tidak sedikit pula yang gagal. Wallahu a'lam Arif Mahmudi Kuingin Menikah Tapi... #Materi Spesial Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online# www.menikah-islami.blogspot.com

:::Sejatinya Cinta Memberi yang Terbaik, Bukan Mencari yang Terbaik::: Mario Teguh selaku salah satu pakar motivasi berujar, “Tugasmu bukanlah untuk mencari cinta yang terbaik, tapi menjadi yang terbaik untuk dicintai.� Dengan demikian sudut pandang membina hubungan cinta bukan lagi berorientasi pada penemuan sebanyak mungkin seseorang yang patut diperhitungkan untuk dicintai. Tetapi justru berupaya agar dirimu yang ditemukan karena mampu menjadi yang terbaik untuk dipilih sebagai kecintaan. Seseorang yang menemukanmu dalam keadaan terbaik untuk dijadikan pendamping hidup, jauh lebih efektif dalam upaya menjadikanmu memiliki peluang berkesejatian cinta. Bukankah sejatinya cinta memberi yang terbaik, bukan mencari yang terbaik? Sehingga Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

14


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

persiapkan kesanggupanmu menjadi yang mampu memberikan segala kebaikan cinta, sehingga keberkahan kasih sayang betul-betul dapat dirasakan oleh seseorang yang datang padamu dan tanpa ragu akan memilihmu menjadi belahan jiwa.

Semakin lihai dirimu mencerdaskan diri dalam memilah kebaikan-kebaikan yang patut dimaksimalkan dalam penghidupanmu, niscaya semakin matang kedewasaan pola pikirmu dalam mewujudkannya. Sesungguhnya tolok ukur dipilihnya seseorang menjadi pendamping hidup itu sederhana saja, ialah memilki kelebihan hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Jadi fokuslah pada empat aspek tersebut. Jadikan dirimu berharta, melalui kesungguhan usaha yang dilandasi kesadaran melebihkan kerja. Ada nasihat dari Yassa Paramita Singgih selaku salah satu usahawan muda yang telah sukses di kancah dunia, “lebih baik kehilangan masa muda, daripada kehilangan masa depan.�Apabila sedari muda sudah membiasakan diri bekerja dengan giat, maka mental sukses sudah mendarahdaging sehingga harapannya kekuatan finansial bisa membaik saat sudah berumah tangga. Perihal keturunan, bila memang tidak dilahirkan dari keluarga terhormat maka jadikanlah dirimu terhormat sebagai peningkat derajat keluargamu. Perihal kecantikan, sesungguhnya itu bersifat relatif, karena ketertarikan seseorang bisa tumbuh karena cantik jiwa, bukan sekadar cantik rupa. Kalau fisik menawan, patut disyukuri. Akan tetapi saat fisik biasa saja, tidak usah meratap diri, gali kecantikan nurani agar memancar. Untuk memacarkan kecantikan nurani, kuatkan keilmuan agamamu sesungguhnya hal yang demikian merupakan puncak dari kemuliaan hidup manusa. Semoga niat baikmu dalam memaksimalkan empat aspek kelayakan dipilih sebagai kecintaan dapat mewujud nyata. [] Arief Siddiq Razaan Islam pos #Materi Spesial Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online# www.menikah-islami.blogspot.com :::Bagaimana Bila Orangtua Belum Mengijinkan Menikah?::: Saudaraku... Orangtua pasti memiliki alasan tertentu ketika menghalangi anaknya untuk menikah. Mereka pasti menginginkan anaknya bisa hidup bahagia kelak setelah menikah. Hanya saja, sudut pandang nya berbeda dengan sang anak. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

15


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan bila orangtua melarang menikah, yaitu : - Mencari tahu alasannya, kemudian melakukan pendekatan sembari memberikan penyadaran kepada orangtua tentang larangan menghalangi anaknya menikah karena pertimbanganpertimbangan yang tidak syar'i. - Tunjukkan bahwa diri mampu & siap untuk menikah. - Meminta bantuan saudara yang dipercaya atau berpengaruh terhadap orang tua. - Meminta bantuan pihak ketiga. - Shalat istikharah & memohon agar diberikan keputusan yang terbaik untuk diri, agama & kehidupannya. - Bertawakkal kepada Allah atas segala keputusan yang datang dari-Nya. Sebab apapun yang menjadi keputusan Allah, itulah yang terbaik. Wallahu a'lam Kuingin Menikah Tapi... Arif Mahmudi #Materi Spesial Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online# www.menikah-islami.blogspot.com :::Bagaimana Menyikapi Sifat yang Terlalu Selektif dalam Mencari Pasangan?::: Kita boleh saja selektif dalam mencari jodoh supaya dikemudian hari bahtera rumah tangga tetap langgeng. Tetapi, selektif disini tetap harus proporsional & sejalan dengan petunjuk Islam. Apabila terlalu selektif, justru akan mempersulit yang bersangkutan dalam mendapatkan jodoh. Menunda-nunda pernikahan hanya lantaran belum menemukan orang yang memenuhi kriteria ideal merupakan masalah yang cukup serius & memiliki dampak negatif yang sangat banyak. Oleh karena itu, luruskan lah niat untuk beribadah kepada Allah ketika memilih calon pasangan. Kembalikan pada petunjuk Islam dalam memilih calon pasangan, yaitu utamakan kesalehan baru disusul kriteria 2 yang lain. Dengan kata lain, bukan asal cantik / tampan,asal kaya atau asal terhormat.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

16


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Kita harus yakin bahwa pasangan yang shaleh adalah yang terbaik. Bila seorang laki-laki, ingatlah pesan Nabi : "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah" (HR. Muslim)

Begitu juga yang perempuan, utamakan lelaki yang agamanya bagus karena dialah yang akan membimbing & mengarahkan istri ke Surga. Perlu diingat juga bahwa tidak ada manusia yang sempurna dimuka bumi ini sekarang. Masing-masing orang mempunyai kelebihan & kekurangan. Dengan mengutamakan keshalehan calon pasangan, insyaAllah segala Problematika akan dapat teratasi. Ku ingin Menikah Tapi... Arif Mahmudi #Materi Spesial Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online# www.menikah-islami.blogspot.com

:::Langkah Menuju Pernikahan Islami::: Menikah/Wedding : sebuah event besar dalam kehidupan kita . Komitmen yang sangat agung ( mitsaqan ghalidza). Untuk membentuk sakinah mawaddah warrohmah itu dimulai dengan istri dan suami yang tepat. Mencari sahabat saja susah apalagi mencari pasangan hidup kita. ”Mereka (para istri) itu adalah pakaian bagi kalian dan kalian adalah pakaian bagi mereka.” (Al-Baqarah: 187) Dalam masyarakat secara umum terbuat konsep ‘pacaran’ yang bertentangan dgn sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam :

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

17


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dituliskan bagi bani Adam bagiannya dari zina, yang ia pasti lakukan, kedua mata zinanya dengan melihat, kedua telinga zinanya dengan mendengar, dan lisan zinanya dengan berbicara, dan tangan zinanya adalah dengan memegang, kaki zinanya dengan melangkah, sedangkan hati menginginkan dan berangan-angan, dan yang membenarkan dan mendustakan itu semua adalah hati” (H. R. Muslim) Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.” [HR. Ahmad] Islam memberikan konsep kepada kita dalam bentuk konsep “Ta’aruf ” Ta’aruf secara etimologi bahasa artinya penjajakan, saling mempelajari satu dgn yang lain . Ta’aruf adalah konsep untuk memberikan gambaran dalam mencari jodoh yang dijelaskan para ulama. Bagaimana mencari pasangan yang benar : Menentukan kriteria Kriteria calon istri : 1. Pilih yang agamanya baik Rasulullah bersabda : “wanita dinikahi karena 4 perkara kekayaanya , status sosial/keturunannya , kecantikan dan agamanya. Pilihlah yang agamanya paling baik maka anda akan beruntung” (HR. Bukhari) 》Yang terpenting adalah agama , karena hidayah itu milik Allah.

》Cari perempuan yang takut kepada Allah, yang hidupnya hanya untuk Allah. 》Maka carilah seorang istri yang agamanya baik.

》Agama harus nomer satu karena disini Rasulullah telah menjamin akan beruntung

》Hal ini mudah secara teori tapi susah secara praktek karena memang fitnah laki laki adalah

wanita sesuai dengan apa yang di sampaikan dalam nash dr Rasulullah. ”Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari)

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

18


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

2. Pilih yang cantik Dalilnya dari HR ibnu majah : “Kalau seorang sudah memantapkan hati seorang wanita maka tidak ada yang menghalanginya untuk nadzar atau melihat wanita tersebut” 》itulah syariat nadzar ada dalam islam untuk melihat terlebih dahulu sehingga

diperhitungkan juga kecantikan tapi tidak boleh lebih dari agamanya. Agama tetap pertimbangan utama. 3. Wanita yang penuh dengan rasa cinta dan bisa mengungkapkan kata cintanya. Ketika jabir bin abdullah menikah dengan janda Rasulullah berkata : “kenapa tidak gadis? engkau bisa bermain dengannya dan ia bisa bermain dgnmu” [ HR Tirmidzi ] 》gadis memiliki kelebihan dalam soal cinta karena pengalaman pertama bagi dia. Rasulullah bersabda : “menikahlah dgn wanita al wadud” Al wadud -> penuh dengan rasa cinta

Sebenarnya jika berhenti sampai kriteria ini sudah luar biasa tapi para ulama menambahkan point berikut : 4. Dari keluarga yang baik baik dan lingkungan yang baik. 》Meskipun hadistnya di perselisihkan tapi maknanya benar.

》Meskipun tidak mempengaruhi secara karakter tapi akan ada kesulitan saat sudah menikah sehingga hal ini perlu untuk di pertimbangan. 5. Kaya

》tapi ini kriteria tambahan atau penyempurna. Tapi orientasi kita bukan harta dan ini jika kriteria sblmnya terpenuhi. 》kaya disini jika dengan hartanya bisa dipakai dan menunjang akhirat kita 6. Subur

Kriteria calon suami 1. Pilih Agama yang baik QS. Al-Baqarah : 221 : Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintahNya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. “Jika ada seseorang laki2 yang melamar putri anda, saudara perempuan anda dan anda ridho dengan agama nya maka nikahlah karena jika tidak akan terjadi fitnah” ” Seorang wali wanita yang menolak laki laki yang agamanya baik maka akan terjadi fitnah dan masalah dan kerusakan yang amat parah”

》 Hadist ini bukan berarti siapapun yg penting agama dan akhlaq bagus serta merta diterima , yg dimaksudnya adalah tidak memperhitungkan agama dalam memilih. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

19


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

2. Fisiknya kita suka Kisah : istri dari tsabit bin qais meminta kepada Rasulullah untuk minta cerai. Tsabit qais ini khatib Rasulullah dan dijamin masuk surga.(jaminan surga ini ada dalam tafsir al hujurat : 2) Istrinya menggugat cerai karena ia takut ia kufur nikmat ,justru aku takut durhaka padanya karena aku tidak mencintainya. Istrinya mengkisahkan ketika berjalan dengan suaminya ia secara tidak sengaja membandingkan suaminya dengan para sahabat dan fisiknya paling tidak baik. Anda mencari suami bukan imam masjid , malah diperbolehkan jika menolak karena tidak suka 3. Mampu secara finansial atau memberikan nafkah batin Nabi mencontohkan ketika fatimah bin qais akan dilamar oleh abu jahl dan muawiyyah. Duaduanya sahabat dan shaleh. 》abu jahl kalo marah suka loose control , suka safar ,kaya 》muawiyyah miskin ,baik,lembut

Tapi Rasulullah memilihkannya usamah :memiliki nafkah , tidak suka memukul dan lembut , tidak suka safar Annisa 30 : “laki laki itu pemimpin dari perempuan” Laki2 itu pemimpin bagi perempuan dalam dua hal karena finansial dan ciri fisiknya. 4. Punya jiwa pemimpin 》Memiliki prinsip

》Karena nafkahnya 5. Lemah lembut dengan wanita

》Cara mengetahui adalah bagaimana ia memperlakukan ibu dan saudara perempuannya. 6. Punya waktu yang cukup untuk istri dan anaknya. Kesimpulan : mencari pasangan dalam agama islam ada dua secara garis besar yaitu agamanya baik dan kita suka /cocok secara pribadi. Bagaimana mencarinya?

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

20


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Secara umum ada 3 cara : 1. Melalui teman /kolega Dalilnya adalah ketika Rasulullah menikah dengan Khadijah yang menjadi mediator adalah saudara Khadijah 2. Melalui orang tua kita Kisah umar mencarikan suami untuk hafshah 3. Melalui diri kita sendiri Al ahzab 50 : ” …..perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya…..” 》Ada juga kisah seorang wanita menawarkan diri kepada Rasulullah saw.

》karena ada seorang laki2 yang blm mau menikah tapi ketika ada akhwat yg menawarkan diri bisa merubah fikirannya paling tidak dia berfikir ulang

》Ingatlah kalau memang dia laki2 yang baik maka ia akan memuliakan kita. Kalaupun tdk suka dia akan tetap mengistimewakan kita. Setelah melalui proses bagaimana bisa ta’aruf . Maka yang harus dilakukan adalah 1. Jujur pada diri sendiri /evaluasi diri sendiri. Sudah soleh kah kita? Sudahkah kita bertakwa? Jika ingin mendapat suami/istri yang soleh solehkan diri sendiri dulu. Ingin istri semulia Aisyah, apakah sudah semulia Rasulullah kah?? 》kalau ahli maksiat akan cocok pada ahli maksiat begitu pula wanita yang ahli ibadah akan mendapat laki2 yang ahli ibadah. 2. Kita jujur dalam menetapkan kriteria. 3. Kalau meminta bantuan melalui mediator amanah, mengerti fiqih ,takut kepada Allah dan mengerti apa yang kita inginkan. 》jangan asal mencoba

》mediator akan ditanya dunia akhirat sehingga hati-hati dalam menjadi mediator

》Karakter orang berbeda-beda dan itulah yang Rasulullah lihat ketika menjodohkan usamah dan fatimah bint qais. 4. Jangan percaya seratus persen dengan apa yang kita dengar , harus kroscek ,lakukan investigasi.

》Fatimah ibn qais ketika menerima lamaran abu jahl dan muawiyyah ia kroscek dengan Rasulullah

》Pastikan semua data benar bahwa apa yang di ceritakan adalah benar , jujur.

》Investigasi secara benar dengan interogasi sampai ia tidak fokus hingga keluar semua Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

21


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

(investigasi secara mendalam) 5. Kita diperbolehkan bicara dgn calon kita, tentu saja dengan ditemani mahram atau pihak ketiga (mediator) 》Kita boleh nge test , tindak proper test

Abdullah bin mas’ud riwayat imam ahmad : ”jika ia akan menikah dgn mantan pelacur yang mengaku sudah bertaubat maka test dulu apakah sudah bertaubat dgn mengajak zina apakah mau atau tidak” 》Test semua yang dibilang.

Misalkan ia mengaku hafal 30 juz harus d test. Intinya bukan di testnya tapi kejujurannya.

》Ketika bertanya tentang prinsip seseorang dan kecerdasan , kedewasaan dan kematangan dia seperti apa sesuai kaidah syar’i (tidak berduaan) 6. Nadhor Kapan nadhor (melihat langsung) ? ” Ketika seorang laki-laki sudah yakin untuk melamar seorang wanita maka tidak ada yang menghalanginya untuk nadhor ( melihatnya )”

》Semua hadist tentang nadhor terkait dengan lamaran. Tapi bukan berarti nadhor dijadikan mainan.

》Nadhor hanya boleh di dua waktu yaitu setelah lamaran dam sebelum lamaran tapi kita ada feeling kuat dia jodoh kita.

》Dalam nadhor yang diperbolehkan apa yang ditampakkan ? Ada khilaf diantara ulama ada yang bilang hanya melihat wajah dan telapak tangan ada ulama yang mengatakan boleh melihat apa yang biasa ditampakkan kepada mahram dan ketika melihat tidak berdua-duaan. Penutup Dalam ta’aruf harus senantiasa diiringi doa kepada Allah (melibatkan Allah Ta'ala ) karena Allah Maha Tahu dan kita tidak mengetahuinya ( QS. Al-Baqarah : 216) . Maka ketika kita ta’aruf harus banyak berdoa kepada Allah , meminta kepada Allah , istikharah. Inilah bedanya ta’aruf dgn pacaran , pacaran penuh maksiat tidak melibatkan Allah sama sekali. Dalam ta’aruf Allah yang utama sehingga dalam prosesnya harus lebih mendekat kepada Allah. “Ya Allah jika laki-laki/wanita ini (sebut nama) baik buat aku dan agamaku maka jodohkanlah tapi jika ia buruk buat agamaku palingkanlah aku dari d ia dan palingkan dia dariku gantilah dengan yang lebih baik dan ikhlaskan aku menerima keputuasanMu” Ust. Nuzul Dzikri

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

22


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

:::Pacaran untuk Mencari Jodoh yang Sholeh ? ::: Sebelum cari kriteria "Pacar yang cocok dan sholeh untuk dijadikan suami", kita harus ketahui bersama bahwa.PACARAN DI DALAM ISLAM ITU HARAM! Kok bisa haram sih? Kalau mau nyari kata "pacaran" dalam Al Quran maupun hadits, emang gak bakalan bisa ditemukan. Tapi, coba deh kita bahas apa aja sih yang biasa dilakukan oleh orang yang pacaran? 1. Telepon berduaan aja, jalan-jalan berduaan aja, naik motor berduan, nyari tempat sepi berdua biar adem, apa namanya kalo bukan berkhalwat? Tau kan ada hadits yang isinya begini. َ ‫ش ْي‬ ‫ام َرأَةٍ إِﻻﱠ َكانَ ثَا ِلثَ ُه َما ال ﱠ‬ ُ‫طان‬ ْ ِ‫ﻻَ يَ ْخلُ َو ﱠن َر ُج ٌل ب‬ “Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad) Wanita yang dimaksud di hadits ini adalah wanita yang bukan mahramnya. Mahram itu apa? Orang yang gak bisa dinikahi; ibu, adek/kakak perempuan, anak, nenek, dst. Kalau mahramnya cewek? Disesuaikan saja lah~ 2. Minimal orang yang pacaran itu ada acara pegangan tangan, pelukan bentar, pelukan lama, dan seterusnya. Pegangan dengan yang bukan mahramnya gak boleh loh. Ada salah satu hadits yang isinya ini : ْ َ‫ﻷ َ ْن ي‬ ُ‫س ا ْم َرأَةً ﻻَ ت َِح ﱡل لَه‬ ‫ط َعنَ في ِ َرأْ ِس َر ُج ٍل ِب ِم ْخيَطٍ ِم ْن َحدِي ٍد َخي ٌْر ِم ْن أَ ْن يَ َم ﱠ‬ “Seorang ditusuk kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik ketimbang menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani, no. 16880, 16881) Tuh, ngeri kan? Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

23


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

3. Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit. Peribahasa ini bisa dipake ke sini, sedikit-sedikit pegangan, lama-lama. (terusin sendiri). Ada loh ayat Alquran yang berbunyi :' ً ‫س ِب‬ ّ ِ ‫َو َﻻ تَ ْق َربُوا‬ ‫يﻼ‬ َ ‫اح‬ ِ َ‫الزنَا ِإنﱠهُ َكانَ ف‬ َ ‫شةً َو َسا َء‬ “Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32) Zina itu apa sih? Udah tau kan? Tau, hal-hal seperti apa yang mendekatkan pada zina? Berkhalwat, pegang-pegangan dengan yang bukan mahrammnya, dan seterusnya. Jadi, kesimpulannya pacaran itu GAK BOLEH alias HARAM dalam Islam. Dan, gak ada tuh "cari pacar yang sholeh", KARENA ORANG SOLEH GA AKAN PACARAN :D "Tapi aku kan mencintainya, kakak..." Kalo kamu mencintainya, jangan biarkan ia berada dalam jalan yang tak diridhai Allah. Kalau ingin bersama selamanya, ya gunakan cara yang sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah dong. Apa itu? Nikah!!! "Tapi kan belum siap?" Diamlah dan berdoa kepada Allah untuk dianugerahkan jodoh terbaik dan tepat supaya kamu senantiasa ada dalam ridha Allah. "Gak bisa diem atuh. Kalo si cinta malah pacaran dengan yang lain, gimana?" Ya, berarti si cinta gak bisa mengabdi ke Allah. Kok cari jalan yang tak diridhai Allah. Tujuan pacaran emang banyak sih. Ada yang coba-coba karena "kata temen asik", ada yang buat asik-asikan doang. Tapi kali ini saya anggap orang yang pararan ingin mencapai tujuan yang sama, PERNIKAHAN. Nah, pernikahan itu sendiri adalah menyatukan dua insan yang memiliki perbedaannya masing-masing dalam satu ikatan "perjanjian" sakral. Dua insan memutuskan membuat "perjanjian" karena memiliki kepentingan yang sama, setidaknya si pembuat janji merasa rekan "perjanjiannya" bisa memenuhi kebutuhan atas perjanjian yang dibuat.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

24


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Begitupun dengan pernikahan. Bila tujuannya tak terpenuhi, habislah pernikahan itu bisa cerai. Kalau pernikahan didasari oleh harta, ketika pasangan miskin, maka pernikahan terancam. Kalau pernikahan didasari oleh ketampanan/kecantikan, ketika usia melunturkan kerupawanan, pernikahan pun terancam.

Maka, pastikan pernikahan didasari oleh dasar yang abadi. Allah. bila menikah didasari untuk "menggapai ridha Allah bersama", maka rintangan apapun yang dihadapi takkan menghancurkan pernikahan. Pernikahan aman, berkah lagi :D "Tapi dia menikah dengan yang lain :(" Ya, dia bukan jodoh lo kali. Kan manusia gak dia doang. carilah pasangan hidup yang hidupnya untuk menggapai ridha Allah, maka insya Allah kebahagiaan dunia akhirat akan di raih

Muhammad Alghifari :::SUDAH SIAP MENIKAH?::: -Jawab 10 Pertanyaan Ini-

1. Apakah Anda Siap Melepas Kebebasan? Salah satu hal yang sangat berbeda antara lajang dengan orang yang sudah berumah tangga adalah dalam hal kebebasan. Saat masih lajang, anda bebas melakukan apa saja. Anda bebas makan dimana, jam berapa, menunya apa. Semua terserah anda. Anda bebas mau mandi atau tidak mandi, mau mandi jam berapa, berapa kali sehari atau berapa kali sepekan, semua terserah anda. Anda bebas mau tidur jam berapa, dimana, dengan posisinya seperti apa. Anda bebas pengin berbicara apa, dengan nada dan gaya seperti apa. Anda bebas mau keluar rumah kapan saja, kemana, mau ngapain, semua terserah anda. Itu karena anda masih lajang, anda memiliki hidup anda sepenuhnya.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

25


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Setelah menikah, anda tidak lagi memiliki kebebasan itu. Semua kebebasan anda itu hilang, karena anda memasuki kawasan bertanggung jawab. Anda harus menenggang perasaan pasangan anda atas semua perilaku, kebiasaan hidup, tutur kata, bahkan mimik wajah atau bahasa tubuh anda. Anda tidak bisa bersikap semau sendiri, karena anda harus membahagiakan pasangan. Anda tidak lagi bisa mengatakan “jadilah dirimu sendiri”, karena anda harus “menjadi seseorang seperti yang diharapkan pasangan”. Siap melepas kebebasan itu? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah. 2. Apakah Anda Siap Berbagi dalam Semua Hal?

Banyak hal akan menjadi “kita”, bukan lagi “aku” dan “kamu”. Dari makanan, minuman, sabun, pasta gigi, handuk, anda akan berbagi dengan pasangan. Demikian pula waktu, perhatian, konsentrasi, semua harus berbagi. Anda tidak bisa lagi egois menggunakan waktu untuk diri sendiri tanpa peduli pasangan. Banyak hal yang dulunya "milikku" kini menjadi "milik kita". Mungkin awalnya akan terasa canggung untuk berbagi segalanya, tapi seiring waktu, semua akan berjalan dengan sendirinya. Dulu anda naik motor atau mobil sendiri, kini anda harus berbagi. Dulu anda asyik ngenet sendiri, kini ada pasangan yang bisa mencemburui. Dulu anda bisa keluar malam sendiri, kini anda tidak bisa bebas lagi. Dulu anda bisa makan ke warung bakso sendiri, kini anda tidak bisa semau sendiri. Dulu anda mau tidur dan bangun jam berapapun dengan bebas, kini anda tidak bebas lagi. Ini semua karena anda harus berbagi dengan pasangan dalam sangat banyak hal. Siap berbagai dalam segala hal dengan pasangan? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah. 3. Apakah Anda Siap Menaiki “Roller Coaster” Kehidupan? Hidup berumah tangga itu ada kemiripannya dengan menaiki roller coaster. Jika anda naik roller coaster, akan melewati saat yang wajar dan biasa saja, ada saat ketegangan, ada saat histeria, ada pula antiklimaks berupa kelegaan. Akan ada banyak sekali suka dan duka yang akan dijumpai dalam kehidupan pernikahan. Tapi kebersamaan yang kuat antara suami istri akan menjadikan mudah melewati semua bentuk krisis atau masalah.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

26


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Anda akan menghadapi banyak sekali masalah dan tantangan baru nantinya, tapi selama bisa saling bersatu hati dan bergandengan tangan dalam melewatinya, anda akan menjalani kehidupan pernikahan dengan bahagia bersama pasangan tercinta. Tidak perlu terlempar dari roller coaster saat melewati ketegangan dan histeria, karena anda saling berpegangan untuk menguatkan. Siap menikmati roller coaster kehidupan nyata? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah. 4. Apakah Anda Siap Terkejut Karena Menemukan Hal Baru dari Pasangan?

Sahabat muda, sebelum menikah, apalagi bagi mereka yang melewati masa pacaran, bisa jadi anda merasa telah mengenal banyak hal dari pasangan. Padahal sebenarnya anda tidak banyak mengenal jati dirinya. Orang pacaran lebih banyak menampilkan kebohongan demi menyenangkan pasangan. Maka anda akan menemukan banyak sekali hal baru setelah menikah dan hidup berdua bersama pasangan. Hal-hal yang menjadi jati diri pasangan yang sesungguhnya. Apalagi bagi pasangan yang tidak melewati masa pacaran, hanya berbekal masa ta’aruf secara Islami untuk menjaga hati. Pengenalan tentu tidak mendalam, karena lebih banyak sisi kesamaan visi dan keyakinan akan kebaikan calon pasangan. Maka setelah menikah, setiap hari adalah hari baru untuk lebih banyak tahu tentang kondisi pasangan. Anda akan terus dikejutkan dengan banyak hal baru dari pasangan yang belum pernah anda ketahui sebelumnya. Maka bersiaplah menghadapi hari-hari penuh kejutan itu. Sebagaimana anda terkejut dengan berbagai hal yang baru temukan dan anda ketahui dari pasangan, maka demikian pula pasangan anda akan menemukan banyak hal yang baru dari anda. Pasangan juga akan mengalami keterkejutan karena menemukan hal-hal yang belum diketahui sebelumnya dari anda. Sesuatu yang bisa jadi sengaja anda sembunyikan dari pasangan selama masa berkenalan, atau sesuatu yang anda tidak bermaksud menyembunyikannya, semua akan tertampakkan. Hidup berdua dalam keluarga baru, bertemu dan berinteraksi secara sangat dekat dan intim, duapuluh jam sehari semalam, membuat semua hal akan tertampakkan. Tidak ada yang bisa disembunyikan. Semua dari diri anda akan diketahui pasangan, semua hal dari pasangan akan anda ketahui. Maka bersiaplah menghadapi ketersingkapan diri anda, yang selama ini tidak diketahui pasangan anda. Siap terkejut setiap hari? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

27


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

5. Apakah Anda Siap Melihat Sisi Paling Jelek dari Pasangan? Hidup dalam ikatan pernikahan membuat anda dan pasangan selalu berada dalam situasi yang sangat dekat, tanpa jarak, tanpa batas, tanpa sekat. Apalagi bagi pengantin baru, yang inginnya selalu berdua kemana-mana. Saat bangun tidur di pagi hari, anda akan menjadi orang pertama yang melihat pasangan bangun dengan muka kucel, rambut acak-acakan dan tubuh yang bau keringat. Belum lagi bau mulut. Sebelum menikah, anda hanya menemukan pasangan anda dalam kondisi wangi dan sudah berdandan rapi. Anda tidak pernah menjumpainya dalam keadaan acak-acakan, karena selalu ada persiapan sebelum pertemuan sebelum menikah. Kini setelah menikah, anda bertemu setiap saat. Tidak ada waktu untuk bersiap diri, karena anda selalu berada bersama pasangan setiap saat. Semua bau-bauan yang muncul dari tubuh anda, semua bunyi-bunyian yang muncul dari tubuh anda, tidak bisa lagi anda rahasiakan dari pasangan. Maka anda harus siap menerima kondisi pasangan dari sisi yang paling jelek sekalipun. Sebagaimana anda harus siap dilihat oleh pasangan dari sisi yang paling jelek. Tapi justru itulah yang menjadi bumbu pernikahan Anda. Siap melihat sisi paling jelek dari pasangan? Siap dilihat dari sisi yang paling jelek oleh pasangan? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah. 6. Apakah Anda Siap Bertemu Setiap Saat? Bagi orang yang berpacaran, frekuensi pertemuan mereka tentu terbatas. Situasi seperti itu yang menimbulkan kerinduan untuk bertemu. Setelah menikah, anda akan bertemu setiap saat. Bahkan etika hidup suami istri, harus meminta izin kepada pasangan ketika akan pergi untuk suatu keperluan meninggalkan pasangan. Bertemu terus setiap saat dengan pasangan, apakah anda akan menjadi bosan? Apakah anda akan kehilangan kerinduan? Semua tergantung kondisi hubungan anda dengan pasangan. Dalam kehidupan berumah tangga, justru keintiman harus terus ditingkatkan dengan melakukan variasi setiap harinya. Jika kesibukan dan rutinitas kegiatan setiaphari membuat

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

28


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

anda merasa jenuh, maka setidaknya luangkan waktu sekali dalam seminggu atau sebulan untuk menghabiskan waktu berdua saja untuk melakukan refreshing.

Siap bertemu setiap saat dengan pasangan? Yakin, anda tidak bosan? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

7. Apakah Anda Siap Menyelesaikan MasalahSecara Bersama? Sahabat muda, saat masih lajang, anda berusaha menyelesaikan semua masalah sendirian. Sekarang setelah menikah, anda harus menyelesaikan masalah bersama dengan pasangan. Karena anda berdua menjadi bagian yang utuh dan tak terpisahkan satu dengan yang lain, maka masalah anda akan berpengaruh terhadap pasangan dan masalah pasangan pun akan berpengaruh terhadap anda. Untuk itulah anda berdua harus sharing untuk mendialogkan permasalahan yang anda hadapi. Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan pernikahan. Kegagalan komunikasi sering menjadi faktor yang sangat vital dalam menimbulkan konflik dan pertengkaran suami istri. Maka obrolan ringan untuk mengurai berbagai masalah menjadi sangat diperlukan. Anda harus rela berbagai masalah yang selama ini anda anggap sebagai pribadi. Setelah menikah, hal itu akan anda buka kepada pasangan. Siap menyelesaikan setiap masalah bersama pasangan? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah. 8. Apakah Anda Siap Menemukan Tujuan Paling Hakiki dari Pernikahan? Walaupun secara teori anda sudah mengerti tentang tujuan-tujuan pernikahan, namun anda akan berproses menemukan tujuan tersebut bersama pasangan. Anda akan menemukan halhal unik dan khas dalam corak interaksi keseharian bersama pasangan, yang akhirnya anda menemukan lebih banyak hal tentang hakikat, makna dan tujuan pernikahan. Tentu saja tujuan menikah bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan seksual atau karena sudah waktunya menikah. Setelah menikah, anda akan menemukan makna dan tujuan pernikahan secara lebih nyata, bukan dalam dataran teori ataupun wacana. Ketika tujuan itu sudah ditemukan, maka pondasi pernikahan anda akan semakin kuat setiap waktunya.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

29


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Siap berproses bersama pasangan? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

9. Apakah Anda Siap Menghadapi Kerepotan Mengurus Anak? Pada masa perkenalan, mareka bebas mengekspresikan keinginan, dan merasakan hal-hal yang serba menyenangkan dari pasangan. Namun setelah menikah, anda akan segera menyambut kehadiran bayi mungil, buah cinta anda berdua. Tahukah anda, bahwa bayi itu sering terbangun dan menangis setiap saat, tidak pandang waktu dan kesibukan anda berdua? Karena satu-satunya cara bayi berkomunikasi adalah melalui tangisan. Anda harus bangun tengah malam, bahkan lewat tengah malam, mengurus ompol bayi, mengganti pakaian, menyiapkan bedak, minyak telon, dan susu tambahan. Belum lagi saat bayi sakit, tentu memerlukan perhatian ekstra. Anda harus siap berbagi untuk mengurus bayi yang bisa menguras tenaga dan perhatian anda. Keintiman anda sebagai suami istri menjadi “terganggu� oleh kerepotan mengurus bayi. Siap repot mengurus anak? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah. 10. Apakah Anda Siap Terikat oleh Hak dan Kewajiban? Sebelum menikah, anda adalah makhluk bebas merdeka. Sebagai orang dewasa, anda sudah tidak terlalu diikat oleh orang tua, namun belum memiliki beban kehidupan. Setelah menikah, semua segera berubah. Anda terikat dengan hak dan kewajiban bersama pasangan. Setelah muncul anak, bertambah lagi beban dan kewajiban itu. Anda tidak bisa lagi berlaku semaumau sendiri, karena ada ikatan peran yang harus tertunaikan. Ada kewajiban suami yang menjadi hak istri, dan ada kewajiban istri yang menjadi hak suami. Kewajiban ini harus ditunaikan, agar hak pasangan bisa didapatkan secara timbal balik. Setelah menikah, anda tidak bisa lari dari tanggung jawab adanya hak dan kewajiban ini. Siap terikat oleh hak dan kewajiban? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

30


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Sahabat muda, pikirkan lagi, renungkan lagi, sudah siapkah anda dengan itu semuanya? Jika anda sudah siap, maka itu bagian dari pertanda kesiapan anda memasuki kehidupan pernikahan. Selamat memasuki kehidupan pernikahan yang penuh keindahan dan keajaiban. Ust. Cahyadi Takariawan

Assalamualaikum

Bagaimana sebaiknya dalam shalat istikharah apakah baiknya dengan menyebutkan nama yang kita ta'arufkan atau tidak menyebutkan? Bagaimanakah tata cara doa dalam shalat istikharah yg diajarkan rasul? Jawaban : Shalat istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika seseorang hendak memohon petunjuk kepada Allah, untuk menentukan keputusan yang benar ketika dihadapkan kepada beberapa pilihan keputusan. Sebelum datangnya Islam, masyarakat jahiliyah melakukan istikharah (menentukan pilihan) dengan azlam (undian). Setelah Islam datang, Allah melarang cara semacam ini dan diganti dengan shalat istikharah. Dalil disyariatkannya shalat istikharah Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, beliau berkata, َ‫سو ُل َكان‬ ُ ‫ﺻ َحابَهُ يُعَ ِلّ ُم – وسلم عليه ﷲ ﺻلى – ﱠ ِ َر‬ ْ َ ‫َارةَ أ‬ َ ‫ور فِى ا ِﻻ ْستِخ‬ َ ‫آن ِمنَ الس‬ ِ ‫ ُك ِلّ َها اﻷ ُ ُم‬، ‫ﱡورةَ يُعَ ِلّ ُم َك َما‬ ِ ‫ِإذَا « يَقُو ُل ْالقُ ْر‬ ‫ض ِة َغي ِْر ِم ْن َر ْكعَتَي ِْن فَ ْليَ ْر َك ْع بِاﻷ َ ْم ِر أَ َحدُ ُك ْم َه ﱠم‬ ُ ‫ بِقُد َْرتِﻚَ َوأَ ْستَ ْقد ُِركَ بِ ِع ْل ِمﻚ أَ ْست َِخ‬، َ‫ِم ْن َوأ َ ْسأَلُﻚ‬ َ ‫يركَ إِنِّى اللﱠ ُه ﱠم ِليَقُ ِل ث ُ ﱠم ْالفَ ِري‬ ْ َ‫ ْال َع ِظ ِيم ف‬، َ‫ب َعﻼﱠ ُم َوأَ ْنتَ أ َ ْعلَ ُم َوﻻَ َوتَ ْعلَ ُم أَ ْقد ُِر َوﻻَ ت َ ْقد ُِر فَﺈِنﱠﻚ‬ َ‫ضلِﻚ‬ ِ ‫ ْالغُيُو‬، ‫دِي ِنى ِفى ِلى َخي ٌْر اﻷ َ ْم َر َهذَا أ َ ﱠن تَ ْعلَ ُم ُك ْنتَ ِإ ْن اللﱠ ُه ﱠم‬ ‫اج ِل قَا َل أَ ْو – أَ ْم ِرى َو َعاقِبَ ِة َو َم َعا ِشى‬ ِ ‫آج ِل ِه أَ ْم ِرى َع‬ ِ ‫ار ْك ث ُ ﱠم ِلى َويَ ِس ّْرهُ ِلى فَا ْقد ُْرهُ – َو‬ ِ َ‫ فِي ِه ِلى ب‬، ‫اﻷ َ ْم َر َهذَا أَ ﱠن تَ ْعلَ ُم ُك ْنتَ َو ِإ ْن‬ َ َ َ ْ ‫اج ِل فِى قَا َل أ ْو – أ ْم ِرى َو َعاقِبَ ِة َو َمعَا ِشى دِينِى فِى ِلى ش ﱞَر‬ ْ ‫ﺻ ِر ْفنِى َعنِّى فَا‬ ْ ‫ َع ْنهُ َوا‬، ‫ْال َخي َْر ِلى َوا ْقد ُْر‬ ِ ‫آج ِل ِه أ ْم ِرى َع‬ ِ ‫ﺻ ِرفهُ – َو‬ ُ ‫ضنِى ث ُ ﱠم َكانَ َحي‬ ‫ْث‬ ِ ‫س ِّمى – قَا َل – أَ ْر‬ َ ُ‫َحا َجتَهُ َوي‬ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

31


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa:

“Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.” Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepadaMu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, AlBukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya). Teks Doa Istikharah Teks doa istikharah ada dua: Pertama,

‫يركَ ِإنِّى اللﱠ ُه ﱠم‬ ْ ‫ ْال َع ِظ ِيم َف‬، َ‫َعﻼﱠ ُم َوأَ ْنتَ أ َ ْع َل ُم َوﻻَ َوتَ ْع َل ُم أ َ ْقد ُِر َوﻻَ تَ ْقد ُِر َفﺈِ ﱠنﻚ‬ ُ ‫ ِبقُد َْرتِﻚَ َوأَ ْستَ ْقد ُِركَ ِب ِع ْل ِمﻚ أ َ ْست َِخ‬، َ‫ضلِﻚَ ِم ْن َوأ َ ْسأَلُﻚ‬ ْ ‫ﱠ‬ َ َ ‫ب‬ ِ ‫ الغُيُو‬، ‫ار ْك ث ُ ﱠم ِلى َويَ ِس ّْرهُ ِلى فَا ْقد ُْرهُ أَ ْم ِرى َو َعاقِبَ ِة َو َمعَا ِشى دِينِى فِى ِلى َخي ٌْر اﻷ ْم َر َهذَا أ ﱠن تَ ْعلَ ُم ُك ْنتَ إِ ْن الل ُه ﱠم‬ ِ َ‫ فِي ِه ِلى ب‬، ْ ْ ُ ‫َحي‬ ْ َ ّ ْ‫ﺻ ِر ْفهُ أَ ْم ِرى َو َعاقِبَ ِة َو َمعَا ِشى دِينِى فِى ِلى ش ﱞَر اﻷ َ ْم َر َهذَا أ َ ﱠن تَ ْعلَ ُم ُك ْنتَ َوإِن‬ ْ ‫ﺻ ِرفنِى َعنِى فا‬ ْ ‫ َعنهُ َوا‬، ‫ْث ْال َخي َْر ِلى َواقد ُْر‬ َ‫ضنِى ث ُ ﱠم َكان‬ ِ ‫أ َ ْر‬ “Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

32


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih” Kedua, sama dengan atas hanya ada beberapa kalimat yang berbeda, yaitu:

Kalimat [‫ ]أ َ ْم ِرى َو َعاقِبَ ِة َو َم َعا ِشى دِينِى‬diganti dengan [‫اج ِل‬ ِ ‫آج ِل ِه أ َ ْم ِرى َع‬ ِ ‫]و‬. َ Sehingga, Teks lengkapnya: ‫يركَ إِنِّى اللﱠ ُه ﱠم‬ ْ َ‫ ْالعَ ِظ ِيم ف‬، َ‫َعﻼﱠ ُم َوأَ ْنتَ أ َ ْعلَ ُم َوﻻَ َوتَ ْع َل ُم أ َ ْقد ُِر َوﻻَ تَ ْقد ُِر فَﺈِنﱠﻚ‬ ُ ‫ بِقُد َْرتِﻚَ َوأ َ ْست َ ْقد ُِركَ بِ ِع ْل ِمﻚ أ َ ْست َِخ‬، َ‫ضلِﻚَ ِم ْن َوأ َ ْسأَلُﻚ‬ ‫ب‬ ِ ‫ ْالغُيُو‬، ‫اج ِل فِى ِلى َخي ٌْر اﻷ َ ْم َر َهذَا أ َ ﱠن تَ ْعلَ ُم ُك ْنتَ ِإ ْن اللﱠ ُه ﱠم‬ ِ ‫آج ِل ِه أَ ْم ِرى َع‬ ِ ‫ار ْك ث ُ ﱠم ِلى َو َي ِس ّْرهُ ِلى فَا ْقد ُْرهُ َو‬ ِ ‫ فِي ِه ِلى َب‬، ‫ُك ْنتَ َو ِإ ْن‬ ْ َ َ َ ْ ُ ‫ضنِى ث ُ ﱠم َكانَ َحي‬ ‫اج ِل فِى ِلى ش ﱞَر اﻷ ْم َر َهذَا أ ﱠن تَ ْعلَ ُم‬ ْ ‫ﺻ ِر ْفنِى َعنِّى فَا‬ ْ ‫ َع ْنهُ َوا‬، ‫ْث ال َخي َْر ِلى َواقد ُْر‬ ِ ‫أَ ْر‬ ِ ‫آج ِل ِه أ ْم ِرى َع‬ ِ ‫ﺻ ِر ْفهُ َو‬ Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii ‘aajili amrii wa aajilih, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih. Kapan doa istikharah diucapkan? Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul berkata, “Waktu doa istikharah adalah setelah salam, berdasarkan sabda beliau shallallahu Alaihi wa Sallam, ‫ض ِة َغي ِْر ِم ْن َر ْك َعتَي ِْن فَ ْليَ ْر َك ْع ِباﻷ َ ْم ِر أ َ َحدُ ُك ْم َه ﱠم ِإذَا‬ َ ‫ِليَقُ ِل ث ُ ﱠم ْالفَ ِري‬ “Jika salah seorang di antara kalian berkehendak atas suatu urusan, hendaklah ia shalat dua rakaat yang bukan wajib, kemudian ia berdoa…..” Teks hadis menunjukkan setelah melaksanakan dua rakaat, artinya setelah salam.” (Bughyatul Mutathawi‘, Hal. 46) Apakah ada bacaan khusus ketika shalat? Tidak terdapat dalil yang menunjukkan adanya bacaan surat atau ayat khusus ketika shalat istikharah. Jadi, orang yang melakukan shalat istikharah bisa membaca surat atau ayat apapun, yang dia hafal. Al-Allamah Zainuddin Al-Iraqi mengatakan, “Aku tidak menemukan satu pun dalil dari berbagai hadis istikharah yang menganjurkan bacaan surat tertentu ketika istikharah.” Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

33


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Apakah istikharah harus dengan shalat khusus ataukah boleh dengan semua shalat sunnah? Pada hadis tentang shalat istikharah di atas dinyatakan, ‫ض ِة َغي ِْر ِم ْن َر ْك َعتَي ِْن فَ ْل َي ْر َك ْع‬ َ ‫ْالفَ ِري‬ “Kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu…”

Berdasarkan kalimat ini, sebagian ulama menyimpulkan bahwa melakukan istikharah tidak harus dengan shalat khusus, tapi bisa dengan semua shalat sunah. Artinya, seseorang bisa melakukan shalat rawatib, dhuha, tahiyatul masjid, atau shalat sunah lainnya, kemudian setelah shalat dia membaca doa istikharah. Imam An-Nawawi mengatakan, ‫ الرواتب السنن من بركعتين تحصل أنها والظاهر‬، ‫ وبتحية‬،‫النوافل من وغيرها المسجد‬ “Teks hadis menunjukkan bahwa doa istikharah bisa dilakukan setelah melaksanakan shalat rawatib, tahiyatul masjid, atau shalat sunnah lainnya.” (Bughyatul Mutathawi’, Hal. 45) Jawaban dalam mimpi?

Banyak orang beranggapan bahwa jawaban istikharah akan Allah sampaikan dalam mimpi. Ini adalah anggapan yang yang sama sekali tidak berdalil. Karena tidak ada keterkaitan antara istikharah dengan mimpi. Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah mengatakan, Mimpi tidak bisa dijadikan acuan hukum fiqih. Karena dalam mimpi setan memiliki peluang besar untuk memainkan perannya, sehingga bisa jadi setan menggunakan mimpi untuk mempermainkan manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ الرؤيا‬،‫نفس وحديث الشيطان ومن الرحمن من ثﻼثة‬ “Mimpi ada 3 macam: dari Allah, dari setan, dan bisikan hati.” Beliau juga menjelaskan bahwa mimpi tidak bisa untuk menetapkan hukum, namun hanya sebatas diketahui. Dan tidak ada hubungan antara shalat istikharah dengan mimpi. Karena itu, Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

34


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

tidak disyaratkan, bahwa setiap istikharah pasti diikuti dengan mimpi. Hanya saja, jika ada orang yang istikharah kemudian dia tidur dan bermimpi yang baik, bisa jadi ini merupakan tanda baik baginya dan melapangkan jiwa. Tetapi, tidak ada keterkaitan antara istikharah dengan mimpi. (Al-Fatwa Al-Masyhuriyah: http://almenhaj.net/makal.php?linkid=124) Apa yang harus dilakukan setelah istikharah?

Para ulama menjelaskan bahwa setelah istikharah hendaknya seseorang melakukan apa yang sesuai keinginan hatinya. Imam An-Nawawi mengatakan, ‫ﺻدره له شرح لما مضى استخار إذا‬ “Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya.” Kesimpulan Berdasarkan keterangan di atas, tata cara shalat istikharah sebagai berikut: Istikharah dilakukan ketika seseorang bertekad untuk melakukan satu hal tertentu, bukan sebatas lintasan batin. Kemudian dia pasrahkan kepada Allah. Bersuci, baik wudhu atau tayammum.

Melaksanakan shalat dua rakaat. Shalat sunnah dua rakaat ini bebas, tidak harus shalat khusus. Bisa juga berupa shalat rawatib, shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha, dll, yang penting dua rakaat.

Tidak ada bacaan surat khusus ketika shalat. Artinya cukup membaca Al-Fatihah (ini wajib) dan surat atau ayat yang dihafal.

Berdoa setelah salam dan dianjurkan mengangkat tangan. Caranya: membaca salah satu diantara dua pilihan doa di atas. Selesai doa dia langsung menyebutkan keinginannya dengan bahasa bebas. Misalnya: bekerja di perushaan A atau menikah dengan B atau berangkat ke kota C, dst. Melakukan apa yang menjadi tekadnya. Jika menjumpai halangan, berarti itu isyarat bahwa Allah tidak menginginkan hal itu terjadi pada anda.

Apapun hasil akhir setelah istikharah, itulah yang terbaik bagi kita. Meskipun bisa jadi tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Karena itu, kita harus berusaha ridha dan lapang dada dengan pilihan Allah untuk kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam doa di Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

35


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

atas, dengan menyatakan, [ ‫ضنِى ث ُ ﱠم‬ ِ ‫“ ]أَ ْر‬kemudian jadikanlah aku ridha dengannya” maksudnya adalah ridha dengan pilihan-Mu ya Allah, meskipun tidak sesuai keinginanku. Allahu a’lam. Pertanyaan Assalamualaikum warahmatullah saya elisa dari pontianak ingin bertanya... bagaimana adap jika ad kenalan ataw teman sosmed yang mengajak utk taaruf namun tanpa pernah bertemu secara fisik? Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Adab yang harus dijaga adalah adab pergaulan Islami. Islam sudah mengatur dengan jelas kaidahnya bahwa bermuamalah dengan lain jenis diperbolehkan dalam hal yang penting. Dalam kasus taaruf maka diperbolehkan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan taaruf saja. Sedangkan pembicaraan yang melenceng dari hal itu, misal ngobrol kesana-kemari, bercanda dll maka tidak diperbolehkan. Ketika sudah ada kecocokan maka disegerakan ada nadhor (pertemuan langsung). Begitulah ketentuan syariat. Allahu A'lam. Pertanyaan : Afwan. Apasih perbedaan cinta dan nafsu? Apakah sblum menikah itu jg bs dikatakan cinta? Dan bagaimna seharusnya qt mengelola perasaan cinta itu agar dalm mlkukn sbuah ibadah niat qt tidak salah ? bagaimna caranya menghilangkan rasa keraguan saat sdh mau mlkukn akad nikah? Mohon penjelasannya. Syukron.. Jawaban : Cinta yang mengundang murka Allah adalah cinta yang dapat menjauhkan kita pada-Nya. Cinta yang menuruti hawa nafsu. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

36


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

"Cinta adalah gelombang makna-makna yang menggores langit hati, maka jadilah pelangi. Goresannya kuat, warnanya terang, paduannya rumit, tapi semua nyata" demikian kata Anis Matta dalam buku Bahagianya Merayakan Cinta. Itulah cinta, rangkaian lima huruf ini kadang penuh misteri, cukup rumit menerjemahkannya akan tetapi cinta adalah nyata sehingga bisa dirasakan. Semua manusia bisa merasakan getaran cinta itu, dengan kadar yang berbeda-beda dan bentuk yang beragam. "Jangan main-main dengan cinta!" nasihat seorang bijak. Yups...karena cinta, kita bisa meraih ridla Allah dan gara-gara cinta pula kita bisa menuai murka Allah SWT.

Mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan membingkai cinta manusia dalam kerangka Mahabbatullah adalah salah satu kunci menggapai ridla Allah SWT. "Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ali Imran: 31). Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa dua orang yang saling mencinta dan berpisah semata karena Allah akan mendapat perlakuan khusus oleh Allah kelak hari kiamat akan mendapat naungan dimana pada saat itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (HR. Bukhari-Muslim). Bukti cinta kita pada Allah adalah dengan mengikuti syari'ah-Nya. Dengan pelaksanaan inilah kita bisa mendapat rahmat dan maghfirah-Nya. Sebaliknya cinta yang mengundang murka Allah adalah cinta yang dapat menjauhkan kita pada-Nya. Cinta yang menuruti hawa nafsu. Misalnya cinta dunia berlebihan, cinta yang dilandasi nafsu belaka kepada lawan jenis tanpa ikatan perkawinan dsb. "Apabila umatku sudah mengagungkan dunia, maka akan tercabut dari mereka kehebatan Islam ...(HR. Turmudzi).

Oleh karena itu, kita mesti tahu apa itu cinta. Selain kata cinta ada dua kata lain yang artinya hampir mendekati, tapi berbeda makna, yaitu sayang dan suka. Cinta, sayang dan suka kadangkala dimaknai dengan satu arti. Meskipun memiliki makna yang berbeda.

Kita semuanya tentu pernah mencintai, menyayangi atau menyukai seseorang atau barang tertentu. Bila kita pernah melakukan ketiga-tinganya, kita pasti merasakan bahwa ternyata Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

37


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

ketiganya berbeda. Suka, cenderung kepada keinginan seseorang untuk segera memiliki, di dalamnya ada ego. Sehingga orang yang menyukai sesuatu biasanya menunjukkan sifat egoismenya, dalam arti ingin menyenangkan dirinya saja, tanpa menyenangkan orang yang disukainya. Sehingga perasaan hati terdalamnya tidak sampai menyatu kepada orang yang disukainya.

Sayang, adalah boleh dikatakan kadarnya berada di atas suka. Jika kita sayang pada seseorang atau sesuatu, maka kita sedikit mengorbankan diri kita demi menyenangkan orang yang disayangi. Ia tiak egois, tapi luapan perasaannya dituangkan untuk menyenangkan orang yang disayangi. Orang yang sayang akan hadir saat orang yang disayangi menginginkannya. Sedangkan, cinta adalah tingkatan yang paling tinggi. Tingkat pengorbanan cinta lebih besar dibandingkan dengan sayang. Orang yang mencintai, akan rela mengorbankan jiwanya demi menyenangkan orang yang dicintainya. Ia ingin sekali orang yang dicintainya selalu dekat berada disisinya, apapun keadaannya dan kapanpun waktunya. Sesuatu yang dicintainya dianggapnya sebagai sebuah anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Maka, dalam keadaan duka maupun suka, ia tetap loyal kepada orang yang dicintainya. Sebagai seorang muslim, kita harus pandai-pandai mengelola rasa suka, sayang dan cinta kita. Apalagi, bagi seorang remaja, perasaan terhadap lawan jenis tersebut biasanya cukup besat dan menggebu. Jika seseorang pemuda tidak pandai-pandai mengelola maka bisa terjatuh pada hukum haram. Cinta adalah perasaan hati yang kehadirannya tidak bisa ditolak. Bagi pemuda yang terjangkiti ’virus’ merah jambu itu perlu memperhatikan rambu-rambu. Untuk mengekspresikan perasaan itu, bagi seorang pemuda perlu memahami skala prioritas terlebih dahulu. Jangan sampai karena jatuh cinta, semua permasalahan terabaikan sama sekali. Inilah cinta buta, cinta yang didasari hawa nafsu.

Islam sangat menjaga kehormatan manusia. Salah satu caranya dengan membuat aturan agar perasaan cinta terhadap lawan jenis berjalan tidak liar. Rasulullah SAW pernah mengingatkan jika dua orang berlainan jenis menyepi, maka yang ketiga adalah syetan. Mengapa Islam melarang dua orang berlainan jenis menyepi, dan menyentuh lawan jenis? Hal inilah yang menunjukkan bahwa Islam memulyakan manusia. Sebab, orang yang melakukan dua perbuatan tadi sebelum ada ikatan perkawinan akan bisa menghantarkan pada perbuatan yang keji. Jika sudah jatuh pada perbuatan keji, maka Allah akan mencabut rasa Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

38


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

cinta dan sayangnya pada orang tersebut. Maka, cinta yang diridlai Allah, adalah cinta yang terbingkai dalam ikatan perkawinan.

Makanya, pemuda yang sudah siap, dianjurkan untuk segera menikah. Cinta orang yang sudah menikah itu lebih mentrentramkan daripada sebelum menikah. Cinta yang dinaungi pernikahan katanya justru menjadi motor yang mesinnya sangat kuat dan terarah, tidak berkeliaran liar. Rasulullah SAW bersabda: "Wahai segenap pemuda, barangsiapa yang telah mampu untuk kawin maka hendaklah ia kawin, karena kawin itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiap yang belum mampu nikah, maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa itu akan menjadi perisai baginya" (HR. BukhariMuslim). Cinta yang terbingkai dalam ikatan perkawinan adalah cinta yang dapat membawa manfaat, relatif terhindar dari dosa. Bagi remaja putri juga menjadikan yang bersangkutan memelihari diri, menimbulkan ketenangan, dan persahabatan sejati. Rajutan cinta yang dikemas dalam ikatan perkawinan adalah rajutan yang paling sempurna dan indah. Di situlah cinta sejati kita temukan. Jangan coba katakan cinta sejati jika sebelum menikah..! Keindahan cinta perkawinan yang dilandasi karena Allah inilah yang disebut cinta sejati. Sang lelaki laksana benteng bagi wanita yang bisa memberi rasa aman, cinta-kasih sayang, ketenangan dan ketentraman. Dan sang wanita bagai lahan subur yang sejuk dan rindang yang terhiasi dengan bunga-bunga cinta, tempat si laki-laki mencari ketenangan. Ia juga bagaikan matahari yang menyinari, merpati yang mengepakkan sayap, bunga yang harum semerbak dan tempat berteduh yang menyejukkan. Cinta yang membawa kepada ridla Allah adalah cinta ilahi, meletakkan cinta pada Allah di atas segala perasaan cinta yang menguasai hatinya, dan tentunya yang terikat dalam perkawinan. Di dalamnya kita bisa mereguk nikmatnya cinta sejai yakni cinta yang berdasarkan ilahi. Itulah cara mengelolah cinta yang dapat mendamaikan hati. Wallahu 'alam bisshowab.

Pertanyaan : Ana dari kelas 2E nama ana bunga ustadz :

"baiknya ketika menerima ikhwan itu gimana? Maksudnya harus yg harus sesuai kriteria kita atau bagaimana atau ada faktor lain?"

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

39


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

"ada contoh udah menolak satu ikhwan, tapi ikhwan itu bilang via murabbinya "masih ingin berikhtiar"akhirnya dia enggan proposalnya dikembalikan" Cara menyikapi nya bagaimana apakah itu bisa disimpulkan ikhwan tersebut memaksa bukankah di islam pun tidak boleh ada unsur paksaan? Bagaimana untuk kasus yg ini ya?

Mohon jawabannya, jazakallah khoir ustadz Jawaban : Dalam Islam, tidak boleh ada unsur paksaan untuk menerima atau menolak ketika taaruf. Pihak akhwat punya hak untuk menerima atau menolak. Seharusnya seorang ikhwan mampu berlapang dada ketika proposalnya ditolak, begitu juga sebaliknya. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalamualaikum ustadz, di mana dan kepada siapa saya harus mengatakan bahwa saya siap dan ingin melakukan proses ta'aruf? Sampai saat ini saya belum punya murobiyah. Terima kasih. Jawaban : Ukhti bisa menyampaikan hal tersebut kepada perantara. Perantara tersebut bisa ustadz, saudara, teman atau sahabat. Yang utama adalah mintalah tolong perantara yang faham agama dan sudah menikah sehingga lebih bijak dalam mentaarufkan dan juga pilihlah perantara yang bisa adil dalam menilai sehingga tidak berlebih-lebihan dalam menilai saat taaruf. Sebenarnya dalam Islam kewajiban mencarikan jodoh adalah kewajiban orangtua. Tetapi orangtua tidak boleh memaksakan pilihannya kepada anaknya. Anak boleh menolak atau menerima pilihan orangtua. Allahu A'lam Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

40


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Pertanyaan : Saya saat ini dkt dg seseorang kami mmpunyai niat yg sm yaitu segera menikah. Hy sj kdua org tua sy tdk merestui krn dia blm mapan. Org tua sy orang yg sgt keras.sy tdk brani blg apa2 krn ortu sy sll branggapan "org tua prnh jd ank,tp ank blm prnh jd org tua,jd jelas org tua lbh berpengalaman". Bagaimana mnrt ustadz.. Jawaban : Dalam Islam, alasan orantua menolak calon menantu karena belum mapan adalah tidak syar'i. Justru dengan menikah lah jalan rizki akan dilancarkan. Hal yang paling penting harus dilakukan adalah meyakinkan orangtua. Banyak fakta ikhwan yang sebelum menikah belum mapan bahkan belum punya pekerjaan namun setelah menikah, rizki berlimpah. Hal tersebut merupakan janji Allah kepada hambaNya yang menikah. Libatkan juga pihak ketiga yang disegani orangtua untuk melobi orangtua. Terakhir, jangan lupa berdoa diwaktu mustajab misal setelah shalat tahajjud, setelah dhuha dll agar Allah melunakkan hati orangtua. Allahu A'lam Pertanyaan : Pa usdad apakah ada laki2 yg mau dengan perempuan yg suka ceplas ceplos? Haruskah perempuan itu berpura3?

Jawaban : Rata-rata laki-laki menginginkan seorang akhwat yang kalem, penyabar dan shalihah. Kalau pertanyaannya adakah lelaki yang suka perempuan ceplas ceplos maka jawabannya ada, insyaAllah. Haruskah perempuan itu berpura-pura? Ketika taaruf, hal tersebut harus dijelaskan sehingga tidak ada penyesalan atau ada yang merasa ditipu. Allahu A'lam

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

41


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

"Haruskah Menceritakan Aib Dalam Ta'aruf?" Pertanyaan Group 3R Saya mau bertanya, apakah dosa masa lalu yg kita telah bertaubat perlu disampaikan kpd calon suami saat ta'aruf? Seperti dulu pernah terjebak dlm seks bebas. Bagaimana ustadz? Jawaban : Ta’aruf sebelum pernikahan berfungsi salah satunya untuk memastikan bahwa seseorang tidak kecewa setelah menikah. Sebab materi ta’aruf pada hakikatnya memang untuk saling mengetahui keadaan masing-masing calon pengantin. Dan proses ta’aruf itu adalah proses yang bermuara pada dua kemungkinan. Yaitu timbulnya kesepakatan untuk meneruskan ke jenjang pernikahan atau pengurungan niat untuk menikah. Sedangkan aib itu sendiri pun bisa bermacam-macam bentuknya. Ada jenis aib yang memang bisa dijadikan alasan untuk komplain salah satu pihak, namun ada juga jenis aib yang tidak sampai menjadi komplain. Misalnya, ada orang yang pernah melakukan kesalahan kecil yang sifatnya manusiawi, tentu saja tidak perlu diungkit-ungkit. Padahal barangkali Allah Ta'ala sudah mengampuninya. Namun bila aib itu terkait langsung dengan ketidak-nyamanan salah satu pasangan, misalnya masalah keperawanan atau zina yang pernah dilakukan, maka memang tidak bisa ditutuptutupi kepada orang yang serius untuk menikahi. Namun aib itu tetap tidak boleh diumumkan kepada khalayak. Sehingga perlu ditetapkan tekniknya agar kedua sisi tetap bisa diperhatikan. Tentang aib yang ditutupi oleh keluarga calon pengantin wanita, meski tidak persis dengan kasus pernah berzina, namun ada dalil dari hadits nabawi. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda tentang orang yang menutupi aib calon pengantin pada pasangannya dengan hadits yang terkenal, “Man Gasysyana Fa Laisa Minna.” Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,” Orang yang menghunuskan senjata kepada kita bukanlah bagian dari kita. Dan orang yang menipu kita bukanlah bagian dari kita.” (HR Muslim)

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

42


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Maka merupakan kewajiban bagi wali untuk menjelaskan keadaan anak wanitanya dengan keadaan yang sesungguhnya. Namun caranya bukan dengan mengumbar aib itu secara luas ke tengah masyarakat. Sebab masalah seseorang pernah berzina sebelumnya tetaplah merupakan aib yang bukan untuk diumumkan. Apalagi bila wanita itu sudah bertobat dengan sesungguhnya. Bukan cara yang tepat untuk memberitahu kepada siapa saja atas kesalahannya di masa lalu. Maka cara yang bijaksana adalah ketika ada laki-laki yang menyatakan niat untuk menjadi calon suami, ada baiknya si wali mengajaknya bicara baik-baik. Katakan kepada laki-laki itu bahwa anak wanitanya itu bukanlah wanita yang sempurna, sebaliknya sebagai manusia biasa, dia punya banyak kekurangan. Apakah laki-laki itu bersedia mengetahui kekurangannya? Namun dengan syarat sebelumnya untuk merahasiakan kekurangan ini kepada siapapun bila telah diberitahu? Kepada laki-laki itu diberikan kesempatan untuk berpikir dan menimbang-nimbang. Kalau dia siap mengetahui kekurangan dan ridha atas keadaan calon istrinya dengan kondisi apapun, si wali bisa mulai menjelaskan keadaanya. Namun bila laki-laki itu kurang siap untuk mendengar informasi tentang kekuranan wanita itu, sebaiknya dia mengurungkan saja niat untuk menikahinya. Namun bila laki-laki itu penasaran dan ingin tahu sejauh mana kekurangan calon istrinya, agar bisa membuat pertimbangannya lebih tajam lagi, mungkin saja tetap diberitahu, namun dengan syarat tidak boleh menyiarkan kekurangan itu kepada siapapun seandainya dia memutuskan untuk mengurungkan niat. Tentu saja dengan berjanji kepada Allah SWT. Dengan demikian, aib dan kekurangan itu tidak akan menjadi bahan pergunjingan orang banyak. Sebab menutupinya merupakan kewajiban semua umat Islam. Kecuali hanya khusus kepada mereka yang punya hajat tertentu, bolehlah informasi itu disampaikan dengan cara bertahap. Hal yang demikian itu adalah jalan yang lebih baik dari pada menyembunyikan aib, dengan resiko suatu ketika terbongkar dengan sendirinya. Maka keadaan sudah menjadi semakin susah. Dan kekecewaan pihak suami akan semakin menjadi-jadi. Perlu juga ditegaskan bahwa hak untuk mengenal keadaan calon pasangan itu bukan hanya monopoli pihak laki-laki saja. Pihak wanita pun juga punya hak untuk mengetahui keadaan calon suaminya. Meski ketidak-perjakaan seorang laki-laki nyaris tidak ada bentuk pisiknya, berbeda dengan ketidak-perawanan seorang wanita. Wallahu a’lam

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

43


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Pertanyaan group 3R Berarti lebiH bAek jujur pRnah berzina kpada cAl0n suami dr pd g ngasiH tau yg sbnrx pd cAl0n suami?bx tmN yg nx,ngasiH tau pa g pd cAl0n suamix,nah tmN tU,ngasiH tau tp cAl0nx malah mNgHindar,sudah bBrapa kali sPrti tU,jdx aibx trSebAr mskpun cm para cAl0n suamix yg tau,kL0 sPrti tU hrS gmN?pa tTp ngsiH tau yg sbnrx?krna kL0 drahasiakn tkuTx wkt dh nkh langsung dcerein krn suami kcewa Jawaban :

Seperti sudah kami jelaskan bahwa dalam taaruf memiliki fungsi untuk mengenal keadaan dan kondisi calon pasangan sehingga tidak ada yang merasa tertipu di kemudian hari. Maka diperlukan ketrampilan komunikasi dan waktu yang tepat untuk menyampaikan disamping itu juga hal tersebut disampaikan kepada pihak-pihak terkait dan dimohon dengan sangat agar tidak disebarkan. Lebih tepatnya hal tersebut disampaikan ketika nadhor (tatap muka langsung) dengan didampingi mahram (perantara).

Lebih baik berterus terang diawal daripada ada yang kecewa dan merasa tertipu dikemudian hari. InsyaAllah kalau berjodoh, calon suami tersebut dapat menerima dengan lapang dada, apalagi akhwat tersebut sudah bertaubat dari perbuatan tersebut. Allahu A'lam Pertanyaan group 3R Jika ada seorang ikhwan yang melamar, namun orang tua dan akhwat yang dilamar menolak lamaran tersebut dengan alasan kelanjutan studi yang harus diselesaikan apakah alasan tersebut tidak syar'i? Jawaban : Hukumnya adalah bahwa hal semacam itu bertentangan dengan perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sebab beliau bersabda: ‫فزوجوه وأمانته ودينه خلقه ترضون من أتاكم إذا‬ Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

44


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Apabila datang (melamar) kepada kamu lelaki yang kamu ridhai akhlaq dan (komitmennya kepada) agamanya, maka kawinkanlah ia (dengan puterimu).” َ َ‫ البَا َءةَ ِم ْن ُك ُم ا ْست‬،‫َض فَﺈِنﱠهُ فَ ْليَتَزَ ﱠو ْج‬ ‫ب َم ْعش َ​َر يَا‬ ‫ أَغ ﱡ‬،‫ص ِر‬ َ ‫طا‬ ِ ‫ع َم ِن ال ﱠشبَا‬ َ َ‫صنُ ِل ْلب‬ َ ْ‫ِل ْلفَرجِ َوأَح‬ “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kamu mempunyai kemampuan, maka menikahlah, karena menikah itu lebih dapat menahan pandangan mata dan lebih menjaga kehormatan diri.” Tidak mau menikah itu berarti menyia-nyiakan maslahat pernikahan. Maka nasehat saya kepada saudara-saudaraku kaum muslimin, terutama mereka yang menjadi wali bagi puteriputerinya dan saudari-saudariku kaum muslimat, hendaklah tidak menolak nikah (perkawinan) dengan alasan ingin menyelesaikan studi atau ingin mengajar. Perempuan bisa saja minta syarat kepada calon suami, seperti mau dinikahi tetapi dengan syarat tetap diperbolehkan belajar (meneruskan studi) hingga selesai, demikian pula (kalau sebagian guru) mau dinikahi dengan syarat tetap menjadi guru sampai satu atau dua tahun, selagi belum sibuk dengan anak-anaknya. Yang demikian itu boleh-boleh saja. Sumber: As’ilah Muhimmah ajaba ‘anha Syaikh Ibnu Utsaimin, hal.26-27. Allahu A'lam Pertanyaan group 2U Assalamualaykum ust,

Saya mau bertanya, bagai mana kalau seorang laki laki melamar dan wanitanya udah mau tapi orang tua si wanita boleh menikahi anaknya kalau sudah mendapat penghasilan tetap, padahal si laki laki masih kuliah dan belum bekerja,, padahal laki laki dan wanita tersebut sudah pengen segera menikah untuk lebih menjaga Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

45


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dalam Islam, alasan orangtua wanita tersebut tidak syar'i dilihat dari sisi persyaratan harus punya penghasilan tetap. Kemampuan finansial memang diperlukan karena hal tersebut merupakan kewajiban suami untuk menafkahi istri. Jadi, yang terpenting adalah "tetap punya penghasilan", bukan "punya penghasilan tetap". Persoalan ini adalah alasan paling krusial alias paling utama. Bagi seseorang yang hendak menikah, terutama laki-laki memang harus memikirkan bagaimana cara ia menafkahi keluarganya setelah ia menikah. Nafkah merupakan salah satu kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang suami dan dihukumi berdosa manakala mengabaikan persoalan ini. Rasulullah shalallahu a’laihi wa shallam mengingatkan: “Cukuplah dikatakan berdosa seorang (suami) yang mengabaikan nafkah keluarga yang menjadi tanggungannya.” (HR. Imam Ahmad dan imam Abu Dawud) Persoalannya, apakah untuk menafkahi keluarga berarti harus memiliki pekeejaan tetap terlebih dahulu? Tentu bukan demikian maksudnya.

Poin penting dari persoalan ini adalah bagaimana seseorang mamandang dirinya siap dari sisi ma’isyah (pekerjaan) untuk segera manikah. Banyak kasus yang menimpa orang-orang yang sudah bekerja (bahkan pekerjaan tetap), masih juga menilai dirinya belum siap menikah. Ada kisah nyata, seorang pemuda yang menikah saat kuliah. Ketika ditanya bagaimana solusi menganai masalah keuangan harian rumah tangganya, ia membuka jawabannya dengan sunyuman kecil. Ternyata pemuda shaleh ini memiliki perhitungan yang biasa tapi istimewa. Pemuda ini memiliki keinginan yang besar untuk menikah, padahal baru duduk di semester tiga perguruan tinggi. Ia berpikir, kalau ia menikah siapa yang akan membiayai kuliahnya dan kuliah istrinya, belum lagi kebutuhan sehari-hari. Sementara selama ini ia masih mendapat jatah 100% dari orang tuanya untuk berbagai macam kebutuhannya. Tak kalah akal, ia menawarkan sebuah ide kepada orang tuanya, juga kepada orang tua calon istrinya. Pemuda ini mengajukan tawaran dirinya menikah, tetapi ia tetap dibiayai orang tuanya selama kuliah seperti biasanya dan istrinya juga dibiayai oleh orang tua istri sampai lulus. Ia tidak meminta jatah dari orang tuanya, kecuali jatah yang biasa ia terima sebelumnya, demikian pula dengan istrinya. Tidak berbeda dengan mahasisswa lain, hanya saja dua orang yang sebelumnya terpisah dengan izin Allah bersatu dalam keberkahan, bukan dengan cara yang diharamkan Allah seperti pacaran.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

46


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Subhanallah, ternyata gagasannya diterima orang tua dan calon mertuanya. Pemuda inipun menikah dan tetap kuliah dengan biaya dari orang tuanya sendiri dan orang tua istrinya. Keduanya tak pernah meminta jatah lebih kecuali jatah yang biasa diterima sebelumnya.

Ternyata mereka berdua berusaha mengencangkan ikat pinggang dengan cara makan sepiring berdua. Dengan cara demikian keromantisan didapat dan uang pun bisa disisihkan sebahagian. Di sela-sela kesibukan, mereka masih menyempatkan waktu untuk berusaha mencari nafkah. Istrinya pintar masak, sehingga bisa melayani pesanan snack (makanan ringan) para mahasiswa yang hendak seminar atau ujian akhir. Sedangkan suami berjualan buku, majalah, madu dan beberapa produk islami lainnya. Alhamdulillah, mereka lulus dalam waktu yang sama dan bisa langsung hidup mandiri tepisah dari orang tua masing-masing. Contoh tersebut adalah satu dari sekian banyak contoh keberhasilan yang menikah dari modal pas-pasan, bahkan dari nol. Mereka berani menikah, meskipun pada awalnya belum memiliki pekerjaan tetap. Tetapi mereka memiliki kesiapan untuk bertanggung jawab. Pada akhirnya mereka mampu membina rumah tangga dengan harmonis. Allahu A'lam

Pertanyaan group 3R : assalamu'alaykum

izin menyampaikan pertanyaan.

apakah kami sebagai akhwat bisa memilih ikhwan sbg calon pasangan kita?

atau memang dlm prosesnya, akhwat hanya bisa menunggu proses dr murabbiyah, kemudian dihadapkan pd pilihan menerima atau menolak seseorang itu? Jawaban :

Islam telah memberikan hak yang sama kepada laki-laki dan perempuan dalam memilih pasangannya. Karena pernikahan dalam Islam dianggap sah dan valid jika ada persetujuan dari kedua belah pihak (calon suami dan istri). Orang tua atau siapapun itu dilarang memaksa anak mereka untuk melaksanakan pernikahan yang tidak diinginkan. Peran dan tanggung jawab mereka hanya sebatas memberikan arahan dan nasihat. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

47


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Seorang perempuan memiliki kebebasan penuh untuk menerima atau menolak lamaran yang ditujukan kepadanya. Keputusan akhir untuk menikah ada di tangannya. Hikmahnya adalah, jarang terjadi ada sebuah keluarga sehat yang merupakan hasil dari pernikahan yang dipaksakan. Karena ini juga akan menjadi hambatan dalam melaksanakan tuntutan Allah kepada pasangan suami istri untuk hidup bersama selamanya untuk saling menumbuhkan rasa kasih sayang. Keadaan ini merupakan fakta yang bisa dibuktikan dengan banyak riwayat hadits tentangnya. An-Nisa’i dalam haditsnya meriwayatkan bahwa ada seorang ayah menikahkan anak perempuannya dengan laki-laki yang tidak disukainya. Lalu perempuan tersebut datang ke Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dan berkata, “Bagaimana jika ayah saya menikahkan saya dengan seorang laki-laki yang tidak saya sukai, sedangkan sepupu saya datang melamar saya?“. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menjawab, “Tidak ada pernikahan (untuk laki-laki pertama). Menikahlah dengan orang yang kamu inginkan“. Hampir sama, an-Nisa’i meriwayatkan dari Khansa bint Khadam bahwa ia berkata, “Ayah saya menikahkan saya tanpa persetujuan saya ketika saya masih perawan, lalu saya mengeluh kepada Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam , lalu beliau bersabda, ‘Jangan nikahkan ia tanpa persetujuan darinya‘.”. Hadits-hadits Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam yang berisi tentang hal ini, menegaskan hak perempuan dalam memilih, sebagaimana sabdanya, “Seorang janda tidak boleh dinikahkan sebelum berunding dengannya, dan seorang perawan tidak boleh dinikahkan sebelum mendapatkan persetujuannya“. Orang-orang lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana cara dia memberi persetujuan?“. Beliau menjawab, “Dengan diamnya“. Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadits Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam yang mengatakan, “Aisyah bertanya kepada Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam tentang apakah seorang gadis harus dimintai persetujuan jika akan dinikahkan oleh keluarganya. Beliau menjawab, ‘Ya, dia harus dimintai persetujuan’. Aisyah menjawab, ‘Tapi dia seorang yang pemalu’. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menjawab, ‘Jika dia diam, itu merupakan tanda setujunya‘.”. Ibn al-Qayyim berkata, “Kita adopsi fatwa ini; seorang perawan harus dimintai persetujuan (mengenai pernikahannya). Ada sebuah tradisi asli di mana Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda, ‘Seorang janda lebih berhak menentukan daripada ayahnya; seorang perawan dimintai persetujuannya, dan diamnya adalah tanda setujunya‘. Dalam riwayat lain dikatakan, ‘Seorang perawan dimintai persetujuan oleh ayahnya, dan tanda setujunya adalah diamnya‘.”. Perhatian yang Islam berikan dalam hal pemilihan suami dan istri ini, sebenarnya adalah perihal mengenai inti dari sebuah keluarga. Keluarga dimulai dengan adanya seorang lakiUstadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

48


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

laki dan perempuan yang datang bersama dan memiliki kesamaan pemahaman pemikiran yang nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan keluarga itu sendiri termasuk ketika anggota keluarga itu bertambah. Keluarga adalah balok bangunan pondasi yang esensial dalam masyarakat, dan dari sinilah nilai sebuah masyarakat terbentuk. Allahu A'lam

Pertanyaan Group 2U : Ust, bagai mana hukumnya ahwat dalam memilih suami dia mengajukan syarat bahwa yg melamar harus hafal paling tidak 1 juz al qur,an,, apakah syarat tersebut di bolehkan! Jzakumullahu khaira Jawaban : Para ulama sepakat hukum asal mengadakan syarat dalam akad nikah adalah sah dan boleh. Selagi tidak ada dalil yang melarang syarat tersebut maka syariat membolehkan. Namun dalam perjalanannya banyak sekali macam-macam syarat yang berkaitan dengan kaidah umum atau tujuan asal dari menikah atau hak-hak dalam pernikahan. Dari sinilah para ulama berbeda pendapat. Sebelumnya perlu diketahui, bahwa ada perbedaan antara syarat nikah dan syarat dalam nikah, diantaranya sebagai berikut: Pertama : Syarat nikah ditentukan oleh syariat Islam. Sedangkan syarat dalam nikah yang menentukan adalah salah satu dari dua pihak yang melakukan transaksi. Kedua : Syarat nikah merupakan syarat sahnya suatu akad, berbeda dengan syarat dalam nikah yang bukan merupakan syarat sahnya suatu akad tetapi hanya syarat yang mewajibkan salah satu dari dua pihak yang bertransaksi. Ketiga : Syarat nikah tidak bisa digugurkan, sedangkan syarat dalam nikah bisa digugurkan menurut kesepakatan kedua belah pihak.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

49


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Keempat : Syarat nikah semuanya benar dan berlaku, karena berasal dari syariah, berbeda dengan syarat dalam nikah, yang sebagiannya sah dan sebagian lainnya tidak sah serta tidak berlaku, karena yang meletakkan adalah manusia yang bisa benar dan salah. Macam-macam Syarat Dalam Nikah Para ulama berbeda pandangan dalam menjelaskan permasalahan ini, maka akan kami tuliskan pemaparan daring masing-masing madzhab. Hanafiyah Ulama Hanafiyah memandang ada dua macam syarat: Syarat Yang Sah Yaitu syarat yang sesuai dengan konsekuensi nikah dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Maka wajib hukumnya bagi suami untuk melaksankan syarat ini. Jika suami enggan maka istri berhak untuk meminta cerai. Contoh dari syarat ini adalah persyaratan untuk disiapkan rumah pribadi setelah menikah, tidak tinggal bersama orang tua. Syarat Yang Batal Yaitu syarat yang tidak sesuai dengan konsekuensi nikah dan bertentangan dengan hukum Islam. Status nikahnya tetap sah namun syarat tersebut tidak wajib dilaksanakan suami dan tidak ada hak bagi istri untuk meminta cerai jika suami tidak melaksanakan syarat. Contoh syarat ini adalah persyarat untuk menceraikan istri muda setelah dinikahi. Pendapat Hanafiyah ini dapat kita rujuk pada referensi-referesi berikut: Addur al-Mukhtar 2/405, Tabyin al-Haqa’iq 2/148 dan Fathul Qadir 3/107. Malikiyah Ulama Malikiyah membagi syarat menjadi dua:

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

50


Syarat Yang Sah

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Syarat ini dibagi menjadi dua, yaitu syarat mubah dan syarat makruh. Syarat mubah adalah syarat yang sesuai dengan tujuan menikah dan tidak bertentangan dengan hukum Islam, seperti persyaratan untuk menafkahi istri. Adapun syarat makruh adalah syarat yang tidak berhubungan dengan akad nikah dan tidak bertentangan dengan tujuan nikah namun sedikit merugikan suami.Contohnya adalah persyaratan agar suami tidak poligami. Syarat Yang Batal Adalah syarat yang tidak sesuai dengan tujuan menikah. Jika istri mensyaratkan syarat seperti ini maka akad nikah menjadi batal kecuali jika sudah digauli, maka akad nikah tetap sah namun syarat tidak wajib dilaksanakan. Contoh dari syarat ini adalah syarat agar suami lebih mendahulukannya daripada istri pertamanya. Pendapat Malikiyah dapat kita klarifikasi pada rujukan-rujukan berikut: Al-Qawanin alFiqhiyah 1/118-220, Asy-Syarh Ash-Shaghir 2/384, dan Bidayatul Mujtahid 2/53. Syafi’iyah Ada dua macam syarat menurut madzab Syafi’i: Syarat Yang Sah Adalah syarat yang sesuai dengan tujuan menikah seperti suami harus memberi nafkah ke istri. Atau seperti syarat yang tidak sesuai dengan tujuan menikah namun tidak berpengaruh pada keabsahan nikah seperti syarat agar istri harus makan lauk tertentu. Hukum syarat ini tidak wajib dilaksanakan, dan nikah tetap sah. Syarat Yang Batal Adalah syarat yang tidak sejalan dengan tujuan menikah namun tidak merusak tujuan asal dari menikah. Seperti syarat agar istri tidak dipoligami. Hukum syarat ini tidak sah namun status nikah tetap sah. Dalil Syafi’iyah adalah hadis Nabi, yang artinya, “ Semua syarat yang tidak ada di dalam al-Qur’an maka batal”. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

51


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Adapun jika syarat tersebut bertentangan dengan tujuan menikah, misal syarat agar tidak menjimak istrinya siang hari, maka hukum nikahnya menjadi batal. Diantara syarat ini juga syarat agar suami/istri tidak saling mewarisi atau syarat tidak wajib menafkahinya. Pendapat madzhab Syafi’i ini bisa kita temukan dalam literatur berikut; Mughnil Muhtaj 3/226 dan Al-Muhadzdzab 2/47. Hanabilah Ada tiga macam syarat menurut madzhab Hanabilah: Syarat Yang Sah Adalah syarat yang sejalan dengan tujuan menikah atau tidak sejalan namun bermanfaat bagi salah satu pihak suami atau istri namun tidak ada dalil yang melarang dari syariat. Contoh dari syarat ini adalah syarat agar istri tidak dimadu. Hukum syarat ini adalah wajib dilaksanakan dan sah akadnya. Jika suami tidak melaksanakan maka istri berhak meminta cerai. Ulama Hanabilah berdalil dengan hadis yang artinya, “ Syarat yang paling berhak dilaksanakan adalah syarat dalam nikah” dan hadis “ Orang Islam harus menaati syarat mereka”. Adapun hadis “ Semua syarat yang tidak ada pada Al-Qur’an adalah batal”, maka maksudnya adalah syarat yang bertentangan dengan tujuan nikah atau bertentangan dengan hukum Islam. Syarat Yang Batal Namun Tidak Membatalkan Nikah Misal syarat yang menyebabkan jatuhnya beberapa hak suami atau istri. Contonya syarat agar suami tidak boleh menjimaknya saat siang, atau syarat istri tidak berhak atas mahar. Syarat Yang Batal dan Membatalkan Nikah Adalah syarat yang bertentangan dengan aturan umum dan tujuan nikah. Misal nikah mut’ah (kontrak) yaitu nikah dengan syarat dalam waktu sekian harus dicerai. Atau nikah syighar yaitu nikah dengan syarat maharnya adalah menikahkan perempuan lain.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

52


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Keterangan dari madzhab Hambali ini kita dapatkan dalam Al-Mughni 6/548 dan Kasysyaf Al-Qina’ 5/98. Kesimpulan Ulama sepakat akan kebolehan/keabsahan syarat yang sejalan dengan tujuan menikah dan mereka juga sepakat akan ketidakabsahan syarat yang tidak sejalan dengan tujuan menikah atau bertentangan dengan hukum Islam. Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah sepakat akan keabsahan syarat yang disukai misal syarat agar istri/suami bebas dari cacat. Mereka berselisih tentang hukum syarat yang tidak sejalan dengan tujuan menikah namun tidak bertentangan dengan akad nikah, seperti syarat agar istri tidak dimadu, istri tidak disuruh tinggal di luar kota asal. Hanabilah berpendapat bahwa syaratnya sah dan wajib dilaksanakan. Hanafiyah berpendapat syaratnya batal namun akad nikah sah. Malikiyah berpendapat syaratnya tidak wajib dilaksanakan tapi boleh ditaati. Syafi’iyah berpendapat syaratnya batal dan nikah tetap sah. Wallahu A'lam Bish Shawab

Pertanyaan : Assalamu'alaikum

Saya cynthia 26th.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

53


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Apakah boleh ta'aruf dengan lebih dari satu laki2 & bagaimana bersikap pada laki2 tersebut dan orang tua saya??? Jawaban :

Apabila seorang wanita sudah menyatakan menolak pinangan / lamaran laki-laki pertama atau masih belum memberikan jawaban atas pinangannya, sebenarnya wanita itu tidak berstatus menjadi makhthubah (pihak yang dikhitbah) oleh seorang pun. Dalam keadaan demikian. diperbolehkan bagi laki-laki lain untuk taaruf dan mengkhitbahnya. Dalilnya adalah hadits Nabi saw. Diriwayatkan oleh Fathimah binti Qais, ketika ia sudah selesai masa iddahnya, ia dikhitbah oleh dua orang, yakni Muawiyah bin Abu Sufyan dan Abu Jahm. Ketika hal itu disampaikan kepada Rasulullah saw, beliau kemudian bersabda: ‫ض ُع فَ َﻼ َج ْه ٍم أَبُو أَ ﱠما‬ ُ َ‫زَ ْي ٍد بْنَ أ ُ َسا َمةَ ا ْن ِك ِحي لَهُ َما َل َﻻ ف‬ َ َ‫صاهُ ي‬ َ ‫ص ْعلُوكٌ ُمعَا ِويَةُ َوأَ ﱠما َعاتِ ِق ِه َع ْن َع‬ Tentang Abu Jahm, dia tidak meletakkan tongkatnya dari pundaknya (kiasan untuk menunjukkan sifat suka memukul), sedangkan Muawiyah sangat faqir, tidak punya harta. Nikahlah dengan Usamah bin Zaid (HR Muslim) Dalam menyikapi kasus yang menimpa Fatimah binti Qais tersebut, Rasulullah saw sama sekali tidak bertanya siapa di antara dua laki-laki yang itu yang lebih dulu mengkhitbah. Ketika kedua peminang itu menurut Rasulullah saw tidak ada tidak ada yang ‘pas’ buat Fatimah binti Qais, beliau kemudian mangajukan alternatif lain, yaitu Usamah bin Zaid. Tindakan Rasulullah saw itu menunjukkan bolehnya wanita dikhitbah lebih dari satu orang laki-laki, selama wanita itu belum menerima salah satu pengkhitbah sebagaimana yang terjadi pada Fatimanti binti Qais. Namun apabila sudah menerima khitbah seorang laki-laki, baik disampaikan oleh dia sendiri atau walinya, terang-terangan atau kiasan, tidak diperbolehkan bagi laki-laki lain untuk mengkhitbahnya. Kecuali jika laki-laki yang mengkhitbahnya itu membatalkannya atau mengizinkan bagi laki-laki lain untuk mengkhitbahnya. Demikianlah pendapat al-Syafi’iyyah dan al-Hanabilah (al-Syawkani, Nayl al- Authar V/218). Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah saw bersabda: ْ ‫يَذَ َر َحتﱠى أ َ ِخي ِه ِخ‬ ُ ‫طبَ ِة َعلَى َي ْخ‬ ُ‫ع أ َ ْن ِل ْل ُمؤْ ِم ِن يَ ِح ﱡل فَ َﻼ ْال ُمؤْ ِم ِن أَ ُخو ْال ُمؤْ ِمن‬ َ ‫ب َو َﻻ أ َ ِخي ِه بَي ِْع َعلَى يَ ْبتَا‬ َ ‫ط‬

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

54


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Seorang mukmin adalah saudara mukmin lainnya. Maka tidak halal bagi seorang mukmin membeli barang telah dibeli saudaranya, dan mengkhitbah wanita yang sudah dikhitbah saudaranya, hingga laki-laki itu meninggalaknnya (HR Muslim). Juga dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi saw bersabda: ْ ‫الر ُج ِل ِخ‬ ُ ‫الر ُج ُل يَ ْخ‬ ‫طبُ َو َﻻ‬ ِ ‫ْالخَاطِبُ لَهُ يَأْذَنَ أَ ْو قَ ْبلَهُ ْالخ‬ ‫طبَ ِة َعلَى ﱠ‬ ‫َاطبُ َيتْ ُركَ َحتﱠى ﱠ‬

Dan janganlah seorang laki-laki mengkhitbah (wanita) yang telah dikhitbah laki-laki lain hingga laki-laki yang mengkhitbah sebelumnya meninggalkannya atau diizinkan laki-laki itu (HR Muslim). Lafadz la yahillu (tidak halal) menunjukkan haramnya mengkhitbah wanita yang sudah menerima khitbah seorang pria. Status haram itu baru berubah menjadi halal, jika pria yang mengkhitbah sebelumnya itu membatalkan khitbahnya atau memberikan izin kepada pria lain yang mengkhitbah wanita yang dikhitbahnya itu. Kesimpulannya : selama belum terjadi khitbah (menerima pinangan) seorang lelaki maka seorang wanita boleh bertaaruf dengan laki-laki lain. Sikap dengan lelaki tersebut adalah tetap menjaga adab pergaulan Islami karena selama belum ada akad nikah statusnya adalah non mahram. Sikap terhadap orangtua adalah menjelaskan kepada mereka tentang status dengan laki-laki tersebut masih dalam proses taaruf. Allahu A'lam

Pertanyaan :

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

55


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Assalamualaikum, ana mau nnya apa hukumnya seseorang mmbyangkn dan mmndang orang yg blum resmi mnjdi suami maupun istri| dri Rusma Jawaban :

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Rasulullah bersabda :

“Setiap Bani Adam mempunyai bagian dari zina, maka kedua mata pun berzina, dan zinanya adalah melalui penglihatan, dan kedua tangan berzina, zinanya adalah menyentuh. Kedua kaki berzina, zinanya adalah melangkah –menuju perzinaan. Mulut berzina, zinanya adalah mencium. Hati dengan berkeinginan dan berangan-angan. Dan kemaluanlah yang membenarkan atau mendustakan-nya.” Apa yang dimaksud dengan zina hati? Tentu saja membayangkan wanita yang tidak halal atau pria yang tidak halal untuk bermesraan, melakukan aktivitas seksual hingga alias berhubungan intim. Itulah zina hati. Adapun membayangkan istri sendiri saat sedang bepergian misalnya, bukanlah termasuk zina hati, karena istri maupun suami jelas-jelas halal bagi pasangannya. Allah berfirman dalam Al-Quran: “Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati…” (al-Mukmin : 19) Ibnu Abbas menjelaskan, “Ayat ini menjelaskan tentang seorang pria yang apabila melihat kecantikan seorang wanita, ia akan membayangkan kemaluannya.” Hal inipun juga berlaku untuk wanita. Membayangkan laki-laki yang bukan suaminya maka haram hukumnya karena termasuk zina hati. Catatan : Dalam proses taaruf, diperbolehkan nadhor (memandang) calon pasangan selama tidak melihat auratnya. Allahu A'lam. Pertanyaan : Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

56


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ust apa ada batasan lama waktu dari khitbah sampai akad nikah? (Damar, Bantul) Jawaban : Secara dalil nash, kami belum menemukan dalil yang sharih dan shahih tentang keharusan adanya jarak waktu tertentu antara khitbah dan akad. Apakah harus sebulan, dua bulan, tiga bulan atau berapa lama waktu. Kalau pun jarak waktu itu dibutuhkan, barangkali sekedar untuk memberikan beberapa persiapan yang bersifat teknis. Sebab biasanya, setiap akad nikah yang akan digelar memang membutuhkan persiapan-persiapan teknis yang mutlak. Sebagian orang ada yang butuh waktu untuk mengumpulkan dana, atau untuk mencari tempat yang akan disewa, atau keperluan-keperluan lain yang manusiawi. Sehingga menurut hemat kami, jarak waktu ini dikembalikan kepada al-'urf (kebiasaan dan kepantasan) serta tuntutan hal-hal yang bersifat teknis semata. Dengan demikian, seandainya kedua belah pihak telah siap segala sesuatunya, atau mungkin juga tidak terlalu merepotkan urusan teknis, akad nikah bisa digelar saat itu juga berbarengan dengan khitbah.

Maksudnya, sesaat setelah khitbah diterima, langsung saja digelar akad nikah. Sehingga tidak lagi memboroskan waktu, biaya, dan kebutuhan lain. Apalagi taaruf antara kedua mempelai sudah menghasilkan kesaling-cocokan. Maka buat apa lagi menunggu, begitu barangkali logikanya. Metode seperti ini kalau memang ingin dilakukan, tentu tidak ada larangan, lantaran memang tidak ada nash yang melarangnya. Secara umum, semakin cepat akad nikah dilakukan akan semakin baik. Karena niat baik itu memang biasanya harus dipercepat. Selain juga untuk memberikan kesempatan kepada kedua calon pengantin untuk dapat segera menunaikan hajat mereka.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

57


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Sebab dalam beberapa kasus, terkadang karena terlalu lama jarak antara khitbah dengan akad nikah, terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, seringnya terjadi khalwat, pacaran bahkan -naudzubillah- sampai ke tingkat perzinaan. Oleh sebab itu, untuk menghindarinya, maka sebaiknya jarak waktu antara khitbah dan akad tidak terlalu lama. Cukup sekedar bisa mempertimbangkan masalah teknis saja. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalamu'alaykum ustadz, saya uni dari bandung. Mau bertanya..

Bagaimana menyikapi org tua yg msh beranggapan mendapat pasangan sesuai dengan titelnya misalkan s1 dgn s1 lg?? Anak bungsu seharusnya jgn sm bungsu lg?lbh baik cari yg umurnya lbh tua atau diatas kita? Dan org tua yg msh kental dengan adat? Jawaban : Sikap yang paling tepat adalah memahamkan kepada orangtua bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan Islam. Tentu saja dengan bahasa yang lembut dan kondisi yang kondusif. Bisa juga dengan menyertakan pihak ketiga, misal seorang ustadz untuk menjelaskan hal tersebut. Secara teknis yang mudah adalah mendownload masalah tersebut di youtube atau media lainnya kemudian putar di waktu bersama dengan orangtua. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalamualaikum mau nnya lgi,

Ana prnh mmbca ktanya jwabn dr kita mlksnkan salat istiharoh tdk sja dtng lwat mimpi tpi bsa dpt jwabn misalnya saat kita mrsa tnang dll, sdngkn wnita cndrung mnggunkn prasaan, jdi bgmna mngthui jwabn stlh kt mlkukn salat istiharoh scra psti. (Rusmawati)

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

58


Jawaban :

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Allah memberi kita karunia akal dan nalar yang bebas. Dengan akal dan nalar kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan dengan akal dan nalar tersebut kita mempunyai kemampuan untuk menganalisa dan menentukan pilihan dalam perkara dunia. Selain itu banyak petunjuk agama yang mengajarkan kepada manusia bagaimana menentukan ْ ‫ت ْالقَ ْلبُ إِلَ ْي ِه‬ ْ ‫إِلَ ْي ِه َو‬ ْ ‫اط َمأَنﱠ‬ perkara apakah itu baik atau buruk. Rasulullah saw bersabda “‫اط َمأ َ ﱠن َما ْالبِ ﱡر‬ ‫س‬ ‫ ”ال ﱠ‬artinya: kebaikan adalah apa yang membuat hati ُ ‫اﻹثْ ُم النﱠ ْف‬ ِ ‫صد ِْر ِفي َوت َ​َردﱠدَ ْالقَ ْل‬ ِ ْ ‫ب ِفي َحاكَ َما َو‬ tenang dan mejadikan nafsu tenang, keburukan adalah apa yang membuat hati gelisah dan menimbulkan keraguan” (H.R. Ahmad dll.) ْ َ‫ف‬ Dalam masalah jodoh, Rasulullah saw bersabda “‫س ِب َها ِل َما ِل َها ِﻷ َ ْر َب ٍع ْال َم ْرأَة ُ ت ُ ْن َك ُﺢ‬ َ ‫اظفَ ْر َو ِلدِي ِن َها َو ِل َج َما ِل َها َو ِل َح‬ ْ َ‫ ”يَدَاكَ ت َِرب‬artinya: seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, yaitu karena ‫ت‬ ِ ‫ّين ِبذَا‬ ِ ‫ت ال ِد‬ hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang mempunyai agama niscaya kamu beruntung” (H.R. Muslim dll). Hal ini juga berlaku bagi wanita dalam mencari suami. Kedua hadist tersebut menunjukkan bahwa memilih adalah pekerjaan manusia. Agama memberikan petunjuk rambu-rambu untuk memilih dengan baik. Rasulullah saw juga mencontohkan dalam sebuah hadist

ْ ‫س َر ُه َما‬ “‫سو ُل ُخيِ َّر َما‬ ُ ‫ﺻلﱠى ﱠ ِ َر‬ َ ‫َار إِ ﱠﻻ ْاﻵخ َِر ِم ْن أ َ ْي َس ُر أَ َحد ُ ُه َما أَ ْم َري ِْن بَيْنَ َو‬ َ ‫إِثْ ًما َكانَ فَﺈ ِ ْن إِثْ ًما يَ ُك ْن لَ ْم َما أ َ ْي‬ َ ُ ‫سلﱠ َم َعلَ ْي ِه ﱠ‬ َ ‫اخت‬ َ‫اس أَ ْبعَدَ َكان‬ ِ ِ ‫”م ْنهُ النﱠ‬ artinya: Rasulullah saw ketika dihadapkan dua pilihan, beliau selalu memilih yang termudah selama itu tidak mengandung dosa, apabila itu mengandung dosa maka beliau menjauhinya” (H.R. Muslim dll). Beliau pun ketika memilih sesuatu menggunakan analisa dan nalar beliau, namun selalu mengutamakan yang mudah. Begitu juga ketika seorang hamba dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit dan kemudian dia melaksanakan shalat istikharah sesuai ajaran Rasulullah, tidak berarti ia lantas menyuruh Allah memilihkan pilihannya dan ia hanya cukup berdoa saja dan menunggu petunjuk dan berpangku tangan. Itu adalah anggapan yang kurang tepat. Ilustrasinya sbb: ketika kita seorang mahasiswa atau murid memasuki ruang ujian biasanya kita selalu berdoa agar bisa mengerjakan dengan baik dan memilih jawaban dengan tepat. Apakah mengerjakan ujian dan memilih jawaban tersebut cukup dengan doa tadi? Tentu tidak. Jawaban ujian dan memilih jawaban ujian hanya bisa dilakukan melalui belajar Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

59


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

sebelumnya, sedangkan fungsi dia adalah agar ketika mengerjakan ujian dan memilih jawaban tersebut kita diberi kekuatan dan kemampuan sehingga bisa mengerjakan dengan tepat. Begitu juga sholat istikharah adalah doa agar dalam kita memilih, kita diberikan kekuatan oleh Allah dan tidak salah pilih, namun pekerjaan memilih itu sendiri harus kita lakukan dengan baik melalui analisa, kajian, penyelidikan, musyawarah dll. Setelah proses tersebut kita matangkan, maka dengan disertai doa yaitu shalat istikharah mudah-mudahan pilihan kita tidak salah. Jawaban dalam mimpi?

Banyak orang beranggapan bahwa jawaban istikharah akan Allah sampaikan dalam mimpi. Ini adalah anggapan yang yang sama sekali tidak berdalil. Karena tidak ada keterkaitan antara istikharah dengan mimpi. Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah mengatakan, Mimpi tidak bisa dijadikan acuan hukum fiqih. Karena dalam mimpi setan memiliki peluang besar untuk memainkan perannya, sehingga bisa jadi setan menggunakan mimpi untuk mempermainkan manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫ الرؤيا‬،‫نفس وحديث الشيطان ومن الرحمن من ثﻼثة‬ “Mimpi ada 3 macam: dari Allah, dari setan, dan bisikan hati.” Beliau juga menjelaskan bahwa mimpi tidak bisa untuk menetapkan hukum, namun hanya sebatas diketahui. Dan tidak ada hubungan antara shalat istikharah dengan mimpi. Karena itu, tidak disyaratkan, bahwa setiap istikharah pasti diikuti dengan mimpi. Hanya saja, jika ada orang yang istikharah kemudian dia tidur dan bermimpi yang baik, bisa jadi ini merupakan tanda baik baginya dan melapangkan jiwa. Tetapi, tidak ada keterkaitan antara istikharah dengan mimpi. (Al-Fatwa Al-Masyhuriyah: http://almenhaj.net/makal.php?linkid=124) Apa yang harus dilakukan setelah istikharah? Para ulama menjelaskan bahwa setelah istikharah hendaknya seseorang melakukan apa yang sesuai keinginan hatinya. Imam An-Nawawi mengatakan, ‫ﺻدره له شرح لما مضى استخار إذا‬

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

60


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya.” Allahu A'lam Pertanyaan : Apakah tunangan sama dengan khitbah? Jawaban :

Istilah tunangan tidak dikenal dalam istilah syariah Islam. Tapi kalau mau dicarikan bentuk yang paling mendekatinya, barangkali khitbah, yang artinya meminang. Tetapi tetap saja ada perbedaan asasi antara tunangan dengan khitbah. Paling tidak dari segi aturan pergaulannya. Sebab masyarakat kita biasanya menganggap bahwa pertunangan yang telah terjadi antara sepasang calon pengantin sudah setengah dari menikah. Sehingga seakan ada hukum tidak tertulis bahwa yang sudah bertunangan itu boleh berduaan, berkhalwat berduaan, naik motor berboncengan, makan, jalan-jalan, nonton dan bahkan sampai menginap. Sedangkan khitbah itu sendiri adalah ajuan lamaran dari pihak calon suami kepada wali calon istri yang intinya mengajak untuk berumah tangga. Khitbah itu sendiri masih harus dijawab iya atau tidak. Bila telah dijawab ia, maka jadilah wanita tersebut sebagai ‘makhthubah’, atau wanita yang telah resmi dilamar. Secara hukum dia tidak diperkenankan untuk menerima lamaran dari orang lain. Namun hubungan kedua calon itu sendiri tetap sebagai orang asing yang diharamkan berduaan, berkhalwat atau hal-hal yang sejenisnya. Dalam Islam tidak dikenal istilah setengah halal lantaran sudah dikhitbah. Dan amat besar kesalahan kita ketika menyaksikan pemandangan pasangan yang sudah bertunagan atau sudah berkhitbah, lalu beranggapan bahwa mereka sudah halal melakukan hal-hal layaknya suami istri di depan mata, lantas diam dan membiarkan saja. Apalagi sampai mengatakan, “Ah biar saja, toh mereka sudah bertunangan, kalo terjadi apa-apa, sudah jelas siapa yang harus bertanggung-jawab.” Padahal dalam kaca mata syariah, semua itu tetap terlarang untuk dilakukan, bahkan meski sudah bertunangan atau sudah melamar, hingga sampai selesainya akad nikah.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

61


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dan hanya masyarakat yang sakit saja yang tega bersikap permisif seperti itu. Padahal apapun yang dilakukan oleh sepasang tunangan, bila tanpa ada ditemani oleh mahram, maka hal itu tidak lain adalah kemungkaran yang nyata. Haram hukumnya hanya mendiamkan saja, apalagi malah memberi semangat kepada keduanya untuk melakukan hal-hal yang telah diharamkan Allah. Jangan sampai nasib kita seperti nasib bani israil yang telah Allah kutuk lantaran mendiamkan saja kemungkaran besar terjadi di depan mata. Sungguh malang nasih kita bila hal itu sampai terjadi. Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS Al-Maidah: 79) Allahu A'lam Pertanyaan : Apakah memutuskn untuk tidak lanjut dr taaruf dg alasan belum ada ketertarikan itu d perbolehkan? Jawaban : Hal tersebut diperbolehkan karena memang salah satu tujuan taaruf adalah adanya ketertarikan untuk lebih mengenal dan membina mahligai rumah tangga. Dalam ikthiar pencarian jodoh melalui ta’aruf tak selalu berjalan mulus. Ada yang cukup sekali proses ta’aruf, namun ada juga yang beberapa kali mengalami penolakan ta’aruf. Dalam menolak pengajuan ta’aruf, yang menyatakan alasan umum seperti “belum menemukan kemantapan”, “belum cocok” namun juga ada yang menyebutkan alasan spesifiknya. Alasan Ikhwan (Laki-laki) Menolak Akhwat (Perempuan) 1. Agama dan Akhlak

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

62


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Agama dan akhlak adalah faktor penting yang di anjurkan Nabi Muhammad untuk memilih pasangan. Dalam hal ini Dapat kita lihat dari : Bagaimana dia mengerjakan ibadah wajibnya.

Bagaimana dia mengerjakan ibadah sunahnya.

Akhlak yang tercermin dalam kebiasaan sehari-harinya. Dalam hal penggunaan jilbab sehari-hari. 2. Fisik

Penolakan dari segi Fisik memang terkesan duniawi. Namun Nabi Muhammad pun menganjurkan salah seorang sahabat yang ingin melamar seorang wanita untuk melihat si wanita terlebih dulu agar menemukan hal-hal yang membuatnya cenderung atau mantap untuk melamar wanita tersebut. 3. Usia Usia juga merupakan faktor penting dalam penolakan ta’aruf, karna ada sebagian orang melihat dari umur segi kesuburan akhwat namun ada juga yang tidak seperti halnya Nabi Muhammad dikisahkan menikah dengan Khadijah dalam perbedaan usia yang cukup jauh, usia Khadijah lebih tua sekitar 15 tahun. 4. Status Pernikahan Sebagian Ikhwan tidak mau menikahi calon pasangan telah janda.

Alasan Akhwat (Perempuan) Menolak Ikhwan (Laki-laki) 1. Agama dan Akhlak

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

63


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Sama seperti alasan utama ikhwan menolak akhwat, faktor agama juga menjadi pertimbangan utama pihak akhwat dalam menetapkan kriteria calon pasangan mereka. Dalam hal ini Dapat kita lihat dari : Bagaimana dia mengerjakan ibadah wajibnya.

Bagaimana dia mengerjakan ibadah sunahnya. Jujur / tidaknya.

Bagaimana dia menjaga Amanah dan komitmen. Kebiasaan merokok.

Apakah dia Berjudi/Minum-minuman Khamr?

Apakah dia sering Marah kepada saudara/orang tuanya? Akhlak yang tercermin dalam kebiasaan sehari-harinya.

2. Pekerjaan Kewajiban suami adalah memberikan atau menafkahi anak dan istri dengan harta yang halal. Yang dapat dilihat dari segi bagaimana cara pendapatannya dan pekerjaannya. Banyak akhwat yang melakukan penolakan karna pekerjaan ikhwannya tidak halal. harta tidak halal hanya dapat mendatangkan mudarat dan murka Allah. Adapun akhwat yang menetapkan kriteria mapan dalam salah satu kriteria calon pasangannya, mapan dalam arti tetap berpenghasilan dan ada keterjaminan nafkah saat hidup berumah tangga nanti. Karna sebagian akhwat takut apabila calon pasangannya tidak mampu dalam segi ekonomi. 3. Pendidikan Faktor pendidikan mungkin tidak terlalu penting, tetapi ada sebagian akhwat menginginkan calon pasangannya memiliki pendidikan yang lebih tinggi atau setara dengannya. 4. Domisili Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

64


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Domisili merupakan salah satu alasan penolakan akhwat karna sebagian akhwat ingin tetap dekat atau berada di kampung halaman atau keluarganya. 5. Status Pernikahan Sebagian Akhwat tidak mau menikahi calon pasangan yang telah mempunyai istri atau telah duda. 6. Belum adanya izin dari orang tua/wali Izin Orang tua/Wali adalah penting karna apagunanya nikah jika kita apabila kita tidak mendapat restu orang tua yang telah membesarkan kita. Allahu A'lam Pertanyaan : Apakah menolak perjodohan dari orang tua itu termasuk membangkang dan berdosa? Dan bagaimana jika kita ingin menolak sebuah perjodohan yg kita tidak inginkan namun tidak ingin menyakiti hati orang tua kita? Jawaban : Di dalam syariah Islam, orangtua dilarang untuk untuk memaksakan jodoh untuk anaknya. Apalagi sekedar seorang calon suami, di mana lamarannya itu sangat tergantung dari penerimaan pihak calon istri. Maka calon istri punya hak dan wewenang sepenuhnya untuk menerima sebuah lamaran atau menolaknya. Baik dengan alasan yang masuk akal bagi pelamar maupun tidak. Sebab bisa saja faktor penolakannya itu merupakan hal yang tidak ingin disebutkan secara terbuka. Adapun hadits yang menyebutkan akan terjadi fitnah bila seorang wanita menolak lamaran laki-laki yang shalih, tentu harus dipahami dengan lengkap dan jernih. Hadits itu bukan dalam posisi untuk menetapkan bahwa sebuah lamaran dari laki-laki yang shalih itu haram ditolak. Tidak demikian kandungan hukumnya. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

65


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Sebab kalau demikian, bagaimana dengan lamaran seorang laki-laki shalih kepada seorang puteri raja atau pembesar, di mana kedua tidak sekufu atau memang tidak saling cocok satu dengan yang lain? Apakah puteri raja itu berdosa bila menolak lamaran dari seorang yang tidak disukainya? Bahkan di dalam syariah Islam, seorang wanita yang sudah menikah namun merasa tidak cocok dengan suaminya, masih punya hak untuk bercerai dari suaminya. Apa lagi baru sekedar lamaran dari laki-laki yang sudah punya istri pula.

Dari Ibnu Abbas ra.: Sesungguhnya istri Tsabit bin Qais datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, Aku tidak mencelanya dalam hal akhlaknya maupun agamanya, akan tetapi aku benci kekufuran dalam Islam. Maka Rasulullah SAW berkata padanya, Apakah kamu mengembalikan pada suamimu kebunnya? Wanita itu menjawab, Ya. Maka Rasulullah SAW berkata kepada Tsabit, Terimalah kebun tersebut dan ceraikanlah ia 1 kali talak. Agar tidak menjadi fitnah, tentu ada cara penolakan yang halus dan lembut, tanpa menyinggung perasaan, namun si pelamar itu bisa menerima intisarinya, yaitu penolakan. Sehingga fitnah yang dikawatirkan itu tidak perlu terjadi. Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫سو َل يَا قَالُوا ت ُ ْستَأْذَنَ َحتﱠى ْال ِب ْك ُر ت ُ ْن َك ُﺢ َو َﻻ ت ُ ْستَأ ْ َم َر َحتﱠى ْاﻷ َ ِّي ُم ت ُ ْن َك ُﺢ َﻻ‬ ُ ‫ْف ﱠ ِ َر‬ َ ‫ت َ ْس ُكتَ أ َ ْن قَا َل ِإذْنُ َها َو َكي‬ “Tidak boleh menikahkan seorang janda sebelum dimusyawarahkan dengannya dan tidak boleh menikahkan anak gadis (perawan) sebelum meminta izin darinya.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mengetahui izinnya?” Beliau menjawab, “Dengan ia diam.” (HR. Al-Bukhari no. 5136 dan Muslim no. 1419) Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ُ‫ﺻ َمات ُ َها َو ِإذْنُ َها نَ ْف ِس َها فِي أَبُوهَا َي ْست َأ ْ ِذنُ َها َو ْال ِب ْك ُر َو ِل ِّي َها ِم ْن ِب َن ْف ِس َها أَ َح ﱡق الثﱠ ِيّب‬ ُ “Seorang janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya, sedangkan perawan maka ayahnya harus meminta persetujuan dari dirinya. Dan persetujuannya adalah diamnya.” (HR. Muslim no. 1421) Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

66


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dari Khansa’ binti Khidzam Al-Anshariyah radhiallahu anha: ْ ‫َت ذَلِﻚَ فَك َِره‬ ْ ‫ي فَأَت‬ ‫ِي زَ ﱠو َج َها أ َ َباهَا أ َ ﱠن‬ َ ‫ِنكَا َح َها فَ َردﱠ َو‬ َ ُ ‫سلﱠ َم َعلَ ْي ِه ﱠ‬ ‫ﺻلﱠى النﱠ ِب ﱠ‬ َ ‫َت ثَ ِيّبٌ َوه‬ “Bahwa ayahnya pernah menikahkan dia -ketika itu dia janda- dengan laki-laki yang tidak disukainya. Maka dia datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (untuk mengadu) maka Nabi shallallahu alaihi wasallam membatalkan pernikahannya.” (HR. Al-Bukhari no. 5138) Al-Bukhari memberikan judul bab terhadap hadits ini, “Bab: Jika seorang lelaki menikahkan putrinya sementara dia tidak senang, maka nikahnya tertolak (tidak sah).” Penjelasan ringkas: Di antara kemuliaan yang Allah Ta’ala berikan kepada kaum wanita setelah datang Islam adalah bahwa mereka mempunyai hak penuh dalam menerima atau menolak suatu lamaran atau pernikahan, yang mana hak ini dulunya tidak dimiliki oleh kaum wanita di zaman jahiliah. Karenanya tidak boleh bagi wali wanita manapun untuk memaksa wanita yang dia walikan untuk menikahi lelaki yang wanita itu tidak senangi. Karena menikahkan dia dengan lelaki yang tidak dia senangi berarti menimpakan kepadanya kemudharatan baik mudharat duniawiah maupun mudharat diniah (keagamaan). Dan sungguh Nabi shallallahu alaihi wasallam telah membatalkan pernikahan yang dipaksakan dan pembatalan ini menunjukkan tidak sahnya, karena di antara syarat sahnya pernikahan adalah adanya keridhaan dari kedua calon mempelai. Akan tetapi larangan memaksa ini bukan berarti si wali tidak punya andil sama sekali dalam pemilihan calon suami wanita yang dia walikan. Karena bagaimanapun juga si wali biasanya lebih pengalaman dan lebih dewasa daripada wanita tersebut. Karenanya si wali disyariatkan untuk menyarankan saran-saran yang baik lalu meminta pendapat dan izin dari wanita yang bersangkutan sebelum menikahkannya. Tanda izin dari wanita yang sudah janda adalah dengan dia mengucapkannya, sementara tanda izin dari wanita yang masih perawan cukup dengan diamnya dia, karena biasanya perawan malu untuk mengungkapkan keinginannya. Allahu A'lam

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

67


Pertanyaan :

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Apakah menolak perjodohan dari orang tua itu termasuk membangkang dan berdosa? Dan bagaimana jika kita ingin menolak sebuah perjodohan yg kita tidak inginkan namun tidak ingin menyakiti hati orang tua kita? Jawaban : Tidak termasuk durhaka. Karena menikah itu murni hak anak. Orang tua tidak boleh memaksa anaknya untuk menikah dengan seseorang yang tidak disukai anaknya. Dalilnya: ‫لها فقال قال تتزوج أن أبت قد ابنتي إن فقال سلم و عليه ﷲ ﺻلى النبي إلى له بابنة أتى رجﻼ أن الخدري سعيد أبي عن‬ ‫أن زوجته على الزوج حق فقال قال مقالتها عليه فرددت زوجته على الزوج حق ما تخبرني حتى ﻻ فقالت قال أباك أطيعي‬ ‫ابدا اتزوج ﻻ بالحق بعثﻚ والذي فقالت قال حقه أدت ما لحسته ثم دما أو ﺻديدا منخراه ابتدر او فلحستها قرحة به كان لو‬ ‫بﺈذنهن إﻻ تنكحوهن ﻻ فقال قال‬ Dari Abu Said al-Khudri, bahwa ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa putrinya. Orang ini mengatakan, “Putriku ini tidak mau menikah.” Nabi memberi nasihat kepada wanita itu, “Taati bapakmu.” Wanita itu mengatakan, “Aku tidak mau, sampai Anda menyampaikan kepadaku, apa kewajiban istri kepada suaminya.” (merasa tidak segera mendapat jawaban, wanita ini pun mengulang-ulangi ucapannya). Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kewajiban istri kepada suaminya, andaikan di tubuh suaminya ada luka, kemudian istrinya menjilatinya atau hidung suaminya mengeluarkan nanah atau darah, kemudian istrinya menjilatinya, dia belum dianggap sempurna menunaikan haknya.” Spontan wanita itu mengatakan: “Demi Allah, Dzat yang mengutus Anda dengan benar, saya tidak akan nikah selamanya.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada ayahnya, “Jangan nikahkan putrimu kecuali dengan kerelaannya.” (HR. Ibn Abi Syaibah no.17122) Bahkan jika orang tua memaksa dan anak tidak ridha kemudian terjadi pernikahan, maka status kelangsungan pernikahan dikembalikan kepada anaknya. Jika si anak bersedia, pernikahan bisa dilanjutkan, dan jika tidak maka keduanya harus dipisahkan. Di antara dalilnya adalah Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

68


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

‫كارهة وهي زوجها أباها أن فذكرت وسلم عليه ﷲ ﺻلى ﷲ رسول أتت بكراً جارية أن ” عنهما ﷲ رضي عباس ابن عن‬ , ‫“ وسلم عليه ﷲ ﺻلى ﷲ رسول فخيرها‬ Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhuma beliau menceritakan, “Ada seorang gadis yang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkan bahwa ayahnya menikahkannya sementara dia tidak suka. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hak pilih kepada wanita tersebut (untuk melanjutkan pernikahan atau pisah).” (HR. Ahmad 1:273, Abu Daud no.2096, dan Ibn Majah no.1875) Bagaimana agar tidak menyakiti orangtua? Tentu saja hal ini diperlukan ketrampilan berkomunikasi. Pilih bahasa yang lembut dan waktu yang tepat. Allahu a’lam Pertanyaan : Assalamu'alaykum... Saya pernah mendengar anjuran mengenai memilih pasangan yg sekufu'. Bagaimana pandangan Islam mengenai hal tsb dan apakah boleh memilih pasangan yg sekiranya dianggap sekufu' tsb? Syukran Jawaban : Wa'alaikummussalam warahmatullahi wabarakatuh Kufu atau kafa’ah, artinya adalah kesepadanan. Yakni kesepadanan calon suami dan calon istri yang akan menikah dan membina rumah tangga. Istilah kufu muncul dalam beberapa hadits, berupa nasehat Rasulullah untuk segera menikah atau menikahkan muslimah yang telah menemukan calon suami yang sekufu. Diantara hadits-hadits tersebut, yang paling baik sanadnya adalah riwayat Tirmidzi, yang telah dihasankan oleh Al Albani.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

69


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

ٌ ‫ص َﻼة ُ ت ُ َؤ ِ ّخ ْرهَا َﻻ ث َ َﻼ‬ ْ ‫ت ِإذَا َو ْال َجنَازَ ة ُ أَت‬ ْ ‫ض َر‬ ْ َ‫ُك ْفؤً ا لَ َها َو َجد‬ ‫ي يَا‬ ‫َت إِذَا ال ﱠ‬ َ ‫ت ِإذَا َو ْاﻷ َ ِيّ ُم َح‬ ‫ث َع ِل ﱡ‬

“Wahai Ali, ada tiga perkara yang jangan kau tunda pelaksanannya; shalat apabila telah tiba waktunya, jenazah apabila telah siap penguburannya, dan wanita apabila telah menemukan jodohnya yang sekufu/sepadan” (HR. Tirmidzi; hasan) Berdasarkan hadits di atas, sekufu itu perlu. Ia bukan syarat dan rukun pernikahan tetapi dapat menjadi syarat kelestarian pernikahan. Kufu dalam Usia? Dalam pemahaman sebagian orang, sekufu itu artinya usianya tidak terpaut jauh. Ini pula yang menjadi alasan bagi banyak ikhwan untuk ‘menolak’ akhwat yang secara usia lebih tua beberapa tahun di atasnya. Benarkah demikian? Mari kita lihat pernikahan Rasulullah. Beliau menikah pertama kali pada usia 25 tahun, sedangkan istri beliau Khadijah usianya 40 tahun. Terpaut 15 tahun. Faktanya, keluarga beliau adalah keluarga yang paling berbahagia. Khadijah bahkan menjadi wanita yang paling dicintai Nabi dan tidak tergantikan oleh siapapun sesudah beliau wafat. Pun misalnya pernikahan Rasulullah dengan Aisyah, setelah wafatnya Khadijah. Aisyah saat itu masih sangat muda, terpaut puluhan tahun dengan Rasulullah. Namun, keluarga mereka justru menjadi keluarga paling romantis dan penuh cinta. Tidak jarang Rasulullah bercanda dan bermain bersama Aisyah. Pernah beberapa kali lomba lari berdua. Pernah juga mandi berdua. Kufu dalam Harta? Sebagian orang juga memahami bahwa sekufu itu artinya harta dan jabatan calon suami dan calon istri sepadan. Benarkah demikian? Praktik pernikahan di zaman Rasulullah, sebagian sahabat yang miskin menikah dengan shahabiyah yang kaya raya. Pun sebaliknya, ada sahabat yang kaya raya menikah dengan shahabiyah yang tak memiliki banyak harta. Misalnya antara Asma’ binti Abu Bakar dengan Zubair bin Awwam.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

70


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Asma berasal dari keluarga yang sangat kaya, keluarga Abu Bakar. Seperti kita tahu, dengan kekayannya yang melimpah sebagai saudagar jujur, Abu Bakar pernah menginfakkan seluruh hartanya saat menjelang perang Tabuk. Abu Bakar juga tak terhitung dermanya kepada dakwah Islam dan orang-orang yang membutuhkan. Sedangkan Zubair, ia termasuk sahabat yang miskin. Saat akan menikah dengan Asma, Zubair hanya memiliki harta berupa seekor kuda. Namun demikian, keluarga mereka tumbuh menjadi keluarga yang barakah. Pada mulanya, Asma mengikuti keprihatinan Zubair hidup dalam keterbatasan. Namun kelak, Zubair berubah menjadi orang yang kaya raya.

Demikian pula dengan Umar bin Khatab. Beliau menjodohkan putranya, Ashim, dengan anak penjual susu. Ashim yang anaknya khalifah menikah dengan rakyat jelata. Dan itu tidak masalah. Bahkan, kelak, dari pernikahan mereka lahirlah Ummu Ashim, dan dari Ummu Ashim lahirlah Umar bin Abdul Aziz, khulafaur rasyidin ke 5. Kufu dalam Kecantikan dan Ketampanan? Ada pula yang mengira bahwa sekufu itu artinya perempuan cantik haruslah dapat laki-laki tampan, laki-laki tampan hanya sekufu dengan wanita cantik. Benarkah demikian? Rasulullah adalah orang yang paling tampan. Namun, istri beliau tidak semuanya cantik. Mayoritas yang beliau nikahi adalah janda-janda tua. Demikian pula pernikahan sahabat. Tidak semuanya yang tampan ketemu dengan yang cantik. Dan tidak semua yang cantik kemudian beroleh yang tampan. Misalnya Fathimah binti Qais dengan Usamah bin Zaid. Fathimah adalah seorang wanita yang cantik, dari keluarga terhormat dan kaya raya. Sedangkan Usamah adalah mantan budak. Lalu Kufu dalam Apa? Menurut Imam Malik, ungkapan kafa’ah ini khusus untuk agama. Bahwa orang yang bagus agamanya, ia sekufu dengan pasangan yang bagus pula agamanya. Imam Syafi’i juga mendukung pendapat ini. Bahwa kafa’ah adalah dalam bidang agama, sedangkan harta tidak dimasukkan dalam kategori kafa’ah. Dalam buku Di Ambang Pernikahan, Mohammad Fauzil Adhim menjelaskan bahwa yang dimaksud agama pada pembahasan kufu di sini bukanlah pengetahuan/kognitif saja. Tetapi lebih dari itu, yang dimaksud kafa’ah adalah keberagamaan; iman taqwa dan akhlaknya.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

71


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Jadi, kafa’ah dalam bidang agama yang dimaksud bukanlah tingkat pengetahuan terhadap agama, melainkan pengamalan terhadap agama, terhadap syariat Islam.

Meski demikian, bukan berarti masalah usia, harta dan kedudukan serta kecantikan dan ketampanan diabaikan begitu saja. Sebab kita hidup bersama keluarga besar dan masyarakat. Kita hidup dengan lingkungan dan situasi yang tidak sama dibandingkan dengan lingkungan dan situasi yang dialami oleh para sahabat. Bahkan, ada pula sahabat yang akhirnya bercerai karena ketidakcocokan istri dengan ‘ketampanan suami.’ “Ya Rasulullah,” kata istri Tsabit bin Qais, “aku ingin meminta cerai dari Tsabit bukan karaea aku mencela agamanya dan akhlaknya, akan tetapi aku khawatir diriku menjadi kufur”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya; “Sanggupkah kamu mengembalikan tanah kebun yang ia berikan kepadamu sebagai mas kawin ketika pernikahanmu dulu?”. Ia menjawab; “Ya, aku sanggup”. Ia pun mengembalikan tanah kebun itu. Rasulullah lalu berkata kepada Tsabit; “Ceraikanlah dia”. Semoga, bagi yang belum menikah, Allah memudahkan untuk menikah dengan jodoh yang sekufu. Dan yang telah menikah, semoga Allah melanggengkan pernikahan dan memberkahi keluarga Anda Allahu A'lam Pertanyaan : Bagaimana menyikapi sifat kita jika d sela2 hari menuju pernikahan terdapat slentingan dari kawan ttg hal yg bersifat duniawi dan membuat calon pasangan ragu ? Jawaban : Ukhti, ketika seseorang menikah, hari pernikahan adalah hari kebahagiaan mempelai dan seluruh anggota keluarga. Pernikahan menjadi salah satu momen paling istimewa dalam hidup. Oleh karena itu, harus dipersiapkan secara matang. Namun, terkadang ada beberapa hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Perbedaan pandangan antara dua keluarga kerap membuat calon pengantin ragu. Biasanya, hal ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran yang beralasan. Coba dipikir ulang, apakah hal tersebut termasuk hal prinsip atau tidak.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

72


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Nah, berikut saran yang bisa kami berikan berkaitan dengan rasa ragu yang melanda jelang hari pernikahan. Semoga menjadi solusi.

1. Sampai detik terakhir menjelang akad nikah, berdoa dan istikharahlah. Berserah dirilah kepada Allah Swt. Disarankan untuk tetap mengukur kemantapan diri, apakah mau maju atau mundur dengan menalar situasi dan kondisi yang terjadi menjelang hari pernikahan. Hendaknya, pernikahan dapat menjadi kebaikan dan amal saleh bagi diri, agama, dunia, dan akhirat yang bersangkutan. Kalau sudah mantap, ambillah segala risikonya. Sebab, nikah adalah ujian iman, agama, serta kesabaran. 2. Siapkan mental untuk menjadi istri, ibu, mantu, dan ipar. Menikah dengan duda beranak, berarti mental mesti harus lebih siap daripada menikahi pria lajang. Berkaca pada rumah tangga Rasulullah Saw. dan para nabi lainnya, diharapkan dapat memotivasi ukhti untuk bermental sekuat Siti Hajar, Siti Asiah, Siti Aisyah, dan Siti Khadijah. 3. Lebih aman membatalkan khitbah dari sekarang, daripada nanti sesudah menikah berujung pada perceraian. Maka, mengenai ada pihak yang tersinggung dengan keputusan kita membatalkan pernikahan adalah risiko yang harus diambil. Meski membatalkan khitbah atau pernikahan bisa saja tanpa menyebut alasannya, tetapi tetap harus disampaikan dengan diplomasi yang baik. Hal tersebut bisa disampaikan oleh mediator orangtua yang berbicara langsung dengan bersikap tegas dan santun. 4. Tinjau ulang mengenai keberadaan prinsip agama atau akhlak yang berbeda. Bila ada hal prinsip agama yang dilarang atau dilanggar, jelas pernikahan tidak bisa diteruskan. Alhamdulillah bagi ukhti kedua. Wujud kasih sayang Allah Swt. kepada ukhti adalah dengan terbukanya kondisi calon sebelum hari pernikahan. Ukhti seharusnya bersyukur bisa menyelamatkan diri dari sekarang daripada sesal kemudian tidak berguna. 5. Dengarkan nasihat keluarga atau teman. Tidak sedikit keluarga atau teman yang dapat memberi saran atas permasalahan jelang nikah. Dengarkan karena mereka tentu ingin berpartisipasi dalam suksesnya pernikahan Anda. Namun demikian, hal tersebut tidak berarti mereka memiliki kekuasaan penuh atas sikap dan keputusan Anda. Jangan biarkan orang lain mengintervensi keputusan Anda hanya karena ingin menyenangkan hati mereka. Prioritaskan yang terbaik dan paling tepat untuk Anda dan keluarga besar. 6. Saat memutuskan menikah, fokus pada hal-hal yang menjadi syarat sahnya nikah. Calon pengantin hendaknya banyak berdzikir, berdoa, serta jangan gugup karena khawatir

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

73


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

pernikahan tidak berjalan sesuai dengan rencana (serba perfeksionis) yang pada gilirannya akan membuat emosi Anda mudah tersulut. Allahu A'lam Pertanyaan :

Assalamualaikum ustadzah...saya ingin menanyakan apabila da seorg laki2 yg sudah berniat menikah..nmun tidk mndpt restu dri ibunda nya itu gimana ya? Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Pertanyaan ini bisa kita jawab dengan dua pendekatan yang berbeda, dengan hasil jawaban yang akan berbeda. Pendekatan pertama adalah pendekatan semata-mata hanya mempertimbangkan aspek hukum fiqih secara hitam putih. Sedangkan pendekatan yang kedua adalah pertimbangan yang lebih luas, terkait aspek sosial dan hubungan antar personal dalam keluarga. Pendekatan hukum hitam putih.

Secara hitam putihnya, seorang laki-laki yang sudah dewasa dan mandiri, ketika menikah dengan seorang wanita pilihan hatinya, dia sama sekali tidak membutuhkan restu dari siapapun.

Bahkan secara hukum fiqih, pengantin laki-laki juga tidak butuh orang tua untuk duduk sebagai wali dalam akad nikah. Ijab kabul yang dilakukannya cukup dilakukan oleh dirinya sendiri.

Hal itu berbeda dengan seorang perempuan, dimana dalam urusan ijab kabul dalam akad nikah, justru dia tidak berwenang untuk menjalankannya sendiri. Seorang wanita justru tidak boleh melakukan akad nikah dan ijab kabul sendiri. Karena pada dasarnya Allah SWT memang tidak berikan wewenang itu kepadanya. Yang Allah berikan wewenang untuk melakuan ijab kabul atas diri seorang wanita adalah ayah kandungnya yang sah. Dalam hal ini posisi ayah kandung menjadi wali atas anak gadisnya itu. Dan ayah kandung itulah yang nanti melakukan akad ijab dan kabul. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

74


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Jadi sesungguhnya kalau kita cermati, ijab kabul dalam syariat Islam hanya terjadi antara seorang laki-laki dan seorang laki-laki, bukan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Jadi seandainya Anda 'nekat' menikah tanpa restu siapa pun, asalkan semua rukun nikah terpenuhi, maka akad nikah itu secara hukum sudah sah. Dan telah dihalalkan anda dan istri anda menjadi pasangan suami istri dengan segala macam aktifitasnya. Pendekatan Kedua

Pendekatan kedua dari jawaban ini adalah pendekatan yang tidak hanya semata-mata mempertimbangkan aspek hukum hitam putih saja. Di balik dari aspek hukum, ada juga aspek-aspek lain yang sebenarnya tetap penting untuk dipertimbangkan. Di antaranya adalah aspek sosial dan hubungan personal dalam keluarga. Kalau kita bicara aspek sosial dan keluarga, memang harus diakui bahwa tiap negeri punya adat dan kebiasaan yang berbeda. Budaya di Barat sana tentu jauh berbeda di Timur, khususnya dalam urusan kedekatan dalam urusan kekeluargaan. Bahkan di negeri kita, tiap keluarga punya hubungan internal yang berbeda-beda.

Umumnya di negeri kita, sudah jadi semacam budaya bahwa keberadaan orang tua dan keluarga menjadi sangat dominan dalam urusan pernikahan. Seorang anak akan selamanya jadi 'anak-anak', dimana orang tua selalu akan terus dilibatkan dalam segala bentuk detail perkawinan anaknya. Bahkan sampai anaknya punya anak lagi, semua urusan keluarga selalu dipusatkan pada pihak orang tua.

Kalau kita perhatikan, dalam sebuah hajatan pernikahan seringkali yang punya hajatan malah bukan lagi pasangan pengantin, tetapi justru masing-masing orang tua dari kedua belah pihak. Para orang tua itulah yang menjadi seolah-olah produser dan penyelenggara dari tiap hajatan pernikahan. Hampir semua urusan ditangani orang tua. Mulai dari menentukan calon pasangan, urusan berembug antar keluarga, menentukan hari baik bulan baik, pembiayaan, sewa tempat hajatan, kostum pengantin, tukang rias, katering, pagar ayu, pengisi hiburan, tamu undangan, hingga urusan mas kawin. Pendeknya, ada begitu banyak tetek bengeknya, dan semua biasanya ditangani oleh orang tua dan keluarga. Pasangan pengantin tinggal duduk manis saja, karena segala sesuatu telah ditetapkan oleh 'dewan keluarga', yang dalam hal ini tidak lain adalah orang tua. Bahkan selesai nikah dan ketika sudah mulai berumah-tangga pun, keterlibatan orang tua masih dominan. Sampai urusan punya anak berapa hingga sampai ke masalah cerai, tetap saja melibatkan langsung orang tua.

Maka kalau kita ditaqdirkan lahir di dalam keluarga yang polanya masih seperti ini, rasanya hampir-hampir mustahil kalau kita tidak melibatkan keluarga dalam pernikahan. Apalagi dalam bab memilih calon pasangan, kalau kita main tabrak begitu saja sementara orang tua tidak setuju, bisa runyam urusannya. Resikonya, bisa-bisa pernikahan yang kita paksakan itu akan melahirkan kemurkaan dan kekecewaan di hati mereka. Bahkan buat sebagian kalangan, kasus ini akan menjadi aib Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

75


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

tersendiri. Sebab menikahkan anak sesuai dengan selera, bagi sebagian orang tua, seolah-olah sudah menjadi salah satu prestasi dan kebanggaan yang hanya sekali saja dalam sejarah kehidupan. Kebanyakan orang tua di negeri kita ini telah menjadikan hajatan pesta menikahkan anak sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri. Maka tidak sedikit dari mereka yang rela menggelontorkan dana besar, demi mendapatkan prestise itu. Dan dalam pergaulan antar mereka, cacat-cacat yang terdapat dalam hajatan itu, pasti akan jadi bahan omongan, gosip dan ghibah yang tidak sedap.

Maka kalau kita tahu dan memahami pola pikir sebagain orang tua seperti disebutkan di atas, tindakan memaksakan diri menikah dengan calon istri yang kurang direstui oleh orang tua, bisa dimasukkan ke dalam kategori tidak menghargai orang tua. Apalagi bila mereka keukeuh dengan penolakan, memang akan bikin anda serba salah. Namun tentu tidak semua orang tua berpikiran sempit seperti itu. Banyak juga dari mereka yang membebaskan pilihan kepada anaknya dalam memilih pasangan hidup. Semua akan kembali kepada format budaya dan paradigma keluarga.

Maka sebaiknya kita pertimbangkan masak-masak sebelum bertindak. Sebab biar bagaimana pun juga, kita tidak hidup sendirian di muka bumi. Kita tetap harus mempertimbangkan perasaan banyak orang, termasuk salah satunya yang terpenting adalah perasaan orang tua sendiri. Cobalah buka dialog baik-baik yang sifatnya bukan adu argumentasi. Carilah titik-titik kesepakatan yang sekiranya bisa disetujui seluruh keluarga. Semoga Allah SWT memudahkan urusan kita semua. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalamualaikum aku rina mau nanyak apa boleh seorang wanita mengutarakan isi hatinya terlebih dahulu kepada pria idaman nya??? Dan setelah melakukan istiharoh,bagaimana caranya seorang wanita tuk menjemput jodohnya???penjelasan tadi di bilang kalo bukan hanya doa saja tapi berusaha juga,nah bentuk usaha dari seorang wanita itu bagaimana?,? Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

76


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dalam Islam, hal tersebut boleh, sebagaimana Khadijah r.a melamar Rasulullah. Dalam kasus ibunda Khadijah r.a caranya melalui perantara yang menyampaikan keinginan tersebut kepada Rasulullah Muhammad SAW. Namun, cara tersebut tidak mutlak harus seperti itu, di zaman sekarang bisa melalui banyak aplikasi semacam bbm, wa, line dll. Hanya saja perlu diperhatikan adalah dengan bahasa yang baik. Yang jelas dalam Islam hal tersebut bukanlah hal yang tabu bila seorang akhwat menyampaikan keinginannya untuk dinikahi seorang ikhwan. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalamualaikum wr wb ustad, apa yang harus dilakukan ketika dalam taaruf seorang lelaki tidak juga memberikan kepastian, dalam jangka waktu lebih dari sebulan, Syukron ,jazakumullah Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Sebenarnya yang berperan dalam hal ini adalah perantara. Seharusnya perantara sudah memberikan tenggang waktu untuk memberikan kepastian, sehingga kalau tidak ada kepastian dianggap mengundur diri. Langkah yang bisa ukhti lakukan kalau tanpa ada perantara adalah meminta kepastian pada ikhwan tersebut. Allahu A'lam. Assalamuakaikum..

Maaf sy mau bertnua lagi..

Apa yang sebaiknya kita lakukan di sela sela hari dari khitbah menuju akad untuk menjaga perasaan ini mantap dan untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan ? Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

77


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Intinya adalah semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Shalat tahajjud, dhuha, puasa sunnah, memperdalam ilmu terutama tentang pernikahan dll. InsyaAllah dengan semakin dekatnya kita kepadaNya, semua urusan akan dimudahkan, kalaupun ada ujian akan diberikan jalan keluarnya. Allahu A'lam Pertanyaan : Aslamualaikum, saya mau tanya, jika sudah dikhitbah itu tugas dan tanggung jawab masingmasing sebagai perempuan dan laki-laki itu seperti apa ya dan contohnya bagaimna dalam khidupan sehari-hari sekaligus komunikasi stu lain? Terimaksih Jawaban : Sebelum ada akad nikah maka statusnya bukan mahram. Masing-masing masih menjalankan kehidupan sehari-hari seperti biasanya. Maka komunikasi tetap dibatasi dalam hal-hal yang penting saja. Yang membedakan adalah status akhwat tersebut makhtubah (wanita yang sudah dikhitbah) sehingga haram hukumnya laki-laki lain untuk taaruf apalagi khitbah dan diperbolehkan ke dua pasangan yang sudah melaksanakan khitbah tersebut untuk komunikasi intensif berkaitan dengan pernikahan serta hal-hal penting lainnya. Allahu A'lam Pertanyaan : Ust, bagai mana yang sebaiknya di lakukan apabila emang belum boleh menikah oleh orang tua, padahal sudah menemukan ahwat yang pengen di nikahi,,, Dan bagaimana cara menjaga komunikasi sampai saatnya nanti bisa menikah dengan ahwat

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

78


Jawaban :

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Orangtua pasti memiliki alasan tertentu ketika menghalangi anaknya untuk menikah. Mereka pasti menginginkan anaknya bisa hidup bahagia kelak setelah menikah. Hanya saja, sudut pandang nya berbeda dengan sang anak. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan bila orangtua melarang menikah, yaitu :

- Mencari tahu alasannya, kemudian melakukan pendekatan sembari memberikan penyadaran kepada orangtua tentang larangan menghalangi anaknya menikah karena pertimbanganpertimbangan yang tidak syar'i. - Tunjukkan bahwa diri mampu & siap untuk menikah.

- Meminta bantuan saudara yang dipercaya atau berpengaruh terhadap orang tua. - Meminta bantuan pihak ketiga.

- Shalat istikharah & memohon agar diberikan keputusan yang terbaik untuk diri, agama & kehidupannya.

- Bertawakkal kepada Allah atas segala keputusan yang datang dari-Nya. Sebab apapun yang menjadi keputusan Allah, itulah yang terbaik. Wallahu a'lam Pertanyaan : Assamamu'alaykum ustadz ana ingin tnya. Jika ada seseorang yg sdah merasakan rindu ingin menikah & ingin menikah untk menemani dlm ketaatan dn agaf terhindar dr hal2 yg dilarang,namun belum ada gambaran jodoh yg mendekat, mash terhambat kuliah, dan dr pihak ortu menginginkan untk bekerja dulu setelah lulus. Apa yg harus dilakukan oleh orang tersebut? Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Hal pertama yang urgent dilakukan adalah memberikan pemahaman kepada orangtua tentang pernikahan syar'i. Kalau memang ukhti sudah siap menikah maka mulai dari sekarang sudah melakukan pendekatan secara intensif kepada orangtua. Sebenarnya kuliah bukanlah Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

79


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

penghambat pernikahan karena faktanya banyak pasangan menikah ketika masih kuliah tidak membuat kuliahnya terbengkelai. Allahu A'lam Pertanyaan :

Assalamu'alaikum ustad, sya mau brtanya, ada seorang laki2 yg brniat srius dngan sya dan ingin mlamar. Ttapi ada syarat yg diajukan stelah menikah tinggal bersma di rmahnya brsama ibunya. Karna ibunya sdah ckup tua dan hnya sndiri. Smentara, sya anak trakhir dan pnya stu kakak laki2 blum mnikah. Orang tua sya trutama ibu menginginkan agar stelah sya menikah tetap tnggal brsama mreka karna di tmpat sya biasanya anak perempuan skalgus ank terakhir yg akan tnggal dan mrawat orang tua. Lantas sya hrus bgaimana ustad, menrima lelaki itu atau menunggu laki2 yg nanti mau tinggal brsma orang tua sya. Jawaban : Dari sisi syar'i, syarat yang diajukan lelaki tersebut tidak menyelisih syariat Islam. Justru hal tersebut menunjukkan tingginya akhlak lelaki tersebut kepada orangtuanya dan baiknya agama lelaki tersebut. Permasalahan merawat orangtua baik orangtua ukhti maupun orangtua lelaki tersebut sebenarnya bersifat teknis dan bisa dikompromikan bila sudah menikah.

Saran kami, kalau agama lelaki tersebut baik agamanya maka sebagaimana pesan Rasulullah, terimalah. Tentu saja semua itu kembali ke ukhti, apakah menerima atau menolak dengan melihat kondisi dan berbagai pertimbangan serta setelah memohon petunjuk Allah Ta'ala. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalamu'alaikum ustad ana Ulfa ingin bertanya ada ada laki2 yang melamar yang InsyaAllah baik agamanya tapi tidak ada ketertarikan dari segi fisiknya dan orang tua keberatan dengan suku ikhwan tersebut,? Apakah tidak apa2 untuk menolaknya Jawaban : Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

80


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Kalau soal penolakan, itu hak ukhti, tidak ada masalah benar dan salah dalam hal itu.

Ingat, mencari seorang lelaki shaleh bukanlah perkara gampang. Sudah berusaha pun, belum tentu berhasil. Sementara, akibat dari menikah dengan lelaki yang tidak shaleh, sungguh merupakan bencana besar bagi wanita. Dengan harta dan uang, seorang lelaki bejat bisa mengubah surga dunia justru menjadi neraka dunia. Langkah praktisnya, cobalah berpikir realistis. Utamakan memilih lelaki yang shaleh, meskipun memiliki kekurangan fisik atau yang lainnya, tentunya selama ukhti masih mampu menerimanya. Bila sampai batas–maaf– menjijikkan dalam pandangan ukhti, bahkan dikhawatirkan bila menikahinya akan menjerumuskan ukhti dalam maksiat, silakan menolak. Itu adalah hak ukhti. Atau, ada pilihan dua atau tiga lelaki yang sama-sama shaleh, tidak bisa dibedakan yang satu dengan yang lain, sementara ukhti lebih memilih yang–taruhlah–lebih tampan, lebih kaya, dan seterunya. Itu pun tidak menjadi masalah. Berkaitan dengan alasan orangtua ukhti menolak karena masalah suku, dalam Islam hal ini tidak dibenarkan. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalamu'alaikum.

Ustadz, apa saja sih syarat seseorang itu sudah dikatakan wajib menikah? Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Hukumnya menjadi wajib apabila seseorang dilihat dari sisi pertumbuhan, jasmaninya sudah layak untuk menikah, serta ia mempunyai kedewasaan rohani yang sudah matang dan memiliki biaya menikah untuk menghidupi keluarganya. Dan apabila ia tidak menikah khawatir terjatuh pada perbuatan mesum atau zina maka hukum menikah menjadi wajib. Allahu A'lam

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

81


Pertanyaan :

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Assalamualaikum ustad saya irni mau tanya ada seseorang yg taaruf dan memang serius menikahi sy tapi orang tua sy tidK menyukai laki-laki itu karena menurut orangtua sy agama laki-laki itu tidak begitu baik setelah orangtua sy berdiskusi, orangtua sy juga tdk begitu suka sm perilaku laki-laki yg sedikit agak nyeleneh,dan semakin tidak suka ketika mengetahui kalau dia itu perokok aktif bahkn bs d katakan Sudan parah ngrokoknya....apa krn alasan itu sy bs menghentikan proses taarufnya??dan cara untuk memutuskn proses taarufnya itu seperti apa ya?? Terimakasih Jawaban : Yang dilakukan orangtua ukhti sudah tepat. Yang jelas ukhti punya hak untuk meneruskan atau menghentikan proses taaruf. Cara memutuskan bagaimana? Hal ini fleksibel dan kondisional. Kalau ukhti taaruf lewat perantara maka sampaikan lewat perantara bahwa ukhti tidak melanjutkan taaruf karena beberapa sebab tersebut. Atau bisa juga yang menyampaikan orangtua ukhti dengan memanggil lelaki tersebut. Tentu saja dengan bahasa yang halus dan tidak menyakitkan. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalammualaikum, saya mau bertanya, seperti apa batasan pergaulan antara pria dan wanita sblm menikah? Lalu, apakah blh menolak seorang ikhwan yg meminang krn ia memiliki perilaku yg kurang baik di masa lalu yg dikhawatirkan bs terjadi di masa depan? Jawaban :

Islam menetapkan beberapa kriteria syar’i pergaulan antara laki-laki dan perempuan untuk menjaga kehormatan, melindungi harga diri dan kesuciannya. Kriteria syar’i itu juga berfungsi untuk mencegah perzinahan dan sebagai tindakan prefentif terjadinya kerusakan masal. Di antaranya, Islam mengharamkan ikhtilath (bercampur laki-laki dan perempuan dalam satu tempat) dan khalwat (berduaan antara laki-laki dan perempuan), memerintahkan adanya sutrah (pembatas) yang syar’i dan menundukkan pandangan, meminimalisir pembicaraan dengan lawan jenis sesuai dengan kebutuhan, tidak memerdukukan dan menghaluskan perkataan ketika bercakap dengan mereka, dan keriteria lainnya. Perkaraperkara ini, menjadi kaidah yang penting untuk kebaikan semuanya. Tidak seperti ocehan para penyeru ikhtilath, sesunguhnya perkara ini berbeda antara satu dengan lainnya, atau satu Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

82


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

kebudayaan dengan lainnya, dan pengakuan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dan realita. Interaksi dan komunikasi antara laki-laki dan perempuan sebenarnya boleh-boleh saja, dengan syarat wanitanya tetap mengenakan hijabnya, tidak memerdukan suaranya, dan tidak berbicara di luar kebutuhan. Adapun jika wanitanya tidak menutup diri serta melembutkan suaranya, mendayu-dayukannya, bercanda, bergurau, atau perbuatan lain yang tidak layak, maka diharamkan. Bahkan bisa menjadi pintu bencana, kuburan penyesalan, dan menjadi penyebab terjadinya banyak kerusakan dan keburukan.

Wajib berhati-hati, karena syetan terkadang menipu seseorang dengan merasa agamanya kuat tidak terpengaruh dengan percakapan itu. Padahal dia sedang terjerumus pada jerat kebinasaan dan berada di atas jalan kesesatan. Realita adalah saksi terbaik. Betapa banyak orang menentang petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan melanggar larangannya akhirnya ia tercampak di atas keburukan. Barangsiapa yang tidak memiliki hajat untuk berinteraksi dengan lawan jenis, maka menjauhinya lebih baik dan selamat. Jika ada kebutuhan, wajib bagi semua kaum muslimin untuk menetapi ketentuan syar’i, di antaranya: 1. Ghadlul Bashar (menundukkan pandangan) berdasarkan firman Allah Ta’ala: ُ َ‫ير ﱠ َ ِإ ﱠن لَ ُه ْم أ َ ْزكَى ذَلِﻚَ فُ ُرو َج ُه ْم َويَحْ ف‬ ‫ار ِه ْم ِم ْن يَغُضﱡوا ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ قُ ْل‬ ْ َ‫ي‬ ٌ ‫صنَعُونَ ِب َما َخ ِب‬ َ ‫ظوا أ َ ْب‬ ِ ‫ص‬ “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nuur: 30) 2. Tidak berduaan dengan wanita asing (bukan mahram dan bukan istrinya). Dalam Shahihul Bukhari, dari Ibnu Abbas radliyallah ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫يخلو ﱠن ﻻ‬ َ ‫َمحرم ذو ومعها إﻻ بامرأةٍ رجل‬

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

83


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Tidak boleh seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali dia (wanita tadi) ditemani mahramnya.” 3. Berusaha agar tidak ikhtilath dengan gadis yang bisa menyebabkan fitnah.

Dari Abu Sa’id bin Musayyib’d al-Khudri radliyallah ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ُ ‫ كيف فين‬،‫النِّساء واتﱠقوا الدﱡنيا اتﱠقوا تعملون‬ ْ ‫ حلوة ٌ الدﱡنيا ﱠ‬،ٌ‫وإن خضرة‬ ‫مستخ ِلفكم تعالى ﷲ ﱠ‬ ‫إن‬ ،‫ظر فيها‬ “Sesungguhnya dunia itu manis dan indah. Allah menjadikan kalian berkuasa atasnya, untuk melihat apa yang kalian perbuat. Bertakwalah terhadap dunia dan wanita.” (HR. Muslim). Dalam Shahihain, dari Usamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ‫أضر فتنةً بعدي تركتُ ما‬ ‫الرجال على‬ ‫ﱠ‬ ّ ِ ‫النِّساء من‬ “Tidak lah aku tinggalkan suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.” 4. Tidak bersalaman dengan wanita yang bukan mahram, karena diharamkan. Dalam Al-Mu’jam Al-Kabir milik Imam Ath-Thabrani, dari Ma’qil bin Yasar berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersbda: ْ ‫يي‬ ‫ُط َعنُ َﻷ َ ْن‬ ‫لَهُ ت َِح ﱡل ﻻَ ا ْم َرأَةً َي َم ﱠ‬ ْ ِ‫س أ َ ْن ِم ْن لَهُ َخي ٌْر َح ِد ْي ٍد ِم ْن ِب ِم ْخ َيطٍ أ َ َح ِد ُك ْم َرأْ ِس ف‬ “Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” Pertanyaan kedua, seorang wanita mempunyai hak menolak atau menerima lamaran dan alasan tersebut diperbolehkan.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

84


Allahu A'lam

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

:::JANGAN KELIRU MEMANTASKAN DIRI::: Salah satu ujian iman tertinggi adalah ketika diri tak menyadari.. posisi tertinggi hati, tak lagi Allah yang menghuni.Terkelabui oleh cinta yang katanya sejati, padahal hakikat kehadirannya hanya untuk menguji. Bersibuk memantaskan diri karena jodoh, bukan lagi karena Allah. Terbakar semangat menikah, tanpa menyadari niat berbelok, tak lagi untuk ibadah. Mulai gelisah menapaki pencarian, mengabaikan penguatan ketaatan dalam kesendirian. Padahal ketahuilah.. episode ‘sendiri’ itu Allah berikan sebagai sebuah kesempatan untuk mengeksplorasi kehidupan. Episode ‘sendiri’ juga merupakan kesempatan untuk memupuk ketaatan, sebagai bekal persiapan pulang. Ia bukanlah sebuah kutukan, sehingga dianggap pantas sebagai cibiran. Bukan. Tenang saja.. kalem.. santai.. semua sudah diatur. Diatur dengan sebaik-baiknya, dengan setepat-tepatnya. Tak perlu gelisah, khawatir jadi salah arah. Tak perlu buru-buru, khawatir jalan tempuhnya keliru. Jangan terbawa arus, meski di luar sana banyak sekali ‘kompor’ yang nyaris membuat hangus. Santai saja. Lagipula mereka di luar sana belum tentu ikut bertanggungjawab apabila diri salah niat. Kuatkan hati, sambil berbenah diri. Tapi hati-hati. Jangan bersibuk memantaskan diri karena jodoh, bukan lagi karena Allah. Sebab jika tujuannya demikian, sesungguhnya kita telah membatasi karunia Allah tanpa sadar. Jika Allah ridha, karunia yang diberikan-Nya bisa jauh lebih luas dari itu. Berbenahlah dengan ikhlas, demi menggapai kemuliaan dan kehidupan terbaik, dunia serta akhirat.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

85


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ingatlah, kita akan diuji oleh sesuatu yang benar-benar kita cintai. Bisa jadi sebab Allah cemburu, hamba yang pada mulanya begitu mencintai-Nya, sedang lupa dan lalai tanpa sadar. Maka doaku, doamu, dan doa siapapun yang setuju..

Berharap diri tak keliru menyandarkan harapan, pada yang tak seharusnya. Berharap hati tak dilabuhkan, pada tempat yang tak semestinya.

Berharap Allah menggenggam segala rasa, yang tak perlu tercurah.. bila belum saatnya. Andai pun kelak dipertemukan, berharap kecintaan kepadanya, tak lebih tinggi dari kecintaan kepada-Nya. Sebab jika Allah tidak ridha, tentu tak sulit bagi-Nya mengambil kembali, apapun yang kita rasa sudah dimiliki. Maka, undang keridhaan-Nya, dengan tetap menempatkan Ilahi Rabbi.. di posisi tertinggi hati. Jangan keliru atas hakikat memantaskan diri. - Febrianti Almeera-

:::Cinta; Untuk Kau yang Begitu Sabar dan Setia::: Ingin membahagiakan orang tua, itulah yang ada dalam benakku ketika kuterima lamarannya. Betapa bakti pada orang tua, sungguh besar pahalanya. Sehingga ketika ia mendatangi orang tuaku dan bisa meyakinkan ibuku maka aku pun tak kuasa mengatakan tidak. Andai ada cara lain untuk menolaknya, tentu itu sudah kulakukan. Kuminta ia menunggu dua tahun lebih karena aku ingin menuntaskan kuliahku, ia pun bersedia. Tak banyak laki-laki yang bersedia apalagi ketika di luar sana banyak perempuan yang siap untuk menjadi istrinya. Tapi ia beda, ia menungguku dengan setia. Lulus Sarjana, aku mengulur waktu lagi. Aku ingin lanjut ke pasca sarjana. Itu hanyalah siasatku agar dia mundur dan membatalkan pinangannya. Tapi ia dengan sabar mengiyakan dan mau menantiku. Aku mati kutu. Tak bisa lagi mencari alasan. Genap dua tahun kuliahku S2 selesai. Mau tidak mau pinangan yang dulu harus segera menjadi pernikahan. Aku pun berulah lagi. Aku tak mau dibiayai olehnya, mulai dari mengundang penghulu hingga resepsi kubayar dengan uang keringatku sendiri. Uang pemberiannya kutampik. Entahlah, mungkin ibuku yang menerimanya. Tapi kupastikan ia tahu bahwa aku tak memakan sedikit pun uang darinya. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

86


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Kupikir ego laki-lakinya terusik, tapi nyatanya tidak. Ia bersikap sabar dan wajar menghadapi perilakuku. Meskipun bukan ini yang kumau, tapi pantang bagiku menangis di hari pernikahan. Aku tetap tegar menerima tamu sambil terus mencari cara bagaimana lepas darinya. Banyak persyaratan sebelum nikah kuajukan dan ia pun tak ada yang keberatan. Termasuk syarat tak boleh melarangku bekerja dan tak boleh membatasi jam kerjaku, ia pun mengiyakan. Termasuk ia tak boleh memaksaku untuk ‘melayaninya’ ketika aku tak menginginkannya. Upayaku untuk ‘menyakitinya’ berlanjut terus. Aku sempat menjalin kenangan lama dengan seseorang dari masa lalu. Rasanya susah bagiku untuk melupakannya. Kami beberapa kali janjian bertemu meskipun hanya untuk minum kopi bersama. Tak ada pegangan tangan, tak ada hal-hal yang akan disesali bersama. Aku tahu bahwa ini salah, aku tahu ini dosa. Tapi aku benar-banar tak kuasa menghindarinya. Ya...setan berjingkrak kesenangan. Dan aku larut dalam buaiannya. Astaghfirullah. Suamiku tahu, tapi ia memilih diam dalam sikapnya. Hingga di satu titik, aku ingin semua kegilaan ini berakhir. Aku butuh penguat. Aku kontak teman lama sesama muslimah untuk curhat. Aku butuh seseorang yang bisa mendengar. Aku juga butuh nasihat. Meskipun aku tahu banyak soal hukum agama, tapi sepertinya kesadaranku perlu ‘digetok’ sedikit keras. Aku pun menangis di hadapannya. Hal yang amat sangat tabu untuk kulakukan di depan orang lain, yaitu berurai air mata. Tapi kali ini, aku benar-benar memerlukannya. Benar saja, ia adalah sahabat yang bukan hanya bisa mendengar. Ia ‘membangunkanku’ dengan cukup keras. Bahkan eskpresi terkejutnya begitu jelas terlihat ketika tahu bahwa di tahun kedua menjelang tiga tahun pernikahan, aku tak pernah ‘disentuh’ suamiku. Terlihat jelas ia mengatur kata-kata untuk ‘menggetok’ kesadaranku dengan lembut tapi tegas dan efektif. Ya...aku tak ingin keruwetan ini berlanjut karena perbuatanku. Aku pun tak ingin membiarkan laki-laki baik itu, -yang begitu setia dan sabar meskipun aku bukan istri yang baik- menunggu lagi. Tidak mudah memang, tapi aku harus mau berubah. Aku lelah sendiri. Aku lelah dalam pengabaian meskipun dia yang kuabaikan tak pernah lelah mencintaiku. Rasanya inilah momen aku harus belajar mencintainya. Mencintainya dengan nama Allah karena ia dulu pun menghalalkanku atas namaNya juga. Bismillah. Selalu ada awal yang indah untuk hamba yang mau bertobat. Selalu ada cinta meski tertatih untuk seseorang, yang telah begitu sabar dan setia tanpa pernah lelah. Ya...ia tak pernah lelah mencintaiku meskipun harus menunggu berbilang tahun. Kini saatnya aku meneladani cintanya dan membalas sebaik yang aku bisa. Insya Allah. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

87


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

(voa-islam.com) :::Wahai Muslimah, Fahamilah Ini‌::: Pertama

Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya.

Tahu darimana? Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran, Maryam dan Asiyah. Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami, dan Asiyah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? No! Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah. Kedua

Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan sematamata dunia. Ketiga

Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya. Beda cara, beda rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.

Keempat

Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah. Kelima

Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang menjadi catatan, bahwa secara umum yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

88


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Keenam

Dalam urusan jodoh, ta’aruf adalah proses seumur hidup. Rumus terpenting: jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan. Ketujuh

Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak. Kedelapan

Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?

1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan.

2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dll. Tapi pastikan perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya tidak objektif.

3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak dilarang oleh syariat.Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung (tentu saja dengan didampingi orang lain) atau melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensi satu: Ditolak. Tapi itu lebih baik daripada digantung. Kesembilan

Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu? Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar. Silakan pilih. Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya. Satu hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup. Pun tidak ada jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai. Kesepuluh

Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak? "Tanyakan pada hatimu: Mana di antara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga." Ust. Salim A. Fillah Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

89


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

#Untuk kerapian group, mohon pertanyaan hanya diajukan waktu jam perkuliahan di group, pertanyaan yang belum terjawab di waktu perkuliahan akan kami tanggapi di lain waktu. #Materi dan tanya jawab selama perkuliahan insyaAllah akan kami kumpulkan dan jadikan ebook kemudian kami bagikan ke seluruh peserta KIPRAH Online #Materi & tanya jawab boleh dishare setelah program KIPRAH ini selesai.

:::Catatan Hati Seorang Akhwat::: Bismillah... Izinkan aku bicara dari hati seorang wanita, yang mungkin bisa mewakili suara saudari2ku, para akhwat pada umumnya.

Proses ’ta’aruf’ merupakan suatu proses awal menuju proses selanjutnya, yaitu khitbah dan akhirnya sebuah pernikahan. Memang tidak semua sukses sampe tahap itu. "Sang Sutradaralah" yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasaNya. Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggamanNya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik atau buruk, mau surga atau neraka, mau sukses atau gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan. Aku ingin titip pesan pada para ikhwan yang sdh memutuskan hendak melontarkan perkataan ’ta’aruf’ pada seorang akhwat; Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik, matang-matang, dan masak-masak sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta’aruf. Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah keadaan akhwat. Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Akhwat mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, akhwat adalah makhluk yang kadang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih.

Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan shalih seperti antum, tak ada alasan bagi akhwat untuk menolak. Karena jika akhwat menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

90


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

(ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan? Sekali lagi, berhati-hatilah dengan kata ta’aruf. Karena ta’aruf adalah gerbang menuju pernikahan. Proses ’ta’aruf’ menuju pernikahan memerlukan sebuah rentang waktu tertentu. Bila diibaratkan ta’aruf adalah pintu halaman ruman antum dan pernikahan adalah pintu rumah antum, kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat akhwat terlena. Ingin sekali akhwat memetiknya, ingin sekali akhwat berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi tdk berhak, karena belum mendapat izin dari si empunya rumah. Akhwat ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula. Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwatpun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya. Saat itulah hati akhwat hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan terangkai, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan akhwat menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuknya. Akhwat akan segera pulang karena mungkin saja salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati mereka. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung mereka dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana. Mereka tak ingin mengkhianati calon suami mereka yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara mereka berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain. Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang akan menuntunnya. Kita tentunya tdk mau memakai label ‘ta’aruf untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta’aruf yang menjelma menjadi TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Tolong hargai akhwat sebagai saudara antum. Akhwat bukan kelinci percobaan. Akhwat punya perasaan yang tidak berhak antum buat ’coba-coba’. Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput mereka. Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum menjemput. Tentunya kita menginginkan kata ’berkah’ di awal, di tengah, sampai di ujung pernikahan kan? Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat dan Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

91


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin dan mantap untuk menuju Surabaya. Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan, akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya, malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang percuma selama perjalanan. Jadi, antum juga harus memikirkan cara yang baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas ridho dan keberkahanNya.

Semoga pesan ini bisa menjadi bahan renungan antum, para ikhwan, calon qowwam kami (para akhwat) dalam mengarungi bahtera rumah tangga Islami yang akan melahirkan generasi penyeru dan pembela agama Allah. Akhirnya aku minta maaf, afwan jiddan bila dalam pesan ini ada hal-hal yg kurang ahsan.. [khoirunnisa-syahidah.blogspot.com] :::APAKAH BENAR WANITA YANG BAIK MENDAPATKAN JODOH LELAKI YANG BAIK ?::: Ada yang bilang kalau wanita baik-baik akan mendapatkan jodoh baik-baik ? Biasanya mereka menggunakan ayat Al-Qur’an An Nur ; 26 :

‫ط ِّي ِبيْنَ ال ﱠ‬ ‫ط ِّيب ُْونَ َو ِلل ﱠ‬ ‫ت ال ﱠ‬ ‫ ِلل ﱠ‬. ُ‫ــونَ َو ِل ْل َخ ِبيْثـِيْنَ اَ ْلخـ َ ِبي ْـثــاَت‬ ِ َ ‫ط ِّيبَاتُ َو ِل ْل َخ ِبيْثا‬ ِ ‫ط ِّيبَا‬ ْ ُ ‫ت اْل َخ ِب ْيث‬

“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26) Padahal, ayat ini diturunkan untuk menunjukkan kesucian ‘Aisyah r.a. dan Shafwan bin alMu’attal r.a. dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Pernah suatu ketika dalam suatu perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq, ‘Aisyah terpisah tanpa sengaja dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan kemudian diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena ada suatu keperluan. Kemudian ‘Aisyah naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan menyusul rombongan Rasullullah SAW. dan para shahabat, akan tetapi rombongan tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah. Peristiwa ini akhirnya menjadi fitnah dikalangan umat muslim kala itu karena terhasut oleh isu dari golongan Yahudi dan munafik jika telah terjadi apa-apa antara ‘Aisyah dan Shafwan.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

92


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Masalah menjadi sangat pelik karena sempat terjadi perpecahan diantara kaum muslimin yang pro dan kontra atas isu tersebut. Sikap Nabi juga berubah terhadap ‘Aisyah, beliau menyuruh ‘Aisyah untuk segera bertaubat. Sementara ‘Aisyah tidak mau bertaubat karena tidak pernah melakukan dosa yang dituduhkan kepadanya, ia hanya menangis dan berdoa kepada Allah agar menunjukkan yang sebenarnya terjadi. Kemudian Allah menurunkan ayat ini yang juga satu paket annur 11-26. dan ayat ini bukanlah merupakan janji Allah kepada manusia yang baik akan ditakdirkan dengan pasangan yangg baik. Sebaliknya ayat ini merupakan peringatan agar umat islam memilih manusia yang baik untuk dijadikan pasangan hidup.

Karena kenyataannya banyak orang yang baik mendapatkan pasangan hidup yang tidak baik, dan begitu pula sebaliknya. Hingga akhirnya, yang pada saat ini baik ketika mendapatkan pasangan yang tidak baik, keimanannya akan berkurang jika tidak sanggup menahan godaan yang sedang mendera, namun keimanan seorang yang baik tersebut bisa bertambah jika Allah Ta'ala mengkehendakinya. bahkan pasangan yang tidak baik tersebut akhrinya bisa menjadi orang yang baik. Alhamdulilah itu semua terjadi hanya atas kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.. Contoh pasangan bertolak belakang :

Nabi Nuh dan istrinya yang kafir, Nabi Luth dengan istrinya yang kafir, dan fir’aun kafir dengan Asiyah Binti Mazahim, (istri fir’aun) seorang muslimah. Penjelasan An Nur 26 menurut para ulama jika dilihat dari konteks ayat ini, ada dua penafsiran para ulama terhadap ayat ini yaitu tentang arti kata “wanita yang baik” dan juga “ucapan yang baik”Sehingga dapat juga diartikan sebagai begini

Perkara-perkara (ucapan)yang kotor adalah dari orang-orang yang kotor, dan orang-orang yang kotor adalah untuk perkara-perkara yang kotor. Sedang perkara (ucapan)yang baik adalah dari orang baik-baik, dan orang baik-baik menimbulkan perkara yang baik pula. Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” Kata khabiitsat biasa dipakai untuk makna ucapan yang kotor(keji) ,juga kata thayyibaat dalam Quran diartikan sebagai kalimat yang baik.Begitupun pada ayat ini berlaku bahwa kata khabiitsat dan thayyibaat

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

93


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Hakam ibnu Utaibah yang menceritakan, bahwa ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Siti Aisyah r.a. Rasulullan saw. menyuruh seseorang mendatangi Siti Aisyah r.a. Utusan itu mengatakan, “Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?” Siti Aisyah r.a. menjawab, “Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun alasanku dari langit”. Maka Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah r.a. Selanjutnya Hakam ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, “Ucapan-ucapan yang keji adalah dari orang-orang yang keji..” (Q.S. An Nur,26). Hadis ini berpredikat Mursal dan sanadnya sahih.

Ayat 26 inilah penutup dari ayat wahyu membersihkan isteri Nabi, Aisyah dari tuduhan keji itu. Di dalam ayat ini diberikan pedoman hidup bagi setiap orang yang beriman. Tuduhan keji adalah perbuatan yang amat keji hanya akan timbul daripada orang yang keji pula.Memang orang-¬orang yang kotorlah yang menimbulkan perbuatan kotor. Adapun ucapan-ucapan yang baik adalah keluar dari orang-orang yang baik pula, dan memang¬lah orang baik yang sanggup menciptakan perkara baik. Orang kotor tidak menghasilkan yang bersih, dan orang baik tidaklah akan menghasilkan yang kotor,dan ini berlaku secara umum Di akhir ayat 26 Tuhan menutup perkara tuduhan ini dengan ucapan bersih dari yang dituduhkan yaitu bahwa sekalian orang yang difitnah itu adalah bersih belaka dari segala tuduhan, mereka tidak bersalah samasekali. Maka makna ayat diatas juga sangat tepat bahwa orang yang baik tidak akan menyebarkan fitnah,fitnah hanya keluar dari orang –orang yang berhati dengki,kotor, tidak bersih.Orang yang baik,dia akan tetap bersih,karena kebersihan hatinya Yang Baik Hanya Untuk yang baik? Pembahasan kedua yaitu tentang maksud ayat diatas yaitu “wanita yang baik” dan “wanita yang keji”.Dalam hal ini terjemahan Depag menggunakan arti wanita yang baik dan pemahaman ini berangkat dari para ulama yang menyatakan bahwa aisyah menrupakan wanita yang baik-baik,karena konteks ayat tersebut turun satu paket yaitu ayat 11-26 dengan ayat sebelumny tentang seseorang menuduh wanita yang baik-baik berzina.Maka jika diartikan begitu sesuai dengan perntanyaan diatas ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

94


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dalam kaidah ushul ditetapkan bahwa kekhususan sesuatu tidak dapat diterima dan ditetapkan berdasarkan perkiraan,tetapi harus didukung dengan dalil.Dalam nash ini tidak ada dalil tentang kekhususan ayat ini.Ayat Quran bermakna umum,artinya berlaku juga untuk umatnya kecuali ada dalil tentang kekhususan ( bukan berarti kekhususan ini ada kata-kata ‘khusus’ contohnya pada wajibnya hijab hanya khusus pada istri nabi walalupun tidak ada kata khusus,dan tidak ada alasan untuk meniru-niru kekhususan hijab bagi istri nabi). Ayat ini bersifat umum, bahwa wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, begitu juga sebaliknya. Namun yang perlu dipahami adalah ayat ini sebuah kondisi atau memang anjuran,sebab para ulama banyak mengemukakan pendapat tentang hal ini.Syaikh Muhammad Mutawalli as-Sya’rawi, ulama Mesir pernah berkata: ada dua macam kalam (kalimat sempurna) dalam bahasa Arab. Pertama; Kalam yang mengabarkan kondisi atau suasana yang ada.

Kedua Kalam yang bermaksud ingin menciptakan kondisi dan suasana. Kalam seperti ini bisa ditemukan dalam quran. Seperti firman Allah QS. ali-Imran: 97: Barang siapa yang memasukinya (baitullah itu) menjadi amanlah dia. Ayat itu kalau dipahami, bahwa Allah sedang mengabarkan kondisi dan suasana kota Mekah sesuai kenyataan yang ada, maka tentu tidak akan terjadi hal-hal yang bertolak belakang dengan kondisi itu. Akan tetapi, kalau ayat itu dipahami, sebagai bentuk pengkondisian suasana, maka Allah sesungguhnya tengah menyuruh manusia, untuk menciptakan kondisi aman di kota Mekah. Kalaupun kenyataan banyak terjadi, bahwa kota Mekah kadang tidak aman, maka hal itu artinya, manusia tidak mengejewantahkan perintah Allah. Pemahaman yang sama juga bisa ditelaah pada ayat ini; Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An-Nur: 26). Pada kenyataan yang terjadi, ternyata, ada laki-laki yang baik mendapat isteri yang keji, begitupula sebaliknya. Maka memahami ayat tersebut sebagai sebuah perintah, untuk menciptakan kondisi yang baik-baik untuk yang baik-baik, adalah sebuah keharusan. Kalau tidak, maka kondisi terbalik malah yang akan terjadi

Kalau kita bandingkan dengan Annur ayat 3 yang mana kalimat digunakan untuk umum

“laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik”(An Nur ayat 3)

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

95


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

yg mana di ayat ini lebih tegas mengandung “unsur perintah” untuk mencari pasangan yg sepadan. sehingga ayat 26 bisa dimengerti sebagai sebuah motivasi atau anjuran untuk mengondisikan dan bukan sebagai ketetapan bahwa yg baik “otomatis” akan mendapatkan pasangan yg baik. Hal ini tentu memerlukan usaha untuk memprbaiki diri lebih baik.

Ayat tersebut bukanlah merupakan janji Allah kpd manusia yg baik akan ditakdirkan dgn pasangan yg baik. Sebaliknya ayat tersebut merupakan peringatan agar umat islam memilih manusia yg baik utk dijadikan pasangan hidup.Oleh karena itu nabi bersabda tentang anjuran memilih pasangan yaitu lazimnya dengan 4 pertimbangan,dan terserah yang mana saja,namun yang agamanya baik tentu sangat dianjurkan, hal ini sesuai dengan anjuran surat Annur ayat 26. Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kita pasangan yang shalih / shalihah. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin Referensi:

Tafsir Al Azhar ,Hamka,Annur ayat 26 Tafsir Al Quranul Azhim,Ibnu Katsir

:::TIPS ISLAMI MEMILIH JODOH::: Tips Islami Memilih Jodoh ; 1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya Ini adalah kriteria yang paling utama dari kriteria yang lain. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang baik agamanya, “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda ;

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

96


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi) Jika demikian, maka ilmu agama adalah poin penting yang menjadi perhatian dalam memilih pasangan. 2. Al Kafa’ah (Sekufu) Yang dimaksud dengan sekufu adalah kesetaraan. Artinya ada kesetaraan dan kesamaan antara calon suami dengan calon istri dalam hal-hal tertentu. Kesetaraan yang disepakati ulama bahkan menyebabkan pernikahan tidak sah jika kesetaraan ini tidak diperhatikan adalah kesetaraan dalam agama. Setara dalam agama artinya agama calon suami dan istri itu sama. Seorang muslimah hanya setara dengan seorang muslim. Para ulama sepakat bahwa seorang wanita muslimah tidak boleh menikah dengan laki-laki kafir 3. Menyenangkan jika dipandang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, membolehkan kita untuk menjadikan faktor fisik sebagai salah satu kriteria memilih calon pasangan. Karena paras yang cantik atau tampan, juga keadaan fisik yang menarik lainnya dari calon pasangan hidup kita adalah salah satu faktor penunjang keharmonisan rumah tangga. Maka mempertimbangkan hal tersebut sejalan dengan tujuan dari pernikahan, yaitu untuk menciptakan ketentraman dalam hati. Allah Ta’ala berfirman, “Dan di antara tanda kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan bagimu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram denganya.” (QS. Ar Ruum: 21) Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan 4 ciri wanita sholihah yang salah satunya, “Jika memandangnya, membuat suami senang.” (HR. Abu Dawud. Al Hakim)

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

97


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Oleh karena itu, Islam menetapkan adanya nazhor, yaitu melihat wanita yang yang hendak dilamar. Sehingga sang lelaki dapat mempertimbangkan wanita yang yang hendak dilamarnya dari segi fisik. 4. Subur (mampu menghasilkan keturunan)

Di antara hikmah dari pernikahan adalah untuk meneruskan keturunan dan memperbanyak jumlah kaum muslimin. Oleh karena itulah, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih calon istri yang subur, ‫اﻷمم بكم مكاثر فاني الولود الودود تزوجوا‬ “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku.” (HR. An Nasa’I, Abu Dawud) Kriteria Khusus untuk Memilih Calon Suami Khusus bagi seorang muslimah yang hendak memilih calon pendamping, ada satu kriteria yang penting untuk diperhatikan. Yaitu calon suami memiliki kemampuan untuk memberi nafkah. Karena memberi nafkah merupakan kewajiban seorang suami. Islam telah menjadikan sikap menyia-nyiakan hak istri, anak-anak serta kedua orang tua dalam nafkah termasuk dalam kategori dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud). Namun kebutuhan akan nafkah ini jangan sampai dijadikan kriteria dan tujuan utama. Jika sang calon suami dapat memberi nafkah yang dapat menegakkan tulang punggungnya dan keluarganya kelak itu sudah mencukupi. Selain itu, bukan juga berarti calon suami harus kaya raya. Karena Allah pun menjanjikan kepada para lelaki yang miskin yang ingin menjaga kehormatannya dengan menikah untuk diberi rizki. “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An Nur: 32) Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

98


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Kriteria Khusus untuk Memilih Istri 1. Bersedia taat kepada suami Seorang suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An Nisa: 34) Sudah sepatutnya seorang pemimpin untuk ditaati. Ketika ketaatan ditinggalkan maka hancurlah ‘organisasi’ rumah tangga yang dijalankan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (HR. Ibnu Hibban) 2. Menjaga auratnya Berbusana muslimah yang benar dan syar’i adalah kewajiban setiap muslimah. Seorang muslimah yang shalihah tentunya tidak akan melanggar ketentuan ini. Allah Ta’ala berfirman, “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’” (QS. Al Ahzab: 59)

3. Gadis lebih diutamakan dari janda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan agar menikahi wanita yang masih gadis. Karena secara umum wanita yang masih gadis memiliki kelebihan dalam hal kemesraan dan dalam hal pemenuhan kebutuhan biologis. Sehingga sejalan dengan salah satu Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

99


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

tujuan menikah, yaitu menjaga dari penyaluran syahawat kepada yang haram. Wanita yang masih gadis juga biasanya lebih nrimo jika sang suami berpenghasilan sedikit. Hal ini semua dapat menambah kebahagiaan dalam pernikahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;

“Menikahlah dengan gadis, sebab mulut mereka lebih jernih, rahimnya lebih cepat hamil, dan lebih rela pada pemberian yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah) Namun tidak mengapa menikah dengan seorang janda jika melihat maslahat yang besar. Seperti sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang menikah dengan janda karena ia memiliki 8 orang adik yang masih kecil sehingga membutuhkan istri yang pandai merawat anak kecil, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyetujuinya (HR. Bukhari-Muslim) 4. Nasab-nya baik Dianjurkan kepada seseorang yang hendak meminang seorang wanita untuk mencari tahu tentang nasab (silsilah keturunan)-nya. Alasannya, keluarga memiliki peran besar dalam mempengaruhi ilmu, akhlak dan keimanan seseorang. Seorang wanita yang tumbuh dalam keluarga yang baik lagi Islami biasanya menjadi seorang wanita yang shalihah. #Untuk kerapian group, mohon pertanyaan hanya diajukan waktu jam perkuliahan di group, pertanyaan yang belum terjawab di waktu perkuliahan akan kami tanggapi di lain waktu. #Materi dan tanya jawab selama perkuliahan insyaAllah akan kami kumpulkan dan jadikan ebook kemudian kami bagikan ke seluruh peserta KIPRAH Online #Materi & tanya jawab boleh dishare setelah program KIPRAH ini selesai. Pertanyaan group 2W : Assalamu'alaikum wrwb

saya mau tanya....bgmn cr memantaskan diri bagi seseorang yg sdh slah jalan maap seperti misalnya dl pernah zina (trjebak seks bebas).. kalo secara pribadi kita bs melakukan taubatan nasuha minta ampun kepada Allah ...tapi bgmn dg pandangn masyarakat? tak smw orang bs menerima masa lalu kita yg pahit(aib) Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

100


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

....karena kebanyakan kasus...pd saat berta'aruf biasanya bs terhenti karena masalah masa lalu yg tdk baik...kebnyakan orang tua akan memandang bibit, bebet, bobot...

afwan tanpa ada maksud bersuudzon krn tak smw org bs menerima masa lalu...toh pada saat taaruf kan harus di dasarkan pd kejujuran tnp ad yg di tutupi dr pd berbohong...

Dan apakah boleh jika berdoa kepada Allah...minta di pertemukan dg jodoh pd saat kita bnr2 sdh memperbaiki diri? kita sll berdoa mnt jodoh yg terbaik tetapi kita sndr masi bnyk dosa...

merasa bnyak dosa malah minder dlm bergaul/berta'aruf merasa blm pntas utk di jadikan calon pendamping syukron

wassalam Jawaban :

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh

Dalam kasus ini, wanita tersebut wajib melakukan taubatan nasuha. Memperbanyak amal shalih dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Bagaimana dengan pandangan masyarakat? Acuhkan saja, di situlah ujiannya. Biarlah Allah saja yang menilai. Bagaimana masalah jodoh? InsyaAllah Allah akan mempertemukan dengan jodoh terbaik menurutNya. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalaamu'alayku warohmatullohi wabarokaatuh..

Bagaimana baiknya ketika ada seorang laki2 ingin menikahi seorang wanita namun ortua dr wanita tdk menyetujui dikarenakan laki2 tsb sgt lama tdk memberi kejelasan kpd ortu akn menikahi anaknya, usia laki2 tsb jg sgt jauh dr wanita ini, nashab dr laki2 tsb jg tdk jelas, namun wanita ini sgt mencintai laki2 tsb dan tdk mau d jodohkan atau mencari yg lain sdgkan ortua mengingankan yg terbaik utk anaknya.. Kira2 bagaimana agar nantinya tdk menyakiti salah satu pihak, . syukron atas jawabannya Jawaban Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

101


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Seorang lelaki dipilih karena faktor agama, jika agamanya baik... insyaAllah akan membawa kebaikan baik bagi si wanita maupun keluarganya. Yang paling penting dilakukan adalah membuka dialog yang baik dengan orangtua, bagaimanapun orangtua menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Cari titik temu dan persamaan, bicaralah dengan bahasa yang lembut dan bijaksana, insyaAllah orangtua akan memahami. Bagaimana jika sudah terlanjur mencintai lelaki tersebut? Perlu diingat bahwa cinta tanpa dibalut dalam ketaatan kepadaNya merupakan cinta semu dan hawa nafsu. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalamualaikum ustadz bagaimana aturan nadzor yg syar'i? Apakah tidak diperbolehkan ikhwan melihat aurat yg biasa tampak saat si akhwat dengan mahramnya di rumah? Jazakallahu khair Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Nazhor artinya melihat wanita yang hendak dilamar dan mengamatinya dengan saksama. Dalam hal ini, memandang wanita bukan mahram yang hukum asalnya dilarang, menjadi halal. Nabi n bersabda kepada seorang pria yang hendak menikahi seorang wanita, ُ ‫فَا ْن‬ َ َ‫قَا َل ِإلَ ْي َها؟ أَن‬: َ‫ﻻ‬. ‫قَا َل‬: ْ‫ظ ْرهَا فَاذْهَب‬ َ‫ظ ْرت‬ “Sudahkah engkau melihatnya?” Dia menjawab, “Belum.” Beliau n bersabda, “Pergilah dan lihatlah dia!” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) Sebaiknya, nazhor dilakukan sebelum lamaran agar pihak pria bisa mundur—ketika merasa tidak cocok—tanpa menyakitinya. Namun, nazhor bisa juga dilakukan saat melamar atau setelahnya. Persyaratan Nazhor Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

102


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Nazhor yang syar’i memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut. Nazhor dilakukan dengan ditemani oleh mahram si wanita, tidak berkhalwat (menyendiri berduaan dengan wanita yang bukan mahram).

Sebab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang hal tersebut sebagaimana dalam sabda beliau, ‫سافِ َر ﱠن َو َﻻ بِا ْم َرأَةٍ َر ُج ٌل يَ ْخلُ َو ﱠن َﻻ‬ َ ُ ‫َمحْ َر ٌم َو َمعَ َها ِإ ﱠﻻ ا ْم َرأَة ٌ ت‬ “Tidak boleh seorang pria berduaan dengan seorang wanita, dan tidak boleh seorang wanita bepergian (safar) melainkan dengan mahramnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Nazhor dilakukan tanpa syahwat. Jika dengan syahwat, hukumnya haram. Sebab, tujuan nazhor adalah untuk mengetahui keadaan si wanita, bukan untuk bersenang-senang. Nazhor dilakukan jika si lelaki memiliki persangkaan kuat bahwa lamarannya akan diterima. Hendaknya si lelaki hanya melihat bagian tubuh wanita yang biasa tampak, seperti wajah, leher, dua tangan, dan dua betis. Adanya tekad dari si lelaki untuk melamar. Jika sekedar coba-coba, nazhor tidak diperbolehkan.

Hendaknya si wanita tidak dinazhor dalam keadaan berdandan, berminyak wangi, bercelak, atau jenis berhias yang lain, karena hal itu akan menimbulkan kejelekan.

Hal-hal di atas semestinya dilakukan oleh seorang wanita di depan suaminya. Selain itu, halhal tersebut akan menjadi mafsadah baginya. Sebab, jika setelah menikah ternyata suami tidak mendapati kecantikan yang pernah dipertontonkannya, suami bisa kecewa dan tidak menyukainya. Akhirnya, penyesalan dan penderitaanlah yang akan dituainya. Nazhor boleh dilakukan lebih dari sekali jika si pria belum mantap dengan nazhor pertama. Namun, perlu tetap diingat, tujuannya bukan untuk bersenang-senang dan memuaskan hawa nafsu. Selain itu, nazhor boleh dilakukan tanpa sepengetahuan si wanita, apabila hal ini aman dari dampak yang jelek. Jika dia ingin mengetahui hal-hal yang lebih detail tentang si wanita, dia bisa mengutus ibu atau saudarinya untuk meneliti keadaannya, seperti bau mulut, bau badan, keindahan rambut, dan lain-lain. Sebaliknya, si wanita bisa meminta bantuan ayah Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

103


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

atau mahramnya yang lain untuk mendapatkan informasi yang ingin diketahuinya tentang pria yang menazhornya. Allahu A'lam Pertanyaan :

Assalamu'alaikum. Ana màu bertanya. Jika ikhwan sudah mengeluarkan kalimat ta'aruf kepada akhwat. Karena jarak yang jauh seperti kalimantan dân padang. Akhwat menyampaikan bahwa ỉa akan menunggu ikhwan đi padang untuk melanjutkan proses taaruf itu. Tapi ternyata ikhwan mengalami kekurangan dana yang awalnya ada tabungan ternyata tabungan tersebut dipakai oleh pamannya. Apa yang harus kami lakukan dân sebagai akhwat sikap apa yang harus saya ambil? Sebagai ikhwan sikap apa yang mesti diberikan kệ akhwat tersebut. Mohon jawabannya ustad. Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Sikap akhwat adalah bersabar menunggu jika memang sudah "mantap" dengan ikhwan tersebut sebagai calon pendamping hidup. Sedangkan sikap ikhwan berusaha semaksimal mungkin dengan cara-cara yang halal untuk menyegerakan menikahi akhwat tersebut. Kalaupun belum bisa dalam waktu dekat namun ada pemberitahuan ke akhwat tersebut dan ada komunikasi yang baik mengenai hal tersebut. Dalam beberapa kasus memang dibutuhkan kesabaran dan komunikasi yang baik selama masa penantian tersebut. Terkadang ikhwan mengalami masalah finansial yang membuatnya "menunda" untuk menyegerakan menikah. Hal ini harus disikapi dengan bijak oleh akhwat calon istri. Disini diperlukan komunikasi yang baik agar tidak timbul prasangka yang lain. Jangan sampai ikhwan tersebut hilang tanpa kabar sehingga timbul ketidakpastian. Allahu A'lam Pertanyaan :

Assalamualaikum

Saya ingin bertanya, ketika ada seorang laki2 soleh, sdh siap menikah, dan mampu menafkahi datang melamar perempuan Namun orangtua perempuan blm bisa menjawab lamaran si laki2 soleh krn masih memiliki kekhawatiran2 seperti, perempuan yg tinggal jauh krn beda kota dgn orang tua perempuan, tinggal di kota yg kondisinya jauh berbeda dgn kota yg ditinggali si perempuan skrg, bagaimana jika nanti kerepotan mengasuh anak krn ditinggal kerja dsb, apakah mertuanya nanti mau dititipin utuk merawat anak, bahkan mensyaratkan boleh menikah tp setelah mendapatkan pekerjaan di kota tpt tinggal suami, saking overprotective nya bahkan Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

104


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

menawarkan si perempuan ttp tinggal di kota org tua, si suami yg nantinya bolak balik dr kota kerja dan kota si istri tinggal Bagaimana cara meyakinkan orang tua si perempuan supaya ikhlas dan ridho untuk menikahkan tanpa harus ada syarat yg tdk syar'i Terimakasih Wassalamualaikum Jawaban :

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Sebenarnya maksud dari orangtua adalah demi kebaikan anaknya. Hal ini harus kita sikapi dengan bijak. Bangun diskusi dan pembicaraan yang baik mengenai hal tersebut. Cari titik temu yang bisa dikompromikan. Biasanya orangtua membutuhkan bukti bahwa anaknya bisa mandiri. Bisakah ukhti membuktikan dan meyakinkan hal tersebut kepada orangtua? Hal tersebut memerlukan komumikasi aktif dan intensif. Jika perlu libatkan pihak ketiga yang disegani orangtua. Perlu dicatat biasanya orangtua memerlukan bukti bahwa anaknya mampu mandiri. Mampukah ukhti dan calon menunjukkan hal tersebut?

Orangtua biasanya juga akan melihat sejauh mana kegigihan ukhti dalam memperjuangkan hal tersebut. Yang jelas ukhti jangan menyerah bila sudah mantap, tentu saja jangan lupa senantiasa mengharap pertolonganNya. Allahu A'lam Pertanyaan :

Jika akhwat sedang menunggu dengan sabar dân ỉa sudah mantap dg ikhwan yang mengajaknya untuk taaruf tersebut. Tiba2 ada yang menyodorkan dengan ikhwan lain yang dekat dengan akhwat. Apakah tidak apa apa akhwat iTu menerima ikhwan kệ 2 tersebut? Apa yang harus akhwat lakukan terhadap ikhwan yangon 1 dân jauh itu. Ini pertanyaan lanjutan dari jawaban ustad yang pertama địatas. Kisah kalimantan dengan padang. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

105


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Jawaban :

Secara syar'i diperbolehkan karena belum terjadi khitbah maka boleh akhwat tersebut proses taaruf dengan ikhwan lain. Namun, hal ini harus difikirkan ulang karena ukhti sudah memberikan harapan kepada ikhwan tersebut dan kalian sudah melewati proses yang tidak mudah dalam mengarungi proses taaruf. Saran kami, kalau ukhti masih bisa bersabar menunggunya maka tunggulah, kalaupun "terpaksa" tidak bisa karena sesuatu hal yang urgent dan mendesak maka harus sabar merelakannya. Yang jelas ukhti harus memikirkan perasaan ikhwan tersebut, kalaupun memutuskan sampaikan dengan kata-kata yang tidak baik. Allahu A'lam Pertanyaan ; Aslkm ustadz, sya mau tnya. Apa kah laki laki yang kerja di bank konvensional itu gajinya masih diragukan kehalalannya? Jawaban : Syeikh Yusuf al Qaradhawi mengatakan bahwa sistem ekonomi islam ditegakkan pada asas memerangi riba dan menganggapnya sebagai dosa besar yang dapat menghapuskan berkah dari individu dan masyarakat, bahkan dapat mendatangkan bencana di dunia dan akherat. Hal ini telah disinyalir di dalam Al Qur’an dan As Sunnah serta telah disepakati oleh umat. Cukuplah kiranya jika kita membaca firman Allah swt : 

‫ي َما َوذَ ُرواْ ّ َ اتﱠقُواْ آ َمنُواْ الﱠذِينَ أَيﱡ َها يَا‬ ّ ِ ‫ﱡمؤْ ِمنِينَ ُكنتُم إِن‬ َ ‫الربَا ِمنَ بَ ِق‬ ْ ُ‫ت‬ ‫ب فَأْذَنُواْ تَ ْف َعلُواْ لﱠ ْم فَﺈِن‬ ُ ‫ُوس فَلَ ُك ْم ت ُ ْبت ُ ْم َو ِإن َو َر‬ ٍ ‫سو ِل ِه ّ ِ ِّمنَ ِب َح ْر‬ ُ ‫ظلَ ُمونَ َوﻻَ ت َْظ ِل ُمونَ ﻻَ أ َ ْم َوا ِل ُك ْم ُرؤ‬ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

106


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al Baqoroh : 278 – 279)

Sabda Rasulullah saw,”Apabila zina dan riba telah merajalela di suatu negeri, berarti mereka telah menyediakan diri mereka untuk disiksa oleh Allah.” (HR. Hakim) Dalam peraturan dan tuntunannya, Islam memerintahkan umatnya untuk memerangi kemaksiatan. Apabila tidak sanggup minimal ia harus menahan diri agar perkataan maupun perbuatannya tidak terlihat dalam kemaksiatan itu. Oleh karena itu Islam mengharamkan semua bentuk kerja sama atas dosa dan permusuhan, dan menganggap setiap orang yang membantu kemaksiatan bersekutu dalam dosanya bersama pelakunya, baik pertolongan itu dalam bentuk moril ataupun materiil, perbuatan ataupun perkataan. Dalam sebuah hadits hasan, Rasulullah saw bersabda mengenai kejahatan pembunuhan : “Kalau penduduk langit dan penduduk bumi bersekutu dalam membunuh seorang mukmin, niscaya Allah akan membenamkan mereka dalam neraka.” (HR. Tirmidzi) Sedangkan tentang khamr, beliau saw bersabda,”Allah melaknat khamr, peminumnya, penuangnya, pemerasnya, yang minta diperaskan, pembawanya dan yang dibawakannya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah) Demikian juga terhadap praktek suap-menyuap,”Rasulullah saw melaknat orang yang menyuap, yeng menerima suap dan yang menjadi perantaranya.” (HR. Ibnu Hibban dan Hakim) Kemudian mengenai riba, Jabir bin Abdullah ra meriwayatkan,”Rasulullah saw melaknat pemakan riba, yang memberi makan dengan hasil riba, dan dua orang yang menjadi saksinya.” Dan beliau saw bersabda,”Mereka itu sama.” (HR. Muslim) Ibnu Masud meriwayatkan,”Rasulullah saw melaknat orang yang makan riba dan yang memberi makan dari hasil riba, dua orang saksinya, dan penulisnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi), sementara itu didalam riwayat lain disebutkan : “Orang yang makan riba, orang yang memberi makan dengan riba, dan dua orang saksinya— jika mereka mengetahui hal itu—maka mereka dilaknat melalui lisan Nabi Muhammad saw hingga hari kiamat.” (HR. An Nasa’i) Allahu A'lam

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

107


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Pertanyaan : Assalammualaikum ust., saya ingin bertanya, apabila ada seorang wanita didekati oleh dua pria, pria pertama adalah pria yg lbh disukai sang wanita namun orang tua wanita tsb blm menyetujui hubungan wanita tsb dgn pria pertama, pria kedua adlh pria yg lbh disukai orang tua namun sang wanita blm sreg dgn pria tsb, dgn kondisi demikian, apa yg sebaiknya hrs dilakukan wanita tsb? Jawaban : Setiap orangtua pastinya menginginkan kebaikan untuk anaknya. Apalagi masalah jodoh, tentunya orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun yang perlu dicatat adalah dalam Islam, orangtua tidak boleh memaksa anak untuk menikah dengan lelaki pilihan orangtua. Anak punya hak untuk menolak atau menerima. Saran kami, bangun komunikasi dan dialog intensif dengan orangtua mengenai hal tersebut. Cari titik temu yang bisa di kompromikan. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalammualaikum ustad, saya ingin bertanya, bagaimana cara menyakinkan diri bahwa org yg meminang kita melalui taaruf adalah jodoh yg plg baik untuk kita? Jawaban : Kalau ikhwan tersebut memang baik agamanya, kita harus yakin dialah jodoh yang terbaik menurut Allah untuk kita. Karena begitulah Allah dan RasulNya memberikan bimbingan untuk memilih pendamping yang baik agamanya. Allahu A'lam Pertanyaan :

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

108


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Mau tanya antara memilih jodoh ideal, tetapi, waktu, niat kbutuhan dan umur menikah sudah pada level wajib, mana yang didahulukan, masih memilih atau melanjutkan saja walaupun tidak seideal yg diharapkan. Jawaban : Memilih jodoh adalah persoalan seumur hidup. Persoalan mengarungi gelombang kehidupan dengan pasangan sampai ajal menjemput. Ketika asal memilih maka bukan "baiti jannati / rumahku surgaku" yang diperoleh akan tetapi "baiti naari / rumahku nerakaku". Bagaimana ketika sudah sampai level wajib? Kita tetap harus memilih yang baik agamanya walaupun mungkin dari segi lainnya belum ideal. Bagaimana jika belum ada akhwat yang baik agamanya? Maka pilihlah wanita yang bersedia taat pada suami, bagaimanapun, anda sebagai lelaki punya kewajiban membimbing istri kelak. Disinilah peran anda sangat dibutuhkan sebagai suami. Ada beberapa ikhwan yang kami kenal menikahi akhwat yang masih kurang agamanya dan kurang ideal dalam beberapa hal akan tetapi karena tekad ikhwan tersebut untuk membimbing istrinya dengan sabar maka istrinya berubah menjadi wanita yang shalihah. Allahu A'lam Saya mau bertanya ustadz..

Bagaimna cara mnjelaskan gejolak hati kpd orang tua, bahwa kita tidak mau menikah dengan seorang duda meskipun dia sudah mapan.. dan kesolehannya tsb masih penuh tanda tanya.. Tapi orang tua sudah sangat menyetujuinya, bukankah ridho Allah ada pada ridho orang tua? Tolong jelaskan ustadz, syukron katsiir .. Jawaban :

Sebelum kami menjawab, ada sebuah pertanyaan penting... Apakah menolak jodoh pilihan orangtua termasuk kategori durhaka?

Tidak termasuk durhaka. Karena menikah itu murni hak anak. Orang tua tidak boleh memaksa anaknya untuk menikah dengan seseorang yang tidak disukai anaknya. Dalilnya: ‫لها فقال قال تتزوج أن أبت قد ابنتي إن فقال سلم و عليه ﷲ ﺻلى النبي إلى له بابنة أتى رجﻼ أن الخدري سعيد أبي عن‬ ‫أن زوجته على الزوج حق فقال قال مقالتها عليه فرددت زوجته على الزوج حق ما تخبرني حتى ﻻ فقالت قال أباك أطيعي‬

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

109


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

‫ابدا اتزوج ﻻ بالحق بعثﻚ والذي فقالت قال حقه أدت ما لحسته ثم دما أو ﺻديدا منخراه ابتدر او فلحستها قرحة به كان لو‬ ‫بﺈذنهن إﻻ تنكحوهن ﻻ فقال قال‬

Dari Abu Said al-Khudri, bahwa ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa putrinya. Orang ini mengatakan, “Putriku ini tidak mau menikah.” Nabi memberi nasihat kepada wanita itu, “Taati bapakmu.” Wanita itu mengatakan, “Aku tidak mau, sampai Anda menyampaikan kepadaku, apa kewajiban istri kepada suaminya.” (merasa tidak segera mendapat jawaban, wanita ini pun mengulang-ulangi ucapannya). Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kewajiban istri kepada suaminya, andaikan di tubuh suaminya ada luka, kemudian istrinya menjilatinya atau hidung suaminya mengeluarkan nanah atau darah, kemudian istrinya menjilatinya, dia belum dianggap sempurna menunaikan haknya.” Spontan wanita itu mengatakan: “Demi Allah, Dzat yang mengutus Anda dengan benar, saya tidak akan nikah selamanya.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada ayahnya, “Jangan nikahkan putrimu kecuali dengan kerelaannya.” (HR. Ibn Abi Syaibah no.17122) Bahkan jika orang tua memaksa dan anak tidak ridha kemudian terjadi pernikahan, maka status kelangsungan pernikahan dikembalikan kepada anaknya. Jika si anak bersedia, pernikahan bisa dilanjutkan, dan jika tidak maka keduanya harus dipisahkan. Di antara dalilnya adalah ‫كارهة وهي زوجها أباها أن فذكرت وسلم عليه ﷲ ﺻلى ﷲ رسول أتت بكراً جارية أن ” عنهما ﷲ رضي عباس ابن عن‬ , ‫“ وسلم عليه ﷲ ﺻلى ﷲ رسول فخيرها‬ Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhuma beliau menceritakan, “Ada seorang gadis yang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkan bahwa ayahnya menikahkannya sementara dia tidak suka. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hak pilih kepada wanita tersebut (untuk melanjutkan pernikahan atau pisah).” (HR. Ahmad 1:273, Abu Daud no.2096, dan Ibn Majah no.1875) Bagaimana agar tidak menyakiti orangtua? Tentu saja hal ini diperlukan ketrampilan berkomunikasi. Pilih bahasa yang lembut dan waktu yang tepat.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

110


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Di dalam syariah Islam, seorang ayah dilarang untuk untuk memaksakan jodoh untuk anak wanitanya. Apalagi sekedar seorang calon suami, di mana lamarannya itu sangat tergantung dari penerimaan pihak calon istri. Maka calon istri punya hak dan wewenang sepenuhnya untuk menerima sebuah lamaran atau menolaknya. Baik dengan alasan yang masuk akal bagi pelamar maupun tidak. Sebab bisa saja faktor penolakannya itu merupakan hal yang tidak ingin disebutkan secara terbuka. Adapun hadits yang menyebutkan akan terjadi fitnah bila seorang wanita menolak lamaran laki-laki yang shalih, tentu harus dipahami dengan lengkap dan jernih. Hadits itu bukan dalam posisi untuk menetapkan bahwa sebuah lamaran dari laki-laki yang shalih itu haram ditolak. Tidak demikian kandungan hukumnya. Sebab kalau demikian, bagaimana dengan lamaran seorang laki-laki shalih kepada seorang puteri raja atau pembesar, di mana kedua tidak sekufu atau memang tidak saling cocok satu dengan yang lain? Apakah puteri raja itu berdosa bila menolak lamaran dari seorang yang tidak disukainya? Bahkan di dalam syariah Islam, seorang wanita yang sudah menikah namun merasa tidak cocok dengan suaminya, masih punya hak untuk bercerai dari suaminya. Apa lagi baru sekedar lamaran dari laki-laki yang sudah punya istri pula.

Dari Ibnu Abbas ra.: Sesungguhnya istri Tsabit bin Qais datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, Aku tidak mencelanya dalam hal akhlaknya maupun agamanya, akan tetapi aku benci kekufuran dalam Islam. Maka Rasulullah SAW berkata padanya, Apakah kamu mengembalikan pada suamimu kebunnya? Wanita itu menjawab, Ya. Maka Rasulullah SAW berkata kepada Tsabit, Terimalah kebun tersebut dan ceraikanlah ia 1 kali talak. Agar tidak menjadi fitnah, tentu ada cara penolakan yang halus dan lembut, tanpa menyinggung perasaan, namun si pelamar itu bisa menerima intisarinya, yaitu penolakan. Sehingga fitnah yang dikawatirkan itu tidak perlu terjadi. Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫سو َل يَا قَالُوا ت ُ ْستَأْذَنَ َحتﱠى ْال ِب ْك ُر ت ُ ْن َك ُﺢ َو َﻻ ت ُ ْستَأ ْ َم َر َحتﱠى ْاﻷ َ ِّي ُم ت ُ ْن َك ُﺢ َﻻ‬ ُ ‫ْف ﱠ ِ َر‬ َ ‫ت َ ْس ُكتَ أ َ ْن قَا َل ِإذْنُ َها َو َكي‬ “Tidak boleh menikahkan seorang janda sebelum dimusyawarahkan dengannya dan tidak boleh menikahkan anak gadis (perawan) sebelum meminta izin darinya.” Mereka bertanya,

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

111


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Wahai Rasulullah, bagaimana mengetahui izinnya?” Beliau menjawab, “Dengan ia diam.” (HR. Al-Bukhari no. 5136 dan Muslim no. 1419) Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ُ‫ﺻ َمات ُ َها َوإِذْنُ َها نَ ْف ِس َها فِي أَبُوهَا يَ ْست َأ ْ ِذنُ َها َو ْالبِ ْك ُر َو ِليِّ َها ِم ْن بِ َن ْف ِس َها أَ َح ﱡق الثﱠيِّب‬ ُ

“Seorang janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya, sedangkan perawan maka ayahnya harus meminta persetujuan dari dirinya. Dan persetujuannya adalah diamnya.” (HR. Muslim no. 1421) Dari Khansa’ binti Khidzam Al-Anshariyah radhiallahu anha: ْ ‫َت ذَلِﻚَ فَك َِره‬ ْ ‫ي فَأَت‬ ‫ِي زَ ﱠو َج َها أ َ َباهَا أ َ ﱠن‬ َ ‫نِكَا َح َها فَ َردﱠ َو‬ َ ُ ‫سلﱠ َم َعلَ ْي ِه ﱠ‬ ‫ﺻلﱠى النﱠ ِب ﱠ‬ َ ‫َت ثَ ِيّبٌ َوه‬ “Bahwa ayahnya pernah menikahkan dia -ketika itu dia janda- dengan laki-laki yang tidak disukainya. Maka dia datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (untuk mengadu) maka Nabi shallallahu alaihi wasallam membatalkan pernikahannya.” (HR. Al-Bukhari no. 5138) Al-Bukhari memberikan judul bab terhadap hadits ini, “Bab: Jika seorang lelaki menikahkan putrinya sementara dia tidak senang, maka nikahnya tertolak (tidak sah).” Penjelasan ringkas: Di antara kemuliaan yang Allah Ta’ala berikan kepada kaum wanita setelah datang Islam adalah bahwa mereka mempunyai hak penuh dalam menerima atau menolak suatu lamaran atau pernikahan, yang mana hak ini dulunya tidak dimiliki oleh kaum wanita di zaman jahiliah. Karenanya tidak boleh bagi wali wanita manapun untuk memaksa wanita yang dia walikan untuk menikahi lelaki yang wanita itu tidak senangi. Karena menikahkan dia dengan lelaki yang tidak dia senangi berarti menimpakan kepadanya kemudharatan baik mudharat duniawiah maupun mudharat diniah (keagamaan). Dan sungguh Nabi shallallahu alaihi wasallam telah membatalkan pernikahan yang dipaksakan dan Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

112


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

pembatalan ini menunjukkan tidak sahnya, karena di antara syarat sahnya pernikahan adalah adanya keridhaan dari kedua calon mempelai.

Akan tetapi larangan memaksa ini bukan berarti si wali tidak punya andil sama sekali dalam pemilihan calon suami wanita yang dia walikan. Karena bagaimanapun juga si wali biasanya lebih pengalaman dan lebih dewasa daripada wanita tersebut. Karenanya si wali disyariatkan untuk menyarankan saran-saran yang baik lalu meminta pendapat dan izin dari wanita yang bersangkutan sebelum menikahkannya. Tanda izin dari wanita yang sudah janda adalah dengan dia mengucapkannya, sementara tanda izin dari wanita yang masih perawan cukup dengan diamnya dia, karena biasanya perawan malu untuk mengungkapkan keinginannya. Allahu A'lam Pertanyaan : Assalamualaikum...ustadz saya mau tanya, bagaimana cara mengatasi trauma atas kegagalan dlm rmh tangga. Jawaban :

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Banyak pernikahan yang karam di tengah jalan, entah karena merasakan ketidakcocokan, adanya kekerasan dalam rumah tangga, campur tangan pihak ketiga, pengkhianatan, dan lain sebagainya. Akan tetapi hanya karena pernah gagal, haruskah menutup diri dari kemungkinan pernikahan lainnya? Berikut ini beberapa alasan mengapa tidak perlu merasa takut untuk menikah lagi:

1. Menikah bisa lebih menjaga kehormatan dan akan selalu diberi pertolongan oleh Allah, daripada terus-menerus sendirian

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.� (HR. Thabrani)

Jika dengan menikah lagi bisa lebih menjaga kehormatan dan kemuliaan diri, serta dijamin mendapatkan pertolongan dari Allah, mengapa enggan melakukannya? 2. Kegagalan pernikahan terdahulu jangan dijadikan trauma, melainkan pelajaran! Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

113


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Pengalaman merupakan pelajaran hidup yang paling mahal. Kita dapat menjadikannya sebagai 'kaca spion' yang cukup ditengok sesekali untuk memastikan langkah bagi masa depan, kaca spion tak pernah memperlihatkan apa yang terjadi di depan, maka jangan terpengaruh apalagi merasa takut dengan apa yang terlihat di kaca spion.

Cari tahu apa yang menyebabkan karamnya pernikahan sebelumnya, apakah telah melakukan ta'aruf dengan detail dan menyeluruh, pelajari apa yang perlu diubah dari sifat dan kebiasaan buruk kita, sudahkah kita melakukan shalat istikhoroh sebelum melangsungkan pernikahan sebelumnya? Karakter seperti apakah yang perlu dihindari untuk dijadikan pasangan hidup kita? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mudah terjawab jika kita menjadikan pernikahan sebelumnya sebagai pelajaran dan bukannya malah trauma. Dengan pengalaman sebelumnya pun, kita bisa lebih mengenal karakteristik lawan jenis, mana yang bersifat baik dan mana yang buruk. 3. Menikah lagi bisa menghindari diri dari fitnah

Dengan status menikah, bagi seorang wanita akan memiliki seorang penjaga, dan bagi seorang pria akan memiliki seorang pendamping. Hal ini tentu saja akan melenyapkan fitnah di masyarakat, ketimbang jika kita terus bertahan menjadi single setelah merasakan kegagalan pernikahan sebelumnya. 4. Tidak semua pria atau wanita itu buruk!

Pasti ada pria shaleh atau wanita shalehah yang akan menghancurkan pikiran buruk kita tentang pengalaman berhubungan dengan lawan jenis di masa lalu. Ketika kita meyakini adanya pria shaleh dan wanita shalehah tersebut, in syaa Allah kita akan dipertemukan jika memang kita berdoa dan berusaha untuk memantaskan diri mendapatkannya.

Link Download materi full :

"Fiqh Walimah, Tata Cara Islami Menyelenggarakan Walimah Penuh Berkah" Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

114


Ustadz Sholihun

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

http://bit.ly/1Pm2O2e Silahkan didownload melalui link tersebut. Pertanyaan : Assalamualaikum, ustadz, sehubungan dengan penyelenggaraan walimahan, sebaiknya kegiatan tersebut menjadi tanggung jawab siapa? Selanjutnya, apabila kedua belah pihak terutama kedua orang tua berkeinginan untuk mengadakan walimahan secara besar akan tetapi tata caranya masih berpegang pada syariah islam karena mengingat salah satu pihak adalah anak tunggal dan satunya lagi anak pertama, bagaimana pandangan islam terhadap prinsip tersebut? Jazakallahu ustadz Jawaban :

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Jika kita perhatikan hadis-hadis yang mensyariatkan adanya walimah, maka zahir hadis menunjukkan bahwa yang bertanggung jawab mengadakan walimah adalah mempelai pria bukan istrinya dan bukan pula wali sang istri. Hal tersebut sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap pernikahan istri-istri beliau dan juga perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu untuk mengadakan walimah atas pernikahannya dengan wanita Anshar. Ini menunjukkan bahwa, pada asalnya, pengadaan walimah adalah tanggung jawab suami. Sebagian ulama memberikan alasan sehingga tanggung jawab suami: karena sang suamilah yang berkewajiban menafkahi istri, dan kewajiban nafkah ini mencakup pelaksanaan pesta pernikahan keduanya. (Taudhihul Ahkam, 4:506). Syekh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh ditanya tentang walimah yang biayanya dari keluarga pengantin wanita, apa landasannya? Beliau rahimahullah menjawab, “Mungkin (diperbolehkan) karena keumuman (dalil), meskipun hukum asal walimah dilakukan oleh pihak suami (pengantin pria).” (Kumpulan Fatwa dan Risalah Syekh Muhammad bin Ibrahim Alu Syekh, 10:160) Secara prinsip Islam mengatur bahwa walimah adalah ungkapan rasa syukur pernikahan dengan menghidangkan makanan. Adapun tatacaranya disesuaikan dengan adat setempat Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

115


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

selama tidak melanggar syari'at Islam. Mau diadakan besar-besaran atau sederhana bukan menjadi masalah. Tentu dipertimbangkan manfaat dan madharatnya karena yang diharapkan adalah keberkahan dan do'a dari tamu. Allahu A'lam Pertanyaan :

Mau tanya apa aja tanda seseorang sudah mencukupkan diri buat menikah, dan apa saja fiqih minimal yg harus d siapkan seorang calon suami buat di pelajari,syukron Jawaban: Kalau ada seorang pemuda yang ditanya "kapan mau nikah?", biasanya mereka menjawab "nanti kalau sudah siap", atau "pengennya sih mapan dulu". Padahal sebenarnya apa sih parameter kesiapan seseorang untuk menikah?? dan apa saja yang harus kita siapkan?? Apakah harus nunggu sampai punya rumah ?? atau nunggu punya banyak ilmu dulu?? atau harus nunggu sampai umur 28 tahun?? (dikira biar udah mateng) Jawabannya tidak, karena itu semua tidak menjadi parameter kesiapan seorang untuk menikah. Banyak yang belum punya apa-apa tapi berani menikah dan dia merasa siap, lalu dengan izin Allah dia sukses dalam pernikahan dan Alhamdulillah bahagia. Trus ada juga yang masih kuliah, untuk menjaga dirinya dari kemaksiatan yang ada dimana-mana, dia putuskan untuk mencari wanita shalehah dan menikahinya. Dengan niat yang bagus itu, Allah mudahkan jalannya, dan akhirnya dia bahagia dalam pernikahan. Jadi apa saja yang harus kita siapkan untuk menikah?? Persiapan Ruhiyah (spiritual)

Ini meliputi kesiapan mental, kesiapan untuk bertanggung jawab, berbagi, dan berlapang dada. Juga kesiapan untuk bisa sabar dan syukur dalam menghadapi semua masalah. Persiapan 'Ilmiyah (Ilmu/Intelektual)

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

116


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ini juga sangat penting, ketika pernikahan berlangsung ada beberapa "Fiqh" yang harus dipelajari. Seperti rukun & syarat sah ijab qibul, dll. Juga Ilmu komunikasi dengan pasangan, ilmu ekonomi untuk mencari nafkah, dsb. Persiapan Jasadiyah (Fisik)

Gak lucu kan kalo malam pertama ternyata pengantin pria banyak panunya. Makanya persiapan fisik ini harus diperhatikan sebelum melangsungkan pernikahan. Apalagi dari penyakit-penyakit yang cukup berbahaya bagi kesehatan reproduksi. Persiapan Maadiyah (Materi)

Setidaknya untuk mas kawin. Tapi perlu juga persiapkan tabungan untuk modal agar cepat mandiri. Persiapan Ijtima'iyyah (Sosial)

Maksudnya, siap untuk bertetangga, siap bagaimana hidup rukun bermasyarakat, dll. Tak kalah pentingnya juga harus ada visi dan misi dakwah di lingkungan masyarakat. Nah, itu semua adalah persiapan. Tapi kadar persiapan diatas tidak terbatas hanya untuk mempersiapkan diri menghadapi pernikahan, selamanya harus diupayakan. Karena proses persiapan tersebut hakikatnya juga sebagai proses perbaikan diri yang harus dilakukan selamanya. Maksudnya, tidak berarti kalau kita merasa belum siap dalam salah satu poin diatas atau lebih menjadikan kita belum pantas untuk menikah. Karena pencapaiannya menjadi sangat relatif.

Dan parameter yang Rasul tetapkan sebenarnya sederhana sekali, Beliau bersabda yang artinya :"Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian telah mampu (baa-ah), maka menikahlah! Karena pernikahan itu dapat lebih menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan 'farj'. Dan barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa. Karena puasa adalah benteng yang kuat baginya." (H.R. Bukhari dan Muslim) Yaa, Rasul berikan parameter yaitu "baa-ah", yang ditafsirkan oleh jumhur 'Ulama dengan makna kemampuan untuk berjima'/bersetubuh. Walaupun sebagian lain menafsirkannya dengan kemampuan memberi nafkah dan memberikan tempat tinggal, tapi yang disepakati adalah tafsiran yang pertama.

Jadi siapapun yang telah mampu untuk berjima', maka halal dan dianjurkan baginya untuk menikah. Tentunya dengan komitmen, juga persiapan-persiapan tadi, dan keyakinan bahwa Allah akan selalu menjadi penolongnya. *satu jaminan dari Allah, "ada tiga golongan yang semuanya wajib bagi Alloh untuk menolongnya. Pertama, seorang yang berjihad di jalan Allah. Kedua, seorang yang menikah Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

117


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

dengan niat menjaga diri dari kemaksiatan. Ketiga, seorang Hamba sahaya mukatab yang ingin melunasi dirinya agar bisa merdeka" Hadits Hasan riwayat Imam Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah Allahu A'lam Assalamu'alaykum..nama saya deby saya mau bertanya ustadz begini jika istri jihadnya di rumah..apa boleh istri bekerja d luar rumah dengan niat membantu suami mrncari ekonomi keluarga ? Wassalam. Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh Banyak wanita pada zaman sekarang lebih memilih untuk berada di luar rumah, alasannya beragam ada dari mereka yang karena terpaksa, ada yang karena keadaan atau kebutuhan, bekerja dan ada yang sebaliknya mereka senang berada di luar rumah. Padahal Al Qur’an telah mengajarkan kepada para wanita untuk senantiasa tetap berada di dalam rumahnya kecuali ada alasan atau keperluan mendesak yang diperbolehkan oleh syariat dan mendapat izin keluarga atau suami bagi yang sudah menikah dengan memperhatikan batasan-batasan seperti: • Tidak keluar sendirian apalagi suka pulang larut malam

• Kalaupun keluar sendiri senantiasa pandai melihat kondisi yang tidak membahayakan dirinya • Berpakaian rapi dan sopan (menutup aurat).

• Tidak memamerkan perhiasan yang bisa mengundang tindakan kriminal • Tidak berlebihan dalam bersolek dan dalam memakai wangi-wangian • Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis

• Memperhatikan batasan pergaulan dengan lawan jenis dan menjaga prilaku • Bertutur kata yang bijak/sopan guna menghindari fitnah dari lawan jenis

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

118


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

• Bersikap secara proporsional sehingga bisa menjauhkan dirinya dari tindakan yang kurang menyenangkan dari lawan jenis. • Dan yang paling penting adalah berusaha menjaga kehormatan diri serta keluarganya. Allah Ta’ala berfirman ‫سولَهُ ﱠ َ َوأَ ِط ْعنَ ﱠ‬ َ‫ص َﻼة َ َوأَقِ ْمنَ ْاﻷُولَى ْال َجا ِه ِليﱠ ِة تَبَ ﱡر َج تَبَ ﱠرجْ نَ َو َﻻ بُيُوتِ ُك ﱠن فِي َوقَ ْرن‬ ُ ‫َو َر‬ ‫الزكَاةَ َوآتِينَ ال ﱠ‬ “..dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.” (QS: Al Ahzaab : 33).

Jika kita perhatikan secara seksama banyak fenomena yang sering kita lihat dan pemberitaan negatif yang sering kita dengar menimpa kaum hawa, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya lebih banyak mudharat/efek negatif yang akan menimpa wanita jika bekerja di luar rumah dibandingkan dengan manfaatnya, antara lain: Sering terjadinya kemungkaran, seperti; Bercampur dengan lelaki, berkenalan, bebas mengobrol dan bertatap muka dengan yang diharamkan,

Memakai minyak wangi berlebihan, tak jarang banyak yang memperlihatkan aurat kepada selain mahramnya, sehingga bisa menyeret pada kasus perselingkuhan dan perzinahan. Kurang bisa melaksanakan kewajiban kepada suami dengan baik atau maksimal.

Keluar dari fitrahnya dengan meremehkan urusan rumah tangga yang seharusnya menjadi bidangnya wanita. Mengurangi hak-hak anak dalam banyak hal, sepert ; dalam kasih sayang, perhatian, pendidikan agama dan lain sebagainya.

Membuat cepat lelah dan penat fisik serta pikiran sehingga bisa mempengaruhi jiwa serta syaraf yang tidak sesuai dengan tabiat wanita.

Mengurangi makna hakiki tentang kepemimpinan suami dalam rumah tangga di hati wanita. Hasratnya tertuju pada pekerjaan, sedangkan jiwa, pikiran dan perasaannya menjadi sibuk, lupa dan bertambah jauh dari tugas-tugasnya yang alami, yaitu keharusan membina kehidupan suami istri, mendidik anak-anak dan mengatur urusan rumah tangga.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

119


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Tabiat dan kepribadian wanita sejatinya memiliki kekhususan tersendiri sebagaimana dijelaskan oleh nabi dalam hadistnya. Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, ُ ‫ت ِفي َرا ِع َيةٌ َو ْال َم ْرأَة‬ ِ ‫َر ِعيﱠ ِت َها َع ْن َو َم ْسﺌُولَةٌ زَ ْو ِج َها َب ْي‬ “Dan seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR Al Bukhari ) Syarat Bekerja di Luar Rumah

Wanita boleh saja bekerja di luar rumah. Namun dengan syarat masih dalam koridor yang dibolehkan oleh syariat. Yang jadi masalah adalah saat wanita ingin disamakan kewajibannya seperti laki-laki bahkan melebihi kewajiban para lelaki, lebih menjadi masalah lagi jika kaum wanita lebih senang berada di luar rumah karena kepuasan dan kesenangan pribadi. Wanita tetaplah wanita dan janganlah melupakan kerajaan kecilnya, yaitu rumahnya, karena disitulah letak fitrah bagi dirinya. Diperbolehkan bagi wanita untuk bekerja akan tetapi harus dengan ketentuan atau syaratsyarat yang harus diperhatikan dan dipenuhi, seperti : Ada izin dari wali (suami atau orangtua/keluarga),

Tidak memiliki keluarga atau tidak memiliki suami,

Pekerjaannya harus halal, (bukan pekerjaan yang syubhat apalagi haram),

Menjaga kehormatan diri baik saat berada di dalam rumah maupun ketika bekeja di luar rumah,

Tidak ada percampuran bebas antara lelaki dan wanita, tidak bertabarruj (bersolek berlebihlebihan dan tidak menampakkan perhiasan), Tidak memakai pakaian yang ketat atau melanggar aturan berpakaian bagi wanita dalam ajaran Islam, bekerja bukan karena kesenangan pribadi dan kepentingan keluarga tetap menjadi prioritas,

Jenis pekerjaannya tidak mengurangi apalagi melanggar kewajibannya dalam rumah tangga, seperti kewajiban terhadap suami, anak-anak dan urusan rumah tangganya.

Ali radiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Fatimah radiyallahu ‘anha putri Rasulullah. “Wahai Fatimah, apakah yang baik bagi seorang wanita?” Fatimah menjawab, “Hendaknya ia tidak melihat lelaki (asing/yang bukan mahramnya) dan lelaki (orang lain) tidak melihatnya.” Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

120


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Allah berfirman dalam Al-Quran; َ ‫ِم ْن َها‬ َ‫ظ َه َر َما اِﻻﱠ ِز ْينَتَ ُه ﱠن يُ ْب ِديْنَ َوﻻ‬ َ‫ِاﻻﱠﻻَبَائِ ِه ﱠن ِز ْينَتَ ُه ﱠن يُ ْب ِديْنَ َوﻻ‬

“Hendaknya wanita tidak menampakkan kecantikan (perhiasan)-nya kecuali yang boleh tampak dari dirinya. Hendaknya wanita tidak menampakkan kecantikan (perhiasan)-nya kecuali kepada suami-suami mereka atau bapak-bapak mereka.” (QS: an-Nur [24]: 31). Allahu A'lam Assalamualaikum Ustd ana mau bertanya. Istri yang menyenangkan itu seperti apa? Dalam berias atau dalam penampilan yang enak di pandangnya Kah? Jawaban: Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh 1.Menarik Sudah menjadi fitrah manusia yaitu suka dengan hal-hal yang indah. Keindahan membuat hati tenang dan nyaman. Begitupun dengan kita dan pasangan kita. Seorang suami suka jika melihat penampilan diri yang menyenangkan pada diri istrinya, begitu pula sebaliknya. Sebuah hadis menggambarkan kehidupan orang-orang sholeh dari zaman dahulu. Seperti yang digambarkan dalam hadis berikut, dapat kita lihat bagaimana suami menyenangi istri yang menjaga penampilan dan memakai wangi-wangian. Ibnu Abbas berkata “Sesungguhnya saya suka berhias untuk istri, sebagaimana saya suka istri berhias untuk saya”. Hadis lain turut memperkuat hal ini yaitu,’’Suatu ketika Muhammad bin al-Hanafiah keluar dengan berpakaian rapi dan memberi wangi-wangian pada jenggotnya maka tatkala Yahya bin abdurrohman menanyakan hal itu ia menjawab sesungguhnya mereka (wanita) menyenangi apa yang kita senangi dari mereka.“ Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

121


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Wahai muslimah, jika lelaki di zaman dulu saja punya ekspektasi seperti itu kepada istrinya, bagaimana pula di zaman sekarang? Dimana pemandangan akan wanita berpakaian menarik dan minim dengan aroma wangi-wangian mudah sekali dijumpai di luar sana. Bagaimana engkau membentengi hati suamimu jika yang terpandang di luar sana itu lebih menarik, lebih wangi dari yang seharusnya dia dapat secara halal di rumah? Well, kita bisa saja percaya bahwa si dia yang kau sayangi akan berusaha memalingkan muka dan menundukkan pandangan dari semua itu karena takut dosa. Namun hey, dia juga manusia biasa, laki-laki normal yang mungkin saja dapat tergoda melihat pemandangan menarik di luar sana itu. Hare gini gitu lho... Ingin tampil cantik di hadapan lawan jenis, sepertinya memang sudah menjadi kesenangan tersendiri bagi wanita pada umumnya. Namun sayangnya, hal ini kadang dilupakan jika di rumah atau di hadapan suami tercinta. Di rumah istri merasa tidak begitu perlu untuk tampil dengan dandanan yang cantik dan memikat. Hal ini salah sama sekali. Tidak demikian yang diajarkan oleh agama kita. Justru di hadapan suamilah seharusnya kita bergaya ya Sahabat Ummi. Bukan di hadapan lelaki lain. Di depan suami pakailah model baju apa saja yang disenangi suami karena tidak ada batasan aurat antara suami dan istri. Berdandanlah yang memikat dengan aroma parfum yang harum. Semoga ikhtiar ini akan menjaga dan memagari suami dari maksiat. Dalam hal menarik ini, tidak hanya ditekankan pada penampilan diri tetapi juga pada tempat tinggal. Upayakan agar rumah selalu bersih dan tertata dengan baik. Bila perlu tingkatkan pengetahuan tentang skill pemeliharaan rumah dan tata letak barang-barang di rumah kita. Ciptakan suasana rumah yang menjadikan suami betah berada di dalamnya. Untuk membuat penampilan lebih menarik tidak harus dengan wajah yang cantik, demikian juga untuk membuat rumah bersih dan rapih tidak harus dengan harga yang mahal. Insya Allah semuanya bisa dilaksanakan dengan mudah asal ada keinginan dan keikhlasan untuk mencari ridha Allah. Bukankah segala sesuatu yang baik itu akan bernilai ibadah bila diniatkan hanya untuk Allah?. 2.Memahami

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

122


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Siapapun akan merasa senang jika dipahami dan betapa banyak masalah yang timbul dalam rumah tangga karena tidak adanya kesepahaman antara suami istri. Memahami di sini tentu luas maknanya.

Bagi penulis kuncinya adalah komunikasi yang baik dan terbuka. Istri yang baik akan berusaha memahami setiap masalah yang dibicarakan dengan menjadi pendengar yang baik. Jika menyampaikan pendapat memlilih ucapan yang baik dengan tutur kata yang enak didengar serta sedapat mungkin menghindari pembicaraan yang tidak disukai oleh suami. 3.Menjadi belahan jiwanya Suami adalah belahan jiwa bagi istrinya, begitu pula sebaliknya. Keduanya siap berbagi suka dan duka bersama dalam menjalani kehidupan pernikahan demi meraih tujuan yang diridhai Allah Swt. Demikianlah sehingga istri harus siap menjadi sahabat, belahan jiwa, dan tempat curahan hati suaminya. Islam telah menjadikan istri sebagai tempat yang penuh ketenteraman bagi suaminya. Allah Swt. berfirman: “Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya“. (QS ar-Rum [30]: 21) Maka istri yang baik adalah yang dapat membuat suaminya merasa tentram dan damai jika berada disisinya. Mampu membuat suaminya selalu rindu dan mendapat semangat baru jika berdekatan dengannya, demikian pula sebaliknya. Untuk menjamin teraihnya ketenangan dan ketenteraman tersebut, Islam telah menetapkan serangkaian aturan tentang hak dan kewajiban suami-istri. Jika seluruh hak dan kewajiban itu dijalankan secara benar, terwujudnya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah adalah suatu keniscayaan. 4.Menjaga Diri dan Harta Suami ’’Tidak ada iman bagi orang yang tidak bisa memegang amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak bisa dipegang janjinya.“ (HR. Ahmad) Demikian juga dalam peran kita sebagai istri. Istri harus mampu menjaga diri dan amanah yang dipercayakan oleh suami kepadanya. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

123


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Beberapa hal dalam penjagaan diri dan harta suami yang perlu diperhatikan oleh istri sholehah adalah menjaga diri dari segala hubungan yang diharamkan, menjaga rahasia keluarga, menjaga rumah dan merawat anak-anak, menjaga segala harta bendanya, tidak keluar rumah tanpa izin suami dan tanpa mengenakan hijab (jilbab) yang rapih, menolak kehadiran orang-orang yang tidak disenangi suami dan lain sebagainya yang telah disepakati berdua. 5.Mendoakan Setelah segala ikhtiar di atas dilakukan jangan lupa sertai dengan doa. Insya Allah usaha jika disertai dengan doa ikhlas dari seorang istri akan mendapat keberkahan. Suami menjadi senang dan keluarga pun jadi bahagia. Allahu A'lam

Pertanyaan : Assalamu'alaykum...

Afwan ustadz, mau tanya klo misalnya orang tua ingin menunda pernikahan anak hnya krn mempersiapkan walimah yg besar"n sampai hbs puluhan juta. Bagaimana hukumnya dlm kacamata Islam? Jazakillah. Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan peristiwa bersejarah dalam hidup seseorang. Bagi para pengantin baru, pernikahan adalah awal kisah untuk merajut cinta kasih dan membuka gerbang hidup baru guna membentuk generasi penerus. Maka tidak Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

124


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

mengherankan ketika pernikahan disambut dengan penuh kebahagiaan, terutama oleh kedua mempelai.

Untuk memberikan kesan mendalam di sepanjang hidup, dirasa perlu menyelenggarakan pesta untuk merayakan pernikahan. Walaupun demikian adanya, bukan berarti pesta pernikahan diselenggarakan secara bebas tanpa ada batasan. Sehingga pesta yang seharusnya membawa berkah malah membawa petaka disebabkan pelaksanaannya yang jauh dari ajaran Islam. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh shahibul hajah agar pesta yang dilaksanakan tidak kehilangan esensinya atau tidak melampaui batas-batas syari’at. Pertama, pelaksanaan walimah tidak perlu berhari-hari. “Kalau bisa dilaksanakan secara singkat dan hemat, kenapa harus lama-lama dan boros”. Dalam sebuah hadits disebutkan: ُ‫ َي ْو ٍم أَ ﱠو ُل ْال َو ِلي َمة‬،‫ َوالثﱠانِي َح ﱞق‬،‫وف‬ ُ ‫س ْم َعةٌ ِر َيا ٌء َوالثﱠا ِل‬ ُ ‫َو‬ ٌ ‫ث َم ْع ُر‬ ”Walimah hari pertama adalah benar, hari kedua ma’ruf, dan hari ketika riya’ dan sum’ah” (HR. Imam Turmudzi) Hadits nabi ini ingin mengungkapkan kenyataan di masyarakat bahwa pelaksanaan walimah yang berhari-hari pasti didasarkan pada riya’ dan sum’ah, sehingga perlu dihindari. Kekayaan yang berlimpah ruah dan tingginya status sosial di masyarakat bukanlah alasan untuk melakukan pesta pernikahan secara mewah dan berhari-hari. Di samping itu, perayaan berhari-hari hanya akan menimbulkan israf karena makin banyak biaya yang akan dihabiskan. Padahal para ulama mewanti-wanti agar jangan terlalu berlebihan karena hanya akan menimbulkan mubāhah (bangga diri) dan isrāf (berlebihan) yang secara jelas dilarang dalam Islam. Adapun menunda-nunda pernikahan hanya dikarenakan ingin membuat walimah besarbesaran apalagi ingin berbangga maka hal tersebut menyalahi syar'i. Allahu A'lam :::Tuntunan Seks Dalam Islam::: Dalam Islam, masalah seks bukanlah masalah yang tabu untuk dibicarakan. Islam adalah agama fitrah yang sangat memperhatikan masalah seksualitas karena ini adalah kebutuhan setiap manusia, sebagaimana firman Allah swt,”Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

125


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.” (QS. Al Baqarah : 223) Ayat diatas menunjukkan betapa Islam memandang seks sebagai sesuatu yang moderat sebagaimana karakteristik dari Islam itu sendiri. Ia tidaklah dilepas begitu saja sehingga manusia bisa berbuat sebebas-bebasnya dan juga tidak diperketat sedemikian rupa sehingga menjadi suatu pekerjaan yang membosankan.

Hubungan seks yang baik dan benar, yang tidak melanggar syariat selain merupakan puncak keharmonisan suami istri serta penguat perasaan cinta dan kasih sayang diantara mereka berdua maka ia juga termasuk ibadah disisi Allah swt, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”..dan bersetubuh dengan istri juga sedekah. Mereka bertanya,’Wahai Rasulullah, apakah jika diantara kami menyalurkan hasrat biologisnya (bersetubuh) juga mendapat pahala?’ Beliau menjawab,’Bukankah jika ia menyalurkan pada yang haram itu berdosa?, maka demikian pula apabila ia menyalurkan pada yang halal, maka ia juga akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim) Sebagai salah satu tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’ (hubungan intim) dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan bani Adam. Selain itu jima’ yang halal juga merupakan ibadah yang berpahala besar. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah) Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

126


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragh yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni suami dan istri. Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’ (hubungan seks), jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar Islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib. Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi. Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai strategi mempercepatnya. Dan, salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh. Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Beliau bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. AtTirmidzi).

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

127


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunahan sebelum berjima’. Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).

Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik, maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi, bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan hasrat pasangan. Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya. Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat. Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari: “Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba seluruh lekuk tubuh pasangannya, termasuk kemaluan. Karena kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari pandangan Imam Malik dan ulama lainnya.” Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda saat disentuh atau dipandangi. Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan pula menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah RA, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalam satu bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

128


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.

Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.” Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh. Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji (kemaluan), bukan yang lainnya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian kehendaki.” QS. Al-Baqarah (2:223).

#Materi Khusus Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online#

:::Tuntunan Seks Dalam Islam 2::: Diantara variasi seksual yang sering dibicarakan para seksolog adalah oral seks, yaitu adanya kontak seksual antara kemaluan dan mulut (lidah) pasangannya. Tentunya ada bermacammacam oral seks ini, dari mulai menyentuh, mencium hingga menelan kemaluan pasangannya kedalam mulutnya.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

129


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Hal yang tidak bisa dihindari ketika seorang ingin melakukan oral seks terhadap pasangannya adalah melihat dan menyentuh kemaluan pasangannya. Dalam hal ini para ulama dari madzhab yang empat bersepakat diperbolehkan bagi suami untuk melihat seluruh tubuh istrinya hingga kemaluannya karena kemaluan adalah pusat kenikmatan. Akan tetapi setiap dari mereka berdua dimakruhkan melihat kemaluan pasangannya terlebih lagi bagian dalamnya tanpa suatu keperluan, sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah yang mengatakan,”Aku tidak pernah melihat kemaluannya saw dan beliau saw tidak pernah memperlihatkannya kepadaku.” (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz IV hal 2650) Seorang suami berhak menikmati istrinya, khususnya bagaimana dia menikmati berjima’ dengannya dan seluruh bagian tubuh istrinya dengan suatu kenikmatan atau menguasai tubuh dan jiwanya yang menjadi haknya untuk dinikmati maka telah terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama kami, karena tujuan dari berjima’ tidaklah sampai kecuali dengan hal yang demikian. (Bada’iush Shona’i juz VI hal 157 – 159, Maktabah Syamilah) Setiap pasangan suami istri yang diikat dengan pernikahan yang sah didalam berjima’ diperbolehkan untuk saling melihat setiap bagian dari tubuh pasangannya hingga kemaluannya. Adapun hadits yang menyebutkan bahwa siapa yang melihat kemaluan (istrinya) akan menjadi buta adalah hadits munkar tidak ada landasannya. (asy Syarhul Kabir Lisy Syeikh ad Durdir juz II hal 215, Maktabah Syamilah) Dibolehkan bagi setiap pasangan suami istri untuk saling melihat seluruh tubuh dari pasangannya serta menyentuhnya hingga kemaluannya sebagaimana diriwayatkan dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya berkata,” Aku bertanya,’Wahai Rasulullah aurat-aurat kami mana yang tutup dan mana yang kami biarkan? Beliau bersabda,’Jagalah aurat kamu kecuali terhadap istrimu dan budak perempuanmu.” (HR. tirmidzi, dia berkata,”Ini hadits Hasan Shohih.”) Karena kemaluan boleh untuk dinikmati maka ia boleh pula dilihat dan disentuhnya seperti bagian tubuh yang lainnya. Dan dimakruhkan untuk melihat kemaluannya sebagaimana hadits yang diriwayatkan Aisyah yang berkata,”Aku tidak pernah melihat kemaluan Rasulullah saw.” (HR. Ibnu Majah) dalam lafazh yang lain, Aisyah menyebutkan : Aku tidak melihat kemaluan Rasulullah saw dan beliau saw tidak memperlihatkannya kepadaku.”

Didalam riwayat Ja’far bin Muhammad tentang perempuan yang duduk dihadapan suaminya, di dalam rumahnya dengan menampakkan auratnya yang hanya mengenakan pakaian tipis, Imam Ahmad mengatakan,”Tidak mengapa.” (al Mughni juz XV hal 79, maktabah Syamilah) Oral seks yang merupakan bagian dari suatu aktivitas seksual ini, menurut Prof DR Ali Al Jumu’ah dan Dr Sabri Abdur Rauf (Ahli Fiqih Univ Al Azhar) boleh dilakukan oleh Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

130


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

pasangan suami istri selama hal itu memang dibutuhkan untuk menghadirkan kepuasan mereka berdua dalam berhubungan. Terlebih lagi jika hanya dengan itu ia merasakan kepuasan ketimbang ia terjatuh didalam perzinahan.

Hal itu dikarenakan yang keluar dari kemaluan adalah madzi dan mani. Madzi adalah cairan berwarna putih dan halus yang keluar dari kemaluan ketika adanya ketegangan syahwat, hukumnya najis. Sedangkan mani adalah cairan kental memancar yang keluar dari kemaluan ketika syahwatnya memuncak, hukumnya menurut para ulama madzhab Hanafi dan Maliki adalah najis sedangkan menurut para ulama Syafi’i dan Hambali adalah suci. Mufti Saudi Arabia bagian Selatan, Asy-Syaikh Al`Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmi berpenapat bahwa isapan istri terhadap kemaluan suaminya (oral seks) adalah haram dikarenakan kemaluannya itu bisa memancarkan cairan (madzi). Para ulama telah bersepakat bahwa madzi adalah najis. Jika ia masuk kedalam mulutnya dan tertelan sampai ke perut maka akan dapat menyebabkan penyakit. Hal itu dikarenakan yang keluar dari kemaluan adalah madzi dan mani. Madzi adalah cairan berwarna putih dan halus yang keluar dari kemaluan ketika adanya ketegangan syahwat, hukumnya najis. Sedangkan mani adalah cairan kental memancar yang keluar dari kemaluan ketika syahwatnya memuncak, hukumnya menurut para ulama madzhab Hanafi dan Maliki adalah najis sedangkan menurut para ulama Syafi’i dan Hambali adalah suci. Adapun Syeikh Yusuf al Qaradhawi memberikan fatwa bahwa oral seks selama tidak menelan madzi yang keluar dari kemaluan pasangannya maka ia adalah makruh dikarenakan hal yang demikian adalah salah satu bentuk kezhaliman (diluar kewajaran dalam berhubungan).

Diantara variasi seksual yang sering dibicarakan para seksolog adalah oral seks, yaitu adanya kontak seksual antara kemaluan dan mulut (lidah) pasangannya. Tentunya ada bermacammacam oral seks ini, dari mulai menyentuh, mencium hingga menelan kemaluan pasangannya kedalam mulutnya. Hal yang tidak bisa dihindari ketika seorang ingin melakukan oral seks terhadap pasangannya adalah melihat dan menyentuh kemaluan pasangannya. Dalam hal ini para ulama dari madzhab yang empat bersepakat diperbolehkan bagi suami untuk melihat seluruh tubuh istrinya hingga kemaluannya karena kemaluan adalah pusat kenikmatan. Akan tetapi setiap dari mereka berdua dimakruhkan melihat kemaluan pasangannya terlebih lagi bagian dalamnya tanpa suatu keperluan, sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah yang mengatakan,”Aku tidak pernah melihat kemaluannya saw dan beliau saw tidak pernah memperlihatkannya kepadaku.” (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz IV hal 2650)

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

131


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Seorang suami berhak menikmati istrinya, khususnya bagaimana dia menikmati berjima’ dengannya dan seluruh bagian tubuh istrinya dengan suatu kenikmatan atau menguasai tubuh dan jiwanya yang menjadi haknya untuk dinikmati maka telah terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama kami, karena tujuan dari berjima’ tidaklah sampai kecuali dengan hal yang demikian. (Bada’iush Shona’i juz VI hal 157 – 159, Maktabah Syamilah) Setiap pasangan suami istri yang diikat dengan pernikahan yang sah didalam berjima’ diperbolehkan untuk saling melihat setiap bagian dari tubuh pasangannya hingga kemaluannya. Adapun hadits yang menyebutkan bahwa siapa yang melihat kemaluan (istrinya) akan menjadi buta adalah hadits munkar tidak ada landasannya. (asy Syarhul Kabir Lisy Syeikh ad Durdir juz II hal 215, Maktabah Syamilah)

Dibolehkan bagi setiap pasangan suami istri untuk saling melihat seluruh tubuh dari pasangannya serta menyentuhnya hingga kemaluannya sebagaimana diriwayatkan dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya berkata,” Aku bertanya,’Wahai Rasulullah aurat-aurat kami mana yang tutup dan mana yang kami biarkan? Beliau bersabda,’Jagalah aurat kamu kecuali terhadap istrimu dan budak perempuanmu.” (HR. tirmidzi, dia berkata,”Ini hadits Hasan Shohih.”) Karena kemaluan boleh untuk dinikmati maka ia boleh pula dilihat dan disentuhnya seperti bagian tubuh yang lainnya. Dan dimakruhkan untuk melihat kemaluannya sebagaimana hadits yang diriwayatkan Aisyah yang berkata,”Aku tidak pernah melihat kemaluan Rasulullah saw.” (HR. Ibnu Majah) dalam lafazh yang lain, Aisyah menyebutkan : Aku tidak melihat kemaluan Rasulullah saw dan beliau saw tidak memperlihatkannya kepadaku.” Didalam riwayat Ja’far bin Muhammad tentang perempuan yang duduk dihadapan suaminya, di dalam rumahnya dengan menampakkan auratnya yang hanya mengenakan pakaian tipis, Imam Ahmad mengatakan,”Tidak mengapa.” (al Mughni juz XV hal 79, maktabah Syamilah) Oral seks yang merupakan bagian dari suatu aktivitas seksual ini, menurut Prof DR Ali Al Jumu’ah dan Dr Sabri Abdur Rauf (Ahli Fiqih Univ Al Azhar) boleh dilakukan oleh pasangan suami istri selama hal itu memang dibutuhkan untuk menghadirkan kepuasan mereka berdua dalam berhubungan. Terlebih lagi jika hanya dengan itu ia merasakan kepuasan ketimbang ia terjatuh didalam perzinahan. Hal itu dikarenakan yang keluar dari kemaluan adalah madzi dan mani. Madzi adalah cairan berwarna putih dan halus yang keluar dari kemaluan ketika adanya ketegangan syahwat, hukumnya najis. Sedangkan mani adalah cairan kental memancar yang keluar dari kemaluan ketika syahwatnya memuncak, hukumnya menurut para ulama madzhab Hanafi dan Maliki adalah najis sedangkan menurut para ulama Syafi’i dan Hambali adalah suci. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

132


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Mufti Saudi Arabia bagian Selatan, Asy-Syaikh Al`Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmi berpenapat bahwa isapan istri terhadap kemaluan suaminya (oral seks) adalah haram dikarenakan kemaluannya itu bisa memancarkan cairan (madzi). Para ulama telah bersepakat bahwa madzi adalah najis. Jika ia masuk kedalam mulutnya dan tertelan sampai ke perut maka akan dapat menyebabkan penyakit. Hal itu dikarenakan yang keluar dari kemaluan adalah madzi dan mani. Madzi adalah cairan berwarna putih dan halus yang keluar dari kemaluan ketika adanya ketegangan syahwat, hukumnya najis. Sedangkan mani adalah cairan kental memancar yang keluar dari kemaluan ketika syahwatnya memuncak, hukumnya menurut para ulama madzhab Hanafi dan Maliki adalah najis sedangkan menurut para ulama Syafi’i dan Hambali adalah suci. Adapun Syeikh Yusuf al Qaradhawi memberikan fatwa bahwa oral seks selama tidak menelan madzi yang keluar dari kemaluan pasangannya maka ia adalah makruh dikarenakan hal yang demikian adalah salah satu bentuk kezhaliman (diluar kewajaran dalam berhubungan). Hingga saat ini, banyak Muslim yang beranggapan bahwa ketika suami istri berjima, mereka harus menutupi tubuhnya alias tidak diperbolehkan tanpa busana. Umumnya, anggapan ini dilandasi oleh dua hadits berikut ini. Pertama, hadits riwayat Ibnu Majah. Jika seseorang diantara kalian hendak mendatangi istrinya, maka hendaklah menutupi tubuhnya, dan janganlah bertelanjang bulat seperti telanjangnya dua khimar. Kedua, hadits riwayat Tirmidzi. Janganlah kalian bertelanjang, sebab sungguh bersama kalian ada makhluk yang tak pernah berpisah... Bagaimanakah duduk persoalan yang sebenarnya dan bagaimana kedudukan dua hadits tersebut? Salim A. Fillah di dalam bukunya Bahagianya Merayakan Cinta menjelaskan bahwa hadits pertama (yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah) adalah dhaif. Dalam sanadnya terdapat Al Ahwash bin Hakim dan Walid bin Al Qasim Al Hamdani, keduanya dhaif. Bahkan, An Nasai memberi catatan: hadits ini mungkar. Sedangkan hadits kedua (riwayat Tirmidzi), sesungguhnya tidak bisa dijadikan alasan suami istri harus menutup tubuhnya dengan selimut atau semisalnya saat berjima dikarenakan malu dengan makhluk lain yang disebutkan dalam hadits tersebut. Padahal, di dalam hadits itu Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

133


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

telah ada jawabannya. Yakni kelajutan hadits tersebut yang sering tidak diketengahkan secara lengkap. Janganlah kalian bertelanjang, sebab sungguh bersama kalian ada makhluk yang tak pernah berpisah kecuali di saat kalian membung hadats di jamban dan ketika seorang suami mendatangi istrinya (HR. Tirmidzi). Salim A. Fillah kemudian menutup penjelasannya dengan kalimat berikut: Allah tidak menghendaki kesulitan bagi hamba-Nya, bahkan Ia menghendaki kemudahan bagi mereka. Ketika seorang hamba bersama istrinya telah menutup diri dari pandangan manusia di dalam satu bilik di rumahnya, maka Allah tidak lagi membebani mereka dengan hal yang menyulitkan dan memberatkan seperti memakai selimut. Karena bisa jadi selimut akan mengganggu jika hendak berekspresi dan berkreasi. Padahal yang demikian adalah hak yang Allah berikan pada mereka berdua untuk meraih kemuliaan di sisi-Nya. :::Adab-adab Berhubungan Intim Dalam Islam:::

Sebelum berjima' (berhubungan intim) pertama, sangat disukai untuk memperindah diri masing-masing dengan berhias, memakai wewangian, serta bersiwak. Berdasarkan sebuah hadits dari Asma’ binti Yasid radhiyallaahu ‘anha ia menuturkan, “Aku merias Aisyah untuk Rasulullah shallallahu a’laihi wasallam. Setelah selesai, aku pun memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun duduk di sisi Aisyah. Kemudian diberikan kepada beliau segelas susu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminum susu tersebut dan menyerahkannya pada Aisyah. Aisyah menundukkan kepalanya karena malu. Maka segeralah aku menyuruhnya untuk mengambil gelas tersebut dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” [HR Ahmad, sanad hadits ini dikuatkan oleh AlAllamah Al-Muhadits Al-Albani dalam Adabul Zifaf]. Adapun disunnahkannya bersiwak, karena adab yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau selalu bersiwak setiap hendak masuk rumah sebagaimana disebutkan oleh Aisyah radhiyallaahu ‘anha dalam Shahih Muslim. Selain itu akan sangat baik pula jika disertai dengan mempercantik kamar pengantin sehingga menjadi sempurnalah sebab-sebab yang memunculkan kecintaan dan suasana romantis pada saat itu. Hendaknya suami meletakkan tangannya pada ubun-ubun istrinya seraya mendoakan kebaikan dengan doa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan : Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

134


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

‫َعلَ ْي ِه َجبَ ْلتَ َها َما َوش ِ َّر ش ِ َّرهَا ِم ْن بِﻚَ َوأَع ُْوذُ َعلَ ْي ِه َجبَ ْلتَ َها َما َو َخي ِْر َخي ِْرهَا ِم ْن أ َ ْسأَلُﻚَ إِنِّي اللّه ﱠم‬ “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya (istri) dan kebaikan tabiatnya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan tabiatnya.”[HR. Bukhari dari sahabat Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallaahu 'anhu]. Disunnahkan bagi keduanya untuk melakukan shalat dua rakaat bersama-sama. Syaikh Al Albani dalam Adabuz Zifaf menyebutkan dua atsar yang salah satunya diriwayatkan oleh Abu Bakr Ibnu Abi Syaiban dalam Al-Mushannaf dari sahabat Abu Sa’id, bekat budak sahabat Abu Usaid, beliau mengisahkan bahwa semasa masih menjadi budak ia pernah melangsungkan pernikahan. Ia mengundang beberapa sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr, dan Hudzaifah. Abu Sa’id mengatakan, “Mereka pun membimbingku, mengatakan, ‘Apabila istrimu masuk menemuimu maka shalatlah dua rakaat. Mintalah perlindungan kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari kejelekan istrimu. Setelah itu urusannya terserah engkau dan istrimu. “Dalam riwayat Atsar yang lain Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu mengatakan, perintahkan isrtimu shalat dibelakangmu.” Ketika menjumpai istri, hendaknya seorang suami berprilaku santun kepada istrinya semisal dengan memberikan segelas minuman atau yang lainnya sebagimana dalam hadits di atas, bisa juga dengan menyerahkan maharnya. Selain itu hendaknya si suami untuk bertutur kata yang lembut yang menggambarkan kebahagiaannya atas pernikahan ini. Sehingga hilanglah perasaan cemas, takut, atau asing yang menghinggapi hati istrinya. Dengan kelembutan dalam ucapan dan perbuatan akan bersemi keakraban da keharmonisan di antara keduanya. Apabila seorang suami ingin menggauli istrinya, janganlah ia terburu-buru sampai keadaan istrinya benar-benar siap, baik secara fisik, maupun secara psikis, yaitu istri sudah sepenuhnya menerima keberadaan suami sebagai bagian dari dirinya, bukan orang lain. Begitu pula ketika suami telah menyelesaikan hajatnya, jangan pula dirinya terburu-buru meninggalkan istrinya sampai terpenuhi hajat istrinya. Artinya, seorang suami harus memperhatikan keadaan, perasaan, dan keinginan istri. Kebahagian yang hendak ia raih, ia upayakan pula bisa dirasakan oleh istrinya. Bagi suami yang akan menjima’i istri hanya diperbolehkan ketika istri tidak dalam keadaan haid dan pada tempatnya saja, yaitu kemaluan. Adapun arah dan caranya terserah yang dia sukai. Allah berfirman yang artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haid itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhi (tidak menjima’i) Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

135


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

wanita diwaktu haid, dan janganlah kalian mendekati (menjima’i) mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu pada tempat yang diperintahkan Allah kepad kalian (kemaluan saja). Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Istri-istri kalian adalah (seperti) tanah tempat kalian bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat itu bagaimana saja kalian kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk diri kalian, bertakwalah kepada Allah, ketahuilah bahwa kalian kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.” [Q.S. Al Baqarah: 222-223]. Ingat, diharamkan melalui dubur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Barang siapa yang menggauli istrinya ketika sedang haid atau melalui duburnya, maka ia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [HR. Abu Dawud, AtTirmidzi, dan yang lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud]. Kata ‘kufur’ dalam hadits ini menunjukkan betapa besarnya dosa orang yang melakukan hal ini. Meskipun, kata para ulama, ‘kufur’ yang dimaksud dalam hadits ini adalah kufur kecil yang belum mengeluarkan pelakunya dari Islam. Telah kita ketahui bersama bahwa syaitan selalu menyertai, mengintai untuk berusaha menjerumuskan Bani Adam dalam setiap keadaan. Begitu pula saat jima’, kecuali apabila dia senantiasa berdzikir kepada Allah. Maka hendaknya berdo’a sebelum melakukan jima’ agar hal tersebut menjadi sebab kebaikan dan keberkahan. Do’a yang diajarkan adalah: َ ‫ش ْي‬ َ ‫ش ْي‬ ‫ب ال ﱠ‬ ‫َرزَ ْقتَنَا َما ال ﱠ‬ ‫طانَ َجنِّ ْبنَا اللﱠ ُه ﱠم ﷲِ ِبس ِْم‬ ِ ِّ‫طانَ َو َجن‬ “Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami.”[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallaahu 'anhu]. Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa seandainya Allah mengkaruniakan anak, maka syaithan tidak akan bisa memudharati anak tersebut. Al Qadhi menjelaskan maksudnya adalah syaithan tidak akan bisa merasukinya. Sebagaimana dinukilkan dari Al Minhaj. Diperbolehkan bagi suami dan istri untuk saling melihat aurat satu sama lain. Diperbolehkan pula mandi bersama. Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalam satu bejana dan kami berdua dalam keadaan junub.” [HR. Al Bukhari dan Muslim.] Diwajibkan bagi suami istri yang telah bersenggama untuk mandi apabila hendak shalat. Waktu mandi boleh ketika sebelum tidur atau setelah tidur. Namun apabila dalam mengakhirkan mandi maka disunnahkan terlebih dahulu wudhu sebelum tidur. Berdasarkan hadits Abdullah bin Qais, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Aisyah, ‘Apa yang Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

136


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

dilakukan Nabi ketika junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi?’ Aisyah menjawab, ‘Semua itu pernah dilakukan Rasulullah. Terkadang beliau mandi dahulu kemudian tidur dan terkadang pula beliau hanya wudhu kemudian tidur.”[HR. Ahmad dalam Al Musnad]

Tidak boleh menyebarkan rahasia ranjang, kecuali untuk beberapa hal yang menuntut hal tersebut dilakukan semisal untuk konsultasi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya diantara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang mendatangi istrinya dan istrinya memberikan kepuasan kepadanya, kemudian ia menyebarkan rahasianya.” [HR. Muslim dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallaahu 'anhu] Dari poin-poin yang telah dijelaskan nampaklah betapa agungnya kesempurnaan syariat Islam dalam mengatur semua sisi kehidupan ini. Sehingga pada setiap gerak hamba ada nilai ibadah yang bisa direngkuh pahalanya. Tidak sekedar aktivitas rutin tanpa faedah, tak semua pemenuhan kebutuhan tanpa hikmah. Oleh sebab itu tak ada yang sia-sia dalam mengikuti aturan Ilahi dan meneladani sunnah Nabi. Semuanya memiliki makna serta mengandung kemaslahatan, karena datangnya dari Allah Dzat Yang Maha Tinggi Ilmu-Nya lagi Maha sempurna Hikmah-Nya. Maka dari itu syariat yang Allah turunkan selaras dengan fitrah hamba-Nya sebagai manusia, sebagimana disyariatkan pernikahan. Kesempurnaan syariat Islam ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Allah terhadap hamba-Nya melebihi perhatian hamba terhadap dirinya sendiri. Oleh karenanya, hendaklah setiap hamba tetap berada di atas fitrah tersebut di atas agama allah agar dirinya selalu berada di atas jalan yang lurus, “(Tetaplah di atas fitrah) yang Allahtelah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” [QS. Ar Rum: 30]. Allahu a’lam.

Afwan saya mau tanya... bagaimna jika mreka menikah dgn proses taaruf sama sekali gk mengenal 1 sm lain. Setelah menikah dan melakukan hub. Mungkin mreka brdua masih sangat canggung... jika hari pertama si isteri belum siap. Bagaimna ustad.. sdgkan yg saya tau. Jika isteri menolak. Maka allah membecinya sampai esok harinya... mohon penjelasannya Jawaban:

Hal ini wajar dan bisa dimaklumi karena masih dalam tahap adaptasi. Dalam banyak kasus ikhwan akhwat dalam malam pertama juga begitu. Biasanya baru terjadi hubungan intim di malam kedua atau ketiga. Disinilah dituntut peran besar suami untuk memberikan suasana nyaman dan hangat bagi istrinya. Kalaupun tidak terjadi hubungan intim hal ini merupakan

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

137


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

langkah awal membangun kedekatan. InsyaAllah hal ini bukan termasuk menolak ajakan suami yang dilaknat oleh malaikat. Allahu A'lam

Assalamualaikum, saya ingin bertanya bagaimanakah hukum masturbasi bagi wanita (onani, bagi laki2) dalam Islam? Terimakasih Jawaban :

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh Sayyid Sabiq menyebutkan bahwa telah terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama dalam permasalahan onani : 1. Para ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan Zaidiyah berpendapat bahwa onani adalah haram. Argumentasi mereka akan pengharaman onani ini adalah bahwa Allah swt telah memerintahkan untuk menjaga kemaluan dalam segala kondisi kecuali terhadap istri dan budak perempuannya. Apabila seseorang tidak melakukannya terhadap kedua orang itu kemudian melakukan onani maka ia termasuk kedalam golongan orang-orang yang melampaui batas-batas dari apa yang telah dihalalkan Allah bagi mereka dan beralih kepada apa-apa yang diharamkan-Nya atas mereka. Firman Allah swt ُ ِ‫﴾ َحاف‬٥﴿ َ‫وج ِه ْم ُه ْم َوالﱠذِين‬ ِ ‫ظونَ ِلفُ ُر‬

ْ ‫ومينَ َغي ُْر فَﺈِنﱠ ُه ْم أَ ْي َمانُ ُه ْم َملَك‬ ‫اج ِه ْم َعلَى إِ ﱠﻻ‬ ِ ُ‫﴾ َمل‬٦﴿ ِ ‫َت َما ْأو أَ ْز َو‬ ‫﴾ ْال َعادُونَ ُه ُم فَأ ُ ْولَﺌِﻚَ ذَلِﻚَ َو َراء ا ْبتَغَى فَ َم ِن‬٧﴿ Artinya : “dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al Mukminun : 5 – 7) 2. Para ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa onani hanya diharamkan dalam keadaankeadaan tertentu dan wajib pada keadaan yang lainnya. Mereka mengatakan bahwa onani menjadi wajib apabila ia takut jatuh kepada perzinahan jika tidak melakukannya. Hal ini juga didasarkan pada kaidah mengambil kemudharatan yang lebih ringan. Namun mereka Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

138


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

mengharamkan apabila hanya sebatas untuk bersenang-senang dan membangkitkan syahwatnya. Mereka juga mengatakan bahwa onani tidak masalah jika orang itu sudah dikuasai oleh syahwatnya sementara ia tidak memiliki istri atau budak perempuan demi menenangkan syahwatnya.

3. Para ulama madzhab Hambali berpendapat bahwa onani itu diharamkan kecuali apabila dilakukan karena takut dirinya jatuh kedalam perzinahan atau mengancam kesehatannya sementara ia tidak memiliki istri atau budak serta tidak memiliki kemampuan untuk menikah, jadi onani tidaklah masalah. 4. Ibnu Hazm berpendapat bahwa onani itu makruh dan tidak ada dosa didalamnya karena seseorang yang menyentuh kemaluannya dengan tangan kirinya adalah boleh menurut ijma seluruh ulama… sehingga onani itu bukanlah suatu perbuatan yang diharamkan. Firman Allah swt ْ‫ص َل َوقَد‬ ‫َعلَ ْي ُك ْم َح ﱠر َم ﱠما لَ ُكم فَ ﱠ‬ Artinya : “Padahal Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu.” (QS. Al An’am : 119) Dan onani tidaklah diterangkan kepada kita tentang keharamannya maka ia adalah halal sebagaimana firman-Nya : Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (QS. Al Baqoroh : 29) 5. Diantara ulama yang berpendapat bahwa onani itu makruh adalah Ibnu Umar dan Atho’. Hal itu dikarenakan bahwa onani bukanlah termasuk dari perbuatan yang terpuji dan bukanlah prilaku yang mulia. Ada cerita bahwa manusia pada saat itu pernah berbincangbincang tentang onani maka ada sebagian mereka yang memakruhkannya dan sebagian lainnya membolehkannya. 6. Diantara yang membolehkannya adalah Ibnu Abbas, al Hasan dan sebagian ulama tabi’in yang masyhur. Al Hasan mengatakan bahwa dahulu mereka melakukannya saat dalam peperangan. Mujahid mengatakan bahwa orang-orang terdahulu memerintahkan para pemudanya untuk melakukan onani untuk menjaga kesuciannya. Begitu pula hukum onani seorang wanita sama dengan hukum onani seorang laki-laki. (Fiqhus Sunnah juz III hal 424 – 426) Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

139


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dari pendapat-pendapat para ulama diatas tidak ada dari mereka yang secara tegas menyatakan bahwa onani sama dengan zina yang sesungguhnya. Namun para ulama mengatakan bahwa perbuatan tersebut termasuk kedalam muqoddimah zina (pendahuluan zina), firman Allah swt ً ِ‫سب‬ ّ ِ ُ‫شةً َكانَ إِنﱠه‬ ‫الزنَا تَ ْق َربُوا َو َﻻ‬ َ ‫اح‬ ِ َ‫سا َء ف‬ َ ‫يﻼ َو‬ َ Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa : 32). Adapun apakah perbuatan tersebut termasuk kedalam dosa besar ? Imam Nawawi menyebutkan beberapa pendapat ulama tentang batasan dosa besar jika dibedakan dengan dosa kecil : Dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa dosa besar adalah segala dosa yang Allah akhiri dengan neraka, kemurkaan, laknat atau adzab, demikian pula pendapat Imam al Hasan Bashri. Para ulama yang lainnya mengatakan bahwa dosa besar adalah dosa yang diancam Allah swt dengan neraka atau hadd di dunia. Abu Hamid al Ghozali didalam “al Basiith” mengatakan bahwa batasan menyeluruh dalam hal dosa besar adalah segala kemaksiatan yang dilakukan seseorang tanpa ada perasaan takut dan penyesalan, seperti orang yang menyepelekan suatu dosa sehingga menjadi kebiasaan. Setiap penyepelean dan peremehan suatu dosa maka ia termasuk kedalam dosa besar. Asy Syeikhul Imam Abu ‘Amr bin Sholah didalam “al Fatawa al Kabiroh” menyebutkan bahwa setiap dosa yang besar atau berat maka bisa dikatakan bahwa itu adalah dosa besar. Adapun diantara tanda-tanda dosa besar adalah wajib atasnya hadd, diancam dengan siksa neraka dan sejensnya sebagaimana disebutkan didalam Al Qur’an maupun Sunnah. Para pelakunya pun disifatkan dengan fasiq berdasarkan nash, dilaknat sebagaimana Allah swt melaknat orang yang merubah batas-batas tanah. (Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi juz II hal 113) Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

140


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dari beberapa definisi dan tanda-tanda dosa besar maka perbuatan onani tidaklah termasuk kedalam dosa besar selama tidak dilakukan secara terus menerus atau menjadi suatu kebiasaan. Hendaknya seorang muslim tidak berfikir kecilnya dosa suatu kemasiatan yang dilakukannya akan tetapi terhadap siapa dia bermaksiat, tentunya terhadap Allah swt yang Maha Besar lagi Maha Mulia. Allahu A'lam Asslm. Saya mau tanya, klo tes kesehatan scra menyeluruh (general medical check up) sprti cek hiv dll agar tau kondisi fisik kita dan siapa tau ada potensi penyakit yg timbul setelah nikah wajibkah? Jawaban: Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh Hal ini menjadi pro dan kontra, pihak yang kontra menyatakan bahwa ini berarti tidak percaya kepada pasangan dan bisa membuat retak hubungan jika ternyata didapatkan bahwa calon pasangannya tidak sehat atau mandul, kemudian tidak jadi menikah. Pihak yang pro menyatakan bahwa hal ini sebaiknya dilakukan daripada terjadi penyesalan di kemudian hari. Berikut penjelasan ulama mengenai hal ini.

Syaikh prof. Abdullah bin Al-Jibrin rahimahullah ditanya, ‫س‬: ‫؟ الزواج قبل للزوجين الطبي الفحص إجراء حكم ما‬ Apa hukum melakukan pemeriksaan kesehatan bagi calon suami-istri sebelum menikah? Beliau menjawab, Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

141


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

‫ج‬: ‫ على يؤثر مما داخلي مرض من خيف إذا بذلﻚ بأس ﻻ‬،‫والطمأنينة الحياة واستقرار الزوجين راحة من ويمنع الصحة‬ ،‫ مرض أو ﺻرع أو مس أحدهما في كان فربما فيها‬،‫ أو بلهارسيا أو سكر أو كربو سهل ولو مزمن‬،‫وهكذا روماتيزم‬ ‫ وعدم العقم مرض‬،‫اﻷمراض هذه فيه توجد ﻻ به هما الذي والمجتمع والبيﺌة السﻼمة الزوجين ظاهر كان إذا لكن اﻹنجاب‬ ،‫ من لكل طبي فحص إلى حاجة فﻼ خوف وﻻ مرض ﻻ أنه فاﻷﺻل ونحوها‬،‫من وخيف قرائن قامت إذا لكن الزوجين‬ ‫ونزاع خﻼف العقد بعد يحصل ﻻ حتى ذلﻚ لزم الكشف اﻷولياء أو الزوجين أحد وطلب خفي مرض وجود‬ Tidak mengapa jika dikhawatirkan terdapat penyakit di dalam tubuh yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan, yang bisa mencegah dari bahagianya kedua pasutri dan mengganggu keharmonisan dan ketenangan dalam rumah tangga. Bisa jadi pada salah satu dari keduanya ada penyakit psikologi, epilepsi atau penyakit kronis. walaupun penyakit yang (awalnyaa) masih ringan juga seperti asma, diabetes, schistomiasis dan reumatik. Demikian juga penyakit mandul dan tidak produktif. Akan tetapi jika penampilan fisik (dzahir) kedua calon sehat dan jelas, kemudian masyarakat tempat keduanya tinggal tidak didapatkan penyakit-penyakit ini maka hukum asalnya tidak ada penyakit dan tidak ada yang dikhawatirkan sehingga tidak perlu memeriksa kesehatan setiap calon mempelai. Akan tetapi jika terdapat indikasi dan dikhawatirkan adanya penyakit yang masih samar. Kemudian salah satu calon pengantin atau salah satu wali meminta pemeriksaan kesehatan maka harus dilakukan agar tidak terjadi pertentangan dan perdebatan setelahnya.

Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman hafidhahullah berkata, ‫ هذه يدقق وإﻻ لدينها المرأة الرجل يتزوج وأن‬،‫ حسن على بناءاً التدقيقات‬،‫ الظن وحسن المتوكل‬، ‫عليه كان بما واقتداءا ً با‬ ‫ فهذا اﻷولون‬،‫فعل فلو وراثية أمراض على وقرائن وإشارات أمارات وجود عند سيما ﻻ الفحص يعمل أراد لو لكن حسن‬ ‫القوانين بعض في سن قد كما ﻻزما ً الفحص هذا يجعل أن أراه الذي الحرج لكن حرج هذا في أرى فﻼ‬ Seorang laki-laki yang menikahi seorang wanita karena agamanya tanpa mengecek secara detail keadaan fisik dirinya, didasarkan pada baiknya rasa tawakal dan baiknya prasangka kepada Allah, dan mencontoh generasi pertama Islam, maka hal ini adalah baik. Akan tetapi jika ia berkeinginan untuk mengecek kesehatan, terutama sekali jika terdapat tanda-tanda, petunjuk dan indikasi bahwasannya wanita tersebut kemungkinan mempunyai penyakit turunan, seandainya dilakukan maka saya tidak melihat ada masalah dalam hal ini (tidak mengapa dilakukan pemeriksaan cek kesehatan). Namun yang jadi masalah dalam Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

142


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

pandangan saya adalah ketika cek kesehatan ini dijadikan satu keharusan sebagaimana terdapat dalam sebagian peraturan perundangan. kesimpulan: sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, ‫ الزواج قبل الطبي الفحص يجوز‬، ‫العائلة في وراثية أمراض بوجود الظن غلبة عند ويتأكد‬

“diperbolehkan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah jika terdapat sangkaan kuat adanya penyakit keturunan dalam keluarganya (atau ada indikasi lainnya, pent).” Allahu A'lam ust ... saya mw nanya...gimana tata cara mndi mandi wajib yg benar?kalau mandi wajibnya tengah malam...kan dingin Jawaban: 1. Niat mandi wajib Mulailah dengan niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar. Niat ini membedakan mandi wajib dengan mandi biasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫ت اﻷ َ ْع َما ُل إِنﱠ َما‬ ِ ‫ بِال ِنّيﱠا‬، ‫ئ ِل ُك ِّل َوإِنﱠ َما‬ ٍ ‫ن َ​َوى َما ا ْم ِر‬ “Semua amal tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan” (HR. Al Bukhari dan Muslim) 2. Membersihkan kedua telapak tangan

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

143


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Siram/basuhlah tangan kiri dan bersihkan dengan tangan kanan. Pun sebaliknya, siram/basuhlah tangan kanan dan bersihkan dengan tangan kiri. Ulangi tiga kali ‫شةَ َع ْن‬ َ ‫ي أ َ ﱠن َعا ِئ‬ َ ‫س َل َو‬ َ َ ‫س َل فَ َبدَأَ ْال َجنَا َب ِة ِم ْن ا ْغت‬ َ َ‫ثَ َﻼثًا َكفﱠ ْي ِه فَغ‬ َ ُ ‫سلﱠ َم َع َل ْي ِه ﱠ‬ ‫ﺻلﱠى النﱠ ِب ﱠ‬

“Dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya tiga kali…” (HR. Muslim) 3. Mencuci kemaluan Cuci dan bersihkan dari mani dan kotoran yang ada padanya serta sekitarnya 4. Berwudhu Ambillah wudhu sebagaimana ketika hendak shalat 5. Membasuh rambut dan menyela pangkal kepala Masukkan telapak tangan ke air, atau ambillah air dengan kedua telapak tangan (jika memakai shower), lalu gosokkan ke kulit kepala, lantas siramlah kepala tiga kali. 6. Menyiram dan membersihkan seluruh anggota tubuh Pastikan seluruh anggota tubuh tersiram air dan dibersihkan, termasuk lipatan atau bagianbagian yang tersembunyi seperti ketiak dan sela jari kaki. Langkah ke-3 hingga ke-6, dalilnya adalah hadits-hadits berikut: ‫شةَ َع ْن‬ َ ‫ي ِ زَ ْوجِ َعا ِئ‬ َ ‫ي أ َ ﱠن َو‬ َ ‫س َل ِإذَا َكانَ َو‬ َ َ ‫س َل َبدَأ َ ْال َجنَا َب ِة ِم ْن ا ْغت‬ َ َ‫ث ُ ﱠم َيدَ ْي ِه فَغ‬ َ ُ ‫سلﱠ َم َعلَ ْي ِه ﱠ‬ َ ُ ‫سلﱠ َم َعلَ ْي ِه ﱠ‬ ّ ‫ﺻلﱠى النﱠ ِب‬ ‫ﺻلﱠى النﱠ ِب ﱠ‬ ْ ُ ‫ص َﻼةِ يَت َ​َوضﱠأ ُ َك َما يَت َ​َوضﱠأ‬ ُ ُ ‫ث ُ ﱠم ِبيَدَ ْي ِه‬ َ ‫غ َرفٍ ثَ َﻼ‬ ِ ‫ﺻو َل ِب َها فَيُ َخ ِلّ ُل ْال َم‬ ‫ﺻا ِب َعهُ يُد ِْخ ُل ث ُ ﱠم ِلل ﱠ‬ ُ ‫صبﱡ ث ُ ﱠم َش َع ِر ِه أ‬ ُ َ‫ث َرأ ِس ِه َعلَى ي‬ َ َ ‫اء فِي أ‬ ْ ْ ّ َ ‫يض‬ ُ ‫ُك ِل ِه ِجل ِد ِه َعلى ال َما َء يُ ِف‬

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

144


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, lalu memasukkan jari-jarinya ke dalam air dan menggosokkannya ke kulit kepala. Setelah itu beliau menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Al Bukhari)

ُ ‫ِش َما ِل ِه َع َلى ِب َي ِمينِ ِه يُ ْف ِر‬ ْ َ‫سو ُل َكانَ قَال‬ ‫شةَ َع ْن‬ َ ِ‫ت َعائ‬ ُ ‫ﺻ ﱠلى ﱠ ِ َر‬ َ ‫س َل ِإذَا َو‬ َ َ‫غ ث ُ ﱠم َيدَ ْي ِه َف َي ْغ ِس ُل َي ْبدَأُ ْال َجنَا َب ِة ِم ْن ا ْغت‬ َ ُ ‫س ﱠل َم َع َل ْي ِه ﱠ‬ ْ ُ ُ ْ َ ُ ُ ‫َعلَى َحفَنَ ا ْستَب َْرأَ قَدْ أ َ ْن َرأَى ِإذَا َحتﱠى ال ﱠ‬ ‫ص َﻼةِ ُوضُو َءهُ يَت َ​َوضﱠأ ث ﱠم فَ ْر َجهُ فَيَ ْغ ِس ُل‬ ‫ﺻابِعَهُ فَيُد ِْخ ُل ال َما َء يَأ ُخذُ ث ﱠم ِلل ﱠ‬ ُ ‫ش ْع ِر أ‬ َ ‫ﺻو ِل فِي أ‬ َ ‫ت ثَ َﻼ‬ ٍ ‫اض ث ُ ﱠم َحفَنَا‬ ‫ث َرأْ ِس ِه‬ َ ‫س ِد ِه‬ َ ‫س َل ث ُ ﱠم َج‬ َ ‫ِرجْ لَ ْي ِه َغ‬ َ َ‫سائِ ِر َعلَى أَف‬ Dari Aisyah dia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk shalat. Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata. Setelah selesai, beliau membasuh kepala sebanyak tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh kedua kaki.” (HR. Muslim) Demikian tata cara mandi junub sesuai tuntunan Rasulullah. Meskipun rukunnya hanya dua, yakni niat dan membasuh semua permukaan kulit serta rambut, hal-hal lainnya adalah sunnah. Yang jika kita mengamalkannya, insya-Allah bukan hanya kita suci dari hadats besar, tetapi juga mendapatkan pahala karena mengikuti sunnah yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allahu A'lam Kalo solat ber2 yg dimaksud solat ap ya? Niatnya bagaimana? Apakah dikeraskan alfatihahnya? Apaakah ada surat pendek yg disunnahkan? Jazakallah Jawaban:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika pada suatu hari kamu menikah, maka hendaklah pertama kali yang harus ditegakkan bersama adalah taat kepada Allah.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir VII:209/1-2 dari Salman dan dari Ibnu ‘Abbas). Salah satunya adalah shalat sunnah dua raka’at di malam pertama pengantin baru Bagaimanakah hukumnya? Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

145


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Syaikh Al Albani mengatakan dianjurkan bagi keduanya (suami isteri) agar melaksanakan shalat dua raka’at bersama, karena hal ini pernah dinukil dari salaf. Terdapat dua atsar yaitu: Pertama, Dari Abu Sa’aid mantan budak Abu Usaid, beliau mengatakan, Aku menikah dalam keadaan aku masih seorang budak, maka aku mengundang di hari pernikahanku sejumlah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diantaranya ada Ibnu Mas’ud, Abu Dzar dan Hudzaifah. Abu Sa’id berkata: para sahabat radhiyallahu ‘anhum memberitahukanku dan mereka berkata, ‫ ركعتين عليﻚ فصل أهلﻚ عليﻚ أدخل إذا‬، ‫ عليﻚ دخل ما خير من تعالى ﷲ سل ثم‬، ‫ شره من به وتعوذ‬، ‫وشأن شأنﻚ ثم‬ ‫أهلﻚ‬ “Jika kamu masuk menemui istrimu maka shalatlah dua raka’at, kemudian mohonlah kepada Allah kebaikan yang dimasukkan kepadamu, berlindunglah kepada Allah dari keburukannya, kemudian setelah itu terserah urusanmu dan istrimu.” (HR. Ibnu Abu Syuaibah dalam Al Mushannaf, 3/401. Dan ‘Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf, 6/191. Syaikh Al Albani rahimahullahu berkomentar sanadnya shahih hingga Abu Sa’id dan beliau tertutupi periwayatannya).

Kedua, dari Syaqiq ia menceritakan, ada seorang laki-laki mendatangi ‘Abdullah bin Mas’ud, namanya Abu Jarir, ia mengadukan, ‘Aku menikahi seorang gadis belia yang masih perawan, aku takut pada akhirnya ia akan membenciku.’ Kemudian ‘Abdullah memberi nasehat, ‫ ﷲ من اﻹلف إن‬، ‫ الشيطان من والفرك‬، ‫ لكم ﷲ أحل ما إليكم يكره أن يريد‬، ‫ركعتين وراءك تصلي أن فمرها أتتﻚ فﺈذا‬ “Sesungguhnya keharmonisan itu datangnya dari Allah dan benci itu datangnya dari setan. Setan ingin membuat kalian benci apa yang Allah halalkan bagi kalian. Karena itu, jika istrimu mendatangimu maka perintahkanlah ia agar shalat dua raka’at di belakangmu.” (Adab Az Zifaaf, hal 94-98). ‫جهة من عليه يعتمد خبر فيها ليس ولكن الدخول قبل ركعتين ﺻﻼة الصحابة بعض عن اﻵثار بعض ذلﻚ في يروى‬ ،‫ فﻼ يفعل لم وإن بأس فﻼ السلف بعض فعل كما ركعتين ﺻلى فﺈذا الصحة‬،‫ هذا في واﻷمر بأس‬،‫هذا في أعلم وﻻ واسع‬ ً‫عليها يعتمد ﺻحيحة سنة‬. Syaikh bin Baz rahimahullahu pun pernah ditanya mengenai perkara ini. Syaikh bin Baz rahimahullahu berpendapat, shalat sunnah dua raka’at sebelum melakukan hubungan badan Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

146


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

pernah diriwayatkan oleh sebagian atsar dari sebagian sahabat akan tetapi tidak ada khabar (hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang bisa dipertanggung jawabkan keshahihannya. Apabila seseorang melaksanakan shalat dua raka’at sebagaimana yang telah dilakukan oleh sebagian ulama salaf maka tidaklah mengapa, dan tidak melakukannya pun juga tidak mengapa. Perkara ini longgar dan saya tidak mengetahui ada riwayat yang benar. Tata caranya shalat sebelum malam pertama: - Tata cara salat dua rakaat ketika malam pertama sama dengan tata cara salat biasa. Niatnya adalah shalat sunnah - Suami menjadi imam bagi istrinya. - Bacaan salat boleh dikeraskan.

- Tidak ada anjuran untuk membaca surat atau ayat tertentu.

- Tidak ada doa khusus, selain doa di atas dan dibaca setelah salat. Allahu A'lam Assalamualaikum,,, mau bertaxa : 1. Q pernah bc buku tntang klainan sex, dimana seorang suami yg menyakiti istrinya seperti memukul dan mencambuknya sampai keluar darah dengan begitu si suami menjadi teransang, nah bagaimana hukumnya klo sperti itu? Apakah trmasuk zolim? Tapi hanya dg begitu dy bisa teransang 2. Bagaimana hukumnya apabila meminum air mani suami???. 3. Apa niat solat sunat sebelum melakukan jima' Jawaban: Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh 1. Dalam berhubungan intim suami tidak boleh menyakiti istri begitu juga sebaliknya. Dalam Islam, sudah mengatur masalah ini dan tidak boleh menghalalkan segala cara untuk kepuasan seksual apalagi menyakiti pasangan, hal ini termasuk kedzaliman. Dalam kasus tersebut, suami mengalami kelainan seksual sehingga wajib menjalani terapi sampai sembuh. 2. Menurut pendapat yang kuat tidak boleh menelan atau meminum sperma karena beberapa alasan berikut:

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

147


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Pertama: Perbuatan tersebut memungkinkan tertelannya sesuatu yang najis seperti madzi, wadi, atau air kencing.

Kedua: Mani termasuk sesuatu mustakhbats (menjijikkan), sehingga ulama yang mengatakan mani itu suci pun berpendapat tidak boleh menelannya, karena firman Allah: َ ِ‫ ْال َخبَائ‬.‫اﻷعراف‬:157 ‫ث َعلَ ْي ِه ُم َويُ َح ِ ّر ُم‬ Artinya: “Dan dia (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) mengharamkan perkara-perkara yang khabits (sangat kotor/jelek)” (Qs. Al-A’raaf: 157) Berkata An-Nawawy rahimahullahu: ‫وجهان فيه الطاهر؟ المني أكل يحل هل‬: ‫مستخبث ﻷنه يحل ﻻ أنه المشهور الصحيﺢ‬ “Bolehkah menelan mani yang suci? Ada 2 pendapat, dan yang benar dan masyhur bahwasanya itu tidak halal karena mustakhbats (menjijikkan)” (Al-Majmu’ 2/575) Ketiga: Sebagian ahli kesehatan mengatakan bahwa secara kedokteran ternyata perbuatan ini apabila dilakukan berulang-ulang akan membahayakan karena air mani yang hidup tersebut bisa melukai dinding lambung sehingga mengakibatkan pendarahan di lambung. 3. Niatnya adalah shalat sunnah dan hanya dilakukan di malam pertama pengantin. Allahu A'lam assalamualaikum

apabila suami hyper seks. apakah hyperseks itu merupakan kelainan atau bukan. bgmn kalau suami minta berhubungan setiap hari?sebenarnya dlm islam ada anjuran tdk sebaiknya berhubungan dilakukan brp kali dlm seminggu? kalau suami minta variasi berhubungan suami istri tdk dilakukan di kamar saja. misal di ruang tamu, dll. itu bgmn? Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

148


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Tingginya intensitas seseorang dalam melakukan hubungan seksual tidak selalu dapat dikategorikan HiperSeks atau Kelainan Seksual, sebagai contoh adalah pasangan suami istri yang terpisah jauh dalam waktu lama, kondisi seperti itu dapat membuat frekuensi bercinta yang dirasakan oleh pasangan suami istri tersebut meninggi, sehingga hasrat atau keinginan untuk melakukan aktivitas hubungan seksual menjadi tinggi. HiperSeks atau kelainan seksual dapat diderita oleh semua kalangan, baik pria maupun wanita. HiperSeks atau kelainan seksual yang dialami oleh pria Satyriasis adalah sebutan HiperSeks yang diderita oleh kaum pria, hal ini terjadi akibat kelainan yang disebabkan Faktor Fisik maupun Faktor Psikis. Peradangan yang terjadi disaluran kemih merupakan Faktor Fisik yang mengakibatkan seorang pria mengalami kelainan gangguan seksual. Akibat dari peradangan yang terjadi disaluran kemih tersebut, menimbulkan rangsangan yang mengakibatkan seorang pria terkesan haus untuk melakukan hubungan seksual. Bagi suami yang merasa mengalami hal seperti ini, sesegeralah melakukan upaya pengobatan. Karena dikuatirkan peradangan tersebut akan meluas menjadi peradagan di buah zakar yang mengakibatkan tubuh tidak dapat memproduksi hormon testosteron dengan baik. Sementara HiperSeks atau kelainan seksual yang disebabkan oleh Faktor Psikis adalah seringkalinya muncul ketidaknyamanan dalam diri seorang pria yang menyebabkan kebutuhan akan kedekatan dengan pasangan semakin meningkat. Misal, seorang pria kuatir tidak mendapatkan perhatian dari pasangannya akibat kekurangan yang dimiliki, untuk menutupi kekurangan pada dirinya. Lantas, ia mencoba berusaha untuk membuktikan keperkasaannya diatas tempat tidur sebagai wujud kelebihan yang ia miliki. Sedangkan HiperSeks atau kelainan seksual yang dialami oleh wanita disebut juga dengan Nymphomania. Bebeda dengan pria, HiperSeks yang dialami oleh wanita sepenuhnya disebabkan oleh Faktor Psikis. HiperSeks yang dialami oleh kaum wanita seringkali disebabkan oleh penyimpangan selama masa pertumbuhan dari usia balita sampai remaja. Kekerasan dalam rumah tangga yang sering dialami oleh Ibu, seringkali sang ayah berbuat kasar terhadapa ibu merupakan kejadian yang dapat dijadikan sebagai contoh penyebab HiperSeks atau kelainan seksual pada wanita. Berbekal dari pengalaman buruk tersebut yang menjadikan pemicu penyebab HiperSeks atau kelainan seksual pada wanita. Ketika ia tumbuh dewasa, ia berusaha mencari pendamping yang lebih baik dari ayahnya. Namun, dalam pencariannya ia tidak berhasil menemukan Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

149


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

sosok pria yang diinginkannya, sehingga pada akhirnya ia masuk dalam pergaulan banyak orang untuk mencari dan terus mencari sosok pria yang diinginkannya.

Kondisi seperti ini mengakibatkan gejala ataupun dampak buruk bagi wanita yang menderita HiperSeks atau kelainan seksual. Jika wanita sudah masuk dalam pergaulan banyak orang dan mengenal hubungan seks serta kebiasaan bergonta-ganti pasangan, hal ini akan mengakibatkan kecanduan seks sama halnya dengan merokok. Bagaimana Menghadapi Suami Hiperseks (nafsu besar dalam berhubungan)? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan kepada kaum muslimin untuk menyalurkan syahwatnya dengan cara halal. Karena ini merupakan cara paling ampuh, agar manusia tidak menginginkan sesuatu yang haram. Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫ أَ ْه ِل ِه إِلَى فَ ْليَقُ ْم ت ُ ْع ِجبُهُ ا ْم َرأَةً َرأَى َر ُج ٍل أَيﱡ َما‬، ‫َم َع َها الﱠذِى ِمثْ َل َم َع َها فَﺈ ِ ﱠن‬ “Jika seorang lelaki melihat wanita cantik yang menarik hatinya, hendaknya dia segera mendatangi istrinya. Karena apa yang ada di istrinya sama seperti yang ada di wanita itu.” (HR. Ad-Darimi 2270 dan dishahihkan Husain Salim Asad). Karena alasan ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hubungan badan yang dilakukan pasangan suami istri, sebagai amal soleh yang bernilai sedekah. Sebagaimana ketika itu disalurkan dengan cara yang haram, bisa bernilai dosa. Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫ﺻدَقَةٌ أ َ َح ِد ُك ْم بُضْعِ َو ِفى‬ َ “Dalam hubungan badan kalian, bernilai sedekah.” Mendengar ini, para sahabat bertanya,

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

150


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Apakah ketika kami melampiaskan syahwatnya (dengan istri), kami akan mendapatkan pahala?” Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‫ضعَ َها لَ ْو أَ َرأَ ْيت ُ ْم‬ َ ‫ضعَ َها إِذَا فَ َكذَلِﻚَ ِو ْز ٌر فِي َها َعلَ ْي ِه أ َ َكانَ َح َر ٍام فِى َو‬ َ ‫أَجْ ٌر لَهُ َكانَ ْال َحﻼَ ِل فِى َو‬

“Bukankah jika kalian salurkan dengan cara yang haram, kalian mendapatkan dosa?. Seperti itu pula ketika kalian salurkan dengan cara yang halal, kalian akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim 2376). Berdasarkan hadis ini, Imam an-Nawawi menyatakan bahwa menyalurkan syahwat jimak merupakan syahwat yang disukai para nabi dan orang soleh. An-Nawawi menyebutkan beberapa alasan untuk itu, Beliau mengatakan, ‫الصالحون و اﻷنبياء أحبها شهوة الجماع شهوة أن اعلم‬, ‫الدنيوية و الدينية لﺢ المصا من فيها لما قالوا‬, ‫البصر غض من و‬, ‫الزنا عن الشهوة كسر و‬, ‫القيامة يوم إلى اﻷمة به تكثر و الدنيا عمارة به تتم الذي النسل حصول و‬. ‫قالوا‬: ‫الشهوات سائر و‬ ‫القلب تعاطيهم يقسي‬, ‫القلب ترقق فﺈنها هذه إﻻ‬ “Sadari bahwa syahwat jimak adalah syahwat yang disukai para nabi dan orang-orang shalih. Mereka menjelaskan, karena dalam jima terdapat berbagai mashalat agama dan dunia, seperti menundukkan pandangan, meredam syahwat dari zina, mendapatkan keturunan, sehingga dunia semakin makmur, dan memperbanyak jumlah umat islam sampai kiamat. Mereka juga menjelaskan, semua syahwat bisa mengeraskan hati jika disalurkan kecuali syahwat ini. Karena syahwat ini bisa melembutkan hati.” (Syarh Arbain an-Nawawi, hlm. 76. Penjelasan hadis ke-25) Terlalu Sering, Bisa Berbahaya? Kuat dalam hubungan badan, menjadi kelebihan tersendiri bagi lelaki. Hanya saja tidak disarankan untuk dilakukan terlalu sering, yang itu bisa menyebabkan fisiknya lemah. Bahkan sebagian ulama yang ahli dalam pengobatan ala arab, menyebutkan bahwa terlalu sering jimak, menyebabkan penuaan dini.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

151


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dalam al-Adab as-Syar’iyah, Ibnu Muflih menjelaskan,

‫ حار المني ومزاج‬،‫ لﻸعضاء المغذي الدم من ﻷنه رطب‬،‫ لشدة إﻻ إخراجه ينبغي ﻻ ولهذا اﻷﺻلية‬،‫منه اﻹكثار فﺈن الشهوة‬ ‫ الحرارة يطفئ‬،‫ الحرارة ويشعل الغريزية‬،‫ ويسقط الغريبة‬،‫ المعدة ويضعف القوة‬،‫ ويسيء والكبد‬،‫ ويفسد الهضم‬،‫الدم‬ ‫والذبول الهرم إليها ويسرع اﻷﺻلية اﻷعضاء ويجف‬ Mani adalah campuran zat panas dan basah. Karena mani bersumber dari darah bersih yang mengirim nutrisi makanan ke seluruh anggota badan. Karena itu, tidak selayaknya dikeluarkan kecuali ketika di puncak syahwat. Karena terlalu sering mengeluarkan mani, akan memadamkan instink panas di badan, dan menyulut panas dari luar. Serta menurunkan kekuatan, melemahkan lambung dan liver. Mengganggu pencernaan dan merusak darah. Membuat anggota badan layu, sehingg cepat tua. (al-Adab as-Syar’iyah, 2/385) Apa yang Harus Dilakukan Istri? Selama ini tidak membahayakan dirinya atau suaminya, istri wajib memenuhi ajakan suaminya. Karena ini bagian dari hak suami yang wajib ditunaikan istrinya. Menolak tanpa alasan, bisa bernilai dosa besar. Jadikan keadaan ini sebagai kesempatan bagi istri untuk mendulang pahala. Hadirkan perasaan bahwa dia sedang menunaikan kewajibannya. Sehingga dia tunaikan hajat suaminya juga dengan semangat. Tentu saja tetap menjalani terapi pengobatan untuk menyembuhkan kelainan seksualnya. Berapa Kali Hubungan Seks dalam Sepekan? Adakah aturan dalam Islam, berapa kali hubungan intim atau hubungan seks dalam sepekan? Intinya, dalam Islam tidak ada pembatasan berapa kali dalam seminggu untuk hubungan intim. Mengenai perkara tersebut tergantung pada keadaan dan kemampuan tiap orang. Namun sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qudamah dalam Al Mughni (7: 30), ‫ عذر له يكن لم إذا – زوجته يجامع بأن الزوج أي – الرجل على واجب والوطء‬، ‫مالﻚ قال وبه‬ “Hubungan seks wajib dilakukan oleh suami, yaitu ia punya kewajiban menyetubuhi istrinya selama tidak ada udzur. Demikian dikatakan oleh Imam Malik.” Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

152


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ada hadits pula dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatinya, « ‫صو ُم أَنﱠﻚَ أ ُ ْخ َب ْر أَ َل ْم ﱠ ِ َع ْبدَ َيا‬ ُ ‫ ﱠ ِ َر‬. ‫ تَ ْف َع ْل فَﻼَ « قَا َل‬، ‫ﺻ ْم‬ ُ َ ‫ار ت‬ ُ ‫ َوأَ ْف ِط ْر‬، ‫ َونَ ْم َوقُ ْم‬، َ ‫ » اللﱠ ْي َل َوتَقُو ُم النﱠ َه‬. ُ‫سو َل َيا َبلَى فَقُ ْلت‬ ‫سدِكَ فَﺈ ِ ﱠن‬ َ ‫ َحقا َعلَيْﻚَ ِل َج‬، ‫ َحقا َعلَيْﻚَ ِل َع ْينِﻚَ َو ِإ ﱠن‬، ‫ َحقا َعلَيْﻚَ ِلزَ ْو ِجﻚَ َو ِإ ﱠن‬، ‫َحقا َعلَيْﻚَ ِلزَ ْو ِركَ َو ِإ ﱠن‬

“Wahai Abdullah, benarkan aku dapat kabar darimu bahwa engkau terus-terusan puasa dan juga shalat malam?” Abdullah bin Amr bin Al Ash menjawab, “Iya betul wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jangan lakukan seperti itu. Engkau boleh berpuasa, namun ada waktu tidak berpuasa. Engkau boleh shalat malam, namun ada waktu untuk istirahat tidur. Ingat, badanmu punya hak, matamu punya hak, istrimu juga punya hak yang mesti engkau tunaikan. Begitu pula tenggorokanmu pun memiliki hak.” (HR. Bukhari no. 1975). Dalam Fathul Bari (9: 299) disebutkan perkataan Ibnu Batthol,

ُ‫ضعُف َحتﱠى ْال ِع َبادَة فِي ِبنَ ْف ِس ِه يُجْ ِهد أ َ ْن لَهُ َي ْن َب ِغي َﻻ َوأَنﱠه‬ ْ ‫ساب ِج َماع ِم ْن ِب َح ِقّ َها ْال ِق َيام َع ْن َي‬ َ ِ‫َوا ْكت‬ “Hendaklah suami tidak mempersusah diri dalam ibadah sehingga membuat ia lemas untuk menunaikan hak istrinya yaitu kebutuhan seks dan bekerja untuk keluarga.” Ibnu Hajar juga menyebutkan,

ْ ‫َف فِي َم ْن ْالعُلَ َماء َو‬ ‫ف‬ ّ ‫ َما ِلﻚ فَقَا َل زَ ْو َجته ِج َماع َع ْن ك‬: ‫ورة بِ َغي ِْر َكانَ إِ ْن‬ َ ‫ بَيْنه َما يُ َف ﱠرق أ َ ْو بِ ِه أ ُ ْل ِزم‬، ‫ أَحْ َمد َع ْن َونَحْ وه‬، َ ‫ض ُر‬ َ َ‫اختَل‬ ‫ َعلَ ْي ِه َي ِجب َﻻ أَنﱠهُ ال ﱠشا ِف ِعيﱠة ِع ْند َو ْال َم ْش ُهور‬، ‫ َم ﱠرة َي ِجب َو ِقي َل‬، ‫سلَف َب ْعض َو َع ْن‬ ‫ لَ ْيلَة أ َ ْر َبعٍ ُك ّل ِفي ال ﱠ‬، ‫ُك ّل ِفي َب ْعضه ْم َو َع ْن‬ ُ ‫ َم ﱠرة‬. ‫ط ْهر‬ “Para ulama berselisih pendapat bolehkah suami meninggalkan menyetubuhi istrinya. Imam Malik berpandangan, “Jika tidak darurat melakukannya, suami bisa dipaksa berhubungan seks atau mereka berdua harus pisah.” Imam Ahmad juga berpendapat seperti itu. Sedangkan yang masyhur dari kalangan ulama Syafi’iyah, ia tidak wajib berhubungan intim. Ada pula yang berpandangan bahwa wajibnya sekali. Sebagian ulama salaf berpendapat, setiap empat malam, harus ada hubungan seks. Ulama lainnya berpandangan, setiap kali suci dari haidh, sekali hubungan seks.” Ibnu Taimiyah berpendapat, ‫ معيشته عن يشغله أو بدنه ينهﻚ لم ما كفايتها بقدر امرأته وطء الزوج على ويجب‬، .. ‫الحاكم يفرضه أن فينبغي تنازعا فﺈن‬ ‫زاد إذا وكوطﺌه كالنفقة‬ Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

153


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Wajib bagi suami berhubungan seks dengan istrinya sesuai kemampuannya selama tidak mengganggu fisik dan tidak melalaikan dari kewajiban mencari nafkah. Jika ini tidak dipenuhi, maka seorang hakim peradilan bisa memaksanya sebagaimana dalam hal nafkah atau sebagaimana dalam hubungan seks yang berlebihan.” (Al Ikhtiyarot Al Fiqhiyyah, hal. 246). Adapun jika suami bepergian karena tujuan yang disyari’atkan atau ada alasan lainnya yang dibolehkan, maka hendaklah tidak terlalu lama meninggalkan istri. Kalau kepergian suami demi kemaslahatan kaum muslimin seperti jihad di jalan Allah atau menjaga garis perbatasan, maka hendaklah ia tidak meninggalkan istrinya terlalu lama, tidak lebih dari empat bulan. Contohnya, ketika pemerintahan Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu. Umar memberikan waktu bagi para pasukannya untuk pergi meninggalkan keluarganya (istrinya) tidak lebih dari empat bulan. Kalau ternyata sudah mencapai empat bulan, maka pasukan tersebut siap diganti dengan yang lain. (Fatwa Al Islam Sual wal Jawab no. 1078 oleh Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid). Untuk masalah tempat berhubungan selain dikamar, hal ini boleh-boleh saja asal tidak diketahui orang lain dan sama-sama merasa nyaman. Allahu a'lam Assalamualaikum ana mau nanya bgmna klo suami mmnta brhubungan tpi istri kelelahahan krn aktivitas jdi bgmna sikap istri yg baik syukron. Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh Hal ini sebenarnya bukan masalah ketika komunikasi dan saling memahami antara suami istri terjalin baik. Suami yang shalih insyaAllah bisa memahami hal tersebut. Semuanya tergantung komunikasi yang baik antara suami istri.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

154


Allahu A'lam

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Assalamualaikum ustadz mau nanya yg bru saja di sharem.. Bgmana hukumnya, jika suami stlh melihat prmpuan cantik, trus pulang ke rumah, melampiaskan ke istrinya.. pas sdang mlakukan jima', suami mmbayangkan prmpuan yg dilihat td? Jawaban: Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ ِمنَ َح ﱠ‬،‫الزنَا‬ َ ‫ان َو ِزنَا النﱠ‬ ّ ِ َ‫ ﻻَ ذَلِﻚَ أَد َْرك‬،َ‫ العَي ِْن فَ ِزنَا َم َحالَة‬،‫ظ ُر‬ ‫َب ﱠ َ ِإ ﱠن‬ َ ‫ظهُ آدَ َم اب ِْن َع َلى َكت‬ َ ّ‫ ال ِل‬،‫تَ َمنﱠى والقلب ال َم ْن ِط ُق‬ ِ ‫س‬ ،‫ص ِد ُّق َوالفَ ْر ُج َوت َ ْشتَ ِهي‬ َ ُ‫َويُ َك ِذّبُهُ ُكلﱠهُ ذَلِﻚَ ي‬ “Sesungguhnya Allah menetapkan jatah zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari: Zina mata dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: َ ‫ب َو ِزنَا النﱠ‬ ُ‫ ْال َع ْين‬،‫ َو ْال َق ْلبُ ت َْزنِي‬،‫ ْال َعي ِْن فَ ِزنَا يَ ْزنِي‬،‫ظ ُر‬ ِ ‫ ْالقَ ْل‬،‫ص ِد ُّق َو ْالفَ ْر ُج الت ﱠ َمنِّي‬ َ ُ‫يُ َك ِذّبُهُ أَ ْو ُهنَالِﻚَ َما ي‬ “Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata dengan melihat (yang diharamkan), zina hati dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Ahmad) Hadis di atas menjelaskan bahwa semua anggota tubuh manusia, berpotensi melakukan zina. Termasuk hati dan perasaan. Dalam hadis di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bentuk zina hati, yaitu seseorang membayangkan melakukan sesuatu yang haram, yang membangkitkan syahwat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sejenis.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

155


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Karena itu, ulama melarang dan mengharamkan tindakan ini, termasuk ketika pasangan suami istri sedang bercinta. Suami membayangkan wanita lain, atau istri membayangkan pria lain. Ibnul Hajj al Maliki (w. 737 H) mengatakan,

‫ في البلوى بها عمت التي القبيحة الخصلة هذه من‬،‫ امرأة رأى إذا الرجل أن وهي الغالب‬،‫عينيه بين جعل أهله وأتى أعجبته‬ ‫ التي المرأة تلﻚ‬،‫الزنا من نوع وهذا رآها‬ ”Termasuk perbuatan tercela yang merebak di masyarakat pada umumnya adalah seorang lelaki melihat seorang wanita yang menarik hatinya, kemudian lelaki itu mendatangi istrinya (jima’), dia membayangkan wanita yang tadi dilihatnya berada di hadapannya maka ini termasuk zina. Kemudian Ibnul Hajj menyebutkan beberapa contoh. Selanjutnya beliau menegaskan, ‫من النظر أو الخروج الزمان هذا في عليها الغالب ﻷن أشد؛ هي بل فيه داخلة المرأة بل وحده بالرجل يختص ﻻ ذكر وما‬ ‫ تعلق يعجبها من رأت فﺈذا الطاق‬،‫ بين رأتها التي الصورة تلﻚ جعلت بزوجها اﻻجتماع عند كانت فﺈذا بخاطرها‬،‫عينيها‬ ‫بمنه السﻼمة ﷲ نسأل الزاني معنى في منهما واحد كل فيكون‬ Keterangan ini tidak hanya untuk kaum lelaki saja akan tetapi juga untuk para wanita bahkan lebih sangar lagi. Karena yang banyak terjadi pada wanita di zaman ini keluar rumah dan memandang sekitarnya. Apabila seorang wanita melihat seorang laki-laki yang menarik perhatiannya, wajahnya bersemayam dalam hatinya. Ketika dia berjima’ dengan suaminya, dia membayangkan lelaki yang dilihatnya di depan matanya. Dan keduanya termasuk berzina.. kita meminta perlindungan kepada Allah… (al-Madkhal Ibnul Haj, 2/195) Ibnu Muflih al Hambali (w. 763 H) juga memberikan keterangan yang sama, ‫أجنبية ﺻورة زوجته جماع عند استحضر لو أنه النكاح كتاب أول أظنه الكبرى الرعاية في به وجزم عقيل ابن ذكر وقد‬ ‫يأثم أنه محرمة‬ “Ibnu ‘Aqil menegaskan dalam bukunya ar-Riayah al-Kubro, di bagian awal Bab Nikah, bahwa jika ada seorang suami membayangkan wanita lain yang diharamkan baginya ketika berjima’ dengan istrinya maka dia berdosa.” (al-Adab as-Syar’iyah, 1/98).

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

156


Allahu A'lam

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

:::Kewajiban Suami & Istri Dalam Islam:::

Kewajiban Suami pada Istrinya

Dari Hakim bin Mu'awiyah : Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam : Apakah kewajiban suami terhadap istrinya?" Lalu sabdanya : "Ia wajib memberi makan kepadanya jika ia makan; memberi pakaian jika ia berpakaian; tidak boleh memukul mukanya; tidak boleh melukai dirinya; dan tidak boleh mengucilkannya kecuali dalam rumahnya sendiri." (HR. Ibnu Majah)

Dari Sulaiman bin 'Amr bin al-Ahwash, ia berkata : Telah meriwayatkan kepada bapakku: Sesungguhnya ia hadir pada waktu Haji Wada' bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam, lalu beliau mengucapkan hamdalah dan memuji Allah, lalu mengingatkan dan memberi nasehat, kemudian sabdanya: "Berilah nasehat kepada kaum wanita dengan cara yang baik, karena sesungguhnya mereka itu berada di sisimu sebagai tawananmu dan kamu tidaklah berhak memperbudak mereka sedikitpun selain daripada itu, kecuali kalau mereka melakukan perbuatan keji secara terang-terangan. Maka jika mereka telah melakukan perbuatan tersebut, hendaklah engkau kucilkan mereka dari tempat tidurnya dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai dirinya. Tetapi, jika mereka kembali taat kepadamu, janganlah kamu mencari alasan apa pun untuk melakukan sesuatu yang tidak baik kepada mereka, karena sesungguhnya kamu mempunyai hak terhadap istri-istri kamu sebagaimana istri-istri kamu juga mempunyai hak atas diri-diri kamu. Adapun hak kamu terhadap istri-istri kamu yaitu mereka tidak boleh menempatkan seseorang di atas tempat tidur kamu bagi orang yang kamu benci dan tidak boleh mengizinkan seseorang memasuki rumah kamu bagi orang yang kamu benci. Ketahuilah sesungguhnya hak mereka atas diri kamu kalau kamu memperlakukan mereka secara baik dan memberi pakaian dan makan kepada mereka." (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam pada waktu Haji Wada', yaitu haji perpisahan yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam pada tahun 10 H., haji pertama dan terakhir yang dilakukan oleh beliau, pada waktu itu, beliau menyampaikan pesan dan nasehat kepada kaum laki-laki, khususnya kepada para suami tentang beberapa hal sebagai berikut :

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

157


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Pertama, seorang istri yang terbukti melakukan perbuatan-perbuatan yang keji dan kekejiannya itu dapat dibuktikan dengan jelas oleh suaminya, maka suaminya boleh melakukan tindakan hukuman kepada istrinya yaitu :

a. mengucilkan, artinya meninggalkan istrinya itu di tempat tidurnya tanpa ditemani ; dan b. memukul badannya, tetapi dengan catatan tidak boleh melukai.

Apabila dengan tindakan pengajaran itu ternyata istri telah mau mengoreksi dirinya kemudian menaati suaminya, maka hendaklah suami melaksanakan tanggung jawab sebaik-baiknya kepada istrinya yakni dengan memberi makan dan pakaian kepada mereka secara wajar.

Perbuatan tidak baik yang dilakukan oleh istri terhadap suaminya itu menurut Islam adalah menerima tamu laki-laki yang tidak disenangi suaminya atau mempersilahkan seorang lakilaki bermalam atau tidur di rumahnya, padahal orang itu dibenci suaminya. Perbuatan semacam ini, oleh Islam dinyatakan sebagai perbuatan keji yang dilakukan oleh seorang istri. Oleh karena itu, seorang istri apabila ingin mempersilahkan keluarganya atau familinya untuk bermalam di rumah suaminya, hendaklah ia terlebih dahulu meminta izin kepada suaminya, apakah famili dan keluarga itu boleh bermalam di rumahnya atau tidak. Bila ternyata suami tidak mengizinkan mereka untuk bermalam, maka istri harus taat kepada suaminya dan memberitahu kepada keluarganya bahwa mereka tidak diterima untuk bermalam di rumahnya karena suaminya berkeberatan.

Kedua, perlu diingat oleh seorang suami bahwa istri merupakan teman yang dapat menolong dalam kehidupannya. Oleh karena itu, seorang suami tidak boleh menganggap istri sebagai budak atau pembantu atau seseorang yang patut diperlakukan sebagai pembantu. Lebih jauh lagi Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam mengingatkan bahwa seorang suami, dengan ikatan pernikahan, tidak berarti telah dapat membeli dan memperlakukan istri dengan sesuka hati, melainkan dia juga harus memberikan penghargaan dan penghormatan sesuai dengan martabat istri sebagai makhluk Allah Ta'ala.

Kewajiban Istri kepada Suaminya

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

158


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dari Aisyah : Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam bersabda : "Sekiranya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, pasti aku akan perintahkan kepada istri untuk bersujud kepada suaminya. Dan sekiranya aku boleh menyuruh seorang laki-laki menyuruh istri memindahkan gunung putih ke gunung hitam dan dari gunung hitam ke gunung putih, niscaya perempuan itu akan melaksanakannya. (HR. Ibnu Majah)

Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata : Di kala Muadz datang dari Syam, ia kemudian bersujud di hadapan Nabi Shallallahu alaihi Wa Sallam, lalu beliau bertanya : "Ada apa dengan dirimu wahai Muadz?" Jawab Muadz, "Saya datang ke negeri Syam dan saya melihat mereka bersujud kepada pembesar-pembesar mereka dan uskup-uskup mereka. Karena itu, saya sangat berkeinginan untuk dapat melakukan hal seperti itu kepada tuan." Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam menjawab : "Jangan kamu lakukan lagi hal seperti itu, karena sekiranya aku mau memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya aku akan perintahkan seorang istri bersujud kepada suaminya; dan demi Tuhan yang memegang diri Muhammad, tidaklah seorang istri dapat dianggap telah menunaikan kewajiban kepada Allah sebelum ia dapat menunaikan dengan baik kewajiban kepada suaminya sekalipun si suami meminta dirinya untuk dilayani dan saat itu istrinya berada di dapur, lalu ia tidak menolaknya." (HR. Ibnu Majah)

Dari Musawir al-Himyari, dari ibunya, ia berkata : Saya pernah mendengar Ummu Salamah berkata : Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam bersabda : "Setiap istri yang meninggal dan suaminya ridha kepadanya, maka istri tersebut akan masuk surga." (HR. Ibnu Majah)

Pada hadits pertama, Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam mengandaikan, yakni sekiranya dibenarkan oleh Allah seorang manusia boleh bersujud kepada orang lain, pastilah Rasulullah akan memerintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya atau menyuruh suaminya memerintahkan kepada istri untuk dapat memindahkan satu gunung ke tempat lain sebagai bukti kesetiaan istri kepada suaminya. Akan tetapi Rasulullah tidak memerintahkan seorang istri untuk melaksanakan tindakan seperti tersebut di atas karena yang berhak untuk menerima penyembahan seseorang hanyalah Allah Ta'ala. Rasulullah juga mengingatkan kepada setiap istri bahwa mereka tidak dianggap telah menunaikan kewajiban kepada Allah apabila istri tersebut tidak menunaikan kewajiban-kewajiban kepada suaminya dengan sebaik-baiknya.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

159


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Kewajiban yang paling pokok bagi seorang istri kepada suaminya ialah melayani kebutuhan biologisnya di saat diminta oleh suaminya dan istri tidak boleh menolak dengan alasan-alasan yang tidak benar menurut ketentuan-ketentuan agama. Alasan seorang istri menolak permintaan suaminya dalam berhubungan biologis dibenarkan oleh Islam apabila ia sedang haid atau nifas, sedang puasa wajib atau sedang menderita sakit. Apabila istri menolak permintaan suaminya untuk berhubungan biologis di luar halangan-halangan tersebut, maka istri dinilai oleh Islam telah melanggar hak-hak suami dan dengan begitu ia telah durhaka kepada Allah Ta'ala.

Selain hal-hal yang merupakan kewajiban seorang istri kepada suami seperti dijelaskan pada hadits sebelumnya, ditegaskan pula oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam pada hadits ketiga bahwa salah satu syarat seorang istri dapat masuk surga adalah bahwa dalam kehidupan berumahtangga, dia dapat menjadikan hati suaminya ridha, senang dan puas kepada dirinya. Dengan demikian, bagi seorang istri yang selalu menimbulkan rasa marah, jengkel dan perasaan-perasaan lainnya yang mengganggu suaminya, maka istri semacam itu jauh dari mendapat jaminan masuk surga. Hal-hal ini perlu diperhatikan oleh para istri muslimah agar ibadah dan amal kebajikannya diterima oleh Allah. Oleh karena itu, ia harus memperhatikan kewajibannya yang paling utama, yaitu ketaatannya kepada suaminya, selama tidak bertentangan dengan syari'at Islam.

#Materi Khusus Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online#

:::Janji Cinta::: Nikahilah seseorang yang berjanji akan selalu membangunkanmu sebelum fajar tiba ... Karena janji "Aku akan selalu membahagiakanmu" atau "Aku takkan pernah mengecewakanmu." itu udah terlalu mainstream, lebay, imposible, kayaknya gak mungkin bangeet..

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

160


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Iya, nikahilah seseorang yg berjanji akan selalu membangunkanmu sebelum fajar tiba menyingsing.

Karena itu wujud cintanya kepadamu, membantu orang yg dicintainya untuk bergegas menghadap Allah yg lebih dicinta. Bayangkan, adakah yg lebih romantis dibandingkan pasanganmu membangunkanmu di sepertiga malam, lalu kalian shalat dan berdoa bersama? Lalu sembari menunggu subuh tiba kalian bertilawah bersama atau sekedar bercanda bersama, dan saat sang suami hendak menuju Masjid tak pernah luput dari rutinitas sang istri mencium tangan suami dan sang suami akan mencium kening istri. Adakah hal yg lebih romantis dibanding pasangan suami istri yg saling mengingatkan dan mendukung untuk beribadah kepada Allah?

#Materi Khusus Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online# :::Sekampung tanpa Televisi:::

Setiap rumah punya aturan sendiri mengenai ada dan tidaknya manfaat televisi di dalam rumah. Kami termasuk dalam keluarga yang memegang kesepakatan bahwa televisi di dalam rumah lebih banyak keburukannya di banding manfaatnya. Saat di Polandia sampai merantau ke Norwegia, televisi memang tak punya tempat dalam ruang hidup kami. Meskipun demikian kami tidak terisolasi dari dunia luar. Tidak ! Tidak sama sekali!

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

161


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Praktis, saat Aisha tumbuh, mata kecilnya tak pernah menatap televisi. Apakah lantas kami tak ada hiburan untuknya? Justru sebaliknya. Hiburan banyak muncul dalam permainan edukasi . Saat mudik ke Indonesia dan qadarAllah harus tinggal lebih lama di kota Ambon, hal yang mengkhawatirkan kami adalah tantangan dari lingkungan. Kalau Aisha tidak pernah menonton televisi tidak dengan anak-anak tetangga. Suka-suka mereka kalau mereka ingin menonton acara televisi di rumah.

Bagaimana ia seorang diri bersosialisasi di lingkungan yang berlawanan dengan aturan yang kami buat di rumah. Alhamdulillah, kegelisahan kami Allah jawab dengan menakdirkan kami tinggal di kompleks yang semua rumah tidak memiliki televisi. Kompleks di sini (Ambon) sudah biasa disebut kampung. Satu kampung ini tidak ada televisi. Apakah kemudian berpengaruh kepada tingkah laku anak-anak? Jelas iya. Anak-anak yang terpapar tontonan buruk begitu gampang meniru yang mereka lihat. Anak-anak di sini karena kesehariannya tanpa televisi,otomatis sifat-sifat natural anak-anak masih kita rasakan. Interaksi mereka begitu hangat. Kata, kalimat yang keluar adalah hasil didikan orang tua. Aisha perlahan merasakan dampak dari lingkungan yang jauh dari fitnah televisi. Tiada hari tanpa bermain walaupun hanya di pekarangan rumah. Bermain bagi kami adalah proses belajar itu sendiri. Terkadang Abu Aisha membawanya ke pelataran Masjid. Walaupun minus fasilitas tidak seperti di Polandia atau Norwegia, akan tetapi ada nilai yang kami menangkan, hubungan sosial yang hangat, saling mendukung dan anak-anak yang bebas dari paparan dunia digital. Anak-anak disini bukan berarti tak mengenal teknologi, tetapi diberikan atas dasar kebutuhan. Hanya anak-anak yang sudah cukup umur dengan pendidikan agama yang tertanam sejak kecil kemudian dibolehkan menggunakan internet, tapi untuk televisi sedikitpun tak ada tempat di kampung ini. Saya bukan pakar untuk menjelaskan lebih detail bagaimana televisi telah mengambil peran dalam mendidik anak-anak generasi hari ini. Saya dan suami menyadari betul kelemahan diri Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

162


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

kami dari segi pengetahuan maupun pengalaman dalam mendidik anak masih dibilang zero, baru saja dimulai di titik permulaan. Apa yang bisa seorang anak dapatkan dari televisi? Saya kira jawabannya dikembalikan terhadap persepsi masing-masing keluarga.

Alhamdulillah, kami tidak merasa kuper atau rendah diri karena tak memiliki televisi di rumah. Ada banyak media hiburan selain televisi yang jauh dari fitnah. Perkataan ibu saya bahwa kalau orang tua tugasnya hanya memberi makan dan minum, binatang pun juga bisa.Tanggung jawab sebagai orang tua justru jauh lebih besar bukan saja untuk bekal dunia, tapi juga akhirat. Apa yang kita harapkan dari generasi-generasi yang dididik oleh televisi? Bahkan saat bertandang ke rumah keluarga, saya memperhatikan program-program yang ditampilkan di televisi jauh dari tujuan mendidik. Lantas, apa yang kita harapkan dari anakanak yang siang malam dididik oleh televisi? Adab, sopan-santun, kejujuran, ketegasan, yang dalam Islam disebut akhlak akan dipelajari anak dari mana? Apakah program televisi mendidik kepada fitrah anak-anak? Kita hidup di zaman dimana sekat- sekat tabu tak lagi malu dipertontonkan. Perkataan-perkataan sia-sia menjadi lumrah dalam pendengaran. Apa yang akan kita pertanggungjawabkan diakhirat nanti ketika ditanya tentang amanah mendidik anak? Hidup tak hanya berkisar seputar kotak hitam (tv). Kebersamaan, kehangatan bermain, travelling dan menyaksikan langsung alam ciptaan Allah adalah nikmat yang luar biasa . Sekampung tanpa televisi adalah sekampung tanpa sampah-sampah informasi. Sekampung tanpa televisi adalah sekampung yang jauh dari fitnah hidup dan hedonisme. Sekampung tanpa televisi adalah sekampung yang berdiri melindungi anak-anak zaman dari kerusakan adab dan kecerdasan emosi. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

163


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Sekampung tanpa televisi adalah sekampung penuh warna hidup. Alhamdulillah kami bersyukur atas nikmat ini. Rumah tanpa televisi,siapa takut? Kota Ambon Manise, 6 Desember 2015 Islampos

#Materi Khusus Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online# Assalamu'alaikum

Sy ingin menanyakan ttg perjanjian pranikah. 1. Apakah perjanjian pranikah disunnahkan?

2. Apabila dlm perjanjian si istri meminta janji suami agar suami tdk akan memadu istri sampai nanti si istri meninggal. Apakah itu boleh? Jika boleh, apakah tdk bertentangan dg QS An Nisa ayat 3? Jazakumullahu khairan katsira wassalamu'alaikum Jawaban:

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh. Telah terjadi khilaf diantara para ulama dalam permasalahan ini sebagaimana berikut ini:

Madzhab Hanafi Adapun Madzhab Hanafi maka mereka membolehkan persyaratan seperti ini. Jika seorang wanita diberi mahar oleh sang calon suami kurang dari mahar para wanita-wanita yang semisalnya menurut adat maka boleh bagi sang wanita untuk memberi persyaratan, seperti mempersyaratkan bahwa agar ia tidak dipoligami. Dan persyaratan ini diperbolehkan dan dianggap termasuk dari mahar karena ada nilai manfaat bagi sang wanita. Akan tetapi menurut madzhab Hanafi jika ternyata sang lelaki akhirnya berpoligami maka ia harus membayar mahar wanita tersebut secara penuh sebagaimana mahar para wanita yang Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

164


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

semisalnya menurut adat. (lihat Al-'Inaayah bi syarh Al-Hidaayah 5/10, fathul Qodiir 7/176 maktabah syamilah)

Madzhab Malikiah Madzhab Maliki memandang bahwa persayaratan seperti ini merupakan persayaratan yang makruh. Dan madzhab Maliki memiliki perincian dalam permasalahan ini, sbb : Persayaratan seperti ini makruuh, dan tidak lazin/harus untuk dipenuhi oleh sang calon suami. Akan tetapi persayaratan ini wajib dipenuhi oleh sang suami jika persayaratannya disertai dengan sumpah dari sang calon suami Jika persyaratan ini diajukan oleh sang wanita dengan menjatuhkan sebagian maharnya maka wajib bagi sang suami untuk memenuhinya. Misalnyan mahar nikah sang wanita adalah 20 juta, lantas sang wanita berkata, "Aku menjatuhkan 5 juta dari maharku dengan syarat sang lelaki tidak boleh berpoligami" lalu disetujui oleh sang lelaki maka wajib bagi sang lelaki untuk memenuhi persyaratan tersebut. Jika ternyata sang lelaki akhirnya berpoligami maka ia harus membayar mahar 5 juta tersebut kepada sang wanita. (lihat perincian ini di AtTaaj wa Al-Ikliil 3/513) Bahkan Imam Malik pernah ditanya tentang seorang wanita yang memberi persyaratan kepada calon suaminya, "Jika engkau berpoligami maka hak untuk bercerai ada padaku", kemudian sang lelakipun berpoligami, lantas sang wanitapun menjatuhkan cerai (talak) tiga. Akan tetapi sang suami tidak menerima hal ini dan menganggap hanya jatuh talak satu. Maka apakah jatuh talak tiga tersebut,?, Imam Malik menjawab : "Ini merupakan hak sang wanita, dan adapun pengingkaran sang suami maka tidak ada faedahnya" (lhat Al-Mudawwanah 2/75) Madzhab As-Syafii Madzhab As-Syafii membagi persyaratan dalam pernikahan menjadi dua, syarat-syarat yang diperbolehkan dan syarat-syarat yang dilarang.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

165


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Pertama : Adapun syarat yang diperbolehkan adalah syarat-syarat yang sesuai dengan hukum syar'i tentang mutlaknya akad, contohnya sang lelaki mempersyaratkan kepada sang wanita untuk bersafar bersamanya, atau untuk menceraikannya jika sang lelaki berkehendak, atau berpoligami. Sebaliknya misalnya sang wanita mempersyaratkan agar maharnya dipenuhi, atau memberi nafkah kepadanya sebagaimana nafkah wanita-wanita yang lainnya, atau mempersyaratkan agar sang lelaki membagi jatah nginapnya dengan adil antara istri-istrinya. Persyaratan seperti ini diperbolehkan, karena hal-hal yang dipersayratkan di atas boleh dilakukan meskipun tanpa syarat, maka tentunya lebih boleh lagi jika dengan persayaratan.

Kedua : Adapun persyaratan yang tidak diperbolehkan maka secara umum ada empat macam: Persyaratan yang membatalkan pernikahan, yaitu persyaratan yang bertentangan dengan maksud pernikahan. Contohnya jika sang lelaki mempersayaratkan jatuh talak bagi sang wanita pada awal bulan depan, atau jatuh talak jika si fulan datang, atau hak talak berada di tangan sang wanita. Maka pernikahan dengan persayaratan seperti ini tidak sah. Persyaratan yang membatalkan mahar akan tetapi tidak membatalkan pernikahan. Contohnya persyaratan dari pihak lelaki, misalnya sang wanita tidak boleh berbicara dengan ayah atau ibunya atau kakaknya, atau sang lelaki tidak memberi nafkah secara penuh kepada sang wanita. Demikian juga persayaratan dari pihak wanita, misalnya : sang lelaki tidak boleh berpoligami atau tidak boleh mengajak sang wanita merantau. Maka ini seluruhnya merupakan persyaratan yang batil karena mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah atau sebaliknya menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah. Dalam kondisi seperti ini maka batalah mahar sang wanita yang telah ditentukan dalam akad, dan jadilah mahar sang wanita menjadi mahar al-mitsl (yaitu maharnya disesuaikan dengan mahar para wanita-wanita yang semisalnya menurut adat istiadat). Persyaratan yang hukumnya tergantung siapa yang memberi persayaratan. Misalnya persyaratan untuk tidak berjimak setelah nikah. Maka jika yang memberi persayratan tersebut adalah pihak wanita maka hal ini haram, karena jimak adalah hak sang lelaki setelah membayar mahar. Dan jika sebaliknya persayaratan tersebut dari pihak lelaki itu sendiri maka menurut madzhab As-Syafii hal tersebut adalah boleh Persyaratan yang diperselisihkan oleh ulama madzhab As-Syafi'i, yaitu persyaratan yang berkaitan dengan mahar dan nafaqoh. Jika sang wanita mempersyaratkan agar tidak dinafkahi maka pernikahan tetap sah, karena hak nafkah adalah hak sang wanita. Akan tetapi persyaratan ini membatalkan mahar yang telah ditentukan, maka jadilah mahar sang wanita adalah mahar al-mitsl. Akan tetapi jika yang mempersyaratkan adalah dari pihak lelaki maka para ulama madzhab syafii berselisih pendapat. Ada yang berpendapat bahwa akad nikahnya batil, dan ada yang berpendapat bahwa akad nikahnya sah akan tetapi membatalkan mahar

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

166


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

yang telah ditentukan bagi sang wanita sehingga bagi sang wanita mahar al-mitsl. (lihat AlHaawi 9/506-508) Madzhab Hanbali Madzhab Hanbali membagi persyaratan dalam nikah menjadi tiga bagian;

Pertama : Persyaratan yang harus ditunaikan, yaitu persayaratan yang manfaatnya dan faedahnya kembali kepada sang wanita. Misalnya sang wanita mempersayatkan agar sang suami tidak membawanya merantau atau tidak berpoligami. Maka wajib bagi sang suami untuk memenuhi dan menunaikan persyaratan ini. Jika sang suami tidak menunaikan syarat ini maka sang wanita berhak untuk membatalkan tali pernikahan. Pendapat ini diriwayatkan dari Umar bin Al-Khottoob, Sa'ad bin Abi Waqqoosh, Mu'aawiyah, dan 'Amr bin Al-'Aash radhiallahu 'anhum. (lihat Al-Mughni 7/448) Kedua : Persyaratan yang batil dan membatalkan persyaratan itu sendiri akan tetapi pernikahan tetap sah, seperti jika sang lelaki mempersyaratkan untuk menikah tanpa mahar, atau tidak menafkahi sang wanita, atau sang wanitalah yang memberi nafkah kepadanya, atau ia hanya mendatangi sang wanita di siang hari saja. Dan demikian juga jika sang wanita mepersyaratkan untuk tidak digauli atau agar sang lelaki menjauhinya, atau agar jatah nginapnya ditambah dengan mengambil sebagian jatah istrinya yang lain. Maka seluruh persyaratan ini tidak sah dan batil (lihat Al-Mughni 7/449) Ketiga : Persyaratan yang membatalkan akad nikah, seperti pernikahan mut'ah (nikah kontrak sementara setelah itu cerai), atau langsung dicerai setelah nikah, dan nikah syigoor, atau sang lelaki berkata, "Aku menikahi engkau jika ibumu merestui atau si fulan setuju". (lihat AlMughni 7/449) Dari penjelasan di atas maka jelas bahwa empat madzhab seluruhnya memandang sahnya persyaratan tersebut dan sama sekali tidak merusak akad nikah. Khilaf hanya timbul pada hukum memberi persyaratan ini dari pihak wanita. Madzhab Hanafi dan Hanbali memandang bolehnya persayratatn ini. Madzhab Maliki memandang makruhnya hal ini. Dan hukum makruh masih masuk dalam kategori halal. Adapun As-Syafii memandang bahwa persyaratan ini merupakan persyaratan yang tidak diperbolehkan, hanya saja jika terjadi maka persyaratan tersebut tetap tidak merusak akad nikah. Dalil akan bolehnya persyaratan ini :

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

167


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Para ulama yang memperbolehkan persyaratan agar sang suami tidak poligami, mereka berdalil dengan banyak dalil, diantaranya:

Pertama : Keumuman dalil-dalil yang memerintahkan seseorang untuk menunaikan janji atau kesepakatan. Seperti firman Allah ‫بِ ْالعُقُو ِد أ َ ْوفُوا آ َمنُوا الﱠذِينَ أَيﱡ َها يَا‬ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu (QS Al-Maaidah :1) Kedua : Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ‫ْالفُ ُر ْو َج بِ ِه ا ْستَحْ لَ ْلت ُ ْم َما بِ ِه ت ُ ْوفُ ْوا أ َ ْن ال ﱡش ُر ْو ِط أ َ َح ﱡق‬ "Syarat yang palih berhak untuk ditunaikan adalah persyaratan yang dengannya kalian menghalalkan kemaluan (para wanita)" (HR Al-Bukhari no 2721 dan Muslim no 1418) Dan persyaratan untuk tidak berpoligami merupakan persyaratan yang diajukan oleh sang wanita dalam akad nikahnya, sehingga wajib bagi sang lelaki untuk menunaikannya. Ketiga : Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ً ‫َح َرا ًما أَ َح ﱠل أَ ْو َحﻼَﻻً َح ﱠر َم ش َْر‬ ُ ‫طا ِإﻻﱠ‬ َ‫ش ُر ْو ِط ِه ْم َعلَى َو ْال ُم ْس ِل ُم ْون‬ "Dan kaum muslimin tetap berada diatas persyaratan mereka (tidak menyelishinya-pen), kecuali persyaratan yang mengharamkan perkara yang halal atau menghalalkan perkara yang haram" (HR At-Thirimidzi no 1352 dan Abu Dawud no 3596 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani) Dan jelas bahwasanya seseroang yang menikah dan tidak berpoligami maka hal ini diperbolehkan dan tidak melanggar persyaratan. Maka jika perkaranya demikian berarti persyaratan untuk tidak berpoligami diperbolehkan dan harus ditunaikan oleh sang suami. Adapun persyaratan yang menghalalkan sesuatu yang haram maka tidak diperbolehkan, seperti seroang wanita yang menikah dengan mempersyaratkan agar calon suaminya menceraikan istri tuanya. Hal ini jelas diharamkan oleh syari'at. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

168


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Keempat : Hukum asal dalam masalah akad dan transaksi –jika diridhoi oleh kedua belah pihak- adalah mubaah hingga ada dalil yang mengaharamkan Adapun dalil yang dijadikan hujjah oleh para ulama yang mengharamkan persyaratan ini adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ً ‫ْس ش َْر‬ َ ‫طا ا ْشت َ​َر‬ َ ‫ش َْرطٍ ِمائَةَ ا ْشت َ​َر‬ ‫ط َم ِن‬ ِ ‫ط َو ِإ ِن َب‬ ِ ‫اط ٌل فَ ُه َو ﷲِ ِكتَا‬ َ ‫ب فِي لَي‬ "Barang siapa yang memberi persyaratan yang tidak terdapat di Kitab Allah maka persyaratan itu batil, meskipun ia mempersyaratkan seratus persyaratan" (HR Al-Bukhari no 2155 dan Muslim 1504) Akan tetapi maksud dari sabda Nabi ini adalah persyaratan yang tidak dihalalkan oleh Allah. Karena konteks hadits ini secara lengkap menunjukan akan hal ini. Konteks hadits secara lengkap adalah sebagai berikut : Aisyah berkata : ْ َ‫ْع َع َلى أَ ْه ِلي كَاتَبْتُ فَقَال‬ ‫ت بَ ِري َْرةُ َجا َءتْنِي‬ ٍ ‫ ُوقِيﱠة َع ٍام ُك ِّل فِي أَ َوا‬،‫ فَقُ ْلتُ فَأ َ ِع ْينِ ْينِي‬: ‫َويَ ُك ْونُ لَ ُه ْم أ ُ ِعدﱠهَا أ َ ْن أ َ ْهلُ ِﻚ أ َ َحبﱠ إِ ْن‬ ِ ‫ق تِس‬ ْ َ‫ت أ َ ْه ِل َها إِلَى بَ ِري َْرةُ فَذَ َهب‬ ْ َ‫ ذَلِﻚَ فَأَبَ ْوا لَ ُه ْم فَقَال‬،‫ت َعلَ ْي َها‬ ْ ‫س ْول ِع ْن ِد ِه ْم ِم ْن فَ َجا َء‬ ‫فَعَ ْلتُ ِلي َوﻻَؤُ ِك‬. ‫ت‬ ُ ‫ﺻلﱠى ﷲِ َو َر‬ َ ‫َو‬ َ ُ‫سلﱠ َم َعلَ ْي ِه ﷲ‬ ْ َ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ ُ ‫ﱠ‬ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ّ َ َ ‫ﱠ‬ َ ْ ْ ْ ْ ُ‫ت‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ج‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬ ‫ف‬ : ‫ي‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ذ‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ب‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫ﻻ‬ ‫إ‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ء‬ ‫ﻻ‬ ‫و‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬ . ‫ع‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ﺻ‬ ‫ﷲ‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫ة‬ ‫ش‬ َ ‫ئ‬ ْ ْ ْ َ‫ن‬ ِ ‫َعا‬ ٌ ِ َ ْ َ ُ َ ُْ َ َِ ‫ِ ﱡ‬ َ َ َ‫َ ْ َ ِ ْ ِﻚ‬ َ ُ ِ َ َ َ َ َ​َ ِ ِ ْ َ‫شةُ فَفَ َعل‬ ‫ي‬ َ ِ‫ام ث ُ ﱠم َعائ‬ ُ ‫ﷲِ َر‬ َ ‫ فَقَا َل َو‬: ‫ ِل َم ْن ْال َوﻻَ ُء فَﺈِنﱠ َما ْال َوﻻَ َء لَ ُه ُم َوا ْشت َِر ِطي ُخذ ْي َها‬، َ‫ت أ َ ْعتَق‬ َ ُ‫سلﱠ َم َعلَ ْي ِه ﷲ‬ ‫ﺻلﱠ◌ً ى النﱠ ِب ﱠ‬ َ َ‫س ْو ُل ق‬ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ْ َ َ ُ ً ُ َ َ َ ُ ‫ت‬ ْ ‫س‬ ‫ﺻلى‬ ِ ‫ قَا َل ث ﱠم َعل ْي ِه َوأثنَى ﷲَ فَ َح ِمدَ النﱠ‬: ‫ أ ﱠما‬،ُ ‫ش ُر ْوطا يَ ْشت َِرط ْونَ ِر َجا ٍل بَا ُل َما بَ ْعد‬ ِ ‫َما ﷲِ ِكتَا‬ َ ‫اس فِي َو‬ َ ‫ب فِي ل ْي‬ َ ُ‫سل َم َعل ْي ِه ﷲ‬ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ‫ﱠ‬ ْ ْ ‫ﱡ‬ ْ ُ َ ٌ َ َ‫ْس ش َْرطٍ ِمن كان‬ ِ َ‫ ِمائَة كانَ َوإِن ب‬، ٍ‫ضا ُء ش َْرط‬ ِ ‫اطل ف ُه َو ﷲِ ِكتَا‬ َ ‫أ َ ْعتَقَ ِل َمن ال َوﻻ ُء َوإِن َما أ ْوثق ﷲِ َوش َْرط أ َحق ﷲِ ق‬ َ ‫ب فِي لي‬ "Bariroh (seorang budak wanita-pen) datang kepadaku dan berkata, "Aku telah membeli diriku (mukaatabah-pen) dengan harga Sembilan uuqiyah, dan setiap tahun aku membayar satu uqiyah (40 dirham), maka bantulah aku. Maka aku (Aisyah) berkata, "Jika tuanmu suka maka aku akan menyiapkan bayaran tersebut dengan wala'mu pindah kepadaku". Maka pergilah Bariroh kepada tuanya dan menyampaikan hal tersebut, akan tetapi mereka enggan dan bersikeras bahwasanya walaa'nya Bariroh tetap pada mereka. Maka Barirohpun kembali kepada Aisyah –dan tatkala itu ada Rasulullah sedang duduk-, lalu Bariroh berkata, "Aku telah menawarkan hal itu kepada mereka (tuannya) akan tetapi mereka enggan kecuali walaa'ku tetap pada mereka. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar hal itu (secara global-pen), lalu Aisyah mengabarkan perkaranya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Nabi berkata, "Belilah Bariroh (untuk dibebaskan) dari mereka dan beri persyaratan kepada mereka tentang walaa'nya, karena walaa' adalah kepada orang yang Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

169


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

membebaskan". Maka Aisyahpun melakukannya, lalu Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berdiri di hadapan manusia lalu memuji Allah kemudian berkata, "Amma Ba'du, kenapa orang-orang memberi persyaratan-persyaratan yang tidak terdapat di kitab Allah (Al-Qur'an), maka persyaratan apa saja yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an maka merupakan persyaratan yang batil, meskipun seratus persayratan. Ketetapan Allah lebih berhak untuk ditunaikan, dan persyaratan Allah lebih kuat untuk diikuti, sesungguhnya walaa' hanyalah kepada orang yang membebaskan" (HR Al-Bukhari no 2168) Maka jelaslah dari konteks hadits di atas bahwa yang dimaksud dengan persyaratan yang terdapat dalam kitab Allah adalah seluruh persyaratan yang diperbolehkan oleh Allah dan RasulNya, dan bukanlah maksudnya persyaratan yang termaktub dan ternashkan dalam AlQur'an. Karena permasalahan "Walaa' itu hanya kepada orang yang membebaskan" sama sekali tidak termaktub dalam Al-Qur'an, akan tetapi merupakan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karenanya persyaratan yang tidak diperbolehkan adalah persyaratan yang tidak terdapat dalam kitab Allah, yang maksudnya adalah seluruh perysaratan yang tidak disyari'atkan dan tidak diperbolehkan dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Inti dalam masalah persyaratan baik dalam pernikahan maupun dalam akad-akad transaksi secara umum adalah : Seluruh persyaratan yang hukum asalnya adalah mubaah maka boleh dijadikan persayratan jika dirihdoi oleh kedua belah pihak. (lihat Al-Qowaad An-Nurroniyah hal 285)

Karenanya pendapat yang lebih kuat dalam permasalahan ini –Wallahu A'lam- adalah pendapat madzhab Hambali, bahwasanya persyaratan tersebut diperbolehkan dan wajib untuk ditunaikan oleh suami jika menerima persyaratan tersebut. dan inilah yang telah dipilih oleh Ibnu Taimiyyah dalam Al-Qwaaid An-Nurroniyah dan juga Syaikh Al-Utsaimin (lihat AsSyarh Al-Mumti' 12/164, 167)

Kesimpulan : Para ulama madzhab telah berselisih yang kesimpulannya sebagai berikut:

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

170


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Madzhab Hanbali membolehkan persyaratan seperti ini, dan wajib bagi sang suami untuk menunaikan persyaratan tersebut. Dan persyaratan ini sama sekali tidak merusak akad nikah dan juga tidak merusak mahar. Adapun pendapat Madzhab Hanafi maka persyaratan ini diperbolehkan jika sang wanita menjatuhkan sebagian nilai maharnya. Dan wajib bagi sang suami untuk menunaikan persayaratan ini. Jika sang suami tidak menunaikannya maka sang wanita mendapatakan mahr al-mitsl Madzhab Maliki memandang persyaratan ini merupakan persyaratan yang makruh

Adapun pendapat madzhab Syafii maka ini merupakan persyaratan yang tidak diperbolehkan. Akan tetapi jika terjadi maka persyaratan tersebut tidak merusak akad nikah, hanya saja merusak mahar yang telah ditentukan, sehingga mahar sang wanita nilainya berubah menjadi mahar al-mitsl.

Dari sini nampak bahwa jumhur (mayoritas) ulama memandang bahwa persyaratan seperti ini (agar sang suami tidak berpoligami) merupakan persayratan yang sah dan diperbolehkan. Akan tetapi yang perlu diperhatikan : Hendaknya para lelaki yang hendak menikah untuk tidak mengajukan persyaratan ini tanpa dipersyaratkan oleh sang wanita, karena ini merupakan bentuk menjerumuskan diri dalam kesulitan. Demikian juga jika sang wanita mempersyaratkan tidak poligami, maka hendaknya sang lelaki tidak langsung menerima, dan hendaknya ia berpikir panjang. Karena ia tidak tahu bagaimana dan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Bisa saja nantinya sang wanita sakit sehingga tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai istri sebagaimana mestinya atau hal-hal lain yang nantinya memaksa dia untuk berpoligami. Dan hendaknya sang lelaki ingat bahwa jika ia menerima persyaratan tersebut maka hendaknya ia menunaikannya karena seorang mukmin tidak mengingkari janji dan tidak menyelisihi kesepakatan. Hendaknya para wanita yang memberi persayratan ini jangan sampai terbetik dalam benaknya kebencian terhadap syari'at poligami, hendaknya ia tetap meyakini bahwa poligami adalah disyari'atkan dan mengandung banyak hikmah di balik itu.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

171


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Hendaknya para wanita tidaklah memberi persyaratan tersebut kecuali jika memang kondisinya mendesak, karena sesungguhnya dibalik poligami banyak sekali hikmah. Dan sebaliknya persyaratan seperti ini bisa jadi membawa keburukan. Bisa jadi sang wanita akhirnya memiliki anak banyak, dan telah mencapi masa monopuse, sedangkan sang suami masih memiliki syahwat dan ingin menjaga kehormatannya, namun akhirnya ia tidak bisa berpoligami. Maka jadilah sang lelaki membenci sang wanita namun apa daya ia tidak mampu untuk berpisah dari sang wanita mengingat kemaslahatan anak-anaknya.

Jika akhirnya sang lelaki berpoligami maka sang wanita diberi pilihan, yaitu menggugurkan persyaratannya tersebut dan menerima suaminya yang telah menyelisihi janji sehingga berpoligami ataukah sang wanita memutuskan tali akad pernikahan. Dan terputusnya tali pernikahan disini bukanlah perceraian, akan tetapi akad nikahnya batal. Sehingga jika sang wanita ingin kembali lagi ke suaminya maka harus dengan pernikahan yang baru. Allahu A'lam Assalamualaykum. Bagaimana hukumnya istri yang bekerja di luar rumah. Jika kondisinya saat itu istri baik karirnya, semwntara suami tidak bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Istri yang bekerja dan suami yg dirumah. Jawaban:

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Pertama: Islam adalah syariat yang diturunkan oleh Allah Sang Pencipta Manusia, hanya Dialah yang maha mengetahui seluk beluk ciptaan-Nya. Hanya Dia yang maha tahu mana yang baik dan memperbaiki hamba-Nya, serta mana yang buruk dan membahayakan mereka. Oleh karena itu, Islam menjadi aturan hidup manusia yang paling baik, paling lengkap dan paling mulia, Hanya Islam yang bisa mengantarkan manusia menuju kebaikan, kemajuan, dan kebahagiaan dunia akhirat. Allah Ta’ala berfirman: ‫سو ِل ِ ﱠ ِ ا ْست َِجيبُوا آ َمنُوا الﱠذِينَ أَيﱡ َها يَا‬ ُ ‫لر‬ ‫يُحْ يِي ُك ْم ِل َما دَ َعا ُك ْم إِذَا َو ِل ﱠ‬ “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rosul apabila dia menyerumu kepada sesuatu (ajaran) yang memberi kehidupan kepadamu“. (QS. Al-Anfal: 24).

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

172


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Allah adalah Dzat yang maha pengasih, maha penyayang dan terus mengurusi makhluk-Nya, oleh karena itu Dia takkan membiarkan makhluknya sia-sia, Allah berfirman: ُ‫سب‬ ُ َ ْ‫سانُ أ َ َيح‬ َ ‫اﻹ ْن‬ ِ ْ ‫سدًى يُتْ َركَ أ َ ْن‬ “Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa ada perintah, larangan dan pertanggung-jawaban)?!” (QS. Al-Qiyamah:36, lihat tafsir Ibnu Katsir 8/283).

Oleh karena itulah, Allah menurunkan syariat-Nya, dan mengharuskan manusia untuk menerapkannya dalam kehidupan, tidak lain agar kehidupan mereka menjadi lebih baik, lebih maju, lebih mulia, dan lebih bahagia di dunia dan di akhirat. Kedua: Islam menjadikan lelaki sebagai kepala keluarga, di pundaknya lah tanggung jawab utama lahir batin keluarga. Islam juga sangat proporsional dalam membagi tugas rumah tangga, kepala keluarga diberikan tugas utama untuk menyelesaikan segala urusan di luar rumah, sedang sang ibu memiliki tugas utama yang mulia, yakni mengurusi segala urusan dalam rumah. Norma-norma ini terkandung dalam firman-Nya: ‫الر َجا ُل‬ ‫ض ُه ْم ﱠ ُ فَ ﱠ‬ ِ ‫س‬ ٍ ‫أ َ ْم َوا ِل ِه ْم ِم ْن أَ ْنفَقُوا َوبِ َما بَ ْع‬ ّ ِ َ‫اء َعلَى قَ ﱠوا ُمون‬ َ ‫ض َعلَ ٰى بَ ْع‬ َ ّ‫ض َل بِ َما ال ِن‬ “Para lelaki (suami) itu pemimpin bagi para wanita (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (yang lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (yang lelaki) telah memberikan nafkah dari harta mereka” (QS. An-Nisa: 34). Begitu pula firman-Nya: َ‫بُيُو ِت ُك ﱠن ِفي َوقَ ْرن‬ “Hendaklah kalian (para istri) tetap di rumah kalian” (QS. Al-Ahzab:33). Ahli Tafsir ternama Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan perkataannya: “Maksudnya, hendaklah kalian (para istri) menetapi rumah kalian, dan janganlah keluar Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

173


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

kecuali ada kebutuhan. Termasuk diantara kebutuhan yang syar’i adalah keluar rumah untuk shalat di masjid dengan memenuhi syarat-syaratnya” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/409).

Inilah keluarga yang ideal dalam Islam, kepala keluarga sebagai penanggung jawab utama urusan luar rumah, dan ibu sebagai penanggung jawab utama urusan dalam rumah. Sungguh, jika aturan ini benar-benar kita terapkan, dan kita saling memahami tugas masing-masing, niscaya terbangun tatanan masyarakat yang maju dan berimbang dalam bidang moral dan materialnya, tercapai ketentraman lahir batinnya, dan juga teraih kebahagiaan dunia akhiratnya. Ketiga: Bolehkah wanita bekerja? Memang bekerja adalah kewajiban seorang suami sebagai kepala rumah tangga, tapi Islam juga tidak melarang wanita untuk bekerja. Wanita boleh bekerja, jika memenuhi syaratsyaratnya dan tidak mengandung hal-hal yang dilarang oleh syari’at. Syaikh Abdul Aziz Bin Baz mengatakan: “Islam tidak melarang wanita untuk bekerja dan bisnis, karena Alloh jalla wa’ala mensyariatkan dan memerintahkan hambanya untuk bekerja dalam firman-Nya: ‫سولُهُ َع َملَ ُك ْم ﱠ ُ فَ َسيَ َرى ا ْع َملُوا َوقُ ِل‬ ُ ‫َو ْال ُمؤْ ِمنُونَ َو َر‬ “Katakanlah (wahai Muhammad), bekerjalah kalian! maka Alloh, Rasul-Nya, dan para mukminin akan melihat pekerjaanmu“ (QS. At-Taubah:105) Perintah ini mencakup pria dan wanita. Alloh juga mensyariatkan bisnis kepada semua hambanya, Karenanya seluruh manusia diperintah untuk berbisnis, berikhtiar dan bekerja, baik itu pria maupun wanita, Alloh berfirman (yang artinya): ‫اط ِل بَ ْينَ ُك ْم أَ ْم َوالَ ُك ْم ت َأ ْ ُكلُوا َﻻ آ َمنُوا الﱠذِينَ أَيﱡ َها يَا‬ ِ َ‫ارةً ت َ ُكونَ أ َ ْن ِإ ﱠﻻ ِب ْالب‬ ٍ ‫ِم ْن ُك ْم ت َ​َر‬ َ ‫اض َع ْن تِ َج‬ “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang tidak benar, akan tetapi hendaklah kalian berdagang atas dasar saling rela diantara kalian” (QS. An-Nisa:29), Perintah ini berlaku umum, baik pria maupun wanita. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

174


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

AKAN TETAPI, wajib diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan dan bisnisnya, hendaklah pelaksanaannya bebas dari hal-hal yang menyebabkan masalah dan kemungkaran. Dalam pekerjaan wanita, harusnya tidak ada ikhtilat (campur) dengan pria dan tidak menimbulkan fitnah. Begitu pula dalam bisnisnya harusnya dalam keadaan tidak mendatangkan fitnah, selalu berusaha memakai hijab syar’i, tertutup, dan menjauh dari sumber-sumber fitnah. Karena itu, jual beli antara mereka bila dipisahkan dengan pria itu boleh, begitu pula dalam pekerjaan mereka. Yang wanita boleh bekerja sebagai dokter, perawat, dan pengajar khusus untuk wanita, yang pria juga boleh bekerja sebagai dokter dan pengajar khusus untuk pria. Adapun bila wanita menjadi dokter atau perawat untuk pria, sebaliknya pria menjadi dokter atau perawat untuk wanita, maka praktek seperti ini tidak dibolehkan oleh syariat, karena adanya fitnah dan kerusakan di dalamnya. Bolehnya bekerja, harus dengan syarat tidak membahayakan agama dan kehormatan, baik untuk wanita maupun pria. Pekerjaan wanita harus bebas dari hal-hal yang membahayakan agama dan kehormatannya, serta tidak menyebabkan fitnah dan kerusakan moral pada pria. Begitu pula pekerjaan pria harus tidak menyebabkan fitnah dan kerusakan bagi kaum wanita. Hendaklah kaum pria dan wanita itu masing-masing bekerja dengan cara yang baik, tidak saling membahayakan antara satu dengan yang lainnya, serta tidak membahayakan masyarakatnya. Kecuali dalam keadaan darurat, jika situasinya mendesak seorang pria boleh mengurusi wanita, misalnya pria boleh mengobati wanita karena tidak adanya wanita yang bisa mengobatinya, begitu pula sebaliknya. Tentunya dengan tetap berusaha menjauhi sumbersumber fitnah, seperti menyendiri, membuka aurat, dll yang bisa menimbulkan fitnah. Ini merupakan pengecualian (hanya boleh dilakukan jika keadaannya darurat). (Lihat Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz, jilid 28, hal: 103-109) Keempat: Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, jika istri ingin bekerja, diantaranya: 1. Pekerjaannya tidak mengganggu kewajiban utamanya dalam urusan dalam rumah, karena mengurus rumah adalah pekerjaan wajibnya, sedang pekerjaan luarnya bukan kewajiban baginya, dan sesuatu yang wajib tidak boleh dikalahkan oleh sesuatu yang tidak wajib. 2. Harus dengan izin suaminya, karena istri wajib mentaati suaminya.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

175


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

3. Menerapkan adab-adab islami, seperti: Menjaga pandangan, memakai hijab syar’i, tidak memakai wewangian, tidak melembutkan suaranya kepada pria yang bukan mahrom, dll. 4. Pekerjaannya sesuai dengan tabi’at wanita, seperti: mengajar, dokter, perawat, penulis artikel, buku, dll. 5. Tidak ada ikhtilat di lingkungan kerjanya. Hendaklah ia mencari lingkungan kerja yang khusus wanita, misalnya: Sekolah wanita, perkumpulan wanita, kursus wanita, dll.

6. Hendaklah mencari dulu pekerjaan yang bisa dikerjakan di dalam rumah. Jika tidak ada, baru cari pekerjaan luar rumah yang khusus di kalangan wanita. Jika tidak ada, maka ia tidak boleh cari pekerjaan luar rumah yang campur antara pria dan wanita, kecuali jika keadaannya darurat atau keadaan sangat mendesak sekali, misalnya suami tidak mampu mencukupi kehidupan keluarganya, atau suaminya sakit, dll. Kelima: Jawaban pertanyaan anda sangat bergantung dengan pekerjaan dan keadaan anda. Apa suami mengijinkan anda untuk bekerja? Apa pekerjaan anda tidak mengganggu tugas utama anda dalam rumah? Apa tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan dalam rumah? Jika lingkungan kerja anda sekarang keadaannya ikhtilat (campur antara pria dan wanita), apa tidak ada pekerjaan lain yang lingkungannya tidak ikhtilat? Jika tidak ada, apa anda sudah dalam kondisi darurat, sehingga apabila anda tidak bekerja itu, anda akan terancam hidupnya atau paling tidak hidup anda akan terasa berat sekali bila anda tidak bekerja? Jika memang demikian, sudahkah anda menerapkan adab-adab islami ketika anda keluar rumah? InsyaAllah dengan uraian kami di atas, anda bisa menjawab sendiri pertanyaan anda. Memang, seringkali kita butuh waktu dan step by step dalam menerapkan syariat dalam kehidupan kita, tapi peganglah terus firman-Nya: َ َ ‫ا ْست‬ ‫ط ْعت ُ ْم َما ﱠ َ فَاتﱠقُوا‬ “Bertaqwalah kepada Alloh semampumu!” (QS. At-Taghabun:16) dan firman-Nya (yang artinya): ‫ﱠ ِ َعلَى فَت َ​َو ﱠك ْل َعزَ ْمتَ فَﺈِذَا‬ Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

176


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Jika tekadmu sudah bulat, maka tawakkal-lah kepada Alloh!” (QS. Al Imran:159), juga sabda Rasul –shallallahu alaihi wasallam– “Ingatlah kepada Allah ketika dalam kemudahan, niscaya Allah akan mengingatmu ketika dalam kesusahan!” (HR. Ahmad, dan di-shahih-kan oleh Albani), dan juga sabdanya: َ ‫اﻷلباني وقال أحمد رواه( ِم ْنهُ َخي ًْرا ﱠ ُ أ َ ْع‬: ‫)مسلم شرط على ﺻحيﺢ سنده‬ َ ‫طاكَ ِإ ﱠﻻ َو َج ﱠل َع ﱠز ﱠ ِ ا ِتّقَا َء‬ َ‫ع لَ ْن ِإنﱠﻚ‬ َ َ‫ش ْيﺌًا تَد‬ “Sungguh kamu tidak meninggalkan sesuatu karena takwamu kepada Alloh azza wajall, melainkan Alloh pasti akan memberimu ganti yang lebih baik darinya” (HR. Ahmad, dan dishahih-kan oleh Albani). Terakhir: Kadang terbetik dalam benak kita, mengapa Islam terkesan mengekang wanita?! Inilah doktrin yang selama ini sering dijejalkan para musuh Islam, mereka menyuarakan pembebasan wanita, padahal dibalik itu mereka ingin menjadikan para wanita sebagai obyek nafsunya, mereka ingin bebas menikmati keindahan wanita, dengan lebih dahulu menurunkan martabatnya, mereka ingin merusak wanita yang teguh dengan agamanya agar mau mempertontonkan auratnya, sebagaimana mereka telah merusak kaum wanita mereka. Lihatlah kaum wanita di negara-negara barat, meski ada yang terlihat mencapai posisi yang tinggi dan dihormati, tapi kebanyakan mereka dijadikan sebagai obyek dagangan hingga harus menjual kehormatan mereka, penghias motor dan mobil dalam lomba balap, penghias barang dagangan, pemoles iklan-iklan di berbagai media informasi, dll. Wanita mereka dituntut untuk berkarir padahal itu bukan kewajiban mereka, sehingga menelantarkan kewajiban mereka untuk mengurus dan mendidik anaknya sebagai generasi penerus. Selanjutnya rusaklah tatanan kehidupan masyarakat mereka. Tidak berhenti di sini, mereka juga ingin kaum wanita kita rusak, sebagaimana kaum wanita mereka rusak lahir batinnya, dan diantara langkah awal menuju itu adalah dengan mengajak kaum wanita kita -dengan berbagai cara- agar mau keluar dari rumah mereka. Cobalah lihat secuil pengakuan orang barat sendiri, tentang sebab rusaknya tatanan masyarakat mereka berikut ini: Lord Byron: “Andai para pembaca mau melihat keadaan wanita di zaman yunani kuno, tentu anda akan dapati mereka dalam kondisi yang dipaksakan dan menyelisihi fitrahnya, dan Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

177


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

tentunya anda akan sepakat denganku, tentang wajibnya menyibukkan wanita dengan tugastugas dalam rumah, dibarengi dengan perbaikan gizi dan pakaiannya, dan wajibnya melarang mereka untuk campur dengan laki-laki lain”. Samuel Smills: “Sungguh aturan yang menyuruh wanita untuk berkarir di tempat-tempat kerja, meski banyak menghasilkan kekayaan untuk negara, tapi akhirnya justru menghancurkan kehidupan rumah tangga, karena hal itu merusak tatanan rumah tangga, merobohkan sendi-sendi keluarga, dan merangsek hubungan sosial kemasyarakatan, karena hal itu jelas akan menjauhkan istri dari suaminya, dan menjauhkan anak-anaknya dari kerabatnya, hingga pada keadaan tertentu tidak ada hasilnya kecuali merendahkan moral wanita, karena tugas hakiki wanita adalah mengurus tugas rumah tangganya…”. Dr. Iidaylin: “Sesungguhnya sebab terjadinya krisis rumah tangga di Amerika, dan rahasia dari banyak kejahatan di masyarakat, adalah karena istri meninggalkan rumahnya untuk meningkatkan penghasilan keluarga, hingga meningkatlah penghasilan, tapi di sisi lain tingkat akhlak malah menurun… Sungguh pengalaman membuktikan bahwa kembalinya wanita ke lingkungan (keluarga)-nya adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan generasi baru dari kemerosotan yang mereka alami sekarang ini”. (lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, jilid 1, hal: 425-426)

Lihatlah, bagaimana mereka yang obyektif mengakui imbas buruk dari keluarnya wanita dari rumah untuk berkarir… Sungguh Islam merupakan aturan dan syariat yang paling tepat untuk manusia, Aturan itu bukan untuk mengekang, tapi untuk mengatur jalan hidup manusia, menuju perbaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat… Islam dan pemeluknya, ibarat terapi dan tubuh manusia, Islam akan memperbaiki keadaan pemeluknya, sebagaimana terapi akan memperbaiki tubuh manusia… Islam dan pemeluknya, ibarat UU dan penduduk suatu negeri, Islam mengatur dan menertibkan kehidupan manusia, sebagaimana UU juga bertujuan demikian… Jadi Islam tidak mengekang wanita, tapi mengatur wanita agar hidupnya menjadi baik, selamat, tentram, dan bahagia dunia akhirat. Begitulah cara Islam menghormati wanita, menjauhkan mereka dari pekerjaan yang memberatkan mereka, menghidarkan mereka dari bahaya yang banyak mengancam mereka di luar rumah, dan menjaga kehormatan mereka dari niat jahat orang yang hidup di sekitarnya. Allahu A'lam

Assalamualaikum Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

178


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

mau bertanya uztad bagaimana hukum nya istri berdakwah dan mengikuti kelompok jamaah ? Sementara berdakwah itu aktivitas nya banyak keluar rumah. Sedangkan suami tidak mengijinkan berdakwah. Padahal dakwah itu kewajiban bagi seluruh muslim. Jazakallah. Jawaban: Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Sesungguhnya, Islam telah memandang manusia sebagai obyek yang dikenai hukum (taklif), tanpa memperhatikan lagi statusnya sebagai laki-laki dan wanita. Keduanya memiliki kedudukan yang sama di depan taklif syari’at. Dengan kata lain, keduanya sama-sama mukallaf yang wajib menjalankan perintah dari Allah SWT tanpa pengecualian. Jika mereka meninggalkan atau menelantarkan taklif dari Allah, mereka akan dikenai sanksi kelak di akherat. Allah SWT berfirman:

“Wahai manusia, hendaklah kalian bertakwa kepada Tuhan Yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa. Dari jiwa itu, Allah lalu menciptakan istrinya, dan dari keduanya, Allah kemudian mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang amat banyak.” (Qs. an-Nisâ’ [4]: 1).

Di tempat yang lain, Allah SWT juga menyinggung kedudukan wanita dan pria di hadapan taklif hukum; dimana ayat-ayat berikut ini menunjukkan, bahwa kedudukan wanita dan pria di hadapan taklif adalah sejajar, dan tidak ada yang dilebihkan dibandingkan yang lain. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya kaum Muslim dan Muslimat, kaum Mukmin dan Mukminat, pria dan wanita yang senantiasa berlaku taat, pria dan wanita yang selalu berlaku benar, pria dan wanita yang biasa berlaku sabar, pria dan wanita yang senantiasa takut (kepada Allah), pria dan wanita yang gemar bersedekah, pria dan wanita yang suka berpuasa, pria dan wanita yang selalu memelihara kemaluan (kehormatan)-nya, serta pria dan wanita yang banyak menyebut asma Allah, telah Allah sediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Qs. al-Ahzâb [33]: 35). “Tidaklah bagi seorang Mukmin maupun Mukminat—jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan— ada pilihan dalam urusan mereka.” (Qs. al-Ahzâb [33]: 36). Tidaklah bagi seorang Mukmin maupun Mukminat—jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan— ada pilihan dalam urusan mereka.” (Qs. al-Ahzâb [33]: 36). “Siapa saja yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki ataupun perempuan, sementara ia seorang Mukmin, sesungguhnya Kami akan memberikan kepada mereka kehidupan yang baik, dan Kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada amal yang telah mereka kerjakan.” (Qs. an-Nahl [16]: 97). Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

179


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Siapa saja yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki ataupun perempuan, sementara ia seorang Mukmin, mereka pasti akan masuk ke dalam surga, dan mereka tidak akan dianiaya sedikit pun.” (Qs. an-Nisâ’ [4]: 124). “Tuhan mereka kemudian memperkenankan permohonan mereka seraya berfirman, ‘Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal sholeh seorang di antara kalian, baik laki-laki ataupun perempuan, satu sama lain’.” (Qs. Ali-‘Imrân [3]: 195).

Ayat-ayat ini merupakan bukti yang nyata, bahwa kedudukan wanita dan pria di hadapan taklif hukum adalah sama. Allah telah memerintahkan kaum laki-laki untuk mengerjakan sholat, puasa, zakat, dan sebagainya, seperti halnya kaum wanita. Kaum laki-laki diperintahkan untuk melakukan amar ma’ruf nahi ‘anil mungkar, sebagaimana perempuan.

Namun demikian, taklif yang diberikan kepada kaum perempuan tidak hanya berdakwah Islam. Kaum wanita diwajibkan untuk taat kepada suami, mengatur rumah tangga, mendidik anak, menutup aurat dan mengenakan jilbab tatkala keluar rumah, meminta ijin ketika hendak keluar rumah dan sebagainya. Akan tetapi, seorang wanita tidak dilarang untuk keluar rumah, misalnya untuk menuntut ilmu, atau berdakwah Islam. Akan tetapi, ia tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan keadaan dirinya tatkala keluar rumah. Seorang wanita tidak boleh seenaknya sendiri keluar rumah untuk berdakwah. Ia tetap harus meminta ijin kepada suaminya, menutup aurat dan mengenakan jilbab, tidak tabarruj, dan harus disertai mahram jika bepergian lebih dari satu hari satu malam. Hendaknya suami tidak mencegah atau melarang isterinya untuk keluar rumah demi kepentingan dakwah dan menuntut ilmu, jika tugas-tugas di dalam rumah telah selesai ditunaikan. Sebaliknya, isterinya juga tidak boleh membangkang perintah suami, jika suami melarang dirinya keluar rumah.

Seyogyanya, suami isteri harus bahu membahu dalam hal dakwah, dan seorang laki-laki tidak boleh mengesankan wanita hanya sebagai pembantu laki-laki dalam hal dakwah. Meskipun, tradisi Islam adalah menjadikan wanita banyak tinggal di dalam rumah, namun bukan berarti wanita tidak boleh keluar rumah untuk berdakwah. Yang perlu diketahui juga adalah, bahwa seorang wanita harus dilindungi dan melindungi kehormatan dirinya tatkala berinteraksi dengan orang yang ada di luar rumah. Oleh karena itu, jika dikhawatirkan seorang wanita akan ternoda kehormatannya tatkala mengerjakan suatu perbuatan di luar rumah (meskipun untuk dakwah dan menuntut ilmu), seyogyanya suaminya melarangnya untuk keluar rumah. Pelarangan ini bisa dimengeti karena kehormatan wanita perlu dijaga dan dilindungi. Jika suaminya melarang dirinya keluar rumah, maka ia harus mentaatinya dan tidak boleh membangkang. Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwasanya Ibnu ‘Abbas berkata: “Sesungguhnya seorang perempuan telah datang kepada Rasulullah, lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya ini utusan dari kaum perempuan untuk menemuimu. Jihad ini diwajibkan Allah kepada kaum laki-laki. Jika mereka menang, mereka mendapat pahala, dan jika mereka terbunuh, mereka masing tetap hidup di sisi Tuhan mereka, dan mendapatkan rejeki. Sedangkan kami kaum perempuan hanya membantu mereka. Lantas, apa bagian kami dalam hal ini.’ Rasulullah Saw menjawab, ‘Sampaikanlah kepada perempuan-perempuan yang kamu temui, bahwa taat kepada suami dan mengakui hak-haknya adalah sama dengan itu (jihad di jalan Allah)’.” (Lihat Sayyid Sabbiq, Fiqh Sunnah). Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

180


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Walhasil, baik pria maupun wanita harus bahu-membahu dan tolong menolong dalam menegakkan kalimat Allah SWT. Akan tetapi, keduanya tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan Islam yang berhubungan dengan aspek ijtima’iyyah.. Allahu A'lam.

Aslmkm..Ustadz, afwan mw bertanya..apakah Rasulullah prnh bertengkar dg Khadijah atau Aisyah atau istri2 yg lain? dan bagaimana Rasulullah menanganinya? kenapa pasangan yg sama2 saling mengerti agama dpt bertengkar bhkn sekelas Ali dan Fatimah? apakah yg menyebabkan mereka bertengkar? Hal2 apa saja dlm kehidupan nyata dan skrg dlm rumah tangga Ustadz yg membuat bertengkar dg pasangan? Jawaban : Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

Rasulullah SAW tak pernah bertengkar secara emosional dengan istri-istrinya. Saat Rasulullah SAW marah kepada ‘Aisyah, beliau mengatakan, “Tutuplah matamu!” Kemudian Aisyah menutup matanya dengan perasaan cemas karena dimarahi oleh Rasulullah SAW. Kemudian Nabi berkata, “Mendekatlah!” Tatkala Aisyah mendekat, Rasulullah memeluk Aisyah sambil berkata, “Khumairahku (panggilan Aisyah karena merah pipinya), telah pergi marahku setelah memelukmu.” Bukankah Rasulullah SAW pernah berpesan kepada kaum laki-laki untuk senantiasa berbuat lembut kepada perempuan? Ajaran ini bahkan dipesankan secara khusus, berkaitan kondisi psikologis perempuan yang tercipta feminim, sehingga lebih emosional dan perasa. “Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Kalau kamu berusaha meluruskannya, maka ia akan patah.” (Riwayat Bukhari) Cara Rasulullah SAW mengalah pun diperlihatkan saat beliau begitu marah atas tuntutan istri-istri beliau yang sudah berlebihan. Rasulullah SAW memilih untuk menyendiri, menghindari semua istri-istrinya selama sebulan. Hukuman ‘diabaikan’ yang diterima oleh istr-istri Rasulullah SAW ini ternyata jauh lebih efektif daripada hukuman tindakan secara fisik.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

181


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Jadi, sama sekali bukan hal tabu jika suami memilih untuk mengalah demi menghentikan pertengkaran emosional. Mengalah di sini tak ada hubungannya dengan kewibawaan. Salah jika para suami merasa malu untuk mengalah dengan dalih takut kehilangan kewibawaan. Suami memang tetap harus tegas dan berwibawa, tetapi tidak sewenang-wenang. Ada saatnya, suami lebih baik mengalah agar tidak memperpanjang masalah. Suami harus mengalah jika dalam pertengkaran dilihatnya istri penuh dengan emosi. Emosi sang istri bukan karena ingin merasa ‘lebih’ dari suami, namun sebatas dikarenakan ketidakmengertiannya terhadap permasalahan. Jadi, suami mengalah justru karena ia lebih cerdas dan matang daripada istrinya.

Tidak demikian halnya jika istri masih memiliki karakter meremehkan dan merendahkan suami, ingin mendominasi dan menyinggung harga diri suami. Bila kondisinya demikian, maka bukan saatnya suami untuk mengalah, namun saatnya untuk bertindak lebih tegas, dan jika perlu dengan memberi hukuman nusyuz seperti yang diajarkan dalam al-Qur’an, yaitu dengan meninggalkan dan mengabaikan istri selama beberapa waktu. Kalaupun suami merasa istri harus diperingatkan dengan tegas, itu pun tetap harus dihindarkan cara kekerasan fisik, kecuali sudah menjadi alternatif paling akhir. “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya (meninggalkan kewajiban sebagi istri), maka nasihatilah, pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya”. (An-Nisaa’[4]: 34). Kehidupan harmonis Ali dan Fatimah bukannya tanpa mengalami perselisihan. Suatu ketika, Ali pernah berbuat kasar kepada Fatimah. Fatimah kemudian mengancam Ali, "Demi Allah, aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah Saw!" Fatimah pun pergi kepada Nabi Saw. dan Ali mengikutinya. Sesampainya di hadapan Rasul, Fatimah mengeluhkan tentang kekasaran Ali. Nabi Saw. pun menyabarkannya, "Wahai putriku, dengarkanlah, pasang telinga, dan pahami bahwa tidak ada kepandaian sedikit pun bagi wanita yang tidak membalas kasih sayang suaminya ketika dia tenang." Ali berkata, "Kalau begitu, aku akan menahan diri dari yang telah kulakukan."

Fatimah pun berkata, "Demi Allah, aku tidak akan berbuat apapun yang tidak kamu sukai."

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

182


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Disebutkan juga dalam riwayat lain bahwa pernah terjadi pertengkaran antara Ali dan Fatimah. Lalu Rasulullah Saw. datang dan Ali menyediakan tempat untuk Rasulullah Saw. berbaring. Kemudian Fatimah datang dan berbaring di samping Nabi Saw. Ali pun berbaring di sisi lainnya. Rasulullah Saw. mengambil tangan Ali dan meletakkannya di atas perut beliau, lalu beliau mengambil tangan Fatimah dan meletakkannya di atas perut beliau. Selanjutnya beliau mendamaikan keduanya sehingga rukun kembali, Setelah itu barulah beliau keluar. Ada orang yang melihat kejadian itu lalu berkata kepada Rasulullah Saw., "Tadi engkau masuk dalam keadaan demikian (murung), lalu engkau keluar dalam keadaan berbahagia di wajahmu." Ia menjawab, "Apa yang menahanku dari kebahagiaan, jika aku dapat mendamaikan kedua orang yang paling aku cintai?"

Istri mana yang tidak mengharapkan belaian mesra dari seorang suami. Namun bagi Fatimah, saat-saat berjauhan dengan suami adalah satu kesempatan berdampingan dengan Allah Swt. untuk mencari kasih-Nya dalam ibadah-ibadah yang ia lakukan. Sepanjang kepergian Ali, hanya anak-anak yang masih kecil yang menjadi temannya. Nafkah untuk dirinya dan anakanaknya (Hassan, Hussein, Muhsin, Zainab, dan Umi Kalsum) diusahakannya sendiri. Untuk mendapatkan air, dia berjalan jauh dan menimba dari sumur yang 40 hasta dalamnya di tengah sinar matahari padang pasir yang terik. Kadangkala harus menahan lapar sepanjang hari. Bahkan ia sering juga berpuasa yang membuat tubuhnya kurus hingga menampakkan tulang di dadanya. Pernah suatu hari, ketika ia sedang asyik bekerja menggiling gandum, Rasulullah datang berkunjung ke rumahnya. Fatimah yang amat keletihan ketika itu meceritakan problem rumah tangganya. Ia bercerita betapa dirinya telah bekerja keras, menyaring tepung, mengangkat air, memasak, serta melayani kebutuhan anak-anak. Ia berharap agar Rasulullah dapat menyampaikan kepada Ali agar Ali mencarikannya seorang pembantu. Rasulullah Saw. merasa kasihan terhadap permasalahan rumah tangga anakanya itu. Namun beliau sangat tahu, sesungguhnya Allah memang menghendaki kesusahan bagi hamba-Nya sewaktu di dunia untuk memudahkannya di akhirat. Mereka yang rela bersusah payah dengan ujian di dunia demi mengharapkan keridhaan-Nya adalah orang yang akan mendapat tempat di sisi-Nya. Lalu dibujuknya Fatimah sambil memberi harapan dengan janji-janji Allah. Beliau mengajarkan zikir, tahmid, dan takbir yang apabila diamalkan, segala permasalahan dan beban hidup akan terasa ringan. Ketaatannya kepada Ali akan menyebabkan Allah Swt. mengangkat derajatnya. Sejak saat itu, Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan dan kemiskinan keluarganya. Ia juga tidak meminta sesuatu yang dapat menyusahkan suaminya. Dalam kondisi itu, kemiskinan tidak menghilangkan semangat Fatimah untuk selalu bersedekah. Ia tidak sanggup kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Ia tidak rela hidup senang di kala orang lain menderita. Bahkan ia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberi sesuatu, meskipun dirinya sendiri sering kelaparan. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

183


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Allahu A'lam Assalamu'alaikum

Bagaimana hukumnya, suami menikah lagi tanpa izin istri dan pernikahan sah secara agama (sirih) namun untuk negara tidak dapat mengeluarkan buku nikah karena harus ada tandatangan istri pertama?

Bagaimana pernikahan dengan istri kedua dengan komitmen : saat suami sedang bersama istri pertama tidak boleh menghubungi bahkan saat sakit atau akan melahirkan, apakah kesabaran istri kedua tersebut diperbolehkan? Jawaban: Sebelum menjawab permasalahan ini, perlu dijelaskan bahwa dalam pandangan syariat, seorang suami belum dihalalkan untuk menikah lagi kecuali telah cukup syarat-syaratnya, syarat tersebut seperti: Pertama, kemampuan untuk memberi nafkah yang cukup. Bila dengan menikah lagi nafkah anak dan istrinya menjadi terlantar, maka menikah lagi hukumnya dosa besar baginya. Karena menelantarkan nafkah kepada orang yang wajib ia beri nafkah. Kedua. Bila seorang suami diberi kemampuan dari segi harta, maka ia dituntut untuk bersikap adil terhadap istri-istrinya. Bila tidak sanggup berbuat adil cukup menikah dengan satu wanita saja.

Kemudian dalam masalah meminta izin istri untuk berpoligami ini kami kiyaskan dengan keterangan ulama tentang masalah izin kepada seorang hakim untuk berpoligami. Dr. Abdul Karim Zaidan menyebutkan bahwa tidak ada nash syariat yang menyebutkan bahwa seorang suami harus meminta izin kepada seorang hakim untuk berpoligami. Dalam Muktamar Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah ke-2 yang diadakan di Kairo pada tahun 1385 H atau 1965 M menyebutkan bahwa hukum poligami adalah mubah dan tidak perlu izin kepada seorang hakim, selain itu tidak terdapat ijma’ (konsesus) dari ulama semenjak masa nabi Muhammmad saw dan setelahnya bahwa seorang lelaki yang mau berpoligami harus meminta izin kepada seorang hakim. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

184


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Maka seorang suami yang ingin melakukan poligami tidak perlu meminta izin kepada istrinya. Meski demikian hendaknya seorang suami jangan terlalu terburu-buru melakukan poligami tanpa mengamati lebih jauh siapa wanita yang ia nikahi. Sehingga akhirnya ia terseret dalam kesalahan yang fatal dan dapat merusak kebahagiaan rumah tangganya. Dan bagi seorang istri hendaknya menyadari sepenuhnya masalah poligami ini. Seperti apa pun beratnya bila sang suami harus membagi cinta dengan wanita lain, ia harus tetap tabah dan mampu mengendalikan diri menghadapi ketentuan syariat ini. Sebab bagaimana pun juga poligami mengandung berbagai manfaat yang tidak mungkin dipungkiri. Dan lebih baik lagi kalau yang mencarikan istri kedua adalah istri pertama yang menurutnya pas untuk suaminya sehingga akan menghindari kesenjangan antara istri pertama dan istri kedua. Sebuah komitmen yang mengakibatkan pendzaliman terhadap salah satu pasangan adalah komitmen yang tidak syar'i. Allahu A'lam Assalamualaikum ustadz..untuk poin ke 20 ttg telat menikah, jika memang kenyataannya sudah berkali-kali ta'aruf dan belum berhasil ke jenjang pernikahan apakah itu suatu kesalahan personal ustadz?atau memang Ketentuan Allah? Apakah hasil survey itu bisa dijadikan pegangan bahwa jika menikah maka tidak berkekalan? Bagaimana dengan para akhwat yg keadaan demikian apakah mereka harus merasa pesimis, atau mereka lebih berfikir jodoh adalah yg sama kualitas dengan dirinya apakah salah jika selama menunggu dan terus berikhtiar para akhwat tsb berlomba meningkatkan kualitas diri..sehingga ada yg terlalu ekstrim berfikir mungkin jika jodohku tidak didunia insyaAllah bertemu di akhirat kelak..apakah pemahaman spt itu bisa dibenarkan?mohon pandangan ustadz..wassalam Jawaban:

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Setiap orang memiliki garis hidup masing-masing. Tinggal bagaimana kita berusaha dan berikhtiar karena tidak ada usaha yang sia-sia. Sebagai seorang yang beriman, harus kita yakin bahwa hanya Allah SWT yang menentukan jodoh kita. Jangan merasa iri melihat keberuntungan jodoh yang dimiliki orang lain sedangkan kita merasa jodoh tak kunjung tiba. Percayalah, bahwa kita dilahirkan bersamaan dengan ketetapan jodoh yang terbaik menurut Allah SWT. Tapi mengapa tetap jodoh tak kunjung tiba? Padahal hampir setiap saat selalu berdoa, meminta menyegerakan jodoh kepada Allah. Na’udzubillah min dzaalik. Jangan pernah Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

185


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

sekalipun terlintas dalam pikiran kita, untuk berprasangka buruk kepada Allah SWT. �Sang Maha Kaya dan Pencipta Segala Sesuatu� tentu memiliki rencana yang lebih indah dan lebih baik untuk kita. Sudahkah kita melakukan usaha dan ikhtiar untuk mencari dan menjemput jodoh yang sesuai dengan cara-cara Rasulullah saw? Intinya bagaimana kita menyikapi bila jodoh tak kunjung tiba adalah jangan pernah sedikit pun kita berprasangka buruk kepada Allah swt. Jangan pernah putus meminta dan berdoa hanya kepadaNYA. Yakinlah itu adalah yang terbaik menurutNya. Pemahaman yang terlalu ekstrim tersebut kurang tepat karena lebih mengarah keputus-asaan. Allahu A'lam

Asslkm wr wb.... Ust, mo tnya ttg materi hari ini pd point ke 4 penyebab perceraian adalah suami yg tdk penyabar. Yg ingin ditanyakan bgmna mensiasati hal ini jika suami kita tmsuk tipe ini, krna Klu sudah mnjdi karakter agak sulit ya merubahnya... Yg ke dua utk wanita yg telat menikah, kadang itu bukan kemauan kita y ust, pdhal sudah berikhtiar tp mmg jodoh yg tdk kunjung datang. Bgmna Ust melihat hal ini? Itu sja, jazakumullah khoir atas jawabannya.... Jawaban:

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh 1. Dalam banyak kasus KDRT yang terjadi, ada banyak suami melakukan pelecehan seperti memukuli istrinya, menghajar habis-habisan istrinya hanya karena masalah kecil. Bahkan mungkin, bila istri tersebut melakukan kesalahan, belum sampai padanya nasehat dan peringatan dari suaminya. Dan kalau sudah begitu, seorang wanita pun jangan hanya diam saja. Bahkan bila suami beralasan kesal dengan dirinya sendiri atau frustrasi, tetap tidak layak untuk melakukan perbuatan itu. Dan sebagai istri, apalagi bila kita tahu bahwa kita tidak salah, atau salah dan sudah meminta maaf serta melakukan perubahan, jangan pernah mau terus menerus diperlakukan kasar. Sekali, mungkin suami khilaf, lepas kontrol. Tapi cukup sekali, dan harus segera dihentikan. Karena bila tidak, istri bisa menjadi sasaran pelampiasan rasa frustrasinya yang akan semakin tak terkendali. Suami mungkin bisa frustrasi karena masalah himpitan ekonomi. Tapi, frustrasi tanpa melakukan perbaikan, dalam arti tidak berusaha mencari pekerjaan yang lain juga bukan suatu hal yang baik. Sebagai istri, yang perlu dilakukan adalah memberikan support untuk Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

186


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

suami, dorongan dan semangat bahwa ia bisa mendapatkan pekerjaan yang baru, dan juga istri perlu menjaga perasaan suami dengan tidak menyinggung-nyinggung masalah keuangan, mau bersabar untuk bisa lebih berhemat, bahkan jika perlu menawarinya membantu membuka bisnis kecil-kecilan terlebih dahulu. Kemudian, coba ungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang baik atas perilaku suami yang kasar. Misalnya, dengan membicarakan hal tersebut dengan sopan dan tenang di saat suami sudah reda emosinya, namun juga tunjukkan sikap yang tegas. Jadi tidak boleh kita merasa ragu-ragu, tapi juga tidak boleh sambil marah-marah atau emosi yang dapat memicu pertengkaran. Lakukan pendekatan secara personal di saat ia sedang tenang. Misalnya, “Mas, maafkan saya soal kemarin. Saya mungkin salah karena kurang bisa bersabar, dan masih sering menuntut. Tapi, ayo kita perbaiki ini bersama-sama. Saya mau belajar bersabar, tapi saya pun berharap mas juga bisa bersabar dan lebih menahan diri. Mari kita bersama-sama mencari solusi untuk masalah ini.” Upayakan untuk memberinya rasa tenang dan membuat ia merasa dicintai dan dihargai. Tapi, jika terjadi ketegangan dan ia mulai bertindak kasar, maka ambillah jarak dengannya. Lalu katakan bahwa sudah cukup baginya untuk memperlakukan istri dengan kasar dan tegaskan bahwa Anda tidak mau diperlakukan seperti itu lagi. Jika perlu, mintalah dokter untuk memberikan visum sebagai bukti. Pada dasarnya, suami itu memiliki kebutuhan mendasar yaitu merasa dibutuhkan oleh istrinya. Namun, perlakuan-perlakuan kasar suami dapat membuat istri menjadi tersakiti dan akhirnya hilanglah rasa butuhnya terhadap suami, dan itulah yang nantinya bisa dijadikan “senjata”. Jika suami tidak mau berubah, bahkan semakin menjadi, tinggalkan saja. Wanita tidak boleh menjadi lemah dan bergantung pada laki-laki kasar seperti itu.

Untuk apa? Kita tidak butuh diperlakukan kasar. Kita juga tidak butuh melihat anak-anak ikut tersakiti karena melihat ibunya dipukuli oleh ayahnya. Kita tidak butuh contoh ayah yang kasar, yang tidak bisa berlaku sayang pada keluarga. Kita butuh suami yang memiliki hati dan jiwa yang sehat. Cinta? Masih adakah cinta yang tersisa untuk seorang suami dengan perangai kasar seperti itu? Tidak. Konyol saja jika ada istri yang mau bertahan dipukuli dan dikasari suaminya berkali-kali dan membiarkan anak-anaknya menyaksikan hal tersebut terjadi di dalam rumahnya. Anak-anak butuh figur yang sehat jiwanya untuk bisa menjadi manusia yang juga sehat jiwanya di kemudian hari. Jangan pernah Anda fikir bahwa rasa “cinta” itu bisa membenarkan kita diperlakukan demikian. Anda mungkin bisa, tapi tidak anak-anak Anda.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

187


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Satu hal yang harus diingat oleh setiap wanita adalah jangan pernah lemah hati dan diri dari perlakuan suami yang kasar. Bersikaplah tegas, maafkan jika itu khilafnya yang ia lakukan sekali. Tapi, jangan mau diperlakukan lebih dari satu kali. Ketegasan dalam diri kita adalah upaya menyelamatkan diri dan anak-anak secara fisik dan mental, agar tidak menjadi korban kekerasan.

2. Setiap orang memiliki garis hidup masing-masing. Tinggal bagaimana kita berusaha dan berikhtiar karena tidak ada usaha yang sia-sia. Sebagai seorang yang beriman, harus kita yakin bahwa hanya Allah SWT yang menentukan jodoh kita. Jangan merasa iri melihat keberuntungan jodoh yang dimiliki orang lain sedangkan kita merasa jodoh tak kunjung tiba. Percayalah, bahwa kita dilahirkan bersamaan dengan ketetapan jodoh yang terbaik menurut Allah SWT. Tapi mengapa tetap jodoh tak kunjung tiba? Padahal hampir setiap saat selalu berdoa, meminta menyegerakan jodoh kepada Allah. Na’udzubillah min dzaalik. Jangan pernah sekalipun terlintas dalam pikiran kita, untuk berprasangka buruk kepada Allah SWT. ”Sang Maha Kaya dan Pencipta Segala Sesuatu” tentu memiliki rencana yang lebih indah dan lebih baik untuk kita. Sudahkah kita melakukan usaha dan ikhtiar untuk mencari dan menjemput jodoh yang sesuai dengan cara-cara Rasulullah saw? Intinya bagaimana kita menyikapi bila jodoh tak kunjung tiba adalah jangan pernah sedikit pun kita berprasangka buruk kepada Allah swt. Jangan pernah putus meminta dan berdoa hanya kepadaNYA. Yakinlah itu adalah yang terbaik menurutNya. Pemahaman yang terlalu ekstrim tersebut kurang tepat karena lebih mengarah keputus-asaan. Allahu A'lam

Ust.mau tanya apa yg harus dilakukan utk menciptakan komunikasi yg baik antara suami istri bilamana suami tdk terbuka dan tdk pernah membicarakan masalah yg terjadi padahal istri ingin sekali membahas agar masalah terselesaikan dan tidak menjadi semakin sulit? Jawaban: Apakah suami pendiam, tidak banyak bicara, dan sulit mengungkapkan perasaan. Itu berarti ia termasuk pribadi introvert. Introvert biasanya dianggap sangat serius, egois, sombong, dan dingin karena tidak banyak bicara.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

188


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Tapi, jika suami seperti itu jangan bingung, berikut beberapa tipsnya: Bertindak sesuai sifat pasangan

Cari tahu seperti apa pribadi introvert dan hadapi sesuai dengan pribadinya. Setiap introvert juga memiliki pribadi yang berbeda. Jika suami tidak suka membahas permasalahan di tempat umum, Anda bisa mengajaknya berbicara di rumah atau restoran yang sepi. Gunakan bahasa tubuh untuk berekspresi Kata-kata kurang membuat introvet terkesan. Gunakan gerakan manis untuk mengungkapkan cinta Anda padanya, seperti kontak mata dan senyuman manis. Jangan berharap introvert memberitahu perasaannya. Jika benar-benar mencintai Anda, ia akan menunjukkan melalui tindakan. Ajak berbagi perasaan dengan Anda Introvert mungkin sulit mengatakan cinta, jadi dorong ia untuk berbagi perasaan dengan Anda. Misalnya, minta ia menulis kata cinta. Hal seperti itu memberi kesempatannya terbuka dengan Anda. Beri banyak waktu untuk bicara dan berekspresi Introvert memiliki waktu berpikir sebelum berbicara dan menyimpan kata-kata untuk hal-hal penting. Introvert lebih suka berbicara berdua dibanding dengan sekelompok orang. Jadi, ketika berdua dengannya, beri ia kesempatan berbicara lebih banyak Jadi pendengar yang baik Anda harus bersikap tenang ketika mendengarnya berbicara. Kurangi kata-kata dan dorong ia untuk berbicara. Ajukan pertanyaan dengan jawaban rinci Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

189


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Jangan ajukan pertanyaan yang bisa dijawab dengan kata 'ya' atau 'tidak'. Misalnya pertanyaan "Kamu suka baca buku?" diganti dengan "Buku yang kamu suka membahas tentang apa?". Sehingga ia akan menjawab dengan lebih rinci. Habiskan waktu dengannya Semakin banyak waktu yang dihabiskan berdua, semakin Anda terhubung secara emosional dengannya. Perhatikan bahasa tubuhnya Ekspresi wajah dan tubuh si introvert bisa memberi tahu banyak tentangnya. Introvert biasanya tidak mengatakan yang sebenarnya, jadi amati bahasa tubuhnya. Itu bisa bantu mengetahui apa yang dipikirkannya. Allahu A'lam

:::Tips Mengharmoniskan Rumah Tangga::: - Menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan Sebagian besar problem rumah tangga disebabkan oleh macetnya komunikasi suami istri. Masalah yang kecil & remeh terkadang menjadi besar karena tidak adanya komunikasi. Ada baiknya seorang istri maupun seorang suami meluangkan waktu walaupun beberapa menit untuk berbicara dalam sehari, walaupun mungkin pembicaraan tidak "berbobot" atau sekedar cerita "ngalor ngidul" tapi InsyaAllah itu sangat baik untuk keintiman suami istri. Lihatlah bagaimana akhlak Rasulullah kepada istrinya, lembut, santun, bercanda & senantiasa menyenangkan untuk istrinya. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

190


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

- Senantiasa berfikir memberi Terkadang kita sebagai istri selalu ingin dimanja suami. Diperhatikan, disayang & diperlakukan romantis. Paradigma ini harus kita ubah, berfikirlah memberi bukan menerima. Berilah perhatian kepada pasangan, InsyaAllah pasangan akan memberikan perhatian juga. Berilah pasangan "service" yang memuaskan, InsyaAllah pasangan kan memberikan timbal balik. Jika setiap pasangan berfikir memberi, InsyaAllah keluarga kan senantiasa harmonis. - Refreshing bersama Adakalanya ketika kejenuhan melanda maka diperlukan refreshing bersama pasangan. Bisa ke pantai, gunung atau tempat wisata lainnya. Hal ini bisa semakin mengeratkan hubungan. - Jangan sepelekan masalah di ranjang Kepuasan pasangan dalam hal hubungan intim merupakan hal yang penting. Ada banyak kasus perceraian karena masalah ranjang, sehingga terjadi perselingkuhan. Dalam hal ini seorang istri atau suami tidak perlu malu untuk bertanya kepada pasangan apakah ia sudah "puas" atau belum. Suami maupun istri harus saling terbuka & belajar bersama sehingga hubungan intim bukan sekedar rutinitas akan tetapi berbuah kemesraan diantara keduanya. Adakalanya pasangan meminta hal "aneh" dalam hubungan intim, maka kita harus bijaksana menyikapinya. Kalau hal tersebut masih dalam koridor syar'i, artinya tidak ada larangannya maka tidak ada salahnya kita menurutinya. Misal mencoba posisi lain ketika hubungan intim. - Hindari kata-kata menyakitkan atau mengungkit masa lalu Dalam membina rumah tangga sebaiknya menghindari kata-kata yang bisa menyakitkan pasangan. Kalaupun pasangan punya masa lalu yang kelam, biarlah itu menjadi masa lalu, jangan diungkit lagi. Berilah semangat untuk terus memperbaiki diri. - Lihatlah kelebihan pasangan & jangan membandingkan Setiap kita pasti punya kelebihan dan juga kekurangan. Maka senantiasa lihatlah kelebihan pasangan insyaAllah hal itu akan membuat kita menghargai, menghormati & menyayangi

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

191


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

pasangan. Jangan sekali-kali membandingkan pasangan dengan orang lain. Hal itu akan menyakitkan hati pasangan.

#Materi Khusus Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online# www.menikah-islami.blogspot.com :::10 Sifat Istri yang Mendatangkan Rezeki Bagi Suaminya::: Banyak suami yang mungkin tidak tahu bahwa rezekinya dengan izin Allah mengalir lancar atau sulit, atas peran istri. Memang tidak bisa dilihat secara kasat mata, namun bisa dijelaskan secara spiritual bahwa 10 sifat istri ini ‘membantu’ mendatangkan rezeki bagi suaminya. 1. Istri yang pandai bersyukur Istri yang bersyukur atas segala karunia Allah pada hakikatnya dia sedang mengundang tambahan nikmat untuk suaminya. Termasuk rezeki. Punya suami, bersyukur. Menjadi ibu, bersyukur. Anak-anak bisa mengaji, bersyukur. Suami memberikan nafkah, bersyukur. Suami memberikan hadiah, bersyukur. Suami mencintai setulus hati, bersyukur.

Suami memberikan kenikmatan sebagai suami istri, bersyukur. ْ‫شك َْرت ُ ْم لَﺌِ ْن َربﱡ ُك ْم تَأَذﱠنَ َوإِذ‬ َ ‫شدِيد ٌ َعذَابِي إِ ﱠن َكفَ ْرت ُ ْم َولَﺌِ ْن َﻷ َ ِزيدَ ﱠن ُك ْم‬ َ َ‫ل‬ “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmatKu) maka sesungguhnya adzabku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7)

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

192


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

2. Istri yang tawakal kepada Allah Di saat seseorang bertawakkal kepada Allah, Allah akan mencukupi rezekinya. ‫َح ْسبُهُ فَ ُه َو ﱠ ِ َعلَى يَت َ​َو ﱠك ْل َو َم ْن‬ “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaq: 3) Jika seorang istri bertawakkal kepada Allah, sementara dia tidak bekerja, dari mana dia dicukupkan rezekinya.

Allah akan mencukupkannya dari jalan lain, tidak selalu harus langsung diberikan kepada wanita tersebut. Bisa jadi Allah akan memberikan rezeki yang banyak kepada suaminya, lalu suami tersebut memberikan nafkah yang cukup kepada dirinya. 3. Istri yang baik agamanya Rasulullah menjelaskan bahwa wanita dinikahi karena empat perkara. Karena hartanya, kecantikannya, nasabnya dan agamanya. ْ َ‫ت ف‬ ْ َ‫يَدَاكَ ت َِرب‬ ‫اظفَ ْر‬ ِ ‫ّين بِذَا‬ ِ ‫ت ال ِد‬ “Pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung” (HR. Al Bukhari dan Muslim) Beruntung itu beruntung di dunia dan di akhirat. Beruntung di dunia, salah satu aspeknya adalah dimudahkan mendapatkan rezeki yang halal. Coba kita perhatikan, insya Allah tidak ada satu pun keluarga yang semua anggotanya taat kepada Allah kemudian mereka mati kelaparan atau nasibnya mengenaskan.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

193


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Lalu bagaimana dengan seorang suami yang banyak bermaksiat kepada Allah tetapi rezekinya lancar? Bisa jadi Allah hendak memberikan rezeki kepada istri dan anak-anaknya melalui dirinya.

Jadi berkat taqwa istrinya dan bayi atau anak kecilnya yang belum berdosa, Allah kemudian mempermudah rezekinya. Suami semacam itu sebenarnya berhutang pada istrinya. 4. Istri yang banyak beristighfar Di antara keutamaan istighfar adalah mendatangkan rezeki. Hal itu bisa dilihat dalam Surat Nuh ayat 10 hingga 12.

Bahwa dengan memperbanyak istighfar, Allah akan mengirimkan hujan dan memperbanyak harta. ُ‫ارا َكانَ ِإنﱠهُ َربﱠ ُك ْم ا ْست َ ْغ ِف ُروا فَقُ ْلت‬ ً ‫َغفﱠ‬

‫س َما َء ي ُْر ِس ِل‬ ‫ارا َعلَ ْي ُك ْم ال ﱠ‬ ً ‫ِمد َْر‬

ٍ ‫ارا لَ ُك ْم َويَجْ عَ ْل َجنﱠا‬ ‫ت لَ ُك ْم َويَجْ عَ ْل َوبَنِينَ بِأ َ ْم َوا ٍل َويُ ْم ِددْ ُك ْم‬ ً ‫أ َ ْن َه‬ “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, memperbanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh : 10-12)

5. Istri yang gemar silaturahim Istri yang gemar menyambung silaturahim, baik kepada orang tuanya, mertuanya, sanak familinya, dan saudari-saudari seaqidah, pada hakikatnya ia sedang membantu suaminya memperlancar rezeki. Sebab keutamaan silaturahim adalah dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya. َ ‫ ِر ْزقِ ِه فِى لَهُ يُ ْب َس‬، ‫سأ َ َوأَ ْن‬ ‫س ﱠرهُ َم ْن‬ َ ‫ط أ َ ْن‬ َ ‫ أَثَ ِر ِه فِى لَهُ يُ ْن‬، ‫ص ْل‬ ِ َ‫َر ِح َمهُ فَ ْلي‬ Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

194


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Al Bukhari dan Muslim) 6. Istri yang suka bersedekah Istri yang suka bersedekah, dia juga pada hakikatnya sedang melipatgandakan rezeki suaminya. Sebab salah satu keutamaan sedekah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah, akan dilipatgandakan Allah hingga 700 kali lipat. Bahkan hingga kelipatan lain sesuai kehendak Allah. Jika istri diberi nafkah oleh suaminya, lalu sebagiannya ia gunakan untuk sedekah, mungkin tidak langsung dibalas melaluinya. Namun bisa jadi dibalas melalui suaminya. Jadilah pekerjaan suaminya lancar, rezekinya berlimpah. ْ ‫س ْب َع أ َ ْنبَت‬ ‫َت َحبﱠ ٍة َك َمث َ ِل ﱠ ِ َسبِي ِل فِي أَ ْم َوالَ ُه ْم يُ ْن ِفقُونَ الﱠذِينَ َمثَ ُل‬ ُ ُ‫ف َو ﱠ ُ َحبﱠ ٍة ِمﺌَة‬ ُ ‫ضا ِع‬ َ ُ‫َوا ِس ٌع َو ﱠ ُ يَشَا ُء ِل َم ْن ي‬ َ ‫س ْنبُلَ ٍة ُك ِّل فِي َسنَابِ َل‬ ‫َع ِلي ٌم‬ “Perumpamaan orang-orang yang menaf-kahkan hartanya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)

7. Istri yang bertaqwa Orang yang bertaqwa akan mendapatkan jaminan rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan ia akan mendapatkan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ath Talaq ayat 2 dan 3. ‫ق َو َم ْن‬ ِ ‫َم ْخ َر ًجا لَهُ يَجْ َع ْل ﱠ َ يَتﱠ‬

ُ ‫يَحْ تَسِبُ َﻻ َحي‬ ُ‫ْث ِم ْن َويَ ْر ُز ْقه‬

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

195


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS. At Thalaq: 2-3) 8. Istri yang selalu mendoakan suaminya Jika seseorang ingin mendapatkan sesuatu, ia perlu mengetahui siapakah yang memilikinya. Ia tidak bisa mendapatkan sesuatu tersebut melainkan dari pemiliknya. Begitulah rezeki. Rezeki sebenarnya adalah pemberian dari Allah Azza wa Jalla. Dialah yang Maha Pemberi rezeki. Maka jangan hanya mengandalkan usaha manusiawi namun perbanyaklah berdoa memohon kepadaNya. Doakan suami agar senantiasa mendapatkan limpahan rezeki dari Allah, dan yakinlah jika istri berdoa kepada Allah untuk suaminya pasti Allah akan mengabulkannya. ‫لَ ُك ْم أَ ْست َِجبْ ادْعُونِي َربﱡ ُك ُم َوقَا َل‬ “DanTuhanmu berfirman: Berdoalah kepadaKu niscaya Aku kabulkan” (QS. Ghafir: 60) 9. Istri yang gemar shalat dhuha Shalat dhuha merupakan shalat sunnah yang luar biasa keutamaannya. Shalat dhuha dua raka’at setara dengan 360 sedekah untuk menggantikan hutang sedekah tiap persendian. Shalat dhuha empat rakaat, Allah akan menjami rezekinya sepanjang hari. ُ ‫ى يَا ذَلِﻚَ ي ُِط‬ ‫ان فِى‬ َ ‫اﻹ ْن‬ ِ ‫صدﱠقَ أ َ ْن َفعَلَ ْي ِه َم ْف‬ ِ ‫صدَ َق ٍة ِم ْنهُ َم ْف‬ َ َ‫ص ٍل ُك ِّل َع ْن يَت‬ َ ِ‫ب‬. ‫يق َو َم ْن قَالُوا‬ ِ ‫س‬ ِ ‫صﻼً َو ِستﱡونَ ثَﻼَث ُ ِمائَ ٍة‬ ‫قَا َل ﱠ ِ نَبِ ﱠ‬ ُ‫ى ُء تَدْ ِفنُ َها ْال َمس ِْج ِد ِفى النﱡخَا َعة‬ ‫ﱠ‬ َ ْ ُ ُ ُ ‫ﱠ‬ َ َ ْ ْ ‫ش‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫َح‬ ‫ن‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫ﺈ‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫د‬ ‫َج‬ ‫ت‬ ‫َا‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ى‬ ‫ح‬ ‫ض‬ ‫ال‬ ‫ئ‬ ‫ز‬ ‫ت‬ َ‫جْ ِ ﻚ‬ َ ‫ﱡ‬ ِ ْ ِ َ َ ْ َ ِ ِّ ِ َ ِ ِ “Di dalam tubuh manusia terdapat 360 sendi, yang seluruhnya harus dikeluarkan sedekahnya.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah yang mampu melakukan itu wahai Nabiyullah?”

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

196


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Beliau menjawab, “Engkau membersihkan dahak yang ada di dalam masjid adalah sedekah, engkau menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan adalah sedekah. Maka jika engkau tidak menemukannya (sedekah sebanyak itu), maka dua raka’at Dhuha sudah mencukupimu.” (HR. Abu Dawud) ٍ ‫اركَ أَ ﱠو ِل فِى َر َكعَا‬ ‫ت أ َ ْربَعِ ِم ْن ت ُ ْع ِج ْزنِى ﻻَ آدَ َم ابْنَ يَا َو َج ﱠل َع ﱠز ﱠ ُ يَقُو ُل‬ ِ ِ ‫آخ َرهُ أَ ْكفِﻚَ نَ َه‬

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad) 10. Istri yang taat dan melayani suaminya Salah satu kewajiban istri kepada suami adalah mentaatinya. Sepanjang perintah suami tidak dalam rangka mendurhakai Allah dan RasulNya, istri wajib mentaatinya. Apa hubungannya dengan rezeki? Ketika seorang istri taat kepada suaminya, maka hati suaminya pun tenang dan damai. Ketika hatinya damai, ia bisa berpikir lebih jernih dan kreatifitasnya muncul. Semangat kerjanya pun menggebu. Ibadah juga lebih tenang..

:::Ibu Super::: -Tinggal pilih saja keadaan seperti apa kita mau menerima rizki dari AllahFrom Allah to Allah : Rezeki Itu Milik Allah by Leila Hana

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

197


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

"Saya nggak mau jadi ibu rumah tangga saja. Kalau suami meninggal atau kita bercerai, gimana? Siapa yang kasih makan saya dan anak-anak? Istri itu harus mandiri finansial supaya bisa punya uang untuk jaga-jaga kalau ada apa-apa dengan suami." Seketika, kalimat itu buyar kala saya berhadapan dengan seorang wanita berusia 47 tahun yang datang ke rumah saya untuk mengisi pengajian. Wanita bersahaja itu datang jauh-jauh, cukup jauh dari komplek perumahan tempat tinggal saya, untuk memberi pengajian secara gratis. Ingat, gratis lho.... Nggak ada bayaran sepeser pun kecuali sajian makan siang yang saya berikan. Dia datang untuk menggantikan guru ngaji saya yang berhalangan. Sambil menunggu teman-teman lain, kami ngobrol-ngobrol. "Coba tebak, anak saya berapa, Bu?" tanyanya, ketika kami sedang ngobrol soal anak-anak. Saya sedikit mengeluhkan kondisi rumah yang berantakan karena anak-anak nggak bisa diam, lalu dia memaklumkan. Namanya juga anak-anak. Dia sudah berpengalaman karena anaknya lebih banyak dari saya. "Ehm... empat?" (pikir saya, paling-paling cuma selisih satu). "Masih jauh...." "Tujuh...."

"Kurang... yang benar, delapan."

Mata saya membelalak. Masya Allah! DELAPAN?!

"Itu masih kurang, Bu. Ustazah Yoyoh (almarhumah Yoyoh Yusroh, mantan anggota DPR) saja anaknya 13. Jadi, saya ini belum ada apa-apanya," katanya, merendah. Setelah itu, mengalirlah cerita-ceritanya mengenai anak-anaknya sampai teman-teman saya datang dan acara mengaji pun dimulai. Di sela pengajian, wanita itu bercerita mengenai keluarganya. Dari situ saya baru tahu kalau suaminya sudah meninggal dunia! Meninggal karena kecelakaan motor, meninggalkan istri dan delapan anak, yang terkecil berusia 2,5 tahun dan sang istri, ya... wanita itu... seorang IBU RUMAH TANGGA. Ibu rumah tangga di sini maksudnya nggak kerja kantoran, tapi juga bukan pengangguran. Beliau aktif mengisi pengajian. Lalu, bagaimana kehidupannya setelah suaminya meninggal? Beliau nggak punya gaji, nggak kerja kantoran. Coba, gimana? Apa beliau lalu sengsara dan anak-anaknya putus sekolah? No. no, no.... Kalau saya mengingat kalimat pembuka di atas kok kayaknya mustahil ya seorang ibu yang nggak bekerja dan suaminya meninggal dunia, bisa bertahan hidup dengan delapan anak dan anak-anaknya bisa tetap kuliah. Mustahil itu... NGGAK MUNGKIN! Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

198


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

"Bagi Allah, nggak ada yang nggak mungkin, Bu. Asal kita percaya sama Allah. Allah yang kasih rezeki, kan? Percaya saja sama Allah. Saya cuma yakin bahwa semua yang saya dapatkan selama ini adalah karena kebaikan-kebaikan saya dan suami semasa hidup. Saya cuma berbagi pengalaman ya, Bu, bukan mau riya. Memang, suami saya dulu itu orangnya pemurah. Kalau ada yang minta bantuan, dia akan kasih walaupun dia uangnya pas-pasan. Alhamdulillah, Allah kasih ganti. Sewaktu suami masih hidup, kami hidup sederhana. Rezeki suami itu dibagi ke orang-orang juga, padahal anak kami ada delapan. Suami nggak takut kekurangan....." Kami menahan napas..... "Hingga suami saya meninggal dunia... uang duka yang kami dapatkan itu... Masya Allah... jumlahnya 100 juta. Padahal, suami saya itu biasa-biasa saja, bukan orang penting. Uang itu langsung dibuat biaya pemakaman, tabungan pendidikan anak, dan sisanya renovasi rumah yang mau ambruk." Dengar uang 100 juta dari uang duka saja, saya sudah kagum. "Saat renovasi rumah, saya serahkan saja ke tukangnya. Dia bilang, uangnya kurang. Saya lillahi ta'ala saja. Yang penting atap rumah nggak ambruk, karena memang kondisinya sudah memprihatinkan. Khawatirnya anak-anak ketimpa atap....." Saya membayangkan, keajaiban apa lagi yang didapatkan oleh wanita itu? "Nggak disangka. Begitu orang-orang tau kalau saya sedang renovasi rumah, mereka menyumbang. Bukan ratusan ribu, tapi puluhan juta! Sampai terkumpul 100 juta lagi dan rumah saya seperti bisa dilihat sekarang.... Sampai hari ini, saya masih dapat transferan uang dari mana-mana, Bu-Ibu. Saya nggak tau dari siapa aja karena mereka nggak bilang. Saya juga udah nggak pernah beli beras lagi sejak suami meninggal. Selalu ada yang kasih beras." Duh, nggak bisa nahan airmata deh jadinya.... Apa rahasianya?

"Berbuat baik kepada siapa saja, sekecil apa pun. Insya Allah ada balasannya. Rezeki itu milik Allah. Kalau Allah berkehendak, Dia akan kasih dari mana pun asalnya...." tutupnya.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

199


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Rezeki itu milik Allah, siapa pun tidak boleh takabur. Bekerja bukanlah sarana menyombongkan diri bahwa hidup kita bakal terjamin karena bekerja. Yang menjamin hidup kita adalah Allah. Bekerja diniatkan untuk ibadah. Pembuka rezeki bisa datang dari mana saja, salah satunya dari berbuat kebaikan sekecil apa pun. Ucapan, "Kalau suami meninggal atau bercerai, siapa yang kasih makan saya dan anakanak?" itu sama saja dengan sirik, atau menduakan Allah. Menganggap diri kita super, dengan kita bekerja, maka rezeki terjamin. Padahal, Allah yang kasih rezeki. Jika dulu Allah kasih rezeki melalui suami, besok Allah kasih lewat jalan lain. From Allah to Allah.

Assalamualaikum. Saya ingin bertanya apabila ada seorang laki2 yang mengalami kekurangan tidak bisa mengucapkan huruf R dgn benar (cadel), ketika mengucapkan ijab qobul, apakah berpengaruh thdp sah/tidak nya ijab? Apakah pelafalan huruf R harus benar saat ijab qabul? Bolehkah seorang lelaki mengenakan emas putih sbgai cincin kawin? Terimakasih. Jawaban:

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh InsyaAllah hal tersebut ma'fu (diampuni) karena bukan karena unsur kesengajaan dan merupakan suatu cacat. Sah dalam pandangan syar'i ijab qabul tersebut. Banyak fatwa yang disampaikan para ulama tentang emas putih, yang jika perhatikan, jawaban dari fatwa-fatwa itu berputar pada satu pertanyaan: apa hakekat emas putih? Apa kandungan dari emas putih itu?. Dengan mengacu pada jawaban ini, mereka menyimpulkan hukum yang berlaku untuk emas putih. Apakah dia digolongkan sebagaimana emas, ataukah logam lain yang bukan emas, meskipun masyarakat menyebutnya emas putih. Diantara fatwa itu,

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

200


Pertama, Fatwa Lajnah Daimah,

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dalam salah satu fatwanya, Lajnah Daimah mengembalikan hukum emas putih seperti keterangan yang disampaikan penanya. Penanya menyebutkan bahwa Emas tersebut dicampur dengan logam tertentu (sekitar 5-10%) yang merubah warnanya dari warna kuning emas menjadi putih atau bisa pula menjadi warna lainnya sehingga ia seperti menjadi logam lain. Jawaban Lajnah Daimah, ‫ ما الواقع كان إذا‬،‫أحكامه عن يخرج ﻻ بغيره خلط إذا الذهب فﺈن ذكر‬ Jika realitanya seperti yang diceritakan, maka emas apabila dicampur dengan logam lain, memiliki hukum sebagaimana emas asli. (Fatwa Lajnah Daimah, no. 21867) Kedua, Keterangan dari Syaikh Abu Said al-Jazairi – seorang ulama di Aljazair –, ketika beliau ditanya tentang hukum emas putih bagi lelaki, beliau menjawab, ‫يجوز اﻷﺻفرفﻼ الذهب مكونات نفس من مكونا اﻷبيض الذهب كان إذا‬ “Jika unsur pembentuk emas putih itu sama dengan unsur-unsur pembentuk emas kuning maka tidak boleh dipakai oleh laki-laki…” Kemudian beliau menyebutkan dalil larangan lelaki memakakai emas. Lanjut beliau, ‫ اﻷﺻفر الذهب مكونات غير من مكونا اﻷبض الذهب ذلﻚ كان إذا وأما‬, ‫ لبسه للرجل يجوز فﺈنه‬, ‫بالذهب تسميته تضر وﻻ‬ ‫ اﻷبيض‬, ‫ اﻷسود بالذهب البترول تسمية مثل‬.‫ اﻷخضر بالذهب الزراعية الثروة تسمية ومثل‬. ‫دائما باﻷسماء العبرة فليست‬ .‫بالحقائق بل‬ Namun jika unsur pembentuk emas putih itu berbeda dengan unsur pembentuk emas kuning maka boleh dipakai oleh laki-laki dan tidaklah mengapa benda tersebut disebut emas putih sebagaiman minyak bumi disebut emas hitam dan hasil pertanian disebut emas hijau. Tolak ukur penilaian tidaklah selalu dengan nama namun dengan realita senyatanya.” (sumber: http://www.abusaid.net/fatawi-sites/339.htmlArtikel)

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

201


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ketiga, Keterangan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah,

Tidak jauh beda dengan fatwa sebelumnya, Lembaga Fatawa Syabakah Islamiyah menjelaskan bahwa hukum emas putih kemballi kepada kandungan emas itu. ‫لبسه للرجل منع حقيقيا ذهبا كان إن اﻷبيض بالذهب يسمى وما‬. ‫الذهب حكم يأخذ ﻷنه‬. ‫واﺻطﻼح جاز ذهب غير كان وإن‬ ‫الشرعي الحكم يغير ﻻ ذهبا ً تسميته على الناس‬ “Apa yang saat ini disebut emas putih, jika itu berupa emas asli maka lelaki tidak boleh memakainya, karena hukumnya sama dengan emas. Jika unsurnya bukan emas, boleh. Sementara istilah masyarakat yang menyebutnya emas, tidak mengubah hukum syar’i.” (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 10791) Seperti yang kita simak, semua fatwa di atas, tidak memberikan hukum tegas mengenai emas putih, selain dikembalikan kepada hakekat dari emas putih itu. Karena yang menjadi acuan hukum bukan nama, tetapi hakekatnya. Yang kedua, sejak masa silam, para sahabat telah mengenal perhiasan emas selain yang berwarna kuning. Diantaranya adalah emas merah. Dalam hadis tentang berita dusta mengenai tuduhan orang munafik kepada A’isyah radhiyallahu ‘anha, salah satu budak wanita milik A’isyah bersaksi tentang kehormatan A’isyah yang beliau saksikan selama di dalam rumah beliau. ‫ب تِب ِْر َعلَى ال ﱠ‬ ِ‫صائِ ُغ يَ ْعلَ ُم َما إِ ﱠﻻ َعلَ ْي َها َع ِل ْمتُ َما َوﷲ‬ ِ ‫ْاﻷَحْ َم ِر الذﱠ َه‬ ”Demi Allah, saya tidak mengetahui A’isyah kecuali seperti yang diketahui oleh seorang ahli emas terhadap batangan emas merah.” (HR. Bukhari 4757, Muslim 2770, Turmudzi 3180, dan yang lainnya). Sebagian ulama menjelaskan bahwa emas memiliki warna kuning kemerahan. Sehingga sebagian orang menyebutnya emas merah. Syaikh Abdurrahman bin Fahd al-Wada’an menulis satu risalah khusus tentang hukum emas putih. Beliau banyak menyebutkan penjelasan dari para pakar ilmu tentang logam dan mineral. Diantara kesilpulan yang beliau sampaikan,

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

202


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

‫والخﻼﺻة‬: ‫ اللون أﺻفر أﺻله في الذهب أن‬، ‫ في أبيض ذهب يوجد وﻻ‬،‫الذهب لون تغير مواد إليه يضاف قد لكن أﺻله‬ ،‫ فيكون اﻷﺻفر‬،‫ أو أبيض‬،‫ غير أو أحمر‬،‫بها يخلط التي المادة بحسب ذلﻚ‬

Kesimpulannya bahwa emas aslinya berwarna kuning, dan tidak dijumpai emas yang asalnya berwarna putih. Akan tetapi dicampuri logam lain, sehingga mengubah warna emas dari kuning menjadi putih, atau merah, atau warna lainnya, sesuai bahan yang ditambahkan. Sumber: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=38813 Dengan demikian, mengingat pertimbangan di atas, emas putih dihukumi sama dengan emas biasa. Allahu a’lam. Assalammualaikum, saya mau bertanya, bagaimana cara kita mengendalikan hati agar tidak terlalu mencintai seseorang yg blm kita tahu itu jodoh kita atau bukan? Syukran Jawaban: Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh Cara paling sederhana adalah mengutamakan cinta kepada Allah Ta'ala, dengan semakin mendekat kepadaNya. Cinta kepada Al-Qur'an dengan memperbayak membacanya dan yang terpenting adalah kita menyadari bahwa jodoh adalah kewenangan Allah dan Dialah Yang Maha Tahu mana yang terbaik untuk kita. Kalau selama ini kita sudah mengagumi (mencintai) seseorang maka tanamkanlah dalam hati bahwa kalau dia memang yang terbaik menurut Allah, insyaAllah Allah kan mempertemukan dalam ikatan yang halal, kalaupun tidak, insyaAllah itu yang terbaik. Allahu A'lam Afwan sy mau bertanya, mksd dr harta/rezeki yg memenuhi nishob untuk zakat mal pertahun itu gmna? Syukron Jawaban: Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

203


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Makna nishab di sini adalah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syar’i (agama) untuk menjadi pedoman menentukan kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika telah sampai ukuran tersebut. Orang yang memiliki harta dan telah mencapai nishab atau lebih, diwajibkan mengeluarkan zakat dengan dasar firman Allah, “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.” (Qs. Al Baqarah: 219) Makna al afwu (dalam ayat tersebut-red), adalah harta yang telah melebihi kebutuhan. Oleh karena itu, Islam menetapkan nishab sebagai ukuran kekayaan seseorang. Syarat-syarat nishab adalah sebagai berikut: 1. Harta tersebut di luar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan alat yang dipergunakan untuk mata pencaharian. 2. Harta yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul) terhitung dari hari kepemilikan nishab dengan dalil hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun).” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al AlBani) Dikecualikan dari hal ini, yaitu zakat pertanian dan buah-buahan. Karena zakat pertanian dan buah-buahan diambil ketika panen. Demikian juga zakat harta karun (rikaz) yang diambil ketika menemukannya. Misalnya, jika seorang muslim memiliki 35 ekor kambing, maka ia tidak diwajibkan zakat karena nishab bagi kambing itu 40 ekor. Kemudian jika kambing-kambing tersebut berkembang biak sehingga mencapai 40 ekor, maka kita mulai menghitung satu tahun setelah sempurna nishab tersebut. Nishab, Ukuran dan Cara Mengeluarkan Zakatnya

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

204


1. Nishab emas

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Nishab emas sebanyak 20 dinar. Dinar yang dimaksud adalah dinar Islam. 1 dinar = 4,25 gr emas

Jadi, 20 dinar = 85gr emas murni. Dalil nishab ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada kewajiban atas kamu sesuatupun – yaitu dalam emas – sampai memiliki 20 dinar. Jika telah memiliki 20 dinar dan telah berlalu satu haul, maka terdapat padanya zakat ½ dinar. Selebihnya dihitung sesuai dengan hal itu, dan tidak ada zakat pada harta, kecuali setelah satu haul.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi) Dari nishab tersebut, diambil 2,5% atau 1/40. Dan jika lebih dari nishab dan belum sampai pada ukuran kelipatannya, maka diambil dan diikutkan dengan nishab awal. Demikian menurut pendapat yang paling kuat. Contoh:

Seseorang memiliki 87 gr emas yang disimpan. Maka, jika telah sampai haulnya, wajib atasnya untuk mengeluarkan zakatnya, yaitu 1/40 x 87gr = 2,175 gr atau uang seharga tersebut. 2. Nishab perak Nishab perak adalah 200 dirham. Setara dengan 595 gr, sebagaimana hitungan Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin dalam Syarhul Mumti’ 6/104 dan diambil darinya 2,5% dengan perhitungan sama dengan emas. 3. Nishab binatang ternak Syarat wajib zakat binatang ternak sama dengan di atas, ditambah satu syarat lagi, yaitu binatanngya lebih sering digembalakan di padang rumput yang mubah daripada dicarikan makanan.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

205


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Dan dalam zakat kambing yang digembalakan di luar, kalau sampai 40 ekor sampai 120 ekor…” (HR. Bukhari) Sedangkan ukuran nishab dan yang dikeluarkan zakatnya adalah sebagai berikut: a. Onta

Nishab onta adalah 5 ekor.

Dengan pertimbangan di negara kita tidak ada yang memiliki ternak onta, maka nishab onta tidak kami jabarkan secara rinci -red. b. Sapi

Nishab sapi adalah 30 ekor. Apabila kurang dari 30 ekor, maka tidak ada zakatnya. 4. Nishab hasil pertanian Zakat hasil pertanian dan buah-buahan disyari’atkan dalam Islam dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-An’am: 141) Adapun nishabnya ialah 5 wasaq, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Zakat itu tidak ada yang kurang dari 5 wasaq.” (Muttafaqun ‘alaihi) Satu wasaq setara dengan 60 sha’ (menurut kesepakatan ulama, silakan lihat penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 3/364). Sedangkan 1 sha’ setara dengan 2,175 kg atau 3 kg. Demikian menurut takaaran Lajnah Daimah li Al Fatwa wa Al Buhuts Al Islamiyah (Komite Tetap Fatwa dan Penelitian Islam Saudi Arabia). Berdasarkan fatwa dan ketentuan resmi yang berlaku di Saudi Arabia, maka nishab zakat hasil pertanian adalah 300 sha’ x 3 kg = 900 kg. Adapun ukuran yang dikeluarkan, bila pertanian itu didapatkan dengan cara pengairan (atau menggunakan alat penyiram tanaman), maka zakatnya sebanyak 1/20 (5%). Dan jika

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

206


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

pertanian itu diairi dengan hujan (tadah hujan), maka zakatnya sebanyak 1/10 (10%). Ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Pada yang disirami oleh sungai dan hujan, maka sepersepuluh (1/10); dan yang disirami dengan pengairan (irigasi), maka seperduapuluh (1/20).” (HR. Muslim 2/673) Misalnya: Seorang petani berhasil menuai hasil panennya sebanyak 1000 kg. Maka ukuran zakat yang dikeluarkan bila dengan pengairan (alat siram tanaman) adalah 1000 x 1/20 = 50 kg. Bila tadah hujan, sebanyak 1000 x 1/10 = 100 kg 5. Nishab barang dagangan Pensyariatan zakat barang dagangan masih diperselisihkan para ulama. Menurut pendapat yang mewajibkan zakat perdagangan, nishab dan ukuran zakatnya sama dengan nishab dan ukuran zakat emas. Adapun syarat-syarat mengeluarkan zakat perdagangan sama dengan syarat-syarat yang ada pada zakat yang lain, dan ditambah dengan 3 syarat lainnya: 1) Memilikinya dengan tidak dipaksa, seperti dengan membeli, menerima hadiah, dan yang sejenisnya. 2) Memilikinya dengan niat untuk perdagangan. 3) Nilainya telah sampai nishab.

Seorang pedagang harus menghitung jumlah nilai barang dagangan dengan harga asli (beli), lalu digabungkan dengan keuntungan bersih setelah dipotong hutang. Misalnya: Seorang pedagang menjumlah barang dagangannya pada akhir tahun dengan jumlah total sebesar Rp. 200.000.000 dan laba bersih sebesar Rp. 50.000.000. Sementara itu, ia memiliki hutang sebanyak Rp. 100.000.000. Maka perhitungannya sebagai berikut: Modal – Hutang: Rp. 200.000.000 – Rp. 100.000.000 = Rp. 100.000.000 Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

207


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Jadi jumlah harta zakat adalah: Rp. 100.000.000 + Rp. 50.000.000 = Rp. 150.000.000 Zakat yang harus dibayarkan: Rp. 150.000.000 x 2,5 % = Rp. 3.750.000 6. Nishab harta karun Harta karun yang ditemukan, wajib dizakati secara langsung tanpa mensyaratkan nishab dan haul, berdasarkan keumuman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Dalam harta temuan terdapat seperlima (1/5) zakatnya.” (HR. Muttafaqun alaihi) Cara Menghitung Nishab Dalam menghitung nishab terjadi perbedaan pendapat. Yaitu pada masalah, apakah yang dilihat nishab selama setahun ataukah hanya dilihat pada awal dan akhir tahun saja? Imam Nawawi berkata, “Menurut mazhab kami (Syafi’i), mazhab Malik, Ahmad, dan jumhur, adalah disyaratkan pada harta yang wajib dikeluarkan zakatnya – dan (dalam mengeluarkan zakatnya) berpedoman pada hitungan haul, seperti: emas, perak, dan binatang ternak- keberadaan nishab pada semua haul (selama setahun). Sehingga, kalau nishab tersebut berkurang pada satu ketika dari haul, maka terputuslah hitungan haul. Dan kalau sempurna lagi setelah itu, maka dimulai perhitungannya lagi, ketika sempurna nishab tersebut.” (Dinukil dari Sayyid Sabiq dari ucapannya dalam Fiqh as-Sunnah 1/468). Inilah pendapat yang rajih (paling kuat -ed) insya Allah. Misalnya nishab tercapai pada bulan Muharram 1423 H, lalu bulan Rajab pada tahun itu ternyata hartanya berkurang dari nishabnya. Maka terhapuslah perhitungan nishabnya. Kemudian pada bulan Ramadhan (pada tahun itu juga) hartanya bertambah hingga mencapai nishab, maka dimulai lagi perhitungan pertama dari bulan Ramadhan tersebut. Allahu A'lam Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

208


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Gimana menghadapi suami yg kerja apa adanya aja tak mau mencari lebih spt ustdzh sampaikan.saat ada rezeki bsyukur ketika gak ada ya udh pasrah aja itu prinsip suaminya.sedangkan sang istri kalau bisa istilahnya kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala banyak sumber spt ustdzh sampaikan Jawaban: Islam menetapkan bahwa setiap orang pria yang mampu berkerja wajib mencari harta sendiri ْ dengan cara mempraktikkan salah satu dari sebab-sebab kepemilikan harta ( ُ‫)ال َما ِل ت َ َملﱡ ِﻚ ا َ ْسبَاب‬, antara lain dengan bekerja kepada orang lain melalui aqad ijarah. Cara lainnya adalah dengan mengembangkan harta yang dimilikinya (ُ‫)م ْل ِكيَ ِت ِه ت َ ْن ِميﱠة‬ ِ misalnya dengan cara dagang atau menjadi investor dalam syirkah mudharabah. Banyak dalil yang menunjukkan hal itu antara lain hadits: ‫َو ِإ ﱠن يَ ِد ِه َع َم ِل ِم ْن يَأ ْ ُك َل أَ ْن ِم ْن َخي ًْرا قَ ﱡ‬ َ ‫ط‬ ‫ي ْال ِم ْقدَ ِام َع ْن‬ ُ ‫ﺻلﱠى ﱠ ِ َر‬ ِ ‫سو ِل َع ْن َع ْنهُ ﱠ ُ َر‬ َ ‫ط َعا ًما أَ َحدٌ أَ َك َل َما قَا َل َو‬ َ ُ ‫سلﱠ َم َعلَ ْي ِه ﱠ‬ َ ‫ض‬ ‫ي‬ ‫البخاري رواه( يَ ِد ِه َع َم ِل ِم ْن يَأ ْ ُك ُل َكانَ الس َﱠﻼم َعلَ ْي ِه دَ ُاودَ ﱠ ِ نَبِ ﱠ‬ Dari Miqdam ra dari Rasulullah saw menyatakan : tidak ada seorang pun yang memakan makanan yang lebih baik daripada dia memakan makanan hasil dari karya tangannya sendiri ْ َ ‫الر ُج ِل َع َم ُل قَا َل أ‬ ‫سو َل َيا ِقي َل قَا َل َخدِيجٍ ب ِْن َرا ِفعِ َج ِدّ ِه َع ْن َخدِيجٍ ب ِْن َرا ِفعِ ب ِْن ِرفَا َعةَ ب ِْن َع َبا َيةَ َع ْن‬ ُ ‫ي ﱠ ِ َر‬ ‫ِب َي ِد ِه ﱠ‬ ِ ‫ط َيبُ ْال َك ْس‬ ‫ب أَ ﱡ‬ ‫ور بَي ٍْع َو ُك ﱡل‬ ٍ ‫احمد رواه( َمب ُْر‬ Dari ‘Abaayah bin Raafi’ah bin Khadaij dari kakeknya yakni Raafi’ bin Khadaij menyatakan : telah ditanyakan wahai Rasulullah kasab apakah yang paling baik? Beliau menjawab : pekerja-an seseorang yang langsung dilakukan sendiri dan semua jual beli yang benar Ketika seorang pria telah menjadi suami dan bahkan bapak dari anak-anaknya, maka dia wajib membiayai seluruh kebutuhan mereka, minimal kebutuhan pokoknya: makananminuman, pakaian dan tempat tinggal. Jika dia tidak melaksanakan kewajibannya tersebut, maka pasti berdosa dan dosanya itu tidak dapat dihapus oleh shalat maupun shaum artinya kaffarah satu-satunya bagi dosa tersebut adalah dia melaksanakan kewajibannya mencari harta untuk mem-biayai kehidupan dirinya, istrinya dan anak-anaknya. Rasulullah saw menyatakan : َ ‫ق‬ ‫ب ِمنَ ا ﱠِن‬ ُ ‫ب فِ ْي ا َ ْل ُه ُم ْو ُم قَا َل ﷲِ َر‬ ‫صﻼَة ُ َوﻻَ ال ﱠ‬ ‫س ْو َل َيا يُ َك ِفّ ُرهَا فَ َما قِ ْي َل ال ﱠ‬ ِّ ِ ‫ص ْو ُم يُ َك ِفّ ُرهَا ﻻَ ذُنُ ْوبًا الذﱡنُ ْو‬ ِ َ‫طل‬ ِ ‫الر ْز‬ Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

209


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Sungguh dari dosa-dosa itu ada dosa yang shaum maupun shalat tidak dapat menghapusnya. Ditanyakan : lalu apakah yang dapat menghapuskannya, wahai Rasulullah? Beliau menjawab : sungguh-sungguh dalam mencari rizqi. Lapang dada Menghadapi pasangan malas, pertama, perlu kelapangan dada. Lapangan dada akan mengurangi perasaan tertekan, kecewa atau jengkel kepadanya. Pemahaman seperti ini juga sangat baik untuk memberikan pelajaran kepadanya, bahwa dirinya dipahami oleh pasangannya. Secara tidak langsung ini akan mengajarinya untuk juga memeahami orang yang telah rela’berkorban’ bagi dirinya tersebut, sehingga tak layak bila ia terus-menerus malas, atau tak segera membantu pasangannya dalam melakukan aktifitas. Kiat menghadapinya Perlu kita khusus untuk menghadapi pasangan yang malas. Khusus bagi anda para istri, hindari emosi atau uring-uringan dulu, karena itu tidak akan menyelesaikan masalah. Kalaupun berubah mungkin hanya sementara.

Juga, perlu langkah konkrit, bertahap, dan bukan instant untuk membuat pasangan bisa berubah dari pemalas menjadi seorang yang rajin. Berikut kiat-kiat yang bisa dilakukan : Bila mendapati pasangan sedang malas, dekati, dan Tanya tentang keadaannya, ada apa dan kenapa? Apakah ia sakit, atau ada beban pikiran yang berat? Buat ia bercerita tentang masalahnya, kemudian coba cari solusinya bersama-sama.

Lakukan pelayanan maksimal walaupun ia tampak malas-malasan. Sunguhkan apa yang disukainya, kalau perlu dipijati sambil diajak bercanda. Secara pelan masuki disela-sela canda tersebut pentingnya melakukan kewajiban dengan baik. Beri contoh hal-hal yang perlu diperbaiki bersama-sama berumah tangga. Jangan vonis dia ketika menyinggung kemalasannya. Tapi ajak bersama untuk mengerjakan tugas-tugas dalam rumah tangga. Katakana padanya bahwa anda akan tambah saying kalau kerja ditemani, lebih saying

Bila anda hendak melakukan aktifitas, cium atau belay dirinya. Kemudian ajaklah bangun bersama-sama untuk melakukan aktifitas. Hindari menyuruhnya, biasakan meminta tolong padanya dengan bahasa yang halus dan sopan, seperti, ‘sayang ambilkan pisau, dong, mama mau mgniris bawang, nih!’ hindari perintah yang demikian, ‘Pa, ambilkan pisau di rak dapur!’ beda dalam intonasi dan pilihan kata makna akan sangat berbeda dalam rasa. Oleh

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

210


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

karenanya, perlu kepandaian memilih kata dalam berbicara pada pasangan aplagi bila ia termasuk tipe orang mudah tersinggung.

Ajari dalam melakukan sesuatu, umpamanya menyapu, itu demikian, mulai dari sini dan seterusnya. Atau mencuci itu begini, dan lain sebagainya. Hindari mencela hasil kerjanya bila ia mulai mau bekerja, karena bisa berakibat kecewa dan mogok bekerja. Sebaliknya perbanyak memujinya walaupun hasilnya belum memuaskan.

Bila berkaitan dengan malas beribadah, berilah pengertian dengan pelan-pelan akan arti pentingnya ibadah kepada Allah swt, juga kemulaiaan istiqomah, dengan catatan tidak banyak diberi dalil kepadanya karena bisa berakibat ia merasa direndahkan. Bicaralah dengan logika dan pemahaman tanpa bermaksud menggurui. Namun, ini kembali ke sifat dasar pasangan kita apakah termasuk tipe mudah tersinggung atau tidak. Kalau tidak, maka bisa lebih leluasa bicara kepadanya. Nasehati dia di waktu dan suasana santai, seperti saat di pembaringan, saat bercanda, atau di dalam perjalanan berdua. Ingat, waktu dan suasana sangat berpengaruh dalam penangkapan maksud dan pengertian yang kita berikan. Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih sikon yang tepat.

Dorong terus untuk belajar bersama-sama, kalau perlu sering-seringlah diajak silaturahmi ke keluarga-keluarga lainnya, yang lebih giat bekerja, lebih semangat dalam beraktifitas, dan lebih bergairah dalam menimba ilmu, agar ia bisa belajar menjadi pasangan yang terbaik.

Bersabarlah menghadapi reaksinya ketika ia mengingatkannya untuk tidak malas. Ini penting untuk mengurangi atau mencegah keributan.

Berilah sekali-kali penringatan keras, seperti dengan marah, bahwa kita tidak suka dengan kemalasannya, dan sangat benci dengan sikap jeleknya tersebut. Karena, terkadang bagi orang-orang tertentu, marahnya pasangan menjadi beban pikiran tersendiri. Ketika dipikirkan dengan betul, ia akan sedikit demi sedikit mengubah dirinya, karena ia tak ingin pasangannya terus kecewa dengan dirinya apalagi sampai meninggalkannya. Kemudian, tidak lupa teruslah berdo’a, agar Allah swt membuka pintu hati suami atau istri kita yang pemalas. Karena Dia-lah yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Bila Allah berkehendak, dalam sekejap orang akan besa berubah. Selanjutnya, tawakkal kepada Allah dan terus bersabar. Mungkin tak cukup setahun, tapi perlu sepuluh tahun untuk bisa mengubahnya. Allahu A'lam Assalammualaikum bagaimana menghadapi suami ( pasangan ) yg sikapnya masa bodoh ...dan jiwa sebagai pemimpinnya itu tak ada malah yg sering mimpin masalah sikp istri ketika benar atau salah ia tak mau meluruskannya..

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

211


Jawaban:

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakaatuh Istri hendaknya memahami bahwa hidup ini penuh ujian. Jika istri memandang bahwa suami tidak bisa menjadi Imam dalam mengurusi keluarga, maka dicari dulu penyebabnya. Jika suami orang yang kurang berilmu agama, maka istrilah yang mengajari suami, tentunya bila istri lebih paham dengan ajaran Islam. Istri hendaknya menasihati suami dengan kata-kata yang lembut, berharap agar suami dengan kata-kata yang lembut, berharap agar suami menjadi pemimpin yang baik. Jangan lupa juga berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar suami menjadi pemimpin yang baik. Bukankah istri merasa senang bila mendapatkan pahala karena bersabar dan mampu menasihati suami?! Abu Mas’ud Al-Anshari berkata, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memberi petunjuk kepada kebaikan, maka dia akan mendapat pahala semisal orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim, no.3509) Jika menunjukkan jalan yang baik begitu besar pahalanya, maka menasihati suami dan keluarga tentu lebih besar lagi pahalanya. Ini bila memang penyebabnya suami yang tidak mengerti agama dan mau menerima nasihat.

Namun jika sebabnya lain, misalnya karena kelainan jiwa, maka istri hendaknya menimbang maslahah (sisi positif) dan madharat (negatif)nya sebelum minta cerai. Jika istri mampu hidup istiqomah dan bersabar, maka alangkah baiknya bila tidak minta cerai. Sebab, wanita yang tidak bersuami lebih besar fitnahnya apabila dia tidak bisa menjaga kehormatan dirinya. Jika semua upaya di atas sudah dicoba dan tidak membuahkan hasil yang lebih baik, atau bahkan malah membahayakan istri dan anak-anak, maka istri boleh minta cerai.. Allahu A'lam Assalamu'alaikum

Sya mau brtanya. Sya pernah denger bhwa rosulullah tdk mengizinkan Ali mempoligami fatimah.apkah itu bnar? Klo memang iya alsannya knapa? Jawaban:

Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

212


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dari Miswar bin Makhramah, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkhutbah di atas mimbar: ‫ آذن فﻼ طالب أبي بن علي ابنتهم ينكحوا أن استأذنوني المغيرة بن هشام بني إن‬،‫ آذن ﻻ ثم لهم آذن ﻻ ثم لهم‬،‫أن إﻻ لهم‬ ‫ابنتهم وينكﺢ ابنتي يطلق أن طالب أبي ابن يحب‬. ‫ بضعة ابنتي فﺈنما‬،‫ ما يريبني مني‬،‫آذاها ما ويؤذيني أرابها‬ “Sesungguhnya Hisyam bin Al Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkan anak perempuan mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Namun aku tidak mengizinkannya, aku tidak mengizinkannya, aku tidak mengizinkannya. Kecuali jika ia menginginkan Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku baru menikahi putri mereka. Karena putriku adalah bagian dariku. Apa yang meragukannya, itu membuatku ragu. Apa yang mengganggunya, itu membuatku terganggu“ Dalam riwayat lain: ‫ أحرم لست وإني‬،ُ‫ عليه ﷲ ﺻلى ﷲ رسول بنت تجتمع ﻻ وﷲ ولكن حﻼﻻ‬،‫أبدا ً واحد مكانا ُ ﷲ عدو وبنت وسلم‬ “Sungguh aku tidak mengharamkan yang halal, tapi demi Allah, tidak akan bersatu putri Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dengan putri dari musuh Allah dalam satu tempat, selama-lamanya“ Maka poligami itu dibolehkan, bahkan dianjurkan. Bagaimana tidak? Sedangkan Rabb kita berfirman: َ ‫اء ِمنَ لَ ُك ْم‬ َ ‫ع َوث ُ َﻼ‬ ‫اب َما فَا ْن ِك ُحوا‬ ِ ‫س‬ َ ‫َو ُر َبا‬ َ ‫ط‬ َ ِّ‫ث َمثْنَى الن‬ “Nikahilah yang baik bagi kalian dari para wanita, dua atau tiga atau empat” (QS. An Nisa: 3). Adapun kisah Ali dan Fathimah radhiallahu’anhuma, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tidak melarangnya untuk berpoligami. Keputusan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarang poligami bagi Ali tersebut adalah karena beliau sebagai wali bagi Ali, bukan karena hal tersebut disyariatkan. Oleh karena itu Nabi bersabda, “Sungguh aku tidak mengharamkan yang halal, tapi demi Allah, tidak akan bersatu putri Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dengan putri dari musuh Allah dalam satu tempat, selama-lamanya“”. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

213


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Dan dalam kisah ini juga Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menjelaskan bahwa yang halal adalah apa yang Allah halalkan dan yang haram adalah apa yang Allah haramkan. Dan bahwasanya poligami itu halal. Namun beliau melarang Ali memilih putrinya Abu Jahal (sebagai istri keduanya). Sebagaimana diketahui, Abu Jahal Amr bin Hisyam adalah tokoh Quraisy yang sangat keras dan keji perlawanannya terhadap Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Allahu A'lam

Assalammualaikum

Sy akui klo islam membolehkan poligami dgn syarat2nya Tapi sbg perempuan biasa dgn sgala kelemahan sy, mngkin akan mundur (cerai) jika di posisi itu Apabila sy meminta cerai krn tdk snggup dimadu, dosakah sy? Jawaban: Wa'alaikummussalaam warahmatullahi wabarakatuh Jika suaminya menikah lagi maka itu merupakan karunia dari Allah. Allah Ta’ala membolehkan hal itu. Adapun mengenai sang istri yang meminta cerai, jika suaminya tersebut melalaikan hak-hak sang istri dan tidak menunaikannya, maka boleh bagi sang istri untuk meminta cerai. Adapun jika sang suami menikah lagi, dan dia sudah berlaku adil kepada istri-istrinya dan menunaikan apa yang wajib baginya, maka sang istri tidak boleh meminta cerai. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ْ َ ‫غير ِمن طﻼقَها زو َجها سأ‬ ‫لت امرأةٍ أيﱡما‬ ٍ ‫الجنﱠ ِة رائحةُ عليها فحرا ٌم‬ ِ ‫بأس‬

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

214


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“wanita mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan syariat, maka haram baginya wangi surga” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan lainnya. shahih). Maka tidak boleh meminta cerai semata-mata karena sang suami menjalankan hal yang dibolehkan oleh agama. Dan poligami itu mubah. Bahkan terkadang sunnah. Dan si istri memiliki hak yang wajib ditunaikan oleh suaminya.

Seharusnya seorang isteri yang shalihah menyadari apa yang dilakukan oleh suaminya adalah perkara yang mubah (boleh) dan haknya. tidak boleh dia menghalangi suaminya ketika ingin berpoligami. Allah Subhaanahu wata’aala berfirman : َ ‫اء ِمنَ لَ ُك ْم‬ َ ُ ‫ع َوث‬ ‫اب َما فَان ِك ُحوا‬ ِ ‫س‬ ِ ‫فَ َو‬ َ ‫احدَة ً تَ ْع ِدلُوا أَ ﱠﻻ ِخ ْفت ُ ْم فَﺈ ِ ْن َو ُربَا‬ َ ‫ط‬ َ ِّ‫ﻼث َمثْنَى الن‬

“Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja. “ (An Nisa’ : 3) Yang menjadi masalah adalah bukan poligami yang dilakukan oleh suaminya, tetapi masalahnya jika suami berbuat tidak adil kepadanya atau kepada para istrinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ‫َان لَهُ َكانَ َم ْن‬ ِ ‫َمائِ ٌل َو ِشقﱡهُ ْال ِقيَا َم ِة يَ ْو َم َجا َء إِحْ دَا ُه َما إِلَى فَ َما َل ا ْم َرأَت‬

“Barangsiapa yang memiliki dua orang istri, lalu ia condong kepada salah seorang dari keduanya, maka ia akan datang pada hari kiamat sedangkan bahunya dalam keadaan miring sebelah.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwail Ghalil : 2017) Apalagi suaminya mempunyai alasan kuat yang melatarbelakangi kenapa dirinya ingin menikah lagi. Dikarenakan hukum poligami itu berbeda-beda pada setiap individu ada seseorang yang poligaminya hukumnya wajib, yaitu seseorang yang sudah beristri masih khawatir jika dia tidak berpoligami akan menyebabkan dirinya terjerumus dalam perbuatan maksiat seperti zina, selingkuh dan sejenisnya maka jika kondisinya seperti ini, wajib bagi dia untuk berpoligami. Ada juga seseorang yang hukum poligami pada dirinya hukumnya sunnah (dianjurkan) apabila dia seorang yang mempunyai harta yang cukup untuk berpoligami, mampu berlaku adil, dan pada asalnya dirinya tidak khawatir terjatuh dalam perbuatan haram kalau tidak berpoligami dan ada seorang muslimah yang perlu ditolong seperti janda misalnya kemudian dia menikahinya dalam rangka ta’awun (menolong) terhadap janda tersebut. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

215


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ada juga poligami yang hukumnya mubah (boleh) apabila ada salah seorang yang telah beristri berkeinginan melakukan poligami dan ia cukup mampu untuk melakukannya. Ada juga kondisi seseorang yang poligaminya hukumnya makruh, yaitu apabila dia berkeinginan untuk melakukan poligami sedangkan dirinya belum memilki kemampuan yang cukup sehingga akan kesulitan dalam berlaku adil dan memberi nafkah. Dan ada Poligami yang hukumnya Haram, yaitu berpoligami atas dasar niat yang buruk, seperti untuk menyakiti isteri pertama dan tidak menafkahinya, atau ingin mengambil harta wanita yang akan dipoligaminya, atau tujuan-tujuan buruk lainnya. Wajib seorang istri menerima syariat poligami yang mengandung hikmah dan kebaikkan yang banyak yang kembalinya kepada kaum wanita itu juga. Dan hal ini sebagai bentuk dari konsekuensi keimanannya kepada Allah. Allah Subhaanahu wata’aala berfirman : ‫ضى إِذَا ُمؤْ ِمنَ ٍة َوﻻ ِل ُمؤْ ِم ٍن َكانَ َو َما‬ ُ ‫ص َو َم ْن أَ ْم ِر ِه ْم ِم ْن ْال ِخيَ َرة ُ لَ ُه ُم يَ ُكونَ أ َ ْن أ َ ْم ًرا َو َر‬ ُ ‫ض ﱠل فَقَدْ َو َر‬ ِ ‫سولَهُ ﷲَ يَ ْع‬ َ َ‫سولُهُ ﷲُ ق‬ َ ً ‫ض‬ ً ‫ﻼﻻ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫م‬ َ ُِ

“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (Al-Ahdzab: 36) Dan bagi suami yang ingin berpoligami hendaknya memperhatikan syarat-syarat seorang suami dibolehkan untuk berpoligami. Asy-Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih alUtsaimin rahimhaullah pernah ditanya dengan sebuah pertanyaan ‫واحدة؟ زوجة من بأكثر يتزوج أن للرجل جاز )توفرت إذا( التي الشروط هي ما‬.

“Apa syarat-syarat (yang apabila terpenuhi) boleh bagi sesorang untuk menikah lebih dari satu istri? beliau menjawab

‫ الحمد‬: ‫ بشرط مطلوب أمر واحدة زوجة من بأكثر الزواج‬: ‫ مالية قدرة عنده اﻹنسان يكون أن‬، ‫ بدنية وقدرة‬، ‫وقدرة‬ ‫ تزوجهن الﻼتي النساء فروج تحصين الخير من به يحصل الزوجات تعدﱡد ﱠ‬، ‫اتصال وتوسيع‬ ‫ الزوجات بين العدل على‬. ‫فﺈن‬ ‫ ببعض بعضهم الناس‬، ‫ اﻷوﻻد وكثرة‬، ‫ قوله في إليها وسلم عليه ﷲ ﺻلى النبي أشار التي‬: ( ‫) الولود الودود تزوجوا‬ ‫الكثيرة المصالﺢ من ذلﻚ وغير‬

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

216


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

“Alhamdulillah: pernikahan lebih dari satu istri adalah perkara yang dituntut dengan syarat: sesorang mampu secara harta, badan dan mampu berbuat adil diantara para istri. maka sesunggunya poligami akan menghasilkan kebaikkan menjaga kemaluan para wanita yang dinikahinya, memperluas hubungan persaudaraan diantara manusia sebagian dengan sebagian lainnya, dalam rangka memperbanyak anak sebagaimana yang diisyaratkan dengan sabdanya “menikahlah dengan wanita penyayang dan banyak anak” dan selain dari itu dari kebaikkan yang banyak” (Fatawa Ibnu Utsaimin) ALASAN YANG MEMBOLEHKAN SEORANG WANITA MUSLIMAH MENOLAK DIPOLIGAMI Jika ia tidak mau dipoligami karena merasa belum siap menerima keberadaan istri kedua bagi suaminya, dan khawatir jika dipoligami ia akan berbuat Zholim kpd suaminya dengan tidak menunaikan hak-haknya disebabkan tumbuh rasa benci di dlm hatinya thdp sikap suami yg nampak kurang adil, sementara masih meyakini di dalam hatinya bahwa Poligami merupakan perkara yg dibolehkan dlm Islam bagi laki2, maka yang demikian ini hukumnya boleh, dan bukan termasuk kekufuran. Bahkan menurut pendapat sbgn ulama yg rojih, spt fatwa syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, syaikh Bin Baz dan syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahumullah, bahwa seorang wanita boleh mengajukan syarat kepada calon suami agar ia tidak menikah lagi dengan wanita selainnya. Adapun jika ia menolak poligami karena benci dengan syariat Poligami, atau mengingkari dibolehkannya poligami bagi laki2 yg mampu melakukannya dengan adil dlm hal nafkah dan jatah menginap bersama para istrinya, dan bahkan ia berkata atau berkeyakinan bahwa syariat poligami adalah syariat yg menzholimi kaum wanita, maka yang demikian ini adalah bentuk kekufuran yg mengeluarkannya dari agama Islam dan menghapuskan pahala amal-amal sholihnya. Karena ia telah Membenci hukum Allah dan merubahnya dari Halal menjadi Haram. Hal ini sbgmn firman Allah ta’ala: َ ‫أ َ ْع َمالَ ُه ْم فَأَحْ َب‬ َ‫ط ﱠ ُ أَنزَ َل َما ك َِرهُوا ِبأَنﱠ ُه ْم ذَلِﻚ‬

Artinya: “Yang demikian itu dikarenakan mereka membenci syariat yg Allah turunkan, maka Allah hapuskan (pahala) amal-amal ibadah mereka.” (QS. Muhammad: 9). Allahu A'lam

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

217


:::Yang Tidak Kasat Mata, Yang Lebih

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Terjaga:::

"Mau mengerti agama atau tidak,

pemuda sekarang sama saja. tetap saja yang diutamakan adalah yang cantik

saja. sudah berlalu jaman ketika lelaki

melamar seorang muslimah disebabkan

karena pemahaman dan ilmu. " begitulah keluh beberapa muslimah kepada saya. Ya benar, tidak dapat dipungkiri, saat ini jaman telah berubah. Jenggotan

bukan milik orang shalih saja. Buktinya komedian saja jenggotan panjang

bahkan hingga di kepang. Pembicaraan

group ikhwan atau group akhwat saja sudah melebar entah kemana-mana. Kalau dulu ikhwan akhwat sebanding dengan akhlak yang cukup terjaga dan mulia, sekarang

ikhwan akhwat cukup dikenali dari

pasang profil di akun jejaring sosial

dengan gambar kartun jenggotan atau

perempuan berjilbab yang cantik jelita. Menurut saya, fenomena mendahulukan lamaran yang cantik mulai bergeser sejak tahun 2007 keatas. Fenomena

cantik yang di dahulukan ini masuk

sejak populasi 'the invisible akhwat' menurun drastis bahkan sekarang masuk kategori langka.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

218


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Apa itu the invisible akhwat?

hehehe...artian harfiahnya adalah akhwat tidak kasat mata. Artinya

akhwat yang tidak terlihat. Tapi ini

bukan berarti mereka punya selendang ajaib Hary Potter yang bisa membuat

seseorang tidak mampu melihat mereka. tidak pula karena mereka adalah para mutant yang berregenerasi selnya. Para akhwat tidak kasat mata ini

adalah muslimah yang kehadiran mereka atau keberadaan mereka selayak batu disamping jalan. Tidak akan diperhatikan karena fisik, namun di butuhkan karena kemanfaatannya.

Dahulu, di zaman akhwat tidak kasat mata. Mereka adalah sekumpulan

manusia aneh yang di nilai norak karena memakai jilbab panjang. warnanya cenderung itu-itu saja. menghindari khalwat dan ikhtilat. bicara sepentingnya, jarang berhaha-hihi kecuali dengan sesama rekannya saja. Pembicaraan mereka asiknya di seputar fiqh sunnah, kajian wanita, ilmu hadist, persiapan rumah tangga islami, fadhilah amal, hal-hal yang sungguh menarik untuk dibahas dan dibincangkan. Akhwat tidak kasat mata ini memang istimewa. Umur mereka 19 tahun mereka sudah menggendong anak kakak tingkatnya yang sedang belajar di ruang kuliah sedangkan anaknya di titip dimushalla kampus karena tidak mungkin membawa anak masuk kedalam ruang belajar. Itu suatu hal yang lumrah karena sang kakak tingkatnya menikah di umur 19 dan telah memiliki dua orang anak. Anak lelakinya kemana saja ikut abinya yang juga baru berumur 20an.

Anak perempuannya nempel pada ibunya yang masih kuliah di semester akhir. Nah, siapa pula yang mau menggoda perempuan umur 20an yang hobinya gendong anak kakak tingkatnya

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

219


kemana-mana?

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Akhwat tidak kasat mata juga sangat

menjaga. Jarang pakai make up yang kentara apalagi pakai parfum

tingkat tinggi. Baju dan jilbabnya.. uhhh.. jadul benar. Jilbab segi empat dan gamis. Penampilannya seolah tua

sebelum waktunya. Siapa yang menyukai gadis seperti emak-emak itu? Tapi rata-rata mereka menonjol di IPK dan studi. Mungkin karena mereka tidak mikir pacaran, cinta-cintaan, atau halhal tidak penting lainnya.

Nah, jaman akhwat tidak kasat mata

itu pun mulai pudar serta populasinya mulai punah dan langka dimulai dari perubahan gaya dan bacaan serta

kepercayaan akhwat masa kini. Bila

dulu jodoh banyak percaya di tangan

Allah. Kini jodoh masih ditangan Allah namun diyakini juga berada di pakaian menarik, wajah yang cantik, serta cara bergaul yang lebih terbuka.

Bila dulu bacaan wajib adalah fiqh sunnah wanita, buku-buku ilmu

mengkaji Alquran dan hadist, kini sudah digantikan dengan kitab berjudul

"katalog jilbab terbaru" atau "gamis cantik terbaru."

Ini menandakan masuknya era baru. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

220


Yang dulu bagaikan batu dijalanan.

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Hanya diambil bila dibutuhkan, kini

eranya berubah menjadi era bunga di samping jalan.

The Invisible akhwat punah dan

berkembang populasi akhwat nivea.

Apalagi akhwat Ponds? hehehe.. itulah populasi akhwat yang selayak iklan produk kecantikan. "Wajahmu memalingkan duniaku."

Akhwat Ponds ini memang lebih anggun, modis, ceria, menarik dipandang mata dibandingkan akhwat tidak kasat mata. Senyuman mereka selalu tersungging merekah cantik, baik di dunia nyata

maupun maya. Akrab di koment status

dan dekat di dunia nyata. Suara lembut menjadi kebiasaan, beda dengan para

akhwat tidak kasat mata yang suaranya tegas dan jarang bicara sembari

tersenyum dengan lawan jenisnya. Akhwat Ponds ini hasil produk dari

katalog jilbab dan gamis masa kini. Baju gamis mereka tidak kuno, jilbabnya

tidak segi empat lagi. Bermerk ternama setidaknya rabbani atau zoya. Ya,

walau tidak sampai di lilit di kepala, setidaknya jilbabnya mulai di

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

221


aksesoriskan dengan bermacam gaya.

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Bajunya aduhai menarik, dari yang

berwarna peach, blue sky, soft yellow

dan warna mentereng lainnya. Akhwat

nivea inilah yang kemudian mendorong para lelaki berjenggot yang dulunya

suka diskusi kitab Manhaj Haraki kita

lebih suka diskusi MLM konon islami di grup-grup halaqahnya.

"Butuh maisyah/ pendapatan banyak kalau menikah. memangnya setelah

nikah jilbab dan gamis cantik itu bisa

beli pake daun" pikir sebagian ikhwan

Yah, wajarlah para jenggoter ini sibuk

berpikir maisyah, bukan mudah memiliki keinginan memperistri akhwat nivea. Lihat saja baju dan kerudungnya, belum lagi parfum serta kebutuhan lainnya. Bila akhwat tidak kasat mata bisa

dilamar dengan penghasilan minimalis, maka akhwat nivea setidaknya harus

dilamar dengan penghasilan 3 jutaan sebulan keatas.

Menyeimbangkan kemunculan generasi akhwat Ponds, maka muncul juga generasi ikhwan ayat-ayat cinta.

ataupun ikhwan ketika cinta bertasbih. Ikhwan ayat-ayat cinta dan ketika

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

222


cinta bertasbih bukanlah mereka yang

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

sealim tokoh fahri dan azzam di kedua novel tersebut. Bukan seperti itu. Itu sosok yang sulit di cari di Indonesia

saat ini. Ikhwan AAC dan KCB itu adalah ikhwan yang lebih mementingkan

membaca novel daripada sirah dan

kitab-kitab islam. Mereka juga yang terpesona dengan fenomena para

akhwat bintang film di kedua layar

lebar tersebut. Maka mulai dianggap tidak tabu bila seorang ikhwan

membicarakan artis di KCB atau AAC. bahkan sempat beredar dan gempar,

pernikahan artis KCB membuat patah hati banyak ikhwan. ck ck ck.. menyedihkan...

Parahnya lagi, bilapun mereka ingin

mencari pasangan, sedapat mungkin

kecantikannya mirip artis ini atau itu, setidaknya mirip bintang iklan jilbab sampul majalah mode islami.

Ya kembali pernyataan paling atas soal fenomena para pemuda shalih yang

memilih menikahi seseorang muslimah karena ukuran cantik nomor satu dan

hilangnya para pemuda yang memilih melamar seseorang karena ilmu,

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

223


menurut hemat saya mungkin karena

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

para pemuda jenggot masa lalu yang

menundukkan pandangan itu sudah mulai punah juga populasinya. Bila jumlah mereka masih banyak, tentunya fenomena itu tidak akan terjadi. Maka sungguhlah zaman selalu

menghadirkan populasi yang berimbang. Ketika akhwat tidak kasat mata hidup diantara kita, ikhwan yang menundukkan pandangan berada di sekeliling mereka.

Ketika akhwat Ponds berkembang

pesat, maka ikhwan Ayat-ayat cinta

dan KCB lah yang menyeimbangkan

kehadiran mereka, masih menurut saya yang awam. Mungkin saja, bila para muslimah masih

mengharapkan hadir kembali para sosok pemuda yang menundukkan pandangan, memilih menikahi seorang muslimah disebabkan karena keilmuwan serta sifat qanaahnya, solusinya adalah tingkatkanlah kembali populasi akhwat tidak kasat mata. karena boleh jadi merekalah yang pemicu kemunculan kembali generasi pemuda yang menundukkan pandangannya.

Semoga bisa menjadi bahan renungan... (Rahmat Idris)

#Materi khusus, spesial program Kuliah Pra Nikah :::Sesuatu Itu, Alhamdulillah Yaaa...:::

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

224


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ketika sesuatu yang terlihat indah itu terlepas dari tangan, yakinlah bahwa bisa jadi sesuatu yg indah itu membawa mudharat bagi kita.

Bisa jadi sesuatu yang terlihat indah itu mengantarkan kita pada keburukan yang kita tak tahu akan terjadi di masa depan. Allah menyelamatkan kita dengan mengambil si sesuatu itu sebelum kejadian. Atau bisa jadi, sesuatu itu ternyata memang terlalu bagus buat kita yang level pas-pasan. Daripada gak bisa jaga amanah, sesuatu itu diambil agar kita tahu diri plus memperbaiki diri. Kemungkinan lainnya, Allah mengganti dengan sesuatu yang lebih baik dan indah. Di akhir perjalanan kita akan ternganga takjub karena ternyata yang datang belakangan sungguh sangat indah. Coba kita dulu ngeyel minta yang 'cuma' indah itu, bisa jadi hari ini kita tak bisa berbahagia menikmati sesuatu yang sangat, bahkan mungkin tak ada duanya dalam keindahan. ...kuncinya ada di keikhlasan hati. Ikhlas melepaskan apa yang menurut Allah tak baik bagi kita... Sesuatu ini bisa berupa benda atau manusia. Apa pun itu, entah benda atau manusia sosoknya adalah sesuatu yang sangat kita cintai dan sebetulnya enggan kita lepas. Maunya kita pegang erat-erat bahkan di saat-saat genting ketika sebetulnya kita tahu bahwa sesuatu ini tak baik bagi kehidupan kita, dunia akhirat kita. Ya...sering sekali manusia itu sok tahu sehingga mendikte Allah bahwa ini nih yang bagus buatku. Jadi kalau bisa ini saja buatku, Ya Allah. Padahal ya, manusia itu sering sekali dibutakan nafsu yang ada kalanya rasa cintanya itu tak lagi murni tapi sekadar sok-sokan agar terlihat gagah di depan yang lain. Lalu bagaimana menyikapinya? Jadi ternyata, kuncinya ada di keikhlasan hati. Ikhlas melepaskan apa yang menurut Allah tak baik bagi kita. Ikhlas menerima si sesuatu yang mungkin sekilas menurut nalar sempit kita tak lebih baik dari yang sebelumnya. Atau bahkan ikhlas ketika seolah Allah belum juga mengganti sesuatu yang hilang itu. Kita dibiarkan menikmati kehilangan sesuatu itu lebih lama karena Allah memunyai rencana indah untuk kita. Ya...tak ada rencana Allah yang tak indah meskipun bisa jadi karena keterbatasan manusia, rencana indah Allah dimaknai lain. Di sinilah keikhlasan kita teruji. Kita ikhlas mengakui bahwa rencana Allah adalah yang terbaik. Meskipun bisa jadi itu menyesakkan dada, berurai Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

225


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

airmata, seolah mematikan segala mimpi dan harapan, tapi tetap yakin. Di sinilah iman berperan. Karena sungguh, tanpa iman kita bisa terantuk, terjatuh, bahkan tersungkur menyikapi kenyataan hidup yang ada kalanya tak sejalan dengan harapan. Endingnya, kita dengan dada lapang bisa tersenyum meskipun pahit bahwa sesuatu itu, Alhamdulillah yaaa.... (riafariana) #Materi spesial Kuliah Pra Nikah Buanglah Mantan Pada Tempatnya Saudaraku...

Selesaikan dulu kisah ada dengan si dia sebelum anda memulai kisah baru dengan yang lain. Karena kisah yang belum terselesaikan di masa lalu, rentan hadir untuk mengusik dan menjadi duri dalam daging bagi kisah anda yang terkini. Tiap manusia pasti memunyai masa lalu. Karena masa lalu inilah yang membentuk dirinya di masa kini. Yang membedakan satu pribadi dengan pribadi lainnya dengan masa lalunya ini adalah penyikapan. Ada yang terjebak di masa lalu dan enggan untuk keluar. Dia menjadikan masa lalu sebagai hal penting untuk dibawa ke masa depan. Apalagi bila masa lalunya ini belum tuntas alias masih bermasalah. Dalam rumah tangga, masa lalu ini bisa berupa apa saja. Tapi yang paling rentan adalah si mantan. Entah mantan suami/istri, bisa jadi mantan pacar, atau bahkan mantan calon suami. Maksudnya masih dalam taaruf tapi tak bisa lanjut hingga ke pelaminan. Bila tak bijak menyikap masalah yang muncul di masa lalu dengan si mantan, bukan tak mungkin masalah ini menjadi ‘laten’ atau semisal duri dalam daging dalam rumah tangga seseorang. Selesaikan dahulu apa pun itu yang masih mengganjal dengan si mantan. Jangan mencari pelarian tatkala hati masih rapuh. Satu-satunya obat yang bisa diandalkan dalam kondisi begini adalah dengan banyak dzikrullah, semakin mendekatkan diri pada Allah. Insya Allah bila langkah ini yang diambil, maka masalah apa pun itu bentuknya bisa dituntaskan hingga ke akar. Sehingga saat kaki ingin melangkah membuka lembar baru maka bayang-bayang masa lalu itu sudah tak lagi mengganggu.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

226


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Sayangnya, tak semua menjadikan Allah sebagai muara pencarian jawaban. Tak sedikit yang menjadikan masalah dengan si mantan dengan mencari penggantinya secepat yang ia bisa. Bagi laki-laki dia akan segera mencari perempuan pengganti. Bahkan tak tanggung-tanggung, langsung dilamarnya perempuan pertama yang ia kenal dan mau dengan dirinya. Sakit hatinya dilarikan pada sosok baru yang tak tahu apa-apa tentang masa lalunya. Begitu juga dengan perempuan. Ia akan berusaha mencari pengganti laki-laki yang telah menyakiti hatinya. Dia terima saja siapa pun yang datang sekadar menunjukkan bahwa ia pun masih bisa dicintai oleh laki-laki lain. Ketika niat awal sudah salah, maka yakinlah langkah kaki juga tak bisa terarah. Diperparah dengan permasalahan yang masih menggantung di masa lalu, seolah menumpuki secarik kertas dengan tulisan yang baru padahal yang lama belum sepenuhnya dihapus dengan bersih. Tumpang tindih. Suami masih sering melamunkan mantan. Begitu sebaliknya, si istri pun masih sering merindukan seseorang yang tak lagi halal buatnya. Suami istri hanya status saja ketika jiwa masing-masing pelakunya tak lagi berjalan bersama. Satu sama lain terjebak dalam kerangkeng yang sama bernama masa lalu. Bilapun salah satu pihak saja yang tergilas oleh kenangan, maka tentu saja pasangannya menjadi pihak yang dizolimi. Dan sungguh, bukan seperti ini pernikahan yang diharapkan tercapainya sakinah dalam berumah tangga. Jadi apapun itu masalahnya dengan si mantan, usahakan sudah tuntas sebelum kaki mulai melangkah. Andai pun karena satu dan lain hal memang kondisi tak bisa diselesaikan dengan baik-baik, maka yakinilah bahwa semua itu memang yang terbaik. Tak pernah Allah salah meletakkan satu kejadian. Tinggal manusianya bisa atau tidak mengambil hikmah dari tiap peristiwa yang terjadi untuk dijadikan pelajaran. Bagi anda para suami, buang masa lalu anda di tempat semestinya. Masa lalu tempatnya ya di belakang. Berjalan itu menatap lurus ke depan bersama dengan pasangan yang saat ini setia mendampingi. Apalagi bila ada si buah hati. Ia tak berhak mendapati ayahnya membagi hati dengan mantan yang sejatinya cuma kenangan. Karena hati adalah milik Allah, maka kembalikan ia padaNya. Mendekatlah pada-Nya, minta untuk diteguhkan dengan pasangan halal yang sekarang. Bagi anda para istri, perasaan mellow itu jangan dimanja. Si mantan tidak layak lagi dihadirkan saat sudah ada imam yang siap menggenggam masa depan. Syukurilah yang ada saat ini karena sesungguhnya di luar sana banyak perempuan yang menginginkan tempat dimana anda berada sekarang. Hadirkan dzikrullah ketika ketukan kenangan dari masa lalu

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

227


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

itu hadir. Tutup semua pintunya rapat-rapat. Fokuskan diri pada sosok yang saat ini halal menemani hingga kalian bersama menua nanti, insya Allah. [riafariana/voa-islam.com] :::Poligami, Anugerah Yang Terdzalimi:::

Islam adalah agama yang sempurna, cocok untuk diterapkan pada setiap zaman dan tempat. Oleh karena itu, Islam memperbolehkan poligami. Catat "memperbolehkan" poligami. Karena situasi dan kondisi terkadang mendesak diberlakukannya poligami demi kepentingan dan kemaslahatan pria atau wanita, atau bahkan kedua-duanya. Karena Allah Ta'ala lebih mengetahui kemaslahatan bagi hamba-hamba-Nya. "... Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja..." (An-Nisaa : 3) Saat monogami (menikah dengan satu istri) adalah sebuah kebutuhan, poligami di saat-saat tertentu juga menjadi kebutuhan. Sekali lagi, Allah Ta'ala lebih mengetahui hal-hal yang lebih maslahat bagi manusia. Poligami, anugerah yang terdzalimi. Ungkapan ini sangatlah tepat. Di saat jumlah wanita sekarang yang lebih banyak daripada laki-laki. Dan syariat tidak melarang, banyak maslahat dalam kehidupan. Seorang muslim atau muslimah sangat tidak layak menyangkal disyariatkannya poligami. Karena itu sama artinya menentang Allah Ta'ala yang telah menetapkan syariat poligami. Segala hal yang Allah syariatkan pasti ada hikmahnya, terkadang kita tahu terkadang juga tidak, seperti halnya poligami. Tidak boleh disangkal dan tidak boleh diperburuk citranya. Karena poligami memiliki banyak hikmah yang sebagian bisa kita ketahui dan sebagian lagi tidak. Hukum poligami dalam Islam bermula dari mubah. Artinya, diperbolehkan dengan beberapa syarat. Namun, seperti halnya menikah yang dimulai dengan hukum sunnah muakkad atau sunnah yang ditekankan, poligami juga bisa berubah-ubah sesuai kondisi seorang suami. Bisa dianjurkan, wajib, bisa juga makruh bahkan haram. Artinya, bukan substansi poligami itu sendiri yang berubah menjadi wajib atau haram. Tapi dilihat dari kondisi dan kapasitas Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

228


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

pelakunya dan juga cara yang ditempuhnya untuk melakukan poligami. Bila caranya haram, hukumnya menjadi haram. Soal poligami itu disyariatkan, kita sepakat, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama terpandang dan para imam Ahlul Madzhab yang empat atau yang lainnya. Tapi, apakah poligami itu dianjurkan? Ini sisi yang perlu diulas lebih lanjut.

Di kalangan sebagian kaum muslimin yang mengamalkan poligami beredar pendapat bahwa poligami itu adalah syariat yang disunnahkan secara mutlak bagi kaum muslimin. Bahkan sebagian diantara mereka beranggapan hukumnya wajib. Yang jelas, keragaman hukum poligami seperti halnya menikah. Dan yang jelas lagi, poligami memang diperbolehkan dalam Islam dengan syarat-syarat tertentu. Namun hukumnya bisa tidak sama bagi setiap pria muslim, tergantung dengan kondisi dan kebutuhannya terhadap poligami. Siapapun yang ingin berpoligami hendaknya merenungkan hikmah-hikmahnya, memperhatikan keadaannya, dan hajat atau tingkat kebutuhan dirinya, serta sejauh mana kesesuaian poligami itu untuknya. Sebab, poligami meskipun pada dasarnya disyariatkan dan diperbolehkan tetap sebaiknya ada sebab-sebab yang mendorong kesana, diantaranya : a. Perilaku istri yang buruk. Adakalanya istri dalam berinteraksi dengan suaminya berperilaku buruk yang mendorong suami untuk poligami daripada menceraikannya.

b. Menginginkan keturunan. Mungkin istri tidak punya kemampuan untuk melahirkan anak karena suatu penyakit atau kemandulan, sehingga suami perlu melakukan poligami karena ingin mendapatkan keturunan.

c. Sangat berkeinginan untuk menjaga kesucian diri. Adakalanya suami melihat bahwa istrinya tidak bisa memuaskannya sehingga perlu menikah lagi karena sangat ingin memelihara kesucian dirinya. "Tidak bisa memuaskan" di sini maksudnya, bukanlah dalam makna yang merendahkan atau melecehkan wanita. Tapi bisa saja karena hasrat suami yang memang jauh melebihi takaran standar. Meski sang istri sudah berupaya maksimal, namun kebutuhan seks suami tidak terpuaskan. d. Mencari pahala. Ia menikahi seorang wanita untuk memeliharanya, menjaga kesucian dirinya, merawatnya dan menjaganya dari tangan-tangan yang mengusiknya dengan keburukan.

e. Istri sakit-sakitan. Mungkin istri tertimpa penyakit kronis seperti kelumpuhan, kebutaan atau selainnya, sedangkan suami menginginkan orang yang bisa merawatnya. Daripada menceraikan istri yang pertama, ia memilih tetap pada istri pertamanya dan menikah dengan wanita kedua. Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

229


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Kalau kita mau jujur, sejatinya poligami lebih merupakan fenomena yang wajar ketimbang permasalahan. Lelaki yang berpoligami sebenarnya tidak beda dengan orang yang hendak menambah makan atau porsi tidur yang kurang. Tidak manusiawi kalau harus melarang menambah makan orang yang masih lapar. Tapi juga gila namanya kalau memaksa diri harus makan, meski sudah kekenyangan. Sehingga dalam fenomena umum poligami bukanlah masalah. Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya, "Di dalam Al-Qur'an terdapat satu ayat berkaitan dengan poligami yang menyatakan, 'Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja...' (An-Nisaa : 3) Dan dalam ayat yang lain, Allah Ta'ala berfirman, "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian." (AnNisaa : 129) Dalam ayat pertama, dinyatakan bahwa berpoligami itu dilakukan dengan syarat adil, sedangkan pada ayat kedua dijelaskan bahwa adil yang menjadi syarat berpoligami itu tidak mungkin tercapai. Apakah ini berarti bahwa ayat yang pertama di-nasakh (dihapus hukumnya) dan tidak boleh menikah lebih dari satu, sebab syariat harus adil tidak mungkin tercapai? Beliau menjawab, "Tidak ada kontradiksi antara dua ayat tadi dan juga tidak ada nasakh ayat satu dengan yang lain karena sesungguhnya keadilan yang diperintahkan di dalam ayat itu adalah keadilan yang dapat dilakukan, yaitu keadilan dalam mu'asyarah dan memberikan nafkah. Adapun keadilan dalam hal cinta, termasuk di dalamnya masalah hubungan badan adalah keadilan yang tidak mungkin. Itulah yang dimaksud dari firman Allah Ta'ala, " Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian." (An-Nisaa : 129) Oleh karena itulah, ada hadits Nabi yang bersumber dari riwayat Aisyah radhiyallahu 'anha. Beliau bersabda, " Rasulullah melakukan pembagian (diantara istri-istrinya) dan beliau berlaku adil, beliau berdoa, 'Ya Allah inilah pembagianku menurut kemampuanku, maka janganlah Engkau mencercaku di dalam hal yang mampu Engkau lakukan dan aku tidak mampu melakukannya." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai & Ibnu Majah) Seorang liberalis, Faqihuddin Abdul Qahhar, mengungkapkan, "Nyatanya, sepanjang hayatnya, Nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Rumah tangga Nabi bersama istri tunggalnya, Khadijah binti Khuwailid berlangsung selama 28 tahun. Baru kemudian dua Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

230


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

tahun sepeninggal Khadijah, Nabi berpoligami. Itu pun dijalani hanya sekitar 8 tahun dari sisi hidup beliau. Dari kalkulasi ini, sebenarnya tidak beralasan pernyataan 'poligami itu sunah'. Kesimpulan liberalis ini sungguh ngawur, alasan semata-mata Nabi belum melaksanakan poligami selama 28 tahun bukan berarti poligami tidak disyariatkan. Ingat, bahwa ayat poligami (begitu penamaannya terhadap ayat 2-3 surat An-Nisaa) diturunkan di kota Madinah, bukan di kota Mekah. Jadi, kalau memang syariat poligami itu diturunkan berdasarkan ayat tersebut, berarti baru disyariatkan di kota Madinah. Saat Nabi tidak melaksanakan poligami di kota Mekah -kalau memang itu merupakan dalil monogami dan sebenarnya tidak demikian- maka wajar saja karena syariatnya belum ditetapkan. Poligami bertentangan dengan asas keadilan Islam, begitulah ungkapan yang sering digembar-gemborkan oleh kalangan liberalis, modernis dan feminis. Substansi dari ungkapan tidak adilnya poligami berpangkal dari pendapat bahwa Islam adalah agama yang muncul untuk mengangkat harkat kewanitaan. Islam membawa nuansa ajaran yang menempatkan kaum wanita sejajar dengan kaum pria. Sehingga, konsep poligami dianggap berlawanan dengan konsep keadilan yang diusung oleh ajaran Islam. Dasar pemikiran tersebut mencuat justru karena kebodohan terhadap syariat Islam. Islam memang membawa ajaran keadilan. Namun, nilai keadilan tersebut bukanlah menurut akal atau perasaan kita sebagai manusia. Keadilan Islam adalah keadilan absolut yang berasal dari ketetapan Allah Ta'ala. Adil dalam Islam tidak selalu bermakna sama, setara, sejajar dan sejenisnya. Karena itu adalah ajaran sosialisme atau komunisme yang pada sisi lain justru berlawanan dengan ajaran Islam.

Berbagai aturan-aturan khusus bagi wanita, seperti jilbab, keharusan menaati suami dalam hal yang benar dan sebagainya, ditetapkan sesuai dengan kodrat wanita. Termasuk kesiapan untuk dimadu, bila memang diperlukan. Allah Ta'ala juga menetapkan banyak kewajiban bagi kaum pria, seperti mencari nafkah, sandang, pangan dan papan, menjadi pemimpin dalam rumah tangga, bertanggung jawab atas pendidikan dan keselamatan mereka di dunia dan di akhirat dan berbagai hal lain yang disesuaikan oleh Allah Ta'ala dengan kodrat mereka. Termasuk kekhususan boleh melakukan poligami bila memang diperlukan. Tidak mungkin bersikap adil dalam berpoligami. Ungkapan ini jelas tidak tepat. Ketika Islam mewajibkan suami yang berpoligami untuk bersikap adil, itu artinya keadilan dalam berpoligami mungkin dilaksanakan. Kalau tidak, perintah itu menjadi tidak ada artinya. Namun keadilan yang diperintahkan tersebut tentu saja yang sesuai dengan batas kemampuan manusia. Yakni dalam soal nafkah dan pembagian hak masing-masing istri, bukan dalam soal cinta kasih. Karena cinta kasih itu, bukan berada dalam kemampuan manusia untuk mengaturnya.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

231


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma'aad mengatakan, "Tidak ada keharusan untuk menyamakan di antara istri-istri dalam hal cinta, karena hal itu di luar kuasa manusia. Dan Aisyah merupakan istri yang paling dicintai Rasulullah."

Poligami menambah ekses kekerasan dalam rumah tangga, pendapat ini dilontarkan sebagian kalangan feminis, pejuang HAM dan sejumlah liberalis. Ini alasan yang sangat rapuh. Kalau poligami dianggap dapat menambah ekses kekerasan dalam rumah tangga, banyaknya kaum muslimin yang menikah juga menambah jumlah rumah tangga yang memendam kekerasan terhadap wanita dan anak-anak. Lalu, apakah kemudian dikatakan bahwa berumah tangga di zaman sekarang dilarang atau bahkan haram?. Letak persoalannya adalah banyak kaum muslimin yang tidak mengindahkan aturan Islam dalam rumah tangga, sehingga terjadilah banyak tindak kekerasan terhadap wanita, bahkan anak-anak.

#Materi Khusus Untuk Peserta KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) Online# www.menikah-islami.blogspot.com Maaf materi sekarang memang poligami, jika di izinkan pertanyaan ini, saya berterima kasih jika di jawab.. Hubungan islami seperti apa yang harus dilakukan, ibu tiri dengan anak tiri? Adakah kisah fatimah dengan ibu tirinya Jawaban: Ayah dan ibu memiliki posisi yang sangat dimuliakan dalam pandangan Islam. Hak orangtua yang ada di pundak anaknya tidak akan pernah gugur di dunia ini, apa pun yang telah mereka lakukan dan betapa pun buruknya pribadi mereka. Keburukan yang paling jelek di dunia adalah syirik, bahkan syirik lebih besar dari pembunuhan, pencurian, zina, riba, dan semua dosa yang ada. Apabila kedua orangtua menyuruh anaknya berbuat syirik, maka anak tidak boleh taat dalam hal itu. Namun, anak tidak dibenarkan memutuskan hubungan dan menyakiti kedua orangtuanya.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

232


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Lukman ayat 15: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” Perintah ini berlaku di dunia, betapa pun kedua orangtua tidak menunaikan kewajibannya kepada anak, namun anak tetap diwajibkan berbuat baik kepada keduanya. Termasuk, pernikahan ayah dengan perempuan lain. Siapa pun perempuan yang dinikahi ayah, maka perempuan itu menjadi ibu bagi anak-anaknya. Anak tetap berkewajiban untuk menghormati ibu tirinya. Status ibu tersebut adalah seorang ibu, istri dari ayah kandungnya, ia telah menjadi mahram bagi anak-anak dari suaminya. Meski, ada sedikit perbedaan dalam hal pembagian harta warisan. Dalam Islam, prioritas utama yang diberikan adalah hubungan darah (sekandung). Misal, seorang anak (belum menikah) meninggal dunia dan mewariskan harta yang banyak, maka ibu tirinya tidak mendapatkan warisan dari anak tirinya tersebut. Tetapi, ibu tiri mendapatkan warisan dari harta suaminya karena adanya hubungan penikahan. Selain itu, ibu tiri berhak mendapatkan perlakuan yang baik dari anak-anak tirinya. Tentu, seorang ibu tiri yang telah merawat anak-anak suaminya memperoleh pahala yang setimpal dengan apa yang telah ia lakukan. Terhadap sesama manusia saja, Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik, apalagi terhadap anak-anak dari suami sendiri. Begitu juga sebaliknya. Seorang anak wajib berbuat baik kepada orang lain, apalagi terhadap istri dari ayah kandung dari anak itu sendiri. Dari Ibnu Umar dia menceritakan, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya bakti yang paling baik adalah jika seorang anak menyambung tali persaudaraan orang yang dicintai ayahnya,” (HR Muslim dan Tirmizi). Ibu tiri yang berlaku aniaya terhadap anak tirinya, tentu akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah. Ia pun menanggung dosa dari apa yang telah ia lakukan. Namun, anak tiri tetap tidak dibenarkan membalas perlakuan serupa. Allah tidak membenarkan anak menentang termasuk kepada ibu tiri meski mereka tidak menyukainya. Islam mengajarkan umatnya santun bersikap kepada siapa pun, tak terkecuali terhadap istri dari ayah. Dalam pembagian warisan, seorang istri atau beberapa istri mendapatkan bagian seperempat jika suami yang meninggal dunia itu tidak meninggalkan anak (laki-laki atau perempuan) atau tidak juga anak dari anak laki-laki/cucu (baik laki-laki atau perempuan).

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

233


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Jika suaminya meninggalkan anak (laki-laki atau perempuan) atau cucu (dari anak laki-laki atau perempuan) maka seorang istri atau beberapa istri berhak mendapatkan seperdelapan dari harta waris. Allahu A'lam Assalamu'alaikum

Bagaimana cara menikahkan anak hasil perzinahan.

Contoh kasus : seorang perempuan hamil duluan, yang menikahi baik yg menaruh janin atau laki-laki lain. Anak yang dikandung ternyata seorang perempuan kemudian tumbuh dewasa sampai saatnya menikah. Siapakah yang jadi wali, ayah yg menyebabkan hamil (terus bertanggung jawab menikahi) atau ayah tiri (yg menikahi) atau wali hakim (secara psikologis mengguncang anak) Jazakallah khairan katsiiraa

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ُ ‫اش ْال َولَد‬ ِ ‫ ِل ْل ِف َر‬، ‫ْال َح َج ُر َو ِل ْل َعاه ِ​ِر‬ “Anak itu dinasabkan kepada suami yang sah sedangkan laki-laki yang berzina itu tidak dapat apa-apa.” (HR Bukhari no 6760 dan Muslim no 1457 dari Aisyah). Berdasarkan hadits tersebut maka anak dinasabkan kepada suami yang sah. Jika tidak ada suami yang sah maka anak tersebut dinasabkan kepada ibunya. Oleh karena itu, anak yang lahir dari hasil perzinaan tidak di nasabkan kepada bapak biologisnya namun kepada ibunya. Hal ini disebabkan nabi mengatakan bahwa laki-laki yang berzina tidak memiliki hak apa-apa pun terhadap hak nasab, perwalian dalam nikah, mewarisi, kemahraman ataupun kewajiban memberikan nafkah kepada anak, semuanya tidaklah dimiliki oleh laki-laki yang berzina (baca: bapak biologis). Akan tetapi bapak biologis ini tidak diperbolehkan menikahi anak hasil zinanya menurut pendapat mayoritas ulama dan inilah pendapat yang benar.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

234


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Berdasarkan penjelasan di atas maka bapak biologis tersebut tidak berhak menikahi anak perempuan hasil zinanya. Bahkan anak perempuan tersebut tidaklah memiliki wali untuk pernikahannya sehingga berlakulah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: َ ‫ى فَالس ْﱡل‬ ‫طا ُن‬ ‫ى ﻻَ َم ْن َو ِل ﱡ‬ ‫لَهُ َو ِل ﱠ‬ “Penguasa adalah wali nikah bagi perempuan yang tidak memiliki wali nikah.” (HR Abu Daud no 2083 dan dinilai shahih oleh al Albani). Untuk negeri kita yang dimaksud dengan penguasa dalam hal ini adalah petugas kantor urusan agama (KUA).

Demikian pula bapak biologis tidak memiliki hak waris jika anak hasil zinanya meninggal dunia terlebih dahulu dan meninggalkan warisan. Demikian pula sebaliknya, anak zina tidak berhak mendapatkan harta warisan peninggalan bapak biologisnya. Allahu A'lam

BIODATA TAARUF

KONTAK JODOH ISLAMI ANNISA DATA PRIBADI Nama Lengkap

:

Nama Panggilan

:

Umur

:

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

235


Tempat & Tanggal Lahir

:

Anak ke

:

Tinggi Badan/Berat Badan

:

Warna kulit

:

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333 dari :

bersaudara

Pekerjaan Status

: Perjaka / duda /gadis / janda

Suku

:

Alamat asal

:

Alamat sekarang

:

Data Ayah

:

a. Nama Ayah

:

c. Pekerjaan

:

b. Agama Data Ibu

a. Nama Ibu b. Agama

c. Pekerjaan

Ijin Untuk Menikah

:

:

:

:

:

: a. Ayah sudah mengijinkan b. Ibu sudah mengijinkan c. Saudara-saudara

Nomer HP

:

Alamat Email

:

Facebook

:

ID Yahoo Messenger

:

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

236


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

RIWAYAT PENDIDIKAN Nama Sekolah/Perguruan Tinggi

Tahun

PENDIDIKAN INFORMAL Nama Kegiatan

Penyelenggara

Waktu

PRESTASI Nama Acara

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

Penyelenggara

Tahun

Keterangan

237


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

PENGALAMAN ORGANISASI Nama Organisasi

Masa Keanggotaan

Jabatan

PENGALAMAN KERJA Nama Perusahaan

Jabatan

Tahun

KEAHLIAN KHUSUS

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

238


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333 Keahlian

Bismillaahirrahmaanirrahiim... Lebih jauh tentang saya...

Motto hidup

PROFIL DIRI

Hobby

Makanan & minuman favorit

Hal-hal yang disukai

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

239


Hal-hal yang dibenci

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333 (Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

5 Karakter (+) positif saya

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

5 Karakter (-) negative saya

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Riwayat penyakit & cacat fisik (jika ada)

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Afiliasi / tempat mengaji

Tarbiyah (PKS)/Salafi/Hizbut Tahrir/Jamaah Tabligh/NU/Muhammadiyah/lainnya………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………….. & berapa lama mengaji di harokah / organisasi tersebut……….

Aktivitas, karakter & sifat ayah

Aktivitas, karakter & sifat ibu

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

KELUARGA

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

240


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333 (Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Aktivitas, karakter & sifat kakak (kalau punya)

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Aktivitas, karakter & sifat adik (kalau punya)

KEBIASAAN SEHARI-HARI

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Aktivitas keseharian

Tidur

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Membaca Al-Qur’an

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Sholat wajib

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Ibadah sunah lainnya

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

VISI DAN MISI PERNIKAHAN

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

241


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333 (Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Visi & Misi

Kriteria non fisik

KRITERIA CALON PASANGAN

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Kriteria fisik

Gambaran Mengenai Rumah tangga yang ingin dibangun

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

RENCANA PASCA PERNIKAHAN

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

242


Keturunan

Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah� www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333 (Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Tempat tinggal

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Dakwah keluarga & masyarakat

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

INFORMASI TAMBAHAN

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

243


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

(Deskripsikan selengkap-lengkapnya)

Demi Allah, saya menyatakan bahwa informasi yang saya sampaikan di atas adalah informasi yang sebenar-benarnya.

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin… CATATAN :

-Menyadari sepenuhnya bahwa jodoh adalah takdir Allah Ta’ala, oleh karena itu segala usaha yang dilakukan hanyalah salah satu cara menyambut takdir dari Allah & kita sebagai manusia diwajibkan berusaha seoptimal mungkin, adapun hasilnya kita serahkan sepenuhnya kepada Allah Ta’ala. -Berhasil & tidaknya proses merupakan suatu yang wajar dan merupakan sunatullah sehingga tidak menyisakan sakit hati atau menyalahkan salah satu pihak.

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

244


Ebook Spesial, “Jurus Sukses Menikah” www.menikah-islami.blogspot.com WA : 087839494333

Mohon sertakan 1 lembar foto berwarna terbaru satu badan penuh ukuran 3 R & 1 lembar foto berwarna terbaru setengah badan ukuran 3 R.

Sedekah unuk operasional pendidikan, dakwah dan kesejahteraan da’i bisa dengan membelikan pulsa ke no HP 087839494333 atau transfer via bank ke no rek BSM (Bank Syariah Mndiri, kode 451) ; 7017802245 a.n MIFTAHUDIN

Ustadz Miftahuddin, Direktur KJI Annisa

245


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.