ungkid PROYE KS I
GUNA
LAHAN
mun gkid
n gkid.
Tim Penyusun
Daftar Isi 01
Pendahuluan.....1
03
Metodologi.....6
05
Analisis Guna Lahan.....10
07
Peta Guna Lahan Baru.....36
02
Gambaran Umum.....4
04
Konsep Pengembangan.....8
06
Proyeksi Guna Lahan.....25
08 Penutup.....48
Bab 1
Pendahuluan
1
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Konsep Perencanaan
Latar
1.1 Belakang
K
ota merupakan suatu entitas yang dinamis dan akan terus mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam perubahan fisik maupun perbuahan non fisik. Perubahan pula dapat terjadi progresif atau justru konservatif dan bahkan cenderung mundur/regresif. Dinamika kota ini tidak bias dilepaskan dari supply dan demand suatu kota. Seiring dengan majunya sebuah kota, jumlah penduduk dalam kota tersebut akan cenderung bergerak meningkat.
2
Hal ini dikarenakan makin banyaknya fasilitas terkait sarana, prasarana, dan bahkan lingkungan sosial yang dapat ditawarkan oleh kota tersebut. Ketika jumlah penduduk kota meningkat, dampak yang sangat signifikan terlihat adalah meningkatnya pula tingkat kebutuhan kota untuk lahan permukiman dan berimbas pada semakin banyak lahan perkotaan teralih fungsikan dari fungsi aslinya menjadi fungsi permukiman. Dalam kondisi ini, jika tidak ada controlling dan planning yang baik, kemampuan pelayanan kota tersebut dapat menurun. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan yang baik sehingga tercipta sebuah kota yang progresif dan fungsinya dapat bekerja optimal.
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna Lahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Rumusan
1.2 Masalah 1. Apakah konsep kota yang sesuai digunakan dalam mengembang kan Mungkid hingga 20 tahun ke depan? 2. Bagaimana proyeksi guna lahan Mungkid 20 tahun ke depan dalam upaya perwujudan konsep tersebut?
Penulisan
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep yang sesuai digunakan dalam mengembangkan Mungkid hingga 20 tahun ke depan. 2. Memproyeksikan guna lahan Mungkid di 20 tahun ke depan sebagai upaya perwujudan konsep tersebut.
Penulisan
1.4 Manfaat
1. Mengaplikasikan ilmu yang di dapat di prodi perencanaan wilayah kota khususnya mata kuliah perencanaan tata guna lahan. 2. Menjadi bahan rujukan bagi kota fungsional Mungkid ke depannya.
3
Bab 2
Gambaran Umum
4
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Umum
2.1 Gambaran
S
ecara geografis, Mungkid terletak di sebalah tenggara Kabupaten Magelang. Secara astronomis, Mungkid terletak di antara 110° 26’ 51” -110° 26’ 51” Bujur Timur dan 7° 19’ 13” -7° 42’ 16” Lintang Selatan. Delineasi Mungkid amatan terdiri dari 6 desa yakni Desa Bojong, Pagersari, Paremono, Blondo, Senden, Ambartawang, dan 1 kelurahan yakni Kelurahan Mungkid. Delineasi Mungkid amatan memiliki luas 8,43 km2 dari luas total kecamatan Mungkid 37,4 km2 dengan jumlah penduduk 16.245 jiwa dari total penduduk 74.219 jiwa di Kecamatan Mungkid.
5
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Bab 3
Metodologi
6
Konsep Perencanaan
Guna Lahan 2018
Input variabel pertimbangan
Jarak dengan sarana prasarana kota
Kawasan dilindungi
Proyeksi Guna Lahan 2038
Peta Tata Guna Lahan Baru
Kesesuaian Lahan
Diolah dengan software ArcGIS
Proyeksi Tata Guna Lahan
Kawasan rawan bencana
Lahan sawah irigasi teknis
Sempadan mata air
Sempadan sungai
Jenis tanah
Kelerengan
Curah hujan
Analisis Tata Guna Lahan Penutup
7
Bab 4 Konsep Perencanaan
“Green 8
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Kota
4.1 Konsep
K
ota hijau adalah kota yang dibangun dengan fokus pada pertimbangan eksistensi ruang hijau kota. Profil ini sesuai dengan kondisi eksisting Mungkid yang didominasi oleh lahan pertanian serta sesuai dengan profil Mungkid yang berbasis pertanian. Tujuan dari konsep ini adalah mengembangkan Mungkid menjadi kota yang fungsi pelayanan, distribusi, dan produksi sekundernya mendukung upaya pengembangan pertanian kota.
K
onsep kota hijau di Mungkid terwuju dkan dengan memberikan ruang bagi RTH di setiap guna lahan seperti komersial, perdagangan, jasa, pendidikan, dan permukiman; serta menghindari pembangunan fasilitas di daerah lindung seperti sempadan sungai, sempadan mata air, kawasan rawan bencana, dan area sawah irigasi teknis.
City� 9
Gambaran Umu
Pendahuluan
Metodologi
Bab 5
Konsep Perencanaan
Analisis Guna Lahan
10
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Analisis Eksisting
5.1 Guna Lahan 1. Guna Lahan
ta batako. Terdapat juga industri makro seperti PT. Papertech Indonesia yang bergerak di bidang produksi kertas serta Root Art Centre and Furniture yang bergerak di bidang kerajinan kayu.
2. Koefisien Dasar Bangunan
P
enggunaan lahan di Mungkid masih didominasi oleh sawah yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih bergantung akan sektor pertanian. Selain pertanian, guna lahan yang cukup menonjol terdapat pada sepanjang Jalan Yogyakarta-Magelang, dimana posisinya yang strategis ini dimanfaatkan masyarakat untuk membuka usaha sehingga banyak bermunculan bangunan yang berfungsi sebagai komersil dan jasa, seperti warung makan, toko oleh-oleh, bengkel, minimarket, dan sebagainya. Mungkid juga memiliki beberapa industri yang bersifat mikro, seperti industri pengolahan pangan seperti padi, ketela, dan tempe, kemudian industri karton, paving, ser-
M
erupakan KDB pada lokasi kasus studio Mungkid masih tergolong tidak terlalu tinggi. KDB yang dominan berkisar angka 0-20% yang menandakan belum banyak lahan yang mengalami pengerasan di Mungkid. Jumlah lahan yang dapat menjadi daerah resapan masih sangat banyak detemukan di Mungkid
11
Gambaran Umu
Pendahuluan
Metodologi
Konsep Perencanaan
K
ahan Mungkin masih dominan berupa lahan hijau, yang juga dapat dilihat dari koefisien dasar hiaju yang masih tinggi. KDH dominan Mungkid berkisar antara 81-100%. Sebagian besar lahan hijau yang mendominasi merupakan lahan pertanian baik padi maupun holtikultura.
oefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan. Analisis KLB akan menentukan daya tampung kota dan kebutuhan-kebutuhan seperti air, listrik, dan sebagainya. Di Mungkid, KLB yang tinggi terdapat di bangunan ruko yang terdapat di pinggir Jalan Yogyakarta-Magelang, dimana memiliki KDB yang tinggi serta jumlah lantainya mencapai 3 lantai. Selain itu, KLB yang tinggi juga terdapat di industri PT. Papertech Indonesia karena bangunannya memakan sebagian besar lahan serta berlantai dua. Selain itu, KLB nya cenderung rendah karena hanya berupa permukiman warga, warung / toko, warung makan, dan sebagainya yang hanya berlantai satu.
4. Koefisien Lantai Bangunan
5. Koefisien Tapak Basement
3. Koefisien Dasar Hijau
L
12
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
M
erupakan angka perbandingan maksimum yang diijinkan antara luas lantai basement dengan luas tapak yang ada. Di Mungkid, lahannya masih didominasi oleh KTB yang berkisar antara 0 – 20%, dan biasanya terdapat di kawasan yang kepadatan penduduknya rendah, dimana tidak terdapat banyak pengerasan lahan di halaman rumah warga (masih berupa tanah).
Penutup
S
edangkan di sepanjang Jalan Yogyakarta-Magelang, didominasi oleh lahan dengan KTB yang berkisar antara 80-100%, dimana sektor komersil tumbuh dan tingkat pengerasan lahannya juga tinggi karena biasanya halaman depan bangunan digunakan sebagai tempat bagi kendaraan pengunjung untuk parkir.
Analisis Kesesuaian
5.2 Lahan
K
esesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu yaitu hal sesuai dan tidak sesuainya tanah untuk pemanfaatan tertentu (Kamus Penataan Ruang, 2009). Menurut SK Mentan No. 837/KPTS/UM/1980 tingkat kesesuaian lahan dapat diukur melalui 3 variabel utama yaitu kelerengan lahan, curah hujan serta jenis tanah. Kemudian, dari ketiga variable tersebut dioverlay dan dilakukan metode skoring untuk mendapatkan penilaian tingkat kesesuaian lahan untuk fungsi pelindung, penyangga dan budidaya. Peta yang di overlay untuk menentukan kesesuaian lahan adalah :
12 3
. Peta curah hujan, . Peta kelerengan, dan . Peta jenis tanah
13
Gambaran Umu
. 1. Jenis Tanah
.2. Kelerengan
Pendahuluan
Metodologi
Konsep Perencanaan
T
erdapat 3 kategori jenis tanah yaitu aluvial cokelat tua kekelabuan, latosol cokelat, dan ragosol cokelat kekelabuan. Untuk kota amatan bagian ujung barat didominasi jenis tanah aluvial cokelat tua kekelabuan yang tidak peka terhadap erosi, Sedangkan ujung selatan dan pinggir timur kota amatan didominasi jenis tanah ragosol cokelat kekelabuan yang peka terhadap erosi. Namun keseluruhan kota amatan paling banyak didominasi jenis tanah latosol cokelat yang agak peka terhadap erosi. Data tersebut didapat dari BAPPEDA Kabupaten Magelang.
T
erdapat 3 kategori kelerengan di kota amatan, yakni 0-8% yang bersifat datar mendominasi kota amatan ; 8-15% mendominasi yang bersifat landai dan >15% yang bersifat agak curam mendominasi bagian utara kota amatan. Data tersebut didapat dari BAPPEDA Kabupaten Magelang.
3. Curah Hujan
C
urah hujan di kota amatan sangat rendah yaitu berkisar pada 0-13,6 mm per harinya dan 22502750 mm per tahunnya. Data tersebut didapat dari BAPPEDA Kabupaten Ma-
14
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
4. Kesesuaian Lahan itu, masing-masing dari penggunaan lahan memiliki syarat-syarat yang harus terpenuhi agar guna lahan yang sesuai tersebut dapat diterapkan. engan demikian, dapat disimpulkan bahwa kota amatan Mungkid memiliki skor 90 bedasarkan metode skoring dengan kelerengan dominan <8 %. Hal ini menunjukan kecocokkan lahan dengan peruntukan sebagai kawasan budidaya yaitu kawasan tanaman semusim dan permukiman. Terdapat beberapa area yang penggunaan lahannya belum sesuai seperti masih ada bangunan yang terletak di area sempadan sungai. Namun, secara keseluruhan, penggunaan lahan di Mungkid sudah sesuai dengan syarat
D
P
enentuan kesesuaian guna lahan dilakukan dengan metode scoring dan matching, yaitu dengan mengidentifikasi setiap parameter yaitu kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan. Kemudian setiap parameter tersebut diberikan skor sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Di samping
Indikator
Karakteristik
Keterangan
Skor
Aluvial cokelat kekelabuan
Tidak peka
15
Latosol cokelat
Sangat peka
75
Ragosol cokelat kekelabuan
Agak peka
30
0-8%
Datar
20
8-15%
Landai
40
>15%
Agak curam
75
Curah Hujan
0-13,5 mm
Sangat rendah
20
Hasil Analisis Kesesuaian Lahan
Kawasan Budidaya
Tanaman semusim dan permukiman
90
Jenis Tanah
Kelerengan
15
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Konsep Perencanaan
Analisis Proyeksi
5.3 Kependdukan
M
ungkid memiliki jumlah penduduk sebesar 16142 jiwa pada tahun 2017 dan tersebar di 1 kelurahan dan 6 desa. Jumlah penduduk yang paling tingi terdapat di Kelurahan Mungkid yaitu sebesar 5969 jiwa sementara Blondo memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu sebesar 874 jiwa.
Jumlah Penduduk Mungkid Tahun 2013-2017 No
Nama Desa
1
Tahun 2013
2014
2015
2016
2017
%
Blondo
843
854
864
875
874
5%
2
Paremono
859
869
880
890
918
6%
3
Ambartawang
2215
2242
2269
2295
2335
14%
4
Bojong
1047
1060
1072
1085
1131
7%
5
Pagersari
2099
2125
2150
2176
2170
13%
6
Senden
2739
2773
2806
2839
2746
17%
7
Mungkid
5857
5930
6000
6073
5969
37%
8
Total
15658
15851
16041
16233
16142
100%
16
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna Lahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Grafik : Jumlah pertumbuhan penduduk di Mungkid
B
erdasarkan grafik, jumlah penduduk di Mungkid dari tahun 20132016 selalu mengalami kenaikan, akan tetapi pada tahun 2017 terjadi sedikit penurunan jumlah penduduk sekitar 91 jiwa.
17
Gambaran Umum
Pendahuluan
Metodologi
Konsep Perencanaan
Grafik : Laju pertumbuhan penduduk di Mungkid
B
erdasarkan grafik, laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2013-2016 cenderung stabil, akan tetapi terjadi penurunan laju pertumbuhan di tahun 2017 akibat dari menurunnya jumlah penduduk di Mungkid. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Mungkid yaitu sebesar 0,77%. Pertumbuhan penduduk di Mungkid masih tergolong lambat Berdasarkan hasil hitungan proyeksi penduduk di Mungkid, diperoleh: Rumus proyeksi penduduk dengan metode Geometrik
Pt = Po (1+r)t
Ket: Pt : Jumlah penduduk tahun ke t Po : Jumlah penduduk tahun ke o r: Laju pertumbuhan penduduk (%/tahun) t: Rentang waktu antara Po dan Pt (tahun)
Jumlah Penduduk Mungkid Sekarang
Proyeksi 5th
Proyeksi 10th
Proyeksi 15th
Proyeksi 20th
16142
16773
17429
18111
18819
B
erdasarkan perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode geometrik, jumlah penduduk di Mungkid sampai tahun 2037 selalu mengalami kenaikan. Perkiraan jumlah penduduk Mungkid pada tahun 2037 adalah 18819 jiwa.
18
Analisis Tata Guna Lahan
5.4
Proyeksi Tata Guna Lahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Analisis Kebutuhan
Lahan
.1. Sarana Perumahan Keterangan
2018
2038
Total jumlah penduduk (jiwa)
16142
18819
Jumlah penduduk per KK (jiwa)
5
5
Kebutuhan rumah
3229
3764
Standar kebutuhan luas
100m2
100m2
Total Kebutuhan luas lahan rumah
322.900 m2
376.400m2
B
edasarkan SNI 03-1733-2004 kami menggunakan beberapa asumsi Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan untuk menghitung kebutuhan lahan perumahan pada tahun 2038, yaitu : 1. Rumah dihuni oleh 5 orang 2. Kebutuhan lahan satu rumah 100m2
.2. Sarana Kesehataan Jumlah
Kebutuhan Fasilitas
Lahan Min-
Eksisting
imum (m2) Posyandu
Kebutuhan Proyeksi Ta m b a h a n Eksisting
2038
unit (2038)
Kebutuhan Proyeksi
60
1
15
16
15
900
3000
1
1
1
0
0
300
1
7
8
1
300
300
1
0
0
0
0
Puskesmas
1000
1
1
1
0
0
Total
1200
Klinik Bersalin Klinik Puskesmas Pembantu
19
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Konsep Perencanaan
P
ada kondisi sebenarnya di Mungkid sudah tercukupi untuk fasilitas pelayanan kesehatan.pada tabel tersebut terlihat bahwa jumlah posyandu masih belum tercukupi, hal tersebut terjadi karena posyandu-posyandu yang ada di Mungkid tidak memiliki bangunan khusus (hanya ada 1 lokasi yang memiliki bangunan khusus). Umumnya posyandu-posyandu yang ada di Mungkid diadakan di balai warga, rumah kepala dusun, dll. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan fasilitas posyandu sudah terpenuhi. Kebutuhan lahan untuk fasilitas kesehatan yang masih kurang yaitu lahan untuk klinik sebesar 300 m2.
3. Sarana Perdagangan dan Jasa Kebutuhan Fasilitas
Lahan Mini-
Eksisting
mum (m2)
Kebu-
Proyeksi
Tamba-
tuhan
tahun
han unit
Eksisting
2038
(2038)
Jumlah Kebutuhan Lahan
Toko/warung
100
179
65
75
0
0
Pertokoan
3000
7
3
4
0
0
10000
1
1
1
0
0
36000
0
0
0
0
0
Pusat pertokoan + pasar lingkunagn Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor) Total
K
0
etersediaan sarana perdagangan jasa di Mungkid untuk saat ini sudah memenuhi seluruh kebutuhan untuk kondisi eksisting dan proyeksi 20 tahun ke depan, sehingga tidak diperlukan lahan untuk tambahan unit pelayanan komersil jasa
20
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna Lahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
4. Sarana Pendidikan Fasilitas
KebuEksisting KebuProyeksi tuhan tuhan tahun Lahan Eksisting 2038 Minimum (m2)
Tambahan unit (2038)
Jumlah Kebutuhan Lahan Proyeksi
TK
500
9
13
15
6
3000
SD
2000
10
10
12
2
4000
SMP
9000
4
3
4
0
0
SMA
12500
3
3
4
1
12500
Total
19500
K
etersediaan sarana pendidikan di Mungkid untuk saat ini terbilang cukup memenuhi, hanya fasilitas TK dan SMP yang belum memenuhi sementara sarana SD dan SMP sudah memenuhi. Dalam memenuhi ketersediaan sarana pendidikan pada tahun 2037, perlu adanya penambahan fasilitas pedidikan dan ketersediaan lahan sebagai berikut: 1. TK : 6 unit x 500m2 = 3000 m2 2. SD : 2 unit x 2000m2 = 4000 m2 3. SMP : 0 unit x 9000m2 = 0 m2 4. SMA : 1 unit x 12500m2 = 12500 m2
Total kebutuhan lahan : 19500 m2
5. Sarana Perindustrian
B
erdasarkan Perarturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010, kawasan industri harus memiliki ketersediaan lahan minimal 50 ha (500.000 m2 ). Kebutuhan lahan industri akan bergantung pada skala industri tersebut. semakin besar skala industry, maka memerlukan lahan yang semakin besar pula. Sedangkan sebaliknya, semakin kecil skala industry maka lahan yang digunakan semakin sedikit.
21
Gambaran Umum
Pendahuluan
Konsep Perencanaan
Metodologi
6. Sarana Peribadatan No
Eksisting
Masjid
32
Gereja
1
K
Kebutuhan
5 Tahun
10 tahun
15 tahun
20 tahun
25 Tahun
7
7
7
7
8
6
Tergantung Masyarakat
ebutuhan sarana Peribadatan di Mungkid sudah terpenuhi hingga 25 tahun kedepan.
7. Sarana Ruang Terbuka Hijau, Olahraga, dan Rekreasi Jumlah
Kebutuhan Fasilitas
Lahan Min-
Eksisting
imum (m2)
Kebutuhan P r o y e k s i Tambahan K e b u t u Eksisting
2038
unit (2038) han Lahan Proyeksi
Taman dan Lapangan Olahraga
9000
1
1
1
0
0
24000
1
0
0
0
0
8
0
0
0
0
Kelurahan Taman dan Lapangan Olahraga Kecamatan Kuburan Total
J
Disesuaikan 0
umlah sarana ruang terbuka, olahraga dan rekreasi secara eksisting sudah memenuhi untuk seluruh wilayah Mungkid sehingga tidak memerlukan penambahan sarana/fasilitas ruang terbuka. Hal ini dikarenkaan jumlah penduduk pendukung untuk fasilitas sarana ruang terbuka hijau, lapangan, dan rekreasi lebih besar daripada jumlah penduduk di Mungkid
22
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna Lahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Analisis
5.5 Limiting Factor 1. Air
A
ir merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sehingga, ketersediaan air merupakan saah satu faktor yuntuk menukur daya tampung lahan. Ketersediaan Air (170 liter/jiwa)
= 1.195.214.ooo Lt =7.030.670 jiwa (170 liter/jiwa)
Ketersediaan air di Mungkid berasal dari Mata air Blambangan (29,9 Lt/detik) dan Mata air Combrang (8 Lt/detik) yang merupakan bagian unit Muntilan PDAM Tirta Gemilang dengan sistem distribusi menggunakan gravitasi. Sebaian besar pasokan air dialirkan untuk memenuhi sub unit Borobudur. Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan air untuk saat ini telah memenuhi kebutuhan seluruh penduduk yang ada di Mungkid. Terdapat sumber air selain dari PDAM, yaitu : sumur gali, sumur pompa tangan, sumur pompa listrik, perlindungan Mata air untuk memenuhi kebutuhan sumber air masyarakat.
2. Lahan
N
ilai daya dukung lahan dapat ditunjukkan dengan konsumsi lahan perjiwa. Di Kota Mungkid, limiting factor dari lahan dapat dihitung dengan membandingkan ketersediaan lahan dibagi dengan kebutuhan luas minimum bangunan dan lahan untuk rumah sederhana sehat sesuai standar di Indonesia yang berpedoman pada Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/ KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT). Maka, ketersediaan lahan Mungkid adalah sebagai berikut : Ketersediaan Lahan 9m2/jiwa
=
6.890.000 m2 9m2/jiwa
= 765.555,55 jiwa
Penduduk di Mungkid saat ini sebanyak 16.232 jiwa maka berdasarkan perhitungan diatas maka suplai lahan masih dapat memenuhi permintaan lahan. Sementara itu untuk konsumsi lahan di Mungkid sendiri sebanyak 242 Km2/16.232 jiwa= 0,0149 Km2/jiwa. Angka tersebut menunjukan bahwa penggunaan lahan di Mungkid masih dalam batas daya dukung dan daya tampung.
23
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Konsep Perencanaan
3. Sarana
S
tandar pelayanan minimum untuk setiap sarana diatur dalam SNI 03-17332004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Dengan membandingkan kondisi eksisting sarana yang ada di Mungkid dengan standar tersebut dapat diketahui apakah sarana-sarana yang ada di Kota Mungkid telah mencukupi kebutuhan atau belum. Jika belum maka jumlah sarana tersebut perlu ditambahkan lagi. Untuk analisis selengkapnya telah tertera pada sub bab Analisis Kebutuhan Lahan.
4. Rawan Bencana
M
enurut Pasal 32 ayat 1 UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, Pemerintah dapat menetapkan daerah rawan bencana menjadi daerah terlarang untuk pemukiman. Kota Mungkid sendiri tergolong memiliki tingkat rawan bencana yang rendah. Hal ini disebabkan karena letaknya tidak berada di daerah rawan bencana kekeringan, gunung berapi, ataupun tanah longsor. Kejadian bencana kekeringan berada pada range 0-537, bencana gunung berapi pada range 0-2681, sementara tanah longsor berada pada range 0-234. Oleh sebab itu Mungkid tidak tergolong daerah yang terlarang untuk permukiman.
24
Bab 6 Proyeksi
Tata Guna Lahan
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Konsep Perencanaan
Kriteria Tata
6.1 Guna Lahan 1. Permukiman Faktor limitasi NO.
Kriteria Spasial
1
Tidak berada pada daer- Overlay to -> tidak Pada kawasan Permen PU Noah rawan bencana (long- berada pada daerah rawan bencana mer 41/PRT/M sor, banjir, erosi, abrasi); rawan bencana -> tidak sesuai Tahun 2007
2
Jauh dari wilayah sem- Distance to -> tidak padan sungai/pantai/ berada pada daerah waduk/danau/mata sempadan sungai/ mata air/ dll
Pada kawasan Permen PU Nosempadan sun- mer 41/PRT/M gai/mata air/ dll Tahun 2007 -> tidak sesuai
3
Tidak berada pada ka- Overlay to -> tidak wasan lindung; berada pada daerah sempadan sungai/ mata air/ dll
Pada kawasan Permen PU Nosempadan sun- mer 41/PRT/M gai/mata air/ dll Tahun 2007 -> tidak sesuai
4
Jauh dari sumber polusi, Distance to ď&#x192; semakin bisa berasal dari termi- jauh semakin sesuai nal, pabrik, kawasan industri karena berhubungan dengan tingkat kualitas udara di permukiman tersebut.
Radius capaian 400m, 800m, 1200m, 1600m, 2400m dll.
5
Jauh dari jalan arteri, di Distance to ď&#x192; semakin mana terdapat resiko jauh semakin sesuai berbahaya karena mobilitas yang cepat dan polusi kendaraan
Radius capaian Ditjen Cipta 400m, 800m, Karya 1999 1200m, 1600m, 2400m dll.
26
Fungsi Tipoloi
Parameter
Sumber
Ditjen Cipta Karya tahun Dep. PU tahun 2006
Analisis Tata Guna Lahan
No
Proyeksi Tata Guna Lahan
Kriteria spasial
Peta Tata Guna Lahan Baru
Fungsi Topologi
Penutup
Parameter
Referensi
Faktor pendefinisi (defining factors) 1
Dekat dengan pusat Distance to kegiatan semakin dekat semakin sesuai
Radius capaian 400m, Urban design 800m, 1200m, 1600m, reclaim 2400m dll.
2
Luas lahan yang digunakan untuk bngunan dari jumlah lahan yang ada
Overlay to dilihat dari peta KDB
Sesuai pada rentan 40%-60%
3
Topografi datar sampai bergelombang
Overlay to kelerKelerengan lahan engan lahan yang yang sesuai 0%-25% tidak terlalu curam
Permen PU Nomer 41/PRT/M Tahun 2007
4
Kawasan permukiman tersedia sumber air baik air tanah, mata air, suplai PDAM
Overlay to berada pada kawasan yang cukup akan sumber air
Sumber air mencukupi kebutuan seluruh warga sesuai
Permen PU Nomer 41/PRT/M Tahun 2007
5
Kepadatan bangunan dalam satu kawasan perumahan
Overlay to berada pada kawasan tidak padat penduduk
Maksimum 50 bangu- Permen PU Nonan/ha dan dilengka- mer 41/PRT/M pi utilitas umum yang Tahun 2007 memadai
Permen PU Nomer 41/PRT/M Tahun 2007
27
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Konsep Perencanaan
2. Perdagangan No
Kriteria spasial
Fungsi Topologi
Parameter
Referensi
Faktor pendefinisi (defining factors) 1
Dekat dengan pu- Distance to semak- Radius capaian 400m, Urban sat kegiatan
in dekat semakin 800m, 1200m, 1600m, reclaim sesuai
2
2400m dll.
Peletakan bangu- Overlay to dilihat Disesuaikan nan
dari peta KDB,
dengan Permen PU No-
kelas konsumen yang mer 41/PRT/M akan dilayani
3
4
design
Topografi
Tahun 2007
datar Overlay to keler- Kelerengan lahan yang Permen PU No-
sampai bergelom- engan lahan yang sesuai 0%-25%
mer 41/PRT/M
bang
Tahun 2007
tidak terlalu curam
Kawasan
perda- Overlay to berada Sumber air mencukupi Permen PU No-
gangan/jasa
ter- pada kawasan yang kebutuan seluruh war- mer 41/PRT/M
sedia sumber air cukup akan sumber ga sesuai
Tahun 2007
baik air tanah, mata air air, suplai PDAM 5
Kepadatan bangu- Overlay to berada Maksimum 50 bangu- Permen PU Nonan dalam satu ka- pada kawasan tidak nan/ha dan dilengka- mer 41/PRT/M wasan perumahan
padat penduduk
pi utilitas umum yang Tahun 2007 memadai
6.
Aksesibilitas baik
Overlay to hirarki Mudah diakses (strate- Permen PU Nojalan
gis)
mer 41/PRT/M Tahun 2007
7.
Ketersediaan pras
sar- Overlay to sar-pras, Tempat parki, bank/ Permen PU No-
(pendukung guna lahan
untuk konsumen)
28
ATM, pos keamanan, mer 41/PRT/M tempat ibadah, dll
Tahun 2007
Analisis Tata Guna Lahan
No
Proyeksi Tata Guna Lahan
Kriteria spasial
Peta Tata Guna Lahan Baru
Fungsi Topologi
Penutup
Parameter
Referensi
Faktor limitasi (limitation factors) 1
Tidak berada pada kawasan rawan bencana
Overlay to tidak be- Pada kawasan rawan Permen PU rada pada kawasan bencana tidak sesuai No 14 Tahun rawan bencana Tidak berada pada ka- 2011 wasan bencana sesuai
2
Tidak berada pada kawasan sempadan sungai
Overlay to tidak be- Kawasan sempadan Permen PU rada pada kawasan sungai adalah 15 meter No 14 Tahun sempadan sungai dari palung sungai. 2011
3
Tidak berada pada kawasan sempadan mata air
Overlay to tidak be- Kawasan sempadan Permen PU rada pada kawasan mata air adalah radius No 14 Tahun sempadan mata air 200 meter mengelilingi 2011 mata air
4
Tidak berada pada lahan sawah irigasi teknis
Overlay to tidak berada pada lahan sawah irigasi teknis
Pada lahan sawah irigasi teknis > tidak sesuai. Pada lahan sawah irigasi non teknis > sesuai
Permen PU No 14 Tahun 2011
29
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Konsep Perencanaan
3. Perindustrian No.
Kriteria
Fungsi topologi
Parameter
Referensi
Faktor pendefinisi (defining factors) 1.
Kemiringan lahan
Overlay to -> Semakin landai, semakin sesuai
Kemiringan lahan < 15% -> sesuai
Permenperin No. 40 Tahun 2016
2.
Kedekatan dengan jalan utama
Distance to -> Semakin dekat, semakin baik
Radius dalam meter : 0 â&#x20AC;&#x201C; 300, 300 â&#x20AC;&#x201C; 500, 500 â&#x20AC;&#x201C; 1000, >1000
Journal of Industrial and Intelligent Information Vol. 3, No. 4, December 2015
3.
Ketersediaan RTH
Overlay to -> Semakin banyak, semakin baik
Minimal 10% (Dapat PERATURAN MENberupa taman, saTERI PEKERJAAN buk hijau, perimeter) UMUM NO.41/ PRT/M/2007
4.
Ketersediaan drainase
Sebagai saluran buangan air hujan
Terdapat di kiri kanan jalan
Permenperin No. 40 Tahun 2016
5.
Kepadatan penduduk
Overlay to -> Semakin rendah, semakin baik
Kepadatan penduduk semakin rendah -> sesuai
Journal of Industrial and Intelligent Information Vol. 3, No. 4, December 2015
6.
Tempat parkir dan bongkar muat
Memudahkan bongkar muat barang
Sesuai kebutuhan
Permenperin No. 40 Tahun 2016
7.
Ketersediaan pedestrian
Menyediakan kenyamanan bagi pejalan kaki
Lebar minimal 2,5 m
Hong Kong Planning Standards and Guidelines
8.
Sempadan jalan
Menyediakan jarak Sesuai kebutuhan antara bangunan dan jalan
30
Hongkong Planning Standards and Guidelines
Analisis Tata Guna Lahan
No.
Proyeksi Tata Guna Lahan
Kriteria spasial
Peta Tata Guna Lahan Baru
Fungsi Topologi
Penutup
Parameter
Referensi
Faktor limitasi (limitation factors) 1.
Tidak berada Overlay to Tidak pada tanah subur berada pada tanah subur
Berada di tanah subur tidak sesuai, Tidak berada di tanah subur sesuai
Permenperin No. 35/M-IND/ PER/3/2010
2.
Tidak berada pada tanah dengan kemiringan melebihi 15%
Overlay to Tidak berada pada tanah dengan kemiringan melebihi 15%
Berada di kemiringan lebih dari 15% tidak sesuai, Tidak berada pada tanah dengan kemiringan melebihi 15% sesuai
Permenperin No. 35/M-IND/ PER/3/2010
3.
Tidak berada pada kawasan rawan bencana
Overlay to Tidak Pada kawasan rawan berada pada kawasan bencana tidak sesuai, rawan bencana Tidak berada pada kawasan bencana sesuai
Permen ATR No 1 Tahun 2018, SK mentan, dll
4.
Jauh dari sungai / sumber mata air
Distance to Semakin dekat, semakin tidak sesuai
Dekat dengan sungai tidak sesuai, jauh dari sungai sesuai
Permen PU No.41/ PRT/M/2007
5.
Jauh dari permukiman
Distance to Semakin dekat, semakin tidak sesuai
Dekat dengan perPermen mukiman tidak sesuai, PU No.41/ jauh dari permukiman PRT/M/2007 sesuai
6.
Tidak berada di tepi jalan lingkungan
Overlay to Tidak berada di tepi jalan lingkungan
Berada di tepi jalan lingkungan tidak sesuai, Tidak berada di tepi jalan lingkungan sesuai
7.
Tidak dibangun pada lokasi pertanian, permukiman, dan konservasi
Overlay to Tidak dibangun pada lokasi pertanian, permukiman, dan konservasi
Berada di lokasi perta- Permenperin nian, permukiman, No. 40 Tahun dan konservasi tidak 2016 sesuai,
Permen PU No.41/ PRT/M/2007
31
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Konsep Perencanaan
4. Sarana dan Prasarana No Kriteria spasial
Fungsi Topologi
Parameter
Referensi
Faktor pendefinisi (defining factors) Pendidikan 1
32
Jarak jangkauan Distance to ď&#x192; sesarana pendidikan makin dekat seke permukiman makin sesuai
Sarana TK SD SMP SMA
Radius 500
Permen PU No 20 tahun 2011 dan SNI 031733-2004 Tata Cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Jarak dengan Distance to ď&#x192; sefasilitas ruang ter- makin dekat sebuka lingkungan makin sesuai
Dekat dengan lokasi ruang terbuka lingkungan
SNI 03-17332004 Tata Cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Jarak dengan Distance to ď&#x192; Setempat pembuan- makin jauh semakgan in sesuai
Jauh dari sumber penyakit, sumber bau/sampah, dan pencemaran lainnya
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/ KPTS/M/2001
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna Lahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Kesehatan 2
Jarak jangkauan sarana kesehatan ke permukiman
Distance to ď&#x192; semakin dekat semakin sesuai
SaranaPosyanduBalai Pengobatan WargaKlinik BersalinPuskesmasPembantuPuskesmasTempat Praktek DokterApotek
Jarak dengan fasilitas transportasi/jalan
Distance to ď&#x192; semakin dekat semakin sesuai
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
Jarak dengan Distance to ď&#x192; Setempat pembuan- makin jauh semakgan in sesuai
Radius5 00m10 00m40 00m150 0m300 0m150 0m150 0m
SNI 03-17332004 Tata Cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
SNI 03-17332004 Tata Cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Bersih, mudah dicapai, tenang, jauh dari sumber penyaki, sumber bau/ sampah, dan pencemaran lainnya
Peribadatan
33
Pendahuluan
3
Jarak jangkauan sarana peribadatan ke permukiman
Gambaran Umum
Distance to semakin dekat semakin sesuai
Metodologi
SaranaMushollaMasjid WargaMasjid LingkunganMasjid KecamatanSarana Ibadah lain
Konsep Perencanaan
100m 1000m
SNI 03-17332004 Tata Cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Faktor limitasi (limitation factors) Pendidikan 1
Tidak berada pada kawasan rawan bencana
Overlay to tidak berada pada kawasan rawan bencana
Pada kawasan rawan bencana tidak sesuai Tidak berada pada kawasan bencana sesuai
Permen ATR No 1 Tahun 2018, SK mentan, dll
2
Jauh dari jalan arteri dan sekunder
Semakin jauh semakin baik
Radius capaian 500m (TK), 1000m (SD dan Taman Baca)
SNI 03-17331989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota
3
Jauh dari sungai Semakin jauh dan badan atau semakin baik sumber air
Tidak berada di garis sempadan sungai
PERMEN No. 24 Tahun 2007 tentang standar sarana
Kesehatan 1
Tidak berada pada kawasan rawan bencana
Overlay to tidak Pada kawasan berada pada rawan bencakawasan rawan na tidak sesbencana
34
uaiTidak berada pada kawasan bencana sesuai
Permen ATR No 1 Tahun 2018, SK mentan, dll
Analisis Tata Guna Lahan
2
Proyeksi Tata Guna Lahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Tidak berada pada jalan arteri/kolektor (Posyandu dan Balai Pengobatan Warga)
Tidak berada di dekat jalan arteri atau jalan kolektor
Penutup
Tidak menyeberang jalan arteri/kolektor
SNI 03-17331989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota, Permenkes no. 75 tahun 2014
Tidak menyeberang jalan arteri/kolektor
SNI 03-17331989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota, Permenkes no. 75 tahun 2014
Peribadatan 1
Tidak berada pada jalan arteri/kolektor
Tidak berada di dekat jalan arteri atau jalan kolektor
35
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Bab 7
Konsep Perencanaan
Peta Proyeksi Tata Guna Lahan
36
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna Lahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Peta Guna Lahan
Proyeksi 20 Tahun
Peta Proyeksi Guna Lahan Tahun 2038
37
Gambaran Umu
Pendahuluan
Metodologi
Konsep Perencanaan
Peta Proyeksi
7.1 Permukiman 1. Peta Reclassify Industri
2. Peta Reclassify Mata Air
10% Peta Overlay Kriteria Permukiman
5% 3. Peta Reclassify Pusat Kegiatan
40%
25% 4. Peta Reclasify Jalan Arteri
5. Peta Reclassify Sungai
20%
38
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Peta Overlay Proyeksi Permukiman
B
edasarkan Permen PU Nomer 41/ PRT/M Tahun 2007, Ditjen Cipta Karya Dep.PU Tahun 2006, serta pertimbangan Konsep Perencanaan yaitu Green City, terdapat kriteria-kriteria faktor pendefinisi dan faktor limitasi yang masing-masing memiliki bobot. Bedasarkan prioritas, kriteria dekatnya dengan pusat kegiatan memiliki bobot 40%, kriteria tidak berada di sempadan jalan arteri karena mobilitas kendaraan yang tinggi cenderung berbahaya dan berpolusi tinggi memiliki bobot 25%, kriteria jauhnya dengan sempadan sungai memiliki bobot 20%, kriteria jauhnya dengan sempadan mata air memiliki bobot 10%, serta kriteria jauhnya dengan kawasan industri karena merupakan sumber polusi dan kebisingan memiliki bobot 5%. Selain itu, terdapat kriteria lain seperti kelerengan 0-25%, tidak berada di kawasan bencana, tidak berada di kawasan lindung yang memiliki bobot 100% (overlay vector).
P
royeksi guna lahan pada tahun 2038 membutuhkan tambahan lahan sebesar 53.500 m2. Berdasarkan kondisi eksisting dan hasil overlay kriteria-kriteria kesesuaian lahan permukiman, maka proyeksi guna lahan permukiman diletakkan pada lahan yang paling sesuai dari hasil overlay. Faktor penentu lainnya yaitu proyeksi lahan permukiman diletakkan pada lahan kosong dan dekat dengan jalan agar aksesibilitas bagus. Di samping itu, pemilihan proyeksi lahan permukiman disesuaikan dengan kepadatan bangunan agar tetap menyediakan lahan untuk ruang terbuka hijau disesuaikan dengan konsep pengembangan Green City.
39
Gambaran Umu
Pendahuluan
Metodologi
Konsep Perencanaan
Peta Proyeksi
7.2 Perdagangan 1. Peta Reclassify Jalan Arteri
3. Peta Reclassify Pasar
Peta Overlay Kriteria Perdagangan
35%
25%
30%
10%
2. Peta Reclasify Permukiman
40
4. Peta Reclassify Sungai
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Peta Overlay Pontensi Perdagangan
B
edasarkan Permen PU Nomer 41/ PRT/M Tahun 2007, Ditjen Cipta Karya Dep.PU Tahun 2006, serta pertimbangan Konsep Perencanaan yaitu Green City, terdapat kriteria-kriteria faktor pendefinisi dan faktor limitasi yang masing-masing memiliki bobot. Bedasarkan prioritas, kriteria berada jauh dari sempadan sungai dan mata air memiliki bobot 35%, kriteria berada di dekat jalan arteri untuk mempermudah akses dan mobilitas memiliki bobot 30%, kriteria dekat dengan permukiman agar mudah diakses masyarakt memiliki bobot 20%, serta kriteria dekat dengan pusat kegiatan dalam hal ini pasar memiliki bobot 15%. Selain itu, terdapat kriteria lain seperti kelerengan 0-25%, tidak berada di kawasan bencana, tidak berada di kawasan lindung hijau yang memiliki bobot 100% (overlay vector).
S
ecara kuantitas, sektor perdagangan dan jasa di Mungkid sudah mencukupi hingga tahun 2038. Namun terdapat area yang berpotensi akan berkembang menjadi area perdagangan dan jasa baru. Berdasarkan kondisi eksisting dan hasil overlay kriteria-kriteria kesesuaian lahan perdagangan dan jasa, maka potensi guna lahan permukiman diletakkan pada lahan yang paling sesuai dari hasil overlay. Faktor penentu lainnya yaitu berada dekat dengan proyeksi permukiman baru agar mudah terakses oleh masyarakat sekitar.
41
Gambaran Umu
Pendahuluan
Metodologi
Konsep Perencanaan
Peta Proyeksi
7.3 Industri 1. Peta Reclassify Jalan Arteri
25%
1. Peta Reclassify Sungai
1. Peta Reclassify Permukiman
35%
40%
Peta Overlay Kriteria Industri
42
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Peta Overlay Proyeksi Industri
B
erdasarkan Permen PU Nomer 41/ PRT/M Tahun 2007, Permenperin No. 40 Tahun 2016, serta pertimbangan konsep perencanaan yaitu Green City, terdapat kriteria-kriteria faktor pendefinisi dan faktor limitasi yang masing-masing memiliki bobot. Berdasarkan prioritas, kriteria jauh dari permukiman warga memiliki bobot sebesar 45%, berada jauh dari sungai memiliki bobot sebesar 35%, dan dekat dengan jalan arteri sebesar 25%. Selain dari faktor jarak, terdapat juga faktor-faktor lainnya yang berfungsi sebagai overlay vector, seperti kelerengan 0-15%, tidak berada di kawasan bencana, tidak berada di kawasan lindung yang memiliki bobot 100%.(overlay vector)
P
royeksi guna lahan industri pada tahun 2038 membutuhkan tambahan lahan sekitar 150.000 m2 (15 Ha). Berdasarkan kondisi eksisting dan hasil overlay kriteria-kriteria kesesuaian lahan industri didapatkan bahwa proyeksi guna lahan industri dapat diletakkan pada lahan yang tidak dekat dengan permukiman warga. Selain itu lokasinya juga berdekatan dengan jalan arteri sebagai jalan utama di Mungkid. Untuk mewujudkan konsep Green City sendiri maka industri tidak diletakkan di dekat sungai maupun sumber mata air. Hal ini bertujuan agar limbah industri tidak langsung masuk dan mencemari
43
Gambaran Umu
Pendahuluan
Metodologi
Konsep Perencanaan
Peta Proyeksi
7.4 Sarana Pendidikan 1. Peta Reclassify Ruang Terbuka
2. Peta Reclassify Permukiman
20% Peta Overlay Kriteria Sarana Pendidikan
30% 3. Peta Reclassify Sungai
20%
15%
4. Peta Reclasify Tempat Pembuangan Sementara
5. Peta Reclassify Mata Air
15%
44
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Peta Overlay Proyeksi Pendidikan
B
edasarkan Permen PU Nomer 41/ PRT/M Tahun 2007, Ditjen Cipta Karya Dep.PU Tahun 2006, serta pertimbangan Konsep Perencanaan yaitu Green City, terdapat kriteria-kriteria faktor pendefinisi dan faktor limitasi yang masing-masing memiliki bobot. Bedasarkan prioritas, kriteria dekatnya dengan permukiman memiliki bobot 20%, kriteria jauh dari tempat pembuangan sampah agar tidak menganggu jalannya proses pendidikan memiliki bobot 15%, kriteria jauhnya dengan sempadan sungai memiliki bobot 20%, kriteria jauhnya dengan sempadan mata air memiliki bobot 15%, serta kriteria dekat dengan ruang terbuka karena untuk mendukung konsep green city sekaligus agar memudahkan akses untuk melakukan aktivitas dengan bobot 30%. Selain itu, terdapat kriteria lain seperti kelerengan 0-25%, tidak berada di kawasan bencana, tidak berada di kawasan lindung yang memiliki bobot 100% (overlay vector)
P
royeksi guna lahan pada tahun 2038 membutuhkan tambahan lahan sebesar 19500 m2. Dimana TK membutuhkan 3000 m2, SD 4000m2, dan SMA 12500m2. Berdasarkan kondisi eksisting dan hasil overlay kriteria-kriteria kesesuaian lahan pendidikan, maka proyeksi guna lahan permukiman diletakkan pada lahan yang paling sesuai dari hasil overlay. Faktor penentu lainnya yaitu proyeksi lahan pendidikan diletakkan pada lahan kosong dan dekat dengan permukiman. Di samping itu, pemilihan proyeksi lahan pendidikan disesuaikan dengan persebaran sarana pendidikan pada saat ini agar dapat lebih merata masa depan serta memperhatikan lahan terbuka guna menuju konsep Green City.
45
Gambaran Umu
Pendahuluan
Metodologi
Konsep Perencanaan
Peta Proyeksi
7.5 Sarana Kesehatan 1. Peta Reclassify Pusat Kegiatan
2. Peta Reclassify Sungai
20% 30%
Peta Overlay Kriteria Sarana Kesehatan
3. Peta Reclassify Permukiman
20%
15% 4. Peta Reclasify Jalan Arteri
5. Peta Reclassify Tempat Pmbuangan Sementara
15%
46
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna ahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
Peta Overlay Proyeksi Kesehatan
B
edasarkan Permen PU Nomer 41/ PRT/M Tahun 2007, Ditjen Cipta Karya Dep.PU Tahun 2006, serta pertimbangan Konsep Perencanaan yaitu Green City, terdapat kriteria-kriteria faktor pendefinisi dan faktor limitasi yang masing-masing memiliki bobot. Bedasarkan prioritas, kriteria jauhnya dengan pusat kegiatan memiliki bobot 30%, kriteria tidak berada di sempadan jalan arteri karena mobilitas kendaraan yang tinggi cenderung berbahaya memiliki bobot 15%, kriteria jauhnya dengan sempadan sungai memiliki bobot 20%, sementara kriteria dekat dengan permukiman sebesar 20% karena keberadaan klinik harus memperhatikan persebaran daerah permukiman serta kriteria jauhnya dengan tempat pembuangan dikarenakan agar sarana kesehatan bebas dari penyakit yang ditimbulkan dari
tempat pembuangan sampah dan terjaga kebersihannya dengan bobot 15%. Selain itu, terdapat kriteria lain seperti kelerengan 0-25%, tidak berada di kawasan bencana, tidak berada di kawasan lindung yang memiliki bobot 100% (overlay vector) royeksi guna lahan pada tahun 2038 untuk sarana kesehatan membutuhkan tambahan lahan sebesar 300m2. Lahan tersebut diperuntukan untuk 1 buah klinik bersalin. Berdasarkan kondisi eksisting dan hasil overlay kriteria-kriteria kesesuaian lahan kesehatan, maka proyeksi guna lahan diletakkan pada lahan yang paling sesuai dari hasil overlay. Di samping itu, pemilihan proyeksi lahan kesehatan disesuaikan dengan keberadaan permukiman dan kepadatan bangunan agar tetap menyediakan lahan untuk ruang terbuka hijau disesuaikan dengan konsep pengembangan Green City.
P
47
Pendahuluan
Gambaran Umum
Metodologi
Bab 8 Penutup
48
Konsep Perencanaan
Analisis Tata Guna Lahan
Proyeksi Tata Guna Lahan
Peta Tata Guna Lahan Baru
Penutup
8.1 Evaluasi K
ota atau urban area merupakan sebuah entitas ruang yang memiliki ciri kekotaan di dalamnya. Salah satu yang masuk dalam ciri kota tersebut adalah sumber penghasilan yang tidak bertumpu pada sektor primer namun sudah pada tahap sektor sekunder hingga tersier. Ciri lain yang dimiliki oleh perkotaan dapat dilihat dari fisiknya yang dominan oleh lahan terbangun. Jika melihat pada kondisi eksisting Mungkid yang dalam hal ini menjadi kota fungsional amatan kami, Mungkid belum bisa dikatakan sebagai kota. Hal ini dikarenakan 60% dari lahan Mungkid masih berupa lahan pertanian. Hal ini pula berdampak pada mata pencaharian masyarakat yang menjadi bertumpu pada pertanian. Menjadi satu fokus yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Mungkid ke depannya yaitu bagaimana lahan pertanian tersebut kemudian akan terproyeksikan eksistensinya di masa yang akan datang.
8.2 Pembelajaran H
al yang dapat dijadikan pembelajaran dari studi ini adalah bahwa suatu kota memiliki daya dukung dan daya tampung. Kedua hal tersebut menjadi pertimbangan utama dalam proses perencanaan suatu kota. Ketika suatu kota memiliki kekurangan dalam hal baik daya dukung maupun daya tampung, maka keberlanjutan kota tersebut di masa yang akan datang menjadi satu hal yang perlu dikhawatirkan. Dalam kasus Mungkid, dapat dipelajari bahwa perencanaan Mungkid selain memperhatikan pemenuhan bangunan pelayanan kota yang terejawantahkan dalam proyeksi guna lahan, juga diperhatikan mengenai eksisting SDA yang dimiliki Mungkid. SDA berupa sumber air dan lahan hijau menjadi faktor pemenuh daya dukung lingkungan yang perlu direncanakan sebaik mungkin guna mendukung keberlanjutan Mungkid sebagai kota di masa yang akan datang.
8.3 Simpulan M
ungkid yang 60% total luas lahannya masih berupa lahan pertanian menjadi indikasi bahwa dari segi fisik Mungkid belum menunjukkan ciri daerah perkotaan. Namun posisinya yang dilintasi jalan arteri Yogyakarta-Magelang memberikan satu peluang bagi Mungkid untuk dapat berkembang menjadi kota di masa yang akan datang. Eksistensi lahan hijau perlu dipertahankan namun lahan untuk kebutuhan kawasan terbangun perkotaan juga perlu dipersiapkan. Oleh karena itu, diambil konsep kota hijau/green city yang menciptakan keseimbangan antara kepadatan bangunan perkotaan dengan ketersediaan ruang terbuka hijau. Dengan konsep ini, Mungkid dapat berkembang menjadi daerah perkotaan dengan tetap mempertahankan ciri Mungkid yang lekat dengan eksistensi lahan terbuka hijau.
49