rancang winongo
MUHAMMAD NAUFAL RAGA PRATAMA
RANCANG WINONGO
ARCHITECTURE DESIGN STUDIO 7 2018/2019
Muhammad Naufal Raga Pratama 15512173 LECTURER : Dr. Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA, IAI
pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Batas Wilayah 1.3. Isu 1.4. Tujuan dan Manfaat 1.5. Pola Pikir
pendekatan
analisis
2.1. Kajian Teori 2.2. Kajian Preseden
3.1. Data Non Fisik 3.2. Data Fisik 3.3. Tipomorfologi 3.4. Stakeholder 3.5. Analisis Eksisting 3.6. Regulasi Kawasan
konsep desain
re-naturalisasi
4.1. Konsep Dasar 4.2. Blok - Subblok 4.3. Konseptual Makro 4.5. Konseptual Mikro
5.1. Pengembangan 5.2. Tata Guna Lahan 5.3. 3D Kawasan 5.4. Re-Naturalisasi Sungai 5.5. River Guideline 5.6. Tipologi Kampung Vertikal 5.7. Pembangunan Kampung Vertikal 5.8. Vertical Farming 5.9. Filtrasi Air Hujan 5.10. Building Guideline 5.11. Jembatan Edukasi 5.12. Pedagang & Wisatawan
daftar pustaka
ABSTRACT Winongo River is one of the rivers located in the Special Region of Yogyakarta with a length of ¹ 41.3 Km, which flows across Sleman Regency, Yogyakarta City and Bantul Regency. In the past the cleanliness of this river was still maintained. So that it can be said that the river cannot be separated from the lives of ancient people because water and the river itself have a role in people’s lives, this river becomes a place for people to take water even for bathing, washing clothes and others. But over time, the demand for housing has increased as a result of the pace of population growth and the flow of urbanization, making low-income people choose to live in the suburbs like on the banks of the Winongo River. This causes the area to become more congested, some houses also still cross the border and low public awareness about cleanliness and ignorance of the community causing this area to be an unhealthy watershed area. Not to mention the existence of dikes that actually removes natural ecosystems on the banks of the river, and causes more water flow to the downstream which can have an impact on flood disasters. However, in terms of location, the Winongo river and the surrounding area still have the potential to be repaired, in the upstream area, for example, where the river is still very natural so there is minimal pollution. River water quality in the region is not very bad, it is proven because the surrounding community uses the river for fish farming. So that by utilizing the existing potential, planning this area is expected to be able to raise the standard of living and the economy of the surrounding community, as well as being a guideline in the management of riverbank areas.
PEMBATAS
pendahuluan
LOKASI
Kawasan berlokasi di bantaran Sungai Winongo, terutama pada kawasan Kelurahan Ngampilan dan Kelurahan Pakuncen, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas lahan rancangan 16,5 hektar. Pemilihan lokasi kawasan ini didasari oleh semakin buruknya kualitas air sungai pada kawasan ini, dikarena kehidupan beberapa masyarakatnya yang buruk. Ketika diamati cukup banyak terlihat pemukiman kumuh yang berada di bantaran sungai, bahkan tak layak huni serta melewati sempadan. Selain itu minimnya open space dan area bermain membuat anak-anak justru bermain di jalan raya, padahal jika sungai bersih, tentu sangat berpotensi untuk dijadikan open space. Untuk kehidupan ekonomi masyarakat rata-rata berprofesi sebagai pedagang, kuli panggul, dan tukang parkir di pasar.
3
2
4
BATAS WILAYAH
BATAS KAWASAN : Utara : Kel. Pringgokusuman Timur : Jl. Letjen Suprapto Selatan : Jl. KH. Ahmad Dahlan Barat : Jl. Prof, DR. Ki Amri Yahya
5
ISU NON DAN FISIK PERMASALAHAN DATA KAWASAN
Semakin padatnya kotakota di Indonesia, hal ini dikarenakan kepadatan penduduk yang tinggi akibat arus urbanisasi yang berakibat tingginya tingkat permintaan akan rumah tinggal, sama halnya dengan Kota Yogyakarta. Kecamatan Ngampilan sendiri bahkan memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kota Yogyakarta yang mencapai 20ribu penduduk perkilometer.
4
M a s y a r a k a t berpenghasilan rendah akan lebih memilih untuk tinggal di pinggiran kota, seperti pada bantaran Sungai Winongo. Dimana pada area kawasan pemukiman sangat padat dan berkesan kumuh serta melanggar sempadan, sehingga menjadi DAS yang tidak sehat.
Pencemaran yang terus menerus terjadi serta pengalihfungsian lahan hijau menjadi bangunan akan merusak ekosistem alami yang berada di Sungai Winongo dan sekitarnya
Rusaknya Sungai Winongo membuat sungai ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya, serta tidak lagi eksis dan jauh dari kehidupan masyarakat. Padahal dahulu Sungai Winongo dapat dikatakan sangat dekat dengan masyarakat bantaran sungai.
Hal itu kemudian di perparah dengan keberadaan tanggul, yang justru berdampak pada lajunya aliran sungai menuju hilir, hilangnya ekosistem dan hilangnya fungsi dan kemampuan tanah untuk meresap air hujan, sehingga justru akan mengakibatkan banjir.
6
TUJUAN DATA NON DAN FISIK MANFAAT KAWASAN
7
Pedoman ReNaturalisasi Sungai
Mencegah Banjir di Hilir Akibat Lajunya Aliran Air Sungai
M e n gata s i Pemukiman Yang Padat
Pedoman Pemukiman Hijau dan Sehat
Mensejahterkan Masyarakat Sekitar
Menjadi Wisata Baru Yogyakarta
POLA PIKIR PERANCANGAN
MASALAH DAN POTENSI WILAYAH
TANTANGAN
TUJUAN
SASARAN
ANALISA
KONSEP PERANCANGAN
STRATEGI DESAIN
DETAIL PERANCANGAN
GUIDELINE
8
PEMBATAS
pendekatan
KAJIAN TEORI
OPEN DESIGN
WATER SENSITIVE URBAN DESIGN
Open Design menurut J. Habraken merupakan cara mendesain dengan mempertimbangkan perbedaan sifat dan kebutuhan dari peggunanya. Para pengguna dapat dikatan sebagai stakeholder, dimana menjadi salah satu faktor dalam mengambil kputusan suatu desain atau rancangan.
Water Sensitive Urban Design (WSUD) merupakan salah satu bagian dari konsep pendekatan infrastruktur hijau. Tujuan dari pendekatan konsep ini untuk melakukan pendekatan perencanaan dan perancangan kota yang berhubungan dengan sumber air dan manajemen lingkungan serta meminimalisasi dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan air di permukaan perkotaan
Open desain memiliki tujuan antara lain : - Membuat tugas perencana menjadi lebih sederhana - Memperkaya karya nya. - Sebagai refleksi dalam mengambil tindakan pada suatu masalah. - Memberikan kepuasan kepada semua pihak, karena pengguna atau masyarakat juga menjadi faktor pertimbangan dalam proses desain.
OPEN BUILDING Open building merupakan suatu proses pembangunan dimana melibatkan banyak orang (penduduk atau pengguna), yang terjadi secara keberlangsungan, dan menerus. Pengguna juga diberikan kesempatan untuk terjun dalam proses mendesain dan bebas menentukan fungsi suatu bangunan.
11
Prinsipnya : • melindungi sistem yang alami salah satunya adalah sistem air alami melalui pengembangan kota • mengintegrasikan cara- cara penanggulangan air hujan ke dalam perancangan kota • melindungi kualitas air dan meningkatkan kualitas sistem pengairan air • mengurangi aliran air dengan cara mengalirkan limpasan air baik air hujan maupun banjir dan mengintegrasikannya ke lansekap lingkungan • memanfaatkan limpasan air untuk berbagai macam kebutuhan • memberikan nilai lahan dengan meminimalkan biaya infrastruktur salah satunya adalah infrastruktur drainase. Manfaatnya : • meningkatkan konservasi air • mengurangi polusi air • memperbaiki kualitas stormwater • memperbaiki ekosistem • menghubungkan manusia dengan air • meningkatkan biodiversitas dan habitat keanekaragaman • mengurangi emisi gas rumah kaca • mendukung produksi pangan lokal • mereduksi risiko banjir • mewujudkan konsep infrastruktur hijau • menciptakan tempat-tempat atraktif
5
RE-NATURALIZATION Pada masa lalu, bantaran sungai direkonstruksi dengan batu besar atau beton, oleh karena itu terjadi penurunan keanekaragaman habitat flora dan fauna. Modifikasi tersebut bertujuan untuk pencegahan banjir atau untuk mendukung kegiatan pertanian. Hal ini menyebabkan sungai-sungai mengalir lebih cepat karena memiliki efek mengurangi waktu perjalanan sepanjang sungai. Renaturalisasi bantaran sungai memiliki beberapa tahap, yang pertama yaitu menghilangkan beberapa konstruksi beton atau inert di dasar sungai dan di tepian sungai, kemudian diganti dengan vegetasi, untuk menghindari kerusakan dan mengembalikan keanekaragaman hayati.
12
KAJIAN DATA NONPRESEDEN FISIK KAWASAN
https://internasional.kompas.com/read/2018/02/09/16253451/melihat-pengelolaan-sungai-cheonggyecheon-yang-menginsipirasijakarta?page=all
https://inhabitat.com/how-the-cheonggyecheon-river-urban-design-restored-the-green-heart-of-seoul/ cheonggyecheon-river-25/
SUNGAI CHEONGGYECHEON - KOREA SELATAN Terletak di ibu kota Seoul, sungai kecil ini memiliki peran yang sangat penting. Awalnya area sungai ini merupakan pemukiman yang kumuh, setelah dilupakan hampir 30 tahun, barulah sungai ini mulai dihidupkan kembali. Sungai yang memiliki aliran air yang tidak dalam ini, ramai di kunjungi wisatawan dan penduduk lokal, hanya untuk sekedar duduk-duduk bebas melepas lelah. Selain itu beberapa bagian juga dibiarkan hijau.
13
7
http://www.landezine.com/index.php/2016/06/renaturation-of-the-river-aire-geneva/02-naturalization-river-channel-landscape-architecture-fabio-chironi/
SUNGAI AIRE - GENEVA Digunakan untuk pengairan sawah, pada abad 19 sungai terus di kanalisasi, sehingga pada tahun 2001 kanal dihancurkan dengan tujuan untuk mengengembalikan sungai ke bentuk aslinya. Air dibiarkan mengalir secara natural, ekosistem pinggir sungai dapat tumbuh.
4
14
PEMBATAS
analisis
KAWASAN DATADATA NON NON-FISIK FISIK KAWASAN JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS PEKERJAAN
DATA JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS PEKERJAAN Dari grafik disamping dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang berwiraswasta di kelurahan Ngampilan dan Pakuncen cukup banyak, bahkan jika ditinjau dari jumlah kepala keluarga di kelurahan Ngampilan paling tinggi dalam sektor wiraswasta. Hal ini memperkuat data survey yang telah dilakukan dimana kebanyakan penduduk di area kawasan amatan berprofesi sebagai pedagang (wiraswasta).
17
DATA JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN D.I. YOGYAKARTA Luas wilayah D.I. Yogyakarta yaitu 3.185,8 km2, dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Yogyakarta sebesar 1 (satu) persen dari total luas D.I. Yogyakarta, namun memilikikepadatan penduduk tertinggi yaitu 12.689 jiwa per km, sementara Gunung kidul dengan luas 46,6 persen hanya memiliki kepadatan 481 jiwa per km. Sedangkan jika di tinjau dari tingkat kecamatan, Ngampilan memiliki tingkat kepadatan tertinggi sebesar 20ribu jiwa perkilometer.
DATA LUAS WILAYAH KUMUH D.I. YOGYAKARTA Dari data menyebutkan bahwa wilayah kumuh terluas berada di Kota Yogyakarta dan biasanya berada di sepanjang bantaran sungai yang membelah kota Yogyakarta. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk terutama di wilayah perkotaan dan urbanisasi yang kian meningkat menimbulkan pertambahan kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal yang cukup besar, sehingga membuat harga tanah juga ikut melambung. Harga tanah di perkotaan yang tinggi akan membuat kebutuhan rumah menjadi semakin sulit dijangkau oleh masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah. Akibatnya mereka akan mendirikan rumahrumah liar di lahan kosong seperti bantaran sungai yang pada akhirnya justru menimbulkan masalah baru yaitu munculnya kawasan kumuh.
4
18
DATA POTENSI KAWASAN Dari hasil survey didapat bahwa cukup banyak masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang, dimana sebagian ada yang berjualan di pasar, pedagang kaki lima, dan kuliner seperti makanan dan bakpia. Selain itu pada area kelurahan Ngampilan terdapat kesenian Barongsai. Dan pada area sungai Winongo sendiri masyarakat memanfaatkan untuk budidaya ikan berupa tambak.
19
DATA FISIK KAWASAN DATA NON FISIK KAWASAN
DATA BENCANA YANG SERING TERJADI DI INDONESIA Dari grafik dapat dilihat bahwa banjir menduduki posisi pertama sebagai bencana yang sering terjadi di Indonesia yang disusul oleh bencana tanah longsor dan puting beliung. Hal ini berarti masih belum optimalnya usaha pencegahan akan bencana itu sendiri terutama banjir, yang mana tak lepas akan peran sungai.
20
DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR Sedangkan pada D.I. Yogyakarta sendiri, Kabupaten yang memiliki tingkat kerawanan akan bencana banjir terletak di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo, dimana daerah ini merupakan area hilir sungai.
21
sumber : climate-data.org DATA IKLIM YOGYAKARTA Dari tabel iklim diatas menjelaskan bahwa bulan dengan curah hujan terbesar adalah Februari, Januari, Maret dengan curah hujan rata-rata 191mm. Sedangkan suhu tahunan rata-rata yaitu 32C di Yogyakarta, dengan bulan terpanas yaitu September dengan suhu rata-rata 33C.
22
DATA SUNGAI WINONGO Dari data diatas didapati bahwa Sungai Winongo dengan panjang 43km dengan lebar 10m ini memiliki debit air terbesar dibandingkan sungai-sungai lainnya yang berada di D.I. Yogyakarta , yaitu 7,5m3/detik.
23
6
DATA DAS WINONGO Data diatas menjelaskan kelurahan-kelurahan yang berada di bantaran Sungai Winongo dari hulu hingga Hilir dengan persebaran yang beragam.
24
PETA KEPADATAN BANGUNAN BANTARAN SUNGAI Dari data dapat diketahui bahwa area bantaran sungai dengan kepadatan tertinggi yaitu kelurahan yang berada di Kota Yogyakarta, hal ini terjadi karena tingkat urbanisasi yang tinggi.
25
DATA KONTUR KAWASAN Kondisi kontur pata kawasan rancangan yaitu berkontur cukup curam dengan titik terendah yaitu pada area sungai Winongo itu sendiri.
26
DATA HAK MILIK TANAH KAWASAN Pada area bantaran sungai kawasan amatan dapat dilihat bahwa cukup banyak pemukiman warga yang terkena sepadan sungai terutama pada daerah Pakuncen. Selain itu di beberapa area terdapat tanah miik sultan dan tanah sungai.
27
9
28
DATA AREA HIJAU KAWASAN Area hijau pada kawasan semakin berkurang dari tahun ke tahunnya, hal itu terjadi karena alih fungsi lahan menjadi pemukiman masyarakat.
29
MORFOLOGI DATA NON FISIKKAWASAN KAWASAN
10
2006
2010
Masih cukup banyak terdapat area hijau dan open space, namun kondisi kawasan memang sudah cukup padat.
Terlihat area hijau semakin berkurang, pemukiman mulai mengisi bangtaran sungai.
2014
2018
Kepadatan semakin m e n i n g kat , area komersil mendominasi pada pinggiran jalan raya.
Beberapa area sudah bertalud namun akibat kepadatan yang terus meningkat menyebabkan banyak pemukiman yang melewati sempadan sungai.
30
STAKEHOLDER DATA NON FISIK KAWASAN
31
ANALISIS DATA NON FISIK KAWASAN
- Kesadaran masyarakat akan keberadaan sungai masih minim. - Pemukiman kumuh dan melewati sempadan. - Ekosistem sungai terganggu akibat adanya tanggul.
- Masyarakat masih sangat sosialis - Jarang terjadi konflik antar tetangga, dan antar kampung. - Masyarakat memanfaatkan sungai untuk budidaya ikan di keramba. - Dekat dengan parkiran umum, dan pusat keramaian.
WEAKNESS
STRENGTH
SWOT OPPURTUNITY - Kualitas air sungai tidaklah sangat buruk. - Adanya wanaca Menuju Winongo Wisata 2030. - Berpotensi untuk dikembangkan, karena lokasi yang strategis.
THREAT - Perubahan keadaan sosial masyarakat yang berubah akibat pembangunan yang terlalu modernis. - Terjadi kemacetan, jika area ini dikembangkan.
11
32
Nature
Rural
Urbanized
Rural
Nature
33
12
ANALISIS DAS Dari hasil survey aliran Sungai Winongo, dari hulu hingga area site, dapat diketahui bahwa, kualitas air sungai di titik 1-3 masih bersih, hal ini dikarenakan bantaran sungai masih natural dan hijau, jauh dari pemukiman. Memasuki titik 4, dimana sudah mulai banyak pemukiman, kualitas air sungai winongo mulai menurun. Sedangkan pada titik 5-7, kualitas air sungai winongo buruk, hal ini diakibatkan padatnya pemukiman yang mengelilingi sungai, dan pembuangan air limbah serta sampah ke sungai.
34
Adanya wacana Menuju Winongo Wisata 2030
Sungai dimanfaatkan memancing.
untuk
Anak-anak tidak memiliki lahan bermain, sehingga kebanyakan justru main di jalan. Masih sangat banyak pemukiman yang melewati sepadan sungai.
Tingkat perekonomian masyarakat masih tergolong rendah. Mayoritas berprofesi sebagai pedagang, dan beberapa juga ada menjadi juru parkir, kuli panggul, dan petugas sampah.
35
Masyarakat masih cukup sosialis, namun besar kemungkinan menjadi individualis. Adanya pemanfaatan sungai sebagai media pembudidayaan ikan. Masih berpotensi banjir, padahal beberapa sudah bertanggul.
REGULASI KAWASAN DATA NON FISIK KAWASAN
KDB : 90%
KLB : 6,4
TINGGI MAX : 32M
SEMPADAN SUNGAI TIDAK BERTANGGUL : 15 - 20M SEMPADAN SUNGAI BERTANGGUL : 3M
36
PEMBATAS
konsep desain
KONSEP DASAR
39
BLOK DAN SUB-BLOK
BLOK DAN SUB BLOK KAWASAN
40
GAMBARAN KONSEP MAKRO
41
Area tengah sungai dibiarkan hijau secara alami, dimana diharapkan akan mengembalikan ekosistem, serta dapat menjadi hutan kota.
Penambahan jembatan untuk menghubungkan antar kampung dan menjadi publik space dan ruang bertemu.
Penambahan jalur baru karena jalur ini sangat strategis, sehingga lokasi kawasan dapat terakses dengan mudah.
4
Sungai yang dikelokkan agar memperlambat arus sungai, sehingga dapat mencegah banjir di hilir.
Lokasi kawasan sangat strategis, dimana di area sekitarnya terdapat pusat-pusat kegiatan, selain ini juga terdapat parkiran umum, sehingga akan sangat berpotensi untuk diolah menjadi objek wisata. 42
GAMBARAN MIKRO DATA NON FISIKKONSEP KAWASAN
Penghilangan Tanggul
Rumah Panggung
43
Penghijauan
Kampung Vertikal
Vertical Farming
Riverwalk & Perdagangan
Filtrasi Air Hujan
Open Space
44
re-naturalisasi
PENGEMBANGAN DATA NON FISIK KAWASAN
Solusi Pemukiman Yang Tergusur Pemukiman yang tergusur akibat pelebaran sempadan sungai akan di pindah ke kampung vertikal yang berada di bantaran sungai, selain itu masyarakat masih dapat memanfaatkan sungai seperti untuk memancing dan budidaya ikan sehingga tidak menghilangkan aktivitas yang sudah ada.
Eksisting Pada keadaan eksisting masih cukup banyak pemukiman masyarakat yang terkena sempadan, bahkan beberapa bagian sungai ada yang tidak bertanggul. Sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai garis sempadan sungai, seharusnya antara pemukiman dan sungai bertanggul berjarak 3meter, sedangkan jika tidak bertanggul minimal 15-20meter.
Re-Naturalisasi Pemukiman yang terkena sempadan dimundurkan sejauh 20 meter, kemudian sungai di Re-Naturalisasi dengan membelokkan arusnya, sehingga pemukiman masyarakat yang sudah memenuhi sempadan akan terdapat aliran sungai di kolongnya.
47
Fasilitas vertical farming, area kolong yang multifungsi (sebagai tempat berjualan, tempat produksi, tempat bermain, tempat berkumpul) dapat dinikmati penghuni. Selain itu dengan adanya fasilitas bersama tersebut serta toilet, dapur, dan kamar mandi yang dirancang untuk bersama dapat mempertahankan keadaan sosial masyarakat yang masih cukup kental.
Proses Penggusuran - Penggusuran ditujukan kepada pemukiman yang terkena sempadan sejauh 20meter, selain itu juga di tujukan pada area-area yang sudah cukup padat dan kumuh. - Sosialisasi mengenai hunian vertikal dan fasilitas apa saja yang dapat dimiliki oleh penghuni. - Proses pembangunan akan berdampingan dengan calon penghuni, dimana ukuran dan penggunaan material di sesuaikan dengan anggaran masyarakat. - Relokasi masyarakat yang rumahnya tergusur ke kampung vertikal. - Re-Naturalisasi sungai, dengan membiarkannya menjadi area hijau.
TATANON GUNA LAHAN DATA FISIK KAWASAN
Kampung Vertikal Area Hijau Sungai Kantong Parkir Jembatan Pedestrian 48
RE-NATURALISASI SUNGAI DATA NON FISIK KAWASAN
TAHAP 1 Area eksisting yang sudah diubah bentuk sungainya
TAHAP 2 Memulai penghijauan, kemudian dibiarkan tumbuh dengan alami
TAHAP 3 Ekosistem sudah terbentuk, pepohonan mulai rindang
TAHAP 4 Penambahan jembatan pedestrian mengikuti pola pepohonan yang tumbuh, berfungsi sebagai public space tanpa harus merusak alam
51
RIVER GUIDELINE : - Tidak adanya penggunaan tanggul. - Sempadan dimundurkan sejauh 20 meter dari palung sungai. - Sungai dibuat berkelok-kelok agar dapat memperlambat aliran air - Area sempadan diolah menjadi area hijau untuk menghidupkan ekosistem alami dan mengembalikan sungai seperti keadaan aslinya. - Pada area tengah sungai dapat dimanfaatkan sebagai public space dengan jembatan setinggi 1,5 meter agar tidak mengganggu ekosistem dibawahnya. - Riverwalk pada bantaran sungai terbuat dari paving permeabel atau kayu, agar dapat meresapkan air hujan.
52
TIPOLOGI KAMPUNG VERTIKAL
Hunian terdiri dari modul-modul dengan ukuran 4mx4m, dimana jumlah modul disesuaikan dengan kemampuan beli masyarakat. Selain itu agar adanya keberagaman tipe hunian mengikuti kawasan eksisting. Fasilitas yang didapat juga berupa vertical farming, area multifungsi di lantai dasar serta dapur dan toilet bersama. 53
PEMBANGUNAN KAMPUNG VERTIKAL
TAHAP 1 Lahan eksisting yang akan dibangun kampung vertikal
TAHAP 2 Pembangunan struktur oleh pemerintah. Sedangkan selanjutnya dikerjakan bersama calon penghuni agar lebih kreatif
TAHAP 3 Dinding eksterior dan dinding partisi dapat diisi dengan menggunakan material bekas, ataupun material sampah seperti botol bekas, botol kaca dll, sesuai dengan kemampuan masyarakat dan memanfaatkan potensi di sekitar kawasan.
TAHAP 4 Penambahan Vertical Farming, untuk mendukung konsep re-naturalisasi serta penyediaan kebutuhan pangan untuk masyarakat.
54
VERTICAL FARMING DATA NON FISIK KAWASAN
Panel Vertical Farming berada di area balkon unit hunian, setiap penghuni bertanggung jawab dalam mengelola vertical farming yang dimilikinya. Hal ini sebagai solusi minimnya lahan bertani dan berkebun serta untuk mendinginkan area dalam hunian dan memperindah fasad.
53
FILTRASI AIR HUJAN DATA NON FISIK KAWASAN
Air hujan yang jatuh, mengalir melalui atap miring menuju vertikal farming.
Air hujan difilter pertama kali oleh Vertical Farming yang berfungsi sebagai penyaring dari polusi, daun, dan kotoran lain yang terbawa saat hujan.
Air hujan difilter kedua oleh talang-talang yang berisi lapisan zeolit, ijuk, dan karbon aktif.
Air hujan hasil fitrasi masuk ke dalam Ground Water Tank, untuk digunakan kembali sebagai air untuk mandi, mencuci, buang air, dan tanaman.
56
BUILDING GUIDELINE MASSA BANGUNAN Massa bangunan kampung vertikal dibuat mengikuti pola pemukiman eksisting, terutama ditujukan pada warga yang setuju rumahnya di vertikalisasi.
FUNGSI BANGUNAN Kampung vertikal dapat dimanfaatkan sebagai hunian masyarakat, selain itu pada area lantai dasar dapat dimanfaatkan sebagai area multifungsi (open design), masyarakat diberi kebebasan untuk menggunakan area ini, seperti berjualan, tempat produksi, tempat kumpul dll.
FASAD BANGUNAN Fasad bangunan kampung vertikal (area balkon) harus memiliki vertikal farming sebagai pemenuhan kebutuhan pangan penghuni, pendingin area dalam hunian, serta mendukung konsep re-naturalisasi.
MODUL BANGUNAN Hunian terdiri dari modul-modul dengan ukuran 4mx4m, dimana jumlah modul disesuaikan dengan kemampuan beli masyarakat. Selain itu agar adanya keberagaman tipe hunian mengikuti kawasan eksisting.
FILTRASI AIR HUJAN Pada setiap kampung vertikal harus dapat memanfaatkan air hujan sebagai pemenuhan kebutuhan air pada penghuni bangunan, dimana komponennya tergabung dalam sistem vertikal farming.
DINDING BANGUNAN Calon penghuni di beri kebebasan untuk membangun dinding eksterior dan dinding partisi huniannya pada kampung vertiakal seperti menggunakan material bekas, ataupun material sampah seperti botol bekas, botol kaca dll, sesuai dengan kemampuan masyarakat, memanfaatkan potensi di sekitar kawasan serta mengatasi permasalahan sampah.
PERATURAN BANGUNAN KDB yang semulanya 90% dikurangi menjadi 75%, agar pemukiman tidak terlalu padat, namun KLD di tingkatkan menjadi 8, sebagai solusi minimnya lahan. Serta perluasan area hijau pada setiap pemukiman.
58
JEMBATAN EDUKASI DATA NON FISIK KAWASAN
Harus memiliki Bak Penangkap sampah, ketika air sungai melewati jembatan. Sampah dengan mudah dapat diangkat dan dapat diolah.
Jalur pejalan kaki
Area berkumpul dan edukasi mengenai pengolahan sampah dan pentingnya menjaga lingkungan Turbin air untuk menghasilkan energi Pedestrian dari kampung
3
59
4
PEDAGANG DAN WISATAWAN
Riverwalk di bantaran sungai, diselingi area lapak jualan, merespon keadaan masyarakat yang kebanyakan berprofesi sebagai pedagang.
Di beberapa spot bantaran sungai, ditambahkan keramba untuk budidaya ikan, memanfaatkan air sungai.
Diberikan juga akses menuju area hijau yang berada di tengah sungai, yang berfungsi sebagai public space dan hutan kota.
62
DAFTAR DATA NON PUSTAKA FISIK KAWASAN Badan Standarisasi Nasional. (2004). Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Indonesia: SNI. Damarjati, D. (2018, 02 08). https://news.detik.com/berita/3856700/ normalisasi-atau-naturalisasi-sungai-begini-bedanya. Retrieved from Detik News: Normalisasi atau Naturalisasi Sungai? Begini Bedanya Luderitz, V. (2014). Renaturalization of Streams and Rivers-The Special Importance of Integrated Ecological Methods in Measurement of Success. LIMNOLOGICA, 249-263. NWRM. (2013). Individual NWRM Stream Bed Re-Naturalization. European Commission, 1-9. Resa, A. M. (2017). Strategi Penataan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kampung Bandar Kota Pekanbaru. Dinamika Lingkungan Indonesia Vol.2, 118-126. Verandika, H. (2017). KAMPUNG VERTIKAL DI NGAMPILAN BANTARAN KALI WINONGO YOGYAKARTA. BACHELOR FINAL PROJECT. Vlad, L. M. (2013). THE EFFECTS OF RIVER REGULARIZATION, EMBANKMENT AND DRAINING ON THE ECOLOGY OF. PRESENT ENVIRONMENT AND SUSTAINABLE DEVELOPMENT, VOL. 7, 237-243. Wiradnyana, K. (2018). RUMAH PANGGUNG, WUJUD KREATIVITAS DARI MASA KE MASA. 55. Zacky, M. (2018, 02 09). Ini Konsep Naturalisasi Sungai Anies Menurut Kadis SDA DKI. Retrieved from Detik News: https://news.detik.com/ berita/d-3858823/ini-konsep-naturalisasi-sungai-anies-menurutkadis-sda-dki Pemerintah Kota Yogyakarta. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta 2009-2029. Yogyakarta: Gubernur DIY Yogyakarta, 2010.
INTERNET : http://bpbd.jogjakota.go.id/web/page/16/regulasi http://kependudukan.jogjaprov.go.id https://en.climate-data.org https://medium.com/forumkampungkota/kampung-susunmanusiawi-kampung-pulo-4eb363c74b31
MUHAMMAD NAUFAL RAGA PRATAMA Kudus, 10 - July - 1997 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Angakatan 2015 Universitas Islam Indonesia . telp. +62-895339852328 email. Naufalraga1@gmail.com