From zero to hero ebook version

Page 1


From Zero to Hero 24 Kisah perjalanan hidup BMI yang menginspirasi


Sanksi Pelanggaran Pasal 72 : Undang-Undang Nomer 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1.

2.

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).


From Zero to Hero 24 Kisah perjalanan hidup BMI yang menginspirasi


From Zero to Hero 24 Kisah perjalanan hidup BMI yang menginspirasi

Perwajahan isi : Poedjiati Tan Perwajahan Sampul : Poedjiati Tan Editor : Yuni Kurniah dan Poedjiati Tan Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari Penerbit ISBN:


Daftar Isi Kata Pengantar Poedjiati Tan Kata Pengantar Nur Agustinus

7 9

1. Kisah Rastina Mastur 2. Kisah Siti Chosidah 3. Kisah Dwi Murahati 4. Kisah Erna Setianingsih 5. Kisah Rodiyah 6. Kisah Yuni Kurniah 7. Kisah Anik Suwarni 8. Kisah Nanik Widayah 9. Kisah Bariyah 10. Kisah Suratman Djuwarijah 11. Kisah Istikhanah 12. Kisah Siti Munawaroh 13. Kisah Lutfiani 14. Kisah Sri Wahyuti 15. Kisah Paramita Dwi Atmini 16. Kisah Sutiyem 17. Kisah Soinem 18. KisahAtiek Siswantina 19. Kisah Muhanafiah 20. Kisah Robiangtin

11 20 47 59 73 86 107 119 139 150 163 174 183 192 197 204 209 222 235 243


21. Kisah Riyani 22. Kisah Warsuti 23. Kisah Petrus Herlambang 24. Kisah Sulis Susanti

-6-

249 260 288 296


Kata Pengantar Awalnya tulisan ini adalah tugas menulis biografi untuk Kuliah jarak jauh. Mereka juga belum pernah menulis biografi. Ketika mereka mulai menulis terjadi proses insight yang sangat mendalam. Dengan bercucuran air mata dan berusaha untuk menguasi diri, mereka berhasil menuliskan kisah hidupnya. Ketika membaca tugas mereka, saya merasa ada kekuatan yang luar biasa pada diri mereka. Begitu banyak kisah sedih di masa lalu, bagaimana mereka menghadapi himpitan ekonomi, penghinaan, penipuan, pelecehan seksual, kekerasan dan harus berhenti sekolah untuk mencari uang ketika umur masih belia. Bagaimana mereka memberanikan diri keluar dari desanya untuk mencari pekerjaan. Bagaimana mereka harus menyeberang lautan, bekerja di negari yang asing, harus menahan rindu akan keluarga, harus meninggalkan anak-anak mereka yang masih kecil di tanah air. Beradaptasi dengan lingkungan baru yang sama sekali asing buat mereka. Tetapi mereka menjalani semua itu dengan ketabahan, kesabaran dan tekat yang bulat demi masa depan yang lebih baik. Cerita yang seperti ini mungkin sudah sering atau banyak didengar. Tapi yang menarik dari 24 kisah ini adalah bagaimana mereka bisa melalui semuanya dengan berani dan membalikkan keadaan menjadi lebih baik. Hanya orang-orang yang mempunyai mental pemenang yang bisa keluar dari kesulitan dan meraih apa yang diimpikan. Hanya orang-orang yang kuat, yang bisa berdiri ketika terjatuh. Belajar dari kesalahan, -7-


belajar dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Bagaimana mereka berhasil survive dan keluar menjadi Hero buat keluarganya, anaknya dan dirinya sendiri. Bagaimana mereka masih tetap semangat belajar dengan kerterbatasan yang ada. From Zero to Hero memang cocok sebagai judul dari buku ini. Seperti apa yang mereka alami dari kecil yang telah mengalami cobaan dan berhasil menjadi Hero bagi dirinya sendiri, keluarganya, dan lingkungan sekitarnya. Semoga buku ini bisa menjadi inspirasi buat orang lain yang membacanya dan juga menjadi kenangan perjalanan hidup bagi keluarga dan anak cucunya. Bagaiaman melihat pengalaman penulis yang tangguh, kuat dan survival. Selamat mambaca. Poedjiati Tan Pengajar Distance Learning UC

-8-


Kata Pengantar Ketika saya memberi pelatihan entrepreneurship di Hong Kong di hadapan sekitar 300 Buruh Migran Indonesia, saya melihat jelas bahwa kesungguhan mereka belajar sangat melebihi dari mahasiswa saya yang ada di kampus. Beda ini jelas karena dengan belajar ada sebuah cita-cita yang ingin dicapai. Ada harapan yang sedang dipegang. Harapan bahwa masa depannya akan jauh lebih baik. Bekerja di luar negeri adalah sebuah keputusan besar yang harus diambil untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Mungkin ada yang harus berangkat karena keluarga terjerat utang, atau bisnis yang dibangun ternyata gagal dan menguras ekonomi rumah tangga, atau sebagai suatu bentuk pelarian dari kondisi di tempat asal yang carut marut. Apapun itu, berangkat bekerja di luar negeri, menjadi sebuah pilihan yang dengan sejumlah harapan. Tapi perjuangan tidak akan berhenti sampai di sana. Bertahun-tahun bisa berlalu dengan cepat. Bahkan mungkin ada yang hingga belasan tahun bekerja di luar negeri. Walau banyak alasan mengapa bekerja di luar negeri, namun saya melihat bahwa langkah yang ditempuh ini jelas tidak mudah di awalnya. Cerita bagaimana berada di tempat agen, menunggu proses pengiriman dan tidur bersama yang lain dalam kegelapan, terbayang wajah keluarga, terutama yang sudah punya anak, yang akan ditinggalkan untuk sekian lama membuat harus menahan isak tangis agar tidak terdengar yang lain. Ketika saya berjumpa dengan murid kelas online entrepreneurship di Hong Kong, Ketika saya membaca pengalaman hidup yang dikemukakan dengan tulus oleh para sahabat, saya sangat berharap agar kisah tersebut bisa diterbitkan dan dibaca orang lain. Bukan untuk mencari

-9-


sensasi atau mendramatisir kehidupan. Namun perjuangan yang dilalui ini perlu untuk dibagi agar diketahui dan dipahami banyak orang. Ketika mengetahui bahwa buku ini akan dicetak, bahkan dengan biaya bersama dari mereka sendiri, saya makin kagum dengan kesungguhan ini. Bahwa apa yang dilakukan ini adalah untuk membuat perubahan besar dalam kehidupan mereka. From Zero to Hero, saya kira ini bukan berlebihan. Bukan sekedar menjadi pahlawan devisa yang sering kali dikemukakan dengan tanpa rasa empati, tapi sejatinya mereka adalah pahlawan bagi keluarganya. Walau kadang, tak jarang ada yang harus kecewa karena di rumah, terjadi hal lain yang membuat kisah hidup makin memilukan. Saya yakin kisah-kisah dalam buku ini, yang disusun dengan linangan air mata, bisa memberi inspirasi bagi banyak orang dan makin menghargai apa yang telah dilakukan. Saya bangga telah menjadi bagian dari kehidupan para sahabat-sahabat yang telah berani berbagi kisah hidupnya di sini. Saya yakin ini tidak mudah. Perjuangan yang sesungguhnya adalah ketika kembali ke tanah air karena bekerja di luar negeri bukanlah cita-cita, melainkan hanya sebagai jalan keluar untuk sebuah angan-angan dan rencana. Sukses akan menanti para sahabat, hadapi hidup dengan semangat. Jangan ragu untuk menuju ke jenjang kehidupan berikutnya. Semoga para pembaca juga bisa mengambil hikmah dari refleksi yang dituangkan dalam buku ini. Surabaya, 26 Juni 2013 Nur Agustinus Direktur Akademik Universitas Ciputra Entrepreneurship Online (UCEO)

- 10 -


From Zero To Hero

Kisah Rastina Mastur Prestasi saya mulai terlihat setelah saya mengikut lomba MTQ tingkat desa

Saya seorang anak petani yang hidup di pinggiran kota blitar. Saya mempunyai dua saudara, kakak laki-laki dan perempuan. Kehidupan keluarga saya di saat kecil boleh dibilang sangat sulit secara ekonomi. Ibu seorang pedagang kaki lima, sedangkan ayah saya seorang petani dan penjualan sayuran di pasar. Ayah masih menumpang hidup di orang tuanya. Saat itu kakek meninggal baru dan ayah menjadi tulang punggung keluarga dan adik-adiknya. Beliau harus menghidupi anak dan istri di tambah adik-adiknya dan juga nenek. Setelah saya masuk sekolah, ayah baru bisa membuat rumah gubuk di depan rumah nenek. Ibuku yang saat itu mempunyai hobby jualan, memulai usaha berjualan sembako di rumah kami yang kecil. Anakanaknya masih kecil dan aku sendiri kata ibu sering sakitsakitan. Penghasilan ayah berjualan dan bertani tidaklah banyak,hanya sekedar untuk makan sehari-hari, itupun kadang masih kurang. Melihat orang tua kami begitu susah kakak lakilaki akhirnya minta berhenti dari sekolah yang waktu itu masih kelas 3 SD. Sering kali ayah berangkat ke pasar jam 3 malam, dan baru pulang jam 2 siang hari,begitu

- 11 -


From Zero To Hero seterusnya. Kakak saya akhirnya menggantikan ayah di sawah. Saya dan kakak perempuan juga ikut bekerja, pagi sekolah tidak sarapan dan baru pulang sekolah makan. Setelah itu ke sawah menanam sayuran. Karena saya anaknya bandel, saya sering mengeluh. Akhirnya sayapun ketika kelas 4 SD saya meminta pada ibu untuk bekerja di tempat orang. Pagi sekolah, pulang sekolah saya langsung ke rumah orang yang sangat jauh dari rumah kami. Itupun jalan kaki, tidak menggunakan alas kaki. Dengan tekat ingin membantu orang tua saya bekerja mengupas kacang tanah. Sore hari baru pulang. Setiap hari aku melakukannya .Dan hasil sebagian buat beli pakaian sekolah dan diberikan ibu. Setelah kakak laki-laki tidak lagi bersekolah, ayah membelikan sebuah kambing, untuk di rawat. Sayapun ikut membantu mencari makanan kambing di sela sela waktu ketika tidak bekerja. Kakak perempuan yang pemalu hanya membantu ibu di rumah. Setiap hari saya menangis melihat kakak laki-laki saya. Dia rela tidak bersekolah demi adikadiknya. Kakak mengatakan kepada Ibu, biar adik-adik aja yang sekolah dia akan membiayainya kalau kambingnya sudah banyak.Waktu itu kami masih kecil, disaat saya udah menginjak kelas 5 SD nilai saya turun. Saya bisa naik kelas 6 dengan catatan cadangan. Saya sering di olok-olok teman, dan dikatai orang paling bodoh di kelas. Waktu itu saya tidak pernah belajar, dan harus bekerja demi bertahan hidup. Suatu hari saya di ajak teman belajar membaca alquran. Disitulah bakat suara saya mulai muncul. Orang tua tidak mengijinkan saya ikut belajar dengan alasan jauh sekali dari rumah dan harus melewati bulak sawah yang panjang, selain itu pulangnya juga agak malam. Saya selalu memohon agar diijinkan belajar, akhirnya ibu mengijinkan, dengan syarat kalau menggunakan biaya, saya harus cari sendiri, karena untuk makan saja susah. Saya mengiyakan

- 12 -


From Zero To Hero apa yang dikatakan ibu. �Geh bu insya Allah pasti ada jalan�. Hanya itu yang bisa saya katakan pada orang tua. Di tempat sekolah alquran itu saya memberanikan diri menemui seorang guru. Saya memohon agar kalau ada biaya, saya bisa mendapat keringanan. Alhamdullilah guru saya membebaskan dari pembayaran kas apapun. Kendala terbesar yang saya hadapi saat itu adalah waktu. Sepulang sekolah,saya harus bekerja dengan berjalan kaki dengan jarak yang jauh. Setelah kerja selama 3 jam, dilanjutkan pergi ke sekolah dengan berjalan kaki sendirian. Di desa kami belum ada yang belajar qiroah waktu itu. Bakat yang ada dalam diri saya akhirnya di ketahui oleh pemuka desa. Disaat ada hajatan saya selalu di suruh mengisi acara. Dari situlah saya bisa mendapat uang saku walau sedikit. Saya sudah tidak lagi bergantung kepada orang tua. Setelah lulus, Saya melanjudkan ke Madrasah Stanawiyah/setingkat SMP. Sekali lagi masalah keuangan menjadi penghalang kami sekeluarga. Sehabis sholat subuh saya dan bapak berangkat ke pasar. Saya naik di atas obrok tempat ayah membawa dagangan, melewati sawah,kuburan,dan desa yang sepi, dan setelah itu mengantar saya ke sekolah. Sedangkan pulangnya, saya ber jalan kaki sendirian, dan semua kulalui selama 2 tahun. Menginjak naik kelas 3, Saya mulai di belikan sepeda ontel, walau tidak bagus, tetapi itu adalah hasil tabungan ayah. Sepeda itulah yang mengantar saya pulang dan pergi ke sekolah. Saya sering diejek oleh teman-teman yang orang tuanya kaya. Dengan kesabaran saya hadapi ejekan itu, yang penting saya tidak merepotkan dan tidak mengganggu orang lain. Prestasi saya mulai terlihat setelah saya mengikut lomba MTQ tingkat desa. saya mulai mempunyai teman dan banyak yang mulai ingin berteman dengan saya, mengajak belajar bersama. Sebelumnya banyak yang tidak

- 13 -


From Zero To Hero mau berteman karena keadaan keluarga yang miskin dan sering menghina keluarga kami. Dari situlah saya juga mulai berjualan buku sekolah dengan menawarkan ke teman-teman. Setelah tamat Madrasah Stanawiyah, saya melanjutkan sekolah di PGA karena bercita-cita jadi guru dan ibupun merestui. Hasil tes saya bagus dan diterima. Setelah saya masuk kelas 2, rumah yang kami tempati digusur oleh saudara ayah, yang waktu itu ada pembagian hartawarisan. Keluarga kami pontang panting tidak tahu harus kemana, dan bagaimana dengan nasib kami. Melihat ibu yang sakit parah,sampai meludah darah,akhirnya saya putuskan untuk keluar dari sekolah. Waktu itu, saya punya pacar. Pemuda di desa kami. Dia meminta saya melanjutkan sekolah dan akan dibiayainya. Tetapi saya tidak mau, dan tetap ingin membantu ibu dengan hasil keringat sendiri. “Bu saya ingin bekerja ke kota�,pamit saya sama ibu. Ayah dan ibu menangis, kakak juga ikut menangis. Mereka menghawatirkan saya. Sebab di kota saya tidak mempunyai sanak saudara. “ijinkan saya pergi bu, biar saya bisa membantu keluarga�Pinta saya. Keluarga saya keluar dari rumah nenek tidak membawa apapun. sedikit uang yang di simpan ibu di celengan, di buat beli bambu,dan menopang di tanah orang. Belum lama di situ si empunya menjual tanah nya,yang akhirnya dengan bantuan saudara ibu tanah bisa dibeli dan ditempati rumah bambu Subuh telah tiba, saya berangkat jalan kaki -/+4 kilo untuk naik bis ke Surabaya. Sampai di terminal Wonokromo, dengan berbekal ijasah smp,dan baju 2 helei, saya memberanikan diri menemui pemilik warung di terminal. Saya minta bekerja jadi pencuci piring, tapi pemilik warung menolak, dengan alasan saya tidak bisa bekerja . Bapak ini memandang saya ini pemalas, lalu akhirnya saya bercerita dengan istri pemilik warung.

- 14 -


From Zero To Hero Istri pemilik mau mendengarkan alasan saya pergi dari rumah. Malam itu juga saya di antar ke anaknya dan di daftarkan kerja di pabrik sepatu wadung asri ‘PT FORTUNA’.Aawal masuk pabrik rasanya asing. Saya di terima di bagian assembling, bagian gudang. Pertama kali mendapat makanan nasi bungkus pabrik, saya menangis sejadi-jadinya begitu membukanya. Saya teringat ayah ibu di desa makan apa. Atasan saya kasihan melihat saya menangis. Dia bilang kamu jangan menangis, kalau butuh uang buat keluarga saya pinjami. Tapi saya menolak tawaran itu, 2 minggu sudah saya bekerja dan mendapat gaji. Saya lamgsung menyerahkan ke orang tua, untuk membeli barang bangunan. Saya mencicilnya selama 5 bulan untuk membangun rumah. Setelah 5 Bulan bekerja , saya bisa mengambil cuti dan pulang ke rumah, dan saat itu juga hancurlah hubungan saya dengan pacar. Orang tua dia menolak hubungan kami, pacar saya akhirnya keluar rumah dan pamit pergi ke Malaysia. Malam itu jam 12, hujan sangat lebat dia datang ke rumah dengan payungan daun pisang. Dia meminta saya menunggu kedatangannya, kamipun berpelukan dan saya mengantar kepergiannya. Dengan berbekal telor rebus dan uang saku 25 ribu dari ibuku, berangkatlah dia ke negeri jiran. Sayapun juga berangkat ke Surabaya. Dua tahun sudah saya dengan setia dan bekerja menunggu sang pacar,walau banyak orang yang mau dengan saya. Selalu ku katakan saya sudah bertunangan, Saya dikagetkan dengan kedatangan ayah dan ibu di kos kosan. Ibu memeluk aku dengan erat dan bilang “Sabar ya nduk,alloh mengujimu�. Hati saya berdebardebar, sambil ter isak tangis, saya dengarkan nasehat ayah, kalo dia dinikahkan orang tuanya, dia nurut karena dari Malaysia tidak berhasil. Ibupun pulang dengan di

- 15 -


From Zero To Hero antar tetangga kos, “bu bawa pulang uang ini dan belikan saluran listrik�Kataku kepada ibu sebelum pulang. Rumah kami masih pakai lampu minyak dan belum ada aliran listrik. Kejadian itu sangat membuat saya sakit, dan sempat masuk rumah sakit selama 1 minggu. Diapun menjengukku sambil menangis dan bilang mau pergi dari rumah. Saya semakin sedih mendengarnya. Aku hanya bisa berkata “Aku iklas tidak bersamamu�. Walau sebenarnya aku sangat membutuhkannya. Aku putuskan keluar pabrik dan pulang membantu ayah di rumah jualan. Belum lama berada di rumah ,sayapun di lamar anak seorang ulama di Blitar. Orang tua mengetujui walau kami belum saling kenal. Hati ini mau berontak,tapi saya tetap ingin membahagiakan orang tua. Pernikahanpun terlaksana tepatnya 18 Agustus19 92. Belum genap 1 tahun suami di terima jadi PNS, guru SDN, dan bertugas di pegunungan. Ekonomi kami sekeluarga mulai membaik karena saya juga mandiri. Saya jualan di pinggir sekolahan, menjual mainan anakanak, dari sekolah SD satu ke SD lain. Aku menjalani selama 1tahun dan ketika hamil anak ke 2, cobaan mulai datang lagi. Lingkungan yang kami tempati di pegunungan banyak orang berjudi,dan akhirnya suami ikut berjudi, menghambur-hambur kan uang, sehingga kami sering bertengkar. Aku putuskan untuk pulang ke rumah orang tua bersama anak-anak. Selama itu pula saya mulai jualan parsel lebaran, dengan hamil tua saya keliling menawarkan dagangan,dan hasilnyapun lumayan, buat jajan anak dan untuk hidup sehar-hari . Ketika melahirkan anak ke 2, saya mendengar kalau suami saya bergandeng dengan saudara saya (anaknya adiknya ayah yang baru pulang dari hongkong). Mendengar hal itu, saya rasanya seperti di sambar petir dan menangis

- 16 -


From Zero To Hero sejadi-jadi nya, Saya meratapi nasib anak-anak saya yang masih kecil. Allah memang maha adil, dengan berjalannya waktu mengingat kebutuhan anak begitu banyak, saya memberanikan diri meminta restu ibu dan bapak untuk bekerja ke hongkong,dan menitipkan anak-anak ke mereka. Belum genap 1 tahun di hongkong ibupun sakit keras dan meninggal dunia. Saya sangat shok mendengar suara telpon dari anakku bahwa ibu telah tiada. Tinggal ayah sendirian di rumah, anak-anak saya titipkan kakak meskipun dia sendiri mempunyai banyak anak. Sebenarnya hati ini tidat terima dan tidak tega melihat anak-anak saya, tapi apa boleh buat saya yang harus menghidupi dan membesarkan mereka. Suami tidak mau mengurusi lagi. Akhirnya kamipun bercerai, dan ayahpun menikah lagi, dengan orang yang tidak baik juga. Cukuplah penderitaan ini, ibu telah tiada dan ayah menikah lagi, yang tidak di restui anak-anaknya. Akhirnya hubungan kami sempat renggang. Saya selalu mengeluh sampai kejadian saya sakit di Negara orang. Setiap kali saya telpon ayah selalu meminta uang, dan saya tidak tahu untuk apa. Tapi semua itu saya relakan, semenjak ibu saya meninggal, saya mulai sadar bahwa saya harus bisa hidup mandiri. Saya mulai berani berjualan walau sering di bohongi kawan. Saya teringat kejadian tragis yang menimpa keluarga, rasanya ingin membuktikan kepada dunia bahwa saya bisa. Setelah selesai kontrak sayapun meminta cuti pulang. Saya mengkhitankan anak saya sendirian,senang susah jadi satu . Saat anak saya di bawa ke dokter untuk di khitan ,sayapun jatuh pingsan, tidak thau apa penyebabnya, saudara ,kawan, bahkan teman saya yang melihat saya merasa iba. Tapi semua ini ku terima dengan hati sabar. Sayapun kembali ke Hongkong untuk melanjudkan kontrak . Sebelum ke

- 17 -


From Zero To Hero Hongkong saya bertemu dengan pacar yang dahulu, yang telah mengkhianati cinta. Saya kaget saat mau masuk mobil yang telah aku pesan untuk menghantar saya dan keluarga, ternyata dia sudah ada di dalam mobil duduk di belakang. “Ya tuhan! Apa yang dia katakan waktu itu, dia akan bercerai dan ingin kembali. Tapi saya tetap menolak. Saya tak mau jadi pembicaraan orang. Setelah perjalanan panjang yang kulalui, saya berkenalan dengan orang blitar juga, dan sekarang menjadi suami saya . Setelah menikah saya minta diijinkan kerja lagi selama 2 tahun. Awalnya suami menolak, saya tidak di perbolehkan. Tapi setelah saya kasih pengertian dengan baik dia mengiklaskan walau hati nya berat. Suatu hari saya menolong teman yang suaminya baru meninggal, hati ini tidak tega melihatnya. Setelah saya tolong,ternyata malah jadi petaka buat saya. Saya diadukan ke majikan kalo saya jualan di Hongkong. “oh Tuhan, kenapa saya yang di korbankan�. Majikan saya marah dan akhirnya kontrak saya diputus dan kembali ke tanah air. Setelah dua bulan di rumah, saya kembali lagi ke Hongkong meneruskan janji saya dua tahun. Tak terasa anak-anak tumbuh dengan cepat dan menjadi dewasa, anak pertama sudah masuk SMA. Saya bekerja menjadi pembantu, saya juga berjualan kartu telpon, souvenir dan jasa pengiriman uang demi membesarkan anak-anak. karena dalam berdagang saya tak bisa pelit, akhirnyapun saya sering di bohongi teman sendiri. Tapi Alhamdulillah, Allah melipatgandakan rejeki. Ssaya diterima kerja di agency, sehingga saya mempunyai banyak waktu, dan bisa menjalankan MLM. Hal ini juga yang menghancurkan saya. Saya sering memiliki perasaan tidak enak hati, kasihan, sungkan dengan teman, yang akibatnya sungguh fatal, banyak uang yang di pinjam teman dan tidak di kembalikan. Kecerobohan dan

- 18 -


From Zero To Hero keteledoran yang pernah ku alami menjadi maha guru dalam kehidupan saya, pelajaran yang sangat berharga selama hidup saya, sekarang anak udah masuk di perguruan tinggi, dan empat bulan lagi saya akan pulang dan mengurus anak serta menjalankan usaha mandiri

Bersama dengan Kelompok di kelas A

- 19 -


From Zero To Hero

Kisah Siti Chosidah Setelah melalui perenungan yang panjang, akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan bahwasanya apapun yang terjadi pada hidup saya adalah bukti kasih sayang Tuhan. Siapapun yang menjadikan saya selama ini, itu hanya perantara Tuhan dalam mendidik saya agar berjiwa kuat dan welas asih pada sesama.

Saya lahir dari keluarga petani miskin di daerah Bojonegoro, di tengah lingkungan yang relegius, dengan 3 orang adik yang semuanya laki-laki. Saking miskin nya kami tidur ber alaskan tikar pandan dan berbantal jerami kering yang di bungkus karung. Bunga kluwih sebagai obat nyamuk jika musim penghujan datang. Saya hanya bisa sekolah hingga SMP, itupun terasa sangat berat saya lalui. Ketika SD saya masih belum begitu memahami dan semua saya lewati biasa saja. Tapi ketika SMP, saya sering minder. Saya ke sekolah jalan kaki lewat sawah-sawah agar tidak bertemu dengan teman yang naik sepeda atau kendaraan umum. Uang saku saya tabung untuk beli kain seragam biru putih, dan saya jahit sendiri. Sepatu saya di kasih teman yang anak orang kaya. Hari senin sampai jum’at sepatu itu saya cat warna hitam, dan ketika pulang saya hapus catnya agar kembali warna putih untuk olah raga esok hari. Jujur saya ingin terus sekolah dan bapak ingin saya tetap sekolah, tapi saya juga lihat kesanggupan orang tua

- 20 -


From Zero To Hero dengan 3 orang adik. Sebagai anak tertua melihat kondisi orang tua yang begitu sulit, maka setelah lulus saya bertekad untuk keluar rumah mencari hidup sendiri, agar dapat mengurangi beban orang tua, jika tidak bisa membantu. Surabaya kota terdekat dari rumah dan di sana banyak keluarga dari pihak Ibu. Dengan bekal ijazah SMP, saya di antar ibu ke rumah keluarga adik dari nenek (saya memanggilnya dengan sebutan Mbah Said, yang tinggal di Karang Rejo Timur Gg 1). Beliau seorang polisi di Surabaya dengan 5 orang anak. Di sana saya di paksa untuk sekolah tapi saya tidak mau menyusahkan siapa-siapa. Kakek sangat marah, dan jika saya berkeras ingin cari uang di Surabaya, saya di suruh kerja di jarak. Setelah dewasa, saya baru paham itu tempat apa. Tapi saya paham itu karena saya tidak mau di sekolahkan. Sifat saya keras dan mudah tersinggung. Karena sudah tersinggung, saya keluar dari rumah kakek dan pergi ke rumah Bibi (adik dari Ibu di Sidosermo). Bibi juga bukan orang kaya. Paman hanya jualan minyak keliling. Mereka memiliki 2 orang anak yang masih kecil-kecil. Tapi mereka memahami saya dan menerima saya dengan baik. Hari ke 2 tinggal bersama mereka saya mulai keliling cari kerja dengan di antar bibi hingga naik bis kota. Sore saya pulang, kadang sampai malam. Saya juga melamar di toko NAM , jalan Embong Malang. Disana saya di sarankan untuk ke toko SIOLA yang ada di Jalan Tunjungan. Dasar anak kecil dari dusun tidak pernah ke kota. Sekali ke kota cari kerja, jadi tidak tahu arah. Meski sudah di beri arah-arah oleh orang yang di kantor. Yang ada hanya mengundang rasa kasihan orang yang saya temui, termasuk tukang parkir yang dengan sabar menuntun saya hingga depan pintu ruangan Pak Ing Wibisono yang menjabat sebagai personalia. Lagi-lagi saya di suruh sekolah. Tapi tekad sudah

- 21 -


From Zero To Hero bulat. Saya berusaha menyakinkan bahwa saya benar-benar ingin kerja dan saya pasti bisa kerja. Saya minta di berikan kesempatan ikut seleksi. Maka saya boleh ikut seleksi hingga 2x saya lolos, maka saya di suruh nunggu panggilan kerja yang akan di kirim ke alamat di mana saya tinggal. Ssaya di sarankan pula cari tempat kos yang dekat dengan tempat kerja, mengingat kerjanya sistim shift. Sedangkan untuk pulang ke Sidosermo sangat bahaya di malam hari. Di saat menunggu panggilan kerja inilah saya ditinggal Bibi ke Bojonegoro dengan membawa adik sepupu yang kecil. Adik sepupu yang besar di tinggal bersama saya dan paman di rumah. 2 hari sepeninggal Bibi semua masih biasa saja tak ada yang aneh terjadi. Tapi di malam ke 3 , malam Jum’at, seperti biasa Paman ke pesantren sebelah rumah. Saya di rumah sendiri, Adik main di depan sama temannya. Malam jum’at itu ada film seri LUCENT atau apa ya, saya lupa. Pokoknya manusia hutan yang tayang jam 9 malam di TVRI. Sambil nunggu setelah membaca ayat Al-Qur’an saya tidur-tiduran di kamarnya adik, sebab saya tidak punya kamar. Sehari-hari saya tidur di kolong tempat tidur nya adik-adik, atau di lantai ruang tamu setelah kursi di tumpuk. Saya tidak tahu jika paman datang dan mematikan semua lampu. Belum juga saya paham kenapa tiba-tiba lampu bisa mati, saya meraskan ada yang menindih tubuh saya. Saya tidak mengira jika itu manusia, mengingat daerah itu rumah penduduk masih jarang, dan Paman juga ke pesantren. Saya hanya bisa berdo’a dan ingatan saya hanya kepada kedua orang tua yang kawatir melepaskan saya. Hanya pada Allah saya terus berdo’a. Saya sadar jika itu manusia setelah tubuh saya di pondong keluar menuju kamar Paman. Ketika sampai ruang tamu saya melihat samar-samar dari penerangan lampu halaman, kalau yang ada dihadapan saya memang benar-benar manusia. Dan

- 22 -


From Zero To Hero ya Allah, itu Paman saya sendiri. Tiba-tiba saya punya kekuatan untuk melawan, dan sekenanya mati juga lebih baik dari pada saya sampai di perkosa. Saya lepas dari gendongan dan melompat lewat jendela sebab pintu terkunci. Saya lari ke rumah sebelah yang waktu itu di huni keluarga dari Malang. Saya memanggilnya Bulik Edy. Saya terus terang minta tolong numpang tidur hingga Bibi saya pulang, dengan alasan saya takut di rumah sendiri, dan adik sepupu saya juga saya bawa sebab tidak mau tidur dengan bapaknya. Pagi setelah paman pergi, saya kembali ke rumah Bibi untuk mengerjakan pekerjaan rumah umumnya. Paman saya sudah ninggalkan uang belanja di atas meja. Jam 5 sore, Paman baru pulang. Sejak kejadian itu, kami tidak bertegur sapa. Malam saya kembali ke rumah Bulik Edy, tetangga yang sudah member saya tumpangan tidur. Saya berusaha bantu-bantu pekererjaannya, tapi tidak boleh. Sebab saya sudah banyak kerja di rumah Bibi. Di rumah Bulik Edy, saya tidur di kasur lantai bersama adik sepupu yang ada bersama saya. Saya merenungi nasib saya, sambil saya berdo’a semoga panggilan kerja itu segera datang, dan Bibi juga segera pulang. Dengan begitu saya bisa segera keluar rumah, dan tidak bertemu Paman saya lagi. Dzikir membasahi bibir saya selagi saya terjaga, semoga Allah selalu melindungi dan memudahkan niat saya. 5 hari berikutnya Bibi saya pulang. Saya tidak menceritakan apa yang terjadi. Yang penting saya selamat, itu sudah cukup. Bagaimanapun mereka adalah keluarga dan sudah berbaik hati memberi tumpangan, juga mengantarkan saya cari kerja. AAlhamdulillah panggilan kerja dari SIOLA juga sampai. Maka, saat itu juga saya pergi ke SIOLA untuk daftar ulang sebagai karyawan baru. Dari kantornya Pak Ing Wibisono saya bersama teman langsung cari tempat kos dan menemukan di Plampitan.

- 23 -


From Zero To Hero Sampai rumah saya pamit keluar untuk kos agar dekat dengan tempat kerja. Tuhan telah mengaturnya dengan sempurna. Bibi menangis, dan paman saya hanya diam. Saya pergi dengan dibekali kompor bersama minyaknya, beras, sabun, piring ,sendok juga panci untuk masak. Dengan berat hati saya melangkah meninggalkan rumah Bibi saya dengan perasaan yang campur aduk. Namun tidak ada keraguan atau takut hidup sendiri di luar. Saya yakin saya pasti bisa. Saya kos di plampitan dan pindah ke kebangsren. Di SIOLA saya tidak lama. Saya sudah ada teman dan sama-sama cari kerja di tempat lain yang bisa memberi gaji lebih agar cukup. Saya pernah kerja di pabrik rokok Sampoerna, menjadi Sales di PT WINGS, juga UNILEVER. Saya juga pernah jadi pembantu di toko orang china di Sumenep- Madura. Pernah menjadi penjaga toko di Pasar Kembang, penjaga kios ice cream ala italian di Kebun Binatang Surabaya, Toko Wijaya, Juanda, dan Pasar Atom. Saya pulang ke Bojonegoro untuk menghindari lamaran tetangga gang. Di rumah saya ikut pelatihan menjahit di KLK Bojonegoro hingga lulus. Umur 18 tahun, sebagaimana remaja lain nya saya menjalin hubungan dengan tetangga yang dari keluarga kecukupan. Ternyata orang tuanya tidk keberatan dan mendukung dengan baik. Kamipun berpikir kedepan. Tapi keluarga saya, terutama ibu dan Paklik saya dari pihak ibu menentang habis-habisan. Bahkan saya tidak di akui sebagai ponakan jika tetap menjalin hubungan dengan dia. Dengan amarah yang tinggi sambil menendang dinding rumah, Paklik bilang “Jika ada laparnya, kamu jangan minta makan siapa. Jika ada jatuhnya kamu, jangan minta tolong untuk bisa berdiri. Jika ada kesulitannya, kamu jangan pernah cari saya. Anak tak tahu di untung, dan ingin membunuh saudaraku dengan ulahmu yang tidak bisa diatur. Pokoknya mulai sekarang jangan panggil aku

- 24 -


From Zero To Hero Paklik. Mulai sekarang aku nggak punya ponakan macam kamu�. Sebenarnya jalinan hubungan semasa remaja saya tidk ada yang berlebihan apalagi saya di besarkan di keluarga dengan lingkungan yang takut dosa. Jadi semua wajar-wajar saja. Begitu juga ibu sangat kasar. Tiap ibu dengar dia datang, belum juga masuk rumah pintu sudah di banting. Mereka tidak setuju. Alasan nya ibadahnya tidak bagus, turunannya orang yang kurang baik. Tapi saya tetap ngotot menerima dengan pertimbangan agar tetap dekat dengan orang tua. Adalah ibu saya yang paling tidak bisa memahami sifat saya di tambah hasutan Paklik saya yang polisi itu, membuat keberadaan saya di rumah layaknya pengemis. Ibu saya punya penyakit yang saya tidak paham sakit apa. Tapi yang jelas, jika ibu sedih, ibu tidak mau bicara dan tiba-tiba pingsan di sembarang tempat. Jika sudah pingsan, susah siuman. Kalau sudah begitu, semua orang menjadikan saya kambing hitam. Saya benar-benar tidak punya tempat di rumah saya sendiri. Hanya bapak yang memahami saya, dan tidak pernah marah meski saya bagaimana. Hanya 1 yang tidak boleh saya lakukan adalah saya tidak boleh pergi dengan teman saya yang tidak bisa di terima ibu. Di situasi yang panas itulah, datang orang yang tidak kami kenal melamar saya. Ternyataorang tersebut masih saudara dengan tetangga jauh kami di dusun itu. Mereka datang dari Jember, yang katanya orang kaya. Saya berpikiran jauh atas kondisi orang tua yang miskin dan katanya mereka kaya. Saya tidak ingin keluarga saya terhina. Waktu itu belum ada listrik. Kami pakai lampu petromak karena akan ada tamu. Sebelum tamu datang lampu saya ganti dengan lampu minyak kecil agar mereka tahu kalau kami miskin. Ketika mereka datang bapak juga menyerahkan keputusan pada saya yang menjalani. Disitulah saya jelaskan semua dari A-Z agar tidak

- 25 -


From Zero To Hero ada penyesalan di kemudian hari. Bagaimanapun saya sudah punya pilihan dan masa depan, dengan segala langkah sudah kami rencanakan. Kami akan usahakan sama-sama tanpa memebebani orang tua saya, karena didukung keluarga dia yang kecukupan. Tapi ibu saya seakan memaksa saya harus menerima lamaran malam itu. Saya bingung dan serba salah, diantara cita-cita sendiri dan kemauan Ibu yang berpenyakit, serta selalu mengkambing hitamkan saya jika sakitnya kambuh. Merasa di rumah sudah tidak ada tempat, Paklik saya yang polisi juga sudah tidak mau mengakui saya sebagai ponakan, demi Ibu, dan agar menghindari cap anak durhaka, saya terima lamaran itu dengan harapan dan keyakinan bahwa restu ibu adalah yang terbaik,serta bisa membawa saya ke hidup yang lebih baik. Seminggu kemudian, saya di suruh ngurus surat pindah tempat karena di Jember sudah ada rumah sendiri. Jadi saya di bawa pulang ke Jember. Saya tahu pikiran Ibu bukan lagi ingin yang terbaik bagi anaknya, tapi lebih pada agar saya bisa pergi sejauh-jauhnya dari teman pilihan saya sendiri. Kuwalitas ibadah maupun keturunan tak lagi jadi pertimbangan yang penting. Saya segera pergi sejauhjauhnya agar tidak bertemu dengan pilihan saya. Sebab kalau itu jadi pertimbangan, sepertinya alasan tidak mau menerima pilihan saya, jelas ibu tidak akan menerima saya di lamar orang yang sama sekali tidak di kenalnya. Saya orang nya sangat sensitive dan merasakan keputusan Ibu memang benar-benar ingin menyingkirkan saya dari rumah. 3 hari berikutnya saya di jemput dengan istilah orang jawa boyongan. Tapi saya sendiri dibawa pergi calon mertua. Sebelum pergi saya Tanya Ibu, “Benarkah ini yang terbaik untuk hidup saya ke depan?. Saya tidak tahu akan menikah dengan siapa dan bagaimana keluarganya. Jika saya sudah keluar rumah, apapun terjadi saya tidak akan pulang dan jangan

- 26 -


From Zero To Hero pernah sesali jika terjadi apa dengan saya. Saya tidak tahu siapa mereka dan Jember itu mana. Tapi jangan kawatir apapun terjadi saya tidak akan mengadu pada siapa. Ini pilihan njenengan sendiri untuk anak perempuan satu-satunya . Saya tidak perduli dengan hidup saya, yang penting ibu senang dan tidak sakit-sakitan lagi. Saya berusaha ikhlas meski belum tentu saya bisa, sebab sifat saya yang tidak mudah melupakan apapun yang terjadi”. Saya juga tanya ke Bapak “Kenapa saya harus di singkirkan dengan cara ini? Apa salah saya, atau siapa sebenarnya saya?”. Bapak saya diam, begitu juga ibu. Maka saya tidak ada pilihan, selain melangkah meski dengan putus asa. Ya langkah putus asa merasa terbuang dari keluarga. Dengan bekal uang Rp. 3.200,- yang rencananya untuk ongkos pulang, saya ikuti mereka dengan perjalanan BojonegoroJember. Sepanjang perjalanan pikiran saya tidak bisa saya lukiskan dengan kalimat yang tepat. Hanya pada Allah saya berserah diri. Sore hari, sampailah saya di rumah mereka. Memang benar mereka orang kaya dengan rumah bangunan permanen yang bagus untuk ukuran waktu itu. Apalagi di banding gubug kami, saya seperti orang linglung dan masih belum tahu akan nikah dengan siapa dan mana orangnya. Dalam hati saya mikir, saya ini meski jelek-jelek juga 3 tahun hidup di kota. Tapi ketika menikah, layaknya Siti Nurbaya atau karena sama nama depan nya sehingga sama nasibnya?. Ya Allah, malam terasa mencekam. Saya belum juga ketemu calon saya. Saya bingung namun saya netralkan sendiri. Suasana sangat jauh beda dengan dusun saya yang biasanya jam-jam shalat, ramai dengan kumandang Adzan atau baca’an Al-qur’an dari pengeras suara. Disini sepi dan seperti mistik sekali. Benar saja, malam ada yang masuk rumah dan saya yakin ini orangnya. Dia menyalami dan menyapa saya. Dengan santun basa basi saya tanya,

- 27 -


From Zero To Hero katanya baru pulang dari sawah. Ya Allah jam begini baru pulang dari sawah. Kapan dia shalat magribnya?. Suasana sangat kaku. Setelah saya shalat Isya, saya masuk kamar yang di sediakan. Saya tidak perduli dengan orang-orang ramai di teras rumah,saya letih setelah seharian di bis. Pagi saya berencana pulang sesuai pesan Bapak. Tapi mereka melarang dan katanya minggu depan kami segera nikah. Ya Allah, benarkah ini kuasaMU atas diri hamba?. Minggu berikutnya saya benar-benar menikah dan keluarga saya datang dari Bojonegoro. Sekali lagi saya tanya kepada Bapakdan Ibu, “Benarkah saya harus nikah dengan kondisi seperti ini? Sebagai anak yang di besarkan dalam keluarga agamis dan lingkungan yang mengedepankan ibadah, mimpi saya cuma jika datang jodoh saya, semoga dia bisa jadi imam shalat dan hidup saya. Saya tidak pernah mikir harta. Mungkin sudah terdidik di lingkungan yang miskin sehingga terbiasa dengan kondisi yang seadanya. Tapi seminggu ada di lingkungan mereka, saya sedikit paham sebenarnya mereka itu siapa. Mereka benar-benar tidak mengenal Tuhan. Bau kemenyan menyengat hidung di malam jum’at manis. Masjid juga baru di bangun dan itu artinya, sebelumnya memang tidak ada aktifitas muslim di sana. Ini jelas bukan yang saya harapkan. “Jika Bapak ingin mundur masih ada kesempatan”. Bapak minta saya lebih berserah diri saja atas kuasaNYA. “Manusia hanya menjalani apa yang sudah di gariskan. Jika apa yang ada di depan kita tidak sesuai yang kita harapkan bukan berarti Tuhan tidak sayang atau tidak adil. Sama dengan bapak mu ini. Bapak percaya kamu bisa merubah kondisi dan Allah memberimu amanah untuk merubah yang tidak seharusnya sebatas yang kamu mampu. Allah akan tetap bersama hambaNYA yang sabar dan selalu berserah diri. Bagaimanapun kesehatan Ibu juga harus kamu pikirkan”. Bapak menasehati saya banyak sekali. Saya pun pasrah pada keadaan.

- 28 -


From Zero To Hero Ada yang lucu saat nikah, saya di tanya penghulu siapa nama calon suami saya. Dengan enteng saya jawab “Saya tidak tahu dan saya tidak kenal sebelumnya�. Kalau mau di teruskan silahkan jika tidak ya Alhamdulillah�. Akhirnya pernikahan itu benar-benar terjadi. Saya mencintai orang dan sudah menata masa depan rapi, tapi sekarang saya justru nikah dengan orang yang tidak saya kenal sebelumnya. ini nyata. Ya Allah, apa rencanaMU di balik semua ini? Apapun semoga yang terbaik bagi saya. Benarbenar seperti mimpi. Subhanallah setelah seminggu menikah saya harus menjalani hari-hari yang berat lahir batin. Saya harus mengikuti cara hidup mereka yang orang jawa bilang kedonyan. Tidak ada apa yang ada dalam pikirannya selain bagaimana mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Tidak ada lagi pemandangan anak-anak kecil pergi ngaji. Tidak ada lagi kumandang suara adzan dan orang-orang pergi shalat berjama’ah. Yang ada orang sibuk kerja tanpa mengenal waktu. Saya jadi bulan-bulanan mereka karena kemiskinan orang tua yang tidak memberi saya sawah. Hari-hari saya berat lahir batin. Mertua saya punya sawah yang luas ditambah lahan sewa di tempat yang sangat jauh. Saya datang di musim tanam tembakau Virginia kelas export. Perawatannya sangat njlimet. Jam 3 pagi saya harus bersepeda kesawah. Hingga jam 11 siang dan sore jam 1 hingga jam 6 baru pulang. Kadang malam harus lembur di gudang. Belum lagi sawah yang tidak boleh di Tanami tembakau tentu di tanami padi. Saya pontang panting. Kemalaman di sawah juga pernah. Cuci muka dengan sayur lodeh juga biasa. Bagaimana tidak, sebelumnya saya tidak pernah tani, tiba-tiba harus tani. Tidak pada umumnya, saya harus ngirim ke sawah untuk makan orang banyak dengan nasi lengkap yang di taruh atas kepala dan jalan di pematang. Tangan kiri pegangi wadah

- 29 -


From Zero To Hero nasi yang di tumpangi piring lauk dan sayur lodeh. Berat sekali. Tangan kanan bawa termos kopi. Kalau panen, jam 11 malam kadang masih di pematang sawah sambil bawa 15kg gabah di atas kepala dan jalan di keremangan malam. Hari-hari berlalu, hanya kerja dan kerja yang tak mengenal waktu. Meski begitu, status saya yang anak miskin tetap jadi masalah untuk selalu memojok kan saya. Shalat saya keteteran. Saya tidak punya teman berbagi, dan saya juga sudah keluar rumah tak ingin orang tua tahu apa yang saya alami. Semua saya simpan sendiri. Hanya pada Allah saya mengadu dan berserah diri setiap ada kesempatan,. Jam 2 pagi saya bangun untuk shalat malam, menangis di hadapan Tuhan. Sebab hanya DIA yang saya punya dan hanya DIA yang selalu ada di setiap nafas saya apapun kondisi saya. Meski begitu saya tetap manusia biasa yang ada kalanya benar-benar terpuruk. Jika sudah begitu, saya menyalahkan banyak orang yang menjadikan saya seperti selama ini. Saya marah pada nasib sendiri. Saya marah pada Ibu. Saya marah pada suami yang hanya diam saja ketika saya di caci maki karena tidak bawa sawah. Saya marah ketika dengar mereka mengunjing. Saya marah mendapati kenyata’an badan terasa remuk kerja layaknya sapi di sawah, tapi tetap tidak bisa membuat hati mereka melunak. Padahal pernikahan ini atas kemauan mereka dan sebelum nya juga sudah saya jelaskan. Empat bulan berikutnya kami di beri sawah Ÿ hektar, 1 panci sayur, 1 panci untuk masak nasi dan 1 wajan. Bapak mertua yang beli dan kami di suruh hidup mandiri. Masalah kembali timbul ketika saya mengandung Elsya. Mereka tidak setuju kami punya anak sebelum kaya. Kami harus kerja dulu dan janin dalam rahim saya diminta untuk digugurkan. Saya jelas menolak, sebab saya muslim dan itu haram. Tapi mereka tidak perduli. Saya dibawa

- 30 -


From Zero To Hero kakak ke mertuanya yang tukang pijat dan saya juga harus minum parutan nanas muda. Saya pasrah saja. Hanya do’a dan do’a yang saya tangiskan agar Allah menolong saya. Benar saja, saya tetap baik-baik saja dan kerja tetap tak punya waktu meski hamil 7 bulan. Bahkan keika usia kandungan 9 bulan pun, saya tetap kerja layaknya mereka yang tidak kenal waktu. Umumnya orang jawa ada selamatan 7 bulanan, saya berusaha sendiri. Begitu juga ketika kelahiran di rumah, saya di temani mertua dan dukun bayi dusun tanpa ada masalah apapun. Tak sampai 1 jam saya sudah selesai mandi. Semua tetangga kaget sebab sore saya masih di sawah dan malam juga tidak ada masalah, tiba-tiba ada tangis bayi tanpa cacat cela. Alhamdulillah benar-benar kuasa Tuhan. Meski sudah berusaha di gugurkan dan kerja keras, bayi tetap lahir dengan mudah dan selamat juga tidak ada cacat. Sejak itu hubungan bukan tambah baik tapi semakin memanas saya merawat bayi sendiri sebisanya. Berkali-kali mertua tanpa tedeng aling-aling minta kami cerai dengan alasan saya pembawa sial. Kerja mati-matian tetap saja tidak kaya seperti lainnya. Saya enteng saja dan terserah bapaknya Elsya mau cerai monggo mau terus juga tidak masalah sebab pada dasarnya kami berdua tidak ada masalah apa-apa. Bapaknya Elsya tidak melawan juga tidak manut yang penting keluarga sendiri tidak ada masalah, kenapa harus ributkan mereka?. Ternyata mertua tidak berhenti dengan pikirannya. Saya di panggil dan di minta meninggalkan rumah. Mertua bilang saya tidak boleh makan hasil sawah sebab itu sawah untuk makan bapaknya Elsya. Jika saya ingin makan suruh minta orang tua sendiri. Tahu sifat saya yang sensitive dan keras, malam itu juga saya kemasi barang-barang saya dan saya pamit ke suami untuk pulang ke Bojonegoro. Elsya yang waktu itu umur 3 tahun saya bawa. Kalau mau ikut

- 31 -


From Zero To Hero silahkan jika tidak, ya tidak masalah. Saya istri bukan karena cinta namun tanggung jawab sebagai muslimah. Jadi pisahpun bukan hal berat bagi saya. Akhirnya kami bertiga pergi malam itu dan sampai Bojonegoro pagi. Sampai di Bojonrgoro kami tidak bilang sejujurnya pada orang tua atas kondisi yang ada. 3 bulan di Bojonegoro mertua datang minta kami pulang. Rumahnya bisa rusak jika di tinggal lama-lama. Mertua saya memang aneh. Ada kalanya begitu baik, tapi setelah makan ikan lele kesukaannya yang di belikan kakak ipar saya, sifatnya jadi berubah 180 derajat. Semua anak-anaknya dimusuhi. Yang baik ya cuma ipar saya itu. Elsya umur 5 tahun saya tinggal kerja di perusahaan tembakau Virginia atas ajakan tetangga yang kasihan lihat keadaan batin saya yang selalu di jadikan bulan-bulanan keluarga mertua,awalnya saya kerja umumnya dan lamalama saya di tempatkan di bagian pembukuan ringan juga terima telpon, tugas saya sebagai asisten bagian stapelan mengontrol suhu tiap tumpukan tembakau mentah hingga siap di pilih kuwalitas warna,ketebalan daun, ukuran panjang juga lebar juga proses-proses lain nya hingga tembakau siap di bal (kemas) siap export dan saya bekerja sepanjang tahun. Di tempat kerja saya banyak teman, saya kerja dari jam 6.30 hingga jam 3 sore sabtu ½ hari tapi di bayar penuh begitu juga libur merah libur tapi pekerja tetap di bayar dan minggu libur. Hari-hari saya lewati dengan tetap sabar dan tangis pada Tuhan tiap malam, di tempat kerja saya di hargai banyak orang,saya juga harus ngatur banyak orang sehubungan stapelan, tapi ketika pulang saya seperti pengemis namun saya tetap tidak dendam, saya yakin Allah ada bersama saya dan semua pasti ada akhirnya dan semoga akan indah pada waktunya. Elsya sudah duduk kelas 3 SD. Karena desakan ekonomi dan perlakuan mereka yang juga tidak berhenti,

- 32 -


From Zero To Hero bahkan semakin menjadi. Juga mungkin terdorong sifat saya yang diam serta pasrah, saya ingin merantau ke Hong Kong. Orang pertama yang tahu niat ini adalah teman dekat saya, Mbak Parti, yang sudah seperti saudara dan bagian SPSI di kantor. Mereka mendukung. Sampai rumah saya minta izin suami. Meski berat diijinkan juga. Saya cari PT yang punya nomer izin, dan saya masuk PT KMS di Matraman lewat seorang seponsor dari Jember. Untuk minta izin orang tua saya cari cara agar mereka mengizinkan. Saya tinggalkan rumah dan proses. Tapi karena waktu saya di minta ikuti proses 2 negara tujuan yakni Malaysia dan Hong kong, mengingat Hong Kong lagi berupaya untuk kembali ke china. Ternyata panggilan visa datang dari Malaysia, dan di sana saya kerja selama 2 tahun. Saya pulang tahun 1999. Tahun 2000 saya masuk PT RAJASA, Jalan Pluit Sakti untuk tujuan Hong Kong. Tapi sama bu Serly saya di ubah ke Taiwan dengan pertimbangan bahasa. Di Taiwan saya kerja 2 tahun dan tahun 2002 saya pulang dengan uang cukup untuk modal. Bapak saya sendiri sudah meninggal ketika Elsya masih kecil, umur 3th. Beliau meninggal karena sakit paru-paru, setelah menerima penghargaan petani teladan nasional dari Presiden Soeharto di Istana Negara. Adikadik saya masih utuh. Sehingga sebagai anak tertua, walau bagaimanapun ,saya merasa terpanggil untuk membantu mengentaskan mereka. Dari Taiwan saya mantu adik nomer 2, sebab yang pertama saya belum punya penghasilan memadai. Uang lain nya saya gunakan buat rumah juga perbaiki rumah pemberian mertua. Lainnya untuk terjun ke pertanian secara total. Dengan lahan 2 hektar lebih sawah sendiri yang di gadaikan, saya tebus dan nebus sawah saudara. juga lahan sewa hamper 2 hektar. Tapi sifat bapaknya

- 33 -


From Zero To Hero Elsya yang selalu kurang dan kurang serta mudah terlena oleh teman-temannya membuat saya kelabakan. Di tambah antara biaya dan penghasilan ketika panen meski bagus tetap tetap tidak sebanding dan minus. Tahun 2004 Elsya punya adik laki-laki. Walauupun jarak kelahiran 15 tahun, saya tidak mengalami kesulitan. Benar kata orang Jawa, jika pertama lancar maka berikutnya juga lancar. Agung lahir di Bidan desa. Hanya butuh waktu 1.5 jam sejak tanda-tanda akan kelahiran. Hari itu, 4 Januari 2004, saya melahirkan anak kedua, dengan berat 3.5kg. Ternyata Tuhan berkehendak lain. Umur 6 bulan dia mengalami panas. Langsung saya bawa ke bidan. Sudah sembuh. 1 minggu berikutnya panas lagi. Saya bawa ke bidan lainnya dan di rujuk langsung ke RSUD dr.Subandi. Hari itu, hari libur bertepatan dengan pilihan legislatif. Kondisi Agung tidak membaik, malah koma. Saya panik. Hingga hari ke 8 Agung baru sadar. Meskipun begitu tidak ada sanak keluarga suami yang datang menjenguk, selain adik-adik ipar yang sama-sama di musuhi orang tua. Justru tetangga kiri kanan, juga yang jauh tiap sore datang rombongan dengan mobil sewaan. Tangis haru saya selalu pecah manakala meraka datang. Bagaimana lainnya biarkan jadi rahasia hidup saya. Walau bagaimana mereka juga keluarga saya. Meski saya tidak pernah bisa di terima dengan baik. Apalagi kedua mertua saya sudah berpulang. Semoga di ampunkan segala dosa dan di tempat yang terbaik di sisiNYA. Ada juga yang intinya selagi saya punya uang, maka mereka saudara dan keluarga. Tapi ketika saya tidak punya uang semua memusuhi saya. Tetapi jika saya berhasil dalam usaha, kakak ipar saya iri dan sanggup melakukan apa saja untuk membuat kami kembali lapar. Semua memang bersumber dari sifat iri dengki kakak ipar saya yang sebenarnya sudah hidup kaya. Tapi mungkin memang

- 34 -


From Zero To Hero sifat dasarnya sehingga tidak bisa baik. Setelah 13 hari di RSUD dalam penanganan dokter sepesialis anak, keuangan saya sudah tipis. Uang yang saya miliki sudah diterjunkan ke pertanian yang cukup luas. Maka atas pertimbangan keluarga lainnya, Agung harus di pindah ke RS yang lebih baik dan bayar belakang yakni ke RS PTP 26. Di sana kita boleh milih dokter, yang juga semua bayar belakang. Jadi kami punya waktu untuk usaha mencari dana. Memang mahal, tapi pelayanan sangat bagus. Kita bisa minta dokter terbaik yang ada. 5 hari Agung di rawat di sana. Kondisinya berangsur membaik saya pun lega. Sawah pemberian mertua terpaksa di jual oleh suami untuk persiapan biaya, yang nanti juga biaya sekolah Elsya yang masuk SMKN. Setelah tidak mendapatkan pinjaman dari mana-mana, kalaupun ada itu tetap saja tidak mencukupi, mengingat begitu besar yang harus kami tanggung. Tapi tidak mengapa, yang penting anak bisa sembuh. Kasihan lihat bayi sekecil itu harus terpasang banyak alat medis di tubuhnya yang mungil. Kami tidak minta tolong pinjam ke mertua maupun saudara yang kaya sebab kami tahu bukan pinjaman yang di dapat tapi caci maki itu pasti. Tanpa sepengetahuan kami, adik ipar di rumah bicara dengan Bapak untuk pinjami dulu nanti kalau sudah selesai urusan rumah sakit bisa di rundingkan bagaimana baiknya. Namun tanggapannya sungguh menyakitkan. Mertua sama Kakak ipar (Pak Agus) marah besar dan buku tabungan Bapak yang atas nama keponakan saya (Agus) di lempar ke hadapan Elsya yang lagi nonton TV sama sepupunya. Anak saya sudah SMK, tentu paham dengan aliran dana dalam tabungan itu. Benar juga, uang bapak sudah habis dan anak saya berusaha mengingatingat dana keluar jutaan pada tanggal-tanggal yang tertera dengan kejadian yang pernah ada. Sebab bapak mertua

- 35 -


From Zero To Hero saya tidak pernah keluar uang jutaan apalagi ber kalikali. Ternyata uang itu sudah di habiskan kakak ipar saya untuk beli sepeda motor, untuk biaya operasi kelahiran bayi anaknya Agus. Saya tahu ketika Elsya ke rumah sakit dan cerita semuanya. Saya faham dan saya sabar saja. Di hari ke 13 perawatan, saya mendapatkan kenyataaan yang memilukan bagi kami orang yang sudah terbiasa dengan kondisi yang tidak biasanya (istilahnya firasat). Ruangan yang sangat bersih tapi tiba-tiba dari telinga Agung ada semut merah. Hal langsung saya sampaikan ke ke dokter dan minta untuk pindah ruang perawatan, dengan pertimbangan dokter mungkin tempat nya kurang bersih. Tapi hal itu bukan solusi, ternyata esok hari hal itu terjadi lagi. Maka naluri saya mengatakan bahwa anak saya memang akan segera di ambil kembali. Sebagai orang jawa sedikit saya paham akan adanya firasat sebelum sesuatu terjadi. Maka saya serahkan pada kuasaNYA. Jika memang itu yang terbaik maka saya ikhlas dari pada harus seperti itu. Jika memang di izinkan bersama saya, maka saya minta di beri kesembuhan dan masa depan baginya yang masih bayi. Saya tidak tega lihat bayi sekecil itu harus di pasang banyak alat medis. Akhirnya saya minta dokter untuk bawa dia pulang dan memang kondisinya sudah boleh rawat jalan. Maka saya di izinkan dan harus kontrol 1 minggu sekali. Setelah rekap biaya, Agung kami bawa pulang. Sampai rumah ternyata di rumah sudah penuh orang, namun tidak saya lihat mertua saya maupun kakak ipar saya. Padahal kami tinggal 1 halaman karena memang mertua kecukupan dan anak-anaknya semua di buatkan rumah dalam 1 petak tanah. Saya terharu dengan orangorang yang datang. Hari-hari Agung dalam pemulihan, tapi 2 minggu di rumah, kami bawa dia untuk ikhtiar pengobatan yang lain.

- 36 -


From Zero To Hero Dengan sepeda motor kami bawa dia dalam pangkuan saya. Ketika kami mengisi bensin saya mencium bau bunga kenanga. Hati sudah tidak nyaman tapi tidak mikir apaapa. Setelah mengisi bensin, kami meneruskan perjalan dan Agung masih dalam pangkuan saya. Sekitar 500 meter di depan, Agung merengek pelan. Saya coba menenangkan dan sepertinya dia tertidur. Kami terus jalan. Tapi ketika di tengah perjalanan, tiba-tiba hati saya kembali tidak nyaman dan jantung saya berdegup keras sekali. Saya minta suami untuk berhenti sebentar. Kami periksa Agung yang menurut saya tertidur dalam pangkuan saya, ternyata Tuhan telah mengambilnya kembali. Mendapati kondisi yang demikian kami balik arah dan pulang. Sampai rumah saya bawa dia masuk seperti tidak terjadi apa. Kami diam tidak tahu harus bagaimana. Tetangga kiri kanan datang, karena mereka pikir kok cepat sekali kembali. Saya tidak bisa bicara apa-apa. Begitupun bapaknya Agung juga terdiam. Rupanya sikap kami mengundang curiga orang yang ada di ruang tamu. Lalu memeriksa Agung yang masih dalam gendongan saya. Dari situlah mereka paham kalau Agung sudah di bawa pergi pemiliknya. Menyadari orang pada rebut, saya panik maka dengan gerak cepat saya bawa Agung masuk kamar dan saya kunci di dari dalam. Saya tidak ingin mereka mengambil anak saya. Bagaimanapun saya nunggu dia 15 tahun. Nalar saya benar-benar sudah hilang. Entah bagaimana akhirnya mereka bisa meluluhkan hati saya untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka Agung di ambilnya untuk proses jenazah selanjutnya. Setelah anak lepas dari tangan, saya limbung. Sungguh kenyataan yang tidak bisa saya tulis dengan kalimat. Saya benar-benar syok. Padahal sebenarnya hari itu waktunya turun sawah dengan banyak tenaga yang sudah nunggu. Apakah saya tidak ikhlas? saya tidak paham.

- 37 -


From Zero To Hero Ternyata kehilangan sangat-sangat berat di rasa. Sejak itu saya trauma ketika dengar tangis bayi atau lihat bayi. Hati saya tetap pilu dan airmata mengalir sendirinya. Apakah ini karena saya sebenarnya belum ikhlas? Begitu juga ketika lihat foto Pak Nur dengan bayinya saya pandangi dengan perasaan tidak karuan dan airmata. Sejak itu bapaknya Elsya jadi berubah. Diamnya menyimpan beban dan saya paham. Bagaimanapun semua sudah kami pertaruhkan untuk pengobatannya. Semua habis, anakpun pergi. Belum lagi sikap Mertua dan Kakak ipar saya yang tetap mengkambing hitamkan saya dan marah-marah ke Bapaknya Elsya. Sebagai orang yang terdidik dekat Tuhan maka di situasi apapun saya kembali pada Tuhan. Tapi tidak demikian dengan Bapaknya Elsya. Dia lari ke meja judi dengan uang pinjaman tanpa sepengetahuan saya. Sawah tidak terurus padahal tidak sedikit biaya yang di gunakan untuk turun dengan garapan 2 hektar lebih, dan juga sewa lahan yang mahal. Hari-hari hubungan kami dengan Mertua atau Kakak ipar memburuk karena sawah di jual Setelah 1 th meninggalnya Agung, saya pamit pergi lagi sebab Elsya sudah SMK dan saya ingin dia kuliah. Hong Kong jadi tujuan saya. Maka saya masuk ke PT di Malang dan menjelang lebaran Idul Fitri kami boleh pulang. Saya manfaatkan kesempatan itu untuk pulang sebelum terbang. Setelah shalat Ied, karena jauh orang tua, maksud hati ingin sungkem ke mertua yang bagi saya seperti orang tua sendiri. Sebelum saya bertemu dengan sesiapa, saya ke mertua dulu. Tapi apa hendak di kata, tidak ada sepatah katapun keluar dari Bapak. Sayapun paham dan keluar. Dua hari di rumah dan saya kembali ke penampungan. Minggu berikutnya saya terbang. Pada Ibu kandung saya cuma pamit lewat telpon. Alhamdulillah saya dapatkan majikan baik meski

- 38 -


From Zero To Hero cerewetnya tidak ketulungan. Saya paham dan tidak menjadikan beban. Bagaimanapun ini bukan yang pertama. Saya juga terbenani potongan gaji 7 bulan kali HK$3000. Belum lagi utangnya Bapak Elsya, serta biaya sekolah Elsya. Semua jadi semangat saya untuk bisa menaklukkan hati majikan. Elsya tidak mau kuliah dan milih minta modal untuk belajar usaha, dari pada uang buat kuliah yang semua hanya teori, lulus juga masih bingung cari kerja, mending buat belajar langsung agar tidak lagi membebani orag tua. Akhirnya saya ngalah dan saya beri dia HK$3000 dan kreditan sepeda motor untuk jalan. Awalnya jualan keset dengan sepeda motor, kemudian kasur lantai. Elsya sebenarnya anak yang ulet dan pantang menyerah. Jatuh bangun itu biasa dan tidak terhitung lagi sebab itu sudah tekadnya sendiri. Saya sampai jibeg tak tahu harus bagaimana jika anak sms, ada saja masalah yang kadang terjadi di luar nalar. Saya di sini sudah mencapai target 6 tahun. Libur saya setiap hari Kamis dan tidak bisa hari Minggu, sebab anak majikan akan datang makan malam di rumah. Enam tahun saya manut, yang penting hak-hak saya lancer. Majikan minta saya tambah kontrak dan bobo yang saya jaga tidak mau di jaga orang lain, selain saya. Karena selama 24 jam sejak 6 tahun, saya tidak pernah tinggalkan untuk cuti dan tidak ada siapa yang memahaminya selain saya. Bahkan ketika sakit di rumah sakit umum, karena dibawa oleh ambulan jadi tidak bisa milih rumah sakit. Jam 2 malam suster telpon rumah, minta saya ke rumah sakit, sebab bobo hanya mau saya. Maka setiap jam 8 malam saya mbambung di rumah sakit umum, karena memang tidak boleh di jaga. Kalau bobo rewel saya ke kamar rawat untuk menenangkannya. Setelah tertidur saya turun. Jam 7 pagi saya pulang dan kerja biasa. Jam 11 siapkan makan bobo sebab tidak mau makanan

- 39 -


From Zero To Hero rumah sakit. Delapan malam saya tidak tidur dan di malam ke 9, jam 3 pagi saya di usir satpam dari rumah sakit. Saya mbambung di jalan hingga KCR buka. Sampai rumah saya bilang anak majikan akan semua yang terjadi. Hari itu juga bobo dipindah paksa oleh anaknya yang juga dokter ke rumah sakit Baptis. Setelah sakit itu, bertahan 2 tahun dan saya tetap akan pulang. Maka meski bagaimana saya tetap tidak mau tambah kontrak. Tapi di bulan November ada berita di BI tentang Bank Mandiri yang ngadakan kelas kewirausahaan. Ssaya tertarik, siapa tahu bisa memperbaiki yang jatuh bangun di rumah. Dengan Koran di tangan saya bilang ke majikan dan anak majikan yang kebetulan makan di rumah. Saya bilang saya mau ikut kelas entrepreneur tapi saya minta libur hari Minggu. Saya mendapatkan libur hari Minggu, tapi harus atur waktu dengan suster di rumah. Di kelas pertama saya ikut, saya baru sadar bahwa ternyata teman-teman lainnya selain kerja juga bisa belajar dan memiliki kegiatan. 6 tahun saya di Hong Kong, teman nya sudah lulus. Saya tetap saja bodoh. Di kelas Pak Dharma bilang “Ini kelas dasar dan nanti ada lanjutan dan utama�. Dari sana saya berpikir untuk tambah kontrak atau ganti majikan, agar saya bisa ikut hingga selesai. Sampai di rumah saya bilang ke anaknya majikan kalau saya mau tambah kontrak tapi libur hari Minggu karena saya mau sekolah lagi. Anak majikan tidak setuju. Maka sambil di kelas saya juga lari sana sini untuk milih calon majikan baru. Mencari majikan baru tidak sulit bagi saya yang sudah bekerja selama 6 tahun, di 1 majikan. Dari yang sedikit di kelas dasar, saya kembangkan sendiri untuk menemukan kesalahannya dimana kerja anak-anak ini, dan bagaimana caranya agar lebih baik dan berkembang. Sebab pada dasarnya yang kerja juga jiwajiwa yang ulet pantang menyerah. Akhirnya saya coba atur

- 40 -


From Zero To Hero setrategi pemasaran. Memang dasarnya kinerja mereka sudah bagus, dan hanya butuh perbaikan sedikit sudah bagus. Sehingga bisa berkembang dengan menyewa mobil untuk dagangan kasur ranjang juga kasur lantai. Dari sana berkembang dengan barang-barang elektro kebutuhan rumah tangga sesuai permintaan pembeli dan kesanggupan masalah harga. Kadang dengar mereka cerita bagaimana mendapatkan pelanggan saya ketawa sendiri. Saya benarbenar salut dan sebenarnya tidak masuk dalam pikiran saya. Sebagai pengatur setrategi itu murni kreatif mereka sendiri. Tapi lagi-lagi sifat kakak ipar saya membuat anakanak kelabakan tapi bukan berarti patah semangat. Saya ubah lagi setrategi pemasaran. Lancar pelan tapi pasti bisa nambahi tabungan. Daripada menyewa mobil, bunda beli mobil saja. Ada tabungan tapi kurang sekitar 20 juta. Padahal saya baru saja ambil porsi haji di Bank Mandiri dengan DP RP25,5 juta. Akhirnya pinjam Bank tanpa jaminan. Mengetahui Elsya beli mobil, kakak saya panas meski sebenarnya sudah punya mobil pribadi. Segala cara di lakukan untuk menghancurkan. Saya sudah kembali ke Hong Kong. Elsya sms yang isinya “Bunda, pagi-pagi mereka bangun lihat mobilnya habis di mandikan kembang sama orang, dan ketika 2 mobil berangkat jualan dengan mengambil arah yang berlawanan di perempatan juga di temui taburan kembang�. Serta masih banyak lagi halhal yang susah di nalar. Intinya memang untuk menjatuhkan sebab dasarnya tidak ingin ada saudara makan kenyang. setelah itu Elsya tinggal di Bojonegoro dan barang di drop di daerah mana mereka masuk. Alhamdulillah lancar tapi Elsya malah berpikir “Bunda dari pada uang buat buka usaha mumet, mending belikan mobil saja cukup terima uang sewa rp300.000/hari bersih�. Saya juga berencana ambil kreditan mobil lagi, di sewakan sambil kerja biar tidak ribet-ribet mikir usaha. Soal usaha biarkan mereka yang jalan.

- 41 -


From Zero To Hero Sekarang tugas saya sebagai anak, sebagai saudara tua, juga sebagai ibu sudah selesai. 2 adik saya sudah jadi orang saya yang mantu dengan hasil keringat saya sendiri. Gubug nya orang tua, anak semata wayang saya juga sudah mandiri. Tabungan haji saya juga sudah dapatkan porsi meski regular daftar tunggu. Pahit getirnya perjalanan hidup saya tidak semua bisa saya jelaskan mengingat itu adalah aib mertua saya. Sekarang beliau sudah berpulang ke hadapan Tuhan. Bapak mertua meninggal ketika saya 5 bulan di Hong kong dan Ibu mertua saya 2 tahun lalu. Meski saya di jadikan bulan-bulanan saya tetap utamakan mereka. Ketika saya punya rezeki, saya sandangi dan ibu mertua juga saya kirimi bahkan sebelum meninggal, saya kirimi uang agar kalau pingin apa bisa beli dengan uang sendiri. Mengingat sebenarnya anak-anaknya sendiri tidak perduli pada Ibunya. Bahkan uang itu belum sempat di gunakan, Ibu mertua sudah meninggal. Hanya mengeluh sakit kepala 2 hari katanya. Bapak mertua juga tidak merepotkan siapa ketika akan meninggal. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisiaNYA. Setelah melalui perenungan yang panjang, akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan bahwasanya apapun yang terjadi pada hidup saya adalah bukti kasih sayang Tuhan. Siapapun yang menjadikan saya selama ini, itu hanya perantara Tuhan dalam mendidik saya agar berjiwa kuat dan welas asih pada sesama. Kalau sebelum saya paham saya membenci banyak orang, menyalahkan banyak orang bahkan Ibu saya sendiri juga selalu jadi sasaran. Setelah saya paham, saya berterima kasih dan minta maaf pada semua, sebab tanpa mereka saya tidak akan bisa seperti sekarang. Tanpa mereka saya tidak akan bisa ke luar negeri banyak kali. Saya juga berterima kasih pada bapaknya Elsya sebab tanpa kelakuan nya yang

- 42 -


From Zero To Hero selalu salah kaprah itu, saya bisa menjadi anak kakak dan Ibu yang punya kesanggupan mengentaskan mereka. Jujur kesadaran ini baru saya temukan 3 tahun yang lalu. 25 tahun saya tidak bertegur sapa dengan Paklik saya itu karena dia yang minta dari awal. Alhamdulillah apapun yang terjadi pada saya, saya tidak sampai menyusahkan siapa-siapa keluarga Bojonrgoro. Hingga paman saya meninggal saya juga tidak menyapa. Syukur pada Allah, Syukur pada Allah, Syukur pada Allah, saya keluar negeri yang berbeda selalu di beri majikan yang baik dan tidak pernah gagal ataau nemui masalah yang berarti. Tapi justru sampai rumah saya selalu gagal dan gagal. Benar kata pak Agung “ TKI/BMI itu ibarat api unggun ketika di luar negeri semua sudah terancang dengan matang. Semangat untuk buka usaha dengan modal yang di bawa agar tidak kembali jadi TKI/BMI�. Begitu juga saya. Tapi seminggu – hingga satu bulan di rumah, obor itu mati oleh berbagai sebab. Alhamdulillah pada Allah di saat saya memutuskan untuk mencukupkan langkah kaki, saya di pertemukan dengan orang-orang yang tepat. Ini cara Tuhan untuk membekali saya agar bisa tetap berbagi meski tidak lagi kerja di luar negeri. Kini misi saya adalah berangkat dari keprihatinan saya atas liku-liku kehidupan TKI/BMI. Saya berharap dengan ilmu yang saya dapatkan baik dari program Sahabat Mandiri nya Bank Mandiri, dan pembelajaran jarak jauh ini, obor yang saya bawa pulang tidak mati seperti sebelum-sebelumnya. Namun bisa menerangi sekelilingnya. Saya ingin bisa memberi contoh pada generasi atau orang lain bahwasanya untuk memulai usaha, modal uang tidak harus lagi di permasalahkan. Untuk itu saya harus memulai dengan modal minim tapi bermasa depan jika di usahakan dengan benar. Untuk memberi contoh atau bukti agar mereka paham, dan ke depannya saya sangat

- 43 -


From Zero To Hero berharap bukan TKI/BMI sebagai solusi di kala mereka terbentur masalah ekonomi, melainkan berusaha dan membuka usaha. Bagaimanapun anak-anak butuh orang tuanya untuk berkembang bukan dengan uang, mereka berkembang dan dewasa. Cukuplah saya dan Elsya yang jadi korban ketidakpahaman. Ke depan nya saya akan berusaha agar bisa di kurangi pengiriman TKI/BMI. Mengingat pengiriman TKI/BMI sudah bergeser dari tujuan semula, bukan lagi solusi pengangguran tapi sudah layaknya komodite untuk memenuhi target perolehan devisa yang terus meningkat tiap tahunnya. Saya prihatin dengan sikap pemerintah terhadap generasi bangsa yang semakin hari semakin membuat hati miris. Anak-anak berkembang tanpa orang tuanya, di tengan zaman teknologi dan kondisi bangsa yang mengkawatirkan oleh mental-mental punggawanya yang tidak layak jadi panutan, tapi di suguhkan tiap hari. Saya akan terus berusaha yang bisa untuk itu, meski tidak seberapa. Ttapi setidak nya saya tidak diam. Dalam diam hati saya berharap para lulusan Sahabat Mandiri yang tersebar di berbagai daerah berpikir sama. Saya yakin andil itu sukup besar bagi pengurangan pengiriman TKI/ BMI dari daerah masing-masing. Melalui tulisan ini, terima kasih saya sampaikan pada Bank Mandiri dan semua dosen dari UCEC, juga banyak pihak yang telah membantu hingga saya bisa dapatkan kesempatan ini. Ini merupakan rencana Tuhan yang indah buat saya, dan semoga pada akhirnya juga indah bagi orang banyak dan generasi bangsa. Kalau di penutupan kelas lanjutan kanvas bisnis saya di Pak Agung adalah pupuk organic, itu semata keprihatinan saya pada nasib petani sebab saya juga 20 tahunsebagai petani dari lahan yang sempit hingga yang

- 44 -


From Zero To Hero cukup luas. Sehingga saya paham bagaimana kehidupan petani sebenarnya. Saya pulang di bulan Januari. Sambil jalan dengan sepeda motor bersama adik, saya turun ke sawah ketemu petani di area yang saya lewati. Hasil survey di 4 kabupaten yakni Bojonegoro, Tuban, Jombang dan Jember membuktikan bahwa petani tetap pihak yang kalah. Antara biaya dan pendapatan ketika panen benar-benar jauh dari imbang. Belum lagi jika hama menyerang. Saya tetap akan berusaha untuk membantu tapi bukan lagi berorentasi bisnis. Saya akan bimbing petani bagaimana membuat pupuk organic dengan bahan-bahan yang ada di sekitar mereka. Dengan harapan bisa mengurangi pengeluaran pembelian pupuk pabrik. Jika ada dananya saya ingin ada mesin pengering padi basah sawah, agar mereka bisa mengelola hasil panen dengan benar dan tidak terlalu merugikan. Semoga di mudahkan. Saya yakin, segala niat baik pasti akan baik pula akhirnya. Meski untuk mencapainya adakalanya harus melalui proses yang berliku. Semangat saja. Saya harus bisa dan saya pasti bisa. Target saya, di bulan Juni, setelah kelas selesai, saya akan memutuskan kontrak untuk mulai membuka usaha dengan modal minim. Paling lambat 2 tahun berikutnya saya sudah bisa cukup nyali bertemu Pak Ciputra, membawa keberhasilan yang pantas. Kalau dulu bapak saya bertemu Presiden Soeharto, saya tidak mimpi ketemu Presiden. Bagi saya SBY gagal dengan tugasnya dan rapot merah bagi rakyat. Tapi mimpi saya untuk bertemu Pak Ciputra, saya pasti bisa. Terima kasih Pak Nur Agustinus, apapun yang njenengan lakukan tak kan ada yang sia-sia. Tuhan akan membalas budi semuanya dengan caranya dan Tuhan lebih tahu apa yang pantas. Minim, dan paling lambat 2 th berikutnya saya

- 45 -


From Zero To Hero sudah bisa cukup nyali bertemu Pak Ciputra dengan keberhasilan yang pantas,kalau dulu bapak saya bertemu Presiden Sueharto, saya tidak mimpi ketemu Presiden bagi saya SBY gagal dengan tugasnya dan rapot merak bagi rakyat,tapi mimpi saya untuk bertemu Pak Ciputra,saya pasti bisa.Trima kasih Pak Nur Agustinus,apapun yang njenengan lakukan tak kan ada yang sia-sia,Tuhan akan membalas budi semuanya dengan caranya dan Tuhan lebih tahu apa yang pantas.

Bersama-sama teman di Kelas Mandiri

- 46 -


From Zero To Hero

Kisah Dwi Murahati Dengan kerja keras, penuh semangat serta keyakinan yang kuat “PASTI BISA” nothing imppossible “MURAH” lima huruf saja. Itulah nama pemberian orang tuaku, kata yang mudah diucap dan mudah diingat. Kenapa dan apa maksudnya memberiku nama itu aku tidak mengerti. Yang jelas itulah namaku. Saya terlahir dari keluarga kurang mampu, pasangan bapak Kasturi dan ibu Rahimah. Di sebuah desa yang gersang dan tandus Blora, Jawa Tengah. 50 tahun silam, tepatnya 16 Agustus 1962. Kehidupan keluarga saya sangat harmonis. Namun pada masa itu sisi pendidikan kurang mendapat perhatian khususnya bagi anak perempuan. Di kampung saya hampir semua orang tua tidak memperbolehkan anak perempuannya untuk bersekolah. Alasannya, anak perempuan tugasnya di dapur. Dan untuk mengerjakan segala sesuatu tentang urusan rumah tangga bila sudah menikah nantinya. Dan inilah tantangan berat bagiku, mengingat orang tuaku hanyalah petani biasa dan kurrang mampu, akan tetapi dengan niat tekat dan keyakinan yang kuat, aku harus bisa “sekolah” apapun kendalanya aku harus hadapi dengan modal hanya tekat (bondo nekat) dalam bahasa jawanya.

- 47 -


From Zero To Hero Masa kanak-kanak Saya merasa, tidak pernah mempunyai yang namanya “masa kanak-kanak” sejak kecil saya sudah harus bekerja dan bekerja. Saya tidak begitu mengingatnya, sejak umur berapa. Yang jelas saat itu, saya ingin sekali masuk sekolah TK (taman Kanak-kanak). Memasuki taman kanak-kanak saja, tidak diijinkan alasannya belum genap usia 6 tahun. Oleh kedua orang tua saya ditugasi untuk bangun pagi, setelah cuci muka dan sikat gigi, mennyapu halaman rumah dan bersih-bersih dalam rumah terus dilanjutkan dengan menumbuk jagung guna dibuat nasi. Setelah itu pergi ke sawah, untuk menjaga tanaman padi. Agar tidak dimakan oleh burung. Semua orang kampung bilang, kalau saya jaga manuk emprit hingga siang. Menjelang sore baru pulang untuk makan. Usai makan membersihkan rumah dan membantu ibu jaga warung atau kadang harus nggebloki (memetik) kedelai, kacang hasil panen pakai rotan serta membersihkannya. Disamping itu saya juga masih harus ngangsu (ambil air minum dari sumur ) untuk keluarga. Betapa berat tugas yang diberikan, namun saya selalu kerjakan dengan semangat berharap agar diperbolehkan untuk “sekolah” Saya tak pernah sekalipun menolak atau membantah karena saya menyimpan harapan ingin bersekolah. Yah…. saya harus sekolah!!! Keinginan itu benar-benar terpatri dalam anganku dan aku harus bisa untuk membuktikannya. Suatu ketika saat Saya harus ke sawah yang kebetulan dekat dengan SDN (Sekolah Dasar Negri), saya timbul suatu ide. Saya mengambil daun pisang dan lidi…… heheee saya bisa ikut sekolah dari luar kelas. Sekolah jaman dulu menggunakan sabak + grib untuk menulis. Saya menggunakan lidi untuk menulis di daun pisang. Tanpa ada yang mengetahui saya akhirnya

- 48 -


From Zero To Hero pandai menulis dan membaca. Pucuk dicinta ulam tiba. Di kampung saya saat itu lagi gencar-gencarnya penyuluhan tanam-tanaman yang bisa menghasilkan dalam jangka pendek. Penyuluhan dilakukan oleh dinas Perkebunan yang secara kebetulan berdekatan dengan rumah orang tua saya. Pejabat Perkebunan saat itu adalah orang Solo, sebuah keluarga yang berpendidikan. Diantaranya ada yang sarjana, ada yang masih SMA dan ada juga yang SMP. Mereka ramah dan santun secepat kilat saya bersahabat dengan keluarga itu, saya bisa dengan bebas meminjam buku-buku dari keluarga tersebut. Pendek cerita saya semakin pinter karena buku-buku pinjaman tersebut. Gairah belajar saya semakin meningkat walau belajarnya harus dengan cara sembunyi-sembunyi. Buku yang menjadi favorit saya, saat itu adalah HPU (Himpunan Pengetahuan Umum) dan HPA (Himpunan Pengetahuan Alam). Diam-diam kepala sekolah mengetahui, bagaimana cara saya yang secara sembunyisembunyi ikut belajar dari luar belakang kelas. Rumah orang tua saya berdekatan dengan selepan padi, yang mana tempat itu oleh ibu dijadikan peluang jual beli beras dan katul (sisa kulit padi yang sudah halus). Ibu mempunyai sebuah warung, selain jual makanan juga dipergunakan untuk jualan minyak tanah (jawa-lengo gas). Walau semua tugas bisa saya kerjakan dengan sungguh-sungguh, namun tetap saja ibu dengan tegas melarang saya untuk sekolah. Keinginan saya untuk sekolah sudah tidak bisa ditahan, saat ibu tidak berada di rumah (sedang berada di selepan) saya berlari menuju ke SD, guna ingin mengikuti pelajaran dari luar kelas dengan cara mengintip dari lubang dinding. Gedung sekolah jaman dulu tidak berupa tembok tapi dari kayu jati jadi ada lubang disana sini.

- 49 -


From Zero To Hero Ada satu jadwal yang saya sukai yaitu tanya jawab, setiap pertanyaan saya jawab dengan lantang dari luar kelas. Guru kelas heran karena semua pertanyaan aku jawab dengan benar, dan tentunya membuat saya bangga. Tak kuduga usaha saya nyuri waktu ketahuan oleh ibu, saya dipukuli pakai rotan hingga membuat pantat saya menjadi memar. Berhubung yang ada dalam anganku “ingin sekolah” rasa sakit tak kuhiraukan. Saya semakin nekat dan berani setiap kali ada kesempatan saya selalu luangkan dan mengambil kesempatan untuk berlari ke SD, saya sama sekali tidak takut dengan rotan yang setiap kali siap memukuli saya. Hingga pada suatu saat pantat saya lebam dan bernanah, akan tetapi hal itu tidak sedikitpun menjadikan ibu kasihan padaku malah dijadikan contoh bila sedang marah. Ibu bilang, “Yo iku oleh-olehe yen anak ora nurut wong tuwo” (itulah hasilnya bila anak tidak nurut dengan orang tua). Itulah perjuangan saya ketika ingin bersekolah dengan kenangan bekas luka dipantat, yang tak kan pernah terlupakan hingga akhir hayatku nanti. Tuhan Maha Segalanya. Pada suatu hari, siang itu karena saya terlalu kecapaian saya tertidur dalam lumbung padi aku kaget karena di luar berisik banyak orang di rumah ibu. Mereka adalah bapak camat, lurah, carik, guru dan kepala sekolah. Alhamdulillah… mereka minta ijin memohon agar saya diperbolehkan untuk sekolah. Terima kasih ya Allah kini saya bener-bener bisa sekolah, di kelas saya termasuk siswi yang serba bisa dan paling pinter. Dalam segala hal, hingga saya pada akhirnya ditunjuk untuk mengikuti lomba cerdas cermat mewakili sekolah saya. Dari tingkat kecamatan juara 1 (satu) kemudian lanjut ketingkat Kabupaten saya juara 1 (satu) juga, dilanjut

- 50 -


From Zero To Hero ketingkat propinsi, dan ternyata juga mendapat juara 1 (satu). Akhirnya SDN sekolah saya dinobatkan sebagai sekolah dasar TELADAN. Tahun 1976 saya lulus dari sekolah dasar. Masa sekolah kini berakhir kembali, dan saya dihadapkan pada suatu permasalahan. Siapa lagi yang bisa saya mintai pertolongan, untuk memintakan izin kepada kedua orang tua saya. Sebenarnya saya, bisa meminta tolong kepada bapak Lurah atau bapak Camat, tapi itu semua akan siasia saja. Saya mengetahui ibu orangnya sangat keras. Dan saya mengetahui bapak Camat sudah pernah beberapa kali datang ke rumah memohon pada ibu untuk mengadopsiku menjadi anaknya akan tetapi ibu malah memberikan jawaban yang kurang menyenangkan : “Nanjanto kulo tiyang mlarat, kulo mboten badhe nyerahaken anak kulo dumateng tiyang lintu pak� (Biarpun saya ini orang miskin, saya tidakk akan menyerahkan anak saya ke orang lain). Sejenak saya merenung, dan memutar otak akhirnya saya mendapatkan ide untuk mendaftarkan diri di SMP sore. Dengan semakin rajin saya membantu ibu, akhirnya ibu mengijinkan saya untuk bersekolah. Dengan catatan pagi hari harus membantu ibu dan siang hari baru bisa untuk sekolah, pulang kembali harus membantu ibu diwarung, dan mengerjakan pekerjaan yang lainnya, begitu seterusnya. Tanpa terasa waktu bergilir begitu cepat saat saya masih duduk di kelas 3 saat itu menjelang ujian ibu meninggal dunia. Ekonomi keluarga makin kacau karena ibu adalah merupakan tulang punggung keluarga kami. Dengan kemampuan serta sisa semangat saya tetap lanjutkan untuk bersekolah. Setelah lulus SMP saya mendaftar ke SMEA. Alasan saya, agar saya bisa segera bekerja setelah lulus nantinya. Jarak rumah dengan sekolah yang cukup jauh,

- 51 -


From Zero To Hero 9.5 km harus saya tempuh dengan berjalan kaki, pagi bangun pukul 05.00, sholat subuh langsung berangkat ke sekolah sampai sekolah pukul 07.00 tanpa sarapan. Saya tidak pernah mengeluh selalu semangat mengikuti semua pelajaran di sekolah, jam istirahat saya gunakan untuk membantu jualan di kantin sekolah, setelah selesai pemilik kantin akan memberiku makan atau cemilan seiklasnya. Namun saya harus membantunya hinga selesai dan hal tersebut membuat saya sering terlambat masuk kelas. Pukul 13.00 WIB adalah waktu pulang sekolah. Kembali saya jalan kaki, sampai rumah kadang antara pukul 15.00 WIB kadang juga lebih. Begitulah hari-hari kulalui, saya mengambil jurusan Tata Niaga karena dalam pikiranku hanya ada ingin segera bisa kerja bila lulus nantinya. Lama kelamaan saya merasa kurang sanggup terutama masalah biaya akhirnya saya menghadap guru BP. Bermaksut untuk mengundurkan diri sebagai siswa karena kurang mampu. Guru BP menyarankan agar dipikir dahulu karena saya di kelas ranking 1 dengan nilai terbaik dari 4 kelas yang ada. Dengan kepolosan saya bercerita apa adanya . Tak kusangka guru BP merangkulku sambil menangis lalu saya diajak menghadap bapak kepala sekolah. Kami bertiga saat itu (guru BP Bapak I Made Rake, wali kelas dan saya sendiri) menghadap bapak kepala sekolah di ruang kerjanya. Guru BP menyampaikan maksud kedatangan kami dan bapak kepala sekolah langsung to the point memberi pertanyaan pada saya, untuk memberikan sebuah solusi. “Maukah kamu ikut bu Pur (istrinya)? Saya jawab “mau pak”, kamu minta gaji berapa?. Saya jawab “Saya tidak perlu gaji Pak, Saya perlu Sekolah”. Mendengar jawaban saya itu bu Pur (istri bapak kepala sekolah) dan kebetulan juga wali kelas saya, senang dan langsung mengajak saya untuk pulang ke rumahnya

- 52 -


From Zero To Hero saat itu juga. Mulailah saya bekerja pada keluarga bu Pur demi mewujudkan keinginan saya untuk sekolah. Di keluarga itu ada 4 anak ditambah 2 orang dewasa. Saya harus siap melayani mereka, membersihkan rumah, mencuci dan segalanya dan masih ditambah lagi harus siap masak untuk pegawainya yang saat itu ada penjahit 100 orang lebih, beberapa orang tukang obras, beberapa orang tukang seterika, designer dan beberapa orang tukang pasang kancing. Hari-hari kulalui dengan kerja keras agar bisa sekolah. Bu Pur sangat gembira melihat nilaiku tetap bagus walau tanpa belajar, menjelang Natal dan menjelang tahun ajaran baru, keluarga itu sangat sibuk dan saya bener-bener kecapaian hingga jatuh sakit. Saya minta ijin istirahat 2 hari dan minta ijin agar diperbolehkan memanggil adik saya untuk membantu, beliau memberi ijin dan selanjutnya saya mengajukan usul agar adikku juga disekolahkan akhirnya saya bersama adik saya bisa belajar dan bersekolah. Hingga pada akirnya tahun 1982 saya lulus SMEA. Tahun 1982 begitu lulus, saya langsung pergi ke Jakarta menumpang di rumah pegawai TVRI asal Blora, dan saya menganggapnya kakak. Di Jakarta 2 minggu saya sudah langsung diterima kerja di kantor BPS (gedung bertingkat tertinggi saat itu) kerja baru beberapa hari belum 1 bulan oleh kakak suruh keluar. Saya menurut karena yah...saat itu saya sebagai orang yang numpang. Tiap hari di rumah rasanya tidak kerasan, tiap kali kakak ke kantor pergi melamar kerjaan naah‌.. suatu saat saya naik bajai, dan tak bisa pulang karena kehilangan dompet. Ketika kehilangan dompet tersebut saya ditolong oleh bapak polisi Metro Jaya. Diajak pulang ke rumahnya dan ternyata istrinya asal Blora. Punya adik sebagai staf Dept Store Blok M. Keesokan harinya saya diantar ke Blok M melamar kerja dan langsung diterima

- 53 -


From Zero To Hero namun bekerja belum lama tiba-tiba kakak datang dan mengharuskan saya keluar paksa. Ok‌ akhirnya saya di rumah dan menunggu hingga genap 5 bulan di Jakarta. Namun harus menganggur di rumah, akhirnya saya putuskan untuk lari ke Surabaya. Tahun 1983 tiba di Surabaya, saya langsung melamar kerja di SIOLA Dept Store setelah tes interview dan tulis saya diterima dan langsung kerja. Tahun 1986 menikah, tahun 1990 melahirkan anak pertama dan kedua tahun 1993. Tahun 1990 saya pindah kerja di marketing. Kami hidup sederhana namun sangat bahagia dan damai bila boleh memohon tak mau mati selamanya. Akan tetapi kebahagiaan itu sangat cepat berlalu meninggalkan saya. Di puncak prestasiku musibah menimpaku. Saat itu saya bersama suami dan anakanak tercinta mengalami kecelakaan di Seloreja`Malang, saat perjalanan pulang sowan kerumah ibu di Blitar 3 Maret 1995. Peristiwa itu terjadi karena sopir bis wagon biru dari arah Blitar mabuk melaju sangat kencang. Menempuh alur jalan yang salah hingga menyebabkan suami meninggal, anak patah tulang kaki kanan dan saya koma hingga 4 hari di rumah sakit. Saya tidak tahu apa-apa, yang saya tahu saat pertama sadarkan diri saya lihat pakde, bapak pimpinan dan beberapa sta dari kantor tempat saya bekerja, saya dirawat secara intensif di rumah sakit VIV bersama anak saya. Saya tidak mengetahui kalau suami saya sudah meninggal dunia, karena memang, saat itu saya tidak diberitahu. Saya dijaga ketat oleh team dokter, kepada pembesuk sebelum masuk harus melewati pintu khusus. Dan tidak boleh ada yang membicarakan keadaan suami, intinya harus membuat suasana menjadi senang dan happy. Semua biaya rumah sakit pada waktu itu menggunakan uang kantor, di kamar tempat saya dirawat

- 54 -


From Zero To Hero ada TV, ada dokter terapi, dan lain-lain. Akan tetapi saya tidak paham kenapa? Ternyata menurut hasil dianogsa dokter, kemungkinan hanya 30% bisa diharapkan untuk hidup. Akan tetapi Tuhan menghendaki lain dan ternyata saya bisa sembuh total, walau masih harus jalan memakai tongkat atau penyangga karena saat itu kaki saya yang masih dalam keadaan digib. Saat saya dinyatakan boleh pulang oleh team dokter, baru diberitahu kalau suami saya sudah meninggal dunia. Innalillahi…saat itu saya merasa dunia seakan bener-bener gelap. Saya menangis sekuatnya. Untuk apa saya hidup, Kenapa bisa jadi begini, kenapa ini terjadi, kenapa bukan saya saja yang mati, dan sebagainya. Saya masih teringat dengan ucapan suami saya, berapa hari sebelum kejadian naas itu terjadi. Sebuah ucapan yang selalu terngiang ditelinga saya. “Jeng…saya merasa keluarga yang kita bina sangatlah bahagia, semoga Allah memberikan umur yang panjang, sampai kakek nenek kita tetap bersama dan selalu bisa mesra ya jeng”. Saya jawab dengan ucapan Insyaallah yah…! Dan ada satu pertanyaan andai salah satu diantara kita dipanggil oleh yang maha kuasa apakah jeng mau menikah lagi? Biasanya saya alihkan topic pembicaraannya dengan bertanya. Ah….ayah ngomong apa tho? Yah… itulah saat paling berat dalam hidup saya, saya hanya bisa menangis dan menangis. Coba bayangkan, hidup dengan badan bekas operasi diseluruh tubuh dan anak masih kecil-kecil saya harus ditinggal oleh suami. Saya bener-bener lunglai, lemas tak berdaya, dapat dengan mudah mengalirkan air mata terutama pada saat malam hari. Dalam tangis saya merenung, saya harus segera bangkit, saya harus kuat, walau sebenarnya saya sudah malas dalam ketidak pastian hidup. Akan tetapi bila melihat sikecil (anak-anak saya) saya, menjadi tidak tega

- 55 -


From Zero To Hero kasihan melihat mereka masih kecil sudah menjadi anak yatim. Ya Alloh berilah saya kekuatan‌ melihat sikecil semangat saya tumbuh kembali dan saya kembali kerja. Namun rupanya ujian tidak hanya sampai disitu baru sebulan saya kembali bekerja menjadi karyawan di kantor tempat saya bekerja. Unjuk rasa, terjadi karena masalahnya pihak penabrak yang telah menyebabkan nyawa suami saya terenggut maut bebas. Karena mendapat surat damai dari keluarga suami saya. Saya tidak menuntut dengan musibah yang saya alami, saya dan keluarga memilih untuk mengambil keputusan damai. Astafirrullahalhamdzim‌ ibarat kata sudah jatuh tertimpa tangga, mentalku bener-bener down menghadapi sesama teman di kantor. Saya menjadi jadi serba salah. Mendengar keputusan dari pimpinan, semua biaya yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan biaya perawatan saya selama di rumah sakit. Biaya tersebut dikeluarkan perusahaan sebagai utang pribadi yang harus saya bayar. Ya Allah‌ berikanlah hamba kekuatan dan ketabahan dalam menjalani hidup ya Allah. Mungkin inilah jalan yang harus saya tempuh, saya percaya dengan kuasa NYA. Pasti saya akan bisa melawati semua semua ujian hidup yang diberikan kepada saya. Dengan semangat membara saya bekerja banting tulang demi ke dua anak-anak saya. Bekerja dikantor sambil nyambi jualan baju dalam pria, wanita dewasa juga baju wanita. Dengan cara saya tawarkan ke kantorkantor sekitar tempat saya bekerja Pada waktu jam istirahat makan siang. Pada sore harinya menjelang pulang bekaerja saya lanjutkan dengan membawa baju wanita saya tawarkan ke karyawan SIOLA, MATAHARI DEPT store. Dengan memberikan discount 50% saya bisa mencukupi kebutuhan anak-anak saya.

- 56 -


From Zero To Hero Mulai tahun 1995 gaji tiap bulannya hanya saya ambil Rp.100.000,00. Saya pergunakan hanya untuk membelikan susu anak saya. Selebihnya langsung masuk perusahaa sebagai cicilan hutang. Hingga pada tahun 1999 saya baru bisa melunasi hutang-hutang tesebut dan dinyatakan telah lunas. Saya sudah siap mental dan saya berpikir saatnya saya harus berubah dan berbalik halauan. Walaupun anak-anak saya hanya seorang anak yatim, mereka harus bisa hidup dengan layak dan punya masa depan yang cerah. Paling tidak harus bisa bersekolah dan kuliah sampai selesai. Tanpa terasa anak-anak sudah mulai tumbuh dan berkembang menjadi seorang anak yang dewasa. Tentu pasti akan memerlukan banyak biaya. Akhir tahun 1999 saya pergi merantau ke Malaysia, dan pada September 2003 saya pulang ke kampung halaman untuk mendaftarkan anak pertama saya masuk SMP. Di rumah saya Cuma sebentar karena saya masih belum tahu harus melakukan usaha apa. Akhirnya saya memtuskan untuk pergi ke Hong Kong. Uang yang saya dapat dari bekerja di Malaysia dan Hong Kong selama 3 tahun sepenuhnya saya kirim dan serahkan kepada seseorang yang sudah saya anggap seperti saudara sendiri, karena waktu itu saya berfikir anak-anak masih terlalu kecil untuk bisa mengelola keuangan sendiri. Segala sesuatunya saya percayakan pada orang yang saya yakini dapat bisa dipercaya dalam mengatur keuangan untuk anak-anak saya. Dan ternyata orang yang saya anggap dapat dipercaya dan bisa menjalankan amanat malah menyalah gunakan kepercayaan saya, dia bilang saya tidak pernah kirim uang. Yah, semua kejadian tersebut membuat saya belajar dan berpikir cerdas. Akhirnya saya pulang, dengan membawa receipt yang masih saya simpan sebagai bukti.

- 57 -


From Zero To Hero Namun lagi-lagi saya kalah, dan dia bilang hasil jerih payahku selama bekerja 6 tahun hanya cukup untuk biaya sekolah anak saya waktu di SD. Ok, ini adalah pelajaran yang sangat berharga saya tidak boleh percaya begitu saja kepada siapapun. Kemudian saya mengambil tindakan tahun 2008 saya pulang. Anak-anak saya bukakan rekening sendiri-sendiri, saya belikan sepeda dan Hand phone. Apabila ada urusan atau keperluan apapun saya langsung menanyakan pada anak-anak. Puji sykur Alhamdulillah‌ September 2012 anak pertama saya sudah bisa wisuda dan kini tinggal anak saya yang ke- 2 masih kuliah di UNAIR. Demikian kisah cerita kehidupan dari saya, yang masih terdapat banyak kesalahan disana sini, baik dalam tulisan maupun bahasa. Namun saya tetap tegar dan tabah demi masa depan anak-anak. Saya yakin dan percaya apapun bisa terjadi di dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin. Dengan semangat yang sungguhsungguh, gigih berusaha serta berkeyakinan kuat saya yakin saya pasti bisa.

- 58 -


From Zero To Hero

Kisah Erna Setianingsih Bagi saya, mencoba sesuatu yang baru itu adalah hal yang harus! agar kita bertambah wawasan dan juga bertambah pengalaman. Ketika kelas 5 SD ada beberapa temen bermain saya yang tinggal kelas. Jadi mereka tetap kelas 4 dan saya sendiri yang terus lanjut. Ada seorang guru Matematika yang begitu ditakuti murid-murid. Kalau pelajaran Matematika, tidak satupun murid bergurau. Jangankan bisik-bisik kepada temannya, bergeser dari duduknya saja, tidak berani. Apabila disuruh ke depan kelas untuk mengerjakan soal dan tidak bisa, hukumannya adalah lari 3x putarin halaman sekolah. Suatu ketika, semua murid satu kelas tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah. Alhasil kita suruh berlari 7x putaran. Seingat saya, kejadian itu hanya terjadi sekali. Setelah itu kami tidak pernah lagi mengulanginya. Dari didikan guru yang begitu ketat dan disiplin, membawa keberhasilan dan kebanggaan sekolah. Kelas 6 Sekolah Dasar, saat ujian nasional, nilai matematika saya 9.00. Namun nilai saya jtuh di mata pelajaran lain. Rata-rata nilai matematika semua murid adalah 8.00. Sekolah kami dapat rangking 2 se-kecamatan untuk nilai ujian nasional terbaik. Tahun 1996 saya memasuki SLTPN 1 Pesanggaran. Sekolah Negeri yang tentu saja membuat bangga yang

- 59 -


From Zero To Hero diterima dan membuat orang tua juga senang. Tapi bagi saya, ini adalah awal mental saya diuji. Karena bersamaan dengan itu, Ibu saya harus pergi ke luar negeri. Entah alasan apa saya juga tidak mengerti. Yang saya tahu. Ibu saya berangkat ke Jakarta bersama seseorang dan ternyata dia adalah sponsor sebuah PJTKI, dengan tujuan Negara Saudi Arabia. Di lingkungan saya, Ibu adalah orang yang pertama memberanikan diri merantau jauh. Tekad dan semangatnya untuk membantu perekonomian keluarga, tidak menyurutkan niatnya. Walau sudah mendengar berita-berita tidak nyaman tentang TKW di Saudi Arabia. Di usia saya yang ke 12, saya harus menggantikan peran Ibu saya. Bagaimanapun saya anak pertama yang harus bisa menjaga dan melindungi adik-adik saya. Bapak saya berangkat kerja ke hutan jam 05.00 pagi, dan pulang jam 21.00. Hanya pada hari Jum’at, Bapak tidak kerja. Sebelumnya, tak pernah terlintas di pikiran saya bahwa Ibu akan pergi meninggalkan kami selama 3 tahun lamanya. Sebelum berangkat sekolah saya harus menyiapkan makanan. Mengurus adik-adik, termasuk mencuci bajunya. Semua pekerjaan rumah saya yang mengerjakan. Karena saya juga mengejar waktu untuk ke sekolah, saya pernah terlambat bangun setengah jam dari jam biasanya bangun. Saya kebingungan. Akhirnya, saya memilih cara yang bisa membantu mengatasi kesulitan saya ini. Kebetulan di daerah saya ada pasar sore. Saya manfaatkan untuk belanja, sepulang belanja, saya langsung memasak. Jadi di pagi hari, saya tidak tergesa–gesa untuk masak, karena ada sayur yang sudah saya masak kemaren sore. Tidak apalah. Bagi kami itu sudah cara bagus. Saya pulang sekolah sekitar pukul 1 siang. Biasanya saya istirahat sebentar, lalu saya pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Apalagi ketika liburan sekolah, saya paling giat untuk mencari kayu di hutan. Kadang

- 60 -


From Zero To Hero sehari bisa mencari kayu hingga 3 kali. Hingga saya tidak perlu membeli kayu bakar untuk memasak. Dari rumah ke sekolah saya naik sepeda. Jaraknya kira-kira 2.5km. Sepeda ini pun punya sejarah saat saya masih SD. Ketika itu saya sakit keras. Badan panas dan sering mengingau. Karena tidak punya banyak biaya, saya tidak di bawa ke Rumah Sakit. Hanya di mintakan obat dari Puskesmas. Semakin hari semakin parah. Akhirnya, saya di bawa ke Rumah Sakit terdekat oleh tetangga. Saya di infus dan harus opname selama seminggu. Ibu dan bapak saya bingung, dari mana harus menebus uang perawatannya. Untunglah ada yang memintakan surat ke kepada desa untuk meminta keringanan biaya rumah sakit. Menurut dokter, diagnose penyakit saya adalah muntaber. Setelah dibawa pulang, bapak saya berkata “Nak ..jika kamu sembuh, Bapak mau belikan sepeda baru untukmu. Kamu cepat sembuh ya�. Bapak saya mengusap-usap rambut saya, karena melihat kondisi badan saya yang kurus tinggal tulang. Entahlah, mungkin suatu keajaiban. Keesokan harinya, Bapak saya pulang membawa sepeda baru. Alangkah bahagianya hati saya saat itu. Dengan kekuatan dari Nya saya sembuh. Ketika itu saya belum bisa menaiki sepeda. Tapi semangat saya membara. Walau belum bisa, saya terus belajar. Setiap hari saya bawa sepeda itu keliling halaman. Bukan dinaiki tapi dipegang keliling-keliling. Ada salah satu nenek berkata “Jangan takut jatuh jika ingin bisa bersepeda�. Akhirnya saya pun menuruti kata nenek tadi. Benar saja, walau jatuh berkali-kali, saya tidak merasa sakit. Justru saya kepingin segera bisa naik sepeda. Di SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), dari kelas 1 sampai kelas 3 saya mendapatkan Bea Siswa. Bukan karena saya pandai. Tapi karena kebetulan. Di saat kelas 1, ada pendaftaran Bea Siswa untuk keluarga yang tidak mampu. Saat itu yang ada dalam pikiran saya

- 61 -


From Zero To Hero adalah bisa membayar uang SPP , tanpa meminta kepada Bapak. Banyak diantara teman-teman yang enggan mendaftar. Mungkin karena dipikiran mereka malu mendapatkan bantuan seperti itu. Peluang bagi saya karena tidak banyak yang mendaftar, saya pasti lolos. Dan benar adanya, saya mendapatkan Bea Siswa itu. Betapa senangnya saya saat itu bisa membayar SPP sekolah dan meringankan beban bapak. Setiap bulan saya menerima uang itu. Saya gunakan untuk membeli buku buku dan peralatan sekolah lainnya. Di kelas saya terkenal mampu memimpin nilai matematika dan nilai agama. Kedua nilai ini tidak akan pernah turun dari catur wulan pertama sampai akhir. Saya selalu mendapatkan peringkat 5 besar dari 43 murid di kelas. Ketika ada pembagian di Kelas 3, saya masuk ke kelas unggulan. Untuk yang peringkat 1-5 menempati kelas A, dan untuk peringkat 5-10 menempati kelas B. Dari ke 8 kelas diambil 10 besar, dijadikan kelas A dan kelas B. Ketika catur wulan ke dua di kelas 3A, nilai saya turun drastis. Saya tidak bisa bertahan di kelas ini dan harus pindah ke kelas 3H. Ketika itu saya harus bolak balik ke Rumah Sakit. Merawat bapak yang terkena musibah kecelakaan. Waktu belajar saya kurang dalam menghadapi ujian. Bapak saya dirawat d rumah sakit bertepatan waktu saya ujian. Pagi pergi ke sekolah, siang saya harus ke Rumah Sakit yang jaraknya lumayan jauh. Sore jam 18.00 saya nyampai rumah, harus ngurusi adikadik. Belum masak, cuci baju, me rumah,benar benar saat itu saya tidak punya waktu belajar. Mau membuka buku badan sudah sangat capek, akhirnya tertidur dengan buku masih digenggaman. Saya tidak merasa menyesal nilai saya turun. Tapi saya bersyukur, Bapak terselamatkan dan bisa pulang ke rumah setelah menginap selama 1 minggu. Nilai NEM (Nilai Ebtanas Murni) saya pas-pasan saja. Sebenarnya setelah lulus SLTP, saya ingin sekali sekolah

- 62 -


From Zero To Hero d kejuruan. Tapi karena saya kembali melihat tidak ada yang merawat adik-adik dan membantu bapak di rumah, saya urungkan impian ini. Jarak sekolah kejuruan itu sangat jauh, berada di kota besar. Bila saya bersekolah di sana, saya harus kost. Kasihan adik adik, siapa nanti yang membantu mereka? Demi rasa sayang saya pada mereka, saya tidak jadi mendaftar disana. Saya mendaftar di SMU (Sekolah Menengah Umum) Negeri di dekat desa saya. Di SMUN 1 PESANGGARAN inilah kemudian saya melanjutkan sekolah. Saya tetap mendapatkan Bea Siswa, tapi bukan lanjutan dr SLTP dulu. Ini baru lagi dan saya tetap mengambil peluang dan kesempatan. Untuk mendapatkan beasiswa di SMU, persyaratannya lebih detail. Saya harus menyerahkan akte lahir saya dan juga surat nikah kedua orang tua saya. Walau demikian saya berhasil juga mendapatkannya. Ibu saya belum juga pulang dari perantauan. Saya sampai tak ingat kapan saya terakhir bersamanya. Tugas rumah saya agak sedikit ringan karena adik saya yang perempuan sudah kelas 1 SLTP. Kita bagi tugas. Saya yang masak, dia yang membersihkan rumah. Prestasi saya di kelas 1 mengantarkan saya naik ke kelas 2 unggulan. Artinya di kelas 2 ada 1 kelas yang ditempati murid murid teladan. Walau saya tidak pernah peringkat 1, saya tetap masuk di 5 besar. Ketika kenaikan kelas 3 harus memilih jurusan, saya tidak banyak pikir. Saya ambil jurusan IPA. Dalam hati saya, nanti setelah lulus kalau bisa saya kuliah. Nenek saya yang dulu di Bali akhirnya pulang dan hidup bersama kami. Saya lebih banyak waktu belajar karena ada nenek di rumah. Selang beberapa hari di rumah, nenek membuat usaha jualan gado gado di depan rumah. Untuk membantu nenek memenuhi dagangannya, setiap pulang sekolah saya langsung belanja apa yang dibutuhkan nenek. Jika pakai seragam sekolah naik

- 63 -


From Zero To Hero mobil angkutan, harganya lebih murah dari pada pakaian biasa. Jadi saya bisa menghemat biaya pengeluaran. Jika kebutuhannya agak banyak, saya belanja ke kota. Usaha nenek lumayan laris. Bahkan ada mobil yang langsung mengantarkan barang barang yang di perlukan tanpa saya harus pergi lagi ke tempatnya. Kehidupan kami lebih baik dari sebelumnya berkat usaha nenek dan juga ibu yang di rantau. Saya pun sekolah tidak ada halangan apa apa. Semakin baik saja prestasi saya. Tahun 2001 saya lulus SMU. Saya kepingin terus melanjutkan sekolah. Bapak saya tidak berkenan saya kuliah, katanya menghabiskan uang saja. Melihat anak tetangga yang kuliah hanya minta uang dan uang, tapi belum juga kelar kuliahnya. Saya bingung apa yang harus saya lakukan. Jika saya menganggur saya hanya membantu nenek jualan, trus mau jadi apa saya? Akhirnya saya ke Malang untuk melihat lihat universitas mana yang cocok . Saya masih teringat dengan kata kata bapak saya ,ketika di Malang saya masuk di salah satu sekolah kejuruan. Di katakan Universitas itu bukan Universitas Negeri atau Swasta. Saya lebih suka menyebutnya sekolah kejuruan. Saya nekat dan daftar karena biaya sekolah 1 tahun waktu itu 3 jutaan. Itupun bisa di angsur. Akhirnya saya ambil jurusan manajemen perkantoran dan Export Iimpor. Dalam benak saya, jika lulus lumayan bisa ngelamar kerja. Saya harus meninggalkan keluarga di rumah dan kost di Malang. MAGISTRA UTAMA - D1, itulah yang saya ingat !! akan tetapi saya gagal Wisuda di karenakan saya salah bergaul. Dia laki laki yang telah membuat saya gagal menjadi mahasiswa, padahal waktu itu saya telah bisa menyeselaikan magang pertama dan kedua. Tinggal membikin skripsi dan ujian akhir. Kejadiannya setelah 3 bulanan saya di malang, saya mengenal dia seorang tour guide,yang biasa mengantar

- 64 -


From Zero To Hero turis turis ke Bali. Saat itu saya sedang sendiri di terminal Arjosari. Tiba tiba dia datang dan ngajak ngobrol. Dari pertemuan pertama, berlanjut sering datang ke tempat kost walau hanya mengantarkan saya pulang kuliah. Ketika liburan dari kampus saya pulang ke desa, dan kebetulan dia menemani saya ke Banyuwangi. Keluarga saya menerima dia dengan baik. Sehari di rumah lalu melanjutkan kerjanya di Bali. Liburan usai saya ke Malang lagi. Selang beberapa bulan saya magang di PANDAAN pada PT INKOR BOLA PASIFIC, selama 1 bulan demi membuat tugas dan laporan untuk bahan skripsi. Dia pernah menelpon saya agar tidak menelpon keluarga saya. Dengan tidak menaruh curiga saya pun tetap pada aktivitas di perusahaan. Sempat sekretaris perusahaan bertanya pada saya apakah saya meneruskan kuliah atau mau kerja. Kebetulan perusahaan sedang membuka lowongan kerja. Saya jawab aja saya masih mau kuliah dan menyelesaikan tugas akhir. Jika saya berminat saya akan kembali ke perusahaan ini. 1 bulan magang saya bertemu dengan laki laki itu dan cerita bahwa dia pinjam uang dari nenek saya 5 juta, dengan alasan saya kecelakaan sama dia. Saya marah besar. Dalam kebingungan saya usir dia dan tidak ingin bertemu dia lagi. Saya kacau, saya tidak bisa berpikir dari mana saya bisa mengembalikan uang itu dalam waktu dekat ini?. Mau tidak mau saya berterus terang pada nenek saya.dan berjanji akan mengembalikannya. Saya tidak lagi bergairah kuliah. Uang 5juta di benak saya sungguh uang yang banyak. Dari mana dan bagaimana saya mendapatkannya? Saya putus asa. Di tengah tengah kegalauan hati saya teringat pada kekasih hati saya waktu SMU. Ternyata dia masih sendiri dan saya katakan padanya apa yang terjadi. Dia pun tidak bisa membantu banyak. Akhirnya saya justru membuat keputusan merantau

- 65 -


From Zero To Hero ke luar Jawa. Yang penting saya nanti bisa kerja dan mengembalikan uang nenek saya. Nekat ya yang terjadi saat itu adalah nekat tidak ada lagi. Saya menyeberang lautan di temani kekasih saya yang sekarang dia menjadi suami saya dan ayah dari anak saya. Ternyata ketika tiba di Kalimantan kami harus lapor ketua RT setempat. Saat di tanya “Siapa gadis ini?”, dia menjawab “Istri saya”. Demi menjaga keamanan semua pihak, akhirnya saya benar benar menikah dengan dia. Setelah menikah saya tidak boleh bekerja oleh suami saya, dan dikarenakan umur yang masih muda, juga pengalaman belum banyak, saya langsung hamil. Saya tidak teringat dengan uang nenek saya. Justru saya memikirkan bagaimana hidup saya dan juga masa depan buah hati ini. Di saat kandungan saya berumur 7 bulan, keuangan tidak stabil. Saya berusaha untuk bisa mencari jalan keluar. Akhirnya saya bilang ke penjual sayur “Saya ambil sayur dan ketika suami gajian saya lunasi”. Dia bisa mengerti. Di rumah saya tidak diam. Malam hari saya lembur membantu suami bikin layang laying. Ketika pagi dia berangkat kerja saya menunggu dagangan layang-layang ini. Alhamdulilah walau untung tidak banyak, bisa untuk tambah beli gula. Suami saya gajian tiap 2 minggu sekali. Uang yang di dapat tak pernah dia kantongin. Semuanya diserahkan ke saya. Jadi saya juga harus pintar pintar memutar keuangan di dalam rumah tangga saya. Tanggal 2 Mei 2004, lahirlah anak pertama saya dengan selamat. Jam 1 siang saya melahirkan di rumah sakit, jam 4 saya sudah di bawa pulang. Tiada orang tua yang menemani baik dari keluarga saya juga keluarga suami. Hanya ada kakak perempuan suami saya disana yang membantu. Sebelum berangkat kerja suami saya harus sudah membantu saya dalam mengurus diri saya. Jika dirasa sudah baik, suami saya baru berangkat

- 66 -


From Zero To Hero kerja. Memandikan bayi ,menyuapi,dan semuanya saya kerjakan sendirian. Tidak ada kata mengeluh,tidak ada kata menyesal walau hidup serba pas-pasan. Suami saya menyanyangi saya sepenuh hati. Saya hidup di Kalimantan kurang lebih 2 tahunan. Masa di mana saya menjadi seorang istri dan ibu muda. Pernah juga ketika pindah dari rumah kontrakan ke rumah baru saya sempat menjadi pemulung, tapi bukan pemulung-pemulung di jalanan. Kebetulan dekat rumah ada tempat pembuangan sampah dari perusahaan. Saya mengumpulkan kertas dan kardus, juga besi tua. Hasilnya sungguh sangat lumayan. Jika pembuangan sampai 2x, saya seminggu bisa kumpulkan Rp.150,000. ini tidak bertahan lama, karena tempat pembuangan sampah dari pabrik tidak resmi dan tidak boleh membuang di area ini lagi. Usia anak saya kira kira 2 tahun saya pulang ke jawa. Di karenakan ibu kandung saya pulang cuti dari Negara Hongkong, Ibu ingin melihat cucunya. Walau bagaimanapun saya tetap anaknya dan anak saya adalah cucunya. Pernikahan kami memang tidak direstui oleh bapak saya. Namun ibu saya tetap bisa menerima kenyataan ini. Saya pulang dengan niat dan tekad jika Bapak saya membunuh saya saya siap. Saya yang salah. Andaikan saya mati di tangannya, sebelum mati saya minta maaf kepada kedua orang tua saya. Pikiran saya saat itu adalah meminta maaf atas apa yang saya lakukan. Lari dari rumah dan mencemarkan nama baik keluarga. Apa yang terjadi setelah saya pulang dan sampai di Banyuwangi? Bapak saya tidak berbuat apa apa. Kami di terima dengan baik walau hanya satu-dua patah kata, Bapak saya mengajak suami saya ngobrol. Ibu hanya bertemu kami 4 hari, setelah itu beliau kembali ke Hongkong. Sementara saya menempati rumah mertua yang tak jauh dari rumah orang tua saya.

- 67 -


From Zero To Hero Satu bulan di Jawa saya punya keinginan untuk ke Hongkong. Kebetulan ibu yang menguruskannya. Saya minta izin suami dan diperbolehkan. Saya proses melalui di PT Gunawan Sukses Abadi di Surabaya. Kurang lebih 3 bulan saya berangkat ke Hongkong. Saya hanya membawa beberapa kaos dan celana panjang. Saya tidak membawa koper atau tas besar. 19 Agustus 2005 saya menginjakkan kaki di Hongkong. keesokan harinya saya membuat KTP dan sore hari saya di jemput majikan saya di agent. Saya tidak bisa melukiskan perasaan saya saat itu. Antara bahagia dan haru, saya harus berjuang sendiri demi masa depan. Seminggu di Hongkong, ibu menjenguk saya. Kebetulan majikan saya kenal dengan ibu saya. Saya memeluk ibu begitu erat, tak terasa air mata pun menetes. Baru kali ini saya bisa memeluk beliau dan menciumnya selama bertahun tahun di tinggalkannya. 5 bulan potongan gaji saya bisa menyeselaikannya, karena gaji saya hanya dibawah $1800. Saya memilih libur 1 bulan sekali. Pernah waktu libur saya naik MTR sendiri. Sebelum sampai tujuan saya turun. Ibu menelpon, saya bilang “saya tidak tahu ini di mana. Kok turunnya gak kayak waktu libur kemaren dulu”. Ibu sangat sangat kwatir takut saya ke sasar. Dengan sedikit keberanian saya tanya ke orang yang membersihkan di MTR itu. Karena belum lihai bahasa Hongkong, saya bertanya pakai bahasa Inggris, itupun hanya sekedar yang saya tahu. Setelah orang tadi bilang ini MTR mongkok, saya telepon Ibu. Ibu berkata “jika tidak bisa meneruskan perjalanan, mau di jemput”. Dengan keberanian saya bilang “Saya akan sampai di tempat ibu, di Victoria Park”. Akhirnya saya bisa ke tempat tujuan, dan ibu cerita ke teman- temannya kalau tadi saya hamper kesasar. 1 tahun di majikan ini, saya kenal dengan teman. Kita sering ketemu saat menjemput anak sekolah. Teman

- 68 -


From Zero To Hero saya ini bercerita bahwa ibunya di Indonesia sakit parah dan butuh banyak biaya. Karena saya gaji under, saya tidak bisa meminjami uang ke dia. Saya di rumah sendiri jika anak anak majikan saya sekolah. Sedangkan majikan saya semuanya juga ke kantor. Itu kesempatan saya banyak ngobrol dengan temen saya. Akhir nya saya bisa kena rayu bujuknya untuk menjadi saksi dia pinjam uang di bank dengan nominal $24.000 di bayar 1 tahun. Setelah uang dia terima tetap kita masih berhubungan baik. Saya tidak menyangka 2 bulan setelah itu dia diberhentikan oleh majikannya, dan sayalah yang membayar uang bank itu. Jika tidak saya juga kena karena saya saksi. Demi menyelamatkan kerja, saya terpaksa saya membayar bank itu. Saya tidak berani cerita ke ibu, bahkan saya tidak sering libur dengan alasan tempat libur jauh. Hingga ibu curiga dan sayapun mengaku. Gaji saya 2 tahun bekerja pada kontrak pertama, tidak mendapatkan hasil apa-apa karena tertipu temen tadi. Saya tetap menjalani aktifitas seperti biasa. Di akhir kontrak, majikan saya masih mau mengambil saya bekerja di sana dengan syarat majikan saya mau menggaji saya full. Saya memang memutuskan untuk tidak pulang. Jadi kontrak ke 2 saya jalani. Tiga tahun di hongkong musibah kembali terjadi. Suami saya mendapatkan kecelakaan dan harus di operasi. Ketika mendengar berita itu saya sungguh seperti tidak sadar hidup. Saya membayangkan jika saya tidak bisa bertemu dia lagi. Bagaimana anak saya ? Dengan hanya mengandalkan telepom, saya terus hubungi keluarga di kampong. Air mata hanya teman tiap malam. Akhirnya keluarga memutuskan untuk tidak mengoperasi tapi di bawa ke sangkal putung atau seorang pijat urat.1 bulan suami saya di sana. Betapa hati menjerit dan meronta saya sebagai seorang istri tidak bisa memenuhi kewajiban

- 69 -


From Zero To Hero saya di saat suami sakit tak berdaya. Empat tahun pertama saya selesai. Saya pulang untuk cuti sebulan di rumah, dan saya kembali lagi ke Hongkong. Melihat anak saya yang dulu saya tinggalkan masih kecil, ketika saya ketemu dah besar hatipun terasa teriris- iris. Dia besar tanpa belaian dan kasih sayang ibu. Saya masih belum mampu menghapus kenangan masa cuti saya. Anak dan suami yang begitu manja, dan itu berakibat 2 bulan sekembalinya saya di Hongkong, baru bisa berpikir normal. Sebelumnya saya hanya menangis dan menangis apabila teringat anak dan suami serta keluarga di kampung. Untuk menghilangkan stress saya menyibukkan diri jika libur di hari minggu dengan mengikuti pengajian-pengajian dan juga kursus komputer. Alhasil saya bisa melupakan mereka dan bisa kembali beraktifitas sebagaimana mestinya. Selesai program kursus komputer saya meneruskan kursus menjahit. Di tengah tengah kegiatan kursus ini saya di ajak guru kursus menjahit untuk daftar seminar Mandiri Sahabatku. Saya pun ikut aja apalagi gratis. Saya tidak melewatkan kesempatan ini. Saya mendapat banyak manfaat dari seminar ini. Wawasan dan ilmu pengetahuan untuk menjadi entrepreneur. Di akhir acara seminar Bank mandiri yang bekerja sama dengan UCEC (universitas ciputra entrepreneur centre), ada beberapa perlombaan. Saya mengikuti kategori BEST BOS. Dari banyaknya peserta diambil 6 orang. Alhamdulilah saya ikut terpilih, tapi dengan satu syarat majikannya harus datang di saat acara terakhir atau penutupan nanti. Dengan semangat dan yakin bisa saya pun mengiyakan nya. Padahal saya belum terpikir bgaimana jika majikan saya menolaknya Dua hari sebelum acara, saya sampaikan ke majikan saya, karena surat yang di janjikan oleh pihak

- 70 -


From Zero To Hero penyelenggara belum sampai ke alamat rumah. Dengan gaya bicara saya sampaikan niat saya dan majikanpun rada bingung. Akhirnya saya minta alamat email majikan. Saya bilang nanti akan ada email masuk dari team UCEC, dan malam minggu majikan saya bilang akan hadir di acara kamu. Betapa bahagianya saya. Minggu dengan semangat saya langkahkan kaki menuju tempat seminar di Olimpic House. Setelah jam istirahat siang acara Best Boss di mulai. Walau agak sedikit dag dig dug saya naik ke pentas, dan di sana di hadiri hampir 400 an peserta seminar. Saya bersyukur saya bisa berada di tengah tengah mereka semua dan saya berani berbicara menyampaikan sesuatu itu. Ketika sudah di atas pentas atur nafas dan berdoa, alhamdulilah saya bisa lancar berkomunikasi dan tepuk tangan meriahpun mengiringi. Setelah berakhirnya kelas Mandiri Sahabatku, beberapa bulan di lanjut dengan kelas Mandiri Sahabatku Internet Banking, saya pun tidak melewatkan kesempatan ini. Dari sini saya bisa menggunakan internet banking bahkan saya juga menjadi juara team leader yang di adakan di akhir acara. Saya juga pernah ikut magang di Bank Mandiri. Bagi saya, mencoba sesuatu yang baru itu adalah hal yang harus! agar kita bertambah wawasan dan juga bertambah pengalaman. Apalagi jika kita mendapatkannya dengan gratis hanya bermodalkan niat tapi hasilnya luar biasa. Berteman dengan orang-orang yang sukses pasti akan sukses. Saya yakin tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Hidup penuh perjuangan, berjuang demi masa depan yang gemilang . Perjalanan hidup kurang lebih 30 tahun Sedari kecil membiasakan diri mandiri walau itu suatu kebetulan atau kesengajaan karena ibu saya pergi

- 71 -


From Zero To Hero merantau. Sebagai kakak yang bertanggung jawab atas adik-adiknya .Di tengah menghadapi ujian sekolah, harus juga merawat bapak yang terkena musibah. Merelakan masa-masa bermainnya untuk membantu keluarga. Hanya 5 besar meraih prestasi di sekolah SLTP dan SMU. Gagal dalam melanjutkan sekolah kejuruan, dan harus meninggalkan keluarga, pergi ke Kalimantan karena kesalahan diri sendiri. Merawat anaknya sendiri. Menjadi ibu rumah tangga muda yang harus di pusingkan dengan bagaimana pergerakan uang bisa menyelamatkan perekonomian. Menjual layanglayang, menjadi pemulung kertas, kardus, juga besi tua. Hingga perjalanan ke Hongkong yang harus bekerja satu negara dengan ibu kandung. Dibohongi teman, hingga bisa bergabung di Mandiri Sahabatku, Mandiri Internet Banking, dan sekarang yang akan di mulai yaitu sekolah Ritel dari Universitas Ciputra Distance Entrepreneur..

- 72 -


From Zero To Hero

Kisah Rodiyah Rasanya benar-benar berat meninggalkan pasangan, apalagi disaat pengantin baru. Saat dibandara saya dan suami bertangisan Nama saya adalah Rodiyah. Saya memiliki akun Facebook dengan nama Diyah Eka Wahyudi. Saya anak bungsu dari 6 bersaudara. Saya memiliki 1 kakak perempuan dan 4 kakak lelaki. Saya dilahirkan pada sebuah desa yang sangat terpencil di salah satu kabupaten Pacitan, dengan mata pencarian sebagian besar penduduknya adalah bertani. Pekerjaan Ibu saya adalah pedangang kulak candak, sementara Ayah saya adalah seorang pejudi kelas kakap. Sejak usia 5 tahun saya sudah ditinggal cerai kedua orang tua, karena ayah saya kalah dalam taruhan. Kekalahannya membuat beliau suka marah dan memukul Ibu saya. Peristiwa itu masih selalu teringat jelas di dalam bayangan saya. Setelah perceraian orang tua, saya dan semua saudara-saudara saya ikut dengan Ibu. Tidak ada satupun dari saudara saya yang mau ikut dengan ayah, karena Ayah tidak pernah perhatian dengan nasib kami. Hanya ibu selama ini yang memperjuangkan kehidupan kami. Kemudian, setelah Ayah menikah lagi dengan janda tetangga desa, Ayah sudah tidak mau peduli lagi dengan nasib kami. Ibu yang kemudian mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga.

- 73 -


From Zero To Hero Setiap hari Ibu bekerja keras pada waktu siang dan malam untuk mencari nafkah. Setiap pagi Ibu pergi ke pasar untuk berdagang. Siang harinya Ibu pergi ke ladang. Saat itu saudara2 saya masih sekolah semua. Sejak kecil saya merasa tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Ayah. Saya malah merasa tidak pernah punya Ayah, karena Ayah sangat jauh dengan saya. Kemanapun Ibu pergi, saya selalu ikut dengannya. Waktu sekolah saya sering jualan keripik singkong karena Ibu jarang sekali memberi uang jajan. Jadi saya dan Kakak, setelah pulang sekolah membuat keripik singkong untuk kami jual di sekolah. Suatu ketika kegiatan jualan saya di sekolah, diketahui oleh salah satu guru. Ini menyebabkan saya disidang dan dilarang keras berjualan lagi. Alasannya adalah karena guru khawatir kegiatan jualan mengganggu aktivitas saya belajar. Padahal walaupun saya berjualan, prestasi saya di sekolah selalu mendapatkan ranking 1 atau 2. Di rumah, Ibu tidak pernah mengajari saya belajar karena Ibu hanya sekolah hingga kelas 3 SD dan langsung dinikahkan. Tetapi, saya selalu diberikan motivasi oleh Kakak untuk selalu belajar. Kakak pun seorang yang sangat rajin belajar dan selalu mendapatkan juara kelas. Sesampainya di rumah, saya ceritakan kepada Ibu mengenai larangan dari guru agar tidak jualan lagi di sekolah. Ibu menjadi sedih dan merasa malu karena melihat anaknya yang masih kecil sudah jualan karena tidak pernah diberikan uang saku. Ibu juga akhirnya ikut melarang saya berjualan keripik, dan memberi saku 50 rupiah. Tetapi saya menolak. Saya katakana kepada Ibu saya akan belajar untuk selalu berpuasa sehinga tidak perlu jajan di sekolah. Namun demikian, saya masih tetap jualan diam-diam pada saat pulang sekolah atau di area luar sekolah. Kegiatan berjualan ini terus berlangsung hingga saya lulus SD.

- 74 -


From Zero To Hero Setelah lulus SD saya melanjutkan di SMP favorit di desa yaitu SMP 1. Teman-teman saya tergolong anakanak orang yang mampu. Mereka selalu diberi uang saku Rp 2000. Sedangkan saya saat itu diberi uang saku Rp 500. Saya gunakan Rp. 400 untuk naik angkot, sisanya Rp. 100. Padahal saat itu rumah saya sangat jauh dengan sekolahan. Tapi saya tetap semangat karena saya mendapatkan beasiswa Super Smart dari sekolah. Saya dibebaskan dari SPP setiap bulan. Saya juga mendapatkan beasiswa untuk siswa yang kurang mampu. Saat SMP saya juga masih tetap jualan, tapi jualan snack. Saya ambil barangnya dari toko salah seorang guru. Biasanya saya ambil 1 kardus yang isinya bermacammacam snack. Terkadang banyak teman-teman kalau istirahat malas ke kantin. Jika barang tidak laku semua, boleh dikembalikan kembali ke toko guru saya, Hal ini membuat saya tidak takut rugi. Saat itu itu saya berjualan bersama salah seorang teman. Dia anak orang kaya tapi dia suka bekerja keras. Dia sangat baik, dan sering traktir saya makan dari hasi penjualan itu. Sekarang, teman saya ini sudah jadi seorang Bidan. Setelah lulus SMP saya mencoba mendaftarkan diri ke sebuah Sekolahan Menengah Kejuruan (SMK) yang banyak peminatnya saat itu. Ada sekitar 1300 orang mendaftar, namun yang diterima hanya 200 orang. Saya merasa senang sekali karen diterima dan masuk dalam urutan ke 5 dari 200 orang tersebut. Saat SMK ini saya kost di rumah Bude. Jadi tidak perlu bayar uang kos. Selama tinggal dengan Bude, saya membantu membersihkan rumah dan membantu manjaga toko setelah pulang sekolah. Jika saya terkadang sibuk dengan aktifitas di sekolah, seperti kegiatan OSIS dan PMR sehingga sering pulang agak sore, Bude memahami dengan seringnya memberikan uang saku, bahwkan meminjamkan saya

- 75 -


From Zero To Hero motor untuk pergi ke sekolah. Saya lulus Sekolah Menengah Kejuruan pada tahun 2006. Saat itu saya optimis ingin mendaftar di SekolahTinggi Akuntansi Negara (STAN). Setiap hari saya belajar ikut bimbingan khusus STAN. Saya juga selalu berdo’a agar diterima disana. Tetapi, nasib berkata lain. Justu pada saat ada tes, saya sakit berhari-hari, sehingga tidak bisa mengikuti test tersbut. Saya sempat kecewa karena impian saya untuk ikut test STAN gagal. Saya harus menunggu tahun berikutnya. Sementara itu, sambil menunggu, saya mencoba kerja di sebuah Bank Perkreditan Rakyat(BPR) pada bagian Administrasi di daerah Ponorogo yang di salurkan dari sekolah. Ternyata saya tidak nyaman bekerja di BPR karena gajinya yang saat itu sangat pas-pasan, bahkan mepet hingga tidak ada sisa untuk ditabung. Padahal rencana saya ingin memiliki tabungan yang banyak agar dapat meringankan beban orang tua, dan juga sebagai modal untuk masa depan. Setelah 4 bulan saya bekerja di BPR, ada salah satu teman sekolah yang mengajak untuk merantau ke Hong Kong. Temen saya ini memiliki Kakak yang sudah lama bekerja di Hong Kong. Dia bercerita mengeni kakaknya yang sudah bisa membeli rumah, tanah dan tabungannya juga banyak. Cerita dia membuat tertarik juga untuk bekerja ke Hong Kong. Keinginan saya untuk merantau ke Hongkong, saya diskusikan dengan ibu dan keluarga. Namun kenyataannya mereka melarang dengan alasan saat itu saya masih berusia 18 tahun, belum memiliki pengalaman kerja ikut orang, terlebih di luar negeri. Setiap hari saya berusaha membicarakan rencana saya ini secara baik-baik dengan ibu dan saudara-saudara saya. Saya yakinkan mereka bahwa saya sudah dewasa dan bisa manjaga diri sendiri. Hingga akhirnya, Ibu luluh

- 76 -


From Zero To Hero dengan permintaan saya, dan saya berhasil meyakinkan beliau bahwa saya mampu untuk menjaga diri. Setelah mendapat persetujuan dari ibu dan keluarga, saya dan temen saya langsung meluncur ke sebuah PT penyalur tenaga kerja yang dulu adalah PT tempat penyaluran kakaknya temen saya. Pertama kali tinggal di penampungan, saya tidur di dalam kamar dengan teman sekamar yang hampir semua anak tomboy. Saya sangat takut dan tidak bisa tidur, Apalagi melihat di dalam kamar itu ada yang lesbi. Ih rasanya merinding sekali. Esok harinya saya langsung menemui salah satu petugas untuk minta dipindahkan ke kamar lain dengan alasan saya takut sekamar dengan komunitas anak lesbi, Saya dipindahkan ke kamar “gelap�. Dikamar gelap itu hanya ada 3 orang yang berani tidur, karena katanya kamar itu angker dan banyak anak yang kesurupan. Kalau malam sering muncul makhluk halus yang manakutkan, sehingga jarang yang berani tidur disana. Tapi buat saya lebih nyaman tidur di kamar gelap daripada tidur sekamar dngan komunitas lesbi. Hari demi hari saya ikuti dan jalani aktifitas di penampungan hingga saya mulai kerasan dan nyaman dengan temen-temen baru disana. Di penampungan kami belajar bahasa Kantonis, memasak, belajar merawat bayi, anak dan merawat orang jompo. Setelah 3 bulan di di penampuangan, satupersatu temen-temen saya sudah banyak yang mendapat pekerjaan dan terbang duluan ke Hong Kong. Dalam satu kelompok, hanya tinggal saya dan seorang teman yang belum mendapatkan pekerjaan. Saya sangat khawatir dan tidak rela ditinggal sahabat-sahabat yang biasanya menemani dalam suka dan duka. Berhari-hari setelah tema-teman terbang ke Hong Kong duluan, saya banyak berdiam diri di kamar dan belajar. Saya juga selalu bangun malam untuk

- 77 -


From Zero To Hero sembahyang dan berdo’a agar saya cepet mendapatkan pekerjaan. Akhirnya, setelah empat bulan menunggu, saya mendapatkan pekerjaan untuk merawat orang jompo. Saya diwawancara oleh calon majikan melalui telepon. Saat itu hati saya resah karena baru sekali berbicara langsung dan ditanyakan banyak hal dengan menggunakan Kantonis. Beruntung, saya rajin belajar bahasa Kantonis di penampungan, sehingga saya bisa menjawab pertanyaan yang diajukan calon majikan dengan lancar. Dua hari setelah proses wawancara, saya tanda tangan kontrak kerja. Rasanya saya sangat senang sekali karena tidak lama lagi akan terbang ke negeri beton yang saya impikan. Namun ternyata, setelah tanda tangan kontrak, saya harus menunggu lagi proses pembuatan visa selama dua bulan sebelum dapat terbang ke Hong Kong. Setelah ada pengumuman dari petugas PJTKI bahwa besok adalah jadwal saya terbang ke Hong Kong, saya sempatkan diri untuk telpon ke rumah. Tapi sayang, telepon saya tidak ada yang menjawab karena saat itu istrinya kakak saya sedang melahirkan secara Caesar. Bekali-kali saya coba kembali untuk teleopn, namun tetap tidak terjawab. Akhirnya saya langsung mengemaskan pakaian yang akan saya bawa. Semalaman saya tidak dapat tidur hingga waktu berangkat penerbangan. Sekitar pukul 08.00 saya terbang ke Hong Kong dengan pesawat Cathay Pacific. Di dalam pesawat saya sangat kagum dan senang karena baru pertama kali naik pesawat. Empat jam kemudian saya sampai di bandara Hong Kong , Saya mengikuti rombongan TKI yang sangat banyak saat itu. Rombongan kami ada sekitar 8 orang. Kami menuju ke imigrasi dan saat mau keluar dari bandara kami kebingungan “Bagaimana cara keluarnya?�. Kami semua adalah pemula yang pertama kali datang ke Hong Kong dan saat itu saya juga tidak

- 78 -


From Zero To Hero berani bertanya. Kami hanya berjalan dan terus berjalan tanpa mengetahui arah yang harus harus ditujuk untuk keluar. Naik dan turun lift. Tidak ada satu orangpun dari rombongan kami yang berani bertanya kepada petugas bandara. Akhirnya, kami bertemu dengan salah seorang pramugari yang dapat berbahasa Indonesia, dan kami pun juga diantarkan sampai pintu keluar. Di pintu keluar itu ternyata sudah menunggu seorang staf dari agen PJTKI. Beliau seorang lelaki sebaya dengan sekitar 40 tahun. Beliau melambaikan tangannya kepada saya. Saya terkejut karena beliau sepertinya sudah mengenali saya. Akhirnya saya di ajak naik bus bertingkat dua dan dibawa ke kantor agen. Disana banyak temateman dari Indonesia yang tinggal di penampungan agen. Sebagian dari mereka ada yang bermasalah, dan sebagian lainnya sedang mencari majikan baru. Disitulah saya saya berkenalan dengan seorang ibu yang kerjanya hanya siang hari, dan malam harinya tingagl dan tidur di kantor agen itu. Beliau sangat baik dengan saya dan memberi saya kartu telpon untuk menelpon keluarga di Indonesia. Saya sangat berterima kasih dan merasa berhutang budi atas kebaikannya beliau selama saya menunggu di agen. Ibu saya sangat senang mendengar kabar saya bahwa saya sudah berada di Hong Kong, Ibu selalu berpesan untuk hati-hati di negeri orang. Saya harus bisa menjaga diri baik-baik, dan mengingkatkan saya untuk senantiasa bersikap rendah hati juga tidak sombong kepada siapapun, agar saya di sayang orang. Selama dua hari saya menunggu di agen. Hari ketiga, majikan menjemput dan langsung membawa ke rumahnya. Di dalam rumah itu hanya tinggal dua orang jompo. Mereka menyambut saya dengan angat baik dan ramah. Pekerjaan saya adalah menjaga kedua nenek dan kakek, belanja, bebersih rumah, memasak dan yang paling

- 79 -


From Zero To Hero rutin adalah mengantar nenek dan kakek ke dokter untuk check up kesehatan mereka. Nenek yang saya rawat itu memiliki penyakit Parkinson. Nenek hanya dapat keluar dengan naik kursi roda. Nenek juga sedikit mengalami gangguan kelainan jiwa. Setiap hari nenek mengeluh sakit dan ingin selalu berada rumah sakit, padahal sebenarnya beliau tidak sakit. Nenek ini berusia 88 tahun. Pendengarannya sudah tidak jelas, jadi sering salah paham atau tidak dapat berkomunikasi dengan baik.. Walau sebenernya saya merasa berat bekerja di rumah majikan, namu saya bertekad untuk dapat bertahan menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak. Sebab kalau tidak menyelesaikan kontrak, saya akan mengalami pemotongan gaji lagi dan harus mencari majikan baru. Saya terus mencoba untuk selalu bersabar dan berdo’a agar mereka sayang sama saya dan kerasan di rumah majikan ini. Setelah masa potongan gaji selama tujuh bulan selesai, saya mulai merasa kerasan karena senang sudah bisa menerima gaji utuh setiap bulan. Semangat kerja saya semakin tinggi. Nenek dan kakek juga terasa semakin menyanyangi saya dan sudah menanggap saya bagai cucu mereka sendiri.. Walaupun ada kalanya mereka kumat yang membuat saya takut dan khawatir, saya tetap bertahan. Setelah satu tahun bekerja, saya sudah mulai dapat mengirim uang untuk Ibu. Saya juga meminta izin kepada majukan untuk membeli laptop dan disetujui dengan syarat bahwa hal tersebut tidak mengganggu pekerjaan saya. Kemudian saya membeli laptop dan modemnya pada saat libur bekerja. Pada saat membeli laptop, saya tidak terlalu bisa untuk menggunakannya. Tapi saya tetep berusaha dan tidak malu bertanya kepada teman-teman menganai bagaimana cara mengoperasikan komputer dengan baik.

- 80 -


From Zero To Hero Saya suka meminjam buku di perpustakaan tentang komputer. Dari buku buku inila saya mulai suka dan lebih memahami komputer dibandingkan dengan sebelumnya. Saya suka mengobrol online (chating) dengan menggunakan Yahoo Messenger. Dari sini saya mendapatkan teman-teman baru. Saya berkenalan dengan salah seorang lelaki yang juga sedang merantau sebagai TKI di Jepang. Dia pandai komputer dan baik hati serta dengan telaten mengajari saya komputer. Dia menyarankan saya untuk memasang perangkat lunak Team Viewer sambil dia pandu. Perangkat lunak ini bermanfaat agar dia bisa akses komputer saya dan bisa mengoperasikan program-program yang ada di komputer saya. Hal ini sangat membantu saya ketika saya tidak paham karena dia bisa langsung membantu mengarahkannya. Saya benar-benar sangat beruntung punya sahabat sebaik dia. Kami setiap haripun selalu mengobrol di interent mengenai masalah kerjaan, masa depan dan belajar komputer hingga saya bisa mengoperasikan komputer. Saat itu dia suka sekali menulis artikel di blog. Saya sangat tertarik dengan blog yang pertama kali dia posting, yaitu tentang biografi dia yang menjelaskan secara detail tentang dirinya. Hal yang membuat saya terharu dari dirinya adalah dia seoriang anak lelaki yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Hari-hari kami lalui dengan ngobrol dan diskusi secara online. Walaupun setiap hari kami ngobrol, tetapi kami tidak pernah merasa bosan. Karena obrolan kami selalu hal-hal baru. Kami juga suka browsing topic yang menari untuk didiskusikan bersama. Dia sangat mendukung saya untuk melanjutkan kuliah dan menyuruh saya untuk pulang ke Indonesia karena saya masih muda. Saat libur hari Minggu, saya mencari informasi

- 81 -


From Zero To Hero tentang sekolah di Hong Kong. Saya menemukan salah satu universitas Philipina yang membuka program study S1 untuk kelas pekerja. Saya mencoba mengontak dan mencari informasi tentang kampusnya. Setelah berhasil mendapatkan informasi yang saya perlukan mengenai kampus tersebut, saya langsung mendaftarkan diri disana. Inilah saatnya saya meneruskan cita-cita untuk melanjutkan sekolah yang dulu tertunda karena tidak ada biaya. Ternyata banyak juga temen-temen dari Indonesia yang mendaftarkan diri di kampus itu. Saya jadi merasa lebih yakin dan optimis untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Walaupun waktu belajar yang saya ambil hanya 2 kali pertemuan dalam satu minggu. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Apabila dari modul yang saya baca masih kurang paham, biaanya saya browsing untuk mencari wawasan yang lebih banyak lewat internet. Saya tidak hanya menggantungkan ilmu hanya pada dosen, karena hal tersbut tidak membuat saya mendapatkan ilmu yang maksimal. Dalam kurun waktu satu bulan kami harus menyeleseikan 1 modul. Karena tugas yang menumpuk, setiap hari saya tidur pukul 2:00AM. Saat itu saya bener-bener berjuang keras untuk dapat menyelesaikan kuliah. Setelah selesai skripsi, saya sakit dan harus dirawat di rumah sakit akibat jarang tidur. Namun saya masih sangat bersyukur karena akhirnya saya bisa mengikuti wisuda di Hong Kong. Setelah kuliah selesai, saya izin cuti pulang ke Indonesia dan saat itu sahabat saya yang biasa ngobrol di internet juga sudah selesei kontrak kerjanya di Jepang. Sehingga kami dapat pulang bersama dan bertemu di bandara. Dia menjemput saya dan gabung dengan keluarga saya. Dia malah terlihat sudah akrab dengan keluarga saya. Padahal itu adalah kali pertama dia bertemu keluarga saya.

- 82 -


From Zero To Hero Saya merasa bahagia sekali bertemu dengan Ibu yang sudah kelihatan lebih tua dibandingkan saat sebelum saya ke Hong Kong. Saya bertemu dengan dan keponakan-keponakan baru yang dulu belum lahir, dan sekarang sudah besar-besar. Sungguh, 5 tahun tidak pulang ke Indonesia, banyak hal yang berubah. Setelah satu minggu di rumah. Sahabat ngobrol saya di internet ini mengajak orang tuanya kerumah untuk melamar saya. Saat itu saya sangat kaget karena merasa tiba-tiba dilamar. Padahal saya hanya cuti dan masih ingin kembali ke Hong Kong untuk menyelesaikan kontrak kerja dan menunggu ijasah keluar. Kedua belah pihak orang tua kami akhirnya saling membicarakan hal ini. Mereka sepakat untuk menyarankan saya segera menikah. Saya merasa sangat bingung, karena saya tidak ingin setelah menikah harus berpisah lagi dengan suami. Apalagi waktu berpisahnya masih lebih dari satu tahun. Akhirnya, setelah diskusi juga dengan beberapa orang teman, mereka juga menyarankan saya untuk menikah dengan pertimbangan bahwa pacaran tanpa ikatan akan mudah berakhir. Karena saya juga mencintai sahabat ngobrol di internet ini, akhirnya sayapun bersedia untuk dinikahi dengan syarat saya di izinkan untuk kembali ke Hong Kong untuk mnyeleseikan kontrak kerja. Di Minggu kedua masa cuti, menikah dengan acara yang sangat sederhana di KUA. Karena waktu kami tidak cukup untuk mempersiapkan acara yang lebih meriah. Saya hanya mengambil cuti 3 minggu sehingga saya berkumpul dengan suami hanya 1 minggu, sebelum saya harus kembali ke Hong Kong. Setelah menikah kami menempati rumah suami saya yang dia bangun saat dia bekerja di Jepang. Hanya kami berdua yang tinggal di rumah itu. Saya merasa sangat

- 83 -


From Zero To Hero bahagia mempunyai suami yang sangat menyayangi dan pengertian. Seminggu rasanya seperti 1 menit dan saya harus meninggalkan suami saya. Rasanya benar-benar berat meninggalkan pasangan, apalagi disaat pengantin baru. Saat dibandara saya dan suami bertangisan. Andai saja ijasah saya sudah saya ambil, pasti saya tidak akan kembali ke Hong Kong. Saya merasa sangat sedih meninggalkannya sendirian di rumah. Sesampainya di Hong Kong saya terus menangis kalau ingat suami saya, Setiap hari telp rasanya ingin cepet kembali ke Indonesia. Kerja pun rasanya sudah tidak ada gairah, saya mencoba untuk mencari aktifitas atau kesibukan yang bisa mengurangi rasa kegalauan saya. Akhirnya setiap minggu saya bergabung dengan salah satu organisasi yaitu Dompet Dhuafa (DD), Saya banyak berkecimpung di dalam organisasi itu sehingga kegalauan itupun sedikit demi sedikit mulai terobati dengan kesibukan saya. Saya bergabung di bagian divisi LPAM (Lembaga Pelayanan advokasi migrant). Tugas saya membantu mengumpulkan data (fundrising), melayani donator, input data-data ke dalam komputer, dan membantu tema-teman BMI yang memiliki masalah. Setiap minggu saya selalu aktif membantu disana, kadang kalau ada kegiatan yang diselengarakan oleh DD, saya juga ikut dalam kepanitiaan. Dengan bergabung di organisasi Dompet dhuafa saya merasa mendapatkan ilmu kehidupan yang sangat luar biasa yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Saya lebih mudah untuk mencari teman dan merasa bahagia karena sudah bisa membantu menyeleseikan masalah teman-teman. Disini saya merasa bersyukur dan sangat beruntung karena nasib saya masih lebih baik dibanding temanteman yang sedang bermasalah. Disamping bergabung dengan organisasi Dompet

- 84 -


From Zero To Hero Dhuafa saya juga mengikuti programnya kelas Mandiri Sahabatku yang bekerja sama dengan Universitas Ciputra. Saya mengikuti kelas Mandiri sahabat yang mengajarkan kami untuk menjadi seorang Entrepreneur. Saya sangat bahagia dan antusias dengan Program ini, Harapan saya setelah mengikuti Pelajaran UCDE ini saya harus siap dan mempunyai ilmu kewirausahaan yang cukup untuk memulai usaha di Indonesia. Saya harus mempunyai wawasan yang luas tentang entrepreneurship, sehingga saya bisa merealisasikan impian saya untuk membuka bisnis cafĂŠ di Indonesia bersama suami, dengan cara mengimplementasikan ilmu yang saya peroleh dari UCDE agar menjadi entrepreneur sejati. Amin

- 85 -


From Zero To Hero

Kisah Yuni Kurniah Perlahan saya praktek untuk berlatih ilmu entrepreneurship yang sudah diajarkan. Saya yang tidak pernah punya pengalaman berjualan sedikitpun, mulai berlatih menawarkan barang dan jasa.

Saya adalah anak bungsu dari 10 bersaudara. Saya memiliki enam saudara lelaki dan tiga saudara perempuan. Jarak antara saudara saya yang satu dengan yang lainnya, sekitar dua tahun. Perbedaan usia saya dengan saudara lelaki yang paling tua sekitar 20 tahun. Saya berasal dari keluarga besar yang Alhamdulillah, Allah senantiasa cukupkan kebutuhan kami. Setidaknya itulah yang saya rasakan, tidak pernah merasa berlebihan ataupun kekurangan. Pekerjaan orang tua saya, sebagaimana yang saya baca di data orang tua pada buku raport Sekolah Dasar (SD), adalah buruh. Waktu itu, saya tidak mengerti apa artinya buruh. Sepengetahuan saya, Bapak pernah memasukkan bumbu dapur, telor ke Restoran Padang Ria Jaya milik saudara di daerah Senayan. Bapak pernah punya Warung Padang sendiri di depan SMU 3 Jakarta, dan terakhir, tidak bekerja. Ketika bapak tidak bekerja, maka Emak menggantikan Bapak untuk memasok bumbu dapur dan telor ke Restoran Padang itu. Bapak berasal dari Batu Sangkar – Padang, Sumatera Barat. Sementara emak berasal dari Gombong, Kebumen –

- 86 -


From Zero To Hero Jawa Tengah. Namun demikian, saya tidak pandai berbahasa Padang atau Jawa. Saya lahir dan besar di Jakarta. Bahasa yang kami gunakan di rumah juga Bahasa Indonesia. Walaupun kami bukan keluarga kaya, yang saya ingat sampai saat ini adalah Emak selalu memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Buat Emak, tugas beliau sebagai orang tua dalam memberikan pendidikan adalah sampai jenjang SMA atau kejuruan. Setelah itu, anakanaknya diberikan kebebasan untuk menentukan masa depannya masing-masing, yaitu untuk mendapatkan pekerjaan atau meneruskan kuliah. Dari kami sepuluh bersaudara, hanya tiga yang mencicipi bangku kuliah, yaitu Saudara perempuan pertama (lulusanIKIP Jakarta, jurusan Olahraga), Saudara lelaki nomor tujuh (lulusan D3 dari STAN, jurusan Pegadaian), dan saya (lulusan S1, dari STIMIK Perbanas). Saudara saya yang lainnya, Alhamdulillah, berhasil lulus SMA atau SMK dan berhasil mendapatkan pekerjaan. Bahkan, saudara lelaki pertama saya adalah mantan pemain Sepak Bola Tim Nasional sebagai Penjaga Gawang. Saya lupa periodenya. Tapi, saya ingat, waktu kecil pernah diajak Bapak menontonnya saat pertandingan bola langsung di Senayan, dan Emak juga cerita, kalau Saudara lelaki pertama saya ini, pernah masuk pemberitaan di koran setelah selesai bertanding. Sejak TK, saya selalu bertemu dan berkawan dengan anak-anak orang kaya. Herannya, saya tidak pernah minder, alias biasa saja. Saya masuk TK karena kebaikan tetangga yang mendaftarkan dan membayar uang pangkalnya. Karena, anak tetangga saya ini, tidak mau sekolah kalau saya tidak ikut sekolah bersamanya. Padahal semua saudara saya, tidak ada yang sekolah TK, semua langsung kelas 1 Sekolah Dasar. Karena uang pangkal sudah dibayar, jadilah saya meneruskan sekolah TK, yang biaya bulanannya dibayar sendiri oleh Emak.

- 87 -


From Zero To Hero Selama enam tahun saya duduk di Sekolah Dasar Latihan (SDL). Dinamakan sekolah Dasar Latihan, karena di SD ini, ada satu periode catur wulan digunakan untuk praktek para siswa SPG. Pada masa itu, ini sekolah swasta nomor dua yang terbaik di kelurahan tempat tinggal saya. Saya sering dikirim oleh sekolah mengikuti aneka lomba dan kegiatan di luar Sekolah. Kegiatan lomba yang paling saya ingat, adalah Cerdas Ria yang disiarkan oleh TVRI. Ketika kelas 4 SD, Emak mendaftarkan saya sekolah Madrasah di siang hari. Tujuannya agar saya bisa belajar cabang ilmu agama lainnya (seperti Akhlak, Aqidah, Fiqih, Bahasa Arab, Tajwid, dan Tafsir), selain hanya belajar cara membaca Al-Qur’an. Saat itu, di lingkungan rumah, hanya saya yang bersekolah Madrasah. Padahal, teman bermain di sekitar rumah saya, yang orang tuannya bekerja di kantor atau Bank, mereka hanya belajar membaca AlQur’an dengan salah seorang guru ngaji dekat rumah. Ketika Bapak tidak bekerja, Emak menggantikan posisi Bapak mencari nafkah dan membiayai sekolah kami. Emak saya adalah Ibu yang hebat. Setalah Subuh berangkat ke Pasar Induk Kramat Jati dengan naik Kopaja, untuk membeli bumbu dapur dan ke Palmerah untuk membeli telor yang diperlukan di Restoran Padang Ria Jaya di Daerah Senayan. Ketika sudah tidak memasukkan bumbu dapur dan telor ke Retoran tersebut, Emak membuat usaha kost-kost di lantai atas. Kami, anak-anaknya tinggal di lantai bawah. Rumah kami hanya berukuran 6 x 10 meter. Di lantai atas dibuat 4 kamar yang dijadikan untuk kost-kost-an. Di lantai bawah terdapat dua kamar mandi. Satu untuk keluarga, satu khusus untuk orang kost. Walaupun rumah kami kecil, tapi cukup untuk menampung saya beserta saudara-saudara lain yang masih sekolah. Saudara-saudara saya yang sudah bekerja dan

- 88 -


From Zero To Hero menikah, tidak tinggal di rumah. Hal inilah yang menyebabkan kamar di lantai atas dapat dijadikan usaha kost kost-an. Masa sekolah yang paling indah dan saya rindukan adalah masa SMP. Ketika SMP, saya ikut ekstra kurikuler Karate, Bakset, Volley dan drama. Hanya yang saya tekuni paling serius adalah Karate. Sampai guru Karate saya menawarkan saya untuk ikut ujian masuk pelatnas karena melihat nilai ujian kenaikan tingkat yang saya peroleh tinggi. Saya hanya tersenyum dan merasa seperti ada yang salah dengan nilai itu. Gerakan saya terlihat bagus ketika ujian, karena saya memakai baju karate milik kakak perempuan nomor lima. Bajunya berbahan tebal (biasa disebut terpal). Baju ini biasa dipakai oleh karateka yang sudah sabuk coklat ke atas. Sementara saya ujian kenaikan tingkat dari sabuk kuning ke hijau. Tentu saja gerakan saya terlihat lebih bagus dibandingkan karateka yang lain, pikir saya waktu itu. Karate membuat rasa percaya diri saya tinggi. Bahkan saya pernah membuat aduan kepada Kepala Sekolah atas suatu ketidakadilan yang kami rasakan. Waktu itu ada ketidakadilan dalam pembagian kelompok karya wisata. Dengan berpura-pura sebagai puteri Kepala Sekolah, saya menghubungi Sekolah untuk dapat berbicara dengan Kepala Sekolah. Setelah terhubung, saya memperkenalkan diri saya dan maksud tujuan saya telepon. Sementara teman-taman lainnya member dukungan di sekeliling ketika saya telepon. Deal terjadi. Kepala Sekolah berjanji untuk melakukan investigasi. Saya ingat ucapakan beliau sebelum pembicaraan telepon berakhir “Kamu adalah calon pemimpin�. Alhamdulillah, pembagian kelompok akhirnya berjalan dengan adil sesuai aspirasi kawan-kawan yang saya bantu sampaikan. Di SMP, saya memiliki geng yang beranggotakan enam belas anak perempuan semua. Geng kami termasuk

- 89 -


From Zero To Hero yang disegani di sekolah. Pernah ada sekelompok anak lelaki bermain bola di halaman sekolah. Kami juga ingin main basket. Jadilah kita berbagi lapangan 50:50. Suatu ketika, satu geng kami dipanggil dan dijemur dilapangan dari jam 10:00 sampai jam 12:00. Kesalahan kami adalah marah-marah kepada anak kelas satu, dan anak ini mengadu kepada orang tuanya. Sungguh pengalaman yang memalukan karena kami jadi tontonan satu sekolahan. Memasuki kelas 3 SMP, saya mulai berfikir serius, tepatnya memikirkan masa depan saya. Saya sadar, Emak tidak mampu membiayai kuliah. Kalo saya melanjutkan ke SMA, nanti saya main-main sebagaimana gaya saya di SMP. Saya harus bekerja dulu. Kuliah belakangan jika sudah bekerja dan punya uang sendiri. Maka, saya putuskan untuk memilih SMEA Favorit di Jakarta Selatan. Hanya saya seorang yang memutuskan memilih SMEA diantara teman se-geng. Selebihnya mereka meneruskan ke SMA. Alhamdulillah, saya diterima di SMEA favorit pilihan pertama di Jakarta Selatan. Karena nilai matematika yang tidak seberapa baik, saya diterima pada jurusan Sekretaris – Perkantoran. Saat itu jurusan favorit adalah Akuntansi. Saya sekolah dari pagi sampai sore. Kalau sekolah siang, pagi ada kursus. Begitu juga kalau sekolah pagi, siangnya lanjut kursus. Semua kursus saya ikuti, sebut aja kursus Mengetik, Bahasa Inggris, Komputer, Akuntansi, Sekretaris. Saya benar-benar tidak ada waktu untuk bermain seperti dulu di SMP. Ketika kelas 2 SMEA. Saya termasuk satu siswi pilihan yang diberikan kesempatan magang di perusahaan Bakrie Brothers–Kuningan, Jakarta Selatan, sebagai asistem Sekretaris. Pertimbangan pemilihannya karena saya dianggap sudah dapat berbahasa Inggris dengan baik. Alhamdulillah, ketika kelas 3, saya dapat konsentrasi ujian, sementara teman seangkatan lainnya, sibuk mencari

- 90 -


From Zero To Hero sendiri perusahaan tempat magang. Pengalaman magang ini sangat berharga untuk modal saya mencari kerja. Saya lulus dari SMEA di bulan Juni 1996, dengan setumpuk sertifikat dan sangat siap terjun ke dunia perkantoran. Ada terbersit pikiran, bahwa setidaknya saya bisa menjadi kasir di suatu swalayan kalau mentok tidak dapat pekerjaan di kantor. Tapi, sisi hati saya yang lain menyatakan saya bisa bekerja di kantor. Karena itu, ketika ijazah sudah saya terima, saya menyebar surat lamaran kerja dengan target perusahaan di perkantoran dan Bank. Setelah lamaran dikirimkan, saya pergi berlibur mengikuti teman menengok neneknya di daerah Jawa. Saya berlibur bagai berpetualang meninggalkan Jakarta degan menaiki kereta ekonomi. Ketika saya pulang dari liburan, saya mendapatkan panggilan wawancara kerja dan berhasil diterima dengan gaji Rp. 350.000,- sebagai Sales Administrator di salah satu perusahaan IT yang bergerak di bidang Sistem Integrasi, dengan waktu mulai kerja bulan Juli 1996. Setelah 4 bulan saya bekerja, tepatnya pada tanggal 29 November 1996, Bapak meninggal dunia. Bagi muslim, hari Jumat adalah hari yang baik. Bapak di shalatkan oleh banyak orang setelah selesai shalat Jum’at. Semoga Almarhum Bapak Khusnul Khotimah dan Bapak ditempatkan bersama orang-orang beriman dan beramal shaleh. Aamiin. Alhamdulillah, saya juga sudah memiliki penghasilan sendiri. Sehingga saya merasa tugas Bapak sebagai orang tua terhadap saya sudah selesai dengan baik. Ketika saya bergabung di perusahaan Sistem Integrasi ini, umur perusahaan ini masih baru. Perusahaan ini berisi orang-orang muda. Bahkan di tim Technical Engineer, ada yang masih kuliah. Saya jadi teringat untuk kuliah. Seiring dengan bertambahnya gaji yang saya dapatkan, pada tahun 1997 saya mendaftar di salah satu STIMIK, jurusan Sistem Informasi. Pertimbangan kuliah disini

- 91 -


From Zero To Hero karena lokasi dekat dari rumah, dan banyak teman-teman di kantor yang akan membantu saya belajar sehubungan dengan mata kuliah yang akan saya dapatkan. Beruntung saya, karena perusahaan ini memiliki manajemen yang bijaksana. Saya boleh masuk kerja lebih awal, yaitu jam 07:00 WIB dan selesai kerja jam 16:00 WIB, sehingga saya bisa mengejar jam kuliah pertama, yaitu jam 17:00 WIB. Pulang kuliah jam 21:00 WIB. Saya biasa dijemput saudara lelaki nomor 9 atau nebeng diboncengi motor teman yang pulangnya searah rumah saya. Pada pertengahan tahun 2000, saya melamar pekerjaan di salah satu perusahaan Multi Nasional Company (MNC). Posisi yang saya lamar adalah Customer Satisfaction Survey, dengan status kontrak per enam bulan. Proses negosiasi gaji memakan waktu agak lama, karena saya merasa akan melepas status karyawan tetap menjadi kontrak, maka gaji yang saya minta adalah 2.5 x lipat dari gaji terakhir yang saya dapatkan di perusahaan pertama. Sementara pihak ketiga (perusahaan outsource) yang menangani saya, mengatakan “Tidak pernah ada kenaikan gaji saat pindah pekerjaan sebanyak 2.5 x gaji sebelumnya”. Saya hanya tersenyum dan menyatakan bahwa “Jika memang ada rezeki saya, Insya Allah, saya bersedia pindah. Jika bukan rezeki saya, saya ikhlash. Kenaikan yang saya minta sebagai bekal jika kontrak tidak diperbarui dan saya masih harus membayar biaya kuliah”. Setiap hari, saya menerima telepon untuk negosiasi gaji. Saya merasa bahwa saya sudah berhasil menyakinkan user saat wawancara bahwa saya orang yang paling cocok untuk pekerjaan tersebut. Maka, setiap menjawab telepon itu pula saya katakan, “Mohon maaf Pak, permintaan gaji saya tidak akan turun”. Alhamdulillah, akhirnya, saya berhasil mendapatkan pekerjaan tersebut sesuai gaji yang saya minta. Kedua atasan saya sangat baik dan mendukung saya menyelesaikan kuliah. Namun demikian, karena

- 92 -


From Zero To Hero ini perusahaan MNC, saya tidak bisa pulang lebih cepat sebelum jam 17:00 WIB. Setiap jam 17:00 saya lari keluar kantor mengejar kelas. Kebetulan lokasi kantor tidak jauh dari lokasi kampus. Saya bisa naik ojeg agar tidak terjebak macet dan ketinggalan jam lebih lama. Atau, kalau tidak ada kuliah jam 17:00 WIB, biasa saya bareng teman yang searah menuju kampus Universitas Indonesia. Saya turun di tengah jalan, dan meneruskan dengan Kopaja menuju kampus. Ketika jam kuliah mulai berkurang karena saya sudah memasuki masa menyusun skripsi, saya pergunakan waktu luang tersebut untuk kursus Bahasa Inggris di The British Institute (TBI). Ini tempat kursus Bahasa Inggris impian saya. Saya memang menginginkan belajar bahasa Inggris dengan Native Speaker. Walau sebelumnya saya pernah belajar bahasa Inggris saat SMEA, dan di LIA sampai tingkat Intermediate 4. Saya tetap semangat dan tertarik kursus di TBI. Kursus di TBI sangat mahal untuk saya yang bayar sendiri. Sementara teman-teman lain ada yang dibiayai oleh kantornya. Tapi tidak apa. Buat saya, membayar biaya untuk mendapatkan ilmu adalah investasi masa depan. Daripada saya nongkrong, ngobrol bersama teman-teman di warung pecel ayam atau nonton sinetoron, lebih baik saya kursus. Begitu juga ketika liburan semester. Saya pergunakan untuk mengambil kelas Business English di TBI. Bisa dikatakan 50% gaji saya habis untuk biaya kuliah dan kursus. Menjelang berakhirnya masa kerja saya di salah satu perusahan MNC tersebut, saya ikut dalam pembuatan film kenangan untuk Presiden Direktur yang juga akan pindah dari perusahan tersebut. Dalam film tersebut, saya berperan sebagai seorang reporter yang mengejar sang Direktur untuk mendapatkan informasi rencana kepindahan beliau. Film tersebut ditayangkan di acara perpisahan beliau. Salah seorang teman saya berkata “Yun,

- 93 -


From Zero To Hero actingnya bagus. Saya punya kenalan teman di salah satu stasiun TV, apa kamu mau jadi reporter?”. Seperti biasa, saya hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih, karena saya sudah menerima tawaran bekerja di Malaysia sebagai Executive Technical Support. Sebelum mendapatkan pekerjaan di Malaysia, setiap kali saya melihat iklan “Cuti Cuti Malaysia”, saya berdoa dalam hati “YA Allah, ijinkan saya ke sana. Jika tidak untuk tinggal, setidaknya liburan saja”. Jadwal kuliah sudah habis, karena hanya mengerjakan skripsi saja. Kembali saya memikirkan ulang masa depan saya. “Mau apa saya di Jakarta? Sungguh membosankan. Seadainya saya bisa keluar dari Jakarta, tapi kemana tempat yang bisa membuat saya lebih dekat kepada Allah?” kembali saya membatin. Sebenarnya kontrak kerja saya di perusahaan MNC belum selesai, tetapi perusahaan di Malaysia meminta saya segera datang. Saya diskusikan kepada atasan saya mengenai denda yang harus saya bayar, jika berhenti kerja ketika kontrak belum habis. Alhamdulillah, beliau memiliki kebijaksanaan yang sangat baik. Karena sebenanya kontrak kerja yang saya tanda tangani di perusahaa outsource berasal dari beliau, maka beliau bersedia merevisi tanggal berakhir kontrak kerja sesuai waktu yang saya perlukan. Dengan begitu, tidak ada denda yang harus saya bayar. Pesan beliau yang saya ingat adalah “Jangan lama-lama di Malaysia. Dua tahun sudah cukup. Jika kembali ke Indonesia dan masih ingin bekerja dengan saya, cari saya”. Saya menemui dua dosen pembimbing skripsi. Menjelaskan bahwa saya diterima bekerja di Malaysia dan memohon bantuan dosen untuk memeriksa skripsi saya melalui e-mail. Kesepakatan terjadi bahwa bimbingan skripsi diteruskan melalui e-mail.

- 94 -


From Zero To Hero Hanya satu minggu sebelum tanggal keberangkatan saya memberikan konfirmasi ke semua saudara dan Emak bahwa saya akan kerja di Malaysia. Prosesnya memang terbilang cepat. Teman sebelah meja saya di kantor MNC, menawarkan ikut ke Malaysia karena dia dipindah ke kantor cabang di Malaysia. Saya ikut kirim lamaran. Namun karena saya tidak punya background Sales atau Marketing seperti dia, maka saya ditempatkan di project salah satu perusahan produsen ponsel yang menangani pelanggan wilayah South East Asia Pacific (SEAP). Interview hanya melalui telepon dan selanjutnya dokumen yang saya perlukan untuk berangkat kerja ke Malaysia, dikirim melalui e-mail. November 2002, di bulan Ramadhan. Saya terbang ke Kuala Lumpur. Hanya berbekal transkip nilai D3, karena saat itu saya belum lulus S1. Bersama 3 teman lainnya. Kami bertemu pertama kali saat sama sama ingin mengambil tiket di kantor Malaysia Airlines – Jakarta. Saya hanya pamit kepada teman dan para sahabat di Jakarta, melalui e-mail. Keluarga mengantarkan saya ke Bandara dan di Bandara saya bertemu juga dengan sanak keluarga dari tiga teman saya yang berangkat bersama-sama. Di Bandara International Kuala Lumpur (KLIA), kami dijemput dua orang staf HRD dan langsung diantar ke sebuah Condominium yang akan ditempati. 1 unit condominium fully furnished ditempati untuk 3 orang. Selama ijin kerja kami belum didapatkan, kami tidak harus datang ke kantor untuk kerja atau mulai mengikuti training, namun gaji sudah mulai dibayarkan sejak pertama kali kami sampai di Kuala Lumpur. Selama itulah kami jalan-jalan mengenali Kuala Lumpur. Hari-hari di Kuala Lumpur sangat menyenangkan. Kalau malam hari tiba, dalam kesendirian, saya benarbenar pasrah dan hanya memiliki Allah yang senantiasa

- 95 -


From Zero To Hero ada sebagai teman dan membantu saya. Persis seperti keinginan saya agar saya bisa menjadi orang yang lebih taat dan dekat kepada Allah. Beberapa kali saya harus kembali ke Jakarta untuk bimbingan skripsi sambil cuti liburan selama 1 minggu. Bimbingan skripsi melalui e-mail tidak berjalan seperti yang saya harapkan. Setidaknya dalam satu tahun itu, saya bisa dua atau tiga kali pulang ke Jakarta. Hingga akhirnya, di bulan Oktober 2003, ketika tulisan skripsi saya disetujui oleh kedua dosen pembimbing, saya memaksa untuk sidang. Padahal itu bukan periode sidang. Jawaban dari petugas di kampus adalah “Dapatkan persetujuan dosen pembimbing satu, pembimbing dua dan dosen penguji. Jika mereka bersedia, maka kamu bisa sidang”. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa sidang dan lulus dengan nilai IPK 3.25. Saya pun dapat mengikuti wisuda di bulan April tahun 2004. Satu bulan setelah saya sidang, teman sekantor saya menyatakan suka pada saya. Padahal hubungan kami hanya sebatas kawan kerja. Ketika saya tanya kepada dia kenapa menyukai saya, jawaban dia adalah “Karena saya tahu kamu memiliki hati emas”. Saya hanya senyum dan mengatakan “Coba telp Ibu saya dan tanyakan kepada beliau. Jika beliau berkenan, Bismillah, saya akan jalankan”. Emak sudah mengenali dia. Kami pernah pulang ke Jakarta bersamasama, karena kebetulan tanggal cuti dan tiket pulang yang diberikan kantor sama. Jadi, kami satu pesawat dan saya kenalkan dia pada keluarga yang menjemput di Bandara. Malam berikutnya juga dia pernah datang ke rumah saya untuk mengajak saya pergi makan malam. Ternyata dia serius menghubungi Emak dan Emak merestui. Sepanjang yang saya kenal di kantor, dia orangnya baik dan sangat perhatian kepada teman-teman. Dia juga mudah bergaul sehingga teman wanitanya banyak. Ketika

- 96 -


From Zero To Hero rencana kami menikah tersebar di kantor, banyak yang terkejut tidak percaya. Karena memang hubungan kami tidak dekat dan hanya sebatas rekan kerja. Saya memilih tanggal 9 Oktober 2004 sebagai tanggal pernikahan. Pertimbangan saya waktu itu sederhana saja. Ketika bulan Ramadhan yang akan datang, saya sudah punya teman untuk sahur dan beribadah bersama. Agar tidak merepotkan orang tua dan saudara-saudara, dan dikarenakan rumah saya kecil, saya memutuskan menggunakan Event organizer yang akan membantu urusan acara pernikahan. Calon suami saya pulang dua minggu sebelum tanggal pernikahan untuk melakukan acara lamaran dan persiapan bersama event organizer, sementara saya masih bekerja. Saya pulang satu minggu sebelum hari pernikahan. Dalam waktu satu minggu itu, saya baru bertemu dan kenalan dengan calon Ibu Mertua dan saudara-saudara kandung calon suami. Fasilitas tempat tinggal dari kantor dapat diuangkan untuk kami sewa apartemen sendiri. Enam bulan setelah kami menikah, suami mendapatkan tawaran pekerjaan di perusahaan IT dengan status karyawan tetap. Saya anggap ini sebagai rezekinya orang yang menikah. Di kantor yang baru, suami memiliki tugas 70% di luar kantor dan 30% di dalam kantor. Hal ini membuat suami sering bepergian keluar Malaysia. Project pertama yang dia kerjakan adalah di client visit yang berkantor di Jakarta. Selama enam bulan suami berada di Jakarta untuk tiga minggu. Pulang ke Kuala Lumpur pada Jumat malam, dan kembali terbang ke Jakarta setiap Senin pagi. Di Jakarta beliau diperlakukan seperti client dengan expatriate. Beruntungnya dia, di negara sendiri mendapatkan fasilitas tenaga kerja asing. Karena tugas suami yang sering tidak ada di rumah, saya akhirnya meminta Emak untuk tinggal menetap bersama

- 97 -


From Zero To Hero saya di Kuala Lumpur. Awal tahun 2006, dokter kandungan menyatakan saya hamil. Di tahun ini juga suami mendapatkan tugas client visit yang ada di dalam Kuala Lumpur dan sekitarnya. Emak kembali ke Indonesia di bulan April untuk persiapan ibadah Haji. Pada bulan ini juga, saya bergabung dengan komunitas perempuan-perempuan Indonesia yang ada di Kuala Lumpur. Ini membuat saya memilki banyak teman-teman baru. Awal bulan September 2006, beberapa hari sebelum saya melahirkan, Ibu Mertua datang dengan maksud untuk menemani kami menyambut anak pertama dan cucu pertama bagi beliau. Sambil menunggu kelahiran, Ibu Mertua pergi jalan-jalan sekitar Kuala Lumpur bersama suami. Sementara saya memilih di rumah. Malam sebelum melahirkan, saya demam tinggi. Paginya saya mendapati flek sebagai tanda bayi akan lahir. Kami ke rumah sakit jam 07:00 pagi. Dokter melakukan tindakan termasuk memecahkan ketuban. Saya merasa kesakitan, hingga dokter menyarankan kepada suami agar saya mendapatkan Epidural. Suami menyetujui. Dokter anastesis yang pertama menolak karena saya memiliki riwayat demam. Namun, ada dokter anastesis kedua yang bersedia membuat tindakan Epidural. Saya melahirkan dengan selamat. Namun karena kamar yang berisi satu tempat tidur tidak tersedia, maka saya mendapatkan satu kamar dengan dua tempat tidur. Suami tidak boleh menunggui dan pulang ke rumah. Saya mulai merasa kedinginan sampai menggigil dan gelisah. Hingga saya telepon suami untuk datang. Selanjutnya, keadaan saya di rumah sakit antara sadar dan tidak. Hinga saya dibawa pulang ke rumah. Beberapa hari di rumah, kondisi saya semakin parah. Tiba-tiba saya tidak dapat menggerakkan kaki

- 98 -


From Zero To Hero saya. Lemah. Saya tidak dapat tidur, demam tinggi dan mulai meracau. Di tengah malam suami keluar mencari ambulans. Saya dibawa kembali ke rumah sakit dalam kedaan setengah sadar dan meracau. Saya meminta suami untuk segera memanggil datang Emak dan semua saudara perempuan saya. Banyak teman-teman yang datang menengok saya di rumah sakit. Namun, keadaan saya membuat saya tidak dapat mengenali mereka dengan baik. Saya masih seperti bermimpi di alam saya sendiri. Saat itu juga rasanya saya digerbang detik-detik meninggalkan dunia. Saya dirawat dengan empat dokter spesialis dan seorang psikater. Semua test saya jalani termasuk MRI. Selama saya sakit, anak saya diurus Ibu Mertua di rumah. Setiap sore, sepulang dari kantor, suami datang ke rumah sakit dan pulang ke rumah dengan membawa ASI yang di pompa. Setiap malam ada dua orang Ustadz yang mengunjungi saya untuk menuntun saya berzikir dan kedua ustadz ini datang untuk mendoakan saya juga. Sementara semua saudara kandung saya yang ada di Indonesia, meminta kepada imam mesjid untuk memohon bantuan dari para jemaaah shalat Tarawih untuk mendoakan kesembuhan saya. Perlahan-lahan kesadaran saya pulih, dan saya mulai berlatih fisioterapi. Hingga akhirnya saya boleh pulang dari rumah sakit. Emak dan semua keluarga saya memutuskan untuk membawa saya ke Jakarta, sementara anak saya ditinggal di Kuala Lumpur denga Ibu Mertua. Suami membelikan saya kursi roda untuk kemudahan saya di Jakarta. Saya pulang ke Jakarta dengan meninggalkan ATM yang berisi uang tabungan ketika saya belum menikah. Saya pesankan kepada suami untuk menggunakan uang itu apabila ada kekurangan pembayaran biaya rumah sakit dari pihak asuransi, karena biaya yang ditagihkan rumah sakit melebihi limit kuota asuransi yang saya miliki.

- 99 -


From Zero To Hero Tiga Minggu saya di Jakarta. Fisioterapi di rumah sendiri sebanyak dua kali sehari, dan setiap hari Sabtu fisioterapi di rumah sakit. Saya juga terapi ke seorang Chiropractor untuk memeriksa syaraf dan tulang. Ditambah terapi diet untuk mengurangkan berat badan yang naik 20kg selama kehamilan. Alhamdulillah, selangkah demi selangkah saya dapat berjalan kembali. Saya meminta satu orang kakak ipar untuk ikut saya kembali ke Kuala Lumpur. Kebetulan visa kunjungan ibu Mertua juga akan habis. Saya kembali ke Kuala Lumpur dengan kaki sendiri tanpa kursi roda yang saya tinggalkan di Jakarta dengan niat dapat digunakan oleh orang lain yang lebih membutuhkan. Saya rindu sekali dengan anak saya. Terbayang sekarang saya akan bisa mendekap dan menggendongnya sejak saya lahirkan. Sebelum pulang, Ibu Mertua meminta untuk membawa anak saya ke Indonesia dan akan membawa kembali ke Kuala Lumpur jika saya sudah jauh lebih baik. Saya tidak setuju, karena anak saya adalah semangat saya untuk segera pulih. Anak saya harus selalu bersama saya. Karena dia, saya harus sembuh. Seminggu di Kuala Lumpur, saya putuskan menemui dokter Syaraf yang merawat saya sebelumnya. Dokter terkejut senang melihat perkembangan saya. Karena menurut beliau, waktu paling cepat untuk saya dapat berjalan kembali adalah enam bulan. Ternyata, dalam satu bulan, saya sudah dapat berjalan kembali. Allahu Akbar. Saya masih terus melakukan perawatan fisioterapi dan meminum vitamin syaraf, hingga akhirnya cuti melahirkan berakhir dan saya kembali bekerja. Alhamdulillah, Emak pergi haji sebagaimana yang direncanakan. Sepulangnya dari menunaikan Ibadah Haji, Emak kembali tinggal bersama saya di Kuala Lumpur. Setiap lima bulan sekali Emak kembali ke Jakarta untuk

- 100 -


From Zero To Hero memperbaharui visa kunjugan tiga bulan, sedangkan perpanjangan visa dua bulan bisa dilakukan di kantor Imigrasi Kuala Lumpur. Jika Emak pulang ke Jakarta, Ibu Mertua datang selama dua minggu. Pertukarannya terjadi di Bandara. Hal ini berlangsung hingga akhir tahun 2007. Pada tahun 2008, visa kunjungan Emak saya rubah menjadi visa kunjungan yang lebih lama dengan masa berlaku mengikuti habisnya visa kerja saya. Hal ini membuat Emak tidak perlu lagi pulang ke Jakarta setiap lima bulan sekali. Awal tahun 2008, saya hamil anak kedua. Kehamilan tanpa rencana dan mengejutkan. Terlebih karena saya merasa belum pulih sempurna. Dokter pertama yang kami kunjungi untuk konsultasi adalah dokter Syaraf. Beliau menyakinkan bahwa Insya Allah, kehamilan saya akan baik baik saja dan saya dapat melahirkan dengan normal. Saya ganti dokter Kandungan yang pertama karena trauma. Pertenghan tahun 2008 kami pindah ke condominium dengan pertimbangan mencari unit yang lebih luas karena akan ada bayi dan pembantu. Suami kembali bertugas keluar Malaysia. Kali ini ditugaskan di Bangladesh. Setiap 21-26 hari sekali suami pulang ke Malaysia selama 7-10 hari. Hal ini berlangsung terus hingga bulan Desember. Ketika beberapa hari sebelum saya melahirkan, saya menghubungi saudara perempuan yang pertama dan meminta ijin dari suaminya agar beliau boleh menemani saya melahirkan nanti. Sabtu pemeriksaan terakhir, dokter menyatakan sudah terjadi bukaan dua, tapi saya diminta pulang dan menunggu di rumah. Untung saya bertemu teman yang satu komunitas di ruang praktek dokter tersebut, jadi pulang dianter olehnya. Saudara perempuan saya sudah menunggu di halte depan stasiun LRT. Alhamdulillah, beliau berhasil sampai kota Kuala Lumpur dari Bandara mengikuti petunjuk yang saya kirimkan.

- 101 -


From Zero To Hero Hari Senin shubuh, terjadi flek. Saya hubungi dokter dan dokter menyarankan untuk datang ke rumah sakit jam 10:00 pagi. Dengan membawa koper kecil, saya pergi ke rumah sakit bersama saudara perempuan nomor satu. Saya sendiri yang mengemudikan mobil. Sampai rumah sakit, sudah bukaan lima dan bersiap masuk ruang bersalin. Alhamdulillah, anak kedua lahir pada sore hari dengan selamat dan sehat, demikian juga saya. Saya SMS semua teman-teman pengajian Sabtu. Mereka berdatangan bergantian. Esok sorenya saya pulang bersama dua orang sahabat. Mobil masih terparkir di rumah sakit, namun kemudian diambil oleh salah seorang sahabat lainnya bersama suaminya. Hari-hari selanjutnya berjalan dengan baik dan menyenangkan. Paling sedikit kami pulang ke Indonesia setahun satu kali. Selama Emak tinggal di Malaysia, saudara-saudara saya bergantian datang sekalian melepas rindu dengan Emak. Anak-anak saya pun juga jadi dekat dengan keluarga saya. Setelah punya anak dua dan melihat pekerjaan suami saya yang sibuk sering keluar Malaysia, saya tidak terlalu tertarik untuk berkarir di kantor. Walaupun performa kinerja saya selalu melebihi target dan dua kali mendapatkan penghargaan, yaitu most compliment award dan everyday amazing award. Saya kasihan anakanak kalau saya ikutan sibuk juga di kantor. Saya rutin mengikuti pengajian di komunitas kalau waktunya bertepatan dengan hari libur. Status sebagai Ibu Rumah Tangga yang bekerja dan mendapatkan penghasilan setiap akhir bulan, sepertinya sesuai untuk saya. Selain saya aktif juga di komunitas untuk kegiatan pengajian atau sosial. Berkembangnya komunitas yang saya ikuti tentu berdampak positive dengan bertambahnya juga saudara dan teman di negeri jiran. Sejak tahun 2009, saya dipercaya

- 102 -


From Zero To Hero sebagai salah satu moderator, spesialis Humas suatu komunitas warga Indonesia di Kuala Lumpur. Hubungan kami para moderator dan anggota sangat baik, dekat dan kompak. Kegiatan kami juga mulai diliput media cetak, internet dan televisi. Akhir tahun 2011 pembantu rumah mengakhiri masa kontrak karena ingin memiliki usaha CafĂŠ di Jakarta. Karena anak-anak sudah besar, saya pun tidak terlalu perlu pembantu rumah lagi. Emak masih bisa menolong menunggui anak-anak ketika saya bekerja. Berita terakhir yang saya terima, mantan pembantu saya sudah menjadi penulis cerpen majalah. Saya ikut senang dengan perkembangan dia. Awal tahun 2012 saya mendapatkan informasi adanya program Mandiri Sahabatku melalui salah satu mailing list yang saya ikuti. Memang saya ini senang mencari ilmu. Pelatihan atau seminar parenting yang dikenakan biaya ratusan ringgit, saya bayar dan ikuti. Apalagi ini, pelatihan wirausaha gratis. Awalnya, jika ada keraguan mengikuti program tersebut karena saya berpikir “Apakah budget yang dialokasikan ini benarbenar halal saya nikmati? Saya kan bukan TKI? Tapi, saya Tenaga Kerja Indonesia, di sektor formalâ€?. Ternyata saya bertemu teman-teman yang Ibu Rumah Tangga, teman-teman TKI dari sektor formal lainnya, bahkan ada Ibu Rumah Tangga juga yang sudah memiliki usaha disini. Saya lega dan semkain mantap mengikuti pelatihan ini. Alhamdulillah, karena pelatihan di kelas ini saya jadi mengenal baik para dosen dari Universitas Ciputra, akrab dengan tim Bank Mandiri Remittance dan menambah teman dari komunitas baru, selain saya juga jadi memiliki pikiran baru dan semangat baru dengan ilmu entrepreneurship yang diajarkan. Pertengahan tahun 2012, keluarga saya pindah ke

- 103 -


From Zero To Hero apartemen yang lebih kecil dengan lokasi yang berdekatan dengan sekolah dasar anak pertama. Walaupun tahun ajaran dimulai pada bulan Januari 2013, kelebihan uang sewa condominum sebelumya ditabung untuk biaya masuk sekolah dasar anak pertama. Selanjutnya, sisa tiap bulan dari budget uang sewa sebelumnya, bisa dialokasikan untuk membayar uang sekolah bulanan. Pertimbangan ini atas dasar lebih baik membayar mahal biaya sekolah anak di salah satu sekolah Islam Integrasi terbaik, daripada uangnya untuk membayar sewa unit condominium yang pada akhirnya juga itu tidak akan menjadi milik saya. Sementara pendidikan yang anak saya dapat, Insya Allah akan lebih berguna dan bermanfaat tidak hanya untuk dirinya, saya sebagai orang tua, bahwa juga untuk orang banyak, kelak. Insya Allah. Dengan ukuran apartemen yang lebih kecil, memudahkan saya membersihkannya. Saya juga sudah dapat pembantu part time, dengan bayaran RM10 per satu jam, bisa dipanggil kapan saja saya perlukan. Urusan memasak harian, dibantu teman yang memiliki usaha catering, atau saya memasak di hari Sabtu atau libur untuk makanan yang tahan beberapa hari di kulkas, dan jika ingin makan, bisa dihangatkan. Dulu, sebelum mengikuti kelas Mandiri Sahabatku, saya baru ingin berusaha jadi pengusaha atau wiraswasta di Indonesia ketika masa pensiun dan anak-anak sudah kuliah. Setelah mengikuti program Mandiri Sahabatku, saya baru sadar, kalau saya harus mulai berlatih jika ingin menjadi pengusaha. Perlahan saya praktek untuk berlatih ilmu entrepreneurship yang sudah diajarkan. Saya yang tidak pernah punya pengalaman berjualan sedikitpun, mulai berlatih menawarkan barang dan jasa. Awalnya deg deg an dan bingung kalau ingin menawarkan. Alhamdulillah, sekarang sudah lebih biasa. Juga lebih suka

- 104 -


From Zero To Hero mengamati sesuatu untuk mengindentifikasi peluang. Praktek latihan usaha yang sudah berjalan sejak saya mengikuti pelatihan Mandiri Sahabatku adalah adalah Distributor Peyek Yoenny Gurih Garing Rasa Indonesia., Car Rental & KL Tours dan salah satu agen resmi Mandiri Sejahtera Cargo. Pernah beberapa kali jadi distributor produk Indonesia yang saya jual disini, cuma tidak serutin yang saya sebutkan di atas. Jadi distributor produknya, belum agresif, hanya sebatas memenuhi permintaan pelanggan. Rewards yang saya pernah dapatkan dari program Mandiri Sahabatku adalah: • Juara kedua kategori Inovasi Bisnis – Kelas Dasar. • Juara Presentasi Bisnis – Kelas lanjutan. • Juara Bisnis Baru – Kelas Lanjutan. • Salah satu pemenang di lomba Minggu Enterpreurship yang diadalah oleh Universitas Ciputra untuk semua TKI, dalam kategori “Inovasi Bisnis Melipatgandakan Uang”. Ide bisnis yang saya tawarkan adalah jasa cuci mobil keliling dengan modal RM35. Rewards yang saya dapatkan di program Mandiri Sahabatku merupakan pekerjaan rumah tersediri yang harus saya buktikan untuk direalisasikan. Ketika ada informasi pembukaan kelas Pengantar Entrepreneurship Retail (PER)-2, saya mendaftar dengan tujuan ingin lebih mengetahui ilmu retail dan berharap kelak saya dapat memiliki usaha ritel sendiri. Semoga ini sebagai langkah awal saya agar dapat menyelesaikan pekerjaan rumah ini. Saya sudah membangun keluarga di Kuala Lumpur yang Alhamdulillah sudah saya rasakan kenyamanannya. Jika rezeki kami masih disini, saya terus berusaha mencari peluang mendirikan usaha sendiri. Saya ingin mendapatkan penghasilan yang tidak terbatas, sebagai modal untuk dapat menyekolahkan anak-anak di sekolah yang terbaik. Saya juga

- 105 -


From Zero To Hero ingin memiliki usaha sendiri yang dapat menebar manfaat kebaikan serta dapat membantu memudahkan memenuhi kebutuhan orang-orang di lingkungan sekitar.

- 106 -


From Zero To Hero

Kisah Anik Suwarni Semoga ilmu yang kami petik bisa bermanfaat dan berguna di negri sendiri , Pulang siap tempur dimedan kesuksesn berkat UCDE. Menyambut gebyar tahun baru yang penuh harapan. Impian masa depan dan semangat baru menyongsong tahun 2013. Akan saya tenggelamkan semua dukaku dengan berakhirnya bulan desember lalu 2012. Kini saatnya mengukir lembaran baru yang penuh makna dan seindah pelangi. Mulai saya ayunkan tanganku untuk menari diatas keyboard untuk mengenang masa lalu yang penuh irama suka dan duka. Akan saya tumpahkan semua disini, sebagai tugas mengerjakan biografi dari pembelajaran jarak jauh yang diselenggarakan oleh UCDE (Universitas Ciputra Distance Education). Malam ini, diiringi rintik rintik hujan yang mengguyur seluruh permukaan bumi HONGKONG. Dengan cuaca dingin hingga 8 derajat celcius. Saya akan mulai membuka kenangan masa kecil dengan coretan kisah biografi saya. Sejak dilahirkan hingga sekarang tumbuh. Masa remaja yg saat ini masih berada di rantau demi menggapai semua cita-cita dan meraih asa . Mulai usia 5Thn TK playgroup saya hidup didesa Banjarnegara sampai kelas 3 SD menetap disana, Terasa hidup di rumah yang asing bagi saya yang jauh Nenek-

- 107 -


From Zero To Hero Kakek yang biasa sejak kecil banyak merawat dan mengasuh saya dengan penuh kasih sayang karena mengikuti Bapak yang sedang dipindah ngajar Guru di SMP ( Sekolah Menengah Pertama) Tepatnya didesa Porwonegoro Banjarnegara jawa tengah . Kami sekeluarga juga ikut pindah kesana, Walaupun ke 2 kakak saya sempat tidak kerasan karena harus beradaptasi dengan lingkungan dan tempat sekolah maupun Teman- Teman bermain sebayanya. Pada saat itu ke 2 kakak saya sempat minta izin bapak untuk tinggal bersama Nenek-Kakek ditempat kelahiran kami semua. Bersikeras bapak menolak dengan alasan kwatir salah pergaulan, tidak berbakti/ brutal dan lain sebagainya, Susah senang bersama dalam didikkan dan pengawasan Bapak sendiri, 5 Thn telah berlalu. Menginjak kelas 4 SD saya beserta keluarga harus pindah sekolah lagi yang kali ini merasa nyaman karena ditempat kelahiran saya sendiri. Setahun kemudian Ibu melahirkan seorang putri tidak lain adalah adik saya yang diberi nama Aisky Oktaviani, Setelah kehadiran Adik saya, Kakek telah berpulang ke Rahmadtullah dan semoga amal ibadahnya diterima disisiNYA . Ketika itu kakak pertama SMA , Kakak ke dua SMP sedangkan saya menjelang lulusan dan Alhamdulillah nilai Nem saya cukup Tinggi untuk bisa memasuki SMP N 1 Sumberejo sekolahan favorit dikecamatan tempat kami tinggal Dan disitulah tempat Bapak mengajar. Dan tempat saya mengukir prestasi mulai kelas 1 hingga lulus menduduki peringkat 1 dan mendapat Beasiswa dikecamatan Sumberejo, Bagi siswa yang melanggar peraturan dikelas atau tidak mengerjakan tugas maka akan kena sangsi. Pernah sekali saya lupa tidak mengerjakan tugas sekolah hukuman yang diberikan guru wali kelas yang sangat jutek disuruh

- 108 -


From Zero To Hero push up 100 x ditambah berdiri dilapangan dekat tiang bendera sambil jewer telinganya masing-masing pelajaran mulai hingga selesai hukumannya. Setelah itu diadukan ke Bapak, bahwa saya juga termasuk siswa yang kena strap tersebut ‘’Nasi jadi bubur‘’ Di sekolah dapat starp setibanya dirumah juga kena strap. Setelah pulang sekolah tidak boleh makan siang terlebih dahulu disuruh ngisi Jeding (Tempat penampungan air untuk mandi sekeluarga) Hingga penuh yang biasanya nimba dari sumur tersedia corong langsung masuk jeding, Kali itu tidak saya disuruh angkat menggunakan bak yang ditenteng /Angsu sampai jeding tersebut penuh. Waktu itu sangat laper banget sejak pagi menjelang ashar belum makan, Jika terasa lapar saya minum air sumur hingga bunyi air dalam perut plak plak....Setelah itu masih dimarahi Bapak ‘’Bagaimana Bapak jadi contoh yang baik mengajar siswa yang disiplin dan pinter, Ngajar putrinya sendiri aja gak pecus ‘’ Kata ‘’Bapak yang selalu terngiang menjadi pemicu semangat belajarku untuk meraih prestasi dan saya juga terpilih jadi ketua OSIS. Kedisiplinan itu telah mengajarkan saya menciptakan jiwa dalam diri memiliki tanggung jawab dan mandiri tidak memiliki ketergantungan pada orang lain. Setelah lulus saya melanjutkan ke SMA 1Bojonegoro tingkat kabupaten karena nilai Nem ku cukup untuk masuk di sekolah favorit dikota. Jarak antara sekolahan dan rumahku sangat jauh jika ditempuh dengan naik kendaraan angkot / Bus perjalanan sekitar 30 Menit jika angkot tidak telat datang atau macet . Hari’’ ku lalui dengan senang hati hingga lulus berangkat pagi 5:30 Am hingga jam 5 :00 Pm dan mengikuti aktifitas kegiatan sekolah . Dimasa masa inilah saya mulai mengenal Cinta, yah cinta anak baru gede kale hee.. Dengan ketua OSIS dan saya sebagai Bendaharanya ‘’ Hadirnya Cinta jalaran

- 109 -


From Zero To Hero kulino’’ Ada benernya juga pepatah itu !!! Menyambut perjalanan indahnya roda kehidupan suka dan duka telah terlewati, Waktu 30 tahun telah berlalu. Di bagian timur pulau Jawa, tepatnya di kota Bojonegoro. Sepasang suami istri bernama Bapak Waras Yanto dan Ibu HJ. Sukarmi telah bersuka cita atas kelahiran seorang Putri ketiga yang dianugerahkan sebuah nama yang indah, Anik Suwarni. Itu adalah saya sendiri. Menurut penanggalan Jawa, hari dan wetonku akan mempengaruhi sifat dan karakter dalam kehidupanku nanti. Diantara ke 3 saudaraku, sayalah yang memiliki jumlah neton paling banyak. Ayahku berkata “Saya akan menjadi anak yang pemberani, suka tantangan dan tidak gampang putus asa diantara saudara saudara, yaitu Kakak perempuan(Marsining), Kakak lelaki (Anwar Sanusi),dan Adik perempuan (Aiski oktafiyani). Kurasa ada benarnya juga ramalan itu. Saya tumbuh menjadi anak yang super aktif. Tidak mau mengalah dengan saudara-saudaraku dalam segala hal apapun. Suka mencoba hal baru, dan tidak pernah takut gagal. Semua terbukti dari berbagai prestasi yang saya raih, baik di sekolah maupun didalam organisasi yang saya ikuti. Sekedar sharing, ketika duduk di bangku sekolah SMP, saya selalu juara 1 dan mendapatkan beasiswa. Hal ini meringankan beban orang tua, karena bebas bayar iuran bulanan. Walau SMA saya tak lagi menjadi juara 1 dan tumbuh menjadi remaja bandel, tapi saya selalu masuk 5 besar dalam kelas. Cukuplah untuk sekedar bangga hati pada diriku sendiri, Hehee... Semangat untuk belajar dan belajar begitu besar dalam jiwaku, Namun kendala datang dari orang tuaku yang tak setuju kalau saya melanjutkan sekolahku di bangku Universitas. Ibu bilang ‘’Tak perlu seorang perempuan bersusah payah kuliah. Cukup SMA saja dan segera menikah. Biar

- 110 -


From Zero To Hero anak Lelaki saja yang kuliah� Yang dimaksud Ibu dengan anak lelaki adalah satu-satunya kakak lelaki saya, yaitu Anwar. Sedih sekali saya mendengar kata Ibu waktu itu. Beribu pertanyaan kenapa dan kenapa mengusik hatiku. Sampai pada akhirnya saya menemukan alasannya kenapa Ibu berkata demikian, Itu semua dikarenakan Bapak yang tidak jadi diangkat menjadi kepala sekolah. Saya mulai bisa memahami kondisi keuangan orang tua saya, Bagaimana mungkin gaji Bapak yang hanya seorang Guru bisa mencukupi biaya kuliah ke 3 anaknya? Sementara saya masih punya seorang adik lagi yang masih kecil. Tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membiayai sekolah ke 4 anak anaknya . Sedangkan Ibu sendiri hanya seorang Ibu rumah tangga biasa yang setiap hari tenaganya terkuras habis untuk merawat ke empat anaknya . Saya terima kondisi ini dengan lapang hati. Namun cita cita untuk menuntut ilmu setinggi mungkin seperti pepatah “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China�, tak bisa pupus sampai disini. Mulai saat itu, saya putuskan untuk merantau ke Hongkong. Bekerja mengadu nasib demi untuk membiayai pendidikan dan membantu orang tuaku. Walaupun tidak memiliki pengalaman kriteria dalam bekerja di luar negeri, saya hanya modal nekat dan pasti bisa. Itu tekad saya yang menggebu gebu dalam jiwa. Ketika memutuskan merantau saya melihat saudara misanan temen saya yang pulang dari Hongkong menurut ceritanya gajinya 3 juta bisa beli sawah, Bikin rumah Dll . Saat itu saya sudah lulus SMA dan melamar pekerjaan sebagai Crew swalayan Bojonegoro hanya dengan gaji 800 ribu perbulannya. Saya gak pikir panjang setelah dapat informasi langsung saya utarakan ke Bapak- Ibu kaget dan tidak memberi izin malahan mau dijodohkan dengan

- 111 -


From Zero To Hero anak temennya Bapak yang masih kuliah di IAIN Tuban dan ngajar di MTS (guru sukuan). Bersikeras saya menolak dengan alasan belum siap berrumah tangga, Pada mulanya saya minta izin hanya 2 Thn di Hongkong, Setelah itu mau menuruti Bapak-Ibu yang diinginkan. Alhamdulillah akhirnya dapat izin juga dengan segala upaya ku untuk meyakinkan . Pagi hari saya dijemput oleh sponsor PT Menara Teras Bahari PJTKI surabaya yang memberangkatkan saya . Sekitar 4 bulan saya lalui proses pelatihan pemberangkatan ke negara tujuan HK dengan berbagai bekal ketrampilan mulai bahasa kantonis, Praktek memandikan Baby, Masak masakan china dan lain lain.Visa kerjaku turun saya dinyatakan hari tanggal pemberangkatanku ke Hongkong, Rasanya senang gundah gulana campur suka haru jadi satu memikirkan apa yang akan terjadi di negri beton tempatku bekerja nanti dengan tekatku saya harus sukses . Sesampainya di negeri tujuan, puji syukur saya mendapat majikan yang baik dan pengertian. Saya banyak mengalami kesalahan saat melaksanan tugas wajib harian sebagai PLRT (Penata Laksana Rumah Tangga). Ini dikarenakan saya tidak begitu paham penggunaan bahasa asing. Dulu, biasanya menggunakan bahasa Jawa, sekarang harus menggunakan Kongtonghua. Dikala majikan menyuruh saya ke Timur, yang saya kerjakan ke Barat. Alhamdulillah, dengan segenap kerja keras pantang menyerah, saya hanya memerlukan waktu 2 sampai 3 bulan untuk bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan. Awalnya majikan terasa asing, sekarang seperti keluarga sendiri. Di Hongkong, saya ngambil pendidikan Saint Marys University, program 1 tahun, jurusan Management Bisnis. Disela-sela kesibukan waktu luang saya sebagai BMI (buruh migran indonesia), saya harus bisa mengatur waktu sebaik baiknya, Disaat Libur mingguan maupun Public holiday,

- 112 -


From Zero To Hero saya manfaatkan tuk mengikuti banyak kegiatan yang ada disini. Aktif dalam organisasi, mengikuti beraneka macam les, seperti Bahasa inggris, Bahasa Mandarin, les masak dan lain lain sebagainya. Akhirnya, saya bisa menyelesaikan study tepat waktu dan sekaligus bisa meringankan beban kedua orang tuaku. Tak terasa 10 Thn saya lalui berada di Hongkong ini dengan beraneka impian dalam angan sebagian sudah terwujudkan 2 Thn kontrak pertama hasilnya saya bisa beli tanah yang strategis dipinggir jalan, Membantu Ibu meringankan kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan Adik. Pada saat itu saya dapat gaji diatas rata’’ $1800-$2000 sedangkan saya dapat gaji $ 2500. Tanpa Libur walaupun kadang saya minta libur sebulan sekali juga tidak dipotong. Majikanku orang Canada pada saat itu pakai jasa orang Fiiliphin yang sering mukul anaknya jika nakal dan akhirnya diputus kontrak terus ambil jasa orang Indonesia yaitu saya. Pada kontrak ke 2 -4 dengan gaji full saya mewujudkan Rumah Impian saya berdiri megah sesuai impian saya dan lengkap perabotan, Dari pada kosong tidak ada yang menempati maka saya sewakan kebetulan ada yang nyari kontrakan untuk dibuat perkantoran . Alhasil Ibu menawarkan jasa kontrakan tersebut di sewa 1 juta perbulan untuk inflasi tahun lalu, Target saya untuk tahun depan naik 2 juta perbulan ...Alhamdulillah semoga Barokah Amiin. Lika liku dalam kehidupan ,tapak kaki kehidupan yang kadang bisa terhapus oleh sisa hujan. Namun jika tidak terhapuskan dan membuat hati tak nyaman, kembalikan pada sang Maha Kuasa. Untung dan malang tak tahu kapan datang. Kesulitan demi kesulitan telah saya lewatkan dengan tekat yang kuat dan semangat tanpa henti. Sayangnya, ditengah bahagiaku menikmati hasil jerih payahku selama ini, Bapakku berpulang ke rumah Illahi, tanpa sepengetahuan saya. Padahal 3 hari sebelumnya saya

- 113 -


From Zero To Hero telpon dalam keadaan sehat. Hanya sakit biasa. Demam yang tidak ada darurat. Bapak dengan secepat itu telah meninggalkan saya dalam dunia ini tanpa ada firasat yg mengganjal dalam benak, baik ketika saya menelpon Bapak yang terakhir kali. Saat kepergian Bapak, sayapun tidak dikabari oleh Ibu yang khawatir akan membuat saya disini down dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Saya adalah anak yang paling di sayang oleh Bapak, Tanpa saya sadari, seharian ketika saya melakukan aktifitasku disini, tidak tahu mengapak, hati ini selalu was was. Akhirnya saya putuskan untuk menelpon orang tua di Indonesia. Ternyata saya dapat kabar bahwa Bapak telah berpulang ke rumah Illahi, Saya selalu ingat saat Ibu mengatakan “Tabahkan hatimu, Nduk. Kuatkanlah dan ikhlaskan kepergian Bapak. supaya amal ibadahnya diterima disisiNYA’’. Kelu rasanya lidah saya. Untuk bersuarapun tak terdengar dari mulut saya, dan seketika itu tidak ada daya dan ototku terasa melayang entah kemana. Jika saya torehkan disini, terasa tak cukup untuk mengisi luka yang amat dalam hati ini. Itulah pukulan terberat dalam hidup saya. Bukan saya tidak ikhlas atas kepergian Bapak. Tetapi, saya menyesal sekali saat itu. Namun apalah daya saya yang terikat kontrak di Hongkong. Tidak bisa pulang semau sendiri. Teruntuk Bapak sayang yang telah berpulang, semoga beliau diberi tempat terindah disisi ALLAH. Ilmu yang membuat hidup kembali kian bergairah. Bergaul dengan teman-teman yang semisi dan sevisi sepikiran untuk menggapai semua cita cita yang masih terpendam, membuat saya terasa tertantang lagi untuk menakhlukkan kehidupan. Saya harus mampu dan harus bisa, Saya harus bisa mencapai kesuksesan untuk bekal hidup di dunia dan akhirat, juga untuk membahagiakan Ibu, satu satunya orang tua yang masih menemani saya saat

- 114 -


From Zero To Hero ini. Walaupun Ibu terpisah oleh jarak, tapi selalu dekat dan melekat dalam hati. Saya selalu berkomunikasi disaat waktu luang, saya untuk menghibur Ibu supaya tidak merasa sendiri dalam hidupnya diusianya yang sudah senja. Seiring dengan berjalannya waktu yang kian hari kian cemerlang, Tuhan mengirimkan hadiah terindah. Seorang lelaki dewasa dan pengertian yang selalu memberikan dukungan setiap langkah saya, dan memberikan memotivasi ataupun do’a. Isya Allah, jika tidak ada aral melintang, hubungan kami akan berlanjut ke jenjang pernikahan yang agung. Semoga ini adalah awal dari perjalanan kami yang indah dan penuh tantangan, dalam usaha kami untuk menyempurnakan ibadah dan menggapai ridho Illahi Robbi. Amiin. Harapanku, tekat sudah bulat tak hanya menunggu dan harus menjemput sebuah kata sukses. Saya harus bisa meraih semua mimpi dan akan saya wujudkan dan lakukan dari sekarang hingga mencapai garis finish perjuangan tangga kesuksesan. Saya ingin memiliki restoran cepat saji milik sendiri. Di era yang serba cepat ini, dimana setiap orang yang semakin sibuk oleh karena pekerjaannya, restoran cepat saji saya kira akan menjadi usaha bisnis yang akan saya terjuni dan menjanjikan dalam fast food. Selain restoran, saya juga kepingin membuka sebuah butik khusus batik. Kenapa saya pilih batik? Karena saya cinta produk indonesia. Batik adalah budaya indonesia yang harus dilestarikan dan diperkenalkan dikancah dunia. Dengan bahan dasar batik dan di design secara modern, saya yakin batik indonesia akan mampu menjadi trend mode dunia suatu saat nanti . Semoga dengan ikhtiar semangat dan do’a, serta usaha kerja keras saya akan bisa merealisasikan semua mimpi asa dan cita cita saya menjadi nyata. Amiiin. Berbekal tekat semangat pantang menyerah, saya

- 115 -


From Zero To Hero memutuskan untuk mencari sebuah bisnis tambahan financial. Dikala ada waktu luang, saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk belajar langsung praktek menjalankan usaha nantinya. Disinilah saya menemukan gairah hidup baru. Tantangan baru dan teman teman yang baru pula. Saya mulai mempersiapkan diri untuk bekal hari tua nanti, Investasi keuangan yang saya persembahkan untuk Ibu dan diri sendiri sebagai bekal pensiun masa kini. Kesempatan berbisnis membangun jaringan networking yang saya jalani sekarang telah berbuah hasil nyata dan menjanjikan. Semangat saya semakin membara untuk mengembungkan isi dompet dan kesempatan untuk pergi ke tanah suci melaksanakan umroh terutama untuk Ibu dan saya sendiri. Ibadah Haji benar-benar melejitkan semangatku tiada henti. Setahun setelah saya menekuni usaha bisnis yang saya jalani sekarang. Alhamdulillah, puji tuhan saya mulai menikmati hasilnya untuk berani bermimpi meraih cita cita. Teman-teman yang tergabung dalam team solid seakan telah menjadi bagian keluarga, Semoga kedepannya saya bisa menjadi inspirasi bagi teman teman sesama BMI (buruh migran indonesia) meraih sukses dalam berinvestasi dan sukses dalam cita-cita kelak, AMIIIN. Ketika saya libur setiap minggu dengan kebiasaan saya mencari koran gratis di Hongkong yang memuat semua kegiatan aktifitas pahlawan devisa yang ada seluruh Nusantara mulai BI , SI dan lain-lain. Saya langsung tertuju pada halaman berita yang mengutib tentang sekolah Entrepreneurship yang diadakan seminarnya Bank Mandiri ditempat yang Elit gratis makan siang dan ilmu tanpa dipungut biaya sepeser pun . Pada saat libur minggu selanjutnya saya datang ke kantor keswik kantor Bank Mandiri untuk menanyakan kebenaran berita tersebut. Ternyata betul adanya saya langsung mendaftarkan diri

- 116 -


From Zero To Hero mengikuti kelas Mandiri Sahabatku . Pernah mengikuti kompetisi perlombaan Public Speaking Juara 2 kelas Dasar dan mengikuti SUS (Sahabat untuk sahabat ) Juara 2 kelas Lanjutan . Terima kasih pada Bank Mandiri dan Dosen Universitas Ciputra UCEC yang telah banyak membantu dan membimbing kami semua BMI dengan bekal jiwa Entrepreneur yang tangguh untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk diri sendiri dan lingkungan sekitarnya kelak. Dan akhirnya saya mengetahui ada pembelajaran jarak jauh online PER yang sekarang berlangsung .Terima kasih Para Dosen Pak Nur Agustinus, Bu Dosen Poedjiati Tan , Pak Dosen Teddy dengan sabar dan telaten memberi bekal menciptakan jiwa Entrepreneur sukses. Ilmu adalah Guru yang tak pernah padam dan tak akan usang dimakan waktu dan usia. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Mrilah kita wujudkan mimpi bersama UCDE (Universitas Ciputra Education Distance). Entrepreneurship centre disini kita akan diajarkan bagaimana merencanakan masa depan, serta mengubah sampah dan kotoran menjadi emas yang menjadi logo seorang entrepreneur sejati, Akan lebih diajarkan tentang bagaimana mengelola uang dalam memulai usaha masa depannya nanti. Dalam pembelajarannya nanti, saya berharap bisa menggali dan mematangkan ilmu saya dibidang entrepreneur (kewirausahaan). Walaupun pembelajaran lewat jarak jauh dengan layanan internet di dunia maya, tapi terasa dialam nyata. Setiap hari saling berkomunikasi, Saling berbagi ilmu. Semangat dan solusi saling dipecahkan bersama . Akrab dalam kekompakan, saling bahu membahu memerdekakan diri dari kebodohan dan kemiskinan. Semoga kedepannya, saya bisa menjadi inspirasi bagi teman teman BMI (Buruh Migran Indonesia) meraih sukses mewujudkan impian.

- 117 -


From Zero To Hero Salam entrepreneur. UCDE, terimakasih banyak atas semua suport dan dukungan ilmu bimbingan dari semua Dosen selalu sabar dalam membimbing kami semua disini semoga ilmu yang kami petik bisa bermanfaat dan berguna di negri sendiri , Pulang siap tempur dimedan kesuksesn berkat UCDE. BMI jadi pengusaha? Ppasti bisa! Yes Yes Yes we can do it!! never give up kayao kayao ....^_^ nice dream we can do it salam sejahtera salam sukses 3E.

- 118 -


From Zero To Hero

Kisah Nanik Widayah

Dua puluh tujuh tahun yang lalu, Saya lahir dari keluarga kecil yang sangat sederhana dari pasangan bapak Poniran dan ibu Mujilah yang bertempat tinggal di desa Nyawangan, RT 03, RW 03 Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Saya anak pertama dari 3 bersaudara, dan diberi nama Nanik widayah, yang biasa disapa oleh teman-teman dengan panggilan “eka�. Lahir dan besar seperti kebanyakan anak-anak diusianya. Karena kondisi keuangan keluarga saat itu bisa dibilang sangat pas-pasan, bapak hanya sebagai buruh tani dan kuli bangunan sedangkan ibu hanya sebagai ibu rumah tangga yang hanya diam dirumah. Dari hari kehari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun kondisi perekonomian keluarga tidak ada perubahan, maka timbul inisiatif dari ibu untuk membantu masalah keuangan keluarga dengan bekerja. Awal mula ide untuk bekerja disampaikan ke bapak, bapak tidak langsung setuju bahkan sempat marah ke ibu dan tidak memperbolehkan ibu bekerja dengan alasan harus menjaga dan merawat anak-anak. Tapi lama kelamaan dengan alasan, pengertian, perhatian dari ibu

- 119 -


From Zero To Hero akhirnya ibu diperbolehkan untuk kerja dengan satu syarat boleh kerja tapi hanya ½ hari. Walaupun bersyarat ibu tetap saja menyetujui apapun persyaratannya, dalam hati ibu berkata yang penting bisa bekerja. Setelah izin dikantongi, ibu berfikir keras harus kerja apa ya, yang bisa menghasilkan uang, halal dan bisa selesai tengah hari. Mengingat ibu yang tidak punya pengalaman sama sekali untuk bekerja. Apalagi ibu hanya lulusan S1 (SD kelas 1 saja tidak lulus) yang hanya bisa baca dan nulis namanya saja. Bilangan hurufpun hanya hapal 1 sampai 10. Akan tetepi kendala-kendala tersebut tidak menyurutkan tekat & niatnya untuk bekerja dan membantu ekonomi keluarga. Pada waktu itu karena tidak mempunyai uang untuk modal ibu memutuskan untuk mencari barang bekas (rongsokan) dari rumah-rumah penduduk. Bisa dibilang hanya bermodalkan tekat dan sedikit uang tabungan dari sisa belanja yang dikumpulkannya setiap hari. Akhirnya dengan modal yang sangat minim ibu pada waktu itu dapat bekerja dan bisa membantu mendapat penghasilan tambahan untuk menambah keperluan sehari-hari. Walaupun pendapatnya tidak begitu banyak Ketika kami masih tinggal bersama kakek & nenek ibu bisa menitipkan saya kepada bibi (adik perempuan ibu) atau saudara-saudara ibu. Karena ibu percaya saya akan berada ditempat yang aman diasuh oleh keluarganya. Sementara ibu dan bapak pergi untuk bekerja mencari nafkah untuk keluarga. Setelah kami diboyong bapak untuk tinggal menempati rumahnya sendiri, semua perubahan yang sangat drastis sangat dirasakan oleh ibu. Ibu & bapak harus bisa mengerjakan pekerjaan semuanya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam kondisi ekomomi keluarga yang lemah pada saat itu, tentunya bapak dan

- 120 -


From Zero To Hero ibu juga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Langkah satu-satunya hanyalah membawa serta saya ketika mereka melakukan rutinitas kerja. Menjadi suatu hal lumrah kalau pada akhirnya, saya sering mengalami kecelakaan-kecelakan kecil ketika di tempat bapak & ibu kerja. Mulai dari terjatuh dari sepeda dan membuat kepala saya harus dijahit, dalam kondisi tertidur pulas dan ibu menidurkan saya dilantai dan pada akhirnya saya kejatuhan batu bata. Pekerjaan bapak & ibu pada saat itu yang masih serabutan. Saya yang kesetrum listik aliran tinggi sehingga membuat tangan/jari sebelah kiri saya harus rela tidak seperti jari-jari pada umumnya, karena mengalami pembengkokan dan harus dirawat dirumah sakit untuk beberapa minggu. Beruntung banget, Tuhan masih memberikan kesempatan terhadap saya untuk bisa menghirup udara segar. Karena memang tempat tersebut memang kurang tepat untuk anak seusia pada waktu itu. Sebenarnya bapak dan ibu juga menyadari semua hal itu, tetapi apa boleh buat yang mereka lakukan hanyalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sebenarnya masih banyak kejadian/peristiwa yang harus dialami oleh Nanik kecil. Dari kejadian-kejadian tersebut dapat diambil suatu pelajaran, kedua orang tua saya selalu beharap & berdoa semoga nanti saya bisa menjadi seorang perempuan yang tangguh, yang bisa mempunyai kehidupan jauh lebih baik dari kedua orang tuanya dan bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya. Ketika usia saya menginjak umur 2 tahun, bapak berniat untuk memboyong kami kerumah sendiri. Karena bapak pada waktu itu merasa kurang nyaman tinggal bersama mertua dan saudara-saudara ibu yang jumlahnya ada 6. Rumah nenek terlalu sempit jika harus ditempati begitu banyaknya penghuni. Selain alasan

- 121 -


From Zero To Hero diatas sebenarnya ada alasan lain mengapa bapak ingin pindah di rumah sendiri karena ingin belajar untuk mandiri dan tidak tergantung dengan orang tua. Walau berat, ibu dengan sangat terpaksa harus memilih ikut bersama bapak dan tinggal dirumah sendiri dengan harus menanggung segala konsekuensi pilihannya. Harus rela meninggalkan pekerjaan, orang tua dan saudarasaudaranya. Ketika memutuskan untuk pindah bapak dan ibu harus memulai segala sesuatunya dari nol. Dan harus benar-benar belajar untuk mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain. Tentu saja pada waktu itu adalah saatsaat sulit yang harus dihadapi oleh bapak & ibu. Dalam kondisi yang seperti itu, juga sering terjadi perang mulut. Karena mereka sama-sama keras dan merasa semuanya yang dilakukan adalah tindakan yang paling benar menurut pendapat mereka. Lambat laun akhirnya keduanya tersadar dengan cara pandang mereka yang kurang bijaksana dalam menghadapi ujian dalam berumah tangga. Akhirnya melalui introspeksi diri bapak dan ibu bisa dengan kepala dingin untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan berdiskusi ringan akhirnya bapak dan ibu setuju kalau hidup harus jalan terus, dan harus berjuang, bekerja keras, disiplin dan jujur. Karena kejujuran adalah modal utama dalam menjalin kerja sama dalam hubungan berumah tangga. Juga dilanjutkan dengan kepercayaan antara dua belah pihak. Agar bisa seiring sejalan, bergandeng tangan hadapi rintangan. Sekaranglah saatnya untuk menunjukkan kalau mereka (bapak & ibu) bisa bener-bener hidup dengan mandiri. Mengingat Kondisi Nanik kecil yang pada waktu itu masih sangat kecil dan belum bisa mengerti arti kehidupan, yang bisa dilakukan hanyalah menangis

- 122 -


From Zero To Hero ketika merasa lapar dan haus, bermain dengan penuh keceriaan tanpa mengetahui keadaan orang tuanya yang sedang berusaha bertahan hidup dalam kerasnya zaman yang serba canggih seperti sekarang ini. Walau kehidupan yang dirasa seakan begitu sulit ibu & bapak selalu pantang menyerah untuk berusaha melawan arus menuju kehidupan yang lebih baik & layak untuk menikmati hidup lebih baik yang diberikan oleh SANG maha pencipta. Walau bapak & ibu tau dengan pasti jalan untuk menempuh hidup yang lebih baik penuh dengan lika-liku, duri, jalan yang terjal kadang naik kadang juga turun. Dalam tekat semangat untuk mewujutkan keluarga yang bahagia, yang bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk seluruh anggota keluarga bapak & ibu bergandeng tangan, bekerjasama dalam saling memberi dukungan Karena selalu saling memberi dukungan dan setelah adik pertama saya lahir bapak dan ibu berusaha untuk bekerja lebih keras dan giat untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk kami. Walau hasil yang didapat dari kerja keras hanya bisa untuk makan sehari-hari. Tapi beliau pantang menyerah dan bertambah semangat untuk memcari nafkah terpacu kencang, karena sekarang yang menjadi tanggung jawabnya akan bertambah. Setelah usia saya dan adik bertambah dan besar maka ibu akhirnya memutuskan untuk melanjutkan keinginannya untuk bekerja. Namun kali ini usaha yang dipilih agak berbeda dari usahanya yang sebelumnya. Tanpa ketrampilan dan wawasan yang cukup tidak membuat kedua orang tua lemah dan menyerah, malah sebaliknya. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya ibu menemukan usaha apa yang akan ditekuninya. Dengan mempertimbangkan, dan berharap segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar. Usaha

- 123 -


From Zero To Hero bisa jalan dengan lancar dan keluarga tetap bisa diurus dengan baik. Itu yang menjadi niat utama mereka. Ketika tanpa sengaja ibu dan bapak jalan-jalan ke kota untuk membeli keperluan sehari hari. Lebih tepatnya di kota Tulung Agung, dan ibu menyempatkan untuk pergi ke alun-alun, ternyata kalau sore & malam hari banyak muda mudi yang berkunjung dipusat kota lebih tepatnya Alun-alun. Pasar yang akan dituju nantinya adalah pasar sore yang ada di Tulung Agung. Dengan pertimbangan, karena letaknya yang strategis dengan alun-alun kota dan pusatnya orang berbelanja disore sampai malam hari. Dari situ muncul ide bisnis yang sangat sederhana sebenarnya ,yaitu ingin usaha jual krupuk PADANG PASIR (krupuk yang digoreng dari pasir) karena mempertimbangkan bahan untuk menggoreng tidak harus memakai minyak goreng melainkan dengan pasir. Pasir pada waktu itu sangat murah dan bisa dipake untuk menggoreng beberapa kali. Setelah itu, ibu dan bapak bahu-membahu mencari berbagai informasi tentang cara menggoreng, dari mana mencari bahan baku, bagaimana memilih krupuk yang masih mentah dengan kualitas yang bagus, dan lain lain. Setelah semua persiapan dirasa sudah cukup, sekarang saatnya untuk membagi tugas. Bapak dapat bagian untuk mencari bahan mentah sedangkan untuk pengolahan dan pemasarannya diserahkan kepada ibu, karena boleh dibilang kemampuan ibu untuk menjual lebih baik dibanding dengan bapak. Karena target pasarnya adalah pasar sore, maka ibu dan bapak masih tetap bisa melakukan rutinitas kerja seperti biasa. Bapak kalau pagi masih bisa pergi ke sawah sedangkan ibu sambil menjaga kami berdua bisa menggoreng krupuk yang akan dijual disore nanti.

- 124 -


From Zero To Hero Dari berjalannya waktu usaha rumahan yang dikelola oleh kedua orang tua sedikit memberi harapan, walaupun pelan namun sangat pasti. Hari berganti hari, bulan silih berganti tahun berlalu, tak terasa usia saya semakin bertambah. 6 tahun sudah, kini usia Nanik kecil. Sekarang saatnya untuk memasuki dunia baru. Dunia dimana dia meninggalkan masa balita. Masa-masa dimana dia masih bisa bermanja-manja dengan kedua orang tuanya. Sekarang saatnya Nanik kecil belajar untuk mandiri, diusianya yang masih dini. Ya‌.Sekarang tibalah saatnya untuk memasuki sekolah dasar. Dunia baru yang membuat dia merasa sangat kurang nyaman, karena sebelumnya tiada pernah merasakan latihan/bimbingan belajar sebelum memasuki sekolah. Kedua orang tua yang terbawa dalam kesibukan masing-masing lupa untuk mengajarkan bagaimana mengarahkan cara belajar dengan baik. Kalaupun ada kesempatan untuk mengajari menulis dan membaca Hampir bisa dipastikan sangatlah jarang. Pagi sibuk dengan bekerja sedangkan malam tinggallah rasa capek dan lelah yang dirasa. Menurut saya suatu kewajaran apabila saya kurang mendapat bimbingan dalam belajar, karena kondisi ibu yang tidak tidak pernah mengenal bangku sekolah, Sedangkan bapak harus bangga dengan mengenyam pendidikan hanya sampai kelas 4 SD. Tak terasa waktu semakin hari semakin bergerak untuk maju, demi keinginan untuk bisa memperbaiki ekonomi keluarga bapak dan ibu lagi-lagi harus mendapat ujian & cobaan yang harus mereka hadapi. Ketika usaha jualan krupuknya mulai mempunyai banyak pelanggan lagi-lagi cobaan datang, bapak dan ibu harus rela kehilangan pekerjaannya. Karena uang yang biasanya akan digunakan untuk modal dan membeli barang dagangan telah hangus

- 125 -


From Zero To Hero karena hilang. Tidak begitu paham bagaimana kronologi kehilangannya. Tentu hal ini akan sangat menggangu untuk proses produksi selanjutnya. Bapak dan ibu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari jalan keluar dengan berbagai cara telah dilakukan. Namun hasilnya masih saja tetap nihil, akhirnya timbullah rasa putus asa dari bapak dan ibu. Disaat keadaan dirasa sangat begitu sulit, maka uring-uringan antara keduanya sering terjadi. Dan pada akhirnya usaha yang dijalankan menjadi korban. Bapak dan ibu harus rela melihat usahanya bangkrut. Karena tidak mempunyai pekerjaan tentunya bapak tidak memiliki penghasilan, sedangkan masih ada kami berdua (saya dan juga adik) yang setiap hari masih butuh makan. Untuk memenuhi kebutuhan kami biasa ibu mencari pinjaman kepara tetangga. Ada tetangga yang berbaik hati mau meminjamkan uang ada juga yang mengejek dan menertawakan. Maklumlah ketika kita berada dibawah banyak orang yang menginjak-injak, sedangkan ketika seseorang berada diatas kesuksesan banyak orang yang akan menyanjung dan menghormatinya. Kejadian ini menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi ibu, karena ibu baru tersadar dari tidur yang berkepanjangan. Sekarang saatnya mengambil hikmah dari setiap masalah, kendala yang kita hadapi dengan hati lapang,sabar dan kepala harus dingin. Dari kejadian ini ibu bisa belajar, ternyata untuk mencapai sebuah kesuksesan harus dengan sikap yang sabar dan harus melalui berbagai ujian, dan cobaan. Sehingga dibutuhkah berbagai pengorbanan. Dengan berjalannya waktu, ibu berfikir kemiskinan harus segera diganti dengan perbaikan ekonomi. Keadaan ini tidak boleh dipelihara, harus sampai kapan kemiskinan ini akan berakhir? Dalam hati ibu

- 126 -


From Zero To Hero bertanya. Dan jawabannya hanya ibu sendiri yang bisa menjawabnya. Melihat bapak yang sering mengalami gagal dalam memulai suatu usaha, ibu berniat untuk membantu bapak dalam mencari nafkah. Lagi-lagi setelah niat ini disampaikan kepada bapak bapak tidak begitu saja menyetujuinya, bahkan kali ini marah besar dan tidak mengizinkan ibu untuk bekerja. Perkataan bapak yang ibu ingat hanya kamu sebagai seorang wanita sudah cukup menjaga dan mengasuh anak-anak dirumah. Biarlah saya saja yang akan mencari nafkah. Yang biasanya ibu hanya menurut dan mendengar apa yang bapak sarankan, kali ini ibu tidak peduli dan tidak menghiraukan perintah bapak. Karena ibu sudah bertekat bulat untuk merubah hidup. Bosan katanya hidup dalam kemiskinan dan kekurangan serta berbagai hinaan dari para tetangga. Nenek dan kakek yang kebetulan seorang pedagang, akhirnya ibu memutuskan untuk ikut berjualan di pasar dengan kakek dan nenek. Walau pasarnya agak sedikit jauh dari rumah tempat tinggal, yang hampir memerlukan waktu sekitar kurang lebih 3-4 jam. Memang kami sekeluarga tinggal di Kediri sedangkan pasar yang biasa tempat nenek untuk berjualan adalah pasar Mojokerto, Mojoagung, Krian, Sepanjang, Tuban, Jombang. Untuk menempuh perjalanan yang lumayan lama dan jauh nenek biasa menggunakan jasa kendaraan umum bis antar kota. Memang hidup tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Harus melalui berbagai macam cobaan dan rintangan. Kalau kita semua bisa melewati masa-masa sulit tersebut dengan terus berusaha, berdoa dan atas izin dari yang maha kuasa apa yang kita inginkan bisa menjadi nyata. Disaat awal mula ibu belajar dan mengikuti nenek untuk berjualan ibu hampir saja menyerah, karena merasa pekerjaan ini sunggguh sangat berat bagi saya. Sempat

- 127 -


From Zero To Hero terlintas dalam pikiran kalau ibu ingin mengakhirinya, karena tidak tahan dengan perjalan yang begitu panjang dan melelahkan. Ibu sejenak untuk berfikir & teringat, kalau saya sampai menyerah pasti saya akan ditertawakan oleh suami saya (dalam hati ibu bersuara). Akhirnya walau apapun halangan dan rintangannya ibu akan terus berjuang dan berusaha. Lama kelaman usaha dan kerja keras ibu membuahkan hasil, ibu sudah bisa menyisihkan sedikit uang dari hasil jualannya. Yang dikumpulkannya sedikit demi sedikit. Dari sisa keuntungan yang didapat, ibu akhirnya bisa membeli seperangkat perhiasan yang diniatkan untuk simpanan. Kenapa ibu lebih memilih emas dari pada harus menyimpan uangnya dalam bentuk cash? Alasan utama ibu adalah kalau emas mudah untuk diuangkan kalau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pengalaman terdahulu telah mengajarkan kalau menyimpan emas lebih aman dibanding dengan harus menyimpan uang secara cash. Dari sini, yang tadinya bapak tidak menyetujui ibu untuk mandiri dengan bekerja sendiri akhirnya pintu hati bapak saya telah luluh. Bahkann bapak sekarang menawarkan kepada ibu untuk mengajak bekerjasama. Tentu tawaran bapak kali ini disambut dengan gembira oleh ibu saya, karena saat inilah yang ditunggu-tunggu oleh ibu. Sekarang seakan kesempatan terbuka lebar untuk ibu untuk meningkatkan penghasilannnya. Karena ibu tidak harus lagi meminta barang dagangan dari nenek dan membayarnya setelah barang habis terjual. Bapak yang sanggup mencarikan barang dagangan sendiri tentu akan lebih menghemat ongkos dan bisa memberikan keuntungan lebih banyak. Bapak langsung mencari daganganya ke para petani, sedangkan ibu tetap yang membawa dan memasarkan barang barang tersebut. Barang dagangan seperti apa sich‌ yang bapak dan ibu

- 128 -


From Zero To Hero pasarkan? Pertanyaan ini mungkin yang pertama setelah membaca tulisan saya ini. Sebenarnya barang dagangannya sangat sederhana dan mudah didapat kalau kita berada di desa. Ibu ketika itu hanya menjual berbagai bumbu bumbu dapur, misalnya saja : sere, lengkuas, jahe, pete, kunyit, daun salam, dan daun jeruk purut. Kelihatan sangat sederhana dan simple kan? Walau bagi sebagian orang terlihat sangat kurang begitu diminati tapi inilah yang bisa mengantarkan bapak dan ibu bisa membangun rumah yang tadinya rumah kami hanya terbuat dari bambu sekarang sudah bisa memperbaiki dengan batu bata. Walau sangat sederhana, tapi kami sekeluarga sangat mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepada kami sekeluarga. Yang tadinya selalu bocor & penuh dengan air hujan ketika musim penghujan, sekarang tidak lagi. Memasuki SLTP (sekolah lanjutan tingkat pertama) saya diberi kebebasan sepenuhnya oleh orang tua untuk menentukan dimana saya akan melanjutkan sekolah. Setelah diberi informasi oleh paman dan beberapa masukan dari teman-teman sekolah akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Tulungagung tepatnya di SLTP N 1 NGANTRU. Sebenarnya sekolah yang dekat dengan rumah juga ada karena pada waktu itu tidak mempunyai sepeda sendiri untuk berangkat kesekolah. Walau dibilang dekat saya harus menempuh jarak antara 5-6 Km. Akhirnya dengan berbagai alasan dan pertimbangan Saya memutuskan untuk daftar sekolah di SLTPN 1 NGANTRU. Karena dengan pertimbangan saya bisa sekolah dengan naik kendaraan umum, walaupun saya harus rela dari rumah jalan kaki untuk menuju tempat penyetopan bis. Saya harus menempuh jalan yang masih dikelilingi oleh lahan persawahan kurang lebih jarak yang harus saya tempuh sekitar 3 km untuk

- 129 -


From Zero To Hero mencapai tempat penyetopan bis. Lagi-lagi saya sangat bersyukur karena saya bisa untuk melanjutkan sekolah lagi. Meningat bapak dan ibu hanyalah seorang pedagang yang keliling hampir diseluruh pasar. Dari berjualan keliling akhirnya ibu dan bapak bisa membeli sebuah motor baru. Tentu sangat senang kami pastinya, bisa mempunyai sepeda motor baru. Ini berarti kesempatan untuk bapak agar bisa meluaskan untuk mencari relasi kerja diantara para petani. Akhirnya bapak berhasil untuk bisa menjalin kerjasama dengan para petani. Bapak yang tadinya hanya seorang pendiam sekarang lebih fleksibel. Yang tadinya hanya mengayuh sepeda dari Kediri sampai gunung kidul dengan membawa berat berkwintal-kwintal. Ketika melihat pengorbanan bapak yang begitu besar untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga, dalam hati saya berkata ingin sekali saya secepatnya bisa membantu orang tua. Setidaknya bisa meringankan sedikit beban mereka. Namun kapankah itu terjadi, dengan cara apakah saya harus membalas budi kebaikan bapak dan ibu yang telah bersusah payah membesarkan ,memberi nafkah saya dan adik-adik. Yang bisa saya lakukan pada saat itu hanyalah selalu berusaha untuk membuat kedua orang tua senang dan bahagia dengan cara mematuhi semua perintahnya, dan berusaha menjadi anak yang tidak merepotkan kedua orang tuanya. Ketika usaha yang dijankan orang tua sudah mulai banyak pelanggan dan juga sudah mendapatkan kepercayaan dari petani untuk mendapatkan barang dagangan, kedua orang tua lagi-lagi mendapat cobaan. Tuhan menguji kesabaran bapak dan ibu. Ketika itu saya sudah memasuki kelas 3 SLTP. Cobaan dan ujian yang diberikan oleh Tuhan yang maha kuasa kali ini adalah dengan merampas sepeda motor yang kami punya, bisa

- 130 -


From Zero To Hero dibilang pada waktu itu merupakan harta benda satusatunya. Pada waktu itu seingat saya dan yang saya tau sedang terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Sehingga terjadi banyak pencurian & kekerasan. Salah satu contohnya adalah kejadian yang dialami oleh bapak saya, ketika bapak ingin mengambil barang dagangan dari petani tiba-tiba dari arah belakang dan dalam posisi jalan yang sedang sepi bapak ditodong dengan sebuah benda tajam untuk meminta sepeda motor yang dinaiki bapak, dan mengancam untuk membunuh bapak kalau tidak mau menyerahkan sepeda motornya. Setelah sepeda motor berhasil mereka bawa, masih teganya para pencuri melukai kepala sampai leher bapak saya. Dengan bercucuran darah, bapak kembali untuk berjalan pulang. Tentunya kami semua sekeluarga sangat kaget dengan kejadian itu. Antara percaya dan tidak percaya bercampur menjadi satu. Kami masih bisa bersyukur pada waktu bahwa bapak tidak sampai terluka parah. Kami semua belajar untuk iklas dan pasrah merelakan segala sesuatunya kembali kepada NYA. Ini semua mengingatkan kami bahwa sebenarnya apa yang menjadi milik kita tidak selamanya akan kita miliki, semuanya akan kembali lagi kepadaNYA. Tentu kami sekeluarga harus merelakannya. Setelah beberapa hari bapak dan ibu melakukan rutinitas kerja seperti biasanya, walau harus kembali mengayuh sepeda setiap hari untuk mengambil dagangan dari rumah petani hingga dibawa kembali lagi kerumah. Sangat melelahkan memang, ya‌..begilah hidup!! Ketika kita tidak punya ingin punya dan ketika sudah punya banyak orang lain yang menginginkannya. Ibu dan bapak masih dengan kegiatan seperti biasanya dan ini semua berlangsung sampai saya memasuki pendidikan SMK (sekolah menengah kejuruan).

- 131 -


From Zero To Hero Berhubung untuk memasuki SMK memerlukan biaya yang lumayan banyak. Bapak dan ibu tidak langsung dengan gampang memberikan uang ke saya untuk membayar melunasi administrasi biaya sekolah. Bapak dan ibu memberi pilihan kepada saya mau melanjutkan sekolah atau diam, duduk dirumah. Tentu saja, saya memilih untuk sekolah. Okey‌kalau kamu mau melanjutkan untuk bersekolah kamu harus belajar membiayai sekolah kamu sendiri. Tentu saja saya, sangat terkejut dengan perkataan orang tua saya. Dalam hati saya bertanya kenapa orang tua saya sendiri begitu tega terhadap saya, apakah mereka tidak sayang dengan saya. Karena saya waktu itu belum terlalu untuk mengerti maksud dari mereka. Masak untuk biaya sekolah saya harus membantu bapak mengantarkan barang dagangan kepada pelanggan, sedangkan pelanggannya berada di Japanan, Pasuruan. Oh‌jarak yang sangat jauh dalam pikiran saya. Walau jauh karena bapak mengimingimingi saya bisa mengambil semua keuntungan yang saya peroleh untuk membayar biaya sekolah. Baru sekarang saya sadari ternyta kedua orang tua saya sangat sayang dan menyayangi saya. Bahwa sebenarnya semua apa yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan saya. Namun pada waktu itu saya belum bisa untuk menyadari. Tanpa terasa tiga tahun sudah berlalu, saya bisa tamat dan lulus dari SMK (sekolah menengah kejuruan). Setelah lulus yang menjadi pikiran utama adalah bagaimana cara mendapatkan pekerjaan. Karena saya berfikir, saya sudah tumbuh menjadi seorang wanita dewasa yang mempunyai niat ingin membahagiakan kedua orang tuanya dan adik-adiknya. Apa bisa dikata dengan ijasah SMK saja tidak cukup untuk mendapat pekerjaan yang layak. Sedangkan diluar sana banyak

- 132 -


From Zero To Hero anak-anak yang lebih pinter dan berpendidikan tinggi yang menjadi pengangguran. Dengan tidak membuang banyak waktu saya pada waktu itu langsung berniat untuk bisa bekerja sendiri dan menghasilkan uang untuuk membantu kedua orang tua. Setelah lulus ada tawaran dari sekolahnya untuk bekerja di pabrik. Wah, langsung saja dengan hati yang sangat bahagia diterima tawaran tersebut, namun karena yang mendaftarkan diri dari seluruh SMK se-jawa timur dan persaingan yang ketat. Hanya dibutuhkan beberapa tenaga kerja saja, dari banyaknya jumlah pelamar kerja. Maka saya tidak lolos dalam seleksi akhir. Pada waktu itu kalau kami diterima akan bekerja di pabrik MASPION GROUP. Setelah beberapa hari mendapat kabar kalau saya tidak lolos seleksi, karena tidak mau kelamaan menganggur dan berdiam diri dirumah maka saya putuskan untuk mencari berbagai informasi kerja keluar negri. Karena saya tidak ingin seperti teman-teman sebaya saya, setelah lulus sekolah mereka langsung melakukan pernikahan. Saya masih belum berani untuk menikah diusia yang yang menurut saya muda. Sebelum saya bisa membantu meringankan beban orang tua saya tidak akan menikah dahulu. Setelah berbagai informasi mengenai cara bekerja keluar negri, saya terima maka saya memutuskan untuk bekerja ke Hongkong. Walau gambaran pastinya tentang negara Hongkong saya belum mengetahuinya. Tekat saya sudah bulat maka saya segera menyampaikan keinginan saya untuk bisa bekerja keluar negri kepada orang tua. Kaget bukan kepalang tentu pastinya, kedua orang tua mendengar keinginan saya waktu itu. Setelah saya berhasil menyakinkan dan menjelaskan maksut keinginan saya untuk bekerja, akhirnya kedua orang tua mengizinkan saya. Bekerja dimanapun, apapun pekerjaannya tidak

- 133 -


From Zero To Hero masalah yang terpenting kita melakukannya dengan cara yang benar dan halal. Dengan bantuan seorang petugas lapangan (PL) akhirnya saya diantar ketempat PJTKI (perusahaan jasa tenaga kerja). Yang kawasannya terletak di daerah Surabaya . Ternyata, setelah sampai PJTKI kenyataan tak sesuai harapan. Setelah diseleksi pantas tidaknya saya untuk ditempatkan keluar negri, akhirnya saya tidak bisa masuk untuk ditempatkan bekerja keluar negri khususnya Negara Hongkong. Perusahaan memvonis postur tubuh saya tidak memenuhi persyaratan, kata salah satu petugas disana. Petugas PJTKI memberi berbagai pilihan untuk tujuan kerja keluar negri, Kamu hanya bisa bekerja ke Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam. Lemas, akhirnya saya mendengar itu semua. Dengan alasan saya tidak mempunyai pengalaman kerja. Waktu itu saya yang masih lugu dan belum banyak mengerti saya menurut dengan memilih sesuai yang petugas sarankan. Saya pada akhirnya memilih untuk Negara tujuan yaitu Singapura. Dan lagi-lagi pilihan saya tidak diterima. Sekarang alasannya karena tangan sebelah kiri saya ada luka bekas kesetrum lisrik pada waktu masih kecil dulu. Oh‌tidak dalam hati saya berkata.Tuhan permudahkanlah niat hamba untuk bisa membalas budi dan berterimakasih kepeda kedua orang tua. Karena selalu mengalami penolakan maka saya memutuskan untuk pindah ke PJTKI yang lain dan yang bisa menerima saya. Tanpa memberi tahu masalah yang sebenarnya kepada orang tua, karena saya takut mereka akan merasa cemas nantinya setelah saya beritau. Akhirnya saya menelephone orang yang mengantar saya ke PJTKI tersebut, dan berniat untuk mengundurkan diri dari PJTKI yang sekarang. Dan mau berpindah ke PJTKI

- 134 -


From Zero To Hero lain yang mau menerima saya untuk kerja di negara Hongkong. Orang yang mengantarkan saya ke PJTKI memberi saran kalau saya sebaiknya pindah di PJTKI yang khusus bisa memberangkatkan calon TKI (tenaga kerja Indonesia) ke negara Hongkong saja. Akhirnya saya menyetujui yang disarankan oleh PL (petugas lapangan). Sekarang saya pindah di PJTKI yang terletak dikawasan Malang-Jawa Timur. Ditempat ini saya bisa diterima, dan saya harus berjuang keras dan tingkat kesabaran saya diuji. Ternyata untuk sampai ke Negara Hongkong tidak segampang yang saya bayangkan. Sekitar satu bulan saya berada didalam asrama untuk belajar bahasa cantonies, selebihnya saya berada diluar PJTKI untuk melakukan PKL (praktek kerja lapangan), karena saya merasa tidak punya pengalaman untuk bekerja jadi pramuwisma dan niat saya sangat kuat untuk bisa bekerja keluar negri akhirnya saya melakukannya dengan senang hati. Setelah hampir 1 tahun tak kunjung mendapat kabar berita dari tempat penampungan, saya memberanikan diri untuk bertanya. Lama-kelamaan menjadi bosan juga untuk praktek kerja lapangan terus. Yang akhirnya saya minta saja menunggu di tempat penampungan. Hampir putus asa memang karena setelah saya menunggu sekian lama setehun lebih calon majikan tak kunjung datang. Ada sedikit rasa malu pada teman-teman yang satu angkatan dengan saya, mereka semua sudah mendapat majikan, sudah berada di Hongkong dan bahkan sudah ada yang mau finish kontrak 2 tahun. Dalam kesepian malam saya termenung dan memikirkan kenapa saya sudah lama tak kunjung mendapat majikan, ingin rasanya saya untuk mundur tapi keinginan untuk terus maju juga sangat kuat. Saya tidak boleh menyerah, saya harus bangkit sudah terlalu

- 135 -


From Zero To Hero lama waktu yang saya gunakan untuk menanti majikan, jika seandainya saya harus mundur maka saya juga akan memulainya lagi dari awal belum tentu saya keluar dan mencari PJKTI lain akan dengan segera memberangkatkan saya kenegara tujuan yang saya inginkan, lagi pula sudah setahun lebih saya berada di penampungan kalau saya mengundurkan diri tentunya saya harus mengganti rugi semua biaya administrasi yang tentunya sangat mahal. Dari mana saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu apa saya harus merepotkan dan menyusahkan orang tua, oh ‌tidak saya harus maju. Ingat pada tujuan awal ingin bekerja keluar negri karena ingin membahagiakan dan membantu ekonomi keluarga. Menjelang lebaran, kami diperbolehkan pulang untuk menjenguk dan bersilaturohmi dengan keluarga. Cuma satu minggu kami diberi izin, dan harus dengan segera kembali ke penampungan kalau tiba waktunya. Waktu itu saya, berkeinginan untuk menunda keberangkatan ke penampungan. Saya merasa ngapain cepat-cepat datang, calon majikan yang saya harapkan belum kunjung tiba. Entah, suatu kebetulan atau apa saya sendiri juga tidak tau. Teman baik saya ketika berada dipenampungan pagi-pagi menelephon saya dengan memberi kabar yang sangat baik dan yang saya tunggu selama hampir kurang lebih 1,5 tahun. Akhirnya saya bisa mendapatkan majikan dengan gaji full, walau pada waktu itu saya belum punya pengalaman kerja keluar negri. Pada waktu itu banyak diantara teman yang hanya mendapat gaji under meskipun mereka sudah pernah punya pengalaman kerja ke luar negri. Sungguh suatu kabar yang sangat menyenangkan bagi saya akhirnya ada sedikit harapan untuk niatan ingin merubah ekomomi keluarga menjadi lebih baik dan bisa meringankan beban orang tua. Akhirnya saya, diberangkatkan dari bandara

- 136 -


From Zero To Hero Juanda Surabaya ke Hongkong dengan pesawat CATHAY PACIFIC. Timbul perasaan cemas dan takut pastinya, karena belum terbiasa dengan kebiasaan orang Hongkong. Sekarang saya sudah merasakan tinggal di Hongkong kurang lebih hampir 8 tahun. Waktu yang panjang untuk belajar mengumpulkan pengalaman kerja. Disaat saya memikirkan usaha apa yang cocok yang akan saya lakukan setibanya saya pulang kampong nantinya. Pertanyaan itu yang selalu saya tanyakan pada diri sendiri, namun saya masih belum bisa menemukan jawabannya. Bersyukur ketika saya menemukan jawabannya ada seorang kawan yang memberi tau mau ngak kalau ada program pembelajaran tentang Entrepreneur, gratis pula‌.hehehehe siapa yang ngak mau, pasti saya mau. Dari program yang diadakan oleh bank Mandiri & UCEC (Universitas Ciputra Entrepreneur Centre) saya bisa mendapat gambaran tentang dunia usaha. Oh, iya kami juga diajarkan oleh para dosen yang sudah sangat berpengalaman dibidangnya. Dan tentunya para dosen yang sangat pengertian dan memahami situasi kondisi kami semua. Dari program itu terus berlanjut, dan sekarang saya bisa mengikuti program UCDE (Universitas Ciputra Distance Education). Yang mana program belajar ini dengan menggunakan bimbingan belajar jarak jauh, yan diberi nama PER (Pengantar Entrepreneur Ritel). Saya, berharap dengan sangat semoga setelah mengikuti pembelajaran ini saya bisa menemukan passion bisnis yang saya idam-idamkan selama ini. Karena anganangan sangat banyak tetapi,masih belum mampu untuk memilih satu yang akan saya jadikan usaha setelah pulang kekampung halaman nantinya. Dengan semangat, dan motivasi-motivasi dari para dosen semangat kami untuk belajar seakan tumbuh kembali, dengan gelombang yang

- 137 -


From Zero To Hero sangat tinggi. Mendapat teman-teman yang super kreatif, pekerja keras, semangat pantang menyerah memberi kekuatan tersendiri.

- 138 -


From Zero To Hero

Kisah Bariyah Dengan ilmunya, harapan saya tidak hanya pulang ke rumah membawa modal tapi juga ilmu untuk mengelola modal. Nama saya Bariyah. Saya akan menulis biografi saya. Semoga bermanfa’at, dan tidak mengandung buka aib ataupun pamer. Sebelumnya minta ma’af jika dalam penulisannya tidak bisa merangkai kalimat yang baik. Saya lahir pada tanggal 7 Juli 1983, di Desa Tuking Gedong – Kebumen. Masa kecil saya wajar-wajar saja dalam asuhan kedua orang tua kandung. Bermain layaknya anak-anak yang lain. Bahkan waktu saya kelas 5 SD, baru dapat adik lagi. Jadi selama itu saya di manja oleh orang tua dan ketiga kakak saya yang semua perempuan. Masuk sekolah Taman Kanak-Kanak hanya setahun dan kemudian masuk Sekolah Dasar (SD) pada usia 7 tahun. Selama di sekolah dasar saya bersyukur karena selalu dapat nilai yang cukup bagus. Kemudian melanjutkan SLTP, saya masuk di SMPN1 Puring yang merupakan sekolah favorit di tempat kami. Sebenarnya sewaktu SMP saya lebih menguasai pelajaran IPA, yaitu Biologi dan Fisika. Bahasa Inggris juga cukup lumayan, karena pernah dapat nilai terbaik sewaktu ujian. Setelah lulus SMP, bersama teman-teman lain nya saya berusaha mencari Sekolah Menengah Umum

- 139 -


From Zero To Hero yang terkenal bagus dengan menghasilkan tamatan yang berhasil. Sebenarnya saya punya keinginan masuk di SMUN 1 Kebumen. Tapi apa hendak dikata, standart nilai yang di tetapkan cukup tinggi dan nilai saya di bawah standart yang telah di tetapkan. Di saat itu ada teman ngajak mendaftar di SMKN 1 Kebumen yang merupakan Sekolah Kejuruan terbaik di tempat saya. Alhamdulillah saya di terima di jurusan Akuntansi yang standart nilainya juga di tetap tinggi. Saya tidak tertarik dengan SMK kejuruan lainnya, karena sebenarnya saya tidak memahami ilmu kejuruan. Hanya berharap mungkin saja cocok. Belajar di SMK pun berjalan dengan lancar dan saya bisa mengikuti pelajaran dari guru denga baik. Prestasi saya juga cukup lumayan di sekolah. Saya pernah mendapatkan rangking 1. Aktif di Extra Kurikuler Pramuka. Di samping itu juga mengikuti kegiatan organisasi Dewan Kerja Ranting (DKR) di Kecamatan. Disanalah saya mulai tahu yang namanya cinta, tapi tidak paham cinta apa itu. Cinta moyet atau apa dengan ketuanya DKR sendiri. Kelas 2 SMK saya dapat tugas PKL/PSG di Badan Pusat Statistic. Saya belajar membantu sensus selama 3 bulan sementara anak-anak yang lain masih ada kegiatan belajar di sekolah. Hal ini membuat saya sedikit ketinggalan pelajaran. Namun, di saat ujian, saya berhasil menjawab soalnya dengan baik dan hasilnya juga cukup memuaskan, meski tidak mendapatkan rangking pertama. Paman saya ingin saya kuliah, tapi di pikiran saya ingin kerja dan ingin menghasilkan uang. Orang tuapun juga tidak setuju saya kuliah, mengingat biayanya tidak sedikit dan masih ada adik masih 2 orang lagi yang juga butuh biaya sekolah. Lulus SMK, saya mencoba cari kerja di Bandung yang ternyata bukan hal yang mudah bagi saya. Kekasih

- 140 -


From Zero To Hero saya, Sariyo, mengenalkan saya dengan bibinya yang bisa bantu untuk mendapatkan pekerjaan di pabrik pada perusahaan PT. Nam Nam Fashion Industries. Saya bekerja di bagian pola dan susu lice serta cutting lice. Karena merasa hutang budi pada bibinya Sariyo, menjadikan saya bertahan pada hubungan cinta yang sebenarnya sudah lama ingin saya akhiri. Saya sudah tidak ada rasa cinta padanya. Hanya saja karena paksaa teman dan hutang budi, menjadikan saya harus menjalin hubungan dengan Sariyo lebih lama. Saudara, paman dan bibinya mengusulkan untuk segera melamar saya. Tapi waktu itu usia saya masih muda, dan saya merasa belum siap untuk berumah tangga. Suatu hari terjadi musibah. Kala itu jam menunjukkan pukul 08.30 ketika saya sedang bekerja di pabrik. Tiba-tiba saudara sepupu saya datang dan mengabarkan bahwa Sariyo mengalami kecelakaan di tempat kerjanya. Sariyo bekerja di bengkel mobil. Bosnya yang sedang mengelas mobil, menyuruh Sariyo mengambil air karena percikan las yang jatuh di oli membuat berasap. Rio, begitu biasa saya menggilnya, yang tahu ember biasanya di isi air, tanpa pikir panjang langsung mengambil dan mengguyurkan ke mobil. Malang tak dapat di tolak, untung tak dapat di raih. Kejadian naas itu terjadi. Ternyata air yang biasa di ember sudah di buang tanpa setahu dia dan diganti bensin kurasan mobil. Jadi secara otomatis yang di siramkan bukan air seperti yang terpikirkan untuk mengatasi keadaan tapi bensin. Kebakaran hebat pun tak dapat dihindari. Mobil terbakar dan badan Sariyo pun tak luput dari amukan si jago merah. Seluruh tubuhnya terbakar. Hati siapapun akan sangat miris melihat kondisi yang terjadi. Ketika saya menengoknya di Rumah Sakit, saya tidak tahan dan saya tidak sadarkan diri.

- 141 -


From Zero To Hero Sariyo di rawat di rumah sakit selama 2 minggu. Kemudian ada orang yang menyarankan untuk berobat ke Garut. Di sana ada seorang kakek yang bisa terapi orang kena luka bakar. Menjalani pengobatan selama 4 bulan di Garut, luka bakar di tubuhnya berangsur sembuh meski masih banyak bekas luka yang berupa benjolan. Selama 4 bulan itu juga Sariyo hanya terbaring di tempat tidur yang membuat kaku otot-ototnya. Sehingga untuk berjalanpun harus kembali belajar layaknya anak kecil yang baru belajar berjalan. Semenjak mengalami kecelakaan, sifat Sariyo berubah sangat sensitif. Seminggau sekali saya datang menengoknya. Namun, jika tidak ada uang untuk ongkos pergi menengoknya, terpaksa saya tidak pergi dan itu membuat dia gelisah, juga berpikir macam-macam. Sembuh dari luka bakar Sariyo bisa melakukan kegiatan seperti biasa. Hanya sifatnya yang sangat sensitif dan cemburuan sejak kecelakaan itu tidak bisa juga di hilangkan. Meski bagaimanapun cara saya memberi pengertian namun tetap saja tidak ada hasil yang baik. Dia tidak perduli. Tetap saja tidak mau memahami dan itu kadang membuat saya tak sanggup meneruskan hubungan dengan nya. Apa hendak di kata, karena hutang budi, saya harus bisa menahan diri dan hati untuk tetap bertahan pada hubungan yang sudah tidak sehat. Sampai akhirnya kami ada perselisihan dan saya mencoba memberi pengertian bahwa saya sudah tidak sanggup meneruskan hubungan jika tetap saja di cemburui. Saya ingin hubungan ini di akhiri. Kita jadi teman atau saudara dan masing-masing bisa meneruskan hidup dengan pilihan nya sendiri. Namun keluarganya tidak teriman dan datang satu persatu untuk marah kepada saya. Apapun yang di katakana mereka saya coba pahami dan tidak sakit hati. Saya hanya berharap

- 142 -


From Zero To Hero kondisi ini benar-benar bisa di akhiri dan saya lega bisa lepas dari dia dan keluar dari kondisi yang tidak nyaman karena merasa selama menjalin hubungan dengan dia, keluarganya selalu ikut campur urusan kami. Sebenarnya sebelum kecelakaan itu baik teman maupun orang tua-tua yang mengenal dekatt mengatakan bahwa Sariyo memang sudah sakit-sakitan. Bagaimana mau menikah dan punya suami sakit-sakitan? Sebenarnya saya tidak tahu apa, tapi saya sudah terlanjur tersugesti dengan kata-kata mereka. Sehingga ketika ada cowok baru yang menyatakan cintanyapun dia langsung jatuh sakit parah. Tahun 2004, di bulan Juni, perusahaan tempat saya bekerja memberikan penawaran kepada semua karyawannya untuk mengundurkan diri dan menerima pesangan tiga bulan gaji, sehubungan dengan kondisi perusahaan yang menurun. Tetapi apabila mengundurkan diri atau terjadi penguranan pegawai setelah bulanang pesangon tidak berlaku. Dalam keadaan pusing karena merasa saya dapat bekerja di perusahaan itu atas jasa bibi mantan pacar dan juga hal ini selalu diungkit oleh keluarganya, maka tanpa pikir panjang saya langsung menyambut tawaran perusahaan dan mengundurkan diri. Pada saat bersamaan, salah seorang Paman saya menawarkan diri untuk mendaftarkan saya jadi polwan. Saya kembali ke kampung halaman untuk mengurus persyaratan yang di butuhkan untuk mendaftar Polwan. Setelah syarat-syarat pendaftaran saya lengkapi dengan di temani Paman, saya berangkat mendaftar di Jogjakarta dan ikut tes penerimaan. Tidak ada masaalah untuk mendaftar. Namun sayangnya tinggi badan saya yang kurang dari yang di tentukan. Walau ssebenarnya bisa saja diteruskan dengan jalan KKN seperti yang terjadi selama ini. Tapi saya takut melakukan itu dan pasrah menerima keadaan tidak diterima menjadi Polwan. Yang

- 143 -


From Zero To Hero penting saya sudah mencoba dan berusaha. Saya ikhlas jika tidak di terima karena kekurangan saya. Anggap saja bukan rejeki saya di pekerjaan tersebut. Tidak lama setelah gagal mendaftar untuk menjadi Polwan, saya pergi ke Jakarta mencari untuk mencari pekerjaan. Selana di Jakarta, saya menumpang tinggal di rumah saudara. Hari-hari saya gunakan untuk mencari pekerjaan. Tidak enak rasanya menumpang di rumah orang. Syukur Alhamdulillah, ketika saya melamar kerja di PT. Prakarsa Alam Segar yang memproduksi Mie Sedaaap, saya di terima. Selama bekerja 1.5 tahun, Tuhan mempertemukan jodoh saya dengan Kirman Saputra yang sekarang menjadi suami sayaa. Kami pacaran selama 1 tahun sebelum akhirnya Kirman memutuskan melamar saya. Satu minggu kemudian, dia sakit parah tanpa bisa di diagnose oleh dokter. Badan nya dirasa panas dan tulang rahang nya terasa kaku, juga kepala. Kata dia sepertinya ada yang menarik-narik. Hakitnya. Karena kondisi yang demikian kerjanyapun sering absen. Dia memaksa orang tuanya untuk segera melamar saya dia berjanji setelah menikah akan bekerja seperti biasa. Saya ketakutan dan bingung antara ingin menolak atau tidak tega meninggalkan orang yang sedang sakit karena saya. Kemudian, kami menikah, diapun kerja seperti biasa. Satu bulan tinggal di rumah Mertua saya tertekan sekali. Mertua saya becerai dan saya beserta suami tinggal bersama Ibunya. Ibu Mertua sangat cerewet dan ini yang membuat saya tertekan batin. Saya meminta suami untuk mengotrak rumah sendiri dan ternyata ibunya sangat marah sekali bahkan mendoakan kami yang jelek. Tak jarang juga beliau mengungkit masalah maskawin. Saya ingin pulang ke rumah orang tua saya,tapi suami tidak mau dan ini mebuat saya sedih sekali.

- 144 -


From Zero To Hero Setelah 1bulan kerja penyakit suami kambuh lagi. Kali ini lebih parah dari sebelumnya. Suami mengajak kesana kemari cari pengobatan dari rumah sakit sampai alternative. Tiap hari tanpa lelah kami terus mencari kesembuhan dan saat itu saya juga dalam keadaan hamil muda. Pada saat umur kandungan saya 3 bulan, penyakit suami tambah parah. Badannya yang gemetar dan inginnya keluar rumah untuk mencari pengobatan. Dia merasa tidak betah di rumah. Kami mendatangi seorang guru ngaji di Jakarta dan kami di sarankan untuk konsultasi ke psikolog di RSJ. Hati saya sangat tercabikcabik waktu itu. Namun banyak orang yang menenangkan saya dengan menjelaskan bahwa ke psikolog bukan berarti gila dan pasien yang berobat bukan berarti orang gila semua. Suami saya mengalami insomnia. Dia tidak pernah bisa tidur dan memang jiwanya terguncang karena penyakitnya dan badan nya yang selalu gemeteran,. Biaya berobat di sana sangat mahal bagi kami, yaitu Rp. 600.000 per hari. Apalagi ini bukan pengobatan yang pertama dan simpanan kami juga menipis terus karena di gunakan untuk mencari kesembuhan sebelumnya. Gaji saya hanya Rp. 1 juta per bulan dan Ibu mertua ikut membantu biaya dengan bekerja borongan suatu perusahaan. Sambil cari info dan setelah melihat tidak ada perubahan pada suami saya setelah 1 minggu dirawat di rumah sakit, kami membawa suami ke pesantren di Bekasi. Sedih sekali melihat suami sendiri dengan kakinya di rantai, namun saya hanya bisa pasrah pada yang kuasa untuk selalu mohon kesembuhannya. 1 minggu di pesantren suami bisa sembuh total. Saya hanya bisa berucap syukur Alhamdulillah atas kuasaNYA. Dia sudah bisa berpikir jernih dan tidak gelisah lagi tapi masih ada yang di rasakan di kepala. Masa-masa hamil muda membuat badan saya lemah, mual dan setiap

- 145 -


From Zero To Hero hari muntah. Saya sering tidak masuk kerja. Ditambah keadaan suami yang benar-benar menguras kesabaran saya. Saya berserah dan berserah itulah yang bisa saya lakukan. Karena keadaan saya ini, saya gagal terpilih menjadi karyawan tetap ketika perusahana melakukan seleksi. Saya bingung dan selalu berusaha menenangkan diri menerima kondisi tak nyaman yang beruntun. Akhirnya kami memutuskan pulang kampung, ke rumah orang tua saya, hingga saya melahirkan. Kami pulang hanya dengan membawa uang 1 bulan gaji. Sebenarnya malu sekali sama saudara dan orang tua sedangkan biaya melahirkan juga belum ada. Suami hanya mikirkan sakitnya, berobat dan berobat terus tanpa ada pemasukan. Mau usaha jualan tak ada modal. Uang pesangon yang saya terima dari kantor dipegang suami sepenuhnya dengan alasan pingin sembuh dan untuk berobat dan berobat. Saya minta buat periksa kandungan ke bidan saja tidak di kasih. Karena saya marah maka suami juga marah dan melempar uang itu sambil berkata “Ambillah� kemudian dia pergi. Dengan terpaksa saya ambil Rp. 200. 000. Ketika dia pulang, dia hitung uangnya. Ketika tahu berkurang, dia menghampiri saya yang sedang tidur dengan kandungan yang sudah besar. Badan saya di bolak-balik sambil memaksa mengembalikan uang yang saya ambil. Kalau sakit badan, rasanya saya tidak mikir dan rasa, tapi sakit hati saya di perlakukan dalam kondisi hamil besar. Saya sedih sekali. Hari berikutnya saya menemani dia berobat ke Purworejo, yang jaraknya lumayan jauh dan harus di tempuh dengan naik bis. Ketika kami kembali dan melewati terminal Kebumen untuk berganti minibus, saya teringat pada adik saya yang masih kecil. Ingin rasanya membeli sedikit buah untuk oleh-oleh, tapi suami tidak

- 146 -


From Zero To Hero mau dan langsung pulang kerumah karena kepalanya sudah sembuh. Sewaktu saya beli jamu, dia pulang sendiri dan tega tinggalkan saya yang hamil 8 bulan sendirin di terminal dan harus pulang dengan ganti 2 kali kendaraan umum. Untung masih ada uang kembalian beli jamu dan sewaktu ganti mobil lagi uang sudah habis. Saya kebingungan. Alhamdulillah, saya ketemu tetangga yang menawarkan boncengan. Sampai rumah saya hanya bisa nangis dan orang tua tidak curiga sebab ternyata suami saya juga baru sampai rumah. Masih banyak tingkah suami yang membuat saya tertekan meski di rumah sendiri. Pada tanggal 12 Mei 2006 lahirlah anak pertama kami yang kami beri nama Nabila M Putri. Setelah bayi saya umur 4 bulan ingin rasanya saya cari kerja lagi. Adik ipar saya menikah dan mengundang kami datang kehajatan mereka. Kami pun ke Jakarta. Mertua menyuruh kami kembali plang ke kampung karena tidak sanggup menanggung hidup kami yang jelas tidak sedikit sementara kami belum memiliki pekerjaan, sementara beliau seorang janda. Setelah anak saya umur 1.5 tahun, di daerah saya didirikan pabrik Sampoerna, roko Dji Sam Soe. Saya melamar dan diterima bekerja disana. Baru 4 bulan kerja, badan terasa kurus karena tiap hari menghisap nikotin dari asap rokok. Adik ipar menawarkan saya kerja di konfeksi dan langsung saya terima. Kami pun ke Jakarta. Ternyata yang di tawarkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Saya kembali numpang tinggal di rumah mertua dan banyak masalah. Kemudian saya mencari kerja lain dan diterima di sebuah kaunter jual beli komputer. Alhamdulillah saya bisa jualan dan mendapatkan omset yang lebih banyak dari karyawan lainnya yang sudah lama kerja di situ. Hanya saja gaji tetap pas-pasan untuk biaya hidup di Jakarta.

- 147 -


From Zero To Hero Selama bekerja di sana, saya masih terus mencari informasi pekerjaan lainnya. Saya melamar kerja di suatu cafe dan resto di Mall Ciputra, dan diterima. Kemudian saya pinda kerja ke Atrium di mall kelapa gading selama 2 tahun. Selama saya bekerja di Cafe, suami dapat kerja sebagai security. Keluhan sakit masih ada dan masih menajalani pengobatan alternatif atau terapi. Sayangnya, suami hanya bertahan kerja selama 1 tahun. Di saat itu, Allah memberi kami rezeki dengan kemahilan kedua. Mertua menyuruh menggugurkan karena suami tidak kerja dan di Cafe tempat saya bekerja tidak memberikan cuti melahirkan. Jadi pilihan untuk saya adalah mengundurkan diri. Suami melarang saya menggugurkankandungan. Akhirnya, saya memutuskan untuk masih bekerja hingga kehamilan mencapai usia bulan. Alhamdulillah suami dapat kerja di kantor jasa dan giro, san sebulan kemudian, dia mendapatkan panggilan kerja sebagai security pabrik. Setelah melahirkan anak ke 2 dan ketia usianya 4 bulan, saya kembali kerja sebagai waitress di Cafe selama 1 tahun. Karena suami selingkuh berulang kali dan berulang kalipun saya memaafkannya, namun sumai tidak sadar diri, maka dengan berat hati saya mendaftar jadi TKI, hingga sampailah saya di Hong kong ini. Dari seorang teman sekolah yang juga kerja di sini, saya mendapatkan info tentang pembelajaran ini. Tanpa pikir panjang lagi, saya ikuti dengan harapan saya punya modal ilmunya untuk membuka usaha kelak jika sudah pulang. Ini adalah kontrak pertama dan saya masih di bebani banyak kewajiban, baik terhadap keluarga juga agen, maka saya belum bisa segera realisasikan ilmunya. Namun saya berharap, setelah kontrak ke 2, saya akan pulang untuk membuka usaha. Bagaimanapun saya tidak bisa meninggalkan anak begitu lama. Mereka butuh

- 148 -


From Zero To Hero saya sebagai ibunya. Saya berharap dengan mengikuti pembelajaran ini saya bisa memperbaiki kondisi ekonomi keluarga saya. Dengan ilmunya, harapan saya tidak hanya pulang ke rumah membawa modal tapi juga ilmu untuk mengelola modal. Saya juga berharap agar sebisa mungkin ini kepergian saya yang pertama sebagai TKI/ BMI dan terakhir pula. Saya akan berusaha mengikuti pembelajaran ini sebatas yang saya mampu. Terima kasih kepada semua dosen yang telah bersedia meluangkan waktu untuk masa depan kami. Terima kasih kepada semua teman yang selalu mengobarkan semangat. Bagaimanapun kadang pikiran bisa melemah. Namun baik dosen, juga teman-teman selalu memberi dukungan dan semangat membuat saya harus tetap semangat. Masadepan keluarga saya ada di usaha ini Terima kasih kepada Pak Nur, juga Ibu Poedji, serta teman-teman semua. Semoga ilmu ini nanti bisa mengantarkan kita semua, BMI menjadi pengusaha pasti bisa. Demikian biografi ini saya tuturkan, sekali lagi tanpa bermaksud membuka aib. Tapi ini semua untuk pembelajaran bagi saya dan tentu akan indah pada waktunya. Jika ada ada kurang lebihnya saya minta maaf.

- 149 -


From Zero To Hero

Kisah Suratman Djuwarijah Harapanku, aku ingin menjadi seorang entrepreneur yang sukses setelah aku pulang nanti.

Aku terlahir di kota Blitar pada tgl 4 Mei 1973 dan diberi nama Djuwarijah oleh kedua orang tuaku. Masa kecilku sungguh bahagia sekali. Bapak bekerja Pamong Desa dengan jabatan Kamituwo. Aku bagaikan putri raja. Kemana aku pergi, selalu ada yang menggendong dan memanjakannya. Apa yang aku minta selalu ada. Kebahagiaan itu aku rasakan sampai aku tamat TK. Ketika aku masuk SD, bapak mengundurkan diri dari pekerjaannya. Kemudian, bapak menjalani aktivitas sebagai buruh tani. Sedangkan ibuku berjualan rujak cingur & es dawet (cendol). Hari-hari aku lalui dengan hidup sedehana. Setiap pagi di musim padi, sebelum berangkat ke sekolah, aku pergi ke sawah untuk menghalau burung yang makan padi. Supaya menghasilkan panen padi yang baik. Itu saja pekerjaan rutin yang paling aku suka, karena aku bisa berteriak sekencang-kencangnya agar burung-burung itu pergi. Kalau ingat itu, aku bisa senyum-senyum sndiri. Bila panen tiba , aku suka ikut-ikutan makan di sawah. Rasanya lain sekali makan di alam bebas sama di rumah. Kenangan masa kecilku yang indah. Menginjak waktu di Sekolah Dasar (SD) , aku pasti membantu ibu jualan rujak cigur sepulang sekolah. Aku

- 150 -


From Zero To Hero tak pernah minta uang jajan sama Ibu. Kadang aku disuruh tetangga untuk belanja dan aku dikasih uang saku. Menurut mereka, aku ringan tangan untuk membantu. Uang yang aku dapatkan dari mereka, aku kumpulkan untuk keperluan sekolah. Hari berganti hari. Ketika aku duduk di kelas 5, aku mengalami sakit sampai 1 bulan lamanya dan tidak dapat berjalan. Kejadian itu di bulan puasa. Setiap hari bergantian ada yang menggendong aku untuk sekedar buang air kecil atau besar. Alhamdulillah, dua malam menjelang lebaran, aku bisa berjalan lagi. Rumah kami tidak terlalu besar, tapi banyak orang yang ingin tinggal bersama kami. Terutama anak sekolah. Pernah suatu hari kami bersama– ama menggembala kambing dii stasiun Kereta Api Blitar dengan salah satu anak asuh Bapak. Saya disuruh janji untuk belajar yang rajin supaya nilai EBTANAS saya baik dan diterima di SMP negri. Maklum, untuk sekolah SMP swasta itu butuh uang banyak. Kebetulan kakak yang tinggal bersama kami itu duduk di bangku STM, sedang aku masih SD. Aku diajari belajar sambil menggembala kambing . Benar juga, berkat kegigihanku belajar , aku lulus dengan Nilai Ebtanas Murnis (NEM) yang lumayan untuk diterima di SMP negeri. Aku ditrima di SMPN 2 Blitar. Ketika ada pengumuman penerimaan siswa baru dan aku diterima, mereka memberiku hadiah . Ada yang memberikan aku tas sekolah, buku, dan peralatan tulis deh. Aku sangat bangga dengan diriku sendiri waktu itu. Karena dari ketiga anak orang tuaku, hanya aku yang diterima di sekolah Negeri. “MENGAPA AKU CUMA MENGENYAM PENDIDIKAN SAMPAI SMP ???� Aku punya alasan sendiri mengapa aku hanya mengenyam pendidikan sampai SMP saja. Pada waktu aku duduk di bangku kelas 3 SMP, bersamaan

- 151 -


From Zero To Hero dengan kakak perempuanku yang duduk di bangku kelas 3 SMEA. Tapi kakakku sekolah di SMEA swasta yang biayanya sangatlah mahal. Untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) saja sudah membutuhkan biaya seratus ribu lebih . Belum lagi dia minta seragam dan naju baru. Aku merasa sangat kasihan dengan orang tuaku yang hidup serba pas pasan. Akupun jadi berfikir , bagaimana kalau kedua orang tuaku memikirkan biaya sekolah aku dan kakakku bersamaan? Tentu memerlukan uang yang sangat banyak. Untuk SMA, uang gedungnya sangatlah mahal. Apa lagi untuk yang lain– lain seperi alat– alat tulis . Aku bilang sama Bapak : “Mpun Pak , tahun ngajeng mawon kulo sekolahipun (sudahlah pak , tahun depan saja saya masuk SMA)” Jawaban beliau waktu itu: ”Karepmu nduk (terserah kamu nak )”. Akhirnya aku tinggal kesempatan itu. Perlu diketahui, aku mulai kelas 3 SMP sudah mencoba membantu mencuci baju tetangga dan upahnya bisa aku buat untuk kebutuhanku sehari-hari. Aku ingin mandiri dan tdk merepotkan orang tuaku. Setahun kemudian, aku diberi kesempatan lagi oleh Bapak untuk mendaftarkan diri untuk sekolah. Lagilagi kesempatan itu gagal adanya. Bertepatan dengan kakakku mau nikah. Aku sebenarnya bisa bersekolah, tapi yang aku pikirkan adalah bagaimana mungkin aku bisa berdiam diri sementara orang tuaku bingung biaya buat menikahkan kakakku. Ya, akhirnya aku putuskan tidak jadi sekolah, agar orang tuaku tidak bingung mencari uang untuk biayaku. Biarlah mereka fokus buat kakakku. Lambat laun aku jadi malas untuk sekolah. Aku jenuh di rumah yang hanya membantu cuci baju tetangga dan bantu Ibu jualan. Aku mencoba ke rumah bulik di Kediri. Disana aku mulai kerja di peternakan ayam. Hari-hari aku lalui dengan bercengkrama bersama ayam petelur itu. Eh, namanya anak muda. Aku juga normal lhoo. Aku

- 152 -


From Zero To Hero tertarik dengan temenku asal Trenggalek. Hubungan kami baik, walaupun kami belum pacaran. Setiap terima gaji aku selalu diambilkan oleh dia, padahal kantornya jauh. Tapi dia mau ngantar gajiku ke rumah bulik, tempat tinggalku. Sebenarnya hubungan kami baik-baik saja, tapi ada pihak ke 3 yang ingin merusak hubungan kami. Aku dituntut untuk memilih. Aku pikir lebih baik memilih orang yang bisa membuat suasana kacau, kalau aku memilih dia. Mengapa? Karena aku takut jika aku memilih dia, nanti pasti terjadi apa-apa dengan dia. Karena kami orang perantauan, sedang yang aku pilih itu orang lokal. Kamipun menikah di Kediri atas permintaan Bulikku. Pestanya sangat sederhana, dan sahabatku itupun juga datang, tapi dia tidak mau bertemu denganku. Tak apalah, toh mungkin dia lagi kecewa atau sakit hati. Setelah menikah, aku diboyong ke rumah mertuaku yang kebetulan tidak jauh dari tempat kerjaku. Aku berangkat kerja dengan suamiku, dan setiap hari kami pasti bareng- bareng pulang maupun berangkat. Harihari aku lalui biasa-biasa saja. Aku masih kerja walau keadaanku hamil. Aku pikir biar sehat dan melahirkan nanti lancar. Aku berhenti kerja setelah selamatan tujuh bulan kandunganku. Mereka tidak mengijinkan aku untuk bekerja. Katanya kasihan si jabang bayinya. Ya aku turuti saja apa kata mereka. Tapi tinggal di rumah mertua bagiku kurang enak. Kandunganku umur 8 bulan, aku pulang ke Blitar. Aku berencana melahirkan di Blitar yang kata orang lebih baik melahirkan ditunggui orang tua sendiri dari pada ditunggui mertua. Aku beralasan mau ikut pemilu waktu itu. Dan aku juga ingat sebelum pemilu ada gempa yang besar menurutku. Waktu itu aku dan Almarhum Bapak sedang duduk di teras rumah. Merasa ada gempa, aku dibopong dengan tangan kiri bapakku. Tak terpikir olehku, aku yang lagi hamil besar

- 153 -


From Zero To Hero dibopong dengan tangan satu. Begitu kuatnya bapakku ya. Ya itulah kasih sayang orang tua yang selalu ingin melindungi anak-anaknya. Anakku terlahir tanggal 24 Juli 1992, hari Jum’at petang dan bertepatan dengan datangnya suara adzan mahgrib. Dia benama Giyana Yuliantika. Maklum ya, cucu perempuan pertama dari keluargaku dan cucu pertama dari keluarga suamiku, membuat semua sayang padanya. Bahagia. Begitulah yang aku rasakan saat itu. Tapi aku lebih sering tinggal di Blitar membantu ibu yang jualan rujak cingur. Perjalanan Blitar-Kediri sering aku tempuh. Ke Kediri karena kewajiban seorang istri mendampingi suami, ke Blitar karena aku lebih krasan di Blitar. Hari-hari kulalui dengan itu-itu saja. “AWAL DARI KEHANCURAN� Aku yang ulet dan suamiku yang rajin bekerja bisa menabung untuk membeli rumah yngg sangat sederhana. Setelah beli rumah, kami belum bisa menempati rumah itu. Karena banyak yang perlu diperbaiki. Apalagi aku ada anak yang butuh keamanan dan kenyamanan. Walau sudah dibeli, aku belum bisa menempatinya. Masih perlu kumpul-kumpul uang lagi untuk merenovasi rumah tersebut. Dari sinilah awal dari keretakan hubunganku dengan keluarga suamiku. Adik suamiku juga punya anak perempuan yang usianya sekitar setahun lebih muda dari anakku. Entah mengapa, apa karena iri denganku yang sudah punya rumah untuk tinggal sendiri atau entah karena apa, sampai sekarangpun aku tidak tahu apa penyebabnya. Aku difitnah oleh keluarga suamiku yang katanya aku bikin sakit adik suamiku. Yang dibilang orang guna-guna santet itu. Sungguh cobaan yang sangat berat sekali menurutku. Aku seorang yang beriman yang mengerti mana

- 154 -


From Zero To Hero yang baik dan mana yang buruk. Suatu pukulan yang sangat amat berat bagiku. Semua orang mengucilkan aku. Memandangku dengan sebelah mata. Sampai-sampai air putih pun sewaktu malam-malam anakku mau minta minum disembunyikan di kamar adik iparku. Aku ingin menjerit dan menangis waktu itu. Tapi aku mencoba untuk bersabar. Dengan modal nekat dan hutang sanasini, kami pindah ke rumah yang masih belum direnovasi itu. Tak terpikirkan olehku yang waktu itu suamikupun kena hasutan keluarganya. Benar-benar imanku sedang diuji oleh Allah SWT. Aku yang dulunya gemuk dengan berat badan 53 kg, dalam waktu 2 hari aku turun menjadi 47 kg. Tiap malam aku sholat tahajud mohon petunjuk sama Allah agar diberi jalan yang terang. Aku sudah tidak pernah datang ke rumah mertuaku lagi. Setelah pindah rumah, suamiku lebih kacau lagi. Dia jarang pulang ke rumah kami. Dia memilih tinggal dengan orang tuanya. Tiap malam aku terus memohon sama Allah agar ditunjukkan kebenarannya. Suatu hari, suamiku pulang kerumah kami dan dalam keadaan demam yang tinggi. Tubuhnya kelihatan lesu dan panasnya sangat tinggi. Sebagai seorang istri, aku mencoba melayani dia dengan sebaik mungkin. Dari dialah aku dapat kabar kalo adik iparku hamil lagi. Aku bersyukur karena sudah bisa menyimpulkan apa yang terjadi sebenarnya. Dia sakit karena hamil muda, tapi memfitnahku aku yang membuat dia sakit. Walaupun mereka tidak mengakuinya, aku sudah mema’afkannya. Tapi hubunganku sama adik iparku sampai sekarang pun aku tidak mau bertegur sapa. Rasanya begitu sulit untuk melupakan apa yang dia perbuat denganku. Waktu suamiku tinggal sama orang tuanya itu, aku tidak pernah terima uang belanja. Aku mencoba datang ketempat kakakku yang waktu itu tinggal di Tulung

- 155 -


From Zero To Hero Agung. Di sana aku ceritakan apa yang aku alami sambil berurai air mata. Aku Cuma berpesan sama kakakku, apa yang aku alami ini supaya tidak diberitahukan oleh bapakku yang kebetulan ibu sudah berpulang mendahului kami. Lengkapkan kesedihanku. Sudah ditinggal ibu pergi, difitnah saudara ipar, suami yang tidak pulang dan tidak menafkahi kami selama hampir 3 bulan. Semua itu aku terima dengan iklas saja. Yang penting Bapak tidak mengetahui apa yang aku alami. Selama aku tidak diberi uang belanja sama suami, mendapatkan sumbangan beras dari kakak dan dikasih uang sama bulik yang ada di Tulung Agung. Akupun terus terang minta uang sama Bapak dengan alasan buat bayar arisan. Kalo aku ingat akan hal itu, aku senyum sendiri. Suamiku akhirnya pulang kerumah kami lagi. Enak ya dia. Hampir 3 bulan tidak memberiku nafkah, akupun masih mau menerima dia. Akupun tidak menuntut uang belanja yang semestinya dia berikan kepada kami. Aku sujud syukur kepada Allah SWT, karena keluarga kecilku lengkap lagi. Walau kami sangatlah sederhana, kami tidak minta belas kasihan mertua atau saudara dari suamiku. Hidup ini kurasa sangatlah sempurna. Suamiku berangkat kerja aku antar, datangpun aku sambut dengan senyuman. Disamping suamiku kerja, kami mencoba untuk usaha. Kami usaha meremajakan burung puyuh. Rumah kami penuh dengan box yang berisi anakan puyuh. Bahkan sampai kamarkupun dipakai buat anak puyuh itu. Aku dan anakku tidur sekamar dengan anak puyuh. Maklumlah, rumah kami berukuran kecil. Hanya 5 setengah kali 6 meter. Ruang tamu, kamar dan dapur. Ketika panen, ternyata kami rugi. Lalu kami mencoba untuk membesarkan ayam kampung untuk dipetelurkan. Tidak tahu mengapa, suamiku tiap kali mencoba usaha

- 156 -


From Zero To Hero selalu berhenti bila itu merugikan. Bukankah kegagalan awal dari kesuksesan yang tertunda ? Mungkin saja dia ingin untung dan tidak mau memperbaiki lagi. Usaha kami, tinggal kenangan saja. “KU COBA MENGADU NASIB DI LUAR NEGRI� Mengingat suamiku setiap usaha selalu gagal, aku berkeinginan untuk bekerja di luar negeri. Aku mendaftarkan diri sebagai BMI di PTJKI untuk bekerja dengan tujuan Hong Kong. Awalnya harus menjalani berbagai tes ini dan itu. Semuanya berjalan lancar. Aku menjalani pendidikan di PJTKI selama kurang lebih 3 bulan sebelum aku berangkat. Pertama kali tinggal di Hong Kong, banyak pengalaman yang menarik buatku. Aku tidak bisa bahasa, bila ditanya hanya menggeleng atau mengangguk sebagai jawabanku. Karena aku suka anak kecil, aku bertahan walau majikanku cerewet. Bahkan bisa dibilang jahat. Walau belum selesai kontrak, diijinkan pulang kampung. Aku pulang dengan harapan ingin melepas rindu dengan keluarga kecilku. Hasih uangku selama aku kerja, bisa membangun rumahku yang dulunya hanya dengan anyaman bambu menjadi rumah dari batu bata. Anakku bisa nonton TV di rumah sendiri. Aku meminta ijin kepada suami untuk kembali ke Hong Kong untuk periode 2 tahun lagi. Suamku mengijinkan. Ketika aku kembali ke Hong Kong, suamiku mulai ngawur. Dia minta dibelikan mobil pickup yang katanya bisa buat usaha. Ternyata dugaanku benar, mobil itu bukannya untuk usaha, tapi untuk mengangkut hasil panenan mertuaku. Suamiku tidak sadar kalo dia diperalat orang tuanya saja. Lambat laun hubunganku dengan suamiku agak renggang karena hasutan dari

- 157 -


From Zero To Hero mertuaku. Karena mobil yang dibeli adalah mobil bekas, jadi sering rusak. Tiap kali mobil rusak, dia minta aku mengirimkan uang. Memangnya aku ini pabrik uang, jika sewaktu-waktu dia minta uang, harus siap. Aku hanya seorang wanita biasa. Bukan super woman. Pertengkaran lewat telepon sering terjadi diantara kami. Aku hanya bisa pasrah kepada Allah SWT dengan apa yang terjadi. Mobil dijual dan uangnya tidak tahu untuk apa. Dia jarang pulang untuk mengurus anak. Hari-harinya dihabiskan ditempat pelacuran. Dan ternyata dia terpikat oleh seorang pelacur langganannya. Sering suamiku membawa kekasihnya itu pulang ke rumah mertua. Anehnya, mertua tidak melarang, malah menganjurkan untuk meninggalkanku dan hidup dengan wanita tersebut. Lagi-lagi aku mendapat ujian yang sangatlah besar. Tapi alhamdulillah aku bisa melalui ujian itu dengan kesabaran. Suatu ketika, suamiku mengatakan kalo dia mau menikah dengan wanita tersebut. Aku tanggapi dengan mengatakan “Ceraikan aku dulu�. Ternyata dia tidak menceraikan aku, tapi dia sendiri membeli surat cerai palsu. Sampai saat inipun aku belum diceraikannya. Aku pikir nanti saja kalo aku sudah memutuskan untuk pulang selamanya ke Indonesia, akau akan menyelesaikan surat cerai dan hidup sebagai janda. Sedang anakku, aku meminta tolong kepada bapakku untuk mengambilnya. Bagiku harta yang paling berharga adalah anakku itu. Sekolahnya pindah di Blitar. Semua kebutuhannya aku sendiri yang menanggungnya. Semenjak menikah lagi, suamiku sudah tidak mau mengurus anaknya sendiri. Aku sebagai ibunya hanya bisa mencukupi kebutuhannya. Bagiku ini sudah takdir, aku harus bisa menerima kenyataan ini walaupun sepahit empedu. Ya memang watakku periang, walaupun aku

- 158 -


From Zero To Hero sedih tidak ada orang yang tahu. Selama keadaanku yang kacau, hari-hari aku lalui hanya dengan menegak beer bila aku libur. Untung liburku Cuma 2 kali. Uang yang aku miliki, aku buat senang-senang disini. Kalo ada temen pijam uang, pasti aku kasih. Pikiranku waktu itu hanya ingin senang saja. Mengingat mobil dan televisi sudah dijual sama suamiku, akupun jadi tambah berhambur-hamburan di sini. Niatku hanya mencari teman untuk berbagi, walaupun aku keliru memilih teman. Aku sering ditipunya, tapi aku selalu memaafkannya. Cincin dan antingku sering dipakainya. Padahal itu cincin emas 999.9 karat. Tidak dikembalikan, bahkan aku disuruh melunasi utang dia di Hong Kong karena dia dipecat oleh majikannya. Ya, aku tanpa basabasi tiap bulan setor ke bank yang dipinjami uang sama dia. Bagiku persaudaraan lebih penting dari pada uang. Tapi dia keterlaluan sekali, giliran aku yang butuh, malah dianya gak perduli. Aku sangat marah sekali. Aku maki dia habis-habisan. Lalu aku tinggalkan dia begitu saja. Aku mengiklaskan cincin, anting dan uangku . Aku sudah tidak mau menganggap dia sebagai saudara lagi. Sudah suami direbut orang, dirantaupun ditipu orang. Semua itu aku jalani dengan sabar. “KUCOBA MEMBUKA HATIKU� Biasanya, kalau hari libur, aku selalu berada di sebuah restoran Indonesia, tempatku minum beer. Suatu ketika, ada orang pribumi Malaysia yang datang untuk makan di restoran itu. Kamipun berkenalan. Entah apa yang membuat kami sama-sama tertarik, kamipun lamalama menjadi sepasang kekasih. Diapun berniat ingin menikah denganku. Akupun sebenarnya ingin menjadi istrinya. Tapi sayang, dia memintaku untuk ganti agama di passport. Apa mungkin itu semua aku lakukan? Sedang

- 159 -


From Zero To Hero aku benar-benar seorang muslim. Aku undur terus dan tidak kasih jawaban ke dia. Kami berhubungan hampir 3 tahun. Sampailah waktu untuk berpisah dengannya. Bukan kami putus hubungan, tapi karena masa kerja dia sudah habis di Hong Kong sini. Dia pulang ke negaranya sendiri. Tinggalah aku sendiri di sini. Hari-hari aku lalui hanya dengan internet bila aku libur. Bagiku hanyalah ingin mencari hiburan. O Iya, sewaktu aku sama orang Malaysia itu, aku sudah berhenti minum beer. Dialah yang menyadarkan aku. “ANAKKU SAYANG, ANAKKU MALANG� Aku menjalani aktifitasku dengan harapan agar anakku kelak bisa menjadi lebih baik. Tapi, harapan tinggalah impian. Anakku yang duduk dibangku SMP, salah pergaulan. SMP kelas 3 sudah hampir lulus, dia dinyatakan hamil. Aku sebagai ibukya, syok berat. Hancurlah semua angan-anganku untuk menyekolahkan dia sampai ke perguruan tinggi. Putriku satu-satunya membuatku kecewa. Lagi-lagi kesabaranku diuji. Aku pulang untuk menikahkan dia. Bagiku, ini sudah kehendak Allah. Yang terpikir olehku hanya Allah lebih sayang kepadaku. Aku menjadi agak santai walaupun aku juga memikirkan kehidupan anakku. Walaupun dia sudah menikah, kebutuhannyapun masih aku yang nanggung. Tapi aku tidak begitu tegang seperti waktu dia sekolah dulu. Dari hamil sampai melahirkan, aku masih menopangnya. Ya tak mengapa, kan dia hartaku satusatunya yang kumiliki. Aku harus bisa mengarahkan dia. Dia melahirkan seorang putri cantik dan akupun juga turut memberikan nama untuk si kecil. Kami memberinya nama Levina Desvinka Maharani. Vina panggilannya, tapi aku lebih suka memanggil Elvin. Tika setelah melahirkanpun tidak mau meneruskan sekolah,

- 160 -


From Zero To Hero “Malu� katanya. Ya, yang penting aku sudah berusaha dengan sebaik-baiknya. Disaat aku mau cuti pulang, bapakku meninggalkan kami selama-lamanya. Semua itu bertepatan dengan seminggu sebelum kepulanganku. Namanya kehilangan orang yang dicintai memang begitu sulit, tapi aku mencoba untuk ikhlas. Aku berfikir yang positif saja. Biarlah semua ini berlalu. Toh hidup dan mati seseorang itu sudah takdir Illahi Robbi. Jadilah aku pulang dan seminggu kemudian genap setahun Elvin. Dengan mengumpulkan anak-anak kecil, kami merayakan ulang tahun Elvin. Habis masa cutiku, aku balik lagi ke Hong Kong. “AKU MULAI KENAL DENGAN MANDIRI SAHABATKU� Waktu aku lewat Bank Mandiri, aku ketemu dengan seorang sahabat. Dari dialah aku mengetahui adanya program Mandiri Sahabatku. Aku penasaran dengan apa yang dia ceritakan. Setiap aku bertemu dengannya, aku selalu diberikan masukkan oleh sahabatku itu sehingga aku menjadi tertarik mengikuti program dari bank Mandiri tersebut. Aku mulai mengikuti kelas dasar. Kebetulan boss ku mendukungku. Untuk berangkat pagi bagiku tidak ada kendala. Senang sekali aku mengikuti kelas ini. Aku jadi berkenalan dengan banyak temen baru. Yang dulunya hanya sekilas menyapa saja, kemudian bisa akrab. Aku ingat waktu pelajaran terakhir ada lomba. Tapi aku gak terpilih untuk ikut. Diam-diam ada wartawan dari Majalah Mandiri yang wawancara denganku, tapi aku lupa namanya. Aku juga teman ikut shoting tentang Sumirah. Tegang banget rasanya. Tapi setelah liat hasilnya di youtube, aku jadi senyum-senyum sendiri. Sekarang aku mengikuti pembelajaran jarak jauh juga dari Universitas Ciputra. Rasanya bener-bener

- 161 -


From Zero To Hero senang campur tegang. Untung ibu dosenku cocok dengan gurauanku (ternyata beliau juga senang bercanda), aku tidaklah tegang lagi. Harapanku, aku ingin menjadi seorang entrepreneur yang sukses setelah aku pulang nanti. Mengingat tidak mungkin aku selamanya bekerja di sini. Aku ingin membuka usaha nanti. Biar kalo masih ada yang ingin menikahiku, aku sudah punya usaha sendiri. Pokoknya aku ingin jadi wanita karir yang tidak mengandalkan uang dari pemberian suami. Sekiranya cukup sekian dulu cerita dari aku lahir sampai sekarang. Apabila ada kata atau tulisan yang salah, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih sudah mau membaca tulisan tentang riwayat hidupku yang mungkin tidak sama dengan riwayat hidup Anda. NB: O iya, asal mula nama Jujuk aku dapat dari seorang guru olah raga yang mengajarku di kelas 1 dan 3 SMP.

- 162 -


From Zero To Hero

Kisah Istikhanah Semoga perjuangan cinta kami akan menjadi landasan perjuangan kami untuk meraih cita cita masa depan. Saya berasal dari keluarga yang sangat sederhana, boleh dibilang sangat pas pas an.Karena setahu saya dari kecil sampai sekarang hanya ibu saya yang menopang kebutuhan saya dan saudara saudara saya. Itu dikarenakan keadaan ayah saya yang sudah tua.Memang usia ayah dan ibu saya terpaut sangat jauh yaitu 21 tahun. Kami semua berjumlah empat saudara sekandung, 2 saudara tiri (ibu saya istri yang kedua ayah,karena istri ayah yang pertama meninggal). Ibu walau hanya beliau yang menopang segala kebutuhan hidup kami tapi beliau tak pernah mengeluh, dan beliau bertekad menyekolahkan anak-anaknya semampunya. Dari berdagang gula merah sampai usaha warung kecil kecilan dirumah. Dan setiap pagi jualan gorengan,dan makanan kecil. Alhasil kami semua hanya mampu mengenyam pendidikan sampai sekolah menengah pertama (SMP). Hanya adik saya yang bungsu laki laki berhasil tamat STM, itupun karena kami kakak kakaknya sudah lulus dan bekerja ala kadarnya sehingga bisa membantu sedikit meringankan biaya sekolahnya. Yang lebih membanggakan lagi ibu berhasil membiayai kakak tiri saya yang pertama masuk ABRI. Semula saya

- 163 -


From Zero To Hero berharap kakak saya bisa membantu adik adik nya agar bisa meneruskan sekolah, tapi karena tak berselang lama kakak menikah jadi saya kubur harapan itu, apalagi setelah ayah meninggal, kami jadi merasa kakak sudah seperti orang lain. Seperti kebanyakan orang desa pada umumnya setelah lulus sekolah saya bekerja ala kadarnya,apalah gunanya ijazah SMP. Saya bekerja di sebuah toko baju anak anak di daerah Ungaran. Bertahan 3 tahun, setelah itu saya pengen mencari pengalaman baru, saya ikut kursus menjahit. Cukup sampai tingkat dasar saja saya bosan, dan saya mencoba melamar pekerjaan lagi. Kali ini saya bekerja sebagai babby sitter di rumah seorang dokter dikawasan Magelang, dekat Taman Kyai Langgeng. Dipekerjaan ini saya lumayan tambah pengalaman, karena sering diajak keluar daerah. Ini pengalaman pertama saya dalam hidup melihat daerah luar, karena sebelumnya saya memang tidak pernah pergi jauh.Pengalaman yang membawa saya menanamkan angan angan, indahnya dunia luar dan indahnya tempat asing yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Bekerja satu tahun bekerja sebagai baby sitter saya merasa bosan karena tidak ada tantangan lagi, saya keluar dan sementara menganggur dirumah sambil bantu bantu ibu jualan. Setelah beberapa lama dirumah saya mulai lagi mencari peluang pekerjaan,akhirnya saya diterima di toko kelontong di daerah saya. Oleh karena itu saya bekerja pergi pagi pulang sore. Dipekerjaan ini saya lumayan agak lama sekitar 3 tahun, saya juga belajar banyak cara menawarkan dagangan, dari yang cuma sekedar melihat jadi tertarik akhirnya membeli. Saya sangat senang pekerjaan ini, saya juga jadi mengenal banyak pedagang disekeliling toko tempat

- 164 -


From Zero To Hero saya bekerja. Dari toko peralatan muslim, toko peralatan pertanian,toko aksesoris, toko sembako, toko pakaian dan lain lain. Juga mengenal beberapa sales dari berbagai macam dagangan. Sekitar setahun bekerja disini ayah saya meninggal dunia, ini terjadi sekitar tahun 1996 Sepeninggal ayah tak ada yang banyak berubah dikehidupan kami, ini dari segi perekonomian. Kedua kakak tiri saya sudah berkeluarga, bahkan kakak tiri yang pertama sudah hidup mapan,d ia menjadi seorang ABRI juga karena dukungan ibu saya. Hanya beban moral buat ibu saya karena stastus janda dengan empat anak, yang mandiri baru satu, dalam artian sudah menikah yaitu kakak saya. Saya seperti nya sangat dikhawatirkan oleh ibu saya karena di usia saya 22 tahun belum menikah.Sedangkan semua teman sebaya sudah punya momongan. Disaat ibu saya galau pikiran karena memikirkan saya yang masih melajang, datang bibi dari ibu saya yang artinya beliau adalah adik kandung nenek saya. Beliau ini mempunyai tiga orang anak, dua perempuan satu laki laki.Nah yang anak laki laki ini beliau ingin jodohkan dengan saya. Singkat kata akhirnya saya menerima perjodohan itu, waktu itu saya tidak berfikir apa saya mencintainya atau tidak. Yang ada dibenak saya bagaimana saya bisa cepat mandiri agar tidak jadi beban moral ibu yang sudah janda. Akhirnya saya bertunangan dengan anak bibi dari ibu saya, atau berarti dia adalah paman saya.Setelah pertunangan itu keluarga memutuskan tahun depan baru kami menikah, jadilah paman dan saya kembali keaktifitas masing masin. Saya kembali bekerja sebagai pelayan di toko kelontong, paman saya kembali ketempat kerjanya di daerah Tasikmalaya.Sambil sesekali kami komunikasi lewat surat, karena waktu itu kami belum mengenal handphone.

- 165 -


From Zero To Hero Seiring berjalannya waktu, ternyata cinta yang aku kira akan datang karena terbiasa itu tak pernah ada. Semakin lama perasaan semakin hampa, tapi saya tak bisa berkutik banyak, rasa itu hanya mampu kupendam. Hingga pada suatu hari toko tempat saya bekerja didatangi seorang sales baru dari Wonosobo. Baru pertama kali dia menawarkan barang ditoko tempat saya bekerja, dan terjadi transaksi yang biasa saja. Dan setelah itu setiap lima hari sekali tepatnya Pasaran Pon (kalender Jawa) dia rutin datang menawarkan barang. Sikap saya biasa saja, malah lebih terkesan cuek, karena saya menyadari status saya yang sudah tunangan. Mulanya dengan sikap humornya dia mencandai saya dan teman sepekerjaan saya, lama lama dia tanya nama dan alamat rumah. Karena komitmen pertemanan saya tidak keberatan, akhirnya saya menulis alamat rumah saya dibuku kecil yang sudah dia persiapkan. Dan saya mengultimatum untuk tidak datang ke rumah, tanpa kujelaskan alasnnya. Tapi pada suatu sore, saya baru pulang dari bekerja tiba tiba dia datang ke rumah saya, tapi dia tidak sendiri, dia bersama teman kerja saya. Entah kenapa ada rasa yang lain saat itu, saya tidak pernah merasakan ini. Apakah saya mencintainya? Saya takut untuk menjawabnya. Benar ketakutan itu terjadi saat sebelum pamit pulang, dia mengutarakan perasaannya bahwa mulai hari ini saya pengen lebih mengenalmu pengen lebih bangga sama kamu, saya tidak bisa menolaknya. Akhirnya saya menerimanya karena perasaan saya benar suka sama dia. Sepulangnya dia ,ibu saya bertanya siapa cowok itu? Ada perlu apa dia malam malam kesini?. Oh ibu, maafkan aku terpaksa berbohong bahwa cowok itu adalah temen nya temen kerjaku, mereka cuma main kesini. Dan ibu pun percaya karena mereka datang berdua. Amanlah

- 166 -


From Zero To Hero pikirku waktu itu. Hari hari berlalu begitu indahnya, dia yang kocak lucu selalu bikin kita tertawa. Kedatangannya yang setiap 5 hari sekali selalu saya nanti. Suatu hari, Hari Raya Idul Fitri th 1996 kami merencanakan main ke Candi Dieng, dengan syarat saya harus bersama teman kerja saya dan syarat saya disetujui, akhirnya kami berempat saya dan teman kerja dia dan temannya cowok ke Candi Dieng. Saat itu saya benar bahagia bisa bersamanya walau didalam hati ada perasaan tidak nyaman karena status saya yang sudah tunangan. Semakin jauh pula perasaan saya pada paman saya. Dan di suatu sore yang indah dia menjemputku ditempat kerja,dia bilang mau dikenalkan keorang tuanya, duh kok secepat ini, walau tetap berbagai perasaan yang berkecamuk tapi saya tetap menyanggupinya. Saya tidak menyangka kalau mereka juga menyukai saya dan mengharapkan keseriusan saya. Duh apa yang harus saya perbuat? Saya tak punya cukup nyali untuk memberitahukan semua rasa ini keibu dan keluarga saya. Saya terus pendam semuanya,hanya teman kerja saya saja yang mengetahuinya, bagaimana bisa saya benar benar jatuh cinta sama cowok lain sedangkan status saya sudah tunangan. Dan tunangan itu adalah paman saya, apa kata keluarga kalau saya membatalkan pertunanagan itu?. Bagaimana perasaan ibu saya? Sungguh saya dalam dilema,yang saya bisa lakukan hanya berdoa, meminta petunjuk pada Alloh SWT jalan mana yang harus kutempuh. Akhirnya kuambil keputusan untuk membuka tabir yang selama ini saya simpan, karena saya tidak ingin lebih lama lagi menyiksanya dengan menyimpan kebohongan ini. Apapun resikonya akan saya terima asalkan saya sudah bicara terus terang tentang statusku

- 167 -


From Zero To Hero selama ini. Dan kukirim surat untuknya untuk secepatnya menemuiku, dan begitu surat diterima dia langsung meluncur tak peduli waktu yang beranjak malam dan jarak Wonosobo Magelang yang cukup jauh. Pelan pelan kurangkai kalimat ingin segera kusampaikan tapi seperti tersekat ditenggorokan kalimat itu tak kunjung terucap. Kumenangis tak tahu harus bagaimana menyudahi rasa cinta yang benar telah mematri seluruh raga. Dan hanya kalimat”Aku sudah tunanagan”hanya itu yang bisa kuucap,setelah itu semua menjadi gelap aku tak bisa merasakan apa apa. Aku sudah siap jika dia tampar mukaku waktu itu,atau dia tonjok sekalian dengan tanganmu yang berotot, kusiap.Tapi diluar dugaan dia menghela nafas dan bertanya padaku ”Apa kamu mencintainya?”.Oh dunia seperti runtuh karena sedikitpun dia tak marah denganku, langsung saya menjawab “Tidak”.Dia langsung memelukku.Lantas kami menangis bersama. Setelah keadaan agak tenang, dia membuka percakapan ”kumohon malam ini kamu kerumah”. Dia meminta saya menjelaskan yang sebenarnya pada kedua orang tuanya, karena sebenarnya mereka sudah menyetujui jika dia meminang saya. Sepanjang perjalanan kerumahnya kami berdua diam tak ada percakapan apalagi candaan, saya tahu dia sangat kecewa dengan kejujuran yang baru saja terungkap. Salah tingkah saya dibuatnya, berbagai perasaan sedih, berdosa, bersalah, bingung,takut ,was was, marah berkecamuk didalam dada. Saya telah menyakitinya orang yang benar saya cintai dan mencintai saya. Dan setiba dirumahnya segeralah saya katakan kepada kedua orang tuanya keadaan yang sebenarnya dan saya meminta maaf karea telah menutupi status saya. Mereka tidak memarahi saya, dan sekilas kutangkap dari kalimat mereka seperti sangat kasihan kepada saya, dan mereka

- 168 -


From Zero To Hero menasehati saya untuk memutuskan bagaimana baiknya. Dan malam itu mereka juga meminta saya menginap di rumahnya. Sepanjang malam kami hanya menangis, meluapkan rasa yang menyesak, tapi itu tak mampu mengubah keadaan. Akhirya setelah siang menjelang dihari berikutnya saya diantarnya pulang. Beberapa hari berselang dia menemui saya ditempat kerja, dia bilang ada yang mau disampaikan. Dan ternyata dia menyampaikan ide bagaimana kalau kita pergi dari rumah saja,a gar kita bisa bersama. Dia bilang akan membawa saya ke tempat familynya di daerah Banjarnegara. Saya belum menyetujuinya, karena saya langsung kepikiran ibu saya. Tapi setelah semalaman berfikir dan saya percaya dia akan membahagiakan saya dengan caranya, akhirya saya pergi kerumahnya. Pas saya sampai kerumah dia masih ditempat kerja, sorenya pulang kerja dia kaget juga senang waktu melihat saya didepannya. Katanya serasa mimpi, dia memelukku sangat erat seolah sangat takut kalau saya pergi lagi. Sedangkan dirumah saya ibu saya sedang kebingungan karena saya pergi dari rumah, akhirnya ibu saya memberi tahu kakak saya yang ABRI kalau saya pergi dari rumah. Dan mereka langsung memastikan kalau saya pergi ke Wonosobo. Tanpa berfikir panjang kakak saya mengajak salah satu saudara jauh untuk mencari saya. Mereka langsung kerumah pacar saya,tapi tidak ketemu siapa siapa,karena mereka semua kerja, sedang saya pamit pulang mau ambil pakaian. Kakak segera saja menuju tempat kerjanya yang tidak begitu jauh. Langsung kakak saya menemui bos tempatnya kerja, ternyata sesuai dengan profesi sebagai sales dia sedang keliling ke Banjarnegara. Tanpa banyak bertanya kakak saya langsung mencarinya di Banjarnegara, setelah bertemu dan bertanya dimana saya berada kakak saya langsung menghajarnya. Setelah

- 169 -


From Zero To Hero dia babak belur kakak saya langsung pulang setelah sebelumnya mengancam kalau saya tak sampai dirumah kakak akan melaporkannya.Tapi karena dia percaya saya pasti pulang dia bisa meyakinkan kakak saya. Dalam waktu yang bersamaan dilain tempat saya langsung menuju ketempat kakak saya di Salatiga waktu itu, karena dalam pikiran saya, saya mau pulang setelah agak malam agar tidak ketahuan orang rumah. Saya tidak kepikiran kalau kakak saya sudah tahu ,akhirnya kakak ipar perempuan saya bilang �kakakmu sedang mencarimu,lebih baik kamu tunggu dia pulang baru kamu boleh pulang�.Apa boleh buat aku harus menghadapi ini karena keluargaku sudah tahu. Akhirnya saya pulang bersama dengan saudara jauh yang tadi pergi sama kakak saya. Sampai dirumah ibu saya menangis, mengkhawatirkan saya, dan saya bilang saya baik baik saja, tak ada yang kurang suatu apapaun. Waktu terus berlalu sejak peristiwa itu, saya tidak boleh keluar rumah sendiri dan tanggal pernikahan yang telah disepakati hampir tiba. Sedang aku dalam keadaan dipingit diawasi, tak bisa berkutik sedikitpun.Selembar surat dia kirim lewat sahabatku yang juga teman kerjaku, dia mengatakan bahwa dia sudah berbuat semampunya untuk mempertahankanku, kini giliran mu untuk berusaha merebut cinta yang kita miliki. Oh Tuhan apa yang harus saya perbuat? Saya tak bisa menjawab suratnya, saya kehabisan kata,saya tak lagi mampu berfikir. Mungkin karena orangtuanya tidak tega melihat keadaannya yang setiap saat hanya menangisi saya,10 hari menjelang hari pernikahan saya, ayahnya nekat datang kerumah, meminta saya untuk menemuinya sebelum saya menikah, karena dihari pernikahan dia tidak akan datang. Saya katakan alasan ke ayahnya saya tidak bisa pergi, karena saya banyak yang

- 170 -


From Zero To Hero mengawasi, kalau pengen ketemu suruh kerumah saja di jam yang saya tentukan. Esuk harinya benar dia datang, kami berbincang sejenak, dia menangisi saya, dia bilang tak sanggup tanpa saya, sungguh dia tidak ikhlas melepas saya. Saya semakin tak sanggup berkata lagi hanya sesak yang kurasakan. Diluar dugaan kedatangannya sudah tercium aparat desa, tak berselang lama seorang aparat datang dan mengusirnya, lagi lagi saya tak bisa membelanya. Akhirnya dia pergi membawa airmata dan luka hatinya, juga meninggalkan duka bagi saya dan kehilangan yang sangat dalam. Kabar kedatangan ayahnya dan kedatangannya kerumah saya terdengar sampai keluarga paman saya atau calon suami saya. Mereka marah dan memutuskan tidak akan melanjutkan pernikahan paman dengan saya. Tapi mereka menuntut adik saya yang waktu itu baru saja lulus SMP, untuk menggantikan saya menikah dengan paman saya. Dengan alasan mereka tidak sudi menerima saya karena saya sisa orang lain. Mereka menuduh saya telah tidur dengan pacar saya, padahal sumpah sampai malam pertama pernikahan saya masih perawan. Tapi ya sudahlah, toh keputusan ini yang saya harapkan. Disisi lain saya bahagia jalan saya dengan orang yang saya cintai makin nyata, karena saya sudah bebas, tapi disisi lain saya kasihan sama adik dan ibu saya yang ditekan oleh keluarga paman untuk menyetujui kemauan mereka. Tapi lagi lagi saya tak mampu berbuat apa apa, justru semua keluarga menyudutkan saya, memarahi saya, mengatai saya dengan kata kata yang tidak pantas, malah kakak kandung saya sampai menginjak kepala saya. Dan kakak tiri saya yang kedua hampir membunuh saya, kalau saja parangnya tidak direbut ibu saya. 2 hari di rumah setelah keputusan itu,a dikku sanggup menggantikan saya menikah dengan paman sesuai

- 171 -


From Zero To Hero dengan permintaan keluarga paman. Dan ibu bilang sama saya terserah kamu sekarang mau bagaimana, hidupmu ada ditanganmu, cari hidupmu sendiri, cari laki laki yang sanggup menikahimu itu. Dan tanpa pikir panjang saya langsung menghubunginya, walau dijalan saya sempat ragu, akhirnya dia menjemputku di daerah Sapuran.Pertama melihatku dia seolah tak percaya kalau saya dihadapannya,dan saya yakinkan bahwa benar ini saya. Dan saya sampaikan apa yang terjadi malah dia bilang kalau saya mabuk saking tidak percayanya. Saya langsung katakan minta pertanggung jawabannya, dan sore itu juga keluarganya melamar saya, dan sebulan berikutnya kami menikah. Kami hidup sangat bahagia saling mencintai, saling melengkapi. Setahun berikutnya anak kami lahir, makin lengkaplah kebahagiaan kami. Waktu terus berjalan keterbatasan ekonomi tak pernah mempengaruhi kebahagiaan kami, walau kami didera masa krisis yang berkepanjangan kami tetap bahagia. Tapi lama kelamaan kebutuhan semakin meningkat seiring usia anak yang semakin besar sedangkan kami belum mempunyai tempat tinggal. Kebetulan waktu itu temennya pemain keroncong yang datang dari Hongkong datang, dia mencari pekerja buat mengasuh cucunya. Akhirnya setelah dengan berat hati memberi ijin kepada saya, saya berangkat ke Hongkong. Enam tahun saya di Hongkong keluarga majikan menawari suami saya pekerjaan sebagai sopir pribadi, ini juga dikarenakan majikan saya belum merelakan saya pulang. Akhirnya sampai sekarang kami masih sama sama di Hongkong. Banyak yang harus kami syukuri, dengan bekerja di Hongkong kami jadi makin giat belajar, kami ingin setelah pulang nanti punya usaha sendiri dan membuka lapangan pekerjaan bagi tetangga sekitar. Bekerja belajar dan menabung itulah yang kami

- 172 -


From Zero To Hero lakukan sekarang. Semoga perjuangan cinta kami akan menjadi landasan perjuangan kami untuk meraih cita cita masa depan.

- 173 -


From Zero To Hero

Kisah Siti Munawaroh Saya ingin bangkit dari kemiskinan. Saya ingin membantu orang-orang yang sangat miskin di kampung saya. Kisah kehidupan saya berawal dari lahrinya saya ke dunia fana ini, dalam keluarga dengan ekonomi yang jauh dari cukup. Saya anak ke dua dari dua bersaudara. Ketika kakak saya berumur 3 tahun dan usia saya baru 7 bulan, Ayah meninggal dunia. Sepeninggalan Ayah, kehidupan keluarga kami, semakin sulit. Pekerjaan Ibu saya hanya menjual daun pisang ke pasar untuk menghidupi kami berdua. Ibu mencari daun di hutan. Rumah kami hanya gubuk bambu dengan atap anyaman daun kelapa yang kalau hujan, airnya masuk ke rumah dan membuat kami kami kebasahan. Pada siang hari, berbagai jenis binatang unggas seperti Ayam, Bebek keluar masuk rumah kami melewati dinding anyaman bambu yang berlubang. Kami makan seadanya. Yang penting ada nasi untuk dimakan. Kami jarang sekali makan nasi dengan lauk pauk. Lauk pauk kami adalah air minum yang diberi garam dan penyedap rasa (MSG). Saat saya menginjak usia 7 tahun, saya didaftarkan ke Sekolah Dasar (SD). Saya senang sekali bisa bersekolah. Namun, saya juga sedih karena saya berbeda dengan temantaman lain yang mampu beli seragam. Saya ke sekolah tidak menggunakan baju seragam dan tanpa alas kaki. Ibu juga

- 174 -


From Zero To Hero tidak pernah memberikan saya uang jajan. Suatu ketika, Wakil Kepala Sekolah membelikan saya seragam merah putih dan coklat. Saya sangat bahagia menerimanya, karena pada akhirnya saya sama dengan teman-teman lainnya yang menggunakan seragam sekolah. Saat saya duduk di kelas 3 SD, Ibu menikah lagi. Saya turut bergembira dengan pernikahan Ibu, karena saya berharap, dengan memiliki seorang Ayah, mungkin dapat membantu kehidupan kami. Namun, harapan itu tidak menjadi kenyataan. Saya dan Kakak disuruh mengikuti Ayah setelah jam sekolah atau pada hari Mingu untuk mengembala Itik atau Bebek di sawah-swah orang sudah panen. Sikap Ibu mulai berubah menjadi keras kepada kami. Saya dan kakak pernah tidak sekolah selama satu bulan karena mengembala itik. Hal ini menyebabkan kami tidak naik kelas. Semakin lama sikap Ibu dan Ayah tiri sangat keras. Ayah mulai malas bekerja dan setiap hari mengharuskan saya harus mencari rumput untuk makanan sapi yang di rawat Ibu. Saya sering di pukul, di marahi dan tidak boleh bermain seperti temen-temen. Saya hanya diijinkan bermain apabila saya sudah berhasil mencari rumput dan mengumpulkan kayu bakar. Saya ingat suatu kejadian, pada saat saya kelas 6SD. Saya pulang sekolah dengan perut lapar sekali. Setibanya di rumah dan ingin makan, Ibu mengatakan bahwa Ibu belum masak dan menyuruh saya membersihkan dulu kandang sapi jika mau makan. Sedangkan pada saat itu, saya melihat Ayah tiri yang sedang tidur. Setelah selesai membersihkan kandang sapi, nasi juga belum masak. Ayah tiri menyuruh saya mencari rumput dulu sementara menunggu nasi masak, dan baru boleh makan. Saya pergi mencari rumput, tapi saya sudah tidak dapat menahan lapar. Sungguh saya lapar sekali. Saya

- 175 -


From Zero To Hero melihat ada buah papaya di pinggir sungai yang sudah masak, saya mengambilnya. Tetapi, saya terjatuh ketika berusaha mengambil papaya itu dan tangan saya patah. Susah payah saya masih berusaha agar bisa naik ke atas tebing. Untunglah saat kejadian saya bersama teman. Dengan menahan rasa sakit yang tak terkira, saya jatuh pingsan sesampainya di tepi jalan raya. Ketika tersadar, saya sudah berada di rumah. Apa daya orang tua tidak punya uang untuk membawa saya ke dokter, saya hanya dibawa ke dukun pijat dan tangan saya hanya di ikat dengan kulit kayu. Delapan hari kemudian saya tidak tahan merasakan sakit dan bau busuk, saya buka sendiri ikatannya ternyata siku saya sudah membusuk dan amis sekali. Bila saya mau tidur tangan harus di bungkus pupus daun pisang. Pada suatu malam, siku saya yang membusuk itu dimakan kucing. Saya nangis dan berteriak hingga Ibu terbangun. Setelah sembuh, saya kira tangan ini tidak patah tapi gengser (salah posisi). Sampai saat ini tangan saya cacat. Tangan ini lurus, tidak bisa tekuk. Untuk makan atau merawat diri saya sendiri, saya menggunakan tangan kiri. Namun saya bersyukur, saya masih bisa bekerja. Tenaga saya masih normal. Saya tidak pernah malu atau minder pada teman atau orang lain. Ini takdir garis hidup saya. Saya yakin Tuhan punya rencana . Saya lulus SD ketika berumur 13 tahun. Saat itu, Ibu hamil tua dan Ayah tiri pergi pamit kerja ke Bali. Teryata dia kawin lagi. Saya harus banting tulang sendiri mencari biaya persalinan Ibu. Karena Ibu, saya harus kerja keras. Saya jual kayu bakar, jual rumput dan ikut tetangga cari padi di sawah. Setelah Ibu bisa kerja kembali, saya ikut di panti social belajar menjahit selama 6 bulan. Saya tadak bisa melanjutkan sekolah yang lebih baik lagi karena Ibu tidak mampu membiayai. Kakak sudah kerja di Bali.

- 176 -


From Zero To Hero Walaupun orang mengatakan saya cacat, tapi otak dan pikiran saya tidak cacat. Saya mengikuti kelas menjahit selama 6 bulan. Ketika saya kembali ke rumah. Saat itu saya berumur 17 tahun. Saya dinikahkan oleh keluarga saya. Saya pikir setelah punya suami, hidup saya lebih baik tapi ternyata sebaliknya. Hidup saya semakin tersiksa. Suami pemalas. Bahkan ketika saya hamil tuapun saya harus kerja mencari sayur pakis, atau kangkung. Kemudian, Ibu yang menjual kepasar. Dengan perut besar saya membawa sayur. Satu saya jinjing, satu lagi dikepala. Sampai orang bilang “Kamu sudah mau melahirkan, berhentilah kerja nanti kamu melahirkan di kebun”. Tapi saya harus mencari uang untuk persalinan anak saya. Benar yang dikatakan orang. Baru saya lIbur 1 hari langsung melahirkan. Tuhan memberikan kemudahan. Ketika anak saya berumur 1 tahun, suami saya mengalami kecelakaan yang menyebabkan tulang kakinya patah 3. Oh Tuhan, semakin bertambah beban saya. Saya benar-benar menjadi tulang punggung keluarga untuk makan, jajan anak , dan membiaya suami. Sedangkan orang tua kami tak mampu. Oh Tuhan, kuatkan saya. Bantu saya dalam kemudahan rizki. Tetanga semua menyarankan untuk meninggalkan suami saya. Mereka mengatakan “Tinggalkan saja suamimu. Ketia dia sehat, tidak pernah bertanggung jawab sama kamu”. Namun saya menjawab “Bagaimanapun, dia suamiku. Ayah anakku. Ketika sehat dulu, dia sumaiku, sekarang ketika dia sakit, dia masih suamiku”. Mulailah saya harus bekerja lebih keras lagi. Setiap hari bangun jam 4 pagi. Meyiapkan makan untuk suami dan anak. Jam 5 pagi sudah berangkat kerja di perkebunan coklat. Jam 1 siang, ketika orang lain pulang, saya masih harus mencari kayu bakar untuk di jual ke tukang jual

- 177 -


From Zero To Hero nasi. Malam hari, saya mengambil pekerjaan menhati baju. Kegitan ini saya lakukan setiap hari selama empat tahun lamanya. Ketika suami sudah sembuh dan sudah dapat kembali bekerja. Dia mulai main tangan dia. Dia mulai berulah dengan seringnya keluar malam untuk menghamburhamburkan uang. Jika ditegur, dia membalasnya dengan melayangkan tangan ke pipi ini. Saya kecewa. Saya marah pada diri sendiri. Saya malu sama orang tua saya. Dia saya rawat. Keburukannya saya tutupi. Tapi, semua itu tidak bernilai buatnya. Suatu pagi setelah malamnya saya menerima tamparan di pipi dari suami, saya nekat pergi ke suatu PJTKI untuk meminta diproses agar dapat bekerja ke Malaysia. Saya pergi dengan hati kecewa. Namun saya bersyukur. Karena walau saya cacat, saya dapat diterima dengan baik oleh majikan berkebangsaan Cina. Sebagai istri, saya tetap mengirimkan uang gaji yang saya dapatkan kepada suami agar dia dapat membelikan sapi demi masa depan anak. Selama dua tahun, saya terus mengirimkannya uang, tanpa saya ketahui uang itu dipergunakan dia untuk apa. Ketika saya kembali ke Indonesia, sampainya di rumah, saya bertanya kepada suami mengenai Sapi yang harusnya sudah dbeli dan uang yang selama ini saya kirimkan. OH Tuhan. Uang hasil kerja keras saya, habis tampa bekas. Tapi saya tidak marah-marah kepadanya. Karena saya malu jika hal ini diketahui oleh orang tua dan tetangga. Saat itu saya hanya berfikir, mungkin memang itu belum rezekinya saya. Sebenarnya, ketika saya sampai rumah, Ibu menyampaikan bahwa suami saya jarang berada di rumah. Anak saya tidak diurus. Dia sering minumminuman. Mengundang teman-temannya untuk masakmasak di rumah saya dan makan-makan bersama. Tetapi,

- 178 -


From Zero To Hero tetap, saya diam saja. Ketika saya memeriksa keadaan rumah, OH Tuhan, saya menemukan banyak banyak botol kosong di bawah kolong tempat tidur. Bekas rokok Djie Sam Soe memenuhi jendela. Terhitung genap satu bulan saya di rumah setelah kembali dari Malaysia, saya mengalami kejadian yang sangat menyakitkan dan tak akan terlupakan. Malam Jum,at terjadi pertengkaran antara saya dan suami yang membuat suami saya memukuli saya dengan sadisnya. Saya hampir mati ditangannya. Anak saya menangis meminta tolong. Masih terngiang rengekan anak saya dalam tangisnya “Pak …., jangan pukul ibuku”. Suami memeberikan respon yang tidak saya duga “Mati! Biar Mati !”. Untunglah tangisan anak saya didengar oleh pamannya (adik saya) yang akhirnya masuk ke kamar kami dan mencari saya dari suami. Keadaan saya sudah lemas tidak berdaya. Seluruh orang desa datang melihat saya yang berkali kali jatuh pingsan di pangkuan Ibu. Ibu menangis histeris sepanjang malam. Badan ini basah oleh iar mata Ibu. Oh Tuhan, betapa besar dosa saya pada Ibu. Dengan marah Ibu mengancam saya “Jika kamu masih mau kembali ke suamimu, jangan panggil aku ini Ibu. Kalau aku mati, jangan kamu sentuh aku”. Sejak saat itu, setiap hari saya dijaga ketat oleh keluarga. Mereka takut, saya menyiksa diri sendiri. Mereka khawatir saya bunuh diri, karena saya hanya mengurung diri. Mereka tidak mengetahui, dalam kesendirian saya, saya mengadu kepada Allah dalam sholat. Saya mengaji, berdoa, memohon kekuatan iman dan ketabahan menjalani hidup demi masa depan anak, adik dan Ibu. Kemudian, saya mendapatkan keputusan untuk cerai. Saya gagal membina keutuhan rumah tangga. Walau saya mengetahui bahwa korban dari perceraian adalah anak. Kembali saya nekat mendatangi kantor PJTKI.

- 179 -


From Zero To Hero Tujuan kali ini adalah ke Singapura dengan kontrak selama dua tahun. Kali ini saya bersyukur. Dalam dua tahun saya bekerja di Singapura, saya dapat membeli tanah. Tadinya, saya ingi mengumpulkan uang ini untuk biaya operasi tangan agar agar saya bisa makan dengan tangan kanan. Namun saya urungkan niat operasi. Setelah selesai kontrak di Singapura dan kembali ke rumah beberapa waktu. Saya pergi lagi mendaftar ke kantor PJTKI. Kali ini, saya ingin bekerja di Hong Kong untuk mendapatkan uang biaya operasi. Saya bersyukur karena di Hong Kong saya mendapat majikan yang baik. Sekarang saya sudah memasuki kontrak di tahun ketiga. Lagi-lagi saya harus membatalkan niat operasi tangan karena anak dan adik memerlukan biaya untuk sekolah. Saya bersyukur, walau dengan tangan cacat ini, saya bisa membantu adik sekolah yang sekarang sudah duduk di kelas 3 SMA. Sementara anak saya, duduk di kelas 1 SMA. Saya sudah punya rumah. Membelinya dari uang tabungan yang sedikti sedikit saya kumpulkan. Biarlah tangan ini tetap begini. Saya bahagia bisa membahagiakan Ibu, dapat membantu saudara-saudara yang lain dan dapat membantu tetangga yang lebih membutuhkan dari saya. Cita_cita saya ingin buka usaha kecil-kecilan dulu, yaitu di bidang usaha toko baju dan assesoris. Karena saya pandai menjahit dan membuat aneka broch dari manik-manik atau monte-monte. Saya berharap bahwa suatu saat nanti, saya bisa memberikan pekerjaan pada orang-orang sekitar saya. Sekarang saya di Hong Kong dan belajar menjadi pengusaha melalui kelas Mandiri Sahabatku. Saya banyak belajar mengenai cara mencari peluang dan membuat usaha sebagai bekal kelak setelah pulang kampong. Sekarang ini, setiap hari libur, saya memiliki kesibukan mengajar teman-teman menjahit dan membuat broch.

- 180 -


From Zero To Hero Apabila bukan hari libur, kemanapun saya pergi, saya membawa broch hasil karya saya untuk dijual di pasar. Hasilnya lumayan. Saya membuat broch pada siang hari dan menjualnya pada malam hari. Kegiatan berjualan ini merupakan latihan saya sebagai bekal kelak ketika memiliki usaha sendiri. Harapan saya ikut pembelajaran Pengantar Entrepreneurship Retail secara jarak jauh ini karena saya ingin menambah ilmu pengetahuan tentang usaha Online atau bagaimana langkah-langkah memulai usaha secara Online. Saya ingin belajar cara membuat video untuk iklan pemasaran produk, cara memperkenalkan usaha saya secara Online agar lebih mudah di kenal orang secara luas. Karena saya melihat banyak orang berhasil atau sukses dalam usaha Online ini. Mudah-mudahan saya bisa menyerap atau memahami pelajaran-pelajaran yang di ajarkan Bapak dan Ibu dosen. Semoga setelah selesai pembelajaran ini, saya dapat menggunakan komputer dengan baik agar dapat memiliki usaha secara Online dan bisa sukses, terutama juga agar saya tidak bodoh atau dibodohi siapapun. Saya mohon Bapak dan Ibu dosen dengan sabar dan telaten membimbing saya karena keterbatasan dan kekurangan pada diri saya ini. Saya akan berusaha semampu saya. Saya akan berjuang keras untuk masa depan saya dan keluarga. Saya ingin bangkit dari kemiskinan. Saya ingin membantu orang-orang yang sangat miskin di kampung saya. This is history of my life. Semua orang punya masa lalu. Namun tergantung masing-masing orang ingin mengambil jalan yang mana. Apabila kita bersabar, berdo’a dan berusaha tegar, makan kebaikan akan kita dapatkan. Semoga saya dapat mengambil makna dari perjalanan hidup saya sendiri. Semoga kesuksesan dapat

- 181 -


From Zero To Hero saya raih. Semoga saya dapat meninggalkan masa lalu yang suram, seumpama pepatah “Habis gelap terbitlah terang�. Terimakasih Pak karena diizinkannya mengingat masa lalu saya, walau air mata ini mengalir lagi tapi saya merasa lega dan ringan di dada dari pada terpendam.

- 182 -


From Zero To Hero

Kisah Lutfiani Dengan berat hati saya tinggalkan suami dan anak kami yang masih 18 bulan demi cita-cita ingin punya rumah sendiri. Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih atas tugas biografi yang diberikan dan tanpa saya sadari dari sinilah saya berkesempatan mengabadikan kisah perjalan hidup saya. Namun lebih dulu saya igin bercerita sedikit tentang kisah pilu ibu saya sebelum saya dilahirkan 32 tahun yang lalu. Dan saat saya sudah berumur 19 th ibu saya baru bercerita tentang masalalunya saat saya masih dlm kandunganya. Tidak pernah kutahu sebelumnya dibalik senyum manis ibuku ada sayatan luka lama, dalam tatapan sayu ibuku tersimpan berbagai derita dan karena ketabahan serta ketegaran ibuku akhirnya aku bisa menghirup udara dan bisa melihat indahnya dunia Subhannallah....... Ketika seorang suami yang tidak bernyali,calon ayah dari janin yang masih dua bulan dalam perut ibuku ,menghujat ibu dengan berbagai tuduhan serta memaksa ibu untuk menggugurkan kandunganya, namun ibu bersikeras menjawab : “SAYA TIDAK AKAN MENGGUGURKANYA !....tidak mengapa jika calon ayah tidak mau mengakuinya, karena ibu menikah atas kehendak orang tua ibu minta dipulangkan kerumah orang tuanya.Mulai saat itu ibuku melalui hari dengan derita yang menyayat jiwa, dia dikurung bagai narapidana,

- 183 -


From Zero To Hero dia dikunci dalam kamar dan tidak boleh kemana mana ,sampai tiga bulan akhirnya ibu bisa melepaskan diri, lari pulang kerumah orang tuanya.Dengan deraian airmata tanpa lelah melafazkan do’a memohon keselamatan dan kedamaian jiwa. Allah maha tahu segalanya dan akan selalu bersama kita ,sambil meraba perutnya Saya tidak akan menggugurkan bayi yang tidak berdosa !”. Mulai detik itu, kau lalui hari-harimu seumpama dalam penjara. Dikurung, dibelenggu, dikunci dalam kamar bagai seorang narapidana. Dengan deraian air mata dan tanpa lelah komat kamit melafazkan do’a memohon keselamatan dan kedamaian jiwa. Kau yakin Allah maha tahu segalanya dan akan selalu bersamamu, menjagamu selamanya. Rupanya do’amu dijawab olehNya. Kau mendapatkan cara untuk melarikan diri lepas dari cengkraman lelaki yang bergelar suami namun berhati iblis. Tujuh bulan dalam penantian. Dalam kegelisahan, dalam keterpurukan, cemas bercampur dengan kegembiraan, seraya meraba perutmu yang kian membesar kau membisikan kata “Jangan takut sayang, walaupun ayah tidak mendampingi kita, namun Ibu akan slalu ada. Menyayangimu, menjagamu dan akan membesarkanmu. Lagi pula masih ada Nenek dan Kakek, juga masih banyak lagi orang-orang yang akan menyayangi kita”. Detik – detik yang dinanti itu akhirnya tiba. Pada hari Kamis, hari pertama bulan Mei 1981, telah lahir dengan selamat seorang bayi perempuan dengan berat 3,1 kg. Dia adalah saya. Saat itulah untuk pertama kalinya saya membuka mata melihat dunia. ‘’Terimakasih Mama. Saya tidak akan pernah mampu membayar setiap jasa dan pengorbananmu. Saya akan selalu menyayangimu sepanjang hayat. Saya akan belajar dan terus berusaha untuk menjadi insan yang berbakti pada orang tua, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Panjatkan selalu do’a

- 184 -


From Zero To Hero untuku. Ridhomu akan selalu menberikan ketentraman buatku. Semoga pengorbananmu tidak sia-sia.� Bayi perempuan itu diberi nama Lutfiani binti Sukoyo. Menurut orang tua, nama Lutfiani berarti kelembutan hatiku atau berlembut hatilah padsaya. Sejak lahir, saya dibesarkan Ibu dirumah Nenek dan Kakek. Tepatnya di Desa Mandesan, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar. Ketika saya sudah berumur 4 tahun, Ayah saya datang kembali meminta maaf, bertobat, dan memohon untuk kembali kembali bersama kami. Akhirnya atas beberapa saran dan pertimbangan, Ibu menerima permintaanya. Kini saya memiliki 2 adik perempuan dan 1 adik lelaki . Saya tidak begitu ingat saat-saat itu secara detail, hanya sekilas dan beberapa peristiwa saja yang saya mampu mengingatnya. Ketika saya diajak jalan-jalan bersama Ibu dan Ayah, saya gembira sekali. Saat saya belum mempunyai adik. Dan banyak lagi kisah menarik lainnya yang tidak dapat saya ceritakan disini. Karena ayah saya anak tunggal, jadi ibu harus ikut ayah untuk tinggal bersama orang tuanya. Setiap akhir pekan, Nenek dan Kakek dari pihak ibu selalu datang menjemput saya untuk dibawa pulang kerumah mereka. Saya adalah cucu pertama dari pihak Ibu juga Ayah. Tak heran kalau saya selalu jadi rebutan. Maklum, cucu kesayangan satu-satunya saat itu. Bahagia sekali karena selalu dikelilingi orang-orang yang sangat menyayangi saya. Kadang sempat saya terpikirkan “Kira-kira mereka itu sayang pada saya atau hanya kasihan atas saat saya dilahirkan? Karena saya selalu jadi rebutan antara Nenek dan orang tua sendiri, akhirnya Nenek meminta untuk membawa saya tinggal bersama mereka lagi. Walaupun mulai saat itu saya tidak tinggal bersama ibu, namun tiap beberapa minggu atau sekurang-kurangnya sebulan sekali, Ibu datang menjenguk. Saya tahu dan dapat

- 185 -


From Zero To Hero merasakan Ibu akan selalu menyayangi. Kasihnya tak terhingga sepanjang masa. Tapi lain cerita dengan Ayah. semenjak saya mengetahui peristiwa pahit yang harus dilalui Ibu saat mengandung dan melahirkan saya, saya jadi tidak suka padanya. Kedekatan saya dengan Ayah tidak seperti saat masa kecil dulu. Saya jadi teringat sebuah lagu (entah siapa komposernya?) yang diajarkan oleh Nenek ketika saya masih kecil dan belum sekolah TK. Kami selalu menyanyikan lagu ini bersama. Kasih ibu, Kepada beta Tak terhingga sepanjang masa Hanya memberi, Tak harap kembali Bagaikan surya menyinari dunia Waktu itu mungkin saya baru berumur sekitar 4-5 tahun, dan baru memasuki masuk sekolah TK. Saya coba ingat kembali. Sepertinya tahun 1985 – 1987. Dua tahun pertama sekolah di TK PERTIWI. Saya masih ingat saat pertama kalinya masuk sekolah, saya mengenakan gaun renda–renda yang dibuat dan dijahit tangan oleh ibu. Bahagia sekali waktu itu. Sekolah TK banyak bernyanyi, banyak teman bermain, dan tidak ada pekerjaan rumah (PR). Tapi, biarpun enak belajar di sekolah TK, saya tidak mau selamanya sekolah disitu. Dua tahun kemudian, ditahun 1987-1993 saya duduk sekolah dasar MI AL-HUDA. Lokasinya di Dsn. Jeruk, Ds. Mandesan,yang tidak begitu jauh dari rumah nenek. Alhamdulillah saya termasuk anak yang cerdas. Mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, selalu jadi juara kelas. Mendapatkan rangking antara 1, atau 2 atau 3. Saya ingat, saingan saya di sekolah untuk mengejar prestasi adalah Sohibul Burhan dan Lailatul Badriyah. Kami tetap

- 186 -


From Zero To Hero menjadi kawan baik hingga saat ini. Waktu kelas 5 SD, wali kelas dan kepala sekolah sering memilih saya untuk mewakili sekolah dalam mengikuti beberapa perlombaan. Diantaranya adalah lomba Kaligrafi dan Pidato (Public Speaking). Karena keramahan, kesopanan dan pandai bergaul, teman – teman dan orang-orang sekitar selalu menyukai saya. Meskipun waktu itu saya masih agak canggung dan malumalu. Setelah lulus dari MI AL-HUDA pada tahun 1993, saya melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di MTsN.JABUNG Filial di SELOPURO. Tanpa terasa waktu berputar. Umur bertambah. Suasanapun telah berubah dari masa anak-anak ke masa remaja atau yang biasa kita sebut dengan ABG alias Anak Baru Gedhe. Semakin banyak teman, bertambah pula saingan. Biarpun prestasi tidak secerah waktu di Sekolah Dasar namun setidak tidaknya masih masuk kategori dalam lingkaran 10 besar. Saya aktif di kegiatan Extra kulikuler, seperti pramuka atau PMR. Bahkan sering ikut penjelajahan dan perlombaan antar regu se-Kab.BLITAR. Selain mengikuti perlombaan antar sekolah,s aya ikut juga dalam perlombaan yang diadakan oleh organisasi luar sekolah seperti IPNU / IPPNU (Ikatan Putra Putri Nahdhatul ulama ) dan Karang taruna. Namun sayang beribu sayang angan angan ,harapan & cita cita saya harus kandas sampai disini karena waktu saya masih duduk dikelas satu MTsN ibu dan ayah akhirnya berpisah dan cerai. Ibu pulang lagi kerumah nenek yang mengasuh saya dari kecil dan membawa serta ketiga adik saya yang saat itu masih berumur 8,5,3 tahun. Karena kasihan melihat ibu pontang panting kerja buruh tani disawah demi membiayai hidup dan membesarkan anak, kebutuhan perekonomian nenek juga makin susah karena jumlah anggota kluarga bertambah sedangkan

- 187 -


From Zero To Hero nenek cuma buka toko kelontong untuk mata pencarian ,karena tidak mampu lagi membiayai akhirnya saya tidak bisa melanjutkan sekolah apalagi masih ada tiga adik saya yang harus disekolahkan. Setelah lulus dari MTsN saya sempat dipilih oleh organisasi di IPPNU untuk membantu mengajar di TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) kurang lebih selama empat bulan. Kemudian saya dibawa ke Tulung Agung ikut budhe dan belajar bekerja dikonfeksi pakaian miliknya. Memulai belajar sekolah kehidupan selama delapan bulan. Kemudian, pada tanggal 27 juli 1997, ketika usia saya baru menginjak 17 tahun, saya dinikahkan dengan kekasih hati. Hingga saat ini, jika teringat peristiwa tersebut, jadi ingin tertawa dan mal sekali rasanya. Kecilkecil sudah jadi penganten. Saya tidak menyesal ataupun merasa kecewa menikah di usia mudah, karena saya memang mencintainya . Rumah tangga kami berjalan baik–baik saja selama satu setengah tahun. Sampai pada suatu malam, pada hari ke-2 perayaan Idul Fitri, bertepatan tanggal 22 januari 1999 saya melahirkan anak perempuan pertama dan dialah anakku satu-satunya yang kami beri nama Hikmawati Fitrian. Kebahagiaan ini ternyata hanya seketika. Rupanya, indahnya angan angan dan harapan tidaklah seperti kenyataan. Bahtera cinta kami dihempas ombak dan gelombang hingga akhirnya karam dilautan yang Bergelora. Hilang dan lenyaplah sudah harapan serta impian. Kepergianku karena terpaksa demi hidup yang lebih sempurna. Dengan berat hati saya tinggalkan suami dan anak kami yang masih 18 bulan demi cita-cita ingin punya rumah sendiri. Untuk pertama kalinya saya tinggalkan orangorang tersayang dan tanah kelahiranku. Untuk pertama kalinya juga saya menginjakkan kaki di negeri orang. Saat itu usia saya baru di awal 20 tahun.

- 188 -


From Zero To Hero Malaysia, disinilah kisah perjalanan hidupku untuk menjadi dewasa bermula. Menggadaikan pengorbanan demi menggantungkan sebuah harapan. Namun juga awal dari kehancuran rumah tangga yang telah dibina tiga tahun lamanya. Masih teringat waktu sebelum saya berangkat merantau ke negeri seberang. Tepatnya pada tanggal 23 November 2000. Itulah saat terakhir kalinya saya memeluk dan menatap suami tercinta, seraya saling berpesan “Hati-hati. Jaga diri dan buah hati kita baik-baik, Sayang. Pegang teguh janji. Jaga kesetiaan dan cinta kita. Saya akan sangat merindukanmu. Sampai ketemu 2 tahun lagi, Sayang�. Tak pernah terbayangkan. Belum lagi genap 2 tahun saya bekerja di Malaysia, suami telah hilang tak karuan rimbanya. Tanpa kabar dan berita. Tak jelas dimana keberadaanya. Hingga saya putuskan untuk mengajukan gugatan cerai pada tahun 2004. Saya terus bekerja di perantauan. Sebut saja di Malaysia, Singapura dan Hong Kong. Merantau dari 2000 hingga sekarang, dan entah sampai kapan ?. Tanpa lelah kuterus berlari menyambut hari, mulai 6 tahun di Malaysia, 2 tahun di Singapore dan 4 setengah tahun sudah saya di Negeri Beton ini hingga akhirnya saya bisa bertemu sahabat Mandiri dan UCEC. Melangkahkan kaki diatas bumi ini sambil sesekali berrharap “Semoga suatu hari nanti, kau akan kembali. Dimanakah kau kini wahai pujaan hati? Tidakah kau merasakan saya dan anakmu merindukanmu? Mengharapkan kehadiranmu�. Hampir 13 tahun sudah kita tidak pernah bertemu. Buah hati kita, kini menginjak remaja. Pada tanggal 22 Januari 2013, usia dia akan genap 14 tahun. Betapapun berat perjuangan dalam menempuh perjalanan dalam kehidupan ini, saya yakin Tuhan punya rencana yang indah buat saya, suatu saat nanti. Onak dan duri menjadi campuk semangat. Tanpa mengenal lelah

- 189 -


From Zero To Hero dan tanpa mengenal usia. Saya akan belajar dan terus belajar memperbaiki diri agar menjadi manusia diatas rata-rata, tegar, tangguh, mandiri serta bijaksana. Terimakasih Tuhan atas segala rahmat, hidayah-Mu. Siapapun saya saat ini, saya bersyukur selalu dikelilingi orang-orang yang baik hati. Dengan perantara mereka Engkau menjaga dan membimbing saya. Kau tunjukan arah kemana saya harus melangkah. Terimakasih Tuhan. Satu persatu Kau jawab setiap do’a. Kuserahkan jiwa raga. Hidup dan mati untuk mengabdi dijalan mencari ridha-Mu. Isi hati ini dengan kelembutan dan kasih sayang. Agar saya bisa merasakan penderitaan sesame. Jadikan saya sebagai insan yang selalu dicari, dibutuhkan, menggembirakan dan hadirkan saya untuk dapat menghibur setiap orang. “Ya Rabb yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, jaga dan kasihi ibu selalu, sebagaimana dia mengasihi dan menjaga saya mulai saat saya masih dalam kandungan hingga sekarang. Tolong saya untuk selalu bisa senantiasa berbakti, menghormati,mengasihi dan membahagiakannya.” “Terimakasih ibu,,,atas jasa dan perjuanganmu saya ada di dunia ini. Bunda oh bunda, kini saya telah dewasa. Di jaman yang serba ada. Di era modern serta canggih segalanya. Saya kan senantiasa membuatmu tersenyum bahagia “. Tidak lupa saya ucapkan ribuan terimakasih kepada bapak dan ibu dosen UCDE dan UCEC atas kerja kerasnya memberi bimbingan , pengarahan agar kami bisa menyongsong hari depan yang lebih cerah. Di UCDE inilah saya menggantungkan beribu harapan untuk mewujudkan cita-cita dan meraih impian. Jika Tuhan masih memberikan umur panjang, akan saya abdikan diri untuk beremansipasi kepada sesame. Membantu anak – anak yang mungkin mempunyai nasib serupa dengan saya. Membantu mendidik, memberi semangat membentuk pikiran mereka untuk menjemput masa depan.

- 190 -


From Zero To Hero Yakinlah kawan, dalam penderitaan ini kita tidak sendiri. Mungkin masih banyak lagi orang-orang yang lebih menderita dari kita. Bersyukurlah dan berfikirlah. Manfaatkan waktu dan peluang yang ada untuk sesuatu yang lebih bergun. Untuk merubah masa depan kita. Jemputlah rizkimu, sambutlah kesuksesanmu. Dibalik penderitaan pasti ada kebahagiaan. “If through sadness you can fix the future then do it !! But being sad doesn’t fix the future.�

- 191 -


From Zero To Hero

Kisah Sri Wahyuti Cita-citakuku ingin memiliki bisnis usaha sendiri dalam bidang kuliner. Bisa sukses memberikan lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan. Aku anak bungsu dari 5 bersaudara. Ibuku seorang pedagang dan ayahku sehari-hari bekerja memotong bambu. Meskipun aku merupakan anak bungsu yang terkadang lebih identik dengan dimanja namun itu tak berlaku untukku. Sejak aku mulai masuk kelas 1 Sekolah Dasar, Ibu sudah mulai mendididikku untuk bisa mandiri. Mulai dari menyapu, mencuci bajuku sendiri, mencuci piring dan menyiapkan perlengkapan sekolah. Padahal usiaku saat itu baru 5 tahun, yang seharusnya aku sekolah di Taman Kanak Kanak (TK) dulu. Tapi, karena orang tuaku tidak ada biaya dan aku sendiri sudah tak sabar ingin cepat sekolah, maka ibu mengambil keputusan untuk memasukkan Sekolah Dasar. Kebetulan sekolahnya dekat dari rumah dan dapat ditempuh dengan hanya berjalan kaki. Hari pertama masuk kelas sangat menakutkan bagiku karena melihat teman-temanku yang lain sudah pandai bernyanyi banyak lagu, berhitung dan menulis. Ssedangkan aku masih bisa berhitung sampai sepuluh dan lagu andalanku hanya Garuda Pancasila. Aku tetap merasa optimis dan semangat sekolah meskipun berulang kali aku mendapatkan nilai nol. Guruku selalu menghibur: “Nanti kalau sudah sampai rumah, telurnya di goreng ya�. Aku juga

- 192 -


From Zero To Hero ketakutan setiap kali mendapatkan nilai nol. Aku juga sempat aku merasa sedih setiap kali mendapatkan tugas sekolah. Aku harus berjuang sendiri mengerjakan. Aku seperti merasa tertekan setiap kali aku merasa tak bisa mengerjakan tugas sekolah. Orang tuaku sangat sibuk dengan urusan mencari nafkah untuk ekonomi keluarga. Semua kakakku sudah merantau, bahwa ada yang sudah berkeluarga. Hanya satu kakak yang tinggal dirumah, tetapi tidak dapat dimintai tolong karena dia menderita gagar otak permanen. Dalam hati aku berkata bahwa aku harus bisa dan mampu mengatasi kesulitanku,setiap aku melihat orangtuaku pulang aku membayangkan betapa capeknya mereka mencari uang dan betapa bangganya mereka jika aku pintar,aku berusaha memotivasi menghibur diri sendiri agar tetap semangat belajar,bersyukur nilaiku semakin membaik dan selalu naik kelas. Semangatku mulai goyah ketika menginjak kelas 4 SD. Ayah mulai sakit keras namun tetap memaksa untuk bekerja. Karena keterbatasan ekonomi keluarga, kami tidak mampu mambawa Ayah untuk berobat ke rumah sakit dan lebih mementingkan biaya sekolahku. Setahun kemudian Ayah meninggal. Sungguh berat aku menjalani hari-hari setelah kepergian Ayah. Aku kehilangan semangat seperti belum siap ditinggalkan. Namun aku berusaha untuk tegar dan ikhlas seberat apapun rasa kehilangan dan sedihku. Aku harus bangkit dan tetap sekolah. Aku meminta ibu untuk mengajariku mencari uang dengan berjualan nasi bungkus dan mangga sambil sekolah. Perasaan malu pun aku tepis demi pendidikan dan aku ingin bisa sampai lulus SD. Setelah lulus SD, aku memutuskan untuk berhenti tidak melanjutkan SLTPN karena tak ada biaya. Padahal

- 193 -


From Zero To Hero saat itu ada salah satu guru yang ingin menyekolahkanku. Namun aku tidak tega meninggalkan ibu mencari nafkah sendiri. Keinginanku untuk bisa mencari uang sendiri lebih tinggi dibandingkan sekolah. Dalam hati berkata aku ingin secepatnya bisa sukses. Aku langsung menyusul kakak yang bekerja di Madiun. Aku diberi tugas menyapu dan mengepel. Meskipun aku sudah terbiasa bekerja kasar, namun baru pertama kalinya aku melakukan pekerjaan yang namanya mengepel lantai luas dengan tangan. Ternyata sangat melelahkan. Jika malam hari tiba, aku merenung. Ingin bilang tidak betah, tapi tidak berani. Hanya berkata dalam hati ‘’Seandainya aku bisa melanjutkan sekolah, pasti aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik’’. Bertahan selama tiga hari, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Selang beberapa hari aku tiba dirumah, salah seorang dari guruku SD menyarankan aku untuk melanjutkan sekolah SLTPT yang tidak dipungut biaya buku dan biaya bulanan.. Waktu belajarnya adalah Siang sampai Sore. Paginya aku gunakan untuk mencari pekerjaan sebagai tukang cuci piring atau memasak diwarung pasar. Akhrinya, aku bisa sekolah sambil mencari uang. Walaupun lelah, namun sangat bahagia bisa mencari uang hasil keringat sendiri. Kesulitanku belum berakhir begitu saja. Memasuki kelas 3, pihak sekolah mengeluarkan peraturan baru untuk menggabungkan masuk SLTPN, yang artinya harus membayar dan aku tidak bisa bekerja lagi. Aku berhenti bekerja di warung dan mencari pekerjaan lain dengan mengasuh anak tetangga sepulang sekolah hingga pagi hari. Secapek apapun, motto hidupku adalah “Aku harus tetap bisa sekolah sampai lulus”. Lulus SLTP tahun 2002, aku sangat ingin bisa sekolah SMA . Namun aku sudah tak sanggup untuk melihat ibuku

- 194 -


From Zero To Hero banting tulang sendiri mencari nafkah. Terpaksa kutepis impianku. Aku langsung bekerja dengan mengasuh dua anak selama satu tahun setengah. Kemudian berangkat ke salah satu PJTKI di Surabaya untk mendaftar dan proses berangkat kerja ke Hong Kong. Tahun 2005 aku tiba di Hong Kong. Itulan pertama kalinya aku menginjak luar negeri, di usiaku yang belum genap 18 tahun. Aku mendapatkan pekerjaan serta tanggung jawab untuk dua rumah. Aku bekerja selama 4 tahun dengan majikan yang sama. Walaupn majikanku baik, tapi untuk mendapatkan libur aku tidak bebas. Mereka lebih senang jika aku tidak libur. Setelah menyelesaikan kontrak 4 tahun, aku mengambil cuti untuk pulang. Kemudian aku kembali ke Hong Kong dan pindah majikan baru yang masih teman kantor majikanku dulu. Bersyukur aku kerja satu rumah dan diberi libur penuh. Inilah titik terangku. Setiap libur aku gunakan mencari info les bahasa kantonis, komputer, ketrampilan lain dan bahkan aku bisa melanjutkan sekolah paket C di Hong Kong.Aku sangat bersyukur majikanku begitu mendukung selama aku melakukan kegiatan yang bermanfaat dan positif. Mimpi dan harapanku Sejak mengikuti training dari Bank Mandiri bersama UCEC setahun lalu hingga bulan Mei kemarin, aku saya seperti terbangun dari tidur yang panjang. Training tersebut membuka mindsetku untuk lebih memikirkan masa depan dan bertambah banyak wawasan serta keyakinan untuk mewujudkan impian. Harapan mengikuti pembelajaran jarak jauh Ritel adalah ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya yang bisa dikembangkan nantinya setelah pulang. Aku ingin supaya lebih mengerti bagaimana menjalankan berbagai

- 195 -


From Zero To Hero usaha dengan cara dan langkah yang benar.Aku juga ingin agar mental lebih siap ketika benar-benar terjun menjalankan usaha atau bisnis sendiri. Cita-citakuku ingin memiliki bisnis usaha sendiri dalam bidang kuliner. Bisa sukses memberikan lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan. Semoga terkabulkan dan sukses. Ucapan terimakasih kepada Bank Mandiri, para dosen dari UCEC, yaitu Pak Antonius Tanan, Bapak Agung Waluyo, Bapak Dharma Kusuma, dan Mbak Rima. Terimaksih atas ilmu-ilmu yang diberikan. Terima kasih juga pada para dosen PER BATCH 2, yaitu Bapak Nur Agustinus, Ibu Poedji Tan, dan Pak Tedi Saputra. Terimakasih atas kesempatan dan ilmu-ilmu yang sudah dan akan ditularkan .

- 196 -


From Zero To Hero

Kisah Paramita Dwi Atmini Saya berharap bisa kembali membangun usaha setelah melewati banyak kegagalan karena kurang nya pemahaman

Saya di lahirkan dari keluarga yang biasa saja. Ayah saya hanya pekerja di kelurahan, dan Ibu saya hanya Ibu rumah tangga. Saya punya 4 kakak perempuan dan 1 kakak laki-laki. Sepulang kerja, biasanya Ayah dan Ibu pergi ke sawah. Mereka membajak tanah untuk di Tanami padi dan sayur-mayur. Lima orang kakak saya sudah sekolah semua ketiak usia saya masih kecil. Hal ini membuat Ayah dan Ibu harus bekerja keras untuk biaya sekolah mereka. Ketika saya berusia lima tahun, Ayah sakit, kemudian meninggal dunia. Saat itulah saya merasa hidup kami terombang-ambing. Kakak yang pertama belum lulus sekolah kebidanan, sementara keempat kakak yang lain masih sekolah di SMP dan SD. Sejak itulah, Ibu bekerja lebih keras untuk membiayai sekolah. Dari kecil saya sudah terbiasa hidup mandiri. Berbeda dengan anak-anak lain yang berusia sebaya. Dimana mereka dapat bermanja atau minta mainan dan baju baru. Saya lebih sering ikut Ibu ke sawah. Kami berangkat pagi dan pulang sore. Saya memang - 197 -


From Zero To Hero tidak sekolah TK seperti anak-anak orang lain, karena saya sudah kasihan lihat Ibu berjuang untuk membiayai sekolah kakak. Para kakaklah yang mengajari saya bagaimana menulis dan menggambar. Jadi ketika umur sudah cukup masuk SD, saya dapat mengikuti pelajaran dengan baik sebagaimana teman-teman lainnya. Sejak sudah masuk SD, saya harus belajar lebih mandiri. Saya mencuci baju sendiri dan belajar masak dengan kakak. Sedangkan Ibu, sehari-harinya bekerja di sawah. Meskipun terkadang saya merindukan sosok seorang Ayah. Seandainya Ayah masih ada, tentu semua kakak saya bisa neruskan sekolan, dan Ibu tidak harus kerja sendirian. Beruntung ketika sekolah di SMP saya mendapatkan beasiswa. Namun, saya memutuskan untuk bersekolah hingga kelas 2 SMA karena saya tidak tega melihat beban Ibu yang semakin lama semakin terlihat berat di usianya yang semakin senja. sedangkan semua kakak saya sudah menikah, sehingga mereka lebih mementingkan keluarganya. Sebenarnya Ibu tidak ingin saya berhenti sekolah dan milih bekerja, tetapi saya nekat karena saya ingin mengurangi beban Ibu dan saya ingin dapat menyenangkan hatinya. Saya melamar kerja dan diterima di sebuah pabrik untuk Operator, kemudian Dopper dan terakhir menjadi kepala Dopper. Pada tahun 1999, saya memilih keluar dari pekerjaan sebagai kepala Dopper dan pergi ke Singapura untuk jadi TKI. Walaupun Ibu melarang, tapi itu sudah pilihan saya. Akhirnya Ibu melepaskan kepergian saya. Saya kembali pulang ke rumah setelah bekerja selama dua tahun di Singapura. Tanpa saya tahu dan - 198 -


From Zero To Hero tidak juga saya duga, dari kejauhan saya melihat di rumah kakak yang bersebelahan dengan rumah Ibu, dipenuhi banyak orang. Ketika saya sampai di depan rumah kakak, ada yang mengatakan bahwa saat ini sedang ada acara selamatan tujuh hari meninggalnya kakak nomor dua. Bumi bagaikan berputar. Saya langsung jatuh pingsan. Ketika siuman, di depan saya sudah banyak orang. Saya harus merelakan meninggalnya kakak nomor dua karena pendarahan. Karena tidak kerasan di rumah, satu bulan terasa bagai satu tahun. Iseng-iseng, saya ikut tante yang merantau di Kalimantan Barat karena di sana juga ada pacar saya yang sedang bertugas menjadi Brimob. Saya diterima bekerja di Mitra Anda, sebuah Swalayan yang ada di sana. Tetapi, saya hanya mampu bertahan kerja dan tinggal di sana selama delapan bulan. Awalnta saya piker, dengan pindah ke sana bisa dekat dengan pacar dan bisa saling berusaha memahami satu sama lain. Tapi nyatanya, yang terjadi, justru sebaliknya. Pacara saya sering di tugaskan ke luar daerah dan kami jarang ketemu. Karena merasa tidak sanggup untuk menjadi seorang istri bersuamikan anggota ABRI, saya putuskan untuk pulang ke rumah. Sesampaikanya di rumah, keluarga pacar saya datang melamar. Tapi, lamaran itu saya tolak karena saya tidan sanggung menjadi seorang istri tentara. Saya meneriman cacian dan makian dari keluarga pacar. Namun itu pilihan yang harus saya terima. Kembali saya bekerja di pabrik yang dulu selama satu tahun. Saya berhenti kerja di pabrik karena Ibu ingin menjodohkan saya dengan seorang Insiyur Pembangunan. Saya menolak dijodohkan. - 199 -


From Zero To Hero Saya pergi dari rumah, mengikuti tante merantau ke Lombok-Mataram. Bersama tante, saya belajar jualan pakaian. Selama satu tahun tinggal di Mataram, saya mengenal seorang laki-laki yang bekerja di sebagai loper bahan bangunan. Dia berasal satu daerah dengan saya, dari pulau Jawa Setelah berpacaran selama enam bulan dan merasa cocok, kami menikah. Setelah satu bulan menikah, saya memiliki rencana untuk bekerja di Hong Kong, dan suami bekerja di Taiwan. Sayangnya, suami tidak diijinkan pergi oleh orang tuanyadan saya tetap pergi ke Hog Kong. Saya tetap pergi ke Hong Kong dan suami kembali meneruskan pekerjaannya menjadi loper bahan bangunan. Pekerjaannya lumayan bagus sudah banyak langganan. Namun karena persaingan semakin ketat dan ada saja kendala yang ditemui (seperti sebuah agen yang menjual barang di bawah harga standart) membuat usaha suami turun drastic. Saya kembali pulang ke tanah air setelah dua tahun bekerja di Hong Kong. Saya menyusul suami ke Mataram. Saya melihat usaha suami yang semakin hari semakin tidak memungkinkan. Akhirnya saya memutuskan mengajak suami pulang ke Jawa. Suami memulai usaha baru dengan berjualan alatalat dapur di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dia memulai mencari langganan di pasar-pasar yang mau di loper barang. Setelah punya anak, saya memutuskan untuk kembali bekerja di Hong Kong. Sebenarnya suami tidak mengizinkan, tapi saya memohon kepada suami dengan tujuan agar kelak kami memiliki modal untuk usaha sendiri. Akhirnya suami mengizinkan juga. - 200 -


From Zero To Hero Kembali saya bekerja di Hong Kong dengan penghasilan yang saya tabung sebagai modal usaha kelak ketika kembali ke Tanah Air. Kali ini, selama di Hong Kong, saya mengikuti Kelas Dasar Mandiri Sahabatku dan Internet Banking. Bahkan, saya juga sudah terdaftar di kelas pembelajaran jarak jauh. Saya memiliki harapan bahwa ilmu yang saya pelajari dapat menjadi bekal yang cukup untuk mengelola modal sehingga saya benar-benar bisa berusaha dengan mandiri dan tidak harus kembali menjadi TKI karena gagal di negeri sendiri. Dengan keterbatasan sarana belajar yang saya miliki, namun karena didukung penuh oleh majikan dengan mengijinkannya saya memiliki laptop untuk dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh ini, saya bisa mencukupkan ilmu, atau setidaknya saya bisa menambah ilmu dan wawasan untuk bekal pulang kembali ke Tanah Air, yang Insya Allah pada bulan Agustus tahun 2013. Dengan mengikuti kelas-kelas ini, Alhamdulillah saya banyak teman yang memahami dan bersedia membantu. Saya juga akan mengikuti kelas lanjutan Mandiri Sahabatku , karena memang saya baru mengikuti kelas Dasar. Bagaimanapun kadang ada keraguan untuk memulai. Namun selagi ada kesempatan belajar, saya akan berusaha mengikutinya. Harapan saya dapat menambah keberanian untuk mengambil resiko dalam memulai usaha agar bisa. Bukan saja bisa memulai usaha namun bisa berkembang dan bertahan serta memenangkan persaingan. Belajar dari pengalaman suami yang sudah banyak langganan tetapi gagal karena persaingan, dan tidak - 201 -


From Zero To Hero punya setrategi dalam menghadapi persaingan, maka dengan ilmu yang saya dapatkan ini, saya berharap agar pengalaman yang telah suami alami, benar-benar merupakan pembelajaran untuk meraih keberhasilan dalam membuka usaha. Saya berharap bisa kembali membangun usaha setelah melewati banyak kegagalan karena kurang nya pemahaman bagaimana membuka usaha dan mengembangkan. Saya juga ingin agar dapat mempertahankan usaha agar terus berkembang di tengah persaingan yang semakin ketat dan kadang di luar perhitungan. Dengan ilmu yang saya pelajari saya berharap dapat membantu apabila mengalami kebuntuhan berpikir dalam mengatasi masalah yang timbul di perkiraa. Sedangkan persaingan terus meningkat. Saya juga ingin agar ilmu ini dapat membuat saya semkain siap dan menjadi pegangan bagaimana mengatasi segala kendala yang ditemui nanti di lapangan, sehingga tidak membuat mundur dan hancur atau gagal. Dengan mengikuti kelas ini, saya ingin pengalaman yang telah suami alami tidak terulang kembali karena saya sudah mengetahui bagaimana caranya agar usaha itu bisa bangun kembali setelah gagal. Saya juga ingin dapat mengetahui dan mempelajari lebih banyak bagaimana caranya bisa mempunyai usaha sendiri dan bisa menjalankannya, juga mampu bersaing dengan usaha-usaha lain yang sudah ada, bahkan mampu berkembang dan bertahan pada saat ada guncangan atau halangan ketika usaha tersbut dijalankan. Guncangan dan halangan dalam usaha itu ada - 202 -


From Zero To Hero kalanya datang secara tiba-tiba. Dengan belajar di kelas ini, saya berharap telah mempelajari terlebih dahulu agar menjadi siap dalam mengatasi dan memperbaiki kesalahan dan mengetahui letak kekurangan usaha kita. Dengan demikian, jadi usaha tetap bisa berjalan bahkan bisa berkembang dalam persaingan yang semakin hari semakin ketat dan beragam. untuk ini, terima kasih sekali pada semua pihak yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar dan memahami banyak hal bagaimana memasuki dunia usaha, mengembangkan dan mempertahankannya, sehingga saya benar-benar mampu menciptakan lapangan kerja paling tidak untuk diri dan keluarga. Syukur-syukur jika bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain. Terima kasih pada Bank Mandiri dan dosendosen Universitas Ciputra Entrepreneurship Center yang telah sudi memberi saya kesempatan untuk ikut belajar dan memahami semuanya. Semoga semua yang saya dapatkan benar-benar mampu menjadi tuntunan saya dalam memulai untuk mengambil resiko dalam usaha yang akan saya mulai bulan Agustus depan. Terima kasih atas bimbingannya dan mohon bimbingan selajutnya agar saya benar-benar bisa menjadi salah satu BMI yang menjadi pengusaha setelah belajar di kelas Mandiri Sahabatku bersama Bank Mandiri dan UCEC.

- 203 -


From Zero To Hero

Kisah Sutiyem Saya yang hanya lulusan SMP, merasa bangga dapat belajar bersama dosen-dosen terbaik dari Universitas Ciputra Entrepreneurship Center Perkenalkan nama saya Sutiyem. Saya berasal dari Desa Crabak, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo - Jawa Timur. Saya dilahirkan dari keluarga sederhana di desa yang sangat asri dan nyaman. Saya dilahirkan 36 tahun silam. Tepatnya 23 Desember 1976. Bapak dan Ibu sangat penyayang. Masih teringat sampai sekarang, bagaimana Almarhum Bapak memanjakan saya. Semoga Bapak tenang di alam sana. Doa anakmu akan selalu meyertai. Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga yang terkadang bekerja juga di sawah. Saya memiliki 2 saudara lelaki tiri dan 1 saudara perempuan kandung. Mereka semua diasuh oleh keluarga Bu Lik. Sewaktu kecil, saya termasuk anak yang dianggap nakal. Teman sepermainan saya adalah anak laki-laki. Namun demikian, saya anak yang disiplin dan menurut kepada orang tua. Terutama untuk urusan sekolah. Mengenang masa kecil membuat saya senang. Tahun 1989, saya diterima di SMP N 1. Teringat perkataan almarhum Bapak ketika saya lulus SD dan ingin melanjutkan sekolah. Bapak berkata “Kamu harus bisa

- 204 -


From Zero To Hero masuk SMP Negeri. Kalau tidak bisa, tidak boleh sekolah�. Jika saya berhasil sekolah di SMP Negeri yang sama dengan kakak, maka orang tua hanya membayar SPP untuk satu orang anak. Jadi, jadi sampai kelas 2, orang tua tidak perlu bayar SPP saya. Saya lulus SMP pada tahun 1992. Sehari setelah saya menerima ijazah SMP, Saya langsung diajak merantau ke Jakarta. Bayangkan, saat itu, saya yang tidak pernah terpisah dari orang tua, harus pergi dan terpisah jauh sekali. Di Jakarta, saya bekerja pada sebuah Toko Sepatu, di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat. Hari pertama bekerja sangat membingungkan. Malam pertama saya menangis dan minta pulang. Beruntung, saya mendapatkan majikan dan memiliki teman-teman yang baik. Mereka menghibur dan memberikan perhatian tulus. Hingga akhirnya aku bertahan bekerja disana selama tiga tahun. Sewaktu kerja di Jakarta inilah saya berkenalan dengan seorang lelaki yang sekarang menjadi suami saya. Tahun 1995 kami menikah dan kemudian kembali bekerja di Jakarta. Kali ini saya bekerja di salon. Saya kembali ke Desa ketika hamil dan melahirkan disana. Ketika pertama kali minta ijin suami untuk pergi kerja ke Hong Kong, suami tidak setuju. Namun saya terus mencoba untuk mendapatkan ijin dan berjanji akan mencoba dulu selama dua tahun pertama. Suami mengijinkan. Saya berangkat kerja ke Hong Kong dan baru pulang empat tahun kemudian. Saya terus memperpanjang kontrak kerja di Hong Kong. Hingga tahun ini, ternyata sudah lebih dari 14 tahun saya bekerja di Hong Kong dengan majikan yang sama tanpa pernah tukar sekalipun. Alhamdulillah, proses daftar untuk kerja di Hong Kong juga Allah mudahkan. Saya hanya berada 3 bulan di PJTKI sebelum mendapatkan mendapatkan majikan.

- 205 -


From Zero To Hero Sementara itu, keluarga di Indonesia juga dalam keadaan baik baik saja. Perjalanan kerja di Hong Kong selama lebih dari 14 tahun ini, bukan hanya suka, tapi ada juga dukanya. Teringat pertama kali kerja di Hong Kong, saya takut karena tidak pandai bahasa ataupun kerja rumah tangga. Selain itu, tentu saja saya selalu ingat keluarga di Indonesia. Lagi-lagi saya beruntung karena memiliki majikan yang sabar dan bersedia memberikan petunjuk cara bekerja atau memasak masakan Hong Kong. Awal kehidupan saya di Hong Kong saya isi dengan foya-foya, jalan-jalan dan belanja ketika libur. Hal ini berlangsung terus selama 6 tahun. Hingga akhirnya saya tersadar, ketika cuti pulang ke Indonesia, saya tidak punya apa apa. Saat itu rasanya saya menyesal sekali. Setelah cuti berakhir dan saya kembali ke Hong Kong, saya berjanji pada diri sendiri harus bisa seperti orang lain yang dapat membangun rumah, memiliki sawah. Saya ingin seperti kebanyakan orang kampung lainnya yang dianggap berhasil merantau. Alhamdulillah, saya berhasil menepati janji sendiri. Apa yang saya cita citakan tercapai. Sekarang, saya sudah dapat memiliki dan membangun rumah sendiri. Saya juga mempunyai tabungan untuk hari tua kelak ketika saya kembali ke Indonesia. Rumah yang sekarang ditempati oleh Ibu, Suami dan anak. Ada rasa bosan juga hidup di rantau terus menerus. Saya merindukan hidup bersama keluarga. Saya dulu ikut-ikutan binis MLM. Sayangnya tidak ada yang berhasil dan uang juga tidak ada yang kembali. Sebenarnya dari dulu saya sudah sering mengikuti pelatihan wirausaha. Namun, pelatihan-pelatihan itu belum dapat merubah pikiran saya untuk buka usaha sendiri di rumah. Di Hong Kong, saya aktif berorganisasi dalam agama. Saya pun mendengar bahwa ada program

- 206 -


From Zero To Hero Mandiri Sahabatku dari Bank Mandiri mengenai pelatihan wirausaha. Gratis. Walaupun jarak dari rumah dan tempat pelatihan jauh, saya bertekad akan mencoba dulu. Niat sudah bulat untuk ikut dulu walaupun tidak kenal siapa-siapa di sana. Untuk mengikuti kelas Mandiri Sahabatku, saya harus bangun lebih pagi di hari libur. Padahal biasanya, saya selalu bangun siang. Di hari pelatiahn, sebelum jam 08:00AM, saya sudah keluar rumah karena perjalanan menuju tempat pelatihan memakan waktu hampir 1 jam. Niat dan semangat sangat kuat untuk mengikuti pembelajarannya. Setiap selesai mengikuti kelas, semangat semakin membara. Tidak sabar untuk mengikuti kelas berikutnya minggu depan. Pokoknya bertekad, harus selalu datang agar tidak ketinggalan. Saya yang hanya lulusan SMP, merasa bangga dapat belajar bersama dosen-dosen terbaik dari Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC). Rasa penasaran membuat saya mencari informasi mengenai Universitas Ciputra melalui internet. Saya makin tambah semangat karena merasa belajar di Universitas. Semangat saya membuat saya berhasil mengikuti 6 kali pertemuan tanpa absen dan mampu membuat saya mendapatkan ide usaha yang akan saya lakukan ketika kembali ke Indonesia. Sekarang, di Hong Kong ini, selain bekerja dengan majikan, saya sudah mulai berlatih usaha sendiri berbekal ilmu dan materi dari pelatihan di kelas Mandiri Sahabatku. Saya mulai dengan latihan berjualan Nasi Bungkus dan Jajanan di hari libur kerja. Jika ada yang pesan Nasi Tumpeng, saya layani juga. Alhamdulillah, majikan tidak pernah keberatan kalau saya masak di hari libur dan hasilnya di bawa keluar. Malah, terkadang beliau juga minta apa yang saya masak untuk jualan itu. Dengan bekal materi serta pelatihan wirasusaha

- 207 -


From Zero To Hero yang saya ikuti dan juga latihan-latihan jualan yang sudah saya jalankan. Akhirnya, saya memutuskan dalam bulan Juni di tahun 2013 akan pulang ke Indonesia dan tidak akan kembali lagi ke Hong Kong sebagai TKW. Saya mantap akan buka bisnis dalam bidang Kuliner. Saya juga sangat berterima kasih kepada Bank Mandiri beserta dosen-dosen dari UCEC yang telah membimbing kami dengan sabar. Mohon dimaklumi, karena kami bukan anak anak sekolah yang mungkin masih gampang di atur dan banyak tanya. Semoga dalam mengikuti kelas Pengantar Entrepreneur Ritel ini, saya pribadi bisa mengikuti dengan lancar, walaupun kadang kadang juga masih binggung. Saya akan berusaha untuk mengikutinya. Akhir kata saya ucapkan banyak banyak terima kasih. Semoga nanti dalam mengikuti kelas PER Bath 2 dan kelas lanjutan tidak ada halangan suatu apapun. Semoga juga setelah kembali ke Indonesia dapat menjadi pengusaha yang sukses. Amiiin..

- 208 -


From Zero To Hero

Kisah Soinem Kegagalan suatu kesuksesan yang belum tercapai juga saya jadikan motivasi, dan bisa belajar dari kegagalan. Assalammualaikum wr wb, Nama saya Soinem berasal dari Lumajang, saya anak ke 2 dari 6 bersaudara dari keluarga yang damai tentram bahagia. Terimakasih kepada Bapak dan Almarhum Ibu saya yang telah me merawat saya penuh kasih sayang juga setia dan perhatian. Terimakasih kepada ALLAAH SUBEQANAHU WATA ALLAAH yang telah ngasih rahmat juga hidayah, kesehatan dan keselamatan juga bumi langi dan isinya. Saya masih kecil kalau minta kue harus rentengan, saya buat kalung sampai mencapai tanah panjangnya, juga sudah besar masih minta di gendong. Almarhum Ibu saya orangnya betul betul sabar, juga kakakpun sabar, saya sudah besar minta gendong juga di gendong. Saya punya adik 4 laki semua. Almarhum Ibu dan Bapak seorang petani juga dagang. Saya dari kecil sering ikut ke kebun juga ke pasar. Umur 8 tahun sekolah, perjalanan dari rumah menuju sekolah memakan waktu 1 jam. Ke sekolah harus pagi pagi bangun, lalu ke sungai yang juga jauh, memang rumahnya di pelosok, dan di gunung. Kalau pulang sekolah belum sampai rumah sudah lapar dan tidak ada orang jualan. Kelas 3 pindah di

- 209 -


From Zero To Hero dekat rumah, tapi tetap pagi pagi bangun karena kakak saya menikah lalu sama Bapak di kasih rumah sendiri. Saya pagi pagi harus bangun memasak, bapak dan Ibu pergi ke pasar. Saya selesai masak pergi ke sungai bersama empat adik saya. Pulang sampai rumah makan pagi lalu berangkat sekolah dan jaga tiga adik saya, yang 1 sudah sekolah. Kalau bapak tidak ke kebun, pulang sekolah setelah makan siang saya ke kebun. kalau Bapak ke kebum saya ikut Ibu jualan keliling, adik saya yang sudah sekolah jaga dan mengurus tiga adik saya, sampai saya lulus SD. Aktivitas saya setelah lulus sekolah membantu orang tua. Jadi tiap pagi mamasak dan ngurusin adik yang mau sekolah lalu saya ke kebun nyangkul kadang ikut ke pasar. Sore ikut jualan keliling, kalau tidak ikut keliling ya ke kebun. Tapi kadang berangkat pagi ke kebun pulang sore. Kalau hari kamis kadang ke kebun setengah hari kadang tidak ke kebun soalnya sore yasinan. Ibu juga perhatian kalau waktunya yaasiinan tedak boleh kerja. Tapi walau tidak pernah istirahat tetap senang. Apa lagi kalau mau lebaran pasti sama Ibu dibelikan baju baru sampai 4 setel juga bisa main main senang sekali. Habis lebaran dapat uang banyak lalu di tabung. Satu tahun lulus sekolah saya akan dinikahkan dengan orang yang tidak saya sukai. Ketika pernikahan kurang satu bulan saya pergi dari rumah, saya tidak mau dinikahkan. Ibu saya pingsan pingsan ketika tahu saya pergi. Saya akhirnya pulang dan menikah sama pilihan orang tua. Dua hari menikah, saya pergi lagi sampai 2 minggu. Kepergian saya membuat ibu sering pingsan kembali dan itu membuat saya pulang. Akirnya saya menjalani pernikahan sekuat kuatnya. Saya bekerja seperti biasa, memasak setelah itu ke kebun dan pulang sore hari. Dua bulan menikah, saya diberi kebun 1 tempat oleh Bapak. Enam bulan kemudian, Bapak membeli tanah yang masih

- 210 -


From Zero To Hero hutan dan tempatnya jauh, kurang lebih 2 jam perjalanan turun naik gunung. Ketika saya hamil 2 bulan, ada masalah dengan suami. Yang membuat saya malas ke kebun lihat suami tiap hari marah. Suami selalu salah paham, yang akhirnya membuat saya kembal seperti semula, berangkat dari pagi dan pulang sore hari. Alhamdhulilah Saya tidak pernah punya rasa capek tentang pekerjaan. Ketika kehamilan saya memasuki usia 5 bulan, Bapak beli tanah lagi, dan lebih jauh lagi. Bapak mencari orang untuk membantu bekerja di kebun. Pekerjan sayapun bertambah, kalau ke kebun pagi bawa nasi sampai berat, pulang jam 6 bawa kayu bakar sampai hamil tua. Ibu menyuruh saya untuk istirahat, tidak boleh ke kebun. Tapi saya tetap ke kebun, ibu sampai takut. Kalau tidak ke kebun rasanya tidak enak soalnya sudah kebiasaan. Sampai tetangga pada heran, sudah hamil tua tidak pernah istirahat, apa tidak capek? Hamil 9 bulan mulai ke kebun yang paling dekat dari rumah, perjalanan kurang lebih 1jam, pagi berangkat siang jam 12:00 pulang. Lalu jam 1.30 berangkat lagi pulang jam 6.00 sore, pagi jam 3.00 mulai masak jam 6.00 sudah siap di bawa ke kebun. Suami saya juga membantu membawa rantang untuk orang-orang yang kerja di kebun. Saya juga berangkat ke kebun yang deket, sambil bawa pohon pisang yang masih kecil mau di tanam. Siang pulang bawa kayu bakar, jam 1.30 berangkat lagi bawa pohon pisang lagi, sore pulang bawa kayu bakar lagi. Waktu itu saya mau berangkat ke kebun adik saya tanya saya ikut ke kebun boleh?..boleh lalu dia yang lucu ditengah perjalanan ada kera besar akirnya berhenti berjalan ke kebun, tapi mengejar kera. Lalu di bunuh , dibantu sama orang yang sama sama mau ke kebun bantu bunuh kera sampai mati. Orang orang lihat saya terkejut, takut sudah hamil 9 bulan lebih beraninya bunuh kera segitu besar

- 211 -


From Zero To Hero katanya. Saya di tanya apa kamu tidak takut kalau kera itu ngelawan? Saya jawab tidak, lalu yang tanya heran lihat saya. Sudah selesai saya sama adik pergi ke kebun nunggu padi. Padi yang ditanam di kebun bukan yang di sawah siang pulang. Kebetulan hari kamis yaasiinnan bertempat di rumah kakak jadi saya bantu masak buat orang yasinan perempuan makan. Malam yang yaasiinnan ganti orang laki. Saya bantuin lagi buat makan orang laki sampai jam 11.00 malam pulang tidur. Lalu pukul 12.30 bangun perut saya terasa sakit lalu banguni ibu. Ibu bilang mau melahirkan pada siap siap tepat pukul 1.00 lahir putri saya. Pagi pagi tetangga pada rumah terkejut habis bunuh kera masak sampi pukul 11.00 malam melahirkan tidak ada tetangga yang tahu. akirnya tetangga yang agak jauh pada datang heran juga tertawa herannya habis dari kebun masak sampai malam, tertawanya juga habis bunuh kera. Putri saya bernama arik kusuma wati. Umur 1 bulan lebih di bawa pulang ke mertua Pagi pagi ayahnya ke kebun, pulang pukui 1.00 dan diantar orang banyak. Saya terkejut kenapa dia? tidak bisa berbicara, saya lihat badannya putih putih sekujur tubuh ternyata disengat tawon yang besar, jadi sama tetangga yang putih putih di badan dicabutin semua lalu di kasih krem, dan diberi obat. Badannya sampai bengkak besar saya takut. Jadi sampai hampir satu bulan di rumah, jadi dikebun tidak ada yang ngurus. Esok harinya ibu sama kakak datang lihat suami saya, nangis dan tidak tega melihat saya. Besoknya ibu datang lagi sambil bawa bahan makanan beras, gula, ikan laut, tahu, juga sayuran di jatah sampai cukup tiga hari. Jadi ibu saya tiap tiga hari sekali pasti datang bawa seperti itu. Kalau ibu sudah capek habis jualan kliling yang menngantar belanjaan adik saya. Jadi walaupun ibu capek atau sibuk tetap tiga hari sekali datang bahan makanan hamper satu bulan. Suami saya sembuh sehat.

- 212 -


From Zero To Hero Ibu datang lagi, dan saya diajak pulang ke rumah ibu, tapi suami saya tidak mau. Saya di mertua tidak tenang semakin lama semaki kurus, dan itu membuat ibu semakin kuatir sama saya jaga sama putri saya. Akirnya ibu, kadang lima hari datang nengok, kadang kalau sibuk satu minggu baru datang. Ibu pasti datang sama bapak dan yang dibawa ganti kue buat cucunya sama ikan, dua macam ini tidak pernah ketinggalan. Suami saya pulang ke rumah sendiri akirnya juga berubah tiap malam habis makan pukul 7.00 pasti keluar dan pulang pukul 12.00 kadang pukul 1.00 malam. Kalau di tanya dari mana dia marah marah. Apa lagi kalau marah dan didengar mertua, membuat saya tambah takut. Jadi kalau ada mertua walaupun suami salah saya tidak berani negur. Akirnya sekarang tiap malam pasti keluar. Waktu itu putrinya sakit panas nangis terus kalau malam, mertua saya tidak pernah mempedulikan saya sama putri saya. Akirnya saya bilang sama suami, jangan keluar putrinya sakit kalau malam nangis terus tidak mau tedur, tapi tetap aja dia keluar. Pertama pulang pukul 1.00. Besok malamnya saya diam saja, dan tetap dia keluar juga. Besoknya lagi saya bilang putrinya kalau malam nangis terus jangan keluar kalau sudah sembuh mau keluar terserah, dia jawab begitu saja tidak bisa ngurus sendiri dan masih saja tetap keluar. Padahal saya tiap hari siang malam menggendong putri saya. Malam tidak pernah tidur sampai lima hari akirnya saya benar benar sudah jengkel. Senter buat lampu kalau dia keluar saya lempar, dan pecah. Dia marah marah sampai tetangga mendengar. Akhirnya tetangga bilang ke dia “putrimu tiap malam nangis terus istrimu tidak perna tidur kamu jangan main dulu kasihan istrimu, ibumu tidak mempedulikan istrimu sama putrimu. Walapun siang soalnya saya jenguk putrimu yang sakit ibumu pura pura tidak mengngerti�. Akirnya dia tidak jadi keluar, lalu si tetangga tanya ke saya

- 213 -


From Zero To Hero “Ibumu sudah dikabari? Saya bilang “Belum saya takut sama suami saya” Si tetangga diam lalu pulang. Besoknya datang lagi bilang ke saya “Ibumu sudah tak kabari tadi ada tetanggamu lewat saya suruh dia ngabarin ibumu kalau suamimu marah suruh marah ke saya” Sebetulnya ibu mau ke rumah mengantar kue buat cucu sama ikan, kebetulan sibuk jadi sampai lima hari tidak datang. Waktu itu ibu siangnya dari rumah, malamnya putri saya mulai sakit jadi ibu tidak tahu. Rumahnya juga jauh perjalanan 3 jam. Ibu pulang dari pasar sama tetanngga diberi tahu cucunya sakit. Akhinya ibu tidak jadi jualan kliling, lansung ke rumah mertua sama bapak. Sampai di rumah mertua, langsung menggendong cucunya sambil air matanya berjatuhan. Suami sayapun tidak tanya diam saja ibu juga tidur situ bapak yang pulang. Ibu dan bapak datang bergantian sampai putri saya sembuh. Saya ikut mertua kurang lebih 4 bulan sakit jantung kurus tinggal tulang ibu saya sampai takut lalu di suruh pulang ke rumah ibu suami saya tidak mau. Akirnya saya ikut ke kebun suami saya dan putri saya yang berumur 5 bulan saya gendong, Kebetulan disebelah kebun ada 2 rumah, yang dihuni sepasang kakek dan nenek. Salah satu rumah, kakek dan nenek baik sekali orangnya, Putri saya disuruh titipkan di rumahnya dan dijaga kakek, saya tinggal ke kebun. Sampai di kebun semua pekerjan berantakan orang kerja tidak ada yang ngurusin. Akirnya saya tiap hari ke kebun, berangkat pagi dan pulang sore hari, sampai putri saya umur 8 bulan. Saya sudah capek tenaganya capek juga pikirannya kurang tenang, kena jantung juga darah tinggi, ibu dan bapak juga kawatir. Jadi saya memutuskan beli rumah sendiri. Alhamdhulilah sudah tenang pagi ke kebun sore pulang, malam pukul 3.00 bangun masak pukul 6.00

- 214 -


From Zero To Hero selesai pukul 7.00 berangkat ke kebun. Sudah 1 tahun rumah mertua saya roboh. Akhirnya ikut saya, anaknya 3 milih ikut saya. Akirnya rumah tangga jadi tidak tenang lagi. Lalu ada tetangga ke rumah nawarin tanah di atas rumah saya. Saya bilang ke suami, bagaimana kalau kita beli suami jawab iya lalu saya beli. Ibu mertua lucu, kalau saya bekerja berhasil, jadi benci ke saya, ada saja yang dikatakan yang tidak enak didengar. Saya binggung tiap pulang dari kebun sudah capek ndengeri kata kata yang tidak benar, mau tak tinggal dia sendirian. Anaknya yang 2 tidak mempedulikan, jadi 1 rumah lansung penyakit jantung saya kambuh. Saya berbicara sama suami apa ibu dibikinkan rumah di tanah yang baru beli. Ibu mertua ditanya katanya mau lalu dibikinkan rumah sendiri diatas rumah saya. Saya pikir sudah tenang tak bikinkan rumah sendiri dan saya bisa ngurusin, ternyata tetap sama saja.Apa lagi kalau saya bisa beli tanah, dia tidak suka, akirnya rumah tidak saya tempatin. Saya memilih tidur di rumah kakek dan nenek yang di sebelah kebun saya. Rumah di jual, sampai 1 tahun tidak laku. Tapi saya lebih tenang hidup saya seperti di rumah ibu saya sendiri. Rumah yang saya tinggal satu tahun setengah baru laku. Kakek orangnya bijaksana tahu mana yang salah dan benar. Kalau suami saya salah lansung dinasehati seperti anaknya sendiri. Karena suami saya cara berpikirnya selalu negatif. Ketika tinggal dengan kakek, dia ada perubahan sedikit dan membuat saya senang. Saya pikir semakin lama dia semakin sembuh, malu sama putrinya. Walaupun dia keras sama saya, Saya tetap bekerja sambil berdoa supaya dia sadar amiin. Saya dirumah kakek 6 bulan beli tanah dekat ibu saya lalu bikin rumah disana. Akirnya saya punya rumah lagi sekarang. Pagi pukul 7.00 berangkat ke kebun sambil menggendong putri saya yang waktu itu umur dua tahun setengah. Sore pukul 6.00

- 215 -


From Zero To Hero pulang. Malam pukul 3.00 bangun masak mau di bawa kekebun pukul 6.00 selesai pukul 7.00. Rutinitas setiap hari kecuali hari kamis soalnya sore yaasiinan jadi tidak ke kebun yang jauh supaya bisa mengikutin yaasiinan amin. Putri saya sudah umur 3 tahun kalau ke kebun jalan sendiri perjalanan sekitar 2 jam dan ada yang 3 jam turun naik gunung, bapaknya satu kalipun tidak pernah menggendongnya. ketika putri saya sudah bisa jalan sendiri, saya menggendong rumput untuk kambing. Ketika putri saya umur 4 tahun saya titipkan sekolah. Dia dapat mengikuti pelajaran, dapat 3 bulan dia didaftarkan kelas 1. Jadi kalau pagi sekolah pulang sekolah tidur,vbangun kesvungai dan sore ngaji. Saya semakin lama semakin sibuk selain ngurusin di kebun sambil berdagang kelapa, pisang, kopi juga melihara kambing, sapi, dan ayam. Dari kesibukan ini saya mendapatkan hasil, tidak hanya dari bertani. Apalagi kalau musim kopi dan cengkeh, atau mau lebaran seakan akan tidak ada waktu istirahat. Pagi ke pasar membawa kopi sama cengkeh, pulang membawa pesanan buat lebaran. Ada yang pesan kue, ada yang pesan baju, ada juga beras sama gula dan lain sebagainya.Waktu itu bekerja mudah berhasil, dan bisa mengumpulkan uang mau bikin rumah. Tapi suami yang pekirannya selalu negatip sering marah marah kalau sudah marah tidak mau kerja. Saya betul-betul capek pikirannya ngatur orang kerja, ngumpulin dagangan, tengah malam masak untuk orang kerja, setiap hari ada yang kerja di kebun 8 orang sampai 10 dan sudah punya 7 tempat kebun kopi kalau musim panen 2 rumah tidak muat. tapi suami masih marah marah suruh ngurusin dagangan tidak bisa. Sampai putri saya bilang kita pergi dari rumah saja bu. Karena dia tau bagaimana bapaknya sering marah marah dia juga takut.

- 216 -


From Zero To Hero Semakin usahanya berhasil dia tambah parah. Habis dari kebun ke sungai mampir ke rumah kakak saya ada 10 menit pulang sampai rumah lasung sama suami di tampar, dan disuruh keluar dari rumah. Lalu saya pukul 6.30 sore tahun 1994, keluar bawa putri saya ke rumah ibu. Saya bilang ke ibu, suami saya pergi saya suruh tidur sini jadi ibu tidak tahu kalau suami saya marah. Pagi pukul 8.00 ada tetangga kerumah ibu memberi tahu, kalau rumah saya sekarang sudah kosong semua dijual sama suamimu. Ibu saya kaget langsung sakit, semua lenyap baju saya sama baju putri saya sendok 1 pun tidak ketinggalan. Bagaimana rasa hati saya waktu itu kelur rumah dihina tetangga dan mau lebaran tidak punya uang sepeserpun, semua barang yang didalam rumah maupun diluar rumah sudah di jual semua uangnya diambil dia sendiri. Saya nuntut tidak bisa karena dia beli saksi untuk membela dia. Saya saking bingngunya akirnya jual pohon cekeh yang dikasih bapak 35 pohon besar besar laku 17 ribu, 500 saya buat beli bajunya putri saya dapat 1setel. Putri saya juga sakit karena kalung sama cicin juga gelang diambil bapaknya tidak dikembalikan tanya terus sambil nangis lalu saya bekerja ditetangga buat rumah saya yang masak 1 bulan dapat gaji 25.000 sampai bisa beli cicin buat putri saya. Lalu saya bilang ke putri saya, bagaimana kalau ibu kerja ke malang tapi kalau malam ibu tidak pulang nunggu lama baru pulang? “iya bu nantik uangnya buat beli kebun kopi ya bu! “Iya adik dirumah sama kakek sama nenek tidak boleh nakal� dia jawab iya bu. Akirnya saya cari PT jurusan Hong Kong daftar mau ke Hong Kong keterima. Lalu saya disuruh belajar kerja di Malang. Apa-apa tidak mengngerti, untung bosnya baik semua diajarin. Dapat 5 bulan dapat pangilan berangkat. Lalu saya pulang dan gaji saya selama 4 bulan saya buat bili gelang buat putri saya yang 1 bulan buat

- 217 -


From Zero To Hero persiapan saya mau berangkat ke Hong Kong. Saya memberitahu Ibu kalau keberangatan saya ini bukan ke Malang tapi ke Hong Kong, siapapun jangan dikasih tahu. Ibu terkejut dan langsung jatuh sakit. Saya di rumah hanya 2 hari dan kembali lagi ke PT, dapat 2 hari berangkat ke Hong Kong. Sampai di Hong Kong, saya bisa kerja tapi tidak bisa komunikasi dengan bahasa canton jadi pakai bahasa isyarat, bosnya juga baik. Selama 1 tahun, tiap kali makan saya pasti menangis teringat putri dan ibu saya. Lalu saya kirim surat memberi tahu, kirim uang buat lebaran sama beli kalung untuk putri saya. Kakak sama adik juga tetagga terkejut ketika tahu saya di Hongkong. Uangnya di belikan kalung sisanya di simpan di Bank. Kiriman yang ke 2 juga buat lebaran lagi tapi sama ibu dibuat menambai uang yang di Bank untuk membeli tanah. Ibu tidak mau saya beri uang, ibu menyuruh kmpulin. Lalu ada orang jual tanah bilang saya lalu saya beli. Habis itu uang saya dikumpulin buat rumah di Lumajang. Sudah selesai saya kumpulin buat beli tanah lagi dan sisa saya taruh di Bank. Ketika sore bayar tanah, besok paginya ibu sakit dibawa kerumah sakit, kena penyakit jantung. Waktu itu putri saya SMP, katanya pulangnya tiap mau lebaran jadi neneknya sakit juga tidak bisa pulang. Putri saya ingat waktu kecil sering sakit dan kalau mau suntik ke Bidan sering tidak ada. Sejak itu tumbuj cita citanya ingin menjadi Bidan. Ibu masih sakit, saya ditelpon diminta untuk pulang, bilang ke saya cuma nunggu saya. Lalu Saya bilang ke bos, ibu sakit parah. Jumat saya telpon, senin pukul 7.00 pagi sampai rumah ibu masih tidur. Saya tidur disebelahnya, Ibu bagun dan senang melihat saya. Saya di rumah selama 5 hari dan ibu sudah sembuh. Ibu tanya ke saya pulang terus apa cuti? Saya bilang cuti. “Kapan beranagkat? 10 hari lagi. “Ya hati hati ibu sudah sembuh tapi

- 218 -


From Zero To Hero kamu jangan lama lama cepat pulang menikah lagi kata ibu Lalu saya berangkat, 2 bulan kemudia ibu meninggal. Saya di HONG KONG, selama 4 bulan, saya memutuskan pulang terus, karena bapak sendiri. Dirumah 6 bulan tabungan untuk putri saya sekolah sudah berkurang. waktu itu dia masih baru masuk SMA jadi takut dia tidak bisa kuliah. Akirnya saya daftar lagi ke PT, berangkat kerja dapat 1 tahun, berhenti kerja lalu saya ke luar. Di China 6 bulan baru dapat majikan. Satu rumah dua orang, sama sepupu saya. Tapi dia melebihi majikan saya, selama 6 tahun ikut orang tidak ada yang seperti sepupu saya. Selalu minta menang sendiri. Saya harus kerja terus kalau istirahat dia marah marah. Kalau makan saya diberi makanan sisa dia. Kalau masak ayam tulangnya bagian saya. kalau daging gajihnya buat saya juga. kalau buah yang jelek bagian saya. Tapi anehnya kalau bos melihat, mungkin 1 jam disitu dia pura pura baik. Bosnya pulaang rumahnya sifat aslinya keluar. Tapi bos tau akirnya saya minta ijin ganti bos dan dia mengijinkan saya cuti. sSya dikasih uang 2500 HKD dan dibelikan janm tangan sama tas semua setelan sama putri saya sampai sekarang kalau lebaran saya dikasih uang alhamdulilah tetap baik. Lalu saya bantu bapak menyekolahkan adik, 3 lulus SMP. Saya masukan ke pondok pesantren semua. Saya bekerja di HONG KONG bukan untuk diri saya sendiri. Saya punya tanggung jawab 3 adik saya dan putri saya 1. Tidak hanya menghandalkan gaji saja. Tapi harus kerja keras sampai kalau libur jual kartu telpon kesana kemari, 1 hari kadang bisa habis 1000 lembar, juga foto repro ada jilbab, miap, obat obatan juga bisnis MLM dari sini saya bisa mendapatkan uang tambahan. Bisa bantu biaya putri saya sekolah SMA di Malang. Juga untuk biaya adik saya di pondok pesantren yang 1 di pondok 5 tahun pulang menikah. lalu yang 1 di pondok 7 tahun pulang menikah

- 219 -


From Zero To Hero yang 1 lagi di pondok 9 tahun pulang menikah jadi tanggung jawa saya berkurang. Putri saya di perguruan tinggi malang. Jadi tinggal ngurusin 1 putri saya sampai lulus tahun 2008 langsung kerja di rumah sakit. Dan kebetulan putri saya lulus dari perguruan tinggi saya juga mendapatkan reward 1 unit mobil dari bisnis MLM. Lalu saya ambil uang buat beli rumah di Malang. Sekarang masih cari rumah dipinggir jalan raya yang agak besar buat pratek sama toko. Untuk usaha abon lele, krupuk tulang, krupuk lele sama krepek kulit yang namanya lazzis dan bekerja jadi bidan. Kalau saya usahanya masih menjadi pembantu sambil jualan. Di rumah juga melihara sapi brahma sekang sudah 6 ekor, bertani sawah sekarang punya rencana melihara sapi potong muda mudahan tercapai. Kegagalan suatu kesuksesan yang belum tercapai juga saya jadikan motivasi, dan bisa belajar dari kegagalan. Harus belajar yang lebih giat lagi dan tetep berpikir yang positif disertai dengan niat ,tekat ditambah semangat saya tidak pernah menyerah. Apa lagi sekarang sudah belajar di UCEC dan belajar jarak jauh tambah semangat.yang kita jalan serius fokus kometmen saya harus bisa, saya pasti bisa membuktika. Harapan saya ikut pembelajaran jarak jauh. Menambah pengalaman dan belajar bagaimana menjadi entrepreneur yang sejati. Walaupun belajar sampai kedingginan sama astor saya yaitu di Sari gunkit sama anggraeni mbak jujuk juga mbak dwi murah hati. Juga terimakasih dik Sari sama dik Anggraeni yang ajarin saya tulus dan sabar. Cukup sekian biografi saya mohon dikritik supaya mengeti Bapak dosen dan Ibu dosen terimakasih. Asslm wr wb, saya ucapkan banyak terimakasih kepada keluarga saya terutama Bapak dan Almarhuma ibu saya sudah mengasuh putra dan putrinya dengan

- 220 -


From Zero To Hero tulus iklas walaupun kerja tanpa mengenal waktu untuk mencukupin kebutuhan keluarga tercinta terimakasih Bapak dan ibu semoga Bapak dikasih umur yang barokah dan bermanfaat dan ibu semoga diterima ALLAAH SWT dan dikasih tempat disurga dan diterima amal ibadhanya diampuni dosa dosanya. Juga terimakasih kepada saudara saya tercinta yang sudah membantu saya menjaga dan mendidik putri saya yang jauh dari saya karena mencari uang untuk kebutuhan putri dan saya ingin putri saya bisa kuliah biar tidak seperti saya. ....Terimakasih putri saya Arik kusuma wati yang sekian lama jauh sama ibu maafkan ibu yang ngasih kasih sayang dan perhatian dari jauh demi masa depan kita dan kesuksesan keta bersama Aamiin Aamiin Aamiin yarobal Aallaamiin.Cukup sekian dari saya wsslm wr wb.

- 221 -


From Zero To Hero

Kisah Atiek Siswantina Kesuksesan memang tidak bisa di ukur dengan uang tapi keberhasilan yang di ikuti usaha serta keinginan untuk berubah akan membawa kita kesebuah gerbang kesuksesan. Sembilan tahun, mungkin umur yang masih terlalu dini untuk seusia aku mengetahui tentang kehidupan dan memahami arti bagaimana hidup. Di saat kedua orang tuaku harus membanting tulang untuk aku juga adiku. Ternyata hidup itu butuh makan, sandang, juga pangan. Dari situ aku mulai berfikir bagaimana bisa membantu meringankan beban kedua orang tuaku, karena aku adalah anak pertama dan punya kewajiban untuk ikut andil dalam masalah ini. Tapi kecilnya usiaku membuat aku hanya bisa melihat keluh kesah orang tua ku saja. Setelah tamat Sekolah Dasar (SD), aku utarakan keinginanku untuk masuk SLTP. Tapi jawabanAyah membuat aku bimbang. Ayah melarangku untuk melanjutkan sekolah tingkat pertama dengan alasan ekonomi. Tapi keinginanku sudah bulat. Aku coba membujuk kedua orang tuaku, betapa pentingnya pendidikan karena dengan pendidikan kita akan mengerti besarnya dunia dan kita akan lebih jelas dalam melangkah kearah kehidupan nyata. Mungkin karena bujukanku setiap hari membuat bising telinga Ayah, atau memang dia tidak tega melihat aku yang selalu murung. Ahirnya, Ayah meluluskan

- 222 -


From Zero To Hero keinginanku melanjutkan sekolah. Dengan ijasah SD yang sudah dalam genggaman, di sebuah SLTP di kotaku. Pada hari pengumuman, ternyata namaku ada di deretan nama siswa yang di terima. Kebahagiaan pun tersirat di raut wajahku. Dengan semangat dan tekat kuat, aku ingin sekolah dengan baik, disiplin dan harus lulus sesuai target, itu janjiku. Kelas perkelas aku lalui tanpa hambatan yang berarti, kecuali hambatan biaya yang membuat seringnya lambat membayar SPP. Syukur alhamdulilah, ahirnya aku lulus sesuai rencana. Tiga tahun pun berlalu. Kuhayati tiap detik, tiap waktu, tiap hari dengan senda gurau teman-temanku. Tak terasa perpisahan pun harus kami terima. Setelah lulus SLTP, aku gundah dan selalu menerawang. Kuertanya pada hatiku sendiri “Kemana langkah ku setelah ini?, Apakah tujuanku setelah ini?. Dengan modal ijasah ini. apa yang akan aku lakukan?�. Seribu tanda tanya berputaran di atas kepalaku. Ahir tahun 2001 salah seorang teman waktu SLTP tiba-tiba datang kerumahku dan mengajak ku untuk bekerja ke Singapura . Satu tanda tanya besar saat itu. Menjadi seorang TKW di Singapura? Apakah aku mampu sementara selama ini aku tidak ada pengalaman sebelumnya? Mulailah aku berfikir dan mencari jawaban. Kuberanikan minta ijin kepada kedua orang tua untuk pergi bekerja ke luar negeri supaya aku bisa membantu meringankan beban mereka serta bisa menyekolahkan kedua adikku. Beban kedua orang tua ku bertambah setelah lahir lagi 1 adik dalam keluarga kami. Walau sepintas sulit untuk memberi jawaban tapi aku bisa membaca mimik raut wajah kedua orang tuaku. Sebenernya mereka tidak tega harus melepaskan aku bekerja jauh ke Singapura. Tapi apa boleh dikata, memang mereka butuh bantuanku sebagai anak pertama yang wajib membantu menopang

- 223 -


From Zero To Hero dalam ekonomi keluarga . Setelah mendapatkan ijin, keesok harinya aku data mengunjungi rumah teman yang mengajak untuk memberi jawaban. Dua hari berikutnya datanglah seorang sponsor. Dia adalah orang yang akan menjadi jembatan untuk aku menuju singapura. Hari yang di tunggu ahirnya datang juga. Sore pukul 05.00 waktu setempat, aku berpamitan kepada keluarga untuk berangkat ke Batam. Karena ternyata PJTKI yang akan memberangkan kami ada di pulau tersebut . Pelukan air mata menjadi saksi kepergianku untuk mencari rejeki. Ciuman tangan, ku ayunkan untuk kedua orang tua ku yang sangat aku hormati dan sayangi. Dalam hati berbisik “Tunggu aku. 2 tahun pasti aku akan kembali dan akan merubah tangis ini menjadi senyum bangga atas keberhasilanku� . I’m coming batam. Sebuah kota yang asing bagiku. Dengan tekad serta semangat, aku berbaur dengan para calon devisa Negara itu. Lebih dari 200 orang berkumpul menjadi satu dengan tujuan yang sama, ingin mensejahterakan dan membantu ekonomi keluarga. Satu bulan sudah aku lewati, surat dan visa kerja, sudah aku kantongi.Hanya tinggal menunggu pemberangkatan dan aku siap untuk mengenggam dolar. Pangilan itu pun mengahiri penantianku. Selama 1 bulan lebih, akhirnya aku besok siap di berangkatkan. Sujud syukur Pada Allah. Tak lupa aku memberi kabar kepada keluargaku bahwa besok aku berangkat ke negeri Singa. Tak lupa aku meminta doa selamat sukses. Dari seberang, lirih kudengear suara ibu dengan diahiri kata salam, sebelum panggilan pun terputus. Pagi-pagi buta aku harus di terminal Ferry. Karena jarak Singapura-Batam tidak jauh, ahirnya pemberangkatan melewati Ferry. Setalah 1 jam perjalanan,

- 224 -


From Zero To Hero kuhirup juga udara negeri singa itu. Dengan dijemput seorang wanita aku di ajaknya kesebuah agensi yang terletak tidak jauh dari dermaga. Dag dig dug hatiku tak sabar ingin bertatap muka dengan calon boss yang akan memakai jasa tenagaku itu. Ternyata dalam hitungan menit, wanita cantik berjas hitam datang menghampiriku dan menyebut namaku. Dalam hatiku berkata pasti inilah boss ku. Benar juga firasatku. Ternyata wanita cantik itu tak lain adalah Mam Rozanah. Warga singapura yang berkebangsaan melayu. Dengan ramah serta senyum, ku sambut huluran tangannya. Setelah urusan surat menyurat selesai aku mengikuti mam Rozanah untuk di bawa pulang dan siap tempur dengan tugas-tugas yang menanti untuk aku kerjakan. Rumah boss ku luas dengan dua lantai. Aku berkenalan dengan semua penghuni rumah itu. Ada Tuan Suami dari mam Rozanah, Nenek, Kakek, dan 2 anak lakilaki, serta seorang perempuan. Setelah perkenalan itu saya di persilahkan istirahat untuk mulai bekerja besok. Malam pertama di negeri Singapura, membuat aku menteskan air mata karena terbayang wajah anggota keluarga yang selalu menari nari di sudut mata ku. Kenapa ? Mengapa aku harus begini ? kenapa aku harus jadi TKW yang membuat aku jauh dari keluarga serta tanah air? Pelan pelan ku seka air mataku sambil menyemangati diriku sendiri berkata “ Suatu saat aku pasti bisa sukses dan pulang ke Indonesia untuk kumpul bersama kalian dan aku akan jadi kebanggaan kalian�. Sambil berusaha melelapkan mata karena terbayang aktivitas besok, aku pasti butuh tenaga. Pagi buta pukul 06.00 waktu setempat, aku sudah harus bangun karena tugas pagi adalah mengepel sebelum mereka bangun dan menyiapkan sarapan serta bekal buat

- 225 -


From Zero To Hero kedua anak asuhku. Mengantar dan menjemput mereka, serta yang pasti ke pasar untuk belanja dan kemudian memasak adalah aktivitas rutin yang akan aku kerjakan dari awal hingga berakhirnya masa kontrakku. Hari demi hari ku jalani. Bulan yang kunanti datang juga. Hari pertama dimana aku menerima upah hasil jerih payahku sendiri. Walau tidaklah seberapa, tapi itu membuat ku bangga,. Meskipun angkanya hanya berapa puluh dolars aja setelah harus membayar potongan agensi selama hampir 6 bulan. Huf. Helaan nafas ku berhembus karena mengingat aku harus menunggu 5 bulan lagi untuk bisa mengirimkan uang buat keluargaku di kampung. Bulan demi bulan pun terlewati. Senyum sumringahpun mengembang di raut wajahku. SGD225 kini ada di telapak tanganku. Mulailah aku dengan membuka agendaku. Melihat rencana awal ketika aku masuk PJTKI, yaitu mengirimkan setiap dua bulan gaji yang diterima untuk keluargaku setelah selesai membayar biaya ke agen. Dengan jumlah hampir 3 juta seingatku, aku mengirimkan hasil keringat ku itu. 1 bulan berlalu. Surat balasan dari ayah pun tiba. Aku lebih semangatnya setelah membaca coretan tangan ayah yang panjang lebar menceritakan keadaan kampung halaman sejak aku pergi dan mengirimkan uang serta bagaiaman uang tersebut digunakan. Kembali aku bersyukur kepada Allah atas nikmat serta anugrahnya. Seperti janjiku dulu, aku akan membantu merenovasi rumahku yang masih terbuat dari kayu . Bulan demi bulan aku kumpulkan lembaran dolar. Tiap 3 bulan sekali rutin aku kirimkan kepada orang tuaku untuk membantu menyekolahkan adik dan merenovasi rumah. Tak terasa hampir 2 tahun aku bekerja . Masalah mulai timbul takala pembantu dari kakak

- 226 -


From Zero To Hero mam Rozanah yaitu mam Zita, melakukan kesalahan fatal yaitu mencuri uang majikanya itu . Memang bukan aku yang mencuri. Tapi ibarat pepatah “Tidak makan nangka tapi ikut kena getahnya�, karena pembantu mam Zita juga orang Indonesia. Mereka beranggapan semua orang Indonesia itu suka mencuri. Walau sang pembantu sudahpun di putuskan kontrak kerjanya, tapi aku tetap kena imbasnya. Aku selalu jadi pergunjingan mereka bahkan mam Rozanah yang dulunya percaya kepada ku, kini jadi aneh. Galak, pelit bahkan kalu dia kerja seluruh kamar dikunci. Aku hanya bisa pasrah dan berdoa semogga semua ini cepat berahir. Akhir kontrakku tinggal menunggu waktu. Mam Rozanah pun tanpa minta persetujuanku, telah membelikan aku tiket untuk langsung pulang. Esok harinya, aku diantar ke Bandara. Akupun tak kuasa untuk menahan, karena itu adalah hak aku. Aku pulang ke Indonesia tercinta dengan mendarat di Bandara Achmad Yani – Semarang. Di ruang tunggu telah berjejer keluarga yang sudah dari tadi menungguku. Kupeluk kedua orang tua ku kucium tangan tanda baktiku ku pandangi kedua adikku yang ketika aku tinggal dulu masih kecil sekarang sudah tumbuh dewasa. Ya, 2 tahun waktu yang lama bagiku saat itu , rutinitas ku yang dulu, kini kurasakan kembali. Memasak serta bersih-bersih rumah itu tanggung jawabku. Mungkin karena sudah kebiasaan kerja dan rutinitas di rumah majikan, dulu hari hariku terjadwalkan. Ketika di rumah aku merasa jenuh dan suntuk. Pikiranku mulai melayang aku tidak mungkin duduk disini tanpa melakukan sesuatu. Semakin hari uang tabunganku makin berkurang karena tidak ada pemasukan. Ada seorang saudaraku yang kebetulan berprofesi sebagai sponsor TKW ke Hong Kong, mendatangi rumahku dan menawarkan aku untuk bekerja disana

- 227 -


From Zero To Hero dengan iming iming gaji 3juta perbulan. Gaji itu 2x lipat dari gajiku di Singapura. Aku tergiur juga. Lagi lagi dengan meminta ijin orang tua, aku ingin bekerja kali ke2 keluar negeri dengan tujuannya adalah negeri beton Hongkong. Dengan pengalamanku yang sukses 2 tahun diluar negeri, tanpa perdebatan, bapak mengijinkan aku untuk bekerja di Negara Andy Lau melalui PJTKI yang bertempat di Jakarta. Setelah hampir 4 bulan masa training, aku terbang juga. Keberangakatan kali ini aku rasakan berbeda dengan waktu keberangkatan ke Singapura 2 tahun lalu. Pemberangkatan kali ini aku lebih semangat dan lebih percaya diri dengan kemampuanku. Suara pemberitahuan dari salah seorang awak pesawat, kudengarkan dengan seksama. Ternyata aku sudah sampai di Hong Kong. Pelan pelan kulangkahkan kaki keluar dari pesawat. Ku toleh kanan dan kiri. Betapa indah dan tertibnya daerah asal Jacky Chan ini. Setelah melalui proses di imigrasi aku keluar menuju tempat tunggu yang telah di arahkan oleh agensi yang menempatkan aku. Mereka mengarahkanku menunggu di depan MC Donald. Tak terasa sudah 2 jam aku terdiam, berdiri disini menunggu jemputan. Sabar dalam hatiku. Ahirnya datang juga seorang warga berkebangsaan Cina. Dia menyapa kami berempat dengan bahasa yang asing kami dengar, yaitu bahasa Cantonise. Dengan arahanya kami mengikuti dia menuju agensi, tempat dimana aku akan dipertemukan dengan calon boss ku yang kedua. Sepanjang perjalanan aku hanya berharap semogga aku bias sukses di sini dan bias lebih membahagiakan keluarga serta menabung untuk masa depanku kelak. Sampailah kami di Causewabay. Kami menju sebuah gedung yang menjulang tinggi. Dengan bantuan lif kami naik menuju lantai 11. Di suatu ruangan, sudah

- 228 -


From Zero To Hero ada beberapa orang Indonesia yang senasib denganku, yaitu ingin merubah hidup demi keluarga , anak tercinta. Kami ngobrol sambil menunggu untuk proses pemeriksaan kesehatan dan dan pembuatan KTP Hongkong. Bersama sama kami menuju sebuah klinik dan imigrasi. Setelah semua selesai kami yang semula berempat harus berpisah karena kami di tempatkan di daerah yang berbeda-beda. Perasaan yang dulu ada sekarang timbul lagi. Dag did dug menunggu jemputan boss baru. Tak berlangsung lama sepasang suami istri datang dan melempar senyum ramah kearahku .Mencoba sedikit memahami aku mendengarkan percapakan mereka dengan salah seorang petugas agensi. “Ooh..�sambil tersenyum aku bergumam merekalah bossku . 5 menit kemudian. aku disuruh petugas agensi untuk siap siap karena boss ku akan mengajak ku pulang kerumah mereka. Dari daerah Mongkok, dengan menaiki bus kami menuju Lam Tin. Perjalanan 30 menit terasa begitu cepat. Naiklah aku ke lantai 19/f flat 9 Tak Lok House seingat ku. Disinilah kehidupan baruku akan dimulai. Seorang kakek tua dan anak laki laki umur 8 tahun sudah duduk di sofa mini rumah itu. Sedikit basa basi dengan logat bahasa yang masih amburadul, ku sapa kedua orang itu. Kemudian, kami makan malam bersama. Ini adalah malam pertaman, ketika aku merebahkan badan di kasur, terasa tidak berbeda juga dengan pengalaman 2 tahun silam. Aku mulai membuat rencana arah tujuan serta langkahku . Sebuah buku diary kecil sudah siap dengan corat coret dari jumlah angka sampai gambar denah rumah yang menjadi impianku. Nasibku baik karena selalu mendapatkan majikan yang baik. Kakek dan anak yang penurut ini membuat ku tak merasakan kalau tengah jauh dari keluargaku. Keakraban serta suasana keluarga Chan membuatku betah seperti rumah sendiri.

- 229 -


From Zero To Hero Ternyata indah gemerlap negeri beton ini membuat aku lupa. Kehidupan bebas bahkan sampai pergaulan yang tidak karuan. Semenjak kenal sebut saja Tio (bukan nama sebenarnya). Dia adalah seorang Tomboy yang ku kenal saat pertama kali libur di Victoria Jum’at itu. Setelah kenalan, hampir tiap liburan aku selalu bersama dia . Lama kelaman, hilangah naluri kewanitaanku. Aku mulai mengenal rokok bahkan cinta yang menyimpang. Aku mulai mencintai sesame jenis. Kehidupan yang tidak pernah jauh dari rokok bahkan diskotik. Setelah menginjak hampir 1,5 tahun, aku mendengar kabar dari ayah membautku limbung. Dari percakapan di telpon, Ayah memberi tahu kalo adik bungsuku sakit tifus dan sudah dibawa ke dokter, karena masih perlu rawat jalan. Aku berusaha sabar berdoa semoga tidak terjadi apa apa dan adik ku cepet sembuh. Hari pun belum berganti. Tiba tiba pada jam 09.00 malam waktu setempat, Ayah kembali menghubungi aku melalui telepon. Ayah memberikan kabar bahwa Adikku sudah dibawa ke rumah sakit karena muntah darah. Ya Allah, cobaan apa ini? Apa yang Harus aku lakukan? Istigfar dan doa selalu terucap dari mulutku. Malam itu aku tidak bias memejamkan mata. Aku hanya berdoa dan meneteskan air mata. Ya Allah, cobaan mu melebihi batas kemampuanku. Apakah memang ini karma yang engkau berikan kepada hamba atas segala dosa dan silap hamba selama ini ? Tak juga berhenti tapi aku berusaha menyembunyikan perasaan kacau itu. Karena aku tidak ingin majikanku sampai mengetahui keadaan ini. Mungkin karena lelah serta sudah habis air mata ini, aku terlelap ketika pagi rutinitas membuat sarapan serta mengantar anak kesekolah sudah selesai. Bergegas aku menghubungi Ayah dan menanyakan kabar adikku. Ayah mengatakan bahwa Adik masih di

- 230 -


From Zero To Hero ICU. Keluarga belum di perkenankan masuk membesuk. Ternyata Adik terserang penyakit Deman Berdarah akut tanpa terdeteksi sebelumnya.Begitulah menurut dokter, di Rumah Sakit di daerah Semarang . “Ya Allah, sembuhkan adik hamba”, bait kata yang selalu terucap lewat hati juga mulutku .Tak henti air mataku mengalir. Aku harus bagaimana? dalam hatiku tersimpan sejuta pertanyaan. “Aku ingin pulang dan melihat kondisi adik ku”, batinku. Siang pun berganti sore dan malam pun datang. Setelah matahari terbenam, suara ponsel mengagetkan lamunanku. Aku melihat nomor ayahnya di layar ponsel yang berdering. Hatiku semakin tak karuan. Dengan cepat ku tekan tombol hijau dan diseberang terdengar suara parau ayahku menandakan dia sedang menangis. ”Ya Allah, Ya Allah“ dalam hatiku belum sempat aku bertanya. “Gusti Allah lebih sayang adekmu dan Allah telah memanggilnya“, ucap Ayah. Kubekam suaraku dan aku menangis sekuat mungkin. Ku lempar hp ku, entah kemana. Sang kakek yang mendengar ledakan tangisku binggung bukan kepalang. Ditelponnya majikanku yang kebetulan saat itu lagi makan di luar. 10 menit kemudian mereka pulang dan mengintrogasi aku kenapa mengapa dan bagaimana? Satu pun belum terjawab olehku. Dadaku sesak. Suaraku terkunci. Mataku kosong tak berisi.”Ngo yiu fan yanei (aku ingin pulang ke Indonesia) jawabku dalam bahasa Cantonise. Setelah aku memberikan penjelaskan, akhirnya boss mengiyakan permintaanku dan keesokan harinya aku di belikan tiket untuk pulang. Sedikit lega tapi tetep hatiku tidak karuan. 5 jam di pesawat terasa bagikan 5 hari. Aku sudah tidak sabar. Setelah ini, rute yang kulalui adalah semarang. 1 jam sudah aku di pesawat menunggu detik detik posisi turunnya pesawat. Air mataku sudah tidak

- 231 -


From Zero To Hero terbendung. Aku tidak kuat membayangkan itu semua. Setelah pengambilan bagasi, aku bergegas keluar. Kuliat sosok yang paling ku hormati, Ayah. Itu ayahku, tapi aku tidak melihat ibuku. Tiba-tiba pandanganku gelap dan setelah sadar aku sudah di rumah dan ku liat ibu di sampingku sambil nangis dan menyebut namaku. Aku hanya terdiam dan air mataku mengalir dengan derasnya. Ku coba menata hatiku dan tabah serta sabar walau aku tidak bisa melihat terahir wajah adikku. Kenapa aku harus jadi orang tak punya? Kenapa aku harus bekerja jauh dari keluarga ?, Kenapa kenapa dan kenapa ? Seandainya aku terlahir di keluarga berada, pasti aku tidak akan jauh dari mereka. Aku akan selalu berada di dekat mereka. Hmmm‌ Takdir. Ya inilah takdir menyesalpun tiada gunanya. Semua sudah ada dalam garis agendaNYA. Sejak kejadian itu aku semakin giat dan semangat bekerja. Akan kubuktikan bahwa suatu saat aku akan sukses dan aku mampu membahagiankan mereka dan tidak akan lagi jauh dari mereka. 2 tahun berlalu. Ku putuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja, bukan karena majikanku tidak baik. Lagi lagi demi kehidupan bebas. Aku belum puas bahkan mataku belum terbuka bahwa jalan yang kutempuh adalah salah kaprah. Hatiku memberontak karena bisikan teman-temanku bahwa aku harus libur pada hari Minggu supaya bisa selalu berkumpul bersama mereka. Bisa menikmati indahnya suasana diskotik yang memang akan ramai pada hari minggu. Dengan berbagai alasan dariku, bossku mengiyakan permintaanku. Boss memang baik. Tapi selama aku bekerja disitu, aku tidak mendapatkan libur hari minggu dan public holiday, walaupun diganti dengan uang penganti liburku . Tapi aku merasa, selama di Hong Kong aku tidak berkesempatan untuk melihat hamparan lautan manusia ketika hari minggu di Victoria park seperti yang

- 232 -


From Zero To Hero dulu ku denger dari para alumni temanku yang pernah kerja di Hong Kong. Dengan alasan kongkrit yang aku utarakan pada boss, akhirnya mereka mengiyakan keinginanku untuk ganti suasana, dengan pesan untuk datang ke situ jika aku ada waktu. Tidak susah untuk aku mendapatkan boss baru dengan pengalaman kerja serta bahasa yang aku kuasai. Dengan bantuan agensi aku mendapatkan majikan yang baik dan mengerti hak hak TKW, seperti gaji standar, libur pada hari Minggu dan public holiday. Boss ku memang terbilang orang kaya . Aku kerja disini juga tidak sendiri. Ada tiga orang pekerja yang semuanya berkebangsaan Indonesia. Kami memiliki tugas dan kewajiban masingmasing. Kami bekerja layaknya saudara jadi disini tidak ada kendala dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Waktu berjalan dengan cepat. Setelah saya bisa mendapatkan libur hari minggu saya lebih bisa berbaur dengan sesama teman seperantauan. Ternyata indahnya persaudaraan di negeri beton ini. Aktivitas yang kami lakukan pun beraneka ragam dari kerohanian sampai pendidikan. Disini mata dan hatiku semakin terbuka. Sedikit demi sedikit ku tinggalkan kehidupan bebas itu dan aku mulai mengenal arti hidup. “Sampai kapan aku seperti ini ?� adalah pertanyaan yang selalu menghantui. Aku semakin haus akan ilmu dan informasi. Dalam hati aku saya ingin menjadi seoarang yang sukses demi masa depan. Dulu memang saya lahir di keluarga yang kurang mampu. Pendidikan yang mampu saya diraih adalah SLTP. Alhamdulilah, disini bisa melanjutkan kejar paket C yang setara SMU, bahkan berlanjut ke universitas. Dengan hasil jerih payah aku bisa membahagiakan orang tua. Cita-cita dalam pendidikan bisa aku raih. Aku bisa membangun rumah sendiri. Sedikit demi sedikit dari tanah bahkan rumah sudah berdiri. Namun, terkadang

- 233 -


From Zero To Hero hati selalu memberontak ketika malam datang. Aku bertanya dalam hati “Apa lagi yang dicari disini? kenapa sampai detik ini aku masih disini?� Sungguh, kepuasan manusia itu memang tiada batasnya. Itulah manusia ! Kesuksesan memang tidak bisa di ukur dengan uang tapi keberhasilan yang di ikuti usaha serta keinginan untuk berubah akan membawa kita kesebuah gerbang kesuksesan. Pekerjaan TKW mungkin masih di pandang sebelah mata. Tapi dari pekerjaan sebagai TKW, kita bisa membuktikan bahwa kita juga mampu berdiri dan berguna buat diri sendiri, keluarga serta masa depan. Hargailah tiap jerih payah, karena dari jerih payah itu kita akan mampu mengukur seberapa besar keringat yang telah kita keluarkan. Pengorbanan di setiap langkah yang telah kita lalui. Sekarang keinginan aku hanya satu. Pulang ke Indonesia dengan bekal serta ilmu yang telah didapatkan. Aku ingin berkumpul bersama keluarga serta merasakan indahnya “RUMAHKU ISTANAKU� .

- 234 -


From Zero To Hero

Kisah Muhanafiah Dengan ikut pembelajaran Entrepreneur Ritel ini saya berharap bisa menguasai semua ilmu yang di berikan dan mewujudkan cita –cita saya Saya di lahirkan dan di besarkan dari keluarga sederhana di Desa Sukorejo Blitar Jawa Timur,nama lengkap saya Muhanafiah sejak kecil biasa di panggil Hanna,saya anak kedua dari lima bersaudara. Kedua orang tua bekerja sebagai petani, semasa kecil saya sekolah di Taman kanak – kanak Darmawanita selama dua tahun, setelah itu masuk di SDN Sukorejo 2 selama 6 th,semasa di SD saya kadang – kadang dapat peringkat kadang juga enggak dapat. setelah ujian nasional akhir saya mendapat nilai baik dan danem yang lumayan bagus. Setelah lulus dari SD saya sekolah di SLTPN 1 Udanawu Blitar yang lokasinya dekat dengan dengan tempat tinggalku, yang bisa di tempuh dengan berjalan kaki saja. Setelah pendaftaran selesai saya di terima dan masuk di kelas favorit yang di tempatkan di kelas D. Waktu itu kelasku menjadi kebanggaan guru – guru karena nilainya mampu bersaing dengan sekolah favorit di kotaku. Yang paling berkesan saat sekolah di SLTP waktu itu saya kelas dua, ada pelajaran Kesenian dan kerajinan, ada pelajaran musik, tata busana. Waktu itu pernah praktek bikin shampo yang bahannya sudah di sediakan, pikir saya ini biasa – biasa saja, nah yang pelajaran tata busana ini yang berkesan waktu itu di

- 235 -


From Zero To Hero kasih materi dasar setelah itu praktek jahit pakai tangan. Saat itu saya suka dan saat luang di rumah saya mencoba menjahit baju dengan tangan dan merancangnya sendiri dan hasilnya di pakai adik saya yang waktu itu berusia 6 tahun hehee‌dan saat hari raya saya juga merancang sendiri baju buat lebaran tapi di jahit orang lain (penjahit). Saya juga suka mengumpulkan artikel tentang desain baju, saya dapat dari Koran / majalah, dan sepintas dalam pikiran saya ingin punya Butik yang juga menerima pesanan jahit baju dan perasaan itu semakin kuat ketika saya nonton film di tv yang saat itu bercerita tentang usaha konfeksi batik solo yang tadinya usahanya maju dan akhirnya mengalami kemrosotan, dari cerita itu membuat semanagat saya sedikit menurun. Karena saya suka dengan jahit menjahit waktu itu Bapak saya mau memasukkan saya di sekolah modes terdekat, sayapun menolaknya saya jawab saya mau melanjutkan ke SMU, waktu itu saya pikir saya cuma di sekolahkan di modes saja. Setelah lulus dari SLTP saya mendapat nilai Danem yang tidak bisa masuk di SMUN 1 Srengat termasuk sekolah favorit yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal saya, kedua orang tua menyuruh saya melanjutkan di SMUN 1 Ponggok yang lokasinya di daerah saat itu saya enggak cocok, saya mau melanjutkan ke SMUN 1 Kademangan saat itu saya kurang tahu tentang sekolah – sekolah yang ada di kotaku, yang saya tahu selain Kedemangan yang kemungkinan saya di terima SMU 2 dan SMU 3 Blitar tapi lokasinya jauh dan harus ngekos jadi kedua orang tua saya tidak setuju, ibu saya menyuruh saya daftar ke SMK yang saat itu kakak sepupuku juga sekolah di situ tapi status SMKnya masih disamakan jadi kurang semangat belajar hehee‌ Setelah daftar dan melalui penyaringan saya lolos dan keterima di kelas C waktu pertama kali sekolah saya

- 236 -


From Zero To Hero merasa berbeda karena kebanyakan teman sekolahku perempuan semua dan anak laki – lakinya sedikit waktu kelas satu SMK smester 1 saya sempat tidak menerima Raport saat pembagian disebabkan karena saya kurang mengumpulkan tugas Bahasa Indonesia entah kenapa saya enggak suka dengan gurunya setiap menyuruh saya membaca selalu mengulangi sampai tiga kali yang katanya kurang keras dan enggak kedengaran itu membuat saya jengkel dan malas ngerjain tugas. Hehee ‌ Setelah kejadian itu saya tidak bandel lagi dan sadar di SMK sekolahan yang bagus karena ada praktek kerja luar waktu mau kenaikan kelas pernah ada tugas untuk memasarkan barang produksi saralee, ini adalah pengalaman saya yang pertama kali yaitu menjual kopi bubuk dan baju dan saya jual di tetangga dan sebagian dibeli ibu sendiri.setelah UAS saya naik ke kelas dua di jurusan Sekretaris dan pernah magang di dinas pemerintah selama dua bulan,(kelas dua selama 1bulan,dan kelas tiga 1 bulan) jadi saya dapat dua sertifikat.dan saat magang kerja di Dinas pemerintahan itu member saya banyak pengalaman Saya jadi mengerti berapa gaji pegawai negeri dan yang masih sukuan saat itu, menurut saya sedikit di banding yang kerja luar negeri sedangkan mau daftar jadi pegawai negeri kebanyakan memakai black money,saat itu saya berpikir lebih baik membuka usaha dari pada jadi pegawai negeri,dan saat berbincang dengan guru bahasa mandarinku waktu kelas 3 SMK juga berkata demikian. Sejak kelas 1 SMK sudah ada pelajaran tentang kewirausahaan dan saya sangat suka pelajaran ini keinginan saya untuk punya butik muncul lagi dan saat itu tidak ada pikiran saya untuk melanjutkan di sekolah tinggi,karena saya sadar tidak ada biaya.Setelah pengumuman kelulusan bulan juni sebenarnya kakakku menyuruhku untuk melanjutkan sekolah Diploma saja

- 237 -


From Zero To Hero dulu yang penting suatu saat dapat kerjaan tetap,tapi saya tidak mau membebani kakak dan tidak ada bayangan untuk kerja di kantor atau apa,yang menjadi keinginan saya waktu itu kerja keluar negeri mencari modal buat membuka usaha. Supaya saya bisa membahagiakan orang tua , dan juga saudara –saudaraku. Pada tanggal 31 agustus 2004 saya mendaftar ke PJTKI di Malang dengan Negara tujuan Hongkong, saya belajar bekerja dan bahasa selama 7 bulan. Di PJTKI inilah mental saya benar – benar di uji, yang tiada hari tanpa di marahi karena kata mereka saya terlalu kalem sedangkan orang Hongkong tegas – tegas. Di PJTKI saya belajar pekerjaan rumah tangga semua, bersih – bersih paving yang sangat luas, itu di karenakan saya mendapat job yang pekerjaannya berat. Setelah 7 bulan lamanya dan melalui beberapa ujian dari ujian bahasa, ujian praktek kerja akhirnya saya terbang ke negeri beton tanggal 5 april 2005. dan benar sekali rumah majikan saya sangat luas rumah kakek diberi nama big house dan rumah majikan new house berada dalam satu lokasi ada halaman, dan kebun yang di tanamin buah, masih ada apartement dan toko yang saya bersihkan setiap tiga hari sekali, waktu pertama kali tiba kakek dan nenek sedang berada di kanada, jadi yang dirumah cuma tuan, nyonya dan kedua anaknya. Karena saya orang baru dan masih belum begitu menguasai bahasa kesalahan kerjapun sering saya lakukan. Saat itu nyonyaku orangnya sangat cerewet dan galak itu membuat saya sering tertekan setiap pulang kerumah pasti marah –marah,enggak ada kesalahan juga cari – cari kesalahan saya. Itu membuat saya tidak betah karena saya tidak biasa di bentak –bentak pekerjaan yang sangat banyak dari mencuci baju pakai tangan, pakai mesin bersih –bersih dua rumah yang satu lantai dua tapi besar, dan yang satu

- 238 -


From Zero To Hero lantai tiga, dan harus menyapu halaman, tidak boleh ada satu dunpun di halaman sedangkan daun yang kering mudah rontok ini membuat saya harus pintar – pintar membagi waktu, yang sampai – sampai waktu makan siang makan dua lembar roti saja sambil membersihkan jendela karena takut tidak ada waktu lagi. Majikanku saat itu nyuruh kerja seperti tidak ada hari esok dan harus selesai hari ini. setelah beberapa minggu bekerja saya kenal dengan tetangga sebelah yang juga BMI dan meminjami saya HP dan saya telpon kakakku lalu dia memberikan pulsa buat telpon Orang tuaku. Setelah empat bulan kerja Nenek dan kakek pun pulang dari Kanada mereka berdua baik. Sejak ada mereka perlakuan majikanku yang perempuan sedikit berubah. Setelah 7 bulan bekerja sayapun mendapat libur satu kali dalam 2 minggu waktu liburan saya habiskan buat bertemu kakak , telpon sama orang tua. Dan dua minggu enggak libur selalu di ajak nenek membersihkan kebun dari bersihin selokan, mencabut rumput, dan membabat rumput gajah yang liar seperti semak –semak yang tingginya hampir sama dengan saya dan selalu itu pekerjaanku kalau pas enggak libur sampai punggung rasanya pegel – pegel. Pas waktu di dapur saya lihat ketela rambat yang di beli nenek bertunas lalu saya potong yang bertunas sebagian terus saya tanam,saya tidak pernah menyangka ternyata hasilnya luar biasa saya lupa seingat saya tumbuhan ketela itu cepat sekali tumbuh dan merambat seluas kebun, yang akhirnya rumput – rumput liar seperti rumput gajahpun mati gak tumbuh lagi yang tadi lahannya cuma dipenuhin rumput akhirnya jadi kebun ketela dan buahnya besar – besar itupun gak berjalan lama karena buahnya di curi babi hitam(alas). Akhirnya di tanamin cabe, terong, kauke, dan papaya. setelah bekerja lama hamper empat tahun

- 239 -


From Zero To Hero rupanya majikan saya yang perempuan masih saja cerewet tapi enggak segalak waktu pertama kali saya bekerja, kadang orangnya sangat baik seperti ibuku sendiri kadang juga jahat menurutku, saya ingat waktu musim dingin yang sangat dingin dan hujan deras masih menyuruh saya mencuci baju di luar saya sambil pegang payung dan mencuci baju setelah mencuci baju mencuci mobil itu selalu malam hari, padahal siang juga sudah mencuci baju biasanya saya selesai bekerja selesai bekerja lebih dari jam 12 malam bahkan pernah sampai jam 2 malam dan harus bangun kurang dari jam 6. Sebenarnya ceritanya sangat panjang karena saya bekerja selama 4 th itu saya lalui dengan sabar karena saya tidak mau mengecewakan orang tua. Bekerja lama bukan berarti tabungan saya sudah menumpuk selain buat biaya kuliah saya sendiri juga untuk biaya sekolah adik saya yang sekarang sedang belajar di perguruan tinggi di Malang karena pekerjaan dan hati yang tertekan hampir setiap hari saya telpon ibu, teman kadang saling curhat di sini dahulu biaya telpon mahal beda dengan sekarang yang serba internet. Menjelang kontrak saya berakhir saya berkeinginan mencari majikan lain yang rumahnya kecil seperti di apartement biar kerjaan lebih ringan karena gaji pekerjaan sedikit dan banyak sama besarnya, majikanku sudah terlanjur suka sama saya mau bekerja selama berapapun boleh karena saya penurut dan jujur katanya hehee dan menawarkan mau mengasih Bonus, tetapi saya tidak tertarik dengan bonus yang dia berikan karena pekerjaannya sangat banyak , saya ingin mencari pekerjaan yang ringan dan hari minggu saya isi untuk kursus atau melanjutkan kuliah, dan ingin serius menabung. Setelah hari H meninggalkan majikan ternyata mereka berat melepas saya khususnya kakek dan nenek

- 240 -


From Zero To Hero mereka nangis dan berpesan kalau mau bekerja lagi suatu saat nanti di suruh telpon mereka. Saat itu saya terpaksa bohong ke mereka kalau saya pulang Indonesia dan tidak bekerja lagi. Saya takut majikan perempuan kalau saya bilang cari majikan lagi dia pasti tidak suka, dan memperlakukan saya tidak baik. Setelah keluar dari majikan ini saya sempat dapat majikan yang hampir sama, sama-sama cerewet di daerah Tunmun dia bilang saya tidak boleh pakai hp, menyapu lantai kaki saya disuruh sambil narik kain semacam keset itu sangat susah saya lakukan, dan tempat tidur di depan jendela tanpa teralis kalau siang hari di buat jemur baju, padahal di kamar itu ada ranjang tapi di penuhin dengan barang – barang sedangkan rumahnya di lantai 25 itu sangat ngeri bagi saya. Lemari buat nyimpan bajupun tidak ada saya merasa tidak cocok. Karena saya sudah bayar mahal untuk mencari majikan saat itu sebesar $ 3000 jadi saya telpon keagen untuk membatalkan kontrak ini dan mencarikan majikan lagi. Akhirnya saya mendapat majikan yang baik enggak cerewet dan sedikit pekerjaan saking baiknya kadang saya merasa seperti di cuekkin karena ada komunikasi kalau penting – penting saja. Selain itu karena saya juga pendiam dan Alhamdulillah sekarang sudah kontrak kedua dan hampir habis. Dan saya juga bisa mewujudkan keinginan saya untuk bekerja sambil kuliah untuk menambah wawasan, sejak mengikuti kuliah teman – teman saya lebih banyak dan sangat berbeda dengan sebelumnya mereka sangat kreatif dan mengikuti kursus untuk mengisi waktu luang sayapun juga demikian hingga akhirnya saya mengikuti workshop yang diadakan bank mandiri, waktu pertama mengikuti saya sangat senang karena pembelajarannya bagus dan gratis saya dulu mengikuti 3 kali pertemuan dan yang terakhir acara

- 241 -


From Zero To Hero big boss cuma ikut 1 jam karena sedang ujian semester. saya pernah bilang ke teman kalau ada lagi saya mau ikut yang lanjutan. Setelah beberapa lama kemudian salah satu temanku mengabarkan lagi ada pendaftaran kursus entrepreneur dari Univ Ciputra tanpa pikir panjang saya putuskan untuk mengikuti. Dulu sebelum ada workshop saya sering brosing tentang peluang usaha tapi rasanya bikin saya pinplan. Dengan ikut pembelajaran Entrepreneur Ritel ini saya berharap bisa menguasai semua ilmu yang di berikan dan mewujudkan cita –cita saya dulu sebelum berangkat menjadi TKI menjadi seorang pengusaha yang sukses ,dan bermanfaat bagi orang banyak.bertemu dan bisa belajar di Entrepreneur Ritel yang di adakan Univ Ciputra ini bagi saya adalah sebuah anugrah karena didekatkan dengan orang – orang ahli bisnis yang membangun semangat saya kembali untuk menjadi seorang Entrepreneur.Saya sempat hilang semangat karena orang tua saya bilang untuk membuka usaha dibutuhkan modal yang tidak sedikit,dan ibuku yang di takutkan Cuma takut gagal. Demikian cerita riwayat hidup saya ada kesalahan bahasa mohon maaf yang sebesar – besarnya terima kasih.

- 242 -


From Zero To Hero

Kisah Robiangtin yang kuinginkan sekarang saya harus menabung dan saya harus membuka usaha sendiri

Saya di lahirkan dari seorang petani biasa nama Bapak saya MARNUN dan Ibun Saya SARAH. SayaAnak ke 4, tujuh bersaudara karena melihat kehidupan dari seorang biasa jadi tidak bisa seperti teman-teman bisa melanjutkan pendidikan ke SMP. Saya hanya lulusan MADRASAH IBTIDA IYAH (MI). Setelah lulus saya umur 13 tahun saya ikut bulik pergi ke Jakarta menjadi PRT. Di awal saya memasuki ke Jakarta dulu belum bisa bahasa Indonesia tetapi untung nya majikan saya Orang Surabaya jadi bisa bicara jawa. Ikut sama majikan cuma 12 bln terus pulang ke kampung. Balik lagi ke Jakarta sendiri tidak ikut bulik saya. Sesampai di Jakarta saya ikut orang china Medan yang jualan baju dan toko eletronik. Saya membantu sana kemari dan mengerjakan yang di Rumah memasak juga. Tetapi saya tidak tahan lama hanya bertahan 3 bulan. Lalu pindah lagi bekerja sama tacik, seorang yang mempunyai perusahaan Boneka yang berada di Pulau kapuk. Lalu Adiknya yang tiba-tiba ingin mencari pembantu akhirnya saya di pindah ke adiknya yang mempunyai Toko Bengkel Sepeda Montor di Jalan Cengkareng Raya. Saya bekerja selama 2 tahun. Selanjutnya saya pulang kampung dan saya mau di nikah kan sama bapak atas pilihannya bapak

- 243 -


From Zero To Hero saya. Saya masih kecil umur 15 thn saya tidak paham kalau tidak di bilangin sama Bulik adik dari nenek. Waktu itu saya belum siap Menikah. Akhirnya saya kepikiran sempat membohongi bapak saya, mau kepasar sama adik saya yang mengantarnya.Tetapi saya mencari teman kenalan saya dan saya diajak ke Jakarta dengan bekalan baju satu setel uang 20 ribu Saya bisa sampai di Jakarta. Dengar-dengar cerita bapak saya sempat mencariku di Surabaya dan lapor sama polisi Surabaya kebetulan ada saudara di Surabaya yang dulu saya sepat mau di ambil menjadi anak angkat di waktu umur masih 3 thn. tetapi saya tidak mau katanya hanya menangis-menangis terus. Kembali ke cerita setelah saya pergi ke Jakarta sama temanku dia berasal dari trenggalek sebut saja namanya sukemi. Saya sama sukemi bekerja di pabrik tali sepatu di daerah grogol. Tetapi tidak lama karena tidak bisa menabung uang habis di buat makan sendiri akhirnya pindah lagi bekerja di sablon kertas, tidak kerasan lagi wuaduh orang tuanya si bos juahat banget. Akhirnya saya di tinggal teman saya pulang ke kampung dan saya di tinggal sendirian di Jakarta dan dia tidak mencariku lagi hanya menitipkan sepucuk surat entah isinya lupa. Akhirya saya kenalan sama temenya yang di titipi surat, Dulu saya buenci banget sama temenya itu tetapi apa yang terjadi dia malah menjadi pacarku dan mengajak ku pulang kampong saya mengikuti ajakan nya, terkejutnya lagi sesampai di daerahnya saya melihat temanku dan saya mampir di rumahnya memangnya kami baru saja menaruh hati di waktu itu dan pacar saya pulang di rumahnya tetapi saya masih tinggal di rumah Sukemi yang jaraknya tidak jauh. Terus tidak lama pacar saya mengajak pulang kerumahnya. Selanjutnya saya menikah sehabis menikah saya saya pergi lagi ke Jakarta merantau karena kehidupan di kampung tidah bisa mencukupi

- 244 -


From Zero To Hero kehidupan ku. Sehabih saya menikah satu bulan saya pergi merantau ke Jakarta karena perekonomian di jawa sulit. Saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan suamiku kerja sebagai kuli bangunan‌ Setelah saya bekerja sama majikan seorang polisi yang jarang tidak pulang kerumah, istri dari majikan Saya mempunyai adik, dia juga punya istri tapi adiknya majikan saya berselingkuh di rumah majikan. Dan akhirnya saya tidak tahan keluar bekerja selanjutnya saya memutuskan bekerja yang tidak mau tinggal rumahnya majikan. Saya mencari kos-kosan dan saya mencari kerjaan yang cuma mencuci, menggosok, ngepel, ya cuma bersihbersih begitu. Saya dalam satu hari berangkat sehabis sholat shubuh satu hari saya bekerja 3 Rumah, tapi cuma bisa berjalan kurang lebih 2 bulan, saya kena musibah demam, suamiku tidak mau membawaku kerumah sakit cuma minum obat penurun demam dan akhirnya saya kena tipes. Selanjutnya saya di bawa pulang ke jawa pulang kerumah orang tuaku, karena saya setiap hari hanya memanggil nama bapakku. Sewaktu saya di jalan saya sudah tidak berdaya tidak bisa berjalan lemes banget seluruh tubuhku hanya tergulai seperti sebujur mayat. Suamiku yang keras kasar tidak mau memperdulikan aku. aku ke betulan waktu itu, sewaktu sesampai di terminal bis Ponorogo aku di suruh berjalan sendiri tapi aku tidak mampu berjalan. Kebetulan saudaraku ada yang seorang sopir bis jurusan wonogiri ponorogo, dan ada yang sopir angkot, Ponorogo sampung. Kebetulan sewaktu suamiku memarahi aku karena aku tidak mau berjalan saya di tendang-tendang, saudaraku pas melihatnya lalu saya di tanyain kenapa. Setelah itu saya di antar pulang kerumah bapakku. Saya tidak sadarkan diri 3 minggu lamanya. Terus sama bapakku di bawa kerumah sakit untuk perawatan.

- 245 -


From Zero To Hero Sampai-sampai saudaraku setiap menengok aku katanya cuma hanya menangis. Karena aku katanya tidak sadarsadar, dleming sendiri omongan saya, sampai saya tidak bisa berjalan hamper satu tahun. Saya kembali belajar berjalan, merangkak seperti anak kecil yang mulai berjalan, kemanapun saya merangkak pelan-pelan mandipun saya harus disiapin segalanya. Lalu saya waktu itu rindu dengan sholat. Belajar berdiri tapi jatuh, sambil sujud berdoa ya allah kapan saya sembuh seperti semula‌makan tidak boleh nasi harus bubur. Bubur membikin aku tidah sehat pikirku tapi setiap rumah tidak ada orang saya mencuri nasi dan sayur yang di makan orang-orang sehat tadi. Tapi setelah saya makan nasi demam saya kambuh lagi, saya hanya boleh minum susu sama bubur. Saya sempat berpikir dalam hati saya berdoa ya allah bila saya dikasih sembuh cepat berikan aku kesembuhan. Bila saya kembali ke pangkuanmu cepat cabutlah nyawaku..? Soalnya saya kesel banget tidur sakit duduk sakit pingin berlari tidak bias berjalan cepat, pingin ke sawah juga tidak mampu berdiri. Saya tidak mengira kalau saya masih di beri panjang umur sampai sekarang trimakasih ya allah‌Saya masih di beri umur panjang. Setelah saya sembuh saya di boyong ke Trenggalek sesampai di trenggalek kambuh lagi sakitku. Setiap saya control, ada seorang pegawai kabupaten dia orangnya sangat baik. Dia selalu menjemputku naik kendaraanya, karena dulu suamiku tidak punya sepedah ontel kemana-mana hanya berjalan kaki kalau tidak meminjam punyaanya tetangga. Setelah saya bener-bener sembuh saya di tinggal merantau ke Jakarta. mertuaku juga merantau di pare Kediri. Saya di tinggal sendiri saya melihat kondisiku sudah mampu bekerja lalu saya ikut mertuaku bekerja di pare. Saya di tempatkan saudaranya

- 246 -


From Zero To Hero majikannya mertuaku. Saya bekerja ikut sama orang mempunyai usaha peternak ayam, dan mempunyai usaha makanan ayam, karyawanya ada 8 orang ada yang menggiling jagung, ada yang mengaduk, ada yang menaruh di karung, ada yang menata telur ayam ada yang mengurusi ayam. Tugas saya saya hanya belanja memasak buat makan karyawan nya tadi. Yang bersihbersih ada sendiri yang masak buat majikan ya majikan sendiri yang memasak. Saya bekerja ikut bos ini 2 bulan saya hamil dulu. Saya tidak tau kalau hamil saya bilang sama majikan saya kalau terlambat bulan lalu periksakan ke dokter baru saya tau kalau saya hamil. Kemudian suamiku pulang dan menjemputku dan menyuruhku tidak bekerja saya pun menurut. Akan tetapi saya setiap malam di tinggal sendirian di rumah entah pergi kemana. Sempat saya menanyakan tetapi apa yang ku dapat omelan kembali. Saya memang mempunyai nasib yang kurang baik dari perlakuanya suamiku. Tetapi saya dulu masih tetap bertahan sampai mempunyai anak 2, belum juga suamiku memperhatikan keluarganya. Anak saya yang ke 2 baru menginjak umur 2 minggu saya sudah di tinggal ke Jakarta baru saya kehabisan dan kecapekan saya pergi ke rumah orang tuaku karena tidak di kirimi uang. Akhirnya melihat semua tetangga pada merantau saya pun akhirnya punya niat merantau walau sempat di larang akhirnya juga diijini, karena kalau saya tidak boleh pergi keluar negeri saya minta di belikan kalung 10 gram. Dan suamiku tidak mampu Akhirnya saya pun menjadi pergi ke PT Tulung Agung. Lamanya di PT 7 bulan baru saya di berangkatkan ke hongkong. Sesampai Hongkong saya menjaga nenek sama anak 1 umur 10 tahun. Nenek saya dulu wuaduh persis mak lampir orang jawa menjuluki karena super cerewet, untungnya Majikanku

- 247 -


From Zero To Hero yang laki-laki sangat baik sekali selalu membela saya. Uang gajiku kukirim sudah di habisin suamiku selama 3 kontrakan. Waktu diawal bekerja gaji saya hanya 1800 dolars HK. Selanjutnya saya dikasih tiap bulan cuma 500 ribu, mau tidak mau baru saya bisa membeli tanah sampai bisa membikin rumah. Tetapi nasib yang membuatku tak berdaya sekarang rumah saya digadaikan. Tetapi saya tidak mau perduli dengan rumah yang kuinginkan sekarang saya harus menabung dan saya harus membuka usaha sendiri tanpa bantuan seorang lelaki. Anak saya sekarang sudah besar dan dia sudah tau siapa yang mencukupi kebutuhan nya dan saya tidak mengantungkan dari siapa-siapa yang penting anak saya mengerti, dan allah lah yang akan membalaskanya‌. **SEMOGA SAYA MENJADI TKI PENGUSAHA DAN WANITA MANDIRI**

- 248 -


From Zero To Hero

Kisah Riyani Tahap demi tahap saya berusaha mencari penghidupan yang lebih layak untuk mengangkat kehidupan keluarga. Nama saya Riyani. Berasal dari Kota Lamongan. Saya dari keluargga yang sangat sederhana. Kedua orang tua saya adalah Petani dan Pedagang kecil-kecilan. Saya anak pertama dari empat bersaudara, yang terdiri dari tiga perempuan dan satu laki-laki adalah adik yang paling kecil. Semua sudah menikah, kecuali adik laki-laki yang masih bujangan. Saya lahir dan di besarkan di lingkungan Petani. Sejak kecil bergelut dan bermain di persawahan yg sangat luas di alam yang asri. Sejak Sekolah Dasar saya hidup mandiri. Setiap hari bergelut di sawah membantu ke dua orang tua. Mulai dari menanam sampai panen padi. Kegiatan ini saya lakukan setelah pulang dari sekolan. Ketika zaman saya SD, lokasi sekolahnya jauh di seberang desa. Hingga saya harus jalan kaki bekilo-kilo meter. Saya sering terlambat datang ke sekolah apabila musim hujan atau karena terlalu lelah membantu pekerjaan orang tua. Hukuman yang saya dapat di sekolah jika terlambat adalah berdiri di depan kelas atau lari mengelilingi sekolah beberapa kali putaran. Hukuman ini tidak jadi beban, malah mengasyikkan karena dihukumnya tidak

- 249 -


From Zero To Hero sendirian, alias bersama teman-teman yang lain. Saya paling suka ketika hujan turun saat pelajaran sekolah usai. Karena saya dan teman-teman bisa main hujanan dan diteruskan ke sawah membantu orang tua. Saya dididik keras untuk membantu di sawah terutama mengerjakan tanam padi, jagung, polowijo, sampai mengerjakan yang berat, yaitu mengangkut padi untuk di bawa pulang. Saya suka mengerjakannya dan tidak ada beban sama sekali. Apabila banyak teman-teman sebaya mengajak bermain setelah pulang sekolah, mereka saya ajak ke sawah dan kami bermain disana. Pada saat musim hujan, kami mencari kepiting dengan cara menyusuri sawah di area yang jauh dari sekitar desa tempat kami tinggal. Menangkap kepiting-kepiting di musim hujan memang mengasyikan. Apalagi jika mencarinya secara berkelompok. Di mana ada lubang kepiting bersarang, pasti ada banyak kepitingnya. Kadang tangan-tangan harus terluka dan berdarah karena bergelut menarik kepiting yang ada di dalam lubang dan kepiting nya berontak, sehingga melukai tangan. Semakin tangan terluka, semakin banyak kepiting yang saya dapatkan untuk persipan makan malam. Terkadang saya sampai lupa pulang sebelum mendengar adzan Magrib. Pada musim kemarau banyak kegiatan dan aktifitas yang saya dapatkan di lingkungan sekitar dan langsung praktek dalam kehidupan. Terutama saat mandi di waduk. Di waduk, kami tidak hanya mandi, tetapi sambil belajar berenang dan bekerja mencari Besusul (semacam hewan siput yang hidup di dalam air berlumpur). Besusul ini bisa di masak sop, digoreng, di buat sambal, ataupun botok. Kata orang yang suka makan Besusul, rasanya enak. Saya hanya suka mencarinya tapi saya tidak suka memakannya untuk lauk pauk.

- 250 -


From Zero To Hero Mencari binatang besusul harus punya nyali dan strategi. Pertama, harus bisa berenang dan menyelam. Saya sudah bisa berenang menyelam pada kedalam 1 ½ meter mencari Besusul dengan cara pakai rok yang diikat dengan tali pada perut bagian pingang untuk menyimpan Besusul supaya tidak jatuh dan keluar. Semakain saya berenang ke tempat yang dalam dan berlumpur semakin banyak Besusul gemuk-gemuk yang saya dapatkan. Mencarinya juga ramai-ramai dan berkelompok, menyenangkan sekali. Ada yang megangi gedebok atau pohon pisang sebagai pelampung. Kalau kehabisan nafas karena menyelam terlalu lama, secara bergantian ada yang mengawasi kelompok. Kadang karena asyik menyelam jadi tidak menyadari sudah sampai di tengah. Ada juga yang mencari udang di tepi waduk dengan cara membuat lingkaran lumpur di pingir-pingir. Dalam lingkaran itu diletakkan dedak atau sebagai umpan untuk menangkap udang. Kami menangkap udang-udang itu menggunakan Erek semacam Jebor yg terbuat dari anyaman Bambu. Banyak juga hasilnya. Terkadang bisa sampai 1 kg untuk makan malam. Bermain sambil mencari sesuatu itu indah dan menyenangkan. Ada kalanya Ibu menyusul saya ke Waduk agar saya mau pulang sambil membawa makanan ringan untuk mengisi perut. Sejak tahun 1983 lahir adik saya satu persatu dengan perbedaan jarak umur satu tahun. Bahagia sekali rasanya memiliki adik-adik. Tapi juga menjadi berat beban ekonomi keluarga yang hanya memiliki penghasilan pas-pasan. Saya semakin termotivasi untuk lebih giat membantu Bapak dan Ibu. Lulus SD, Bapak tidak mengijinkan saya melanjutkan ke SMP. Saya berontak dan bertekad harus bisa sekolah SMP walaupun harus mencari biaya sendiri. Apabila waktu libur sekolah, saya mencari kerja serabutan

- 251 -


From Zero To Hero untuk dapat membayar SPP. Karena memang keadaan perekonomian keluarga yang pas-pasan, Bapak pinjam uang anakan yang bunganya 50% untuk memenuhi keperluan yang mendadak. Lama-kelamaan hutangnya belum bisa dilunasi. Saya sebagai anak, tidak tega melihat orang tua di maki-maki orang karena belum bisa bayar hutang yang sudah jatuh tempo waktu pelunasannya. Dengan alasan ini, diam diam saya pergi dari rumah tanpa berpamitan pada orang tua. Saya merantau ke Gresik. Disana saya jualan makanan jajan. Saya tingalkan bangku sekolah, mengikuti saudara yang sudah banyak juga marantau ke Gresik. Setelah beberapa minggu merantau, saya pulang dan Bapak memarahi habis-habisan. Saya memberikan pengertian akan alasan kepergian saya. Orang tua mau memahaminya. Setelah beberapa tahun bekerja di Gresik , saya mulai mencari informasi pekerjaan di Surabaya. Pada Tahun 1992, saya meningalkan kota Lamongan untuk mencari kehidupan yang lebih layak lagi demi membantu Keluarga dari himpitan perekonomian yang semakin hari kebutuhannya bermacam-macam. Apalagi Adik masih kecil-kecil. Saya bulatkan tekat untuk pergi ke Surabaya. Lagi-lagi tanpa pamit kepada orang tua. Saya berpikir, jika saya pamit bisa jadi akan ditentang. Saya tidak ada teman atau saudara di Surabaya. Hanya niat dan tekad yang saya miliki untuk mencari pekerjaan. Tujuan saya pertama kali sesampainya di Surabaya adalah terminal Jembatan Merah. Berangkat dari Lamongan jam 7 pagi, dan sampai di Surabaya pada sore hari. Selama di bis dalam perjalanan menuju Surabaya, saya berkata-kata pada diri sendiri “Saya harus dapat pekerjaan agar bisa membantu orang tua membesarkan adik-adik. Saya ingin meringankan beban keluarga. Saya harus berhasil�.

- 252 -


From Zero To Hero Tak terasa, bis berhenti di terminal terakhir yaitu Jembatan Merah. Saya turun dari Bis dengan disambut banyak orang -orang yang merebutkan saya untuk menaiki kendaraan mereka. Sebut saja Tukang becak, Supir taksi, dan Ojeg . Saya menjadi panik. Kebetulan, ada seorang bapak yang melihat kejadian ini dan kasihan kepada saya. Saya diamankankan dan menjauh dari terminal. Kemudian saya bertemu dengan bapak tukang becak yang baik hati. Bapak ini mengantarkan saya ke tempat penampungan orang-orang yang mencari pekerjaan. Saya diantarkan ke daerah kawasan Dharmo Indah. Beberapa hari saya tingal di tempat yang asing, saya teringat dan rindu pada adik adik. Setelah beberapa hari di Surabaya, saya mendapatkan panggilan pekerjaan. Saya tidak tahu pekerjaannya apa. Pokoknya, yang penting dapat menghasilkan rezeki yang halal. Jam 8 pagi saya di jemput oleh supir untuk diantar bekerja di kawasan THR Kusuma Bangsa. Ternyata, pekerjaan saya mengasuh bayi. Saya menikmatinya karena saya menganggap bayi itu bagai adik sendiri. Selama bekerja di Surabaya banyak pengalaman yg saya dapatkan. Kebetulan Bos saya orangnya baik dan perhatian. Pada waktu sengang, saya dapat banyak membaca surat kabar dan majalah ibukota. Dengan membaca saya menjadi tahu berita dan informasi yang membuat pikiran saya menjadi luas. Saya suka mengikuti berita politik dan selebriti. Apalagi kalau ada berita selebriti luar negeri , seperti Andy Lau atau Jacky Chan. Saya tidak pernah ketinggalan menonton setiap film mereka yang tayang di Televisi. Hinga pada suatu hari saya jadi berpikir bisa jalan-jalan ke HongKong. Ketika saya sedang asyik membaca Koran Jawa Pos, saya terpaku pada iklan lowongan kerja ke luar negeri. Saya jalan bolak-balik sambil berfikir, “kenapa

- 253 -


From Zero To Hero saya hanya kerja di Surabaya? Kenapa saya tidak pergi kerja ke luar negeri saja?�. Iklan dari koran tersebut saya gunting sebagai rujukan untuk saya mendatangi kantornya. Ternyata yang pasang iklan adalah PJTKI di kawasan Pucang Anom - Surabaya. Saya mendaftar dan memilih tujuan Hong Kong. Mengetahui tingginya gaji yang akan didapatkan, saya semakin membulatkan tekat untuk bekerja di HongKong. Saya kembali ke Lamongan untuk mengurus suratsurat dan dokumen yang diperlukan. Kira-kira hampir satu tahun waktu saya habis untuk memenuhi persyaratan dokumen yang diminta oleh PJTKI. Saya sempat hampir putus asa dengan keadaan yg semakin mengimpit dan tuntutan kebutuhan hidup yang serba pas-pasan. Ditambah keinginan kuat saya untuk bisa membantu membesarkan adik-adik yg masih kecil dan butuh perhatian. Ketika saya bekerja di Surabaya, kehidupan keluarga kami mulai membaik. Akhirnya, saya mendapatkan pangilan untuk masuk di PJTKI daerah Madiun. Lokasinya di Jalan Tulus Bakti. Saya tingal hampir 8 bulan disana. Menerima gemblengan dalam belajar bahasa kantonis dan tata cara bekerja yang baik di HongKong. Bulan Januari 1995, saya terbang ke Hongkong . Saat itu musing dingin. Kebetulan agen dan majikan saya baikbaik. Bagi saya, bekerja di HongKong lebih ringan karena rumahnya lebih kecil dibandingkan rumah majikan saya di Indonesia sebelumnya. Saya hanya perlu memahami karakter majikan saja. Saya bekerja mengurus bayi lagi. Sama seperti pekerjaan saya sebelumnya di Surabaya. Majikan perempuan super crewet, namun baik hati. Saya enjoy saja, yang penting gaji dibayar tepat pada waktunya. Sayangnya, saya hanya mampu bertahan selama 18 bulan. Saya putuskan kontrak kerja karena rindu yang sudah

- 254 -


From Zero To Hero tidak terbendung. Saya ingin pulang bertemu adik-adik. Akhirnya saya diijinkan pulang dengan berat hati oleh boss. Beliau sempat juga menawarkan akan memberikan tambahan gaji. Tapi saya tidak bergeming. Saya harus pulang dan ingin bisa kumpul bersama keluarga lagi. Pada Tahun 1999, kembali saya berangkat ke HongKong. Saya pun mendapatkan majikan yg baik di kawasan Saikung dan saya dapat menyelesaikan kontrak kerja selama 4 Tahun dengan baik. Pada Tahun 2003 saya pindah majikan di daerah Taiko Shing, hingga saat ini. Sejak bekerja pada majikan ini, saya tahu arti kehidupan yang sebenarnya. Banyak pelajaran yang saya dapatkan. Banyak kesempatan yang bisa saya jalani dengan aneka kehidupan yang beragam. Saya bekerja di keluarga besar Jan (baca dalam bahasa kantonis CHIM) yang terdiri dari 5 keluarga. Bos Saya adalah anak pertama dengan empat saudara (satu perempuan, tiga laki-laki). Saya mulai bekerja pada keluarga Jan sejak tahun 2003. Tugas saya merawat bayi yg masih berusia 3 bulan. Adik Bos saya yang perempuan, juga mempunyai bayi yang sama usianya. Awalnya, terasa berat bekerja pada keluarga ini. Bayangkan saja, saya merawat dua bayi dan di titipkan di rumah nenek. Saya juga mengasuk anak kecil umur 3 tahun dari adik boss yang perempuan. Selain itu, saya harus bisa bersih-bersih dan memasak untuk makan malam anggota keluara yang berjumlah 12 orang. Sesuatu yang terasa berat kalau dijalankan dengan rasa enjoy, akhirnya akan menjadi biasa. Karena sudah bisa beradaptasi pada lingkungan keluarga besar., sekarang, sayas sudah merasa aman dan nyaman. Saya pergunakan waktu sebaik mungkin di tempat kerja dan di lingkungan tempat saya menghabiskan waktu liburan. Terkadang, saya merasa perlu juga

- 255 -


From Zero To Hero refresing bersama teman-teman pada hari libur. Saya tidak membatasi diri dan tidak juga memilih dalam berteman. Pada suatu hari ada teman satu agen yang mengundang saya untuk sebuah acara pertemuan yang membahas tentang diskriminasi pekerja di HongKong. Namanya mbak Demie, berasal dari Lampung. Semula saya tidak begitu tertarik dengan ajakannya, tapi berhubung di dalam acara tersebut ada sesi sharing, saya jadi tertarik. Acaranya simple, tapi bagi saya menarik. Karena apa yang dibahas dapat merubah pandangan saya. Saya bisa tahu tentang ilmu politik. Pada tanggal 23 November 2003, saya bergabung dengan sebuah group yang merupakan suatu Organisasi massa yang mendidik saya untuk dapat mengetahui dunia luar. Saya belajar tentang banyak hal terutama tentang ketenaga kerjaan di HongKong dan belajar bagaimana caranya agar bisa mengubah Dunia. Banyak perubahan dan pedidikan yg luar biasa dalam hidup saya yang tidak bisa saya beli ataupun dibeli orang lain dengan uang. Saya digembleng mulai dari nol sampai jadi seorang Aktivis Massa. Perjuangan yg benar-benar menghadapi tantangan hidup, bergelut di dunia Politik. Dengan bergabung di Organisasi inilah saya banyak tahu hal dunia Politik yang kotor dan yang bersih, bahkan perjuangan rakyat yang hakiki. 6 tahun saya aktif di organisasi ini. Hingga pada awal tahun 2009, karena ada suatu hal yang benar-benar membuat saya terpukul, akhirnya saya memutuskan mengundurkan diri. Walaupun terasa berat bagi saya karena sudah banyak pengorbanan dan pengalaman yg luar biasa saya dapatkan, bahkan terkadang nyawapun menjadi taruhannya. Ya, untuk bisa menjadi yang lebih baik harus mengorbankan sesuatu dan mengambil resiko. Hampir 2 tahun saya down dari aktifitas apapun.

- 256 -


From Zero To Hero Saya lebih fokus ke pekerjaan di rumah majikan dan meninggalkan semua aktifitas lain. Apalagi keluargga besar Jan jumlahnya kadang-kadang bisa bertambah sampai 15-20 orang, apabila sanak saudara dari Australia atau Kanada berkunjung ke HongKong. Saya bangun pukul 6:00 pagi. Mulai bekerja menyiapkan lunch box sebagai bekal anak Bos yang sekarang usianya sudah 10 Tahun, duduk di kelas 5 SD. Masih ada yang anak no 2. Umurnya hampir 5 Tahun dan sekolah di TK nol besar. Setiap hari saya antarkan dia ke sekolah pada jam 12:30 siang. Kemudian saya berbelanja untuk makan malam. Jam 3:45 Sore, saya pergi menjemputya pulang sekolah dan diteruskan menyiapkan masak makan malam untuk 12-14 orang. Setiap hari rasanya bagaikan detik saja karena di buru waktu. Berhubung rumah Bos saya juga dapur umum, mau tidak mau saya yang mengurus makan malam buat mereka. Saya sudah terbiasa bekerja dan memasak di keluarga Jan, hingga sampai keluarga Jan menyarankan saya untuk membuka Restoran masakan China di Indonesia, apabila saya pulang nanti. Karena menurut mereka, saya sudah tahu banyak dan sudah terbiasa memasak makanan khas China. Apalagi makanan khas untuk hari-hari besar. Sebuah saran yang memang benar-benar membuat saya menjadi tertantang. Kapan saya bisa mewujudkan punya Restoran? Akhh bagai bermimpi saja. Waktu terus berlalu. Kini, saya menghabiskan hari libur di perpustakan untuk membaca buku-buku dan Koran Indonesia. Semakin lama saya semakin kerasan dan betah di perpustakaan ini yang terletak di Causewaybay. Ada kalanya saya bertemu dengan teman-teman untuk hanya sekedar jalan buat menghilangkan kejenuhan. Pada suatu hari saya mencari informasi berbagai seminar mengenai Entrepreneurship. Hitung-hitung buat

- 257 -


From Zero To Hero persipan kalau buka usaha di Indonesia. Kebetulan, pada akhir pertengahan tahun 2011, Bank Mandiri mengadakan pelatihan yang tertema “TKI JADI PENGUSAHA? PASTI BISA�. Saya mengikuti pelatihan ini mulai dari kelas Dasar, kelas Lanjutan, dan Ebanking. Semua pelatihan saya ikuti dan tidak ada yang ketinggalan. Lebih kerennya lagi, saya juga jadi siswa UCEC/ UDCE pada kelas Pengantar Entrepreneurship Ritel. saya banga bisa bergabung di dalamnya. Dari belajar dasar-dasar ilmu Entrepreneurship saya tahu banyak hal di dunia Bisnis. Saya semakin mantap untuk menata dan punya plan untuk buka Restoran, suatu hari kelak kalau pulang ke Indonesia. Saya akan berusaha kerja keras untuk belajar dan punya mimipi-mimpi supaya terwujud nantinya. Saya berusaha mengejar dan menyesuaikan dengan keadaan saya untuk lebih maju lagi dalam mengarungi kehidupan yang semakin keras dan penuh tantangan. Semoga kelak saya bisa menjadi sebagian dari BMI (Buruh Migrant Indonesia) yang di luar negeri yang bisa menjadi pengusaha yang sukses, seperti yang dicita-citakan Pak Ciputra. Saya dari keluarga yang kurang beruntung di dalam kehidupan nyata. Sejak kecil saya sudah terbiasa dengan keadaan yang prihatin. Menjalani hidup apa adanya tanpa menuntut apapun dari orang tua. Karena saya tahu keluarga saya tidak bisa memenuhi hidup saya, apabila saya menuntut yang macam-macam. Ketika masih anak-anak saya bergelut dengan kehidupan lingkungan pedesaan yang begitu kental tradisi alam pedesaan. Tahap demi tahap saya berusaha mencari penghidupan yang lebih layak untuk mengangkat kehidupan keluarga. Saya berusaha mencari jalan keluar tanpa membebani keluarga, karena memang kondisi

- 258 -


From Zero To Hero keluarga yang tidak mendukung. Saya dididik dan dibesarkan, serta terbentuk karena lingkungan. Selalu mencari yang terbaik kadang memang menyakitkan. Semoga dengan cara dan jalan hidup saya yang sekarang, bisa mengubah kehidupan saya kelak.

- 259 -


From Zero To Hero

Kisah Warsuti tak pernah kusesali sedikitpun perjalanan hidupku yang penuh liku ini.

Namaku Warsuti , aku berasal dari desa Kemutug Kidul Kec: Baturraden Kab: Banyumas Jawa- Tengah. Saya lahir pada tgl 07 -12-1972 dan sebagai anak ke 2 dari 6 bersaudara, yaitu 1 kakak dan adik laki-laki dan 3 adik perempuan. Saya berasal dari keluarga yang tadinya mampu menurut ukuran orang kampung pada waktu itu, karena ayahku adalah seorang juragan cengkeh yang sukses dan juga juragan kayu. Sebenarnya darah pedagang mengalir pada diri saya, tapi entah mengapa takdir berkata lain hingga sampai hari ini aku masih setia dengan profesiku yaitu sebagai BMI HK. Tapi tak pernah kusesali sedikitpun perjalanan hidupku yang penuh liku ini. Dari yang tadinya serba ada menjadi tidak ada sama sekali seiring berjalanya waktu dan kesuksesan ayahku mungkin di cemburui oleh rekan bisnisnya, itu cerita dari ibuku, entah benar atau salah sebb ketika itu umurku baru menginjak 6 th tapi masih segar di ingatan bagaimana ayah ku mulai di serang berbagi macam penyakit yang tidak terdeteksi oleh dokter. Ibu bilang ayah kena guna-guna modus dendam dan iri dengki, dan itu berlangsung terus menerus hingga saya tamat SD.

- 260 -


From Zero To Hero Dan karena tekanan ekonomi juga akhirnya saya tidak bisa melanjutkan ke SMP, padahal saya masuk 3 Besar waktu itu dengan NEM 35,35. Akhirnya dengan pilu dan pasrah, aku buang jauh jauh keinginan untuk memakai seragam impian , Putih Biru, dan bukan gedung SMPN atau Swasta tapi pekerjaan untuk mendapatkan uang demi membantu beban keluarga. Dikarenakan kondisi ayah yang tergeletak di ranjang dan menghabiskan hampir semua harta yang ada, untuk berobat ke secara medis juga secara alternative. Di usia yang masih belum menginjak remaja, aku sudah harus banting tulang, berpindah pindah dari kota terdekat Purwokerto hingga akhirnya ke ibu kota, dan tanpa punya pengalaman apapun. Akhirnya tiada pilihan lain selain pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, dengan gaji yang tidak seberapa dan itu pun tak pernah ku nikmati hasil keringatku karena semua ku kumpulkan dan bila tiba waktunya pulang kampung semua uang yang aku ada di minta sama Ibu. Sayapun nurut saja, karena melihat adik-adikku yang banyak dan masih sekolah semua. Kurang lebih 4 tahun saya merantau di Jakarta dan akhirnya saya pulang ke kampung dan lagilagi saya harus tetap membantu orang tua di karenakan keadaan yang masih seperti dulu. Akhirnya saya memutuskan untuk bekerja lagi dan ikut dengan tetangga yang kebetulan sedang mencari seorang pelayan toko di Banjar Negara . Setahun tak terasa saya menjadi pelayan toko, waktu itu umur ku sudah 18 tahun, dan lagi-lagi semua hasil kerjaku yg hanya RP 30.000/bulan, dan berhasil kukumpulkan kuserahkan lagi pada ibu. Begitu saya pulang ke rumah, dan hanya beberapa hari di rumah tibatiba ada yang melamar saya. Tanpa minta persetujuanku dulu ,ibu langsung menerima saja lamaran itu, dengan

- 261 -


From Zero To Hero alasan umurku sudah 18 th dan adiku juga masih 3, perempuan semua lagi. Tanpa membantah aku nurut saja. Akhirnya aku menikah atas persetujuan orang tua, Dan dari pernikahan ini saya di karunia seorang putri yang sangat manis dan lucu. Kami sepakat memberi nama Utari dan kami panggil Tataa, lahir pada tgl 17 maret 1992. Sejak saat itu aku mulai disibukan dengan mengurus bayi dan karena kami tinggal di sebuah gubuk bekas warung dari adik suami, sungguh tak pantas untuk di sebut rumah.Hari berganti hari minggu dan tahun tapi tak ada perubahan yang berarti, sedangkan kebutuhan terus harus di penuhi, dan suami yang hanya mengandalkan hasil pertanian dari orang tua, sungguh tidak dapat menutup seluruh kebutuhan anak dan lainnya. Hingga anaku berumur 4 th, aku putuskan untuk merantau ke luar negeri dan tujuan utamaku sudah pasti Malaysia karena bahasnya yang hampir sama dan memang sponsor dianjurkan bekerja di negri jiran saja. Katanya prosesnya lebih gampang dan cepat berangkatnya. Kurang lebih 3 th saya bekerja di Malaysia. Selagi saya masih di luar negri, keluarga sering memberi kabar tentang kelakuan suami saya selama saya tinggal merantau, dan saya hanya bisa menjadi pendengar yang baik saja buat mereka, hingga akhirnya aku pulang ke rumah, saya tidak bisa mengambil keputusan dengan masalah rumah tangga saya. Akhirnya aku putuskan merantau lagi, dan kali ini tujuanya mantap ke Taiwan. tapi bukan niat saya bekerja, saya hanya ingin lari dari masalah saja, karena saya sendirian nggak sanggup menanggung beban tersebut yang menurut aku terasa sangat berat. Selama 3 bulan saya tinggal di PT. Graha di Jakarta. Sambil menunggu proses keberangkatan di penampungan itu juga diwajibkan belajar bahasa mandarin dan praktek

- 262 -


From Zero To Hero langsung sebagai penata laksana rumah tangga atau lebih sering kita dengar sebagai PRT. Dan akhirnya saya bisa berangkat juga pada bulan Juni 1999, dan kerja di Taiwan selama 2 th. Biarpun kontrak kerja 3 th tapi bisa di ambil dalam 2 th saja atas kesepakatan saya dan majikan. Dan di Taiwan itu juga saya pernah merasakan ketakutan yang sungguh luar biasa sepanjan hidupku. Takkan terlupakan dan bersyukur saya pada yang kuasa Alhamdulillah ya ALLAH, karena saya masih bernafas hingga ke hari ini, dan saya tidak sampai trauma dengan kejadian tersebut. Peristiwa tersebut tepat nya pada tgl 9/9/99 jam 9 pagi, gempa dahsyat melanda Taiwan sungguh kusangka kiamat atau apalah, sebab benar-benar belum pernah mengalami kejadian yang seperti itu sebelumnya, mau nanya ke majikan bahasanya saya belum paham sebab saya baru 3 bulan bekerja di Taiwan, dan masalahnya di PT saya belajar bahasa mandarin begitu sampai di majikan Ama dan Akong nya berbahasa Taiwan, jadinya nggak nyambung deh. Jadi ketakutan ku rasakan sendiri, ingin bertanya apa yang terjadi pun saya nggak tahu bahasanya. Saya hanya bisa berdo’a semoga ini bukanlah hari kiamat dan hampir 3 hari saya di landa ketakutan, sebab gempa dahsyat susul menyusul, hingga akhirnya agak reda tapi dan bukan berhenti total, gempa susulan terus menerus menerjang bumi Taiwan selama sebulan, dan sebulan juga hati ini tiada menentu, mau memberi kabar ke keluargapun belum pintar ngomongnya, temanpun belum punya, sungguh kepedihan yang mendalam kurasakan saat itu, dan teringat niat ku pergi ke luar negri bukan untuk bekerja tapi hanya ingin melarikan diri dari masalah, mungkin inilah jawaban yang ALLAH beri atas niatku. Bukan damaiku dapat tapi malah risau dan masalah tetap bermain di pikiran. Dan genap sudah 2 th saya bekerja di Taiwan. Saya

- 263 -


From Zero To Hero memutuskan kembali ke tanah air. Seiring berjalan nya waktu dan karena ada banyak peristiwa yang akhirnya memberiku jawaban untuk mengambil keputusan yg sangat besar dalam sejarah, ternyata saya tidak mampu mempertahankan biduk rumah tanggaku. Sesampai di tanah air mantap sudah keputusan yang aku ambil tanpa ada paksaan atau pengaruh pihak mana pun. Ini adalah murni keputusanku setelah aku berpikir masak-masak selama kurang lebih 5 thn. Kukuatkan hati dan tegar kan jiwa ini demi buah hatiku semata wayang, yang waktu itu sudah menginjak usi 10 th. Dengan berbagai cara akhirnya ku berhasil menyelesaikan satu masalah yang maha berat. Dan beberapa bulan kemudian saya dipertemukan jodoh lagi, tanpa berpikir panjang, kuakhiri masa kesendirianku. Di penghujung tahun 2001 saya kembali membina rumah tangga, dan karena belum tahu keadaan yang sebenarnya dan memang belum tahu sifat antara satu dan yang lainya, dan juga kebetulan usia saya lebih tua 4 th dari suamiku, jadi terlalu banyak kendala. Tapi saya mencoba untuk menerima apapun adanya dirinya, dan yang ku tahu suamiku itu orang yang baik dan taat beribadah. Dan karena bingung, sebab kita tidak mempunyai planning atau rencana apapun akhirnya uang simpanan yang aku dapat dari bekerja di Taiwan selain buat membantu biaya proses kakaknya suami ke Korea Selatan sebagian buat modal usaha bersama kawan suamiku. Dan suamiku pasrahkan semua modal yang ada waktu itu ke temanya, sebab kami memang tidak mengerti sama sekali tentang usaha. Kami hanya bermodal saling percaya, sungguh aneh memang bagaimana mungkin duit puluhan juta diserahkan ketemannya untuk usaha tanpa ada perjanjian apa pun, dan sayapun nurut saja, kaya kerbau dicucuk

- 264 -


From Zero To Hero hidungnya, pokoknya OK saja. Lama kelamaan saya bosan di rumah, karena nganggur dan tiada pemasukan pasti tiap hari atau minggu atau tiap bulanya, akhirnya aku minta ijin ke suami merantau lagi, dengan berbagai alasan dan sedikit merayu akhirnya suami mengijinkan saya menjadi TKI lagi. Suami saya sendiri yang memproses keberangkatanku ke Taiwan karena suamiku memang berprofesi sebagai sponsor PJTKI. Tiga bulan juga saya menunggu di PT tapi tidak di wajibkan belajar karena saya ex Taiwan, setlah sampai di Taiwan ternyata saya kurang beruntung karena majikanku orang kampung dan sangat sangat cerewet, hanya bertahan 3 bulan saya bekerja di majikan yang resmi. Kuputuskan kabur karena memang sudah tidak kuat,. Tapi setelah di luar saya kembali bingung sebab tanpa memikirkan sebelumnya, yang ku tahu pokoknya aku harus keluar dari rumah neraka itu. Alhamdulillah akhirnya di pertemukan dengan teman-teman senasib dan sempat kena tipu juga, oleh orang Indonesia keturunan china , katanya mau di cariin job ternyata tunggu punya tunggu malah orangnya kabur setelah kami membayar job seperti yang dia janjikan. Sungguh itu pengalaman pahit yang tak pernah kulupakan sepanjang sejarah. Dimana posisi kami saat itu adalah illegal, pengangguran, uang pun boleh minjam ke sana kemari, ehh malah ketipu lagi, ibarat kata pepatah , sudah jatuh tertimpa tangga pula. Setelah beberapa hari dalam kebingungan akhirnya seorang teman memberi kabar gembira, di butuhkan segera job jaga Akong, tanpa banyak bertanya kusanggupi saja, dari pada nganggur dan takut ketangkap polisi, karena sering ada razia. Kira-kira 7 bulan saya bekerja menjaga Akong hingga akhirnya datang pembantu resminya dari Vietnam. Setelah keluar dari majikan, seorang teman

- 265 -


From Zero To Hero kupanggil dia aunty, asli orang Taiwan mengajak aku ke rumah sakit dan dikenalkan ke temanya kalau aku butuh pekerjaan, akhirnya karena lantaran aunty itulah saya bisa bekerja di R.S trsebut, tapi baru sebulan lebih saya bekerja, saya sudah ketangkap polisi, dan di masukan ke penjara, sebelum akhirnya dipulangkan ke tanah air. Kurang lebih setahun saya bekerja di Taiwan dan Ilegal pula. Sebelum pulang sudah kukirimkan gaji saya tiap bulan, jadi pas kepulangan ku kali ini bener-bener nggak bawa duit alias lenggang kangkung, Tapi tetap kusyukuri saja sebab di bawah saya masih banyak lagi yang lebih menderita dari yang sedang kualami, dan bersyukur pula karena diberi nafas dengan gratis dan yang utama sekali masih diberi kesehatan. Setelah sampai di tanah air dan saya tinggal di sebuah desa di daerah purwokerto , dan membangun rumah di atas tanah yang ku beli dari hasil kerjaku di Taiwan, sambil membuka warung kecil-kecilan, untuk kegiatanku di rumah . Karena saya memang cuma tinggal berdua dengan suami, sebab anaku dari sekolah dasar sudah memilih tinggal di pondok pesantren karena ingin bersekolah yang pakai kerudung, dan Alhamdulillah hingga menamatkan Madarasah Aliyah setara SMA di Ponpes Modern DARUNNAJAT, Bumiayu, Jawa-Tengah. Harihari kulalui dengan kesibukan di warungku, hingga aku melahirkan anak ke 2, tepatnya tanggal 19/12/2004, kami sepakat memberi dia nama Muhammad Zacky sebuah nama pemberian dari sahabat kami, dan kami sangat menyukai nama itu. Alhamdulillah syukur pada yang kuasa biarpun jarak melahirkan anak yang pertama dan yang ke dua agak lumayan lama hampir 13 thn, tapi sekali lagi tiada kendala saat proses melahirkan anaku. Atas kebesaran

- 266 -


From Zero To Hero ALLAH hanya dalam waktu 30 menit dari dari saya mules-mules lahirlah anaku. Bayi laki-laki yang ganteng dan sehat, tiada hentiku ucap do’a pada yang kuasa karena saya terpilih untuk menjaga titipanNYA. Kebahagiaanku terenggut manakala anaku di nyatakan positif mengidap penyakit yang saya tahu FLEK, sebab di rontgen memang jelas di paru-paru anaku ada flek dan itulah yang membuat anaku sangat mudah jatuh sakit. Atas saran dokter anaku harus berobat secara rutin dan juga mengkonsumsi obat yang di sarankan dokter selama 6 bulan, dan tidak boleh lupa walaupun hanya sekali. Sejak saat itu saya hanya menjaga anaku saja dan sudah tidak sempat berjualan lagi karena harihariku di sibukan mengurus anaku, hingga akhirnya selesai pengobatan anaku, dan sekali lagi anaku harus poto rontgen untuk memastikan masih adakah flex di paru-parunya atau sudah bersih, Alhamdulillah dokter menyatakan anaku sembuh dari penyakit tersebut. Tapi rupanya ALLAH masih menguji kesabaranku, baru seminggu anaku berhenti minum obat tiba-tiba anakku badanya panas tinggi, dengan segera kami membawa anaku ke Rumah Sakit, dan hari itu aku merasa akulah orang yang paling sedih sedunia, bagaimana tidak, baru saja saya bahagia karena anaku bebas dari mengkonsumsi obat dalam jarak waktu yang sangat lama. Tiba-tiba dokter yang memeriksa anaku menyatakan kalau bayiku terserang typus dan harus di rawat inap sebab sangat berbahaya sekali kalau anaku tidak di infus, demi kesembuhan anaku ku turuti saja saran dari dokter, pilu hati ini saat anaku dijagal oleh beberapa suster saat anaku diambil darahnya dan jarum infus mulai di tusukkan ke tangan kurus anaku, anaku meraung dan menagis meronta, hingga beberapa suster berdatangan ke ruangan anaku, untuk membantu.

- 267 -


From Zero To Hero Sungguh tercabik-cabik hati saya melihat bayiku yang baru berumur 8 bulan meronta dan terus memandangiku, pikiranku sudah tidak karuan sempat melintas di fikiranku juga seandainya anaku tidak tertolong lagi, sebab kondisinya yang sangat-sangat mengenaskan. Sempat kupanjatkan do’a buat anaku, YA allah sekiranya saya tak pantas menjaga amanahMU, ambillah dia ya ALLAH, dan saya akan belajar Ikhlas, daripada saya harus menyaksikan penderitaan anaku, sungguh saya tidak sanggup melihat anaku tersiksa seperti itu, dan sekiranya engkau masih mempercayakan hamba untuk menjaga dan merawat titipanMU, maka saya hanya memohon padaMU YA ALLAH, sembuhkanlah dia, lantaran dokter yang merawat dia di sini, jangan biarkan anaku tinggal berlama-lama di tempat ini. Tiada hentinya ku berdo’a untuk kesembuhan anaku. Dan Alhamdulillah setelah 4 hari anaku di rawat dokter mengijinkan anaku di bawa pulang setelah menyelesaikan seluruh administrasi rumah sakit, yang entah di dapat dari mana uangnya, sebab yang ku tahu suami ku sudah tidak bekerja lagi karena sibuk mempersiapkan untuk berangkat kerja ke luar negeri. Tapi saya tidak mau tahu tentang hal lainya, yang ku tahu saya sungguh sangat berbahagia atas kesembuhan anaku, ITU SAJA. Tapi lagi lagi dan lagi kesabaran dan kekuatanku sebagai seorang ibu di uji , dan baru beberapa hari anaku di rumah dan bercanda riang denganku, dan bekas tusukan jarum infuspun masih jelas terlihat dan agak sedikit memar di lengan kurus kecil dan mungil anaku, harus kutabahkan hati ini, manakala di sore hari setelah kumandikan anaku, dan kubaringkan anaku di tempat tidur sambil aku bedaki anaku di seluruh tubuhnya, tibatiba saya dikejutkan sebuah pemandangan yang aneh. Aku melihat alat kelamin anakku ada 3 telur dan terlihat

- 268 -


From Zero To Hero sangat jelas tapi yang dua saat ku pegang terasa normal dan bulat tapi saat ke pegang yang satu lagi terasa aneh, agak memanjang dan terasa keras. Dan tanpa berpikir panjang lagi kebetulan suami juga berada di rumah, saat itu juga ku bawa anaku ke dokter langganan yang biasa merawat anaku, tak sabar rasanya menunggu antrian panjang karena kami memang datang dan langsung mendaftar dan tanpa bikin janji terlebih dahulu. Resah hati ini hanya saya dan Tuhan yang tahu, betapa khawatirnya saya waktu itu, dan akhirnya dokter memeriksa anaku dan tersenyum sambil memberitahukan kalau anak saya teserang HERNIA. Dan dokter menasihati kami untuk tidak terlalu cemas karena sudah terdeteksi sejak dini, dan hanya disarankan supaya anaku jangan terlalu capai dan harus terus di pantau jangan sampai berteriak atau mengejan dan jangan sampai terjatuh sebab efek dari semua itu akan menyebabkan usus nya langsung turun hingga ke selangkangan. Dan kalau itu terjadi, sungguh kesakitan yang luar biasa yang harus ku tanggung anaku. Dan satu-satunya cara untuk menyembuhlkan penyakit tersebut dengan jalan operasi tapi dokter menyarankan operasi tersebut di lakukan kalau anaku sudah berumur 7 th. Akhirnya kami pulang dengan perasaan yang sedikit lega, karena penyakit tersebut tidak terlalu bahaya, asal kita terus mengawasinya dengan seksama, dan menuruti apa yang disarankan oleh dokter. Tapi, yang namanya penyakit mana ada yang tidak berbahaya suatu hari penyakit anakku kumat, dan saya tahu apa yang dirasakannya sangatlah luar biasa sakit seperti yang disampaikan tempo hari. Saya bisa melihat dari raut muka anaku yang memang benar-banar menanggung penderitaan yang teramat dalam. Atas saran tetangga kami bawa anaku ke dukun pijet dan anaku di urut di sana, 3 hari sekali

- 269 -


From Zero To Hero dan tetangga juga menyarankan untuk memakaikan anaku dengan celana yang terbuat dari karet supaya kalau menjerit atau terjatuh usus yang turun berau itu tidak turun ke selangkangan. Dan memang agak sedikit membantu tapi kutahu anaku tidak nyaman memakai celana seperti itu. Dan untuk menghindari operasi saya terus berusaha mencari pengobatan demi kesembuhan penyakit anakku secara alternative, setiap ada yang memberitahukan kalau di salah satu tempat ada yang khusus menyembuhkan penyakit hernia tanpa operasi, kami langsung mendatangi tempat praktek tersebut, tanpa berpikir lagi jauh atau dekat tempat berobat itu berada, tapi dari sekian banyak tempat pengobatan yang saya datangi tak ada satupun yang bisa menyembuhkan anaku secara total. Entah sudah berapa biaya yang kami keluarkan untuk kesembuhan anaku, kami tidak sempat menghitungnya. Hingga pada suatu malam penyakit anaku kumat, saat itu umur nya sudah hamper 2 thn, pertama anaku bilang mau BAB, dan dia sudah pinter ke kamar mandi dan saya hanya mengawasi saja, sambil melakukan pekerjaan rumah lainya, tiba-tiba aku mendengar anaku menjerit dan langsung saya ke kamar mandi dan ku lihat raut muka anaku sedang menahan kesakitan sambil menangis dan memegangi benjolan di selangkanganya, ku peluk anaku, tak sempat kucebokin anaku karena paniknya, sebab anaku kaku nggak bisa gerak dalam posisi jongkok, tak kuasa aku menahan tangisku ternyata aku menangis lebih keras dari anaku hingga tetanggapun berdatangan, dan suami juga tiba-tiba pulang. Entah kebetulan atau ALLAH memang sudah mengatur makhluknya sedemikian rupa takkan memberikan cobaan ke atas hambanya di luar kemampuan hamba-hamba NYA. Tanpa berpikir lagi aku minta suamiku mengantar

- 270 -


From Zero To Hero anaku yang hampir sekarat pergi ke dokter spesialis bedah yang paling terkenal di Purwokerto, saya tidak peduli saya punya uang atau tidak, yang penting anaku bisa di selamatkan, hampir tengah malam kami sampai di Rumah Sakit khusus bedah, dengan cepat suster menangani anaku yang masih kaku dan tidak bisa gerak, kupasrahkan pada keponakanku untuk mendampngi anaku di ruang periksa, karena saya tidak sanggup lagi melihat kesakitan yang di alami anaku, saya berlari keluar Rumah Sakit, saya menangis sendirian, sambil berdo’a semoga anaku diberi kekuatan, dan kesembuhan, setelah beberapa menit saya masuk lagi ke ruangan dan kulihat anaku sudah agak tenang , dan sudah bisa menggerakan anggota tubuhnya. Mungkin kekuatan do’a seorang ibu pada rabb nya sang pemilik kehidupan langsung di ijabah. Ucap syukur tiada henti pada Illahi Rabbi terus terucap di hati yang paling dalam. Ku dengar anaku memanggilku, ku hampiri anaku, kupeluk dia, ku ciumi dia, dan sepertinya anaku tidak pernah mengalami apa apa. Sungguh aneh, tapi saya tidak perduli dengan keanehan itu, yang ku tahu saat itu aku bahagia tiada terkira, anakku berhenti menangis dan tubuhnya sudah bisa begerak lagi dan usus besarnya sudah kembali ke tempat nya lagi. Karena sewaktu berangkat kami memang cuma modal nekat dan uang pun kami tak punya, akhirnya suami dan keponakan ku minta ijin keluar untuk mencari uang buat membayar biaya pemeriksaan dan untuk menebus obat. Tinggalah aku dan anaku di Rumah Sakit, sambil menunggu suster memberitahukan pada kami apa saja yang perlu kami lakukan untuk anaku. Tiba-tiba dokter datang menghampiri saya, dan meberitahukan kalau anaku harus di operasi secepatnya, sebab sudah terlalu parah keadaanya, dan mumpung belum terlambat sebab kalau di tunda-tunda khawatir

- 271 -


From Zero To Hero kejadian yang seperti baru saja di alami anaku akan terulang lagi dan itu akan berakibat fatal sebab fisik anaku tidak mampu menahan kesakitan yang sangat luar biasa. Tanpa bermaksud menggurui saya menjelaskan pada pak dokter tentang peringatan dokter yang dulu memeriksa anaku kalau, anaku bisa melakukan operasi tapi kalau sudah umur 7 thn. Dengan tersenyum dr.Santoso menjawab bahwa larangan tersebut tidak beralasan sama sekali dan beliau menjamin bahwa operasi ini adalah sejenis operasi kecil, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan saya menjamin anak ibu langsung bisa di bawa pulang setelah sadar dari pengarauh obat bius, dan besok siang sudah bisa bermain dengan temantemannya tanpa harus mengkhawatirkan tentang jahitan bekas operasinya, dan juga boleh mandi seperti biasa sebab kami menggunakan peralatan kedokteran terkini, sekarang terserah ibu bersediakah menandatangani surat perjanjian ini kalau ibu setuju bahwa anak anda akan melakukan operasi malam ini juga. Sejenak ku berpikir, seorang diri aku harus mengambil kepetusan yang sangat berat, tapi karena penjelasan Dokter yang sangat masuk akal dan juga menjamin aman pasca operasi akhirnya ku setujui saran dari Dokter dan dengan menahan rasa sesak di dada ku tanda tangani juga surat persetujuan tersebut. Malam itu juga anaku di operasi dan saya sendirian menunggui anaku hingga selesai operasi dan suster memanggil ku untuk melihat kondisi anaku yang tertidur pulas, dan berpesan kalau nanti anak ibu sudah kentut berarti sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, dan sudah boleh pulang. Akhirnya malam itu juga anaku diijinkan pulang ke rumah, dan memang benar apa yang dokter bilang tiada yang perlu dikhawatirkan, ku lihat anaku segar bugar tak terlihat sedikitpun kalau baru saja menjalani

- 272 -


From Zero To Hero operasi. Alhamdulillah ya ALLAH. Dan pasca operasi tersebut anaku kelihatan lebih ceria, saya kembali menjalani hari-hari ku seperti biasa mengurus anaku dan tinggal di rumah saja. Hingga pada suatu hari ada panggilan dari PT yang mengurus keberangkatan suamiku pergi ke Luar Negri. Negara tujuan Amerika Serikat, sebagai pelaut tapi nanti akan ditempatkan di darat, ada perasaan mengganjal di hatiku, seperti ada sesuatu yang aneh dengan LG yang suamiku tunjukan ke aku, dan juga ticket pesawatnya juga kok return ticket, seperti orang yang mau jalan-jalan saja. Tapi saya tidak mau banyak bertanya, kejanggalan itu tetap ku simpan saja, dan saat pihak PT minta pelunasan biayapun, aku sendiri yang mentransfer uang tersebut, dan saya hanya bisa berdo’a semoga ini adalah memang sudah ketetapanNYA, kalau suamiku harus bekerja di tempat yang jauh. Pada hari yang sudah ditentukan akhirnya suamiku terbang juga, hanya do’a yang bisa ku panjatkan semoga suamiku selalu dalam lindunganNYA, selamat sampai tujuan dan sukses sesuai yang di impikan, bekerja untuk demi keluarga. Hari berganti hari hati ini semakin tak menentu karena suami masih belum memberi kabar , padahal sudah 4 hari, tidak mungkin kalau penerbangan Jakarta ,Soul, New York belum nyampai, dan tepat seminggu dari hari keberangkatan suamiku tiba-tiba ada SMS masuk dan ku baca ternyata dari suamiku, meminta maaf dan sekarang sudah berada di Jakarta kembali, dengan alasan tidak bisa lolos di Imigrasi New York, karena sudah tertinggal kapal, kapal di nyatakan berlayar sehari sebelum suamiku sampai di New York, sebab jadwal yang yang tertera di LG dan di pelabuhan berbeda. Akhirnya suamiku di deportasi, hampir pingsan setelah ku baca SMS tersebut, tapi ku teringat anaku yang waktu itu sudah berusia 2th 4

- 273 -


From Zero To Hero bulan, teringat akan masa depanya juga, ku kuatkan jiwa dan raga ini demi mereka, aku tidak boleh lemah hanya karena hal ini, pasti ada hikmah di balik suatu peristiwa,. Biarpun kekecewaan dan rasa malu sama tetangga harus ku tanggung atas kejadian ini di tambah lagi kerugian materi yang tidak sedikit, sebab dari awal proses dan mengikuti berbagai pembelajaran, hampir ratusan juta sudah ku keluarkan, demi sebuah cita-cita, tapi saya hanya bisa menghibur diri, sesungguhnya segala kejadian di dunia ini sudah di atur oleh yang maha tinggi, sekuat apapun kita berusaha untuk mencapai sebuah tujuan tapi kalau ALLAH berkehendak lain, tiada kekuatan yang mampu menghalanginya. Hanya kepasrahan dan tawakal yang tersisa dalam diri. Semoga saya kuat dan sabar menjalani cobaan hidup yang kurasa tiada hentinya, dan di saat suamiku berangkat sebenarnya kondisi badan ku sudah sangat tidak menentu, karena sakit gigi dan juga ternyata saya sedang mengandung tanpa sepengetahuan aku dan suamiku sebab saat itu saya rajin minum pil KB, jadi sewaktu ku periksakan gigiku dan Dokter bertanya apakah saya dalam keadaan hamil atau tidak, dengan pede dan yakin ku jawab ‘’Tidak’’ sebab Dokter khawatir kalau saya sedang hamil pasti tidak boleh minum obat2 an sembarangan. Akhirnya Dr gigi tersebut memberiku banyak sekali obat dan kalau sudah tidak merasakan sakit gigi lagi secepatnya dating lagi untuk cabut gigi, kuturuti saran dokter, setelah 3 hari mengkonsumsi obat2an yang di berikan dokter sakit gigiku sudah hilang entah kemana, cepat ku datangi dokter tersebut dan siap ku lepas kan gigi ku yang selalu mengganggu di siang dan malamku. Sekali lagi Dokter bertanya dan meyakinkan apakah benar2 saya dalam keadaan tidak hamil, ku jawab

- 274 -


From Zero To Hero ‘YA , saya tidak dalam keadaan hamil. Selesai juga proses pencabutan gigiku, dan dokter memberiku obat untuk di konsumsi selama 3 hari, dan tentu saja ku patuh pada perintah dokter , dan tepat 3 hari, habis sudah obatobatan yang harus ku minum. Padahal dalam keadaan hamil muda. Andai saja ku tahu……………. Akhirnya suamiku pulang dengan memberiku rasa kecewa dan sedih tiada terkira, tapi ku tahu suamiku lebih kecewa dan terlihat di raut mukanya kalau sebenarnya dia juga menanggung beban lebih berat dari yang kurasa, karena harus menghiburku dan tentu saja menahan malu dengan tetangga kanan kiri. Setelah beberapa hari suami di rumah baru ku tahu aku hamil saat tetanggaku bilang, kok ibunya zacky kelihatan lebih gemuk ya bu, apa lagi isi ya bu? dan kuperhatikan ibu selalu beli buah-buahan”. Tersentak juga kok aku nggak nyadar badanku memang lebih gendut dari sebelumnya, dan tiba-tiba badanku juga terasa tidak nyaman, karena teringat ucapan tetanggaku. Akhirnya aku suruh suami ke apotik beli tes hamil, sebuah alat untuk mendeteksi kehamilan dengan tingkat keakuratan mencapai 99%, ternyata tanda menunjukan saya positif, aku menangis aku sedih, campur aduk jadi satu dan juga kekhawatiran yang tiada terperi, tak ada rasa gembira sedikitpun di hati ini, teringat juga zacky kecilku yang masih butuh perhatian ku dan baru saja kelihatan sehat, dan teringat pula umurnya yang belum genap 2.5 thn. Aku benar-benar tidak siap dengan kehamilan ini. Ya Allah………… apa yang harus ku lakukan, untuk membiayai anaku yang di pesantren saja saya sudah tidak mampu lagi, belum memikirkan uang jajan zacky yang semakin hari semakin pintar meminta jajan, dan untuk kebutuhan sehari-hari dan yang lainya, sebab uang tabungan sudah terkuras hingga gubuk dan tanah yang kami tempati pun melayang demi sebuah impian

- 275 -


From Zero To Hero yang tiada pernah menjadi nyata. Dan akhirnya kami tinggal di sebuah rumah kontrakan. Dan tiba-tiba tanpa di rencana saya positif hamil bagaimana ke depanya? Sedangkan suami berpenghasilan tidak menentu karena memang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Tapi dengan perlahan dan tenang suami menghibur ku, bahwa inilah hikmah kenapa saya di deportasi dari New York, inilah rejeki yang selalu kita mohon siang dan malam, sebab rejeki tidak harus berbentuk materi, anak juga rejeki dan belum tentu semua bisa mendapatkanya. Mari kita berpikir secara jernih, seandainya saya lolos imigrasi dan sukses bekerja di sana, sudah tentu materi berlimpah, tapi waktu aku berangkat masih belum tahu kalau kamu hamil, tentu ini akan menjadi masalah besar dan bisa saja menjadi fitnah. Aku terdiam, kurenungi ucapan suamiku, memang benar adanya, dan aku mulai sedikit tenang dan bisa menguasa diri. Ku minta suamiku mengantar ku ke bidan untuk memastikan kehamilan ku, dan 2 Bidan ku kunjungi untuk lebih meyakinkan kalau diriku memang benarbenar hamil, dan dua-duanya menyatakan positif dan mengucapkan selamat atas kehamilanku, kubalas hanya dengan senyuman dan ucapan terima kasih, haripun berganti minggu dan bulan, kehamilan ini sungguh sangat menyiksaku karena selama saya di nyatakan hamil oleh bidan kondisi badanku sungguh lemah dikarenakan batuk yang tiada henti dan berdahak terus menerus, hingga saya tidak bisa mengkonsumsi asin walau hanya sedikit saja dan yang jenis makanan yang berminyak, hingga pada bulan ke delapan kehamilan, mungkin, sebab saya tidak bisa menghitung usia kehamilanku, tibatiba batuk tidak berhenti dan dahak keluar terus menerus sampai minum airpun terasa perih di tenggorokan,. Suamiku melihat kondisiku yang seperti itu akhirnya membawaku pergi ke dokter specialis kandungan dan

- 276 -


From Zero To Hero melahirkan, dengan harapan bisa menyembuhkan batuku, dan saat itu saya sudah tidak bisa jalan lagi, karena kandungan ku yang terlalu besar untk ukuran tubuhku yang pendek, dan terjadi kenaikan berat badan mencapai 15 kg selama kehamilan. Tibalah giliran ku masuk ke ruang dokter dan di tanya mengenai kehamilanku dan riwayat bersalin anak-anakku sebelumnya, dan di tanya apakah sudah pernah di USG kandunganya apa belum. Kujawab hanya dengan gelengan kepala, rasanya tak sanggup untuk berbicara karena batuk yang begitu menyiksaku, selanjutnya dokter mengajaku ke ruangan periksa dan tiba-tiba dokter berbicara sambil terus memperhatikan bayiku di layar, Bu‌‌‌ kok ada dua, spontan ku jawab, Apanya Dok? Bayi ibu, dalam 2 kantong bayi tapi 1 plasenta, sang dokter memberitahuku dan dua-duanya bayi laki-laki‌ Selamat ya bu.., dan Ibu bisa melahirkan secara normal tanpa operasi karena posisi bayi yang sangat bagus, bayi yang pertama lahir nanti dia normal seperti bayi umumnya yaitu kepalanya dulu, dan bayi yang ke dua pantat nya dulu, jadi di dalam posisi duduk saat di lahirkan juga melihat dari sejarah ibu saat melahirkan anak-anak ibu yang lain, semua lahir secara normal, tapi tolong kalau ibu melahirkan harus ke sini atau minimal ke Rumah Sakit, jangan sekali-kali melahirkan di Bidan apalagi di rumah dan hanya menggunakan jasa bidan dan dukun bayi saja. Tolong ya bu ingat pesan saya, sebab kondisi ibu yang sangat lemah karena tidak cukup mengkonsumsi makanan, dan nanti pasti akan terjadi pendarahan yang sangat hebat sebab ini bayi kembar bu, Panjang lebar sang Dokter memberiku peringatan. Ku hanya bisa menganggukan kepala sambil tersenyum. Tak sepatah kata pun terucap dari bibir ku. Resah ini tiba2 menghantui ku, bagaimana nasib bayiku nanti sedangkan saat ini saja beban hidup terasa begitu berat, hanya pasrah dan menangis dalam hati

- 277 -


From Zero To Hero mengingat masa depan bayiku, tapi harus ketegarkan jiwa ini, teringat juga ini adalah amanah yang harus ku jaga, Allah mempercayakan padaku berarti aku mampu. Hingga pada suatu malam kandungan ku terasa sakit dan hal itu memang sudah biasa hampir setiap malam ku meraskan hal yang seperti itu tapi anehnya malam ini rasa sakit itu tak mau berhenti hingga menjelang subuh, tanpa mengerti kalau sakit ini adalah tanda-tanda bayiku akan lahir, akhirnya suami membawaku ke dokter untuk periksa dengan memboceng motor punya tetangga, dan meninggalkan anaku Zacky yang saat itu belum genap berumur 3 tahun. Kudengar adzan subuh berkumandang sepanjang perjalananku menuju ke rumah dokter yang kira-kira berjarak tempuh 30 menit. Dan rasa sakit terus menjadijadi hingga sampai ke rumah bersalin, tanpa mendaftar dan sebagainya pak dokter yang baik hati langsung mempersilahkan masuk ke ruang bersalin, tiba-tiba Dokter mengatakan kalau kalau saya sebentar lagi akan melahirkan bayi kembar ku, sambil berkata, ‘’siap-siap ya bu, dan di bawa rilex saja jangan tegang ya, Ibu cukup berdo’a saja, saya dan suster yang akan membantu persalinan ini dan tolong ibu ikuti saja perintah saya. Sempat juga kudengar obrolan istri pak Dokter dengan suamiku, kalau sejak dari jam 3 pagi Bapak sudah mempersiapkan semua alat persalinan, katanya besok pagi akan ada yang melahirkan, rupanya istri bapak yang akan melahirkan hari ini. Dan Alhamdulillah hanya dalam waktu 30 menit setelah saya sampai di Rumah bersalin, bayi pertama saya di lahirkan dengan berat badan 2.6 kg dan 5 menit kemudian menyusul bayi ke 2 dengan berat badan 2.4 kg dan keduanya berjenis kelamin laki-laki, Syukur Alhamdulillah ya Allah engkau mempermudah proses kelahiran anak kembarku secara

- 278 -


From Zero To Hero normal tanpa operasi, hilang semua rasa sakit dan penat yang pernah ku rasakan selama mengandung anaku begitu ku lihat bayi mungil dengan paras yang ganteng dan sehat pula, 4 hari saya menginap di rumah bersalin, karena menunggu hingga pendarahan yang ku alami pasca melahirkan hingga pulih. Tapi setelah saya diijinkan pulang suamiku tidak bisa menutup biaya persalinan yang saat itu mencapai 5 juta rupiah, dan ibu dokter sempat memohon untuk mengadopsi salah satu dari bayiku dan beliau mengutarakan keinginanaya tersebut dari semenjak bayiku dalam kandungan, karena kami sudah menceritakan kondisi keuangan kami yang memang sangat kritis saat itu. Akhirnya suamiku mendapatkan uang dari meminjam kakaknya yang saat itu sedang bekerja di Korea Selatan, walaupun tidak cukup untuk menutup biaya persalinan yang di bebankan, tapi pihak rumah bersalin masih mengijinkan kami untuk pulang dan kekurangan biayanya bisa di angsur tanpa batas waktu. Tak terasa hari berganti minggu dan bulan, pekerjaanku semakin bertambah dengan hadirnya bayi kembarku, dan hanya di bantu suamiku saja aku merawat anaku, hingga pada usia 3 bulan bayiku terserang flek juga, sama seperti yang di alami oleh zacky, anak kedua ku. Sungguh lebih repot mengurus 3 balita seorang diri, sebab suami harus keluar mencari uang walaupun belum tentu mendapat kan hasil, karena memang pekerjaannya yang tak pasti. Tapi Alhamdulillah akhirnya selesai juga pengobatan anaku yang memerlukan waktu 6 bulan sesuai anjuran Dokter. Hingga pada suatu hari ku ajak si kembar menengok anakku yang pertama ke Bumiayu, tempat di mana anaku menuntut ilmu, kami naik motor dengan jarak yang sangat jauh Purwokerto – Bumiayu, kehujanan pula. Mungkin itulah penyebab anaku masuk

- 279 -


From Zero To Hero angin dan akhirnya dehidrasi karena muntah terus menerus , dan dua duanya lagi. Sesampai di rumah akhirnya ku bawa anaku pergi ke Rumah Sakit dan dokter mengharuskan anaku rawat inap, sebab anaku perlu di infus untuk memulihkan kondisi tubuh nya yang terlalu banyak kehilangan cairan. Tiga hari harus di RS, anaku genap berumur satu tahun, rupanya ada dokter muda yang sangat perhatian sama anakku, dan memberikan hadiah buat anaku robot mainan. Sedih dan haru ternyata ada juga yang peduli dengan hari kelahiran anaku, di saat aku orang tuanya tidak mampu memberikan apa-apa buat anaku, masih ada yang peduli juga. Hampir seminggu anaku di rawat di RS, dan saat ini kondisinya sudah benar-benar normal seperti sedia kala. Dan Dokter mengijinkan kami membawa anaku pulang ke rumah, tapi lagi-lagi kami tidak mampu membayar biaya RS, hingga akhirnya suamiku memohon askes ke Balai Desa, kartu sehat untuk keluarga yang tidak mampu, tapi pihak Desa tidak bisa membantu kami untuk mengajukan kartu tersebut padahal saat itu anaku benar-benar membutuhkan. Tapi akhirnya suamiku mendapatkan bantuan jaminan kesehetan dari sebuah Partai Politik yang saat itu salah satu kadernya sedang maju ke pemilihan calon legislatif dan memang membutuhkan dukungan warga,. Dengan bantuan tersebut anaku bisa pulang ke rumah dengan tidak mengeluarkan biaya sepeserpun, yang sesungguh nya kami memang tidak mempunyai dana saat itu. Pasca di rawat di rumah sakit anaku benar benar, kemaruk kata orang jawa, suka makan dan minum susu sedangkan kami tidak mempunyai uang, sungguh keadaaan ini membuat hatiku bagai tersayat sembilu, bagaiman tidak, anaku pingin minum susu kadang ada

- 280 -


From Zero To Hero kadang tidak ada. Haruskah tiap hari meminjam uang ? Hanya untuk menyambung hidup, sedangkan kita membutuh kan uang selama kita hidup. Hampir 2 bulan saya tinggal di rumah mertua setelah anaku pulang dari RS, dan dengan keadaan yang seperti itu sungguh saya tak sanggup untuk meneruskan hidup, akhirnya ku utarakan niat ku untuk pergi ke luar negri. Demi masa depan anaku dan yang di pondok juga butuh biaya, kubulatkan tekad ku untuk pergi ke luar negri , ku tinggal kan ke 4 anaku, saat itu si kembar baru berumur hampir 14 bulan, masih kurus kering badanya padahal sudah sebulan lebih di rumah pasca rawat inap di RS. Kumantapkan hati, ku buang jauh perasaan seorang ibu yg akan meninggal kan anaknya, yang ku tahu tekad ku berjuang untuk mereka, daripada berkumpul pun tiada pernah ada bahagia, hanya luka dan air mata yang setia menemani. Tanggal 9/01/2009 saya berangkat ke PT yang akan memrosesku ke luar negri, tujuan semula adalah ke Taiwan sebab mengingat saya punya pengalaman di sana, tapi karena harus bayar ke PT akhirnya ku putuskan pindah ke Negara tujuan HONG KONG, biarpun tidak pernah sedikitpun terbayang kalau akan bekerja di negeri beton ini, Tapi karena dapat pesangon dari PT, jadi saya memilih ke HK saja, dan uang pesangon yang ku dapat bisa buat beli susu dan jajan anaku . Tujuh bulan saya tinggal di PT , biarpun saya sudah berpengalaman luar negeri dan kalau belajar juga paling pintar , itu kata teman-temanku tapi kok ya masih nggak laku juga alias nggak dapat-dapat majikan, dan harus menunggu paling lama , tapi Alhamdulillah biarpun lama di PT, tapi saya di pasrahin belanja dapur dan mengatur menu buat di oďŹƒce dan buat teman-teman, jadi nggk terlalu banyak membuang uang. Dan sebelum di percaya

- 281 -


From Zero To Hero di bagian dapur saya hanya belajar saja dan dari tempat belajar itulah saya sering mendapat kan makanan dan segala keperluan selama tinggal di penampungan. Semua teman-teman baik padaku karena mereka mau nyontek sama aku kalau lagi belajar dan terutama kalau mengerjakan PR, pokoknya bukuku keliling, dan artinya rejeki juga datang, Jadi tidak begitu terasa sekali walaupun saya menunggu paling lama. Hingga pada penghujung bulan Agustus 2009 terbanglah aku ke negri beton, setelah menginap sehari semalam akhirnya majikan ku datang menjemput ku. Mereka pasangan muda dan baru mau punya anak yang pertama. Ramah dan penuh senyum mereka menyapaku . Tapi setelah tinggal beberapa hari aku tahu kalau majikanku itu sebenarnya sangatlah cerewet, dan terlalu banyak yang diatur, ditambah lagi datang kung-kung dan bobo dari Canada, dan seminggu kemudian datang lagi nenek dari bapaku. Masa Allah pekerjaaannya. Dari bangun tidur jam 6 pagi hingga hampir jam 1 malam tiada berhenti , Tapi ku lalui hari-hariku denga sabar dan ikhlas mengingat perjuanganku selama di PT dan susahnya keadaan ekonomi keluarga menguatkan hati untuk tetap bertahan di rumah majikan dan ingat hutang PT selama 7 x HKD3000 yang dibebankan kepada saya oleh agent HK. Really I have no choice. Hingga bayi yang menjadi jobku lahir, bertambah lagi pekerjaanku yang kian menggunung, plus time table yang di pasang di dapur yang harus aku taati. Terutama ketika saya libur pun harus bekerja terlebih dahulu, keluar dan masuk rumahpun harus mengikuti jadwal yang sudah tertera di time table. Saking tidak kuatnya pada bulan ke 6 saya bekerja terbersit niat di hati untuk nge-break kontrak dan formulir berhenti kerja pun sudah sempat ku dapatkan dari seorang teman dan

- 282 -


From Zero To Hero dan sudah ku isi semua lengkap dengan alasanya. Tapia dari seorang teman menasihatiku untuk bertahan dulu dan minimal menyelesaikan kontrak pertama dan baru mencari majikan lagi. Aku urungkan niat ku ngebreak kontrak, aku jalani hari-hariku hingga finish 2 thn dan kuputuskan untuk renew kontrak lagi karena majikanku yang merayu-rayu dan karena saya juga suka dengan bayi yang kuasuh. Dan sebulan kemudian saya ambil cuti ke Indonesia selama 13 hari PP. Sekembalinya dari cuti rame terdengar berita di FB tentang MANDIRI ENTREPRENEURSHIP TRAINING. Tapi karena saya kurang gaul dan kalau libur pun hanya ke masjid dan sholat saja tidak ikut aktif dalam kegiatan apapun, malah kalau lagi malas saya libur hanya di bawah rumah saja seharian. Dan teman pun tidak banyak , akhirnya ku tertinggal informasi, terlewat sudah kelas MS yang pertama , selain waktu itu saya sedang berada di Indonesia, saya memang benar-benar tidak tahu dunia luar selain di bawah rumah dan masjid saja , ke Victoria park pun sangat jarang. Hingga akhirnya ada pemberitahuan di fb juga kalau Pojok Bumi Mandiri, bahwa kelas Mandiri Sahabatku akan di adakan lagi untuk angkatan ke dua, di buka kelas dasar dan lanjutan. Memang dari awal sudah sudah tertarik dengan info tersebut, akhirnya ku tanyakan langsung lewat Inbox, teryata belum ada kepastian tanggal dan bulanya . Sabar ku tunggu kabar selanjutnya, hingga akhirnya ada kepastian kalau kelas akan di mulai pada bulan april –mei 2012 dan untuk kelas dasar di buka juga hari sabtu untuk yang libur hari sabtu, yang kebetulan liburku memang hari sabtu. Mantap ku langkahkan kaki di hari petama ku mengikuti sebuah kegiatan, sesuai yang tertera di fb, tempat pelatihan di hari Sabtu adalah di Bayanihan House, Kenedy Town, Seung Wan,HK Island.

- 283 -


From Zero To Hero Karena saya tidak pernah ke mana-mana sempat bingung juga mencari tempat tersebut karena tiada petunjuk atau panitia, sesampai saya turun di pemberhentian terakhir TRAM yang saya tumpangi saya kebingungan terus kemana lagi, ku inbox Richa Susan yang waktu itu aku lihat pernah woro-woro di fb mengajak teman-teman untuk bergabung, tapi dia hanya tau alamatnya saja dan tidak tahu tempatnya di mana, dan sempat aku tanya anak Indonesia yang aku jumpai, tapi malahan ngatain aku yang tidak-tidak dan di tanya dari mana dapat berita ini, saya bilang dari fb, mencakmencak dianya, katanya aku orang stress, wong fb kok yo di percaya, di sini itu gak ada sekolahan gak ada tempat training, yang ada tempat pembakaran mayat, dan menasehati aku untuk berhati-hati di HK, dan jangan sekali-kali percaya sama yang namanya fb. Setelah aku berterima kasih pada Mbak yang baik hati dan memarahi saya habis-habisan di teriknya matahari menjelang musim panas di HK, kuberjalan kearah pantai yang ada sebuah taman nya, hatiku resah , aku kecewa dengan diriku sebab niatku jauh-jauh dari chai wan ke Kenedy Town hanya ingin mengikuti Training yang di adakan oleh BM & UCEC, tapi hingga jam 11 saya masih belum menemukan tempat itu, pada siapa lagi aku harus bertanya, jangan kan orang-orang BM, temanpun aku tiada. Tiba-tiba ku teringat kalau aku berteman dengan Pak Rachmat Widiyanto di FB, dan beliau adalah orang BM pasti tahu dan mau memberitahukan tempatnya, langsung saja aku inbox beliau dan beruntung sedang online juga, jadi langsung di respond an akhirnya sampai juga ke tempat Training, dan pelajaran sudah di mulai . pesrtanya pun sedikit sekali karena hari itu adalah kelas hari sabtu. Sejak saat itu tgl 7 APRIL 2012 Saya mulai mengenal dan menjadi anggauta Sahabat Mandiri.

- 284 -


From Zero To Hero Dan di minggu selanjut nya saya meminta ijin majikan untuk libur di hari minggu karena saya ingi belajar di hari minggu yang tentunya lebih banyak temanya, akan lebih bersemangat dan suasananya lebih menyenangkan dan persaingan pun akan lebih ketat. Hingga pada pertemuan minggu ke 5 di umumkan kalau di closing ceremony akan di adakan berbagai macam kompetisi di antaranya Best Boss award, Public Speaking, Selling dan Business Idea. Tadinya tidak kepikiran untuk ikut berkompetisi, setelah saya tidak kebagian formulir untuk ajang Best Boss, tapi terbersit juga keinginan untuk ikut serta, dan semakin mantap setelah aku dipinjami kertas formulir dari mbak love adisty mamaeh pradana untuk di foto copy. Dan disaat teman-teman serius mengikuti kelas yang sedang di ajar oleh mbak Rima Lubis, saya pindah duduk di belakang dan paling belakang sekali, menulis untuk mempromosikan majikanku menyandang gelar Best Boss. Sempat bingung juga karena aku rasa majikanku biasa-biasa saja, tapi aku ingat akan kebaikannya yang tidak mungkin dan kalaupun ada itu sangat jarang di temukan di HK. Aku tonjolkan dalam tulisanku sedemekian rupa, dan aku yakin kalau aku akan berhasil di tambah presentase di atas panggung, saya yakin sekali kalau aku Bisa dan harus bisa. Sesungguhnya sayapun punya misi sendiri dalam mengikuti kompetisi Best Boss ini, Saya sangat berharap sekali kalau majikan saya bisa menjadi best boss di ajang ini, yakin sekali kalau majikan kun anti akan berubah pandangan dan perlakuanya terhadapku. Sekalian mempraktekan ilmu Entrepreneur yang saya dapat dari 4 kali mengikuti pelajaran, memang benar ilmu Entrepreneur bisa di terapkan di segala bidang pekerjaan. Contoh pasti saja, saya sebagai PRT, ingin sekali menerapkan dan ingin membuktikan kalau itu semua bukan sekedar teori, tapi memang benar-benar terbukti.

- 285 -


From Zero To Hero Saya menganggap majikan saya sebagai pasar dan saya adalah penjual, keahlian dan layanan saya sebagai produk. Saya sudah sangat mengenali pasar saya karena sudah berada di situ selama 2 tahun lebih, jadi saya tidak begitu sulit untuk menjual produkku sebab aku sudah tahu apa yang sangat di butuhkan pasar saya, dan saya terus berinovasi agar pasar saya semakin rajin dan sangat senang belanja ke saya dan salah satu inovasiku adalah mengikut sertakan majikanku dalam sebuah kompetisi, Dan benar sekali inovasiku berhasil sebab saya sukses di kompetisi, tulisanku terpilih di dalam seleksi dan tinggal selangkah lagi uji presentase, Alhamdulillah presentaseku mendapat urutan ke 2. Di tambah satu lagi kompetisi yang kuikuti yaitu business idea , Alhamdulillah menjadi yang pertama, Sejak saat itu perubahan sikap majikan ke saya berubah total, entah berapa derajat tidak bisa menyebutkan dengan angka, Dari yang tadinya cerewet menjadi baik, pokoknya, dan liburpun tadinya hari sabtu menjadi hari minggu atau tinggal bilang saja kalau mau hari sabtu atau minggu, tidak masalah. Terbukti sudah sedikit tentang Entrepreneurship ku terap kan tapi hasilnya sungguh luar biasa dan kini sedang ku nikmati sudah hampir 2 th, ALHAMDULILLAH. Setelah selesai mengikuti kelas dasar, beberapa bulan kemudian ada Kelas Internet Bangking juga, dan disaat penutupan Kelas Ib, sekalian acara wisuda Siswa PER BATCH 1. Di situlah saya mengenal yang namanya Sekolah ONLINE, dan saya pun ikut mendafatar juga , tapi karena ada sesuatu hal yang membuat aku akhirnya tidak meneruskan lagi pembelajaran online ini,, Hingga pada awal tahun 2013 di buka lagi MANDIRI SAHABATKU ENTREPRENEURSHIP TRAINING, dan saya sudah menjadi siswa lanjutan merangkap sebagai panitia. Sampai di bukanya lagi Training yang

- 286 -


From Zero To Hero berikutnya, pada bulan Mei-Juni , kembali saya menjadi Panitia Penyelenggara Mandiri Sahabatku Entrepreneurship Training bersama 24 teman yang lainya. Dan Alhamdulillah sukses luar biasa acaranya dengan di ikut peserta baru hampir mendekati angka seribu, ada kepuasaan tersendiri turut aktif di kegiatan Bank Mandiri yag bertujuan sangat mulia, mengangkat derajat para BMI dan memotivasi sekalian di bekali pembelajaran secara gratis. Belajar untuk maju, berbisnis dan membuka usah, bersama membangun negeri, dengan slogan yang begitu familiar BMI JADI PENGUSAHA , PASTI BISA ! YES YES YES. Tapia ada rasa sakit dan kecewa di lubuk hatiku yang paling dalam, di saat teman-temanku naik ke atas panggung untuk menerima sertifikat kelulusan, saya Cuma jadi penonton, Tiada berguna penyesalan itu, ku tepis jauh-jauh dan hati berkata aku harus bisa seperti kawan-kawan yang lainya. Ku hibur diriku dan aku tekadkan niat ini untuk melanjutkan kembali pelajaran yang sempat tertinggal, tiada kata terlambat kalau aku masih mau mencoba, HK kau jadikan aku setegar karang, Hk jugan yang menjadikan aku lebih mengenal agamaku, Hk juga yang membuat ku jadi mengerti tentang internet, dan sempat mengikuti pembelajaran via Internet, THX HK , I love HK.

- 287 -


From Zero To Hero

Kisah Petrus Herlambang Modal tanpa ilmu tidak akan berjalan. Dengan ilmu kita dapat belajar bagaimana bertahan di masamasa yang sulit Mengawali goresan ini ingin kuucapkan syukur dan suka cita karena sampai detik ini masih di berikan kekuatan kesehatan yang merupakan anugrah terindah dalam hidup yang tak bisa saya nilai dengan apapun. Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa, kini kurang lebih 35 tahun yang lalu, di sebuah desa yang indah dengan pemandangan alam yang begitu menakjubkan nan dipenuhi rahasia alam yang selalu membuat orang terkesima ketika bertandang. Tana Toraja. Disanalah saya dilahirkan. Saya rasa hampir semua orang yang menyukai wisata alam pasti pernah mendengar tentang Tana Toraja. Negeri yang penuh dengan nilai budaya yang artistik serta keramahan penduduk yang tak dapat di ragukan. Di Tana Toraja, saya menghabiskan masa masa kecil yang penuh bahagia bersama dengan ke 8 sauudara dan saudari yang sangat saya sayangi dan rindukan selalu. Orang tua membesarkan kami dengan penuh tantangan. Kami bukanlah keluarga dengan ekonomi layak. boleh dikatakan kami adalah keluarga yang miskin. Saya masih ingat untuk makan saja susah. Rumah peninggalan kakek buyut yang kami tempati rasanya tidak layak karna saat musim hujan sering bocor. Masih teringat dan sangat

- 288 -


From Zero To Hero membekas diingatan saya, ketika hujan tiba, kadang kami harus gantian tidur karena tidak ada tempat berlindung dari hujan yg tembus sampai kedalam rumah. Kami harus mencari tempat sudut ruangan yang aman. Saya bisa membayangkan bagaimana keadaan orang tua saat itu. Dalam kekurangan, saya sangat bangga dengan kedua orang tua saya yang tak pernah mengeluh akan keadaan. Mereka selalu mengajarkan kami akan arti hidup yang tak pernah menyerah. Walaupun kadang saya pikir orang tua, terutama Ayahanda, sangat keras dalam mendidik kami anak-anaknya. Kami tidak ada kesempatan untuk bermain. Sepulang sekolah, kami harus ke sawah atau ke ladang membantu orang tua. Kadang saya iri melihat teman sebaya yang boleh bermain sesuka mereka, setelah mereka pulang dari sekolah. Kami sudah di berikan pesan sebelum berangkat kesekolah, bahwa sepulang sekolah kamu harus kerjakan ini itu. Begitulah rutinitas saat masa-masa kecil. Saya bersyukur mengingat akan hal-hal yang demikian. Di sekolah saya bukanlah murid yang pandai. Saya sama seperti yang lainnya. Walau dilihat dari peringkat, selalu ada di 5 besar. Masa-masa SD saya lalu dengan penuh lika liku, senang dan duka. Namanya juga anakanak, kenakalan kenakalan kecil pasti ada. Justru saya masih ingat saya sering menjadi korban dari kenakalan teman-teman, bahkan saya sering jadi bahan olokan . Saya sadari ketika saya beranjak dewasa. Semua perlakuan dari lingkungan semasa saya kecil, tersimpan di alam bawah sadar. Membuat saya memiliki kepercayaan diri yang rendah. Saya tidak bisa maksimal. Saya kadang menyesali diri, minder untuk bergaul dan banyak hal negative yang lain. Sebenarnya ada rasa ragu dan rasa kurang nyaman menyelimuti perasaan ini ketika harus menulis tentang

- 289 -


From Zero To Hero kisah hidup pribadi. Saya sempat bertanya dalam hati bahwa kenapa harus dapat tugas seperti ini? Tapi saya kembali berfikir positif, mungkin ini adalah tempat saya bisa mengungkapkan sebagian kecil dari kisah dalam perjalanan hidup yang notabene saya orangnya mungkin dapat dibilang tertutup. Untuk hal-hal yang saya anggap pribadi, tak mudah bagi saya untuk berbagi cerita dengan orang lain. Tapi tak apalah, mungkin ini saat yang bagus untuk mengungkap yang selama ini terpendam. Walaupun tisdak bisa semua karena bagi saya, tetapi masih ada yang pribadi untuk saya nikmati sendiri. Kembali ke perjalanan hidup yang begitu berat. Saya berhasil tamat Sekolah Dasar (SD) dengan sukses. Memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP), merupakan masa-masa sulit yang saya rasakan. Kala itu, kakak saya yang pertama harus putus sekolah dari sebuah sekolah kejuruan setingkat dengan SMA karena pengaruh lingkungan. Padahal orang tua sudah harus menjual kebun sisa peninggalan kakek demi intuk sekolahnya. Sayang sekali, sekolah kakak saya pertama harus kandas di tengah jalan. Dua kakak saya yang perempuan juga harus putus sekolah. Yang satu pergi merantau ikut keluarga ke Malaysia, dan satu lagi ke Irian Jaya (Papua). Kami jadi hidup terpisah dari sanak saudara karena keadaan ekonomi orang tua yang tak mungkin membiayai sekolah kakak kakak saya. Saya anak kelima dari 8 bersaudara, dan tinggallah kami kami berlima dirumah. 3 orang adik dan seoarang kakak laki-laki nomor 2 masih bersama kami. Tidak mudah bagi orang tua untuk membiayai sekolah kami. Tapi orang tua tetap berusaha dan selau membanting tulang. Menanam ini, menanam itu, demi untuk mendapatkan biaya hidup dan sekolah kami, walaupun kadang harus menyewa ladang orang lain.

- 290 -


From Zero To Hero Singkat cerita, saya sudah berhasil menyelesaikan SMP dan saya sangat ingin dan bercita cita masuk disekolah unggulan, yang mana saat itu ada Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang sangat popoler di tempat saya. Setiap yang tamat dari SPK langsung di tempatkan untuk bekerja di berbagai Rumah Sakit atau Puskesmas. Saya sangat senang melihat para petugas kesehatan yang melayani orang dengan ramah dan bisa membantu orang sakit. Itu motivasi saya waktu itu. Sayang, saya harus gagal. Karena selain banyaknya pesaing dan jatah kursi yang tersedia hanya 40 orang per tahun, mungkin belum rejeki saya. Akhirnya saya masuk ke Sekolah Kejuruan yang sama sekali di luar minat. Tapi tak ada plihan lain. Bahkan menurut cerita, sekolah itu adalah sekolah orang-orang mampu. Karena selain biayanya cukup mahal, tenaga pengajarnya ada orang asing (orang Belanda). Sekolah itu merupakan sekolah peninggalan belanda dan sampai saat itu masih terus ada kerjasama dengan Belanda. Masa masa sulit tahap berikutnya terus saya hadapi. Rumah saya yang jauh dari kota, tempat saya sekolah, mengharuskan saya mencari tempat tinggal selama sekolah. Saat itu, Ayahanda memberikan saran untuk tinggal dirumah kerabat dekat yang selalu saya panggil dengan sebutan Nenek, karena hubungan saudaranya adalah orang tua angkat dari Ayah saya. Karena tidak ada pilihan, mau cari tempat kost juga tidak ada biaya. Disinilah saya benar-benar banyak mendapat pengalaman hidup yang sangat berarti. Dengan didikan dan kerja keras yang sudah di tanamkan orang tua, tak ada kendala dalam menyesuaikan diri hidup di rumah orang lain yang masih sama persis dengan di rumah sendiri. Setelah pulang sekolah, saya tak ada kesempatan main. Karena Nenek adalah penjual kain, jadi sepulang sekolah saya harus membantu Nenek berjualan di pasar,

- 291 -


From Zero To Hero hingga menjelang maghrib. Bahkan, jika pagi (waktu Shubuh) hars sudah bangun dan berangkat ke pasar untuk menyiapkan dagangan. Saya tidak hanya disuruh membuka dan menutup toko, tapi sering harus terjun langsung melayani para pembeli. Suatu pengalaman yang sangat berkesan. Terkadang saya harus berbohong kalau merasa terlalu capek dengan mengatakan nanti ada les tambahan dan saya pulangnya agak sore, bahkan malam. Padahal saya main ketempat teman atau tempat saudara. Akh, sungguh pengalaman yang membuat hati ini terkadang sedih atau terkadang ketawa sendiri. Kalau teman-teman lain sering bercerita masa-masa SMA adalah masa yang paling indah, buatku biasa saja. Tidak ada waktu untuk bermain. Hanya belajar dan bekerja. Dari kecil juga sudah terbiasa. Kerja, hidup, kerja dan kerja. 3 tahun berlalu dengan segala kisah yang ada. Selesai juga saya menamatkan pendidikan dari sekolah kejuruan dan banyak teman-teman yang meneruskan sekolah ke pendidikan yang lebih tinggi. Apalah daya, saya tak bisa melanjutkan sekolah karena terbentur masaalah dana. Diipikiran saya saat itu hanya pergi merantau dan mencari lowongan pekerjaan di berbagai perusahaan dengan bekal ijazah yg saya miliki. Kenyataan tak seindah yang dibayangkan. Saya merantau ke pulau Kalimantan. Mengikuti keluarga sambil saya berusaha terus memasukkan surat lamaran di berbagai perusahaan yang ada di sana. Kenyataannya, surat lamaran yang saya kirimkan, tidak pernah ada tanggapan. Sekitar kurang lebih setahun di Kalimantan, Ibu meminta saya untuk kembali ke kampung, Saya kembali ke kampung tanpa hasil. Sebenarnya dalam hati sungguh tak mampu untuk kembali. Tapi tak apalah, saya pikir mungkin di tempat lain, masih ada

- 292 -


From Zero To Hero rejeki buat saya. Di tahun yang sama, saya berangkat ke Papua menyusul tante dan kakak yang sudah lebih dahulu tinggal disana. Sampai disana saya terus melakukakan hal yang sama. Memasukkan lamaran di sana dan disini. Baik di sektor swasta ataupun pemerintahan. Tapi gagal dan gagal lagi. Ada rasa putus asa. Kehilangan harapan menghinggapi pikiran ini. Tapi saya selalu teringat akan kerja keras orang tua dalam membesarkan kami, dan itu membuat semangat saya bangkit dan terus berusaha. Pada akhirnya, melalui proses seleksi yang begitu ketat, justru saya bisa lolos mengikuti program pemagangan ke Jepang dari tahun 2002 sampai 2005. Seleksi serta pembinaan yang luar biasa disiplin selama di daerah selama 1 bulan dan di pusat selama 3 bulan, membuat mental saya kembali tumbuh. Kami di persiapakan memasuki Jepang dengan pelatihan yang begitu matang. Kami akan memasuki dunia kerja di Jepang yang memang disiplin dan etos kerja yang benar-benar tidak ada duanya dan belum pernah saya temui sebelumnya. Masa-masa di Jepang adalah perjuangan yang berbeda. Selain iklim yang begitu ekstrim, tingkat kedisiplinan orang Jepang banyak membuat teman-teman sampai stress. Saya bersyukur dapat melaluinya walaupun dengan penuh perjuangan dan dengan langkah yang tertatih tatih. Awal tujuan ke Jepang ingin mengumpulkan modal supaya pulang ke Indonesia bisa bangun usaha kecilkecilan. Lagi-lagi kenyataan sunggu berbeda dengan yang dibayangkan. Karena tidak ada pengalaman dalam berbisnis, ditambah kebingunan ingin memulai darimana, akhirnya, setelah pulang ke rumah juga bingung apa yang harus membuat apa. Uang yang ada dengan cepat sekali mengalir bak air tanpa penampung. Uang habis, pekerjaan tidak ada. Bolak- balik Jakarta-Maksassar mencari kerja. di Jakarta pun tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Selama

- 293 -


From Zero To Hero 3 tahun di rumah tak menghasilkan apa-apa. Saya berpikir, bagaimana harus bangkit dari kererpurukan ini? Hinggalah saya mendengar ada lowongan kerja ke Korea. Saya cari info sebanyak mungkin. Dua kali saya harus mengikuti test seleksi hingga akhirnya baru bisa tembus ke Korea. Setelah di Korea, saya selalu mencari gimana cara dan memulai usaha supaya modal yang saya dapat, tidak hilang seperti saat saya ke Jepang dulu. Saya terus belajar dan mencari informasi. Akhirnya saat ini, saya masuk di UCDE. Harapan saya disini, di pembelajaran jarak jauh ini, ada secercah harapan bagaimana mengelola manajemen. Bagaimana mengelola pikiran. Bagaimana memulai usaha. Semoga apa yang ada dalam benak saya, saya bisa dapatkan disini Umur tidak bisa dibilang muda lagi. Apakah harus jadi TKI terus? Semoga dengan mengikuti pendidikan ini saya siap pualng ke tanah air dan siap memasuki dunia hidup yang baru, dimana benar-benar harus terjun di masyarakat. Semoga pengalaman yang sangat berarti, yang saya dapat baik di Jepang maupun di Korea, bisa aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di tanah air. Semoga apa yang saya dapat, dapat saya bagikan ke orang lain. Terus terang, begitu saya masuk dan baca tentang UCDE, dalam benak saya lansung mengatakan inilah yang saya cari selama ini. Modal tanpa ilmu tidak akan berjalan. Dengan ilmu kita dapat belajar bagaimana bertahan di masa-masa yang sulit. Saya sangat sangat antusias mengikuti program belajar ini. Walaupun jarak jauh. Saya melihat teman-teman di Korea ada yang sampai sudah 3 kali ke luar negeri , bahkan ada yang sampai empat kali. Ada banyak juga yang mengilegalkan diri sampai di Korea sudah 8 hingga 10 tahun. Alasannya karena di Korea aman dan tidak tahu jika pulang ke

- 294 -


From Zero To Hero Indonesia, bisa kerja apa ? Inilah sepenggal kisah cerita dari saya. Saya tetep optimis untuk melangkah dengan harapan dan doa serta bersyukur dan berbagi. Walaupun tidak mudah untuk mempraktekannya tapi saya akan selalu dan harus mencobanya

- 295 -


From Zero To Hero

Kisah Sulis Susanti

Saya lahir dari keluarga petani, saudara saya ada dua. Saya adalah anak pertama. Sejak kecil saya ikut kedua orang tua saya. Dulu bapak saya dagang jual beli kacang tanah beli dari petani-petani. Bapak beli dari petani lalu dijual lagi kepada yang jualan kacang goreng atau yang jualan benih kacang tanah yang mau dijual lagi. Jadi waktu saya kecil tinggalnya masih numpang di rumah kakek dari bapak. Kalau orang tua saya ke sawah saya di rumah sama nenek. Terus waktu saya mulai klas 3 SD bapak mulai bikin rumah sendiri, lalu saya sama orang tua pindah rumah tidak lagi numpang di rumah kakek. Waktu saya kelas 4 SD, adiknya ibu saya yang kerja di papua tersengat listrik dan akhirnya meninggal.Karena kakek sama nenek saya nggak ada yang menemani. Akhirnya saya pindah sekolah ikut nenek selama dua tahun. Jadi saya harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Guru-guru sekolah maupun teman sekolah dan teman-teman bermain. Waktu ikut nenek saya sangat dimanja, nggak pernah disuruh-suruh kerja. Saya nggak pernah bantu dia masak apalagi mencuci baju. Mungkin karena saya

- 296 -


From Zero To Hero cucu satu-satunya. Setelah saya memasuki SLTP saya balik lagi ikut orang tua saya, karena saya punya adik.... hehehehe. Kakek sama nenekku nggak ada temannya sampai sekarang.

Meski saya sekolah nggak pernah dapat juara, saya selalu naik kelas.Waktu saya SLTP suka ikut ektrakulikuler pramuka. Jadi kalau ada acara kemah dimana-mana pasti ikut. Waktu upacara 17 agustus saya pernah ikut pasukan paskibraka. Selain ikut kegiatan pramuka saya juga ikut koresponden. Arisan perangko bekas tiap minggu, tapi belum dapat arisan sudah bubar. Waktu saya SLTP usaha bapak saya mulai meningkat, dari berdagang kacang tanah dari petanipetani sekarang mulai dagang buah jeruk. Bapak saya juga beli dari petani-petani tapi tempatnya jauh. Mulai Malang, Jember, Banyuwangi dan Bali. lalu dipacking lagi dikirim ke Semarang, Jogja, Bandung dan Jakarta. Kadang juga ke Sulawesi. Setelah saya tamat SMU, waktu itu nggak kepikiran pengen kuliah karena saya melihat usaha bapak saya bangkrut. Saya pikir biar nanti uang buat biaya kuliah dipakai adik saya buat biaya sekolah juga. Saya kan kasihan kalau sampai adik saya nggak sekolah. Dulu kalau lihat tetangga-tetangga yang kerja diluar negeri kayaknya enak pulang bisa bikin rumah, beli sepeda motor baru. Akhirnya saya dan teman saya mendaftarkan ke PT mau kerja keluar negeri tujuan Taiwan.Waktu tinggal di PT teman saya nggak betah tinggal disitu akhirnya pulang. Karena saya masih punya keinginan untuk keluar negeri saya bertahan di PT dan akhirnya saya berangkat kesana. Karena dulu saya keluar negeri nggak punya pengelaman, saya nggak sampai finish kontrak sudah pulang Indonesia. - 297 -


From Zero To Hero Karena nggak punya pengalaman, saya diam diri aja dirumah jadi pengangguran. Kemudian tahun 2003 saya pergi keluar negeri lagi.Negara yang saya tuju adalah Hongkong. Waktu itu gaji saya masih HKD 2200, kalau libur 1 kali dipotong HKD100. Dulu belum banyak yang punya hp apalagi laptop masih jarang. Kalau libur sebulan sekali itu cuma ketemu tetangga/teman lalu ngobrolngobrol sambil makan-makan. Setelah finish 2 tahun saya pulang kerumah.Setelah sampai dirumah juga jadi pengangguran...hehehe. Mau buka usaha juga belum punya ilmu apalagi modal juga belum cukup. Tahun 2007 saya berangkat lagi ke Hongkong dan sampai sekarang belum pulang. Dulu kalau libur saya gunakan waktu jalan-jalan sama teman-teman, kadang menghabiskan waktu di warnet. Lama-lama saya jadi bosan. lalu saya melihat teman-teman bisa bikin kerajinan tangan bikin bros, tas rajut, syal saya jadi tertarik untuk belajar. Apalagi bros larisnya kalau mau lebaran. Setelah saya ikut program mandiri sahabatku, saya mulai dapat ilmu untuk berbisnis dan punya banyak teman yang mempunyai jiwa bisnis. Sekarang saya sudah bisa bikin tas,bros,jepit rambut maupun souvenir lainnya. Saya menerima yg ingin belajar/beli bahan-bahan dari saya. Rencanya saya mau promosi barang-barang ini ke Brunei Darussalam. Do’akan bu semoga semua lancar dan usaha saya sukses....aminn.

- 298 -



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.