Nuur wachid abdul majid 2015 tesis

Page 1

PROSES PEROLEHAN KOMPETENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM PROGRAM PRAKTIK INDUSTRI PADA INDUSTRI PASANGAN SMKN 2 PENGASIH KULON PROGO

NUUR WACHID ABDULMAJID NIM. 13702251059

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015


ABSTRAK

NUUR WACHID ABDUL MAJID: Proses Perolehan Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Program Praktik Industri pada Industri Pasangan SMKN 2 Pengasih Kulon Progo. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) proses perolehan kompetensi melalui program PI di DUDI; dan (2) hasil perolehan kompetensi siswa setelah mengikuti program PI di DUDI Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Setting penelitian ini adalah di PT. JMI sebagai industri pasangan SMKN 2 Pengasih. Informan pada penelitian ini adalah pimpinan atau pemilik PT JMI, pembimbing industri, pembimbing siswa dari sekolah, dan siswa peserta PI. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Teknik analisis data mengacu pada analisis model interaktif Miles & Huberman, meliputi pengumpulan data, data condensation, penyajian data, verifikasi, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses perolehan kompetensi TIK dalam program PI adalah: (1) proses perolehan kompetensi di tempat industri, meliputi: (a) melalui pengamatan dan mendengarkan, (b) belajar sambil menyelesaikan tugas (learning by doing) dan mengikuti aktivitas kerja, (c) belajar melalui pengalaman, (d) belajar memecahkan masalah, (e) belajar melalui kondisi lingkungan kerja, (f) belajar mandiri, dan (g) belajar secara terus menerus dan diulang-ulang; dan (2) hasil perolehan kompetensi siswa setelah mengikuti program PI yaitu mampu menunjukkan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat dideskripsikan antara lain: pengetahuan terkait dunia kerja, keterampilan kerja, kemampuan menyelesaikan pekerjaan, dan sikap yang berkaitan dengan DUDI. Kata Kunci: proses perolehan kompetensi, hasil perolehan kompetensi, Program PI, pembelajaran di DUDI, TIK.

ii


ABSTRACT

NUUR WACHID ABDUL MAJID: The Acquisition Process of Information and Communication Technology (ICT) Competencies in the Industrial Practice Program in the Partner Industry of SMKN 2 Pengasih Kulon Progo. Thesis. Yogyakarta: Graduate School, Yogyakarta State University, 2015. This research aims to know: (1) the acquisition process competency through industrial practice program in DUDI; and (2) students’ acquisition outcomes in the industrial practice program. The research used the qualitative case study approach. This research took place at PT JMI as a partner of SMKN 2 Pengasih. The informants in this research were the owner PT. JMI, the industrial mentors, the school mentor, and students who participated in the industrial practice program. The data were collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The technical analysis of the data refered to the analysis of Miles & Huberman interactive model, including data collection, data condensation, data display, and drawing and verifying conclusions. The result shows that the process of acquisition of ICT competencies in the PI program are: (1) process of acquiring competencies in the industry, including: (1) learning through observing and listening, (b) learning while completing the task (learning by doing) and work activities; (c) learning through experiences, (d) learning to solve problems, (e) learning through work environment, (f) selfdirected learning, and (g) continuous and repeated learning; and (2) students’ acquisition outcomes in the industrial practice program are able to demonstrate cognitive, affective, and psychomotor developments, including knowledge of the world of work, job skills, ability to finish the job, and attitudes related to DUDI. Keywords: the acquisition process of competencies, the acquisition outcome of competencies, PI program, learning in DUDI, ICT.

iii


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa

: Nuur Wachid Abdul Majid

Nomor Mahasiswa

: 13702251059

Program Studi

: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini benar-benar karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 29 Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

Nuur Wachid Abdul Majid NIM. 13702251059

iv



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Proses Perolehan Kompetensi Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Dalam Program Praktik Industri Pada Industri Pasangan SMKN 2 Pengasih Kulon Progo� dengan baik dan lancar. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak, yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan, motivasi, dan doa selama proses penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Putu Sudira, M.P. selaku dosen pembimbing tesis yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasinya, sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Selain itu ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Direktur Program Pascasarjana beserta staf, yang telah banyak membantu sehingga tesis ini dapat terwujud. 2. Ketua, Sekretaris, dan Dosen Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahan kepada penulis. 3. Kepala SMKN 2 Pengasih dan Kaprodi TKJ beserta staf, yang telah banyak membantu dalam penelitian di SMK tersebut. 4. Direktur dan karyawan PT. JMI, yang telah memberikan ijin dan membantu dalam melaksanakan penelitian. 5. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan dorongan moral, spiritual, nasihat, bimbingan, dan senantiasa mengiringi dengan doa yang tak hentihentinya. 6. Keluarga Bapak Lambang Sudiono dan keluarga Bapak Sudi Wardana yang senantiasa memberikan dorongan doa, semangat, material, maupun non material yang tidak bisa dinilai harganya.


7. Adikku Muhammad Natsir Thoha, Muhammad Khoirul Fajri, Anis Hidayatul Ummah, dan Nisfi Nuril Syahidah terima kasih atas doa dan perhatiannya selama ini, mari kita berjuang bersama-sama demi menggapai cita-cita yang diinginkan. 8. Teman-teman seperjuangan Prodi PTK, khususnya Vokasi B (TI) angkatan 2013, terimakasih atas segala hal, semoga kita tetap bersilaturahim lagi dikemudian hari. 9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan pelaksanaa penelitian dan penyusunan dalam tesis ini. Semoga bantuan yang diberikan mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu wata’ala. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik untuk penulis khususnya maupun sebagai masukan dan tambahan wawasan bagi semua pembaca pada umumnya.

vii


DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...................................................................................... ABSTRAK .................................................................................................. ABSTRACT .................................................................................................. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................. B. Identifikasi Masalah ........................................................................ C. Fokus dan Rumusan Masalah .......................................................... D. Tujuan Penelitian ............................................................................ E. Manfaat Penelitian .......................................................................... BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori.................................................................................... 1. Pengertian Pendidikan Kejuruan ................................................ 2. Sosio-Antropologi Pendidikan Kejuruan .................................... 3. Kajian Pembelajaran Soft Skills Dalam Pendekatan Pembelajaran Kejuruan .............................................................. 4. Kajian Proses Pembelajaran Kejuruan ........................................ 5. Proses Perolehan Kompetensi dalam Ketercapaian SKL-SMK... 6. Competency Based Education and Training (Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi) ................................................. 7. Kurikulum Pada Pembelajaran dan Pelatihan di Tempat Kerja ... 8. Kurikulum Bidang Studi Keahlian TIK ...................................... 9. Situated Learning Theory .......................................................... 10. Praktik Industri .......................................................................... B. Kajian Penelitian Yang Relevan ...................................................... C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................... B. Setting Penelitian ............................................................................ C. Unit Analisis ................................................................................... D. Sumber Data ................................................................................... E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................... F. Keabsahan Data .............................................................................. G. Analisis Data .................................................................................. 1. Data Collection (Pengumpulan Data) ........................................ viii

i ii iii iv v vi vii x xi xii 1 13 16 17 18 19 19 24 25 29 34 48 54 61 64 67 75 86 87 88 89 89 90 94 95 97


2. Data Condensation .................................................................... 98 3. Data Display (Penyajian Data) .................................................. 99 4. Drawing and Verifying Conclusions .......................................... 100 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................... 1. Profil PT. Jaringan Multimedia Indonesia .................................. 2. Kompetensi yang Dibutuhkan DUDI untuk Menerima Siswa PI 3. Kegiatan Siswa Saat PI .............................................................. 4. Pola Pembimbingan yang Dilakukan oleh Pembimbing PI ......... 5. Cara Mendapatkan Kompetensi Saat Praktik .............................. 6. Bentuk Evaluasi untuk Mengukur Peningkatan Kompetensi Siswa ......................................................................................... 7. Kompetensi yang Didapat Setelah PI ......................................... B. Pembahasan .................................................................................... 1. Penguasaan kompetensi dasar sebelum mengikuti PI ................. 2. Kegiatan siswa saat mengikuti program PI ................................. 3. Pola pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing PI ......... 4. Belajar melalui pengamatan dan mendengarkan ......................... 5. Belajar sambil menyelesaikan tugas (learning by doing) dan mengikuti aktivitas kerja ............................................................ 6. Belajar melalui pengalaman ....................................................... 7. Belajar memecahkan masalah .................................................... 8. Belajar melalui kondisi lingkungan kerja ................................... 9. Belajar mandiri .......................................................................... 10. Belajar secara terus menerus dan diulang-ulang ......................... 11. Mendemonstrasikan kompetensi ................................................ 12. Mengevaluasi peningkatan kompetensi siswa............................. 13. Hirarki pembelajaran melalui program PI .................................. C. Keterbatasan Penelitian ................................................................... BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ........................................................................................ B. Implikasi......................................................................................... C. Saran ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN ................................................................................................

ix

102 103 106 112 127 135 147 150 158 160 162 163 166 167 169 170 171 172 173 173 176 177 180 182 184 185 187 198


DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil Analisis Data terkait tingkat kepuasan peserta pelatihan ........ 9 Tabel 2. Level kompetensi manusia dalam bekerja ....................................... 58 Tabel 3. Kurikulum KTSP Program Keahlian TKJ ....................................... 63 Tabel 4. Transkrip Data Orientasi Awal Masuk PI ....................................... 109 Tabel 5. Transkrip Data Orientasi Awal Masuk PI ....................................... 111 Tabel 6. Kegiatan PI di Dalam dan Luar Ruangan ........................................ 115 Tabel 7. Kegiatan pengembangan diri .......................................................... 117 Tabel 8. Bentuk kegiatan yang dilakukan siswa ............................................ 120 Tabel 9. Rata-rata usia karyawan .................................................................. 122 Tabel 10. Aturan kerja yang diberlakukan di PT JMI ................................... 124 Tabel 11. Metode pembimbingan kepada siswa ............................................ 129 Tabel 12. Mekanisme observasi siswa .......................................................... 132 Tabel 13. Metode pembimbingan kepada siswa ............................................ 133 Tabel 14. Kegiatan disela-sela istirahat ........................................................ 139 Tabel 15. Kegiatan diskusi dengan siswa SMKN 2 Depok ........................... 140 Tabel 16. Cara mendapatkan kompetensi siswa ............................................ 143 Tabel 17. Cara memperoleh benang merah oleh pembimbing ....................... 146 Tabel 18. Pengalaman yang didapat di PT JMI ............................................. 156

x


DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Model kompetensi ASTD tahun 2004 ......................................... 36 Gambar 2. Beberapa jenis pelatihan disediakan oleh perusahaan ................... 38 Gambar 3. Employability skills framework ................................................... 46 Gambar 4. Struktur skill pendidikan dan pelatihan untuk kerja ..................... 48 Gambar 5. Pengembangan pola pengajaran di sekolah agar dapat dikembangkan di tempat kerja ..................................................... 60 Gambar 6. Prosedur perencanaan dan persiapan untuk wawancara mendalam ................................................................................... 91 Gambar 7. Komponen-komponen analisis data: Model Alir ......................... 96 Gambar 8. Komponen-komponen analisis data: Model Interaktif ................. 97 Gambar 9. Nolspot sebagai salah satu branding dari PT JMI ........................ 104 Gambar 10. Pembimbing memberikan pengarahan awal saat orientasi ......... 110 Gambar 11. Siswa melakukan latihan setting wireless .................................. 111 Gambar 12. Proses pembuatan voucher ........................................................ 113 Gambar 13. Pemasangan Galvanis ............................................................... 113 Gambar 14. Memasang pamflet .................................................................... 113 Gambar 15. Memanjat tower ........................................................................ 113 Gambar 16. Pakaian wearpack siswa PI ....................................................... 126 Gambar 17. Pakaian karyawan JMI .............................................................. 126 Gambar 18. Pemasangan antenna obiquiti .................................................... 153 Gambar 19. Pemasangan router dan instalasi jaringan .................................. 153 Gambar 20. Obtain IP Adress pada TCP/IP .................................................. 155 Gambar 21. Pola pembimbingan di tempat kerja .......................................... 166 Gambar 22. Hirarki proses dan hasil perolehan kompetensi melalui PI ......... 180

xi


DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Pembangkitan Data ................................................... 197 Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan PI di PT.JMI ........................................ 212 Lampiran 3. Field note Wawancara Penelitian ............................................. 219 a.

Fieldnote wawancara DS ..................................................... 220

b.

Fieldnote wawancara HD .................................................... 236

c.

Fieldnote wawancara SDP, S.T ........................................... 247

d.

Fieldnote wawancara RD .................................................... 253

e.

Fieldnote wawancara BA dan CH ....................................... 256

f.

Fieldnote wawancara CH ..................................................... 262

g.

Fieldnote wawancara BDA ................................................. 269

h.

Fieldnote wawancara BDA ................................................. 276

Lampiran 4. Rekapitulasi dan Penyatuan Data Penelitian ............................. 283 Lampiran 5. Analisis Dokumen Jurnal Siswa ............................................... 304 Lampiran 6. Surat-surat Ijin Penelitian .......................................................... 342

xii


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pendidikan kejuruan didasarkan dalam penyediaan lapangan pekerjaan oleh dunia usaha dan industri (DUDI) serta kebutuhan untuk bekerja di kalangan masyarakat. Masyarakat mendapatkan ilmu kejuruan melalui pelatihan dan pembelajaran di sekolah, sedangkan DUDI menampung lulusan sekolah kejuruan agar dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang dikuasai. Potensi pendidikan kejuruan sangat besar untuk mampu menunjang pertumbuhan ekonomi, membantu pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) (Dedi Supriadi, 2002: 18-19). Dengan demikian, terdapat hubungan erat antara masyarakat, sekolah kejuruan, dan DUDI agar dapat memenuhi kebutuhan hidup, menunjang pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan SDM. Peran pendidikan kejuruan sangat strategis dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai untuk menekan angka pengangguran dan meningkatkan perekonomian. Pendidikan kejuruan berorientasi pada pembentukan kecakapan hidup, yaitu melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan oleh DUDI, memberikan pendidikan tentang kewirausahaan, serta membentuk kecakapan hidup (life skill). Siswa lebih ditekankan untuk melakukan praktik sehingga mereka berpengalaman dan mantap untuk langsung memasuki dunia kerja (Doni Muhardiansyah, dkk, 2010). Pengalaman dan ketercapaian pembentukan kecakapan hidup siswa dapat membantu dalam mengurangi angka 1


pengangguran dan meningkatkan perekonomian seseorang. Oleh karena itu, ketercapaian pembentukan kecakapan hidup pada siswa membutuhkan waktu yang relatif panjang. Tujuan pengembangan

penyelenggaraan karakteristik

pendidikan

kejuruan

siswa.

kejuruan

cenderung

Penjabaran

pada

pengembangan

pendidikan kejuruan mengarah pada: (1) teknologi dan industri; (2) bisnis dan manajemen; (3) pariwisata dan perhotelan (Sudrajat, 2002: 329); (4) kesejahteraan keluarga dan kesehatan masyarakat (Tri Iswoyo, A. Diwar Zen, & Joko Setiono, 2002: 368); (5) pengelolaan pertanian, kehutanan, dan perikanan laut (Sudrajat, A.A., dkk., 2002: 399); serta (6) kerajinan dan kesenian (Joedawinata, A., dkk., 2002). Penjabaran pengembangan pendidikan kejuruan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Keanekaragaman kebutuhan masyarakat menuntut SMK menjalankan fungsi majemuk (Slamet PH, 2013: 15). Kebutuhan masyarakat tersebut disebabkan perbedaan faktor kultural, sudut pandang pendidikan, tenaga kerja, dan pengembangan keteknikan suatu daerah (Reinsisch, H. & Frommberger, D., 2004). Dengan demikian, tidak hanya sektor sosial dan ekonomi saja yang harus diperhatikan dalam mengembangkan pendidikan kejuruan, namun harus mempertimbangkan faktor keagamaan, kebudayaan, sumber daya alam, sumber daya manusia, sudut pandang pendidikan, dll. Upaya yang perlu ditempuh harus majemuk dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Indonesia. Upaya tersebut dapat meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk

2


hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (Pasal 26, ayat 3 PP 19 Tahun 2005). Tujuan ini mengandung tiga aspek pokok, yaitu dimilikinya kompetensi kerja, karakter (kepribadian dan ahklak mulia) untuk hidup mandiri (life skills), dan berkembangnya karir melalui pendidikan kejuruan (Putu Sudira, 2012). Aspek tersebut menggambarkan bahwa kompetensi kerja siswa harus didukung dengan karakter yang mencerminkan kepribadian dan akhlak mulia agar karir pada pendidikan kejuruan dapat berkembang. Ketiga aspek tersebut memuat kompetensi-kompetensi individu yang siap kerja, dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi, dan berwirausaha. Penjabaran tujuan pendidikan kejuruan sesuai dengan undang-undang adalah siap untuk bekerja, melanjutkan di perguruan tinggi, dan menciptakan lapangan usaha (wirausaha). Ketiga tujuan pendidikan kejuruan tersebut membutuhkan standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan dalam Permendiknas nomor 23 Tahun 2006. Oleh karena itu, kompetensi lulusan dapat membantu untuk berkarir di DUDI, berwirausaha, dan melanjutkan di perguruan tinggi. Lulusan SMK/MAK dapat berkarir diberbagai bidang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Lulusan SMK harus menyiapkan strategi agar dapat berkarir,

antara

lain:

(1)

dalam

proses

memperoleh

pekerjaan

perlu

mempertimbangkan kompetensi yang dibutuhkan di Dunia Usaha dan Industri (DUDI); (2) menjadi wirausahawan membutuhkan fasilitas permodalan; dan (3) siswa dapat melanjutkan ke perguruan tinggi harus meningkatkan kemampuan kognitif di SMK agar dapat menjadi bekal siswa dalam mengikuti pendidikan di

3


perguruan tinggi. Dalam proses pembelajaran di sekolah dan industri, siswa harus memperoleh kompetensi keahlian sesuai dengan kompetensi dan rencana karir. Strategi siswa agar dapat berkarir membutuhkan kesesuaian kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri. Strategi ini merupakan indikator naik atau turunnya pertumbuhan ekonomi, keterserapan kerja, dan pembangunan manusia di Indonesia.

Penekanan

pendidikan

kejuruan

yang

menyesuaikan

dengan

permintaan pasar (demand driven), kebersambungan (link) antara penyelenggara pendidikan dengan pengguna lulusan, dan kecocokan (match) antara pekerja dan pemberi kerja merupakan dasar dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat dilihat dari jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian dengan bidang keahlian yang ditekuninya. Bidang pekerjaan memerlukan pelatihan sesuai dengan kualifikasi yang relevan. Selain itu dibutuhkan spesialisasi sebagai pelengkap dari kebutuhan dasar pada setiap bidangnya. Pelatihan tersebut memerlukan proses perolehan kompetensi yang tidak instan. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh siswa agar mendapatkan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Oleh karena itu, proses pebelajaran membutuhan kerjasama dan keterlibatan DUDI secara terus menerus agar perolehan kompetensi sesuai dengan bidang keahlian yang ditekuni. Keterkaitan antara SMK dengan industri merupakan hal yang sangat penting karena tujuan akhir dari lulusan SMK adalah kemampuan kerja sesuai bidang keahlian di industri. Menciptakan lulusan yang berkualitas dan mengurangi angka

4


pengangguran harus didukung dengan kerjasama antara kedua belah pihak. SMK memanfaatkan DUDI sebagai tempat praktik dan difungsikan sebagai menambah wawasan tentang DUDI kepada siswa. Melalui program kerjasama tersebut, maka permasalahan SMK dapat diminimalisir. Permasalahan SMK saat ini pada umumnya terkait dengan keterbatasan peralatan, masih rendahnya biaya praktik, dan lingkungan belajar yang tidak serupa dengan dunia kerja (Pardjono, 2011: 1). Pada dasarnya sekolah dan industri memiliki keterbatasan masing-masing dalam menyiapkan tenaga yang siap bekerja. Sekolah memiliki keterbatasan pada pembiayaan dan lingkungan dalam belajar, sedangkan industri memiliki keterbatasan pada tenaga pendidik dalam menyiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan. Dengan demikian, upaya kerjasama dan keterlibatan DUDI untuk menyusun program pelatihan merupakan hal yang sangat penting. Kerjasama antara sekolah dan DUDI dapat bermanfaat sebagai bagian dari proses pembentukan kompetensi serta menambah wawasan tentang dunia kerja kepada siswa. Penempatan praktik di DUDI dapat berfungsi sebagai: (1) tempat praktik siswa; (2) tempat magang siswa; dan (3) tempat belajar manajemen dan wawasan dunia kerja (Pardjono, 2011:3). Kegiatan siswa untuk membentuk kompetensi melalui observasi dan praktik langsung yang berkaitan cara kerja mesin, produk yang dihasilkan, manajemen industri, dll. Melalui kegiatan tersebut siswa dapat memiliki pengalaman, kompetensi, dan wawasan berkaitan dengan DUDI. Oleh karena itu, penyesuaian suasana tempat kerja merupakan salah satu cara untuk membentuk kompetensi peserta didik. Proses belajar di industri merupakan kondisi lingkungan kerja yang nyata. Kompetensi siswa dapat lebih

5


cepat terbangun apabila kondisi lingkungan merupakan kondisi nyata ketika mereka bekerja. Kompetensi peserta didik memerlukan bimbingan oleh para ahli agar dapat terarah. Bimbingan sosial yang dilakukan oleh seseorang ahli atau yang sudah berpengalaman merupakan bagian dari proses perolehan kompetensi yang dilakukan oleh peserta didik. Melalui proses tersebut, peserta didik dapat mengambil segala keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diberikan atau dicontohkan. Pembentukan kompetensi di sekolah dan industri merupakan bagian dari link and match yang sudah digagas oleh Pemerintah. Link and match adalah salah satu kebijakan yang mulai diperkenalkan pada tahun 1993/1994 (tahun terakhir Pelita V, sekaligus tahun terakhir PJP I, momen tepat digunakan sebagai tahun persiapan memasuki PJP II) (Wardiman Djojonegoro, 1998: 58). Praktik Industri merupakan implementasi dari beberapa model sekolah kejuruan, khususnya model sistem ganda (dual system model). Model sistem ganda merupakan lanjutan link and match yang sudah digagas oleh Pemerintah. SMK menerapkan program sistem ganda agar dapat menyesuaikan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri. Pengalaman yang diperoleh pada saat proses praktik industri (PI) secara tidak langsung menambah kompetensi siswa. Peningkatan pengalaman yang didapat merupakan bentuk dari ketercapaian kondisi transisi dari sekolah ke dunia industri. Keterlibatan DUDI sangatlah diperlukan dalam meningkatkan kualitas lulusan dan dapat menjembatani kesenjangan antara kompetensi yang dihasilkan sekolah dengan tuntutan DUDI. Maka dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan kualitas lulusan SMK

6


merupakan tanggung jawab bersama antara SMK, industri (DUDI), dan masyarakat. Program PI bermanfaat bagi SMK untuk memenuhi SKL yang sudah ditentukan. Program PI atau magang dapat membantu Pemerintah untuk mengurangi pengangguran, mempercepat penyerapan tenaga kerja di pasar kerja dan membuka wirausaha baru. Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri (Beritasatu.com, 5 Maret 2015) mengatakan bahwa Pemerintah mendorong program pemagangan sebagai program prioritas untuk mengurangi pengangguran, mempercepat penyerapan tenaga kerja di pasar kerja dan membuka wirausaha baru. Selain itu Program PI atau magang dapat menjadi alternatif untuk mempersiapkan kualitas SDM menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Program PI menjadi motivasi utama siswa karena ada beberapa alasan. Pertama, siswa berharap mendapatkan pengalaman dan kompetensi sesuai dengan bidang keahlian. Kedua, kompetensi dan pengalaman menjadi bekal siswa setelah lulus agar mendapatkan pekerjaan yang diminati. Ketiga, siswa mengharapkan sertifikat atau akreditasi dari industri. Motivasi siswa tersebut dapat digambarkan berdasarkan keikutsertaan dalam menjalankan aturan di industri, disiplin, terampil, dan bekerja keras. Program

PI

mendapat

perhatian

khusus

dari

Pemerintah

untuk

dikembangkan karena pentingnya penyelenggaraan program tersebut. Sebuah survey riset yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan dan akademisi yang dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 terungkap bahwa 88,97 % peserta

7


pelatihan atau magang menyatakan puas terhadap pelayanan penyelenggaraan diklat (BBPP Batangkaluku 2013). Hal ini didasarkan pada hasil analisis data tingkat kepuasan terhadap setiap indikator yang mempengaruhi kepuasan peserta terhadap pelayananan penyelenggaraan pelatihan. Berikut adalah penjelasan setiap indikator tingkat kepuasan terhadap setiap indikator yang mempengaruhi kepuasan peserta terhadap pelayananan penyelenggaraan pelatihan pada tabel 1. Hasil penelitian berkaitan dengan manfaat PI sangat besar dirasakan oleh siswa, sekolah, dan DUDI. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Suwarman & Pardjono (2014: 94) menunjukkan bahwa: (1) Skor rata-rata manfaat praktik kerja industri yang dirasakan oleh siswa sebesar 340,16 termasuk kategori sangat tinggi; (2) Skor rata-rata manfaat praktik kerja industri yang dirasakan sekolah sebesar 8,88 termasuk dalam kategori tinggi; dan (3) Skor rata-rata manfaat praktik kerja industri yang dirasakan industri sebesar 57,5 termasuk dalam kategori tinggi. Selain itu Suwarman & Pardjono (2014: 94) mengungkapkan bahwa proses praktik kerja industri menurut persepsi siswa, guru, dan pembimbing berjalan dengan baik. Dengan demikian proses pelaksanaan PI sangat baik dan memiliki manfaat yang sangat besar. Kedua hasil studi di atas menunjukkan bahwa program PI atau magang memiliki manfaat yang sangat besar dan sudah berjalan dengan baik. Namun permasalahan yang muncul adalah kurangnya penelitian terkait dengan proses pembelajaran di DUDI, mengingat sebuah proses sangat berpengaruh terhadap ketercapaian atau hasil. Dengan demikian proses yang baik dan sesuai dengan prosedur akan menghasilkan sesuatu yang baik, begitu pula sebaliknya.

8


Tabel 1. Hasil Analisis Data terkait tingkat kepuasan peserta pelatihan No

Indikator

Tingkat Kepuasan

Kategori

1

Pelayanan penerimaan peserta yang cepat dan tepat

89,66%

Puas

2

Prosedur pengadministrasian/registrasi yang tidak sulit

92,00%

Sangat Puas

3

Jadwal pembelajaran yang tepat waktu

85,47%

Puas

4 5

Penyelesaian administrasi keuangan yang cepat dan tepat Cepat dan tanggap menangani keluhan peserta

96,98% 90,27%

Sangat Puas Sangat Puas

6

Kesesuain Kurikulum/materi pelatihan dengan kebutuhan peserta

90,99%

Sangat Puas

7

Pencapaian tujuan pembelajaran

83,88%

Puas

8

Penguasaan Materi pelatihan oleh widyaiswara/pelatih

82,04%

Puas

9

Metodologi yang digunakan dalam menyajikan materi

87,12%

Puas

10

Sistematika penyajian materi pelatihan

87,45%

Puas

11

Keterampilan widyaiswara/pelatih menggunakan alat bantu pengajaran (LCD, Laptop, alat peraga dll)

89,87%

Puas

12

Kepedulian terhadap kebutuhan peserta pelatihan

90,27%

Sangat Puas

13

Pemberian pelayan yang sama terhadap semua peserta pelatihan

91,70%

Sangat Puas

14

Keramahan Petugas Pendaftaran/registrasi

99,10%

Sangat Puas

15

Keramahan panitia penyelenggara pelatihan

89,87%

Puas

16

Keramahan petugas asrama

81,08%

Puas

17

Keramahan Petugas Ruang Makan

93,33%

Sangat Puas

18

Kebersihan dan kenyamanan ruang belajar

94,04%

Sangat Puas

19

Kebersihan dan kenyamanan ruang makan

83,69%

Puas

20

Kerapihan dan kebersihan petugas asrama

87,16%

Puas

21 22

Kebersihan dan kerapihan petugas ruang makan Variasi Menu makanan yang disajikan

86,45% 78,26%

Puas Cukup Puas

23

Kualitas makanan yang disajikan.

77,22%

Cukup Puas

24

Ketersediaan alat bantu pengajaran (LCD, Laptop, OHP, Layar screen dll)

91,67%

Sangat Puas

25

Ketersediaan fasilitas kegiatan Praktek praktek)

82,72%

Puas

( lahan, alat dan peralatan

(Sumber: BBPP Batangkaluku, 2013) Kajian yang mendalam berkaitan dengan proses pembelajaran (learning process) di DUDI sangat penting dilakukan. Alasan ini berdasarkan pada permasalahan yang muncul dari perencanaan dan proses pelaksanaan PI, seperti: (1) pembagian tugas yang terlibat di DUDI; (2) sekolah belum menetapkan standar kualifikasi guru pembimbing praktik kerja industri (Suwarman & 9


Pardjono, 2014: 94); (3) PI belum memperoleh dukungan secara maksimal dari industri,

karena

kehadiran

siswa

praktik

masih

dinilai

berdasarkan

kebermanfaatannya dalam waktu pendek dari sudut ekonomi (Masriam Bukit, 2002: 532); (4) kehadiran siswa dalam prakerind masih menjadi beban bagi DUDI dan kekhawatiran DUDI akan resiko kegagalan hasil pekerjaan yang berarti rugi uang dan rusaknya reputasi masih tinggi (Yuneldi Miswardi & Pardjono, 2013: 270). Berdasarkan permasalahan di atas, penyelenggaraan PI masih memiliki permasalahan dan harus segera dibenahi, serta menjadi tugas besar oleh semua pihak. Pelaksanaan PI harus dirancang dengan baik agar betul-betul efektif dalam pemenuhan SKL lulusan SMK. Dengan demikian proses pelaksanaan PI akan berjalan dengan baik apabila perencanaan program sudah betul-betul matang, sehingga hasil dari pelaksanaan PI akan sesuai dengan yang direncanakan atau berdampak positif. Praktik industri sangat tergantung kepada proses pekerjaan yang dikontrol oleh pembimbing (karyawan yang menjadi pembimbing). Proses pembelajaran di industri umumnya tidak dirancang seperti pembelajaran di sekolah, namun mengikuti kejadian yang kebetulan terjadi dalam proses pengerjaan pekerjaan produksi (Ismanto Setyabudi, 2014; Masriam Bukit, 2002: 532). Acuan pembelajaran yang digunakan di sekolah adalah kurikulum, sedangkan industri adalah pekerjaan yang tersedia pada lini industri. Perbedaan acuan pembelajaran tersebut harus disikapi oleh sekolah dan guru agar menerapkan standar kompetensi sesuai dengan industri. Dengan demikian, desain pembelajaran pelaksanaan PI harus dirancang bersama antar sekolah dan DUDI sehingga

10


meminimalisir kekhawatiran-kekhawatiran dan dapat memberikan kepuasan bagi DUDI untuk menjadi industri pasangan dengan sekolah. Kajian yang mendalam berkaitan dengan proses pembelajaran (learning process) di DUDI sangat penting dilakukan. Proses pembelajaran di industri umumnya tidak dirancang seperti pembelajaran di sekolah, namun mengikuti kejadian yang kebetulan terjadi dalam proses pengerjaan pekerjaan produksi (Ismanto Setyabudi, 2014; Masriam Bukit, 2002: 532). Acuan pembelajaran yang digunakan di sekolah adalah kurikulum, sedangkan industri adalah pekerjaan yang tersedia pada lini industri. Perbedaan acuan pembelajaran tersebut harus disikapi oleh sekolah dan guru agar menerapkan standar kompetensi sesuai dengan industri. Dengan demikian, desain pembelajaran pelaksanaan PI harus dirancang bersama antar sekolah dan DUDI sehingga meminimalisir kekhawatirankekhawatiran dan dapat memberikan kepuasan bagi DUDI untuk menjadi industri pasangan dengan sekolah. Kompetensi keahlian dapat diperoleh melalui sertifikasi bidang keahlian yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga yang terakreditasi. Lembaga tersebut dapat membantu lembaga pendidikan formal (perguruan tinggi dan sekolah) dalam menghasilkan SDM yang berkualitas dan secara cepat dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Hal ini didasari perkembangan dunia IT (Information Technology) sangat pesat. Oleh karena itu, peran lembaga-lembaga yang sudah terakreditasi sangat dibutuhkan. Standar kompetensi dan sertifikasi merupakan upaya untuk mempermudah perusahaan dalam menilai kemampuan calon pegawainya. Namun permasalahan

11


yang muncul adalah beragamnya standar dan sertifikasi, seperti: standar dari Australian National Training Authority, Standar dari Indonesia, dll. Selain itu standar dan sertifikasi lebih banyak dikeluarkan oleh industri atau disebut vendoor certification. Sertifikasi profesional pada dasarnya memiliki 3 model. Ketiga model tersebut dikeluarkan oleh: (1) Profesional Society, sebagai contoh British Computer Society (BCS), Australian Computer Soicety (ACS), South East Asian Regional Computer Confederation (SEARCC); (2) Komunitas suatu profesi, sebagai contoh Linux Profesional, SAGE (System Administration Guild), CISA (IS Auditing); dan (3) vendor sebagai contoh MCSE (Microsoft), CCNA (Cisco), CNE (Netware), RHCE (Red Hat), VCAP (VMware), dll (Eko Prasetyo, 2011). Kemampuan yang dibutuhkan untuk memperoleh sertifikat-sertifikat tersebut sangat spesifik dan berorientasi pada suatu produk dari vendor tersebut. Pekerjaan di bidang TIK dapat dikelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan yang digunakan. Biasanya kategori pekerjaan yang ditawarkan salah satunya adalah Penyedia Jasa Internet (PJI) atau Internet Service Provider (ISP). Kategori ISP antara lain: web developer (Programmer), web designer, database administrator, system admnistrator, network administrator, help desk, dan technical support (Dewa Yuniardi, 2012). Masing-masing kategori tersebut memiliki kebutuhan kompetensi yang berbeda-beda. Untuk itu standar kompetensi ditunjukkan dengan mendemontrasikan kemampuan (skill). Sertifikasi merupakan syarat paling penting bagi para pekerja di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Seorang lulusan memerlukan

12


sertifikasi bidang TIK apabila ingin bekerja di perusahaan TIK yang berskala internasional. Menurut Cahaya Ahmadjayadi (Kepala Badan Litbang dan SDM Depkominfo saat berbincang dengan detikINET, Sabtu 29 Agustus 2009) mengatakan bahwa sertifikasi juga membuka kunci global sehingga tenaga kerja kita bisa bersaing di skala global. Oleh karena itu, lulusan SMK tidak hanya berbekal ilmu pengetahuan yang didapat di SMK dan Industri, melainkan membutuhkan sertifikat bidang keahlian agar dapat mempermudah bekerja di perusahaan TIK yang bonafit. Bidang TIK sangat diminati oleh banyak pihak agar dapat mempelajari dan mengembangkannya. Pengembangan TIK perlu didasari pada kebutuhuhan teknologi, dunia kerja, dan masyarakat agar tidak sia-sia di dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Agar kebutuhan tersebut dapat terwujud, proses pembelajaran yang dilakukan harus diamati secara mendalam melalui sebuah kajian penelitian. Mengingat masih sedikit penelitian berkaitan dengan proses pembelajaran (learning process) di DUDI pada bidang TIK. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan lulusan TIK yang siap kerja, berwirausaha, dan dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi. B. Identifikasi Masalah Pendidikan kejuruan menawarkan gabungan program sekolah dan tempat kerja untuk menyediakan pasar tenaga kerja yang lebih baik (Poell & Woerkom, 2011). Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah dan industri merupakan penggabungan kompetensi yang disampaikan dengan metode yang berbeda. Kompetensi yang disampaikan merupakan kualifikasi kemampuan yang

13


mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional pendidikan yang telah disepakati (UU No. 20 Tahun 2003). Secara umum konsep PI yang dilakukan oleh siswa harus didesain secara matang. Konsep PI harus menggambarkan siswa terkait lingkungan kerja sesuai dengan bidangnya. Sebagai contoh yang dilakukan oleh PT PLN (Persero), karyawan memperoleh pengetahuan dari para senior leader PLN Pusharlis yang memberikan pelatihan. Hasil yang didapat melalui praktik industri diharapkan dapat mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal (pln.co.id, 2011). Pada kenyataan yang dialami oleh siswa saat PI adalah kegiatan belajar yang didesain oleh DUDI sangat kurang. Proses pembelajaran di industri umumnya tidak dirancang sebelumnya seperti pembelajaran di sekolah, namun mengikuti kejadian yang kebetulan terjadi dalam proses pengerjaan pekerjaan produksi (Ismanto Setyabudi, 2014). Siswa melakukan PI masih menjadi beban bagi DUDI dan resiko kegagalan hasil yang dilakukan siswa, hal ini diartikan DUDI dapat merugi dalam bentuk uang, rusaknya alat sangat tinggi, dan untuk menghindari hal tersebut biasanya siswa hanya diminta mengobservasi saja. Kekhawatiran dan beban yang dirasakan oleh DUDI seharusnya mendesain materi pembelajaran untuk siswa selama melaksanakan prakerin agar kekhawatiran tersebut akan hilang. Selain itu dapat memberikan kepuasan bagi DUDI untuk menjadi industri pasangan dengan sekolah yang mana ikut serta dalam membina calon pekerja yang profesional. Berdasarkan observasi Yuneldi Miswardi & Pardjono (2013) selama kegiatan pra survey ke beberapa DUDI yang menjadi institusi pasangan SMKN 3

14


Yogyakarta kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan dalam prakerind, komunikasi yang terjalin antara sekolah dengan DUDI hanya sebatas formalitas penempatan siswa prakerind saja. Sehingga tidak terjalin kerjasama yang mengarah

kepada

optimalisasi

peranan

masing-masing

pihak

dalam

mengidentifikasi kompetensi yang harus dikuasai siswa selama mereka belajar di tempat kerja. Pembagian yang kurang terstruktur antara sekolah dan industri mengenai apa saja yang harus dipelajari siswa berakibat pada pembelajaran mandiri dalam mencari apa yang harus dipelajari selama belajar praktik (praktik industri) ditempat kerja. Penggabungan materi ajar yang disampaikan di sekolah dan industri sangatlah berbeda. Budaya dan sikap kerja yang dirasakan di industri sangat dominan dikarenakan real job. Hasil yang diukur di DUDI hanya ada dua, yaitu diterima atau ditolak, sedangkan hasil pekerjaan di sekolah dipahami sebagai sebuah proses belajar bukan hasil (Yuneldi Miswardi & Pardjono, 2013). Perbedaan penilaian dan pengukuran haruslah mendapat perhatian dari pihakpihak yang berkepentingan dengan SMK dan dunia kerja. Kajian yang mendalam berkaitan dengan proses pembelajaran (learning process) di DUDI sangat penting dilakukan. Proses pembelajaran di industri umumnya tidak dirancang seperti pembelajaran di sekolah, namun mengikuti kejadian yang kebetulan terjadi dalam proses pengerjaan pekerjaan produksi (Ismanto Setyabudi, 2014; Masriam Bukit, 2002: 532). Acuan pembelajaran yang digunakan di sekolah adalah kurikulum, sedangkan industri adalah pekerjaan yang tersedia pada lini industri. Perbedaan acuan pembelajaran tersebut harus disikapi

15


oleh sekolah dan guru agar menerapkan standar kompetensi sesuai dengan industri. Dengan demikian, desain pembelajaran pelaksanaan PI harus dirancang bersama antar sekolah dan DUDI sehingga meminimalisir kekhawatirankekhawatiran dan dapat memberikan kepuasan bagi DUDI untuk menjadi industri pasangan dengan sekolah. Apa saja yang dilakukan sekolah dan industri untuk menggabungkan kompetensi bagi siswa? Mengapa industri masih memandang sebelah mata bagi siswa dan dibiarkan belajar secara mandiri? Bagaimanakah peran antara sekolah dan industri agar target kompetensi yang diperoleh siswa dapat tercapai? Bagaimana proses belajar peserta didik berlangsung di tempat kerja dalam pelaksanaan praktik industri? Apa yang didapat siswa saat praktik industri? Apakah siswa belajar kompetensi yang berkaitan dengan hard skills dan soft skills? dan Bagaimana bentuk hard skill dan soft skill yang diperoleh siswa?. Pertanyaan ini adalah hasil identifikasi masalah yang sangat menarik untuk di dalami melalui penelitian. C. Fokus dan Rumusan Masalah Proses belajar siswa dalam pelaksanaan praktik industri membutuhkan kualifikasi kompetensi sesuai bidang yang dikuasai dan arahan pembimbing maupun karyawan agar ketercapaian kompetensi sesuai dengan harapan. Hal ini menjadi dorongan dalam penelitian yang akan fokus dalam mengungkap bagaimana pembelajaran di tempat kerja melalui program PI. Fokus permasalahan tersebut dijabarkan antara lain: (1) proses pembelajaran (learning process) yang

16


dilakukan siswa selama mengikuti program PI di DUDI; dan (2) hasil pembelajaran (learning outcome) setelah mengikuti program PI di DUDI. Berdasarkan fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah

siswa

melakukan

proses

belajar

untuk

mendapatkan

kompetensi melalui program PI di DUDI? 2. Apa sajakah hasil yang didapat siswa setelah mengikuti program PI di DUDI? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkap proses perolehan kompetensi yang didapat siswa saat melakukan praktik industri. Perolehan kompetensi sangat penting bagi siswa agar menjadi bekal ketika kembali ke sekolah maupun setelah lulus dari SMK. Pola pengajaran yang dilakukan oleh pembimbing atau instruktur di industri berbeda dengan pola instruktur di sekolah. Dengan pola pengajaran tersebut siswa diharapkan dapat menyerap kompetensi yang diajarkan. Pola pembelajaran yang dilakukan di industri diharapkan mampu meningkatkan kualitas lulusan SMK dan siswa dapat memperoleh kompetensi agar dapat bersaing dengan calon pekerja yang lain. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengungkap proses belajar siswa untuk mendapatkan kompetensi melalui program PI di DUDI. 2. Mengungkap hasil yang didapat siswa setelah mengikuti program PI di DUDI.

17


E. Manfaat Penelitian Penelitian ini secara akademik memiliki kebermanfaatan yang sangat besar dalam pengembangan pola pengajaran melalui praktik industri. Pola pengajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa untuk menyerap kompetensi yang diberikan oleh pembimbing atau instruktur. Kompetensi yang didapat siswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan SMK agar mampu bersaing di pasar global. Selain itu, lulusan SMK memiliki kemampuan minimal sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL) yang sudah dirancang. Secara praktis temuan penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan pengambilan kebijakan di dalam pola pengajaran yang dilakukan DUDI dan sekolah.

18


BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Pengertian Pendidikan Kejuruan Masyarakat mulai sadar akan kebutuhan pekerjaan dengan keterampilan dan karakteristik yang berbeda-beda. Masyarakat membutuhkan keterampilan khusus untuk mendukung pekerjaan yang dihadapi di DUDI. Pelatihan yang diberikan bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan pekerja dalam meningkatkan kompetensi yang belum didapatkannya. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan memiliki kompetensi yang memadahi guna mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Pendidikan Kejuruan hadir untuk menjembatani antara Dunia Usaha/Dunia Industri (DUDI) dengan masyarakat untuk memberikan bekal kompetensi yang dibutuhkan. Kompetensi yang dibutuhkan tidak lepas dari kompetensi teknis dan kompetensi kepribadian sebagai bekal peningkatan posisi ekonominya di masyarakat (Putu Sudira, 2011: 23). Sebagai contoh adalah para penyedia jasa website (programmer) akan diberi suatu pekerjaan apabila kompetensi teknis dan kompetensi kepribadian baik. Programmer mem-pubslish karya sebagai bentuk kompetensi teknis yang mana para pengguna akan melihat seberapa dalam kompetensi teknis atau profesi yang dimilikinya. Sedangkan kompetensi kepribadian, programmer secara ekonomi mendapatkan pendapatan dari para konsumen dalam pembuatan jasa website tersebut. Pendidikan kejuruan disiapkan untuk mengembangkan kemampuan dasar berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada setiap siswa agar dapat belajar, 19


kembali belajar, menilai kembali, serta memiliki aksi terhadap perubahan gaya hidup yang meningkat (Adhikary, P.K., 2005). Sedangkan Departemen Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Department of Technological and Vocational Education) di Taiwan merancang sekolah kejuruan untuk memberikan bekal kepada siswa dengan pengetahuan yang sesuai, keterampilan, dan etos kerja yang memungkinkan siswa untuk memasuki pasar kerja (Rau, D., 1998). Oleh karena itu, peran pendidikan kejuruan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan dasar kompetensi siswa untuk memasuki pasar kerja dan meningkatkan gaya hidup siswa tersebut. Pendidikan kejuruan fokus pada perolehan pengetahuan dan keterampilan pada dunia kerja untuk meningkatkan produktifitas kerja, penghidupan yang berkelanjutan,

pengembangan

pribadi,

dan

kemampuan

personal

dan

pengembangan sosio-ekonomi (Maclean, R., Wilson, D., & Chinien, E., 2009). Sedangkan definisi pendidikan kejuruan dapat mengadopsi dari konferensi di Korea, yaitu aspek-aspek dari proses pendidikan tersebut melibatkan pendidikan umum, studi teknologi, ilmu-ilmu yang terkait, dan akuisisi kompetensi yang berhubungan dengan sektor kehidupan ekonomi dan sosial (UNESCO, 1999). Untuk meningkatkan kesempatan masyarakat dalam kemampuan kerja, maka memerlukan keterampilan yang dapat disesuaikan dan relevan dengan tuntutan keadaan saat ini. Tuntutan

pekerjaan

yang

semakin

meningkat

diharapkan

dapat

meningkatkan mutu dan daya saing pegawai. Tuntutan pekerjaan saat ini adalah membutuhkan kemampuan individu untuk mengkombinasikan pengetahuan,

20


keterampilan praktis dan sosial, sikap positif dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan kerja (Matveeva and Lapp, 2009; Billett, 2009; Gray, K., Bae, S., 2009). Oleh karena itu, kemampuan individu yang baik dibentuk melalui proses yang tidak instan. Pendidikan

kejuruan

merupakan

solusi

utama

dalam

mengatasi

pengangguran dan para pencari kerja agar memperoleh pekerjaannya. Menurut Gill, Dar, Fluitman, Ran (2000: 1) dalam Putu Sudira (2011) Sistem pendidikan kejuruan membantu para pemuda penganggur dan pencari kerja mengurangi beban pendidikan tinggi, menarik investasi luar negeri, meyakinkan penghasilan dan pekerjaan yang meningkat, menekan kesenjangan di antara kaum kaya dan kaum miskin. Namun pada kenyataannya tujuan akan fungsi dari pendidikan kejuruan tersebut belum dapat direalisasikan. Hal ini dapat dilihat dari temuan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran pada Agustus 2013 mencapai 7,4 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 6,25 persen, untuk pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menempati posisi tertinggi yakni sebesar 11,19 persen (Muhammad Iqbal, republika online, tanggal 29 Agustus 2013). Untuk itu kualitas tamatan kejuruan seharusnya ditingkatkan melalui kebijakan-kebijakan pemerintah. Tujuan ganda kebijakan pendidikan dan pelatihan kejuruan menurut temuan Bank Dunia adalah: (1) untuk mendorong perbekalan pribadi dan pembiayaan; (2) meningkatkan efisiensi publik dalam penyediaan pendidikan dan latihan kejuruan (Middleton, Ziderman, and Adams, 1993; World Bank 1991, dalam Putu Sudira, 2011). Menurut Finlay (1998) pendidikan kejuruan memberikan gagasan,

21


memperkaya kualitas dan kapasitas kerja dalam proses meningkatkan kemampuan kerja, serta fleksibilitas terhadap pasar tenaga kerja. Pendidikan kejuruan harus disesuaikan dengan konteks lokal, kompetensi seumur hidup, mengarah pada pembelajaran bagi masyarakat yang berfokus pada kebutuhan dan potensi individu di dalam masyarakat (Joy de Leo, Unesco-Apnieve). Konteks tersebut harus dimuat di dalam pembelajaran pendidikan kejuruan, agar tamatannya memiliki kemampuan yang memadahi untuk terjun di lapangan kerja. Pada masa Kabinet Pembangunan IV, Menteri Pendidian dan Kebudayaan (Prof.

Dr.-Ing

Wardiman

Djojonegoro)

mengeluarkan

kebijakan

dalam

pembangunan pendidikan, kebijakan yang dikeluarkan disebut “Link and Match�. Kebijakan link and match berusaha menempatkan pendidikan menengah kejuruan sebagai sub sistem dari sistem pembangunan nasional dalam peran dan tugas pengembangan sumber daya manusia (Pakpahan, J., 2002:231). Kebijakan link and match mengimplikasikan berbagai wawasan, antara lain: wawasan sumber daya manusia, wawasan masa depan, wawasan mutu dan wawasan keuangan, wawasan profesionalisme, wawasan nilai tambah dan wawasan ekonomi dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan (Pakpahan, J., 2002). Berdasarkan beberapa wawasan tersebut, kebijakan link and match merupakan dasar untuk melakukan pembaruan pendidikan kejuruan. Esensi pembaruan pendidikan kejuruan pada Pelita VI merupakan perubahan pola lama terhadap tanggapan pendidikan kejuruan itu sendiri. Beberapa dimensi pembaruan pendidikan kejuruan adalah: (1) perubahan dari pendekatan Supply driven menuju demand-driven; (2) perubahan dari pendidikan

22


berbasis sekolah (school-based program) ke sistem berbasis ganda (dual-based program); (3) perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan sejumlah mata pelajaran ke model pengajaran berbasis kompetensi; (4) perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku ke sistem yang luwes dan menganut prinsip “multyentry & multi-exit�; dan (5) perubahan dari sistem yang mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apa pun kompetensi itu diperoleh (recognition of prior leading) (Pakpahan, J., 2002; Wardiman Djojonegoro, 1998). Oleh karena itu, melalui pembaharuan tersebut diharapkan mutu tamatan yang semakin baik dan mudah terserap di dunia kerja. Tuntutan pendidikan kejuruan adalah mempersiapkan tenaga terampil tingkat menengah. SMK merupakan sarana untuk mempersiapkan tenaga kerja yang selaras dengan tuntutan masyarakat terhadap dunia kerja. Soeharto (1988:3) mengemukakan empat argumentasi teoretik tentang perlunya pendidikan kejuruan. Pertama, manusia menuntut adanya pekerjaan karena adanya kebutuhan (need) perlunya aktivitas, kebebasan, kekuasaan, pengakuan sosial dan rasa senang. Kedua, manusia terdorong kerja karena tiga aspek yakni, material, bekerja sama, dan jatidiri (ego); Ketiga, dorongan untuk bekerja karena psikologi, keamanan, rasa memiliki dan cinta, kepentingan, respek, harga diri serta kebebasan, ingin informasi, mengerti, kecintaan dan keindahan serta aktualisasi diri pribadi. Keempat, demikian mendesak manusia akan perlunya kerja, yang dapat diartikan juga sedemikian mendesaknya manusia akan keberadaan pendidikan kejuaraan untuk persiapan bekerja.

23


2. Sosio-Antropologi Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan tengah menghadapi berbagai tantangan pada setiap masa. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat yang semakin diabaikan. Hal ini menjadi kesenjangan antara masyarakat pengangguran dengan masyarakat pekerja. Selain itu berdampak pada jumlah pengangguran yang semakin meningkat. Dengan demikian tantangan terberat yang harus diselesaikan adalah mengurangi jumlah pengangguran dengan memberikan bekal kompetensi melalui pendidikan kejuruan. Pada dasarnya masyarakat yang berperan aktif dalam menyediakan barang dan jasa. Masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya alam (SDA) untuk diolah menjadi barang yang siap jual. Namun pada kenyataan masyarakat belum mampu mengolah SDA tersebut dengan baik karena kelemahan pada bagian sumber daya manusia (SDM). Dengan demikian kolaborasi antara pendidikan kejuruan dan peran dari masyarakat dalam menciptakan SDM menjadi bagian dari struktur sosial yang tidak bisa dipisahkan. Struktur sosial yang ada pada lembaga pendidikan dan masyarakat menjadi kunci terbentuknya kebudayaan. Kebudayaan tersebut mempengaruhi perilaku individu, masyarakat, lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan. Perilaku memilih, seperti: memilih pekerjaan, memilih posisi jabatan, dll merupakan fenomena yang muncul di kalangan pendidikan. Kajian sosiologi pendidikan memfokuskan pada sebab dan akibat sosial dari pendidikan dan memandang dari lingkup sosial kebudayaan, politik, dan ekonomis bagi masyarakat. Sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan

24


sebagai dari struktur sosial masyarakat. Dengan demikian, cara pandang seseorang berinteraksi, melakukan aktivitas berdasarkan budaya di sekolah merupakan kajian sosiologi pendidikan yang perlu di dalami. Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki daerah yang saling dilingkupi antara sosiologi dengan ilmu pendidikan (Abu Ahmadi, 1991:2). Sosiologi pendidikan dapat menyelidiki struktur dan dinamika pendidikan. Hal ini dapat menjadi acuan dalam memahami informasi-informasi baru bagi siswa. Gagasan Piaget dan Vygotsky menegaskan adanya hakikat belajar dalam konteks sosial. Untuk memahami konteks sosial tersebut, metode belajar dilakukan dengan menggunakan kelompok-kelompok dan setiap anggotanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Interaksi sosial yang dialami oleh siswa dapat diinterpretasikan dan dimaknai. Pada hakikatnya merupakan sosio-psikologis yang relevan dengan struktur sosial, bentuk perilaku individu, dll. Interaksi tersebut relevan dengan teori interaksionalisme simbolik, yaitu fokus pada interaksi, pola-pola dinamis dari tindakan sosial, dan hubungan sosial (Rahayuningsih, 2012:175). Teori interaksionalisme

simbolik

menjadi

acuan

bagaimana

siswa

dapat

menginterpretasikan sebuah informasi yang didapat dari interaksi sosial. 3. Kajian Pembelajaran Soft Skills dalam Pendekatan Pembelajaran Kejuruan Pembelajaran soft skills membutuhkan kreativitas seorang guru agar dapat diimplementasikan oleh siswa. Selain itu pembelajaran soft skills merupakan suatu yang cukup sulit untuk dikembangkan, karena bersifat non teknis dan

25


membutuhkan adanya stimulus-respon. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Radcliff. Menurut Siti Hamidah (2011: 93) terkait model soft skill yaitu: “Model soft skills digunakan untuk mengembangkan kemampuan sales yang profesional dan bertumpu pada 3 tahap kerangka pembelajaran continues learning. Ketiga tahapan itu yaitu: (1) penentuan aspek soft skills yang akan dikembangkan; (2) tahapan awareness, yaitu kesadaran pada diri siswa terkait penetapan kompetensi yang difahami oleh dirinya; (3) penekanan pada situasi praktik dan mekanisme penguatan�. Tujuan ketiga tahap continues learning tersebut adalah pencapaian kompetensi tingkat mastery. Siswa dapat mencapai tingkat mastery dengan meyakinkan penguasaan melalui perbandingan dengan lingkungan eksternal untuk evaluasi diri. Siswa belajar dengan situasi yang nyata (real situation), mengkonstruk

pengetahuan

berdasarkan

pengamatan

situasi

kerja,

dan

mengembangkan keterampilan secara continue dalam peningkatan soft skills tersebut. Pembelajaran soft skills menekankan pada proses yang berkelanjutan untuk mencapai level mastery. Pembelajaran akan efektif ketika terjadi dalam situasi kerja di lingkungan sekolah dan industri yang kondusif. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk berkompetitif dan mengembangkan soft skills pada pencapaian level mastery. Pembelajaran soft skills menekankan pada hasil belajar berdasarkan perilaku dan pemaknaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran soft skills menggunakan pendekatan pembelajaran behaviorism, konstruktivistik, cognitive, dan humanism. Dengan demikian pembelajaran soft skills menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar berdasarkan perilaku siswa tersebut.

26


Pendekatan behaviorism merupakan pembelajaran melalui lingkungan belajar sebagai stimulus dan perilaku sebagai respon. Menurut Siti Hamidah (2011: 42) “Pembelajaran behaviorism menekankan pentingnya efek conditioning dalam pembelajaran�. Pendekatan behaviorism menekankan pada pemunculan respon yang ada pada lingkungan. Terdapat dua pandangan pada efek conditioning yaitu: classical conditioning dan operant conditioning. Classical conditioning dalam pandangan Pavlov lebih cenderung pasif. Seseorang akan berperilaku berdasarkan stimulus yang diterima. Sebagai contoh seorang teknisi jaringan memiliki sikap ramah kepada pelanggan sehingga mendapatkan keuntungan baginya dengan adanya tips dari pelanggan tersebut. Sedangkan dalam pandangan operant conditioning perilaku berdasarkan hasil konsekuensi. Bentuk konsekuensi dapat berpengaruh kepada perilaku seseorang, baik menyenangkan maupun tidak menyenangnkan. Pembelajaran dalam konsep operant conditioning dapat diasumsikan bahwa respon perilaku berhubungan dengan stimulus lingkungan secara luas. Jadi dapat disimpulkan bahwa membelajaran soft skills dapat lebih efektif dengan diikutsertakan perilaku yang positif. Sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan menghasilkan perilaku yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran soft skills menekankan pada pemahaman, kemampuan mengkonstruk sesuatu yang dipelajari dalam proses penyatuan kepada dirinya. Pandangan konstruktivistik, pengetahuan merupakan hasil dari kegiatan aktif siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pembentukan pengetahuan membutuhkan proses dalam memahami hal baru

27


berdasarkan hasil interaksi dengan lingkungan. Proses tersebut terjadi melalui tahapan interaksi, transformasi, konstruksi yang dilakukan oleh siswa sendiri. Berdasarkan

teori

Piaget,

terdapat

4

faktor

yang

mempengaruhi

pertumbuhan kognitif. Keempat faktor tersebut yaitu: kematangan, pengalaman, interaksi sosial, keseimbangan (Siti Hamidah, 2011:44). Keempat faktor tersebut dapat mengembangkan kognitif siswa melalui beberapa interaksi sosial. Faktor kematangan didapatkan berdasarkan sering menemui pekerjaan tersebut secara berulang-ulang. Pengalaman dapat memberikan kemampuan pada siswa berdasarkan kepada kegiatan-kegiatan yang pernah dilalui. Interaksi sosial menambah wawasan kepada siswa berkaitan dengan kultur masyarakat yang berbeda-beda, hal ini menjadi guru yang berharga bagi siswa. Keseimbangan merupakan proses penggunaan pengalaman untuk menambah pemahaman agar dapat dikaitkan dengan keadaan di luar lapangan. Pendekatan cognitive menjadi dasar pembentukan softskills pada seseorang. Selain itu pendekatan cognitive menjelaskan terkait perilaku manusia dan mempelajari tentang cara manusia menerima, mempelajari, menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi. Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menguasai kompetensi. Piaget mengembangkan konsep teori kognitif relevan dengan kemampuan kognitif siswa yang didasari dengan kemampuan sebalumnya. Siswa SMK mengembangkan kompetensi yang dimiliki untuk memperoleh level diatasnya. Siswa lebih kaya dan mampu bereksplorasi terkait dunia kerja setelah mengikuti praktik yang nantinya akan mengalami hal yang serupa. Dengan demikian secara

28


bertahap siswa akan berfikir secara abstrak dan membuat prediksi yang akan terjadi kedepan. Siswa SMK memerlukan skills baru yang perlu diasah di DUDI sesuai kebutuhan pasar. Skill tersebut harus dibentuk dan diarahkan sesuai dengan yang ditetapkan. Siswa membutuhkan penguatan perilaku dan mampu menggunakan dalam situasi kerja. Pembelajaran soft skills membutuhkan proses jangka panjang dan pengorganisasian dengan baik. Menurut Kapp & Hamilton (2006: 2) “Principles deal with the development of communication, leadership, ethics, team building, and other social skills or what some call soft skills. The need for teaching principles is critical for an organization’s long-term success�. Prinsipprinsip pengembangan komunikasi, kepemimpinan, etika, membangun tim, dan keterampilan lain atau soft skills memerlukan prinsip mengajar ahar sukses dalam berorganisasi berkelanjutan. Kapp & Hamilton (2006: 2) juga menjelaskan bahwa pembelajaran tersebut terfokus pada learning as acquisition to learning by interaction. Pembelajaran tersebut harus dikaitkan dan dipraktikan langsung, tidak hanya sekedar membaca literature. Dengan demikian, pembelajaran akan menjadi sukses apabila siswa dilibatkan secara langsung sesuai skill yang akan dikuasai. 4. Kajian Proses Pembelajaran Kejuruan Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga yang profesional dan siap bersaing di dunia kerja. Menurut Wardiman (1998) menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan dipersiapkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang ditujukan untuk mempersiapkan pekerja pemula terhadap kebutuhan tenaga kerja. Calon tenaga kerja pada dasarnya tidak memiliki keahlian tertentu sesuai

29


dengan kebutuhan DUDI, sehingga pendidikan kejuruan hadir untuk membekali calon tenaga kerja tersebut. Tenaga kerja yang profesional dan ahli dibidangnya dapat terbentuk melalui pendidikan kejuruan. Pembelajaran kejuruan harus mengacu pada kompetensi yang relevan dengan kebutuhan DUDI. Walaupun kompetensi pada dasarnya tidak akan cukup untuk membekali siswa agar dapat memasuki DUDI. Seorang calon tenaga kerja harus berkompeten di bidangnya, karena kompeten merupakan tuntutan utama dari DUDI dan menjadi daya saing dengan calon tenaga kerja lainnya. Tujuan

penyelenggaraan

pendidikan

kejuruan

cenderung

pada

pengembangan karakteristik kejuruan siswa. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah diatur oleh undang-undang. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (Pasal 26, ayat 3 PP 19 Tahun 2005). Tujuan tersebut tersebut memuat kompetensi-kompetensi individu yang siap kerja, dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi, dan berwirausaha. Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) harus mewujudkan kompetensi lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Melalui keunggulan kompetitif, lulusan dapat meningkatkan daya saing dalam penawaran barang/jasa yang dihasilkan, sedangkan dalam keunggulan komparatif lulusan dapat menghasilkan barang/jasa dengan meminimalisir anggaran, kualitas terjamin, dan kuantitas yang

30


sangat banyak sesuai kebutuhan. Keunggulan kompetitif dan komparatif harus diterapkan oleh lulusan agar berkarir dengan baik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Siswa harus memperoleh kompetensi keahlian sesuai dengan kompetensi dan rencana karir melalui proses pembelajaran di sekolah dan industri. Pada umumnya pembelajaran di sekolah disesuaikan dengan suasana dan lingkungan tempat kerja. Hal ini dapat membawa kebiasaan dan perilaku yang sama sesuai dengan keadaan di lapangan (tempat kerja). Namun ada sisi negatif apabila suasana tempat tersebut tidak segera dirubah, berbagai kebiasaan dan perilaku yang pada akhirnya membentuk sikap tamatan SMK yang tidak sesuai dengan tuntutan dunia industri. Pembentukan sikap peserta didik dapat lebih cepat terbangun apabila kondisi lingkungan merupakan kondisi nyata ketika mereka bekerja. Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh SMK adalah belum tercapainya standar kompetensi minimal dalam penguasaan prinsip dan keterampilan dasar pada siswanya. Salah satu faktor penyebab belum tercapainya penguasaan kompetensi adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah dan industri belum maksimal. Menurut Th. Sukardi (2011: 168) mengatakan bahwa proses pembelajaran tersebut akan memberikan dampak negatif kepada lulusan yang dikeluarkannya, baik yang mencakup keterampilan (hard skill) maupun mental kerja (soft skill). Proses pembelajaran yang kurang baik oleh lembaga pendidikan berdampak pada kompetensi yang dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, pembelajaran harus dioptimalkan agar mampu menghasilkan lulusan SMK yang

31


memenuhi SKL. Hal ini dapat terwujud jika pembelajaran di sekolah berlangsung efektif. Pembelajaran akan efektif apabila mampu membimbing siswa agar berfikir kreatif, cerdas, dan mampu memecahkan masalah sesuai dengan kompetensinya. Melalui proses pembelajaran dapat diperoleh kemampuan melalui ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan prestasi belajar, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Ranah psikomotor terdiri dari: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Dengan demikian kemampuan yang diperoleh melalui ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat menjadi siswa yang berkompeten. Pendidikan kejuruan yang efektif harus memperhitungkan pembentukan kompetensi siswa dan penerapannya. Menurut Catts, Falk, & Wallace (2011:7) “We contend that effective vocational learning comprises two equally important dimensions: (a) learning as the acquisition of vocational knowledge and (b) learning as the contextualized (socio-political and cultural) application of that knowledge�. Pembelajaran pendidikan kejuruan yang efektif terdiri dari dua dimensi yang sangat penting, yaitu: (a) belajar sebagai perolehan pengetahuan kejuruan; dan (b) belajar secara kontekstual (sosial-politik dan budaya) dalam penerapan pengetahuan tersebut. Pembelajaran pendidikan kejuruan dapat efektif apabila proses pendidikan menggunakan konsep social partnerships. Konsep ini membutuhkan kerjasama antara dan melibatkan komunitas, para pekerja, dan

32


situasi di tempat kerja. Dengan demikian, pembentukan kompetensi siswa dan penerapannya dapat tercapai melalui konsep social partnerships, serta kompetensi yang diperoleh dapat diterapkan secara kontekstual. Konsep social partnership menghasilkan kompetensi baru yang didapat oleh seseorang bersama komunitasnya. Menurut Wallace (2011: 12) “the concept of socially constructed and situated learning establishes that people acquire new knowledge and skills, and generate new constructions of meaning through participating in a community of practice”. Konsep Sosial dan situated learning dibangun berdasarkan pada seseorang memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, serta mengasilkan kontruksi melalui partisipasi dalam praktik bersama komunitasnya. Teori Situated learning menekankan pada pemahaman terhadap pembelajaran sosial secara natural dan dilakukan berdasarkan kepada tempat, waktu, serta konteksnya. Sedangkan social partnership dalam pembelajaran menggambarkan sistem pengetahuan, disiplin pembelajaran dalam berbagai disiplin ilmu, tempat kerja, dan pelatihan khusus. Menurut Wallace (2011: 29): “Social partnerships in learning recognize the shifting, conflicted and multiple learner identities that operate in any learning relationship and seek to provide a framework to negotiate those interactions, explore different identities and co-create new possibilities in learning”. Social partnership dalam pembelajaran mengenal pergeseran, konflik, dan beberapa identitas peserta didik yang dihubungkan kepada pembelajaran dan usaha untuk memberikan kerangka kerja dalam interaksi yang dilakukan, serta eksplorasi dan menciptakan hal-hal baru dalam belajar. Oleh karena itu, pemahaman social partnership dalam pembelajaran menyediakan kerangka kerja untuk membangun dan mengidentifikasi siswa, membangun pengathuan,

33


meningkatkan ide atau gagasan, dll. Kerangka kerja tersebut digunakan untuk mendiskusikan ide atau gagasan baru dalam persektif siswa tersebut. Proses social partnership melibatkan siswa dalam membuat suatu karya agar lebih maju dan meningkatkan wawasan dunia kerja, serta pengetahuan agar siswa mampu mendapatkan kompetensi yang dipelajarinya. 5. Proses Perolehan Kompetensi dalam Ketercapaian SKL-SMK Kata perolehan sering disebut akuisisi (acquisition) merupakan pengambil alihan (takeover) sesuatu yang dimiliki orang lain lalu dimiliki oleh pengambil alih tersebut. Dalam perusahaan, kata akuisisi merupakan kata yang lazim digunakan. Menurut Brealey, Myers, & Marcus (1999:571) Acquisition is Takeover of a firm by purchase of that firm’s common stock or assets. Akuisisi adalah pengambil alihan perusahaan dengan pembelian saham atau aset perusahaan tersebut. Pengambil alihan ini merupakan perpindahan perusahaan yang dimiliki seseorang ke orang lain yang telah membeli asset perusahaan tersebut. Dalam studi bahasa, akuisisi merupakan kemampuan menulis bahasa yang mendalam dalam pengolahan kata dan mendorong kemampuan memori kerja secara berulang (Broady, E & Dwyer, 2008). Siswa dapat sukses dan berhasil dibutuhkan keterlibatan secara mendalam dan melatih teori-teori dengan praktik. Selain itu penyebab siswa gagal dalam pembelajaran, rata-rata disebabkan oleh strategi pembelajaran terfokus pada local cues (Hosenfeld, 1997, dalam Broady, E & Dwyer, 2008). Pengungkapan akuisisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap saat pembelajaran dapat dilihat melalui kuesioner dan pengamatan secara

34


mendalam (OECD, 2010). Untuk itu pengungkapan akuisisi tersebut dapat berfungsi sebagai modal awal dalam pengembangan kompetensi setiap siswa. Pengembangan Kompetensi didasari pada kemampuan seseorang di dalam menangkap suatu ilmu yang baru. Dari pandangan ini, pengembangan kompetensi dianggap sebagai akuisisi pengetahuan dan keterampilan dalam satu set kompetensi tertentu (Noe, R., 2010). Pengembangan kompetensi perlu didasari pada kemampuan dasar seseorang agar dapat menyerap kemampuan secara menyeluruh. Penyerapan kemampuan tersebut dapat dikembangkan secara maksimal apabila seseorang memiliki kemampuan dalam mengolah suatu informasi, situasi di lingkungannya, dll (Kozlowski, S & Salas, E., 2009). Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa proses akuisisi kompetensi seseorang dapat menjadi modal untuk mengembangkan suatu kompetensi tertentu dengan didasari kemampuan atau kompetensi dasar seseorang tersebut. Dalam pengembangan kompetensi, siswa membutuhkan pelatihan atau training ditempat yang kompeten. Biasanya pelatihan atau training ditempatkan pada industri atau tempat usaha terkait dengan bidang keahliannya. Melalui pelatihan tersebut, siswa dapat menjadi sukses dalam pengembangan kompetensi. Pelatihan dan pengembangan secara profesional sudah dikaji secara komprehensif oleh American Society for Training and Development (ASTD). Berikut adalah model kompetensi hasil dari penelitian yang dilakukan oleh ASTD.

35


Gambar 1. Model kompetensi ASTD tahun 2004. (Sumber: Noe, R., 2010: 39) Bagian atas model menunjukkan dapat mengambil peran pelatihan dan pengembangan secara profesional. Strategi pembelajaran dapat menentukan bagaimana strategi pembelajaran dalam bekerja dapat membantu memenuhi strategi bisnis perusahaan. Mitra bisnis menggunakan pengetahuan bisnis dan industri untuk menyelenggarakan pelatihan dalam peningkatan kinerja. Manajer proyek dapat merancang, memperoleh, dan memonitor pembelajaran secara efektif dan memberikan solusi kinerja untuk mendukung bisnis. Spesialis profesional

bertugas

mendesain,

mengembangkan,

mengirimkan,

dan

mengevaluasi pembelajaran dan memberikan solusi kinerja. Peran-peran tersebut

36


termasuk dalam pekerjaan seperti: organizational change agent, career counselor, instructional designer, dan classroom trainer. Tingkatan kedua dari model tersebut mencakup bidang-bidang keahlian yang memiliki keterampilan teknis, profesional khusus, dan pengetahuan yang diperlukan. Bidang keahlian khusus tersebut antara lain: merancang pembelajaran, memberikan pelatihan, dll. Pelatihan secara profesional membutuhkan waktu yang cukup banyak dalam merancang pembelajaran, proses pelatihan, dan mengelola fungsi pembelajaran dalam pelatihan tersebut. Sedangkan tingkatan ketiga merupakan kompetensi fundamental yang meliputi: interpersonal kompetensi, kompetensi bisnis dan manajemen, dan kompetensi pribadi. Kompetensi fundamental sangat penting dikuasai oleh seseorang tanpa harus pendampingan oleh seorang pelatih. Kompetensi fundamental tersebut digunakan untuk modal dasar dalam setiap peran atau spesialisasi. Pelatihan dan pengembangan untuk karyawan merupakan bagian dari program di sebuah perusahaan. Tujuannya adalah agar karyawan mampu mengembangkan potensi kemampuan yang dimiliki agar disesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Perkembangan teknologi dengan segala jenis artefaknya merupakan hasil atau produk dari pendidikan kejuruan negara-negara industri maju (Putu Sudira, 2011: 47). Oleh karena itu, jenis pelatihan yang diberikan disesuaikan oleh kemampuan yang dimilikinya. Berikut adalah gambaran presentase pembelajaran yang harus diberikan pada setiap divisi di perusahaan.

37


Gambar 2. Beberapa jenis pelatihan yang disediakan oleh perusahaan (Sumber: Noe, R., 2010: 36) Tidak hanya karyawan perusahaan, pelatihan dan pengembangan perlu diterapkan kepada calon karyawan (dalam definisi ini adalah siswa). Perusahaan harus membantu sekolah kejuruan dalam pengembangan kompetensi siswa agar mampu bersaing di pasar global. Perlu adanya kolaborasi yang baik, nota kesepahaman antar kedua belah pihak dalam menyusun strategi pembelajaran yang harus diterapkan. Strategi ini sangat membantu dalam mengurangi permasalahan terkait tingginya angka pengangguran dan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia. Pengembangan ekonomi pada era global ini, seseorang diharuskan untuk menjadi produktif dan mengembangkan keilmuannya agar dapat bersaing di pasar

38


global. Agar dapat bersaing dan meningkatkan produktifitas, Negara harus mengembangkan strategi yang diperlukan, yaitu (Putu Sudira, 2011: 47): (1) penciptaan pekerjaan, (2) promosi hak-hak dasar bekerja, (3) pengembangan perlindungan sosial, dan (4) penguatan dialog sosial. Strategi tersebut diharapkan mampu bersaing dan menguatkan kemampuan manajemen, kepemimpinan, dan penguasaan teknologi informasi. Pada era perdagangan bebas memiliki dampak positif dan negatif bagi setiap negara. Era perdagangan bebas membuka peluang kerjasama antar negara dalam mengembangkan industrinya. Dampak negatif yang harus dihadapi adalah persaingan yang semakin ketat antar negara tersebut. Apabila suatu negara tidak meningkatkan daya saing dengan membentuk keunggulan kompetitif disemua sektor, baik sektor riil maupun jasa dengan mengandalkan kemampuan SDM, teknologi, dan manajemen (Putu Sudira, 2011) maka negara tersebut akan tertinggal jauh oleh negara-negara lain. Dalam menghadapi era globalisasi tersebut, Indonesia mengharapkan kemampuan pendidikan kejuruan dalam menghadapi persaingan global tersebut. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana tertuang dalam PP 19 Tahun 2005 Pasal 26 ayat 3 dinyatakan untuk “meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya�. Tujuan pendidikan kejuruan tersebut membutuhkan standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh Permendiknas nomor 23 Tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) yang diselenggarakan oleh SMK/MAK memuat kompetensi-kompetensi dalam meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

39


kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Penjabaran SKL pendidikan menengah kejuruan telah dirumuskan pada lampiran Permendiknas nomor 23 Tahun 2006 menjadi 23 item, yaitu: a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja; b. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya; c. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya; d. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial; e. Menghargai keberagaman agama, bangsa,

suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup global; f. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif; g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan; h. Menunjukkan

kemampuan

mengembangkan

budaya

belajar

untuk

pemberdayaan diri; i. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik; j. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks; k. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial;

40


l. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab; m. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia; n. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya; o. Mengapresiasi karya seni dan budaya; p. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok; q. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan; r. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun; s. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; t. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain; u. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis;

v. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris;

w. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya. Tujuan pendidikan menengah kejuruan dan 23 SKL SMK tersebut harus dikuasai oleh siswa SMK agar mampu bersaing di dunia global. Menurut Putu Sudira (2011: 50) mengatakan bahwa kegiatan instruksional di SMK dikembangkan untuk membangun SKL pada setiap individu siswa. Penjabaran

41


SKL nomor 1 sampai dengan 22 merupakan kompetensi generik berlaku secara umum untuk semua kompetensi keahlian lulusan SMK, sedangkan SKL nomor 23 merupakan kompetensi spesifik per kompetensi keahlian sebagai penciri pendidikan untuk dunia kerja (work-based education) (Putu Sudira, 2011). Kompetensi berkaitan dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja (Putu Sudira, 2011). Definition and Selection of Competencies (DeSeCo, 2005: 4) mendefiniskan kompetensi yaitu “A competency is more than just knowledge and skills. It involves the ability to meet complex demands, by drawing on and mobilising psychosocial resources (including skills and attitudes) in a particular context�. Kompetensi lebih dari sekedar pengetahuan dan keterampilan saja. Cakupan kompetensi antara lain kemampuan memenuhi kebutuhan atau permintaan yang komplek dengan menggunakan sumberdaya psikologis, serta keterampilan dan sikap pad konteks yang tepat. Salah satu ciri khas orang yang kompeten adalah selalu berusaha bertindak seefektif mungkin dalam melaksanakan sesuatu (Sudji Munadi, 2012:13). Selain itu Sudji Munadi (2012:14) berpendapat bahwa Orang yang berkompeten adalah yang memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku untuk terus mengembangkan kemampuan (to continue to develop their specialist knowledge and skills). Kompetensi kunci adalah kompetensi untuk sebuah pekerjaan atau fungsi tertentu, tidak spesifik bagi pekerja tertentu atau industri tertentu, tetapi menopang kompetensi spesifik dari industri itu (Putu Sudira, 2011). Kompetensi inti

42


diperlukan oleh setiap individu agar dapat melayani permintaan yang kompleks dan keberhasilan hidup. Menurut Wordbank (dalam Putu Sudira, 2011: 51) rumusan dari berbagai negara kompetensi kunci mencakup aspek berikut: a. Communication in the mother tongue; b. Communication in a foreign language; c. Mathematical literacy and basic competences in science and technology ; d. Digital competence; e. Learning-to-learn ; f. Interpersonal and civic competences; g. Entrepreneurship; dan h. Cultural expression. Selain itu DeSeCo menitik beratkan pada kompetensi tiap individu dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan keterpaduan sosial. Menurut Chinien, C. and Singh, M. (2009: 2524) mengatakan “Nine key competencies were found to be of particular relevance for all individuals in OECD countries and, possibly, transition and developing countries”. Negara-negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) telah menemukan sembilan kunci yang relevan untuk diterapkan di negara-negara tersebut dan dapat dikembangkan di negara-negara berkembang. Sembilan kunci tersebut adalah: a. The ability to relate well to others; b. The ability to co-operate; c. The ability to manage and resolve conflict; d. The ability to act within the ‘big picture’; e. The ability to form and conduct life plans and personal projects; f. The ability to defend and assert one’s rights, interests, limits and needs; g. The ability to use language, symbols and text interactively; h. The ability to use knowledge and information interactively;

43


i. The ability to use (new) technology interactively. Terdapat tiga klasifikasi kompetensi kunci menurut DeSeCo (Definition and Selection of Competencies) yang relevan dengan negara-negara OECD yaitu: (1) Berinteraksi sosial dalam kelompok heterogin berupa kemampuan membangun relasi baik dengan orang lain, kemampuan bekerjasama, kemampuan mangelola dan memecahkan konplik; (2) Bertindak secara mandiri meliputi kemampuan bertindak dalam ‘big picture’, kemampuan membentuk dan melakukan rencana hidup dan pembangun diri pribadi, kemampuan mempertahankan dan menegaskan kebenaran diri, interes, keterbatasan dan keinginan; (3) Menggunakan peralatan secara interaktif mencakup kemampuan menggunakan bahasa, simbul-simbul, teks, pengetahuan, informasi, dan teknologi baru. Perubahan di era Global Platinum (Glo-Plat) sangat kuat pengaruhnya sehingga diperlukan pemahaman dan rethink apa sesungguhnya yang dibutuhkan anak-anak muda kita di abad 21

dan bagaimana mereka berpikir terbaik

menghadapi masa depan bercirikan tidak menentu tanpa kepastian (Putu Sudira, 2011). Ketidakpastian tersebut merupakan demand driven dunia kerja pada abad 21. Perubahan kebutuhan pendidikan masa depan dengan kembali ke dasar (back to basic) dengan menguatkan daya adaptabilitas dari “Old World” of classrooms in the “New World” of work (Wagner, T., 2008: 14). Terdapat tujuh survival skill yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baru pada abad 21. Menurut Wagner (2008) ketujuh survival skill antara lain: (1) critical thinking and problem solving; (2) collaboration across networks and leading by influence; (3) agility and adaptability; (4) initiative and

44


entrepreneuralism; (5) effective oral and written communication; (6) accessing and analyzing information; dan (7) curiosity and imagination. Kemampuan bertanya yang baik disebut sebagai komponen dasar dari critical thinking and problem solving (Putu Sudira, 2011). Pekerjaan dinyatakan dalam bentuk tugas atau masalah yang harus diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, critical thinking and problem solving merupakan komponen yang harus dikuasai agar ketercapaian pemecahan masalah dapat berjalan dengan lancar. Pertanyaan yang baik dan pas dengan konteks permasalahan yang ada adalah keluaran dari critical thinking and problem solving. Seorang siswa harus memiliki employability skills agar mencapai sukses di abad 21. Lankard (1990) dalam Putu Sudira (2011: 56) mendefinisikan employability skills sebagai suatu keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk dapat tetap bekerja dengan baik, meliputi personal skills, interpersonal skills, attitudes, habits dan behaviors. Sedangkan Department of Education Office of Vocational and Adult Education di Amerika serikat mendefinisikan employability skill memerlukan banyak keterampilan yang siap dalam berkarir, termasuk serangkaian umum, lintas sektoral yang disebut kemampuan kerja keterampilan, keahlian teknis dan pengetahuan akademis. Keterampilan ini meliputi soft skills, keterampilan kesiapan tenaga kerja, keterampilan kesiapan karir. Berikut adalah gambar employability skills framework.

45


Gambar 3. Employability skills framework. (Sumber: U. S. Department of Education Office of Vocational and Adult Education, 2012). Menurut STEMNET (Science, Technology, Engineering, and Mathematics Network) mendefinisikan employability skills adalah the transferable skills needed by an individual to make them ‘employable’. STEMNET menyampaikan daftar 10 employability skill yang harus dimiliki oleh seorang karyawan, yaitu: (1) communication and interpersonal skills; (2) problem solving skills; (3) using your initiative and being self-motivated; (4) working under pressure and to deadlines; (5) organisational skills; (6) team working; (7) ability to learn and adapt; (8) numeracy; (9) valuing diversity and difference; dan (10) negotiation skills. Kesepuluh keterampilan tersebut harus dikuasai dengan baik oleh karyawan dan tidak jarang keterampilan tersebut harus ditunjukkan pada saat interview lamaran pekerjaan. Jadi dapat disimpulkan berdasarkan definisi tersebut bahwa employability skills merupakan keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai seorang

46


karyawan agar dapat bertahan dan mengembangkan karir di tempat kerja, serta mampu beradaptasi dengan cepat apabila berada di lingkungan kerja baru. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah: keterampilan berkomunikasi dan interpersonal, keterampilan pemecahan masalah, keterampilan dalam pengaturan waktu pada saat dibawah tekanan, kemampuan berorganisasi dan team work, mampu beradaptasi pada lingkungan, kemampuan numerical atau matematika, dan kemampuan bernegosisasi. Kemampuan tersebut tidak dapat diperoleh dengan cara instan, melainkan membutuhkan sebuah proses yang sangat panjang. Proses tersebut didapat dengan berbagai cara, antara lain berdasarkan fundamental skills yang terdiri dari basic skills (listening, reading, writing, speaking, math), thinking skills (how to learn, create, solve problem, make decision, ect), dan personal qualities (Responsibility, integrity, self-confidence, moral, character, loyality, etc) (Putu Sudira, 2011:57). Struktur

perolehan

kompetensi

didapat

berdasarkan

tingkatan-tingkatan

pendidikan seseorang. Tahapan pendidikan tersebut sejalan lurus berdasarkan perkembangan karir seseorang dalam pekerjaan. Pada gambar 4 dibawah ini adalah struktur skill pendidikan dan pelatihan untuk kerja.

47


Gambar 4. Struktur skill pendidikan dan pelatihan untuk kerja. (Sumber: Stern, B., 2003) Pada tahapan atau struktural keterampilan di atas menggambarkan bagaimana siswa dapat memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, serta pengalaman yang didapat. Hal ini menunjukkan pelatihan, pendidikan dan pengalaman harus didapat secara terus menerus (continue) agar siswa mampu memperoleh kompetensi yang maksimal atau menjadi orang yang berkompeten sesuai dengan profesinya. 6. Competency Based Education and Training (Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi) Peranan kompetensi pada setiap individu merupakan bagian penting. Kompetensi dipandang sebagai alat penentu untuk memprediksi keberhasilan kerja seseorang (Agus Sutiyono, 2010: 44). Kompetensi harus dikuasai seseorang agar dapat bertahan, mengembangkan karir di tempat kerja, dan mampu beradaptasi dengan cepat apabila berada di lingkungan kerja baru. Dengan

48


demikian, orang yang berkompeten lebih banyak dibutuhkan di dunia kerja dan memiliki karir yang baik, serta penentu dalam keberhasilan kerja. Setiap individu harus menjadi orang yang berkompeten pada bidang tertentu. Orang kompeten adalah yang memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku untuk terus mengembangkan kemampuan (to continue to develop their specialist knowledge and skills) (Sudji Munadi, 2012: 14). Sudji Munadi (2012: 13) juga mengatakan bahwa salah satu ciri khas orang yang kompeten adalah selalu berusaha bertindak seefektif mungkin dalam melaksanakan sesuatu. Hal ini membutuhkan proses yang panjang dalam memperoleh kompetensi pada bidang tertentu. Seseorang dapat memperoleh kompetensi berdasarkan dari: keterampilan dasar, keterampilan berfikir, dan kualitas personal (Putu Sudira, 2011). Oleh karena itu proses menjadi ahli atau kompeten membutuhkan pelatihan secara rutin. Competency Based Education Training (CBET) merupakan salah satu cara dalam memperoleh sebuah kompetensi. Competence Based Education Training (Pelatihan Berbasis Kompetensi) merupakan suatu proses pendidikan dan pelatihan yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan secara khusus, untuk mencapai hasil kerja yang berbasis target kinerja (performance target) yang telah ditetapkan (Agus Sutiyono, 2010: 44). CBET to vocational education and training in general had to be led by teacher training (Tuxworth, Eric., 1989:14). CBET dalam pendidikan kejuruan pada dasarnya harus dibimbing oleh para instruktur atau pelatih. Pendidikan dan pelatihan diperuntukkan bagi sumberdaya agar relevan dengan tugas serta jabatannya. Oleh

49


karena itu, Target kinerja bagi seseorang harus terlaksana dengan baik agar memperoleh kompetensi sesuai dengan tugas dan jabatannya melalui bimbingan para instruktur. Upaya dalam mewujudkan pelatihan dan pendidikan dibutuhkan standar kompetensi kerja agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 pasal 10 ayat 2 disebutkan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja. Penetapan standar kompetensi kerja berdasarkan kesepakatan antara pihak pelatihan dan tempat kerja. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 2 Tahun 2003, pasal 1 ayat 8). Dengan demikian, SKKNI menjadi acuan di dalam CBET agar kompetensi siswa dapat terarah dan berkembang, serta dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja. Program CBET berdasarkan pada standar industri sehingga mendapatkan pengakuan atau akreditasi berdasarkan pengalaman kerja dan keterampilan yang dimiliki. Menurut DeiĂ&#x;inger dan Hellwig (2011: 6) "CBET is an approach to VET, in which skills, knowledge and attitudes are specified in order to define, steer and help to achieve competence standards, mostly within a kind of national qualifications framework". CBET merupakan pendekatan pendidikan kejuruan dengan

keterampilan,

pengetahuan,

dan

50

sikap

sebagai

penentu

untuk


mendefinisikan, mengarahkan dan membantu untuk mencapai standar kompetensi (SKKNI). Kurikulum dan modul pembelajaran dirancang berdasarkan kebutuhan industri serta disesuaikan dengan target ketercapaian dalam SKKNI. Dengan demikian, hasil dari pelatihan tersebut siswa dapat memiliki keterampilan, pengetahuan, dan sikap sesuai dengan kebutuhan industri. Menurut The Victorian State Training Board (dalam DeiĂ&#x;inger & Hellwig, 2011: 7) mendefinisikan 6 kriteria yang menggambarkan struktur program CBET. Keenam kriteria tersebut yaitu: 1. Outcome criterion Program pelatihan (kursus) tersebut sudah memenuhi standar kompetensi nasional yang disahkan atau di akui oleh otoritas badan nasional. Melalui akreditasi tersebut para siswa memiliki kompetensi sesuai dengan kualifikasi yang sudah ditentukan. 2. Curricular criterion Melalui kurikulum dapat menjadi indikasi peserta didik dalam hal kinerja, kondisi, dan standar. Selain itu pekerjaan harus diidentifikasi berdasarkan tempat kerja, tanggung-jawab pelatihan dan penilaian. 3. Delivery criterion Proses pembelajaran sangat fleksibel dan siswa dapat berinisiatif dalam mengerjakan sesuatu. Bahan ajar yang digunakan oleh penyedia menunjukkan tingkat program pelajaran.

51


4. Assessment criterion Dalam penilaian harus mengukur kinerja yang menunjukkan standar kompetensi tertentu, tersedia kompetensi yang diperoleh di luar kursus, dan meliputi tempat kerja atau off the job komponen yang sesuai. 5. Reporting / recording criterion Laporan kompetensi yang diperoleh harus disediakan untuk siswa. Pelaporan dapat dimasukkan dalam ketentuan modul yang harus dipahami dengan kompetensi yang akan dipelajari. 6. Certification criterion Siswa menunjukkan semua keahlian dalam suatu program pelatihan yang terakreditasi. Melalui demonstrasi tersebut akan didapatkan pernyataan ketercapaian sesuai dengan SKKNI Keenam kriteria tersebut merupakan tahapan dan desain di dalam proses pembelajaran. Sebuah lembaga pelatihan harus resmi dan disahkan oleh lembaga otoritas yang berwenang. Kurikulum dirancang sesuai dengan standar industri agar mendapatkan kompetensi yang relevan. Melalui kurikulum tersebut, siswa mendapatkan transfer ilmu melalui pembelajaran secara bertahap sesuai dengan konsep yang berlaku. Hasil belajar tersebut dinilai untuk mengukur kinerja siswa dan mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran tersebut. Hasil penilaian akan di laporkan kepada siswa agar mengetahui seberapa besar kompetensi yang sudah dicapai. Dengan demikian, sertifikat keahlian melalui pelatihan tersebut dapat diberikan kepada siswa apabila sudah memenuhi standar minimal kompetensi yang sudah dirancang.

52


Tahapan-tahapan pembelajaran di tempat pelatihan dapat menambah dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan keahlian. Keahlian-keahlian tersebut sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, walaupun pihak industri melakukan training kembali

atau

penyesuaian.

Training

yang

dilakukan

industri

bersifat

pengembangan tanpa harus mengajarkan kompetensi fundamental pada karyawan, karena kompetensi fundamental sudah diajarkan melalui pelatihan tersebut. Karakteristik utama adalah terfokus pada lulusan (outcome). Hasil dari pembelajaran ini akan dikaitkan dengan relevansi dengan dunia kerja atau menjadi karyawan (employee). Hal ini sangat menguntungkan bagi penerima lulusan, karena tidak membutuhkan biaya tambahan untuk melakukan training. Dengan demikian keberhasilan program CBET dapat diukur berdasarkan sejauh mana kemampuan lulusan dapat memenuhi kualifikasi kemampuan tenaga kerja yang diinginkan oleh penerima lulusan. Penyelenggara pendidikan yang menggunakan CBET membutuhkan model pembelajaran berbeda dengan model pemberian materi pelajaran. Model CBET tidak menganut sistem pembelajaran pada guru (teacher-focused), namun lebih pada proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan tempat kerja (student and/or workplace focused). Oleh karena itu, fokus pada siswa merupakan cara efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima materi. Guru hanya sekedar fasilitator dalam pembelajaran, memberikan arahan dan bimbingan agar mampu memenuhi kompetensi yang dibutuhkan. Siswa harus menampilkan sesuatu untuk membuktikan bahwa sudah mencapai aspek kompetensi tertentu. Terdapat beberapa metode untuk melihat

53


atau membuktikan bahwa siswa sudah mencapai aspek kompetensi, antara lain: produk karya siswa, pengamatan, testimoni, dokumen di tempat kerja, pertanyaan, tes, studi kasus, dan simulasi aktivitas di tempat kerja. Namun mekanisme tersebut membutuhkan alat bukti tersendiri. Jadi beberapa mekanisme tersebut merupakan karakter utama penilaian dalam CBET, melalui observasi langsung terhadap demonstrasi atau praktik siswa dan dengan ditambah bukti berupa karya atau produk dari siswa. Dengan demikian, CBET dapat mencetak lulusan yang berkompeten dan mampu bersaing di tempat kerja. Lulusan dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan tempat kerja, karena sudah memiliki bekal kompetensi melalui pembelajaran di tempat pelatihan. Pembelajaran tersebut dirancang sesuai dengan lingkungan, target, dan komponen seperti di tempat kerja. 7. Kurikulum Pada Pembelajaran dan Pelatihan di Tempat Kerja Pembelajaran abad 21 mengalami pergeseran metode kompetensi yang diraih oleh siswa. Melalui kerangka kerja pembelajaran tersebut, sekolah harus memberikan mata pelajaran pokok di luar kompetensi dasar dalam pemahaman materi kepada siswa. Kompetensi yang diberikan harus melebihi iterdisipliner agar siswa dapat mengaplikasikan pada kehidupan nyata. Keterampilan abad 21 menjembatani antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari bidang akademik dengan kehidupan nyata. Model pendidikan diharapkan dapat memenuhi kompetensi agar siswa mendapatkan bekal ketika sudah lulus dari sekolah tersebut. Menurut Ray McNulty (dalam Morley, 2010: 21) the primary aim of education is not to enable

54


students to do well in school, but to help them do well in the lives they lead outside of the school. Tujuan utama pendidikan tidak mengharuskan siswa bisa mengerjakan sesuatu di sekolah, namun tujuan pendidikan adalah dapat membantu siswa agar dapat mengerjakan sesuatu pada kehidupan nyata ketika mereka berada di luar sekolah (lulus). Melalui pendidikan, siswa dibekali sebuah kompetensi dengan harapan dapat mengaplikasikan di luar sekolah. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk membekali lulusan untuk dapat siap kerja, berwirausaha, dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Lulusan SMK memperoleh pekerjaan perlu mempertimbangkan kompetensi yang dibutuhkan di Dunia Usaha dan Industri (DUDI). Lulusan SMK menjadi wirausahawan sebaiknya mendapatkan fasilitas rancangan permodalan saat siswa lulus dengan dikaitkan dengan pihak investor (Bank atau lembaga lainnya). Sedangkan lulusan dapat melanjutkan ke perguruan tinggi perlu ditingkatkan pada kemampuan kognitif di SMK agar dapat menjadi bekal siswa dalam mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Oleh karena itu, keterampilan lulusan perlu diperhatikan agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan kejuruan. Pada pendidikan kejuruan/profesi, pembelajaran praktik yang dibuat seperti tempat kerja merupakan representasi dari pedagogi. Hal ini menjadi pengalaman bagi pemula terkait dengan sosialisasi profesional dalam memasuki komunitas praktik. Pengalaman yang didapat antara lain pengembangan klinikal dan professional skills melalui observasi, pendampingan, mentoring, dan supervisi (Harris, 2011:39). Selain itu siswa juga dapat mengembangkan pengetahuan spesialis pada saat praktik melalui motivasi dan memaknai pembelajaran tersebut.

55


Pada dasarnya pelatihan di tempat kerja merupakan bagian dari pembelajaran agar siswa mampu beradaptasi ketika berada di tempat kerja yang sebenarnya. Billett (2011: 181) mendefinisikan kurikulum, yaitu a programme of activities designed so that pupils will attain by learning certain speciďŹ able ends or objectives. Kurikulum merupakan program kegiatan yang dirancang agar siswa dapat mencapai hasil belajar dengan tujuan tertentu. Kurikulum merujuk kepada pengalaman siswa melalui rencana pelaksanaan, tujuan, dan didesain dalam lingkungan sekolah. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum dapat membantu sekolah untuk menentukan tujuan dari pembelajaran tersebut. Kurikulum untuk pendidikan kejuruan dikembangkan berdasarkan beberapa faktor, yaitu internal dan eksternal. Melalui kurikulum, peserta didik dapat belajar dari awal pembelajaran sampai perkembangan kompetensi lebih lanjut hingga lulus. Tidak hanya perancangan di sekolah saja, kurikulum praktik kerja di industri harus diidentifikasi, dikonseptualisasi dan dievaluasi. Tanpa adanya identifikasi, konseptualisasi dan pengakuan dari kurikulum berbasis tempat kerja,

56


maka tempat kerja akan tetap disalah pahami sebagai tempat belajar (Miswardi & Pardjono, 2013:272). Melalui identifikasi, konseptualisasi dan evaluasi, maka kurikulum dapat berkembang untuk pemenuhan faktor internal dan eksternal. Kurikulum di tempat kerja dirancang berdasarkan pengalaman dari setiap individu. Pembelajaran siswa merupakan kelanjutan dari pengalaman kerja yang dialami ketika praktik langsung di industri. Untuk mensikronisasi kurikulum antara sekolah dan industri memerlukan dialog dan pemahaman diantara kedua belah pihak. Melalui dialog tersebut, maka tujuan pendidikan kejuruan akan sesuai dengan harapan dan industri memiliki peranan atau partisipasi dalam membina siswa mendapatkan kompetensinya. Orang yang memiliki kompetensi pada level tertinggi disebut ahli. Seorang instruktur minimal memiliki kemampuan setara dengan level ahli, karena dalam pembinaan siswa harus membutuhkan kemampuan dan peranan yang tinggi pula. Tabel 2 menunjukkan kategori kompetensi manusia dalam taksonomi mulai dari orang yang belum berpengalaman sampai pada master. Siswa saat melaksanaan PI dianggap berada pada level pertama atau pemula. Hal ini memerlukan pembimbing dari karyawan Ahli (minimal pada level 4) untuk mengarahkan pekerjaan di DUDI. Dengan demikian siswa dapat melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pembimbing dengan pengawasan dan pengarahan agar hasil yang didapat maksimal.

57


Tabel 2. Level kompetensi manusia dalam bekerja KATEGORI

1 Pemula (novices)

2 Specialist 3 Spesialis berpengalaman 4 Ahli 5 Master

DESKRIPSI Pemula secara harfiah, orang baru dalam suatu situasi kerja. Sering ada beberapa perbaikan tetapi minimal untuk pekerjaan sebelumnya. Sebagai hasilnya, individu kurang pengetahuan dan keterampilan untuk memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tertentu Orang yang dapat di andalkan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik tanpa pengawasan. Tetapi terbatas pada pekerjaan rutin. Kadang-kadang diperlukan pelatih pada tingkat ini untuk membantu mereka memiliki perilaku yang sesuai. Orang yang dapat melakukan pekerjaan yang spesifik dan mampu melakukannya berkalikali. Sebagai hasil, individu dapat melakukan pekerjaan dengan terampil dan mudah. Tingkat ini akan dilalui dalam beberapa waktu. Orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dan sering melampaui persyaratan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tertentu. Dapat menggunakan kemampuannya untuk merespon kasuskasus rutin dan tidak rutin dengan efektif dan efisien. Orang yang dianggap sebagai ahli di antara ahli-ahli atau benarbenar ahli di antara semua pekerja. Dia dipandang sebagai penilai dan menetapkan standar untuk orang lain.

(Sumber: Yuneldi Miswardi & Pardjono, 2013: 273) Siswa

memerlukan

interaksi

dengan

beberapa

karyawan

untuk

mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Pengembangan kompetensi tersebut tidak lepas dari peranan karyawan lain. Tidak ada perbedaan antara karyawan yang satu dengan yang lain dimata siswa. Untuk itu, siswa harus melakukan interaksi kepada mereka agar penyerapan kompetensi dapat berjalan dengan baik. Siswa dapat berinteraksi kepada karyawan dibeberapa bidang, seperti: teknisi, administrasi, marketing, supervisor, bahkan direktur. Jadi siswa dapat menambah pengalaman yang didapat dari berinteraksi dengan beberapa karyawan tersebut. Menjadi seorang yang ahli di bidangnya membutuhkan pengetahuan spesialis yang dibutuhkan pada bidangnya. Menurut Harris (2011: 41) DeďŹ nitions of professional practice have focused on the specialized bodies of heoretical and applied

knowledge

needed

for

professional

58

practice.

Seorang

praktisi


(professional practice) yaitu telah menerapkan pengetahuan secara spesialis yang dibutuhkan dalam praktik profesional. Profesi merupakan pekerjaan yang mengatur dirinya melalui pelatihan yang sistematis dan dibutuhkan kedisiplinan dengan memiliki pengetahuan teknologi, mengedepankan layanan dibandingkan profit, serta terdapat kode etik (Starr, 1984; Harris, 2011). Dasar yang harus dikuasai oleh seorang ahli biasanya adalah analisis studi kasus secara empirik pada pembelajaran praktik (Harris, 2011); mempelajari keadaan dasar yang sering dihadapi; dan termasuk penelitian yang ada hubungannya dengan kebutuhan praktisinya (Hemsley-Brown, J.V. & Sharp, C., 2004). Bisnis dan industri memberikan pesan yang sangat jelas bahwa siswa membutuhkan keterampilan untuk bekerja dengan nyaman dengan orang-orang dari budaya lain, memecahkan masalah secara kreatif, menulis dan berkomunikasi dengan baik, berpikir dengan cara yang multidisiplin, dan mengevaluasi informasi kritis serta mereka harus tepat waktu, dapat diandalkan, dan rajin (Gewertz, 2007 dalam Morley, 2010: 21). Keterampilan yang didapat seharusnya sudah dibekali terlebih dahulu oleh sekolah masing-masing agar ketika memasuki tempat kerja, siswa tersebut hanya mengembangkan keilmuan yang sudah dipelajarinya. Strategi yang harus dilakukan oleh sekolah adalah berfokus pada pengembangan kompetensi dasar dengan dibuat pembelajaran seperti pada tempat kerja. Strategi yang diterapkan ini membantu siswa agar dengan mudah mempelajari kompetensi di tempat kerja. Gambar 5 adalah gambaran pengembangan pola pengajaran di sekolah agar dapat dikembangkan di tempat kerja.

59


Gambar 5. Pengembangan pola pengajaran di sekolah agar dapat dikembangkan di tempat kerja (Sumber: Svinicki, M. & Wilkerson, L., 2011) Sebelum siswa diterjunkan ke tempat kerja, sekolah harus mengembangkan tugas yang sudah ditetapkan dalam pengembangan strategi pembelajaran dan keahlian seorang instruktur di tempat kerja. Strategi ini membantu sekolah dalam mengajarkan keterampilan baru. Lalu seorang instruktur menetapkan tugas untuk mengembangkan keterampilan kerja pada siswa. Proses terakhir adalah penempatan siswa di tempat kerja berdasarkan keterampilan yang sudah dipelajari. Oleh karena itu, keterampilan tersebut akan berkembang ketika siswa sudah mengalami beberapa pengalaman-pengalaman dan situasi yang terjadi di tempat kerja. Pembelajaran

di

tempat

kerja

sebenarnya

menghubungkan

atau

mengkolaborasikan pengalaman pembelajaran di kelas (sekolah) dengan pengalaman di dunia kerja melalui pengawasan dan direncanakan dengan baik. Workplace learning experiences provide all students the opportunity to develop 60


and apply knowledge, skills, and employability attitudes and behaviors leading to better informed career choices and productive employment (Morley, 2010: 40). Pengalaman belajar di tempat kerja memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan kerja, sikap dan perilaku untuk mengarah pada karir yang lebih baik serta lapangan kerja yang produktif. Oleh karena itu, pembelajaran di tempat kerja membutuhkan perencanaan dan pengawasan yang baik. Kesimpulan mengenai pembelajaran di tempat kerja (workplace learning) adalah pembelajaran yang dilakukan di tempat kerja melalui pengawasan dan perencanaan yang baik. Hal ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, kemampuan kerja, dan sikap untuk menjadi seorang calon pekerja yang produktif. Kompetensi yang dihasilkan membutuhkan ketekunan dari siswa itu sendiri dan strategi instruktur (sekolah dan tempat kerja) yang baik. Maka tujuan dari pendidikan kejuruan melalui workplace learning dapat terealisasikan dengan baik, siswa dapat menjadi pekerja yang profesional, dapat berwirausaha, dan melanjutkan ke perguruan tinggi melalui kompetensi yang dimiliki. 8. Kurikulum Bidang Studi Keahlian TIK Pekerjaan di bidang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat dikelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan yang digunakan. Biasanya kategori pekerjaan yang ditawarkan salah satunya adalah Penyedia Jasa Internet (PJI) atau Internet Service Provider (ISP). Kategori ISP antara lain: web developer (Programmer), web designer, database administrator, system admnistrator,

61


network administrator, help desk, dan technical support (Dewa Yuniardi, 2012). Masing-masing kategori tersebut memiliki kebutuhan kompetensi yang berbedabeda. Untuk itu standar kompetensi ditunjukkan dengan mendemontrasikan kemampuan (skill). Untuk memenuhi kebutuhan bidang TIK, Pemerintah melalui SMK menyiapkan

berbagai

program

keahlian.

Program

keahlian

tersebut

dikelompokkan menjadi bidang keahlian sesuai dengan kelompok bidang industri/usaha/profesi. Jenis bidang dan program keahlian ditetapkan oleh Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Berdasarkan SK No. 251/C/kep/mn/2008, Bidang studi keahlian yang sudah disiapkan oleh Kemendiknas antara lain: Teknik Telekomunikasi, Teknik Komputer dan Informatika, dan Teknik Broadcasting. Pekerjaan di bidang TIK dapat dikelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan yang digunakan. Biasanya kategori pekerjaan yang ditawarkan salah satunya adalah Penyedia Jasa Internet (PJI) atau Internet Service Provider (ISP). Kategori ISP antara lain: web developer (Programmer), web designer, database administrator, system admnistrator, network administrator, help desk, dan technical support (Dewa Yuniardi, 2012). Masing-masing kategori tersebut memiliki kebutuhan kompetensi yang berbeda-beda. Untuk itu standar kompetensi ditunjukkan dengan mendemontrasikan kemampuan (skill).

62


Tabel 3. Kurikulum KTSP Program Keahlian TKJ PROGRAM /MATA PELAJARAN A. Mata Pelajaran 1. PROGRAM NORMATIF 1.1. Pendidikan Agama 1.2. Pendidikan Kewarganegaraan 1.3. Bahasa Indonesia 1.3. Pendidikan Jasmani dan Olah Raga 1.4. Seni Budaya 2. PROGRAM ADAPTIF 2.1. Matematika 2.2. Ilmu Pengetahuan Alam 2.3. Fisika 2.4. Kimia 2.5. Bahasa Inggris 2.6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2.7. Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi 2.8. Kewirausahaan 3. PROGRAM PRODUKTIF 3.1. Dasar Kompetensi Kejuruan 3.1.1. Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika 3.1.2. Perakitan Personal Computer 3.1.3. Dasar Operating Sistem 3.2. Kompetensi Kejuruan 3.2.1. Instalasi jaringan lokal (Local Area Network) 3.2.1. Instalasi jaringan lokal (Local Area Network) 3.2.2. Konfigurasi Jaringan Komputer Lokal 3.2.3. Sistem Operasi Jaringan 3.2.4. Instalasi Perangkat Jaringan Berbasis Luas (Wide Area Network) 3.2.5. Konfigurasi Jaringan berbasis Luas (Wide Area Network) 3.2.6. Operating Sistem Server 3.2.7. Administrasi Server dalam Jaringan 3.2.8 Web database 3.2.9. Perancangan Wide Area network. B. Mulok Bahasa Jawa Nasionalisme C. Pengembangan Diri Seni Budaya JUMLAH

ALOKASI WAKTU (JAM)

1

2

1

2

1

2

192 192 192 192 128

2 2 2 2 2

2 2 2 2 -

2 2 2 2 -

2 2 2 2 -

2 2 2 2 -

2 2 2 2 -

440 192 192 276 440 128

4 2 2 2 4 -

4 2 2 2 4 2

4 2 2 2 4 -

4 2 2 2 4 -

4 2 2 2 4 -

4 2 2 2 4 -

128

2

2

2

2

2

2

192

-

-

2

2

2

2

152

4

4

-

-

-

-

152 76

4 2

4 2

-

-

-

-

152

-

-

4

4

-

-

152

-

-

4

4

-

-

228

-

-

6

6

-

-

192

-

-

2

2

-

-

152

-

-

-

-

4

4

152

-

-

-

-

4

4

152

-

-

-

-

4

4

304

-

-

-

-

-

-

152

-

-

-

-

2

2

304

-

-

-

-

-

-

40 192

1

1

1

2 1

2 1

192

2

2

5310

41

41

43

43

43

(Sumber: Dikmenjur, 2008).

63

X

XI

XII

43


9. Situated Learning Theory Situated Learning didefinisikan sebagai seorang pelajar yang menjalankan segala macam tugas dan memecahkan masalah dalam pembelajaran di lingkungan kerja (dalam artian ini dapat di sekolah maupun di industri) dengan menggunakan pengetahuan sesuai dengan kebutuhannya (Brown, et. al., 1989). Situated learning berkontribusi terhadap tumbuhnya penelitian dalam human sciences untuk mengeksplorasikan pemahaman karakter manusia terhadap komunikasi. Hal ini dibutuhkan hubungan yang fokus antara belajar dan situasi sosial yang terjadi (Lave, J. & Wenger, E., 1991). Lave dan Wenger (1991) merupakan pencetus pertama kali teori situated learning sebagai model pembelajaran dalam komunitas praktik. Jenis pembelajaran ini memungkinkan individu peserta didik untuk belajar dengan sosialisasi, visualisasi, dan imitasi (Miswardi & Pardjono, 2013). Jadi situated learning dapat disimpulkan bahwa siswa melaksanakan tugas dan memecahkan masalah dalam suatu lingkungan kerja dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Glaser (1989, dalam Billett, 1994: 1) “A sustained research effort, over the last twenty years, within cognitive psychology has revealed the significance of domain-specific knowledge to expert performance�. Penelitian selama dua puluh tahun terakhir yang dilakukan oleh Glaser, menyimpulkan bahwa psikologi kognitif mengungkapkan pentingnya domain pengetahuan yang spesifik untuk performa ahli. Melalui peranan spesifik pengetahuan tersebut, maka muncul pandangan bahwa pengetahuan tersebut akan tertanam pada penerapannya (Brown, et al, 1989). Untuk itu situated learning biasanya melibatkan tugas-tugas

64


yang ada kaitanya dengan aplikasi di dunia nyata. Melibatkan siswa pada situasi yang otentik akan membantu pada pencapaian pemahaman, namun harus melalui situasi konteks nyata dengan menyertakan partisipan lain dalam pengalaman peserta (Heeter, 2005, dalam Cook, K., & Buck, G., 2014). Oleh karena itu, pengetahuan yang dimiliki siswa harus diasah secara spesifik agar menjadi ahli melalui tugas dan pemecahan masalah yang dikaitkan dengan keadaan sosial atau dunia nyata. Pembelajaran dalam konteks sosial perlu diterapkan agar dapat membangun pengetahuan. Learners should engage in context, culture and activity that learning takes place in order to acquire, understand, develop, and implement cognitive instruments in authentic learning activity (University of South Alabama). Pelajar yang terlibat dalam konteks, budaya dan kegiatan pembelajaran yang berlangsung untuk memperoleh, memahami, mengetahui, dan menerapkan instrumen kognitif dalam kegiatan belajar secara otentik. Penempatan siswa dalam situasi yang otentik akan membantu dalam ketercapauan hasil belajar yang lebih baik. Dengan demikian, belajar untuk memperoleh kompetensi pun harus diberikan secara nyata dan melibatkan orang lain dalam pembelajaran tersebut. Bimbingan sosial merupakan bagian dari proses pembelajaran dalam melibatkan orang lain agar kompetensi yang dihasilkan dapat terarah. Sikap yang terarah dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Salah satu upaya dalam mengarahkan peserta didik adalah melalui bimbingan sosial atau social guidance. Bimbingan sosial mengarahkan ke pengetahuan proximal atau distal. Proximal merupakan bimbingan secara dekat

65


seperti orang tua dan anak-anak, para ahli atau tradesponden dan para magang (Billett, 1994:2; Yuneldi Miswardi & Pardjono, 2013:271). Bimbingan distal merupakan bimbingan sosial yang dibentuk oleh organisasi sosial untuk mempelajari tentang praktik-praktik budaya, pengaruh sosial, nilai-nilai, sifat dan struktur dalam pengaturan kelembagaan. Contohnya adalah lembaga belajar secara formal yang mengajarkan praktik-praktik budaya secara kuat yang berhubungan dengan ketercapaian lembaga (Billett, 1993:23). Bimbingan sosial di tempat kerja terjadi secara proksimal dengan melibatkan para ahli untuk membantu siswa dalam belajar. Para ahli harus memiliki keahlian (expertise) dan pengalaman (experience) terkait dengan pekerjaan yang ditekuni. Dengan demikian, para ahli dapat membantu siswa dalam belajar yang terarah sesuai dengan kompetensi yang ditekuni. Seseorang dapat menjadi mentor (ahli) dalam mendidik siswa pada PI harus memiliki syarat dan ketentuan. Biasanya seorang instruktur atau mentor memiliki kualifikasi kompetensi yang mumpuni. Menurut Vaughan, K., O’Neil, P., & Cameron, M. (2011: 23) mendefinisikan orang yang berhak menjadi mentor harus memiliki berbagai keterampilan dan kemampuan pribadi antara lain: (1) ability to relate well to learners and build their trust and confidence; (2) ability to model their own expertise in practice and talk about it meaningfully; (3) sensitivity to the novice’s level of capability and ability to match expectations and activities to this level; (4) skills in observing practice and providing helpful guidance; (5) ability to ask questions that raise awareness, explore novice beliefs, predict consequences and explore solutions to problems; (6) ability to allow novices space to learn for themselves when stakes are not too high; (7) ability to encourage novices to “think aloud� and explain their decisions; dan (8) knowledge of qualification requirements and ability to relate guidance and practice to these (e.g. completion of course workbooks, tracking progress).

66


Kemampuan membangun kepercayaan dan keyakinan peserta didik, peka terhadap kemampuan siswa, dan kemampuan dalam mendorong siswa untuk berfikir keras dalam memutuskan sesuatu adalah modal utama dalam menjadi mentor. Pada dasarnya kemampuan seorang pembimbing harus meninjau dan memahami kemampuan siswa PI, karena belum tentu kemampuan seorang siswa memiliki standar minimal kompetensi yang diharapkan. 10. Praktik Industri Perubahan paradigma pendidikan kejuruan diimplementasikan dengan suatu model yang sering disebut Pendidikan Sistem Ganda (PSG). PSG adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan, yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program belajar melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai kemampuan keahlian tertentu (Pakpahan, J., 2002). PSG pada dasarnya mengandung dua prinsip utama, yaitu: (1) Program pendidikan kejuruan pada SMK adalah program bersama (joint program) antara SMK dengan industri/perusahaan pasangannya; dan (2) program pendidikan kejuruan dilakukan di dua tempat, sebagian program yaitu teori dan praktik dasar kejuruan dilaksanakan di SMK, dan sebagaian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keahlian produktif yang diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja (Wardiman Djojonegoro, 1998). Untuk meningkatkan mutu lulusan SMK yang relevan dengan dunia kerja merupakan tugas utama Dikmenjur. Melalui penerapan PSG diharapkan adanya hubungan yang erat antara sekolah dan industri pada berbagai tingkatan, mulai

67


dari industri berskala kecil hingga berskala nasional. Kebutuhan siswa SMK saat ini, harus diarahkan pada kerangka kebutuhan nasional yang lebih luas, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan pekerja yang sudah ada di industri dan memberikan kesempatan kepada orang-orang dewasa untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan khusus maupun yang bersifat umum (Dikmenjur, 1997). Kebutuhan keterampilan kerja, pengetahuan yang berkaitan dengan kejuruan, dan sikap merupakan bagian dari pokok pembelajaran di dalam PSG itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dengan pendekatan PSG bertujuan: (1) menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja; (2) meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan/kecocokan (link and match) antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia kerja; (3) meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesional dengan memanfaatkan sumberdaya pelatihan yang ada di dunia kerja; (4) memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan (Djojonegoro, 1999:75). Pelaksanaan PSG pada SMK memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik itu antara lain: (a) institusi pasangan dan (b) program pendidikan dan pelatihan bersama yang tediri dari: (1) standar kompetensi/keahlian tamatan; (2) standar pendidikan dan pelatihan (materi, waktu, pola pelaksanaan); (3)

68


penilaian dan sertifikasi; (4) kelembagaan; dan (5) nilai tambah dan insentif (Muliati, 2008: 10). Pada perkembangan kurikulum saat ini, PSG lebih dikenal dengan istilah Praktik Industri (PI). PI merupakan bagian dari program sistem ganda (PSG) di SMK, hal ini dapat terbukti dengan kesamaan prinsip diantara keduanya. Praktik Industri merupakan komponen wajib yang harus dipenuhi oleh siswa SMK agar mendapatkan kompetensi yang sesuai. Realisasi dari Pendidikan Sistem Ganda tersebut adalah dilaksanakannya praktik kerja industri. Pelaksanaan dimaksudkan agar program pendidikan atau kurikulum pendidikan di sekolah mengacu pada pencapaian kemampuan professional sesuai dengan tuntutan dunia usaha/industri yaitu memerlukan tenaga kerja yang berkualitas dan ahli di bidang masingmasing. Penyusunan program prakrin bersumber dari kurikulum SMK, yang mengacu pada profil kemampuan tamatan dan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) (Depdikbud, 1995). Adapun manfaat dari praktik industri adalah: a. Meningkatkan sikap kerja yang tinggi b. Memperoleh kompetensi yang tidak di dapatkan di sekolah c. Peserta didik dapat memberikan konstribusi tenaga kerja di perusahaan d. Memberi motivasi dan meningkatkan etos kerja siswa e. Mempererat hubungan kerjasama antara sekolah dengan institusi pasangan f. Memungkinkan untuk industri memberikan bantuan kepada sekolah, misal magang guru, bantuan praktek dan sebagaianya g. Sebagai promosi tamatan SMK.

69


Penempatan DUDI sebagai tempat belajar merupakan cara yang kreatif. Ada beberapa teori belajar yang diterapkan di DUDI, antara lain: Situated Learning dan Work Based Learning (WBL). Situated learning merupakan pusat pembelajaran yang mengedepankan proses pengajaran dengan konten dan fakta, serta proses tugas. Siswa dapat bekerja sama dengan para ahli dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah sehari-hari (Brown, Collins, & Duguid 1989). Situated learning adalah merupakan teori belajar yang mempelajari akuisisi pengetahuan dan keterampilan yang digunakan di dunia kerja (Brown, 1998). Situated learning tidak hanya menekankan pada proses akuisisi, melainkan pada berfikir tingkat tinggi terhadap fakta yang ada di lapangan (Choi, J., & Hannafin, M., 1995). Stein (1998, dalam Pardjono, 2011) mengidentifikasi empat prinsip terkait dengan situated learning, yaitu: (1) belajar adalah berakar pada kegiatan sehari-hari (everyday cognition), (2) pengetahuan diperoleh secara situasional dan transfer berlangsung hanya pada situasi serupa (context), dan belajar marupakan hasil dari proses sosial yang mencakup cara-cara berpikir, memandang sesuatu, pemecahan masalah, dan berinteraksi di samping pengetahuan deklaratif dan procedural, dan (4) belajar merupakan hal yang tidak terpisah dari dunia tindakan tetapi eksis di dalam lingkungan sosial yang sehat dan komplek yang meningkatkan aktor, aksi, dan situasi. Berdasarkan keempat prinsip di atas, prinsip kedua adalah lingkungan yang serupa dengan dunia kerja yang sebenarnya diperlukan oleh sekolah. Lingkungan

70


dunia usaha dan dunia industri adalah lingkungan belajar yang memberikan pengalaman siswa yang mendukung kerja di industri adalah industri sendiri. Sedangkan WBL adalah bentuk pembelajaran kontekstual dimana proses pembelajaran dipusatkan pada tempat kerja dan meliputi program yang terencana dari pelatihan formal dan mentoring, dan pencarian pengalaman kerja yang mendapatkan gaji. WBL merupakan bagian dari pendekatan school to work transition

yang

mana

mencakup

pembelajaran

berbasis

sekolah

dan

menghubungkan aktifitas di dunia kerja (Cunningham, I., Dawes, G., & Bennett, B., 2004: 6). Raelin (2008: 2) menyatakan bahwa, WBL secara ekspresif menggabungkan antara teori dengan praktik, pengetahuan dengan. WBL mengakui bahwa tempat kerja menawarkan kesempatan yang banyak untuk belajar seperti di ruang kelas. Sistem magang merupakan salah satu bentuk WBL. Dalam sistem ini siswa belajar dengan seorang ahli atau maestro melalui pengamatan dan imitasi perilaku dan cara kerjanya dengan intens sehingga bisa mendapatkan pengalaman spesifik. Pengalaman dapat diperoleh oleh seseorang dengan berbekal keterampilan setelah melakukan sesuatu dalam jangka waktu tertentu. Seseorang dapat dikatakan berpengalaman, jika sudah menguasai pengetahuan dan keterampilan tersebut secara relevan dan kompeten dibidang yang diampu. Selama mengikuti program PI tersebut, siswa mendapatkan berbagai pengalaman yang didapatkan. Perolehan pengalaman siswa dari PI sangat sesuai dengan kompetensi yang diampu. Hal ini dikarenakan PI di DUDI yang sesuai dapat meningkatkan

71


kompetensi yang dimilikinya. Dengan demikian, siswa mendapatkan pengalaman di tempat PI sesuai dengan kompetensi dibidang yang diampu. Karyawan membimbing siswa membutuhkan proses yang terus menerus. Ketercapaian kompetensi membutuhkan pekerjaan yang terus menerus melalui pengalaman di lingkungan kerja. Menurut Knemeyer & Murphy (2002, dalam Sariwati Mohd Shariff & Mazanah Muhamad, 2010: 1362) “Students who have gone for industrial or internships reported of significant learning outcomes, their communication skills improved and exhibited significant personal growth�. Siswa mengikuti program magang mendapatkan peningkatan hasil pembelajaran yang signifikan, peningkatan keterampilan komunikasi dan peningkatan personal secara signifikan. Dengan demikian, melalui PI tersebut siswa mengalami peningkatan kompetensi yang signifikan. PI dapat digunakan sebagai tempat belajar pada aspek budaya dan sosial. Proses pembelajaran membutuhkan perpaduan dengan jaringan sosial yang sering diabaikan (Singh, 2009: 352). Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan penerapan kompetensi yang dimiliki. Penerapan kompetensi pada setiap daerah sangat berbeda dengan daerah lain. Oleh karena itu siswa dituntut untuk mempelajari kompetensi pada aspek sosial-budaya ditempat kerja. Budaya kerja dapat digunakan sebagai metode KBM. KBM praktik diarahkan pada kondisi kerja atau produksi di Industri. Prinsip yang digunakan adalah efektif dan efisien secara ketat yang mana hanyahanya dua kondisi hasil kerja, yaitu diterima atau ditolak (Muliati, 2008: 13). Siswa harus berusaha secara maksimal untuk mengikuti budaya kerja tersebut. Dengan demikian siswa dapat

72


melakukan beberapa metode untuk mendapatkan kompetensi tersebut berdasarkan budaya kerja yang ada di DUDI. Proses pembelajaran pada program PI mengarah pada program magang di DUDI. Tahapan pelaksanaan PI terdiri dari lima kegiatan, yaitu: (1) peremcamaan; (2) persiapan; (3) pelaksanaan; (4) evaluasi dan monitoring; dan (5) penarikan siswa dan pemberian sertifikat oleh DUDI. Berikut adalah penjabaran dari kelima kegiatan tersebut: a. Tahapan Perencanaan 1) Mengumpulkan data-data industri yang relevan dengan program keahlian untuk dijadikan tempat PI. 2) Penyiapan lembar kerjasama dan nota kesepahaman dari pihak sekolah untuk disampaikan ke pihak industri. 3) Pihak industri menyatakan kesanggupan dan kesiapan penyelenggaraan PI ditandai dengan surat kesediaan. 4) Sekolah menyiapkan data siswa beserta pembimbing sekolah untuk ditempatkan di industri. b. Tahapan Persiapan Sekolah mengadakan pembekalan terkait kegiatan PI dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan terkait kondisi di industri. Pada tahapan ini perwakilan industri menyampaikan materi terkait teknis pelaksanaan dan hal-hal yang harus disiapkan oleh siswa. Perwakilan pihak sekolah menyampaikan etika dan tata tertib dalam mengikuti kegiatan PI, cara mengisi jurnal kegiatan, dan menyusun

73


laporan PI. Sekolah menyiapkan surat tugas kepada guru pendamping agar lancar dalam menjalankan tugas monitoring kegiatan PI di Industri. c. Tahapan Pelaksanaan Pada tahapan ini, sekolah memberangkatkan siswa ke industri. Pembimbing dari sekolah mendampingi siswa untuk menyerahkannya ke pihak industri. Berdasarkan observasi di SMKN 2 Pengasih, kegiatan ini dilakukan dengan dibagi menjadi dua periode, yaitu: pada tahap awal dilaksanakan pada bulan Juli sampai September dan pada bulan Oktober sampai Desember. Masing-masing periode dilakukan pada separuh dari jumlah siswa dalam satu kelas, sehingga selama masa PI tahap pertama, siswa yang belum melaksanakan PI dapat mengikuti KBM di sekolah. d. Evaluasi dan Monitoring Pada tahapa evaluasi dan monitoring, guru pembimbing melakukan kunjungan ke industri untuk mengetahui kondisi, kesulitan, kendala yang dihadapi, etika, dan kompetensi siswa di industri. Apabila terdapat permasalahan antara siswa dengan pihak industri, maka tugas guru pembimbing adalah memberikan atau mencari solusi agar permasalahan tersebut segera terselesaikan. e. Penarikan dan Pembagian Sertifikat Pada tahapan ini merupakan akhir pelaksanaan PI di industri. Siswa ditarik dari industri setelah mengikuti kegiatan selama 3 bulan. Pihak industri memberikan nilai dan sertifikat kepada sekolah sebagai tanda bahwa siswa telah mengikuti kegiatan Pi di industri tersebut. Nilai digunakan oleh sekolah sebagai

74


acuan pengukuran pencapaian kompetensi siswa selama mengikuti program PI, serta sebagai evaluasi terkait pelaksanaan PI. Sertifikat yang di berikan oleh industri dapat membantu siswa untuk melamar pekerjaan setelah lulus dari sekolah. Siswa membuat jurnal kegiatan (student diary) bertujuan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan saat pelaksanakan praktik kerja di DUDI. Jurnal tersebut dapat diisi setiap hari, setiap akhir tahap pekerjaan, atau setiap akhir pekerjaan. Dengan demikian, aktivitas siswa dapat terkontrol dengan baik oleh pembimbing industri maupun sekolah. B. Kajian Penelitian yang Relevan Artikel Sariwati Mohd Shariff & Mazanah Muhamad (2010) dalam World Applied Sciences Journal yang berjudul “Learning in an Industrial Practicum Training Program: A Case Study in a Public University in Malaysia�. Studi kasus tersebut membahas berkaitan dengan proses dan hasil belajar berdasarkan perspektif mahasiswa setelah melakukan praktik di industri. Mahasiswa menaruh harapan tinggi dari praktikum dan termotivasi berkaitan dengan hal-hal baru. Mahasiswa mempelajari pengatahuan dan keterampilan baru serta dapat diaplikasikan kedalam situasi kehidupan nyata. Dalam kegiatan training di industri, mahasiswa dituntut untuk siap menerima ilmu baru dan mampu mengatasi situasi yang dihadapinya. Pada tahapan awal, kegiatan mahasiswa tergantung pada pembimbing atau fasilitator dan membutuhkan pendampingan. Walaupun pada kenyataannya ketika mahasiswa menyesuaikan dengan budaya kerja dan terlibat dalam industri, maka

75


mahasiswa yang mengatur pola belajar dan pembimbing hanya memonitor kegiatan tersebut. Proses yang dilakukan mahasiswa saat mengikuti training di industri yaitu: observasi, melakukan aktifitas untuk menjalankan tugas, problem solving, mempelajari sosial dalam lingkungan kerja, pengembangan diri, pengalaman belajar, memberikan umpan balik atau feedback, dan mendemonstrasikan hasil yang sudah dicapai. Pembelajaran dan training di Industri sangat efektif bagi mahasiswa. Selain itu program tersebut membutuhkan kolaborasi antara institusi (Universitas) dengan industri untuk mempersiapkan mahasiswa untuk bersaing di dunia global. Norina Ahmad Jamil, Sariwati M Shariff, & Zurah Abu (2013) dalam proceeding dengan judul “Students’ practicum performance of industrial internship program�. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa umpan balik industri pada kinerja praktikum mahasiswa dan hasil pembelajaran yang diperolah melalui program magang di industri. Terdapat 623 laporan evaluasi industri yang didapatkan dari berbagai industri yang dianalisis. Penelitian ini fokus pada: hasil kognitif dan hasil pengembangan keterampilan siswa setelah menyelesaikan praktikum selama 20 minggu. Hasil penelitian menunjukkan siswa telah memperoleh pengetahuan terkait arti bekerja, dapat menunjukkan keterampilan yang baik dengan sikap yang tepat di industri. Secara keseluruhan praktik di industri sangat menguntungkan, karena sebelum praktik dimulai dari briefing, kurikulum yang dikembangkan oleh

76


fakultas memiliki dampak positif terhadap siswa yang diajarkan sebelum masuk ke industri. Yuneldi Miswardi & Pardjono (2013) dalam Jurnal Pendidikan Vokasi UNY dengan judul “Proses dan hasil belajar pada prakerind bidang keahlian kendaraan ringan: studi kasus pada industri pasangan SMKN 3 Yogyakarta�. Pada waktu peserta prakerind sampai di tempat prakerind, mereka kemudian diberi pengarahan dan ditempatkan pada bagian tertentu dan berfungsi membantu atau penanggung jawab suatu pekerjaan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa untuk pertama kali peserta prakerind masuk bengkel mereka diberi status sebagai helper. Arti kata helper adalah pembantu di bengkel kendaraan ringan yang mempunyai tugas utama membantu mekanik yang ada. Pengaturan belajar siswa di tempat kerja dengan membatasi jumlah siswa dalam pekerjaan dan menjadikan siswa sebagai helper mekanik secara tidak langsung

hanya

untuk

memudahkan

pihak

DUDI

dalam

melakukan

pembimbingan dan pengawasan terhadap siswa prakerind. Motivasi DUDI menerima siswa prakerind merupakan salah satu indikator terlaksananya prakerind dengan efektif. Motivasi DUDI tersebut antara lain: (1) kepedulian pada penyiapan tenaga kerja tingkat menengah oleh SMK (2) kebutuhan akan tenaga kerja jangka pendek. Belajar melalui pekerjaan dengan mengikuti mekanik. Peran mekanik sebagai instruktur/pembimbing dalam proses belajar siswa di DUDI antara lain: (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pekerjaan secara langsung dengan bimbingan dan pengawasan; (2) memberikan penilaian terhadap

77


kinerja siswa (apakah siswa akan diberikan kepercayaan untuk bekerja mandiri atau tidak). Pada umumnya pekerjaan yang dilakukan siswa di tempat kerja sesuai dengan kompetensi di sekolah yang tertuang dalam kurikulum kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan. Artinya terdapat korelasi antara kompetensi yang diajarkan di sekolah dengan jenis pekerjaan di tempat kerja. Cara siswa mendapatkan kompetensi di tempat kerja: (1) berkomunikasi dan bersosialisasi dengan seluruh mekanik yang ada di bengkel; (2) rajin dan ulet bekerja; (3) memiliki inisiatif dan aktif dalam bekerja. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa di tempat kerja: (1) Secara umum siswa memiliki pengetahuan tentang dunia kerja bengkel otomotif dan pengalaman kerja pada pekerjaan yang sesungguhnya; (2) kategori kompetensi siswa yang diperoleh dalam prakerind untuk kategori bengkel besar dan kecil adalah kategori specialist, sedangkan untuk kategori bengkel menengah masih dalam kategori orang yang belum berpengalaman; (3) membentuk sikap siswa sesuai dengan budaya kerja di DUDI yaitu kerja keras dan peduli mutu. Suwarman & Pardjono (2014) dalam jurnal Pendidikan Vokasi UNY yang berjudul “Pengelolaan praktik kerja industri pada Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Se-Kabupaten Kulon Progo�. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) evaluasi pembelajaran; (4) evaluasi program; dan (5) manfaat dari praktik kerja industri. Jenis penelitian yang dilakukan adalah menggunakan survey. Peneliti tersebut menentukan sampel penelitian berdasarkan tabel Isaac dan Michael dengan taraf signifikansi 5%.

78


Hasil penelitian menunjukkan bahwa, aspek perencanaan masuk dalam kategori sangat tinggi dengan skor 89,74 Aspek pelaksanaan menurut persepsi siswa, guru pembimbing dan pembimbing industri, masuk dalam kategori tinggi dengan skor masing-masing 320, 41,43 dan 48,7. Menurut persepsi siswa 19% guru pembimbing kurang dalam melakukan monitoring. Sebagian industri (47%) tidak pernah memberikan masukan pada sekolah. Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh semua industri. Pada aspek manfaat, siswa merasakan manfaat yang sangat besar dengan skor 340,16, sekolah merasakan manfaat yang besar dengan skor 8,88, dan industri merasakan manfaat yang besar dengan skor 57,5. Yulianto & Budi Sutrisno. (2014) dalam Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial yang berjudul “Pengelolaan kerjasama sekolah dengan dunia usaha/dunia industri (studi situs SMK Negeri 2 Kendal)�. Hasil penelitian ini yaitu: pertama, Pemberdayaan potensi sekolah dalm mendukung kerjasama dengan Du/Di. Pemberdayaan potensi sekolah berupa guru, siswa dan alumni belum optimal, masih ada warga sekolah yang belum memahami dalam implementasi SMM ISO, sebagian siswa kurang motivasinya untuk bekerja dan alumninya belum terorganisir dengan baik. Strategi dan tindakan pemberdayaan untuk mendukung kerjasama dengan Du/Di dilakukan melalui pelaksanaan program kerja sekolah dan program bidang kehumasan. Kedua, Pelaksanaan kerjasama SMKN 2 Kendal dengan Du/Di. Pelaksanaan kerjasama dibuatkan MoU, isinya sesuai bidang kerjasama yang disepakati antara lain validasi kurikulum, kunjungan industri, guru tamu, prakerin, uji kompetensi kejuruan (UKK), OJT guru, bantuan peralatan praktek dan beasiswa dari industri, unit produksi dan recrutment/penempatan tamatan. Unit

79


Produksi sekolah sudah berjalan di masing – masing kompetensi keahlian, tapi belum maksimal. Kokom Komariah (2013) dalam disertasi yang berjudul “Pengembangan model pembelajaran pengelohan makanan dalam konteks work-based learning di industri hotel bagi mahasiswa Program Diploma III�. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: pertama, model pembelajaran pengolahan makanan yang sekarang dilaksanakan di industri didasarkan pada pendekatan on site approach, yaitu memberikan kegiatan dengan situasi belajar nyata di lapangan kerja dengan prosedur perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kedua, komponen yang dijadikan landasan dalam mengembangan model tersebut adalah komponen filosofis eksistensialisme dan essensialisme, komponen teoretis kognitif dan humanis, komponen metodologis experience learning, learning by doing, situated learning dan modeling, serta komponen classroom practice. Ketiga, kompetensi yang dapat dilatih di industri dalam bidang pengolahan makanan meliputi: (a) mengetahui karakteristik menu; (b) menerapkan prosedur keselamatan dan keamanan di tempat kerja; (c) melaksanakan “mise en place�; (d) menggunakan alat dan obat atau bahan pembersih; (e) menggunakan peralatan memasak secara tepat; (f) menggunakan teknik dasar pengelolaan; dan (g) melakuakn pemorsian, penyajian dengan tepat dan menarik. Keempat,

terjadinya

proses

work-based

learning,

karena

adanya

pemodelan, situated learning, experience learning, dan learning bt doing atau terjadinya interaksi satu sama atau lebih dari 12 indikator, meliputi: (a) melibatkan diri secara serius; (b) melakukan aktivitas yang relevan; (c) adanya

80


upaya penyesuaian diri dengan lingkungan kerja; (d) adanya interaksi dengan instruktur; (e) adanya interaksi dengan alat-alat kerja secara khusus; (f) adanya interaksi dengan bahan/material; (g) bekerja sesuai dengan prosedur kerja; (h) melakukan hal-hal baru; (i) siap mengulang pekerjaan yang sama; (j) dapat bekerja sebagai anggota kelompok; (k) dapat bekerja secara individu; dan (l) berperilaku sesuai dengan contoh. Kelima, intensitas waktu yang digunakan selama melaksanakan PM-WBL melalui interaksi 12 indikator dan melalui 3 N KHD, yaitu nitĂŠni, nirokkĂŠ, dan nambahi dari Ki Hadjar Dewantara. Budi Tri Siswanto (2012) dalam jurnal Pendidikan Vokasi UNY yang berjudul “Model penyelenggaraan work-based learning pada pendidikan vokasi Diploma

III

Otomotif�.

Penelitian

bertujuan:

(1)

menemukan

model

penyelenggaraan work-based learning pada pendidikan vokasi program Diploma III Otomotif yang dapat meningkatkan kualitas hasil belajar; (2) mengetahui luaran penyelenggaraan work-based learning dengan model yang dikembangkan. Penelitian R&D dan eksperimen ini dilaksanakan di beberapa pusdiklat/training center berbagai APM (Agen Pemegang Merek) Otomotif di Jakarta, Karawang, Tangerang, dan Bekasi. Populasi penelitian: seluruh mahasiswa Diploma III program studi Teknik Otomotif yang melaksanakan program pengalaman lapangan/praktik industri di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Dua kelompok mahasiswa sebagai sampel penelitian berjumlah 100 mahasiswa ditentukan dengan teknik purposive sampling yang meliputi 3 PTN dan 3 PTS di DIY dan Jawa Tengah. Eksperimen dilaksanakan dengan rancangan faktorial 2 x 1. Validasi isi dilakukan dengan expert judgement dan analisis faktor

81


dan reliabilitas butir dengan formula Alpha Cronbach dan KR-20. Data dianalisis dengan analisis deskriptif, korelasi, regresi, jalur, uji-t dengan bantuan program SPSS.17 dan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program LISREL 8.80, taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) model WBL Rolling Terpadu cocok digunakan dalam penyelenggaraan program work-based learning Diploma III Otomotif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar; (2) luaran (output) dari model WBL Rolling Terpadu yaitu: pengetahuan mekanik otomotif, sikap profesional, kesiapan mental kerja, dan kemandirian mahasiswa pada kelas model lebih tinggi secara signifikan dibanding kelas konvensional. Bambang Sugestiyadi (2012) dalam disertasi yang berjudul “Model magang siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) bidang teknik furniture di Jawa Tengah�. Studi kasus pada penelitian ini membahas berkaitan dengan: (1) model kurikulum dan silabus kolaborasi antara DUDI dan SMK; (2) model PBM untuk membentuk kompetensi siswa SMK; (3) model penilaian dan pengukuran hasil magang industri siswa SMK; (4) model penilaian dan pengembangan guru magang industri siswa SMK; (5) model layanan prima dalam magang industri siswa SMK; dan (6) model pengembangan komunitas pembelajaran (learning community). Bambang Sugestiyadi (2012: 274) melakukan penelitian di SMK PIKA Semarang dan industri PIKA Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan November 2010 sampai April 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) partisipatif atau terlibat langsung dilokasi penelitian; (2) observasi; (3)

82


wawancara yang mendalam; dan (4) analisis dokumen. Teknik analisis data yang dilakukan menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian berkaitan dengan model magang siswa SMK (Bambang Sugestiyadi, 2012: 478), diperoleh beberapa simpulan penting yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Pertama, model kurikulum kolaborasi, dilakukan dengan modifikasi dalam silabus dan RPP yang merupakan kolaborasi antara Kurikulum Nasional, DUDI, dan Kurikulum PIKA Semarang. Hal itu dibuktikan dengan proses produksi di industri furniture dan proses QC industri furniture di PIKA Semarang. Implementasi proses dilakukan di sekolah dan di industri pada magang industri di unit produksi dan teaching factory di PIKA Semarang. Kedua, model PBM untuk membentuk kompetensi siswa SMK dilaksanakan seperti sekolah kejuruan di Jerman. Proses pembelajaran merupakan proses kolaborasi dengan DUDI. Materi pembelajaran dan pelatihan diberikan secara bertahap untuk mendukung kompetensi kunci pada setiap jenjang/level kelas. Sukarnati (2011) dalam disertasi yang berjudul “Pengembangan model manajemen praktik kerja industri di sekolah menengah kejuruan�. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Lokasi penelitian ini melibatkan 5 pakar pendidikan kejuruan dan 30 praktisi dari empat SMKN di Malang.

83


Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa hal penting (Sukarnati, 2011: 221). pertama, manajemen prakerin di SMK yang berlaku saat ini meliputi: (a) kegiatan perencanaan meliputi pencarian tempat prakerin, penyiapan administrasi, pembimbingan, dan evaluasi; (b) pelaksanaan prakerin yang belum ada kaitannya dengan pembelajaran di sekolah; (c) evaluasi hasil belajar prakerin dilakukan oleh instruktor yang belum diketahui kependidikannya; (d) belum ada pelaporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan prakerin, serta upaya-upaya peningkatan pelaksanaan prakerin yang lebih baik. Kedua, hambatan yang dihadapi pada kegiatan prakerin yaitu: (a) belum ada keterkaitan antara program di industri dengan program di skeolah; (b) penyelenggaraan prakerin belum secara tepat memahami makna konsep prakerin serta konsep penerapannya; dan (c) program prakerin belum memperoleh dukungan secara maksimal dari industri , karena kehadiran siswa prakerin masih dinilai berdasarkan kebermanfaatannya dalam waktu pendek. Ketiga, pelaksanaan prakerin melalui proses belajar dilaksanakan di skolah dan di industri merupakan upaya pengaitan kedua program. Pengembangan model manajemen prakerin dinamakan manajemen prakerin terpadu di SMK. Keempat, dalam uji ahli yang dikenakan kepada 35 orang pakar pendidikan kejuruan dan para praktisi di SMK diketahui bahwa manajemen prakerin terpadu mempunyai tingkat kelayakan sebesar 87,96 %. Muliati (2008) yang berjudul “Evaluasi pendidikan sistem ganda (Suatu penelitian evaluatif berdasarkan Stake’s countenance model mengenai program pendidikan sistem ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007))�.

84


Kebijakan link and match merupakan penjabaran dari amanat Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 yang pada dasarnya berlaku untuk seluruh jenis dan jenjang pendidikan khususnya pada Pendidikan Menengah Kejuruan. Kebijakan ini telah dioperasikan dalam wujud nyata berupa pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk merealisasi program tersebut, maka pada tanggal 28 April 1994, Prof Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, selaku konseptor “link and match� menandatangani suatu Perjanjian Kerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) sebagai representasi dunia usaha nasional. Pada saat inilah dimulainya kegiatan “link and match� secara formal (Wardiman Djojonegoro: 1999). Tujuan program ini adalah untuk menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan di dunia kerja, meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesional dengan memanfaatkan sumberdaya pelatihan yang ada didunia kerja dan memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan (Wardiman Djojonegoro: 1999).

85


C. Pertanyaan Penelitian 1. Kompetensi apa saja yang dibutuhkan DUDI untuk menerima siswa PI? 2. Bagaimana kegiatan siswa saat PI? 3. Bagaimana pola pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing PI? 4. Bagaimana cara mendapatkan kompetensi saat praktik? 5. Kompetensi apa saja yang didapat setelah PI? 6. Bagaimana bentuk evaluasi untuk mengukur peningkatan kompetensi siswa?

86


BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menelaah proses perolehan kompetensi dalam program Praktik Industri pada bidang keahlian TIK. Dalam rangka memperoleh hasil penelitian dengan gambaran serta penjelasan yang mendalam maka memilih menggunakan pendekatan kualitatif. Secara spesifik, penelitian ini menggunakan kajian studi kasus untuk memahami dan mendeskripsikan proses perolehan kompetensi yang dilakukan siswa saat PI. Penelitian studi kasus cocok digunakan untuk menyelidiki proses perolehan kompetensi TIK saat PI dan berusaha menemukan makna dari individu maupun situasi tersebut. Penelitian studi kasus merupakan penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi (Emzir, 2010: 20). Dengan demikian pemilihan pendekatan studi kasus dalam penelitian kualitatif ini sangat tepat untuk mengungkap proses perolehan kompetensi TIK saat PI. Penelitian pada proses perolehan kompetensi TIK di beberapa industri tempat pelaksanaan PI, karena terdapat keunikan-keunikan tertentu di Industri tersebut. Sehingga dalam penelitian akan berusaha mendalami bagaimana kasus tersebut. Dengan demikian untuk dapat mendeskripsikan kasus yang ada pada

87


industri tempat pelaksanaan PI, maka diperlukan penelitian yang mendalam tanpa ada perlakuan tertentu agar terjaga kealamiahan (naturalistik). B. Setting Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMKN 2 Pengasih yang beralamat di jalan KRT. Kertodiningrat, Pengasih, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain di SMKN 2 Pengasih, penelitian dilakukan di PT. Jaringan Multimedia Indonesia (PT. JMI) sebagai industri pasangan SMKN 2 Pengasih. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena merupakan salah satu sekolah rujukan yang ditunjuk oleh Ditmenjur, Kemendikbud. Siswa SMKN 2 Pengasih memiliki kompetensi yang mumpuni dan masih natural. Hal ini disebabkan karena belum banyak peneliti masuk didaerah Kulon Progo, khususnya SMKN 2 Pengasih. PT. JMI merupakan salah satu industri swasta yang bergerak di sektor Internet Service Provider (ISP) yang dibutuhkan oleh lulusan TKJ. Selain itu PT JMI melakukan penerimaan dan pelatihan siswa PI atau magang. PT JMI berdiri sejak 2012 dan tergolong industri baru. Alasan memilih lokasi ini yaitu: 1. Pelanggan PT JMI adalah masyarakat umum, sehingga permasalahan yang dihadapi siswa praktik sangat komplek dan berbeda-beda. Hal ini menjadikan pengetahuan baru untuk siswa terkait bagaimana penanganan kasus pada beberapa pelanggan. Berbeda dengan ISP lain, khususnya yang bergerak di sektor kampus. Rata-rata pelanggan ISP tersebut adalah kampus itu sendiri. Sehingga pekerjaan yang dihadapi siswa cenderung monoton apabila PI di ISP universitas.

88


2. Merupakan salah satu industri ISP swasta dan tergolong baru. Keunikan dari industri ini adalah pemimpin PT JMI pernah bekerja di salah satu ISP besar di Yogyakarta dan dalam waktu 2 tahun sudah memiliki pasar yang banyak. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa mendeskripsikan bagaimana bentuk proses perolehan kompetensi siswa di dalam dunia industri, khususnya industri baru di PT JMI. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu terhitung bulan Oktober 2014 sampai bulan Maret 2015 dengan cara peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan informan (subjek penelitian), menentukan responden, membangkitkan data, menganalisis data, dan yang terakhir adalah menulis laporan penelitian. C. Unit Analisis Unit analisis pada penelitian ini adalah proses perolehan kompetensi TIK dalam program PI di PT JMI. Penentuan unit analisis didasarkan pada pertimbangan obyektif untuk mengungkap proses perolehan kompetensi TIK dalam program PI di PT JMI. D. Sumber Data Pemilihan sumber data perlu diketahui agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan ketidaksesuaian dengan tujuan penelitian. Sumber data pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui informan,

89


sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Penarikan informan dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling (Sugiyono, 2014: 53). Salah satu teknik nonprobability sampling adalah snowball sampling (Sugiyono, 2014: 53). Informan ditentukan atas pertimbangan tujuan penelitian dengan kriteria jaringan informan. Penambahan sampel dihentikan apabila data sudah jenuh. Informan lama maupun baru tidak memberikan data yang baru lagi. Pada keadaan ini proses penelitian dihentikan karena tuntasnya perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada (Sugiyono, 2014:57). Dengan demikian, pemilihan informan diharapkan benarbenar menguasai topik atau situasi yang diteliti. Informan pada penelitian ini yaitu: 1. Pimpinan atau pemilik DUDI. 2. Pembimbing siswa dari DUDI. 3. Pembimbing siswa dari Sekolah. 4. Siswa Kelas XII SMKN 2 Pengasih. E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pra penelitian, proses penelitian, dan pasca penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik: (1) observasi; (2) wawancara mendalam (in-depth interview); dan (3) analisis dokumen dari sumber-sumber data yang terkait dengan pertanyaan penelitian. Dalam proses pengumpulan data tersebut dilakukan secara alami (nature) sebagai bagian dari proses perolehan kompetensi pada PI.

90


Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh keterangan-keterangan yang valid sesuai dengan keadaan yang sebenarnya secara langsung melalui informan sebagai narasumber. Melalui wawancara mendalam, maka dapat mengetahui keadaan di lapangan dan tentang pribadi informan. Disamping itu teknik wawancara tersebut meliputi tatap muka yang terjadi antar pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interview) akan mampu mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepeduluan dan lain-lain. Data dikontruksi melalui interaksi dialogis dengan informan dan direkan menggunakan perangkat digital. Prosedur perencanaan dan persiapan interview dikembangkan menggunakan model Mason (2002: 72) seperti gambar 6:

Gambar 6. Prosedur perencanaan dan persiapan untuk wawancara mendalam (Sumber: Mason, 2002: 72) Pertanyaan pokok dari penelitian (big research questions) adalah bagaimanakah proses perolehan kompetensi dalam Praktik Industri pada Bidang Keahlian TIK ditetapkan pada step 1. Pada step 2 diturunkan menjadi 6 pertanyaan, yaitu: (1) Kompetensi apa saja yang dibutuhkan DUDI untuk menerima siswa PI; (2) Bagaimana kegiatan siswa saat PI; (3) Bagaimana pola pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing PI; (4) Bagaimana cara

91


mendapatkan kompetensi saat praktik; (5) Bagaimana bentuk evaluasi untuk mengukur peningkatan kompetensi siswa; dan (6) Kompetensi apa saja yang didapat setelah PI. Pada step 3 dilakukan pengembangan terkait isu yang relevan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pada step 4 dilakukan pengecekan silang untuk mengetahui topik-topik interview dan pertanyaan interview terhadap keseluruhan permasalahan penelitian. Hal ini dapat membantu menjawab pertanyaan penelitian. Pada step 5 mengembangkan struktur interview termasuk standardisasi pertanyaan interview. Sedangkan langkah terakhir pada step 7 yaitu melakukan pengecekan silang antara struktur atau format, pertanyaan-pertanyaan standar dengan topik-topik interview. Topik-topik interview berfungsi untuk menjembatani dalam menajwab pertanyaan penelitian. Peneliti menggunakan topik sebagai acuan agar pertanyaan penelitian dapat terjawab secara sistematis. Topik-topik interview pada pertanyaan penelitian, antara lain: (1) Bidang kegiatan tempat PI; (2) Kompetensi yang dibutuhkan (basic competence); (3) Penguatan Kompetensi yang dimiliki; (4) Orientasi awal masuk PI; (5) Penerapan kompetensi yang didapat dari sekolah di tempat PI; (6) Perlakuan terhadap siswa PI; (7) Cara melaksanakan tugas yang diberikan; (8) Pengalaman dari Pembimbing; (9) Mekanisme evaluasi PI; (10) Hasil yang dicapai; (11) Tingkatan soal dan kemampuan dalam mengerjakan; dan (12) Penguasaan kompetensi siswa PI. Dalam melakukan interview harus (1) masuk akal atau bermakna; (2) terkait dengan keadaan informan, pengalaman, berdasarkan apa yang siap unyuk diketahui dari mereka; (3) peka terhadap informan, keinginan dan hak-haknya

92


sesuai dengan etika dan praktek moral; (4) mengalir sebagai percakapan penuh tujuan; (5) fokus terhadap isu-isu dan topik-topik yang relevan dengan pertanyaan penelitian. Untuk menjaga keutuhan percakapan, maka dilakukan perekaman menggunakan

alat

perekam

digital.

Dalam

melakukan

interview

juga

mempertimbangkan mood informan, isyarat verbal dan non-verbal informan, dinamika sosial dan spasial, serta keseimbangan dalam berbicara dan mendengar. Observasi partisipatif dilakukan di PT. JMI sebagai tempat pelaksanaan PI. Observasi mencakup interaksi, lingkungan kerja, social actions, partisipasi atau perilaku siswa. Sedangkan fokus observasi di industri berhubungan dengan pelaksanan, pembimbingan, proses mengerjakan pekerjaan, tugas yang diberikan, kegiatan yang dilakukan siswa, sarana, prasarana, regulasi, administrasi, organisasi, humas, pengembangan diri, peraturan yang diterapkan di industri, proses bimbingan dan controling yang dilakukan oleh pembimbing, dan interaksi sosial antara siswa dengan warga industri (karyawan, manajemen, dan pimpinan). Data-data observasi didokumentasikan dalam bentuk rekam foto menggunakan kamera digital dan catatan dalam bentuk fieldnote. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati aktifitas yang dilakukan oleh siswa, karyawan, pembimbing, pimpinan dengan mendengarkan, mencatat, merekam, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka (Sugiyono, 2014: 65). Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipasi pasif, yaitu datang di tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian, sedangkan

93


obyek observasi terdiri dari tiga komponen, yaitu PT JMI, informan, dan aktivitas yang dilakukan. Instrumen interview dan observasi menggunakan audio atau video recording, kamera foto, Daftar pertanyaan, buku catatan lapangan (fieldnotes), dan notebook. Setelah melakukan observasi dan atau interview, peneliti membuat catatan perekaman. Catatan dibuat dalam dua kolom, yaitu: (1) catatan deskriptif dan (2) catatan reflektif (Putu Sudira, 2011: 135). Catatan deskriptif menyajikan rincian kejadian, kutipan pernyataan informan dengan deskripsi sesuai dialog, kejadian khusus, gambaran aktivitas, kondisi peneliti sebagai interviewer. Sedangkan catatan reflektif berisi kerangka pikiran, ide, dan perhatian peneliti yang memuat hubungan berbagai data, ide tambahan, pemikiran sebagai memo analitik. Analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen sekolah, meliputi silabus, nota kesepahaman antara sekolah dengan industri, dokumen data siswa, dokumen data tempat industri, laporan kegiatan harian siswa saat PI, laporan praktik industri siswa, dan nilai kompetensi siswa. Analisis dokumen diarahkan untuk memilih lokasi PI dan siswa yang akan dijadikan informan. Data-data tersebut dapat mendukung pemilihan lokasi dan siswa yang tepat sesuai dengan pertanyaan penelitian. F. Keabsahan Data Keabsahan data penelitian kualitatif dapat dipertanyakan dari bagaimana peneliti mengubah data menjadi bukti yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan bagaimana peneliti akan dapat menunjukkan bukti-bukti

94


yang dimiliki itu bermakna dengan argumen penelitian yang kuat dan meyakinkan (Mason, 2002). Di bidang penelitian kualitatif dapat ditinjau dari tiga aspek yang saling terkait, yaitu: (a) validitas internal, yang menggambarkan hubungan antara temuan studi dan keyakinan tentang realitas; (b) validitas eksternal, yang menjelaskan sejauh mana temuan ini dapat diterapkan pada situasi lain; dan (c) reabilitas yaitu sejauh mana temuan yang sama dapat ditemukan lagi. Menurut O’Reilly (2005), dalam Putu Sudira (2011) validitas dapat dicek dengan tiga cara yaitu: (1) menggunakan internal triangulation yakni memunculkan data yang sama dari orang yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda; (2) dengan external triangulation atau membandingkan laporan dari berbagai informan; (3) dengan membandingkan laporan dengan observasi itu sendiri. Mengacu kepada pendapat Mason (2002) dan O’Reilly (2005), dalam Putu Sudira (2011), keabsahan data dalam penelitian ini dinyatakan dengan penjelasan tahapan tahapan situasi kerja pada saat pengambilan data di lapangan dengan berbagai bukti-bukti temuan berupa rekaman suara, gambar dan suara, foto, kondisi riil lapangan sebagai phenomena atau realita sosial yang alami. Validitas data dicek menggunakan teknik validitas internal dan external triangulation. G. Analisis Data Analisis data dilakukan dalam dua kategori yaitu: analisis data selama di lapangan dan analisis data sesudah meninggalkan lapangan. Analisis data selama di lapangan diarahkan kepada peningkatan fokus penelitian, melakukan telaah tata

95


pikir logik, pengembangan secara terus menerus pertanyaan analitik, melakukan refleksi terhadap data yang terkumpul, membaca kepustakaan yang relevan selama di lapangan dan dilanjutkan dengan mencari pemaknaan. Analisis sesudah meninggalkan lapangan dilakukan dengan membuat kategori masalah/temuan dan ditelaah menggunakan tata pikir induktif yaitu pola pikir yang berasal dari empiri kemudian mencari abstraksi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan model alir, yaitu analisis yang dilakukan secara bersamaan pada setiap tahapan observasi dan wawancara. Peneliti melakukan kegiatan analisis secara bersamaan dalam reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan pada setiap observasi dan wawancara. Peneliti melakukan pengumpulan data, kemudian reduksi data untuk dianalisis dalam bentuk organisasi, dan menyusun data menjadi informai yang mengarah pada simpulan penelitian. Berikut adalah komponen-komponen analisis data model alir seperti gambar 7.

Gambar 7. Komponen-komponen analisis data: Model Alir (Sumber: Miles, M.B., & Huberman, A.M., dalam Tjetjep Rohendi Rohidi, 2014:18) 96


Pada tahapan penarikan kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna yang muncul dari data memerlukan pengujian untuk menguji kebenaran dan kecocokan. Peneliti menggunakan model interaktif untuk menggali data secara terus menerus, berlanjut, dan berulang-ulang. Dengan demikian analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus, berlanjut, dan berulangulang sampai menghasilkan kejenuhan data. Berikut adalah analisis data menggunakan model interaktif seperti Gambar 8.

Gambar 8. Komponen-komponen analisis data: Model Interaktif (Sumber: Miles, M.B., Huberman, A.M., & Salda単a, J., 2014:10) Berikut adalah penjabaran analisis data model interaktif yang dikemukakan oleh Miles, M.B., Huberman, A.M., & Salda単a, J. 1. Data Collection (Pengumpulan Data) Pengumpulan data dilakukan melalui interview, observasi partisipatif, dan analisis dokumen terhadap informan. Data-data yang sudah terkumpul tersebut disajikan dalam bentuk fieldnotes agar dapat di lakukan tahapan selanjutnya.

97


Peneliti mengumpulkan data-data yang terkait dengan penelitian dan harus sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah dirancang agar tidak terlalu luas cakupan dalam pengumpulan data. 2. Data Condensation Data-data yang sudah terkumpul melalui interview, observasi partisipatif, dan analisis dokumen kemudian disajikan dalam bentuk fieldnotes. Masingmasing baris data kemudian diberi kode dan catatan-catatan keterkaitannya dengan masing-masing pertanyaan penelitian. Ada enam pertanyaan penelitian dengan kode Q1, Q2, Q3, Q4, Q5, dan Q6 yang menunjukkan kode untuk pertanyaan penelitian pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Kodekode yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan pertanyaan atau questions (Q) dan topik (T). Misalnya Q-1-T-01 adalah kode pertanyaan penelitian nomor 1 topik pertama. Proses pengkodeean melalui fieldnotes merupakan tahapan data condentation. Menurut Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldaña, J. (2014:8) “Data condensation is a form of analysis that sharpens, sorts, focuses, discards, and organizes data in such a way that “final” conclusions can be drawn and verified”. Data condensation merupakan suatu bentuk analisis untuk mempertajam, mengurutkan, fokus, membuang, dan mengatur data sedemikian rupa agar dapat ditarik kesimpulan final dan diverifikasi. Data

condensation

mengacu

pada

proses

memilih,

fokus,

menyederhanakan, pengabstrakan data hasil wawancara, dokumen dan analisis dokumen. Melalui data condensation tersebut data yang dihasilkan lebih kuat. Data condensation merupakan pengembangan data reduction pada edisi

98


sebelumnya, namun pada edisi 3 Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldaña, J. menggunakan istilah data condensation. Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldaña, J. (2014:8) “we stay away from data reduction as a term because that implies we’re weakening or losing something in the process”. Reduksi data ditinggalkan sebagai istilah karena terdapat sesuatu yang hilang atau lemah dalam proses. Data kualitatif dapat berubah melalui beberapa cara, antara lain: melalui seleksi, melalui ringkasan, memasukkan dalam pola yang lebih besar, dll. 3. Data Display (Penyajian Data) Tahapan berikutnya pada aktivitas analisis adalah penyajian data. Pada tahapan ini dilakukan mengorganisasian data dan menyusun informasi agar dapat ditarik sebuah kesimpulan untuk menggambarkan keadaan. Melalui penyajian data tersebut dapat membantu memahami sesuatu yang terjadi dan yang dilakukan di tempat penelitian. Tahapan penyajian data ini hanya sebatas penyusunan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada tahapan ini terdapat data yang disajikan menggunakan kode. Contoh kode pada penyajian data adalah DS, L.03, W.01, B.16. Penjelasan kode tersebut yaitu: DS menunjuk Inisial informan berada pada lampiran 3; wawancara ke-1; dan pada butir 16. Penyajian data yang baik merupakan cara utama bagi analisis kualitatif agar valid. Informasi yang digabungkan harus tersusun dalam suatu bentuk padu dan mudah dipahami oleh pembaca. Dengan demikian seorang melakukan analisis dapat memperlihatkan sesuatu yang terjadi dan menentukan penarikan kesimpulan sesuai dengan kebenaran.

99


4. Drawing and Verifying Conclusions Menggambarkan dan memverifikasi kesimpulan merupakan komponen terakhir dalam aktivitas analisis. Penarikan kesimpulan tergantung pada kelengkapan data yang didapat dan dilakukan secara terus menerus secara berulang-ulang. Peneliti dapat memberikan makna, tafsiran, argumen, dan membandingkan data agar terdapat hubungan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Namun kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan dapat berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal memerlukan dukungan bukti yang valid dan konsisten. Kesimpulan yang kredibel dapat diperoleh peneliti pada saat kembali kelapangan untuk pengumpulan data menemukan bukti-bukti yang valid dan konsisten. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab maupun tidak dapat menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan diawal. Menggambarkan dan menarik kesimpulan dilakukan dengan mencari makna berdasarkan komponen-komponen yang disajikan. Peneliti harus meninjau kembali terhadap penyajian data dan catatan lapangan melalui diskusi dengan teman sejawat. Dengan demikian penarikan kesimpulan ini membutuhkan proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif menghasilkan temuan baru yang belum ditemukan sebelumnya. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau menggambarkan suatu objek secara jelas. Oleh karena itu, tahapan kesimpulan

100


merupakan tahapan terakhir yang menghasilkan suatu hubungan kausal atau interaktif maupun sebuah hipotesis atau teori. Berdasarkan uraian di atas, analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Fenomena yang terjadi di lapangan dicatat dengan baik menggunakan fieldnote berdasarkan observasi, interview, dan dokumentasi. 2. Menelaah kembali catatan hasil observasi, interview, dan dokumentasi, kemudian memisahkan data yang dianggap dapat menjawab dan tidak dapat menjawab pertanyaan penelitian. Pada tahapan ini dikerjakan secara berulangulang agar tidak terjadi kekeliruan klasifikasi. 3. Mendeskripsikan data yang telah diklasifikasi dengan baik untuk kepentingan penelaahan berdasarkan pada tujuan penelitian. 4. Tahap terakhir dengan melakukan analisis data yang dapat ditulis dalam bentuk penulisan laporan tesis.

101


BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Pemilihan DUDI sebagai tempat belajar merupakan cara yang efektif. Siswa dapat mengetahui beberapa hal yang belum diajarkan di sekolah, terutama pada bagian praktis di lapangan. PI menggambarkan suasana kerja secara nyata kepada siswa berkaitan dengan DUDI. Pada akhirnya siswa dapat mengkolaborasikan ilmu yang didapat dari sekolah dan industri. PI dapat digunakan sebagai tempat belajar pada aspek budaya dan sosial. Proses pembelajaran membutuhkan perpaduan kedua aspek tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan penerapan kompetensi yang dimiliki pada setiap daerah. Penerapan kompetensi pada setiap daerah sangat berbeda dengan daerah lain. Oleh karena itu siswa dituntut untuk mempelajari kompetensi pada aspek sosial-budaya di tempat kerja. Siswa dapat meraih sukses dengan memiliki employability skills. Employability skill memerlukan banyak keterampilan yang siap dalam berkarir, kemampuan kerja keterampilan, keahlian teknis dan pengetahuan akademis. Kemampuan tersebut tidak dapat diperoleh dengan cara instan, melainkan membutuhkan sebuah proses yang sangat panjang. Selain itu, employability skills dapat diperoleh melalui program PI tersebut apabila siswa bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan dengan tekun dan sesuai aturan yang berlaku.

102


Program keahlian atau Paket Keahlian TKJ bertujuan untuk mencetak lulusan yang ahli dibidang teknik komputer dan jaringan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, siswa harus belajar di DUDI yang fokus bergerak pada bidang komputer dan jaringan. Pemilihan PT JMI sebagai tempat penelitian disebabkan karena industri tersebut bergerak pada bidang jasa ISP. Siswa mengikuti kegiatan PI layaknya karyawan dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Pada bab 4 ini disajikan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan berkaitan dengan hasil yang didapat dari penelitian tersebut untuk menjawab pertanyaan penelitian. 1. Profil PT. Jaringan Multimedia Indonesia Jaringan Multimedia Indonesia (JMI) berdiri sejak tahun 2012 di Yogyakarta. Mendapatkan SKLO (Surat Keterangan Layak Operasi) ISP pada tahun 2014. Sebagai penyedia jasa internet, JMI berkomitmen untuk menghadirkan layanan internet yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Sebagai ISP JMI telah melayani berbagai lokasi seperti asrama mahasiswa, hotel, rumah kos dan personal dengan jaminan kecepatan koneksi mencapai 1,5 Mbps. PT JMI fokus untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan dengan harga terjangkau dan kualitas yang terjamin. Layanan yang disediakan meliputi: a. Dedicated Internet Access b. CCTV Internet c. Internet Voucher d. IT Consultant

103


PT JMI memiliki SDM yang profesional dan berdedikasi tinggi dalam menangani jaringan komputer. Selain itu dukungan technical support 24 jam sehari, diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan. Dengan demikian PT JMI dapat menangani beberapa permasalahan dan hal yang dibutuhkan oleh konsumen secara maksimal. PT JMI memiliki produk untuk memebuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat membutuhkan koneksi internet yang cepat, stabil, dan aman. Hal ini dapat difasilitasi dengan baik oleh PT JMI dengan beberapa produk dan layanan yang diberikan. Salah satu product yang diunggulkan adalah Nolspot Production (DS, L.03, W.01, B.16). Nolspot Production (NP) dirancang agar internet cepat, stabil, dan aman sesuai dengan kriteria konsumen. Konsumen dapat berlangganan NP dengan cara memilih paket dalam bentuk voucher.

Gambar 9. Nolspot sebagai salah satu branding dari PT JMI Nolspot Production (NP) dapat diakses oleh pelanggan melalui fasilitas wifi. Wifi terpasang dibeberapa titik yang sudah disediakan oleh PT JMI. NP biasanya dipasang di daerah kos-kosan, hotel, dan rumah dengan coverege area yang sudah ditentukan oleh pelanggan (DS, L.03, W.01, B.18). Setelah selesai instalasi jaringan, pelanggan dapat mengakses internet dengan cara membeli voucher.

104


Sampai saat ini jangkauan jaringan NP masih di area DIY. Sedangkan pada tahun 2015 direncanakan masuk ke Jawa Tengah, minimal Kabupaten Klaten (DS, L.03, W.01, B.166). Untuk menentukan coverage area, JMI harus melihat kontur daerah terlebih dahulu (DS, L.03, W.01, B.170). Kondisi daerah sangat menentukan layak atau tidaknya pemasangan NP. Sebelum pemasangan NP, teknisi harus mensurvey terlebih dahulu. Survey tempat bertujuan untuk mengetahui kondisi daerah tersebut dan seberapa besar manfaat pemasangan NP di daerah tersebut. Teknisi biasanya menggunakan google earth sebagai alat untuk mengetahui apakah daerah tersebut layak dipasangkan NP atau tidak (DS, L.03, W.01, B.176). PT JMI menerima peserta magang yang dapat dilatih bekerja di industri tersebut. Peserta magang rata-rata berasal dari SMK yang memiliki kompetensi keahlian dibidang jaringan atau ISP. Kompetensi keahlian Teknik Komputer Jaringan (TKJ) sangat cocok melakukan praktik industri di JMI. Hal ini terdapat kesamaan materi yang diajarkan di sekolah dengan kegiatan di JMI. Siswa TKJ harus menguasai jaringan agar mampu beradaptasi di PT JMI. PT JMI memiliki 4 bagian kerja, yaitu: bagian administrasi, bagian kurir, bagian marketing, dan bagian teknisi. Bagian administrasi lebih mengurusi bidang administrasi perusahaan dan pelanggan, pembuatan invoice, database (pendataan) pelanggan, dll. Bagian kurir bertugas untuk menarik uang pelanggan. Sedangkan bagian teknisi bertugas untuk mensurvey lokasi sebelum dipasang, proses pemasangan, dan perawatan atau perbaikan jika ada kerusakan. Bagian marketing

105


lebih fokus kepada menawaran jasa kepada pelanggan terkait layanan ISP tersebut. Siswa dapat praktik di keempat bagian tersebut, pada bidang adminisistrasi, siswa diajarkan bagaimana mengolah administrasi dengan benar dan hal yang berkaitan dengan administrasi perusahaan. Pada bagian kurir, siswa dapat mengetahui bagaimana keterlibatan dengan pelanggan dan mekanisme penarikan iuran. Pada bidang marketing, peserta dapat mengetahui cara menarik pelanggan, berbicara dengan pelanggan, dan meyakinkan kepada pelanggan. Sedangkan pada bidang teknisi, peserta dapat mengetahui cara memasang dan instalasi jaringan. Dengan demikian, kompetensi yang didapat melalui praktik atau magang di JMI beragam, dari administrasi, interaksi pelanggan, kurir, pemasangan, dan marketing. PT JMI sangat tepat untuk menjadi tempat magang atau PI. Manajemen yang rapi, lingkungan kerja yang kondusif, dan intensitas pekerjaan yang ada setiap hari dapat memudahkan peserta untuk menyerap kompetensi yang diharapkan. Peserta dapat menambah dan memperkuat kompetensi yang dimiliki melalui pekerjaan yang diberikan. 2. Kompetensi yang Dibutuhkan DUDI untuk Menerima Siswa PI Program PI menjembatani siswa untuk mengembangkan kompetensi yang sudah diperoleh melalui pembelajaran di sekolah. Pembelajaran di DUDI memberikan pengalaman dan kompetensi secara teknis bagi siswa sebagai bekal setelah lulus dari SMK. Perpaduan kompetensi yang didapat melalui pembelajaran

106


di sekolah dan di DUDI dapat menghasilkan lulusan yang berkompeten untuk siap bekerja, berwirausaha, dan atau melanjutkan ke perguruan tinggi. Program PI sangat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap berdasarkan kenyataan di tempat kerja. Hal tersebut membutuhkan kerjasama antara sekolah dan industri melalui perencanaan bersama. Sekolah dan industri harus memperhatikan aturan dan manajemen dalam program PI untuk memperkuat dari sisi akademi dan perspektif pembelajaran (Sariwati Mohd Shariff & Mazanah Muhamad, 2010:1353). Dengan demikian perlu adanya nota kesepahaman antara sekolah dan DUDI agar siswa mampu memenuhi kompetensi sesuai bidang. Tempat PI siswa harus memiliki kriteria yang relevan dengan program keahlian di SMK, khususnya Program Keahlian TKJ. Bidang industri yang sesuai dengan Prodi Teknik Komputer Jaringan (TKJ) antara lain: service dan penjualan spare part komputer, serta ISP atau internet. Salah satu industri dijadikan tempat PI oleh siswa prodi TKJ adalah PT JMI. PT JMI fokus pada bidang ISP melalui layanan jaringan internet yang disalurkan ke konsumen-konsumen (DS, L.03, W.01, B.04). Sedangkan mekanisme tugas ISP adalah setting mikrotik dan perawatan jaringan (RD, L.03, W.04, B.07).

DUDI mensyaratkan agar siswa memiliki kompetensi dasar (basic competence) yang harus dikuasai sebelum melaksanakan PI. Hal ini untuk mempermudah siswa dalam mengikuti kegiatan PI dan menangkap kompetensi yang diajarkan. Kompetensi fundamental yang dibutuhkan antara lain: berani, mau dan mampu memanjat tower (DS, L.03, W.01, B.26, B.28), mampu instalasi

107


jaringan dan setting IP (DS, L.03, W.01, B.40, B.42), mampu setting router TPLink (SDP, L.03, W.03, B.21; CH, L.03, W.05, B.29). Kegiatan PI pada bidang ISP membutuhkan kemampuan fisik secara maksimal, antara lain: memanjat tower dan instalasi jaringan. Memanjat tower membutuhkan keberanian dan mampu memasang beberapa hal yang ada di tower. Memanjat tower adalah salah satu kegiatan rutinitas dalam kegiatan instalasi jaringan. Selain memanjat tower, siswa harus mampu secara fisik dalam instalasi jaringan dalam waktu tertentu. Siswa harus terampil dalam instalasi jaringan, karena berdampak buruk apabila terjadi kesalahan. Dengan demikian kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh siswa adalah mampu secara fisik dan secara ilmu dalam melaksanakan tugas di tempat PI. Kompetensi yang sudah dikuasai oleh siswa harus di review kembali. Review yang dilakukan bertujuan untuk menguatkan kompetensi yang sudah dimiliki oleh siswa. Review materi tersebut dilakukan melalui program training saat awal masuk PI. Program training tersebut dilakukan dalam waktu satu hari atau saat beraktifitas menjalankan tugas dengan bimbingan karyawan (DS, L.03, W.01, B.46). Selain itu metode review yang dilaksanakan oleh industri adalah menanyakan kompetensi yang dimiliki (BDA, L.03, W.08, B.32). Berdasarkan hasil yang didapat, maka siswa tersebut akan difokuskan pada kegiatan yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Namun ada beberapa siswa melakukan penguatan kompetensi melalui kegiatan pemasangan jaringan di bengkel sekolah (CH, L.03, W.06, B.34).

108


Kompetensi yang dimiliki siswa harus dikuatkan kembali agar mampu menjalankan aktifitas di DUDI. DUDI melakukan orientasi bagi siswa agar mengetahui situasi dan kondisi Kantor, hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan PI, serta aturan lainnya (DS, L.03, W.01, B.48). Dalam masa orientasi tersebut siswa diperkenalkan seluruh karyawan dan struktur organisasi (CH, L.03, W.05, B.39). Selain itu diberi arahan oleh direktur atau pembimbing terkait masa depan setelah lulus sekolah dan pemberian tugas dengan skala ringan untuk hari pertama (CH, L.03, W.06, B.02). Tabel 4 menunjukkan transkrip data Orientasi awal masuk PI sebagai hasil interview dengan CH dalam lampiran 3. Tabel 4. Transkrip Data Orientasi Awal Masuk PI Baris 1.

2.

3. 4. 5. 6. 7. 8.

Cuplikan Dialog

Komentas atau Terjemah

NW: begini mas CH. Menindak lanjuti ngobrolngobrol kemarin terkait PI, ada beberapa hal yang akan saya tanyakan. Jadi ketika pertama kali di JMI, yang berikan oleh Pak HD apa saja mas? CH: perkenalan karyawan, ada dikasih sedikit arahan, sama direktur Pak DS. Habis SMK itu mau ngapain, kuliah ato kerja. Kalo kerja ya gini-gini‌ ya hari pertama itu ringan-ringan kok materinya. NW: kalo perkenalan pekerjaan apa saja yang disampaikan? CH: kalo hari pertama itu masih.. saya diminta ikut bagi voucher ke pelanggan. NW: berarti hari pertama, perkenalan setelah itu bagi voucher dengan pak HD ya? CH: ow tidak, sama karyawan lain. NW: kalo distribusi itu ke pelanggan tetap atau calon pelanggan? CH: pelanggan tetap, kaya kos-kosan untuk masang wifi. Ya itu kan kadang-kadang habis, trus mereka minta lagi. Trus di setorin lagi.

Motivasi dan arahan dari direktur (Pak DS)

Pengenelan pekerjaan kegiatan pertama

melalui

Masa orientasi siswa PI tidak lepas dari pengarahan, pengenalan, dan pelatihan melalui tugas yang diberikan. Pengarahan yang diberikan oleh pembimbing atau pimpinan perusahaan bertujuan untuk memberikan motivasi

109


kepada siswa agar siap dalam menjalankan tugas di PI. PI merupakan kegiatan untuk mempersiapkan siswa agar siap bekerja dengan memperkuat kompetensi melalui tugas-tugas yang diberikan. Oleh karena itu pengarahan yang dilakukan diperlukan agar siswa termotivasi untuk menjalankan kegiatan PI sampai selesai. Pengenalan Kantor dan alat kerja menjadi bagian utama dalam materi orientasi siswa. Siswa dikenalkan struktur organisasi, job description masingmasing bidang, dan jajaran karyawan di perusahaan. Selain itu siswa diperkenalkan peralatan yang digunakan untuk instalasi jaringan. Siswa diminta menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk bekerja pada hari itu. Penyiapan alat merupakan bagian kompetensi berupa pengetahuan. Siswa mengetahui nama, jenis, bentuk, dan fungsi alat tersebut, sehingga ketika menghadapi sebuah kasus dapat dengan mudah memilih alat yang tepat. Tabel 5 menunjukkan transkrip data pengenalan alat pada saat orientasi PI sebagai hasil interview dengan BDA dalam lampiran 3.

Gambar 10. Pembimbing memberikan pengarahan awal saat orientasi

110


Tabel 5. Transkrip Data Pengenalan Alat pada saat orientasi PI Baris 13. 14.

15. 16.

17. 18.

19.

20. 21.

22.

Cuplikan Dialog NW: ketika masuk PKL, apa yang diarahkan sama pembimbing. BDA: ya kesopanannya, caranya bicara sama pelanggan-pelanggan. Kan kita biasanya bekerja pake alat, harusnya gimana. Ya intinya tata kramanya gitulah. NW: kalo pengenalan alat diajarkan tidak? BDA: ya waktu itu biasanya dikenalin alat-alat, pas mau instalasi ato pagi itu. Kan pembimbingnya masuk pagi. Trus iki melu nyiapke alat biasanya diajak gitu. NW: untuk kebutuhan alat itu gimana cara nya kok bisa tau kebutuhannya apa aja? BDA: kan dikasih tau nama alat-alatnya ada yang belum tahu. Ya kaya dinabolt, ada (..) di sekolah ndak ada. Kan ndak tahu lah. NW: lo ini dah selesai ya pelajarannya, malah banyak temen-temennya dah keluar. Pada main apa to itu? BDA: udah mas, KKPI kosong, trus dipulangkan. Haha, itu pada main game. NW: haha, menghilangkan penat sebelum ujian itu nampaknya yang cowok, haha. Ow ya kembali ke tadi. Awal mulai praktik di lapangan mulai kapan ya? BDA: mulai hari ketiga kalo ndak salah. Ya kalo saya pertama kali tidak masang, tapi perbaikan, ya bongkar-bongkar. Disuruh ikut kok mas. Kan saya langsung sama pembimbingnya, kalo sama teknisi ato karyawan biasanya diminta lihat dulu. Kalo saya kebagian pembimbingnya, tergantung anak PKL mau lihat atau mau ikut. Ya biasanya isi box ada router, suruh ambil. Bantu nyetting, dah diajarin di sekolah ato diawal kok.

Komentas atau Terjemah

Ini ikut menyiapkan alat

Mekanisme pembimbingan kepada siswa

Gambar 11. Siswa melakukan latihan setting wireless

111


Kompetensi yang didapat di sekolah dapat diterapkan di DUDI. Kompetensi yang dapat diterapkan antara lain: pointing atau setting wireless (DS, L.03, W.01, B.126) dan desain web (CH, L.03, W.05, B.67). Setting wireless merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan di PT JMI dan membuat web merupakan kegiatan tambahan bagi salah satu peserta PI. Dengan demikian semua kegiatan di tempat PI merupakan kompetensi yang sudah dipelajari di sekolah. Untuk melakukan kegiatan yang diberikan oleh pembimbing, siswa memerlukan proses adaptasi. Menurut Pak HD selaku pembimbing mengatakan sebagai berikut (L.03, W.02, B.37): Adaptasi siswa yang kemarin itu lebih.. termasuk cepet sih. Apalagi mereka terbiasa perjalanan jauh. Sepertinya secara fisik sudah terbiasa‌. Mobilisasi.. ndak begitu susah. Dengan demikian siswa SMK memiliki kemauan dan kemampuan fisik yang kuat, serta adaptasi dengan pekerjaan sangat cepat. Hal ini diperkuat karena siswa jurusan Elin SMKN2 Pengasih sangat unggul dibandingkan dengan yang lain dan motivasi belajar sangat tinggi (SDP, L.03, W.03, B.29). Siswa SMK memiliki kemampuan akademik yang mumpuni dan mampu dalam menerima ilmu yang diajarkan (HD, L.03, W.02, B.13). Motivasi dan kemauan belajar terkait kegiatan PI sangat tinggi merupakan modal awal siswa untuk mengikuti kegiatan PI. 3. Kegiatan Siswa Saat PI Praktik Industri memberikan pengalaman dan peningkatan kompetensi bagi siswa. Aktivitas setiap hari di tempat kerja merupakan bagian dari pembelajaran untuk mendapatkan kompetensi. Di PT JMI, siswa mengikuti aktivitas indoor

112


(dalam ruangan atau di Kantor) dan outdoor (luar ruangan). Aktivitas indoor antara lain: administrasi, program, membantu produksi voucher (HD, L.03, W.02, B.24; CH, L.03, W.06, B.40; BDA, L.03, W.07, b,08), membuat pemrograman web, dan database pelanggan (CH, L.03, W.06, B.40). Sedangkan aktivitas di luar ruangan (outdoor) antara lain: instalasi jaringan (CH, L.03, W.05, B.40), konfigurasi router atau masang kabel (CH, L.03, W.05, B.71), perbaikan jaringan untuk pelanggan (CH, L.03, W.06, B.10), setting mikrotik (CH, L.03, W.06, B.20), setting radio, access point, dan router kecil (CH, L.03, W.06, B.32), survey lapangan sebelum pemasangan (CH, L.03, W.06, B.58), marketing (CH, L.03, W.06, B.76; BDA, W.07, B.64), membagikan pamflet, dan mengikuti kegiatan kurir (BDA, W.07, B.64).

Gambar 13. Pemasangan Galvanis

Gambar 12. Proses pembuatan voucher

Gambar 15. Memanjat tower

Gambar 14. Memasang pamflet 113


Dalam proses kegiatan di PT JMI, siswa mendapat porsi kegiatan lebih dan hampir seperti pekerjaan karyawan (BDA, L.03, W.08, B.78). Hal ini disebabkan karena tidak sebanding dengan jumlah karyawan dan jumlah pekerjaan yang harus ditangani. Akibat dari kekurangan karyawan tersebut adalah antrian pekerjaan untuk diselesaikan (BDA, L.03, W.08, B.62). Namun sisi positif yang didapat oleh siswa adalah pengalaman dan intensitas mendapatkan pekerjaan yang banyak. Dengan demikian, siswa mendapatkan kompetensi baru dengan cepat melalui intensitas pekerjaan yang tinggi. Pembimbing tidak membatasi siswa dalam memberikan pekerjaan. Pembimbing cenderung memberikan tawaran kepada siswa untuk memilih tugas yang diberikan. Walaupun ada beberapa pekerjaan yang hanya diberikan kepada siswa yang ahli dibidangnya, seperti berani memanjat tower. Pembimbing harus memilih siswa yang mampu dan berani dalam memanjat tower apabila menemukan kasus seperti tersebut. Tabel 6 menunjukkan transkrip data kegiatan PI di dalam dan luar ruangan sebagai hasil interview dengan Pak HD dalam lampiran 3. Siswa mendapatkan kesempatan untuk memilih kegiatan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Siswa tidak ragu untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki melalui kegiatan yang diberikan oleh pembimbing. Melalui metode tersebut diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa dapat berkolaborasi dengan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan membagi pekerjaan seperti berikut: teknisi memasang tiang galvanis di atas, sedangkan siswa melakukan konfigurasi router atau memasang kabel (CH, L.03,

114


W.05, B.71). Melalui pembagian pekerjaan tersebut, siswa dapat membantu karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Tabel 6. Kegiatan PI di Dalam dan Luar Ruangan Baris 23.

24.

25.

Cuplikan Dialog NW: berarti responsibility nya harus cepat. Betulbetul. Untuk keterlibatan siswa di tim teknis atau di tim lain pak? HD: tergantung sikon (situasi dan kondisi) nya juga. Hanya untuk sementara ini karena kemarin ada yang putri, ada yang putra, ya otomatis kita bagi. Kalo yang putri di bagian yang lain, misal administrasi, program, atau membantu produksi voucher, atau ikut distribusinya. Ya walaupun tidak menutup kemungkinan yang cowok juga ikut, tapi kan plotnya sudah beda. HD: Ya kami juga tidak melarang “wah mbok aku ikut masang”, ya silakan. Artinya kita juga menawarkan jangan sampai si anak itu semacam terpaksa. Kalo ada pekerjaan, “ayo ikut ndak”, jadi lebih cenderung ditawari. Karena waktu itu ada empat anak (SMK 2 Pengasih dan SMK 2 Depok). Kita tawarkan ketika satu tim butuh yang bantu satu atau dua (misalnya). Nah kami nawarkan mau ikut yang mana, bukan kami yang membuat “ayo kamu ikut saya”. Ya sekali-kali mungkin iya, seperti contohnya kita butuh yang manjat, sedangkan yang diajak gk bisa manjat kan gak mungkin, seperti itu mas. Jadi lebih terbuka, anaknya ikut pun menerima itu malah lebih enak.

Komentas atau Terjemah

Pemilihan jenis pekerjaan berdasarkan gender.

Wah, saya diikutkan memasang. Kesadaran dan kedewasaan anak

Tugas yang diberikan oleh pembimbing bervariasi, salah satunya adalah membantu mengatasi masalah pelanggan industri. Siswa mendapatkan tugas membantu memperbaiki jaringan pelanggan di daerah klebengan (CH, L.03, W.06, B.10). Hal tersebut diharapkan siswa mampu mengatasi masalah terkait instalasi jaringan dan cara mengatasinya. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut siswa harus mendapatkan tugas yang terus menerus agar harapan dapat tercapai dengan optimal. Dengan demikian siswa mendapatkan tugas pemasangan dan perbaikan jaringan agar mampu mengatasi permasalahan terkait instalasi jaringan.

115


Siswa melakukan pengembangan diri selama kegiatan PI di DUDI. Pengembangan diri tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihadapi di DUDI. Siswa melakukan pengembangan diri biasanya disaat tidak ada kegiatan atau selesai melakukan tugas yang diberikan pembimbing. Jika tidak ada kegiatan biasanya siswa istirahat, browsing, pengolahan voucher, merekap administrasi, dan setting jaringan melalui simulasi (DS, L.03, W.01, B.120 & b.128). Siswa memiliki keterbatasan dalam mengikuti kegiatan kerja, salah satunya adalah tidak diperkenankan untuk setting jaringan ke pelanggan secara langsung. Hal ini disebabkan adanya privacy atau rahasia perusahaan yang hanya diketahui oleh DUDI (DS, L.03, W.01, B.116). Oleh karena itu siswa dapat melakukan setting jaringan melalui media simulasi agar dapat mengetahui mekanismenya. Media simulasi tersebut merupakan representasi dari kenyataan mekanisme setting di lapangan. Siswa mendapatkan beberapa tantangan dari pembimbing di sela-sela kegiatan. Salah satu tantangan yang diberikan adalah membuat website. Pada pembuatan web tersebut hanya diberikan kepada salah satu siswa PI, yaitu CH. Hal ini karena ada permintaan dari pihak sekolah agar CH dapat membuat web. Tujuan permintaan tersebut didasarkan pada CH akan dikirim untuk mengikuti LKS. Berikut adalah percakapan dari CH, (L.03, W.06, B.42): Kemarin pembimbing sekolah datang, trus saya kan diproyeksikan ikut LKS, jadi sama JMI sekalian aja ada proyek pendataan pelanggan. Buat internalnya sana, trus saya diminta dasar-dasarnya dulu. Kaya input data, dll

116


Melalui proyek yang diberikan oleh pembimbing PI dan permintaan sekolah, maka siswa tersebut mendapatkan beberapa keuntungan. Disisi lain program PI dapat membantu pengembangan diri dan prestasi siswa. Hal ini merupakan kolaborasi kompetensi untuk meningkatkan kompetensi siswa. Dengan demikian program PI dan program sekolah dapat dikolaborasikan secara bersama untuk meningkatkan prestasi dan kompetensi siswa. Pembuatan web menjadi materi tambahan di luar tugas pokok yang diberikan pembimbing. Siswa membuat web pendataan pelanggan PT JMI. Melalui web tersebut diharapkan dapat memberikan informasi terkait materi. Disisi lain pembuatan web sangat membantu siswa dalam meningkatkan kompetensi berkaitan dengan pemrograman web. Oleh karena itu siswa dapat mengeksplorasi sumber daya yang ada di tempat PI untuk mengembangkan tugas yang sudah diberikan. Kegiatan tidak dibatasi untuk siswa agar mampu menyerap kompetensi yang ada di DUDI. Selama PI berlangsung siswa dapat melakukan kegiatan disela-sela istirahat. Tabel 7 menunjukkan transkrip data kegiatan pengembangan diri sebagai hasil interview dengan BDA dalam lampiran 3 Tabel 7. Kegiatan pengembangan diri Baris 69. 70.

71. 72.

Cuplikan Dialog NW: ada pengalaman lain yang bisa diceritakan? BDA: yaa. Apa ya?? Yaa‌ masang masang gitu lah asik nya. Pokoknya asyik lah mas. Kaya dulu di sekolah aja ngeclaim aja ndak boleh sama gurunya. NW: nah berarti liat aja no? BDA: hooh. Kita hanya liat aja. Kalo disana (JMI) kita kan tidak dibatasi, bisa bereksplorasi, gitu.

117

Komentas atau Terjemah Kesan pelaksanaan PI


Pada dasarnya aktivitas di DUDI tidak ada batasan untuk melakukan pengembangan diri. Siswa melaksanakan PI dengan target menyerap ilmu semaksimal mungkin di DUDI melalui beberapa hal yang dilakukan. Ketika ada waktu luang, siswa dapat melakukan browsing materi berkaitan dengan Kompetensi baru atau yang sedang dipelajari. Dengan cara itu, siswa dapat meningkatkan kompetensi yang dikuasainya. Kegiatan siswa di DUDI tidak lepas dari pengawasan pembimbing. Pembimbing selalu memonitor kegiatan siswa agar sesuai dengan target ketercapaian. Monitoring siswa tersebut sebaiknya dilakukan oleh pembimbing setiap hari. Untuk itu diperlukan intensitas ketemuan dengan pembimbing agar mengetahui kondisi siswa praktik. Intensitas interaksi antara siswa dengan karyawan dan pembimbing sangat tinggi. Siswa setiap hari bertemu dan berkomunikasi dengan pembimbing. Pembimbing hanya memantau dan menanyakan perkembangan siswa terkait pelaksanaan PI. Siswa dapat menyampaikan kesan dan keluhan kepada pembimbing terkait PI agar diberikan solusi atau masukan. Berikut adalah percakapan dari CH (L.03, W.05, B.35): Baik sih, tiap hari ketemu, tapi tidak tiap hari bersama, kan pembimbing dibidang marketing. Kalo anak PKL sering ke instalasi, jadi transfer ilmu sama teknisinya. Sama pembimbing biasanya hanya mantau, bagaimana dan sampai mana. Ada masalah ndak, trus ada gimana-gimana sama karyawan, dll. Pembimbing PI siswa praktik di JMI memiliki tugas di bagian marketing. Pekerjaan marketing berada di lapangan atau outdoor untuk mencari pelanggan dan menyebarkan informasi. Setiap hari pembimbing berada di industri untuk

118


presensi dan koordinasi dengan pimpinan perusahaan. Oleh karena itu, pembimbing dapat ditemui tiap hari oleh siswa untuk konsultasi. Namun tidak setiap hari bersama dalam satu pekerjaan dengan pembimbing. Siswa sering berinteraksi dengan karyawan untuk mendapatkan ilmu. Sedangkan dengan pembimbing hanya memantau dan memberikan masukan atau solusi apabila terdapat masalah dengan pekerjaan, karyawan, dll. Peranan antara pembimbing dan teknisi sangat penting bagi siswa. Teknisi dapat membagi dan mencontohkan kompetensi yang dimiliki kepada siswa sehingga dapat menyerap kompetensi tersebut. Siswa dapat menyerap kompetensi yang diberikan untuk dapat dipraktikan saat mendapatkan tugas yang sama. Pembimbing memberikan perhatian kepada siswa, sehingga siswa nyaman dan mampu mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Intensitas interaksi antara teknisi dengan siswa PI termasuk tinggi, karena setiap hari dari pagi sampai sore bertemu (BDA, L.03, W.08, B.28). Siswa dapat berinteraksi dengan karyawan. Melalui interaksi tersebut, siswa dapat berbagi pengalaman atau diskusi berkaitan dengan kegiatan PI. Dengan demikian, melalui intensitas ketemuan tersebut

siswa dapat

melihat, berkomunikasi, dan

melaksanakan tugas dengan ditemani oleh karyawan dan atau pembimbing secara langsung. Karyawan JMI dibagi menjadi 3 bagian, yaitu teknisi, administrasi dan kurir. Ketiga bagian tersebut memiliki tugas yang berbeda. Biasanya siswa mendapatkan tugas pada ketiga bidang tersebut. wawancara dari BDA (L.03, W.08, B.36):

119

Berikut adalah cuplikan


Dua-duanya.. kalo karyawannya kan ada dua, teknisi sama.. tiga bagian ding. Teknisi, kurir, sama yang administrasi,, mbak-mbaknya dua itu yang administrasi. Itu sering ketemu dikantor. Kalo mas kurir juga sering ketemu dikantor, kalo udah bawa uang kekantor, lalu pergi lagi. Kalo mas teknisinya kalo pas ikut keluar, nanti ketemuannya seharian sama mereka. Berdasarkan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan tugas pada masing-masing bagian. Bagian administrasi sering di kantor karena mengurus administrasi, bagian kurir bertugas di lapangan untuk mengambil uang, dan bagian teknisi berada di luar untuk memasang dan memperbaiki jaringan yang rusak. Siswa dapat berinteraksi dengan beberapa bidang sesuai dengan tugas yang diberikan. Siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan bagian administrasi, ketika mendapatkan tugas atau berada di kantor (BDA, L.03, W.08, B.30). Sedangkan ketika mendapatkan tugas di luar untuk instalasi atau memasang jaringan, maka siswa akan berkomunikasi dengan bagian teknisi (BDA, L.03, W.08, B.30). Pada awal pelaksanaan PI, siswa mengalami kebingungan dan masalah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kompetensi atau kultur yang dialami siswa. Siswa sering berinteraksi dengan karyawan dan pembimbing, maka dapat mengatasi masalah tersebut. Siswa berinteraksi selama 3 bulan untuk mendapatkan kompetensi baru (CH, L.03, W.05, B.11). Oleh karena itu, sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan karyawan di DUDI dapat membantu siswa untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki. Pada awal pelaksanaan PI, siswa diminta untuk mengikuti teknisi melakukan pekerjaan. Selama mengikuti teknisi, siswa hanya diminta untuk

120


melihat apa saja yang dilakukan oleh teknisi tersebut. Tabel 8 menunjukkan transkrip data bentuk kegiatan yang dilakukan siswa sebagai hasil interview dengan CH dalam lampiran 3 Tabel 8. Bentuk kegiatan yang dilakukan siswa Baris 9. 10.

11. 12.

Cuplikan Dialog NW: baik, selain itu (nyebar voucher) kegiatannya apa lagi? CH: juga kemarin pas hari pertama itu diajak perbaikan didaerah klebengan. Itu didaerah utara FT (Fakultas Teknik UNY) soalnya ada pelanggan yang ada masalah, ada sedikit ndak konek. NW: kalo pas perbaikan seperti itu, ikut masang atau gimana kegiatannya? CH: ya kalo akhir-akhir ya ikut masang. Cuma pas awal-awal baru di suruh ikut aja.

Komentas atau Terjemah

Mendapatkan tugas untuk membantu mengatasi sebuah masalah yang dihadapi pelanggan

Cara mendapatkan kompetensi

Pada dasarnya aktivitas di DUDI sangat padat. Siswa mendapatkan tugas instalasi dan perbaikan jaringan, membagi voucher, menempelkan pamflet, dll ketika di luar tempat kerja. Sedangkan di kantor, siswa diminta membantu administrasi, membuat voucher, dll. Siswa juga mendapatkan tugas grafis untuk mendesain brosur dan pamflet terkait produk JMI (BDA, L.03, W.08, B.34). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang padat dan intensitas bertemu dengan karyawan yang tinggi mampu meningkatkan kematangan siswa seputar DUDI. Siswa dapat menyerap ilmu dengan mengulang pekerjaan yang diberikan dan bertanya apabila ada kesulitan. Siswa dapat beradaptasi dengan cepat disebabkan beberapa faktor. Salah satu faktornya yaitu perbedaan usia yang tidak terlalu jauh. Direktur dan karyawan memiliki range usia yang tidak terlalu jauh dengan siswa PI. Berikut adalah wawancara dari CH (L.03, W.06, B.16): Em.. ndak juga sih, karyawannya juga gak jauh banget umurnya, cukup enak. Ya umur-umur 23.. 24 lah. 121


Rata-rata usia karyawan bekisar 24 – 30 tahun, sedangkan siswa rata-rata untuk level SMK adalah sekitar 17 – 18 tahun. Terlebih, sebagian besar karyawan memiliki latar belakang dari lulusan SMK (BA, L.03, W.05, B.100). Kesamaan latar belakang dan perbedaan usia yang tidak terlalu jauh menjadikan siswa lebih nyaman untuk berinteraksi dengan karyawan. Tidak ada gap atau batasan ketika berinteraksi, bahkan siswa lebih banyak bercanda dengan karyawan seakan-akan tidak ada jarak antara keudanya. Tabel 9 menunjukkan transkrip data rata-rata usia karyawan sebagai hasil interview dengan DS dalam lampiran 3 Tabel 9. Rata-rata usia karyawan Baris 139. 140.

141.

142. 143. 144. 145.

Cuplikan Dialog NW: kalo interaksi dengan karyawan lain bagaimana pak? DS: ya biasa aja. Haha. Kan usianya hampir sama. Ya selisih setahun, ada yang memang sudah berkeluarga. Ya selisih dua tahun tiga tahun lah. Paling jauh ya selisih enam tahun. Ya nggak-nggak terlalu jauh. Yaa bercanda kami ni…. NW: jadi bercanda masih biasa… hehe. Karena range usianya hampir sama. Kalo Pak Doni sendiri usianya berapa pak? DS: saya kelahiran 81. NW: ow, 81, berarti sekitar 30… 33 gih? DS: iya.. tiga puluh tiga, hehe.. la masnya? NW: wah saya masih muda pak. Hahaha

Komentas atau Terjemah

Selisih usia karyawan

Direktur PT JMI Bapak DS, S.Kom lahir pada tahun 1981, sehingga usia beliau 34 tahun (dihitung sampai tahun 2015). Perbedaan usia yang terlalu jauh sebenarnya menjadikan jarak dan siswa cenderung sungkan. Namun apabila perbedaan tersebut tidak terlalu jauh, maka siswa dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik layaknya dengan teman sebaya. Selama pelaksanaan PI, siswa harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan di industri. Aturan tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran mana yang dapat dilakukan maupun yang ridak dapat dilakukan. Selain itu aturan tersebut 122


harus dilaksanakan dengan baik agar tidak menjadi masalah saat proses pelaksanaan praktik. Dengan aturan tersebut, arah kerja siswa di DUDI menjadi jelas dan dapat membedakan kegiatan apasaja yang dapat dikerjakan maupun tidak dapat dikerjakan. PT JMI memberlakukan kerja untuk siswa PI atau magang selama lima (5) hari kerja, yaitu dari hari senin sampai jumat (DS, L.03, W.01, B.98). Sedangkan pada hari sabtu dibebaskan dari aktivitas kerja. Hal ini untuk memberikan kebebasan kepada siswa atau peserta magang untuk mengembangkan diri. Pada hari sabtu tersebut, siswa memilih untuk pulang ke rumah masing-masing (BDA, L.03, W.08, B.72). Namun apabila terdapat kegiatan yang padat, maka hari sabtu siswa tetap masuk seperti biasa. Berikut adalah cuplikan wawancara dari BDA (L.03, W.07, B.42): Iya, bahkan diakhir-akhir PI kegiatannya semakin padat, bahkan hari sabtu harus masuk. Padahal sabtu diminta libur. Siswa diminta masuk hari Sabtu bertepatan pada saat akhir pelaksanaan PI. Pada waktu tersebut permintaan pemasangan atau instalasi jaringan meningkat. Hal ini mengharuskan siswa mengikuti kegiatan yang ditawarkan oleh pembimbing. Dengan demikian, hari sabtu menjadi hari alternatif bagi siswa. Apabila tidak ada atau hanya sedikit kegiatan, maka siswa tersebut memanfaatkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun apabila kegiatan penuh atau padat, maka siswa memanfaatkan hari sabtu untuk membantu karyawan menyelesaikan pekerjaan tersebut. Tabel 10 menunjukkan transkrip data aturan kerja yang diberlakukan di PT JMI sebagai hasil interview dengan DS dalam lampiran 3.

123


Tabel 10. Aturan kerja yang diberlakukan di PT JMI Baris 97. 98. 99. 100. 101. 102.

103. 104. 105.

106.

Cuplikan Dialog NW: untuk jadwal hari kerja nya pak? DS: kalo untuk waktu magang itu kita lima hari kerja. Dari senin sampai jumat. NW: trus yang sampai sabtu ini? DS: memang kita tidak ngadain, kita bebaskan. Mereka mau masuk sekolah atau mau libur silakan NW: jadi memang hari ini bapak free ya pak? Hahaha DS: bukan free sekarang nggak ada aktivitas aja. Jadi soalnya kan kita kerja tidak lebih dari jam 4. Kita kerja 8 jam. Takutnya kan kalo ada lebih jam kan gak enak sama‌ ya sebetulnya boleh-boleh aja sih, saya rasa sih e.. masih muda kan banyak aktivitas yang lain.. NW: ow banyak aktivitas yang lain. Haha DS: ya kasihan sama anak magangnya. Kalo di genjot nanti kan melanggar di bawah umur NW: ya kemarin saya sempat ngobrol-ngobrol juga itu kendala dengan orang-orang.. anak-anak SMK itu kan karena mereka usia juga. Nanti takutnya trafficking hehehe. DS: hahaha.. yaa itu masalanya..

Komentas atau Terjemah Waktu kerja siswa PI

Waktu kerja harus sesuai

Pemberian beban kerja selama Senin sampai jumat sudah menjadi aturan main (role of play) dari manajemen PT JMI. Pihak manajemen sudah memperhitungkan sampai pada hari masuk dan waktu pelaksanaan. Siswa masuk ke kantor pada jam 08.00 – 17.00 (BDA, L.03, W.08, B.70). Siswa mendapatkan porsi kerja setiap hari selama 9 jam. Hal ini sama seperti karyawan pada umumnya yang bekerja selama 9 jam (8 jam waktu normal, 1 jam untuk istirahat). Dengan demikian siswa mendapatkan waktu kerja sama dengan karyawan di PT JMI. Siswa dikondisikan bekerja seperti karyawan pada umumnya. Dampak positif yang ditimbulkan adalah pengalaman merasakan sendiri kondisi kerja melalui waktu yang diberikan. Siswa dapat merasakan bekerja di industri selama 9 jam. Hal ini tidak pernah dirasakan ketika duduk dibangku sekolah. Siswa hanya

124


mendapatkan waktu sekolah antara jam 07.00 – 14.00 waktu setempat. Jika dihitung siswa hanya mendapatkan 7 jam yang dirasakan. Selain perbedaan waktu, siswa juga merasakan budaya dilingkungan kerja yang berbeda. Oleh karena itu, program PI dapat memberikan pengalaman kerja bagi siswa untuk merasakan sendiri budaya kerja di DUDI. Selama pelaksanaan PI, siswa memiliki semangat dan integritas kerja tinggi. Hal ini dibuktikan ketika ada pekerjaan lebih, maka siswa tersebut bersedia bekerja lembur layaknya karyawan. Siswa tidak menolak ketika diminta masuk pada hari sabtu, walaupun pada hari tersebut siswa diminta libur. Berikut adalah percakapan dari Bapak DS, S.Kom. (L.03, W.01, B.118): Kalo diajak kerja lebih dari jam kerja ya mereka mau-mau aja. Karena kita disini ya.. apa ya.. bulanannya tetep kita kasih honor lah. Magang tetep kita kasih honor. Namanya mereka tetep dipekerjakan. Pemberian honor merupakan bentuk kompensasi yang diberikan oleh manajemen kepada siswa. Manajemen memandang siswa bukan seorang peserta pelatihan atau hanya sekedar siswa yang magang. Namun manajemen memandang siswa seperti layaknya pekerja yang harus diberi upah. Manajemen menyadari bahwa siswa praktik diberikan tugas untuk membantu menyelesaikan karyawan. Oleh karena itu pemberian upah merupakan bentuk kompensasi dan rasa terimakasih dari manajemen atas bantuan menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan oleh siswa. Pemberian honor merupakan bentuk pembelajaran kepada siswa terkait hakikat kerja. Siswa dapat merasakan bagaimana bekerja dan mendapatkan upah dari hasil kerja tersebut. Dengan demikian, siswa mendapatkan pengalaman akan

125


pentingnya bekerja, bagaimana beratnya bekerja, dan bagaimana pekerja itu mendapatkan penghasilan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Selama PI, siswa diperbolehkan memakai pakaian bebas dan sopan. Selain pakaian sopan dan rapi, siswa harus menjaga rahasia perusahaan (privacy). Salah satunya adalah IP pada pelanggan yang harus dijaga kerahasiaan. Walaupun pada praktik, siswa tidak diperkenankan mengetahui IP pada pelanggan tersebut. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan BDA (L.03, W.08, B.68): Pas disana ya? Ya.. disana senin-kamis pake wearpack, kalo jumat pake batik. Tapi ada juga yang bebas. Yang jelas sopan, jaga sikap, pas instalasi dirumah orang gak boleh pegang-pegang atau ambil. Untuk waktu ya ditentukan. Misalnya pak DS bilang, “nanti instalasi jam segini harus selesai�. Kejar waktu ya.. Pada dasarnya tidak ada aturan yang mengikat pada siswa untuk mengenakan pakaian. Namun siswa mengenakan wearpack pada hari senin– kamis, dan jumat menggunakan batik dengan tujuan menyesuaikan seragam karyawan. Pada hari senin–kamis, karyawan mengenakan seragam dengan motif warna biru, sedangkan wearpack siswa memiliki warna yang sama dengan seragam karyawan. Sedangkan pada hari jumat menggunakan batik. Berikut adalah gambar 16 dan 17 yang menunjukkan kesamaan warna baju antara peserta PI dan karyawan PT JMI.

Gambar 16. Pakaian wearpack siswa PI 126

Gambar 17. Pakaian karyawan JMI


Selain itu, siswa mendapatkan batasan waktu dalam pekerjaan. Setiap instalasi pekerjaan siswa diminta dapat menyelesaikan dalam waktu tertentu. Siswa harus pandai mengatur waktu agar tepat sesuai dengan yang ditentukan. Pemberian batasan waktu merupakan salah satu tekanan yang diberikan dalam pekerjaan. Siswa tidak dapat secara bebas bermain dan mengulur waktu pada setiap pekerjaannya. Dengan demikian pekerjaan yang dilaksanakan dapat terkontrol dan tertata dengan baik. Rata-rata siswa di lapangan untuk instalasi membutuhkan waktu 4 jam. Siswa melakukan instalasi dan pemasangan jaringan biasanya dari jam 10.00 sampai jam 14.00 (CH, L.03, W.06, B.28). Selama 4 jam siswa harus menyelesaikan pekerjaan di lapangan dengan tepat waktu. Jika dilihat 4 jam merupakan waktu yang sangat panjang, namun ketika di lapangan terasa cepat atau pendek. Terlebih dengan adanya tekanan yang diberikan. Dengan demikian siswa dapat merasakan bekerja dibawah tekanan (under pressure) dan cara mengatasinya. 4. Pola Pembimbingan yang Dilakukan oleh Pembimbing PI Peranan pembimbing sangat penting selama proses pelaksanaan PI. Pembimbing bertugas untuk memberikan arahan kepada siswa, memantau kegiatan siswa, dan memberikan saran atau solusi ketika terdapat masalah yang dihadapi siswa. Pembimbing industri diambil dari karyawan perusahaan yang ahli atau berada pada master di level kompetensi. Bapak HD merupakan karyawan yang mendapatkan tugas mendampingi siswa (DS, L.03, W.01, B.96). Pak HD bertugas dibagian sales (HD, L.03, W.02, B.22).

127


Pak HD merupakan lulusan SMKN 2 Yogyakarta (dahulu STM 1 Jetis) tahun 1996 (HD, L.03, W.02, B.75). Pak HD mengambil jurusan elektronika di SMKN 2 Yogyakarta, lalu bekerja di bangunan atau sipil selama 10 tahun. Berikut adalah cuplikan percakapan dengan HD (L.03, W.02, B.41): Saya basic elektronika, lalu masuk di bangunan sekitar 10 tahun lebih, lalu kembali ke elektronika lagi. Ya otomatis lah‌. Telatnya banget. Haha. Yakin dah.. kalo saya mengulang lagi.. waduh la ini.. jadi ya saya ambil ilmu-ilmu dasar nya. Pak HD memiliki banyak pengalaman kerja yang sangat banyak. Hal ini cocok ketika membimbing siswa agar dapat mengambil ilmu berdasarkan pengalaman yang didapat. Terlebih ilmu marketing sebagai ranah kerja yang dibebankan oleh PT JMI kepada Pak HD. Perlakuan pembimbing atau pimpinan JMI kepada siswa sangat baik. Pembimbing tidak membeda-bedakan antar siswa PI. Pembimbing menempatkan pekerjaan siswa berdasarkan basic skill yang dikuasainya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan kinerja siswa dalam menjalankan tugas. Berikut adalah cuplikan wawancara HD (L.03, W.02, B.09): Nah setelah itu baru ada semacam plot-plotnya. Seperti siswa A.. ini cenderung pada bidang grafis, misalnya. Otomatis nanti pekerjaan yang berkaitan dengan grafis akan lebih difokuskan pada dia. Kemudian kalo siswa B misalnya fisiknya kuat, mampu, berani manjat tinggi dsb, tapi untuk bagian teknis dia kurang. Nah baru dia ditempatkan di situ (masang kabel, instalasi jaringan). Baru nanti dikembangkan sesuai jalur siswa itu sendiri. Jadi artinya apa kasusnya, disesuaikan intinya seperti itu. Pemberian tugas kepada siswa dilihat berdasarkan kebutuhan dan kompetensi yang dimiliki siswa. Melalui pembagian tugas atau plot tersebut siswa akan merasa nyaman dengan pekerjaan yang dibebankan berdasarkan kompetensi yang dikuasainya.

128


Metode pembimbingan kepada siswa melalui pendampingan. Siswa didampingi dalam menjalankan tugas yang diberikan. Pendampingan tersebut dapat dilakukan oleh pembimbing atau karyawan yang membersamai siswa saat itu. Tabel 11 menunjukkan transkrip data metode pembimbingan kepada siswa sebagai hasil interview dengan DS dalam lampiran 3. Tabel 11. Metode pembimbingan kepada siswa Baris 123.

124.

125. 126.

127. 128.

Cuplikan Dialog NW: nah ketika praktik, ini kan saya belum melihat gambaran siswa melakukan praktik, apakah mereka langsung full dalam artian dari awal sampai akhir, walaupun dengan bimbingan ya pak, tapi rata-rata apakah diserahkan sepenuhnya kepada siswa atau gimana pak? DS: ow ndak-ndak, tetep ada pendampingan. Mereka (siswa) hanya mendampingi aja. Jadi mereka menyelesaikan yang diminta. Kalo setting sih nggak ya. Kalo mereka mau setting, ya mereka bawa IP sendiri dan disetting sendiri, lalu disimulasi. NW: berarti setting langsung simulasi ya, tidak praktik (di lapangan, ketika ada job). DS: praktiknya di lapangan, karena ada security disana, memang harus konek sama antar IP yang ada security nya. Kalo ketahuan kan gak bisa garansi, kan mereka (‌.) ya mungkin untuk pointing mungkin coba disebutkan (‌.) kalo wireless gak terlalu ribet. Yang penting mereka mengetahui cara setting dari dasar, udah. Pasti dah bisa melakukan setting nya. NW: praktik setting memang tidak diperkenankan ya Pak? DS: setting ke pelanggan langsung tidak. Tapi kalo setting untuk simulasi ya boleh-boleh aja.

Komentas atau Terjemah

Metode pembimbingan melalui pendampingan

Siswa tidak diperkenankan mengetahui IP Address pelanggan. Hal ini dikarenakan IP pelanggan adalah rahasia dan hanya perusahaan yang mengetahui. Namun siswa dapat membuat IP sendiri untuk praktik setting jaringan secara simulasi. Dengan demikian siswa dapat praktik setting jaringan melalui simulasi berdasarkan kegiatan nyata.

129


Siswa mendapatkan bimbingan pada saat praktik atau mengerjakan tugas. Untuk mengetahui keadaan suatu daerah, siswa lebih mudah mengetahui dengan praktik langsung di lapangan. Pembimbing sering mengarahkan saat praktik tersebut, tidak pernah di teorikan terlebih dahulu. Berikut adalah cuplikan wawancara dari DS (L.03, W.01, B.174): Mekanismenya bukan teori ya, langsung praktik. Tempat lain mungkin sama. Jadi ya gak dikasih tahu ini bagian segini jadi segini. Sinyalnya berapa jadinya gimana. Metode pembimbingan lebih mengarah pada penanganan kasus atau studi kasus (HD, L.03, W.02, B.06). Siswa diminta terlibat langsung dalam pekerjaan. Melalui keterlibatan tersebut, siswa akan mengalami permasalahan atau kasus yang dihadapi. Dengan demikian peran pembimbing akan berfungsi sebagai pemecah kasus atau masalah tersebut. Pembimbing memberikan arahan cara mengatasi kasus tersebut agar siswa dapat mengatasinya dengan baik. Pembimbing membagi bentuk pekerjaan kepada siswa berdasarkan kemampuan dan jenis kelamin. Siswa perempuan ditugaskan pada bidang administrasi, program, membantu produksi, dan distribusi voucher, sedangkan siswa laki-laki lebih ke teknis pemasangan jaringan (HD, L.03, W.02, B.24). Namun tidak menutup kemungkinan siswa laki-laki mendapatkan tugas yang diberikan kepada siswa perempuan atau sebaliknya. Pembimbing memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih tugas yang akan dijalankan. Berikut adalah cuplikan wawancara dari HD (L.03, W.02, B.25): Ya kami juga tidak melarang “wah mbok aku ikut masang�, ya silakan. Artinya kita juga menawarkan jangan sampai si anak itu semacam terpaksa. Kalo ada pekerjaan, “ayo ikut ndak�, jadi lebih cenderung ditawari.

130


Karena waktu itu ada empat anak (SMK 2 Pengasih dan SMK 2 Depok). Kita tawarkan ketika satu tim butuh yang bantu satu atau dua (misalnya). Nah kami nawarkan mau ikut yang mana, bukan kami yang membuat “ayo kamu ikut saya�. Ya sekali-kali mungkin iya, seperti contohnya kita butuh yang manjat, sedangkan yang diajak gk bisa manjat kan gak mungkin, seperti itu mas. Jadi lebih terbuka, anaknya ikut pun menerima itu malah lebih enak. Siswa melakukan observasi terlebih dahulu sebelum praktik secara langsung. Pak HD memberikan tugas kepada siswa untuk melihat terlebih dahulu. Pak HD memberikan contoh cara pemasangan yang benar dengan beberapa pertimbangan. Dengan demikian siswa dapat memperhatikan dengan seksama bagaimana cara memasang peralatan dengan benar berdasarkan beberapa pertimbangan. Tabel 12 menunjukkan transkrip data mekanisme observasi siswa sebagai hasil interview dengan HD dalam lampiran 3. Siswa akan memahami hasil observasi atau melihat yang di contohkan oleh pembimbing ketika praktik secara langsung. Hal tersebut akan berkembang sesuai dengan kondisi lapangan yang dihadapi. Setiap kondisi akan berbeda dari tempat satu ketempat lain. Siswa harus mampu mengetahui trik-trik dan mekanisme dalam menghadapi permasalahan di lapangan. Siswa memerlukan cara atau mempoinkan permasalahan yang dihadapi. Siswa tidak diajarkan cara mempoinkan dalam menghadapi suatu masalah di sekolah. Namun siswa mendapatkan cara mempoinkan permasalahan tersebut ketika praktik secara langsung di DUDI.

131


Tabel 12. Mekanisme observasi siswa Baris 44.

45.

46. 47.

48. 49.

50.

51.

Cuplikan Dialog NW: untuk pembimbingan dan penyampaian ke siswa berkaitan dengan tugas-tugasnya itu gimana pak? Jadi seperti proses pengerjaan, hasilnya, mereka bagaimana pak? HD: kalo saya ikut, siswa cenderung saya suruh melihat dulu. “ini lo, nanti masangnya seperti ini. Kenapa masangnya seperti ini, karena alasanya a b c d eâ€?. Oh ya kalo ada pertanyaan disampaikan aja lo mas.. kan situ yang butuh data, saya terkadang panjang lebar kesana kemari ceritanya. NW: oh ya pak, gak apa2. Justru ini banyak ilmu yang saya dapat. Hehe. HD: jadi untuk itu saya cenderung lebih mencontohkan lebih dahulu kegiatan seperti ini, kenapa harus seperti ini, caranya seperti ini, alasanya ini. Ya apakah mereka pahamnya seberapa persen, ya itu nomor dua. Nanti akan terlihat ketika mereka akan melaksanakan sendiri. Missal kaya cara mendirikan tiang itu seperti apalah. Fokus tenaganya dimana, itukan kalo mereka belum dikasih benang merah kan susah. Ketika sudah dikasih tahu dan mereka paham, ya seberapa pun kendalanya mereka bisa. Ya sebenarnya prosedur pemasangan itu tidak urut, ya ndak juga. NW: maksudnya langkah-langkahnya tidak sesuai prosedur itu juga bisa? HD: ya, sesuai dengan kondisi di lapangan, terkadang tidak harus urut sesuai ketentuan. Ya kalo di sekolah, mungkin langkah-langkah itu kan sudah ada dan harus ikut. Langkah awal: persiapan barang, misalnya seperti itu kan. Nah kalo di lapangan tidak seperti itu, bisa jadi ketika dilokasi berbeda. Yang jelas seperti instalasi kita harus pointing terlebih dahulu, dapat ndak sinyalnya dll. Nah bisa jadi setelah itu yang apa namanya.. letaknya diakhir, harus didepan terlebih dahulu, kan bisa jadi. Intinya bagaimana kerja itu cepet aja. NW: berarti harus mengetahui trik-trik dan mekanisme ketika menghadapi sesuatu di lapangan ya pak. Hal itu disampaikan ndak pak ke siswanya? HD: nah itu mas, yang membedakan itu yang mempoinkan nya itu yang tidak (diajarkan). Seharunya secara praktik mereka bisa gimana caranya menangani ini itu‌

Komentas atau Terjemah

Siswa melakukan pengamatan untuk mendapatkan kompetensi

Pembimbing memberikan contoh kepada siswa

Pembimbing memberikan arahan kepada siswa ketika di lapangan. Sebelum melakukan pekerjaan, siswa mengikuti briefing terlebih dahulu. Pembimbing melibatkan siswa agar mampu menganalisa sebuah kasus dan menangani kasus

132


tersebut. Tabel 13 menunjukkan transkrip data metode pembimbingan kepada siswa sebagai hasil interview dengan HD dalam lampiran 3. Tabel 13. Metode pembimbingan kepada siswa Baris 52. 53.

54. 55. 56. 57.

Cuplikan Dialog NW: berarti yang terus menerus dibimbing adalah kasus-kasus yang dihadapi seperti itu ya pak? HD: mereka yang mengajak kan semestinya sudah bisa memprediksi, “oh ini si anak mampu ini kalo untuk ini, tapi kalo untuk ini ndak�. Biasanya untuk mendirikan dua pipa itu saya ikut, karena ada beberapa hal yang tidak bisa disampaikan. Artinya hal tersebut harus bener-bener dilokasi dan harus disampaikan di lokasi, membaca di lokasi, nanti langsung bisa tahu. Dan itu terkadang tidak mudah disampaikan. Contohnya sampai di lokasi, tembok misalnya gak bisa dipasang pengait misalnya, kan kita harus tahu di lokasi. Jadi tidak bisa diteoritiskan, makanya kadang kalo disuruh buat teori ya gimana teorinya.. haha NW: pemasangan tersebut membutuhkan berapa lama pak? HD: kalo satu clien rata-rata tiga sampai empat jam. NW: tergantung lokasi ya pak? HD: ya variatif lah, tergantung lokasinya juga, dan tergadang malah yang bikin lama itu kami jauh dari pemancar malahan. Itu agak susah itu,, harus memastikan dulu dapat sinyal atau tidak. Nah kalo kurang alternatifnya seperti apa ini. Apakah alatnya harus diganti yang lebih tinggi atau gimana, seperti itu.

Komentas atau Terjemah

Pembimbing atau karyawan harus mampu mengetahui kompetensi yang dimiliki siswa.

Realita di lapangan

Peran pembimbing sangat penting saat terjadi masalah di lapangan. Pembimbing harus memberikan contoh bagaimana menganalisa sebuah kasus. Seperti cuplikan wawancara di atas, pembimbing mampu mengetahui masalah yang muncul di lapangan dan cara mengatasinya. Setelah mendapat analisa dari pembimbing, siswa dapat menjalankan pekerjaan tersebut dengan tepat. Pembimbing memberikan tugas melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut dibagi berdasarkan permasalahan yang sering muncul dan mudah terlebih dahulu. Apabila siswa mampu mengatasi tahapan awal, maka pembimbing

133


mengarahkan kepada siswa pada tahapan selanjutnya. Berikut adalah cuplikan wawancara dari CH (L.03, W.06, B.46): Ya sebenarnya itu.. tugasnya itu nggak langsung dikasih brek gitu ya. Cuma ada stepnya ada. Kaya job pertama suruh input data, biasa ndak yo (cahyo)? Bisa pak. Paling gitu. Trus kerjain, nah klo dah bisa, trus suruh buat edit atau gimana. Dah selesai juga suruh buat upload, hapus, trusnya gimana.. Melaui beberapa tahapan di atas, siswa dapat mengerjakan tugas dengan runtut dan benar. Selain itu, tugas yang diberikan sesuai dengan kemampuan siswa. Setelah siswa mampu mengatasi permasalahan, maka pembimbing akan memberikan tugas dengan tingkat kesulitan lebih tinggi. Pada dasarnya siswa hanya mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Jenis pekerjaan yang dibebankan kepada siswa tidak jauh berbeda dengan kompetensi dasar. Seperti cuplikan wawancara dari CH (L.03, W.06, B.36) berikut: Ya Cuma diarakan sih, kaya ngeclaim kabel kan itu dasar ya, kan tau ya. Cuma diarahkan jalannya, sek lurus ojo nglendong-nglendong (yang lurus jangan belok-belok) gitu ya. Siswa sudah mengerti cara memasang kabel dengan benar. Namun untuk mencari jalur secara efektif membutuhkan arahan dari pembimbing. Berdasarkan pengalaman tersebut, siswa dengan mudah memasang kabel berdasarkan arahan pembimbing. Peran pembimbing sangat penting bagi siswa dalam memperoleh kompetensi. Pembimbing harus mampu berbaur dengan siswa agar mudah dalam penerimaan materi. Dengan demikian siswa dapat dengan mudah memperoleh kompetensi dari pembimbing tersebut.

134


Kesan siswa terhadap pembimbing sangat beragam. Siswa merasa nyaman dengan pola pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing. Selain itu faktor usia dan pengalaman menentukan sikap dari pembimbing tersebut. Usia pembimbing yang relatif muda dapat dengan mudah bercanda dengan siswa layaknya seperti teman. Sedangkan pembimbing yang relatif sudah dewasa atau bapak-bapak lebih mengedepankan sikap mengayomi siswa. Berikut adalah cuplikan wawancara dari BA dan CH terkait kesan terhadap pembimbing. (BA, L.03, W.05, B.13) Kalo disana masnya masih muda, jadi kaya to konco dewe, kadang yo garap-garapan, kadang yo (Teman sendiri, kadang saling bercanda, kadang ya).. ya enak. (CH, L.03, W.05, B.98) Kalo JMI kebetulan pembimbingnya bapak-bapak. Dari JMN juga dulu, tapi beliaunya bisa ngemong lah. Paling sebulan sekali diajak makan di luar gitu, trus face-two-face tentang ada masalah ndak. Mungkin ada gak suka sama karyawan atau pekerjaan berat. Ya ditanya gitu. Monitoring hampir tiap hari. Kadang-kadang ditanya pekerjaan dah selesai belum (BDA, L.03, W.07, B.12) Enak kok mas, friendly gitu. 5. Cara Mendapatkan Kompetensi Saat Praktik Praktik Industri menjadi metode pembelajaran bagi siswa untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Selain itu siswa mendapatkan banyak pengalaman yang didapat ketika mengikuti program PI. Pengalaman tersebut menambah wawasan terkait kegiatan kerja, suasana kerja, dan hal-hal informal lainnya yang tidak didapat di bangku sekolah. Oleh karena itu, program PI dapat meningkatkan kompetensi dan menambah pengalaman bagi siswa.

135


Siswa melakukan beberapa kegiatan untuk memperoleh kompetensi tersebut. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian tugas yang diberikan oleh pembimbing dan kegiatan informal lainnya yang dilakukan oleh siswa. Siswa menyelesaikan tugas di tempat PI dengan beberapa metode. Dengan metode tersebut, siswa mampu memperoleh kompetensi yang diajarkan di tempat industri. Pada awal praktik, siswa mendapatkan tugas mengamati kegiatan-kegiatan di tempat kerja. Pengamatan yang dilakukan siswa bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan di tempat kerja, mulai dari persiapan, proses, sampai pasca produksi/kegiatan. Hal ini dapat mempermudah siswa untuk memetakan alur kerja. Metode pengamatan merupakan tugas pertama yang diberikan oleh pembimbing kepada siswa. Berikut adalah cuplikan wawancara dari CH (L.03, W.05, B.41): Minggu pertama disuruh melihat, kalo minggu berikutnya suruh masang disana, ini kabelnya suruh di claim, panjang sini, access point pasang sekalian konfigurasi. Siswa melaksanakan tugas yang diberikan oleh pembimbing melalui beberapa metode. Metode observasi atau pengamatan dilakukan sebelum siswa membuat atau menghasilkan sesuatu. Siswa dapat mengamati terlebih dahulu proses pengerjaan yang dilakukan oleh karyawan atau pembimbing. Setelah mengamati beberapa hal yang dilakukan karyawan, maka siswa dapat menerapkan beberapa hasil pengamatan tersebut ketika diminta untuk membuat atau menghasilkan sesuatu. Selama praktik di industri, siswa mampu menanam sikap-sikap positif ketika mendapatkan tugas atau pekerjaan. Sikap positif tersebut antara lain: sabar,

136


berfikir positif, ketekunan, dll. Sikap tersebut tertanam pada siswa setelah merasakan beberapa hal yang ada di dalam industri. Sebagai contoh adalah sikap ikhlas dalam melaksanakan tugas dapat mempengaruhi hasil praktik. Hal ini diungkapkan oleh salah satu siswa praktik di PT JMI, yaitu BDA. Berikut adalah cuplikan wawancara BDA (L.03, W.07, B.66): Ya kalo lain apa ya, yang penting belajar itu ikhlas, jangan nggrundel kan biasanya bekerja itu suruh ini suruh ini, trus nggrundel. Ya kalo ndak ikhlas itu biasanya instalasi malah gagal gitu kok. Ada aja kendalanya. Lama juga soalnya, jadi pekerjaan harus dibagi-bagi. Ya dikerjain sendiri lama banget. Intinya pengalaman itu lo mas yang didapat. Ya kan kalo anak lapangan sama anak di kantor kan beda-beda. Siswa merasakan perbedaan cara menanggapi tugas yang diberikan, baik secara ikhlas maupun tidak. Pekerjaan yang dilandasi dengan rasa keikhlasan akan menghasilkan produk yang baik, sedangkan dikerjakan dengan tidak ikhlas akan menghasilkan produk yang tidak layak jual. Siswa mendapatkan pelajaran terkait pentingnya kerjasama. Pekerjaan yang menumpuk dan banyak di DUDI tidak akan bisa diselesaikan secara individu, namun memerlukan kerja sama dengan karyawan lain agar dapat dengan mudah terselesaikan. Dengan demikian pengalalaman yang didapat di DUDI tidak hanya berupa keterampilan teknis, namun siswa mendapatkan sikap-sikap yang perlu ditingkatkan seperti rasa ikhlas, kerjasama, dll. Selain dari pekerjaan sehari-hari, siswa mendapatkan kompetensi berasal dari kegiatan disela-sela istirahat. Selama istirahat tersebut, siswa dapat berbincang-bincang dengan karyawan dan browsing informasi di internet. Siswa mendapatkan ilmu dari karyawan setelah berbincang-bincang. Karyawan menceritakan pengalamannya bekerja, bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan,

137


dan tidak menutup kemungkinan bercerita berkaitan dengan urusan lain. Hal ini dapat membantu siswa menyerap pengalaman yang baik dari karyawan dan menyisihkan pengalaman yang tidak baik. Siswa mendapatkan banyak manfaat dengan fasilitas internet yang disediakan oleh DUDI. Siswa dapat mencari informasi berkaitan dengan teknisteknis yang berkaitan dengan pekerjaan. Selain itu, ilmu yang relevan dengan kegiatan di industri dapat dengan mudah diperoleh melalui interent. Dengan demikian fasilitas internet sangat membantu siswa untuk menemukan cara atau kompetensi. Intensitas kegiatan yang padat di PT JMI sangat membantu siswa dalam pembentukan kompetensi. Kegiatan yang dilakukan dari pagi sampai sore setiap hari merupakan kegiatan yang diulang-ulang dan bersifat continue atau terusmenerus. Siswa tidak memperoleh kesempatan untuk istirahat ketika kegiatan di PT JMI padat dan harus segera diselesaikan. Namun apabila kegiatan tidak padat, siswa dapat berbincang-bincang dengan karyawan, browsing internet, atau kegiatan lainnya. Siswa tidak mendapatkan waktu istirahat (dalam konteks ini adalah menganggur) disebabkan karena setelah menyelesaikan kegiatan, siswa akan menyelesaikan kegiatan lainnya. Seperti halnya kegiatan pembuatan voucher, siswa harus menyelesaikan produksi voucher karena dilakukan setiap hari dan terus menerus. Tabel 14 menunjukkan transkrip data kegiatan disela-sela istirahat sebagai hasil interview dengan BDA dalam lampiran 3.

138


Tabel 14. Kegiatan disela-sela istirahat Baris 71. 72. 73. 74.

75. 76.

77. 78.

Cuplikan Dialog NW: kalo sabtu kemana mbak? BDA: pulang kesini, hehe. Tapi kadang sabtu masuk pas rame-ramenya, suruh masang gitu. NW: nah itu sabtu gitu ya kegiatannya. Kalo pas tidak ada kegiatan mbak, ngapain aktifitasnya? BDA: ya udah, diem aja.. nganggur. Haha. Tapi kapan ya? Em.. nampaknya ndak pernah mas, jarang sih. Kan kegiatannya full terus. Kalo misalnya tidak ada kegiatan gitu, biasanya masuk ke voucher. Jadi sudah ada tempatnya gitu. NW: berarti intensitas PI full ya.. BDA: ya full, tapi sante-sante pasti ada ya, kaya cetak voucher itu kan masih manual, jadi saat ngeringkan cat itu kita nunggu kering itu kan agak lama. Kita nunggu apain. Tapi kalo ada yang sudah di cat, maka sembari nunggu kita motongin yang itu udah kering, ngurutin, lalu ngrekap. Ya pernah mas.. tapi kapan ya? NW: berarti banyak ya? BDA: iya.. kaya karyawan full. Haha

Komentas atau Terjemah

Siswa lebih disibukkan dengan pekerjaan daripada menganggur

Kegiatan praktik di PT JMI sudah terorganisir dengan baik. Siswa mendapatkan alokasi tugas sesuai dengan kemampuannya. Dalam pembagian skala prioritas, tugas tersebut dibagi menjadi tugas lapangan dan tugas dalam ruangan. Tugas lapangan adalah kegiatan di luar kantor PT JMI, seperti pemasangan antenna, instalasi jaringan, membagian voucher atau marketing, dll. Sedangkan kegiatan di dalam ruangan lebih fokus pada pembuatan voucher. Setelah menyelesaikan tugas di lapangan, siswa segera menyelesaikan tugas di dalam ruangan dengan menyelesaikan produksi voucher. Pembuatan voucher merupakan tugas yang tergolong ringan bagi siswa. Siswa diminta mencetak voucher, memberikan cat, dan mengeringkan. Selama proses pembuatan voucher, siswa memiliki waktu yang fleksibel untuk melakukan kegiatan lainnya. Selain produksi voucher, siswa melakukan sharing pengetahuan dengan karyawan dan siswa PI lainnya. BDA melakukan diskusi dengan siswa dari

139


SMKN 2 Depok Yogyakarta. Diskusi tersebut membahas berkaitan dengan materi yang sudah diajarkan pada masing-masing sekolah. Perbedaan karakteristik antara SMKN 2 Pengasih dan SMKN 2 Depok menjadikan siswa dapat berbagi pengalaman yang didapat. SMKN 2 Depok memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan SMKN 2 Pengasih. Keunggulan tersebut dilihat dari materi yang sudah diajarkan dan memiliki pengalaman yang lebih banyak. Hal ini disebabkan SMKN 2 Depok memiliki masa studi selama 4 tahun, sedangkan SMKN 2 Pengasih hanya 3 tahun. Siswa SMKN 2 Pengasih mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan dari siswa SMKN 2 Depok, begitu sebaliknya setelah melakukan diskusi diantara keduanya. Melalui diskusi tersebut, siswa dapat menambah wawasan yang belum didapat di sekolah, serta dapat diimplementasikan di PT JMI. Tabel 15 menunjukkan transkrip data kegiatan diskusi dengan siswa SMKN 2 Depok sebagai hasil interview dengan BDA dalam lampiran 3. Tabel 15. Kegiatan diskusi dengan siswa SMKN 2 Depok Baris 93. 94.

95. 96.

97. 98.

Cuplikan Dialog NW: kalo sharing sama stembayo, biasanya apa ja mbak materinya? BDA: materi yang mereka udah dapet, kaya linux. Mereka cerita hambatannya apa, trus Tanya-tanya. Lalu kita minta materinya NW: disini belum diajarin gitu ya? BDA: ya belum mas, materi semester ke 5. Kan mereka 4 tahun. Jadi mereka udah dapat, sedangkat kita belum. NW: kalo sharing sama mereka itu kapan dilakukan mbak? BDA: ya pas selo gitu. Kalo misalnya ngerjain web kan sambil sharing.. “dulu guruku bilang gitu�.. nah kita nerapin. Saat di lapangan juga gitu cerita-cerita gitu. Tapi ya tidak melulu pelajaran sih, ada yang lain, hehe.

140

Komentas atau Terjemah

Sharing dengan siswa SMKN2

Waktu yang dilakukan untuk sharing dengan siswa lain


Keunggulan siswa SMKN 2 Depok adalah memiliki waktu yang panjang untuk mempelajari materi. Sedangkan siswa SMKN 2 Pengasih memiliki keterbatasan waktu dalam mempelajari materi. Namun hal tersebut dapat disiasati melalui sharing bersama untuk mengetahui kompetensi yang sudah dipelajari oleh masing-masing siswa. Diskusi merupakan kegiatan yang saling menguntungkan satu sama lain. Tidak ada yang dirugikan melalui metode diskusi tersebut. Siswa SMKN 2 Pengasih mendapatkan kompetensi dari siswa SMKN 2 Depok, sedangkan siswa SMKN 2 Depok dapat berbagi ilmu dan memperkuat kompetensi yang sudah dimiliki. Dengan demikian metode diskusi dapat menguntungkan kedua belah pihak. Siswa mendapatkan kompetensi dengan mendengarkan pembicaraan orang lain. Siswa mendengarkan pembicaraan pembimbing maupun karyawan dilakukan dengan sadar maupun tanpa disadari. Melalui metode ini, siswa mampu mengikuti gaya bicara pembimbing atau karyawan yang didengar tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak SDP, S.T. untuk menggambarkan bagaimana siswa mendapatkan kompetensi di industri. Berikut adalah cuplikan wawancara dari SDP (L.03, W.03, B.44): Teknik pemasaran sebetulnya tidak, karena disana dia nanti ngrakit (komputer). Nah karena mendengar‌ efek samping aja.. itu banyak hal‌.. Proses mendengarkan pembicaraan secara terus menerus dapat menambah penguasaan kompetensi tertentu. Namun apabila tidak dilihat secara baik, maka kompetensi tersebut hanya sebagai pengetahuan saja. Siswa harus melihat proses pembicaraan tersebut agar mengetahui bagaimana orang tersebut berbicara, gerak

141


tubuh saat berbicara, mimik muka, dll. Dengan demikian siswa dapat menambah atau menguasai kompetensi pada ranah sikap. Berikut adalah cuplikan wawancara dari CH (L.03, W.06, B.24) berkaitan dengan cara mendapatkan kompetensi saat praktik: Ya pertama menyerap ilmu itu dari melihat, gimana cara masangnya. Trus yang kedua juga tanya sama karyawannya atau teknisinya, ya kalo belum tau, tanya. Kalo ndak suruh ngajarin, “mas iki piye carane… nyeting iki piye carane, mbok aku diajari” (terjemahan: mas ini bagaimana caranya, setting ini bagaimana caranya, saya minta diajarkan). Pada dasarnya siswa mengamati bagaimana cara memasang jaringan, lalu bertanya bagaimana cara melakukan tersebut. Kedua metode tersebut sangat berkaitan, karena ketika melihat sesuatu pasti akan timbul pertanyaan “bagaimana cara melakukan itu” atau “bagaimana bisa menghasilkan seperti itu”, dll. Siswa dengan spontan akan menanyakan langkah-langkah yang dilakukan oleh pembimbing atau karyawan. Bertanya merupakan sikap yang harus tertanam pada diri seseorang dan diimbangi dengan keberanian. Tidak banyak orang yang memiliki keberanian bertanya, karena rasa malu yang sering muncul pada dirinya. Oleh karena itu ketika menemui sebuah kesulitan saat melakukan observasi, maka agar memecahkan masalah tersebut sebaiknya dikolaborasikan dengan bertanya kepada yang ahli atau pembimbing. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan DS (L.03, W.01, B.192): Untuk itu sih, biasanya kita tanyain apa yang kurang dan sambil berjalan. Jadi ya memaksa kesadaran mereka untuk bertanya. Misalkan ada yang kurang tugasnya mereka, maka bertanya. Apabila sudah selesai, yaa sudah selesai. Haha. Ya kaya pembuatan website kaya kemarin. Jenis pekerjaan yang diberikan kepada siswa memiliki kesamaan dan dikerjakan secara berulang-ulang. Selain itu, siswa akan mempraktikkan atau

142


simulasi pekerjaan tersebut secara mandiri. Hal ini memudahkan siswa untuk memperoleh kompetensi dengan cepat. Dengan demikian pekerjaan yang dikerjakan secara berulang-ulang dapat menguasai kompetensi tersebut dengan baik. Metode mendapatkan kompetensi yang dilakukan oleh siswa seperti di atas sangat tepat. Proses tersebut sama dengan pembimbing ketika masih baru menjadi karyawan. Siswa mendapatkan pengalaman dari pembimbing ketika berdiskusi untuk mengetahui bagaimana pembimbing mendapatkan kompetensi tersebut. Tabel 16 menunjukkan transkrip data cara mendapatkan kompetensi siswa sebagai hasil interview dengan CH dalam lampiran 3. Tabel 16. Cara mendapatkan kompetensi siswa Baris 85. 86.

87. 88.

Cuplikan Dialog NW: nah terkait pengalaman, bagaimana cara belajarnya yang tepat? CH: ya nglekauin dengan berulang-ulang aja. Trus lihat karyawan nyetting berkali-kali, trus nyoba, kalo ndak bisa bertanya lagi. Trus pointing juga gitu, lihat terus lihat terus. Cuma kita belajar mandiri, gak secara langsung iki carane. Ya kita belajare begitu. NW: berarti metodenya begitu ya? CH: ya dari awal karyawannya juga begitu kok. Pas karyawannya cerita kalo dulu awal awal bisa nyeting hanya lihat pak bos nya nyeting. Dari pak bosnya langsung ngajarin itu ndak pernah. Kemarin juga ada karyawan baru juga belajarnya sama kaya anak PKL.

Komentas atau Terjemah

Mengulang pekerjaan sembari melihat karyawan melakukan setting router.

Tidak terdapat perbedaan metode memperoleh kompetensi antara karyawan dengan siswa. Karyawan membutuhkan waktu yang lama untuk menguasai sebuah kompetensi. Karyawan harus melakukan beberapa step terlebih dahulu, seperti: melihat cara bos atau pimpinan PT JMI melakukan setting jaringan, mencoba setting jaringan sesuai dengan yang dilakukan pimpinan, dan bahkan

143


pimpinan tersebut tidak pernah memberitahu bagaimana cara setting yang benar. Metode tersebut terdapat kesamaan dengan siswa untuk menguasai sebuah kompetensi. Pembimbing PI merasakan hal yang sama seperti karyawan dalam memperoleh sebuah kompetensi. Pembimbing memerlukan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan pekerjaan (HD, L.03, W.02, B.35). Suasana dan pekerjaan yang berulang-ulang di lapangan dapat membantu dalam mengatasi sebuah masalah (problem solving) ketika dihadapkan kepada pembimbing. Dengan demikian pembimbing tetap membutuhkan waktu yang lama dalam beradaptasi dengan pekerjaan, lalu hasil yang didapat dapat disampaikan kepada siswa. Pengalaman pembimbing atau orang yang ahli sangat berharga bagi siswa untuk mempermudah penguasaan sebuah kompetensi. Berikut adalah cuplikan pernyataan dari HD berkaitan dengan cara pembimbing menemukan sebuah kompetensi saat awal masuk ke perusahaan tersebut: Ya ada lah yang complain “saya dah bayar ini.. itu.. mosok ndak ada cadangan batre.. bla bla” ada yang seperti itu. Tapi ya seharusnya menyadari lah. Tapi kami prinsipnya secepatnya dan dibutuhkan kesabaran sih. Kesabaran dalam mendengarkan, haha. Saya pun dulu ketika masuk, ya yang namanya awalan itu mas, belum ketok pintu, belum tahu orangnya siapa yang dateng, udah diusir ya pernah mas. Haha. Macam-macam (type) orang lah mas. Ya pak doni maju itu tidak ngasih teori apa-apa. La ada senior saya minta diajari, dia bilang “kon ngajari opo e lek, aku bingung e”. ya setelah proses, oh ternyata seperti ini, kendala seperti ini, ya saya justru bisa menyampaikan “kamu kalo ngomong seperti ini, masalah nanti meleset, maka fokusnya seperti ini”. Trus kaya produksi voucher itu kaya cara mengurutkan angkanya seperti ini, saya kasih garis merah dulu. Ketika mereka udah paham dengan garis merah itu, mereka mau improvisasi kemana, ya terserah” (HD, L.03, W.02, B.31).

144


Berdasarkan pengalaman pembimbing di atas, kesabaran dalam menghadapi komsumen harus dimiliki oleh semua karyawan PT JMI. Orang yang dihadapi di lapangan sangat beragam jenisnya, maka perlakuan kepada setiap orangpun berbeda-beda. Untuk menemukan cara tersebut, diperlukan praktik langsung dan diulang-ulang agar menghasilkan konsep tertentu. Hal ini harus dilakukan oleh siswa agar sering berdiskusi dengan pembimbing untuk menggali ilmu dari pembimbing. Dengan demikian siswa tidak membutuhkan waktu yang lama seperti pembimbing dalam memperoleh sebuah kompetensi. Pembimbing sudah memahami langkah-langkah dalam menyelesaikan sebuah masalah. Langkah-langkah tersebut didapatkan oleh pembimbing dalam waktu yang tidak singkat. Pembimbing membutuhkan waktu panjang dan mencoba beberapa kali agar dapat menemukan cara tepat dalam menangani suatu kasus atau menyelesaikan sebuah tugas tersebut. Sedangkan siswa tidak memiliki waktu luang untuk menemukan cara dalam suatu kasus. Sehingga sering berdiskusi dengan pembimbing akan mempercepat perolehan kompetensi bagi siswa. Disiplin ilmu yang dikuasai sangat berpengaruh pada cepat atau lambatnya beradaptasi. Proses adaptasi pembimbing dengan siswa sangat berbeda karena latar belakang pembimbing adalah elektronika, sedangkan PT JMI bergerak pada bidang TIK. Hal ini membuat pembimbing harus belajar ekstra untuk menguasai kompetensi di PT JMI. Berbeda dengan siswa SMK yang memiliki basic TIK, sehingga lebih mudah beradaptasi pada pekerjaan yang diberikan. Tabel 17

145


menunjukkan transkrip data cara memperoleh benang merah oleh pembimbing sebagai hasil interview dengan HD dalam lampiran 3. Tabel 17. Cara memperoleh benang merah oleh pembimbing Baris 33.

34. 35.

36. 37.

38. 39.

40. 41.

42. 43.

Cuplikan Dialog HD: ya kan ada point-point nya terlebih dahulu, garis merahnya seperti apa, caranya untuk kearah itu gimana, saya bisa menyampaikan kalo seperti itu. Tapi senior saya dulu ndak bisa, saya harus cari sendiri. Ya gawat itu memang, haha. NW: untuk mencari garis merah itu prosesnya lama betul ya pak? HD: makanya waktu itu saya masuk adaptasinya agak lama, ya kebetulan orangnya pendiem (seniornya). Jadi nggak bisa ngomong seperti apa. Kalo saya sebenarnya typical nya keras mas. Jadi kalo ada kesalahan langsung saya sampaikan. Ya seperti itu, daripada dipendam. Ya sayangnya yang saya hadapi macam-macam. NW: kalo adaptasi siswa sendiri bagaimana pak? HD: adaptasi siswa yang kemarin itu lebih.. termasuk cepet sih. Apalagi mereka terbiasa perjalanan jauh. Sepertinya secara fisik sudah terbiasa…. Mobilisasi.. ndak begitu susah. NW: kalo penerimaan ilmu atau yang disampaikan skill nya itu bagaimana pak? HD: karena mereka basic nya punya ilmu seperti itu lebih cepat, daripada saya. NW: loh, pak hadianto ini backgroundnya apa pak? HD: saya basic elektronika, lalu masuk di bangunan sekitar 10 tahun lebih, lalu kembali ke elektronika lagi. Ya otomatis lah…. Telatnya banget. Haha. Yakin dah.. kalo saya mengulang lagi.. waduh la ini.. jadi ya saya ambil ilmu-ilmu dasar nya. NW: tapi bapak punya multidisiplin ilmunya kan banyak.haha. HD: ya. Ya.. gimana ya.. saya disitulah punya… bisa menerima banyak ilmu, tapi tidak bisa fokus ke salah satu, gak bisa. Kebetulan kondisinya mengarahkan kesitu mas. Ya di masyarakat seperti itu, dipekerjaan ya seperti itu. Ya dipekerjaan dulu saya pegang uang, pegang RAB, bahkan pernah ditugaskan ngakon karo ngatur si tukangnya “loo ini ndak bener, ini gak gitu” padahal kalo disuruh ngerjakan belum tentu serapi dia, tapi saya bisa tahu bahwa ini prosesnya salah. Walaupun si tukang itu belum begitu perhatian kalo dia salah.

Komentas atau Terjemah Proses menemukan benang merah

Proses menemukan benang merah

Siswa sudah memiliki ilmu TIK sehingga mudah dalam penguasaan kompetensi di PT JMI Kompetensi dasar yang dikuasai pembimbing

Kelebihan dari Bapak HD yaitu penguasaan multidisiplin ilmu yang baik sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Walaupun dalam penguasaan ilmu secara spesifik belum ahli daripada karyawan lain. Namun pengalaman yang banyak dari Bapak HD harus di dalami secara mendalam oleh

146


siswa agar penyerapan kompetensi, terutama sikap menghadapi konsumen dan pengetahuan lainnya. 6. Bentuk Evaluasi untuk Mengukur Peningkatan Kompetensi Siswa Evaluasi digunakan untuk mengukur ketercapaian pembelajaran siswa PI di industri. Selain itu evaluasi dapat digunakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa selama PI di DUDI. Bentuk evaluasi yang diterapkan di PT JMI adalah tes simulasi. Tes tersebut merupakan simulasi penanganan kasus seperti keadaan di lapangan. Bapak DS memberikan soal kepada siswa sebagai bentuk evaluasi selama pelaksanaan PI. Bapak DS memberikan tiga soal kepada siswa dengan kategori ringan, sedang, dan sulit. Ketiga bentuk soal tersebut merupakan simulasi kasus yang sering dihadapi di lapangan. Masing-masing kategori memiliki waktu yang berbeda, sesuai dengan kesulitan soal yang diberikan. Berikut cuplikan dari BDA (L.03, W.07, B.30) terkait waktu yang diberikan saat evaluasi: Ya buat jaringan mini gitu lah. Setting-setting alat. Dikasih waktu ada yang 5 menit, 15 menit, 1 jam. Ya Cuma nyetting aja. Bapak DS memberikan penjabaran waktu saat ujian, yaitu: Gak itu untuk ujian, trus saya beri waktu setengah jam bisa ndak, konekin ini bisa berapa jam. Sebenarnya setengah jam sudah selesai untuk satu kasus lah. Paling lama itu dua jam untuk dua kasus. (DS, L.03, W.01, B.132) CH mengalami kesulitan pada saat ujian. Hal ini disebabkan adanya batasan waktu saat ujian. Siswa harus menyelesaikan soal tersebut dalam waktu tertentu. Berbeda ketika praktik di lapangan, siswa bisa santai saat mengerjakan tugas. Pemberian waktu pada saat ujian bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa

147


dalam menghadapi tekanan (under pressure). Berikut adalah cuplikan wawancara dari CH (L.03, W.06, B.80): Ya cuma setting alat aja, trus dikasih waktu. Ya kalo di lapangan kan hanya sante ya, jadi sebenarnya sering dilakukan sih. Tapi pas ujian kan dikasih waktu, “setting router ya Yo (cahyo), 5 menit� pak doni biasanya gitu. Ya sebenarnya kali sante bisa ya, kana da tekanan sih kurang 1 menit yo. Wah kaya gimana gitu.. Setting jaringan merupakan materi yang diujikan kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak DS selaku penguji: Setelah itu ya sudah.. sudah diajarin cara setting-setting ini.. konfigurasi dasarnya, trus ya udah mereka ikut yang kerja itu aja. Terus setelah beberapa sebulan atau mungkin dua bulan seperti itu mereka ujian. Tesnya kita kasih soal. Nih setting ini nih.. setting ini nih.. router.. yang sudah kalian dapat apa gitu kan. (DS, L.03, W.01, B.50) Soal yang diberikan merupakan pengembangan dari materi yang sudah di praktikkan oleh siswa. Selain setting jaringan, siswa dihadapkan dengan soal mensetting router untuk mengetahui kemampuan analisa jaringan. Berikut adalah cuplikan wawancara BDA (L.03, W.07, B.32): Ya.. yang pertama hanya nyetting jaringan biasa, yang kedua jadiin kaya router, yang ketiga pa ya, saya lupa. Pokoknya berbeda, setiap tahapan. Setting jaringan merupakan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa program keahlian TKJ. Setting jaringan menjadi komponen wajib yang harus dikuasai siswa, karena apabila dapat menguasai kompetensi tersebut siswa dapat mengatasi permasalahan yang lain. Semua kegiatan yang berkaitan dengan jaringan pasti memerlukan setting jaringan. Dengan demikian siswa harus mampu menguasai setting jaringan tersebut. Pada dasarnya siswa mendapatkan soal men-setting komponen yang ada di dalam jaringan. Komponen tersebut antara lain: setting radio dan setting router. 148


Kedua komponen tersebut wajib dikuasai oleh siswa dalam pemenuhan kompetensi TKJ. Bapak DS menyiapkan soal yang akan diujikan kepada siswa. Materi yang akan diujikan merupakan bagian dari kegiatan praktik sehari-hari di PT JMI. Ada beberapa materi yang tidak dapat diaplikasikan kedalam simulasi, salah satunya alat yang seharusnya untuk pemancar namun saat ujian alat tersebut digunakan untuk router. Pengembangan materi ujian tersebut bertujuan untuk menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan problem solving bagi siswa. BDA berpendapat bahwa alat yang diujikan sering digunakan untuk pemancar, namun saat ujian digunakan untuk router. Perbedaan fungsi penggunaan alat tersebut tidak lepas dari Bapak DS yang membuat soal. Namun pengembangan fungsi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengkombinasi beberapa fungsi alat. Berikut adalah cuplikan wawancara BDA (L.03, W.08, B.80): Nah yang ngetes kan pak DS, jadi ndak tau di lapangan itu ngapain kegiatannya. Jadinya kan suruh ngembangin alatnya ini untuk apa aja. Contohnya alat ini harusnya untuk pemancar, tapi saat ujian digunakan untuk router, gimana caranya. Kalo yang lain sih sering dilakukan saat praktik. Jadi kaya obiquiti itu tidak sempet otak-atik. Siswa harus menyelesaikan kasus pengembangan yang belum dihadapi saat praktik. Siswa harus mampu memadukan beberapa teori dan pengalaman lapangan agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh pembimbing. Siswa selalu melakukan setting alat tersebut saat menyelesaikan tugas instalasi. Perbedaan setting router dengan setting pemancar hanya terletak pada langkahlangkah yang dilakukan. Dengan demikian siswa harus berfikir kritis agar dapat

149


menemukan langkah yang tepat untuk setting router. Berikut adalah cuplikan wawancara BDA (L.03, W.08, B.86): Kalo instalasi itu mesti setting itu. Kalo di lapangan itu kan jadi pemancar, pas ujian jadi router. Jadi beda di step aja sebenarnya. Kan bingung to mas kalo beda step, tapi tinggal otak-atik aja. 7. Kompetensi yang Didapat Setelah PI SKL SMK dapat diperoleh melalui pembelajaran di sekolah dan DUDI. Siswa mendapatkan kompetensi dasar melalui pembelajaran di sekolah dan disempurnakan melalui pembelajaran di DUDI. Pembelajaran pada kedua tempat tersebut sangat bermanfaat bagi siswa dalam pemenuhan kompetensi yang diharapkan. Program PI merupakan sarana untuk menguatkan kompetensi yang sudah didapat di sekolah. Siswa merasakan secara langsung kondisi lingkungan di DUDI yang tidak terdapat di sekolah. Secara keilmuan, siswa sudah diajarkan kompetensi secara komprehensif di sekolah, namun siswa harus membutuhkan penguatan kompetensi tersebut secara mendalam di DUDI. Siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan masalah atau kasus yang dihadapi ketika kerja di DUDI. Siswa harus memadukan ilmu dasar yang dipelajari di sekolah agar dapat diterapkan di DUDI. Selain itu siswa harus mampu dalam mempoinkan sebuah kasus yang dihadapi di lapangan. Hal ini yang tidak didapat di bangku sekolah. Sebuah kasus yang beragam di lapangan menjadikan siswa dapat menganalisa dengan baik agar kasus tersebut mudah terselesaikan. Berikut adalah cuplikan wawancara HD (L.03, W.02, B.51) terkait hal yang didapat di DUDI namun tidak diajarkan di sekolah:

150


Nah itu mas, yang membedakan itu yang mempoinkan nya itu yang tidak (diajarkan). Seharunya secara praktik mereka bisa gimana caranya menangani ini itu‌ Siswa menghadapi kasus tertentu pada saat di lapangan sebelum pemasangan jaringan. Kasus yang dihadapi sangat beragam, sehingga siswa berusaha menganalisa dengan baik bagaimana mekanisme pemecahan masalah tersebut. Siswa selalu menghadapi kasus baru ketika memulai pemasangan jaringan di beberapa tempat. Hal ini disebabkan karena setiap tempat memiliki kondisi yang berbeda-beda, sehingga penanganan kasus pada setiap tempatpun berbeda. Siswa harus menguasai kompetensi kompetensi dasar agar dapat menangani kasus yang dihadapi di lapangan. Kompetensi dasar tersebut sudah dipelajari di sekolah berdasarkan struktur kurikulum yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Pada Kurikulum KTSP, siswa harus menguasai kompetensi jurusan instalasi jaringan lokal (Local Area Network) dan Konfigurasi Jaringan Komputer Lokal. Sedangkan pada Kurikulum 2013, siswa harus menguasai paket keahlian rancang bangun jaringan. Berikut adalah cuplikan wawancara CH (L.03, W.06, B.62) terkait cara menentukan lokasi dengan tepat: Ya otomatis tau, orang jaringan itu mo nempatin jaringan kan biasanya cari tempat bisa nentuin bisa‌‌(‌) ya pokoknya keliatan lah, dekat sumber listrik. Itu dah pas. Sebelum pemasangan sebuah jaringan, langkah pertama harus di survey terlebih dahulu. Survey tersebut untuk menentukan letak pemasangan jaringan yang tepat dan penerimaan sinyal jaringan yang terkuat. Pada tahapan ini

151


diperlukan kerjasama antara teknisi satu dengan lainnya. Berikut adalah cuplikan wawancara CH (L.03, W.06, B.64) terkait cara menentukan titik yang pas melalui survey: Disurvey dulu, neng ngisor eneng dag-dagan, kiro-kiro iso ra mas. (Terjemahan: dibawah terdapat dag-dagan, kira-kira bisa tidak mas). Nanti kita bawa laptop ngecek dibawah, kena sinyal ndak. Ya sekalian coba sekalian ngobrol ato diskusi. Kalo nggak pake handphone ato anu‌laptop kan bisa nangkap wifi. Sinyal wifi sangat sensitif dengan kondisi di lapangan, seperti cuaca, alam, dan kondisi daerah. Sinyal tersebut tidak dapat menembus benda tebal dan membutuhkan area lapang agar dapat dijangkau oleh penerima. Dibutuhkan sebuah cara untuk mengatasi hal tersebut agar sinyal wifi dapat dijangkau di berbagai tempat. Pada kasus di atas, teknisi dan siswa SMK mencari titik teraman agar sinyal wifi dapat diterima di lantai 1 maupun lantai 2. Router harus ditempatkan pada lokasi yang mampu dijangkau oleh alat komunikasi sesuai coverage area. Siswa mendapatkan pengalaman berharga melalui praktik langsung di lapangan. Setting alat pada saat mendapatkan tugas di lapangan merupakan hal baru bagi siswa karena belum diajarkan di sekolah. Setelah selesai PI, siswa mendapatkan kompetensi baru berkaitan dengan mekanisme setting alat jaringan, seperti, setting pemancar, router, antenna obiquiti, dll. CH menyatakan bahwa selama PI tidak mendapatkan banyak ilmu akademik seperti di sekolah, namun yang didapatkan adalah ilmu-ilmu praktis dan belum diajarkan di sekolah. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan CH (L.03, W.06, B.70):

152


Ya kalo ilmu buat akademik sih ee.. nggak terlalu banget dari setting alatalat mungkin memang belum ada disini (sekolah). Tapi kebanyakan memang pengalaman di lapangan sih lebih banyak. Siswa mendapatkan pengalaman yang berharga setelah mengikuti rangkaian kegiatan PI di PT JMI. Pemasangan antenna obiquiti, router, dan instalasi jaringan merupakan hal yang baru dan belum pernah dicoba di sekolah. Setelah mengikuti rangkaian kegiatan PI, siswa mahir dan mudah dalam pemasangan alat-alat jaringan tersebut. Pada gambar 18 dan 19 dibawah ini menunjukkan kegiatan pemasangan antenna obiquiti, pemasangan router, dan instalasi jaringan yang dilakukan oleh siswa SMKN 2 Pengasih.

Gambar 18. Pemasangan antenna obiquiti

Gambar 19. Pemasangan router dan instalasi jaringan

Siswa mendapatkan pengalaman berkaitan dengan cara menghadapi pelanggan. Setiap pelanggan memiliki karakter yang berbeda, maka penanganan pada setiap pelanggan juga berbeda. Walaupun praktik di lapangan, pembimbing atau teknisi yang menghadapi pelanggan, namun siswa dapat melihat dan mendengarkan bagaimana pembimbing tersebut menghadapi pelanggan. Sikap dalam menghadapi pelanggan tidak diajarkan di sekolah, namun siswa dapat praktik langsung menghadapi pelanggan ketika mengikuti PI. Selain kemampuan instalasi jaringan yang mumpuni dan terampil, seseorang harus pandai 153


bernegosiasi kepada pelanggan. Seperti kasus yang di sampaikan oleh CH, bahwa tidak semua pelanggan menyetujui tempat pemasangan pada titik tertentu. Padahal titik tersebut merupakan area yang tepat untuk memancarkan sinyal wifi. Kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan pada situasi tersebut. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan CH (L.03, W.06. B.72): Ya pengalaman sebenarnya sih kaya di jalan kaliurang km 14, itu udah masang, udah selesai tapi dari pemilik kosnya bilang gak boleh disitu. Padahal disitu sinyalnya bagus, jadi kita harus pintar nego, kalo negonya gagal ya rugi, nyopot lagi. Sebenarnya Cuma manajemen emosi juga harus terkontrol. Kan kita udah capek-capek masang, dapat omel, masak mo dicopot lagi. CH mendapatkan pengalaman pada ranah teknis di lapangan dan sikap yang belum diajarkan di sekolah. Kompetensi TIK tidak banyak didapat ketika PI hanya mengembangkan yang sudah dipelajari. CH merupakan siswa yang berprestasi dan terpilih mewakili sekolah untuk mengikuti LKS (Lomba Kompetensi Siswa) tingkat Provinsi. Dengan demikian, terkait perolehan kompetensi di PT JMI tidak terlalu signifikan. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan CH (L.03, W.06. B.82): Ya komunikasi lah ya dapat banyak. Kalo IT baru apa ya, dalam jumlah besar tidak dapat banyak. Ya kaya website dapat syntag baru dikasih tau sama pak jo. Sedangkan BDA mendapatkan banyak ilmu di PT JMI. Hal ini disebabkan karena penguasaan kompetensi jaringan belum banyak dikuasai saat di sekolah. CH dan BDA merupakan siswa SMKN 2 Pengasih dan satu kelas, namun perbedaan penguasaan kompetensi sangat berpengaruh terhadap praktik di lapangan dan besar kecilnya kompetensi yang dikuasai. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan BDA (L.03, W.07, B.26):

154


Wah banyak, kayaknya belum tahu semua deh. Haha. Cuma nyetting router yang diajarkan di sekolah. Kalo yang lainnya kebanyakan di sana. Ya kaya disini crimping kabel kan gak terlalu sering, disana diajarin sampe bisa. Trus nyetting alat baru kaya nanostation kan disini gak ada. Banyak deh pokoknya. BDA mendapatkan kompetensi baru yang belum didapat di sekolah. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan BDA (L.03, W.08, B.19) berkaitan dengan kompetensi yang didapat melalui praktik di PT JMI: Ya yang jelas instalasi di sekolahan tidak ada, setting-setting router. Terus ngomong sama pelanggan atau konsumen itu lebih sopan kaya gimana. Caranya kerja itu tu.. kan berbeda ada tata caranya. Jadi lebih tau lagi. Kalo di sekolahan kan seenaknya sendiri sama temen bercanda. Kalo di kerjaan kan nggak boleh harus lebih sopan begitu. BDA mengembangkan pengetahuan terkait penggunaan obtain IP address untuk instalasi jaringan. BDA memahami penggunaan obtain IP Adress ketika sering mendapatkan tugas instalasi jaringan. Sedangkan di sekolah tidak diajarkan praktik secara langsung dengan menggunakan obtain IP Adress. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan BDA (L.03, W.08, B.21) berkaitan dengan pengetahuan yang didapat melalui praktik di PT JMI: Ya kaya misalnya belum tau setting IP begitu. Ya kaya IP Obtain gitu kan gak begitu paham ya. Disana diajarkan jadi lebih paham. Disana kan ada setting alat gitu kan, jadi lebih banyak tau.

Gambar 20. Obtain IP Adress pada TCP/IP 155


PI memberikan gambaran berkaitan dengan keadaan nyata di dunia kerja. Siswa mendapatkan pengalaman secara langsung bagaimana orang bekerja, suka dan dukanya bekerja, dll.

Salah satu siswa PI yang mendapat pengalaman

berharga berkaitan dengan gambaran dunia kerja adalah CH dan BDA. CH dan BDA menjelaskan kesan mengikuti kegiatan PI yaitu menambah wawasan berkaitan dengan dunia kerja. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan CH (L.03, W.05, B.87): Untuk di sekolah kan sudah hampir sama, paling nambah ilmu pasti ada. Di JMI bisa menambah gambaran di dunia kerja di jurusan kita itu seperti apa. Di instalasi itu seperti apa. Di TKJ seperti itu.

Berikut adalah cuplikan wawancara dengan BDA (L.03, W.08) yang dijabarkan pada tabel 18: Tabel 18. Pengalaman yang didapat di PT JMI Baris 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118.

Cuplikan Dialog NW: nah berarti ada kesan donk setelah PI, apa mbak, bisa diceritakan? BDA: kayaknya ada pengalaman kerja beneran gitu, gambaran dunia kerja, apa aja ya?.. NW: nah bisa di gambarkan? Hehe BDA: nah itu, burem-burem.. capek. Haha. Ya capek ndak bisa maen. NW: ya kan berangkat dari jam 8 sampe jam 17 kan.. BDA: itu kalo ndak lembur.. NW: kalo lembur sampe jam berapa? BDA: pernah sampe jam 10 NW: trus maennya kapan mbak? BDA: ndak maen. Ya paling pas di kamar kosnya.. maen laptop.. NW: trus apa lagi mbak? BDA: apa ya.. em.. dapat uang.. haha. Kalo ilmunya ya kaya tadi yang sudah saya sampaikan. Banyak ilmu banyak. Yang paling diterapin itu kaya tata karma, kesopanan. Kalo di sekolah kan kita rame, trus gurunya marah.. kita diem. Tapi setelah gurunya pergi, kita rame lagi, gitu sih, haha. Tapi disana kan ndak bisa.. nanti bisa diusir pelanggan kalo gitu.

156

Komentas atau Terjemah

Siswa mendapatkan honorarium karena telah mengikuti praktik di industri


Siswa mendapatkan honorarium setiap bulan selama mengikuti program PI. Manajemen PT JMI memberikan upah sebagai ucapan terimakasih telah membantu menyelesaikan pekerjaan. Berikut adalah cuplikan dari DS (L.03, W.01, B.118): ‌.Kalo diajak kerja lebih dari jam kerja ya mereka mau-mau aja. Karena kita disini ya.. apa ya.. bulanannya tetep kita kasih honor lah. Magang tetep kita kasih honor. Namanya mereka tetep dipekerjakan. Dengan demikian, siswa dapat merasakan bagaimana seseorang mencari nafkah dan mendapatkan upah atas pekerjaannya. Pengalaman berharga tersebut dapat membekas kedalam diri siswa dan tidak didapat dibangku kuliah. Pengalaman tersebut didapat secara langsung di tempat kerja melalui program PI di DUDI. Siswa dapat menerapkan pengalaman tersebut setelah selesai mengikuti program PI di tempat lain. Sehingga lulusan SMK mampu bersaing di dunia global. Setelah selesai PI, kompetensi baru yang didapat di DUDI dapat diterapkan di berbagai tempat, salah satunya di sekolah. Siswa dapat menerapkan kompetensi baru tersebut saat UPK (Ujian Praktik Kejuruan). Siswa mampu menyelesaikan dengan baik UPK tersebut karena soal yang diberikan merupakan pekerjaan yang pernah di lakukan di DUDI. Berikut adalah cuplikan wawancara BDA (L.03, W.08, B.22) berkaitan penerapan kompetensi baru di UPK: Kemarin juga ada UPK (Ujian Praktik Kejuruan) ada penanya, trus ngomong PI disana itu ada untungnya. Jadi pertanyaanya itu pernah nglakuin disana (JMI/tempat PI). Kalo pake Channel-channel gitu harus pake channel berapa, nah itu kan disana juga diajarin.

157


Sedangkan BA berpendapat bahwa kompetensi yang didapat di DUDI dapat diterapkan di sekolah dan rumah. Berikut adalah cuplikan wawancara BA (L.03, W05, B.85): Mungkin untuk di sekolah, pas ada pelajaran ndak kaget. Trus langsung bisa konfigurasi. Kalo buat aplikatif dirumah, bisa buat konfigurasi jaringan dirumah. Selain itu, BDA berpendapat bahwa hasil yang didapat melalui PI dapat mempermudah memahami materi yang diajarkan di sekolah. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan BDA (L.03, W.08, B.88): Ya ndak pernah sih kalo suruh masang di rumah ato temen. Cuma pas pelajaran aja lebih cepet donk. Setelah PI, siswa mengikuti praktikum di sekolah selama 3 bulan. Hasil dari PI tersebut dapat diaplikasikan kepada materi pelajaran yang diberikan. Dengan demikian siswa tidak kaget dengan materi yang diberikan oleh guru karena materi tersebut sudah pernah dilakukan di industri. Siswa dapat mendiskusikan materi yang didapat di DUDI dengan teman sekelas dan saling berbagi ilmu terkait kompetensi yang didapat. B. Pembahasan Penyelenggaraan pendidikan di SMK mengacu pada tiga aspek kompetensi, yaitu: (1) adaptif; (2) normatif; dan (3) produktif. Kompetensi adaptif dikembangkan melalui mata pelajaran yang mengandung nilai verbal, numerik, dan adaptabilitas, seperti: Matematika, Fisika, Bahasa, dll. Kompetensi normatif dikembangkan melalui mata pelajaran yang mengandung nilai-nilai Norma, seperti: Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dll. Kompetensi produktif dikembangkan melalui pembelajaran pada mata diklat sesuai dengan disiplin ilmu 158


yang dipilih untuk membekali siswa agar memiliki kompetensi sesuai SKKNI yang ditetapkan Pemerintah. Pembelajaran

produktif

merupakan

bagian

yang

penting

untuk

meningkatkan keterampilan keahlian siswa. Pembelajaran produktif memiliki dua ciri pokok, yaitu pembelajaran berbasis kompetensi (competency-based learning) dan berbasis proyek (project-based learning). Pembelajaran berbasis kompetensi mengacu kepada kompetensi yang telah di rencanakan antara SMK dan DUDI. Sedangkan pembelajaran berbasis proyek mengacu kepada prosedur dan standar kerja yang sesungguhnya (real job) sesuai dengan dunia kerja, sehingga barang atau jasa yang dihasilkan harus sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Pembelajaran di DUDI melalui program PI mengacu pada prosedur dan real job. Program PI membantu siswa dalam mengembangkan kompetensi yang sudah dikuasai di sekolah. Kompetensi yang menjadi perhatian adalah pengembangan hard skills dan soft skills yang belum diajarkan di sekolah. Menurut Depdikbud (1995) terdapat empat pola yang dapat dilaksanakan dalam strategi link and match melalui praktik kerja industri/usaha, yakni: hour release, day release, block release, atau kombinasi ketiganya. Keempat pola tersebut merupakan bentuk pengaturan waktu pembelajaran di sekolah dan DUDI. Pola hour release mengatur jam pembelajaran, day release mengatur hari secara bergantian, dan block release mengatur belajar dalam kurun waktu 1-3 bulan secara bergantian. Dengan demikian sekolah dapat memilih pola yang tepat dalam pelaksanaan PI agar pemenuhan ketercapaian SKL lulusan SMK dapat terlaksana dengan baik.

159


Siswa dapat memperoleh dan mengembangkan kompetensi melalui pembelajaran di industri. Pembelajaran di industri tersebut dibuktikan melalui proses pembelajaran (learning process) dan hasil pembelajaran (learning outcome) seperti yang dijelaskan oleh informan. Hasil penelitian terhadap pembelajaran di industri yang berkaitan dengan learning process dan learning outcome dapat dijabarkan di bawah ini. 1. Penguasaan kompetensi dasar sebelum mengikuti PI Siswa harus membekali diri dengan kompetensi dasar sesuai dengan kebutuhan DUDI. DUDI mensyaratkan kompetensi tertentu sesuai dengan kebutuhan bertujuan agar siswa mampu beradaptasi dengan lingkungan, karena pekerjaan yang bersifat continue dan real job membutuhkan kemampuan tertentu. Pada dasarnya pembelajaran di industri bersifat penguatan kompetensi yang sudah dikuasai dan sering monoton. Dengan demikian siswa yang tidak memiliki kompetensi sesuai kebutuhan DUDI akan kesulitan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di DUDI. Siswa mengikuti orientasi awal sebelum mengikuti kegiatan di DUDI. Orientasi merupakan program pertama yang diberikan DUDI agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu, orientasi bertujuan untuk menguatkan kompetensi dan mengukur seberapa banyak kompetensi yang sudah dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, DUDI akan memberikan porsi tugas sesuai dengan kompetensi yang dikuasai oleh siswa tersebut. PT JMI mensyaratkan siswa minimal harus memiliki keberanian memanjat. Pada dasarnya perusahaan ISP mensyaratkan karyawan untuk bisa memanjat

160


tower. Pekerjaan yang sering dihadapi adalah instalasi jaringan dan membutuhkan karyawan yang berani dengan ketinggian. Dalam penyelesaian kegiatan tersebut, karyawan dituntut untuk berani memanjat di tempat ketinggian. Kemampuan dan keberanian memanjat menjadi syarat utama, sehingga syarat tersebut berlaku kepada peserta magang atau PI. Walaupun pada kenyataannya ada beberapa siswa yang tidak berani memanjat, sehingga pembimbing hanya memberikan tugas sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan memanjat tower harus diimbangi dengan pengetahuan terkait kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sehingga kemampuan memanjat tower tidak berdasarkan pada kenekadan tanpa didasari ilmu K3. Secara tidak langsung pengetahuan K3 menjadi bagian dari kompetensi yang harus dikuasai siswa. Pengetahuan K3 menjadi acuan dalam mempertimbangkan apa dan bagaimana hal tersebut harus dilakukan. Dengan demikian pertimbangan K3 dapat membantu siswa untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja, khususnya ketika melakukan panjat tower. PT JMI memberikan pekerjaan kepada peserta PI sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Siswa mendapat pekerjaan yang diberikan oleh pembimbing di dalam dan luar ruangan. Pekerjaan di dalam ruangan antara lain: (1) membantu administrasi pembukuan; (2) melayani konsumen atau sebagai costumer service; (3) pembuatan voucher NP; (4) pembuatan brosur dan pamflet; (5) pembuatan database pelanggan. Pekerjaan di luar ruangan antara lain: (1) survey lokasi yang akan dipasang jaringan; (2) instalasi jaringan; (3) maintenance jaringan; (4) marketing dengan membagi brosur; (5) menempel pamphlet; (6) dan penagihan

161


kepada pelanggan. Pembimbing memberikan pilihan kepada siswa, sehingga siswa dapat memperkuat kompetensi yang sudah dikuasai. Pembimbing memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih pekerjaan yang dikuasai. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam meningkatkan kompetensi yang sudah dikuasai dari sekolah. Walaupun pada kenyataan di lapangan, siswa mendapatkan pekerjaan seuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan di TKJ. Seperti instalasi jaringan, semua siswa PI mendapatkan tugas mengikuti pekerjaan tersebut. Dengan demikian, siswa mendapatkan kompetensi yang relevan dengan TKJ. 2. Kegiatan siswa saat mengikuti program PI Praktik Industri memberikan pengalaman dan peningkatan kompetensi bagi siswa. Aktivitas setiap hari di tempat kerja merupakan bagian dari pembelajaran untuk mendapatkan kompetensi. Di PT JMI, siswa mengikuti aktivitas indoor (dalam ruangan atau di Kantor) dan outdoor (luar ruangan). Aktivitas indoor antara lain: administrasi, program, membantu produksi voucher, membuat pemrograman web, dan database pelanggan. Sedangkan aktivitas di luar ruangan (outdoor) antara lain: instalasi jaringan, konfigurasi router atau masang kabel, perbaikan jaringan untuk pelanggan, setting mikrotik, setting radio, access point, router kecil, survei lapangan sebelum pemasangan, marketing, membagikan pamflet, dan mengikuti kegiatan kurir. Melalui proyek yang diberikan oleh pembimbing PI dan permintaan sekolah, maka siswa tersebut mendapatkan beberapa keuntungan. Di sisi lain program PI dapat membantu pengembangan diri dan prestasi siswa. Dengan

162


demikian program PI dan program sekolah dapat dikolaborasikan secara bersama untuk meningkatkan prestasi dan kompetensi siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan di tempat PI yang padat mampu meningkatkan kematangan siswa seputar DUDI. Siswa dapat menyerap ilmu dengan mengulang pekerjaan yang diberikan dan bertanya apabila ada kesulitan. Selain itu siswa dikondisikan bekerja seperti karyawan pada umumnya. Dampak positif yang ditimbulkan adalah pengalaman merasakan sendiri kondisi kerja melalui waktu yang diberikan. Oleh karena itu, program PI dapat memberikan pengalaman kerja bagi siswa untuk merasakan sendiri budaya kerja di DUDI. 3. Pola pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing PI Peranan pembimbing sangat penting selama proses pelaksanaan PI. Pembimbing bertugas untuk memberikan arahan kepada siswa, memantau kegiatan siswa, dan memberikan saran atau solusi ketika terdapat masalah yang dihadapi siswa. Pembimbing industri diambil dari karyawan perusahaan yang ahli atau berada pada master di level kompetensi. Perlakuan pembimbing atau pimpinan JMI kepada siswa sangat baik. Pembimbing tidak membeda-bedakan antar siswa PI. Pembimbing menempatkan pekerjaan siswa berdasarkan basic skill yang dikuasainya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam menjalankan tugas. Metode pembimbingan kepada siswa melalui pendampingan. Siswa didampingi dalam menjalankan tugas yang diberikan. Pendampingan tersebut dapat dilakukan oleh pembimbing atau karyawan yang membersamai siswa saat itu. Metode pembimbingan lebih mengarah pada penanganan kasus atau studi

163


kasus. Siswa diminta terlibat langsung dalam pekerjaan. Melalui keterlibatan tersebut, siswa akan mengalami permasalahan atau kasus yang dihadapi. Dengan demikian peran pembimbing akan berfungsi sebagai pemecah kasus atau masalah tersebut. Pembimbing memberikan arahan cara mengatasi kasus tersebut agar siswa dapat mengatasinya dengan baik. Pembimbing memberikan arahan kepada siswa ketika di lapangan. Sebelum melakukan pekerjaan, siswa mengikuti briefing terlebih dahulu. Pembimbing melibatkan siswa agar mampu menganalisa sebuah kasus dan menangani kasus tersebut. Peran pembimbing sangat penting saat terjadi masalah di lapangan. Pembimbing harus memberikan contoh bagaimana menganalisa sebuah kasus. Seperti cuplikan wawancara di atas, pembimbing mampu mengetahui masalah yang muncul di lapangan dan cara mengatasinya. Setelah mendapat analisa dari pembimbing, siswa dapat menjalankan pekerjaan tersebut dengan tepat. Peran pembimbing sangat penting bagi siswa dalam memperoleh kompetensi. Pembimbing harus mampu berbaur dengan siswa agar mudah dalam penerimaan materi. Dengan demikian siswa dapat dengan mudah memperoleh kompetensi dari pembimbing tersebut. Kemampuan membangun kepercayaan dan keyakinan peserta didik, peka terhadap kemampuan siswa, dan kemampuan dalam mendorong siswa untuk berfikir keras dalam memutuskan sesuatu adalah modal utama dalam menjadi mentor (Vaughan, K., O’Neil, P., & Cameron, M., 2011: 23).

164


Pola pembimbingan di tempat kerja membutuhkan interaksi sosial antara siswa dengan pembimbing. Interaksi sosial tersebut terdiri dari: (a) asosiatif (kerukunan, kerjasama, sharing ilmu dan pengalaman); (b) akomodasi (mediasi); asimilasi (toleransi, menghormati, dan sikap terbuka); dan (d) akulturasi (keseragaman). Keempat komponen tersebut menjadi bagian untuk melakukan interaksi. Siswa dan pembimbing melakukan interaksi sosial sehingga terjadi transfer kompetensi. Transfer kompetensi yang didapat siswa berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Aspek transfer kompetensi yaitu: pengetahuan terkait peralatan kerja, etika dan estetika dalam bekerja, content, struktur perusahaan, product knowledge, keterampilan kerja, dan sikap dalam bekerja. Pada tahapan selanjutnya, siswa akan menunjukkan atau action dengan menghadapi sebuah kasus. Siswa menghadapi kasus sesuai dengan jenis pekerjaan yang sudah dipelajari, sehingga dalam penanganan kasus tidak membutuhkan waktu yang lama. Siswa mendapatkan hasil pembelajaran setelah mengikuti beberapa training dan praktik langsung di lapangan. Ketercapaian pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu dalam penguasaan kompetensi siswa. Gambar 21 menunjukkan pola pembimbingan di tempat kerja dari interaksi sosial, transfer kompetensi, action, dan implementasi hasil belajar.

165


Gambar 21. Pola pembimbingan di tempat kerja 4. Belajar melalui pengamatan dan mendengarkan Siswa melakukan pengamatan kepada karyawan yang sedang mengerjakan pekerjaan. Siswa mengikuti semua kegiatan yang dilakukan karyawan PT JMI untuk melihat bagaimana karyawan tersebut beraktifitas. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat memberikan kontribusi dalam penguasaan kompetensi. Selama pengamatan berlangsung, siswa dapat mendengar percakapan, aktifitas yang dilakukan karyawan, cara menghadapi pelanggan, dll. Siswa dapat menangkap fenomena yang terjadi ketika di lapangan dan hal-hal yang dilakukan oleh karyawan. Pembimbing memberikan tugas pengamatan terlebih dahulu kepada siswa agar mudah beradaptasi dengan lingkungan. Tugas pertama yang diberikan oleh pembimbing kepada siswa agar dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pengamatan yang dilakukan siswa bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan di tempat kerja, mulai dari

166


persiapan, proses, sampai pasca produksi/kegiatan. Hal ini dapat mempermudah siswa untuk memetakan alur kerja. Pemetaan kerja dapat berfungsi sebagai petunjuk teknis menyelesaikan pekerjaan. Oleh karena itu, siswa mampu menyelesaikan sebuah pekerjaan berdasarkan petunjuk atau guide yang sudah dibuat oleh siswa sendiri. Siswa dapat melihat secara langsung terkait dengan proses pengerjaan tugas yang dilakukan karyawan. Melalui proses pengamatan, siswa mampu mengolah untuk menjadikan sebuah pengetahuan baru yang tidak didapat di sekolah. Pengetahuan baru akan dijadikan referensi ketika siswa melakukan praktik secara langsung di lapangan. Menurut Choy (2010:13) “observations offer the opportunities to watch other more experienced workers demonstrate new and better ways of completing task�. Observasi memberikan kesempatan untuk melihat pekerja yang lebih berpengalaman yang menunjukkan cara-cara baru dan menyelesaikan tugas dengan baik. 5. Belajar sambil menyelesaikan tugas (learning by doing) dan mengikuti aktivitas kerja Siswa melakukan pembelajaran melalui aktivitas dan tugas yang diberikan. Proses belajar ini sering disebut learning by doing, yaitu beraktivitas atau menyelesaikan tugas disertai dengan belajar. Siswa menerapkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelumnya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Oleh karena itu siswa beraktivitas di tempat kerja merupakan sumber belajar yang kaya akan pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

167


Siswa memberikan kontribusi yang jelas di tempat kerja dengan mengikuti aktivitas setiap hari. Sedangkan aktivitas yang dilakukan siswa dapat berdampak baik dalam hasil pembelajaran. Terdapat banyak pengetahuan yang didapat siswa selama mengikuti kegiatan di industri. Pengetahuan tersebut didapat secara langsung dan nyata. Hal ini tidak didapat ditempat lain seperti di sekolah, karena hanya didapat di industri tempat siswa mengikuti kegiatan PI. Learning by doing menjadi pilihan bagi siswa untuk memperoleh kompetensi di DUDI. Siswa mendapatkan kesempatan belajar di berbagai bidang kegiatan PT JMI. Tidak hanya kegiatan yang relevan dengan TKJ, namun siswa mendapatkan kompetensi lain seperti: marketing, cara menghadapi pelanggan, administrasi, desain dan cetak voucher, web dan database, dll. Jadi kompetensi yang didapat oleh siswa tidak hanya terfokus pada bidang TKJ. PT JMI bergerak di bidang layanan ISP, sehingga kegiatan di tempat tersebut tidak terfokus di bagian instalasi jaringan. PT JMI membagi karyawan menjadi 3 bagian, yaitu: bidang kurir, marketing, dan teknisi. Pada bidang kurir, siswa mendapat pengetahuan terkait cara penagihan terhadap konsumen. Bidang marketing mengajarkan kepada siswa terkait menawarkan barang kepada konsumen. Bidang teknisi mengajarkan kepada siswa terkait instalasi dan perawatan jaringan. Berdasarkan fokus kegiatan dari ketiga bagaian tersebut, siswa mendapatkan banyak pengalaman yang didapat. Siswa memperoleh kompetensi baru melalui pengalaman yang didapat. Menurut Billett (2000: 8) “Earlier work has demonstrated the strength of contributions to learning the knowledge required for work through everyday

168


workplace

activities�.

Setiap

pekerjaan

yang

ditunjukkan

sebelumnya

memberikan kontribusi yang kuat dalam mempelajari pengetahuan yang dibutuhkan melalui aktifitas kerja setiap hari. 6. Belajar melalui pengalaman Siswa belajar dari pengalaman yang didapat dari orang lain. Selain itu, pengalaman menjadi titik awal dalam proses pendidikan (Dewey, 1938 dalam Sariwati & Mazanah, 2010:1365). Pembimbing selalu menceritakan pengalaman yang lalu kepada siswa ketika berbincang-bincang. Siswa mendapatkan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang diceritakan oleh pembimbing. Dengan demikian siswa dapat mengambil pelajaran dan tidak mengulang kesalahan-kesalahan yang dilakukan pembimbing. Pembimbing memberikan pembelajaran terkait cara penguasaan suatu kompetensi. Menemukan pola untuk menyelesaikan kasus membutuhkan proses panjang dan waktu yang lama. Siswa diharapkan dapat menggunakan pola tersebut tanpa harus mencari seperti yang dilakukan oleh pembimbing. Melalui pola yang didapat dari pembimbing, siswa dapat mengembangkan pola yang disesuaikan dengan pemahamannya. Pola yang dikembangkan merupakan kompetensi baru yang didapat oleh siswa di tempat kerja. Siswa mendapatkan banyak pengalaman yang didapat ketika mengikuti program PI. Kasus yang dihadapi dan cara menyelesaikannya merupakan pengalaman yang didapat oleh siswa. Pengalaman tersebut menjadi kunci terbentuknya sebuah kompetensi. Pengalaman menjadi faktor utama dalam mengetahui seseorang memiliki banyak atau sedikit kompetensi yang sudah

169


dikuasai. Pengalaman tersebut menambah wawasan terkait kegiatan kerja, suasana kerja, dan hal-hal informal lainnya yang tidak didapat di bangku sekolah. Menurut Fry, H., Ketteridge, S., & Marshall, S. (2009: 42) “their learning experiences have supported students’ development as individuals�. Pengalamanpengalaman yang didapat mendukung pengembangan siswa. 7. Belajar memecahkan masalah Siswa belajar mengatasi masalah (learning in problem solving) melalui tugas yang diberikan. Masalah yang dihadapi akan menjadi pelajaran berharga bagi siswa. Masalah yang dapat diselesaikan akan menjadi pengetahuan baru bagi siswa agar dapat digunakan ketika menghadapi kasus yang serupa atau terdapat kaitan

dengan

masalah

tersebut.

Jadi,

siswa

dapat

menemukan

cara

menyelesesaikan sebuah masalah dengan menghadapi sebuah kasus terlebih dahulu. Siswa menemukan solusi untuk memecahkan sebuah masalah dan dapat menyelesaikannya dikemudian hari. Menurut Jonassen (2011: 241) tujuan dari belajar memecahkan masalah tidak hanya menemukan solusi setiap masalah, tetapi mampu mengenali masalah serupa dikemudian hari untuk mengurangi usaha yang diperlukan untuk memecahkan masalah transfer pada waktu tersebut. Kasus yang dihadapi oleh siswa di PT JMI sangat beragam, namun memiliki pola yang sama. Instalasi jaringan merupakan salah satu pekerjaan yang sering dilakukan di PT JMI. Setiap instalasi jaringan memiliki pola yang sama antara satu tempat dengan tempat lain, namun hanya menemukan beberapa kasus yang berbeda pada setiap tempat.

170


Siswa menghadapi kasus tertentu pada saat di lapangan sebelum pemasangan jaringan. Kasus yang dihadapi sangat beragam, sehingga siswa berusaha menganalisa dengan baik bagaimana mekanisme pemecahan masalah tersebut. Melalui kasus tersebut, siswa dapat belajar menangani suatu masalah atau leraning in problem solving. Dengan demikian belajar mengatasi masalah merupakan mekanisme untuk memperoleh sebuah kompetensi. 8. Belajar melalui kondisi lingkungan kerja Suasana lingkungan kerja terjadi secara natural dan berjalan secara alami berkaitan dengan produktivitas, perputaran produksi, dll. Melalui susasana tersebut, siswa berhadap dapat memperoleh pengetahuan baru. Siswa dapat memilih pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi yang dikuasai dan dibutuhkan di tempat kerja. Siswa dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk di generalisasikan dan diimplementasikan di tempat lain. Siswa merasakan secara langsung kondisi lingkungan di DUDI yang tidak terdapat di sekolah. Secara keilmuan, siswa sudah diajarkan kompetensi secara komprehensif di sekolah, namun siswa harus membutuhkan penguatan kompetensi tersebut secara mendalam di DUDI. Dampak yang ditimbulkan di lingkungan kerja sangat besar, sehingga siswa mampu merasakan bagaimana kondisi sebenarnya di lapangan. Menurut Mercer & Clayton (2012: 62) mengatakan bahwa karakteristik anggota-anggota kelompok mempengaruhi tingkat kepatuhan dan menjadi sumber informasi untuk menuntun perilaku. Siswa dapat belajar dan mendapatkan kompetensi melalui praktik di lapangan. Siswa dapat mengetahui suatu daerah dan bagaimana mekanisme untuk

171


instalasi jaringan di daerah tersebut. Untuk mengetahui keadaan suatu daerah, siswa lebih mudah mengetahui dengan praktik langsung di lapangan. Pembimbing sering mengarahkan saat praktik tersebut, tidak pernah di teorikan terlebih dahulu. 9. Belajar mandiri Siswa melakukan belajar mandiri untuk memperoleh kompetensi di tempat PI. Menurut Merriam (2001:9) belajar mandiri dapat membantu mendefinisikan dan mendokumentasikan suatu kasus yang terjadi bagi orang dewasa, sehingga dapat mengembangkan kapasitas orang tersebut secara mandiri. Belajar mandiri dilakukan disaat siswa tidak mendapatkan tugas dan saat istirahat. Belajar mandiri dilakukan melalui beberapa media, antara lain: internet, media simulasi, dan membaca literatur. Siswa dapat memperoleh kompetensi setelah melakukan belajar mandiri tersebut. Hasil dari belajar mandiri akan efektif jika dilakukan secara berulang dan di praktikkan langsung dengan kondisi sebenarnya. Siswa mendapatkan kompetensi berasal dari kegiatan disela-sela istirahat. Selama istirahat tersebut, siswa dapat berbincang-bincang dengan karyawan dan browsing informasi di internet. Siswa dapat mencari informasi berkaitan dengan teknis-teknis yang berkaitan dengan pekerjaan. Selain itu, ilmu yang relevan dengan kegiatan di industri dapat dengan mudah diperoleh melalui interent. Dengan demikian fasilitas internet sangat membantu siswa untuk menemukan cara atau kompetensi.

172


10. Belajar secara terus menerus dan diulang-ulang Siswa belajar secara terus menerus (continue) dan diulang-ulang. Instalasi jaringan merupakan tugas yang sering diberikan pembimbing kepada siswa, sehingga siswa mampu menyelesaikan tugas tersebut dengan tepat. Pola pekerjaan yang tidak berubah menjadikan siswa mampu mengatasi kasus demi kasus yang di hadapi. Pola pekerjaan di PT JMI bersifat continue dan cenderung sama, sehingga siswa dengan mudah mengatasi kasus dan berkolaborasi dengan karyawan lain dalam pekerjaan tersebut. Intensitas kegiatan yang padat dan jenis pekerjaan yang cenderung sama membuat siswa lebih mudah menganalisa setiap kasus. Kegiatan yang dilakukan dari pagi sampai sore setiap hari merupakan kegiatan yang diulang-ulang dan bersifat continue atau terus-menerus. Siswa tidak memperoleh kesempatan untuk istirahat ketika kegiatan di PT JMI padat dan harus segera diselesaikan. Namun apabila kegiatan tidak padat, siswa dapat berbincang-bincang dengan karyawan, browsing internet, atau kegiatan lainnya. 11. Mendemonstrasikan kompetensi Siswa menunjukkan atau mendemonstrasikan hasil belajar melalui ujian yang diberikan oleh pembimbing. Siswa mendapatkan soal untuk menyelesaikan sebuah simulasi kasus yang diberikan oleh pembimbing. Simulasi kasus tersebut dirancang seperti keadaan sebenarnya, sehingga siswa dapat menganalisa kasus tersebut. Kasus yang diberikan kepada siswa merupakan kasus yang sering dihadapi di lapangan. Dengan demikian hasil dari pembelajaran di DUDI adalah siswa dapat mendemonstrasikannya.

173


Siswa mengikuti program PI dengan keinginan yang kuat untuk belajar dan mengembangkan diri di DUDI. Hasil yang didapat melalui program PI adalah siswa mampu mendemonstrasikan perkembangan kognitif dalam hal pengetahuan terkait pekerjaan, perkembangan psikomotorik melalui keterampilan kerja, kemampuan menyelesaikan pekerjaan, dan sikap yang berkaitan dengan DUDI. Menurut Bambang Sugestiyadi (2012: 47) “Pendidikan Vokasi secara implisit terkandung unsur-unsur berpikir (cognitive), berbuat (psychomotor), dan rasa (affective)�. Menurut Jones, Voorhess & Paulson (dalam National Center of Educational Statisitics, 2002: 7) “demonstrations are the results of applying competencies. It is at this level that performance can be assessed�. Demonstrasi merupakan hasil dari penerapan kompetensi dan tingkatan kinerja yang dapat dinilai. Hasil pembelajaran siswa dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Hasil belajar secara kognitif Siswa memiliki kepercayaan diri terhadap pengetahuan yang didapat di DUDI. Percaya diri tinggi yang dimiliki siswa karena telah memiliki pengetahuan pekerjaan dan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, pengetahuan berkaitan dengan produk, layanan yang diberikan, dan pengetahuan berkaitan dengan sistem kerja di DUDI tersebut. Hal ini dapat dilihat ketika siswa berhadapan dengan pelanggan dan menjelaskan produk dari PT JMI. Siswa mampu menjelaskan produk tersebut agar pelanggan dapat membeli produk dari PT JMI. Selain itu, siswa dapat menyelesaikan kasus yang dihadapi di lapangan. Kasus yang dihadapi memerlukan pengetahuan yang komplek agar dapat terpecahkan.

174


PI memberikan gambaran berkaitan dengan keadaan nyata di dunia kerja. Siswa mendapatkan pengalaman secara langsung bagaimana orang bekerja, suka dan dukanya bekerja, dll. Pengetahuan tersebut menjadi faktor utama dalam menumbuhkan semangat bekerja dan menjadi faktor penentu kedewasaan seseorang, sehingga seseorang mampu beradaptasi dengan lingkungan. Peningkatan kemampuan pada ranah kognitif ini sesuai teori yang dikembangkan

oleh

Piaget

bahwa

faktor

yang

sangat

mempengaruhi

perkembangan kognitif terdiri dari pengalaman fisik dan sosial. Pengalaman fisik yaitu interaksi manusia dengan lingkungannya, sedangkan sosial yaitu kerjasama yang dilakukan oleh manusia dengan orang lain. b. Hasil belajar secara afektif Siswa mampu menanam sikap-sikap positif ketika mendapatkan tugas atau pekerjaan. Sikap positif tersebut antara lain: sabar, berfikir positif, ketekunan, dll. Sikap tersebut tertanam pada siswa setelah merasakan beberapa hal yang ada di dalam industri. Sebagai contoh adalah sikap ikhlas dalam melaksanakan tugas dapat mempengaruhi hasil praktik. Siswa telah meningkatkan kompetensi dalam ranah afektif setelah mengikuti program PI di DUDI. Peningkatan tersebut antara lain: kerja dalam tim, sabar, berfikir positif, ketekunan, manajemen waktu, tanggung jawab, kedewasaan,

kemampuan

bekerja

dibawah

tekanan,

mendengarkan

dan

menghargai pembicaraan orang, dll. Dengan demikian siswa dapat membuat pola hidup atau membentuk karakter setelah mengikuti program PI.

175


c. Hasil belajar secara psikomotorik Siswa memiliki keterampilan yang dibutuhkan di PT JMI. Siswa mampu menunjukkan keterampilan tersebut ketika mendapatkan tugas instalasi jaringan, setting peralatan jaringan, maintenance jaringan, pembuatan web dan database pelanggan, dan keterampilan lainnya. Siswa dapat juga menunjukkan hasil yang didapat setelah mengikuti praktik dengan menyelesaikan soal dalam bentuk kasus yang diberikan oleh pembimbing. Setelah mengikuti program PI di PT JMI, siswa telah meningkatkan dan mampu memenuhi keterampilan jaringan yang dibutuhkan industri. Keterampilan siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan keterampilan sebelum mengikuti PI. Selain itu siswa mampu menyelesaikan dengan baik UPK tersebut karena soal yang diberikan merupakan pekerjaan yang pernah di lakukan di DUDI. Dengan demikian kebermanfaatan PI dapat dirasakan bagi siswa setelah menyelesaikan program PI, khususnya saat UPK di sekolah dan umumnya keterlibatan di masyarakat. Siswa dapat menunjukkan hasil belajar secara psikomotorik berupa jasa instalasi dan perawatan jaringan. Instalasi dan perawatan jaringan merupakan pekerjaan pokok di PT JMI. Selain itu merupakan bagian dari SKL Program Keahlian TKJ yang harus dikuasai oleh siswa. 12. Mengevaluasi peningkatan kompetensi siswa Bentuk evaluasi yang diterapkan di PT JMI adalah tes simulasi. Tes tersebut merupakan simulasi penanganan kasus seperti keadaan di lapangan. Soal yang 176


diberikan merupakan pengembangan dari materi yang sudah di praktikkan oleh siswa. Setting jaringan merupakan materi yang diujikan kepada siswa. Selain setting jaringan, siswa dihadapkan dengan soal mensetting router untuk mengetahui kemampuan analisa jaringan. Setting jaringan merupakan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa program keahlian TKJ. Setting jaringan menjadi komponen wajib yang harus dikuasai siswa, karena apabila dapat menguasai kompetensi tersebut siswa dapat mengatasi permasalahan yang lain. Semua kegiatan yang berkaitan dengan jaringan pasti memerlukan setting jaringan. Dengan demikian siswa harus mampu menguasai setting jaringan tersebut. Komponen tersebut antara lain: setting radio dan setting router. Kedua komponen tersebut wajib dikuasai oleh siswa dalam pemenuhan kompetensi TKJ. Siswa harus menyelesaikan kasus pengembangan yang belum dihadapi saat praktik. Siswa harus mampu memadukan beberapa teori dan pengalaman lapangan agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh pembimbing. Siswa selalu melakukan setting alat tersebut saat menyelesaikan tugas instalasi. Perbedaan setting router dengan setting pemancar hanya terletak pada langkahlangkah yang dilakukan. Dengan demikian siswa harus berfikir kritis agar dapat menemukan langkah yang tepat untuk setting router. 13. Hirarki pembelajaran melalui program PI Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan PI sangat efektif untuk meningkatkan kompetensi siswa. Siswa mendapatkan kompetensi baru yang tidak

177


didapat di sekolah. Pada dasarnya program PI merupakan bagian dari link and match yang memadukan pembelajaran di sekolah dan industri. Pembelajaran di sekolah lebih condong pada penguatan kompetensi dasar dan beberapa kompetensi yang mampu diterapkan. Sedangkan pembelajaran di industri lebih kepada kompetensi praktis dan kondisi secara nyata di lapangan. Kedua komponen tersebut saling terkait satu sama lain dan mampu berkolaborasi dengan baik apabila diterapkan secara maksimal. DUDI membutuhkan kompetensi tertentu dalam aktivitas kerja dan pemenuhan kebutuhan. Menurut Gangani, McLean, & Braden (2006: 136) Kompetensi yang dibutuhkan oleh DUDI dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: fundamental competencies, functional competencies, dan personal competencies. Fundamental competencies yaitu kompetensi yang harus dimiliki karyawan pada semua bidang pekerjaan. Functional competencies yaitu kompetensi untuk membantu beberapa aktivitas pekerjaan tertentu secara efektif. Personal competencies yaitu kompetensi untuk membantu karyawan dalam pencapaian individu dan level lebih tinggi. Ketiga kompetensi di atas dapat diperoleh melalui proses pembelajaran dalam program PI. Hirarki proses dan hasil perolehan kompetensi merupakan pengembangan dari a hierarchy of postsecondary outcomes dari Jones, E., Voorhees, R., & Paulson, K (2002: 8) yang tidak menjelaskan bentuk foundation: traits and characters dan experience learning process. Terdapat 4 bagian di dalam hirarki tersebut untuk menjelaskan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan di

178


industri melalui program PI. Keempat bagian tersebut antara lain: kompetensi fundamental, proses pembelajaran, kompetensi, dan demonstrasi. Keempat bagian tersebut selanjutnya dilakukan evaluasi dan assesment (penilaian) pada setiap tahapannya. Tujuannya adalah untuk mengukur seberapa tinggi kemampuan individu dalam ketercapaian kompetensi. Berikut adalah penjabaran dari keempat komponen tersebut, yaitu: a. Kompetensi fundamental merupakan pondasi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa. Selain itu merupakan pengembangan dari keterampilan dasar yang dikemukakan oleh Stern (2003). Pada kompetensi fundamental, siswa memiliki: (1) sifat bawaan, sikap, dan karakter; (2) keterampilan dasar (mendengarkan, membaca, menulis, berbicara, matematika/menghitung); (3) keterampilan berfikir (cara belajar, berkarya, penyelesaian masalah, membuat keputusan); (4) personal quality (tanggung jawab, integritas, percaya diri, moral, karakter, loyalitas); dan (5) disiplin ilmu kejuruan. Berdasarkan hasil penelitian, maka disiplin ilmu kejuruan dimasukkan sebagai pondasi dasar. b. Proses

pembelajaran

terdapat

unsur

keterampilan,

kemampuan

dan

pengetahuan yang dikembangkan melalui proses pembelajaran. Terdapat beberapa proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, yaitu: (1) melalui pengamatan dan mendengarkan; (2) belajar sambil menyelesaikan tugas (learning by doing) dan mengikuti aktivitas kerja; (3) belajar melalui pengalaman; (4) belajar memecahkan masalah; (5) belajar melalui kondisi lingkungan kerja; (6) belajar mandiri; dan (7) belajar secara terus menerus dan diulang-ulang.

179


c. Kompetensi merupakan hasil dari pengalaman yang didapat melalui pembelajaran di industri. Kompetensi tersebut berfungsi untuk menyelesaikan tugas atau mengikuti aktivitas tertentu. d. Demonstrasi atau menunjukkan kompetensi yang sudah didapat dengan menerapkannya. Demonstrasi yang dilakukan oleh siswa dapat dinilai secara langsung. Dengan demikian penilaian kinerja dilakukan pada tahapan ini untuk mengukur kompetensi yang dikuasai oleh siswa, sehingga hasil dari pengukuran tersebut dapat dievaluasai. Proses dan hasil pembelajaran tersebut digambarkan dalam bentuk hirarki seperti pada gambar 22.

Gambar 22. Hirarki proses dan hasil perolehan kompetensi melalui PI C. Keterbatasan Penelitian Aspek waktu merupakan salah satu keterbatasan dalam penelitian ini. Peneliti dituntut untuk segera menyelesaikan studi S2 selama 24 bulan dan

180


mendapatkan waktu penelitian selama 6 bulan. Keterbatasan pada aspek waktu mengharuskan peneliti untuk segera selesai dan membatasi kedalaman penelitian, sehingga peneliti hanya mengambil beberapa informan yang dipandang penting. Peserta PI merupakan siswa SMK kelas XII, sehingga selama kegiatan praktik di industri terbebani dengan beberapa kegiatan pembekalan kelulusan, karir, dan perlombaan. Hal ini mengakibatkan peneliti tidak dapat melakukan interaksi dan wawancara secara mendalam. Siswa fokus pada persiapan UN setelah persiapan PI, sehingga sulit ditemui untuk mengungkap temuan di lapangan, singkronisasi hasil observasi dan wawancara informan lain, serta melanjutkan wawancara sebelumnya agar lebih dalam sampai data yang didapat mengalami kejenuhan. PT JMI merupakan industri yang tergolong baru pada bidang ISP. PT JMI berdiri pada tahun 2012, sehingga selama 3 tahun pula memiliki pengalaman membimbing peserta magang. Hal ini mengakibatkan kurang lengkapnya dokumen dan kurikulum terkait pengajaran peserta magang.

181


BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Siswa harus membekali diri dengan kompetensi dasar sesuai dengan kebutuhan DUDI. DUDI mensyaratkan kompetensi tertentu sesuai dengan kebutuhan bertujuan agar siswa mampu beradaptasi dengan lingkungan, karena pekerjaan yang bersifat continue dan real job membutuhkan kemampuan tertentu. Pada dasarnya pembelajaran di industri bersifat penguatan kompetensi yang sudah dikuasai dan sering monoton. Dengan demikian siswa yang tidak memiliki kompetensi sesuai kebutuhan DUDI akan kesulitan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di DUDI. 2. Praktik Industri memberikan pengalaman dan peningkatan kompetensi bagi siswa. Aktivitas setiap hari di tempat kerja merupakan bagian dari pembelajaran untuk mendapatkan kompetensi. Di PT JMI, siswa mengikuti aktivitas indoor (dalam ruangan atau di kantor) dan outdoor (luar ruangan). Aktivitas indoor antara lain: administrasi, program, membantu produksi voucher, membuat pemrograman web, dan database pelanggan. Sedangkan aktivitas di luar ruangan (outdoor) antara lain: instalasi jaringan, konfigurasi router atau masang kabel, perbaikan jaringan untuk pelanggan, setting mikrotik, setting radio, access point, router kecil, survei lapangan sebelum pemasangan, marketing, membagikan pamflet, dan mengikuti kegiatan kurir. 182


3. Metode pembimbingan kepada siswa melalui pendampingan. Siswa didampingi dalam menjalankan tugas yang diberikan. Pendampingan tersebut dapat dilakukan oleh pembimbing atau karyawan yang membersamai siswa saat itu. Metode pembimbingan lebih mengarah pada penanganan kasus atau studi kasus. Siswa diminta terlibat langsung dalam pekerjaan. Melalui keterlibatan tersebut, siswa akan mengalami permasalahan atau kasus yang dihadapi. Dengan demikian peran pembimbing akan berfungsi sebagai pemecah kasus atau masalah tersebut. Pembimbing memberikan arahan cara mengatasi kasus tersebut agar siswa dapat mengatasinya dengan baik. 4. Siswa melalui beberapa proses untuk memperoleh kompetensi di tempat industri. Proses tersebut antara lain: (1) melalui pengamatan dan mendengarkan; (2) belajar sambil menyelesaikan tugas (learning by doing) dan mengikuti aktivitas kerja; (3) belajar melalui pengalaman; (4) belajar memecahkan masalah; (5) belajar melalui kondisi lingkungan kerja; (6) belajar mandiri; dan (7) belajar secara terus menerus dan diulang-ulang. Ketujuh proses tersebut dilalui oleh siswa untuk mendapatkan kompetensi baru. 5. Siswa mengalami proses yang panjang selama di DUDI untuk mendapatkan kompetensi. Siswa mengikuti program PI menunjukkan hasil belajar dengan cara menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa mampu menunjukkan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat dideskripsikan antara lain: pengetahuan terkait dunia kerja, keterampilan kerja, kemampuan menyelesaikan pekerjaan, dan sikap yang berkaitan dengan DUDI.

183


6. Bentuk evaluasi yang diterapkan di PT JMI adalah tes simulasi. Tes tersebut merupakan simulasi penanganan kasus seperti keadaan di lapangan. Soal yang diberikan merupakan pengembangan dari materi yang sudah di praktikkan oleh siswa. Setting jaringan merupakan materi yang diujikan kepada siswa. Selain setting jaringan, siswa dihadapkan dengan soal mensetting router untuk mengetahui kemampuan analisa jaringan. Pada dasarnya siswa mendapatkan soal mensetting komponen yang ada di dalam jaringan. Komponen tersebut antara lain: setting radio dan setting router. Kedua komponen tersebut wajib dikuasai oleh siswa dalam pemenuhan kompetensi TKJ. Siswa harus mampu memadukan beberapa teori dan pengalaman lapangan agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh pembimbing. Siswa selalu melakukan setting alat tersebut saat menyelesaikan tugas instalasi. Perbedaan setting router dengan setting pemancar hanya terletak pada langkah-langkah yang dilakukan. Dengan demikian siswa harus berfikir kritis agar dapat menemukan langkah yang tepat untuk setting router. B. Implikasi Pembelajaran di sekolah dan di DUDI memerlukan sinergitas agar target SKL dapat terpenuhi. Pembagian beban materi yang diajarkan memerlukan perancangan bersama dalam membangun kompetensi siswa. Siswa SMK tidak dapat belajar hanya di bangku sekolah saja, namun diimbangi dengan pembelajaran di DUDI. Siswa mendapatkan kompetensi dasar yang di ajarkan di sekolah dan dikembangkan kompetensi tersebut di DUDI. Sinergitas antara

184


sekolah dan DUDI diharapkan dapat memenuhi SKL yang sudah dirancang oleh Pemerintah. Ketercapaian pembelajaran membutuhkan fasilitas yang memadahi dan didukung oleh instruktur yang berpengalaman. Siswa dapat mengamati dengan baik setiap pekerjaan yang dilakukan oleh instruktur tersebut. Melalui proses pengamatan, siswa mampu menguasai kompetensi dasar dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pekerjaan tertentu. Kegiatan PI harus memberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan diri. Siswa dapat belajar sambil bekerja (learning by doing) agar kompetensi dapat terserap dengan baik dan maksimal. Fasilitas yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan kompetensi untuk memenuhi SKL yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, ketercapaian pembelajaran dapat terpenuhi dengan pemenuhan fasilitas dan instruktur yang berpengalaman. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang proses perolehan kompetensi Pada Program PI, maka terdapat beberapa saran yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan berkaitan dengan PI, yaitu: Pertama,

kepada

unsur

pimpinan

dan

manajemen

DUDI

untuk

memperhatikan proses pembelajaran PI tersebut. Program PI dapat menjadi titik awal siswa memperoleh kompetensi dan mendapatkan pengalaman yang berharga. Hal ini sebenarnya dapat menguntungkan bagi pihak DUDI, karena tidak perlu mentraining kembali siswa setelah lulus. Pimpinan DUDI harus merancang kurikulum yang terstruktur agar proses pembelajaran dapat dimonitoring dan

185


dievaluasi. Pimpinan DUDI dapat melihat pola pembelajaran yang dilakukan siswa selama mengikuti kegiatan PI, sehingga dapat dengan mudah menemukan pola yang akan dirumuskan menjadi kurikulum pembelajaran di DUDI. Kedua, kepada pihak smk agar memberikan standar minimal waktu PI, sehingga siswa dapat dengan mudah menyerap kompetensi di DUDI dengan maksimal. Proses perolehan kompetensi yang dilakukan siswa membutuhkan waktu yang tidak pendek. Penyerapan kompetensi melalui berbagai kegiatan yang berulang-ulang menjadikan siswa mampu memecahkan masalah dengan cepat. Waktu pelaksanaan PI minimal selama 3 bulan adalah ideal. Ketiga, siswa mengalami kendala persiapan menjelang ujian nasional (UN) ketika PI di kelas XII. Hal ini mengakibatkan persiapan menjelang UN hanya efektif sekitar 3 bulan. Dengan demikian, waktu pelaksanaan PI yang efektif adalah saat kelas XI. Kelas XI pada semester 2 merupakan waktu yang tepat untuk melaksanakan PI, sehingga ketika siswa masuk ke kelas XII lebih fokus kepada persiapan UN.

186


DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. (1991). Sosiologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Adhikary, P.K. (2005). Educational reform for linking skills development with employment in Nepal. In M. SINGH (Eds.), Meeting basic learning needs in the informal sector integrating education and training for decent work, Empowerment and Citizenship (pp. 215-228). Hamburg, Germany: UNESCO Institute for Education. Agus Sutiyono. (2010). Pengaruh pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi competence base education and training) dan motivasi kerja terhadap kinerja petugas satuan polisi pamong praja. Disertasi. Universitas Negeri Jakarta. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 pada http://unj.ac.id/fip/sites/default/files/Agus%20Sutiyono%20%20Pengaruh%20Pendidikan%20dan%20Pelatihan%20Berbasis%20K ompetensi%20dan%20Motivasi%20Kerja%20terhadap%20Kinerja.pdf Bambang Sugestiyadi. (2012). Model magang siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) bidang teknik furniture di Jawa Tengah. Disertasi doktor, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. BBPP Batangkaluku. (2013). Analisa kepuasan peserta terhadap pelayanan penyelenggaraan pelatihan. Diakses pada tanggal 20 Maret 2015 dari http://bbpp-batangkaluku.com/bbpp/index.php/all-category/90kajiwidya/197-kw10 Billett, S. (1993). Authenticity and a culture of workpractice. Australian and New Zealand Journal of Vocational Education Research, 2 (1) 1 - 29. Billett, S. (2009). Changing work, work practice: The consequences for vocational education. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International handbook of education for the changing world of work, bridging academic and vocational learning (pp. 175- 187). Bonn: Springer. Billett, S. (2000). Guided learning at work. Journal of Workplace learning. 12 (7) 272-285. Diakses pada tanggal 22 April 2015 dari http://www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/handle/10072/2979/guid strat.pdf?sequence=1 Billett, S. (1994). Situated learning - A workplace experience. School of Adult & Vocational Education. Faculty of Education Griffith University. Australian Journal of Adult and Community Education, 34 (2) 112-130 1994.

187


Billett, S. (2011). Vocational education: Purposes, traditions and prospects. New York: Springer. Brealey, RA Myers, S.C., & Marcus A.J, (1999). Fundamentals of corporate finance. (3rd ed.). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Broady, E. & Dwyer, (2008). Bringing the learner back into the process: identifying learner strategies for grammatical development in independent language learning. In Singleton, D. (eds.), Language learning strategies in independent settings: Second language acquisition (pp. 141-158). Cambridge: British Library. Brown, J.S., Collins, A., & Duguid, P. (1989). Situated cognition and the culture of learning. Educational Researcher 18, no. 1 (JanuaryFebruary 1989): 32-41. Budi Tri Siswanto. (2012). Model penyelenggaraan work-based learning pada pendidikan vokasi Diploma III Otomotif. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, hal 11-26. Catts, R., Falk, I., & Wallace, R. (2011). Introduction: Innovations in theory and practice. In Ralph Catts, Ian Falk & Ruth Wallace (eds.), Vocational learning innovative theory and practice. New York: Springer. pp.1 – 8. Chinien, C. & Singh, M. (2009). Overview: Adult education for the sustainability of human kind. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International handbook of education for the changing world of work, bridging academic and vocational learning (pp. 2521-2536). Bonn: Springer. Choi, J., & Hannafin, M. (1995). Situated cognition and learning environments: roles, structures, and implications for design. Educational Technology Research and Development 43, no. 2 p.53-69. Choy, Sarojni C. (April 2010) Students’ conceptual knowledge about workplace pedagogies and applications to learning in the workplace. In: Proceedings of Australian Vocational Education and Training Research Association (AVETRA), Gold Coast. Cook, K., & Buck, G. (2014). Pre-service elementary teachers’ experience in a community of practice through a place-based inquiry. International Journal of Environmental & Science Education, 9, pp.111-132 Cunningham, I., Dawes, G., & Bennett, B. (2004). The handbook of work based learning. Burlington: Gower Publishing Limited.

188


Dedi Supriadi. (2002). Pendahuluan: Satu setengah abad pendidikan kejuruan di Indonesia. Dalam Dedi Supriadi (Ed.), Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia, membangun manusia produktif, Dirdikmenjur Depdiknas, (p. 1 – 32). Bandung: Rosdakarya. DeiĂ&#x;inger, Thomas & Hellwig, Silke. (2011). Structures and functions of competency-based education and training (CBET): A comparative perspective. Mannheim: GIZ GmbH. Depdikbud. (1995a). Garis-garis besar program pengajaran (GBPP). Jakarta: Pusat Depdikbud. (1995b). Pendidikan sistem ganda strategi operasional link and match pada SMK. Depdiknas. (2009). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional, Tahun 2010–2014, Jakarta: Depdiknas. Deseco. (2005). Defining and selecting key competencies: Executive summary. Diambil pada tanggal 19 September 2014 dari: http://www.oecd.org/pisa/35070367.pdf Dewa Yuniardi. (2012). Standar sertifikasi teknologi informasi bidang internet. Diakses tanggal 7 Agustus 2014, dari http://www.sertifikasimicrosoft.com/2012/11/standar-sertifikasi-teknologi-informasi.html Dikmenjur. (1999). Keterampilan menjelang 2020 untuk era global: Laporan satuan tugas pengembangan pendidikan dan pelatihan kejuruan di Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Doni Muhardiansyah, dkk. (2010). Innovasi dalam sistem pendidikan: potret praktik tata kelola pendidikan kejuruan. Jakarta: KPK Direktorat Penelitian dan Pengembangan Eko Prasetyo. (2011). Sertifikasi profesional TI, pentingkah?. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2014, dari http://catur.dosen.akprind.ac.id/2011/01/28/sertifikasi-profesional-tipentingkah/ Emzir. (2010). Metodologi penelitian kualitatif: Analisis data. Jakarta: Rajawali Pers. Finlay, I., Niven, S., & Young, S. (1998). Changing vocational education and training an international comparative perspective. London: Routledge. Fry, H., Ketteridge, S., & Marshall, S. (2009). A handbook for teaching and learning in higher education: Enhancing academic practice (3rd Ed). London: Routledge. 189


Gangani, N., McLean, G.N., & Braden, R.A. (2006). A competency-based human resource development strategy. Performance Improvement Quarterly, 19, 1, 127-14. Diambil pada 29 April 2015 dari http://search.proquest.com/docview/218518000/fulltextPDF/B6DF0CB 17BCB4ED9PQ/1?accountid=12339 Gray, K., Bae, S. (2009). Skills shortages, over-education and unemployed youth: an international dilemma. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International handbook of education for the changing world of work, bridging academic and vocational learning (pp. 175187). Bonn: Springer. Harris, I.B. (2011). Conceptions and theories of learning for workplace education. In Janet P. Hafler (Eds.), Extraordinary learning in the workplace, innovation and change in professional education 6, DOI 10.1007/978-94-007-0271-4_3. (pp. 39-62) New York: Springer + Business Media B.V. Hemsley-Brown, J.V., & Sharp, C. (2004). The use of research to improve professional practice: a systematic review of the literature, Oxford Review of Education. (4th coming). Ismanto Setyabudi. (2014). Kemunduran pendidikan sistem ganda (PSG) di Indonesia. Diakses pada tanggal 20 September 2014 dari http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/oto motif/944-kemunduran-pendidikan-sistem-ganda-psg-di-indonesia Joedawinata, A., dkk. (2002). Sejarah pendidikan kria di Indonesia. Dalam Dedi Supriadi (Ed.), Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia, membangun manusia produktif, Dirdikmenjur Depdiknas, (p. 437 – 466). Bandung: Rosdakarya. Jonassen, David H. (2011). Learning to solve problems: A handbook for designing problem-solving learning environments. New York: Routledge Jones, E., Voorhees, R., & Paulson, K. (2002). Defining and assessing learning: Exploring competency-based initiatives. Washington, DC: Council of the National Postsecondary Education Cooperative. Publication NCES 2002159. Diambil pada tanggal 19 April 2015 dari http://nces.ed.gov/pubs2002/2002159.pdf Joy de Leo. (--). Living, learning and working together in a globalised world: Working together collaboratively for a just, humane, harmonious and sustainable society. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2014, dari http://www.unesco-apnieve.edu.au/Article-Shared-Values

190


Kapp, K.M., & Hamilton, B. (2006). White paper: Designing instruction to teach principles (softskills). Department of Instructional Technology and Institute for Interactive Technologies. Diambil pada 2 September 2015, dari http//wwwKarkapp.com/materials/teaching%20Principles Pdf. Kokom Komariah. (2013). Pengembangan model pembelajaran pengelohan makanan dalam konteks work-based learning di industri hotel bagi mahasiswa Program Diploma III. Disertasi doktor, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta Kozlowski, S and Salas, E. (2009). Learning, training, and development in organizations (SIOP Organizational Frontiers Series). New York: Routledge Lave, J. & Wenger, E. (1991). Situated learning: Legitimate peripheral participation. New York: Cambridge University Press. Maclean, R., Wilson, D., & Chinien, E. (2009). International handbook of education for the changing world of work, bridging academic and vocational learning. Bonn: Springer. Mason, J. (2002). Qualitative Researching, London: SAGE Publications Ltd. Masriam Bukit. (2002). Beberapa Masalah Dalam Implementasi Pendidikan Sistem Ganda di SMK. Dalam Dedi Supriadi (Ed.), Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia, membangun manusia produktif, Dirdikmenjur Depdiknas, (p. 527-542). Bandung: Rosdakarya. Matveeva, N. & Lapp, J. (2009). Overview: Participation in formal programmes of learning and skills development. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International handbook of education for the changing world of work, bridging academic and vocational learning (pp. 2025- 2037). Bonn: Springer. Mendagri. (2013). Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003, Tentang Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan Dan Pelatihan Berbasis Kompetensi Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintahan Daerah. Mendiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23, Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Mercer, J. & Clyton, D. (2012). Psikologi sosial. (Terjemahan Noermalasari Fajar Widuri). New York: Pearson Education Ltd. (Buku asli diterbitkan tahun 2012)

191


Merriam, Sharan B. (2001). New directions for adult and continuing education, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Merriam, Sharan B. (1998). Qualitative research and case study applications in education. San Fransisco: Jossey-Bass. Miles, M.B., & Huberman, A.M. (2014). Analisis data kualitatif. (Terjemahan Tjejep Rohendi Rohidi). New York: SAGE Publications, Inc. (Buku asli diterbitkan tahun 1992). Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldaña, J. (2014). Qualitative data analysis: A methods sourcebook (3rd ed). New York: SAGE Publications, Inc. M Hanif Dhakiri. (2015). Kemnaker targetkan kirim 2.000 peserta magang ke Jepang. Diakses pada tanggal 6 Maret 2015 dari http://www.beritasatu.com/nusantara/254393-kemnaker-targetkankirim-2000-peserta-magang-ke-jepang.html Morley, R. (2010). Workplace learning guide 2010 learning for life in the 21st Century. Developed via the Bureau of Community Colleges and Career and Technical Education, Iowa Department of Education in cooperation with Iowa Department of Economic Development, Iowa Workforce Development, Iowa Association of Business and Industry, Iowa Vocational Rehabilitation Services, Iowa JAG, Inc., Iowa Division of Labor Services, US Dept. of Labor. Diakses pada tanggal 18 September 2014 dari http://www.iowaworkforce.org/files/wlg02.pdf Muhammad Iqbal. (2013). Lulusan SMK dominasi pengangguran. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2014, dari: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/13/11/06/mvtxntlulusan-smk-dominasi-pengangguran Muliati. (2008). Evaluasi pendidikan sistem ganda (Suatu penelitian evaluatif berdasarkan Stake’s countenance model mengenai program pendidikan sistem ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007)). Disertasi doktor, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta. Noe, R. (2010). Employee training and development (5th ed). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Norina Ahmad Jamil, Sariwati M Shariff, & Zurah Abu. (2013). Students’ practicum performance of industrial internship program. Procedia Social and Behavioral Sciences 90. pp 513–521. OECD. (2010). Innovative workplaces: Making better use of skills within organisations. OECD Publishing.

192


Pakpahan, J. (2002). Perkembangan pendidikan kejuruan pada Pelita VI. Dalam Dedi Supriadi (Ed.), Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia, membangun manusia produktif, Dirdikmenjur Depdiknas, (p. 221-272). Bandung: Rosdakarya. Pardjono. (2011, Februari). Peran industri dalam pengembangan SMK. Makalah disampaikan pada workshop peran industri dalam pengembangan SMK di SMKN 2 Kasihan Bantul Poell, R.F. & Woerkom, M. V. (2011). Chapter 1 introduction: Supporting workplace learning. Dalam Supporting workplace: Learning towards evidence-based practice. Rob F. Poell dan Marianne van Woerkom Eds. Netherlands: Springer. e-ISBN 978-90-481-9109-3 Presiden. (2005). Peraturan Pemerintah RI Nomor 19, Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan Putu Sudira. (2011). Praksis ideologi tri hita karana dalam kebudayaan kompetensi pada SMK Di Bali. Disertasi. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses tanggal 12 Juli 2014. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655274/DISERTASI-DRPUTU-PUTU SUDIRA-UNY-2011.pdf Rahayuningsih. (2012). Pendidikan politik pada siswa sekolah menengah atas. Praksis: Pendidikan kewarganegaraan (Studi di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta). Disertasi doktor, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Rau, D. (1998). Transformation and reform of vocational education and training in Taiwan, Republic of China. In I. Finlay, S. Niven, and Stephanie. Changing Vocational Education and Training: An International Comparative Perspective. (p.61-74). New York: Routledge. Reinsisch, H. & Frommberger, D., (2004). Between school and company features of the historical development of vocational education and training in the Netherlands and Germany in a comparative perspective. In Martin Mulder (Eds.), A History of vocational education vocational education and training in Europe from divergence to convergence. The European Journal “Vocational Training” (II) No. 32. (pp. 26 – 31). Belgium. Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sariwati Mohd Shariff & Mazanah Muhamad. (2010). Learning in an industrial practicum training program: A case study in a Public

193


University in Malaysia. In World Applied Sciences Journal 11 (11): 1361-1368. IDOSI Publications. Singh, M. (2009). Social and cultural aspects of informal sector learning: meeting the goals of EFA. In R. Maclean, D. Wilson, & C. Chinien (Eds.), International handbook of education for the changing world of work, bridging academic and vocational learning (pp. 349-358). Bonn: Springer. Siti Hamidah. (2011). Pengembangan model pembelajaran soft skills terintegrasi siswa SMK Program Studi Keahlian Tata Boga Kompetensi Keahlian Jasa Boga. Disertasi doktor, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta Slamet PH. (2013). Pengembangan SMK model untuk masa depan. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th. XXXII, no. 1, hal. 14-26. Soeharto. (1988). Desain instruksional sebuah pendekatan praktis untuk pendidikan teknologi dan kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Starr, P. (1984). The social transformation of American medicine: The rise of a sovereign profession and the making of a vast industry. New York: Basic Books, dalam Definition of Professionalism-Social Sciences Literature. Diakses tanggal 19 September 2014 dari https://www.afmc.ca/pdf/SocScsLit.pdf STEMNET. Employability skills. Diakses pada 19 September 2014 dari: http://www.exeter.ac.uk/ambassadors/HESTEM/resources/General/ST EMNET%20Employability%20skills%20guide.pdf Stern, B., (2003). Career and workforce development trends: Implications for Michigan higher education white paper, Michigan: Ferris State University. Sudji Munadi. (Maret 2012). Penerapan assesmen kinerja dalam praktik proses permesinan untuk pengembangan budaya kerja peserta didik. Pidato Pengukuhan Guru Besar di Universitas Negeri Yogyakarta. Sudrajat, A.A., dkk. (2002). Pendidikan pertanian dari masa ke masa. Dalam Dedi Supriadi (Ed.), Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia, membangun manusia produktif, Dirdikmenjur Depdiknas, (p. 379-436). Bandung: Rosdakarya. Sudrajat, A.A. (2002). Perkembangan SMK bidang teknik/teknologi. Dalam Dedi Supriadi (Ed.), Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di

194


Indonesia, membangun manusia produktif, Dirdikmenjur Depdiknas, (p. 329-358). Bandung: Rosdakarya. Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta Sukardi, Th. (2011). Peranan bimbingan kejuruan terhadap pembentukan karakter kerja siswa Di Jurusan Mesin SMKN 2 Wonosari. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, edisi khusus Dies Natalis UNY. Sukarnati. (2011). Pengembangan model manajemen praktik kerja industri di sekolah menengah kejuruan. Disertasi doktor, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Suwarman & Pardjono. (2014). Pengelolaan praktik kerja industri pada Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Se-Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, Februari 2014. Hal 83-95. Svinicki, M. and Wilkerson, L. (2011). Faculty development for workplace instructors. In Janet P. Hafler (Eds.), Extraordinary Learning in the Workplace, Innovation and Change in Professional Education 6, DOI 10.1007/978-94-007-0271-4_3. (pp. 39-62) New York: Springer + Business Media B.V. Tingkatkan kualitas karyawan dengan magang dan in house training. (2011). http://www.pln.co.id, p. 568. Tri Iswoyo, A. Diwar Zen, & Joko Setiono. (2002). Sejarah pendidikan menengah kejuruan ekonomi, kesejahteraan keluarga, dan pekerjaan sosial. Dalam Dedi Supriadi (Ed.), Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia, membangun manusia produktif, Dirdikmenjur Depdiknas, (p. 359-378). Bandung: Rosdakarya. Tuxworth, Eric. (1989). Competence based education and training: background and origins. In John W. Burke, Competency Based Education and Training. New York: The Falmer Press. ISBN 0-20397426-3 Master e-book ISBN. (p. 9 – 22). UNESCO. (1999). Lifelong Learning and Training: a bridge to the future— final report. Paris: UNESCO. (Final report of the second International Congress on TVET, Seoul, 1999.) University of South Alabama. (--). Situated learning theory. Diakses pada tanggal 20 September 2014. Sumber diambil dari:

195


http://www.southalabama.edu/oll/mobile/theory_workbook/situated_le arning_theory.htm U. S. Department of Education Office of Vocational and Adult Education. (2012). Employability Skills. Diakses pada 19 September 2014 dari: http://content.govdelivery.com/accounts/USED/bulletins/58c9cb Vaughan, K., O’Neil, P., & Cameron, M. (2011). Successful workplace learning: How learning happens at work. New Zealand Council for Educational Research: Industry Training Federation. Diakses pada tanggal 20 September 2014 dari http://www.nzcer.org.nz/research/publications/successful-workplacelearning-how-learning-happens-work Wagner, T. (2008). The global achievement gap. New York: Basic Books. Wallace, R. (2011). Social partnerships in learning: connecting to the learner identities of disenfranchised regional learners. In Ralph Catts, Ian Falk & Ruth Wallace (Eds.), Vocational Learning Innovative Theory and Practice. New York: Springer. p.9 – 31 Wardiman Djojonegoro. (1998). Pengembangan sumberdaya manusia melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Jakarta: PT Balai Pustaka. Yulianto & Budi Sutrisno. (2014). Pengelolaan kerjasama sekolah dengan dunia usaha / dunia industri (studi situs SMK Negeri 2 Kendal). Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 24, No. 1, Juni 2014, hal 19-37. Yuneldi Miswardi & Pardjono. (2013). Proses dan hasil belajar pada prakerind bidang keahlian kendaraan ringan: studi kasus pada industri pasangan SMKN 3 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi UNY, Vol 3, Nomor 2, Juni 2013, hal.268-281.

196


LAMPIRAN 1 PEDOMAN PEMBANGKITAN DATA

197


PANDUAN PEMBANGKITAN DATA PROSES PEROLEHAN KOMPETENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM PROGRAM PRAKTIK INDUSTRI PADA INDUSTRI PASANGAN SMKN 2 PENGASIH

NUUR WACHID ABDULMAJID NIM. 13702251059 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 198


Pembangkitan data

Big Question: Bagaimanakah proses perolehan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat praktik industri.

Pertanyaan Penelitian

Tabel 1. Pedoman Pembangkitan Data Observasi Penelitian Sumber Data dan Justifikasi Topik Interview, Observasi, Metode Observasi Perekaman dokumen & situs

Siapa saja yang Sumber data: terlibat didalam proses perolehan  Industri tempat praktik siswa: kompetensi pada observasi program keahlian TIK?

Observasi yang dilakukan  peneliti adalah observasi partisipasi pasif, yaitu datang di tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.

fokus observasi di industri berhubungan dengan keterlibatan siswa, karyawan, pimpinan dalam melakukan praktik.

Dimana proses Sumber data: perolehan  Industri tempat kompetensi pada praktik siswa: program keahlian observasi TIK itu terjadi?

Observasi yang dilakukan  peneliti adalah observasi partisipasi pasif, yaitu datang di tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.

fokus observasi di industri berhubungan dengan lokasi proses kerja yang dilakukan oleh siswa, karyawan, dan pimpinan.

199

Resources, Akses, Skils, Etika Resources:  Perekam suara  Perekam gambar  Fieldnote  Penguatan akses, mendengar, mengingat, seimbang dalam berbicara dan mendengarkan, mengamati, mencatat data dan membuat fieldnote, kesopanan Resources:  Perekam suara  Perekam gambar  Fieldnote  Penguatan akses, mendengar, mengingat,


Pertanyaan Penelitian

Sumber Data dan Metode Observasi

Siapa saja yang Sumber data: terlibat didalam proses perolehan  Industri tempat praktik siswa: kompetensi pada observasi program keahlian TIK?

Justifikasi

Topik Interview, Observasi, Perekaman dokumen & situs

Observasi yang dilakukan  peneliti adalah observasi partisipasi pasif, yaitu datang di tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.

200

fokus observasi di industri berhubungan dengan keterlibatan siswa, karyawan, pimpinan dalam melakukan praktik.

Resources, Akses, Skils, Etika Resources:  Perekam suara  Perekam gambar  Fieldnote  Penguatan akses, mendengar, mengingat, seimbang dalam berbicara dan mendengarkan, mengamati, mencatat data dan membuat fieldnote, kesopanan seimbang dalam berbicara dan mendengarkan, mengamati, mencatat data dan membuat fieldnote, kesopanan


Pertanyaan Penelitian

Bagaimana kegiatan siswa saat PI?

Tabel 2. Pedoman Pembangkitan Data Wawancara Penelitian Sumber Data dan Justifikasi Topik Interview, Observasi, Metode Perekaman dokumen & situs Wawancara INFORMAN: Interview dilakukan terhadap Topik interview:  Siswa : informan yang berkaitan  Praktik indoor dan outdoor Interview dengan bagaimana kegiatan  Pengembangan diri  Pembimbing PI : siswa saat PI. Kegiatan siswa  intensitas interaksi dengan Interview meliputi praktik atau pekerjaan karyawan dan pembimbing yang diberikan berupa dikantor  Bentuk interaksi dengan (indoor) maupun diluar karyawan dan pembimbing lapangan (outdoor), interaksi  Intensitas kegiatan PI dengan karyawan, dll  Rata-rata usia karyawan  Aturan kerja

Sumber Data lain:  Industri tempat praktik siswa: observasi

Observasi yang dilakukan  peneliti adalah observasi partisipasi pasif, yaitu datang di tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak terlibat langsung dalam kegiatan 201

fokus observasi di industri berhubungan dengan proses kegiatan selama pelaksanaan PI.

Resources, Akses, Skils, Etika Resources:  Daftar pertanyaan  Perekam suara  Perekam gambar  Field note form Akses:  Menghubungi dan mengatur kesediaan waktu dan tempat Skill  Berkomunikasi: mendengar, mengingat, berbicara, mengamati Etika:  Sopan santun  Bersahabat Resources:  Perekam suara  Perekam gambar  Fieldnote  Penguatan akses, mendengar,


Pertanyaan Penelitian

Sumber Data dan Metode Wawancara

INFORMAN:  Siswa : Interview  Pembimbing PI : Interview  Pimpinan industri : pola Interview

Justifikasi

Topik Interview, Observasi, Perekaman dokumen & situs

tersebut.

Interview dilakukan terhadap informan yang berkaitan dengan bagaimana pola pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing PI.

Bagaimana pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing PI?

202

Topik interview:  Perlakuan terhadap siswa PI  Metode bimbingan  Proses bimbingan  Kesan terhadap pembimbing

Resources, Akses, Skils, Etika mengingat, seimbang dalam berbicara dan mendengarkan, mengamati, mencatat data dan membuat fieldnote, kesopanan Resources:  Daftar pertanyaan  Perekam suara  Perekam gambar  Field note form Akses:  Menghubungi dan mengatur kesediaan waktu dan tempat Skill  Berkomunikasi: mendengar, mengingat, berbicara, mengamati Etika:  Sopan santun Bersahabat


Pertanyaan Penelitian

Sumber Data dan Metode Wawancara Sumber Data lain:  Industri tempat praktik siswa: observasi

Bagaimana cara INFORMAN: mendapatkan  Siswa : kompetensi saat Interview praktik?  Pembimbing PI : Interview  Pimpinan industri : Interview

Justifikasi

Topik Interview, Observasi, Perekaman dokumen & situs

Observasi yang dilakukan  peneliti adalah observasi partisipasi pasif, yaitu datang di tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.

fokus observasi di industri berhubungan dengan kegiatan pembimbingan terhadap siswa PI.

Interview dilakukan terhadap Topik interview: informan yang berkaitan  Cara melaksanakan tugas dengan bagaimana cara yang diberikan mendapatkan kompetensi saat  Kegiatan disela-sela praktik. istirahat  Pengalaman dari Pembimbing  Cara menemukan kompetensi baru

203

Resources, Akses, Skils, Etika Resources:  Perekam suara  Perekam gambar  Fieldnote  Penguatan akses, mendengar, mengingat, seimbang dalam berbicara dan mendengarkan, mengamati, mencatat data dan membuat fieldnote, kesopanan Resources:  Daftar pertanyaan  Perekam suara  Perekam gambar  Field note form Akses:  Menghubungi dan mengatur kesediaan waktu dan tempat Skill  Berkomunikasi: mendengar,


Pertanyaan Penelitian

Sumber Data dan Metode Wawancara

Justifikasi

Topik Interview, Observasi, Perekaman dokumen & situs

Bagaimana bentuk INFORMAN: evaluasi untuk  Siswa : mengukur Interview peningkatan  Pembimbing PI : kompetensi siswa? Interview  Pimpinan industri : Interview

Interview dilakukan terhadap informan yang berkaitan dengan bagaimana bentuk evaluasi untuk mengukur peningkatan kompetensi siswa.

Kompetensi apa INFORMAN: saja yang didapat  Siswa :

Interview dilakukan terhadap Topik interview: informan yang berkaitan  Penguasaan kompetensi 204

Topik interview:  Mekanisme evaluasi PI  Hasil yang dicapai  Tingkatan soal dan kemampuan dalam mengerjakan

Resources, Akses, Skils, Etika mengingat, berbicara, mengamati Etika:  Sopan santun Bersahabat Resources:  Daftar pertanyaan  Perekam suara  Perekam gambar  Field note form Akses:  Menghubungi dan mengatur kesediaan waktu dan tempat Skill  Berkomunikasi: mendengar, mengingat, berbicara, mengamati Etika:  Sopan santun  Bersahabat Resources:  Daftar pertanyaan


Pertanyaan Penelitian setelah PI?

Sumber Data dan Justifikasi Topik Interview, Observasi, Metode Perekaman dokumen & situs Wawancara Interview dengan kompetensi apa saja siswa PI  Pembimbing PI : yang didapat setelah PI?.  Pengetahuan yang didapat Interview saat PI  Pimpinan  Keterampilan yang didapat industri : saat PI Interview  Sikap yang didapat saat PI  Penerapan kompetensi baru

205

Resources, Akses, Skils, Etika  Perekam suara  Perekam gambar  Field note form Akses:  Menghubungi dan mengatur kesediaan waktu dan tempat Skill  Berkomunikasi: mendengar, mengingat, berbicara, mengamati Etika:  Sopan santun  Bersahabat


MODEL PERTANYAAN INTERVIEW/WAWANCARA No 1.      

Topik Interview Bidang kegiatan tempat PI Kompetensi yang dibutuhkan (basic Skill) Penguatan Kompetensi yang dimiliki Orientasi awal masuk PI Penerapan kompetensi yang didapat dari sekolah di tempat PI Karakter siswa

 

Tabel 3. Model Pertanyaan Wawancara Pertanyaan Assalamualaikum. Mohon maaf sebelumnya karena mengganggu aktifitas Maksud kedatangan saya yang pertama adalah silaturahim dan yang kedua adalah untuk menanyakan beberapa hal kepada Bapak/Ibu/Saudara. Saya tertarik dengan regulasi kegiatan PI. Kegiatan ini meliputi rekruitmen peserta atau siswa PI, orientasi, penugasan, sampai selesai pelaksanaan PI. Menurut Bapak/Ibu/Saudara bersedia untuk membahas topik tersebut? DUDI ini bergerak dibidang ISP/service komputer/penjualan komputer (Sesuai dengan ranah pekerjaan DUDI). Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah siswa SMK, khususnya dari TKJ sudah sesuai dengan kualifikasi kebutuhan DUDI? Siswa SMK, khususnya TKJ sudah dibekali dengan beberapa keahlian ketika menempuh KBM di Sekolah. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apa saja kompetensi yang dibutuhkan di perusahaan atau DUDI ini? Dalam proses training dan pemberian tugas kepada siswa PI, menurut Bapak/Ibu/Saudara materi apa saja yang diberikan untuk siswa? 206

Analisis Greetings: salam pembuka untuk memulai percakapan Giving research explanation: menyampaikan maksud tujuan penelitian dan memulai pembicaraan Asking friendly question: memulai percakapan dengan menanyakan kesanggupan sebagai bentuk etika penelitian (ethical clearance) Asking friendly question: Keterangan: Pertanyaan berkembang secara alami pada saat interview berlangsung dan disesuaikan dengan responden tetapi tetap dalam lingkup topik-topik interview sesuai pertanyaan penelitian


No

Topik Interview    

2.

      

Praktik indoor dan outdoor Pengembangan diri intensitas interaksi dengan karyawan dan pembimbing Bentuk interaksi dengan karyawan dan pembimbing Intensitas kegiatan PI Rata-rata usia karyawan Aturan kerja

 

  

Pertanyaan Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana cara untuk memperkuat dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa saja yang disampaikan dalam pengenalan perlengkapan kerja dan kebutuhan alat? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana penerapan kompetensi yang didapat dari sekolah di tempat PI? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana cara siswa menyerap ilmu pada saat training? Assalamualaikum. Mohon maaf sebelumnya karena mengganggu aktifitas Maksud kedatangan saya yang pertama adalah silaturahim dan yang kedua adalah untuk menanyakan beberapa hal kepada Bapak/Ibu/Saudara. Saya tertarik dengan metode pendidikan siswa magang atau praktik di tempat kerja. Terlebih penempatan pekerjaan siswa magang atau PI. Menurut Bapak/Ibu/Saudara bersedia untuk membahas topik tersebut? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa pekerjaan yang ditugaskan kepada siswa selama praktik berlangsung? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana siswa melakukan pengamatan terkait tugas yang diberikan? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana siswa 207

Analisis

Greetings: salam pembuka untuk memulai percakapan Giving research explanation: menyampaikan maksud tujuan penelitian dan memulai pembicaraan Asking friendly question: memulai percakapan dengan menanyakan kesanggupan sebagai bentuk etika penelitian (ethical clearance) Asking friendly question: Keterangan: Pertanyaan berkembang secara alami pada saat interview berlangsung dan disesuaikan dengan responden tetapi tetap dalam lingkup topik-topik interview sesuai pertanyaan


No

Topik Interview  

    3.

   

Perlakuan terhadap siswa PI Metode bimbingan Proses bimbingan Kesan terhadap pembimbing

 

Pertanyaan melaksanakan tugas yang diberikan? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana pola pekerjaan yang diberikan oleh pembimbing kepada siswa? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, hal-hal apa saja yang harus dibudayakan kepada siswa dan karyawan agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tepat? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana bentuk siswa melakukan interaksi dengan karyawan? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana kondisi dan situasi kerja setiap hari? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa saja kompetensi yang di contohkan karyawan kepada siswa praktik? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa saja aturan kerja yang diterapkan kepada karyawan dan siswa praktik? Assalamualaikum. Mohon maaf sebelumnya karena mengganggu aktifitas Maksud kedatangan saya yang pertama adalah silaturahim dan yang kedua adalah untuk menanyakan beberapa hal kepada Bapak/Ibu/Saudara. Saya tertarik dengan metode pendidikan siswa magang atau praktik di tempat kerja. Terlebih metode pembimbingan kepada siswa PI. Menurut Bapak/Ibu/Saudara bersedia untuk membahas topik tersebut? 208

penelitian

Analisis

Greetings: salam pembuka untuk memulai percakapan Giving research explanation: menyampaikan maksud tujuan penelitian dan memulai pembicaraan Asking friendly question: memulai percakapan dengan menanyakan kesanggupan sebagai bentuk etika penelitian (ethical clearance) Asking friendly question:


No

Topik Interview    

4.

   

Cara melaksanakan tugas yang  diberikan Kegiatan disela-sela istirahat  Pengalaman dari Pembimbing Cara menemukan kompetensi baru 

   

Pertanyaan Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana perlakuan terhadap siswa PI? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana metode pembimbingan ketika membimbing siswa PI? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana proses bimbingan yang dilakukan di DUDI ini? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana kesan terhadap pembimbing atau karyawan? Assalamualaikum. Mohon maaf sebelumnya karena mengganggu aktifitas Maksud kedatangan saya yang pertama adalah silaturahim dan yang kedua adalah untuk menanyakan beberapa hal kepada Bapak/Ibu/Saudara. Saya tertarik dengan metode pendidikan siswa magang atau praktik di tempat kerja. Terlebih terkait siswa berusaha mengikuti budaya kerja dan cara mendapatkan kompetensi saat praktik. Menurut Bapak/Ibu/Saudara bersedia untuk membahas topik tersebut? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana cara melaksanakan tugas yang diberikan? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa saja kegiatan siswa disela-sela istirahat? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa latar belakang pendidikan atau pengalaman Pembimbing? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana cara menemukan kompetensi baru? 209

Analisis

Keterangan: Pertanyaan berkembang secara alami pada saat interview berlangsung dan disesuaikan dengan responden tetapi tetap dalam lingkup topik-topik interview sesuai pertanyaan penelitian Greetings: salam pembuka untuk memulai percakapan Giving research explanation: menyampaikan maksud tujuan penelitian dan memulai pembicaraan Asking friendly question: memulai percakapan dengan menanyakan kesanggupan sebagai bentuk etika penelitian (ethical clearance) Asking friendly question: Keterangan: Pertanyaan berkembang secara alami pada saat interview berlangsung dan disesuaikan dengan responden tetapi tetap dalam lingkup topik-topik interview sesuai pertanyaan penelitian


No 5.   

Topik Interview Mekanisme evaluasi PI Hasil yang dicapai Tingkatan soal kemampuan mengerjakan

 dan  dalam 

      6.

 

Penguasaan kompetensi siswa PI Pengetahuan yang didapat saat

 

Pertanyaan Assalamualaikum. Mohon maaf sebelumnya karena mengganggu aktifitas Maksud kedatangan saya yang pertama adalah silaturahim dan yang kedua adalah untuk menanyakan beberapa hal kepada Bapak/Ibu/Saudara. Saya tertarik dengan metode pendidikan siswa magang atau praktik di tempat kerja. Terlebih bentuk evaluasi untuk mengukur peningkatan kompetensi siswa. Menurut Bapak/Ibu/Saudara bersedia untuk membahas topik tersebut? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana mekanisme evaluasi PI? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana hasil ketercapaian siswa setelah melaksanakan ujian tersebut? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana tingkatan soal dan kemampuan siswa dalam mengerjakannya? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana hasil yang dicapai siswa PI? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa tujuan dari melaksanakan ujian kepada siswa tersebut? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana tingkatan soal dan kemampuan dalam mengerjakan oleh siswa? Assalamualaikum. Mohon maaf sebelumnya karena mengganggu aktifitas Maksud kedatangan saya yang pertama adalah 210

Analisis Greetings: salam pembuka untuk memulai percakapan Giving research explanation: menyampaikan maksud tujuan penelitian dan memulai pembicaraan Asking friendly question: memulai percakapan dengan menanyakan kesanggupan sebagai bentuk etika penelitian (ethical clearance) Asking friendly question: Keterangan: Pertanyaan berkembang secara alami pada saat interview berlangsung dan disesuaikan dengan responden tetapi tetap dalam lingkup topik-topik interview sesuai pertanyaan penelitian

Greetings: salam pembuka untuk memulai percakapan Giving research explanation:


No

Topik Interview

  

PI Keterampilan yang didapat saat PI Sikap yang didapat saat PI Penerapan kompetensi baru

   

Pertanyaan silaturahim dan yang kedua adalah untuk menanyakan beberapa hal kepada Bapak/Ibu/Saudara. Saya tertarik dengan metode pendidikan siswa magang atau praktik di tempat kerja. Terlebih kompetensi yang didapat setelah PI. Menurut Bapak/Ibu/Saudara bersedia untuk membahas topik tersebut?

Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa saja kompetensi yang didapatkan siswa selama PI? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, kompetensi yang didapat selama PI apakah berbeda dengan kompetensi yang diajarkan di sekolah? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana caranya mendapatkan kompetensi-kompetensi baru di Industri tersebut? Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimana penerapan siswa setelah mendapatkan kompetensi baru tersebut?

211

Analisis menyampaikan maksud tujuan penelitian dan memulai pembicaraan Asking friendly question: memulai percakapan dengan menanyakan kesanggupan sebagai bentuk etika penelitian (ethical clearance) Asking friendly question: Keterangan: Pertanyaan berkembang secara alami pada saat interview berlangsung dan disesuaikan dengan responden tetapi tetap dalam lingkup topik-topik interview sesuai pertanyaan penelitian


LAMPIRAN 2 DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTIK INDUSTRI DI PT. JMI

212


KEGIATAN SISWA MENGIKUTI PROGRAM PI Pengerjaan Voucher

Instalasi WiFi

213


Sales Produk (menyebar pamflet)

214


Pengecekan alat kerja

Pemasangan radio pada galvanis

Mengisolasi kabel UTP

215


Pemasangan dynabolt

Pemasangan galvanis

216


Pemasangan kabel UTP

Memanjat tower atau pemancar

217


Instalasi jaringan dan pointing

Ujian akhir

218


LAMPIRAN 3 FIELDNOTE WAWANCARA PENELITIAN

219


Fieldnote Penelitian: Bagaimanakah proses perolehan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat praktik industri

Lokasi : Ruang Tamu PT. JMI

Kondisi: suasana santai di Ruang Tamu. Terdapat beberapa Karyawan yang hilir mudik • • • Person: DS Tanggal: 6 Desember 2014 • Waktu: pk. 08.40 WIB • No.

1 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

9.

Data

2

Kategori/Topik

Interview:

Prosedur training

materi training yang diberikan pengenalan kantor dan alat pelaksanaan PI pelaksanaan Tes akhir

NW: Begini Pak DS, maksud kedatangan saya yang pertama adalah silaturahim ke jajaran pimpinan dan karyawan JMI. Yang kedua adalah saya tertarik terkait segmentasi usaha dan kegiatan PI di perusahaan ini. Oh ya, Pak DS di perusahaan ini posisi sebagai Direktur bagian apa Pak? DS: Direktur Umum, lebih kearah operasional dan manajemen marketing NW: dan untuk JMI sendiri bidangnya kearah mana Pak? DS: bidangnya itu keranah internet atau ISP, seperti Telkom. Yaitu menyaluran jaringan internet ke konsumen-konsumen seperti masyarakat umum dan pemerintahan NW: untuk konsumen sendiri biasanya pemakainya siapa saja pak? DS: paling besar konsumen kita ya.. mahasiswa, kedua industri perumahan, dan.. ee hotel ya NW: kalo terkait dengan konsumen, mereka memperoleh informasinya atau dapat informasinya dari mana pak? DS: biasanya dari temen-temennya, kan ada kan main ke kosnya, trus ada internet, lalu kontak ke kita. Ada juga yang dari hotel itu biasanya dari relasi, berdasarkan hotel yang sudah pasang atau yang langsung kontak. Biasanya ada hubungan dari beberapa relasi. NW: jadi lebih kearah relasi informasi dari teman seperti itu.

220

Self Notes/ Kode

3

Kode: Q-1-T-01

Segmentasi konsumen Proses mendapatkan konsumen


1 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

19. 20. 21. 22. 23.

2

DS: Tapi ada dari marketing kita.. ada yang door to door kerumah-rumah. Jadi kalo lewat media Koran atau radio kurang efektif, lewat door to door lebih efektif. Kita lebih ke jemput bola NW: nah ini perbedaan dengan ISP lainnya seperti bagaimana pak? DS: rata-rata sih sama biasanya.. kalo yang kita ini… kalo secara paket personal sama ya. Tapi kalo paket voucher itu sama seperti wifi id. Seperti itu NW: em.. seperti yang Telkom itu gih. DS: yaa seperti itu, secara prinsip memang pada layanan internet itu sama. Cuma yang membedakan mungkin kecepatannya dan sama harganya. Haha NW: haha betul sekali. Berarti jika sama seperti wifi id titik-titik nya seperti bagaimana pak? Centernya dimana pak?

DS: kalo kita sih namanya NOLSPOT PRODUCTION, kalo untuk voucher ya kita tembak dari sini, kita pancarin ke kos-kosan NW: nah itu coverage area nya bagaimana pak? DS: coverage area hanya satu kos-kosan itu saja, kalo lebih dari itu gak bisa. Kalo jauh lagi, ya kita nembak lagi. Jadi kaya ada sambungan kaya gitu ya. Kalo (…..) hanya sana sana aja yaa.. nah kalo begitu diperluas lagi dengan menambah pemancar di kos-kosan nya atau di rumahnya NW: berarti untuk jangkauan, apa namanya, pasar dari JMI sendiri masih di wilayah DIY atau sudah… DS: Sementara masih DIY NW: (….) informasi nih pak untuk berdirinya JMI sendiri sudah berapa lama? DS: JMI sendiri sudah berdiri 2012, tanggal…. Maret kalo tidak salah NW: Jadi masih sekitar 2 tahun ya ini pak, hehe, berjalannya… tapi untuk pasarnya sudah kemanamana. Nah sedangkan untuk hal-hal yang… e .. kebutuhan-kebutuhan terutama SDM ya Pak, yang dibutuhkan itu yang ahli dibidang apa pak atau bagaimana?

221

3

Proses mendapatkan konsumen

Paket produk Perbedaan layanan dengan ISP lain

Nama Produk Jangkauan jaringan JMI

Usia perusahaan Usia perusahaan


1 24.

25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.

2

3

DS: kebetulan kita ini kan lulus dari IT ya, dan kerja Kode: Q-4-T-03 dulu di bagian IT. Kalo dari awal sih kita pengennya yang dari lulusan IT. Tapi rata-rata lulusan IT yang bergerak dari awal, mereka bisanya minta gaji yang seperti itu. Untuk sementara ini kita rekrut yang mau kerja dulu.. kita ajarin lah sambil berjalan.. jadi emang untuk sementara ini ya sebelum-sebelumnya memang belum butuh yang lulusan IT. Golek IT angel e.. haha.. setelah jalan dari pertengahan 2012, kita sudah memulai cari lulusannya yang IT IT itu. Soalnya jika mo ngajarin dari awal lagi ya susah, seperti itu. Karena basic mereka yang temen-temen ini ya lulusannya SMK pem.. Bangunan atau mesin kan jauh beda.. hahaha. Mungkin kita training lah kita didik sama Pak Jo (Direktur Utama) dan Alhamdulillah sudah bisa. Yang penting mereka ada kemamuan belajar dan kerja. NW: kalo basic skill nya pak, minimal apa pak mereka itu. Ya harus bisa dikuasai apa itu? DS: minimal panjat tower, gitu aja.. haha Kode: Q-1-T-02 NW: Panjat tower? Haha DS: (……) yang penting keberanian mereka, trus ada Kode: Q-1-T-02 kemauan NW: kalo setting-setting kaya router kaya gitu pak? DS: sementara ini sudah kita training mereka dan sudah bisa (…….) NW: tapi kalo rata-rata mereka alumni.. terutama yang SMK ya Pak. kalo karyawan ada yang alumni SMK pak? DS: SMK semua..haha NW: ow semua SMK.. haha, iya to.. kalo pak doni sendiri dulu? DS: saya S1, pernah merasakan kuliah. Haha NW: berarti S1 nya IT ya Pak dulunya. DS: saya elektro, pak Johan IT. NW: ow pak johan itu Direktur utamanya ya. Bararti yang mereka alumni SMK itu rata-rata… DS: bukan dari jurusan IT nya.. tapi ada satu yang dari IT NW: berarti minimal yang harus dikuasai apa pak? Kalo lulusan IT?

222


1 40. 41. 42. 43. 44.

45. 46.

47. 48.

49. 50.

51. 52.

2

3

DS: kalo minimal yang mungkin sementara ini ya.. Kode: Q-1-T-02 mungkin ya masang jaringan.. network lah ya. IP terus‌ NW: setting IP‌

DS: iya.. setting IP, terus setting router, terus Kode: Q-1-T-02 memahami aplikasi-aplikasi semacam dunia internet. Terus.. apa ya‌ kaya router-router.. kayaknya itu.. dah.. kalo sampai ke server, itu nanti.. NW: berarti belum yang server. Belum gih? DS: belum. Step pencariannya belum. Nanti kalo sudah besar baru kita step ke server. Ya mungkin syukursyukur yang sudah ada kita didik, jadi loyalitasnya kan lebih tinggi dari pada kita merekrut.. biasanya sih loyalitasnya nggak.. NW: berarti rata-rata yang alumni SMK memang mereka sudah berani di lepas,. Sudah bisa ya pak?

DS: yak.. tapi tetep di training dulu. Karena mungkin lupa.. jadi trainingnya ya by the way (sambil jalan). Atau di training satu hari. Setelah itu mereka di lepas, nanti sama temen-temen.. ada temen-temen yang melakukan pendampingan. NW: nah itu yang alumni pak. Kalo yang mereka Magang atau Praktik Industri.. DS: kalo magang atau PI ya kita training.. ajarin dulu.. biasanya kan.. situasi kantor.. itu apa apa kondisinya, kemudian apa yang nggak boleh dilakuin, apa yang boleh dilakuin. Apa yang boleh diakses. Konfigurasi apa yang boleh diketahui dan tidak boleh diketahui. Yang tidak boleh dibocorkan seperti itu. NW: berarti sudah ada role of play nya sudah ada gitu gih? DS: setelah itu ya sudah.. sudah diajarin cara settingsetting ini.. konfigurasi dasarnya, trus ya udah mereka ikut yang kerja itu aja. Terus setelah beberapa sebulan atau mungkin dua bulan seperti itu mereka ujian. Tesnya kita kasih soal. Nih setting ini nih.. setting ini nih.. router.. yang sudah kalian dapat apa gitu kan. NW: kalo ujiannya tiap gima pak, berkala? DS: kalo mereka sudah cukup, ya udah mereka saya tes bisa ndak untuk mendapat nilainya.

223

Kode: Q-1-T-03

Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-5-T-01


1 53. 54. 55. 56. 57. 58.

2

NW: ow, berarti ujiannya untuk mengetahui kemampuan mereka…. DS: kemampuan mereka di lapangannya… NW: ditambah untuk penilaian.

3

DS: ya ada juga tugas-tugas lain yang mungkin disekolahnya.. dia bisa bikin Web, ya kita kasih bikin web. Desain yan kita minta untuk desain. Seperti itu. NW: jadi selain mereka awal masuk ke.. apa namanya… ke JMI ini, biasanya apa yang dilakukan pak? DS: ya apa yang mereka dapat dari sekolah, ya tinggal Manfaat PI diperdalam aja. Atau rata-rata (…..) mereka dapat teori

aja kan. Dan praktiknya biasanya kan, gak tau. Kadang-

kadang kita bantu juga. Kaya kemarin itu bikin website terus saya minta bikin aplikasi ada google mapnya

mereka gak tau kan. Sama Pak Johan di ajarin. Loe harus bisa gini… gini.. gini… cari google kan bisa. Jadi 59. 60.

61. 62.

63.

disini mereka memperdalam lagi..

NW: dan rata-rata siswa SMK lebih kearah teori ya pak? Kalo praktik… DS: kalo praktik mungkin kurang ya. Untuk yang pengasih ya (SMKN2 Pengasih). Tapi kalo kaya SMK yang seperti apa.. yang 1 depok (SMK 1 Depok, yang dimaksud SMKN2 depok) ini mungkin lebih diatasnya lagi. NW: nah berarti kalo antara yang masih belum paham dengan standarnya, trus ada yang sudah gitu. Itu perlakuan dari JMI seperti apa Pak? DS: kita perlakukan sama ya, mungkin yang belum di genjot lagi, yang sudah ya.. sudah.. nanti suruh minta bantuan.. missal gak tau bisa Tanya yang temennya. Biasanya kan lebih klop kalo Tanya sama temen. Hahaha. Seperti itu biasanya. NW: kalo awal sekali mereka praktik rata-rata langsung diminta terjun langsung, atau yaa sudah.. cari apa.. terus di gimana gitu..

224

Perbedaan kompetensi setiap sekolah

Kode: Q-3-T-01


1 64.

65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78.

2

3

DS: nggak nggak. Awal praktik sih begini.. mereka Kode: Q-1-T-04 diminta disini dulu saja, trus mengenal alatnya gini terus gini. Misalkan praktik diluar.. apa ya membutuhkan ini.. ya kita kasih tahu. Jadi tidak langsung dilepas NW: itu indicator mereka harus dilepas seperti apa pak? DS: indikatornya ya sudah siap, dari fisik. Kalo fisiknya sakit kan gak mau kita lepas. Hehe. Isitirahat dulu.. kalo diminta tidak usah masuk. Kalo yang sudah tau ini.. ini.. ya sudah langsung aja..sama temen ikut.. NW: rata-rata mereka kearah masang-masang tower gitu yak? DS: em.. ya karena kalo tower ndak sih. Biasanya Kode: Q-2-T-01 setting-setting router dan masang-masang yang lain. Ya disini tugasnya hanya seperti itu. Kalo hanya ditempat lain ya yang sudah bisa bikin web gitu kan. NW: kalo website pernah ada yang pesen ke sini pak?

DS: ow ndak ndak.. kita belum-belum main. Ya bagian kita mo main. Tapi belum kesana, karena kita sudah sibuk dipekerjaan yang sementara ini.. NW: berarti ordernya banyak ya pak selama ini? DS: hahaha.. ya Alhamdulillah ya.. hahaha NW: berarti tiap hari berapa kali masuk pak ini? DS: ya sampai saat ini sih sampai kemarin sehari pasti ada. NW: berarti tiap hari pasti ada. DS: biasanya ada troubleshooting misalnya error kan, atau rusak jaringannya juga ikut NW: kalo penanganan trouble shooting bagaimana pak? DS: kita ada monitoring bisa lewat by call ada keluhan Cara monitoring ke dari pelanggan atau kita melihat langsung dari pelanggan monitoring. Kalo monitoring tidak bisa dari sini ya, kita yang kesana kan. Jadi misalkan dari remot dari sini nanti.. (‌‌..)

225


1 79. 80. 81. 82.

83. 84. 85. 86.

87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95.

2

NW: jadi tinggal.. biasanya customer langsung telpon sini kalo memang ada masalah DS: ya itu kalo ada, kalo tidak adapun kita juga harus pantau monitoring itu tetep ada. NW: berarti monitoring tetep ada. Dan itu bulanan

3

pak?

DS: tiap hari, kalo bulanan nanti ada yang ngambeg Mekanisme nanti. Hahaha. Jadi komplen atau tidak komplen kita monitoring ke tetep terus pantau terus. Jadi mengedepankan servis. pelanggan Jadi kalo tidak seperti itu kita akan kalah sama competitor lain NW: itu siswa juga dilibatkan untuk monitoring itu? DS: untuk monitoring karena kaya skrip atau (‌.) kita nggak.. nggak kasih.

NW: ow, itu kaya sms otomatis untuk monitoring. DS: bukan otomatis, itu sms ada sistem monitoring yang dikirim ke pelanggan. Klo ada pelanggan yang mati, it uterus ada lambangnya begitu. Dan siswa hanya dilibatkan ketika ada trouble shooting atau masalah. NW: kalo jumlah karyawanny ada berapa pak? DS: sini ada 11 klo gak salah. NW: nah itu kalo dilapangan berapa orang? DS: kalo dilapangan itu ada.. 1..2..3‌ 5..Lima.. bentar,, ada 6 ding.. NW: jadi tiap hari minimal ada 1 ya yang instalasi. Seandainya ada siswa praktik, maka penjadwalannya seperti bagaimana pak?

System monitoring ke pelanggan

Jumlah karyawan Karyawan di lapangan

DS: penjadwalannya kita atur, jadi misalkan satu Pembagian kerja JMI instalasi satu perbaikan. Jadi karena disini ada dua ya. Satu pengasih satu depok diperbaikan. NW: dan bimbingan karyawan bagimana pak? DS: ya bimbingan dari karyawan ya yang ikut juga tapi Kode: Q-3-T-03 yang sama timnya. Dan yang mendampingi kaya temen-temen yang ada disana NW: yang pendamping tadi pak yang dari tementemen instalasi itu biasanya yang dipasrahi siapa pak?

226


1 96. 97. 98. 99.

2

DS: saya sih masrahin ke temen-temen yang magang disini ke Pak Hadianto (HD). Kan Pak HD tak serahin untuk masalah pekerjaan siswa. Nanti bisa Tanyatanya ke pak HD saja. NW: untuk jadwal hari kerja nya pak?

3

Koordinator Pembimbing

DS: kalo untuk waktu magang itu kita lima hari kerja. Kode: Q-2-T-07 Dari senin sampai jumat. NW: trus yang sampai sabtu ini?

100. DS: memang kita tidak ngadain, kita bebaskan. Mereka mau masuk sekolah atau mau libur silakan

101. NW: jadi memang hari ini bapak free ya pak? Hahaha

102. DS: bukan free sekarang nggak ada aktivitas aja. Jadi soalnya kan kita kerja tidak lebih dari jam 4. Kita kerja 8 jam. Takutnya kan kalo ada lebih jam kan gak enak sama‌ ya sebetulnya boleh-boleh aja sih, saya rasa sih e.. masih muda kan banyak aktivitas yang lain.. 103. NW: ow banyak aktivitas yang lain. Haha 104. DS: ya kasihan sama anak magangnya. Kalo di genjot nanti kan melanggar di bawah umur 105. NW: ya kemarin saya sempat ngobrol-ngobrol juga itu kendala dengan orang-orang.. anak-anak SMK itu kan karena mereka usia juga. Nanti takutnya trafficking hehehe. 106. DS: hahaha.. yaa itu masalanya.. 107. NW: biasanya untuk merekrut apa.. e kepuasan dari pihak JMI, terutama untuk merekrut orang-orang SMK itu bagaimana kesannya. 108. DS: Kalo anak SMK sih, yaa cukup puas ya karena Kepuasan terhadap loyalitasnya tinggi aja. Soalnya kalo kaya kutu loncat lulusan SMK sih malas. Sudah capek-capek ngajarin. Ee dianya malah pergi. Hahaha. Biasanya gitu kan. Ada yang datang baru lagi, ee ngajarin awal lagi. 109. NW: berarti butuhkan waktu lagi kan..

227


1 2 110. DS: yaa dunia kerja kan begitu prosesnya. Makanya

3

Diperlukan Basic skill kalo ada orang yang punya skill bagus kan gaji harus besar. Tapi kalo kita dari awal, ya awalnya memang kecil. Ya mungkin UMR dulu. Nanti naik-naik lagi. Karena tidak tahu karakternya dia. 111. NW: jadi kalo tadi pembekalan mereka, skillnya itu memang dari awal ada pelatihan itu kan nanti kalo memang sudah oke. Tinggal diterjunkan. Itu dari segi skill dan ini ya pak ee. Pengetahuan. Nah kalo dari segi sikap bagimana pak? Sikap kerja mereka? 112. DS: kalo biasanya sih SMK sih ya sopan lah.. hehe. Ada Kesan terhadap anak norma-norma kerja ya diikuti. Kalo datang jam 8 ya SMK datang jam 8. Kadang kurang udah datang. Kalopun dia ijin pasti dia.. ya ijin.. yaa itu rata-rata masih mengikuti norma-norma kerja 113. NW: kalo aturan-aturan yang ada disini yang diterapkan seperti bagaimana pak?

114. DS: aturan kita sih berangkat jam 8. Ya kalo masalah Kode: Q-2-T-07 kalo pakaian sih sudah biasa ya. Yang penting rapi aja, sopan. Mereka sudah tahu seperti itu. Yang penting itu aja, ee.. tidak boleh membocorkan perusahaan. Rahasia perusahaan. Kalo memang membocorkan ya, kita delete, seperti itu 115. NW: jadi memang ada privacy yang tidak boleh di bocorkan.

116. DS: IP itu kan tidak boleh di bocorkan. Kalo semacam Kode: Q-2-T-07 settingan yaa.. 117. NW: kalo sampai saat ini mereka tidak ada yang bocorkan ya pak? 118. DS: tidak ada. Kalo diajak kerja lebih dari jam kerja ya Kode: Q-2-T-07 mereka mau-mau aja. Karena kita disini ya.. apa ya.. bulanannya tetep kita kasih honor lah. Magang tetep kita kasih honor. Namanya mereka tetep dipekerjakan. 119. NW: jadi begini pak, ketika mereka praktik, mereka dilibatkan ya pak. Sedangkan seandainya tidak ada job, dari ini. Mereka apa pak yang dikerjakan?

228


1 2 120. DS: jika tidak ada kegiatan, yaa mungkin mereka

istirahat, browsing, kalo nggak motongin voucher, hehe. Kalo nggak ada ya bantu-bantu ngrekap apa gitu. Ngrekap perbaiki administrasi gitu. Seperti itulah. Tapi utamanya ya itu teknis, setting-setting. 121. NW: kalo sekolah pernah pak, masang di sekolah gitu? 122. DS: kalo sekolah belum, baru kearah kos-kos gitu. Untuk mahasiswa, hotel

3

Kode: Q-2-T-02

123. NW: nah ketika praktik, ini kan saya belum melihat gambaran siswa melakukan praktik, apakah mereka langsung full dalam artian dari awal sampai akhir, walaupun dengan bimbingan ya pak, tapi rata-rata apakah diserahkan sepenuhnya kepada siswa atau gimana pak?

124. DS: ow ndak-ndak, tetep ada pendampingan. Mereka Kode: Q-3-T-02 (siswa) hanya mendampingi aja. Jadi mereka menyelesaikan yang diminta. Kalo setting sih nggak ya. Kalo mereka mau setting, ya mereka bawa IP sendiri dan disetting sendiri, lalu disimulasi. 125. NW: berarti setting langsung simulasi ya, tidak praktik (dilapangan, ketika ada job).

126. DS: praktiknya dilapangan, karena ada security disana, Kode: Q-1-T-05 memang harus konek sama antar IP yang ada security nya. Kalo ketahuan kan gak bisa garansi, kan mereka (‌.) ya mungkin untuk pointing mungkin coba disebutkan (‌.) kalo wireless gak terlalu ribet. Yang penting mereka mengetahui cara setting dari dasar, udah. Pasti dah bisa melakukan setting nya. 127. NW: praktik setting memang tidak diperkenankan ya Pak? 128. DS: setting ke pelanggan langsung tidak. Tapi kalo Kode: Q-2-T-02 setting untuk simulasi ya boleh-boleh aja. 129. NW: hal-hal yang diperbolehkan seperti crimping kabel, mungkin kearah dasar teknis seperti itu aja ya. 130. DS: kemarin pas tak uji buat simulasi dah bisa. Kode: Q-5-T-01 Mungkin ada kendala mikir IP nya berapa, haha. Tak hitung waktunya “hayo berapa jamâ€? haha. 131. NW: jadi kelas apa (klasifikasi IP) begitu ya pak?

229


1 2 132. DS: gak itu untuk ujian, trus saya beri waktu setengah

3

Kode: Q-5-T-01 jam bisa ndak, konekin ini bisa berapa jam. Sebenarnya setengah jam sudah selesai untuk satu kasus lah. Paling lama itu dua jam untuk dua kasus. 133. NW: untuk kasus-kasus yang sering dihadapi apa aja pak? 134. DS: kasus-kasus yang dihadapi ya, setting an mereka Masalah yang (…………), konekin antar mungkin dibelakangnya radio dihadapi siswa PI trus ada router lagi. Mungkin mereka harus tau IP nya harus berapa … itu bisa .. mereka berdiskusi hehe 135. NW: berarti (saat praktik) boleh diskusi ya.

136. DS: ya boleh, silakan berdiskusi, haha. Kalo ngerjakan Kode: Q-6-T-04 ya diskusi, gak ada yang mementingkan diri. Haha. Yang pentingkan teamwork nya kan. Gak mungkin bisa sendiri. 137. NW: betul, teamwork penting. Untuk teamwork bagus pak mereka?

138. DS: Yak Bagus. Untuk kerjasama walaupun beda sekolah juga bagus kok. 139. NW: kalo interaksi dengan karyawan lain bagaimana pak? 140. DS: ya biasa aja. Haha. Kan usianya hampir sama. Ya Kode: Q-2-T-06 selisih setahun, ada yang memang sudah berkeluarga. Ya selisih dua tahun tiga tahun lah. Paling jauh ya selisih enam tahun. Ya nggak-nggak terlalu jauh. Yaa bercanda kami ni…. 141. NW: jadi bercanda masih biasa… hehe. Karena range usianya hampir sama. Kalo Pak Doni sendiri usianya berapa pak? 142. DS: saya kelahiran 81. 143. NW: ow, 81, berarti sekitar 30… 33 gih? 144. DS: iya.. tigapuluh tiga, hehe.. la masnya? Kode: Q-2-T-06 145. NW: wah saya masih muda pak. Hahaha 146. DS: hahaha 147. NW: saya kelahiran 91, sebenarnya. Ya selisih 10 tahun. Haha 148. DS: haha.. yaa disini ada yang lahir 91. 149. NW: saya itu lulus SMK 2009. Saya juga dari SMK pak.

230


1 150. DS: SMK mana? 151. NW: SMK Jetis, STM 2.

2

3

152. DS: ow itu, terkenal itu..

153. NW: tapi saya multimedia waktu itu, bukan ke jaringan. Hehe. Jadi mungkin ke jaringan sedikit tahu. Tapi kalo sampe mendalam‌ perlu proses belajar. Ya kalo Jaringan tu pernah belajar BGP, backdoor‌ tapi kadang-kadang masih bingung, apa fungsinya. Hehe. Kalo jaringan sendiri lebih ke cisco atau?

154. DS: kita gak pake cisco. Kita pake yang biasa aja. Kita beli PC kecil yang atom itu ya.. 155. NW: sebagai server ya

156. DS: iya, sebagai server. Udah gitu aja, gak usah (‌). Ya Kreativitas dimodif sendiri. Ya yang penting pelanggan dikoneksi perusahaan dan dia nggak mikir pake apa, haha. Karena itu cost lah yang penting itu lebih murah, nguripi karyawan, dan pengembangan. Haha. 157. NW: nah itu yang digaris bawahi pak. Haha 158. DS: yang penting lancar, kan orang gak tau pake apa, apakah bagus atau apa. Yang penting lancar, murah. Ya pokok-pokok itulah yang kita pegang. Kalo OS pake linux. 159. NW: itu dipinjamkan atau gimana pak nanti? 160. DS: kalo untuk pelanggan kita pinjamkan. 161. NW: berarti kalo sudah batas waktunya dan tidak diperpanjang, maka diambil gitu ya pak? 162. DS: ya kalo untuk personal kita ambil. Tapi kalo untuk kos kita biarin dulu. Mungkin setaun lagi ada yang pake ya (‌). Tapi kalo tidak ada yang pake yaa kita pindahin ke tempat lain. 163. NW: kalo titik-titiknya tadi pak? Yang voucher itu kan ya kaya wifi id itu kaya disamirono ada, naah itu penempatannya ini gimana pak? 164. DS: dikosnya itu, di kosnya langsung. 165. NW: jadi kosnya mau masang, maka kita langsung pasang gitu ya. 166. DS: iya betul. Ya 2015 kita rencananya mau ke klaten sih. 167. NW: kalo ini masih range DIY dulu ya pak

231


1 2 DS: iya DIY. Kita baru sampe mangkuyudan dan 168.

manisrenggo (Klaten). 169. NW: kalo Bantul? 170. DS: bantul itu gamping. Ya kita harus lihat kontur daerahnya.

3

171. NW: untuk menangkap sinyalnya pake apa pak? 172. DS: pake radio untuk penangkap sinyalnya.

173. NW: nah pak, kita kembali ke siswa, itu kan saya ingin tahu pola bimbingannya ya pak. Karena memang pembelajaran disekolah dengan di industri kan memang sangat berbeda sekali. Nah pembelajaran disini mekanismenya seperti apa pak?

174. DS: mekanismenya bukan teori ya, langsung praktik. Tempat lain mungkin sama. Jadi ya gak dikasih tahu ini bagian segini jadi segini. Sinyalnya berapa jadinya gimana. 175. NW: itu bisa tahu kalo daerah sini cocok, sinyalnya segini, itu gimana pak? 176. DS: itu ada google earth misalkan gak di survey ya mereka bisa mengetahui titik-titiknya. Kita lebih ke praktik untuk mengetahuinya. 177. NW: dan itu belum diajarkan disekolah ya pak? Mekanisme mencari sinyal, dll. 178. DS: belum itu, nampaknya masih belum. Kalo pengasih juga nampaknya belum diajari ke routing juga ya untuk kesana 179. NW: ow belum. Kalo denger-denger yang diajarkan sudah routing static atau sudah dynamic? 180. DS: itu belum, nampaknya belum. Kalo SMK 2 (Depok) sudah. Sudah diajarkan. Makanya kalo mau ngajarin mereka gimana gitu. Haha 181. NW: kalo disini setting routernya pake static atau dynamic pak?

232

Kode: Q-3-T-02

Teknik survey

Penguasaan kompetensi siswa PI Penguasaan kompetensi siswa PI


1 2 182. DS: kita masih static. Tapi kita tidak ngasih access ke

mereka untuk setting ke pelanggan. Untuk settingsetting router d-link (simulasi) mungkin mereka sudah bisa. Logika nya sudah jalan kok. Kalo untuk setting memang main di logika. Ya kaya alat-alatnya rusak kok di restart. Haha. Ya mungkin logikanya seperti itu. 183. NW: jadi kearah pola pikir logika nya gimana, troubleshoot nya gimana. 184. DS: ya kaya bikin program kan.

3

185. NW: ya alurnya seperti gimana.

186. DS: ya kalo mau bermain di IT memang logikanya harus jalan

187. NW: Nah kalo hal-hal yang diajarkan ke siswa, kadangkadang perlu ada diskusi atau singkronisasi dengan pihak sekolah.

188. DS: tetep ada, sebulan sekali atau dua minggu sekali Monitoring sekolah mereka kesini, nanya nanti. Diskusi apa yang kurang. Seperti itu. Kadang tak tanyain dah bisa ini belum. Kemarin pernah diajari apa aja di sana (sekolah). (‌.) Ya kita manfaatin skill nya. 189. NW: secara garis besar siswa sudah siap ya, hanya beberapa teknis yang belum diajarkan atau belum tahu bisa dikembangkan disini. Dan untuk pelatihan biasanya dikenakan berapa lama pak? 190. DS: ee tadi.. pas ujian tadi. Pas mereka nggak tahu, maka kita kasih tahu. Langsung pas ujian. Jadi kita rangkum semuanya menjadi satu. 191. NW: untuk pola pembimbingan ke siswa, apakah berkala atau ada mekanisme tersendiri atau gimana pak? 192. DS: untuk itu sih, biasanya kita tanyain apa yang Kode: Q-6-T-04 kurang dan sambil berjalan. Jadi ya memaksa kesadaran mereka untuk bertanya. Misalkan ada yang kurang tugasnya mereka, maka bertanya. Apabila sudah selesai, yaa sudah selesai. Haha. Ya kaya pembuatan website kaya kemarin. 193. NW: itu website sudah di hosting ato.. 194. DS: hehe. Belum masih.. ya belum tak lempar ke (‌)..

233


1 2 NW: jadi begini pak, rata-rata siswa kan ditugaskan 195.

hal-hal yang mendasar dan teknis. Nah biasanya pembimbing memberikan contoh terlebih dahulu atau siswa diminta dulu lalu ada kesulitan baru pembimbing memberi tahu atau bagaimana? 196. DS: dua-duanya bisa. Ya kalo sambil berjalan.. (..) yaa saya kurang tahu sih.. itu Pak HD nya sih.. Itu pak hadianto nya ngasih gambaran-gambaran. 197. NW: Pak HD itu pembimbingnya ya. Kalo tugas beliau apa pak?

3

198. DS: kemarin baru saya pindah ke sales untuk cari pelanggan.

199. NW: apakah siswa sering dilibatkan untuk cari pelanggan atau khusus teknis saja?

200. DS: mereka diajarin aja caranya ke pelanggan. Paket- Kompetensi yang paketnya apa aja, ya product knowledge harus dikuasai diajarkan 201. NW: tapi menurut saya juga perlu lo pak biar mereka tau teknis dilapangan dan pandai cari konsumen. Kalo aturan untuk siswa apakah bentuk tertulis atau lisan? 202. DS: kita di awal sudah disampaikan bagaimana Kode: Q-2-T-07 aturannya. Ya monggo kalo mereka mau pake sandal, ya kalo ketemu yang formal, pake sepatu. 203. NW: kalo pengasih itu pas angkatanya mas cahyo atau ada lagi pak? Sekarang sudah ada? 204. DS: belum ada. Ya karena mas cahyo itu PKL disini karena ada saudaranya suruh PKL disini aja. 205. NW: saudaranya disini pak? 206. DS: ow ndak, dia di JMN. 207. NW. untuk afiliasi dengan JMN apa pak? 208. DS: saya ini ex nya JMN. Haha. 209. NW: berarti sudah nglotok masalah jaringan pak, haha 210. DS: haha.. yaa‌ (‌..) kmrn ada yang dari SMK2 yang PKL di tangerang itu, mau ditempatkan disini. Karena di sana mereka kerjanya kaya kerja rodi. Ya udah ditarik aja. 211. NW: selama dua tahun ini, keluhan-keluhan pelanggan seperti apa pak?

234


1 2 212. DS: standar. Ya enaknya pake informasi center itu.. yaa

3

biasa lah complain nya. 213. NW: kalo target JMI sendiri bagaimana rencana kedepan pak? 214. DS: target kita ada, yaa ada. Sudah dipikir, hanya Target perusahaan resource nya nggak ada. Jadi sayang kalo ada yang kedepan terbengkalai. Yaa siapa sih yang mau berkembangkan. Haha. Ow ya saya ada agenda keluar, masih ada lagi? 215. NW: njih, sementara itu dulu pak, yang pertama saya minta ijin ke Pak DN selaku direktur terkait aktifitas saya selama penelitian dan ambil data. Memang arah penelitian ini berkaitan dengan PI. Apabila datanya masih kurang, saya minta ijin untuk ngobrol lagi dengan panjenengan. Mohon maaf apabila mengganggu aktifitas. 216. DS: haha.. ya silakan saya terbuka kok.

217. NW: njih sementara untuk Pak DN itu. Terimakasih.

235


Fieldnote Penelitian: Bagaimanakah proses perolehan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat praktik industri

Lokasi : Ruang Tamu PT. JMI

Kondisi: suasana santai di Ruang Tamu. Terdapat beberapa Karyawan yang hilir mudik • • • Person: HD Tanggal: 6 Desember 2014 • Waktu: pk. 11.10 WIB • No.

1

1. 2.

3.

4. 5. 6.

7.

Data

NW: Pak HD njih?

Kategori/Topik

Interview:

Prosedur training

materi training yang diberikan pengenalan kantor dan alat pelaksanaan PI pelaksanaan Tes akhir

2

HD: Njih, perkenalan dulu ya.. haha

NW: hehe.. iya Pak, perkenalkan saya wahid dari UNY dan maksud tujuan saya adalah yang pertama silaturahim dengan jajaran karyawan JMI, yang kedua saya ingin tahu kegiatan JMI. Karena JMI menurut saya juga termasuk tempat sekolah juga kan Pak bagi anak SMK, tapi lebih fokus ke lapangan. Sedangkan maksud ketiga yaitu ingin tahu bagaimana siswa melakukan proses mendapatkan ilmu disini. Nah tadi saya mendapatkan informasi dari Pak DN, bahwa Pak HD berposisi sebagai marketing dan pembimbing siswa gih pak? HD: Gih

Self Notes/ Kode

3

NW: Nah ini yang saya tanyakan adalah pola pembimbingan dari bapak ke siswa itu seperti bagaimana pak? HD: kalo secara sistematis mungkin belum apa ya… Kode: Q-3-T-02 belum punya kaya kalo sekolahan itu semacam kisikisi nya memang belum. Karena apa? Karena kami cenderung fokusnya ke apa ya namanya… penanganan kasus. Jadi ketika siswa masuk, kita sharing dulu apakah si siswa itu kemampuannya sampai seberapa. NW: jadi harus tahu dulu ya pak kemampuan siswa itu.

236


1 8.

9.

10. 11.

12. 13.

14. 15. 16. 17. 18.

2

HD: iya, kemampuan seperti apa kemudian secara ilmuan seperti apa, kemudian kemampuan secara fisik itu… ya contoh gampang lah dia mampu nggak manjat, satu, dia membawa barang, dsb itu secara fisik dan secara ilmuan. Apakah dia mampu nggak melakukan itu. HD: Nah setelah itu baru ada semacam plot-plotnya. Seperti siswa A.. ini cenderung pada bidang grafis, misalnya. Otomatis nanti pekerjaan yang berkaitan dengan grafis akan lebih difokuskan pada dia. Kemudian kalo siswa B misalnya fisiknya kuat, mampu, berani manjat tinggi dsb, tapi untuk bagian teknis dia kurang. Nah baru dia ditempatkan di situ (masang kabel, instalasi jaringan). Baru nanti dikembangkan sesuai jalur siswa itu sendiri. Jadi artinya apa kasusnya, disesuaikan intinya seperti itu. NW: untuk mengetahui kemampuan mereka, bagaimana metodenya pak? HD: ya bahasa (…) wawancara, tapi itu berjalan dulu. Anak masuk dulu, yaa seperti apa kemampuannya, dalam bidang apa kita harus tahu secara sekilas dulu kan. Ya kita jelas tidak mungkin sampai berjam-jam ngobrol tok kan sayang waktunya. Haha. Poin utama test case juga kan, dari guru pembimbingnya nyaranin, oh dia bagus disini, jadi kalo dikasih tugas ini dia bisa dan bagus, seperti itu NW: informasi mengenai kemampuan siswa, lewat dari siswa sendiri atau gurunya dan nanti dilakukan penempatan…. HD: terkadang dari siswa merasa tidak PD (percaya diri) ketika ditanya jawabanya “tidak bisa”, Sebetulnya bisa. Ya ada juga ditanya “dah bisa ini..” jawabanya “belum”.. ya malu-malu biasanya. Haha. Padahal ketika datang guru pembimbingnya, kita Tanya “Pak siswa ini bisa…” jawabnya “ bisa, la wong dia pinter kok”. DS: Mas saya keluar dulu gih. (ada agenda lain) NW: gih pak. Terimakasih sebelumnya. DS: Assalamualaikum. NW: Waalaikumussalam. HD: jadi setelah waktu berjalan kan kita tahu. Trus kalo tesnya ada sendiri, materinya nanti seperti apa, penilaiannya pun juga sudah ada. Penilaian sudah ada standar secara umum juga, misalkan jurusan teknik jaringan, misalnya (1) setting radio, setting router, dst kan harus bisa. Ya itu syarat minimalnya. Nanti pengembangan dari situ misalnya ada semacam web hosting ato yang lainnya, itu kan yang lebih spesifik lagi, ya seperti itulah gambaranya.

237

3

Kode: Q-1-T-02

Kode: Q-3-T-01

Kode: Q-1-T-04

Kesan terhadap siswa SMK

Kode: Q-5-T-01


1 19. 20.

21. 22.

23. 24.

2

3

NW: kalau tesnya biasanya kapan dilakukan pak? Apakah sudah mau selesai PI atau diawal-awal? HD: kemarin dua kali. Misalnya mereka masuk selama Kode: Q-5-T-01 tiga bulan. Satu bulan lebih nanti ada pre test. Nanti dikasih materi, suruh menghafalkan dulu, besuk uji coba kita kasih tes. Ya itu yang ngatur pak doni, haha. La saya bagian ini.. apa ya.. yang tidak tahu ditanyakan, seperti itu. Kalo saya lebih cenderung keseluruhan. Jadi untuk lebih spesifik lebih yang program teknis, saya kurang tahu, tapi yang teknis-teknis umum saya tahu. Saya tidak mungkin juga fokus ke semuanya kan gak mungkin juga ya. Jadi sedikit-dikit, tapi menyeluruh, terutama di lapangan. NW: berarti mekanisme dilapangan gih pak. Seandainya di lapangan, biasanya ada tim sendiri atau bagaimana? HD: kalau dilapangan yang jelas ada dua,, atau tiga Pembagian job desc plot. Kalau dilapangan, saya sendiri bagian sales, yang kedua bagian voucher atau penagihan atau berhubungan dengan uang, kemudian yang ketiga bagian teknis. Yang utama adalah bagian teknis, karena begitu ada kasus harus segera ditangani. Di tim teknis, kami punya tiga tim. Setiap tim Cuma dua orang, atau satu tim bisa sendiri ya, sendiri. Kami punya tekad bahwa ketika ada kasus harus segera kita tangani, walaupun praktiknya misalnya ternyata memang sudah ditangani dan gak bisa saat itu juga ya, mau tidak mau ya gimana lagi. Tapi usahanya kesana ya segera.. NW: berarti responsibility nya harus cepat. Betul-betul. Keterlibatan siswa di tim teknis atau di tim lain pak? HD: tergantung sikon (situasi dan kondisi) nya juga. Kode: Q-2-T-01 Hanya untuk sementara ini karena kemarin ada yang putri, ada yang putra, ya otomatis kita bagi. Kalo yang putri di bagian yang lain, misal administrasi, program, atau membantu produksi voucher, atau ikut distribusinya. Ya walaupun tidak menutup kemungkinan yang cowok juga ikut, tapi kan plotnya sudah beda.

238


1 25.

26. 27.

28.

2

3

HD: Ya kami juga tidak melarang “wah mbok aku ikut Kode: Q-3-T-02 masang”, ya silakan. Artinya kita juga menawarkan jangan sampai si anak itu semacam terpaksa. Kalo ada pekerjaan, “ayo ikut ndak”, jadi lebih cenderung ditawari. Karena waktu itu ada empat anak (SMK 2 Pengasih dan SMK 2 Depok). Kita tawarkan ketika satu tim butuh yang bantu satu atau dua (misalnya). Nah kami nawarkan mau ikut yang mana, bukan kami yang membuat “ayo kamu ikut saya”. Ya sekali-kali mungkin iya, seperti contohnya kita butuh yang manjat, sedangkan yang diajak gk bisa manjat kan gak mungkin, seperti itu mas. Jadi lebih terbuka, anaknya ikut pun menerima itu malah lebih enak. NW: siswa rata-rata kan skill nya IT, sedangkan teknik seperti marketing belum diajarkan disekolah, nah itu dilibatkan tidak pak? HD: kalo marketing kan secara umum sebetulnya Kode: Q-6-T-03 mereka itu… ya secara tertulis saya, tapi mereka juga tidak dilarang, justru bisa jadi mereka lebih hebat dan lebih bagus dari saya ya silakan. La ini Cuma sekedar simbolik. Ya kalo ada structural harus ada jangan sampai kosong lah ya. Ya kaya marketing seperti menawarkan barang, menyampaikan ke pelanggan sebetulnya mereka diajarkan juga. Tapi sambil, misalkan perbaikan kearah mana, nanti mampir untuk menawarkan produk. Jadi cenderung ke praktik lapangan. Ya saya sendiri dikasih teori itu susah mas, jadi teori ki le ngajari angel. Ketika berhadapan dengan calon pengguna nanti akan berjalan kan, karena pertanyaan akan variatif. Beda kaya MLM kana da doktrin nya kan, kalo begini jawabnya begini. Nah kalo ini kan ndak, daripada mikir ini itum mending hadapi aja, tinggal nanti didampingi. Ya kalo memang nggak tahu ya jawab “oh maaf, kami ndak tahu” kan enak. Saya pun juga begitu, ya kalo jawaban saya kurang puas, silakan calling atasan saya. Haha. Nego harga juga, saya bisa nya segini, ya monggo nego saya pimpinan. NW: saya melihat untuk JMI lebih kearah pelayanan dulu, karena service harus nomor satu…..

239


1 29.

30. 31.

32. 33. 34.

2

HD: ya gimana ya.. karena dari kasus-kasus yang terjadi itu banyak pelanggan itu complain penanganannya terlambat. Mereka cenderung kecewa, dan ketika kecewa dengan satu penanganannya, itu akan berbelit terus, mereka bilang “itu pelayanan tidak bagus”, kan lari pelanggan. Kami berbeda dengan yang lainnya, kami pengennya ketika ada client ya segera. Pengertian segera ya ketika bisa diselesaikan dari jauh ya segera, tapi kalo ada kendala tertentu ya kita besuk penanganannya. Ya kalo gak terima ya mau gimana lagi la wong kendala PLN atau apalah, mosok mau di selesaikan hari itu juga. NW: ya seharusnya pelanggan paham ya pak kondisi alam atau PLN, tidak seharusnya complain yang tidak sewajarnya HD: ya ada lah yang complain “saya dah bayar ini.. itu.. mosok ndak ada cadangan batre.. bla bla” ada yang seperti itu. Tapi ya seharusnya menyadari lah. Tapi kami prinsipnya secepatnya dan dibutuhkan kesabaran sih. Kesabaran dalam mendengarkan, haha. Saya pun dulu ketika masuk, ya yang namanya awalan itu mas, belum ketok pintu, belum tahu orangnya siapa yang dateng, udah diusir ya pernah mas. Haha. Macammacam (type) orang lah mas. Ya pak doni maju itu tidak ngasih teori apa-apa. La ada senior saya minta diajari, dia bilang “kon ngajari opo e lek, aku bingung e”. ya setelah proses, oh ternyata seperti ini, kendala seperti ini, ya saya justru bisa menyampaikan “kamu kalo ngomong seperti ini, masalah nanti meleset, maka fokusnya seperti ini”. Trus kaya produksi voucher itu kaya cara mengurutkan angkanya seperti ini, saya kasih garis merah dulu. Ketika mereka udah paham dengan garis merah itu, mereka mau improvisasi kemana, ya terserah. NW: berarti ada satu hal yang harus diperhatikan terelebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. HD: ya kan ada point-point nya terlebih dahulu, garis merahnya seperti apa, caranya untuk kearah itu gimana, saya bisa menyampaikan kalo seperti itu. Tapi senior saya dulu ndak bisa, saya harus cari sendiri. Ya gawat itu memang, haha. NW: untuk mencari garis merah itu prosesnya lama betul ya pak?

240

3

Service yang diterapkan

Kode: Q-4-T-03

Proses menemukan benang merah


1 35.

36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.

44. 45.

46.

2

HD: makanya waktu itu saya masuk adaptasinya agak lama, ya kebetulan orangnya pendiem (seniornya). Jadi nggak bisa ngomong seperti apa. Kalo saya sebenarnya typical nya keras mas. Jadi kalo ada kesalahan langsung saya sampaikan. Ya seperti itu, daripada dipendam. Ya sayangnya yang saya hadapi macam-macam. NW: kalo adaptasi siswa sendiri bagaimana pak? HD: adaptasi siswa yang kemarin itu lebih.. termasuk cepet sih. Apalagi mereka terbiasa perjalanan jauh. Sepertinya secara fisik sudah terbiasa…. Mobilisasi.. ndak begitu susah. NW: kalo penerimaan ilmu atau yang disampaikan skill nya itu bagaimana pak? HD: karena mereka basic nya punya ilmu seperti itu lebih cepat, daripada saya. NW: loh, pak hadianto ini backgroundnya apa pak? HD: saya basic elektronika, lalu masuk di bangunan sekitar 10 tahun lebih, lalu kembali ke elektronika lagi. Ya otomatis lah…. Telatnya banget. Haha. Yakin dah.. kalo saya mengulang lagi.. waduh la ini.. jadi ya saya ambil ilmu-ilmu dasar nya. NW: tapi bapak punya multidisiplin ilmunya kan banyak.haha. HD: ya. Ya.. gimana ya.. saya disitulah punya… bisa menerima banyak ilmu, tapi tidak bisa fokus ke salah satu, gak bisa. Kebetulan kondisinya mengarahkan kesitu mas. Ya di masyarakat seperti itu, dipekerjaan ya seperti itu. Ya dipekerjaan dulu saya pegang uang, pegang RAB, bahkan pernah ditugaskan ngakon karo ngatur si tukangnya “loo ini ndak bener, ini gak gitu” padahal kalo disuruh ngerjakan belum tentu serapi dia, tapi saya bisa tahu bahwa ini prosesnya salah. Walaupun si tukang itu belum begitu perhatian kalo dia salah. NW: untuk pembimbingan dan penyampaian ke siswa berkaitan dengan tugas-tugasnya itu gimana pak? Jadi seperti proses pengerjaan, hasilnya, mereka bagaimana pak? HD: kalo saya ikut, siswa cenderung saya suruh melihat dulu. “ini lo, nanti masangnya seperti ini. Kenapa masangnya seperti ini, karena alasanya a b c d e”. Oh ya kalo ada pertanyaan disampaikan aja lo mas.. kan situ yang butuh data, saya terkadang panjang lebar kesana kemari ceritanya. NW: oh ya pak, gak apa2. Justru ini banyak ilmu yang saya dapat. Hehe.

241

3

Proses menemukan benang merah

Kode: Q-1-T-06

Kode: Q-1-T-02 Kompetensi basic pembimbing

Kode: Q-4-T-03

Kode: Q-3-T-02


1 47.

48. 49.

50. 51. 52. 53.

54.

2

HD: jadi untuk itu saya cenderung lebih mencontohkan lebih dahulu kegiatan seperti ini, kenapa harus seperti ini, caranya seperti ini, alasanya ini. Ya apakah mereka pahamnya seberapa persen, ya itu nomor dua. Nanti akan terlihat ketika mereka akan melaksanakan sendiri. Missal kaya cara mendirikan tiang itu seperti apalah. Fokus tenaganya dimana, itukan kalo mereka belum dikasih benang merah kan susah. Ketika sudah dikasih tahu dan mereka paham, ya seberapa pun kendalanya mereka bisa. Ya sebenarnya prosedur pemasangan itu tidak urut, ya ndak juga. NW: maksudnya langkah-langkahnya tidak sesuai prosedur itu juga bisa? HD: ya, sesuai dengan kondisi dilapangan, terkadang tidak harus urut sesuai ketentuan. Ya kalo disekolah, mungkin langkah-langkah itu kan sudah ada dan harus ikut. Langkah awal: persiapan barang, misalnya seperti itu kan. Nah kalo dilapangan tidak seperti itu, bisa jadi ketika dilokasi berbeda. Yang jelas seperti instalasi kita harus pointing terlebih dahulu, dapat ndak sinyalnya dll. Nah bisa jadi setelah itu yang apa namanya.. letaknya diakhir, harus didepan terlebih dahulu, kan bisa jadi. Intinya bagaimana kerja itu cepet aja. NW: berarti harus mengetahui trik-trik dan mekanisme ketika menghadapi sesuatu dilapangan ya pak. Hal itu disampaikan ndak pak ke siswanya? HD: nah itu mas, yang membedakan itu yang mempoinkan nya itu yang tidak (diajarkan). Seharunya secara praktik mereka bisa gimana caranya menangani ini itu‌ NW: itu biar menangani proses seperti itu dan tahu kondisinya berapa lama mereka praktik? HD: wah agak susah mengkalkulasi mas. Karena kasus yang dihadapi perhari kan beda-beda mas. Ketika masang ditempat ini dan ditempat lain mungkin berbeda. Misalnya cara ngebor itu seperti apa, mungkin masih bisa. Tapi ketika memasang pipa, atau dua pipa disambung menjadi satu, naah mungkin ada yang belum pernah ada yang sudah dua kali dapat, ada yang beberapa kali sudah dapat. NW: berarti yang terus menerus dibimbing adalah kasus-kasus yang dihadapi seperti itu ya pak?

242

3

Kode: Q-3-T-02

Realita di lapangan

Kompetensi baru siswa Kode: Q-6-T-01


1 55.

56. 57. 58. 59.

60. 61.

62. 63. 64. 65. 66. 67. 68.

2

3

HD: mereka yang mengajak kan semestinya sudah bisa Kode: Q-3-T-03 memprediksi, “oh ini si anak mampu ini kalo untuk ini, tapi kalo untuk ini ndak�. Biasanya untuk mendirikan dua pipa itu saya ikut, karena ada beberapa hal yang tidak bisa disampaikan. Artinya hal tersebut harus bener-bener dilokasi dan harus disampaikan di lokasi, membaca di lokasi, nanti langsung bisa tahu. Dan itu terkadang tidak mudah disampaikan. Contohnya sampai di lokasi, tembok misalnya gak bisa dipasang pengait misalnya, kan kita harus tahu di lokasi. Jadi tidak bisa diteoritiskan, makanya kadang kalo disuruh buat teori ya gimana teorinya.. haha NW: pemasangan tersebut membutuhkan berapa lama pak? HD: kalo satu clien rata-rata tiga sampai empat jam. NW: tergantung lokasi ya pak? HD: ya variatif lah, tergantung lokasinya juga, dan Realita dilapangan tergadang malah yang bikin lama itu kami jauh dari pemancar malahan. Itu agak susah itu,, harus memastikan dulu dapat sinyal atau tidak. Nah kalo kurang alternatifnya seperti apa ini. Apakah alatnya harus diganti yang lebih tinggi atau gimana, seperti itu. NW: kalo pemasangan RTRW Net itu pernah pak? Nampaknya dulu sempat booming. HD: saya malah ndak begitu tahu, nampaknya belum. Tapi sepertinya dulu pernah masang didaerah kalasan kalo ndak salah, di perumahan pernah masang jaringan. Tapi praktisnya kurang prospect ya apa ya, mungkin clien jarang di rumah atau mereka belum butuh internet atau disitu sinyal operator tidak bagus, ya bisa sebagai indikasi juga. bentar mas,.. (ditinggal beraktifitas terlebih dahulu).. (lalu datang membawakan minuman) HD: monggo minum dulu mas,. NW: gih, matur nuwun Pak. HD: la kalo mas wahid itu di UNY jurusanya apa? NW: kalo saya di UNY program studi Pendidikan Teknologi Kejuruan. Lebih kearah pengembangan SMK, Vokasi, dll namun di bidang TIK. HD: jadi tetep ke pendidikannya ya? NW: iya ke pendidikannya dan sangat sedikit membahas teknik murninya. Tapi saya sebetulnya ingin belajar mengenai teknik-teknik IT. Selama di UNY penguasaan pedagogi atau cara mengajar itu lebih ditekankan daripada IT murni. Karena IT murni kearah kerja.

243


1 69.

70.

71. 72. 73. 74. 75. 76. 77.

78.

2

3

HD: kearah teori berarti ya. Ya harus, belajar teknik Saran untuk dunia murni lah. Jadi apa yang pernah disampaikan tapi pendidikan belum dipraktikkan, nanti ditanya “pak kowe wes tau nggawe po?” naah…hahaha… waduuw… ya kalo hal-hal yang tekniskan kita minimal tahu walaupun belum pernah buat sendiri. Kalo belum pernah tahu, nanti bisa dijatuhkan oleh anak didiknya. Jadi seperti tadi, kalo terlalu teoritis, saya malah tidak terlalu bisa me…. Apa ya.. ya terus terang tidak bisa. Tapi kalo ada poinponnya dan suruh menerangkan langkah-langkahnya mungkin gini gitu. Malah lebih masuk. NW: dulu saya sebenarnya alumni SMK, tapi arahnya bukan ke jaringan melainkan ke multimedianya. Fokusnya ke video shooting dan editing. Ya kaya shooting manten, momen wisuda, acara-acara.. ya ranahnya ke situ, bukan ke Jaringan. Hanya tahu sedikit saja masalah jaringan. Nanti berjalannya waktu bisa sedikit menambah ilmu, hehe. HD: SMK mana mas?

NW: dulu Jetis pak, STM 2. HD: wah tetangga mas, saya yang satu. NW: wah iya, sebelahan pak. Angkatan tahun berapa? HD: 96. La jenengan tahun berapa? 2000 berapa? Hehe. NW: hehe.. 2009 baru lulus pak. Kalah senior saya pak HD: tapi gini mas, yang namanya sekolah itu ibarat Fakta terkait PI untuk masuk kerja itu dimulai dari 0. Ilmu saya masih mendapatkan sebegitu apa ya jadul, ketika sekarang perkembangan kompetensi teknologi semakin cepat, ya sama aja. Ngapain.. hah. Kadang ilmu yang teringat ketika PKL. Kan PKL bisa jadi di marahin, dll. Nah itu lebih membekas. Justru itu lebih banyak ilmunya, bukan mengesampingkan teori, tapi teori itu tidak ada praktik tidak akan tergores. Ya kaya masnya dulu multimedia, tidak ikut nyoteng manten, ya hanya teori tok mas, feeling nya ndak dapat. NW: betul pak, kita harus tau kapan ambil angel nya..

244


1 79.

80. 81.

82. 83.

84. 85. 86.

2

HD: ya kaya melihat berita tv itu lah orang nyuting shoot (memperagakan zoom in zoom out, panning up and down secara acak), mampus lah orang melihat. Pusing lah.. mbok opo.. wong saya aja pernah ikut shooting gitu, gak diajarin juga, hanya setelah dapat feeling nya tau ow begini to.. ketika di play ya pantesan bikin pusing, la wong… apa lagi shooting tanpa tripod kan goncangannya ngroook ngrrok (memperagakan cara shooting sambil bergetar) ya yang nonton pusing, ini ni goyang.. NW: kadang mainan zoom in zoom out, ada objek cantik atau apa di shoot, kan buat orang pusing pak. HD: naah itu, jadi terkadang yang tidak bisa diteoritiskan seperti itu kan, kondisi lapangan atau keadaan seperti apa. Ya walaupun teorinya zoom ini ini untuk apa dan kapan, bla bla bla. Tapi intinya kalo ndak dapat feel nya ya ndak bisa. Nah makanya saya tidak bisa membuat teori karena dari dulu praktik mas. Dapat kasus itu juga praktik. Kaya saya ikut video shooting, ndak ada teori ini ditancepkan sana, tau to ditancepkan mana, ya wes tancepke. “le nggulung jangan seperti itu, koyo ngene” “yaa..” ikutin aja.. sampe nanti misalnya lighting nya angkat sana, setelah jadi ada proses editingnya akan tau kalo cahaya seperti ini hasilnya seperti ini, jadi cahaya harus konsisten seperti ini. Ya mungkin teorinya seperti itu ada, tapi kalo saya malah belajar kapan selesainya. Ya untuk saat ini dari 0 ngejar teori hancur mas. Teori sambil jalan, kalo ndak tau baca dulu lah ya. Kalo sekarang punya HP ndak baca buku manual nya kan tidak ada. Biasanya kalo saya cari kasus dulu, baru baca. Biasanya tahu teori dulu malah susah NW: berarti pak hadianto merasakan dua waktu ya? HD: udah mas, pagi semua. Jadi STM 2 masuk pagi pun sudah ada dan sudah di skat sperti itu mas. Ya kalo dulu belum jaman ya kaya mahasiswa gitu ya. Ya kalo standar sekolah dari jam 7 sampai jam 1 lah ya. Kalo STM kan sudah menerapkan sekolah seore. Jadi senin tanggal 1 masuk, tapi minggu depan sudah libur. Ya kalo ada satpol PP ndak tahu ya di tangkap, tapi kebanyakan satpol PP tau bet nya aja dah tau itu orang STM, ya dilepas. NW: STM sudah masuk jam 7 kurang ya pak? HD: ow udah, STM jam 7 kurang seperempat udah masuk. Terkadang jam 10 sudah jalan-jalan ke malioboro mas. Haha. Ya begitulah kondisinya STM NW: klo sekarang sudah tidak bisa pak?

245

3

Dibutuhkan pelatihan skill secara terus menerus

Realita dilapangan

Kondisi STM jaman dulu

Kondisi STM jaman dulu


1 87. 88. 89. 90. 91.

92. 93.

94.

2

HD: ya kalo sekarang tidak bisa, makanya enak, itu ada sensasi sendiri. Tidak dibilang main, kalo tidak percaya cek aja di sekolah. NW: rata-rata karyawannya dari SMK ya pak? HD: iya, kalo anak SMK kan rata-rata sudah siap. Apa ya sifatnya saya malah lebih suka ketempatnya dari pada saya menunggu mereka. NW: proses pembimbingan ada hari ksusus atau praktik pak? HD: ya lebih ke kasus ya, diambil kasus, butuh pendampingan, ya tinggal di bimbing. Jadi harus misalnya.. kalo system ada arahnya, kalo sinyal harus dibimbing dan perkasus bukan teoritis. Ini kalo ditangani perblog ndak bisa, karena yang ditangani atasnya dulu. Ya kalo saya lebih cenderung ke problem solving ketika ada kasus. NW: kalo lebih kearah praktis untuk mencari solusi gitu pak? HD: ya lebih condong cari jalan pintasnya kali ya, jadi tujuannya lebih cepet aja. Kan hasilnya sama gitu kan, kita cari gimana caranya cepet selesai kasus tersebut. Ya kesemua bidang nampaknya hampir sama ya. Ya begitu ya gambaranya. Nampaknya dah adzan (dhuhur). Nanti di simpulkan sendiri ya. NW: ya pak, luar biasa banyak ilmu yang saya dapat. Nanti jika ada hal-hal yang saya tanyakan lagi, mohon bapak berkenan.

246

3

Kondisi STM jaman dulu Kesan terhadap siswa SMK Kode: Q-3-T-03

Mekanisme memecahkan masalah


Fieldnote Penelitian: Bagaimanakah proses perolehan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat praktik industri

Lokasi : Ruang Guru Prodi TKJ SMKN 2 Pengasih Kulon Progo

Kategori/Topik

Interview:

Kondisi: suasana santai di Ruang Guru. • Persiapan PI Terdapat 4 Guru yang tidak mendapat jadwal • Prosedur penyaluran PI • Kompetensi yang disiapkan mengajar Person: SDP, S.T. Tanggal: 17 September 2014 Waktu: pk. 07.30 WIB No. Data

1

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11.

Self Notes/ Kode

2

SDP: ini rombongan dari Puskom ya? Rombongannya Pak Eko? NW: oh, bukan Pak, kami dari Pasca UNY. Tujuan kami untuk observasi awal terkait persiapan dan pelaksanaan PI di SMKN2 Pengasih, begitu Pak. SDP: saya kira yang dari Puskom. Ya bagaimana, ada yang bisa saya bantu? NW: jadi begini pak, terkait pelaksanaan PI di sini. Bagaimana mekanisme pelaksanan PI di SMK 2? SDP: untuk pelaksanaan Prakerin itu kelas 3. Kalo disini dilakukan separo-separo, nanti tanggal 30 (September 2014) selesai. Ganti dengan kelas tiga yang baru praktik masuk ke industri. Untuk periode kedua belum masuk, masih praktik. NW: persiapan mereka (siswa) sebelum Prakerin itu bagaimana Pak? SDP: sebelum PI kita mengadakan pembelajaran seperti biasa, dalam arti sesuai dengan silabus seperti biasa. Ada materi seperti: hardware, software, web, pemrograman, kemudian LAN dan WAN NW: konsep pembelajaran di jaringan lebih kearah simulasi atau bagaimana pak? SDP: iya. Simulasi. Hanya internet,.. sebenarnya simulasi dan nyata itu hampir sama, hanya jumlah host nya saja yang berbeda. NW: untuk jaringan, rata-rata tempat digunakan PI dimana saja Pak? SDP: di UGM di bulaksumur (Pusat Informasi), JMI, UII, Duta (wacana), yang lain ada di industri kecil.

247

3

Tim Puskom akan verifikasi Lab

Mekanisme PI di SMKN 2 Pengasih

Menyiapkan kompetensi siswa sesuai silabus


1

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

22. 23. 24. 25.

2

3

NW: jika di industri kecil, rata-rata di vendor jaringan atau dimana pak? SDP: ee.. hardware, lebih kearah instalasi komputer. Tempat PI yang Rata-rata yang cocok itu di Universitas dan provider sesuai NW: em, provider seperti Telkomsel, Indosat, Telkom gitu ya pak? SDP: seperti JMI, JMN, Telkom. NW: dari sekian banyak tempat PI, menurut bapak yang sesuai dengan kompetensi jaringan dimana saja pak? SDP: semuanya masuk, tidak ada yang tidak sesuai. Kecuali PI di tempat mesin. Haha. Sampai saat ini tidak ada masalah yang berarti. NW: dari sekian banyak siswa yang lulus dari PI, yang nampaknya bagus outputnya dibandingkan dengan yang lain. Kira-kira ada pak? SDP: UGM itu bagus, kalo di UII sulit diterapkan, JMI itu juga bagus, terus kemudian yang di‌ ada yang diswasta depan UNY, apa namanya sana juga bagus. Intinya setelah PI yang pertama mereka membawa ilmu baru dan yang kedua dapat diterapkan di sekolah. NW: kriteria dari perusahaan ada yang minta sesuatu tidak pak? Seperti sebelum masuk harus tes, memiliki skill ini itu, dll? SDP: ada, tidak berupa tes, tapi pihak industri kan tidak tahu silabus ya. Mereka menuntut perkembangan-perkembangan yang lebih maju, misalnya IP6. Sedangkan disini baru masuk tahun ini. Kemudian peralatan, kita kalah di peralatan. Mereka sudah menggunakan cisco, sedangkan sini belum. Padahal masih pake TP-Link. Jadi kita mau menganggarkan Cisco biar sama di industri. NW: kendalanya apa pak kok belum bisa membeli peralatan? SDP: cisco kan mahal sekali. Kita baru punya 2 sisco, itupun masih switch untuk router manajemen belum punya. Fiber optic juga belum punya. Karena mahal sekali. NW: untuk menyikapi hal tersebut, bagaimana strategi dari SMK? SDP: siswa sini sangat kreatif ya, mereka mencari sendiri materi dari internet, setelah dari PI pun mereka akan sharing dengan teman-teman.

248

Beberapa tempat PI yang memiliki keunggulan sesuai kompetensi

Kode: Q-1-T-02

Realita fasilitas di sekolah

Kreativitas siswa untuk mensiasati keadaan


1

26.

27.

28. 29.

30. 31.

32. 33. 34.

2

NW: penggunaan sisco sebenarnya bisa diakali melalui

simulasi ya pak, berarti kendala setting jaringan bisa sedikit teratasi kan pak?

3

SDP: sebenarnya ada beberapa perbedaan antara Apus-apusi: ditipu, simulasi dengan real, hanya nanti tergantung bohong-bohongan atau pengajarnya juga. Suatu saat akan ketemu hal tak manipulasi (dalam terduga karena menyangkut teknik. Ini teknik.. bisa di konteks ini lebih tepat). apus-apusi yaa kalau ndak tahu kita bilang tidak tahu. Nanti kita akan mempelajari bersama. Ada materi baru kita cobakan, kebanyakan berhasil NW: berarti siswa elin itu berprestasi ya pak rata-rata? SDP: jurusan ELIN ini unggul dibandingkan dengan yang lain kok, mungkin inputnya sudah bagus dulu. Motivasi belajar tinggi, katakanlah ada kegiatan yang mau diliburkan, mereka gak mau libur. Pernah kesulitan meliburkan siswa. “Pak besuk gak usah libur aja, kita Kode: Q-1-T-06 setting iniâ€? ya selama ada yang jaga ya kami persilakan. Karena komputer ya, selalu ingin tahu dan komunikasi dengan siswa. Siswa dengan siswa sangat tinggi, kalo ada siswa yang tidak aktif akan tersingkir secara sendirinya. NW: kira-kira ada tidak pak, siswa yang mempunyai kelebihan dibandingkan teman-temannya yang lain? Kira-kira ada beberapa orang? SDP: rata-rata 10 orang bagus, karena mereka harus  Kendala utama punya komputer untuk masuk di sini, syaratrnya itu. siswa yang tidak Hanya perbedaanya ada yang menguasai Web, ada yang memiliki menguasai software, ada yang menguasai hardware. Jadi komputer/laptop mereka punya kemampuan di setiap bidang. Kita mudah  Potensi siswa untuk untuk memilih ketika ada perlombaan. Contohnya lomba mengikuti web, ow anak ini.. lomba jaringan, ow anak ini. Jadi perlombaan mudah memilih. Pernah kita rangking 6 waktu itu di tingkat nasional, buat film. NW: itu masuk multimedia kalo tidak salah ya pak? SDP: haha, walaupun sini TKJ, tapi yang suka multimedia  Prestasi siswa SMK banyak. Makanya pas lomba film itu kita rangking 6, tingkat nasional kalo tidak salah. NW: kalo LKS ada pak dari kelas ini?

249


1

35.

36. 37.

38. 39. 40. 41.

42. 43.

2

SDP: ada kemarin sampai ke nasional. Iya kelas 3

sekarang, kalo gak salah? Anaknya gak tau PI sekarang

3

atau kapan.

NW: klo MoU ada pak dalam membuat perjanjian dengan PI?

SDP: tidak semua industri kita buat MoU. Berkelanjutan  gitu, jadi terkadang habis kontrak tidak diperbaharui. Ya kita mengikuti aturan main dari industri saja. Ya system  dibagi PI separo-separo kan kita untuk mempermudah sertifikasi. Kan guru-guru ndak nganggur. NW: nah kalo MoU nya sebagian tidak ada itu untuk singkronisasi kurikulum dari SMK dan industri bagaimana pak? SDP: intinya untuk MoU itu sifatnya kerjasama, yang mana menerima anak-anak PI, hanya anak PI yang bagus dan tidak meneruskan kuliah ya ditarik. NW: kalo tidak ada legalitas yang jelas kan kebanyakan industri bingung mau ngapain siswanya pak. Hehe SDP: ya memang terkadang anak-anak disuruh ngusungi  boto kalo tidak jelas kompetensinya. Haha. Tapi kita monitor terus kok itu. Kebetulan kemarin saya beserta temen-temen memonitoring tanpa periodic, dan mereka tetep kerja dan disiplin 80% disiplin. NW: apakah ada keluhan dari siswa saat Pi? SDP: pernah ada yang bermasalah, tapi berikutnya kami  cut lepas, tidak kirim kesana. Tidak kirim siswanya lagi. Nah tapi wadulan itu perlu kami telisik dulu. Artinya nek  itu sebatas teman suruh ngewangi sehari-hari ya nggak apa-apalah. Terkadang ada yang aleman lah istilahe. Di cika komputer contohnya, mung dikon ngusung opo  sekali, le laporan bangek-bangekke itu kan. Jadi laporan itu saya terima, tapi tidak ditelan mentah. Saya coba crossceck. Ya monitoring tidak resmi sering kami lakukan. Lewat itu kita bisa lebih dalam tahu siswanya. Apalagi pas pameran, kaya ASC, EL’S gitu mereka diterjunkan. Jadi banyak hal yang didapat dari segi apa… e melayani konsumen, cara penjualan, itu kan memang anu ya lepas dari sekolah. Tapi mereka bisa berkembang kesana.

250

Perjanjian dengan industri Mekanisme pelaksanaan PI

Kegiatan PI dimonitor Sekolah

Tindakan sekolah terhadap tempat PI Konfirmasi atas informasi yang diterima Softskill yang didapat melalui PI


1

44. 45.

46. 47. 48. 49.

50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.

2

3

SDP: teknik pemasaran sebetulnya tidak, karena disana dia nanti ngrakit (komputer). Nah karena mendengar… efek samping aja.. itu banyak hal. Sampe sekarang itu ya yang di ASC itu sudah berapa to?... masih kerja disana. Begitu dia PI, kemudian di Tarik kerja disana, ada 2 orang. Masih disana, mungkin krasan, hahaha. Biasane cah nom ki kan 3 bulan pindah-pindah wae. Tapi kok ini krasan.

Kode: Q-4-T-04

NW: berarti di ELS dan ASC mereka lebih diajarkan pada  pemasaran dan teknik pelayanan terhadap konsumen gitu ya pak?

NW: mungkin cocok pak, dari sisi pemasukan juga, haha. Denagan lingkungan juga cocok. SDP: iya, dengan lingkungan cocok mungkin. NW: kalo industri yang menggunakan system pengamatan, contohnya kalo anaknya bagus, kompeten, ditarik gitu banyak tidak pak? SDP: banyak, iya. Dulu yang di JMN juga banyak. Cuma  sekarang itu faktornya kenapa siswa keluar, itu banyak faktor. Dalam arti kalo usia masih segitukan masih labil. Artinya pengen kemana-mana, keluar sana, mbesuk dah kerja keluar lagi, malah do umuk-umukan ro kancane. “aku wes metu seko kono, ngopo kowe mlebu rono” haha. Ya gitulah anak-anak. NW: hehe.. begitu gih pak. Kenapa ya.. kok fenomena seperti itu? SDP: ya.. pengen cari pengalaman di tiap industri.  Memang untuk jaringan sayangnya ee… apa ya.. dunia kerjanya yang masih sempit. (Datang seorang guru) SDP: ini pak DM (darmawan), sekaligus kepala pembimbing. Pengampu di tingkat nasional NW: ow yang lomba LKS niku njih pak? DM: saking pundi mas? NW: dari pasca UNY, njih bade observasi terkait prodi TKJ dan regulasi pelaksanaan PI DM: kebetulan malah ada yang di Puskom kok

251

Siswa SMK ditarik menjadi karyawan setelah PI

Realita siswa SMK terhadap pekerjaan

Kondisi lingkungan kerja TKJ


1

57. 58. 59. 60. 61. 62.

63.

64. 65.

2

SDP: sek neng puskom ki sopo to, aku wingi tau monitor ndonoe, ning lali (Tanya pak DM). puskom itu sebelah mana to? DM: utara.. utara kopma itu lo pak deket elektro? NW: ngertos niki pak, gedung oranye..

SDP: gedung kuning.. ya‌ NW: oranye pak, ya agak kuning.. hehe. Itu sebelahnya

SDP: ow ya.. gedung.. Kopma.. ya.. kemarin saya kesana. Makane tak eling-eling ki‌ ya ya.. saya kesana, sempat monitor kesana juga. Kemarin sempat naik kesana, ada 5 orang. Ow ya ada lagi?.. ini mau ada rapat e‌ NW: ow ya pak, ini mohon maaf karena mengganggu aktifitas bapak. Insya Allah nanti akan mencoba lagi.. silaturahim kesini lagi. Dan yang jelas jika diijinkan minta datanya yang kelas 3 dan tempat PI nya. Dan mohon maaf, jika diperkenankan, saya minta nomornya Pak SDP SDP: ow ya (kasih nmr telepon). Untuk data PI itu.. (sambil cari).. wah besuk ya, sekalian kesini lagi Njih Pak, tidak apa2. Mungkin sementara itu dulu, terimakasih atas waktu yang diberikan. Saya pamit.

252

3


Fieldnote Penelitian: Bagaimanakah proses perolehan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat praktik industri

Kategori/Topik

Lokasi: Ruang Tamu BSI. Lt. 3, Gedung Rektorat UII

Interview:

Kondisi: suasana santai di Ruang Tamu. • Prosedur training • materi training yang diberikan Terdapat 1 sekretaris BSI duduk disebelah. • pengenalan kantor dan alat Person: RD • pelaksanaan PI Tanggal: 19 November 2014 • pelaksanaan Tes akhir Waktu: pk. 09.55 WIB No. Data Self Notes/ Kode

1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13.

14.

2

RD: ini masnya yang kemarin janjian ketemuan hari ini ya? Bagaimana, ada yang bisa saya bantu? NW: iya Pak, saya mendapat rekomendasi dari Prof. AF untuk langsung menemui Pak PP (kepala BSI). Maksud kedatangan saya untuk bersilaturahim dengan BSI UII dan ingin mengetahui regulasi PI di sini. Begitu Pak. RD: dengan mas siapa? NW: saya wahid Pak, dari pasca UNY. RD: saya RD, stafnya Pak PP, beliau meminta saya untuk menemui jenengan. Kemarin saya juga menangani Prakerin dari beberapa sekolah. NW: njih, tidak mengapa. Berarti kegiatan PI di BSI biasanya seperti bagaimana pak? RD: lebih kearah setting mikrotik dan perawatan jaringan. Ya pertama kali jaringan, setting alat, begitu.. (…).. NW: berarti pas siswa praktik lebih kearah itu ya pak. RD: nanti, Cuma sampai… ya ada sih diajari virtual dan install OS. NW: kalo setting mikrotik, cisco seperti itu pak? RD: ya diajari juga. Ya buat latihan aja, ya dibikin mirip kaya studi kasus gitu. NW: rata-rata ketercapaian siswa itu bagaimana pak? RD: tergantung individunya sih. Interest nya dimana dan minat juga sebenarnya. Kalo pengasih kemarin bagus dia. Disuruh juga ndak minta macem-macem, yang sebelumnya disuruh masang antenna, malah minta dikasih makan ya pak, gitu. Hehe. Kami aja ndak dapat makan, … (..). NW: kesan yang pengasih gimana pak?

253

3

Prof AF: direktur DPPM UII

Kode: Q-1-T-01

Kegiatan PI

Kode: Q-1-T-06


1 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.

2

RD: baik sih, sebenarnya ada ceweknya 3 orang, 1 cowok. Cuma yang lebih dominan cowoknya yang disuruh. Suruh masang antenna, access point kan, cowok. NW: oh ada ceweknya juga ya. RD: iya. Ya banyak cowoknya lah, kalo cewek suruh angkat dan manjat tangga kan gak enak mas. NW: kalo sampai ke system itu pernah pak siswanya? RD: ndak pernah mas, ya mereka hanya melihat saja NW: rata-rata siswa lebih ke observasi gitu ya pak? Trus praktiknya install OS dan virtual. RD: ya, virtual, install linux, install apa ya.. DNS kalo ndak salah‌. NW: system pembimbingannya gimana pak? RD: kalo SMK2 kemarin tiap, 3 minggu ato 4 minggu ya.. kesini mereka (pembimbing sekolah). Ketemu pak Poniman. Diajak ngomongin gimana masalahnya, ya ganti-ganti. NW: ow, ya kalo pak RD di divisi mana pak? RD: sama seperti pak haris, perawatan jaringan. NW: kalo siswa sendiri dikenalkan alat-alatnya tidak pak? RD: Iya, diperkenalkan. Jadi diajak masuk ruang server, dikenalkan apa alat-alatnya, Cuma pengenalan singkat aja sih. NW: kalo siswa SMK pengasih siapa saja pak? RD: diky panji ismaya, durotun. Sisanya lupa saya, hehe. NW: keempat ini koordinatornya pak arif ya, kalo selama praktik, seandainya tidak ada kegiatan, apa yang dilakukan? RD: biasanya di basement. Karena dulu buat warnet sekarang buat pelatihan. Online, mereka browsing sendiri. Kadang mereka memanfaatkan komputer untuk instalasi. Kadang mereka nyelesaiin laporan. NW: kalo waktu kerja untuk PKL berapa pak perhari? RD: sama seperti jam kerja. Dari jam 8 sampai jam 4 sore. Ya mereka sampai jam 4. NW: kalo pak RD sering memberikan bimbingan dan arahan atau karyawan lain? RD: ya seringnya saya sama diki n cewek satu, gimana masang kabel, mengarahkan mereka aja sih. Mereka cepet belajarnya, sudah bisa juga.

254

3

Kode: Q-3-T-01

Kode: Q-3-T-01 Kode: Q-4-T-01 Kode: Q-2-T-01 

Monitoring pihak sekolah

Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-2-T-02



Waktu kerja PI

Kode: Q-3-T-03


1 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49.

2

(RD sedang ngobrol dengan Sekretaris) RD: yang satu namanya dwi siapa gitu..

NW: kalo tidak salah system di SMK 2 itu 3 bulan pertama itu siswa masuk, ketika selesai ada gelombang baru. Yang baru belum masuk ya pak? RD: setauku di Fakultas Hukum, Cuma gak tau dari pengasih atau bukan. NW: ow ya pak, untuk ujiannya tadi dari sini atau gimana pak? RD: dari pihak SMK, menilai mereka seperti apa.  Seharusnya dikasih sini biar tau dan mengukur mereka. Ya kami hanya menanyakan keaktifan mereka aja. NW: berarti mereka dari segi keaktifan bagus ya pak, menangkap materi juga cepet. RD: ini fokusnya ke pengasih aja ya? NW: ya sebenarnya lebih kearah itu, tapi nanti berkembang, seperti di industri ada siswa dilain pengasih, bisa saya interview, karena berkembang nanti. RD: ow ya,, ya.. NW: ya mungkin sementara itu dulu pak RD. terimakasih atas waktunya, jika nanti ada tambahan atau yang perlu saya tanyakan bisa mengontak bapak. (sambil beres-beres)‌ NW: kalo pak RD sudah berapa lama di BSI? RD: saya februari‌‌ (rekaman mati).

255

3

Saran terhadap evaluasi setelah PI di BSI


Fieldnote Penelitian: Bagaimanakah proses perolehan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat praktik industri

Lokasi : Ruang kelas Prodi TKJ

Kondisi: suasana sepi hanya peneliti dan dua • siswa yang di wawancarai. • • Person: BA dan CH Tanggal: 17 November 2014 • Waktu: pk. 09.10 WIB • No.

1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14.

Data

2

Kategori/Topik

Interview:

Prosedur training

materi training yang diberikan pengenalan kantor dan alat pelaksanaan PI pelaksanaan Tes akhir Self Notes/ Kode

3

NW: perkenalkan, saya dari UNY nama saya NW. tujuannya ingin silaturahim dank arena berkaitan dengan studi penelitian saya, maka saya ingin ngobrol dengan siswa. Jika boleh tau, boleh kenalan dengan jenengan semua. BA: perkenalkan saya BA, bisa dipanggil B. CH: saya CN, bisa dipanggil CH. NW: untuk tempat PI nya, dimana saja? BA: di PSDI UGM, Pusat Sumber Daya Informasi UGM. NW: ow ya, disana berkaitan dengan apa mas? BA: jaringan. NW: bisa dideskripsikan kegiatannya mas? BA: kalo disana itu, biasanya perhari kadang install Kode: Q-2-T-01 window, linux, konfigurasi sisco, witch. Reset apa gitu, trus ada bug ato tidak, dll. NW: kalo system PI disana itu, yang dilakukan sudah diajarkan disekolah. BA: belum, kan dulu awal-awal bingung, tapi ada Kode: Q-2-T-04 pembimbing disana. Jadi diajari dikit-dikit akhirnya selama 3 bulan ya lumayan lah. NW: kalo disana pembimbingannya gimana? BA: kalo disana masnya masih muda, jadi kaya to Kode: Q-3-T-04 konco dewe, kadang yo garap-garapan, kadang yo.. ya enak NW: kalo proses pembimbingnnya gimana?

256


1 15.

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.

30. 31. 32. 33. 34. 35.

2

BA: biasanya dikasih ruangan sendiri, trus dikasih voice IP, suruh konfigurasi sendiri. Dikasih IP dan nomor telepon. Nah kalo ada apa-apa suruh nelpon. Dari nomor telepon itu, tiap pagi pasti ada job, di telepon pembimbing. Kan dilantai 2, trus turun kebawah untuk konfigurasi atau apa. NW: trus untuk mendapatkan ilmu-ilmunya bagaimana, apakah hanya pengamatan atau bagaimana? BA: praktik sendiri, kadang ya di omongin. NW: ow ya, oke, sekarang ke mas CH, dimana mas? CH: saya di PT. JMI NW: itu dimanaya? CH: di selokan mataram, Jl Wahid Hasyim. Dari OB keutara, itu ada lapangan bola (futsal), ada gang kantil, ke barat. Lurus mentok. NW: sama lapangan futsal (Gaol) CH: ya keutara.. nanti lurus.. belok kiri. NW: oke, besuk saya tak berkunjung kesana. Kalo disana berapa orang. CH: disana dua orang. NW: Di JMI lebih fokus dimana? CH: JMI kan ISP, jadi lebih ke instalasi jaringan, ama terkadang perbaikan. NW: materi hampir sama di sekolah? CH: Ya hampir sama sih, kemarin di kelas dua diajari konfigurasi TP-Link. Nah disana juga ada konfigurasi TP-Link, tapi ada ilmu baru sih. Yaitu pake obiquiti, Untuk buat antenna wireless jarak jauh. Disana pake wireless, nanti antenna pake itu, pemancar diruangan pake TP-Link NW: itu bedanya antenna yagi, dkk apa ya? CH: ya hampir sama, Cuma beda brand aja. Grate, ada roket.. NW: kalo disana biasanya suruh ngapain? CH: ya hampir tiap hari ada instalasi, ya kalo tidak ada biasanya buat voucher internet. Kalo khusus saya disuruh buat web, database pelanggan. NW: bagaimana interaksi dengan pembimbing? CH: baik sih, tiap hari ketemu, tapi tidak tiap hari bersama, kan pembimbing dibidang marketing. Kalo anak PKL sering ke instalasi, jadi transfer ilmu sama teknisinya. Sama pembimbing biasanya hanya mantau, bagaimana dan sampai mana. Ada masalah ndak, trus ada gimana-gimana sama karyawan, dll.

257

3

Kode: Q-3-T-03

Kode: Q-4-T-04

Lokasi tempat PI

Kode: Q-1-T-02

Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-2-T-03


1 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.

46. 47.

48. 49. 50. 51. 52. 53.

2

3

NW: kalo teknisi biasanya diajarkan apa saja? CH: biasanya diajarkan sih,, kadang-kadang Kode: Q-4-T-01 konfigurasi itu pertama kali memang diajarkan, tapi untuk keselanjutannya biasanya pengamatan dari siswanya sendiri. NW: alurnya masuk JMI sampai selesai PI bisa digambarkan? CH: kalo pertama kali masuk disana itu perkenalan Kode: Q-1-T-04 sama seluruh karyawan, struktur organisasi. CH: Minggu-minggu awal hanya diajak ngapain, belum turun. Kan materi pekerjaannya apa, setelah itu sering diajak instalasi. CH: Minggu pertama disuruh melihat, kalo minggu berikutnya suruh masang disana, ini kabelnya suruh di claim, panjang sini, access point pasang sekalian konfigurasi. NW: berarti keseharian konfigurasi gitu ya? CH: iya konfigurasi. NW: nah kalo di PSDI gimana mas BA? BA: wah banyak banget, disana itu hari pertama perkenalan, setelah itu.. kan sampai jam 11 perkenalannya. Setelah itu dikasih IP phone, untuk konfigurasi, setelah itu kan ada 150 IP Phone suruh cek, nah untuk PKL dikasih 1 IP phone. Ya tiap hari ada telepon buat desain apa, pasang jaringan, kadang trouble shooting jaringan, ‌ NW: kegiatan selain setting gitu apa disana? BA: biasanya diluar itu malah senam.. haha. Trus yaa. Itu diluar jaringan itu sih. Kalo selain itu,, di UGM kan ada portal, nah anak PKL disuruh ngrombak, desain web portalnya. Itu kan UGM biasanya mobile, jadi diutamakan gadget, harus responsive. Itu harus pake resolusi pembimbing itu ada, dikasih. Nah ini masih proses belum selesai. NW: berarti tugasnya belum selesai? BA: iya, jadi jangan lupa UGM, tugasnya diseelesaikan. Kadang main disana juga. NW: yang di JMI selain tadi itu apa? Kaya senam gitu? Haha CH: ndak sih, karena selalu ada pekerjaan. NW: UGM kan jelas ya clientnya mahasiswa, dosen, dan kadang.. BA: dari luar juga ada, disuruh nembak sinyal hotspot. Kan PSDI selain data center, juga sebagai virtual server, juga ISP juga. Tapi buat masyarakat dikalangan UGM. Masyarakat sekitar UGM.

258

Kode: Q-2-T-01 Kode: Q-4-T-01

Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-2-T-01


1 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70.

2

NW: sering diajak masang-masang gitu? BA: sering, kayaknya selama 3 bulan itu ada 3x kalo sama client tapi di fakultas malah sering. Kadang diKedokteran Hewan, Gigi NW: kalo di JMI, client nya siapa aja? CH: biasanya anak kos, jadi sistemnya pake voucher gitu lo. Digosok ada PIN, nanti ada portal sendiri. NW: kalo access point dimana letaknya? CH: tergantung titiknya. Kalo rumahnya tingkat, bisa diatas ditengah gitu, jadi bisa tercover semua, dapat sinyal gitu. NW: saya pernah ke JMN buat Tanya-tanya masang jaringan, trus kalo masang jaringan kan harus pake waveline dulu buat nangkap sinyalnya. Nah di JMI gitu juga ndak? CH: iya memang, kalo masang kan nanti pertama kali masang baut nangkap BTS, kalo sinyalnya dapat bagus, baru masang router, dll. NW: kalo mas CH ikut andil ya dalam masang gitu. CH: iya, biasanya masang didaerah Pogung, klebengan, sama jl kaliurang. Kalo deket-deket biasanya hanya pake tiang galvanis itu lo, pipa. Tapi kalo manjat tower ya teknisinya NW: berarti kalo ilmunya rutinitas gitu ya? Kalo ilmu sekolah kepakai ndak? BA: kalo PSDI kan gelombang 1, jadi sama sekali tidak ada. Tapi gelombang dua disekolah sudah diajarkan lebih dulu setting mikrotik, jadi kepakai. NW: berarti kendala gelombang pertama belum diajarkan ya. Tapi tau duluan ya? CH: kalo di JMI ya kan kelas 2, kaya web desain, selain itu ya ilmunya tambah-tambah sendiri, mungkin Tanya sama direktur atau internet. Direkturnya kan mantan karyawan JMN. NW: kalo keterlibatan di PSDI, dibebaskan atau dikasih tugas banyak, atau full? BA: kalo ada tugas konfigurasi, biasanya dibantu sama pembimbingnya, trus kalo web sudah pernah, itu buat sendiri. Pembimbing hanya ngasih konsepnya aja. NW: berarti hanya sekedar tata letak aja. Yang di JMI keterlibatan gimana?

259

3

Kode: Q-4-T-05

Kode: Q-1-T-05

Kode: Q-1-T-05

Kode: Q-2-T-01


1 71.

72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79.

80. 81. 82. 83. 84. 85. 86.

2

CH: ya hampir sama kaya karyawan, masalahnya baru berdiri 2012. Teknisi masih ada 5 orang. Ya missal sift pagi, suruh instalasi dan konfigurasi gitu, ya jadi kita dipisah 1 teknisi didampingi 3 PKL. Disana sangat membantu. Jadi teknisi masang di galvanis diatas, PKL konfigurasi Router atau masang kabel. Ya sangat membantu NW: untuk level, walaupun PKL, malah kaya karyawan ya? CH; iya. Hehe NW: berarti sering dilibatkan. Kalo di PSDI pekerjaan yang berat seperti apa disana? BA: kalo disana masuk ke ruang data center. Disana dilibatkan. Tapi yang PKL tidak dibolehkan pake alat dokumentasi apapun. Jadi boleh masuk, gak boleh nyentuh apa-apa. Jadi untuk konfigurasi PKL tidak diperbolehkan. NW: jadi hanya melihat saja ya? BA: melihat dan kalo ada job disitu, ya kerjakan sesuai dengan job. NW: alasanya apa? BA: karena data center itu menyangkut data universitas di UGM, semua fakultas konek ke situ dan datanya juga. Trus dipakai untuk konek UGM ke ITB, ke UNY, dll. Kalo ada satu yang error, semua akan mati. Dan itu kalo mati, ya PMB, pembayaran online juga bisa hilang. NW: ada backup ndak seperti itu. BA: backup itu khusus bencana, jadi kan setiap mati listrik kan ada 3 power genset. Setiap genset 1 jam, jadi kalo mati semua harus di repair lagi. Ya tidak leluasa NW: kalo di JMI? CH: sama, di ruang server. Kalo masuk boleh, kalo buka rak ya nggak boleh. Kalo masuk hanya melihat aja ya ndak apa-apa.. la ndak ada aktifitasnya. NW: nah kira-kira ilmu yang didapat dari PI seperti gimana, serta manfaatnya? BA: mungkin untuk disekolah, pas ada pelajaran ndak kaget. Trus langsung bisa konfigurasi. Kalo buat aplikatif dirumah, bisa buat konfigurasi jaringan dirumah. NW: nah yang di JMI gimana mas CH?

260

3

Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-2-T-01 Alasan tidak dibolehkan di ruang data center

Alasan tidak dibolehkan di ruang server Kode: Q-6-T-05


1 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98.

99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110.

2

CH: untuk di sekolah kan sudah hampir sama, paling nambah ilmu pasti ada. Di JMI bisa menambah gambaran di dunia kerja di jurusan kita itu seperti apa. Di instalasi itu seperti apa. Di TKJ seperti itu. NW: ow ya denger-denger mas CH ikut LKS ya, mas BA ikut? BA: ow ndak saya. NW: gimana kemarin LKSnya? CH: ada trouble sih sebenarnya, komputernya dari sana ada masalah. NW: kalo soal-soalnya bagaimana? CH: ya simple, Cuma system informasi nilai. Cuma kendala peralatan. NW: kalo nasional pernah? CH: baru ini, jadi belum pernah. NW: ow ya terakhir terkait pembimbingan. Bagaimana kesan pembimbing di PSDI dan JMI? BA: yaitu tadi.. sama-sama anak muda ya guyon bareng, ya intinya santai itu tapi masuk. Tidak terlalu kaku, gitu. CH: kalo JMI kebetulan pembimbingnya bapak-bapak. Dari JMN juga dulu, tapi beliaunya bisa ngemong lah. Paling sebulan sekali diajak makan diluar gitu, trus face-two-face tentang ada masalah ndak. Mungkin ada gak suka sama karyawan atau pekerjaan berat. Ya ditanya gitu. Monitoring hampir tiap hari. Kadangkadang ditanya pekerjaan dah selesai belum NW: kalo karyawan sendiri? BA: karyawan masih muda-muda, ya sama ada yang baru lulus SMK 2012 kemarin. Ya kaya kakak tingkat gitu. Ya yang lain masih terhitung muda, ya kaya temen. lah NW: okedeh, sementara itu saja. Ini masih ada kuliah? Eh.. pelajaran. Kalo istirahat jam berapa to? CH: jam 10.30. NW: oke,jika boleh minta nmr kontaknya BA: (kasih nmr telepon) CH: (kasih nmr telepon) sambil lihat HP NW: ini asli Kulon Progo semua? CH: ndak saya dari timur progo, hehe. Malah.. saya sebenarnya sleman tapi dekat bantul NW: la mas BA? BA: saya clereng. NW: oke, terimakasih, nanti saya infokan jika ada yang kurang.

261

3

Kode: Q-6-T-05

Kendala pelaksanaan LKS

Kode: Q-3-T-04 Kode: Q-3-T-04

Kode: Q-2-T-06

Rumah siswa


Fieldnote Penelitian: Bagaimanakah proses perolehan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat praktik industri

Kategori/Topik

Lokasi : Aula SMKN 2 Pengasih

Interview:

Kondisi: suasana ramai, suasana selesai jam selesai pelajaran. Terdapat beberapa siswa • Prosedur training • materi training yang diberikan bermain di aula dan ngobrol. • pengenalan kantor dan alat Person: CH • pelaksanaan PI Tanggal: 14 Januari 2015 • pelaksanaan Tes akhir Waktu: pk. 13.35 WIB No. Data Self Notes/ Kode

1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11.

2

NW: begini mas CH. Menindak lanjuti ngobrol-ngobrol kemarin terkait PI, ada beberapa hal yang akan saya tanyakan. Jadi ketika pertama kali di JMI, yang berikan oleh Pak HD apa saja mas? CH: perkenalan karyawan, ada dikasih sedikit arahan, sama direktur Pak DS. Habis SMK itu mau ngapain, kuliah ato kerja. Kalo kerja ya gini-gini… ya hari pertama itu ringan-ringan kok materinya. NW: kalo perkenalan pekerjaan apa saja yang disampaikan? CH: kalo hari pertama itu masih.. saya diminta ikut bagi voucher ke pelanggan. NW: berarti hari pertama, perkenalan setelah itu bagi voucher dengan pak hadianto ya? CH: ow tidak, sama karyawan lain. NW: kalo distribusi itu ke pelanggan tetap atau calon pelanggan? CH: pelanggan tetap, kaya kos-kosan untuk masang wifi. Ya itu kan kadang-kadang habis, trus mereka minta lagi. Trus di setorin lagi. NW: baik, selain itu (nyebar voucher) kegiatannya apa lagi? CH: juga kemarin pas hari pertama itu diajak perbaikan didaerah klebengan. Itu didaerah utara FT (Fakultas Teknik UNY) soalnya ada pelanggan yang ada masalah, ada sedikit ndak konek. NW: kalo pas perbaikan seperti itu, ikut masang atau gimana kegiatannya?

262

3

Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-1-T-04

Klasifikasi konsumen Kode: Q-2-T-01


1

12. 13. 14.

15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

2

CH: ya kalo akhir-akhir ya ikut masang. Cuma pas awal-awal baru di suruh ikut aja. NW: berapa kali ketika diminta ikut perbaikan? CH: itu biasanya minggu-minggu awal, ya instalasi paling disuruh yang ringan-ringan. Ambil barang, ato apa, kan minggu awal baru perkenalan. Sama karyawannya juga baru perkenalan juga jadi tidak begitu akrab. Dari kita juga masih canggung, dari sana juga masih ngajarin gini.. gini.. gini. NW: karyawan juga ngajarinnya masih canggung ya? CH: em.. ndak juga sih, karyawannya juga gak jauh banget umurnya, cukup enak. Ya umur-umur 23.. 24 lah. NW: tadi disampaikan ada perkenalan kantor, nah apa saja yang disampaikan oleh pak DS? CH: ya susunan manajemen perusahaan, ya ada pemimpin, dll. Mas ini jadi apa dan lain-lain. Trus pengenalan kantor, ruang server, ya banyak hal. NW: alatnya (yang digunakan) dikenalin juga? Ada perbedaan ndak disekolah dengan di JMI? CH: ya dikenalin, kalo alat ya sama. Alatnya TP-Link. Ya Cuma agak asing itu mikrotik. Kan itu materi pas dikelas 3. Padahal kami masuk PKL itu pas kelas 3 awal, jadi ndak sempat nemui mikrotik. Tapi disana (JMI) juga sering-sering pake mikrotik. NW: jarang ya kalo masang mikrotik? CH: jarang sih, Cuma di BTS nya. Kalo masang biasanya router-router kecil. NW: kalo training biasanya diajak ya.. diajak masang jaringan, nah pas masang jaringan tersebut gimana cara menyerap ilmunya? CH: ya pertama menyerap ilmu itu dari melihat, gimana cara masangnya. Trus yang kedua juga Tanya sama karyawannya atau teknisinya, ya kalo belum tau Tanya. Kalo ndak suruh ngajarin, “mas iki piye carane‌ nyeting iki piye carane, mbok aku diajariâ€?. NW: mereka mesti ngajari ya kalo diminta? Itu pas kapan mereka ngajarinnya? CH: pas dilapangan, kalo dikantor malah gak ada kesempatan. NW: berarti PI kemarin banyak dilapangan?

263

3

Kode: Q-2-T-05 Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-2-T-06

Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-4-T-04

Kode: Q-3-T-03


1

28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.

2

CH: iya banyak dilapangan, tapi yo kadang satu hari dikantor terus, terkadang dari jam 10 sampe jam 14 dilapangan. Tapi seringnya keluar. NW: itu mulai masang sendiri tanpa Tanya-tanya kapan? CH: ya minggu kedua sudah mulai dikasih pekerjaan. NW: selain instalasi, yang di setting apa saja? CH: ya radio, access point, sama router kecil. Ya seting itu bagian kecil dari instalasi. Yang penting itu masang-masangnya itu. Masang kabel, masang jaringan,‌ NW: kalo masang kabel disekolah diajarin ndak? CH: sekolah jarang sih. Cuma sempet masang jaringan di bengkel baru. Di bengkel kelas 2 itu kan bangunan baru, instalasi kabel dulu kan rusak, mereka minta wifi. Ya kita pasang sendiri. NW: kalo di industri diajarkan lebih cara masang kabel yang benar berarti? CH: ya Cuma diarakan sih, kaya ngeclaim kabel kan itu dasar ya, kan tau ya. Cuma diarahkan jalannya, sek lurus ojo nglendong-nglendong gitu ya. NW: kalo orientasi ada training alat nggak? CH: nggak sih, trainingnya langsung dilapangan. NW: ketika praktik atau tugas diberikan dimana aja? CH: membuat voucher di kantor, trus khusus saya kemarin diminta membuat pemrograman web. NW: kok disuruh buat pemrograman? JMI ndak orientasi kesitu kan? CH: kemarin pembimbing sekolah datang, trus saya kan diproyeksikan ikut LKS, jadi sama JMI sekalian aja ada proyek pendataan pelanggan. Buat internalnya sana, trus saya diminta dasar-dasarnya dulu. Kaya input data, dll NW: kalo website ada orang ahli ndak disana? CH: pak doni sama pak jo itu ahli, keduanya dari JMN kok. Mereka itu jago dipemrograman. Sebenarnya mereka sendiri juga bisa. Tapi pekerjaan itu diserahkan sama yang PKL buat belajar. Jadi job web langsung dari Pak doni. NW: kalo awalnya gimana menerima job itu?

264

3

Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-2-T-01 Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-1-T-03

Kode: Q-3-T-03

Kode: Q-2-T-01

Monitoring sekolah Kegiatan PI

Kompetensi pembimbing dan Direktur


1

46.

47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59.

2

CH: ya sebenarnya itu.. tugasnya itu nggak langsung dikasih brek gitu ya. Cuma ada stepnya ada. Kaya job pertama suruh input data, biasa ndak yo (cahyo)? Bisa pak. Paling gitu. Trus kerjain, nah klo dah bisa, trus suruh buat edit atau gimana. Dah selesai juga suruh buat upload, hapus, trusnya gimana.. NW: itu kalo seandainya ada kesulitan gimana? CH: biasanya saya browsing, Tanya kakak kelas, trus kalo mentoknya ya Tanya sama pak doni. NW: hasilnya webnya gimana, dinamis atau hanya statis? CH: dinamis, untuk sementara hanya itu sih, sebenarnya suruh buat invoice Cuma waktu kurang sih. Di internet juga susah dan waktu juga susah. Ya Cuma 3 bulan sih. NW: nampaknya setelah mas cahyo ndak ada ya yang PKL. CH: ya adek kelas nampaknya belum kesana, lagian juga sampe sekarang tidak ada yang Tanya-tanya tentang JMI ato buat PKL. NW: oke, berarti tugas pokoknya masang jaringan. Nah berapa orang sama karyawan? CH: 2 orang, itu campuran sama SMK 2 depok juga. Biasanya kalo lagi nggak sibuk dan antri banyak, dari karyawan 2 orang, 2 PKL. Kalo sibuk biasanya 1 karyawan didampingi 2 PKL. NW: trus masangnya gimana? Dari PKL semua ato dibantu karyawan? CH: kalo misalnya cuma satu orang itu, otomatis nanti misalnya karyawannya setting di laptop dan alatnya, trus kita (yang PKL) pointing, masang-masang gitu. Ya jadi kita bagi tugas. NW: kalo masang jaringan kan beda-beda ditinjau dari tempat dan aspek lain. Dan itu bagaimana cara mengatasinya? CH: dimaksimalin aja, nanti biasanya sih step-stepnya ada dan survey dulu kan sebelum masang-masang gitu. Kita tinggal eksekusi aja, karena tempatnya sudah ditentuin ditempat ini. NW: kalo disini (sekolah) diajarkan setting jaringan aja ya, nah survey belum pernah diajarkan di sekolah. Jadi saat di JMI diajarin ndak survey gitu gimana mekanismenya?

265

3

Kode: Q-3-T-03

Kode: Q-4-T-04

Kode: Q-4-T-04

Pelaksanaan PI berikutnya Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-2-T-01


1

60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72.

73.

2

CH: survey saya pernah diajak sekali apa ya‌ didaerah utara UPN itu, ya cuman lihat kondisinya gitu. NW: gimana caranya mengetahui lokasinya tepat gitu? CH: ya otomatis tau, orang jaringan itu mo nempatin jaringan kan biasanya cari tempat bisa nentuin bisa‌‌(‌) ya pokoknya keliatan lah, dekat sumber listrik. Itu dah pas. NW: untuk menentukan titik yang pas dan cocok dipasang jaringan gimana caranya? CH: disurvey dulu, neng ngisor eneng dag-dagan, kirokiro iso ra mas. Nanti kita bawa laptop ngecek dibawah, kena sinyal ndak. Ya sekalian coba sekalian ngobrol ato diskusi. Kalo nggak pake handphone ato anu‌laptop kan bisa nangkap wifi. NW: nah cara interaksi dengan karyawan lain gimana saat kerja? CH: biasanya ya tidak ada halangan atau apa, kan dari sisi usia hampir sama, paling beda tipis. Haha. NW: kondisi dikerja gimana mas, ada tekanan atau gimana? CH: kondisinya strategis lokasinya, tapi ndak terlalu rame kok ya. Aturan kerja juga ya tepat waktu, jaga kebersihan, ya hanya itu aja sih. Enak kok pokoknya NW: terkait ilmu baru yang diterima disana apa aja? CH: ya kalo ilmu buat akademik sih ee.. nggak terlalu banget dari setting alat-alat mungkin memang belum ada disini (sekolah). Tapi kebanyakan memang pengalaman di lapangan sih lebih banyak. NW: bisa diceritakan pengalaman lapangan seperti apa aja yang terkesan gitu? CH: ya pengalaman sebenarnya sih kaya di jalan kaliurang km 14, itu udah masang, udah selesai tapi dari pemilik kosnya bilang gak boleh disitu. Padahal disitu sinyalnya bagus, jadi kita harus pintar nego, kalo negonya gagal ya rugi, nyopot lagi. Sebenarnya Cuma manajemen emosi juga harus terkontrol. Kan kita udah capek-capek masang, dapat omel, masak mo dicopot lagi. NW: iya sih, pengalaman itu sama kaya saya pas masang jaringan. Udah capek-capek masang, tau-tau tidak diijinin sama pemilik.

266

3

Kode: Q-2-T-01 Kode: Q-6-T-01

Kode: Q-6-T-01

Interaksi karyawan Kondisi tempat PI Kode: Q-6-T-01

Kode: Q-6-T-01


1

74. 75. 76. 77. 78.

79. 80.

81. 82. 83. 84. 85. 86. 87.

2

CH: ya masalahnya kan pas yang nyewa itu kan mahasiswanya belum ijin dulu sama pemilik kosnya. NW: ilmu marketing diajarkan juga ya? CH: ya Cuma diawal sih, nyebar brosur dan nawarin sama penduduk-penduduk. Seringnya sih instalasi, jarang marketing. Hanya itu sih, nyebar brosur sama nawarin aja. NW: kalo tidak ada praktik suruh ngapain biasanya? CH: ya duduk-duduk, tapi kemarin ada pekerjaan buat web itu. Ya pasti ada pekerjaan kok. Ya ada sih satu hari pas jatahnya libur. Kalo pak doni sih suruh belajar masang CCTV, tapi sama pemilik rumah diminta jangan banyak-banyak. Jadi temen-temen PKL dipulangkan aja. NW: diakhir-akhir kana da tes ya? Nah itu gimana? CH: ya Cuma setting alat aja, trus dikasih waktu. Ya kalo dilapangan kan hanya sante ya, jadi sebenarnya sering dilakukan sih. Tapi pas ujian kan dikasih waktu, “setting router ya Yo (cahyo), 5 menit� pak doni biasanya gitu. Ya sebenarnya kali sante bisa ya, kana da tekanan sih kurang 1 menit yo. Wah kaya gimana gitu.. NW: selain pengalaman masang dan lain-lain. Apa saja yang didapat, ilmu IT, kan tidak begitu banyak ya, CH: ya komunikasi lah ya dapat banyak. Kalo IT baru apa ya, dalam jumlah besar tidak dapat banyak. Ya kaya website dapat syntag baru dikasih tau sama pak jo. NW: kalo web buatnya pake apa? CH: PHP 4 trus buat pake local (localhost) pake Xampp. NW: nah terkait pengalaman, bagaimana cara belajarnya yang tepat? CH: ya nglekauin dengan berulang-ulang aja. Trus lihat karyawan nyetting berkali-kali, trus nyoba, kalo ndak bisa bertanya lagi. Trus pointing juga gitu, lihat terus lihat terus. Cuma kita belajar mandiri, gak secara langsung iki carane. Ya kita belajare begitu. NW: berarti metodenya begitu ya?

267

3

Kendala di lapangan Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-2-T-02

Kode: Q-5-T-03

Kode: Q-6-T-01

Kode: Q-4-T-04




1

88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.

2

3

CH: ya dari awal karyawannya juga begitu kok. Pas Kode: Q-4-T-03 karyawannya cerita kalo dulu awal awal bisa nyeting hanya lihat pak bos nya nyeting. Dari pak bosnya langsung ngajarin itu ndak pernah. Kemarin juga ada karyawan baru juga belajarnya sama kaya anak PKL. NW: okedeh mas cahyo, terimakasih atas informasinya. Luarbiasa sekali. Besuk jika pengen ngobrol-ngobrol lagi.. hehe. Ow ya disana selain jenengan siapa lagi? CH: ya sama-sama mas. Hehe. Disana ada, namanya NV. NW: boleh dipanggilkan mas.. hehe. CH: ow ya.. bentar-bentar (sambil memanggil orangnya) ya ini orangnya.. NW: oh hehe. Monggo mbak NV.. njih sementara itu mas CH. Monggo kalo mau meneruskan olah raganya hehe (bermain game PES 2014). Makasih lo atas waktunya. CH: ya sama-sama..

268


Fieldnote Penelitian: Bagaimanakah proses perolehan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat praktik industri

Kategori/Topik

Lokasi : Aula SMKN 2 Pengasih

Interview:

Kondisi: suasana ramai, suasana jam selesai pelajaran. Terdapat beberapa siswa bermain di • Prosedur training • materi training yang diberikan aula dan ngobrol. • pengenalan kantor dan alat Person: BDA • pelaksanaan PI Tanggal: 14 Januari 2015 • pelaksanaan Tes akhir Waktu: pk. 14.15 WIB No. Data Self Notes/ Kode

1 1.

2. 3. 4. 5. 6.

7. 8. 9. 10.

2

NW: perkenalkan saya NW dari UNY, maksud kedatangan saya pertama silaturahim, yang kedua saya melakukan penelitian berkaitan dengan kompetensi TKJ, pelaksanaan prakerin, dan apa saja yang didapat di industri. Tadi sudah sedikit banyak ngobrol dengan mas CH, kalo mbk BDA di JMI juga ya PI nya? BDA: Iya. NW: oke, intinya begini.. kalo di JMI kemarin pekerjaannya apa aja mbak? BDA: suruh nyetting, trus instalasi, voucher juga NW: regulasinya gimana kalo pas praktik, pembagian job dengan PKL lain? BDA: kadang ikut keluar kadang dikantor. Kalo pekerjaannya banyak biasanya ikut keluar, tapi kalo pekerjaannya Cuma satu ato berapa biasanya yang cowok. NW: pekerjaan di kantor biasanya apa yang dikerjakan? BDA: ya ngerjain apa ya..(?) ya biasanya gak ngerjain apa-apa sih bisa nganggur. Tapi sering-sering buat voucher karena stocknya tambah-tambah. NW: berkaitan dengan orientasi pertama kali PI, kirakira apa yang dilakukan disana mbak? BDA: hari pertama ya? Yang dilakukan itu pelatihan bikin voucher, motong voucher gitu sih mas.

269

3

Kode: Q-2-T-01 Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-1-T-04


1 11. 12. 13. 14.

15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

23. 24.

25.

2

NW: kalo pembimbingnya gimana? BDA: enak kok mas, friendly gitu. NW: ketika masuk PKL, apa yang diarahkan sama pembimbing. BDA: ya kesopanannya, caranya bicara sama pelanggan-pelanggan. Kan kita biasanya bekerja pake alat, harusnya gimana. Ya intinya tata kramanya gitulah. NW: kalo pengenalan alat diajarkan tidak? BDA: ya waktu itu biasanya dikenalin alat-alat, pas mau instalasi ato pagi itu. Kan pembimbingnya masuk pagi. Trus iki melu nyiapke alat biasanya diajak gitu. NW: untuk kebutuhan alat itu gimana cara nya kok bisa tau kebutuhannya apa aja? BDA: kan dikasih tau nama alat-alatnya ada yang belum tahu. Ya kaya dinabolt, ada (..) disekolah ndak ada. Kan ndak tahu lah. NW: lo ini dah selesai ya pelajarannya, malah banyak temen-temennya dah keluar. Pada main apa to itu? BDA: udah mas, KKPI kosong, trus dipulangkan. Haha, itu pada main game. NW: haha, menghilangkan penat sebelum ujian itu nampaknya yang cowok, haha. Ow ya kembali ke tadi. Awal mulai praktik dilapangan mulai kapan ya? BDA: mulai hari ketiga kalo ndak salah. Ya kalo saya pertama kali tidak masang, tapi perbaikan, ya bongkar-bongkar. Disuruh ikut kok mas. Kan saya langsung sama pembimbingnya, kalo sama teknisi ato karyawan biasanya diminta lihat dulu. Kalo saya kebagian pembimbingnya, tergantung anak PKL mau lihat atau mau ikut. Ya biasanya isi box ada router, suruh ambil. Bantu nyetting, dah diajarin di sekolah ato diawal kok. NW: bentuk yang diajarkan oleh pembimbing itu apa, pas praktik bdak bisa, pembimbing ngajarin gimana? BDA: kalo pas ada waktu pasti diajarin, kalo ndak ya lain waktu gitu. Ya kaya kemarin pas pembimbingnya luang, PKL juga luang, ditempatkan ruangan disuruh buat kaya gitu jaringannya. Soalnya pas masang gak bisa atau belum selesai nyoba. NW: hal-hal baru yang belum diketahui apa aja?

270

3

Kode: Q-3-T-04 Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-1-T-04

Kode: Q-3-T-02


1

26.

27. 28.

29. 30. 31. 32. 33. 34.

35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.

2 BDA: wah banyak, kayaknya belum tahu semua deh. Haha. Cuma nyetting router yang diajarkan di sekolah. Kalo yang lainnya kebanyakan di sana. Ya kaya disini crimping kabel kan gak terlalu sering, disana diajarin sampe bisa. Trus nyetting alat baru kaya nanostation kan disini gak ada. Banyak deh pokoknya. NW: kegiatan disela-sela istirahat ngapain disana? BDA: ya ngobrol-ngobrol aja. Kan disana ada wifi, trus catting yang disini, video call gitu. Ya kan boleh dipake. Pak jo kan sering bilang “kok pada nganggur aja, mbok dipake internetnya, dari pada nganggur� NW: pas ujian suruh ngapain aja saat itu? BDA: ya buat jaringan mini gitu lah. Setting-setting alat. Dikasih waktu ada yang 5 menit, 15 menit, 1 jam. Ya Cuma nyetting aja. NW: berarti beda-beda tahapannya? BDA: ya.. yang pertama hanya nyetting jaringan biasa, yang kedua jadiin kaya router, yang ketiga pa ya, saya lupa. Pokoknya berbeda, setiap tahapan. NW: nah yang ketiga tahapan itu pernah dipraktikkan saat PI atau gimana? BDA: pernah, tapi yang ketiga belum. Yang satunya itu bener-bener belajar pas ujian itu. Ya taunya pas ujian. Ya kebanyakan kode-kode dirahasiakan kan. Nah kita ndak sengaja lihat karyawan nyetting gitu. Jadi pas ujian dah tau, ya kebanyakan karyawan keluar kita liatin, kita bisa tau dari itu. Pas dikantor ndak minta gitu. Pas praktik aja. NW: kode yang dirahasiakan kan kaya IP gitu to? BDA: ya kaya IP, pemancar, itu juga gak sembarangan tau kan itu. NW: ya betul sekali. Nah kalo bisa tau IP gitu gimana caranya? BDA: pas instalasi ada alat dan dikasih tau IP nya. NW: berarti yang PKL tidak ngitung IP gitu ya, kelas C, dkk? BDA: ndaak udah ada kok. Yaa kita bisa pas disekolah. Ya pas praktik kelas 3 kalo gak salah. Ya disana pake IP apa ya? Static ato apa ya.. ya kelas C kok ya. NW: berarti kegiatannya padat ya disana? BDA: iya, bahkan diakhir-akhir PI kegiatannya semakin padat, bahkan hari sabtu harus masuk. Padahal sabtu diminta libur.

271

3 Kode: Q-6-T-01

Kode: Q-4-T-02

Kode: Q-5-T-01

Kode: Q-5-T-03

Kode: Q-4-T-04

Kode etik aturan PI

Kode: Q-2-T-01


1 43. 44. 45.

46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.

57. 58.

59. 60. 61. 62. 63.

2

NW: lumayan ya, padahal di lajo tidak dari kulon progo? BDA: ndak, kita ngekos disini. Kalo pas sabtu pulang. Ya berapa jam ya? Ya sekitar satu setengah jam. Ya kalo pulang bisa lama ya, sekitar 2 jam gitu. NW: ya deh, mungkin sementara itu dulu mbak vita. Terimakasih atas waktunya. Yang jelas intinya saya sudah mengetahui kegiatan dari mbak betta. Nanti kalo ada hal baru bisa tak kontak. Kalo mas cahyo sudah sering ngobrol. Haha BDA: kalo disana tu cowok sama cewek beda, NW: beda gimana maksudnya? BDA: kalo cewek memang di ISP memang beda, kalo saya kan suka di ISP, trus daftar ditolak, trus nyoba di JMI diterima. NW: yang ditolak dimana aja? BDA: di UII, citra sama Diginet. Ya alasanya karena cewek. Jadi mereka tidak mengambil resiko. NW: wah menarik ini, apa alasanya kok tidak mau nerima cewek kok ditolak? BDA: ISP kan itu masang-masang ya berat ya kalo cewek, NW: nah JMI kok nerima cewek, padahal ISP lo? Trus kegiatannya apa aja? BDA: yaa sama, kegiatannya tidak ada bedanya, suruh masang ya masang, suruh manjat genting ya ikut. NW: disampaikan ndak kok diterima gitu? BDA: ya katanya ndak apa-apa, tidak masalah gitu. Ya yang penting mau belajar. Kalo mau manjat ya silakan, tergantung ceweknya sih. Kebetulan yang satunya dari stembayo kan ada, kan biasa dah. NW: ya kalo ISP kan kendala ceweknya kan naik ya, untung JMI mau menerima semua kalangan ya. BDA: malah itu yang satunya cowoknya ndak mau manjat, ya ndak berani manjat. Jadi yang cewek yang manjat. Ya karena badannya gemuk sih, trus takut jatuh. NW: berarti kenal sama anak Stembayo? BDA: ow kenal donk ya, sama mereka. NW: boleh minta kontaknya kalo ada? Hehe. BDA: ada, yang putri (nmr kontak). Yang fauzan (nmr kontak). NW: ya kalo cowok jelas ya pekerjaannya, kalo cewek diminta ngapain aja.

272

3

Kendala pelaksanaan PI Kendala pelaksanaan PI Kendala pelaksanaan PI Kode: Q-2-T-01 Kode: Q-1-T-06

Pembagian job desc sesuai kemampuan


1 64.

65. 66.

67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74.

75. 76. 77.

2

BDA: marketing juga, nyebar panflet, trus ikut kurir, nganter voucher dirumah pelanggan. Trus kita berani ngomong sama pelanggannya. Trus ngajarin pelanggan juga gitu lo mas. Kan ada pelanggan baru, kita ngajarin cara makenya gimana gitu. NW: tadi cara belajarnya kan melihat gitu ya, belajar langsung, trus, hal baru lagi apa aja? BDA: ya kalo lain apa ya, yang penting belajar itu ikhlas, jangan nggrundel kan biasanya bekerja itu suruh ini suruh ini, trus nggrundel. Ya kalo ndak ikhlas itu biasanya instalasi malah gagal gitu kok. Ada aja kendalanya. Lama juga soalnya, jadi pekerjaan harus dibagi-bagi. Ya dikerjain sendiri lama banget. Intinya pengalaman itu lo mas yang didapat. Ya kan kalo anak lapangan sama anak di kantor kan beda-beda. NW: biasanya malah lebih cepet dilapangan lo. BDA: naah, biasanya nunggu dikit aja kalo dilapangan tau-tau kok udah jam segini. Kalo dikantor itu lama, mau pulang aja lama. NW: ada pengalaman lain yang bisa diceritakan? BDA: yaa. Apa ya?? Yaa‌ masang masang gitu lah asik nya. Pokoknya asyik lah mas. Kaya dulu disekolah aja ngeclaim aja ndak boleh sama gurunya. NW: nah berarti liat aja no? BDA: hooh. Kita hanya liat aja. Kalo disana (JMI) kita kan tidak dibatasi, bisa bereksplorasi, gitu. NW: Cuma yang menarik itu, kok bisa gitu lo cewek ndak boleh kesana? BDA: kalo dulu tu di UII itu bilang gini “kalo masnya kita langsung terima, kalo mbaknya mohon maaf tidak bisa langsung terima, soalnya disini itu karyawannya cowok semua. Ada mbaknya Cuma diminta administrasiâ€? gitu bilangnya. Disana juga tiap hari kelapangan, manjat-manjat tower atau apa. Trus disana juga belum pernah yang daftar cewek, mungkin taun depan bisa direkomendasikan. Gitu. Ya kita belum mikirn penempatannya dimana. NW: kalo citra? BDA: ya hampir sama sih. Ya cewek itu identic dengan males-malesan kaya gitu. NW: lah kan belum dibuktikan.

273

3

Kode: Q-2-T-01

Kode: Q-4-T-01

Kesan pelaksanaan PI Kode: Q-2-T-02

Kendala pelaksanaan PI

Kesan siswa cewek


1 78.

79. 80. 81. 82.

83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92.

93. 94.

2

3

BDA: maka dari itu, sempet mangkelnya aku gitu. Kan Kritik kepada aku ra ngono kuwi. Gitu lah pokoknya. Kan mungkin industri dia image nya begitu. Ya dikira cewek itu ndak bisa manjat-manjat, mungkin cewek itu resiko lebih tinggi. Kalo di mana itu, satunya‌ diginet itu boleh cewekcowok, tapi itu diimbangin cewek berapa cowok berapa, kan kemarin pas daftar 4 orang, ceweknya 3, cowoknya 1. NW: berarti PI ini yang nyari siswanya ya? BDA: ya siswanya boleh cari sendiri, tapi kalo kepepet bisa dicari sekolah. NW: nah kok bisa tau JMI darimana? BDA: cahyo, dia itu pak Doni itu temennya om nya. Dulu dari JMN buat JMi, om nya cahyo temennya trus direkomendasikan kesana. Kantornya masih di jalan wahid hasyim itu kan NW: iya belum pindah. Tapi pekerjaan juga lumayan ya? BDA: banyak sekali itu, pas saya keluar itu sudah 300 lebih, mungkin udah hampir 400an lah ya. NW: pernah tak Tanya mau ada rencana pengembangan lain, ya katanya masih, Cuma resource nya kurang gitu katanya. BDA: ya kemarin buat server juga, cctv juga pernah juga. Disana ada lemari server sendiri juga sih. NW: kalo domain dan hosting ada? BDA: malah ndak tau sih. Hehe NW: nah pas PI suruh buat laporannya ya? Sudah selesai? BDA: iya, sudah. NW: kalo boleh minta, bisa ndak? Untuk melihat kegiatan apa saja disana, ada kan laporan harian gitu? BDA: bisa sih, mungkin besuk pas masnya kesini bisa tak kasih. Dilaporan PI ada sih laporan harian udah kita ketik, kalo punya saya tak ketik. Sejarah JMI ada juga, ya masih ada kok ya yang dibuatin pak doni. NW: oke, besuk pas saya ada waktu, tak minta, buat arship aja. Makasih lo ya. BDA: untuk laporan mungkin hampir sama, tapi tergantung kegiatannya sih kan sendiri-sendiri nanti laporannya. Kan saya suka yang masang-masng. Pas cahyo buat web, saya diminta buat desain-desain kaya spanduk dan lain-lain. Kalo CCTV itu masuk multimedia atau jaringan ya mas? Hehe

274


1 95. 96.

97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104.

2

NW: em, kayaknya jaringan ya, kalo multimedia di videonya editing, dll. Pernah masang CCTV? BDA: pernah sih, tapi tidak sempat tau, kan mau masang trus diusir sama yang punya rumah. Kan banyak orang. “saya ndak suka kalo banyak orang� bilang gitu yang punya. Trus ya kita pulang, yang masang karyawannya. Ya itu baru mau tau masang dari awal lo ya. Hari itu, ya itu akhir-akhir itu pas banyak job gitu. NW: setelah PI ada permintaan kesana ndak? Kaya freelauncan gitu? BDA: em, ndak sih. Ya kita pernah diminta kesana Ambil berkas, dan ambil honor gitu. NW: Kalo honor gitu bulanan atau langung dikasih pas akhir? BDA: Bulanan, kalo itu dihitung pas masuk. Pokoknya dikasih lah untuk uang makan. NW: seminggu 5x, berarti 20 pertemuan sebulan. Lumayan itu, bisa rekomendasi buat adek-adek. Hehe. BDA: ya bisa itu tapi tergantung mereka, kan sekarang cari sendiri-sendiri. NW: oke mbak vita. Mungkin hanya itu dulu, besuk jika ada yang kurang saya kontak lagi. Makasih atas informasinya. BDA: iya.

275

3


Fieldnote Penelitian: Bagaimanakah proses perolehan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat praktik industri

Kategori/Topik

Lokasi : Aula SMKN 2 Pengasih

Interview:

Kondisi: suasana ramai, selesai Try Out K3SK Provinsi DIY. Terdapat beberapa siswa • Prosedur training • materi training yang diberikan bermain di aula dan ngobrol. • pengenalan kantor dan alat Person: BDA • pelaksanaan PI Tanggal: 3 Maret 2015 • pelaksanaan Tes akhir Waktu: pk. 10.45 WIB No. Data Self Notes/ Kode

1 1. 2. 3. 4. 5.

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

17. 18.

2

NW: Eh, mbak BDA, mau dimana? Disini aja? (duduk di pinggir aula yang tidak ditempati siswa) NW: bagaimana ujiannya? BDA: ndak gimana gimana.. hehe NW: ini udah selesai (ujiannya)? BDA: udah, tadi ada acara to, jadi ngerjainnya cepetcepet, terus ya.. selesai.. NW: acaranya dimana mbak? BDA: dirumah kok, jam 9 tadi. NW: lo jam 9, ini jam setengah sebelas an lo? BDA: iya. Tadi sudah pulang dulu, hehe NW: berarti ujiannya selesai besuk rabu ya? Trus ujian nasionalnya kapan? BDA: april, 15 po yo.. NW: ya semoga lulus, trus targetnya mau kemana? BDA: Aamin. Ya kerja dulu NW: ow mau kerja dulu. Kan sudah dapat bekal ya dari PI. Hehe. Nah pas PI kemarin dapat apa aja? BDA: em,, apa ya?? Contohnya mas? NW: ya kaya disini belum diajari masang, sedangkan disana sudah atau pernah diajarkan. Atau keterampilan lain… nah itu bisa digambarkan kalo pas di sana. BDA: nah itu masnya sudah menggambarkan.. hahaha. NW: haha.. ya versi mbak BDA to..

276

3


1 19.

20. 21.

22.

23. 24. 25. 26. 27.

28. 29. 30.

31.

2

BDA: ya yang jelas instalasi di sekolahan tidak ada, setting-setting router. Terus ngomong sama pelanggan atau konsumen itu lebih sopan kaya gimana. Caranya kerja itu tu.. kan berbeda ada tata caranya. Jadi lebih tau lagi. Kalo disekolahan kan seenaknya sendiri sama temen bercanda. Kalo di kerjaan kan nggak boleh harus lebih sopan begitu. NW: kalo pengetahuannya yang didapat apa aja? BDA: ya kaya misalnya belum tau setting IP begitu. Ya kaya IP Obtain gitu kan gak begitu paham ya. Disana diajarkan jadi lebih paham. Disana kan ada setting alat gitu kan, jadi lebih banyak tau. BDA: Kemarin juga ada UPK (Ujian Praktik Kejuruan) ada penanya, trus ngomong PI disana itu ada untungnya. Jadi pertanyaanya itu pernah nglakuin disana (JMI/tempat PI). Kalo pake Channel-channel gitu harus pake channel berapa, nah itu kan disana juga diajarin. NW: berarti pas ujian kemarin juga bermanfaat ya (kegiatan PI). Nah pas ujian (UPK) suruh ngapain mbak? BDA: saya ambilnya mikrotik, bikin jaringan, hotspot, dan blokir. NW: berarti di sekolah dan di PI diajarin itu ya? BDA: ya di PI itu kan kaya dasar-dasarnya, walaupun bukan mikrotik jadi bisa diterapkan. Nanti praktiknya di sekolah setelah PI. NW: nah pas PI kemarin kegiatan yang dilakukan kaya instalasi dan lain-lain gitu berapa sering mbak? Atau intensitas kegiatannya dan dengan karyawan gitu berapa sering? BDA: ya kalo sama karyawan dari pagi sampai sore ketemu terus mas. hehe NW: kalo sama karyawan diajarkan apa aja? BDA: Ya banyak. Ya kaya yang sudah saya sampaikan kemarin. Kalo kita ikut instalasi ya berarti ikut instalasi, masang-masang gitu. Ya kalo dikantor ya ngerjain di kantor. NW: berarti pas kegiatan itu harus punya skill dasar kan dari sekolah. Nah keberfungsian ilmu yang diajarkan disekolah bisa disebutkan apa saja yang dapat diterapkan?

277

3

Kode: Q-06-T-01

Kode: Q-06-T-02

Kode: Q-06-T-05

Kode: Q-06-T-05

Kode: Q-02-T-03 Kode: Q-02-T-04


1 32.

33. 34. 35. 36.

37. 38.

39. 40. 41. 42. 43. 44.

45. 46. 47. 48. 49. 50.

2

BDA: kalo dari sana ya itu ditanyain dapat apa aja. Trus yang digunain itu kaya web desain, ya kayaknya web desain yang paling digunakan. Ya kalo disana instalasi terus, ya web desain itu suruh buat web data pelanggan NW: berarti banyak hal ya yang dilakukan ya disana. Selain web desain, instalasi.. Apalagi? BDA: Voucher juga, ya itu grafis. Jadi gak apa-apa campuran. Haha. NW: kalo interaksi dengan karyawan, lebih sering di lapangan atau di kantor mbak? BDA: dua-duanya.. kalo karyawannya kan ada dua, teknisi sama.. tiga bagian ding. Teknisi, kurir, sama yang administrasi,, mbak-mbaknya dua itu yang administrasi. Itu sering ketemu dikantor. Kalo mas kurir juga sering ketemu dikantor, kalo udah bawa uang kekantor, lalu pergi lagi. Kalo mas teknisinya kalo pas ikut keluar, nanti ketemuannya seharian sama mereka. NW: sama mbak administrasi diajarkan apa aja? BDA: ya Cuma ngobrol sih, kan gak mungkin masukmasuk ke mereka, kan bendahara sama sekretaris. Paling ya cuma disuruh data pelanggan, dibantuin urutin, ngrekap, dan bikin invoice. NW: kalo mas yang kurir itu mbak? BDA: ya muter-muter, Cuma ambil setoran aja sih mas. NW: trus cara ambilnya gimana? BDA: ya kerumahnya. Pada nulis-nulis gitu. NW: nah dari ngambil-ngambil itu apa yang didapat? BDA: uang, haha. Ya dapat apa ya, Cuma itu sih, cara ngomong, ikut nulisin aja. Ya kalo sama mas teknisi ya kaya kemarin yang tak sampaikan, ikut masang atau jobnya apa gitu. NW: berarti kegiatan sehari-hari itu ya mbak? Dan setiap hari muter gitu ya mbak. Nah sama pak HD (pembimbing) gimana mbak? BDA: dia awalnya ikut instalasi, jadi ikut pak hadi. Setelah itu ikut nyelesi sama pak HD. NW: itu klasifikasi pelanggannya gimana? BDA: ya pelanggan baru, kita baru nyari. NW: caranya gimana mbak? BDA: ya itu nempel-nempel pamphlet, trus nanti ada orang tanya kita jawab-jawab aja.

278

3

Kode: Q-01-T-03

Kode: Q-02-T-05

Kode: Q-02-T-03

Kode: Q-03-T-01

Kode: Q-06-T-04

Kode: Q-04-T-04


1 51. 52. 53. 54. 55. 56.

57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68.

69. 70. 71. 72.

2

3

NW: yang ditanya pelanggan apa mbak? BDA: ya kaya biaya masangnya berapa, trus apa ya‌ NW: itu udah ada alurnya ya jawabnya gimana.. BDA: iya, kaan dibawahnya ada brosurnya jadi bisa jawab. Minimal bisa jelasin. NW: kalo sehari dapat berapa pelanggan? BDA: ndak tentu e.. sehari muter, jadi pelanggannya konfirmasi berapa minggu gitu. Ndak pernah tau juga pelanggannya yang kemarin itu dapat dimana gitu. Ya kalo saya ndak tau, tapi mungkin pak HD sudah hafal NW: setelah dapat pelanggan, bagaimana penangannya atau closing? BDA: biasanya calon pelanggan telfon, trus kita kesana untuk ngobrol-ngobrol, kalo jadi kita kasih formulir. Trus di antriin untuk masangnya NW: kok antri, berarti banyak no ya? BDA: iya, yang untuk masang NW: itu kendalanya apa mbak, kok sampai banyak? BDA: ya awalnya masih sedikit, ndilalah banyak cari semua, karyawannya cari pelanggan gitu. Jadi ngantri ngantri gitu mas.. NW: nah itu, setelah lulus kenapa tidak kesana aja mbak? Kan butuh karyawan to? BDA: udah banyak kok kemarin mas, kayaknya nambah lagi. NW: nah mau kesana ndak mbak? BDA: ndak, hehe. Lagian ceweknya kan dikantor, gak bisa dilapangan. Kalo PKL ndak apa-apa, tapi kalo kerja ndak boleh. NW: ow gitu ya, oke.. oh ya kalo disana aturan kerjanya gimana mbak? BDA: pas disana ya? Ya.. disana senin-kamis pake Kode: Q-02-T-07 wearpack, kalo jumat pake batik. Tapi ada juga yang bebas. Yang jelas sopan, jaga sikap, pas instalasi dirumah orang gak boleh pegang-pegang atau ambil. Untuk waktu ya ditentukan. Misalnya pak DS bilang, “nanti instalasi jam segini harus selesaiâ€?. Kejar waktu ya.. NW: kalo waktu kerja mbak? BDA: masuk jam 8 pagi, pulang jam 5 Kode: Q-02-T-07 NW: kalo sabtu kemana mbak? BDA: pulang kesini, hehe. Tapi kadang sabtu masuk Kode: Q-02-T-01 pas rame-ramenya, suruh masang gitu.

279


1 73. 74.

75. 76.

77. 78. 79. 80.

81. 82. 83. 84. 85. 86.

87. 88.

2

NW: nah itu sabtu gitu ya kegiatannya. Kalo pas tidak ada kegiatan mbak, ngapain aktifitasnya? BDA: ya udah, diem aja.. nganggur. Haha. Tapi kapan ya? Em.. nampaknya ndak pernah mas, jarang sih. Kan kegiatannya full terus. Kalo misalnya tidak ada kegiatan gitu, biasanya masuk ke voucher. Jadi sudah ada tempatnya gitu. NW: berarti intensitas PI full ya.. BDA: ya full, tapi sante-sante pasti ada ya, kaya cetak voucher itu kan masih manual, jadi saat ngeringkan cat itu kita nunggu kering itu kan agak lama. Kita nunggu apain. Tapi kalo ada yang sudah di cat, maka sembari nunggu kita motongin yang itu udah kering, ngurutin, lalu ngrekap. Ya pernah mas.. tapi kapan ya? NW: berarti banyak ya? BDA: iya.. kaya karyawan full. Haha NW: dari hasil yang didapat, pantes banyak hal ya mbak. Trus setelah selesai, ada tes juga ya, nah tingkatan kesulitan gimana mbak? BDA: nah yang ngetes kan pak DS, jadi ndak tau di lapangan itu ngapain kegiatannya. Jadinya kan suruh ngembangin alatnya ini untuk apa aja. Contohnya alat ini harusnya untuk pemancar, tapi saat ujian digunakan untuk router, gimana caranya. Kalo yang lain sih sering dilakukan saat praktik. Jadi kaya obiquiti itu tidak sempet otak-atik NW: kalo tidak sempet gitu trus gimana mbak? BDA: ya diotak-atik saat ujian dan bisa. Cuma waktunya bener-bener diperhatiin, trus nilainya juga ya kalo waktunya habis juga dikurangi. NW: berapa lama saat tesnya? BDA: ada yang 30 menit, 15 menit, ada berapa ya, 3 ato empat soal. NW: kalo setting obiquity itu penerapan dilapangan ngapain mbak? BDA: kalo instalasi itu mesti setting itu. Kalo dilapangan itu kan jadi pemancar, pas ujian jadi router. Jadi beda di step aja sebenarnya. Kan bingung to mas kalo beda step, tapi tinggal otak-atik aja. NW: setelah selesai PI itu, ada gambaran ndak untuk penerapan di lapangan ato dirumah? BDA: ya ndak pernah sih kalo suruh masang di rumah ato temen. Cuma pas pelajaran aja lebih cepet donk.

280

3

Kode: Q-04-T-02

Kode: Q-04-T-02

Kode: Q-05-T-01

Kode: Q-05-T-02

Kode: Q-05-T-02

Kode: Q-06-T-05


1 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98.

99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112.

2

NW: ow ya setelah PI, langsung praktik ya. Nah praktiknya apa aja mbak? BDA: kemarin mikrotik sama linux. NW: dan itu sudah dilakukan saat PI BDA: belum sih, Cuma disana kan ada temen-temen dari stembayo. Jadi kita ngobrol-ngobrol terkait pelajaran, sharing-sharing gitu. NW: kalo sharing sama stembayo, biasanya apa ja mbak materinya? BDA: materi yang mereka udah dapet, kaya linux. Mereka cerita hambatannya apa, trus Tanya-tanya. Lalu kita minta materinya NW: disini belum diajarin gitu ya? BDA: ya belum mas, materi semester ke 5. Kan mereka 4 tahun. Jadi mereka udah dapat, sedangkat kita belum. NW: kalo sharing sama mereka itu kapan dilakukan mbak? BDA: ya pas selo gitu. Kalo misalnya ngerjain web kan sambil sharing.. “dulu guruku bilang gitu�.. nah kita nerapin. Saat dilapangan juga gitu cerita-cerita gitu. Tapi ya tidak melulu pelajaran sih, ada yang lain, hehe. NW: ow sama Fitri ya, eh Putri ya? BDA: iya, sudah ketemu mas? NW: belum, hehe. Tapi sudah kontak untuk janjian. Karena sana lagi banyak kegiatan, mungkin ujian juga. BDA: iya mungkin tinggal UPK aja kali ya mas. NW: kalo dengan mereka bisa ngimbangin mbak? BDA: ya pekerjaan disana ya biasa aja. Kalo ilmu di bengkel ya bagusan sana, sekolahnya bagusan sana juga. NW: ya bagus karena 4 tahun itu kan mbak.. BDA: ya.. kayaknya sana cepet.. trus juga materi kelas 3 juga kepotong PI NW: nah berarti ada kesan donk setelah PI, apa mbak, bisa diceritakan? BDA: kayaknya ada pengalaman kerja beneran gitu, gambaran dunia kerja, apa aja ya?.. NW: nah bisa di gambarkan? Hehe BDA: nah itu, burem-burem.. capek. Haha. Ya capek ndak bisa maen. NW: ya kan berangkat dari jam 8 sampe jam 17 kan.. BDA: itu kalo ndak lembur..

281

3 Kode: Q-04-T-04

Kode: Q-04-T-04

Kode: Q-04-T-02

Kode: Q-06-T-02 Kode: Q-06-T-02


1 113. 114. 115. 116. 117. 118.

119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126.

2

3

NW: kalo lembur sampe jam berapa? BDA: pernah sampe jam 10 NW: trus maennya kapan mbak? BDA: ndak maen. Ya paling pas di kamar kosnya.. maen laptop.. NW: trus apa lagi mbak? BDA: apa ya.. em.. dapat uang.. haha. Kalo ilmunya ya Kode: Q-06-T-04 kaya tadi yang sudah saya sampaikan. Banyak ilmu banyak. Yang paling diterapin itu kaya tata karma, kesopanan. Kalo disekolah kan kita rame, trus gurunya marah.. kita diem. Tapi setelah gurunya pergi, kita rame lagi, gitu sih, haha. Tapi disana kan ndak bisa.. nanti bisa diusir pelanggan kalo gitu. NW: oke‌ ow ya setelah ini masih ada agenda mbak? Okedeh,, mungkin itu sih sudah cukup. Tapi nanti saya ngobrol lagi kalo ada yang perlu tak tanyakan. BDA: ow ya boleh mas.. NW: oh ya kalo jurnal kegiatan itu ada ndak ya? BDA: oh yang buku butih itu ya? Hehe.. dirumah mas.. NW: oh tidak apa2.. besuk pas kesini lagi saya boleh minta, buat menambah kelengkapan data. BDA: tapi dilaporan PI udah dikasih kok, nanti tak kirim mas lewat email. Perharinya ngapain, gitu.. NW: yaa nanti gampang mbak, bisa diatur.. tak fotocopy jika diperlukan BDA: oke mas..

282


LAMPIRAN 4 REKAPITULASI DAN PENYATUAN DATA PENELITIAN

283


PROSES PEROLEHAN KOMPETENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM PROGRAM PRAKTIK INDUSTRI PADA INDUSTRI PASANGAN SMKN 2 PENGASIH

REKAPITULASI DATA PENELITIAN KODE

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Q-1

Kompetensi apa saja yang dibutuhkan DUDI untuk menerima siswa PI?

Q-1-T-01 Q-1-T-02

Bidang kegiatan tempat PI Kompetensi yang dibutuhkan (basic Skill)

Q-1-T-04

Orientasi awal masuk PI

Q-1-T-03

Q-1-T-05 Q-1-T-06 Q-2 Q-2-T-01

Q-2-T-02 Q-2-T-03

Penguatan Kompetensi yang dimiliki

Penerapan kompetensi yang didapat dari sekolah di tempat PI Karakter siswa Bagaimana kegiatan siswa saat PI? Praktik indoor dan outdoor

Pengembangan diri

Q-2-T-05

intensitas interaksi dengan karyawan dan pembimbing Bentuk interaksi dengan karyawan dan pembimbing Intensitas kegiatan PI

Q-2-T-07

Aturan kerja

Q-2-T-04 Q-2-T-06

Rata-rata usia karyawan

284

POSISI DATA

W-01-B-04; W-04-B-07 W-01-B-26,28,40,42; W-02-B08,39; W-03-B-21; W-05-B-29 W-01-B-46; W-06-B-34; W08-B-32 W-01-B-48,50,64; W-02-B-11; W-04-B-27; W-05-B-39,45; W-06-B-02,04,06,14; W-07-B10,14,16,18,22 W-01-B-126; W-05-B-65, 67 W-02-B-37; W-03-B-29; W07-B-56

W-01-B-68; W-02-B-24; W04-B-21; W-05-B-09,40,47, 69,71,75,77; W-06-B-10,18, 20,28,30,32,40,54,56,58,60, 76; W-07-B-04,06,08,42, 54,64; W-08-B-72 W-01-B-120,128; W-04-B-31; W-06-B-78; W-07-B-72 W-05-B-35; W-08-B-28; W08-B-36 W-05-B-11; W-08-B-30 W-05-B-55; W-06-B-12; W08-B-34 W-01-B-140,144; W-05-B100; W-06-B-16 W-01-B-98,114,116,118, 202; W-08-B-68


KODE Q-3

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Q-3-T-01

Bagaimana pola pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing PI? Perlakuan terhadap siswa PI

Q-3-T-03

Proses bimbingan

Q-3-T-02

Q-3-T-04 Q-4

Metode bimbingan

Q-4-T-01

Kesan terhadap pembimbing Bagaimana cara mendapatkan kompetensi saat praktik? Cara melaksanakan tugas yang diberikan

Q-4-T-04

Cara menemukan kompetensi baru

Q-4-T-02 Q-4-T-03 Q-5 Q-5-T-01 Q-5-T-02 Q-5-T-03 Q-6

Q-6-T-01 Q-6-T-02 Q-6-T-03 Q-6-T-04

Kegiatan disela-sela istirahat Pengalaman dari Pembimbing

Bagaimana bentuk evaluasi untuk mengukur peningkatan kompetensi siswa? Mekanisme evaluasi PI

Hasil yang dicapai Tingkatan soal dan kemampuan dalam mengerjakan Kompetensi apa saja yang didapat setelah PI? Penguasaan kompetensi siswa PI Pengetahuan yang didapat saat PI Keterampilan yang didapat saat PI Sikap yang didapat saat PI

285

POSISI DATA

W-01-B-62; W-02-B-09; W04-B-15,17; W-08-B-38 W-01-B-124,174; W-02-B06,25,45,47; W-07-B-24 W-01-B-94; W-02-B-55,91; W-04-B-35; W-05-B-15; W06-B-26,36,46 W-05-B-13,97,98; W-07-B-12 W-04-B-19; W-05-B-37; W07-B-66 W-07-B-28; W-08-B-76,98 W-01-B-24; W-02-B-31,43; W-06-B-88 W-03-B-45; W-05-B-17; W06-B-24,48,50,86; W-07-B-34; W-08-B-50,94 W-01-B-50,130,132; W-02-B18,20; W-07-B-30; W-08-B-80 W-08-B-82,86 W-06-B-80; W-07-B-32 W-02-B-53; W-06-B-62,64,70, 72,82; W-07-B-26; W-08-B-19 W-08-B-21,108,110 W-02-B-25,27 W-01-B-136,192; W-08-B-44, 118


PENYATUAN DATA KODE

Q-1

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

DATA

Kompetensi apa saja yang dibutuhkan DUDI untuk menerima siswa PI?

Q-1-T-01

Bidang kegiatan tempat PI

Q-1-T-02

Kompetensi yang dibutuhkan (basic Skill)

Q-1-T-03

Penguatan Kompetensi yang dimiliki

DS: bidangnya itu keranah internet atau ISP, seperti Telkom. Yaitu menyaluran jaringan internet ke konsumen-konsumen seperti masyarakat umum dan pemerintahan RD: lebih kearah setting mikrotik dan perawatan jaringan. Ya pertama kali jaringan, setting alat, begitu.. (…).. DS: minimal panjat tower, gitu aja.. haha DS: (……) yang penting keberanian mereka, trus ada kemauan DS: kalo minimal yang mungkin sementara ini ya.. mungkin ya masang jaringan.. network lah ya. IP terus… DS: iya.. setting IP, terus setting router, terus memahami aplikasi-aplikasi semacam dunia internet. Terus.. apa ya… kaya router-router.. kayaknya itu.. dah.. kalo sampai ke server, itu nanti.. HD: iya, kemampuan seperti apa kemudian secara ilmuan seperti apa, kemudian kemampuan secara fisik itu… ya contoh gampang lah dia mampu nggak manjat, satu, dia membawa barang, dsb itu secara fisik dan secara ilmuan. Apakah dia mampu nggak melakukan itu. HD: karena mereka basic nya punya ilmu seperti itu lebih cepat, daripada saya. SDP: ada, tidak berupa tes, tapi pihak industri kan tidak tahu silabus ya. Mereka menuntut perkembanganperkembangan yang lebih maju, misalnya IP6. Sedangkan disini baru masuk tahun ini. Kemudian peralatan, kita kalah di peralatan. Mereka sudah menggunakan cisco, sedangkan sini belum. Padahal masih pake TP-Link. Jadi kita mau menganggarkan Cisco biar sama di industri. CH: Ya hampir sama sih, kemarin di kelas dua diajari konfigurasi TP-Link. Nah disana juga ada konfigurasi TP-Link, tapi ada ilmu baru sih. Yaitu pake obiquiti, Untuk buat antenna wireless jarak jauh. Disana pake wireless, nanti antenna pake itu, pemancar diruangan pake TP-Link DS: yak.. tapi tetep di training dulu. Karena mungkin lupa.. jadi trainingnya ya by the way (sambil jalan). Atau di training satu hari. Setelah itu mereka di lepas,

286


KODE

Q-1-T-04

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Orientasi awal masuk PI

DATA nanti sama temen-temen.. ada temen-temen yang melakukan pendampingan. CH: sekolah jarang sih. Cuma sempet masang jaringan di bengkel baru. Di bengkel kelas 2 itu kan bangunan baru, instalasi kabel dulu kan rusak, mereka minta wifi. Ya kita pasang sendiri. BDA: kalo dari sana ya itu ditanyain dapat apa aja. Trus yang digunain itu kaya web desain, ya kayaknya web desain yang paling digunakan. Ya kalo disana instalasi terus, ya web desain itu suruh buat web data pelanggan. DS: kalo magang atau PI ya kita training.. ajarin dulu.. biasanya kan.. situasi kantor.. itu apa apa kondisinya, kemudian apa yang nggak boleh dilakuin, apa yang boleh dilakuin. Apa yang boleh diakses. Konfigurasi apa yang boleh diketahui dan tidak boleh diketahui. Yang tidak boleh dibocorkan seperti itu. DS: setelah itu ya sudah.. sudah diajarin cara settingsetting ini.. konfigurasi dasarnya, trus ya udah mereka ikut yang kerja itu aja. Terus setelah beberapa sebulan atau mungkin dua bulan seperti itu mereka ujian. Tesnya kita kasih soal. Nih setting ini nih.. setting ini nih.. router.. yang sudah kalian dapat apa gitu kan. DS: nggak nggak. Awal praktik sih begini.. mereka diminta disini dulu saja, trus mengenal alatnya gini terus gini. Misalkan praktik diluar.. apa ya membutuhkan ini.. ya kita kasih tahu. Jadi tidak langsung dilepas HD: ya bahasa (‌) wawancara, tapi itu berjalan dulu. Anak masuk dulu, yaa seperti apa kemampuannya, dalam bidang apa kita harus tahu secara sekilas dulu kan. Ya kita jelas tidak mungkin sampai berjam-jam ngobrol tok kan sayang waktunya. Haha. Poin utama test case juga kan, dari guru pembimbingnya nyaranin, oh dia bagus disini, jadi kalo dikasih tugas ini dia bisa dan bagus, seperti itu RD: Iya, diperkenalkan. Jadi diajak masuk ruang server, dikenalkan apa alat-alatnya, Cuma pengenalan singkat aja sih CH: kalo pertama kali masuk disana itu perkenalan sama seluruh karyawan, struktur organisasi. BA: wah banyak banget, disana itu hari pertama perkenalan, setelah itu.. kan sampai jam 11 perkenalannya. Setelah itu dikasih IP phone, untuk konfigurasi, setelah itu kan ada 150 IP Phone suruh cek, nah untuk PKL dikasih 1 IP phone. Ya tiap hari ada telepon buat desain apa, pasang jaringan, kadang

287


KODE

Q-1-T-05

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Penerapan kompetensi yang didapat dari sekolah di tempat PI

DATA trouble shooting jaringan, ‌ CH: perkenalan karyawan, ada dikasih sedikit arahan, sama direktur Pak DS. Habis SMK itu mau ngapain, kuliah ato kerja. Kalo kerja ya gini-gini‌ ya hari pertama itu ringan-ringan kok materinya. CH: kalo hari pertama itu masih.. saya diminta ikut bagi voucher ke pelanggan. NW: berarti hari pertama, perkenalan setelah itu bagi voucher dengan pak hadianto ya?. CH: ow tidak, sama karyawan lain. CH: itu biasanya minggu-minggu awal, ya instalasi paling disuruh yang ringan-ringan. Ambil barang, ato apa, kan minggu awal baru perkenalan. Sama karyawannya juga baru perkenalan juga jadi tidak begitu akrab. Dari kita juga masih canggung, dari sana juga masih ngajarin gini.. gini.. gini. BDA: hari pertama ya? Yang dilakukan itu pelatihan bikin voucher, motong voucher gitu sih mas. BDA: ya kesopanannya, caranya bicara sama pelanggan-pelanggan. Kan kita biasanya bekerja pake alat, harusnya gimana. Ya intinya tata kramanya gitulah. BDA: ya waktu itu biasanya dikenalin alat-alat, pas mau instalasi ato pagi itu. Kan pembimbingnya masuk pagi. Trus iki melu nyiapke alat biasanya diajak gitu. BDA: kan dikasih tau nama alat-alatnya ada yang belum tahu. Ya kaya dinabolt, ada (..) disekolah ndak ada. Kan ndak tahu lah. BDA: mulai hari ketiga kalo ndak salah. Ya kalo saya pertama kali tidak masang, tapi perbaikan, ya bongkarbongkar. Disuruh ikut kok mas. Kan saya langsung sama pembimbingnya, kalo sama teknisi ato karyawan biasanya diminta lihat dulu. Kalo saya kebagian pembimbingnya, tergantung anak PKL mau lihat atau mau ikut. Ya biasanya isi box ada router, suruh ambil. Bantu nyetting, dah diajarin di sekolah ato diawal kok. DS: praktiknya dilapangan, karena ada security disana, memang harus konek sama antar IP yang ada security nya. Kalo ketahuan kan gak bisa garansi, kan mereka (‌.) ya mungkin untuk pointing mungkin coba disebutkan (‌.) kalo wireless gak terlalu ribet. Yang penting mereka mengetahui cara setting dari dasar, udah. Pasti dah bisa melakukan setting nya. BA: kalo PSDI kan gelombang 1, jadi sama sekali tidak ada. Tapi gelombang dua disekolah sudah diajarkan lebih dulu setting mikrotik, jadi kepakai. CH: kalo di JMI ya kan kelas 2, kaya web desain, selain itu ya ilmunya tambah-tambah sendiri, mungkin Tanya

288


KODE

Q-1-T-06

Q-2 Q-2-T-01

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW Karakter siswa

Bagaimana kegiatan siswa saat PI? Praktik indoor dan outdoor

DATA sama direktur atau internet. Direkturnya kan mantan karyawan JMN. HD: adaptasi siswa yang kemarin itu lebih.. termasuk cepet sih. Apalagi mereka terbiasa perjalanan jauh. Sepertinya secara fisik sudah terbiasa‌. Mobilisasi.. ndak begitu susah. SDP: jurusan ELIN ini unggul dibandingkan dengan yang lain kok, mungkin inputnya sudah bagus dulu. Motivasi belajar tinggi, katakanlah ada kegiatan yang mau diliburkan, mereka gak mau libur. Pernah kesulitan meliburkan siswa. “Pak besuk gak usah libur aja, kita setting iniâ€? ya selama ada yang jaga ya kami persilakan. Karena komputer ya, selalu ingin tahu dan komunikasi dengan siswa. Siswa dengan siswa sangat tinggi, kalo ada siswa yang tidak aktif akan tersingkir secara sendirinya BDA: ya katanya ndak apa-apa, tidak masalah gitu. Ya yang penting mau belajar. Kalo mau manjat ya silakan, tergantung ceweknya sih. Kebetulan yang satunya dari stembayo kan ada, kan biasa dah. DS: em.. ya karena kalo tower ndak sih. Biasanya setting-setting router dan masang-masang yang lain. Ya disini tugasnya hanya seperti itu. Kalo hanya ditempat lain ya yang sudah bisa bikin web gitu kan. HD: tergantung sikon (situasi dan kondisi) nya juga. Hanya untuk sementara ini karena kemarin ada yang putri, ada yang putra, ya otomatis kita bagi. Kalo yang putri di bagian yang lain, misal administrasi, program, atau membantu produksi voucher, atau ikut distribusinya. Ya walaupun tidak menutup kemungkinan yang cowok juga ikut, tapi kan plotnya sudah beda. RD: ya, virtual, install linux, install apa ya.. DNS kalo ndak salah‌. BA: kalo disana itu, biasanya perhari kadang install window, linux, konfigurasi sisco, witch. Reset apa gitu, trus ada bug ato tidak, dll. CH: Minggu-minggu awal hanya diajak ngapain, belum turun. Kan materi pekerjaannya apa, setelah itu sering diajak instalasi. BA: biasanya diluar itu malah senam.. haha. Trus yaa. Itu diluar jaringan itu sih. Kalo selain itu,, di UGM kan ada portal, nah anak PKL disuruh ngrombak, desain web portalnya. Itu kan UGM biasanya mobile, jadi diutamakan gadget, harus responsive. Itu harus pake resolusi pembimbing itu ada, dikasih. Nah ini masih

289


KODE

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

DATA proses belum selesai. BA: kalo ada tugas konfigurasi, biasanya dibantu sama pembimbingnya, trus kalo web sudah pernah, itu buat sendiri. Pembimbing hanya ngasih konsepnya aja. CH: ya hampir sama kaya karyawan, masalahnya baru berdiri 2012. Teknisi masih ada 5 orang. Ya missal sift pagi, suruh instalasi dan konfigurasi gitu, ya jadi kita dipisah 1 teknisi didampingi 3 PKL. Disana sangat membantu. Jadi teknisi masang di galvanis diatas, PKL konfigurasi Router atau masang kabel. Ya sangat membantu BA: kalo disana masuk ke ruang data center. Disana dilibatkan. Tapi yang PKL tidak dibolehkan pake alat dokumentasi apapun. Jadi boleh masuk, gak boleh nyentuh apa-apa. Jadi untuk konfigurasi PKL tidak diperbolehkan. BA: melihat dan kalo ada job disitu, ya kerjakan sesuai dengan job. CH: juga kemarin pas hari pertama itu diajak perbaikan didaerah klebengan. Itu didaerah utara FT (Fakultas Teknik UNY) soalnya ada pelanggan yang ada masalah, ada sedikit ndak konek. CH: ya susunan manajemen perusahaan, ya ada pemimpin, dll. Mas ini jadi apa dan lain-lain. Trus pengenalan kantor, ruang server, ya banyak hal. CH: ya dikenalin, kalo alat ya sama. Alatnya TP-Link. Ya Cuma agak asing itu mikrotik. Kan itu materi pas dikelas 3. Padahal kami masuk PKL itu pas kelas 3 awal, jadi ndak sempat nemui mikrotik. Tapi disana (JMI) juga sering-sering pake mikrotik. CH: iya banyak dilapangan, tapi yo kadang satu hari dikantor terus, terkadang dari jam 10 sampe jam 14 dilapangan. Tapi seringnya keluar. CH: ya minggu kedua sudah mulai dikasih pekerjaan. CH: ya radio, access point, sama router kecil. Ya seting itu bagian kecil dari instalasi. Yang penting itu masangmasangnya itu. Masang kabel, masang jaringan,‌ CH: membuat voucher di kantor, trus khusus saya kemarin diminta membuat pemrograman web. CH: 2 orang, itu campuran sama SMK 2 depok juga. Biasanya kalo lagi nggak sibuk dan antri banyak, dari karyawan 2 orang, 2 PKL. Kalo sibuk biasanya 1 karyawan didampingi 2 PKL. CH: kalo misalnya cuma satu orang itu, otomatis nanti misalnya karyawannya setting di laptop dan alatnya, trus kita (yang PKL) pointing, masang-masang gitu. Ya jadi kita bagi tugas. CH: dimaksimalin aja, nanti biasanya sih step-stepnya

290


KODE

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Q-2-T-02

Pengembangan diri

Q-2-T-03

intensitas interaksi

DATA ada dan survey dulu kan sebelum masang-masang gitu. Kita tinggal eksekusi aja, karena tempatnya sudah ditentuin ditempat ini. CH: survey saya pernah diajak sekali apa ya‌ didaerah utara UPN itu, ya cuman lihat kondisinya gitu. CH: ya Cuma diawal sih, nyebar brosur dan nawarin sama penduduk-penduduk. Seringnya sih instalasi, jarang marketing. Hanya itu sih, nyebar brosur sama nawarin aja. BDA: suruh nyetting, trus instalasi, voucher juga BDA: kadang ikut keluar kadang dikantor. Kalo pekerjaannya banyak biasanya ikut keluar, tapi kalo pekerjaannya Cuma satu ato berapa biasanya yang cowok. BDA: ya ngerjain apa ya..(?) ya biasanya gak ngerjain apa-apa sih bisa nganggur. Tapi sering-sering buat voucher karena stocknya tambah-tambah. BDA: iya, bahkan diakhir-akhir PI kegiatannya semakin padat, bahkan hari sabtu harus masuk. Padahal sabtu diminta libur. BDA: yaa sama, kegiatannya tidak ada bedanya, suruh masang ya masang, suruh manjat genting ya ikut. BDA: marketing juga, nyebar panflet, trus ikut kurir, nganter voucher dirumah pelanggan. Trus kita berani ngomong sama pelanggannya. Trus ngajarin pelanggan juga gitu lo mas. Kan ada pelanggan baru, kita ngajarin cara makenya gimana gitu. BDA: pulang kesini, hehe. Tapi kadang sabtu masuk pas rame-ramenya, suruh masang gitu. DS: jika tidak ada kegiatan, yaa mungkin mereka istirahat, browsing, kalo nggak motongin voucher, hehe. Kalo nggak ada ya bantu-bantu ngrekap apa gitu. Ngrekap perbaiki administrasi gitu. Seperti itulah. Tapi utamanya ya itu teknis, setting-setting. DS: setting ke pelanggan langsung tidak. Tapi kalo setting untuk simulasi ya boleh-boleh aja. RD: biasanya di basement. Karena dulu buat warnet sekarang buat pelatihan. Online, mereka browsing sendiri. Kadang mereka memanfaatkan komputer untuk instalasi. Kadang mereka nyelesaiin laporan. CH: ya duduk-duduk, tapi kemarin ada pekerjaan buat web itu. Ya pasti ada pekerjaan kok. Ya ada sih satu hari pas jatahnya libur. Kalo pak doni sih suruh belajar masang CCTV, tapi sama pemilik rumah diminta jangan banyak-banyak. Jadi temen-temen PKL dipulangkan aja. BDA: hooh. Kita hanya liat aja. Kalo disana (JMI) kita kan tidak dibatasi, bisa bereksplorasi, gitu. CH: baik sih, tiap hari ketemu, tapi tidak tiap hari

291


KODE

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

dengan karyawan dan pembimbing

Q-2-T-04

Bentuk interaksi dengan karyawan dan pembimbing

Q-2-T-05

Intensitas kegiatan PI

Q-2-T-06

Rata-rata usia karyawan

Q-2-T-07

Aturan kerja

DATA bersama, kan pembimbing dibidang marketing. Kalo anak PKL sering ke instalasi, jadi transfer ilmu sama teknisinya. Sama pembimbing biasanya hanya mantau, bagaimana dan sampai mana. Ada masalah ndak, trus ada gimana-gimana sama karyawan, dll. BDA: ya kalo sama karyawan dari pagi sampai sore ketemu terus mas. Hehe BDA: dua-duanya.. kalo karyawannya kan ada dua, teknisi sama.. tiga bagian ding. Teknisi, kurir, sama yang administrasi,, mbak-mbaknya dua itu yang administrasi. Itu sering ketemu dikantor. Kalo mas kurir juga sering ketemu dikantor, kalo udah bawa uang kekantor, lalu pergi lagi. Kalo mas teknisinya kalo pas ikut keluar, nanti ketemuannya seharian sama mereka. BA: belum, kan dulu awal-awal bingung, tapi ada pembimbing disana. Jadi diajari dikit-dikit akhirnya selama 3 bulan ya lumayan lah. BDA: Ya banyak. Ya kaya yang sudah saya sampaikan kemarin. Kalo kita ikut instalasi ya berarti ikut instalasi, masang-masang gitu. Ya kalo dikantor ya ngerjain di kantor. BA: sering, kayaknya selama 3 bulan itu ada 3x kalo sama client tapi di fakultas malah sering. Kadang diKedokteran Hewan, Gigi CH: ya kalo akhir-akhir ya ikut masang. Cuma pas awalawal baru di suruh ikut aja. NW: berarti banyak hal ya yang dilakukan ya disana. Selain web desain, instalasi.. Apalagi?= BDA: Voucher juga, ya itu grafis. Jadi gak apa-apa campuran. Haha. DS: ya biasa aja. Haha. Kan usianya hampir sama. Ya selisih setahun, ada yang memang sudah berkeluarga. Ya selisih dua tahun tiga tahun lah. Paling jauh ya selisih enam tahun. Ya nggak-nggak terlalu jauh. Yaa bercanda kami ni‌. DS: iya.. tigapuluh tiga, hehe.. la masnya? BA: karyawan masih muda-muda, ya sama ada yang baru lulus SMK 2012 kemarin. Ya kaya kakak tingkat gitu. Ya yang lain masih terhitung muda, ya kaya temen. lah CH: em.. ndak juga sih, karyawannya juga gak jauh banget umurnya, cukup enak. Ya umur-umur 23.. 24 lah. DS: kalo untuk waktu magang itu kita lima hari kerja. Dari senin sampai jumat. DS: aturan kita sih berangkat jam 8. Ya kalo masalah kalo pakaian sih sudah biasa ya. Yang penting rapi aja, sopan. Mereka sudah tahu seperti itu. Yang penting itu

292


KODE

Q-3

Q-3-T-01

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Bagaimana pola pembimbingan yang dilakukan oleh pembimbing PI? Perlakuan terhadap siswa PI

DATA aja, ee.. tidak boleh membocorkan perusahaan. Rahasia perusahaan. Kalo memang membocorkan ya, kita delete, seperti itu DS: IP itu kan tidak boleh di bocorkan. Kalo semacam settingan yaa.. DS: tidak ada. Kalo diajak kerja lebih dari jam kerja ya mereka mau-mau aja. Karena kita disini ya.. apa ya.. bulanannya tetep kita kasih honor lah. Magang tetep kita kasih honor. Namanya mereka tetep dipekerjakan. DS: kita di awal sudah disampaikan bagaimana aturannya. Ya monggo kalo mereka mau pake sandal, ya kalo ketemu yang formal, pake sepatu. BDA: pas disana ya? Ya.. disana senin-kamis pake wearpack, kalo jumat pake batik. Tapi ada juga yang bebas. Yang jelas sopan, jaga sikap, pas instalasi dirumah orang gak boleh pegang-pegang atao ambil. Untuk waktu ya ditentukan. Misalnya pak DS bilang, “nanti instalasi jam segini harus selesai�. Kejar waktu ya.. BDA: masuk jam 8 pagi, pulang jam 5

DS: kita perlakukan sama ya, mungkin yang belum di genjot lagi, yang sudah ya.. sudah.. nanti suruh minta bantuan.. missal gak tau bisa Tanya yang temennya. Biasanya kan lebih klop kalo Tanya sama temen. Hahaha. Seperti itu biasanya. HD: Nah setelah itu baru ada semacam plotplotnya. Seperti siswa A.. ini cenderung pada bidang grafis, misalnya. Otomatis nanti pekerjaan yang berkaitan dengan grafis akan lebih difokuskan pada dia. Kemudian kalo siswa B misalnya fisiknya kuat, mampu, berani manjat tinggi dsb, tapi untuk bagian teknis dia kurang. Nah baru dia ditempatkan di situ (masang kabel, instalasi jaringan). Baru nanti dikembangkan sesuai jalur siswa itu sendiri. Jadi artinya apa kasusnya, disesuaikan intinya seperti itu. RD: baik sih, sebenarnya ada ceweknya 3 orang, 1 cowok. Cuma yang lebih dominan cowoknya yang disuruh. Suruh masang antenna, access point kan, cowok. RD: iya. Ya banyak cowoknya lah, kalo cewek 293


KODE

Q-3-T-02

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Metode bimbingan

DATA suruh angkat dan manjat tangga kan gak enak mas.

BDA: ya Cuma ngobrol sih, kan gak mungkin masukmasuk ke mereka, kan bendahara sama sekretaris. Paling ya cuma disuruh data pelanggan, dibantuin urutin, ngrekap, dan bikin invoice.

DS: ow ndak-ndak, tetep ada pendampingan. Mereka (siswa) hanya mendampingi aja. Jadi mereka menyelesaikan yang diminta. Kalo setting sih nggak ya. Kalo mereka mau setting, ya mereka bawa IP sendiri dan disetting sendiri, lalu disimulasi. DS: mekanismenya bukan teori ya, langsung praktik. Tempat lain mungkin sama. Jadi ya gak dikasih tahu ini bagian segini jadi segini. Sinyalnya berapa jadinya gimana. HD: kalo secara sistematis mungkin belum apa ya… belum punya kaya kalo sekolahan itu semacam kisi-kisi nya memang belum. Karena apa? Karena kami cenderung fokusnya ke apa ya namanya… penanganan kasus. Jadi ketika siswa masuk, kita sharing dulu apakah si siswa itu kemampuannya sampai seberapa. HD: Ya kami juga tidak melarang “wah mbok aku ikut masang”, ya silakan. Artinya kita juga menawarkan jangan sampai si anak itu semacam terpaksa. Kalo ada pekerjaan, “ayo ikut ndak”, jadi lebih cenderung ditawari. Karena waktu itu ada empat anak (SMK 2 Pengasih dan SMK 2 Depok). Kita tawarkan ketika satu tim butuh yang bantu satu atau dua (misalnya). Nah kami nawarkan mau ikut yang mana, bukan kami yang membuat “ayo kamu ikut saya”. Ya sekali-kali mungkin iya, seperti contohnya kita butuh yang manjat, sedangkan yang diajak gk bisa manjat kan gak mungkin, seperti itu mas. Jadi lebih terbuka, anaknya ikut pun menerima itu malah lebih enak. HD: kalo saya ikut, siswa cenderung saya suruh melihat dulu. “ini lo, nanti masangnya seperti ini. Kenapa masangnya seperti ini, karena alasanya a b c d e”. Oh ya kalo ada pertanyaan disampaikan aja lo mas.. kan situ yang butuh data, saya terkadang panjang lebar kesana kemari ceritanya. HD: jadi untuk itu saya cenderung lebih mencontohkan lebih dahulu kegiatan seperti ini, 294


KODE

Q-3-T-03

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Proses bimbingan

DATA kenapa harus seperti ini, caranya seperti ini, alasanya ini. Ya apakah mereka pahamnya seberapa persen, ya itu nomor dua. Nanti akan terlihat ketika mereka akan melaksanakan sendiri. Missal kaya cara mendirikan tiang itu seperti apalah. Fokus tenaganya dimana, itukan kalo mereka belum dikasih benang merah kan susah. Ketika sudah dikasih tahu dan mereka paham, ya seberapa pun kendalanya mereka bisa. Ya sebenarnya prosedur pemasangan itu tidak urut, ya ndak juga. DS: ya bimbingan dari karyawan ya yang ikut juga tapi yang sama timnya. Dan yang mendampingi kaya temen-temen yang ada disana HD: mereka yang mengajak kan semestinya sudah bisa memprediksi, “oh ini si anak mampu ini kalo untuk ini, tapi kalo untuk ini ndak�. Biasanya untuk mendirikan dua pipa itu saya ikut, karena ada beberapa hal yang tidak bisa disampaikan. Artinya hal tersebut harus bener-bener dilokasi dan harus disampaikan di lokasi, membaca di lokasi, nanti langsung bisa tahu. Dan itu terkadang tidak mudah disampaikan. Contohnya sampai di lokasi, tembok misalnya gak bisa dipasang pengait misalnya, kan kita harus tahu di lokasi. Jadi tidak bisa diteoritiskan, makanya kadang kalo disuruh buat teori ya gimana teorinya.. haha HD: ya lebih ke kasus ya, diambil kasus, butuh pendampingan, ya tinggal di bimbing. Jadi harus misalnya.. kalo system ada arahnya, kalo sinyal harus dibimbing dan perkasus bukan teoritis. Ini kalo ditangani perblog ndak bisa, karena yang ditangani atasnya dulu. Ya kalo saya lebih cenderung ke problem solving ketika ada kasus. RD: ya seringnya saya sama diki n cewek satu, gimana masang kabel, mengarahkan mereka aja sih. Mereka cepet belajarnya, sudah bisa juga. BA: biasanya dikasih ruangan sendiri, trus dikasih voice IP, suruh konfigurasi sendiri. Dikasih IP dan nomor telepon. Nah kalo ada apa-apa suruh nelpon. Dari nomor telepon itu, tiap pagi pasti ada job, di telepon pembimbing. Kan dilantai 2, trus turun kebawah untuk konfigurasi atau apa. CH: pas dilapangan, kalo dikantor malah gak ada 295


KODE

Q-3-T-04

Q-4

Q-4-T-01

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Kesan terhadap pembimbing

Bagaimana cara mendapatkan kompetensi saat praktik? Cara melaksanakan tugas yang diberikan

DATA kesempatan. CH: ya Cuma diarakan sih, kaya ngeclaim kabel kan itu dasar ya, kan tau ya. Cuma diarahkan jalannya, sek lurus ojo ngelndong-nglendong gitu ya. CH: ya sebenarnya itu.. tugasnya itu nggak langsung dikasih brek gitu ya. Cuma ada stepnya ada. Kaya job pertama suruh input data, biasa ndak yo (cahyo)? Bisa pak. Paling gitu. Trus kerjain, nah klo dah bisa, trus suruh buat edit atau gimana. Dah selesai juga suruh buat upload, hapus, trusnya gimana..

BA: kalo disana masnya masih muda, jadi kaya to konco dewe, kadang yo garap-garapan, kadang yo.. ya enak

BA: yaitu tadi.. sama-sama anak muda ya guyon bareng, ya intinya santai itu tapi masuk. Tidak terlalu kaku, gitu. CH: kalo JMI kebetulan pembimbingnya bapakbapak. Dari JMN juga dulu, tapi beliaunya bisa ngemong lah. Paling sebulan sekali diajak makan diluar gitu, trus face-two-face tentang ada masalah ndak. Mungkin ada gak suka sama karyawan atau pekerjaan berat. Ya ditanya gitu. Monitoring hampir tiap hari. Kadang-kadang ditanya pekerjaan dah selesai belum BDA: enak kok mas, friendly gitu.

RD: ndak pernah mas, ya mereka hanya melihat saja CH: biasanya diajarkan sih,, kadang-kadang konfigurasi itu pertama kali memang diajarkan, tapi untuk keselanjutannya biasanya pengamatan dari siswanya sendiri. CH: Minggu pertama disuruh melihat, kalo minggu berikutnya suruh masang disana, ini kabelnya suruh di claim, panjang sini, access point pasang sekalian konfigurasi.

BDA: ya kalo lain apa ya, yang penting belajar itu ikhlas, jangan nggrundel kan biasanya bekerja itu suruh ini suruh ini, trus nggrundel. Ya kalo ndak ikhlas itu biasanya instalasi malah gagal gitu kok. Ada aja kendalanya. Lama juga soalnya, jadi 296


KODE

Q-4-T-02

Q-4-T-03

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Kegiatan disela-sela istirahat

Pengalaman dari Pembimbing

DATA pekerjaan harus dibagi-bagi. Ya dikerjain sendiri lama banget. Intinya pengalaman itu lo mas yang didapat. Ya kan kalo anak lapangan sama anak di kantor kan beda-beda. BDA: ya ngobrol-ngobrol aja. Kan disana ada wifi, trus catting yang disini, video call gitu. Ya kan boleh dipake. Pak jo kan sering bilang “kok pada nganggur aja, mbok dipake internetnya, dari pada nganggur”.

BDA: ya udah, diem aja.. nganggur. Haha. Tapi kapan ya? Em.. nampaknya ndak pernah mas, jarang sih. Kan kegiatannya full terus. Kalo misalnya tidak ada kegiatan gitu, biasanya masuk ke voucher. Jadi sudah ada tempatnya gitu. BDA: ya full, tapi sante-sante pasti ada ya, kaya cetak voucher itu kan masih manual, jadi saat ngeringkan cat itu kita nunggu kering itu kan agak lama. Kita nunggu apain. Tapi kalo ada yang sudah di cat, maka sembari nunggu kita motongin yang itu udah kering, ngurutin, lalu ngrekap. Ya pernah mas.. tapi kapan ya? BDA: ya pas selo gitu. Kalo misalnya ngerjain web kan sambil sharing.. “dulu guruku bilang gitu”.. nah kita neraipn. Saat dilapangan juga gitu cerita-cerita gitu. Tapi ya tidak melulu pelajaran sih, ada yang lain, hehe.

DS: kebetulan kita ini kan lulus dari IT ya, dan kerja dulu di bagian IT. Kalo dari awal sih kita pengennya yang dari lulusan IT. Tapi rata-rata lulusan IT yang bergerak dari awal, mereka bisanya minta gaji yang seperti itu. Untuk sementara ini kita rekrut yang mau kerja dulu.. kita ajarin lah sambil berjalan.. jadi emang untuk sementara ini ya sebelum-sebelumnya memang belum butuh yang lulusan IT. Golek IT angel e.. haha.. setelah jalan dari pertengahan 2012, kita sudah memulai cari lulusannya yang IT IT itu. Soalnya jika mo ngajarin dari awal lagi ya susah, seperti itu. Karena basic mereka yang tementemen ini ya lulusannya SMK pem.. Bangunan atau mesin kan jauh beda.. hahaha. Mungkin kita training lah kita didik sama Pak Jo (Direktur Utama) dan Alhamdulillah sudah bisa. Yang penting mereka ada kemamuan belajar dan kerja. HD: ya ada lah yang complain “saya dah bayar ini.. itu.. mosok ndak ada cadangan batre.. bla bla” ada yang seperti itu. Tapi ya seharusnya menyadari lah. Tapi

297


KODE

Q-4-T-04

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Cara menemukan kompetensi baru

DATA kami prinsipnya secepatnya dan dibutuhkan kesabaran sih. Kesabaran dalam mendengarkan, haha. Saya pun dulu ketika masuk, ya yang namanya awalan itu mas, belum ketok pintu, belum tahu orangnya siapa yang dateng, udah diusir ya pernah mas. Haha. Macammacam (type) orang lah mas. Ya pak doni maju itu tidak ngasih teori apa-apa. La ada senior saya minta diajari, dia bilang “kon ngajari opo e lek, aku bingung e”. ya setelah proses, oh ternyata seperti ini, kendala seperti ini, ya saya justru bisa menyampaikan “kamu kalo ngomong seperti ini, masalah nanti meleset, maka fokusnya seperti ini”. Trus kaya produksi voucher itu kaya cara mengurutkan angkanya seperti ini, saya kasih garis merah dulu. Ketika mereka udah paham dengan garis merah itu, mereka mau improvisasi kemana, ya terserah. HD: ya. Ya.. gimana ya.. saya disitulah punya… bisa menerima banyak ilmu, tapi tidak bisa fokus ke salah satu, gak bisa. Kebetulan kondisinya mengarahkan kesitu mas. Ya di masyarakat seperti itu, dipekerjaan ya seperti itu. Ya dipekerjaan dulu saya pegang uang, pegang RAB, bahkan pernah ditugaskan ngakon karo ngatur si tukangnya “loo ini ndak bener, ini gak gitu” padahal kalo disuruh ngerjakan belum tentu serapi dia, tapi saya bisa tahu bahwa ini prosesnya salah. Walaupun si tukang itu belum begitu perhatian kalo dia salah. CH: ya dari awal karyawannya juga begitu kok. Pas karyawannya cerita kalo dulu awal awal bisa nyeting hanya lihat pak bos nya nyeting. Dari pak bosnya langsung ngajarin itu ndak pernah. Kemarin juga ada karyawan baru juga belajarnya sama kaya anak PKL. SDP: teknik pemasaran sebetulnya tidak, karena disana dia nanti ngrakit (komputer). Nah karena mendengar… efek samping aja.. itu banyak hal. Sampe sekarang itu ya yang di ASC itu sudah berapa to?... masih kerja disana. Begitu dia PI, kemudian di Tarik kerja disana, ada 2 orang. Masih disana, mungkin krasan, hahaha. Biasane cah nom ki kan 3 bulan pindah-pindah wae. Tapi kok ini krasan. BA: praktik sendiri, kadang ya di omongin. CH: ya pertama menyerap ilmu itu dari melihat, gimana cara masangnya. Trus yang kedua juga Tanya sama karyawannya atau teknisinya, ya kalo belum tau Tanya. Kalo ndak suruh ngajarin, “mas iki piye carane… nyeting iki piye carane, mbok aku diajari”. CH: biasanya saya browsing, Tanya kakak kelas, trus kalo mentoknya ya Tanya sama pak doni.

298


KODE

Q-5

Q-5-T-01

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Bagaimana bentuk evaluasi untuk mengukur peningkatan kompetensi siswa? Mekanisme evaluasi PI

DATA CH: dinamis, untuk sementara hanya itu sih, sebenarnya suruh buat invoice Cuma waktu kurang sih. Di internet juga susah dan waktu juga susah. Ya Cuma 3 bulan sih. CH: ya nglekauin dengan berulang-ulang aja. Trus lihat karyawan nyetting berkali-kali, trus nyoba, kalo ndak bisa bertanya lagi. Trus pointing juga gitu, lihat terus lihat terus. Cuma kita belajar mandiri, gak secara langsung iki carane. Ya kita belajare begitu. BDA: pernah, tapi yang ketiga belum. Yang satunya itu bener-bener belajar pas ujian itu. Ya taunya pas ujian. Ya kebanyakan kode-kode dirahasiakan kan. Nah kita ndak sengaja lihat karyawan nyetting gitu. Jadi pas ujian dah tau, ya kebanyakan karyawan keluar kita liatin, kita bisa tau dari itu. Pas dikantor ndak minta gitu. Pas praktik aja. BDA: ya itu nempel-nempel pamphlet, trus nanti ada orang tanya kita jawab-jawab aja.

BDA: belum sih, Cuma disana kan ada tementemen dari stembayo. Jadi kita ngobrol-ngobrol terkait pelajaran, sharing-sharing gitu. BDA: materi yang mereka udah dapet, kaya linux. Mereka cerita hambatannya apa, trus Tanya-tanya. Lalu kita minta materinya

DS: Tesnya kita kasih soal. Nih setting ini nih.. setting ini nih.. router.. yang sudah kalian dapat apa gitu kan. DS: kemarin pas tak uji buat simulasi dah bisa. Mungkin ada kendala mikir IP nya berapa, haha. Tak hitung waktunya “hayo berapa jam� haha. DS: gak itu untuk ujian, trus saya beri waktu setengah jam bisa ndak, konekin ini bisa berapa jam. Sebenarnya setengah jam sudah selesai untuk satu kasus lah. Paling lama itu dua jam untuk dua kasus. HD: jadi setelah waktu berjalan kan kita tahu. Trus kalo tesnya ada sendiri, materinya nanti seperti apa, penilaiannya pun juga sudah ada. Penilaian sudah ada standar secara umum juga, misalkan jurusan teknik jaringan, misalnya (1) setting radio, 299


KODE

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Q-5-T-02

Hasil yang dicapai

Q-5-T-03

Tingkatan soal dan kemampuan dalam mengerjakan

DATA setting router, dst kan harus bisa. Ya itu syarat minimalnya. Nanti pengembangan dari situ misalnya ada semacam web hosting ato yang lainnya, itu kan yang lebih spesifik lagi, ya seperti itulah gambaranya. HD: kemarin dua kali. Misalnya mereka masuk selama tiga bulan. Satu bulan lebih nanti ada pre test. Nanti dikasih materi, suruh menghafalkan dulu, besuk uji coba kita kasih tes. Ya itu yang ngatur pak doni, haha. La saya bagian ini.. apa ya.. yang tidak tahu ditanyakan, seperti itu. Kalo saya lebih cenderung keseluruhan. Jadi untuk lebih spesifik lebih yang program teknis, saya kurang tahu, tapi yang teknis-teknis umum saya tahu. Saya tidak mungkin juga fokus ke semuanya kan gak mungkin juga ya. Jadi sedikit-dikit, tapi menyeluruh, terutama di lapangan.

BDA: ya buat jaringan mini gitu lah. Setting-setting alat. Dikasih waktu ada yang 5 menit, 15 menit, 1 jam. Ya Cuma nyetting aja. BDA: nah yang ngeTes kan pak DS, jadi ndak tau di lapangan itu ngapain kegiatannya. Jadinya kan suruh ngembangin alatnya ini untuk apa aja. Contohnya alat ini harusnya untuk pemancar, tapi saat ujian digunakan untuk router, gimana caranya. Kalo yang lain sih sering dilakukan saat praktik. Jadi kaya obiquiti itu tidak sempet otak-atik BDA: ya diotak-atik saat ujian dan bisa. Cuma waktunya bener-bener diperhatiin, trus nilainya juga ya kalo waktunya habis juga dikurangi. BDA: kalo instalasi itu mesti setting itu. Kalo dilapangan itu kan jadi pemancar, pas ujian jadi router. Jadi beda di step aja sebenarnya. Kan bingung to mas kalo beda step, tapi tinggal otak-atik aja.

CH: ya Cuma setting alat aja, trus dikasih waktu. Ya kalo dilapangan kan hanya sante ya, jadi sebenarnya sering dilakukan sih. Tapi pas ujian kan dikasih waktu, “setting router ya Yo (cahyo), 5 menit� pak doni biasanya gitu. Ya sebenarnya kali sante bisa ya, kana da tekanan sih kurang 1 menit yo. Wah kaya gimana gitu.. BDA: ya.. yang pertama hanya nyetting jaringan biasa, yang kedua jadiin kaya router, yang ketiga pa ya, saya lupa. Pokoknya berbeda, setiap tahapan. 300


KODE Q-6 Q-6-T-01

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW Kompetensi apa saja yang didapat setelah PI? Penguasaan kompetensi siswa PI

DATA

HD: wah agak susah mengkalkulasi mas. Karena kasus yang dihadapi perhari kan beda-beda mas. Ketika masang ditempat ini dan ditempat lain mungkin berbeda. Misalnya cara ngebor itu seperti apa, mungkin masih bisa. Tapi ketika memasang pipa, atau dua pipa disambung menjadi satu, naah mungkin ada yang belum pernah ada yang sudah dua kali dapat, ada yang beberapa kali sudah dapat. CH: ya otomatis tau, orang jaringan itu mo nempatin jaringan kan biasanya cari tempat bisa nentuin bisa‌‌(‌) ya pokoknya keliatan lah, dekat sumber listrik. Itu dah pas. CH: disurvey dulu, neng ngisor eneng dag-dagan, kirokiro iso ra mas. Nanti kita bawa laptop ngecek dibawah, kena sinyal ndak. Ya sekalian coba sekalian ngobrol ato diskusi. Kalo nggak pake handphone ato anu‌laptop kan bisa nangkap wifi.

CH: ya kalo ilmu buat akademik sih ee. Nggak terlalu banget dari setting alat-alat mungkin memang belum ada disini (sekolah). Tapi kebanyakan memang pengalaman di lapangan sih lebih banyak. CH: ya pengalaman sebenarnya sih kaya di jalan kaliurang km 14, itu udah masang, udah selesai tapi dari pemilik kosnya bilang gak boleh disitu. Padahal disitu sinyalnya bagus, jadi kita harus pintar nego, kalo negonya gagal ya rugi, nyopot lagi. Sebenarnya Cuma manajemen emosi juga harus terkontrol. Kan kita udah capek-capek masang, dapat omel, masak mo dicopot lagi. CH: ya komunikasi lah ya dapat banyak. Kalo IT baru apa ya, dalam jumlah besar tidak dapat banyak. Ya kaya website dapat syntag baru dikasih tau sama pak jo. BDA: wah banyak, kayaknya belum tahu semua deh. Haha. Cuma nyetting router yang diajarkan di sekolah. Kalo yang lainnya kebanyakan di sana. Ya kaya disini crimping kabel kan gak terlalu sering, disana diajarin sampe bisa. Trus nyetting alat baru kaya nanostation kan disini gak ada. Banyak deh pokoknya. BDA: ya yang jelas instalasi di sekolahan tidak ada, setting-setting router. Terus ngomong sama pelanggan atau konsumen itu lebih sopan kaya gimana. Caranya

301


KODE

Q-6-T-02

Q-6-T-03

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW

Pengetahuan yang didapat saat PI

Keterampilan yang didapat saat PI

DATA kerja itu tu.. kan berbeda ada tata caranya. Jadi lebih tau lagi. Kalo disekolahan kan seenaknya sendiri sama temen bercanda. Kalo di kerjaan kan nggak boleh harus lebih sopan begitu. BDA: ya kaya misalnya belum tau setting IP begitu. Ya kaya IP Obtain gitu kan gak begitu paham ya. Disana diajarkan jadi lebih paham. Disana kan ada setting alat gitu kan, jadi lebih banyak tau.

BDA: kayaknya ada pengalaman kerja beneran gitu, gambaran dunia kerja, apa aja ya?.. BDA: nah itu, burem-burem.. capek. Haha. Ya capek ndak bisa maen.

HD: Ya kami juga tidak melarang “wah mbok aku ikut masang”, ya silakan. Artinya kita juga menawarkan jangan sampai si anak itu semacam terpaksa. Kalo ada pekerjaan, “ayo ikut ndak”, jadi lebih cenderung ditawari. Karena waktu itu ada empat anak (SMK 2 Pengasih dan SMK 2 Depok). Kita tawarkan ketika satu tim butuh yang bantu satu atau dua (misalnya). Nah kami nawarkan mau ikut yang mana, bukan kami yang membuat “ayo kamu ikut saya”. Ya sekali-kali mungkin iya, seperti contohnya kita butuh yang manjat, sedangkan yang diajak gk bisa manjat kan gak mungkin, seperti itu mas. Jadi lebih terbuka, anaknya ikut pun menerima itu malah lebih enak. HD: kalo marketing kan secara umum sebetulnya mereka itu… ya secara tertulis saya, tapi mereka juga tidak dilarang, justru bisa jadi mereka lebih hebat dan lebih bagus dari saya ya silakan. La ini Cuma sekedar simbolik. Ya kalo ada structural harus ada jangan sampai kosong lah ya. Ya kaya marketing seperti menawarkan barang, menyampaikan ke pelanggan sebetulnya mereka diajarkan juga. Tapi sambil, misalkan perbaikan kearah mana, nanti mampir untuk menawarkan produk. Jadi cenderung ke praktik lapangan. Ya saya sendiri dikasih teori itu susah mas, jadi teori ki le ngajari angel. Ketika berhadapan dengan calon pengguna nanti akan berjalan kan, karena pertanyaan akan variatif. Beda kaya MLM kana da doktrin nya kan, kalo begini jawabnya begini. Nah kalo ini kan ndak, daripada mikir ini itum mending hadapi aja, tinggal nanti didampingi. Ya kalo memang nggak tahu ya jawab “oh maaf, kami ndak tahu” kan enak. Saya pun juga begitu, ya kalo jawaban saya kurang puas, silakan calling atasan saya. Haha. Nego harga juga, saya bisa nya segini, ya monggo nego saya pimpinan.

302


KODE Q-6-T-04

Q-6-T-05

PERTANYAAN PENELITIAN DAN TOPIK INTERVIEW Sikap yang didapat saat PI

Penerapan kompetensi baru

DATA DS: ya boleh, silakan berdiskusi, haha. Kalo ngerjakan ya diskusi, gak ada yang mementingkan diri. Haha. Yang pentingkan teamwork nya kan. Gak mungkin bisa sendiri. DS: untuk itu sih, biasanya kita tanyain apa yang kurang dan sambil berjalan. Jadi ya memaksa kesadaran mereka untuk bertanya. Misalkan ada yang kurang tugasnya mereka, maka bertanya. Apabila sudah selesai, yaa sudah selesai. Haha. Ya kaya pembuatan website kaya kemarin. BDA: uang, haha. Ya dapat apa ya, Cuma itu sih, cara ngomong, ikut nulisin aja. Ya kalo sama mas teknisi ya kaya kemarin yang tak sampaikan, ikut masang atau jobnya apa gitu. BDA: apa ya.. em.. dapat uang.. haha. Kalo ilmunya ya kaya tadi yang sudah saya sampaikan. Banyak ilmu banyak. Yang paling diterapin itu kaya tata karma, kesopanan. Kalo disekolah kan kita rame, trus gurunya marah.. kita diem. Tapi setelah gurunya pergi, kita rame lagi, gitu sih, haha. Tapi disana kan ndak bisa.. nanti bisa diusir pelanggan kalo gitu.

BA: mungkin untuk disekolah, pas ada pelajaran ndak kaget. Trus langsung bisa konfigurasi. Kalo buat aplikatif dirumah, bisa buat konfigurasi jaringan dirumah. CH: untuk di skeolah kan sudah hampir sama, paling nambah ilmu pasti ada. Di JMI bisa menambah gambaran di dunia kerja di jurusan kita itu seperti apa. Di instalasi itu seperti apa. Di TKJ seperti itu.

BDA: Kemarin juga ada UPK (Ujian Praktik Kejuruan) ada penanya, trus ngomong PI disana itu ada untungnya. Jadi pertanyaanya itu pernah nglakuin disana (JMI/tempat PI). Kalo pake Channel-channel gitu harus pake channel berapa, nah itu kan disana juga diajarin. BDA: ya di PI itu kan kaya dasar-dasarnya, walaupun bukan mikrotik jadi bisa diterapkan. Nanti praktiknya di sekolah setelah PI. BDA: ya ndak pernah sih kalo suruh masang di rumah ato temen. Cuma pas pelajaran aja lebih cepet donk.

303


LAMPIRAN 5 ANALISIS DOKUMEN JURNAL SISWA

304


Uraian Pelaksanaan dan Kegiatan Praktik Kerja Industri Siswa: Cahyo Nugroho

A. Uraian Pelaksanaan PKL Berikut uraian kegiatan selama kegiatan PKL di PT. Jaringan

Multimedia Indonesia:

1. Pelaksanaan PKL Minggu ke-1

No. 1.

Tanggal Pelaksanaan Selasa 1 Juli 2014

Materi Latihan

Uraian Pekerjaan

Perkenalan Praktik Industri oleh perusahaan Penjelasan tentang dunia kerja

Kami dijelaskan berbagai kondisi di dunia kerja setelah lulus dari SMK

Penjelasan tentang profil perusahaan

Kami

tentang

dijelaskan

Management

struktur

perusahaan.

Mulai

dari

DIRUT,

Direktur,

Administrasi, Sales,

Teknisi, dan Kurir Memulai Pekerjaan

Distribusi Vouchet Internet

305

- Ikut dengan kurir untuk

mendistribusikan Voucher internet, dijelaskan cara cara untuk mendata Voucher yang telah terjual


dan yang belum terjual Perbaikan Jaringan

-

Pengecekan router yang bermasalah dengan cara mereset power router dan mencabut kemudian memasang kembali kabel UTP yang terpasang pada router

Setting ulang

-

Menyetting ulang access point yang tereset karena power yang tidak stabil

-

Pemotongan dan pengecatan Voucher internet

Access point TpLink

Pembuatan Voucher

306


2.

Rabu 2 Juli 2014

Instalasi jaringan

-

-

Penyettingan nano station

Pemasangan nano station pada tiang

-

galvanis Pointing untuk

mendapatkan

Sales

-

Kamis 3 Juli 2014

Instalasi Jaringan

Instalasi kabel UTP

Pemasangan

pamflet di tiang

-

3.

sinyal SSID

listrik

Penyebaran brosur layanan internet

-

Setting air grid

-

Cara penggunaan alat pengaman

-

panjat

Pointing sinyal SSID

-

Pointing ulang

-

kabel UTP

-

4.

Jum’at 4 Juli 2014

Instalasi Jaringan

307

Instalasi jaringan Pemuatan

terminal listrik


-

Setting router Tp Link

Tabel 1.1 Uraian Kegiatan Minggu Pertama Keterangan Tambahan

SSID atau ESSID singkatan dari Service Set Identifier, fungsinya

yaitu memberikan nama untuk Wireless router maupun access point anda. Maksimal karakter alpanumerik yang 9ias diinputkan yaitu 32 karakter. 2. Pelaksanaan PKL Minggu ke-2 No. 1.

Tanggal Pelaksanaan

Materi Latihan

Senin 7 Juli 2014

Pembuatan

Uraian Pekerjaan

-

Penempelan

selotip di bagian kode

Voucher

password login

-

internet

Pemotongan

Voucher internet yang sudah melalui proses pengecatan 2.

Selasa 8 Juli 2014

Pemasangan

-

Pemancar

-

308

Membantu

teknisi PT. JMI memasang pemancar Diajari cara setting radio pemancar ubiquity


Pemasangan

-

antena grid dan pointing sinyal Instalasi kabel

-

UTP

3.

Kamis 10 Juli 2014

Instalas Jaringan

Pengkrimpingan kabel UTP Pemasangan

-

Access point Pembuatan

4.

Pembuatan Voucher Internet Jum’at 11 Juli 2014

terminal listrik

-

-

Tabel 1.2 Uraian Kegiatan Minggu Kedua

Pemotongan Voucher yang sudah siap potong Pemotongan brosur iklan layanan internet

3. Pelaksanaan PKL Minggu ke-3 No. 1.

Tanggal Pelaksanaan Senin 14 Juli 2014

Materi Latihan

Uraian Pekerjaan

Pembuatan Voucher Internet Instalasi jaringan

-

Voucher internet yang siap potong Pemasangan

access point

-

-

309

Pemotongan

Instalasi kabel UTP

Pemasangan access point outdoor


2.

Selasa 15 Juli 2014

3.

Rabu 16 Juli 2014

Pembuatan Voucher - Melapisi bagian pin Internet Voucher dengan selotip bening yang kemudian akan di cat dengan cat hitam

Instalasi jaringan

-

Pengecekan

perlengkapan alat unuk instalasi Melepas access

Pencabutan jaringan -

point dan

rangkaian kabel UTP

Melepas radio ubiquity dari

-

4.

Kamis 17 Juli 2014

5.

Instalasi jaringan

-

Pembuatan Voucher Internet

-

Pemrograman PHP

-

(desain web)

Jum’at 18 Juli 2014

Tabel 1.3 Uraian Kegiatan Minggu Ketiga 310

tiang galvanis

Pengecekan peralatan untuk instalasi Pelapisan pada pin Voucher menggunakan selotip bening

Membuat form aal untuk input data pelanggan NolSpot menggunakan html biasa dan tampilan menggunakan css


4. Pelaksanaan PKL Minggu ke-4 No.

Tanggal Pelaksanaan

Materi Latihan

Uraian Pekerjaan

1.

Senin 21 Juli 2014

Pemrograman PHP

-

2.

Selasa 22 Juli 2014

Pemrograman PHP

-

(desain web)

(desain web)

Pemrograman PHP

Pembuatan

database dan eksplorasi berbagai tampilan css yang bagus

Perbaikan syntak error dan pengaturan tampilan form

-

(desain web)

input data

Pembuatan

edit.php, view, delete

Mengukur dan

-

memotong kayu lapis

-

3.

Rabu 23 Juli 2014

Pembuatan meja

-

-

Tabel 1.4 Uraian Kegiatan Minggu Keempat

311

Memotong dan merangkai rangka besi Memasang rangka ke tembok yang sudah di bor sebelumnya

Memasang kayu

pada rangka besi


5. Pelaksanaan PKL Minggu ke-5 No.

Tanggal Pelaksanaan

Materi Latihan

1.

Senin 4 Agustus 2014

Pemrograman PHP

-

Penggantian format tampilan data, form dan data dari database ditampilkan dalam satu tampilan halaman

Membuat rak kayu

-

Pemotongan layu

(desain web)

Uraian Pekerjaan

lapis Penghalusan -

2.

Selasa 5 Agustus 2014

Pemrograman PHP

-

3.

Rabu 6 Agustus 2014

Pemrograman PHP

-

4.

Kamis 7 Agustus 2014

Pemrograman PHP -

(desain web)

(desain web)

(desain web)

Mencoba menerapkan ajax pada pemrograman Perbaikan syntax input data yang belum dapat meninput data ke database Membuat

pemrograman PHP untuk

mengedit data

-

312

Merangkai kayu menjadi rak

dari database

Membuat pemrograman untuk mengahpus data dari database


5.

Jum’at 8 Agustus 2014

Pemrograman PHP (desain web)

Menata tampilan menggunakan css Penambahan header dan footer

-

Tabel 1.5 Uraian Kegiatan Minggu Kelima 6.

Pelaksanaan PKL Minggu ke-6

No.

Tanggal Pelaksanaan

1.

Senin 11 Agustus 2014

2.

Selasa 12 Agustus 2014

3.

4.

Rabu 13 Agustus 2014

Kamis 14 Agustus 2014

5.

Materi Latihan Pemrograman PHP (desain web) Pemrograman PHP

Uraian Pekerjaan -

Menambahkan background

-

Melanjutkan

penataan web

(desain web)

Pemrograman PHP

-

menggunakan

-

Testing

(desain web)

-

Pemrograman PHP

-

(desain web) Pemrograman PHP (desain web)

Jum’at 15 Agustus 2014

pemrograman

Mempelajari berbagai tampilan website adminpage dan userpage

-

Membuat sistem login multi user

-

halaman userpage

Tabel 1.6 Uraian Kegiatan Minggu Keenam 313

Memperbaiki syntax error search.php

Membuat

Mempelajari bootstrap

Mendownload bootstrap


7. Pelaksanaan PKL Minggu ke-7 No.

Tanggal Pelaksanaan

Materi Latihan

1.

Senin 18 Agustus 2014

Pemrograman PHP

-

2.

Selasa 19 Agustus 2014

Instalasi Jaringan

-

(desain web)

Uraian Pekerjaan Membuat

pemrograman menggunakan tampilan bootstrap

Briefing dengan

-

tim teknisi

-

pemancar

Menentukan letak alat Mengebor tembok Mengulur kabel

-

Mengeklem kabel

-

dan pipa pembungkus kabel

Memasukan

-

kabel ke dalam pipa

-

-

3.

Rabu 20 Agustus 2014

Instalasi Jaringan

314

-

Briefing dengan tim teknisi

Mengulur kabel Memasukan

kabel ke dalam pipa pembungkus kabel Mengebor tembok


-

-

-

Mengeklem kabel dam pipa ke tembok Briefing dengan tim teknisi

Mengulur kabel Mengukur

panjang kabel dari router ke access point

-

4.

Kamis 21 Agustus 2014

Instalasi Jaringan

-

Memasukan

kabel ke pipa pembungkus kabel

Mengeklem kabel dan pipa ke tembok

Tabel 1.7 Uraian Kegiatan Minggu Ketujuh 8.

Pelaksanaan PKL Minggu ke-8

No.

Tanggal Pelaksanaan

Materi Latihan

1.

Senin 25 Agustus 2014

Pemrograman PHP

Uraian Pekerjaan

-

tampilan form input

(desain web)

menggunakan

-

315

Membuat

tampilan bootstrap

Menampilkan data di bawah form input


2.

Selsa 26 Agustus 2014

Pemrograman PHP (desain web)

Checking radio

-

Membuat form

edit

menggunakan tampilan bootstrap twitter Mengecek radio

-

ubiquity nanostation loco

Mereset radio

3.

Rabu 27 Agustus 2014

Pemrograman PHP

Membuat

-

tampilan view detail

(desain web)

data

menggunakan

bootstrap

Memperbaiki edit.php yang masih error

-

Memisahkan form input dengan tampilan data dari database Membuat live search data

-

4.

Kamis 28 Agusts 2014

Pemrograman PHP (desain web)

-

-

Membuat map viewer menggunakan google map API Melanjutkan

pembuatan map

5.

Jum’at 29 Agusts 2014

Pemrograman PHP (desain web)

316

viewer google

-

API

Uji broken link


-

Tabel 1.8 Uraian Kegiatan Minggu Kedelapan

Membuat marker koordinat pada google map API

9. Pelaksanaan PKL Minggu ke-9 No.

Tanggal Pelaksanaan

Materi Latihan

1.

Senin 1 September 2014

Pemrograman PHP

Uraian Pekerjaan

-

Selasa 2 September 2014 Pemrograman PHP (desain web)

-

317

link

penghubung antar

(desain web)

-

2.

Membuat halaman

Menampilkan marker dari koordinat yang diambil dari database

Membut security web menggunakan $_SESSION start Memperbaiki tampilan login yang masih menggunakan css konveni=sional ke bootstrap


3.

Pembuatan

Rabu 3 September 2014

Mengecat

-

Voucher internet

Voucher

-

Penjemuran

Voucher internet

agar capat kering

-

Pemotongan

-

4.

Pembuatan Voucher

Kamis 4 September 2014

-

Voucher internet dan mengurutkan sesuai urutan nomor serinya Melapisi Voucher pada bagian pinnya menggunakan selotip bening Pengecatan

Voucher yang telah selesai dilapisi

menggunakan

Pemrograman PHP (desain web)

318

-

selotip Mengurutkan

-

Membuat tombol

Voucher internet setelah melalui proses pengeringan link

menggunakan tampilan bootstrap


Pointing radio nanostation m5 untuk mencari sinyal SSID Membantu mengeklem pipa di tembok

-

-

5.

Jum’at 5 September 2014

Instalasi Jringan

-

Mengkrimping kabel UTP dngan konfigurasi straight

-

Merapikan

-

Tabel 1.9 Uraian Kegiatan Minggu Kesembilan

jaringan kabel UTP

Setting nanostation loco m5 sebagai router

Setting router tp link sebagai access point Merapikan

instalasi router ke dalam box

10. Pelaksanaan PKL Minggu Ke-10 No. 1.

Tanggal Pelaksanaan

Materi Latihan

Senin 8 September 2014 Pemrograman PHP (desain web)

319

Uraian Pekerjaan -

Membuat log

history perubahan data tabel dan menampilkanya pada view detail


2.

Selasa 9 September 2014

Instalasi Jaringan

Memasang radio

-

nano station loco m5 pada pipa Pointing

-

mendapatkan SSID

untuk

sinyal

Mengebor tembok untuk menanamkan dinaball guna mengeklem pipa

-

-

galvanis

Memasang kabel listrik pada terminal Mengebor

tembok untuk memasang

-

terminal listrik Mengkrimping kabel UTP

Merapikan kabel pada pagar besi Pointing radio

-

nanostation loco m5 unruk

mendapatkan

3.

Rabu 10 September 2014

sinyal SSID

Instalasi Jaringan

320

-

Memasang box panel

Memasang kabel listrik ke steker listrik


4.

Kamis 11 september 2014

Pemrograman PHP (desain web)

Pembuatan

Setting accsess point

-

Menampilkan log history pada view detail data pelanggan

-

Mengolah tabel mysql

-

Voucher

5.

-

Jum’at 12 September

Menampilkan log history tabel

-

Menambahkan

2014

6.

Sabtu 14 September 2014

Persiapan Instalasi

menggunakan isolasi bening pada bagian pinnya

Pemrograman PHP (desain web)

Melapisi Voucher

-

session untuk menyimpan data ke log tabel Membantu persiapan instalasi cctv

Tabel 1.10 Uraian Kegiatan Minggu Kesepuluh

321


11. Pelaksanaan PKL Minggu ke-11 No. 1.

Tanggal Pelaksanaan Senin 15 September 2014

Materi Latihan Pemrograman PHP

Uraian Pekerjaan

-

Checking pemrograman dengan

(desain web)

menginput data dan memeriksa edit.php

-

dan hapus.php

Memeriksa Map

-

-

-

-

2.

Selasa 16 September 2014

Instalasi jaringan

322

-

API

Membuat table invoice pelanggan (Pembayaran) Pointing radio ubiquity

Memasang radio ubiquity pada tiang besi Menguji sinyal yang dipancarkan oleh Access point outdoor yang dipasang di dalam rumah

Memasang acess point sesuai uji sinyal yang terbaik


Pembuatan

-

Voucher yang

Voucher

3.

Pembuatan

Rabu 17 September 2014

Voucher

-

telah di cat

-

Penjemuran

-

4.

Kamis 18 September

Pembuatan

Jum’at 19 September

-

Mengurutkan Voucher sesuai urutan nomor seri Voucher yang telah selesai di cat Mengurutkan Voucher sesuai nomor seri Pemotongan

-

Voucher internet

Instalasi BTS

-

Membantu

Instalasi Jaringan

-

Voucher

2014

5.

Penjemuran

(membantu)

2014

323

Mengurutkan Voucher sesuai nomor seri

pointing di BTS Mengantarkan alat yang tertinggal ke tempat instalasi jaringan (gergaji besi)


Pemrograman PHP (desain web)

-

Menambahkan $_SESSION di bagian atas halaman admin agar user biasa tidak dapat masuk ke halaman admin

Tabel 1.11 Uraian Kegiatan Minggu Kesebelas 12. Pelaksanaan PKL Minggu ke-12 No.

Tanggal Pelaksanaan

1.

Senin 22 September 2014

Materi Latihan

Uraian Pekerjaan

Pembuatan

-

Menjemur Voucher yang telah melalui proses pengecatan

Instalasi jaringan

-

Memasang kabel

Voucher

-

324

listrik pada steker

Memasang box panel


.

Selasa 23 September

Instalasi Jaringan

2014

Pointing

-

ubiquity

radio

untuk

mendapatkan sinyal

-

SSID

-

UTP

Mengkrimping kabel Memasang

kawat

Mengeklem

kabel

Memasang

steker

spanner pada tiang

-

galvanis

-

UTP pada tembok

-

dan terminal listrik Memasang soket RJ-45 pada POE

adapter access point Pointig radio

-

ubiquity untuk mendapatkan sinyal SSID

Mengebor tembok

-

untuk mengeklem tiang galvanis

Mendirikan tiang galvanis

-

Pengekleman kabel UTP pada tembok

-

3.

Rabu 24 September 2014

Instalasi Jaringan

325

-

Pointing ulang


-

4.

Kamis 25 September

Pembuatan Voucher

2014

Pemrograman PHP

-

Training kepada penghuni kos untuk menggunakan wifi nolspot

-

Pengecatan

-

Penjemuran

-

(desain web)

Ujian PKL

326

telah selesai dicat Pengecekan dan perbaikan pada pembayaran.php

Setting radio nanostation m5 sebagai station )penangkap sinyal SSID) Setting nanostation sebagai router Wireless untuk laptop

-

2014

Voucher yang

kabel

-

5.

Voucher

Mengkrimping

-

Jum’at 26 September

Pengecekan kekuatan sinyal wifi dari berbagai arah

-

Setting router TpLink


Briefing

-

tim instalasi

Mengukur kabel

-

6.

Sabtu 27 September 2014

Instalasi Jaringn

dengan

-

-

utp dari router ke access point Menempatkan kabel UTP pada rel kabel yang tersedia Mengkrimping kabel UTP

Tabel 1.12 Uraian Kegiatan Minggu Keduabelas 13. Pelaksanaan PKL Minggu Ke-13 No.

Tanggal Pelaksanaan

Materi Latihan

1.

Senin 29 September 2014

Pemrograman PHP

-

Perbaikan pemrograman penanganan data pembayaran pelanggan

Perbaikan Jaringan

-

Mengganti radio ubiquity dari m5 ke m2

(desain web)

327

Uraian Pekerjaan


2.

Selasa 30 September

Pemrograman PHP

2014

-

Checking ahir

website sebelum

(desain web)

diserahkan ke pak

-

doni

Pemasangan

terminal listrik

-

pada ruang server Pengecekan

server monitoring

Tabel 1.13 Uraian Kegiatan Minggu Ketigabelas B. Uraian Kegiatan PKL Dalam Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ini melakukan beberapa pekerjaan antara lain : 1.

Instalasi Jaringan

Kegiatan yang selalu dilakukan saat instalasi jaringan adalah persiapan,

pointing, pengkabelan, dan finishing. Berikut adalah uraian kegiatan yang 2.

dilakukan saat instalasi jaringan

Pemrograman PHP, MySQL Database, Bootstrap CSS

Dalam kegiatan PKL ini saya diberi tugas untuk membuat sebuah program

PHP yang nantinya akan digunakan sebagai penyimpanan data pelanggan dari Nolspot WIFI yang terintegrasi dengan server, sehingga mudah diakses 3.

4.

dimanampun dan kapanpun. Marketing

siswa PKL juga diberi tugas untuk melakukan marketing, hal yang kami lakukan adalah penempelan pamflet di pinggir jalan Membuat Voucher

328


Voucher internet merupakan layanan utama dari Nolspot WiFi. Voucher

internet layaknya pulsa pada ponsel. User bisa memilih Voucher dengan berbagai pilihn harga. Harga yang dipatok mulai dari Rp.5000 sampai

dengan Rp.110.000. Voucher internet dapat digunakan dengan dua pilihan 5.

yaitu Volume Base dan Time Base Setting Router TP-Link

Router yang digunakan oleh PT. JMI adalah router Tp-Link. Router ini cocok digunkan pada kelas rumahan low end. Karena disamping biaia yang murah, router jenis ini sudah mampu menangani jaringan rumahan. Router yang

sekaligus dapat memancarkan sinyal WiFi dapat menghemat penggunaan Access Point.

329


Uraian Pelaksanaan dan Kegiatan Praktik Kerja Industri Siswa: Beta Dwi Agustina

Pelaksanaan Praktik Kerja Industri di PT.JMI ďƒ˜ Minggu Ke-1

No.

Table 1. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-1

TANGGAL PELAKSANAAN

MATERI LATIHAN

Perkenalan

1

Selasa, 1 Juli 2014

Pengarahan Memotong Voucher Melapisi Voucher Mengecat Voucher

2

Rabu, 2 Juli 2014

Menghitung Daya suatu alat listrik Melepas Perangkat WiFi Menyebar Pamflet Voucher Voucher

3

Kamis, 3 Juli 2014

Mengantar setoran Mengantar Voucher dan mengambil setoran (Kurir) Merekap

URAIAN PEKERJAAN

-Berkenalan dengan teman Prakerin dari SMK N 2 Depok -Berkenalan dengan karyawan di PT.JARINGAN MULTIMEDIA INDONESIA. Pengarahan oleh Pak Donny selaku Direktur pandangan setelah lulus SMK dan penjelasan tugas PKL Memotong Voucher yang masih berupa kertas A4 menggunakan pemotong kertas Melapisi Voucher menggunakan isolasi bening di bagian nomor serinya. Setelah Voucher dilapisi kemudian dicat menggunakan cat tembok yang di campur Aqua Prof. Menghitung besar daya alat dan biaya penggunaan listriknya selama satu bulan.

Melepas Access Point di lantai 6 Hotel Jl.Lempongsari Sleman Dalam rangka promosi maka menyebar pamflet di daerah Sleman. Melapisi Voucher dan mengecat Voucher Memotong Voucher menggunakan Alat pemotong kertas. Mengantar setoran uang hasil pemasukan ke Bank BCA. Mengantar Voucher ke pelanggan dan mengambil uang penjualannya di Asrama Muslimah dan Putri Vanessa Menggambil uang pembayaran Internet Personal di Toko I-Pad Merekap pemasukan penjualan Voucher, mencatat nomor serinya dan merekap data yang sudah dilayani.

330


No.

4

TANGGAL PELAKSANAAN

MATERI LATIHAN

Jumat, 4 Juli 2014

Perbaikan Internet Mengambil setoran Voucher

URAIAN PEKERJAAN Perbaikan di Kost putri dengan melakukan Pointing. Mengambil uang penjualan Voucher di kost daerah Pogung. Mengecat dan memotong Voucher.

Keterangan Tambahan:

*Pointing yaitu mengarahkan Radio ke arah BTS agar mendapatkan sinyal WiFi. ďƒ˜ Minggu Ke-2

No

1

Table 2. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-2

TANGGAL PELAKSANAAN Senin, 7 Juli 2014

MATERI LATIHAN

Membuat Mal Voucher

Instalasi WiFi Mengurus Proposal Voucher 2

Selasa, 8 Juli 2014

3

Rabu, 9 Juli 2014

4

Kamis, 10 Juli 2014

Menyebar Pamflet Mengurus Proposal LIBUR

Voucher Ke Bank

URAIAN PEKERJAAN

Melubangi kertas untuk digunakan sebagai cetakan mengecat Voucher. Mengecat Voucher, mengurutkan Voucher, memotong Voucher, dan mengantar Voucher ke kost Putri Ayu daerah Pogung Raya no.277 A. Memasang AP, RADIO, menyetting RADIO, mengulur kabel, memasang kabel listrik, steker, colokan, dll Mengantar proposal pendirian tower BTS untuk di teliti dan dievaluasi di Jakal km.10 daerah Gentan. Mengecat Vocher Mengantar Voucher ke pelanggan kost Putri daerah Jakal km.4 Mengambil uang setoran Voucher di Pogung. Menyebar di gang-gang dan sekitar jalan untuk mencari pelanggan baru. Mengantar proposal pendirian BTS di Gentan untuk di tanda tangani oleh pemilik lahan. PEMILU

Memotong Voucher menggunakan Alat pemotong kertas. Ke Bank BCA mengantar setoran/uang

331


No

TANGGAL PELAKSANAAN

MATERI LATIHAN

Perbaikan WiFi Mengambil Formulir Voucher 5

Jum’at, 11 Juli 2014

Instalasi WiFi Mengajari Pelanggan

URAIAN PEKERJAAN pemasukan kantor. Ke Bank BRI ngeprint tabungan. Perbaikan dengan melakukan Pointing dan Setting RADIO di Puri Delima no.16, Jl.Delima Raya Condong Catur. Mengganti Kabel UTP di Wisma Qanitah Pogung. Mengambil Formulir pemasangan WiFi di Kost Putri daerah Palagan. Memotong Voucher menggunakan Alat pemotong kertas untuk digunakan sebagai stok. Menyiapkan Voucher dan mencatat nomor serinya untuk diberikan ke pelanggan. Melakukan pemasangan WiFi di Kost putra daerah mancasan, yaitu mulai dari Pointing sampai finishing. Mengajari pelanggan cara membuat Register baru dan cara Login dan logout saat menggunakan WiFi.

Keterangan Tambahan:

*Mal yaitu selembar kertas yang di lubangi agar bisa digunakan sebagai cetakan saat mengecat Voucher.

ďƒ˜ Minggu Ke-3

No. 1

Table 3. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-3

TANGGAL PELAKSANAAN Senin, 14 Juli 2014

2

Selasa, 15 Juli 2014

3

Rabu, 16 Juli 2014

MATERI LATIHAN

URAIAN PEKERJAAN

IZIN

SELEKSI PASTITEWA (TONTI)

Mendesign Pamflet

Membuat design pamflet WiFi Nolspot menggunakan Corel Draw dan Photoshop.

Voucher

Melapiasi Voucher dengan isolasi Bening.

Mengambil Setoran

Mengambil uang pembayaran Internet Pesonal. 332


No.

TANGGAL PELAKSANAAN

MATERI LATIHAN Mengecek Tower Voucher

4

5

Kamis, 17 Juli 2014 Jum’at, 18 Juli 2014

Memasang Steker Voucher Membuat Design Web

Instalasi WiFi

URAIAN PEKERJAAN Melihat pemasangan tower BTS di Jakal belakang UII Jakal untuk memastikan pemasangan sudah dilakukan. Mengecat Voucher.

Memasang steker Listrik untuk colokan, mengeklem kabelnya dann merapikannya. Memotong dan mengurutkan Voucher. Membuat Form Data Pelanggan

Melakukan pemasangan WiFi di derah Pogung.

Keterangan Tambahan:

*Instalasi WiFi yaitu melakukan pemasangan jaringan Internet. ďƒ˜ Minggu Ke-4

No.

TANGGAL PELAKSANAAN

1

Senin, 21 Juli 2014

Tabel 4. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-4 MATERI LATIHAN Voucher Web Design Mengeklem Kabel

2

Selasa, 22 Juli 2014

Mengecek Alat Membuat Jaringan Mini (latihan) Voucher

URAIAN PEKERJAAN

Melapisi Voucher dengan isolasi bening. Mengurutkan Voucher (lembaran maupun sudah dipotongi) Melanjutkan Data Pelanggan dan membuat Loginnya. Mengeklem kabel microphone.

Mengecek Access Point, Switch, AirGrid, Radio Nano Station Loco, Nano Station M5, dan Bullet apakah masih dalam kondisi baik dan bisa dipakai, dengan cara menscan menggunakan aplikasi Ubiquity Discovery. Mencoba membuat jaringan sebagai penerima dan pemancar dengan melakukan Setting RADIO. Mengecat Voucher 333


No.

TANGGAL PELAKSANAAN

MATERI LATIHAN Instalasi WiFi Design Web

3

Rabu, 23 Juli 2014

4

Kamis, 24 Juli 2014

5

Jum’at, 25 Juli 2014

URAIAN PEKERJAAN Melakukan pemasangan WiFi personal di daerah macasan. Memperbaiki Data Pelanggan yang error. Menampilkan view, dll

Mencari syntax untuk membuat konversi 0 ‘ “ ke decimal. Mencari cara membuat koordinat terhubung dengan Google Maps, dll. Membuat Meja Ikut membantu merenovasi ruangan dan Kerja membuat meja kerja baru. Mengambil Bor yang sedang di service di Mengambil Bor Jl.Magelang. Browsing

LIBUR

CUTI BERSAMA IDUL FITRI

 Minggu Ke-5

No.

TANGGAL PELAKSANAAN

1

3

2

4 5

Tabel 5. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-5 MATERI LATIHAN

URAIAN PEKERJAAN

Senin, 28 Juli 2014

LIBUR

CUTI BERSAMA IDUL FITRI

Rabu, 30 Juli 2014

LIBUR

CUTI BERSAMA IDUL FITRI

LIBUR

CUTI BERSAMA IDUL FITRI

Selasa, 29 Juli 2014 Kamis, 31 Juli 2014 Jum’at, 1 Agustus 2014

LIBUR

CUTI BERSAMA IDUL FITRI

LIBUR

CUTI BERSAMA IDUL FITRI

334


ďƒ˜ Minggu Ke-6

No.

1

Tabel 6. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-6

TANGGAL PELAKSANAAN

Senin, 4 Agustus 2014

MATERI LATIHAN Membuat Rak Alat

Mengkrimping Kabel Memasanag Stopkontak Web Design Browsing

2

Selasa, 5 Agustus 2014

URAIAN PEKERJAAN

Voucher

Web Design Voucher

3

Rabu, 6 Agustus 2014

4

Kamis, 7 Agustus 2014

Edit Pamflet

5

Jum’at, 8 Agustus 2014

Ngeprint Pamflet dan Brosur

Web Design Web Design

Web Design

Membuat rak untuk menaruh alat-alat kerja. Mencari kabel sisa lalu dikrimping straight untuuk menyalurkan WiFi dari Server ke meja karyawan. Memasang stopkontak di meja karyawan.

Meneruskan Form Pelanggan dan membenahi yang masih error. Searching syntax-syntax untuk membuat Web-nya. Melapisi Voucher dengan isolasi bening.

Mengecat Voucher Searching syntax, merapikan bagian yang masih error di Data Pelanggan, membuat Online Shop menggunakan Wordpress. Melapisi Voucher dengan isolasi bening.

Membenahi data pelanggan, meneruskan Online Shop, searching syntax-syntax untuk keperluan design webnya. Meneruskan Online Shop, membenahi Data Pelanggan, searching syntax untuk pembuatan web. Mengedit Pamflet (brosur) Nolspot menggunakan Corel Draw dan Photoshop. Mengeprint pamflet yang akan ditempel dan brosur untuk disebarluaskan. Membenahi dan merapikan Pelanggan, membenahi Online searching syntax dan tutorial.

335

Data Shop,


ďƒ˜ Minggu Ke-7

No.

Tabel 7. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-7

TANGGAL PELAKSANAAN

1

Senin, 11 Agustus 2014

2

Selasa, 12 Agustus 2014

3

Rabu, 13 Agustus 2014

4

Kamis, 14 Agustus 2014

5

Jum’at, 15 Agustus 2014

MATERI LATIHAN

URAIAN PEKERJAAN

Membuat brosur Nolspot CCTV menggunakan Corel Draw dan Photoshop. Browsing background, dll untuk Browsing keperluan membuat pamflet dan brosur. Membantu memantau hasil dan Design Web mengecek apakah masih ada yang error atau tidak. Memantau apakah hosting berhasil atau Hosting tidak. Mendesign brosur CCTV menggunakan Corel Draw dan Photoshop (menginput Design Brosur gambar, ganti background, memasukkan text, dll) Web Design dan Membantu memantau apakah pekerjaan Online Shop gagal/berhasil. Mendesign pamflet CCTV nolspot menggunakan Corel Draw dan Photoshop Design Pamflet (Input gambar, input text, input background, design warna,dll) Meneruskan pamflet CCTV dengan melakukan finishing penataan warna, Design Pamflet grouping, cek ukuran, kemudian menilaikan ke pak Donny.. Dan melakukan sedikit revisi. Membuat design spanduk Nolspot Design menggunakan Corel Draw dan Photoshop Spanduk dengan menginput text, background, gambar, dll Menata ulang design, merubah, merevisi, Design dan menambah beberapa gambar dan Spanduk text. Mencari/mencocokkan antara Form Mengurutkan Pelanggan dengan Data Pelanggan Form kemudian mencatatnya dan memberi Pelanggan nomor ID pada form sesuai dengan data pelanggan. Design Brosur

336


 Minggu Ke-8

No.

1

Tabel 8. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-8

TANGGAL PELAKSANAAN

Senin, 18 Agustus 2014

MATERI LATIHAN Membenahi Online Shop (Nolspot Store) Menggurutkan Form Pelanggan Cek Alat

2

Selasa, 19 Agustus 2014

Online Store

3

Rabu, 20 Agustus 2014

Voucher

4

Kamis, 21 Agustus 2014

5

Jum’at, 22 Agustus 2014

Mendata form dan dicocokkan dengan data pelanggan kemudian diberi no ID pada formnya. Mengecek Switch apakah masih dalam keadaan bagus atau tidak. Mencoba Yahoo Masangernya

Mengisolasi Voucher

Instalasi WiFi

IJIN

Menginput Yahoo Masanger, membuat akun YM, menata letak YM di halaman webnya.

Melakukan Pointing (mencari sinyal) sebelum melakukan Instalasi di Jakal.

Pointing

Voucher Form Pelanggan

URAIAN PEKERJAAN

Membuat Mal

Instalasi WiFi di Kost Citra Putra daerah Piyungan. Mengisolasi Voucher Mencocokkan form pelanggan dengan data pelanggan. PENDIDIKAN KARAKTER

 Minggu Ke-9 Tabel 9. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-9

No.

TANGGAL PELAKSANAAN

MATERI LATIHAN

1

Senin, 25 Agustus 2014

Voucher

2

Selasa, 26 Agustus 2014

Voucher Mengecek Alat

URAIAN PEKERJAAN

Mengecat Voucher mmenggunakan cat tembok yang dicampur dengan Aqua Prof. Memotong Voucher menggunakan alat pemotong kertas. Melapisi vocher dengan isolasi bening. Mengecek alat (RADIO) apakah masih dalam keadaan baik atau tidak, kemudian meresetnya.

337


No. 3

TANGGAL PELAKSANAAN Rabu, 27 Agustus 2014

MATERI LATIHAN

URAIAN PEKERJAAN

IZIN

MENGIKUTI PAWAI

Voucher 4

5

Kamis, 28 Agustus 2014

Jum’at, 29 Agustus 2014

Mengedit Pamflet

Mengeprint Mengedit Brosur

Mengecek Nomor Pelanggan

Input Nomor Telepon Pelanggan

Melapisi Voucher dengan isolasi bening. Mengurutkan Voucher Mengecat Voucher Memotong Voucher Mengedit menggunakan Corel Draw (edit harga dan menambah text). Print laporan keuangan Print Invoice pelanggan (surat tagihan) bulan Agustus. Mengedit menggunakn Corel Draw

Mengecek nomor telepon pelanggan di data pelanggan dengan data nomor yang aktif, kemudian mencatatkannya ke data pelanggan.

Menginput nomor telepon bariu ke data pelanggan lama.

ďƒ˜ Minggu Ke-10

No.

1

Tabel 10. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-10

TANGGAL PELAKSANAAN

Senin, 1 September 2014

MATERI LATIHAN Mengecap Brosur

Mengajari Pelanggan

Voucher 2

Selasa, 2 September 2014

Perbaikan WiFi

URAIAN PEKERJAAN

Mengecap brosur Internet Nolspot

Mengajari pelanggan baru di Jl.Sepakbola I A cara : 1) Membuat Register/ user baru pengguna WiFi. 2) Mengajari cara login WiFi. 3) Mengajari cara logout WiFi. 4) Mengajari cara refil paket WiFi Voucher. 5) Mengajari cara mengetes kecepatan WiFi. Melapisi Voucher dengan isolasi bening. Membuat Mal Perbaikan di Kost Safitri daerah seturan, dengan melakukan : 1) Memindah RADIO ke tempat yang baru.

338


No.

3

4

5

TANGGAL PELAKSANAAN

Rabu, 3 September 2014

Kamis, 4 September 2014

Jum’at, 5 September 2014

MATERI LATIHAN

URAIAN PEKERJAAN 2) Mengganti kabel UTP dari RADIO ke AP. 3) Melakukan Pointing.

Voucher

Melapisi Voucher dengan isolasi bening.

Voucher

Memotong Voucher.

Mengecat Voucher. Mengurutkan Voucher dan mengecek urutannya. Memotong Voucher. Melapisi Voucher. Mengurutkan Voucher. Mengecat Voucher.

Mengecek urutan Voucher Membuat Mal. Instalasi WiFi

Instalasi WiFi di daerah Pogung Dalangan dengan memasang 1 Router dan 2 AP.

ďƒ˜ Minggu Ke-11

No.

1

2 3 4

Tabel 11. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-11

TANGGAL PELAKSANAAN

Senin, 8 September 2014 Selasa, 9 September 2014 Rabu, 10 September 2014 Kamis, 11 September

MATERI LATIHAN Mengecek Form Pelanggan

URAIAN PEKERJAAN

Mengurutkan nomor ID form pelanggan, kemudian dirapikan ke Map.

Instalasi WiFi Instalasi WiFi Memasang AirGrid

Instalasi WiFi

Instalasi di Kost Putra daerah pogung, dengan memasang 1 Router dan 2 Access Point. Instalasi di Jakal memasang 1 Router, dan belajar tentang pemasangan CCTV. Instalasi WiFi di dekat SMF (melakukan Pointing). Memasang Glagahsari.

AirGrid

di

tower

BTS

Melakukan Pointing di dekat SMF yang ke-2 untuk memaksimalkan sinyal WiFi.

339


No.

5 6

TANGGAL PELAKSANAAN 2014 Jum’at, 12 September 2014 Sabtu, 13 September 2014

MATERI LATIHAN

URAIAN PEKERJAAN

Voucher

Melapisi Voucher dengan isolasi bening.

Voucher

Melapisi vouvher dan mengecat Voucher.

Menyiapkan Alat

Menyiapkan alat untuk Instalasi.

 Minggu Ke-12 Tabel 12. Pelaksanaan Praktik Industri Minggu Ke-12

No.

TANGGAL PELAKSANAAN

1

Senin, 15 September 2014

2 3

Selasa, 16 September 2014 Rabu, 17 September 2014

4

Kamis, 18 September 2014

5

Jum’at, 19 September 2014

MATERI LATIHAN

URAIAN PEKERJAAN

Instalasi WiFi

Instalasi di Kos putra daerah Pogung, pemasangan Internet personal memasang 1 Router dan 1 Access Point.

Instalasi WiFi Voucher Voucher Voucher Membantu Pemasngan AirGrid Membantu Instalasi Voucher

Instalasi Internet personal, memasang 1 Router. Melapisi Voucher dengan isolasi bening. Melapisi Voucher dan mengecat Voucher.

Melapisi Voucher, mengecat Voucher, memotong Voucher, dan membuat Mal. Membantu pemasangan AirGrid dalam rangka perbaikan jaringan di BTS tower Asri. Mengantarkan gergaji besi ke daerah Mancasan karena akan digunakan untuk memotong Galvanis.

Melapisi Voucher, mengecat Voucher, dan memotong Voucher.

340


 Minggu Ke-13

No. 1

Tabel 13. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-13

TANGGAL PELAKSANAAN Senin, 22 September 2014

2

Selasa, 23 September 2014

3

Rabu, 24 September 2014

4 5 6

Kamis, 25 September 2014 Jum’at, 26 September 2014 Sabtu 27 September 2014

MATERI LATIHAN

URAIAN PEKERJAAN

Voucher Instalasi WiFi Voucher

Mengajari Pelanggan

Instalasi WiFi Mengajari Pelanggan

Melapisi Voucher, mengecat Voucher, memotong Voucher, mengurutkan Voucher, dan merekap Voucher. Instalasi WiFi di dekat Stokwell dengan melakukan pemasangan 1 Router dan 1 Access Point. Menyiapkan Voucher untuk pelanggan baru. Mengajari pelanggan cara Register, Login, dan logout. Instalasi WiFi di daerah Mancasan dengan memasang 1 Router dan 4 Access Point. Mengajari pelanggan baru cara Register, Login, logout, dan refil. Melapisi Voucher, mengecat Voucher, memotong Voucher, dan membuat Mal.

Voucher

Ujian PKL Instalasi WiFi

 MenSetting Router  Membuat Jaringan mini (menyetting Access Point dan Client)  MenSetting NanoStationLoco menjadi Router. Instalasi di Asrama UGM daerah Kinanti, yaitu mengulur kabel UTP, merapikan kabel UTP, dan mengkrimping kabel UTP.

 Minggu Ke-14

No. 1 2

Tabel 14. Pelaksanaan Praktik Kerja Minggu Ke-14

TANGGAL PELAKSANAAN Senin, 29 September 2014 Selasa, 30 September 2014

MATERI LATIHAN

URAIAN PEKERJAAN

Voucher

Melapisi Voucher dan mengecat Voucher.

Instalasi WiFi

Instalasi di Jakal mengkrimping kabel UTP, Pointing, dll.

341


LAMPIRAN 6 SURAT-SURAT IJIN PENELITIAN

342















Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.