E!Bio Edisi 6

Page 1



Apa yang terlintas di kepala ketika mendengar ‘life science di masa depan’? Bagi saya, di masa depan perkembangan life science akan membawa kita ke arah yang tidak terduga sebelumnya. Sejak dulu banyak orang di berbagai belahan bumi melakukan riset di bidang life science. Temuan dari berbagai pihak dalam jangka waktu yang tidak sedikit menjadi building blocks bagi pengembangan pengetahuan dan teknologi masa kini. Contohnya yaitu penemuan vaksin, dimana dengan adanya vaksinasi dapat menurunkan tingkat kejadian penyakit dan bahkan berpeluang untuk mengeradikasi penyakit tersebut. Contoh lainnya yaitu perkembangan cabang ilmu bioinformatika yang mengubah approach riset di bidang life science. Hingga saat ini para ilmuwan dan penemu aktif melakukan riset untuk perkembangan life science di masa depan. Hanya saja kemajuan pengetahuan dan teknologi seperti double-edged knife, bisa menguntungkan dan merugikan. Ada permasalahan etik dan berpotensi menimbulkan modus kriminal baru. Karena itu di edisi kali ini kami mempersembahkan majalah yang mengangkat tema perkembangan life science di masa sekarang dan ke depannya, serta isu yang melingkupinya.


3


To raise new questions, new possibilities, to regard old problems from a new angle, requires creative imagination and marks real advance in science

-Albert Einstein

Mikroba Air Budidaya Udang Rizkyanti Aulia (10613019)


ARTIKEL UTAMA

5


ARTIKEL UTAMA

6


ARTIKEL UTAMA


ARTIKEL UTAMA


WAWANCARA

KITA&

BIOINFORMATIKA wawancara dengan Dr. Adi Pancoro

9

Apa yang dimaksud dengan era bioinformatika? Era bioinformatika adalah era ketika umat manusia menggunakan bantuan komputer untuk membantu memahami sistem biologi. Sistem biologi yang dimaksud adalah basis kehidupan, mulai dari DNA, RNA, protein hingga pathway dan fenotipe. Era bioinformatika juga didukung dengan berkembangnya keilmuan biologi yang komprehensif, yaitu OMICS yang terdiri dari genomics, transcriptomics, proteiomics, hingga metabolomics yang kesemuanya menjadi domain dari bioinformatika. Dan kedepannya, era informatika dan ilmu-ilmu tadi dapat menjadi batu loncatan untuk mengembangkan biologi sintetik. Boleh diceritakan tentang sejarah singkat dan perkembangan era bioinformatika? Perkembangan era bioinformatika tidak terlepas dari ditemukannya struktur DNA oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 50-an. Selain itu, ditunjang juga dengan adanya perkembangan teknologi seperti sequencing, GC-MS, LC-MS, serta ilmu komputasi dan algoritmanya. Hingga pada tahun 90-an dicetuskannya sebuah mega proyek yang diberi nama Human Genome Project (HGP), yang memiliki tujuan untuk memetakan seluruh gen yang ada di manusia beserta fungsinya. Setelah mega proyek HGP berhasil, disusul dengan pemetaan genom untuk organisme yang lain. Konsekuensi dari proyek tersebut menghasilkan Big Data, sehingga dibutuhkan database agar masyarakat luas dapat mengakses data tersebut. Mulai dari hal itu, lahirlah era bioinformatika.


Ap a a p l i k a s i y a n g d a p a t d i l a k u k a n d a r i bioinformatika? Tentunya sangat banyak dan bisa diaplikasikan di segala bidang. Contoh yang paling mudah adalah di bidang medis dan pertanian. Dengan memahami bioinformatika, itu membantu kita untuk memahami sistem biologi, sehingga memangkas anggaran untuk melakukan riset yang besar karena dapat dilakukan dengan dry lab. Dengan studi pendahuluan tersebut, di bidang medis hal itu dapat diaplikasikan untuk terapi gen, design obat baru atau vaksin yang mutakhir. Di bidang pertanian, kita dapat mengambil contoh dengan melakukan genomic selec on, breeding, hingga GMO. Bapak termasuk penggiat di bidang bioinformatika, riset apa saja yang sudah dilakukan terkait bidang ini? Kebetulan riset saya ada yang bergerak di bidang medis dan pertanian. Salah satu riset saya di bidang medis adalah saya bersama tim saya pernah melakukan riset filogeografi tentang virus H5N1, untuk melihat awal mula virus itu berasal dan persebarannya. Selain itu, saya bersama tim pernah melakukan riset untuk pembuatan vaksin TBC menggunakan pemodelan bioinformatika. Untuk di bidang pertanian sendiri, saya pernah melakukan riset tentang genomics selection pada buah-buahan.

Selain itu, saya pernah melakukan penelitian terkait dengan penentuan struktur komunitas mikroba yang berpengaruh pada kesuburan tanah pada lahan agrikultur. Itulah beberapa contoh riset saya yang menggunakan pendekatan bioinformatika, tentunya masih banyak lagi. Apa harapan Bapak kedepannya untuk bioinformatika? Tentunya, besar harapan saya untuk masyarakat scientific, khususnya dalam ranah keilmuan hayati, mahasiswa maupun peneliti lebih terpacu untuk mendalami tentang biologi, terutama biologi molekuler, biokimia, prinsip-prinsip dasar statistik, dan mencoba mengkaitkannya dengan bioinformatika yang sedang berkembang, seperti database gen dan protein (Gene Bank) yang kesemuanya adalah public domain. Dan, harapan saya untuk engineer, tentunya untuk bisa mengembangkan algoritma-algoritma untuk memahami sistem biologi tersebut, sehingga dapat muncul software yang lebih mutakhir. Tidak hanya berhenti disitu, seperti kita ketahui bahwa bioinformatika tidak lepas dari OMICS, dan kita mengetahui bahwa OMICS dapat menghasilkan Big Data. Besar harapan saya kepada para engineer, terutama hardware engineer agar dapat menghasilkan hardware yang dapat diakses oleh masyarakat luas tanpa menggunakan perangkat yang canggih, tapi dapat diakses dengan menggunakan komputer biasa bahkan gadget sekalipun. (Tirta & Manuel)

“Dengan memahami

10

Bioinformatika

memudahkan kita untuk memahami

Sistem Biologi”


11


12


KATA MEREKA Bagaimana pandangan kamu tentang

prospek Biologi di masa depan?

13

!

KATA

MEREKA

“Biologi akan banyak dipake di banyak bidang kedepannya contohnya kayak stei sekarang sudah ada jurusan bio medik artinya biologi sekarang sudah mulai berkembang dan diperlukan” JONATAN SIDABUTAR (SENATOR HME 2016/2017)

"Di masa lalu, biologi merupakan kajian tentang organisme hidup dan segala aspek yang berhubungan dengannya. Di masa kini, biologi menjadi landasan bagi ilmu-ilmu terapan lainnya, seperti kedokteran dan kedokteran gigi. Sedangkan di masa mendatang, biologi sendiri berkembang menjadi ilmu terapan yang dipakai pada disiplin ilmu lainnya. Contohnya saja, sel punca pada jaringan gigi dan mulut saat ini sedang dikembangkan menggunakan ilmu biologi." Antonius Kevin Arlen (Ketua BEM FKG Trisakti 2017/2018)

“Banyak ahli memprediksi bahwa era bioteknologi merupakan trend baru peradaban manusia pasca teknologi informasi. Saya yakin berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan life science (ilmu hayati) akan sangat berperan dalam mambangun peradaban manusia di masa mendatang. Apalagi negara Megabiodiversity, seperti Indonesia yang kita cintai ini. Sebuah kesempatan istimewa untuk mengambil bagian di dalamnya. Maka dari itu, mari terus berkontribusi di bidang hayati!” M. Firmansyah (Ketua HMRH 2016/2017)


Satria Abi Dileyon

14



Galih Ganiyasa “Tukik Penyu Abu-abu”


ARTIKEL UTAMA SAINSPEDIA

17


SAINSPEDIA

18


SAINSPEDIA

19


SAINSPEDIA

20


SAINSPEDIA

21


22



The science of today is the technology of tomorrow

Biotechnology Connected Sky


SAINSPEDIA

Hornbill Fania Feby R.


SAINSPEDIA

Biopiracy PR yang Sulit Diselesaikan di Indonesia Siti Nur Badriyah

S

udah bukan rahasia lagi kalau Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, data Kementrian Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 17% keanekaragaman hayati yang ada di dunia. Hal lain yang dapat dibanggakan adalah Indonesia memiliki 7500 tanaman obat yang merupakan 10% dari tanaman obat yang ada di dunia. Keindahan alam Indonesia juga kerap kali menarik wisatawan domestik dan asing untuk berkunjung ke taman wisata alam, cagar alam, dan taman nasional.

Sebenarnya, bagaimana praktik biopiracy ini terjadi di Indonesia?

Tapi pernahkah terpikir oleh pembaca bahwa sumber daya alam yang kita miliki kerap kali ‘dicuri’ peneliti asing? Ketika sumber daya alam dieksploitasi tanpa adanya izin dan pembagian manfaat, secara gamblang ini dapat disebut biopiracy. Pengertian biopiracy sendiri adalah pencurian materi genetik yang dimanfaatkan untuk komersialisasi dan sifatnya hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.

Menurut Enny Sudarmonowati dari Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), tindakan biopiracy diawali dengan bioprospeksi, yaitu proses pencarian materi genetik/spesies yang diharapkan, lalu dilanjutkan dengan intellectual property, menggali informasi yang berhubungan dengan pemanfaatan dan pengelolaannya dari masyarakat lokal. Tentu saja masyarakat lokal sendiri tidak sa-

Seringkali peneliti asing datang ke Indonesia sebagai turis, menggunakan visa turis, kemudian masuk ke kawasan wisata di Indonesia dan langsung melancarkan aksinya dengan mengambil sampel-sampel spesies yang dibutuhkan. Sampel yang paling mudah diambil adalah sampel mikroorganisme; selain tempat penyimpanan yang relatif kecil, mikroorganisme dapat dengan mudah ditemukan di kulit kayu, daun, dan, bebatuan.

26


SAINSPEDIA

27


28

Jonathan B. K.


M 29

icrochip adalah sirkuit elektronik yang pada umumnya digunakan untuk melacak keberadaan sesuatu atau seseorang. Microchip menggunakan teknologi RFID (Radio Frequency Identification) atau lebih dikenal dengan istilah PIT tag (Passive Integrated Transponder). Penggunaan microchip sudah populer dikalangan pecinta hewan peliharaan. Chip berfungsi sebagai identitas dan alat pelacak jika hewan hilang. Pada hewan microchip diimplan dengan menginjeksikannya ke bawah kulit pada bagian kiri dari leher, di antara bahu dan tulang belakang bagian dorsal, atau pada bisep lengan kanan atau kiri seperti lokasi penginjeksian microchip pada manusia (Michael,2008). Sebuah perusahaan di Amerika abernama VeriChip Corporation, telah mengantongi izin dari Food and Drug Administration (FDA) untuk mengimplan microchip pada manusia sebagai alat rekam medis (Michael,2008). Rekaman medis pada microchip berisi identifikasi pasien secara cepat, akses rekam medis terbaru secara cepat, alergi, daftar obat yang pernah atau sedang dikonsumsi, dan meningkatkan respon darurat (Smith,2008). Di masa depan, implan microchip sebagai alat rekam medis akan semakin berkembang. Bukan hanya manusia yang membutuhkan alat rekam medis, tapi juga hewan. Terutama hewan-hewan yang sedang dalam penangkaran karena rehabilitasi kesehatan atau berada pada status kritis (critically endangered; CR) hingga terancam puncah (endangered;

EN). Implan microchip pada hewan awalnya bertujuan sebagai pendeteksi keberadaan. Jika microchip diprogram sebagai perekam medis, akan diperoleh data acuan atau data dasar dari rekam medis hewan selama masa penangkaran. Hewan-hewan yang ditangkarkan tentu tidak selamanya berada dalam penangkaran, akan ada upaya pengembalian ke habitat asli mereka agar dapat hidup sebagai mana mestinya tanpa campur tangan manusia. Setelah dikembalikan ke habitat aslinya, hewan-hewan akan mengalami masa adaptasi. Pada saat inilah microchip sebagai alat rekam medis diharapkan akan sangat berguna. Peneliti atau pekerja konservasi tidak perlu mendatangi habitat asli untuk mengecek kesehatan pada masa adaptasi hewan pascapenangkaran. Cukup memonitor melalui hasil perekaman yang dilakukan oleh microchip, kemudian melakukan studi komparatif dengan data dasar rekam medis yang didapat semasa hewan dalam penangkaran. Setelah hewan melalui masa adaptasi pun perekaman medis oleh microchip diharapkan tetap terjadi sebagai bentuk pengawasan lebih lanjut. Selain itu microchip dapat memberikan peringatan apabila hewan berada dalam kondisi yang kritis dan perlu pertolongan medis. Dengan kata lain, di masa depan penggunaan microchip sebagai alat rekam medis diharapkan mampu menjadi solusi untuk meningkatkan harapan hidup bagi hewan-hewan pascapenangkaran.


SAINSPEDIA

M

enurut hukum termodinamika I, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat berubah wujud dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dalam ekosistem, berlaku juga hukum termodinamika I yaitu dalam siklus biogeokimia. Sumber utama energi bagi bumi yatu sinar matahari masuk ke dalam atmosfer dengan sebagian dipantulkan kembali ke angkasa. Sebagian energi berubah menjadi biomassa, lalu bersiklus di sekitar biosfer (proses-proses biotik) dan akhirnya dilepaskan kembali dalam atmosfer (Matlock & Morgan, 2011). Pada tulisan ini akan diambil contohnya yang paling banyak menjadi sorot dalam dunia biologi, yaitu karbon. Dari gambar di samping dapat diketahui bahwa karbon selalu berpindah. Dari atmosfer masuk ke dalam daratan (land) atau lautan (ocean) dan pada akhirnya kembali lagi ke atmosfer. Karbondioksida dalam kadar yang sesuai sangat dibutuhkan terutama bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis yang akhirnya diubah wujud energi tersebut menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan Oksigen (O2) yang dapat menyejukkan udara bumi ini. Namun jika vegetasi (terutama yang berhabitus pohon) berkurang, maka hal ini dapat menyebabkan penyerap karbon dalam bentuk karbon dioksida (CO2) pun berkurang, sehingga menyebabkan bumi menjadi panas.

30

Ditambah lagi, dengan semakin banyaknya penggunaan bahan bakar fossil seperti hasil pembakaran kendaraan bermotor atau asap dari area industri (Giurca, 2012). Seiring perubahan zaman, kita tidak mungkin menghindari teknologi seperti kendaraan bermotor atau keperluan industri. Yang menjadi permasalahan adalah perkembangan teknologi ini berbanding terbalik dengan area hijau di bumi ini. Sehingga solusi yang dapat diterapkan selain mengurangi penggunaan teknologi yang berbasis bahan bakar fosil dengan beralih sedikit demi sedikit menggunakan bio-based energy, juga kita dapat merestorasi atau memperbanyak area hijau di lahan yang telah hilang vegetasinya (Giurca, 2012), atau dapat juga membuat area hijau yang baru seperti membangun hutan dalam kota (Ariandi, 2014).



Satria Abi Dileyon “Facing A Better Future”


Researchers have identified a mutation 33 that prompts bacterial cells to acquire genetic memories 100 times more frequently than they do naturally. This discovery provides a powerful research tool and could bring scientists one step closer to developing DNA-based data storage devices.

experiments in our lab and elsewhere, and could facilitate the creation of DNA-based data storage devices.” If a virus that a bacterium’s CRISPR system has recorded shows up again, an enzyme known as Cas9 is dispatched to destroy it.

S

ome microbes can form memories -- although, inconveniently for scientists who study the process, they don’t do it very often. Some of researchers and their colleagues at the University of California have found a way to make bacteria encode memories much more frequently. “CRISPR, the adaptive immune system found within many bacteria, remembers viruses by storing snippets of their DNA. But in nature, these recording events happen only rarely,” says senior author Luciano Marraffini, head of the Laboratory of Bacteriology. “We have identified a single mutation that causes bacterial cells to acquire genetic memories of viruses 100 times more frequently than they do naturally,” he adds. “This mutation provides a powerful tool for

The system’s precision has already made it an important tool for editing genomes, and scientists are looking toward other potential applications. For the current study, the team randomly introduced mutations into the gene for Cas9 and found that one of them prompts bacteria to acquire genetic memories more readily. Under normal conditions, if researchers expose 100,000 bacterial cells to the same


SAINSPEDIA

cancer cells. Although many hurdles remain for the development of a CRISPR-based recording system, this mutation could potentially make it more realistic, the researchers say.

potentially deadly virus, only one will typically acquire a DNA snippet that could enable it to survive a future attack. In cells engineered to carry this new mutation, the ratio increases to one in 1,000. The mutation quickly became useful. Working with microbes whose genetic memories have been enhanced this way, the scientists are able to generate much more data about various aspects of CRISPR. There may be other applications, though some are far off on the horizon. Some synthetic biologists -- scientists who design and build novel biological machines -- think a CRISPR-like system could be adapted to capture information about the activity of neurons, how cells respond to environmental stimuli, or the trajectory of metastasizing

The discovery also raises a question: If this mutation makes bacteria more capable of defending themselves, why haven’t they evolved to carry it naturally? It’s because there is a trade-off with CRISPR. Although the system defends cells, it can sometimes misfire by acquiring DNA snippets from its host rather than from an invading virus, leading the cell to kill itself. Unless they are beseiged by an exceedingly high volume of viruses that require a potent CRISPR-Cas defense, microbes without the mutation have a survival advantage because they are less prone to this type of suicide. This research project still going on to find out more and more things that can make memories from microbes. (Rockefeller University, 2017) Reference:

Robert Heler, Addison V. Wright, MarijaVucelja, David Bikard, Jennifer A. Doudna, Luciano A. Marraffini. Mutations in Cas9 Enhance the Rate of Acquisition of Viral Spacer Sequences during the CRISPR-Cas Immune Response. Molecular Cell, 2016; DOI: 10.1016/j.molcel.2016.11.031

34


SAINSPEDIA

A Journey to Space Hanif A. K. Djunaedy

35

The human instinct to explore is ever present. Whether it is exploring the depths of the ocean, like Robert Ballad, or a new, far off land, like Columbus, discovering something new will guarantee one a spot in our history books. In October 4, 1957, the world’s first artificial satellite was launched into orbit, bringing space exploration closer into our grasp. That gap is further bridged when Yuri Gagarin was launched into space and returned alive and safely in 1961, proving that man are very much capable of living in outer space.

H

owever, space exploration is nothing like any other type of human exploration and presents a new set of challenges that are radically different from those faced by explorers centuries earlier. Space exploration requires humans to go into places where life is never meant to exist. Noted astrophysicist Neil deGrasse Tyson once remarked, “When Columbus landed in the New World, he did not have to bring his own atmosphere with him.” To continue exploring space, one must know what is needed to live in such an environment and what effects can occur if one is exposed to it. Yuri Gagarin was


SAINSPEDIA

only in space for about an hour and a typical Apollo mission never lasted more than 12 days. This is where biologists are needed. NASA’s Life Science Program has been operating since the 1960’s one of whose main research goals are to “understand the adaptation and function of basic biological processes in spaceflight by using microgravity and other space environments”. At the forefront of this program is the NASA’s Space Biosciences Division at the Ames Research Center that is now conducting research on the effects of space environments on various organisms, which are usually conducted at the International Space Station (ISS). Rodent Research-3, for example, evaluates methods of counteracting the effects of muscle loss on mice. Spaceflight can cause muscle loss and this research would not only give insight as to how to counteract the effects but also on how to treat muscle wasting

disease back on Earth. In 2016, NASA and the European Space Agency began research on the effect spaceflight has on RNA regulation in Arabidopsis thaliana. Throughout human history, plant life has sustained the human population and will be vital during long-term spaceflight and eventual habitation. The research currently being done on the ISS would reveal how organisms will react in space environments. This will ultimately help when it comes time to launch long-term missions, especially the ESA’s planned moon village missions and NASA’s eventual “Journey to Mars”. For missions of that du-

36


ne d

sig

De

pik

37 by Fre e

SAINSPEDIA


SAINSPEDIA

38



Agung Rohmat Rizkita “Sunset”


DISCOVER BIOLOGY

41

E

kspedisi merupakan salah satu kegiatan tahunan HIMABIO Nymphaea yang dilaksanakan setiap akhir tahun. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan keprofesian dan dilakukan dengan berbagai tujuan, salah satunya adalah mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan di perkuliahan secara langsung di lapangan. Akhir tahun 2015 lalu, kegiatan ekspedisi ini kembali dilakukan di wilayah Cagar Alam Leuweung Sancang - Garut, dengan penelusuran di habitat terestrial. Sekitar 24 orang dari tim ekspedisi diberangkatkan di akhir Desember 2015 dan melakukan pe-

nelitian selama enam hari. Tim ekspedisi ini dibagi ke dalam beberapa bidang penelitian, yaitu vegetasi, arthropoda, burung, mamalia, dan herpetofauna. Pembagian tim ini dilakukan mengingat banyaknya tipe ekosistem yang dapat kita jumpai di wilayah tersebut, antara lain ekosistem pantai/padang lamun, hutan pantai, hutan dataran rendah, serta mangrove. Yuk intip kegiatan masing-masing bidang penelitiannya!


DISCOVER BIOLOGY

Tim vegetasi melakukan penelitian pada keempat tipe ekosistem. Pada kawasan hutan pantai dan hutan dataran rendah dilakukan analisis vegetasi dengan menggunakan metode plot bertingkat 20 m x 20 m untuk melihat keanekargaman vegetasi di wilayah tersebut. Secara umum vegetasi dengan bentuk hidup semai dan pohon lebih banyak ditemukan di ekosistem Hutan Dataran Rendah, sedangkan vegetasi herba dan vegetasi dengan bentuk hidup pancang lebih banyak ditemukan di ekosistem Hutan Pantai. Vegetasi dengan bentuk hidup semai (anakan pohon) ini ditemukan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan vegetasi dalam bentuk hidup pohon pada kedua tipe ekosistem yang menandakan bahwa kanopi pohon di kedua tipe ekosistem cukup terbuka sehingga sinar matahari dapat masuk ke lantai dasar hutan dan memberikan ruang untuk semai agar dapat tumbuh. Pada Hutan Mangrove dilakukan analisis vegetasi menggunakan metode belt tran-

sect 20 m x 60 m yang ditarik dari mangrove terluar yang terendam oleh air laut menuju daratan. Metode ini dilakukan untuk mengetahui gradasi mangrove berdasarkan posisi dan kekerapan mangrove terendam air laut. Terdapat beberapa jenis mangrove yang berhasil teridentifikasi, diantaranya Soneratia sp., Rhizopora sp., Brugueira sp., dan Psilocarps sp. Ekosistem terakhir yang dikunjungi adalah ekosistem padang lamun yang terletak di pantai. Lamun atau sea grass merupakan vegetasi menyerupai hamparan padang rumput yang dapat kita jumpai di beberapa pantai. Di pantai Cagar Alam Sancang dapat dengan mudah kita menjumpai vegetasi ini karena daerah pasang-surut laut ini cukup jauh sehingga memungkinkan kita untuk berjalan jauh ke tengah pantai dan melihat hamparan lamun ketika arus surut terjadi. Adapun jenis lamun yang mendominasi wilayah ini antara lain Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata.

42


DISCOVER BIOLOGY

43

Arthropoda atau yang sering disebut sebagai serangga merupakan hewan yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dan sering dijadikan sebagai bioindikator. Pada ekspedisi ini tim Arthropoda mencoba menginventarisasi arthropoda tanah dan arthropoda terbang di dua tipe ekosistem, hutan pantai dan hutan dataran rendah. Penelitian dilakukan menggunakan metode pitfall trap untuk arthropoda tanah dan Malaise trap untuk arthropoda terbang. Kedua trap tersebut dipasang selama 24 jam di kedua tipe ekosistem. Arthropoda yang berhasil disampling kemudian diidentifikasi hingga tingkatan morfospesies. Didapatkan 18 jenis morfospesies serangga di hutan pantai dan 15 jenis morfospesies serangga di hutan dataran rendah. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman menunjukkan bahwa hutan pantai memiliki indeks sebesar 2,5 sedangkan hutan dataran rendah

memiliki memiliki indeks sebesar 1,7 dimana kedua nilai tersebut menjelaskan bahwa kenaekaragaman arthropoda di kedua tipe ekosistem berada dalam tingkatan yang cukup beragam (Maguran, 1987). Di sisi lain, Indeks dominansi pada kedua lokasi kurang dari satu yang artinya tidak terdapat adanya dominansi spesies arthropoda pada ekosistem Hutan Pantai dan Hutan Dataran Rendah. Dengan kata lain Cagar Alam Leuweng Sancang dapat menyediakan ruang habitat yang sama untuk masing - masing spesies serangga.


DISCOVER BIOLOGY

44

Sesuai dengan namanya, tim ini mengamati dan menghitung perjumpaan burung yang terdapat pada beberapa ekosistem di Cagar Alam Leuweung Sancang. Metode pengamatan burung ini dilakukan menggunakan metode point count, yaitu pengamatan yang diakukan pada satu titik dengan radius pengamatan 200250 m dan metode pencacatan timed species count, yaitu pencacatan dengan interval waktu setiap 10 menit. Pengamatan burung diakukan di tiga lokasi berbeda, yaitu wilayah pantai, hutan dataran rendah (wilayah sekitar sungai), dan daerah pemukiman. Meskipun wilayah yang menjadi tujuan ekspedisi kali ini berupa Cagar Alam, namun beberapa lokasi kini telah berubah menjadi pemukiman. Untuk itu, tim burung melakukan pengamatan untuk melihat pengaruh adanya pemukiman terhadap keanekaragaman kelompok burung yang ada di Cagar Alam Leuweung Sancang tersebut.

paling banyak ditemukan di lokasi ini adalah Trinil Rawa (Tringa stagnatilis) , Cerek Tilil (Charadrinus alexandrinus), Trinil Pantai (Tringa hypoleucos), dan Walet Linchi (Collocalia linchi) dan Cekakak Sungai (Todirhampus chloris) . Ekosistem hutan dataran rendah memiliki karakteristik burung yang berbeda dengan burung pantai. Burung yang teramati di ekosistem ini memiliki karakteristik burung hutan pada umumnya dengan ukuran yang kecil, warna yang beragam, serta suara yang cukup nyaring. Pada lokasi ini, dijumpai kurang lebih 17 jenis spesies seperti Walet linchi (Collocalia linchi), Bondol (Lonchura sp) dan Elang laut (Haliaetus leucogaster), Elang ular-bido (Spilornis cheela) dan Meninting besar (Enicurus leschenaulti).

Pada lokasi terakhir yang merupakan pemukiman warga yang terletak di tepi pantai, masih terdapat semak dan pepohonan. Kondisi ini menyebabkan jenis burung yang dijumpai berasal dari kedua tipe ekosistem. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih 15 spesies yang dapat dijumpai pada lokasi ini seperti Kekep Babi (Artamus leucorhyncus), Kacamata laut (Zosterops chloris) dan Pijantung kecil (ArachnoPada ekosistem pantai, dijumpai kurang lebthera longirostris). ih 16 spesies burung pantai dan spesies yang


DISCOVER BIOLOGY Kekayaan spesies dari ketiga lokasi pengamatan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun nilai indeks keanekaragaman hayati taksa burung tertinggi terdapat didaerah pemukiman yaitu 2,3 dii-

45

kuti daerah ekosistem hutan dataran rendah dan pantai dengan nilai masing-masing 1,7. Hal ini menunjukkan adanya efek tepi yaitu perubahan struktur dan komposisi tumbuhan ini pada akhirnya akan membentuk habitat tepi (edge habitat) akibat perubahan fungsi kawasan hutan menjadi non-hutan (Murcia, 1995) atau yang dulu lebih dikenal dengan istilah ekoton (Ries et al. 2004). Kondisi lingkungan di habitat tepi memiliki karakteristik yang berbeda dengan kondisi lingkungan di dalam hutan sehingga spesies dari dua ekosistem di Cagar Alam ini akan cenderung terkonsentrasi disini dan jika perambahan semakin luas berpotensi untuk menyebabkan kepunahan lokal dari spesies tertentu.


DISCOVER BIOLOGY

Tim mamalia bertujuan untuk menginventarisasi satwa mamalia yang ada di Cagar Alam Leuweung Sancang. Metode yang digunakan adalah camera trap, pencarian jejak, dan perjumpaan langsung. Camera trap dilakukan dengan memasang kamera perangkap di jalur yang diperkirakan sebagai lintasan hewan. Pencarian jejak dilakukan terhadap jejak kaki dan jejak feses (kotoran). Perjumpaan

langsung mengandalkan bukti visual hewan secara langsung dengan pengamat. Setiap pertemuan dilakukan pendataan koordinat, rona lingkungan, cuaca, dan waktu. Tidak lupa pula bukti-bukti perjumpaan diabadikan dalam foto dan cast (pencetakan jejak).

46 Hasil pengamatan dengan perjumpaan tidak langsung yaitu camera trap dan jejak kaki tercatat beberapa spesies yaitu monyet ekor-panjang (Macaca fascicularis), babi hutan (Sus scrofa), berang-berang (Aonyx cinerea), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Perjumpaan langsung ditemukan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung budeng (Trachypithecus auratus), kalong (Pteropus sp.), dan luwak (Paradoxurus hermaphroditus).


DISCOVER BIOLOGY

47

Tim Herpetofauna memfokuskan ekplorasi satwa dari jenis reptil serta amfibi. Tim ini menemukan beberapa jenis reptil maupun amfibi pada lokasi yang berdekatan dengan sungai dengan metode Visual Encounter Survey dan Time Search . Pemilihan lokasi sungai yang dilakukan dikarenakan banyak terdapat amfibi yang berhabitat disana juga reptil yang memangsa amfibi tersebut sehingga sungai menjadi lokasi yang terbaik untuk melakukan pencarian. Dalam ekspedisi ini, ditemukan jenis katak dan kodok seperti Limnonectes sp (Katak Batu), Bufo biporcatus (Kodok Puru Hutan) dan Microhyla achatina (Percil jawa). Pencarian amfibi dilakukan pada malam hari. dikarenakan pada malam hari, amfibi sering mengeluarkan suara yang dapat mem-

permudah tim untuk mencari amfibi berupa katak maupun kodok dengan mengikuti sumber suara. Namun untuk pertemuan antara Tim Herpetofauna dengan reptil kerap terjadi pada pagi hari menjelang siang, spesies yang ditemukan adalah kadal terbang (Draco sp) . Peralatan yang digunakan oleh Tim Herpetofauna antara lain adalah tongkat ular, sumpit tiup, dan obat bius untuk preserfasi amfibi dan reptil yang ditemukan.


G

MO (Genetically Modified Organism), merupakan organisme yang secara sengaja diubah susunan materi genetiknya melalui proses rekayasa genetika sehingga memiliki sifat baru. Topik ini tentu sudah tak asing di telinga, terutama bagi mahasiswa yang berkutat di bidang sains dan teknologi hayati. Bukan hanya mengenai berbagai macam pemanfaatannya, namun juga tentang pro dan kontra yang sampai sekarang masih juga terjadi. Sebagai manusia hayati, tak bisa dipungkiri, yang menjadi fokus adalah masalah kehayatian yang diarahkan kepada “Apakah GMO aman dikonsumsi?� dan “Apakah terdapat dampak negatif terhadap lingkungan?� Perdebatan pertama yang muncul adalah keraguan mengenai aman-tidaknya mengonsumsi makanan hasil GMO, karena fokus proyek GMO adalah memenuhi kebutuhan konsumsi manusia. Di Indonesia, produk GMO yang banyak ditemukan adalah jagung. dan kedelai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa produk GMO dapat memberikan efek negatif terhadap kesehatan manusia antara lain menimbulkan alergi, karsinogenik, dan resistensi antibiotik. Namun kejelasan efek produk GMO bagi kesehatan belum dapat dipastikan. Masih terjadi keresahan terhadap produk GMO. Maka dari itu pengetahuan masyarakat tentang produk-produk GMO diperlukan untuk mengatasi keresahan tersebut. Industri, universitas, lembaga

penelitian, serta pemerintah berperan penting dalam memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan bagi masyarakat. Untuk menjamin pangan dan pakan GMO yang aman pemerintah Indonesia telah membentuk Komisi Keamanan Hayati (KKH). Masalah kedua yang muncul dari GMO adalah mengenai dampak apabila mereka berbaur dengan lingkungan. Salah satu sifat tanaman hasil GMO adalah resisten terhadap hama. Ditakutkan apabila tanaman GMO suatu saat tumbuh di alam bebas, akan menyebabkan tumbuhan asli kalah kompetisi dan pada akhirnya mengganggu kestabilan ekosistem. Selain itu, karena GMO memiliki banyak sifat unggul, manusia akan cenderung menanam GMO sehingga tumbuhan yang lain akan tertelantarkan. Masalah lain yang memicu perdebatan adalah masih belum diketahuinya mekanisme dan dampak interaksi GMO dengan tumbuhan atau hewan di lingkungan, sehingga dampak sebenarnya belum bisa diperkirakan hingga sekarang. Untuk mengatasi berbagai perdebatan itu, para ilmuwan di seluruh dunia masih terus berusaha menelitinya. Tak kalah pula, di Indonesia, termasuk pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang mengatur sejauh apa GMO dapat disebarluaskan dan dikonsumsi. Selain itu pemerintah juga telah menetapkan tata cara pelabelan produk GMO. Sebagai keluarannya, sampai sekarang tempe, jagung, kecap, dan berbagai macam makanan lain aman dikonsumsi masyarakat Indonesia sekalipun mereka merupakan GMO.

48


DISCOVER BIOLOGY

49


DISCOVER BIOLOGY

50


DISCOVER BIOLOGY

51


DISCOVER BIOLOGY

52


53

D

ivisi kesenian Nymphaea ITB berada di bawah Departemen Internal, bersama dengan divisi kekeluargaan dan divisi olahraga. Pada kepengurusan 2016, Divisi Kesenian memiliki dua proker yaitu NymphaeArt Project dan Tutorial Kesenian. Konsep dari NymphaeArt Project adalah pembuatan suatu proyek dengan tema tertentu yang melibatkan massa Nymphaea dengan output berupa karya, sedangkan konsep utama dari Tutorial Kesenian adalah mengadakan tutorial tentang suatu tema dalam bidang kesenian yang banyak diminati massa. Sepanjang tahun 2016, telah diadakan dua kali Tutorial Kesenian yaitu Tutorial Memasak dan Tutorial Make Up. Untuk NymphaeArt Project sendiri telah dilakukan dua kali yaitu Make Over Sekre Nymphaea dan Nymphvoice.

Tutorial Memasak Diadakan pada bulan Mei 2016, tutorial ini diadakan untuk memberikan massa pengetahuan dan pengalaman belajar memasak makanan yang enak, mudah dan pastinya terjangkau bagi mahasiswa. Selain itu, tutor memasak ini juga bertujuan untuk meningkatkan keakraban massa menggunakan makanan sebagai pemersatunya (siapa sih yang gak mau makanan gratis?hehe). Format acaranya seperti demo masak dan memungkinkan beberapa massa untuk langsung ikut membantu memasak dan mencicipi makanan yang telah dibuat.. Dengan Dika (Bio 2014) sebagai koki dan penutor, hari itu massa belajar membuat bola bola coklat dari biskuit dan noodle rolls dari mie dengan isian tuna sambal matah. Tutorial ini pun digandrungi massa Nymphaea yang ingin mencoba membuat dan mencicipi masakan yang dibuat. Yum!


Tutorial Make Up Populasi massa Nymphaea yang didominasi oleh perempuan menjadi salah satu faktor utama tutorial ini memiliki request yang tinggi. Maka diadakanlah tutorial make up simpel / everyday make up dengaan Manda ( Bio 2013) sebagai narasumber. Massa yang datang diperbolehkan untuk membawa peralatan make upnya sendiri agar bisa langsung praktik dan juga sharing dengan narasumber meengenai tips dan trik make up sehari hari. Semoga tercerahkan dan semakin badai!

NYMPHAEART PROJECT NymphaeArt Project I : Make Over Sekre Proyek ini merupakan kolaborasi dengan divisi BRT dan Kekeluargaan dan diadakan di awal kepengurusan yaitu semester genap 2016. Di satu hari, massa berkumpul untuk membersihkan, menata ulang dan menghias wilayah sekre Nymphaea. Divisi BRT memimpin pembersihan, divisi kekeluargaan mengadakan masak-masak kecil untuk massa yang bekerja dan divisi kesenian berperan dalam merancang tata ruang dan dekorasi himpunan. Hasil akhirnya adalah tata ruang sekre himpunan yang lebih rapi dan fresh serta dekorasi bunga Lotus raksasa di loker.

NymphaeArt Project II : NymphVoice NymphVoice adalah sebuah Vocal Grup resmi milik Himabio Nymphaea. Proyek pembuatan NymphVoice ini dilaksanakan pada semester ganjil 2016 dan masih berlangsung hingga saat ini. Diawali dengan tim inti yang berperan sebagai penyusun aransemen dan coach vokal, diadakanlah audisi terbuka untuk massa Nymphaea yang berminat untuk menjadi anggota Vocal Group ini. Dari audisi ini didapatkan hasil akhir berupa 4 orang anggota. Sejauh ini, NymphVoice telah tampil di acara-acara resmi SITH. Saat ini, NymphVoice masih melakukan cover lagu dan dalam proses untuk pembuatan Jingle Nymphaea. Output dari proyek ini adalah performance, lagu cover dan jingle original Nymphaea yang direkam dan dipublikasikan di akun resmi media Nymphaea agar bisa disebarluaskan ke massa luar himpunan.

54


Suka-duka Ngiden Spesies Rizky Nes

Saat praktikum biosistematika atau proeko... 55


56


Contact Us: @nymphaea_ITB @nymphaea_ITB Himabio Nymphaea ITB @ofa4745m

Media Nymphaea



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.