I Introduction SAMBUTAN GALERI NASIONAL INDONESIA Sejak penyelenggaraan OK. Video—Jakarta International Video Festival yang pertama pada 2003 hingga penyelenggaraan keempat kali ini, Galeri Nasional Indonesia menjadi tempat utama penyelenggaraan. Khususnya pada festival tahun ini, Galeri Nasional Indonesia, bekerjasama dengan ruangrupa, mempersembahkan penghargaan bagi 3 (tiga) karya video terbaik. Karya-karya yang terpilih dari sekian ratus karya yang masuk melalui aplikasi pendaftaran dan diharapkan dapat menjadi titik tolak bagi karya-karya video di kemudian hari. Sebagai penyelenggara kegiatan ini, ruangrupa tentu telah menjaga komitmen dan konsistensinya dalam mendukung perkembangan seni rupa kontemporer, khususnya dalam konteks budaya urban, dengan memunculkan dan mewadahi karya-karya seni media. Hal ini juga sejalan dengan visi Galeri Nasional Indonesia yang hendak menyajikan karya-karya seni rupa yang berorientasi ke depan, kreatif, dinamis, dan inovatif. Kami menganggap karya seni dan seniman yang terlibat dalam kegiatan dua tahunan ini cukup representatif di bidangnya, yang menjadikan teknologi, media, dan seni sebagai medium ekpresi.
Sebagaimana diketahui di seputar tahun 2000, perkembangan teknologi informasi dan media telah memunculkan para pencipta yang menekuni bidang media baru, di antaranya mereka yang menggunakan perangkat komputer, televisi, maupun video. Fenomena ini kemudian menumbuhkan beberapa komunitas yang mewadahi minat yang sama dalam mengeksplorasi karya-karya media baru, salah satunya adalah ruangrupa. Komunitas ini intens melakukan kerja kreatif dan inovatif dengan mengandalkan kerja jaringan antar-seniman muda dan komunitas, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Antara ruangrupa, Galeri Nasional Indonesia, dan Direktorat Kesenian-Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, seringkali terjalin kerjasama dalam upaya mengakomodasi dan menyosialisasikan karya multimedia dalam berbagai bentuk kegiatan. Oleh karena itu, secara personal maupun institusional, Galeri Nasional Indonesia sebagai lembaga pemerintah tentunya menyambut baik atas terlaksananya OK. Video kali ini yang mengangkat tema “Komedi”. Terlebih di dalam festival yang berskala internasional dan satu-satunya festival video di Asia Tenggara ini, ditampilkan karya-karya berkualitas di tingkat internasional. Peristiwa ini tentu memiliki dampak yang luas, baik bagi apresiasi seni itu sendiri, maupun bagi terjalinnya kolaborasi dan kerjasama lintasnegara dalam memperkenalkan dan mengaktualisasikan perkembangan seni media dan seni media baru di masyarakat. Semoga kegiatan ini tetap bertahan dan memberi kontribusi bagi perkembangan seni rupa Indonesia. Selamat! Jakarta, Juli 2009 Tubagus ‘Andre’ Sukmana Kepala Galeri Nasional Indonesia
2
I Introduction WELCOMING REMARKS FROM INDONESIA NATIONAL GALLERY Since the first event of the OK.Video-Jakarta International Video Festival in 2003 until its fourth occasion today, the Indonesian National Gallery has been serving as the main venue. In this year’s festival, Indonesian National Gallery, together with ruangrupa, proudly presents an award for three best video works. The video works presented have been selected from hundreds of submitted works through an open application and they are expected to serve as a benchmark for upcoming video works. As the organizer of this event, ruangrupa has certainly maintained its commitment and consistency in supporting the development of the contemporary art, especially in the urban context, by presenting and providing a place for media works. This is also inline with the vision of the Indonesian National Gallery, who wishes to present visionary, creative, dynamic, and innovative works. We think that the works and the artists involved in this bi-annual event are representative of the developments in their domain. As we all know, along the year 2000, the developments of the information and media technology have given rise to creators who focus on the new media. Included here are the artists/creators who use computers, televisions, or videos. Such phenomenon then gives rise to similar-interest communities, exploring works of new media. One such community is ruangrupa. This community is intensely involved in producing creative and innovative works, relying on the networks of young artists and communities in Indonesia and abroad. Among the ruangrupa, Indonesian National Gallery, and the Directorate of Art, Indonesian Ministry of Culture and Tourism, there have been collaborative efforts to accommodate and introduce the multimedia works in various activities. Therefore, personally and institutionally, the Indonesian National Gallery as a government institution certainly welcomes the fourth OK. Video with its theme: ‘Comedy’. Especially because in this international festival, which is also the only video festival in Southeast Asia, quality works are presented, from Indonesia and abroad. This event certainly have a big impact, be it for the art appreciation itself or for the fostering of cross-border collaborations among countries in introducing and updating the developments of the media and new media art. I hope this activity will still exist in the years to come and give contributions in the development of Indonesian art. Congratulations! Jakarta, July 2009 Tubagus ‘Andre’ Sukmana The Head of Indonesian National Gallery
3
C Curatorial PERNYATAAN Kuratorial
Dengan semangat OK. Video Comedy, mari kita tertawakan hidup ini.. apalagi seni rupa!! Debut festival berskala internasional yang menamakan dirinya OK. Video pada 2003 di medan sosial seni rupa Indonesia, tampaknya akan terus menebalkan kepercayaan kita yang sebelumnya samar-samar menilai bahwa seni bisa dicapai melalui medium video. Apabila pada debut pertama OK. Video cenderung menginvestigasi praktik seni video di kalangan seniman; mencari legitimasi konteks sosio-historisnya; mengajukannya sebagai diskursus; menata potensi kekuatan serta peluangnya ke depan, maka pada kali kedua dan ketiga, festival yang bersifat biennal ini mulai membidik topik-topik khusus. Festival kedua dan ketiga seakan memberi isyarat bahwa kehadiran seni-seni video tidak saja makin populer dan diapresiasi oleh publik luas, tetapi juga semakin menemukan kealamiahannya dalam praktik seni rupa kontemporer di tanah air. Dalam perjalanannya kemudian, OK. Video akhirnya memosisikan dirinya sebagai institusi bagi perkembangan seni yang berbeda dengan film ini. Artinya, peran OK. Video dewasa ini bukan ‘sekadar perhelatan dua tahunan’. Fungsinya secara nyata telah berkembang menjadi parameter bagi setiap perbincangan seni-seni video mutakhir di Indonesia. Dan secara militan OK. Video tidak saja berhasil menularkan sikap yang terbuka di dalam memahami arena baru bagi praktik seni rupa, dia juga mampu mengakomodasi jenis seni yang kemunculannya pada akhir 1990-an ke awal 2000-an terbilang jarang kita jumpai di galeri-galeri. Di tengah gemuruh seni lukis serta seni-seni lainnya yang setiap bulan dipamerkan, OK. Video seakan menghimpun secara penuh karya seni video yang mungkin absen dalam setiap kurun dua tahun. Istilah ‘comedy’ dalam perhelatan OK. Video ini bisa dipahami sebagai salah satu cara—yang sangat spesifik—untuk melihat peluang tentang bagaimana seniman bisa menggali sensibiltas ‘humor’ melalui kamera dan di lain pihak secara efektif mampu menyematkan dimensi kritikalnya dalam mencermati kehidupan sekarang serta praktik seni.
Ada dua kecenderungan yang lazim ditempuh dari sejumlah tayangan di OK. Video Comedy, yaitu pertama, seniman membangun narasi—panjang maupun pendek—yang lalu secara sengaja ditata, baik alur, suara, dan pola komunikasinya, untuk kemudian direkam. Kedua, menunggu momentum dari realitas kehidupan sehari-hari yang secara kebetulan memancing tawa dan secara tak sengaja terekam oleh kamera. Kuantitas kecenderungan yang pertama jauh lebih dimanfaatkan seniman. Selain itu ada dua pola aplikasi yang dijalankan. Pertama, pendaftaran terbuka kepada siapa saja yang (merasa) seni videonya memiliki nilai komedi. Kedua, melalui undangan khusus bagi mereka yang sepanjang kiprahnya acap kali memunculkan kualitas humor di dalam karya-karya video mereka. Semua itu kemudian dibagi-bagi ke dalam sub-sub genre komedi yang dipandang mewakili segala yang satir, sinikal, kritikal, parodikal, situasional, dan absurd.
4
Sering kali dikatakan oleh sejumlah orang bahwa komedi memiliki formula: verbal, visual, dan fisikal. Metodenya bisa hiperbolis, metaforikal, dan lain sebagainya. Hasilnya bisa beragam: lucu sekali, lumayan lucu, biasa-biasa saja, sampai yang gagal untuk disebut lucu. Kadar humor (sense of humor) akan selalu terikat oleh sejumlah hal: konteks ruang-waktu, ras, jender, budaya, kedewasaan, level pendidikan, serta
C Curatorial
intelektualitas: selebihnya bakat alamiah seseorang. Kadar humor dengan demikian juga berhubungan dengan soal pengalaman (estetik) seseorang. Hal-hal yang mengikat itulah yang akan menentukan reaksi seseorang ketika disuguhkan komedi. Lalu apakah ada komedi yang universal? Seperti halnya seni: tentu saja tidak (dan tidak ada logika yang mendukung keuniversalan ini, sekalipun Anda yang di Tebet, Boyolali, Wamena, atau mereka yang di New York, Sidney, atau di Madinah bisa saja sama-sama terbahak menonton ulah Mr. Bean).
Oleh sebab itu, perhelatan OK. Video kali ini menayangkan video-video yang dinilai mewakili setiap hal yang bersifat ‘mengikat’ tersebut dengan menimbang baik-baik segala risikonya. Artinya, OK. Video Comedy samasekali tidak memberikan jaminan kepada Anda untuk secara leluasa tertawa terpingkal-pingkal di ruang Galeri Nasional Indonesia. Atas pertimbangan itu pula, maka OK. Video Comedy kali ini memang benar-benar tidak berencana mengundang Srimulat. Aminudin TH Siregar Kurator OK. Video Comedy
curatorial statement In the spirit of OK. Video Comedy, let’s laugh at life… and especially art!! The OK. Video international festival that made its debut in 2003 seems to be able to keep on strengthening our previously-vague belief that art might be achieved by means of the video. While in its debut OK. Video tended to investigate the practices of video art among the artists, seek to legitimate its social and historical contexts, advance it as a discourse, organize its potentials and opportunities for the future; in its second and third appearances, the biannual festival started to focus on specific themes. The second and third festivals seemed to give signs that the video art has not only become increasingly popular and better appreciated by the public, but also found its natural niche within the practices of the contemporary art in Indonesia. In its further journey, OK. Video then positions itself as an institution that provides a place for the development of art that is different from (feature) films. It means that the OK. Video is now not merely a ‘biannual event’, but it has truly become a parameter for the discussions on the latest video art works in Indonesia. Militantly, OK. Video has not only managed to create an open attitude in comprehending a new arena for art practices, but it is also able to accommodate the art genre that in the late nineties to the beginning of the 2000s had been rarely encountered in galleries. Amid the thunders generated by the painting exhibitions that take place every month, OK. Video seems to gather 5
C Curatorial
comprehensively video art works that might have been absent for the intervening period of two years. The term of ‘comedy’ in the OK. Video event today can be viewed as one way—a very specific one at that—to observe the opportunities in which an artist can explore the sensibility of humor through his or her camera, and effectively capture its critical dimension in viewing the contemporary living and the art practices. There are two tendencies commonly encountered in the works presented in OK. Video Comedy. First, the artist creates a narrative—be it long or short—which is then deliberately arranged in terms of its plot, sounds, and communication pattern, to be then recorded. Second, the artist waits to capture a momentum from daily living, which accidentally triggers laughter and is recorded fortuitously by the camera. The artists have mostly used the first tendency. Then, there have also been two patterns. First, open submission for anyone who feels that his or her video art work has certain comedic qualities. Second, there is the special invitation for the artists who have often presented the quality of humor in their video works. These have then been categorized into different comedy subgenres that we see as representative of all that is satirical, cynical, critical, parodical, situational, and absurd. Many people often say that comedy has certain recipes: the verbal, the visual, and the physical. The method can be hyperbolical, metaphorical, et cetera. The results might vary: very funny, quite funny, okay, and those that fail to be funny. The sense of humor is invariably linked to several things: the context of time and space, race, gender, culture, maturity, level of education, intellect, and the rest depends on the each person’s natural talent. The sense of humor, therefore, is also related to someone’s (aesthetic) experience. It is these links that will determine someone’s reaction when presented with comedy. Is there a universal form of comedy? Just like art: of course there isn’t (and there is no logic that supports such claim to universality; although you who live in Tebet, Boyolali, Wamena, or New York, Sydney, or Madinah might all laugh watching the exploits of a certain Mr. Bean). The event of OK. Video today, therefore, presents video works that we view as representative of all those ‘binding’ things, by thoroughly considering all the risks involved. This means that OK. Video Comedy does not guarantee that you will or can laugh out loud in the Indonesian National Gallery today. With this in mind, OK. Video Comedy truly has no intention to invite the Srimulat comedy troupe. Aminudin TH Siregar OK. Video Comedy curator
6
P Programmes ruangrupa presents:
OK. Video COMEDY 4th Jakarta International Video Festival 28 Juli – 9 Agustus 2009 Dengan Video dari/With Video from: USA, Afghanistan, Albania, Argentina, Australia, Austria, The Netherlands, Denmark, Italy, Japan, Germany, Malaysia, France, Sweden, Indonesia, Singapore, UK, Croatia, Latvia, China, Hungary, South Korea, India, Canada, Sri Lanka, Palestine, Kazakhstan, Ukraine, Greece, Slovak Republic Dan 3 presentasi khusus dari/And 3 Special Presentations from: Goethe Institut Jakarta, Centre Cultural Francais Jakarta, CologneOFF Pembukaan/Opening: Selasa, 28 Juli 2009 | 19.00 Galeri Nasional Indonesia Jl. Medan Merdeka Timur 14 Jakarta Pusat
Festival: 29 Juli – 9 Agustus 2009 Jam Buka / Open Hour: 10.00 – 20.00 Kurator: Aminudin TH Siregar
Lecture/Master Class
Jumat, 31 Juli 2009 | 14.00 – 16.00 Institut Kesenian Jakarta – Galeri FSR “Media Art Practice” Pemateri/Lecturer: Reza Afisina (Indonesia), Barbara Smeenk (The Netherlands) & Reinhaart Vanhoe (The Netherlands) Discussion will be held in English Senin, 3 Agustus 2009 | 10.00 – 14.00 Institut Kesenian Jakarta – Ruang Syuman “History of Media Art” Pemateri/Lecturer: Agung Hujatnikajennong (Indonesia) & & Reinhaart Vanhoe (The Netherlands) Discussion will be held in English
Diskusi
Galeri Nasional Indonesia
Sabtu, 1 Agustus 2009 | 15.00 – 17.00 “Budaya Komedi di Indonesia” Pembicara: Arswendo Atmowiloto & Antariksa Moderator: JJ Rizal
8
P Programmes
Sabtu, 1 Agustus 2009 | 17.00 – 19.00 “Strategi Komedi dalam Seni Video” Pembicara: Aminudin TH Siregar & Hikmat Budiman Moderator: Ade Darmawan Selasa, 4 Agustus 2009 | 15.00 – 17.00 “Komedi dalam Televisi” Pembicara: Veven Sp. Wardhana Moderator: Ardi Yunanto Selasa, 4 Agustus 2009 | 17.00 – 19.00 “Humor dan Iklan Politik” Pembicara: Nirwan Ahmad Arsuka Moderator: Mirwan Andan
Pemutaran dan diskusi/Screening & Discussion Sabtu, 1 Agustus 2009 | 14.00 – 17.00 “Screening & Discussion with LG” Senayan City, Lt. 4 Pembicara: Anggun Priambodo & Muhamad Akbar
Kamis, 6 Agustus 2009 | 19.00 – 21.00 Newseum Cafe, Jl. Veteran 1 No. 33, Monas, Jakarta Pusat Pembicara: ruangrupa
Video Workshop
Galeri Nasional Indonesia
“Mari Syuting! Bersama Kak Ari Dina” Sabtu, 1 Agustus 2009 & Sabtu, 8 Agustus 2009 | 10.00 – 16.00 Seluruh program tidak dipungut bayaran dan terbuka untuk umum Free adminissions for all programs and open for public
Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 6 Jakarta 12820 T/F: +62 21 830 4220 info@okvideofestival.org www.okvideofestival.org 9
V Videoworks Ketika tidur, kita tanpa sadar bisa berpose aneh dan membuat orang lain tertawa. Orang yang tidur bisa ditertawakan tapi tak bisa menertawakan dirinya sendiri. Tidur itu memang lucu.
When we sleep, we might, without our realizing it, make weird postures, therefore inviting laughters from others. We can laugh at the ones sleeping, but they cannot laugh at themselves. It’s a funny thing, sleeping.
Ahmad Nursalim INDONESIA Sleeping Matter 4’5”, 2009
Sebuah klip video yang menggambarkan hubungan yang galau antara Malaysia dengan Indonesia, demi mengggugah nasionalisme Indonesia.
A video clip depicting the problematic relationship between Malaysia and Indonesia, created to incite feelings of nationalism among Indonesians.
Aji Saka Setiyawan INDONESIA Khianat 4’ 25”, 2009
Alana Hunt AUSTRALIA It’s a Human Relations Thing 16’17”, 2009
Pada dasarnya video ini terdiri atas petanda di peturasan perempuan dalam asrama mahasiswi di suatu universitas. Saya mulai tertarik pada berbagai cara orang berkomunikasi, melalui bahasa tulis dan bentuk visual mengenai masalah kebersihan di sebuah ruang komunal bersama.
This video basically consists of the signs in the female toilets of a girl’s student hostel at a university campus. I became interested in the different ways people communicate, through written language and visual forms over the issue of cleanliness in a shared communal space.
Komedi dan tragedi. Tragedi bagi seseorang adalah komedi bagi orang lain.
Comedy and tragedy. Tragedy for one person might be a comedy to others.
Altogetha Collective Video INDONESIA The Comedy 5’ 40”, 2009
10
V Videoworks Dalam Peek-A-Boo (Ciluk Ba), sebuah kegiatan senang-senang dan sederhana dibedah melalui repetisi. Dalam karya ini, kerumitan hidup kontemporer kita dicerminkan dalam penggandaan dan lapis-lapis dalam permainan Ciluk Ba ini.
Anat Pollack AMERIKA SERIKAT Peek-A-Boo 3’33”, 2008
In Peek-A-Boo, a simple and fun activity is dissected through repetition. Within the work, the complication of our contemporary life is reflected in the duplicity and layering of this single one game of Peek-A-Boo.
Pemilu Indonesia sebagai pesta demokrasi telah berubah menjadi komedi yang menghiasi ruang publik dalam kehidupan sehari-hari kita. The Indonesian general election, a festival of democracy, has turned into a comedy show that decorates the public spaces in our daily lives.
Andreas Eko Sardjono INDONESIA Pesta komedi Indonesia, yang menang yang tertawa 5’ 35”, 2009
Anggun Priambodo INDONESIA Sinema Elektronik Video Elektronik 2009
Anna Berndtson SWEDIA Portable Office (Always Available) 13’ 33”, 2009
Sinetron sungguh menggila. Ditayangkan hampir semua stasiun televisi di jam yang hampir bersamaan. Anggun membuat sebuah parodi sinetron, di mana ia berakting menirukan gaya pemeran sinetron, mulai dari cemberut, marah, sedih, dan gembira.
The electronic cinema, the Indonesian version of telenovela, has run riot. It is broadcast on almost all television stations, virtually simultaneously. Anggun makes a parody of the telenovela, in which he acts mimicking the telenovela artists, from pouting, angry, sad, and happy.
Berjalan mengitari kursi kantor, menarik atau mendorong kursi, di dalam kota, di pusat perbelanjaan, di kereta, dan seterusnya. Setiap saat ketika saya tidak bisa bergerak, misalnya saat lampu merah, di atas eskalator, atau di dalam sebuah lift, saya duduk di bangku dan bekerja. Saya keluarkan laptop atau telepon genggam dan mengetik atau menelepon.
Walk around pushing or pulling an office chair, in town, in a shopping center, on the train and so on. Every moment when I cannot move on, like for example if there is a red light, if I end up on an escalator or in a lift, I sit on the chair and work. I take out my laptop or my mobile phone and type or make a call.
11
V Videoworks Dengan menggunakan kamera telepon genggam dan kamera digital, Ari Dina merekam berbagai teks yang ia temukan dalam kesehariannya.
Using a mobile phone camera and digital camera, Ari Dina records a range of texts that he finds in his day-to-day life.
Ari Dina Krestiawan INDONESIA Still Going Text Project 5’ 27”, 2009
Empat perempuan dari berbagai bangsa dan bahasa bertengkar di sebuah meja. Dalam dunia nyata, karya ini dinamakan “Still Stupidity”.
Four women of different nationalities and languages are arguing in a table. In the real world, this work is titled “Still Stupidity”.
Ariani Darmawan INDONESIA Still Life 7’, 2006 co-directed by
Hosanna Heinrich
Godot membunuh waktu bermain kung fu. Godot is killing time doing kung fu.
Ariani Darmawan INDONESIA Kung Fu Godot 3’, 2009
Asy Syams E.A INDONESIA Aksi Pendekar Supeltas 13’ 17”, 2009
12
Supeltas, atau sukarelawan pengatur lalu lintas, menerima upah ala kadarnya dari pengguna jalan. Seorang supeltas mengatur lalu lintas dengan berdansa, menghibur pengendara dengan aksinya yang janggal dan lucu. The “supeltas”, or sukarelawan pengatur lalu-lintas (i.e. traffic controler volunteer), receive so-so money from road users. One supeltas controled the traffic by dancing around, entertaining the road users with his peculiar and funny acts.
V Videoworks Bagaimana keadaan dan rupa Belanda di tahun 2020? Atas permintaan Badan Makanan dan Barang (Voedsel en Waren Authoriteit), Babette van Wagenvoort dan Barbara Smeenk membuat tiga film animasi pendek tentang tiga skenario masa depan, sebagaimana diperkirakan oleh para ilmuwan. Barbara Smeenk & Babette Wagenvoort THE NETHERLANDS Future food and food products in the Netherlands 7’2”, 2009
How will the Netherlands look like in the year 2020? At the request of the Voedsel en Waren Authoriteit (Food and Goods Authority) Babette van Wagenvoort en Barbara Smeenk made three short animation films covering three scenarios of the future, as thought of by scientists.
Kehidupan sehari-hari masinis dan kondektur kereta yang berbincang-bincang dengan lelucon khas Cirebon.
Daily happenings in the lives of a locomotive engineer and train conductor, who are chatting together with typical jokes of the Cirebon area.
Bayu Alfian INDONESIA Kita bicara 12’ 49”, 2009
Brown Council AUSTRALIA 21 joke bit 8’25”, 2009
Sebuah video pendek yang mendekonstruksi formula komedi “bit” (lawakan dengan topik tertentu dan ditampilkan secara singkat oleh pelawak) dengan secara konstan mengulang-ulang lawakan klise dan peniruan yang buruk. Setiap pelawak diberi batas waktu 10 detik untuk mencapai titik puncak. A short video that deconstructs the formula of the comedic ‘bit’ through the constant repetition of clichéd jokes and badly executed impressions. Each performer is given a 10 second time limit to reach their punch-line.
Seorang gadis berjalan dengan kaki telanjang di sepanjang sungai dengan sepasang sepatu boot di tangannya… A girl is walking barefooted along a river with a pair of crocodile new boots in her hand...
Cécile Paris PRANCIS Crocodylus Ferragamo 3’, 2008
13
V Videoworks Sebuah efek kebijakan bersama yang membuat lingkungan menjadi sebuah labirin.
One impact of a communal policy that has turned the environment into a labyrinth.
Damar Ardi Atmaja INDONESIA Labirin 7’, 2008
This project, “Si”, originated from an article I read several years back that suggested a husband’s agreeability was the most common characteristic of an enduring marriage.
This project, “Si”, originated from an article I read several years back that suggested a husband’s agreeability was the most common characteristic of an enduring marriage. David Estes AMERIKA SERIKAT Si 2’28”, 2007
David M. Thomas AUSTRALIA I Am Quite Sure I Do Not Understand The Question 5’, 2008
Eddie D BELANDA Pas de deux 01’ 57”, 2007
14
Dalam video ini saya berperan sebagai seorang peneliti pasar VALS (nilai dan gaya hidup) dan seorang badut. Saya bersimpati pada respons badut, yang sering tidak benar secara politik, ketinggalan zaman, tidak pantas, dan dengan suara yang konyol. In this video I am playing the role of a VALS (VALUES AND LIFE STYLES) market researcher and a clown. I sympathize with the clown’s responses, which are often politically incorrect, out of time, inappropriate, and in a silly voice.
Pas de deux adalah koreografi untuk dua politisi sayap kanan— atau lebih tepat, tangan kanan—Belanda. Keduanya berasal dari partai berbeda, yang satu sayap kanan moderat, yang lainnya lebih populis. Mereka berusaha menarik pemilih yang sama, islamofobi nasionalis, tanpa kedengaran terlalu ekstrem. Dan tentu saja, seperti halnya politisi lain, tanpa betul-betul berkata apa pun. Pas de deux is a choreography for two Dutch right-wing politicians, or better, for their hands. The two are from different parties, one moderately right wing, the other more populist. They are trying to appeal to the same voters, the nationalistic islamophobics, without sounding too extreme. And of course, like all politicians, without really saying anything.
V Videoworks Eddie D menggunakan imaji TV standar “kepala yang berbicara” yang menatap lurus ke kamera. Kata-kata si lelaki itu telah dipotong menjadi huruf-huruf dan suara lepas, lalu berdasarkan huruf dan suara lepas itu diproduksilah kata-kata baru yang tak bisa dieja. Hasil koreografi kepalanya bergantian antara diam membeku dan gerakan-gerakan kaku. Eddie D BELANDA Sonatina 02’ 05”, 2004
Eddie D makes use of the standard TV-image of a ‘talking head’ that looks straight into the camera. The man’s words have been chopped up into loose letters and sounds and with those new, unpronounceable words are build. The resulting choreography of his head alternates between frozen standstill and jerky movement. “Gajah bertarung sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah”. Pertarungan antara orang-orang yang berkuasa selalu mengambil orang kecil sebagai korbannya. “When elephants fight each other, a deer is bound to die right in the middle.” This is the separation between those in power and the commoners, which invariably takes the commoners as its victim.
Eddu Enoary Eigven & Patriot Mukmin INDONESIA The Death of Pelanduk* 6’ 9”, 2009
Ester Nazarian ARGENTINA José Gregorio Nilsen Braun – Shangrila 5’25”, 2009
Gazelle Samizay AFGANISTAN/ AMERIKA SERIKAT Nosh-e Jan (Bon Appetit) 7’, 2008
*Pelanduk is the Indonesian name for chevrotain, a small hornless deer. There is a Indonesian saying that tells of a chevrotain that dies from being squeezed by two duelling elephants.
Seorang dokter dari Amerika Latin, seorang saleh, José Gregorio Hernandez, adalah pusat perhatian dan bertengkar dengan tiga karakter perempuan lainnya dalam lakon itu: Louders, Rosa, dan Rita. Mereka memulai sebuah perjalanan di mana peluang, ironi, dan avatar nasib akan menandai mereka.
A Latin American doctor, a saint, José Gregorio Hernandez, centre of attraction and dispute with the other three female characters of the play, Louders, Rosa, and Rita. They start a journey where chance, irony, and the avatars of destiny will mark them.
Kami mengundang Anda menyaksikan ritual mewariskan dan mengonsumsi rahasia dalam sebuah keluarga Afgan-Amerika. Ritual ini merupakan bentuk penyaluran ekspresi bagi para perempuan yang menanggung rahasia, tanpa melanggar kode ketat menjaga muka.
We invited to witness the ritual of passing and consuming secrets within an Afghan-American family. The ritual serves as an outlet of expression for the women that bear secrets, without violating the strict code of keeping face.
15
V Videoworks Dalam upaya keluar dari permasalahan perkawinannya, seorang perempuan menyibukkan diri dengan mencuci seprai yang kelihatannya bersih. Ditentang oleh stigma budaya dan harga diri, dia tidak akan meninggalkan suaminya. Dia lebih senang memelihara tampak luar sebuah kehidupan sempurna yang menjadi topeng kebahagiaannya sendiri. Gazelle Samizay AFGANISTAN/ AMERIKA SERIKAT This will be the last 5’ 30”, 2009
In an effort to escape her marital problems, a woman preoccupies herself with washing a seemingly clean bed sheet. Constrained by cultural stigmas and pride, she will not leave her husband. She prefers to maintain the facade of a perfect life over her own happiness.
Perubahan adalah hal yang hampir tak mungkin. Sejarah mengajarkan kita untuk membedakan kebenaran dan kebohongan. Ambillah harapan kami untuk masa depan yang lebih baik tapi kami memelihara rasa humor kami.
Change is almost impossible. History taught us to tell the truth from the lies. Take our hope for a better future but we’re keeping our sense of humor. Gilar Di Aria INDONESIA You’re Joking 3’, 2009
Pertunjukan video ini adalah tentang hubungan romantis yang ‘berantakan’. Ceritanya disusun dari kumpulan vignette pendek dan potongan lagu-lagu tema.
This video performance is about “messed up” romantic relationships. It is composed of short vignettes and separate sound tracks broken down thus. Gwenn-Aël Lynn AMERIKA SERIKAT Winter time love 4’41”, 2007
Ketika disko telah mengeluarga dan keluarga telah berdisko, belum tentu ayah, adik, kakak, atau ibu tiri Anda turut menyukainya.
As the disco fever hit the family and the family goes to disco, your father, sister, brother, or your step mother might not necessarily like it.
Henry Foundation INDONESIA Keluarga disko 3’ 25”, 2009
16
V Videoworks Mengapa kita membuat video art? Bagaimanakah cara membuat video yang art? Ada apa dengan video dan art itu sendiri? Lantas, apakah video art itu? Why do we make video art works? How do we make a video that is also art? What is it with the video and the art? What is video art?
Henry Foundation INDONESIA Video artist 30’, 2009 Merekam cinta adalah seperti mencintai rekaman yang tidak harus selalu merefleksikan rasa cinta Anda dan menjadi personal. Recording love is like loving the record that does not necessarily reflect your love and serve as something personal.
Henry Foundation INDONESIA Love captured ___ 2009
Perubahan adalah hal yang hampir tak mungkin. Sejarah mengajarkan kita untuk membedakan kebenaran dan kebohongan. Ambillah harapan kami untuk masa depan yang lebih baik tapi kami memelihara rasa humor kami.
Change is almost impossible. History taught us to tell the truth from the lies. Take our hope for a better future but we’re keeping our sense of humor. Ho Tzu Nyen SINGAPURA Reflections 13’ 28”, 2007
Perubahan adalah hal yang hampir tak mungkin. Sejarah mengajarkan kita untuk membedakan kebenaran dan kebohongan. Ambillah harapan kami untuk masa depan yang lebih baik tapi kami memelihara rasa humor kami.
Change is almost impossible. History taught us to tell the truth from the lies. Take our hope for a better future but we’re keeping our sense of humor. Gilar Di Aria INDONESIA You’re Joking 3’, 2009
17
V Videoworks The Rock/Transfer adalah tentang bobot sejarah sebagai usaha untuk menghubungkan kembali masa lalu dengan masa kini melalui isyarat simbolik di mana sebuah obyek yang melambangkan masa lalu digerakkan dari satu tempat bersejarah ke tempat lain. Janet Cook-Rutnik & William Stelzer ALBANIA/AMERIKA SERIKAT The Rock/Transfer 8’ 3”, 2009
Jatmiko Wicaksono INDONESIA Celana-Celana 4’ 39”, 2009
Jessica Segall AMERIKA SERIKAT I Share a Birthday with Hitler 4’55”, 2008
18
Judith van Der Made BELANDA REDTHEPLANEEET!!! Superhero DIY instruction guide 5’3”, 2008
The Rock/Transfer is about the weight of history as an attempt to reconnect the past with the present through a symbolic gesture in which an object that signifies the past is moved from one historical place to another.
Pakaian adalah bagian dari identitas remaja, bukan sebagai suatu barang yang nyaman untuk melindungi tubuh. Hingga seorang remaja meninggalkan celana terompetnya menuju era celana pensil, walaupun sangat tidak nyaman dipakai dan susah dilepas.
Clothes constitute a part of a teenager’s identity; it is not a mere object to protect one’s body—so much so that a teenager discards his bell bottom pants to move into the era of the pencil pants, although they are so uncomfortable and difficult to remove.
Saya menulis dan merekam lagu “I Share a Birthday With Hitler” pada ulang tahunku yang ke-28, dan merilisnya pada tahun yang sama dalam sebuah CD bersama lima lagu naratif lainnya berjudul “Other Sister Talking Blues”. Pada hari ulang tahun saya di tahun berikutnya saya memutar video ini. I wrote and recorded the song I Share a Birthday With Hitler for my 28th birthday, and released it the same year on CD with five other narrative songs entitled “Other Sister Talking Blues.” The next year on my birthday party I screened this video.
Setiap orang bisa menjadi pahlawan super. Jadi, bila seekor kelinci menyerang Anda dengan bola api, Anda bisa jadi penyelamat. Judith van der Made memandu Anda menjadi pahlawan super melalui video Lakukan-Sendiri ini. Sebuah video naratif yang digabungkan dengan animasi gambar dan suara. Anyone can be a superhero. So when a rabbit attacks you with a ball of fire, you could save the day. Judith van der Made guides you to become one with this Do-It-Yourself video. A narative video combined with sound and drawn animation.
V Videoworks Bahasa Sehari-hari (Daily Language) adalah sebuah karya video konseptual yang berfokus terutama pada bahasa dan budaya. Semua bahasa di video ini berasal dari silat lidah lokal, yang tidak terlalu memiliki arti. Daily Language is a conceptual video work which especially focuses om the language and culture. All of the words in the video is from the local tongue twister, which do not have much meaning. Jun’ichiro Ishii JEPANG Daily Language 5’ 30”, 2008
Mengambil inspirasi dari lagu Italia terkenal di tahun 1980-an, animasi ini dengan ironis menganalisa istilah-istilah produksi industri dengan menggunakan merek ternama yang dikenal karena pembentukan suasananya.
Taking inspiration from the famous Italian song from the 1980s, this animation analyzes ironically the terms of industrial production using a famous brand known for its ambiental care. Lemeh42 ITALIA How to make a table 2’ 30”, 2008
Seorang pemuda mengalami sebuah peristiwa tragis, namun amat penting, saat sebuah kesalahpahaman muncul antara dirinya dan seekor burung kecil yang lapar. A young boy endures a tragic, yet much needed, event when a small misunderstanding occurs between himself and a hungry little bird.
Leslie Supnet KANADA A Small Misunderstanding 58”, 2008
Malaka Dewapriya SRI LANGKA Exchange 3’ 30”, 2007
Kerinduan manusia teralienasi akan pengakuan, dan akan cinta pada kemanusiaan, yang—meski dengan segala batasan artifisial yang dipaksakan oleh masyarakat berezim tiranis dan keserakahan mekanisme eksploitatif—akan membuat kau mendengarkan dirinya.
The yearning of the alienated human being for the recognition, and for the love of humanity, that in spite of all the artificial boundaries imposed by the tyrannically regimed society and the greediness of the exploitative mechanism, would begin to make you just listen to him/her.
19
V Videoworks Video ini berisi paket konsumen, yang terjebak dalam aksi berulang-ulang melipat, meremukkan, dan membuka lipatan.
This video contains a consumer package, which is stuck within the repeated action of folding, crumbling and unfolding.
Martin Boyle UNITED KINGDOM Auto Cannibal (Argos Scale) 6’46”, 2009
Maulana M. Pasha INDONESIA Kontak Jodoh (Masih gadis atau sudah janda) 12’, 2009
Michael Blum AUSTRIA/JERMAN Charlie Marx and the chocolate factory 27’ 17”, 2009
Halo, kamu masih gadis apa sudah janda? Ruang massa, telepon genggam, dan kontak jodoh; ketiga hal itu melebur dalam lalulintas komunikasi. Ruang personal berpencaran di antara percepatan mobilitas sosial. Jodoh itu di tangan telepon genggam.
Hello, are you a virgin, or have you been married before? A space for the mass, mobile phones, and personal ads: all three are merged in the communication traffic. The personal space is scattered around as social mobility is accelerated. Your love life is in the hand of your mobile phone.
Charlie Marx and the Chocolate Factory dimulai sebagai suatu penyelidikan mengenai hubungan antara politik dan cokelat di Pabrik Kudapan Karl Marx di Kiev, Ukraina. Pabrik ini didirikan pada 1886, beroleh nama Karl Marx pada 1923, dan sejak itu mempertahankan nama tersebut meski ada perubahan dalam rezim politik dan kepemilikan. Kini, produk pabrik itu didistribusikan luas di seluruh Ukraina, Rusia, dan Asia Tengah.
Charlie Marx and the Chocolate Factory started as an investigation of the link between politics and chocolate, at the Karl Marx Confectionary Factory in Kiev, Ukraine. The factory was founded in 1886, named after Karl Marx in 1923, and has kept its name ever since, despite changes in political regime and ownership. Today, the factory’s produce is widely distributed throughout Ukraine, Russia, and Central Asia. Tel Aviv, 2007. Seorang lelaki begitu jengkel dengan eongan seekor kucing sampai-sampai ia memutuskan untuk menculik sang kucing dan mendeportasinya ke Tepi Barat. Ia lantas memulai perjalanan yang rumit dan panjang dengan tujuan tunggal untuk menyingkirkan sang tetangga yang menyebalkan itu.
Michael Blum AUSTRIA/JERMAN Ciao ghatoul 14’ and wallpaper, 2007
20
Produced in collaboration with The Israeli Center for Digital Art, Holon/IL
Tel Aviv, 2007. A man is so annoyed by a cat’s on-going meows, that he decides to abduct the cat and deport it to the West Bank. He thus embarks on a long and complicated journey with the sole purpose of ridding himself of this unpleasant neighbour.
V Videoworks Dongeng tentang komunisme, sosial demokrasi, dan kapitalisme. (Sekuel dari Wandering Marxwards.)
A fairy tale about communism, social-democracy, and capitalism. (A sequel to Wandering Marxwards).
Michael Blum AUSTRIA/JERMAN The three failures 22’4”, 2006
Mores McWreath AMERIKA SERIKAT The Bud, the Seed, the Egg 15’, 2008
Morten Dysgaard DENMARK The door of the law 5’ 45”, 2009
Muhammad Akbar INDONESIA Telepower 7’40”, 2009
The character finds himself in a room of indeterminate scale. He performs on camera in short bursts of dialogue, action, or sculpture. His experience wavers between utter absurdity and potential profundity. His only chance to get out of the space is to find a way through it.
The character finds himself in a room of indeterminate scale. He performs on camera in short bursts of dialogue, action, or sculpture. His experience wavers between utter absurdity and potential profundity. His only chance to get out of the space is to find a way through it.
The door of the law menceritakan sebuah situasi di mana dua orang lelaki, seorang berbicara bahasa Arab dan yang lain berbicara gaya Amerika, berbagi kamar meskipun tak pernah saling bertemu. Mereka bergantian menempati kamar dan orang akan bertanya-tanya apakah mereka merupakan dua wajah dari satu orang yang sama. Film ini menantang rasa subyektivitas kita, identitas kita, kebangsaan kita, dan stereotip kontemporer.
The door of the law narrates a situation where two men, one Arabic speaking and one American speaking, share a room despite never seeing each other. They take turns occupying the room and one wonders if they are two facets of the same person. The film challenges our sense of identity subjectivity, nationality, and contemporary stereotypes. Pencitraan aksi kekuatan dukun, cenayang, supranatural dan sebagainya dapat menjadi sangat mengecoh dalam penyajiannya secara audio visual baik di stasiun televisi maupun YouTube sekalipun. Apakah benar benar nyata atau hanya bualan belaka, kita tidak pernah tahu. Namun keasyikkannya tidak akan pernah hilang sampai kapanpun. Sekalipun penonton menampik kebenarannya, di sisi lain kita tetap menikmatinya.
The feats of medicine men, seers, supernatural gurus, etc, can be really misleading as they are presented in audiovisual forms on television stations or YouTube. We can never know if they are true or simply lies. The charm, however, remains. Although the audience might reject their claim to truth, they can still enjoy the show.
21
V Videoworks Amerika Serikat berhasil mendaratkan astronotnya untuk pertama kali di planet Mars. Publikasi ke seluruh dunia dengan bangga dilakukan, namun setelah menjelajahi Mars, mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan dan sangat membuat mereka malu.
Nala Atmowiloto INDONESIA The First Nation on Mars 8’21”, 2008
The United States of America has managed to land its astronauts for the first time on Mars. The event is publicized proudly all acroos the world, but as the astronauts proceed to explore Mars, they discover something surprising and embarrassing.
Di dunia ini banyak sekali orang yang kuat. Video ini akan memperlihatkan kepada kita, bahwa salah satu dari orang kuat itu biasanya berada sangat dekat dengan kita; namun kita jarang peduli terhadap keadaan ini.
There are so many strong people in this world. The video will show us how one of those strong people usually exists around us, but we are generally ignorant to this fact. oomleo INDONESIA Mengapa Orang Kuat 15’, 2009
Paul Wiersbinski GERMANY IVO BUROKVIC - The Life of The Fake Artist As a Young Business Model 58”, 2008
Raphaël Blum FRANCE Tondo Stars 12’56”, 2009
22
The project documents the ordering of an oil painting after a photoshop image in China and the selling of this piece at a renowned auction. In a world of greed nothing is worth more than something, which cannot be sold.
The project documents the ordering of an oil painting after a photoshop image in China and the selling of this piece at a renowned auction. In a world of greed nothing is worth more than something, which cannot be sold.
Presents a serie of portraits of Tondo’s inhabitants, the popular district of Manila, as ‘actors’ of a personal activity in the street using music, dance, and Karaoke.
Presents a serie of portraits of Tondo’s inhabitants, the popular district of Manila, as ‘actors’ of a personal activity in the street using music, dance, and Karaoke.
V Videoworks Berjuang untuk sesuatu yang lebih baik, direkam dalam pita video. Striving for improvement, captured on videotape.
Reinaart Vanhoe BELGIUM We werken aan de overige 10% (we are working on the rest) 2’ 23”, 2009
Park West mendapuk diri sebagai dealer seni terbesar di dunia. Para pelelang di kapal pesiar menjelaskan dasar-dasar pasar seni kepada pendatang baru dunia seni.
Park West bills itself as the world’s biggest art dealer. On cruiseships auctioneers explain the basics of the art market to art world newbies. Renée Ridgway & Joachim Stein BELANDA/AMERIKA SERIKAT 3 generations of happiness 14’ 20”, 2008
Rizki Lazuardi INDONESIA Pastikan Penglihatan Anda Baik-baik Saja 3’, 2009
Roland Wegerer AUSTRIA How to clean a puddle 1’ 43”, 2008
Sebuah video statis bergambar papan alfabetik pengecek kondisi penglihatan. Instalasi video interaktif ini mengajak penonton untuk terlibat bersama sejumlah rekan. Beberapa huruf dalam video akan berubah perlahan-lahan untuk mengecoh penglihatan penonton.
Sebuah video statis bergambar papan alfabetik pengecek kondisi penglihatan. Instalasi video interaktif ini mengajak penonton untuk terlibat bersama sejumlah rekan. Beberapa huruf dalam video akan berubah perlahan-lahan untuk mengecoh penglihatan penonton.
Jumping in a puddle will be continued to an operate and excessive final. What in childhood after a few jumps was stopped is completed here. The radical intervention into the puddle of water, the pace of jumps and soiled pants brings us back into the childhood lead. Jumping in a puddle will be continued to an operate and excessive final. What in childhood after a few jumps was stopped is completed here. The radical intervention into the puddle of water, the pace of jumps and soiled pants brings us back into the childhood lead.
23
V Videoworks Nineteen attempts are looking for a new relationship between water and a tumbler. Irritating views and rotations are showing new sculptural qualities. Sloping waterlines, upstreaming water or funny fancoil attempts. Where is above and where is below? How can this work? It’s an exploration with simple tricks about an everyday seen thing. Roland Wegerer AUSTRIA One glass of water 7’28”, 2007
Roslisham Ismail MALAYSIA Superfiction 4’ 35”, 2008
Sandi Akbar Paputungan INDONESIA Yes I Can 3’ 15”, 2009
Semiconductor INGGRIS Earthmoves 4’ 3”, 2006
24
Nineteen attempts are looking for a new relationship between water and a tumbler. Irritating views and rotations are showing new sculptural qualities. Sloping waterlines, upstreaming water or funny fancoil attempts. Where is above and where is below? How can this work? It’s an exploration with simple tricks about an everyday seen thing. Monster menyerang kota Tokyo dan pahlawan super Jepang datang menolong, tapi pada akhirnya si pahlawan mati, namun warga Tokyo tetap meneruskan hidupnya tanpa peduli pada apa pun yang baru terjadi di sekeliling mereka. Ini superfiksi!
Monster attack Tokyo city and Japanese superhero coming to help, but at the end he die, but people in Tokyo still continue their lives without care about everything that has happened around them. This is superfiction!!!
Politik di Indonesia seperti panggung sandiwara. Ada lakon, ada antagonis, ada aksi, tentu juga ada akhir yang diharapkan bahagia. Ketika kesulitan dilalui dan kekuasan diraih, lakon utama sadar mengapa kekuasaaan begitu diinginkan banyak orang.
Politik di Indonesia seperti panggung sandiwara. Ada lakon, ada antagonis, ada aksi, tentu juga ada akhir yang diharapkan bahagia. Ketika kesulitan dilalui dan kekuasan diraih, lakon utama sadar mengapa kekuasaaan begitu diinginkan banyak orang.
Earthmoves adalah lanjutan dari eksplorasi Semiconductors mengenai betapa kekuatan tak terlihat memengaruhi bangunan dunia kita. Batas-batas persepsi manusia dipaparkan, menyingkap sebuah dunia yang tidak stabil dan dalam keadaan animasi yang konstan sebagai kekuatan gelombang akustik yang ikut bermain di sekeliling kita. Bagian tenggara Inggris dieksplorasi melalui serangkaian lima audio yang mengendalikan panorama fotografis. Earthmoves is a continuation of Semiconductors exploration into how unseen forces affect the fabric of our world. The limits of human perception are exposed, revealing a world which is unstable and in a constant state of animation as the forces of accoustic waves come into play on our surroundings. The south-east of England is explored through a series of five audio controlled photographic panoramas.
V Videoworks Kadang kelucuan terjadi tanpa direncanakan.
Sometimes funny things happens without being planned.
Tromarama INDONESIA
Bdg art now
5’ 15”, 2009
Vincent Leong MALAYSIA TITLE 7’ 44”, 2009
Bertemu orang baru di tempat-tempat baru, yang semuanya terkadang terasa sangat… kosong. Hampa. Terlalu banyak yang bisa diserap, saya kira. Dan sering kali kau melupakan yang tengah kaubicarakan, orang yang kautemui, tempat yang pernah kausinggahi, dsb. Percakapan berulang. Orang yang kautemui dua kali. Tempat-tempat tak asing yang belum pernah kausinggahi sebelumnya… semua samar-samar. (Vincent Leong)
Meeting new people in new places, that sometimes it all feels so... empty. Hollow. Too much to take in, I suppose. And most of the time, you forget what you were talking about, who you’ve met, where you’ve been..etc. Conversations are repeated. People you met twice. Familiar places you’ve never been to before... it’s all a blur. (Vincent Leong) Di dalam rumah di Indramayu, sambil mengobrol kita bisa menepuk dan mengumpulkan banyak mayat nyamuk. Masyarakat Indramayu punya banyak pengalaman yang berkaitan dengan cara membunuh nyamuk.
At home in Indramayu, we can hit and collect many mosquito carcasses while chatting with friends. The people of Indramayu have many experiences pertaining to the ways of killilng mosquitoes. Wimo Ambala Bayang INDONESIA Apakah Anda Pernah Membunuh Nyamuk? Di Indramayu banyak sekali nyamuk. Banyak orang-orang membunuh nyamuk menggunakan raket listrik nyamuk sembari menjaga toko. Wimo, yang merasa jiwa kepahlawanannya terusik, membantu masyarakat Indramayu mengusir nyamuk.
Wimo Ambala Bayang INDONESIA Once Upon a Time in Indramayu
There are so many mosquitoes in Indramayu. Many people kill mosquitoes using electrical bats while they take care of their stores. Wimo, his feeling of heroism stirring inside him, helps the people of Indramayu to get rid of the mosquitoes.
25
V Videoworks Tulisan yang tersebar di tempat umum, apapun itu, sangat terikat ruang dan waktu. Terkadang informasi yang sampai ke pembaca tak sesuai dengan maksud pembuatnya. Bagaimana jika kita artikan teks-teks itu sesuka kita?
Yoshi Febrianto INDONESIA Tulisanmu puisiku 7’ 47”, 2009
Yusuf Ismail INDONESIA Ketik Reg spasi blablabla 2008
26
Tulisan yang tersebar di tempat umum, apapun itu, sangat terikat ruang dan waktu. Terkadang informasi yang sampai ke pembaca tak sesuai dengan maksud pembuatnya. Bagaimana jika kita artikan teks-teks itu sesuka kita?
Menampilkan sejumlah kurator Indonesia yang menjajakan iklan layanan SMS. Dengan mengetik Reg Spasi Kontemporer nasib Anda sebagai seniman bisa berubah. Jika Anda ingin menjadi seniman video, Anda harus lahir pada rabu Kliwon. Jika Anda berbintang Cancer dan ingin menjadi seniman kaya, Anda harus mengubah zodiak Anda menjadi Gemini.
Presenting a number of Indonesian curators touting text message services. By typing ‘Reg space Contemporary’, you can change your fate as an artist. If you want to be a video artist, you must have been born on Rabu Kliwon according to the Javanese calendar. If you are a Cander and want to become a rich artist, you have to change your starsign into Gemini.
27
V Videoworks Karya video terseleksi dari Prancis France Selected Video Works OK. Video Comedy—4th Jakarta International Video Festival 2009 bekerjasama dengan Pusat Kebudayaan Perancis di Jakarta mempersembahkan kompilasi karya-karya video yang bertemakan komedi. Video-video dari para seniman Perancis yang ditampilkan pada kompilasi ini diseleksi dari kompilasi Panorama Les Fresnoy dan Project Videotrafic. Program Videotrafic pernah dipresentasikan di ruangrupa pada 2003. Selain itu OK. Video juga menyertakan karya video hasil seleksi pada OK. Video Comedy yaitu video karya Raphael Blum dan Paris Cecile. OK. Video Comedy—4th Jakarta International Video Festival 2009, in collaboration with the French Cultural Center in Jakarta, presents a compilation of video works under the theme of comedy. Videos of the French artists shown here have been selected from the compilations “Panorama Les Fresnoy” and “Project Videotrafic.” The Videotrafic program has been shown in ruangrupa in 2003. OK. Video also presents here the video works from the selection process of OK. Video Comedy, i.e. the works by Raphael Blum and Paris Cecile.
Karya video/Video Works
28
1
3
2
4
5
6
Laurent Grasso, Le Temps Manquant (2002)_Video Fresnoy Projections_Selection De 11 Artistes Houri Der Stepanian, Hands Up Motherfucker (07’, 2005)_Panorama 6-Casting Stories_ Videos Kim Sop Boninsegni, Entropic Song/A Non-Language (09’ 30”, 2001)_VIDEOTRAFIC
Franck David, Générique (05’ 08”, 2001)_ VIDEOTRAFIC Raphael Blum, Tondo Stars (12’ 56”, 2009)
Paris Cecile, Crocodylus Ferragamo (03’, 2008)
V Videoworks
France:
Selected Video Works
2
3
4
5
6
7
29
V Videoworks Sejarah Digital: Seni Video di Jerman dari 1963 Sampai Sekarang (40 Tahun Seni Video) Digital Heritage: Video Art in Germany From 1963 to the Present (40 Years Video Arts) OK. Video Comedy—4th Jakarta International Video Festival 2009 bekerjasama dengan Goethe Institut Jakarta, mempersembahkan kompilasi video dari Digital Heritage: Video Art in Germany From 1963 to the Present (40 Years Video Arts) yang diterbitkan pada 2006. Kompilasi yang dipresentasikan pada festival ini kami pilih dari puluhan karya seni video yang merupakan torehan sejarah perkembangan seni video dunia. Karya-karya video itu adalah: OK. Video Comedy—4th Jakarta International Video Festival 2009, in collaboration with Goethe Institut Jakarta, presents a video compilation from the selection of Digital Heritage: Video Art in Germany from 1963 to the Present (40 Years Video Arts), published in 2006. The presented video works have been selected from scores of video works that serve as the signposts of the development in the world video-art. The video works are:
30
1 2 3 4
5 6
7 8 9 10
1969 – 1971 Joseph Beuys, Filz TV (11’ 25”, 1970)
1972 – 1977 Jochen Gers, Rufen Bis Zur Erschopfung (19’ 30”, 1972) Richard Kriesche, Malerei Deckt Zu, Kunst Deckt Auf (03’ 12”, 1977)
1983 – 1984 Die Todliche Doris, Uber-Mutti-Live-Konzert-Paris 1983, Played Back Berlin 1984 (04’ 27”, 1984) 1985 – 1993 Ingo Gunther, Fünf Fünfzig Im Dunkel (05’ 50”, 1985) Volker Schreiner, Wipe Board (02’ 58”, 1989) 1996 - 1998 Granular Synthesis, Sweet Heart (07’ 30”, 1997)
1999 - 2001 Chritstian Jankowski, The Holy Artwork (15’ 52”, 2001) 2003 Jeanne Faust, Interview (09’, 2003)
2004 Jan Verbeek, On A Wednesday Night in Tokyo (05’ 35”, 2004)
V Videoworks
Digital Heritage:
Video Art in Germany From 1963 to the Present (40 Years Video Arts)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
31
V Videoworks CologneOFF - COLOGNE ONLINE FILM FESTIVAL OK. Video Comedy—4th Jakarta International Video Festival 2009, bekerja sama dengan CologneOFF, mempersembahkan sejumlah kompilasi video dengan tema komedi.
CologneOFF didirikan pada 2006 dan mewakili sebuah jenis festival video & film yang baru yang secara simultan diadakan online (melalui internet) dan offline (pameran). Festival ini menjadi festival fisik melalui pemutaran film di festival-festival mitra kerja sama. Di bawah arahan Wilfried Agricola de Cologne, sejak 2006 CologneOFF telah merealisasikan empat edisi festival. CologneOFF didasarkan pada konsep yang berhasil memasang pertukaran antara ruang virtual dan fisik. Bersama dengan VideoChannel, VIP - VideoChannel Interview Project- dan VAD (Video Art Database), CologneOFF membentuk kesatuan dalam kerangka kerja [NewMediaArtProjectNetwork]:| Icologne. OK. Video Comedy—4th Jakarta International Video Festival 2009, in collaboration with CologneOFF, presents a number of video compilations under the theme of comedy.
CologneOFF was founded in 2006 and represents a new type of mobile film & video festival which is taking place simultaneously online and offline, it becomes a physical festival through the screenings on cooperating partner festivals. Under the direction of Wilfried Agricola de Cologne, CologneOFF realized since 2006 four festival editions. CologneOFF is based on the successful concept which installs an exchange between virtual and physical space. Together with VideoChannel, VIP - VideoChannel Interview Project and VAD - Video Art Database, CologneOFF forms an unity in the framework of [NewMediaArtProjectNetwork]:| Icologne.
32
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
G.H. Hovagimyan (USA), Smart house (2’ 20”, 2003)_CologneOFF: Comedy Compilation Rami Fischler (Australia), The changing man (2’ 28”, 2006)_CologneOFF: Comedy Compilation Dario Bardic (Croatia), Etude (3’ 20”, 2007) Lukas Mateijka (Slovac Republic), 20m_The Best of CologneOFF: One Minute Films Compilation Kriss Salmanis (Latvia), Shower_The Best of CologneOFF: One Minute Films Compilation Lin Fangsuo (China), White_The Best of CologneOFF: One Minute Films Compilation Péter Vadócz (Hungary), Colourful EU_The Best of CologneOFF: One Minute Films Compilation István Rusvai (Hungary), Pass_The Best of CologneOFF: One Minute Films Compilation Junho Oh (South Korea), My identity by web application_The Best of CologneOFF: One Minute Films Compilation Nitin Das (India), Benefit of war_The Best of CologneOFF: One Minute Films Compilation Nikesh Shukla (India), The great identity swindle_The Best of CologneOFF: One Minute Films Compilation Larissa Sansour (Palestine), Happy days (3’ 40”, 2004)_VideoChannel: Women Directors Cut – 13:13:13 Compilation Oksana Shatalova/Alla Girik (Kazakhstan), Warning: Women (3’ 12”, 2006)_ VideoChannel: Women Directors Cut – 13:13:13 Compilation Svitlana Oleshko & Mykhaylo Barbara (Ukraine), Stas Perfetsky is returning to Ukraine 7’ 51”, 2005_Video Art from Ukraine Compilation Nikos Pastras (Greece), For J.G. Ballard (2’ 46”, 2008)_CologneOFF invites.....! Video Art Festival Miden Kalamata/Greece Compilation Martha Koumarianou (Greece), Pixel trilogy: Why? (40”, 2006)_CologneOFF invites.....! Video Art Festival Miden Kalamata/Greece Compilation
V Videoworks 1
CologneOFF COLOGNE ONLINE FILM FESTIVAL 2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
33
A Acknowledgment THANK YOU VERY OK Galeri Nasional Indonesia (Tubagus ‘Andre’ Sukmana, Eddy Susilo, Bambang Cahyo Murdoko) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (Surya Yuga) Direktorat Kesenian Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Pustanto, Umi Chasanah, Widodo) HIVOS (Fellencia Hutabarat) Stichting Doen The Ford Foundation (Heidi Arbuckle, Denis Vidha)
CologneOFF - Cologne Online Film Festival (Wilfried Agricola de Cologne) Netherlands Media Art Institue / NIMk (Theus Zwakhals) Centre Culturel Français - Jakarta (Patrick Perez, Ardiyan Widi Atmadja, Sri Yuliani, Astri Retno Onengan, Eric Wirjanata) Erasmus Huis (Paul Peters, Bob Wardhana, Lulus Yunindiah) Goethe Institut ( Franz Xavier Augustin, Frank Werner, Lanny Tanulihardja, Noviami Sri Dewi, Henri Ismail) Instituto Italiano de Cultura (Giovanna Jatropelli, Dian) Japan Foundation (Atsushi Kanai, Retno Arumsari) Jawaharlal Nehru Indian Cultural Center (M.K Singh, Elisabeth) Kedutaan Besar Belanda (Gonneke De Rider, Shaula Supit) Kedutaan Besar Mesir (Moayed, Farida) The British Council (Yudhi Soerjoatmodjo, Winda Wastu Melati, Endro Catur) Rektor Institut Kesenian Jakarta (Wagiono Sunarto) Rektorat Institut Kesenian Jakarta (Melina Surjadewi, Firman Ichsan, Zamila) Direktur Pascasarjana - Institut Kesenian Jakarta (Iwan Gunawan) Dekan Fakultas Film dan Televisi - Institut Kesenian Jakarta (Gotot Prakosa) Dekan Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta (Citra Smara Dewi) Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta (Lucky Wijayanti, Novi) Dewan Kesenian Jakarta (Marco Kusumawijaya, Harjuni Rochajati)
Forum Lenteng (Otty Widasari, Andang Kelana) Jurnal Footage (Mirza Jaka Suryana) Kineforum (Anita, Petrus Damiami Sitepu, Arief Rachmat) Kineruku (Ariani Darmawan, Budi Warsito, Dolly Isnawan, Joedith Tjhristiawan, Meicy Sitorus) Serrum Airporteve (Firza Ikhsan, Dias Aditya) Bebek Ginyo (Marten) beoscope.com (Dwiyana Roesty, Purwanto Hasan, Erik Hartono) Blitzmegaplex (Rusli Edi, Antonia Niken, Aram Kaleva, Ade Santora, Enrico, Dea) Dailywhatnot (Joza Bayu, Krisna, Ritchie Ned Hansel, Adhi) DeathRockstar (Eric Wirjanata) Free Magazine (Keke Tumbuan, Arletha, Albar Januarys, Eba Elizar) Gajah Hidup (Lilia Nursita) Harapan Prima (Jonsen) Hey Folks! (Satria Ramadhan) HighEnd – teen (Erwin Soeganda, Irvan Fellani) Kompas.com (Tommy Anugroho) Koran Jakarta (Bagus, Willy) LG Electronics Indonesia (Treidy Rahmatsyah, Rizki Irwansyah, Arif Budiman) MRA Media Broadcast (Karina Soegarda, Denny J Sompie) MRA Printed Media (Agung Alit, Hendra Bagya Nooryadin) Nafas Art Magazine Nanonine (Surya Andaru, Zack Sumendap) Necindo (Dahlia Ana) Newseum (Mujib Hermani, Helmi Haska) Ouch (Dian Maya Puspitasari) Primaironline (Mitta Armayani) Provoke! (Windy Savitry, Satria Ramadhan) PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (Ida Bagus Krisna, Robin)
34
A Acknowledgment RedBox Active.comm. (Eunice Nuh) Suave (Maha Zulkarnaen, Tjoek Widharyoko) Time Out Jakarta (Nila Nafiri, Aldy) unkl 347 / Scandal (Ardho Ardhana) Universes in Universe - Worlds of Art (Gerhard Haupt & Pat Binder) Urbain (Tyara Putri, Alpha Mario) Versus (Ronald Holoang, Diana Sutrisman) Visual Arts (Anita) Afra Suci Ramadhan Agung Hujatnika Agung Kurniawan Agus Koecing Anggun Priambodo Antariksa Ari Dina Krestiawan Arswendo Atmowiloto Bagasworo Aryaningtyas Barbara Smeenk Benny Wicaksono Deasy Elsara Eko S. Bimantara Herra Pahlasari Hikmat Budiman Ifan Adriansyah Ismail JJ. Rizal Lisabona Rahman MANDOR Mansyur Rahim Muhamad Akbar Nico Broer Nirwan Ahmad Arsuka Prima Rusdi Reinaart Vanhoe Reza ‘Asung’ Afisina Veven Sp. Wardhana Ape On The Roof Frigi Frigi Mateus Bondan
Ikha Hartiningsih Kartika Jahja Meiske Taurisia Nam June Paik Srimulat
Himpunan Mahasiswa Sosiologi - Universitas Indonesia (Arman) Universitas Pelita Harapan (Yuka D. Narendra, Ernest Irwandi, Evelyn) Teman-teman DKV Universitas Bina Nusantara Teman-teman Digital Studio Teman-teman DKV Universitas Tarumanegara Semua peserta OK. Video COMEDY – 4th Jakarta International Video Festival 2009 Semua yang telah mengirimkan karya videonya ke OK. Video COMEDY – 4th Jakarta International Video Festival 2009 Dan semua pihak yang telah membantu terselenggaranya festival ini.
35
A About ruangrupa ruangrupa adalah sebuah artists’ initiative yang didirikan pada 2000 oleh sekelompok seniman di Jakarta. Organisasi nirlaba yang bergiat mendorong kemajuan gagasan seni rupa dalam konteks urban dan lingkup luas kebudayaan melalui pameran, festival, laboratorium seni rupa, lokakarya, penelitian, dan penerbitan jurnal. Sejak 2008 kami mengembangkan beberapa kegiatan baru dan mengubah bentuk sejumlah kegiatan lainnya agar lebih terintegrasi dan fokus sebagai landasan kolaborasi, penelitian, pendukung, dan pengembangan seni rupa kontemporer Indonesia.
Divisi Dukungan & Promosi mulai Juni 2008 membuka RURU Gallery yang memberi ruang bagi karya visual seniman dan kurator muda melalui enam pameran dalam setahun; kami tunggu proposal pameran Anda. Divisi ini juga mengadakan lokakarya penulisan seni rupa dan budaya visual, serta lokakarya kurator masing-masing satu kali tiap tahun, serta mengadakan Jakarta 32°c, pameran dua tahunan karya visual mahasiswa Jakarta. Jakarta 32°c akan kembali diadakan pada 2010 depan.
Kami mengganti program Residensi Seniman dan Workshop Seni Rupa dengan Art Lab, sebuah program yang meneliti dan melakukan kolaborasi kreatif atas permasalahan urban dan media. Art Lab menjadi ruang kolaborasi bagi perupa individual maupun kelompok lintas disiplin dari Indonesia dan internasional. Selama 2008-2010, Art Lab fokus pada ‘mobilitas urban’ yang akan dipadatkan dalam dua proyek tematik setiap tahunnya. OK. Video, selain sebagai sebuah festival video internasional 2 tahun sekali, juga menjadi badan tersendiri yang fokus pada lokakarya video di berbagai kota dan melakukan produksi, pendataan, penyimpanan, dan distribusi karya video Indonesia.
Sementara itu, Divisi Penelitian & Pengembangan melakukan kerja penelitian dan penerbitan khususnya dalam melihat perkembangan seni rupa kontemporer dan hubungannya dengan fenomena urban, termasuk menerbitkan Karbonjournal.org. Direktur: Ade Darmawan Manajer: Julia Sarisetiati Keuangan: Dr. Laurentius Daniel Art Lab: Reza Afisina Dukungan & Promosi: Indra Ameng OK. Video: Hafiz Penelitian & Pengembangan: Ugeng T. Moetidjo & Mirwan Andan Karbonjournal.org: Ardi Yunanto IT & Website: oomleo Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 6, Jakarta Selatan, 12820, Indonesia T/F: +62 21 8304220 | e-mail: info@ruangrupa.org www.ruangrupa.org | www.karbonjournal.org | www.okvideofestival.org | www.jarakpandang.net
36
A About ruangrupa ruangrupa is an artists’ initiative established in 2000 by a group of artists in Jakarta. It is a not-forprofit organization that strives to support the progress of art ideas within the urban context and the larger scope of the culture, by means of exhibitions, festivals, art labs, workshops, research, and journal publication. Since 2008, we have developed a number of new activities and altered several other activities in order to make them better integrated and focused, to serve as the basis for our collaborative work, researches, supporting activities, and the development of Indonesian contemporary art. From June 2008, the Promotion and Support Division has opened the RURU Gallery, providing a space to exhibit visual art works by young artists and curators, by holding six exhibitions in a year. We are looking forward to receiving your exhibition proposal. The division also holds art and visual culture writing workshop, as well as curatorial workshop; both workshops are held once a year. It also holds the Jakarta 320c, a biennale exhibiting visual art works by Jakarta students. Jakarta 320c will be held again in 2010. We have changed our Artist in Residence program as well as Art Workshop with the Art Lab program, which is designed to conduct research and creative collaborations on the urban and media issues. Art Lab serves as a collaborative space for individual artists as well as interdisciplinary groups from Indonesia and abroad. In 2008 – 2010, the Art Lab will focus on the issue of ‘urban mobility’, packed into two thematic projects each year. Apart from being an international video festival held every two years, the OK. Video also functions as a distinct institution focusing on video workshops in a range of towns and cities, and conducting the production and distribution of Indonesian video works and creating a database and storage for these works. Meanwhile, the Research and Development Division conducts research and publication, especially analyzing the development of the contemporary art and its relationship with the urban phenomenon, as well as publishing the Karbonjournal.org. Director: Ade Darmawan Manager: Julia Sarisetiati Finances: Dr. Laurentius Daniel Art Lab: Reza Afisina Support and Promotion: Indra Ameng OK. Video: Hafiz Research and Development: Ugeng T. Moetidjo & Mirwan Andan Karbonjournal.org: Ardi Yunanto IT & Website: oomleo Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 6, Jakarta Selatan, 12820, Indonesia T/F: +62 21 8304220 | e-mail: info@ruangrupa.org www.ruangrupa.org | www.karbonjournal.org | www.okvideofestival.org | www.jarakpandang.net
37
46
47
Yani Halim.Bunny.(300 X200), acrylic on canvas, 2008
KOONG Gallery
Yani Halim.Key Hole.(300 X200), acrylic on canvas, 2008
City Plaza (Wisma Mulya) Lower Ground #06, Gatot Subroto 42 Tel: +62-816932770 www.koonggallery.com
50
51
54