Akulah Jalan

Page 1

JADWAL PEMBACAAN 5 HARI MENUJU PASKAH

AKULAH JALAN Pengakuan Yesus yang Menakjubkan


Bacaan ini diambil dari buklet Seri Terang Ilahi “Akulah Jalan” oleh Jack Kuhatschek ©2020 Our Daily Bread Ministries, Grand Rapids, MI Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. 2


AKULAH JALAN

Pengakuan Yesus yang Menakjubkan Di hadapan perubahan yang

begitu cepat dan ancaman terhadap kesehatan, kesejahteraan, serta kebersamaan kita yang ditimbulkan oleh wabah COVID-19, kita bisa kehilangan sudut pandang yang benar terhadap 3


satu Pribadi yang menyatakan kepada kita identitas-Nya yang tidak pernah berubah dengan pengakuan-pengakuan yang menakjubkan. Mari mengenal lebih dalam Yesus Kristus dengan menyoroti bagian-bagian dari Injil Yohanes. Setiap hari, kita akan meninjau satu pengakuan luar biasa yang Yesus tegaskan tentang diri-Nya. Di tengah kecemasan dan keprihatinan yang merebak, biarlah kita terhibur oleh setiap pernyataan dari Sang Firman— Dia yang telah datang berdiam bersama manusia dengan membawa kasih karunia dan kebenaran.

4


Hari ke-1:

Yesus berkata, “Akulah” (bag. 1) Jawab Yesus: “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami. . . . Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (Yohanes 8:54-58). 5


Sepanjang sejarah, banyak orang

mengakui Yesus sebagai tokoh yang terpuji sekalipun mereka tidak percaya ada yang supernatural dalam perbuatanNya. Salah satunya adalah Thomas Jefferson. Jefferson bahkan menyunting keempat kitab Injil dengan menghapus catatan mukjizat dan pengakuan Yesus sebagai Allah, sehingga yang tersisa hanya ajaran moral-Nya. “Kita harus mengurangi isinya agar menjadi catatan Injil yang sederhana,” tulis Jefferson kepada John Adams. Jefferson mengatakan bahwa ia akan “memilih . . . ucapan-ucapan Yesus saja” dan menerangkan bahwa ucapan-ucapan itu merupakan “penggalan-penggalan dari ajaran moral paling luhur yang pernah dikenal manusia”—pujian yang luar biasa untuk Yesus! Meski begitu, Jefferson tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah. Jefferson tahu bahwa Yesus mengaku sebagai Allah. Namun, orang-orang yang beranggapan bahwa Yesus hanyalah guru agung atau teladan moral akan terkaget-kaget mendapati bahwa Kristus sendiri tidak pernah membuat pengakuan seperti itu. Lalu, apa yang Yesus nyatakan mengenai diri-Nya? 6


Bangsa Yahudi menganggap nenek moyang mereka, Abraham, sebagai peletak dasar agama Yahudi. Menurut Kitab Suci mereka, Allah memerintahkan Abraham pergi meninggalkan negeri serta ayah dan ibunya menuju ke tanah yang kini disebut Israel. Tuhan menjanjikan tanah itu kepada Abraham dan berfirman bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit. Abraham hidup sekitar 2.000 tahun sebelum Kristus. Jadi, Yesus mengejutkan para pendengar-Nya ketika Dia mengatakan bahwa Abraham menantikan kedatangan-Nya. “Itu mustahil!� pikir mereka. Usia Yesus waktu itu belum sampai lima puluh tahun, tetapi Dia mengaku tahu jalan pikiran seseorang yang hidup lebih dari dua ribu tahun sebelum Dia dilahirkan. Karena banyak dari kita tidak terlalu mengenal Kitab Suci Yahudi (yang kini biasa disebut Perjanjian Lama), kita gagal merasakan kegemparan dari jawaban Yesus tersebut: “Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada!� Namun, mereka yang mendengar Yesus saat itu tahu betul apa maksud-Nya. Ketika Allah pertama kali menampakkan diri kepada Musa 7


dalam wujud nyala api di semak duri, Musa bertanya: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya?—apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Firman Allah kepada Musa: “Aku adalah Aku.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: Akulah Aku telah mengutus aku kepadamu” (Keluaran 3:13-14). Seorang pakar Alkitab menjelaskan, “Nama itu harus dipahami sebagai sebutan kepada [Allah] yang adalah pencipta dan pemelihara segala yang ada, karena itu Dialah Tuhan atas ciptaan dan sejarah, semua yang sudah ada dan semua yang sedang berlangsung.”1

Renungkan: Yesus menyatakan diri-Nya sudah ada

sejak sebelum dunia dijadikan, dan karena itu Dia adalah “Tuhan atas ciptaan dan sejarah, semua yang sudah ada dan semua yang sedang berlangsung”. Bagaimana kenyataan itu mempengaruhi kita dalam memandang keadaan dunia saat ini yang mungkin membuat kita tercekam? 1) D. K. Stuart, Exodus Vol. 2, (Nashville: Broadman & Holman Publishers, 2006), hlm.121. 8


Hari ke-2:

Yesus berkata, “Akulah” (bag. 2) Yesus memberi tahu para pendengarNya bahwa Dialah yang berfirman kepada Musa. Yesus sudah ada jauh sebelum Abraham lahir karena Dia adalah Allah yang kekal, yang tidak memiliki awal dan akhir. Dia senantiasa “ada”. Jika kita mengira Yesus tidak bersungguhsungguh dengan ucapan-Nya, coba lihat reaksi orang banyak saat itu, “Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah” (Yohanes 8:59).

9


Mengapa mereka mau membunuh

Yesus karena pernyataan itu? Jawabannya muncul kemudian, ketika mereka kembali berusaha merajam Yesus. Waktu itu Dia sedang berada di pelataran Bait Suci, lalu beberapa orang bertanya kepada-Nya, “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami” (Yohanes 10:24). Yesus menjawab, “Pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku” (ay.25-26). Lalu Dia menarik perhatian mereka dengan pernyataan yang sangat gamblang, “Aku dan Bapa adalah satu” (ay.30). Karena itulah orang banyak memungut batu untuk merajam Dia. “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah” (ay.33). Jika pengakuan Yesus benar adanya, tentu itu mengubah segalanya. 10


Sepanjang sejarah, tak terhitung banyaknya orang yang mengaku mengajarkan jalan Allah, tetapi ajaran mereka kerap saling bertolak belakang. Yesus memberi tahu kita bahwa Dialah Pencipta dan Pemelihara jagat raya. Bagaimana kita bisa tahu mana yang benar dan bisa dipercaya? Namun, Yesus berbeda. Dia bukan sekadar guru agama atau nabi utusan Allah. Yesus memberi tahu kita bahwa Dialah Pencipta dan Pemelihara jagat raya. Pencipta kita datang ke dunia dalam rupa manusia, yakni Yesus, supaya kita bisa mengetahui dengan pasti seperti apa diri-Nya dan tidak perlu menerka-nerka. Tak heran jika banyak orang terkejut, bahkan menolak ajaran-Nya! Saat menyimak berbagai pernyataan “Akulah� dalam bacaan ini, mungkin kita dibuat bingung dengan kenyataan bahwa Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga. Bagaimana mungkin Allah berdoa kepada diri-Nya sendiri? Jemaat Kristen mula-mula juga bergumul dengan 11


pertanyaan itu. Mereka tahu salah satu ajaran terpenting Yudaisme dalam kitab Ulangan di Perjanjian Lama berkata, “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!” (6:4). Dengan kata lain, hanya ada satu Allah dan semua yang lain hanya berhala. Oleh sebab itu, Yesus tidak mungkin mengaku sebagai Allah kedua. Hanya satu Allah, dan Dia hadir dalam tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Pada akhirnya, gereja mulamula menyimpulkan bahwa mereka berhadapan dengan misteri yang melampaui nalar manusia. Mereka menyebut misteri ini “Tritunggal.” Hanya satu Allah, dan Dia hadir dalam tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Selama berabad-abad, banyak orang skeptis menolak gagasan Tritunggal karena hal itu tampaknya menyalahi akal sehat. Jefferson menulis, “Paradoks tentang satu dalam tiga, dan tiga dalam satu, tidak bisa diterima sama sekali oleh pikiran manusia. Tak ada manusia yang bisa secara jujur mengaku 12


memahaminya. Bagaimana orang bisa mempercayai sesuatu yang tak dapat dipahami?”2 Namun, dewasa ini kita tahu ada banyak penemuan ilmiah yang melampaui pemahaman manusia. Cahaya terkadang berperilaku layaknya gelombang dan terkadang seperti partikel. Secara logis, cahaya seharusnya tidak bisa menjadi keduanya sekaligus, tetapi nyatanya cahaya tidak sejalan dengan logika manusia. Teori Dentuman Besar (Big Bang) berpendapat bahwa alam semesta memiliki awal, tetapi ilmu pengetahuan begitu terbatas dalam menjelaskan bagaimana atau mengapa hal itu terjadi. Ketika kita mengukur sebuah partikel pada salah satu bagian di alam semesta, pengukuran tersebut langung mempengaruhi partikel kembarannya pada belahan lain di alam semesta pada saat yang sama karena keduanya “bertaut” secara misterius. Einstein menyebutnya “spooky action at a distance” (tindakan seram di kejauhan)3. Terbatasnya pemahaman manusia patut membuat kita rendah hati. Pikirkanlah misteri Tritunggal pada kalimat pertama Injil Yohanes berikut ini, “Pada mulanya adalah Firman; 13


Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 1:1-3).

Renungkan: Pergulatan dengan COVID-19 mungkin membuat kita menaruh harapan lebih besar pada teknologi dan ilmu pengetahuan untuk menemukan penanggulangannya. Jika demikian, bagaimana iman kepada Allah Tritunggal yang tak terselami pikiran itu tetap dapat menopang kehidupan Anda saat ini? Apa dampak iman tersebut kepada penyerahan diri Anda? 2) http://americancreation.blogspot.com/2008/09/ jefferson-calls-trinity-three-headed.html 3) Lihat pembahasan mengenai cahaya sebagai gelombang sekaligus partikel di https://www.scientificamerican.com/article/bringscience-home-light-wave-particle/, bahasan mengenai “Dentuman Besar,” lihat http://www.universetoday.com/54756/what-is-the-bigbang-theory/; bahasan mengenai “spooky action at a distance,” lihat https://phys.org/news/2015-11-nist-team-spookyaction-distance.html 14


Hari ke-3:

Yesus berkata, “Akulah Pintu� “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan dombadomba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan� (Yohanes 10:7-10). 15


Banyak orang yang bermukim di

daerah perkotaan hanya pernah melihat domba di kebun binatang. Namun, pada zaman Yesus, gembala dan domba adalah pemandangan sehari-hari. Para pembaca Injil Yohanes yang mulamula tentunya akrab dengan dunia penggembalaan. Mereka tentu juga tahu banyaknya kiasan Perjanjian Lama yang mengumpamakan Allah sebagai gembala Israel, termasuk Mazmur 23 yang terkenal, yang dimulai dengan perkataan, “Tuhan adalah gembalaku.” Jadi, gambaran “Akulah pintu” dan “Akulah gembala yang baik” tentu sangat akrab di telinga para pendengar Yesus. Yesus menggambarkan kandang domba yang umum pada abad pertama sekaligus cara kerjanya bagi gembala dan domba: Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba16


dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal. (Yohanes 10:1-5) Beberapa tahun silam, saya bergabung dengan suatu rombongan tur ke Israel. Di salah satu pemberhentian awal, kami mengunjungi kandang domba. Sebelum pergi ke Israel, “kandang domba� dalam bayangan saya adalah lahan berpagar kayu atau besi. Namun, di Israel bahan yang umum dipakai adalah batu, dan lahan berpagar yang kami lihat hari itu terbuat dari bebatuan besar berwarna putih yang disusun sedemikian rupa setinggi kira-kira satu meter. Inilah kandang domba yang umum dijumpai pada zaman Yesus. Ketika matahari terbenam, kawanan domba digiring masuk ke dalam lahan berpagar ini untuk melindungi mereka dari pemangsa dan pencuri. Beberapa kandang domba, termasuk yang digambarkan Yesus, cukup besar untuk menampung lebih dari satu kawanan. 17


Demi keamanan, hanya ada satu pintu kandang. Si penjaga, seorang pekerja sewaan, hanya mengizinkan gembala tertentu dan kawanan dombanya untuk melewati pintu itu. Jika ada yang berusaha masuk ke dalam kandang dengan memanjat tembok batu, orang itu pasti pencuri dan perampok, bukan gembala yang asli. Di kandang yang lebih kecil, gembala sendirilah yang kadang berbaring di depan pintu kandang untuk melindungi kawanan domba dari para penyusup. Yang mengherankan, Yesus pertamatama tidak menggambarkan diri-Nya sebagai “gembala yang baik” tetapi justru sebagai “pintu” menuju kandang domba. Ini berarti Dia mengaku sebagai satu-satunya jalan masuk ke kandang— sebuah tema yang berulang kali disampaikan Yesus dalam pernyataan “Akulah” lainnya. Hanya kawanan domba dan para gembala yang masuk lewat persekutuan dengan Yesus yang dapat mengalami janji-Nya: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (ay.10). Saya mendengar janji itu pertama kalinya ketika saya bertobat dan mempercayai Kristus. Seseorang 18


membacakan buku saku yang berkata, “Allah mengasihimu dan menawarkan rancangan indah bagi hidupmu,� diikuti dengan kutipan ayat dari Injil Yohanes tadi. Waktu itu, saya tidak menyangka Yesus datang untuk memberikan kepada saya hidup dalam segala kelimpahan. Seperti banyak orang lain yang belum pernah membaca Injil, saya mengira Yesus datang dengan sejumlah aturan dan larangan yang harus saya taati, atau untuk memastikan saya rajin pergi ke gereja dan menghabiskan sebagian besar waktu saya untuk berdoa dan membaca Alkitab—semua hal yang terdengar sangat membosankan dan berlawanan dari hidup yang saya idam-idamkan! Betapa terkejutnya saya ketika mengetahui bahwa Yesus tidak hendak menjadikan saya seorang yang fanatik beragama, tetapi justru menawarkan hidup yang berkelimpahan dan memuaskan. Dia berjanji memberikan semua yang benar-benar saya dambakan, dan itu sungguh mengejutkan. Namun, bukan berarti Yesus mengizinkan kita untuk hidup sembarangan. Perumpamaan-Nya tentang pintu, gembala, dan domba 19


menunjukkan bahwa Dia juga mempedulikan cara hidup kita. Kawanan domba yang digembalakan Yesus memiliki dua ciri khas: (1) Mereka tahu bahwa hidup yang berkelimpahan, baik kini maupun kelak, hanya bisa diperoleh dalam Yesus, dan (2) kawanan domba-Nya mengenal suara-Nya dan mengikuti Dia. Mengikut Yesus artinya bukan sekadar percaya, tetapi juga mematuhi semua ajaranNya, terutama untuk mengasihi Allah dan sesama. Semua perintah ini tidak bertujuan untuk membelenggu kita, justru membebaskan—dengan cara mengubah kita menjadi umat yang penuh kasih sesuai kehendak Allah. Dalam bab berikutnya, kita akan melihat bahwa Gembala yang Baik itu sungguh peduli kepada domba-domba-Nya.

Renungkan: Yesus mengatakan bahwa Dialah

satu-satunya pintu kepada hidup sejati yang berkelimpahan di dalam Dia. Hidup di tengah dunia yang cemas dan kadang terasa tanpa harapan, tindakan nyata apa yang bisa Anda buat untuk membawa kebenaran tentang Kristus kepada mereka yang membutuhkan hidup sejati? 20


Hari ke-4:

Yesus berkata, “Akulah Kebangkitan dan Hidup” “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yohanes 11:25-26).

21


Perkataan tersebut diucapkan

Yesus kepada Marta setelah kematian saudaranya, Lazarus, yang juga salah seorang sahabat Yesus. Dia berusaha menghibur Marta yang berduka dengan memberikan kepastian: “Saudaramu akan bangkit” (11:23). Marta mengira maksud Yesus adalah kebangkitan orang mati pada akhir zaman, maka ia menjawab, “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman” (ay.24). Namun, maksud Yesus berbeda.

Tubuh kebangkitan kita tidak akan dapat mati dan takkan binasa.

Marta memandang kebangkitan sebagai sesuatu yang masih jauh. Ia gagal menyadari bahwa sumber kehidupan dan kebangkitan sejati sedang berdiri tepat di hadapannya. Yesus dengan tegas menyatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup!” Tak lama setelah lulus dari seminari, saya diundang berkhotbah di kebaktian pemakaman almarhum Frank Nelson, 22


ayah kawan saya. Saya belum pernah melakukannya sebelum itu, dan saya memilih bagian dari Injil Yohanes ini. Ketika mempersiapkan khotbah, saya mendapati bahwa sesungguhnya Yesus membuat dua pernyataan penting yang saling berkaitan. Yang pertama, “Akulah kebangkitan.” Yesus lalu menjelaskan bahwa “barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Pada masa kini, ada banyak orang percaya bahwa setelah meninggal, mereka akan selamanya menjadi roh tanpa raga. Namun, pemikiran itu berasal dari budaya Yunani kuno, bukan Alkitab. Dalam kebaktian pemakaman tadi, saya menegaskan bahwa suatu hari kelak, almarhum pasti dibangkitkan dari kematian, dengan tubuh dan roh yang disatukan kembali untuk selamanya. Namun, tubuh barunya tidak sama dengan tubuh lama yang bisa merosot, terjangkiti penyakit, lemah, dan mati. Sebaliknya, seperti kata Rasul Paulus, “Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati ” (1 Korintus 15:53). Raga kita saat ini tidak cocok untuk kekekalan. Namun, 23


tubuh kebangkitan kita tidak akan dapat mati dan takkan binasa. Yang kedua, Yesus mengaku diri-Nya adalah “hidup,” lalu dijelaskan-Nya bahwa “setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” Bagi orangorang yang menghadiri pemakaman hari itu, pernyataan Yesus bahwa siapa pun yang percaya kepada-Nya tidak akan mati selama-lamanya tentu terdengar seperti omong kosong—bahkan kejam. Frank Nelson sudah percaya kepada Yesus semasa hidup, tetapi nyatanya ia telah meninggal dunia, terbujur kaku di dalam peti di hadapan kami. Yesus tidak mengatakan bahwa orang percaya tak akan mengalami kematian jasmani, sebab tubuh kita pasti mati dan perlu dibangkitkan. Sebaliknya, Yesus berbicara tentang saat maut menjemput, ketika kita menghembuskan napas terakhir dan tak bangun lagi. Saya membayangkan seperti apa rasanya saat itu, bahkan sejujurnya agak menakutkan. Namun, Yesus sudah memberitahukan pengharapan yang akan datang, dan perkataan-Nya penuh dengan penghiburan yang menguatkan. Meski 24


tubuh kita mati, semua hal lain dalam diri kita—roh atau jiwa atau pribadi kita—tidak akan mati, melainkan akan menjalani transisi dari kehidupan duniawi menuju kehidupan di alam baka. Dalam pemahaman itulah kita bisa menyatakan bahwa sesungguhnya kita tidak pernah mati. D. L. Moody, pengkhotbah ternama dari zaman Setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada Yesus, tidak akan mati selama-lamanya. Victoria pernah berujar, “Suatu hari, Anda akan membaca berita, ‘D. L. Moody dari East Northfield meninggal.’ Jangan percaya sedikit pun! Ketika itu terjadi, saya justru jauh lebih hidup daripada sekarang.”4 Di makam Lazarus, Yesus tak hanya mengaku sebagai “kebangkitan dan hidup,” Dia juga membuktikannya. Dia berjalan menuju kubur tempat sahabatnya terbaring selama empat hari dan meminta supaya batu penutupnya disingkirkan. “Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: ‘Bapa, 25


Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.’ Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: ‘Lazarus, marilah ke luar!’ Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: ‘Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.’” (Yohanes 11:41-44).

Renungkan: Apa pernyataan iman yang bisa kita

ungkapkan dalam keadaan dunia yang bergelut dengan penyakit, penderitaan, dan kematian? Bagaimana kita menyaksikan pernyataan iman itu kepada mereka yang sedang bergumul dengan ketidakpastian hidup? 4) https://www.crossroad.to/Quotes/faith/moody.html 26


Hari ke-5:

Yesus berkata, “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup” “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).

Orang Kristen kerap kali dikritik

karena mengklaim bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan kepada Allah. Pasalnya, ada miliaran orang nonKristen di seluruh dunia. Tidakkah kita terlalu fanatik dan berpikiran sempit apabila menganggap mereka semua 27


tidak akan masuk ke surga hanya karena mereka dilahirkan di negara yang berbeda atau dibesarkan dengan agama lain? Rabi Schmuley Boteach mewakili pemikiran banyak orang dengan ucapannya, “Saya sepenuhnya menolak agama mana pun yang meyakini ajarannya lebih unggul daripada agama lain. Itu sama saja dengan rasisme rohani. Mereka merasa lebih dekat kepada Allah daripada orang lain, dan dari situlah timbul kebencian.�5 Kelompok yang mengajukan keberatan itu ada benarnya. Jika Yesus hanya salah satu dari sekian banyak pemimpin agama, maka pengakuanNya sangatlah konyol. Bagaimana bisa seorang manusia memonopoli kebenaran atau menyatakan bahwa “jalan-Nya� adalah satu-satunya jalan kepada Allah? Lagipula, pemahaman manusia sangat terbatas dan mungkin keliru, sementara Allah jauh melampaui apa yang bisa dipahami benak manusia. Namun, jika Yesus memang adalah Allah itu sendiri, maka perkataan-Nya berada di tingkatan yang sama sekali berbeda. Satu Pribadi yang tak terbatas sanggup menyatakan dengan pasti 28


apakah hanya ada satu Allah atau lebih, dan apakah ada banyak atau hanya satu cara untuk mengenal-Nya. Yesus tidak mengatakan bahwa diri-Nya sekadar menyampaikan kebenaran, tetapi bahwa Dialah perwujudan Kebenaran itu sendiri. Dia tidak mengaku bisa memberikan hidup; Dia mengaku sebagai sumber hidup itu sendiri. Dia tidak mengajarkan bahwa Dia salah satu jalan kepada Allah; Dia menegaskan dengan jelas bahwa Dialah satu-satunya Jalan. Pada bagian awal Injil Yohanes, Yesus menyampaikan pengakuan ini di hadapan orang-orang Yahudi yang datang untuk mendengarkan-Nya. Para pemimpin Yahudi ini termasuk kelompok orang paling saleh di muka bumi. Mereka menyembah Allah yang diwahyukan dalam Kitab Suci yang dibaca Yesus, dan mereka sangat rindu mematuhi perintah-perintah-Nya. Meski demikian, Yesus berkata kepada mereka, “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu� (Yohanes 29


5:39-40). Dia bahkan mengecam orangorang saleh itu, “Jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu” (Yohanes 8:24). Pikirkanlah analogi yang mirip berikut ini: Film Braveheart menceritakan sepak terjang William Wallace dalam memimpin pemberontakan rakyat Skotlandia terhadap Edward Longshanks, raja Inggris. Reputasi Wallace makin melambung seiring dengan kemenangan demi kemenangan yang diraihnya. Suatu ketika, ia hendak memimpin ke medan perang sekelompok kesatria Skotlandia yang belum pernah ditemuinya. Ia mengumumkan, “Wahai para putra Skotlandia! Aku William Wallace.” Namun, seorang prajurit yang ragu berseru, “William Wallace tingginya dua meter lebih!” “Ya, itu yang kudengar,” jawab Wallace. “Ia membantai ratusan orang, dan jika ia memang ada di sini, ia pasti menghancurkan orang Inggris dengan semburan api dari matanya dan sambaran petir,” candanya. Para prajurit tertawa. “Aku ini William Wallace!” katanya lagi. “Dan di hadapanku ada sepasukan besar saudara setanah airku yang maju menentang tirani . . . Kalian siap bertempur?” 30


Seandainya mereka menjawab, “Kami tidak mau ikut bertempur bersamamu. Kami akan menunggu datangnya William Wallace yang asli.” Betapa konyolnya situasi itu. Tidak ada William Wallace lain. Jika mereka tidak mengikutinya, penantian mereka akan orang lain hanyalah khayalan belaka. Mirip seperti kisah di atas, orang Israel telah membaca tentang Allah dalam Kitab Suci mereka, tetapi kini Dia hadir langsung di hadapan mereka. Betapa konyolnya mereka dapat menolak Dia tetapi masih mengaku mengikut Allah yang hanya pernah mereka baca. Pada malam Yesus berfirman, “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku,” Dia menambahkan, “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia” (14:6-7). Salah seorang murid bernama Filipus berkata, “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Yesus menjawabnya, “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal 31


Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami” (ay.8-9). Yesus tidak sedang bersikap congkak atau mengajarkan “rasisme rohani.” Dia sekadar menyatakan kebenaran. Hanya ada satu Allah, dan Dia menjadi manusia dalam diri Yesus. Selama Yesus hidup di dunia, Dia memperlihatkan siapa diri-Nya sesungguhnya dan memberikan kesempatan bagi kita untuk benar-benar mengenal Dia. Kita boleh saja menunggu orang lain untuk menjadi sosok penyelamat yang sesuai gambaran kita, tetapi itu tak akan terjadi. Yesus telah menyatakan kepada kita dengan jelas, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Renungkan: Yesus mengatakan bahwa Dialah

satu-satunya jalan, kebenaran, dan kehidupan. Mungkinkah kondisi dunia yang tidak menentu saat ini membuat Anda perlu benar-benar memikirkan kembali perkataan Tuhan tersebut? Apa yang masih menghalangi Anda untuk mengikut Yesus dengan lebih sungguh? 5) http://transcripts.cnn.com/TRANSCRIPTS/0001/12/ lkl.00.html 32


Jadi, siapakah Dia bagi Anda? Bagaimana seharusnya kita menyikapi pengakuan-pengakuan Yesus tentang diri-Nya? Haruskah kita membuat keputusan bagi diri kita?

Yesus berfirman, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku� (Matius 12:30). Dengan kata lain, tidak ada posisi netral. Fakta sederhana inilah yang dihadapi oleh Sheldon Vanauken setelah sekian lama berkorespondensi tentang iman Kristen dengan guru besar Oxford, C. S. Lewis. 33


Dalam buku A Severe Mercy, Vanauken menulis bahwa ia menghadapi realitas menakutkan, yakni ia “tak bisa kembali”: “Saya berbalik arah dan melompati jurang keraguan demi menggapai Yesus.” Selama ini, saya menganggap iman Kristen sebagai sebuah dongeng; saya tidak pernah menerima atau menolak Yesus, karena sejujurnya saya belum pernah berjumpa dengan-Nya. Sekarang sudah. Selama berbulan-bulan, saya pikir pilihannya adalah menerima Mesias atau tidak menerima-Nya. Namun, ternyata tidak menerima Dia sama dengan menolak-Nya. Astaga! Saya juga sempat ragu. Mungkin menerima Yesus ibarat pertaruhan yang belum pasti, karena siapa tahu Dia bukan Allah. Akan tetapi, saya juga tidak tahu pasti kalau Dia bukan Allah. Apa yang terjadi jika saya menolak-Nya? . . . Jika saya menolak, saya akan dihantui pemikiran yang menakutkan: ‘Bisa jadi Dia benar— dan itu berarti saya telah menolak Allah saya!’ Ini tak boleh terjadi. Saya tidak dapat menolak Yesus. 34


Vanauken memutuskan bahwa hanya satu hal yang bisa ia lakukan: “Saya berbalik arah dan melompati jurang keraguan demi menggapai Yesus.” Ia menulis dalam jurnalnya, “Saya memilih untuk percaya kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus—dalam Kristus, Tuhan saya dan Allah saya. Dalam iman Kristen ada kebenaran yang tak pernah saya temui di tempat lain. Kebenaran yang hakiki. Dengan kebenaran itu, hidup menjadi berlimpah dan tidak lagi hampa; penuh makna dan tidak lagi sia-sia.”6 Pilihan yang sama ada di depan setiap dari kita. Yesus menghadapkan kita kepada pengakuan-Nya bahwa Dialah Allah dalam rupa manusia, Juruselamat dunia, dan sumber kehidupan—sekarang dan selamanya. Bagaimana kita akan menjawab-Nya?

6) Sheldon Vanauken, A Severe Mercy (HarperOne: Edisi Baru, 2011), hlm. 98-99. 35


Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang. Anda dapat mendukung kami dalam melaksanakan misi tersebut melalui persembahan kasih. Klik link di bawah ini untuk informasi dan petunjuk dalam memberikan persembahan kasih. Anda juga bisa scan QRIS di halaman berikutnya dengan aplikasi e-wallet Anda. Terima kasih atas dukungan Anda untuk pengembangan materi-materi terbitan Our Daily Bread Ministries. Persembahan kasih seberapa pun dari para sahabat memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun.



santapanrohani.org


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.