Hamba Tuhan senior, Robert Solomon, memaparkan sudut pandang baru terhadap proses penuaan yang menolong Anda tetap bertumbuh bersama Allah di usia senja. Belajarlah bagaimana Anda dapat terus berfokus kepada Yesus sembari membangun kebiasaan yang sehat dan hubungan yang berarti dengan sesama di tengah tantangan fisik, mental, dan emosional yang Anda hadapi seiring bertambahnya usia. Anda akan diberkati oleh renungan-renungan singkat yang disajikan dengan teks yang nyaman dibaca.
“Sinopsis perjalanan pemuridan Kristen dari usia muda hingga tua.” —Dr. Peng Chung Mien
“Harta karun kebenaran rohani yang sarat pemikiran dan hikmat tentang bagaimana menikmati hidup di usia emas.”
Robert M. Solomon
Robert M. Solomon aktif berkhotbah dan mengajar Alkitab di Singapura serta sejumlah negara lain. Sepanjang masa pelayanannya yang panjang, beliau telah menulis lebih dari 30 judul buku seputar kehidupan Kristen, kepemimpinan rohani, pendalaman Alkitab, dan beragam topik lainnya.
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
Usia lanjut tidak harus identik dengan lemah tubuh, kesepian, dan turunnya semangat hidup.
KALA
Memutih R ambutku Anugerah Allah di Usia Emas
—Dr. Helen Ko
FV382
9
786025
11 8 1 9 7
Robert M. Solomon
KALA
Memutih R ambutku Anugerah Allah di Usia Emas
Robert M. Solomon
Kala Memutih Rambutku: Anugerah Allah di Usia Emas © 2019 oleh Robert M. Solomon Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Judul asli: Growing Old Gracefully: Following Jesus to the End Published by Discovery House Edisi Bahasa Indonesia diterbitkan dan didistribusikan oleh: PT Duta Harapan Dunia www.dhdindonesia.com Penerjemah: Yudy Himawan Penyunting: Monica Dwi Chresnayani, Rosi L. Simamora Penyelaras Bahasa: Tim ODB Indonesia Perancang Buku: Joshua Tan Penata Letak: Mary Chang Gambar sampul: Shutterstock.com Kutipan ayat diambil dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia © LAI 1974 dan Alkitab Kabar Baik dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari © LAI 1985 ISBN: 978-602-51181-9-7 Dicetak di Indonesia Cetakan pertama: September 2019
Daftar Isi Kata Pengantar ......................................................VII Bagian I: PERJALANAN ROHANI 1. Mengingat Asal dan Tujuan .................................... 3 2. Tetap Bertahan ....................................................... 9 3. Mempertahankan Motivasi yang Jelas .................. 17 4. Mempertahankan Gairah ..................................... 23 5. Bersama Yesus ....................................................... 31 6. Menjadi Seperti Kristus ........................................ 39 7. Memperkuat Keyakinan ........................................ 45 8. Semakin Berhikmat .............................................. 51 9. Menjadi Orang yang Penuh Kasih ........................ 59 Bagian II: KEBIASAAN-KEBIASAAN ROHANI 10. Membaca Alkitab dengan Sungguh-Sungguh ..... 69 11. Menemukan Rahasia Doa ................................... 77 12. Mendengarkan Allah dengan Cara Baru .............. 83 13. Menguduskan Hidup .......................................... 89 14. Beribadah Sepenuh Hati ..................................... 99 15. Menemukan Komunitas ..................................... 109 16. Memiliki Pola Pikir Pelayanan ............................117 Bagian III: HUBUNGAN YANG MENGUBAHKAN 17. Menemukan Arti Menjadi Manusia .................. 127 18. Persahabatan ..................................................... 135
19. Memelihara dan Menikmati Keluarga ................141 20. Membimbing Generasi yang akan Datang .........149 21. Percakapan yang Mengubahkan .........................157 22. Berdoa bagi Sesama ...........................................165 Bagian IV: KESEHATAN DAN KETERBATASAN FISIK KARENA FAKTOR USIA 23. Tetap Sehat .........................................................175 24. Menerima Kenyataan bahwa Kesehatan Menurun ...........................................................181 25. Sakit dan Penderitaan ........................................ 189 26. Mengatasi Ketakutan Menghadapi Kematian .... 197 27. Kedukaan dan Kesepian .................................... 205 28. Mengatasi Depresi ............................................ 213 29. Hidup dengan Ketakutan akan Kehilangan Ingatan ............................................................. 221 Bagian V: BERPIKIR TENTANG SURGA 30. Bagaimana Kita akan “Pergi”? ........................... 231 31. Seperti Apakah Surga Itu? ................................. 237 32. Mempersiapkan Diri untuk Surga ..................... 245 33. Menaruh Pengharapan .......................................255 34. Menjadi Berkat ................................................. 263 35. Meninggalkan Warisan ..................................... 271 Penutup .................................................................. 279 Catatan Akhir ....................................................... 283
VI
|
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
Kata Pengantar Kita memasuki usia emas begitu cepat. Semasa muda dulu, kita mengira akan muda selamanya, dengan energi dan kondisi kesehatan yang sama, dan masa hidup yang membentang panjang di depan mata. Namun, betapa cepat hidup berlalu, tiba-tiba kita sudah memasuki usia emas dan hidup sudah hampir mendekati akhir! Musa menyadari betapa cepat hari-hari kita di dunia berlalu dan melayang lenyap (Mazmur 90:10). Manusia seperti rumput baru di pagi hari: “Di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu” (Mazmur 90:6). Tiba-tiba saja seseorang sudah lanjut usia, dan sebagian besar masa hidupnya telah bergulir lewat. Kita “seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yakobus 4:14). Jadi bagaimana sepatutnya kita memandang usia emas? Bagaimana seharusnya kita melewatkan tahun-tahun akhir hidup kita? Buku ini ditulis bagi mereka yang lanjut usia, yang berusia enam puluh tahun ke atas. Pada usia ini, Anda mungkin tahu bahwa Anda sudah melalui setengah masa hidup. Haruskah hal itu mengubah cara hidup kita? Apa yang sebaiknya menjadi fokus kita? Apa saja
Kata Pengantar
|
VII
tantangan yang dihadapi, dan apa yang harus diwaspadai? Alkitab memberikan dua pandangan berlawanan tentang usia senja. Pertama, usia emas dipandang sebagai masa ketika iman, kekuatan, dan keberanian tidak berkurang, sebagaimana pernyataan Kaleb yang terkenal saat ia berusia 85 tahun, “Pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa [45 tahun sebelumnya]” (Yosua 14:11). Kita juga membaca tentang orang benar “pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar” (Mazmur 92:15). Kita juga membaca tentang bagaimana “Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang” (Ulangan 34:7) atau perkataan salah seorang sahabat kepada Ayub, “Dalam usia tinggi engkau akan turun ke dalam kubur, seperti berkas gandum dibawa masuk pada waktunya” (Ayub 5:26), meski mungkin perkataan itu kurang mengenakkan bagi Ayub yang saat itu tengah menderita. Pandangan hidup yang demikian sejalan dengan istilah-istilah populer yang sering kita dengar belakangan ini: “tahun-tahun keemasan”, “menua dengan sehat”, “menua secara positif”, “menua dengan sukses” dan sebagainya (meskipun sebagian orang berpendapat sloganslogan tersebut memberi kesan “anti-menua” yang kuat).1
VIII
|
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
Namun, Alkitab juga memberi pandangan lain yang harus ditanggapi dengan serius. Kita membaca bagaimana pada usia emas fungsi-fungsi tubuh menurun dan mulai muncul banyak ketidakmampuan sehingga seseorang tidak lagi bebas bepergian ke mana-mana dan kehilangan kesempatan untuk berinteraksi secara sosial. Kita diingatkan untuk bersiap menghadapinya, “Sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’” (Pengkhotbah 12:1). Paulus secara realistis mengakui bahwa “manusia lahiriah kami semakin merosot” (2 Korintus 4:16), dan pemazmur berdoa, “Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis” (Mazmur 71:9). Dalam buku ini, kita akan menelaah kedua sudut pandang ini untuk memperoleh perspektif yang lebih lengkap dan dalam tentang usia emas. Buku ini terbagi menjadi lima bagian, yang mencakup tema-tema penting yang perlu direnungkan saat tiba di usia emas. Bagian 1 mengupas hidup sebagai perjalanan rohani dan bagaimana masa-masa emas (“tahun-tahun anugerah”)2 adalah bagian penting masa tersebut. Tugas dan proses apa saja yang seharusnya kita pikirkan
Kata Pengantar
|
IX
ketika beranjak lanjut usia?3 Bukan berarti kita sudah tiba di tujuan—perjalanan masih terus berlanjut dari kedewasaan menuju kedewasaan, dari kemenangan menuju kemenangan. Kita akan menghadapi berbagai masalah seperti memastikan tujuan, arah, motivasi, hasrat, keyakinan, dan tujuan hidup kita (mengenal Yesus dan menjadi seperti Dia, dalam kasih, hikmat, dan kekudusan). Kebiasaan rohani menjadi pusat perhatian pada Bagian 2. Bagaimana kita memelihara kedisiplinan (yaitu kebiasaan merespons anugerah Allah yang “memungkinkan kita bekerja sama lebih efektif dengan Kristus dan Kerajaan-Nya”)4 yang penting bagi perkembangan kedewasaan Kristen tersebut. Usia emas tidak seharusnya menjadi masa untuk bersikap apatis dan malas, tidak aktif dan tidak melakukan apa-apa.5 Usia emas sebaiknya menjadi masa untuk mempelajari firman Allah, membangun waktu doa yang teratur, menumbuhkan kebiasaan beribadah, berperan aktif dalam masyarakat, dan melayani. Usia emas dapat menjadi masa untuk mengisi hidup sepenuhnya. Bagian 3 membahas hubungan-hubungan dalam hidup. Kita diciptakan sebagai makhluk sosial, dan di usia emas hal tersebut semakin nyata dan perlu. Kita akan
X
|
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
membahas apa saja yang menjadikan kita manusia utuh, bagaimana kita seharusnya memusatkan perhatian pada keluarga dan sahabat, dan bagaimana kita dapat terlibat dalam percakapan yang mengubahkan dan membangun. Di bagian 4 kita akan berbicara tentang kerapuhan, sakit, dan penderitaan masa tua. Kita perlu meneliti bagian hidup kita ini secara realistis, bukan malah menjadi pesimis, melainkan belajar untuk mengelola kondisi kita yang semakin melemah secara alkitabiah. Bagaimana kita dapat menerima kenyataan bahwa kesehatan kita terus menurun, mengalami sakit dan penderitaan, merasakan dukacita dan kesepian, depresi, dan takut akan mengalami kepikunan? Pada bagian akhir, perhatian kita tertuju ke rumah abadi—surga. Kita tidak akan lama hidup di bumi, tetapi surgalah kediaman abadi kita. Penting bagi kita untuk semakin memikirkan ke mana akan pergi. Bagaimana kita akan mengakhiri hidup kita di dunia? Bagaimanakah surga nantinya? Bagaimana kita dapat mempersiapkan diri? Sementara menunggu, bagaimana kita dapat memelihara harapan agar terus hidup di tengah usia yang semakin lanjut, dan bagaimana kita dapat terus menjadi berkat bagi sesama, serta meninggalkan warisan yang memuliakan Allah?
Kata Pengantar
|
XI
Semakin banyak kaum lansia mengisi gereja-gereja kita. Orang berbicara tentang “tsunami perak” (merujuk pada rambut kaum lansia yang memutih karena uban) dalam banyak masyarakat di dunia. Itu juga terjadi di gereja. Banyak gereja terlalu memusatkan perhatian kepada orang dan keluarga muda (yang memang sangat penting) sehingga mengabaikan urusan dan kebutuhan lansia yang merasa disingkirkan dan tidak dibutuhkan. Banyak lansia dapat berempati dengan tokoh-tokoh dalam novel Gordon MacDonald, Who Stole My Church? 6 (Siapa Mencuri Gerejaku?). MacDonald, yang menulis buku itu di masa tuanya, mencoba mengekspresikan betapa banyak kaum lansia Kristen merasa terabaikan dalam kebaktiankebaktian gereja; menjadi orang asing di gereja sendiri. Ini harus diubah. Ada juga orang-orang tua yang merasa sulit menjadi tua dengan baik di tengah masyarakat yang cenderung mengingkari proses menua secara alami. Bisa saja mereka tergoda mempertahankan ilusi bahwa mereka tidak akan mengalami proses manusia yang paling penting ini, “proses yang mau tidak mau harus dialami dan tidak dapat diingkari”.7 Buku ini bermaksud mengangkat masalah-masalah yang berhubungan dengan kerohanian pada usia emas
XII
|
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
dan pelayanan kepada kaum lansia. Selain ditujukan bagi lansia, buku ini juga ditujukan bagi pemimpin gereja dan orang-orang muda yang perlu memikirkan cara melayani mereka yang sudah lanjut usia. Bab-babnya sengaja dibuat pendek agar mudah dibaca, dan teksnya dicetak dalam ukuran besar untuk memudahkan kaum lansia membacanya! Bab-babnya mengambil format renungan sehingga dapat dijadikan bahan pendalaman Alkitab sekaligus menerapkannya secara praktis. Ada pertanyaanpertanyaan yang ditujukan sebagai perenungan pribadi juga diskusi kelompok. George MacDonald, novelis Kristen terkenal, menulis, “Usia emas bukan berarti membusuk; usia emas berarti mengalami kematangan, seperti buah yang ketika matang sarat dengan air buah yang segar, yang kemudian layu dan pecah.”8 Semoga pengalaman kita, saat berpaling kepada Kristus dan tinggal bersama-Nya di usia senja ketika Dia menguatkan dan memberkati kita, mengisi hidup kita dengan kedamaian, sukacita, dan kasih-Nya. Robert M. Solomon
Kata Pengantar
|
XIII
XIV
|
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
Bagian I: PERJALANAN ROHANI
2
|
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
1
Mengingat Asal dan Tujuan
D
i usia senjanya, teolog Jerman terkenal, Friedrich Schleiermacher (1768–1834), yang dikenal sebagai
“Bapak teologi liberal modern”, mengalami kondisi yang sangat menyedihkan. Suatu hari, saat duduk di bangku taman kota, seorang polisi yang menyangka Schleiermacher gelandangan, mengguncang tubuhnya dan bertanya, “Siapa kau?” Dengan sedih Schleiermacher menjawab, “Kalau saja aku tahu.”9 Ia seorang intelek terkenal, tetapi iman Kristennya layu seiring berlalunya waktu. Bandingkan Schleiermacher dengan laki-laki tua lainnya—Rasul Paulus, yang di usia senjanya, menulis dari penjara, “karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memelihara apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari 3
Tuhan” (2 Timotius 1:12). Sebelumnya, Paulus menyebut Allah sebagai “Allah yang saya sembah, yaitu Allah yang memiliki saya” (Kisah Para Rasul 27:23 BIS). Betapa berbedanya seseorang yang memahami identitas dan tujuan hidupnya, dengan orang yang telah melupakan halhal tersebut. Seluruh kisah tentang asal usul dan tujuan hidup kita haruslah berakar dalam Allah. Dialah yang menciptakan kita, memberi arti dan hidup bagi kita, dan menjadi tujuan kita yang paling tinggi. Kristus telah menjadi teladan untuk itu. Hidup yang tidak berakar dalam Allah cenderung mudah diombang-ambingkan keadaan. Seperti layang-layang putus yang terlepas dari orang yang memainkannya. Paulus tahu dari mana ia berasal dan ke mana ia akan pergi, dan tahu di dalam Allah sajalah “kita hidup, kita bergerak, kita ada” (Kisah Para Rasul 17:28). Melupakan atau mengabaikan Allah membuat kita seperti ikan yang dikeluarkan dari laut. Ikan itu menggelepargelepar, menjerit meminta oksigen, dan akhirnya mati. Sangat mudah melupakan asal-usul dan tujuan hidup kita di tengah dunia yang kilaunya dapat mengalihkan perhatian dan membuat kita kehilangan orientasi. Seorang pilot tiba-tiba mendapati sebagian instrumen pesawatnya tidak berfungsi. Ia kehilangan arah dan tidak tahu sedang
4
|
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
menuju ke mana. Ia berhasil menghubungi menara kontrol di darat, dan ketika diminta memberitahu posisinya agar dapat diarahkan ke bandar udara terdekat, pilot itu menjawab, “Saya tidak tahu, tetapi ke mana pun tujuan saya, saya akan tiba tepat waktu!” Pilot tersebut tahu pesawatnya mampu terbang cepat, tetapi ia kehilangan arah. Contoh yang benar-benar menggambarkan keadaan banyak orang pada zaman ini. Hidup bergerak begitu cepat, tetapi orang-orang kehilangan tujuan hidupnya secara rohani. Mereka lupa ke mana tujuan mereka dan bagaimana akhir hidup mereka kelak. Mereka tahu cara menggunakan jam, tetapi apa gunanya jika mereka kehilangan kompas sebagai penunjuk arah? Dunia ini bagaikan belantara rohani yang membuat kita sangat mudah kehilangan arah tanpa kompas moral dan rohani yang membimbing dan menunjukkan arah yang benar kepada kita. Banyak sekali orang tidak sungguh-sungguh memikirkan tujuan akhir mereka. Mereka cukup bahagia mengisi hidup dengan tujuan-tujuan kecil, seperti akan membeli apa, ke mana akan pergi berlibur, naik mobil apa, dan memakai baju apa. Namun, semua itu sia-sia jika perjalanan dan tujuan hidup utama dilupakan. Tuhan Yesus pernah berkata kepada orang-orang yang berkumpul
Mengingat Asal dan Tujuan
|
5
mendengarkan Dia, “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:31-33). Jika tujuan utama hidup Anda jelas, tujuan yang kecilkecil akan beres dengan sendirinya. Tanpa gambaran besar, kita akan mudah kehilangan arah. Mungkin saja beberapa dari kita memulainya dengan baik, tahu akan menuju ke mana, tetapi kesenangan hidup, berbagai daya tarik yang ditemui di tengah jalan, serta semua kekhawatiran dan kecemasan akhirnya menarik kita keluar dari jalan semula. Kita kehilangan arah dan lupa tujuan akhir kita. Selalu ada harapan. Jika Anda kehilangan arah atau melupakan tujuan akhir Anda, masih ada yang dapat dilakukan. Kembalilah kepada Allah. Manusia didorong untuk memperhatikan keadaannya (Hagai 1:5,7). Seiring bertambahnya usia, landasan pacu kita semakin pendek, jadi kita harus memastikan benar-benar tahu akan mendarat di mana. Kita harus ingat proses menua “lebih
6
|
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
penting sebagai proses rohani daripada biologis”.10 Yesus mengajarkan bahwa tujuan akhir kita adalah rumah Bapa surgawi (Yohanes 14:1-3). Tujuan akhir itu hanya dapat terjadi jika kita menempatkan iman di dalam Kristus dan belajar hidup di dalam-Nya selama kita di bumi. Seperti Paulus, marilah kita belajar berkata, “(aku) berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:14). Itu satu-satunya tujuan yang layak dikejar selagi kita masih hidup atau layak diperjuangkan mati-matian, sebagai satu-satunya tujuan yang menawarkan kehidupan kekal. Semua jalan lain, hanya akan menemui jalan buntu.
Mengingat Asal dan Tujuan
|
7
Renungkanlah • Bagaimana Anda menjawab pertanyaan, “Dari mana asal Anda dan ke mana Anda akan pergi?” Jika Anda sulit menjawab pertanyaan tersebut, mengapa begitu? • Bagaimana seseorang di usia emas mempertahankan tujuan hidupnya sebagai orang Kristen sampai akhir nanti? Apa tanda-tandanya hal itu sedang terjadi? Kesulitan, godaan, dan hal-hal apa saja yang dapat mengalihkan perhatian seseorang dari tujuan hidupnya?
8
|
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
CATATAN BAGI PEMBACA Setelah membaca buku ini, silakan menuliskan respons Anda dan mengirimkannya kepada kami. Untuk informasi selengkapnya tentang buku-buku yang diterbitkan dan didistribusikan oleh PT Duta Harapan Dunia, silakan menghubungi kami melalui: E-mail: orders@dhdindonesia.com Situs web: www.dhdindonesia.com Tel.: (021) 2902 8955 WhatsApp: 0895 202 202 95
TENTANG PENERBIT PT Duta Harapan Dunia (DHD) adalah anggota keluarga Our Daily Bread Ministries. Selama hampir 80 tahun ini, Our Daily Bread Ministries mengajarkan firman Allah dengan maksud untuk membawa orang-orang dari segala bangsa agar dapat memiliki iman dan kedewasaan dalam Kristus. Landasan bersejarah inilah yang menopang kerinduan DHD untuk menjadi saluran berkat di Indonesia dengan cara menyediakan literatur rohani yang dapat menguatkan serta memperlengkapi para pembaca agar mereka semakin mengenal Allah dan memperoleh penghiburan, wawasan, dan penguatan iman melalui firman-Nya.
Hamba Tuhan senior, Robert Solomon, memaparkan sudut pandang baru terhadap proses penuaan yang menolong Anda tetap bertumbuh bersama Allah di usia senja. Belajarlah bagaimana Anda dapat terus berfokus kepada Yesus sembari membangun kebiasaan yang sehat dan hubungan yang berarti dengan sesama di tengah tantangan fisik, mental, dan emosional yang Anda hadapi seiring bertambahnya usia. Anda akan diberkati oleh renungan-renungan singkat yang disajikan dengan teks yang nyaman dibaca.
“Sinopsis perjalanan pemuridan Kristen dari usia muda hingga tua.” —Dr. Peng Chung Mien
“Harta karun kebenaran rohani yang sarat pemikiran dan hikmat tentang bagaimana menikmati hidup di usia emas.”
Robert M. Solomon
Robert M. Solomon aktif berkhotbah dan mengajar Alkitab di Singapura serta sejumlah negara lain. Sepanjang masa pelayanannya yang panjang, beliau telah menulis lebih dari 30 judul buku seputar kehidupan Kristen, kepemimpinan rohani, pendalaman Alkitab, dan beragam topik lainnya.
KALA MEMUTIH RAMBUTKU
Usia lanjut tidak harus identik dengan lemah tubuh, kesepian, dan turunnya semangat hidup.
KALA
Memutih R ambutku Anugerah Allah di Usia Emas
—Dr. Helen Ko
FV382
9
786025
11 8 1 9 7
Robert M. Solomon