Komik Simon Petrus

Page 1

105



1


Di abad pertama, Yerusalem adalah kota kosmopolitan nan megah dan indah. Di sanalah terjadi berbagai peristiwa yang mengubahkan hidup.

2


Suatu hari, di Serambi Salomo, di dalam kompleks Bait Allah di Yerusalem . . .

Ada apa ini? Aku harus mendekat . . . Aduh, Pak! Kakiku jangan diinjak, dong!

Aku duluan di sini. Kenapa kamu tidak cari tempat lain?

Ssttt! Dia mulai bicara!

3


Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu? Mengapa kamu menatap kami seolaholah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Lho, bukankah itu si pengemis yang lumpuh?

4

Dia itu lumpuh sejak lahir! Bagaimana mungkin dia bisa berdiri?


Ini mukjizat!

Lihat, aku bisa berjalan, dan juga melompat!

Koq bisa ya?

Aku sendiri yang mengusungnya ke Gerbang Indah dari Bait Allah ini.

Orang ini disembuhkan Allah, untuk memuliakan Hamba-Nya, Yesus!

Siapa dua orang itu?

Sudah sejak lama dia meminta-minta sedekah di sana setiap hari!

Kamu tidak tahu? Itu Petrus dan Yohanes. Mereka sahabat dari Yesus itu, yang dihukum mati di kayu salib.

Hai orang Israel, kamu telah membunuh Yesus, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Kami adalah saksi dari hal itu . . .

5


Karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah . . .

menguatkan orang yang kamu lihat dan kenal ini.

kesembuhan kepada orang ini . . .

6

Kepercayaan itu telah memberi . . .

di depan kamu semua.


Sekarang Allah memanggil kamu, hai orang Israel. Sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan.

Benarkah Yesus diutus oleh Allah?

Luar biasa Petrus ini! Pembicara hebat! Khotbahnya juga! Allah telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati dan akan mengutus-Nya kembali pada waktunya, seperti yang dahulu dinubuatkan para nabi!

Yesus datang untuk memimpin kamu kembali dari segala kejahatanmu.

Aku harus memberi tahu Ayah tentang Petrus ini!

7


Awas! minggir!

Itu imam-imam dan orang Saduki, dan mereka mengajak kepala pengawal Bait Allah!

Kabur!

Atau kita akan ditangkap juga! Berani-beraninya kalian mengganggu ketenangan Bait Allah dengan mengajarkan omong kosong tentang kebangkitan orang mati! Petrus, Yohanes, kalian harus masuk penjara.

Oh tidak! Aku harus pergi dan cerita pada Ayah . . .

8


Semua yang Petrus lakukan . . .

Semua yang Petrus katakan . . . Apakah itu benar?

Ingatkah Ayah saat orang bernama Yesus mati di kayu salib bersama dua penjahat?

Aya

Aya

h

h p ! tida asti per k cay a!

Ada apa?

Cepat cuci tanganmu, sudah waktunya makan. Dari mana saja kamu?

Ya . . .

9


Hmm, tolong ambilkan rotinya?

Hari ini di Bait Allah, dua pengikutNya menyembuhkan si pengemis lumpuh!

Beberapa perempuan di pasar berkata bahwa Yesus itu telah bangkit!

Ya, Ayah dan Ibu harus mendengar cerita Petrus! Serambi itu ramai sekali, dan dia bicara dengan penuh kuasa . . .

Benar! Mereka bilang itu Petrus! Dia sangat menakjubkan. Setelah itu banyak orang yang percaya bahwa Allah mengutus Yesus untuk menghapus dosa kita!

Hmm, tolong ambilkan rotinya. Maksudmu siapa? Petrus? Simon Petrus? Nah, apa kubilang? [Uhuk—uhuk] Tetapi itu bukan Simon Petrus yang selama ini kukenal!

10


Ayah kenal Petrus? Bagaimana ceritanya?

Ya, Ayah kenal Simon Petrus. Sebelum tinggal di Yerusalem, kami besar di desa yang sama, di Galilea.

Itu hanya desa kecil di tepi Danau Galilea. Saat itu namanya cuma Simon.

Dia adalah bocah yang pemarah, tak suka belajar . . .

dan selalu kena masalah.

11


Seperti banyak orang di daerah kami, dia pun menjadi nelayan.

Orangnya keras, tetapi cekatan dalam bekerja . . .

dan emosinya sulit untuk ditebak.

12

Jadi dia tak punya keahlian lain, seperti belajar hukum Taurat, menulis, dan berdebat.


Lalu suatu hari, seorang asing berpenampilan liar memulai rangkaian peristiwa yang akan mengubah hidup Simon selamanya.

13


Itulah masa pengharapan bagi orang Yahudi di Israel. Mereka sedang menantikan Mesias yang dijanjikan untuk membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Tiap ada pengajar baru, pertanyaan yang selalu muncul adalah, “Diakah Mesias yang kita nantikan?�

Allah telah mengutusku untuk memberitakan kepada semua orang tentang Terang yang sesungguhnya.

Dia akan datang setelah aku, tetapi Dia lebih besar dari aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.

Pria asing itu mengajarkan tentang Sang Mesias dan banyak orang pergi ke Sungai Yordan untuk mendengarkan khotbahnya.

14


Di antara orang banyak itu, ada tiga pemuda dari kampung nelayan di Galilea.

Simon, siapa orang itu? Mungkinkah dia sang Mesias? Aku tak tahu, Yohanes. Orang menyebutnya Yohanes Pembaptis. Tampaknya dia nabi yang diutus Allah.

Yohanes Pembaptis, kami mau menjadi pengikutmu.

Aku membaptismu dengan air, namun setelah aku akan datang Dia yang akan membaptismu dengan Roh Kudus. 15


Ketika kabar mengenai khotbah Yohanes Pembaptis tersiar hingga Yerusalem, para pemuka agama Yahudi mengutus beberapa imam dan orang Lewi untuk menemuinya di kota Betania, di seberang Sungai Yordan tempat Yohanes membaptis.

Atas nama Imam Besar, kami harus bertanya siapa engkau. Engkaukah Mesias yang dijanjikan?

16

Aku bukan Mesias.


Kalau begitu, siapakah engkau? Elia? Bukan.

Bukan.

Engkaukah nabi yang akan datang?

Siapakah engkau? Kami harus memberi jawaban kepada orang-orang yang mengutus kami.

Apa katamu tentang dirimu sendiri?

17


ra Akulah sua ru berseru-se orang yang gurun, di padang

h jalan “Luruskanla Tuhan!�

18


Mengapakah engkau membaptis, jika engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?

Aku hanya saksi bagi Terang yang sesungguhnya. Membuka tali kasutNya pun aku tidak layak.

Para pemuka agama itu tak bisa berbuat apa-apa. Namun sejak saat itu mereka mengawasi Yohanes Pembaptis dengan ketat dan berusaha mencari tahu tentang orang yang Yohanes ceritakan.

19


Keesokan harinya, Yohanes Pembaptis menunjukkan sesuatu yang mengejutkan Andreas dan kawannya, Yohanes.

Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia! Ketika aku membaptis-Nya di Sungai Yordan . . .

Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati dan tinggal di atas-Nya.

Aku telah melihat Yesus, maka aku memberi kesaksian bahwa Dialah Anak Allah.

Aku tidak mengenalNya, tetapi Allah yang mengutus aku untuk membaptis dengan air telah berfirman kepadaku:

20

“Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.�


Maka Andreas mempercayai perkataan Yohanes Pembaptis tentang Yesus. Dia dan Yohanes pun memutuskan untuk mengikut Yesus.

Apa yang kamu cari? Rabi, izinkan kami tinggal bersama-Mu agar Engkau bisa mengajar kami.

Marilah

Ada banyak hal yang harus kamu pelajari.

21


Andreas dan Yohanes menyimak pengajaran Yesus dari pukul 4 sore hingga keesokan paginya.

Lalu Andreas bergegas menemui Simon.

Aku harus pergi menemui saudaraku, Simon, dan memberitahunya kabar baik tentang Yesus. 22


Dari mana saja kamu, Andreas? Aku sudah menunggu lama.

Kamu meninggalkanku di Betsaida dengan setumpuk pekerjaan! Aku baru saja selesai mengirim stok ikan minggu ini ke Yerusalem. Simon, itu semua tidak penting. Aku baru dari Betania, dekat tempat Yohanes Pembaptis membaptis. Dengar!

Kamu lugu sekali, Andreas. Apa yang membuatmu berpikir dia itu benar-benar Mesias, bukan orang sinting seperti yang dulu-dulu?

Kami telah menemukan Sang Mesias!

Ayo, Simon! Ikut aku untuk menemui-Nya! Lihatlah sendiri!

23


Rabi, kenalkan, ini saudaraku.

Er . . . ah . . . Senang bertemu denganmu, Rabi.

Aneh sekali . . . mengapa Dia menatapku seperti itu?

Namamu Simon, anak Yohanes—

Bagaimana mungkin—ah, pasti Andreas pernah memberi tahu Dia namaku.

24


—tetapi engkau akan disebut Kefas atau Petrus.

Hm, aneh sekali. Kefas artinya “batu karang�. Mengapa Dia menyebutku begitu? Tinggallah dan anggap seperti rumahmu sendiri, Simon Petrus.

Hari itu, Simon Petrus mendengar Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah. Dia pun menjadi pengikut Yesus. 25


Hari itu memang hari yang luar biasa. Namun Petrus mengalami sebuah peristiwa lain yang mengubah hidupnya selamanya.

26


Horeee! Nelayan-nelayan itu sudah kembali!

Wah, aku tak sabar ingin melihat tangkapan mereka! Mereka sudah melaut semalaman!

Andreas, apa yang terjadi? Matahari baru saja terbit. Mengapa ada banyak orang di sini?

27


Apa yang kamu tangkap?

Eh . . .

Sebenarnya . . . kami tak berhasil menangkap . . .

28

seekor ikan pun . . .


Lihat, Rabi Yesus menuju kemari.

Waduh, orang banyak mengikuti-Nya! Kita bisa terdesak.

Selamat pagi, Simon Petrus. Aku ingin memakai salah satu perahumu, jika kamu tak keberatan. Silakan saja, Rabi. Kami tak memerlukannya saat ini.

Mengapa Dia hendak melaut di waktu seperti ini? 29


Simon Petrus, tolong dorong perahu ini sedikit jauh dari pantai.

Baiklah, jika Engkau menghendakinya.

Lalu Yesus mengajar orang banyak yang berkumpul di Danau Galilea hari itu.

Bertobatlah dari dosadosamu, sebab Kerajaan Allah sudah dekat!

30


Luar biasa, Dia mengajar dengan penuh kuasa.

Setelah Yesus selesai mengajar . . .

Aneh . . . Siapa yang menangkap ikan di siang bolong?

Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa . . .

Simon Petrus, naiklah ke atas perahu. Marilah pergi ke perairan yang lebih dalam supaya kamu bisa menebar jalamu.

Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala lagi.

31


Lebih enak tidur di rumah saat ini.

Bukankah ini buang-buang waktu saja?

Ada apa ini? Aku bisa merasakan jalanya bergerak.

Bukan cuma bergerak! Jala ini penuh dengan ikan dan mulai koyak! Cepat, cari bantuan! 32

Eh . . . apa yang terjadi?

Yang benar?

Ikannya terlalu banyak sampai jalanya koyak? Ayo kita bantu mereka!


Kita harus kembali ke pantai sebelum perahu ini tenggelam. Ayo cepat!

Bagaimana mungkin? Kami tak pernah menangkap sebanyak ini sepanjang hidup kami!

Saat itulah Simon Petrus menyadari bahwa Rabi Yesus bukanlah manusia biasa.

33


Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.

Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia!

34


Hari itu, Simon Petrus mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Penguasa atas hidupnya. Dia pun meninggalkan segala sesuatu . . .

lalu mengikut Yesus.

35


Setelah Simon Petrus berjalan bersama Yesus, dia melihat banyak mukjizat yang terjadi. Belas kasih Yesus begitu nyata dan melimpah.

Jadi hidup Simon Petrus berubah sama sekali dan menjadi seperti yang kulihat hari ini?

Oh, tidak. Perubahan itu tak terjadi dengan cepat.

36


Waktu itu sudah mulai malam dan para murid khawatir.

Namun mereka bertambah panik ketika mendengar rencana Yesus!

Tuhan, tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.

Tidak perlu mereka pergi, kamu yang harus memberi mereka makan.

37


Yang benar saja? Ada 5.000 laki-laki di sini, belum lagi perempuan dan anak-anak!

Di mana kita akan memperoleh uang untuk memberi makan orang sebanyak ini?

Bawalah kemari.

Yang kami punya di sini hanya lima roti dan dua ikan!

38

Tuhan, kecuali Engkau punya rencana yang lebih baik, sebaiknya kita minta semua orang ini kembali ke desa untuk mencari makan.


Suruh mereka duduk dalam kelompok.

Yesus benar-benar memiliki rencana yang lebih baik. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah mecahkan roti itu dan memberikannya kepada muridmurid-Nya, lalu murid-muridNya membagi-bagikannya kepada orang banyak.

39


Luar biasa hari ini!

Aku lelah sekali. Aku butuh istirahat, nih.

Berapa bakul sisa roti setelah semua orang sudah kenyang?

Kawan-kawan, semuanya ada dua belas bakul penuh!

Semua makan hingga kenyang, sampai tidak kuat nambah. Mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian para murid mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. 40


Sekarang Aku akan menyuruh semua orang ini pulang. Aku ingin kalian semua naik ke perahu dan bertolak ke seberang danau.

Setelah menyuruh orang banyak itu pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri.

Sementara itu, di Danau Galilea . . .

situasinya mencekam.

41


Lebih cepat lagi, kawan-kawan! Anginnya bertambah kencang.

Sia-sia saja! Sudah terlambat menyelamatkan perahu ini. Jika ombak bertambah besar, perahu ini pasti terbalik!

! Hei semuanya, lihat itu! Apa itu yang ada di atas air?

Itu hantu! Atau sejenis roh jahat. Tolong! Dia menuju kemari!

42


Tenanglah! Aku ini, jangan takut!

Hei, bukankah itu suara Tuhan? Benarkah?

Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air.

Hore! Dia datang menyelamatkan kita!

Ya, datanglah. Hei, Simon, kamu sudah gila ya? Kamu pikir kamu siapa, Simon? Kamu tak bisa begitu saja berjalan di Danau Galilea! 43


Aku tak percaya, ini benar-benar terjadi!

Inilah salah satu momen terbaik dari hidup Simon Petrus. Dia mempercayai Yesus sepenuhnya dan bertindak menurut kepercayaannya itu. Seorang nelayan biasa melakukan hal luar biasa— berjalan di atas air!

44


Ini hebat sekali! Teman-teman, aku bisa melakukannya! Berjalan di atas air!

Oh tidak, mungkin ini bukan ide yang baik . . .

Namun saat Simon Petrus memandang keadaan di sekelilingnya, dia menjadi ragu. Karena perhatiannya teralihkan, dia tak lagi memandang Tuhan. Tuhan, tolong aku!

45


Petrus, kau ini kurang percaya.

Mengapa kau ragu-ragu kepada-Ku?

46


Hei, badainya sudah reda.

47


Tuhan, Engkau— Engkau sungguh Anak Allah!

Sejak saat itu Simon Petrus meyakini sepenuh hati siapa Yesus sesungguhnya.

Oh, Simon Petrus jadi hebat sejak saat itu!

Eh, tidak juga . . . Kamu tahu, kita semua mirip dengan dia— ada saatnya kita penuh dengan iman tetapi kemudian mudah untuk ragu. Tuhan belum selesai membentuk Petrus. Masih ada yang perlu dia pelajari. 48


Perjalanan Simon Petrus bersama Yesus mengalami pasang surut. Ada saatnya dia bertumbuh makin memahami Allah, tetapi ada saatnya dia gagal total.

49


Wilayah Kaisarea Filipi

Selama berada di Galilea, Yesus berselisih paham dengan para pemimpin agama Yahudi dari Yerusalem. Tiba saatnya bagi para pengikut Yesus untuk menentukan pilihan mereka.

50


Sungguh indah tempat ini!

Penduduk di sini punya kepercayaan beragam. Di zaman nenek moyang kita, orang non-Yahudi menyembah dewa Baal.

Lihat, itu tentu kuil terkenal yang dibangun Herodes Agung dan dipersembahkan untuk para kaisar Romawi.

Aku pernah mendengar bahwa orang Yunani di sini mendirikan kuil untuk Pan, dewa alam mereka.

Huh, kita orang Yahudi punya Raja sendiri.

51


Yesus tampaknya sengaja memilih tempat yang menampilkan beragam kepercayaan untuk mengajukan satu pertanyaan yang sangat penting kepada murid-murid-Nya . . .

Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis. Ada juga yang mengatakan: Elia.

Tetapi menurut kalian, siapakah Aku ini?

52

Dan ada pula yang berkata: Yeremia . . .

Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?

atau salah seorang dari para nabi.


Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!

Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

53


Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.

54


Oh . . . tidak juga. Ada hal lain yang perlu dipelajarinya.

Wow! Jadi itu yang membuat Petrus menjadi pemimpin seperti sekarang?

Di Kaisarea Filipi, Yesus tak ingin orang tahu bahwa Dia adalah Mesias.

Kenapa?

Yesus tahu orang menanti-nantikan Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Mereka tidak mengharapkan Juruselamat yang akan menderita dan disalibkan. Murid-murid-Nya juga memiliki pemahaman keliru seperti itu. 55


Sejak waktu itu, Yesus mulai menyatakan kepada muridmurid-Nya bahwa Dia harus pergi ke Yerusalem . . .

dan di tangan para tua-tua, imamimam kepala dan ahli-ahli Taurat . . .

Dia akan menanggung banyak penderitaan.

tetapi pada hari ketiga Dia akan bangkit dari antara orang mati.

56

Bahkan kematian . . .


Ada apa dengan Tuhan? Itu semua omong kosong! Bukankah Dia datang untuk menjadi Raja? Mengapa Dia bicara soal mati segala?

Namun Simon Petrus belum siap menerima rencana kekal dari Allah. Dia punya rencana dan gambarannya sendiri tentang masa depan gemilang yang akan dibawa Yesus dan itu tak melibatkan penderitaan atau kematian. Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sama sekali takkan menimpa Engkau!

Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku.

Di saat genting itu, Simon Petrus meminta Yesus untuk menjadi Mesias tanpa perlu memikul salib. Dengan menolak salib, Petrus menjadi sama seperti Iblis yang melawan tujuan Allah. 57


Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.

Setiap orang yang mau mengikut Aku, dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.

Yesus berbicara tentang hidup yang akan dijalani oleh para pengikut-Nya, yakni hidup sesuai dengan tujuan dan rencana Allah, bukan menurut tujuan mereka. Simon Petrus menerima teguran Yesus itu dengan rendah hati. Bahkan menjelang peristiwa penyaliban yang ingin dicegahnya itu, komitmennya untuk setia kepada Kristus tanpa mempedulikan risikonya justru semakin kuat. 58


Jadi begitu cara Simon Petrus menjadi seperti sekarang ini! Ya, ‘kan?

Oh, tidak! Saat itu Simon Petrus masih mengandalkan kekuatannya sendiri untuk tetap setia kepada Yesus. Ibu punya usul. Bagaimana jika kalian pindah ke tempat lain agar Ibu bisa beres-beres?

Baiklah, sayang . . . Nah, keadaan lalu makin tegang bagi Simon Petrus.

59


Setelah Simon Petrus dengan tepat mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, dia dan murid-murid lainnya terus mengikut Yesus saat Dia berjalan menuju ke selatan melalui daerah Galilea, Samaria, dan Yudea.

60


Di sepanjang perjalananNya, Yesus melakukan banyak mukjizat . . .

bahkan membangkitkan orang mati.

Dia mengajar banyak orang tentang Kerajaan Allah . . .

dan menjelaskan lebih banyak lagi kepada para murid mengenai kematian yang akan segera dijelang-Nya.

61


Tetapi Dia sangat terkenal. Orang banyak akan balik menentang kita jika Dia dibunuh. Sementara itu, seiring dengan semakin terkenalnya Yesus, semakin banyak orang yang percaya kepadaNya. Para pemimpin agama Yahudi merasa takut dan iri. Mereka pun bersekongkol untuk membunuh Yesus.

Itu berati kita harus lebih cerdik daripada orang-orang itu. Aku sudah menemukan titik lemah-Nya.

Bahkan sebelum perayaan Paskah, Iblis telah menggoda Yudas, anak Simon Iskariot, untuk mengkhianati Yesus. Lho? Apa yang Yesus lakukan? Seharusnya kami yang membasuh kaki-Nya.

Tuhan, Engkau akan membasuh kakiku?

Yesus tahu saat kematian-Nya mendekat. Dengan rendah hati, Dia melayani para murid-Nya. Dengan cara yang sama, Dia juga akan menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan umat manusia. 62


Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.

Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya! Itu tugas rendahan yang hanya dikerjakan para hamba! Protes Simon Petrus menunjukkan bahwa meski dirinya berniat baik, dia masih salah memahami tujuan Yesus. Petrus mengandalkan keangkuhan dan kehendak dirinya yang berdosa untuk melayani Yesus. Namun, Yesus mengatakan bahwa Dia telah datang sebagai hamba. Kita harus dibasuhNya untuk disucikan dari dosa kita.

Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.

Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Layanilah seorang akan yang lain dengan rendah hati.

Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku! Barangsiapa telah mandi, dia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena dia sudah bersih seluruhnya. 63


Saat perjamuan, Yesus merasa semakin susah hati, karena Dia tahu salah seorang dari murid-murid yang makan bersama di meja itu adalah musuh-Nya.

Aku berkata kepadamu,

sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku!

Sst, Yohanes, siapa yang dimaksudkan-Nya?

64


Tuhan, siapakah itu?

Dialah yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya. Yesus mengungkapkan bahwa Yudaslah si pengkhianat . . .

dan menyuruhnya pergi untuk meneruskan rencana jahatnya itu.

65


Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang. Setelah Yudas Iskariot pergi, Yesus berbicara kepada para murid tentang kematian-Nya dan surga. Namun mereka masih tak memahami maksud-Nya. Dia berjanji memberi mereka Roh Kebenaran yang akan menuntun mereka setelah Dia pergi.

Tuhan, ke manakah Engkau pergi? Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.

Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu. Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersamaNyawamu akan kauberikan sama dengan Engkau! bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum Mengapa aku tidak dapat ayam berkokok, engkau telah mengikuti-Mu sekarang? menyangkal Aku tiga kali.

66

Tidak, itu mustahil! Aku akan terus membela-Nya!


Ketika malam tiba, Yesus pergi ke Bukit Zaitun yang biasa didatangiNya bersama para murid. Yesus meminta mereka untuk berjaga-jaga sementara Dia berdoa.

Namun para murid yang kelelahan itu sulit menahan kantuk. Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.

Dan Simon Petrus mengecewakan Yesus di saat genting ini. 67


Tepat setelah itu, Yudas Iskariot si pengkhianat membawa para pemimpin Yahudi kepada orang yang mereka cari. Namun Yesus sudah tahu apa yang akan terjadi.

68


Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?

Langkahi dahulu mayatku!

Tuhan, apakah kami harus menyerang? Kami membawa pedang!

Hyaa!

69


Cukup. Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya.

Apakah Aku ini penjahat, sampai kalian datang dengan pedang dan pentungan untuk menangkap Aku?

Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengahtengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku.

70


Tetapi inilah saatnya kalian bertindak, saat kuasa kegelapan memegang peranan.

, Ohdak! ti

Sstt, tenang! Ceritanya belum selesai. Bagaimana Simon Petrus menepati janjinya? Aku tak yakin dia menepatinya . . .

71


Aku kenal Imam Besar itu. Ayo, kita ikuti mereka ke rumahnya.

Tidak, kita tak boleh meninggalkan Tuhan. Ayo kembali.

Simon Petrus dan Yohanes membuntuti Yesus ke rumah Imam Besar, tetapi Petrus tidak diizinkan masuk bersama Yohanes dan Yesus. Jadi dia menanti di luar dekat pintu gerbang. 72


Bukankah engkau juga murid orang itu?

Hah? Bukan, aku tidak kenal Dia.

Engkau juga seorang dari mereka! Tidak, bukan saya!

Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama Yesus?

Memang orang ini pengikut Yesus, sebab dia juga orang Galilea.

Hei, bukankah engkau yang menebas telinga sepupuku? 73


Bukan, aku tak tahu apa yang kau katakan!

Tuhan pernah berkata, “Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.�

Ya Tuhanku, apa yang telah kuperbuat? Engkau benar, ya Tuhan—ampunilah perbuatanku ini . . .

74


Jahat sekali! Simon Petrus meninggalkan Yesus justru saat Dia sangat membutuhkannya!

Kalau begitu ceritanya, kupikir Simon Petrus itu orang yang hanya bisa membual.

Syukurlah kisahnya tak berakhir di situ.

Jangan terlalu berburuk sangka terhadapnya sebelum kamu mendengar sampai selesai!

Tetapi Yesus mati! Murid-murid tak bisa mencegahnya! Simon Petrus juga mengecewakan Dia! Ya, tetapi itu tidak berarti Yesus gagal. Jangan lupa, Yesus tahu kematian-Nya adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan dunia

Benarkah? Teruskan ceritanya, Ayah!

—rencana yang masih melibatkan Simon Petrus di dalamnya!

75


Pilatus mendapati Yesus tidak bersalah atas tuduhan pemberontakan terhadap Kekaisaran Romawi. Dia hendak membebaskan-Nya. Namun orang banyak menghendaki Yesus disalibkan. Jadi, Pilatus menjatuhkan hukuman mati terhadap Yesus seperti yang dikehendaki orang banyak itu. Dia dipaku di atas kayu salib, dan setelah Dia mati . . .

76


Jenazah Yesus diturunkan dari kayu salib, dibalut dengan kain lenan, dan dibaringkan di dalam kubur.

Aku tak percaya Dia benarbenar telah tiada. Aku telah mengecewakan Dia, Yohanes. Bagaimana aku bisa memaafkan diriku? Kamu sudah berusaha, Simon Petrus. Tuhan pasti mengerti.

Pagi-pagi sekali di hari yang ketiga, ketika hari masih gelap, kubur itu didapati sudah kosong!

Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya dan kami tidak tahu di mana Dia diletakkan!

Ayo, coba kita lihat sendiri!

Hah?

77


Apa yang telah terjadi?

Kain pembungkus kepalanya sudah tergulung rapi dan terpisah dari kain lenan lainnya.

Adakah perampok makam yang mencuri jasad-Nya tetapi meninggalkan kain lenan dan rempah-rempah yang mahal harganya?

Menurutmu, apa Dia benarbenar—? Aku tak tahu, Simon Petrus! Tetapi Dia pernah berkata, Dia akan datang kembali. Dan aku percaya Dia benar-benar adalah Anak Allah, Mesias, seperti yang dikatakan-Nya. 78


Kita harus mengumpulkan yang lain dan menceritakan apa yang kita lihat.

Andai aku mengerti apa yang sedang terjadi.

Di hari-hari selanjutnya, kehidupan para pengikut Yesus pun berubah total.

Dari segenap penjuru tersiar kabar bahwa Yesus yang bangkit itu menampakkan diri kepada para pengikut-Nya.

Dia menampakkan diri kepada para pengikutNya, yang mulai berkumpul bersama.

Damai sejahtera bagimu.

Tuhan! Bagaimana mungkin—? Kami mengunci pintu agar para pemimpin Yahudi tak bisa menangkap kami!

79


Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.

Dalam sejumlah kesempatan, Yesus membuktikan bahwa diri-Nya bukanlah hantu. dan Dia membuktikan pada salah seorang murid-Nya yang ragu bahwa Dia benar-benar Yesus yang bangkit dari antara orang mati.

Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku. Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah!

Benar, tetapi kita baru akan sampai di bagian yang terpenting. Kita akan melihat betapa Yesus mengasihi Simon Petrus. Wow, itu benar terjadi! Begitukah caranya Simon Petrus mendapatkan lagi keyakinannya?

80

Ya Tuhanku dan Allahku!


Sejumlah murid diminta menanti di Galilea untuk kabar selanjutnya. Aku mau menangkap ikan. Kami ikut, dong!

Sudah semalaman kita melaut, tapi tidak ada hasil!

Lebih baik kita kembali ke pantai. Fajar akan segera menyingsing.

81


Siapa itu yang bertanya? Hai anak-anak, apakah kalian punya ikan? Tidak ada.

Lemparkan jalamu ke sebelah kanan perahu, nanti kalian mendapat ikan!

Rasanya pernah dengar . . .

82

Yah, tak ada salahnya kita coba.


Wow, banyak sekali ikannya!

Pantas saja. Harusnya kita tahu dari tadi. Itu Tuhan!

Jala ini terlalu berat untuk ditarik ke dalam perahu! Kita harus menariknya ke pantai.

Aku turun lebih dahulu, ya! Sampai jumpa di pantai.

Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.

83


Mari makan sarapan!

Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada muridmurid-Nya sesudah Dia bangkit dari antara orang mati.

Dan setelah sarapan, Yesus bercakap-cakap secara khusus dengan Simon Petrus.

Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini? Benar Tuhan, Engkau tahu, aku mengasihi Engkau. Gembalakanlah domba-domba-Ku.

84


Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? Benar Tuhan, Engkau tahu, aku mengasihi Engkau. Gembalakanlah domba-domba-Ku. Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?

Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, aku mengasihi-Mu.

Simon Petrus merasa sedih karena Yesus bertanya tiga kali untuk memastikan kesungguhan hatinya. Namun Yesus sedang memberi Simon Petrus kesempatan kedua setelah dia menyangkal-Nya tiga kali.

Ikutlah Aku.

Yesus meminta Simon Petrus untuk mengumpulkan dan menggembalakan para pengikut-Nya. Yesus mempercayakan tanggung jawab yang besar itu kepada seseorang yang telah lama mengikut-Nya dan yang akan senantiasa mempercayai-Nya dan melakukan pekerjaan-Nya hingga akhir. 85


Lalu 40 hari setelah kebangkitan-Nya, Yesus terangkat ke surga. Para murid diberi tahu bahwa suatu hari kelak Dia akan kembali dalam kemuliaan.

86


Ketika Yesus berbicara tentang kematianNya, Dia juga berjanji akan mengutus Roh Kudus dari Allah yang membawa kebenaran untuk menghibur dan memimpin para murid.

Oh ya . . .

Yesus memerintahkan mereka untuk memberitakan kepada semua orang tentang diri-Nya dan Kerajaan Allah. Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Dia akan bersaksi tentang Aku.Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.

Setelah bangkit dari kematian, Yesus memberikan perintah selanjutnya kepada para murid.

Jangan tinggalkan Yerusalem sebelum Bapa mengutus Penghibur yang dijanjikanNya, seperti yang telah kamu dengar dari-Ku. Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.

87


Sementara itu, Simon Petrus mulai melakukan tanggung jawab yang dipercayakan Yesus kepadanya—memimpin dan memperhatikan jemaat Tuhan.

Benar seperti yang dijanjikan Yesus, Roh Kudus pun turun ke atas semua orang percaya, dimulai pada hari Pentakosta. Pada hari itu Roh Kudus memampukan orang percaya untuk berbicara dalam berbagai bahasa dari semua bangsa yang datang ke Yerusalem. Itulah tanda supaya semua orang tahu bahwa Yesus sungguh telah bangkit dan Dialah Mesias yang mereka nantinantikan selama ini.

88

Berserulah kepada nama Yesus, maka kamu akan diselamatkan! Haleluya, puji Tuhan!

Yesus telah bangkit dari antara orang mati!


Aku mendengar bahasa Mesir! Mereka memuji Allah dalam bahasa Partia!

Mereka memuji Allah dalam bahasa Arab!

Kamu dengar? Mereka orang Galilea. Bagaimana mungkin mereka bisa berbahasa Latin?

89


Roh Kudus menggerakkan Simon Petrus untuk menyatakan tentang kebenaran dan hidup! Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia, di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.

Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.

Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Dia tetap berada dalam kuasa maut itu. Apa benar demikian? Dia berbicara dengan begitu yakin.

Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus!

90

Saudaraku, apakah yang harus kami lakukan?


Bertobatlah dan hendaklah kamu masingmasing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu . . .

. . . maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab yang dijanjikan oleh Allah itu adalah untukmu serta untuk semua orang yang dipanggil oleh Allah Tuhan kita untuk datang kepada-Nya.

91


Hari itu, jumlah mereka yang percaya bertambah 3.000 orang. Nah, kamu sudah lihat bagaimana Tuhan bekerja dalam hidup Simon Petrus. Tuhan mengubah seorang yang biasa menjadi hamba-Nya yang berapi-api agar membawa banyak orang masuk ke dalam Kerajaan-Nya.

Tuhan yang luar biasa, ya Ayah!

Ya. Meskipun Simon Petrus punya kelemahan, Tuhan mau memakainya untuk memperhatikan jemaat Tuhan dan membangun Kerajaan Allah.

92


Simon Petrus tidak jauh berbeda dengan kita. Meski sudah bersama dengan Yesus selama 3 tahun, dia masih sering gagal. Namun oleh anugerah Allah yang ajaib, Kristus yang bangkit menemui Petrus dan membawa sahabat-Nya itu kembali untuk melayani hingga akhir hidupnya.

Apakah itu berarti Tuhan juga bisa memakai kita?

Ya, benar. Simon Petrus dapat berubah menjadi pengkhotbah yang berapi-api, seperti yang kamu lihat dan dengar tadi pagi, karena Tuhan bekerja dalam diri-Nya. Para pemimpin dan kepala Bait Allah menangkap Petrus dan Yohanes hari ini. Aku harus tahu apa yang terjadi pada mereka!

93


Keesokannya, dalam sidang Mahkamah Agama . . .

Bawa masuk para tahanan!

Aku tak tahu pasti. Pagi ini mereka menghadapkan Petrus dan Yohanes setelah mereka menyembuhkan orang lumpuh dari Gerbang Indah kemarin.

Aku harus bisa masuk . . .

Apa yang terjadi?

Kedua orang ini didakwa telah mengganggu ketertiban umum. Orang berkata mereka telah menyembuhkan seorang lumpuh.

Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?

94


Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit? dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan . . . . . . maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa orang itu sembuh dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret . . .

yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati.

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.

95


Padahal mereka hanya nelayan, tidak pernah belajar tentang Kitab Suci!

Luar biasa! Kamu lihat betapa beraninya mereka berdua?

Bawa mereka keluar dari ruang sidang!

Kita harus menghentikan ini sebelum timbul huru-hara. Mereka berdua adalah sahabat Yesus, orang Yahudi itu. Dan mereka tidak hanya berdua . . .

Tetapi tak seorang pun bisa menyangkal bahwa mereka menyembuhkan pengemis itu. Seluruh Yerusalem heboh membicarakannya.

Kalau begitu, kita akan memberikan penawaran kepada mereka.

96


Kami akan membebaskan kalian dengan satu syarat . . .

Kalian tak boleh lagi berbicara atau mengajar dalam nama Yesus.

Silakan kalian putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kalian atau taat kepada Allah?

Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata. . .

tentang apa yang telah kami lihat. . .

dan yang telah kami dengar.

Mereka sangat berani!

Berani-beraninya kalian menentang kami? Kalian bisa kami

penjarakan, kami cambuk, dan tidak kami beri makan!

97


Orang banyak di luar menuntut supaya kedua orang itu dibebaskan . . . Kita tak mungkin sanggup mencegah mereka mengadakan huru-hara.

an k s eba ka

B

re

Me

Lepaskan mereka!

98


Demikianlah, Rasul Petrus terus memberitakan Injil dan membawa banyak jiwa percaya kepada Yesus. Dia juga menulis banyak surat kepada jemaat-jemaat Tuhan untuk mengajar dan menguatkan iman mereka.

Petrus sang Batu Karang adalah bukti nyata dari kuasa Kristus yang memampukan diri kita yang penuh dengan kegagalan dan kekurangan ini untuk dipakai bagi Kerajaan-Nya.

Tamat 99


Hidup adalah Sebuah Perjalanan Petrus begitu mirip dengan kita. Hingga saat-saat terakhir dari 3 tahun kebersamaannya dengan Yesus, ia masih bergumul dengan kegagalan. Namun sebagai wujud anugerah Allah yang luar biasa, Kristus yang telah bangkit mencari Petrus dan membawa sahabat terkasih-Nya itu kembali pada pelayanan yang berbuah hingga akhir hidupnya. Sebagai hasil dari pemulihan Petrus, baru 10 hari setelah kenaikan Yesus ke surga, kita melihatnya menyampaikan khotbah yang luar biasa di hari Pentakosta di mana 3.000 orang menyerahkan hidup mereka bagi Tuhan yang telah bangkit (Kisah Para Rasul 2:41). Petrus kemudian menunjukkan keberanian yang diberikan oleh Roh Kudus yang berdiam di dalam dirinya ketika secara terang-terangan ia mengumandangkan kabar kebangkitan Kristus kepada orang-orang yang pernah bersekongkol untuk menyalibkan Anak Allah tersebut. Namun, ia juga masih bergumul dengan hatinya sendiri. Di Galatia 2:11, Petrus sempat ditegur Paulus karena bersekutu dengan orang-orang yang jelas salah. Petrus kemudian berhasil mengatasi kegagalannya dan menjalani hidupnya dengan setia melayani Kristus yang hidup. Bertahun-tahun kemudian, mungkin di saat ia merenungkan kembali banyaknya pergumulan dan kekalahan rohani yang dialaminya, Petrus menuliskan: Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama (1 Petrus 5:8-9). Pelajaran dari Taman Getsemani itu akhirnya dihayati oleh Petrus, sehingga ia dapat memakai pengalaman hidupnya yang menyakitkan untuk memberi kita hikmat dalam surat 1 dan 2 Petrus, dan juga, menurut pendapat banyak ahli, dalam kisah-kisah di Injil Markus yang bersumber dari pengalamannya bersama Yesus Kristus. Dalam 2 Petrus 1:1-13, Petrus seakan sedang merenungkan episode-episode kegagalannya dengan menetapkan sebuah jalan menuju pertumbuhan 100


rohani dan ketergantungan—pelajaran-pelajaran yang dipetiknya melalui penderitaan dan kegagalan. Bahkan kata-kata terakhirnya mengingatkan kita betapa mudahnya seseorang tersandung dan jatuh: Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Petrus 3:17-18). Petrus mengingatkan kita bahwa mempercayai Kristus hanyalah satu peristiwa, tetapi menjadi serupa dengan Yesus adalah sebuah perjalanan. Di sepanjang perjalanan itu, kita akan mengalami pasang surut, seperti yang dialami Simon Petrus. Namun kita bisa mempercayai kuasa Kristus yang memampukan diri kita yang penuh dengan kegagalan dan kekurangan ini untuk dipakai dan berguna bagi-Nya. Kita dapat bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Kristus. Dan melalui doa, kita dapat menerima rahmat dan kasih karunia-Nya yang menolong kita tepat pada waktunya (Ibrani 4:16). Pergumulan kita dalam menjalani kehidupan Kristen ini berlangsung seumur hidup—tetapi itu adalah pergumulan yang layak untuk diperjuangkan. Semua perjuangan itu akan terbayar saat kita bertemu dengan Kristus. Sebab pada saat itu, kita akan menjadi sama seperti Dia, ketika kita melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (1 Yohanes 3:2)—dan di dalam Dia, kita akhirnya menang atas pergumulan itu. —Dikutip dan diadaptasi dari buklet Seri Terang Ilahi Simon Petrus: Batu Karang yang Digerakkan Allah

Dapatkan buklet ini dalam format PDF di santapanrohani.org/ds/simon-petrus/

101


102


Kisah Raja Manasye menceritakan tentang seseorang yang dididik dalam jalan Tuhan, tetapi yang kemudian terhanyut dalam kesesatan setelah ia beranjak dewasa. Meski Manasye pernah meninggalkan Allah, Allah tidak pernah meninggalkan dirinya. Di dalam penjara yang kelam, Manasye kembali berpaling kepada Allah yang sejati. Saksikanlah bagaimana kasih setia Allah yang besar sanggup mengubah total hidup seorang raja yang bertobat.

103


104


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.