khawatir MELANDA!
S
etelah cek medis rutin, dokter menemukan benjolan di tubuh Tony. Dokter lalu meminta tes lanjutan, tetapi hasilnya baru akan keluar beberapa minggu lagi. Tony khawatir! Di perjalanan pulang, pikirannya berkecamuk. Sudah berapa lama benjolan itu ada? Bagaimana hasil tes lanjutannya? Apa yang akan ia katakan kepada istrinya? Bagaimana dengan anak-anaknya? Jika ia mengidap kanker, masih bisakah ia bekerja di pabrik? Dengan keuangan yang paspasan, bagaimana nasib keluarganya? Hubungan dengan istrinya pun agak goyah beberapa tahun terakhir ini. Apakah istrinya masih mau mendampinginya kalau ia sakit?
Begitu banyak kekhawatiran yang muncul. Pertanyaan ‘bagaimana kalau’ makin menjadi-jadi, dan Tony tidak tahu cara menghentikannya. Kemungkinannya mengidap penyakit yang parah memicu banyak masalah lain. Seorang konselor mungkin dapat membantu ia dan istrinya mengatasi masalah mereka, tetapi itu tidak akan memperbaiki keuangannya. Konsultasi dengan manajer bank mungkin dapat membantunya membuat rencana keuangan jangka pendek, tetapi itu tidak akan membantu masalah kesehatannya. Ketakutan dan kehawatiran Tony ini tidak asing bagi kita atau seseorang yang kita kenal. Dalam situasi seperti itu, respons alami kita adalah membayangkan kemungkinan terburuk. Namun, memikirkan kemungkinan terburuk tidak akan menyelesaikan masalah—justru menambahkannya. Jadi, kalau khawatir hanya akan menambah masalah, mengapa kita melakukannya?
Jadi, kalau khawatir hanya akan menambah masalah, mengapa kita melakukannya?
Apakah Anda menerima manfaat dari bacaan ini? Berikan tanggapan dan usul Anda di sini. KOMENTAR
BACA ARTIKEL LAIN
Jika Anda ingin menerima Seri Pengharapan Hidup terbaru secara rutin atau ingin membagikan materi ini kepada orang lain, silakan: Daftar di sini
a t i k a p a g n me
khawatir
K
?
ita khawatir karena kita peduli pada sesama dan pada hal-hal lain—bagaimana mungkin kita tidak memikirkan keluarga, teman, kesehatan, pekerjaan, atau tagihan yang harus dibayar? Namun, setiap hari kita dikelilingi oleh situasi dan kondisi yang tak bisa kita kendalikan. Dengan banyaknya hal yang perlu kita pikirkan, dan karena kita tidak bisa mengendalikan segala sesuatu, kekhawatiran pun menggerogoti kita. Kita jadi tidak bisa tidur dan hubungan kita dengan orang-orang yang kita kasihi terkena dampaknya. Kita didesak untuk hidup di masa depan, dalam dunia imajiner yang penuh dengan kemungkinan terburuk.
Kekhawatiran menggerogoti kita.
Namun, seberapa pun besarnya kekhawatiran kita, dan sekeras apa pun usaha kita, kita tidak dapat mengendalikan masa depan kita.
Bagaimana Menghadapi Kekhawatiran? Tony tidak merasa dirinya religius. Ia tidak rajin ke gereja dan tidak tertarik membaca Alkitab. Namun, setelah diagnosis dokter tadi, seorang rekan mendorongnya untuk mencari pertolongan dari Alkitab. Tony pun terkejut saat menemukan bahwa ternyata Alkitab banyak berbicara tentang ketakutannya. Tidak seperti jawaban-jawaban lain yang menawarkan penghiburan sesaat, Alkitab langsung menyentuh inti dari pilihan-pilihan yang perlu diambilnya. Seperti kebanyakan orang, Tony juga mendapati bahwa Alkitab benar-benar memahami kelemahan kita dan tidak berpura-pura dengan menganggap kekhawatiran itu tidak
ada. Alkitab banyak bicara tentang apa yang bisa menyebabkan kita khawatir.
Namun, lebih dari itu, Alkitab memberi kita jawaban pasti tentang alasan kita khawatir dan apa yang dapat kita lakukan.
Alkitab menjelaskan bahwa banyak dari kita khawatir karena gagal mempercayai Allah Pencipta kita yang penuh kasih. Yesus mengutarakan banyak hal tentang ini. Sepanjang hidup-Nya di bumi, Dia sering menggunakan kata-kata “orang yang kurang percaya” kepada mereka yang khawatir tentang tempat tinggal, pakaian, uang, atau masa depan (Matius 6:30; 8:26; 14:31; 16:8). Dia menyatakan bahwa kita khawatir karena kita tidak percaya Allah mengetahui yang terbaik bagi kita. Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan dunia dan segala isinya, dan Dia rindu memiliki hubungan pribadi yang akrab dengan kita. Namun, sejak awal kita menunjukkan bahwa kita tidak ingin berhubungan dengan-Nya jika kita
harus melepaskan keinginan egois kita untuk memegang kendali. Kita lebih suka mengatur kehidupan kita sendiri daripada mengakui bahwa dunia ini milik Allah dan Dialah yang memegang kendali. Pada taraf tertentu, kita semua bersalah karena mencoba hidup dengan cara kita sendiri tanpa mempedulikan Sang Pencipta. Sebagian orang, seperti Tony, menganggap Allah seolah-olah tidak ada. Yang lain memberikan perhatian kepada Allah dan firman-Nya, tetapi pada saat yang sama terlibat dalam kegiatan dan hubungan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya bagi kita. Yang lain lagi menyatakan perlawanan pribadi terhadap Allah. Apa pun itu, salah satu konsekuensi memilih hidup dengan cara sendiri adalah bahwa pada akhirnya kita diliputi kekhawatiran akan segala sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan. Kita harus menghadapi hal-hal yang justru paling kita takuti dengan kekuatan sendiri.
Banyak dari kita khawatir karena gagal mempercayai Allah Pencipta kita yang penuh kasih.
Apa yang Dapat Kita Lakukan? Begitu besar kasih Allah sehingga Dia memakai kekhawatiran untuk menyadarkan kita. Ketakutan dan keprihatinan akan masa depan yang tidak pasti sebenarnya dapat memberi kita kesempatan untuk mengetahui besarnya kepedulian Allah kepada kita. Perhatikan firman berikut ini:
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Yohanes mengingatkan kita pada sejumlah kebenaran yang agung tentang Allah: Dia mengasihi kita, dan hanya Dia yang sanggup memberikan
kepastian yang nyata di dunia yang penuh keraguan dan kekhawatiran ini. Jadi, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah mengakui bahwa kita khawatir, menyadari bahwa itu hanya memperburuk masalah kita, lalu membawa kekhawatiran kita kepada Allah. Kita belajar melakukannya
dengan semakin mengenal Dia, bersikap jujur kepada-Nya tentang ketakutan kita, dan terus belajar mempercayai-Nya.
Mengenal
allah
Y
ohanes menunjukkan kebenaran tentang Allah yang jauh lebih utama dari kekhawatiran kita: Dia sangat mengasihi dunia ciptaan-Nya. Ketika melihat kasih Allah yang luar biasa dan tidak layak kita terima itu, jelaslah Dia sangat mempedulikan kita. Kasih Allah berarti bahwa ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kematian itu tidak perlu membuat kita khawatir. Yohanes 3:16 memberi tahu kita bahwa “setiap orang yang percaya kepada [Kristus] tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Allah menawarkan hidup yang kekal kepada kita, kehidupan bersama Dia selamanya; dan karena Allah sanggup mengatasi kematian—kekhawatiran kita yang terbesar—tentu kita dapat
“Setiap orang yang percaya kepada Kristus tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
menyerahkan semua kekhawatiran kita yang lain kepada-Nya. Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah Mahahadir, Mahatahu dan Mahakuasa. Allah satu-satunya yang mampu mengatasi kekhawatiran kita. Hikmat dan sumber daya-Nya jauh lebih besar daripada yang kita punya.
Syukurlah, Dia telah menyediakan cara untuk mengatasi dosa kita dan memulihkan hubungan kita dengan-Nya. Dalam kebesaran kasih-Nya, Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, untuk mati menggantikan kita (kematian yang selayaknya kita tanggung). Meskipun Dia satu-satunya manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, Yesus mewakili kita dengan berani menghadapi keadaan yang kita takuti. Dia disalahpahami dan dianiaya. Dia dipukuli dan dibunuh, dihukum karena dosa-dosa kita. Meskipun tidak bersalah, Dia rela mati untuk membayar hukuman atas ketidaktaatan kita sehingga kita tidak perlu lagi dihukum.
Jujur Kepada Allah Kita belajar bersikap jujur kepada Allah sama seperti cara kita belajar bersikap jujur kepada orang lain. Ketika hubungan kita berkembang, kita akan merasa lebih mampu untuk terbuka dengan-Nya. Bersikap jujur kepada Allah harus dimulai dengan mengakui bahwa hubungan kita dengan-Nya telah rusak, dan kita perlu memohon kepada-Nya untuk mengatasi penyebab kerusakan tersebut: keegoisan dan ketidaktaatan kita (yang Alkitab sebut sebagai dosa). Meskipun Dia mengasihi kita, dosa kita menciptakan penghalang yang memisahkan kita dari Allah. Karena memiliki karakter yang sempurna, Dia tidak dapat menoleransi dosa kita. Yesus mati di atas kayu salib demi membayar hukuman atas dosa kita. Dia mati dan bangkit kembali agar kita dapat memiliki hidup yang kekal.
ajaib bagi kita, Alkitab mendesak kita untuk mempercayai semua yang telah Dia lakukan dan yang Dia nyatakan tentang diri-Nya. Dengan mempercayai-Nya, kita menyerahkan kendali hidup kita kepada-Nya, membiarkan Dia menyingkirkan penghalang yang disebabkan dosa kita, dan hubungan pribadi kita dengan Allah pun dipulihkan. Jika Anda tidak yakin telah memiliki hubungan pribadi dengan Allah, sekaranglah saat yang tepat untuk memastikannya. Keputusan yang mudah ini akan menjadi keputusan terbesar yang Anda buat. Berdoalah seperti ini: Ya Allah, Ampunilah aku karena tidak taat dan percaya kepada-Mu. Aku tahu, dengan kekuatanku sendiri, aku tidak dapat melakukan apa pun yang menyenangkan-Mu atau untuk membangun kembali hubungan dengan-Mu yang telah kurusak. Terima kasih, karena
Engkau begitu mengasihiku dengan mengutus Anak-Mu untuk mati di kayu salib demi membayar hukuman atas ketidaktaatanku. Dengan pertolongan-Mu, sekarang aku mau beriman kepada-Mu dan mempercayai Yesus Kristus sebagai Juruselamatku. Kuserahkan kendali hidupku kepada-Mu. Amin. Saat kita mengakui dosa kita dengan jujur dan mempercayai Yesus sebagai Juruselamat, kita masuk dalam hubungan dengan Allah yang menjadi tujuan kita diciptakan. Ini kehormatan yang luar biasa! Allah
peduli kepada kita lebih daripada yang dapat dilakukan siapa pun, dan Dia jauh lebih mampu menjaga kita lebih daripada yang dapat kita bayangkan. Semakin
baik kita mengenal-Nya, semakin rindu kita jujur menceritakan segala sesuatu kepada-Nya—termasuk berbagai kekhawatiran kita.
h a l n a k l a and
allah
K
arena Allah telah menunjukkan betapa Dia mengasihi kita dengan menyediakan masa depan yang abadi, kita dapat sepenuhnya mengandalkan Dia dengan masa kini yang kita hadapi. Mempercayai Dia harus dilakukan hari demi hari, dari waktu ke waktu, dan itulah hal terbaik yang dapat kita lakukan untuk merespons belas kasihNya yang besar. Kita dapat memohon bimbingan dan kekuatan-Nya untuk menjalaninya. Dengan berdoa dan menyerahkan pergumulan kita kepada-Nya, kita mengakui bahwa kita tidak sanggup mengatasi semua yang kita khawatirkan, tetapi Dia terlebih mampu untuk melakukannya.
Tony dapat mengenal Allah secara pribadi karena apa yang ia baca dalam Alkitab. Namun, tidak serta-merta semuanya jadi lebih mudah baginya. Ia masih menghadapi masa-masa sulit. Namun, ia bisa menghadapi semuanya karena mengetahui bahwa ia tidak lagi melakukannya sendirian. Seperti Tony, Anda dapat mulai hidup untuk Allah dan mengandalkan Dia untuk mengatasi kekhawatiran Anda. Jika Anda ingin menerima materi-materi yang dapat menolong Anda lebih lanjut, kunjungilah santapanrohani.org atau hubungi kami. Our Daily Bread Ministries menerbitkan materi-materi alkitabiah yang dapat menolong Anda mengenal Yesus Kristus dan memikirkan tentang hubungan Anda dengan Allah supaya Anda semakin mempercayai-Nya dari hari ke hari. Penerjemah: Lidia Torsina • Editor: Dwiyanto Fadjaray Penata Letak & Perancang Sampul: Andy Tanujaya Gambar Sampul dan Isi: Shutterstock.com & Freepik.com Kutipan ayat diambil dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia, LAI © 1974 © 2023 Our Daily Bread Ministries. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Indonesian Looking at Life “What Can I do with My Worry”
Maukah Anda Mengenal Yesus? Kisah tentang Pengharapan adalah buklet yang dapat membawa Anda lebih mengenal pribadi Yesus Kristus. Pindai QR Code ini untuk membacanya secara daring, atau hubungi kami untuk mendapatkan edisi cetaknya tanpa dikenakan biaya. Kunjungi https://santapanrohani.org/sph untuk melihat bacaan-bacaan yang akan membantu Anda menemukan pertolongan yang ditawarkan Allah melalui firman-Nya atas beragam pergumulan dan pertanyaan hidup Anda.
Ingin lebih mengenal Tuhan? Bacalah firman-Nya dengan bantuan renungan Santapan Rohani Pilihlah media yang sesuai untuk Anda.
CETAK
APLIKASI
Menerima edisi cetak secara triwulan.
Menerima e-mail secara harian.
Our Daily Bread/ Santapan Rohani di Android & iOS.
HUBUNGI KAMI:
+62 21 2902 8950 +62 815 8611 1002 +62 878 7878 9978 Santapan.Rohani indonesia@odb.org santapanrohani.org ourdailybread.org/locations/ Materi kami tidak dikenakan biaya. Pelayanan kami didukung oleh persembahan kasih dari para pembaca kami.
Persembahan kasih seberapa pun dari para pembaca di Indonesia memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun.
santapanrohani.org
PT086