Karena Begitu Besar Kasih Allah

Page 1

Renungan tentang Kasih Allah


Foto Sampul © Alex Soh Editor (bahasa Inggris): Chia Poh Fang ● Khan Hui Neon

Amos Khan

Leslie Koh

Sim Kay Tee

Penerjemah: Linda Sumayku Editor dan Penyelaras Bahasa: Tim Editor Penata Letak: Tim Grafis Kutipan ayat diambil dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia, LAI © 1974. Naskah terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah milik Our Daily Bread Ministries®. © 2016 Our Daily Bread Ministries®. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dicetak di Indonesia.


“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” —Yohanes 3:16


Yohanes 3:16 Ayat Alkitab yang paling terkenal

J

ika kita bisa merangkum seluruh isi Alkitab menjadi satu ayat, mungkin kita akan memilih Yohanes 3:16: “Karena begitu besar kasih

Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Dalam kurang dari 30 kata, ayat itu menyingkapkan isi hati dan

kerinduan Allah bagi seluruh umat manusia. Ayat itu juga menggambarkan tentang diri dan karya Yesus Kristus, dan menjelaskan bagaimana kita dapat menerima kasih karunia-Nya yang tak terbatas. Pernahkah Anda terpikir mengapa ayat itu begitu dikenal orang? Itu karena ayat tersebut memuat seluruh pesan Injil dalam satu kalimat saja.

Yohanes 3:16 telah digunakan untuk beragam tujuan: menjelaskan

Injil kepada orang yang menyelidiki iman Kristen, menghibur petobat baru yang masih meragukan keselamatannya, menguatkan orang percaya yang tengah menghadapi pencobaan, atau menggugah kembali orang yang sedang lemah iman. Ayat itu mengajar, menghibur,


menguatkan, menantang, dan menjangkau setiap jiwa, baik yang sudah percaya maupun yang belum.

Dalam buklet ini, marilah kita menggali ayat yang terkenal itu,

dengan memilahnya dan melihatnya kata demi kata, bagian demi bagian, untuk menemukan kebenaran yang mendalam dan penerapan praktis yang terkandung di dalamnya. Marilah bersama kita renungkan ayat yang luar biasa itu hingga keindahan dan keajaiban firman Allah meresap ke dalam hati kita.

Sahabat terkasih,

setelah Anda menemukan kebenaran yang

mengagumkan dalam ayat Alkitab yang paling terkenal tersebut, kami berharap Anda juga merasa tergerak untuk membagikannya kepada orang lain. Berikanlah buklet ini kepada orang yang Anda kasihi, teman Anda, dan siapa saja yang ingin mengenal Kristus lebih jauh. Kami berdoa agar mereka pun dijamah oleh kasih Allah bagi semua orang dan dapat mengenal keselamatan yang diberikan Allah lewat Anak-Nya, Yesus Kristus.

Our Daily Bread Ministries _________________________________________________________


Renungan ke-1: Karena Begitu Besar Kasih ...

A

da anak-anak yang merasa sangat frustrasi saat menemani ibu mereka berbelanja. Mereka heran mengapa ibu harus begitu lama memilih-milih mangga yang kelihatan sama bagusnya. Itu karena di benak para ibu, biasanya ada semacam daftar “syarat” yang harus dipenuhi dari buah yang mereka beli. Menurut para psikolog, dalam mengasihi sesama pun tanpa sadar kita telah membuat sebuah daftar syarat. Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah kasih (1Yoh. 4:16). Apakah cara-Nya mengasihi sama seperti cara kita—dengan membuat syarat? Perhatikan frasa pembuka dari Yohanes 3:16: “Karena begitu besar kasih.” Dalam bahasa Ibrani, frasa itu berarti dengan cara demikian, mengacu pada cara yang dipilih Allah untuk mengasihi kita. Jadi, apakah cara Allah itu? Yohanes 3:16 mengatakan bahwa Dia mengaruniakan kepada kita

Anak-Nya yang tunggal, yang satu dengan Bapa, yang memiliki seluruh kepenuhan Allah, dan karenanya Dialah Allah itu sendiri (Kol. 1:15-20). Herankah Anda karena Allah rela mengaruniakan Anak-Nya demi menyelamatkan kita? Anda tak perlu heran, karena tindakan-Nya itu sejalan dengan sifat-Nya yang pengasih. Dia sama sekali tidak ragu memberikan kepada kita segala yang terbaik dari-Nya, bahkan diri-Nya sendiri. Roma 8:32 menyatakan bahwa tiada yang tidak diberikan-Nya kepada kita. Itu benar-benar menunjukkan natur-Nya yang rela berkorban. Itulah bukti dari sifat Allah yang rela berkorban, dan bagi-Nya, kasihNya sama sekali tanpa “syarat”. Bukankah mengagumkan bahwa Allah mengasihi kita dengan cara demikian?

Bagaimana mungkin kita tidak menanggapi-Nya?


Renungan ke-2: Allah...

B

eda orang, beda pula cara mereka memandang Allah. Sebagai contoh, ada yang melihat Allah sebagai suatu kekuatan yang tak berpribadi, sedangkan yang lain menganggap-Nya sebagai pribadi yang begitu jauh dan asing sehingga tak mungkin dipahami. Kebudayaan dan tradisi dapat pula mempengaruhi persepsi kita, sehingga kita cenderung mengubah Allah menjadi semacam dewa dari suatu kelompok suku atau daerah tertentu. Ada juga orang yang bahkan tidak percaya bahwa Allah itu ada. Di tengah segala pandangan yang bertentangan itu, siapakah Allah bagi kita? Yohanes 3:16 dimulai dengan frasa, “Karena begitu besar kasih Allah.” Kata-kata itu sangatlah penting, karena menegaskan dengan jelas bahwa Allah itu ada sejak semula. Dia tidak hanya ada, tetapi juga Pencipta kita (Kej. 1:1). Melihat fakta bahwa kita adalah makhluk yang berpribadi, maka

tidak mungkin Allah adalah kekuatan yang tak berpribadi, karena kita diciptakan menurut gambar-Nya (Kej. 1:27). Allah yang berpribadi juga berarti bahwa Dia dapat menjalin hubungan dengan kita dan kita dapat mengenal Dia. Itulah yang sesungguhnya Allah rindukan. Kita dapat membacanya dalam 1 Petrus 5:7 dan 2 Korintus 5:20: Dia mempedulikan kita dan merindukan kita kembali kepada-Nya. Indah sekali, bukan? Tidak hanya sampai di sana, Allah bahkan mencari kita sekalipun kita telah memberontak kepada-Nya (Rm. 5:8). Kini kita tidak lagi berada di bawah kutuk dosa dan terhilang tanpa harapan, karena Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan kita.

Itulah Allah kita. Sungguh istimewa kita dapat mengenal-Nya!


M

enurut Anda, siapakah objek kasih Allah? Frasa selanjutnya dalam Yohanes 3:16 memberikan jawabannya: “dunia ini.” Berita tersebut tentu mengejutkan para pembaca Injil Yohanes yang berbangsa Yahudi. Mereka menganggap diri mereka sebagai bangsa pilihan Allah, dan mengharapkan kasih-Nya yang istimewa terhadap mereka (Ul. 7:6-8). Bagaimana dengan bangsa non-Yahudi? Orang Yahudi tidak mau berurusan sama sekali dengan mereka! Namun Allah selalu mengasihi dunia dan rindu menyelamatkan seluruh umat manusia (Kej. 12:3; Yes. 65:2). Yohanes sering menggunakan kata dunia untuk menyebut tentang umat manusia yang berdosa (Yoh. 1:10; 7:7; 14:17; 15:18-19). Pada intinya, Yohanes ingin para pembacanya saat itu— dan kita saat ini—memahami bahwa kasih Allah bukan hanya bagi bangsa Yahudi,

melainkan juga bagi bangsa non-Yahudi dari “tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa” (Why. 5:9), bahkan bagi orang berdosa. Kasih Allah bersifat universal. Allah tidak pilih kasih. Kasih-Nya mencakup semua orang. Oleh karena itu, kita bisa berkata kepada tiap orang, “Allah mengasihimu” dan mengundang mereka untuk mengalami kasih Allah dengan mempercayai Yesus dan berbalik dari kejahatan mereka.

Allah rindu menyatakan isi hati-Nya yang penuh kasih kepada siapa saja melalui diri kita.

Maukah kita mengizinkan-Nya memakai diri kita? Kita dapat memulainya di mana pun kita ditempatkan-Nya: di sekolah, di tempat kerja, dan di lingkungan tempat tinggal kita.

Renungan ke-3: Akan Dunia Ini...


Renungkan ke-4: Sehingga Ia telah Mengaruniakan ...

S

eorang gadis bertanya kepada seorang pemuda, “Apakah kamu mencintaiku?” Pemuda yang sedang kepincut itu menjawab, “Tentu, sayangku. Aku mencintaimu.” Si gadis lalu bertanya, “Maukah kamu mati untukku?” Pemuda itu menjawab, “Maafkan aku . . . aku tak rela mati demi cinta.” Kisah tadi menggambarkan 2 hal penting: cinta yang hanya diucapkan di bibir bukanlah cinta sejati, dan besarnya cinta seseorang dapat diukur dari kerelaannya untuk berkorban. Syukurlah, lebih dari sekadar katakata, kasih Allah telah menggerakkan-Nya untuk bertindak—“Ia telah mengaruniakan.” Yohanes 3:17 menolong kita untuk lebih memahami makna penting dari frasa itu, yaitu dengan menggunakan kata mengutus. “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,

melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” Allah tidak hanya mengaruniakan kepada kita milik-Nya yang terbaik—Anak yang dikasihi-Nya—tetapi Dia juga mengutus Anak-Nya itu ke dunia dengan satu misi. Yesus Kristus datang untuk mati agar kita boleh hidup. Alangkah dalamnya kasih Bapa kepada kita, hingga Dia rela mengaruniakan AnakNya yang tunggal untuk mati menggantikan kita!

Lalu bagaimana seharusnya kita menanggapi kasih seperti itu? Sebagai orang yang telah ditebus,

marilah kita dengan penuh syukur bertekad untuk hidup “layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan . . . memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah“ (Kol. 1:10).


Apakah Anda menerima manfaat dari bacaan ini? Berikan tanggapan dan usul Anda di sini. BACA ARTIKEL LAIN

KOMENTAR

Jika Anda ingin menerima Seri Pengharapan Hidup terbaru secara rutin atau ingin membagikan materi ini kepada orang lain, silakan: Daftar di sini


B

agaimana saya tahu bahwa Allah sungguh-sungguh mengasihi saya? Yohanes mengatakannya secara langsung: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.” Dalam bahasa Ibrani tertulis demikian: “AnakNya, yang tunggal, dikaruniakan-Nya,” dengan penekanan pada besarnya karunia tersebut. Kata “tunggal”, yang digunakan dan disebutkan dalam Yohanes 1:14 dan 1:18, berarti “unik, hanya satu-satunya dan tidak ada tandingannya”. Siapakah sesungguhnya “Anak Tunggal” Allah? Apakah yang unik dari diri-Nya? Sejak awal, Yohanes telah menyatakan bahwa Yesus adalah Allah (Yoh. 1:1-4), yang menjadi manusia seperti kita, untuk tinggal bersama kita (Yoh. 1:14; Mat. 1:23), demi menyelamatkan kita (Mat. 1:21; Yoh. 3:17; 1Yoh. 4:14). Untuk menghapus semua keraguan tentang diri-Nya sebagai Allah, Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah satu . . . Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah

melihat Bapa” (Yoh. 10:30, 14:9). Pemberian terbesar yang dapat diberikan seseorang adalah penyerahan dirinya sendiri. Itulah yang telah dilakukan Allah. Dia mengaruniakan pemberian terbesar—yang terbaik dari-Nya, diri dan nyawa Anak-Nya sendiri—untuk menunjukkan betapa Dia sangat mengasihi kita (Yoh. 15:13; Rm. 5:6-8; 1Yoh. 4:9-10). Tuhan Yesus menunjukkan kedalaman dan kedahsyatan kasih Allah yang tak terselami.

Yesus Kristus adalah pemberian yang terbaik dari segalanya. “Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!” (2Kor. 9:15).

Renungan ke-5: Anak-Nya yang Tunggal...


D

i masa sekarang, banyak orang ikut serta dalam kemeriahan Natal, meskipun mereka mungkin tidak mengerti arti Natal sebagai perayaan kelahiran Kristus. Demikian juga dahulu pada saat Kristus lahir di dunia, banyak orang yang tidak beriman kepada Allah. Namun demikian, kelahiran Kristus adalah peristiwa penting yang sungguh layak dirayakan semua orang, karena Allah sedang mengaruniakan AnakNya dan hidup kekal kepada setiap orang di dunia. Lewat janji-Nya bahwa “setiap orang yang percaya” tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal, Yesus menegaskan bahwa siapa saja dapat menerima pemberian itu, jika mereka percaya kepada-Nya. Semua orang, tanpa terkecuali, termasuk dalam rencana keselamatan Allah—siapa

pun kita, dari mana pun kita berasal, dan apa pun yang pernah kita lakukan di masa lalu. Bahkan Yesus datang bagi orang berdosa. Dia berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat” (Luk. 5:31-32). Sungguh kebenaran yang indah nan dahsyat!

Ini berarti tak ada seorang pun yang tidak dapat ditebus oleh Allah, karena Kristus telah

menegaskan bahwa keselamatan tersedia bagi siapa saja yang mau membuka hatinya kepada Allah. Itu juga berarti bahwa kita harus memberitakan kebenaran tersebut kepada sesama, agar mereka pun dapat menerima karunia yang tak ternilai itu. Maukah Anda meneruskan kabar baik itu kepada “setiap orang” yang Anda jumpai?

Renungan ke-6: Supaya Setiap Orang...


Renungan ke-7: Yang Percaya Kepada-Nya ...

K

ebanyakan dari kita dididik dengan keyakinan bahwa penerimaan, imbalan, dan pujian itu harus kita raih. Di rumah, kita menjaga tingkah laku agar orangtua kita senang. Di sekolah, kita belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang baik. Di tempat kerja, kita dituntut untuk mencapai target agar bisa naik jabatan. Ketika gagal mencapai standar, kita pun bisa merasa bersalah atau tidak layak. Apakah kita juga bersikap demikian dalam hubungan kita dengan Allah, dan berpikir bahwa kita harus menjadi orang Kristen yang “baik” agar bisa masuk surga? Apakah kita berusaha tidak terlambat ke gereja, menolong orang lain semampu kita, dan bertingkah laku yang sopan? Dan saat kita gagal, apakah kita merasa tidak lagi layak untuk datang kepada Allah?

Pemikiran-pemikiran itu sebenarnya tidak salah, tetapi semua itu tidak akan membuat kita dapat meraih keselamatan. Yesus tidak mengatakan bahwa setiap orang “yang berbuat baik” atau “yang baik karakternya” tidak akan binasa. Dengan jelas, Yesus mengatakan, “setiap orang yang percaya” akan beroleh hidup yang kekal. Allah menerima kita masuk ke dalam kerajaan-Nya semata-mata atas dasar iman, bukan karena perbuatan atau karakter kita. Alangkah leganya kita terbebas dari rasa bersalah dan takut gagal! Yang perlu kita lakukan hanyalah percaya pada anugerah Allah yang menyelamatkan dan pada karya Yesus di kayu salib.

Namun iman tidak hanya berarti kita mengakui kebenaran

Injil, melainkan juga menyerahkan dan mempercayakan hidup kita kepada Yesus, sehingga kita bergantung hanya kepadaNya. Hari ini, maukah Anda “percaya”?


Renungan ke-8: Tidak Binasa...

A

pakah itu kematian? Apa yang akan terjadi setelah kita mati? Kematian adalah bagian yang tak terelakkan dari kondisi manusia. Suka atau tidak, suatu hari kita semua akan mati, tidak peduli seberapa pun kaya, sukses, terkenal, atau pintarnya kita. Sebagian orang menganggap kematian itu sebagai akhir, ketika mereka akan pudar dan musnah selamanya. Karena itu, mereka berupaya meninggalkan warisan yang dapat membuat mereka terus dikenang. Ada juga yang berusaha mengusir bayangan tentang kematian yang mengerikan dari benak mereka dengan menikmati petualangan yang baru dan seru sebanyak-banyaknya. Namun Alkitab menegaskan bahwa setelah kematian akan datang penghakiman (Ibr. 9:27). Binasa mengingatkan pada keadaan akhir kita jika kita tidak memiliki Yesus.

Binasa artinya hancur lebur. Itu bukanlah berakhirnya kesadaran atau keberadaan seseorang, tetapi hilangnya segala arti, nilai, dan makna. Binasa berarti terpisah dari Allah untuk selama-lamanya, dan karenanya tidak dapat lagi menerima segala sesuatu yang baik. Kita semua telah berdosa dan layak mati, tetapi Yesus telah menuntaskan sepenuhnya masalah dosa lewat kematian-Nya di kayu salib. Dia membayar hukuman dosa dengan menggantikan kita, sehingga ketika kita beriman kepada-Nya, kita tidak binasa dan dilepaskan dari akhir yang mengerikan.

Betapa kita bersyukur saat

meyakini bahwa Yesus telah menyelamatkan kita, dan kita tidak perlu lagi takut pada kematian.


K

ita tidak asing dengan berbagai kisah tentang perubahan dramatis yang dialami seseorang. Murid yang kurang mampu mendapat tawaran beasiswa. Pasien yang sekarat diselamatkan karena mendapat donor organ dari orang yang tak terduga. Narapidana menerima pengampunan di saat-saat terakhir. Meskipun situasi mereka terlihat suram dan tak tertolong lagi, mereka mendapat kesempatan lagi untuk memulai hidup yang baru, sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan atau bahkan layak mereka terima. Sejak zaman Adam dan Hawa, umat manusia telah terhilang dalam dosa. Kita menjadi korban dari kebodohan dan kebejatan kita sendiri, tetapi kita tak berdaya melepaskan diri dari belenggu kuasa dosa. Keadaan kita jauh di bawah standar Allah. Kita layak dibinasakan karena kejahatan kita dan terpisah dari Allah selama-lamanya (Rm. 3:23, 6:23). Namun Allah menjangkau kita, dan pengorbanan Yesus, yang tak terbayangkan dan tak layak kita terima, telah mengubah segalanya untuk selamanya. Kita yang

seharusnya mati kini dapat menantikan kehidupan kekal di surga. Yohanes 3:16 berkata bahwa kita seharusnya binasa, tetapi bukan kebinasaan yang kita terima, “melainkan” hidup yang kekal. Kata “melainkan” menandakan ada dua hal yang kontras atau berbalikan. Di sini, kata tersebut menunjukkan adanya perubahan arah yang dramatis: tadinya kita menuju pada kematian, sekarang kita berbalik menuju pada kehidupan.

Allah akan memberi kita

kebalikan dari apa yang sebenarnya layak kita dapatkan, jika kita menerima karya yang telah Yesus perbuat bagi kita. Sudahkah Anda menerima-Nya?

Renungan ke-9: Melainkan...


S

Renungan ke-10: Beroleh Hidup yang Kekal...

ejak dahulu manusia selalu mendambakan hidup kekal. Kendati segala upaya telah dicoba, manusia belum berhasil mencapai. Namun, orang Kristen telah memiliki apa yang sudah lama didambakan dunia tersebut. Allah menghendaki manusia untuk hidup kekal. Adam dan Hawa diizinkan menikmati buah dari semua pohon di Taman Eden, termasuk buah dari pohon kehidupan (Kej. 2:15). Namun mereka sengaja memakan buah dari satu-satunya pohon yang dilarang (Kej. 2:17; 3:1-7). Sebagai akibatnya, mereka diusir dari kediaman mereka yang kekal itu (Kej. 3:23) dan kematian pun datang ke dalam dunia (1Kor. 15:21). Namun Allah masih menghendaki umat manusia untuk tinggal bersama Dia selamanya. Karena kita “yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus”

(Ef. 2:13-14), kini kita dapat tinggal bersama Allah selama-lamanya (Yoh. 14:2-3; Why. 21:3). Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya tinggal bersama Allah selamanya? Hidup yang kekal bukanlah sematamata keberadaan yang tak berkesudahan. Yang dimaksud adalah kualitas, tidak hanya kuantitas. Hidup kekal merupakan perjalanan kita dalam “[mengenal] satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus” (Yoh. 17:3). Dalam bahasa Ibrani, kata mengenal menggambarkan hubungan yang dekat dan intim (Ul. 30:6; Yer. 31:33-34). Hubungan itu dapat kita mulai sejak hari ini, karena hidup kekal bukanlah hanya sebuah warisan masa depan (Ayb. 19:26; Yoh. 5:28-29; Why. 22:14), melainkan juga sesuatu yang kita miliki saat ini (Yoh. 5:39; 6:47-51).

Sungguh merupakan hak istimewa sekaligus kewajiban yang kita miliki untuk hidup

mengasihi dan menaati Allah, sekarang dan selama-lamanya!


Tanggapilah kasih Allah . . .

Bagikanlah kabar baik tentang Yesus kepada orang lain! Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini . . . sehingga Dia menghendaki setiap orang di dunia untuk menerima Yesus Kristus, Anak-Nya yang dikaruniakan bagi mereka. Yohanes 3:16 mengandung pesan yang sederhana nan agung. Maukah Anda membagikannya kepada orang lain, agar mereka tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal?

Bagaimana Anda dapat melakukannya? • Berdoalah agar Allah membuka pintu kesempatan dan memberi Anda keberanian untuk memberitakan Injil. • Jangkaulah orang-orang yang Anda kasihi, baik itu anggota keluarga, sahabat, atau siapa saja yang membutuhkan Allah hari ini. • Kabarkanlah Injil, agar mereka mengenal Yesus, karunia terbesar dari Allah. • Bersikaplah lemah lembut dan penuh hormat saat membagikan iman dan kesaksian Anda. • Bagikanlah kesaksian Anda, karena tidak ada yang lebih menyentuh hati daripada pengalaman Anda sendiri. • Doakanlah mereka, agar Allah membuka mata, telinga, dan hati mereka terhadap Injil.


Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang. Anda dapat mendukung kami dalam melaksanakan misi tersebut melalui persembahan kasih. Klik link di bawah ini untuk informasi dan petunjuk dalam memberikan persembahan kasih. Terima kasih atas dukungan Anda untuk pengembangan materi-materi terbitan Our Daily Bread Ministries. Persembahan kasih seberapa pun dari para sahabat memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun.

DONASI


Dapatkan informasi lebih lanjut tentang materi-materi kami dengan menghubungi kantor yang terdekat atau kunjungi ourdailybread.org/locations untuk daftar lengkap kantor kami. Indonesia: ODB Indonesia, PO Box 2500, Jakarta 11025, Indonesia Singapura: Our Daily Bread Ministries Asia Ltd, 5 Pereira Road #07-01 Asiawide Industrial Building, Singapore 368025 USA: Our Daily Bread Ministries, PO Box 2222, Grand Rapids, MI 49501-2222, USA Persembahan kasih seberapa pun dari para sahabat memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun.

santapanrohani.org

SA585


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.