1 minute read
Manusia SengsarA
Belas Kasihan dan Penghiburan Yesus bagi Kita yang Menderita pengantar
Manusia Sengsara
Belas Kasihan dan Penghiburan Yesus bagi Kita yang Menderita
Setelah sutradara film Christopher Nolan dengan cemerlang membangun ulang tokoh Batman dalam trilogi Dark Knight , DC Entertainment dan para rekanannya menyusul mereka ulang kisah Superman. Pada tahun 2013, Man of Steel tayang perdana dan sang putra Kripton yang legendaris pun kembali beraksi.
Dalam sebuah wawancara sebelum film tersebut dirilis, Amy Adams (pemeran Lois Lane di Man of Steel ), membuat pernyataan cerdas perihal daya tarik mitologi Superman yang tak pernah padam. Ia berkata kisah ini bertutur tentang hasrat terdalam manusia.
Katanya, “Siapa sih yang tidak ingin percaya bahwa seseorang akan datang untuk menyelamatkan kita dari keadaan kita?”
Pertanyaan yang sangat tepat. Dalam keputusasaan, kita berharap ada yang datang menolong—dan seseorang dengan julukan “Man of Steel” (Manusia
Baja) terdengar seperti orang yang paling tepat untuk menyelamatkan kita. Namun, Kitab Suci mengisahkan hal berbeda. Ketika menubuatkan Mesias, Penebus, dan
Juruselamat yang akan datang, Nabi Yesaya menulis:
Ia dihina dan dihindari orang, Seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan;
Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia
Dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, Dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, Padahal kita mengira dia kena tulah, Dipukul dan ditindas Allah.
(yesaya 53:3-4, penekanan ditambahkan)
Manusia baja? Bukan. Hanya ke dalam kerajaan yang sungsang itulah Sang Raja akan datang, tidak sebagai manusia baja, melainkan sebagai Manusia Sengsara.
Dalam nubuat Yesaya, tampaknya sang nabi melihat dua benang merah yang berjalan sejajar:
• Yesus menanggung dosa dan kesalahan kita.
• Yesus juga menanggung penyakit dan sengsara kita.
Pertanyaan pun bergulir dari dua kenyataan tersebut.
Bagaimana Yesus menjalani hidup sebagai Manusia
Sengsara? Peristiwa apa saja yang memungkinkan
Dia sungguh-sungguh dan sepenuhnya “menderita kesakitan”? Untuk menyimak saat-saat suram itu dan dampaknya atas diri Yesus, kita akan menyelami kitabkitab Injil dalam paruh pertama tulisan ini.
Bagaimana kita menyeimbangkan Dia yang menderita kesakitan secara pribadi sekaligus menanggung penyakit kita? Dengan kata lain, ketika Yesus menderita sengsara, apa buah dari penderitaanNya itu, selain keselamatan yang dimungkinkan oleh penyaliban dan kebangkitan-Nya? Surat kepada orang Ibrani akan menolong kita memahaminya. Kita akan menelisik pemikiran-pemikiran tersebut pada paruh kedua tulisan ini.
Tak diragukan lagi, selain untuk menanggung dosa dan kesalahan kita, Manusia Sengsara juga datang untuk menanggung penyakit dan sengsara kita. Saat menelusuri sisi kelam pengalaman Kristus sebagai manusia, kita akan menemukan bahwa Dialah Imam Besar yang penuh rahmat dan setia, yang sanggup menopang kita dalam momen-momen terkelam hidup ini.
Bill Crowder