2 minute read
Apa yang Dibutuhkan Dunia Sekarang Ini
Ketika Jackie DeShannon menyanyikan lagu, “Yang dibutuhkan dunia sekarang ini adalah cinta, cinta yang manis,” banyak orang yang segenerasi dengannya menyetujui syair lagu tersebut. Menurut lagu itu, dunia tidak lagi membutuhkan gunung-gunung untuk didaki atau sungai-sungai untuk diseberangi. Yang kita butuhkan adalah cinta, “tidak untuk beberapa orang saja, tetapi untuk setiap orang.”
Tema lagu yang populer di era 1960-an ini menggoreskan sebuah catatan yang bergema dalam diri kita semua. Kita membeli bunga mawar dan permen sebagai ungkapan cinta kepada pasangan kita. Kita mengumpulkan dana bantuan untuk para korban bencana alam. Kita memuji tindakan seperti yang dilakukan Russell Plaisance, pria berumur
75 tahun, yang mencoba menolong sebuah keluarga yang sedang mengalami musibah setelah membaca beritanya di koran lokal. Ia membawakan uang, makanan, dan mainan ke motel tempat keluarga itu tinggal. Sayangnya, beberapa hari kemudian kebaikan Russell “dibalas” dengan tusukan sebilah pisau ke tubuhnya oleh kepala keluarga tersebut. Pria itu lalu membawa pergi dompet serta mobil Russell.
Pengalaman Russell tadi menjelaskan mengapa dunia begitu membutuhkan cinta. Jika cinta yang ditawarkan selalu dibalas, maka akan selalu ada cinta di antara kita. Namun, sayangnya, cinta tidak selalu mendapat balasan. Dan kadangkadang ketika cinta mendapat balasan, kita mengartikannya ulang sesuai dengan kepentingan diri kita sendiri. Cinta jadi mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang.
Bahkan dalam percakapan sehari-hari dalam bahasa
Inggris, penggunaan kata cinta atau kasih (love) mengacu pada berbagai hal. Sebagai contoh, saya dapat mengatakan bahwa:
“I love to play golf.” (Saya gemar bermain golf.)
“I love my computer.” (Saya suka komputer saya.)
“I love my wife and children.” (Saya mencintai istri dan anakanak saya.)
“I love the Liverpool Reds.” (Saya mendukung tim sepakbola Liverpool.)
Apabila sebuah kata mempunyai banyak arti, bisa jadi kata itu tidak berarti sama sekali!
Namun, hikmat Alkitab sudah memberi penjelasan mengenai definisi kasih. Kepada suatu jemaat yang terpecah akibat kemarahan dan konflik, Rasul Paulus berkata:
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku (1 korintus 13:1-3).
Pesan yang tak lekang oleh waktu di atas ditulis untuk orang-orang yang menyadari pentingnya komitmen dan pengorbanan pribadi. Jemaat Korintus yang membaca surat ini telah mengetahui pentingnya iman, pengetahuan, karunia rohani, pemimpin yang kuat, dan pesan-pesan yang membangkitkan semangat.
Masalahnya, sewaktu mengejar kepentingan mereka sendiri, mereka kehilangan pandangan terhadap tujuan iman dan pengetahuan mereka. Mereka lupa bahwa mereka bisa saja mempelajari Kitab Suci, namun gagal memahami hati dan pikiran Allah. Dalam keinginan mereka untuk mencari pemenuhan, mereka telah melupakan apa yang paling mereka butuhkan.